proposal edit 1
Post on 18-Jul-2015
127 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 1/25
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun
ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan
sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus
benar-benar diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing, disamping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Seiring dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sebagai hasil pembaharuan Kurikulum Berbasis kompetensi (KBK) di
sekolah saat ini, yang mana diharapkan bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya
tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta namun pengaplikasiannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya
tersusun atas hal-hal sederhana yang hanya bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi
tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan juga
sintesis. Untuk itu, guru diharapkan lebih bijaksana dan inovatif dalam menentukan
model yang sesuai dan dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang lebih
kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Namun jika kita melihat kenyataannya dilapangan keadaannya
menunjukkan situasi berbeda, yang mana kegiatan pembelajaran yang seharusnya
menarik, penuh aktivitas, kreativitas dan ide-ide cemerlang itu tidak terlihat, kelas
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 2/25
2
yang ada hanyalah kelas yang pasif dan hanya terjadi pemberian informasi dari guru
kepada siswa bersifat monoton. Siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal
yang dianggap penting untuk dicatat walaupun terkadang setelah diperintahkan baru
proses pencatatan dilakukan para siswa. Dalam hal ini guru dianggap sumber
belajar yang paling benar dari sumber belajar lainnya. Akibatnya proses belajar
mengajar cenderung terlihat membosankan dan hal ini menjadikan siswa malas
untuk belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
Standart Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditetapkan oleh sekolah
adalah nilai 70 atau 7,0. Standar Ketuntasan Belajar Minimal merupakan target
kompetensi yang harus dicapai siswa dan acuan yang menentukan kompeten atau
tidaknya siswa.
Kurangnya variasi dalam model pembelajaran juga merupakan salah satu
factor yang mampu mengakibatkan lesunya siswa dalam mengikuti Proses Belajar
Mengajar (PBM) sehingga berakibat pada tingkat ketuntasan belajar siswa. Tingkat
ketuntasan belajar siswa masih dibawah target yang diprogramkan oleh pihak
sekolah. Aktivitas belajar mengajar seperti ini jelas akan menghambat tujuan
daripada pembelajaran yang tercantum dalam standar kompetensi maupun
kompetensi dasar. Jika hal ini terus menerus berlangsung maka pendidikan yang
diselenggarakan dapat dikatakan gagal karena selain tidak mengajak siswa untuk
turut serta aktif dan kreatif juga evaluasi yang diperoleh akan selalu dibawah target.
Hal ini juga masih terjadi di SMA Swasta Brigjen Katamso, berdasarkan
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa orang siswa dan pengamatan
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 3/25
3
pada saat proses pembelajaran disekolah tersebut diperoleh informasi bahwa siswa
kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan ekonomi karena pembelajaran yang
disajikan guru kurang melibatkan siswa itu sendiri.
Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar
dikelas, oleh karena itu guru perlu menerapkan model pembelajaran yang bisa
membuat suasana kelas menjadi hidup dan diharapkan akan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut yang telah dikemukakan diatas,
maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi. Para guru terus
berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model yang bervariasi agar siswa
tertarik dan bersemangat dalam belajar ekonomi. Salah satunya dengan menerapkan
model pembelajaran Snowball Throwing .
Peneliti menyadari bahwa sejauh ini sudah banyak peneliti yang telah
menunjukkan bahwa model pembelajaran Snowball Throwing mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti hasil penelitian Sayuti (2008) bahwa ada
peningkatan hasil belajar siswa dari segi kerjasama, bertanya dan menjawab
pertanyaan dengan model pembelajaran Snowball Throwing baik dengan teknik
Tanya jawab, berpasangan maupun dengan diskusi kelompok. Hal ini ditandai pada
siklus 1 sebanyak 46% belum mencapai KKM, sedangkan dari hasil penelitian
ulangan harian diperoleh nilai rata-rata 68,70 dan masih terdapat 20 orang siswa
mendapat nilai < 65 atau sekitar 44% belum mencapai KKM. pada siklus 2 dalam
penilaian proses terdapat peningkatan yang sangat signifikan karena setiap
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 4/25
4
kelompok dapat memperoleh nilai 70 atau lebih berdasarkan skor yang
diperolehnya, sedangkan dari hasil penilaian ulangan harian 42 orang siswa telah
mencapai ketuntasan dengan nilai 65 dan 4 orang masih dibawah KKM. dari rata-
rata nilai observasi ada peningkatan 8,79 sedangkan dari hasil penilaian ulangan
harian ada peningkatan 8,37%.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball
Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMA
Swasta Brigjen Katamso Tahun Ajaran 2010/2011”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
yang menjadi identifikasi masalah adalah:
1. Apa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar ekonomi siswa kelas XI
SMA Swasta Brigjen Katamso?
2. Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas XI
SMA Swasta Brigjen Katamso?
3. Apakah model pembelajaran yang diterapkan guru dikelas XI SMA
Swasta Brigjen Katamso selama ini menyebabkan kurangnya aktivitas
siswa dalam mengkuti proses belajar mengajar?
4. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing
dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 5/25
5
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan terarah, maka penulis
hanya membatasi masalah pada penerapan model Pembelajaran Snowball Throwing
untuk meningkatkan hasil belajar Ekonomi siswa kelas XI SMA Swasta Brigjen
Katamso T.P. 2010/2011.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dan identifikasi masalah yang diuraikan,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA Swasta Brigjen Katamso?”
1.5 Pemecahan Masalah
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi
pembelajaran yang mana semula berpusat pada guru kini telah beralih pusat pada
siswa dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tektual kini berubah
menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut di maksudkan untuk memperbaiki
mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.
Alternatif yang dilakukan untuk menempuh paradigma tersebut dikelas
adalah menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing , yang mana
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas
yang digulung bulat berbentuk bola yang kemudian dilemparkan secara bergiliran
diantara sesame anggota kelompok.
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 6/25
6
Model pembelajaran Snowball Throwing mempunyai beberapa kelebihan
yaitu sebagai berikut:
a. Melatih kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran karena setiap
siswa akan mendapatkan lemparan bola pertanyaan dari siswa lainnya
yang harus dijawab sendiri. Sehingga siswa akan bersungguh-sungguh
mengikuti pembelajaran dikelas.
b. Sesama siswa saling memberikan pengetahuan sehingga siswa lebih
aktif dan dapat memahami pelajaran.
c. Siswa dapat melakukan diskusi dengan bersungguh-sungguh didalam
kelompoknya
Dengan penerapan model Snowball Throwing ini diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI SMA Swasta Brigjen Katamso untuk
mengikuti pelajaran ekonomi, yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya.
1.6 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang diharpkan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah:
“Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMA Brigjen
Katamso melalui penerapan model pembelajaran Snowball Throwing.
1.7 Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan
pembelajaran ekonomi melalui penerapan model Snowball Throwing .
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 7/25
7
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah khususnya bagi guru kelas
XI tentang suatu alternative dalam pembelajaran ekonomi untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai
adanya kebebasan dalam belajar ekonomi secara aktif, kreatif, dan juga
menyenangkan.
4. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi civitas akademik UMSU
khususnya fakultas keguruan dan ilmu pendidikan untuk penelitian
selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Model Snowball Throwing
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 8/25
8
Model Snowball Throwing hakekatnya merupakan model pembelajaran
kelompok yang diwakili oleh ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru,
kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola
(kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing- masing siswa
menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Menurut Holil (2007, 20 Desember 2010) Model Snowball Throwing
adalah:
Menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat diartikan sebagai
model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang
digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran
diantara sesama kelompok.
Kemudian Suherman (2010, 22 Januari 2011) mengatakan model Snowball
Throwing sintaknya:
Pemberian informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok,
bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan
kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian,
penyimpulan, refleksi dan evaluasi.
Selanjutnya Sayuti (2008, 29 Desember 2010) mengatakan “Snowball
Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL)”
Berdasarkan defenisi diatas maka model Snowball Throwing adalah model
pembelajaran yang menggunakan bola pertanyaan yang terbuat dari kertas
kemudian dilemparkan ke sesama siswa lainnya. Dilihat dari pendekatan yang
digunakan, model Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif,
integratif dan keterampilan proses.
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 9/25
9
Kelompok melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi
dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau
berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung
kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota
kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab
pertanyaan dari teman yang terdapat didalam bola kertas.
Hanafiah (2009:49) secara rinci mengemukakan langkah-langkah
penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing yaitu:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memangil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas untuk
menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudahdijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa lainnya selama kurang lebih 15 menit
6. Setelah siswa mendapat satu bola/ satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan
8. Refleksi dan Evaluasi
9. Penutup
Pamungkas (2006, 18 Desember 2010) mengemukakan beberapa kelebihan
dan kelemahan model Snowball Throwing adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing
1. Melatih kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran karena setiap
siswa akan mendapatkan lemparan bola pertanyaan dari siswa
lainnya yang harus dijawab sendiri. Sehingga siswa akan
bersungguh- sungguh mengikuti pembelajaran dikelas.
2. Sesama siswa saling memberikan pengetahuan sehingga siswa lebih
aktif dan dapat memahami pelajaran.
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 10/25
10
3. Siswa dapat melakukan diskusi dengan bersungguh-sungguh
didalam kelompoknya.
b. Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing 1. Pengetahuan yang tidak luas hanya berbatas pada pengetahuan
sekitar siswa saja
2. Tidak efektif digunakan untuk kelas yang jumlahnya besar.
3. Menuntut guru untuk merubah cara mengajarnya yang selama ini
cenderung tradisional.
4. Kebebasan yang diberikan terhadap siswa tidak selamanya
dimanfaatkan dengan baik oleh para siswa tersebut.
2.1.2 Hasil Belajar Ekonomi Siswa
Seorang siswa dikatakan telah belajar jika adanya perubahan tingkah laku
pada siswa tersebut, yaitu perubahan tingkah laku yang menetap. Dengan demikian
dapat dikatkan bahwa perubahan tingkah laku pada siswa tersebut merupakan hasil
belajar.
Tim Penyusun KBBI (2002:139) menyatakan “hasil adalah akibat,
kesudahan dari suatu ujian dan sebagainya.” Slameto (2003:2) mengatakan “Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Kunandar (2007:200) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan
siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu
kompetensi dasar”. Dimana hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan
maupun sikap.
Sementara itu Intang Baso Sappaile (2008:477) Hasil Belajar merupakan
kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar dalam
selang waktu tertentu. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 11/25
11
pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan
sebagainya.
Hasil belajar dapat diukur dengan penelitian, evaluasi yang dapat diperoleh
dari nilai tugas, nilai submatif, nilai MID, dan nilai ujian final yang kemudian
dirata-ratakan dan disajikan dalam rapor siswa. Dengan mengukur hasil belajar
maka akan dapat diketahui seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai, jika
hal ini dihubungkan dengan peningkatan hasil belajar, berarti adanya perubahan
positif yang semakin meningkat akibat adanya pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan guru dalam pengajaran
ditentukan oleh hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh karena itu, pendidikan
mempunyai peranan penting dan diharapkan dapat membimbing siswa agar mereka
menguasai ilmu dan keterampilan yang berguna serta memiliki sifat positif.
Jadi hasil belajar ekonomi adalah akibat suatu aktivitas yang dapat diketahui
perubahannya dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap
setelah melalui suatu ujian dalam bidang ilmu ekonomi.
Sedangkan menurut Bloom (dalam fajar 2005:56), perubahan perilaku yang
terjadi sebagai hasil belajar terdiri dari:
1. Domain kognitif yaitu perlakuan yang berhubungan dengan kemampuan
mengingat materi yang dipelajari dan kemampuan mengembangkan
intelegensi.
2. Domain afektif yaitu perlakuan yang berhubungan dengan sikap
kejiwaan seperti kecenderungan akan minat, motivasi dan sebagainya.
3. Domain psikomotor yaitu perlakuan yang berhubungan dengan
keterampilan (skill) atau yang berkaitan dengan fisik.
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 12/25
12
Mata pelajaran ekonomi mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan
fakta secara rasional. Ekonomi didefinisikan sebagai suatu ilmu tentang organisasi
pekerjaan. Sedangkan Richard (2006:3) meyatakan bahwa “Ekonomi adalah
metode analisis, yang membantu kita menarik kesimpulan secara langsung.” Agar
manusia mampu membaca dan menjelaskan gejala-gejala ekonomi secara
sistematis, maka disusunlah konsep dan teori ekonomi menjadi bangunan ilmu
ekonomi. Selain memenuhi persyaratan sistematis, ilmu ekonomi juga memenuhi
persyaratan keilmuan yang lain yaitu obyektif dan mempunyai tujuan yang jelas.
2.2 Penelitian yang Relevan
Ningrum (2005) pernah melakukan penelitian tentang peningkatan prestasi
belajar bahasa inggris siswa kelas II semester I Sekolah Menengah Pertama Negeri
1 Brangson Kota kendal tahun pelajaran 2004/2005 melalui pendekatan kontekstual
dengan model Snowball Throwing dengan hasil penelitian bahwa nilai tes awal,
siswa yang memperoleh nilai minimal 6,0 sebanyak 24% meningkat pada siklus I
menjadi 68% siswa memperoleh nilai 6,0, pada siklus II meningkat pula menjadi
68% dan pada siklus III siswa yang memperoleh nilai minimal 6,0 meningkat lagi
menjadi 80%. Maka dengan pendekatan kontekstual dengan model Snowball
Throwing , prestasi belajar bahasa inggris siswa kelas II semester I Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Brangsong Kota kendal Tahun Pelajaran 2004/2005
dapat meningkat.
Selanjutnya Sayuti (2008) pernah melakukan penelitian tentang peningkatan
kemampuan siswa dalam memahami cerita pendek melalui pendekatan kontekstual
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 13/25
13
dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing di kelas IX SMPN 3
Bojongpicung kabupaten Cianjur dengan hasil penelitian pada siklus I masih
terdapat 21 orang siswa yang kurang aktif sehingga sebanyak 46% belum mencapai
KKM. Sedangkan dari hasil penilaian ulangan harian diperoleh nilai rata-rata 68,70
dan masih terdapat 20 orang siswa yang mendapat nilai < 65 atau sekitar 44%
belum mencapai KKM. Pada siklus II dalam penilaian proses terdapat peningkatan
yang sangat signifikan karena setiap kelompok dapat memperoleh nilai 70 atau
lebih berdasarkan skor yangdiperoleh. Sedangkan dari hasil penilaian ulangan
harian 42 orang siswa telah mencapai ketuntasan dengan nilai 65 da 4 orang masih
dibawah KKM. Dari rata-rata nilai observasi ada peningkatan 8,79 sedangkan dari
hasil penilaian ulangan harian ada peningkatan 8,73%. Maka ada peningkatan
keaktifan belajar siswa dari segi kerjasama, bertanya dan menjawab pertanyaan
dengan model pembelajaran Snowball Throwing baik dengan teknik tanya jawab
berpasangan maupun dengan diskusi kelompok.
Kemudian Trimo dan Rusantiningsih (2008) pernah melakukan penelitian
tentang peningkatan hasil belajar IPS melalui Kolaborasi model quantum teaching
dan Snowball Throwing Siswa Kelas VI di SDN Anjasmono Semarang dengan hasil
penelitan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar IPS dari siklus I sebesar 81,90
dan 87,62 pada siklus II. Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar
individual, siklus I sebesar 76,19% dan siklus II sebesar 90,84%. Dapat
disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar IPS melalui kolaborasi model
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia tenggara.
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 14/25
14
2.3 Kerangka Berpikir
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan
mengelola kelas. Dengan model pembelajaran diharapkan tumbuh berbagai
kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru, dengan kata lain
terciptalah interaksi antara guru dengan siswa.
Banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa terhadap pelajaran
ekonomi, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan
suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang diajarkan. Untuk itu guru harus mampu menciptakan suasana belajar
yang optimal dengan menerapkan berbagai model pembelajaran.
Model Snowball Throwing merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola
kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama anggota kelompok.
Pertanyaan yang digulung didalam bola adalah penerapan materi yang dikaitkan
dengan kehidupan nyata (sehari-hari) siswa. Kegiatan melemparkan bola
pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi lebih dinamis, karena kegiatan
siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka
juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada
siswa lainnya. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 15/25
15
karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang
terdapat didalam bola kertas.
Untuk dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa, guru perlu
menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing dalam mengajarkan pokok
bahasan ekonomi dikelas karena daya serap siswa dalam menerima materi
pengajaran tidak sama dan hal inilah yang mempengaruhi hasil belajar yang dicapai
oleh siswa. Hasil belajar siswa merupakan tingkat penguasaan terhadap suatu nilai
yang berbeda-beda yakni ada yang memperoleh nilai yang tinggi, sedang dan
rendah.
Berdasarkan uraian diatas diduga dengan menerapkan model pembelajaran
Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swasta Brigjen Katamso, yang terletak
di Jl.Sunggal no. 370 Kecamatan Medan Selayang Kotamadya Medan Sumatera
Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pembelajaran 2010/2011.
3.2 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah satu kelas XI SMA Swasta Brigjen Katamso
T.P 2010/2011 yang berjumlah 28 orang.
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 16/25
16
3.3 Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Snowball
Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Siswa di Kelas XI SMA
Swasta Brigjen Katamso.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
a. Model Snowball Throwing
b. Hasil Belajar Ekonomi
3.4.2 Defenisi Penelitian
a. Model Snowball Throwing
Snowball Throwing merupakan Model pembelajaran kelompok yang
diwakili oleh ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-
masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan)
lalu dilempar ke siswa lain yang masing- masing siswa menjawab pertanyaan dari
bola yang diperoleh.
b. Hasil Belajar Ekonomi
Hasil Belajar Ekonomi adalah perubahan kemampuan belajar siswa yang
diperoleh setelah mengikuti pengajaran dalam bidang studi ekonomi.
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 17/25
17
3.5 Alat Pengumpul Data
Adapun alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah :
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
data – data tertulis tentang daftar nama siswa, jumlah siswa dan data
lain yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Metode
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data nama dan jumlah
siswa SMA Swasta Brigjen Katamso kelas XI.
b. Tes Hasil Belajar
Tes dilakukan pada akhir pembelajaran. Tes ini digunakan untuk
mengukur peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan
pembelajaran Snowball Throwing yang disusun dalam bentuk soal
objektif test berupa essay untuk meningkatkan penguasaan topik
pelajaran dan menilai kemampuan siswa.
c. Observasi
Observasi yaitu cara yang dilakukan untuk melihat kegiatan belajar
siswa pada saat proses belajar dengan menerapkan model pembelajaran
Snowball Throwing .
3.6 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
dalam kelas dan sekaligus mencari jawaban atas permasalahan tersebut.
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 18/25
18
Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas berdasarkan siklusnya
digambarkan sebagai berikut:
Perencanaa
n
SIKLUS IPelaksanaa
nRefleksi
Pengamatan
Perencanaa
n
SIKLUS IIPelaksanaa
nRefleksi
Pengamata
n
?
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 19/25
19
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas
(Arikunto, 2008:16)
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas untuk setiap siklusnya meliputi:
Permasalahan, Alternatif Pemecahan (perencanaan tindakan), Pelaksanaan
Tindakan, Observasi, Analisa Data dan Refleksi.” Adapun penelitian ini akan
dilakukan dalam dua siklus penelitian, siklus I diadakan dua kali pertemuan, dan
siklus II diadakan dua kali pertemuan. Akan tetapi apabila pada siklus II belum
dicapai hasil yang diharapkan, maka akan tetap dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari
empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari
tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, maka dapat ditentukan
rancangan untuk siklus kedua.
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan
kegiatan sebelumnya apabila ditunjukkan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk
menguatkan hasil. Akan tetapi, pada umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus
kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu
saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 20/25
20
ditemukan dalam siklus pertama. Secara rinci prosedur penelitian tindakan di atas
dijelaskan dalam tabel berikut ini :
Siklus I Perencanaan :
Identifikasi masalah dan
penetapan _lternative
pemecahan masalah
Merencanakan pembelajaran yang
akan diterapkan dalam PBM
Menentukan pokok bahasan
Mengembangkan skenario
pembelajaran
Menyusun LKM
Menyiapkan sumber belajar
Mengembangkan format evaluasi
Mengembangkan format observasi
pembelajaran
Tindakan Menerapkan tindakan mengacu pada
skenario Snowball Throwing dan
LKM
Pengamatan Melakukan observasi dengan
memakai format observasi
Menilai hasil tindakan dengan
menggunakan format LKM
Refleksi Melakukan evaluasi tindakan yang
telah dilakukan meliputi evaluasimutu, jumlah dan waktu dari setiap
macam tindakan
Melakukan pertemuan untuk
membahas hasil evaluasi tentang
skenario, LKM dan lain-lain
Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi, untuk
digunakan pada siklus berikutnya
Evaluasi tindakan I
Siklus II Perencanaan Identifikasi masalah dan penetapan
alternatif pemecahan masalahPengembangan program tindakan II
Tindakan Pelaksanaan program tindakan II
sesuai model pembelajaran
Snowball Throwing
Pengamatan Pengumpulan data tindakan II
Refleksi Evaluasi tindakan II
Siklus-siklus berikutnya
Tabel 3.2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2008 : 70 & 91)
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 21/25
21
3.8 Kegiatan Penelitian
Arikunto (2008:17) menerangkan Secara rinci kegiatan penelitian tindakan
sebagai berikut :
1. Perencanaan Pengajaran (Planning)
2. Pelaksanaan Kegiatan (Acting)
3. Observasi (Observing)
4. Refleksi (Reflecting)
1. Perencanaan Pengajaran (Planning)
Pada tahap ini peneliti bersama guru bidang studi ekonomi akan
mengadakan pembahasan tentang pelaksanaan tindakan kelas dan membuat rencana
pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran Snowball Throwing .
2. Pelaksanaan Kegiatan (Acting)
Pada tahap ini kegiatan mengajar dilakukan oleh guru bidang studi
ekonomi. Kegiatan mengajar yang dilakukan merupakan pengembangan dan
pelaksanaan dari program pengajaran yang telah disusun. Pada akhir tindakan
diberikan tes kepada siswa untuk melihat hasil yang dicapai melalui pemberian
tindakan.
3.Pengamatan (Observing)
Tahap observasi dilakukan pada saat tahap pelaksanaan tindakan
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk merekam kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar selanjutnya.
Peneliti sebagai observan akan merekam hasil belajar tersebut, siswa dan kelas
selama proses belajar mengajar berlangsung yaitu untuk mengetahui:
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 22/25
22
a. Apakah guru telah melaksanakan pembelajaran yang sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.
b. Dimana letak kesulitan atau kendala melaksanakan
pembelajaran.
c. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran tersebut.
d. Bagaimana interaksi guru dan siswa.
Setelah selesai observasi, dilanjutkan diskusi antara peneliti dengan guru
bidang studi untuk memperoleh balikan. Balikan ini sangat diperlukan untuk
memperbaiki proses pelaksanaan tindakan.
4.Refleksi (Reflecting)
Setelah tahap implementasi, pemantauan dan evaluasi tindakan dilakukan,
maka telah diperoleh gambaran tentang hasil Penerapan Model Pembelajaran
Snowball Throwing dengan instrumen yang digunakan. Semua hasil ini akan dikaji.
Berbagai kekurangan, hambatan dan kesulitan yang ditemukan saat pelaksanaan
tindakan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan
untuk perencanaan pada siklus berikutnya. Hasil refleksi ini kemudian digunakan
sebagai dasar untuk perencanaan pada siklus berikutnya.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini akan berhenti apabila siswa sudah
tuntas belajar atau sudah mencapai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yaitu nilai
70, sesuai dengan yang telah ditetapkan sekolah.
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 23/25
23
3.9 Teknik Analisa Data
3.9.1 Reduksi Data
Proses reduksi data dilakukan dengan cara menyeleksi, menyederhanakan
dan mentransformasikan data yang telah disajikan. Kegiatan reduksi ini bertujuan
untuk melihat kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada mata
Pelajaran ekonomi serta mencari tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki
kesalahan tersebut.
3.9.2 Penyajian Data
Data kesalahan jawaban siswa yang telah direduksi kemudian disajikan
dalam bentuk paparan data kesalahan jawaban siswa.
Berdasarkan Kriteria Kelulusan Minimum (KKM) yang ditetapkan di
sekolah dan untuk mengetahui gambaran tentang hasil belajar siswa, maka seorang
siswa dinyatakan telah mencapai standar kompetensi jika mampu memperoleh skor
70 atau 7,0 dan mencapai ketuntasan belajar jika 80% dari jumlah keseluruhan
siswa mencapai KKM yang ditetapkan.
Untuk mengukur tingkat atau persentase penguasaan materi pelajaran
digunakan rumus :
x100%maksimumskor Jumlah
siswadiperolehangkaSkor
PDS=
Arikunto (2008)
5/16/2018 Proposal Edit 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-edit-1-55ab51641fd0e 24/25
24
Keterangan :
PDS = Persentase Daya Serap
Dengan Kriteria :
0 % ≤ PDS < 70 % siswa belum tuntas belajar
70 % ≤ PDS ≤ 100 %siswa telah tuntas dalam belajar
Secara individu, siswa dikatakan telah tuntas belajar apabila 70 % ≤ PDS ≤ 100 %
Selanjutnya ketuntasan secara keseluruhan dapat diketahui dengan rumus
sebagai berikut : x100% N
XD =
Keterangan :
D : Persentase kelas yang telah mencapai daya serap ≥ 70 %
X : Jumlah siswa yang telah mencapai daya serap ≥ 70 %
N : Jumlah siswa subjek penelitian
Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, jika 80 % siswa dari jumlah
keseluruhan telah mencapai daya serap ≥ 70 % maka ketuntasan secara
keseluruhan telah terpenuhi.
3.9.3 Penyimpulan
top related