skizofrenia s2b15

8
Skizofrenia 1. Definsi Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis dan selalu mengalami kekambuhan. Ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang (Fadli, 2013). 2. Epidemiologi Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Rata-rata frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia adalah 1,49 kali dengan standar deviasi 1,182 kali, frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia tertinggi dalam dua tahun adalah empat kali. Faktor yang berhubungan signifikan dengan kekambuhan penderita skizofrenia adalah pengetahuan keluarga dan ekspresi emosi keluarga. 3. Etiologi 3. a) Faktor Genetik Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-

Upload: intan-nararia

Post on 15-Apr-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Skizofrenia S2B15

Skizofrenia

1. Definsi

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis dan selalu mengalami

kekambuhan. Ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan

perilaku seseorang (Fadli, 2013).

2. Epidemiologi

Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di

seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya

onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Laki-laki biasanya gangguan ini

mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat

yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada

perempuan.

Rata-rata frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia adalah 1,49 kali dengan

standar deviasi 1,182 kali, frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia tertinggi dalam

dua tahun adalah empat kali. Faktor yang berhubungan signifikan dengan kekambuhan

penderita skizofrenia adalah pengetahuan keluarga dan ekspresi emosi keluarga.

3. Etiologi

3. a) Faktor Genetik

Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan

dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-

anak kembar satu telur (monozigot) 61 – 86%. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu

gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling

sering dilihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-

tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa

ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari

ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin

tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit

ini.

3. b) Faktor Biokimia

Skizofrenia mungkin berasal dari ketidak seimbangan kimiawi otak yang disebut

neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron

Page 2: Skizofrenia S2B15

berkomunikasi satu dengan yang lain. Skizofrenia berasal dari aktivitas

neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau

dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Aktivitas dopamine

yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain

seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan.

3. c) Faktor Psikologis dan Sosial

Faktor ini meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat,

adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang

patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga. keluarga pada masa

kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Orang

tua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan

anak untuk berkembang, ada kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak

merangsang anak, atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya

(Elvira, 2014).

4. Patofisiologi

Patofisiologi skizofrenia melibatkan sistem dopaminergik dan serotonergik. Skizofrenia

terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini

mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya

reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau

kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

Hipotesis/teori tentang patofisiologi skizofrenia :

a. Pasien skizofrenia terjadi hiperaktivitas sistem dopaminergik

b. Hiperdopaminegia pada sistem meso limbic hal ini berkaitan dengan gejala positif

c. Hipodopaminergia sistem meso kortis dan nigrostriatal bertanggungjawab terhadap

gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal.

Alur dopaminergik saraf :

a. Jalur nigrostriatal : dari substansia nigra ke basal ganglia (fungsi gerakan, EPS)

b. Jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik (memori, sikap,

kesadaran, proses stimulus).

c. Jalur mesokortikal : dari tegmental area menuju ke frontal cortex (kognisi, fungsi

sosial, komunikasi, respons terhadap stress).

Page 3: Skizofrenia S2B15

d. Jalur tuberoinfendibular : dari hipotalamus ke kelenjar pituitary (pelepasan prolactin).

e. Terdiri dari 3 fase :

- Premorbid : semua fungsi masih normal

- Prodomal : simptom psikotik mulai nyata (isolasi sosial, ansietas, gangguan tidur,

curiga). Fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi- fungsi mendasar

( pekerjaan dan rekreasi) dan muncul symptom nonspesifik seperti gangguan

tidur, ansietas, konsentrasi berkurang, dan defisit perilaku. Simptom positif

seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan berarti sudah

mendekati menjadi fase psikosis.

-  Psikosis :

Fase   Akut : dijumapi gambaran psikotik yang jelas, misalnya waham,

halusinasi, gangguan proses pikir, pikiran kacau. Simptom negatif menjadi lebih

parah sampai tak bisa mengurus diri. Berlangsung 4 – 8 minggu.

Stabilisasi : 6 – 18 bulan

Stabi : terlihat residual, berlangsung 2- 6 bulan (Maramis, 2009)

5. Manifestasi klinis

5. 1. Gejala positif atau gejala nyata:

5. 1. a) Halusinasi : persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi

yang tidak terjadi di dalam realitas.

5. 1. b) Waham : keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak

memiliki dasar di dalam realitas.

5. 1. c) Ekopraksia : peniruan gerakan dan gestur orang lain yang diamati

Page 4: Skizofrenia S2B15

klien.

5. 1. d) Flight of ideas : aliran verbalisasi yang terus menerus saat individu

melompat dari satu topik ke topik laindengan cepat.

5. 1. e) Perseverasi : terus-menerus membicarakan satu topik atau suatu

gagasan, pengulangan kalimat,kata atau frasa secara

verbal dan menolak untuk mengubah topik tersebut.

5. 1. d) Asosiasi longgar : pikiran atau gagsan yang terpecah-pecah atau buruk.

5. 1. e) Gagasan rujukan : kesan yang salah bahwa peristiwa eksternal memiliki

makna yang khusus dalam individu.

5.1. f) Ambivalensi : mempertahanan keyakinan dan perasaan yang

tampak

kontradiktif tentang individu,peristiwa atau situasi yang

sama.

5. 2. Gejala negatif atau gejala samar :

5. 2. a) Apati : perasaan tidak peduli terhaap individu, aktivitas atau peristiwa.

5. 2. b) Alogia : kecendrungan berbicara sangat sedikit atau menyampaikan

sedikit subtansi makna (miskin isi).

5.2. c) Afek datar : tidak adanya ekspresi wajah yang akan menunjukkan emosi atau

mood.

5.2.d) Anhedonia : merasa tidak senang atau tidak gembira dalam menjalani hidup,

aktifitas atau hubungan.

5.2.e) Katattonia : imobilitas karna faktor psikologis, kadang kala ditandai oleh

periode agitasi gembira, klien tampak tidak bergerak, seolah-olah

dalam keadaan setengah sadar.

5.2.f) Tidak kemauan : tidak adanya keinginan. Ambisi atau dorongan untuk bertindak

atau melakukan tugas-tugas (Maramis, 2009).

<Fadli, Surya Mulya dan Mitra. 2013. Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Pekanbaru: Hangtuah><Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya. Airlangga UniversityPress.><Elvira, Sylvia D. 2014. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI>

Page 5: Skizofrenia S2B15

KESIMPULANGangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya  rekuren serta dapat

seumur hidup.

Episode depresif dari gangguan bipolar memiliki kriteria diagnostik yang sama dengan

gangguan depresi mayor episode tunggal. Sedangkan pada gangguan bipolar episode campuran

terdapat gejala-gejala manik atau hipomanik dan depresi yang berganti-ganti secara cepat pada

suatu periode waktu yang berlangsung sekurangnya satu minggu. Tampilan klinis, seorang yang

menderita gangguan bipolar episode campuran biasanya mengalami kondisi mood yang sangat

tidak stabil. Secara umum, terdapat dua jenis gangguan bipolar, pada gangguan bipolar tipe satu,

ditemukan sekurangnya satu episode manik. Sedangkan pada gangguan bipolar tipe dua

ditemukan sekurang-kurangnya satu episode hipomanik,

Sampai saat ini, penatalaksanaan untuk gangguan bipolar masih difokuskan dalam

pemberian terapi farmakologi. Obat-obat golongan mood stabilizer diberikan (seperti Lithium

dan Valproate) baik untuk kondisi akut maupun untuk terapi maintenance yang bertujuan

mencegah kekambuhan. Farmakoterapi biasanya dikombinasi dengan terapi non farmakologis

berupa psikoterapi.