pengaruh self-efficacy, religiusitas dan...
Post on 04-Jun-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENGARUH SELF-EFFICACY, RELIGIUSITAS DAN
KODE ETIK TERHADAP INTEGRITAS AKADEMIK
MAHASISWA JADETABEK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Suha Yumna
NIM :11150700000112
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019M
ii
PENGARUH SELF-EFFICACY, RELIGIUSITAS DAN
KODE ETIK TERHADAP INTEGRITAS AKADEMIK
MAHASISWA JADETABEK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Suha Yumna
NIM: 11150700000112
Pembimbing
Solicha, M. Si
NIP. 197204151999032001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH SELF-EFFICACY, RELIGIUSITAS
DAN KODE ETIK TERHADAP INTEGRITAS AKADEMIK
MAHASISWA JADETABEK” telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20
Agustus 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana psikologi (S. Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 20 Agustus 2019
Sidang Munaqasyah
Dekan/
Ketua Merangkap Anggota
Wakil Dekan/
Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Zahrotun Nihayah, M. Si Bambang Suryadi, Ph. D
NIP.196207241989032001 NIP.197005292003121002
Anggota
Dr. Fadhilah Suralag, M.Si Prof.Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si
NIP. 195612231983032001 NIP. 196806141997041001
Solicha, M. Si
NIP.197204151999032001
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Suha Yumna
NIM : 11150700000112
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH SELF-
EFFICACY, RELIGIUSITAS DAN KODE ETIK TERHADAP
INTEGRITAS AKADEMIK MAHASISWA JADETABEK” merupakan hasil
karya asli saya dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya.
Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya
ini bukan hasil karya asli atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain,
maka saya tersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 20 Agustus 2019
Suha Yumna
v
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Juni 2019
(C) Suha Yumna
(D) Pengaruh Self-efficacy, religiusitas dan kode etik terhadap integritas
akademik mahasiswa JADETABEK.
(E) xiv + 69 halaman + 14 lampiran
(F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self-efficacy,
religiusitas (organizational religiosity, nonorganizational religiosity dan
instrinsic religiosity) dan kode etik serta variabel demografi yaitu usia,
jenis kelamin, dan semester terhadap integritas akademik mahasiswa.
Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa S1 di Jadetabek. Penelitian ini
melibatkan 324 partisipan (98 pria dan 244 wanita) yang diambil
menggunakan teknik convenience sampling. Kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini adalah alat ukur integritas akademik, adaptasi General
Self-efficacy Scale (GSES-12) dan modifikasi The Duke University Religion
Index (DUREL). Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory
factor analysis (CFA). Sedangkan analisis data diuji menggunakan teknik
analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh independent variable
terhadap dependent variable.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
self-efficacy, religiusitas, kode etik, usia, jenis kelamin dan semester
terhadap integritas akademik mahasiswa. Secara rinci menunjukkan bahwa
variabel self-efficacy, religiusitas (organizational religiosity), usia dan jenis
kelamin berpengaruh positif signifikan terhadap integritas akademik,
sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh. Penulis berharap implikasi
dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dengan dikembangkan pada
penelitian selanjutnya. Pada penelitian selanjutnya disarankan agar
menggunakan variabel-variabel lain yang diduga memiliki pengaruh
terhadap integritas akademik seperti budaya akademik, pengaruh teman
sebaya atau kepribadian.
(G) Bahan bacaan: 46 (8 buku + 29 jurnal + 2 website + 5 skripsi + 1 thesis + 1
disertasi)
Kata Kunci: Integritas akademik, Self-efficacy, Religiusitas, kode etik
vi
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology
(B) June 2019
(C) Suha Yumna
(D) The Effect of Self-efficacy, Religiousity and Code of ethics on The
Academic Integrity of JADETABEK students
(E) xiv + 69 page + 14 appendices
(F) This study aims to determine the effect of self-efficacy, religiosity
(organizational religiosity, non-organizational religiosity, and intrinsic
religiosity) and code of ethics, also demographic variables such as age,
gender, and grade on student academic integrity. The participants of this
study were undergraduate students at Jadetabek. This study involved 324
participants (98 men and 244 women) who were taken using convenience
sampling techniques. The questionnaire used in this study was a
measurement of academic integrity, an adaptation of the General Self-
efficacy Scale (GSES-12) and modification of The Duke University
Religion Index (DUREL). The validity test of measuring instruments used
Confirmatory Factor Analysis (CFA) techniques. While the data analysis
was tested using multiple regression analysis techniques to see the effect of
independent variables on the dependent variable.
The results showed that there was a significant effect of self-efficacy,
privacy, religiosity, code of ethics, age, gender and grade on the academic
integrity of students. In detail, it shows that the variables of self-efficacy,
religiosity (organizational religiosity), age and gender have a significant
positive effect on academic integrity, while the other variables have no
effect. The author hopes the implications of the results of this study can be
reviewed again by developing it in further research. In further research, it is
recommended to use other variables that are suspected of having an
influence on academic integrity such as academic culture, peer influence or
personality.
(G) Reading material: 46 (8 books + 29 journals + 2 websites + 5 skripsi + 1
thesis + 1 dissertation)
Keywords: Academic integrity, Self-efficacy, Religiosity, Code of ethics
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, atas nikmat dan
ridho-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Self-
efficacy, Religiusitas dan Kode Etik Terhadap Integritas Akademik Mahasiswa
JADETABEK”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallama, beserta keluarga, sahabat dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini penelusi banyak
mendapat bimbingan, arahan, doa serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih tersebut kepada:
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, dekan Fakultas Psikologi UIN Jakarta
besera seluruh jajaran dekanat lainnya, yang telah memfasilitasi dan
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menempuh pendidikan di
Fakultas Psikologi.
2. Ibu Solicha, M. Si., dosen yang sangat saya hormati dan sayangi. Terima
kasih tak terhingga karena sudah dengan sangat sabar dan bijaksana
membimbing penulis sejak masuk dunia perkuliahan sampai akhirnya
penulis bisa menggapai gelar sarjana.
3. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi yang sangat membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
4. Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta, Universitas Negeri Jakarta,
Universitas Pelita Harapan, Universitas Pancasila, Universitas Indonesia,
Universitas Islam 45 dan Universitas Gunadarma yang telah bersedia
untuk menjadi responden penelitian.
5. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai, ayah Asep Arofah Permana
dan Ibu Diah Imsawati. Terima kasih banyak atas doa yang tak pernah
berhenti mengalir, segala bentuk dukungan, cinta dan kasih sayang pada
penulis yang tak akan pernah bisa terbalaskan. Tak lupa juga terima kasih
penulis pada kakak dan adik-adik tersayang, Ilman Hilmy, Hafizhan Azmi
dan Luzman Hisyam atas doa dan dukungannya selama ini.
6. Sahabat-sahabat yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi. Kehadiran mereka selalu menjadi semangat dan kebahagiaan tak
terhingga selama perjuangan ini. Terima kasih Ardhia Nabiilah, Dwi
Nurhasanah, Safinatunnajah, Santi Susanti, Siska Puspawardani, Itsna
Diah, Siti Fatimah Rizkiyani, Nur Soffa dan teman-teman lain yang
namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
7. Rekan-rekan Muslimahdaily.com, yang selalu mendukung penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Jakarta, 8 Juli 2019
Penulis
Suha Yumna
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 9
1.2.1. Pembatasan masalah .............................................................. 9
1.2.2. Rumusan masalah ................................................................ 11
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 11
1.3.1. Tujuan penelitian ................................................................. 11
1.3.2. Manfaat penelitian ............................................................... 12
BAB 2 LANDASAN TEORI .......................................................................... 13
2.1. Integritas Akademik ......................................................................... 13
2.1.1. Definisi integritas akademik ................................................ 13
2.1.2 Dimensi integritas akademik .............................................. 15
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi integritas akademik ...... 16
2.1.4. Pengukuran integritas akademik .......................................... 17
2.2. Self-efficacy ...................................................................................... 18
2.2.1. Definisi self-efficacy ............................................................ 18
2.2.2. Dimensi self-efficacy ............................................................ 20
2.2.3. Pengukuran self-efficacy ...................................................... 21
x
2.3. Religiusitas ....................................................................................... 22
2.3.1. Definisi religiusitas .............................................................. 22
2.3.2. Dimensi religiusitas ............................................................. 23
2.3.3. Pengukuran religiusitas ........................................................ 24
2.4. Kode Etik ......................................................................................... 25
2.5. Kerangka Berpikir ............................................................................ 26
2.6. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 29
2.5.1. Hipotesis Mayor ................................................................... 29
2.5.2. Hipotesis Minor ................................................................... 29
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................... 31
3.1. Populasi dan sampel ......................................................................... 31
3.2. Variabel penelitian dan definisi operasional .................................... 31
3.3. Instrumen pengumpulan data ........................................................... 33
3.4. Uji Validitas Konstrak ..................................................................... 36
3.4.1. Uji validitas konstruk integritas akademik ........................... 37
3.4.2. Uji validitas konstruk self-efficacy ....................................... 38
3.4.3. Uji validitas konstruk organizational religiosity ................. 39
3.4.4. Uji validitas konstruk non-organizational religiosity .......... 39
3.4.5. Uji validitas konstruk instrinsic religiosity .......................... 40
3.5. Teknik Analisis Data ....................................................................... 41
3.6. Prosedur Penelitian .......................................................................... 44
BAB 4 HASIL PENELITIAN ........................................................................ 46
4.1. Gambaran umum subjek penelitian ................................................. 46
4.2. Hasil Analisis Deskriptif .................................................................. 49
4.3. Kategorisasi subjek variabel penelitian ........................................... 50
4.4. Analisis Variabel Demografi ........................................................... 51
4.4.1. Variabel Usia ........................................................................ 51
4.4.2. Variabel jenis kelamin .......................................................... 52
4.4.3. Variabel Universitas ............................................................. 53
4.5. Uji Hipotesis Penelitian ................................................................... 53
4.5.1. Analisis regresi variabel penelitian ...................................... 53
xi
4.5.2. Pengujian proporsi varian masing-masing IV terhadap DV.59
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ......................................... 61
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 61
5.2. Diskusi ............................................................................................. 62
5.3. Saran ................................................................................................ 67
5.3.1. Saran teoritis ........................................................................ 67
4.3.2. Saran praktis......................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70
LAMPIRAN ...................................................................................................... 74
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blueprint Skala Integritas Akademik..................................................33
Tabel 3.2 Blueprint skala Self-efficacy................................................................34
Tabel 3.3 Blueprint skala Religiusitas................................................................35
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Konstruk Integritas Akademik...........................37
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Konstruk Self-efficacy........................................38
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Konstruk Organizational Religiosity.................39
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Konstruk Non-Organizational Religiosity.........40
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Konstruk Instrinsic Religiosity..........................41
Tabel 4.1 Persebaran Subjek...............................................................................46
Tabel 4.2 Gambaran subjek penelitian................................................................47
Tabel 4.3 Deskripsi statistik variabel penelitian.................................................49
Tabel 4.4 Rumus kategorisasi skor.....................................................................50
Tabel 4.5 Kategorisasi skor variabel...................................................................50
Tabel 4.6 Hsil Uji T Variabel Usia.....................................................................51
Tabel 4.7 Hasil Uji T Variabel Jenis Kelamin....................................................51
Tabel 4.8 Perbedaan Integritas Akademik Dilihat dari Universitas....................52
Tabel 4.9 R Square..............................................................................................52
Tabel 4.10 Anova IV Terhadap Integritas Akademik...........................................53
Tabel 4.11 Koefisien Regresi................................................................................54
Tabel 4.12 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable....................58
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka berpikir.........................................................................29
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ......................................................................74
Lampiran 2 Hasil CFA Konstruk Penelitian......................................................82
Lampiran 3 Hasil Analisis Regresi Berganda....................................................87
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan memuat empat sub bab yaitu latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penulisan skripsi.
1.1. Latar Belakang
Nilai-nilai integritas akademik nampaknya masih menjadi hal yang
dikesampingkan oleh beberapa civitas akademik khususnya mahasiswa.
Kebanyakan mereka memilih untuk melanggar nilai-nilai integritas akademik,
baik saat mengerjakan tugas ataupun ujian. Perilaku ini disebut juga sebagai
ketidakjujuran atau kecurangan akademik. Fishbein (dalam Mastin, Peszka, &
Lilly, 2009) mengatakan bahwa ketidakjujuran akademik merupakan satu hal
yang saat ini masih menjadi pusat perhatian yang signifikan dan berkelanjutan
bagi fakultas, administrasi dan siswa khususnya di perguruan tinggi.
Perilaku menyontek dan persaingan dalam akademik bukanlah hal baru yang
diperbincangkan, khususnya di kalangan perguruan tinggi. Permasalahan ini
setidaknya sudah dibahas sejak 50 tahun terakhir dan muncul dalam literatur. Pada
tahun 1941, Drake menyatakan bahwa inti dari permasalahan ketidakjujuran
akademik berasal dari persaingan untuk mendapatkan nilai. Mahasiswa saat ini
nampaknya lebih menghargai sebuah prestasi melalui
2
2
kesuksesan persaingan dibandingkan dengan menghargai sebuah integritas
akademik (Nuss, 1984).
Beberapa penelitian Bunn, Caudill, & Gropper (dalam Mastin, Peszka, &
Lilly, 2009) juga membuktikan bahwa antara 40% dan 83% dari mahasiswa
melaporkan telah terlibat dalam perilaku ketidakjujuran akademik di beberapa
titik selama studinya. Kemudian pada tahun 2004, American Broadcasting
Corporation menemukan bahwa dari 12.000 mahasiswa, sebanyak 75% siswa
mengaku menyontek pada saat ujian atau membuat tugas (Cavico & Mujtaba,
2009).
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Don McCabe untuk The Center
Academic Integrity di Duke University. Penelitian ini dilakukan sepanjang tahun
2002-2005 pada mahasiswa program S1 di 60 perguruan tinggi. Hasilnya
mengungkapkan bahwa 70% dari 50.000 mahasiswa dilaporkan menyontek
(Graves, 2008).
Di Indonesia kasus pelanggaran integritas akademik pun seringkali terjadi,
seperti plagiarisme, menyontek dan pemalsuan data. Rangkuti dan Deasyanti
(dalam Rangkuti, 2011) melakukan survey terhadap 298 mahasiswa terkait
perilaku disintegritas. Hasilnya menunjukan bahwa dalam setahun terakhir
mahasiswa melakukan kecurangan akademik saat ujian dalam bentuk menyalin
jawaban (16.8%), membawa contekan (14.1%), bekerjasama saat ujian (24.5%).
Kemudian dalam bentuk penyelesaian tugas, dengan menyajikan data palsu
(2.7%), mengizinkan karyanya dijiplak orang lain (10.1%), menyalin tanpa
menyebutkan sumber (10.4%) atau bahkan memanipulasi penelitian (4%).
3
Selanjutnya hasil survey Litbang Media Group yang dilakukan di enam Kota
besar (Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta dan Medan),
menyebutkan bahwa hampir 70% responden menyatakan bahwa pernah
melakukan praktik menyontek ketika masih sekolah dan kuliah (Hendrafita,
2015).
Temuan lainnya dilansir dari situs Little Circle Foundation (2015), terdapat
survei pada salah satu perguruan tinggi di Bali yang menunjukan bahwa dari 395
responden sebanyak 92,7% pernah menyontek setidaknya sekali waktu ujian.
Sebagaian mahasiswa mengaku menyontek karena tidak ingin mendapatkan nilai
yang buruk dan juga sebagian responden menyatakan bahwa dosen tidak
menyadarinya saat ujian.
Selanjutnya Lestarini (2014) dikutip dari laman okezone (7/8/19) mengatakan
bahwa sepanjang tahun 2010-2014 banyak terjadi bentuk kecurangan akademik di
Indonesia. Antara lain plagiarisme, tugas akhir disertasi, plagiarisme surat kabar
dosen, plagiarisme makalah oleh alumni, plagiarisme yang dilakukan oleh guru
besar dan masih banyak lagi.
Hasil Penelitian mengenai integritas akademik oleh Rafe’i (2016) di kalangan
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta menemukan bahwa sebanyak 106
(48%) mahasiswa memiliki integritas akademik yang rendah, artinya masih
banyak mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran akademik.
Fenomena dan hasil penelitian di atas diperkuat oleh hasil pengamatan awal
penulis yang dilakukan di kelas pada saat proses belajar mengajar maupun ujian.
4
Fenomenanya adalah beberapa mahasiswa akan memilih posisi duduk di belakang
saat ujian agar dapat secara mudah mengakses contekan, baik hasil browsing
ataupun catatan yang dipersiapkan. Kemudian dalam mengerjakan tugas, masih
banyak mahasiswa yang melakukan plagiarisme dengan melakukan copy paste
tulisan tanpa mencantumkan sumber, tak jarang juga mereka menyalin tugas
teman.
Masalah pelanggaran integritas akademik nampaknya menjadi isu yang masih
terus diperbincangkan dalam dunia akademik. Meskipun nampaknya sulit untuk di
atasi, masalah ini sudah seharusnya menjadi perhatian yang serius bagi pihak
akademisi di Indonesia. Karena jika dibiarkan khawatir akan menjadi bibit yang
berkembang setelah lulus dari perguruan tinggi.
Pelanggaran integritas akademik memiliki berbagai efek negatif baik di
tingkat kelembagaan dan individu. Pada tingkat institusional, keterlibatan siswa
dalam ketidakjujuran akademik dapat berimbas pada reputasi dan integritas
universitas dan juga dapat mengancam kelangsungan ekonomi universitas dalam
pasar pendidikan yang sangat kompetitif. Hal ini menurut Brimble dan Stevenson
(dalam Eriksson & McGee, 2015) juga dapat menghalangi kemampuan
universitas untuk memastikan bahwa siswa yang memiliki gelar lengkap memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk bekerja atau untuk
belajar lebih lanjut.
Pada tingkat individu, efek negatifnya adalah siswa yang tidak terlibat dalam
kecurangan mengalami kerugian akademis (McCabe dan Trevino 1993 dalam
5
Eriksson & McGee, 2015). Selain itu, pelanggaran integritas akademik erat
kaitannya dengan perilaku kerja yang tidak etis di tempat pekerjaan. Biasanya
mereka akan menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan dalam
pekerjaannya (Wang & Wang, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa pelanggaran
integritas akademik dapat berlanjut pasca kelulusan.
Harding, Carpenter, Finelli, & Passow, n.d. (2004) menyatakan bahwa orang-
orang yang sudah terbiasa terlibat dalam pelanggaran integritas akademik di SMA
dan perguruan tinggi akan sulit menghilangkannya pada saat masuk dunia kerja.
Hal ini akan mereka tunjukkan lewat perilakunya dalam lingkungan kerja.
Selain itu mahasiswa yang terlibat dalam perilaku menyontek semasa
kuliahnya bukan hanya akan berlanjut pada pendidikan pasca dan profesional,
namun ia juga akan terlibat dalam praktek bisnis yang tidak etis (Sims, 1993;
Whitley & Keith-Spiegel, 2001).
Disamping perilaku akademis dan profesional yang buruk, mahasiswa yang
tidak menghargai perilaku etika di kampus tidak dapat diharapkan akan
menghargai etika dalam hubungan pribadi (Ferrell & Daniel, 1995).
Integritas akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun
eksternal. Faktor internal merupakan pengaruh variabel diri seperti Self-efficacy
(Finn & Frone, 2004; Pradipta, 2018; Yani, 2017), religiusitas (Nelson, James,
Miles, Morrell, & Sledge, 2017; Bloodgood et al., 2007), serta prestasi akademik
(McCabe & Trevino,1997).
6
Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk
melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri serta
kejadian dalam lingkungannya (Bandura, 2001). Jika siswa yakin akan
kemampuan dirinya maka ia akan mengandalkan dirinya sendiri dalam melakukan
kegiatan akademik. Namun sebaliknya siswa yang tidak percaya akan
kemampuannya mungkin ia akan mencari alternatif lain dan terlibat dalam
kecurangan akademik (Bong, 2008).
Self-efficacy terbukti mempengaruhi integritas akademik secara positif
signifikan. Khususnya pada dimensi Initiative sebanyak 17,4% artinya semakin
tinggi efikasi diri maka semakin tinggi juga integritas akademik siswa (Yani,
2017). Penelitian oleh Finn dan Frone (2004) menyatakan bahwa siswa yang
memiliki self-efficacy akademik dan kinerja yang tinggi terbukti lebih jarang
melakukan kecurangan akademik. Pada saat bersamaan, siswa yang memiliki self-
efficacy tinggi tetapi kinerjanya rendah terbukti melakukan kecurangan yang
cukup besar.
Faktor individual lainnya adalah religiusitas. Religiusitas menurut Lavretsky
(dalam Nelson et al., 2017) merupakan sistem keyakinan, praktik, ritual dan
simbol yang terorganisasi, yang dirancang untuk memfasilitasi kedekatan dengan
yang sakral dan transenden dan untuk membina komunitas agama. Kemudian
Beit-Hallahmi dan Argyle (dalam Holdcroft, 2006) menulis banyak tentang efek
individual dari religiusitas, salah satunya adalah kejujuran. Sejalan dengan
penelitian Jurdi, et al, (2011) bahwa religiusitas berkorelasi negatif dengan
ketidakjujuran akademik. Hal ini ketika seseorang memiliki religiusitas yang
7
tinggi maka ia akan cenderung menghindari ketidakjujuran akademik dan memilih
untuk bersikap jujur. Begitupun sebaliknya.
Religiusitas ini dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah
partisipasi seseorang dalam kegiatan keagamaan. Menurut Kelley & Magill
(dalam Bloodgood, Turnley, & Mudrack, 2008) ketika seseorang mengikuti
kegiatan keagamaan, maka ia akan mendapatkan pemahaman mengenai nilai baik
dan buruk serta hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Dengan begitu ia
akan berusaha menghindari ketidakjujuran akademik. Pada akhirnya Bloodgood
et al., (2008) membuktikan dalam penelitiannya bahwa religiusitas memiliki
hubungan negatif dan signifikan terhadap ketidakjujuran akademik dengan
dimoderatori oleh inteligensi. Dapat dikatakan bahwa ketika religiusitas seseorang
tinggi maka dia akan memiliki integritas yang baik pula.
Selain faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi integritas akademik diantaranya kode etik akademik dan teman
sebaya Crown & Spiller (dalam Baetz, Zivcakova, Wood, Nosko, De Pasquale,
& Archer, 2011), serta budaya integritas akademik (Kisamore, Stone, & Jawahar,
2007). Spiller (dalam Baetz et al., 2011) menunjukan bahwa kecurangan
akademik banyak terlibat pada siswa yang di lembaganya tidak memiliki kode
etik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kode etik. Budaya integritas
akademik mengacu pada nilai-nilai yang disosialisasikan oleh lembaga terkait
pencegahan ketidakjujuran akademik dan hukuman atas pelanggaran akademik.
Nilai tersebut tercermin dalam toleransi fakultas dan siswa terhadap pelaporan
8
pelanggaran integritas akademik serta ada atau tidaknya kode etik institusi
(Kisamore et al., 2007).
Di samping self-efficacy, religiusitas dan kode etik, usia juga memiliki
pengaruh terhadap integritas akademik. Menurut Smyth & Davis (dalam
Kisamore et al., 2007) Penelitian umumnya menunjukkan bahwa siswa yang lebih
muda mungkin lebih cenderung terlibat dalam kesalahan akademik daripada siswa
yang lebih tua.
Faktor lainnya adalah jenis kelamin. Penelitian menunjukan bahwa laki-laki
cenderung lebih melakukan pelanggaran integritas akademik dibandingkan
dengan perempuan (McCabe & Trevino,1997; Jurdi, Hage, & Chow, 2011).
Begitupun penelitian yang dilakukan pada Mahasiswa Internasional di Amerika,
membuktikan bahwa laki-laki lebih banyak melakukan pelanggaran integritas
akademik dibandingkan perempuan (Fass-Holmes, 2017). Faktor demografis
yang terlihat sangat mempengaruhi adalah Fakultas, dimana kebanyakan dari
penelitian mengatakan bahwa Fakultas Ekonomi dan Bisnis memiliki tingkat
pelanggaran Integritas akademik yang tinggi (Fass-Holmes, 2017; Jurdi, Hage, &
Chow, 2011)
Beberapa penelitian pada topik sejenis telah banyak dilakukan, namun lebih
menekankan pada kecurangan akademik sebagai objek kajian dan pengaruhnya
terhadap integritas akademik. Seperti penelitian Kisamore et al. (2007) Academic
Integrity: The Relationship between Individual and Situasional Factors on
Misconduct Contemplations; Nelson et al,. (2017) Academic Integrity of
9
Millenials: The Impact of Religion and Spirituality dan beberapa penelitian
lainnya. Untuk itu, penelitian ini akan lebih menekankan pada aspek kejujuran
dari kelima aspek integritas akademik.
Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan, khususnya bagi para calon
lulusan Sarjana (S1). Karena pada dasarnya, program S1 bertujuan untuk
menghasilkan lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau
Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing
bangsa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan inovasi dan orisinalitas
dari setiap karya yang dihasilkan, oleh sebab itu lulusan program sarjana dituntut
untuk memiliki integritas yang tinggi dalam dunia akademik.
Untuk objektivitas penelitian dengan mempertimbangkan waktu dan sumber
daya lainnya, maka penelitian ini akan dibatasi pada mahasiswa aktif perguruan
tinggi negeri dan swasta di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengajukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Self-efficacy, Orientasi Religiusitas dan Kode Etik terhadap Integritas
Akademik Mahasiswa JADETABEK”.
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi integritas akademik, baik internal maupun
eksternal. Namun agar penelitian ini tidak terlalu meluas dan lebih terarah maka
peneliti hanya fokus pada variabel yang berkaitan dengan intergritas akademik
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor internal yaitu Self-efficacy,
10
religiusitas dan jenis kelamin. Faktor eksternal dibatasi dengan kode etik. Adapun
pengertian konsep yang digunakan sebagai berikut :
1. Integritas akademik adalah komitmen moral dalam bidang akademik yang
ditampilkan oleh seorang mahasiswa dengan mempertahankan kejujuran
akademik vs menghindari pelanggaran akademik (Suralaga, 2014).
2. Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang dalam memahami
kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan perilaku tertentu yang
diperlukan untuk menghasilkan pencapaian dari tugas yang dimiliki
(Bosscher & Smit, 1998).
3. Religiusitas merupakan kehadiran seseorang dalam suatu kegiatan
keagamaan, melakukan ibadah yang bersifat pribadi serta motivasi pribadi
beragama (Koenig & Bussing, 2010).
4. Kode etik akademik adalah seperangkat aturan yang disepakati bersama
oleh civitas akademik mengenai kewajiban akademik, jenis-jenis
pelanggaran akademik beserta sanksinya. Dalam penelitian ini dibatasi
dengan ada atau tidaknya kode etik tersebut, serta penerapannya di
lingkungan universitas (Faradiena, 2018).
5. Faktor demografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan semester.
6. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program strata satu perguruan tinggi
negeri dan swasta di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi.
11
1.2.2. Rumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : apakah ada pengaruh yang signifikan dari Self-efficacy,
religiusitas, kode etik, usia, jenis kelamin dan semester terhadap integritas
akademik. Selanjutnya dijabarkan dalam rumusan masalah :
1. Apakah self-efficacy, religiusitas, kode etik, usia, jenis kelamin dan
semester secara signifikan mempengaruhi integritas akademik?
2. Apakah self-efficacy secara signifikan mempengaruhi integritas akademik?
3. Apakah dimensi organizational religiosity dari religiusitas secara
signifikan mempengaruhi integritas akademik?
4. Apakah dimensi non-organizational religiosity dari religiusitas secara
signifikan mempengaruhi integritas akademik?
5. Apakah dimensi instrinsic religiosity dari religiusitas secara signifikan
mempengaruhi integritas akademik ?
6. Apakah kode etik secara signifikan mempengaruhi integritas akademik?
7. Apakah usia secara signifikan mempengaruhi integritas akademik?
8. Apakah jenis kelamin secara signifikan mempengaruhi integritas
akademik?
9. Apakah semester secara signifikan mempengaruhi integritas akademik?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan penelitian
12
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh self-efficacy,
religiusitas (dimensi organizational religiosity, non-organizational religiosity dan
instrinsic religiosity) kode etik, usia, jenis kelamin dan semester, terhadap
integritas akademik.
1.3.2. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
keilmuan baik dari aspek teoritis maupun praktis, diantaranya :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan baru dalam ilmu psikologi khususnya bidang kajian psikologi
pendidikan berkaitan dengan pengaruh self-efficacy, religiusitas, kode etik,
usia, jenis kelamin dan semester terhadap integritas akademik
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
maupun pihak perguruan tinggi untuk lebih menyadari pentingnya
integritas akademik dalam lingkungan akademik. Serta memberikan
informasi terkait integritas akademik sehingga dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan teori-teori yang terkait dengan dependent variable, dan
independent variable. Selain itu juga akan diuraikan mengenai dimensi,
faktor-faktor, serta penelitian sebelumnya dari setiap variabel. Dilanjutkan
dengan kerangka berpikir dan hipotesis.
2.1. Integritas Akademik
2.1.1. Definisi integritas akademik
Integritas berasal dari bahasa latin integritas memiliki arti utuh, tak tersentuh,
lengkap dan menyeluruh. Integritas juga merupakan salah satu karakter
pembentuk sebuah keberanian. Sebagai sebuah karakter ia disusun oleh virtue
honesty yaitu kebenaran faktual dan ketulusan interpersonal dan virtue
authenticity yaitu keaslian emosional dan juga kedalaman psikologis (Peterson
& Seligman, 2004).
Dalam dunia akademik, integritas dikenal dengan istilah integritas
akademik, yang merupakan perilaku jujur dan bertanggung jawab terhadap
semua hal yang berkaitan dengan akademik serta bergantung pada usaha
mahasiswa secara individual (Ronokusumo, 2012).
The Center For Academic Integrity (CAI) menyatakan bahwa integritas
akademik adalah sebuah komitmen, bahkan dalam menghadapi kesulitan,
terhadap lima nilai fundamental: kejujuran, kepercayaan, keadilan, rasa
hormat, dan tanggung jawab. Dari kelima nilai ini akan muncul perilaku etis
14
14
yang memungkinkan civitas akademik mewujudkan cita-cita menjadi
tindakan nyata (Fishman, 2012).
Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, Suralaga (2014) menjelaskan
bahwa integritas akademik adalah komitmen moral dalam bidang akademik
yang ditampilkan oleh seorang mahasiswa dengan mempertahankan kejujuran
akademik dan menghindari pelanggaran akademik. Variabel ini diukur
dengan skala integritas akademik yang meliputi jujur dalam ujian, jujur dalam
mengerjakan tugas, melakukan kerjasama yang diperbolehkan dan tidak
memfasilitasi kecurangan akademik.
Selanjutnya Nelson et al., (2017) berpendapat bahwa integritas akademik
merupakan salah satu prinsip dasar yang harus dimiliki lembaga pendidikan,
sehingga dapat menghasilkan kode etik akademik yang disepakati bersma
oleh fakultas dan mahasiswa. Disisi lain Bretag (2016) dalam bukunya
menjelaskan bahwa integritas akademik memiliki pemahaman yang beragam.
Hampir setiap perguruan tinggi di berbagai negara memiliki sejarah
perkembangannya masing-masing. Hal ini menyebabkan timbulnya berbagai
interpretasi. Semua dikaitkan kepada konsep dan berbagai pendekatan untuk
disebarluaskan dalam lingkungan akademik mereka sendiri.
Pada penelitian ini definisi integritas akademik yang akan digunakan
adalah milik Suralaga (2014) yang menjelaskan integritas akademik sebagai
komitmen moral dalam bidang akademik yang ditampilkan oleh seorang
mahasiswa dengan mempertahankan kejujuran akademik dan menghindari
15
pelanggaran akademik. Variabel ini diukur dengan skala integritas akademik
yang meliputi jujur dalam ujian, jujur dalam mengerjakan tugas, melakukan
kerjasama yang diperbolehkan dan tidak memfasilitasi kecurangan akademik.
2.1.2. Dimensi integritas akademik
International Center for Academic Integrity (dalam Fishman, 2012)
menyatakan bahwa integritas akademik terdiri dari lima dimensi, diantaranya
adalah, kejujuran, kepercayaan, keadilan, rasa hormat dan tanggung Jawab.
Sedangkan menurut Kisamore et al., (2007), integritas akademik dapat
dilihat dari beberapa bentuk, diantaranya integrity culture, frequency of
cheating scale, the suspected misconduct scale, the report cheating scale dan
the consider-misconduct scale.
Dimensi integritas akademik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dimensi yang dijabarkan oleh Suralaga (2014), yaitu:
1. Jujur dalam ujian: Mahasiswa tidak boleh memberikan materi yang
tidak diperbolehkan, tidak menggunakan alat komunikasi elektronik
dan tidak menyalin jawaban mahasiswa lain
2. Jujur dalam mengerjakan tugas: Mahasiswa tidak menyalin ide orang
lain tanpa mencantumkan sumbernya, tidak menyalin pekerjaan
mahasiswa lain kemudian mengakui hal itu sebagai pekerjaannya, dan
membayar atau meminta seseorang mengerjakan tugasnya
16
3. Melakukan kerjasama yang diperbolehkan: Mahasiswa tidak
bekerjasama saat mengerjakan ujian, dan tidak melakukan kolaborasi
yang tidak diperbolehkan saat mengerjakan tugas.
4. Tidak memfasilitasi kecurangan akademik: Mahasiswa tidak
memfasilitasi mahasiswa lain terlibat dalam ketidakjujuran akademik
dengan mengerjakan tugas mahasiswa lain, dan membiarkan
mahasiswa lain menyalin jawaban ujiannya.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi integritas akademik
Integritas akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ;
1. Self-efficacy
Finn dan Frone (2004) menyatakan bahwa siswa yang memiliki self-
efficacy akademik yang tinggi dan kinerja yang tinggi terbukti lebih
jarang melakukan kecurangan akademik. Pada saat bersamaan, siswa
yang memiliki self-efficacy tinggi tetapi kinerjanya rendah terbukti
melakukan kecurangan yang cukup besar. Ini berarti responden
memiliki kecenderungan integritas akademik yang lebih tinggi.
2. Religiusitas
Penelitian Nelson, James, Miles, Morrell, & Sledge, (2017)
membuktikan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan
religiusitas memiliki integritas akademik yang baik. Bloodgood,
Turnley, & Mudrack, (2008) menyatakan religiusitas memiliki
hubungan negatif signifikan terhadap ketidakjujuran akademik.
3. Kode etik
17
Siswa yang di lembaganya memiliki Kode etik dilaporkan sedikit
melakukan atau terlibat dalam kecurangan akademik dibandingkan
dengan lembaga yang tidak memiliki kode etik (Baetz et al., 2011).
4. Jenis Kelamin
Penelitian menunjukan bahwa laki-laki cenderung lebih melakukan
pelanggaran integritas akademik dibandingkan dengan perempuan
(McCabe & Trevino,1997; Jurdi, Hage, & Chow, 2011).
5. Usia
Penelitian umumnya menunjukkan bahwa siswa yang lebih muda
mungkin lebih cenderung terlibat dalam kesalahan akademik daripada
siswa yang lebih tua (Kelly & Worrell, 1978; McCabe & Trevino,
1997; Nonis & Swift, 2001; Smyth & Davis, 2004 dalam Kisamore et
al., 2007)
6. Fakultas/jurusan
Variabel akademik lain yang menerima peningkatan perhatian dalam
literatur adalah jurusan akademik siswa. Banyak penelitian melaporkan
perbedaan yang konsisten dalam ketidakjujuran akademik menurut
jurusan siswa, dengan siswa bisnis yang memiliki insiden
ketidakjujuran akademik tertinggi dari setiap jurusan (Jurdi, Hage &
Chow, 2011).
2.1.4. Pengukuran integritas akademik
Beberapa pengukuran integritas akademik sudah pernah dilakukan sebelumnya
menggunakan instrumen yang berbeda-beda, berikut diantaranya :
18
1. Academic integrity inventory digunakan oleh Kisamore et al.,(2007), yang
diadaptasi dari survey online universitas Millersville. Instrumen ini terdiri
dari integrity culture (0.79), frequency of cheating scale (0.77), the
suspected misconduct scale (0.72), the report cheating scale (0.84) dan
the consider-misconduct scale (0.89).
2. Penelitian Efri Yani (2017) menggunakan alat ukur integritas akademik
oleh Suralaga (2014). Terdiri dari 20 aitem skala model Likert, alat ukur
ini mengalami dua kali CFA dan hasilnya model fit dengan nilai RMSEA
< 0.048. Seluruh aitem signifikan kecuali satu aitem no 12 di drop.
3. Academic Integrity Survey Report oleh Texas Tech University Ethics
Center (2014). Menggunakan skala model Likert terbagai menjadi dua
subskala : academic integrity values scale (AIVS) dan academic integrity
behaviors scale (AIBS) masing-masing terdiri dari 5 item. Skor rata-rata
AIVS untuk seluruh sample adalah 18.33 (skala 0-20) atau 91.7%
sedangkan untuk AIBS skor rata-ratanya adalah 16.58 (skala 0-20) atau
82.9%. skor AIXS dan AIBS dikalkulasikan dengan karakteristik
demografis. Untuk membuktikan perbedaan antara grup dilakukan
ANOVA.
2.2. Self-efficacy
2.2.1. Definisi self-efficacy
Bandura (2001) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang
dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap
keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungannya. Bandura
19
juga menganggap bahwa keyakinan atas efikasi seseorang adalah landasan dari
agen manusia.
Schultz (2005) menjelaskan self-efficacy dalam sistem Bandura yaitu
mengacu pada perasaan kecukupan, efisiensi dan kompetensi dalam
menghadapi kehidupan. Disisi lain Bosscher & Smit (1998) berpendapat bahwa
self-efficacy merupakan keyakinan seseorang dalam memahami
kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan perilaku tertentu yang
diperlukan untuk menghasilkan pencapaian dari tugas yang dimiliki.
Feist dan Feist (2009) dalam bukunya menyimpulkan makna dari self-
efficacy Bandura sebagai suatu bentuk keyakinan seseorang terhadap
kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian
orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungannya. Ia juga berpendapat
bahwa self-efficacy sangat bervariasi dari situasi satu ke situasi lainnya,
tergantung pada kompetensi yang dibutuhkan, kehadiran orang lain serta
kondisi psikologis yang mendampinginya.
Pervin (2001) memperjelas definisi self-efficacy yang diungkapkan oleh
Bandura sebagai penilaian seseorang terhadap kemampuan mereka untuk
bertindak atas situasi atau tugas tertentu. Penilaian tersebut akan
mempengaruhi aktivitas apa yang akan dilakukan, seberapa banyak waktu dan
usaha yang kita habiskan pada situasi tertentu, berapa lama kita bertahan dan
reaksi emosional yang terlibat di dalamnya.
20
Pada penelitian ini definisi self-efficacy yang akan digunakan adalah milik
Bosscher dan Smit (1998) yang menyatakan bahwa self-efficacy merupakan
keyakinan seseorang dalam memahami kemampuannya untuk mengatur dan
melaksanakan perilaku tertentu yang diperlukan untuk menghasilkan
pencapaian dari tugas yang dimiliki.
2.2.2. Dimensi self-efficacy
Dimensi-dimensi self-efficacy banyak dibicarakan oleh para ahli, seperti
Bandura (dalam Bijr & Shortridge-Baddgert, 2001) menjelaskan bahwa self-
efficacy terdiri dari tiga dimensi, diantaranya :
1. Dimensi level (Magnitude)
2. Dimensi kekuatan (Strength)
3. Dimensi generalisasi (Generality)
Dalam penelitian ini dimensi yang akan digunakan adalah dimensi dari
Bosscher dan Smit (1998) yang terdiri dari tiga aspek, initiative, effort dan
persistence :
1. Initiative`
Initiative merupakan kesediaan seseorang untuk memulai sesuatu. Dimensi
ini mengacu pada kesiapan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu.
Setiap individu akan memiliki cara beradptasi yang berbeda. Ada yang
mampu beradaptasi pada kondisi tertentu saja adapula yang mampu pada
kondisi apapun.
2. Effort
21
Effort merupakan kesediaan seseorang untuk berusaha dalam melakukan
sesuatu serta menyelesaikannya atau menyempurnakannya.
3. Persistence
Persistence merupakan ketekunan dalam menghadapi kesulitan. Individu
yang memiliki keyakinan yang kuat untuk menghadapi kesulitan yang
dihadapi maka ia akan terus bertahan dan menghadapi rintangan sesulit
apapun.
2.2.3. Pengukuran self-efficacy
General Self-efficacy dikembangkan oleh Sherer M.,Maddux, J. E.,
Mercandante, B., Prentice-Dunn, S., Jacobs, B., & Rogers, R.W pada tahun
1982. Ia membagi skala ini menjadi dua subskala, yaitu general self-efficacy
scale sebanyak 17 aitem dan social self-efficacy subscale sebanyak 6 aitem.
Sherer, et al. (1982) membuktikan bahwa kedua skala tersebut memiliki
reliabilitas yang baik, yaitu sebesar (0.86 dan 0.71). skala ini sukses digunakan
pada sampel kejuruan, pendidikan dan militer
Pada tahun 1998 Brosscher dan Smit mengembangkan general self-
efficacy milik sherer yang berjumlah 17 aitem menjadi General Self-efficacy
Scale -12 (GSES-12). Brosscher juga mengembangkan tiga dimensi yang
dikemukakan oleh Woodroof & Chasman. Menghasilkan reliabilitas GSES-12
sebesar (0.69), pada subskala initiative (0.64), effort (0.63) dan persistence
(0.64).
22
Pengukuran self-efficacy dikembangkan oleh Schwarzer, R & Jerussalem,
M pada tahun 1995. Skala tersebut diberi nama General Self-efficacy Scale
(GSES). Terdiri dari 10 item mengukur self-efficacy secara umum
menggunakan skala model Likert. 1 : Not at all true, 2 : hardly true, 3 :
moderately true, 4 : exactly true. GSE memiliki reliabilitas Cronbach’s alpha
antara 0.76- .90.
Alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah milik Bosscher
dan Smit (1998) yaitu General Self-efficacy Scale-12 (GSES-12). Dengan
dimensi initiative effort dan persistence. Memiliki reliabilitas cronbach alpha
sebesar 0.69, masing-masing dimensinya initiative (0.64), effort (0.63) dan
persistence (0,64).
Dari berbagai macam alat ukur di atas, peneliti memilih alat ukur GSES-
12 untuk mengukur self-efficacy terhadap integrits akademik. Dikarenakan alat
ukur ini sudah mengalami revisi dan memiliki reliabilits yang baik.
2.3. Religiusitas
2.3.1. Definisi religiusitas
Religiusitas merupakan sebuah konsep yang sulit untuk didefinisikan. Hal
tersebut karena religiusitas memiliki makna yang hampir sama dengan
keyakinan, spiritualitas, iman, pengabdian dan sebagainya. Persamaan kata ini
mencerminkan dimensi religiusitas. Religiusitas juga memiliki konsep dan
sudut pandang yang sangat luas, bergantung pada konteks yang ada
(Holdcroft, 2016).
23
Berbeda dengan sebelumnya Koenig & Bussig (2010) berpendapat bahwa
religiusitas merupakan kehadiran seseorang dalam suatu kegiatan keagamaan,
melakukan ibadah yang bersifat pribadi serta motivasi pribadi bergama.
Menurut Lavretsky (dalam Nelson et al., 2017), religiusitas merupakan
sistem keyakinan, praktik, ritual dan simbol yang terorganisasi, yang dirancang
untuk memfasilitasi kedekatan dengan yang sakral dan transenden dan untuk
membina komunitas agama. Lain halnya Bloodgood (2008) yang
berpendapat bahwa religiusitas adalah sebuah pemahaman dan komitmen untuk
mengikuti seperangkat doktrin atau prinsip agama.
Pada penelitian ini definisi yang akan digunakan adalah milik Koenig &
Bussing (2010) yang mendefinisikan religiusitas sebagai kehadiran seseorang
dalam suatu kegiatan keagamaan, melakukan ibadah yang bersifat pribadi serta
motivasi pribadi beragama seseorang.
2.3.2. Dimensi religiusitas
Dimensi mengenai religiusitas sudah pernah dibahas sebelumnya oleh Allport
dan Ross (1967), ia memandang religiusitas seseorang dengan religious
orientation nya. Terbagi ke dalam dua kategori yaitu religiusitas ekstrinsik dan
instrinsik.
Dalam penelitian ini, dimensi yang akan digunakan untuk mengukur
religiusitas adalah milik Koenig dan Bussing (2010), yang menjelaskan bahwa
religiusitas terdiri dari tiga dimensi yaitu organizational religiosity, non-
organizational religiosity dan instrinsic religiosity :
24
1. Organizational religiosity: Keikutsertaan seseorang dalam sebuah
kegiatan keagamaan.
2. Non-organizational religiosity: Terdiri dari kegiatan keagamaan yang
dilakukan secara pribadi, seperti berdoa, belajar kitab suci, menonton
TV agama atau mendengarkan radio religius.
3. Instrinsic religiosity: tingkat komitmen atau motivasi keagamaan
pribadi
2.3.3. Pengukuran religiusitas
Terdapat beberapa alat ukur religiusitas yang digunakan dalam penelitian,
diantaranya: Religious Orientation Scale (ROS) merupakan salah satu alat ukur
religiusitas yang dibuat oleh Allport & Ross pada tahun 1967. ROS terdiri dari
dua subskala, ekstrinsik dan instrinsik. Subskala ekstrinsik terdiri dari 12 aitem
sedangkan instrinsik 9 aitem. Alat ukur ini memiliki reliabilitas alpha cronbach
sebesar 0.80 pada subskala instrinsik dan 0.75 pada subskala ekstrinsik.
Instrinsic Religious Motivation Scale. Instrumen ini dikembangkan oleh
Hoge pada tahun 1972, terdiri dari 10 aitem mengukur motivasi aktifitas
religiusitas seseorang. Alat ukur ini telah mengalami uji reliabilitas dan
menghasilkan angka 0.90.
The Duke University Religion Index (DUREL). Instrumen ini
dikembangkan oleh Koening et.al (1997), terdiri dari 5 aitem yang mewakili
tiga dimensi religiusitas yaitu organizational religiosity,non-organizational
religiosity dan instrinsic religiosity. Reliability untuk dimensi instrinsik sebesar
25
0.75, 2 aitem ini mewakili 10 aitem Hoge dan berkorelasi sebesar 0.85.
Korelasi instrinsik dengan organizational sebesar 0.40 sedangkan dengan
Nonorganizatinal sebesar 0.42.
2.4. Kode Etik
Pada umumnya di sebuah perguruan tinggi akan ada sebuah aturan yang
mengatur etik dosen, mahasiswa dan juga akademik. Aturan tersebut adalah
kode etik. Menurut keputusan rektor UIN Jakarta (2016), kode etik merupakan
seperangkat nilai baik dan buruk yang dituangkan secara tertulis sebagai acuan
mengenai sikap, perkataan, perbuatan, perilaku, cara berpakaian dan
berpenampilan yang diharapkan bersama.
Salah satu aturan yang masuk pada kode etik adalah kode etik akademik. Kode
etik akademik adalah seperangkat aturan yang disepakati bersama oleh civitas
akademik mengenai kewajiban akademik, jenis-jenis pelanggaran akademik
beserta sanksinya. Seperti pada naskah Academic Conduct Policy on Academic
Honesty di Georgia State University, disana tertulis jelas bentuk-bentuk
pelanggaran akademik yang harus dihindari seperti, plagiarisme, menyontek
saat ujian, bekerjasama yang tidak diizinkan danlain sebagainya. Begitu pula
bentuk sanksi yang akan di dapatkan oleh siswa dari pihak universitas.
Di UIN Jakarta sendiri peraturan mengenai kode etik akademik tertulis dalam
keputusan rektor mengenai kode etik mahasiswa UIN Jakarta tahun 2016 pada
pasal 5 yaitu bentuk pelanggaran. Dari pasal tersebut hanya dua poin saja yang
berisi larangan yang dapat dikaitkan dengan integritas akademik. Hal tersebut
26
terdapat pada poin 34 yaitu memalsukan tanda tangan dan poin 35 yaitu
melakukan plagiasi atau penjiplakan karya. Sedangkan untuk sanksinya secara
umum terdapat sanski yang bersifat akademik dengan penerapan sanki kategori
ringan, sedang dan berat.
Dalam penelitian ini dibatasi dengan ada atau tidaknya kode etik tersebut, serta
penerapannya di lingkungan universitas (Faradiena, 2018).
2.5. Kerangka Berpikir
Integritas akademik merupakan komitmen seseorang terhadap lima nilai dasar :
Kejujuran, kepercayaan, keadilan, rasa hormat dan tanggung jawab. Kemudian
Brennecke (2010) lebih memfokuskan integritas akademik pada nilai kejujuran
yang merupakan dasar dari performa akademik yaitu, jujur dalam ujian, jujur
dalam mengerjakan tugas, melakukan kerjasama yang diperbolehkan dan tidak
memfasilitasi kecurangan akademik.
Membahas mengenai integritas akademik terdapat berbagai faktor yang
dapat mempengaruhinya baik internal maupun eskternal. Faktor internal yang
pertama adalah self-efficacy. Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang
akan kemampuannya melakukan sesuatu. Ketika seseorang memiliki self-
efficacy yang tinggi, maka ia akan yakin pada kemampuan dirinya dan tidak
mengandalkan orang lain. Ia akan berinisiatif, berusaha dan bertahan pada
langkah yang ia ambil serta menghindari kecurangan khususnya pada bidang
akademik. Orang yang memiliki self-efficacy yang tinggi ia akan berusaha
menjunjung tinggi integritas akademik.
27
Faktor lain yang dapat mempengaruhi integritas akademik adalah
religiusitas. Ketika seseorang memiliki tingkat organizational religiosity yang
tinggi maka ia akan dapat mengambil pelajaran mengenai nilai baik dan buruk
melalui kegiatan keagamaan tersebut. Dengan begitu nilai-nilai kebaikan yang
ia dapatkan akan diterapkan dalam kehidupan dunia akademiknya.
Dimensi lainnya adalah non-organizational religiosity, yang berkaitan
dengan aktivitas atau ritual keagamaan seperti berdoa, mendengarkan ceramah
agama atau belajar agama. Semakin seseorang mencoba untuk melakukan
ritual keagamaan dan memperdalam ilmu agamanya, maka ia akan
mendapatkan nilai-nilai kebaikan dari hal tersebut. Pada akhirnya nilai
kebaikan yang salah satunya adalah kejujuran, akan terinternalisasi dalam diri
orang tersebut. Dengan begitu semakin tinggi tingkat non-organizational
religiosity seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat integritas
akademiknya.
Instrinsic religiosity, merupakan tingkat komitmen atau motivasi
keagamaan pribadi. Ketika seseorang merasakan kedekatannya dengan Tuhan
dan juga memiliki motivasi serta komitmen yang tinggi untuk menjalankan
perintah Tuhan dan menjauhi larangannya, semestinya akan menghindari
kecurangan akademik, karena hal itu tidak disukai oleh Tuhannya. Ia akan
menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam kehidupannya, salah satunya dalam
kehidupan akademik.
28
Kode etik yang ada dalam dunia akademik merupakan seperangkat nilai
baik dan buruk yang dituangkan secara tertulis sebagai acuan mengenai sikap,
perkataan, perbuatan, perilaku, cara berpakaian dan berpenampilan yang
diharapkan bersama akan mengatur sebagaimana mahasiswa harus bersikap
dan berperilaku dalam lingkungan akademik. Hal ini menjadi salah satu faktor
eksternal yang penting dalam mendukung integritas akademik mahasiswa.
Ketika kode etik tersedia dan diterapkan dengan baik oleh seluruh civitas
akademik, maka tingkat kecurangan akan menurun dan integritas akademik
mahasiswa akan meningkat.
Menurut beberapa penelitian, jenis kelamin dan usia mempengaruhi
kecurangan akademik. Laki laki ditemukan banyak melakukan kecurangan
akademik dan memiliki integritas yang lebih rendah dibandingkan perempuan,
namun ada juga yang menemukan kecurangan akademik lebih banyak
dilakukan oleh perempuan. Usia juga menjadi faktor demografis pendukung
terjadinya kecurangan pada lingkungan akademik, siswa dengan usia lebih
muda diperkirakan melakukan lebih banyak kecurangan dibandingkan usia
yang lebih tua.
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan, diduga bahwa self-
efficacy, organizational religiosity, non-organizational religiosity, instrinsic
religiosity, kode etik, usia, jenis kelamin dan semester berpengaruh signifikan
terhadap integritas akademik. Kerangka berpikir dalam penelitian ini secara
lebih jelas dpat dilihat pada bagan berikut:
29
Religiusitas
Gambar 2.1
Kerangka berpikir
2.6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, hipotesis mayor dan minor.
Berikut hipotesis penelitian :
2.6.1. Hipotesis Mayor
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan self-efficacy, religiusitas dan kode etik
terhadap integritas akademik.
2.6.2. Hipotesis Minor
H1: Terdapat pengaruh signifikan self-efficacy terhadap integritas akademik
H2: Terdapat pengaruh signifikan dimensi Organizational religiosity terhadap
integritas akademik
Integritas Akademik
Self-efficacy
Instrinsic religiosity
Non-organizational
religiosity
Organizational religiosity
Jenis Kelamin
Kode Etik
Semester
Usia
30
H3: Terdapat pengaruh signifikan dimensi Non-organizational religiosity
terhadap integritas akademik
H4: Terdapat pengaruh signifikan dimensi Instrinsic religiosity terhadap
integritas akademik
H5: Terdapat pengaruh signifikan kode etik terhadap integritas akademik
H6: Terdapat pengaruh signifikan usia terhadap integritas akademik
H7: Terdapat pengaruh signifikan jenis kelamin terhadap integritas akademik
H8 : Terdapat pengaruh signifikan semester terhadap integritas akademik
31
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab metode penelitian ini membahas mengenai populasi dan sampel
termasuk teknik sampling, variabel penelitian, instrumen pengumpulan data,
uji validitas konstruk dan hasilnya, teknik analisis data serta prosedur
penelitian.
3.1. Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah Mahasiswa aktif di perguruan tinggi negeri
dan swasta JADETABEK (Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi). Sampel
dalam penelitian ini adalah 342 mahasiswa aktif di perguruan tinggi negeri dan
swasta JADETABEK (Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi).
Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik nonprobability sampling, dalam teknik tersebut setiap unsur yang
terdapat dalam populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan
sampel, bahkan probabilitasnya tidak diketahui. Peneliti menggunakan teknik
convenience sampling, yaitu penentuan sampel sesuai dengan ketentuan atau
persyaratan sampel dari populasi tertentu yang paling mudah dijangkau atau
didapatkan.
3.2. Variabel penelitian dan definisi operasional
Dalam penelitian ini integritas akademik berperan sebagai dependent variable.
Sementara variabel self-efficacy, religiusitas, kode etik, jenis kelamin, usia &
32
semester berperan sebagai independent variable. Variabel orientasi religiusitas
terdiri dari organizational religiosity, non-organizational religiosity dan
instrinsic religiosity.
Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Integritas akademik adalah komitmen moral dalam bidang akademik yang
ditampilkan oleh seorang mahasiswa dengan mempertahankan kejujuran
akademik vs menghindari pelanggaran akademik. Variabel ini diukur
dengan skala integritas akademik yang meliputi jujur dalam ujian, jujur
dalam mengerjakan tugas, melakukan kerjasama yang diperbolehkan dan
tidak memfasilitasi kecurangan akademik (Suralaga, 2014)
2. Self-efficacy merupakan kesediaan seseorang untuk memulai sesuatu
(initiative), berusaha mengerjakan sesuatu dan menyelesaikannya (effort)
serta ketekunan seseorang dalam menghadapi kesulitan (persistence)
(Bosscher & Smit, 1998)
3. Religiusitas merupakan kehadiran seseorang dalam suatu kegiatan
keagamaan (organizational religiosity), melakukan ibadah yang bersifat
pribadi (Non-organizational religiosity), serta motivasi pribadi bergama
(Instrinsic religiosity) (Koenig, et.al., 2010)
4. Kode etik merupakan ada atau tidaknya kode etik yang berlaku serta
penerapannya pada setiap fakultas (Faradiena,2018)
5. Faktor demografis terdiri dari jenis kelamin usia dan semester.
33
3.3. Instrumen pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan empat bentuk skala pengukuran. Diantaranya adalah skala
integritas akademik, self-efficacy, religiusitas dan kode etik. Berikut
diantaranya:
1. Skala integritas akademik
Skala integritas akademik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
skala yang disusun oleh Suralaga (2014) berdasarkan konsep integritas
akademik yang dikemukakan oleh Brennecke (2010). Terdiri dari 20 item
yang disusun dengan skala model Likert ; Tidak pernah, jarang, sering dan
selalu.
Tabel 3.1
Blueprint Skala Integritas Akademik
No Dimensi Indikator Item Jmlh Fav Unfav
1. Jujur dalam ujian Tidak meminta jawaban dari mahasiswa lain saat
ujian
1,17
6 Tidak menggunakan alat komunikasi elektronik saat ujian
5,9
Tidak menyalin jawaban mahasiswa lain 19,13
2. Jujur dalam
mengerjakan tugas Menyalin ide orang lain dengan mencantumkan
sumbernya
2,6&14
5 Tidak menyalin pekerjaan mahasiswa lain,
kemudian mengakuinya sebagai pekerjaan sendiri 10
Mengerjakan tugas tanpa meminta atau membayar
orang lain untuk mengerjakan tugasnya 18
3. Melakukan kerjasama
yang diperbolehkan Tidak meminta bantuan pada mahasiswa lain pada
saat ujian 7 3
4 Mengerjakan tugas secara individu jika bekerja sama
dan berkolaborasi dengan mahasiswa lain tidak diperbolehkan
15 11
4. Tidak memfasilitasi
kecurangan akademik Tidak memfasilitasi untuk mengerjakan tugas
mahasiswa lain dengan bayaran ataupun tanpa
bayaran
4, 20
5 Tidak membiarkan mahasiswa lain menyalin
jawaban ujian yang sedang dikerjakan. 8,12&
16
Jumlah 2 18 20
34
2. Skala self-efficacy
Skala self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini adalah General Self-
efficacy Scale (GSES-12) yang dikembangkan oleh Bosscher & Smit (1998).
Total item sejumlah 12 dengan skala model Likert; STS (sangat tidak setuju),
TS (tidak setuju), S (setuju) dan SS (sangat setuju).
Tabel 3.2
Blueprint Skala Self-efficacy
No Dimensi Indikator
Item Jml
Fav Unfav
1. Initiative Mengerjakan sesuatu yang
terlihat sulit bagi dirinya
1 3
Mau mempelajari hal-hal
baru walau terlihat sulit
2,3
2. Effort Mengerjakan tugas sesuai
rencana yang dibuat
4,7
5 Tetap berusaha walaupun
hal tersebut tidak
menyenangkan
6
Pantang menyerah
walaupun pernah
menghadapi kegagalan
5,8
3. Persistence Dapat mencapai tujuan
yang sudah dibuat
9
4 Dapat mengatasi masalah 10,11
Yakin atas kemampuan diri 12
Jumlah
5 7 12
35
3. Skala religiusitas
Alat ukur religiusitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur
yang disusun oleh Firdaus (2017) diadaptasi dari skala religiusitas milik
Koenig dan Bussing (2010). Terdiri dari 15 item menggunakan skala
model Likert; STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), S (setuju) dan
SS (sangat setuju).
Tabel 3.3
Blueprint Skala Religiusitas
No Dimensi Indikator Item Jml
Fav Unfav
1. Organizational
religiosity Menghadiri tempat
ibadah dan acara
keagamaan
1,3 2,4,5 5
2. Non-organizational
religiosity Menghabiskan waktu
untuk melakukan
aktivitas keagamaan
6,7,9,
10
8 5
3. Instrinsic
religiosity Merasakan kehadiran
Tuhan
11,13
15
5
Menjadikan agama
sebagai landasan
kehidupan
12,14
Jumlah 11 4 15
4. Skala kode etik
Skala kode etik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
Faradiena (2018). Diukur dengan satu item menggunakan skala 1 sampai
dengan 3, pilihan jawaban “Tidak” skor = 1, “Ada” skor = 2, dan “Ada,
diterapkan” skor = 3.
36
3.4. Uji Validitas Konstrak
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini diuji validitasnya menggunakan
metode Confirmatory Factor Analysis (CFA). CFA adalah suatu bagian dari
analisis faktor yang digunakan untuk menguji sejauh mana masing-masing
item dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas konstruk akan diuji
menggunakan software LISREL 8.7 dengan metode sebagai berikut :
1. Menguji apakah hanya terdapat satu faktor saja yang menyebabkan item-
item saling berkorelasi (hipotesis unidimensional item). Hipotesis diuji
dengan chi-square untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan antara
matriks korelasi dari data yang diperoleh dengan yang dihitung menurut
teori atau model.
2. Jika nilai chi-square tidak signifikan (p > 0,05), maka hipotesis nihil yang
menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang
diperoleh dari data dan model” tidak ditolak, artinya aitem yang diuji
mengukur satu faktor saja (unidimensional)
3. Sedangkan jika nilai chi-square signifikan (p > 0,05) maka hipotesis nihil
tersebut ditolak, artinya aitem yang diuji mengukur lebih dari satu faktor
(multidimensional).
4. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-
value. Jika hasil t-value tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan
dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian
dikeluarkan dan sebaliknya;
37
5. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus dikeluarkan. Sebab hal ini tidak
sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorabel).
3.4.1. Uji validitas konstruk integritas akademik
Peneliti menguji 20 item dari konstruk integritas akademik. Hasil
pengujian CFA dengan model satu faktor tidak menghasilkan model yang
fit dengan Chi-Square= 1535.40, df= 170, P-value= 0.00000, dan
RMSEA= 0.153. Setelah peneliti melakukan modifikasi terhadap model,
maka diperoleh model fit dengan Chi-Square= 112.07, df= 91, P-value=
0.6633, dan RMSEA= 0.026. adapun koefisien muatan faktor untuk item-
item konstruk integritas akademik dijelaskan pada tabel 3.4 sebagai
berikut:
Tabel 3.4
Muatan Faktor Item Konstruk Integritas Akademik
Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan 1 0.31 0.06 5.68 √
2 0.72 0.05 14.68 √
3 0.72 0.05 14.90 √
4 0.83 0.05 17.95 √
5 0.79 0.05 16.49 √
6 0.76 0.05 15.95 √
7 -0.42 0.05 -7.82 X
8 0.43 0.05 7.83 √
9 0.055 0.05 10.58 √
10 0.60 0.05 11.63 √
11 0.63 0.05 12.33 √
12 -0.46 0.06 -8.39 X
13 0.79 0.05 16.89 √
14 -0.32 0.06 -5.71 X
15 -0.44 0.05 -7.97 X
16 0.21 0.06 5.28 √
17 0.30 0.06 5.28 √
18 0.49 0.05 9.15 √
19 -0.17 0.06 -2.96 X
20 0.36 0.06 6.62 √
Keterangan: √ = signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan
38
Pada tabel 3.4, terdapat item yang memiliki t<1.96 yaitu item
7,12,14,15 dan 19. Hal ini berarti terdapat 5 item yang harus di-drop atau
dihilangkan dan tidak disertakan dalam analisis selanjutnya.
3.4.2. Uji validitas konstruk self-efficacy
Peneliti menguji 12 item dari konstruk self-efficacy. Hasil pengujian CFA
dengan model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan Chi
Square= 786.94, df=54, P-value= 0.00000, dan RMSEA= 0.200. Setelah
peneliti melakukan modifikasi terhadap model, maka diperoleh model fit
dengan Chi square= 47.37, df= 36, P-value= 0.09729, dan RMSEA=
0.030. adapun koefisien muatan faktor untuk item-item konstruk self-
efficacy dijelaskan pada tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Konstruk Self-efficacy
Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
1 0.47 0.05 8.84 √
2 0.29 0.05 5.32 √
3 0.52 0.05 9.71 √
4 0.34 0.07 4.98 √
5 0.98 0.05 19.18 √
6 0.52 0.05 9.71 √
7 0.45 0.05 9.30 √
8 0.58 0.05 10.83 √
9 0.03 0.05 0.62 X
10 0.23 0.06 4.26 √
11 0.13 0.06 2.37 √
12 0.31 0.05 5.70 √
Keterangan: √ = signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan
Pada tabel 3.5, terdapat item yang memiliki t<1.96 yaitu item nomor 9.
Hal ini berarti terdapat 1 item yang harus di-drop atau dihilangkan dan
tidak disertakan dalam analisis selanjutnya.
39
3.4.3. Uji validitas konstruk organizational religiosity
Peneliti menguji 5 item dari konstruk Organizational religiosity. Hasil
pengujian CFA dengan model satu faktor tidak menghasilkan model yang
fit dengan Chi Square= 125.90, df=5, P-value= 0.00000, dan RMSEA=
0.266. setelah peneliti melakukan modifikasi terhadap model, maka
diperoleh model fit dengan Chi square= 0.62, df= 1, P-value= 0.42176,
dan RMSEA= 0.000. adapun koefisien muatan faktor untuk item-item
konstruk Organizational religiosity dijelaskan pada tabel 3.6 sebagai
berikut:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Konstruk Organizational Religiosity
Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
1 0.67 0.05 12.26 √
2 0.79 0.05 15.09 √
3 0.66 0.05 12.59 √
4 0.72 0.05 13.25 √
5 0.78 0.05 14.53 √
Keterangan: √ = signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan
Pada tabel 3.6, seluruh item memiliki nilai t>1.96. Hal ini berarti
bahwa tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan tidak
disertakan dalam analisis selanjutnya.
3.4.4. Uji validitas konstruk non-organizational religiosity
Peneliti menguji 5 item dari konstruk Non-Organizational religiosity.
Hasil pengujian CFA dengan model satu faktor tidak menghasilkan model
yang fit dengan Chi Square= 28.51, df=5, P-value= 0.00003, dan
RMSEA= 0.117. Setelah peneliti melakukan modifikasi terhadap model,
40
maka diperoleh model fit dengan Chi square= 4.18, df= 4, P-value=
0.38187, dan RMSEA= 0.012. adapun koefisien muatan faktor untuk item-
item konstruk Non-Organizational religiosity dijelaskan pada tabel 3.7
sebagai berikut:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Konstruk Non-Organizational Religiosity
Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
1 0.68 0.07 10.17 √
2 -0.32 0.06 -5.12 X
3 0.66 0.06 10.65 √
4 0.51 0.06 8.45 √
5 0.36 0.07 5.04 √
Keterangan: √ = signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan
Pada tabel 3.7, terdapat item yang memiliki t<1.96 yaitu item nomor 2.
Hal ini berarti terdapat 1 item yang harus di-drop atau dihilangkan dan
tidak disertakan dalam analisis selanjutnya.
3.4.5. Uji validitas konstruk instrinsic religiosity
Peneliti menguji 5 item dari konstruk Instrinsic religiosity. Hasil pengujian
CFA dengan model satu faktor tidak menghasilkan model yang fit dengan
Chi Square= 28.51, df=5, P-value= 0.00003, dan RMSEA= 0.117. setelah
peneliti melakukan modifikasi terhadap model, maka diperoleh model fit
dengan Chi square= 1.84, df= 3, P-value= 0.60687, dan RMSEA= 0.000.
adapun koefisien muatan faktor untuk item-item konstruk Instrinsic
religiosity dijelaskan pada tabel 3.8 sebagai berikut:
41
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Konstruk Instrinsic religiosity
Item Koefisien Standard Error T-Value Signifikan
1 0.62 0.05 11.57 √
2 0.70 0.05 13.79 √
3 0.75 0.05 15.08 √
4 0.80 0.05 16.43 √
5 0.80 0.05 16.38 √
Keterangan: √ = signifikan (t>1.96); X= tidak signifikan
Pada tabel 3.8, seluruh item memiliki nilai t>1.96. Hal ini berarti
bahwa tidak ada item yang harus di-drop atau dihilangkan dan tidak
disertakan dalam analisis selanjutnya.
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda atau bisa disebut multiple regression analysis. Kegiatan analisis data
ini dilakukan untuk melihat pengaruh independent variable terhadap dependent
variable. Teknik analisis regresi berganda adalah analisis regresi dengan satu
dv dan lebih dari satu iv. Persamaan umum analisis berganda pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e
Keterangan :
Y = Dependent variable yaitu Integritas akademik
a = Intercept (konstan)
b = Koefisien regresi
42
X1 = Self-efficacy
X2 = Organizational religiosity
X3 = Non-organizational religiosity
X4 = Instrinsic religiosity
X5 = Kode etik
X6 = Jenis kelamin
X7 = Usia
X8 = Semester
e = Residual
Penilaian terhadap model regresi yang dihasilkan ditinjau pada beberapa
pengujian berikut (Janie,2012):
1. R2 (Koefisien Determinasi)
Nilai R2 menujukkan besarnya proporsi pengaruh independent variable
(variabel bebas) terhadap dependent variable (variabel terikat). Untuk melihat
proporsi, R2 dikaitkan dengan 100% sehingga didapatkan nilai proporsi
pengruh dalam bentuk persen. Sisa dari presentase R2
merupakan faktor lain
yang mempengaruhi dependent variable yang tidak diuji dalam penelitian.
Tabel model summary dalam SPSS juga menunjukkan nila standard Error of
43
Estimate dimana semakin kecil nilai SSE, maka model regresi semakin tepat
dalam memprediksi dependent variable. Nilai R2
diperoleh dari rumus berikut:
2. Uji F
Uji F digunakan untuk melihat apakah regresi independent variable signifikan
atau tidak. Uji F ini dapat melihat juga apakah independent variable memiliki
pengaruh terhadap dependent variable dengan rumus sebagai berikut:
⁄
⁄
Dimana K adalah banyaknya IV dan N adalah banyaknya sampel.
3. Uji t
Uji t berfungsi untuk mengetahui apakah masing-masing dimensi pada setiap
independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent
variable. Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai b pada rumus tersebut adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard
error dari b.
44
3.6. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dimulai dari tahap persiapan kemudian pelaksaan
sampai kepada pengolahan data, dijabarkan sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah yang akan diteliti melalui analisa dan melihat
fenomena yang terjadi.
2. Menentukan variabel penelitian.
3. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat
mengenai variabel penelitian.
4. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat
mengenai variabel penelitian.
5. Menentukan sampel penelitian.
6. Persiapan alat pengumpulan data dengan menentukan alat ukur yang
akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu berupa skala model Likert
untuk mengukur integritas akademik, self-efficacy dan religiusitas
7. Persiapan segala hal mengenai perizinan untuk pengumpulan data
penelitian.
8. Menentukan jumlah sampel penelitian
9. Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan sampel
penelitian untuk mengisi skala dalam penelitian.
10. Melaksanakan pengambilan data
11. Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban sampel penelitian.
12. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat
tabel data.
45
13. Menganalisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji
hipotesis penelitian.
14. Membuat kesimpulan dan laporan akhir.
46
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini peneliti menguraikan gambaran subjek penelitian, hasil analisis
deskriptif serta hasil uji hipotesis. Dapat dilihat pula hasil pengaruh dependent
variable terhadap independent variable secara keseluruhan maupun satu per-
satu.
4.1.Gambaran umum subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 342 orang Mahasiswa/i yang menempuh
pendidikan di Perguruan Tinggi yang berada di Jakarta, Depok, Tangerang dan
Bekasi. Subjek dipilih berdasarkan kategori: (1) Mahasiswa aktif strata 1 (S1)
(2) Berusia 17-25 tahun. Pada tabel 4.1 digambarkan persebaran subjek per
Universitas dan domisilinya.
Tabel 4.1
Persebaran Subjek
Universitas Domisili Jumlah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tangerang Selatan 99
Universitas Pelita Harapan KabupatenTangerang 30
Universitas Indonesia Depok 50
Universitas Gunadarma Depok 36
Universitas Pancasila Jakarta 43
Universitas Negeri Jakarta Jakarta 47
Universitas Islam 45 Bekasi 37
Jumlah 342
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui jumlah subjek di Kota Tangerang Selatan
sebanyak 99 orang yang terdiri dari mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Selanjutnya untuk Kabupaten Tangerang yang diwakili oleh
47
Universitas Pelita Harapan sebanyak 30 orang. Selanjutnya subjek di Kota
Depok sebanyak 86 orang terdiri dari mahasiswa Universitas Indonesia
sebanyak 50 orang dan Universitas Gunadarma 36 orang. Sementara jumlah
mahasiwa dari Kota DKI Jakarta berjumlah 90 orang, terdiri dari 43 orang
mahasiswa Universitas Negeri Jakarta dan 47 orang mahasiswa Universitas
Pancasila. Selanjutnya subjek di Kota Bekasi diwakilkan oleh Universitas
Islam 45 sebanyak 37 orang.
Selanjutnya gambaran subjek dalam penelitian ini akan dijelaskan pada
tabel 4.2. Untuk mempermudah perhitungan, peneliti mengkategorikan usia
responden kedalam dua kategori yaitu remaja akhir (17-21) tahun dan
responden dewasa awal (22-25) tahun. Adapun gambaran subjek dalam
penelitian ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Gambaran Subjek Penelitian Jumlah Persentase
Usia 17-21 Tahun
22-25 Tahun
306
36
89.4
10.6
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
98 244
28.7 71.3
Semester
2
4 5
6
8 14
77
95 4
100
65 1
22.5
27.8 1.2
29.2
19.0 0.3
Agama Islam
Hindu
Kristen Budha
288
2
49 3
84.2
0.6
14.3 0.9
Kode Etik
Tidak Mengisi
Tidak ada Ada tidak diterapkan
Ada dan diterapkan
20
16 80
226
5.8
4.7 23.4
66.1
Jumlah 342 100.0
48
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini
sebagian besar sampel berada pada kategori remaja akhir (17-21 tahun)
berjumlah 306 orang dengan presentase sebesar 89.4, sedangkan pada kategori
dewasa awal (22-25 tahun) berjumlah 36 orang dengan presentase 10.6.
Diketahui pula jumlah responden perempuan dengan presentase 71.3 (244
orang) dan laki-laki dengan presentase 28.7 (98 orang).
Selanjutnya dalam penelitian ini juga terdapat kategorisasi semester.
Terdapat 77 orang pada semester 2 dengan presentase 22.5, semester 4
sebanyak 95 orang dengan presentase 27.8, kemudian pada semester 5
terdapat 4 orang dengan presentase 1.2, semester 6 yang paling mendominasi
dengan jumlah 100 orang dengan presentase 29.2. Mahasiswa semester 6
dengan jumlah 65 dan presentase 19.0, terakhir, satu orang pada semester 14
dengan presentase 0.3.
Gambaran subjek lainnya adalah pada identitas agama, terdiri dari agama
Islam dengan presentase 84.2 (288 orang), kristen 14.3 (49 orang), budha 0.9
(3 orang) dan terakhir agama hindu dengan presentase 0.6 sebanyak 2 orang.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa subjek dalam penelitian ini
didominasi oleh mereka yang mengakui bahwa terdapat kode etik di
lingkungan kampus dan diterapkan. Presentase ada dan diterapkan sebesar
66.1 dengan jumlah 226 orang. Kemudian ada namun tidak diterapkan
memiliki presentase 23.4 dengan jumlah 80 orang, selanjutnya responden yang
49
menjawab tidak adanya kode etik memiliki presentase 4.7 dengan jumlah 16
orang.
4.2. Hasil Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif meliputi jumlah sample, nilai minimum, nilai
maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel.
Nilai mean nantinya akan digunakan untuk menentukan kategorisasi skor
variabel penelitian. Berikut data statistik deskriptif dalam tabel 4.3:
Tabel 4.3
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Integritas Akademik 342 12.50 68.66 50.0000 10.00000
Self-efficacy 342 20.98 80.35 50.0000 10.00000
Organizational
religiosity 342 22.37 64.65 50.0000 10.00000
Non-organizational
religiosity 342 10.62 72.09 50.0000 10.00000
Instrinsic religiosity 342 15.94 62.23 50.0000 10.00000
Valid N (Listwise) 342
Berdasarkan hasil tabel 4.3, dapat dilihat bahwa jumlah subjek penelitian
sebanyak 342 orang. Mean pada penelitian ini dibuat konstan yaitu 50, dengan
tujuan untuk menghilangkan skor negatif pada data. Variabel integritas
akademik memiliki skor terendah yakni 12.50 dan skor tertinggi sebesar 68.66.
Variabel self-efficacy memiliki skor terendah yaitu 20.98 dan skor tertinggi
80.35. Variabel organizational religiosity memiliki skor terendah 22.37 dan
skor tertinggi 64.65. Variabel Non-organizational religiosity memiliki skor
50
terendah yakni 10.62 dan skor tertinggi 72.09. Variabel Instrinsic religiosity
memiliki skor terendah yaitu 15.94 dan skor tertinggi 62.23.
4.3. Kategorisasi subjek variabel penelitian
Peneliti melakukan analisa deskriptif sebagai acuan untuk membuat norma
kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan menggunakan data
mentah (raw score) akan tetapi merupakan true score yang skalanya telah
dipindah menggunakan rumus t-score yang sebelumnya dijelaskan pada bab 3.
Nilai tersebut digunakan oleh peniliti untuk menentukan kategorisasi rendah
dan tinggi dari masing-masing variabel penelitian. Pedoman interpretasi skor
dijelaskan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Rumus Kategorisasi Skor
Kategorisasi Norma
Rendah X<M – 1 SD
Sedang M-1 SD <X <M + 1 SD
Tinggi X>M + 1 SD
Uraian mengenai gambaran kategorisasi skor variabel berdasarkan tinggi
dan rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi
Rendah Sedang Tinggi
Integritas Akademik 64 (18,7%) 224 (65,5%) 54 (15,8%)
Self-efficacy 49 (14,3%) 234 (68,4%) 59 (17,3%)
Organizational religiosity 63 (18,4%) 210 (61,4%) 69 (20,2%)
Non Organizational religiosity 41 (12%) 244 (71,3%) 57 (16,7%)
Instrinsic religiosity 41 (12%) 229 (67%) 72 (21,1%)
51
Dari tabel 4.5, diperoleh hasil presentase variabel integritas akademik
sebanyak 64 subjek (18,7%) pada kategori rendah dan 54 subjek (15,8%)
pada kategori tinggi. Dengan demikian, hasil dari sebaran pada variabel
integritas akademik paling banyak pada kategori rendah. Pada variabel self-
efficacy terdapat 49 subjek (14,3%) pada kategori rendah dan 59 subjek
(17,3%) pada kategori tinggi.
Selanjutnya pada dimensi Organizational religiosity terdapat 63 (18,4%)
subjek pada kategori rendah dan 69 (20,2%) berada pada kategori tinggi.
Dimensi selanjutnya adalah Non-Organizational religiosity, sebanyak 41
(12%) subjek berada pada kategori rendah dan 57 (16,7%) subjek pada kategori
tinggi. Terakhir, Instrinsic religiosity terdapat 41 (12%) subjek pada kategori
rendah dan 72 (21,1%) pada kategori tinggi. Dengan demikian hasil sebaran
paling banyak dalam dimensi ini berada pada kategori rendah.
4.4. Analisis Variabel Demografi
Pada penelitian ini, penulis melakukan uji T-test untuk melihat perbedaan
integritas akademik sebagai dependen variabel antara laki-laki dan perempuan
berdasarkan jenis kelamin. Selanjutnya uji T dilakukan untuk melihat
perbedaan integritas akademik mahasiswa pada setiap perguruan tinggi.
4.4.1. Variabel Usia
Untuk melihat perbedaan yang signifikan integritas akademik mahasiswa
remaja akhir dan mahasiswa dewasa awal maka dapat dilihat pada tabel 4.6
dibawah ini:
52
Tabel 4.6
Hasil Uji T Variabel Usia USIA N Mean F Sig
Integritas
akademik
Remaja Akhir 304 49.7466 2.548 0.111
Dewasa Awal 38 52.0269
Berdasarkan rabel 4.6 dapat dilihat bahwa F=2.548 dan nilai Sig= 0.111 (sig >
0.05), maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
untuk integritas akademik mahasiswa usia remaja akhir dan dewasa awal.
Namun dari tabel Mean di atas dapat dikatakan bahwa integritas akademik
mahasiswa dewasa awal lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa remaja
akhir.
4.4.2. Variabel Jenis Kelamin
Untuk melihat perbedaan yang signifikan integritas akademik perempuan dan
laki-laki maka dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji T Variabel Jenis Kelamin JK N Mean F Sig
Integritas
akademik
Laki-laki 98 46.2814 0.011 0.916
Perempuan 244 51.4935
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa F=0.011 dan nilai Sig= 0.916 (sig >
0.05), maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
untuk integritas akademik laki-laki dan perempuan. Namun dari tabel Mean di
atas dapat dikatakan bahwa integritas akademik perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki.
4.4.3. Variabel Universitas
Untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan integritas akademik pada
setiap universitas maka dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
53
Tabel 4.8
Perbedaan Integritas Akademik Dilihat dari Universitas
No. UNIV N Mean Sig.
1. UIN Jakarta 99 51.4187
0.000
2. Universitas Pelita Harapan 29 59.0366
3. Universitas Indonesia 50 51. 8158
4. Universitas Negeri Jakarta 47 47.1555
5. Universitas Islam 45 38 49.2821
6. Universitas Gunadarma 36 44.3275
7. Universitas Pancasila 43 47.0205
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa signifikansi pada setiap mean
dari masing-masing universitas sebesar Sig= 0.000 (sig > 0.05), artinya
terdapat perbedaan integritas akademik yang signifikan pada setiap universitas,
dimana Universitas Pelita Harapan memiliki rata-rata integritas akademik
paling tinggi yaitu 59.0366 dibandingkan dengan universitas lainnya.
4.5. Uji Hipotesis Penelitian
4.5.1. Analisis regresi variabel penelitian
Dalam melakukan uji hipotesis, peneliti menggunakan teknik analisis regresi
dengan software SPSS 22. Dalam regresi, terdapat 3 hal yang dapat diketahui,
pertama R-Square untuk mengetahui berapa persen (%) varians variabel
dependen (DV) yang dijelaskan oleh variabel independen (IV), kedua melihat
apakah keseluruhan variabel independen (IV) berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen (DV), terakhir melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi dari masing-masing variabel independen (IV).
54
Langkah pertama, peneliti melihat besaran R-Square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians variabel dependen (DV) yang dijelaskan oleh
variabel independen (IV). Berikutnya dalam tabel R-Square, dapat dilihat pada
tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9
R Square
Model R R Square Adjust R Square Std. Error of the
estimate
1 .418a
.175a
.155 9.19324
a. Predictors: (Constant), Self-efficacy, Organizational religiosity, Non-
organizational religiosity, Instrinsic religiosity, Kode etik, Usia, Jenis kelamin,
semester
Pada tabel 4.9 terlihat bahwa nilai R square dalam penelitian ini sebesar
0.175 atau 17.5%. Hal ini memiliki makna bahwa proporsi pengaruh self-
efficacy, organizational religiosity, non-organizational religiosity, instrinsic
religiosity, kode etik, usia, jenis kelamin dan semester terhadap integritas
akademik sebesar 17.5%. Sedangkan sisanya 82.5% dipengaruhi oleh variabel
lain di luar penelitian.
Selanjutnya peneliti melakukan uji F untuk mengetahui pengaruh
independent variable terhadap dependent variable signifikan atau tidak.
Adapun hasil dari uji F tertera pada tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10
ANOVA Pengaruh Independent Variable Terhadap Dependent Variable Model Sum of Square df Mean Square F Sig.
1 Regression 5956.309 8 744.539 8.809 0.000b
Residual 28143.691 333 84.516
Total 34100.000 341
a. Dependent variable : Integritas Akademik
b. Predictors: (Constant), Self-efficacy, Organizational religiosity, Non-organizational religiosity,
Instrinsic religiosity, Kode etik, Usia, Jenis kelamin, semester.
55
Pada tabel 4.10, terdapat nilai signifikansi dari keseluruhan independent
variable terhadap dependent variable. Nilai signifikansi tertera pada kolom sig.
Sebesar 0.000. Nilai sig. <0.05 menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan. Dengan demikian hipotesis nol dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa “tidak ada pengaruh signifikan self-efficacy, religiusitas
(organizational, nonorganizational dan instrinsic), kode etik, jenis kelamin,
usia dan semester terhadap integritas akademik” ditolak. Hal ini bermakna
bahwa ada pengaruh yang signifikan self-efficacy, religiusitas (organizational,
nonorganizational dan instrinsic), kode etik, jenis kelamin, usia dan semester
terhadap integritas akademik.
Langkah ketiga yang dilakukan peneliti adalah melihat nilai koefisien
regresi dari masing-masing independent variable. Nilai koefisien regresi pada
tiap-tiap variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut :
Tabel 4.11
Koefisien Regresi Model B t Sig.
(Constant) -5.327 -.406 .685
Self-efficacy .159 2.777 .006*
Organizational religiosity .256 3.846 .000*
Non-organizational religiosity -.111 -1.668 .096
Instrinsic religiosity .043 .688 .492
Kode etik 1.056 1.721 .086
Usia 1.447 2.062 .040*
Jenis Kelamin 5.488 4.860 .000*
Semester -.603 -1.529 .127
a. Dependent variable : Integritas Akademik
Keterangan: (*) signifikan (<0.05)
56
Berdasarkan data pada tabel 4.11, dapat dipaparkan persamaan regresi
sebagai berikut :
Integritas akademik = -5.327 + 0.159 self-efficacy* + 0.256
Organizational religiosity* + -0.111 Non-organizational religiosity + 0.043
Instrinsic religiosity + 1.056 Kode etik + 1.447 Usia* + 5.488 Jenis kelamin*
+ -0.603 Semester.
Berdasarkan tabel 4.11, signifikansi masing-masing independent
variable dapat dilihat dari hasil nilai Sig. Nilai Sig. <0.05 menunjukkan bahwa
koefisien regresi yang dihasilkan signifikan. Hasil dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat 4 variabel yang memiliki koefisien regresi yang
signifikan, yaitu variabel self-efficacy, organizational religiosity, usia dan jenis
kelamin. Sedangkan 4 variabel lainnya non-organizational religiosity,
instrinsic religiosity, kode etik dan semester tidak menunjukan koefisien
regresi yang signifikan. Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang
diperoleh masing-masing independent variable sebagai berikut :
1. Variabel self-efficacy
Pada variabel ini nilai koefisien regresi sebesar 0.159 dengan nilai
signifikansi 0.006 (sig<0.05). Dengan demikian hipotesis nihil yang
berbunyi tidak ada pengaruh self-efficacy terhadap integritas akademik
ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel self-efficacy berpengaruh secara
signifikan terhadap integritas akademik. Dengan arah positif
menjelaskan bahwa semakin tinggi self-efficacy, maka integritas
akademik semakin tinggi pula.
57
2. Variabel organizational religiosity
Pada variabel ini diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.256 dengan
nilai signifikansi 0.000 (sig<0.05). Dengan demikian hipotesis nihil
yang berbunyi tidak ada pengaruh organizational religiosity terhadap
integritas akademik ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
organizational religiosity berpengaruh secara signifikan terhadap
integritas akademik. Dengan arah positif menjelaskan bahwa semakin
tinggi organizational religiosity, maka integritas akademik semakin
tinggi pula.
3. Variabel non-organizational religiosity
Pada variabel ini diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.111 dengan
nilai signifikansi 0.096 (sig>0.05). Dengan demikian hipotesis nihil
yang berbunyi tidak ada pengaruh non-organizational religiosity
terhadap integritas akademik diterima. Hal ini berarti bahwa variabel
non-organizational religiosity tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap integritas akademik.
4. Variabel instrinsic religiosity
Pada variabel ini diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.043 dengan
nilai signifikansi 0.492 (sig>0.05). Dengan demikian hipotesis nihil
yang berbunyi tidak ada pengaruh instrinsic religiosity terhadap
integritas akademik diterima. Hal ini berarti bahwa variabel instrinsic
religiosity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas
akademik.
58
5. Variabel kode etik
Pada variabel ini diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 1.056 dengan
nilai signifikansi 0.086 (sig>0.05). Dengan demikian hipotesis nihil
yang berbunyi tidak ada pengaruh kode etik terhadap integritas
akademik diterima. Hal ini berarti bahwa variabel kode etik tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap integritas akademik.
6. Variabel usia
Pada variabel ini diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 1.447 dengan
nilai signifikansi 0.040 (sig<0.05). Dengan demikian hipotesis nihil
yang berbunyi tidak ada pengaruh usia terhdapat integritas akademik
ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel usia berpengaruh secara
signifikan terhadap integritas akademik. Dalam hal ini dilihat dari
jumlah mean terlihat bahwa mahasiswa dewasa awal memiliki
integritas yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa remaja awal.
7. Jenis kelamin
Pada variabel ini diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 5.488 dengan
nilai signifikansi 0.000 (sig<0.05). Dengan demikian hipotesis nihil
yang berbunyi tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap integritas
akademik ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel jenis kelamin
berpengaruh secara signifikan terhadap integritas akademik. Dilihat dari
jumlah mean terlihat bahwa mahasiswi memiliki integritas akademik
yang lebih tinggi daripada mahasiswa.
59
8. Semester
Pada variabel ini diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.603 dengan
nilai signifikansi 0.127 (sig>0.05). Dengan demikian hipotesis nihil
yang berbunyi tidak ada pengaruh semester terhadap integritas
akademik diterima. Hal ini berarti bahwa variabel semester tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap integritas akademik.
4.5.2. Pengujian proporsi varian masing-masing IV terhadap DV
Hal selanjutnya yang dilihat dalam analisis regresi adalah proporsi varians
masing-masing independent variable terhadap dependent variable. Proporsi
varians dilihat dari nilai R Square Change. Apabila nilai sig.F Change<0.05,
maka sumbangan proporsi varians signifikan. Berikut proporsi varians masing-
masing IV terhadap DV :
Tabel 4.12
Proporsi Varians Masing Independent Variable Change Statistics
Model R R Square R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig.F
Change
1 .248a
.061 .061 22.252 1 340 .000
2 .306b
.094 .032 12.147 1 339 .001
3 .312c
.098 .004 1.352 1 338 .246
4 .319d
.102 .004 1.568 1 337 .211
5 .325e
.106 .004 1.444 1 336 .230
6 .328f
.108 .002 0.807 1 335 .370
7 .409g
.167 .060 23.927 1 334 .000
8 .418h
.175 .007 2.963 1 333 .086
a. Predictors: (Constant), Self-efficacy, Organizational religiosity, Non-organizational
religiosity, Instrinsic religiosity, Kode Etik, Usia, Jenis Kelamin, Semester
Keterangan: (*) signifikan (<0.05)
Berdasarkan tabel 4.12, proporsi varians masing-masing independent
variable dan signifikansinya dijelaskan sebagai berikut:
60
1. Variabel self-efficacy memberikan sumbangan varians sebesar 0.061
atau 6,1% dengan Sig.F Change= 0.000 (<0.05). Sumbangan varians
self-efficacy positif signifikan.
2. Variabel organizational religiosity memberikan sumbangan varians
sebesar 0.032 atau 3,2% dengan Sig.F Change= 0.001 (<0.05).
Sumbangan varians organizational positif signifikan.
3. Variabel non-organizational religiosity memberikan varians sebesar
0.004 atau 0.4% dengan Sig.F Change= 0.246 (>0.05). Sumbangan
varians non-organizational religiosity tidak signifikan.
4. Variabel instrinsic religiosity memberikan varians sebesar 0.004 atau
0.4% dengan Sig. F Change= 0.211 (>0.05). Sumbangan varians
instrinsic religiosity tidak signifikan.
5. Variabel kode etik memberikan varians sebesar 0.004 atau 0.4% dengan
Sig.F Change=0.230 (>0.05). Sumbangan varians kode etik tidak
signifikan.
6. Variabel usia memberikan varians sebesar 0.002 atau 0.2% dengan
Sig.F Change=0.370 (>0.05). Sumbangan varians usia positif
signifikan.
7. Variabel jenis kelamin sebesar 0.060 atau 6% dengan Sig.F Change=
0.000. Sumbangan varians jenis kelamin positif signifikan.
8. Variabel semester memberikan varians sebesar 0.007 atau 0.7% dengan
Sig.F Change= 0.086. Sumbangan varians semester tidak signifikan.
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Bab terakhir ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi serta saran
untuk penelitian selanjutnya.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan dari penelitian ini adalah “terdapat pengaruh yang signifikan
variabel self-efficacy, religiusitas (organizational, non-organizationl dan
instrinsic religiosity), kode etik, usia, jenis kelamin dan semester terhadap
integritas akademik.
Hasil pengujian pengaruh masing-masing independent variable terhadap
dependent variable dalam penelitian ini integritas akademik, menunjukan bahwa
terdapat empat variabel yang nilai koefisien regresinya signifikan. Diantaranya
adalah: Self-efficacy, organizational religiosity, usia dan jenis kelamin.
Keempatnya memiliki pengaruh positif terhadap integritas akademik. Sedangkan
keempat variabel lainnya memiliki koefisien regresi yang tidak signifikan, yaitu
non-organizational religiosity, instrinsic religiosity, kode etik dan semester.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa rata-rata integritas akademik
mahasiswa JADETABEK berada pada kategori rendah. Namun diantara 7
universitas, mahasiswa Universitas Pelita Harapan memiliki integritas akademik
yang paling tinggi.
62
5.2. Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan
mempengaruhi integritas akademik. Salah satu faktor yang digunakan untuk
melihat pengaruh terhadap integritas akademik adalah self-efficacy.
Menggunakan teori Bosscher & Smith yang terdiri dari tiga dimensi yaitu :
Initiative, persistence dan effort. Berdasarkan hasil penelitian ini variabel self-
efficacy memiliki pengaruh positif signifikan terhadap integritas akademik. Hal
ini berarti ketika seseorang memiliki keyakinan yang tinggi dalam dirinya untuk
bisa melakukan suatu hal dan ia dapat memahami kemampuannya untuk
mengatur dan melaksanakan perilaku tertentu yang diperlukan untuk
menghasilkan pencapaian dari tugas yang dimiliki maka ia akan memiliki
integritas akademik yang tinggi pula.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yani (2017)
yang mengatakan bahwa self-efficacy terbukti mempengaruhi integritas
akademik secara positif signifikan, artinya semakin tinggi efikasi diri maka
semakin tinggi juga integritas akademik siswa. Penelitian oleh Finn dan Frone
(2004) menyatakan bahwa siswa yang memiliki self-efficacy akademik dan
kinerja yang tinggi terbukti lebih jarang melakukan kecurangan akademik. Pada
saat bersamaan, siswa yang memiliki self-efficacy tinggi tetapi kinerjanya rendah
terbukti melakukan kecurangan yang cukup besar.
Ketika seseorang yakin akan kemampuan dirinya melakukan sesuatu,
khususnya kegiatan akademik di kampus, maka ia akan mengandalkan dirinya
sendiri untuk mengerjakan tugas dan ujian tanpa bantuan orang lain. Hal ini
63
didukung juga oleh penelitian Puspita (2016) yang membuktikan bahwa terdapat
pengaruh negatif signifikan self-efficacy terhadap ketidakjujuran akademik.
Artinya semakin tinggi nilai self-efficacy seseorang maka ketidakjujuran
akademik justru akan semakin rendah. Dengan begitu dapat dikatakan pula
bahwa ketika seseorang memiliki self-efficacy yang tinggi maka ia akan
cenderung mengedepankan integritas akademik dalam dirinya.
Orang dengan self-efficacy tinggi ia akan percaya bahwa dirinya dapat
mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi dan harapan hasilnya realistik
(memperkirakan hasil sesuai dengan tuntutan situasi), orang itu akan bekerja
keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai (Alwilsol, 2009). Menurut
Bandura (2001) individu yang yakin bahwa mereka dapat melakukan sesuatu
dan berpotensi untuk dapat mengubah kejadian di lingkungannya, akan lebih
mungkin untuk bertindak dan menjadi lebih sukses daripada dia yang memiliki
self-efficacy yang rendah. Semakin tinggi self-efficacy seseorang , maka akan
semakin giat dan tekun usaha-usahanya dalam menghadapi permasalahan. Ia
juga akan menghadapi tuntutan situasi dengan lebih baik, karena individu
tersebut memiliki keinginan yang kuat, tujuan yang kuat serta emosi yang stabil
dan kemampuannya untuk memberikan kinerja dan aktivitas atau perilaku
dengan sukses.
Dengan begitu ketika seseorang memiliki self-efficacy yang tinggi maka ia
akan berusaha dengan giat mengerjakan tugas akademik dengan segala
kemampuan yang ia miliki dan yakini tanpa harus melihat pekerjaan orang lain,
64
karena ia sudah yakin akan kemampuan dirinya. Pada akhirnya hal tersebut akan
menimbulkan integritas akademik yang tinggi pula.
Selanjutnya dalam penelitian ini faktor lain yang juga berpengaruh secara
positif signifikan adalah dimensi organizational religiosity, yaitu keikutsertaan
seseorang dalam kegiatan keagamaan. Hal ini berarti bahwa semakin sering
seseorang ikut serta dalam kegiatan keagamaan maka akan semakin tinggi
integritas akademik orang tersebut. Sejalan dengan hasil penelitian (Kelley, 1972;
Magill, 1992 dalam Bloodgood, Turnley, & Mudrack, 2008) yang mengatakan
bahwa ketika seseorang mengikuti kegiatan keagamaan, maka ia akan
mendapatkan pemahaman mengenai nilai baik dan buruk serta hal-hal yang boleh
dan tidak boleh dilakukan. Dengan begitu ia akan berusaha menghindari
ketidakjujuran akademik.
Hasil penemuan ini bisa dikaitkan juga dengan perananan agama sebagai
kontrol sosial. Dimana segala perilaku yang seseorang lakukan akan dikontrol dan
dibatasi oleh nilai-nilai agama yang diyakininya. Khususnya di negara kolektif
seperti Indonesia, yang memasukkan nilai-nilai agama dalam kehidupan
bernegara. Terlepas dari itu semua, ketika seseorang ikut serta dalam kegiatan
keagamaan yang terorganisir, maka ia akan mendapatkan nilai-nilai agama dengan
sempurna dan tertata. Hingga pada akhirnya dapat diterapkan di kehidupan sehari-
hari dalam hal ini adalah perilaku jujur dalam lingkungan akademik.
Holdcroft (2006) juga menulis banyak tentang efek individual dari
religiusitas, salah satunya adalah kejujuran. Sejalan dengan penelitian Jurdi, et al,
2011) bahwa religiusitas berkorelasi negatif dengan ketidakjujuran akademik. Hal
65
ini ketika seseorang memiliki religiusitas yang tinggi maka ia akan cenderung
menghindari ketidakjujuran akademik dan memilih untuk bersikap jujur.
Begitupun sebaliknya. Menurut Gay Hendrick dan Kate Ludeman dalam Agustin
(2003), terdapat beberapa sikap religius yang tampak dalam diri sesorang
diantaranya adalah jujur, adil, bermanfaat bagi orang lain, disiplin tinggi,
seimbang dalam hidup serta rendah hati.
Namun dua dimensi lainnya dalam variabel religiusitas milik Koenig &
Bussing (2010) yaitu non-organizational dan instrinsic religiosity tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap integritas akademik. Sejalan dengan penelitian
Hadjar (2017) yang mengatakan bahwa kedua variabel religiuitas yaitu religious
belief dan religious behavior tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pelanggaran integritas akademik. Artinya integritas akademik tidak bisa dilihat
hanya dari perilaku beribadah seseorang serta keyakinan atas agamanya.
Variabel lain yang juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam
penelitian ini adalah kode etik. Hal ini mengidentifikasikan bahwa dalam
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Spiller (1998) dalam Baetz et al.,
(2011) yang menunjukan bahwa kecurangan akademik banyak terlibat pada siswa
yang di lembaganya tidak memiliki kode etik dibandingkan dengan siswa yang
memiliki kode etik. Hal lain yang bisa menjadi penyebab mengapa kode etik tidak
berpengaruh adalah beberapa faktor yang terjadi di lapangan. Banyak dari
mahasiswa yang kurang menyadari makna dari kode etik itu sendiri, beberapa
menjawab pilihan “ada dan diterapkan” hanya agar lembaganya tidak di label
66
negatif. Faktor lainnya juga adalah mahasiswa kurang menyadari ada atau tidak
adanya kode etik di lingkungan kampusnya.
Selanjutnya variabel usia dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap integritas akademik. Dalam penelitian ini peneliti
mengkategorikan dua kelompok usia, yaitu remaja akhir dan dewasa awal.
Hasilnya adalah, mahasiswa usia dewasa awal memiliki integritas akademik yang
lebih tinggi dibandingkan usia remaja akhir. Dapat dikatakan pula bahwa
pelanggaran integritas akademik banyak dilakukan oleh mahasiswa pada usia
muda atau remaja akhir. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Smyth
dan Davis (dalam Kisamore et al., 2007) yang menunjukkan bahwa siswa yang
lebih muda mungkin lebih cenderung terlibat dalam kesalahan akademik daripada
siswa yang lebih tua. Artinya usia bisa menggambarkan bagaimana integritas
akademik seseorang.
Kemudian variabel lainnya yang berpengaruh signifikan adalah jenis kelamin.
Pada penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas
akademik. Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan adanya
perbedaan jenis kelamin dalam Penelitian menunjukan bahwa laki-laki cenderung
lebih melakukan pelanggaran integritas akademik dibandingkan dengan
perempuan (McCabe & Trevino,1997; Jurdi et al,2011).
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini ialah hanya ada 4 dari 8 faktor yang
mempengaruhi integritas akademik sebesar 17.5%. Masih ada beberapa faktor
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Beberapa item yang harus di drop harus
67
lebih diperhatikan lagi kedepannya.Kemudian jumlah antara sampel laki-laki dan
perempuan yang timpang dan juga jumlah mahasiswa di setiap universitasnya
yang berbeda-beda. Hal lain adalah pertanyaan mengenai kode etik, definisinya
masih sangat luas sehingga beberapa responden kebingungan untuk menjawab.
5.3. Saran
Saran dalam penelitian ini mencakup saran teoritis dan praktis. Saran teoritis
diberikan sebagai bahan pertimbangan untuk perkembangan penelitian
selanjutnya. Selain itu peneliti menguraikan saran praktis sebagai bahan
kesimpulan dan masukan bagi pembaca sehingga dapat mengambil manfaat dari
penelitian ini.
5.3.1. Saran Teoritis
1. Dalam penelitian ini ditemukan proporsi varians dari self-
efficacy,religiusitas (Organizational, non-organizational dan instrinsic) dan
kode etik adalah sebesar 17.5%, sedangkan 82.5% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini yang dapat mempengaruhi integritas
akademik. Untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti variabel lain seperti
budaya akademik, pengaruh teman sebaya atau kepribadian
2. Penelitian ini menggunakan skala integritas akademik yang hanya berkaitan
dengan satu aspek yaitu kejujuran. Menurut International Center For
Academic Integrity integritas akademik mencakup juga kepercayaan,
keadilan, rasa hormat dan tanggung jawab. Maka peneliti berharap
penelitian selanjutnya dapat diteliti integritas akademik dari aspek tersebut.
68
3. Penelitian serupa dapat dilakukan di wilayah lainnya diluar
JABODETABEK agar persebarannya lebih luas.
4. Pada aspek kode etik jika akan digunakan dalam penelitian sebagai salah
satu faktor, peneliti bisa meninjau terlebih dahulu ketersediannya di setiap
universitas dan memberikan pertanyaan yang lebih jelas.
5.3.2. Saran Praktis
1. Berdasarkan hasil penelitian ini, variabel self-efficacy mempengaruhi
integritas akademik secara positif signifikan. Hal ini menjelaskan bahwa
ketika semakin tinggi self-efficacy, maka integritas akademik semakin
tinggi. Dengan begitu mahasiswa yang memiliki integritas akademik yang
tinggi disarankan untuk tetap menjaga kejujurannya dimanapun berada.
Begitupun untuk terus memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya dalam
melakukan tugas akademik.
2. Selanjutnya untuk pihak fakultas hendaknya dapat terus menanamkan nilai
integritas akademik pada setiap mahasiswanya. Tentunya dengan penerapan
kode etik secara konsisten. Bisa juga menjadikan mahasiswa yang memiliki
integritas yang tinggi sebagai pelopor untuk mengajak seluruh civitas
akademik dalam menjalankan kode etik di lingkungan kampus.
3. Variabel lainnya yang juga berpengaruh secara signifikan adalah
organizational religiosity. Yaitu keikutsertaan seseorang dalam kegiatan
kegamaan. Karena dengan kegiatan keagamaan, mahasiswa mendapatkan
nilai-nilai kebaikan yang dapat diterapkan dalam diri khususnya ketika
berada dalam lingkungan akademik. Untuk pihak lembaga hendaknya hal
69
ini menjadi salah satu pertimbangan untuk mengadakan kegiatan keagamaan
rutin di lingkungan akademik.
4. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi salah satu masukan positif untuk
membuat kebijakan mengenai kode etik akademik kedepannya. Selain itu
penelitian ini juga diharapkan dapat menyadarkan seluruh civitas akademik
mengenai pentingnya menciptakan mahasiswa yang berintegritas demi masa
depan bangsa yang maju
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Ary Ginanjar (2003). Rahasia sukses membangkitkan ESQ power:
sebuah inner journey melalui ihsan. Jakarta: ARGA, Hal.249
Allport & Ross. (1967). Personal religious and orientation prejudice. Journal Of
Personality and Social Psychology, vol 5, No 4, 432-443.
Alwilsol (2009). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.
Baetz, M., Zivcakova, L., Wood, E., Nosko, A., De Pasquale, D., & Archer, K.
(2011). Encouraging active classroom discussion of academic integrity and
misconduct in higher education business contexts. Journal of Academic
Ethics. 9(3). 217–234. doi: 10.1007/s10805-011-9141-4
Bandura, A. (2001). Social cognitive theory: An agentic perspective. Annual
Review of Psychology, 52, 1-26.
Bijr, J.J & Shortridge-baddgert. (2001). The theory and measurement of self
efficacy construct. New York: Pace University.
Bloodgood, J. M., Turnley, W. H., & Mudrack, P. (2008). The influence of ethics
instruction , religiosity, and intelligence on cheating behavior. Journal of
Business Ethics, 557–571. doi: 10.1007/s10551-007-9576-0
Bosscher, R. J., & Smit, J. H. (1998). Confirmatory factor analysis of the general
self-efficacy scale. Behaviour Research and Therapy, 36, 339–343.
Bong, M. 2008. Effects of parent-child relationships and classroom goal structures
on motivation, help-seeking avoidance and cheating avoidance and cheating.
The Journal of Experimentl Education. 76(2), 191-217.
Brennecke, P. (2010). Academic integrity at the massachussets institute of
technology: A handbook for student. Massachussets: MIT.
Bretag, T. (2016). Handbook of academic integrity. Singapore: Springer Nature.
Cavico, F. J., & Mujtaba, B. G. (2009). Making the case for the creation of an
academic honesty and integrity culture in higher education: Reflections and
suggestions for reducing the rise in student cheating. American Journal of
Business Education-August, vol 5 no 2.
Eriksson, L., & McGee, T. R. (2015). Academic dishonesty amongst Australian
criminal justice and policing university students: individual and contextual
factors. International Journal for Educational Integrity, 11(1), 5.
https://doi.org/10.1007/s40979-015-0005-3
71
Faradiena, F. (2018). Pengukuran dan pemodelan ketidakjujuran akademik di
kalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Skripsi. Jakarta:
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fass-Holmes, B. (2017). International students reported for academic integrity
violations: Demographics, retention, and graduation. Journal of International
Students. https://doi.org/10.5281/zenodo.570026
Ferrell, M & Daniel, G.L. (1995). A frame of reference for understanding
behaviors related to the academic misconduct of undergraduate teacher
education students. Research in Higher Education, vol 36 no 3.
Finn, K. V., & Frone, M. R. (2004). Academic performance and cheating:
Moderating role of school identification and self-efficacy. Journal of
Educational Research, 97(3), 115–121
https://doi.org/10.3200/JOER.97.3.115-121
Firdaus, W.M. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ketidakjujuran
akademik pada mahasiswa. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Fishman, T.A. (2012). The fundamental values of academic integrity, second
edition. Clemson University.
Graves, S. M. (2008). Student cheating habits : A predictor of workplace
deviance. Journal of Diversity Management, 3(1), 15–22.
Hadjar, I. (2017). The effect of religiosity and perception on academic cheating
among muslim students in Indonesia. Journal of Education and Human
Development vol,6. doi: 10.15640/jehd.v6n2a15
Harding, T. S., Carpenter, D. D., Finelli, C. J., & Passow, H. J. (n.d.). (2004) The
influence of academic dishonesty on ethical decision making in the
workplace : A study of engineering students.Proceedings of the ASEE
Annual Conference and Exposition, Salt Lake City, UT.
Hendrafita, S. & Ginting Br, A. (2015). Hubungan self-efficacy, manajemen
waktu dan tekanan orang tua dengan perilaku menyontek mahasiswa.Skripsi.
Jakarta: Prodi Diploma IV Kebidanan STIK Indonesia Maju.
Holdcroft, B. (2006). Review of research what is religiosity? Catholic education:
A Journal of Inquiry and Practice. 10(1), 89–103.
Jurdi, R., Hage, H. S. & Chow, H. P. H. (2011). Academic dishonesty in the
canadian classroom: Behaviours of a sample of university students.
Canadian Journal of Higher Education. 41 (3), 1-35.
72
Kisamore, J. L., Stone, T. H., & Jawahar, I. M. (2007). Academic integrity: The
relationship between individual and situational factors on misconduct
contemplations. Journal of Business Ethics, 75(4), 381–394.
https://doi.org/10.1007/s10551-006-9260-9
Koenig & Bussing. (2010). The duke university religion index (DUREL): A five-
items measure for use in epidemological studies. Religions, 1, 78-85. doi:
10.3390/rel1010078
Lestarini, A.H. (2014). Sederet kasus plagiarism di kampus. Diakses 7 Agustus
2019 dari http://news.okezone.com
Little Circle Foundation. (2015). Data talk: Lebih dari 92% dari mahasiswa
Udayana pernah menyontek. Incircle Journal Research & Development.
Diakses pada tanggal 7 Agustus 2019 dari
http://www.littlecirclefoundation.org
Mastin, D. F., Peszka, J., & Lilly, D. R. (2009). Online Academic Integrity.
Teaching of Psychology. 36: 174-178, doi: 10.1080/00986280902739768
McCabe, D. L., & Trevino, L. K. (1997). Individual and contextual influences on
academic dishonesty: A multicampus investigation. Research in Higher
Education, 38(3), 379–396. doi:10.1023/A:1024954224675
Nelson, M. F., James, M. S. L., Miles, A., Morrell, D. L., & Sledge, S. (2017).
Academic integrity of millennials: The impact of religion and spirituality.
Journal Ethics and Behavior, 27(5), 385–400.
doi:10.1080/10508422.2016.1158653
Nuss, E. M. (1984). Academic integrity: Comparing caculty and student attitudes.
Improving College and University Teaching. 32:3, 140-144, doi:
10.1080/00193089.1984.10533862
Pervin, Lawrence A & John, Oliver P. (2001). Personality: Theory and research
5th ed. New York : John & Willey Sons Inc.
Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (n.d.). Character Strengths and Virtues: A
Handbook and Classification. New York: Oxford University Press.
Pradipta, M.D. (2018). Integritas akademik pada mahasiswa: studi kasus di
perguruan tinggi swasta X Surakarta. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Muhamadiyyah Surakarta
Rafe'i, K. (2016). Pengaruh kepribadian machavelianisme dan iklim kelas
terhadap integritas akademik pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
73
Rangkuti, A.A. (2011). Opportunity as a threat to academic integrity. Journal Of
Education, 4, 31-36.
Ronokusumo, S. (2012). Integritas akademik. Dalam Saleha Sungkar (ed) &
Alexandra Gabriella (ed). (3). Integritas Akademik: Sekedar kata atau
nyata?. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Schultz, D. P. & Schultz, S. E. (2005). Theories of personality. (edisi ke 8).
California: Thomson Wadsworth
Sherer, M.,Maddux, J. E.,Mercandante, B., Prentice-Dunn, S., Jacobs, B., &
Rogers, R.W. (1982).The self-effcacy scale: construction and validation.
Psychological Reports, 51, 663-671.
Sims, L. R. (1993). The relationship between academic dishonesty and unethical
business practices. Journal of Education for Business, 68 (4), 207-211. doi:
10.1080/08832323.1993.10117614
Suralaga, F. (2014). Regulasi diri moral sebagai moderator pengaruh goal
orientation, orientasi religius, emosi moral dan iklim akademik. Disertasi.
Jakarta: Program doktor psikologi Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Texas tech university. (2014). Arbor day academic integrity survey report. Texas:
Texas tech university ethics center
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (2016). Keputusan rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta nomor:469 tentang kode etik mahasiswa. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Whitley, B. E., & Keith-Spiegel, P. (2001). Academic Integrity as an Institutional
Issue. Journal Ethics & Behavior, 11(3), 325–342.
doi:10.1207/s15327019eb1103_9
Wang, C., & Wang, J. (2017). Research on Integrity Education of Graduates ’
Employment in Agricultural Colleges and Universities, 82(Snce), 130–133.
Yani, E. (2017). Pengaruh efikasi diri, filosofi moral pribadi, budaya akademik
dan jenis kelamin terhadap integritas akademik.Tesis. Jakarta: Magister sains
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
74
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat Pagi/Siang/Sore,
Salam sejahtera, Semoga Anda selalu berada dalam lindungan Tuhan
Yang Maha Esa. Saya Suha Yumna, mahasiswi semester 8 Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang
melakukan penelitian skripsi mengenai perilaku mahsiswa di kampus.
Bersama dengan ini saya memohon bantuan Anda untuk berpartisipasi
dalam penelitian saya. Penelitian ini berisikan sekumpulan pernyataan yang
harus dijawab sesuai dengan apa yang Anda rasakan atau alami. Tidak ada
jawaban benar maupun salah dalam setiap pernyataan. Data yang Anda berikan
dijamin kerahasiaannya karena kuesioner ini bersifat anonim dan akan
digunakan hanya untuk kepentingan penelitian.
Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hormat Saya,
Suha Yumna
75
Informed Consent
Lembar Persetujuan Keikutsertaan Penelitian
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya setuju untuk
secara sukarela menjadi partisipan penilitian mengenai kondisi kehidupan sehari-
hari yang dilakukan oleh Suha Yumna. Bila saya tidak bersedia untuk
menyelesaikan keikutsertaan saya dalam penelitian ini, saya berhak untuk
mengakhiri partisipasi saya. Data yang saya berikan adalah data yang sebenar-
benarnya dan saya menyetujui bahwa data saya akan digunakan dalam keperluan
penelitian. Partisipasi saya akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan Ilmu
Psikologi.
Nama : .................................................................
Jenis Kelamin : □ Pria □ Wanita
Agama : ..................................................................
Usia : ..................................................................
Fakultas/Prodi : ..................................................................
Semester : ..................................................................
Peneliti Partisipan
Suha Yumna ( )
76
PETUNJUK PENGISIAN SKALA I
Berikut ini beberapa pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah
pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda dengan memberi tanda
checklist (√) pada Kotak yang tersedia. Semakin ke kanan Kotak, Anda merasa
semakin sering atau selalu mengalami keadaan seperti pada pernyataan yang
ada. Sebaliknya, semakin ke kiri Kotak, Anda semakin jarang atau tidak pernah
mengalaminya.
Perhatikan kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang tidak terisi atau
lebih dari satu jawaban dalam satu kolom. Tidak ada jawaban benar atau salah,
sehingga jawablah sesuai dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya. Pilihan
jawaban terdiri dari Tidak pernah, jarang, sering dan selalu.
Contoh :
No Pernyataan Tidak
Pernah Jarang Sering Selalu
1. Saya mengerjakan tugas
yang diberikan oleh dosen
√
Skala 1
No Pernyataan Tidak
Pernah Jarang Sering Selalu
1. Mencocokan jawaban dengan
teman setelah mengisi soal
ujian/tes
2. Terpengaruh pada teman-
teman yang menyontek
3. Menggunakan handphone
untuk memperoleh jawaban
ketika ujian/tes
4. Melihat catatan dari kertas
atau handphone selama
77
ujian/tes
5. Menyalin jawaban dari
mahasiswa lain saat ujian/tes
6. Menulis jawaban yang
diberikan teman meskipun
tidak yakin jawaban itu benar
7. Tidak menuliskan sumber
kutipan ketika menyusun
makalah
8. Menyalin beberapa kalimat
dari sumber tertulis/internet
tanpa menyertakan
footnote/innote atau referensi
9. Menyalin tugas dari internet
dan mengakuinya sebagai
hasil pekerjaan sendiri
10. Menyalin tugas dari teman
dan mengakuinya sebagai
hasil pekerjaan sendiri
11. Bersedia membayar siapapun
yang kompeten untuk
mengerjakan tugas kuliah
saya
12. Saya mengerjakan ujian
sendiri selama masa
perkuliahan
13. Meminta jawaban dari
mahasiswa lain ketika
mengerjakan soal yang sulit
saat ujian
14. Berusaha mengerjakan
sendiri tugas-tugas individual
78
15. Meminta teman untuk ikut
mengerjakan tugas individual
saya
16. Membantu mengerjakan
tugas individual milik teman
17. Bersedia membantu
mengerjakan tugas
mahasiswa lain dengan
kompensasi tertentu
18. Memberikan catatan untuk
dicontek teman
19. Tidak mengizinkan teman
menyalin jawaban ujian saya
20. Memperkenankan teman
menyalin tugas yang saya
kerjakan untuk ditulis atas
namanya
PETUNJUK PENGISIAN SKALA II & III
Berikut ini beberapa pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah
pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda dengan memberi tanda
checklist (√) pada Kotak yang tersedia. Semakin ke kanan Kotak, Anda merasa
semakin setuju atau mengalami keadaan seperti pada pernyataan yang ada.
Sebaliknya, semkain ke kiri Kotak, Anda semakin tidak setuju atau tidak
pernah mengalaminya
Perhatikan kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang tidak terisi atau
lebih dari satu jawaban dalam satu kolom. Tidak ada jawaban benar atau salah,
sehingga jawablah sesuai dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya.
Keterangan pilihan jawaban adalah sebagai berikut :
79
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Contoh :
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya percaya diri √
Skala 2
No Pernyataan STS TS S SS
1. Jika sesuatu terlihat sangat rumit, saya
tidak akan mencobanya
2. Saya menghindar untuk mencoba
mempelajari hal-hal baru yang terlihat
terlalu sulit
3. Ketika mencoba sesuatu yang baru dan
gagal, saya langsung menyerah
4. Ketika membuat rencana, saya yakin
dapat merealisasikannya
5. Ketika gagal dalam percobaan pertama,
saya akan terus berusaha sampai bisa
6. Ketika saya menemukan hal yang tidak
menyenangkan, saya tetap akan
menyelesaikannya
7. Ketika saya memutuskan untuk
melakukan sesuatu saya langsung
mengerjakannya
8. Kegagalan membuat saya berusaha lebih
keras lagi
80
9. Ketika saya menetapkan tujuan penting
bagi diri saya, saya jarang mencapainya
10. Saya tidak mampu menangani sebagian
besar masalah dalam hidup saya
11. Ketika masalah tak terduga terjadi, saya
tidak bisa menanganinya dengan baik
12. Saya merasa tidak yakin dengan
kemampuan saya dalam melakukan
sesuatu
Skala 3
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya senang berkumpul di tempat ibadah
2. Mengikuti peringatan keagamaan adalah
hal yang membuang-buang waktu
3. Saya senang mengunjungi tempat ibadah
4. Saya malas mengikuti peringatan hari
besar keagamaan
5. Berada di tempat ibadah terasa
membosankan
6. Saya senang berdoa
7. Saya sering menunda untuk ibadah
8. Saya malas mempelajari ilmu keagamaan
9. Saya senang berdiskusi tentang hal-hal
keagamaan
10. Saya membaca buku keagamaan ketika
waktu luang
81
11. Saya merasakan kehadiran Tuhan pada
kehidupan saya
12. Saya berpegang teguh pada ajaran agama
di setiap aspek kehidupan
13. Setiap perilaku saya dilihat oleh Tuhan
14. Dalam menentukan pilihan, saya
melandaskannya dengan kaidah agama
15. Saya merasa dekat dengan Tuhan
PETUNJUK PENGISIAN SKALA IV
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap pertanyaan di bawah ini :
Pernyataan :
1. Apakah terdapat kode etik di Fakultas Anda? Jika ya, apakah sudah
diterapkan dengan konsisten di Fakultas Anda?
□ Tidak ada
□ Ada, tetapi tidak diterapkan
□ Ada, dan diterapkan
82
LAMPIRAN II
HASIL CFA KONSTRUK PENELITIAN
1. Integritas Akademik
UJI VALIDITAS KONSTRUK INTEGRITAS AKADEMIK
DA NI=20 NO=342 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17
ITEM18 ITEM19 ITEM20
PM SY FI=DV.COR
MO NX=20 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
IA
FR TD 8 7 TD 4 3 TD 10 9 TD 17 16 TD 17 11 TD 14 12 TD 20 18 TD 15 11
TD 16 11 TD 5 4 TD 2 1 TD 3 2 TD 20 9 TD 20 10 TD 20 11 TD 17 12 TD
13 12 TD 14 4 TD 19 4 TD 14 2 TD 18 15 TD 18 11 TD 8 4 TD 7 2 TD 19 14
TD 7 5 TD 11 6 TD 13 5 TD 16 15 TD 17 15 TD 17 13 TD 16 14 TD 14 11
TD 19 9 TD 14 10 TD 20 4 TD 15 2 TD 15 14 TD 12 11 TD 16 12 TD 6 5 TD
15 13 TD 17 4 TD 5 3 TD 12 7 TD 17 5 TD 20 17 TD 20 19 TD 19 11 TD 19
5 TD 13 10 TD 15 10 TD 10 2 TD 13 8 TD 18 8 TD 18 7 TD 11 5 TD 7 3 TD
14 8 TD 20 12 TD 20 5 TD 18 17 TD 20 15 TD 20 16 TD 18 16 TD 18 12 TD
12 1 TD 16 3 TD 18 6 TD 17 9TD 9 1 TD 17 10 TD 18 14 TD 5 1 TD 10 4
TD 3 1 TD 7 1 TD 15 6 TD 7 4
PD
OU SS TV MI
83
2. Self-efficacy
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF EFFICACY
DA NI=12 NO=342 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM10 ITEM11ITEM12
PM SY FI=SE.COR
MO NX=12 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SE
FR TD 11 10 TD 2 1 TD 12 11 TD 12 10 TD 10 9 TD 9 4 TD 5 4 TD 3 1 TD
3 2 TD 8 3 TD 6 2 TD 8 7 TD 11 9 TD 12 9 TD 4 3 TD 10 6 TD 12 1 TD 12
2
PD
OU SS TV MI AD=OFF IT=10000
84
3. Organizational religiosity
UJI VALIDITAS KONSTRUK OR DA NI=5 NO=342 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=OR.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK OR FR TD 3 1 TD 2 1 TD 4 3 TD 5 4 PD OU SS TV MI AD=OFF IT=10000
85
4. Non-Organizational religiosity
UJI VALIDITAS KONSTRUK NOR DA NI=5 NO=342 MA=PM LA ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 PM SY FI=NOR.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK NOR FR TD 5 1 PD OU SS TV MI AD=OFF IT=10000
86
5. Instrinsic religiosity
UJI VALIDITAS KONSTRUK INS DA NI=5 NO=342 MA=PM LA ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 PM SY FI=INS.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK INS FR TD 2 1 TD 3 1 PD OU SS TV MI AD=OFF IT=10000
87
LAMPIRAN III
HASIL ANALISIS REGRESI BERGANDA
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TSE 342 20,98 80,35 50,0000 10,00000
TORG 342 22,37 64,65 50,0000 10,00000
TNOR 342 10,62 72,09 50,0000 10,00000
TINS 342 15,94 62,23 50,0000 10,00000
TUSIA 342 25,60 91,37 50,0000 10,00000
TSEMESTER 342 36,24 92,48 50,0000 10,00000
TDV 342 12,50 68,66 50,0000 10,00000
USIA 342 17,00 25,00 19,9678 1,21651
SEMESTER 342 2,00 14,00 4,9357 2,13378
JK 342 1,00 2,00 1,7135 ,45281
KODET 342 ,00 3,00 2,4971 ,83455
Valid N (listwise) 342
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,418a ,175 ,155 9,19324 ,175 8,809 8 333 ,000
a. Predictors: (Constant), KODET, JK, TNOR, TSEMESTER, TSE, TINS, TORG, TUSIA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5956,309 8 744,539 8,809 ,000b
Residual 28143,691 333 84,516
Total 34100,000 341
a. Dependent variable: TDV
b. Predictors: (Constant), KODET, JK, TNOR, TSEMESTER, TSE, TINS, TORG, TUSIA
88
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -5,327 13,115 -,406 ,685
TSE ,159 ,057 ,159 2,777 ,006
TORG ,256 ,067 ,256 3,846 ,000
TNOR -,111 ,066 -,111 -1,668 ,096
TINS ,043 ,063 ,043 ,688 ,492
KODET 1,056 ,613 ,088 1,721 ,086
JK 5,488 1,129 ,248 4,860 ,000
USIA 1,447 ,702 ,176 2,062 ,040
SEMESTER -,603 ,394 -,129 -1,529 ,127
a. Dependent Variable: TDV
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,248a ,061 ,059 9,70224 ,061 22,252 1 340 ,000
2 ,306b ,094 ,089 9,54700 ,032 12,147 1 339 ,001
3 ,312c ,098 ,089 9,54205 ,004 1,352 1 338 ,246
4 ,319d ,102 ,091 9,53404 ,004 1,568 1 337 ,211
5 ,325e ,106 ,092 9,52776 ,004 1,444 1 336 ,230
6 ,328f ,108 ,092 9,53050 ,002 ,807 1 335 ,370
7 ,409g ,167 ,150 9,22021 ,060 23,927 1 334 ,000
8 ,418h ,175 ,155 9,19324 ,007 2,963 1 333 ,086
a. Predictors: (Constant), TSE
b. Predictors: (Constant), TSE, TORG
c. Predictors: (Constant), TSE, TORG, TNOR
d. Predictors: (Constant), TSE, TORG, TNOR, TINS
e. Predictors: (Constant), TSE, TORG, TNOR, TINS, TUSIA
f. Predictors: (Constant), TSE, TORG, TNOR, TINS, TUSIA, TSEMESTER
g. Predictors: (Constant), TSE, TORG, TNOR, TINS, TUSIA, TSEMESTER, JK
h. Predictors: (Constant), TSE, TORG, TNOR, TINS, TUSIA, TSEMESTER, JK, KODET
89
HASIL T-TEST
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
TDV PRIA 98 46,2814 9,81717 ,99168
WANITA 244 51,4935 9,69749 ,62082
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
TDV Equal
variances
assumed
,011 ,916 -
4,478 340 ,000 -5,21209 1,16385
-
7,50135
-
2,92283
Equal
variances
not
assumed
-
4,455 177,072 ,000 -5,21209 1,16998
-
7,52099
-
2,90319
top related