jurnal kulit terjemahan shannaz

8
Pasien Yang Terkena Miliaria Ketika Memakai Baju Tahan Api Di Lingkungan Dengan Suhu Tinggi : Sebuah Studi Kasus Abstrak Pendahuluan Pakaian bisa jadi penyebab beberapa radang kulit. Yang sering menyebabkan masalah kulit yang berkaitan dengan pakaian bisa jadi dari bahannya dan/atau bahan – bahan kimia yang digunakan saat pencucian, gesekan berlebihan dari bahan terhadap kulit, atau retensi panas dari keringat pada baju di lingkungan kerja yang panas. Sepanjang yang kami ketahui, penyebab – penyebab tersebut adalah kasus miliaria rubra yang dilaporkan yang berkaitan dengan penggunaan jangka panjang dari pakaian tahan api dalam literature medis. Case Presentation Kami melaporkan 18 kasus (14 pria dan 4 wanita, dengan rentang umur antara 19 sampai 37 tahun), mulai dari iritasi kulit sedang sampai parah, yang berkaitan dengan pemakaian pakaian tahan api di lingkungan yang sangat panas (rentang suhu : 39 sampai 50 derajat celcius, dan tingkat kelembaban 5% sampai 25%). Kami juga mendeskripsikan detil sejarah medis dari wanita Kaukasian berumur 23 tahun dan pria Africa – Amerika berusia 31 tahun. Ringkasan dari 16 pasien lainnya juga tersedia. Kesimpulan Kasus – kasus ini menggambarkan potensi serius dari sifat miliaria yang superimposed infeksi Staphylococcus. Seluruh 18 pasien ini sudah pulih total dengan perawatan kulit topikal dan modifikasi setelan pakaian mereka. Pakaian, khususnya dengan bahan campuran, harus dicuci dengan benar untuk menghilangkan residu deterjen. Ketika berada di lingkungan yang panas, orang – orang berkulit sensitive harus menyiapkan tindakan pencegahan yang diperlukan, seperi mengganti pakaian secara berkala dan menjaga kebersihan pribadi untuk memastikan kulit mereka tetap bersih dan kering. Dan juga penting untuk mereka melapor kepada asuransi mereka sesegera ketika mulai muncul iritasi atau ruam kulit, agar bisa segera diambil tindakan medis. Miliaria

Upload: shannaz-yudono

Post on 11-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kulit dan kelamin

TRANSCRIPT

Pasien Yang Terkena Miliaria Ketika Memakai Baju Tahan Api Di Lingkungan Dengan Suhu Tinggi :Sebuah Studi Kasus

AbstrakPendahuluanPakaian bisa jadi penyebab beberapa radang kulit. Yang sering menyebabkan masalah kulit yang berkaitan dengan pakaian bisa jadi dari bahannya dan/atau bahan – bahan kimia yang digunakan saat pencucian, gesekan berlebihan dari bahan terhadap kulit, atau retensi panas dari keringat pada baju di lingkungan kerja yang panas. Sepanjang yang kami ketahui, penyebab – penyebab tersebut adalah kasus miliaria rubra yang dilaporkan yang berkaitan dengan penggunaan jangka panjang dari pakaian tahan api dalam literature medis.

Case Presentation Kami melaporkan 18 kasus (14 pria dan 4 wanita, dengan rentang umur antara 19 sampai 37 tahun), mulai dari iritasi kulit sedang sampai parah, yang berkaitan dengan pemakaian pakaian tahan api di lingkungan yang sangat panas (rentang suhu : 39 sampai 50 derajat celcius, dan tingkat kelembaban 5% sampai 25%). Kami juga mendeskripsikan detil sejarah medis dari wanita Kaukasian berumur 23 tahun dan pria Africa – Amerika berusia 31 tahun. Ringkasan dari 16 pasien lainnya juga tersedia.

Kesimpulan Kasus – kasus ini menggambarkan potensi serius dari sifat miliaria yang superimposed infeksi Staphylococcus. Seluruh 18 pasien ini sudah pulih total dengan perawatan kulit topikal dan modifikasi setelan pakaian mereka. Pakaian, khususnya dengan bahan campuran, harus dicuci dengan benar untuk menghilangkan residu deterjen. Ketika berada di lingkungan yang panas, orang – orang berkulit sensitive harus menyiapkan tindakan pencegahan yang diperlukan, seperi mengganti pakaian secara berkala dan menjaga kebersihan pribadi untuk memastikan kulit mereka tetap bersih dan kering. Dan juga penting untuk mereka melapor kepada asuransi mereka sesegera ketika mulai muncul iritasi atau ruam kulit, agar bisa segera diambil tindakan medis. Miliaria rubra membutuhkan waktu 1 minggu atau lebih untuk dibersihkan, jadi mungkin diperlukan penghapusan paparan terhadap jenis kain tertentu.

PendahuluanPakaian bisa jadi penyebab dari occupational radang kulit [1]. Peradangan bisa berasal dari sumber yang bervariasi, dan bisa juga berasal dari faktor alam. Yang sering menyebabkan masalah kulit yang berkaitan dengan pakaian bisa dari bahannya dan/atau bahan – bahan kimia yang digunakan saat pencucian. Selain itu gesekan berlebihan dari bahan terhadap kulit, atau heat retention dari keringat pada baju di lingkungan kerja yang panas [2] dan efek fisik atau oklusi dari pakaian juga bisa menyebabkan kondisi buruk pada kulit Kami melaporkan dua kasus iritasi kulit sangat parah yang berkaitan dengan penggunaan jangka panjang dari seragam pasukan perang yang tahan api (FRACUS) oleh personil militer di daerah yang panas dan gersang (rentang suhu : 39 sampai 50 derajat celcius, dan tingkat kelembaban 5% sampai 25%).

Walaupun 18 pasien lainnya melaporkan masalah kulit yang diyakini berkaitan dengan pemakaian FRACUs, laporan ini difokuskan kepada dua kasus terdokumentasi yang digunakan sebagai dasar untuk menginvestigasi masalah kulit dari tentara – tentara yang dikirim ke Kandahar – Afghanistan. Kandahar memiliki iklim yang sangat kering dengan sedikitnya curah hujan dan temperature yang sangat berbeda antara musim panas dan musim dingin.

Kasus 1Seorang wanita berusia 32 tahun yang memiliki sejarah medis eczema yang berkembang menjadi ruam seperti miliaria (ruam merah kecil dengan papules) pada perut bagian atasnya, lutut, dan kedua bagian belakang lutut (Gambar 1). Pasien kami memperhatikan bahwa ruam tersebut bertambah buruk dan menyebar, menutupi sebagian besar area kulit, dan menimbulkan luka seperti lepuhan yang sangat panas dan gatal. Tepat dua minggu sejak pertama kali ruam tersebut muncul, pasien kami mendapatkan perawatan dari PAnya. Pada tahap observasi awal, ruam tersebut berwarna merah darah seperti buah bit, dengan lepuhan yang berisi cairan bening. Diagnosisnya diyakini sebagai miliaria rubra dnegan kemungkinan infeksi sumperimposed Staphylococcus. Pasien kami diberikan krim silver sulfadiazine 1% di area yang terinfeksi sampai ruamnya memudar (sekitar 10 hari), dan cephalexin 500mg, diminum satu kapsul, 4 hari sekali selama 7 hari. Dia juga diinstruksikan untuk menghindari paparan sinar matahari secara langsung, dan menghentikan penggunaan FRACUs sampai ruamnya hilang.

Gejala tersebut berkurang sedikit demi sedikit setelah 4 hari perawatan dengan antibiotic dan kirm topical. Saat itu, perawatannya ditambah dengan suntikan intramuscular (IM) 250 mg methylprednisolone. Pada saat kunjungan di hari ke lima, luka lepuhannya sudah hilang, dan penggunaan kirm silver sulfadiazine dihentikan. Setelah itu, dia diberikan krim triamcinolone acetonide 1% dua kali sehari selama seminggu, yang berhasil menghilangkan ruamnya secara keseluruhan. setelah kejadian, setelah ruamnya hilang total, pasien kami mulai menggunakan FRACUs lagi.

Dalam seminggu ruamnya hilang, dan pasien kami disarankan untuk tidak menggunakan FRACUs lagi. Seragam – seragam tersebut dicuci sendiri hanya dengan deterjen dan pelembuat pakaian yang biasa. FRACUs dibuat dari campuran 3 serat (65% rayon/25% Kevlar/10% nilon). Analisis terhadap seragam tersebut dilakukan, dan pH dari celana dan jaketnya masing – masing 8.8 dan 8.5. Analisis tersebut juga menunjukkan bahwa terlah terjadi penyusutan yang signifikan, yang mungkin mempengaruhi penyerapan udara dan hilangnya keringat.

Gambar 1 Foto posterior knee kasus 1. Gambar ini menunjukkan area ruam 2 minggu setelah pertama kali muncul. Perhatikan papula merah kecil dari posterior knee dan penyebaran ruam pada lateral thigh.

Kasus 2Seorang pria Afrika Amerika berusia 31 tahun yang memiliki sejarah medis eczema yang berkembang menjadi gatal seperti miliaria (ruam merah kecil dengan papules) pada perut bagian atasnya, kedua bagian belakang lutut, dan siku bagian dalam (Gambar 2). Pasien kami mendapatkan perawatan dari dokter kulit militer, yang mendiagnosa ruam tersebut sebagai eczema, dan memberikan suntikan IM cortisone (nama dan diagnosa tidak diketahui). Pasien kami ditugaskan ke Selatan Afghanistan beberapa bulan kemudian, dan mulai terkena ruam lagi. Ruamnya kali ini mirip dengan yang sebelumnya, namun rasa gatalnya lebih parah dan menyebar ke area kulitnya yang lebih luas. Dia kemudian mencari perawatan medis dari staf unit kesehatannya.

Ruamnya kemudian dikenali sebagai erythematous papula (merah) tanpa lepuhan ataupun pengelupasan. Pasien kami merasakan gatal yang sangat ekstrim ketika aktif secara fisik dan berkeringat. Hasil diagnosa mengkonfirmasi hal tersebut sebagai miliaria rubra. Dia kemudian diinstruksikan untuk menghindari paparan sinar matahari langsung dan menghentikan penggunaan FRACU sampai semua ruamnya hilang, dan diberikan suntikan IM 250 mg methylprednisolone. Ketika kunjungan dokter satu minggu berikutnya, semua ruamnya telah hilang. Pasien kami melaporkan bahwa ketika dia memakai seragam tahan apinya beberapa minggu kemudian, satu hari dia mengenali adanya ruam yang lebih halus di lengan dan dadanya. Dia kemudian segera berhenti menggunakan seragamnya, dan dua hari kemudian ruam tersebut hilang. Dia kemudian mencuci sendiri seragam – seragam tersebut dengan deterjen dan pelembut pakaian yang biasa. Analisis terhadap seragam tersebut dilakukan, dan pH dari celana dan jaketnya masing – masing 8.8 dan 8.5. Analisis tersebut juga menunjukkan bahwa terlah terjadi penyusutan yang signifikan, yang mungkin mempengaruhi penyerapan udara dan hilangnya keringat.

Gambar 2 Foto dari pertengahan lengan atas kasus 2. Gambar ini menunjukkan area yang ruam 1 minggu setelah muncul. Perhatikan ruam merah dengan papula pada pertengan lengan atas.

Kasus TambahanTotal 16 pasien tambahan yang memiliki keluhan yang sama dengan kasus 1 dan kasus 2. Diagnosa demografis dan klinis dari pasien – pasien ini terangkum di tabel 1. Semua pasien ini awalnya menghentikan penggunaan FRACU sampai ruamnya hilang, dan diberikan krim topical. Sebagian besar pasien – pasien ini kembali menggunakan FRACU setelah dilakukan semua langkah pengobatan.

PembahasanPenemuan utama dari laporan ini adalah bahwa pH berlebih (tepat diangka 8.8) dari FRACU, akibat dari tidak sempurnanya pembilasan deterjen pada saat pencucian dikombinasikan dengan pakaian yang terkena keringat berlebih di lingkungan kerja yang panas, menyebabkan pertumbuhan ruam seperti miliaria pada ke 18 pasien.

Miliaria, yang umunya dikenal dengan ruam biang keringat, banyak terjadi di daerah tropis, terutama kepada individu yang baru saja pindah ke daerah dengan iklim tersebut. Faktor penyumbang terbesar dari miliaria adalah kondisi panas dan kelembaban yang tinggi, yang menyebabkan keringat [2.3]. Walaupun Kandahar memiliki kelembaban yang relative rendah, oklusi kulit karena penggunaan pakaian bisa menyebabkan timbulnya keringat pada permukaan kulit dan oeverdehidrasi dari stratum corneum (lapisan terluar epidermis kulit), menyebabkan penyumbatan pada saluran keringat. Bakteri yang muncul di kulit, seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus, juga diduga menyebabkan berkembangnya miliaria [4]. Selanjutnya, individu yang didiagnosa terkena miliaria rubra harus dipantau adanya resiko heat illness, karena itu adalah tanda adanya heat stress. pH normal kulit sedikit asam, dan berkisar antara 4.2 sampai 5.6. pH ini bervariasi antara bagian tubuh yang satu dengan yang lainnya, dan secara umum, pH dari kulit pria lebih rendah (lebih asam) dari wanita. Acid mantle

adalah kombinas dari sebum (lemak berminyak) dan keringat yang secara berkala bersekresi untuk menutupi permukaan kulit dan mengatur pH kulit yang sesuai. Karena mantel dan celana yang dicuci memilikk pH 8.8, yang artinya lebih dari 100 kali bahan alkali yang seharusnya dimiliki dari bahan (6.0 sampai 6.5), menjadi sangat mungkin iritasi timbul pada kulit individu yang sensitif. Penyebaran reaksi kulit pada kasus – kasus yang dilaporkan adalah ditempat dimana seragam – seragam tersebut menempel dengan ketat, bahkan lebih parah di daerah (mulai dari pinggang kebawah) dengan gesekan dan keringat berlebih. Reaksi alergi dari penggunaan pewarna pada bahan juga lebih banyak dari reaksi pada pengguanaan bahan yang sudah diwarnai [5]. Proses pewarnaan pada FRACU sangat mirip dengan yang digunakan pada seragam perang advanced (ACU). Semua serat dapat menyebabkan iritasi dan alergi dermatitis, walaupun alergi dermatitis spesifik pada serat jarang terjadi. Bagaimanapun perbedaan kandungan serat pada ACU biasa (nilon/katun) dan FRACU (rayon tahan api/paramid/nilon) bisa jadi faktor minor mengingat iritasi kulit berkurang ketika individual yang terkena menggantinya dengan ACU nilon/katun. Sensitifitas pada bahan anti panas yang ditambahkan ke pakaian jarang terjadi [6]. Alergi dermatitis Tris (2,3 dibromopropyl) phosphate dan 2,3 dibromocresylglycidyl ether telah dilaporkan. Dermatitis kronis yang merupakan rekasi dari pewarna Basic Red 46 pada pakaian flame – retardant juga telah dilaporkan. Bahan anti panas yang ditambahkan pada FRACU tetap mungkin berkontribusi pada pola iritasi kulit.

Kesimpulan Pakaian, terutama FRACU dan bahan yang dicampur, harus dicuci dengan seksama untuk menghilangkan residu deterjen secara menyeluruh. Ketika berada di lingkungan yang panas, individu dengan kulit sensitive harus menyiapkan tindakan pencegahan yang diperlukan, seperti mengganti seragam secara berkala, dan menjaga kebersihan pribadi, untuk memastikan bahwa kulit mereka tetap sekering mungkin. Dan juga penting mereka mencari saran medis segera setelah iritasi maupun ruam kulit muncul untuk dilakukan pertolongan pertama. Miliaria rubra bisa memakan waktu satu minggu atau lebih untuk disembuhkan, jadi penghentian penggunaan bahan jenis tertentu mungkin harus dilakukan. Kelanjutan dari kepanasan dan pingsan bisa terjadi jika pasien tidak dipindahkan dari daerah panas selama pengobatan miliaria dilakukan. Semua lingkungan kerja, baik didalam maupun luar ruangan, dimana ada panas, bisa menyebabkan miliaria. Dengan tindakan pencegahan yang tepat dan/atau perbaikan yang sesuai, individu – individu tersebut bisa bertahan dengan pakaian tahan api ataupun campuran bahan lainnya di lingkungan yang panas dengan masalah kulit yang minim.

PersetujuanPersetujuan tertulis diperoleh daripasien untuk publikasi dari laporan kasus ini dan setiapgambar terlampir. Salinan dari persetujuan tertulis tersebut tersedia untuk review oleh Editor – in- Chief dari jurnal ini.