pleno a6 blok 23
Post on 11-Dec-2015
60 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Kalazion Pada Mata Kanan
A6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
Telp. (021) 5605140 Fax. 021-5631731
Pendahuluan
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea
dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna
untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui
punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari
yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi maupun masalah struktur seperti
ektropion, entropion dan blepharitis. Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar
Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi
ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut.1
Skenario 6
Seorang laki-laki 25 tahun datang ke poli umum dengan keluhan benjolan pada kelopak
mata kanan atas sejak 3 minggu yang lalu, tidak disertai nyeri, dan kotoran mata serta kelopak
mata tidak merah. Pada pemeriksaan fisik: compos mentis, tanda vital dalam batas normal. Status
oftalmologis: Visus ODS 20/30 PH 20/20, pada palpebra superior OD teraba massa 10 mm x 5
mm, kenyal, tidak nyeri, OS dalam batas normal.
Identifikasi istilah yang tidak diketahui
- (tidak ada)
Rumusan Masalah
Benjolan pada kelopak mata kanan atas sejak 3 minggu yang lalu sebesar 10 x 5mm.
1
Hipotesis
Laki-laki 25 tahun dgn benjolan pd kelopak mata kanan atas sejak 3 minggu yang lalu sebesar
10x5mm menderita kalazion.
Anatomi palpebra
Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang tipis, sedangkan
di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Konjungtiva
tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak.
Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran
mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin. Pada kelopak terdapat bagian-
bagian berupa kelenjar-kelenjar dan otot. Kelenjar yang terdapat pada kelopak mata di antaranya
adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjar
Meibom pada tarsus yang bermuara pada margo palpebra.2
Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah M. Orbikularis Okuli dan M. Levator
Palpebra. Palpebra diperdarahi oleh Arteri Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas
berasal dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh cabang ke II n.
V. Pada kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjar dan otot. Kelenjar yang terdapat pada
kelopak mata di antaranya adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeiss pada
pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus yang bermuara pada margo palpebra.
Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah M.orbikularis okuli dan M.levator palpebra.
Palpebra diperdarahi oleh arteri palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas berasal dari
ramus frontal N. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh cabang ke II N. V.2
Peran kelopak mata adalah sebagai berikut :2
1. Sebagai proteksi dengan adanya refleks menutup kelopak
a. Terhadap rangsangan di kornea
b. Terhadap cahaya yang menyilaukan
c. Terhadap objek yang bergerak ke arah mata
2
2. Saat tidur terdapat kontraksi tonis m. orbikularis, sehingga kelopak menutup dan akan
melindungi kornea dari kekeringan
3. Saat berjagapun terjadi kedipan spontan untuk menjaga kornea tetap licin dan
meratakan air mata.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian: 2
1. Kelenjar :
a. Kelenjar Sebasea
b. Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat
c. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan juga
menghasilkan sebum
d. Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini
menghasilkan sebum (minyak).
2. Otot-otot Palpebra:2
a. M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit
kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut
sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N.
Fasialis.
b. M. Levator Palpebra
Berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan
sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot ini
dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka
mata.1
3. Di dalam kelopak mata terdapat: 2
a. Tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom
yang bermuara pada margo palpebra.
b. Septum Orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
c. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran
pembukaan rongga orbita. Tarsus (tediri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan
3
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak mata atas dan 20 buah
di kelopak bawah).
d. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebrae.
e. Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal N. V, sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V (N. V2).
Gerakan palpebra :2
1. Menutup Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N.VII) dan relaksasi M. Levator Palpebra
superior. M. Riolani menahan bgn belakang palpebra terhadap dorongan bola mata.
2. Membuka Kontraksi M. Levator Palpebra Superior (N.III). M. Muller
mempertahankan mata agar tetap terbuka.
3. Proses Berkedip (Blink): Refleks (didahului oleh stimuli) dan Spontan (tidak didahului
oleh stimuli) Kontraksi M. Orbikularis Okuli Pars Palpebra.
Gambar 1. Anatomi kelopak mata
Anamnesis
Anamnesis merupakan bagian yang terpenting untuk mengetahui riwayat pasien yang
lengkap, riwayat medis, riwayat sosial (lingkungan), dan riwayat pemakaian obat. Pada
anamnesis apabila pasien masih dapat memberi respon terhadap lingkungan, kita dapat
melakukan anamnesis secara langsung (autoanamnesis). Sedangkan apabila pasien dalam
keadaan terjadi penurunan kesadaran, kita dapat melakukan anamesis terhadap orang terdekat
pasien (alloamanesis).3
4
Identitas diri harus ditanayakan sebagai alat rekam medis yang berguna untuk keperluan
mendatang. Keluhaan utama pasien adalah hal yang paling penting. Karena dianggap menjadi
alasan pasien datang untuk memeriksa. Pada kasus ini kita mendapatkan pasien dengan keluhan
berupa benjolan pada kelopak mata kanan atas. Hal selanjutnya yang perlu kita tanyakan adalah
riwayat penyakit sekarang pasien, yang berhubungan dengan keluhan pasien tadi. Kita bisa
menanyakan tentang onset timbulnya benjolan tersebut, lokasi, konsistensinya, tanda-tanda
peradangan (bengkak, hangat, nyeri, merah dan penurunan fungsi), pus, rasa gatal, kotoran pada
mata, krusta pada kelopak mata, ada tidaknya lesi. Aktivitas sebelum terjadinya benjolan.
Penanganan sebelumnya. Keluhan tambahan juga perlu ditanyakan, untuk mengetahui ada
penyakit lain yang menyertai atau tidak.3 Pada kasus kita mendapatkan; pasien sakit sejak tiga
minggu yang lalu, benjolan tidak disertai nyeri, kelopak mata tidak merah dan tidak ada kotoran
mata.
Riwayat penyakit dahulu juga perlu ditanyakan, misalnya riwayat benjolan yang
berulang, atau mungkin punya penyakit kronik. Riwayat penyakit keluarga juga perlu ditanyakan
untuk mengetahui kemungkinan penyakit pasien bersifat genetik. Riwayat sosial juga perlu
diketahui, bagaimana lingkungan tempat tinggal, rumah, pola hidup. Riwayat alergi obat-obatan
juga perlu ditanyakan, yang mana hal ini penting dalam pengobatan pasien ke depan.3
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi mata sendiri dibedakan menjadi inspeksi mata luar dan dalam dengan
menggunakan funduskopi, namun untuk kasus kalazion yang lebih ditekankan adalah inspeksi
mata luar. Dalam inspeksi mata luar perlu diperhatikan apakah ada lesi kulit, pertumbuhan
jaringan yang salah, tanda-tanda radang seperti pembengkakkan, eritema, panas dan nyeri tekan
dengan palpasi. Pasien melihat lurus ke depan maka pinggir palpebra atas akan menutupi limbus
atas (pinggir kornea) selebar 1 – 2 mm. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan segmen anterior
mata yang meliputi: 4
a) Palpebra
Dilakukan pemeriksaan dengan inspeksi dari segi :
posisi : entropion, ektopion
5
kulit : dermatochalazia, distichiasis
bulu mata : trichiasis, distichiasis
lakrimal : eversi punctum, enophthalmos
b) Konjungtiva
Dilakukan pemeriksaan fornix bawah dan eversi kelopak atas dengan cotton buds. Kelainan yang
bisa ada : pigmentasi, subconjungtiva hemorrhage, foreign body, merah, anemis.
c) Kornea
Normalnya jernih. Dilihat sama ada mempunyai kelainan : edema, sikatrik, foreign body, erosi,
laserasi, arcus senilis.
d) Camera oculi anterior (COA)
Disuluh dengan senter/penlight dari arah oblique untuk mengetahui sama ada COA
pasien dangkal atau dalam. Sekiranya terbentuk bayang : COA dangkal, jika tiada sebarang
bayang, COA dalam.
e) Iris dan pupil
Disinari dengan sinar langsung, dan diamati mata yang disinari. Diperiksa :
ukuran : 2-3 mm, miosis, dilatasi
bentuk : bundar, lonjong, irregular
reaksi cahaya : direk-konsensual (+ +) (+ -) (- -).
f) Lensa mata
Normalnya jernih. Kekeruhan lensa mata disebut katarak, kelainan lensa mata bisa terjadi
luksasio atau subluksasio lensa. Dilakukan Shadow Test yaitu test khas untuk pasien yang diduga
menderita katarak dengan disuluh cahaya ke arah lensa mata. Shadow Test (+) pada immature
cataract dan (-) pada mature cataract.
Palpasi palpebra juga perlu dilakukan bila terjadi pembengkakkan pada palpebra, dimana
kita harus menilai konsistensi, nyeri, ukuran dan apakah benjolan tersebut dapat digerakkan atau
6
tidak. Dari hasil pemeriksaan mata secara inspeksi dan palpasi ditemukan benjolan tersebut
terdapat pada palpebra superior oculo dextra dengan ukuran 10 mm x 5 mm, berkonsistensi
kenyal, tidak nyeri.4
Pemeriksaan Visus
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kacamata. Untuk
mengetahui ketajaman penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila
penglihatan kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat
jumlah jari (finger counting), lambaian tangan (hand movement) atau proyeksi sinar. Setiap mata
diperiksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan terlebih dahulu kemudian kiri
baru mencatatnya. Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat
kemampuan mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu Snellen.
Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan normal. Pada
keadaan ini, mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang seharusnya dapat dilihat pada
jarak tersebut.2
Pemeriksaan visus sebaiknya dilakukan pada jarak 6 meter, karena pada jaarak ini mata
akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Biasanya pasien akan
diminta duduk dan di hadapannya diberikan papan tulisan huruf (papan Snellen) 6 meter di
depan. Pasien akan diminta untuk membaca tulisan dari atas (terbesar) hingga tulisan terbawah
yang bisa dibaca. Masing-masing tulisan memiliki nilai visus atau ketajaman mata. Misalnya bila
pasien bisa membaca tulisan teratas, maka ketajaman mata adalah 6/60. Pemeriksaan dilanjutkan
hingga tulisan terkecil yang dapat dibaca. Setelah diketahui nilai visus, pasien biasanya akan
diberikan kacamata periksa, dimana lensanya dapat digonta-ganti. Tujuannya adalah agar mata
dapat dengan baik membaca tulisan terbawah dalam papan Snellen dengan visus 6/6. Ketajaman
6/6 adalah ketajaman terbaik.2
Bila seseorang diragukan apakah penglihatannya berkurang akibat kelainan refraksi,
maka dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada
kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang
dengan diletakkannya pinhole di depan mata berarti ada kelainan pada media refraksi yang
mengakibatkan visus menurun.2
7
Gambar 2: Snellen Chart
Finger counting test
Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji
hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. Bila pasien hanya
dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka
dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60,
yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.5
Hand movement test
Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih buruk
daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 1 meter,
berarti visus adalah 1/300.5
Light projection test
Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat
lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat
8
adanya sinar pada jarak tidak berhingga. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya
sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total. Visus dan penglihatan kurang
dibagi dalam tujuh kategori. 5
Pemeriksaan Segmen Posterior (Funduskopi)
Oftalmoskop merupakan alat untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.
Pemeriksaan dengan oftalmoskop dinamakan funduskopi. Funduskopi dibedakan dalam
funduskopi indirek dan direk.2 Funduskopi dilakukan dengan tujuan menentukan adanya miopi,
hipermetropi, atau emetropi; pengamatan retina dan pengamatan papil nervus optik. Perhatikan
posisi atau sikap pasien dan pemeriksa serta kondisi opthalmoskop. Pasien dapat periksa dengan
posisi duduk atau berbaring. Periksa terlebih dahulu lampu dan baterai opthalmoscop baik dan
lensa yang ditempatkan diantara lubang pengintai dan lubang penyorot adalah berdioptri nol bila
pasien emetrop (normal). Sebelum dilakukan pemeriksaan funduskopi kamar periksa digelapkan
terlebih dahulu. 4,6
Pemeriksa memegang optalmoskop dengan tangan dominan. Tangan yang lainnya
diletakkan diatas dahi pasien dengan tujuan sebagai fiksasi terhadap kepala pasien. Kemudian si
pemeriksa menyandarkan dahinya pada tangan yang memegang dahi pasien, sehingga mata
pasien dan mata pemeriksa berhadapan satu sama lain. Selanjutnya pemeriksa menempatkan tepi
atas teropong optalmoskop dengan lubang pengintai diatas alis. Setelah lampu oftalmoskop
dinyalakan, pemeriksa mengarahkan sinar lampu itu ke pupil pasien. Selama funduskopi
dilakukan, pasien diminta untuk mengarahkan pandangan matanya jauh kedepan. Bila pandangan
itu diarahkan ke sinar lampu, sinar lampu akan dipantulkan oleh fovea sentralis ke lubang
teropong dan fundus mata sukar mata sukar terlihat. 4, 6
Pemeriksaan Lapang Pandang (Tes Konfrontasi)
Tes konfrontasi dengan menggunakan tangan pemeriksa dan teknik paling mudah. Dalam
tes ini pasien duduk atau berdiri kurang lebih jarak 1 meter dengan pemeriksa. Jika kita hendak
memeriksa mata kanan maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan tangannya
pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri
pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan pasien. Setelah pemeriksa
9
menggerakkan jari tangannya dibidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien dan gerakan
dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai melihat gerakan jari – jari pemeriksa , ia
harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah iapun telah melihatnya.
Bila sekiranya ada gangguan lapang pandang (visual field) maka pemeriksa akan lebih dahulu
melihat gerakan tersebut. Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua arah dan masing masing
mata harus diperiksa.4, 6
Pemeriksaan Tonometri
Tonometri adalah suatu tindakan untuk melakukan pemeriksaan tekanan intraocular
dengan alat yang disebut tonometer. Tanpa alat dapat juga ditentukan tekanan bola mata dengan
cara tonometri digital atau dengan jari. Dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan reaksi
lenturan bola mata, dilakukan penekanan bergantian dengan kedua jari tangan. Yang dilakukan
adalah menekan sklera dan merasakan daya membulat kembali sklera pada saat jari dilepaskan
tekanannya. Tekanan bola mata dengan cara digital dinyatakan dengan tanda N+1, N+2, N+3
dan sebaliknya N-1 dan seterusnya. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum atau
spesialis mata. Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap orang berusia di
atas 20 tahun pada saat pemeriksaan fisik medik secara rutin maupun umum.2
Pemeriksaan Penunjang
Temuan klinis dan respon terhadap terapi pada pasien kalazion biasanya spesifik. Materi
yang diperoleh dari kalazion menunjukkan campuran sel-sel inflamasi akut dan kronik. Analisis
lipid memberikan hasil asam lemak dengan rantai karbon panjang. Kultur bakteri biasanya
negatif, tapi Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, atau organisme komensal kulit
lainnya bisa ditemukan. Propionibacterium acnes mungkin ada di dalam isi kelenjar Pencitraan
fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat menunjukkan dilatasi abnormal dan
akumulasi lipid pada permukaan lempeng tarsal palpebra yang dieversi. Kadang saluran kelenjar
Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan
pemeriksaan biopsy/histopatologis.1
Pemeriksaan histopatologi (biopsi) dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga
dicurigai keganasan karena tampilan karsinoma kelenjar Meibom dapat mirip tampilan kalazion.
10
Pemeriksaan laboratorium jarang diminta, tetapi pemeriksaan histologis menunjukkan proliferasi
endotel asinus dan respons radang granulomatosa yang melibatkan sel-sel kelenjar Langerhans.7
Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif terhadap steroid,
termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai histiosit, sel-sel raksasa multinuklear, sel
plasma, leukosit PMN, dan eosinofil. Kalazion merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah
infeksi kelopak mata seperti hordeolum dan selulitis preseptal, atau mungkin berkembang dari
retensi sekresi kelenjar Meibom.8
Working Diagnosis
Kalazion
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada
kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan
peradangan kronis kelenjar tersebut. Kalazion umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat
yang tidak terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu. Awalnya dapat berupa radang
ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dari hordeolum karena tidak ada
tanda-tanda radang akut. Kebanyakan kalazion mengarah ke permukaan konjungtiva, yang
mungkin sedikit memerah atau meninggi Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan
pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan dan adanya pseudoptosis. Kalazion biasanya
membaik dalam 6 bulan. Kelenjar preurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan
perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata
tersebut. Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi. Jika
lesi tetap berlanjut, dapat dilakukan insisi dan kuretase dari permukaan konjungtiva.2
Jika cukup besar, sebuah kalazion dapat menekan bola mata dan menimbulkan
astigmatisme. Jika cukup besar sehingga menganggu penglihatan atau menganggu secara
kosmetik, dianjurkan eksisi lesi. 3 Eksisi bedah dilakukan melalui insisi vertikal ke dalam
kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel
kelenjarnya dengan hati-hati. Penyuntikan steroid intralesi saja mungkin bermanfaat untuk lesi
kecil, tindakan ini dikombinasikan dengan tindakan bedah pada kasus-kasus yang sulit. 2
Etiologi
11
Kalazion merupakan suatu penyakit idiopatik, dimana penyebabnya tidak diketahui
secara pasti. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, dimana jumlah
kelenjar Meibom lebih banyak daripada di palpebra inferior. Penebalan dari saluran
kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. 9
Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan
keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih
berminyak. Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom. Kalazion
mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari
hordeolum internum. Adapun faktor-faktor yang mempermudah terjadinya kalazion adalah
infeksi bakteri yang ringan pada kelenjar meibom, pengaruh hormonal seseorang, dan
berhubungan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea. Higiene yang buruk pada
palpebra dan faktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya kalazion.9
Epidemiologi
Kalazion bisa terjadi pada semua usia. Kalazion dapat ditemukan hampir diseluruh
bagian bumi, namun tidak ada data studi kalazion lebih jauh sehingga tidak ditemukan data
epidemiologi yang baik. Secara global tidak ada data yang tepat tentang insiden atau prevalensi
kalazion. Hubungan antara insiden kalazion dengan ras juga belum diketahui. Laki-laki dan
perempuan memiliki rasio yang sama untuk menderita kalazion. Kalazion terjadi pada semua
umur, namun lebih sering terjadi pada dewasa dibandingkan dengan anak-anak; sementara pada
umur yang ekstrim (remaja belasan tahun atau wanita usia lebih dari 35 tahun) sangat jarang,
kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon androgen
dapat meningkatkan sekresi sabaseous dan viskositas sehingga dapat menjelaskan terjadinya
penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.10
Patofisiologi
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena
enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Produk-produk
hasil pemecahan lipid (lemak) mengalami kerusakan yang mengakibatkan tertahannya sekresi
12
kelenjar, mungkin dari enzim-enzim bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami
kebocoran dari jalur sekresinya memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya
respon inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara chalazion dengan
hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul),
walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya.5
Hal ini dapat membedakan kalazion dari hordeolum, yang merupakan reaksi radang
akut dengan leukosit PMN dan nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian,
hordeolum dapat menyebabkan terbentuknya kalazion, dan sebaliknya Secara klinik, nodul
tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal.
Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.5
Kelenjar meibom yang berjumlah 40 buah pada bagian palpebra atas dan 20 buah pada
palpebra bawah merupakan kelenjar yang menghasilkan minyak yang dikeluarkan bersama air
mata untuk membasahi dan melicinkan mata agar mata terlindungi dari benda asing dan mata
tidak kering yang disebut sebum. Sebum ini dikeluarkan bersama-sama dengan air mata melalui
salurannya yang berukuran kecil yang berada di sekitar bulu mata. Kalazion sendiri merupakan
pembesaran dari kelenjar meibom yang sering terjadi karena adanya sumbatan dari pada saluran
keluar atau bisa juga terjadi karena sebum yang dihasilkan oleh kelenjar Meibom terlalu kental
dan tidak dapat dikeluarkan. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya pembesaran dari kelenjar
Meibom yang kemudian terbentuklah kalazion.5
Kalazion juga dapat pecah dan melepaskan sebumnya keluar ke jaringan sekitar yang
kemudian mengakibatkan terjadinya perangsangan sel-sel radang granulomatosa. Peradangan
granulomatousa ini berbeda dengan peradangan yang terjadi pada hordeolum, dimana pada
kalazion peradangannya berlangsung secara perlahan dan tidak menghasilkan pus dalam jumlah
besar, sehingga dari gejala klinis juga tidak didapatkan nyeri tekan pada kalazion.5
Gejala Klinis
Awalnya, pasien datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru
ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Setelah
beberapa hari, gejala-gejala awal hilang, tanpa rasa sakit, tumbuh lambat, benjolan tegas dalam
kelopak mata. Kulit di atas benjolan dapat digerakkan secara longgar. Seringkali terdapat riwayat
13
keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh
pada individu-individu tertentu.2
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom
terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga
dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada
kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya
hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak.2
Benjolan pada kelopak mata yang terjadi dalam beberapa minggu, tidak hiperemis dan
tidak ada nyeri tekan. Biasanya terjadi pseudoptosis, kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. Gejala
lainnya antara lain konjungtiva pada daerah tersebut kemerahan dan meninggi. Awalnya, gejala
kalazion mungkin menyerupai hordeolum. Setelah beberapa hari, gejala-gejala awal hilang,
tanpa rasa sakit, tumbuh lambat, benjolan tegas dalam kelopak mata. Kulit di atas benjolan dapat
digerakkan secara longgar. Biasanya membaik dalam 6 bulan.2
Gambar 3. Kalazion pada palpebra inferior
Diagnosis Banding
Hordeolum
Hordeolum muncul berupa pembengkakan, indurasi, dan drainase purulen pada atau di
dekat kelopak mata. Hordeolum cenderung mengarahkan dan mengalirkan pus ke arah luar.1
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum yang biasanya
merupakan infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak biasanya sembuh sendiri dan
dapat diberi hanya kompres hangat. Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum.
14
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum
merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum merupakan suatu
abses di dalam kelenjar tersebut. Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan
mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar Zeis atau
Moll akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum
eksternum nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Hordeolum internum atau radang kelenjar
Meibom memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum.2
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga
sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preaurikel biasanya turut membesar.
Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. Untuk mempercepat
peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai
nanah keluar. Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi
antibiotik lokal terutama bila berbakat untuk rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar
preurikel. Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin
4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin.2
Bila terdapat infeksi Staphylococcus di bagian tubuh lain, maka sebaiknya diobati juga
bersama-sama. Pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada
hordeolum internum dan hordeolum eksternum kadang-kadang perlu dilakukan insisi pada
daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang
merupakan radang jaringan ikat palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra. Setelah
dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang, di dalam
kantongnya dan diberi salep antibiotik.2
Gambar 4. Hordeolum internum
15
Meibomianitis
Meibomianitis merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda
peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis adalah peradangan pada kelenjar
meibom.2 Kelenjar ini memiliki muara yang kecil untuk melepaskan minyak ke tepi palpebra.
Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah
dari dalamnya berulang kali disertai antibiotik lokal. Etiologi dari meibomianitis adalah kondisi
yang meningkatkan kepekatan sekresi minyak dari kelenjar meibom akan memungkinkan
minyak yang berlebih untuk berkumpul dan meningkatkan pertumbuhan bakteri. Sekresi minyak
berlebih dan menebal dapat disebabkan oleh alergi, perubahan hormon atau kondisi kulit seperti
rosacea. Meibomianitis sering dikaitkan dengan blepharitis, yang dapat menyebabkan akumulasi
krusta pada kelopak mata.11
Gejala meibomianitis : 11
Bengkak pada batas kelopak mata.
Penglihatan sedikit kabur karena minyak berlebih pada air mata, yang akan berkurang
dengan berkedip.
Iritasi dan pengeluaran air mata.
Hordeolum yang terjadi berulang.
Gambar 5. Meibomianitis
Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal dan sel skuamosa palpebra adalah tumor ganas mata paling umum.
Tumor-tumor ini paling sering terdapat pada orang berkulit terang yang terpajan sinar matahari
16
secara kronik. 95% karsinoma palpebra berjenis sel basal. Sisa 5% terdiri atas karsinoma sel
skuamosa, karsinoma kelenjar Meibom dan tumor-tumor lain yang jarang seperti karsinoma
kelenjar keringat. Karsinoma sel basal merupakan bentuk tumor ganas tersering. 10% kasus
timbul di kelopak mata dan mencakup 90% dari keganasan kelopak mata. Tumor ini berkembang
lambat, invasif lokal, tidak bermetastasis. Pasien datang dengan lesi tidak nyeri pada kelopak
mata yang dapat nodular, sklerosis dan ulseratif (yang disebut dengan ulkus roden). Lesi ini
memiliki batas khas berwarna putih pucat seperti mutiara.7
Karsinoma sel basal umumnya tumbuh lambat dan tanpa nyeri, berupa nodul yang bisa
berulkus. Karsinoma ini menyusup ke jaringan sekitar secara perlahan, tetapi tidak bermetastasis.
Satu jenis yang jarang, karsinoma sel basal morphea atau bersklerosis cenderung meluas
perlahan-lahan sehingga menjadi lebih sulit untuk diekstirpasi seluruhnya. Tergantung dari
letaknya, karsinoma sel basal dapat menimbulkan ektropion, entropion, retraksi atau lekukan
pada palpebra atau tidak adanya bulu mata.7
Biopsi penting untuk mengkonfirmasi karsinoma sel basal. Biopsi insisi onal dapat
digunakan untuk konfirmasi tumor yang diduga merupakan keganasan. Bagian yang dilakukan
biopsi harus difoto atau digambar karena bagian tersebut dapat sembuh dengan baik sehingga
lokasi asal tumor sulit ditentukan untuk pengangkatan tumor.7
Penatalaksaan
Medikamentosa
Terapi dengan pengobatan jarang diperlukan, kecuali pada rosasea, mungkin dapat
diberikan tertrasiklin dosis rendah selama enam bulan. Dosisnya adalah doksisiklin tablet 100
mg/minggu selama 6 bulan mungkin dapat menimbulkan perubahan biokimiawi, yaitu
pembentukan asam lemak rantai pendek yang dibandingkan dengan produksi asam lemak rantai
panjang lebih jarang menimbulkan sumbatan pada mulut kelenjar. Meskipun nampak bernanah,
antibiotik topikal tidak berguna pada kondisi ini, karena kalazion tidak infeksius. Tetrasiklin
sistemik dapat berguna. Namun pemberian tetes mata lokal malah akan dapat menyebabkan
dermatitis kontak daripada membantu. Steroid topikal dapat sangat membantu untuk mengurangi
peradangan dan mengurangi edema, membantu proses drainase.11
17
Antibiotik, tidak memiliki indikasi untuk pengobatan infeksinya. Efek yang signifikan
dapat diperoleh dengan pemberian jangka panjang tetrasiklin dosis rendah. Kortikosteroid,
memiliki sifat anti inflamasi namun dapat menyebabkan efek sistemik.12
Non Medikamentosa
Kompres air hangat selama 10-15 menit pada bagian palpebra yang terdapat kalazion
dapat mempercepat penyembuhan. Dengan kompres air hangat akan meningkatkan
sirkulasi ke daerah kalazion dan dapat memecahkan sebum yang menggumpal pada
kelenjar meibom. Kompres hangat dilakukan empat kali sehari untuk mengurangi
pembengkakan dan memudahkan drainase kelenjar.
Beberapa ahli menganjurkan pembersihan harian tepi kelopak mata, baik dengan
menggunakan shampoo bayi dan air pada kain basah atau cotton bud pada tepi kelopak
mata pada saat mata tertutup.
Jika pembengkakan tidak berakhir dalam beberapa minggu atau muncul gejala
penglihatan kabur, dokter mata akan menyarankan operasi untuk mengangkat kalazion.
Jika penampilan kalazion mengganggu pasien, operasi juga akan menjadi indikasi.
Eksisi bedah dapat dilakukan untuk kalazion yang tidak sembuh sendiri atau lama
sembuh. Eksisi bedah dapat dilakukan baik melalui sayatan di bagian palpebra luar atau
dari palpebra dalam. Saat ini sayatan pada permukaan konjungtiva tarsal lebih sering
dilakukan untuk menghindari bekas sayatan yang membekas. Sayatan dilakukan secara
vertikal dalam kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva kemudian dilakukan kuretase
materi gelatinosa dan epitel kelenjar dengan hati-hati. Eksisi kelenjar chalazion tidak
akan mengakibatkan gangguan atau pengurangan pada produksi sebum air mata karena
terdapat 30-40 kelenjar meibom pada mata.10
Ekskokleasi Kalazion
Terlebih dahulu mata ditetes dengan anesthesia topikal pantokain. Obat anesthesia
infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion
dan kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi
tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion
dilepas dan diberi salep mata. Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan
18
pemasangan drain kalau perlu diberi antibiotik lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif
diberikan bila sangat diperlukan untuk rasa sakit.2
Komplikasi
Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan, trikiasis, dan
hilangnya bulu mata. Pada penderita kalazion dapat terjadi astigmatisma jika massa palpebra
mencapai bagian kornea. Kalazion yang didrainase secara tidak sempurna dapat megakibatkan
timbulnya massa besar terdiri dari jaringan granuloma yang jatuh ke konjungtiva atau kulit.
Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang sama meskipun
telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus dipertimbangkan adanya suatu
keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi langsung dengan potongan beku perlu
dilakukan. Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan. Sedangkan insisi
yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan jaringan parut.
Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya pigmentasi pada kulit.
Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra
okular.13
Prognosis
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali
timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang
baik. Kalazion yang tidak diobati dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi
peradangan akut intermiten. Terapi biasanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi,
drainase yang kurang adekuat mungkin mengikatkan lokal rekurensi ini. Bila terjadi kalazion
berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik untuk menghindari
kesalahan diagnosis dengan kemungkinan keganasan.7
Kesimpulan
Laki-laki 25 tahun dengan benjolan pada kelopak mata kanan tersebut menderita kalazion.
19
Daftar Pustaka
1. James B, Chew C, Bron A. Lecture notes oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta:
Erlangga;2007.h.18-22, 46-53.
2. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit FKUI;2010.h.16-27, 64-6, 89-
94.
3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;2007.h.35-7.
4. Bickley LS. Guide to physical examination dan history taking. 8 th ed. New York:
Lippincott;2003.h.332-5.
5. Saptoyo AM, Margrette FP. Ilmu penyakit mata. Jakarta: FK Ukrida;2011.h.13-5.
6. Stephen JM, William FG. Pathophysiology of eye disease: an introduction to clinical
medicine. Edisi ke-5. USA: Slack Incorporated;2008.h.549-66.
7. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum vaughan & asbury . Edisi ke-17.
Jakarta: EGC;2010. h.28-48, 78-88.
8. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. Abc of eyes. Edisi ke-4. London: BMJ Publishing
Group;2007.h.21-4.
9. Judith C, Murray L, Ahmad RM. The external eye : oxford handbook of clinical
specialties. Edisi ke-8. London: BMJ Publishing Group;2010.h.416-7.
10. Probst LE, Tsai JH. Ophthalmology clinical and surgical principles. USA: Slack
Incorporated;2011.h.150-2.
11. Lindstrom RL. The chicago eye and emergency manual. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers;2011.h.91-6.
12. Neal MJ. At a glance farmakologis medis. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga;2006.h.26-7.
13. Vinay K, Ramzi SC, Stanley R. Buku ajar patologi robbins. Edisi ke-7. Jakarta:
EGC;2007.h.833-5.
20
top related