pengembangan produk unggulan jagung
Post on 30-Dec-2016
247 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN JAGUNG
PENDAHULUAN
Jagung merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia,
yang memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Dalam
perkembangan ekonomi dewasa ini, disamping sebagai bahan makanan
pokok, jagung telah menjadi lebih sangat penting karena merupakan
bahan pokok, jagung telah menjadi lebih sangat penting karena
merupakan bahan pokok bagi industri pakan ternak. Kandungan jagung
dalam pakan ternak mencapai lebih dari 50% yang apabila harus diimpor,
karena produksi dalam negeri tidak cukup, akan menelan devisa yang
tidak sedikit.
Statistik impor jagung Indonesia, semenjak tahun 1991
menunjukkan adanya gejolak peningkatan yang kadang-kadang terjadi
sangat tinggi. Dari hanya impor jagung sebanyak 323.000 ton pada tahun
1991, bisa menjadi lebih dari 1 juta ton pada tahun 1997. Ini antara lain
dikarenakan adanya kebutuhan untuk pakan ternak dan hampir 90% dari
kebutuhan jagung untuk pakan ternak tersebut kadang-kadang terpaksa
harus diadakan melalui impor. Devisa yang harus dikeluarkan untuk impor
jagung diberitakan mencapai US $ 168 juta sampai US $ 196 juta untuk
tahun 1997 (Harian Ekonomi Neraca 21 Januari 1998).
Dengan memperhatikan keadaan dan luas lahan serta kondisi
lingkungan (iklim) di sebagai besar wilayah Indonesia, impor jagung,
seharusnya bisa ditekan sekecil-kecilnya apabila ada upaya yang
mendorong petani memanfaatkan lahannya dengan baik untuk
penanaman jagung. Masalah bagi petani di dalam penanaman jagung,
lebih banyak dikarenakan kesulitan mendapatkan modal dan tidak
memiliki ketrampilan tehnis dalam menghadapai berbagai kendala
1
serangan hama dan penyakit serta penggunaan benih varitas yang
unggul.
Pemberian kredit kepada petani guna penanaman jagung, dapat
diharapkan memberikan hasil apabila disertai dengan adanya bantuan
pembinaan budidaya serta kontrol yang baik terhadap serangan hama dan
penyakit. Selanjutnya, usaha tani jagung juga hanya akan bisa
berkelanjutan apabila disertai dengan diperolehnya pendapatan yang
memadai untuk kesejahteraan keluarganya. Oleh karena itu pencapaian
produksi jagung yang tinggi perlu diikuti dengan adanya pemasaran yang
pasti dan mampu menciptakan keuntungan bagi petani. Biasanya petani
selalu berada pada posisi yang sulit, karena pemasaran hasilnya
menghadapi dilema harga yang tidak menguntungkan, terutama pada
saat-saat panen.
Apabila dalam kemitraan antara petani dan pengusaha Pabrik
Makanan Ternak (PMT) dapat direncanakan kerjasama pengelolaan yang
bisa mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dalam kerangka
usaha tani jagung, maka pemberian kredit kepada petani diharapkan
dapat berhasil mendorong peningkatan produksi sehingga mampu
menggantikan jagung impor guna memenuhi kebutuhan perusahaan
pakan ternak. Ini membantu menciptakan penghematan devisa negara.
Disamping itu dengan mantapnya produksi jagung dalam negeri pada
tingkat yang mencukupi, pasokan jagung untuk produksi pakan ternak
akan lancar. Manfaat selanjutnya adalah terselenggaranya kelancaran
dalam usaha peternakan ayam untuk produksi telur dan daging serta
peternakan sapi untuk produksi daging dan susu, yang sangat penting
guna meningkatkan kualitas gizi makanan masyarakat Indonesia.
Adanya kelayakan petani dalam melakukan usaha tani jagung
dengan menjalin kemitraan dengan pengusaha Pabrik Makanan Ternak
ini, akan menarik perhatian Bank untuk bekerjasama dan memberikan
kredit keperluan modal usaha. Proyek seperti ini, yang melibatkan
2
kerjasama kemitraaan antara pihak petani, Perusahaan Makanan Ternak
dan Bank, merupakan model Proyek Kemitraan Terpadu (PKT-Jagung
Pakan Ternak) yang menjadi pokok bahasan buku ini.
Kapasitas produksi perusahaan makanan ternak (PMT) di
Indonesia, sekitar 6.908.000 ton/tahun. Apabila 50% berat bahan bakunya
adalah jagung, berarti setiap tahun memerlukan pasokan hampir 3,5 juta
ton. Dengan rata-rata produksi jagung hibrida 5 ton/ha dan 2 kali tanam
pertahun, ini berarti untuk memenuhi kebutuhan PMT saja akan
diperlukan lahan sekitar 350.000 ha/tahun. Apabila untuk setiap ha
memerlukan biaya sebesar Rp. 1.000.000 berarti diperlukan kredit
sebanyak Rp. 350 milyar. Suatu pangsa kredit yang dapat menarik
perhatian Bank di dalam ikut mendorong perkembangan ekonomi
khususnya melalui subsektor peternakan.
TujuanAnalisis Pengembangan Produk unggulan Jagung ini bertujuan
untuk :
1. Memberikan kepada perbankan informasi mengenai pola usaha
produksi jagung untuk pakan ternak yang layak dibiayai dengan
kredit Bank, sehingga dapat dipergunakan sebagai acuan di
dalam mempertimbangkan permintaan kredit sejenis.
2. Dipergunakan sebagai model bagi para petani yang akan
melaksanakan usaha tani jagung untuk pakan ternak dengan
mengadakan PKT sehingga layak mendapatkan dana kredit
Bank sebagai modal usaha.
3. Mendorong pengembangan usaha kecil (petani) dalam
memproduksi jagung guna memenuhi kebutuhan pakan ternak
dalam rangka penghematan devisa dan meningkatkan produksi
ternak di Indonesia.
3
POLA KEMITRAAN TERPADU
OrganisasiProyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan
dalam bidang usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani
atau usaha kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank
pemberi KKPA.
Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai
dengan bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok
petani/usaha kecil dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam
PKT, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam
Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma
dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan
ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang
memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma.
Proyek ini kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan
mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak
yang bermitra.
1. Petani Plasma
Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa
terdiri atas (a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya
untuk penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha
kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu
ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.
Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan
dan penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b),
kegiatan dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam
4
batas masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada
aspek usaha.
Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau
skala yang dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap
kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris
merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah
mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus
dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan
dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil
kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan
pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan
kesepakatan kelompok.
2. Koperasi Para petani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT,
sebaiknya menjadi anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi
bisa melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam
pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya
bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang
mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki
kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan
administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim
Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan
keharusan.
3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir
Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin
kerjasama sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus
memiliki kemampuan dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan
ekspor, serta bersedia membeli seluruh produksi dari plasma untuk
selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor. Disamping ini, perusahaan
5
inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan membantu dalam
pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha kecil.
Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk
mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa
dikembangkan dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas
pengolahan untuk diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya
pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun demikian petani
plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang
kemudian harus dijual kepada Perusahaan Inti.
Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis,
kegiatan pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan
memanfaatkan bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya
yang dikoordinasikan oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan
tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu mendapatkan
persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan
bantuan biaya yang diperlukan.
Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis
yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk
membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi.
Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa
kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara
proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi
kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang
diterimanya.
4. Bank
Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan
antara pihak Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan
Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk
biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau perbaikan kebun.
6
Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-
aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan.
Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan
bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan
sehingga dapat menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan
digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat
bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah
pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling besar.
Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani
plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan
operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran
pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar
membuat perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan inti,
berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi.
Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani
plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan
langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana
angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak
petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang
hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati
bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan
disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu
perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.
Pola KerjasamaKemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan
perusahaan mitra, dapat dibuat menurut dua pola yaitu :
a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani
mengadakan perjanjian kerjasama langsung kepada
Perusahaan Perkebunan/Pengolahan Eksportir.
7
Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang
berupa KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan
Koperasi sebagai Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung
ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa
diberikan oleh Perusahaan Mitra.
b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani,
melalui koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi
(mewakili anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/
eksportir.
Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada
petani plasma dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing
Agent. Masalah pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha,
apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan
menjadi tanggung jawab koperasi.
8
Penyiapan ProyekUntuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan
dalam proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan
keberhasilan, minimal dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan.
Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma,
perintisannya dimulai dari :
1. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota
koperasi dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat
usaha atau lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan
ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus
menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25
petani/kelompok usaha. Berdasarkan persetujuan bersama,
yang didapatkan melalui pertemuan anggota kelompok, mereka
bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan
perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir dan bersedia
mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan
peningkatan usaha;
2. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir,
yang bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat
membantu memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi
serta proses pemasarannya;
3. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha
perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk
memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra.
Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan
pendekatan, atau ada pihak yang akan membantu sebagai
mediator, peran konsultan bisa dimanfaatkan untuk
mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok
tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih
9
memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang
diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil;
4. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para
anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki
kemampuan di dalam mengorganisasikan dan mengelola
administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila
keterampilan koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat
diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari perusahaan
mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah yang
berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam
kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus
mendapatkan persetujuan dari para anggotanya, apakah akan
beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau
badan penyalur (channeling agent);
5. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh
pihak instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas
Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan
Pemda);
6. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam
PKT ini, harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa
sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka merupakan
lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar
ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya kejelasan dari
pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen
Kehutanan dan Perkebunan.
Mekanisme ProyekMekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema
berikut ini :
10
Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan
prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu
dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU)
yang mengikat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra
(inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas
kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari
rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke
plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain.
Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan,
tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang
penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma
melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti
dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan
memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada
bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani
sebagai pendapatan bersih.
Perjanjian Kerjasama
11
Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan
dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani
oleh pihak-pihak yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka.
Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan
menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja
sama kemitraan itu. Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang
menyangkut kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha
kecil (plasma) antara lain sebagai berikut :
1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai
mitra (inti)
a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan
penaganan hasil;
b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan
sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman
serta pemeliharaan kebun/usaha;
c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan
pasca panen untuk mencapai mutu yang tinggi;
d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan
e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah
pelunasan kredit bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak
sebagai avalis dalam rangka pemberian kredit bank untuk
petani plasma.
2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma
a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;
b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani
tetangganya yang lahan usahanya berdekatan dan sama-sama
ditanami;
c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan
pasca-panen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan;
12
d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti
yang disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan
permintaan kredit;
e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi
budidaya oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat
yang tidak termasuk di dalam rencana waktu mengajukan
permintaan kredit;
f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan
perawatan sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian
seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Mitra; dan
g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran
harga produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan
terlebih dahulu dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi
angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya.
ASPEK PEMASARAN Peluang PasarKomoditi Jagung sedang menjadi salah satu primadona dalam
agribisnis. Konsumsi jagung untuk pakan cenderung meningkat dengan
rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 11,52%, sementara itu
pertumbuhan produksi hanya 6,11%.
Disamping untuk pakan ternak, jagung juga diperlukan untuk
industri makanan ternak yang pertumbuhannya juga makin meningkat.
Kecenderungan konsumsi jagung di Indonesia yang makin meningkat
lebih tinggi dari peningkatan produksi, menyebabkan makin besarnya
jumlah impor dan makin kecilnya ekspor.
Jagung pada dasarnya merupakan bahan pangan sumber
karbohidrat kedua sesudah beras bagi penduduk Indonesia. Sehingga
disamping keperluan pakan ternak, komoditi ini juga sebagai bahan
13
makanan utama sesudah beras bagi penduduk Indonesia dan menjadi
bahan baku industri makanan lainnya. Sejalan dengan adanya
peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat pengetahuannya,
konsumsi protein hewani khususnya daging ayam dan telor serta daging
terlihat juga terus meningkat. Hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan
makanan ternak yang kemudian meningkatkan kebutuhan jagung, karena
jagung merupakan 51% dari komponen pakan ternak. Peningkatan
kebutuhan jagung ini dalam beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan
laju peningkatan produksi di dalam negeri, sehingga mengakibatkan
diperlukannya impor jagung yang makin besar.
Perkembangan produksi, konsumsi, impor dan ekspor jagung
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Produksi, Konsumsi, Impor dan Ekspor Jagung di
Indonesia
Tahun ProduksiJagung(Ton)
EksporJagung(Ton)
ImporJagung(Ton)
NetImpor(Ton)
PermintaanJagung(Ton)
0 1 2 3 4 51987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
5.154.7356.651.9176.192.5126.734.0286.255.9067.995.4596.459.7376.868.8858.245.9029.307.4239.161.362
4.68037.404
232.093136.64030.740
136.66052.09028.88074.87917.50518.956
220.99863.45433.340
515323.17655.498
494.4461.109.253969.145587.603
1.098.353
216.31826.050
-198.753-136.125292.436-81.162442.356
1.080.373894.266570.098
1.087.397
5.371.0536.677.9675.993.7596.597.9036.548.3427.914.2376.902.0937.949.2589.140.1689.877.521
10.248.759Sumber : Direktorat Bina Prod. Tan. Pangan (1997)
Penggunaan jagung impor untuk makanan ternak, telah
memberatkan para peternak pada saat naiknya nilai dollar terhadap rupiah
akhir-akhir ini. Harga impor jagung sebesar US $ 130 per ton, yang jika
dihitung dengan kurs Rp. 8.000 per dollar menjadi Rp. 1.040 per kilogram.
Padahal dalam komposisi pakan ternak, jagung memegang peran hingga
14
50 %. Dengan alasan ini, produsen makanan ternak menaikkan harga jual
pakan ternak. Tindakan ini telah mengakibatkan belasan ribu peternak di
seluruh pelosok tanah air menghadapi kesulitan.
Apabila pada suatu saat terjadi kelebihan produksi jagung,
kelebihan ini dapat diekspor dengan harga yang sangat menarik. Importir
jagung dapat beralih menjadi eksportir.
Harga ProduksiHarga jagung di tingkat petani di daerah produksi dapat dilihat pada
Tabel 2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa harga jagung bisa bervariasi
antar Propinsi di Jawa. Pada umumnya, harga terus meningkat dengan
rata-rata peningkatan sebesar 90 % tahun disemua daerah di Jawa. Rata-
rata harga pada tahun 1996 tercatat mencapai antara Rp. 445,15/kg di
Jawa Tengah sampai Rp 715,31/kg di Jawa Barat.
Tabel 2. Perkembangan rata-rata jagung di Jawa (Rp./kg)
Tahun PROPINSI
Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996
238.03 258.73 314.64 328.97 353.14 389.03 416.41 442.98 500.66 628.86 715.31
161.16 193.71 232.34 235.04 253.43 297.66 268.95 294.43 360.51 386.99 445.15
165.19 208.45 229.01 245.02 260.63 324.07 266.38 383.29 539.11 577.88 628.32
154.68 194.19 218.19 227.86 254.62 283.89 261.18 296.89 389.86 413.60 505.24
Di tingkat internasional rata-rata harga jagung bulanan di pasar
London (yellow maize) selama beberapa bulan (Juli 1997 - Januari 1998)
menunjukkan angka yang relatif stabil ditunjukkan pada Tabel 3. Dengan
15
perubahan nilai rupiah terhadap dollar yang fluktuatif, maka harga jagung
di tingkat nasional juga mengikuti fluktuasi ini.
Memperhatikan nilai jagung ekspor berdasarkan harga FOB seperti
pada Tabel 3a dan harga jagung di pasar London Tabel 3., harga jagung
ekspor pada waktu ini dapat diperhitungkan berada pada kisaran sekitar
US $ 140/ton. Dengan menggunakan nilai tukar Rp 8.000/US$ 1 akan
didapatkan harga sekitar Rp 1.120/Kg. Harga tersebut dua kali lebih tinggi
dibandingkanharga ditingkat petani yang rata-rata masih sekitar Rp
500/kg. Dengan demikian, produksi jagung dalam negeri, selain untuk
memenuhi kebutuhan pabrik pakan ternak, juga memiliki harga dengan
daya saing tinggi di pasaran luar negeri.
Tabel 3. Perkembangan Harga Jagung di Pasaran London (US$/ton)
Juli 97 Agustus September Oktober Nopember Desember Januari 98
132 133.75 133.31 133.75 133.75 133.75 133.75
Sumber: Laporan Mingguan Bank Indonesia
Tabel 3a. Perkembangan nilai jagung ekspor Indonesia
Tahun Total Ekspor
(Ton)Nilai Jagung Ekspor (FOB)
Total (US $.) Per Ton (US.$.) 1991 33.222 3.872.524 116.56 1992 149.836 19.000.131 126.81 1993 60.837 7.943.828 130.58 1994 37.441 5.617.121 150.03 1995 79.144 11.268.206 142.38 1996 26.830 5.304.007 197.70
Sumber: Buletin Ringkas BPS, Edisi Maret 1993 - 1998, diolah.
PersediaanProduksi, luas panen dan produktivitas jagung di Indonesia selama
kurun waktu 1987 - 1997 dapat dilihat pada Tabel 4. Terlihat bahwa pada
16
umumnya luas panen dan produktivitas jagung di Indonesia setiap
tahunnya terus meningkat, yang berakibat pada adanya peningkatan
produksi jagung dari 5,1 juta ton pada tahun 1987 menjadi 9,1 juta ton
pada tahun 1997. Dibandingkan dengan besarnya konsumsi dalam negeri
yang termasuk juga untuk keperluan pakan ternak (Tabel 1), menunjukkan
adanya kekurangan setiap tahunnya dalam 5 tahun terakhir ini.
Kekurangan tersebut harus dipenuhi dari impor, dan jumlah impor ini
makin bertambah besar karena adanya sebagian produksi jagung yang
diekspor.
Tabel 4.
Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung di Indonesia selama
Periode 1987 - 1996
Tahun
Luas
Panen
(ha)
Produktivit
as
(kg/ha)
Produksi
(Ton)
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
2.626.033
3.405.751
2.944.199
3.158.092
2.909.100
3.629.346
2.939.534
3.109.398
3.651.838
3.743.573
3.564.245
1.963
1..953
2.103
2.132
1.150
2.203
2.198
2.209
2.258
2.486
2.570
5.154.735
6.651.917
6.192.512
6.734.028
6.255.906
7.995.906
6.459.737
6.868.885
8.245.902
9.307.423
9.161.362 Sumber: Direktorat Bina Prod. Tan. Pangan (1997)
ASPEK PRODUKSI :: Pengolahan TanahJagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang mempunyai
batang berbentuk bulat, beruas-ruas dan tingginya antara 60 � 300 cm.
17
Tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi
(ketinggian 0 - 1.300 m dpl). Curah hujan yang optimal adalah antara 85
� 100 mm/bulan merata sepanjang tahun.
Jagung dapat di tanam secar monokultur atau tumpangsari dengan
tanaman lain, misalnya ubi kayu. Jenis jagung yang ditanam oleh petani
dapat berupa jagung komposit atau jagung hibrida.
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan tenaga manusia, ternak
atau mesin (traktor). Tanah dibajak dengan kedalaman 15�20 cm yang
kemudian diratakan. Biaya pengolahan tanah berkisar antara Rp. 80.000 -
Rp. 150.000 per ha, tergantung dari jenis tenaga yang digunakan.
ASPEK PRODUKSI :: PenanamanVarietas jagung yang ditanam dapat berupa jagung komposit atau
hibrida. Kebutuhan benih untuk varietas jagung komposit (Arjuna) adalah
35 kg/ha, sedangkan yang hibrida : Bisi-1, Bisi-3, Pioneer 5 dan Pioneer 6,
masing-masing 20 kg/ha, Pioneer 7, Pioneer 8 dan Pioneer 9, masing-
masing 17 kg/ha dan Bisi-2 diperlukan 15 kg/ha. Jumlah benih tersebut
untuk memenuhi jumlah tanaman yang optimum yang jumlahnya sekitar
66.000 tanaman/ha.
Jika tanaman jagung ditumpangsarikan dengan ubi kayu, jumlah
bibit ubi kayu yang diperlukan sekitar 12.500 stek/ha dan ditanam
sesudah jagung berumur 1,5 bulan.
ASPEK PRODUKSI :: PemupukanJenis pupuk yang diperlukan adalah Urea dengan dosis antara 300-
450 kg/ha, TSP 100 kg/ha dan KCl antara 50 � 100 kg/ha. Pada waktu
penanaman diberikan pupuk dasar yang terdiri dari TSP dan KCl (dosis
penuh) dan 1/3 bagian dosis Urea. Kemudian sisa urea diberikan pada
waktu tanaman berumur 3 dan 6 minggu, dengan dosis masing-masing
1/3 bagian.
ASPEK PRODUKSI :: Pengendalian Hama dan Penyakit
18
Bila ada gejala serangan hama atau penyakit, segera dilakukan
penyemprotan dengan pestisida yang telah dianjurkan oleh Dinas
Pertanian Tanaman Pangan setempat.
ASPEK PRODUKSI PengairanTanaman jagung memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan
dan pembentukan biji. Air sangat diperlukan pada saat penanaman,
pembuangan (45 - 55 hari sesudah tanam/hst) dan pengisian biji (60 - 80
hst). Di beberapa daerah yang cukup curah hujannya, kebutuhan air dapat
dipenuhi oleh curah hujan tersebut, sedangkan untuk daerah-daerah yang
mengalami kesulitan air, para petani dapat menggunakan pompa air yang
disewa dengan biaya sekitar Rp. 350.000/ha.
Panen dan Pasca PanenUmur panen jagung yang ditanam di dataran rendah lebih pendek
dari yang ditanam di dataran tinggi. Umur panen jagung juga tergantung
dari varietas yang ditanam. Pada Tabel 5. dapat dilihat umur panen dan
produksi beberapa varietas jagung yang ditanam di Indonesia.
Panen jagung terbesar (70%) terjadi pada bulan Januari - April,
sedangkan sisanya (30%) berlangsung pada bulan Juni - Agustus. Kadar
air jagung yang dipanen di musim hujan, dapat mencapai 35% sedangkan
yang dipanen di musim kemarau kadar airnya sekitar 25%. Biji jagung
mudah dipipil, jika airnya kurang dari 20%. Untuk pemipilan secara
mekanis (dengan corn sheller), kadar air jagung sebaiknya kurang dari
18%. Kadar air yang tinggi akan merusak kualitasnya. Biaya pemipilan
jagung secara mekanis berkisar antara Rp. 36 - Rp. 45/kg, sedangkan
yang menggunakan tenaga manusia antara Rp. 6 - Rp. 8/kg.
19
Tabel 5. Umur Panen dan Produktivitas Beberapa Varietas Jagung
No. Varietas Umur Panen(hari)
Produktivitas (ton/ha)ppkRata-rata Potensi
A. Hibrida 1. IPB 4 100 5,4 7,0 2. C-1 98 5,8 8 - 9
3. C-2 93 6,3 8 - 9
4. C-3 95 6,4 8,2 5. CPI-1 98 6,2 9,3 6. CPI-2 97 6,2 8 - 9
7. BISI-1 (CPI-3) 92 7,0 8 -9
8. BISI-2 (CPI-4) 103 8,9 12 - 14
9. BISI-3 94 6,6 9 -10
10. BISI-4 98 6,9 11 11. PIONEER-1 100 5,0 7+ 12. PIONEER-2 100 5,9 8,5 13. PIONEER-3 98 6,4 9 - 10
14. PIONEER-4 100 6,9 9 - 11
15. PIONEER-5 99 6,8 9 - 10
16. PIONEER-6 96 - 116 9,0 10 -12
17. PIONEER-7 100 - 113 8,7 10 -11
18. PIONEER-8 100 - 118 8,8 10 -12
19. PIONEER-9 100 - 113 9,0 10 -12
20. SEMAR-1 100 5,3 8 - 9
21. SEMAR-2 90 5,0 8 22. SEMAR-3 94 6,3 8 - 9
B. Komposit 1. Arjuna 85 - 90 5 - 6 - 2. Wiyasa 96 5,3 - 3. Rama 98 5,0 - 4. Bisma 96 5,7 - 5. Lagaligo 90 5,3 - 6. Kalingga 96 5,4 -
Sumber: Dr. Subandi, Pemulia Tanaman Jagung, Puslitbang Tanaman Pangan
Kualitas jagung pipil, seperti ditentukan oleh kadar air biji jagung,
persentasi kotoran, persentase biji rusak dan kandungan jamur (aflatoxin)
20
akan mempengaruhi harga jualnya. Kualitas jagung yang diperhitungkan
dalam penentuan harga jagung pada umumnya adalah sebagai berikut :
- Kadar air (maksimal) 15%- Kandungan afaltoxin (maksimal) 150 ppb (part per billion)- Persentasi kotoran (maksimal) 5% - Biji rusak (maksimal) 15% .
Jika kadar air biji jagung lebih besar dari yang ditentukan, maka
harga yang diterima petani akan disesuaikan dengan kondisi tersebut.
Salah satu contoh pemotongan harga jagung yang didasarkan oleh kadar
airnya adalah seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Contoh Presentasi Pemotongan Harga Jagung Berdasarkan Kadar Airnya
Kadar Air (%) PersentasiPemotongan Kadar Air (%) Persentasi
Pemotongan 0.00 - 17.00 0.00 25.10 - 26.00 12.00
17.10 - 18.00 2.00 26.10 - 27.00 13.10
18.10 - 19.00 4.00 27.10 - 28.00 14.20
19.10 - 20.00 5.00 28.10 - 29.00 15.30
20.10 - 21.00 6.00 29.10 - 30.00 16.40
21.10 - 22.00 7.00 30.10 - 31.00 17.50
22.10 - 23.00 8.00 31.10 - 32.00 19.50
23.10 - 24.00 9.00 32.10 - 33.00 20.60
24.10 - 25.00 10.00 33.10 - 34.00 21.70
Sumber: Hasil simulasi
Untuk mencapai hasil panen jagung yang memiliki kualitas tinggi,
para petani perlu dapat dengan baik melakukan pemipilan jagung dan
mengeringkannya. Fasilitas mesin pemipil bisa diadakan oleh pihak
Kelompok Tani untuk dipergunakan bersama. Biaya pemipilan
menggunakan mesin sekitar Rp. 180.000/ha.
21
Alat lain yang diperlukan petani adalah mesin pengering
untukmencapai standar kadar air yang berkualitas. Mesin pengering
tersebut juga bisa diadakan secara berkelompok untuk dipergunakan
bersama secara bergiliran. Seabagai alternatif petani bisa membuat lantai
jemur yang kegunaannya banyak.
Biaya pembangunan lantai jemur tersebut sekitar Rp 5.000/m2.
Apabila setiap petani akan membangun 140 m2 lantai jemur, akan
memerlukan biaya sekitar Rp. 700.000. Ini bisa diperoleh dari komponen
kredit investasi dalam paket kredit yang akan dimintakan oleh petani
kepada Bank. Untuk ini, PKT harus minimal diadakan sampai jangka
waktu kredit itu lunas. Skim KKPA atau lainnya yang berjangka panjang
dan berbunga ringan, bisa dipergunakan.
ASPEK KEUANGAN Sumber DanaSumber dana untuk usaha tani jagung dapat berasal dari swadana
petani, mitra usaha ini atau kredit perbankan. Skim-skim kredit perbankan
yang dapat digunakan untuk usaha ini antara lain adalah KUT (Pola
Umum atau Pola Khusus), KKPA, KMK-UKM, KPKU atau Two Step Loan
(TSL). Skim lain KKU dapat digunakan sepanjang usaha tersebut layak
dengan menggunakan bunga pasar.
Biaya Produksi dan Kredit Modal KerjaDengan berdasarkan keadaan harga sekitar Januari - Maret 1998,
pada umumnya kebutuhan biaya produksi usaha tani dan produksijagung
dapat dilihat pada Tabel 7. Perbedaan biaya produksi untuk jagung
hibrida dan komposit disebabkan oleh perbedaan harga benih dan jumlah
pupuk yang digunakan.
22
Tabel 7. Kebutuhan dan Kredit Modal Kerja untuk 2 kali tanam/musim
No. Perincian J. Hirbida J. Komposit
1. Biaya saprotan (Rp) 580.000,- 413.000,-2. Biaya tenaga kerja (Rp) 310.000,- 310.000,-3. Biaya lainnya (Rp) 315.000,- 315.000,-4. Total biaya (Rp) 1.205.000,- 1.038.000,-5. Produksi (kg/ha) 5.000,- 3.000,-6. Harga jual produksi (Rp/kg) 550,- 550,-
Sumber: Hasil simulasi
Jumlah biaya tersebut didapatkan berdasarkan harga dalam
keadaan waktu ini (Maret 1998) sebagai berikut :
Besarnya kredit yang diperlukan oleh petani di dalam memualai
usaha budidaya produksi jagung ini, terutama diperlukan untuk
pengadaan saprotan, pengolahan lahan dan tanam, tenaga pemeliharaan
serta panen. Jumlah ini ditambah 10% untuk ditabung di Bank pemberi
kredit, sehingga untuk setiap ha lahan usaha petani memerlukan Kredit
Modal Kerja sebesar Rp. 867.000,00 apabila petani akan menanam
jagung hibrida, atau Rp. 683.300,00 apabila petani akan menanam
jagung kuning/komposit. Kredit tersebut akan lunas pada akhir tahun.
Dengan kredit ini petani akan bisa menanam jagung 1 sampai 2 kali dalam
1 tahun, tergantung adanya kesedian air atau hujan.
Perincian kebutuhan kredit tersebut adalah sebagai berikut :
Keperluan kredit Tanam Jagung Hibrida (Rp.)
Tanam Jagung Komposit (Rp.)
Saprotan : Pengadaan benih Pengadaan pupuk Pengadaan obat
132.000,00 320.000,00 128.000,00
75.000,00210.000,00128.000,00
Keperluan panen 180.000,00 180.000,00 Tabungan bank 107.000,00 90.300.00 Total Kredit 867.000,00 683.300,00
Sumber: Hasil simulasi
23
Karena jagung merupakan komoditi tanaman pangan dan masuk
dalam program BIMAS, maka petani bisa menggunakan KUT (Kredit
Usaha Tani). Untuk mendapatkannya para petani harus tergabung dalam
kelompok tani, yang kemudian dengan bantuan PPL setiap tahunnya
harus menyiapkan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) untuk
dimasukkan permohonan kreditnya kepada Bank melewati KUD dimana
para petani dalam kelompok itu menjadi anggotanya. KUT sebagai modal
kerja harus lunas dalam 1 tahun, sehingga memungkinkan bagi para
petani untuk tanam jagung 1 sampai 2 dalam 1 tahun untuk melunasi
kredit itu beserta bunganya.
Proyeksi Laba/Rugi dan Arus KasAnalisa laba/rugi menunjukkan bahwa usaha ini memberikan
keuntungan yang wajar kepada petani. Dengan menggunakan KUT bunga
14% pertahun, keuntungan bersih petani setelah pajak untuk budidaya
jagung hibrida mencapai Rp. 2.451.569/ha per musim dengan 2 kali
tanam atau mencapai Rp. 1.281.258/ha dengan 1 kali tanam permusim
apabila harga jual panen jagung Rp. 550/kg. Untuk yang menggunakan
jagung komposit (kuning) dengan 2 kali tanam permusim, keuntungan
bersih tersebut bisa mencapai Rp. 888.528/ha, atau untuk yang hanya 1
kali tanam permusim mencapai Rp. 464.704/ha apabila harga jual jagung
Rp. 550/kg. Pendapatan ini akan menjadi lebih kecil apabila untuk
keperluan modal kerja petani menggunakan dana kredit dengan bunga
yang lebih tinggi (Tabel 8 dan 9) atau mendapatkan harga jual panen
jagung yang lebih rendah (Tabel 11). Net profit of sales untuk jagung
hibrida dan jagung komposit dengan 2 kali tanaman permusim masing-
masing adalah 46,92% dan 28,34%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
usaha tani jagung hibrida lebih menguntungkan daripada jagung komposit
(kuning). Sehingga PKT akan lebih baik kalau dilaksanakan dengan
menggunakan jagung hibrida.
24
Tabel 8. Proyeksi Laba/Rugi Usaha Tani Jagung Hibrida dengan 2 kali tanam per tahun (Rp/Ha)
No Deskripsi KUT (i = 14%)
KKPA (I = 16 %)
1 Penjualan hasil penjualan 5.225.000 5.225.0002 Biaya produksi 2.410.000 2.410.0003 Laba operasi 2.815.000 2.815.0004 Bunga bank 91.035 104.0405 Laba sebelum pajak 2.723.965 2.710.9606 Pajak pendapatan 272.397 271.0967 Laba bersih 2.451.569 2.439.8648 Net Profit of Sales 46,92% 46,70%9 Profit Margin 53,88% 53,88%
B/C 1,75 1,71Sumber: Hasil simulasi
Dari proyeksi arus kas terlihat bahwa, apabila tidak ada gangguan
tehnis dalam pertanaman, usaha ini masih menghasilkan surplus dana
setelah dikurangi untuk pelunasan pokok pinjaman dan bunganya. Para
petani akan dapat mengangsur pinjamannya (bunga dan pokok) dengan
baik dan memperoleh keuntungan yang bervariasi tergantung pada harga
jual jagung saat panen. Jumlah keuntungan menjadi lebih besar apabila
petani bisa menjual produksi jagung dengan harga yang lebih tinggi dan
mendapatkan kredit modal kerja dengan bunga yang lebih kecil, atau
sebaliknya petani akan memperoleh keuntungan bersih yang lebih kecil
apabila harga jagung lebih rendah dan petani menggunakan kredit dengan
bunga yang lebih besar.
Tabel 9. Proyeksi Laba/Rugi Usaha Tani Jagung Komposit dengan 2 kali tanam per tahun (Rp/Ha)
No Deskripsi KUT(i = 14%)
KKPA(I = 16 %)
1 Penjualan hasil penjualan 3.135.000 3.135.0002 Biaya produksi 2.076.000 2.076.0003 Laba operasi 1.059.000 1.059.0004 Bunga bank 71.747 81.9965 Laba sebelum pajak 987.254 977.004
25
6 Pajak pendapatan 98.725 97.7007 Laba bersih 888.528 879.3048 Net Profit of Sales 28,34% 28,05%9 Profit Margin 33,78% 33,78%
B/C 1,43 1,37Sumber: Hasil simulasi
Kelayakan UsahaKarena siklus produksi jagung dari tanam sampai panen
memerlukan waktu kurang dari 4 bulan, maka analisis kelayakan usaha
tani jagung didasarkan atas nilai B/C nya. Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa nilai B/C untuk usaha tani jagung hibrida dan jagung komposit
masing-masing adalah 1.75 dan 1.43. Dengan demikian usaha tani ini
secara finansial layak untuk dikembangkan. Walaupun demikian, sering
harga jual di tingkat petani lebih rendah dari harga jual asumsi yang
dipergunakan di atas (Rp. 550/kg).Untuk itu, perlu diilihat kemungkinan-
kemungkinan berbagai harga jual. Pada Tabel 10, dan 11 dapat dilihat
analisa kepekaan usahatani jagung dengan berbagai kemungkinan harga
jual dan skim kredit yang digunakan.
Tabel 10. Analisis Kepekaan Usaha Tani Jagung Hibrida dengan Skim KUT (bunga 14 % per tahun)
Harga JualJagung Hibrida
(Rp/Kg)
Pendapatan Bersih dariDua Kali Tanam / Tahun
(Rp/Ha)
Pendapatan Bersihdari Satu Kali Tanam /
TahunTanam ke-1 Tanam ke-2 Tanam ke-1
550 1.050.810,00 1.566.155,00 1.316.620,00500 800.810,00 1.341.155,00 1.066.620,00450 550.810,00 1.116.155,00 816.620,00400 300.810,00 891.155,00 566.620,00Sumber: Hasil simulasi
26
Tabel 11. Analisis Kepekaan Usaha Tani Jagung Hibrida dengan Skim KKPA (bunga 16 % per tahun)
Harga JualJagung Hibrida
(Rp/Kg)
Pendapatan Bersih dariDua Kali Tanam / Tahun
(Rp/Ha)
Pendapatan Bersihdari Satu Kali Tanam /
TahunTanam ke-1 Tanam ke-2 Tanam ke-1
550 1.042.140,00 1.561.820,00 1.299.280,00500 792.140,00 1.336.820,00 1.049.280,00450 542.140,00 1.111.820,00 799.280,00400 292.140,00 886.820,00 549.280,00Sumber: Hasil simulasi
Untuk usaha jagung hirbida dengan 2 kali tanam dan tingkat bunga
kredit bervariasi dari 14% - 16%, usaha tani tersebut dapat memberikan
keuntungan yang baik setelah dipotong pelunasan pokok dan bunga
pinjaman.
Tabel 12. Analisis Kepekaan Usaha Tani Jagung Komposit dengan Skim KUT (bunga 14 % per tahun)
Harga JualJagung Komposit
(Rp/Kg)
Pendapatan Bersih dariDua Kali Tanam / Tahun
(Rp/Ha)
Pendapatan Bersihdari Satu Kali Tanam /
TahunTanam ke-1 Tanam ke-2 Tanam ke-1
550 222.519,00 674.434,50 426.038,00500 72.519,00 539.434,50 276.038,00450 (77.481,00) 404.434,50 126.038,00400 (227.481,00) 269.434,50 (23.962,00)
Sumber: Hasil simulasi
Untuk usaha tani jagung komposit, meskipun secara keseluruhan
masih menguntungkan, tetapi untuk penanaman yang kedua bisa terjadi
defisit pada akhir panen tanaman pertama apabila harga jual jagung jatuh
dibawah Rp 500/kg, karena petani harus menyediakan modal untuk
keperluan tanam yang kedua (Tabel 12 dan 13). Keadaan ini
menunjukkan bahwa apabila petani menanam jagung komposit (kuning),
tidak mungkin bisa mengadakan penanaman yang kedua kecuali apabila
27
diberikan kebebasan untuk tidak mengadakan pembayaran angsuran
kredit dan bunga dari hasil panen pertama. Sehingga petani harus
melunasi bunga dan pokok pinjaman pada akhir tanaman kedua, yang
biasanya akan lebih sulit karena produksi tanaman kedua biasanya lebih
murah.
Tabel 13. Analisis Kepekaan Usaha Tani Jagung Komposit dengan Skim KKPA (bunga 16 % per tahun)
Harga JualJagung Komposit
(Rp/Kg)
Pendapatan Bersih dariDua Kali Tanam / Tahun
(Rp/Ha)
Pendapatan Bersihdari Satu Kali Tanam /
TahunTanam ke-1 Tanam ke-2 Tanam ke-1
550 215.686,00 671.018,00 412.372,00500 65.686,00 536.018,00 262.372,00450 (84.314,00) 401.018,00 112.372,00400 (234.314,00) 266.018,00 (37.628,00)
Sumber: Hasil simulasi
Investasi untuk Lantai JemurHarga jual jagung hasil panen, sangat ditentukan oleh kualitasnya.
Untuk dapat mencapai kualitas ini, petani perlu segera setelah panen
mengupayakan agar jantungnya memiliki kadar air standar (15%). Apabila
standar ini tidak dicapai, kelembaban biji jagung yang lebih tinggi akan
memudahkan terjadinya kerusakan. Akibatnya, petani yang tidak memiliki
alat penjemuran/pengeringan akan menghadapi banyak resiko
menurunnya kualitas dan rendahnya harga.� Pengeringan biji jagung
bisa dilakukan dengan penjemuran menggunakan lantai jemur.
Apabila dalam PKT ini petani plasma ingin memiliki lantai jemur,
untuk biaya pembangunannya petani bisa mengajukan permintaan kredit
untuk investasi. Kredit ini bisa dimintakan dalam paket kredit KKPA
bersama kredit modal kerja yang diperlukan untuk usaha tani jagung.
Bersama kredit untuk investasi lantai jemur ini, atau peralatan
lainnya seperti mesin perontok, jangka waktu pelunasan seluruh KKPA
28
bisa dibuat paling cepat dalam 2 tahun untuk jagung hibrida dan 3 tahun
untuk menanam jagung komposit, asalkan masing-masing usaha tani bisa
melakukan tanam 2 kali per tahun.
29
top related