buku produk unggulan pbg

Upload: padang-kusumo

Post on 07-Jul-2015

2.111 views

Category:

Documents


190 download

TRANSCRIPT

PROFIL PRODUK POTENSIAL, ANDALAN DAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta Hidayah-Nya sehingga Penyusunan Produk Potensial, Andalan dan Unggulan Daerah Kabupaten Purbalingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Hasil penyusunan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pada penentu kebijakan di jajaran Pemerintah Kabupaten Purbalingga maupun pihak lain yang membutuhkan, baik kalangan pemerintah maupun swasta. Laporan ini menyajikan informasi mengenai jenis produk yang dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu : Produk Potensial, Andalan dan Unggulan Daerah pada tiap-tiap Sub Sektor.

Keberhasilan penyusunan ini adalah berkat adanya bantuan dan partisipasi dari Insatansi/Dinas/Lembaga, baik Pemerintah Purbalingga. maupun Swasta di Kabupaten

Untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hasil laporan ini dapat dimanfaatkan dalam rangka perencanaan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Purbalingga.

Purbalingga,

Desember 2003

A.n BUPATI PURBALINGGA Sekretaris Daerah u.b Kepala Bagian Bina Perekonomian

Drs. AGUS WINARNO Pembina NIP. 010 181 449

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR . DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . B. Maksud dan Tujuan TINJAUAN PUSTAKA . A. Pembangunan Ekonomi Daerah . B. Produk Unggulan Daerah C. Konsep Pendekatan Produk Unggulan METODOLOGI .. A. Metode ... B. Sumber Data ... KEADAAN UMUM DAERAH A. Deskripsi Kabupaten Purbalingga . B. Topografi C. Iklim D. Tenaga Kerja .. E. Keadaan Perekonomian . HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura B. Sub Sektor Perkebunan C. Sub Sektor Perhutanan D. Sub Sektor Perikanan . E. Sub Sektor Peternakan F. Sub Sektor Industri . G. Potensi Sub Sektor Pariwisata H. Produk Unggulan, Andalan dan Potensial Kabupaten KESIMPULAN ... A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi .. i ii iii v 1 1 3 5 5 7 9 14 14 17 19 19 20 21 21 22 38 38 42 49 51 54 56 64 66 69 69 71 72

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA ..

ii

DAFTAR TABELTabel Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 3.2 Tabel 4.3 Kriteria Produk Unggulan, Andalan dan Potensial Kabupaten Purbalingga, Bobot dan Skalanya Luas Wilayah Kabupaten Purbalingga Dirinci Menurut Penggunaan Tabah Tahun 2000 dan 2001 Komposisi Penduduk Kabupaten Purbalingga Tahun 2001 Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Purbalingga Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 1999 2001 Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Purbalingga Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 2001 Data Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2000, 2001 dan 2002 .. Luas Areal, Produksi, Produktivitas, Nilai Jual dan Jumlah Petani Perkebunan Kabupaten Purbalingga Tahun 2002 Data Potensi Produk Kehutanan Kabupaten Purbalingga . Produksi Perikanan Kabupaten Purbalingga Produksi Ikan Darat (Kolam dan Sawah) di Kabupaten Purbalingga Tahun 2001 . Halaman 18 20 22 24

Tabel 4.4

25

Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9

26 28 29 30 31 32 34 35 38

Tabel 4.10 Populasi Ternak dan Produksi Hasil Ternak Kabupaten Purbalingga .. Tabel 4.11 Data Ekspor Kabupaten Purbalingga Tahun 2000-2002 . Tabel 4.12 Jumlah Pengunjung dan Sumbangan Obyek Wisata terhadap PAD . Tabel 5.1 Rekapitulasi Skoring Produk Unggulan, Andalan dan Potensial Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Data Produksi Komoditas Prioritas Tahun 2000, 2001 dan 2002 Kabupaten Purbalingga .. Rekapitulasi Skoring Produk Unggulan, Andalan dan

Tabel 5.2 Tabel 5.3

42 43

iii

Potensial Sub Sektor Perkebunan .. Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Rekapitulasi Skoring Produk Unggulan, Andalan dan Potensial Sub Sektor Perhutanan Rekapitulasi Skoring Produk Unggulan, Andalan dan Potensial Sub Sektor Perikanan .. Rekapitulasi Skoring Produk Unggulan, Andalan dan Potensial Sub Sektor Peternakan Rekapitulasi Skoring Produk Unggulan, Andalan dan Potensial Sub Sektor Industri Daftar Produk Unggulan Kabupaten .. Daftar Produk Andalan Kabupaten .. 49 52 54 56 67 67 68

Tabel 5.10 Daftar Produk Potensial Kabupaten ..

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Lampiran 1 Perhitungan/Skoring Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura . Perhitungan/Skoring Sub Sektor Perhutanan . Perhitungan/Skoring Sub Sektor Perkebunan . Perhitungan/Skoring Sub Sektor Perikanan . Perhitungan/Skoring Sub Sektor Peternakan Perhitungan/Skoring Sub Sektor Industri

Halaman 75

Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6

84 93 102 111 120

v

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada saat ini, pembangunan Indonesia menghadapi dua tantangan utama yakni pengaruh globalisasi dan desentralisasi. Pengaruh globalisasi mengandung implikasi bahwa suatu aktivitas yang sebelumnya terbatas jangkauannya menjadi berkembang tidak terbatas, dalam artian arus barang dan jasa termasuk informasi, bebas keluar masuk tanpa batas suatu negara dan bangsa (the borderless world ). Proses globalisasi tersebut berlangsung dengan cepat tidak dapat dihentikan dan tidak dapat dihindarkan. Dunia tanpa batas ini akan meningkatkan arus perdagangan dan investasi dunia, dan setiap bangsa memiliki peluang untuk memanfaatkannya disamping akan melahirkan harapan-harapan baru dalam kehidupan antar bangsa. Disisi lain, globalisasi akan merupakan ancaman apabila bangsa kita tidak bersiap diri untuk menghadapi berbagai tuntutan persaingan yang semakin ketat. Setiap bangsa akan menghadapinya dengan persiapan-persiapan yang selaras dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sumber daya manusia, manajemen dan sistem kelembagaan, yang diarahkan pada peningkatan daya saing perekonomian dalam konteks keunggulan kompetitif bangsa yang berkelanjutan. Dengan semakin terbukanya perekonomian global, maka pemerintah Kabupaten Purbalingga akan dihadapkan pada beberapa permasalahan utama menyangkut kemampuan dalam menciptakan situasi yang kondusif untuk peningkatan potensi dan keunggulan daerah, mengelola penyertaan modal dan menarik investasi serta penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Globalisasi bagi Pemerintah Kabupaten Purbalingga seharusnya dapat dipandang sebagai suatu peluang dan tantangan bukan ancaman. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten harus mampu menarik minat badan usaha lokal, nasional dan internasional untuk dapat melakukan aktivitas perekonomian di Kabupaten Purbalingga. Dalam lingkungan persaingan yang semakin tajam semua badan usaha lokal maupun nasional agar digiring untuk menggali unsur-unsur pembentukan keunggulan kompetitifnya agar dapat tidak sekedar eksis (hidup), namun mampu menangkap atau memanfaatkan peluang di tengah-tengah persaingan yang semakin tajam, yang tentunya perlu didukung dengan sumber daya manusia yang profesional dan handal.

Disamping itu., unsur-unsur tersebut akan dapat tumbuh dan berkembang apabila didukung dengan strategi dan kebijakan serta mengimplementasikan secara efektif dan efisien. Hal ini perlu dilakukan, karena terciptanya sinkronisasi hubungan antara kebijakan pemerintah dengan determinasi keunggulan daerah akan dapat memberikan dampak yang baik, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi, globalisasi dan regionalisasi serta GATT/WTO akan menjadi peluang besar. Sejalan dengan paradigma baru sistem manajemen pemerintahan berdasarkan adanya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undangundang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dan 25 Tahun 1999, maka perubahan yang dirasakan oleh daerah adalah perubahan

kewenangan pengelolaan sumber daya alam, perubahan kewenangan pengelolaan sumber sumber keuangan serta perubahan alokasi anggaran, yang secara keseluruhan akan berimplikasi kepada skenario pembangunan jangka panjang dam indikator ekonomi makro di tingkat regional (porpinsi) dan lokal (kabupaten/kota), terutama terhadap investasi, laju pertumbuhan ekonomi, ketimpangan antar daerah , serta perubahan dalam struktur perekonomian lokal maupun regional. Semangat dan komitmen kita untuk melaksanakan otonomi daerah semestinya tidak hanya bersifat seremonial dan euphoria kebebasan dalam menjalankan tugas dan kewenangan, namun harus menjadi tantangan baru dalam meningkatkan perekonomian daerah melalui pengembangan potensi dan keunggulan daerah secara lebih kreatif dan bertanggung jawab agar terjadi perbaikan nasib daerah menjadi lebih kompetitif. Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tersebut mengandung konsekuensi beralihnya tugas dan tanggung jawab urusan pemerintahan kepada Pemerintah Kabupaten. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Purbalingga harus benar-benar dapat membangun daerahnya untuk dapat mensejahterakan masyarakat melalui penciptaan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan produk potensial, andalan dan unggulan daerah, sesuai dengan Visi Kabupaten Purbalingga yaitu, Purbalingga mandiri dan berdaya saing mulia,. menuju masyarakat sejahtera yang berakhlak baik dan

2

Hal tersebut sesuai dengan arah kebijakan Pembangunan Ekonomi yang tercantum dalam Renstra Kabupaten Purbalingga Tahun 2001 2005 yang menyatakan bahwa Pembangunan Ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain, arah pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan per kapita masyarakat naik secara mantap dengan tingkat pemerataan yang baik. Menyadari hal tersebut Pemerintah Kabupaten Purbalingga mengalokasikan dana untuk Kegiatan Proyek Penyusunan Profil Produk Potensial, Andalan dan Unggulan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun Anggaran 2003 sebagai salah satu upaya memperoleh bahan masukan bagi perencanaan program pembangunan yang lebih terarah dan berkesinambungan.

B.

MAKSUD DAN TUJUAN Kegiatan Penyusunan Profil Produk Potensial, Andalan dan Unggulan Daerah

Kabupaten Purbalingga dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk potensial, andalan dan unggulan daerah yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di Kabupaten Purbalingga. Tujuan : 1. Memberikan arah yang jelas, prioritas pengembangan komoditas potensial, andalan dan unggulan daerah sebagai upaya memperoleh referensi untuk penyusunan perencanaan program; 2. 3. Agar pembinaan yang diberikan dapat terpenuhi target, tepat guna dan tepat sasaran; Sebagai salah satu upaya untuk mempersiapkan dunia usaha memasuki era pasar global.

3

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

A.

PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

Pemberdayaan ekonomi daerah merupakan unsur penting dan utama dalam menciptakan daerah yang mandiri yang dicita-citakan melalui kebijakan desentralisasi. Sementara itu daya saing merupakan elemen kunci dalam pemberdayaan ekonomi daerah dalam era persaingan pasar sekarang ini. Dengan demikian, salah satu faktor penentu keberhasilan otonomi daerah adalah keberhasilan dalam menciptakan daya saing itu sendiri. Dalam konteks global, daya saing lokal dan regional akan mampu mendukung daya saing nasional untuk berkompetisi dalam kancah persaingan internasional. Walaupun kondisi makro di Indonesia sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan (seperti pertumbuhan ekonomi yang positif, inflasi mulai terkendali, suku bunga yang stabil, peningkatan ekspor dan jumlah cadangan devisa yang memadai), namun kepercayaan pasar terhadap perekonomian kita masih belum pulih. Hal ini terbukti dari situasi krisis ekonomi yang masih berlanjut dan nilai tukar yang masih belum stabil dan pergerakannya masih dipengaruhi oleh ekspektasi pasar yang didasarkan pada indikator non ekonomis. Pembangunan ekonomi daerah dapat diartikan sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah tersebut. Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif untuk pembangunan daerahnya. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan sumbersumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber-sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerahnya.

4

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik lokal. Orientasi ini mengarah kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Menurut Sudarsono (2001), dinamika keunggulan daerah di masa mendatang ditandai dengan mampu tidaknya daerah dalam meraih peluang menghadapi kompetisi pasar bebas baik di tingkat regional maupun global. Beberapa langkah dan strategi yang perlu dilakukan agar daerah mampu berkompetisi antara lain : 1. Birokrasi pemerintah perlu melakukan reorientasi peran dan tanggung jawabnya yakni hanya bersifat mengarah dan membina bukan menentukan (steering than rowing). Sehingga peranan dan tanggung jawab pemerintah daerah hanya berkisar pada bidang-bidang dimana sektor swasta atau pihak ketiga lainnya tidak memungkinkan untuk melakukan tugas tersebut,misalnya dalam situasi terjadinya kegagalan pasar (market failure). 2. Birokrasi Pemda harus dapat berkiprah secara efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan prima terutama untuk meraih investasi dalam dan luar negeri. 3. Membentuk sistem dan jaringan kerja (networking) dengan lembaga /asosiasi bisnis dan atase perdagangan luar negeri, khususnya dalam mendukung pemasaran produksi ekspor. 4. Mengembangkan lembaga R & D (Research and Development) terhadap jenis produksi unggulan untuk menjamin kualitas produk, kestabilan harga, kebutuhan pasar (demand) dan jaminan kontinuitas ketersediaannya (delivery / supply). 5. Memfasilitasi lembaga keuangan agar bersedia memberikan modal usaha bagi industri skala kecil dan menengah pada berbagai sektor unggulan daerah, sehingga mereka dapat menjamin dan mempertahankan keberlangsungan usahanya. 6. Berperan mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan di berbagai sektor unggulan produksi daerah, agar proses produksi dapat mencapai efektifitas, efisiensi dan ekonomis

5

7.

Mendorong agar para produsen mengembangkan jenis-jenis produk unggulan yang bersifat komplementer baik intern maupun antar region, memiliki nilai tambah (value added) dan menghasilkan manfaat ganda (multiple effect) baik secara backward-linkage dan forward linkage terhadap berbagai sektor, dengan demikian dapat meperkuat posisi daerah dari pengaruh fluktuasi ekonomi.

8.

Memposisikan birokrasi pemerintah daerah cukup berperan sebagai katalisator, stimulator, dan regulator agar mekanisme pasar dapat bekerja secara sehat.

9.

Memprioritaskan program pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan dalam rangka kemudahan aksesibilitas usaha di bidang industri meliputi sarana transportasi, komunikasi, energi, lokasi industri, sarana dan prasarana pelayanan umum yang baik serta situasi lingkungan yang sehat dan aman.

B.

Produk Unggulan Daerah Dalam rangka upaya pembangunan ekonomi daerah, inventarisasi potensi

wilayah (daerah) mutlak diperlukan agar dapat ditetapkan kebijakan pola pengembangan baik secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu langkah inventarisasi potensi ekonomi daerah adalah dengan menginventarisasi produk-produk potensial, andalan dan unggulan daerah tiap-tiap sub sektor serta tingkat kabupaten. Produk unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumber daya secara nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya. Sebuah produk dikatakan unggul jika memiliki daya saing sehingga mampu untuk menangkal produk pesaing di pasar domestik dan/atau menembus pasar ekspor. (Anonim, 2000). Sementara menurut Cahyana Ahmadjayadi (2001), Produk Unggulan Daerah (PUD) adalah ungguland aerah yang memiliki ciri khas dan keunikan yang tidak dimiliki daerah lain serta berdaya saing handal dan dapat memberikan peluang kesempatan kerja kepada masyarakat lokal. Produk unggulan daerah juga berorientasi ramah lingkungan dan berorientasi pada pasar baik lokal maupun nasional dan regional. Pengembangan produk unggulan dan pemberdayaan sebagai potensi ekonomi daerah pada era otonomi adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah dilaksanakan, hal

6

tersebut disebabkan karena pengembangan PUD terkait erat dengan kemauan politik atau kebijakan dari Pemerintah Daerah. Peranan pemerintah daerah sangat diperlukan dan sangat penting dalam pengembangan dan pemberdayaan produk unggulan daerah sebagai salah satu tonggak dari pada ekonomi daerah. Oleh karena, produk unggulan daerah terkait beberapa stakeholders yang saling berperan sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Stakeholders dimaksud adalah pemilik bahan baku dan

pengolah/penghasil bahan baku, pengguna atau konsumen, fasilitator atau pemerintah dan lembaga sosial masyarakat. Stakeholders tersebut saling terkait dan menunjang satu sama lain sehingga peranan koordinasi dalam pencapaian tujuan menjadi unsur utama dalam pengembangan PUD. Koordinasi ini menjadi instrumen penting dalam pengembangan produk unggulan daerah. (Cahyana Ahmadjayadi, 2001). Produk unggulan merupakan suatu strategi pembangunan yang tidak mudah didikte oleh daerah/negara lain. Produk unggulan daerah tidaklah harus berupa hasil industri yang berteknologi canggih atau dengan investasi tinggi tetapi produk unggulan bisa dengan produk lokal yang disebut dengan One Area Five Products (satu daerah bisa dengan lima produk unggulan) Hal tersebut sesuai dengan surat dari Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah pada tahun 1998 dan 1999. Inti daripada surat tersebut adalah bahwa kabupaten/kota dapat menghasilkan 5 (lima) PUD yang disahkan oleh kepada daerah. (Cahyana Ahmadjayadi, 2001).

C.

KONSEP PENDEKATAN PRODUK UNGGULAN Secara teoritis, ada beberapa macam pendekatan kriteria produk unggulan

sehingga memunculkan banyak konsep yaitu : 1. Menurut Michael Porter Kriteria unggulan menurut Michael Porter meliputi : 1.1 factor conditioning seperti raw material (bahan baku), Skill Labour (ketrampilan tenaga kerja/tenaga ahli), financial (pembiayaan), Technology, transport, comunication, data dan sebagainya. 1.2 1.3 1.4 Demand Conditioning (permintaan) Related and supporting industries (keterkaitan hulu hilir) Firm strategy and structure (Strategi perusahaan dan manajemen)

7

2.

Menurut Universitas Diponegoro, Semarang Kriteria Produk Unggulan terdiri dari prospek penawaran, kewirausahawanan, kelangsungan produksi, prasarana dan sarana, potensi pertumbuhan, penyerapan tenaga kerja dan kebijakan pemerintah.

3.

Menurut Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Kriteria Produk Unggulan adalah komoditi yang memenuhi persyaratan kecukupan sumber daya lokal, keterkaitan komoditas, posisi bersaing dan potensi bersaing. Dari kriteria ini memunculkan pengelompokan komoditas sebagai berikut : 3.1 Komoditas potensial adalah komoditas daerah yang memiliki potensi untuk berkembang karena memiliki keunggulan komaratif. Keunggulan komparatif itu terjadi misalnya karena kecukupan ketersediaan sumberdaya, seperti tersedianya bahan baku lokal, ketrampilan sumberdaya manusia lokal, teknologi produksi lokal serta sarana dan prasarana lokal lainnya. 3.2 Komoditas andalan adalah komoditas potensial yang dipandang dapat dipersaingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi usaha yang tinggi. Efisiensi usaha itu dapat tercermin dari efisiensi produksi, produktivitas pekerja, profitabilitas dan lain-lain. 3.3 Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki keunggulan kompetitif, karena telah memenangkan persaingan dengan produk sejenis di daerah lain. Keunggulan kompetitif demikian dapat terjadi karena efisiensi produksinya yang tinggi akibat posisi tawarnya yang tinggi akibat posisi tawarnya yang tinggi baik terhadap pemasok, pembeli, serta daya saingnya yang tinggi terhadap pesaing, pendatang baru maupun barang substitusi.

4.

Menurut Direktorat Jenderal Luar Negeri Departemen Perindustrian dan Perdagangan 4.1 Komoditi potensi yaitu komoditi yang mempunyai pangsa pasar (share) berkisar antara 1 sampai dengan 10%, nilai riil ekspor lebih dari $10.000 4.2 Komoditi unggulan utama adalah komoditi yang mempunyai nilai ekspor pada tahun terakhir terbesar dibanding dengan komoditi yang lain dan trend nilai ekspor pada lima tahun terakhir menunjukkan nilai positif

8

4.3

Komoditi unggulan adalah komoditi yang mempunyai share nilai ekpor komoditi terhadap total nilai ekpor non migas pada tahun yang bersangkutan sebesar 1 sampai dengan 10%, tingkat pertumbuhan selama lima tahun terakhir menunjukkan positif serta nilai ekpor tahun terakhir menunjukkan angka tertinggi dibanding dengan komoditi lain.

5.

Menurut Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Depdagri Berdasarkan Surat Edaran Nomor 050.05/2910/III/BANDA tanggal 7 Desember 1999, Dirjen Bangda Depdagri menentukan kriteria komoditas unggulan sebagai berikut : 5.1 Mempunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif di sektor pertanian, industri dan jasa; 5.2 Mempunyai daya saing tinggi di pasaran, baik ciri, kualitas maupun harga yang kompetitif serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam negeri maupun global; 5.3 Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga kerja setempat) 5.4 Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku lokal yang cukup banyak, stabil dan berkelanjutan 5.5 Difokuskan pada produk yang memiliki nilai tambah yang tinggi, baik dalam kemasan maupun pengolahannya 5.6 Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan SDM masyarakat 5.7 Ramah lingkungan, tidak merusak lingkungan, berkelanjutan serta tidak merusak budaya setempat.

6. Menurut Komarudin, Produk unggulan daerah adalah suatu potensi / produk yang dihasilkan atau potensial untuk dikembangkan dalam suatu wilayah dengan memanfaatkan sebesar-besarnya ketersediaan bahan baku atau sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat. Sedangkan produk unggulan sektor pertanian adalah sesuai dengan agroekologi setempat, mempunyai peluang menjadi produk

9

olahan dan substitusi impor, mempunyai prospek untuk ekspor, keterpaduan produk huluhilir, bersifat multiplier effect dan kompetitif.

7.

Kriteria yang digunakan Kabupaten Purbalingga adalah : Kriteria yang digunakan oleh Kabupaten Purbalingga merupakan hasil

modifikasi dari bermacam-macam konsep pendekatan kriteria di atas, namun secara garis besar merupakan perpaduan dari kriteria yang digunakan oleh Departemen Dalam Negeri serta Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Produk Unggulan Daerah Kabupaten Purbalingga menggambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumber daya secara nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah, serta memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya. Penjabaran kriteria tersebut adalah : 7.1 Aspek Bahan Baku Aspek bahan baku ini mencakup dimensi ketersediaan bahan baku lokal, baik menyangkut kuantitasnya maupun asal/sumbernya. Hal ini untuk menjamin kontinuitas suatu proses produksi. 7.2 Aspek Tenaga Kerja Yaitu kemampuan unit usaha produksi dari setiap jenis komoditas daerah untuk mempekerjakan pekerja terutama pekerja asli daerah (pekerja lokal). 7.3 Aspek Teknologi Aspek teknologi ini mencakup dimensi tingkat kandungan teknologi dan tingkat inovasi dari teknologi tersebut. 7.4 Aspek Laju Pertumbuhan Aspek ini mencerminkan kestabilan/kontinuitas produksi suatu komoditas. 7.5 Aspek Pemasaran/jangkauan pasar Yaitu keluasan jumlah dan wilayah pemasaran suatu komoditas 7.6 Aspek Spesifisitas/kekhasan suatu produk Aspek ini untuk menunjukkan apakah suatu produk mempunyai ciri khas daerah.

10

7.7

Aspek Omset Dari aspek ini dapat untuk mengetahui potensi dana yang dapat dihasilkan oleh suatu komoditas. Selain itu, juga sebagai konversi tingkat produksi suatu komoditas.

7.8

Aspek Keterkaitan Aspek ini menunjukkan keterkaitan antara suatu produk pada satu sub sektor dengan produk dari sub sektor lain (keterkaitan hulu hilir).

11

12

B A B III METODOLOGIA. METODE

Dalam penyusunan profil Produk Potensial, Andalan dan Unggulan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun 2003 ini digunakan sistem pen-skala-an terhadap variabel kriteria unggulan. Sistem penskalaan tiap variabel ini didasarkan pada nilai interval masing-masing kelompok (sub sektor) dengan kisaran nilai dari 1 sampai dengan 5. Sementara untuk data yang bukan berupa angka, penskalaan dilakukan dengan sistem strata. Masing-masing kriteria (variabel) memiliki bobot yang berbeda-beda disesuaikan dengan tingkat sumbangan kriteria tersebut terhadap produk unggulan. Apabila sudah diketahui nilai total suatu produk pada tiap-tiap sub sektor, maka akan dilakukan penggolongan produk dalam tiga kelompok, yaitu unggulan, andalan dan potensial dengan menggunakan Force Field Analysis atau Metode Medan Kekuatan. Produk yang memiliki nilai lebih dari 320 ditetapkan sebagai produk unggulan sub sektor, produk yang nilainya 240 < N < 320 masuk kategori andalan, sementara yang nilainya berkisar antara 120 240 adalah produk potensial. Sementara untuk menetapkan produk unggulan kabupaten, tingkat/levelnya dinaikkan. Suatu produk ditetapkan sebagai produk unggulan apabila memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 375 (diambil 5 komoditas dengan nilai terbesar), produk yang nilainya pada kisaran 300 < N < 375 ditetapkan sebagai produk andalan, sedangkan apabila nilainya kurang dari 300 merupakan produk potensial.

14

Kriteria yang digunakan dalam penentuan produk potensial, andalan dan unggulan daerah adalah : 1. Aspek Bahan Baku Aspek bahan baku ini mencakup dimensi ketersediaan bahan baku lokal, baik menyangkut kuantitasnya maupun asal/sumbernya. Hal ini untuk menjamin kontinuitas suatu proses produksi. Bahan baku diberi bobot sebesar 10, untuk pembobotan bahan baku ini dibagi dalam dua kelompok yaitu asal bahan baku (bobot 5) dan kuantitas bahan baku (bobot 5). 1.1 Penentuan skoring bahan baku berdasarkan asalnya dibagi dalam 5 (lima) strata, nilai tertinggi (skor 5) diberikan kepada bahan baku yang berasal dari daerah sendiri (lokal). Kemudian berturut-turut bahan baku yang berasal dari lokal dan daerah lain di sekitar wilayah Jawa Tengah (skor 4), Bahan baku yang berasal dari lokal dan daerah lain di wilayah Indonesia/nasional (skor 3), Bahan baku yang berasal dari lokal dan impor (skor 2) sementara bahan baku yang murni impor mendapat nilai terendah (skor 1). 1.2 Penentuan skoring bahan baku berdasarkan jumlah ketersediaanya dibagi dalam 5 (lima) strata/kategori. a. Tidak ada (skor 1): apabila bahan baku yang digunakan dalam proses produksi tidak tersedia. b. Kurang : apabila ketersediaan bahan baku tidak mampu (kurang) mencukupi kebutuhan akan bahan baku tersebut. Ketersediaan bahan baku dalam jumlah yang kurang ini mendapat skor 2. c. Cukup : apabila jumlah ketersediaan bahan baku sesuai dengan tingkat permintaan terhadap bahan baku tersebut. Ketersediaan bahan baku yang cukup mendapat skor 3

15

d. Banyak : apabila jumlah ketersediaan bahan baku sedikit melebihi kebutuhan bahan baku tersebut. Kategori bahan baku dalam jumlah banyak mendapat poin (4). e. Berlebih : apabila jumlah ketersediaan bahan baku jauh melebihi kebutuhan. Kategori ini mendapat poin tertinggi (5), karena menjadi faktor pendukung apabila kapasitas produksi akan ditingkatkan. 2. Aspek Tenaga Kerja Aspek tenaga kerja yaitu kemampuan unit usaha produksi dari setiap jenis komoditas daerah untuk mempekerjakan tenaga kerja terutama tenaga kerja asli daerah (pekerja lokal). Aspek tenaga kerja diberi bobot penilaian sebesar 15. Semakin banyak tenaga kerja yang diserap untuk menghasilkan suatu produk, skornya akan semakin tinggi pula. Penentuan skor ini dilakukan dengan metode interval yang dibagi dalam 5 strata. 3. Aspek Teknologi Aspek teknologi mencakup dimensi tingkat kandungan teknologi dan tingkat inovasi dari teknologi tersebut. Aspek teknologi diberi bobot 10 dan dibagi dalam lima strata, yaitu teknologi sangat sederhana (skor 1), teknologi sederhana (skor 2) teknologi menengah (skor 3), teknologi tinggi (skor 4) serta teknologi canggih (skor 5). 4. Aspek Laju Pertumbuhan Aspek ini mencerminkan kestabilan/kontinuitas produksi suatu komoditas. Laju pertumbuhan dihitung berdasarkan tingkat produksi suatu produk selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terakhir (data yang diambil adalah data produksi tahun 2000, 2001 dan 2002). Kriteria laju pertumbuhan diberi bobot 15 dan dibagi dalam 5 (lima) strata dengan metode interval. Semakin tinggi laju pertumbuhannya, maka skornya semakin tinggi pula.

16

5.

Aspek Pemasaran/jangkauan pasar Yaitu keluasan jumlah dan wilayah pemasaran suatu komoditas. Jangkauan pasar diberi bobot 15 dan dibagi dalam lima strata yaitu, lokal (skor 1), regional (skor 2), nasional (skor 3), ekspor (skor 4), ekspor dan lokal (skor 5).

6.

Aspek Spesifisitas/kekhasan suatu produk Aspek ini untuk menunjukkan tingkat kekhasan suatu produk dan memiliki peluang menjadi ciri khas Purbalingga di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Aspek spesifisitas mendapat bobot 10. Tingkat spesifisitas ini dibagi dalam lima strata, yaitu tidak khas (skor 1), kurang khas (skor 2), sedang (skor 3), khas (skor 4), sangat khas (skor 5).

7.

Aspek Omset Dari aspek ini dapat untuk mengetahui potensi dana yang dapat dihasilkan oleh suatu komoditas. Aspek omset mendapat bobot tertinggi yaitu 20. Aspek omset dibagi dalam 5 (lima) strata dengan penetapan skoringnya dilakukan dengan metode interval. Semakin tinggi omset suatu produk, akan mendapat skor atau nilai tinggi pula, demikian sebaliknya.

8.

Aspek Keterkaitan Aspek ini menunjukkan keterkaitan proses produksi suatu produk pada satu sub sektor dengan sub sektor lain (keterkaitan hulu hilir) sehingga menghasilkan manfaat ganda (multiple effect). Aspek keterkaitan diberi bobot 10 dan dibagi dalam lima strata yaitu tidak terkait (1), kurang terkait (skor 2), sedang (skor 3), terkait (skor 4) dan sangat terkait (skor 5).

B 1. 2.

SUMBER DATA Data Primer, bersumber langsung dari para pelaku usaha. Data Sekunder, bersumber langsung dari dokumen-dokumen resmi, berbagai publikasi lembaga terkait, buku literatur, hasil penelitian, jurnal ilmiah, hasil pertemuan ilmiah dan sebagainya yang berhubungan dengan data yang

17

diperlukan. Data sekunder yang bersumber dari Dinas/Instansi menggunakan data tahun 2002. Tabel 3.1 Kriteria Produk Unggulan, Andalan dan Potensial Kabupaten Purbalingga, Bobot dan SkalanyaKODE A. KRITERIA a. Asal Bahan Baku b. Kuantitas BB B. C. Tenaga kerja Teknologi BOBOT 5 5 15 10 Canggih tinggi Menengah Seder - Sangat hana sederhana Dihitung berdasar Interval Lokal ekspor dan Ekspor Sangat Khas khas Nasional Regional Lokal SKALA 4 3 Regional nasional KET.

5 lokal

Berlebih banyak Cukup

2 1 Impor & impor lokal Tidak kurang ada

Dihitung berdasar interval

D.

Pertumbuhan produksi

10

E. F.

Pemasaran Spesifisitas

15 10

sedang

Kurang Tdk khas Dihitung berdasar Interval

G. H.

Omset Keterkaitan

20 10 Sangat terkait Terkait sedang Kurang Tdk terkait

18

B A B IVKEADAAN UMUM DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

A.

DESKRIPSI KABUPATEN PURBALINGGA

1.

Letak Geografis dan Luas Daerah Kabupaten Purbalingga termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah

Bagian Barat Daya, tepatnya pada possi 101011' - 109035' Bujur Timur, dan 7010' 7029' Lintang Selatan. Batas-batas administratif Kabupaten Purbalingga adalah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Timur : Kabupaten Pemalang : Kabupaten Banjarnegara

Sebelah Selatan : Kabupaten Banjarnegara dan Banyumas Sebelah Barat : Kabupaten Banyumas

Jarak dari Purbalingga ke beberapa kota sekitarnya adalah sebagai berikut : Semarang Purwokerto Cilacap Banjarnegara Wonosobo : 191 Km : 30 Km : 60 Km : 63 Km : 78 Km

Kabupaten Purbalingga yang memiliki luas wilayah 77.764,122 ha atau sekitar 2,39 persen dari luas wilayah propinsi Jawa Tengah (3.254 ribu Ha) secara administratif terbagi dalam 18 kecamatan, 223 desa dan 15 Kelurahan. Bagian terbesar dari jumlah tersebut, yaitu seluas 21,942.4576 Ha atau 28,22% merupakan tanah sawah. Kemudian diikuti oleh perkampungan 18.986,5028 Ha atau 24,42%, Tegalan 17.344,0427 Ha (22,30%) serta Hutan 11.328,021 Ha atau 14,57%. Sisanya merupakan perkebunan, kebun campur, tegalan, perikanan dan lain-lain.

18

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Purbalingga Dirinci Menurut Penggunaan Tanah Tahun 2000 dan 2001PENGGUNAAN TANAH LUAS (Ha) Sawah Perkampungan Kebun Campur Tegalan Perkebunan Perikanan Hutan Lain-lain Jumlah 21.960,0249 18.939,6550 4.532,3495 17.345,0427 16,416 95,363 11.328,021 3.547,2499 77.764,122 2000 PROSENTASE % 28,24 24,36 5,83 22,30 0,02 0,12 14,57 4,56 100 LUAS (Ha) 21.942,4576 18.986,5028 4.532,3495 17.344,0427 16,416 95,363 11.328,021 3.518,9694 77.764,122 2001 PROSENTASE % 28,22 24,42 5,83 22,30 0,02 0,12 14,57 4,53 100

Sumber : Kabupaten Purbalingga dalam angka 2001

B.

TOPOGRAFI

Wilayah Kabupaten Purbalingga mempunyai topografi yang beraneka ragam meliputi : dataran rendah, perbukitan dan karang gunung. Adapun pembagian bentang alamnya adalah sebagai berikut : 1. Bagian Utara, merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit dengan kelerengan lebih dari 40 persen, meliputi : Kecamatan Karangreja, Karangjambu, Kertanegara, Karangmoncol, Bobotsari, Karanganyar, Rembang, sebagian wilayah kecamatan Kutasari, Bojongsari dan Mrebet. 2. Bagian Selatan, merupakan daerah yang relatif rendah dengan nilai faktor

kemiringan berada antara 0 persen sampai dengan 25 persen meliputi : wilayah Kecamatan Kalimanah, Padamara, Purbalingga, Kemangkon, Bukateja,

19

Kejobong, Pengadegan sebagian wilayah Kecamatan Kutasari, Bojongsari dan Mrebet.

C.

IKLIM

Menurut Smith dan Ferguson, Kabupaten Purbalingga termasuk tipe iklim B yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Wilayah Utara terletak di kaki Gunung Slamet dengan ketinggian antara 400 1.122 meter dari permukaan air laut. Temperatur berkisar 22 C - 32 C, curah hujan mencapai 3.500 3.575 mm tiap tahunnya. Wilayah Utara ini meliputi Kecamatan Karangreja, Bobotsari, Kutasari, Mrebet, Karanganyar,

Karangmoncol dan Kecamatan Bojongsari. 2. Wilayah Selatan dengan ketinggian berkisar antara 42 116 m dari permukaan air laut. Temperatur 28 C - 32 C, dengan curah hujan mencapai 2.500 3.500 mm setiap tahunnya. Wilayah Selatan ini meliputi Kecamatan Kejobong, Pengadegan, Kaligondang, Kemangkon, Bukateja, Purbalingga, Kalimanah dan Padamara. Berdasarkan data curah hujan yang ada, di Kabupaten Purbalingga terdapat dua periode hujan yaitu bulan kering (Mei s/d September) dan bulan basah (Oktober April).

D.

TENAGA KERJA

Jumlah Penduduk Kabupaten Purbalingga pada tahun 2001 sebanyak 843.814 jiwa, dengan komposisi jenis kelamin relatif seimbang yaitu laki-laki 418.429 jiwa dan perempuan 425.385 jiwa. Adapun jumlah penduduk berdasarkan hasil Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) tahun 2003,

20

sejumlah 849.813 jiwa yang terdiri dari laki-laki 421.553 jiwa dan perempuan 428.260 jiwa. Sementara apabila dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Purbalingga tahun 2001 sebesar 59,93.. Penduduk yang tergolong angkatan kerja sebanyak 381.252 orang dan yang bukan angkatan kerja sebanyak 254.858 orang. Sedangkan dari hasil Susenas 2001 juga dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran terbuka sebesar 3,81 atau dengan kata lain tingkat kesempatan kerja (employment rate) sebesar 96,19. Banyaknya pencari kerja (pengangguran) di Kabupaten Purbalingga tahun 2001 sebanyak 13.155 orang dengan rincian 5.706 orang laki-laki dan 7.449 orang perempuan yang didominasi oleh penduduk pada umur muda yaitu 15 19 tahun. Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Kabupaten Purbalingga Tahun 2001 Menurut Kelompok Umur dan jenis KelaminKELOMPOK UMUR 1 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ Jumlah LAKI-LAKI 2 43.060 43.501 44.131 42.548 32.773 32.444 30.514 29.237 25.353 21.734 18.541 16.565 14.619 23.409 418.429 PEREMPUAN 3 41.889 41.479 41.220 38.786 35.563 35.544 33.060 31.645 26.429 21.770 19.201 16.810 15.757 26.232 425.385 JUMLAH 4 84.949 84.980 85.351 81.334 68.336 67.988 63.574 60.882 51.782 43.504 37.742 33.375 30.376 49.641 843.814

Sumber : BPS Kabupaten Purbalingga, (diolah berdasarkan hasil Susenas 2001)

21

E.

KEADAAN PEREKONOMIAN

Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dan dengan tingkat pemerataan sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat Kabupaten Purbalingga menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto. PDRB menggambarkan kemampuan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki untuk melakukan suatu proses produksi. Oleh karena itu sarana PDRB yang dihasilkan oleh suatu wilayah (kabupaten) sangat tergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. Dilihat dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga pada tahun 2001 yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993 dapat tumbuh sebesar 2,98 %, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Apabila dilihat dari Pendapatan per Kapita Penduduk pada tahun 2000 ke tahun 2001 cenderung meningkat. Pada tahun 2000 pendapatan per kapita sebesar Rp. 1.661.578,51 meningkat menjadi Rp. 1.894.848,60 atau naik sekitar 14,04 persen dan kenaikan tersebut masih lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya

22

Tabel 4.3.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Purbalingga Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 1999 20011999 528,830.08 379,267.00 66,119.41 68,868.62 8,025.30 6,548.97 3,971.42 122,836.96 6,397.28 69,460.90 237.84.43 62,544.00 47,424.14 243,005.62 122,318.83 82,477.00 1,603,827.43 2000 565,883.57 393,650.09 7,602,604.00 77,169.43 9,790.81 9,247.20 4,650.25 150,267.06 7,926.66 74,336.05 268,789.67 66,726.42 54,651.82 271,828.59 1,465,060.09 833,069.00 1,758,629.95 2001 637,704.50 428,628.88 94,215.93 92,132.56 10,804.79 11,922.34 5,516.15 18,232.39 10,521.06 89,106.67 314,428.76 80,976.14 69,136.78 322,421.54 1,712,131.99 841,183.00 2,035,385.87

NO

LAPANGAN USAHA

1 PERTANIAN A. Tanaman Bahan Makanan B. Tanaman Perkebunan C. Peternaan dan Hasil-hasilnya D. Kehutanan E. Perikanan 2 3 4 5 6 7 8 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK,GAS DAN AIR MINUM BANGUNAN PERDAG, HOTEL & RESTORAN PENGANGK DAN KOMUNIKASI KEUANGAN PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 9 JASA-JASA PDRB (Jutaan Rp. ) Jml Penduduk Perteng. Th (orang) PDRB Per Kapita (Rp)

Sumber : Kabupaten Purbalingga Dalam Angka 2001 . 1. Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Banyak faktor yang berpengaruh terhadap pembangunan pertanian dalam arti luas, yaitu faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis meliputi suhu, curah hujan, topografi dan kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan komoditas yang akan dikembangkan. Faktor Non teknis meliputi sikap, perilaku dan kemampuan (SPK) petani, modal, pasar serta managemen. Kabupaten Purbalingga dalam melaksanakan pembangunan di sektor

pertanian khsususnya dibidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura selain diarahkan pada peningkatan ketahanan pangan guna mencukupi kebutuhan pokok,

23

juga diarahkan pada pengembangan agribisnis, yaitu mendorong berkembangnya usaha-usaha pertanian dengan wawasan bisnis yang mampu menghasilkan produkproduk pertanian yang berdaya saing tinggi guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Apabila dilihat dari Data PDRB menggambarkan bahwa Kabupaten Purbalingga merupakan daerah agraris karena mampu memberi sumbangan sebesar 37,25% terhadap PDRB. Sementara Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan memberi sumbangan sebesar 25,03% (2001). Tabel 4.4. Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Purbalingga Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 - 20011999 39.99 28.68 5.00 5.21 0.61 0.50 0.30 9.29 0.48 5.25 17.99 4.73 3.59 18.38 100.00 2000 38.63 26.87 5.19 5.27 0.67 0.63 0.32 10.26 0.54 5.07 18.35 4.55 3.73 18.55 100.00 2001 37.25 25.03 5.50 5.38 0.63 0.70 0.32 10.65 0.61 5.20 18.36 4.73 4.04 18.83 137.23

NO

LAPANGAN USAHA 1 PERTANIAN A. Tanaman Bahan Makanan B. Tanaman Perkebunan C. Peternakan dan Hasil-hasilnya D. Kehutanan E. Perikanan 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4 LISTRIK, DGAS DAN AIR MINUM 5 BANGUNAN 6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 9 JASA-JASA PDRB

Sumber Kabupaten Purbalingga Dalam Angka 2001 Kabupaten Purbalingga mempunyai kondisi yang cukup baik sebagai tempat usaha tani, hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pertanian yang cukup memadai. Tanaman pangan dan hortikultura yang dihasilkan Kabupaten Purbalingga antara lain beras, jagung, kedele, ubi kayu, kentang, kobis, kacang panjang, rambutan, duku, durian, jeruk, cabai dan lain-lain.

24

Untuk mensukseskan pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura ada 5 (lima) program utama yang digalang, yaitu peningkatan ketahanan pangan, pengembangan sistem agribisnis, optimalisasi pemanfaatan lahan, peningkatan kualitas SDM dan pengembangan sarana dan prasarana pertanian. Tabel 4.5. Data Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2000, 2000, dan 2002 Kabupaten PurbalinggaKOMODITI Beras Jagung Kedele Ubi Kayu Kentang Kobis Kcg Pjg Rambutan Duku Durian Jeruk TAHUN 2000 LP(Ha) 35,475 8,576 389 8,050 34 39 506 31,038 41,635 23,685 373,161 Kw/Ha 32,51 31,36 10,25 289,66 232,06 257,44 27,19 35,69 50,99 195,38 44,62 ton 115,331 26,894 399 233,176 789 1,004 1,376 11,077 21,230 46,276 166,515 TAHUN 2001 LP(Ha) 34,487 8,606 394 7,971 38 66 517 46,453 41,721 23,767 335,618 Kw/Ha 33,01 31,30 10,61 304,55 248,94 215,76 27,49 3,624 50,90 195,10 50,0 ton 113,838 26,936 418 242,757 946 1,424 1,421 16,835 21,236 46,364 167,822 LP(Ha) 35,212 8,653 316 9,201 161 315 488 69,791 41,750 25,110 335,777 TAHUN 2002 Kw/Ha 33,17 32,68 13,37 272,12 180,99 156,29 32,60 40,12 52,34 187,82 50,21 ton 116,795 28,279 422 250,443 2,914 4,923 1,591 28,000 21,852 47,162 168,594

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga

Dari Tabel 4. 5 di atas dapat disimpulkan bahwa produksi komoditas tanaman pangan dan hortikultura relatif stabil, hal tersebut dilihat dari produksi dan produktivitasnya mayoritas mengalami peningkatan. Luas areal tanam masingmasing komoditas juga tidak banyak mengalami perubahan, penurunan dan kenaikannya relatif kecil kecuali kentang dan kobis yang pada tahun 2002 mengalami perluasan areal tiga kali lipat lebih dibanding tahun sebelumnya. Menurut Komarudin, mantan Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijaksanaan Teknologi, Program agribisnis terpadu untuk komoditas unggulan, program usahanya harus menjalin keterpaduan budaya hulu, industri pengolahan (hilir), teknologi, organisasi-manajemen dan jaringan distribusi.

25

Tabel 4.6.

Data Potensi Produk Tanaman Pangan dan Hortukultura Tahun 2002 Kabupaten PurbalinggaVOLUME Pemasaran Jml TK (org) 920 6,000 1,910 1,380 Nilai (juta Rp) 6,173 18,265 3,829 4,111 Bahan Baku lokal lokal lokal lokal

NO I 1 2 3 4 II

KOMODITAS Buah-buahan Duku Jeruk Rambutan Durian

20578 Kw/th 73059 Kw/th 38291 kw/th 13705 kw/th

Nasional Nasional lokal Regional

Sayur-sayuran 1 Kentang 2 Kobis 3 Kc Panjang Pangan Beras Jagung Kedelai Ubi Kayu

5034 Ton/th 22129 ton/th 16230 Ton/th

Nasional Nasional Regional

900 5,730 9,000

12,585 22,129 24,345

lokal luar daerah lokal

III 1 2 3 4

117193 Ton/th 36917 Ton/th 880 Ton/th 257027 Ton/th

lokal Regional lokal lokal

254,210 173,240 11,500 128,513

292,983 55,376 2,464 128,514

lokal lokal lokal lokal

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga

2. Sub Sektor Perkebunan Pembangunan Sub Sektor Perkebunan memiliki visi mewujudkan

perkebunan yang efisien, produktif dan berkelanjutan untuk kemakmuran rakyat. Sesuai dengan visi tersebut, pembangunan perkebunan lebih ditekankan pada pemanfaatan secara optimal sumberdaya yang ada melalui peran serta masyarakat dan dunia usaha. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkan visi tersebut adalah dengan memantapkan dan menjamin keberadaan serta pemanfaatan sumber daya

perkebunan secara bijaksana melalui pengelolaan sumberdaya secara profesional berintikan pemberdayaan perekonomian petani. Upaya lain adalah dengan meningkatkan rehabilitasi kebun dan lahan kritis untuk meningkatkan produktivitas

26

sumberdaya alam serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan perkebunan dengan pengembangan iklim usaha yang kondusif. Dari Tabel 4. 7 dapat diketahui bahwa untuk sub sektor perkebunan , jenis tanaman kelapa baik kelapa dalam maupun kelapa deres menduduki urutan tertinggi tingkat produksinya. Komoditas tersebut juga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang paling tinggi (122.776 petani kelapa dalam dan 23.590 petani kelapa deres). Kelapa Deres juga memiliki produktivitas tertinggi dibanding komoditas yang lain yaitu 9.834,04 Kg/Ha. Komoditas perkebunan pada tahun 2001 mampu memberi sumbangan PDRB sebesar Rp. 94.215.930.000 atau memberi kontribusi 5,5% pada PDRB Kabupaten. Angka tersebut mengalami peningkatan 23,93% dibanding tahun sebelumnya yaitu Rp. 76.026.040.000.

3. Sub Sektor Perhutanan

Pembangunan Sub Sektor Kehutanan dilaksanakan melalui peningkatan produksi, produktivitas, efisiensi dan nilai tambah yang pada gilirannya akan dapat mencukupi kebutuhan pangan, peningkatan pendapatan usaha tani, peningkatan penyerapan tenaga kerja dan membuka peluang usaha. Pembangunan Kehutanan diarahkan untuk pengembangan kawasan usaha tani secara komprehensif dan terpadu dengan sebanyak mungkin mengembangkan komoditas unggulan lokal, sehingga tercipta sentra produksi sesuai agroclimate setempat.

27

28

Tabel 4.8KOMODITAS Kayu Rakyat (m3) Sutera Alam (Kg) Madu

Data Potensi Produk Kehutanan Kabupaten Purbalingga.VOLUME PRODUKSI 2000 2001 2002 65,634.10 52,193.02 88,720.00 24,264.25 22,637.80 50,468.00 1,538 2,076 2,578 T.K (KK PETANI) 15,381.00 400.00 165 NILAI (JUTA Rp) 10,965.50 978.72 322.95

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga Tahun 2002

Jenis kayu rakyat yang paling banyak diproduksi di Kabupaten Purbalingga adalah Kayu Albasia sebanyak 78.325 m3 (tahun 2002) dengan luas areal 5.672 Ha. Jenis kayu rakyat yang lain adalah Mahoni, Pinus, Lo, Jati, Sungkai, Laban, Sonokeling, Waru, Nangka dan Suren.

4. Sub Sektor Perikanan Pembangunan perikanan memiliki visi pengelolaan sumberdaya perikanan secara efisien dan berkelanjutan menuju perikanan yang tangguh, berwawasan agribisnis dan berbasis di pedesaan. Sementara misi pembangunan perikanan adalah mewujudkan masyarakat perikanan yang mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan Misi tersebut ditempuh melalui: a. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya perikanan; b. Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan Petani-Nelayan; c. Peningkatan penyediaan bahan pangan sumber protein hewani; d. Penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang produktif; e. Peningkatan sumberdaya manusia; f. Penciptaan iklim yang kondusif bagi peran masyarakat serta dunia usaha g. Pemulihan dan perlindungan potensi sumberdaya perikanan dan

lingkungannya

29

Potensi sumberdaya perikanan di Kabupaten Purbalingga cukup besar baik potensi sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam. Sumberdaya manusia yang dalam beberapa hal telah terorganisasi dalam kelompok tani, dan relatif mudah menerima alih teknologi, sumberdaya alam meliputi potensi sumberdaya perikanan kolam, perikanan sawah, dan perikanan sungai, serta beberapa jenis ikan yang telah dikembangkan memiliki daya saing tinggi baik secara komparatif maupun secara kompetitif merupakan kekuatan (strength) dalam pengembangan perikanan di Kabupaten Purbalingga. Kontribusi sub sektor perikanan terhadap perekonomian daerah terus meningkat, hal tersebut tercermin dari naiknya sumbangan perikanan terhadap PDRB. Pada tahun 1999 PDRB sub sektor perikanan sebesar Rp. 6.548.970.000, pada tahun 2000 melonjak menjadi Rp. 9.247.200.000,- , pada tahun 2001 naik lagi menjadi Rp. 11.922.340.000,-. Jenis ikan yang banyak terdapat di Kabupaten Purbalingga antara lain Ikan Karper, Tawes, Mujahir, Gurami, Nila, Lele Dumbo, Bawal, Sepat Siam, Poni, Udang dan lainnya. Namun jenis ikan yang menonjol adalah Ikan Gurami, Nila, Tawes dan Nilem.

Tabel. 4. 9 Produksi Perikanan Kabupaten PurbalinggaKOMODITAS Gurami Nila Tawes Nilem Jumlah Th. 2000 1345.7 16.4 96.9 51.9 1510.9 Th. 2001 1161.7 64.9 157.4 71.4 1455.4 Th. 2002 1052 43 209 9.8 1313.8

30

Tabel 4.10. Produksi Ikan Darat (Kolam dan Sawah) Di Kabupaten Purbalingga Tahun 2001KECAMATAN KOLAM Produksi (Kg) Nilai (000 Rp) Kemangkon 152,991 1,820,225 Bukateja 223,284 2,790,998 Kejobong 28,595 361,380 Pengadegan 10,698 127,128 Kaligondang 21,936 264,682 Purbalingga 67,225 738,464 Kalimanah 122,504 1,518,335 Padamara 227,150 2,572,709 Kutasari 144,897 1,480,831 Bojongsari 126,976 159,240 Mrebet 197,867 2,273,624 Bobotsari 184,152 2,330,163 Karangreja 33,976 355,392 Karanganyar 98,329 1,298,130 Karangmoncol 57,343 572,636 Rembang 29,724 310,872 Jumlah 1,727,647 18,974,809 2000 1,640,700 22,585,560 1999 1,197,200 12,660,875 1998 1,140,117 7,294,616 SAWAH Produksi (Kg) Nilai (000 Rp)

3,120 17,886 10,983 15,605 16,045 11,211

18,353 108,595 65,754 94,133 96,559 67,556

74,850 78,197 105,575 105,575

450,950 517,008 875,532 875,532

Sumber : Kabupaten Purbalingga dalam Angka 2001

5. Sub Sektor Peternakan Kebijaksanaan Pembangunan Sub Sektor Peternakan di Kabupaten Purbalingga adalah meningkatkan produktivitas sub sektor peternakan,

mengembangkan rekayasa teknologi dan penanganan Iptek tepat guna, peningkatan kualitas SDM dan pengembangan kelembagaan pemerintah, pengusaha, masyarakat serta peningkatan kemampuan pemerintah daerah. Sementara visi dari Sub Sektor Peternakan adalah pembangunan peternakan yang tangguh berbasis sumberdaya lokal sebagai pendukung terciptanya masyarakat yang sehat dan sejahtera.

31

Misi pembangunan peternakan antara lain : a. Meningkatkan konsumsi protein hewani asal ternak b. Meningkatkan kontribusi sub sektor peternakan terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga c. Meningkatkan profesionalisme dasar peternak d. Meningkatkan populasi dan produksi ternak yang berdaya saing tinggi dan berwawasan agribisnis e. Melestarikan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal

Produk peternakan yang menonjol di Kabupaten Purbalingga antara lain kambing khas kejobong, sapi potong, ayam buras dan ayam ras pedaging. Sementara jenis ternak lain seperti sapi perah, kerbau, kuda, babi, domba, itik dan ayam ras petelur meskipun ada namun jumlahnya tidak sebanyak empat jenis ternak tersebut. Sementara produksi hasil ternak yang dominan adalah daging (sapi dan ayam), telur dan susu. Tabel 4.11. Populasi Ternak dan Produksi Hasil Ternak Kabupaten PurbalinggaPOPULASI TERNAK Kambing Khas Kejobong Sapi potong Ayam buras Ayam Ras pedaging PRODUKSI HASIL TERNAK Daging (Kg) Telur (Kg) Susu (liter) 3,131.491 3,046.712 22,526 3,347.266 3,584.367 22,112 3,748.937 4,300.346 2,293 2000 49,299 8,436 97,100 1,249,590 TAHUN 2001 50,049 12,723 1,023,394 1,856,700 2002 52,432 13,468 1,048,978 2,116,638

Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purbalingga

32

6. Sub Sektor Industri Pembangunan sektor industri di Kabupaten Purbalingga dilaksanakan sesuai visi dan misi pembangunan industri. Visi pembangunan industri Kabupaten Purbalingga adalah mewujudkan industri di daerah yang maju, berwawasan lingkungan yang bertumpu pada potensi daerah dengan didukung oleh industri kecil yang mandiri. Sedangkan misi pembangunan industri adalah : a. Penggerak utama pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dengan memperhatikan aspek ekonomi daerah, persaingan sehat dan perlindungan kosumen. b. Mengembangkan komoditas unggulan dengan sistem sentra pengembangan komoditas unggulan dan agroindustri c. Meningkatkan peran serta swasta dalam pengembangan industri kecil dan menengah dengan sistem kemitraan. Tujuan pembangunann perindustrian di Kabupaten Purbalingga adalah mempercepat proses industrialisasi yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, efisiensi produksi dengan memanfaatkan bahan baku lokal dan pemantapan kelembagaan industri. Sasaran pembangunan industri Kabupaten Purbalingga adalah penataan dan pemantapan struktur industri, penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya, peningkatan kegiatan sektor industri bagi peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan pasar bagi produk-produk industri. Kabupaten Purbalingga memiliki potensi industri yang cukup besar dengan dukungan hasil pertanian yang cukup melimpah sebagai bahan baku industri, tenaga kerja produktif yang cukup, pangsa pasar yang masih terbuka dan iklim usaha yang kondusif.

33

Tabel 4.11. Data Ekspor Kabupaten Purbalingga tahun 2000 - 2002 KOMODITI Kayu Olahan Bulu Mata Pls Kuas Kosmetik Wig Manaquin Hair piece keramik Furniture TAHUN 2000 VOLUME NILAI (US$) 11,987.34 m3 6,155,318 7,492,268 pcs 926,799 3,192,750 pcs 153,833 411.033 pcs 2,851,544 55,420 buah 171,142 + 1,852 Kg 104,670 buah 672,486 724 set 7,686 144 pcs TAHUN 2001 VOLUME NILAI (US$) 118,930,239 4,996,821 10,753,502 1,208,132 5,549,100 250,914 660,508 4,024,239 92,739 376,547 TAHUN 2002 VOLUME NILAI (US$) 10,386 4,296,781 12,611,500 1,565,058 5,335,825 260,318 782,857 5,626,846 99,749 381,906

Human Hair 25,235 365 Jumlah 10,938,808 11,346,467 18,926,054 Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purbalingga

2,402 11,047 83,523 pcs 50,668 set 310 Kg

21,825 442,754

15,202 41,032 29,138

57,805 685,260 29,712 12,903,686

Tumbuhnya kegiatan usaha tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor ekonomis saja namun dipengaruhi oleh faktor yang lain seperti kondisi sosial budaya, keamanan, kenyamanan, kebijakan Pemkab yang populer dan mendukung iklim berusaha. Sedangkan yang bersifat ekonomis meliputi tersedianya bahan baku, tenaga kerja, lembaga keuangan, prospek pasar dan fasilitas infrastruktur. Iklim yang kondusif serta adanya jaminan keamanan dan kenyamanan dalam bekerja telah mampu menarik investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Purbalingga. Tercatat ada 13 PMA telah menanamkan modalnya di bidang industri rambut palsu, bulu mata palsu, hair piece, sanggul dan konde.

7.

Sub Sektor Pariwisata Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan bidang

ekonomi yang diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah. Sektor pariwisata diharapkan mampu menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Purbalingga.

34

Kepariwisataan yang ada diwilayah Kabupaten Purbalingga cukup beragam yang meliputi obyek wisata alam, obyek pariwisata budaya/sejarah dan obyek pariwisata buatan.Tabel Wilayah Potensi Alam Wilayah I 1. Kec. Purbalingga 2. Kec. Kalimanah 3. Kec. Kutasari 4. Kec. Bojongsari 5. Kec. Padamara 6. Kec. Kemangkon Wilayah II 1. Kec. Bukateja 2. Kec. Kaligondang 3. Kec. Kejobong4. Kec. Karangmoncol

Penyebaran Obyek Wisata di Kapaten Purbalingga Jenis Obyek Pariwisata Buatan Kolam Renang Tirta Asri, Walik Taman Aquarium Pemandian Bojongsari

Sejarah

Gua Genteng

Curug Karang

5. Kec. Rembang 6. Kec. Pengadegan Wilayah III 1. Kec. Bobotsari 2. Kec. Mrebet 3. Kec. Karanganyar 4. Kec. Karangreja

Desa Wisata Karangbanjar, Giri Cendana, Sendang Semingkir, Batu Lingga Yoni dan Paulus Makam Arsantaka Makam Narasoma Monumen Jend Sudirman Ardi Lawet, Makam Machdum Cahyana, Batu Lingga, Makam Adipati, Wirasaba Utama, Batu Balincung, Arca Shiwa Mahdewa, Arca Ganesa

Gua Lawa, Wana Wisata Serang Pendakian G. Slamet, Curug Ilang G. Lampang,Curug Silintang dan Silawang, Tuk Arus Curug Nini dan Putut

Batu Balok, Kemongkrong Juru Selam, Batu Arkeolog

Sumber : Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Purbalingga 2001

Dari Obyek-obyek wisata tersebut hanya beberapa yang sudah dikelola, antara lain : Petilasan Ardi Lawet di Desa Panusupan Kecamatan Rembang Monumen Jenderal Sudirman, di Desa Bantarbarang Kecamatan Rembang Curug Karang, Kecamatan Rembang

35

Purbasari Pancuran Mas/Taman Aquarium (River World), Desa Purbayasa Kecamatan Padamara Desa Wisata Karangbanjar, Desa Karangbanjar Kecamatan Bojongsari Pemandian Bojongsari, Desa Karangbanjar Kecamatan Bojongsari Pemandian Tirta Asri Walik, Desa Kutasari Kecamatan Kutasari Gua Lawa, Desa Siwarak Kecamatan Karangreja Wana Wisata, Desa Serang Kecamatan Karangreja Pendakian Gunung Sl;amet, Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja

36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASANA. Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Berdasarkan hasil perhitungan pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura didapat hasil bahwa produk unggulan sub sektor pertanian dan tanaman pangan adalah jeruk, kobis dan kentang, masing-masing memiliki skor 365, 360 dan 355 (Tabel 5.1 ). Sementara kacang panjang ditetapkan sebagai produk andalan

dengan skor total 290. Durian, duku dan rambutan masuk kategori produk potensial sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura..Tabel 5.1 Rekapitulasi Skoring Produk Unggulan, Andalan dan Potensial Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan HortikulturaNILAINO KOMODITAS A B C D E F G H TOTAL

KRITERIA

1 Jeruk 2 Kobis 3 Kentang 4 Kcng Pnjng 6 Durian 5 Duku 7 Rambutan

40 35 40 40 40 40 40

60 60 15 75 30 15 30

50 50 50 30 30 30 30

10 50 50 10 10 10 30

45 45 45 15 15 30 15

50 10 10 10 50 50 20

100 100 80 100 40 40 20

10 10 50 10 30 20 20

365 360 355 290 245 235 205

unggulan unggulan unggulan andalan Andalan potensial potensial

1

Produk Unggulan Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura 1.1 Jeruk Komoditas jeruk memenuhi kriteria menjadi produk unggulan karena mampu menghasilkan produk 73.059 Kw/Th dengan nilai rupiah sebesar Rp. 18.265.000.000, berbahan baku (bibit) lokal, mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar (6.000 orang), pemasaran lokal dan nasional serta telah

38

memenangkan persaingan dengan produk sejenis dari daerah lainnya. Komoditas jeruk banyak dikembangkan di Kecamatan Bukateja, Kemangkon, Kejobong dan Kutasari. 1. 2 Kobis Rangking kedua di sub sektor tanaman pangan dan hortikultura adalah komoditas kobis yang volume produksinya mencapai 22.129 ton/th dengan nilai Rp. 22.129.000.000, menyerap tenaga kerja 5.730 orang,

menggunakan bahan baku lokal. Komoditas kobis telah mampu memenangkan persaingan dengan produk sejenis di daerah lain, hal tersebut tercermin dari luasnya jangkauan pemasarannya yang telah merambah Bandung, Jakarta dan Pontianak. Kondisi iklim dan lahan yang mengandung unsur-unsur yang cocok untuk tanaman kobis adalah Kecamatan Karangreja. 1.3. Kentang Produk unggulan sub sektor pertanian dan tanaman pangan lainnya adalah kentang. Volume produksi kentang pada tahun 2002 sebesar 5.034 ton/th dengan nilai Rp. 12.585.000.000, menggunakan bahan baku lokal dengan jangkauan pemasaran nasional (Purbalingga, Purwokerto, Bandung, Jakarta dan Pontianak). Laju pertumbuhan komoditas kentang yang cukup tinggi menunjukkan stabilitas ketersediaan komoditas bersangkutan. Untuk mendapatkan hasil produksi yang bermutu, pembudidayaan kentang telah menggunakan bibit varietas unggul..

2.

Produk Andalan Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura 2.1 Kacang Panjang Komoditas sub sektor tanaman pangan dan hortikultura yang ditetapkan sebagai produk andalan adalah kacang panjang. Volume produksi kacang panjang pada tahun 2002 adalah 16.230 ton/th dengan nilai Rp. 24.345.000.000. Budidaya kacang panjang mampu menyerap tenaga kerja

39

173.240 orang, dengan bahan baku yang digunakan adalah lokal dalam jumlah yang cukup. Namun laju pertumbuhan produksi kacang panjang relatif kecil. Pada tahun 2001 mengalami pertumbuhan 3,27% dibanding tahun 2000, sedangkan pada tahun 2002 mengalami pertumbuhan 11,96% atau

pertumbuhan rata-rata 7,6%.

Kondisi iklim dan lahan yang cocok untuk

tanaman kacang panjang terutama Kecamatan Bojongsari, Mrebet dan Bobotsari. Pemasaran komoditas tersebut selain memenuhi permintaan lokal juga telah menjangkau Jawa Tengah dan Jawa Timur. 2.2 Durian Komoditas durian memenuhi kriteria sebagai produk andalan karena memiliki volume produksi 13.705 kw/th senilai Rp. 4.111.000.000,- Bahan baku atau bibit yang dipakai adalah bahan baku lokal dengan jumlah ketersediaan cukup. Pemasaran produk yang memiliki aroma khas ini masih berskala regional yaitu Purbalingga, Purwokerto dan Yogyakarta. Tenaga kerja yang diserap dalam budi daya durian relatif kecil yaitu 1.380 orang. Tingkat pertumbuhan produksinya juga relatif kecil. Pada tahun 2001 mengalami pertumbuhan 0,1902% dibanding produksi tahun 2000 (produksi th. 2000 46.276 kwintal, tahun 2001 46.364 kwintal). Sedangkan tahun 2002 tumbuh sebesar 1,72% dibanding tahun sebelumnya atau dalam tiga tahun rata-rata mengalami pertumbuhan 0,9557%. Kondisi iklim yang cocok untuk tanaman durian terutama di Kecamatan Kejobong, Bukateja, Kemangkon dan Pengadegan. 3. Produk Potensial Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura 3.1 Duku Komoditas duku memenuhi kriteria sebagai produk potensial dengan faktor pendukung sebagai berikut, volume produksi duku 20.578 kw/th dengan nilai rupiah sebesar Rp. 6.173.000.000. Bahan baku yang dipergunakan adalah dari lokal dengan jangkauan pemasaran Purbalingga, Purwokerto, Bandung

40

dan Jakarta. Produk ini telah mampu memenangkan persaingan dengan produk sejenis dari daerah lain karena tatsenya yang khas. Namun tenaga kerja yang menekuni budidaya duku hanya 920 orang dan kurang memiliki keterkaitan antara hulu hilir. Kondisi iklim dan lahan yang mengandung unsur-unsur yang cocok untuk tanaman duku terutama di Kecamatan Kaligondang, Kejobong, Bojongsari, Kutasari dan Pengadegan.

3.2 Rambutan Komoditas lain yang memenuhi kriteria sebagai produk potensial adalah rambutan. Volume produksi buah rambutan pada tahun 2002 sebesar 38.291 kw/th, dengan nilai Rp. 3.829.000.000. Budi daya rambutan menyerap tenaga kerja 1.910 orang dan masih menggunakan teknologi rendah. Bahan baku yang digunakan dalam budi daya rambutan berasal dari lokal dengan ketersediaan dalam jumlah yang cukup (sesuai dengan kebutuhan). Pemasaran produk ini baru ditingkat lokal (Purbalingga dan Purwokerto) karena rambutan Purbalingga belum memiliki ciri khas terutama dalam rasanya. Keterkaitan hulu hilir dari produk rambutan juga masih rendah karena di Purbalingga belum tersedia industri pengolah buah-buahan. Kondisi iklim dan lahan yang mengandung unsur-unsur yang cocok untuk tanaman rambutan terutama di Kecamatan Bobotsari, Bukateja dan Karangreja.

4.

Komoditas Prioritas Selain penggolongan produk menjadi tiga, yaitu potensial, andalan dan

unggulan, pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura terdapat juga komoditas prioritas. Produk yang termasuk dalam komoditas prioritas antara lain beras, kedelai dan jagung. Meskipun komoditas tersebut tidak termasuk dalam produk potensial, andalan atau unggulan namun tetap harus diutamakan penanganannya atau pengembangannya karena komoditas tersebut memiliki fungsi khusus untuk

41

menunjang ketahanan pangan. Beras adalah makanan pokok utama masyarakat Purbalingga sehingga ketersediaannya sangat vital, bukan hanya dalam masalah ekonomi namun menciptakan keamanan dan kenyamanan masyarakat. Komoditas jagung berkedudukan sebagai pakan ternak serta sumber makanan pokok pengganti beras. Sedangkan kedelai adalah bahan baku pembuatan tempe dan tahu yang merupakan sumber utama protein mayoritas penduduk Purbalingga.

Tabel 5.2 Data Produksi Komoditas Prioritas Tahun 2000, 2001 dan 2002 Kabupaten PurbalinggaKOMODITI Beras Jagung Kedele TAHUN 2000 TAHUN 2001 TAHUN 2002 LP(Ha) Kw/Ha Prod (ton) LP(Ha) Kw/Ha Prod (ton) LP(Ha) Kw/Ha Prod (ton) 35,475 33 115,331 34,487 33 113,838 35,212 33 116,795 8,576 389 31 10 26,894 399 8,606 394 31 11 26,936 418 8,653 316 33 13 28,279 422

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga

B. Sub Sektor Perkebunan Berdasarkan perhitungan, komoditas yang memenuhi kriteria sebagai produk unggulan sub sektor perkebunan adalah melati gambir (skor 385), kelapa (skor 355), nilam (skor 335), kelapa deres dan (325). Produk yang ditetapkan sebagai produk andalan sub sektor perkebunan adalah glagah arjuna, lada, kopi dan cassiavera dengan skor berturut-turut 310, 275, 270, dan 260. Sedangkan produk potensial adalah, mlinjo, cengkeh, tanaman obat, pinang, teh dan sereh.

Tabel 5.3 Rekapitulasi Skoring Produk Unggulan, Andalan dan Potensial

42

Sub Sektor PerkebunanNILAINO KOMODITAS A B C D E F G H SKOR TOTAL

KRITERIA

1 Melati Gambir 2 Kelapa 3 Nilam 4 Kelapa Deres 5 Glagah Arjuna 7 Lada 6 Kopi 8 Cassiavera 9 Mlinjo 10 Cengkeh 11 Pinang 12 T.eh 13 Tanaman Obat 14 Sereh

50 40 50 40 50 40 40 40 40 40 40 40 40 40

30 75 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 15 15

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

40 20 50 30 30 30 20 30 10 30 30 30 10 10

45 30 45 45 30 45 30 30 15 15 15 15 15 15

50 10 50 40 50 30 40 30 10 10 10 10 10 10

100 100 40 60 40 40 40 40 40 40 20 20 40 20

40 50 40 50 50 30 30 20 40 20 20 20 30 30

385 unggulan 355 unggulan 345 unggulan 325 Unggulan 310 Andalan 275 Andalan 260 Andalan 250 potensial 215 potensial 215 potensial 195 potensial 195 potensial 190 potensial 170 potensial

1.

Produk Unggulan Sub Sektor Perkebunan 1.1 Melati gambir Melati gambir merupakan bahan baku pabrik teh yaitu sebagai pewangi teh serta dapat dibikin ekstrak minyak atsiri sebagai pengharum parfum, sabun, obat-obatan dan sebagainya. Hasil produksi melati gambir berupa bunga segar yang masih kuncup. Melati gambir ditetapkan sebagai produk unggulan karena volume produksinya yang cukup tinggi sehingga pada tahun 2002 mampu meraup omset sebesar Rp. 40.756.000.000. Pertumbuhan produksi komoditas ini juga tergolong tinggi, selama tahun 2000 hingga 2002 rata-rata tumbuh sebesar 65,8%. Bahan baku yang digunakan dalam budidaya melati gambir berasal dari lokal dengan jumlah ketersediaan yang tinggi, sementara jangkauan pemasarannya sudah merambah tingkat nasional terutama ke Moga, Pemalang. Komoditas melati gambir memiliki spesifisitas tinggi dan mampu menampung tenaga kerja cukup banyak, yaitu 1.230 orang. Sentra budi daya tanaman melati gambir terdapat di Kecamatan Bukateja terutama di Desa Cipawon dan Desa Karangcengis.

43

1.2 Kelapa Komoditas kelapa memenuhi kriteria sebagai produk unggulan,

terutama karena mampu menampung tenaga kerja dalam jumlah besar yaitu 122.776 orang (tahun 2002), dengan volume produksi 11.480 ton senilai Rp.

30.135.000.000,-.Selain untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, pemasaran kelapa dalam telah menjangkau wilayah Banyumas dan sekitarnya sementara bibit yang digunakan berasal dari lokal dengan jumlah ketersediaan yang cukup. Tingkat pertumbuhan produksi kelapa dalam selama tahun 2000 Komoditas kelapa dalam

hingga 2002 rata-rata mencapai 9% pertahun.

memiliki kemanfaatan yang amat tinggi sehingga memiliki keterkaitan hulu hilir yang tinggi pula. Pemanfaatannya antara lain dipergunakan untuk membuat kopra sebagai bahan baku minyak goreng serta bumbu masak. Air kelapa juga dapat dipergunakan untuk membuat Nata de coco sebagai bahan baku minuman, tempurung kelapa dipergunakan untuk memasok industri kerajinan, lidi (tulang daun kelapa) berfungsi untuk membuat sapu lidi sedangkan sabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kerajinan sapu. Oleh Dinas Perkebunan Jawa Tengah, Purbalingga ditunjuk sebagai sumber bibit kelapa dengan lokasi kebun induknya berada di Desa Sokanegara (Kejobong), Desa Sinduraja dan Kembaran Wetan (Kaligondang) dan Desa Cipawon (Kecamatan Bukateja). Sementara penyebaran budi daya kelapa buah berada di Kecamatan Kaligondang, Kejobong, Bukateja dan Kemangkon. 1.3 Nilam Produk unggulan yang menduduki rangking ketiga di sub sektor perkebunan adalah Nilam. Komoditas Nilam merupakan bahan baku minyak atsiri yang dapat diolah menjadi pengharum parfum, sabun dan obat-obatan. Meskipun omset yang dihasilkan selama tahun 2002 tidak terlalu tinggi, yaitu Rp. 7.524.000.000. Jumlah tenaga kerja yang terserap dalam budidaya nilam

44

sebanyak 2.213 orang. Tanaman Nilam masuk kategori produk unggulan karena kuantitas ketersediaan bahan baku yang berlebih, adanya keterkaitan hulu hilir, memiliki ciri khas/spesifik, serta tingkat pertumbuhan produksi yang tinggi (rata-rata 146,2% per tahun). Pemasaran produk nilam telah menjangkau nasional, bahkan sebagian diekspor tidak langsung. Tanaman Nilam mudah diusahakan petani karena selain ditanam sebagai tanaman pokok juga dapat sebagai tanaman tumpang sari sehingga dapat berfungsi sebagai tanaman pelengkap dalam rangka pemanfaatan lahan. Sentra budi daya Tanaman Nilam ada di Kecamatan Karangreja, selain itu juga dikembangkan di Kecamatan Kutasari, Bojongsari dan Mrebet. 1.4 Kelapa Deres Komoditas kelapa deres masuk kategori produk unggulan sub sektor perkebunan karena mampu menghasilkan omset cukup tinggi yaitu Rp. 12.404.000.000 dengan jumlah tenaga kerja 23.590 orang. Komoditas ini memiliki keterkaitan hulu hilir yang tinggi karena produk dari kelapa deres adalah nira yang merupakan bahan baku pembuatan gula merah dan gula serbuk. Sementara tingkat pertumbuhannya selama tahun 2000 hingga 2002 cukup tinggi, yaitu rata-rata 12,16%. Produk ini juga memiliki spesifisitas yang cukup tinggi dengan pemasaran baru menjangkau pasar lokal dan Banyumas. Sentra budidaya kelapa deres terdapat di Kecamatan Kemangkon dan Mrebet. 2. Produk Andalan Sub Sektor Perkebunan 2.1 Glagah Arjuna Glagah arjuna terutama bunganya memiliki manfaat sebagai bahan baku pembuatan sapu. Komoditas ini tergolong produk andalan sub sektor perkebunan karena memiliki keunggulan komparatif dalam hal ketersediaan bahan baku yang berlebih, jumlah tenaga kerja yang relatif besar yaitu 4.978 orang, adanya keterkaitan hulu hilir serta bersifat khas. Selama tahun 2002, volume produksi Glagah Arjuna sebanyak 878 ton dengan nilai Rp.

45

1.369.700.000 serta luas lahan 954 Ha. Glagah Arjuna selain memenuhi kebutuhan lokal juga dipasok ke berbagai daerah. 2.2 Lada Produk andalan sub sektor perkebunan yang menduduki rangking kedua adalah lada, karena pada tahun 2002 mampu menghasilkan produk 275 ton dengan nilai Rp. 4.640.600.000. Bahan baku lada (bibit) diperoleh dari lokal dengan tingkat ketersediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan. Jangkauan pemasaran lada Purbalingga, selain memenuhi pangsa pasar lokal juga telah mampu menembus pasar nasional. Namun jumlah tenaga kerja yang menekuni usaha ini relatif sedikit yaitu 572 orang. Produk dari komoditas lada adalah biji lada yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan jamu, bumbu masak dan sebagainya. Di Kabupaten Purbalingga sejak tahun 1999 dikembangkan Kebun Induk Lada yang berlokasi di Desa Bandingan Kecamatan Kejobong seluas 1 Ha bersentra di Kecamatan Karangreja dan Karangjambu juga telah dibudidayakan di Kecamatan Karangmoncol dan Karanganyar. 2.3 Kopi Komoditas kopi memiliki kriteria sebagai produk andalan sub sektor perkebunan karena mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak yaitu 5.254, asal bahan baku lokal dan bersifat khas. Meskipun pertumbuhan produksinya relatif rendah (4%), tingkat produksi komoditas kopi mampu terjaga kestabilannya. Pada tahun 2002 kopi yang dihasilkan sebesar 528 ton dengan nilai Rp. 1.937.000.000. Meskipun pangsa pasarnya masih terbuka, jangkauan pemasaran kopi Purbalingga masih terbatas untuk memasok kebutuhan lokal dan wilayah Banyumas. Sejak tahun 2001, Kabupaten Purbalingga membuat Kebun Induk Kopi Robusta di Desa Cendana Kutasari. Sentra perkembangan Kopi Robusta selain di Kecamatan Kutasari juga di Kecamatan Bobotsari. 2.4 Cassiavera

46

Cassiavera atau yang lebih akrab disebut kayu manis memiliki kriteria sebagai produk potensial sub sektor perkebunan. Tenaga kerja yang membudidayakan cassiavera sekitar 1.419 orang dengan pemasaran lokal serta regional. Volume produksi komoditas yang memiliki kegunaan untuk pembuatan jamu dan bumbu masak tersebut pada tahun 2002 masih relatif rendah yaitu 320 ton dengan nilai Rp. 1.766.400.000.. Keterkaitan hulu hilir komoditas tersebut tergolong rendah dan produknya juga kurang spesifik. Selama tahun 2001 hingga 2002 pertumbuhan produksinya adalah 21 %. Daerah yang banyak membudidayakan Cassiavera antara lain Kecamatan Kutasari, Bojongsari, Mrebet, Bobotsari, Karangreja dan Rembang. 3. Produk Potensial Sub Sektor Perkebunan 3.1 Mlinjo Tanaman Mlinjo termasuk salah satu produk potensial sub sektor perkebunan. Volume produksi tanaman yang merupakan bahan baku pembuatan emping ini pada tahun 2002 sebanyak 696 ton dengan nilai Rp 5.886.800.000. Stabilitas produksi masih belum terjamin kontinuitasnya karena pada tahun 2000 dan 2001 nilai produksinya relatif kecil sehingga hanya mampu mencukupi kebutuhan lokal. Luas areal budidaya mlinjo sekitar 330 Ha dan tersebar di beberapa lokasi seperti Kecamatan Karangayar, Karangmoncol dan Kertanegara. 3.2 Cengkeh Komoditas sub sektor perkebunan yang menduduki rangking kedua dalam daftar produk potensial adalah cengkeh. Tanaman cengkeh memiliki kegunaan sebagai bahan baku pembuatan rokok serta jamu dan bumbu masak. Tanaman cengkeh yang pernah menjadi primadona pada era tahun 80-an, pada tahun 2000 hampir tidak ada budidaya tanaman tersebut karena harga jualnya yang sangat rendah (Rp. 2.500/Kg). Pada tahun 2001 ketika harga cengkeh mulai membaik yaitu sekitar Rp. 70.000/kg masyarakat mulai bergairah

47

kembali untuk menanam cengkeh dengan hasil produksi 23 ton/tahun dan pada tahun 2002 produksinya kembali meningkat menjadi 43 ton dengan omset Rp. 2.006.800.000. Lahan yang digunakan seluas 846 Ha dengan jumlah tenaga kerja 3.049. Tanaman cengkeh banyak dikembangkan di Kecamatan Karangreja, Rembang, Kutasari dan Mrebet. 3.3 Pinang Komoditas pinang memiliki fungsi sebagai bahan baku pembutan jamu, kosmetik dan shampo. Pada tahun 2000 produksinya hanya 79 ton, pada tahun 2001 dan 2002 meningkat menjadi 96 ton dan 129 ton dengan nilai Rp. 697.600.000. Areal yang diusahakan seluas 102 Ha dengan jumlah tenaga kerja 441 orang. Komoditas ini baru mengjangkau pemasaran lokal, kurang spesifik serta kurang memiliki keterpaduan hulu hilir. Budidaya pinang hampir tersebar diseluruh kecamatan dalam wilayah Kabupaten Purbalingga, meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak . 3.4 Tanaman Obat Tanaman obat di Kabupaten Purbalingga juga telah cukup banyak dikembangkan terutama di Kecamatan Karangreja, Kejobong, Pengadegan dan Rembang sehingga ditetapkan sebagai produk potensial. Komoditas yang masuk kategori empon-empon atau tanaman obat antara lain kunir, kencur, jahe dan kapulogo. Pada tahun 2000 dan 2001 produksi tanaman obat masih relatif kecil yaitu 3 ton dan 2 ton, pada tahun 2002 mengalami lonjakan produksi yang cukup menggembirakan yaitu 309,6 ton dengan nilai Rp. 1.010.400.000. Tenaga kerja yang menekuni usaha ini hanya 149 orang dengan jangkauan pemasaran lokal.

3.5 Tanaman Teh Tanaman teh di Kabupaten Purbalingga dibudidayakan pada lahan seluas hanya 86 Ha dengan produksi 99,74 ton senilai Rp. 43.885.000.

48

Komoditas the dengan hasil pucuk daun the muda banyak dibudidayakan di Kecamatan Kutasari, Karangmoncol, Karangreja dan Rembang dengan jumlah tenaga kerja 837 orang. Teh Purbalingga tergolong kurang spesifik, serta kurang memiliki keterkaitan hulu hilir. Pemasarannya juga baru menjangkau lokal. 3.6 Tanaman Sereh Tanaman Sereh banyak dikembangkan di Kecamatan Mrebet, Bobotsari dan Rembang. Hasil produksi tanaman tersebut berupa daun sereh yang memiliki kegunaan sebagai bumbu masak, bahan baku pembuatan jamu dan kosmetik. Komoditas tersebut menduduki rangking terbawah dalam

urutan produk potensial di sub sektor perkebunan karena rendahnya tingkat produksi, jumlah tenaga kerja yang terserap, nilai produksi, minimnya jangkauan pemasaran serta kurangnya keterkaitan produk hulu hilir. Produksi daun sereh pada tahun 2002 sebanyak 696 ton dengan nilai Rp. 134.000.000 yang dibudidayakan pada lahan seluas 76 Ha. Pada tahun 2000 dan 2001 produksi daun sereh juga relatif rendah yaitu 664 ton dan 668 ton. Tenaga kerja yang menekuni bidang ini 309 orang dengan pemasaran lokal dan kurang memiliki spesifisitas serta keterpaduan hulu hilir.

C.

Sub Sektor Perhutanan Berdasarkan perhitungan, komoditas yang memenuhi kriteria sebagai

produk unggulan sub sektor perhutanan adalah kayu rakyat (skor 380), produk andalan adalah sutera alam (skor 270) sedangkan produk potensialnya adalah madu (skor 210).

Tabel 5.4

Rekapitulasi Skoring Produk Unggulan, Andalan dan Potensial Sub Sektor PerhutananNILAI

NO

KOMODITAS

A

B

C

D

E

F

G

H

TOTAL

KRITERIA

49

1 Kayu Albasia 2 Sutera 3 Madu

40 75 30 10 75 10 40 30 30 50 30 20 40 15 30 50 15 20

100 40 20

40 30 20

380 270 210

Unggulan Andalan Potensial

1.

Produk Unggulan Sub Sektor Perhutanan 1.1 Kayu Albasia Pohon Albasia merupakan pohon yang memiliki tingkat kegunaan tinggi mulai dari daun hingga akarnya. Bagian yang memberikan manfaat ekonomi paling besar pada pohon albasia adalah batang kayunya sebagai bahan baku pembuatan peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam konstruksi, industri korek api, pensil, papan partikel dan bahan baku industri pulp kertas. Pemasaran Kayu Albasia disamping untuk memenuhi permintaan lokal juga telah diekspor ke Jepang, Amerika, Korea dan Eropa. Pada tahun 2002 produksi kayu albasia mencapai 78.325 m3 senilai Rp. 10.965.500.000. Sedangkan produk kayu lainnya (Mahoni, pinus, Lo, Jati, Sungkai, Laban, Sonokeling, Waru, nangka, Suren) hanya 2.411 m3. Tenaga kerja yang terserap dalam usaha perkayuan cukup tinggi yaitu 15.361 orang. Pertumbuhan

produksi kayu albasia relatif stabil, pada tahun 2000 hingga 2002 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 14%. Selain memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi pohon Albasia juga mampu mendukung program penghijauan dan pelestarian alam karena memiliki daur yang lebih cepat dari tanaman sejenis lain, disamping itu memiliki akar berbintil-bintil yang dapat mengikat nitrogen udara sehingga menambah kesuburan tanah, pemulihan kesuburan lahan kritis, mencegah erosi serta pelindung sumber air tanah. Pembudidayaan Kayu Albasia tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Purbalingga terutama Kecamatan Karangreja, Karangjambu, Karangmoncol dan Mrebet..

50

2

Produk Andalan Sub Sektor Perhutanan 2.1 Sutera Alam Persuteraan alam merupakan rangkaian kegiatan penanaman murbei sebagai penghasil pakan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera untuk mendapatkan kokon, prosessing kokon untuk menghasilkan benang sutera. Kegiatan persuteraan disamping menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat juga mampu memberikan hasil dalam waktu relatif singkat dibanding tanaman kehutanan lain. Tanaman murbei juga dapat berfungsi sebagai tanaman penghijauan karena dapat dimanfaatkan tanpa harus menebang pohonnya. Sutera alam ditetapkan sebagai produk andalan karena memiliki kriteria mampu menghasilkan produk 2.578 Kg/tahun dengan nilai Rp. 978.000.000. Tingkat pertumbuhan usaha Sutera alam selama tahun 2000 hingga 2002 cukup tinggi yaitu rata-rata tumbuh sebesar 47%. Sementara tenaga kerja yang diserap hanya 400 orang dengan luas lahan garapan 91,45 Ha. Pemasaran produk ini baru menjangkau wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Kokon merupakan bahan dasar untuk pembuatan benang sutera

melalui proses pemintalan. 6 Kg kokon basah dapat menghasilkan 1 Kg benang sutera sementara 1 Kg benang sutera dapat menghasilkan 12,5 meter kain. Pada tahun 2002 harga jual kain sutera sebesar Rp. 100.000 400.000/m. Pengembangan kebun murbei terutama terdapat di Kecamatan Pengadegan, Rembang dan Mrebet.

3.

Produk Potensial Sub Sektor Perhutanan 3.1 Madu

51

Komoditas yang ditetapkan sebagai produk potensial sub sektor perhutanan adalah madu. Madu merupakan bahan makanan yang istimewa karena rasa, nilai gizi dan khasiatnya yang tinggi. Usaha-usaha pengembangan peternakan lebah dengan sistem modern di Kabupaten Purbalingga telah mulai dirintis sejak tahun 1999 terutama di Kecamatan Mrebet dan Kutasari. Pertumbuhan produksi madu cukup menggembirakan, selama tahun 2000 hingga 2002 tumbuh sebesar 54,77%. Volume produksi madu pada tahun 2002 sebesar 21.530 kg dengan nilai Rp. 322.950.000. Namun tenaga kerja yang menekuni bidang permaduan masih relatif kecil yaitu 165 orang Sementara pemasarannya juga masih untuk konsumsi lokal.

D.

Sub Sektor Perikanan Berdasarkan perhitungan, komoditas yang memenuhi kriteria sebagai produk

unggulan sub sektor perikanan adalah Ikan Gurami (skor 380), produk andalan Nila (skor 260) sedangkan produk potensial adalah Tawes (skor 220) dan Nilem (skor 180).

Tabel 5.5

Rekapitulasi Skoring Produk Unggulan, Andalan dan Potensial Sub Sektor PerikananNILAI

NO

KOMODITAS

A

B

C

D

E

F

G

H

SKOR TOTAL

KRITERIA

1 2 3 4

Gurami Nila Tawes Nilem

40 75 30 10 45 50 40 30 30 50 30 20 40 15 30 40 15 20 40 15 30 20 15 10

100 40 40 20

40 30 20 20

380 260 220 180

unggulan andalan potensial potensial

1.

Produk Unggulan Sub Sektor Perikanan 1.1 Ikan Gurami

52

Ikan Gurami ditetapkan sebagai produk unggulan sub sektor perikanan karena Ikan Gurami merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang banyak di pelihara di Kabupaten Purbalingga. Pada tahun 2002 produksi Ikan Gurami sebesar 1.052 ton atau senilai Rp. 14.565.660.000, namun produksi tersebut mengalami penurunan

dibanding dua tahun sebelumnya karena adanya serangan penyakit. Pada tahun 2000 produksinya sebesar 1.345,7 ton sedangkan tahun 2001 sebesar 1.161,7 ton. Tenaga kerja yang terserap dalam usaha Ikan Gurami cukup tinggi yaitu 7.498 orang. Ikan Gurami konsumsi sebagian besar dipasarkan ke daerah Jawa Barat dan DKI Jakarta serta beberapa kota di Jawa Tengah dan DIY. Keunggulan lain dari budidaya Ikan Gurami adalah semua ukuran ikan gurami mulai dari telur, tampelan sampai dengan ukuran konsumsi memuiliki nilai ekonomis tinggi (cepat laku dijual). Ikan Gurami Purbalingga memiliki cita rasa yang khas dan lebih kenyal karena pada pemeliharaan tahap akhir lebih banyak diberi pakan daun-daunan sehingga banyak digemari konsumen. Pengembangan sentra agribisnis Gurami untuk usaha

pembenihan dan pendederan berada di Kecamatan Bobotsari, Mrebet, Bojongsari, Kutasari dan Padamara. Usaha pembesaran di Kecamatan Bukateja, Kemangkon, Kalimanah dan Purbalingga, sedangkan pengembangan sentra usaha pakan hijauan untuk ikan gurami di Kecamtan Kaligondang, Pengadegan, Karangmoncol, Karangreja dan Rembang. PT Sucofindo Jakarta tercatat sebagai salah satu investor yang menanamkan modalnya dalam sektor perikanan. 2. Produk Andalan Sub Sektor Perikanan 2.1 Ikan Nila Ikan Nila masuk kategori produk andalan sub sektor perikanan. Tenaga kerja yang terserap dalam budidaya Ikan Nila sebesar 1.125 orang. Pertumbuhan produksi Ikan Nila cukup tinggi, selama tahun 2000 hingga 2002 rata-rata tumbuh sebesar 130,99%. Pada tahun 2002 produksi Ikan Nila sebanyak 43 ton atau senilai Rp. 1.084.220.000. Produk ini sebagian besar

53

dikonsumsi untuk keperluan rumah tangga (lokal) dan hanya sebagian kecil yang telah menjangkau wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. 3. Produk Potensial Sub Sektor Perikanan 3.1 Ikan Tawes Salah satu komoditas yang memenuhi kriteria sebagai produk potensial sub sektor perikanan adalah Ikan Tawes. Selain dapat dibudidayakan di kolam, jenis ikan ini juga dapat dibudidayakan dengan sistem minapadi. Produksi Ikan Tawes pada tahun 2002 sebesar 209 ton senilai Rp. 1.835.600.000 dengan tingkat pertumbuhan cukup tinggi yaitu 47%. Pasar produk ini masih bersifat lokal dengan harga yang kurang stabil. Produk ini juga belum memiliki keterkaitan hulu hilir dan kurang memiliki spesifisitas. Tenaga kerja yang menekuni bidang ini sebesar 750 orang. Ikan Tawes banyak diusahakan di Kecamatan Padamara, Kutasari, Bukateja dan Mrebet. 3.2 Ikan Nilem Komoditas lain yang masuk kategori produk potensial sub sektor perikanan adalah Ikan Nilem. Produksi Ikan Nilem dibandingkan jenis lain termasuk rendah. Pada tahun 2002 produksinya sebesar 91.8 ton dengan nilai Rp. 755.920.000. Namun produksi tersebut telah mengalami peningkatan cukup tinggi, sehingga selama tahun 2000 hingga 2002 tumbuh sebesar 33%. Tenaga kerja yang terserap relatif rendah yaitu 625 orang. Pemasaran Ikan Nilem masih bersifat lokal karena volume produksinya yang relatif rendah dengan harga yang kurang stabil. E. Sub Sektor Peternakan Berdasarkan perhitungan, komoditas yang memenuhi kriteria sebagai produk unggulan sub sektor peternakan adalah sapi potong (skor 330), produk andalan Kambing Khas Kejobong (skor 280), sedangkan produk potensial adalah ayam ras pedaging dan ayam buras. Tabel 5.6 Rekapitulasi Skoring Produk Unggulan, Andalan dan Potensial

54

Sub Sektor PeternakanNILAINO KOMODITAS A B C D E F G H SKOR TOTAL

KRITERIA

1 2 3 4

Sapi Potong Kambing Khas Kjb Ayam Ras Pedaging Ayam Buras

40 40 30 40

15 45 30 75

30 30 30 30

50 10 50 10

45 45 15 15

10 100 40 50 20 40 10 40 20 10 20 20

330 280 225 220

unggulan andalan potensial potensial

1.

Produk Unggulan Sub Sektor Peternakan 1.1 Sapi Potong Sapi potong ditetapkan sebagai produk unggulan sub sektor peternakan karena nilai produksinya yang relatif tinggi yaitu Rp. 33.670.000.000. Produksi sapi potong pada tahun 2002 sebanyak 13.468 ekor dengan pertumbuhan produksi yang cukup tinggi rata-rata 28% selama tahun 2000 hingga 2002. Usaha sapi potong memiliki keterkaitan hulu hilir cukup tinggi, karena dagingnya dapat diolah menjadi abon sapi sementara kulitnya dapat diolah menjadi bahan baku pembuatan bedug dan krupuk krecek. Tenaga kerja yang terserap pada usaha sapi potong masih relatif rendah yaitu 3.367 orang. Pemasaran sapi potong selain untuk memenuhi permintaan lokal juga menjangkau pasar regional, terutama menjelang Hari Raya Idul Adha.

2.

Produk Andalan Sub Sektor Peternakan 2.1 Kambing Khas Kejobong Kambing Khas Kejobong pada sub sektor peternakan ditetapkan sebagai produk andalan. Kambing Khas Kejobong memiliki ciri khas berbadan besar dan tegap,warna bulu dominan hitam mengkilap ada sedikit warna putih serta jumlah anakan lebih dari seekor per kelahiran. Pada tahun 2002 produksinya mencapai 52.432 ekor senilai Rp. 10.486.400.000. Tenaga kerja yang terserap usaha ini cukup tinggi yaitu 5.243 orang. Selain memasok

55

kebutuhan lokal, Kambing Khas Kejobong juga telah menjangkau pasar regional. Namun pertumbuhan produksinya relatif rendah yaitu 3% selama tahun 2000 hingga 2002. Kambing Khas Kejobong memiliki keterkaitan hulu hilir yang cukup tinggi karena kulit kambing dapat menjadi bahan baku pembuatan wayang atau lukisan. 3. Produk Potensial Sub Sektor Peternakan 3.1 Ayam Ras Pedaging Komoditas yang masuk kriteria produk potensial sub sektor peternakan adalah ayam buras dan ayam ras pedaging. Kedua komoditas tersebut memiliki kriteria hampir sama satu d