pengelolaan hutan perum perhutani kph...
Post on 24-May-2019
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PENGELOLAAN HUTAN PERUM PERHUTANI KPH RANDUBLATUNG TAHUN 2010
(RINGKASAN PUBLIK)
I. PENDAHULUAN
Perum Perhutani (PP 30/2003) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbasis
Sumberdaya Hutan (SDH) yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan
kegiatan pengelolaan hutan (hutan produksi dan hutan lindung) berdasarkan prinsip
perusahaan dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
Maksud dan Tujuan perusahaan pengelolaan hutan harus diarahkan kepada suatu bentuk
pengusahaan yang memperhatikan aspek kelestarian ekonomi, sosial dan ekologi
(lingkungan).
A.Maksud Perusahaan adalah :
a. Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang menghasilkan barang dan jasa
yang bermutu tinggi dan memadai guna memenuhi hajat hidup orang banyak dan
memupuk keuntungan.
b. Menyelenggarakan pengelolaan hutan sebagai ekosistem sesuai dengan karakteristik
wilayah untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari segi ekologi, sosial, budaya dan
ekonomi bagi perusahaan dan masyarakat sejalan dengan tujuan pembangunan
nasional dengan berpedoman kepada rencana pengelolaan hutan yang disusun
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan.
B.Tujuan Perusahaan, adalah :
1. Tujuan Pengelolaan Umum
Mengelola sumber daya hutan KPH Randublatung untuk memproduksi kayu jati yang
berkualitas secara lestari dan menjamin bahwa fungsi dan jasa hutan baik secara
ekonomi, ekologi, maupun sosial secara terus-menerus dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Tujuan pengelolaan produksi sumberdaya hutan
a. Mengelola sumber daya hutan berdasarkan prinsip dan kriteria yang secara
internasional diakui untuk memproduksi hasil hutan secara lestari. Secara lebih
detail tujuan ini dijabarkan menjadi:
Melestarikan dan meningkatkan potensi sumber daya hutan
Meningkatkan produktivitas lahan dan tegakan hutan
2
Meningkatkan kualitas tegakan hutan
b. Mengkonservasi, melindungi dan mengelola hutan berdasarkan prinsip-prinsip
pengelolaan hutan lestari, yang didesain sedemikian rupa sehingga memperhatikan
kepentingan keanekaragaman hayati, tanah, sumber air dan masyarakat desa hutan
secara proporsional.
c. Mengembangkan sistem pemanenan hasil hutan yang memiliki dampak negatif
minimal terhadap lingkungan.
d. Memastikan adanya perlindungan terhadap sumberdaya hutan.
e. Pemanfaatan hutan secara rasional dan bijaksana dengan menjaga dan
mengembangkan produktivitas dan potensi hutan.
f. Melaksanakan sistem lacak balak (CoC) dengan konsisten.
3. Tujuan pengelolaan lingkungan
a. Menjamin dilakukannya pengelolaan lingkungan yang benar dan bertanggung
jawab.
b. Mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan.
c. Mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman hayati hutan baik vegetasi
maupun satwa liar.
d. Menetapkan minimal 10% dari luas kawasan hutan diperuntukkan sebagai kawasan
perlindungan keanekaragaman hayati, yang didalamnya sekurang-kurangnya 5%
dari luas kawasan diperuntukan sebagai keterwakilan hutan alam (hutan alam
sekunder).
e. Melindungi jenis-jenis dan habitat satwa RTE (Rare, Threathened, Endangered)
f. Melakukan penanganan dan penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3)
secara benar dan bertanggung jawab.
g. Mempertahankan kawasan hutan yang memiliki fungsi hidroorologis.
h. Menjaga dan meningkatkan keberadaan kawasan hutan yang mempunyai nilai
konserfasi tinggi baik nilai ekologi mupun nilai sosial.
4. Tujuan pengelolaan sosial
a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan secara proporsional.
b. Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam
kegiatan pengelolaan hutan.
3
c. Memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar hutan untuk mendapatkan
bahan makanan, sumber air, bahan bakar, obat-obatan tradisional, pendidikan
lingkungan dan rekreasi hutan.
d. Peningkatan produk dan jasa hutan, pendapatan, devisa negara dan lapangan
kerja.
e. Mengendalikan dampak negatif terhadap perubahan sosial dan lingkungan serta
mendorong partisipasi masyarakat dalam pengembangan kesempatan berusaha dan
perlindungan hutan.
Strategi Pengelolaan :
Berorientasi kepada meminimalisasi dampak negatif dari pengelolaan hutan dan
meningkatkan manfaat serta keuntungan yang sebesar-besarnya pada keanekaragaman
hayati, sosial dan ekonomi masyarakat sekitar hutan.
4
II. KEADAAN UMUM
A. Letak Geografis
Pengelolaan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung berada di bawah
manajemen Unit I Jawa Tengah yang secara administratif terletak di dua kabupaten
yaitu Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan. KPH Randublatung mempunyai batas
kawasan hutan yang terdiri dari sebelah utara berbatasan dengan KPH Blora, sebelah
timur berbatasan dengan KPH Cepu, sebelah selatan berbatasan dengan KPH Ngawi
Unit II Jawa Timur dan sebelah selatan berbatasan dengan KPH Gundih. Secara
administrasi wilayah kerja Perum Perhutani KPH Randublatung berada di Kabupaten
Blora (31.736,0 = 97,8 %), dan Kabupaten Grobogan (702,7 ha = 2,2 %).
B. Kondisi Fisik
1. Kondisi Iklim
Wilayah hutan KPH Randublatung dan sekitarnya beriklim tropis, yang ditandai oleh
terdapatnya musim hujan dan musim kemarau yang bergantian sepanjang tahun.
Terletak pada ketinggian 75 - 245 mdpl, dengan tipe iklim antara tipe C sampai
dengan E menurut Schmidt & Ferguson. Lingkungan dengan type iklim ini sangat
cocok untuk ditanami tegakan jenis jati. Temperatur rata-rata 31o C, dan curah
hujan rata-rat 2072 mm/tahun.
2. Bentuk Wilayah
Wilayah KPH Randublatung terletak pada ketinggian 75 - 245 meter di atas
permukaan laut, mempunyai bentuk lapangan datar, miring, berombak serta
bergelombang yang kebanyakan tidak terlalu curam, kecuali di daerah RPH Jegong
BH Banglean dan RPH Temetes/BH Bekutuk yang berbatasan dengan BH
Banjarrejo. Bukit-bukit tertentu dalam kawasan hutan Bagian Hutan Banglean dan
Banyuurip merupakan bukit-bukit yang sambung menyambung sampai daerah RPH
Sugih/BH Randublatung.
C. Hidrologi
Wilayah hutan di KPH Randublatung cukup banyak memiliki aliran sungai namun
sungai-sungai tersebut teraliri air hanya pada musim penghujan. Kualitas air sungai di
kawasan hutan KPH Randublatung cenderung kurang baik untuk memenuhi kebutuhan
air minum bagi masyarakat, yang ditandai dengan kadar kapur yang tinggi serta warna
air yang keruh.
5
D. Sumber Daya Hutan
1. Pembagian Wilayah Kerja
Pengelolaan kawasan hutan KPH Randublatung dibagi menjadi dua sub-KPH yaitu
Sub-Utara dan Sub-Selatan yang terdiri dari 6 (enam) Bagian Hutan (BH), 12
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) serta 44 Resort Pemangkuan Hutan
(RPH). Guna kepentingan kegiatan perencanaan, wilayah hutan KPH Randublatung
dikelompokkan ke dalam 6 (enam) bagian hutan yaitu :
1. Bagian Hutan Banglean : 4.889,0 ha
2. Bagian Hutan Banyuurip : 5.044,3 ha
3. Bagian Hutan Bekutuk : 4.793,1 ha
4. Bagian Hutan Doplang : 5.801,5 ha
5. Bagian Hutan Ngliron : 6.235,8 ha
6. Bagian Hutan Randublatung : 5.110,1 ha
Jumlah : 31873.8 ha (tanpa alur)
Sedangkan menurut pembagian wilayah kerja, pengelolaan hutan KPH
Randublatung terbagi ke dalam 2 Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan (SKPH), yaitu
SKPH Randublatung Utara dan SKPH Randublatung Selatan. Masing-masing SKPH
terbagi ke dalam Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH). Jumlah BKPH dan
luas masing-masing tersaji sebagaimana Tabel 1. Pembagian wilayah kerja
KPH Randublatung
Tabel 1. Pembagian wilayah kerja KPH Randublatung
Sub KPH Randublatung Utara Sub KPH Randublatung Selatan
BKPH RPH Luas ( ha )
BKPH RPH Luas ( ha )
1 2 3 4 5 6
Temuireng 1. Trembes 662,4 Beran 24. Bodeh 1.096,6
2. Dawung 722,2 25. Kd.sambi 592,6
3. Alasmalang 753,7 26. Menden 605,6
4. Kaligawan 883,2
Jumlah 3.021,5 Jumlah 2.294,8
Trembes 5. Padas 714,0 Boto 27. Sugih 1.029,7
6. Botoreco 460,4 28. Sumengko 794,5
6
Sub KPH Randublatung Utara Sub KPH Randublatung Selatan
BKPH RPH Luas ( ha )
BKPH RPH Luas ( ha )
1 2 3 4 5 6
7. Balong 763,5 29. Boto 564,0
8. Nglencong 934,0 30. Beran 532,8
J Jumlah 2.871,9 Jumlah 2.921,0
Tanggel 9. Kalipang 756,2 S.gender 31. Kepoh 847,3
10. Delok 757,3 32. Kwojo 785,8
11. Bogorejo 699,0 33. S.gender 707,7
J Jumlah 2.212,5 Jumlah 2.340,8
Temanjang 12. Jambean 627,3 Banyuurip 34. Banyuurip 770,6
13. Gumeng 650,3 35. Serut 621,6
14. Temetes 612,2 36. Ngampel 731,3
15. Banyuurip 778,4 37. Gadung 663,6
J Jumlah 2.693,3 Jumlah 2.787,1
Ngliron 16. Kd.ringin 806,5 Pucung 38. Kemadoh 860,1
17. Ngliron 743,0 39. Pucung 991,9
18. Banyuasin 719,2 40. Banglean 922,5
19. Ngodo 899,7
Jumlah 3.168,4 Jumlah 2.774,5
Kd.jambu 20. Soko 1.077,9 Kemadoh 41. Singget 568,6
21. Jtkusumo 576,3 42. Karang 534,4
22. Kd.jambu 797,1 43. Klanding 497,0
23. Gdbecici 717,0 44. Jegong 609,7
Jumlah 3.168,3 Jumlah 2.209,7
Jml. Sub KPH Rdb Utara 16830.4 Jml. Sub KPH Rdb Selatan 15.043.4
*) Luas tidak termasuk alur Sumber : RPKH KPH Randublatung Jangka 2003-2012
2. Pembagian Wilayah Berdasarkan Tujuan Pengelolaan
Untuk kepentingan pengelolaan, kawasan hutan di wilayah KPH Randublatung
dibagi menjadi 3 (tiga) kawasan pengelolaan yaitu kawasan untuk produksi,
kawasan perlindungan dan kawasan penggunaan lain. Kawasan hutan KPH
7
Randublatung seluas 32.438,7 ha merupakan Kelas Perusahaan Jati yang
berdasarkan tujuan pengelolaannya terdiri dari:
a. Kawasan hutan untuk tujuan produksi
Kawasan hutan untuk Tujuan Produksi 28.082,8 ha atau (86,6%)
Pembagian kawasan produksi pada dasarnya mengacu pembagian kelas hutan
pada SK Dirjen 143/KPTS/DJ/I/1974. Kawasan hutan untuk tujuan produksi
merupakan lapangan-lapangan untuk menghasilkan kayu dan/atau hasil hutan
lainnya. Kawasan hutan untuk tujuan produksi terbagi menjadi dua yaitu
kawasan untuk produksi jati dan bukan untuk produksi jati.
Kawasan untuk produksi jati terdiri atas areal produktif (Kelas Umur/KU [KU I-
XI], Masak Tebang/MT dan Miskin Riap/MR) dan areal tidak produktif (Lapangan
Tebang Habis Jangka Lampau/LTJL/THJL, Tanah Kosong/TK, Tanaman Kayu
Lain/TKL, Hutan Alam Kayu Lain/HAKL, Tanaman Jati Bertumbuhan
Kurang/TJBK, dan Hutan Alam Jati Bertumbuhan Kurang). Sedangkan Kawasan
bukan untuk produksi jati terbagi menjadi areal tak baik untuk jati (Tanah
Kosong Tak Baik untuk Jati/TKTBJ, Tanaman Jati Merana/TJM dan Hutan Alam
Jati Merana/HAJM) dan areal Tanaman Jenis Kayu Lain/TJKL. Secara ringkas
pembagian kawasan produksi Sbb :
Tabel 2. Pembagian Kawasan Menurut Kelas Hutan
No Kelas Hutan Sat RPKH Hasil Audit
2003 Th.2008 Th.2009 Th.2010 1 2 3 4 5 6 7
I Untuk Penghasilan Kayu Jati
1.1. Untuk Perusahaan Tebang Habis
Jml Menghasilkan (Produktif) Ha 22.179,0 24.644,0 24.778,6 24.821,8
Jml Tidak Menghasilkan Ha 8.204,8 2.706,5 2.691,5 2.806,6
Jml Baik Utk Perusahaan Teb. Habis Ha 30.383,8 27.628,4
Tak Baik Untuk Perusahaan Teb. Habis Ha 205,4 0,0 0,0 0,0
Jml Untuk Penghasilan Kayu Jati (I) Ha 30.589,2 27.350,5 27.470,1 27.628,4
II Bukan Untuk Penghasilan Kayu Jati
Jml Tak Baik Utk Jati (2.1.) Ha 13,2 5,5 5,5 9,5
Jml Bukan Utk Produsi Ky Jati (II) Ha 672,0 733,9 615,3 454,4
Jml Untuk Menghasilkan (A) Ha 31.261,2 28.084,4 28.085,4 28.082,8
Bukan Untuk Penghasilan
Jml Bukan Untuk Penghasilan (B) Ha 1.202,9 4.379,7 4.378,7 4.355,9
Jumlah (A + B) Ha 32.464,1 32.464,1 32.464,1 32.438,7
8
Berdasakan Kelas Hutan tersebut diatas ditetapkan Etat (tebangan tahunan menurut luas dan volume yang diperkenankan) guna mendukung kelestarian
hasil/hutan, sebagai tabel 3 berikut :
Tabel 3. Etat Jangka 2003-2013
No BH Umur
Rata-rata Umur Teb Rata-rata
Etat Luas ( Ha )
Etat Massa ( M3 )
1 2 3 4 5 6
1 Doplang 24 54 97,0 6.442,0
2 Bekutuk 27 57 76,1 6.830,0
3 Ngliron 30 60 114,0 11.615,0
4 Randublatung 18 48 79,4 7.445,0
5 Banyuurip 32 62 85,5 9.451,0
6 Banglean 39 69 90,1 8.857,0
KPH Randublatung 542,1 50.640,0 Sumber : RPKH 2003-2013
Cara perhitungan etat :
Inventari hutan untuk memperoleh susunan kelas hutan sehingga menghasilkan
kelas hutan produktif (KUI-KUVII, MR, MT), data bonita, dan Kbd rata-rata per
kelas Umur. Data diperoleh dengan membuat PU (Petak Ukur dengan ukuran
luas 0,02; 0,04; 0,10 Ha berbentuk lingkaran) dengan Intensitas Sampling ½ - 2
½ %. Penentuan PU menggunakan sampling sistimatik dengan penentuan awal
secara acak.
Berdasarkan Kelas Hutan produktif dihitung umur rata-rata dari tanaman, untuk
menentukan umur tebang rata-rata (UTR) = URT + ½ x Daur.
Berdasarkan hasil UTR dipergunakan untuk menghitung volume akhir per Kelas
Umur.
Etat luas per tahun dihitung dari jumlah luas hutan produktif (KU I - KUVII, MR,
MT) dibagi daur.
Etat volume (massa) per tahun dihitung dengan cara penjumlahan volume per
kelas umur dibagi daur.
b. Kawasan Perlindungan Pada Hutan Produksi
Kawasan perlindungan adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan yang mencakup sumberdaya alam,
sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan.
9
kawasan perlindungan KPH Randublatung ditetapkan sebesar 3.318,3 Ha atau
10,23 % dari total luas pengelolaan (32.438,7 Ha).
Tabel 4. Pembagian kawasan perlindungan
No Uraian Luas (ha) % 1 2 3 4
I Kawasan Paerlindungan Setempat (KPS) -
A.Sepadan Sungai 912,4 2,81
B.Sepadan Mata Air 57,2 0,18
C.Sepadan Jurang 159,0 0,49
Jumlah I 1.128,6 3,48
II Kawasan Paerlindungan Khusus (KPKh)
A.Hutan Alam Sekunder (HAS)
`- HAS Kesongo 778,8 2,40
`- HAS Bekutuk 331,3 1,02
`- HAS Randublatung 550,8 1,70
Jumlah II 1.660,9 5,12
B.Kawasan Perlindungan Plasma Nufah -
`- KPPN bangklean 259,9 0,80
`- KPPN Randublatung 199,4 0,61
Jumlah III 459,3 1,42
C.Kuburan 34,7 0,11
D.Pertapan / Situs 2,4 0,01
E.Hutan Koleksi Randublatung 32,4 0,10
Jumlah IV 69,5 0,21
JUMLAH TOTAL I+ II +III + IV 3.318,3 10,23
Sedangkan berdasarkan hasil survai kawasan hutan KPH Randublatung terdapat
Kawasan yang mempunyai nilai konsrvasi tinggi terbagi dalam 6 kelompok
yaitu :
a. NKT 1 : Kawasan yang mempunyai tingkat keragaman hayati penting
Guna Mendukung ekosistem cagar alam Bekutuk (yang kewenangannya oleh
BKSDA), KPH Randublatung menetapkan zona penyangga (HAS Bekutuk)
seluas 331,3 . Selain itu terdapat Savana dan Hutan Rawa dataran rendah
terletak di wilayah Sumber Lumpur Kesongo pada petak 141a BKPH Trembes
seluas 105,9 Ha. Kawasan Sumber Lumpur Kesongo merupakan sarang 19
jenis aves yang perlu adanya perlindungan aves migran diantaranya adalah
burung Kuntul Putih (Bulbucus ibis), Bangau Tongtong (Leptotilos javanicus),
10
Belibis Batu (Dendrocygna javanica), Bambangan Merah (Ixopbrychus
cinnamomeus) dan Cangak Merah (Ardea purpurea). Guna mendukung
pengelolaan ekosistem kawasan Sumber Lumpur Kesongo, KPH
Randublatung menetapkan zone penyangga (HAS Kesongo) seluas 672,9 Ha.
b. NKT 2 : Kawasan bentang alam yang penting bagi denamika ekologi
secara alami.
Unit Managemen Hutan memiliki kawasan alami yang berisi dua atau lebih
ekosistem dengan garis batas yang tidak terputus / berkesinambungan.
Savana Kesongo (79,9 Ha), Rawa Kesongo (16,0 Ha) dan Lumpur Kesongo
(10,0 Ha) merupakan kawasan ekosistem alami dengan garis batas yang tidak
terputus (berkesinambungan).
Unit Manajemen Hutan juga mempunyai populasi spesies yang ada secara
alami dalam jumlah yang layak. Berdasarkan survey biodiversity telah
ditentukan 6 (enam) species interest yaitu Jelarang bilalang (Ratufa affinis)
dengan habitat di KPPN Banglean seluas 259,9 Ha, Kuntul putih (Bubulcus
ibis) dengan habitat di kawasan Sumber Lumpur dan HAS Kesongo seluas
778,8 Ha, Biawak (Varanus salvator), dengan habitat di KPPN Banglean, CA
dan HAS Bekutuk dan KPPN Randublatung seluas 816,0 Ha, Merak (Pavo
muticus) dengan habitat di KPPN Banglean, CA dan HAS Bekutuk dan KPPN
Randublatung seluas 816,0 Ha dan Elang bido (Spilornis cheela) dengan
habitat di KPPN Banglean, CA dan HAS Bekutuk, Sumber Lumpur dan HAS
Kesongo, Kawasan Curam dan KPPN Randublatung seluas 1.753,8 Ha.
c. NKT 3 : Kawasan yang mempunyai ekosistim langka atau terancam
punah
Unit managemen hutan berisi ekosistem langka, terancam dan hampir punah.
Yang termasuk dalam kategori NKT 3 adalah hutan rawa dataran rendah dan
savana yang terletak di dalam kawasan Lumpur Kesongo. Hutan rawa seluas
16 Ha dan Savana seluas 79,9 Ha adalah sarang 19 jenis aves yang perlu
adanya perlindungan aves migran antara lain burung Kuntul Putih (Bulbucus
ibis), Bangau Tongtong (Leptotilos javanicus), Belibis Batu (Dendrocygna
11
javanica), Bambangan Merah (Ixopbrychus cinnamomeus) dan Cangak Merah
(Ardea purpurea).
d. NKT 4 : Kawasan yang menyediakan jasa-jasa lingkungan alam
Unit Managemen Hutan menyediakan pasokan utama kebutuhan air minum.
Dalam kawasan hutan KPH Randublatung ditemukan mata Air sebanyak 7
buah dengan total luas mata air dan kawasan perlindungannya seluas 57,8
Ha. Mata air tersebut adalah Sendang Wedok seluas 10,1 Ha, Sendang
Lanang seluas 9,8 Ha, Sendang Kuwung seluas 2,1 Ha, Sendang Salak seluas
10,1 Ha, Sendang Apit seluas 6,8 Ha, Mata air Banyuasin seluas 8,7 Ha dan
Sendang Tutupan / Delok seluas 10,2 Ha. Mata air ini merupakan pemasok
kebutuhan air minum dan MCK bagi masyarakat yang hidup di sekitar
kawasan hutan KPH Randublatung, dan bila mata air ini rusak masyarakat
tidak lagi memiliki sumber alternatif pasokan air lainnya.
Unit Managemen Hutan juga memiliki bagian yang sangat penting akan area
tangkapan air. Sempadan Sungai DAS Solo (866,5 Ha) dan Sempadan Sungai
DAS Serang (42,9 Ha) merupakan DAS Prioritas yang memiliki peranan
penting dalam menjaga kontinuitas pasokan air untuk masyarakat yang hidup
di sekitar kawasan hutan KPH Randublatung.
e.NKT 5 : Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat lokal
Masyarakat lokal menggunakan Unit Managamen Hutan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar atau mata pencaharian. Peranan penting sumberdaya hutan
KPH Randublatung dalam pemenuhan kebutuhan dasar atau mata
pencaharian terletak pada nilai-nilai dalam kegiatan tanaman sistem
tumpangsari dan PLDT, pemenuhan kebutuhan kayu bakar dan pemenuhan
kebutuhan hijauan makanan ternak bagi masyarakat sekitar hutan.
f.NKT 6 : Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas
budaya tradisional komunitas lokal
Masyarakat setempat menganggap bahwa hutan merupakan bagian yang
sangat penting. Di wilayah KPH Randublatung ditemukan situs sebanyak 9 buah
situs ekologi dan 8 buah situs budaya dan religi, dimana semuanya sudah
12
diidentifikasi, ditatabatas secara permanen, dilindungi dan dimonitor oleh
Managemen KPH Randublatung dalam kelola lingkungan dan sosial.
c. Kawasan Penggunaan Lain
Kawasan Penggunaan Lain seluas 1037,6 ha (3,2%) adalah area-area yang
digunakan diluar kepentingan pengelolaan hutan. Dalam kawasan ini dapat pula
berupa arael-areal untuk pendukung kegiatan pengelolaan seperti kelas hutan
LDTI (alur, pekarangan dinas, jalan, SUTT, bangunan dan penggunaan lain).
Adapun peta pembagian kawasan berdasarkan tujuan pengelolaan seperti tersaji berikut
Gambar 1.Peta Kawasan Perlindungan KPH Randublatung
13
912,4
1.128,6
57,20
159
105,9
765,6
659,7
1660,9 328,8
551,5
259,9
3318,3 459,3
199,4
2.189,7 34,7
35,1
2,4
32,4
11009,3
24298,9 4321,8
24821,8 0 2634,5
522,9 1774,9
27628,40 1385,2
255,8
1556,4
2168,9
2806,6 734,5
33,5
777,7
348,4
104,6
32438,70 0
444,9 0
444,9
454,4
0
9,5 5,5
4
34,0
564,9
22,60
1035,50
1037,6
116,50
15,2
2,1
282,3
Penggunaan Lain
LDTI
TBP
P. Lain
Bang. Lain
UNTUK PRODUKSI
JATI
SIJTT
KWS UTK PRODUKSI
JalanKAWASAN PENGGUNAAN
LAIN
PD
Eks Pohon Plus
Alur
28082,80
TK
TKL
Produktif
Tidak Produktif
TKL TBJ
MR
LTJL
Tidak Baik Utk Jati
TK TBJ
TKL
TM
KU X
KU XI
TJKL
BUKAN U/ PROD JATI
TJBK
TKLJ
KU VI
KU VII
KU VIII
Baik Utk Jati
KU II
KU III
KU IV
KU V
KU
MT
Pertapaan / situs
Kuburan
KUI IX
KAWASAN
PERLINDUNGAN
K. Lumpur Kesongo
Kawasan Penyangga
RANDUBLATUNG
BANGLEAN
RANDUBLATUNG
KU I
KESONGO
BEKUTUK
SS
SMA
KPPN
PEMBAGIAN KAWASAN BERDASARKAN TUJUAN PENGELOLAAN KPH RANDUBLATUNG (AKHIR TAHUN 2010)
HUTAN
PRODUKSI
KPS
Hutan Koleksi
KWS. PERL KHUSUS
Jurang
HAS
Gambar 2. Bagan Pembagian Kawasan
14
E. Biologi
Hutan Jati KPH Randublatung merupakan hutan tanaman dengan sebaran umur
tegakan di bawah sepuluh tahun hingga 80 tahun dan bahkan lebih. Selain jati,
terdapat tanaman jenis rimba antara lain mahoni (Sweitenia macrophylla), kepuh
(Sterculia foetida), salam (Syzygium polyantha), duwet (Syzygium cumini), secang
(Caesalpinia bonducella), kesambi (Schleichera oleosa), johar (Cassia seamea) dan
pilang (Acacia leucophloea), sono (Pterocarpus sp.), mulwo (Anona reticulata), wungu
(Lagerstroema speciosa), mulwo (Anona reticulata), tutup (Mallotus sp), ploso (Butea
monosperma), walikukun (Actinophora fragrans), serut (Streblus asper), ingas (Gluta
renghas) serta klampok (Eugena aguea).
Pada kawasan hutan KPH Randublatung juga diperkaya dengan berbagai jenis fauna
hutan yang menjadikan hutan sebagai tempat hidup, mencari makan dan berkembang
biak.
F. Sosial Ekonomi
KPH Randublatung dengan luas wilayah 32.438,7 Ha dikelilingi oleh 34 desa yang terdiri
dari 32 desa di wilayah Kabupaten Blora dan 2 desa di wilayah Kabupaten Grobogan.
Interaksi yang besar dari masyarakat terhadap keberadaan hutan menjadikan tekanan
terhadap hutan tinggi.
Luas wilayah dan jumlah penduduk yang berada di sekitar kawasan hutan KPH
Randublatung tersaji pada Tabel 5. berikut :
Tabel 5. Penduduk Sekitar Kawasan Hutan dan Tingkat Pendidikan
Kabupaten Luas Jenis Kelamin Jml Pendidikan
(Ha) Lk Pr Pddk SMP SMA & Up 1 2 3 4 5 6 7
Blora 38,619.7 72,252 75,168 147,437 10.3% 9.6%
Grobogan 702.7 7,505 6,658 14,167 13.7% 1.10%
Jumlah 39,322.4 79,757 81,826 161,604 10.3%
% 49.4 50.6
Sumber : Sumber SDS 2009 dan analisa data Monografi Desa
Pola penggunaan lahan dan mata pencaharian masyarakat di daerah sekitar KPH
Randublatung tersaji pada Tabel 6, berikut :
15
Tabel 6. Pola Penggunaan Lahan dan Mata Pencaharian
No. Peruntukan %
Mata Pencaharian %
1 Pemukiman 10,17
Petani 43,46
2 Sawah 17,32
Buruh Tani 13,47
3 Ladang 11,99
Pedagang 3,60
4 Hutan 60,49
Aparatur Negara 6,77
5 Lain-lain 0,03
Lain-lain 32,68 Sumber : .SDS 2009 dan Analisa data monografi desa
.
Berdasarkan Tebel 4 dan Tabel 5, terlihat bahwa masyarakat yang ada di sekitar hutan yang
produktif (bekerja) kurang lebih sebanyak 56,9% (bekerja sebagai petani dan buruh tani),
hal ini diduga ada kaitannya dengan tingkat pendidikan masyarakat yang mengenyam SMA
atau lebih hanya 8,8%. Selain dari pada itu, Mengingat lingkungan biofisik yang ada disekitar
masyarakat didominasi oleh hutan, maka interaksi masyarakat terhadap hutan relatif tinggi
sebagaimana tersaji pada Tabel 7, berikut :
Tabel 7, Penyerapan tenaga kerja sampai Desember 2010
L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml L p Jml1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Wana Lestari - - - - - 0 26 14 40 14 8 22 - - - - 62
Botoreco - - - - - 0 - - - - - - - - - -
2 Kesonggo Makmur - - - - - 0 - - - 3 2 5 - - - 5
Bendoharjo - - - - - 0 - - - - - - - - - -
3 Jati Kusumo - - - - - 0 - - - 3 1 4 - - - 4
Tahunan - - - - - 0 - - - - - - - - - -
4 Jati Murni - - - - - 0 - - - - - - - - - -
Jeruk - - - - - 0 - - - - - - - - - -
5 Bulurejo - - - - - 0 - - - 3 2 5 - - - 5
Bekutuk - - - - - 0 - - - - - - - - - -
6 Lestari - - - - - 0 - - - - - - 20 11 30 2 32
Tobo - - - - - 0 - - - - - - - - - -
7 Wonodadi - - - - - 0 - - - - - - - - - -
Pengkol Jagong - - - - - 0 - - - - - - - - - -
8 Rimba bantala - - - - - 0 - - - 8 4 12 - - - 12
Buloh - - - - - 0 - - - - - - - - - -
9 Rimba Lestari - - - - - 0 - - - 8 4 12 - - - 12
Doplang - - - - - 0 - - - - - - - - - -
JmlPemeliharaanPerbenihan
LMDH / DesaNo.Tanaman tebanganPembibitan
Kam
16
L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml L p Jml1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
10 Langgeng Jati - - - - - 0 29 15 44 53 29 82 20 11 30 156
Tanggel - - - - - 0 - - - - - - - - - -
11 Jati Lestari - - - - - 0 - - - - - - - - - -
Kadengan - - - - - 0 - - - - - - - - - -
12 Jati denok Lestari - - - - - 0 - - - - - - - - - -
Jatisari - - - - - 0 - - - - - - - - - -
13 Ngudi Karyo - - - - - 0 - - - 16 8 24 - - - 24
Banjarejo - - - - - 0 - - - - - - - - - -
14 Sido Dadi Mulyo - - - - - 0 9 5 14 30 16 46 29 15 44 2 106
Ngliron - - - - - 0 - - - - - - - - - -
15 Sido Makmur - - - - - 0 - - - 7 4 10 - - - 10
Jatiklampok - - - - - 0 - - - - - - - - - -
16 Wana Sumber rejeki - - - - - 0 16 9 25 19 10 29 13 7 20 2 76
Semanggi - - - - - 0 - - - - - - - - - -
17 Sinar Harapan - - - - - 0 5 2 7 20 11 30 - - - 4 41
Kutukan - - - - - 0 - - - - - - - - - -
18 Wahana Krida Muda - - - - - 0 25 14 39 21 12 33 - - - 6 78
Kediren - - - - - 0 - - - - - - - - - -
19 Wana Asri - - - - - 0 7 4 10 10 6 16 - - - 2 28
Wulung - - - - - 0 - - - - - - - - - -
20 Wonosari - - - - - 0 16 9 25 28 15 43 - - - 2 70
Kalisari - - - - - 0 - - - - - - - - - -
21 Wana Lestari - - - - - 0 8 5 13 - - - - - - 13
Jegong - - - - - 0 - - - - - - - - - -
22 Jati Lestari - - - - - 0 2 1 3 9 5 14 - - - 17
Jati - - - - - 0 - - - - - - - - - -
23 Jati Mulyo - - - - - 0 4 2 6 7 4 10 - - - 16
Singget - - - - - 0 - - - - - - - - - -
24 Wana Sumber rejeki - - - - - 0 - - - 82 44 126 - - - 4 130
Bangkleyan - - - - - 0 - - - - - - - - - -
25 Wana Alam subur - - - - - 0 - - - 24 13 37 4 2 6 5 48
Pelem - - - - - 0 - - - - - - - - - -
26 Jati Mukti - - - - - 0 4 2 6 18 10 28 - - - 34
Plosorejo - - - - - 0 - - - - - - - - - -
27 Jati Makmur - - - - - 0 31 17 48 23 12 35 4 2 6 4 93
Kepoh - - - - - 0 - - - - - - - - - -
28 Wana Bersemi - - - - - 0 22 12 34 18 9 27 - - - 2 63
Gempol - - - - - 0 - - - - - - - - - -
29 Jati Makmur - - - - - 0 - - - 3 2 5 - - - 5
Sambongwangan - - - - - 0 - - - - - - - - - -
30 Ngudi Jati Lestari - - - - - 0 4 2 6 9 5 14 10 5 15 35
Bodeh - - - - - 0 - - - - - - - - - -
JmlPemeliharaanPerbenihan
LMDH / DesaNo.Tanaman tebanganPembibitan
Kam
17
31 Wana Jati waseso - - - - - 0 - - - 9 5 14 8 4 12 26
Gembyungan - - - - - 0 - - - - - - - - - -
32 Ngudi Rahayu - - - - - 0 - - - 8 5 13 - - - 13
Kel.Randublatung - - - - - 0 - - - - - - - - - -
33 Jati Unggul 5 3 8 12 6 18 29 16 45 65 35 100 - - - 171
Mendenrejo - - - - - 0 - - - - - - - - - -
34 Wana Tani - - - - - 0 42 22 64 24 13 37 - - - 101
Temulus - - - - - 0 - - - - - - - - - -
Total KPH 5 3 8 12 6 18 279 150 429 541 292 833 106 57 163 35 1.486
Disamping pekerjaan pokoknya sebagai petani atau buruh tani, sebagian masyarakat juga
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan hutan, diantaranya pemanfaatan lahan
dibawah tegakan (tanaman temulawak, porang, pengambilan rumput untuk pakan ternak),
perencekan (pengambilan rencek untuk kebutuhan hidup sehari-hari yaitu memasak atau
kalau lebih bisa dijual), pemungutan daun ( pemanfaatan daun jati untuk kebutuhan sendiri
kalau lebih dijual) dan kegiatan lain yang terkait dengan pengelolaan hutan.
Dengan laju pertumbuhan penduduk ± 0,58 % per tahun memberikan tekanan yang cukup
besar terhadap hutan. Lahan pertanian berupa sawah dan tegalan yang ada di sekitar
wilayah kerja KPH Randublatung luasnya sangat terbatas, maka lahan hutan menjadi tempat
garapan (mata pencaharian) guna mencukupi kebutuhan ekonomi. Interaksi negatif sering
muncul, yang pada akhir-akhir ini sangat dirasakan dampaknya dan merupakan ancaman
terhadap keberadaan kawasan hutan. Salah satu solusi yang dikembangkan oleh Perhutani
KPH Randublatung adalah pengelolaan hutan melalui pola kemitraan dan bagi hasil
(Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat = PHBM).
18
III. MONITORING DAN EVALUASI
A. Realisasi Kelola Produksi 2010
Pengelolaan kawasan hutan KPH Randublatung sebagai penghasil kayu jati merupakan
kegiatan jangka panjang yang mengelola/mengatur segala sumber daya yang ada
untuk mendapatkan hasil secara lestari. Sehingga perencanaan yang mantap terhadap
keadaan struktur hutan yang normal pada jangka waktu daur tebang akan
mempengaruhi kelangsungan pengelolaan perusahaan.
Rencana pengelolaan aspek produksi adalah meliputi kegiatan-kegiatan yang langsung
berhubungan dengan pengelolaan hutan sebagai komunitas tegakan kayu jati dan
rimba antara lain terdiri dari tanaman (penanaman), pemeliharaan, dan pemanenan
Untuk meminimalkan dampak negatif kegiatan penebangan terhadap lingkungan,
dilakukan upaya-upaya :
1. Lokasi penebangan tidak terkonsentrasi pada 1 (satu) hamparan yang luas, rencana
penebangan seluas 260,3 Ha dilakukan pada 16 lokasi yang berbeda dan jarak
antar lokasi berjauhan.
2. Pemeriksaan kondisi lapangan (berkaitan dengan aspek lingkungan) sebelum
pelaksanaan tebangan.
3. Melatih tenaga penebangan, agar mampu melaksanakan penebangan yang ramah
lingkungan.
4. Tidak membuang limbah (oli bekas, bahan bakar) pada lokasi tebangan.
5. Penyaradan kayu tidak menggunakan alat berat (traktor/skider), melainkan dengan
sapi.
6. Penyaradan dilakukan pada lokasi berkemiringan < 8 %, sedang pada lokasi
berkemiringan > 8 % dengan memikul.
7. Pemeriksaan kondisi lapangan (berkaitan dengan aspek lingkungan) setelah
pelaksanaan tebangan dan merencanakan perbaikan dampak negatif yang timbul
akibat penebangan.
8. Perlindungan ketenaga kerjaan berupa Jamsostek dan K3 diberikan kepada
karyawan dan pekerja yang bekerja pada bidang pekerjaan beresiko tinggi.
19
Peralatan tebangan yang digunakan, adalah :
1. Chain saw.
2. Bow saw atau gergaji tangan. Gegaji tangan pada umumnya digunakan untuk
memotong/menebang kayu/pohon yang berukuran kecil.
3. Baji
4. Palu
5. Meteran/meet band
Untuk melindungi pekerja , diberlakukan penerapan Sistem Menejemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3). Tindakan yang dilakukan dalam penerapan SMK3, antara
lain :
Penggunaan tenaga tebang yang terampil.
Melatih tenaga kerja hingga menjadi terampil.
Melengkapi pekerja dengan alat pelindung diri (sarung tangan, helm, kaca mata,
sepatu safety/sepatu boot, sirine).
Menyediakan P3K.
Mengadakan pengarahan sebelum pekerjaan tebangan dimulai
Realisasi kegiatan kelola produksi KPH Randublatung tahun 2010 sebagaimana tersaji
pada Tabel 8, berikut:
Tabel 8. Realisasi Kelola Produksi Tahun 2010
No. Kegiatan Sat.
Rencana Th 2010
Realisasi Th 2010
1 2 3 4 5
1 Persemaian
a. Jati Plc 549.496,000 579.496,000
b. Rimba Plc 706.443,000 706.443,000
2 Tanaman Tahun I
a. Tanaman Rutin Ha 114,500 114,500
b. Tanaman Pembangunan Ha 728,000 728,000
3 Pemeliharaan Tanaman Th. Ke II (Tan. 2009)
a.Tanaman Rutin Ha 222,600 222,600
b. Tanaman Pembangunan Ha 546,900 546,900
4 Pemeliharaan Tanaman Th. Ke III (Tan. 2008)
a. Tanaman Rutin Ha 272,200 272,200
20
b. Tanaman Pembangunan Ha 464,700 464,700
5 Pemeliharaan Tanaman Th. Ke IV (Tan. 2007) Ha 2.409,700 2.409,700
6 Pemeliharaan Tanaman Th. Ke V (Tan.
2006) Ha 1.470,500 1.470,500
7 Pemeliharaan (Penjarangan) Ha 5.113,900 2.835,800
8 Monitoring Hama-Penyakit Petak Semua ptk pengelolaan
Pembrantasan benalu seluas
14.6 Ha 2681 pohon
9 Teresan Ha 232,6 232,6
10 Tebangan
a. A.2 Jati (Tebang Habis) Ha 260,300 260,300
Pohon 18.851,000 18.851,000
M3 30.501,000 31.501,850
b. B (Jati) Ha 229,000 229,000
Pohon 15.435,000 15.435,000
M3 2.905,000 1.955,440
c. E (Pemeliharaan - Penjarangan) Ha 2.835,800 2.835,800
Pohon 66.511,000 66.511,000
M3 3.149,000 2.706,840
Kegiatan persemaian terealisasi 102 %, dengan komposisi jenis jati mencapai 46 % dan jenis
rimba (kesambi, mahoni, mindi, kepoh, asam jawa, trembesi, nyamplung) mencapai 56 %.
Pembuatan persemaian yang terdiri dari berbagai jenis, adalah untuk menghindari
terbentuknya tanaman/tegakan hutan monokultur, melainkan untuk mendukung terwujudnya
kondisi hutan yang memiliki keanekaragaman jenis vegetasi yang mampu mempertahankan
kestabilan ekosistem.
1. Kegiatan Tanaman Tahun I terealisasi 100 % baik dari jnis tanaman jati maupun
jenis tanaman rimba.
2. Pencapai target volume produksi tebangan KPH Randublatung untuk
tebangan A.2 mencapai target sedangkan tebangan B1 tidak mencapai target
karena pohon banyak yang pogog, growong dan penyakitan sedangkan tebangan E
tidak mencapai target karena ini memang merupakan tebangan pemeliharan, yang
ditebangan pohon-pohon yang penyakitan, tertekan dan tumbuh kerdil saja.
21
B. Realisasi Kelola Lingkungan 2010
Pengelolaan kawasan hutan KPH Randublatung dalam kaitannya dengan fungsi
lingkungan disadari merupakan bagian yang sangat penting. Hutan sebagai ekosistem
dengan fungsi-fungsi alami (natural) yang melekat padanya harus dipertahankan dan
ditingkatkan.
Aspek-aspek kelola lingkungan adalah :
Fisik-kimia
a. Hidrologi
Tercapainya kualitas kawasan hutan yang mampu berfungsi dalam perlindungan
tata air (dapat menyimpan air di musim penghujan dapat mengeluarkannya dimusin
kemarau), pencegahan dan pengendalian erosi.
b. Kesuburan
- Terwujudnya kondisi hutan yang memiliki kemampuan dalam mempertahankan
dan meningkatkan kesuburan hutan, dengan cara menanam jenis-jenis tanaman
leguminase seperti lamtoro,
- kemlandingan dan jenis tanaman pertaniannya adalah kacang tanah, dan lain
lain.
- Meminimalkan penggunaan bahan-bahan berbahaya dan beracun di dalam
kawasan hutan.
Biologi
a. Satwa
Terjaminnya keberadaan satwa langka, terancam dan hampir punah, melalui
perlindungan habitat-habitatnya.
b. Vegetasi
Terwujudnya kondisi hutan yang memiliki keanekaragaman jenis vegetasi yang
mampu mempertahankan kestabilan ekosistem.
Realisasi kegiatan kelola Lingkungan KPH Randublatung tahun 2010 sebagaimana
tersaji pada Tabel 9, berikut:
22
Tabel 9, Realisasi kelola lingkungan tahun 2010
No. Rencana Kegiatan Realisasi
1 2 3
I Pengamatan Hidrologi dan Kualitas Air
a. Debit air (KRS) Debit (KRS) KPH Randublatung Baik, diperoleh dengan nilai 9.7 masih dibawah ambang batas
baku mutu ( 50 )
b. Sedimentasi Nilai sidementasi baik menujukan angka 0.14
mm/th masih dibawah 2 mm/th
c. Total Suspension Sold (TTS) Masih tinggi diperoleh angka 441.3 mg/l
sedangkan maksimal 400 mg/l
d. Curah hujan Curah hujan Wilayah Randublatung sebanyak
2072 mm/th
II Pengamatan Erosi Tanah
Baik, erosi tanah menujukan angka 0,06 mm/th
masih dibawh indek erosi ( < 1 mm/th )
III Biologi
1 Satwa
a. Pemantauan satwa liar Telah diketemukan 161 jenis satwa liar yang terdiri dari 17 jenis Mamalia, 30 jenis Reptilia,
114 jenis aves, dari 161 jenis tersebut terdapat 19 satwa yang dilindungi
b. Pemantauan satwa RTE Ditemukan 8 jenis mamalia, 3 jenis Harpeto dan 14 jenis aves. persiapan pengkayaan dengan jenis rimba lokal sebagai habitat satwa RTE
yang sudah sampai tahap persemaian. Selain itu kegiatan yang telah dilakukan kegiatan berupa
patroli/pengamanan hutan.
2 Vegetasi (Struktur dan keanekaragaman)
KPH Randublatung mempunyai 22 jenis tumbuhan bawah, 134 jenis semai, 138 jenis
paancang, 69 jenis tiang, 41 jenis Pohon
IV Penanganan/Pengelolaan HCVF(KBKT)
Telah mereboisasi kawasan dengan jenis lokal, Melakukan perawatan hutan secara intensifdan pemasangan papan larangan
penebangan,perburuan,pengembalaan serta pembakaran hutan
V Penanganan KPS (Kawasan
Perlindungan Setempat)
Pada tahun 2010 KPH Randublatung telah
membuat persemaian rimba campur sebanyak 706.444 plances dan 11 jenis tanaman lokal. Sampai dengan Desember 2010, sudah
rehabilitasi dan atau pengkayaan pada sempadan sungai dengan jenis rimba campur
serta melakukan
23
VI Penanganan Kawasan Perlindungan Khusus (KPKh)
a. Situs budaya Melakukan kegiatan pemeliharaan situs-situs budaya dan ekologi, pemasangan plang
larangan berburu dan penggarapan lahan serta sosialisasi tentang kawasan bernilai konservasi tinggi, pemeliharaan pagar tanaman,
mengadakan patroli dan membuat tempat peristirahatan para pengunjung.
b. Kuburan Telah diadakan pembersihan lokasi dan perawatan batas pagar
c. Wana Wisata Pemberian makanan ternak, Pembabatan
tumbuhan bawah, dangir,dan pemupukan serta telah dilakukan patroli rutin Pengamanan dan
pemasangan papan larangan perburuan
d. Hutan Alam Skunder (HAS) Telah melakukan penanaman pengkayaan seluas 133.4 Ha dengan jenis-jenis tanaman
lokal dan jenis-jenis yang dapat menghasilkan buah sebagai sumber pakan satwa dan tempat
berkembang biak serta tempat bersarang satwa RTE.
e. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah (KPPN)
Kegiatan yang telah dilakukan kegiatan berupa patroli/pengamanan hutan, pelarangan kegiatan
berburu dan penandaan batas.
VII Pemantauan Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Tidak dketemukan B3 yang tidak diperkenankan oleh FSC, WHO, dan PP.No74
tahun 2001. kebanyakan masyaarakat menggunakan Raundup, Phonska, Spontan,
Gandasil AB, Sampurna, SP 36, NPK dan manuver
VIII Penanganan TK-TJBK Telah diketemukan tanah kosong (TK)
sebanyak 33,5 Ha karena tanaman gagal sebagai akibat tanah kritis
Dari kegiatan pemantauan satwa liar di wilayah hutan KPH Randublatung diperoleh
kelompok satwa Mamalia (17 jenis), Aves (114 jenis), dan Herpetofauna (30 jenis)
Berdasarkan skala kualitas lingkungan yang dikeluarkan Soerjani (1989), di kawasan
hutan KPH Randublatung memiliki kualitas lingkungan dalam katagori “SANGAT BAIK”,
dengan keanekaragaman avifauna lebih dari 15 jenis.
Dari hasil pengamatan padatan terlarut/Total Suspension Sold (TSS) KPH Randublaatung
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 mengalami kencenderungan menurun
(membaik) .
24
Adapun hasil pengamatan seperti pada tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10. Hasil pengamatan padatan terlarut
Hasil Pengamatan Padatan Terlarut (TSS)
Th.2008 Th.2009 Th.2010 (mg/L) (mg/L) (mg/L
1 2 3
2059.5 705.9 441.2
B. Realisasi Kelola Sosial 2010
Pengelolaan kawasan hutan KPH Randublatung dalam kaitannya dengan fungsi
sosial menjadi semakin penting mengingat hutan sebagai wilayah terbuka dan telah lama
menjadi bagian hidup dari masyarakat di sekitar hutan sehingga hutan harus dikelola dengan
baik dan benar serta terus ditingkatkan kemanfaatannya bagi masyarakat di sekitar hutan.
Menggali potensi-potensi alam yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
memotifasi serta memfasilitasi tumbuhnya usaha-usaha mandiri sehingga diharapkan tekanan
sosial terhadap kerawanan hutan dapat dihindari.
Kelola sosial terkait dengan masyarakat desa sekitar hutan dilakukan dengan tujuan :
Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
Implementasi sistem PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakt) secara baik dan benar
sesuai dengan prioritas dan tata waktunya (tanaman, pemeliharaan/penjarangan,
keamanan, pemanenan, berbagai hasil panen kayu nonkayu)
Pemberdayaan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) sehingga menjadi mitra sejajar
Perhutani yang handal
Menumbuhkan rasa memiliki hutan sehingga ikut menjaga dan melestarikan hutan
Menumbuhkan perekonomian kearah lebih baik.
Menciptakan keharmonisan hubungan antara masyarakat desa hutan dengan perum
perhutani.
Realisasi kegiatan kelola sosial sebagaimana tersaji pada Tabel 11, berikut
Dibawah ini :
25
Tabel 11. Realisasi Kelola Sosial Tahun 2010
No. Kegiatan Satuan Rencana Realisasi
2010 2010
I Peningkatan Perekonomian Desa
1 Menyediakan Sumber Mata Pencarian MDH
a. Pinjaman dana PKBL Unit
Usaha
8 11
b. Pelatihan usaha produktif Orang 6 90
c. Pelatihan menejemen usaha Orang 4 4
d. Memfasilitasi hubungan kemitraan
dengan lembaga ekonomi
Kel
.Usaha
5 5
2 Peningkatan Pendapatan MDH (TPS, PLDT,
HH Ikutan/Non Kayu)
Rp 29 M 31.9 M
3 Peningkatan Fasilitas Desa/Ekonomi
a. Bagi hasil produksi Desa 25 28
b. Pengembangan dan pendampingan
usaha Produktif
Desa 34 34
II Kelembagaan
1 Penguatan Pola Hubungan antara Perhutani
dan Masyarakat
a. Sosialisasi PHBM Desa 34 34
b. Komunikasi intens Desa 34 34
c. Memfasilitasi komunikasi dalam/antar
strata lembaga
Desa 34 34
d. Memfasilitasi pembentukan Koperasi Unit 3 3
e. Memfasilitasi pembentukan Forum
Komunikasi tingkat desa, mandor
Unit 3 3
III Ketenagakerjaan
1 Penyediaan Lapangan Kerja
a. Pembinaan Hutan (persemaian,
persiapan tanaman, tanaman, pemeliharaan)
Orang 1186 1288
b. Pengamanan hutan Orang 87 35
c. Produksi kayu (tebangan) Orang 274 163
JUmlah total
1537 1486
2 Pelatihan bagi Pekerja Perhutani
a. Pelatihan (job training) Orang 24 50
b. Studi banding Orang 34 34
IV Perlindungan Hutan
1 Pengamanan hutan
a. Pencurian pohon Pohon 1339 1422
b. Kebakaran Ha 454,23 0
c. Penggembalaan Ha 37,5 9,5
d. Bencana Alam Pohon 1025 6958
26
V Perlindungan Ketenagakerjaan (Jamsostek, SMK3)
Orang 177 177
1. Penyaluran pinjaman dana PKBL kepada 11 orang/unit usaha dengan nilai Rp.
58.000.000,-.
2. Kontribusi pengelolaan hutan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat melalui
pemungutan hasil hutan non kayu/hasil hutan ikutan (kayu bakar, daun, rumput,
empon-empon, temulawak,air) dan tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, singkong,
pisang) mencapai sekitar Rp. 31.925.117.000,-
3. Profit shering/Bagi hasil produksi tahun 2010 sebagai salah satu bukti implementasi
PHBM telah diserahkan kepada 24 LMDH/Desa dengan nilai mencapai
Rp.2.647.822.032,-
4. Secara finansial terjadi penurunan gangguan keamanan hutan bila dibandingkan
dengan tahun lalu.
GANGGUAN KAMHUT (PENCURIAN POHON)
2006- 2010
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
NIL
AI
POHON 4716 2781 1667 1339 1422
KERUGIAN 12734 7312 4746 320 304
2006 2007 2008 2009 2010
27
GANGGUAN KAMHUT (KEBAKARAN HUTAN)
2006 -2010
0
1000
2000N
ILA
I
LUAS (Ha) 457.5 975.6 709.1 356.2 0
Ker.(xRp.1000) 434 1875 1136 584 0
2006 2007 2008 2009 2010
5. Kemajuan penyelesaian masalah tenurial pada tahun 2010, sebagaimana tersaji pada
Tabel 12, berikut :
Tabel 12. Penyelesaian Tenurial
Type Awal'2010 Akhir'2010 Keterangan 1 2 3 4
A 416,49 Ha 142,2 Ha Turun 66%
B 3,35 Ha 0,22 Ha Turun 93%
Jumlah 419,84 Ha 142,42 Ha Turun 66%
Permasalahan tenurial type A sudah dapat ditangani secara serius sehingga mengalami
penurunan yang segnifikan, yang semula pada awal tahun 2010 sebanyak 416.49 Ha
menjadi 142.20 Ha pada akhir tahun ini artinya turun 274.29 Ha/turun mencapai 66%
dan tenurial tipe B yang semula pada awal tahun 2010 sebanyak 3.35 Ha menjadi 0.22
Ha pada akhir tahun 2010 ini berarti turun 2,96 Ha/turun mencapai 93%.
28
IV. RENCANA PENGELOLAAN TAHUN 2011
A. Rencana Kelola Produksi 2011 Rencana kelola Produksi tahun 2011 tersaji sebagaimana Tabel 13, berikut ini :
Tabel 13. Rencana Kelola Produksi Tahun 2011
No. Kegiatan Rencana
Satuan Volume
1 2 3 4
1 Persemaian
a. Jati Plc 646.379
b. Rimba Plc 950.975
2 Tanaman Tahun I
a. Tanaman Rutin Ha 301,7
b. Tanaman Pembangunan Ha 884,8
3 Pemeliharaan Tanaman Th. Ke II (Tan. 2008)
a. Tanaman Rutin Ha 164,5
b. Tanaman Pembangunan Ha 708,0
4 Pemeliharaan Tanaman Th. Ke III (Tan. 2007)
a. Tanaman Rutin Ha 187,6
b. Tanaman Pembangunan Ha 581,9
5 Pemeliharaan Tanaman Th. Ke IV (Tan. 2006) Ha 736,9
6 Pemeliharaan Tanaman Th. Ke V (Tan. 2005) Ha 2.409,7
7 Pemeliharaan (Penjarangan) Ha 3.957,4
8 Monitoring Hama-Penyakit Petak Semua petak
9 Teresan Ha 260,2
10 Tebangan
a. Tebangan A2 Ha 242,8
Pohon 15.120,0
M3 13.930,0
b. Tebangan B Ha 370,1
Pohon 8.476,0
M3 3.163,0
c. Tebangan E (Pemeliharaan - Penjarangan ) Ha 3.127,7
Pohon 85.961,0
M3 4.831,0
29
B. Rencana Kelola Lingkungan 2011
Rencana kelola Lingkungan tahun 2011 tersaji sebagaimana Tabel 14, dibawah ini :
Tabel 14. Rencana Kelola Lingkungan Tahun 2011
No. Kegiatan Satuan Volume
I Pengamatan Hidrologi dan Kualitas Air
a. Debit air (KRS) SPL 19
b. Sedimentasi SPL 19
c. Total Suspension Solid (TSS) SPL 19
d. Analisis kimia air Lokasi 6
e. Curah hujan SPL 25
II Pengamatan Erosi Tanah SPL 15
III Biologi
1 Satwa
a. Pemantauan satwa liar Transek 77
b. Pemantauan satwa RTE Transek 77
2 Vegetasi (Struktur dan keanekaragaman) Transek 77
IV Penanganan KPS (Kawasan Perlindungan Setempat) Ha 1,128.6
V Penanganan Kawasan Perlindungan Khusus (KPKh) Ha 1.660,9
a. Situs budaya Ha 2.4
b. Kuburan Ha 34.7
c. Wana Wisata Ha 32.4
d. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah (KPPN) Ha 459.3
e Hutan Alam Sekunder (HAS) Ha 550.8
VI Pembrantasan hama penyakit Petak Semua petak
VII Pemantauan Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun Petak
Semua
petak
VIII Pemantauan TK-TJBK Ha Semua petak
30
C. Rencana Kelola Sosial 2011
Rencana kelola sosial tahun 2011 sebagai mana table 15 dibawah ini :
Tabel 15. Rencana Kelola Sosial Tahun 2011
N0 KEGIATAN SATUAN VOLUME
1 2 3 4
I Peningkatan Perekonomian Desa
1 Menyediakan Sumber Mata Pencarian MDH
a. Pinjaman dana PKBL Unit Usaha 7
b. Pelatihan usaha produktif Orang 105
c. Memfasilitasi hubungan kemitraan dengan
lembaga ekonomi
Kel. Usaha
5
2 Peningkatan Fasilitas Desa/Ekonomi
a. Bagi hasil produksi Desa 24
b. Pengembangan dan pendampingan usaha
Produktif
Desa
34
3 Peningkatan Fasilitas Desa/Ekonome Desa
a. Bagi hasil produksi Desa
b. Pengembangan dan pendampingan usaha
II Kelembagaan
1 Penguatan Pola Hubungan antara Perhutani dan
Masyarakat
a. Sosialisasi PHBM Desa 34
b. Komunikasi intens Desa 34
c. Memfasilitasi komunikasi dalam/antar strata
lembaga Desa
34
d. Memfasilitasi pembentukan Forum
Komunikasi tingkat desa, mandor
Unit 1
III Ketenagakerjaan
1 Penyediaan Lapangan Kerja
a. Pembinaan Hutan persemaian, persiapan
tanaman, tanaman, pemeliharaan)
Orang
1.490
b. Pengamanan hutan Orang 42
c. Produksi kayu (tebangan) Orang 304
2 Pelatihan bagi Pekerja Perhutani
31
a. Pelatihan (job training) Orang 34
b. Studi banding Orang 34
IV Perlindungan Hutan
1 Pengamanan hutan
a. Pencurian pohon Pohon 1029
b. Kebakaran Ha
271
c. Penggembalaan Ha 109
d. Bencana Alam Pohon 566
2 Penanganan Tenurial Ha 85.42
V Perlindungan Ketenagakerjaan (Jamsostek, SMK3) Orang 177
32
V. PENUTUP
Ringkasan Pengelolaan Hutan Perum Perhutani KPH Randublatung disusun dan
didistribusikan kepada para pihak, agar para pihak dapat mengetahui dan memperoleh
informasi tentang Pengelolaan Hutan yang ada pada wilayah Perum Perhutani KPH
Randublatung menurut aspek Produksi/Ekonomi, aspek Lingkungan, dan aspek Sosial.
Ringkasan Pengelolaan Hutan Perum Perhutani KPH Randublatung disusun berdasarkan
hasil kerja yang dilaksanakan oleh Perum Perhutani KPH Randublatung pada tahun 2010
dan rencana kegiatan tahun 2011.
Kami menyadari masih banyak hal yang harus dan perlu diperbaiki dalam Pengelolaan
Hutan yang ada di wilayah KPH Randublatung, oleh karena itu kami sangat berharap
adanya saran/masukan dari para pihak sehingga kami dapat mengelola hutan menuju
lestari Produksi/Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial secara seimbang.
Randublatung, Pebuari 2011 Administratur/KKPH
Ir. Tri Setya Pratama
NIP.PP 1000 222
33
top related