skizofrenia s2b15
Post on 15-Apr-2016
1 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Skizofrenia
1. Definsi
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis dan selalu mengalami
kekambuhan. Ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan
perilaku seseorang (Fadli, 2013).
2. Epidemiologi
Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di
seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya
onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Laki-laki biasanya gangguan ini
mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat
yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan.
Rata-rata frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia adalah 1,49 kali dengan
standar deviasi 1,182 kali, frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia tertinggi dalam
dua tahun adalah empat kali. Faktor yang berhubungan signifikan dengan kekambuhan
penderita skizofrenia adalah pengetahuan keluarga dan ekspresi emosi keluarga.
3. Etiologi
3. a) Faktor Genetik
Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan
dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-
anak kembar satu telur (monozigot) 61 – 86%. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu
gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling
sering dilihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-
tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa
ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari
ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin
tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit
ini.
3. b) Faktor Biokimia
Skizofrenia mungkin berasal dari ketidak seimbangan kimiawi otak yang disebut
neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron
berkomunikasi satu dengan yang lain. Skizofrenia berasal dari aktivitas
neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau
dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Aktivitas dopamine
yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain
seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan.
3. c) Faktor Psikologis dan Sosial
Faktor ini meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat,
adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang
patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga. keluarga pada masa
kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Orang
tua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan
anak untuk berkembang, ada kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak
merangsang anak, atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya
(Elvira, 2014).
4. Patofisiologi
Patofisiologi skizofrenia melibatkan sistem dopaminergik dan serotonergik. Skizofrenia
terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini
mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya
reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Hipotesis/teori tentang patofisiologi skizofrenia :
a. Pasien skizofrenia terjadi hiperaktivitas sistem dopaminergik
b. Hiperdopaminegia pada sistem meso limbic hal ini berkaitan dengan gejala positif
c. Hipodopaminergia sistem meso kortis dan nigrostriatal bertanggungjawab terhadap
gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal.
Alur dopaminergik saraf :
a. Jalur nigrostriatal : dari substansia nigra ke basal ganglia (fungsi gerakan, EPS)
b. Jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik (memori, sikap,
kesadaran, proses stimulus).
c. Jalur mesokortikal : dari tegmental area menuju ke frontal cortex (kognisi, fungsi
sosial, komunikasi, respons terhadap stress).
d. Jalur tuberoinfendibular : dari hipotalamus ke kelenjar pituitary (pelepasan prolactin).
e. Terdiri dari 3 fase :
- Premorbid : semua fungsi masih normal
- Prodomal : simptom psikotik mulai nyata (isolasi sosial, ansietas, gangguan tidur,
curiga). Fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi- fungsi mendasar
( pekerjaan dan rekreasi) dan muncul symptom nonspesifik seperti gangguan
tidur, ansietas, konsentrasi berkurang, dan defisit perilaku. Simptom positif
seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan berarti sudah
mendekati menjadi fase psikosis.
- Psikosis :
Fase Akut : dijumapi gambaran psikotik yang jelas, misalnya waham,
halusinasi, gangguan proses pikir, pikiran kacau. Simptom negatif menjadi lebih
parah sampai tak bisa mengurus diri. Berlangsung 4 – 8 minggu.
Stabilisasi : 6 – 18 bulan
Stabi : terlihat residual, berlangsung 2- 6 bulan (Maramis, 2009)
5. Manifestasi klinis
5. 1. Gejala positif atau gejala nyata:
5. 1. a) Halusinasi : persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi
yang tidak terjadi di dalam realitas.
5. 1. b) Waham : keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak
memiliki dasar di dalam realitas.
5. 1. c) Ekopraksia : peniruan gerakan dan gestur orang lain yang diamati
klien.
5. 1. d) Flight of ideas : aliran verbalisasi yang terus menerus saat individu
melompat dari satu topik ke topik laindengan cepat.
5. 1. e) Perseverasi : terus-menerus membicarakan satu topik atau suatu
gagasan, pengulangan kalimat,kata atau frasa secara
verbal dan menolak untuk mengubah topik tersebut.
5. 1. d) Asosiasi longgar : pikiran atau gagsan yang terpecah-pecah atau buruk.
5. 1. e) Gagasan rujukan : kesan yang salah bahwa peristiwa eksternal memiliki
makna yang khusus dalam individu.
5.1. f) Ambivalensi : mempertahanan keyakinan dan perasaan yang
tampak
kontradiktif tentang individu,peristiwa atau situasi yang
sama.
5. 2. Gejala negatif atau gejala samar :
5. 2. a) Apati : perasaan tidak peduli terhaap individu, aktivitas atau peristiwa.
5. 2. b) Alogia : kecendrungan berbicara sangat sedikit atau menyampaikan
sedikit subtansi makna (miskin isi).
5.2. c) Afek datar : tidak adanya ekspresi wajah yang akan menunjukkan emosi atau
mood.
5.2.d) Anhedonia : merasa tidak senang atau tidak gembira dalam menjalani hidup,
aktifitas atau hubungan.
5.2.e) Katattonia : imobilitas karna faktor psikologis, kadang kala ditandai oleh
periode agitasi gembira, klien tampak tidak bergerak, seolah-olah
dalam keadaan setengah sadar.
5.2.f) Tidak kemauan : tidak adanya keinginan. Ambisi atau dorongan untuk bertindak
atau melakukan tugas-tugas (Maramis, 2009).
<Fadli, Surya Mulya dan Mitra. 2013. Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Pekanbaru: Hangtuah><Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya. Airlangga UniversityPress.><Elvira, Sylvia D. 2014. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI>
KESIMPULANGangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai
oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
seumur hidup.
Episode depresif dari gangguan bipolar memiliki kriteria diagnostik yang sama dengan
gangguan depresi mayor episode tunggal. Sedangkan pada gangguan bipolar episode campuran
terdapat gejala-gejala manik atau hipomanik dan depresi yang berganti-ganti secara cepat pada
suatu periode waktu yang berlangsung sekurangnya satu minggu. Tampilan klinis, seorang yang
menderita gangguan bipolar episode campuran biasanya mengalami kondisi mood yang sangat
tidak stabil. Secara umum, terdapat dua jenis gangguan bipolar, pada gangguan bipolar tipe satu,
ditemukan sekurangnya satu episode manik. Sedangkan pada gangguan bipolar tipe dua
ditemukan sekurang-kurangnya satu episode hipomanik,
Sampai saat ini, penatalaksanaan untuk gangguan bipolar masih difokuskan dalam
pemberian terapi farmakologi. Obat-obat golongan mood stabilizer diberikan (seperti Lithium
dan Valproate) baik untuk kondisi akut maupun untuk terapi maintenance yang bertujuan
mencegah kekambuhan. Farmakoterapi biasanya dikombinasi dengan terapi non farmakologis
berupa psikoterapi.
top related