ppt. keseimbangan asam basa, onkologi bu erna, sarung tangan bedah,

Post on 30-Jul-2015

184 Views

Category:

Documents

2 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Hiperkalsemia dan Hipokalsemia

• Kelompok 1 : 1. M. Fanshuri A 2. Juzri Sidik 3. Finna Vestasari 4. Fitri Farhani 5. Gaby Nursila 6. Ika Febty Dyah C 7. Laras Ayunda P 8. Rustiana

Gangguan elektrolit

A. HiperkalsemiaSuatu keadaan dimana konsentrasi kalsium

darah lebih dari 10,5 mg/dl darah.Hiperkalsemia dapat disebabkan meningkatnya

penyerapan pada saluran pencernaan karena meningkatnya asupan kalsium.

Penyebab : meningkatnya penyerapan pada saluran pencernaan atau karena meningkatnya asupan kalsium. Penyebab paling sering adalah hiperparatoidisme.

Pengkajian

1. Tanda dan gejala: Letargi, kelemahan, anorexia, mual, muntah, poliuria, gatal, nyeri tulang, fraktur, nyeri panggul (sekunder terhadap batu ginjal), depresi, kacau mental parastesis, perubahan pribadi, stupor, koma, konstipasi. Pada hipokalsemia berat sering menyebabkan gejala kelainan fungsi otak seperti kebingungan, halusinasi, gangguan emosi, delirium. Pada penderita hiperkalsemia yang menahun dapat terbentuk batu ginjal yang mengandung kalsium.

2. Temuan EKG: pemendekan segment ST dan interval QT. Interval PR kadang-kadang memanjang. Disritmia ventrikel dapat terjadi pada hiperkalsemia berat

3. Riwayat dan faktor risiko: - Peningkatan masukkan kalsium- Peningkatan absorbsi usus- Peningkatan pelepasan kalsium dari tulang- Penurunan ekskresi urin- Peningkatan kalsium terionisasi

Pemeriksan Diagnostik

1. Kadar kalsium serum total : dapat > 10,5 mg/dL

2. Kalsium terionisasi : akan > 5,5 mg/dL3. Hormon paratiroid : peningkatan kadar

terjadi pada hiperparatidoisme primer atau sekunder

4. Temuan sinar X : dapat menunjukkan adanya osteoporosis, rongga tulang atau batu ginjal.

Penatalaksanaan kolaboratif

1. Pengobatan penyebab dasar2. Salin normal IV3. Fosfat IV4. Diet rendah kalsium dan kortison5. Penurunan resorpsi tulang6. Kalsitonin7. hemodialisis

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

• Diagnosa: Risiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan neuromuskular, sensorium atau jantung sekunder terhadap hiperkalsemia.

• Hasil yang diharapkan: Pasien tidak menunjukkan bukti cidera karena perubahan neuromuskular atau sensorium. Pasien menyatakan orientasi terhadap orang, tempat dan waktu. Kadar kalsium serum dalam batas normal (8,5-10,5 mg/dl)

• Intervensi:1. Pantau pasien terhadap hiperkalsemia yang memburuk. Kaji dan

dokumentasikan tingkat kesadaran2. Informasikan pasien dan orang terdekat bahwa perubahan sensorium

adalah sementara dan akan membaik dengan pengobatan. Gunakan terapi realitas: Jam,kalender, dan objek yang dikenal; simpan disamping tempat tidur dalam batas lapang pandang pasien.

3. Berikan lingkungan yang aman. Bantu pasien dalam ambulasi bila diizinkan.

4. Pantau terhadap perubahan nadi pada situasi pemantauan non-EKG5. Pantau nilai elektrolit serum terhadap perubahan kalsium serum, kalium,

dan fosfor sekunder terhadap terapi. Beritahu dokter terhadap nilai abnormal.

6. Anjurkan peningkatan mobilisasi untuk menurunkan resopsi tulang.7. Hindari sediaan vitamin D bila ini meningkatkan absorpsi usus terhadap

kalsium.

Pedoman Penyuluhan Pasien-Keluarga

Berikan pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis mengenai hal berikut:

1. Obat-obatan, termasuk nama obat tujuan, dosis, frekuensi, kewaspadaan, dan potensial efek samping.

2. Tanda dan gejala Hiperkalsemia3. Makanan dan obat yang dijual bebas (misalnya antasida) yang

mengandung kalsium tinggi.4. Bila pembentukkan batu menjadi masalah berikan makanan yang

meninggalkan sifat asam urin.5. Setelah pulang dari rumah sakit, pentingnya peningkatan masukkan

cairan untuk meminimalkan risiko pembentukkan batu.6. Instruksikan pasien untuk menghindari suplemen vitamin yang

mengandung vitamin D dan A.

HIPOKALSEMIA

Hipokalsemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium di dalam darah kurang dari 8,5 mg/dl darah.

Penyebab hipokalsemia paling sering terjadi pada penyakit yang menyebabkan hilangnya kalsium dalam jangka waktu yang lama melalui air kemih atau kegagalan untuk memindahkan kalsium dari tulang

Penyebab hipokalsemia1. Kadar hormon paratiroid rendah2. Kekurangan kelenjar paratiroid bawaan3. Pseudohipoparatioroidisme4. Kekurangan vitamin D5. Kerusakan ginjal6. Kadar magnesium yang rendah7. Malabsorpsi8. Pankreatitis9. Kadar albumin yang rendah

Pengkajian

1. Tanda dan gejala : Kebal dengan kesemutan jari dan region sirkumoral, refleks hiperaktif, kram otot, tetani, kejang, latergi dan makan buruk mungkin terjadi pada bayi baru lahir. Pada Hipokalsemia kronis, fraktur dapat terjadi karena porositas tulang.

2. Pengkajian fisik- Tanda trousseau’s positif : spasme karpal

karena iskemia. Tanda ini ditimbulkan dengan penggunaan manset TD pada lengan atas dan mengembangkannya melewati TD sistolik selama 2 menit.

- Tanda Chvostek’s positif : Konstraksi unilateral dari wajah dan otot kelopak mata. Ini ditimbulkan oleh iritasi saraf fasial dengan memperkusi wajah tepat didepan telinga.

3. Perubahan EKG :Interval QT memanjang disebabkan oleh elongasi segmen ST; dapat membentuk takikardiak ventrikel.

4. Riwayat dan faktor resiko :- Penurunan kalsium terionisasi- Peningkatan kehilangan kalsium dalam cairan tubuh- Penurunan absorbsi usus - Hipoparatiroidisme- Hiperfosfatemia- Hipomagnesia- Pangkreatitis akut- Alkoholisme Kronis

Pemeriksaan diagnostik

1. Kadar kalsium serum total: mungkin < 8,5 mg/dl2. Kalsium serum terionisasi: akan < 4,5 mg/dl3. Hormon paratiroid: penurunan kadar terjadi

pada hipoparatiroidisme, peningkatan kadar dapat terjadi pada hipokalsemia lain. Rentang normal 150-350 pg/ml.

4. Kadar magnesium dan fosfor: dapat diperiksa untuk mengidentifikasi penyebab potensial kalsemia.

Penatalaksanaan kolaboratif

1. Pengobatan penyebab dasar2. Penggantian kalsium3. Terapi vitamin D4. Antasida Hidroksi Aluminiun5. Peningkatan masukan diet kalsium

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa : Resiko tinggi terhadap trauma yang berhubungan dengan potensial terhadap tetani dan kejang sekunder terhadap hipokalsemia berat.

Hasil yang diharapkan : pasien tidak menunjukkan bukti cidera yang disebabkan oleh komplikasi hipokalsemia berat. Kadar kalsium serum dalam batas normal (8,5-10,5 mg/dl)

Intervensi:1. Pantau pasien terhadap bukti hipokalsemia yang memburuk.2. Berikan kalium IV dengan kewaspadaan.3. Untuk pasien dengan hipokalsemia kronis berikan suplemen

kalsium oral dan sediaan vitamin D sesuai program. Berikan kalsium oral 30 menit sebelum makan dan atau sesaat tidur untuk absorpsi maksimal.

4. Berikan antasida alumnium hidroksida dengan segera setelah makan.

5. Anjurkan makanan dengan kalsium tinggi.6. Beri tahu dokter bila respon terhadap terapi kalsium tidak

efektif.7. Pertahankan pasien simptomatik pada kewaspadaan kejang.8. Hindari hiperventilasi pada pasien yang dicurigai

hipokalsemia.

Pedoman penyuluhan pasien-keluarga

Berikan pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis mengenai hal berikut:

1. Obat-obatan, termasuk nama obat tujuan, dosis, frekuensi, kewaspadaan, dan potensial efek samping.

2. Indikator hiperkalsemia dan hipokalsemia. Tinjau ulang gejala yang memerlukan perhatian medis segera.

3. Makanan yang mengandung kalsium tinggi

Gangguan Keseimbangan Magnesium

( Hipermagnesemia dan Hipomagnesemia )

Kelompok 2 :Devica Kusuma Ulung

Indah FitriastarinasuryadiNurnafidah

Siti Nina InayahRafika SafitriRosi Pratiwi

Yoga Teguh GuntaraMutiara Sari Dewi

Hipermagnesemia...

Hipermagnesemia (kadar magnesium >2,5 mEq/L) terjadi hampir secara khusus pada individu dengan gagal ginjal yang mengalami peningkatan masukan magnesium.

Gejala utama dari hipermagnesemia adalah akibat dari perifer dan transmisi neuromuskular sentral. Gejala biasanya tidak terjadi sampai kadar magnesium melebihi 4 mEq/L.

Pengkajian1. Tanda dan gejala : Mual, muntah, wajah

kemerahan, diaforesis, sensasi panas, perubahan fungsi mental, mengantuk, koma, dan kelemahan atau paralisis otot. Paralisis dari otot pernafasan dapat terjadi bila kadar magnesium melebihi 10 mEq/L.

2. Pengkajian Fisik : Hipotensi, kalsifikasi jaringan lunak (metastatik), brakikardi, dan penurunan refleks tendon profundus. Refleks patela hilang saat kadar magnesium melebihi 8 mEq/L.

Lanjutan...3. Pengukuran hemodinamik : penurunan

tekanan arteri karena vasodilatasi perifer.

4. Riwayat dan faktor-faktor resiko : Penurunan eksresi magnesium :

sebagai contoh, pada gagal ginjal atau insufisiensi adrenokortikal.

Peningkatan masukan magnesium : sebagai contoh, kelebihan penguanaan antasida mengandung magnesium sulfat

Pemeriksaan Diagnostik

1. Kadar magnesium serum : Akan >2,5 mEq/L.2. Temuan EKG : Interval QT memanjang dan

blok AV dapat terjadi pad hipermagnesemia berat. (kadar >12mEq/L).

Penatalaksanaan Kolaboratif1. Penghilangan Penyebab : Sebagai contoh,

penghentian atau penghidaran obat mengandung magnesium atau suplemen magnesium, khususnya pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.

2. Diuretik dan larutan natrium klorida 0,45% : untuk meningkatkan eksresi magnesium pada pasien dengan fungsi ginjal adekuat.

3. Kalsium glukonat IV, 10 ml larutan 10% : Untuk antagonis efek neuromuskular dari magnesium untuk pasien dengan potensial hipermagnesemia letal.

4. Dialisis pada dialisat bebas megnesium : Untuk pasien dengan penurunan fungsi ginjal berat.

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan fungsi mental, mengantuk dan kelemahan, atau kalsifikasi matastatik sekunder terhadap hipermagnesemia.

Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan orientasi pada orang, tempat dan waktu dan tidak menunjukkan bukti cedera karena komplikasi hipermagnesemia. Kadar magnesium serum dalam batasan normal (1,5-2,5 mEq/L).

Lanjut.........

Lanjutan...1. Pantau kadar magnesium serum pada pasien beresiko terhadap

terjadinya hipermagnesemia, sebagai contoh, orang dengan gagal ginjal kronis atau wanita yang diobati untuk hipertensi karena kehamilan.

2. Kaji dan dokumentasikan tingkat kesadaran, orientasi, dan status neurologis pada setiap pemeriksaan TV. Kaji refleks patela pada pasien dengan peningkatan kadar megnesium sedang (>5 mWq/L). Dengan pasien berbaring datar, sokong lutut dengan posisi refleksi sedang dan ketuk tendon patela dengan kuat tepat dibawah patela. Normalnya lutut akan ekstensi.

3. Pertahankan tirali tempat tidur tinggi dan tempat tidur pada posisi paling rendah dengan roda terkunci.

4. Kaji pasien terhadap terjadinya kalsifikasi jaringan lunak.5. Hipermagnesemia sering diatasi dengan kalsium IV karena kalsium IV

membalik efek toksik kelebihan magnesium.

Defisit Pengetahuan : Pentingnya menghindari kelebihan atau ketidak tepatan penggunaan obat yang mengandung magnesium, khususnya untuk pasien yang gagal ginjal kronis.

Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan pentingnya menghindari masukan magnesium dan mengidentifikasi pentingnmya sumber magnesium yang tak diinginkan.

Lanjut.....

1. Waspadakan pasien dengan gagal ginjal kronis untuk meninjau kembali semua obat yang dijual bebas dengan pemberi palayanan kesehatan sebelum menggunakannya.

2. Berikan daftar obat yang umum mengandung magnesium.

3. Pasien dengan gagal ginjal biasanya menggunakan suplemen vitamin, waspadakan pasien ini untuk menghindari kombinasi suplemen vitamin-mineral yang biasanya mengandung magnesium.

Pedoman Penyuluhan Pasien-Keluarga

Beri pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis mengenai hal berikut :

Obat-obatan, termasuk nama obat, tujuan, dosis, jadwal, kewaspadaan, dan potensial efeksamping.

Indikator hipermagnesemia. Tinjau ulang gajala yang memerlukan perhatian medis segera : perubahan fumngsi mental, mengantuk dan kelemahan otot.

Obat-obatan yang menggandung magnesium yang harus dihindari (Camalox, Gaviscon, riopan, simeco, dll)

Hipomagnesemia...

Hipomagnesemia (kadar magnesium serum <1,5 mEq/L) biasanya terjadi karena penurunan absorbsi GL atau peningkatan kehilangan melalui urine.

Hipomegnesemia juga dapat terjadi pada kehilangan GL berlebihan (mis;muntah,diare) atau pada pemberian ceiran parenteral bebas magnesium dalam waktu lama. Gejala hipomagnesemia cendrung untuk terjadi saat kadar magnesium turun dibawah 1 mEq/L.

Pengkajian1. Tanda dan gejala : Apatis, kram kaki, insomia,

perubahan alam perasaan , halusinasi, kacau mental, anoreksia, mual, muntah, parestesia.

2. Pengkajian fisik : Peningkatan refleks, tremor, kejang, tetani, dan tanda Chevostek’s dab Trousseau’s positif pada bagian penyerta hipokalsemia. Pasien juga dapat mengalami takikardi dan hipetensi.

3. Pengukuran hemodinamik.4. Riwayat dan faktor resiko : Alkoholisme kronis: penyebab umum dari

hipomagnesemia karena kombinasi mesukan diet buruk, penurunan absorbsi GL dan peningkatan eksresi melalui urine sekunder terhadap efek etanol.

Muntah dan diare. Malnutrisi protein-kalori, dll.

Pemeriksaan Diagnostik1. Kadar magnesium serum : Akan kurang dari 1.5 mEq/L. Sayangnya, kadar

magnesium serum normal tidak menghilangkan kemungkinan defisiensi intraseslular.

2. Kadar magnesium urine : Membantu mengidentifikasi penyebab kekurangan magnesium ginjal; dapat dilakukan setelah pemberian magnesium sulfat parenteral.

3. Kadar albumin serum : Penurunan kadar albumin dapat menyebabkan penurunan kadar magnesium karena penurunan magnesium ikatan protein. Jumlah magnesium terionisasi bebas mungkin tak berubah.

4. Kadar kalsium serum : Hipomagnesemia dapat menimbulkan hipokalsemia karena reduksi dan pelepasan dan kerja hormon paratiroid (PTH). PTH adalah pengatur utama kadae kalsium serum.

5. Kadar kalium serum : Dapat menurun karena kegagalan pompa natrium-kalium selular untuk menggerakkan kalium kedalam sel dan menyertai kehilangan kalium dlam urine. Hipokalemia ini mungkin resisten terhadap penggantian kalium sampai kekurangan magnesium terbaiki.

6. Evaluasi EKG : Dapata menunjukkan kekurangan magnesium , serta kalsium dan kalium; takiaritmia, interval PR dan QT memanjang, pelebaran QRS, depresi segmen ST dan pendataran gelombang T.

Penatalaksanaan Kolaboratif1. Identifikasi dan eliminasi penyebab :

Sebagai contoh, penggantian magnesium adekuat pada larutan nutrisi pernteral total.

2. Magnesium sulfat (MgSO4) IV atau intramuskular : Untuk hipomagnesemia berat dan simptomatik.

3. Magnesium Oral : Antasida mengandung magnesium (mis; Mylanta, Maalox, Gelusil, Susu magnesia) dapat digunakan.

4. Peningkatan masukan diet magnesium.

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan disfungsi sensori atau neuromuskular sekunder terhadap hipomagnesemia.

Hasil yang diharapkan : Pasein tidak menunjukkan bukti cedera yang disebabkan ole komplikasi hipomagnesemia berat. Kadar magnesium dalam batas normal (1,5-2,5 mEq/L).

1. Pantau kadar magnesium serum pada pasien beresiko terhdap terjadinya hipomagnesemia.

2. Berikan MgSO4 IV dengan kewaspadaan. Rukuk pada pedoman pabrik. Pemberian terlalu cepat dapat menimbulkan hipermagnesemia berbahaya dengan henti jantung atau pernafasan.

3. Untuk pasien dengan hipomagnesemia kronis, berikan suplemen magnesium oral sesuai program.

Lanjutan...4. Anjurkan masukan makanan tinggi magnesium pada

pasien yang tepat.5. Pertahankan pasien simtomatik pada kewaspadaan

kejang.6. Untuk pasien yang dicurigai hipokalsemia, waspadai

terhadap hiperventilasi. Alkalosis respiratori dapat mencetuskan tetani, karena peningkatan ikatan kalsium.

7. Disfagia dapat terjadi pada hipomagnesemia. Tes kemampuan pasien terhadap penelanan air sebelum memberikan makanan atau obat.

8. Kaji dan dokumentasikan tingkat kesadaran, orientasi dan status neurologis pada setiap pemeriksaan tanda vital. Orientasikan ulang sesuai kebutuhan.

Penurunan Curah Jantung yang berhubungan dengan perubahan listrik berkenaan dengan takiaritmia atau toksisitas digitalis sekunder terhadap hipomagnesemia.

Hasil yang diharapkan : Elektrokardiogram (EKG) menunjukkan kondisi normal dan frekuensi jantung dalam batasan normal untuk pasien.

1. Pantau frekuensi dan keteraturan jantung pada setiap pemeriksaan TV.2. Kaji EKG pasien dengan dengan pemantauan EKG kontiniu.3. Karena hipomagnsemia memperkuat efek digitalis jantung , pantau pasien

yang menggunakan digitalis terhadap disaritmia karena digitalis.

Pedoman Penyuluhan Pasien-Keluarga

Beri pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis mengenai hal berikut :

1) Obat-obatan, termasuk nama obar,tujuan, dosis, frekuensi, kewaspadaan dan potensial efek samping.

2) Indikator Hipo- dan Hipermagnesemia dan hipokalsemia. Tekankan gajala yang memerluakn perhatian medis segera kebas dan kesemutan jari dan region sirkumoral, kram otot, perubahan sensorium dan nadi cepat tak teratur.

3) Makanan tinggi magnesium. Tinjau ulang diet yang diprogramkan dengan pasien.

HIPOFOSFATEMIA

HIPERFOSFATEMIA

By

Alif Nurul R – Dwi Sari Agung – Fitriyani Rahayu – Puspita Eka K.S

– Reno Ramalia – Septiana – Sulcha Fitriah

FOSFOR

• merupakan anion terbanyak/utama dalam cairan

intraselular.

• Kadar normal fosfor serum berkisar 2,5 - 4,5 mg/dl dan

dpt setinggi 6 mg/dl pada bayi dan anak-anak

• Fosfor menurun sesuai dengan pertambahan usia.

HIPOFOSFATEMIA

Kekurangan fosfor/konsentrasi fosfor anorganik di bawah normal.

Penyebab :

• Malnutrisi kalori-protein yang parah (pasien anoreksia nervosa,

alkoholisme, pasien lansia)

• Hiperventilasi berat berkepanjangan

• Penghentian alkohol

• Masukan diet yang buruk, dsb

A. PENGKAJIAN

1. Tanda dan gejala :

* Akut : kejang, koma, nyeri dada dan otot, kesemutan inkoordinasi, dsb

* Kronis : penurunan memori, letargi, nyeri tulang

2. Pengkajian fisik

* Akut : kesulitan bicara, kelemahan otot pernapasan genggaman tangan

* Kronis : memar, pendarahan, osteomalasia pseudofraktur, dsb

3. Pengukuran hemodinamik (TTV)

4. Riwayat kesehatan sebelumnya

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Fosfor serum : akan <2,5 mg/dl (1,7 mEq/L)

– Hipofosfatemia sedang: <1,0-2,5 mg/dl

– Hipofosfatemia berat: <1,0 mg/dl

2. Kadar hormon paratiroid (PTH): akan tinggi pada

hiperparatiroidisme.

3. Magnesium: dapat menurun karena peningkatan ekskresi

magnesium urine pada hipofosfatemia.

4. Fosfatase alkalin: meningkat pada peningkatan aktivitas

esteoblastik.

5. Sinar X: dapat menunjukkan perubahan skeletal dari osteomalasia

atau rikets.

C. PENATALAKSANAAN KOLABORATIF

• Identifikasi dan eliminasi penyebab: contohnya menghindari

penggunaan antasida ikatan fosfor (Al, Mg, atau jel Ca atau

antasida)

• Suplementasi fosfor: hipofosfatemia ringan dapat diatasi dengan

masukan peningkatan makanan fosfor tinggi. Suplemen fosfat oral

seperti Neutra Phor atau Phospo-Soda. Natrium Fosfat IV atau

kalium fosfat pada hipofosfatemia berat.

D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI• Resiko tinggi terhadap cedera b.d disfungsi sensori atau neuromuskular

sekunder terhadap gangguan SSP karena hipofosfatemia

• Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan suplai oksigen ke jaringan

sekunder terhadap penurunan kekuatan otot pernafasan, penurunan fungsi

jantung dan penurunan 2,3 DPG

• Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan otot dan rabdomiolisis akut

terhadap hipofosfatemia berat

• Penurunan curah jantung b.d perubahan inotropik negatif berhubungan

dengan penurunan fungsi miokard sekunder terhadap kekurangan fosfor

berat

• Resiko tinggi terhadap infeksi b.d kerusakan fungsi sel darah putih

sekunder terhadap penurunan ATP

Note : intervensi ditampilkan selanjutnya

E. PEDOMAN PENYULUHAN PASIEN-KELUARGA

• Obat-obatan, termasuk nama obat, tujuan, dosis, frekuensi,

kewaspadaan, dan potensi efek samping.

• Indikator hipofosfatemia dan hiperfosfatemia. Tinjau ulang gejala yang

memerlukan perhatian medis segera: lemah, sesak napas, kesemutan

jari. Untuk pasien beresiko hipofosfatemia kronis, waspadakan

mereka terhadap kebutuhan pemberitahuan dokter tentang adanya

nyeri tulang.

• Makanan yang mengandung fosfor tinggi, bila diet fosfor tinggi

dianjurkan.

• Pentingnya penggunaan antasida ikatan fosfor hanya sesuai program

oleh dokter

HIPERFOSFATEMIA

Kadar fosfor serum lebih tinggi dari normal (2,5-4,5 mg/dl)

Penyebab :

• Gagal ginjal akut dan kronis

• Masukan fosfor yang berlebihan

• Kelebihan Vit. D

• Respirasi asidosis

• Hipoparatiroidisme

• Penipisan volume

• Leukimia yang diobati dengan preparat sitotoksik

• Kerusakan jaringan yang meningkat

• Rabdomiolisis (kerusakan otot stria)

A. PENGKAJIAN

1. Tanda dan Gejala : Anoreksia, muntah, mual, kelemahan otot,

hiperefleksia, takikardia, kesemutan pada ujung-ujung jari dan

sekitar mulut dan tetani

2. Pengkajian Fisik

a. Tanda trousseau’s positif : spasme karpal karena iskemia

b. Tanda chvostek’s positif : kontraksi unilateral dari wajah dan otot

kelopak mata

3. Perubahan EKG : interval QT memanjang disebabkan oleh elongasi

segmen ST; takikardi; Torsades de pointes

4. Riwayat kesehatan sebelumnya

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Fosfor serum : > 4,5 mg/dl (2,6mEq/L)

Rontgen : perubahan skeletal dari osteodistrofi

Kadar kalsium serum : bermanfaat dalam mengkaji

potensial akibat pengobatan dan diagnosis masalah utama

Kadar hormon paratiroid : menurun pada

hipoparatiroidisme

Kadar BUN dan Kreatinin digunakan untuk mengkaji fungsi

ginjal

C. PENATALAKSANAAN KOLABORATIF

1. Identifikasi dan eliminasi penyebab (mis: perbaikan

kekurangan volume)

2. Penggunaan alumunium, magnesium, atau jel atau

antasida : untuk mengikat fosfor pada usus, jadi

meningkatkan eliminasi GI terhadap fosfor

3. Diet rendah fosfor

4. Terapi dialitik : mungkin perlu untuk hiperfosfatemia

simtomatik yang disertai dengan hipokalsemia simtomatik

D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Defisit pengetahuan b.d pentingnya penurunan absorpsi

gastrointestinal terhadap fosfor untuk mengontrol

hiperfosfatemia

2. Resiko tinggi terhadap cedera b.d presipitasi fosfat kalsium

pada jaringan lunak dan region tertentu dari sendi besar.

Note : intervensi ditampilkan selanjutnya

E. PEDOMAN PENYULUHAN PASIEN-KELUARGA

Berikan instruksi kepada pasien baik secara verbal atau tertulis

sebagai berikut :

• Obat-obatan, termasuk nama obat, tujuan, dosis, frekuensi,

kewaspadaan dan potensial efek samping

• Indikator hiperfosfatemia dan hipokalsemia

• Menghindari makanan yang mengandung fosfor tinggi

• Pentingnya menghindari obat yang dijual bebas yang

mengandung fosfor: laksatif tertentu, enema, dan multivitamin

dan suplemen mineral (dengan membaca label untuk kata-kata

fosfor dan fosfat)

Hipervolemia danHipovolemia

PengkajianPemeriksaan Diagnostik

Penatalaksanaan KolaboratifDiagnosa dan Intervensi Keperawatan

Pedoman Penyuluhan Pasien dan Keluarga

2 parameter penting yang perlu diperhatikan dalam pengaturan

keseimbangan cairan, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan

ekstrasel.

Keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor

berikut, antara lain umur, iklim,

stres, diet, kondisi sakit, dsb.

Hipervolemia

PengkajianPemeriksaan Diagnostik

Penatalaksanaan KolaboratifDiagnosa dan Intervensi Keperawatan

Pedoman Penyuluhan Pasien dan Keluarga

Hipervolemia

Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko

mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. Hal ini dapat

disebabkan oleh stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan

air, fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air,

kelebihan pemberian cairan intravena (IV), perpindahan cairan

interstisial

ke plasma, dsb.

Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

2. Sirkulasi

3. Eliminasi

4. Makanan/cairan

5. Neurosensori

6. Pernapasan

7. Penyuluhan/pembelajaran

8. Riwayat penyakit

9. Medikasi

Pengkajian1. Nadi kuat atau tidak teratur

2. Takipnea

3. TD tinggi

4. Sering mengkonsumsi

makanan yang mengandung

garam

5. Memiliki riwayat penyakit

jantung atau gagal ginjal

6. Edema

7. BB meningkat

8. Lingkar abdomen meningkat

9. Takikardi

Pemeriksaan Diagnostik

1. Hematokrit; menurun

2. Blood Urea Nitrogen: meningkat pada gagal ginjal

3. Na urine: meningkat bila ginjal berupaya mengekskresikan kelebihan Na.

4. Na serum: mungkin tinggi, rendah, atau mormal

5. Berat Jenis urin: menurun bila ginjal berupaya untuk mengekskresikan

kelebihan volume.

6. Foto Rontgen dada: kongesti vaskuler pulmonal.

7. Protein total: Albumin rendah

Makanan ber Na tinggi

Air daging

Seledri

Keju

Buah kering

Makanan kaleng

MSG

Mustard

Buah zaitun

Asinan

Daging

Salad dan saus

Kue(Crackers, Keripik)

Kecap

Penatalaksanaan Kolaboratif

Tujuan terapi:

Mengatasi masalah pencetus dan membuat CES kembali normal.

Tindakan dapat berupa hal berikut:

1. Pembatasan intake Na dan air

2. Pemberian obat diuretik

3. Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinyu: pada gagal ginjal atau

kelebihan beban cairan yang mengancam hidup

Diagnosa Keperawatan1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju

filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung).

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan

mekanisme pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri.

Intervensi Keperawatan1. Atur pemasukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan selama 24

jam

2. Kaji distensi leher dan pembuluh perifer

3. Pantau TD dan CVP

4. Berikan makanan mudah dicerna, porsi kecil dan sering

5. Mempertahankan cairan/pembatasan natrium sesuai indikasi

6. Konsultasikan dengan ahli diet

Intervensi Keperawatan

7. Berikan terapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi

dokter dengan memperhatikan: jenis cairan, jumlah/dosis pemberian,

komplikasi dari tindakan

8. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti: diuretik, kayexalate

9. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.

10. Berikan penguatan, penjelasan yang singkat dan dukungan psikologis

dalam ansietas.

11. Jaga agar ekstermitas yang edema ditinggikan di atas posisi jantung jika

memungkinkan

Pedoman Penyuluhan Pasien & Keluarga

OBJEKTIF

Klien akan memiliki status normovolemik (volume normal) walaupun

mengalami gagal jantung kongestif ataupun menderita etiologi dari

hipervolemia lainnya setelah menjalani terapi rawat jalan dan keluarga

mengerti akan tanda dan gejala serta bahaya dari hipervolemia.

Pedoman Penyuluhan Pasien & Keluarga

METODE PENYULUHAN

1. Berikan penjelasan kepada orang tua/keluarga pasien dan kepada pasien itu

sendiri mengenai bahaya serta tanda dan gejala dari hipervolemia baik secara

lisan ataupun tulisan.

2. Berikan penjelasan kepada orang tua/keluarga dan pasien mengenai cara

penggunaan bahan makanan/minuman yang mengandung natrium dapat

meningkatkan resiko terjadinya hipervolemia.

3. Anjurkan keluarga dan pasien untuk menyimpan persediaan diet tinggi protein

dan rendah natrium seperti misalnya telur dan susu.

4. Ajarkan kepada keluarga dan pasien untuk menghubungi dokter sementara

mereka tetap melanjutkan pemberian terapi.

Pedoman Penyuluhan Pasien & Keluarga

EVALUASI1. Tanyakan pada keluarga tentang tanda dan gejala serta bahaya dari

hipervolemia.2. Minta keluarga menyebutkan pertolongan pertama yang perlu

dilakukan.

Evaluasi

1. Intake dan output dalam batas keseimbangan

2. Elektrolit serum dalam batas normal

3. Vital sign dalam batas normal.

Hipovolemia

PengkajianPemeriksaan Diagnostik

Penatalaksanaan KolaboratifDiagnosa dan Intervensi Keperawatan

Pedoman Penyuluhan Pasien dan Keluarga

Hipovolemia Hipovolemia atau kekurangan volume ekstraseluler adalah kehilangan

cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam

jumlah yang relatif sama. Biasanya disebabkan karena muntah,

penghisapan gaster, diare, poliuria, diaphoresis, luka atau luka bakar,

kehilangan cairan intraoperasi hemoragi, dsb.

Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

2. Sirkulasi

3. Eliminasi

4. Makanan/cairan

5. Neurosensori

6. Pernapasan

7. Penyuluhan/pembelajaran

Pengkajian 1. Lemah, letih

2. Sinkope

3. Hipotensi

4. Takikardia

5. Penurunan CVP

6. Penurunan BB

7. Membran mukosa kering, lidah

kotor, penurunan air mata dan

salivasi

8. Kulit kering dan turgor buruk, atau

pucat, lembab

9. Takipnea

10. Anoreksia

11. Mual dan muntah

12. Haus

13. Konstipasi

14. Oliguria

Pemeriksaan Diagnostik • Natrium serum: mungkin normal atau rendah

• Natrium urine: biasanya menurun

• Hb/Ht dan SDM biasanya meningkat

• Glukosa serum: normal atau meningkat

• Protein serum: meningkat

• BUN dan CR: peningkatan, BUN diluar proporsi terhadap Cr

• Berat jenis urine: meningkat

Penatalaksanaan Kolaboratif

1. Kaji identifikasi/pengobatan penyebab dasar

2. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-

basadan elektrolit.

3. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.Tindakan berupa hidrasi harus secara

berhati-hati dengan cairan intravena sesuai pesanan/order dari medis.

Catatan: Rehidrasi pada

kecepatan yang berlebihan dapat

menyebabkan GJK

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan volume cairan: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis,

polyuria.

2. Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan

volume cairan.

Kriteria HasilPasien akan:

1. Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml/hari (kecuali bila ada

kontraindikasi) dilihat dari komplikasi penyakit’a

2. Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama

stres atau panas

3. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal

4. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi.

5. Intake dan output dalam batas keseimbangan

6. Elektrolit serum dalam batas normal

7. Vital sign dalam batas normal

Intervensi Keperawatan

1. Pantau status cairan, dan evaluasi

2. Pantau tempat pembedahan apakah ada pendarahan

3. Ajarkan klien untuk menekan daerah pembedahan dengan bantal waktu

batuk bersin atau muntah

4. Pantau tanda-tanda dan gejala dari syok

5. Berikan penguatan, penjelasan yang singkat dan dukungan psikologis

dalam ansietas

6. Batasi pergerakan dan aktivitas klien

7. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.

Intervensi Keperawatan

8. Untuk anak-anak, tawarkan :

• Bentuk-bentuk cairan yang menarik (es krim bertangkai, jus dingin, es

berbentuk kerucut)

• Wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan

• Sebuah permainan atau aktivitas (suruh anak minum jika tiba giliran anak)

9. Untuk drainase luka :

• Pertahankan catatan yang cermat tentang jumlah dan jenis drainase.

• Timbang balutan, jika perlu, untuk memperkirakan kehilangan cairan.

• Balut luka untuk meminimalkan kehilangan cairan

Pedoman Penyuluhan Pasien & Keluarga

OBJEKTIF

Klien akan memiliki status normovolemik (volume normal)

walaupun menderita berbagai macam etiologi dari hipovolemik

setelah menjalani terapi rawat jalan dan keluarga mengerti akan

tanda dan gejala serta bahaya dari hipovolemik.

Pedoman Penyuluhan Pasien & Keluarga

METODE PENYULUHAN

1. Berikan penjelasan kepada orang tua/keluarga pasien dan kepada pasien

itu sendiri mengenai bahaya serta tanda dan gejala dari hipovolemia baik

secara lisan ataupun tulisan.

2. Berikan penjelasan kepada orang tua/keluarga dan pasien mengenai

obat-obatan yang baik dikonsumsi untuk penderita hipovolemia.

3. Anjurkan keluarga dan pasien untuk menghindari mengkonsumsi

minuman seperti teh dan kopi karena bersifat diuresis.

4. Ajarkan kepada keluarga dan pasien untuk meghubungi dokter

sementara mereka tetap melanjutkan pemberian terapi.

Pedoman Penyuluhan Pasien & Keluarga

EVALUASI1. Tanyakan pada keluarga tentang tanda dan gejala serta bahaya dari

hiporvolemia.2. Minta keluarga menyebutkan pertolongan pertama yang perlu

dilakukan.

Hiponatremia dan hipernatremia

Kelompok 6

Pengertian Hiponatremia dan hipernatremia

• Hiponatremiaadalah sebuah gangguan elektrolit (gangguan pada garam dalam darah) dimana kadar natrium dalam plasma lebih rendah dari normal, khususnya dibawah 137 mEq/L darah

• Hipernatremiaadalah suatu gangguan elektrolit dimana keadaan dimana kadar natrium dalam plasma lebih dari 147 mEq/L darah

Natrium serum normal 137-147 mEq/L

Gejala Hiponatremia (dengan penurunan volume CES )

Peka rangsangKetakutanPusingPerubahan

kepribadianHipotensi posturalMembran mukosa

keringKulit dingin

TremorKejangKoma

Gejala Hiponatremia (Volume CES normal dan meningkat )

Sakit kepalaMalasApatisKacau mentalKelemahanEdemaPeningkatan BB

Peningkatan TDKram ototKejang Koma

Pengkajian• Pengkajian tanda dan gejala hiponatremia.

Gejala neurologis biasanya tidak terjadi sampai kadar natrium serum turun kira-kira 120-125 mEq/L.

• Pengukuran Hemodinamik:- Penurunan volume CES: penurunan tekanan vena sentral (TVS), tekanan arteri pulmoner (TAP), curah jantung (CJ), tekanan arteri rerata (TAR), dan peningkatan vaskular sistemik (TVS).- Peningkatan volume CES: peningkatan TVS, TAP, TAR.

• Riwayat dan faktor resiko: Penurunan volume CES Kehilangan melalui GI: muntah, fistula, penghisapan NG.Kehilangan melalui ginjal: diuretik, penyakit ginjal yang

mengeluarkan garam, insufisiensi adrenal.Kehilangan melalui kulit: luka bakar, drainase luka.Peningkatan volume CES/ normalProduksi berlebih dari hormon diuretik.Status edema, gagal jantung kongestif, sirosis, sindrom

nefrotik.Pemberian cairan hipotonik IV berlebihan.Polidipsia psikogenik utama.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Natrium serum: <137 mEq/L.2. Osmolalitas serum: menurun.3. Berat jenis urin: menurun, karena upaya ginjal

untuk mengekskresikan kelebihan air.4. Natrium urin: menurun (biasanya <20 mEq/l).

Penatalaksanaan Kolaboratif

Tujuan terapi: untuk mengembalikan kadar natrium sampai >120 mEq/L (keadaan normal).

Hiponatremia dengan penurunan CES• Penggantian natrium dan kekurangan cairan.• Penggantian kehilangan elektrolit lain.• IV salin hipertonik.Hiponatremia dengan pertambahan volume CES• Pembuangan • Furosemid• Pembatasan air• hemifiltrasi

Diagnosa Keperawatan

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d hiponatremia saat operasi TURP (SINDROM RESECTION TRANSURETRAL PROSTAT)

Intervensi Keperawatan• Hentikan irigasi• Monitor TTV dan tingakat kesadaran• Monitor EKG untuk mengetahui fungsi jantung akibat

hiponatremia• Kaji suara paru dan jantung untuk adanya tanda edema paru,

gagal jantung, atau keduanya sebagai perpindahan cairan kembali ke intravascular

• Observasi adanya perbedaan kelemahan dan kebingungan dari TUR sindrom dari disorientasi post operasi dan hiponatremia

• Monitor kadar elektrolit serum : Na, K

• Pada hiponatremia ringan atau sedang, pemberian furosemide intravenous dan infus normosalin mungkin sudah cukup

• Hiponatremi berat diberikan infus 3% saline (hipertonik) sebanyak 150-200 cc dalam waktu 1-2 jam. Tindakan ini harus selalu disertai furosemide intravena, terutama pada pasien dengan risiko terjadinya payah jantung kongestif

• Selama pemberian saline hipertonik, kadar elektrolit harus diperiksa tiap 2-4 jam untuk mencegah terjadinya hipernatremia

Pedoman Penyuluhan Pasien-Keluarga

Berikan pasien dan orang terdekat instruksi lisan dan tertulis tentang:

1. Obat-obatan meliputi: nama obat, tujuan, dosis, frekuensi, dan efek samping.

2. Batasi cairan, bila diprogramkan. Ajarkan pasien porsi pemberian cairan yang dapat dilakukan seperti es atau es krim untuk meminimalkan rasa haus.

3. Tanda dan gejala hipovolemia bila hiponatremia dihubungkan dengan kehilangan cairan abnormal.

Gejala Hipernatremia

• Haus berat• Kelelahan• Gelisah• Agitasi• Koma

Pengkajian

1. Pengkajian Tanda dan gejala hipernatremia2. Pengkajian fisik:

Demam ringan, kulit kemerahan, edema perifer dan pulmoner (penambahan natrium), hipotensi (kehilangan air), peningkatan tonus otot dan refleks tendon dalam (profundus).

3. Pengukuran hemodinamikKelebihan natrium:peningkatan TVS dan TAPKehilangan air:penurunan TVS dan TAL

4. Riwayat dan faktor risikoPenambahan natrium: Pemberian IV salin hipertonik atau natrium bikarbonat, peningkatan masukan oral, aldosteronisme primer, tenggelam dalam air mengandung garam, obat seperti natrium polistiren sulfonat (Kayexalate)Kehilangan air: Peningkatan kehilangan cairan tak kasat mata dan kasat mata ( misalnya diaforesis, infeksi pernafasan) atau dioresis osmotik (misalnya hiperglikemia)

Pemeriksaan diagnostik

1. Natrium serum : akan > 147 mEq/L2. Osmolaritas serum : meningkat karena

peningkatan natrium serum3. Berat jenis dan osmolaritas urine : peningkatan

karena upaya ginjal untuk menahan air ; akan turun pada diabetes insipidus

4. Pemeriksaan dehidrasi: pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi etiologi sindrom poliurik

Diagnosa Keperawatan

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan retensi air dan hipernatremia

Intervensi Keperawatan• Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukkan perfusi jaringan

serebral normal ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, penurunan retensi air, tidak ada tanda-tanda hipernatremia.

• Intervensi: Monitor dan catat Tekanan Darah setiap 1 – 2 jam perhari selama fase

akut. Rasional: untuk mendeteksi gejala dini perubahan Tekanan Darah dan menentukan intervensi selanjutnya.

Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction Rasional: serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak

Atur pemberian anti Hipertensi, monitor reaksi klien. Rasional: Anti Hipertensi dapat diberikan karena tidak terkontrolnya Hipertensi yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal

Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N : 1 – 2 ml/kgBB/jam). Rasional: Monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.

Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8 jam. Rasional: Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status neurologis, memudahkan intervensi selanjutnya.

Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order. Rasional: Diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan.

Penatalaksanaan kolaboratif

1. Penggantian air oral atau IV: untuk mengatasi kehilangan air

2. Diuretik dalam kombinasi dengan penggantian air IV atau oral: untuk mengatasi penambahan natrium.

3. Desmopressin asetat: untuk mengatasi diabetes insipidus sentral.

4. Penghilangan penyebab (obat-obatan seperti litium) pada diabetes insipidus nefrogenik.

Pedoman Penyuluhan Pasien-Keluarga

Beri pasien dan orang terdekat instruksi tentang:1. Obat-obatan meliputi: nama obat, tujuan, dosis,

frekuensi, dan efek samping. 2. Tanda dan gejala hipovolemia, bila

hipernatremiadihubungkan dengan kehilangan cairan abnormal.

Oleh : TEAM KAMAR OPERASI

PP HIPKABI JAKARTA

LANGKAH-LANGKAH MEMAKAI SARUNG TANGAN(CARA TERTUTUP)

TAHAP 1• Masukkan jari-jari tangan kanan

pada lipatan sarung tangan kiri bagian luar, segera masukkan tangan kiri dalam posisi terlentang

• Bereskan kedua manset sar-tang dengan cara menarik lipatan sarung tangan keatas dengan keempat jari tangan sementara ibu jari mendorong manset jas kebawah secara bergantian

TAHAP 2

• Punggung manset dipegang dengan tangan kiri dan balikkan lengan jas dengan tangan kanan

TAHAP 3

• Manset dari sarung tangan kanan sekarang diatas manset elastis dari lengan jas, dengan tangan masih berada didalam lengan jas

TAHAP 4

• Ujung atas sarung tangan dan lengan jas dibawahnya dipegang dengan tangan kiri.

• Dengan menarik lengan jas keatas, sarung tangan tertarik keatas kedalam tangan.

TAHAP 5

• Manset sarung tangan kiri sekarang diatas manset lengan jas kiri, dengan tangan masih didalam lengan jas.

TAHAP 6

• Dengan menggunakan tangan kanan, ambil sarung tangan kiri dan letakkan dengan posisi telapak tangan sarung tangan kiri berlawanan dengan telapak tangan kiri.

• Pegang belakang manset sarung tangan kiri diatas telapak tangan dengan tangan kanan dan balikkan lengan jas dengan tangan kiri.

TAHAP 7

• Pegang ujung atas sarung tangan kiri dan lengan jas dibawahnya dengan tangan kanan, dan tarik lengan jas keatas sehingga menarik sarung tangan keatas kedalam tangan.

LANGKAH-LANGKAH MEMAKAI SARUNG TANGAN(CARA TERBUKA)

TAHAP 1

• Perawat instrumen memakai sarung tangan kanan dengan tehnik pemakaian sarung tangan steril terbuka

• Dengan tangan kiri, perawat tersebut memegang sarung tangan kanan pada lipatan luar dari manset sarung tangan, dan langsung diangkat serta jauhkan dari pembungkusnya

• Tangan kanan dimasukkan kedalam sarung tangan. Perhatikan bahwa tangan kiri hanya menyentuh masnet jas atau bagian dalam sarung tangan yang merupakan tehnik kulit ke kulit.

TAHAP 2

• Untuk mengambil sarung tangan kiri, perawat instrumen mengangkat sarung tangan dari pembungkusnya dengan memasukkan jari-jari tangan kanan yang memakai sarung tangan dibawah lipatan manset sarung tangan, dengan menggunakan tehnik sarung tangan ke sarung tangan.

TAHAP 3• Tarik manset sarung tangan kiri keatas

melewati manset lengan jas, jari tangan kanan yang sudah memakai sarung tangan hanya menyentuh bagian luar sarung tangan kiri, dekat pergelangan tangan.

• Bila manset sarung tangan terlalu kencang, perawat melipatnya, menahan lipatan itu dengan ibu jari tangan kanan sambil menarik sarung tangan keatas manset lengan jas.

• Kontak dengan kulit yang terbuka akan menyebabkan kontaminasi sarung tangan kanan (Lipatan itu tak dapat ditahan bila memakai kembali sarung tangan karena manset lengan jas terkontaminasi)

TAHAP 4

• Sekarang dengan menggunakan tangan kiri yang sudah memakai sarung tangan, masukkan jari-jari tangan kiri dibawah lipatan manset sarung tangan kanan yang dibalik dan tarik manset sarung tangan keatas sehingga menutupi manset lengan jas kanan dengan menggunakan tehnik sarung tangan ke sarung tangan

• Memakai sarung tangan dengan tehnik terbuka dengan bantuan orang lain.

MELEPAS SARUNG TANGAN

1. Tehnik sarung tangan ke sarung tangan

2. Tehnik kulit ke kulit

Focus on Cancer

Focus on Cancer

Struktur Sel Normal

Nucleus

Siklus Sel

Siklus Sel• Fase G1 – terjadi sintesa RNA CHON • Fase S - sintesa DNA mengikuti produksi sel

tunggal• Fase G2 – Fase pre-mitosis; sel tunggal

bersiap2 membelah diri• Fase M – terjadi pembelahan sel

• Sel normal menggantikan sel yang tua• Sel-sel menjadi terkhususkan ke satu

fungsi• Mengikuti pola spesialisasi dan maturasi• Tujuan untuk mempertahankan kualitas

dan kuantitas yang sama

Pembelahan Sel Normal

Konsep Kanker• Definisi: suatu proses penyakit yang

mulai terjadi saat sel abnormal berubah oleh mutasi DNA sel genetik

• Sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.

Kerusakan pada Proliferasi Sel

• Sel kanker berespon secara berbeda dari sel normal terhadap sinyal-sinyal intrasel yang mengatur – Membelah serampangan

Kerusakan Pada Proliferasi Sel

• Jaringan tubuh manusia umumnya mempunyai sel induk yang ditetapkan dan tidak berdiferensiasi

• Predetermined stem cells meningkatkan sel-sel matur dari jenis jaringan dari mana sel itu berada

Kerusakan Proliferasi sel

• Semua sel dikontrol oleh suatu mekanisme intraseluler yang menentukan proliferasi

• Sel-sel kanker tumbuh dalam kondisi yang ditandai dengan hilangnya kontak inhibisi

Siklus hidup sel dan aktivitas metabolik

FIG. 16-1

Kerusakan Pada Proliferasi Seluler

• Teori Stem cell– Hilangnya kontrol proliferasi intraseluler

akibat mutasi stem sel– DNA diganti atau disusun kembali secara

permanent

Kerusakan Pada Proliferasi Seluler

• Setelah mengalami mutasi– Sel dapat mati akibat rusak atau dengan

memulai kematian sel yang terprogram (apoptosis)

– Dapat mengenal adanya kerusakan dan memperbaiki dirinya sendiri

– Dapat bertahan hidup dan melewati kerusakan hingga 2 atau lebih sel anak

– Sel-sel mutant yang bertahan hidup berpotensi mengalami keganasan

Diferensiasi Sel Normal

FIG. 16-2

Diferensiasi Sel Normal

• Proses berurutan yang berkembang dari keadaan immatur menjadi keadaan matur

• Stabil dan tidak akan berubah• Mekanisme pasti diferensiasi sel

normal tidak begitu dipahami

Kerusakan Diferensiasi seluler

• 2 jenis gen yang dapat dikenai mutasi :1. Protooncogen

• Mengatur proses sel normal seperti meningkatkan pertumbuhan

2. Tumor suppressor genes • Menekan pertumbuhan

• Protooncogen– Kunci genetik yang menjaga sel berfungsi secara

normal– Mutasi yang mengubah ekspresi protooncogen

dapat mengaktifkan mereka untuk berfungsi sebagai onkogen (penyebab tumor)

– Mutasi dapat terjadi akibat paparan karsinogen atau virus oncogenic

• Tumor suppressor genes– Fungsi untuk mengatur pertumbuhan sel– Menekan pertumbuhan tumor– Mutasi menyebabkan mereka inaktif – Mengakibatkan hilangnya

supresi/penekanan pertumbuhan tumor

Perubahan metabolisme Kanker ganas

1) Perubahan transport membran untuk glukosa dan asam amino (Nitrogen trap)

2) Mempunyai banyak reseptor khusus untuk transferin (suatu glikoprotein dalam plasma yang berperan membawa zat besi )

3) Mengeluarkan enzim protease karena membran selnya menjadi permiabel sehingga enzim intrasel keluar. Misalnya protease yang akan mencerna protein sekitarnya yang membantu invasi tumor ke jaringan sekitarnya.

Beberapa sel kanker berubah menjadi sel yang mampu memproduksi hormon, misalnya bronkhogenik cancer, sel kankernya memproduksi ADH dan ACTH

Dampak Umum Kanker GanasMenurunnya fungsi dari jaringan yang terkena. Misal

Ca paru menyebabkan menurunnya fungsi paruMenyebabkan gangguan integritas oleh karena : Menekan pembuluh darah dan menyebabkan

ulserasi, perdarahan, nekrosis, nyeri Sel kanker mengeluarkan enzim dan toksin metabolik

yang mampu merusak sel sekitarnya yang menyebabkan luka yang tak sembuh-sembuh

- Menekan struktur sekitarnya, misalnya saluran cerna menyebabkan obstruksi saluran cerna, pada otak menyebabkan peningkatan TIK, saluran limfe menyebabkan edema

- Kehilangan berat badan akibat perubahan metabolisme karbohidrat, lipid, asam amino, anoreksia

- Respon makrofag terhadap sel kanker adalah mengeluarkan hormon cachectin yang menyebabkan represi enzim yang digunakan untuk penyimpanan lemak sehingga penderita menjadi kaheksia, demam dan respon inflamasi

PERKEMBANGAN KANKER

• Mungkin multifaktorial• penyebab kanker bisa

– Genetic– Bahan kimia– lingkungan– Viral atau immunologic– Bisa timbul dengan penyebab yang tidak

diketahui

Carcinogenesis/Oncogenesis• Proses dimana suatu sel yang normal berubah

menadi sel kanker/ganas

Tahapan KarsinogenesisInitiation

Promotion

Progression

Metastasis

Perkembangan Kanker• Inisiasi

– Mutasi struktur genetik sel• Dari mutasi yang diwarisi• Dari paparan terhadap agen kimia, radiasi, atau virus

– Sel yang mengalami mutasi memiliki potensi untuk berkembang menjadi kloni sel neoplastik

– Setelah mengalami inisiasi, mutasi akan bersifat irreversible

– Tidak semua sel yang mengalami mutasi membentuk tumor– Sel yang mengalami mutasi hanya menjadi tumor bila

mereka mengembangkan kemampuan untuk bereplikasi dan tumbuh

• Inisiasi – Carcinogens dapat berupa

• Chemical• Radiation• Viral

– Carcinogens dapat di • detoksifikasi • dikeluarkan

– Sel yang rusak oleh carsinogen bisa : • Memperbaiki diri sendiri• mati• Bereplikasi ke dalam sel anak dengan gangguan

genetik yang sama

Perkembangan Kanker

• Karsinogen Kimia– Periode laten yang lama membuat

identifikasi karsinogen ini sulit dilakukan– Obat-obat tertentu teridentifikasi sebagai

karsinogen

• Radiasi– Radiasi ionisasi dapat menyebabkan

kanker hampir pada setiap jaringan tubuh manusia

– Dosis radiasi yang dibutuhkan untuk menimbulkan kanker tidak diketahui

– Radiasi Ultraviolet berhubungan dengan melanoma dan karsinoma squamousa dan carsinoma basal cell

Perkembangan kanker• Karsinogen virus

Virus Jenis kankerEpstein-Barr virus (EBV)

Burkitt’s lymphoma

Human immunodeficiency virus (HIV)

Kaposi’s sarcoma

Hepatitis B virus Hepatocellular carcinoma

Human papillomavirus Squamous cell carcinomas

Proses Perkembangan Kanker

Perkembangan Kanker

• Promosi– Ditandai dengan proliferasi sel yang telah

berubah yang bersifat reversible– Aktivitas promosi bersifat reversible

• Obesitas• Merokok, alkohol• Makanan berlemak

Perkembangan Kanker

• Periode Latent – Rentang 1 hingga 40 tahun– Lamanya periode latent berhubungan dengan

laju mitosis jaringan asal dan faktor lingkungan

– Untuk penyakit muncul secara klinis, tumor harus mencapai suatu massa yang kritis yang dapat dideteksi

Perkembangan kanker

• Progressi– Ditandai dengan

• Peningkatan laju pertumbuhan tumor• keinvasifan• Metastase

– Tempat metastase yang paling umum adalah paru, otak, hepar, dan kelenjer adrenal

Lokasi Utama Metastase melalui Aliran Darah

FIG. 16-4

Pathogenesis Metastase Kanker

FIG. 16-5

Perkembangan Kanker• Progressi

– Proses Metastasis mulai dengan pertumbuhan tumor primer yang cepat

• Mengembangkan suplai pembuluh darahnya sendiri – Penting untuk kelangsungan dan pertumbuhan

tumor• Tumor angiogenesis merupakan pembentukan

pembuluh darah di dalam tumor • Beberapa bagian tertentu tumor primer dapat lepas

dan menginvasi jaringan sekitarnya

• Progresi– Proses metastase

• Sel yang lepas dapat menginvasi nodus limfe dan pembuluh darah untuk berjalan ke tempat yang jauh

• Sel-sel tumor yang paling aktif bergerak tidak dapat bertahan

• Sel tumor yang bertahan harus menciptakan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembang

Peran System Imun

• Respon imun adalah untuk menolak atau menghancurkan sel-sel kanker – Respon imun bisa tidak memadai karena sel

kanker berasal dari sel normal• Beberapa sel kanker telah merubah

antigen permukaan mereka– Tumor-associated antigens (TAAs)

Tumor-Associated Antigens on Cell Surface

FIG. 16-6

Peran System Imun

• Immunologic surveillance– Respon terhadap TAAs – Lymphocytes secara terus menerus

memeriksa antigen permukaan sel dan mendeteksi dan menghancurkan sel-sel abnormal

– Melibatkan cytotoxic sel –T , natural killer cells, macrophages, dan B lymphocytes

Peran System Imun

• Cytotoxic sel-T – Membunuh sel tumor secara langsung– menghancurkan cytokines

• Natural killer cells dan macrophages aktif dapat melisiskan sel tumor

• Sel-B menghasilkan antibodi yang diarahkan ke antigen permukaan tumor

Peran System Imun

• Immunologic escape– Mekanisme dimana sel kanker

menghindari system imun – Suppressi faktor-faktor yang menstimulasi

sel-T– Antigen permukaan yang lemah

memungkinkan sel-sel kanker untuk menghindari perondaan/ surveillance

Tumor Escape Mechanism

FIG. 16-8

• Immunologic escape – Mengembangkan toleransi terhadap

sistem imun oleh beberapa antigen tumor– Menekan respon imun dari produk-produk

yang disekresikan oleh sel-sel kanker– Induksi sel-T supressor – Menghambat antibodi mengikat Blocking

antibodies bind TAAs preventing recognition

Peran System imun• Antigen Oncofetal

– Ditemukan pada permukaan sel tumor , di dalam sel tumor dan sel fetal

– Keberadaan antigen fetal kurang begitu dipahami

– Dapat terjadi karena sel kembali ke kemampuan embrioniknya untuk berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel

Peran System Imun• Contoh antigen oncofetal

– Carcinoembryonic antigen (CEA)• Pada sel kanker saluran cerna• Sel-sel normal (usus janin, hepar dan

pancreas)– α-Fetoprotein (AFP)

• Sel-sel hepar maligna dan sel-sel hepar janin

– CA-125– CA-19-9– Prostate-specific antigen (PSA)

Klassifikasi Kanker

• System klasifikasi memberikan standarisasi untuk : – Komunikasi antar tim kesehatan– Persiapan dan evaluasi rencana

pengobatan– Menentukan prognosis– Membandingkan kelompok secara statistik

Klasifikasi Kanker

• Tumor dapat dikelompokkan berdasarkan :– Lokasi anatomi– Histology

• Derajat Grading – Luasnya penyakit

• Staging

Klasifikasi Cancer• Klasifikasi berdasarkan anatomi

– Diidentifikasi berdasarkan jaringan asal– Karsinoma berasal dari :

• Embryonal ectoderm (kulit, kelenjer) • Endoderm (muksa membran saluran pernafasan,

percernaan dan perkemihan)– Sarkoma berasal dari :

• Embryonal mesoderm (jaringan ikat, otot, tulang, dan lemak)

– Lymphomas dan leukemias berasal dari • System Hematopoietic

Klasifikasi Kanker

• Klasifikasi Histological – Keberadaan sel dan derajat diferensiasi

dievaluasi untuk menentukan seberapa dekat sel menyerupai jaringan asal

– Tumor-tumor dengan diferensiasi buruk memiliki prognosa yang buruk dibandingkan dengan tumor yang lebih mirip dengan sel normal

Klasifikasi Kanker

• Empat grade sel abnormal– Grade 1

• Sel sedikit berbeda dari sel normal dan berdiferensiasi baik

– Grade 2• Sel lebih abnormal dan berdiferensiasi sedang

– Grade 3• Sel sangat abnormal dan berdiferensiasi buruk

– Grade 4• Sel immatur dan primitif dan tidak berdiferensiasi• Sel asal sulit ditentukan

Klasifikasi Kanker

• Klasifikasi staging klinis– 0: Cancer in situ– 1: Tumor terbatas pada jaringan asal;

pertumbuhan tumor terlokalisir– 2: penyebaran tumor lokal terbatas– 3: penyebaran lokal dan regional luas– 4: Metastasis

Klasifikasi Kanker

• System Klasifikasi TNM – Luasnya penyakit secara anatomis

berdasarkan 3 parameter• Tumor size and invasiveness (T)/ Ukuran

tumor• Spread to lymph nodes (N) / Penyebaran ke

nodus limfe• Metastasis (M)

Tx : Tumor tidak dapat dinilaiT0 : Tidak ada bukti tumor primerTis : Casinoma in situT1-4 : pembesaran ukuran tumor dan area yang dikenai

Nx : nodus limfe regional tidak dapat dinilaiN0 : Tidak ada metastase nodus limfeN1-3 : ukuran nodus limfe yang terkena

Mx : Metastase tidak dapat dinilaiM0 : tidak ada metastse jauhM1 : Ada metastase jauh, lokasi dimana?

• Tumor dapat dikelompokkan menjadi benign/ jinak atau malignant / ganas

• Kanker Jinak– Berdiferensiasi baik– Biasanya berkapsul– Model pertumbuhan ekspansif– Kharakteristik mirip dengan sel induk– Tidak punya kemampuan bermetastase– Jarang kambuh– Tidak menimbulkan perubahan degenerasitidak

menimbulkan kematian, kecuali keberadaannya menyebabkan gangguan fungsi, karena menekan pembuluh darah, jaringan saraf atau menyebabkan gangguan dalam produksi hormon

• Kanker ganas– Rentang dari berdiferensiasi baik hingga tidak

berdiferensiasi / diferensiasi buruk– Mampu bermetastase– Model pertumbuhan infiltratif dan ekspansi– Sering kambuh– Vaskularisasi sedang hingga nyata– Jarang berkapsul– Kurang mirip sel induk

• Tumor Jinak : akhiran –oma– Fibroma (tumor jinak jaringan ikat fibrous)– Hemangioma (tumor jinak pembuluh darah )– Rhabodomyoma (tumor jinak otot lurik)

• Tumor ganas/ kanker : akhiran sarkoma atau karsinoma/ca– Misal : Fibrosarcoma– Hemangiosarkoma– Ewing’s sarcoma– Rhabdomyosarcoma

Diagnosis Kanker• Pemeriksaan Makroskopis Umumnya kasat mata jaringan kanker tampak

merah kekuningan, campuran jaringan nekrotik dan perdarahan. Penampakan lain adalah bentuk yang infiltratif dan rapuh saat dipegang.

• Pemeriksaan HistologiJaringan disayat, difiksasi dalam cairan formalin,

diblok dengan parafin dan diwarnai, butuh waktu 24 jam, ketepatan 95%.

Potong beku :sayatan yang difiksasi dibekukan dengan CO2, dipotong dengan mikrotom atau cryostat. Butuh waktu beberapa menit. Ketepatan 50 – 95 %.

Diagnostic Tests Laboratory Tests

Radiographic Tests Biopsy

Diagnosis Kanker

• Biopsi AspirasiSering dilakukan pada suspect keganasan hati,

pleura, ginjal dan payudara. Ketepatan sama dengan histologi.

• Pemeriksaan Darah Tepi.Isolasi sel kanker yang terlepas pada peredaran

darah. Darah yang diambil disentrifugasi untuk pemisahan sel dengan plasma

Diagnosis Kanker

• Radiographic Test Untuk melokalisasi dan memberikan informasi

detail lebih lanjut mengenai massa atau tumor.

Misal : MRI, CT-scan, X-Ray, Bone-scan, PET Scan, Mammograms.

Pencegahan Dan Deteksi Kanker

• Gaya hidup untuk mengurangi resiko– Hindari atau kurangi paparan terhadap karsinogen

• Rokok, paparan cahaya matahari berlebihan– Makan diet yang seimbang – Latihan secara teratur– Istirahat cukup– Pemeriksaan kesehatan secara teratur – Manajemen stress

Pencegahan dan Deteksi Kanker

• Waspadai 7 tanda kanker• Lakukan pemeriksaan diri sendiri• Segera cari pengobatan bila dicurigai kanker

Danger Signs of Cancer

C- change in bowel or bladder habitsA- sore that does not healU- unusual bleeding/dischargeT- tumorI- indigestion or difficulty swallowingO- obvious change in warts or molesN- nagging cough or hoarseness of voiceU- unexplainable anemiaS- sudden weight loss

Medical-Surgical Nursing

Management For Clients with Cancer

Therapy

Ns. Rahmawati, Sp.MB

Tujuan Pengobatan Kanker:a. Menyembuhan

b. Mengontrol Penyebaran dan Penanganan Kanker sebagai penyakit kronis

c. Palliatif : mengurangi/mengontrol keluhan, mempertahankan kualitas hidup pasien

Terapi Modalitas Pada Kanker

Metode Pengobatan1. Pembedahan2. Terapi Radiasi3. Chemotherapy4. Transplantasi Sumsun Tulang5. Bioterapi (terapi menggunakan zat/unsur

turunan dari hasil bioteknologi)

Surgery

• Berguna sebagai penanganan utama untuk kanker lokal/ terlokalisir

• Dilakukan pada stadum dini, belum terjadi infiltrasi, diketahui jelas batasan kanker Pembedahan kuratif

• Pembedahan Paliatif : dapat dilakukan pada kanker stadium lanjut namun tidak menyembuhkan/menghilangkan kanker , tujuan meminimalkan gejala & penyebaran kanker.

Pembedahan

Jenis pembedahan:Eksisi lokalEksisi luas / wide excisionVideo assisted endoscopic surgeryPembedahan untuk kanker in situ:

a. Electrosurgeryb. Cryosurgery c. Chemosurgeryd. CO2 laser

Pembedahan

Radiation Therapy

Radioterapi

Penggunaan energi tinggi yang bergerak melalui ruang atau medium untuk memutuskan pertumbuhan sel pada level lokal.

• INDIKASI:– Digunakan untuk menangani kanker dengan

massa/tumor padat– Jaringan dengan pembelahan yang cepat

Radioterapi

• Menghentikan pembelahan sel kanker yang berdiferensiasi buruk dan sel dengan pertumbuhan yang cepat, dengan cara mengganggu keseimbangan elektron sel kanker

• Ion sel saling bertubrukan dan terjadi perpindahan posisi, gangguan keseimbangan ion sel, tergangguanya inti sel dan kromosom sel kanker aktivitas inti sel kanker terhenti

Radioterapi

• Jenis Radiasi Ionisasi1.Elektromagnetik

a. X-raysb. Electronsc. Gamma rays

2.Particulatea. Partikel Beta b. Protons, neutrons dan partikel alpha

Penggunaan Peralatan Immobilisasi Untuk Membantu Posisi yang tetap selama radioterapi

RadioterapiEfek Samping:

Sistemik Sakit kepala Mual & Muntah Iritasi kulit, kulit mengelupas, kulit kering Erythema Alopecia/rambut rontok/botak Mulut kering Mucositis Esophagitis Diarrhe Cystitis Deskuamasi Kering & Basah

Deskuamasi Kering

FIG. 16-19

Deskuamasi Basah

FIG. 16-20

Manajemen Keperawatan• Berikan dukungan psikososial dan pendidikan kesehatan.• Tingkatkan diet tinggi protein dan kalori, bebas lemak dan

rendah sisa, tingkatkan intake cairan bila tidak ada kontraindikasi.

• Berikan obat-obatan sesuai program terapi. • Lakukan perawatan kulit :

• Hindari krim, lotion, parfum pada area yang diradiasi kecuali dianjurkan/atas arahan dokter

• Usahakan area radiasi tetap kering• Hindari paparan langsung cahaya matahari/panas buatan, suhu ekstrim

• Observasi adanya reaksi “basah” (deskuamasi basah)• Tingkatkan istirahat setelah terapi• Bersihkan area dengan air hangat dan keringkan• Paparkan area dengan udara• Cegah kerusakan kulit lebih lanjut• Cegah infeksi, upayakan penyembuhan luka• Hindari dari suhu ekstrem

Chemotherapy

Kemoterapi• Penggunaan zat-zat / chemical sebagai terapi

sistemik yang dapat menghentikan pertumbuhan sel kanker.

• Tujuannya untuk mengurangi jumlah sel kanker. • Terutama untuk kanker dengan massa /tumor padat

dan kanker darah.• Khasiat kemoterapi pada umumnya hanya bersifat

paliatif dan sebagian lain bersifat kuratif (umumnya pada kondisi kanker darah)

Mekanisme Aksi Kemoterapi

TARGETS ANY AREA WHERE CANCER

CELLS ARE LOCATED

TAKES ADVANTAGE OF THE CANCER

CELLS

REDUCES TUMORSDESTROYS & SUPPRESSES

CANCER CELLS

STOPS CANCER CELLS FROM GROWING & MULTIPLYING

ALTERS THE CELLS’ DNA SYNTHESIS BY

INTERRUPTING CELL LIFE

ERADICATES CELLS, IN PROCESS OF CELL REPRODUCTION

CA

CA

CA

CAEFFECTS ON RAPIDLY DIVIDING

CELLS

Kemoterapi

• Kombinasi lebih dari satu jenis/beberapa obat kemoterapi sering digunakan, yang bertujuan untuk dapat bekerja pada titik yang berbeda sesuai dengan kondisi yang diinginkan serta menyerang sel-sel di fase siklus pertumbuhan yang berlainan. Dengan demikian daya kerja dari masing-masing obat dapat saling melengkapi dan terjadinya resistensi dapat diminimalkan.

Klasifikasi Obat Kemoterapi

1. Agen kemoterapi spesifik (bekerja pada fase spesifik dari pembelahan /pertumbuhan sel)

- Anti metabolik - Antimitotika/ Mitotik Inhibitor2. Agen kemoterapi Non spesifik (bekerja tidak pada fase

spesifik dari pembelahan /pertumbuhan sel) - Zat-zat alkilating - Anti metabolik - Antimitotika - Antibiotika - Hormonal

Klasifikasi Obat Kemoterapi

• Antimetabolik Cara kerja obat jenis ini dengan mengganggu sintesa DNA dengan jalan antagonisme saingan. Obat ini akan masuk dalam proses metabolisme tertentu yang penting bagi sel (seperti metabolisme asam folat, purin ) tanpa mengambil alih proses metabolisme, namun sintesa DNA terganggu dan pembelahan sel kanker terhenti.

• Antimitotika Kemoterapi jenis ini mencegah masuknya belahan-belahan kromosom ke dalam anak-anak inti sel sehingga proses

pembelahan kromosom terganggu.

Klasifikasi Obat Kemoterapi• Zat-zat alkilatingCara kerja obat ini dengan pelepasan gugusan rekatif (radikal) yang dapat

bereaksi atau berikatan dengan bagian penting dari kromosom DNA/RNA, sehingga sintesa asam inti dari pembelahan sel akan terganggu dan akhienya pembelahan sel terhenti.

• AntibiotikaKemoterapi antibiotik mempunyai mekanisme kerja dengan membentuk

kompleks DNA pada sel yang sedang dalam proses pembelahan, sehingga sintesis sel (RNA) tersebut dapat dihambat.

• HormonalJenis kemoterapi ini memiliki mekanisme kerja dengan mengikat reseptor

hormon dalam tubuh manusia dan mengontrol fungsi hormon tersebut. Dengan terkontrolnya produksi beberapa hormon, diharapkan dapat meminimalkan pertumbuhan sel kanker.

Contoh Obat

• Antimetabolit : Methotrexate, 6-Mercaptopurine, 5-Fluororacil, Azacytidine, Hydrea

• Anti Mitotika : Vincristine, Vindestine, Vinblastine, Teniposide, Paclitaxel, Docetaxel

• Alkilating agen: Carboplastin, Cisplatin, Ifosfamide• Antibiotik Antitumor : Bleomycin, Doxorubicin• Zat-zat Hormonal : Tamoxifen, Halostin

Rute Pemberian Kemoterapi

• Oral• IM• IV (paling umum)• Intracavitary• Intrathecal• Intra arterial

Pemberian Kemoterapi

• Periksa nama pasien, obat, dosis obat, jenis cairan, cara pemberian, waktu pemberian sesuai program.

• Periksa informed consent• Kaji riwayat alergi obat-obatan• Antisipasi efek samping obat, berikan antiemetik• Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (fungsi ginjal, fungsi

hati, sel darah dll)• Periksa kelengkapan peralatan yang dibutuhkan.• Monitor pasien selama pemberian : vital signs, intake output,

ekstravasasi

Injuri akibat Ekstravasasi

FIG. 16-12

Efek kemoterapi

• Banyak kemoterapi yang karsinogenik, teratogenik, fetogenik (Gullo, 1998)

• Resiko terjadi pada proses persiapan, pemberian dan penanganan alat dan obat bekas kemoterapi.

• Resiko saat pemberian adalah dari : percikan, terhirup partikel kemoterapi, dan benda/makanan yang terkontaminasi.

• Hanya petugas terlatih yang boleh menangani obat kemoterapi

Perlindungan dalam persiapan dan pemberian kemoterapi

Persiapan Obat :• Pengoplosan obat kemoterapi dilakukan diruang

“Laminary air flow” yang menggunakan kabinet biosafety.

• Gunakan seragam lengkap/pelindung : baju lengan panjang dan celana panjang berkaret, sarung tangan disposable tidak tembus, kaca mata pelindung, penutup alas kaki, penutup kepala, masker.

Efek Samping KemoterapiSUM-SUM TULANG

SEL EPITEL SALURAN CERNA

FOLIKEL RAMBUT

SEL-SEL GONAD

Efek Samping Kemoterapi

MUCOSITIS

YANG BERESIKO TINGGI :

M e nye b a b k a n :

M u a l

M u nt a h

A n o r ex i a

Ke ti d a k s e i m b a n ga n C a i ra n & E l e k t r o l i t

G a n g g u a n N u t r i s i

S t o m a ti ti s

K a r i e s g i g i

U l s e ra s iE r y t h e m a

P e n y a k i t G u s iP e r o k o k

a l k o h o l

Efek Samping Kemoterapi

ALOPECIA

Kerusakan Folikel Rambut

M u l a i t e r j a d i 2 - 3 w e e k s s e te l a h

ke m o t e ra p i

B e r l a n j u t s e l a m a

ke m o t e ra p i

Pe r t u m b u h a n ra m b u t ke m b a l i t e r j a d i s e t e l a h

t e ra p i

Efek Samping Kemoterapi

NAUSEA, VOMITING & ANOREXIAPe m b e r i a n

A n ti m u a l /a nti em e ti k

Efek Samping Kemoterapi

GANGGUAN ELIMINASI

D I A R R H EA

C O N S T I PAT I O N

Efek Samping KemoterapiGANGGUAN

HEMATOLOGI

R e s i k o I n f e k s i B a k t e r i

P e r d a r a h a n , M e m a r, M e n s t r u a s i B a n y a k

S u p r e s i S e l D a ra h P u ti h

S e l D a r a h P u ti h d a n P l a t e l e t p a l i n g m u d a h r u s a k

MengancamNyawa!

Efek Samping Yang Paling Berbahaya!

S u p r e s i P l a t e l e t

S u p r e s i S e l D a ra h M e ra hA n e m i a

Pengaruh Kemoterapi Terhadap PsikologisIMPLEMENTATION

C l i e n t R e a c ti o n

P r i o r E x p e r i e n c e

C o p i n g S t y l e

S u p p o r t N e t w o r k

P s y c h o l o g i c a l C h a n g e s

T h r e a t s

A l t e r e d I n d e p e n d e n c e

S u p p o r ti v e C a r e

Te a c h i n g & E d u c a ti o n

T h e r a p e u ti c C o m m u n i c a ti o n

R e f e r r a l & S u p p o r t G r o u p

D i v e r s i o n a l T h e r a p y

S p i r i t u a l C o u n s e l i n g

PERAN PERAWAT

• Memberi dukungan psikologis pada klien (saat diagnosis, prosedur diagnostik, pengobatan, rehabilitasi), perawatan paliatif

• Mengenali kebutuhan psiko-sosial dan spiritual klien• Memenuhi kebutuhan fisiologis• Memberi bantuan bagi klien yang mendapat terapi kanker• Membantu klien fase penyembuhan/rehabilitasi dan

perawatan paliatif• Membantu klien untuk tindak lanjut pengobatan

Diagnosa Keperawatan• Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun, leukopenia• Gangguan/kerusakan integritas kulitI: erythematous , deskuamasi basah

berhubungan dengan efek radiasi• Kerusakan membran mukosa oral: stomatitis berhubungan dengan efek

terapi (radiasi, kemoterapi)• Kerusakan integritas jaringan : alopecia• Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake kurang, caheksia, malabsorpsi• Fatigue• Intoleran aktivitas• Nyeri• Berduka antisipatori, perubahan peran• Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan penampilan,

fungsi dan peran• Resiko cedera : perdarahan

Intervensi keperawatan :Resiko Infeksi

• Kaji resiko yang dapat terjadi akibat depresi sistem imun (jenis kemoterapi, stressor yang sedang dihadapi, kebiasaan kebersihan diri, pola tidur, pola makan, pola eliminasi dll)

• Tanda & Gejala & Pemeriksaan Fisik : - Tanda-tanda infeksi : demam, nyeri menelan, nyeri saat

eliminasi, eksudat - Tanda anemia : pucat, lemah, sesat nafas saat beraktivitas - Fungsi pernafasan - Hasil laboratorium

Lakukan tindakan khusus jika leukosit < 500 / mm3• Lindungi klien dari paparan mikro organisme :- Tempatkan klien di ruang perlindungan/isolasi- Hindari tindakan invasif jika memungkinkan- Tingkatkan personal hygiene- Tindakan dengan teknik septik dan antiseptik- Batasi pengunjung, hindari pengunjung/petugas yang

sedang sakit.- Cuci tangan- Monitor terus tanda infeksi pada klien, hasil pemeriksaan

lab.

Intervensi keperawatan pada Dx. Resiko Injury : Perdarahan

Lakukan tindakan khusus jika trombosit < 50000 /mm3• Cegah klien dari trauma dan resiko perdarahan• Minimalkan tindakan invasif• Sikat gigi dengan sikat gigi yang lembut, hindari dental floss• Pasang pengaman tempat tidur• Cegah konstipasi• Monitor terjadinya perdarahan : kaji dini adanya ptekie,

ekimosis, epitaksis, darah di feses, urine dan muntahan, perubahan TD, monitor Ht dan trombosit, lapor dokter jika terjadi perdarahan.

Intervensi keperawatan pada Dx. Resiko Gangguan Perfusi Jaringan

• Monitor tanda dan gejala anemia • Anjurkan merubah posisi secara bertahap, dari

tidur ke duduk, duduk ke berdiri, monitor hipotensi orthostatik

• Kolaburasi pemberian transfusi, kaji respon setelah pemberian transfusi

• Monitor toleransi terhadap aktivitas• Kolaburasi dalam terapi diet/gizi

Intervensi keperawatan pada Dx.Nyeri

• Kaji dan monitor keluhan nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi, durasi, dan lain-lain, gunakan skala nyeri

• Yakinkan klien bahwa perawat mengetahu dan meyakini nyeri yang dirasakan klien dan akan membantu klien mengurangi nyeri.

• Kaji faktor lain yang berkontribusi terhadap keluhan nyeri klien : ketakutan, fatigue, kemarahan dan lain-lain.

• Kolaborasi dalam pemberian analgetik/anti untuk meningkatkan penurunan nyeri yang optimal.

• Nilai respon perilaku klien terhadap nyeri dan pengalaman nyeri.• Kolaborasi dengan dokter , tenaga kesehatan lain dan klien bila diperlukan

perubahan dalam penanganan nyeri.• Dorong klien untuk menggunakan strategi / teknik pengurang nyeri yang

biasa dan efektif bagi klien dalam nyeri sebelumnya.• Ajarkan dan anjurkan penggunaan strategi pengurangan nyeri : distraksi,

imagery, relaksasi, stimulasi kutaneus dan lain-lain.• Monitor respon terhadap penurunan nyeri.

Intervensi keperawatan pada Dx. Intoleran Aktivitas

• Anjurkan klien untuk meningkatkan frekuensi & kualitas istirahat & buatkan daftar aktivitas – istirahat

• Anjurkan untuk konsumsi diet tinggi zat besi seperti hati, telur, daging, wortel

• Kaji perlunya home visit bila klien telah dipulangkan.

Intervensi keperawatan pada Dx. Gangguan Nutrisi

• Kaji makanan kesukaan klien• anjurkan klien makan tinggi kalori, protein dan zat

besi• kolaburasi dengan ahli gizi, monitor program gizi

klien• jelaskan cara makan yang efektif bagi klien yang

menjalani kemoterapi/radiasi, berikan leaflet khusus• jika klien tidak mampu makan, kolaburasi

pemasangan NGT atau pemberian diet parenteral

Intervensi keperawatan pada Dx. Gangguan Nutrisi

• Berikan analgetik sebelum makan bila diperlukan

• Ukur berat badan tiap hari• Berikan antimual/muntah sebelum pemberian

kemoterapi, monitor respon• Berikan permen saat kemoterapi• Anjurkan makan porsi kecil tapi sering

Intervensi keperawatan pada Dx. Resiko Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit

• Anjurkan minum 3 L/hari bila tidak ada kontra indikasi

• Monitor intake output tiap 4 jam, monitor hasil pemeriksaan laboratorium

• Kaji frekuensi, konsisten dan volume diare/muntah• Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa• Kolaburasi pemberian obat anti diare/anti mual

muntah • Beri cairan hidrasi sesuai program terapi

Intervensi keperawatan pada Dx. Gangguan Integritas Mukosa Mulut

• Kaji & catat kondisi mukosa mulut (lidah, bibir, dinding & langit-langit mulut ) & kaji adanya stomatitis. Ajarkan klien tanda-tanda terjadinya stomatitis secara dini.

• Anjurkan klien & ajarkan untuk membersihkan mulut (kumur-kumur) tiap 2 jam : menggunakan cairan fisiologis, obat kumur, sikat gigi

• Anjurkan menjaga kelembaban mulut dengan menggunakan pelembab bibir dan banyak minum

• Hindarkan makanan yang merangsang (pedas, asam)• Kolaburasi pemberian obat kumur yang mengandung

xylocain, anti jamur bila terjadi stomatitis

Intervensi keperawatan pada Dx. Gangguan Citra Diri akibat alopesia

• Kaji resiko alopesia, obat kemoterapi yang digunakan• Jelaskan penyebab dari alopesia dan dampak yang terjadi, jelaskan

alopesia terjadi sejenak dan dapat tumbuh rambut yang baru• Anjurkan klien menceritakan perasaannya• Anjurkan klien mencukur rambutnya yang panjang• Anjurkan klien mencoba memakai wig, topi atau selendang• Berikan dukungan, ikut kegiatan pasien dengan kondisi yang sama• Ajarkan cara perawatan kulit kepala dengan menggunakan sampho baby,

sun cream, cegah hipothermia akibat alopesia• Jika terjadi kerontkan alis dan bulu mata, gunakan kaca mata hitam & topi

jika bepergian.

Intervensi keperawatan pada Dx.Disfungsi Seksual

• Bina rasa saling percaya• Kaji pengetahuan klien tentang efek penyakit dan pengobatan pada fungsi

seksual• Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendiskusikan masalah disfungsi

seksual• Anjurkan dukungan dari pasangan• Diskusikan strategi menghadapi disfungsi seksual : jelaskan dampak terapi

pada disfungsi seksual, alternatif pengekspresian seksual, alternatif posisi yang meminimalkan nyeri, melakukan aktivitas seksual saat kondisi tubuh fit, membantu mengetahui perasaan seksual diri sendiri dan pasangan klien

• Diskusikan alternatif pola dalam keluarga : adopsi anak bila sulit punya anak, ikutkan keluarga dalam pemeliharaan anak.

Dukungan Psikososial• Penekanan pada mempertahankan kualitas hidup yang optimal• Sikap yang positif dari klien, keluarga dan tenaga kesehatan berpengaruh

positif terhadap kualitas hidup klien• Ketakutan yang paling umum : ketergantungan, menjadi kurus, rusaknya

hubungan, nyeri, ketidakmampuan secara finansial,ditinggalkan, kematian • Koping terhadap kanker dipengaruhi oleh : kemampuan koping masa lalu,

adanya keluarga/orang-orang yang berarti, kemampuan mengekspresikan perasaan, umur klien saat didiagnosa kanker, luasnya penyakit, kerusakan image diri, adanya keluhan/gejala yang dirasakan, sikap klien terkait kanker.

Dukungan Psikososial Oleh Keluarga

• Selalu ada khususnya saat-saat sulit• Menunjukkan sikap peduli/perhatian• Mendengarkan ketakutan dan kekhawatiran klien• Memberikan bantuan tindakan untuk mengurangi keluhan/gejala• Memberikan informasi mengenai kanker• Mempertahankan hubungan berdasarkan kepercayaan• Jujur• Menggunakan sentuhan untuk menunjukan perhatian• Membantu pasien menetapkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek

yang realistis• Membantu mempertahanan gaya hidup seperti biasanya• Menjaga harapan pasien.

Komplikasi Kanker Infeksi

• Penyebab utama kematian pada pasien kanker• Infeksi sering mengenai :

– Paru-paru– Saluran kemih– Mulut, rectum– Rongga Peritoneal, darah

• Penyebab : – Ulserasi– Necrosis– Kompresi/penekanan organ vital– Neutropenia

Komplikasi KankerKegawatdaruratan Onkologi

• Mengancam nyawa • Terjadi akibat penyakit/kanker atau

pengobatan kanker• Kondisi Emergensi dapat berupa :

– Obstruksi– Metabolik– Infiltratif

Kegawatdaruratan Onkologi• Obstruksi

– Superior vena cava syndrome• Obstruksi oleh massa tumor atau thrombosis• Tanda-tanda :

– Edema wajah dan periorbital– Distensi pembuluh vena pada kepala, leher dan dada– Kejang– Sakit Kepala

– Kompresi Spinal cord • Tumor dalam ruang epidural spinal cord, tanda :

– Nyeri punggung– Kelemahan motorik– Paresthesia sensori / mati rasa– Gangguan eliminasi : inkontinesia

Kegawatdaruratan Onkologi

• Metabolik akibat produksi hormon ektopik : • Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (ADH)• Hypercalcemia• Tumor lysis syndrome (dipicu oleh penghancuran sel tumor

dalam jumlah yang besar oleh kemoterapi, dapat menyebabkan gagal ginjal dan ketidakseimbangan elektrolit)

• Septic shock• Disseminated intravascular coagulation (DIC)

Kegawatdaruratan Onkologi

• Infiltratif– Tamponade Jantung

• Akumulasi cairan dalam rongga perikadial, kontriksi perikardium oleh massa tumor atau akibat pericarditis

– Ruptur Arteri Karotis• Invasi kanker pada dinding arteri baik akibat massa

tumor maupun erosi akibat pembedahan atau radiasi

top related