penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
Post on 10-Feb-2018
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
1/47
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah
ke seluruh tubuh. Tekanan ini diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam
arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang
menetap. Jika sirkulasi darah tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem
transportasi oksigen, karbon dioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya yang
mengakibatkan timbulnya keluhan klinis. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara
lain yang dikenal sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan
darah rendah.1
Hipertensi yang disebut sebagai silent killer merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Prevalensi Hipertensi
di Indonesia cukup tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan
sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terbukti dari hasil
pengukuran tekanan darah pada masyarakat yang berusia di atas 18 tahun ditemukan bahwa
prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Daripada jumlah tersebut sebesar
7,2% penduduk yang telah mengetahui menderita hipertensi, dengan 0,4% daripada penderita
hipertensi yang minum obat hipertensi.1,2 Suatu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan
prevalensi hipotensi ortostatik di Indonesia dan faktor prediksi terjadinya hipotensi ortostatik
pada orang berusia 40 tahun ke atas di Indonesia menunjukkan prevalensi hipotensi ortostatik
sangat tinggi.
Pada penelitian Felix F.W. et al 2013 menunjukkanprevalensi prehipertensi dan
hipertensi cukup tinggi pada dewasa muda di pelayanan kesehatan dasar di daerah pedesaan.
Dari 111 dewasa muda, 34,2% memiliki prehipertensi dan 17,1% memiliki hipertensi. Jika
dibandingkan menurut jenis kelamin, wanita lebih banyak mengalami prehipertensi, tetapi
hipertensi lebih banyak terjadi pada pria.3
Penelitian Analia R.L, Michelle D.M, Celita S., 2013 menunjukkan gejala pusing
mempunyai prevalensi yang tinggi di seluruh dunia, dengan kira-kira 2% dewasa muda
mengeluh gejala ini, 30% pada usia di atas 65 tahun, dan hampir 33% pada usia 85 tahun.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
2/47
2
Sedangkan gejala hipertensi yang sering ditemukan pada golongan usia lanjut seperti
ditemukan adalah 25% dari 437 perempuan dan 21% dari 204 laki-laki mempunyai keluhan.
Gejala yang menonjol yang ditemukan pada penderita perempuan dibandingkan penderita
laki-laki adalah nyeri sendi tangan; 35% berbanding 22%, berdebar-debar: 33% berbanding
17%, mata kering: 16% berbanding 6%, penglihatan kabur: 35% berbanding 23%, kram pada
tungkai: 33% berbanding 31%, nyeri tenggorok; 15% berbanding 7%.4
Pada penelitian tentang prevalensi hipertensi dan determinanya di Indonesia (Ekowati
R.,Sulistyowati T.,2009) menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran
termasuk kasus yang sedang minum obat, secara nasional adalah 32,2%. Prevalensi tertinggi
ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (37,2%) sedangkan terendah di Papua Barat
(20,1%). Berdasarkan pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah
32,2%, sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau
riwayat minum obat hanya 7,8% atau hanya 24,2% dari kasus hipertensi di masyarakat.
Berarti 75,8% kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan
kesehatan. Faktor risiko hipertensi di Indonesia adalah umur, pria, pendidikan rendah,
kebiasaan merokok, konsumsi minuman berkafein >1 kali per hari dan makanan berlemak,
konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, obesitas dan obesitas abdominal.4
1.2. Rumusan Masalah
1) Terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain yang dikenal sebagaihipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah.
2) Hipertensi sudah menjadi peringkat pertama masalah kesehatan masyarakat, diikutidengan penyakit-penyakit degeneratif lainnya. Prevalensi hipertensi di berbagai
daerah di Indonesia memiliki kecenderungan peningkatan.
3) Sampai saat ini belum ada data mengenai prevalensi hipotensi ortostatik di Indonesia.Suatu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan prevalensi hipotensi ortostatik di
Indonesia menunjukkan prevalensi hipotensi ortostatik masih tinggi.
4) Banyaknya faktor-faktor yang berhubungan dengan kelainan tekanan darah.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
3/47
3
1.3.Tujuan
1.3.1. UmumDiketahui hubungan antara tekanan darah dengan keluhan klinis dan faktor-faktor yang
berhubungan pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan.
1.3.2. Khusus
1)Diketahui prevalensi kejadian kelainan tekanan darah pada pengunjung PuskesmasKelurahan Kedoya Selatan.
2)Diketahui distribusi menurut keluhan klinis yang timbul yang berkait dengan tekanandarah pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan.
3)Diketahui distribusi menurut usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi dalam keluarga,status gizi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, konsumsi makanan berlemak dan stress
pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan.
4)Diketahui hubungan antara usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi dalam keluarga,status gizi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, asupan makanan berlemak dan stres
terhadap tekanan darah sehingga timbulnya keluhan klinis pada pengunjung Puskesmas
Kelurahan Kedoya Selatan.
1.4. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Melatih kemampuan dalam melaksanakan penelitian di masyarakat.
b. Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan
darah dan keluhan klinis.
2. Bagi Fakultas Kedokteran Ukrida
Merupakan bahan masukan dan informasi untuk kepentingan pendidikan dan tambahan
kepustakaan dalam penelitian mengenai hubungan antara tekanan darah terhadap keluhan
klinis dengan faktor yang berhubungan.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
4/47
4
3. Bagi Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan
Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan-
kebijakan di bidang kesehatan di masa mendatang khususnya pelaksanaan pasien dengan
kelainan tekanan darah. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi data dasar bagi penelitian
selanjutnya.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
5/47
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.1.1. Definisi
a) Tekanan DarahTekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding arteri ketika darah tersebut
dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada
sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi
homeostatsis di dalam tubuh. Dan jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, makaterjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbon dioksida, dan hasil-hasil
metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan
seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan
cairan cerebrospinalis dan lainnya. Sehingga mekanisme pengendalian tekanan darah penting
dalam rangka memeliharanya sesuai dengan batas-batas normalnya, yang dapat
mempertahankan sistem sirkulasi dalam tubuh.1
Tekanan darah sistolik (atas) adalah puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi
dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah sistolik dicatat apabila
terdengar bunyi pertama (Korotkoff) pada alat pengukur darah. Tekanan darah diastolik
(bawah) diambil ketika tekanan jatuh ke titik terendah saat istirahat dan mengisi darah
kembali. Tekanan darah diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff V).
Terdapat dua macam kelainan tekanan darah antara lain dikenali sebagai hipertensi atau
tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah.1
b) HipertensiHipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap diatas atau sama dengan 140/90
mmHg. Berbagai faktor resiko yang sudah dikenal seperti gaya hidup tidak aktif, merokok,
dislipidemi, kelebihan berat badan terutama kelebihan lingkar perut dan stress mempunyai
peran sebesar 90-95% dalam terjadinya hipertensi.6 Menurut WHO hipertensi adalah
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg secara konsisten dalam beberapa waktu.
7
Hipertensi disebut sebagai silent killer yang merupakan salah satu penyakit tidak menular.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
6/47
6
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Prevalensi Hipertensi
atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini
terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui
memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi.1
c) NormotensiMenurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), normotensi atau tekanan darah
normal adalah tekanan sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan diastolic kurang dari 80
mmHg.7
d) HipotensiHipotensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah lebih rendah dari 90/60mmHg atau
tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan gejala-gejala pusing dan pingsan.7 Tetapi
ada sesetengah individu dengan tekanan darah rendah dan tidak menunjukkan gejala. Ada
juga individu dengan tekanan darah tinggi mengeluhkan gejala klinis seperti pada tekanan
darah rendah jika tekanan darah mereka menurun sehingga 100/60 mmHg.
2.1.2. Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prahipertensi, hipertensi derajat I, dan derajat II.7
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7.7
KlasifikasiTekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120139 8089
Hipertensi derajat 1 140159 9099
Hipertensi derajat 2 >160 >100
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
7/47
7
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah World Health Organization (WHO) danInternational
Society Of Hypertension Working Group (ISHWG) 1999.
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal < 130 Dan < 85
Normal tinggi /
pra hipertensi
130139 Atau 8589
Hipertensi derajat I 140159 Atau 9099
Hipertensi derajat II 160179 Atau 100109
Hipertensi derajat III 180 Atau 110
Berdasarkan hasil berbagai studi eksperimental, kriteria operasional hipertensi yang
disepakati oleh pada ahli adalah TDS >140 mmHg atau TDD >90 mmHg. 6 Hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih
memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakannya dengan hipertensi sekunder karena
sebab-sebab yang diketahui. Hipertensi essensial (primer), merupakan tipe paling umum,
yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong hipertensi essensial sedangkan 10% tergolong hipertensi sekunder. Penyebab
umum hipertensi sekunder adalah kelainan ginjal, kelenjar endokrin, berbagai obat, disfungsi
organ, tumor, kehamilan, hipertiroid dan hiperaldosteronisme.7
2.1.3. Tipe Hipotensi
Terdapat beberapa tipe hipotensi. Individu dengan tekanan darah rendah biasanya mengalami
hipotensi kronik asimtomatik yang mana mereka tidak mempunyai keluhan klinis atau tanda
klinis dan tidak memerlukan pengobatan. Untuk mereka, tekanan darah rendah merupakan
keadaan yang normal. Sedangkan pada tipe hipotensi yang lain jika terjadi penurunan tekanan
darah yang mendadak dan terlalu rendah bisa menimbulkan gejala dan tanda dari ringan
hingga sedang. Terdapat tiga tipe hipotensi yang sering terjadi yaitu hipotensi ortostatik,
hipotensi terkait saraf dan hipotensi berat terkait syok.
a)Hipotensi Ortostatik. Tipe hipotensi ini terjadi apabila berubah posisi dari duduk atauberbaring ke posisi berdiri. Gejala yang dirasakan adalah pusing sehingga hamper
pengsan. Hal ini bisa terjadi pada semua golongan tetapi paling sering pada golongan
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
8/47
8
lanjut usia terutama yang mempunyai individu yang mempunyai masalah kesehatan.
Tipe hipotensi ini juga bisa menjadi salah satu gejala akibat masalah kesehatan yang lain.
b)Hipotensi terkait saraf atau Neurally Mediated Hypotension (NMH). Tipe hipotensi inisering terjadi pada keadaan berdiri yang terlalu lama sehingga menyebabkan gejala
pusing, pengsan atau sakit perut. Anak-anak dan dewasa muda sering mengalami
hipotensi ini.
c)Hipotensi Berat terkait syok. Penurunan tekanan darah sehingga mengakibatkan syokbisa membahayakan nyawa akibat daripada disfungsi organ vital seperti otak dan ginjal
karena tidak mendapat suplai darah yang cukup. Biasanya kondisi ini timbul karena
adanya faktor yang lain seperti kehilangan darah, infeksi berat, luka bakar dan reaksi
alergi, dan keracunan.
2.1.4. Diagnosis
a) Keluhan KlinisSecara umumnya keluhan klinis pada hipertensi adalah pusing, pegal di leher atau pundak,
suka marah-marah, lemas dan kurang semangat. Sedangkan keluhan klinis hipotensi adalah
pusing, bisa pingsan. Suatu penelitian dilakukan untuk evaluasi hubungan antara tekanan
darah dengan nyeri kepala berulang termasuk migraine dan nyeri kepala tipe tegang.Hubungan antara migraine dan tekanan darah telah lama dicurigai tetapi hubungan antara
kedua-duanya masih kontroversi. Selama beberapa tahun ini, diasumsikan bahwa hipertensi
mungkin menjadi penyebab nyeri kepala.8
Penelitian lain menunjukkan gejala pusing bisa disebabkan disfungsi pada segmen
yang berkait dengan sistem keseimbangan tubuh. Gejala ini mempunyai prevalensi yang
tinggi di seluruh dunia, dengan kira-kira 2% dewasa muda mengeluh gejala ini, 30% pada
usia di atas 65 tahun, dan hampir 33% pada usia 85 tahun. Gejala ini mengganggu kualitas
hidup individu dan membatasi pergerakan tubuh dan kepala sehingga mengganggu karier
individu. Tekanan darah tinggi dan pusing sering berhubungan karena individu dengan
hipertensi tidak terkontrol mempunyai gejala pusing.9
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
9/47
9
b) PemeriksaanStatus Gizi
Pengukuran antropometri hanyalah satu dari sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai
status gizi. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sangat sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan
berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB
atau BB/TB. Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian
populasi internasional untuk menilai risiko penyakit di antara orang dewasa.
BMI meningkat jelas terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari tekanan darah tinggi,
diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko kardiovaskular penyakit lainnya, dan mortalitas
meningkat. Cara menghitung IMT;
Table 2: Klasifikasi Berat Badan untuk Orang Asia (WHO 2000)
Klasifikasi IMT (kg/m )
Kurus < 18.5
Normal 18.522.9
Kegemukan > 23
Pra-obes 2324.9
Obes I 2529.9Obes II > 30
Sumber: The Asia Pacific Persepective:Redefining Obesity andits Treatment. World Health
Organization Collaborating Centre for the Epidemology of Diabetes Melitus and Health
Promotion for Noncommunicable Disease, Melbourne 2000.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
10/47
10
Pengukuran Tekanan Darah
Teknik pengukuran yang tepat dan teliti juga harus diperhatikan. Terdapat dua cara
pengukuran yaitu pengukuran oleh dokter atau petugas kesehatan di sarana pelayanan
kesehatan dan pengukuran sendiri di rumah baik dengan alat konvensional maupun dengan
Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM). Tekanan darah diukur dengan
menggunakan tensimeter (sfigmomanometer), yaitu dengan cara melingkarkan manset pada
lengan kanan 1 cm di atas fossa kubiti anterior, kemudian tekanan tensimeter dinaikkan
sambil meraba denyut arteri radialis sampai kira-kira 20 mmHg di atas tekanan sistolik.
Kemudian tekanan diturunkan perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop pada fossa kubiti
anterior di atas arteri brakialis atau sambil melakukan palpasi pada arteri brakialis atau arteri
radialis. Dengan cara palpasi, hanya didapatkan tekanan sistolik saja. Dengan menggunakan
stetoskop, akan terdengar denyut nadi Korotkov, yaitu7;
- Korotkov I, suara denyut mulai terdengar, tapi masih lemah dan akan mengerassetelah tekanan diturunkan 10-15mmHg, fase ini sesuai dengan tekanan sistolik.
- Korotkov II, suara terdengar seperti bising jantung (murmur) selama 15-20 mmHg,berikutnya,
- Korotkov III, suara menjadi kecil kualitasnya dan menjadi lebih jelas dan lebih kerasselama 5-7 mmHg, berikutnya,
- Korotkov IV, suara akan meredup sampai kemudian menghilang setelah 5-6 mmHg,berikutnya,
- Korotkov V, titik di mana suara menghilang; fase ini sesuai dengan tekanan diastolik.7Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar WHO dengan alat
sfigmomanometer. Untuk menegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
11/47
11
d)Ukuran manset harus sesuai dengan lengan penderita, minimal 80% lebar manset harusdapat menutupi lingkar lengan.
e)Tekanan sistolik adalah tekanan darah saat terdengar bunyi pertama (korotkoff I),sedangkan diastolik adalah tekanan saat bunyi menghilang (korotkoff V).
f) Pembacaan dilakukan 2 kali atau lebih dengan jarak waktu antara 2 menit.2.1.5. Patofisiologi
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu
- Curah jantungHasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan isi sekuncup
ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi otot jantung.
- Resistensi vaskularResistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding
pembuluh darah dan viskositas darah.10
Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem saraf simpatis
dan parasimpatis., sistem rennin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa
bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah.7,10
Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan tekanan darah dengan:
- Meningkatkan frekuensi denyut jantung,- Memperkuat kontraktilitas miokard- Meningkatkan resistensi pembuluh darah
Sistem saraf parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah dengan:
- Menurunkan frekuensi denyut jantung.SRAA juga bersifat presif berdasarkan efek vasokonstriksi angiotensin II dan perangsangan
aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga meningkatkan
volume darah. Selain itu terdapat sinergisme antara sistem simpatis dan SRAA yang saling
memperkuat efek masing-masing. Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan
vasoaktif yang sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti ;
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
12/47
12
- Endotelin, tromboksan, A2 dan angiotensin II lokal, dan sebagian lagi bersifatvasodilator seperti endothelium-derived relaxing factor yang dikenal dengan nitric
oxide (NO) dan prostasiklin (PG12).
Selain itu, jantung terutama atrium kanan memproduksi hormon yang disebut atriopeptin
(atrial natriuretic peptide, ANP) yang bersifat diuretik, natriuretik, dan vasodilator yang
cenderung menurunkan tekanan darah. Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan
satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik,
lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah
jantung dan tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,
turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas
renin angiotensin aldosteron, perubahan membran sel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel
merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi. 11
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem renin
angiotensin aldosteron, di mana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan
mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek
yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin
angiotensin aldosterouran Tekanan Darah diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi
aldosteron mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan
berpengaruh pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik
regulasi tekanan darah.12
2.1.6. Faktor Resiko
a) UmurPada umumnya penderita hipertensi adalah orangorang berusia diatas 40 tahun, namun saat
ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang usia muda. Sebagian besar hipertensi
primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi dibawah usia 20 tahun dan
diatas 50 tahun.6 Hal ini disebabkan karena orang pada usia produktif jarang memperhatikan
kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang kurang sehat seperti merokok. Ditemukan
kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia dan biasanya pada usia
40 tahun.7 Hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratif, yang lebih
sering pada usia tua (Febby H., Dwi A., Nanang P. 2013). Laki-laki di atas 55 tahun dan
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
13/47
13
perempuan di atas 65 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi. Semakin lanjut usia, insiden
dan prevalensi hipertensi akan semakin tinggi. Kurang lebih 2/3 penduduk Indonesia yang
berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi. (Riskesdas 2007).1,2
Penelitian dari Jurnal Gizi dan Pangan (Novita NW, Melly L. 2008) menunjukkan
bahwa umur berpengaruh terhadap tekanan darah. Setiap kenaikan umur 1 tahun maka
tekanan darah sistolik akan meningkat sebesar 0.369 dan sebesar 0.283 untuk tekanan darah
diastolik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tua seseorang maka semakin
tinggi tekanan darahnya. Semakin tua seseorang maka pengaturan metabolisme zat kalsium
terganggu, sehingga banyak kalsium yang beredar bersama darah. Banyaknya kalsium dalam
darah (hiperkalsemi) menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga tekanan darah
menjadi meningkat. Endapan kalsium di dinding pembuluh darah menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Akibatnya alirah darah terganggu dan memicu peningkatan tekanan darah.
Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang, sehingga
volume darah yang mengalir sedikit dan kurang lancar. Agar kebutuhan darah di jaringan
tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat lagi.13
Dari satu studi lain pada tahun 2004 untuk megetahui hubungan antara faktor usia
dengan hipotensi. Faktor usia semata tidak dikaitkan dengan hipotensi ortostatik, dan hal ini
konsisten dengan beberapa studi lainnya. Mekanisme asosiasi antara usia dan hipotensi
ortostatik masih belum jelas. Namun, beberapa perubahan fisiologik yang terkait umur
dipikirkan menyebabkan kejadian hipotensi ortostatik, misalnya menurunnya sensisitivitas
barorefleks, komplians arterial dan kardiak, meningkatnya liku-liku vena, menurunnya
konservasi natrium renal, volume plasma, kadar renin, angiotensin, dan aldosteron. Satu
survei lain yang dilakukan oleh Lipsitz LA pada tahun 1976-1985, menyatakan bahwa
hipotensi ortostatik sebenarnya disebabkan oleh usia dikaitkan dengan meningkatnya tekanan
darah sistolik pada posisi supine.14 Penelitian lain dilakukan untuk mengetahui risiko
mortalitas terkait vaskular dan nonvaskular pada lansia dengan hipotensi ortostatik. Hipotensi
ortostatik diastolik 1 menit dan hipotensi ortostatik sistolik 3 menit setelah berdiri dapat
memprediksi kematian vaskular pada lansia.
b) Jenis KelaminPrevalensi penderita hipertensi di Pasifik Barat dan Asia Tenggara bervariasi antara 5 - 47%
pada pria dan 7 - 38% pada wanita. Data Survei Rumah Tangga Indonesia tahun 2004menunjukkan rasio prevalensi penderita hipertensi pada pria : wanita sebesar 122 : 15.5.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
14/47
14
Penelitian dasar hipertensi yang dilakukan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun
2008 menunjukkan prevalensi hipertensi pria: wanita sebesar 31,3 : 31,9. Insidensi hipertensi
meningkat tajam pada wanita usia menopause, hal ini menimbulkan dugaan bahwa faktor
perubahan hormonal dan biokimiawi yang terjadi pada masa menopause memegang peran
penting dalam hipertensi. Perubahan hormonal yang berkaitan dengan menopause dapat
meningkatkan kadar androgen relative, mengaktivasi RAS (Renin-Angiotensin System),
sehingga meningkatkan kadar renin, meningkatkan kadar plasma endotel, meninggikan
sensitivitas garam, meningkatkan resistensi insulin, meninggikan aktivitas simpatetik dan
meningkatkan berat badan yang pada akhirnya data menimbulkan hipertensi. Perbedaan
tekanan darah pada jenis kelamin yang berbeda diduga disebabkan oleh perbedaan kadar
estrogen. Meski belum dapat dibuktikan secara bermakna, hormon estrogen diduga berperan
besar dalam menjaga tekanan darah tetap rendah pada wanita yang lebih muda.15
Walaubagaimanapun, pada penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan tekanan darah
di Puskesmas Telaga Murni (Febby H., Dwi A., Nanang P. 2013) menunjukkan bahwa pada
jenis kelamin terdapat tidak ada hubungannya dengan tekanan darah (p>0.05).1
c) Riwayat Hipertensi dalam KeluargaHipertensi primer atau hipertensi essensial pada saat ini dilihat sebagai suatu ciri genetik
yang komplek, disebabkan oleh beberapa gen yang dimodulasi sama ada secara interaksi gen-
lingkungan maupun gen-gen lain. Faktor genetik atau keturunan merupakan satu dari
berbagai faktor yang berhubungan dengan hipertensi. Riwayat keluarga (orang tua,
kakek/nenek, dan saudara kandung) yang menunjukkan adanya tekanan darah yang tinggi
merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di masa yang
akan datang.6 Pada saat ini, kita hanya mempunyai sedikit informasi tentang variasi genetik
atau gen sama ada overexpressedatau underexpressed, juga fenotipe intermedier, yang semua
ini beregulasi menyebabkan tingginya tekanan darah. Pengaruh gen terhadap tekanan darah
telah dibuktikan dari satu studi keluarga yang mendemonstrasikan hubungan antara tekanan
darah antara saudara kandung dan antara orang tua dan anak-anaknya. Ditemukan asosiasi
yang lebih baik di kalangan nilai tekanan darah anak biologis dibandingkan anak non-
biologis, dan di kalangan kembar identik dibandingkan kembar non-identik. Variabilitas
tekanan darah dikaitkan dengan semua faktor genetik yang bervariasi dari 25% pada studi
pedigree ke 65% pada studi kembar. Tambahan pula, faktor genetik juga mempengaruhi
corak prilaku, yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah.16
Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa riwayat keluarga tidak memilki hubungan dengan
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
15/47
15
kejadian hipertensi pada wanita usia subur di Puskesmas Umbulharjo Yogyakarta. Hasil
penelitian tentang hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi
yaitu didapatkan nilai p=0.158 berarti secara statistik tidak ada hubungan antara riwayat
keluarga menderita hipertensi dengan kejadian hipertensi. (Yufita Y., Sitti N.D., Solikhah
2010).17
d) Status giziHasil dari penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan tekanan darah di Puskesmas
Telaga Murni (Febby H., Dwi A., Nanang P. 2013) menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara IMT (Indeks Massa tubuh) dengan hipertensi (p < 0,05). Salah satu faktor
risiko hipertensi yang dapat dikontrol adalah obesitas. Risiko hipertensi pada seseorang yang
mengalami obesitas adalah 2 hingga 6 kali lebih tinggi dibanding seseorang dengan berat
badan normal. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada 76,9% responden hipertensi
yang memiliki IMT yang menunjukan gizi lebih (obesitas) dan 6,1% yang memiliki IMT
yang menunjukan gizi tidak lebih atau normal. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan
antara berat badan dengan hipertensi. Bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal
maka risiko hipertensi juga meningkat.1
Suatu penelitian indikator status gizi dengan tekanan darah pada remaja (Eva N. danApoinan K., 2012) yang mana untuk mengetahui indikator gizi yang mana yang paling
berpengaruh dengan tekanan darah remaja. Hasil penelitian menunjukkan indikator status gizi
yang paling mempengaruhi tekanan darah pada remaja laki-laki dan remaja perempuan
adalah IMT. Pada penderita obesitas akan lebih mudah terkena hipertensi, dan sebagian besar
penderita hipertensi dan sebagian besar penderita hipertensi juga mengalami obesitas. Pada
obesitas, terjadi abnormalitas mekanisme tekanan arterial yang dapat meningkatkan tekanan
darah, ekskresi natrium dan air melalui tekanan natriuresis dan diuresis. Selama ekskresi
natrium dan air masih melebihi intake, akan terjadi peningkatan reabsorpsi pada tubular
ginjal sehingga terjadi penurunan volume cairan ekstraseluler dan cardiac output sampai
tekanan darah kembali normal. Sebaliknya, ketika tekanan darah menurun, ginjal akan
menahan garam dan air sampai tekanan arterial kembali normal. Selain itu, beberapa
mekanisme lain juga dapat menjelaskan hipertensi pada obesitas antara lain aktivasi Sistem
Saraf Simpatis, Sistem Renin-Angiotensin, glukokortikoid jaringan lemak, perubahan
struktur ginjal, resistensi insulin, hiperleptinemia dan disfungsi endotel vaskular.18
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
16/47
16
Pada penelitian lain yang diambil dari Jurnal Gizi dan Pangan (Novita NW, Melly L.
2008) tentang pengaruh keadaan sosial ekonomi, gaya hidup, status gizi dan tingkat stres
terhadap tekanan darah pada pengemudi angkutan umum menunjukkan semakin besar IMT,
maka tekanan darahnya semakin tinggi. Setiap kenaikan satu satuan IMT, maka akan
menaikkan tekanan darah sistolik sebesar 1,148 mmHg dan diastolik sebesar 1,211 mmHg.13
e) Kebiasaan MerokokPenggunaan tembakau merupakan penyebab kematian kardiovaskular tersering yang paling
dapat dihindari. Merokok, secara kronis akan menyebabkan arteriosklerosis yang akan
menetap walaupun puluhan tahun setelah berhenti merokok. Angka kejadian hipertensi akan
meningkat pada orang yang merokok 15 batang atau lebih per harinya. Selain itu, merokok
dan hipertensi akan menurunkan fungsi ventrikel kiri pada orang asimptomatik. Dengan
menghisap satu batang rokok, tekanan darah akan meningkat. Peningkatan terutama setelah
hisapan rokok pertama dalam satu hari, tetapi efek peningkatan tekanan darah akibat rokok
ini mungkin terlewatkan ada pemeriksaan bila pengambilan tekanan darah dilakukan setelah
30 menit hisapan terakhir. 6
Penelitian dari Jurnal Gizi dan Pangan (Novita NW, Melly L. 2008) tentang pengaruh
keadaan sosial ekonomi, gaya hidup, status gizi dan tingkat stres terhadap tekanan darah padapengemudi angkutan umum. Tidak ada perbedaan risiko hipertensi antara kelompok yang
merokok 20 batang setiap hari memiliki risiko sebesar 1.14 kali untuk
menderita hipertensi dibandingkan contoh yang merokok
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
17/47
17
darah pada pengemudi angkutan umum menunjukkan seseorang yang tidak melakukan
olahraga mempunyai risiko menderita tekanan darah tinggi 35% lebih besar jika
dibandingkan dengan seseorang yang melakukan olahraga secara teratur. Pada penelitian lain
tentang faktor yang berhubungan dengan tekanan darah menunjukkan orang yang tidak
teratur berolah raga memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 44,1 kali dibandingkan dengan
orang yang memiliki kebiasaan olah raga teratur. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan
risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang
tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga
otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot
jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.13
Hipotensi pasca olahraga merupakan satu fenomena dari penurunan tekanan darah
istirahat yang berkepanjangan. Secara keseluruhan dapat diterima bahwa individu dengan
tekanan darah tipe ambang dan dengan hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah
yang lebih besar pasca olahraga. Dibandingkan individu tanpa tekanan darah yang tinggi,
penurunan tekanan darah ini tidak tampak berkorelasi dengan intensitas, durasi ataupun
jumlah massa otot yang terlibat dari olahraga. Hipotensi ini ditemukan selepas dilakukan
olahraga yang bervariasi dari aspek endurans dan resistensinya. Diperkirakan senyawa seperti
serotonin sentral, adrenalin, adenosine, kalium, peptide natriuretik atrium, rennin,angiotensin II, dan hormon anti diuretik berperan terhadap perubahan sensisitivitas vaskular
dan akhirnya, secara tidak langsung, memediasi hipotensi pasca olahraga.19
g) Konsumsi Makanan BerlemakSecara umum lemak dalam pangan dikelompokkan pada lemak jenuh, lemak tidak jenuh dan
lemak trans. Hasil analisis terhadap data modul konsumsi Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) menunjukkan rata-rata konsumsi lemak total penduduk Indonesia adalah
58,1g/kap/hr pada tahun 2002 dan meningkat menjadi 64,7g/kap/hr pada tahun 2009. WHO
(2003) menganjurkan konsumsi lemak 15-30 persen total konsumsi energi, tergantung tahap
tumbuh kembang (umur), jenis kelamin dan pertimbangan lainnya. Dalam pesan Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) Indonesia dianjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 25
persen energi. Hal ini berarti, anjuran maksimal kebutuhan lemak perkapita perhari bagi
penduduk Indonesia dengan rata-rata kebutuhan energi 2000kk/hari adalah 500kkal energi
dari lemak atau tidak lebih dari 56g lemak perkapita perhari.20 Diet tinggi lemak jenuh
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Penelitian Darvis 2004 menyatakan bahwa
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
18/47
18
konsumsi lemak jenuh berlebih berakibat pada peningkatan kadar koleterol yang merupakan
faktor risiko uatama aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah sehingga elastisitasnya berkurang. Hasil penelitian dari Hesti Rahayu 2012
pada 101 masyarakat di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan menunjukkan hubungan bermakna
antara kebiasaan makanan lemak jenuh dengan kejadian hipertensi (p=0,092).21
h) StresStres berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Menurut Suyono (2001), stres dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Penelitian dari Jurnal Gizi dan Pangan
(Novita NW, Melly L. 2008) tentang pengaruh keadaan sosial ekonomi, gaya hidup, status
gizi dan tingkat stres terhadap tekanan darah pada pengemudi angkutan umum menunjukkan
stres dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama
dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Skor tingkat stres pada
penelitian ini berkisar 46-110. Sebanyak 3,3% contoh pada trayek Kampus Dalam menderita
hipertensi sedang dan 6,7% menderita hipertensi ringan sedangkan pada trayek Leuwiliang
6.7% menderita hipertensi maligna, 3.3% menderita hipertensi sedang dan 10% mengalami
hipertensi ringan.13
Dari penelitian lain (Herke JOS, 2006), didapatkan bahwa sebagian besar respondenmengaku penyebab stres terbanyak yang dialami adalah karena ekonomi (47,05 %). Hal ini
disebabkan karena penghasilan mereka yang rendah sehingga dapat menyebabkan stres dan
menunjukkan ada hubungan antara stres dengan tekanan darah.22 Pengaruh stres juga masih
kontroversi, pengaruhnya diduga melalui aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan
tekanan darah sebagai reaksi fisik bila sesorang mengalami ancaman (fight or flight
response). Tidak ditemukannya risiko hipertensi pada mereka yang mengalami stres pada
penelitian oleh Ekowati et al 2009.5
i) Konsumsi AlkoholAda hubungan linear antara konsumsi alkohol dengan kekerapan hipertensi.6 Di negara
Malaysia saja, prevalensnya adalah sekitar 32,2%. Dari satu artikel penelitian pada tahun
2010 adanya hubungan antara riwayat konsumsi alkohol dengan hipertensi. Studi tersebut
juga menjelaskan bahwa konsumsi alkohol merupakan faktor resiko penting yang dikaitkan
dengan prevalens hipertensi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsumsi alkohol
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
19/47
19
berperan sebagai faktor resiko terhadap hipertensi dan berhubungan (OR 3.47) (5% CI
1.47;8.15).23
Pada penelitian faktor yang berhubungan dengan tekanan darah, responden yang
mengkonsumsi alkohol dan terkena hipertensi sebesar 71,4% dan yang tidak mengkonsumsi
alkohol sebesar 26,5%, menunjukkan bahwa mengkonsumsi alkohol ada hubungan yang
bermakna terhadap hipertensi. Adapun teori yang mendukung yaitu orang orang yang
minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit.1
j) Asupan NatriumBeberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan asupan tinggi natrium meningkatkan
angka kejadian hipertensi, stroke dan kematian akibat penyakit kardiovaskular. Menurunkan
asupan natrium pada penderita hipertensi hingga menjadi 75mmol/hari (1,8g/hari), dapat
menurunkan tekanan darah sistolik 4-5 mmHg.6
k) Penyakit Penyertai. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor prediktor terpenting hipotensi ortostatik. Dari studi sama yangdilakukan pada tahun 2004 ditemukan tekanan darah sistolik dan diastolik berkorelasi dengan
hipotensi ortostatik. Berdasarkan penggolongan hipertensi kepada empat stadium dari JNC 7,
ditemukan semakin tinggi stadium tekanan darah, semakin bertambah resiko hipotensi
ortostatik. Hipertensi mempunyai kaitan dengan gangguan sensitivitas barorefleks, yang
diakibatkan oleh menurunnya komplians vaskular dan seterusnya penyusutan regangan dan
relaksasi baroreseptor saat perubahan transien tekanan darah arterial. Satu peningkatan
tekanan darah dan durasi hipertensi mengeksaserbasi penurunan sensitivitas barorefleks yang
secara sebagian berperan dalam hipotensi ortostatik.14
ii. Diabetes MellitusDari studi yang sama pada tahun 2004 didapatkan hubungan antara riwayat diabetes mellitus
dan riwayat stroke dengan hipotensi ortostatik. Namun hubungan ini hanya terjadi pada
analisis bivariat, tidak pada multivariat. Untuk mekanisme hipotensi ortostatik pada diabetes
mellitus pula, terdapat penyebab tersering yaitu neurogenik yang lazimnya terkait dengan
saraf efferen dan jarang terkait dengan saraf afferen dari arkus refleks baroregulatorik.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
20/47
20
Kontrol gula darah yang buruk dan durasi diabetes mellitus dipertimbangkan dapat
berdampak pada hipotensi ortostatik. Studi lainnya menunjukkan kontrol gula darah pada
diabetes mellitus yang buruk, yang tercerminkan pada kadar hemoglobin glikosilat plasma,
adalah rentan terhadap hipotensi ortostatik.14
Kerangka Teori
Umur Jenis Kelamin
Status gizi Riwayat Hipertensi dalam keluarga
Aktivitas Fisik Asupan makanan berlemak
Stres Konsumsi alkohol
Merokok Asupan Garam Natrium
Penyakit Penyerta
2.2. Kerangka konsep
Umur
Jenis Kelamin
Merokok
Status gizi
Aktivitas Fisik
Konsumsi lemak
Stres
Riwayat Hipertensi dalam Keluarga
Tekanan Darah Keluhan Klinis
Tekanan Darah Keluhan Klinis
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
21/47
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain PenelitianDesain penelitian yang digunakan adalah bersifat studi deskriptif cross sectional
mengenai Hubungan Tekanan Darah dengan Keluhan Klinis dan Faktor-faktor yang
Berhubungan di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat, periode 26 Agustus30 Agustus 2013.
3.2. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada tanggal 26 Agustus sampai tanggal 30 Agustus 2013.
3.3. PopulasiPopulasi Target: seluruh pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan,
Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang datang berobat.
Populasi Terjangkau: seluruh pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan,
Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang berobat selama periode 26 Agustus sampai30 Agustus 2013.
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusia. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah:
1. Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk,Jakarta Barat yang berkunjung pada periode 26 Agustus sampai 30 Agustus
2013.
2. Pengunjung Puskesmas yang berusia > 20 tahun.3. Pengunjung puskesmas yang bersedia mengikuti penelitian.4. Pengunjung puskesmas yang berobat dan terdaftar di poli umum.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
22/47
22
b. Kriteria EksklusiKriteria Eksklusi adalah:
1. Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk,Jakarta Barat yang sedang mendapat terapi antihipertensi yang teratur.
2. Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk,Jakarta Barat yang menderita hipertensi sekunder atau primer.
3. Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk,Jakarta Barat dengan penyakit penyerta.
3.5. Sampela. Besar sampelSampel adalah bagian dari populasi yang ingin kita teliti. Penelitian dilakukan terhadap
pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta
Barat dengan mengukur tekanan darah terhadap Keluhan Klinis dengan Berbagai
Faktor-Faktor yang Berhubungan dari periode 26 Agustus sampai 30 Agustus 2013
dengan jumlah sampel 100 orang. Sampel yang akan diambil berasal dari populasi
penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Perhitungan sampel
adalah sebagai berikut :
N1 = (Z2) x P x Q
L2
N2 = N + ( 10% . N1 )
Diketahui :
N1 = jumlah sampel minimum
N2 = Jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen responden
yang mungkin drop out)
Z2 = nilai Z pada tabel sesuai nilai = 1,96
L = presisi (bergantung pelepasan absolut yang dikehendaki) = 10%
P = proporsi dari variabel yang ingin diteliti, yaitu besarnya prevalensi yang
ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (37, 2%)
Q = 100% - 37,2% = 62,8%
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
23/47
23
jadi:
N1 = (1,96)2 x 0,372 x 0,628 = 89,74
0,12
N2 = N1 + (10%. N1) = 89,54 + (10% . 89,74)
= 98, 5 dibulatkan menjadi 95 orang
b.Teknik pengambilan sampelJumlah pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebun Jerok,
Jakarta Barat yang datang berkunjung selama periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus
2013 sebanyak 100 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Maka dari itu dilakukan
teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling.
3.6. Metode Pengumpulan Data
3.6.1.Sumber DataSumber data ini terdiri dari data primer, yaitu data yang diperoleh oleh peneliti yang diambil
dari sampel dengan menggunakan kuesioner yang sudah diuji coba pada 10% dari jumlah
sampel pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara yang berusia > 20 tahun dan
bersedia menjadi uji coba, melalui wawancara, melakukan pengukuran tekanan darah,
melakukan pengukuran BB (berat badan) dan TB (tinggi badan) pada pengunjung
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang berusia
> 20 tahun dan bersedia menjadi sampel selama periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus
2013.
3.6.2.Instrumen PenelitianAlat dan bahan yang diperlukan:
a)Kuesionerb)Alat tulisc)Tensimeter air raksad)Timbangane)Microtoisef) Stetoskop
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
24/47
24
3.7. Cara Kerja1. Melakukan pengukuran tekanan darah pada subjek yang duduk di kerusi dengan
posisi lengan sejajar dengan letak jantung, dengan cara pengukuran menurut PAPDI
dan JNC VII, diukur 2 kali dengan interval 2 menit, ditimbang berat badan, tinggi
badan pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon
Jeruk, Jakarta Barat, selama periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013 yang
memenuhi kriteria dengan menggunakan instrumen penelitian.
2. Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, JakartaBarat, selama periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013 yang memenuhi kriteria
mengisi kuesioner.
3. Dilakukan pengumpulan data; keluhan klinis dan faktor yang berhubungan; usia, jeniskelamin, riwayat hipertensi dalam keluarga, status gizi (IMT), kebiasaan merokok,
aktivitas fisik, dan konsumsi makanan berlemak dan stres.
4. Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data.5. Penulisan laporan penelitian.6. Pelaporan penelitian.
3.8. Identifikasi VariabelDalam penelitian ini digunakan variabel dependen (terikat) dan variabel independen (tidak
terikat).
Variabel dependen berupa keluhan klinis yang dikeluhkan oleh pengunjungPuskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat,
selama periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013 yaitu nyeri kepala, penglihatan
berkunang-kunang, pusing, pegal di daerah pundak dan mual.
Variabel independen berupa status tekanan darah dan faktor yang berhubungan padapengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta
Barat,selama periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013 yaitu usia, jenis kelamin,
riwayat hipertensi dalam keluarga, status gizi (IMT), kebiasaan merokok, aktivitas
fisik, dan konsumsi makanan berlemak dan stres.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
25/47
25
3.9. Manajemen dan Analisis Data3.9.1.Definisi Operasional1. Tekanan DarahDefinisi: Tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistolik dan diastolik secara
sistemik dan satuannya mmHg yang diukur dengan menggunakan tensimeter air raksa.
Alat ukur: tensimeter air raksa
Cara ukur: semua subjek penelitian di Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat, selama periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013 diukur
tekanan darah sebanyak tiga kali pada posisi duduk. Saat pemeriksaan subjek tidak bicara.
Cara ukur:
a)Subjek duduk di kerusi.b)Lengan baju digulung setinggi mungkin.c)Melingkarkan manset dewasa pada lengan kanan 3 jari di atas fossa kubiti anterior
dengan selang manset di atas fossa cubiti.
d)Nadi dicari di samping dalam fossa cubiti dan stetoskop diletakkan di daerahtersebut.
e)Pompa manset dipijat sambil tangan lainnya meraba denyut arteri radialis hinggadenyut nadi hilang.
f) Air raksa dinaikkan sampai kira-kira 20 mmHg di atas tekanan saat denyut nadihilang.
g)Kemudian tekanan diturunkan perlahan-lahan sehingga terdengar bunyi sistol dandiastol.
h)Pembacaan dilakukan 3 kali atau lebih dengan jarak waktu antara 2 menit.Koding: Hipertensi = 1 Skala : Ordinal
Normotensi = 2
Hipotensi = 3
2. Keluhan KlinisDefinisi: Gejala klinis yang dikeluhkan oleh subjek penelitian di Puskesmas Kelurahan
Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, selama periode 26 Agustus
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
26/47
26
sehingga 30 Agustus 2013 seperti nyeri kepala, penglihatan berkunang-kunang, pusing,
pegal di daerah pundak atau mual yang timbul terus menerus atau hilang timbul sejak 3
hari lalu hingga saat ini.
Apakah anda merasakan pusing, nyeri kepala, penglihatan berkunang-kunang, pegal di
daerah pundak atau mual sejak 3 hari lalu?
Cara ukur : wawancara Alat ukur: kuesioner
Koding : Tidak = 1 Skala: nominal
Ya = 2
3. UsiaDefinisi : Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung dari hari penelitian
dikurangi tanggal lahir yang tertera dalam KTP (Kartu Tanda Penduduk) subjek
penelitian di Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta
Barat selama periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013 yang masih berlaku. Bila
terdapat kelebihan usia kurang dari enam bulan dibulatkan ke bawah, dan bila terdapat
kelebihan usia lebih atau sama dengan enam bulan dibulatkan ke atas.
Cara ukur : Wawancara dan KTP Alat ukur: kuesioner
Koding : 20-45 = 1 Skala : ordinal
>45 = 2
4. Jenis KelaminDefinisi : Sifat atau karakteristik sekunder yang dapat membedakan antara perempuan dan
laki-laki pada subjek penelitian di Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat selama 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013
Cara ukur: wawancara, KTP (Kartu Tanda Penduduk) Alat ukut: kuesioner
Koding : Laki-laki =1 Skala : Nominal
Perempuan = 2
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
27/47
27
5. PekerjaanDefinisi: Profesi atau kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari oleh subjek penelitian di
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat selama 26
Agustus sehingga 30 Agustus 2013 yang mendapat imbalan uang atau materi yang
digolongkan kepada:
o PNSo Pegawai Swastao Wiraswastao Pensiuno Lain-laino Tidak bekerja
Cara ukur: wawancara Alat ukur: kuesioner
Koding: Tidak = 1 Skala: nominal
Ya = 2
6. PenghasilanDefinisi: Jumlah total pendapatan individu selama 1 bulan oleh subjek penelitian di
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Pengelompokkan berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional ) DKI Jakarta 2013
Cara ukur: Wawancara Alat ukur: kuesioner
Koding : < 2.200.000 = 1 Skala: Nominal
> 2.200.000 = 2
7. Status GiziDefinisi : Kondisi gizi subjek di Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon
Jeruk, Jakarta Barat, selama periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013 yang
penilaiannya diperoleh dari menimbang BB (berat badan) dalam nilai kilogram (kg) dibagi
dengan TB (tinggi badan) dalam meter kuadrat (m2).
i.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
28/47
28
Cara ukur : Diukur dengan menggunakan pengukuran BB dan TB, dan dihitung
dengam rumus Indeks Massa Tubuh (IMT).
Alat ukur: meteran tinggi dan timbangan yang tertera
Koding : Skala : Ordinal
i. Gemuk : 1ii. Normal : 2
iii. Kurus : 38. Riwayat Hipertensi dalam KeluargaDefinisi : Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga sedarah subjek penelitian
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, selama
periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013yang diketahui dari pengisian kuisioner.
Adakah anggota keluarga (sedarah) anda yang menderita darah tinggi?
Cara ukur : wawancara Alat ukur: kuesioner
Koding : Ada = 1 Skala : Nominal
Tidak ada = 2
9. MerokokDefinisi : Merokok adalah jumlah batang rokok yang dihisap subjek penelitian di
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, selama
periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013 yaitu > 1 bungkus atau < 20 bungkus dan
kekerapan menghisap rokok dalam hitungan setiap hari, tiga kali seminggu, satu kali
seminggu atau kadang-kadang.
Cara ukur : wawancara Alat ukur: kuesioner
Adakah anda merokok?
Koding : Ya = 1 Skala : nominal
Tidak = 2
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
29/47
29
Berapa bungkus anda merokok dalam satu hari?
Koding : > 2 Bungkus = 1 Skala : ordinal
1-2 Bungkus = 2
< 1 Bungkus = 3
Berapa kali anda merokok dalam satu bulan?
Koding:
i. Setiap hari = 1 Skala : ordinalii. 3x seminggu = 2iii. 1x seminggu = 3iv. Kadang-kadang = 4
10. Aktivitas FisikDefinisi : Setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga yang biasa
dilakukan subjek peneltian di Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon
Jeruk, Jakarta Barat, selama periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013minimal 30
menit per sesi dan minimal 3 kali seminggu.
Cara ukur : wawancara Alat ukur: kuesioner
Adakah anda terbiasa melakukan aktivitas fisik?
Koding : Tidak = 1 Skala : nominal
Ya = 2
Berapa menit waktu yang anda gunakan untuk beraktivitas fisik
Koding : > 30 menit = 1 Skala : nominal
< 30 menit = 2
Berapa kali anda beraktivitas fisik dalam satu minggu?
Koding:
i. Setiap hari = 1ii. 3x seminggu = 2
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
30/47
30
iii. 1x seminggu = 3iv. Kadang-kadang = 4
Skala : ordinal
11. Konsumsi makanan berlemakDefinisi: jumlah kebiasaan makan yang meliputi jenis makan rata-rata tiap hari, khususnya
makanan yang mengandungi lemak jenuh seperti jeroan, gorengan, daging kambing, telur
ayam dan daging sapi dan seberapa sering konsumsinya yaitu 1 kali seminggu, 2-6 kali
seminggu, dan setiap hari seminggu.
Cara ukur: wawancara Alat ukur: kuesioner
Adakah anda terbiasa makan makanan berlemak?
Koding : Ya = 1 Skala: nominal
Tidak = 2
Apakah makanan berlemak yang sering anda makan dan berapa kali anda
mengkonsumsinya dalam 1 minggu?
Indikator skor: setiap hari = 3
2-6 kali seminggu = 2
1 kali seminggu = 1
Kesimpulan penilaian:
Skor tertinggi = 15 Skor terendah = 1 Skor interval = 14
Sering : (80% x 15) + 1 = 13-15
Sedang : (60% x 15 ) + 1 = 10-12,99
Kadang - kadang : 1-9,99
Koding : Sering = 3
Sedang = 2
Kadang-kadang = 1
Skala : ordinal
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
31/47
31
12. StresDefinisi : suatu keadaaan tertekan secara psikologis kepada subjek di Puskesmas
Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, selama periode 26
Agustus sehingga 30 Agustus 2013 sehingga dapat mempengaruhi tekanan darah.
Cara ukur : wawancara Alat ukur: kuesioner
Apakah anda sering merasa stres dalam 1 minggu terakhir ini?
Koding: Ya = 1 Skala: nominal
Tidak = 2
Bagian Pertama.
Di satu minggu yang lalu, seberapa sering anda merasakan hal ini:
a. Saya merasa kecewa karena mengalami hal yang tidak diharapkanb. Saya merasa tidak mampu mengatasi hal penting dalam hidup sayac. Saya merasa gugup dan tertekand. Saya merasa tidak mampu mengatasi segala sesuatu yang seharusnya saya atasie. Saya merasa kesulitan-kesulitan menumpuk semakin berat sehingga tidak mampu
mengatasinya
Skor : 0 = tidak pernah, 1 = hamper tidak pernah, 2 = kadang-kadang, 3 = cukup
sering, 4 = sangat sering
Bagian kedua.
Di satu minggu yang lalu, seberapa sering anda merasakan hal ini:
a. Saya percaya terhadap kemampuan sendiri untuk mengatasi masalah peribadib. Saya merasa segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan rencana sayac. Saya merasa sukses
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
32/47
32
Skor : tidak pernah = 4, hamper tidak pernah = 3, kadang-kadang = 2, cukup sering =
1, sangat sering = 0
Skor indikator stres: nilai hasil ukur pada perempuan > 14, pada laki-laki > 12
Tidak stress: nilai hasil ukur pada perempuan < 14, pada laki-laki < 12
Koding: stres = 1
Tidak stres = 2
Skala: nominal
3.9.2.Pengolahan dataTerhadap data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses
editing, verifikasi, dan coding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan menggunakan
program komputer, yaitu program SPSS Version 16.00.
3.9.3.Penyajian dataData yang didapat disajikan dengan tekstular dan tabular.
3.9.4.Analisis dataTerhadap data yang telah diolah akan dilakukan analisis data dengan menggunakan cara
uji statistik non-parametrik, yaitu penelitian deskriptif dengan menggunakan Kolmogorov
Smirnov dan Chi-Square.
3.9.5.Interpretasi dataData diinterpretasikan secara deskriptif korelatif antar variabel-variabel yang telah
ditentukan.
3.9.6.Pelaporan dataData disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan dipresentasikan di
hadapan Staf Pengajar Program Pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (FK UKRIDA) pada hari Khamis, tanggal
5 September 2013, dalam forum pendidikan Ilmu Kesehatan Komunitas FK UKRIDA.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
33/47
33
3.10.Etika PenelitianPada penelitian ini subjek di Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon
Jeruk, Jakarta Barat, selama periode 26 Agustus sehingga 30 Agustus 2013 diberikan
jaminan bahwa data-data yang mereka berikan dijamin kerahasiaannya dan berhak
menolak untuk menjadi sampel.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
34/47
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan adalah Puskesmas Kelurahan yang terletak di
Kelurahan Kedoya Selatan Kecamatan Kebun Jerok, daerah Jakarta Barat yang memiliki total
pengunjung kurang lebih 45.000 pengunjung yang terdiri dari penduduk yang dari Kelurahan
Kedoya Selatan yang mana memiliki 5 RW dan masing-masing RW mengepalai kurang lebih
15 sampai 20 RT. Setiap hari yang berkunjung ke Puskesmas, kurang lebih bisa mencapai 50
sampai 70 pengunjung. Sampel penelitian yang diambil sebanyak 100 subjek.
4.2 Analisis Univariat
Gambaran Karakteristik Sampel
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh hasil gambaran karakteristik
responden yang terdapat pada table di bawah ini.
Tabel 4.2.1 Sebaran Tekanan Darah pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya
Selatan.
Tekanan Darah Frekuensi PersentaseHipertensi 41 41.0Normotensi 52 52.0Hipotensi 7 7.0
Total 100 100.0
Tabel 4.2.2 Frekuensi Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan berdasarkan
keluhan klinis
Keluhan Klinis Frekuensi PersentaseAda 86 86.0Tidak Ada 14 14.0
Total 100 100.0
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
35/47
35
Tabel 4.2.3 Sebaran Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan Berdasarkan
Jenis Kelamin, Umur, Pendapatan Perbulan, Indeks Massa Tubuh, Riwayat Hipertensi
dalam Keluarga, Aktivitas Fisik, Merokok, Asupan Makanan Berlemak, dan Stres.
Variabel Frekuensi PersentaseJenis Kelamin
Laki-laki 45 45.0Perempuan 55 55.0
Umur
20-44 52 52.045 48 48.0
Pendapatan per bulan
< 2.200.000 68 68.02.200.000 32 32.0
Indeks Massa Tubuh
Gemuk 46 46.0Normal 50 50.0Kurus 4 4.0
Riwayat Hipertensi Dalam
Keluarga
Ada 47 47.0Tidak Ada 53 53.0
Aktivitas fisik
Tidak 72 72.0
Ya 28 38.0Merokok
Ya 30 30.0
Tidak 70 70.0Asupan makanan
berlemak
Sering 33 33.0
Sedang 13 13.0Jarang 54 54.0
Stres
Ya 46 46.0Tidak 54 54.0
4.2 Analisis Bivariat
Tabel 4.2.4 Hubungan Antara Tekanan Darah dengan Keluhan Klinis pada Puskesmas
Kelurahan Kedoya Selatan.
VariabelKeluhan Klinis
Total Uji p HoYa Tidak
Tekanan DarahHipertensi 36 5 41 Chi-square 0,188 (Df 1)* p>0,05 DiterimaNormotensi 44 8 52Hipotensi 6 1 7
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
36/47
36
Tabel 4.2.5 Hubungan Antara Jenis Kelamin, Umur, Indeks Massa Tubuh, Riwayat
Hipertensi dalam Keluarga, Aktivitas Fisik, Merokok, Asupan Makanan Berlemak, dan
Stres pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan.
VariabelTekanan Darah
Total Uji p HoHipertensi Normotensi Hipotensi
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 22 3 45 KS 0,31 p>0,05 DiterimaPerempuan 21 30 4 55
Umur
20-44 9 38 5 52 KS 0,27 p>0,05 Diterima
45 32 14 2 48Indeks Massa
Tubuh
Gemuk 30 15 1 46 KS 2,23* P0,05 DiterimaTidak 25 39 6 70
Asupan
Makanan
Berlemak
Ya 33 13 0 46 KS 2,84 p0,05 DiterimaTidak 23 27 4 54
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
37/47
37
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Karakteristik Subyek Penelitian
Berdasarkan tabel 4.2.1 didapatkan proporsi kejadian hipertensi pada pengunjung
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan adalah 41,0% yaitu sebanyak 41 orang daripada
jumlah subyek. Angka ini lebih tinggi dari angka kejadian hipertensi nasional yaitu 31,7%
(Sihombing, 2010). Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dimana
hipertensi termasuk di dalamnya, adalah 36,3% (Salim, 2011). Dengan demikian, angka
kejadian hipertensi sebesar 41,0% perlu mendapat perhatian dan tindakan pencegahan agar
tidak berlanjut ke arah komplikasi yang lebih buruk dan berujung kematian.
Berdasarkan tabel 4.2.2, diketahui frekuensi pengunjung Puskesma Kelurahan
Kedokya Selatan berdasarkan keluhan klinis. Ditemukan 86% subjek yang mempunyai
keluhan klinis dibandingkan tidak mempunyai keluhan klinis. Tingginya persentase ini
dikarenakan ramainya subjek yang berobat ke balai pengobatan umum dengan penyakit
selain dari hipertensi atau mempunyai penyakit lain secara bersamaan dengan hipertensi,
namun mempunyai gejala yang sama dengan gejala klinis dari hipertensi
Berdasarkan tabel 4.2.3, diketahui frekuensi dan distribusi subyek menurut usia, jenis
kelamin, riwayat hipertensi dalam keluarga, pendapatan perbulan berdasarkan UMR, status
gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh, asupan makanan berlemak, merokok, olahraga dan
stress. Menurut usia, subyek terbanyak adalah dari kelompok usia 20-44 tahun yaitu sejumlah
52 orang (52%) diikuti kelompok usia lebih atau sama dengan 45 tahun sejumlah 48 0rang
(48%). Ini menunjukkan usia 20-44 tahun sering mengalami keluhan klinis yang mana boleh
dipengaruhi banyak faktor dan salah satu penyebab timbulnya keluhan klinis adalah terkaitpola hidup. Pola hidup yang tidak sehat dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit sistemik
seperti penyakit kardiovaskular. Menurut penghasilan perbulan yang berkunjung ke
puskesmas, kelompok individu berpenghasilan < 2,2 juta Rupiah per bulan berjumlah 68
orang (68%), dan sisanya adalah yang berpenghasilan lebih atau sama dengan 2,2 juta Rupiah
per bulan. Status ekonomi yang rendah lebih sering ditemukan masalah kesehatan karena
sikap dan perilaku. Subyek yang lebih berpendapatan tinggi yang mana status ekonominya
baik tidak sulit untuk mendapat pelayanan medis dari aspek pencegahan ataupun pengobatan
penyakit.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
38/47
38
Lebih setengah dari semua subjek penelitian tidak mempunyai riwayat hipertensi
dalam keluarga yang menderita hipertensi yang berjumlah 53 orang (53%); dan sisanya
adalah yang mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga yang menderita hipertensi.
Jumlah yang cukup tinggi ini mungkin sebagai tanda kemungkinan tingginya prevalensi
hipertensi di Kelurahan Kedoya Selatan, namun tidak menutup juga kemungkinan
banyaknya subjek yang berhijrah dari daerah lain ke Kelurahan Kedoya Selatan. Seyogyanya
subjek penelitian yang mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga hendaklah lebih
memerhatikan faktor resiko eksternal hipertensi lainnya karena tingginya korelasi antara
faktor riwayat hipertensi dalam keluarga dengan hipertensi pada masa akan datang
(Perhimpunan Hipertensi Indonesi, 2011). Menurut status gizi subyek berdasarkan IMT,
sejumlah 50 orang (50%) mempunyai IMT yang normal, diikuti individu yang IMT
dikategorikan sebagai gemuk sejumlah 46 orang (46%), dan sisanya adalah kategori kurus.
Jumlah subjek penelitian yang tergolong gemuk dalam cukup bermakna dibandingkan jumlah
subjek yang tergolong normal atau kurus. Tingginya angka ini antara lain dapat disebabkan
perubahan gaya hidup di Indonesia akhir-akhir ini. Misalnya, sudah mulai terjadi pergeseran
diet masyarakat Indonesia dari karbohidrat kompleks kepada karbohidrat simpleks, makanan
yang dimasak sendiri kepada makanan yang siap saji dan banyak lagi. Selain itu, dapat juga
disebabkan kadar aktivitas fisik masyarakat yang menurun karena secara umum, masyarakat
di Kelurahan pekerjaanya tidak menuntut melakukan aktivitas fisik sedang-berat.
Menurut kebiasaan merokok pada subyek, sejumlah 30 orang (30 %) individu yang
merokok, dan sisanya 70 orang, tidak merokok. Lingkungan yang tidak sehat masih tetap
menimbulkan terjadinya penyakit pada subyek. Menurut aktivitas fisik subyek, sejumlah 72
orang (72%) tidak melakukan aktivitas fisik, dan sisanya melakukan aktivitas fisik. Mayoritas
subyek tidak menerapkan gaya hidup yang sehat yaitu antaranya olahraga.
Diketahui frekuensi subyek menurut stres. Sejumlah 46 orang (46%) mempunyai
stres, sedangkan yang tidak mempunyai stres adalah sejumlah 54 orang (54%). Stres yang
timbul bisa dari faktor sosial ekonomi, keluarga, dan pekerjaan. Frekuensi subyek menurut
keluhan klinis, subyek yang mempunyai keluhan klinis mendominasi dari tidak mempunyai
keluhan klinis dengan jumlah 86 orang (86%). Mayoritas subyek mempunyai keluhan klinis
yang terkait tekanan darah, walau bagaimanapun keluhan yang timbul bisa dipengaruhi
banyak faktor. Antaranya; pola makan sehingga timbulnya mual dan nyeri ulu hati, faktor
hormonal, kelainan saraf sehingga timbulnya gejala pusing, faktor pekerjaan yang mana bisa
timbulnya pegal di daerah belakang leher.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
39/47
39
Berdasarkan tabel 4.3.1 di atas, sejumlah 36 orang (87.8%) dari 41 individu dengan
hipertensi, mempunyai keluhan klinis sedangkan 50 orang (84.7%) dari 59 individu yang
normotensi-hipotensi, mempunyai gejala klinis. Tingginya persentase subjek yang
mempunyai hipertensi dengan gejala klinis ini dapat berhubungan dengan banyaknya subjek
penelitian yang mempunyai hipertensi tidak terkontrol (Tronik E., Zwart J.A., Hagen K, et al,
2011). Maka, adalah perlu untuk subjek penelitian me
5.2. Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 4.3.2, didapatkan jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan pada jenis kelamin laki-laki. Maka diperoleh gambaran bahwa tidak
adanya perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan tekanan darah pengunjung
puskesmas kedoya selatan (tidak ada hubungan). Hal ini sama dengan penelitian tentang
faktor yang berhubungan dengan tekanan darah di Puskesmas Telaga Murni (Febby H., Dwi
A., Nanang P. 2013) menunjukkan bahwa pada jenis kelamin terdapat tidak ada hubungannya
dengan tekanan darah (p>0.05).1 Akan tetapi terdapat perbedaan pada kedua penelitian ini
yaitu penelitian Febby (2013) berfokus pada factor yang mempengaruhi tekanan darah
sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti berfokus kepada hubungan tekanan darah
dengan gejala klinis dan faktor yang berhubungan. Hal ini dapat dikarenakan lebih banyak
subjek penelitian jenis kelamin perempuan usia di atas 45 tahun yang mengikuti penelitian.
Diketahui juga secara umum bahwa menopause mulai terjadi pada umur lebih atau sama
dengan 45 tahun. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal dan biokimia yang
terjadi pada masa menopause memegang peran penting dalam hipertensi.
Individu yang berumur 45 tahun dan mempunyai hipertensi lebih tinggi
diabndingkan yang berumur
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
40/47
40
untuk dipertimbangkan juga bahwa penelitian ini hanya meneliti prevalensi hipotensi secara
umum, bukan menurut tipe. Jika diteliti menurut tipe hipotensi ortostatik, maka ini sejalan
dengan penelitian lain yang menyatakan faktor usia semata tidak dikaitkan dengan hipotensi
ortostatik (Setiati S., Sutrisna B., Prodjosudjadi W., 2004).. Dikarenakan usia merupakan
faktor internal yang tidak dapat diubah, maka disarankan agar dilakukan perubahan dalam
aspek perbaikan faktor eksternal yakni faktor yang dapat diubah seperti status gizi, dan lain-
lain.Peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi oleh bertambahnya umur terjadi secara
alami sebagai proses penuaan dan didukung oleh beberapa faktor eksternal seperti gaya hidup
tidak sehat yang banyak ditemukan kasusAtherosclerosis.
Didapatkan lebih banyak subjek dengan indeks massa tubuh yang tergolong gemuk,
serta menderita hipertensi dibandingkan subjek dengan indeks massa tubuh yang normal atau
kurus. Ada perbedaan bermakna antara IMT dengan tekanan darah.(Ada hubungan). Hal ini
sama dengan hasil dari penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan tekanan darah di
Puskesmas Telaga Murni (Febby H., Dwi A., Nanang P. 2013) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara IMT dengan hipertensi (p < 0,05).1 Pada penelitian lain yang
diambil dari Jurnal Gizi dan Pangan (Novita NW, Melly L. 2008) tentang pengaruh keadaan
sosial ekonomi, gaya hidup, status gizi dan tingkat stress terhadap tekanan darah pada
pengemudi angkutan umum menunjukkan semakin besar IMT, maka tekanan darahnya
semakin tinggi, sesuai dengan hasil penelitian.13 Kegemukan menyebabkan akumulasi lemak
di pembuluh darah yang dapat meningkatkan resistensi perifer dan seterusnya menimbulkan
hipertensi. selain itu, kegemukan itu sendiri adalah faktor resiko terhadap penyakit
kardiovaskular. Maka dianjurkan untuk mengamalkan pola hidup sehat seperti diet yang
seimbang dan aktivitas fisik yang teratur.
Didapatkan lebih banyak individu riwayat hipertensi dalam keluarga yang menderita
hipertensi dibandingkan yang tidak menderita hipertensi. Ada perbedaan bermakna antara
keturunan dengan tekanan darah (ada hubungan). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian
tentang hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi yaitu
didapatkan nilai p=0.158 berarti secara statistik tidak ada hubungan antara riwayat keluarga
menderita hipertensi dengan kejadian hipertensi. (Yufita Y., Sitti N.D., Solikhah 2010).17
Kemungkinan penyebab perbedaan hasil penelitian ini adalah penetapan subjek penelitian
yang digunakan oleh peneliti berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian
sebelumnya, subjek yang dijadikan kasus adalah subjek dengan hipertensi primer termasuk
penderita hipertensi terkontrol. Sedangkan peneliti dalam penelitian ini menetapkan seluruh
pengunjung puskesmas yang berobat ke poli umum dan menyingkirkan pengunjung yang
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
41/47
41
telah didiagnosis hipertensi. Walaupun ini merupakan suatu penemuan bermakna untuk
penelitian ini, tapi berbeda dengan penelitian sebelumnya membuatkan pengaruh riwayat
hipertensi dalam keluarga terhadap penyakit hipertensi adalah kontroversial. Bertolak dari ini,
dianjurkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
Didapatkan lebih banyak subjek yang tidak berolahraga yang menderita hipertensi
dibandingkan subjek yang berolahraga. Tidak adanya perbedaan bermakna antara olahraga
dengan tekanan darah pengunjung puskesmas kedoya selatan.(Tidak ada hubungan). Hal ini
berbeda dengan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan tekanan darah Di
Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012menunjukkan orang yang tidak teratur
berolah raga memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 44,1 kali dibandingkan dengan orang
yang memiliki kebiasaan olah raga teratur.1
Diperoleh gambaran bahwa tidak adanya perbedaan bermakna antara olahraga dengan
tekanan darah pengunjung Puskesmas Kedoya Selatan.(Tidak ada hubungan). Hal ini berbeda
dengan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan tekanan darah Di Puskesmas
Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012 menunjukkan orang yang tidak teratur berolah
raga memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 44,1 kali dibandingkan dengan orang yang
memiliki kebiasaan olah raga teratur. Kemungkinan terjadinya perbedaan ini disebabkan
sebagian besar subjek penelitian ini bekerja sehingga kurang waktu lapang untuk berolahraga.Tidak olahraga itu sendiri merupakan faktor resiko untuk terjadi peningkatan berat badan.
Didapatkan kelompok subjek yang merokok serta menderita hipertensi lebih kecil
dibandingkan subjek yang tidak merokok serta menderita hipertensi. Tidak ada perbedaan
bermakna antara hubungan merokok dengan tekanan darah pada pengunjung Puskesmas
Kelurahan Kedoya Selatan. (Tidak ada hubungan). Hal ini berbeda dengan penelitian dari
Jurnal Gizi dan Pangan (Novita NW, Melly L. 2008) tentang pengaruh keadaan sosial
ekonomi, gaya hidup, status gizi dan tingkat stress terhadap tekanan darah pada pengemudi
angkutan umum menunjukkan kelompok yang merokok dengan jumlah >20 batang setiap
hari memiliki risiko sebesar 1.14 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan contoh yang
merokok
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
42/47
42
menderita hipertensi. Ada perbedaan bermakna antara asupan makanan berlemak dengan
tekanan darah. (Ada hubungan). Hal ini sama dengan hasil penelitian dari Hesti Rahayu 2012
pada 101 masyarakat di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan menunjukkan hubungan bermakna
antara kebiasaan makanan lemak jenuh dengan kejadian hipertensi (p=0,092).21 Walau
bagaimanapun penelitian sebelum ini lebih berfokus kepada faktor risiko terhadap hipertensi.
Konsumsi lemak jenuh berlebih berakibat pada peningkatan kadar koleterol yang merupakan
faktor risiko uatama aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah sehingga elastisitasnya berkurang. Dianjurkan untuk mengurangkan
kuantitas dan frekuensi konsumsi makanan berlemak terutama lemak jenuh.
Didapatkan sedikit subjek penelitian dengan stres serta hipertensi dibandingkan
subjek tanpa stress dengan hipertensi. Tidak ada perbedaan bermakna antara faktor stress
dengan tekanan darah. (tidak ada hubungan). Hal ini sama dengan penelitian oleh Ekowati et
al 2009 yang mana tidak ditemukannya risiko hipertensi pada mereka yang mengalami stres.5
Walau bagaimanapun, penelitian ini berbeda denganpenelitian dari Jurnal Gizi dan Pangan
(Novita NW, Melly L. 2008) tentang pengaruh keadaan sosial ekonomi, gaya hidup, status
gizi dan tingkat stress terhadap tekanan darah pada pengemudi angkutan umum menunjukkan
stress dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten.13 Terdapatnya perbedaan
penelitian ini dengan penelitian Novita NW (2008) disebabkan oleh subjek yang dijadikan
sampel yang mana penelitian ini lebih memfokuskan kepada pengunjung puskesmas
sedangkan penelitian sebelumnya lebih memfokuskan kepada pengemudi angkutan umum.
Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang
menetap. Dianjurkan untuk mengamalkan pola hidup yang sehat serta mempelajari
manajemen stres.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
43/47
43
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan mempunyai normotensi 52,0%,hipotensi 7,0% dan hipertensi 41,0%.
2. Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan yang datang berobat mempunyaikeluhan klinis terkait tekanan darah 86,0% dan yang tidak mempunyai keluhan klinis
yang terkait tekanan darah 14,0%.
3. Mayoritas pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan adalah berusia antara20-44 tahun 52,0%, perempuan 55,0%, bekerja, 68,0% berpendapatan rendah, 53,0%
tidak mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga, 50.0% mempunyai indeks massa
tubuh yang normal, 54,0% tidak mengkonsumsi makanan tinggi lemak, 72.0% tidak
berolahraga secara ideal, 70,0% tidak merokok dan 54,0% tidak mengalami stress.
4. Tidak ada hubungan bermakna antara tekanan darah dengan keluhan klinis yangtimbul pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan.
5. Ada hubungan bermakna antara riwayat hipertensi dalam keluarga, status gizi danasupan makanan berlemak dengan tekanan darah pada pengunjung PuskesmasKelurahan Kedoya Selatan.
6. Tidak ada hubungan bermakna antara usia, jenis kelamin, olahraga, merokok danstress, dengan tekanan darah pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan.
6.2 Saran
6.2.1 Saran terhadap pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan;
a. Bagi seluruh pengunjung, diharapkan dapat mengurangi asupan makanan yang tinggilemak dalam satu hari sehingga resiko hipertensi dapat dicegah dan lebih mengamati
pola makan sehari-hari dengan menerapkan prinsip 3 J yaitu jenis, jumlah dan
jadwal makan supaya dapat mencapai serta mempertahankan berat badan normal.
b. Bagi seluruh pengunjung yang mempunyai faktor resiko yang tidak dapat diubahseperti usia 45 tahun, riwayat keturunan seharusnya menghindari faktor-faktor resiko
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
44/47
44
yang lainnya agar mengurangi resiko utuk terjadinya kelainan tekanan darah seperti
hipertensi dan hipotensi.
c. Bagi seluruh pengunjung, diharapkan dapat menerapkan pola hidup yang baik yaitudengan berolahraga secara ideal >30 menit setiap hari.
d. Bagi seluruh pengunjung, diharapkan untuk kontrol pemeriksaan tekanan darah secaraberkala.
e. Bagi pengunjung yang mempunyai hipertensi, dianjurkan untuk pengobatanantihipertensi secara teratur untuk mencegah terjadinya komplikasi.
6.2.2 Saran yang diberikan kepada Kepala Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan Kecamatan
Kebon Jeruk.
a. Perlunya peningkatan peran serta program promosi kesehatan untuk meningkatkankewaspadaan pengunjung terhadap tekanan darah.
b. Perlunya peningkatan usaha puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatandalam pengukuran tekanan darah dan pengukuran berat badan terhadap pengunjung
puskesmas.
c. Agar dapat meningkatkan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnyamemeriksakan tekanan darah secara berkala.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
45/47
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Febby H., Dwi A., Nanang P. Faktorfaktor yang Berhubungan dengan TekananDarah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Kesehatan. Volume 5 (1). Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH.
Thamrin. Jakarta. Januari 2013.
2. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Masalah hipertensi di Indonesia.Diunduh dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-
hipertensi-di-indonesia.html. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta;
Diunduh pada 6 Mei 2012.
3. Felix F.W., Lucyana A.S., Nadya R.V.B, Giovano A.P, Citra E. Prehypertension andHypertension Among Young Indonesian Adults at A Primary Health Care In A Rural
Area. Medical Journal Indonesiana. Volume 22 No.1. FKUI Jakarta; February 2013.
4. Tuty K. Penatalaksanaan Hipertensi pada lanjut usia. Devisi geriatri. Bagian DalamFK Unud RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Penyakit Dalam. Volume 7 No.2.
Denpasar; Mei 2006.
5. Ekowati R., Sulistyowati T. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.Pusat penelitian Biomedis dan farmasi Badan Penelitian Kesehatan departemen
Kesehatan RI. Majalah Kedokteran Indonesia. Volume 59. Nom 12. Jakarta Desember2009.
6. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi DenganModifikasi Gaya Hidup. Jakarta : InaSH, 2011.
7. Yogiantoro M. Hipertensi esensial. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat penerbitandepartment Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. Jilid I edisi IV.
2006; 599-603.
8. Tronik E., Zwart J.A., Hagen K., etc. Association between blood pressure measuresand recurrent headache in adolescent: cross-sectional data from the HUNT-Youth
study. Journal Headache Pain. 2011, ed. 12, page 347-353
9. Analia R.L., Michelle Damasceno M., Celita Salmaso, etc. Association betweenComplaints of Diziness and Hypertension in Non-institutionalized Elders. Int. Arch
Otorhinolaryngoil., Sao Paulo Brazil. Vol. 17, 2013. Page 157-162
10.Nafrialdi. Antihipertensi dalam Buku Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : BalaiPenerbit FKUI, 2008
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-di-indonesia.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-di-indonesia.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-di-indonesia.htmlhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-di-indonesia.html -
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
46/47
46
11.Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Penatalaksanaan PenyakitHipertensi. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I. , 2006.
12.Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Ringkasan Eksklusif Penaggulangan Hipertensi.Jakarta : InaSH, 2007.
13.Novita NW, Melly L. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi,dan Tingkat Stres Terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi dan Pangan. Volume 3. No.
1. Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN) Indonesia. Bandung;
Maret 2008.
14.Setiati S., Sutrisna B., Prodjosudjadi W. The Prevalence of Orthostatic Hypotensionand Its Risk Factors Among 40 Years and Above Adult Population in Indonesia. Med
J Indone 2004;13:180-9.
15.Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Hipertensi Pada Wanita. Jakarta : InaSH, 2010.16.Carretero O.A., Oparil S., Essential Hypertension: Part I: Definition and Etiology.
Circulation. 2000;101:329-335.
17.YuffitaY., Sitti ND, Solikhah. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan KejadianHipertensi Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas umbulharjo I Yogyakarta Tahun
2009. Majalah KesMas. Volume 4. Nom 2. FK Masyarakat Universitas Ahmad
Dahlan. Juni 2010.
18.Eva N., Apoina K. Hubungan Antara Beberapa Indikator Status Gizi Dengan tekananDarah Pada Remaja. Journal of Nutrition College. Volume 1. Nomor 1. Program Studi
Ilmu Gizi FK Uni Diponegoro. Semarang; 2012. Pp 169-75.
19.Pajak A., Szafraniec K., Kubinova R., Malyutina S., Peasey A., Pikhart H., et al.Binge Drinking and Blood Pressure: Cross-Sectional Results of the HAPIEE Study.
PLos ONE 8(6):e65856.doi:10.1371/journal.pone.0065856.
20.Aisyiyah F.N. Faktor Risiko Hipertensi pada Empat Kabupaten/Kota denganPrevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatera. Departemen Gizi Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2009.
21.Rahayu H. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat RW 01 Srengseng Sawah,Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Jakarta. Tahun 2012.
22.Herke J.O.S. Karakteristik dan Faktor yang Berhubungan Dengan Hipertensi Di DesaBocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006.
Ilmu Kesehatan Masyarakat. FKUI Jakarta. Makara Kesehatan. Vol 10 No.2; Jakarta;
Disember 2006; Pg 78-88.
-
7/22/2019 Penelitian hubungan tekanan darah dengan keluhan klinis
47/47
23.Tee S.R., Teoh X.Y., Aiman W.A.R.W.M., Aiful A., Har C.S.Y., Tan Z.F., et al. ThePrevalence of Hypertension and Its Associated Risk Factors in Two Rural
Communities in Penang, Malaysia. IeJSME 2010:4(2):27-40.
top related