perkembangan rasa ingin tahu pada makhluk hidup
Post on 01-Feb-2016
29 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Perkembangan Rasa Ingin Tahu Pada Makhluk Hidup
Oleh :
Isaac Hamonangan
270110130104
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
pendahuluan
Manusia dengan kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal serta nuraninya memberi peluang
untuk selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksana untuk dirinya maupun lingkungannya. Rasa ingin tahu
adalah sifat naluriah yang dimiliki manusia sejak lahir. Rasa ingin tahu juga merupakan salah satu
mekanisme pertahanan hidup manusia. Dari rasa ini manusia memiliki kencenderungan untuk
mengetahui hal yang belum diketahui sebelumnya.
Pada periode balita, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki kebiasaan sering bertanya
kepada orang tuanya. Ini memberi bukti bahwa sejak kecil manusia memiliki rasa ingin tahu. Rasa ingin
tahu tersebut timbul tanpa dilatih dan tanpa belajar. Rasa ingin tahu ini berlanjut pada tahap-tahap
selanjutnya pada kehidupan manusia sampai manusia tersebut mati atau meninggal dunia.
Manusia adalah makhluk hidup yang bergantung pada makhluk hidup lainnya. Sebagai contoh, dalam
kegiatan mengumpulkan bahan makanan, manusia tidak bisa menghasilkan bahan makanan sehingga
utuk mendapatkan bahan makanan manusia harus mendapatkannya dari makhluk hidup lain.
Manusia mencari cara untuk mendapatkan bahan makanan. Sebagai contoh, pada masa purba manusia
menggunakan tombak untuk membunuh mangsa dan menjadikan mangsanya sebagai bahan makanan.
Nah, tombak ini adalah hasil dari rasa ingin tahu manusia sehingga menghasilkan teknologi dan
pengetahuan yang menjadi mekanisme pertahanan hidup manusia.
Rasa ingin tahu yang dimiliki oleh manusia merupakan tanda utama dari adanya masalah. Masalah
senantiasa ada dalam kehidupan manusia. Tidak adanya rasa ingin tahu berarti tidak ada masalah, tidak
ada masalah berarti manusia telah tiada dalam kehidupan ini alias mati.
Permasalahan yang muncul dari rasa ingin tahu manusia memerlukan jawaban. Sesungguhnya hakekat
sejarah manusia adalah rangkaian tanya jawab atau dialektika yang dilakukan manusia.
Rasa ingin tahu mengawali terisinya berbagai pengetahuan dalam otak manusia. Hal ini menyiratkan
aspek kognisi yang kuat dari rasa keingintahuan yang dimiliki manusia.
Keingintahuan manusia merupakan emosi yang dimiliki manusia dalam mendorong terwujudkan
perilaku seperti eksplorasi, investigasi dan belajar. Hal ini termasuk sebagai mekanisme kejiwaan
manusia dalam upaya mencari dan menemukan informasi dari interaksi kehidupan manusia dengan
lingkungannya dan makhluk-makhluk lainnya.
Perkembangan Sikap dan Pikiran Manusia
Bila dibandingkan dengan hewan, maka tubuh manusia lemah, sedangkan rohaninya, yaitu akal budi dan
kemauannya sangat kuat. Manusia tidak dapat terbang seperti burung, tidak dapat berenang secepat
buaya, tidak mampu mengangkat benda berat seperti gajah, dan sebagainya, tetapi dengan akal budinya
dan kemauannya, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lain. Kelebihan manusia itu
karena memiliki akal budi dan kemauan yang keras sehingga dapat mengendalikan jasmaninya.
Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi di
sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah mendorong manusia
untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) mapun alam
kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan
usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat
mengumpulkan pengetahuan.
Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi
berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi dialam sekitarnya. Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui panca indera-nya
merupakan objek rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh jawaban
mengenai hal-hal yang diamatinya. Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus
berpikir. Rasa ingin tahunya terus berlanjut. Bukan hanya “apa”-nya saja yang ingin diketahui
jawabannya, tetapi juga jawaban dari “bagaimana” dan kemudian berlanjut “mengapa” tentang hal-hal
yang bersangkutan dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang diamatinya.
Sejarah Pengetahuan Manusia
Manusia selalu merasa ingin tahu, maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam, artinya
Allah yang lebih mengetahui dan wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya.
Perkembangan lebih lanjut lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan
nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya. A. Comte
menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah perkembangan manusia, yaitu tahap teologi (tahap
metafisika), tahap filsafat dan tahap positif (tahap ilmu). Mitos termasuk tahap teologi atau tahap
metefisika. Mitologi adalah pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos.
Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat dan legenda.
Mitos timbul akibat keterbatasan pengetahuan, penalaran dan pancaindra manusia serta
keinggintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop (ramalan
bintang), eliptika (bidang edar matahari) dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah
bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.
Tongkak sejarah pengamatan, pengalaman dan akal sehat manusia ialah Thales (624-546) seorang
astronom, pakar dibidang matematika dan teknik. Ia berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya,
bulan hanya mementulkan sinar matahari,dan lain-lain. Setelah itu muncul tokoh-tokoh perubahan
lainnya seperti Anaximander, Anaximenes, Herakleitos, Pythagoras dan sebagainya.
Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya, manusia kemudian
berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Berdasarkan hal itulah mulailah dikembangkan pengetahuan praktis
yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan sosialnya. Pengetahuan ini selanjutnya disebut
sebagai teknologi yang merupakan penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan
teknologi, produksi dan industri secara tidak langsung akan diikuti dengan perubahan pola hidup
manusia. Perubahan ini juga semakin mendorong rasa ingin tahu manusia ke arah yang lebih kompleks.
Dengan demikian manusia akan terus berusaha mengetahui segala rahasia alam semesta yang belum
terungkap.
Rasa Ingin Tahu dan Terbentuknya Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia
mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitarnya, angkasa luar, bahkan
tentang dirinya sendiri.
Rasa ingin tahu seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk lain. Jelas kiranya bahwa rasa ingin tahu itu tidak
dimiliki oleh benda-benda tak hidup seperti batu, tanah, api, angin, dan sebagainya. Air dan udara
memang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukan atas kehendaknya
tetapi sekedar akibat dari pengaruh alamiah yang bersifat kekal.
Bagaimana dengan makhluk-makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang? Sebatang pohon
misalnya, menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan itu terbatas pada
mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap. Misalnya, daun-daun yang selalu cenderung
untuk mencari sinar matahari atau akar-akar yang selalu cenderung untuk mencari air yang kaya mineral
untuk kebutuhan hidupnya. Kecenderungan semacam ini nampak berlangsung sepanjang zaman.
Saat binatang yang menunjukkan adanya kehendak berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,
Misalnya ikan, burung, harimau dan binatang yang sangat dekat dengan manusia yaitu monyet.
Tentunya burung-burung bergerak dari satu tempat didorong oleh suatu keinginan, antara lain rasa ingin
tahu. Ingin tahu apakah di sana ada cukup makanan untuk disantap sendiri atau bersama yang lain. Ingin
tahu apakah disuatu tempat cukup aman untuk membuat sarang. Setelah mengadakan eksplorasi tentu
mereka menjadi tahu. Itulah pengetahuan dari burung tadi. Burung juga memiliki pengetahuan
bagaimana caranya membuat sarang di atas pohon. Burung manyar atau burung tempua begitu pandai
menganyam sarangnya yang begitu indah bergelantungan pada daun kelapa, namun pengetahuannya
itu ternyata tidak berubah-ubah dari zaman ke zaman.
Saat monyet yang begitu pandai dan kita perhatikan baik-baik kehidupan monyet-monyet tersebut,
ternyata kehendak mereka ingin mengeksplorasi alam sekitar itu didorong oleh rasa ingin tahu yang
tetap sepanjang zaman atau yang oleh Isaac Asimov (1972) disebut sebagai “Idle Curiousity” atau
“Instinct” Instink itu berpusat pada satu hal saja yaitu untuk mempertahankan kelestarian hidupnya.
Untuk itu mereka perlu makan, melindungi diri dan berkembang biak.
Bagaimana dengan manusia? Manusia juga memiliki instink seperti yang dimiliki oleh hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Namun, manusia memiliki kelebihan, yaitu “kemampuan berpikir” dengan kata lain
“curiousity-nya” tidak “idle” tidak tetap seperti itu sepanjang zaman. Manusia memiliki rasa ingin tahu
yang berkembang atau dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan berpikir. Ia bertanya terus
setelah tahu tentang “apa”-nya, mereka juga ingin tahu “bagaimana” dan “mengapa” begitu. Manusia
mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya
yang baru, menjadi pengetahuannya yang lebih baru. Hal demikian itu berlangsung berabad-abad
lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan. Sebagai ilustrasi, kita bayangkan saja manusia
purba zaman dulu yang hidup di gua-gua atau di atas pohon. Namun karena kemampuannya berpikir
tidak semata-mata didorong oleh sekedar kelestarian hidupnya tetapi juga untuk membuat hidupnya
lebih menyenangkan, maka mereka mampu membuat rumah di atas tiang-tiang kayu yang kokoh dan
bahkan sekarang manusia mampu membuat istana atau gedung-gedung pencakar langit. Bandingkan
dengan burung tempua dengan sarangnya yang indah yang nampak tak mengalami perubahan
sepanjang masa. Demikianlah juga dengan harimau yang hidup dalam gua-gua atau monyet yang
membuat sarang di atas pohon tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan
pengetahuan pada manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk
hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif
untuk berburu, tetapi pengetahuan manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut
keindahan.
Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu, tampak lebih nyata bahwa manusia
berbeda dengan hewan. Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat
yang tinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk lainnya. Manusia mempunyai rasa ingin tahu
( curiousty ) yang tinggi dan selalu berkembang. Meskipun makhluk lainnya juga memiliki rasa ingin tahu
tetapi itu hanya sebatas digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan saja. Perkembangan rasa ingin
tahu pada manusia dimulai dengan timbulnnya pertanyaan dari sesuatu yang dilihat dan diamatinya.
Adanya kemampuan berpikir pada manusia menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin tahu
manusia terhadap alam semesta ini . Jawaban tehadap berbagai banyak pertanyaan manusia terhadap
peristiwa dan gejala yang terjadi di alam semesta ini akhirnya menjadi ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Hewan juga mempunyai “rasa ingin tahu” akan tetapi
tidak berkembang atau disebut “idle curiousity” atau “instinct.” Segala aktivitasnya didorong oleh instink
itu dengan tujuan untuk melestarikan hidupnya. Untuk itulah mereka mencari makan, melindungi diri
dan berkembang biak.
Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang. Akumulasi dari segala yang mereka dapat dari
usahanya mendapatkan jawaban dari keingintahuannya itu merupakan “pengetahuan”-nya.
Pengetahuan manusia selalu berkembang. Ia selalu tidak puas dengan fakta tetapi ingin tahu juga
tentang “apa,” “bagaimana” dan “mengapa” demikian.
Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya, manusia kemudian
berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan
pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Manusia secara alamiah, dari zaman purba sampai zaman dewasa sekarang memiliki rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu tersebut menyebabkan manusia menyelidiki persoalan-persolan yang akan
menghasilkan jawaban. Demikianlah pikiran manusia berkembang dari pikiran primitif sampai kepikiran
yang modern.
Dengan adanya ilmu pengetahuan dan rasa ingin tahu pada diri manusia, maka diharapkan setiap
individu mengembangkan rasa ingin tahu tersebut menjadi penelitian-penelitian yang akan
menghasilkan penemuan-penemuan yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka
Ahmadi, A., dan Supanto, A. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
http://wardina-a.blogspot.com/2012/01/alam-pikiran-manusia-dan.html Diakses tanggal 11 September
2012
http://titinmath.wordpress.com/2012/01/13/makalah-perkembangan-pikiran-manusia/ diakses tanggal
11 September 2012
top related