laporan penelitian unggulan perguruan...

8

Upload: doandung

Post on 06-Aug-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN LITERASI EKONOMI PADA PETANI DAN USAHA KECIL

MENENGAH (UKM) BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN MALANG

TIM PENELITI Dr. Agung Haryono, SE., M.P., Ale

Drs. Achmad Ali Wafa, M.Pd. Roufah Inayati, S.Pd., M.Pd.

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2013

RINGKASAN

Loyalitas konsumen terhadap produk lokal tidak semata-mata hanya karena rasa nasionalisme kosumen. namun lebih banyak terbentuk karena layanan yang baik dari produsen dan kualitas produknya. Melimpahnya produk impor hortikultura di pasar Indonesia menunjukkan bahwa produk hortikultara lokal kalah dalam persiangan. tidak terkecuali di daerah Malang yang terkenal sebagai penghasil produk hortikuftura. Salah satu pemicunya adalah rendahnya kualitas produk lokal ya!1g disebabkan dipanen sebelum waktunya. Kondisi ini menunjukkan belum adanya kesadaran produsen dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Di sisi lain perilaku konsumen semakin rasional. Berkembangnya teknologi infonnasi dan transportasi memberikan tambahan wawasan dan keleluasaan konsumen dalam memilih barang dan jasa. Kosumen rasional akan selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhannya dengan barang dan jasa yang berkualitas dengan harga yang tertentu. Berkembangnya perdagangan bebas antar negara semakin memanjakan konsumen dalam memilih produk-produk berkualitas. karena melimpahnya ketersediaan barang lokal maupun impor di pasar. Untuk memenangkan persaingan produsen harus dapat memberikan produk yang berkualitas dan layanan yang baik pada konsumen. Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya produsen dalam menciptakan konsumen yang loya I. karena peri laku produsen dalam memberikan layanan dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam berkonsumsi.

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model pelatihan literasi ekonomi berbasis kearifan lokal beserta ban-an pelatihannya untuk produsen terutama pada petani dan UKM. Diharapkan dengan pengembangan model dan bahan pelatihan ini petani dan UKM memiliki wawasan yang cukup untuk dapat melakukan kegiatan yang lebih produktif dengan produk yang semakin berkualitas. Sehingga produk lokal akan memiliki konsumen yang loyal. Pengembangan model dan bahan pelatihan akan diawali dengan kegiatan survey anal isis kebutuhan petani dan pelaku UKM ten tang perilaku produsen yang rasional hingga dapat menghasilkan prod uk berkualitas. Berdasarkan pada peta kebutuhan materi (pengetahuan) petani, peneliti akan mengembangkan materi pelatihan beserta model-model kegiatannya pada tahun kedua. ModeJ-model kegiatan dan materi pelatihan akan diimplementasikan pada petani dan pelaku UKM pada tahun ketiga.

Merujuk pada hasil survey dapat dipaparkan bahwa kebutuhan petani dan UKM terkait dengan literasi ekonomi dipetakan menjadi enam lema bahasan meliputi pasar tradisional. kewirausahaan. produksi. keuangan. perkoperasian dan pemasaran. Pela tema ini akan dikembangkan menjadi bahan pelatihan literasi ekonomi. Untuk lebih memotivasi maka perlu dilakukan pendampingan yang intensif pada kelompok tani pisang dan pengrajin aneka kripik buah.

Kata kunci: model pelatihan, literasi ekonomi

II

DAFTAR lSI

LEMBAR PENGESAHAN .

RINGKASAN II

PRAKATA III

DAFTAR lSI IV

DAFTAR TABEL ~........................................................................... VI

DAFTAR GAM BAR VII

DAFTAR LAMP/RAN VIII

BAB I PENDAHULUAN ..

BAB II T/NJAUAN PUSTAKA 4 A. Economic Literacy 4 B. Model Pelatihan 17

BAB III METODE PENELITIAN 25 A. Tujuan Penelititan 25 B. Keutamaan Penelitian 26

BAB IV METODE PENELITIAN 27 A. Rancangan Penelitian 27 B. Prosedur dan Pentahapan Penelitian 27 C. Luaran Penelitian 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 31 A. Paparan Daerah Penelitian 31 B. Paparan Data 33 C. ldentifikasi Masalah dan Potensi Pengembangan Literasi Ekonomi Petani dan

UKM 35 D. Pemetaan Materi Literasi Ekonom i................................................................ 39 E. Pembahasan 41

BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 46 A. Rencana Kegiatan 46 B. Jadwal Kegiatan 48

BAB VII KESIMPULAN ~ : , 49 A. Kesimpulan 49 B. Saran................................................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN-LAMPIRAN 53

Lampiran I Instrumen Penelitian........................................................................................ 53

IV

Lampiran 2 Artikel Penelitian 55

Lampiran 3 Biodatl:i Peneliti 72

y

BABI

PENDAHULUAN

Produk lokal menjadi pemenang dalam persaingan di negeri sendiri, masih menjadi

harapan baik oleh produsen dalam negeri maupun pemerintah. Seperti apa yang

diutarakan oleh Hamid S. (2012) wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

bahwa produk lokal kurang berkualitas, sehingga pengusaha ritel terpaksa masih banyak

melakukan impor barang-barang yang seharusnya dapat dipenuhi oleh produk lokal.

Salah satu bukti rendahnya kualitas produk lokal adalah banyaknya produk-produk instan

meskipun itu produk pertanian. Misalnya produk buah, betapa susahnya konsumen

mencari buah yang berkualitas, bahkan pada saat musim mangga, mangga yang

berkualitas susah dicari. Mayoritas mangga di pasar hasil produk instan, yaitu mangga

yang masih muda yang dipaksa dimatangkan. Bahkan mangga sebagai komoditi prioritas

nasional pada tahun 2011 justru jumlahnya ekspor sangat rendah sehingga tak terhitung

(Wardiyati, T: 2011)

Oari sisi layanan pengusaha ritel juga menilai bahwa produsen hortikultura beJum

memberikan layanan yang maksimal pada konsumen khususnya pada bidang kemasan

dan keakuratan ukuran. Pada kasus pengiriman buah sering terjadi penyusutan volume

buah dalam jumlah yang signifikan, misalnya dalam satu pengiriman dapat susut sampai

20 kg (Hamid, S: 2012). Oi sisi lain ketersediaan buah impor sangat melimpah di pasar,

baik pasar tradisional maupun modem. Produk impor rata-rata memiliki kemasan yang

lebih baik dan ukuran berat yang Jebih stabil.

Oilihat dan sisi produsen lokal yang diwakili oleh Asosiasi Petani Indonesia (API)

berharap bahwa pemerintah dapat menghentikan impor produk-produk pertanian, karena

sudah merasa bahwa produk-produk loka! kalah bersaing dengan produk impor yang

Laporan Akhir, Pengembangan Model Pelatihan Literasi Ekonomi,tahun 2013

disebabkan harga produk lokal Jebih tinggi. (Hanim: 2012) Tingginya harga produk lokal

dipieu oleh tingginya biaya produksi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa wawasan produsen di bidang ekonomi sangat

rendah, bahwa untuk memenangkan persaingan tidak hanya mengandalkan intervensi

pemerintah di pasar, namun akan lebih efektifjika produsen dapat meneiptakan loyalitas

konsumen dengan earn menghasilkaan produk berkualitas dan layanan yang baik.

Kondisi riil menggambarkan bahwa kesadaran petani untuk menghasilkan produk

berkualitas masih rendah, terbukti dengan mudahnya memanen hasil sebelum waktunya.

Rendahnya pengetahuan ekonomi produsen juga ditunjukkan dengan perilaku produsen

yang kurang efisien sehingga memicu biaya produksi yang tinggi.

Di era kemajuan teknologi dan informasi, sebenarnya produsen memiliki keunggulan

untuk mengenalkan produknya pada masyarakat. Perkembangan teknologi informasi dan

tranportasi memberikan kemudahan pada produsen dalam mengakses pasar untuk

mempromosikan dan memasarkan produknya, namun mayoritas produsen tokal belum

mampu memanfaatkan peluang promosi murah lewat perkembangan teknologi informasi.

Kondisi ini menunjukkan betapa peran produsen dalam meneiptakan konsumen yang

loyal sangat vital, karena perilaku produsen dalam memberikan layanan dapat

mempengaruhi keputusan konsumen dalam berkonsumsi.

Di sisi lain perilaku konsumen semakin rasional. Berkembangnya teknologi informasi

dan tranportasi memberikan tambahan wawasan dan keleluasaan konsumen dalam

memilih barang dan jasa. Kosumen rasional akan sel'alu berupaya untuk memenuhi

kebutuhannya dengan barang dan jasa yang berkualitas baik dengan harga yang tertentu.

Berkembangnya perdagangan bebas antar Negara semakin memanjakan konsumen dalam

memilih produk-produk yang berkualitas, karena melimpahnya ketersedian barang lokal

maupun impor di pasar. Impor produk hortikultuta dari tahun ke tahun terus meningkat

Laporan Akhir, Pengembangan Model Pelatihan Literasi Ekonomi,tahun 2013

terutama sesudah diberlakukannya perdagangan bebas Asean-China (Asean-China Free

'Trade Area (ACFTA), impor buah-buahan menunjukkan kenaikan yang besar.

Sementara tidal< semua produk lokal memiliki kualitas yang baik sehingga ,mampu

bersaing dengan produk impor. Akibatnya pasar hortikultural di Indonesia 60% dikuasai

oleh produk impor (Wardiyati:20 11).

Penelitian pengembangan ini didasari oleh kegalauan peneliti tentang rendahnya daya

'S?'ing produk hortikultura di pasar, sementara masyarakat memiliki sumberdaya alam

yang luar biasa untuk mendukung keberhasiJan produksi hortikuJtura. Sebagai contoh

produk mangga dan pisang, bahkan mangga merupakan produk unggulan nasional. Oi

wilayah Malang pohon mangga dan pisang dapat ditemukan dengan mudah, bahkan di

wilayah tertentu pohon mangga banyak ditemui di tepi jalan. Namun apa yang ditemukan

-di pasar sangat bertolak belakang. Konsumen sulit menemukan mangga dan pisang yang

eerkualitas, meskipun buah tersebut melimpah di pasar namun tidak menarik selera

konsumen karena buah-buah tersebut di panen sebelum waktunya.

Kondisi inilah yang mendorong peneliti untuk mengembangkan model pelatihan yang

dapat membekali petani dan pelaku UKM tentang kondisi pasar, selera dan karakteristik

konsumen pada pasar hortikultura. Oengan pengembangan model dan bahan pelatihan

literasi ekonomi untuk produsen terutama pada petani dan UKM, diharapkan petani dan

UKM memiJiki wawasan yang cukup dan dapat melakukan kegiatan yang lebih produktif

dengan produk yang semakin berkualitas. Sehingga produk lokal akan memiliki

konsumen yang loyal.

Laporan Akhir, Pengembangan Model Pelatihan Literasi Ekonomi,tahun 2013