skripsi -...
Post on 09-Mar-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
OLAHRAGA DAN POLITIK
Studi Implementasi Kebijakan Terhadap Penghargaan Atlet Berprestasi
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Dwi Prayogo Utomo
NIM : 1112112000052
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Olahraga dan Politik
Studi Implementasi Kebijakan Terhadap Penghargaan Atlet Berprestasi
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 September 2018
Dwi Prayogo Utomo
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Dwi Prayogo Utomo
NIM : 1112112000052
Program Studi : Ilmu Politik
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
STUDI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP PENGHARGAAN
ATLET BERPRESTASI …………………………………………………………
Dan telah dilakukan pengujian.
Jakarta, 17 September 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Dr. Iding Rosyidin, M.Si Dr. Haniah Hanafie, M.Si
NIP. 197010132005011003 NIP. 196105242000032
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
STUDI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP PENGHARGAAN
ATLET BERPRESTASI
oleh
Dwi Prayogo Utomo
1112112000052
Telah dipertahankan dalam siding ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial da Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3
Januari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.
Ketua, Sekretaris,
Dr. Iding Rosyidin, M.Si Suryani, M.Si
NIP. 197010132005011003 NIP. 197704242007102003
Penguji I, Penguji II,
Dr. Agus Nugraha, MA Dra. Gefarina Djohan, MA
NIP. 196808012000031001 NIP. 196310241999032001
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 17 September
2018
Ketua Program Studi Ilmu Politik
FISIP UIN Jakarta
Dr. Iding Rosyidin, M.Si
NIP. 197010132005011003
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa implementasi Olahraga dan Politik (Studi
Terhadap Implementasi UU No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan
Nasioal). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dilakukan melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebagai upaya pemerintah dalam
mensejahterakan atlet dan mantan atlet Indonesia yang telah berprestasi.
Teori yang digunankan dalam skripsi ini adalah teori model implementasi
kebijakan menurut Subarsono. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah
belum sepenuhnya mengimplementasikan kebijakan politik dari UU No. 3 Tahun
2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Kesimpulannya Implementasi Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional sudah berjalan tetapi ada beberapa hambatan
diantaranya belum pastinya Undang-Undang tersebut secara penuh menangani
masalah kesejahteraan atlet terlebih kebutuhan atlet ketika hari tua seorang atlet
yang sudah pensiun, dan jaminan terhadap undan-undang tersbut belum terlalu
kuat bagi seorang mantan atlet.
Kata Kunci: Olahraga, Politik, Kebijakan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Ilahi Robbi, Tuhan yang Maha
Sempurna. Sumber ilmu dari segala ilmu. Raja dari segala raja. Maha Pencipta
dari segala pencipta. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan. Solawat serta salam penulis tidak lupa haturkan
kepada baginda Nabi Besar Sayyidina Muhammad SAW, sebagai panutan abadi
umat, pemimpin yang mampu menjadi tauladan bagi semua. Penulis menyadari
jika penulisan skripsi ini tidak akan pernah selesai tanpa bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak. Ini merupakan salah satu capaian yang penulis hasilkan
selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk itu dengan tidak
mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada beserta
staf dan jajarannya.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Dr. Zulkifli beserta
staf dan jajarannya. Dan juga Ketua Program Studi Ilmu Politik Dr. Iding
Rosyidin, M.Si beserta Suryani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Politik yang telah banyak memberikan kritik dan saran serta
dukungan moral pada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
vii
3. Dosen pembimbing Dr. Haniah Hanafie, M.Si yang bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan terhadap penulisan skripsi
ini.
4. Segenap dosen FISIP UIN Jakarta, yang tidak bisa disebutkan satu persatu
tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada beliau semua yang telah
memberikan ilmu yang amat berharga.
5. Kedua orang tua; Tumijo dan Sukarni yang memberikan segalanya kepada
penulis hingga sampai penulis tidak mampu membalas segala
pengorbanannya.
6. Kakak kandung tercinta Sigit Raharjo yang telah banyak memberikan doa
dan dukungan kepada penulis.
7. Segenap sahabat seperjuangan di kampus; Rere, Cendy, Tio, Rully, Akbar,
Randi, Agung, Doi, Miftah, Eki, Evan, Andra, Silmi, Fadly, Bandi, Ara,
Putri dll dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per
satu, yang telah memberikan masukan, dialog, dan juga pengalamannya
sehingga penulisan ini bisa terselesaikan.
8. Segenap sahabat teman rumah (anak basecamp) Gembel, Dobleng, Palkur,
Prengky, Inyong, Gandul, Parhan, Oloy, Adit, Tulil, Dablang, Pandu,
Hysam yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Kekasih hati Gemvita Candra Pratiwi yang selalu setia mendampingi
perjalanan hidup penulis dan memberikan semangat agar secepatnya
menyelesaikan skripsi ini.
viii
Semoga apa yang penulis susun dalam skripsi ini bisa bermanfaat untuk
semua pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya. Saran dan masukan
yang membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan penulisan selanjutnya.
Jakarta, 16 Juli 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 9
C. Tujuan dan manfaat Penelitian ................................................... 9
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 10
E. Metode Penelitian ...................................................................... 13
F. Sistematika Penulian .................................................................. 15
BAB II KERANGKA TEORI
A. Teori Konstitusi ........................................................................ 17
1. Pengertian Konstitusi ........................................................... 17
2. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis ................................. 18
x
3. Tujuan dan Fungsi Konstitusi ............................................... 19
4. Pentingnya Konstitusi Bagi Sebuah Negara ........................ 20
B. Kebijakan Publik ..................................................................... 23
1. Pengertian Kebijakan Publik ................................................ 23
2. Jenis-Jenis Kebijakan Publik ................................................ 25
3. Kerangka Kebijakan Publik ................................................. 26
4. Tahap Analisis Kebijakan Publik ........................................ 27
5. Proses Kebijakan Publik ....................................................... 27
C. Implementasi Kebijakan Publik ............................................. 30
1. Pengertian Implementasi Kebijakan ................................... 30
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi
Kebijakan ........................................................................... 31
D. Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Publik .......................... 33
E. Pengertian Atlet ...................................................................... 35
1. Atlet Amatir ....................................................................... 36
2. Atlet Profesional ................................................................ 38
3. Olahragawan Penyandang Cacat ....................................... 39
BAB III GAMBARAN UMUM PENGHARGAAN ATLET
A. Sejarah Prestasi Olahraga Indonesia ......................................... 41
1. Prestasi Olahraga di Masa Orde Lama ............................... 41
2. Prestasi Olahraga di Masa Orde Baru ............................... 42
3. Prestasi Olahaga di Era Reformasi .................................... 46
B. Penghargaan Atlet ..................................................................... 48
xi
1. Pengertian penghargaan ....................................................... 48
a. Penghargaan Intrinstik ................................................... 48
b. Penghargaan Ekstrinsik ................................................ 49
C. Bentuk Penghargaan Kepada Atlet ........................................... 50
a. Tanda Kehormatan ....................................................... 50
b. Kemudahan ................................................................... 51
c. Beasiswa ....................................................................... 53
d. Pekerjaan ...................................................................... 53
e. Kenaikan Pangkat Luar Biasa ....................................... 54
f. Asuransi ........................................................................ 55
g. Kewarganegaraan ......................................................... 56
h. Warga Kehormatan ....................................................... 57
i. Jaminan Hari Tua .......................................................... 58
j. Kesejahteraan ................................................................ 59
k. Bentuk Penghargaan Lain ............................................. 61
BAB IV IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH : UNDANG-
UNDANG NO. 3 Tahun 2005
A. Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 Landasan
Konstitusi Lahirnya UU No. 3 Tahun 2005 ............................. 63
1. Undang-Undang Sebagai Konstitusi dan Kebijakan
Politik............................................................................. 63
B. Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Sebagai Kebijakan Politik64
C. Implementasi UU No. 3 Tahun 2005 ....................................... 68
1. Isi Kebijakan ......................................................................... 68
xii
a. Aspirasi Atlet ........................................................... 68
b. Manfaat dan Tujuan UU No. 3 Tahun 2005 Pasal 86
Bagi Atlet ................................................................. 71
c. Kejelasan UU No. 3 tahun 2005 .............................. 75
2. Lingkungan Implementasi .............................................. 81
a. Keterlibatan Aktor Dalam Kebijakan ...................... 81
b. Perhatian Pemerintah Terhadap Pelaksanaan
Kebijakan ................................................................. 84
c. Respon Atlet Terhadap Kebijakan ........................... 87
d. Implementasi UU No. 3 Tahun 2005 Pasal 86 Ayat . 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 95
B. Saran ......................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 97
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel II.A.1 Proses Kebijakan Publik ..................................................................... 28
Tabel II.A.2 Tahapan Kebijakan .............................................................................. 29
Tabel III.A.1 Peringkat Indonesia Pada Asian Games 1962 ................................... 44
Tabel III.A.2 Prestasi Olahraga Atlet Indonesia Pada Sea Games di Era Orde
Baru ........................................................................................................ 45
Tabel III.A.3 Pencapaian Olimpiade di Era Orde Baru ........................................... 46
Tabel III.A.4 Prestasi Sea Games di Era Reformasi .............................................. 47
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.A.1 ............................................................................................................. 2
xv
DAFTAR SINGKATAN
APBN : Anggaran Pendapatan dn Belanja Negara
ASEAN : The Association of Southeast Asian Nations
IASL : International Association of Sports Law
IBF : Internasional Boxing Federation
Kemenpora : Kementerian Pemuda dan Olahraga
Kepres : Keputusan Presiden
KLBI : Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
Permen : Peraturan Menteri
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PP : Peraturan Pemerintah
PON : Pekan Olahraga Nasional
PORCANAS : Pekan Olahraga Cacat Nasional
SEA Games : South East Asia Games
SEAP : Southeast Asian Peninsular
SKN : Sistem Keolahragaan Nasional
UU : Undang-Undang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat mendengar kata ‘olahraga’ adalah atlet. Atlet yang profesional dalam
suatu cabang olahraga tentunya harus rela mengorbankan waktunya demi
membela Negara dan bangsanya. Pada dasarnya olahraga merupakan hal yang
penting dan berguna bagi kebutuhan manusia dalam kehidupan. Meningkatkan
kesehatan statis (sehat dikala diam) dan dinamis (sehat dikala bergerak)
merupakan tujuan seseorang dalam berolahraga. Selain itu, prestasi juga dapat
diraih dengan olahraga, oleh karena itu olahraga dapat menjadi daya tarik
seseorang untuk menekuni olahraga.1
Ketika seorang atlet dapat meraih kemenangan serta prestasi olahraga pada
ajang internasional, atlet tersebut dapat dieluk-elukan dan di puja-puja, hal itu
menjadi kebanggan tersendiri bagi atlet. Namun setelah berjuang demi nama
bangsa dan melewati masa kejayaan mereka menjadi seorang atlet berlalu, bentuk
penghormatan serta pegharagaan menjadi hal yang sangat diidam-idamkan, dan
tidak sedikit sebagian atlet hidup memprihatinkan pada masa depannya.2
Para olahragawan yang berprestasi itu telah mengibarkan bendera Merah
Putih di luar negeri. Bukan hal baru jika ada pernyataan bahwa Merah Putih
1Vebma.com, “Olahraga Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Jenisnya.”
https://www.kata.co.id/Pengertian/Olahraga/1120. Diunduh pada tanggal 11 Oktober 2016. 2Bulutangkis.com, “Mereka Berprestasi tapi Terlupakan.”
http://www.bulutangkis.com/mod.php?mod=publisher&op=printarticle&artid=76%20. Diunduh
pada tanggal 11 Oktober 2016.
2
dikibarkan dan lagu kebangsaan dapat dikumandangkan yaitu pada momen ketika
olahragawan meraih prestasi pada suatu ajang internasional di negara lain..
Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal memiliki prestasi di
bidang olahraga khususnya di Asia Tenggara. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perolehan juara umum di ajang olahraga South East Asia (SEA) Games dimana
dari 21 gelaran lomba, Indonesia telah 10 kali mendapat gelar juara umum. Akan
tetapi sejak 1999, prestasi olahraga Indonesia semakin menurun kecuali pada
tahun 2011 Indonesia kembali mendapat juara umum. Namun setelah itu, prestasi
olahraga Indonesia berada pada titik terendah.3 (Lihat Gambar I.A.1)
Sumber: beritagar.id
3Beritagar.id, “Galaunya Prestasi Olahraga Indonesia.”
https://beritagar.id/artikel/arena/galaunya-prestasi-olahraga-indonesia Diunduh pada tanggal 11
Oktober 2016.
3
Bersumber Paramadina Public Policy Institutue pada 2010 melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan penurunan prestasi olahraga
Indonesia. Faktor paling dominan adalah atlet dinilai sebagai profesi yang tidak
menjanjikan karena banyak mantan atlet yang terlantar akibat permasalahan gaji
dan jaminan kesejahteraan lainya. Keadaan tersebut diperkirakan karena Indonesia
hanya mengalokasikan 0,08 persen dari pendapatan negara untuk pembinaan
olahraga. Berbeda dengan Singapura, Thailand, dan Australia dana olahraga yang
dialokasikan pada negara tersebut sebesar 4,2%, 0,2%, dan 0,1%.4 Padahal jika
melihat peluang Indonesia menjadi negara yang kaya akan prestasi di bidang
olahraga sangatlah besar jika melihat jumlah penduduk Indonesia mencapai
sekitar 261.890.900 jiwa.5
Jika dapat mengalokasikan dana untuk mengolah dan memanfaatkan jumlah
sumber daya manusia sebanyak itu, idealnya Indonesia sudah menjadi negara
besar yang maju di berbagai sektor seperti ekonomi, pendidikan, maupun militer.
Akan tetapi, nama besar negara juga dapat dilihat dari sejauhmana prestasi
olahraga yang berkembang pada negara tersebut selain dari bidang kesejahteraan,
pendidikan, ekonomi, dan militer. Sayangnya, prestasi olahraga Indonesia saat ini
juga belum sebanding dengan banyaknya sumber daya manusia yang ada dan
sesungguhnya bisa diberdayakan untuk lebih mengharumkan nama Indonesia di
4policy.paramadina.ac.id, “inilah beberap faktor sebab prestasi di Indonesia kurang
maksimal.” https://policy.paramadina.ac.id/inilah-beberapa-faktor-sebab-prestasi-olahraga-di-
indonesia-kurang-maksimal/ diunduh pada tanggal 11 januari 2018. 5tumoutounews.com, “Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2017.”
http://tumoutounews.com/2017/09/10/jumlah-penduduk-indonesia-tahun-2017/ Diunduh pada
tanggal 11 Januari 2018.
4
mata Internasional. Sebaliknya, beberapa tahun belakangan ini prestasi olahraga
Indonesia tampaknya cenderung menurun.6
Semua mantan atlit juara, apalagi yang telah menorehkan prestasi olahraga
tingkat internasional, sudah tentu ingin menikmati sisa perjalanan hidupnya dalam
kondisi yang layak. Sebagai pahlawan di bidang olahraga yang telah
mengharumkan nama Indonesia di dunia international, maka negara berkewajiban
untuk menjamin kehidupan di masa tua mereka. Pemerintah dalam hal ini melalui
Kementerian Pemuda dan Olahraga, tentu harus memberikan apresiasi atau
penghargaan kepada para atlet juara tersebut sesaat setelah tampil sebagai juara,
selain berupa sertifikat atau tanda jasa, uang pembinaan dan lain-lain juga bonus
berupa uang tunai, rumah/tempat tinggal, kendaraan dan lain-lain yang nilainya
hingga ratusan bahkan miliaran rupiah sesuai dengan tingkat prestasinya. Namun
hal ini adalah sebagai bentuk apresiasi yang sifatnya hanya sementara waktu saja.
Maksudnya adalah bahwa sang atlit juara tak bisa menikmatinya hingga akhir
kehidupannya.7
Hal ini dikarenakan timbulnya berbagai masalah termasuk masalah yang
berhubungan dengan atlet yang dimiliki negara ini. Berbicara mengenai atlet,
masih banyak para pensiunan atlet yang kehidupanya kurang mendapat perhatian
dari pemerintah dengan kata lain hidup mereka tidak sejahtera Beberapa contoh
mantan atlet yang terlantar padahal dulu pernah membanggakan bangsa ini adalah
6www.researchgate.net, “Kualitas Pribadi Atlet Kunci Keberhasilan Meriah Prestasi
Tinggi.”https://www.researchgate.net/publication/303911810_Kualitas_Pribadi_Atlet_Kunci_Keb
erhasilan_Meraih_Prestasi_Tinggi Diunduh pada tanggal 12 Januari 2018.
7www.kompasiana.com, “Negara Harus Menjamin Kualitas Hidup Mantan Atlet Juara.”
http://www.kompasiana.com/donibastian/negara-harus-menjamin-kualitas-hidup-mantan-atlet-
juara_57de2319af9273104126c054 Diunduh pada tanggal 12 Januari 2018.
5
Rachman Kili-kili adalah seorang petinju profesional yang berhasil memperoleh
prestasi penghargaan baik tingkat lokal maupun luar negeri. Juara dunia Kelas
Bulu Federasi Tinju Internasional (IBF) Internasional Boxing Federation pernah
di dapatkannya. Akan tetapi, selepas gantung sarung tinju dan menapaki hari
tuanya, dia tidak dapat menikmati hasil yang dia peroleh sebagai atlet berprestasi
yang telah mengharumkan nama indonesia diluar negeri ini sulit untuk mendapat
pekerjaan yang mengakitbatkan dihimpit masalah ekonomi sehari-harinya. Dan
pada akhrinya pria yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah
internasional ini akhirnya mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri karena
tidak memiliki pekerjaan, Di era kejayaannya.8
Selain itu, ada juga Denny Thios sebagai Juara Dunia Angkat Besi Era 90-
an asal Sulsel. Banyak prestasi yang telah dicapainya, yakni tahun 1990 meraih
perunggu kejuaraan dunia di Belanda dan Australia, meraih medali emas
kejuaraan angkat berat Asia di Taiwan 1990, dan meraih emas kejuaraan angkat
berat dunia di Swedia pada tahun 1993. Setelah apa yang dicapainya ketika masih
menjadi seorang atlet tidak membawa peruntungan setelah pensiun. Kini kian hari
kian tenggelam namanya dan sekarang Denny Thios pun hanya menjadi pemilik
bengkel las.9
Padahal, UU No. 3 Tahun 2005 pasal 86 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional telah mengatur kesejahteraan atlet, bahwa “(1) Setiap pelaku olahraga,
organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang
8www.boombastis.com, “Hidup Mantan Atlet.” https://www.boombastis.com/hidup-
mantan-atlet/62781 diunduh tanggal 11 oktober 2016.
9sports.sindonews.com, “Nasib Mantan Atlet Nasional Dulu Dipuja Kini Merana.”
http://sports.sindonews.com/read/1075339/51/nasib-mantan-atlet-nasional-dulu-dipuja-kini-
merana-1452231937 diunduh tanggal 11 oktober 2016.
6
berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga diberi penghargaan. (2)
Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, organisasi olahraga, organisasi lain, dan/atau perseorangan.
(3) Penghargaan dapat berbentuk pemberian kemudahan, beasiswa, asuransi,
pekerjaan, kenaikan pangkat luar biasa, tanda kehormatan, kewarganegaraan,
warga kehormatan, jaminan hari tua, kesejahteraan, atau bentuk penghargaan lain
yang bermanfaat bagi penerima penghargaan.”10
Namun prakteknya, implementasi kebijakan tersebut masih jauh dari
harapan. Oleh sebab itu, banyak pihak menuntut agar pemerintah lebih serius
dalam memberi perhatian kepada atlet, tidak hanya yang berprestasi di tingkat
dunia, namun kepada seluruh cabang olahraga yang baru berkembang di
Indonesia, salah satunya dengan jaminan asuransi hingga masa tua. Apabila jasa
para atlet Indonesia tidak lebih diperhatikan masa depan seorang atlet setelah
pensiun, akan berdampak buruk bagi prestasi olahraga Indonesia serta menjadi
negara lemah dan menjadi tim pelengkap di ajang internasional dan wajar apabila
adik-adik kecil/generasi saat ini yang dalam masa perkembangan hanya
mempunyai mimpi menjadi dokter, pilot, ilmuwan, dan profesi lain yang dianggap
lebih menjanjikan, sehingga tidak diherankan jika tidak satupun dari mereka ingin
menjadi atlet.
Undang-undang dalam sistem keolahragaan tentang patennya sebuah
kesejahteraan sangat dibutuhkan saat ini. Dalam kongres di Bali, Sekertaris
10Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh pada
25 november 2017.
7
Jenderal International Association of Sports Law (IASL), di dalam kongres
agenda majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-58 pada tanggal 17
November 2003 pun mengungkapkan fokus agenda dalam acara tesebut adalah
tentang olahragawan perlu undang-undang ketenagakerjaan tersendiri sebagai
bentuk perlindungan terhadap profesi-profesi yang terlibat dalam sistem
keolahragaan.11
Dalam merespon persoalan tersebut, Kementerian Pemuda dan Olahraga
(Kemenpora) telah mewacanakan rencana membuat Rancangan Undang Undang
(RUU) Atlet Nasional agar kesejahteraan para atlet diberikan perhatian khsusus,
namun yang Kemenpora akan bahas sekarang adalah revisi UU SKN (Sistem
Keolahragaan Nasional).12 Selain itu Menpora juga berharap anggaran untuk
olahraga bisa mencapai 5% dari APBN. Rencana ini memang akan di berikan
kepada atlet yang berprestasi, namun hingga saat ini program tersebut belum
disahkan dalam undang-undang.13
Oleh karena itu, Atlet yang fokus dengan cabang olahraga tertentu sudah
pasti mengorbankan waktu, tenaga, materi dan bahkan jauh dari keluarga untuk
membawa nama Indonesia harum di kancah dunia. Terlebih lagi, sampai
bertanding di ajang Olimpiade, jika pemerintah tidak mendukung perjuangan atlet
11www.hukumonline.com, “Olahragawan Perlu UU Ketenagakerjaan Tersendiri.”
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5270c4d984c93/olahragawan-perlu-uu-
ketenagakerjaan-tersendiri diunduh tanggal 12 januari 2018. 12www.satuharapan.com, “Pemerintah Wajib Siapkan Asuransi Bagi Atlet.”
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pemerintah-wajib-siapkan-asuransi-bagi-atlet
diunduh tanggal 11 oktober 2016. 13sports.sindonews.com, “Menpora Ingin Undang-Undang Mengatur Bonus Atlet.”
https://sports.sindonews.com/read/1139570/51/menpora-ingin-undang-undang-mengatur-soal-
bonus-atlet-1473934560 diunduh tanggal 12 januari 2018.
8
dengan cara mensejahterakannya, secara tidak langsung akan mempengaruhi
motivasi atlet nasional.
Dukungan mengelola keterampilan yang dimiliki atlet baik dari segi cabang
olahraga yang ditekuni atau potensi lain atlet dan layak dikembangkan ketika
sudah pensiun. Dukungan penuh pemerintah bagi atlet nasional menambah
kepercayaan diri. Pada saat menjadi atlet berbagai sarana dan prasarana diberikan,
tunjangan hidup dan persiapan jika sudah tidak menjadi atlet lagi. Harapannya,
selain tenang ketika mempersiapkan diri sebagai atlet yang akan berkompetisi,
juga siap ketika memasuki masa pensiunnya.14
Jaminan kualitas hidup atlet dan mantan atlet berprestasi, baik ditingkat
daerah, nasional maupun tingkat internasional merupakan sebuah tanggung jawab
pemerintah yang bersangkutan. Dalam hal ini, pemerintah di harus segera
menyusun Undang-Undang tersebut mengenai kesejahteraan atlet dan atlet yang
telah berprestasi. Sehingga dengan demkian maka setiap atlet yang berhasil
menjadi juara di cabang olahraga manapun, akan memperoleh jaminan
kesejahteraan di masa tuanya.15
Tidak terealisasi dengan sempurna dalam menerapkan UU No. 3 Tahun
2005 (SKN) terutama dalam hal jaminan bagi kehidupan atlet di hari tuanya telah
membuat kebanyakan masyarakat enggan untuk menjadi atlet. Maka tidak heran,
dunia olahraga Indonesia kurang berkembang dibandingkan dengan negara-negara
14krjogja.com, “Olahraga dan Kesejahteraan.”
http://krjogja.com/web/news/read/8978/Olahraga_dan_Kesejahteraan_Atlet diunduh tanggal 10
oktober 2016. 15www.kompasiana.com, “Negara Harus Menjamin Kualitas Hidup Mantan Atlet Juara.”
http://www.kompasiana.com/donibastian/negara-harus-menjamin-kualitas-hidup-mantan-atlet-
juara_57de2319af9273104126c054 diunduh tanggal 8 oktober 2016.
9
lain. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin sedikitnya prestasi olahraga
Indonesia di tingkat internasional.
Ketentuan Undang-Undang tersebut sangatlah berpengaruh bagi kehidupan
atlet di hari tuanya, mengingat profesi atlet sangatlah berbeda dengan pekerjaan
seorang karyawan pada umumnya, dimana umur seringkali menjadi patokan
produktivitas seorang atlet.
Kurang pedulinya pemerintah Indonesia terhadap jaminan hari tua bagi para
atlet sangat berbanding terbalik dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia,
thailand dan Singapura dimana pemerintahnya sangat memperhatikan
kemakmuran para atlet, sehingga atlet pun dapat fokus untuk berlatih demi
mencapai prestasi tanpa memikirkan ketidakjelasan nasib di hari tua. Dengan
demikian maka peneliti tertarik untuk lebih jauh lagi untuk meneliti keadaan
seperti ini, serta mengunakan penelitian ini sebagai skripsi Olahraga dan Politik
(Studi Implementasi Kebijakan Terhadap Penghargaan Atlet Berprestasi).
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana implementasi kebijakan pemerintah (UU No. 3 Tahun 2005)
Tentang Sistem Keolahragaan Nasioanl bagi kesejahteraan atlet?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian :
Untuk mengetahui Implementasi kebijakan UU No. 3 Tahun 2005.
10
b. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki berbagai macam manfaat.
Adapun manfaat-manfaat itu dapat dibagi ke dalam 2 kategori, yakni manfaat
akademik dan manfaat praktis.
1. Manfaat Akademik
Untuk pengembangan ilmu politik hubungannya tentang kajian kebijakan.
2. Manfaat Praktis
Agar masyarakat atau pelaku olahraga mengetahui bahwa pemerintah telah
memperhatikan kesejahteraan para atlet dan mantan atlet.
D. Tinjauan Pustaka
Secara teoritis untuk menganalisa adanya kasus olahraga dan politik studi
terhadap kebijakan pemerintah kepada para mantan atlet di indonesia. Terlebih
penelitian ini tentang pemerintah (Menpora) dalam masalah kesejahteraan mantan
atlet yang banyak menarik perhatian para akademisi terutama di bidang sosial dan
politik. Adapun yang sudah penulis amati, karya ilmiah, buku dan laporan hasil
penelitian tentang kesejahteraan mantan atlet. Namun penelitian tentang
kesejahteraan mantan altet oleh pemerintah, penulis masih belum menemukan.
Namun ada beberapa karya ilmiah yang sengaja penulis jadikan rujukan agar tidak
terjadinya kekeliruan dalam penelitian.
Saudara Fenc Sabelino Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang dalam skripsinya berjudul “Peran dan Tanggungjawab Dinas Sosial,
Pemuda dan Olahraga Dalam Pemenuhan Kesejahteraan Atlet Anggar di Kota
Semarang Ditinjau dari Undang-Undang No. 3 Tahun 2005. Penulis menemukan
11
perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis buat diantaranya
pada penelitian ini membahas tentang peran dan tanggung jawab Dinas Sosial
Pemuda dan Olahraga dalam hal pemenuhan kesejahteraan atlet Anggar di kota
Semarang ditinjau dari Undang-Undang No 3 Tahun 2005.16 Sedangkan yang
diteliti pada penelitian penulis selain lebih spesifik terhadap kebijakan pemerintah
untuk membangun kesejahteraan mantan atlet yang telah berprestasi pada era
kepemimpinan Presiden Jokowidodo.
Saudara Nuryadi, Bidang Pengendalian Latihan Binpres Koni Jawa Barat
dalam makalahnya yang berjudul “Olahraga dan Kesejahteraan (sebuah refleksi
dan harapan terhadap penyelenggaraan olahraga kopetitif di Indonesia)”
dijelaskan, dalam undang- undang SKN tahun 2005 dijelaskan bahwa industri
olahraga ialah suatu kegiatan bisnis berupa produk barang maupun jasa yang
menghasilkan sebuah keuntungan. Undang-undang No. 3 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional (SKN) yang diterbitkan pada tahun 2005 memiliki
elemen-elemen yang saling terikat dan berkesinambungan (pelaku olahraga,
organisasi olahraga, dan olahraga, prasaran dan sarana olahraga, peran serta
masyarakat, penunjang keolahragaan termasuk ilmu pengetahuan, teknologi,
informasi, dan industri olahraga).17 Semua elemen tersebut membutuhkan
dukungan dari institusi sebagai penentu keputusan, pemberdayaan organisasi
sebagai manajerial, pengembangan kualitas sumberdaya manusia sebagai
16Fenc Sabelino, Peran dan Tanggungjawab Dinas sosia;, Pemuda dan Olahraga Dalam
Pemenuhan Kesejahteraan Atlet Anggar di Kota Semarang di Tinjau Dari Undang-Undang No. 3
Tahun 2005. (Semarang: Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, Skripsi, 2015). 3. 17Nuryadi. 2008. “olahraga dan kesejahteraan (Sebuah refleksi dan harapan terhadap
penyelenggaraan olaharaga kompetitif di Indonesia), (Jawa Barat: Bidang Pengendalian Latihan
Binpres Koni Jawa Barat, 2008), 5.
12
pelaksana kegiatan, pengembangan sarana dan fisilitas olahraga, dan juga
pendanaan. Tujuan akhir dari kegiatan olahraga adalah kesejahteraan atletnya.
Apresiasi yang diberikan kepada para atlet harus jelas komposisi dan bentuknya
agar para atlet tidak merasa dirugikan bahkan tetap dapat menikmati di masa
pensiunnya
Widyani Permatasari dalam jurnal Ilmu Pemerintahan Volume 7 yang
berjudul “Analisis Peranan Pemerintah Daerah dalam Peningkatan Prestasi
Olahraga di Kabupaten Maros” dijelaskan pada hakekatnya olahraga telah
menjadi suatu acuan prestasi seorang atlet, suatu daerah, terlebih suatu negara,
bahkan sebagai patokan keberhasilan serta kemajuan dalam berkerjasama anatara
pemerintah dan masyarakat. Hal ini, karena sebuah prestasi seorang atlet
membutuhkan perhatian dan dukungan dari pemerintah bukan suatu hal yang
tidak sengaja (tiba-tiba) dicapai. Dalam UU No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional (SKN) menjelaskan, bahwa SKN adalah keseluruhan
aspek keloahragaan yang saling terkait secara sistematis, terpadu, sistematis, dan
berkesinambungan menjadi satu kesatuan yang meliputi pendidikan, pelatihan,
pengelolaan, pembinaan, pengaturan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan
keolahragaan Nasioanal Pemerintah daerah dan Pusat melakukan pembinaan dan
pengembangan olahraga sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya. Ada
faktor prnghambat yang mempengaruhi tingkat prestasi olahraga di Kabupaten
Maros, diantaranya:18 (1) Regenerasi Atlet di Setiap Cabang Olahraga yang
Terhambat. (2) Sarana dan prasarana dari Pemerintah terbatas (3) Dana yang
18Widyani, Permatasari. “Analisis Peranan Pemerintah Daerah dalam Peningkatan
Prestasi Olahraga di Kabupaten Maros”, Volume 7, Nomor 1, Januari 2011 (51-62). 58.
13
Terbatas.(4) Belum adanya jaminan masa depan atlet. Apresiasi merupakan suatu
hal yang sangat penting agar performa olahraga terus meningkat. Penghargaan
ialah suatu bentuk apresiasi yang didapat oleh para atlet bahkan pelatih atas
usahanya dalam mencapai prestasi yang menjadi tujuannya baik perorangan
maupun beregu. Bukan hanya pemerintah atau pemerintah daerah saja yang dapat
memberikan apresiasi ini, akan tetapi apresiasi ini bisa diberikan oleh pihak lain
seperti, organisasi olahraga, organisasi lain atau bahkan masyarakat.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penulis melihat metode
tersebut ialah sistem penelitian yang membuahkan suatu penggambaran (data
deskriptif) yang diperolah dari kata-kata ataupun lisan (wawancara) dari
narasumber, dan kegiatan yang diamati. Serta mengkaji dan menelaah lebih jauh
mengenai sejauh mana implementasi UU No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional yang berfokus terhadap Penghargaan Atlet.
Metode kualitatif dalam pengembangan teori menggunakan penelitian
induktif yaitu merujuk pada fakta-fakta yang ada (khusus) menuju ke hal-hal yang
umum.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Penelitian ini melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
wawancara. Wawancara adalah proses pengumpulan data melalui percakapan
yang berbentuk tanya jawab dan tatap muka. Dalam menentukan informan,
14
penulis menggunakan teknik purposive sampling yakni teknik penentuan sampel
dipilih dengan cermat, agar dalam sampel itu terdapat dari narasumber-
narasumber yang dapat mewakili dan mengetahui penelitian ini.
Penulis melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Humas Menpora
Yusuf Suparman, Kepala Bidang Penghargaan Menpora Sutiknyo, Kepala Bidang
Penghargaan Olahraga Asisten Deputi Kemitraan dan Penghargaan Olahraga Piet
Mellu, Kemudian Maria Londa seorang atlet Atletik yang masih aktif, Irawati
Moerid mantan atlet tenis, Ema Tapahari mantan atlet atletik, Noah Mariem
mantan altet sepakbola. Penulis memilih narasumber tersebut karena memiliki
posisi penting yang dapat diwawancara guna memperoleh data yang akurat.
b. Observasi
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi.
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan melakukan observasi ke para
atlet yang masih aktif maupun sudah pensiun
c. Dokumentasi
Penelitian ini menggunakan dokumen sebagai teknik pengumpulan data,
dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan menganalisis dokumen publik
seperti literatur buku, memo, notulen, rekaman, internet, undang-undang dan arsip
resmi. Selanjutnya penulis juga menggunakan literatur buku-buku dengan tema
kebijakan publik.
d. Teknis Analisis Data
15
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan
fakta-fakta yang berkaitan dengan tema lalu menganalisanya dengan tujuan untuk
meguji hipotesis atau menjawab pertanyaan.
2. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan penulisan skripsi ini lebih fokus dan
sistematis, maka penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab
dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing terdiri dari
sub-sub bab. Pada Bab I terdapat sub-sub bab yang meliputi, pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat peneletian, tinjauan pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
Selanjutnya pada Bab II berisi kerangka teori yang digunakan dalam
penelitian ini. Peneliti mengkaji tentang teori konstitusi dan kebijakan publik,
tahapan pembuatan kebijakan publik, penjelasan mengenai implementasi
kebijakan publik.
Pada Bab III, berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian. Penulis akan
mengambarkan seorang atlet, dan penghargaan untuk atlet yang telah berprestasi
menurut Undang-Undang.
Kemudian pada Bab IV sebagai inti dari pokok penulisan skripsi ini
membahas implementasi Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasioanl pada Pasal 86 yang terkait dalam Isi Kebijakan yang
meliputi Aspirasi Atlet, Manfaat dan Tujuan Undang No. 3 Tahun 2005 Bagi
Atlet, Kejelasan UU No. 3 Tahun 2005. Serta Lingkungan Implementasi yang
16
meliputi Keterlibatan Aktor Dalam Kebijakan, Perhatian Pemerintah Terhadap
Pelaksana Kebijakan, dan Respon Atlet Terhadap Kebijakan.
Penulisan skripsi ini diakhiri dengan Bab V, yaitu penutup yang berisikan
kesimpulan penulis berkaitan dengan isi dari keseluruhan penulisan skripsi ini dan
saran-saran dari penulis.
17
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL
A. Teori Konstitusi
1. Pengertian Konstitusi
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu
“constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan
demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan
perundang-undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet”
yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum.
Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-undang Dasar.19
Pengertian Konstitusi menurut para ahli K. C. Wheare, konstitusi adalah
keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan
yang membentuk mengatur/memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak
hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis. Lasalle, konstitusi adalah
hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam masyarakat seperti golongan
yang mempunyai kedudukan nyata di dalam masyarakat misalnya kepala negara
angkatan perang, partai politik,dsb. Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi
berasal dari bahasa latin cismeyang berarti bersama dengan dan statuteyang
berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara
19Mu’allifin. M. Darin Arif.. “Hubungan Konstitusi Dengan Tugas dan Fungsi Negara.”
Ahkam volume 4, Nomor 1, Juli 2016: 162.
18
bersama.. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun
peraturan tak tertulis.20
Dari pengertian konstitusi di atas, dapat disimpulkan bahwa konstitusi
memberikan pembatasan kekuasaan kepada penguasa, dokumen tentang
pembagian tugas dan wewenangnya dari sistem politik yang diterapkan, deskripsi
yang menyangkut hak asasi manusia.
2. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis
Konstitusi memuat suatu aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-
sendi pertama untuk menegakkan suatu bangunan besar yang disebut negara.
Sendi-sendi itu tentunya harus kokoh, kuat dan tidak mudah runtuh agar bangunan
negara tetap tegak berdiri. Ada dua macam konstitusi di dunia. Pertama
“Konstitusi Tertulis” (Written Constitution) adalah konstitusi dalam bentuk
dokumen yang memiliki “kesakralan khusus” dalam proses perumusannya.
Konstitusi tertulis merupakan suatu instrumen yang oleh penyusunnya disusun
untuk segala kemungkinan yang dirasa terjadi dalam pelaksanaannya.21
Kedua, “Konstitusi Tidak Tertulis” (Unwritten Constitution) adalah
konstitusi yang lebih berkembang atas dasar adat-istiadat daripada hukum tertulis.
Konstitusi tidak tetulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses yang
panjang, misalnya dalam penentuan quorum, model perubahan (amandemen
20secondbox.wordpress.com. “Konsep Dasar Konstitusi.”
https://secondbox.wordpress.com/tag/konsep-dasar-konstitusi/ Di unduh pada tanggal 19
September 2018. 21Mirza Nasution. “Negara dan Konstitusi.” (Sumatra Utara: Ilmu Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004) h. 2.
19
atau pembaharuan), dan prosedur perubahannya (referendum, konvensi, atau
pembentukan lembaga khusus).22
3. Tujuan Konstitusi dan Fungsi Konstitusi
Hukum pada umumnya bertujuan mengadakan tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan
yang ada di tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama
dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-
Undang Dasar, akan lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.23
Tujuan konstitusi adalah juga tata tertib terkait dengan: a). berbagai
lembaga-lembaga negara dengan wewenang dan cara bekerjanya, b) hubungan
antar lembaga negara, c) hubungan lembaga negara dengan warga negara (rakyat)
dan d) adanya jaminan hak-hak asasi manusia serta e) hal-hal lain yang sifatnya
mendasar sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.24
Dalam sejarahnya, konstitusi dimaksudkan untuk menentukan batas
wewenagan penguasa, menjamin hak rakyat, dan mengatur jalannya
pemerintahan. Kontitusi menjamin alat rakyat untuk konsolidasi kedudukan
hukum dan politik, untuk mengatur kehidupan bersama dan untuk mencapai cita-
cita dalam bentuk negara. Konstitusi pada zaman modern memuat aturan-aturan
22Mirza Nasution. “Negara dan Konstitusi.” (Sumatra Utara: Ilmu Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004) h. 3. 23wordpress.com. “teori konstitusi dan perkembangan hokum tata Negara.”
https://intanramadhani2017.wordpress.com/2017/01/18/teori-konstitusi-dan-perkembangan-
hukum-tata-negara/. Di unduh pada tanggal 19 September 2018. 24Mirza Nasution. “Negara dan Konstitusi.” (Sumatra Utara: Ilmu Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004) h. 3.
20
hukum, prinsip-prinsip hukum, haluan negara, dan patokan kebijakan yang
mengikat penguasa. Secara garis besar, tujuan Konstitusi adalah membatasi
tindakan sewenang-wanangpemerintah dan menjamin hak-hak rakyat
yangdiperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang berdaulat.25
Sedangkan fungsi konstitusi menurut paham konstitusionalisme, konstitusi
adalah suatu dokumen kenegaraan yng mempunyai fungsi khusus, yaitu:26
Menentukan dan membatasi kekuasaan pemerintah.
Menjamin hak – hak asasi warga Negara.
Terlihat bahwa fungsi dan wewenang lembaga negara sesudah amandemen
UUD 1945 ini, tidak hanya mengatur hal-hal yang pokok-pokok saja, tetapi sudah
dibuat secara detail atau terperinci. Seyogianya detail atau rincian lebih lanjut
fungsi dan wewenang lembaga negara tersebut, dibuat dalam bentuk
undangundang yang merupakan peraturan operasional dari UUD. Hal ini sesuai
dengan maksud dan pengertian seperti yang dikemukakan para ahli di atas, bahwa
UUD mengatur hal-hal yang fundamental tentang kehidupan bernegara.27
4. Pentingnya Konstitusi Bagi Sebuah Negara
Konfigursi politik tertentu akan mempengaruhi perkembangan
ketatanegaraan suatu bangsa, begitu juga di Indonesia yang telah mengalami
25Mirza Nasution. “Negara dan Konstitusi.” (Sumatra Utara: Ilmu Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004) h.4. 26Mu’allifin. M. Darin Arif.. “Hubungan Konstitusi Dengan Tugas dan Fungsi Negara.”
Ahkam volume 4, Nomor 1, Juli 2016: 167. 27Frinaldi. Aldri dan Nurman S. “Perubahan Konstitusi Dan Implikasinya Pada
Perubahan Lembaga Negara”. DEMOKRASI Vol. IV No.1 Th. 2005. h. 18.
21
perkembangan politik pada beberapa periode tentu akan mempengaruhi
perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Perkembangan ketatanegaraan tersebut
juga sejalan dengan perkembangan dan perubahan konstitusi di Indonesia.28
Konstitusi bukan hanya sebagai kumpulan norma-norma dasar statis yang
merupakan sumber ketatanegaraan, tapi juga memberi ruang untuk mengikuti
perkembangan masyarakat yang terjadi dalam suatu negara. Sejalan dengan
dinamika perkembangan masyarakat pada suatu negara, maka konstitusi dapat
pula mengalami perubahan.29
Namun, untuk melakukan perubahan tersebut tiap-tiap konstitusi
mempunyai cara-cara atau prosedur tertentu. Menurut Thaib dalam jurnal Aldri
Frinaldi dan Nurman S, terdapat dua sistem perubahan sistem konstitusi yaitu :
Sistem yang pertama, bahwa apabila suatu Undang-Undang Dasar atau konstitusi
diubah, maka yang berlaku adalah Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang
baru secara keseluruhan. Hal ini pernah dialami di Indonesia yaitu perubahan
(pergantian) konstitusi dari UUD 1945 menjadi Kontitusi RIS (27 Desember 1949
– 17 Agustus 1950), dan perubahan (pergantian) dari Kontitusi RIS menjadi
UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959), serta dari UUDS 1950 kembali
menjadi UUD 1945 ( 5 Juli 1959 – 1999).30
Situasi yang mempengaruhi perubahan konstitusi juga berasal dari
28Santoso. M.Agus. “Perkembangan Konstitusi di Indonesia” Falultas Hukum Universitas
Widya Gama Mahakam Samarinda. Yustisia Vol. 2 No. 3 September - Desember 2013. h. 120. 29Frinaldi. Aldri dan Nurman S. “Perubahan Konstitusi Dan Implikasinya Pada
Perubahan Lembaga Negara”. DEMOKRASI Vol. IV No.1 Th. 2005. h. 12. 30Frinaldi. Aldri dan Nurman S. “Perubahan Konstitusi Dan Implikasinya Pada
Perubahan Lembaga Negara”. DEMOKRASI Vol. IV No.1 Th. 2005. h. 13
22
eksternal yaitu negara asing khususnya Belanda yang mempropaganda agar
Indonesia tidak berbentuk Negara Kesatuan tetapi Negara Serikat. Perubahan
konstitusi berarti juga perubahan sistem ketatanegaraan, sejak awal Pancasila dan
UUD 1945 tidak lapang jalannya karena kolonialis Belanda selalu ingin
menancapkan kembali kekuasaannya. Desakan Belanda ini begitu kuat sehingga
memaksa bangsa Indonesia harus berpikir politis dalam rangka mengelabui
Belanda, walaupun menyetujui himbauan Belanda untuk menjadi negara Serikat
tetapi tidak berlangsung lama.31
Keadaan yang mempengaruhi perubahan konstitusi di Indonesia juga
berasal dari internal (dalam negeri) yang beraneka ragam desakan dalam hal
menjalankan sistem ketatanegaraan, namun hal itu juga akibat dari faktor
eksternal, yaitu perubahan dari negara Serikat kembali ke NKRI, untuk
mengelabui Belanda maka UUD yang dipergunakanpun tidak menggunakan UUD
1945 tetapi menggunakan UUDS 1950. Akibat dari perubahan konstitusi maka
berubah pula sistem ketatanegaraan Indonesia pada saat itu.32
Konstitusi sangat diperlukan oleh suatu negara. Oleh karena itu, semua negara
yang baru merdeka akan menyusun konstitusi. Konstitusi merupakan dokumen
nasional yang bersifat mulia dan istimewa dan sekaligus merupakan dokumen
hukum dan politik. Konstitusi berisi kerangka dasar, susunan, fungsi, dan hak
31Santoso. M.Agus. “Perkembangan Konstitusi di Indonesia” Falultas Hukum Universitas
Widya Gama Mahakam Samarinda. Yustisia Vol. 2 No. 3 September - Desember 2013. h. 125. 32Santoso. M.Agus. “Perkembangan Konstitusi di Indonesia” Falultas Hukum Universitas
Widya Gama Mahakam Samarinda. Yustisia Vol. 2 No. 3 September - Desember 2013. h. 125.
23
lembaga negara, pemerintahan, hubungan antara negara dan warganya, serta
pengawasan jalannya pemerintahan.
B. Kebijakan Publik
Sejak reformasi di gulirkan pada tahun 1998, proses transformasi politik
menuju demokratisasi faset kehidupan di Indonesia meberikan kesempatan yang
lebih banyak kepada setiap warga negara atau anggota suatu kelompok
masyarakat untuk mempengaruhi pilihan pemerintah. Melalui pemungutan suara,
publikasi opini, atau pernyataan pendapat melalui kerjasama dalam sebuah
kelompok yang terorganisasi inilah merupakan sebuah kesempatan. Tipe
pemilihan cara yang ditempuh beragam dan sudah tentu dapat ikut serta
mepengaruhi pilihan tentang isu yang diangkat dipermukaan. Maka dalam dunia
akademik atau dalam kehidupan sehari-hari, kepedulian kita terhadap pilihan dan
tindakan pemerintah disebut kebijakan publik.33
1. Pengertian Kebijakan Publik
Budi winarno menjelaskan dengan arti luas istilah yang berarti “policy”
merujuk pada perilaku aktor (pemerintah) dan aktor-aktor dalam bidang lainnya.34
Easton dalam Taufiqurokhman mempunyai definisi kebijakan publik adalah “the
authoritative allocation of values for the whole society” yang berarti sebagai
alokasi nilai-nilai otoritatif (paksa) untuk seluruh anggota. Laswell dan Kaplan
berpendapat kebijakan publik merupakan “projected program of goal, value, and
33Direktorat Jendral Olahraga,”Olahraga, Kebijakan dan Politik; sebuah analisis.” (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 1. 34Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Media Press, 2005), 19.
24
practice” yaitu mempunyai nilai dan praktik program tujuan yang diproyeksikan
secara terarah.35
Menurut Bill Jenkins mengungkapkan bahwa kebijakan adalah keputusan
oleh aktor politik untuk membuat sebuah hasil dan tujuan yang berdasarkan
pertimbangan situasi/keadaan tertentu.36
Pada definisi-definisi tersebut terdapat batasan tentang apa yang dimaksud
kebijakan publik. Setiap arti dari definisi memberikan maksud dan tujuan yang
berbeda satu sama lain. Hal tesebut tercipta karena pandangan dan latar belakang
para ahli tersebut berbeda.
Kebijakan merupakan sebuah tindakan dan prinsip dalam mengambil
keputusan. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mendefinisikan kebijakan bentuk
pedoman dalam betindak. Pedoman tersebut menggambarkan suatu hal yang biasa
maupun yang bersifat sulit/kompleks, kabur/jelas, sempit/luas, bersifat
khusus/umum, longgar atau terperinci, publik atau privat, serta bersifat kualitatif
atau kuantitatif. Hal tersebut merupakan bentuk deklarasi/pernyataan dalam
membuat rencana.37
Kebijakan publik, dilihat dari sudut pandang politik dapat diartikan sebagai
hasil dari perbincangan dan perdebatan suatu masalah yang terjadi dalam
bernegara dengan para aktor yang mempunyai kepentingan-kepentingan
35Taufiqurokhman, Kebijakan Publik, Pendelegasian Tanggung Jawab Kepada Presiden
Selaku Penyelenggara Pemerintah, (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Moestopo Beragama (Pers), 2014). 3. 36www.gurupendidikan.co.id, “10 -pengertian-kebijakan-publik-menurut-para-ahli-
terlengkap.” http://www.gurupendidikan.co.id/10-pengertian-kebijakan-publik-menurut-para-ahli-
terlengkap/. Diunduh tanggal 12 november 2017. 37Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan Negara, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), 5.
25
didalamnya. Bukan hanya sebagai proses pemuatan kebijakan, tetapi kebijakan
publik juga dibuat dan di implementasikan pada dinamika-dinamika yang ada.38
Thomas Dye salah satu tokoh yang berkecimpung dalam dunia politik,
mendefinisikan kebijakan publik merupakan tindakan pemerintah yang memiliki
tujuan.39
Menurut para ahli yang lain, kebijakan publik yang dikatakan James
Anderson adalah suatu kebijakan yang dipengurhi oleh aktor-aktor dari luar
walaupun kebijakan itu sudah ditetapkan oleh badan-badan dan aparat
pemerintah.40
Selain itu, Wayne Parsons mengungkapkan definisi publik adalah kegiatan
atau aktivitas masyarakat yang perlu diatur dan dintervensi oleh pemerintah.41 Hal
tersebut membahas berbagai persoalan diantaranya isu-isu yang disusun
(contructed) dan dimasukkan dalam agenda kebijakan publik.42
2. Jenis-Jenis Kebijakan
Jenis-jenis kebijakan publik berdasarkan dua kategori menurut Riant
Nugroho D. Pertama berdasarkan makna kebijakan publik yaitu bentuk tindakan
38Michael Howlett dan Ramesh, Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy
Subsistem dalam Skripsi Ahmad Subandi “Implementasi Dana Desa di Desa Neglasari
Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor (Studi terhadap Kebijakan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam Permendes PDTT Nomor 5 Tahun 2015),” (jakarta,
2016). 20. 39Lihat Harold D. Laswell, Policy Science and Political Science, dalam Michael Howlett
dan Ramesh, Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy Subsistem Skripsi Ahmad Subandi
“Implementasi Dana Desa di Desa Neglasari Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor (Studi
terhadap Kebijakan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam
Permendes PDTT Nomor 5 Tahun 2015),” (jakarta, 2016). 20. 40Lihat James Anderson, Public Policy Making, dalam Budi Winarno, Kebijakan Publik:
Teori, Proses dan Studi Kasus (Yogyakarta: CAPS, 2012), hal. 21. 41Wayne Parsons, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, (Jakarta,
Kencana, 2006), 3. 42Wayne Parsons, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, (Jakarta:
Kencana, 2011), 1.
26
pemerintah agar dikerjakan dan diputuskan pada hal-hal yang harus dikerjakan
atau dibiarkan. Kedua berdasarkan pada lembaga pembuat kebijakan publik.
Lembaga pembuat kebijakan menghasilkan tiga kebijakan, antara lain; (a)
Kebijakan publik yang dibuat oleh legislatif.43 (b) Kebijakan publik antara
legislatif dengan eksekutif dalam bentuk kerjasama. (c) Kebijakan publik yang
dibuat oleh eksekutif. Peran eksekutif berfungsi untuk membantu permasalahan
yang dibuat kebijakan oleh legislatif yang semkin kompleks dalam menghadapi
persoalan membuat suatu kebijakan. Kebijakan yang ditangani eksekutif sebagai
berikut; (1) Keputusan Presiden (Kepres), (2) Peraturan Pemerintah, (3) Peraturan
Menteri (Permen) atau Lemebaga Pemerintah Non-Departemen dan lainnya
semisal Intruksi Menteri.44
3. Kerangka Kerja Kebijakan Publik
Kerangka kebijakan publik ditentukan 6 variabel,45 diantaranya:
a. Suatu target yang ingin dicapai.
b. opsi yang diperlukan untuk menjadi pertimbangan dalam pembuatan
kebijakan.
c. suatu dukungan sumberdaya untuk kebijakan.
d. Kemampuan tokoh yang turut serta dalam pembuatan kebijakan.
e. Lingkungan, meliputi lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.
f. Upaya dalam mencapai target yang diinginkan.
43Riant Nugroho, kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan evaluasi, (Jakarta: PT
Gramedia , 2004), 54-57. 44Riant Nugroho, kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan evaluasi, 60. 45Taufiqurokhman, Kebijakan Publik, Pendelegasian Tanggung Jawab Kepada Presiden
Selaku Penyelenggara Pemerintah, (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Moestopo Beragama (Pers), 2014). 3
27
4. Tahap Analisis Kebijakan
Terdapat 6 tahap analisis kebijakan. 46 Antara lain;
a. Tahap : Karakteristik
b. Perumusan Masalah : menyajikan informasi tentang keadaan
yang dapat jadi masalah Memberikan informasi mengenai kondisi kondisi
yang menimbulkan Masalah.
c. Forecasting (Peramalan) : menyajikan informasi tentang dampak di
masa yang akan datang dari pelaksanaan kebijakan altenatif, bahkan
apabila tidak membuat kebijakan Memberikan informasi mengenai
konsekuensi di masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan,
termasuk apabila tidak membuat kebijakan.
d. Rekomendasi Kebijakan : Memberikan informasi mengenai manfaat
bersih dari setiap alternatif, dan merekomendasikan alternatif kebijakan
yang memberikan manfaat bersih paling tinggi.
e. Monitoring Kebijakan : Memberikan informasi mengenai
konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan
termasuk kendala-kendalanya.
f. Evaluasi Kebijakan : Memberikan informasi mengenai kinerja.
5. Proses-Proses Kebijakan Publik
Proses analisis kebijakan di dalamnya mempunyai kegiatan intelektual serta
aktivitas yang bersifat politis. Kegiatan ini dapat diorientasikan sebagai proses
46Taufiqurokhman, Kebijakan Publik, Pendelegasian Tanggung Jawab Kepada Presiden
Selaku Penyelenggara Pemerintah. 17.
28
yang saling ketergantungan yang telah terstruktur menurut tahapan waktu yaitu
penyususan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan dan implementasi
kebijakan, dan penelitian kebijakan.47
Berikut merupakan gambar yang menunjukan tahap-tahap dalam proses
kebijakan yang dijelaskan oleh William N Dunn.48
Tabel II. A. 1.
Fase Proses
Kebijakan Publik Karakteristik Ilustrasi
Penyusunan
Agenda
Para aktor yang terpilih dan
diangkat menempatkan masalah
pada agenda publik. Banyak
masalah tidak di sentuh sama
sekali, sementara lainnya ditunda
untuk waktu lama.
Legislator negra dan
konsponsornya menyiapkan
rancangan undang-undang
mengirimkan ke komisi
kesehatan dan
kesejahteraan untuk
dipelajari dan disetujui.
Rancangan berhenti di
komite dan tidak terpilih
Formulasi
Kebijakan
Para aktor merumuskan alternatif
kebijakan untuk mengatasi
masalah. Alternatif kebijakan
melihat perlunya membuat
perintah eksekutif, keputusan
peradilan, dan tindakan legislatif.
Peradilan negara bagian
mempertimbangkan
pelarangan penggunaan tes
kemampuan standar seperti
SAT dengan alasan bahwa
tes tersebut cenderung bias
terhadap perempuan dan
minoritas.
Adopsi
Kebijakan
Alternatif kebijakan yang
diadopsi dengan dukungan dari
mayoritas legislatif, konsensus di
antara direktur lembaga, atau
keputusan peradilan.
Dalam keputusan
Mahkamah Agung pada
kasus Roe. v. Wade
tercapai keputusan
mayoritas bahwa wanita
mempunyai hak untuk
mengakhiri kehamilan
melalui aborsi.
Implementasi
Kebijakan
Kebijakan yang telah diambil
dilaksanakan oleh unit-unit
administrasi yang
memobilisasikan sumberdaya
Bagian keuangan kota
mengangkat pegawai untuk
mendukung peraturan baru
tentang penarikan pajak
47William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta, Gajah Mada
University Press, 201S2) h. 22-23.
48William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, 24.
29
Penyusunan
agenda
Kebijakan baru
Evaluasi terhadap implementasi, kinerja dan dampak
Implementasi
kebijakan
Formulasi dan
legitimasi
Kinerja dan
dampak kebijakan
Tindakan
kebijakan
Kebijakan
Agenda
pemerintah
Hasil
Hasil
Hasil
Diikuti
Diperlukan
Diperlukan Mengarah ke
finansial dan manusia. kepada rumah sakit yang
tidak lagi memiliki status
pengecualian pajak.
Penilaian
Kebijakan
Unit-unit pemeriksaan dan
akuntansi dalam memerintahkan
menentukan apakah badan-badan
eksekutif, legislatif, dan
peradilan memenuhi persyaratan
undang-undang dalam
pembuatan kebijakan dan
pencapaian tujuan.
Kantor akuntansi publik
memantau program-
program kesejahteraan
sosial seperti bntuan untuk
keluarga dengan anak
tanggungan (AFDC) untuk
menentukan luasnya
penyimpangan/korupsi. Sumber : William N. Dunn, . 25
Sementara itu dalam pandangan Ripley (dalam Subarsono),49 tahapan
kebijakan publik digambarkan sebagai berikut:
Tabel II.A.2
Tahapan Kebijakan Publik
Sumber: Ripley (dalam Subarsono), 11.
49Subarsono, Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), 10-11.
30
C. Implementasi Kebijakan
1. Pengertian Implementasi Kebijakan
Budi Winarno menjelaskan implementasi kebijakan adalah tahapan yang
paling berpengaruh dalam sebuah pembentukan kebijakan publik. Tujuan yang
diinginkan pada suatu kebijakan dapat di implementasikan agar mempunyai
dampak langsung pada program yang sedang dijalankan.50 Arti luas implementasi
kebijakan merupakan tahapan dalam pembentukan kebijakan setelah penetapan
menjadi Undang-Undang (UU).
Proses pelaksanaan UU yang dikerjakan oleh aktor, prosedur, lembaga
organisasi, dan teknik dalam bekerjasama menjalankan kebijakan agar tercapai
tujuan dari program kebijakan adalah sebuah definisi dari implementasi.51
Subarsono mengatakan dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik
diimplementasikan oleh badan-badan pemerintah.52 Pada kenyataannya, lembaga-
lembaga pemerintah sering menghadapi pekerjaan di dalam perintah dari undang-
undang yang terlalu kompleks, sehingga memaksa sebuah lembaga pemerintah
membuat keputusan diluar hal yang tidak seharusnya dilakukan.53
Banyaknya aktor atau lembaga yang terlibat dalam proses implementasi
bukan merupakan satu-satunya yang membuat hal tersebut menjadi kompleks.
Tetapi dalam prosesnya, implemetasi dipengaruhi oleh berbagai hal seperti
50Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Caps, 2012), 146.
51Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, 147.
52Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, (Yogyakarta; Pustaka
Pelajar, 2010), 87. 53Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, 88.
31
variabel kompleks, baik variabel organisasional, dari variaver tersebut mempunyai
pengaruh serta dapat berinteraksi satu dengan lainnya.54
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Beberapa kutipan para ahli yang dikutip oleh Subarsono mengenai
implementasi kebijakan, diantaranya:
Teori George C. Edward III (1980), implementasi kebijakan dipengaruhi
oleh empat variabel, diantaranya:55
a. Komunikasi
Implementator merupakan kunci untuk mengetahui apa yang
dilalukannya menjadi suatu keberhasilan dalam implementasi kebijakan.
Adanya kemungkinan resistensi dari kelompok saran jika kebijakan di
dalamnya tidak diketahui bahkan tidak tertuju sama sekali oleh target
(target group).
b. Sumberdaya
Tidak berjalannya implementasi secara efektif membutuhkan
sumberdaya agar dapat berkomunikasi secara konsisten dan jelas.
Sumberdaya tersebut dapat terwujud dari sumberdaya manusia, yakni
kompetensi, dan sumberdaya finansial.
c. Diposisi
Komitmen, kejujuran, sifat demokrasi merupakan bentuk disposisi
(karakteristik/watak) yang harus di miliki oleh seorang implementator.
54Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, 89.
55Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, 90.
32
Karena berjalannya kebijakan dengan sesuai apa yang diharapkan, itu jika
implementator memiliki disposisi yang baik. .
d. Struktur Birokrasi
Pengaruh besar pada implementasi kebijakan adalah tugas dari
struktur organisasi. Prosedur operasi yang standar (SOP) merupakan aspek
struktur penting dari setiap organisasi dan merupakan pedoman/alur untuk
para implementator. Panjang atau banyaknya struktur organisasi juga
dapat menimbulkan lemahnya pengawasan dan dapat berakibat red-tape,
yaitu hal kompleks/rumit pada prosedur birokrasi. Dampaknya akan
menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak efektif dan fleksibel.56
Teori Merilee S. Grindle (1980), menurutnya keberhasilan implementasi di
pengaruhi oleh dua variabel besar57, yakni:
a. Isi Kebijakan (content of policy), diantaranya:
1) Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups
termuat dalam isi kebijakan.
2) Jenis maanfaat yang diterima oleh target group.
3) Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan..
4) Apakah letak sebuah program sudah tepat. Apakah sebuah
kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci.
5) Apakah sebuah program didukung opleh sumberdaya.
56Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, 91-92. 57Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi, 93.
33
b. Lingkungan Implementasi (context of implementation), diantaranya
1) Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang
dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi
kebijakan.
2) Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa.
3) Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
D. Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Publik
Budi Winarno menjelaskan beberapa bagian dari pelaksanaan
implementasi kebijakan publik, diantaranya:58
1. Birokrasi
Dalam sistem politik modern umumnya kebijakan publik
diimplementasikan terutama oleh sistem badan-badan administrasi yang
kompleks. Di dalam badan-badan (birokrasi) mempunyai ini mempunyai
keleluasaan yang besar yang besar dalam menjalankan kebijakan-kebijakan publik
yang berada dalam yuridiksinya karena mereka sering kali berkerja bedasarkan
mandat perundang-undangan yang luas dan ambigu.
Situasi ini menjadikan mereka yang berperan dalam proses legislasi
seringkali tidak mampu atau tidak berminat untuk membuat garis-garis pedoman
yang tepat. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas isu yang dibahas, atau karena
kurangnya perhatian, waktu dan informasi.
58Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Caps, 2012), 221-224.
34
2. Lembaga Legislatif
Secara tradisional asumsi dalam banyak literatur administratif publik
menyatakan bahwa politik dan administrasi merupakan kegiatan-kegiatan yang
terpisah. Oleh karenanya, politik mempunyai kaitan erat dengan perumusan
kebijakan, yang harus ditangani cabang-cabang “politik” dari pemerintah, dalam
arti cabng eksekutif dan cabang legislatif. Dalam tata kelolanya, kebijakan
berkaitan dengan implementasi keputusan yang dibuat oleh lebih banyak cabang
politik, dan ditangani oleh berbagai badan administratif.
3. Lembaga Peradilan
Pentingnya keterlibatan peradilan adalah dalam konteks mempengaruhi
tata kelola/administrasi melalui interpretasi nyata terhadap perundang-udangan
dan peraturan-peraturan administratif dan regulasi, dan pengkajian ulang terhadap
keputusan administratif dalam kasus-kasus yang terjangkit di pengadilan.
Lembaga peradilan bisa mengahambat, memfasilitasi atau secara luasnya
mementahkan implementasi kebijakan-kebijakan tertentu melalui keputusan-
keputusan yang sudah ditetapkan oleh lemabaga tersebut.
4. Kelompok Penekan
Badan-badan administrasi sering sekali diberikan diskresi yang ditetapkan
oleh perundang-undnagan, maka pada saatnya suatu tindakan diambil oleh suatu
badan administrasi, maka perjuangan antarkelompok kepentingan bergeser dari
wilayah legislatif ke wilayah administratif. Berdasarkan diskresi yang berlaku
dalam banyak badan administratisi, kelompok-kelompok yang mempengaruhi
35
tindakan suatu badan administratisi memungkinkan bisa memberi efek secara
subtansial pada arah dan dampak dari kebijakan publik.
Dapat disimpulkannya bahwa suatu kelompok kepentingan telah
“menguasai” suatu badan administrasi kadangkala hanya melalui hubungan yang
begitu dekat antara suatu kelompok kepentingan dengan badan administrasi.
5. Organisasi-Organisasi Masyarakat
Organisasi-organisasi masyarakat pada tingkat lokal seringkali terlibat
dalam implementasi program-program publik. Singkatnya, berbagai pemeran
dapat mempengaruhi suatu kebijakan tertentu. Dengan demikian, implementor,
para pengurus partai politik dan badan-badan staf eksekutif juga terlibat dampak
pada implementasi kebijakan.
E. Pengertian Atlet
Atlet adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau
pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).59 Menurut kamus lengkap
bahasa Indonesia (KLBI), kata olahraga adalah kata kerja yang diartikan sebagai
gerak dinamis badan agar sehat. Sedangkan para ahli/pakar olahraga, olahraga
adalah suatu kegiatan manusia dengan maksud mencapai kesejahteraan (jasmani
dan rohani) yang memiliki aspek positif dan negatif. Sebuah aktivitas manusia
yang bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan manusia itu sendiri. Olahraga
sendiri didalamnya memiliki aspek positif dan negatif.
59“Kamus Besar Bahasa Indonesia” Tersedia di https://kbbi.web.id/atlet diakses tanggal
16 desember 2017.
36
Membangun kegiatan sosial, ekonomi dan politik; adanya hubungan antara
manusia (individu dan kelompok), kegiatan jasa dan penyerapan tenaga kerja, dan
mampu meningkatkan harga diri seorang atlet, pelatih, pembina, organisasi,
daerah dan bangsa, kesejahteraan pembina olahraga, dan derajat bangsa di amat
Internasional, semua itu adalah bentuk aspek positif dari olaharaga. Sedangkan
aspek negatif pada olahraga yakni, kedapatannya atlet yang menggunakan
berbagai cara untuk memenangkan pertandingan, contohnya tidak fair play, tidak
displin, memanipulasi, melanggar peraturan (peraturan pertandingan) dan
menggunakan doping. .
Adapun menurut Undang-Undang di Negara Indonesia, atlet adalah pelaku
olahraga yang lebih lanjut disebut olahragawan. Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional, di dalam pasal 53 atlet meliputi olahragawan amatir dan olahragawan
profesionalserta Olahragawan penyandang cacat merupakan olahragawan yang
melaksanakan olahraga khusus.60 Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Atlet Amatir
Atlet amatir, yakni melaksanakan olahraga yang menjadi kegemaran dan
keahliannya. Atlet amatir mempunyai hak sebagai berikut;61
60Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 53, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
diunduh pada 25 november 2017
61Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 54, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
diunduh pada 25 november 2017
37
a. Meningkatkan prestasi melalui klub dan/atau perkumpulan olahraga;
b. Mendapatkan pembinaan dan pengembangan sesuai dengan cabang
olahraga yang diminati;
c. Mengikuti kejuaraan olahraga pada semua tingkatan setelah melalui
seleksi dan/atau kompetisi;
d. Memperoleh kemudahan izin dari instansi untuk mengikuti kegiatan
keolahragaan daerah, nasional, dan internasional; dan
e. Beralih status menjadi atlet profesional.
Di dalam hak-hak diatas atlet amatir juga layak mendapat sebuah
pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan
sebagai satu kesatuan yang sistemis dan berkesinambungan dengan sistem
pendidikan nasional. Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan
dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau dosen
olahraga yang berkualifikasi dan memiliki sertifikat kompetensi serta didukung
prasarana dan sarana olahraga yang memadai. Pembinaan dan pengembangan
olahraga pendidikan pada semua jenjang pendidikan memberikan kebebasan
kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan bakat dan
minat. Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dengan
memperhatikan potensi, kemampuan, minat, dan bakat peserta didik secara
menyeluruh, baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada
38
ayat (3) dilakukan secara teratur, bertahap, dan berkesinambungan dengan
memperhatikan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.62
2. Atlet Profesional
Atlet profesional, yakni melaksanakan kegiatan olahraga sebagai profesi
sesuai dengan keahliannya. Setiap orang dapat menjadi olahragawan profesional
setelah memenuhi persyaratan:63
a. Pernah menjadi atlet amatir yang mengikuti kompetisi secara periodik;
b. Memenuhi ketentuan ketenagakerjaan yang dipersyaratkan;
c. Memenuhi ketentuan medis yang dipersyaratkan; dan
d. Memperoleh pernyataan tertulis tentang pelepasan status dari atlet amatir
menjadi atlet profesional yang diketahui oleh induk
Organisasi cabang olahraga yang bersangkutan. Setiap olahragawan
berkewajiban:
a. Menjunjung tinggi nilai luhur dan nama baik
b. Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Mengedepankan sikap sportivitas dalam setiap kegiatan olahraga yang
dilaksanakan;
d. Ikut menjaga upaya pelestarian lingkungan hidup; dan
62Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 25-27, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
diunduh pada 25 november 2017. 63Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 55, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
diunduh pada 25 november 2017.
39
e. Menaati peraturan dan kode etik yang berlaku dalam setiap cabang
olahraga yang diikuti dan/atau yang menjadi profesinya
Dan atlet profesional mendapatkan hak-hak antara lain, pembinaan dan
pengembangan olahraga profesional dilakukan oleh induk organisasi cabang
olahraga dan organisasi olahraga profesional. Selain itu, Pembinaan dan
pengembangan olahraga profesional dilaksanakan dan diarahkan untuk terciptanya
prestasi olahraga, lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan.64
3. Olahragawan Penyandang Cacat
Olahragawan penyandang cacat melaksanakan kegiatan olahraga khusus
bagi penyandang cacat. Setiap olahragawan penyandang cacat sebagaimana
dimaksud, berhak untuk:65
a. Meningkatkan prestasi melalui klub dan/atau perkumpulan olahraga
penyandang cacat;
b. Mendapatkan pembinaan cabang olahraga sesuai dengan kondisi kelainan
fisik dan/atau mental; dan
c. Mengikuti kejuaraan olahraga penyandang cacat yang bersifat daerah,
nasional, dan internasional setelah melalui seleksi dan/atau kompetisi.
64Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 29, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
diunduh pada 25 november 2017. 65Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2005 Pasal 56, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
diunduh pada 25 november 2017.
40
Serta olahraga penyandang cacat mendapatkan hak-hak diantaranya,
pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat dilaksanakan dan
diarahkan untuk meningkatkan kesehatan, rasa percaya diri, dan prestasi
olahraga. Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat juga
dilaksanakan oleh organisasi olahraga penyandang cacat yang bersangkutan
melalui kegiatan penataran dan pelatihan serta kompetisi yang berjenjang dan
berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional. Pemerintah Pusat,
pemerintah daerah, dan/atau organisasi olahraga penyandang cacat yang ada
dalam masyarakat berkewajiban membentuk sentra pembinaan dan
pengembangan olahraga khusus penyandang cacat. Pembinaan dan
pengembangan olahraga penyandang cacat diselenggarakan pada lingkup
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi berdasarkan jenis
olahraga khusus bagi penyandang cacat yang sesuai dengan kondisi kelainan
fisik dan/atau mental seseorang.66
66Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 30, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
diunduh pada 25 november 2017.
41
BAB III
Gambaran Umum Atlet dan Penghargaan Atlet
A. Sejarah Prestasi Olahraga Indonesia
1. Prestasi Olahraga di Masa Orde Lama
Olahraga sudah merupakan salah satu aspek kehidupan yang tidak dapat
dipisahkan dari rakyat Indonesia itu sendiri sejak sebelum Indonesia meraih
kemerdekaannya.67 Soekarno Sang Plokamator sudah sejak awal sudah memberi
perhatian yang sangat besar bagi perkembangan olahraga. Pentingnya pendidikan
jasmani dan olahraga yang di katakan Soekarno itu merupakan sebuah bagian dari
Pembangunan karakter bangsa (Nation Building).68 Dunia Olahraga hidup
berdampingan dengan kehidupan bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Tidak
hanya sebagai kebutuhan untuk menjaga kesehatan tetapi olahraga telah merasuk
kedalam semua sektor kehidupan. Langkah yang lebih jauh, prestasi olahraga
dapat mengankat harkat martabat manusia baik secara individual, kelompok,
masyarakat, bangsa dan negara.69
Pada zaman kepemimpinan Presiden Soekarno, supremasi olahraga Tanah
Air begitu kuat di mata dunia, Soekarno meletakkan olahraga sebagai bagian dari
67Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis
Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” (Jakarta: Koni Pusat, 2016), 1. 68Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis
Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” 9. 69Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis
Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” 21.
42
”Nation and Character Building”.70 Menyikapi manfaat nilai dan spitit olahraga,
Presiden Soekarno menjadikan nilai dan dan spirit tersebut seabgai “state policy”
atau sebuah strategi kebijakan negara.71
2. Prestasi Olahraga di Masa Orde Baru
Dan sementara itu pada era Presiden Soeharto memandu rakyat menuju
era pencapaian dengan slogan yang terkenal ‘Memasyarakatkan Olahraga,
Mengolahragakan Masyarakat’. Prestasi olahraga di Indonesia pada masa-masa
tersebut memasuki masa kejayaan. Olahraga pada kala itu merupakan sebuah
energi pembangunan dan sumber kehormatan. Keduanya menjadi bukti sejarah
kedigdayaan olahraga Indonesia yang tidak lepas dari hadirnya upaya sungguh-
sungguh seorang pemimpin Negara.72
Setelah masa penjajahan, Soekarno mempunyai ambisi membawa nama
bangsa Indonesia ke pentas dunia. Tidak hanya berpatok pada politik, ekonomi,
militer, ataupun budaya, Soekarno juga menciptakan olahraga sebagai alat
mengangangkat harkat dan martabat bangsa. Pada tahun 1962, ketika itu Soekarno
mempunyai suatu hasrat untuk “bertempur” dengan negara-negara lain untuk
menjadikan Indonesia tuan rumah pada pesta olahraga Asian Games. Hal ini
merupakan sebuah kiprah menunjukkan jati diri sebuah Bangsa Indonesia yang
ditunjukkan pada saat pelaksanaan Asian Games (AG) tahun 1962 yang
70nusantara.news, “prestasi olahraga indonesia dulu digdaya sekarang tak berdaya.”
https://nusantara.news/prestasi-olahraga-indonesia-dulu-digdaya-sekarang-tak-berdaya/ diunduh
tanggal 13 april 2018. 71Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis
Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” (Jakarta: Koni Pusat, 2016), 23. 72nusantara.news, “prestasi olahraga indonesia dulu digdaya sekarang tak berdaya.”
https://nusantara.news/prestasi-olahraga-indonesia-dulu-digdaya-sekarang-tak-berdaya/ diunduh
tanggal 13 april 2018.
43
berlangsung mulai tanggal 24 Agustus hingga 4 September, di Jakarta.
Kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh Bung Karno, Jakarta akhirnya meraih
runner up di rumah sendiri pada perhelatan Asian Games ke IV tahun 1962.73
Setelah menjadi runner up pada Asian Games tahun 1962, Soekarno
mengeluarkan Keputusan Presiden No. 263/1963 pada 18 Desember 1963.
Keputusan Presiden tesebut menjadi perintah kepada rakyat indonesia agar
menjadi sportminded serta mengikuti kegiatan olahraga untuk menjadi bagian dari
sebuah revolusi Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjadi pemicu
Indonesia masuk 10 besar prestasi olahraga di dunia.74
21 emas 26 perak dan 30 perunggu adalah prestasi tertinggi Indonesia
yang diperoleh pada Asian Games 1962 di Jakarta. Sejak 1951 di India hingga
1966 di Thailand indonesia telah mengikuti lima pergelaran Asian Games. Pada
tahun 1962 menjadi peringkat tertinggi sepanjang sejarah bagi rakyat Indonesia
dalam perhelatan Asian Games.75
73nusantara.news, “prestasi olahraga indonesia dulu digdaya sekarang tak berdaya.”
https://nusantara.news/prestasi-olahraga-indonesia-dulu-digdaya-sekarang-tak-berdaya/ diunduh
tanggal 13 april 2018. 74Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis
Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” (Jakarta: Koni Pusat, 2016), 12. 75setkab.go.id , “Olahraga Bukan Hanya Sekedar Prestasi.” http://setkab.go.id/olahraga-
bukan-hanya-sekadar-prestasi/
44
Berikut tabel Peringkat Indonesia pada Asian Games 1962;
Tabel III.A.1
Sumber: setkab.go.id
Orde Lama menuju Orde Baru adalah sejarah politik tanda beralihnya
kekuasaan dari tangan Soekarno ke Soeharto. Perubahan di bidang politik,
ekonomi, sosial, militer, dan lain-lainnya tidak terkecuali pada sektor olahraga.
Presiden Soeharto ternyata memiliki perhatian lebih pada kemajuan Indonesia di
bidang olahraga. Di bawah kepemimpinan Soeharto ini, Indonesia menjadi
negara kuat dalam olahraga di kancah internasional khususnya di Asia, dan
memiliki julukan “Macan Asia” karena prestasi olahraga yang mampu di raih oleh
Indonesia. Terutama bulutangkis yang merupakan cabang yang selalu
menyumbang prestasi olahraga di tingkat dunia.76
Pada masa Soeharto, SEA Games tahun 1977 menjadi partisipasi
Indonesia pertama dalam pesta olahraga dua tahunan tersebut. SEAP (Southeast
Asian Peninsular) Games sebutan awal pada tahun 1959 dan kini telah berganti
menjadi SEA Games. Pada keikutsertaan pertamanya, Indonesia langsung
76Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis
Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” (Jakarta: Koni Pusat, 2016), 15.
45
menduduki posisi terdepan dalam perolehan mendali dengan menyingkirikan
dominasi Thailand. Pada periode inilah Indonesia tercatat 11 kali mengambil alih
gelar tertinggi sejak 1977 hingga 1997, hanya pada 1985 di Bangkok dan 1995
Chiang Mai negeri Gajah Putih (Thailand) dapat menggeser dominasi Indonesia.77
Prestasi Olahraga Atlet Indonesia Pada Sea Games di Era Orde Baru
Tabel III.A.2
Tahun Tuan Rumah Juara Umum Runner Up
1977 Kuala Lumpur (Malaysia) Indonesia (62) Singapura (37)
1979 Jakarta (Indonesia) Indonesia (92) Thailand (50)
1981 Manila (Filipina) Indonesia (85) Thailand (62)
1983 Singapura Indonesia (64) Filipina (49)
1985 Bangkok (Thailand) Thailand (92) Indonesia (62)
1987 Jakarta (Indonesia) Indonesia (183) Thailand (63)
1989 Kuala Lumpur (Malaysia) Indonesia (102) Malaysia (67)
1991 Manila (Filipina) Indonesia (92) Filipina (90)
1993 Singapura Indonesia (88) Thailand (63)
1995 Chiang Mai (Thailand) Thailand (157) Indonesia (77)
1997 Jakarta (Indonesia) Indonesia (194) Thailand (83)
Sumber: Yosua Praditya dan Jerry Indrawan, 18.
Prestasi yang memukau pada bulutangkis, sebut saja Rudy Hartono
menjadi juara termuda di All England (1968) dan pegang rekor delapan kali juara,
tujuh kali secara berurutan. Piala Thomas pun menjadi langganan Indonesia dari
1970an-1990an. Selain itu, Indonesia untuk kali pertama memperoleh medali di
ajang Olimpiade, trio panahan mendapatkan perak di Seoul 1988. Setelah perak,
akhirnya emas Olimpiade bisa diraih di Barcelona 1992 lewat Susy Susanti dan
Alan Budi Kusuma. Era emas Olimpiade terakh ir di zaman Presiden Soeharto
diberikan Ricky/Rexy di Atlanta 1996. Atas raihan medali emas tersebut lagu
kebangsaan Indonesia yaitu “Indonesia Raya” dikumandangkan di dua Kota, yaitu
Barcelona (Spanyol) dan Atlanta (Amerika Serikat). Sebuah hal yang luar biasa
77Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis
Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.”. 18.
46
dan bentuk prestasi yang membanggakan karena telah mampu mengibarkan
bendera negara dan mengumandangkan lagu kebangsaan di negara lain.78
Pencapaian Olimpiade di Era Orde Baru
Tabel III.A.3
Olimpiade Medali Emas Medali Perak Medali Perunggu
Seoul (Korea
Selatan, 1988)
- 2
(Panahan)
-
Barcelona
(Spanyol, 1992)
2
(Bulutangkis)
2
(Panahan)
3
(Bulutangkis)
Atlanta (Amerika,
1996)
1
(Bulutangkis)
- 6
(Bulutangkis)
Sumber: Yosua Praditya dan Jerry Indrawan, 19.
3. Prestasi Olahaga di Era Reformasi
Prestasi olahraga Indonesia cenderung menurun, pasca reformasi politik
yang terjadi di tanah air pada 1998. Walaupun medali emas olimpiade masih
dapat kita pertahankan, tetapi pada kenyataannya atlet bulutangkis indonesia
semakinsulit untuk mengimbangi atlet-atlet dari negara lain. Pada Era Reformasi,
tidak perlu membahas prestasi di tingkat Asia ataupun dunia, di tingkat ASEAN
kini Indonesia sudah semakin terpuruk. Prestasi Indonesia itu terus menurun sejak
SEA Games Brunei 1999, harus puas di posisi ketiga. Di Seagames Kuala Lumpur
dua tahun berikutnya, Indonesia terlempar pada posisi keempat dan hal tersebut
terulang di Hanoi tahun 2003. Setelah itu hal yang sangat tidak terduga tercipta
pada tahun 2005 di Manila, Indonesia mendapat hasil terburuk yaitu menduduki
78Yoshua Praditya dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak Strategis
Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.” 19.
47
peringkat lima saat itu. Dan berhasil menduduki peringkat keempat tahun 2007 di
Thailand.79 Lihat tabel berikut:
Tabel III.A.4
Tahun Tuan
Rumah
Peringkat Emas Perak Perunggu Total
Medali
1999 Brunei 3 44 43 58 145
2001 Malaysia 3 72 74 80 226
2003 Hanoi 3 56 68 98 222
2005 Filipina 5 50 79 89 218
2007 Thailand 3 56 64 82 202
2009 Laos 3 43 53 74 170
2011 Indonesia 1 182 151 143 476
2013 Myanmar 4 65 84 111 260
2015 Singapura 5 45 55 69 169
Sumber: nusantara.news
Berdasarkan grafik di atas maka terjadi penurunan prestasi nasional yang
drastis, dimana dari tahun 1999 - 2015 Indonesia hanya menjadi juara umum satu
kali pada 2011 sebagai tuan rumah. Sisanya Indonesia lebih banyak menduduki
posisi tiga atau empat saja, bahkan yang terakhir saja Indonesia menduduki
peringkat lima. Selain itu, satu persatu permasalahan pun bertambah, seperti dana
yang kecil, regenerasi yang terlambat, manajemen yang tidak sebaik era
79nusantara.news, “prestasi olahraga indonesia dulu digdaya sekarang tak berdaya.”
https://nusantara.news/prestasi-olahraga-indonesia-dulu-digdaya-sekarang-tak-berdaya/ diunduh
tanggal 13 april 2018.
48
sebelumnya, dan lain-lain. Kesemua ini tampaknya menjadi alasan mengapa
prestasi nasional semakin terpuruk. Belum lagi kesejahteraan atlet dan mantan
atlet yang kerap menjadi isu sensitif bagi pemerintah yang dinilai tidak becus
mengurus atlet. Yang dikhwatirkan adalah Indonesia tidak lagi mampu bangkit
dan jaya seperti pada eranya di Orla dan Orba, namun Indonesia menjadi negara
di klasemen papan tengah pada regional A SEAN. Sementara prestasi negara-
negara seperti Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, dan bahkan Vietnam justru
meningkat saat ini.
B. Penghargaan Atlet
1. Pengertian Penghargaan
Penghargaan (reward) merupakan bentuk balas jasa atau apresiasi yang di
berikan oleh lembaga maupun perorangan atas prestasi yang telah dicapai.
Penghargaan tersebut biasanya dapat berupa ucapan ataupun materil. Schuster
(1985), Byras dan Rue (1997) berpendapat bahwa penghargaan terbagi menjadi
dua, yakni;80
a. Penghargaan Intrinsik
Penghargaan intrinsik ialah tanggapan pribadi seseorang terhadap
pekerjaannya, penghargaan itu muncul karena kegiatan orang tersebut dengan
80Bob Hans Tampubolon, “Penghargaan dan Saksi: Studi pada karyawan pelaksana PT.
Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Mayang,” Skripsi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang 2013, 14.
49
pekerjaannya tanpa kontribusi dari orang lain. Kegiatan individu dengan
pekerjaannya merupakan acuan dari penghargaan interinsik.81
b. Penghargaan Ekstrinsik
Penghargaan ekstrinsik ialah imbalan langsung yang diberikan serta
dikontrol oleh lembaga yang lebih konkret (nyata). Penghargaan ekstrinsik
berpatokan pada setiap penghargaan diluar pekerjaan itu sendiri. Jadi,
penghargaan ekstrinsik meliputi penghargaan finansial serta non-finansial yang
telah diserahkan lembaga dalam bisnisnya untuk melihat tanggapan para pekerja
baik secara kualitas maupun kuantitas. Apa yang telah para ahli jelaskan penulis
berpendapat bahwa penghargaan ialah sebuah komplimen berbentuk finansial
ataupun non-finansial atas hasil yang didapatkan.
Dari penjelasan beberapa ahli penulis berpendapat bahwa penghargaan
ialah sebuah komplimen berbentuk finansial ataupun non-finansial atas hasil
tertentu kepada setiap atlet agar dapat bekerja dan berjuang dengan semangat yang
lebih kuat dan mencapai hasil yang telah ditentukan, seperti meraih mendali dan
mengharumkan nama Indonesia di kanca internasional.82
81Bob Hans Tampubolon, “Penghargaan dan Saksi: Studi pada karyawan pelaksana PT.
Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Mayang,”. 15. 82Bob Hans Tampubolon, “Penghargaan dan Saksi: Studi pada karyawan pelaksana PT.
Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Mayang,” Skripsi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang 2013, 16.
50
2. Bentuk Penghargaan Kepada Atlet
Penghargaan olahraga yang dapat diberikan kepada pelaku olahraga,
organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang
berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga berbentuk:83
a. Tanda Kehormatan;
1) Penghargaan olahraga berbentuk tanda kehormatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat(1) huruf a dapat diberikan oleh
Presiden kepada pelaku olahraga, organisasi olahraga, lembaga
pemerintah/swasta, dan perseorangan yang berprestasi dan/atau
berjasa secara luar biasa dalam memajukan olahraga atas usul
Menteri.
2) Dalam mengusulkan pemberian tanda kehormatan kepada Presiden
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri menerima usulan
dari organisasi olahraga, induk organisasi cabang olahraga,
dan/atau gubernur sebagai Pembina olahraga di daerah.
3) Tanda kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
Bintang, Satyalancana dan Samkaryanugraha.
4) Pemberian tanda kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan pada peringatan Hari Kemerdekan dan Hari Olahraga
Nasional.
83Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2014 Bab III Pasal 3, Bentuk Penghargaan.
51
5) Pemberian tanda kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.84
b. Kemudahan;
1) Penghargaan olahraga berbentuk kemudahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b dapat diberikan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah kepada pelaku olahraga, organisasi
olahraga, lembaga swasta, dan perseorangan.
2) Kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a) kemudahan memperoleh kesempatan pendidikan;
b) kemudahan untuk memperoleh pekerjaan;
c) kemudahan untuk memperoleh ijin ketenagakerjaan dan
keimigrasian; atau
d) kemudahan lainnya untuk kepentingan keolahragaan.
3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b,
dan huruf c diberikan kepada olahragawan apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a) menjadi juara tingkat daerah, nasional dan/atau internasional;
atau
84Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Pasal 12, tentang
Persyaratan Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olagragawan, Pembina Olahraga,
Tenaga Olahraga, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf
diunduh pada 25 november 2017
52
b) memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat daerah,
nasional dan/atau internasional.
4) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d diberikan kepada pembina olahraga, tenaga
keolahragaan, dan perseorangan dengan persyaratan sebagai berikut:
a) membina dan melatih anak didiknya sehingga menjadi juara
tingkat daerah, nasional, dan/atau internasional; dan
b) membina dan melatih anak didiknya sehingga dapat
memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat nasional
dan/atau internasional.
5) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diberikan
kepada organisasi olahraga yang telah berhasil melaksanakan
pengelolaan, pembinaan, pengembangan, dan pengoordinasian
kegiatan keolahragaan sehingga menghasilkan prestasi, dan
pemecahan rekor tingkat daerah, nasional, dan/atau internasional.
6) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.85
85Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Pasal 12, tentang
Persyaratan Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olagragawan, Pembina Olahraga,
Tenaga Olahraga, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf
diunduh pada 25 november 2017.
53
c. Beasiswa;
1) Penghargaan berbentuk beasiswa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf c dapat diberikan kepada olahragawan,
pembina olahraga, dan tenaga keolahragaa.
2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam
bentuk:
a) uang pembinaan untuk mengikuti pendidikan formal dan
nonformal; dan/atau.
b) uang pembinaan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
baik di dalam maupun luar negeri;
c) Pemberian beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi beban dan tanggungjawab pemberi penghargaan.
d. Pekerjaan;
1) Penghargaan berbentuk pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf d dapat diberikan kepada olahragawan dan
pelatih olahraga yang berprestasi dan telah memenuhi persyaratan.
2) Persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan bagi olahragawan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya:
a) menjadi juara III atau meraih medali perunggu pada
kejuaraan Asian Games, kejuaraan single event tingkat Asia
cabang olaharaga Olimpiade, atau Olimpiade Para
Olimpic;
54
b) menjadi juara II atau meraih medali perak pada Pekan
Olahraga South East Asia Games/Para Games;
c) menjadi juara I atau meraih medali emas pada Pekan
Olahraga Nasional (PON) atau Pekan Olahraga Cacat
Nasional (PORCANAS);
e. Kenaikan Pangkat Luar Biasa
1) Penghargaan berbentuk kenaikan pangkat luar biasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf e dapat diberikan kepada
olahragawan, pembina olahraga, dan tenaga keolahragaan yang
berkedudukan sebagai pegawai negeri dan telah memenuhi
persyaratan.
2) Kenaikan pangkat luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kenaikan pangkat istimewa bagi pegawai negeri sipil dan
kenaikan pangkat luar biasa bagi prajurit Tentara Nasional
Indonesia/ Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada olahragawan yang berprestasi dengan persyaratan menjadi
juara I dan/atau memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di
tingkat nasional dan/atau internasional.
4) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada pembina olahraga dan tenaga keolahragaan yang telah
memenuhi persyaratan:
55
a) membina dan melatih olahragawan sehingga menjadi juara
tingkat nasional dan/atau internasional; dan
b) membina dan melatih olahragawan sehingga dapat
memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat
nasional dan/atau internasional.
5) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
f. Asuransi
1) Penghargaan berbentuk asuransi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf f dapat diberikan kepada olahragawan,
pembina olahraga, dan tenaga keolahragaan yang berprestasi
dan/atau berjasa terhadap kemajuan keolahragaan nasional dan/atau
daerah yang telah memenuhi persyaratan.
2) Penghargaan berbentuk asuransi dapat diberikan dalam bentuk
asuransi/dana pensiun; (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a) menjadi juara tingkat daerah, nasional, dan/atau
internasional; atau
b) memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat
daerah, nasional, dan/atau internasional; atau
56
c) telah bergabung dalam organisasi keolahragaan nasional
paling singkat 5 (lima) tahun bagi pembina olahraga dan
tenaga keolahragaan.
g. Kewarganegaraan;
1) Penghargaan berbentuk kewarganegaraan Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf g dapat
diberikan oleh Pemerintah kepada olahragawan, pembina
olahraga, dan tenaga keolahragaan warga negara asing yang
berprestasi dan/atau berjasa luar biasa terhadap kemajuan
keolahragaan nasional.
2) Penghargaan bagi olahragawan warga negara asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan apabila
menjadi juara I (satu) dalam kejuaraan olahraga tingkat
internasional.
3) Penghargaan bagi pembina olahraga dan tenaga keolahragaan
warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) membina dan melatih olahragawan sehingga menjadi
juara tingkat nasional dan/atau internasional; dan
b) membina dan melatih olahragawan sehingga dapat
memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat
nasional dan/atau internasional.
57
4) Pemberian penghargaan warga kehormatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
h. Warga Kehormatan;
1) Penghargaan berbentuk warga kehormatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf h dapat diberikan oleh
Pemerintah kepada olahragawan, pembina olahraga, dan tenaga
keolahragaan warga negara asing yang berprestasi dan/atau
berjasa luar biasa terhadap kemajuan keolahragaan nasional
dan/atau internasional.
2) Penghargaan bagi olahragawan warga negara asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan apabila
telah berjasa bagi tim nasional untuk menjadi juara I (satu)
dalam kejuaraan olahraga tingkat internasional.
3) Penghargaan bagi pembina olahraga dan tenaga keolahragaan
warga negara asing sebagimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) membina dan melatih olahragawan sehingga menjadi
juara tingkat internasional; dan/atau;
b) membina dan melatih olahragawan sehingga dapat
memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat
internasional.
58
c) Pemberian penghargaan warga kehormatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
i. Jaminan Hari Tua;
1) Penghargaan berbentuk jaminan hari tua sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf i dapat diberikan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada olahragawan,
pembina olahraga, dan tenaga keolahragaan yang berprestasi
dan/atau berjasa luar biasa terhadap kemajuan keolahragaan
nasional dan telah memenuhi persyaratan.
2) Jaminan hari tua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan berupa uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
3) Penghargaan jaminan hari tua bagi olahragawan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat diberikan apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a) menjadi juara I internasional;
b) menjadi juara I tingkat nasional sekurang-kurangnya 3
(tiga) kali; atau.
c) memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat
nasional dan/atau internasional.
59
4) Penghargaan jaminan hari tua bagi pembina olahraga dan
tenaga keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat diberikan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) membina dan melatih olahragawan sehingga menjadi
juara tingkat nasional dan/atau internasional; dan/atau
b) membina dan melatih olahragawan sehingga dapat
memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat
nasional dan/atau internasional.
5) Penghargaan jaminan hari tua sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan sekaligus sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Menteri.
6) Pemberian jaminan hari tua sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menjadi beban dan tanggungjawab pemberi penghargaan.
j. Kesejahteraan;
1) Penghargaan berbentuk kesejahteraan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf j dapat diberikan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada olahragawan,
pembina olahraga, tenaga keolahragaan dan perseorangan yang
berprestasi dan/atau berjasa terhadap kemajuan keolahragaan
nasional.
2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a) rumah tinggal; atau
60
b) bantuan modal usaha.
3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
diberikan kepada olahragawan apabila memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a) menjadi juara tingkat daerah, nasional dan/atau
internasional; atau
b) memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat
daerah, nasional dan/atau internasional.
4) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
diberikan kepada pembina olahraga atau tenaga keolahragaan
apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) membina dan melatih olahragawan sehingga menjadi
juara tingkat nasional dan/atau internasional; dan/atau
b) membina dan melatih olahragawan sehingga dapat
memecahkan rekor cabang olahraga tertentu di tingkat
nasional dan/atau internasional.
5) Untuk tahap awal penghargaan berbentuk kesejahteraan
diberikan kepada olahragawan yang menjadi juara pada pekan
olahraga Olimpiade.
6) Pemberian kesejahteraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi beban dan tanggungjawab pemberi penghargaan.
61
k. Bentuk Penghargaan Lain
1) Selain bentuk penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 sampai dengan Pasal 29, kepada olahragawan, pelatih, dan
asisten pelatih yang berprestasi dan/atau berjasa luar biasa
terhadap kemajuan keolahragaan daerah, nasional dan
internasional dapat diberikan penghargaan dalam bentuk lain
yang bermanfaat.
2) Penghargaan dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa bonus dalam bentuk uang dan/atau
barang.
3) Pemberian penghargaan bentuk lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi beban dan tanggungjawab
pemberi penghargaan.
Sementara di pada Pasal 31 mengenai bentuk penghargaan lainnya, yaitu:
1. Nilai penghargaan berbentuk bonus berupa uang dan/atau barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) disesuaikan
dengan tanggung jawab, kewenangan, dan peran masing-masing
olahragawan, pelatih, dan asisten pelatih dalam perolehan prestasi atau
kemajuan olahraga yang diraih.
2. Pemberian penghargaan berbentuk bonus berupa uang dan/atau barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan apabila calon
penerima telah memenuhi persyaratan dan menyerahkan dokumen
pendukungnya.
62
Serta Pasal 32 Penghargaan berbentuk bonus berupa uang dan/atau barang
dapat diberikan Pemerintah kepada olahragawan, pelatih, dan asisten pelatih
olahraga yang berprestasi dan telah memenuhi persyaratan.
Penghargaan sangat erat kaitannya dengan sebuah motivasi. Setiap
atlet memiliki prinsip hidup masing-masing, maka tidak jarang atlet menjadikan
sebuah penghargaan sebagai sebuah motivasi tersendiri. Apapun yang
dilakukan oleh atlet, akan mendapat kepuasan yang berbeda jika hal yang
dilakukan tersebut mendapat tanggapan atau penghargaan dari orang lain. Maka
dapat dijelaskan bahwa penghargaan merupakan salah satu faktor penting yang
mampu mempengaruhi tindakan atau perilaku seorang atlet.
63
BAB IV
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP PENGHARGAAN ATLET
BERPRESTASI : UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2005
TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL
PASAL 86 AYAT 1-4
A. Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 Landasan Konstitusi Lahirnya
UU No. 3 Tahun 2005
1. Undang-Undang Sebagai Konstitusi dan Kebijakan Politik
Konstitusi menurut K. C. Wheare adalah seseluruhan sistem ketatanegaraan
suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang berbentuk dokumen, dan
dokumen tersebut membentuk, mengatur/memerintah dalam pemerintahan suatu
negara. Pada dasarnya memang ada korelasi antara konstitusi dengan penetintahan
dalam suatu negara. Konstitusi sebagai “charter of nation” ataupun sebagai asas
dan norma, memuat ketentuan-ketentuan mengenai bentuk bagian luar dan bagian
dalam organisasi negara (outer and inner frame of the state organization).86
Dalam konteks ini konstitusi yang mengatur dalam Sistem keolahragaan
Nasional adalah Undang-Undang No. 3 Tahun 2005. UU itu adalah sebuah
dokumen yang memuat peraturan tentang keolahragaan yang mengatur bagaimana
pemerintah harus memberikan hak kepada masyarakat (pelaku olahraga) dan
masyarakat pun juga layak mendapatnya haknya sesuai ketentuan yang berlaku
pada Sistem Keolahragaan Nasional ini.
86Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti, “Memahami Konstitusi, Makna dan Aktualisasi”,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), 55.
64
B. Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Sebagai Kebijakan Politik
J. Barents dalam Leo Agustino politik (ilmu politik) adalah ilmu yang
mengkaji suatu negara, serta negara tersebut menjalankan tugasnya yang terdiri
dari kehidupan masyarakat.87 Ilmu politik tidak akan pernah lepas dari persoalan
pengambilan keputusan. Karena pengambilan keputusan merupakan hal yang
inheren dalam ilmu politik. Setiap kali kepala pemerintahan menyelesaikan
rapatnya, atau kepala daerah melakukan kordinasi, atau bahkan setelah para
anggota parlemen melakukan pertemuan Paripurna, ataupun apapun kegiatan
politik dilakukan selalu ada hal-hal yang harus ditetapkan melalui keputusan
politik.88
Keputusan politik ini merupakan sebuah kebijakan publik. Kebijakan Publik
yang di tawarkan Carl Friedrich pada Leo Agustino yang mengatakan kebijakan
publik adalah kumpulan sikap atau yang diajukan oleh individu, kelompok, atau
pemerintah dalam suatu keadaan tertentu yang terdapat rintangan dan kesempatan
dimana kebijakan tersebut diajukan agar pemerintah mampu mendapatkan hasil
yang diinginkan.. Sementara kebijakan publik dengan istilah kebijaksanaan atau
kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan
keputusan pemerintah, karena pemerintah yang memiliki kekuasaan untuk
mengatur masyarakat dan bertanggung jawab melayani kepentingan bersama.
pemerintahlah yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan
masyarakat, dan bertanggung jawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan
87Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik; Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik ,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 6. 88Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik. 157.
65
dengan pengertian publik itu sendiri dalam bahasa Indonesia yang berarti
pemerintah, masyarakat atau umum.89
Dari kedua definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa politik dan
kebijakan publik diibaratkan sebagai dua sisi keping mata uang yang tidak bisa
dipisahkan. Memahami makna ini dapat ditinjau dari sisi definisi keduanya. Dari
masing-masing definisi dapat dilihat keterkaitan antara keduanya, yaitu kebijakan
publik lah yang dibutuhkan untuk melihat keiikutsertaan pemerintah untuk
menyelesaikan permasalahan sosial, baik berupa tindakan ataupun bukan
tindakan. Untuk melindungi kebijakan yang telah diputuskan bersama, pemerintah
memerlukan suatu ilmu yaitu politik. Politik juga merupakan suatu ilmu yang
mengesahkan kebijakan pemerintah untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
sosial. Politik dan kebijakan ialah suatu sistem untuk menata kehidupan sosial
yang memerlukan keterkaitan dari berbagai pihak dalam mengambil keputusan.
Penjelasan Leo Agustino diatas, bahwa pengambilan keputusan adalah
bagian dari politik, keputusan yang diambil oleh pemerintah adalah sebuah
kebijakan politik. Oleh karena itu, Undang-Undang No. 3 tahun 2005 ini yang
diputuskan pada tahun 2005 itu merupakan sebuah kebijakan politik.
Salah satu kebijakan politik yang dibuat pada Tahun 2005 dan merupakan
tahun yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, khususnya insan olahraga, karena
pada tahun itu telah berhasil disahkan sebuah landasan hukum untuk kegiatan
keolahragaan, yakni Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
89Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Media Press, 2005), 29.
66
Keolahragaan Nasional (SKN). Kekuatan kebijakan olahraga dapat dituangkan ke
dalam Deklarasi Yogyakarta 2004 oleh Kemenpora dan UU No. 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional/SKN dalam fungsinya yang menyatakan
bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematik untuk mendorong,
membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial.90
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional (SKN) sebagai sebuah kebijakan politik yang diambil oleh pemangku
kepentingan, dalam hal ini Kemenpora RI, keolahragaan nasional bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas
manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,
mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh
ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.91
Pada pasal 13 Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional mengatur
secara tegas mengenai hak dan kewajiban serta kewenangan dan tanggung jawab
semua pihak (pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat) serta
koordinasi yang sinergis secara vertikal antara pusat dan daerah dan secara
horizontal antara lembaga terkait baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat
daerah dalam rangka pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan keolahragaan
90Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 3, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional
[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh pada
25 november 2017. 91Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 4, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh pada
25 november 2017.
67
nasional.92 Dan yang menarik bagi penulis sendiri dari UU No. 3 Tahun 2005
tersebut adalah di dalam salah satu pasalnya mengatur tentang kesejahteraan atlet
dan para mantan atlet, yaitu pasal 86 ayat 1- 4 yang berbunyi:93
1. Setiap pelaku olahraga, organisasi olahraga, lembaga
pemerintah/swasta, dan perseorangan yang berprestasi dan/atau
berjasa dalam memajukan olahraga diberi penghargaan.
2. Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, organisasi olahraga, organisasi
lain, dan/atau perseorangan.
3. Penghargaan dapat berbentuk pemberian kemudahan, beasiswa,
asuransi, pekerjaan, kenaikan pangkat luar biasa, tanda
kehormatan, kewarganegaraan, warga kehormatan, jaminan hari
tua, kesejahteraan, atau bentuk penghargaan lain yang bermanfaat
bagi penerima penghargaan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan dan
bentuk penghargaan serta pelaksanaan pemberian penghargaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Presiden.
Kebijakan diambil oleh pemerintah dalam hal ini Kemenpora RI dengan
mengeluarkan UU No. 3 Tahun 2005 menjadi sebuah pengharapan bagi para atlet
dan mantan atlet agar dapat direalisasikan ke tengah masyarakat.
92Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 13, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh pada
25 november 2017. 93Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 86, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
[dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh pada
25 november 2017.
68
Sebelum menjelaskan tentang bagaimana realisasi kebijakan politik tersebut
(UU No. 3 tahun 2005), penulis menjelaskan implementasi kebijakan tersebut
(UU No. 3 tahun 2005 pasal 86) berikut ini.
C. Implementasi UU No. 3 Tahun 2005
Di dalam penjelasan bagian ini, penulis menggunakan teori kebijakan yang
dikemukakan Merilee S. Grindle (1980), karena hasil tinjauan penulis dari
beberapa wawancara dan berbagai macam narasumber, teori Merilee S. Grindle
yang sangat berkaitan dengan penelitian ini. Menurutnya Merilee S. Grindle
keberhasilan implementasi di pengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu Isi
Kebijakan dan Lingkungan Implementasi.
1. Isi Kebijakan
a. Aspirasi Atlet
Hakekat kebijakan merupakan sebuah landasan yang harus dijalankan
dengan baik, dan juga dari kebijakan tersebut apakah sudah berjalan dengan
seharusnya atau sebaliknya kebijakan tersebut tidak berjalan dengan sesuai
keinginan. Baik keinginan untuk memajukan pemerintahan maupun sebuah
keinginan/aspirasi dari masyarakat itu sendiri. Aspirasi adalah tujuan dan harapan
untuk memperoleh kesuksesan pada suatu hari nanti.94 Apirasi rakyat merupakan
pikiran/pendapat rakyat mengenai suatu hal ditujunya. Dan rakyat merupakan hal
penting dalam sebuah negara, oleh karena itu aspirasi rakyat pun menjadi peran
yang penting berjalan sebuah kebijakan publik.
94Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tersedia di https://kbbi.web.id/aspirasi diakses tanggal
16 desember 2017.
69
Dalam konteks undang-undang ini, kebijakan tersebut lebih terfokus
terhadap sejauh mana aspirasi para atlet atau mantan atlet terpenuhi. Pasalnya di
dalam UU no 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional ini ditunjukkan
untuk membuat bidang olahraga lebik baik dan maju serta mensejahterakan atlet,
baik atlet yang masih aktif maupun yang sudah pensiun menjadi seorang atlet.
Apakah Undang-Undang tersebut sudah membawa aspirasi para atlet (atlet aktif
dan yang sudah pensiun), berikut jawabannya dari hasil wawancara penulis:
Sudah memuat keinginan dan aspirasi para atlet, hanya terkadang
kebijakan-kebiajakan tersebut berjalan lambat dikarenakan adanya
beberapa tahap yang harus dijalani seperti di organisasi-organisasi,
karena kan dari kemenpora harus masuk kebagian masing-masing
terkadang ada sendatan-sendatan di tahap-tahap tersebut. Seperti
pengangkatan PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan juga biasanya
tentang kesejahteraan kami sebagai atlet tentang pendanaan, seperti
itu.95
Dari kutipan diatas menunjukan bahwa, Undang-Undang No. 3 Tahun
2005 itu sebenarnya sudah mengakomodir aspirasi dari para atlet khususnya
tentang kesejahteraan, yaitu yang terdapat pada pasal 86 ayat 3 yang berbunyi:
Penghargaan dapat berbentuk pemberian kemudahan, beasiswa,
asuransi, pekerjaan, kenaikan pangkat luar biasa, tanda
kehormatan, kewarganegaraan, warga kehormatan, jaminan hari
tua, kesejahteraan, atau bentuk penghargaan lain yang bermanfaat
bagi penerima penghargaan”.
Walaupun sudah tersalurkan atau terakomodir di dalam Undang-Undang
No. 3 Tahun 2005 tersebut tentang penghargaan para atlet, tetapi kenyataannya
realisasinya yang berjalan dengan lambat. Kenapa lambat, karena banyak
prosedurnya yang berbelit-belit dan harus melalui tahapan-tahapan yang dapat
95Wawancara dengan Maria londa sebagai Atlet Atletik yang masih aktif Gor Ragunan,
18 januari 2018.
70
dikatakan berjalan dengan lama/lambat. Oleh karena itu, Undang-Undang No. 3
Tahun 2005 dapat dianggap belum berjalan efektif.
Ternyata masalah aspirasi juga dikatakan Irawati Moried bahwa
sebenarnya Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 sudah memuat aspirasi para atlet,
tetapi jaminan kepastiannya terutama dalam pemberian penghargaan kepada para
mantan atlet itu yang belum direalisasikan dengan baik. Berikut kutipannya:
Memuat aspirasi sudah, untuk sebagai tambahannya di butuhkan
jaminan kepastian pemeberian penghargaan kepada mantan atlet
agar kebutuhan di hari tua setelah pensiun menjadi atlet terpenuhi
dengan baik dan terjamin.96
Apa yang dikatakan oleh Irawati Moried hampir sama dengan apa yang
dikatakan oleh Maria Londa (atlet yang masih aktif) bahwa dalam konsep atau
didalam Undang-Undang itu sebenarnya sudah ideal, yaitu memeberikan
penghargaan dan kesejahteraan yang diinginkan oleh para atlet dan mantan atlet.
Namun yang perlu di pertanyakan justru adalah realisasinya tersebut untuk yang
para atlet dan mantan atlet yang belum bisa dirasakan. Oleh karena itu, Undang-
Undang tersebut masih perlu dipertanyakan sejauh mana realisasinya bagi para
atlet dan mantan atlet. Para atlet dan mantan atlet itu adalah pahlawan negara, dia
yang meperjuangkan nama Indonesia untuk bertanding diluar negeri agar dapat
mengibarkan bendera di luar Indonesia di luar selain kehadiran Presiden ke negara
lain. Oleh karena itu, atlet sebagai pahlawan perlu mendapat perhatian khusus
kesejahteraannya dari pemerintah.
96Wawancara dengan Irawati Moried Mantan mantan Atlet Tenis, RSUP Fatmawati,
Jakarta, 2 januari 2018.
71
Kurangnya perhatian terhadap pemberian penghargaan para mantan atlet,
justru menurunkan semangat para mantan atlet yang aktif untuk berjuang
membela negara demi mengharumkan nama bangsa di mancagera. Selain itu
bentuk penghargaan juga merupakan salah satu bentuk motivasi terhadap generasi
muda agar bisa menjadi seoarang atlet profesional, bahwasannya mainset menjadi
seoarang atlet tidaklah buruk atau ada jaminan dimasa tuanya. Jadi pengharagaan
dikala akhir menjadi seorang atlet menumbuhkan rasa percaya diri bahwa menjadi
seorang atlet adalah hal yang sangat menjanjikan dan terjamin untuk kehidupan di
masa pensiun menjadi seorang atlet.
b. Manfaat dan Tujuan UU No. 3 Tahun 2005 Pasal 86 Bagi Atlet
Sebuah kebijakan yang dibuat, harus memberikan manfaat bagi objek yang
terdapat di dalam Undang-Undang tersebut demikian pula Undang-Undang No. 3
Tahun 2005 harus dapat memberikan manfaat bagi para mantan atlet dan atlet
aktif. Karena Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 ini berisi tentang sebuah
pemghargaan atau sebuah kesejahteraan bagi para mantan atlet dan atlet aktif.
Hanya persoalannya ditataran implementasi Undang-Undang No. 3 Tahun 2005
ini belum di implementasikan secara efektif. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh
salah seorang mantan atlet:
Semenjak andanya Undang-Undang tersebut untuk uang saku,
kelengkapan kami dilapangan sudah sangat-sangat baik dan juga
tidak terhambat seperti dulu bisa berbulan-bulan tidak
mendapatkan uang saku. Sedangkan berberapa tahun belakangan
ini semuanya berjalan dengan baik.97
97Wawancara dengan Maria londa sebagai Atlet Atletik yang masih aktif Gor Ragunan,
18 januari 2018.
72
Dari hasil wawancara di atas, ternyata maanfaat yang dirasakan oleh atlet
yang masih aktif sangat dirasakan. Adanya UU. No. 3 Tahun 2005 telah
memberikan penghargaan bentuk lain seperti uang saku terhadap atlet. Hal ini
juga merupakan bentuk apreasiasi pemerintah terhadap seorang atlet. Selain itu,
mantan atlet juga mendapat beasiswa pendidikan. Hal ini disampaikan oleh
seorang mantan atlet:
Di akhir masa saya sebagai atlet, setelah saya pensiun saya
mendapatkan beasiswa dalam bentuk pendidikan kuliah S1 dan
mendapatkan renovasi rumah, itu bentu penghargaan yang saya
rasakan.98
Dari hasil wawancara diatas, ternyata manfaat yang dirasakan bukan hanya
oleh para atlet yang masih aktif dan mantan atlet tidak hanya dalam bentuk materi
(uang) tetapi juga peningkatan pendidikan yang dirasakan Ema Tapahari. Selain
itu, Ema Tapahari juga dapat merenovasi rumah sebagai Implikasi dari
penhargaan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Undang-Undang
No. 3 Tahun 2005 telah memberikan manfaat yang cukup kepada para mantan
atlet dan atlet aktif. Selainitu pemerintah juga membuka peluang kepada para
mantan atlet untuk menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan bonus lainnya,
berikut kutipannya:
Sudah membuka para mantan atlet untuk menjadi PNS (Pegawai
Negeri Sipil) dan mantan atlet diberikan bonus atas prestasi yang di
raihnya walaupun dengan regulasi yang harus di penuhi.99
98Wawancara dengan Ema Tapahari Mantan Atlet Atletik Gor Ragunan, Jakarta, 31
januari 2018. 99Wawancara dengan Irawati Moried Mantan mantan Atlet Tenis, RSUP Fatmawati,
Jakarta, 2 januari 2018.
73
Dari hasil wawancara diatas, menunjukanbahwa Undang-Undang No. 3
Tahun 2005 telah meberikan manfaat terhadap mantan atlet pemberian bonus
dan fasilitas untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Meskipun pemerintah
memberikan jaminan mantan atlet yang berprestasi sebagai PNS, tetapi tidak
semua yang mendaftar dapat lolos atau diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Oleh karena itu mantan Atlet bisa menjadi PNS jika dia tidak memenuhi
regulasi yang sudah di tetapkan sesuai kriteria. Dan tampaknya Undang-Undang
No. 3 Tahun 2005 sudah memberikan manfaat bagi atlet aktif dan para mantan
atlet, meskipun tidak sebanyak yang diharapkan oleh para mantan atlet dan atlet
yang aktif.
Selain manfaat perumusan UU No. 3 Tahun 2005 juga mempunyai tujuan
yang tertera Pada pasal 4 dijelaskan tujuan dari UU No. 3 tahun 2005, pasal itu
berbunyi:
Tujuan dari sitem keolahragaan nasional adalah memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia,
menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,
mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat,
martabat, dan kehormatan bangsa.100
Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa tujuan tersebut meningkatkan
kualtas manusia, menanam nilai moral dan memperkukuh ketahanan nasional
serta kehormatan bangsa. Oleh karena itu, Pemerintah dan pemerintah daerah
wajib melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga sesuai dengan
100Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 4, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
diunduh pada 25 november 2017.
74
kewenangan dan tanggungjawabnya masing-masing. Pembinaan dan
pengembangan keolahragaan tersebut dapat dilaksanakan melalui tahap
pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan, serta pengembangan bakat dan
peningkatan prestasi. Pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilaksanakan
melalui jalur keluarga, jalur pendidikan, dan jalur masyarakat yang berbasis pada
pengembangan olahraga untuk semua orang yang berlangsung sepanjang hayat.101
Selain membangun atlet dengan membina dan mengembangkan prestasi
olahraganya, pemerintah juga harus mengapresiasikan seorang atlet dengan cara
mensejahterakan kehidupannya, baik atlet yang masih aktif maupun sudah
pensiun.
Piet Mellu mengatakan bahwa, tujuan Undang No. 3 Tahun 2005 tersebut
adalah untuk memberikan apresiasi pemerintah terhadap atlet-atlet yang sudah
beprestasi baik atlet yang masih aktif maupun mantan atlet, berikut hasil
wawancara yang Piet Mellu katakan:
Tujuan sitem keolahragaan nasional adalah pemerintah hadir untuk
memberikan apresiasi kepada atlet yang udah benar-benar
mengabdikan keahlian mereka dan untuk mengibarkan bendera
merah putih di mancanegara, jadi mereka udah mewakili negara
untuk memperoleh medali untuk negara maka kita berikan
apresiasi tujuannya itu saja dari jiwa atau hakekat dari pasal 86.102
Hasil kutipan wawancara diatas, menunjukkan bahwa pemerintah pusat
komitmen mensejahterkan seorang atlet baik yang masih aktif maupun sudah
101Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 21, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
diunduh pada 25 november 2017. 102Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi
Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018.
75
pensiun sebagai atlet. Yang terpenti adalah pemerintah dapat meralisasikan tujuan
tersebut, karena sebuah negara dapat dipandang oleh negara lain bukan hanya
sebagai negara maju dengan perkembangan ekonominya saja, tetapi negara juga
dipandang oleh negara lain karena berhasil menciptakan seorang atlet menjuarai
suatau kejuaran di tingkat internasioanal dan disitulah seoarang atlet dapat
menghadirkan lagu Indonesia raya dan mengibarkan bendera merah putih di
negara orang lain. Oleh karena itu, bentuk apresiasi dangat diperlukan sehingga
dapat membangun seorang atlet agar termotivasi untuk meraih sebuah prestasi
untuk negara.
c. Kejelasan UU No. 3 Tahun 2005
Banyak undang-undang yang dibuat itu isinya belum jelas dipahami oleh
penguna tetapi tampakya undang-undang no. 3 tahun 2005 ini telah jelas dipahami
berikut menurut Ema Tapahari:103
Pemerintah sudah menjalankan kebijakan yang tercantum pada
undang-undang no. 3 tahun 2005 pasal 86. Jadi menurut saya
pemerintah sangat cukup memperhatikan atlet-atlet d era 79 dan
80an. Saya cukup bangga apa yang telah diberikan oleh pemerintah
terhadap saya, dan saya sudah rasakan di dalam hidup.
Tetapi biasanya selain undang-undang secara detail itu diatur oleh
Peraturan Presiden, Peraturan Menteri atau Peraturan Kepala Daerah. Untuk
Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 ini telah diatur dan di dukung oleh Peraturan
Presiden nomor 44 Tahun 2014 tentang Pemberian Penghargaan Olahraga dan
Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga nomor 1684 tahun 2015 tentang
103Wawancara dengan Ema Tapahari Mantan Atlet Atletik Gor Ragunan, Jakarta, 31
januari 2018.
76
Persyaratan Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina
Olahraga, Tenaga Keolahragaan dan Organisasi Olahraga, sehingga
pengguna/pelaksana atau badan yang memiliki fungsi untuk melaksanakan
undang-undang tersebut lebih paham dan lebih mudah untuk melaksankan itu dan
mengeksekusinya ditataran praktis. Berikut isi Peraturan Presiden dan Peraturan
Menteri
Pada Peraturan Presiden Bab III Bentuk Penghargaan Pasal 3 (1)
dijelaskan, Penghargaan olahraga yang dapat diberikan kepada pelaku olahraga,
organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang
berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga berbentuk:Penghargaan
olahraga yang dapat diberikan kepada pelaku olahraga, organisasi olahraga,
lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang berprestasi dan/atau berjasa
dalam memajukan olahraga berbentuk: a. tanda kehormatan; b. kemudahan; c.
beasiswa; d. pekerjaan; e. kenaikan pangkat luar biasa; f. asuransi; g.
kewarganegaraan; h. warga kehormatan; i. jaminan hari tua; j. kesejahteraan; atau
k. bentuk penghargaan lain. (2) Bentuk penghargaan olahraga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan prestasi dan jasa yang
bersangkutan.104
Peraturan Presiden Bab V Pelaksanaan Pemberian Penghargaan Pasal 17
dijelaskan tentang Pemberian Penghargaan Olahraga, Pelaksana Pemberian
104Peraturan Presiden Bab III Bentuk Penghargaan Pasa l 3. Tentang Pemberian
Penghargaan. [dokumen on-line]; Tersedia di
http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt53b51c60965b2/parent/lt53b51b225c966
diunduh pada 25 november 2017.
77
Penghargaan, serta Ketentuan Pemberian Penghargaan. Pemberian penghargaan
olahraga dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah pada
peringatan: (a) Hari ulang tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia; (b)
Hari olahraga nasional; (c) Hari besar nasional; (d) Hari ulang tahun lahirnya
lembaga negara; (e) Hari ulang tahun lahirnya instansi pemerintah; dan (f) Hari
ulang tahun lahirnya provinsi dan kabupaten/kota. Pemberian penghargaanHari
ulang tahun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta saat pekan dan kejuaraan
olahraga dan Acara resmi lainnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (a) sampai dengan ayat
(c) diatur dengan Peraturan Menteri.105
Untuk Peraturan Menteri terlihat pada Bab III tentang Pemberian dan
Penerima, Nilai dan Bentuk Penghargaan sudah termuat pada Pasal 5, Pasal 6,
Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37.
Pasal 5 yaitu tentang penghargaan, bahwa penghargaan olahraga itu tidak
hanya pemerintah pusat tetapi pemerintah daerah, organisasi olahraga, organisasi
lain, dan/atau perseorangan juga dapat memberikan sebuah penghargaan. Yang
kedua adalah penghargaan olahraga itu dapat diberikan pada setiap pelaku
105Peraturan Presiden Bab V Bentuk Penghargaan Pasal 7. Tentang Pemberian
Penghargaan. [dokumen on-line]; Tersedia di
http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt53b51c60965b2/parent/lt53b51b225c966
diunduh pada 25 november 2017.
78
olahraga dan pelaku olahraga itu bisa dikatakan organisasinya/lembaganya dan
dapat juga perseorangan yang memajukan olahraga.106
Pasal 6 memuat tentang penghargaan olahraga yang diberikan pemerintah
itu kepada pelaku olahraga yang berprestasi baik regional maupun internasioanl,
baik dari ajang tunggal maupun multi ajang. Bahwa penghargaan olahraga itu
diberikan harus berdasarkan Keputusan Menteri.107
Pasal 7 berisi tentang Pemerintah Provinsi dapat berkoordinasi dengan
Pemerintah Pusat untuk memberikan penghargaan olahraga kepada pelaku
olahraga, organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang
berprestasi dan/atau berjasa pada kejuaraan olahraga tingkat provinsi nasional
baik ajang tunggal maupun multi ajang. Penghargaan tersebut harus disertai
dengan syarat Keputusan Gubernur yang bersangkutan.108
Pada Pasal 8, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan
Pemerintah Daerah Provinsi dapat memberikan penghargaan olahraga kepada
pelaku olahraga, organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan
106Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga BabIII Pasal 5. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga
Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf
diunduh pada 25 november 2017. 107Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga BabIII Pasal 6. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga
Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf
diunduh pada 25 november 2017. 108Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga BabIII Pasal 7. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga
Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf
diunduh pada 25 november 2017.
79
perseorangan yang berprestasi dan/atau berjasa pada kejuaraan olahraga tingkat
provinsi baik ajang tunggal maupun multi ajang. Bahwa penghargaan olahraga itu
diberikan harus berdasarkan Keputusan Bupati/Walikota.109
Pada Pasal 9 bahwa Organisasi olahraga, organisasi lain, dan/atau
perseorangan dapat memberikan penghargaan olahraga kepada pelaku olahraga,
organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan perseorangan yang
berprestasi dan/atau berjasa pada kejuaraan/pekan olahraga tingkat
kabupaten/kota, tingkat provinsi, tingkat nasional, tingkat regional, dan tingkat
internasional. Penghargaan olahraga yang diberikan harus berkoordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, dan/atau Pemerintah Pusat.
Peraturan Menteri Bab V Penghargaan Kepada Organisasi Olahraga Dan
Pemerintah Daerah termuat dalam Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37.
Pasal 35 memuat tentang Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat memberikan penghargaan olahraga
kepada organisasi olahraga yang berjasa dalam memajukan olahraga pada tingkat
daerah, nasional, dan internasional. Penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk
bantuan pembinaan keolahragaan di daerah. Dan Pemberian penghargaan
berbentuk bantuan dana pembinaan keolahragaan sebagaimana diberikan setelah
109Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab III Pasal 8. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga
Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf
diunduh pada 25 november 2017.
80
berkoordinasi dengan KOI, KONI, dan/atau Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota.110
Pada Pasal 36, Pemerintah dapat memberikan penghargaan olahraga
kepada pemerintah daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota yang berjasa
dalam memajukan olahraga pada tingkat nasional dan internasional. Penghargaan
yang diberikan dalam bentuk bantuan dana koordinasi dan pembinaan
keolahragaan di daerah tersebut diberikan setelah berkoordinasi dengan KOI dan
KON.111
Dan pada Pasal 37 memuat tentang Nilai uang dan/atau nilai barang yang
diberikan sebagai penghargaan olahraga disesuaikan dengan kemampuan
keuangan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.Dalam merencanakan
pendanaan untuk penghargaan olahraga dalam bentuk uang dan/atau barang
Pemerintah Pusat dapat berkoordinasi dengan pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota.
Hal itu menujukkan bahwa sangat jelas apa yang dikatakan dan apa yang
tertulis dalam peraturan tersebut sehingga para atlet dan mantan atlet dapatkan.
110Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab V Pasal 35. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga
Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf
diunduh pada 25 november 2017. 111Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab V Pasal 36. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina Olahraga, Tenaga
Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. [dokumen on-line]; Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHARAGA.2015.pdf
diunduh pada 25 november 2017.
81
2. Lingkungang Implementasi
Lingkungan implementasi memperkenalkan model implementasi sebagai
proses politik. Model tersebut menggambarkan proses pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh beragam aktor, dimana keluaran akhirnya ditentukan oleh
baik materi program yang telah dicapai maupun melalui interaksi para pembuat
keputusan dalam konteks politik. Proses politik dapat terlihat melalui proses
pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai aktor pengambilan kebijakan.
Di dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2005 merupakan sebuah Undang-
Undang yang melibatkan sebuah aktor yang diantaranya Menpora, Lembaga
Swasta Serta Masyarakat. Aktor-aktor tersebut berperan penting tehadap
tercapainya realisasi sebuah Undang-Undang yang ditunjukan kepada paea atlet
dan mantan altet.
a. Keterlibatan Aktor Dalam Kebijakan
Dalam suatu kebijakan perlu dipertimbangkan pula kekuatan atau
kekuasaan, kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para aktor yang terlibat
guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal
ini tidak diperhitungkan dengan matang, sangat besar kemungkinan program yang
hendak diimplementasikan akan jauh hasilnya dari yang diharapkan. Peran aktor
sangat penting untuk menentukan suatu kebijakan berjalan dengan baik, karena
dari hal itulah implementasi kebijakan dapat terealisasi.
Keterlibatan aktor ini dijelaskan oleh Yusuf Suparman Kepala Bidang
Humas Menpora, yang salah satunya merumuskan sebuah UU No. 3 Tahun 2005
82
tersebut adalah pelaku olahraga itu sendiri, berikut wawancara dengan Yusuf
Suparman:112
Pelaku olahraga jelas merekomnadasikan undang – undang dan
pembentukan peraturan perundang-undangan, kan didalam
penyusunan itu ada tahap namanya konsultasi publik, serap
aspirasi, jejaring konsultasi. Hal – hal inilah untuk memperkuat
bagaimana muatan materi karena mereka akan tau mereka sebagai
subjek yang akan diatur, contoh penghargaan olahraga, bagaimana
cara pembianaan, bagaimana tanggungjawab pemerintah,
bagaimana hubungannya dengan induk organisasi, ya kita
dengarkan pendapat syarat dan masukan dari mereka hal itulah
yang menjadi bahan penguatan sistem kewargaan nasional. Mantan
pelaku olahraga contoh pak icuk sugianto, kita dengar bagaimana
pendapat meraih prestasi dicabang bulu tangkis, itu termasuk dan
penyusunnya dulu mantan- mantan olimpiade juga. Dulu ada pak
icuk, kamil husni, setia darma majid, ada atlet basket, ada beberapa
ketokohan yang cukup signifikan, akademisinya dulu dari unesa,
dari upi.
Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa keterlibatan aktor dalam
pembentukan kebijakan ini tidak lepas dari pelaku olahraga itu sendiri. Pelaku
olahraga itu sendiri terbentuk dari beberapa mantan Olimpian serta akademisi
yang berhasil merumuskan UU No. 3 Tahun 2005. Yang hasilnya tersebut
melalui beberapa proses bahkan waktu untuk merumuskannya.
Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi Kemitraan dan
Penghargaan Olahraga Piet Mellu mengatakan didalam Undang-Undang No. 3
Tahun 2005 ini mempunya aktor penting dalam menjalankan kebijakan tersebut,
yakni Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga) yang merupakan liding sektor
dari Undang-Undang tesebut.
112Wawancara dengan Yusuf Suparman Kepala Bidang Humas Menpora Gedung
Kemenpora, Jakarta, 19 September 2018.
83
Oh iya undang-undang itu sebenernya liding sektornya adalah
menpora. UU No. 3 tahun 2005 SKN (sistem keolahragaan
nasional) itu yang menyusun adalah menpora, pada jaman 2005
jaman pak Adhiyaksa Dault.113
Dari penjelasan tersebut yang mempunyai kewenangan penuh dalam
menjalakan UU No. 3 tahun 2005 adalah Menpora. Oleh karena itu, segala
perincian mengenai undang-undang tersebut menpora yang lebih mengetahuinya.
Selain pemerintah sendiri yang dapat mengatur UU No. 3 tahun 2005 ada aktor
lain yang juga mempunya peran untuk menjalankan undang-undang tersebut
diantaranya lembaga swasta dan masyarakat, berikut hasil wawancaranya:
Intinya gini untuk tanggung jawab pembinaan keolahragaan itu
sebenarnya ada pemerintah, lembaga swasta, bisa masyarakat itu
ada 3 pihak yang bertanggung jawab. Ya selama ini kan yang
dilihat, yang banyak mengambil peran adalah pemerintahan tapi
sebetulnya banyak masyarakat juga terlibat. Misalnya begini, di
olimpic atau di PON itu banyak perusahaan-perusahaan investor
swasta/perorangan itu yang memberikan bonus memberikan
apresiasi bukan pemerintah saja, dan diantara itu pemerintah juga
punya peran. Jadi ada 3 pihak yang ikut berperan memperhatikan
atlet.114
Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa selain pemerintah ada
pihak lain yang ikut serta berperan dalam menjalankan UU No. 3 tahun 2005
tersebut dan mempunyai masing-masing peran. Dimana peran lembaga
swasta/perusahaan-perusahaan swasta serta masyarakat pun juga dapat
memberikan apresiasi terhadap atlet dan mantan atlet. Apresiasi tersebut tidak
lepas dari aktor yang berperan menjalankan kebijakan tersebut. Oleh karena itu
113Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi
Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018. 114Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi
Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018.
84
Menpora dan aktor lainnya juga dituntut bekerjasama untuk mensejahterakan atlet
dan mantan atlet yang telah berprestasi.
b. Perhatian Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Kebijakan
Sebagaimana dikatakan bahwa atlet adalah seoarang pahlawan karena
salah satu/kelompok orang yang dapat mengibarkan bendera di negara orang lain
adalah atlet, oleh karena itu atlet dianggap seorang pahlawan. Oleh karena itu atlet
perlu mendapat perhatian dari pemerintah, dan salah satu perhatian pemerintah
terhadap kesejahteraan atlet adalah pembentukan Undang-Undang No. 3 Tahun
2005 yang di bahas dalam skripsi ini. Saat ini pemerintah sudah
mengimplementasikan Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tetapi pada bagian ini
penulis ingin menjelaskan secara detail bagaimana perhatian pemerintah terhadap
pelaksanaan kebijakan tersebut.
Bentuk perhatian pemerintah terhadap atlet tidak lepas dari
pembentukannya sebuah Undang-Undang No. 3 Tahun 2005. Dengan adanya
Undang-Undang tersebut merupakan sebuah bentuk perhatian pemerintah
terhadap para atlet dan mantan atlet yang berprestasi. Hal itu menunjukkan
pemerintah serius akan adanya kebangkitan prestasi olahraga untuk Indonesia
sendiri di mata dunia olahraga. Dengan mendukung pembuatan kebijakan tersebut
sehingga menjadi formulasi-formulasi sehingga menjadi undang-undang sudah
mengamanahkan kebijakan tersebut kepada menpora untuk mengambil keputusan
dalam kebijakan tersebut. Berikut beberapa langkah yang telah pemerintah
lakukan terhadap kebijakan tersebut, Piet Mellu mengakatakan:
85
Pemberian terhadap legenda olahraga itu juga perhatian pemerintah
kepada mantan atlet walaupun belum seluruhnya karena banyak
sekali mantan atlet yang baru tersisir baru 320, dari 320 kita batasi
dengan mendali asian games dan 3 kali emas seagames yang kita
berikan.115
Dari hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa pemerintah telah
memberi perhatian dengan melaksanakan kewajiban menjalankan Undang-
Undang No. 3 Tahun 2005 diantaranya menyisir atlet-atlet berprestasi yang telah
mengharumkan nama bangsa Indonesia di negara lain, baik atlet yang masih aktif
maupun yang sudah pensiun. Selain itu, Menteri Pemuda dan Olahraga
(MENPORA) Imam Nahrawi juga memberikan penghargaan terhadap atlet
melalui acara Hari Olahraga Nasional (Haornas) diselenggarakan pada tanggal 9
september 2017 yang digelar di Stadion Moch. Soebroto, Magelang, Jawa
Tengah.116
Dan atlet yang mendapatkan penghargaan pada acara puncak Haornas ke-
34 tersebut adalah Denny Tios, peraih medali emas Kejuaraan Dunia angkat besi
pada 1991 dan 1992 serta Kejuaraan Asia 1990.Selain itu, ada penghargaan untuk
peraih medali emas ASEAN Schools Games 2017 Idan Fauzan Richsan, peraih
medali emas SEA Games ke-26 tahun 2011 Siti Nurhayati Alil, peraih emas SEA
Games ke-27 tahun 2013 Christin Rajagukguk dan pelari dengan beragam prestasi
international Dedeh Erawati. Dan pemerintah juga memberikan penghargaan
kepada tokoh olahraga nasional seperti Tan Joe Hok, Liem Swie King, Boedi Sidi
115Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi
Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018. 116Kompas.com, “haornas 2017 momentum untuk raih kejayaan olahraga indonesia.”
https://olahraga.kompas.com/read/2017/09/10/12520391/haornas-2017-momentum-untuk-raih-
kejayaan-olahraga-indonesia diunduh tanggal 15 Maret 2018.
86
Darma, Ronny Pasla dan Sani Tawainella. Kemudian, apresiasi juga ditujukan
kepada perusahaan dan 49 media yang dianggap peduli olahraga.117
Selain pemberian penghargaan pada acara Haornas, baru-baru ini
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI memberikan penghargaan
terhadap para mantan atlet yang telah menjadi legenda di Indonesia. Penghargaan
tersebut diberikan pada malam puncak penganugerahan legenda indonesia di
Bidakara Hotel, Jakarta, Rabu (13/12/2017).118
Penghargaan tersebut diberikan kepada 286 Orang Legenda Olahraga
Indonesia Memperoleh Penghargaan dari Pemerintah. Sejumlah legenda yang
menerima penghargaan ini diataranya, Mardi Lestari, Supriyati Sutono, Ade Rai,
Rudi Hartono, Christian Hadinata, Lim Swie King, Verawaty Fajrin, Icuk
Sugiarto, Alan Budikusuma, Edi Manopo, Hengky Lasut, Feri Pantau, Nur
Fitriyana, Lilis Handayani, Elfira Nasution, Jonathan Sianturi, Yayuk Basuki,
Yohanes Auri, Robi Darwis, Oka Sulaksana, Yustedjo Tarik, dan atlet atlet
legenda olahraga lainnya yang berasal dari 26 cabang olahraga yaitu: Anggar (3),
Atletik (12), Angkat Besi (6), Bina Raga (2), Bulutangkis (44), Balap Sepeda (5),
Basket (4), Bridge (7), Catur (2), Dayung (17), Judo (12), Karate (8), Menembak
(3), Pencak Silat (21), Panahan (4), Renang (7), Sepakbola (54), Selancar (1),
117Republika.co.id, “haornas kampanyekan persatuan bangsa dan penghargaan atlet.”
http://republika.co.id/berita/olahraga/arena-olahraga/17/09/09/ow0pyx428-haornas-kampanyekan-
persatuan-bangsa-dan-penghargaan-atlet diakses tanggal 20 Maret 2018. 118kompas.com, “penghargaan buat legenda olahraga.”
https://olahraga.kompas.com/read/2017/12/13/16082671/penghargaan-buat-legenda-olahraga
diakses tanggal 20 Maret 2018.
87
Senam (4), Sepak Takraw (2), Tenis (11), Tenis Meja (11), Tinju (6), Voli (36),
Paralimpik (2) dan Pebalap (2).119
Penghargaan-penghargaan tersebut merupakan bentuk realisasi pemerintah
terhadap Undang-Undang No. 3 Tahun 2005. Walaupun sudah berjalan, akan
tetapi masih banyak atlet yang belum terdaftar sebagai penerima sebuah
penghargaan. Oleh karena itu pemerintah dituntut serius dalam mengelola sebuah
penghargaan terhadap atlet yang telah berprestasi khususnya atlet yang sudah
pesiun dan tidak aktif lagi menjadi seorang atlet.
c. Respon Atlet Terhadap Kebijakan
Realisasi sebuah kebijakan dapat diukur dari seberapa jauh kebijakan
tersebut terpenuhi oleh masyarakat yang ditujunya. Noah Meriem salah satu
mantan atlet sepakbola yang pernah berjaya era 70-an berkata:
Mungkin dengan presiden Joko Widodo sekarang mantan atlet baru
bisa mendapat sebuah penghargaan termasuk saya, dari sekian
lama berganti jabatan seorang presiden dan ini pertama kali saya
mendapat penghargaan.120
Dari hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa pemerintah telah
memperhatikan dengan melaksanakan kewajiban yang diamanahkan oleh
Undang-Undang No. 3 Tahun 2005. Bahwa kepuasan seorang mantan atlet
terhadap pemerintah saat ini yang merupakan bentuk respon yang dirasakan oleh
Noah Meriem, karena dari pemerintahan sebelum-sebelumnya Noah Meriem tidak
119presidenri.go.id, “286 orang legenda olahraga indonesia memperoleh penghargaan
pemerintah.” http://presidenri.go.id/info-kementrian-lembaga/286-orang-legenda-olahraga-
indonesia-memperoleh-penghargaan-pemerintah.html diakses tanggal 20 Maret 2018. 120Wawancara dengan Noah Mariem Atlet Sepakbola Era Kepempinan Orde Baru,
Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018.
88
pernah mendapatkan penghargaan apapun dari pemerintah dan baru sekaranglah
Noah mendapat jasa atas prestasi yang telah diraih untuk indonesia. Adanya
penghargaan yang telah Noah Meriem peroleh merupakan suatu bentuk realisasi
Undang-Undang yang telah di buat oleh pemerintah dan dapat dirasakan oleh
seorang mantan atlet pada era 70-an tersebut. Begitu juga dengan hasil wawancara
dengan seorang mantan atlet tenis Iarawti Moried:
Adanya Undang-Undang sistem Keolahragaan Nasioanl menurut
saya memang seharusnya jasa atlet yang telah berprestasi harus
dihargai karena telah meluangkan banyak waktu untuk latihan
demi meraih prestasi untuk nama indonesia.121
Dari hasil wawancara tersebut, Irawati Moerid membenarkan
bahwasannya memang jasa atlet yang telah beprestasi memang seharusnya
dihargai oleh pemerintah, karena atlet sendiri telah mengorbankan waktu untuk
latihan agar mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia melalui olahraga
dikancah international.
Senada dengan Irawati Moerid, atlet Atletik Maria Londa juga
mengapresiasi adanya Undang-undang Sitem Keolahragaan Nasional tahun 2005,
sebagaimana yang penulis kutip berikut ini,
Dengan kebijakan tersebut bisa membatu saya mengasah ilmu saya
di bidang olahraga agar dapat melanjutkan karir saya mejadi
pelatih atau apapun yang nantinya masih megarah dan menjuruh
pada bidang olahraga agar dapat memperbaiki olahraga di
Indonesia122
121Wawancara dengan Irawati Moried Mantan mantan Atlet Tenis, RSUP Fatmawati,
Jakarta, 2 januari 2018. 122Wawancara dengan Maria londa sebagai Atlet Atletik yang masih aktif Gor Ragunan, 18
januari 2018.
89
Melalui wawancara tersebut Maria merasa percaya diri, karir olahraganya
di masa depan dapat dilanjutkan. Paling tidak, menjadi seorang pelatih. Dengan
begitu menjadikan diri mendapatkan kesejahteraan sebagaimana sesuai pada
Undang-undang Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Demikian halnya juga apa yang dirasakan oleh mantan atlet Atletik Ema
Tapahari, pemegang rekor nasional untuk lari 400 meter putri tersebut,123
mengungkap sebagaimana dalam wawancara di bawah ini.
Saya cukup bangga dengan kebijakan yang pemerintah buat, dan
saya telah merasakan hasil dari kebijakan tersebut. Dan jika ada
atlet diera 80an hidupnya kekurangan, itu karena si atlet tidak
prepare apa yang sudah pemerintah berikan.124
Bakal calon anggota Legislatif 2014 dari PAN tersebut merasa bangga,
dalam arti cukup puas dengan adanya kebijakan ini.125 Oleh karenanya Injte126,
sapaan akrab Ema menyarankan kepada semua atlet juga harus mempersiapkan
diri menyambut masa pensiun agar juga bisa menyesuaikan dengan Undang-
undang atau kebijakan yang sudah ada.
Intinya respon yang diberikan oleh atlet dan mantan atlet sangat positif
terhadap pelaksanaan Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tersebut, karena dapat
menjanjikan kesejahteraan atlet dan masa depan para mantan atlet.
123ahmad.web.id,“apa dan siapa tempo.”
http://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/E/20030617-30-E_2.html diunduh tanggal
21 maret 2018. 124Wawancara dengan Ema Tapahari Mantan Atlet Atletik Gor Ragunan, Jakarta, 31
januari 2018. 125store.tempo.co, “emma tapahary.”
https://store.tempo.co/foto/detail/P0204201300203/emma-tahapary#.WsPKCohubIU diunduh
tanggal 21 maret 2018. 126ahmad.web.id, “apa dan siapa tempo.”
http://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/E/20030617-30-E_2.html diunduh tanggal
21 maret 2018.
90
d. Implementasi UU No. 3 Tahun 2005 Pasal 86 Ayat 1-4
Olahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan
pembangunan nasional sehingga keberadaan dan peranan olahraga dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus ditempatkan pada
kedudukan yang jelas dalam sistem hukum nasional. Kebijakan ini yang merupkan
dasar dari landasan hukum mengenai pelaku olahraga bagaimana terjaminnya
kesejahteraan bagi pelaku olahraga. Dilihat dari pasa 86 ayat 1 yang berbunyi
“Setiap pelaku olahraga, organisasi olahraga, lembaga pemerintah/swasta, dan
perseorangan yang berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan olahraga diberi
penghargaan.”127
Pada realisasinya pemerintah sudah memberikan apresiasi terhadap pelaku
olahraga, dapat dilihat dari data berikut:128
Jenis dan Jumlah Penerima Penghargaan Olahraga Tahun 2016-2017.
No JENIS/
NAMA EVENT
BENTUK
PENGHARGAAN
PENERIMA
PENGHARGAAN
TAHUN
I Multi Ajang
(Multi Event)
2016 2017
1 Olimpiade Bonus Olahragawan 4 -
Pelatih 3 -
Asisten Pelatih - -
Jaminan Hari Tua Olimpian/
Paralimpian
37 3
2
Paralimpiade
Bonus
Olahragawan
1
-
Pelatih 1 -
127Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 86 Ayat 1, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional. [dokumen on-line]; Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
diunduh pada 25 november 2017. 128Wawancara dengan Sutiknyo Kepala Bidang Penghargaan Menpora Gedung Kemenpora,
Jakarta, 19 September 2018.
91
No JENIS/
NAMA EVENT
BENTUK
PENGHARGAAN
PENERIMA
PENGHARGAAN
TAHUN
Asisten Pelatih - -
3
Asian Games
Bonus
Olahragawan
-
-
Pelatih - -
Asisten Pelatih - -
4 Asian Para Games
Olahragawan
135
-
Pelatih - -
Asisten Pelatih - -
5
SEA Games
Bonus
Olahragawan
402
Pelatih 100
Asisten Pelatih 29
6 ASEAN Para
Games
Bonus
Olahragawan
153
Pelatih 19
Asisten Pelatih 17
II
Acara Puncak
Haornas
1
Kesejahteraan
Olahragawan
14
28
Pelatih 3 9
Wasit 2 7
Tenaga Medis/
Paramedis
1 5
Guru dan Dosen - 6
Ahli Gizi - 1
Ahli Biomekanik - 2
Psiokolg - 3
Masseur - 4
Instruktur 1 4
2
Beasiswa
SD
2
-
SMP 10 4
SMA 27 35
S 1 6 5
S 2 1 3
S 3 - 3
3
Dana Pembinaan
Lembaga
Olahraga
4
4
4 Penghargaan Lain
(Piagam)
Tokoh/Pembina
Olahraga
3
27
92
No JENIS/
NAMA EVENT
BENTUK
PENGHARGAAN
PENERIMA
PENGHARGAAN
TAHUN
Dunia Usaha - 5
Media Massa - 46
III Ajang Tunggal
(Single Event)
1 Kejuaraan
Bulutangkis All
England
Bonus
Pelatih
1
1
olahragawan 2 2
2 Kejuaraan
Bulutangkis BWF
Superseries World
Final
Bonus
Pelatih
1
1
olahragawan 2 2
3 Kejuaraan
Sepakbola ASEAN
(Piala AFF)
Bonus
Pelatih
1
-
Olahragawan 23 -
Asisten pelatih 3
Offisial 9
Sumber: Sutiknyo, Ketua Bidang Penghargaan Olahraga.
Dapat dilihat dari data diatas bahwa memang pemerintah sudah
memberikan apresiasi dalam bentuk penghargaan terhadap atlet maupun mantan
atlet yang telah berprestasi. Baik pada multi ajang (multi event) seperti Olimpiade,
Paralimpiade, Asian Games, Asian Paragames, SEA Games dan ASEAN Para
Games. Serta pada ajang tunggal (single event) dari data yang masuk per 2016-
2017 yang mendapatkan penghargaan dari cabang olahraga bulutangkis yakni dari
kejuaraan Bulutangkis All England dan Kejuaraan Bulutangkis BWF Superseries
World Final 2017, serta Kejuaraan Sepakbola ASEAN (Piala AFF). Dan pada
acara puncak Haornas (Hari Olahraga Nasional) yang diberikan kepada seluruh
pelaku olahraga, yang meliputi atlet, pelatih, wasit, instruktur, tenaga
93
medis/paramedis, Guru dan Dosen, Ahli Gizi, Ahli Biomekanika, Psikolog, dan
masseur.
Untuk penerima penghargaan berbentuk beasiswa merupakan siswa atau
mahasiswa yang telah berprestasi berikut penjelasan Piet Mellu katakan:129
Ada pelaku olahraga yang kita berikan di haornas disamping itu
ada beasiswa kita berikan kepada pelajar-pelajar yang
persyaratannya adalah satu, dia berprestasi setingkat Asia/ASEAN
multi event maupun single event mendapat medali dan berstatus
sebagai pelajar. Status pelajarnya itu di kartu pelajarnya terdaftar di
salah satu status sebagai siswa atau mahasiswa. Dan itu kita
berikan pada saat Haornas, dan tiap tahun setiap Haornas kita
kasih.
Dan hanya bentuk penghargaan JHT (jaminan hari tua), JHT tersebut
termasuk dalam kategori penghargaan Legend yang mempunyai klasifikasi
berbeda, yakni yang Piet Mellu katakan:130
Jaminan hari tua ini kita kasih ke olimpian, atlet-atlet yang pernah
meraih medali di olimpiade. Ide dari menteri, orang-orang yang
pernah berjasa di bidang olahraga usianya di atas 45 tahun,
kemudian pernah juara minimal asian games satu emas, atau 3 kali
emas di seagames di tahun yang berbeda. Kita kasih perlakuan
khusus untuk beregu, seperti bola, voli, basket minimal dapat satu
emas seagames kita kasih penghargaan dan kita kategorikan
sebagai legenda. Dan tahun pertama di tahun 2017 kita baru masih
penghargaan legenda ini.
Dari hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa beberapa penghargaan
mempunyai persyaratannya masing-masing. Karena dari kategori itupun, Menpora
memberikan penghargaan sesuai apa yang telah dicapai oleh para pelaku olahraga
tersebut. Oleh karena itu pelaku olahraga yang telah berhasil memberikan sebuah
129Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi
Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018. 130Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten Deputi
Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018.
94
prestasi ke bangsa, pemerintah pun memberikan sebuah hak bagi pelaku tersebut
yaitu berupa penghargaan.
95
BAB V
Kesimpulan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional sudah berjalan tetapi ada beberapa hambatan
diantaranya belum pastinya Undang-Undang tersebut secara penuh
menangani masalah kesejahteraan atlet terlebih kebutuhan atlet ketika hari
tua seorang atlet yang sudah pensiun, belum terjamin sepenuhnya dalam
undang-Undang tersebut.
2. Pada realisasinya memang sudah banyak atlet yang mendapat penghargaan
yang di dapat oleh pemerintah tetapi tidak semua atlet yang berpretasi
tersebut namanya tercantum dalam penghargaan yang akan di berikan oleh
pemerintah. Yakni contoh pesepak bola Noah Meriem, setelah lama
pensiun sebagai atlet dia baru dapat penghargaan pertama kali oleh
pemerintah saat pemerintah mengadakan penghargaan terhadap seorang
legenda.
3. Menpora merupakan liding sektor dari Undang-Undang Tahun 2005,
dimana seorang menpora mempunya keputusan penting dalam menangani
Sistem Keolahrgaan Nasional, terutama keputusan mengenai kesejahteraan
bagi para atlet dan mantan atlet.
96
4. Dalam pemberian penghargaan selain pemerintah sendiri pihak lain juga
dapat ikut berperan serta didalamnya diantaranya yaitu lembaga swasta
dan masyarakat. Lembaga swasta sendiri bisa termasuk sponsor dan dari
pihak club sendiri sementara dari masyarakat adalah..
5. Memuat aspirasi sudah, untuk sebagai tambahannya di butuhkan jaminan
kepastian pemeberian penghargaan kepada mantan atlet agar kebutuhan di
hari tua setelah pensiun menjadi atlet terpenuhi dengan baik dan terjamin.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, dirumuskan saran, sebagai berikut:
1. Oleh karena itu pemerintah di tuntut untuk membuat kejelasan di dalam
Undang-Undang SKN terebut mengenai kesejahteraan atlet di masa
pensiunnya.
2. Oleh karena itu pemerintah dituntut serius untuk mendata para atlet yang
telah beprestasi untuk mendapat penghargaan.
3. Pemerintah (Menpora) dituntut agar mempunyai kebijakan-kebijakan yang
membuat para atlet dan mantan merasa ternaungi.
4. Pemberian merupakan sebuah feedback dari pemerintah, lembaga swasta
dan masyarakat maka dari itu penghargaan seharusnya lebih bisa lebih
berguna ketika penghargaan tersebut diberikan sesuai kebutuhan para atlet
dan mantan atlet.
97
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Wahab, Solichin. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan Negara. Jakarta : Bumi Aksara, 2004.
Agustino, Leo. Perihal Ilmu Politik; Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Dunn. William N. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta, Gajah Mada
University Press, 2012.
Howlett, Michael dan Ramesh. Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy
Subsystem. Toronto: Oxford University Press, 2001.
Nugroho, Riant. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.
Jakarta: PT Gramedia , 2004.
Olahraga, Direktorat Jendral. Olahraga, Kebijakan dan Politik; sebuah analisis.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003.
Parsons, Wayne. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.
Jakarta, Kencana, 2006.
Praditya, Yoshua dan Jerry Indrawan, “Olahraga Membangun Bangsa, Dampak
Strategis Olahraga Terhadap Persatuan dan Pembangunan Bangsa.”
Jakarta: Koni Pusat, 2016
Subarsono. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010
Taufiqurokhman, Kebijakan Publik, Pendelegasian Tanggung Jawab Kepada
Presiden Selaku Penyelenggara Pemerintah, Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Moestopo Beragama (Pers).
Winarno, Budi. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Press,
2005.
Winarno. Budi. Teori dan Proses Kebijakan Publik dan Studi Kasus. Yogyakarta:
Caps, 2012.
Jurnal
Frinaldi. Aldri dan Nurman S. “Perubahan Konstitusi Dan Implikasinya Pada
Perubahan Lembaga Negara”. DEMOKRASI Vol. IV No.1 Th. 2005.
Mirza Nasution. “Negara dan Konstitusi.” (Sumatra Utara: Ilmu Tata Negara
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004).
Mu’allifin. M. Darin Arif.. “Hubungan Konstitusi Dengan Tugas dan Fungsi
Negara.” Ahkam volume 4, Nomor 1, Juli 2016: 162.
Santoso. M.Agus. “Perkembangan Konstitusi di Indonesia” Jurnal Yustisia Vol. 2
No. 3 September - Desember 2013.
98
Karya Ilmiah
Bob Hans Tampubolon, “Penghargaan dan Saksi: Studi pada karyawan Pelaksana
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Mayang,” Skripsi Fakultas
Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang 2013, 14.
Ahmad Subandi “Implementasi Dana Desa di Desa Neglasari Kecamatan
Jasinga Kabupaten Bogor (Studi terhadap Kebijakan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam Permendes
PDTT Nomor 5 Tahun 2015),” (jakarta, 2016).
Dokumen Elektronik
“Olahraga Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Jenisnya.” Tersedia
https://www.kata.co.id/Pengertian/Olahraga/1120. diakses pada tanggal
11 Oktober 2016.
“Mereka Berprestasi tapi Terlupakan.” Tersedia
http://www.bulutangkis.com/mod.php?mod=publisher&op=printarticle&ar
tid=76%20. diakses pada tanggal 11 Oktober 2016.
“Galaunya Prestasi Olahraga Indonesia.” Tersedia
https://beritagar.id/artikel/arena/galaunya-prestasi-olahraga-indonesia
Diunduh pada tanggal 11 Oktober 2016.
“inilah beberap faktor sebab prestasi di Indonesia kurang maksimal.” Tersedia
https://policy.paramadina.ac.id/inilah-beberapa-faktor-sebab-prestasi-
olahraga-di-indonesia-kurang-maksimal/ diakses pada tanggal 11 januari
“Jumlah Penduduk Indonesia Tahun
2017.”http://tumoutounews.com/2017/09/10/jumlah-penduduk-indonesia-
tahun-2017/ diakses pada tanggal 11 Januari 2018.
“Kualitas Pribadi Atlet Kunci Keberhasilan Meriah Prestasi Tinggi.” Tersedia
https://www.researchgate.net/publication/303911810_Kualitas_Pribadi_At
let_Kunci_Keberhasilan_Meraih_Prestasi_Tinggi diakses pada tanggal 12
Januari 2018.
“Negara Harus Menjamin Kualitas Hidup Mantan Atlet Juara.” Tersedia
http://www.kompasiana.com/donibastian/negara-harus-menjamin-kualitas-
hidup-mantan-atlet-juara_57de2319af9273104126c054 diakses pada
tanggal 12 Januari 2018.
“Hidup Mantan Atlet.” Tersedia https://www.boombastis.com/hidup-mantan-
atlet/62781 diakses tanggal 11 oktober 2016.
“Nasib Mantan Atlet Nasional Dulu Dipuja Kini Merana.” Tersedia
http://sports.sindonews.com/read/1075339/51/nasib-mantan-atlet-nasional-
dulu-dipuja-kini-merana-1452231937 diunduh tanggal 11 oktober 2016.
“Olahragawan Perlu UU Ketenagakerjaan Tersendiri.” Tersedia
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5270c4d984c93/olahragawan-
perlu-uu-ketenagakerjaan-tersendiri diunduh tanggal 12 januari 2018.
“Pemerintah Wajib Siapkan Asuransi Bagi Atlet.” Tersedia
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pemerintah-wajib-siapkan-
asuransi-bagi-atlet diunduh tanggal 11 oktober 2016.
99
“Menpora Ingin Undang-Undang Mengatur Bonus Atlet.” Tersedia
https://sports.sindonews.com/read/1139570/51/menpora-ingin-undang-
undang-mengatur-soal-bonus-atlet-1473934560 diakses tanggal 12 januari
2018.
“Olahraga dan Kesejahteraan.” Tersedia
http://krjogja.com/web/news/read/8978/Olahraga_dan_Kesejahteraan_Atle
t diakses tanggal 10 oktober 2016.
“Negara Harus Menjamin Kualitas Hidup Mantan Atlet Juara.”
http://www.kompasiana.com/donibastian/negara-harus-menjamin-kualitas-
hidup-mantan-atlet-juara_57de2319af9273104126c054 diakses tanggal 8
oktober 2016.
“10-pengertian-kebijakan-publik-menurut-para-ahli-terlengkap.” Tersedia
http://www.gurupendidikan.co.id/10-pengertian-kebijakan-publik-
menurut-para-ahli-terlengkap/. diakses tanggal 12 november 2017.
Kamus Besar Bahasa Indonesia” Tersedia di https://kbbi.web.id/atlet diakses
tanggal 16 desember 2017.
“prestasi olahraga indonesia dulu digdaya sekarang tak berdaya.” Tersedia
https://nusantara.news/prestasi-olahraga-indonesia-dulu-digdaya-sekarang-
tak-berdaya/ diakses tanggal 13 april 2018
“haornas 2017 momentum untuk raih kejayaan olahraga indonesia.” Tersedia
https://olahraga.kompas.com/read/2017/09/10/12520391/haornas-2017
momentum-untuk-raih-kejayaan-olahraga-indonesia diakses tanggal 15
Maret 2018.
“haornas kampanyekan persatuan bangsa dan penghargaan atlet.” Tersedia
http://republika.co.id/berita/olahraga/arena-olahraga/17/09/09/ow0pyx428-
haornas-kampanyekan-persatuan-bangsa-dan-penghargaan-atlet diakses
tanggal 20 Maret 2018.
“penghargaan buat legenda olahraga.” Tersedia
https://olahraga.kompas.com/read/2017/12/13/16082671/penghargaan-
buat-legenda-olahraga diakses tanggal 20 Maret 2018.
“286 orang legenda olahraga indonesia memperoleh penghargaan Tersedia
pemerintah.” http://presidenri.go.id/info-kementrian-lembaga/286-orang-
legenda-olahraga-indonesia-memperoleh-penghargaan-pemerintah.html
diakses tanggal 20 Maret 2018.
“apa dan siapa tempo.” Tersedia
http://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/E/20030617-30-
E_2.html diunduh tanggal 21 maret 2018.
“emma tapahary.” Tersedia
https://store.tempo.co/foto/detail/P0204201300203/emmatahapary#.WsPK
CohubIU diunduh tanggal 21 maret 2018.
“apa dan siapa tempo.” Tersedia
http://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/E/20030617-30-
E_2.html diunduh tanggal 21 maret 2018.
“Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005”, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.” Tersedia di http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf
diunduh pada 25 november 2017.
100
“Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 3, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional“ http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh
pada 25 november 2017.
“Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 4, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.” http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh
pada 25 november 2017.
“Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 13, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.” http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh
pada 25 november 2017.
“Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 21, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.” http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh
pada 25 november 2017.
“Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 86, Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.” http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/45.pdf diunduh
pada 25 november 2017.
“Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2014 Bab III Pasal 3, Bentuk
Penghargaan.” Tersedia di
http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt53b51c60965b2/p
arent/lt53b51b225c966 diunduh pada 25 november 2017.
“Peraturan Presiden Bab III Bentuk Penghargaan Pasal 3. Tentang Pemberian
Penghargaan”.tersedia di
http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt53b51c60965b2/p
arent/lt53b51b225c966 diunduh pada 25 november 2017.
“Peraturan Presiden Bab V Bentuk Penghargaan Pasal 7. Tentang Pemberian
Penghargaan.” Tersedia di
http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt53b51c60965b2/p
arent/lt53b51b225c966 diunduh pada 25 november 2017.
“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab III Pasal 5. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina
Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga.” Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA
RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.
“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab III Pasal 6. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina
Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga. Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA
RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.
“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab III Pasal 7. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina
Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga.” Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA
RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.
“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab III Pasal 8. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina
Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga.” Tersedia di
101
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA
RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.
“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab V Pasal 35. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina
Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga.” Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA
RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.
“Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Bab V Pasal 36. Tentang Pesyaratan
Pemberian Penghargaan Olahraga Kepada Olahragawan, Pembina
Olahraga, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga.” Tersedia di
http://kemenpora.go.id/pdf/PERMEN%20PENGHARGAAN%20OLAHA
RAGA.2015.pdf diunduh pada 25 november 2017.
Wawancara
Wawancara dengan Irawati Moried Mantan mantan Atlet Tenis, RSUP
Fatmawati, Jakarta, 2 januari 2018.
Wawancara dengan Noah Mariem Atlet Sepakbola Era kepempinan Orde Baru,
Gedung Kemenpora, Jakarta, 8 Januari 2018.
Wawancara dengan Piet Mellu Kepala Bidang Penghargaan Olahraga Asisten
Deputi Kemitraan dan Penghargaan Olahraga, Gedung Kemenpora,
Jakarta, 8 Januari 2018.
Wawancara dengan Maria londa sebagai Atlet Atletik yang masih aktif Gor
Ragunan, 18 januari 2018.
Wawancara dengan Ema Tapahari Mantan Atlet Atletik Gor Ragunan, Jakarta, 31
januari 2018.
Wawancara dengan Yusuf Suparman Kepala Bidang Humas Menpora Gedung
Kemenpora, Jakarta, 19 September 2018.
Wawancara dengan Sutiknyo Kepala Bidang Penghargaan Menpora Gedung
Kemenpora, Jakarta, 19 September 2018.
top related