perpajakan bagi bendahara
Post on 14-Apr-2017
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KUPANG, APRIL 2016
PERPAJAKANBAGI
BENDAHARA
GA
MB
AR
AN
UM
UM
PAJAKKontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009)
DEFINISI
KEW
AJI
BA
N
MENDAFTARKAN DIRI MENJADI WAJIB PAJAK
KEWAJIBAN PERPAJAKAN BAGI BENDAHARA PEMERINTAH
MELAKUKAN PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN PPh, PPN, DAN BEA METERAI
KEWAJIBAN PENYETORAN DAN PELAPORAN
KEW
AJI
BA
NMENDAFTARKAN DIRI
MENJADI WAJIB PAJAK
TEMPAT PENDAFTARANBendahara pemerintah wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang sesuai dengan tempat kedudukan unit kerja
TATA CARA PENDAFTARANmengisi formulir pendaftaran Wajib Pajak untuk Wajib Pajak bendahara yang tersedia di KPP dengan melampirkan fotokopi surat penunjukan sebagai bendahara dan Kartu Tanda Penduduk bendahara tersebutKPP menerbitkan NPWP yang terdiri dari 15 digit dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap
KEW
AJI
BA
NMELAKUKAN PEMOTONGAN
DAN/ATAU PEMUNGUTANPPh, PPN, DAN BEA METERAI
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT 2
PPN
BEA METERAI
PAJA
KPAJAK PENGHASILAN
PASAL 21
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
OBJEK PAJAK
BUKAN OBJEK PAJAK
TARIF
CONTOH PENGHITUNGAN
PPh
PASA
L 21
DASAR HUKUM
• UU NO 6 TAHUN 1983 STTD UU NO 16 TAHUN 2009• UU NO.7 TAHUN 1983 STTD UU NO 36 TAHUN 2008UU
• PP NO.45 TAHUN 1994 • PP NO.149 TAHUN 2000PP
• PERMENKEU NO.250/PMK.03/2008• PERMENKEU NO.252/PMK.03/2008• PERMENKEU NO.254/PMK.03/2008
PERMENKEU
• PERDIRJEN NO. PER-31/PJ/2009• PERDIRJEN NO. PER-32/PJ/2009• PERDIRJEN NO. PER-53/PJ/2009• PERDIRJEN NO. PER-31/PJ/2012
PERDIRJEN
PPh
PASA
L 21 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak luar negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan
PENGERTIAN(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-31/PJ/2012)
PPh
PASA
L 21 Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26 adalah orang pribadi yang merupakan:1. pegawai2. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya
3. bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa
4. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama
5. mantan pegawai6. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan
OBJEK PAJAK(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-31/PJ/2012)
PPh
PASA
L 21 Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26:1. pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain
dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
2. pejabat perwakilan organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
BUKAN OBJEK PAJAK(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-31/PJ/2012)
PPh
PASA
L 21 Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
adalah:1. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa
2. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah
3. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja
4. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan
5. beasiswa
BUKAN OBJEK PAJAK(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-31/PJ/2012)
PPh
PASA
L 21 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
TARIF WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
TARIF(PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-31/PJ/2012)
STATUSSEBELUM SEKARANG
PER TAHUN PER BULAN PER TAHUN PER BULAN
TK/0 24.300.000 2.025.000 36.000.000 3.000.000
K/0 – TK/1 26.325.000 2.193.750 39.000.000 3.250.000
K/1 – TK/2 28.350.000 2.362.500 42.000.000 3.500.000
K/2 – TK/3 30.375.000 2.531.250 45.000.000 3.750.000
K/3 32.400.000 2.700.000 48.000.000 4.000.000
PENGHASILAN KENA PAJAK(PKP) TARIF PAJAK
=< 50 juta 5%
>50 juta - 250 juta 15%
>250 juta - 500 juta 25%
>500 juta 30%
Tidak memiliki NPWP 20% lebih tinggi
PAJA
KPAJAK PENGHASILAN
PASAL 22
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
OBJEK PAJAK
BUKAN OBJEK PAJAK
TARIF
CONTOH PENGHITUNGAN
PPh
PASA
L 22
DASAR HUKUM
• UU NO 6 TAHUN 1983 STTD UU NO 16 TAHUN 2009• UU NO.7 TAHUN 1983 STTD UU NO 36 TAHUN 2008UU
• PERMENKEU NO.181/PMK.03/2007• PERMENKEU NO.184/PMK.03/2007• PERMENKEU NO.186/PMK.03/2007• PERMENKEU NO.190/PMK.03/2007• PERMENKEU NO.154/PMK.03/2010
PERMENKEU
• PERDIRJEN NO. PER-38/PJ/2009• PERDIRJEN NO. PER-53/PJ/2009• PERDIRJEN NO. PER-06/PJ/2013
PERDIRJEN
PPh
PASA
L 22 Pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 dilakukan
sehubungan dengan pembayaran atas pembelian barang oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak penyedia barangPemungutan PPh Pasal 22 dilakukan oleh:1. bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;
2. bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP);
3. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh KPA, untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS).
PENGERTIAN(BUKU MAHIR PAJAK 2013)
PPh
PASA
L 22
Pembayaran atas pembelian barangoleh Pemerintah kepada
Wajib Pajak penyedia barang
OBJEK PAJAK
PPh
PASA
L 22 Pemungutan PPh Pasal 22 atas belanja
barang tidak dilakukan apabila:1. pembelian barang dengan nilai maksimal
pembelian Rp2.000.000,00 dengan tidak dipecah-pecah dalam beberapa faktur
2. pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-benda pos
3. pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah)
BUKAN OBJEK PAJAK(BUKU MAHIR PAJAK 2013)
PPh
PASA
L 22
Besarnya PPh Pasal 22yang wajib dipungut
TARIF(BUKU MAHIR PAJAK 2013)
1,5% x harga beli (tidak termasuk PPN)
PPh
PASA
L 22
LINK >>>>>
CONTOH PENGHITUNGAN
PAJA
KPAJAK PENGHASILAN
PASAL 23
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
OBJEK PAJAK
BUKAN OBJEK PAJAK
TARIF
CONTOH PENGHITUNGAN
PPh
PASA
L 23
DASAR HUKUM
• UU NO 6 TAHUN 1983 STTD UU NO 16 TAHUN 2009• UU NO.7 TAHUN 1983 STTD UU NO 36 TAHUN 2008UU
• PERMENKEU NO.181/PMK.03/2007• PERMENKEU NO.184/PMK.03/2007• PERMENKEU NO.186/PMK.03/2007• PERMENKEU NO.190/PMK.03/2007• PERMENKEU NO.244/PMK.03/2008
PERMENKEU
• PERDIRJEN NO.PER-102/PJ/2006• PERDIRJEN NO.PER-53/PJ/2009PERDIRJEN
PPh
PASA
L 23 Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 23 atau PPh Pasal 23 adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang dibayarkan oleh bendahara kepada pihak lain
PENGERTIAN(BUKU MAHIR PAJAK 2013)
PPh
PASA
L 23 1. sewa dan penghasilan (PPh)
lain sehubungan dengan penggunaan harta, royalti, hadiah/penghargaan
2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain
OBJEK PAJAK(BUKU MAHIR PAJAK)
PPh
PASA
L 23 JASA LAIN YANG MENJADI OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 23 ANTARA
LAIN:1. Jasa penilai (appraisal)2. Jasa aktuaris3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan4. Jasa perancang (design)5. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara6. Jasa penebangan hutan7. Jasa pengolahan limbah8. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services )9. Jasa perantara dan/atau keagenan;10. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI11. Jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan;12. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
OBJEK PAJAK(BUKU MAHIR PAJAK)
PPh
PASA
L 23 JASA LAIN YANG MENJADI OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 23 ANTARA
LAIN:13. Jasa Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon,
air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
14. Jasa maklon15. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer16. Jasa pengepakan17. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar
ruang atau media lain untuk penyampaian informasi18. Jasa pembasmian hama19. Jasa kebersihan atau cleaning service20. Jasa catering atau tata boga
OBJEK PAJAK(BUKU MAHIR PAJAK)
PPh
PASA
L 23 1. PENGHASILAN YG DIBAYAR ATAU TERUTANG KPD BANK
2. SEWA YG DIBAYARKAN ATAU TERUTANG SEHUBUNGAN DGN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI
3. DEVIDEN ATAU BAGIAN LABA YG DITERIMA ATAU DIPEROLEH PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI WP DALAM NEGERI,KOPERASI, BUMN/D, DARI PENYERTAAN MODAL PADA BADAN USAHA YANG DIDIRIKAN DAN BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA DGN SYARAT : 1) DIVIDEN BERASAL DARI CADANGAN LABA YG DITAHAN DAN 2) BAGI PERSEROAN TERBATAS, BUMN/BUMDYG MENERIMA DIVIDEN, KEPEMILIKAN SAHAM PADA BADAN YG MEMBERIKAN DIVIDEN PALING RENDAH 25 PERSEN DARI JML MODAL YG DISETOR
4. BAGIAN LABA YG DITERIMA ATAU DIPEROLEH ANGGOTA DARI PERSEROAN KOMANDITER YG MODALNYA TDK TERBAGI ATAS SAHAM-SAHAM, PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMA DAN KONGSI
5. SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI YANG DIBAYARKAN KEPADA ANGGOTANYA
6. PENGHASILAN YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG KEPADA BADAN USAHA ATAS JASA KEUANGAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI PENYALUR PINJAMAN DAN/ATAU PEMBIAYAAN YANG DIATUR DENGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
BUKAN OBJEK PAJAK
27
TARIF DAN DASAR PEMOTONGANPPh PASAL 23
SEWA DAN
JASA LAINNYA
TARIF15 %
DASAR PEMOTONGAN
HADIAH DANPENGHARGAAN, DEVIDEN, BUNGA
DAN ROYALTI
TARIF2 %
JIKA REKANAN TDK MEMILIKI NPWP MAKATARIFNYA 100% LEBIH TINGGI
JUMLAH BRUTO
PPh
PASA
L 23
LINK >>>>>
CONTOH PENGHITUNGAN
PAJA
KPAJAK PENGHASILAN
PASAL 4 AYAT 2
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
OBJEK PAJAK
BUKAN OBJEK PAJAK
TARIF
CONTOH PENGHITUNGAN
PPh
PASA
L 4
AYAT
2 DASAR HUKUM
• UU NO 6 TAHUN 1983 STTD UU NO 16 TAHUN 2009• UU NO.7 TAHUN 1983 STTD UU NO 36 TAHUN 2008UU
• PP NO.132 TAHUN 2000 • PP NO.5 TAHUN 2002• PP NO.71 TAHUN 2008• PP NO.51 TAHUN 2008
PP
• PERMENKEU NO.187/PMK.03/2008• PERMENKEU NO.243PMK.03/2008• KEPMENKEU NO.120/KMK.03/2002
PER/KEPMENKEU
• PERDIRJEN NO.PER-102/PJ/2006• PERDIRJEN NO.PER-30/PJ/2009• PERDIRJEN NO.PER-53/PJ/2009
PERDIRJEN
PPh
PASA
L 4
AYAT
2
Pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan antara lain melalui pemotongan dan pemungutan pajak yang bersifat final atas penghasilan tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
PENGERTIAN(BUKU MAHIR PAJAK 2013)
PPh
PASA
L 4
AYAT
2
1. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, bangunan industri
2. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNANpengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati
3. JASA KONSTRUKSIkeseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain
OBJEK PAJAK
PPh
PASA
L 4
AYAT
2
Persewaan tanah dan/atau bangunan
Pengalihan hak atas tanahdan/atau bangunan
TARIF(BUKU MAHIR PAJAK 2013)
10% dari jumlah bruto nilai persewaan
5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
PPh
PASA
L 4
AYAT
2 TARIF(BUKU MAHIR PAJAK 2013)
JASA KONSTRUKSIPPh BERSIFAT FINAL
PELAKSANA KONSTRUKSI
MEMPUNYAI KUALIFIKASI
USAHA
KECIL
2%
SEDANG
3%
TIDAK MEMPUNYAI KUALIFIKASI
USAHA
4%
PERENCANA/PENGAWAS KONSTRUKSI
DENGAN KUALIFIKASI
YSAHA
4%
TANPA KUALIFIKASI
USAHA
6%
PPh
PASA
L 4
AYAT
2
LINK >>>>>
CONTOH PENGHITUNGAN
PAJA
KPPN
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
OBJEK PAJAK
BUKAN OBJEK PAJAK
TARIF
CONTOH PENGHITUNGAN
PPN
DASAR HUKUM
• UU NO.6 TAHUN 1983 STTD UU NO 28 TAHUN 2007• UU NO.8 TAHUN 1983 STTD UU NO 18 TAHUN 2000UU
• PP NO.143 TAHUN 2000 • PP NO.144 TAHUN 2000• PP NO.145 TAHUN 2000
PP
• KEPMENKEU NO.563/KMK.03/2003• KERMENKEU NO.371/KMK.03/2003• KERMENKEU NO.571/KMK.03/2003
PER/KEPMENKEU
• PERDIRJEN NO.PER-147/PJ./2006• PERDIRJEN NO.PER-38/PJ/2009PERDIRJEN
PPN
Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atas setiap transaksi
pembelian barang atau perolehan jasa dari pihak ketiga
PENGERTIAN
PPN
atas setiap transaksi pembelian barang dan perolehan jasa dari pihak
ketiga/rekanan yang dibayar oleh bendahara harus dipungut PPN
OBJEK PAJAK
PPN
beberapa transaksi pembelian barang dan perolehan jasa dari pihak ketiga yang tidak perlu dipungut PPN oleh bendahara yaitu:1. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah2. pembayaran untuk pembebasan tanah, kecuali pembayaran atas
penyerahan tanah oleh real estate atau industrial estate3. pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas Pajak Pertambahan Nilai tidak dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
4. pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan Bakar Minyak oleh PT Pertamina (Persero)
5. pembayaran atas rekening telepon;6. pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh
perusahaan penerbangan;7. pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang
menurut ketentuan perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
BUKAN OBJEK PAJAK
PPN
TARIF PPN = 10%
TARIF
PPh
PASA
L 23
LINK >>>>>
CONTOH PENGHITUNGAN
PAJA
KBEA METERAI
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
OBJEK PAJAK
BUKAN OBJEK PAJAK
TARIF
CONTOH PENGHITUNGAN
BEA
MET
ERA
IDASAR HUKUM
• UU NO.13 TAHUN 1985UU
• PP NO.24 TAHUN 2000PP
• PERMENKEU NO.55/PMK.02/2009• KEPMENKEU NO.133b/KMK.04/2000• KEPMENKEU NO.476/KMK.03/2002
PER/KEPMENKEU
• PERDIRJEN NO.PER-66/PJ./2010• KEPDIRJEN NO.KEP-122c/PJ/2000• KEPDIRJEN NO.KEP-122d/PJ/2000• KEPDIRJEN NO.KEP-02/PJ/2003
PER/KEPDIRJEN
BEA
MET
ERA
IBea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen berupa kertas yang menurut Undang-Undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai
PENGERTIAN
BEA
MET
ERA
I
Dokumen yang dikenai bea meterai antara lain adalah Dokumen yang berbentuk surat yang
memuat jumlah uang, seperti kuitansi, dan dokumen yang bersifat perdata, seperti dokumen perjanjian pembangunan gedung kantor dengan pengusaha jasa konstruksi dan dokumen kontrak pengadaan jasa tenaga kebersihan
OBJEK PAJAK
BEA
MET
ERA
IBEA METERAI TIDAK DIKENAKAN ATAS:1. Dokumen yang berupa:
a. surat penyimpanan barangb. konosemenc. surat angkutan penumpang dan barangd. keterangan pemindahan yang dituliskan di atas
dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c
e. bukti untuk pengiriman dan penerimaan barangf. surat pengiriman barang untuk dijual atas
tanggungan pengirimg. surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan
surat-surat sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai huruf f
BUKAN OBJEK PAJAK
BEA
MET
ERA
IBEA METERAI TIDAK DIKENAKAN ATAS:2. segala bentuk Ijazah3. tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu
4. tanda bukti penerimaan uang Negara dari kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan bank
5. kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintahan Daerah dan bank
6. tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi7. dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan
kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut
8. surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan Pegadaian9. tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan
dalam bentuk apapun
BUKAN OBJEK PAJAK
BEA
MET
ERA
IDASAR PENGHITUNGAN
(TARIF)NO OBJEK TARIF
1Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata
Rp6.000,00
2 akta-akta notaris termasuk salinannya. Rp6.000,00
3 akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya. Rp6.000,00
4 Surat yang memuat jumlah uang, seperti kuitansi, billing statement, dll:
a. 0 s.d. Rp250.000,00; -
b. Di atas Rp250.000,00 s.d. Rp1.000.000,00; Rp3.000,00
c. Di atas Rp1.000.000,00. Rp6.000,00
5 Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep. Rp6.000,00
6 Cek dan bilyet giro. Rp3.000,00
7 Efek atau sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun:
a. Harga nominal sampai dengan Rp1.000.000,00; Rp3.000,00
b. Harga nominal di atas Rp1.000.000,00. Rp6.000,00
8 Dokumen yang akan digunakan sebagai alatpembuktian di muka Pengadilan. Rp6.000,00
KEW
AJI
BA
N Kewajiban bendahara pemerintah selanjutnya adalah menyetorkan PPh dan/atau PPN ke Bank Persepsi/Kantor Pos penerima pembayaran dan melaporkan SPT Masa PPh dan/atau PPN ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak bendahara terdaftar sesuai batas waktu yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
KEWAJIBANPENYETORAN DAN PELAPORAN
KEW
AJI
BA
NBATAS WAKTU
PEMBAYARAN/PENYETORANDAN PELAPORAN SPT MASA
PASAL TANGGAL PENYETORAN TANGGAL PELAPORANPPh Pasal
21Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir
PPh Pasal 22
Disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran
Paling lama 14 hari setelah Masa Pajakberakhir
PPh Pasal 23
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir
PPh Pasal 4 ayat 2
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir
PPN
Bendahara pengeluaran sebagai Pemungut PPN paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPN harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepadaPengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir;
Paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
SANKSI ADMINISTRASI
DENDAPs. 7 UU KUP
BUNGAPs.8(2), 13(2), 14(3), 19(2)&(3) UU KUP
KENAIKANPs. 13(3), 15(2) UU KUP
Rp 100.000
Rp500.000
• SPT MASA PPh Ps.21/22/23/26 TERLAMBAT/ TIDAK DISAMPAIKAN
• SPT MASA PPN DAN PPnBM
TERLAMBAT/ TIDAK DISAMPAIKAN
2%/BULANmaks 24 BULAN
• PEMBETULAN SENDIRI SPT• HASIL PENELITIAN SPT
AKIBAT SALAH TULIS DAN/ATAU SALAH HITUNG
• HASIL PEMERIKSAAN (SKPKB)
• DITERBITKAN NPWP DAN PKP SECARA JABATAN
• IZIN PENUNDAAN PENYAMPAIAN SPT
• IZIN MENGANGSUR ATAU MENUNDA PEMBAYARAN
50%SPT TERLAMBAT/ TIDAK DISAMPAIKAN SETELAH
DITEGUR TERTULIS
100%PPh TIDAK / KURANG
DIPUNGUT/ DIPOTONG/ DISETOR
100%KARENA DITERBITKAN
SKPKBT
PAJAK YANG TIDAK/KURANG DIBAYAR
DARI
Rp 100.000• SPT TAHUNAN PPh Ps. 21
TERLAMBAT/ TIDAK DISAMPAIKAN
(Untuk Tahun Pajak 2007
200% DITERBITKAN SKPKB
KARNA ALPA PERTAMA KALI
KEW
AJI
BA
N Bendahara Pengeluaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD) wajib membuat Daftar Transaksi Harian Belanja Daerah
(DTH) atas Belanja Daerah yang memuat rincian transaksi harian belanja daerah per Surat Perintah
Membayar/Surat Penyediaan Dana (SPM/SPD) dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). DTH yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran SKPD disampaikan kepada
Kuasa BUD paling lama tanggal 10 setelah bulan yang bersangkutan berakhir dengan dilampiri fotokopi SSP
lembar ke-3.
DAFTAR TRANSAKSI HARIAN (DTH)
TERIMAKASIH
top related