perancangan logo batik solo beserta desain motif batik...
Post on 29-Apr-2018
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
Perancangan Logo Batik Solo Beserta Desain Motif Batik
Kontemporer Sebagai Media Pengenalan Informasi Kota Solo
Artikel Ilmiah
Peneliti :
Nathania Yunita Sari (692011001)
Birmanti Setia Utami M.Sn
Martin Setyawan S.T., M.Cs.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
November 2015
ii
iii
iv
v
vi
vii
PERANCANGAN LOGO BATIK SOLO BESERTA DESAIN MOTIF
BATIK KONTEMPORER SEBAGAI MEDIA PENGENALAN
IDENTITAS KOTA SOLO
1)Nathania Yunita Sari,
2) Birmanti Setia Utami, M.Sn. ,
3)Martin Setyawan, S.T. ., M.Cs.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Email: 1)
nathaniayunitas@gmail.com, 2)
birmanti@gmail.com, 3)
martin_setyawan@gmail.com
Abstract
The study discuss about the creation of Solo’s batik logo and contemporary batik design which are based
on the problem of the absence of the markers that differentiate between original Solo batik with other regions,
and also the lack of batik, which introduced Solo into batik, whereas batik is an exclusive craft and comes from
Solo and has been recognized by UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)
as a cultural heritage of Indonesia. Batik has been fully supported by the government as one of the creative
industries which is very developed. Linear strategy and kualitatif methods are used for the design, contain of
product plan until the form the final product design or finish. The results showed that the logo can be accepted
and considered as a new idea, which later will be tried to be socialized applied. The contemporary motif which
made was designed to provide direct information to the public about the cultural peculiarities of the natural or
local wisdom Solo raised through an icon that has been combined with classical motifs Solo
Keywords: Logo, Motif, Icons, Batik, Solo
Abstraksi
Penelitian ini membahas tentang pembuatan logo batik Solo dan desain motif batik kontemporer yang
didasarkan pada masalah tidak adanya penanda yang membedakan antara batik asli kota Solo dengan batik
daerah lain, serta belum adanya batik yang memperkenalkan kota Solo kedalam kain batik, padahal batik
merupakan kerajinan tangan yang berasal dari Solo yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya
Indonesia. Batik sudah didukung penuh oleh pemerintah karena termasuk salah satu industri kreatif yang sudah
mulai dikembangkan. Perancangan ini menggunakan metode kualitatif dan linear strategy, berisi perancangan
produk hingga bentuk akhir. Hasil penelitian menunjukkan logo dapat diterima dan merupakan ide baru, yang
selanjutnya akan dicoba untuk disosialisasi dan diterapkan. Motif batik kontempoter yang dirancang dapat
memberikan informasi langsung kepada masyarakat umum mengenai budaya kekhasan alam atau kearifan lokal
Solo yang diangkat melalui ikon yang sudah dikombinasikan dengan motif klasik Solo.
Kata kunci : Logo, Motif, Ikon, Batik, Solo
1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
3 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
1
1. Pendahuluan
Kota Solo atau yang lebih dikenal dengan slogan “ Solo, The Spirit of Java”
merupakan sebuah kota yang dikenal sangat kental dengan budayanya dan saat ini
telah ditetapkan sebagai kota pusat kebudayaan Jawa. Hal ini menyebabkan
banyak turis domestik dan mancanegara datang untuk melihat apa saja kearifan
lokal yang identik dengan budaya Solo ini yang meliputi nilai-nilai budaya seperti
kebiasaan, pandangan hidup, bangunan arsitektural, kuliner, nasehat, kepercayaan,
cagar budaya, cerita rakyat, dan juga berbagai karya seninya. Salah satu yang khas
dari kota Solo yang dapat menggambarkan keadaan budaya dan pola pikir
masyarakatnya adalah batik. Batik yang juga merupakan warisan Indonesia yang
telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) yang memiliki nilai dan perpaduan seni yang tinggi
serta sarat akan makna filosofis dan dapat memperlihatkan cara berpikir
masyarakat pembuatnya. Batik sudah seharusnya menjadi ciri khas sekaligus
menjadi kebanggaan tersendiri bagi kota asal yaitu kota Solo.
Paska pemberlakuan China Asean Free Trade Area (CAFTA) 2010 hingga
sekarang, pasar domestik batik hampir dipenuhi produk batik asal Tiongkok,
contohnya di Pasar Klewer, Beteng Trade Center, dan Pusat Grosir Solo banyak
puluhan gerai yang menjual beragam jenis batik asal Tiongkok. Bagi orang awam
sulit untuk membedakan antara tekstil bermotif batik buatan Tiongkok dengan
batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi milik dalam negeri. Alhasil banyak
konsumen membeli tekstil bermotif batik dan jumlah konsumen membeli tekstil
bermotif batik sangat besar ditambah karena warna dan motifnya yang menarik
[1].
Sejak diadakannya pameran The 17th
Jakarta International Handicraft
Trade Fair (INAFAIR) 2015, Kementrian Perdagangan (Kemendag) mendorong
para pelaku industri kreatif dan kerajinan untuk meningkatkan daya saing produk
mereka melalui pengembangan kualitas produk dan pemasaran dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Industri kerajinan yang termasuk
didalamnya adalah batik merupakan salah satu industri kreatif yang berkontribusi
besar terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dan juga dapat menjadi
kunci dalam menghadapi MEA. Sejak Ir. Joko Widodo menjabat sebagai walikota
kota Solo hingga sekarang menjadi presiden Indonesia, beliau sangat mendukung
para pelaku industri kreatif (produsen dan pengrajin batik) untuk kedepannya
menjadi jenis industri yang maju dan berkembang, dengan dimulai dari kota asal
yakni kota Solo diharapkan dapat memenuhi selera pasar dan tetap memegang
filosofi-filosofi yang ada [2].
Dalam hal untuk memajukan para pengrajin, pengusaha, eksportir, serta
para Usaha Kecil Menengah (UKM) kelompok pengrajin Indonesia untuk
memasarkan hasil karya, turut berpartisipasi memajukan kreativitas anak bangsa
dan mengangkat nama dan warisan budaya Indonesia kepada dunia internasional.
Kemendag berharap kinerja ekspor akan terus menunjukkan peningkatan dan
produk-produk ekspor akan semakin kreatif, inovatif, dan beragam sehingga
semakin mengangkat keunikan produk kerajinan Indonesia di pasar dunia [3].
Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif (Menparekraf) menegaskan bahwa
2
ekonomi kreatif haruslah tetap melindungi warisan budaya dan tetap menjaga aset
negara, dan saat itulah aset negara harus menjadi inspirasi dan basis bagi orang
kreatif untuk terus menciptakan karya kreatif baru dengan semangat berbasis
tradisional tetapi semangat kontemporer [4].
Untuk mengantisipasi permasalahan yang ada, maka dibutuhkan sebuah
logo atau simbol yang digunakan sebagai tanda yang dapat menunjukkan identitas
dan ciri khas batik Solo yang dapat menjadi simbol dan wadah bagi para pengrajin
batik kota Solo untuk membedakan produknya dari produk buatan kota maupun
buatan negara lain. Selain itu harus ada pula suatu ide baru dan modern dalam
desain batik itu sendiri yakni batik jenis kontemporer dengan mencoba
menampilkan ornamen motif dan ragam hias yang lebih dinamis, bervariatif dan
pemilihan paduan warna yang lebih banyak, dan juga penggunaan dan
pengaplikasian batik tidak hanya sebatas pada media kain, melainkan ke media
lain yang berhubungan dengan kerajinan khas kota Solo yang terdapat pula nilai
filosofis yang tetap dijunjung tinggi, tidak meninggalkan sejarah kotanya, dan
terdapat identitas kota Solonya.
2. Tinjauan Pustaka
Perancangan Pola Batik Solo dengan Pixel-Art oleh Arsan Sukma Praja
yang membuat unsur motif batik Solo dengan menggunakan Pixel Art, merupakan
salah satu dari karya seni yang sering dijumpai, namun keberadaannya tidak
diperhatikan oleh khalayak umum. Pada penelitian ini dilakukan perancangan pola
motif Batik Solo, dalam bentuk pixel-art. Penelitian ini bertujuan untuk
mengenalkan batik dengan format baru, yaitu menggabungkan seni dan
kebudayaan yang berbeda dalam satu karya tanpa mengurangi dan menghilangkan
filosofi yang ada [5].
Penelitian yang kedua berjudul “ Visualisasi Ikon Kota Surabaya pada Batik
Tulis Surabaya (Analisis Tekstual Batik Tulis Surabaya)” oleh Puspita Sari
Sukardani, S.T yang membahas mengenai analisis deskriptif tentang batik khas
Surabaya yang berisi ikon-ikon khas Surabaya. Perancangan ini membahas
mengenai apa saja unsur yang dimasukkan ke dalam sebuah motif batik Surabaya
dengan meggunakan budaya visual dalam tradisi analisis teks visual. Penelitian
dilakukan dengan memilah berdasarkan komposisi visual dalam motif utama,
pengisi isian dan warna. Hasil penelitian ini dalam batik Surabaya yang
mengambil ikon-ikon kotanya, kuliner dan legenda sebagai motif dapat menarik
perhatian konsumen umum dan tidak harus terpaut pada pakem yang ada, selain
itu dapat mengkomunikasikan kepada masyarakat luas bagaimana budaya lokal
masyarakat Surabaya dengan melihat motif utama, motif pengisi, isen, dan warna
[6].
Dari penelitian yang sudah dilakukan inilah maka dipilih judul
“Perancangan Logo Batik Solo beserta Desain Motif Batik Kontemporer sebagai
Media Pengenalan Identitas Kota Solo”, karena belum adanya perancangan logo
batik Solo yang dapat membedakan batik antara buatan Solo dari batik lainnya.
Motif batik yang dirancang juga mengangkat identitas serta budaya kota asal
muasal batik serta belum ada yang mengenalkan kota Solo melalui batik.
3
Dalam pembuatan logo untuk membedakan batik asli Kota Solo dan batik
daerah lain, tentunya ada beberapa prinsip yang digunakan, antara lain logo yang
dibuat haruslah sederhana, mudah diingat, bertahan lama meskipun jaman dan
pola pikir masyarakat sudah berubah, pembuatan logo harus sesuai dengan
maksud dan makna yang ingin ditampilkan dan logo dapat diaplikasikan ke
berbagai media [7].
Pembuatan motif batik kontemporer kota Solo menyertakan beberapa motif
lama yang dapat membantu untuk mengenali daerah dan memperkenalkan asal
dari Solo, dan karena tidak ingin melunturkan beberapa filosofi yang sudah
terkandung dalam motif lama beserta kepopuleran motif lama yang masih
diminati para pencari batik Solo. Motif klasik Solo yang dipilih ada enam. Motif
parang yang bermakna hidup harus dilandasi oleh perjuangan dan selalu hati-hati
tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan agar terhindar dari bencana
lahir dan batin. Motif kawung yang bermakna kesuburan, kesucian, umur panjang,
keadilan dan keperkasaan. Selain itu motif ini juga mengandung makna bahwa
keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya
berlipat ganda. Motif truntum yang berarti mempersatukan atau menjadi satu. Ada
juga yang menggabungkan kata “truntum” dengan kata “tentrem”, yaitu suatu
keadaan kejiwaan yang menjadi idaman semua manusia. Motif truntum ini dapat
pula diartikan sebagai cinta yang bersemi kembali. Motif sidomukti ketika
digunakan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan, rezeki atau kemakmuran
seperti hidup berkecukupan dan hal baik lainnya. Motif rujak rante atau semen
rante bermakna rezeki dapat datang darimana saja, diharapkan yang memakainya
tetap berusaha dan berdoa, semoga Tuhan memberikan rahmatnya. Selain itu
makna lain yang terkandung, yaitu setiap wanita memiliki kewajiban untuk
menjaga harkat dan martabat keluarga. Motif mega mendung memiliki arti bahwa
kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang
keluar untuk mencari jati diri (belajar atau menjalani kehidupan sosial agama)
yang pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali
kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) pada
akhirnya kembali ke asalnya [8]. Selain arti dan filosofi yang terkandung didalam
motif bermakna baik, beberapa motif dipilih sesuai dengan hasil wawancara
dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Solo.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode kualitatif
dengan melakukan wawancara, studi pustaka, dan observasi. Sedangkan strategi
yang digunakan adalah linear strategy. Linear strategy merupakan urutan yang
logis pada tahapan yang sederhana dan sudah dipahami komponennya. Strategi
yang digunakan untuk tipe perancangan yang telah berulangkali dilaksanakan.
Suatu tahap yang dimulai setelah tahap yang sebelumnya diselesaikan, dan
demikian seterusnya [9]. Tahapan yang telah dilaksanakan dalam penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.
4
Gambar 1 Bagan Penelitian
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara
kepada Kepala Bidang Seni Budaya, Sejarah dan Purbakala serta Kepala Bidang
Promosi Kerjasama dan Pariwisata yang tergabung dalam Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Solo, wawancara dengan Gunawan Setiawan sebagai
pemrakarsa Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Solo yang diperlukan
untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses membatik dari batik tulis,
batik cap, batik printing, hingga tekstil motif batik buatan Tiongkok. Tahap
wawancara ini juga diperlukan untuk melihat seberapa banyak potensi dari kota
Solo dan mendapatkan data mengenai kebudayaan dan sejarah yang terkait pada
penelitian.
Pengumpulan data terakhir dilakukan dengan cara observasi langsung ke
beberapa pasar tradisional hingga ke industri batik rumahan di kota Solo,
contohnya di pasar Klewer, Beteng Trade Center, dan Pusat Grosir Solo.
Pengumpulan data ini untuk mendapatkan data yang valid apakah ikon dalam
motif batik yang akan dirancang sudah ada di kota Solo, mencari data mengenai
motif apakah yang sedang digemari dan diminati masyarakat baik domestik
maupun mancanegara dan untuk melihat apakah ada penanda khusus yang dapat
membedakan antara batik buatan Solo asli dan dari luar Solo, beserta dapatkah
batik mengkomunikasikan Solo itu sendiri sebagai daerah asal pengrajin batik
yang memiliki banyak kebudayaan dan ilmu yang ingin dikenalkan ke masyarakat
luar.
Hasil analisis dari penelitian awal yang dilakukan antara lain, didapat
konsep dan ide untuk merancang sebuah logo dan sebuah motif batik kontemporer
khas kota Solo yang masih baru, belum ada, dan dirasa perlu untuk kedepannya
bagi kota Solo. Batik yang sedang digemari konsumen yaitu batik yang tidak
terlalu monoton dengan motif dan warna yang bervariatif. Masih banyak
konsumen yang susah membedakan antara batik asli Solo dengan batik buatan
Solo apalagi tekstil motif batik keluaran Tiongkok. Bagaimanapun modernnya
suatu batik yang dirancang untuk memenuhi selera pasar, batik Solo tidak boleh
meninggalkan akarnya yaitu kebudayaan Jawa beserta filosofi yang terkandung
didalamnya. Solo dengan sebutan “The Capital of Batik” sudah seharusnya
menciptakan suatu batik yang dapat lebih digemari konsumen yang juga tidak
dipakai, tetapi batik juga harus dapat menyebarkan informasi mengenai semua
kebudayaan dan pengetahuan tentang negara Indonesia ke negara lain. Selembar
kain berharga harus lahir, kain yang membungkus kearifan lokal budaya Solo
menjadi kiblat industri kreatif nasional. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian
awal, kesimpulan terakhir yang didapat adalah batik merupakan peluang pertama
yang paling didukung oleh para petinggi negara karena termasuk salah satu
industri kreatif yang ada manfaatnya selain dari nilai ekonomi yang mulai
Tahap 1
Pengumpulan Data
Tahap 2
Analisa Data
Tahap 3
Perancangan
Tahap 4
Pengujian
5
dihargai tinggi, tetapi juga memperkenalkan batik sebagai warisan dunia yang
berasal dari Indonesia khususnya kota Solo.
Proses perancangan dibagi menjadi dua, yaitu proses perancangan
logo dan perancangan motif batik kontemporer. Proses pembuatan logo dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Tahap Perancangan Logo Batik Solo
Tahap proses perancangan logo batik Solo, pertama adalah tahap pencarian
konsep dan ide. Pada tahap ini dilakukan dengan cara brainstorming. Beberapa
ide yang didapat untuk merancang suatu logo yang dapat digunakan sebagai
penanda sebuah batik buatan asli Solo dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Ide Pokok Brainstorming Konsep Pembuatan Logo Batik Solo
Tahapan berikutnya membuat sketsa kasar dan memilih satu diantara
beberapa sketsa yang paling sesuai degan konsep yang telah dibuat. Hasil sketsa
yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 4.
Ide Kreatif
Brainstorming Konsep Media
Final Artwork
Sketsa Kasar
Logo Digital / Digitalisasi Logo
Evaluasi Desain
6
Gambar 4 Pemilihan Thumbnail Logo Batik Solo
Dasar pembuatan logo yang dipilih diambil dari beberapa objek
pendukung, yaitu objek gunungan yang berarti simbol kehidupan, tempat atau
rumah yang dapat mengayomi. Selain itu didalam gunungan berarti juga
melambangkan seluruh alam semesta beserta isinya yang hidup dengan aman dan
tentram. Bentuk gunungan yang meruncing ke atas dimaksudkan agar manusia
hidup menuju yang diatas. Hubungan meruncing dengan konsep adalah
diharapkan kedepannya batik kontemporer asli Solo dapat terus berkembang dan
terus melambung tinggi dibanding batik dari daerah lain. Selain itu gunungan
dapat mensimbolkan wayang, karena kota Solo sangat terkenal dengan
wayangnya. Objek kumpulan orang seperti huruf “i” disusun tiga berjajar dan
dibuat paling menonjol dibagian tengah dengan maksud kota Solo sebagai kota
penghasil batik pertama dan terdapat pengusaha dan pengrajin batik, dan juga
simbol tiga tingkatan seperti rakyat paling depan dan dibelakangnya ada
pemerintah dan perusahaan seturut fungsi logo digunakan. Canting yang
merupakan alat untuk memindahkan atau mengambil lilin yang digunakan untuk
membuat batik tulis. Simbol canting dalam perancangan logo batik Solo
digunakan sebagai simbol batik. Objek yang terakhir adalah relung atau ukelan
diartikan sebagai relief motif juga digunakan sebagai frame pada logo batik Solo
yang juga dapat menyimbolkan sebagai batik dan motifnya.
Pada tahap selanjutnya adalah tahap digitalisasi logo beserta perevisiannya.
Revisi sebagai evaluasi desain dilakukan oleh orang yang sudah ahli pada bidang
percetakan. Hal mendasar yang dievaluasi adalah garis halus tipis yang dapat
menghambat bentuk logo ketika diaplikasikan ke berbagai ukuran, serta warna
logo yang dirasa terlalu gelap untuk masuk kedalam mesin cetak, karena otomatis
mesin pencetak akan mencetak warna lebih tua dibanding warna asli, maka chart
warna lebih dibuat muda. Logo sebelum dan sesudah direvisi dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5 Sebelum dan Sesudah Tahap Evaluasi Desain
Hasil final artwork dari logo yang dibuat dan telah direvisi dengan
menyesuaikan beberapa bentuk agar didapat logo yang benar. Gambar logo final
dapat dilihat pada Gambar 6.
7
Ide Kreatif
Sketsa Kasar Ikon
Penerapan ke Media
Tahap Produksi
Final Artwork
Gambar 6 Final Artwork Logo Batik
Hasil akhir batik Solo menggunakan satu warna komponen utama yaitu
warna coklat sogan yang merupakan warna khas dari batik Solo sendiri. Selain itu
penggunaan warna sogan membuat fungsi dari perancangan logo batik Solo lebih
mudah dikenali dan lebih mudah dikenal sebagai identitas kota Solo.
Perancangan yang kedua adalah pembuatan ikon kota Solo. Konsep kreatif
dari seluruh perancangan ikon kota Solo adalah menghadirkan dan
memperkenalkan budaya khas Solo yang diterapkan dalam bentuk kain batik.
Perancangan desain ikon kota Solo diawali dengan melakukan beberapa analisis
terhadap beberapa data yang didapat, langkah yang dilakukan dalam pembuatan
ikon, dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Tahap Perancangan Desain Motif Batik Kontemporer Kota Solo
Desain dari beberapa ikon yang telah digabung lalu diilustrasikan menjadi
sebuah motif batik kontemporer kedalam beberapa lembar kain berukuran 2x1
meter, sehingga didapat motif baru batik kontemporer dengan menghadirkan
segala ciri khas kota Solo melalui ikon-ikon yang dirancang. Pemilihan kain batik
sebagai media utama karena merupakan khas dari kota Solo sendiri, dan Solo
merupakan The Capital of Batik itu sendiri.
Proses pembuatan diawali dengan mengambil data bahwa kota Solo dibagi
menjadi beberapa kabupaten yang terdiri dari kabupaten Wonogiri, Sragen,
Sukoharjo, Solo Kota, Klaten, Kartasura, dan Boyolali. Hasil wawancara dengan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta menyatakan bahwa Kabupaten
Sragen, Klaten, Boyolali, Sukoharjo, dan Solo Kota berpotensi untuk dijadikan
8
ide motif dalam perancangan ini. Hal tersebut dilihat dari beberapa kawasan cagar
alam dan tempat pariwisata yang paling diminati dan sering dikunjungi. Hal kedua
adalah dilihat dari banyaknya ide yang bisa diambil dengan ciri khas dari
beberapa kabupaten tersebut, meliputi sejarah, legenda, ikon tempat wisata, dan
keunggulan di bidang ekonomi.
Ide konsep juga didasarkan pada pernyataan bahwa para desainer yang
tergabung dalam APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia) Solo,
memberi informasi bahwa desain motif yang dirancang haruslah menunjukkan
keragaman budaya, mulai dari kesenian tradisional, cagar budaya, sisi herritage,
sejarah, sisi romantisme hingga Bengawan Solo [10].
Proses selanjutnya adalah proses brainstorming yaitu pencarian ide yang
akhirnya diperoleh beberapa ikon yang dapat dijadikan desain motif baru.
Pengumpulan data untuk brainstorming ini diperoleh dari hasil wawancara dan
studi pustaka baik melalui buku maupun online.
Pada proses selanjutnya pembuatan sketsa dibagi menjadi empat macam
batik, pertama adalah Batik Boyolali. Kabupaten Boyolali terkenal dengan usaha
pengembangan sapi perah dan penggemukan sapi, karena memiliki iklim yang
dingin dan cocok untuk pemeliharaan sapi perah dan menjadi lokasi agrowisata
sapi perah. Kawasan desa Tegalrejo, kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali ini
terdapat kampung lele yang merupakan usaha kementrian perikanan Indonesia
untuk memenuhi target 2015 sebagai penghasil perikanan terbesar di Asia
Tenggara. Pembudidayaan ikan lele di kampung ini dianggap berhasil
memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan baik lokal maupun nasional. Selain
itu, terdapat pula beberapa air terjun, waduk dan beberapa wahana air yang ada di
Boyolali.
Ikon gunungan diikutsertakan karena merupakan salah satu kerajinan yang
diolah dan dibuat warga sekitar Boyolali selain kerajinan tembaga dan kuningan.
Cengkeh juga merupakan salah satu penghasilan utama yang dipanen masyarakat
Boyolali selain tembakau, kopi dan teh. Tugu Adipura Boyolali dan Tugu Sapi
merupakan tugu yang khas dan penanda kota yang diberikan pemerintah terhadap
kabupaten Boyolali sebagai kawasan bersih. Tugu ini juga merupakan titik nol
kilometer Boyolali dengan daerah sekitarnya. Tugu ini erat kaitannya dengan
sejarah Kabupaten Boyolali sama dengan ikon dakon, yaitu mengenai Legenda
Pandan Arang. Ki Ageng Pandan Arang (Bupati semarang abad XVI) adalah
orang yang memberi nama dan mencetuskan nama Boyolali dari kalimat "baya
wis lali wong iki" yang dalam bahasa Indonesia artinya "sudah lupakah orang ini",
Dari kata “baya wis lali” itu jadilah nama Boyolali.
Pada tema kedua adalah batik Bengawan Solo. Tema ini merupakan
penggabungan antara beberapa kabupaten, karena letaknya yang berdampingan.
Menurut hasil wawancara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, beberapa tempat
wisata dan beberapa struktur daerah yang dimiliki sama, sehingga beberapa
kabupaten dijadikan menjadi satu jenis batik. Tema difokuskan pada tema
Bengawan Solo, karena Bengawan Solo sudah banyak dikenal oleh masyarakat
dan sungai ini mengalir melintasi beberapa kabupaten tersebut dan menjadi
komoditas utama dalam bidang transportasi air. Dalam tema Bengawan Solo ini
juga mengambil beberapa data yang terdapat di Kabupaten Sragen dan Sukoharjo
9
yang saling berdekatan. Selain itu, terdapat ikon Kebun Binatang Jurug salah satu
wisata yang tidak pernah sepi pengunjung, Museum Sangiran yaitu salah satu
situs arkeologi di Jawa yang menurut UNESCO diakui para ilmuwan dunia untuk
mempelajari fosil manusia. Ikon tambahan lainnya adalah Candi Sukuh yaitu
sebuah kompleks candi agama Hindu yang telah di tetapkan UNESCO sebagai
salah satu situs warisan dunia tahun 1995. Candi Sukuh terletak di kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung
mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca
di Peru. Struktur juga mengingatkan para pengunjung candi akan bentuk piramida
di Mesir.
Dalam desain ini juga terdapat pola utama, yaitu ikon Bengawan Solo yang
digambarkan seperti aliran gelombang air yang membentuk huruf "B". Beberapa
pola lain yang menggambarkan bidang ekonomi masyarakat sekitar Kabupaten
Sragen, Karanganyar dan Sukoharjo adalah dengan hasil kebun dan sawah. Selain
padi dan tebu, teh dan cengkeh merupakan hasil ekspor terbanyak dari daerah ini.
Tema ketiga dari perancangan motif batik diambil dari kabupaten Klaten.
Dalam perancangan kali ini difokuskan kepada tiga ikon utama, yaitu Candi
Prambanan, Arca Durga Mahisasuramardini atau Roro Jongrang dan Rama Sinta.
Candi Prambanan adalah kompleks candi Hindhu terbesar di Indonesia. Candi ini
juga termasuk situs warisan dunia dan merupakan salah satu candi termegah di
Asia Tenggara. Ikon lain adalah Sendratari Ramayana yang merupakan sebuah
pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog yang diangkat dari
cerita Ramayana. Dalam pertunjukan ini dapat dilihat sisi romantisme kota Solo
yang tergambarkan melalui cerita, lagu atau gambang yang dimainkan, gerak
penguat ekspresi, dan kostum yang dipakai pemain.
Pertunjukan Ramayana ini juga telah meraih PATA (Pasific Asean Traffic
Assosiation) Gold Award sebagai salah satu pertunjukan yang dapat membawa
Indonesia menjadi sumber inspirasi seni ke taraf dunia dan tidak hanya menjadi
keuntungan finansial daerah Klaten tetapi juga upaya melestarikan budaya Jawa.
Selain itu sendratari Ramayana juga masuk kedalam buku Guiness World Record
sebagai pertunjukan kolosal yang melibatkan banyak pelaku yaitu 230 pelaku.
Selain dari pola-pola yang telah disampaikan ada beberapa ikon atau pola
pendukung yaitu salah satunya bunga melati. Klaten berasal dari kata Melati yang
berubah menjadi Mlati, lalu berubah lagi menjadi kata Klati, untuk mempermudah
pelafalan kata, ucapan kata Klati dirubah menjadi Klaten.
Dalam tema keempat, ide utama yang diambil adalah Jalan Slamet Riyadi
beserta apa yang ada di sepanjang jalan tersebut dan sekitarnya. Khusus tema ini
dirancang seperti sitemap Solo Kota. Jalan Slamet Riyadi adalah salah satu jalan
utama di kota Solo. Jalan ini pernah dinobatkan sebagai jalan terpanjang di Asia
Tenggara. Jalan Slamet Riyadi menjadi jalan yang sangat aktif di kota Solo,
karena banyak event penting diselenggarakan di jalan ini. Pusat bisnis kota Solo
juga terletak disepanjang jalan Slamet Riyadi. Nama jalan diambil untuk
menghormati seseorang bernama Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Riyadi,
seorang pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Solo dan berhasil mengambil
alih Jawa Tengah termasuk Ambarawa dan Semarang dalam Agresi Militer
10
pertama melawan Belanda. Objek atau pola kedua yaitu gerbang, buto atau patung
penjaga dan bangunan keraton Kasunanan Surakarta.
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah keraton peninggalan
Mataram Islam yang menjadi salah satu sejarah kota Surakarta. Tempat ini
merupakan salah satu destinasi wisata para pengunjung yang hendak berwisata ke
kota Solo. Bangunan cagar budaya kedua adalah Benteng Vasternburg.
Dahulunya benteng ini digunakan sebagai markas TNI untuk mempertahankan
kemerdekaan. Bangunan semasa era kolonial ini disebut sebagai landmark kota
Solo. Kawasan sekitar benteng lebih dikondisikan untuk penyelenggaraaan event-
event penting, seperti Solo City Jazz, Festival Wayang Bocah, Solo International
Performing Art, Kreasso. Bagian ketiga adalah Pasar Gede Harjonagoro atau yang
lebih dikenal dengan sebutan Pasar Gede adalah salah satu pasar tertua di kota
Solo. Banyak sejumlah kuliner khas kota Solo dapat dijumpai disana. Tepat di
depan Pasar Gede terdapat tugu jam yang terkenal bagi masyarakat kota Solo.
Tugu ini diberikan oleh Paku Buwono X, tugu ini dahulu digunakan sebagai
pengaturan lalu lintas persimpangan jalan dan digunakan untuk menunjukan ide
pembangunan kota yang cerdas di era pemerintahan Paku Buwono X.
Ikon keempat yang diambil adalah Gapura Mahkota Solo. Gapura ini juga
merupakan landmark baru yang merupakan batas kota berbentuk mahkota dipadu
dengan teknologi modern dan menjadi landmark yang mudah dikenali. Mahkota
dipilih karena dalam sebuah kerajaan, mahkota adalah lambang kebesaran seorang
raja.
Dalam perancangan motif tema ini juga mengambil ikon Raja Mala yang
dikenal sebagai tokoh dalam jagad pewayangan. Raja Mala yang dimaksudkan
merupakan salah satu benda pusaka milik Keraton Kasunanan kota Solo yang
menyimpan sejuta sejarah. Hubungan erat antara patung kepala Raja Mala dan
kota Solo adalah sejarah ketika patung tersebut digunakan menjadi kepala perahu
yang difungsikan sebagai armada perang menuju Madura melalui sungai
Bengawan Solo. Ikon kepala Raja Mala sering digunakan menjadi maskot kota
Solo.
Pola ikon berikutnya adalah sebuah cagar budaya kota Solo bernama Lodji
Gandrung yang merupakan sebuah bangunan megah bersejarah jaman Kolonial di
kota Solo. Melihat sejarahnya, bangunan yang menjadi ikon kota Solo ini
merupakan tempat yang digunakan oleh Sunan Paku Buwono X untuk mewakili
dua budaya dan diperkenalkan ke masyarakat luas. Lodji artinya sebuah rumah
yang megah dan mewah, sedangkan kata Gandrung berarti pesta atau dansa.
Dahulu sering diadakan pesta ala Eropa pada akhir pekan. Bagi masyarakat Solo,
bangunan Lodji Gandrung dikenal sebagai tempat kediaman atau rumah dinas
walikota Solo dan tempat ini merupakan saksi bisu berbagai peristiwa dimasa lalu.
Ikon lain yang dipakai adalah Tugu Kebangkitan Nasional atau Tugu Lilin
yang berada didaerah Laweyan merupakan tugu peringatan hari kebangkitan
nasional yang memiliki sejarah sebagai bentuk atau simbol persatuan negara yang
waktu itu masih dibawah pemerintahan penjajah. Bentuk tugu seperti lilin
memiliki arti, yaitu perjuangan akan terus menyala sampai tercapainya
kemerdekaan. Dalam peresmian tugu kebangkitan nasional ini, Dr Soetomo
11
mengatakan, „Van Solo begin de vyctory” yang artinya dari Solo, kemenangan
dimulai.
Pola tambahan yang diikutsertakan dalam perancangan desain motif tema
Solo Kota ini adalah buah sawo kecik. Sawo kecik merupakan salah satu
tumbuhan yang sarat atas sejarah kota Solo sendiri yang sudah terkenal dari jaman
dahulu. Masyarakat Jawa khususnya bagi masyarakat Keraton Solo percaya
bahwa pohon sawo kecik dapat membawa kebaikan dan perlindungan. Tidak
heran beberapa pohon ini dapat ditemui di sekitar jalan Slamet Riyadi atau di
seputar Keraton Solo.
Dahulu, putri keraton menggunakan buah sawo kecik sebagai pengharum
badan. Selain sebagai peneduh dan pengharum, sawo kecik juga digunakan
sebagai simbol pesan sebuah tata nilai pada generasi penerus. Kata sawo kecik
juga dapat diartikan menjadi 'sarwa becik' atau serba baik yaitu ketulusan hati
nurani yang mendasari setiap langkah perbuatan manusia. Contoh perubahan dari
dokumen visual ke bentuk ikon dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Perubahan Dokumen Visual ke Bentuk Ikon
Setelah tahap pemilihan dan sketsa ikon, tahap selanjutnya pada
perancangan desain motif ini adalah mengolah dari ikon tunggal menjadi sketsa
penuh kedalam kain dengan mencampurkan antara ikon pilihan yang telah dibuat
dengan motif batik klasik asal kota Solo yang sudah banyak dikenali oleh
masyarakat luas. Penggabungan layout antara ikon baru dengan motif batik klasik
dibantu dan didampingi oleh juru gambar batik supaya peletakan antara motif
batik lama dan ikon baru tidak berantakan dan tetap sesuai dengan selera
kebanyakan konsumen. Kolaborasi motif dan ikon dapat dilihat pada Gambar 7.
12
Gambar 7 Sketsa Kolaborasi Ikon dan Motif Klasik menjadi satu Motif Baru di Media Kain
Pada tahap produksi dalam perancangan desain motif batik kontemporer
dilakukan dengan bekerjasama dengan pengrajin batik setempat. Berdasarkan
tahap sebelumnya, setelah didapat final desain sketsa yang sudah final dan cocok,
maka dari sketsa yang sudah terdapat pada kain selanjutnya masuk dalam proses
produksi. Proses pertama dilakukan dengan mencanting. Tahap mencanting tema
Boyolali dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Hasil Setelah Proses Pencantingan
Pada Gambar 8 dapat dilihat hasil dari sketsa yang telah dicanting dengan
menggunakan malam atau lilin. Proses selanjutnya setelah pencantingan dengan
malam adalah proses pewarnaan hingga menjadi kain batik siap pakai.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil perancangan logo Batik Solo berupa logogram dengan konsep yang
telah dirancang sesuai tahapan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.
Contoh penerapan logo ke berbagai media dapat dilihat pada Gambar 9.
13
Gambar 9 Pengaplikasian Logo ke Berbagai Media
Dari hasil logo yang telah dirancang, logo dapat diletakkan pada pojok
kanan atas pada media cetak seperti langsung ke kain dengan menggunakan
emblem, baliho, MMT, dan billboard. Dengan menggunakan clear area dan
contoh logo treatment yang telah diberikan diharapkan penggunaan logo dapat
lebih jelas dan lebih terlihat dalam pengaplikasiannya ke berbagai media dengan
ukuran terkecil adalah dua sentimeter. Hail perancangan ikon yang diterapkan
menjadi motif batik berupa selembar kain batik berukuran dua kali satu meter
dengan motif yang baru dengan paduan ikon-ikon khas daerah serta beberapa
motif ikon batik klasik. Hasil akhir kain batik dapat dilihat pada Gambar 10.
14
Gambar 10 Hasil Akhir Motif Batik Kontemporer
Dari hasil perancangan motif batik kontemporer Kota Solo, secara motif
menggunakan semua unsur alam yang ada di daerah Solo. Warna tema Boyolali
adalah merah muda karena menunjukkan makna damai, manis dan indah. Tema
Klaten menggunakan warna ungu untuk menunjukkan kemistisan, kekuatan
spiritual serta keajaiban yang diangkat dari cerita Roro Jonggrang dan
melambangkan aspirasi dari Sendratari Ramayana. Warna tema Bengawan Solo
adalah biru untuk menunjukkan sungai , air, dan keharmonisan alam di daerah
Bengawan Solo dan sekitarnya. Warna tema Solo Kota adalah hijau untuk
menunjukkan kesuksesan kota Solo yang asri, dan sesuai dengan logo kota Solo
yang dominan dengan warna hijau. Beberapa kekurangan mendasar dan pewarna
alam yang digunakan dalam proses pewarnaan menjadikan warna sedikit
mengalami perubahan, selain itu beberapa sketsa tertutup oleh warna lain yang
kurang sesuai.
Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan wawancara langsung ke
beberapa target audience untuk menilai logo yang dirancang dan pesan yang ingin
disampaikan dari visualisasi desain motif batik yang telah dirancang dapat
diterima dan bernilai positif. Penggunaan metode kualitatif dimaksudkan agar
pengujian mendapatkan data valid secara mendalam dan terperinci dari setiap
koresponden. Pengujian kualitatif dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang pertama
adalah pengujian logo batik Solo dan yang kedua adalah pengujian motif batik
kontemporer.
Pengujian dilakukan kepada beberapa Usaha Kecil Menengah (UKM)
batik yang ada di Solo, pemerintah kota Solo khususnya Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, dan masyarakat. Pengujian dilakukan juga dengan cara melakukan
pameran individu yang diselenggarakan pada tanggal 15 Oktober 2015 di Kantor
Fakultas FTI UKSW Salatiga dan dalam The Second Satya Wacana Christian
University Research Expo bertemakan Health, Agriculture, Nature, Energy,
Industry, and Environtment tanggal 26 hingga 28 Oktober 2015 di Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.
15
Hasil pengujian yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa hasil,
pertama dalam pembuatan logo yang dirancang sudah baik, karena
menggabungkan semua unsur yang berkenaan dengan batik terutama untuk
identitas batik Solo. Pewarnaan sogan yang dipilih juga disetujui oleh
koresponden karena menambah nilai kecintaan terhadap kota Solo terhadap logo
dan orang awam yang melihat semakin yakin kalau produk yang dibeli asli dari
kota Solo. Bagi masyarakat, pemerintah dan para komunitas batik Solo, logo
dapat diterapkan kedepannya agar dapat memastikan perspektif dunia bahwa batik
merupakan kekayaan tradisional Indonesia khususnya yang berasal dari kota Solo
dengan memberikan jaminan mutu, kepercayaan konsumen, perlindungan hukum,
dan identitas batik Solo. Para pengrajin batik berharap bila dapat
meminimalisasikan pemalsuan produk yang dilakukan oleh negara-negara lain,
karena negara-negara lain biasana yang menerima hasil ekspor tanpa identitas
apapun kemudian diberi merk, label dan diakui sebagai milik negara lain. Oleh
karena itu, perancangan logo yang telah dirancang sangat diterima dan sangat
mungkin untuk diaplikasikan.
Hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap motif batik kontemporer Solo
adalah motif yang dirancang sangat menggambarkan kota Solo dari segi visualnya
sehingga dengan sekali melihat ikon yang terdapat pada motif batik, koresponden
dapat melihat identitas kota Solo. Namun dalam segi warna, batik yang dirancang
kurang menggambarkan kota Solo. Kota Solo sudah dikenal sekian tahun dengan
batik berwarna sogan, sedangkan batik yang dirancang lebih berwarna cerah
seperti batik Pekalongan dan Batik Madura.
Pengembangan selanjutnya untuk membuat variasi-variasi lain yang dapat
dipakai untuk pakaian, karena untuk perancangan ini, batik yang sudah jadi tidak
bisa digunakan selain untuk pajangan, karena bila dipaksakan motif dari kota Solo
akan terpotong dan nilai dari ikon Solo yang ingin ditampilkan menjadi hilang.
Kain batik yang sudah dirancangdapat menjadi koleksi bagi para kolektor, karena
dilihat dari nilai eksklusifitasnya (hanya satu desain dan susah ditiru oleh
kompetitor lain). Motif batik yang dirancang juga banyak digemari koresponden
yang datang pada saat pameran. Selain mengetahui ikon yang tergambar dalam
setiap lembar kain, kearifan lokal dan pesan yang ingin ditampilkan juga sudah
terwakili dengan beberapa ikon yang diambil dari masing-masing daerah.
Menurut pemerintah, banyak peluang inovasi dalam menciptakan sebuah
batik Solo yang berbasis kekayaan budaya, sejarah, daerah kota. Selain dapat
mengenalkan kota Solo ke daerah lain, pembuatan batik sekaligus membanggakan
karena banyak generasi muda yang tidak ambil alih dalam pelestarian batik, serta
dapat pula menjadi kegiatan eksplorasi terhadap keunikan ikon untuk kemudian
dikembangkan menjadi suatu produk baru dan nilai baru.
Melalui hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap responden maka
didapatkan hasil analisis bahwa logo dan motif batik yang dirancang memiliki
fungsi yang bagus dalam perkembangan dunia batik khususnya dalam
perekonomian kreatif sekarang. Logo dapat digunakan sebagai penanda oleh para
pengrajin dan pembatik Solo dalam karya yang telah dibuat, sedangkan ikon dan
motif baru dapat menambah perspektif orang bahwa batik bukanlah hanya kain,
namun mengandung banyak makna di balik proses pembuatannya. Hal ini sesuai
16
dengan tujuan perancangan yang mau memperkenalkan identitas Solo. Dua
kegiatan pameran didokumentasikan pada Gambar 12 berikut.
Gambar 12 Situasi Kedua Pameran
5. Kesimpulan dan Saran
Hasil dari pengujian untuk logo dan motif batik dapat dikatakan membentuk
pandangan bahwa kota Solo (city branding) sebagai kota batik. Batik yang
menjadi produk khas kota Solo dan merupakan merchandise yang paling dicari
orang ketika pergi ke Solo dapat digunakan juga sebagai ruang pamer atau etalase
yang menawarkan Solo dalam ajang pamer budaya dan promosi pariwisata di
skala nasional. Kekayaan kearifan lokal yang dimiliki Solo khususnya dapat
menjadikan modal ide pengembangan ekonomi kreatif, tidak hanya pada media
batik tapi ke banyak produk seni atau kerajinan lainnya. Dengan adanya ikon
sebagai simbol di dalam motif batik dapat mempermudah masyarakat dalam
menentukan asal batik dibuat dan terutama dapat mengenal budaya, arsitektur, dan
sejarah lebih spesifik dengan melihat ikon motif batik yang dirancang.
Saran untuk penelitian berikutnya adalah selalu berkembang open minded
untuk memunculkan ide baru dan tidak terpaku pada satu ide, tetapi harus dapat
mengembangkan ke berbagai ide (contohnya untuk memunculkan pola dan
mengembangkannya ke berbagai media seni tidak hanya kain dan tidak hanya
17
untuk kota Solo tetapi kota-kota lain di Indonesia). Pembuatan batik adalah
dengan teknik batik tulis dan batik cap, karena setelah masuk ke proses digital,
dan output dari batik menggunakan mesin, dapat dikatakan kain batik yang dibuat
bukan merupakan kain batik, melainkan tekstil bermotif batik. Masalah yang akan
dihadapi untuk perancangan logo apabila ingin diterapkan mendapatkan tantangan
yang jauh lebih berat, karena logo yang dirancang harus diupayakan melalui
berbagai strategi agar semua masyarakat tau bahwa logo tersebut adalah logo
batik khas Solo. Menurut pemerintah, dalam penggunaan logo batik untuk batik
yang benar - benar dibuat di Solo oleh seniman Solo dan hanya batik dengan
proses 100% malam yang diberi logo, karena batik yang menggunakan printer
merupakan tekstik bermotif bukan batik. Melihat hasil pengujian yang berkaitan
dengan motif, diharapkan dapat terus dikembangkan produksi batik yang
mengandung banyak pesan dari pengrajin khususnya budaya-budaya khas Solo,
dan sebisa mungkin menggunakan warna sogan dalam pewarnaan motif batik
Solo.
6. Daftar Pustaka
[1] Berita Industri-Membangun Reputasi Batik Lewat Batik
Mark.2013.http://www.kemenperin.go.id (Diakses tanggal 28 Maret 2015)
[2] Apa yang harus anda ketahui tentang Masyarakat Ekonomi
Asean.2014.http://www.bbc.com (Diakses tanggal 2 April 2015)
[3] Hadapi MEA, Kemendag Kembali Dorong Industri Kreatif Kerajinan lewat
INACRAFT 2015.2015.http://www.djpen.kemendag.go.id (Diakses tanggal 5 Juni
2015)
[4] Kota Kreatif Ujung Tombak Pengembangan Ekonomi
Kreatif.2013.Puskompublik.http://www.kemenpar.go.id (Diakses tanggal 5 Juni
2015)
[5] Praja, Aksan Sukma.2012.Perancangan Pola Batik Solo dengan Pixel
Art.UKSW:DKV FTI.
[6] Sukardhani,Puspita Sari.2011.Visualisasi Ikon Kota Surabaya pada Batik Tulis
Surabaya (Analisis Tekstual Batik Tulis Surabaya).UNAIR:Media dan
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
[7] Surianto, Rustan.2009.Mendesain Logo.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[8] Wulandari,Ari.2011.Batik Nasional.Yogyakarta:Penerbit Andi.
[9] Sarwono, Jonathan dan Lubis, Hary.2007.Metodologi Desain.Yogyakarta:Penerbit
Andi
[10] Afifah, Mahardin Nur Alfifah,2013, ”Solo Dilirik Sebagai Inspirasi Mode Dunia”.
Solopos, 31 Agustus 2013.
top related