regulasi keamanan pangan
Post on 04-Dec-2015
159 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
UPDATE REGULASI KEAMANAN PANGAN DAN MASA KEDALUWARSA
PRODUK PANGAN
Disampaikan oleh : Ir. Gasilan
Kasubdit Standardisasi Bahan Baku dan BTP Bogor, 23 Oktober 2014
Pendahuluan
Upda,ng regulasi keamanan pangan
Masa kedaluwarsa produk pangan �
OUTLINE
Badan POM �Terwujudnya standardisasi produk pangan dalam rangka meningkatkan perlindungan konsumen dari pangan yang
tidak layak, tidak aman dan dipalsukan serta meningkatkan efisiensi dan daya saing produk pangan nasional.
1. Melindungi kepentingan masyarakat 2. Mewujudkan jaminan mutu dan keamanan 3. Menunjang dihasilkannya produk pangan yang
berdaya saing 4. Memberdayakan sumberdaya dalam negeri
Mengapa perlu Regulasi Pangan ???
a. Tersedianya pangan yang memenuhi
persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi kepenEngan kesehatan manusia;
b. Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan
c. Terwujudnya Engkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat
KETERLIBATAN BERBAGAI SEKTOR :
LABORATORIUM Kementan, KKP,
Kemenperind, Kemendag, Kemenkes, BADAN POM
PEMDA, DLL
PRODUSEN, IMPORTIR, DISTRIBUTOR, PERITEL, JASABOGA
KONSUMEN
Penyusunan Standar/Regulasi
Internasional (Codex)
Nasional (Data nasional, hasil riset, rekomendasi dari pakar, dll)
Regional (ASEAN, EU)
Bilateral (FSANZ, Malaysia, US-‐FDA)
Acuan/Referensi Sebagai bahan kajian / pertimbangan
Regulasi
Keamanan
Kualitas/mutu
Nutrisi/Gizi Label
ü Batas Cemaran Mikroba dan Kimia
ü Bahan Tambahan Pangan
ü Pangan Rekayasa GeneEk
ü Pangan Iradiasi
ü SNI, ü Kategori Pangan, ü Kodeks Makanan Indonesia
Iklan Klaim Pangan Organik
PENGAWASAN PANGAN
EVALUASI POST -‐MARKET EVALUASI PRE-‐MARKET
Nomor Persetujuan PendaNaran: BPOM RI MD/ML
Inspeksi
Pendahuluan
Upda,ng regulasi keamanan pangan
Masa kedaluwarsa produk pangan �
OUTLINE
BAHAYA BIOLOGIS
BEBAS BAHAYA
Pangan yang aman adalah pangan yang “bebas bahaya”
BAHAYA KIMIA
BAHAYA FISIK
Mikroba: • Bakteri • Kapang • Khamir • Protozoa • Virus
Kontaminan Kimia: • Residu Pestisida • Residu Obat Hewan • Logam Berat (Hg,
Pb, Cd) • Aflatoksin, dsb. Bahan Berbahaya BTP Berlebihan
• Kerikil • Potongan
logam • Paku • Isi Stapler • dsb.
Pangan Menjadi Tidak Aman Karena :
10
Pb
Potensi cemaran dari lahan pertanian sampai siap dikonsumsi (from farm to table)
Hg
��� Residu pestisida dan bahan kimia lainnya; ��� Antibiotika sebagai aditif
pakan
��� Penggunaan bahan berbahaya (formalin, boraks, pewarna tekstil) ��� Penggunaan BTP
berlebih
Regulasi keamanan pangan (update) • Undang-‐undang Pangan No. 18 tahun 2012 • Peraturan Menteri Kesehatan No. 034 tahun 2012 tentang
Batas Maksimum Melamin dalam Pangan • Peraturan Menteri Kesehatan No. 033 tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan • PerKa BPOM RI No. 4 s/d 25 dan No. 36 s/d 38 Tahun 2013
tentang Bahan Tambahan Pangan • Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.52.08.12.5545 Tahun 2012 tentang Batas Maksimum Nitrit Dalam Sarang Burung Walet
• Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.03.12.1564 tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Gene,k
• Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.03.12.1563 tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa GeneEk
• Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 701/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Iradiasi Pangan
• PerKa BPOM RI No. HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 Tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan
UNDANG-UNDANG Nomor 18 Tahun 2012
Tentang PANGAN
STRUKTUR BAB UU PANGAN
Bab Judul Pasal
I. Ketentuan Umum 41 buah
II. Asas, Tujuan, dan Lingkup Pengaturan 2 – 5
III. Perencanaan 6 – 11
IV. Ketersediaan Pangan 12 – 45
V. Keterjangkauan Pangan 46 – 58
VI. Konsumsi Pangan Dan Gizi 59 – 66
VII. Keamanan Pangan 67 – 95
Struktur Bab ……(Lanjutan)
Bab Judul Pasal
VIII. Label dan Iklan Pangan 96 – 107 IX. Pengawasan 108 – 112 X. Sistem Informasi Pangan 113 – 116 XI. Penelitian dan Pengembangan Pangan 117 – 125 XII. Kelembagaan Pangan 126 – 129 XIII. Peran Serta Masyarakat 130 – 131 XIV. Penyidikan 132 XV. Ketentuan Pidana 133 – 148 XVI. Ketentuan Peralihan 149 XVII. Ketentuan Penutup 150 - 154
ü Keamanan Pangan
Kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
PENGAWASAN PANGAN
ü Kecukupan pangan pokok yang aman, bergizi, dan terjangkau
ü persyaratan keamanan, mutu, dan gizi pangan;
ü persyaratan label dan iklan pangan.
Pangan Olahan Pangan Segar
Pengawasan Pangan dilakukan terhadap:
lembaga pemerintah di bidang Pangan lembaga pemerintah di bidang
pengawasan obat dan makanan; Akan dibentuk melalui Perpres dalam waktu 3 tahun.
AMANAT PENGAWASAN PANGAN �a. Menetapkan NSPK
ü Sanitasi pangan ü bahan tambahan pangan ü pangan produk rekayasa gene,k ü iradiasi pangan ü kemasan pangan ü Jaminan keamanan dan mutu pangan
b. Membina dan mengawasi penerapan NSPK
1. Keamanan Pangan
2. Label dan Iklan Pangan
(Pasal 70 -‐ 72)
(Pasal 73 -‐ 76)
(Pasal 68-‐69)
(Pasal 77 -‐ 79)
(Pasal 80 -‐ 81)
(Pasal 82 -‐ 85)
(Pasal 86 -‐ 94)
(Pasal 103 dan 107)
(Pasal 68-‐69, 98, 104)
Permenkes No. 034 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Melamin
dalam Pangan
Melamin adalah suatu senyawa kimia organik yang paling umum didapat dalam bentuk kristal, mengandung banyak nitrogen dan biasa digunakan dalam produk non-‐pangan, yang apabila digunakan dalam pangan dapat membahayakan kesehatan manusia
Batas maksimum melamin dalam pangan
Jenis Pangan Batas Maksimum
Formula bayi bentuk bubuk 1 mg/kg
Formula bayi siap konsumsi 0.15 mg/kg
Pangan lain 2.5 mg/kg
Permenkes RI No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan
Permenkes RI No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan
Pangan Merupakan Revisi dari
Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan
Permenkes RI No. 033 Tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan
• Golongan BTP • Jenis BTP • Bahan yang Dilarang digunakan BTP
• Label • Pembinaan dan Pengawasan
• Ketentuan Peralihan • Ketentuan Penutup
Definisi Bahan Tambahan Pangan (BTP): Bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan
• Mengawetkan pangan • Membentuk pangan • Memberikan warna • Meningkatkan kualitas pangan • Menghemat biaya • Memperbaiki tekstur • Meningkatkan cita rasa • Meningkatkan stabilitas Tu
juan
pen
ggun
aan
Ruang Lingkup BTP ¤ Tidak dikonsumsi secara langsung ¤ Tidak diperlakukan sebagai bahan pangan. ¤ Dapat mempunyai atau Edak mempunyai nilai gizi. ¤ Sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk tujuan
teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, p e n g ep a k an , p e n g ema s an , p e n y impanan , pengangkutan
¤ Tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi
Untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat makanan tersebut, baik secara langsung atau ,dak langsung.
Permenkes No. 722/1988 Permenkes 033 tahun 2012
1. Antioksidan (12 jenis) 2. Antikempal (11 jenis) 3. Pengatur keasaman (53
jenis) 4. Pemanis buatan (4 jenis) 5. Pemutih dan Pematang
tepung (8 jenis) 6. Pengemulsi, pemantap,
pengental (88 jenis) 7. Pengawet (26 jenis) 8. Pengeras (11 jenis) 9. Pewarna Alami (13 jenis) 10. Pewarna Sintetik (12 jenis) 11. Penyedap rasa dan aroma
(75 jenis) 12. Penguat rasa (4 jenis) 13. Sekuestran (23 jenis)
1. Antibuih (Anti foaming agent);
2. Antikempal (Anticaking agent);
3. Antioksidan (Antioxidant); 4. Bahan pengkarbonasi
(Carbonating agent); 5. Garam pengemulsi
(Emulsifying salt); 6. Gas untuk Kemasan
(Packaging gas) 7. Humektan (Humectant); 8. Pelapis (Glazing agent); 9. Pemanis (Sweetener); 10. Pembawa (Carrier) 11. Pembentuk gel (Gelling
agent); 12. Pembuih (Foaming agent); 13. Pengatur keasaman
(Acidity regulator);
14. Pengawet (Preservative); 15. Pengembang (Rai s ing
agent); 16. Pengemulsi (Emulsifier); 17. Pengental (Thickener); 18. Pengeras (Firming agent); 19. Penguat rasa (Flavour
enhancer); 20. Peningkat volume (Bulking
agent; 21. Penstabil (Stabilizer); 22. Peretensi Warna (Colour
retention agent); 23. Perisa (Flavouring); 24. Perlakuan tepung (Flour
treatment agent); 25. Pewarna (Colour); 26. Propelan (Propellant); dan 27. Sekuestran (Sequestrant).
Golongan BTP
Penentuan Jenis dan Batas Maksimum BTP
Parameter Permenkes 722 Permenkes 033 Jenis BTP dalam produk pangan
Ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
Ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
Batas Maksimum dalam produk pangan
Ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
Ditetapkan oleh Kepala Badan POM
Jenis BTP dan batas maksimum selain dalam Peraturan
Ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan
Ditetapkan oleh Kepala Badan POM
PerKa BPOM RI No. 4 s/d 25 dan No. 36 s/d 38 Tahun 2013 tentang Bahan Tambahan Pangan
Ø Mengatur Batas Maksimum Penggunaan BTP di dalam 16 Kategori Pangan Ø Batas Maksimum Penggunaan dinyatakan dalam satuan numerik (mg/kg atau ppm) atau
CPPB Contoh Tabel Batas Maksimum BTP Pengawet Asam sorbat dan garamnya
No. Kategori Pangan
Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) dihitung sebagai asam sorbat
15.2
Olahan kacang, termasuk kacang terlapisi dan campuran kacang (contoh dengan buah kering)
500
Contoh Tabel Batas Maksimum Pengemulsi LesiEn
No. Kategori Pangan
Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg)
15.0 Makanan Ringan Siap Santap CPPB
Per Ka.BPOM HK.03.1.52.08.12.5545 tahun 2012 tentang
Batas Maksimum Nitrit Dalam Sarang Burung Walet
• Sarang burung walet adalah produk yang berasal dari air liur burung walet (Collocalia sp) yang berfungsi sebagai tempat untuk bersarang, bertelur, menetaskan dan membesarkan anaknya serta memerlukan proses lebih lanjut sebelum dikonsumsi
• Nitrit (NO2) adalah senyawa kimia yang secara alami terdapat di
dalam sarang burung walet yang apabila melebihi batas maksimum dapat membahayakan manusia
• Batas maksimum nitrit dalam sarang burung walet merupakan kandungan alami dan ,dak sitambahkan secara sengaja
• Batas maksimum nitrit dalam sarang burung walet adalah 200mg/kg
Pangan PRG adalah pangan yang diproduksi atau menggunakan bahan baku, bahan tambahan pangan,
dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari proses rekayasa genetik.
• PerKaBPOM Nomor HK.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik
• PerKaBPOM Nomor HK.03.1.23.03.12.1564 Tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik
Produk pangan rekayasa geneEka
Produk pangan rekayasa geneEka
Informasi genetika: 1) Deskr ips i umum pangan produk
rekayasa genetika 2) Deskripsi inang serta penggunaannya
sebagai pangan; 3) Deskripsi organisme donor; 4) Deskripsi modifikasi genetika; 5) Karakterisasi modifikasi genetika; dan Informasi keamanan pangan 1) Kesepadanan substansial, 2) Perubahan nilai gizi 3) Alergenitas 4) Toksisitas.
Kajian keamanan meliputi:
Komisi Keamanan Haya, (Biosafety Commi-ee)
Dilakukan oleh
Jika pangan PRG sudah dinyatakan AMAN untuk
dikonsumsi dan dijual dalam kemasan, maka label pangan
wajib mengikuti ketentuan
Pangan Iradiasi Pangan iradiasi adalah se,ap pangan yang dengan sengaja dikenai radiasi pengion tanpa memandang sumber atau jangka waktu iradiasi ataupun besar energi yang digunakan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.: 701/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Iradiasi Pangan
RADURA
Menetapkan 12 jenis pangan, tujuan dan dosis maksimum radiasi
1. Umbi lapis dan umbi akar 2. Sayur dan buah segar (selain yang
termasuk kelompok 1) dan 3. Produk olahan sayur dan buah 4. Mangga 5. Manggis 6. Serealia dan produk hasil
penggilingannya, kacang-kacang, biji-bijian penghasil minyak, polong-polong, buah kering
7. Ikan, pangan laut (seafood segar maupun beku).
8. Produk olahan ikan, dan pangan laut 9. Daging dan unggas serta hasil olahannya
(segar maupun beku) 10. Sayuran kering, bumbu, rempah, rempah
kering (dry herbs) dan herbal tea 11. Pangan yang berasal dari hewan yang
dikeringkan. 12. Pangan olahan siap saji berbasis hewani
PerKa BPOM RI No. HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 Tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan
Kimia dalam Makanan
1. Angka Lempeng Total (ALT) 30ºC, 72 jam 2. Bacillus cereus 3. Campylobacter sp 4. Clostridium sp 5. Clostridium perfringens 6. Coliform 7. Escherichia coli 8. Kapang 9. Khamir 10. Listeria monocytogenes 11. Salmonella sp 12. Staphylococcus aureus 13. Vibrio cholerae 14. Vibrio parahaemoliticus 15. Enterobacteriaceae 16. Enterobacter sakazakii
CEMARAN MIKROBA Cemaran Logam
1. Arsen (As) 2. Timbal (Pb) 3. Timah (Sn) 4. Raksa (Hg) 5. Kadmium (Cd)
Cemaran Kimia 1. Benzo [a] piren 2. Dioxin (2,3,7,8 –TCDD) 3. 1,3-‐Dikloropropan-‐2 –ol (1,3 DCP) 4. 3-‐Monokloropropan-‐1,2 diol (3
MCPD) formula bayi dan formula untuk keperluan medis khusus bagi bayi
Pendahuluan
Upda,ng regulasi keamanan pangan
Masa kedaluwarsa produk pangan �
OUTLINE
PENGERTIAN PANGAN KEDALUWARSA
Pangan yang sudah kedaluwarsa adalah pangan yang sudah melewa, batas akhir suatu pangan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya mengiku, petunjuk yang diberikan oleh pihak yang memproduksi. (PP No. 28/2004)
ü terjadi penurunan mutu
ü terjadi penurunan kandungan nilai gizi
Ø cemaran mikroba Ø cemaran kimia ( ex. Mikotoksin) Ø degradasi senyawa2 dlm pangan
Ø kadar protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral
KEAMANAN TIDAK TERJAMIN
Dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Permenkes No.: 59/MEN.KES/PER/II/1982)
Dampak kesehatan akibat mengonsumsi pangan kedaluwarsa
Akut
Kronis
ü gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare) ü iritasi saluran pernafasan ü iritasi kulit dan mata ü sakit kepala, panas ü kejang perut ü kema,an
ü kanker, tumor ü gangguan kemih dan ginjal ü gangguan fungsi ha, ü gangguan metabolisme ü penyakit degenera,f lainnya ü shock dan kema,an
REGULASI
Peraturan mewajibkan pencantuman tanggal kedaluwarsa bagi pangan olahan dalam kemasan Dasar hukum: • UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan • PP No 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, mutu dan gizi pangan
• PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan • Peraturan Kepala Badan POM No. HK.03.1.5.12.11.09955 Tahun 2011 tentang PendaNaran Pangan Olahan
Label pangan olahan paling sedikit harus mencantumkan:
1. Nama pangan olahan; 2. Berat bersih atau isi bersih; 3. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia; 4. DaNar bahan yang digunakan; 5. Nomor pendaNaran pangan; 6. Keterangan kedaluwarsa; dan 7. Kode produksi.
Pencantuman tanggal kedaluwarsa Keterangan kedaluwarsa dicantumkan pada label dengan didahului tulisan “Baik digunakan sebelum”
Keterangan kedaluwarsa untuk pangan olahan yang daya simpannya sampai dengan 3 (,ga) bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan dan tahun.
Keterangan kedaluwarsa untuk pangan olahan yang daya simpannya lebih dari 3 (,ga) bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun.
Keterangan kedaluwarsa dapat dicantumkan terpisah dari tulisan ”Baik digunakan sebelum”, akan tetapi harus disertai dengan petunjuk tempat pencantuman tanggal kedaluwarsa, Contoh : ”Baik digunakan sebelum, lihat bagian bawah kaleng” ”Baik digunakan sebelum, lihat pada tutup botol”.
Jika tanggal kedaluwarsa sangat dipengaruhi oleh cara penyimpanan, maka petunjuk/cara penyimpanan harus dicantumkan pada label, dan berdekatan dengan keterangan kedaluwarsa. Contoh: ”Baik digunakan sebelum 10 11 jika disimpan pada suhu 5oC – 7oC”
Pencantuman tanggal kedaluwarsa (lanjutan)
Pangan olahan yang ,dak perlu mencantumkan keterangan tanggal kedaluwarsa, yaitu : 1) Minuman beralkohol jenis anggur (wine); 2) Minuman yang mengandung alkohol lebih dari 10 (sepuluh) persen; 3) Cuka; 4) Gula (sukrosa); dan 5) Ro, dan kue yang mempunyai masa simpan kurang dari atau sama dengan 24 (dua puluh empat) jam. Pangan olahan sebagaimana dimaksud di atas , tetap harus mencantumkan tanggal pembuatan dan atau tanggal pengemasan..
Peredaran makanan kedaluwarsa
a. Mengedarkan makanan yang telah kedaluwarsa (UU No. 18/2012, PP 28/2004)
b. Menghapus, mencabut, menutup, menggan, label, melabel kembali pangan yang diedarkan; ((UU No. 18/2012 , PP 69/1999)
c. Menukar tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa pangan yang diedarkan (UU No. 18/2012 , PP 69/1999)
ü Tindakan administra,f sesuai UU No. 18/2012, PP No. 28/2004 dan PP No. 69/1999
ü Dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). (UU No. 18/2012)
Pelanggaran
Se,ap orang dilarang:
TERIMA KASIH BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA
BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA
AMANKAN PANGAN Dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA
top related