ptk
Post on 07-Aug-2015
261 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI METODE
DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM (PAI) TENTANG KETERAMPILAN BERWUDHU DI KELAS 2
SDN PUNTUKDORO
Oleh:
Dio Laksono09.141.051
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN2012
KERANGKA PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
TAHUN 2012/2013
1. JUDUL PENELITIAN
Upaya Meningkatkan minat belajar siswa melalui metode demonstrasi
pada mata pelajaran pendidikan agama islam (pai) tentang keterampilan berwudhu
di kelas 2 sdn puntukdoro
2. KATEGORI PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas
3. PENELITI
a. Nama Lengkap : Dio Laksono
b. NIM : 09141051
c. Jurusan : S1 PGSD
d. Institusi : IKIP PGRI MADIUN
4. LOKASI PENELITIAN
SDN PUNTUKDORO
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa peneliti
panjatkan, karena berkat Rakhmat dan Hidayah Nya sehingga proposal penelitian
ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Penelitian dengan judul ” Upaya
Meningkatkan minat belajar siswa melalui metode demonstrasi pada mata
pelajaran pendidikan agama islam (pai) tentang keterampilan berwudhu di kelas 2
sdn puntukdoro ”.
Penulis juga menyadari bahwa proposal ini tidak akan terselesaikan tanpa
bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Agus S.Pd selaku Kepala SDN Puntukdoro
2. Bapak / Ibu guru SDN Puntukdoro.
3. Dan semua pihak yang terkait serta mendukung sepenuhnya dalam pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas ini.
Penulis berharap, penulisan proposal ini dapat memberi manfaat dan
digunakan sebagai wacana bagi semua pihak yang mebutuhkan.
Sebagai manusia biasa yang bisa salah dan khilaf, dalam kesempatan ini
penulis berharap kepada siapa saja yang ingin memberikan saran dan kritik
ataupun masukan demi kesempurnaan proposal Penelitian Tindakan Kelas ini
yang bersifat membangun.
Madiun, 13 januari 2013
Penulis
Dio Laksono09141051
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2. Perumusan Dan Pemecahan Masalah .................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian minat ............................................................................. 6
2.2. pengertian metode............................................................................ 7
2.3. pengertian wudlu............................................................................. 8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ......................................................... 10
3.2. Kehadiran Peneliti ............................................................................... 10
3.3. Lokasi Penelitian ................................................................................. 11
3.4. Sumber Data ........................................................................................ 12
3.5. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 13
3.6. Analisis Data ........................................................................................14
3.7. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................15
3.8. Tahap-Tahap Penelitian ........................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Islam adalah Usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntunan
untuk menghormati Agama Islam dalam hal hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Depdikud,
1996 : 5).
Tujuan pendidikan Agama Islam pada Sekolah dasar adalah memberikan
kemampuan dasar kepada siswa tentang Agama Islam untuk mengembangkan
kehidupan beragama, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT (Depdikud, 1996 : 6).
Salah satu materi pokok pendidikan Agama Islam di Sekolah dasar adalah
ibadah yang didalamnya terdapat pokok bahasan berwudhu. Berwudhu adalah
suatu pekerjaan bersuci untuk menghilangkan hadast kecil.
Di SDN puntukdoro Kec. Plaosan kelas 2, belum mampu melakukan
berwudhu dengan benar, karena belum memiliki pengetahuan dan kurangnya
minat belajar siswa dalam pendidikan agama islam khususnya pada keterampilan
berwudhu. Oleh karena itu Penulis sebagai guru agamanya berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk memberikan pembelajaran tersebut kepada siswa kelas 2
SDN puntukdoro , sehingga dengan diberikan pelajaran ini diharapkan para siswa
mampu melaksanakan berwudhu dengan baik dan benar.
Pembelajaran berwudhu ini penulis berikan pada semester 2 dengan 2 siklus
(4 kali pertemuan) yaitu tanggal 27 Januari dan tanggal 3, 10, 17 Februari 2010.
Pada siklus 1 penulis mencoba memberikan pembelajaran berwudhu dengan
metode demonstrasi di dalam kelas.
Metode Demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan mennyajikan
bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu
proses, situasi atau benda tertentu yang sedang di pelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan, yang sering di sertai dengan penjelasan lisan.
Sedangkan pada siklus ke 2 menggunakan metode yang sama, namun
pelaksanaanya dilakukan di luar kelas. Dalam hal ini Penulis membawa siswa
untuk praktek wudhu yang tempatnya masih di lingkungan komplek SDN
Puntukdoro .
Setelah selesai pembelajaran baik dalam siklus 1 maupun siklus 2 langsung
diadakan tes akhir dan di analisis serta diperbandingkan antara kedua tes tersebut,
untuk mengetahui perbandingan tingkat keberhasilan kedua siklus tersebut.
Bertolak dari uraian diatas, penulis mencoba untuk membahasnya dalam bentuk
karya tulis dengan judul “Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Metode
Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Tentang
keterampilan berwudhu di kelas 2 SDN Puntukdoro Tahun Pelajaran 2011/2012”.
1.2. Identifikasi Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1. Kemampuan siswa dalam hal keterampilan berwudhu masih kurang.
2. Kurang minat siswa terhadap pembelajaran PAI dalam hal berwudhu.
3. Pengguanaan metode kurang tepat.
4. Sarana dan prasarana yang kurang memadai
1.3.Batasan Masalah
Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis membatasi permasalahan yang
diteliti, yakni berkaitan dangan keefektifan metode demonstrasi dalam
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
1.4. Rumusan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan diatas, maka masalah yang akan dikaji dalam karya tulis ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Sejauh mana efektivitas metode demonstrasi untuk menyampaikan materi
pembelajaran keterampilan berwudhu di kelas 2 SDN Puntukdoro ?
2. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mendorong keefektifan metode demonstrasi
dalam pembelajaran keterampilan berwudu di kelas 2 SDN Puntukdoro?
1.5. Tujuan Penelitian
Setiap usaha yang dialakukan adalah untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan yang telah ditetapkan akan turut menentukan dalam upaya
bagaimana cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Adapun tujuan yang ingin di capai oleh penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keefektifan metode demonstrasi dalam meningkatkan
minat belajar siswa terhadap keterampilan berwudhu di kelas 2 SDN Puntukdoro.
2. Untuk mengetahui kelebihan metode demonstrasi dalam meningkatkan minat
siswa pada pembelajaran keterampilan berwudhu.
3. Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan pembelajaran berwudhu di kelas
2 SDN Puntukdoro .
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dalam karya tulis ini adalah :
1. Bagi siswa, mereka mendapat ilmu pengetahuan yang meningkatkan dalam
tata cara berwudhu.
2. Bagi guru PAI di SDN puntukdoro dapat mengetahui keefektifan metode
demonstrasi dalam menyampaikan pembelajaran berwudhu.
3. Bagi sekolah, sebagai sumbangan pemikiran yang kiranya dapat bermanfaat
bagi kemajuan sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. MINAT
2.1.1. Pengertian Minat
Minat adalah keinginan yang kuat atau kecenderungan hati yang sangat
tinggi terhadap sesuatu.
Hal ini diuraikan oleh (Zul Fajri, dkk, tt : 568) “Minat adalah keingingan yang
kuat atau kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu.
2.1.2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kurangnya Minat
Diantara sebab-sebab yang dapat mengakibatkan tidak adanya minat :
1. Tidak tahu tujuan dan manfaatnya.
2. Sikap guru yang kurang mendukung dalam membangkitkan minat belajar.
3. Kondisi lingkungan yang cenderung konsumeristis sehingga tujuan belajar
cenderung untuk mencapai sukses yang bersifat kebendaan nyata, tetapi lupa
bahwa nilai-nilai penting dalam mendukung pencapaian sukses di bidang
kerja atau hidup di masyarakat banyak di tentukan oleh pengetahuan dan pola
pikir.
Hal ini sebagaimana diuraikan oleh (Heri Sukarman, 2003 : 24) sebagai
berikut :
Diantara sebab-sebab yang dapat mengakibatkan tidak adanya minat, diantaranya
sebagai berikut :
1. Tidak tahu tujuan dan manfaatnya.
2. Sikap guru yang kurang mendukung dalam membangkitkan minat belajar.
3. Kondisi lingkungan yang cenderung konsumeristis sehingga tujuan belajar
cenderung untuk mencapai sukses yang bersifat kebendaan nyata, tetapi lupa
bahwa nilai-nilai penting dalam mendukung pencapaian sukses di bidang kerja
atau hidup di masyarakat banyak di tentukan oleh pengetahuan dan pola pikir.
2.1.3. Cara Membangkitkan Minat Belajar Siswa
Minat merupakan salah satu kunci utama untuk memperlancar dan
menggairahkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Banyak siswa kurang senang
belajar suatu pelajaran karena tidak ada minat.
Berikut ini penulis kemukakan beberapa hal yang dapat membangkitkan
minat belajar siswa, sebagai berikut :
Cara guru dalam membangkitkan belajar siswa yaitu :
1. Usahakan agar tujuan pelajaran jelas dan menarik, Karena semakin jelas
tujuannya semakin kuat motivasinya.
2. Guru harus antusias dalam mempelajari tugasnya sebagai guru.
3. Ciptakan suasana yang sejuk dan menyenangkan.
4. Libatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
5. Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa.
6. Usahakanlah banyak memberi penghargaan dan pujian dari pada menghukum
dan mencela.
7. Berikan pekerjaan rumah (PR) sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
8. Berikan kejelasan setiap hasil belajar siswa
9. Hargailah hasil kerja siswa.
10. Berikan kritik dengan senyuman.
Hal ini sebagimana di jelaskan oleh (Herry Sukarman, 2003 : 24) Cara
membangkitkan minat belajar siswa antara lain sebagai berikut :
1. Usahakan agar tujuan pelajaran jelas dan menarik, Karena semakin jelas
tujuannya semakin kuat motivasinya.
2. Guru harus antusias dalam mempelajari tugasnya sebagai guru.
3. Ciptakan suasana yang sejuk dan menyenangkan.
4. Libatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
5. Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa.
6. Usahakanlah banyak memberi penghargaan dan pujian dari pada menghukum
dan mencela.
7. Berikan pekerjaan rumah (PR) sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
8. Berikan kejelasan setiap hasil belajar siswa.
9. Hargailah hasil kerja siswa.
10. Berikan kritik dengan senyuman.
2.2. Metode Pembelajaran
2.2.1. Pengertian Metode
Berikut ini penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli :
a. Menurut (Suprayekti , 2003 : 13) metode adalah cara guru menyampaikan
materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Menurut (Depdikbud, 2000 : 63) metode adalah cara atau teknik yang
digunakan oleh guru dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
2.2.2. Bentuk-bentuk Metode
Metode pembelajaran pada hakikatnya merupakan komponen sistem
pembelajaran. Sebagai komponen, metode hendaknya merupakan bagian integral
dan harus sesuai dengan materi pembelajaran yang akan di sampaikannya
sehingga tujuan pembelajaran akan berhasil dengan baik. Beberapa metode yang
dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswa.
Di bawah ini penulis kemukakan metode-metode yang biasa digunakan oleh guru
yaitu :
1. Metode Penugasan
2. Metode Eksperimen
3. Metode Proyek
4. Metode Diskusi
5. Metode Widyawisata
6. Metode Bermain Peran
7. Metode Sosio drama
8. Metode Pemecahan Masalah
9. Metode Tanya Jawab
10. Metode Latihan
11. Metode Ceramah
12. Metode Bercerita
13. Metode Pameran
14. Demonstrasi.
1. Metode Penugasan merupakan suatu cara memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk lanngsung yang telah
dipersiapkan guru sehingga siswa dapat mengalami secara nyata.
2. Metode Eksperimen ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa,
perseorangan atau kelompok, untuk melatih melakukan suatu proses secara
mandiri.
3. Metode Proyek adalah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menghubungkan dan mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan
yang telah diperoleh.
4. Metode Diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wacana
tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh
guna memecahkan suatu masalah.
5. Metode Widyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran dengan
membawa siswa langsung kepada obyek yang akan dipelajari yang terdapat diluar
kelas atau di lingkungan kehidupan nyata.
6. Metode Bermain Peran ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
7. Metode Sosio drama ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan sosial).
8. Metode Pemecahan Masalah ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyadari suatu masalah, menelaah atau menganalisa masalah,
merumuskan masalah, mengkaji alternatif pemecahan masalah dalam hal yang
relevan dapat digunakan hipotesis, memilih alternatif pemecahan yang paling
tepat atau menentukan diterima atau di tolaknya hipotesis, merupakan pemecahan
masalah dan mengkaji ketepatan pelaksanaan alternatif pemecahan dengan
kenyataan hidup.
9. Metode Tanya Jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui
berbagai bentuk pertanyaan yang di bawa oleh siswa.
10. Metode Latihan yaitu suatu metode yang diberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih melakukan suatu keterampilan tertentu berdasarkan
penjelasan atau petunjuk guru.
11. Metode Ceramah adalah cara mengajar dengan pengajian materi melalui
penuturan dan penerangan lisan guru kepada siswa.
12. Metode Bercerita adalah suatu cara mengajar yang pada hakekatnya sama
dengan metode ceramah karena informasi disampaikan melalui penuturan atau
penjelasan lisan dari seseorang kepada orang lain.
13. Metode Pameran ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kemampuan mengamati, menafsirkan, menerapkan dan
mengkomunikasikan hal-hal yang di pelajarinya melalui suatu pameran yang
diselenggarakan para siswa.
14. Metode Demonstrasi
Hal ini dikemukakan oleh (Wahyu, W, Bakhtiar, 1986 : 23) sebagai berikut :
1. Metode Penugasan merupakan suatu cara memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk lanngsung yang telah
dipersiapkan guru sehingga siswa dapat mengalami secara nyata
2. Metode Eksperimen ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa,
perseorangan atau kelompok, untuk melatih melakukan suatu proses secara
mandiri
3. Metode Proyek adalah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menghubungkan dan mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan
yang telah diperoleh.
4. Metode Diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wacana
tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh
guna memecahkan suatu masalah
5. Metode Widyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran dengan
membawa siswa langsung kepada obyek yang akan dipelajari yang terdapat diluar
kelas atau di lingkungan kehidupan nyata
6. Metode Bermain Peran ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa
7. Metode Sosio drama ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan sosial)
8. Metode Pemecahan Masalah ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyadari suatu masalah, menelaah atau menganalisa masalah,
merumuskan masalah, mengkaji alternatif pemecahan masalah dalam hal yang
relevan dapat digunakan hipotesis, memilih alternatif pemecahan yang paling
tepat atau menentukan diterima atau di tolaknya hipotesis, merupakan pemecahan
masalah dan mengkaji ketepatan pelaksanaan alternatif pemecahan dengan
kenyataan hidup.
9. Metode Tanya Jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui
berbagai bentuk pertanyaan yang di bawa oleh siswa.
10. Metode Latihan yaitu suatu metode yang diberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih melakukan suatu keterampilan tertentu berdasarkan
penjelasan atau petunjuk guru.
11. Metode Ceramah adalah cara mengajar dengan pengajian materi melalui
penuturan dan penerangan lisan guru kepada siswa
12. Metode Bercerita adalah suatu cara mengajar yang pada hakekatnya sama
dengan metode ceramah karena informasi disampaikan melalui penuturan atau
penjelasan lisan dari seseorang kepada orang lain
13. Metode Pameran ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kemampuan mengamati, menafsirkan, menerapkan dan
mengkomunikasikan hal-hal yang di pelajarinya melalui suatu pameran yang
diselenggarakan para siswa.
14. Metode Demonstrasi.
Dari beberapa metode diatas, untuk menyampaikan materi pendidikan
agama islam dalam hal keterampilan berwudhu penulis memilih metode
demonstrasi yang kiranya cocok dengan materi pembelajaran yang akan
disampaikan.
2.2.3. Pengertian Metode Demonstrasi
Dalam mengartikan metode demonstrasi penulis kemukakan pendapat para
ahli sebagai berikut :
Menurut (Saeful Bahri Djamrah, dkk, 1995 : 102) “Metode Demonstrasi
yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan
kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang di pelajari,
baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering di sertai dengan penjelasan lisan”.
Menurut (Mulyasa, 1997 : 32) “Demonstarsi merupakan suatu cara untuk
menunjukan suatu proses, peristiwa atau kejadian kepada seseorang atau
sekelompok orang”.
Menurut (Harsja, 1986 : 21) “Metode Demonstrasi adalah suatu cara
mengajar dengan mempertunjukan sesuatu”
Menurut (Djaurak Ahmad, 1994 : 26) “Metode Demonstrasi adalah
suatu cara mengajar dengan mempertunjukan suatu benda atau cara kerja
sesuatu”.
Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa : Metode
Demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan menyajikan bahan pelajaran
dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang di pelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang
sering di sertai dengan penjelasan lisan.
2.2.4. Kelebihan Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan suatu cara untuk menunjukan suatu proses,
peristiwa atau kejadian kepada sesorang atau sekelompok orang.
Demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, nilai dari cara yang
sederhana, yang sekedar untuk mentransmisikan pengetahuan kepada peserta
didik, sampai kepada cara yang lebih rumit dan kompleks, yang dapat
memecahkan suatu masalah dalam kehidupan seharu-hari termasuk keterampilan
berwudhu pada siswa kelas 2 SDN Puntukdoro .
Dengan demikian maka metode demonstrasi sangat menunjang terhadap
keberhasilan penerapan kurikulum dalam pembelajaran PAI tentang keterampilan
berwudhu, karena metode demonstrasi memiliki berbagai fungsi yang
menguntungkan untuk :
a. Memecakan masalah;
b. Menerangkan, membuat jelas dengan analisis;
c. Membuktikan, membenarkan dan meninjau kembali;
d. Menunjukan suatu penerapan;
e. Mengevaluasi hasil belajar, misalnya kemampuan peserta didik dalam
mendemonstrasikan suatu prinsip atau konsep;
f. Menciptakan masalah;
g. Menunjukan cara-cara dan teknik mengajarkan sesuatu, dan
h. Memperlihatkan alat-alat, benda-benda atau contoh-contoh bahan.
Sejalan dengan uraian diatas (Mulyoso 1997 : 33) mengemukakan bahwa
keuntungan metode demonstrasi adalah :
a. Memecakan masalah;
b. Menerangkan, membuat jelas dengan analisis;
c. Membuktikan, membenarkan dan meninjau kembali;
d. Menunjukan suatu penerapan
e. Mengevaluasi hasil belajar, misalnya kemampuan peserta didik dalam
mendemonstrasikan suatu prinsip atau konsep;
f. Menciptakan masalah;
g. Menunjukan cara-cara dan teknik mengajarkan sesuatu, dan
h. Memperlihatkan alat-alat, benda-benda atau contoh-contoh bahan.
Disamping itu metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :
a. Demonstrasi bukan hanya dapat digunakan untuk menunjukan sesuatu yang
bersifat mempertontonkan atau memberitahukan saja, melainkan dapat bersifat
eksperimen.
b. Guru dapat mengarahkan cara berfikir peserta didik, serta merangsang mereka
untuk berfikir kritis, analitis dan sintetis.
c. Demonstrasi indukatif dapat melatih peserta didik mengembangkan
keterampilan inquiri.
d. Peserta didik dapat diarahkan untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau
prinsip-prinsip sesuai dengan tujuan kegiatan belajar mengajar.
e. Demonstrasi dapat dilakukan, meskipun keadaan kurang memadai, baik alat,
biaya maupun waktu.
Hal ini sebagaimana diuraikan oleh (Mulyoso, 1997 : 33) bahwa “Metode
Demonstrasi memiliki kelebihan sebagai berikut :
a. Demonstrasi bukan hanya dapat digunakan untuk menunjukan sesuatu yang
bersifat mempertontonkan atau memberitahukan saja, melainkan dapat bersifat
eksperimen.
b. Guru dapat mengarahkan cara berfikir peserta didik, serta merangsang mereka
untuk berfikir kritis, analitis dan sintetis.
c. Demonstrasi indukatif dapat melatih peserta didik mengembangkan
keterampilan inquiri.
d. Peserta didik dapat diarahkan untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau
prinsip-prinsip sesuai dengan tujuan kegiatan belajar mengeajar.
e. Demonstrasi dapat dilakukan, meskipun keadaan kurang memadai, baik alat,
biaya maupun waktu.
Selain itu (Saeful Bahri Djamroh, dkk, 1995 : 102) mengemukakan pula beberapa
kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
1. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga
menghindari verbalisme (pemahaman secara kata demi kata atau kalimat)
2. Siswa lebih memahami apa yang dipelajari
3. Proses pengajaran lebih menarik
4. Siswa di rangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan
kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
2.3. Pendidikan Agama Islam
2.3.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah “Pengaruh, bimbingan, arahan dari orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa agar menjadi orang dewasa, mandiri dan
memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Kepribadian yang dimaksud adalah
semua aspek yang ada sudah matang yaitu meliputi cipta, rasa dan karsa
(Depdiknas, 2003 :5).
Sedangkan pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan,
siswa dalam meyakini, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama islam dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Sejalan dengan uraian diatas, Achmad Djazuli dkk, 1995 : 5)
mengemukakan bahwa “Pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk
menyiapkan, siswa dalam meyakini, menghayati dan mengamalkan agama islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agama islam dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
2.3.2. Fungsi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar berfungsi sebagai berikut :
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
2. Penyaluran, yaitu menyalurkan siswa yang ingin mendalami bidang agama
islam agar mereka dapat berkembang secara optimal.
3. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan siswa dalam
meyakini, pemahaman dan pengamalan ajaran agama islam dalam kehidupan
sebari-hari.
4. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau
dari budaya asing yang dapat membahayakan dan menghambat perkembangan
dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
5. Penyesuaian, yaitu untuk membentuk siswa agar mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran islam.
6. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
7. Pengajaran, yaitu menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional.
Hal ini sebagaimana di kemukakan oleh (Achmad Djazuli, 1996 : 7)
sebagai berikut : “Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar berfungsi sebagai
berikut :
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
2. Penyaluran, yaitu menyalurkan siswa yang ingin mendalami bidang agama
islam agar mereka dapat berkembang secara optimal.
3. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan siswa dalam
meyakini, pemahaman dan pengamalan ajaran agama islam dalam kehidupan
sebari-hari.
4. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau
dari budaya asing yang dapat membahayakan dan menghambat perkembangan
dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
5. Penyesuaian, yaitu untuk membentuk siswa agar mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran islam.
6. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
7. Pengajaran, yaitu menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional.
2.3.3. Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu bidang studi yang diberikan di
Sekolah Dasa dan menduduki uraian nomor satu serta merupakan program wajib
yang mesti di ikuti oleh setiap siswa yang beragama islam.
Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar adalah untuk
memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang agama islam untuk
mengembangkan kehidupan beragama, sehingga menjadi manusia muslim yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia sebagai pribadi,
anggota masyarakat,warga Negara sserta untuk mengikuti pendidikan pada
sekolah lanjutan tingkat pertama.
Hal ini sebagaimana diuraikan oleh (Achmad Djazuli, 1996 : 6)
“Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar bertujuan memberikan
kemampuan dasar kepada siswa tentang agama islam untuk mengembangkan
kehidupan beragama sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia sebagai pribadi, anggota
masyarakat dan warga Negara serta untuk mengikuti pendidikan pada sekolah
lanjutan tingkat pertama.
2.3.4. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar
Secara umum ruang lingkup agama islam meliputi keserasian, keselarasan
dan keseimbangan antara :
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan dengan sesama manusia
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Hal ini sebagaimana diuraikan oleh (Achmad Djazuli, 1995 : 8) sebagai
berikut : “Ruang lingkup pendidikan agama islam meliputi :
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan dengan sesama manusia
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya”.
Sedangkan ruang lingkup pendidikan agama islam pada sekolah dasar
adalah :
1. Keimanan
2. Ibadah
3. Al-Qur’an
4. Akhlak
5. Muamalah
6. Syariah
7. Tarikh (Achmad Djazuli, 1996 : 8)
Salah satu diantara materi pendidikan agama di SD adalah ibadah yang di
dalamnya terdapat pembelajaran berwudhu. Berikut ini penulis uraikan tentang
berwudhu.
1. Pengertian Wudhu
Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah. Sedangkan menurut
istilah penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli :
a. Menurut (Moh. Rifa’I, 1978 : 63) “Wudhu adalah membersihkan anggota-
anggota wudhu untuk menghilangkan hadas kecil”.
b. Menurut (Ali As’ad : 1980) “Wudhu yaitu mempergunakan air untuk
membasuh anggota-anggota badan tertentu yang dimulai dengan niat”.
Dari kedua pengertian diatas dapat disampaikan bahwa wudhu adalah
menggunakan air untuk membersihkan anggota-anggota badan dari hadast kecil
yang di mulai dengan niat.
2. Fungsi Wudhu
Wudhu adalah salah satu cara bersuci (thoharoh). Bersuci karena hadast
hanya di bagian badan saja. Hadast ada dua macam, yaitu : hadast besar dan
hadast kecil. Menghilangkan hadast besar dengan mandi atau tayamum dan
menghilangkan hadast kecil dengan wudhu atau tayamum.
Bersuci dari najis berlaku pada badan, pakaian atau tempat. Cara
menghilangkannya harus di cuci dengan air yang suci dan mensucikan.
Thoharoh merupakan masalah yang sangat penting dalam agama dan
merupakan pangkal pokok dari ibadah yang menjadi penyongsong bagi manusia
dalam menghubungkan diri dengan Tuhan.
Shalat tidak sah bila tidak thoharoh (bersuci), salah satu cara bersuci
untuk dapat melaksanakan shalat adalah berwudhu. Dengan demikian, bahwa
berwudhu adalah berfungsi menghilangkan hadast kecil, untuk dapat
melaksanakan shalat.
Hipotesis Tindakan
Hiputesis tindakan merupakan jawaban sementara berupa taindakan atau rumusan
permasalahan yang ditetapkan dalam perencanaan penelitian tindakan kelas.
Hipotesis tindakan dalam PTK ini adalah :
“Apabila penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif, maka minat dan hasil belajar siswa akam meningkat”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Tindakan
PenelitianTindakan Kelas ( PTK ) ini penulis lakukan pada kelas 2 SDN
puntukdoro, yaitu tempat penulis menjalankan tugas dari pemerintah sebagai
guru agama Islam .
Jumlah siswa kelas 2 SDN Puntukdoro tahun ajaran 2011/2012 ini
sebanyak 31 orang yang terdiri dari laki-laki 16 orang dan perempuan 15 0rang.
Semuanya ini penulis jadikan sebagai objek penelitian.
3.1. Setting Penelitian
Setting penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan adalah sebagai berikut
1. Lokasi Penelitian : SDN Puntukdoro
2. Subjek Penelitian( sampel ) : Siswa kelas II
3. Materi pelajaran : Keterampilan berwudhu
4. Metode yang di gunakan : Metode demonstrasi
5. Media :
a. Media cetak (gambar orang yang Sedang berwudhu )
b. Media obyek fisik ( tempat berwudhu SDN Puntukdoro )
6. Semester Tahun Pelajaran : Semester 2 / 2011/2012
7. Lingkungan fisik Sekolah : Pedesaan
8. Latar belakang Sosial
Ekonomi orang tua siswa :sedang
9. Kemampuan Siswa : Sedang
10. Motivasi Belajar Siswa : Rendah
3.3. Persiapan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, oleh karenanya
penelitian ini tidak di rencanakan sejak awal tetapi baru di rencanakan setelah
hasil dari proses pembelajaran di rasakan adanya masalah ( kurang memuaskan ).
Langkah-langkah persiapan setelah di rasakan adanya masalah yang perlu di
pecahkan melalui PTK ini adalah :
(1) Melakukan studi awal dengan melakukan refleksi, yakni kegiatan
diskusi dengan guru kelas ( mitra peneliti ) membahas permasalahan yang di
temukan.
(2) Membuat rencana tindakan, meliputi :
a. Membuat rencana perbaikan pembelajaran
b. Membuat kesepakatan dengan mitra peneliti.
3.4. Siklus Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan dalam 2 siklus, siklus ke 1 dilaksanakan
tanggal 27 Januari dan tanggal 3 Februari 2010, sedangkan siklus ke 2
dilaksanakan tanggal 10 dan 17 Februari 2010.
Adapun alur pelaksanaan penelitian dalam setiap siklus adalah :
a) Perencanaan tindakan
b) Pelaksanaan
c) Analisis dan refleksi
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi
dan catatan data lapangan, hasil tes dan catatan hasil refleksi/diskusi yang
dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan
ketersediaan sarana dan prasarana dan kemampuan yang dimiliki peneliti dan
mitra peneliti
Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan data tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Observasi dan catatan data lapangan
b. Observasi dalam kegiatan PTK merupakan kegiatan pengamatan
terhadap aktivitas yang dilakukan guru ( peneliti) selama
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bentuk kegiatan
observasi yang dilakukan dalam PTK ini menggunakan model
observasi terbuka. Adapun yang dimaksud observasi terbuka adalah :
Apabila pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan
mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas.
c. Hasil pengamatan dari mitra peneliti , selanjutnya dijadikan catatan
data lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat ( Rochiati Wira
Atmaja, 2005:125 ) yang menyatakan : “Sumber informasi yang
sangat penting dalam penelitian ini (PTK) adalah catatan lapangan
(field notes) yang dibuat oleh peneliti /mitr peneliti yang melakukan
pengamatan ( observasi ).
d. Kuesioner atau Angket
e. Salah satu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data ini
adalah kuesioner atau angket . Angket ini penulis berikan kepada kelas
2 SDN Puntukdoro dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana minat belajar siswa terhadap Pendidikan Agama (PAI) tentang
keterampilan berwudhu dengan metode demonstrasi
f. Hasil Tes
g. Hasil tes yang di maksud adalah hasil berupa nilai yang di peroleh
melalui ujian post tes. Hasil ini dapat di jadikan bahan perbandingan
antara hasil post tes terdahulu dengan hasil post tes berikutnya.
h. Adapun yang di maksud catatab hasil refleksi adalah catatan yang
diperoleh dari hasil refleksi yang di lakukan dengan melalui kegiatan
diskusi antara peneliti dan mitra peneliti. Hasil refleksi ini selain di
jadikan bahan dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnya juga
dapat di gunakan sebagai sarana untuk mengetahui telah tercapai
tidaknya tujuan kegiatan penelitian ini.
3.6. Teknik Analisa Data
Analisa data dalam PTK ini di lakukan sejak awal artinya, analisis data
dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal ini sesuai dengan
pendapat ( Rochiati Wira Atmaja, 2005 : 139 ) bahwa “ ……...the ideal model for
data collection and analysis is one that interweaves them form the beginning” Ini
berarti model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara
bergantian berlangsung sejak awal.
Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat (Rochiati
Wira Atmaja, 2005 : 135 ) dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran
yang timbul pada saat mngamati dan merupakan hasil proses membandingkan,
mengaitkan atau menghubujgkan data yang di tampilkan dengan data sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, 2002.mmetode pembelajaran. Bandung : Algensondo
Meier.2002 Active Learning. Boston ; Allyn and Bacon.
Mulyasa E, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Bandung, Rosda Karya.
Purwodarminto, Prof.Dr. 1988. Pendidikan keagamaan. Jakarta Dep Dik Bud.
Wardhani,2004. PPPG. Jakarta : LIPI
Tuntunan solat dan wudlu
top related