tekfor lap
Post on 11-Aug-2015
171 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sediaan farmasi sangat jarang digunakan dalam bentuk bahan aktif murni,
tetapi hampir selalu diberikan dalam suatu formula tertentu dengan menggunakan
berbagai bahan tambahan atau eksipien dan dengan teknologi manufakturing yang
tepat sehingga dihasilkan suatu sediaan farmasi yang berkualitas. Teknologi
farmasi diterapkan untuk mengembangkan suatu formula sediaan dan prosedur
yang dapat diterapkan secara umum pada semua tahap proses produksi (pelarutan,
penggerusan, pencampuran, dan lain sebagainya), yang spesifik pada setiap
bentuk sediaan.
Kapsul adalah sediaan padat yang terbungkus dalam satu cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat
juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Asam mefenamat merupakan obat analgetik golongan AINS Non Selektif.
Semua AINS bekerja mengikat COX (cyclooxygenase), untuk AINS Non Selektif
seperti asam mefenamat berarti menghambat COX1 dan COX2 sehingga dapat
menimbulkan iritasi lambung. Oleh karena itu, jika menggunakan obat golongan
ini harus diminum setelah makan dan tidak digunakan pada orang yang menderita
gastritis dan harus hati – hati pada lansia.
1
Kebanyakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau rasa
sakit tidak hanya berkhasiat sebagai analgetik saja, tetapi juga mempunyai khasiat
sebagai antipiretik dan anti inflamasi. Analgetik adalah obat yang dapat
menghilangkan rasa nyeri atau rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran.
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas dan Antiinflamasi adalah
obat yang merangsang atau menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yang
dapat menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak dan
gangguan fungsi organ.
Granula adalah gumpalan – gumpalan dari partikel – partikel yang lebih
kecil. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan 4 – 12, walaupun demikian granula
dari macam – mcam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat tergantung pada
tujuan pemakaiannya. Granula mengalir baik dibanding dengan serbuk, bentuk
granul biasanya lebih stabil secara fisik dan kimia dari pada serbuk saja.
Metode granulasi basah membentuk granul dengan cara mengikat serbuk
dengan suatu perekat/pengikat sebagai pengganti pengompakan, teknik ini
membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang
biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut
dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah.
B. Tujuan
1. Asam mefenamat dibuat dalam bentuk granul untuk memperbaiki sifat
alir dari asam mefenamat yang kurang baik.
2
2. Dibuat dalam bentuk kapsul untuk menutupi rasa yang kurang enak dari
asam mefenamat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi nyeri
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan
dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya
merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya
gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay,
2008).
Rasa sakit ini merupakan sensasi yang timbul oleh karena stimulus atau
rangsangan yang berasal dari gangguan-gangguan atau kerusakan jaringan yang
akan mengakibatkan terlepasnya mediator nyeri. Zat ini akan merangsang reseptor
nyeri yang terdapat pada ujung-ujung saraf bebas seperti pada kulit dan selaput
lendir yang akan diteruskan oleh saraf sensorik ke susunan saraf pusat dan akan
diteruskan ke thalamus. Sehingga kita merasakan nyeri. Jadi rasa sakit ini penting
untuk melindungi tubuh. Oleh karena adanya rasa sakit maka kita akan berusaha
untuk menghindarkan ataupun menyelamatkan diri (Anwar, 1973).
Menurut (Tjay, 2008) berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat
dilawan dengan beberapa cara, yaitu dengan:
a. Analgetika perifer, yang kerjanya menghambat terbentuknya rangsangan pada
reseptor nyeri perifer
b. Anestetika lokal, yang berfungsi merintangi penyaluran rangsangan di saraf-
saraf sensoris
4
c. Analgetika sentral ( narkotika ), yang memblokir pusat nyeri di SSP dengan
anestesi umum
d. Antidepresiva trisiklis, yang digunakan pada nyeri kanker dan saraf.
Kebanyakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau rasa
sakit tidak hanya berkhasiat sebagai analgetik saja, tetapi juga mempunyai khasiat
sebagai antipiretik dan anti inflamasi. Analgetik adalah obat yang dapat
menghilangkan rasa nyeri atau rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran.
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas dan Antiinflamasi adalah
obat yang merangsang atau menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yang
dapat menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak dan
gangguan fungsi organ (Anwar, 1973).
B. Granulasi
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme
pengikatan tertentu. Dapat juga diartikan, granulasi adalah proses pembuatan
ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan yang lebih besar atau agregat
permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul yang lebih
homogen dari segi kadar, massa jenis, ukuran serta bentuk partikel. Adapun fungsi
granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari massa
cetak tablet, memadatkan bahan-bahan, menyediakan campuran seragam yang
tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu,
dan memperbaiki penampakan tablet. Untuk beberapa zat aktif tertentu, proses
5
granulasi dapat dilewati jika zat aktif memenuhi syarat untuk langsung dikempa.
Metode ini disebut kempa langsung. Metode ini mengurangi lamanya proses
pembuatan tablet melalui proses granulasi,tapi sering timbul beberapa kendala
yang disebabkan sifat aktif itu sendiri atau eksipien. Macam-macam granulasi :
1. Granulasi Basah
Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara membasahi massa
tablet menggunakan larutan pengikat sampai terdapat tingkat kebasahan tertentu,
lalu digranulasi. Metode ini dapat digunakan untuk zat aktif yang sukar larut
dalam air atau pelarut yang digunakan tahan terhadap pemanasan dan
kelembaban. Umumnya digunakan untuk zat aktif yang sulit dicetak karena
mempunyai sifat aliran dan kompressibilitas yang jelek. Oleh karena itu, pada
metode ini diperlukan zat, pengikat, penghancur, pengisi, lubrikan dan eksipien
lain.
Keuntungan granulasi basah :
1) Dapat meningkatkan kohesifitas dan kompresibilitas serbuk dengan
penambahan bahan pengikat.
2) Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dan sulit
dikompresi
3) Distribusi dan keseragaman kandungan baik bagi zat aktif yang mudah larut
dandosis kecil.
4) Zat warna dapat lebih homogen karena terlebih dahulu dilarutkan dalam cairan
pengikat.
6
5) Serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara (debu dari
serbuk).
6) Mampu mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
7) Dapat memperbaiki kecepatan disolusi zat aktif yang sukar larut serta dapat
menghasilkan kecepatan pelepasan yang termodifikasi dengan pemilihan bahan
pengikat dan bahan pembawa yang cocok.
Kerugian granulasi basah adalah :
1) Membutuhkan tempat yang luas, biaya yang tinggi, alat dan waktu yang
banyak.
2) Memungkinkan terjadinya kehilangan bahan selama pemindahan ke unit proses
lainnya.
3) Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih besar.
4) Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab.
2. Granulasi Kering
Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara membuat granul
secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat. Metode ini
digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab, serta tidak tahan air
atau pelarut yang digunakan. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin slug dan mesin rol. Prinsip granulasi kering adalah menciptakan ikatan
antara partikel-partikel dengan pemberatan secara mekanik. Ikatan yang mungkin
timbul antar partikel-partikel tergantung dari sifat serbuk serta campuran.
7
Keuntungan metode granulasi kering adalah :
1) Memerlukan tahap proses yang lebih sedikit sehingga mengurangi kebutuhan
akanproses validasi.
2) Waktu hancur lebih cepat karena tidak diperlukannya larutan pengikat.
3) Tidak memerlukan pengeringan sehingga tidak terlalu lama pengerjaannya.
4) Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang peka terhadap panas dan
lembab.
Kerugian metode granulasi kering adalah :
1) Perlu mesin khusus untuk pembuat slug.
2) Tidak dapat mendistribusikan warna dengan homogen.
3) Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut.
4) Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih cepat.
5) Keseragaman kandungan lebih sulit dicapai
Evaluasi granul
1. Waktu alir
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah granul untuk mengalir
dalam suatu alat. Sifat alir ini dapat digunakan untuk menilai efektivitas bahan
pelicin, mudah tidaknya granul mengalir dan sifat permukaan granul. Semakin
kecil ukuran partikel granul akan memperbesar daya kohesinya sehingga akan
menyulitkan aliran karena granul akan mengalir dalam bentuk gumpalan.
Untuk menentukan sifat aliran, digunakan sudut kemiringan aliran yaitu sudut
8
yang dihasilkan bila suatu zat berupa serbuk dibiarkan mengalir bebas dari atas
corong kedasar. Sudut tersebut akan membentuk suatu kerucut yang kemudian
sudut kemiringannya diukur. Semakin datar sudut yang dihasilkan, artinya
sudut kemiringannya semakin kecil semakin baik sifat aliran serbuk tersebut
(Voigt,1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir granul adalah bentuk
dan ukuran partikel granul, distribusi ukuran partikel, kekasaran atau tekstur
permukaan, penurunan energi permukaan dan luas permukaan. Ukuran partikel
granul makin kecil akan memperbesar daya kohesinya, sehingga granul akan
menggumpal dan menghambat kecepatan alirnya (Banker dan Anderson,1994).
Granul dimasukkan ke dalam corong alat uji waktu alir. Penutup corong dibuka
sehingga granul keluar sambil dinyalakan stopwatch dan ditampung pada
bidang datar. Waktu alir granul dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan
mengukur diameter dan tinggi tumpukan granul yang keluar dari mulut corong.
Waktu alir dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari 30 derajat.
2. Sudut diam
Sudut diam yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil dari 30º
biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas,bila sudutnya lebih
besar atau sama dengan 40º biasanya mengalirnya kurang baik. Besar kecilnya
sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan kelembaban granul. Granul
akan mudah mengalir jika mempunyai sudut diam kurang dari 40°(Banker dan
Anderson,1994).
3. Uji kompresibilitas / pengetapan
9
Pengetapan menunjukkan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk
akibat hentakan (tapped) dan getaran (vibrating). Makin kecil indeks
pengetapan maka semakin kecil sifat alirnya. Granul dengan indeks pengetapan
kurang dari 20% menunjukkan sifat alir yang baik (Fassihi dan Kanfer, 1986).
C. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat
juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995).
Mothes dan Dublanc, dua orang Perancis, biasa dihubungkan dengan
penemuan kapsul gelatin. Paten mereka didapatkan pada bulan Maret dan
Desember 1834, meliputi metode untuk memproduksi kapsul gelatin yang terdiri
dari satu bagian, berbentuk lonjong, ditutup dengan setetes larutan pekat gelatin
panas sesudah diisi. Kapsul yang terdiri dari dua bagian ditemukan oleh James
Murdock dari London (1848), dan dipatenkan di Inggris pada tahun 1865
(Lachman, 1994).
Macam-macam kapsul
1. Kapsul gelatin keras (Capsulae gelatinosae operculatae), yang mengandung
gelatin, gula, dan air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi
tambahan warna adalah untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya.
Menurut besarnya, kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut:
10
No. 000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul harus disimpan dalam wadah gelas yang
tertutup kedap, terlindung dari debu, kelembaban dan temperatur yang ekstrim
(panas).
2. Kapsul lunak (Soft capsules). Kapsul lunak yang tertutup dan diberi warna
macam-macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul
gelatin keras yaitu gula diganti dengan plasticizer yang membuat lunak, 5%
gula dapat ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah. Sebagai plasticizer
digunakan gliserin dan sorbitol atau campuran kedua tersebut, atau polihidris
alkohol lain.
3. Kapsul cangkang keras. Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk,
butiran, atau granul. Bahan semi padat atau cairan dapat juga diisikan ke dalam
kapsul cangkang keras, tetapi jika cairan dimasukkan dalam kapsul, salah satu
teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran.
Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan tangan. Cara ini memberikan
kebebasan bagi penulis resep untuk memilih obat tunggal atau campuran
dengan dosis tepat yang paling baik bagi pasien. Fleksibelitas ini merupakan
kelebihan kapsul cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan tablet atau
kapsul cangkang lunak (Ditjen POM, 1995).
11
Keuntungan dan kerugian sediaan kapsul
Menurut Syamsuni (2006), kapsul mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai
berikut:
a. Keuntungan sediaan kapsul:
1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa
dan berbau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat
cepat diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
12
b. Kerugian sediaan kapsul:
1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul
tidak dapat menahan penguapan
2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak dapat diberikan untuk balita.
5. Tidak dapat dibagi-bagi.
Cara pengisian kapsul
Ada 3 cara pengisian kapsul, yaitu :
1. Dengan tangan
Merupakan cara paling sederhana yaitu dengan tangan tanpa bantuan alat lain.
Caranya :
a. Serbuk dibagi terlebih dahulu ke kertas perkamen sesuai dengan jumlah
yang diminta dalam resep.
b. Serbuk yang sudah dibagi sama rata dimasukkan ke dalam badan kapsul lalu
ditutup.
2. Dengan Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud adalah obat pengisi kapsul yang terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian yang tetap dan bagian yang bergerak. Dengan menggunakan alat ini
akan di dapatkan kapsul yang lebih beragam dan pengerjaannya lebih cepat.
13
Caranya :
a. Buka bagian-bagian kapsul
b. Badan kapsul dimasukkan dalam lubang pada bagian alat yang tidak
bergerak (tetap)
c. Taburkan serbuk yang akan dimasukkan dalam kapsul, lalu ratakan dengan
kertas film.
d. Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian alat yang
bergerak
3. Dengan mesin
Alat ini digunakan untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan
menjaga keseragaman kapsul dimana alat ini otomatis. mulai dari membuka,
mengisi sampai menutup kapsul.
Evaluasi kapsul
1. Uji keseragaman bobot
Menurut FI III, uji keseragaman bobot untuk kapsul berisi obat kering adalah
sbb : Timbang 20 kapsul lalu timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua
kapsul,timbang selurung bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan
bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul
terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan
kolom A dan untuk 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B.
14
BOBOT RATA-RATA
ISI KAPSUL
PENYIMPANGAN BOBOT ISI KAPSUL (%)
A B
120 mg atau kurang
Lebih dari 300 mg
±10%
± 7,5%
±20%
±15%
2. Uji keseragaman sediaan
Menurut FI IV : Keseragaman sediaan, yang dapat ditetapkan dengan salah
satu atau dari dua metode, yaitu keragaman bobot atau keseragaman
kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengadung satu zat aktif
dan sediaan yang mengandung dua atau lebih zat aktif.
a. Keragaman Bobot
Dilakukan untuk produk yang mengandung zat aktif 50mg atau lebih yang
merupakan 50%atau lebih dari bobot sediaan. Keseragaman dari zat aktif
lain, jika jumlahnya lebih kecil, ditetapkan dengan persyaratan keseragaman
kandungan.
Cara untuk kapsul keras :
Timbang seksama 10 kapsul, satu persatu, beri identitas tiap kapsul,
keluarkan isi tiap kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang seksama tiap
cangkang kapsul kosong dan hitung bobot netto dari isi tiap kapsul dengan
cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masing- masing bobot
kapsul. Dari hasil penetapan kadar, hitung zat aktif masing- masing dari 10
kapsul dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
15
b. Keseragaman Kandungan
Persyaratan ini dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat
steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan.
3. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul,
kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan
disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam
masing-masing monografi. Bila pada etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut
enterik, sedangkan dalam masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu
hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka
digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada
uji Pelepasan Obat, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.
4. Uji Waktu Hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa
tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau dirancang
untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu
atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak
waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan
yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang
tepat untuk 6 unit sediaan atau lebih.
16
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut
sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang
tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti
yang jelas, kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut.
D. Formulasi
1. Asam mefenamat
- Rumus Molekul : C15H15NO2
- Berat Molekul : 241.29
- Pemerian : serbuk hablur putih atau hampir putih. Melebur pada suhu
lebih kurang 2300C disertai peruraian.
- Kelarutan : larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut dalam
klorofom, sukar larut dalam etanol dan methanol, praktis tidak larut
dalam air.
- Persyaratan Kadar : mengandung asam mefenamat tidak kurang dari
90.0% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.
- penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk
kedalam golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS). Dalam 17
pengobatan, asam mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri dan
rematik. Obat ini cukup toksik terutama untuk anak-anak dan janin, karena
sifat toksiknya, Asam mefenamat tidak boleh dipakai selama lebih dari 1
minggu dan sebaiknya jangan digunakan untuk anak-anak yang usianya di
bawah 14 tahun (Munaf,1994).
Farmakologi asam mefenamat
Asam mefenamat mempunyai khasiat sebagai analgetik dan anti inflamasi.
Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukkan
kerja pusat dan juga kerja perifer. Mekanisme kerja asam mefenamat
adalah dengan menghambat kerja enzim sikloogsigenase (Goodman,
2007).
Farmakokinetika dan efek samping asam mefenamat
Tablet asam mefenamat diberikan secara oral. Diberikan melalui mulut
dan diabsorbsi pertama kali dari lambung dan usus selanjutnya obat akan
melalui hati diserap darah dan dibawa oleh darah sampai ke tempat
kerjanya. konsentrasi puncak asam mefenamat dalam plasma tercapai
dalam 2 sampai 4 jam. Pada manusia, sekitar 50% dosis asam mefenamat
diekskresikan dalam urin sebagai metabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi.
dan 20% obat ini ditemukan dalam feses sebagai metabolit 3-karboksil
yang tidak terkonjugasi (Goodman, 2007).
18
Efek samping dari asam mefenamat terhadap saluran cerna yang sering
timbul adalah diare, diare sampai berdarah dan gejala iritasi terhadap
mukosa lambung, selain itu dapat juga menyebabkan eritema kulit,
memperhebat gejala asma dan kemungkinan gangguan ginjal (Setiabudy,
2009).
Dosis
Menurut DOI edisi 10
*oral
Dewasa : 500 mg sebagai permulaan, bersama makanan, diikuti dengan
250mg setiap 6 jam sekali sesuai dengan keperluan, selama tidak lebih dari
Menurut BNF 61, March 2011
- Dewasa leih dari 18 tahun : 500 mg 3 kali sehari
- Anak 12-18 tahun, rasa nyeri akut seperti dismenorea, menorrhagia :
500mg 3 kali sehari
2. Polivinil pirolidon
Povidon adalah hasil polimerisasi 1-vinilpirolid-2-on. Dalam berbagai
bentuk polimer dengan rumus molekul (C6H9NO)n, bobot molekul
berkisar antara 10.000 hingga 700.000
- Pemerian : serbuk halus berwarna putih sampai putih kekuning-
kuningan, tak berbau atau hampir berbau, higroskopis.
19
- Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam
kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-rata; praktis
tidak larut dalam eter P.
- Khasiat dan penggunaan : zat tambahan
- Konsentrasi sebagai tablet binder, tablet diluent, coating agent 0,5-5%
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
3. Amylum manihot / pati singkong
Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot
utilissima Pohl (Familia Euphorbiaceae)
- Pemerian : serbuk sangat halus, putih
- Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
- Mikroskopik : butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak; butir kecil
diameter 5 µm sampai 10 µm, butir besar bergaris tengah 20 µm sampai
35 µm; hilus di tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga;
lamela tidak jelas, konsentris; butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau
3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya.
- Batas mikroba : tidak boleh mengandung Escherichia coli; lakukan
penetapan menggunakan 1,0 g
- Konsentrasi sebagai pengikat 5-25% dan penghancur 3-15%
- Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
20
4. Talcum
Talcum adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit alumunium silikat.
- Pemerian : serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat,
mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
- Kelarutan : praktis tidak larut dalam asam dan basa cair, pelarut organik
dan air.
- Konsentrasi sebagai glidant dan tablet lubricant 1-10%
- OTT : tidak tercampur dengan bahan-bahan amonium
- Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
5. Lactose
- Rumus molekul : C12H22O11
- Berat molekul : monohidrat 360,31 ; anhidrat 342,30
- Pemerian : Serbuk atau massa hablur, keras, putih, atau putih krem.
Tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah
menyerap bau.
21
- Kelarutan : mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah
larut dalam air mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter.
- Batas mikroba : angka lempeng total tidak lebih dari 100 per g dan
tidak boleh mengandung Salmonella sp dan Escherichia coli
- Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Laktosa memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas pda residu
glukosa. Laktosa adalah disakarida pereduksi. Selama proses pencernaan,
laktosa mengalami proses hidrolisis enzimatik oleh laktase dari sel-sel
mukosa usus.
Laktosa, atau sering juga disebut sebagai gula susu, adalah bagian dari
susu yang memberikan rasa manis dengan tingkat kemanisan lebih rendah
dari sukrosa. Laktosa berfungsi untuk membantu penyerapaan natrium dan
kalsium. Juga memberikan efek positif terhadap fisiologis usus, termasuk
efek prebiotik, melunakkan kotoran dan membantu mengikat air.
22
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Tempat Dan Waktu
1. Tempat
Praktikum dilakukan di Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi
Solid Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof.
Dr. Hamka.
2. Waktu
Praktikum di laboratorium dilaksanakan pada bulan desember 2012.
B. Alat dan Bahan Praktikum
1. Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : lumpang dan alu,
pipet tetes, beacker glass, gelas ukur, batang pengaduk, termometer, spatel,
baskom plastik, ayakan nomor 12 dan 16, hot plate, oven, granule le
tester, Desintegration tester, taped density, stopwatch, timbangan analitik.
2. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan adalah Asam mefenamat, polivinil pirolidon,
amylum manihot, talcum, dan lactosa.
23
C. Trial produksi
Rancangan formula :
R/ Asam mefenamat 500mg
Polivinil pirolidon 5%
Amylum manihot 8%
Talcum 5%
Lactosa ad 700mg
D. Perbaikan trial
Rancangan formula :
R/ Asam mefenamat 500mg
Polivinil pirolidon 5%
Amylum manihot 12%
Talcum 5%
Lactosa ad 700mg
E. Prosedur Praktikum
1. Pembuatan granul
a. Menyiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menggerus bahan yang berbentuk serbuk dalam mortir hingga halus.
c. Menimbang bahan-bahan obat yang akan dibuat menjadi sediaan.
24
d. Asam mefenamat dimasukkan ke dalam wadah baskom, kemudian
ditambahkan lactosa dan amylum manihot, dicampur dengan
menggunakan tangan sampai homogen (massa 1)
e. PVP yang telah dilarutkan dengan air panas dimasukkan ke dalam
massa 1 sedikit demi sedikit sambil diremas-remas.
f. Campuran diaduk dan diremas dengan tangan sampai terbentuk massa
yang dapat dikepal.
g. Bila dikepal atau dipatahkan bisa tetapi tidak patah atau hancur
berantakan, atau yang biasa disebut banana breaking (seperti
mematahkan buah pisang).
h. Dilakukan pengayakan basah dengan menggunakan ayakan nomor 12,
lalu ditimbang beratnya.
i. Dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 50 oC selama ± 24 jam.
j. Diayak kembali dengan menggunakan ayakan nomor 16 lalu ditimbang
beratnya.
k. Granul yang telah jadi diletakkan di dalam wadah kemudian dilakukan
evaluasi granul.
2. Evaluasi granul
a. Waktu alir
Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong
dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu
alir granul dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur
25
diameter dan tinggi tumpukan granul yang keluar dari mulut corong.
Waktu alir dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih dari 30
derajat. Untuk 100 g granul atau serbuk dengan waktu alir lebih dari 10
detik, maka akan mengalami kesulitan saat waktu penabletan.
b. Sudut diam
Setelah dilakukan uji waktu alir, diukur diameter tumpukan granul
dibidang horizontal dengan penggaris. Diukur pula tinggi tumpukan
dari bidang horizontal. Lalu dihitung sudut diam dengan rumus tan α =
h/r dengan h adalah tinggi kerucut dan r adalah jari-jari bidang dasar
kerucut
3. Pengisian kapsul
a. Granul yang telah dibuat ditambahkan dengan Talcum, kemudian
dicampur sampai homogen.
b. Disiapkan cangkang kapsul nomor 0.
c. Dilakukan pengisian kapsul sampai 30 kapsul dengan menggunakan
alat bukan mesin.
4. Evaluasi kapsul
a. Keragaman bobot (FI IV)
Timbang seksama 10 kapsul, satu persatu, beri identitas tiap kapsul,
keluarkan isi tiap kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang seksama
tiap cangkang kapsul kosong dan hitung bobot netto dari isi tiap kapsul
26
dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masing- masing
bobot kapsul. Dari hasil penetapan kadar, hitung zat aktif masing-
masing dari 10 kapsul dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
b. Keseragaman bobot (FI III)
Timbang 20 kapsul lalu timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua
kapsul,timbang selurung bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi
kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul.
c. Waktu hancur (FI III)
Masukkan 1 kapsul pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan
satu kasa berukuran 10 mesh yangditempatkan pada permukaan lempengan
atas dari rangkaian keranjang pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan
air bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan
cairan lain dalam masing-masing monografi. Amati kapsul dalam batas
waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi, semua kapsul
harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul.
27
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
A. Hasil
Rancangan Formula 1 kapsul
R/ Asam Mefenamat 500 mg
PVP 5 %
Amylum Manihot 8 %
Talk 5%
Laktosa ad 700 mg
Perbaikan Formula
R/ Asam Mefenamat 500 mg
PVP 5 %
Amylum Manihot 12 %
Talk 5%
Laktosa ad 700 mg
Formula 1 batch (70 kapsul)
R/ Asam Mefenamat 35 g
PVP 5 %
Amylum Manihot 12 %
Talk 5%
28
Laktosa ad 49 g
Perhitungan:
- Asam Mefenamat : 500 mg x 70 = 35 g
- PVP : 5 % x 49 g = 2,45 g
- Amylum Manihot : 12 % x 49 g = 5,88 g
- Talk : 5 % x 49 g = 2,45 g
- Laktosa : 49 g – (35+2,45+5,88+2,45) g = 3,22 g
Evaluasi Granul1. Waktu Alir
Perlakuan 1 = 10 detikPerlakuan 2 = 10 detik
2. Sudut DiamPerlakuan 1 Pelakuan 2t = 3,2 cm t = 3,1 cmd = 13 cm d = 12 cmtan α = h / r = 3,2 / 6,5 = 0,4923 tan α = h / r = 3,1 / 6 = 0,5166α = 24,7024º α = 25,0169º
Evaluasi Kapsul1. Keseragaman Bobot
Bobot
(gram)
Penyimpangan
(%)
Bobot
(gram)
Penyimpangan
(%)
0,6175 16,0175 0,6219 16,5206
0,6141 15,2710 0,6114 14,7030
0,6181 15,9526 0,6106 14,6705
0,6181 15,8714 0,6195 16,0986
0,6174 15,8065 0,6213 16,2609
29
0,6281 17,5916 0,6092 14,4920
0,6047 13,7779 0,6217 16,6504
0,6067 14,1350 0,6162 15,4495
0,6046 13,8266 0,6277 17,4456
0,6225 16,9750 0,6122 13,9727
Jumlah bobot 20 kapsul = 12,3235Rata-rata bobot 1 kapsul = 12,3235/20 = 0,6162
2. Waktu Hancur1. 2 menit 10 detik2. 1 menit 55 detik3. 2 menit
B. Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan granul dari zat aktif Asam
Mefenamat. Berdasarkan uji waktu alir yang telah dilakukan sebelumnya terhadap
Asam Mefenamat, dapat disimpulkan bahwa Asam Mefenamat memiliki sifat alir
yang kurang baik, sehingga perlu diperbaiki. Cara memperbaiki sifat alir suatu zat
aktif salah satunya adalah dibuat ke dalam bentuk granul.
Untuk membuat sebuah granul diperlukan beberapa bahan tambahan, yaitu
bahan pengikat, bahan pengisi, bahan penghancur (disintegrant) dan glidan. Bahan
pengikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah PVP (Polivinilpirolidon).
PVP memiliki kelebihan dapat meningkatkan kelarutan zat aktif yang tidak larut
dalam air. Konsentrasi PVP sebagai pengikat berkisar antara 0,5-5%. Bahan
pengisi yang digunakan adalah Laktosa. Untuk bahan penghancur digunakan
Amylum Manihot. Amylum dapat digunakan sebagai bahan penghancur dengan
konsentrasi sebesar 3-15%. Sedangkan glidan yang digunakan adalah Talk.
30
Glidan diperlukan untuk memperbaiki sifat alir dari granul sehingga memudahkan
pada proses pengemasan granul ke dalam cangkang kapsul.
Pembuatan granul dilakukan dengan cara, membuat suatu larutan dengan
mecampurkan PVP dengan ml air panas, aduk homogen. Asam Mefenamat
dicampur dengan Amylum Manihot dan Laktosa sampai homogen. Larutan PVP
yang telah dibuat sebelumnya, ditambahkan kedalam campuran zat
aktif,desintegrant dan bahan pengisi tersebut sedikit demi sedikit hingga terbentuk
massa yang dapat dikepal dan dipatahkan tetapi tidak hancur berantakan (banana
breaking).
Pada pengerjaan trial produksi massa yang terbentuk terlalu lunak dan
tidak dapat dipatahkan sehingga dilakukan penambahan konsentrasi Amylum
Manihot hingga didapatkan massa yang dapat dipatahkan atau sesuai yang
dikehendaki. Massa yang telah terbentuk kemudian diayak dengan ayakan no.12.
Sebelumnya, loyang yang digunakan untuk wadah mengeringkan granul
ditimbang terlebih dahulu beserta alumunium foil yang melapisinya. Granul yang
sudah diayak ditempatkan sebagai massa basah lalu ditimbang beserta loyangnya.
Granul dikeringkan dalam oven pada suhu 50°C. Setelah dikeringkan selama ± 24
jam atau granul tidak gosong, granul ditimbang kembali untuk mengetahui %
susut pengeringan yang didapat dan diayak dengan ayakan mesh no. 16. Granul
yang telah diayak ditimbang kembali untuk mengetahui bobot granul yang
diperoleh.
Penelitian dilanjutkan dengan evaluasi granul. Tujuan evaluasi granul
adalah untuk mengetahui apakah granul dapat mengalir dengan baik atau tidak.
31
Uji evaluasi granul terdiri dari waktu alir dan sudut diam. Pengujian waktu alir
digunakan granul ± 50 gram, lalu ditambahkan Talkum sebagai glidan. Alat yang
digunakan dalam pengujian adalah granule le tester . Pengujian dilakukan
sebanyak 2 kali dan didapat hasil waktu yang tercatat yaitu 10 detik; 10 detik dan
didapat waktu rata-ratanya 10 detik. Berdasarkan referensi sifat alir granul yang
baik memiliki waktu alir tidak lebih dari 10 detik. Hal ini membuktikan bahwa
granul mempunyai sifat alir yang baik.
Sudut diam adalah sudut yang terjadi antara himbunan pertikel bentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk, ukuran dan kelembaban granul (Wedke & Jacobson, 1989). Metode yang
digunakan dalam uji sudut diam sama seperti pada uji waktu alir. Sudut diam
didapat dengan mengukur tinggi kerucut dan jari-jari kerucut tan α= h/r. Pada
perlakuan sebanyak tiga kali diperoleh data 24,7024 ; 25,0169. Persyaratan granul
dengan sifat alir yang baik adalah 25º - 45º, sehingga granul tersebut dapat
dikatakan memenuhi syarat sudut diam.
Setelah dilakukan evaluasi granul, proses produksi dilanjutkan dengan
pengisian kapsul. Kapsul yang digunakan adalah jenis kapsul keras. Kapsul keras
terdiri dari tutup dan badan kapsul, tersedia dalam bentuk kosong, isinya biasanya
padat, cara pakai per oral, dan bentuk hanya satu macam. Kapsul yang digunakan
adalah kapsul nomor 0 dengan kapasitas volume 0,85 ml.
Pengisian dilakukan dengan menimbang granul sebanyak jumlah bobot
untuk 1 batch yaitu 70 kapsul x 700 mg. Alat yang digunakan adalah jenis alat
bukan mesin yang dinamakan capsule filling. Bagian badan dari kapsul keras
32
ditempatkan pada alat capsule filling. Granul yang telah ditimbang kemudian
dimasukkan ke dalam cangkang kapsul sama rata dan tutup semua kapsul dengan
bagian tutupnya.
Evaluasi kapsul merupakan proses lanjutan dari pengisian kapsul. Evaluasi
kapsul dilakukan untuk mendapatkan kapsul yang bagus dan memenuhi
persyaratan. Evaluasi untuk kapsul terdiri dari evaluasi keseragaman bobot, waktu
hancur, disolusi dan keseragaman sediaan. Namun, karena keterbatasan alat dan
waktu yang dilakukan hanya uji keseragaman bobot dan waktu hancur.
Untuk uji keseragaman bobot, 20 kapsul yang telah berisi granul
ditimbang, kemudian kapsul ditimbang satu persatu. Setelah itu dikeluarkan isi
dari kapsul dan ditimbang kembali cangkang kapsul yang telah kosong satu
persatu, sehingga dapat diperoleh bobot obat yang ada pada tiap kapsul. Dari data
tersebut juga dapat diperoleh bobot rata-rata kapsul yaitu seberat 0,6162 g.
Berdasarkan tabel Farmakope Indonesia Edisi III, jika bobot rata-rata lebih
dari 120 mg, maka % penyimpangan pada kolom A sebesar 7,5% dan kolom B
sebesar 15%. Dari hasil praktikum, diketahui ada kapsul yang %
penyimpangannya lebih dari 7,5% dan 2 kapsul lebih dari 15%. Hal ini
menandakan kapsul yang dibuat tidak memenuhi syarat keseragaman bobot. Hasil
tersebut kemungkinan terjadi karena kurang seragamnya bobot granul yang
dimasukkan pada tiap kapsul, atau kurang bersihnya cangkang kapsul saat
ditimbang kembali sehingga masih ada serpihan granul yang menempel.
Untuk pengujian waktu hancur, dilakukan dengan menggunakan alat
Desintegration Tester. Dalam penggunaannya, digunakan media air dengan suhu
33
37°C. Kemudian, kapsul dimasukkan ke dalam masing-masing chamber (6
kapsul). Amati berapa waktu hancur kapsul yang diperlukan. Dari pengujian
waktu hancur secara triplo (3 kali), didapatkan waktu hancur kapsul yaitu 2 menit
10 detik, 1 menit 55 detik dan 2 menit. Persyaratan menurut FI III, kecuali
dinyatakan lain waktu hancur kapsul tidak boleh lebih dari 15 menit. Hal ini
membuktikan bahwa kapsul granul Asam Mefenamat yang dibuat, memenuhi
syarat waktu hancur.
Pengemasan dilakukan selanjutnya setelah evaluasi. Kapsul yang tersisa
sebanyak 30 kapsul dikemas dalam sebuah wadah botol plastik yang memenuhi
syarat sebagai wadah yang baik untuk penyimpanan kapsul. Wadah tersebut
kemudian dilapisi oleh box dan disertakan juga brosur untuk kemudahan
informasi konsumen.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
34
Asam mefenamat memiliki sifat alir yang tidak bagus, salah satu
cara untuk memperbaiki sifat alir adalah dengan granulasi. Metode
granulasi yang digunakan adalah granulasi basah. Pada granulasi
digunakan amilum sebagai penghancur, laktosa sebagai bahan pengisi, pvp
sebagai bahan pengikat, dan talcum sebagai glidant.
Evaluasi granul terdiri dari uji waktu alir, uji sudut diam, dan
kompresibilitas. Pada praktikum diperoleh hasil uji waktu alir tidak lebih
dari 10 detik dan sudut diam berkisar antara 25º - 45º, dari hasil tersebut
dapat disimpulkan granul asam mefenamat memenuhi syarat.
Evaluasi kapsul terdiri dari uji waktu hancur, uji keseragaman
bobot, uji disolusi. Pada praktikum diperoleh hasil uji waktu hancur tidak
lebih dari 15 menit, diperoleh hasil penyimpangan % bobot 1 kapsul lebih
dari 7,5% dan % bobot rata-rata 2 kapsul lebih dari 15% pada uji
keseragaman bobot. Dari data tersebut dapat disimpulkan kapsul asam
mefenamat memenuhi syarat waktu hancur tetapi tidak memenuhi syarat
keseragaman bobot.
B. Saran
Proses pemasukkan granul ke dalam kapsul dilakukan dengan hati-hati
agar didapatkan sediaan kapsul yang memenuhi syarat keseragaman bobot.
Kapsul asam mefenamat dikemas dalam wadah yang tertutup baik dan tidak
terkena sinar matahari langsung.
35
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1975.Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta : Departemen kesehatan RI
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke empat. Jakarta : Departemen kesehatan RI
Anonim. 2002.Data Obat Di Indonesia. Jakarta: Grafidian Medipress
Anief, moh. 1988. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gajah Mada university Press.
Aulton, Michael.E, Diana. M. Collent. 1991. Pharmaceutical Practice. Singapore: ELBS
Syamsuni A, 2007. Ilmu Resep. Jakarta : penerbit buku kedokteran EDC.
Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed. Ke-5. Jogja: UGM Press
Wade,Ainley, Paul.J.Weller. 1994. Handbook Of Pharmaceutical Excipient Second Edition Washington: American Pharmaceutical Association
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22623/4/Chapter%20II.pdf
36
top related