stikes jenderal a. yani yogyakarta perpustakaanrepository.unjaya.ac.id/578/1/yossan nurdeka...
Post on 05-Aug-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
i
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
BANGUNTAPAN 1 BANTUL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
YOSSAN NURDEKA ARIYANTO
2212164
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2016
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Rahman dan Rahim, karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul: “Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Tekanan Darah Pasien
Hipertensi Di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul”.
Tidak lupa pula shalawat serta salam selalu bermuara kepada junjungan umat
Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan para tabiin
yang telah mempelopori zaman jahiliyah menuju zaman addin yang penuh dengan
ilmu pengetahuan seperti sekarang.
Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima
kasih dengan setulus-tulusnya kepada:
1. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes, selaku Ketua Stikes A.Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha., M.Kep., Ns. Sp.Kep.MB, selaku Ketua
Program Studi Ilmu Keperawatan, dan Dosen Pembimbing 2 yang dengan
tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Miftafu Darussalam, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.MB selaku Penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi dan memberikan
saran serta masukan terhadap penyusunan skripsi ini.
4. Adi Sucipto., M.Kep, selaku Dosen Pembimbing 1 yang dengan tulus
ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
5. Semua pihak yang sudah ikut serta membantu dalam penyelesaian skripsi
ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
v
Penulis menyadari atas keterbatasan dan kemampuan dalam menyelesaikan
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan masukan dari semua pihak.Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas amal kebaikan dan bantuannya.
Akhirnya besar harapan penulis semoga penelitian ini berguna bagi semua pihak.
Yogyakarta, Agustus 2016
(Yossan Nurdeka Ariyanto)
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR ................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii DAFTAR SKEMA ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x INTISARI ...................................................................................................... xi ABSTRACT ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 E. Keaslian Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Hipertensi ................................................... ................................. 6 1. Definisi Hipertensi ………………………………….... .......... 6 2. Klasifikasi Hipertensi …………………………………. ......... 6 3. Faktor Penyebab Hipertensi …………………………... ......... 7 4. Patofisiologi Hipertensi ……………………………….. ......... 7 5. Komplikasi Hipertensi ………………………………... ......... 8 6. Terapi atau Penatalaksanaan Hipertensi …………….............. 9
B. Kepatuhan ...................................... ............................................. 12 1. Definisi Kepatuhan …………………………………….......... 12 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan ……… .......... 13 3. Cara Mengukur Kepatuhan …………………………… ......... 14 4. Kuesioner Morisky 8-items ……………………………….. ......... 15
C. Kerangka Teori ........................................................................... 17 D. Kerangka Konsep ........................................................................ 18 E. Hipotesis ....................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN 19
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 19 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 19 C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................... 19 D. Variabel Penelitian .................................................................. 21 E. Definisi Operasional ................................................................. 22 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ...................................... 23 G. Validitas dan Reabilitas ........................................................... 24
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vii
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 24 I. Etika Penelitian ......................................................................... 26 J. Pelaksanaan penelitian ............................................................. 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 31 A. Hasil Penelitian . ........................................................................ 31 B. Pembahasan ............................................................................... 34 C. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 42 A. Kesimpulan ……………………………………………………… 42 B. Saran …………………………………………………………….. 42
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7 .................................... 6 Tabel 3.1. Definisi Operasional .......................................................................... 22 Tabel 3.2. Kisi-Kisi Pertanyaan Kepatuhan Minum Obat ............................... 23 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Hipertensi di Puskesmas
Banguntapan 1 Bantul Bulan Agustus Tahun 2016…………..….... 32 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan minum obat pasien hipertensi di
Puskesmas Banguntapan 1 Bantul Bulan Agustus Tahun 2016 ….. 33 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Pasien Hipertensi di
Puskesmas Banguntapan 1 Bantul Bulan Agustus Tahun 2016...... 33 Tabel 4.4. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Tekanan Darah Pasien
Hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul Bulan Agustus Tahun 2016 ………………………. ……………………………... 34
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ix
DAFTAR SKEMA
Halaman Skema 2.1. Kerangka Teori .............................................................................. 17 Skema 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 18
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Skripsi Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Lembar Karakteristik Responden Lampiran 5 Lembar Kuesioner Kepatuhan Minum Obat Lampiran 6 Hasil Analisa Data Lampiran 7 Surat-surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 8 Surat-surat Ijin Penelitian Lampiran 9 Lembar Kegiatan Bimbingan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xi
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
BANGUNTAPAN 1 BANTUL
Yossan Nurdeka Ariyanto1, Adi Sucipto2, Tetra Saktika Adinugraha.3
INTISARI
Latar Belakang: Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Penanganan pada hipertensi salah satunya adalah mengontrol tekanan darah untuk selalu dalam batas normal. Untuk mengontrol tekanan darah dapat dilakukan dengan minum obat secara teratur. Kepatuhan minum obat diperlukan agar minum obat dapat teratur sehingga tekanan darah dapat terkontrol atau dalam batas normal. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif non eksperimental dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 32 responden dengan teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan jenis purposive sampling. Analisis statistik menggunakan uji Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05). Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 dengan kategori tinggi sebanyak 13 responden (40,6%) dan kepatuhan paling sedikit dengan kategori sedang sebanyak 8 responden (25,0%). Tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 dengan kategori normal yaitu sebanyak 19 responden (59,4%). Hasil uji Korelasi Spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (P<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan tekanan darah. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul. Kata Kunci: Kepatuhan minum obat, tekanan darah, hipertensi
1 Mahasiswa STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2 Dosen Universitas Respati Yogyakarta 3 Dosen STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xii
THE CORELATION BETWEEN MEDICINE IN-TAKE COMPLIANCE AND HYPERTENSION PATIENTS’ BLOOD PRESSURE AT
BANGUNTAPAN COMMUNITY HEALTH CENTER 1 BANTUL
Yossan Nurdeka Ariyanto2, Adi Sucipto2, Tetra Saktika Adinugraha.3
ABSTRACT
Background: Hypertension is a state of increased systolic blood pressure that is greater than 140 mmHg or the diastolic blood pressure is greater than 90 mmHg. One of the hypertension treatments is to control the blood pressure within a normal limit. To control the blood pressure, hypertension patients can take medicine regularly. Medicine in-take compliance is required to help them take medicine regularly, so that the blood pressure can be controlled within a normal limit.
Objective: This research aims to determine the the relationship between medicine in-take compliance and hypertension patients’ blood pressure at Banguntapan Community Health Center 1 Bantul, Yogyakarta
Method: This research used a quantitative non-experimental method using a cross-sectional design. The total number of samples was 32 respondents and the sampling technique used was nonprobability sampling, a long with its purposive sampling type. The statistical analysis used was a Spearman's test with a confidence level of 95% (α = 0.05).
Results: The research results show that the majority of hypertensive patients’ medicine in-take compliance at the Banguntapan Community Health Center 1 had a high category of 13 respondents (40.6%) and the compliance had at least a category of 8 respondents (25.0%). The hypertension patients’ blood pressure at the Banguntapan Community Health Center 1 reached a normal category of 19 respondents (59.4%). The spearman’s correlation test results had a p value of 0.000 (P <0.05), which means there exists a significant corelation between medicine in-take compliance and the blood pressure.
Conclusion: There is a significant correlation between the medicine in-take compliance and hypertension patients’ blood pressure at Banguntapan Community Health Center 1 Bantul.
Keywords: medicine in-take compliance, blood pressure, hypertension
2 Student of STIKES Jenderal Achmad Yani, Yogyakarta
2 Lecturer of Respati University, Yogyakarta 3 Student of STIKES Jenderal Achmad Yani, Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg atau diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang, batas normal
tekanan darah adalah kurang dari atau sama dengan 120 mmHg (WHO, 2011).
Prehipertensi adalah kondisi seseorang ketika keadaan tekanan darahnya belum
masuk ke dalam kategori hipertensi (chobain et al, 2003). Klasifikasi tekanan
darah menurut JNC VII (Seven Joint National Committe) bahwa, tekanan normal
yaitu kurang dari 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari 80 mmHg tekanan
diastolik, Prehipertensi yaitu 120-139 mmHg tekanan sistolik atau 80-89 mmHg
tekanan diastolik, derajat satu yaitu 140-159 mmHg tekanan sistolik atau 90-99
mmHg tekanan diastolic, dan derajat dua yaitu lebih dari sama dengan 160 mmHg
tekanan sistolik atau lebih dari atau sama dengan 100 mmHg tekanan diastolik
(chobain et al, 2003).
WHO (World Health Organization) pada tahun 2012 jumlah kasus hipertensi
ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2025
dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau sekitar 29 persen dari total penduduk
dunia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2013). Prevalensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran, pada umur lebih dari
sama dengan 18 tahun sebesar 25,8 persen. Laporan Survailans Terpadu Penyakit
(STP) Puskesmas di DIY pada tahun 2012 penyakit Hipetensi (29.546 kasus)
masuk dalam urutan ketiga dan kelima dari distribusi 10 besar penyakit
berbasis STP Puskesmas. Menurut profil kesehatan kabupaten Bantul 2014 dari 10
puskesmas data tahun 2013, penyakit hipertensi menduduki peringkat terbanyak
kedua sebanyak 18259 kasus.
American Heart Association (AHA) membuat pedoman atau tatalaksana
pasien hipertensi, dengan cara melakukan perubahan gaya hidup, terapi
nonfarmakologi, dan farmakologi dengan tujuan mencapai tekanan darah yang
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
stabil (Sunaryo, 2009). Golongan obat antihipertensi yang banyak digunakan
adalah diuretik tiazid, beta‐bloker, penghambat angiotensin converting enzymes,
antagonis angiotensin II, calcium channel blocker, dan alpha‐ blocker (Priyanto,
2008).
Guna mencapai target tekanan darah pada pasien hipertensi diperlukan
kepatuhan. Karena menurut Halpern et al (2006) menyatakan bahwa, kepatuhan
dan ketaatan merupakan prasyarat untuk keefektifan terapi hipertensi dan potensi
terbesar untuk perbaikan pengendalian hipertensi yang terletak dalam
meningkatkan perilaku pasien tersebut. Kepatuhan minum obat dapat didukung
oleh peran perawat, dengan memberikan edukasi dengan komunikasi yang baik,
karena peran perawat bertujuan memberikan penjelasan kepada pasien, memberi
motivasi terhadap pengobatan pasien (Asmadi, 2008).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2013) dari 100 persen
pasien hipertensi, ditemukan ada 9,5 persen yang minum obat didapat dari
kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan, terdapat 9,4 persen pasien hipertensi
yang tidak patuh minum obat , dan sisa 0,1 persen yang patuh minum obat, dilihat
dari pasien hipertensi yang terkontrol tekanan darahnya. Berbagai penelitian
didapat, seperti yang dikatakan dalam penelitian Triguna (2013), bahwa 85,6
persen dari 90 pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Petang II tidak patuh
minum obat. Nanurlaili (2014), kepatuhan minum obat di desa Timbrah
Karangasem juga terbukti buruk, dari 30 responden, yang tidak patuh sebesar 26
orang atau sebesar 86,7 persen. Violita (2015), prevalensi pasien hipertensi yang
minum obat di wilayah kerja Puskesmas Segeri dari 134 responden yang patuh
minum obat adalah 41,8 persen dan yang tidak patuh sebesar 58,2 persen. Kanda
(2014), ada hubungan tingkat kepatuhan minum obat dengan kestabilan tekanan
darah.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas
Banguntapan 1 Bantul Bulan Desember Tahun 2015. Didapatkan bahwa, dari
sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas, total laporan bulanan pada
tahun 2015, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan jumlah kasus paling
banyak sebesar 6199 kasus. Menurut hasil wawancara yang peneliti lakukan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
dengan lima pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan 1 Bantul,
didapatkan bahwa ada tiga responden yang patuh mengkonsumsi obat hipertensi,
dan dua responden tidak patuh minum obat hipertensi. Selanjutnya, setelah
wawancara selesai, dilakukan pengukuran tekanan darah, didapatkan bahwa dari
tiga responden yang patuh minum obat, satu responden diantaranya mempunyai
tekanan darah normal kurang dari sama dengan 120/80mmHg (chobain et al,
2003) , dan dua diantaranya mempunyai tekanan darah dengan tekanan darah
tidak normal (hipertensi derajat 1) (chobain et al, 2003). Sedangkan dua
responden yang tidak patuh, setelah wawancara selesai dilakukan pengukuran
tekanan darah, didapatkan satu responden mempunyai tekanan darah normal
120/80 mmHg (chobain et al, 2003), satu responden mempunyai tekanan darah
tidak normal (hipertensi derajat 2) (chobain et al, 2003).
Berdasarkan uraian latar belakang atau permasalahan yang telah dijelaskan
diatas , maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana. ”Hubungan
Kepatuhan Minum Obat dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Puskesmas
Banguntapan 1 Bantul ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah, apakah ada hubungan kepatuhan minum obat dengan tekanan darah pasien
hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul.
C. TujuanPenelitian
1. Tujuan Umun
Diketahui hubungan kepatuhan minum obat dengan tekanan darah pasien
hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui kepatuhan minum obat pasien hipertensi di Puskesmas
Banguntapan 1 Bantul.
b. Diketahui tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1
Bantul.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah informasi keilmuan tentang kepatuhan minum
obat dan tekanan darah pada hipertensi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas Banguntapan 1 Bantul.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan strategi untuk
pengawasan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi.
b. Bagi pasien dan keluarga pasien
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dalam menjalankan
terapi farmakologis dan dapat meningkatkan kepatuhan meminum obat
hipertensi.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, dan pembelajaran
dalam penelitian.
E. KeaslianPenelitian
1. Niken (2013) , gambaran kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Petang II pada periode juli –agustus
2013”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kepatuhan minum
obat antihipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Petang
II pada periode juli –agustus 2013. Metode penelitian Data diperoleh dengan
metode wawancara terstruktur menggunakan kuisioner dan pengukuran darah
dari pasien hipertensi yang kontrol ke Puskesmas Petang II dan dilakukan
kunjungan secara langsung ke rumah warga. Data yang diperoleh dianalisis
dengan analisa univariat dan bivariat, kemudian disajikan dalam bentuk
tabel naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang
tidak patuh minum obat antihipertensi di wilayah kerja Puskesmas Petang II
sejumlah 85.6%. Persamaan dengan penelitian variable bebas, Perbedaan dari
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
penelitian Metode penelitian random sampling, alat ukur, variable terikat,
tempat dan waktu penelitian.
2. Susanty (2014). Gambaran tingkat kepatuhan minum obat dan peran serta
keluarga pada keberhasilan pengobatan pasien hipertensi di Desa Timbrah
Kecamatan Karang Asem. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross
sectional. Objek penelitian adalah pasien yang tinggal di Desa Timbrah
Kecamatan Karangasem. Teknik pengambilan sampel dengan cara random
sampling dan pemberian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang menderita hipertensi yang berusia lebih dari 60 tahun
sebanyak 16 orang (53,3%) dan kurang dari 60 tahun berjumlah 14 orang
(46,7%). Angka ketidakberhasilan pengobatan hipertensi sebesar 43,3%
diperoleh dari sampel yang tidak memiliki dukungan keluarga.
Kepatuhan sampel dalam minum obat juga terbukti cukup buruk (53,8%)
sehingga berakibat tidak ada perbaikan yang signifikan pada hasil
pengukuran tekanan darahnya. Kesamaan penelitian variable bebas, metode
deskriptif cross sectional, Pengambilan sample random sampling. Perbedaan
penelitian variabel terikat, waktu dan tempat penelitian.
3. Violita (2015). Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat
pasien hipertensi di di wilayah kerja Puskesmas Segeri. Penelitian bertujuan
mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep tahun 2015.
Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan desain cross sectional
study. Populasi adalah semua penderita hipertensi sebanyak 283 orang.
Pengambilan sampel menggunakan systematic random sampling sebanyak
134 orang. Hasil penelitian prevalensi penderita yang patuh minum obat
adalah 41,8% dan yang tidak patuh sebesar 58,2%. Persamaan dengan
penelitian variable bebas, metode cross sectional. Perbedaan pada variabeel
terikat, jenis penelitian, pengambilan sampel, waktu, dan tempat penelitian.
4. Kanda (2014). Hubungan tingkat kepatuhan minum obat dengan kestabilan
tekanan darah pada pasien hipertensi di poli jantung Rumah Sakit Umum
Daerah Zaenoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
6
mengetahui hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kestabilan
tekanan darah pada pasien hipertensi di Poli Jantung RSUD Zainoel Abidin
Banda Aceh. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
observasional dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel
dilakukan denga metode purposive dan didapatkan 85 pasien hipertensi.
Instrumen penelitian ini adalah kuisioner tertutup dan 1 set alat tensimeter.
Dari hasil kuisioner menunjukan 34,12% pasien patuh. Dari hasil pengukuran
tekanan darah didapatkan 44,71% pasien yang stabil tekanan darahnya. Dari
uji chi-square p-value = 0,05 dan confidence interval 95% dengan SPSS for
window adalah ada hubungan tingkat kepatuhan minum obat dengan
kestabilan tekanan darah. Persamaan dengan penelitian yaitu variable bebas,
instrument dan pengambilan sample, perbedaan sengan penelitian yaitu pada
desain penelitian, variable terikat dan uji bivariat.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
7
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Banguntapan 1 merupakan Pusat Kesehatan Masyarakat yang
memeberikan pelayanan kesehatan bagi penduduk wilayah Kecamatan
Banguntapan dan sekitarnya. Puskesmas ini beralamatkan di Kelurahan
Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.
Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan pada pasien
hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul terdiri dari, dokter umum 2
orang, perawat umum 5 orang. Pelayanan yang ditangani di puskesmas yaitu
rawat jalan, dimana pasien kontrol tekanan darah, dan meminta obat. Perawat
bertugas mengukur tekanan darah, menanyakan keluhan dan memberikan
edukasi. Sedangkan dokter menindak lanjutinya.
Kegiatan yang dilakukan pihak puskesmas dalam mengontrol penyakit
hipertensi pada pasien hipertensi yang sangat mendukung pada kepatuhan
minum obat, ada PROLANIS (Program Pengendalian Penyakit Kronis)
dimana setiap bulan sekali ada jadwal khusus mengambil obat hipertensi di
Puskesmas Banguntapan 1 Bantul.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
32
2. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini hasil analisa univariat menggambarkan karakteristik
yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Distribusi
frekuensi karateristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bulan Agustus Tahun 2016 (n: 32)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%) Umur 45-50 tahun 10 31,3 51-55 tahun 11 34,4 56-60 tahun 8 25,0 61-65 tahun 3 9,4 Jenis kelamin Laki-laki 21 65,6 Perempuan 11 34,4 Pendidikan Tidak tamat SD 4 12,5 Tamat SD 5 15,6 Tamat SMP/MTs 5 15,6 Tamat SMA/SMK 10 31,3 Tamat PT 8 25,0 Pekerjaan PNS 6 18,8 Pegawai Swasta 5 15,6 Pedagang 9 28,1 Petani/Buruh 8 25,0 Tidak Bekerja 2 6,3 Lainnya 2 6,3
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar pasien
hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 dengan umur 51-55 tahun
sebanyak 11 responden (34,4%), dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak
21 responden (65,6%), dengan tingkat pendidikan SMA/SMK sebanyak 10
responden (31,3%), dan dengan status pekerjaan pedagang sebanyak 9
responden (28,1%).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
33
b. Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertansi
Hasil distribusi frekuensi kepatuhan minum obat pasien hipertensi
dikategorikan ke dalam 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah, dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi Di Puskesmas Banguntapan 1 Bulan Agustus Tahun 2016
Kepatuhan minum obat Frekuensi (f) Persentase (%) Tinggi 13 40,6 Sedang 8 25,0 Rendah 11 34,4 Total 32 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar kepatuhan
minum obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 dengan
kategori tinggi sebanyak 13 responden (40,6%) dan kepatuhan paling
sedikit dengan kategori sedang sebanyak 8 responden (25,0%).
c. Tekanan Darah Pasien Hipertensi
Hasil distribusi frekuensi tekanan darah dalam penelitian ini
dikategorikan ke dalam 2 kategori yaitu normal, dan tidak normal, dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bulan Agustus Tahun 2016
Tekanan Darah Jumlah (n) Persentase (%) Normal 19 59,4 Tidak normal 13 40,6 Total 32 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar tekanan darah
pada pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 dengan kategori
normal yaitu sebanyak 19 responden (59,4%).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
34
3. Analisa Bivariat
Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Tekanan Darah Pasien
Hipertensi Di Puskesmas Banguntapan 1
Analisa bivariat digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara
kepatuhan minum obat dengan tekanan darah pasien hipertensi menggunakan
uji Korelasi Spearman dengan α=5%. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1
Bulan Agustus Tahun 2016
Kepatuhan minum obat
Tekanan Darah r p value
Normal Tidak normal
Total
n % N % n % Tinggi 13 40,6 0 0,0 13 40,6 0,864 0,000 Sedang 6 18,8 2 6,3 8 25,0 Rendah 0 0,0 11 34,4 11 34,4 Total 19 59,4 13 40,6 32 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar pasien dengan
kepatuhan minum obat kategori tinggi sebanyak 13 responden (40,6%)
memiliki tekanan darah normal. Pasien dengan kepatuhan minum obat
kategori sedang sebanyak 6 responden (18,8%) memiliki tekanan darah
normal. Pasien dengan kepatuhan minum obat kategori rendah sebanyak 11
responden (34,4%) memiliki tekanan darah tidak normal. Hasil uji Korelasi
Spearman diperoleh nilai p sebesar 0,000(p<0,05) yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan tekanan
darah pada pasien hipertensi, dengan kekuatan hubungan dalam kategori
sangat kuat yaitu r=0,864 berada pada interval 0,800-1,000. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi kepatuhan minum obatnya maka
tekanan darahnya normal.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
35
B. Pembahasan
1. Karakteristik Pasien Hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul
Karakteristik pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 sebagian
besar dengan umur 51-55 tahun sebanyak 11 responden (34,4%). Karena
umur mempengaruhi terjadinya hipertensi (Yogiantoro, 2009). Dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar, dan juga
menyebabkan komplikasi, sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia
lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65
tahun pada usia lanjut. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan
diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan
ada tidaknya hipertensi. (Depkes, 2008). Penelitian yang sejalan dengan
hasil penelitian Zamhir (2006), yang menemukan bahwa prevalensi
hipertensi makin meningkat seiring dengan bertambahnya umur.
Sebagian besar pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 21 responden
(65,6%). Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi,
dimana pria lebih banyak menderita hipertensi di bandingkan dengan
perempuan, dengan rasio sekitar 2,29% untuk peningkatan tekanan darah
sistolik. Pria di duga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat
meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan perempuan (Depkes,
2008). Penelitian yang sejalan dengan penelitian hasurungan (2002), pria
lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi dari pada wanita.
Berdasarkan tingkat pendidikan, dalam penelitian ini sebagian besar
responden dengan tingkat pendidikan SMA/SMK sebanyak 10 responden
(31,3%). perbedaan tingkat pendidikan, tetapi tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap gaya hidup sehat dengan tidak merokok, tidak minum
alkohol, dan lebih sering berolahraga (Kivimaki,2004 dalam Yuliarti,2007).
Tingginya risiko terkena hipertensi pada pendidikan yang rendah,
kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan pada pasien yang
berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau lambat menerima
informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh petugas sehingga berdampak
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
36
pada prilaku/pola hidup sehat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Yusida (2001) yang menemukan ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan dengan kejadian hipertensi.
Berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar dengan pekerjaan
pedagang sebanyak 9 responden (28,1%). Pekerjaan berpengaruh kepada
aktifitas fisik seseorang. Orang yang tidak bekerja aktifitasnya tidak banyak
sehingga dapat meningkatkan kejadian hipertensi (Anggara, 2013).
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan.Orang yang tidak aktif juga
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga
otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras
dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri (Aris, 2007). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Rahajeng (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pekerjaan dengan hipertensi.
2. Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi di Puskesmas Banguntapan
1 Bantul
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar kepatuhan minum
obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 dengan kategori
tinggi sebanyak 13 responden (40,6%) dan kepatuhan paling sedikit dengan
kategori sedang sebanyak 8 responden (25,0%). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan minum obat pasien
hipertensi dalam kategori tinggi.
Berdasarkan hasil analisa tabulasi silang dengan karateristik responden
diperoleh hasil bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki
tingkat pendidikan SMA/SMK yang memiliki kepatuhan minum obat baik.
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku patuh dipengaruhi oleh faktor
predisposisi dari individu sendiri, salah satunya pengetahuan yang
didapatkan dari pendikan responden. Pendidikan adalah suatu kegiatan atau
proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
37
kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri
(Notoatmodjo,2007). Responden yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan responden
yang tingkat pendidikanya rendah. Sugiharto dkk (2003) juga menyatakan
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan
seseorang dalam menerapkan perilaku hidup sehat, terutama mencegah
penyakit hipertensi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin
tinggi pula kemampuan seseorang dalam menjaga pola hidupnya agar tetap
sehat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita
(2016) yang menyatakan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan kepatuhan pengobatan hipertensi. Hal ini dikarenakan pada hasil
penelitian, dari total responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 70,9%
responden patuh menjalani pengobatan dan 29,1% responden tidak patuh
menjalani pengobatan. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan adanya
kegiatan PROLANIS (Program Pengendalian Penyakit Kronis) dimana
pasien hipertensi diberi jadwal rutin mengambil obat dan diberikan
pendidikan kesehatan tentang penyakit dan minum obatnya.
Kepatuhan terhadap penggobatan diartikan secara umum sebagai
tingkatan perilaku dimana pasien menggunakan obat, menaati semua aturan
dan nasihat serta dilanjutkan oleh tenaga kesehatan (Puspitorini, 2010).
3. Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar tekanan darah
pada pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 dengan kategori normal
yaitu sebanyak 19 responden (59,4%). Hasil ini menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien memiliki tekanan darah dalam kategori normal.
Berdasarkan analisis tabulasi silang dengan karateristik responden
diperoleh hasil bahwa mayoritas responden dengan usia 51-55 tahun
sebagian besar tekanan darah dalam kategori normal, peningkatan umur
akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
38
peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan
darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran
darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Kumar dkk 2015).
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil bahwa mayoritas responden
adalah laki-laki dengan tekanan darah paling banyak normal, jenis kelamin
juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Rosta,
2011), jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan
darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin
angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi
daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat
setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon
(Julius, 2008).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh asmita
(2010) menunjukkan hubungan yang signifikan antara umur dengan tekanan
darah, dan tekanan darah laki-laki cenderung lebih tinggi daripada
perempuan. Hal ini juga didukung oleh salah satu pertanyaan dari kuesioner
yang paling banyak diisi benar oleh responden laki-laki sehingga tekanan
darahnya normal yaitu sering kontrol tekanan darah di puskesmas.
Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding
pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri
ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan
bervariasi tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung. Tekanan
darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik)
dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik). Pada
keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena darah
dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih (Sugiarto,
2007).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
39
4. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Tekanan Darah Pasien
Hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar pasien dengan
kepatuhan minum obat tinggi sebanyak 13 responden (40,6%) memiliki
tekanan darah normal. Pasien dengan kepatuhan minum obat rendah
sebanyak 11 responden (34,4%) memiliki tekanan darah tidak normal,. Hasil
uji Korelasi Spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,000(p<0,05) yang
berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat
dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa semakin kepatuhan minum obat tinggi maka
tekanan darah dalam kategori normal.
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Kanda (2014) telah meneliti
hubungan tingkat kepatuhan minum obat dengan kestabilan tekanan darah,
dimana semakin kepatuhan minum obatnya baik, maka tekanan darah akan
stabil dalam batas normal. Kepatuhan pasien merupakan faktor utama
penentu keberhasilan terapi. Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam
menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan secara terhadap
mencegah terjadi komplikasi (Depkes, 2006).
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir ke seluruh tubuh, darah yang beredar pada seluruh tubuh juga
berfugsi mengantarkan oksigen. Oleh sebab itu tekanan darah harus selalu di
kontrol agar tubuh selalu tetap sehat (Gunawan, 2001).
Dalam mengontrol tekanan darah diperlukan kepatuhan minum obat
pada pasien hipertensi dengan minum obat antihipertensi secara teratur
sehingga dapat mengontrol tekanan darah penderita hipertensi karena
pemeriksaan dilakukan secara teratur mempunyai arti penting dalam
perawatan hipertensi agar tekanan darah pasien normal (Price & Wilson,
2005). Obat yang sering digunakan pasien hipertensi yaitu amlodipin
dimana obat ini berfungsi untuk merelaksasi jantung dan otot polos dengan
menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan, sehingga
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
40
mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler kedalam sel sehingga tekanan
darah menjadi stabil atau normal ( Benowitz, 2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami
(2009), dimana terdapat hubungan antara kepatuhan dengan nilai tekanan
darah pada pasien hipertensi. Strategi yang paling efektif untuk
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat demi mencapai target
tekanan darah yang diinginkan adalah dengan strategi, seperti edukasi pada
pasien hipertensi (Muchid et al., 2006).
Pada penelitian ini, pasien yang kepatuhan minum obatnya rendah,
sebagian besar menjawab pada kuesioner nomor satu, sebagian besar alasan
mereka tidak minum obat yaitu karena takut bahaya efek samping obat.
Oleh karena itu perlu peran serta perawat dalam memberi edukasi tentang
apa obat yang diminum seperti yang dijelaskan diatas.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan menurut Feuerstein
(1986) dalam Niven (2013) adalah pendidikan atau edukasi yang dilakukan
oleh perawat, dimana salah suatu hal penting untuk memberikan umpan
balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebab dan apa
yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu. Suatu penjelasan
tentang penyebab penyakit dan bagaimana pengobatannya, dapat membantu
meningkatkan kepercayaan dari pasien, untuk melakukan konsultasi dan
selanjutnya dapat membantu meningkatkan kepatuhan.
Dalam penelitian ini perawat memberikan edukasi kepada pasien
hipertensi dalam kegiatan PROLANIS yang dilakukan oleh puskesmas.
Oleh sebab itu pasien hipertensi di Puskesmas Bangutapan 1 kepatuhan
minum obat tinggi sehingga tekanan darahnya normal.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
41
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti dalam melakukan penelitian telah berusaha secara maksimal, namun
tentunya penelitian ini masih belum sempurna karena dalam penelitian ini peneliti
memiliki keterbatasan penelitian diantaranya sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini terdapat keterbatasan pada faktor pengganggu yang tidak
dicantumkan semuanya seperti obesitas, asupan garam. dan kebiasaan
merokok. sehingga ada responden yang faktor pengganggunya belum bisa
dikontrol.
2. Pada penelitian ini pengambilan data pada tekanan darah dilakukan oleh
perawat puskesmas dengan menggunakan spigmomanimeter air raksa
sehingga hasil tekanan darah belum sepenuhnya valid karna tidak dilakukan
langsung oleh peneliti.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kepatuhan minum obat pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1
Bantul sebagian besar kategori tinggi sebanyak 13 responden (40,6%).
2. Tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul
sebagian besar kategori normal sebanyak 19 responden (59,4%).
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan
tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul
p value=0,000 (p<0,05).
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Banguntapan 1 Bantul Yogyakarta.
Hasil penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan
strategi untuk pengawasan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi.
2. Bagi pasien dan keluarga pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dalam
menjalankan terapi farmakologis sehingga meningkatkan kepatuhan
meminum obat pasien hipertensi, dan keluarga dalam memberi motivasi
untuk mendukung kepatuhan minum obat pasien hipertensi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan tambahan ilmu
pengetahuan tentang penyakit hipertensi dan kepatuhan minum obat bagi
peneliti selanjutnya dan dapat melakukan penelitian serta dapat
mengembangkan dengan meneliti variabel lainnya seperti motivasi diri
dengan kepatuhan berobat pasien hipertensi.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
43
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, F. A. D. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1).
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta.
Asmadi .(2008) . Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Tidur . Jakarta. Salemba Medika.
Benowitz, N. L. (2007). Farmakologi Dasar dan Klinik (Basic &Clinical Pharmacology), diterjemahkan oleh Dwipa Sjabana. Jakarta: EGC.
Boima, Vincent et al. (2015). Factors Associated with Medication Nonadherence Among Hypertensive in Ghana and Nigeria. Volume 2015. Internasional Journal of Hypertension.
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black H.R., Cushman W.C., Green L.A., Izzo J.L., Jr. (2003). The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report. JAMA;289:2560-72.
Depkes RI. (2006). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Jakarta.
. (2007). Pedoman Penobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta.
________. (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Dinkes Bantul. (2015). Profil Kesehatan Kab. Bantul 2015. Bantul: Dinkes
Bantul.
,Yogyakarta. (2015). Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014. Yogyakarta :Dinkes Yogyakarta.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
44
Gunawan, L. (2001). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.
Halpern, M. T., Zeba, M. K., Jordana, K. S., Michel, B., Jaime,J. C., Joyce, C. (2006). Recommendations for Evaluating Compliance and Persistence With Hypertension Therapy Using Retrospective Data. Journal of the American Heart Association.47: 1039-48.
Hasurungan, JA. (2002). Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia di Kota Depok tahun 2002. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2002. Thesis
Julius, S. (2008). Clinical Implications of Pathophysiologic Changes in the Midlife Universitas Sumatera Utara Hypertensive Patients. American Heart Journal, 122: 886-891.
Kanda, A, L. (2004). Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Dengan Kestabilan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Rnbanda Aceh. UNSYIAH. Skripsi.
Kumar, et, al. (2010). Pathologic Basic of Disease. 8th Edition. Philadelphia : Elsevier. p. 1131-1146.
Morisky., Donald E, Ang., Alfonso, Krousel-Wood, J. Ward., Harry. (2008), Predictive Validity of a Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting.The Journal of Clinical Hypertension (ISSN 1524-6175).Vol.10 No.5.
Muchid, A., et al, 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan.
Mutmainah. A. dkk. (2010). Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan Obat dan Keberhasilan Terapi pada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Daerah Di Surakarta. UMS. Skripsi.
Nanurlaili. W.S, Wayan. S. (2014). Gambaran Tingkat Kepatuhan Minum Obat dan Peran Serta Keluarga pada Keberhasilan Pengobatan Pasien Hipertensi di Desa Timbrah Kecamatan Karang Asem. Skripsi. Bali: Universitas Udayana Bali.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
45
Niken, K. (2013) Gambaran Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Petang II Pada Periode Juli –Agustus 2013. Skripsi
Niven, N. (2013). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta.
. (2007). Promosi Kesehatan Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka.
____________. (2012).Metodologi Penelitian Kesehatan,Jakarta : Rineka Cipta.
Nanurlaili, S. W, Sudhana, I. W. (2014). Gambaran Tingkat Kepatuhan Minum Obat dan Peran Serta Keluarga pada Keberhasilan Pengobatan Pasien Hipertensi di Desa Timbrah Kecamatan Karang Asem. Skripsi.
Nursalam. (2008).Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Osterberg, L., dan Blaschke, T.(2005).Adherence to Medication, The New England Journal of Medicine, 353, 487-97.
Priyanto. (2008). Antihipertensi. (dalam) Batubara ,L.Farmakologi dasar untuk Mahasiswa Keperawatan & Farmasi.
Potter, P. A, Perry, A. G.( 2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses, danPraktikEdisi 4. Volume 1.AlihBahasa :YasminAsih, dkk. Jakarta : EGC.
Price and Wilson. (2005). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta : EGC.
Puspita, E. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penderita Hipertensi Dalam Menjalani Pengobatan. UNNES. Skripsi.
Puspitorini . (2009). Keperawatan Jiwa , Faktor-Faktor Penyebab Stres . Bandung : Rreplika Aditama .
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
46
Rahajeng, E. (2009). Prevalensi Hipertensi Dan Determinannya. Majalah Kedokteran Indonesia
Riskesdas.(2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013. Jakarta: Riskesdas.
Rosta, J. (2011). Hubungan Asupan Energi, Protein, Lemak, Dengan Status Gizi Dan Tekanan Darah Geriatri Dipanti Wreda Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi
Smaeltzer, S. C, dan Brenda, B . (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart (Ed8, vol. 1, 2). Alih bahasa oleh Agung Waluyo. dkk. Jakarta : EGC.
Sugiarto, A . (2007). Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat. UNDIP. Desertasi.
Sugiyono. (2014). Statistika Untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.
Sunaryo. (2009). Hubungan Antara tingkat Pendidikan klien Hipertensi Dengan Kepatuhan Pengobatan di Ruang Rawat inap RSUD Moewardi Surakart. Skripsi.
Utami, Y.P. (2009). Evaluasi Kepatuhan Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Skripsi
Violita. F, Leida. M. T, Dwinata. A. (2015). Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri. Skripsi.
Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika
World Health Organization (WHO). (2012). Report of Hypertension. Geneva.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
47
WHO. (2011). Hypertension fact sheet. Department of Sustainable Development and Healthy Environments. Diakses pada tanggal 21 Januari 2016 di Http: // www. searo. Who. int/linkflies/non_communicable_diseases_hypertension-fs.pdf.
Yogiantoro, M. (2006). Hipertensi Esensial. DalamBuku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departeman Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 599.
Yuliarti. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Usia Lanjut Di Posbindu Kota Bogor Tahun 2007. Tesis peminatan gizi Kesehatan masyarakat.Fakultas kesehatan masyarakat universitas Indonesia.
Yusida, H. (2001). Hubungan Faktor Demografi & Medis Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lansia Di Kota Depok Tahun 2000/2001. Skripsi peminatan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Zamhir, S. (2006). Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor resiko hipertensi studi ekologi di pulau Jawa tahun 2004. Jakarta: Program Studi Epidemiologi Program Pasca Sarjana FKM-UI; 2006. Thesis
top related