self-efficacy, dan kualitas pencatatan akuntansi …
TRANSCRIPT
i
PENGETAHUAN AKUNTANSI, BUDAYA ORGANISASI,
SELF-EFFICACY, DAN KUALITAS PENCATATAN
AKUNTANSI DITINJAU DARI TEORI KOGNITIF SOSIAL
(STUDI KASUS PADA USAHA KECIL DI KOTA SALATIGA)
OLEH:
MARCIA TABITA SOENTORO
232011003
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
ii
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jl. Diponegoro 52-60
Telp: (0298) 321212, 311881
Telex 322364 ukswsaia
Salatiga 50711-Indonesia
Fax. (0298)-321433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : MARCIA TABITA SOENTORO
NIM : 232011003
Program Studi : AKUNTANSI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,
Judul : Pengetahuan Akuntansi, Budaya Organisasi, Self-efficacy, dan
Kualitas Pencatatan Akuntansi ditinjau dari Teori Kognitif
Sosial (Studi kasus pada Usaha Kecil di Kota Salatiga).
Pembimbing : Dr. Usil Sis Sucahyo., SE., MBA.
Tanggal diuji : 23 Januari 2015
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain
yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau
simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan
pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru
tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi
sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 16 Desember 2014
Yang memberi pernyataan,
MARCIA TABITA SOENTORO
iii
PENGETAHUAN AKUNTANSI, BUDAYA ORGANISASI,
SELF-EFFICACY, DAN KUALITAS PENCATATAN
AKUNTANSI DITINJAU DARI TEORI KOGNITIF SOSIAL
(STUDI KASUS PADA USAHA KECIL DI KOTA SALATIGA)
OLEH:
MARCIA TABITA SOENTORO
232011003
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
Disetujui oleh :
Dr. Usil Sis Sucahyo., SE., MBA.
Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa ada banyak pihak yang membantu dan mendukung penulis
selama proses perkuliahan dan proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan
terselesaikannya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE., MBA. selaku pembimbing yang telah memberikan waktu,
tenaga, dan pikiran selama proses bimbingan sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
Ibu Elisabeth Penti Kurniawati, SE., M.Ak. selaku wali studi yang membimbing dan memberi
saran selama proses perkuliahan.
Keluarga yang tidak tergantikan, terima kasih untuk dukungan, doa dan kasih sayang yang
kalian berikan.
Sahabat yang berharga, Vania Christie K dan Vania Yunita S, terima kasih untuk semua
yang telah kalian lakukan dan berikan selama tiga tahun perkuliahan ini. Suka duka
dalam setiap kebersamaan akan menjadi kenangan manis yang tidak terlupakan.
Terima kasih.
Teman-teman satu angkatan dan seperjuangan, Adinda Ayu, Carolina, Yosua Girisandi,
Redya Purna, Hans Christian, Venny A, Elvina Rosa. Terima kasih untuk
kebersamaan selama tiga tahun ini.
Kakak-kakak angkatan terbaik, Marcellinus Iman, Timotius Agung Wahono, Kenneth A, dan
Dimas Pradipta. Terima kasih untuk saran dan bantuannya selama ini.
Teman-teman Korps Asisten Fakultas Ekonomika dan Bisnis, VCK, FID, AYU, SUA, RED,
ELV, SIL, YES, LYN, FAU, LLA, AGG, KEN, JOO, DEV, CHR. Terima kasih banyak
untuk pengalaman baru, kebersamaan, perjuangan, dan pelajaran berharga selama
penulis berada di Korps tersebut.
Seluruh staf pengajar dan staf TU FEB-UKSW yang turut membantu untuk menyelesaikan
skripsi ini.
Teman yang selalu membantu dan mendukung hingga saat ini, Anita C, Evelyn Grace,
Stefana Chandra, Ruth Herlin, Gefani Intan, dan Koh Dan. Terima kasih.
Semua teman dan pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih.
Tuhan Yesus Memberkati.
Salatiga, 16 Desember 2014
Penulis
v
Kupersembahan skripsi ini kepada:
Papahku Trinoto Soentoro, Mamahku Inawati, Oohku Lucas Richard
dan Cicikku April untuk doa, kasih sayang, dan perhatiannya
selama ini.
Sahabat-sahabatku yang berharga, Vania Christie K dan Vania
Yunita S untuk kebersamaan, dukungan, dan semua moment
berharga di masa kuliah.
MOTTO
“Dream, believe, and make it happen.”
-Agnes Monica-
“My life is far from perfect. To be GRATEFUL no matter how imperfect the
life is. That’s what makes it perfect”
-Agnes Monica-
“We don't remember days, we remember moments.”
-Cesare Pavese-
“You don't become what you want, you become what you believe.”
-Oprah Winfrey-
You say, “It’s impossible.”
God says, “All things are possible with me.”
-Matthew 19:26-
vi
ABSTRACT
This study aims to know whether knowledge of accounting, organizational culture,
and self-efficacy have influence to the quality of accounting records in the small enterprises
in Salatiga from cognitive social theory by Albert Bandura. The study was conducted in the
small enterprises listed in DISPERINDAGKOP and SMEs Salatiga in 2014. The sample is
using purposive sampling technique, and found 40 small enterprises. The result from
bootstraping gains a hypothesis testing by using Smart-PLS software. From the hypothesis
result, this study found that knowledge of accounting has no influence with quality of
accounting records. However, organizational culture and self-efficacy have a influence with
quality of accounting records in the small enterprises in Salatiga.
Keywords: Knowledge of Accounting, Organizational Culture, Self-efficacy, Quality of
Accounting Records, Cognitive Social Theory, Small Enterprises.
vii
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengetahuan akuntansi, budaya
organisasi, dan self-efficacy berpengaruh terhadap kualitas pencatatan akuntansi usaha kecil
di Kota Salatiga jika didasarkan pada teori kognitif sosial Albert Bandura. Penelitian
dilakukan pada usaha kecil yang terdaftar di DISPERINDAGKOP dan UMKM Kota Salatiga
tahun 2014. Sampel menggunakan teknik purposive sampling, dan ditemukan sampel
sebanyak 40 usaha kecil. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat hasil nilai
bootstraping yang diperoleh dari software Smart-PLS. Dari hasil pengujian hipotesis,
penelitian ini menemukan bahwa pengetahuan akuntansi tidak berpengaruh terhadap kualitas
pencatatan akuntansi, sedangkan budaya organisasi dan self-efficacy berpengaruh terhadap
kualitas pencatatan akuntansi usaha kecil di Kota Salatiga.
Kata kunci: Pengetahuan Akuntansi, Budaya Organisasi, Self-efficacy, Kualitas Pencatatan
Akuntansi, Teori Kognitif Sosial, Usaha Kecil.
viii
KATA PENGANTAR
Usaha kecil merupakan bagian yang penting dalam kehidupan perekonomian suatu
negara. Kontribusi usaha kecil terhadap perekonomian memang telah terbukti, namun di sisi
lain usaha kecil juga masih menghadapi banyak masalah. Dari banyaknya masalah yang
dihadapi oleh usaha kecil, proses akuntansi menjadi masalah dasar yang dihadapi oleh usaha
kecil. Dikatakan sebagai masalah dasar karena proses akuntansi yaitu pencatatan akuntansi
sangat penting bagi usaha kecil. Pentingnya pencatatan akuntansi bagi usaha kecil diharapkan
membuat para pelaku usaha kecil menghasilkan pencatatan akuntansi yang berkualitas baik.
Akan tetapi, banyak usaha kecil tidak melakukan pencatatan akuntansi atau melakukan
pencatatan akuntansi tetapi hanya secara sederhana.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menekankan bagaimana faktor-faktor kognitif, perilaku dan lingkungan berinteraksi atau
berpengaruh untuk menentukan motivasi dan perilaku seseorang. Teori ini mengemukakan
bahwa faktor-faktor kognitif, perilaku dan lingkungan akan mempengaruhi seseorang untuk
memberikan hasil yang baik atau tidak baik.
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengetahuan
akuntansi, budaya organisasi, dan self-efficacy berpengaruh terhadap kualitas pencatatan
akuntansi usaha kecil di Kota Salatiga jika didasarkan pada teori kognitif sosial Albert
Bandura. Sehingga, skripsi ini diberi judul: “Pengetahuan Akuntansi, Budaya Organisasi,
Self-efficacy, dan Kualitas Pencatatan Akuntansi ditinjau dari Teori Kognitif Sosial (Studi
kasus pada Usaha Kecil di Kota Salatiga)”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana jenjang Strata
1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya
Wacana. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan berharap skripsi ini dapat
berguna bagi para pembacanya.
Salatiga, 16 Desember 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................................... i
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ........................................................................................ ii
Halaman Persetujuan/Pengesahan ........................................................................................ iii
Ucapan Terima Kasih ........................................................................................................... iv
Halaman Motto dan Persembahan......................................................................................... v
Abstract ................................................................................................................................. vi
Saripati................................................................................................................................... vii
Kata Pengantar ...................................................................................................................... viii
Daftar Isi ............................................................................................................................... ix
Daftar Lampiran .................................................................................................................... x
Daftar Tabel .......................................................................................................................... x
Daftar Gambar ..................................................................................................................... x
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
TINJAUAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ................................................... 3
Usaha Kecil (UK) ..................................................................................................... 3
Teori Kognitif Sosial ................................................................................................ 4
Pengetahuan Akuntansi ............................................................................................ 5
Budaya Organisasi .................................................................................................... 6
Self-efficacy .............................................................................................................. 7
Kualitas Pencatatan Akuntansi ................................................................................ 8
Model Teoritis .......................................................................................................... 9
Model Penelitian dan Kerangka Pikir ....................................................................... 9
METODE PENELITIAN..................................................................................................... 12
Rancangan Penelitian ............................................................................................... 12
Populasi dan Sampel ................................................................................................. 13
Data dan Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 13
Definisi Operasional ................................................................................................. 14
Indikator Variabel..................................................................................................... 15
Teknik Analisis ......................................................................................................... 16
HASIL DAN ANALISIS .................................................................................................... 17
Deskripsi Objek Penelitian ....................................................................................... 17
x
Analisis Data ............................................................................................................. 18
Pengujian Hipotesis .................................................................................................. 22
PENUTUP ........................................................................................................................... 29
Kesimpulan .............................................................................................................. 29
Keterbatasan ............................................................................................................. 29
Saran ......................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 30
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 33
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 34
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN ................................................................... 34
DAFTAR TABEL
TABEL 1. DAFTAR KUESIONER ................................................................................... 17
TABEL 2. PROFIL RESPONDEN .................................................................................... 17
TABEL 3. HASIL PENGUJIAN CV ................................................................................ 21
TABEL 4. NILAI DV ......................................................................................................... 21
TABEL 5. HASIL UJI DV DAN CR ................................................................................. 22
TABEL 6. HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS .................................................................. 23
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. Konstruksi Diagram Jalur Hasil Permodelan PLS ........................................ 19
GAMBAR 2. Konstruksi Diagram Jalur PLS Setelah Modifikasi Model ........................... 19
GAMBAR 3. Konstruksi Diagram Jalur PLS Hasil Akhir .................................................. 20
1
PENDAHULUAN
Usaha Kecil (UK) merupakan bagian yang penting dalam kehidupan perekonomian
suatu negara, khususnya di negara-negara berkembang yang jumlah penduduknya padat,
termasuk Indonesia (Failian, 2011). Dikatakan sebagai bagian yang penting karena usaha
kecil mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, sebab selain
memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, usaha kecil juga dapat
menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar (Jumingan dan Rosita, 2012).
Kontribusi usaha kecil terhadap perekonomian memang telah terbukti, namun di sisi
lain usaha kecil juga masih menghadapi banyak masalah (Sari dan Setyawan, 2012). Masalah
yang sering dihadapi oleh para pelaku usaha kecil antara lain mengenai pemasaran produk,
tekhnologi, pengelolaan keuangan, kualitas sumber daya manusia dan permodalan. Dan dari
sekian banyak masalah tersebut, ada satu masalah yang sering terabaikan oleh para pelaku
bisnis usaha kecil yaitu mengenai pengelolaan keuangan (Ediraras, 2010).
Masalah pengelolaan keuangan ini sangat terkait dengan informasi akuntansi.
Dikatakan terkait karena informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan dapat menjadi
modal dasar bagi usaha kecil untuk pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan
usaha (Jumingan dan Rosita, 2012).
Laporan keuangan merupakan hal yang penting karena tanpa adanya laporan
keuangan evaluasi kinerja usaha kecil menjadi tidak mudah untuk dilakukan (Putra dan
Kurniawati, 2012). Oleh sebab itu pengusaha kecil harus memiliki kebiasaan untuk
menyusun laporan keuangan sebagai salah satu cara pengembangan usahanya (Rodhiyah,
2012). Laporan keuangan yang disajikan seharusnya memiliki kualitas yang baik. Dan untuk
menyusun laporan keuangan yang baik diperlukan pencatatan akuntansi (Yuliani, Nadirsyah,
dan Bakar, 2010).
Kewajiban menyelenggarakan pencatatan akuntansi yang baik bagi usaha kecil di
Indonesia sebenarnya telah tersirat dalam Undang-Undang UKM No. 9 Tahun 1995 dan
Undang-Undang Perpajakan No. 2 Tahun 2007 tentang Pengembangan Usaha Kecil
Menengah dan Koperasi (Wahyudi, 2009). Akan tetapi, menghadirkan laporan keuangan
yang menyajikan informasi akuntansi perusahaan sepertinya sulit untuk dilakukan (Mansyur,
2012). Proses akuntansi atau pelaporan keuangan menjadi masalah dasar yang dihadapi oleh
usaha kecil (Rodhiyah, 2012). Pelaku usaha kecil bahkan memandang bahwa proses
akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan (Failian, 2011).
Dalam penelitian terdahulu, dinyatakan bahwa kebanyakan pemilik usaha kecil
memiliki persepsi negatif terhadap informasi akuntansi meskipun ada beberapa diantaranya
2
yang memiliki persepsi positif. Namun, baik pemilik yang memiliki persepsi negatif maupun
positif secara tidak sadar telah melakukan atau menggunakan akuntansi dalam usaha mereka
meskipun hanya secara sederhana (Failian, 2011).
Selain itu, dalam penelitian lain juga dinyatakan bahwa kebanyakan pemilik usaha
kecil telah melakukan pencatatan akuntansi secara sederhana meskipun mereka tidak
mengetahui akuntansi secara benar (Hermawan dan Kurniawati, 2012). Penelitian yang
dilakukan di wilayah Depok juga mendapatkan hasil bahwa sebagian besar pemilik UKM
sudah melakukan pencatatan transaksi sederhana dalam kegiatan usahanya sehari-hari yaitu
jumlah persentasenya sebesar 87% dengan 39 UKM (Sari dan Setyawan, 2012).
Beberapa penelitian terdahulu lebih berfokus pada hubungan antara pengetahuan
akuntansi dan pencatatan akuntasi. Penelitian terdahulu seringkali hanya melihat apakah
pengetahuan akuntansi atau tingkat pendidikan (faktor kognitif) pemilik usaha kecil
mempengaruhi dalam pencatatan akuntansi. Sehingga, dalam penelitian-penelitian terdahulu
hasil yang dikemukakan adalah apakah usaha kecil melakukan pencatatan akuntansi atau
tidak. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam dengan menambah
faktor lain yaitu faktor lingkungan dan perilaku dan mengetahui apakah faktor-faktor tersebut
berpengaruh terhadap kualitas pencatatan akuntansi yang dilakukan.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura
menekankan bagaimana faktor-faktor kognitif, perilaku, dan lingkungan berinteraksi untuk
menentukan motivasi dan perilaku (Crothers, Hughes, & Morine, 2008; dalam Novack,
2013). Selain ketiga faktor tersebut, Bandura juga membahas mengenai konsep self-efficacy.
Self-efficacy tersebut menjadi konsep utama atau fokus utama dalam teori Bandura (Locke
dan Latham, 2002; dalam Novack, 2013).
Mengacu pada teori Bandura, maka dalam penelitian ini, ketika pemilik usaha kecil
memiliki pengetahuan akuntansi (faktor kognitif) serta memiliki budaya organisasi
(lingkungan) yang mendukung tetapi tidak memiliki self-efficacy, maka ia tidak memiliki
motivasi untuk melakukan pencatatan akuntansi atau ia akan melakukan pencatatan akuntansi
tetapi secara sederhana. Sedangkan, ketika pemilik usaha kecil memiliki pengetahuan
akuntansi yang rendah dan memiliki budaya organisasi yang tidak mendukung namun
memiliki self-efficacy yang tinggi maka ia akan memiliki motivasi untuk melakukan
pencatatan akuntansi atau bahkan ia akan berusaha untuk melakukan pencatatan akuntansi
yang baik.
Teori kognitif sosial Bandura tidak hanya melihat pada satu faktor. Selain itu, teori ini
juga menekankan bahwa beberapa faktor saling berinteraksi untuk menghasilkan sesuatu.
3
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan
akuntansi, budaya organisasi, self-efficacy dan kualitas pencatatan akuntansi pada usaha kecil
di Kota Salatiga ditinjau dari teori kognitif sosial Albert Bandura yang kemudian dapat
dijabarkan dalam judul penelitian berikut: “Pengetahuan Akuntansi, Budaya Organisasi,
Self-Efficacy, dan Kualitas Pencatatan Akuntansi ditinjau dari Teori Kognitif Sosial
(Studi kasus pada Usaha Kecil di Kota Salatiga)”.
Melihat uraian di atas maka, rumusan masalah dan persoalan dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana hubungan antara pengetahuan akuntansi, budaya organisasi, self-efficacy
dan kualitas pencatatan akuntansi di usaha kecil?” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana hubungan antara pengetahuan akuntansi, budaya organisasi, self-efficacy dan
kualitas pencatatan akuntansi di usaha kecil.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
dan pemberdayaan usaha kecil, dengan menunjukkan titik strategis untuk mendorong
penyelenggaraan dan penggunaan akuntansi serta penyusunan laporan keuangan yang baik
bagi usaha kecil. Dampak lanjutan yang diharapkan adalah terlaksananya pencatatan
akuntansi dan tersedianya laporan keuangan yang baik di usaha kecil, sehingga dapat
mendorong keberhasilan usaha para pengusaha kecil serta dapat memenuhi kewajiban
penyediaan informasi bagi pemerintah dan kreditur.
TINJAUAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Usaha Kecil (UK)
Usaha kecil adalah jenis usaha yang paling banyak jumlahnya di Indonesia, tetapi
sampai saat ini batasan mengenai usaha kecil di Indonesia masih beragam. Pengertian kecil
didalam usaha kecil bersifat relatif, sehingga perlu ada batasannya, yang dapat menimbulkan
definisi-definisi usaha kecil dari beberapa segi.
Beberapa definisi atau pengertian usaha kecil yaitu: Menurut Kementrian Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro
(UMI) adalah entitas usaha yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp.
200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan
tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000.
Menurut Keputusan Presiden RI Nomor 99 tahun 1998, pengertian usaha kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha
4
yang tidak sehat. Sedangkan, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), usaha kecil merupakan
entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d. 19 orang. Dan menurut Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM):
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
Dalam penelitian ini, usaha yang dilihat adalah usaha kecil dengan kriteria:
1. Berdasarkan total asset, memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Berdasarkan total penjualan bersih per tahun, memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Berdasarkan status kepemilikan, merupakan usaha berbentuk perseorangan, bisa
berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang didalamnya termasuk koperasi.
Teori Kognitif Sosial
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (social learning
theory) yang kemudian berkembang menjadi teori kognitif sosial (social cognitive theory).
Teori ini merupakan salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada
komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi (Indryawati, 2011). Teori kognitif
sosial disajikan oleh Bandura sebagai tanggapan terhadap ketidakpuasan atas prinsip-prinsip
behaviorisme dan psikoanalisis (Bandura, 1997).
5
Teori kognitif social (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh
Bandura mengembangkan model deterministic resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama
yaitu faktor sosial (lingkungan), person (kognitif) serta perilaku. Ketiga faktor ini memainkan
peran penting dalam pembelajaran. Faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses
pembelajaran (Indryawati, 2011). Faktor lingkungan mempengaruhi kognitif, kognitif
mempengaruhi perilaku, dan faktor perilaku mempengaruhi lingkungan (Bandura, 1986).
Teori kognitif sosial Bandura menekankan bagaimana faktor-faktor kognitif, perilaku,
dan lingkungan berinteraksi untuk menentukan motivasi dan perilaku (Crothers, et al, 2008;
dalam Novack, 2013). Teori ini menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal
balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan (Tarsidi,
2011).
Dalam teori kognitif sosial, Bandura juga membahas mengenai konsep self-efficacy.
Self-efficacy tersebut menjadi konsep utama atau fokus utama dalam teori Bandura (Locke
dan Latham, 2002; dalam Novack, 2013). Prinsip dasar di balik self-efficacy adalah bahwa
individu lebih cenderung untuk terlibat dalam kegiatan ketika mereka memiliki self-efficacy
tinggi untuk kegiatan tersebut dan kurang mungkin untuk terlibat dalam kegiatan ketika
mereka tidak memiliki self-efficacy untuk kegiatan tersebut (Bijl dan Baggett, 2002; dalam
Novack, 2013).
Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan
masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang
digunakan itu tidak berhasil. Selain itu, individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan
sangat mudah dalam menghadapi tantangan (Lunenburg, 2011; dalam Novack, 2013).
Individu ini tidak akan merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan
kemampuan dirinya. Individu ini akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari
kegagalan yang ia alami (Bandura, 1989).
Pengetahuan Akuntansi
Pengetahuan akuntansi sangat diperlukan oleh manajer atau pemilik perusahaan
dalam menjalankan operasional perusahaan (Fitriyah, 2006). Secara etimologis, definisi
pengetahuan adalah ilmu (Hoetomo, 2005; dalam Siregar, 2009). Pengetahuan juga dapat
didefinisikan sebagai informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam
pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
6
sebelumnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003). Pengetahuan adalah suatu fakta atau
kondisi mengetahui sesuatu dengan baik yang didapat lewat pengalaman dan pelatihan
(Ishak, 2011).
Pengertian akuntansi adalah proses sistematis untuk mengolah transaksi menjadi
informasi keuangan yang bermanfaat bagi para penggunanya (Warsono, 2010; dalam Sagoro,
2012). Akuntansi didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting
dari akuntansi yaitu: (1) pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi
keuangan (2) tentang entitas ekonomi (3) kepada pemakai yang berkepentingan (Kieso, 2002;
dalam Fitriyah, 2006). Akuntansi juga diartikan sebagai proses pencatatan, pengelompokan
dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan
tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
(Arens dan Loebbecke, 1997).
Selain itu, akuntansi didefinisikan sebagai seni pencatatan, penggolongan,
peringkasan yang tepat dan dinyatakan dalam satuan mata uang, transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya bersifat finansial dan penafsiran hasil-hasilnya
(American Institute Accounting Of Certified Public Accountants (AICPA); dalam Sucipto dan
Moelyati, 2009). Akuntansi jika ditinjau dari sudut kegiatan adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi
(Yusuf, 2003).
Pengetahuan akuntansi merupakan pengetahuan mengenai fakta transaksi bisnis dari
suatu organisasi, pengetahuan tentang klasifikasi yang meliputi jurnal dan buku besar serta
pengetahuan tentang segala sesuatu tentang laporan keuangan baik laporan neraca, laba rugi,
arus kas, perubahan modal, maupun laporan keuangan untuk pihak manajemen perusahaan
seperti laporan biaya produksi, anggaran dan lain sebagainya (Wahyu, 2006).
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dalam penelitian ini pengetahuan
akuntansi adalah informasi atau fakta mengenai pengidentifikasian, pencatatan, dan
pengkomunikasian informasi keuangan yang menggambarkan kondisi suatu entitas ekonomi
dan digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Budaya Organisasi
Pemahaman para pakar mengenai budaya organisasi sebagai kesepakatan bersama
mengenai nilai-nilai kehidupan yang mengikat semua orang dalam organisasi mendasari arti
penting pemahaman budaya organisasi orang-orang yang tergabung didalamnya (Chasanah,
2008). Untuk menjadi organisasi yang kuat dan sehat, organisasi haruslah memiliki campuran
7
dari berbagai macam tipe kepribadian. Budaya organisasi yang kuat memberikan para
karyawan suatu pemahaman yang jelas dari tugas-tugas yang diberikan oleh organisasi
(Robbin, 1996).
Budaya merupakan berbagai interaksi dari ciri-ciri kebiasaan yang mempengaruhi
kelompok-kelompok orang dalam lingkungannya (Hofstede, 1986). Kebudayaan merupakan
inti dari apa yang penting dalam organisasi (Beach, 1993).
Budaya dalam suatu organisasi pada hakekatnya mengarah pada perilaku-perilaku
yang dianggap tepat, mengikat dan memotivasi setiap individu yang ada di dalamnya dan
mengerahkan pada upaya mencari penyelesaian dalam situasi yang ambigu (Turner, 1994).
Budaya organisasi didefinisikan sebagai suatu kerangka kerja kognitif yang memuat sikap-
sikap, nilai-nilai, norma-norma dan pengharapan-pengharapan bersama yang dimiliki oleh
anggota-anggota organisasi (Greenberg dan Baron, 2000).
Budaya organisasi juga merupakan norma-norma dan nilai-nilai organisasi akan
berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya (Luthans,
2003). Budaya organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-
anggota organisasi yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain (Robbins,
2006).
Sedangkan dalam penelitian ini, budaya organisasi adalah sistem nilai organisasi yang
dianut oleh anggota organisasi itu sendiri, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan
berperilaku dari para anggota organisasi (Denison, 1990).
Self-efficacy
Self-efficacy diidentifikasikan sebagai “A judgement of one's capability to accomplish
a certain level of performance” yang berarti penilaian tentang kemampuan diri untuk
melaksanakan suatu kinerja pada tingkat tertentu (Bandura, 1986). Selain itu, efikasi diri juga
didefinisikan sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan
memecahkan masalah dengan efektif (Reivich dan Shatté, 2002).
Self-efficacy mempengaruhi seseorang dalam memilih kegiatannya (Dale Schunk,
1995; dalam Chasanah, 2008). Siswa dengan self-efficacy yang rendah mungkin menghindari
pelajaran yang banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang, sedangkan
siswa dengan self-efficacy yang tinggi mempunyai keinginan yang besar untuk mengerjakan
tugas-tugasnya.
Self-efficacy bukan sekedar mengetahui apa yang harus dilakukan. Tetapi untuk
melaksanakan suatu kinerja secara terampil, seseorang perlu memiliki keterampilan yang
8
dibutuhkan dan rasa percaya akan kemampuan diri untuk menggunakan keterampilan tersebut
(Tarsidi, 2011). Dalam penelitian ini, self-efficacy adalah penilaian tentang kemampuan diri
untuk melaksanakan suatu kinerja pada tingkat tertentu (Bandura, 1986).
Kualitas Pencatatan Akuntansi
Laporan keuangan merupakan hal yang penting karena tanpa adanya laporan
keuangan evaluasi kinerja usaha kecil menjadi tidak mudah untuk dilakukan (Putra dan
Kurniawati, 2012). Agar suatu laporan keuangan dapat memberi manfaat bagi para
pemakainya maka laporan keuangan tersebut harus mempunyai nilai informasi yang
berkualitas dan berguna dalam pengambilan keputusan (Yuliani, et al, 2010).
Kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa
dalam kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau
bersifat laten (Lupiyoadi, 2001). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kualitas
merupakan tingkat baik buruknya sesuatu. Sedangkan, Goetsh dan Davis mengemukakan
bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2005).
Secara obyektif, kualitas adalah suatu standar khusus dimana kemampuan, kinerja,
keandalan, kemudahan pemeliharaan, dan karakteristiknya dapat diukur (Juran; dalam Yamit,
2005).
Kualitas dilihat dari sudut pandang yang berbeda dapat diartikan sebagai totalitas
bentuk untuk memuaskan kebutuhan yang nyata atau tersembunyi (Herizer & Renden, 1997).
Keseluruhan definisi tersebut terangkum secara sederhana dalam satu pengertian yaitu
kualitas adalah karakteristik yang melekat (Dale,2003).
Pencatatan akuntansi yang sistematis merupakan suatu kegiatan yang harus dan
sebaiknya dilakukan oleh suatu usaha bisnis, guna menilai kondisi dan potensi usaha. Pola
pengelolaan keuangan dan sistem akuntansi yang diterapkan pada usaha kecil dapat
berpedoman kepada pola umum yang telah dikenal dan digunakan oleh berbagai perusahaan
besar, namun jika kurang sesuai dapat dimodifikasi sesuai dengan keperluan dengan tetap
memperhatikan fungsi perencanaan dan pengawasannya (Rodhiyah, 2012). Pencatatan
akuntansi usaha kecil memerlukan minimal 3 jenis buku pencatatan, yaitu : (1) Buku Harian,
(2) Buku Jurnal, dan (3) Buku Besar (Subanar, 2001).
Kualitas pencatatan akuntansi tercermin dari karakteristik kualitatif. Karakteristik
kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam
informasi akuntansi agar dapat memenuhi tujuannya. Prasyarat normatif yang diperlukan agar
9
dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan
dapat dipahami (Yuliani, et al, 2010).
Kualitas pencatatan akuntansi adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik yang
dinamis dari pencatatan akuntansi dalam kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang
telah ditentukan atau melebihi harapan (Purba, 2013). Dalam penelitian ini, kualitas
pencatatan akuntansi adalah tingkat baik buruknya ukuran-ukuran normatif dalam pencatatan
akuntasi yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami yang perlu diwujudkan
dalam informasi akuntansi agar dapat memenuhi tujuannya.
Model Teoritis
Model Penelitian dan Kerangka Pikir
Bandura menjelaskan bahwa faktor kognitif, perilaku dan lingkungan saling
berinteraksi dalam proses pembelajaran (Indryawati, 2011). Dan dalam penelitian ini, faktor
kognitifnya adalah pengetahuan akuntansi dan self-efficacy, faktor lingkungannya adalah
budaya organisasi dalam usaha kecil, dan faktor perilakunya adalah kualitas pencatatan
akuntansi.
Pengetahuan akuntansi yang dimiliki oleh pemilik usaha kecil memungkinkan pemilik
mempunyai self-efficacy yang kemudian mendorong pemilik untuk melakukan pencatatan
akuntansi. Budaya organisasi yang ada juga memungkinkan pemilik usaha kecil mempunyai
self-efficacy yang kemudian mendorong pemilik untuk melakukan pencatatan akuntansi.
Sehingga, pengetahuan akuntansi dan budaya organisasi yang dimiliki pemilik usaha kecil
menimbulkan self-efficacy dalam diri pemilik yang kemudian mendorongnya untuk
melakukan pencatatan akuntansi.
10
Akan tetapi, dimungkinkan juga bahwa pengetahuan akuntansi yang dimiliki oleh
pemilik usaha kecil tidak membuat pemilik memiliki self-efficacy namun tetap membuat
pemilik melakukan pencatatan akuntansi. Budaya organisasi yang ada dalam usaha kecil juga
mungkin tidak membuat pemilik memiliki self-efficacy namun tetap membuat pemilik
melakukan pencatatan akuntansi. Sehingga, pengetahuan akuntansi dan budaya organisasi
yang dimiliki oleh pemilik usaha kecil langsung mempengaruhi aksi atau tindakan pemilik
yaitu melakukan pencatatan akuntansi.
Uraian ini dapat dituangkan dalam sebuah model penelitian:
Hubungan Pengetahuan Akuntansi terhadap Self-efficacy yang kemudian
mempengaruhi Kualitas Pencatatan Akuntansi
Untuk melaksanakan suatu kinerja secara terampil, orang perlu memiliki keterampilan
yang dibutuhkan dan rasa percaya akan kemampuan diri untuk menggunakan keterampilan
tersebut (Tarsidi, 2011). Keyakinan memiliki self-efficacy dapat mendorong orang untuk
melakukan kegiatan, sedangkan keyakinan tidak memiliki self-efficacy dapat membuat orang
menghindari kegiatan (Tarsidi, 2011).
Pengetahuan akan akuntansi yang baik merupakan keterampilan yang diperlukan
untuk menghasilkan pencatatan akuntansi dengan kualitas yang baik. Seseorang yang
memiliki pengetahuan akuntansi yang baik akan menimbulkan atau mendorong self-efficacy
dalam dirinya. Self-efficacy yang timbul akan mendorong orang tersebut untuk menggunakan
keterampilannya dengan baik.
H1: Terdapat pengaruh positif antara Pengetahuan Akuntansi terhadap Self-Efficacy
yang kemudian menghasilkan Kualitas Pencatatan Akuntansi.
H5
H3
H1
H2
PENGETAHUAN
AKUNTANSI
SELF-
EFFICACY
KUALITAS
PENCATATAN
AKUNTANSI
BUDAYA
ORGANISASI
H4
11
Hubungan Budaya Organisasi terhadap Self-efficacy yang kemudian mempengaruhi
Kualitas Pencatatan Akuntansi
Individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan mencapai suatu kinerja yang lebih
baik karena individu ini memiliki motivasi yang kuat, tujuan yang jelas, emosi yang stabil
dan kemampuannya untuk memberikan kinerja atas aktivitas atau perilaku dengan sukses
(Bandura, 1991). Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar
sosial seseorang. Contohnya, seseorang yang hidupnyadibesarkan di dalam lingkungan judi,
maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu
adalah tidak baik. Ekspektasi self-efficacy dapat berubah setelah mengamati orang lain dan
melihat konsekuensi positif dan negatif dari perilaku orang itu baginya (Tarsidi, 2011).
Sehingga, budaya organisasi yang ada akan membentuk self-efficacy seseorang.
Budaya organisasi di sekitar orang tersebut akan mempengaruhi tinggi-rendahnya self-
efficacy yang dimilikinya. Self-efficacy yang dimiliki kemudian akan mendorong untuk
melakukan suatu kegiatan. Hasil kegiatan yang dilakukan tersebut tergantung dari tinggi-
rendahnya self-efficacy yang dimiliki.
H2: Terdapat pengaruh positif antara Budaya Organisasi dalam usaha kecil terhadap
Self-Efficacy yang kemudian menghasilkan Kualitas Pencatatan Akuntansi.
Hubungan Pengetahuan Akuntansi terhadap Kualitas Pencatatan Akuntansi
Laporan keuangan merupakan hal yang penting karena tanpa adanya laporan
keuangan evaluasi kinerja usaha kecil menjadi tidak mudah untuk dilakukan (Putra dan
Kurniawati, 2012). Agar suatu laporan keuangan dapat memberi manfaat bagi para
pemakainya maka laporan keuangan tersebut harus mempunyai nilai informasi yang
berkualitas dan berguna dalam pengambilan keputusan (Yuliani, et al, 2010). Pencatatan
akuntansi yang sistematis merupakan suatu kegiatan yang harus dan sebaiknya dilakukan
oleh suatu usaha bisnis, guna menilai kondisi dan potensi usaha.
Menghasilkan pencatatan akuntansi dengan kualitas yang baik tidak mudah. Untuk
menghasilkan pencatatan akuntansi dengan kualitas yang baik diperlukan pengetahuan
akuntansi yang baik. Ketika seseorang memiliki pengetahuan akuntansi yang baik, maka dia
dapat membuat atau melakukan pencatatan akuntansi yang baik. Seseorang yang memiliki
pengetahuan akuntansi yang baik seharusnya akan menghasilkan pencatatan akuntansi
dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki
pengetahuan akuntansi.
12
H3: Pengetahuan Akuntansi berpengaruh positif terhadap Kualitas Pencatatan
Akuntansi.
Hubungan Budaya Organisasi terhadap Kualitas Pencatatan Akuntansi
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan terlepas dari lingkungannya.
Kepribadian seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya (Koesmono, 2005). Sehingga,
seseorang dapat menghasilkan kualitas pencatatan akuntansi yang baik atau buruk tergantung
dari budaya organisasi di sekitar orang tersebut.
H4: Budaya Organisasi dalam usaha kecil berpengaruh positif terhadap Kualitas
Pencatatan Akuntansi.
Hubungan Self-efficacy terhadap Kualitas Pencatatan Akuntansi
Individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan mencapai suatu kinerja yang lebih
baik karena individu ini memiliki motivasi yang kuat, tujuan yang jelas, emosi yang stabil
dan kemampuannya untuk memberikan kinerja atas aktivitas atau perilaku dengan sukses
(Bandura, 1991).
Untuk melaksanakan suatu kinerja secara terampil, orang perlu memiliki keterampilan
yang dibutuhkan dan rasa percaya akan kemampuan diri untuk menggunakan keterampilan
tersebut (Tarsidi, 2011). Keyakinan memiliki self-efficacy dapat mendorong orang untuk
melakukan kegiatan, sedangkan keyakinan tidak memiliki self-efficacy dapat membuat orang
menghindari kegiatan (Tarsidi, 2011).
Sehingga, jika seseorang memiliki self-efficacy yang tinggi, maka dimungkinkan dia
akan memberikan hasil yang baik dalam melakukan setiap kegiatannya.
H5: Self-efficay berpengaruh positifterhadap Kualitas Pencatatan Akuntansi.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lainnya (Umar,
2003; dalam Siregar, 2009). Berdasarkan hubungan antar variabel, suatu penelitian dapat
dikategorikan sebagai penelitian dengan hubungan sebab akibat (Erlina dan Mulyani, 2007
dalam Siregar, 2009). Penelitian tersebut tercermin ketika variabel terkait dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel bebas tertentu.
13
Objek dalam penelitian ini adalah usaha kecil di Kota Salatiga. Satuan analisisnya
adalah pemilik atau karyawan usaha kecil di Kota Salatiga dan unit amatannya adalah
individu. Variabel yang ingin diteliti adalah pengetahuan akuntansi, budaya organisasi yang
ada dalam usaha kecil, self-efficacy, dan kualitas pencatatan akuntansi.
Data primer yang diperoleh melalui kuesioner akan digunakan untuk menganalisis ada
atau tidaknya hubungan antara pengetahuan akuntansi, budaya organisasi, self-efficacy, dan
kualitas pencatatan akuntansi pada usaha-usaha kecil yang ada di Kota Salatiga.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah usaha kecil di Kota Salatiga. Dari populasi
tersebut, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik nonprobability sampling yaitu dengan
menggunakan metode purposive sampling, karena sampel telah dipilih berdasarkan kriteria
tertentu. Adapun kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan total asset, memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Berdasarkan total penjualan bersih per tahun, memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Memiliki karyawan minimal 5 orang dan maksimal 19 orang.
Kriteria-kriteria tersebut disesuaikan dengan pengertian dan syarat usaha kecil yang
digunakan oleh peneliti. Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah 40 sampel.
Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh secara langsung dari
responden. Responden dalam penelitian ini adalah pemilik atau karyawan usaha kecil di Kota
Salatiga. Sehingga, data dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan
kepada pemilik atau karyawan usaha kecil di Kota Salatiga.
Penggunaan kuesioner dalam memperoleh data akanmemberikan tanggung jawab
kepada responden untuk membaca dan memberi tanggapan atas pernyataan dari kuesioner.
Dalam prosesnya, peneliti dapat memberikan penjelasan mengenai tujuan survei dan
pernyataan yang kurang dipahami oleh responden.
14
Teknik yang digunakan peneliti untuk menyebarkan kuesioner kepada responden
adalah teknik survei. Dimana peneliti akan mendatangi langsung ke pemilik atau karyawan
usaha-usaha kecil di Kota Salatiga. Responden diharapkan mengembalikan kembali
kuesioner ini kepada peneliti dalam waktu yang telah ditentukan atau kuesioner dapat
langsung dikembalikan setelah selesai diisi oleh responden.
Dalam penelitian ini, kuesioner yang dibuat menggunakan skala pengukuran likert,
yaitu skala pengukuran yang menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap subjek, objek, atau
kejadian tertentu. Setiap pertanyaan disusun sedemikian rupa agar bisa dijawab dalam 5
tingkat jawaban atas pernyataan yang diajukan. Urutan skala ini menggunakan 5 angka
penilaian yaitu:
SS (Sangat
Setuju)
S (Setuju) KS (Kurang
Setuju)
TS (Tidak
Setuju)
STS (Sangat
Tidak Setuju)
5 4 3 2 1
Definisi Operasional
Variabel Pengertian
Pengetahuan Akuntansi Informasi atau fakta mengenai pengidentifikasian,
pencatatan, dan pengkomunikasian informasi
keuangan yang menggambarkan kondisi suatu entitas
ekonomi dan digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan.
Budaya Organisasi
(Denison, 1990)
Sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota
organisasi itu sendiri, yang kemudian mempengaruhi
cara bekerja dan berperilaku dari para anggota
organisasi.
Self-Efficacy (Bandura,
1986)
Penilaian tentang kemampuan diri untuk melaksanakan
suatu kinerja pada tingkat tertentu.
Kualitas Pencatatan
Akuntansi
Tingkat baik buruknya ukuran-ukuran normatif dalam
pencatatan akuntasi yaitu relevan, andal, dapat
dibandingkan, dan dapat dipahami yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi agar dapat
15
Indikator Variabel
Teknik Analisis
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari penelitian dan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan riset yang diajukan, digunakan metode Partial Least Square (PLS).
Namun, sebelum dilakukan analisis data perlu dilakukan uji instrumen yang berupa uji
validitas dan uji reliabilitas terhadap alat pengumpulan data yang dalam hal ini adalah
kuesioner yang disebarkan untuk diisi oleh responden.
Uji validitas dan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kualitas data pada setiap
pertanyaan yang mewakili variabel. Pertanyaan yang telah dianggap valid (sah) dan reliabel
(andal), dapat digunakan untuk proses analisis data selanjutnya. Sementara untuk pertanyaan
yang tidak valid dan tidak reliabel dibuang dan tidak dimasukkan dalam proses analisa
selanjutnya. Uji Validitas adalah pengujian yang dilakukan terhadap alat ukur yang
memenuhi tujuannya.
Variabel Indikator
Pengetahuan Akuntansi
(Siregar, 2009)
a. Aktivitas identifikasi (identifying).
b. Aktivitas pencatatan (recording).
c. Aktivitas komunikasi (communicating).
Budaya Organisasi (Hofstede,
Geert, Michael Harris Bond
dan Chung-Leung Luk, 1993)
a. Profesionalisme.
b. Jarak dari manajemen.
c. Percaya pada rekan sekerja.
d. Keteraturan.
e. Permusuhan.
f. Integrasi.
Self-Efficacy (Jones, 1986) a. Perasaan mampu melakukan pekerjaan.
b. Kemampuan yang lebih baik.
c. Senang pekerjaan yang menantang.
d. Kepuasan terhadap pekerjaan.
Kualitas Pencatatan Akuntansi
(Yuliani, et al, 2010)
a. Tingkat relevansi.
b. Tingkat keandalan.
c. Tingkat keterbandingan.
d. Tingkat keterpahaman
16
digunakan dalam penelitianuntuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Rahayu, 2005). Uji validitas pada instrument ini
dilakukan dengan menganalisa nilai faktor loading (convergent validity) dengan program
SmartPLS, dimana apabila nilai faktor loading > 0,7, maka indikator dapat dikatakan valid.
Akan tetapi, rule of thumbs interpretasi nilai faktor loading > 0,55 juga dapat dikatakan valid
(Dante, 2006).
Sedangkan reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil yang
relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi
(Suliyanto, 2005). Uji reliabilitas pada instrumen ini dilakukan dengan menentukan nilai
composite reliability. Dimana apabila nilai composite reliability> 0,8, maka dapat dikatakan
bahwa konstrak memiliki reliabilitas yang tinggi atau reliable (Chin, 1998).
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan PLS. PLS merupakan
pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis covariance menjadi
berbasis varian (Ghozali, 2006). SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas
atau teori sedangkan PLS lebih bersifat predictive model. Dalam permodelan dengan tujuan
prediksi memiliki konsekuensi bahwa pengujian dapat dilakukan tanpa dasar teori yang kuat,
mengabaikan beberapa asumsi dan parameter ketepatan model prediksi dilihat dari nilai
koefisien determinasi (Jogiyanto dan Willy, 2009). Pengujian model struktural dalam PLS
dilakukan dengan bantuan software SmartPLS ver 3 for windows.
HASIL DAN ANALISIS
Deskripsi objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pemilik atau karyawan usaha kecil di Kota Salatiga.
Populasi usaha kecil di Kota Salatiga ada sebanyak 111 usaha kecil. Dari jumlah populasi
yang ada, diambil sampel sebanyak 40 usaha kecil. Sampel yang diambil merupakan sampel
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh peneliti. Jumlah kuesioner yang disebar
yaitu 83 kuesioner.
Dari jumlah total kuesioner yang disebar, jumlah kuesioner yang diisi dan
dikembalikan adalah sebanyak 40 kuesioner, jumlah kuesioner yang dikembalikan tetapi
tidak layak digunakan sebanyak 20 kuesioner, dan yang tidak dikembalikan adalah sebanyak
23 kuesioner. Sebanyak 20 kuesioner dianggap tidak layak digunakan karena kuesioner
17
tersebut kosong (dikembalikan tanpa diisi oleh responden), hanya diisi pada bagian identitas
responden, diisi sebagian atau diisi secara tidak beraturan.
Tabel 1. Daftar kuesioner
Kuesioner Jumlah
Kuesioner yang didistribusikan 83
Kuesioner yang tidak kembali 23
Kuesioner yang tidak layak digunakan untuk keperluan input data 20
Kuesioner yang layak digunakan untuk keperluan input data 40
Tabel 2. Profil Responden
Keterangan Total Presentase
Jumlah Sampel 40 100%
Jenis kelamin:
Pria
Wanita
17
23
42,5%
57,5%
Usia:
20-25 tahun
26-30 tahun
> 30 tahun
10
13
17
25%
32,5%
42,5%
Pendidikan terakhir:
SMA
Diploma
S1
29
3
8
72,5%
7,5%
20%
Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa jumlah responden wanita lebih banyak
dibandingkan responden pria. Jumlah responden wanita ada sebanyak 23 orang (57,5%) dan
jumlah responden pria sebanyak 17 orang (42,5%). Sebagian besar responden berumur di atas
30 tahun yaitu sebanyak 17 orang (42,5%), beberapa responden berumur antara 26-30 tahun
yaitu sebanyak 13 orang (32,5%), dan sedikit responden berumur antara 20-25 tahun yaitu
sebanyak 10 orang (25%). Selain itu, berdasarkan tabel 2 juga dapat diketahui bahwa 29
responden (72,5%) berpendidikan SMA, 8 orang responden (20%) berpendidikan S1 dan 3
responden sisanya (7,5%) berpendidikan Diploma.
18
Analisis data
Pada bagian ini, peneliti menganalisis diagram jalur mengenai pengaruh dari variabel
pengetahuan akuntansi, budaya organisasi, dan self-efficacy terhadap kualitas pencatatan
akuntansi yang telah dirancang oleh peneliti. Selain itu, analisis ini juga digunakan untuk
mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh terhadap kualitas pencatatan akuntansi.
Langkah awal dalam permodelan PLS adalah spesifikasi model pada penelitian yang akan
dilakukan. Spesifikasi model dibagi menjadi dua macam yaitu merancang Inner model dan
Outer model.
Inner model adalah model struktural yang menghubungkan antar variabel laten pada
subtantif teori, yaitu variabel X (eksogen) terhadap variabel Y (endogen). Variabel eksogen
(X) dalam penelitian ini terdiri dari: pengetahuan akuntansi, budaya organisasi, dan self-
efficacy. Variabel endogen (Y) dalam penelitian ini adalah kualitas pencatatan akuntansi.
Diagram jalur hasil pengolahan data dengan bantuan software Smart-PLS (Partial
Least Square) dapat dilihat pada Gambar 1. Dari hasil analisa konstruksi diagram jalur hasil
permodelan PLS pada penelitian ini terdapat indikator yang tidak memenuhi rule of thumb
dari convergent validity yang memiliki nilai loading factor dibawah 0,55 yaitu indikator X21
(0,413), X22 (0,453), dan X23 (-0,215) sehingga dilakukan eleminasi terhadap indikator
tersebut dan dilakukan modifikasi model.
Hasil dari modifikasi model analisa PLS dapat dilihat pada Gambar 2. Dari hasil
modifikasi, kembali terdapat indikator yang tidak memenuhi rule of thumb yaitu X33 (0,544)
sehingga dilakukan eliminasi terhadap indikator tersebut dan dilakukan modifikasi model
yang kedua. Kemudian indikator X11, X12, X34, X44, dan X45 juga dieliminasi. Hasil akhir
dapat dilihat pada Gambar 3.
Dari hasil akhir analisis diagram jalur, dapat diketahui bahwa yang mewakili variabel
pengetahuan akuntansi ada 2 indikator (X13 dan X14), yang mewakili variabel budaya
organisasi ada 3 indikator (X24, X25, dan X26), yang mewakili variabel self-efficacy ada 2
indikator (X31 dan X32), dan yang mewakili variabel kualitas pencatatan akuntansi ada 4
indikator (X41, X42, X43, dan X46).
Masing-masing indikator mewakili pertanyaan yang ada dalam kuesioner penelitian.
Dimana indikator X13 dan X14 mewakili pertanyaan nomor 3 dan 4 pada bagian
pengetahuan akuntansi, indikator X24, X25 dan X26 mewakili pertanyaan nomor 4, 5 dan 6
pada bagian budaya organisasi, kemudian indikator X31 dan X32 mewakili pertanyaan
nomor 1 dan 2 pada bagian self-efficacy dan indikator X41, X42, X43, dan X46 mewakili
pertanyaan nomor 1, 2, 3 dan 6 pada bagian kualitas pencatatan akuntansi.
19
Jumlah indikator dalam penelitian ini adalah 20 indikator. Dari jumlah tersebut, ada
sebanyak 11 indikator yang valid yaitu, indikator X13, X14, X24, X25, X26, X31, X32, X41,
X42, X43, dan X46. Indikator tersebut adalah aktivitas pencatatan (X13) dan aktivitas
komunikasi (X14) dalam variabel pengetahuan akuntansi. Keteraturan (X24), permusuhan
(X25), dan integrasi (X26) dalam variabel budaya organisasi. Perasaan mampu melakukan
pekerjaan (X31) dan kemampuan yang lebih baik (X32) dalam variabel self-efficacy. Tingkat
relevansi (X41 dan X42), tingkat keandalan (X43), dan tingkat keterpahaman (X46) dalam
variabel kualitas pencatatan akuntansi.
Gambar 1. Konstruksi Diagram Jalur Hasil Permodelan PLS
20
Gambar 2. Konstruksi Diagram Jalur PLS Setelah Modifikasi Model
Gambar 3. Konstruksi Diagram Jalur PLS Hasil Akhir
Evaluasi Goodness Of Fit
Evaluasi Goodnes Of Fit Model Pengukuran (Outer Model)
Evaluasi Goodness Of Fit pada outer model dengan indikator reflektif dievaluasi
dengan convergent validity, discriminant validity dan composite reliability. Convergent
validity di dalam PLS dilihat berdasarkan nilai loading factor yaitu korelasi antara skor
komponen dengan skor konstruk (Jogiyanto dan Willy, 2009). Nilai convergent validity
dikatakan valid jika nilai faktor loading > 0,7. Akan tetapi, rule of thumbs interpretasi nilai
faktor loading > 0,55 juga dapat dikatakan valid (Pirouz, 2006). Hasil output convergent
validity dapat dilihat pada Tabel 3.
Discriminant Validity atau validitas diskriminan dalam model pengukuran reflektif
indikator dinilai berdasarkan nilai dari cross loading, nilai square root of average variance
extracted (AVE) dan composite reliability. Discriminant validity dilakukan untuk
memastikan bahwa setiap konsep dari masing-masing variabel laten berbeda dengan variabel
lainnya.
Model mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading dari setiap
indikator dari sebuah variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar dibandingkan
21
dengan nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian discriminant
validity dari cross loading dapat dilihat pada tabel 4.
Evaluasi model pengukuran dengan square root of AVE adalah membandingkan nilai
akar AVE dengan korelasi antar konstrak. Selain itu, nilai AVE > 0,5 sangat
direkomendasikan (Fornell & Lacker, 1981). Hasil output pengujian discriminant validity
dari AVE dapat dilihat pada Tabel 5.
Composite reliability merupakan uji reliabilitas dalam PLS yang menunjukkan
akurasi dan konsistensi dari ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran
(Jogiyanto dan Willy, 2009). Composite reliability dikatakan baik apabila memiliki nilai
lebih dari 0,7. Hasil dari composite reliability dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 3. Hasil Pengujian Convergent Validity
Variabel Indikator Loading factor Keterangan
Pengetahuan Akuntansi
(PA)
X13
X14
0,852
0,943
Valid
Valid
Budaya Organisasi (B) X24
X25
X26
0,733
0,780
0,621
Valid
Valid
Valid
Self-efficacy (SE) X31
X32
0,921
0,891
Valid
Valid
Kualitas Pencatatan
Akuntansi (KPA)
X41
X42
X43
X46
0,638
0,839
0,827
0,775
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4. Nilai Discriminant Validity (Cross Loading)
PA B Self-efficacy KPA
X13
X14
0,852
0,943
0,260
0,096
0,043
0,308
0,309
0,330
X24
X25
X26
-0,058
0,210
0,267
0,733
0,780
0,621
0,130
0,051
0,151
0,339
0,245
0,284
X31 0,271 0,127 0,921 0,553
22
X32 0,128 0,175 0,891 0,496
X41
X42
X43
X46
0,155
0,339
0,308
0,263
0,088
0,496
0,369
0,260
0,427
0,466
0,352
0,548
0,638
0,839
0,827
0,775
Tabel 5. Hasil Uji Discriminant Validity dan Composite Reliability
Variabel AVE Composite Reliability
Pengetahuan Akuntansi 0,808 0,893
Budaya Organisasi 0,511 0,756
Self-efficacy 0,821 0,902
Kualitas Pencatatan Akuntansi 0,599 0,855
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa semua nilai faktor loading dari indikator
pengetahuan akuntansi, budaya organisasi, self-efficacy, dan kualitas pencatatan akuntansi >
0,55. Hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut valid. Sedangkan dari tabel 4,
diketahui bahwa korelasi konstruk dengan setiap indikatornya lebih besar daripada ukuran
konstrak lainnya dan juga > 0,60. Dan dari tabel 5, dapat disimpulkan bahwa semua konstruk
memiliki nilai > 0,50. Hal ini menunjukkan bahwa semua konstruk sangat direkomendasikan.
Selain itu, semua konstruk memenuhi kriteria reliabel. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
composite reliability semua konstruk yang > 0,70.
Evaluasi Goodnes of Fit Model Struktural (Inner Model)
Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square (R²) untuk konstrak
dependen. R² dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten idependen terhadap
variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif.
Nilai R-square dari hasil analisis dengan menggunakan software Smart-PLS diperoleh
sebesar 0,478 dan 0,067. Hal ini berarti kebaikan pembentukan model dari penelitian kualitas
pencatatan akuntansi dapat dijelaskan dengan baik oleh variabel pengetahuan akuntansi dan
budaya organisasi dengan nilai sebesar 47,8% dan oleh variabel self-efficacy sebesar 6,7%
sedangkan 45,5% sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti.
Pengujian Hipotesis
23
Uji hipotesis digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial variabel eksogen (X)
terhadap variabel endogen (Y) dengan melihat nilai t-values pada masing-masing path. Nilai
t-hitung diperoleh dari hasil bootstraping dengan software Smart-PLS. Pengujian dengan
bootstrap juga bertujuan untuk meminimalkan masalah ketidaknormalan data penelitian
(Ghozali, 2006).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, sehingga tingkat presisi atau batas
ketidakakuratan sebesar (α) = 5% = 0,05, dan menghasilkan nilai t-tabel sebesar 1.96. Nilai
koefisien inner weight dari model struktural dikatakan signifikan dengan syarat nilai t-hitung
> dari t-tabel (Jogiyanto dan Willy, 2009). Sehingga, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai
t-tabel (t-hitung > 1.96), maka hipotesis diterima. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengujian Hipotesis
Dari tabel 6, dapat diketahui bahwa t-statistics atau t-hitung yang lebih besar dari 1,96
adalah B KPA (2,000) dan SE KPA (2,810). Dalam PLS, pengujian secara statistik
setiap hubungan yang dihipotesiskan dilakukan dengan menggunakan simulasi. Dalam hal ini
dilakukan metode bootstrap terhadap sampel. Pengujian dengan bootstrap juga dimaksudkan
untuk meminimalkan masalah ketidaknormalan data penelitian. Hasil pengujian dengan
bootstrapping dari analisis PLS adalah sebagai berikut:
Pengujian hipotesis pertama (H1: Terdapat pengaruh positif antara Pengetahuan
Akuntansi terhadap Self-Efficacy yang kemudian menghasilkan Kualitas Pencatatan
Akuntansi)
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(O/STERR)
PA SE 0,203 0,165 0,231 0.881
PA KPA 0,191 0,209 0,136 1,401
B SE 0,128 0,144 0,224 0,574
B KPA 0,304 0,328 0,152 2,000*
SE KPA 0,488 0,456 0,174 2,810*
24
Pengujian hipotesis pertama untuk pengujian pengaruh tidak langsung variabel
pengetahuan akuntansi terhadap kualitas pencatatan akuntansi melalui self-efficacy dilakukan
dengan terlebih dahulu mengetahui hasil pengujian pengaruh self-efficacy terhadap kualitas
pencatatan akuntansi. Pengujian pengaruh mediasi dilakukan dengan menggunakan rumus
Sobel.
Hasil pengujian pengaruh self-efficacy terhadap kualitas pencatatan akuntansi
menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,488 dengan nilai t-hitung sebesar 2,810. Nilai
tersebut lebih besar dari t-tabel (1,960). Hasil ini menunjukkan bahwa self-efficacy memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kualitas pencatatan akuntansi.
Pengujian terhadap pengaruh mediasi antar variabel intervening dengan variabel
dependen dilakukan dengan perhitungan rumus Sobel. Hasil dari kedua pengujian diringkas
sebagai berikut:
P1 = 0,203 Se1 = 0,231
P2 = 0,488 Se2 = 0,174
Besarnya koefisien tidak langsung variabel pengetahuan akuntansi terhadap kualitas
pencatatan akuntansi merupakan perkalian dari pengaruh variabel pengetahuan akuntansi
terhadap variabel self-efficacy dengan self-efficacy terhadap kualitas pencatatan akuntansi,
sehingga diperoleh sebagai berikut:
P12 = P1× P2 = (0,203) (0,488) = 0,099.
Besarnya standard error tidak langsung variabel pengetahuan akuntansi terhadap
kualitas pencatatan akuntansi merupakan perkalian dari pengaruh variabel pengetahuan
akuntansi terhadap variabel self-efficacy dengan self-efficacy terhadap kualitas pencatatan
akuntansi, sehingga diperoleh sebagai berikut:
Se12 = P12.Se2
2+ P2
2.Se1
2+ Se1
2.Se2
2
= (0,203)2. (0,174)
2 + (0,488)
2 . (0,231)
2 + (0,231)
2 . (0,174)
2
= 0,0012 + 0,0127 + 0,0016
= √ 0,0155 = 0,124.
Dengan demikian nilai uji t diperoleh sebagai berikut:
t = P12/ Se12 = 0,099 / 0,124 = 0,798.
Nilai t sebesar 0,798 tersebut lebih kecil dari 1,96 yang berarti bahwa parameter
mediasi tersebut tidak signifikan. Maka dengan demikian model pengaruh tidak langsung dari
variabel pengetahuan akuntansi terhadap kualitas pencatatan akuntansi melalui self-efficacy
tidak dapat diterima. Dengan demikian H1 ditolak.
25
Alasan penolakan hipotesis ini diduga karena tingkat pengetahuan akuntansi yang
dimiliki seseorang tidak selalu mempengaruhi self-efficacy seseorang. Ketika seseorang
memiliki pengetahuan akuntansi tetapi tidak menganggapnya sebagai keterampilan yang
dimiliki, maka pengetahuan akuntansi yang dimilikinya tidak akan mempengaruhi self-
efficacy. Hal ini dikarenakan sulitnya membangun self-efficacy dalam diri seseorang. Selain
itu, ketidakpedulian dan sifat lain dalam diri seseorang juga dapat mempersulit timbulnya
self-efficacy.
Pengujian hipotesis kedua (H2: Terdapat pengaruh positif antara Budaya Organisasi
dalam usaha kecil terhadap Self-Efficacy yang kemudian menghasilkan Kualitas
Pencatatan Akuntansi)
Pengujian hipotesis kedua untuk pengujian pengaruh tidak langsung variabel budaya
organisasi terhadap kualitas pencatatan akuntansi melalui self-efficacy dilakukan dengan
terlebih dahulu mengetahui hasil pengujian pengaruh self-efficacy terhadap kualitas
pencatatan akuntansi. Pengujian pengaruh mediasi dilakukan dengan menggunakan rumus
Sobel.
Hasil pengujian pengaruh self-efficacy terhadap kualitas pencatatan akuntansi
menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,488 dengan nilai t-hitung sebesar 2,810. Nilai
tersebut lebih besar dari t-tabel (1,960). Hasil ini menunjukkan bahwa self-efficacy memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kualitas pencatatan akuntansi.
Pengujian terhadap pengaruh mediasi antar variabel intervening dengan variabel
dependen dilakukan dengan perhitungan rumus Sobel. Hasil dari kedua pengujian diringkas
sebagai berikut:
P1 = 0,128 Se1 = 0,224
P2 = 0,488 Se2 = 0,174
Besarnya koefisien tidak langsung variabel budaya organisasi terhadap kualitas
pencatatan akuntansi merupakan perkalian dari pengaruh variabel budaya organisasi terhadap
variabel self-efficacy dengan self-efficacy terhadap kualitas pencatatan akuntansi, sehingga
diperoleh sebagai berikut:
P12 = P1× P2 = (0,128) (0,488) = 0,062.
Besarnya standard error tidak langsung variabel budaya organisasi terhadap kualitas
pencatatan akuntansi merupakan perkalian dari pengaruh variabel budaya organisasi terhadap
variabel self-efficacy dengan self-efficacy terhadap kualitas pencatatan akuntansi, sehingga
diperoleh sebagai berikut:
26
Se12 = P12 . Se2
2 + P2
2 . Se1
2 + Se1
2 . Se2
2
= (0,128)2
. (0,174)2 + (0,488)
2 . (0,224)
2 + (0,224)
2 . (0,174)
2
= 0,0004 + 0,0119 + 0,0015
= √ 0,0138= 0,117.
Dengan demikian nilai uji t diperoleh sebagai berikut:
t = P12 / Se12 = 0,062 / 0,117 = 0,529.
Nilai t sebesar 0,529 tersebut lebih kecil dari 1,96 yang berarti bahwa parameter
mediasi tersebut tidak signifikan. Maka dengan demikian model pengaruh tidak langsung dari
variabel budaya organisasi terhadap kualitas pencatatan akuntansi melalui self-efficacy tidak
dapat diterima. Dengan demikian H2 ditolak.
Alasan penolakan hipotesis ini diduga karena budaya organisasi dalam suatu
organisasi tidak selalu mempengaruhi self-efficacy orang-orang yang ada dalam organisasi
tersebut. Hal ini dikarenakan mereka memiliki kemungkinan untuk menerima ataupun
menolak budaya tersebut. Adanya pendirian yang berbeda-beda antar individu juga
memungkinkan sulitnya budaya organisasi untuk mempengaruhi self-efficacy seseorang.
Sehingga, apabila terdapat aturan atau budaya organisasi apapun di dalam organisasi yang
tidak sesuai dengan pendirian yang dia pegang, maka tidak akan mudah bagi orang tersebut
untuk berkomitmen atau taat terhadap budaya organisasinya.
Pengujian hipotesis ketiga (H3: Pengetahuan Akuntansi berpengaruh positif terhadap
Kualitas Pencatatan Akuntansi)
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa hubungan variabel pengetahuan
akuntansi dengan kualitas pencatatan akuntansi menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar
0,191 dengan nilai t-hitung sebesar 1,401. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel (1,960). Hasil
ini menunjukkan bahwa pengetahuan akuntansi tidak berpengaruh positif terhadap kualitas
pencatatan akuntansi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis ketiga sehingga H3 ditolak.
Alasan penolakan hipotesis ini diduga karena tingkat pengetahuan akuntansi yang
dimiliki seseorang berbeda dengan tingkat pengetahuan akuntansi yang dimiliki orang lain.
Selain itu, meskipun orang tersebut memiliki pengetahuan akuntansi yang tinggi tetapi jika ia
tidak pernah melakukan atau mempraktekannya, maka kualitas yang dihasilkan juga tidak
akan baik. Sehingga, seseorang yang memiliki pengetahuan akuntansi tidak selalu bisa
menghasilkan kualitas pencatatan akuntansi yang baik.
27
Pengujian hipotesis keempat (H4: Budaya Organisasi dalam usaha kecil berpengaruh
positif terhadap Kualitas Pencatatan Akuntansi)
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa hubungan variabel budaya
organisasi dengan kualitas pencatatan akuntansi menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar
0,304 dengan nilai t-hitung sebesar 2,000. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel (1,960). Hasil
ini menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kualitas pencatatan
akuntansi. Hal ini sesuai dengan hipotesis keempat sehingga H4 diterima.
Alasan penerimaan hipotesis ini dikarenakan pada dasarnya kebanyakan orang akan
taat atau tunduk pada aturan yang berlaku di tempat dimana orang tersebut berada. Selain itu,
hampir di setiap tempat ada aturan yang berlaku. Bahkan ada beberapa tempat yang akan
memberikan sanksi jika aturan yang ada tidak ditaati. Sehingga, seseorang akan taat pada
aturan atau budaya organisasi di organisasinya meskipun dia tidak setuju pada budaya
organisasi tersebut.
Pengujian hipotesis kelima (H5: Self-efficacy berpengaruh positif terhadap Kualitas
Pencatatan Akuntansi)
Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa hubungan variabel self-efficacy
dengan kualitas pencatatan akuntansi menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,488 dengan
nilai t-hitung sebesar 2,810. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel (1,960). Hasil ini
menunjukkan bahwa self-efficacy berpengaruh positif terhadap kualitas pencatatan akuntansi.
Hal ini sesuai dengan hipotesis kelima sehingga H5 diterima.
Alasan penerimaan hipotesis ini dikarenakan orang yang memiliki self-efficacy
memiliki motivasi yang kuat, tujuan yang jelas, emosi yang stabil dan kemampuan untuk
memberikan kinerja dengan baik atau sukses. Sehingga, orang-orang yang memiliki self-
efficacy dapat melakukan pencatatan akuntansi dengan baik.
Pembahasan dari hasil dan analisis
Teori konitif sosial Bandura menjelaskan bahwa faktor kognitif, perilaku dan
lingkungan saling berinteraksi dalam proses pembelajaran (Indryawati, 2011). Dan dalam
penelitian ini, faktor kognitifnya adalah pengetahuan akuntansi dan self-efficacy, faktor
lingkungannya adalah budaya organisasi dalam usaha kecil, dan faktor perilakunya adalah
kualitas pencatatan akuntansi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan akuntansi tidak mempengaruhi
kualitas pencatatan akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari teori kognitif sosial yang memandang
28
belajar melalui konsekuensi respon sebagai suatu proses kognitif. Melalui pengalaman, orang
menyadari konsekuensi positif dan negatif dari tindakannya. Terdapat perbedaan antara
pengetahuan dan keterampilan. Orang perlu melampaui struktur pengetahuannya untuk
mengembangkan tindakan yang terampil. Pengalaman merupakan kendaraan untuk
menerjemahkan pengetahuan menjadi keterampilan. Sehingga, seseorang yang memiliki
pengetahuan akuntansi tetapi tidak mempraktekannya, tidak akan menghasilkan kualitas
pencatatan akuntansi yang baik.
Sedangkan self-efficacy tidak dipengaruhi oleh pengetahuan akuntansi maupun
budaya organisasi dikarenakan keadaan psikologis atau emosi seseorang. Biasanya, dalam
situasi yang penuh tekanan, umumnya orang menunjukkan tanda susah, guncang, sakit, lelah,
takut, muak. Persepsi seseorang atas respon ini dapat dengan jelas mengubah self-efficacy
seseorang. Keputusan self-efficacy pribadi seseorang dipengaruhi oleh perasaan dibanding
dengan penggerakan yang sebenarnya atas pemunculan dalam situasi yang mengandung
risiko. Sehingga, seseorang yang memiliki pengetahuan akuntansi dan mendapat budaya
organisasi yang baik belum tentu menimbulkan kepercayaan diri seseorang. Ketika seseorang
yang memiliki pengetahuan tidak merasa pengetahuan tersebut sebagai kemapuannya, maka
orang tersebut tidak akan memiliki self-efficacy. Begitu juga pada budaya organisasi, ketika
seseorang memiliki pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan budaya organisasi yang
berlaku, orang tersebut dapat menolak budaya organisasi tersebut.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kualitas
pencatatan akuntansi di usaha kecil adalah variabel budaya organisasi dan self-efficacy.
Kedua variabel ini masing-masing mempengaruhi kualitas pencatatan akuntansi secara
langsung tanpa melalui suatu media tertentu. Hal ini sesuai dengan teori Bandura yang
menyatakan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan mengenai
kemampuan dirinya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan,
menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan
tertentu (Bandura, 1997). Keyakinan ini akan mengarahkan dalam pemilihan tindakan,
pergerakan usaha, serta keuletan seseorang (Prakosa, 1996). Begitu juga pada budaya
organisasi, kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial
seseorang. Contohnya, seseorang yang hidupnya dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka
dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu
adalah tidak baik. Sehingga, seseorang yang memiliki self-efficacy akan menghasilkan
kualitas pencatatan akuntansi yang baik dan seseorang yang tinggal dalam budaya organisasi
yang baik juga akan menghasilkan kualitas pencatatan akuntansi yang baik.
29
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan akuntansi, budaya
organisasi, self-efficacy terhadap kualitas pencatatan akuntansi. Untuk menganalisis
hubungan antar variabel tersebut, penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS).
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa hipotesis peneliti yang diterima hanya Hipotesis 4 dan 5, sedangkan
Hipotesis 1, 2, dan 3 ditolak karena nilai t hitung lebih kecil daripada nilai t tabel.
Hasil tersebut menunjukan bahwa dari 3 variabel yang digunakan (pengetahuan
akuntansi, budaya organisasi, dan self-efficacy) hanya 2 variabel (budaya organisasi dan self-
efficacy) yang mempengaruhi kualitas pencatatan akuntansi pada usaha kecil di Kota
Salatiga. Dimana kedua variabel tersebut masing-masing berpengaruh secara langsung
terhadap kualitas pencatatan akuntasi tanpa melalui mediasi. Dari hasil tersebut juga dapat
diketahui bahwa teori kognitif sosial yang digunakan oleh peneliti dapat menjawab persoalan
penelitian dengan cukup baik.
Keterbatasan
Pelaksanaan penelitian masih memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
1. Beberapa kuesioner disampaikan kepada responden kemudian responden diharapkan
mengembalikan kembali kuesioner ini kepada peneliti dalam waktu yang telah
ditentukan. Sehingga, peneliti tidak mengetahui apakah yang mengisi kuesioner
benar-benar responden yang bersangkutan. Selain itu, ada kemungkinan responden
kurang memahami maksud dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam kuesioner
sehingga akan memberikan jawaban yang kurang sesuai dengan maksud pernyataan
kuesioner.
2. Adanya kuesioner yang tidak diisi oleh responden dan kuesioner yang tidak
dikembalikan menyebabkan hasil penelitian kurang maksimal.
3. Cakupan objek penelitian yang terlalu luas, dimana peneliti tidak membatasi atau
tidak memperhatikan variasi usaha dan besaran usaha dari objek penelitian.
Saran
Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini, diharapkan:
30
1. Proses penyebaran kuesioner akan lebih baik jika dapat didampingi sehingga
memperkecil kemungkinan adanya kuesioner yang tidak diisi, tidak dikembalikan,
dan ketidakpahaman responden terhadap pertanyaan.
2. Penelitian berikutnya dapat menambahkan variabel-variabel lain sebagai faktor yang
mempengaruhi kualitas pencatatan akuntansi sehingga dapat membantu usaha-usaha
kecil untuk meningkatkan kualitas pencatatan akuntansinya.
3. Mempersempit cakupan objek penelitian sehingga dapat lebih terfokus dan dapat
memberikan hasil yang maksimal dengan mempertimbangkan variasi serta besaran
usaha dari objek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A.A., and J.K. Loebbecke. 1997. Auditing An Integrated Approach, 7 edn. New
Jersey: Prentice-Hall.
Bandura, A. 1986. The Explanatory and Predictive Scope of Self-Efficacy Theory. Journal of
Social and Clinical Psychology 4. Special Issue: Self-Efficacy Theory in
Contemporary Psychology.
Bandura, A. 1989. Social Cognitive Theory. Stanford University.
Bandura, A. 1991. Social Cognitive Theory of Moral Thought and Action.
Bandura, A. 1997. Self-Efficacy: The exercise of control. New York: Freeman.
Chasanah, N. 2008. Analisis Pengaruh Empowerment, Self Efficacy dan Budaya Organisasi
terhadap Kepuasan Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Empiris
pada Karyawan PT. Mayora Tbk Regional Jateng dan DIY). Tesis Program Studi
Magister Manajemen Universitas Diponergoro Semarang.
Darsono, V. 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Ediraras, T. D. 2010. Akuntansi dan Kinerja UKM. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2.
Failian, A. 2011. Analisis Manfaat Informasi Akuntansi pada UKM di Wilayah
Tanggulangin. Surabaya: Rangkuman Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Perbanas Surabaya.
Fitriyah, H. 2006. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi
Akuntansi Pada Usaha Menengah Kabupaten Sidoarjo. Tesis Magister. Universitas
Negeri Jakarta.
Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling metode alternative dengan Partial Least
Square (PLS), Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
31
Heriyanti, D. 2007. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Gaya
Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan dengan Komitmen Organisasional
sebagai Variabel Intervening (Studi PT. PLN (Persero) APJ Semarang). Tesis
Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponergoro Semarang.
Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Mitra Pelajar.
Hofstede, G., M. H. Bond, dan C. L. Luk. 1986. Individual Perceptions of Organizational
Cultures: A Methodological Treatise on Levels of Analysis.
Indryawati, R. 2011. Teori Kepribadian Albert Bandura.
Jumingan, dan Rosita. 2012. Analisis Manfaat Informasi Akuntansi pada UKM di wilayah
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal STIE Surakarta.
Koesmono, T. H. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja
serta Kinerja Karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah
Di Jawa Timur. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 7 No. 2
Kurniawati, P. E., dan Hermawan, P. E. F. 2012. Accounting for small and medium
enterprises (SMEs). Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Mansyur, P. I. D. 2012. Persepsi Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah atas Penggunaan
Laporan Keuangan (Studi Empiris pada UMKM Mitra Binaan PT. Telkom
Indonesia, Tbk Wilayah VII KTI). Hasanuddin University.
Novack, L. D. 2013. Self-efficacy & Social Cognitive Theories – PSYCH 489: Work
Attitudes & Job Motivation – Confluence.
Permadi, A. D. 2013. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Dinas
Bina Marga Provinsi Jawa Barat). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Bandung.
Purba, E. F., dan P. Simanjuntak. 2013. Akses Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
terhadap Kredit Bank: Suatu Penelitian di Kabupaten Simalungun.
Putra, A. H., & Kurniawati, P. E. 2012. Penyusunan Laporan Keuangan untuk Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Rahayu, S. 2005. SPSS Versi 12.00 Dalam Riset Pemasaran. Bandung.
Robbin, S. P. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Terjemahan
Hadyana Pujaatmaka. Edisi Keenam. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
32
Rodhiyah. 2012. Kajian Tentang Akuntabilitas Usaha Kecil Menengah Melalui Laporan
Keuangan (Studi Kasus Pada UKM Konveksi di Semarang). Jurnal UNDIP.
Sagoro, M. E. 2012. Analisis transaksi dan Pencatatan Akuntansi UMKM. Yogyakarta: AB
Publisher.
Sari, N. R., & Setyawan, B. A. 2012. Persepsi Pemilik dan Pengetahuan Akuntansi Pelaku
Usaha Kecil dan Menengah atas Penggunaan Informasi Akuntansi. Perpustakaan
Universitas Gunadharma.
Siregar, A. F. 2009. Pengaruh Pengetahuan Akuntansi dan Kepribadian Wirausaha terhadap
Kinerja Manajerial pada Perusahaan Jasa di Kota Medan. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Sucipto, T., Moelyati, dan Sumardi. 2009. Akuntansi 2 untuk SMK Kelas XI. Jakarta:
Yudhistira.
Tarsidi, D. 2011. Teori Kognitif Sosial Albert Bandura. Universitas Pendidikan Indonesia.
Wahyudi, M. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi
Akuntansi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Yogyakarta. Jurnal UNDIP.
Yuliani, S., Nadirsyah, dan U. Bakar. 2010. Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan
Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Peran Internal Audit terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Kota Banda
Aceh). Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2.
1
LAMPIRAN
KUESIONER
“Pengetahuan Akuntansi, Budaya Organisasi, Self-Efficacy, dan Kualitas
Pencatatan Akuntansi ditinjau dari Teori Kognitif Sosial (Studi kasus pada Usaha
Kecil di Kota Salatiga)”.
Bapak/Ibu yang kami hormati, mohon kiranya Bapak/Ibu dapat meluangkan
waktu untuk mengisi angket (kuesioner) ini. Saya berharap Bapak/Ibu mengisi
kuesioner di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan menjawab setiap
pertanyaan dengan jujur dan terbuka.
Kuesioner ini disebarkan dalam rangka penelitian skripsi akuntansi Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga. Terima kasih atas kesediaannya meluangkan waktu
untuk mengisi lembar kuesioner penelitian ini.
Petunjuk pengisian.
Berilah tanda silang (X) pada kolom yang telah tersedia dengan memilih keadaan yang
sebenarnya.
Terdapat lima (5) pilihan yang semuanya merupakan jawaban yang benar.
5 = (SS = Sangat Setuju)
4 = (S = Setuju)
3 = (KS = Kurang Setuju)
2 = (TS = Tidak Setuju)
1 = (STS = Sangat Tidak Setuju)
A. Data Responden
Jenis Kelamin : .....................
Usia : .....................
Pendidikan Terakhir : .....................
2
B. Pengetahuan Akuntansi
NO PERTANYAAN/PERNYATAAN SS S KS TS STS
1. Kas merupakan aktiva yang paling lancar.
2. Pemasukan dan pengeluaran merupakan item dalam laporan laba rugi.
3. Penjualan, pembelian, hutang, dan semua transaksi yang terjadi selalu dicatat.
4. Hasil dari pencatatan akuntansi diberikan dan digunakan oleh pemilik untuk kepentingan usaha.
C. Budaya Organisasi
NO PERTANYAAN/PERNYATAAN SS S KS TS STS
1. Pemilik dan karyawan memberikan seluruh kemampuannya untuk bekerja.
2. Pemilik tidak ikut campur dalam kehidupan pribadi karyawan.
3. Pemilik maupun karyawan bersikap terbuka kepada satu sama lain.
4. Diadakan pertemuan yang membahas tentang pekerjaan setiap harinya.
5. Karyawan merasa nyaman dalam bekerja.
6. Terdapat kesetiaan antara karyawan dan pemilik.
D. Self-efficacy
NO PERTANYAAN/PERNYATAAN SS S KS TS STS
1. Saya sangat mampu melakukan pencatatan akuntansi.
2. Saya yakin bahwa ketrampilan dan kemampuan saya dalam melakukan pencatatan akuntansi sama atau melebihi teman-teman sekerja saya.
3. Dalam bekerja saya akan menyukai pekerjaan yang menantang.
4. Saya merasa puas dengan hasil pencatatan akuntansi yang saya lakukan.
3
E. Kualitas Pencatatan Akuntansi
NO PERTANYAAN/PERNYATAAN SS S KS TS STS
1. Saya tidak pernah melakukan kesalahan dalam membuat catatan akuntansi.
2. Saya membuat catatan akuntasi setiap hari atau setiap terjadi transaksi.
3. Pencatatan akuntansi yang saya lakukan sesuai dengan transaksi yang terjadi tanpa tambahan atau perubahan apapun.
4. Saya mencatat jumlah kekayaan yang saya gunakan untuk usaha sesuai dengan jumlah yang sebenarnya.
5. Saya dapat membandingkan catatan akuntansi periode sekarang dengan catatan akuntansi periode sebelumnya.
6. Hasil dari catatan akuntansi yang saya buat dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain.