teori dan info self efficacy

35
Namun, muncul lagi diskusi mengenai keberadaan tipe sekolah yang dianggap sebagai sekolah unggulan pada jenjang pendidikan manapun. Tipe tersebut terdiri dari tiga : Tipe1 Tipe ini seperti yang diuraikan di atas, dimana sekolah menerima dan menyeleksi secara ketat siswa yang masuk dengan kriteria memiliki prestasi akademik yang tinggi. Meskipun proses belajar-mengajar sekolah tersebut tidak luar biasa bahkan cenderung ortodok, namun dipastikan karena memilih input yang unggul, output yang dihasilkan juga unggul. Tipe 2 Sekolah dengan menawarkan fasilitas yang serba mewah, yang ditebus dengan SPP yang sangat tinggi. Konon, untuk sekolah dasar unggulan di Parung, Bogor uang pangkalnya saja bisa sekitar lebih dari 7 juta. Mahal? Nggak juga tuh, buktinya banyak orang-orang Indonesia yang sekolah di sana. Tidak mahal menurut mereka dibandingkan biaya sekolah di luar negeri, dan memang sekolah ini dibangun untuk membendung arus warga negara Indonesia yang berbondong-bondong sekolah ke luar negeri. Otomatis prestasi akademik yang tinggi bukan menjadi acuan input untuk diterima di sekolah ini, namun sekolah ini biasanya mengandalkan beberapa “jurus” pola belajar dengan membawa pendekatan teori

Upload: andhita-nurul-khasanah

Post on 28-Jun-2015

331 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: teori dan info self efficacy

Namun, muncul lagi diskusi mengenai keberadaan tipe sekolah yang

dianggap sebagai sekolah unggulan pada jenjang pendidikan manapun. Tipe

tersebut terdiri dari tiga :

Tipe1

Tipe ini seperti yang diuraikan di atas, dimana sekolah menerima dan

menyeleksi secara ketat siswa yang masuk dengan kriteria memiliki

prestasi akademik yang tinggi. Meskipun proses belajar-mengajar sekolah

tersebut tidak luar biasa bahkan cenderung ortodok, namun dipastikan

karena memilih input yang unggul, output yang dihasilkan juga unggul.

Tipe 2

Sekolah dengan menawarkan fasilitas yang serba mewah, yang ditebus

dengan SPP yang sangat tinggi. Konon, untuk sekolah dasar unggulan di

Parung, Bogor uang pangkalnya saja bisa sekitar lebih dari 7 juta. Mahal?

Nggak juga tuh, buktinya banyak orang-orang Indonesia yang sekolah di

sana. Tidak mahal menurut mereka dibandingkan biaya sekolah di luar

negeri, dan memang sekolah ini dibangun untuk membendung arus warga

negara Indonesia yang berbondong-bondong sekolah ke luar negeri.

Otomatis prestasi akademik yang tinggi bukan menjadi acuan input untuk

diterima di sekolah ini, namun sekolah ini biasanya mengandalkan

beberapa “jurus” pola belajar dengan membawa pendekatan teori tertentu

sebagai daya tariknya. Sehingga output yang dihasilkan dapat sesuai

dengan apa yang dijanjikannya.

Tipe 3

Sekolah unggul ini menekan pada iklim belajar yang positif di lingkungan

sekolah. Menerima dan mampu memproses siswa yang masuk sekolah

tersebut (input ) dengan prestasi rendah menjadi lulusan (output) yang

bermutu tinggi.

Page 2: teori dan info self efficacy

Nah timbul pertanyaan dari saya pribadi soal ujian nasional yang dilaksanakan

kemarin, apakah memang benar evaluasi tersebut mampu menunjukkan

kemampuan anak secara terukur dan mampu menunjukkan prestasinya

tersebut?

Karena sekolah bisa dikatakan unggul dalam pencapaiannya. Ada beberapa

faktor yang harus dicapai bila sekolah tersebut bisa dikategorikan sekolah

unggul:

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Profesional

Kepala Sekolah seharusnya memiliki kemampuan pemahaman dan pemahaman

yang menonjol. Dari beberapa penelitian, tidak didapati sekolah yang maju

namun dengan kepala sekolah yang bermutu rendah.

Penelitian Standfield, dkk (1987) selama 20 bulan di Sekolah Dasar Garvin

Missouri dan Gibbon (1986) di sekolah-sekolah negeri di Ohio selama tahun

ajaran 1982/1983, keduanya menemukan bahwa peran kepala sekolah yang

efektif dan profesional mampu mengangkat nama sekolah mereka sehingga

mampu memperbaiki prestasi akademik mereka.

2. Guru-guru yang tangguh dan profesional

Guru merupakan ujung tombak kegiatan sekolah karena berhadapan langsung

dengan siswa. Guru yang profesional mampu mewujudkan harapan-harapan

orang tua dan kepala sekolah dalam kegiatan sehari-hari di dalam kelas.

3. Memiliki tujuan pencapaian filosofis yang jelas

Tujuan filosofis diwujudkan dalam bentuk Visi dan Misi seluruh kegiatan sekolah.

Tidak hanya itu, visi dan misi dapat di cerna dan dilaksanakan secara bersama

oleh setiap elemen sekolah.

4. Lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran

Page 3: teori dan info self efficacy

Lingkungan yang kondusif bukanlah hanya ruang kelas dengan berbagai fasilitas

mewah, lingkungan tersebut bisa berada di tengah sawah, di bawah pohon atau

di dalam gerbong kereta api -siapa yang sudah baca Toto Chan?- Yang jelas

lingkungan yang kondusif adalah yang lingkungan yang dapat memberikan

dimensi pemahaman secara menyeluruh bagi siswa

5. Jaringan organisasi yang baik

Jelas, organisasi yang baik dan solid baik itu organisasi guru, orang tua akan

menambah wawasan dan kemampuan tiap anggotanya untuk belajar dan terus

berkembang. Serta perlu pula dialog antar organisasi tersebut, misalnya forum

Orang Tua Murid dengan forum guru dalam menjelaskan harapan dari guru dan

kenyataan yang dialami guru di kelas.

6. Kurikulum yang jelas

Permasalahan di Indonesia adalah kurikulum yang sentralistik dimana Diknas

membuat kurikulum dan dilaksanakan secara nasional. Dengan hanya memuat

20% muatan lokal menjadikan potensi daerah dan kemampuan mengajar guru

dan belajar siswa terpasung. Selain itu pola evaluasi yang juga sentralistik

menjadikan daerah semakin tenggelam dalam kekayaan potensi dan budayanya.

Ada baiknya kemampuan membuat dan mengembangkan kurikulum disesuaikan

di tiap daerah bahkan sekolah. Pusat hanya membuat kisi-kisi materi yang akan

diujikan secara nasional. Sedang pada pelaksanaan pembelajaran diserahkan

kepada daerah dan tiap sekolah menyusun kurikulum dan target pencapaian

pembelajaran sendiri. Diharapkan akan muncul sekolah unggulan dari tiap

daerah karena memiliki corak dan pencapaian sesuai dengan potensinya.

Seperti misalnya sekolah di Kalimantan memiliki corak dan target pencapaian

mampu mengolah hasil hutan dan tambang juga potensi seni dan budaya

mampu dihasilkan sekolah-sekolah di Bali.

Page 4: teori dan info self efficacy

7. Evaluasi belajar yang baik berdasarkan acuan patokan untuk mengetahui

apakah tujuan pembelajaran dari kurikulum sudah tercapai

Bila kurikulum sudah tertata rapi dan jelas, akan dapat teridentivikasi dan dapat

terukur targer pencapaian pembelajaran sehingga evaluasi belajar yang

diadakan mampu mempetakan kemampuan siswa.

8. Partisipasi orang tua murid yang aktif dalam kegiatan sekolah.

Di sekolah unggulan dimanapun, selalu melibatkan orang tua dalam

kegiatannya. Kontribusi yang paling minimal sekali adalah memberikan

pengawasan secara sukarela kepada siswa pada saat istirahat. Pada proses

yang intensif, orang tua dilibatkan dalam proses penyusunan kurikulum sekolah

sehingga orang tua memiliki tanggung jawab yang sama di rumah dalam

mendidik anak sesuai pada tujuan yang telah dirumuskan. Sehingga terjalin

sinkronisasi antara pola pendidikan di sekolah dengan pola pendidikan di rumah

Pada akhirnya sekolah unggulan adalah program bersama seluruh masyarakat,

yang tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, sekolah dan orang tua secara

perorangan. Namun menjadi tanggung jawab bersama dalam peningkatan SDM

Indonesia.

Pustaka:

Characteristics of Effective Schools; CT Council of P&C Associations

(http://www.schoolparents.canberra.net.au/effective_schools)

EFFECTIVE SCHOOLS RESEARCH AND THE ROLE OF PROFESSIONAL

LEARNING COMMUNITIES; Terry McLaughlin, Assistant Superintendent,

Student Services San Bernardino County Superintendent of Schools

(http://www.fcoe.k12.ca.us/eduscrvc/spec_ed_docs%5CEffective%20Schools

%2010-04.ppt)

www.wordpress.com//Sekolah Unggulan « Teknologi Pendidikan.htm

Page 5: teori dan info self efficacy

Pengertian Self Efficacy

Menurut Bandura self Efficacy adalah belief atau keyakinan seseorang

bahwa ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes) yang

positif (Santrock, 2001). Sedangkan menurut Wilhite (1990) dalam tesis yang

berjudul Goal Orientantion, Self Efficacy dan Prestasi Belajar pada Siswa

Peserta dan Non Peserta Program Pengajaran Intensif di Sekolah oleh Retno

Wulansari tahun 2001, self efficacy adalah suatu keadaan dimana seseorang

yakin dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol hasil dari usaha yang telah

dilakukan.

Menurut Dale Schunk self efficacy mempengaruhi siswa dalam memilih

kegiatannya. Siswa dengan self efficacy yang rendah mungkin menghindari

pelajaran yang banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang,

sedangkan siswa dengan self efficacy yang tinggi mempunyai keinginan yang

besar untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

II.1.B Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

Menurut Bandura (1997) dalam Tesis yang berjudul Goal Orientantion,

Self Efficacy dan Prestasi Belajar pada Siswa Peserta dan Non Peserta Program

Pengajaran Intensif di Sekolah oleh Retno Wulansari tahun 2001, ada beberapa

faktor yang mempengaruhi self efficacy yaitu:

a. Pengalaman Keberhasilan (mastery experiences)

Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan self efficacy

yang dimiliki seseorang sedangkan kegagalan akan menurunkan self

efficacynya. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang seseorang lebih

banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa

pengaruh terhadap peningkatan self efficacy. Akan tetapi, jika keberhasilan

tersebut didapatkan dengan melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil

Page 6: teori dan info self efficacy

perjuangannya sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh pada peningkatan

self efficacynya.

b. Pengalaman Orang Lain (vicarious experiences)

Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan

individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan self

efficacy seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Self efficacy tersebut

didapat melalui social models yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang

kurang pengetahuan tentang kemampuan dirinya sehingga mendorong

seseorang untuk melakukan modeling. Namun self efficacy yang didapat tidak

akan terlalu berpengaruh bila model yang diamati tidak memiliki kemiripan atau

berbeda dengan model.

c. Persuasi Sosial (Social Persuation)

Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh

seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang

bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas.

d. Keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional states)

Kecemasan dan stress yang terjadi dalam diri seseorang ketika

melakukan tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada umumnya

seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam kondisi yang

tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau

gangguan somatic lainnya. Self efficacy biasanya ditandai oleh rendahnya

tingkat stress dan kecemasan sebaliknya self efficacy yang rendah ditandai oleh

tingkat stress dan kecemasan yang tinggi pula.

Page 7: teori dan info self efficacy

II.1 C Manfaat Self Efficacy

Sebagaimana dikatakan dalam tesis yang berjudul Goal Orientantion, Self

Efficacy dan Prestasi Belajar pada Siswa Peserta dan Non Peserta Program

Pengajaran Intensif di Sekolah oleh Retno Wulansari tahun 2001, bahwa ada

beberapa fungsi dari self efficacy yaitu :

a. Pilihan perilaku

Dengan adanya self efficacy yang dimiliki, individu akan menetapkan

tindakan apa yang akan ia lakukan dalam menghadapi suatu tugas untuk

mencapai tujuan yang diiinginkannya.

b. Pilihan karir

Self efficacy merupakan mediator yang cukup berpengaruh terhadap

pemilihan karir seseorang. Bila seseorang merasa mampu melaksanakan

tugas-tugas dalam karir tertentu maka biasanya ia akan memilih karir

tesebut.

c. Kuantitas usaha dan keinginan untuk bertahan pada suatu tugas

Individu yang memiliki self efficacy yang tinggi biasanya akan

berusaha keras untuk menghadapi kesulitan dan bertahan dalam

mengerjakan suatu tugas bila mereka telah mempunyai keterampilan

prasyarat. Sedangkan individu yang mempunyai self efficacy yang rendah

akan terganggu oleh keraguan terhadap kemampuan diri dan mudah

menyerah bila menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas.

d. Kualitas usaha

Penggunaan strategi dalam memproses suatu tugas secara lebih

mendalam dan keterlibatan kognitif dalam belajar memiliki hubungan yang

erat dengan self efficacy yang tinggi. Suatu penelitian dari Pintrich dan De

Page 8: teori dan info self efficacy

Groot menemukan bahwa siswa yang memiliki self efficacy tinggi

cenderung akan memperlihatkan penggunaan kognitif dan strategi belajar

yang lebih bervariasi.

Sebuah penelitian telah menemukan bahwa ada hubungan yang erat

antara self efficacy dan orientasi sasaran (goal orientasi). Self efficacy dan

achievement siswa meningkat saat mereka menetapkan tujuan yang

spesifik, untuk jangka pendek, dan menantang. Meminta siswa untuk

menetapkan tujuan jangka panjang adalah hal yang baik seperti: “Saya

ingin malanjutkan ke perguruan tinggi”, tetapi akan sangat lebih baik kalau

mereka juga membuat tujuan jangka pendek tentang apa yang harus

dilakukan seperti: “Saya harus mendapatka nilai A untuk tes matematika

yang akan datang”.

II.I.D Pengukuran Self Efficacy

Menurut Bandura (1977) sebagaimana dikatakan dalam tesis yang

berjudul Goal Orientantion, Self Efficacy dan Prestasi Belajar pada Siswa

Peserta dan Non Peserta Program Pengajaran Intensif di Sekolah oleh

Retno Wulansari tahun 2001, pengukuran self efficacy yang dimilki

seseorang mengacu pada tiga dimensi, yaitu:

a. Magnitude, yaitu suatu tingkat ketika seseorang meyakini usaha atau

tindakan yang dapat ia lakukan

b. Strength, yaitu suatu kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang

yang dapat ia wujudkan dalam meraih performa tertentu.

c. Generality, diartikan sebagai keleluasaan dari bentuk self efficacy yang

dimiliki seseorang untuk digunakan dalam situasi lain yang berbeda.

Page 9: teori dan info self efficacy

II.1.E Strategi untuk Meningkatkan Self Efficacy

Untuk meningkatkan self efficacy siswa, ada beberapa strategi

yang dapat kita lakukan (Stipek, 1996) yaitu :

a. Mengajarkan siswa suatu strategi khusus sehingga dapat

meningkatkan kemampuannya untuk fokus pada tugas-tugasnya.

b. Memandu siswa dalam menetapkan tujuan, khususnya dalam membuat

tujuan jangka pendek setelah mereka mebuat tujuan jangka panjang.

c.Memberikan reward untuk performa siswa

d. Mengkombinasikan strategi training dengan menekankan pada tujuan

dan memberi feedback pada siswa tentang hasil pembelajarannya.

e. Memberikan support atau dukungan pada siswa. Dukungan yang positif

dapat berasal dari guru seperti pernyataan “kamu dapat melakukan ini”,

orang tua dan peers.

f. Meyakinkan bahwa siswa tidak terlalu aroused dan cemas karena hal itu

justru akan menurunkan self efficacy siswa.

g. Menyediakan siswa model yang bersifat positif seperti adult dan peer.

Karakteristik tertentu dari model dapat meningkatkan self efficacy siswa.

Modelling efektif untuk meningkatkan self efficacy khususnya ketika siswa

mengobservasi keberhasilan teman peer nya yang sebenarnya

mempunyai kemampuan yang sama dengan mereka.

II.2 Motivasi

II.2.A Pengertian dan Manfaat Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal yang menyebabkan kita

bertindak, mendorong kita pada arah tertentu, dan menjaga kita tetap

Page 10: teori dan info self efficacy

bekerja pada aktivitas tertentu (Elliott dkk, 2000). Motivasi merupakan

konstruk psikologi penting yang mempengaruhi pembelajaran dan

performa dalam empat cara yaiti :

a. Motivasi meningkatkan energi individu dan level aktivitasnya (Pintrich,

Marx, & Boyle, 1993)

b. Motivasi mengarahkan individu menuju tujuan tertentu ( Eclcles &

Wigfield, 1985)

c. Motivasi menaikkan inisiatif dari aktivitas tertentu dan ketekunan dalam

aktivitas tersebut (Stipek, 1998)

d. Motivasi mempengaruhi strategi pembelajaran dan proses kognitif dari

usaha seseorang (Dweck & Elliot, 1983).

Aspek lain yang sering dibicarakan adalah mengenai motivasi intrinsik dan

ekstrinsik. Motivasi intrinsik atau Motivasi orientasi internal berarti bahwa

siswa menunjukkan hasrat untuk belajar tanpa kebutuhan dorongan dari

luar dirnya. Apabila respon siswa merujuk pada dorongan dari luar maka

dikatakan bahwa ia memiliki motivasi ekstrinsik. Tujuan jangka panjang

yang diinginkan oleh kebanyakan orang tua dan pendidik adalah melihat

siswa mengembangkan dirinya sehingga memiliki motivasi intrinsik dalam

belajar.

Ada beberapa perspektif dari motivasi, diantaranya adalah perspektif

behavioral. Perspektif ini menekankan tentang pentingnya motivasi

ekstrinsik dalam achievement. Menurut perspektif ini, rewards dan

punishment eksternal merupakan kunci yang menentukan motivasi siswa.

Hal itu disebabkan karena insentif merupakan suatu stimulus atau event

baik positif maupun negatif yang dapat memotivasi tingkah laku siswa.

Page 11: teori dan info self efficacy

II.2.B Teori-teori motivasi

1. Hierarki Kebutuhan Maslow

Konsep paling terkenal dari Abraham Maslow (1987) adalah self-

actualization, yang berarti bahwa kita menggunakan kemampuan

kita sampai batas akhir potensi kita. Apabila kita dapat meyakinkan

siswa bahwa mereka akan dan dapat memenuhi janji mereka,

maka saat itu mereka sedang berada pada jalur menuju self

actualization. Self actualization merupakan konsep pertumbuhan,

siswa bergerak menuju tujuan setelah memenuhi kebutuhan

dasarnya. Pertumbuhan menuju self actualization mensyaratkan

kepuasan akan hierarki kebutuhan. Lima dasar kebutuhan dalam

teori hierarki kebutuhan Maslow adalah :

1. Kebutuhan fisiologis seperti lapar, tidur dan lain-lain. Sebagai

contoh, siswa yang tidak sarapan sebelum kegiatan bealjar

mengajar sulit untuk berkonsentrasi di kelas

2. Kebutuhan akan rasa aman yaitu bebas dari rasa takut dan

kecemasan (T) tinggi.

3. Kebutuhan akan rasa cinta dan kepemilikan, merujuk pada

kebutuhan akan keluarga dan teman.

4. Kebutuhan akan harga diri, mencakup reaksi orang lain

terhadap diri kita sebagai individu dan pandanagn kita terhadap

diri sendiri.

5. Kebutuhan akan self actualization

Page 12: teori dan info self efficacy

2. Weiner and Attributions About Sucess or Failure.

Attributions theory didasarkan pada tiga asumsi dasar (Petri,

1991) yaitu :

a. Ability (kemampuan) : Atribusi terhadap kesuksesan dan

kegagalan memiliki implikasi penting dalam mengajar

sejak asumsi siswa tentang kemampuan mereka

berdasarkan pada pengalaman masa lalu. Ketika siswa

memiliki sejarah kegagalan, mereka sering

mengasumsikan bahwa mereka memang kurang

mampu. Studii Schunk (1989) tentang hubungan antara

self efficacy dan pembelajaran, melaporkan bahwa siswa

yang memasuki ruangan kelas dengan kemampuan dan

pengalaman yang mempengaruhi self-efficacy mereka

terhadap initial learning. Ketika berhasil, sense siswa

terhadap self-efficacy meningkat dan pada gilirannya

akan meningkatkan motivasi

b. Effort (usaha) : Weiner (1990b) menemukan bahwa

siswa biasanya tidak mengetahui tentang bagaimana

sulitnya mereka berusaha untuk sukses. Siswa

mengetahui usaha mereka dengan cara mencari tahu

sebaik apa mereka dalam tugas partikular.

c. Luck : Siswa yang memiliki kepercayaan yang rendah

terhadap atribut kemampuan mereka, mereka akan

menganggap kesuksesan sebagai hasil dari

keberuntungan

d. Task Difficulty : Biasanya dinilai dariperforma yang lain

pada tugas tersebut. Apabila banyak yang berhasil,

maka tugas dirasa mudah dan sebaliknya.

Page 13: teori dan info self efficacy

3. Operant Conditioning oleh Skinner

Merujuk pada B. F. Skinner (1971), tingkah laku dibentuk dan

dipelihara oleh konsekuensinya. Konsekuensi dari tingkah laku

sebelumnya mempengaruhi siswa. Tidak ada komponen motivasi

internal atau motivasi intrinsik secara mayor dalam proses tersebut.

Apabila siswa mengumpulkan reinforcement untuk tingkah laku

tertentu, mereka cenderung mengulangnya disertai kekuatan.

Apabila tidak, siswa cenderung kehilangan minat dan performa

mereka memburuk. Hal ini membuktikan bahwa positive

reinforcement merupakan jawaban paling tepat. Siswa diberikan

reward ketika memberikan respon yang tepat dan tidak dihukum

ketika memberikan respon yang tidak tepat. Siswa tersebut akan

merasa bebas dan senang ketika berada di dalam dan di luar

situasi belajar mengajar karena mereka telah menciptakan pola

tingkah laku yan menghasilkan kesuksesan, hubungan yang

menyenangkan dengan orang lain, dan hasil yang pantas diterima.

Skinner menyatakan bahwa memberitahu siswa bahwa mereka

tidak mengetahui sesuatu tidak memberikan motivasi sedikitpun

kepada mereka. Sebaliknya, memberikan materi dalam jumlah kecil

dengan segera memberikan positive reinforcement kepada mereka.

Metode Reinforcement lebih tepat digunakan ketika siswanya

mengalami kecemasan tinggi mengenai pembelajaran, motivasi

rendah, atau memiliki sejarah kegagalan akademis.

II.2.C Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Siswa

Beberapa hal yang mempengaruhi motivasi siswa adalah :

1. Kecemasan

Page 14: teori dan info self efficacy

Kecemasan adalah sensasi tidak menyenangkan yang sering

dialami sebagai perasaan kekhawatiran dan iritabilitas umum yang

disertai restlessness, fatigue, dan bermacam-macam simptom

somatis seperti sakit kepala dan sakit perut (Chess & Hassibi,

1978, p. 241).

Sejak perhatian kita secara primer mengacu pada. kecemasan, kita

harus menyadari bahwa motivasi intens dan ekstrim yang

menghasilkan kecemasan tinggi memiliki efek negatif pada

performa. Motivasi sedang merupakan tingkat yang diinginkan

dalam mempelajari tugas kompleks. Yorkes-Dodson law adalah

prinsip yang menyatakan bahwa motivasi ideal akan menurun

secara intens ketika kesulitan tugas meningkat.

2. Rasa keingintahuan (curiousity) dan minat

Tingkah laku curious sering digambarkan dengan istilah lain seperti

exploratory, manipulative, atau aktif yang kurang lebih memiliki arti

yang sama dengan tingkah laku curious itu. Menurut Loewenstein

(1994), curiousity adalah hal kognitif berdasarkan emosi yang

muncul ketika siswa menyadari bahwa ada diskrepansi atau konflik

antara apa yang ia percayai benar tentang dunia dan apa yang

sebenarnya terjadi.

Minat kurang lebih sama dan berkaitan dengan curiousity. Minat

adalah karakteristik yang dipertahankan yang diekspresikan oleh

hubungan antara belajar dan aktivitas atau objek partikular (Deci,

1992).

3. Locus of Control

Page 15: teori dan info self efficacy

Locus of control adalah penyebab dari suatu tingkah laku,

beberapa orang mempercayai suatu hal disebabkan oleh sesuatu

yang ada dalam diri mereka, ada pula yang mempercayai hal itu

akibat sesuatu yang ada di luar diri mereka. Individu yang

mengatribusikan penyebab tingkah laku adalah factor-faktor di luar

diri mereka disebut individu dengan locus of control external, dan

sebaliknya apabila berasal dari dalam diri sendiri disebut locus of

control internal .

4. Learned Helplessness

Learned helplessness adalah reaksi beberapa individu yang

berupa frustasi dan secara mudah menyerah setelah kegagalan

yang berulang-ulang (Seligman, 1975). Tiga komponen dari

learned helplessness memiliki kegunaan particular untuk kelas

yaitu :

a. Kegagalan untuk memulai tindakan berarti bahwa siswa yang

memiliki pengalaman learned helplessness cenderung untuk

tidak mencoba mempelajari materi baru.

b. Kegagalan dalam belajar berarti bahwa walaupun arah baru

diberikan kepada siswa tersebut, mereka tidak memepelajari

apapun dari hal itu.

c. Masalah emosional sepertinya menyertai learned helplessness.

Frustrasi, depresi dan rasa tidak kompeten muncul secara

berkala.

II.2.D Strategi untuk Meningkatkan Motivasi

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

motivasi siswa, yaitu:

Page 16: teori dan info self efficacy

a. menyediakan model yang kompeten yang dapat memotivasi mereka untuk

belajar.

b. Menciptakan atmosfer yang menantang dan tingkat harapan yang tinggi

c. Mengkomunukasikan pada siSwa bahwa mereka akan menerima

dukungan akademik dan emosional.

d. Mendorong motivasi intrinsik siswa untuk belajar

e. Bekerja sama dengan siswa untuk membantu mereka menetapkan tujuan

dan rencana serta memonitor perkembangannya

f. Menyeleksi tugas-tugas pembelajaran yang merangsang ketertarikan dan

keingintahuan siswa.

g. Menggunakan teknologi secara efektif.

II.3 Self Esteem

Self esteem merupakan evaluasi secara menyeluruh dari dimensi diri. Self

esteem juga mengacu pada harga diri atau self image dan merefleksikan

kepercayaan diri serta kepuasan individu terhadap diri mereka.

Sebuah penelitian menemukan bahwa setidaknya ada 4 strategi untuk

meningkatkan self esteem siswa, yaitu:

a. Mengidentifikasi penyebab rendahnya self esteem dan area-area

kompeten dalam diri

b. Memberikan dukungan sosial dan emosional

Roger mengatakan bahwa penyebab utama individu mempunyai self esteem

yang rendah adalah karena mereka tidak diberikan dukungan sosial dan

Page 17: teori dan info self efficacy

emosional yang cukup. Dukungan sosial dan emosional dapat membuat

suatu perubahan besar dalam membantu siswa untuk menilai lebih diri

mereka.

c. Membantu siswa untuk berprestasi.

Prestasi dapat meningkatkan self esteem siswa dan Galskin meningkatkan

self esteem siswa dengan cara meningkatkan kemampuan akademik mereka.

d. Mengembangkan kemampuan coping skill siswa. Saat siswa menghadapi

suatu masalah dan mengatasinya, bukan nya menghindari, maka hal itu akan

meningkatkan self esteem mereka.

II.4 MODELING

Proses belajar dengan modeling meliputi observasi terhadap pola-pola

tingkah laku, yang kemudian diikuti dengan perfoma atau tingkah laku yang

serupa. Model yang diobservasi adalah seseorang atau representasi dari

sebuah pola respon (Wittig, 1981:51).

Beberapa nama lain dari modeling yaitu:

1. Obsevational learning

Pembalajaran ini ditekankan pada atensi yang dilakukan observer terhadap

pola tingkah laku yang dilakukan oleh model.

2. Social learning

Pembelajaran ini ditekankan pada hubungan interpersonal yang terjadi antara

observer dengan model.

3. Vicarious learning

Pembelajaran ini ditekankan pada konsekuensi yang terjadi pada model yang

diobservasi oleh observer, sehingga membantu observer untuk menentukan

apakah tingkah laku diikuti atau tidak.

Pembelajaran dengan modeling terdiri dari empat bantuk atau jenis, yaitu:

1. Berdasarkan bentuk materi

Page 18: teori dan info self efficacy

a. Sensory modeling

Sensory modeling adalah proses pembelajaran modeling dimana materi

diberikan secara sensoris.

b. Verbal modeling

Verbal modeling adalah proses pembelajaran modeling dimana materi

diberikan secara verbal atau deskriptif.

2. Berdasarkan kontak antara observer dengan model

a. Live modeling

Live modeling adalah proses pembelajaran modeling dimana model hadir

dalam situasi yang bersamaan dengan observer atau terjadi kontak langsung

antara model dengan observer.

b. Symbolic modeling

Symbolic modeling adalah proses pembelajaran modeling dimana model

tidak hadir dalam situasi yang bersamaan dengan observer atau tidak terjadi

kontak antara model dengan observer.

Karakteristik model mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

keefektifan pembelajaran dengan modeling. Beberapa karakteristik model

tersebut adalah:

1. Model similarity

Bukti penelitian mengindikasikan bahwa semakin mirip karakteristik yang

dimiliki model dengan observer, semakin memungkinkan terjadinya

pembelajaran dengan modeling. Karakteristik seperti jenis kelamin, usia, latar

belakang, dan hobi dapat digunakan untuk menentukan kesamaan.

2. Model status

Penelitian juga mengindikasikan bahwa model dengan status yang lebih

tinggi dari observer lebih memungkinkan untuk diikuti atau observer akan

lebih mengimitasikan tingkah laku subjek tersebut. Status dapat merupakan

hasil dari posisi dan peran yang dimiliki model. Posisi mengacu pada jabatan

di pekerjaan atau fungsi yang dimiliki model berdasarkan jabatannya

tersebut. Sedangkan peran mengacu pada tingkah laku aktual dari model

Page 19: teori dan info self efficacy

dalam di dalam posisinya.

3. Model standards

Observer akan cenderung mengikuti tingkah laku model sesuai dengan

standar tingkah laku atau tingkat keberhasilan tingkah laku yang dimiliki oleh

model. Beberapa modeling mungkin mencakup standar dari self-

reinforcement atau standar moral.

Teori sosial kognitif dari Bandura mempunyai relevansi untuk motivasi dan

self-directed learning. Siswa yang datang ke sekolah biasanya akan

cenderung mengikuti pengaruh yang kuat di sekolah dengan tidak

memberitahu mereka apa yang harus dilakukan, tapi dengan memberikan

contoh untuk apa yang harus diikuti oleh mereka. Guru harus menjadi model

sebanyak mungkin bagi siswa karena tingkah laku mereka dapat memotivasi

siswa dengan kuat untuk tingkah laku siswa.

II.5 Persuasi

Persuasi adalah proses menciptakan state of identification antara sumber dan

obyek penerima (receiver) yang dihasilkan dari penggunaan symbol-simbol

verbal dan atau visual (Larson, 2004). Proses persuasi meliputi 5 tahap

berikut:

1. Atensi (Attension). Jika obyek persuasi (persuadee) tidak menaruh

perhatian pada pesan yang akan disampaikan, maka persuasi tidak akan

berhasil dilakukan.

2. Komprehensi (Comprehension). Jika persuadee tidak mengerti atau

memahami pesan yang disampaikan, maka persuasi tidak akan berhasil

dilakukan.

3. Penerimaan (Acceptance). Jika persuadee menolak isi dari pesan tersebut

setelah memperhatikan dan memahaminya, maka persuasi tidak akan

berhasil dilakukan.

4. Retensi (Retension). Persuadee harus menunda tingkah lakunya untuk

beberapa waktu setelah ketiga tahap di atas dilakukan. Mereka harus

Page 20: teori dan info self efficacy

mengingat kembali pesannya sampai waktunya tepat untuk melakukan

tingkah laku seperti yang diharapkan.

5. Tindakan (Action). Orang bertingkah laku secara logis dan konsisten

dengan argumen orang yang mempersuasi (persuader).

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi diterima atau ditolaknya

sebuah pesan persuasi:

1. Efek dari sumber persuasi (Source Effect). Faktor yang mempengaruhi

penerimaan persuasi terdiri dari 2 hal:

a. Kredibilitas Keterpercayaan dari persuader

b. Keatraktifan dari persuader terhadap persuadee

2. Efek Pesan (Message effects).Menurut seorang Psikolog yang bernama F.

H. Lund (1925), bukti-bukti yang dianggap paling penting harus dihadirkan di

awal (primacy effect) dibandingkan di akhir (Recency effect). Motivasi juga

memainkan peranan penting dalam memproses sebuah informasi. Urutan

dari isi pesan menimbulkan sedikit perbedaan pada pesan yang

membutuhkan kognisi yang tinggi untuk memprosesnya. Ada perbedaan

substansi pada pesan yang diberikan pada orang-orang yang tidak

termotivasi untuk memproses informasi. Sebuah studi menyatakan bahwa

opini seseorang dapat berhasil diubah/dipersuasi jika informasi yang

diinginkan oleh persuadee dihadirkan lebih dahulu, sebelum informasi yang

tidak terlalu diinginkan.

Seseorang membutuhkan alasan yang kuat sebelum memutuskan untuk

mengubah sikap, kepercayaan, dan keputusannya sesuai dengan pesan

yang disampaikan melalui proses persuasi. Walaupun persuader adalah

seseorang yang sangat berkompeten, tetapi orang masih membutuhkan

suatu bukti tambahan untuk meyakinkan keputusan mereka untuk berubah.

Bukti yang dapat diberikan kepada persuadee dapat berupa:

1. Bukti statistik. Bukti statistic dapat mempersuasi dengan baik ketika

tampilannya sederhana dan mudah untuk dimengerti.

2. Naratif dan anekdot. Naratif membuat pesan yang disampaikan mudah

untuk diingat.

Page 21: teori dan info self efficacy

3. Testimoni. Orang akan lebih memperhatikan seorang persuader yang

hanya menggunakan perasaan dan opininya sendiri. Hal inilah yang

mendasari mengapa testimony.dari seseorang akan sangat berharga. Tentu

saja, persuasi akan lebih berhasil jika menghadirkan orang yang dianggap

berkompeten untuk menceritakan prestasi seseorang, produk atau ide

tertentu.

4. Bukti visual. Demonstrasi aktual dari produk tidak selalu mungkin

dilakukan, tetapi persuader dapat mengembangkan berbagai macam bukti

visual (seperti grafik ) untuk membantu persuadee mengerti permasalahan.

Grafik haruslah simple karena jika terlalu kompleks akan membingungkan.

Selain itu bukti visual haruslah menonjol, misalnya dapat menggunakan

gambar.

5. Perbandingan dan Kontras. Komparasi dapat membuat persuadee melihat

perbedaan antara 2 sisi dari masalah atau antara 2 kasus.

6. Analogi, penggunaan analogi dapat efektif, tetapi juga beresiko. Oleh

karena itu, pemilihan analogi haruslah hati-hati.

Social Learning Theory

Bandura menyatakan bahwa respon seseorang dalam menyikapi interaksi

antara perasaanya (internal state) dan Social reinforcement yang tercermin

dalam tingkah lakunya terhadap orang lain. Reinfocers berasal dari dua

sumber. Pertama adalah informasi eksternal, baik yang berasal dari

pengalaman sendiri maupun orang lain, dan yang kedua adalah reinfocer

yang dikembangkan subyek sendiri di dalam dirinya (internal), contohnya

adalah konsep diri.

Salah satu sumber reinfocers eksternal menurut Bandura adalah berasal dari

Role model, seperti figure olahragawan, pebisnis yang sukses, pemimpin

spiritual, dan lain-lain. Beberapa model ini mempengaruhi kita melalui media

massa dan dapat mempersuasi banyak orang untuk berperilaku sama

dengan apa yang mereka lakukan .

II.6 Perbedaan Sosioekonomi

Page 22: teori dan info self efficacy

Sosioeconomic Status (SES) adalah kedudukan umum social dan ekonomi

seseorang dalam masyarakat (meliputi pendapatan keluarga, pekerjaan dan

level pendidikan). SES sebuah keluarga (apakah itu SES tinggi, sedang atau

rendah) memberikan arti kedudukan mereka dalam masyarakat atau

seberapa fleksibel mereka dalam kehidupan dan apa yang mereka beli.

Seberapa besar pengaruh mereka dalam pengambilan keputusan politik,

kesempatan pendidikan yang dapat mereka tawarkan pada anak mereka,

dan lain-lain.

Siswa dengan SES rendah ada bermacam-maca kelompok (Sidel, 1996).

Diantaranya ada yang berasal dari keluarga yang mampu memenuhi

kebutuhan dasar mereka (seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal) tapi

tidak mempunyai uang untuk bermewah-mewah. Kelompok yang lain bahkan

hidup di kehidupan miskin yang sangat ekstrim, dan kelompok ini mempunyai

resiko yang lebih untuk mengalami kegagalan akademik dan dalam

kebutuhan akan perhatian dan dukungan (support).

Ada beberapa faktor yang mungkin berkontribusi dalam prestasi yang rendah

dari siswa dengan SES rendah. Siswa yang hanya memiliki 1-2 faktor yang

mempengaruhinya masih bisa berprestasi dengan baik di sekolah. Namun

siswa yang menghadapi banyak faktor yang mempengaruhi SES-nya

mempunyai resiko yang besar untuk mengalami kegagalan akademik. Faktor-

faktor tersebut antara lain:

1. poor nutrition. Nutirisi yang buruk dapat mempengaruhi prestasi sekolah

baik secara langsung maupun tidak langsung (Byrnes, 2001;

Sigman&Whaley, 1998; R. A. Thompson&Nelson, 2001). Pengajar

seharusnya dapat mengambil langkah-langkah penting untuk memastikan

para siswa tersebut terpenuhi gizinya. Contohnya pengajar harus

memastikan bahwa semua siswa bisa mendapatkan makanan bergizi secara

murah atau gratis dari program yang telah diselenggarakan oleh sekolah

(Ormrod, 2006).

2. inadequate housing (Tempat tinggal yang kurang memadai)

3. emotion stress (Tekanan emosional, seperti depresi, cemas, dll)

Page 23: teori dan info self efficacy

4. gaps in background knowledge (jurang perbedaan tentang pengetahuan

awal)

5. less parental involvement in school activities and homework (Kurangnya

keikutsertaan orangtua dalam aktivitas sekolah dan pekerjaan rumah)

6. lower-quality school (Kualitas sekolah yang rendah), etc.(Omrod, 2006)

Penelitian memberikan guru alasan untuk optimis kepada siswa dengan latar

belakang pendapatan yang rendah mampu berprestasi tinggi jika guru juga

berkomitmen untuk membantu mereka dan memberikan mereka program

akademik yang kuat dan mendukung usaha belajar mereka.

Konsep self efficacy yang diharapkan oleh bandura (snow, 1992) menyatakan

bahwa prasyrat untk berhasil adalah mengkombinasikan kemampuan dengan

keyakinan dalam diri. Keyakinan disini menyatakan besarny keyakinan yang

dimiliki seseorang untuk melaksanakan yang dibutuhkan secara berhasil.

Semakin besar keyakinan yang dimiliki, semakin besar kemungkinanny untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Kemampuan merupakan perkiraan individu

mengenai kemampuan yang dimilikinya berdasarkan keberhasilkannya pada

waktu2 lampau (sense of mastery). Semakin sering mhssw mengalami

keberhasilan dalam setiap hal yang dilakukan, semakin baik perkiraan tersebut.

SE mempengaruhi penyeleksian dan ketekunan dalam melakukan sesuatu

(liebert&spiegler, 1982). Pada tk penyelesaiannya, se yg dimiliki berpengaruh thd

pemilihan kegiatan. Mksdnya adalah individu cenderung u memilih situasi yang

diyakini dapt diatasi drpd situasi yg sifatnya mengncm kemampuannya. Individu

tdk akan memilih kegiatan yang dpt menurunkan se yg dimiliki.

Se tdk hanya mempengaruhipemilihan situasi dan kegiatan yang akan dilakukan,

tetapi melalui harapan akan keberhasilan atas situasi yang dihadapi dapat

berpengaruh terhadp usaha yang dilakukan. Harapan akan keberhasilan

menentukan seberapa besar usaha yang diberikan dan seberapa akan bertahan

Page 24: teori dan info self efficacy

dalam menghadapi rintangan dan pengalaman yang menyakitkan. Semkn kuat

se yang dimiliki, semakin aktif usaha yang dilakukan.

Individu dengan se yang tinggi akan mentapkan tujuan yang lebih tinggi dan

tidak gentar menghadapi kegagalan. Kegagalan dianggap sebagai sebagi

kurangnya usahayang dilakukan, oleh krn itu mereka dapat bertahan lebih lama

dalam menghadapi kesulitan. Indvidu yang memiliki se yang rendah, akan

menghindari semua tugas dan menyerah dgn mudah ketika masalah

muncul.mereka cenderung menganggap kegagalan sebagai kurangnya

kemampuan yang dimiliki (Bandura, 1993,1997; Zimmerman, 1995)

Berdasarkan uraian di atas, berarti mahasiswa yang memiliki self eff yang tinggi

akanmelakukan usaha yang lebih dan memiliki daya tahan terhadap

permasalahn yang timbul. Usaha dan daya tahan ini dapat membantu

mahasiswa untuk melakukan penyesuain terhadap bidang studinya. Untuk dapat

melakukan penyesuaian terhadp bdg studi, mhasswa harusmelakukan semua

tuntutan akademis. Tuntutan akademis dapat dipenuhi oleh mhsswa apabila mau

berusaha dan tidak cepat menyerah ketika menghadapisuatu masalah.

Kriteria pertama dari mahasiswa yg berhasil memenuhi tuntutan akademis

adalah mendapatkan pengetahuan dri ilmu yang dipelajari. Pengetahuan yang

diperolh tergantung pada hasil ujian yang diikuti mahasiswa. Ketika seseorang

mau berusaha untuk mempelajari suatu mata kuliah dgn sungguh2 maka nilai

yang diperoleh tidak akan mengecewakan dirinya. Jadi ada usaha yang adekuat

dari mhsswa yang bersangkutan. Usaha yang dilakukan tersebut menunjukkan

seseorang yang memiliki se tinggi.

Demikian pula dengan kriteria kedua, yaitu menerapkan berbagai fakta, teori,

dan prinsip yang sudah dipelajari untuk menyelesaikan setiap permasalahan

yang mngkn muncul dalam kehidupannya. Mahasiswa tidak akan biasa

menerapkan ilmu yang sudah dipelajari dengan baik apabila penguasaannya

terhadap ilmu tersebut kurang. Untuk dapat menguasai dgn baik, mahasiswa

harus belajar sungguh2 dan berusaha untuk memehami setiap teori yang

dipelajari dgn benar. Kembali diperlukan suatu usaha dan ketekunan u mencapai

Page 25: teori dan info self efficacy

kriteria ini. Ketekunan danusaha merupakan efek langsung dr keyakinan dan

kemampuan yg dimiliki mhsswa dalammelakukan sesuatu.

Untuk tergerak memperoleh nilai secara optimal,menerapkan pengetahuan,

menguasai materi pelajaran dan kelulusan,mahasiswa harus belajar dengan

sungguh2, seperti menggunakan fasilitas perpustakaan untuk mnecari bahan2

atau literatur lain yang dapat memmbantu pemahaman mereka, membaca

terlebihdahulku sebelum kuliah dan mengukang kembalui materi opelajaran yang

ddpt. Rajin membaca, atau berdiskusi dgn teman2nya. Proses motyivasi

merupakan penggerak untuk bertindak. Usaha dan ketekunan