ppt bab 2-3
Post on 08-Jul-2016
246 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada.
Sasaran komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).
2.2 Perilaku 2.2.1 Definisi Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Menurut Skinner, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Respon terhadap stimulusdibagi 2
Perilaku tertutup (convert behavior), yaitu terbatas pada perhatian, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati oleh orang lain.
Perilaku terbuka (overt behavior), yaitu bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial budaya, dan sebagainya.
2.2.3. Domain Perilaku
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :a) Faktor InternalMerupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi fisik.
b) Faktor EksternalMerupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau sarana.
c) Faktor pendekatan belajarMerupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan
domain pengetahuan yaitu
1).Tahu(Know)
2).Memahami(Comprehension)
3).Aplikasi
4).Analisis
5).Sintesa
6).Evaluasi
2. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Tingkatan dariSikap
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (responding)
c. Menghargai (valuing)
d.Bertanggung jawab
(responsible)
3. Praktik atau tindakan (practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Tingkatan dariPractitice
a.Persepsi (perception)
b.Respon terpimpin (guide
response)
c.Mekanisme (mecanism)
d.Adopsi (adoption)
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni: 1. Kesadaran (awareness) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Tertarik (interest) Dimana orang mulai tertarik pada stimulus. 3. Evaluasi (evaluation) Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Mencoba (trial)Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5. Menerima (Adoption) Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.2.4. Faktor Perilaku Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok:
1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors): pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors): Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors): Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan.
1.3 Teori Perilaku Jajan
1.3.1 Definisi Jajan dan Jajan Sembarangan Jajan adalah pangan tertentu yang berisiko tinggi terhadap kualitas sumber daya manusia dalam jangka panjang karena berhubungan dengan zat gizinya juga rawan terhadap kontaminasi bibit penyakit, akibatnya rendahnya kualitas makanan dan tingkat kebersihan penjamah makanan.
1.3.2 Jenis Pangan Jajanan
Pangan jajanan menurut Nuraida et al (2009) dapat dikelompokkan sebagai makanan sepinggan, makanan camilan, minuman dan buah.
Makanan sepinggan merupakan kelompok makanan utama yang dapat disiapkan di rumah terlebih dahulu atau disiapkan di kantin. Contoh makanan sepinggan seperti gado-gado, nasi uduk, siomay, bakso, mie ayam, lontong sayur dan lain-lain.
Winarno (1991) menyatakan jenis pangan jajanan yang dijual oleh pedagang kecil lebih besar peluangnya terhadap kontaminan dan bahaya kesehatan dbanding yang berasal dari pedagang besar dengan peralatan yang memadai.
Menariknya, pangan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah:
Jajanan kaki lima
Energi Protein Zat besi
29%
36% 52% Namun demikian, keamanan jajanan tersebut baik dari segi
mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan
1.3.3 Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Keamanan pangan didefiniskan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Undang- undang RI no.7 tentang Pangan Tahun 1996).
Bahaya keamanan pangan terdiri dari :
1.Bahaya mikrobiologis, adalah bahaya mikroba yang dapat menyebabkan penyakit
2.Bahaya Kimia, adalah bahan kimia yang tidak diperbolehkan digunakan untuk pangan
3.Bahaya fisik, adalah bahaya benda-benda yang dapat tertelan dan dapat menyebabkan luka
Faktor yang diduga turut mempengaruhi rendahnya mutu dan keamanan PJAS menurut BPOM RI antara lain:
1. Pengawasan jajanan anak sekolah belum optimal
2. fasilitas (kantin sekolah tidak memadai fasilitas sekeliling sekolah tidak memadai, sanitasi)
3. sumberdaya manusia (guru tidak melakukan komonikasi risiko, anak sekolah jajan sembarangan, orang tua tidak menyediakan bekal, pedagang menjual PJAS tidak aman, IRTP/produsen menghasilkan PJAS tidak aman)
Pada dasarnya masalah keamanan pangan dapat timbul di:
(1) tingkat produksi
(2) tingkat pengolahan
(3) tingkat distribusi termasuk penyajian untuk konsumsi
1.3.4 Bahan Tambahan Makanan Bahan tambahan adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut.
Dari hasil pengawasan pangan jajanan anak sekolah tahun 2005 yang dilakukan oleh 18 Balai Besar/Balai POM diperoleh data sebagai berikut : dari 861 sampel yang diperiksa/diuji, yang memenuhi syarat sebanyak 517 sampel (60.04%), dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 344 sampel (39.96%), terdiri dari Benzoat 10 sampel, Siklamat 93 sampel , Sakarin 29 sampel, Rhodamin B 85 sampel, Amaranth 3 sampel, Methanyl yellow 2 sampel , Boraks 34 sampel , Formalin 7 sampel , ALT 60 sampel, MPN Coliform 48 sampel, Kapang/kamir 32 sampel, E.coli 32 sampel, Salmonella thypii 12 sampel, Staphylococcus aureus 12 sampel, dan Vibrio cholerae 2 sampel.
BTP dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam
jangka panjang. Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala
yang sangat umum seperti pusing dan mual, karenanya Joint Expert Committee on Food
Additives (JECFA) Standar ini juga diadopsi oleh Badan POM dan Departemen
Kesehatan RI melalui Peraturan Menkes No. 722/Menkes/Per/IX/1998 yang mengatur
dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan.
Fungsi bahan tambahan pangan
Memperoleh bentuk, rupa, konsistensi, dan rasa yang menarik.
Tidak untuk tujuan menutupi mutu yang rendah atau untuk pemalsuan/ penipuan.
Bahan tambahan pangan
yang sering digunakan
1. Pewarna2. Pemanis3. Pengawet4. Penyedap rasa Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 Jenis bahan penyedap yaitu
(1) Penyedap alami terdiri; a). dari bumbu alami, herbal,
dan daun b). Minyak esensial dan
turunannyac). Oleoresind). Isolat penyedape). Penyedap dari sari buahf). Ekstra tanaman atau hewan.
(2) Penyedap sintesis5. Bahan Pengemas
1.3.5 Akses Terhadap Informasi
Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau lainnya. Media massa dapat memicu respon yang berdampak pada tindakan nyata seseorang. Namun pengaruh dari media massa sulit diidentifikasi karena banyak faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan. Media massa saja tidak dapat membuat perubahan perilaku yang bertahan dalam jangka panjang pada seseorang (Ewles & Simnet 1994),
Diskusi tatap muka penting dilakukan karena lebih efektif untuk membuat perubahan perilaku pada seseorang.
1.3.6 Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan
Menurut Skiner (1983) perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Namun, respon yang diberikan sangat tergantung dengan karakteristik individu masing-masing. Oleh karena itu, walaupun stimulus yang diberikan sama tetapi respon yang timbul pada setiap orang berbeda.
Faktor yang membedakan respon itu disebut determinan perilaku, diantaranya:1. Faktor internal meliputi karakteristik individu yang bersifat genetik.
2. Faktor esternal meliputi lingkungan
Perilaku terbagi dalam 3 dominan yaitu kognitif, efektif , dan psikomotor. Ketiga domain ini dapat dinilai dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan peraktek (practice).
1.4 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori dari Lawrence Green, perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku dibentuk oleh
Faktor Predisposisi Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Sikap
Faktor Pendorong Ketersediaan Fasilitas
Keterpaparan Informasi
Lingkungan
Faktor Pendukung Dukungan petugas kesehatan
Dukungan keluarga
Kebijakan pendukung
Perilaku
2.5 kerangka konsep
VARIABEL INDEPENDEN
FAKTOR PREDISPOSISI
Pengetahuan mengenai jajan sembarangan
Sikap terhadap kebiasaan anak jajan sembarangan
FAKTOR PENDORONG
Lingkungan
FAKTOR PENDORONG
Dukungan petugas kesehatan
VARIABEL DEPENDEN
PERILAKU JAJAN
SEMBARANGAN
2.5. Definisi Operasional
Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat
diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “Mengubah konsep-konsep yang berupa
konstruk” dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati
dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.
TABEL DEFINISI OPERASIONAL DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS AREA MASALAH
PERILAKU JAJAN SEMBARANGAN PADA ANAK KELUARGA BINAAN DAERAH KELUARGA BINAAN
DESA PANGKALAN, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Perilaku Jajan
Sembarangan
Sebuah tindakan atau aktivitas manusia
dalam hal membeli atau mengonsumsi
makanan jajanan, dimana seringkali
faktor kebersihan bahan maupun alat-
alat yang digunakan kurang
diperhatikan, yang biasanya dijajakan
di tempat umum seperti area
permukiman, pusat perbelanjaan,
terminal, pasar, sekolah atau dijajakan
secara berkeliling serta cara
mendapatkannya dilakukan dengan
tidak pilih-pilh, tidak pandang
memandang atau asal saja.
Kuesioner Wawancara Nilai tertinggi= 8
7-8 poin : Baik
0-6 poin : Kurang Baik
Ordinal
1. Perilaku Jajan
Sembarangan
Sebuah tindakan atau aktivitas manusia
dalam hal membeli atau mengonsumsi
makanan jajanan, dimana seringkali
faktor kebersihan bahan maupun alat-alat
yang digunakan kurang diperhatikan,
yang biasanya dijajakan di tempat umum
seperti area permukiman, pusat
perbelanjaan, terminal, pasar, sekolah
atau dijajakan secara berkeliling serta cara
mendapatkannya dilakukan dengan tidak
pilih-pilh, tidak pandang memandang atau
asal saja.
Kuesioner Wawancara Nilai tertinggi= 8
7-8 poin : Baik
0-6 poin : Kurang Baik
Ordinal
2. Pengetahuan Hasil dari tahu terbentuk setelah
seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu, dalam hal
ini adalah perilaku jajan sembarangan,
beserta bahayanya dan macam-macam
jajan sembarangan, tempat jajan
sembarangan.
Kuesioner Wawancara Nilai tertinggi= 8
8 poin : Baik
4-6 poin : Cukup
0-2 poin : Buruk
Ordinal
3. Sikap Pandangan atau perasaan yang disertai
dengan kecendurangan terhadap jajan
sembarangan, seperti upaya orang tua,
sekolah dan sebagainya dalam hal
mencegah jajan sembarangan.
Kuesioner Wawancara Nilai tertinggi = 20
13-20 poin : Baik
7-12 poin : Kurang
0-6 poin : Buruk
Ordinal
4. Lingkungan Pengaruh lingkungan sekitar dari teman
pergaulan, tempat tinggal dan keluarga
yang mempengaruhi perilaku jajan
sembarangan
Kuesioner Wawancara Nilai tertinggi = 6
4-6 poin : Baik
0-3 poin : Buruk
Ordinal
5. Petugas Kesehatan Petugas yang melakukan penyuluhan
mengenai jajan sembarangan dan yang
melakukan pemeriksaan jajanan yang
sering dijual di lingkungan sekitar rumah
Kuesioner Wawancara Nilai tertinggi = 4
4 poin : Baik
0-2 poin : Buruk
Ordinal
BAB III
Metode Penelitian
Populasi
Sample
Responden
Jenis dan Sumber
Data
METODE PENELITIAN
Menurut (Arikunto, 2002), metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, seperti wawancara, observasi, tes maupun dokumentasi.
Tujuan umum dari pengumpulan data yaitu untuk memecahkan masalah, langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.
POPULASI Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memilki karakter dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan (Sugiyono, 2008).
SAMPLE
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).
RESPONDEN
Responden adalah sebagian sampel yang mau berpartisipasi pada penelitian ini diambil dari penelitian langsung dengan melakukan wawancara dengan keluarga binaan dan pengumpulan data dengan kuesioner.Dalam menentukan responden terdapat 2 kriteria. Antara lain :
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria Responden
Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi
JENIS DATA
Data Kualitatif
Data yang berbentuk kata-kata bukan dalam bentuk angka yang didapat melalui berbagai macam teknik pengumpulan data seperti wawancara, analisis, observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan.
Data Kuantitatif
Data yang berbentuk angka atau bilangan. Data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.
Data Kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi dua:
1. Data diskrit
2. Data kontinum
SUMBER DATA
Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer
2. Data Sekunder
PENENTUAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah
METODE ANGKET ATAU KUESIONER (QUESTIONNAIRE)
Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan.
Macam – Macam Kuesioner
1. Kuesioner tertutup
2. Kuesioner terbuka
3. Kuesioner kombinasi
4. Kuesioner semi terbuka
METODE WAWANCARA
Tujuan dalam melakukan wawancara yaitu untuk dapat melakukan pendekatan secara holistik terlebih dahulu.
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen atau alat penelitian adalah kuesioner yang berisikan 18 pertanyaan yang terdiri dari 4 pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan orangtua, 5 pertanyaan untuk mengetahui sikap orangtua, 4 pertanyaan untuk mengetahui perilaku orangtua, 3 pertanyaan untuk mengetahui lingkungan, 2 pertanyaan untuk mengetahui perilaku petugas kesehatan.
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Pengolahan data dilakukan dengan komputer, program Microsoft Word dan Microsoft Excel yang di edit secara manual dan disajikan dalam bentuk table dan grafik. Sedangkan analisis penilaian berbagai macam penyakit utama yang dapat disebabkan oleh kebiasaan jajan sembarangan pada anak berdasarkan jawaban yang diberikan responden dengan menggunakan skala pengukuran.
top related