status pasien utk preskas
Post on 02-Jul-2015
314 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pendahuluan
Dermatitis dishidrosis merupakan dermatitis vesikular palmoplantar yang bersifat rekuren
atau kronik, di mana etiologinya belum diketahui secara pasti. Dermatitis dishidrosis disebut juga
pompholyx, yang diambil dari istilah Yunani ‘cheiropompholyx’ yang artinya ‘tangan dan
gelembung’. Etiologi dermatitis dishidrosis belum diketahui dan diduga bersifat multifaktorial
melibatkan faktor eksogen dan endogen.1
Pomfoliks menyumbang 5-20% dari semua kasus ekzem tangan. Dalam 80% kasus hanya
melibatkan tangan saja, sedangkan 10% hanya menyerang di kaki dan 10% lainnya menyerang
kedua telapak tangan dan kaki.4
Definisi
Pomfoliks adalah suatu ekzema endogen yang ditandai dengan erupsi vesikula menonjol,
bersifat menahun dimana lepuhan-lepuhan yang terasa gatal timbul di telapak tangan dan
pinggiran jari-jari tangan, juga bisa ditemukan di telapak kaki. Lepuhan ini seringkali bersisik,
berwarna merah dan berair. Pomfoliks kadang disebut dishidrosis. Karena lokalisasinya di
tempat yang banyak keringat (hipehidrosis), diduga keringat sebagai penyebabnya (dishidrotik).
Secara histologik dijumpai vesikula yang penuh berisi cairan, di epidermis.2
Penderita ini juga mempunyai riwayat kecendrungan atopi. Dijumpai pada dewasa muda,
laki-laki maupun perempuan.7
Sinonim
Penyakit ini memiliki beberapa nama yang berbeda, yaitu Dyshidrotic eksim,
Dermatitis Dyshidrotic, dan Pomfoliks. Kata Dishidrotik digunakan karena merasa bahwa
kondisi ini berkaitan dengan kelenjar keringat, tetapi asosiasi ini belum terbukti. Nama Pomfoliks
berasal dari bahasa Yunani yang berarti gelembung, yang secara akurat menggambarkan
gangguan ini.5
1
Etiopatogenesis
Mekanisme mengenai terjadinya dermatitis dishidrosis sendiri masih belum jelas.
Hipotesis paling awal mengemukakan bahwa lesi-lesi vesikel yang timbul pada dermatitis
dishidrosis disebabkan oleh ekskresi keringat yang berlebihan (excessive sweating). Namun
sekarang hipotesis ini sudah tidak digunakan lagi karena lesi-lesi vesikular yang timbul pada
dermatitis dishidrosis tidak berkaitan dengan saluran kelenjar keringat. Walaupun demikian,
hiperhidrosis (keringat berlebihan) merupakan salah satu tanda yang terlihat secara khas pada
40% penderita dermatitis dishidrosis (istilah dishidrosis datang dari gejala berkeringat
banyak/salah berkeringat).1
Dermatitis dishidrosis dikaitkan dengan riwayat atopia, di mana sekitar 50% penderita
dermatitis dishidrosis juga menderita dermatisis atopik.
Faktor-faktor eksogen seperti (1) kontak terhadap nikel, balsam, kobalt, (2) sensitivitas
terhadap besi yang teringesti, (3) infeksi oleh dermatofita dan (4) infeksi bakteri juga dapat
memicu dermatitis dishidrosis. Antigen-antigen ini dapat bertidak sebagai hapten dengan afinitas
spesifik terhadap protein di stratum lucidum daerah palmar dan plantar. Ingesti ion metal seperti
kobalt akan menginduksi hipersensitivitas tipe 1 dan 4, serta mengaktivasi limfosit T melalui
jalur independen antigen leukosit. Pengikatan hapten tersebut terhadap reseptor jaringan dapat
menginisiasi munculnya vesikel-vesikel di daerah palmar/plantar.1
Faktor lain, seperti stres emosional dan faktor lingkungan (pergantian musim, temperatur
dan kelembaban) juga dapat memperburuk dermatitis dishidrosis. Pemberian imunoglobulin
intravena dilaporkan dapat memicu dermatitis dishidrosis (dyshidrotic-like eczematous).1
Pada beberapa pasien, infeksi jamur dapat menyebabkan dermatitis dishidrosis di daerah
palmar. Sebuah studi mengungkapkan sepertiga kasus dermatitis dishidrosis dapat diatasi setelah
penanganan untuk penyakit tinea pedis (kutu air), suatu penyakit di sela jari dan telapak kaki
akibat infeksi jamur.1
Gambaran klinis
Gambaran klinis berupa keluhan gatal-gatal (pruritus) disertai munculnya vesikel/bula
secara mendadak di telapak tangan dan kaki. Biasanya rasa nyeri dan gatal terjadi sebelum
munculnya vesikel.5
2
Gambar 1: Tampak vesikel-vesikel
kecil pada telapak tangan
Gambar 2: Tampak vesikel-vesikel
kecil pada sela-sela jari
Gambar 3: Tampak vesikel-vesikel
kecil kaki
3
Pada stadium subakut atau kronis, kulit kering dan berskuama. Pada 80% penderita,
mengenai telapak tangan, bagian lateral jari-jari; hanya 12% yang mngenai telapak kaki. Erupsi
simetris, dan sering rekuren. .7
Beberapa faktor yang digali dari anamnesis dapat terkait dengan dermatitis dishidrosis,
antara lain stress emosional, riwayat atopik diri sendiri atau keluarga, pajanan terhadap antigen
tertentu (seperti kobalt, nikel, balsam, krom, dll), riwayat pengobatan dengan terapi
imunoglobulin intravena, atau riwayat penyakit HIV.1
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang ditemukan, kultur bakteri dan
sensitivitas, uji tempel, dan histopatologi (adanya spongiosis disertai infiltrasi limfosit dan/atau
bula/vesikel intraepidermal).
Diagnosis Banding
Diagnosis banding antara lain:
1. Pemfigus bulosa, pada pemvigus bulosa tempat predileksinya di ketiak, lengan bagian
fleksor dan lipat paha sedangkan pomfoliks predileksinya di manus dan pedis. (buku
merah)3
2. Epidermolisis bulosa, kunci utama epidermolisis bulosa secara klinis didasarkan
lokalisasi bula yang terbentuk, yaitu ditempat yang mudah terbentuk trauma,
walaupun trauma ringan, misalnya trauma jalan lahir.3
3. Dermatitis kontak iritan dapat menjadi faktor pencetus terjadinya pomfoliks ini.
Dermatitis kontak iritan pada tangan biasanya menyerang dorsum manus dan sela-
sela jari. Pada pomfoliks, lokalisasi terutama di telapak tangan dan pinggir lateral jari-
jari.3
4. Psoriasis pustular, vesikel pomfoliks dapat dirancukan dengan psoriasis pustular.
Namun demikian, psoriassis pustular biasanya melibatkan kuku, yaitu adanya alur-
alur ataupun onikolisis. Lesi pada psoriasis jelas batasnya, dan tidak begitu gatal.6
Penatalaksanaan
4
Tatalaksana dapat berupa kompres basah untuk bula dan pemberian kortikosteroid
sistemik dan topikal yang berfungsi sebagai antiinflamatorik dan mempengaruhi sistem imun
tubuh.4
a. Kompres dingin
Kompres dingin dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari selama 15 menit. Ini akan
membuat bulla/vesikel menjadi kering. Kompres dingin tidak boleh dilakukan pada
ekzem yang kering4
b. Emolien pada lesi kulit yang kering.
Emolien ini berfungsi untuk menjaga kulit tetap lembab/lembut.
c. Steroid topikal
Steroid topikal sebaiknya digunakan pada malam hari. Steroid topikal berguna untuk
mengurangi peradangan dan rasa gatal. Steroid cream digunakan pada kulit yang
melepuh dan mengeluarkan cairan. Steroid ointment digunakan untuk kulit yang
kering.4
d. Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik hanya perlu pada kasus yang berat. Biasanya diberikan dalam
bentuk tablet atau injeksi. Keadaan akan membaik secara perlahan tetapi dapat
kambuh kembali bila pengobatan dihentikan. Pengobatan dengan kortikosteroid
dalam waktu yang lama jarang dianjurkan karena efek sampingnya yang berat.4
e. Antibiotik
Antibiotik diberikan apabila dicurigai adanya infeksi sekunder, misalnya
Flucloxacillin, tiamfenikol dan lain-lain.
f. Terapi PUVA
Terapi PUVA bisa sangat berguna pada kasus-kasus tertentu. Ini adalah salah satu
terapi khusus menggunakan sinar ultraviolet. Terapi ini biasanya dilakukan selama
beberapa bulan.2
PROGNOSIS
5
Prognosis baik jika diagnosis penyakit ditegakkan secara dini dan diberikan pengobatan
yang tepat.
STATUS PASIEN
6
POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN – RSUDZA B. ACEH
IDENTITAS PRIBADI
Nama : M. Albaqir
Umur : 6 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Beurawe
Pekerjaan : -
Suku : Aceh
No. CM : 0-74-65-73
Tanggal pemeriksaan : 4 Mei 2010
ANAMNESA
Keluhan Utama : Bintik – bintik di tangan dan kaki
Keluhan Tambahan : Tidak ada
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Alloanamnesa
Pasien bernama Muhammad Albaqir, umur 6 tahun, jenis kelamin laki-laki, datang
bersama ibunya. Pasien datang dengan keluhan timbul bintik-bintik yang terasa amat gatal pada kedua
belah tangan dan kakinya. Keluhan ini dirasakan sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu. Menurut
keterangan dari ibu pasien mulanya muncul bintik-bintik berwarna hitam akibat digigit serangga, Karena
terasa sangat gatal maka pasien menggaruknya dengan tangan hingga memerah. Lama kelamaan bintik-
bintik tersebut berubah menjadi gelembung air, karena sering digaruk maka gelembung tersebut pecah
lalu muncul bintik-bintik ditempat yang lain sehingga penyakitnya semakin meluas. Selama ini pasien
7
berobat ke poliklinik kulit dan kelamin dan ini merupakan kunjungan yang ketiga kalinya. Pada
kunjungan sebelumnya pasien mendapat obat Deksametason, avil, thiamisin 2% + inerson dan Bestalin.
Riwayat Pemakaian Obat:
- Dexamethason
- Avil
- Thiamisin 2% + inerson
- Bestalin
Riwayat Penyakit Keluarga:
Ayah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap ikan laut dan udara dingin.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Disangkal
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Status present:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/60mmHg
HR : 62 kali /menit
RR : 22 kali/menit
Temp : tidak dilakukan
TB : 124 cm
BB : 22 kg
8
Status Dermatologis
Lokasi : Regio Manus et Pedis
Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya macula eritema dan disertai papul – papul yang
menonjol, krusta, erosi dan likhenifikasi.
Ruam primer : macula hipopigmentasi, papul, vesikel, bulla
Ruam sekunder : Skuama, krusta, erosi, likhenifikasi
Tes Yang Dilakukan : Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada
Pemeriksaan anjuran : - kultur bakteri
- sensitivitas,
- uji tempel,
- histopatologi
9
Ringkasan
Pasien datang bersama ibunya. Pasien datang dengan keluhan muncul bintik-bintik yang
berisi cairan jernih di kedua tangan dan kakinya yang dirasakan sejak lebih kurang 1 bulan yang
lalu. Bintik-bintik tersebut terasa gatal.. Ketika pasien menggaruk bintik – bintik tersebut,
kemudian bintik – bintik tersebut pecah dan mengeluarkan cairan jernih sehingga muncul bintik-
bintik yang lain di kulit yang sehat dan penyakit dirasakan semakin memberat. Awalnya bintik –
bintik berwarna hitam muncul akibat gigitan serangga.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya macula eritema dan disertai papul – papul yang
menonjol. Pada lesi yang sudah lama tampak macula hipopigmentasi di kaki, tampak adanya
krusta dan skuama, erosi dan likhenifikasi.
Diagnosis Banding
1. Pomfoliks
2. Pemfigus Bulosa
3. Psoriasis pustular
Diagnosis sementara
- Pomfoliks
Penatalaksanaan
Umum : a. menjaga kebersihan tangan dan kaki
b. Hindari garukan
c. hindari pemakaian sabun pada daerah lesi
d. Hindari makanan yang bersifat allergen
e. kompres basah pada daerah lesi
10
Khusus :
- Dexamethason
- Avil
- Asam salisilat 3%
- Tiamfenikol 2% + inerson
Diskusi
Pomfoliks merupakan dermatitis vesikular palmoplantar yang bersifat rekuren atau
kronik, di mana etiologinya belum diketahui secara pasti. Dermatitis dishidrosis disebut juga
pompholyx, yang diambil dari istilah Yunani ‘cheiropompholyx’ yang artinya ‘tangan dan
gelembung’. Diagnosa penyakit ini dapat ditegakkan dari pemeriksaan fisik dengan melihat
bentuk yang khas, yaitu munculnya vesikel/bula secara mendadak di telapak tangan, sela-sela jari
dan kaki yang terasa sangat gatal dan seperti terbakar. Dari anamnesa yang mendukung diagnose
adalah adanya vesikel-vesikel yang berdinding tegang pada telapak tangan, sela jari dan kaki.
Pomfoliks dikaitkan dengan riwayat atopia, hal ini sesuai dengan keterangan dari pasien
dimana ayah pasien memiliki riwayat alergi terhadap ikan laut dan udara dingin, karena itu
kemungkinan pasien mempunyi riwayat atopi.
Etiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti dan diduga bersifat multifaktorial
melibatkan factor eksogen dan endogen. Penyebab pasti tidak diketahui, namun diduga berkaitan
dengan atopi, karena sekitar 50% penderita Pomfoliks mempunyai riwayat atopi (asma / rhinitis
alergi / eksim atopik). Stress diduga juga menjadi pemicu. Penyakit ini berjalan kronis dan sering
berulang setiap beberapa minggu atau beberapa bulan. Hal ini sesuai dari anamnesa dimana
pasien telah datang ke poliklinik penyakit kulit dan kelamin sebanyak 3 x dan sekarang penyakit
pasien sudah berjalan selama lebih kurang 1 bulan.
11
Daftar pustaka
1. Rod tobing. 2010. Dermatitis stasis dan dermatitis dishidrosis (pompholyx). Available at:
http://www.sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/
2. Babu hanish. 2009. Pompholyx. Available at: www.suite101.com
3. Djuwanda, Adhi, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Balai Penerbitan
iiiiiiiiiiiFK UI : Jakarta
4. James, William. 2005. Dyshidrosis. Available at: www.wikipedia.com
5. Whardana, Grace, dr. sp.KK. 2010. Tangan Kering Merah. Available at:
www.tanyadokter .com.
6. Murtiastutik, Dwi, dkk. 2009. Atlas Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed.2. Airlangga
iiiiiiiiiiiiUniversity Press : Surabaya.
7. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta
12
top related