penataan struktur organisasi pemerintah daerah …
Post on 02-Oct-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENATAAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN GARUT PROVINSI JAWA BARAT
Oleh: Deny M. Tri Aryadi, Ors., M.Si. A.B.M. Witono, Ph.D. Deny Rismansah, S.H., M.Si., M.Pd. Gina Ningsih Yuwono, M.Si. Maria Rossarie Harnie, M.Si. Pius Sugeng Prasetyo, Ph.D.
(Koordinator) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota)
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Bandung,2007
Laporan Akhir
Penataan Struktur Organisasi Pemerintah Daerah:Kabupaten Garut
Propinsi Jawa Barat
Disusun Oleh:
Deny M Tri Aryadi., M.Si Pius Sugeng Prasetyo., Ph.D Gina Ningsih Yuwono., M.Si
ABM Witono., Ph.D Deny Ridmansyah., M.Si
Maria Rossarie Ramie., M.Si
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan
Bandung 2007
DAFfAR ISi
BABI PENDAHULU AN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Masalah 3 1.3. Maksud dan Tujuan 3 1.4. Skema Kajian 3 1.5. Indikator Keberhasilan 4 1.6. Keluaran 5 1.7. Huang Lingkup 5 1.8. Metode 5
BAB II L ANDASAN TEORI 2.1. Kewenangan 7 2.2. Kelembagaan 9 2.3. Menentukan Forrnasi Organisasi Dan Kelembagaan 14 2.4. Learning Organization 17 2.5. Strategi dan Pendekatan Organisasi Yang Efektif 20
BAB III PROFIL GARUT 26
BAB IV HASIL PENELIT I AN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kajian Perundang-undangan Tentang Pemerintahan
4.1.1. 4.1.2. 4.1.3. 4.1.4. 4.2.
Daerah 33 Perbandingan Undang-Undang T entang Pemerintah Daerah 33
Kewenangan 36 Kewenangan Menurut Perundang-undangan 37 Kelembagaan 38
Kajian Penataan Kewenangan dan Kelembagaan Organisasi Daerah Kabupaten Garut 39 4.2.1. Tingkat Kesesuaian Struktur Organisasi Perda
Kabupaten Garut dengan PP No.8 Tahun 2003 39 4.2.2. Efektivitas Struktur Organisasi Pemda Kabupaten
Garut 49 4.2.3. Model Kewenangan dan Kelembagaan
Struktur Organisasi Kabupaten Garut
Untuk Masa Yang Akan Datang 89 4.2.3.1. Struktur Organisasi S 111 4.2.3.2. Tupoksi SKPD 126
LAMP IR AN 1. Pembobotan/Skors Penyusunan Struktur Organisasi 2. Kewenangan SKPD Kabuapten Garut
BAB I PENGKAJIAN KELEMBAGAAN
DAN KEWENANGAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
1 . 1 . Latar Belakang Huntington menyatakan bahwa arus demokratisasi yang melanda negara
negara di seluruh dunia tidak bisa dibendung oleh siapapun. Trend clemokrasi yang menghembuskan angin desentralisasi itu, terjacli juga di Indonesia, terutama setelah runtuhnya Orde Baru. Di bawah kepemimpinan Presiden RI, B.J. Habibie, lahir UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang merubah paradigma sistem politik dari sentralisasi ke desentralisasi.
Desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan, dari pemerintahan pusat kepacla daerah otonom dalam kerangka T1?gara kesatuan. Selain itu, asas desentralisasi, terdapat juga asas dekonsentrasi yc;mg diartikan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat di daerah otonom sebagai wakil pemerintah clan atau perangkat pusat di claerah dalam kerangka Negara kesatuan. Sedangkan Medebewind (tugas pembantuan) adalah keikutsertaan pemeritah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah yang kewenangannya lebih luas dan lebih tinggi di daerah tersebut.
Dalam perkembangannya UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah yang menganut asas clesentralisasi itu, ditindak lanjuti oleh Peraturan Pemerintah Nomer 84 Tahun 2000 (PP No 84/2000) yang memberikan kekuasaan clan keluasan yang sangat besar kepada Pemerintah Daerah dalam menyusun clan menetapkan organisasi perangkat claerahnya.
Ketentuan PP No. 84/2000 itu, di evaluasi oleh tim Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara clan Departemen Dalam Negeri. Salah satu hasil evaluasi itu adalah terdapatnya implementasi yang berbeda-becla akibat dari kecenderungan aclanya penafsiran berclasarkan selera atau keinginan dari masingmasing claerah. Kajian evaluatif clari tim Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara clan Departemen Dalam Negeri, juga menemukan :
1. fokta yang cenclerung kuat dari pemerintah daerah dalam membentuk organisasi perangkat daerah yang terlalu "gemuk" clan kurang didasarkan pada kenyataan di daerah tersebut.
2. terdapat kecenderungan pengambilan keputusan didasarkan pada pertimbangan yang kental secara politis ketimbang keputusan yang berdasarkan pertimbangan objektif, rasional, efisien clan efektif.
Lebih lanjut evaluasi oleh tim Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Departemen Dalam Negeri itu menyebutkan dua kecenderungan tersebut, yaitu membawa pengaruh kepada efisiensi alokasi yang tersedia di masing-masing daerah. Semakin "gemuk"nya perangkat organisasi juga membuat semakin melebamya rentang kontrol (kendali) dan kurang terintegrasinya penanganan karena fungsi yang seharusnya ditangani dalam satu kesatuan unit harus dibagi ke sejumlah unit
organisasi lainnya. Kondisi ini berpengaruh pada semakin tingginya disharmoni babkan konflik atau friksi antar unit organisasi akibat terdapatnya tarik menarik kepentingan atau kewenangan.
Berdasarkan temuan faktual dari hasil evaluasi tersebut, dirasakan perlu adanya penyempurnaan pengaturan perangkat organisasi pemerintah daerah yang dapat diharapkan menjadi organisasi yang solid dan mampu berperan sebagai institusi bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah, serta proses interaksi pemerintah antar pemerintah dan institusi daerah lainnya serta dengan masyarakat secara optimal. Karena itu, pemerintah kemudian menyusun Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2003 (PP No.8/2003) tentang Kelembagaan dan Kewenangan Organisasi Daerah.
Lahirnya PP No. 8/2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah menunjukan agar pemerintah daerah dalam struktur organisasi atau birokrasinya tidak lagi berorientasi pada semakin besarnya struktur tetapi berorientasi pada semakin banyaknya fungsi. Terbukti PP N0.8/2003 ini membatasi jumlah maksimal 14 Dinas (tiga diantaranya disesuaikan dengan kebutuhan daerah) dan 8 lembaga teknis pada setiap daerahnya. Selaln itu lahimya PP No.8/2003 tersebut, menuntut diadakannya penyesuaian yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Dalam kasus Kabupaten Garut, penyesuaian itu, berkaitan dengan pembentukan Kelembagaan dan Kewenangan Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Garut yang harus mengacu pada PP No.8/2003.
Dengan digunakannya PP No.8/2003 sebagai acuan dalam pembentukan birokrasi perlu di lakukan pengkajian secara ilmiah mengenai keefektifan Lembaga Perangkat Daerah yang dibentuk khususnya oleh Kabupaten Garut. Thomas G Cummings clan Edgar F Huse dalam Organisasi Development and Change mengungkapkan bahwa pendiagnosaan terhadap keef ektifan organisasi dengan komponen-komponen yang terkandung dalam rancangan organisasi yang terdiri dari struktur, teknologi, budaya, sistem pengukuran clan sistem sumberdaya manusianya. Bila terdapat kesesuaian di antara strategi dan lingkungan dengan komponen-komponen tersebut maka efektifitas organisasi tercapai.
Pendapat lain diungkapkan oleh Hal G Rainey dalam Understanding and Managing Public Oganizations yang merangkum pendapat beberapa pakar organisasi mengenai cara pengukuran efektifitas organisasi, karena pengukuran efektivitas organisasi dari setiap pendekatan tersebut berbeda . Empat pendekatan yang diungkapkan oleh Rainey adalah pertama The Goal Approach yang menekankan pada pencapaian sasaran, kedua The Sistems Resource Approach yang menekankan pada kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya eksternal clan kesempatan yang ada untuk mendukung keberadaan organisasi. Ketiga adalah Participant-Satisfaction Model yang menekankan pada kepuasan yang diperoleh partisipan dari organisasi. Dan yang keempat Human Resource and Internal Process Models yang mengukur efektivitas organisasi dari sisi intern organisasi seperti komunikasi internal ataupun gaya kepemimpinan.
2
Keefektifan dari Lembaga Perangkat Daerah khususnya Kabupaten Garut seperti telah diungkapkan di atas dapat kita kaji dari beberapa pendekatan yang ditawarkan oleh para ahli seperti dikemukakan secara garis besarnya.
Dalam perkembangan UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah diubah dengan UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dengan adanya perubahan itu, membawa implikasi terhadap adanya kebutuhan untuk menyusun PP baru. Diharapkan PP baru tersebut akan mengarahkan terbentuknya lembagalembaga pemerintah daerah yang mampu mengembangkan fungsinya secara berkelanjutan (Sustainable).
1 .2. Masalah Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi masalah untuk Pembentukan
Kelembagaan dan Kewenangan Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Garut, dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. bagaimanakah kesesuaian antara pembentukan Kelembagaan dan · Kewenangan
Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Garut, dengan kebutuhan, potensi, karakteristik, sumber daya aparatur, gender dan kemampuan keuangan?
2. bagaimana efektivitas Kelembagaan dan Kewenangan Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Garut yang dibentuk berdasarkan PP No.8/2003?
3. sejalan dengan prediksi subtansi PP baru berdasarkan UU No.32/2004 bagaimanakah sistem Kelembagaan dan Kewenangan Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Garut, yang mampu mengembangkan fungsinya secara berkelanjutan.
1.3. Maksud den Tujuan Pengkajian m1 mempunyai maksud untuk melakukan pengkajian
kelembagaan dan kewenangan organisasi perangkat daerah Kabupaten Garut Sedangkan tujuan studi ini adalah: 1. mengukur tingkat kesesuaian sistem kelembagaan dan kewenangan organisasi
Pemda Kab. Garut yang dibentuk berdasarkan Perda Pemda Kab. Garut No. 5 dan PP No.8 Tahun 2003 dengan kebutuhan nyata dilapangan berdasarkan potensial SOM, dana, karakteristik daerah dan gender.
2. mengukur tingkat efektifitas dan efisiensi organisasi Pemda Kab. Garut yang dibentuk berdasarkan PP No.8/ Tahun 2003.
3. merekomendasikan sistem kelembagaan Pemda Kab. Garut yang rasional sejalan dengan akan lahirnya PP berdasarkan UU No.32 Tahun 2004
1.4. Skema Kajian Berdasarkan masalah, maksud dan tujuan penelitian ini, jika dibuat skema
akan tampak seperti di bawah ini
3
Skema 1: Kajian Kelembagaan dan Kewenangan Organisasi Pemerintah Daerah
Pembentukan Kelembagaan dan Kewenangan Organisasi Pemerintah Daerah
- Kebut�han - Potensi - Karakteristik - Sumber Daya
Aparatur -Gender - Kemampuan
Keuangan
1 .5. lndikator Keberhasilan Indikator keberhasilan studi ini adalah :
1 . Tingkat Kesesuaian : • sistem kelembagaan Pemda Kab. Garut dengan potensi daerah • sistem kelembagaan Pemda Kab. Garut dengan potensi SOM • sistem kelembagaan Pemda Kab. Garut dengan Kemampuan Keuangan • sistem kelembagaan Pemda Kab. Garut dengan Gender • sistem kelembagaan Pemda Kab. Garut dengan Karakteristik Daerah
2. Tingkat efektifitas sistem kelembagaan Pemda Kab Garut yang dibentuk berdasarkan PP No. 8 Tahun 2003
3. Pola Kelembagaan dan kewenangan organisasi Perangkat Daerah di Kab. Garut yang mampu mengembangkan fungsinya secara berkelanjutan.
4
1 .6. Keluaran Keluaran dari pengkajian ini melitputi :
• Out Put : yang berupa naskah akademis kajian dan rekomendasi tentang kelembagaan dan kewenangan organisasi perangkat daerah yang berbasis kompetensi, ramping struktur kaya fungsi dan efektif.
• Out Come : tertatanya organisasi perangkat daerah yang rasional, ramping struktur kaya fungsi dan efektif.
1 . 7. Huang Lingkup Pengkajian ini meliputi tiga aspek yaitu : studi dokumentasi, penyusunan dan
penetapan variabel serta parameter untuk wawancara, dan pelaksanaan kegiatan survai seperti yang terurai di bawah ini.
1. studi dokumentasi yang antara lain berkaitan dengan peraturan perundangundangan ditingkat nasional yang berkaitan dengan Pemerintah Daerah terutama tentang aspek yuridis yang berkaitan dengan kelembagaan dan organisasi. Selain itu, studi dokumentasi juga mencakup peraturan perundangan di tingkat daerah, baik provinsi, maupun ditingkat kabupaten/kota. Studi ini juga mempelajari peraturan daerah yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Garut yang berkaitan dengan tujuan dari studi ini.
2. penyusunan dan penetapan variabel serta parameter untuk wawancara. 3. pelaksanaan kegiatan FGD (Focus Group Discussion) dan Workshop.
1 .8. Metode Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Garut dengan sasaran penelitian
c;idalah seluruh dinas dan unit organisasi pemerintah daerah Kabupaten Garut serta instansi yang terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah dan Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Garut . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Sedangkan model sampel yang digunakan adalah purpossive sampling. Maksudnya informasi diperoleh melalui responden yang terpilih dan memiliki kapasitas yang sesuai dengan penguasaan informasi yang menyeluruh tentang masalah penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi: ( 1 ) Wawancara yang mendalam (Indepth Interview), (2) Analisa dokumentasi, (3) Observasi lapangan
Untuk menjamin validitas data yang telah diperoleh diuji dengan cara "triangulasi data" yaitu cara mengumpulkan masing-masing data yang sejenis dengan menggunakan sumber data yang berbeda (Patton, 1980). T eknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif kualitatif dengan model analisis interaktif (Miles & Huberman, 1984). T eknik ini digunakan karena untuk tujuan meneliti proses maupun makna, teknik ini merupakan yang paling tepat dan relevan. Dalam model ini, tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasinya, dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus.
5
2.1 . Kewenangan
BAB II LANDASAN TEORI
Pasal 14 UU 32 Tahun 2004 menjelaskan 14 urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota meliputi :
1. perencanaan dan pengendalian pembangunan 2. perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang 3. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 4. penyediaan sarana dan parasana umum 5. penanganan bidang kesehatan 6. penyelenggaraan pendidikan 7. penanggulangan masalah sosial 8. pelayanan bidang ketenagakerjaan 9. fasilitasi pengembangan koperasi,usaha kecil dan menengah 10. pengendalian lingkungan hidup 11. pelayanan pertanahan 12. pelayanan kependudukan dan catatan sipil 13. pelayanan administrasi umum pemerintahan 14. pelayanan administrasi penanaman modal
Keempat belas urusan wajib Kabupaten/Kota ini menjadi saJah satu dasar dalam pembentukan organisasi perangkat daerah. Siruktur kewenangan pemerintah tidak lagi berbentuk piramida, yakni kabupaten/kota memiliki kewenangan luas. Struktur kewenangan menurut UU 32 Tahun 2004 lebih berbentuk persegi panjang terbalik meruncing ke atas. Artinya, kewenangan pemerintah pusat tetap terbatas pada haJ-hal yang ditetapkan secara limitatif oleh undang-undang, seclangkan kewenangan daerah (propinsi clan kabupaten/kota) bersifat luas1.
Model organisasi pemerintahan daerah dalam W No 32 Tahun 2004 merupakan perpaduan antara local democratic model dengan structural efficiency model. Model pertama lebih mengakomodasi pada kebutuhan daerah untuk menjalankan fungsi kewenangannya dalam kerangka otonomi clan kebebasan daerah dalam m�njalankan 14 urusan wajib, penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundangundangan. Dalam ayat 2 pasal 14 dijelaskan bahwa untuk urusan pemerintah Kabupaten/Kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,kekhasan clan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Sedangkan model efisiensi struktural lebih rnenekankan pada pembagian tugas dan kewenangan antara wilayah pernerintahan dengan rentang kendali sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah clan terdapat 'pembatasan' urusan pemerintah
1 Utomo, Pendelegasian Kewenangan Pemerint:ahan Daerah kepada Kecamatan dan Kelurahan, dalam Desentralisasi dan Tuntutan Penat:aan Kelembagaan.,2005
7
Kabupaten/Kota ke-dalam 14 kewenangan wajib. Hal ini untuk menekankan pacla efisiensi organisasi namun clapat menjalankan fungsinya clengan optimal, sesuai dengan prinsip ramping struktur kaya fungsi. Konclisi ini menimbulkan keleluasaan pada pemerintah kabupaten/kota untuk menyusun clan membentuk organisasi kelembagaan sesuai dengan aspek yuridis/legal UU 32 Tahun 2004 tersebut.
Dalatn pasal 2 ayat 1 PP No 8 Tahun 2003 clisebutkan bahwa organisasi perangkat claerah clibentuk berdasarkan pertimbangan :
1. kewenangan pemerintah yang dimiJiki oleh claerah 2. karakteristik, potensi clan kebutuhan daerah 3. kemampuan keuangan daerah 4. ketersecliaan sumber claya apartur 5. pengembangan pola kerja sama antar Daerah clan/ atau dengan pihak ketiga
Dalam bab IV Peraturan Pemerintah (PP), yang menjelaskan tentang kecludukan, tugas clan fungsi perangkat daerah Kabupaten/Kota ayat 4, pasal 9 ditetapkan bahwa clinas claerah Kabupaten/Kota sebanyak-banyaknya terdiri clari 14 (empat belas) clinas, seclangkan lembaga teknis claerah Kabupaten/Kota yang claat berbentuk Baclan, Kantor clan Rumah Sakit Daerah menurut ayat 6 pasaJ 10 terdiri clari sebanyak-banyaknya 8 (delapan).
Sebagai pengganti PP No 84 Tahun 2000 tentang Pecloman Organisasi Perangkat Daerah, PP8/2003 seringkali dianggap sebagai bentuk kenclali pemerintah pusat clalam menyusun kebijakan pengaturan tentang organisasi perangkat claerah. PP No 84 Tahun 2000 lebih memberikan kebebasan bagi pemerintah daerah untuk menyusun struktur organisasi <laerah berclasarkan visi, misi claerahnya sesuai dengan kelemahan, kekuatan potensi dan ancarnan yang ada. Pernbentukan sh·uktur organisasi ini menekankan pada prinsip structure follow vision. Adapun clalam PP 8/2003 pemerintah pusat melakukan pembatasan pada jumlah organisasi claerah yang telah clisusun berdasarkan PP84/2000. Di satu sisi kebijakan ini bisa diartikan sebagai upaya pengendalian terhaclap kewenangan clan otonomi daerah untuk menyusun dan membentuk struktur organisasinya, tetapi di Jain sisi juga dapat dikategorikan sebagai tindakan yang memang harus dilakukan oleh pemerintah pusat untuk mernbatasi diskresi pemerintah daerah yang terkadang rnembentuk clan menyusun struktur organisasi pemerintah daerah dengan tidak mengutarnakan prinsip ramping struktur kaya fungsi, melainkan lebih kentalnya kepentingan politis dan ekonomis elit aparatur pemerintah dibandingkan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat daerah.
Pertimbangan kebutuhan menjadi salah satu elemen penting dalarn penyusunan dan pembentukan organisasi claerah. Seringkali terdapat struktur organisasi dalam kewenangan yang ticlak dibutuhkan oleh masyarakat. Ketidakbutuhan masyarakat terjadi karena dua hal 2 Pertama, daerah tidak memiliki basis atau obyek kewenangannya, Misalnya kewenangan di bidang perikanan laut
2 Sobandi, Penataan Kelembagaan dan Model Pengukuran Beban Kerja Organisasi, da/am Desentralisasi don Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah, 2005. Bandung : Humaniora
8
merupakan milik daerah. Namun, bagi daerah yang tidak memiliki perairan laut tidak perlu dibentuk institusi yang mengurusi kewenangan ini. Kedua, kemampuan masyarakat untuk menyediakan sendiri tanpa bantuan pemerintah. Misalnya jika masyarakat mampu mengelola sendiri kebersihan lingkungannya, pemerintah daerah tidak perlu campur tangan. Masalah tersebut dapat diserahkan ke swasta, sedangkan pemerintah bertindak sebagai pengatur dan pemungut pajak.
Selain pertimbangan kebutuhan, pertimbangan homogenitas layanan clan beban kerja merupakan pertimbangan lain clalam membentuk struktur organisasi perangkat daerah. Analisis homogenitas perlu dilakukan untuk meninjau kewenangan-kewenangan yang relatif identik dan beban kerja yang relatif kecil dapat digabung dalam kelembagaan tertentu 3 . Misalnya apabila beban kerja kewenangan biclang pertanian dan bidang perikanan relatif kecil, tidak perlu masingmasing dibentuk dua dinas, cukup satu dinas, clinas pertanian dan perikanan. T erdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk melakukan analisis homogenitas, antara lain kesamaan basis kewenangan utama. Misalnya kewenangan bidang kependudukan clan ketenagakerjaan sama-sama berbasis utama penduduk. Selain itu keterkaitan kewenangan dan homogenitas produk layanan dapat digunakan untuk analisis homogenitas. Misalnya kewenangan-kewenangan yang memiliki keterkaitan yang sangat erat meskipun tidak memiliki basis kewenangan utama yang sama dapat cligabungkan. Misalnya antara bidang kewenangan penanaman modal clan kewenangan industri clan perdagangan. Kriteria pengelompokan menurut homogenitas produk layanan, misalnya produk layanan perijinan.
Pertimbangan beban kerja menjadi bahan pertimbangan penting dalam menentukan format kelembagaan. Semakin besar beban kerja, semakin tinggi peringkat kelembagaan yang harus dibentuk demikian juga sebaliknya, semakin kecil beban kerja,maka semakin rendah peringkat kelembagaan yang harus dibentuk. Faktor utama yang seharusnya dipertimbangkan sebelum menentukan format kelembagaan daerah yaitu :
1. jumlah masyarakat yang menjadi obyek kewenangan 2. luas wilayah yang menjadi obyek kewenangan 3. jumlah anggaran yang digunakan dalam menyelenggarakan kewenangan 4. jumlah pegawai yang bekerja dalam kewenangan tersebut.
2.2. Kelembagaan Kompleksitas permasalahan yang muncul di tengah masyarakat nampaknya
menuntut pemerintah selaku pembuat dan juga pelaksana kebijakan-kebijakan untuk senantiasa mengkaji ulang terhadap kondisi yang ada (existing condition). Hal ini menjadi sangat penting ketika arus perubahan dan intensitas tuntutan yang muncul khususnya dari masyarakat semakin meningkat.
3 Ibid, halaman 135
9
Dalam konteks Indonesia saat ini, ketika tuntutan reforrnasi masuk ke segala aspek kehidupan masyarakat clan ketatanegaraan, maka sudah menjadi keharusan bahwa organisasi atau kelembagaan pemerintah harus dikaji ulang khususnya yang berkaitan dengan lembaga-lembaga yang memberikan jasa layanan kepada publik. Dalam ha! ini pengkajian harus diorientasikan pada upaya untuk semaksimal mungkin memberikan pelayanan yang efektif clan efisien clan sedapat mungkin memberikan dampak produktifitas bagi pihak yang dilayani. Dalam hal ini kritik dari Rainer Rohdewohld yang mengatakan bahwa reformasi birokrasi merupakan elemen yang dilupakan dalam masa reformasi 4 harus menjadi pemicu bagi pemerintah untuk melihat apakah sudah ada upaya untuk melakukan pembaharuan kelembagaan dalam tubuh organisasi pemerintah.
Keberadaan lembaga pemerintah memang sangat dipengaruhi baik oleh faktor internal organisasi maupun faktor eksternal yang dalam hal ini adalah lingkungan dimana organisasi atau lembaga tersebut berada. Dengan demikian upaya untuk pengembangan kelembagaan harus memperhatikan dua aspek tersebut yaitu kondisi internal clan eksternal. Dalam ha! ini tuntutan atau kebutuhan yang muncul dari internal lembaga/ organisasi, clan di lain pihak adanya tuntutan dari lingkungan akan dapat menjadi argumentasi-argumentasi bahwa lembaga yang bersangkutan harus dikaji untuk dikembangkan ke arah yang lebih efektif, efisien clan prod uktif.
Harus disadari pula bahwa "era otonomi" daerah di Indonesia saat ini diyakini memberikan peluang bagi terwujudnya good governance. Apalagi jika dibandingkan secara dikotomis dengan praktik sentralistik di masa lalu yang meminggirkan sebagian besar komponen rakyat, maka pelaksanaan otonomi daerah memiliki legitirnasi clan justifikasi politik dan moral yang sangat kuat5. Hal inilah yang sebenarnya juga menjadi faktor pendorong dan peluang bahwa perubahan dapat muncul dari tataran struktur pemerintahan di tingkat lokal untuk membangun sistem kelembagaan yang semakin responsif terhadap tuntutan yang muncul dari masyarakat, meskipun dalam banyak kasus masih ditemukan persoalan-persoalan yang berkaitan pada aspek responsivitas ini.
Berdasarkan pengalaman empiris lembaga-lembaga pemerintah yang lebih banyak diorientasikan dalam pemberian layanan publik (public services) pada kenyataannya kurang dapat memberikan pelayanan pubiik dengan baik. Oleh karena itu, sejalan dengan tuntutan yang berkembang saat m1, maka penyempurnaan kelembagaan untuk memberikan layanan publik harus ditujukan pada aspek efisiensi, responsivitas, clan non-partisan6•
Aspek efisiensi ini mencakup perspektif dari penyedia maupun warga pengguna layanan. Kedua belah pihak tersebut sama-sama menginginkan
4 Rainer Rohdewohld, 2003, Decentralisation And The Indonesian Bureaucracy - Major Changes,
Minor Impact, dalam, Edward Aspinal and Greg Fealy, Local Power and Politics in Indonesia, ISEAS, Sing apore, ha!. 260 5 Agus Dwiyanto (Ed), 2005, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, h al. 89. 6 Agus Dwiyanto, ibid, ha!. 168 - 169.
1 0
pelayanan publik yang cepat, murah clan hemat energi. Aspek responsivitas menghenclaki agar pelayanan publik mampu menjawab kebutuhan clan keinginan pengguna layanan. Seclangkan aspek non-partisan menghenclaki agar pemberian pelayanan publik tidak bersifat diskriminatif. Setiap warga negara mendapat akses yang sama untuk memperoleh pelayanan publik yang mereka butuhkan, dan diperlakukan secara sama dalam proses mendapatkan pelayanan publik tersebut.
Organisasi atau lembaga pemerintah memang harus senantiasa menjadi organisasi dengan sistem yang terbuka (open system organization). Artinya harus senantiasa bersifat adaptif terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Beberapa karakteristis suatu organisasi/ lembaga yang bersifat terbuka yaitu, pertama, memberi penekanan pada lingkungan dimana organisasi tersebut berada. Hal ini merupakan perbedaan clengan para penganut manajemen klasik yang memberi sedikit perhatian pada lingkungan. Mereka memperlakukan organisasi dengan sistem yang lebih tertutup. Sebaliknya organisasi dengan sistem yang terbuka mempunyai keyakinan bahwa organisasi harus diselenggarakan dengan lingkungan. Kedua, organisasi dengan sistem terbuka mengasumsikan adanya keterkaitan yang erat diantara subsistem-subsistem yang ada. Ini mengandung pengertian bahwa unit-unit atau elemen yang ada dalam organisasi/ lembaga secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sating berhubungan dan saling berpengaruh (interrelated subsystems). Ketiga, organisasi m1 memfokuskan pada upaya untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap sistem-sistem yang berbecla, clisamping juga berupaya untuk mengiclentifikasi clan mengeliminasikan potensi-potensi yang tidak memberikan fungsi7.
Pemikiran-pemikiran di atas, pada da.sarnya juga ingin menghindari dari karakter organisasi birokrasi pemerintah yang sering kaJi dicirikan oleh keticlaklenturan dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian terhaclap perkembangan dan tuntutan yang terjadi di masyarakat clan lingkungannya sehingga menyebabkan tidak bisa secara cepat memberikan respon terhadap tuntutan masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pengembangan kelembagaan, yang clalam hal ini adalah organisasi pemerintahan, tidak akan lepas dari iklim politik yang berlaku pada masa tertentu. Dalam konteks ini iklim politik tentu saja akan sangat tergantung pada rejim yang sedang berkuasa. Hal ini cukup menjadi alasan untuk menjelaskan kenapa suatu lembaga harus clikembangkan, atau bahkan di lain pihak malah tidak dikembangkan. Kedua ha! tersebut akan sangat tergantung dari argumentasiargumentasi yang lebih mengarah pada kepentingan-kepentingan yang dimiliki oleh elit-elit penguasa. Dengan clemikian organisasi/lembaga pemerintah yang seharusnya menyediakan berbagai layanan-layanan kepacla masyarakat clan yang clituntut untuk bisa berperilaku secara profesional akhimya harus melakukan penyesuaian-penyesuaian terhaclap kepentingan-kepentingan politik para elit politik yang juga menguasai seluruh struktur kelembagaan di birokrasi pemerintah.
7 Gareth Morgan, 1986, Images of Organization, Sage Publication, London, ha!. 44- 48.
1 1
Kondisi dimana lembaga-lembaga pemerintah bersifat kaku (tidak lentur) clan bahkan cenderung diwarnai oleh kepentingan politik (politicized bureaucracy) memang nampak jelas terjadi pada masa pemerintatah Orde Baru. Namun ketika perubahan iklim politik terjadi secara fundamental, yang dalam ha! ini mengarah pada upaya merealisasikan gagasan demokrasi secara lebih substansial, maka reforrnasi di sektor birokrasi menjadi suatu hal yang sangat dimungkinkan. Meskipun dalam skala yang signifikan perubahan-perubahan internal kelembagaan birokrasi pemerintahan juga masih menghadapi kendala. Seperti yang dikemukakan oleh Sadu Wasistiono, bahwa setelah terjadinya reforrnasi pada tahun 1997-1998, ternyata birokrasi merupakan sektor yang paling Iamban berubahnya. Birokrasi selama ini merupakan pihak yang paling menikmati ketidakberesan dalam negara.8
Namun demikian kesempatan untuk melakukan perubahan clan pembaharuan kelembagaan untuk masa kini sudah menjadi suatu hal yang sangat dimungkinkan, clan bahkan sudah menjadi keharusan.
Sebagaimana yang ditulis oleh David Osborne clan Ted Gaebler, bahwa perubahan orientasi harus dilakukan di jajaran pemerintah, yaitu bahwa pemerintah harus mendekatkan diri pada masyarakat (customers) melalui survey kebutuhankebutuhan ataupun pilihan-pilihan masyarakat melalui berbagai metode. 9 Pemahaman ini ingin menegaskan bahwa masyarakat harus menjadi pusat dari setiap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dengan harapan agar masyarakat semakin memperoleh dampak yang positif, yaitu kesejahteraan yang semakin meningkat. Pemahaman akan upaya memperbaiki citra lembaga pemerintahan semakin ditekankan ketika konsep tata pemerintahan yang baik (good governance) mulai diperkenalkan. T entu saja munculnya konsep ini berangkat dari situasi sebelumnya dimana lembaga-lembaga pemerintah justru menunjukkan sifat yang ticlak baik (bad governance) yang clicirikan dengan sifat lamban clan tidak reaktif, arogan, korup, birokratisme, boros, bekerja secara naluriah, enggan berubah, kurang berorientasi pada kepentingan publik. Sifat-sifat inilah yang kemuclian ingin digantikan dengan good governance yang dicirikan dengan sifat proaktif, ramah clan persuatif, transparan, mengutamakan proses clan produk, proposional clan professional, bekerja secera sistemik, pembelajaran sepanjang hayat, menempatkan stakeholders clan shareholders clitempat utama10•
Jika uraian tentang perubahan paradigma Bad Governance ke Good Governance, di buat skemanya akan terlihat sebagai berikut :
8 Sadu Wasistiono, 2006, Kontribusi I/mu Administrasi Publik Dalam Menangani Permasa/ahan Bangsa, paper yang dipresentasikan dalam seminar "Kontrlbusi Pe�guruan Tinggi Dalam Menangani Permasalahan Bangsa, FISIP - Unpar. 9 David Osborne dan Ted Gaebler, 1992, Reinventing Government, Addison-Wesly Publishing, Massachusetts. 10 Sadu Wasistiono, op.cit.
1 2
Sementara itu, pengembangan organisasi (organization development) harus cliarahkan untuk :
1. menghinclari terjadinya pembentukan unit-unit kerja yang menghambat efektivitas clan efisiensi,termasuk duplikasi tugas clan fungsi clan yang sekedar menampung pegawai tanpa tugas clan fungsi yang jelas
2. menghindari terjadinya penyeragaman bentuk clan unit kerja yang tidak perlu tanpa memperhatkan kebutuhan clan analisis beban kerja yang sebenarnya.
13
2.2.1. Menentukan Formasi Organisasi Dan Kelembagaan Untuk membentuk formasi organisasi clan kelembagaan pelu ditetapkan
terlebih dahulu beban kerja untuk setiap bidang kewenangan pemerintah daerah. Model yang dijabarkan dalam PP 8/2003 untuk penentuan beban kerja (perhitungan skor kriteria penataan organisasi perangkat daerah) adalah sebagai berikut:
No
1 1
2
3
4
5
6
Tabet 1 : PerhitunganSkor Kriteria Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Faktor Umum (Kabupaten)
INDI KATOR Skala Bo bot Skor Nilai (%)
2 3 4 5 Luas Wilayah (km2) 400 16 skor < 15.000 700 4 2 � skor 15.000 - 30.000 1000 40 skor >30.000 Jumlah penduduk (jiwa) <400.000 400 8 skor 400.000 - 750.000 700 2 14 skor >750.000 1000 20 skor Ratio Belanja Aparatur dalam APBD (%) 400 16 skor >50 700 4 28 skor 30 -50 1000 40 skor <30 Jumlah Kecamatan 3-9 400 8 skor 1 0-20 700 2 14 skor >20 1000 20 skor Jumlah Desa dalam Kabupaten <50 400 16 skor 50 -100 700 4 28 skor >100 1000 40 skor Aspek Karakteristik Daerah Pengembangan I Pertumbuhan -Lokal/Regional 400 16 skor -Nasional 700 4 28 skor -Intemasional 1000 40 skor
Sedangkan faktor teknis dengan contoh kewenangan bidang pertanian adalah sebagai berikut :
14
No
1 1
2
3
4
5
6
7
8
Tabel 2 : PerhitunganSkor Kriteria Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Faktor Teknis (Kabupaten)
INDI KATOR Skala Bo bot Skor Nilai (%)
2 3 4 5 Luas Lahan Pertanian (Ha) <100.000 400 28 skor 100.000 - 300.000 600 42 skor 300.001 - 500.000 800 7 56 skor >500.000 1000 70 skor Luas lahan sawah irigasi (Ha) <10.000 400 28 skor 10.000 - 20.000 600 7 42 skor 20.001 - 30.000 800 56 skor >30.000 1000 70 skor Luas lahan sawah non irigasi (tadah hujan) (Ha) 400 28 skor <10.000 600 6 42 skor 10.000 - 20.000 800 56 skor 20.001 - 30.000 1000 70 skor >30.000 Sistim pengolahan pertanian Teknologi modem (mekanisasi) 400 24 skor Intensifikasi (lumpangsari) 700 6 42 skor Tradisional (animal tract ion) 1000 60 skor Luas lahan perkebunan rakyat (Ha) <20.000 400 24 skor 20.000 - 50.000 600 6 42 skor 50.001 - 80.000 800 48 skor >80.000 1000 60 skor Lu as Tanarnan Pangan Intensifikasi dibandng Areal Tanarnan Total (%) <20 400 24 skor 20-50 700 6 42 skor >50 1000 60 skor Populasi ternak menurut jenisnya Temak besar (sapi, kerbau,kuda) 400 16 skor Ternak kecil (babi, 550 6 22 skor rusa,karnbing,domba) 700 28 skor Ternak unggas (ayarn,itik,puyuh,entok) 850 34 skor Aneka temak (kelinci, ell!) 1000 40 skor Hewan kesayan�an Jumlah rumah potong hewan (RPH) <5 400 24 skor 5 -10 700 6 42 skor >10 1000 60 skor
1 5
9 Jumlah pasar hewan <5 400 24 skor 5-10 700 6 42 skor >10 1000 60 skor
10 Potesi ekspor hasil temak (US$) <1 .000 .000 400 24 skor 1 .000.000 - 2.000.000 700 6 42 skor >2 .000.000 1000 60 skor
11 Penyediaan pakan temak Padang rumput I padang 400 24 skor pengembalaan 1000 6 60 skor Produksi hijauan pakan
12 Jumlah petemak/ rum ah tangga petemak (PRT) 400 24 skor <50.000 700 6 42 skor 50.000 - 100.000 1000 60 skor >100.000
13 Perusahaan biclang ternak ( usaha) <30 400 24 skor 30 - 50 700 6 42 skor >so 1000 60 skor
Penetapan kelembagaan : a. Faktor umum clan faktor teknis mempunyai interval skala nilai dari 400 s.d.
1000 b. Persentase faktor umum = 20% clan faktor teknis = 80% c. Total skor:
1. <500 : belum dapat dibentuk organisasi perangkat claerah yang bercliri sencliri clan fungsinya cligabung clengan fungsi yang sejenis clan serum pun
2. 500 - 750 : clapat clibentuk organisasi perangkat claerah yang bercliri sencliri, berbentuk kantor
3. > 750 : clapat clibentuk organisasi perangkat claerah yang bercliri sencliri berbentuk clinas atau baclan
Kriteria dalam PP 8/2003 (sistem scoring) sebenarnya bukan untuk membatasi jumlah Dinas, tetapi untuk memberikan arahan kepada claerah clalam menentukan biclang/tugas yang dianggap paling sesuai atau clibutuhkan (prioritas) oleh daerah. Selain itu apabila suatu biclang pemerintahan yang karena sifatnya clan berclasarkan pertimbangan claerah ticlak bisa cligabung clengan biclang pemerintahan lainnya clalam satu clinas clan berclasarkan penilaian menclapat skor kurang clari 750, maka biclang pemerintahan tersebut clapat dibentuk menjacli dinas tersencliri, sepanjang jumlah keseluruhan clinas ticlak melebihi jumlah yang ditentukan.
1 6
2.2.2. Leaming Organization Seperti telah diungkapkan bahwa organisas1 Jenis apapun pada masa
sekarang tidak dapat terlepas dari lingkungannya, sebagai organisasi yang terbuka harus dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana organisasi tersebut berada. Dalam era otonomi daerah setiap pemerintah daerah khususnya kabupaten Garut perlu mengikuti prinsip Leaming Organization. French , Bell dan Zawacki dalam " Organization Development and Transformation , menyatakan bahwa Learning Organization adalah istilah dari Peter Senge untuk organisasi dimana orang-orang yang ada dalam organisasio tersebut secara berkelanjutan meningkatkan kapasitasnya untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan , dimana pola-pola piker baru dan luas dipelihara , dimana aspirasi kolektif dibebaskan dan dimana orang-orang secara terus menerus belajar bagaimana untuk belajar ber sama-sama. Dengan demikian tidak cukup satu orang anggota organisasi yang terus menerus belajar dari pekerjaannya lebih cepat dari anggota organisasi lainnya khususnya organisasi pesaing tetapi semua anggota organisasi harus mempunyai komitmen dan mempunyai kapasitas untuk belajar.
Raul Espejo, Werner Schuhmann, Markus Schwaninger, Ubaldo Bilello dalam Organizational Transformatiion and Leaming, menyatakan pula bahwa esensi dari Leaming adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, bukan hanya kapabilitas dari organizational learning saja tetapi juga kecepatan dari perubahan itu sendiri , untuk itu diperlukan kondisi structura! yang dapat menunjuang dilaksanakannya learning organization yang menerapkan 5 prinsip dasar yaitu disiplin belajar dari Peter Senge . Lima prinsip tersebut adalah System Thinking, Perona/ Mastery Mental Models , Shared Vision dan Team Learning. (yang akan diuraikan di bawah)
Peter Senge mempunyai pendapat bahwa setiap orang pada dasamya adalah pelajar, dapat menguasai apa yang akan dilakukan. Setiap orang mempunyai keinginan untuk belajar, pandangan positif terhadap setiap anggota organisasi seperti pendapat Douglas McGregor dengan teori Y nya , bahwa setiap anggota organisasi senang bekerja, kreatif mau bertanggungjawab dan dapat mengarahkan diri sendiri. Dengan demikian pandangan yang positif terhadap anggota organisasi akan berdampak positif pula terhadap organisasi dimasa yang akan datang .Leaming Organization bukan hanya dapat dilakukan masing-masing individu tetapi secara bersama-sama dalam sebuah team, yang saling percaya clan saling melengkapi yang bekerja dengan cara yang luar biasa. Setiap anggota organisasi perlu untuk merubah pandangan terhadap kerja sebagai sarana untuk mencapai tujuan tetapi memandang nya sebagai mendapat keuntungan secara intrinsic dari kerja yang dilakukannya oleh karena itu harus dapat menghadapi hambatan yang menjauhkan anggota organisasi dalam pergerakan kearah visi yang telah ditetapkan dan menghambat kemapuan untuk belajar.
Secara lebih spesifik, Peter Senge mengungkapkan 5 disiplin dalam Learning Organization adalah sebagai berikut:
17
1. Systems Thinking Systems Thinking adalah sebuah kerangka konseptual, sebuah badan pengetahuan dan peralatan yang telah berkembangs selama lima puluh tahunan, untuk membuat pola berpikir secara keseluruhan lebih jelas, dan membantu kita untuk melihat bagaimana untuk merubahnya dengan efektif.
2. Personal Mastery Personal Mastery adalah sebuah disiplin yang secara berkelanjutan menjelaskan dan memperdalam visi personal kita, memusatkan energi kita, mengembangkan kesabaran dan dalam melihat realitas dengan lebih objektif. Dengan demikian personal Mastery merupakan dasar spiritual bagi Learning Organization. Dalam organisasi perlu ditekankan hubungan antara personal learning dan organizational learning , harus ada komitmen timbale balik antara anggota organisasi dan organisasi untuk sama-sama belajar.
3. Mental Models. Mental Models adalah asumsi yang sudah melekat dalam diri manusia yang mempengaruhi bagaimana kita mengerti dunia clan bagaimana kita mengambil tindakan. Seringkali manusia tidak sadar bahwa mental models manusia itu sendiri yang mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Disiplin kerja dengan mental models dimulai sama seperti dengan memutar cermin ke dalam, belajar untuk menggali gambaran kita tentang dunia, membawanya ke permukaan clan memperolehnya melalui penelitian yang cermat. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan untukmelaksanakan percakapan yang leamingful yang menyeimbangkan antara inquiry dan advocacy, dimana orang-orang akan menunjukkan pemikiran mereka sendiri dengan efektif clan membuat pemikiran mereka terbuka untuk masuknya pengaruh dari pemikiran yang lain.
4. Building Shared Vision Perlu dicari kemampuan untuk untuk mempunyai gambaran yang sama tentang masa yang akan datang yang akan kita ciptakan. Nampaknya sulit bagi setiap organisasi untuk bertahan tanpa memiliki goals, values maupun mission. Goals , vision maupun mission tersebut harus dimiliki oleh seluruh anggota organisasi. Orang dalam organisasi perlu dimiliki a genuine vision yang berlawanan dengan vision statement . Dalam Genuine Vision, orang -orang cenderung untuk mengatasi dan belajar, bukan karena mereka diperintahkan untuk demikian tetapi karena mereka menginginkannya. Pemimpin seringkali menentukan visi personalnya sehingga kekurangannya adalah menterjemahkan visinya menjadi visi bersama (shared vision) sebagai sebuah perangkat disiplin dan pedoman prakteknya. Pedoman praktek dari visi bersama melibatkan pada keterampilan menggali "gambaran bersama di masa yang akan datang" yang akan mempercepat komitmen clan keikutsertaan daripada kepatuhan terhadapnya. Walaupun
1 8
sulit namun pemimpin harus belajar mengalami masa-masa tidak produktifnya aktivitas membangun visi bersama ini.
5. Team Learning
Disiplin dari Team Learning dimulai dengan dialogue , kemampuan dari para anggota organisasi untuk menunda asumsi dari diri pribadi clan memasuki "pemikiran bersama" yang asli, membiarkan pemikiran-pemikiran pribadi memasuki pemikiran bersama. Prinsip dialogue juga melibatkan pada belajar bagaimana untuk mengenali pola interaksi dalam team yang merusak pembelajaran, seperti pola defensive. Pola defensive dari para anggota yang tidak dikenali akan merusak proses pembelajaran, tetapi bila dikenali clan diangkat dalam dialogue maka akan mempercepat proses pembelajaran dalam usaha memasuki atau pembentukan pemikiran bersama. Bila setiap team dapat membentuk pemikiran bersama maka tidak sulit bagi organisasi untuk belajar memasuki pembentukan pemikiran bersama, sehingga team learning penting bagi learning organizations.
Peter Senge menyebut ke lima disiplin ini sebagai lima komponen teknologi baru yang yang ditemukan ini larribat laun akan berubah menjadi inovasi dalam learning organizations. Walaupun berkembangnya secara terpisah , namun masingmasing disiplin atau teknologi itu akan menunjukkan pentingnya bagi kesuksesan yang lainnya. Masing-masing disiplin atau teknologi akan menunjukkan sebagai dimensi yang vital dalam pembangunan organisasi yang benar-benar belajar yang secara berkelanjutan akan memperbesar kapasitas mereka untuk merealisasikan aspirasi terbesar mereka.
Dengan diterapkannya 5 prinsip disiplin belajar ini maka diharapkan, organisasi khususnya Kabupaten Garut akan menajdi wadah yang kondusif dimana dimungkinkan terjadi tindakan perbaikan yang ticlak bersifat single-loop learning, tetapi yang bersifat double-loop learning.
Seperti clikutip oleh Stephen P Robbins clalam Organizational Behavio, clinyatakan bahwa Single-loop Learning adalah tinclakan perbaikan atau tindakan koreksi yang dilakukan pihak organisasi hanya berclasarkan pada kegitan rutin di masa lalu dan kebijakan yang acla sekarang . Seclangkan Double-loop Learning adalah tindakan perbaikan atau tinclakan koreksi yang climungkinkan terhadap lesalahan-kesalahan yang terjacli clengan cara memodifikasi sasaran-sasaran, kebijakan-kebijakan clan kegiatan rutin yang distandarkan. Dengan demikian dimungkinkan untuk melakukan perubahan secara radikal untuk mencari solusi masalah clan secara dramatis melornpat pada perbaikan organisasi.
Diungkapkan lebih lanjut oleh Robbins, bahwa pengelolaan dalam pembelajaran ini atau clalam Learning Organization aclalah bahwa manajer perlu melakukan beberapa ha!, pertama , menetapkan strategi, pihak manajemen harus secara eksplisit mengungkapkan komitmennya untuk melakukan perubahan , inovasi clan perbaikan yang berkelanjuta. Keclua, Merancang ulang struktur organisasi . Struktur formal yang acla sekarang mungkin menjacli penghambat bagi
1 9
learning organization. Misalnya dengan membuat strukur menjadi datar, menghilangkan atau ,mengkombinasikan departemen atau dinas yang ada, meningkatkan penggunaan cross-functional teams, kesaling tergantungan diperkuat clan batas-batas antar anggota organisasi dikurangi. Dan ketiga adalah Membentuk kembali budaya organisasi.
Sejalan dengan usaha usaha kedua yaitu merancang ulang struktur organisasi dalam Leaming Organization , maka Kabupaten Garut perlu untuk mengikuti prinsip-prinsip yang telah diungkapkan dalam 5 prinsip disiplin belajar dari Peter Senge , karena itu perlu dikaji terlebih dahulu efektivitas dari Kabupaten Garut termasuk dibaleka yang ada di dalamnya sehingga langkah lebih lanjut dapat ditentukan.
2.2.3. Strategi dan Pendekatan Organisasi Yang Efektif Secara juridis formal setiap Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Indonesia
harus mematuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Tentunya pembentukan Organisasi perangkat Daerah yang dibentuk tidak dapat dilepaskan dari lingkungan internal maupun lingkungan ekstemal yang ada di wilayah Kabupaten atau Kota yang bersangkutan. Lebih jauh lagi perlu dikaji apakah kepatuhan terhadap peraturan yang telah ditetapkan juga membuat Organisasi Perangkat Daerah tersebut menjadi efektif ?
Sedangkan dari sudut pandang teoritis setiap organisasi yang dibentuk , sebagai sebuah sistem yang terbuka baik yang bersifat publik maupun prif at dapat dikatakan efektif bila organisasi yang bersangkutan sesuai dengan lingkungan maupun strategi yang telah dibuat oleh organisasi yang bersangkutan, pemyataan tersebut di ungkap oleh Thomas G Cummings clan Edgar F Huse dalam bukunya Organization Development and Change
Pendiagnosaan terhadap setiap organisasi pertama-tama harus dimulai dari tingkat yang paling atas yaitu di level organisasi. Di bawah ini akan digambarkan model pendiagnosaan organisasi di level organisasi :
Strategi Lingkung
, an
Bagan 1 : Input Komponen Perancangan Output
/ Teknologi
/ I ,�
Stn:i;;ur __ Budiya --�m Pengukuran
I Sistem S
Efektivitas Organisasi
20
Dikatakan lebih lanjut bahwa strategi organisasi adalah sebuah rencana tindakan dari organisasi yang akan menggunakan sumberdayanya untuk mendapatkan keuntungan kompetitif di dalam lingkungan yang lebih luas.
Strategi juga mengidentifikasikan lingkungan eksternal yang akan mempengaruhi tercapainya sasaran dari strategi yang telah ditetapkan. Lingkungan akan digambarkan dalam dimensi statis atau dinamis yang akan mempengaruhi beroperasinya organisasi .
Komponen-komponen perancangan di level organisasi harus sesuai dengan strategi organisasi clan lingkungan organisasi, adapun 5 komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1. teknologi, yang berkaitan dengan cara organisasi merubah bahan mentah menjadi produk atau jasa. Dua ciri teknologi yang penting yang mempengaruhi rancangan organisasi adalah interdependence clan uncertainty. Tinggi rendahnya interdependence (saling ketergantungan) akan tergantung pada seberapa banyak/sedikit diperlukan koordinasi tugas yang dilakukan oleh bagian untuk memberikan sebuah pelayanan atau menghasilkan sebuah produk. Sedangkan Technical uncertainty tergantung pada seberapa banyak dibutuhkan kegiatan pemrosesan informasi clan pengambilan keputusan ketika tugas sedang dilaksanakan. Semakin tinggi ketergantungan clan semakin rendah technical uncertainty maka semakin rutin teknologi yang digunakan dan sebaliknya.
2. Struktur, yang dimaksud adalah struktur organisasi. Struktur organisasi dilihat dari cara organisasi memisah-misahkan pegawainya menjadi bagian-bagian secara horisontal , yaitu pemisahan pegawai berdasarkan pada fungsi , produk atau jasa atau matriks dan secara vertikal, pemisahan kelompok dilihat dari hirarki atau tingkat managerial, tingkatan tersebut dapat banyak atau sedikit jumlahnya. Struktur sangat memperhatikan koordinasi dan integrasi antar departemen untuk tercapainya tugas secara menyeluruh. Selain itu juga melibatkan aturan, prosedur, sasaran dan rencana untuk mengarahkan perilaku organisasi.
3. Sistem pengukuran, merupakan metoda pengumpulan, penilaian dan penyebaran informasi tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh para pegawai atau kelompok pegawai dalam organisasi. Dengan demikian dari setiap individu atau kelompok dapat diketahui seberapa jauh mereka dapat mencapai sasaran yang teloh ditentukan atau seberapa jauh penyimpangan yang telah dilakukan.
4. Sistem sumberdaya manusia, mekanisma yang dibutuhkan organisasi mulai dari merekrut pegawai sampai mengembangkan pegawainya , termasuk sistem imbalan yang digunakan karena akan mempengaruhi keberadaan skill clan kepribadian pegawai yang dimiliki organisasi .
2 1
5. Budaya, berkaitan dengan asumsi dasar clan nilai clan norma yang disebarkan dan dilaksanakan oleh para anggota organisasi.
Lebih lanjut dikatakan oleh Cummings dan Huse, bahwa kesesuaian yang terjadi antara input yaitu strategi dan lingkungannya dengan komponen-komponen perancangan organisasi seperti tersebut di atas akan menghasilkan efektivitas organisasi. Kesesuaian yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. bila strategi yang dihasilkan mengidentifikasikan lingkungan yang dinamis maka komponen-komponen perancangan harus berderajat rendah. Lingkungan yang dinamis dicirikan oleh banyaknya stakeholeders dan stakeholders itupun tidak pasti/berubah. Untuk itu dibutuhkan komponenkomponen perancangan organisasi yang dapat mendukung yaitu organisasi yang organik. Oleh karena itu komponen-komponen tersebut harus lebih fleksibel sehingga dapat mendukung perilaku organisasi yang inovatif.
2. bila strategi tern ya ta mengidentifikasikan lingkungan statis maka komponen-komponen perancangan organisasinya harus berderajat tinggi. Maksudnya adalah lingkungan yang sedikit atau hamper tidak mengalami perubahan pada stakeholdersnya, maka komponen teknologi sebaiknya rutin dalam organisasi yang mekanik, sistem pengukuran dan sistem sumber daya manusia sudah ditentukan dengan pasti , demikian juga dengan buclaya harus dipatuhi clan clijalankan oleh para anggotanya.
Namun pengukuran efektivitas organisasi harus clidukung lebih lanjut dengan pengukuran yang lebih jauh mengenai efektivitas indiviclu clan kelompok yang mempunyai komponen perancangan yang berbeda dari level organisasi.
Selain pendapat dari Cummings clan Huse tentang pengukuran organisasi , Hal G Rainey clalam bukunya Understanding and Managing Public Organizations. Pertama-tama diungkapkan bahwa pengukuran efektivitas organisasi dapat menggunakan beberapa pendekatan seperti yang telah dilakukan para peneliti, ketika masing-masing mempunyai sudut pandang yang berbeda. Dikatakan ada 4 pendekatan yang dapat digunakan, yaitu The Goal Approach, The SystemsResource Approach, Participant-Satisfaction Approach clan Human Resource and Internal Approach.
1 . The Goal Approach. Pendekatan ini mengatakan organisasi akan efektif bila sasaran organisasi dapat dicapai. Namun harus dilakukan dengan seksama dalam menentukan apa yang disebut dengan sasaran organisasi. Karena sasaran organisasi tercliri dari sasaransasaran yang lebih kecil, baik individu maupun kelompok Selain itu pengukuran nya dapat dilakukan dengan objektif clan subjektif sehingga penetapan responden pun akan berbeda untuk menentukan apakah organisasinya efektif. Penggunaan responden intem/ekstern organisasi menggunakan pengukuran yang subjektif,
22
namun pengukuran yang objektif misalnya dengan menggunakan indikator produktivitas.
2. The Systems-Resource Approach
Pendekatan ini digagas oleh Yuchtman dan Seashore yang mengkonsentrasikan pada apakah organisasi mampu untuk memperoleh sumberdaya yang bernilai dari lingkungannya sehingga organisasi yang bersangkutan dapat tetap berlangsung terus. Agar pendekatan ini dapat diterapkan di organisasi publik maka harus dihitung seberapa besar resource outflow dan resource inflow dari organisasi publik dan dari luar ke organisasi publik tersebut. Organisasi publik yang efektif akan mendapatkan resource inflow yang tinggi dan outflow yang tinggi pula karena organisasi tersebut dapat melakukan pertukaran yang tinggi dengan menggunakan resource nya sendiri.
3. Participant-Satisfaction Approach. Pendekatan ini melibatkan partisipan organisasi atau stakeho/demya, baik internal organisasi atau pegawainya atau eksternal organisasi, seperti masyarakat yang menggunakan produk atau jasa organisasi tersebut tentang kepuasan mereka akan apa yang telah cliberikan oleh organisasi. Semakin tinggi tingkat kepuasan stakeholders maka semakin tinggi tingkat ef ektivitas organisasi terse but.
4. Human Resource and Internal Approach. Pendekatan ini menggunakan proses yang terjadi di dalam organisasi dan clari sumber daya manusianya/pegawainya untuk mengukur efektivitas organisasi. Sebenarnya pendekatan ini clapat clikatakan tidak mencakup pengukuran konsep efektivitas organisasi yang sempurna karena hanya di lihat dari sisi pihak intern organisasi berdasarkan pendapat para pegawainya. Namun banyak digunakan oleh beberapa Negara Bagian di Amerika Serikat. Konsep-konsep yang sering digunakan clalam penclekatan ini antara lain komunikasi internal, gaya kepemimpinan, motivasi , interpersonal trust dan keadaan internal organisasi lainnya yang dianggap menarik.
Melihat pada 4 pendekatan yang berhasil dikelompokkan oleh Hal G Rainey, menunjukkan sudut panclang yang berbecla clan mungkin terjacli konflik satu clengan yang lainnya, karena masing-masing menekankan pentingnya pendekatan masing-masing. Oleh karena itu Cameron (yang dikutip oleh Hal G Rainey) melaporkan hasil studinya, berjudul Comprehensive List Of Effectiveness Criteria, berupa climensi clan ukuran efektivitas organisasi. Dikatakan juga bahwa organisasi yang mempunyai sasaran yang berlainan clan perlu merespon kepentingan yang berbeda pula perlu melakukan trade-offs di antara dimensi-dimensi tersebut, mana yang akan lebih diunggulkan. Dimensi-dimensi yang dimaksud untuk mengukur efektivitas organisasi adalah seperti di bawah ini :
23
Tabel 3 : Dimensi-Dimensi Pengukuran Evektivitas Orgaoisasi
l .Overa// 1 6.Planning and Goal Setting effectiveness 1 7. Goal Consensus
2. Productivity 18.Intemalization of organizational goals 3. Efficiency 1 9.Role and norm congruence 4. Profit 20.Managerial interpersonal skills 5. Quality 21 .Managerial task skills 6. Accidents 22.lnformation management and 7. Growth communication 8. Absenteeism 23.Readiness 9. Turnover
1 O.Job Satisfaction 11 .Motivation 12.Morale 13.Control
14. Conflict/Cohesion 15.Flexibility/Adaptat on
24. Utilization of environment 25.Evaluations by external entities 26.Stability 27. Value of human resources 28.Participation and shared influence 29. Training and development emphasis 30.Achievement emphasis
Penting untuk cliperhatikan clari penclapat Cameron, bahwa walaupun kriteria untuk mengukur efektivitas aclalah sama namun tekanannya akan berbecla meskipun clalam organisasi yang sejenis clenga:n strategi yang berbecla sehingga akan menghasilkan pola efektivitas yang berbecla.
Penclapat ketiga clikemukakan oleh Quinn clan Rohrbaugh clalam A Spatial Model of Effectiveness Criteria : Towards a Competing Values Approach to Organizational Analysis, yang memusatkan perhatian pacla kriteria-kriteria efektivitas organisasi yang saling menimbulkan konflik dari Cameron seperti pada table di ai:as clan menyaringnya menjadi apa yang clisebut clengan The Competing Values Approach untuk mengukur efektivitas organisasi .
Quinn clan Rohrbaugh menyimpulkkan bahwa dari kriteria yang telah dikemukakan oleh Cameron dapat dikelompokkan menjadi tiga dimensi nilai. Pertama, climensi organisasi ini memusatkan pada keadaan internal organisasi yaitu keaclaan yang baik dari anggota sampai pada eksternal yang berpusat pacla kesuksesan seluruh organisasi . Kedua, climensi keclua menekankan pada kontrol atau pada fleksibilitas. Ketiga, climensi yang ketiga melibatkan pada sarana (means) dan tujuan (ends) .
Ketiga kontinum dimensi nilai yang digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi selalu mengalami dilema, misalnya apakah akan memilih control atau fleksibilitas, memilih intern atau ekstern, akan menekankan pada means atau pada ends-nya. Karena itu usaha Quinn dan Rohrbaugh berusaha untuk mengatasi dilemma tersebut dengan mengkombinasikan 3 kontinum dimensi tersebut menjadi 4 model efektivitas organisasi, yaitu :
24
a. Human Relations Model , b. Open-Systems Model , c. Internal Process Model dan d. Rational Goal Model.
Adapun The Competing Values Framework nya adalah seperti gambar di bawah ini :
HUMAN RELATIONS MODEL
fleksibilitas
Sarana : Kohesi, moral
Tujuan : Pengembangan
S O M
Internal
Sarana : Manajemen lnformasi
Komunikasi
Tujuan : Stabilitas dan kontrol
kontrol
INTERNAL PROCESS MODEL
OPEN-SYSTEMS MODEL
Sarana : Fleksibilitas , kesiapan
Tujuan : Pertumbuhan, memperoleh .
sumberdaya
Eksternal
Sarana : Perencanaan , Penetapan
tujuan
Tujuan : Produktivitas dan efisien
RATIONAL GOAL MODEL
Berikut penjelasan tiga dari empat model di atas. Pertama, Human Relations Model menekankan pada fleksibilita di dalam proses internal organisasi clan meningkatkan hubungan yang erat di antara pegawai dan juga meningkatkan moral para pegawainya dalam usaha untuk mencapai pengembangan para pegawainya. Kedua, Internal Process Model juga memusatkan perhatian kepada internal organisasi, tetapi penekannya pada kontrol melalui pemeliharaan informasi, pengauditan clan review system sebagai sarana untuk mencapai stabilitas. Ketiga, Open-Systems Model memperhatikan sisi eksternal dengan menekankan pada resposivitas terhadap lingkungan melalui struktur dan proses yang fleksibel sehingga dapat memperoleh sumberdaya dari eksternal sekaligus organisasi dapat bertumbuh.
25
BAB III PROFIL KABUPATEN GARUT
Visi Visi Kabupaten Garut adalah "Teiwujudnya Garut Pangirutan yang Tata
Tengtrem Kerta Raharja Menuju Ridla Allah" Visi ini mengandung arti bahwa Garut pangirutan bermakna Garut yang memiliki daya tarik yang tinggi, clan cita-cita ideal Kabupaten Garut tercermin dari kalimat "tata tengtrem kerta raharja" yang artinya, berkat segala peraturan dilaksanakan dengan konsisten clan konsekuen, untuk mewujudkan ketentraman yang dapat menimbulkan semangat kerja, sehingga akhimya tercapailah kebahagiaan hidup lahir clan batin.
Visi Kabupaten Garut tersebut kemudian memunculkan visi Pemerintah Daerah yang menjadi acuan clan kerangka dalam merumuskan Rencana Strategis clan Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), yaitu: "Pengarusutamaan PembG.ngunan Kesejahteraan Masyarakat Secara Berkelanjutan Guna Mempercepat Pencapaian Visi Garut Tahun 2009."
Geografis
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6°56'49" - 7 °45'00" Lintang Selatan clan 107°25'8" - 108°7'30" Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065, 19 km2) dengan batas-batas sebagai berikut :
Utara · '- Kabupaten Bandung clan Kabupaten Sumedang
Timur Kabupaten Tasikmalaya
Selatan .. :,, Samudera Indonesia
Ba rat '1l Kabupaten Bandung clan Kabupaten Cianjur
Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga clan hitterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota clan Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan.
lkl im dan Cuaca Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai
daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan studi data sekunder, iklim clan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern) , topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah
26
Jawa Barat; dan elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24°C - 27°C. Besaran angka penguap keringatan (euapotranspirasi) menurut Iwaco-Waseco ( 1991) adalah 1572 mm/tahun.
Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di tenggara.
Geomorfologi Bentang alam Kabupaten Garut Bagian Utara terdiri dari atas dua
aransemen bentang alam, yaitu : ( 1 ) dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka ke arah utara, (2) rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang mengelilingi dataran dan cekungan antar gunung, seperti komplek G . Guntur - G . Haruman - G. Kamojang di sebelah barat, G . Papandayan - G . Cikuray di sebelah selatan tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas - G . Galunggung di sebelah timur. Bentang alam di sebelah Selatan terdiri dari dataran dan hamparan pesisir pantai dengan garis pantai sepanjang 80 Km.
Evolusi bentang alam Kabupaten Garut khususnya Garut Utara dapat dijelaskan melalui 2 (dua) pendekatan hipotesis, yaitu: Bemmelen ( 1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang alam, khususnya di sekitar Garut, dikontrol oleh aktifitas volkanik yang berlangsung pada periode Kuarter (sekitar 2 juta tahun lalu sampai sekarang) . Setelah terjadi pergerakan tektonik yang memicu pembentukan pegunungan di akhir Pleistosen, terjadilah deformasi regional yang digerakan oleh beberapa patahan, seperti patahan Lembang, patahan Kancana, clan patahan Malabar-Tilu. Khusus di sekitar dataran antar gunung Garut diperkirakan telah terjadi suatu penurunan (depresi) akibat isostasi (proses menuju keseimbangan) dari batuan dasar clan pembebanan atuan sedimen volkaniklasik diatasnya.
Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton, 1979), proses pembentukan gunung api di Zona Bandung tidak terlepas dari proses pembentukan busur magmatis Sunda yang dikontrol oleh aktifitas penunjaman (subduksi) Lempeng Samudera Hindia yang menyusup sekitar 6-10 cm/tahun di bawah Lempeng Kontinen Asia. Bongkahan (slab) lempeng samudera setebal lebih dari 12 km tersebut akan tenggelam ke mantel bagian luar yang bersuhu lebih dari 3000°, sehingga mengalami pencairan kembali . Akibat komposisi lempeng kerak samudera bersifat basa, sedangkan mantel bagian luar bersifat asam, maka pada saat pencairan akan terjadi asimilasi magma yang memicu bergeraknya magma ke permukaan membentuk busur magmatis berkomposisi andesitis-basaltis. Setelah terbentuk busur magmatis, pergerakan tektonik internal (intra-arctectonics) selanjutnya bertindak sebagai penyebab utama terjadinya proses perlipatan, patahan, clan pembentukan cekungan antar gunung.
27
Topografi lbukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 m dpl dikelilingi oleh
Gunung Karacak ( 1838 m), Gunung Cikuray (2821 m), Gunung Papandayan (2622 m), clan Gunung Guntur (2249 m) . Karakteristik topografi Kabupaten Garut sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi clan pegunungan, sedangkan bagian Selatan sebagian besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal clan di beberapa tempat Jabil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan perrnukaan laut hingga wilayah tertinggi d ipuncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 500-100 m dpt terdapat di kecamatan Pakenjeng clan Pamulihan clan wilayah yang berada pada ketinggian 100-1500 m dpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng-Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-500 m dpl terdapat di kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak di daratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 m dpl terdapat di kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk.
Rangkaian pegunungan vulkanik yang mengelilingi dataran antar gunung Garut Utara umumya memiliki lereng dengan kemiringin 30-453 disekitar puncak, 15-303 di bagian tengah, clan 10-153 di bagian kaki lereng pegunungan. Lereng gunung tersebut umumnya ditutupi vegetasi cukup lebat karena sebagian diantaranya merupakan kawasan konservasi alam. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0-403, diantaranya sebesar 71 ,423 atau 218.924 Ha berada pada tingkat kemiringan antara 8-253. Luas daerah landai dengan tingkat kemiringan dibawah 33 mencapai 29.033 Ha atau 9,473; wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 83 mencakup areal seluas 79.214 Ha atau 25,843; luas areal dengan tingkat kemiringan sampai 153 mencapai 62.975 Ha atau 20,553 wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 403 mencapai luas areal 7.550 Ha atau sekitar 2.463.
Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang berrnuara di Laut Jawa clan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif pendek, sempit clan berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki . Wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 buah sungai dan 101 anak sungai dengan panjang sungai seluruhnya 1 .397,34 Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungai.
Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara menunjukan karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa sungai Cimanuk menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual , caban-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang
28
membentuk pola penyaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk.
Topografi lbukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 m dpl dikelilingi oleh
Gunung Kracak ( 1 838 m), Gunung Cikuray (2821 m), Gunung Papandayan (2622 m) , clan Gunung Guntur (2249 m) . Karakteristik topografi Kabupaten Garut sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi clan pegunungan, sedangkan bagian Selatan sebagian besar perrnukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal clan di beberapa tempat Jabil . Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan perrnukaan laut hingga wilayah tertinggi d ipuncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 500-100 m dpl terdapat di kecamatan Pakenjeng clan Pamulihan dan wilayah yang berada pada ketinggian 100-1500 m dpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng-Pamulihan, Cisurupan clan Cisewu. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-500 m dpl terdapat di kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet clan Bungbulang serta wilayah yang terletak di daratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 m dpl terdapat di kecamatan Cibalong clan Pameungpeuk.
Rangkaian pegunungan vulkanik yang mengelilingi dataran antar gunung Garut Utara umumya memiliki lereng dengan kemiringin 30-45% disekitar puncak, 15-30% di bagian tengah, dan 10-15% di bagian kaki lereng pegunungan. Lereng gunung tersebut umumnya ditutupi vegetasi cukup lebat karena sebagian diantaranya merupakan kawasan konservasi alam. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0-40%, diantaranya sebesar 71,42% atau 218.924 Ha berada pada tingkat kemiringan antara 8-25%. Luas daerah landai dengan tingkat kemiringan dibawah 3% mencapai 29.033 Ha atau 9,47%; wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 8% mencakup areal seluas 79.214 Ha atau 25,843; luas areal dengan tingkat kemiringan sampai 15% mencapai 62.975 Ha atau 20,55% wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 40% mencapai luas areal 7.550 Ha atau sekitar 2.46%.
Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang berrnuara di Laut Jawa clan Daerah Aliran Selatan yang berrnuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif pendek, sempit clan berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS Cikaengan clan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 buah sungai clan 101 anak sungai dengan panjang sungai seluruhnya 1 .397,34 Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungai.
29
Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara menunjukan karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa sungai Cimanuk menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual, cabang-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola penyaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk.
Geologi Berdasarkan peta geologi skala 1 : 100.000 lembar Arjawinangun, Bandung
clan Garut yang dikompilasi oleh Ratman & Gafor ( 1998) menjadi peta geologi skala 1 : 500.000, tataan clan urutan batuan penyusun di wilayah Kabupaten Garut bagian utara didominasi oleh material vulkanik yang berasosiasi dengan letusan (erupsi) gunungapi, diantaranya erupsi G . Cikuray, G. Papandayan clan G. Guntur. Erupsi tersebut berlangsung beberapa kali secara sporadik selama periode Kuarter (2 juta tahun) lalu, sehingga menghasilkan material volkanis berupa breksi , lava, lahar clan tufa yang mengandung kwarsa dan tumpuk menumpuk pada dataran antar gunung di Garut. Batuan tertua yang tersingkap di lembah Sungai Cimanuk diantaranya adalah breksi volkanik bersifat basaltic yang kompak, menunjukan kemas terbuka dengan komponen berukuran kerakal sampai bongkah. Secara umum, batuan penyusun dataran antar gunung Garut didominasi oleh material volkaniklasik berupa alluvium berupa pasir, kerakal, kerikil, clan Lumpur.
Jenis tanah komplek podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning clan regosol merupakan bagian yang paling luas terutama di bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara didominasi tanah andosol yang memberikan peluang terhadap potensi usaha sayur-mayur.
Penggunaan Laban Bedasarkan jenis tanah clan medan topografi di Kabupaten Garut,
penggunaan lahan secara umum di Garut Utara digunakan untuk persawahan clan Garut Selatan didominasi oleh perkebunan clan hutan . Daftar penggunaan lahan Kabupaten Garut adalah sebagai berikut :
30
Tabel 2 Daftar Penggunaan Laban
No Uraian Luas (Ha) Proporsi (%)
1. Saw ah 49.477 16,14 -
1 . 1 . lrigasi 38.026 12,41
1 .2. Tadah Hujan 1 1 .451 3 ,74
2. Darat 252.097 82,25
2 . 1 . Hutan 96.814 31 ,58
2.2. Kebun Dan Kebun Campuran 56.350 18,38
2.3. Tanah Kering Semusim{fegalan 52.348 1 7,08
2.4. Perkebunan 26.968 8,80
2.5. Pemukiman/ Perkampungan 12.312 4,02
2.6. Padang Semak 7.005 2,29
2.7. Pertambangan 200 0,07
2.8. Tanah Rusak Tandus 66 0,02
2.9. Industri 34 0,01
3. Perairan Darat 2.038 0,66
3. 1 . Ko lam 1 .826 0,60
3.2. Situ/Danau 157 0,05
3.3. Lainnya 55 0,02
4. Penggunaan T anah Lainnya 2.907 0,95
Jumlah 306.519 100,00
Sumber: BPN Kabupaten Garut, Keadaan Tahun 2004
Demografi Dengan luas wilayah 3 066,88 Km2, setiap Km2 di Kabupaten Garut rata-rata
dihuni oleh 709 jiwa dengan sebaran yang tidak merata pada setiap kecamatannya da.n terakumulisasi di daerah perkotaan, khususnya di kecamatan Garut Kota dengan tingkat kepadatan penduduk setiap Km2 nya mencapai 5. 141 jiwa sedangkan tingkat kepadatan terendah terdapat di kecamatan Cikelet yang hanya didiami oleh 120 jiwa setiap Km2 .
Kebijakan pembangunan di segala bidang senantiasa ditujukan bagi kepentingan masyarakat umum/penduduk. Oleh karena itu data kependudukan berdasarkan kelompok usia merupakan salah satu data dasar yang memegang peranan sangat penting dalam menentukan kelompok sasaran dan penerima manfaat kebijakan pembangunan. Salah satu penggunaan data penduduk berdasarkan kelompok umur adalah untuk menghitung jumlah angkatan kerja, rasio
3 1
ketergantungan (dependency ratio) produktivitas penduduk, tingkat fertilitas melalui pendekatan rasio ibu dan anak (Child Woman Ratio), dll .
P d d k M en u u enuru t K I Tabel 3
k U e ompo mur K b G a . U�a/Tah1.1n 1998 :t999 2092 -
0-4 226.903 230 . 5 1 9 267.876
5-9 272 .837 271 .962 253. 684
10- 14 266.345 269 . 145 235.002
15-19 195.471 194 . 5 12 2 1 1 . 5 19
20-24 1 56.988 155. 734 188.007
25-29 146.367 145.608 176.218
30-34 1 1 8 .637 1 1 7.439 160.389
35-39 108.827 109.403 142.558
40-44 89.925 90.245 123. 180
45-49 80. 1 54 79.97 1 99 . 1 35
50-54 7 2 . 5 2 1 72.457 77.453
55-59 47.385 46.920 6 1 .814
60-64 50.234 50.210 50. 800
65-69 40. 572
70-74 8 1 . 867*) 8 1 . 982*) 27.213
75+ 2 3 . 747
Jumlah 1 .832.594 1 .834 . 125 2 . 1 39. 167
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut
a rut 1998 2004 .
2003 2004 261.791 259.698
264.955 258.836
240.443 232.990
2 1 5 .437 2 1 1 .888
186. 105 2 1 7. 133
175.621 187.898
163.99 1 169. 754
145 . 3 1 3 144.388
126.990 1 28.243
103.262 95.202
80.127 8 1 . 5 1 5
63 . 3 1 6 56. 579
5 1 .426 59 .618
4 1 .424 35.432
27.989 33. 379
25.433 3 1 . 622
2 . 1 73 . 623 2 . 204 . 1 75
32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. KAJIAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PEMERINTAH DAERAH
4.1.1. Perbandingan Tiga Undang-Undang Tentang Pemerintah Daerah Untuk menyelusuri data peraturan perundang-undangan yang pemah
berlaku di Indonesia, dapat ditelesuri dari sebelum Indonesia merdeka, pemerintah kolonial Belanda telah memberlakukan desentralizatie wet pada tahun 1903 dan berlangsung cukup lama, sampai akhimya ketika Indonesia merdeka telah tercatat secara silih berganti berbagai peraturan perundangan yang mengatur penyelenggaraan pemerintah daerah, yang didasarkan pada amanat atau penjabaran dari pasal 18 UUD 1945 antara lain seperti UU No. 1 tahun 1945, UU No. 22 tahun 1948, UU No. 1 tahun 1957, UU No.18 tahun 1965, UU No. 5 Tahun 1974, dan UU No. 22 Tahun 1999.
Sementara itu, UU No.32 Tahun 2004 merupakan penjabaran dari pasal 18, pasal 18A clan pasal 188 UUD 1945 (hasil amandemen) . Amandemen kedua UUD yang lahir setelah lahimya UU 22/1999 menyatakan dengan jelas perubahan perubahan pola desentralisasi ini. Disebutkan dalam Pasal 18 UUD 1945 :
"Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat."
Pemyataan mengenai otonomi luas dalam Pasal 18 UUD mengandung gagasan pemberdayaan politik clan ekonomi daerah. Secara implisit ada pemyataan bahwa pemerintahan daerah harus lebih banyak berperan dan pemerintah pusat harus memfasilitasi kepentingan ini. Namun kenyataannya tidaklah demikian, karena yang muncul justru berbagai konflik politik di daerah, kesimpangsiuran antara kepentingan pusat clan daerah , clan bahkan tuntutan untuk melepaskan diri dari NKRI. Fenomena ini sesungguhnya menjadi indikasi kuat dibutuhkannya pemikiran baru mengenai konsep NKRI, tanpa harus secara kak1-1 membuatnya berseberangan dengan terminologi 'federalisme'
Sejak perundang-undangan tentang penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia sebagaimana disebutkan di atas, (UU No. 1/Tahun 1945 sampai dengan UU No.32 Tahun 2004) selalu bergerak dalam titik "ketegangan" yang berkaitan dengan pola hubungan desentralisasi clan dekonstrasi .
Pola hubungan pusat clan daerah sendiri sudah berubah sejak 1999. Lahimya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang didorong oleh pola hubungan pusat clan daerah yang sentralistik di masa Orde Baru. Pola ini kemudian dilanjutkan dengan digantikannya UU 22/1999 dengan UU 32/2004. Bagaimana perubahan yang terjadi dari UU No. 5 Tahun 1974 ke UU 22/1999 dan akhimya berubah menjadi UU No.32/2004)?
33
Menarik untuk dianalisis, dengan membandingkan tiga perundang-undangan penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia (UU No.5/1974, UU No.22/1999 clan UU No.32/2004) . Perbandingan ketiga perundang-undangan tersebut, tidak hanya berkaitan dengan desentralisasi dan dekonsentrasi tetapi mencakup yang lebih luas, seperti yang tercermin dalam tabel di bawah ini :
No
1
2
3
4
5 6
Dimensi Perbandingan Dasar Filosofi
Pembagian Sa tu an Pemerintahan
Tabel 4 Perbandin�an Ti�a Undan�-Undan�
UU No.5/197 4 UU No.22/1999
Keragaman Keanekaragaman dalam kesatuan
Level approach ada di Pendekatan Daerah Tingkat (Dati) bersaran dan isi I da Dati II otonomi (size and
content approach) , ada daerah besar dan daerah kecil yang masing-masing mandiri, ada daerah dengan isi otonomi terbatas dan ada
UU No.32/2004
Keanekaragaman dalam kesatuan Pendekatan besaran dan isi otonomi (size an.d content approach) , dengan menekan pada pembagian urusan yang berkesimbangan asas eksternalitas, akuntabilitas dan
yang otonominya efisiensi
Fungsi Utama Promotor Pemerintah Pembangunan Daerah Peggunanaan Asas Penyelenggaraan Pemerintah Daer ah
Keseimbangan antara desentral isasi, dekonstrasi dan tugas pembantuan pada semua tingkatan
Pola Otonomi Simetris Model Organisasi Structural Effieciency Pemda Model
luas Dalam kesatuan Pemberian
Pemberian pelayanan masyarakat Desentralisasi terbatas pad a daerah propinsi, dan luas pada daerah kabupaten/kota Dekonsentrasi terbatas pad a kabupaten/kota luas pad a daerah propinsi Tugas pembantua yang seimbang pada semua tingkatan pemerintah sampai denQan ke desa A Simetris Local Demokratik Model
pelayanan masvarakat
pad a
Desentralisasi diatur berkesimbangan an a tar Daerah propinsi, kabupaten/kota. Dekonsentrasi terbatas pad a kabupaten/kota dan luas pada propinsi Tugas pembantuan yang berimbang pada semua tingkatan pemerintah
A Simetris Perpaduan an tar Structural
34
7
8
Unsur Pemda
Mekanisme Kewenangan
Kepala Daerah dan Kepala Daerah dan DPRD Peranqkat Daerah
kewenangan Ada pangkal diserahkan
dengan
Effieciency Model dan Local Demokratik Model Kepala daerah dan
Peranqkat Daerah Tidak menggunakan pendekatan kewenangan
UU dan
yang melalui
ada isi melainkan
Pengaturan dilakukan pengakuan kewenangan, kewenangan pemerintah pusat dan propinsi sebagai daerah otonom terbatas, dan luas
kewenangan tambahan yang diserahkan melalui PP ( ultravires principle)
untuk isi kewenangan daerah kabupaten/kota (General Compotence
pendekatan urusa, yang didalamnya terkandungan adanya aktivitas, hak, wewenang, kewajiban dan tanggungjawab (General Compotence Principle)
Principle) 1��-+-�������11--��������-t-�__.�'--����r�������� ·'-Badan Eksekutif legislative Menggunakan
(legislative prinsip chek balances Pemda
Unsur Sadan Yang Daerah
heavy)
9 Peranan Pemda Dominan
(eksecutive daerah heavy)
DPRD
and antara
dengan
10 Pola Pemberian Fungsi mengikuti uang Uang mengikuti Uang mengikuti Anaqaran/Dana funqsi funqsi
1 1 Sistem Sistem terintegrasi Sistem terpisah Mixed system, Kepegawaian dengan memadukan
antara integrated system dan separated svstem
12 Sistem Ke atas Ke samping Kepada konstituente Pertanggungjawa -Pusat sebagai
13
14
ban Pemerintah laporan
Sistem Pengelolaan Keuangan Antar
Asas Pemerintahan Keduduka Kecamatan
Dijadikan satu dalam Dikelola APBD terpisah
-DPRD sebagai keterangan -Rakyat sebagai
informasi secara Dikelola secara untuk terpisah untuk
masing-masing asas masing-masing asas
Sebagai wilayah Sebagai perangkat administrative pemerintahan (asas dekonstrasi)
Sebagai lingkungan kerja perangkat
35
15 Kedudukan Sebagai Kepala Dae rah Daerah Carn at
16 Kedudukan Desa Wilavah Relatif mandiri Relatif mandiri 17 Pertanggungjawa Sebagai bawahan Kepada rakyat Tidak diatur secara
ban Kepala Desa Kecamatan clan melalui BPD khusus dalam UU, bertanggungjawab diatur dalam Perda Kepada Camat berdasarkan PP
Sumber : Soendyo Wignosubroto dkk. (2005). Pasang Surut Otonomi Daerah : Sketasa Perja/anan 1 00 Tahun. Jakarta : Tifa dan Institute for Local Development. Hal 157- 158, dan Sedarmayanti.
Menata U/ang Kelembagaan Daerah Untuk Meningkatkan Kinerja dan Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik di Era Baru Pemerintahan, dalam Baban Sobandi, dkk (2006). Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah. Bandung : Humaniora. Hal 6-7, setelah diolah peneliti
Tabel di atas, menunjukan bahwa esensi dari UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah adalah :
a. Filosofi yang dipergunakan "keanekaragarmm dalam kesatuan" b. Paradigma politik yang dipergunakan tetap dalarn rangka demokratisasi,
pemerataan clan keadilan c. Penambahan paradigma ekonomi dengan menekankan pada daya saing
daerah dalam menghadapi persaingan global yang dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat
d. Penambahan paradigma administrasi dengan menekankan perlunya efektivitas dan efisiensi
e. Memberikan tekanan pada pelayanan masyarakat sebagai fokus utama untuk mencapai hasil akhir berupa kesejahteraan masyarakat
f. Penyelenggaraan otonomi daerah diselenggarakan dengan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan yang berkeadilan serta memperhatiakan potensi kenaeka ragarnan daerah
4.1.2. Kewenangan Kewenangan adalah kekuasaan yang melekat secara instrintik pada
kedudukan jabatan seseorang dalam jabatan formal sebuah organisasi . Jadi kewenangan atau otoritas itu sifatnya adalah sesuatu yang melekat dan dimiliki oleh sebuah jabatan (Mulyadi, 2001 : 27).
Konsep kewenangan di atas, diperkuat dengan pendapat Anthony Tillet ( 1 970), yang menyebutkan bahwa para pelaksana atau penggerak sebuah organisasi dalam menjalankan fungsinya harus dibekali sesuatu yang narnanya kewenangan, dalam upaya pencapai tujuan organisasi tersebut. Pendapat ini sejalan dengan McFarlan (dalam Mulyadi, 2001 : 27) yang mendefinisikan kewenangan sebagai the right o guide or direct the action of other and exact from them respond which appropriate to the attainment of the organizations purposes. Authorty is the central mechanism through which the executive's decision making activities take place, atau dengan pendapat Tho ha ( 1993) , yang menyatakan kewenangan sebagai kekuasaan yang disyahkan oleh suatu pemanan formal seseorang, serta Gibson dan Gullet ( 1993) yang memaknai kewenangan sebagai kekuasaan formal yang dimiliki
36
seseorang karena posisi yang clipegang clalam sebuah organisasi. Sementara itu, clalam buku lainnya Gibson clan lvancevich ( 1994) menyebutkan kewenangan sebagai sesuatu yang terletak clalam kaitannya clengan posisi-posisi clan terletak clalam harapan-harapan peranan dari pemegang posisi jabtan clalam organisasi terse but.
4. 1 .3. Kewenangan Menurut Peraturan Perundang-undangan Menurut UU No. 22/1999 kewenangan yang climiliki pemerintah
kabupaten/kota adalah sisa kewenangan pemerintah pusat clan pemerintah provinsi (recidual power), meskipun demikian, pasal 1 1 ayat 2 UU No. 22 tahun 1999 menentukan bahwa claerah kabupaten clan claerah kota harus melaksanakan 1 1 keweanangan wajib yaitu :
1 . Pekerjaan umum 2. Kesehatan 3. Pendidikan clan Kebudayaan 4. Pertanian 5. Perhubungan 6. Industri clan Perdaganagan 7. Penanaman Modal 8. Lingkungan Hiclup 9. Pertanahan 10. Koperasi 1 1 . Tenaga Kerja
Berdecia dengan UU No.22/1999, pacla UU No.32/2004 pasal 14 menetapkan urusan pemerintah kabupaten/kota bersifat wajib clan pilihan. Urusan pemerintahan yang wajib meliputi urusan-urusan sebagai berikut :
• perencanaan clan pengenclalian pembangunan • perencanaan, pemanfaatan clan pengawasan tata ruang • penyelenggaraan ketertiban umum clan ketentraman masyarakat • penyediaan sarana clan parasana umum • penanganan biclang kesehatan • penyelenggaraan pendidikan • penanggulangan masalah sosial • pelayanan bidang ketenagakerjaan • fasilitasi pengembangan koperasi ,usaha kecil clan menengah • pengendalian lingkungan hidup • pelayanan pertanahan • pelayanan kependuclukan clan catatan sipil • pelayanan administrasi umum pemerintahan • pelayanan administrasi penanaman modal
37
Keempat belas urusan wajib Kabupaten/Kota ini menjadi salah satu dasar dalam pembentukan organisasi perangkat daerah. Struktur kewenangan pemerintah tidak lagi berbentuk piramida, yakni kabupaten/kota memiliki kewenangan luas. Struktur kewenangan menurut UU 32 Tahun 2004 lebih berbentuk persegi panjang terbalik meruncing ke atas. Artinya, kewenangan pemerintah pusat tetap terbatas pada hal-hal yang ditetapkan secara limitatif oleh undang-undang, sedangkan kewenangan daerah (propinsi clan kabupaten/kota) bersifat luas
Jika kita meninjau kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, maka kewenangan tersebut di dasarkan pada UU No. 22/1999, sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 5 tahun 2002. Ini artinya bahwa pemerintah Kabupaten Garut belum melaksanakan UU No. 32/2004.
Berkaitan dengan hal di atas, sebagai acuan untuk merumuskan format kelembagaan clan kewenangan yang seharusnya dimiliki oleh Pemerintah Kabpaten Garut di masa yang akan datang, maka melakukan analisis kesesuaian antara kesesuaian Kelembagaan clan Kewenangan Organisasi Perangkat Daerah dengan kebutuhan, potensi, karakteristik, sumber daya aparatur, gender clan kemampuan keuangan di Kabupaten Garut menjadi ha! yang sangat penting dan strategis dalam mencapai organisasi yang ramping, kaya fungsi clan efektif.
4. 1 .4. Kelembagaan Kompleksitas permasalahan yang muncul di tengah masyarakat nampaknya
menuntut pemerintah selaku pembuat clan juga pelaksana kebijakan-kebijakan untuk senantiasa mengkaji ulang terhadap kondisi yang ada (existing condition). Hal ini menjadi sangat penting ketika arus perubahan clan intensitas tuntutan yang muncul khususnya dari masyarakat semakin meningkat.
Dalam konteks Indonesia saat ini, ketika tuntutan reformasi masuk ke segala aspek kehidupan masyarakat clan ketatanegaraan, maka sudah menjadi keharusan bahwa organisasi atau kelembagaan pemerintah harus dikaji ulang khususnya yang berkaitan dengan lembaga-lembaga yang memberikan jasa layanan kepada publik. Dalam ha! ini pengkajian harus diorientasikan pada upaya untuk semaksimal mungkin memberikan pelayanan yang ef ektif clan efisien dan sedapat mungkin memberikan dampak produktifitas bagi pihak yang dilayani . Dalam hai ini kritik dari Rainer Rohdewohld yang mengatakan bahwa reformasi birokrasi merupakan elemen yang dilupakan dalam masa reformasi 11 harus menjadi pemicu bagi pemerintah untuk melihat apakah sudah ada upaya untuk melakukan pembaharuan kelembagaan dalam tubuh organisasi pemerintah.
Keberadaan lembaga pemerintah memang sangat dipengaruhi baik oleh faktor internal organisasi maupun faktor ekstemal yang dalam hal ini adalah lingkungan dimana organisasi atau lembaga tersebut berada. Dengan demikian upaya untuk pengembangan kelembagaan harus memperhatikan dua aspek tersebut
11 Rainer Rohdewohld, 2003, Decentralisation And The Indonesian Bureaucracy - Major Changes,
Minor Impact, dalam, Edward Aspinal and Greg Fealy, Local Power and Politics in Indonesia, ISEAS, Singapore, hal. 260
3 8
yaitu kondisi internal dan eksternal. Dalam ha! ini tuntutan atau kebutuhan yang muncul dari internal lembaga/ organisasi, dan di lain pihak adanya tuntutan dari lingkungan akan dapat menjadi argumentasi-argumentasi bahwa lembaga yang bersangkutan harus dikaji untuk dikembangkan ke arah yang lebih efektif, efisien dan produktif.
4.2. KAJIAN PENATAAN KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN ORGANISASI DAERAH KABUPATEN GARUT
4.2 .1 . Tingkat Kesesuaian Struktur Organisasi Perda Kabupaten Garut dengan PP No.8 Tahun 2003
Untuk menjawab pertanyaan di atas, pertama akan dikemukakan struktur organisasi berdasarkan Perda No.8/2004 yang meliputi jumlah/jabatan/esolon yang terdapat dalam Dinas, Badan dan Kantor. Kedua, dilanjutkan dengan struktur organisasi berdasarkan pada PP No.8/2003 yang meliputi jumlah/jabtan/eselon yang terdapat dalam Dinas, Badan clan Kantor. Ketiga, dilakukan perbandingan struktur organisasi dari hasil tahap pertama dengan tahap kedua. Keempat adalah mengambil kesimpulan, apakah struktur organisasi yang dibentuk Perda No.8/2004 telah sesuai dengan struktur organisasi yang diwajibkan oleh PP no.8/2003.
Tingkat Kesesuaian Organisasi Bentuk Dinas Struktur organisasi dalam betruk Dinas berdasarkan Perda Kabupaten Garut
No.8 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :
39
Tabel 5 Struktur Organisasi Dalam Bentuk Dinas Berdasarkan
Perda No. 8/2004 Ba�ian
No Dinas Daerah Kepala Wakil TU Sub. Bidang Seksi Baq
1 Dinas Pendidikan 1 1 2 4 8 2 Dinas Kesehatan 1 1 2 4 8 3 Dinas Perhubunqan 1 1 2 3 6 4 Dinas Pendapatan 1 1 2 4 8 5 Dinas Pekerjaan Umum 1 1 2 4 8
Bina Marga 6 Dinas Bangunan clan 1 2 4 8
Pemukiman 7 Dinas Sumber Daya Air 1 1 2 4 8
clan Pertambangan 8 Dinas Tanaman 1 1 2 4 8
Pangan, Holtikultura clan Perkebunan
9 Dinas Kehutanan 1 1 2 4 8 10 Dinas Petemakan, 1 1 2 4 8
Perikanan clan Kelautan 1 1 Dinas Koperasi clan 1 1 2 4 8
Pasar 12 Dinas Pariwisata clan
Kebudayaan 13 Dinas Perindustrian, 1 1 2 4 8
Perdagangan clan Penanaman Modal
14 Dinas Tenaga Kerja, 1 1 2 4 8 Sosial clan Transmigrasi
JUMLAH 14 0 14 28 55 1 10 ESSOLON JABATAN II b III a Illa IVa Illa IVa
Sumber Tim Penefiti (2006)
Berdasarkan struktur organisasi dalam bentuk Dinas daerah (seperti table di atas) terlihat bahwa berdasarkan Perda No.8/2004 :
a. jumlah dinas ada 14 dinas b. jumlah jabatan ada 222 jabatan. Terdiri dari essolon :
• lib terdapat 14 jabatan selaku kepala dinas • Illa terdapat 0 jabatan selaku wakil kepala dinas • Illa terdapat 14 jabatan kepala bagian tata usaha • Na terdapat 28 jabatan kepala sub bagian • Illa terdapat 55 jabatan kepala idang • Na terdapat 110 jabatan kepala seksi
40
Sedangkan struktur organisasi dalam bentuk Dinas daerah yang diperbolehkan dibentuk oleh pemerintah Kabupaten/Kota sebanyak-banyaknya (maksimal) berdasarkan PP No.8/2003, tervisualisasikan dalam table, seperti di bawah ini :
Tabel 6 Konstruksi Struktur Organisasi Dalam Bentuk Dinas
Berdasarkan PP No 8 tahun 2003
NO DINAS DAERAH Kepala Wakil Bagian
Bagi an Seksi TU Sub.Bag
1 Pertanian 1 1 2 4 8 2 Kelautan clan 1 1 2 4 8
Perikanan 3 Pertambangan & 1 1 2 4 8
Energi 4 Kehutanan 1 1 2 4 8 5 Kesehatan 1 1 2 4 8 6 Perindustrian 1 1 2 4 8
Perdaqanqan 7 Koperasi dan Usaha 1 1 2 4 8
Kecil Menengah 8 Tenaga Kerja & 1 1 2 4 8
Transmiqrasi 9 Pendidikan 1 1 2 4 8 10 Kesejahteraan Sosial 1 1 2 4 8 11 Pekerjaan Umum 1 1 2 4 8 12 Perhubungan 1 1 2 4 8 13 Pendapatan Daerah 1 1 2 4 8 14 Kebudayaan Dan 1 1 2 4 8
Pariwisata JUML.AH 14 0 14 28 56 1 12
ESELON JABATAN Ilb Illa Illa IVa Illa IVa Sumber Tim Pene/iti (2006)
Bila mengacu kepada table di atas tentang konstruksi perangkat organisasi dalam bentuk Dinas berdasarkan PP No.8/2003, maka terlihat sebagai berikut :
• Jumlah Badan 14 buah • Jumlah Jabatan seluruhnya 224 buah. T erdiri dari essolon :
o lib terdapat 14 jabatan selaku kepala dinas o Illa terdapat 0 jabatan selaku wakil kepala dinas o IIIa terdapat 14 jabatan kepala bagian tata usaha o Na terdapat 28 jabatan kepala sub bagian o Illa terdapat 56 jabatan kepala bidang o Na terdapat 1 12 jabatan kepala seksi
4 1
Jika dibandingkan antar organisasi dalam bentuk Dinas berdasarkan kedua aturan (Perda No.8/2004 dengan PP No.8/2003) , akan tervisualisasikan sebagai berikut :
Tabel 7 Perbandingan Struktur Organisasi Dalam Bentuk Dinas
er asar an er a o. engan o. B d k P d N 8/2004 d PP N 8/2003 Ba! ian
Peraturan Dinas Kepala Wakil TU Sub. Bidang Seksi Baq
Perda No. 8 Tahun 2004 14 14 0 14 28 55 1 10 PP No. 8 Tahun 2003 14 14 0 14 28 56 112 Tinqkat Perubahan 0 0 0 0 0 1 2 ESELON JABATAN IVa Illa Illa IVa Illa IVa
Sumber Tim Pene/iti (2006)
Dari perbandingan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pemda Kabupaten Garut melalui Perda No.8/2004 dalam pembentukan kantor Dinas telah sesuai dengan PP No.8/2003. Hal ini ditunjukan oleh Perda No.8/2004 dalam jumlah Dinas ( 14 buah) , jumlah jabatan untuk Kepala Dinas ( 14 orang), jumlah jabatan Kabag TU ( 14 jabatan) clan jumlah jabatan Kasubag (22 jabatan) sama dengan ketentuan yang terdapat dalam PP No.8/2003.
Adapun terdapat perbedaan jumlah yang berbeda menurut Perda No.8/2004 pada Kepala Bidang (55 jabatan) dan Kepala Seksi ( 1 10 jabatan) . Sedangkan menurut PP No.8/2003, untuk jabatan Kepala Bidang (maksimal 56 jabatan) dan untuk jabatan Kepala Seksi (maksimal 1 12 jabatan) tidak menjadi permasalahan secara yuridis. Demikian pula yang berkaitan dengan terdapatnya kekurangan jabatan menurut Perda No.8/2004 untuk Kepala Bidang (1 jabatan) dan jabatan Kepala Seksi (2 jabatan) tidak menjadi masalah karena Perda No.8/2004 tida melebih jumlah maksimal yang telah telah ditetapkan oleh PP No.8/2003 dalam hal jabatan clan pejabatnya.
Tir.gkat Kesesuaian Organisasi Bentuk Badan Jumlah organisasi dalam bentuk Badan, yang mencakup jumlah jabatan clan
esssolon berdasarkan Perda No.9Tahun 2004 adalah sebagai berikut :
42
Tabel 8 Struktur Organisasi Dalam Bentuk Badan Daerah
B d k P d N 9/2004 (K 1 · P I I RS d SI t) er asar an er a o. ecua 1 enJ(e o a r. ame
No SADAN DAERAH Kepala Sa qi an
Sidang Sub
TU Subaq bidang 1 SAPPED A 1 1 2 4 12 2 SAWASDA 1 1 2 3 6 3 SPM Kesbanq & Linmas 1 1 2 4 8 4 Sadan Pengelolaan 1 1 2 4 8
Perpustakaan, Kearsipan, Inforrnasi dan T elematika
5 Sadan Keluarga 1 1 2 3 6 Berencana,Kependudukan dan Catatan Sipil
6 Sadan Lingkungan Hidup dan 1 1 2 3 6 Kebersihan
7 Sadan Kepeqawaian Daerah 1 1 2 3 6 8 Sadan Pengelola RSU dr. 1 1 Data Data Data
Slam et tidak Tidak tidak tersedia Tersedia tersedia
JUMI.AH 7 7 14 24 52 ESELON JABATAN Ilb Illa IVa Illa IVa
Sumber Tim Pene/iti (2006)
Berdasarkan struktur organisasi berbentuk Dinas daerah (seperti table di atas) terlihat bahwa berdasarkan Perda No.9/2004 :
a. jumlah Badan 8 buah b. jumlah jabatan ada 106 jabatan. Terdiri dari essolon
o lib terdapat 8 jabatan selaku kepala Badan o Illa terdapat 0 jabatan selaku wakil kepala Badan o Illa terdapat 8 jabatan kepala bagian Tata usaha o IVa terdapat 14 jabatan kepala sub bagian o Illa terdapat 24 jabatan kepala bidang o IVa terdapat 52 jabatan kepala seksi
Sedangkan jumlah maksimal organisasi dalam bentuk Badan, jumlah jabatan dan essolonnya berdasarkan PP No. 9/2003 yang bolch diterapkan dalam pembentukan organisasi Badan adalah sebagai berikut :
43
NO
1 2 3 4 5 6
7
Tabel 9 Struktur Organisasi Dalarn Bentuk Badan Daerah
Berdasarkan PP No. 8 Tahun 2003
BADAN DAERAH Kepala Bagian
Bi dang TU Subaq
BAWASDA 1 1 2 3 Badan LINMAS 1 1 2 3 Badan KESBANG 1 1 2 3 BPM 1 1 2 3 BAPPEDA 1 1 2 3 Badan Penanarnan 1 1 2 3 Modal BAPEDALDA 1 1 2 3
JUMlAH 7 7 14 21 ESELON JABATAN Ilb Illa IVa Illa
Sumber Tim Peneliti (2006)
Subbidang
6 6 6 6 6 6
6 42 IVa
Bila mengacu kepada table di atas tentang struktur organisasi dalam bentuk Badan berdasarkan PP No.8/2003, maka akan terlihat sebagai berikut :
• Jumlah Organisasi Badan 7 buah • Jumlah Jabatan 91 buah. T erdiri dari essolon :
• Ilb terdapat 7 jabatan selaku kepala Badan • Illa terdapat 7 jabatan kepala bagian tata usaha • IVa terdapat 14 jabatan kepala sub bag • Illa terdapat 21 jabatan kepala bidang • Na terdapat 42 jabatan kepala subbidang
Jika dibandingkan antar organisasi dalam bentuk Badan berdasarkan Perda No.9/2004 dengan PP No.8/2003, tervisualisasikan sebagai berikut :
Tabel 10 Perbandingan Struktur Organisasi Dalarn Bentuk Badan Daerah Berdasarkan
P d N 9/2004 D PP N 8/2003 er a o. engan o. Peraturan Bad an Kepala Bagi an Bi dang Sub
TU Su bag Bi dang Perda No. 9 Tahun 8 8 1 14 24 52
2004 PP No. 8 Tahun 7 7 7 14 21 42
2003 Tinqkat Perubahan 0 + 1 + 1 0 3 10
ESELON JABATAN Ilb Illa IVa Illa IVa Sumber Tim Peneliti (2006)
44
Dari perbandingan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pemda Kabupaten Garut melalui Perda No. 9/2004 dalam pembentukan organisasi dalam bentuk Kantor Badan tidak sesuai dengan PP No.8/2003.
Pertama, karena Perda No. 9/2003 dalam jumlah jabatan/pejabat terdapat kelebihan jabatan/pejabat 3 (tiga) orang jabatan/pejabat.
Kedua, terdapat kelebihan dalam jumlah jabatan/pejabat untuk Bidang clan 10 jabatan/pejabat Kepala Sub Bidang dari jumlah maksimal jabatan/pejabat yang diperbolehkan menurutr PP No.8/2003.
Akibat Perda No.9/2003 yang tidak sesuai dengan PP No.8/2003 adalah tingkat perubahannya cukup besar, sehingga diperlukan perbaikan dalam sisi kebijakan (membuat Perda baru) yang sesuai dengan PP. No.8/2003
Tingkat Kesesuaian Organisasi Bentuk Kantor Jumlah organisasi Kantor, berkaitan dengan jumlah jabatan dan esssolon
berdasarkan Perda No.9 clan No. 12 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :
Tabel 1 1 Struktur Organisasi Dalam Bentuk Kantor Daerah
Berdasarkan Perda No. 9 dan Perda No.12 Tahun 2004
NO KANTOR DAERAH KEPAIA Su bag TU
1 Kantor Pengembangan SOM, 1 1 Pertanian dan Ketahanan Pangan
2 Kantor Satuan Polisi Pamong Praia 1 1 Jumlah 2 2 ESELON JABATAN Illa IVa
Sumber Tim Pene/iti (2006)
Seksi
3
3 6
IVa
Berdasarkan struktur organisasi dalam bentuk Kantor daerah (seperti table di atas) terlihat bahwa berdasarkan Perda No.9, 12 Tahun 2004 :
• jumlah Kantor 2 buah • jumlah jabatan 10 jabatan. Terdiri dari essolon
o Illa terdapat 2 jabatan Kepala Kantor o Na terdapat 2 jabatan Kepala Sub bagian o Na terdapat 6 jabatan kepala seksi
Sedangkan jumlah maksimal yang diperbolehkan untuk organisasi dalam bentuk Kantor berdasarkan PP No.8/2003 adalah sebagai berikut :
45
Tabel 12 Struktur Organisasi Dalam Bentuk Kantor
Berdasarkan PP No. 8 Tahon 2003 NO KANTOR DAERAH Kepala SUBAG Seksi
TU 1 Pengelolaan Pasar 1 1 3 2 Diklat 1 1 3 3 lnformasi Penyuluhan 1 1 3 4 Satpol PP 1 1 3 5 Kebersihan clan Pertamanan 1 1 3 6 Perpustakaan 1 1 3 7 PDE 1 1 3
JUMI..AH 7 7 21 ESELON JABATAN Illa IVa IVa
Sumber Tim Peneliti (2006)
Bila mengacu kepada table di atas tentang konstruksi perangkat organisasi dalam bentuk Kantor berdasarkan PP No.8/2003, maka akan terlihat sebagai berikut :
• Jumlah Organisasi Badan 7 buah • Jumlah Jabatan 36. Terdiri dari essolon :
• IIIa terdapat 7 jabatan selaku kepala Kantor • Na terdapat 7 jabatan kepala sub bag • IVa terdapat 21 jabatan kepala seksi
Jika dibandingkan berdasarkan Perda No. 9/2004 dengan PP No.8/2003 berkaitan dengan lembaga teknis daerah, yang berbentuk organisasi Kantor, akan tervisualisasikan sebagai berikui :
Tabel 1 3 Pertbandingan Struktur Organisasi Dalam Bentuk Kantor Daerah Berdasarkan
PERDA N 9/2004d P d N 12 T h 2004 D PP N 8 2003 0. an er a 0 a un engan o. PERATURAN Kantor Kepala Subag TU Seksi
PERDA N0.9/2004 2 2 2 6 PP N0.8/2003 7 7 7 21
Tinqkat Perubahan - 5 -2 -5 -15 ESELON JABATAN Illa IVa IVa
Sumber Tim Peneliti (2006)
Dari table di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi dalam bentuk Kantor antar Perda No. 9dan No 12 Tahun 2004 dengan PP No.8/2003 adalah sesuai karena berdirinya hanya 2 ( dua) Kantor tidak menyalahi a tau melampaui jumlah maksimal yang diperbolehkan oleh ketentuan/pedoman PP No.8/2003 dalam pembentukan organisasi dalam bentuk Kantor yang seluruhnya berjumlah 7 (tujuh) Kantor. Apalagi jumlah yang diperbolehkan organisasi dalam bentuk Badan clan Kantor (Lembaga Teknis Pemda) seluruhnya tidak boleh melebihi 8 organisasi. Jadi dalam kasus Kabupaten Garut lebih satu karena jumlah
46
Baclan (7 buah) clan jumlah Kantor 2 (dua) buah, sehingga jumlahnya adalah 9 (sembilan) yang merupakan gabungan dari Baclan clan Kantor.
4.2.2. Efektivitas Kelembagaan dan Kewenangan Organisasi Perangkat Daerah
Di bawah ini aclalah hasil kuesioner yang dibagikan kepada masyrakat
inclustri sebanyak 506 responden , clan 500 responden masyarakat individu yang
menyatakan kepuasannya atas pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
Garut melalui SKPD yang ada di bawahnya. Dengan demikian tampilan analisa
akan berdasarkan pada SKPD yang memberikan pelayanan , apakah Dinas ,
Lembaga atau Kantor yang ada di wilayah Kabupaten Garut.
Berclasarkan websitw Kabupaten Garut http//www. garut.go.id diketahui ada 14
Dinas , 8 Badan clan 2 Kantor , dengan gambaran sebagai berikut :
I. Dinas
1 . Dinas Bangunan clan Pemukiman
2. Dinas Kehutanan
3. Dinas Kesehatan
4. Dinas Koperasi clan Pasar
5. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
6. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
7. Dinas Pendapatan Daerah
8. Dinas Pendidikan
9. Dinas Perhubungan
10. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal
1 1 . Dinas Peternakan , Perikanan clan Kelautan
12. Dinas Sumber Daya Air clan Pertarnbangan
13. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura clan Perkebunan
14. Dinas Tenaga Kerja, Sosial clan Transmigrasi
II. Lembaga
1 . Badan Keluarga Berencana, Kependudukan dan Catatan Sipil
2. Badan Kepegawaian Daerah
3. Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan
4. BadanPemberdayaan Masyarakat, Kesatuan
Perlindungan Masyarakat
5. Badan Pengawasan Daerah
6. BadanPengelola RSU dr.Slamet
Bangsa clan
7. Badan Pengelola Perpustakaan , Kearsipan, Informasi clan T elematika
47
8. Badan Perencanaan Pembangunan daerah
III. Kantor
1 . Kantor Pengembangan SOM Pertanian clan Ketahanan Pangan
2. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Selain itu akan di lengkapi dengan analisa efektivitas yang berkaitan dengan
IV. Badan Usaha Milik Daerah clan Badan Usaha Milik Negara
V. Lain-lain ( yang tidak ada daJam bagian di atas )
1 . Pemadam Kebakaran
2 . Pelaksanaan Good Governance
Sesuai dengan pendekatan Participant-Satisfaction Approach seperti
dituliskan oleh Hal G Rainey daJam Understanding and Managing public
Organizations , maka analisa efektivitas SKPD dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Garut seperti tersebut di atas berdasarkan pada konsep tersebut.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian CSS di Kabupaten Garut , di olah
kembaJi untuk digunakan sebagai alat untuk mengukur efektivitas Pemda Kabupaten
Garut. Untuk keperluan penetapan tingkat efektivitas Pelayanan dari Kabupaten
Garut maka tingkat efektivitas tersebut akan ditentukan berdasarkan setiap
pertanyaan sehingga perhitungannya adaJah seperti di bawah ini :
Jawaban kepuasan responden daJam bentuk prosentase akan dibuat menjadi
kelas interval . Karena semua jawaban yang dianalisa hanya 1 pertanyaan , maka
kelas intervalnya adalah sebagai berikut :
0 - 20 % : sangat tidak ef ektif
21 - 40 % : tidak efektif
41 - 60 % : cukup ef ektif
61 - 80 % : efektif
81 - 100% : sangat efektif
Beberapa pertanyaan yang sama yang diajukan kepada masyarakat industri
clan individu akan digabungkan menjadi satu tabel , sehingga sekaJigus dapat
membandingkan efektivitas dari SKPD di Pemda Kabupaten Garut berdasarkan
persepsi yang berbeda, namun pertanyaan tunggaJ yang diperuntukkan bagi
kelompok masyarakat industri saja atau individu saja akan dipisahkan dalam tabel
yang berbeda pula.
48
4.2.2. 1 . Efektivitas SKPD dan Pelaksanaan Good Governance di
Kabupaten Garut
Efektiuitas Dinas Bangunan dan Permukiman Kabupaten Garut a. P S t r· B At P d. · B engurusan ura lJID an�unan au en 1r1an angunan. Sbr lndustri I Mengurus PUAS TIDAK TIDAK Pert lndividu PUAS BERPENDAPAT 1 industri 66,40 % 75,60% 13,69 % 10,71 %
(332) (251) (45) (36) 3 individu 21,2% 60,40% 33% 6,6%
(106) (64) (35) (7)
Dari 66,403 atau 332 responden golongan industri menyatakan mengurus izin perencanaan bangunan atau pendirian bangunan (IMB) kepada kantor Pemda, 75,60 3 di antaranya menyatakan puas sedangkan 13,69 3 menyata�an tidak puas clan 10,71 3 tidak menyatakan pendapatnya .
Sedangkan dari golongan masyarakat individual 21 ,203 atau 106 dari 500 responden masyarakat individu yang menyatakan mengurus izin perencanaan bangunan atau pendirian bangunan (IMB) kepada kantor Pemda clan 60,40 3 di antaranya menyatakan puas sedangkan 33 3 atau 35 responden individu menyatakan tidak puas clan 6,6 3 atau 7 responden tidak menyatakan pendapatnya.
Tabel di bawah ini akan menunjukkan perbedaan tingkat efektivitas Pemda Garut yang dipersepsikan oleh masyarakat industri clan masrakat individu.
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Industri 66,40% Efektif Individu 60,40% Cukup Efektif cenderunq tidak efektif
Dari kedua kelompok masyarakat baik dari kelompok industri maupun masyrakat awam yang dijadikan responden menunjukkan kecenderungan efektif dimana lebih dari sebagian responden menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan oleh Pemda Garut melalui Dinas Bangunan clan Pemukiman maupun pelayanan yang diberikan Kelurahan/Kecamatan kepada warganya. Walaupun perbedaan prosentasenya kecil sekali namun tingkat efektifitas pelayanan yang diberikan berbeda, dimana masyarakat industri menyatakan Pemda Garut sudah efektif sedangkan kelompok masyarakat individu menyatakan cukup efektif yang cenderung ketidak efektif karena jumlah mereka yang tidak puas cukup besar yaitu 33 % yang menyatakannya. Adapun alasannya antara lain adalah ; Pelayanan lambat, harus membayar ekstra pada petugas ,petugas kurang ramah , kurang disiplin , kurang responsif ,pelayanan kurang adil, prosedur terlalu berbelitbelit , biaya mahal , lokasi sulit dijangkau clan biaya atau pprosedur yang tidak jelas.
Dimungkinkan pelayanan yang diberikan berbeda kepada kedua kelompok tersebut sehingga terjadi perbedaan tingkat efektivitas Pemda Garut melalui
49
pelayanan yang diberikan oleh Dinas Pemukiman dan Bangunan maupun melalui Kelurahan/Kecamatan.
b p engurusan sura . t t h ana . No lndustri I men gurus PUAS TIDAK TIDAK
masyarakat PUAS BERPENDAPAT 4 lndividu 19,4 % 56,7% 26,8% 16,5% (16)
(97) (55) (26)
Dari 19,43 masyarakat individu yang mengurus hak atas tanah (misal mengurus kelengkapan persyaratan permohonan sertifikat tanah atau mengukur tanah untuk keperluan pembuatan sertifikat tanah) dalam 12 bulan terakhir menunjukkan 56, 7 3 di antaranya menyatakan puas atas pelayanan yang diberikan Pemerintah Daerah atau melalui aparat Desa atau Kecamatan.
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan lndividu 56,7 % Cukup Ef ektif
Pelayanan yang diberikan oleh instansi terkait yang berhubungan dengan pengurusan tanah belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena kinerja nya termasuk cukup efektif saja. Keluhan yang utam dari masyarakat adalah :
o Tidak punya informasi o Biaya pelayanan mahal o Pelayanan lambat o Sistem & prosedur pelayanan rumit o Membayar ekstra petugas o Lokasi sulit dijangkau dan Pelayanan kurang ramah
c. Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman kelompok masyarakat mis kin
Tabel di bawah ini menunjukkan pendapat masyarakat individu mengenai kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
Usaha Pemda dalam upaya puas dgn Tidak pu Tidak mela- Tidak her optim up a ya as dgn kukan apa2 pendapat al dari Pemda upaya bahkan Pemda Pemda memperburuk
situasi Meningkatkan kualitas 8% 1 1 ,4% 44,6% 18,6% 17,4% lingkungan pemukiman (40) (57) (223) (93)
(87) kelompok masyarakat miskin
50
Dinas Bangunan clan Permukiman Kabupaten Garut dianggap masih belum
dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat individu dalam usaha
meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman kelompok masyarkat miskin , ha! ini
nampak dari data yang menunjukkan bahwa hampir sebagian dari responden
menyatakan tidak puas dengan usaha pemerintah dan hampir seperlima bagian dari
masyarakat inclividu · menyatakan pemerintah daerah melalui Dinas Bangunan clan
Permukiman Kabupaten Garut masih belum melakukan apa-apa bahkan situasi
lingkungan pemukiman kelompok masyarakat miskin makin memburuk. Hanya 19,4
% saja responclen yang menyatakan bahwa Dinas sudah berusaha optimal clan
puas akan upaya clari Dinas terkait.
No Usaha Pemda dalam Prosentase · Tingkat sangat puas efektivitas dan puas
26 Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman 19,4 % Sangat kelompok masyarakat miskin Efektif
Dengan demikian , tingkat efektivitas dari Dinas terkait dikatagorikan sangat ticlak efektif , sehingga usaha Dinas untuk meningkatkan usaha dalam meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman kelompok masyarakat miskin harus sangat keras.
2. Efektivitas Dinas Kehutanan
Tidak
Usaha Pemda dalam upaya puas Tidak pu Tidak mela- Tidak her optimal dgn as dgn kukan apa2 pendapat dari upaya upaya bahkan Pemda Pemda Pemda memperburuk
situasi menegakkan peraturan 6,4% 9,8% 34% 1 8% 31,8% tentang perhutanan, (32) (49) (170) (90)
(159) pelestarian tan ah dan penggunaan tan ah intensif lainnya
Usaha Pemda Kabupaten Garut dianggap belum memuaskan masyarakat , ha! ini tercermin dari jawaban responclen sebesar 34 % yang menyatakan ticlak puas clengan upaya Pemda Kabupaten Garut dalam menegakkan peraturan tentang perhutanan , pelestarian tanah dan penggunaan tanah intensif lainnya clan 18 % menyatakan sangat tidak puas , karena Pemda Kabupaten Garut ticlak melakukan apa-apa , bahkan memperburuk situasi . Hanya 16,2 % responclen yang menyatakan sangat puas clan puas dengan usaha Dinas Kehutanan clalam menegakkan
5 1
peraturan tentang perhutanan, pelestarian tanah clan penggunaan tanah intensif lainnya Dengan demikian tingkat efektivitas Dinas Kehutanan Pemda Kabupaten Garut adalah sbb :
Kelompok Usaha Pemda dalam Prosentase Tingkat masyarakat sangat puas dan efektivitas
puas lndividu menegakkan peraturan ten tang 16,2 3 Sangat
perhutanan, pelestarian tan ah dan Efektif penaaunaan tanah intensif lainnya
Tampak dalam tabel efektivitas di atas bahwa Dinas Kehutanan tidak menunjukkan kinerja yang efektif tetapi sangat tidak efektif dimana hanya sebagian kecil saja clari masyarakat incliviclu yang merasa puas clengan usaha clari Dinas Kehutanan .
N 0
1
3. Efektivitas Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dan Badan Pengelola RSUD dr Slamet.
Jumlah yang Jumlah peng- BAIK BURUK membutuhkan gun a jasa Pus-layanan kesmas /RSUD kesehatan dr Slamet 91,8 3 90,63 41 , 13 50,53 (459) (416) ( 171 ) (210)
TIDAK BER PENDAPAT
8,43 (35)
Pendapat responden tentang pelayanan Puskesmas atau RSUD dr Slamet Kabupaten Garut ada sebesar 90,6 % atau 416 responden masyarakat inclividu yang menggunakan pelayanan tersebut , 41 , 1 % di antaranya menyatakan baik atau merasa puas clan sebagian dari responden atau 210 orang merasa tidak puas dengan pelayanan dari Puskesmas ataupun RSUD Kabupaten Garut. Data tidak menunjukkan perbedaan pelayanan Puskesmans dan RSUD dr Slame sehingga persepsi responclen diasumsikan sama. Dengan demikian efektivitas Dinas Kesehatan clan RSUD dr Slamet adalah sebagai berikut :
Kelompok Prosentase .Tingkat masyarakat Kepuasan akan Efektivitas
pelayanan Individu 41, 1 3 Cukup Efektif
cenderung tidak efektif
Dari prosentase kepuasan dapat ditentukan bahwa tingkat efektivitas dari Dinas Kesehatan maupun clari Rumah Sakit Umum Daerah cukup efektif yang cenderung ke tidak efektif, artinya walaupun pelayanan yang diberikan cukup
52
Tidak
ef ektif tetapi sebagian besar respond en masih tidak puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan baik oleh Puskesmas maupun dari RSUD dr Slamet di Kabupaten Garut.
4. Dinas Koperasi dan Pasar Kabupaten Garut
a. Penyediaan pasar lokal Tabel di bawah ini merupakan pertanyaan yang hanya diajukan kepada responden individu saja , adapun distribusi frekuensinya adalah seperti di bawah ini :
Pasar lokal yang disediakan pemda PUAS TIDAK TIDAK BER PUAS PENDAPAT
40,43 (202) 46 3 (93) 493 (99) 5 3 (10)
Tabel di atas menunjukkan Pemerintah Daerah melalui · Oinas Pasar memberikan pelayanan hanya kepada 40,4 3 responden individu yang menggunakan pasar lokal yang disediakan pemerintah dimana 46 3 di antaranya merasa puas dengan pasar lokal yang disediakan pemerintah daerah Kabupaten Garut , dan dengan prosentase yang hampir sama yaitu sebesar 49 3 responden merasa tidak puas dengan pasar lokal yang disediakan pemerintah daerah.
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Individu 46 3 Cukup Efektif cenderung tidak
efektif
Hanya pelayanan pemerintah yang menyediakan pasar lokal yang dinyatakan cukup efektif namun cenderung tidak efektif karena jurrilah yang tidak puas hampir sama dengan yang puas dengan pelayanan dari pasar lokal. Oinas Koperasi clan pasar perlu mempertimbangkan keluhan responden , miaslnya :
o Lingkungan pasar kotor (bau menyengat dari sampah pasar o Terlalu banyak pedagang membuat pasar berdesak-desakan dan kurang
nyaman o Lokasi pasar sulit dijangkau dari tempat tinggal responden o Kondisi pasar kurang aman o Kualitas barang di pasar kurang atau tidak baik atau tidak sesuai dengan apa
yang dibutuhkan responden Variasi barang di pasar terbatas o Harga barang di pasar terlalu mahal
b. bantuan untuk mengembangkan I memperluas pasar
Tabel di bawah ini menggambarkan pendapat I kesan umum dari masyarakat yang berasal dari kelompok industri tentang kinerja dari aparat Pemda kabupaten Garut
53
Usaha upaya puas Tidak Pemda tidak Tidak Pemda dalam optimal dgn puas melakukan berpend
dari upaya dgn apa2 bahkan a pat Pemda Pemda upaya memperburuk
Pemda situasi ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )
memberikan bantuan untuk 0,593 33,403 29,643 34,583 1,783 mengembangkan usaha khususnya untuk memperluas pasar.
Sebanyak 33,40% responclen secara umum puas clengan upaya-upaya yang clilakukan oleh pemerintah claerah. Sebanyak 29,64% responclen menyatakan ticlak puas atau ticlak begitu senang clengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah claerah. 34,58% menyatakan bahwa pemerintah daerah ticlak melakµkan apa-apa clan mungkin saja malah memperburuk situasi. lni berarti sebagian besar responclen menganggap tidak acla tinclakan berarti yang dilakukan pemerintah clalam upayanya memperluas pasar.
Usaha Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dalam Prosentase Tingkat sangat puas Efektivitas dan puas
memberikan bantuan untuk mengembangkan usaha 33,99 3 Tidak Ef ektif khususnya untuk memperluas pasar.
Usaha pemerintah claerah Kabupaten Garut , khususnya Dinas Koperasi clan Pasar dalam memberikan bantuan untuk mengembangkan usaha khususnya untuk memperluas pasar masih ticlak efektif. Spertiga dari responclen menyatakan Dinas Koperasi clan Pasar masih belum melakukan apa-apa bahkan makin memperburuk situasi pasar yang ada. Dengan clemikian usaha clari Dinas Koperasi clan Pasar harus sangat keras bila hendak memberikan kepuasan kepada masyarakat inclividu
5. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
a. Kualitas jalan raya di lokasi bisnis dan di lokasi tempat tinggal.
lndustri /Masy KUALITAS BAIK BURUK TIDAK BER PENDAPAT
lndustri Jalan rava 73,323 22.733 3,95 3 Individu 16,43 69,83 3,83
Sebanyak 73,32% industri menyatakan kualitas jalan raya di lokasi-lokasi bisnis baik, 22, 73 % buruk clan 3,95 % ticlak berpendapat , sebaliknya masyarakat industri
54
sebanyak 16,4 % menyatakan kualitas jalan di daerah tempat tinggal mereka baik clan 69,83 menyatakan kualitasnya buruk atau mereka tidak puas dengan kualitas jalannya clan 3,8 % tidak berpendapat. Dengan demikian maka tingkat efektivitas dari Dinas Pekerjaan Umum adalah seperti di bawah ini :
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Industri 73,32% Efektif Individu 16,40% Sangat tidak Efektif
Bila masyarakat pelaku industri menyatakan bahwa Dinas Pekerjaan Umum telah ef ektif dalam kinerjanya yang berkaitan dengan kualitas jalan yang dibuat , maka pihak dari masyarakat individu menyatakan sebaliknya bahwa kinerja clari Dinas Pekerjaan Umum sangat ticlak efektif , dengan demikian masyarakat individu tidak puas dengan pelayanan dari dinas terkait, adapun alasan yang diungkapkan seperti kurangnya pemeliharaan jalan clan tidak rterpenuhinya standard bahan baku saat pembuatan jalan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh Dinas.
Layanan
Penyediaan Trotoar
b. Penyediaan trotoar untuk pejalan kaki di wilayah kota atau desa
BAIK I KURANG TIDAK TIDAK BER PUAS BAIK I TER PENDAPAT
TIDAK SEDIA PUAS
1 7,63 (88) 183 (90) 46,63 (233) 17,83 (89)
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga menunjukkan kinerja yang ticlak memuaskan , hal ini terbukti oleh penclapat masyarakat incliviclu yang menyatakan keticlak puasan berkaitan dengan ketersediaan trotoar untuk pejalan kaki baik di wilayah kota maupun desa , dimana hampir sebagian dari responden menyatakan Dinas ticlak r.ienyediakan trotoar clan hampir seperlima dari responclen menyatakan ticlak puas dengan trotoar yang ada clan hanya 17,6 % saja dari responden yang menyatakan puas dengan trotoar yang disediakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga.
Kelompok Prosentase Kepuasan akan Tingkat Efektivitas masyarakat pelayanan Individu 1 7,6 3 Sangat Tidak Efektif
Dengan prosentase kepuasan yang hanya sebesar 1 7,6 % maka Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dalam pelayanan yang berkaitan dengann penyediaan trotoar bagi pejalan kaki di wilayah kota maupun desa menurut
55
masyarakat individu yang menyatakan puas maka dapat dinyatakan Dinas ini sangat tidak efektif.
Dinas Pekerjaan Umum perlu mempertimbangkan : o Perlu pengawasan terhadap toroar yang sudah ada o Pemeliharaan terhadap trotoir o Kualitas desain kurang baik o Jumlah trotoir sedikit o Penempatan trotoar yang tidak tepat
6. Dinas Pendapatan Daerah
Industri/ masyarakat Membayar PUAS TIDAK PUAS TIDAK BER pajak I PENDAPAT retribusi
industri 86,36 % 63,62% 18,54 % 17,85 %
Prosentase yang signifikan yaitu sebesar 86,36% ditunjukkan oleh jumlah responden yang menyatakan mematuhi kewajiban membayar pajak atau retribusi daerah. Dan dari kelompok pembayar ini 63,62 % menyatakan puas atas pelayanan yang diberikan oleh Dinas Pendapatan Daerah , 18,54 tidak puas clan 1 7,85 % tidak berpendapat. Dengan demikian tingkat efektivitas dari Dinas Pendapatan Daerah adalah sebagai berikut :
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Industri 63 62% Efektif
Masyarakat industri menyatakan bahwa Dinas Pendapatan Daerah telah menunjukkan kinerja yang efektif , karena mereka ( masyarakat industri ) sudah puas dengan pelayanan yang diberikan.
7. Dinas Pendidikan Tabel di bawah ini hanya diberikan kepada masyarakat individu
Anggota keluarga menjadi Di sekolah BAIK BUR UK TIDAK BER siswa sekolah negeri PENDAPAT
71,83 87,2 3 63,33 25,93 10,9 3 (359) (313) (198) (81) (34)
Dari sumber pertanyaan no 1 9 , dapat dijaring pendapat responden yang menyatakan 53,3 % merasa puas dengan pendidikan yang diberikan di sekolah negeri , walaupn demikian seperempat bagian dari responden yang keluarganya
56
bersekolah di sekolah negeri menyatakan tidak puas dengan pendidikan di sekolah negeri atau mengatakan bahwa pendidikan di sekolah negeri adalah buruk.
Dan dari sumber pertanyaan no 20 yang menanyakan pendapat responden tentang pelayanan Puskesmas atau RSUD Kabupaten Garut , 90,6 3 atau 416 responden menggunakan pelayanan tersebut , 41 , 1 3 di antaranya merasa puas clan sebagian dari responden atau 210 orang merasa tidak puas dengan pelayanan dari Puskesmas ataupun RSUD Kabupaten Garut.
37 3 responden yang memakai fasilitas umum yang disediakan pemerintah , seperti taman , temyata 62,2 3 merasa Puas clan sepertiganya atau 32,4 3 merasa tidak puas dengan kulaitas taman clan sejenisnya yang disediakan pemerintah.
Kelompok Prosentase Kepuasan akan .Tingkat Efektivitas masyarakat pelayanan Individu 63,3 3 Efektif
Dinas Pendidikan sudah menunjukkan kinerja yang efektif , hal ini ditunjukkan oleh 63,3 % responden yang anggota keluarganya sekolah di sekolahh negeri menyatakan kepuasannya atas pelayanan dari Dinas Pendidikan. Dinas Pendidikan perlu mempertimbangkan hal-hal di bawah ini agar efektivitas dapat tercapai :
o Kualitas f asilitas kurang o Biaya mahal o Metode pengajaran kurang menarik o Kualitas guru kurang o Karyawan dan guru kurang ramah o Kurikulum tidak sesuai
8. Dinas Perhubungan
a. J asa tr ans po rt as1 pu bl"k I Pengguna Jasa PUAS I Transportiasi publik BAIK
Individu ( 77,4 3 ) 51.2 3
TIDAK PUAS I I TIDAK BUR UK PEND AP AT
38,83 10,1 3
BER
77,4 responden masyarakat individu yang menggunakan jasa transportasi publik, clan lebih dari setenhanya menyatakan puas dengan jasa tersebut , namun juga hampir 40 % dari respponden yang menyatakan jasa transportasi publik itu adalah buruk atau mereka tidak puas. Dampak dari jumlah responden yang menyatakan puas clan tidak puas relatif kecil sehingga tingkat efektivitas dari Dinas Perhubungan yang menyelenggarakan jasa ini adalah sbb :
57
Kelompok Prosentase Kepuasan akan Tingkat Efektivitas masyarakat pelayanan Individu 51,2 3 Cukup Efektif
Kepuasan Akan pelayanan jasa transportasi publik sebesar 51,2 3 atau tergolong ke dalam cukup efektif yang cenderung ke tidak efektif karena hampir 40 3 merasa tidak puas dengan pelayanan tersebut. Beberapa hal utama yang perlu diperhatikan oleh Dinas dalam usaha meningkatkan kualitas jasa ini a.I dengan
o Tarif angkutan disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
o Kondisi kendaraan harus layak jalan clan layak pakai
o Kontrol terhadap jumlah penumpang
o Kondisi halte atau terminalnya kurang atau tidak baik
o Jasa yang disediakan perlu ditambah
o Perlu pemeriksaan keamanan di jasa transportasi publik agar keamanan penumpang terjamin.
b p t . enga uran I I I" t a u 10 as Pengaturan Iain lintas di PUAS TIDAK PUAS TIDAK BER lokasi perusahaan PENDAPAT
industri 66,213 18,97 3 14,82 3
individu 263 (130) 42,83 (214) 31,23 (156)
Pendapat mengenai pengaturan lalu lintas oleh pemda Kabupaten Garut khususnya berkaitan dengan pengaturan lalu lintas di lokasi perusahaan , sebanyak 66,213 responden menganggap pengaturan lalu lintas oleh Pemda sudah dilakukan dengan baik, atau memadai. Namun sebanyak 18,973 menyatakan pengaturan lalu lintas tersebut kurang baik bahkan sangat buruk clan 14,82 3 tidak memberikan pendapatnya.
Sedangkan masyarakat individu atau pelaku non industri hanya 26 % saja yang menyatakan puas dengan pengaturan lalu lintas di lokasi tempat tinggal, 42,8 3 tidak puas clan 31 ,2 3 tisdak berpendapat. Efektivitas kinerja dari Instansi terkait nampak seperti dalam tabel di bawah ini,
Kelompok Prosentase Kepuasan akan Tingkat Efektivitas masyarakat pelayanan Industri 66,21 3 Efektif lndividu 26 3 Tidak ef ektif
Dari tabel di atas nampak perbedaan pendapat mengenai pengaturan lalu lintas di lokasi yang berbeda. Pelaku industri merasa kinerja aparat ef ektif dalam mengatur lalu lintas , karena itu mereka puas. Sedangkan masyarakat individu
58
merasa kinerja aparat tidak efektif karena tidak memberikan kepuasan dalam pengaturan lalu lintas di lokasi tempat tinggal mereka. Di sini nampak perlakuan yang berbeda dari pemerintah kepada kelompok masyarakat yang berbeda berkiatan dengan pengaturan lalu lintas.
Dinas Perhubungan melalui DLLAJR perh.i mempertimbangkan : o Pengguna lalu lintasnya kurang atau tidak tertib o T erlalu banyak kendaraan clan jalannya tidak cukup o Areal parkimya kurang memadai atau tidak ada kontrol dimana kendaraan
dapat diparkir o Tata letak jalan kurang baik clan menyebabkan kemacetan o Lampu lalu lintasnya kurang atau tidak cukup o Tanda-tanda penunjuk arah atau jalan kurang memadai
9. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal
a. 11>en�urusan i iin usaha. lndustri I men gurus PUAS TIDAK PUAS TIDAK BER masyarakat PENDAPAT industri 56,3 3 72,283 18,60 3 9,12 3 Individu 13,23 43,93 34,83 21,2 3
( 66) (29) (23) (14)
Dari 56,323 responden menyatakan perlu melakukan pengurusan izin usaha dalam 12 bulan terakhir , sebagian besar responden (72,283) menyatakan puas dengan layanan yang diterima clan hanya 18,603 responden yang menyatakan tidak puas dalam mengurus ijin usaha.
Sedangkan dari masyarakat individu hanya 13,2 3 yang melakukan pengurusan lisensi bisnis atau perijinan lainnya melalui kantor kabupaten Garut khususnya Dinas Perindustrian, Perdagangan clan Penanaman Modal, clan 43, 9 3 diantaranya menyatakan puas sedang 34,83 menyatakan tidak puas. Dari data tersebut dapat dilihat tingkat ef ektivitasnya , seperti di bawah ini :
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan lndustri 72,283 Efektif Individu 43,903 Cukup Efektif cenderunQ tidak efektif
Seperti halnya pelayanan yang diberikan oleh Dinas Pemukiman clan Bangunan, temyata tingkat efektivitas Kabupaten Garut melalui Dinas Perdagangan , Perindustrian clan Penanaman Modal adalah sama , yaitu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat individu masuk efektif sedangkan kepada masyarakat individu cukup efektif cenderung ke tidak efektif. Dengan demikian ada perbedaan tingkat efektivitas pelayanan yang dirasakan oleh kedua kelompok masyarakat tersebut. Masyarakat diperlakukan tidak adil oleh Dinas Perdagangan, Perindustrian clan
59
Penanaman Modal berkaitan dengan pembuatan ijin usaha. Adapun beberapa hal yang menyebabkan responden individu tidak puas antara lain :
o pelayanan lambat o biaya clan prosedur tidak jelas o prosedur rumit clan biaya mahal o biaya clan prosedur tidak jelas o harus membayar ekstra pada petugas clan pelayanan kurang ramah o lokasi sulit dijangkau o petugas kurang disiplin clan kantor yang kurang nyaman
b. Dukungan terhadap sektor komersial dan industri. Tabel berikut ini menunjukkan respon dari masyarakat yang berasal dari
kalangan industri :
Usaha Pemda dalam
upaya optimal dari Pemda
( 1 ) 1 .mendukung sektor 0,993 komersial dan industri agar berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
puas dgn upaya Pemcla
( 2 ) 31,623
Tidak puas dgn upaya Pemda ( 3 ) 26,483
Pemda tidak Tidak melakukan apa2 berpend bahkan a pat memperburuk situasi ( 4 ) 26,483
( 5 ) 14,433
melalui konsultasi dengan wakil dari sektor komersiaV industri, pameran proposalproposal sebelum keputusan dibuat, melakukan survei, publikasi proposal, dan menyediakan informasi yang diperlukan dan aktivitas lainnva �==.=.L.'-=-�������---1-����+-���-1-���-1-�������-t-�---::---::--1 2.membantu perusahac.n 0,203 13,243 37,153 33,003 16,403 untuk memahami bagai-mana cara memperoleh pendapatan, bagaimana merencanakan pengguna an uang, dan untuk apa saja uanq dibelanjakan 3. menegakkan hukum dan 0,593 peraturan tentang industri lokal vanq tidak terdaftar 4.menegakkan hukum dan 1 ,193 peraturan tentang keamanan pedagang dan pebisnis yang terdaftar
15,42 3
37,75 3
20,753 9,49 3 53,753
24,903 15,023 21, 153
60
T erdapat variasi jawaban yang cukup beragam, namun yang paJing signifikan, sebanyak 31 ,62 % responden secara umum puas dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dengan prosentase yang sama, 26,483, terdapat dua pendapat negatif yaitu responden secara umum tidak puas atau tidak begitu senang dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah; bahkan responden percaya bahwa pemerintah daerah tidak melakukan apa-apa dan mungkin saja malah memperburuk situasi . Ini menunjukkan bahwa pemerintah sangat jarang melibatkan masyarakat industri untuk berpartisipasi dalam kegiatakegiatan pembentukan regulasi. KaJaupun ada, hanya melibatkan segolongan industri yang tidak dianggap mewakili oleh industri-industri lainnya.
Sebanyak 37, 153 responden merasa tidak puas atau ticlak begitu senang dengan upaya-upaya yang clilakukan oleh pemerintah daerah. Sementara 40, 12% menyatakan bahwa pemerintah claerah ticlak melakukan apa-apa clan mungkin saja malah memperburuk situasi. Prosentase lainnya sebesar 2 1 ,94% menyatakan tidak memiliki penclapat, atau responclen ticlak begitu mengerti tentang tanggung jawab pemda terhaclap isu yang ada. Prosentase-prosentase di atas dipengaruhi oleh anggapan bahwa cara memperoleh penclapatan, bagaimana merencanakan penggunaan uang, clan untuk apa saja uang dibelanjakan lebih merupakan hak pribacli inclustri clan pemerintah ticlak berhak ikut campur di dalamnya.
Sebanyak 53,75% responden menyatakan tidak begitu mengerti tentang tanggung jawab pemda terhadap isu yang acla. lni menunjukkan ketidaktahuan masyarakat yang clisebabkan tidak adanya sosialisai atas kinerja pemerintah dalam topik yang bersangkutan, clan tidak ada langkah nyata yang dirasa signifikan oleh masyarakat dalam masalah tersebut.
Terdapat pendapat beragam dengan prosentase tertinggi sebanyak 37, 75% clengan pemyataan puas dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Prosentase sisanya sebagian besar menyatakan pendapat yang negatif yang menunjukkan ketidakpuasan responden. Hal ini menunjukkan bahwa hukum clan peraturan tentang keamanan pedagang clan pebisnis yang terdaftar sudah mulai diperkenalkan, namun belum dirasa berpengaruh positif pada sebagian besar masyarakat industri yang ada.
Dengan demikian tingkat efektivitas dari Dinas Perindustrian Perdagangan clan Penanaman ModaJ dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
61
Usaha Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dalam Prosentase Tingkat sangat puas Efektivitas dan puas
1 . Menclukung sektor komersial clan inclustri agar berpartisipasi 32,61 % Ticlak Efektif clalam pembuatan keputusan melalui konsultasi clengan wakil clari sektor komersial/ inclustri, pameran proposal-proposal sebelum keputusan dibuat, melakukan survei, publikasi proposal, clan menyecliakan informasi yang cliperlukan clan aktivitas lainm;a 2. Membantu perusahaan ancla untuk memahami bagaimana 13,44 % Sangat Ticlak cara memperoleh penclapatan, bagaimana merencanakan Efektif penaaunaan uanq, clan untuk apa saia uanq clibelaniakan 3. Pemda menegakkan hukum dan peraturan tentang inclustri 16,01 % Sangat Ticlak lokal yang tidak terdaftar Efektif 4. Menegakkan hukum clan peraturan ten tang keamanan 38,94 % . Ticlak Efektif peclaqanq clan pebisnis vanq terclaftar
Paparan clari tabel clengan jelas menunjukkan usaha clari Dinas Perinclustrian, Perdagangan clan penanaman Modal masih jauh clari sernpurna. Usaha sangat keras harus clilakukan Dinas untuk membantu sektor komersial clan usaha karena katagori tampilan kerja clari dinas menunjukkan tidak efektif untuk dukungan agar sektor komersial clan clan inclustri clilibatkan clalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan usaha mereka. Bahkan tampilan Dinas Perindustrian, Perdagangan clan penanaman Modal sangat tidak efektif artinya masyarakat industri masih sangat tidak puas dengan usaha Dinas dalam rnembantu para pengusaha dalam pelaksanaan operasional keuangan sehari-hari, juga dalam kepatuhan terhaclap peraturan bagi industri yang terclaftar clan tidak adanya rasa aman dari para pengusaha terclaftar dalam melaksanakan usahanya karena kepatuhan yang sangat rendah dari instansi dalam menegakkan peraturan I hukum yang acla.
1 0. Dinas Petemakan , Perikanan dan Kelautan Tabel di bawah ini merupakan pertanyaan yang hanya diajukan kepada
responden indiviclu saja , adapun distribusi frekuensinya adalah seperti di bawah ini :
Jumlah petani ' petani tambak , PUAS TIDAK peternak , nelayan PUAS 19,6 % 0,6 % ( 3 ) 94 % (95 ) (98 ) ( bantuan pemcla cukup)
Sedangkan Dinas Pertanian clan Peternakan dirasakan ticlak memuaskan , dimana bantuan yang diberikan pemerintah baik dalam bentuk pupuk ataupun pakan temak dianggap belum memadai, hanya 0,6 % saja dari jumlah petani /petemak yang menjadi responden ini yang merasa puas. Efektivitas kinerja dari SKPD tersebut dapat dilihat di bawah ini :
62
SKPD Kelompok Prosentase . Tingkat Efektivitas masyarakat Kepuasan akan
pelayanan Pertanian Individu 0,6 3 San�at tidak Efektif
Dinas Petemakan , Perikanan dan Kelautan memberikan pelayanan yang diberikan atau kinerja yang ditampilkan dianggap sangat tidak efektif , tidak sampai 1 % responden yang merasa puas oleh pelayanan Dinas khususnya dalam dalam penyediaan pakan, pupuk dan/ atau bibit menyediakan penyuluhan pendidikan , memberikan bantuan tanpa mengharapkan biaya informal tambahan , banyak menyediakan layanan-layanan lepas clan cepat dalam memberikan pelayanan.
1 1 . Dinas Sumberdaya Air dan Pertambangan
Tidak ada penelitian clengan Dinas Sumberclaya Air clan Pertambangan
12. Dinas Tanaman Pangan � Hortikultura dan Perkebunan
Lay an an BAIK I KURANG TIDAK TIDAK BER PUAS BAIK I TER PENDAPAT
TIDAK SEDIA PUAS
Memperoleh air 45, 73 43,53 - 10,9 irigasi (21) (20) (5) ( 8,2 3 )
Petani yang menclapat pelayanan air irigasi hanya 8,2 % saja clan hanya 45, 7 % yang menyatakan puas dengan pelayanan clari pengairan tersebut, 43,5 % tidak puas clan 10,9 % tidak berpenclapat.
Kelompok Prosentase Kepuasan akan .Tingkat Efektivitas masyarakat pelayanan Individu 45,73 Cukup Efektif cenderung tidak
efektif
Dinas Tanaman Pangan , Hortikultura dan Perkebunan , walaupun efektivitas kinerjanya cukup ef ektif , namun cenderung ketidak efektif karena jumlah responden inclividu petani yang ticlak puas hampir mendekati setengah clari responden yang memperoleh air irigasi . Dari data di atas nampak bahwa Dinas terkait sangat sedikit sekali memberikan penyecliaan air irigasi bagi para petani saat diperlukan, pemeliharaan saluran irigasi clan clistribusi air yang tidak merata , selain itu juga acla keharusan membayar biaya pungutan liar sehubungan clengan usaha untuk mendapatkan air irigasi. Kembali pentingnya pengawasan terhaclap aparat instansi yang langsung terjun ke lapangan.
63
13. Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi
a. Program khusus Pemerintah Kabupaten Garut.
Tabel di bawah ini merupakan pertariyaan yang hanya diajukan kepada responden individu saja , adapun distribusi frekuensinya adalah seperti di bawah ini : Pemah mendapat PUAS TIDAK TIDAK BER bantuan. PUAS PENDAPAT 243 36,73 53,3 3 10 43 (120) (44) (64) (12)
Dari 120 responden atau ada 24 3 yang pemah mendapatkan bantuan dari pemerintah Kabupaten Garut melalui Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi ternyata 53,3 3 yang merasa tidak puas dengan bantuan Pemerintah sedangkan 36, 7 3 yang merasa puas. Jumlah responden yang tidak puas lebih banyak dari yang tidak puas. Ef ektivitas kinerja dari SKPD tersebut dapat dilihat di bawah ini :
Kelompok Prosentase Kepuasan akan . Tingkat Efektivitas masyarakat pelayanan Individu 36 7 3 Tidak Efektif
Persepsi responden yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap apa yang telah dilakukan Oleh Dinas Tenaga Kerja, Sosial clan Transmigrasi mengenai manfaat potensial dari program khusus pemerintah yang diadministrasikan melalui pemda misalnya, jika ada banjir atau bencana alam atau program pengentasan kemiskinan, mengakibatkan pengkatagorian tampilan kerja dari Dinas terkait menjadi tidak efektif . Ketidak efektifan tersebut disebabkan karena mereka tidak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka, mereka juga tidak mengetahui program dari pemerintah , program yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan , perilaku aparat yang tidak baik clan pungli atas apa yang telah mereka peroleh.
b. Upaya menghapus I mengurangi penderitaan rakyat miskin Tabel di bawah ini menunjukkan pendapat masyarakat indiviclu mengenai
kinerja Dinas Tenaga Kerja, Sosial clan T ransmigrasi Pemerintah Daerah Ka bu paten Garut .
64
Usaha Pemda dalam upaya puas dgn Tidak pu Tidak mela- Tidak ber optim upaya as dgn kukan apa2 pendapat al dari Pemda upaya bahkan Pemda Pemda memperburuk
situasi Menghapus I mengu- 7% 13% 52,6% 14,4 % 13 % rangi penderitaan rakyat (35) (65) (263) (72) (65) mis kin
Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi juga dianggap belum dapat Menghapus atau mengurangi penderitaan rakyat miskin , lebih dari sebagian responden menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan usaha yang telah dilakukan pemerintah daerah melalui instansi terkait. Hanya 20 % dari responden yang merasa puas dengan usaha yang telah dilakukan oleh Dinas. Dengan demikian tingkat efektivitas dari Dinas Tenaga Kerja, Sosial clan Transmigrasi adalah sebagai berikut :
Usaha Pemda dalam Prosentase Tingkat sangat puas dan efektivitas puas
Menghapus /mengurangi penderitaan rakyat miskin 20 % Sangat Tidak Efektif
Karena usaha yang sangat rendah dari Dinas dalam usaha mengurangi atau menghapus penderitaan rakyat miskin , maka Dinas Tenaga Kerja, Sosial clan Transmigrasi menunjukkan kinerja yang sangat tidak efektif. Perlu kerja keras untuk meningkatkan citra mereka di kalangan masyarakat.
c. Menyediakan pekerjaan untuk pengangguran Tabel di bawah ini menunjukkan pendapat masyarakat individu mengenai
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
Usaha Pemda dalam upaya puas dgn Tidak pu Tidak mela- Tidak ber optim up a ya as dgn kukan apa2 pendapat al dari Pemda upaya bahkan Pemda Pemda memperburuk
situasi Mendorong ketenaga 6% 6,4% 41,6% 26,8% 19,2% kerjaan sehingga da (30) (32) (208) (134)
(96) pat membantu me -nyediakan pekerjaan untuk penganqquran
Tabel di atas juga menunjukkan ketidak puasan masyarakat atas kinerja
65
Dinas Tenaga Kerja, Sosial clan Transmigrasi , khususnya dalam usaha Mendorong ketenagakerjaan sehingga dapat membantu menyediakan pekerjaan untuk pengangguran. Hampir sebagian responden yang menyatakan tidak puas clan hanya 12,4 3 saja responden yang merasa puas dengan usaha Dinas. T abel efektivitas Dinas dapat dilihat di bawah ini
Usaha Pemda dalam Prosentase Tingkat efektivitas sangat puas dan puas
Mendorong ketenagakerjaan sehingga dapat 12,4 % Sang at Tidak Ef ektif Membantu menyediakan pekerjaan untuk Penqanaauran
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa hampir sebagian dari responden merasa tidak puas deengan usaha DinasTenaga Kerja, Sosial clan Transmigrasi dalam membantu para pengangguran khususnya dalam penyediaan lapangan kerja. Perlu dipertimbangkan dampak negatif dari tingginya tingkat pengangguran seperti akan meningkatnya tingkat kejahatan yang akan terjadi.
11.Lembaga ( terdiri dari Badan dan Kantor ) .
1 . Badan Keluarga Berencana, Kependudukan dan Catatan Sipil
a. Pembuatan KTP Sbr SKPD lndustri I men gurus Men gurus PUAS TIDAK TIDAK BER Pert masyarakat sendiri PUAS PENDAPAT
individu 1 Kelurahan I Individu 68% 50,9 % 65,9% 30% 4,1 %
Kecamatan (173 ) (224) (102) (14)
65,9% responden yang melakukan pembuatan KTP sendiri atau yang langsung berhubungan dengan aparat baik yang bekerja di tingkat kelurahan maupun kecamatan menyatakan puas atas pelayanan yang diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan yang diterima responden tersebut telah memenuhi standar-standar kebutuhan layanan yang seperti y:ing diharapkan oleh masyarakat Tingkat efektivitas dari Kelurahan I Kecamatan dari para responden menunjukkan ef ektivitas kinerja seperti di bawah ini :
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Individu 65,9 % Efektif
Dari data di atas memberikan gambaran bahwa kinerja dari aparat yang berada di Kelurahan maupun Kecamatan dalam memberikan pelayanan pembuatan KTP sudah berada pada tingkat efektif artinya mereka puas dengan pelayanan yang diberikan , namun perlu diperbaiki kinerja dari aparat di tingkat kelurahan ataupun kecamatan karena yang tidak puas masih besar yaitu hampir sepertiga dari jumlah
66
masyarakat individu yang membuat KTP. Hal-hal yang perlu cliperbaiki terutama :
Sbr
o Pelayanan yang lamban o Keharusan membayar ekstra pada petugas o Biaya yang mahal o Kurang respon nya petugas o Pelayanan yang kurang ramah dan rumitnya proseclur
b. Pembuatan Akte Kelahiran I Kematian lndustri I Mendaftarkan Men gurus PUAS TIDAK masyarakat kelahiran I sendiri PUAS
Pert kematian 2 lndividu 34,8 % 49,4 3 74, 73 19,5%
( 174 ) (86 ) (130) (34)
TIDAK BER PENDAPAT 5, 7 3 (10)
Sebanyak 34,8 % ( 1 74 orang )responclen menyatakan mendaftarkan clan membuat akkte kelahiran ataupun kematian untuk keluarga sencliri , clan 49,4 3 diiantaranya mengurus pembuatan itu sendiri. Dari mereka yang membuat akte sendiri temyata sebanyak 74, 7 menyatakan puas atas pelayan yang diberikan. Ini berarti pelayanan yang diterima responclen untuk pendaftaran kelahiran atau kematian anggota keluarga cukup memenuhi stanclar pelayanan yang diharapkan responden. Adapaun tingkat efektivitas nya adalah sebagai berikut :
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Individu 74,7 % Efektif
Data di atas menunjukkan bahwa kinerja dari instansi terkait sudah memberikan kepuasan kepacla masyarakat individu atau dapat dinyatakan bahwa kinerjanya termasuk efektif. Adapun alasan utama yang menyebabkan mereka ticlak puas adalah :
o Pelayanan lambat o Biaya mahal o Kurang responsifnya petugas clan o Petugas kurang ramah o Prosedur rumit o Biaya clan p[rosedur yang tidak jelas
67
2. Badan Kepegawaian Daerah Tabel di bawah ini menunjukkan pendapat masyarakat individu mengenai
k. P . t h D h K b t G t mer] a emerm a a era a u Ja en aru Usaha Pemda dalam upaya puas dgn Tidak pu Tidak mela- Tidak ber
optim upaya as dgn kukan apa2 pendapat al dari Pemda upaya bahkan Pemda Pemda memperburuk
situasi memastikan bahwa 5,63 9,43 463 16,83 22,2 3 semua orang dengan (28) (47) (230) (84)
( 111 ) kualifikasi pendidikan clan pengalaman yang sama mempunyai peluang yang sama untuk bekerja pad a pemda di wilayah ini (kota/kabupaten)
Kembali respon hampir sebagian dari responden yang t!dak puas dengan usaha dari Pemerintah Kabupaten khususnya Badan Kepegawaian Daerah karena tidak memastikan bahwa semua orang dengan kualifikasi pendidikan clan pengalaman yang sama mempunyai peluang yang sama untuk bekerja pada pemda di Kabupaten Garut. Hanyal5 % saja dari masyarakat yang merasa puas dengan usaha yang telah dilakukan pemerintah daerah. Tabel di bawah ini menunjukkan seberapa efektif kinerja Badan Kepegawaian Daerah sehubungan dengan permasalahan peluang yang sama untuk mendapat pekerjaan di Pemerintah Daerah Kabupaten Garut,
Usaha Pemda dalam Prosentase Tingkat sangat puas efektivitas dan puas
memastikan bahwa semua orang dengan kualifikasi 15 % Sangat Tidak pendidikan dan pengalaman yang sama Efektif mempunyai peluang yang sama untuk bekerja pada pemda di wilayah ini (kota/kabupaten)
Katagori sangat tidak efekti bagi Badan Kepegawaian Daerah karena dianggap
tidak mampu memastikan bahwa semua orang dengan kualifikasi pendidikan clan
pengalaman yang sama mempunyai peluang yang sama untuk bekerja pada pemda
di Kabupaten Garut. Bila hal ini terus berlanjut maka kualitas pelayanan terus
memburuk clan masyarakat menjadi semakin terpuruk karena kualitas aparat yang
makin memburuk.
68
3. Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan a. Mengurus ljin Lingkungan (seperti ijin pembuangan limbah) .
lndustri I Men gurus PUAS TIDAK TIDAK BER masyarakat ljin PUAS PENDAPAT
lingkungan industri 25,89 3 83,21 3 15,27 3 1 ,53 3
Hanya 25,89% responden yang mengurus izin lingkungan (misal izin pembuangan air limbah) sementara sisanya, sebanyak 74, 1 1 % mengaku tidak melakukan pengurusan pembuatan izin lingkungan. Responden yang melakukan pembuatan ijin lingkungan , 83,21 3 menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan oleh Dinas terkait, 15,27 % menyatakan tidak puas clan 1,53 % tidak berpendapat.
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Industri 83,21 3 Sanqat Efektif
Kelompok industri yang mengurus ijin lingkungan kepada Dinas terkait menunjukkan bahwa tingkat efektivitasnya sangat tinggi , artinya masyarakat sangat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh dinas terkait.
b MCK (M d. C · K k ) . an 1 UCI a us umum d" · 1 I WI aya h t em >a t t• m��a Lay an an BA�K I KURANG TIDAK TIDAK BER
PUAS BAIK I TER PENDAPAT TIDAK SEDIA PUAS
Mandi cuci kakus 39,73 46,33 - 14 3 (mck) (24,23) (48) 56) ( 17)
Penyediaan MCK atau mandi , cuci clan kakus yang dapat digunakan masyarakat hanya 39, 7 % yang menyatakan puas , sisanya tidak puas dengan prosentase yang lebih besar yaitu sebesar 46,3 % clan 14 % tidak berpendapat. Ada pun tingkat ef ektivitas kinerja mereka di Ii hat dari masyarakat adalah sebagai berikut,
Kelompok Prosentase Kepuasan . Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Individu 39,7 3 Tidak Efektif
Penyediaan MCK bagi masyarakat individu dikatagorikan tidak efektif , dimana hampir sebagian dari responden menyatakan tidak puasnya mereka dengan pelayanan dari Dinas Lingkungan clan Kebersihan Kabupaten Garut.
69
Keluhan yang perlu dipertimbangkan oleh Badan untuk ditingkatkan antara lain berkaitan dengan : kebersihan , ketersediaan air , ketidaknyamanan lokasi dan gelapnya tempat MCK tersebut.
c. J asa p engumpu an sampa h lndustri I Memanfaatkan jasa PUAS TIDAK TIDAK BER masyaraka pengumpulan sampah PUAS PENDAPAT t Industri 64,82 3 57,933 12,20 3 29,88 3 Individu 20,4 3 57,83 37,33 4,9%
Sebanyak 64,82% responden memanfaatkan jasa pengumpulan sampah yang diselenggarakan oleh Pemda. Dan sisanya, 35, 18% responden ticlak memanfaatkannya.
Dari responclen yang perusahaannya menggunakan jasa ·pengumpulan sampah ,sebanyak 57,93% responden pemakai jasa layanan menyatakan puas atas layanan ini. 12,20% responden ticlak puas, clan sisanya clengan prosentase cukup besar yaitu 29,88%, responclen tidak memberikan penclapat. Seclangkan masyarakat inclividu yang memanfaatkan jasa pengumpulan sampah hanya 20,4 % dan 57,8 % di antaranya yang merasa puas clan sepertiga clari pengguna jasa pengumpulan sampah merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan .Tingkat efektivitas kinerja Dinas terkait berclasarkan persepsi 2 kelompok masyarakat nampak seperti di bawah ini :
Kelompok Prosentase Kepuasan . Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Industri 57,933 .Cukuo efektif Individu 57,8 3 .Cukuo efektif
Nampak bahwa persepsi kedua kelompok masyarakat baik yang berasal dari kalangan inclustri maupun warga biasa menunjukkan bahwa pelayanan clari Dinas Kebersihan cukup efekti dengan jumlah prosentase yang hamper sama , walaupun frekuensinya I jumlah resµonden berbeda Perbedaannya adalah pada masyarakat biasa cukup efektifnya kinerja Dinas Kebersihan menunjukkan kecend�rungan kuat kearah yang tidak efektif , sehingga Dinas harus meningkatkan kjnerjanya, khususnya clalam keteraturan clalam pemungutan sampah setiap harinya
70
d. menggunakan fasilitas olahraga, taman dan atau area publik yang
terbuka untuk masyarakat Tabel di bawah ini hanya diberikan kepada masyarakat individu
Menggunakan fasilitas olahraga , taman dan BAIK BUR UK TIDAK BER a tau area publik yang terbuka untuk PENDAPAT masyarakat 37 % (185) 62,2% 32,4 % 5,4%
(1 15) (60) (10)
Hanya 37 % responden individu yang memakai fasilitas umum yang disediakan pemerintah , seperti fasilitas olahraga, taman clan atau area publik yang terbuka untuk masyarakat dan di antaranya 62,2 % merasa Puas dan sepertiganya atau 32,4 % merasa tidak puas dengan kualitas fasilitas olahraga , taman clan atau area publik yang terbuka untuk masyarakat
Kelompok Prosentase Kepuasan akan Tingkat Efektivitas masyarakat pelayanan Individu 62,2 % Efektif
Walaupun Badan Lingkungan clan Kebersihan dikelompokkan ke dalam katagori ef ektif dalam hal jasa penyediaan fasilitas olahraga, tarn an clan a tau area publik yang terbuka untuk masyarakat yang digunakan oleh responden namun perlu diperhatikan juga baha sepertiga dari responden merasa tidak puas dengan pelayanan tersebut.Alasan utama yang menjadi keluhan pengguna jasa layanan publik ini adalah : Fasilitas nya yang sudah buruk clan letaknya juga terlalu jauh.
e. Menegakkan peraturan lingkungan, yakni tentang polusi udara, air
dan suara Tabel di bawah ini menggambarkan pendapat I kesan umum dari masyarakat
yang berasal dari kelompok industri tentang kinerja dari aparat Pemda kabupaten Garut
71
Us aha upaya puas Tidak Pemda Tidak Pemda dalam optimal dgn puas tidak berpend
dari upaya dgn melakuka a pat Pemda Pemda upaya n apa2
Pemda bahkan memperb uruk
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) situasi ( 5 ) ( 4 )
menegakkan peraturan 0,40% 30,24 % 23,323 19,373 26,683 lingkungan, yakni ten tang polusi udara, air dan suara
Pendapat responden sangat bervariasi, walaupun prosentase tertinggi sebesar 30,24 % menunjukkan kepuasan responden, namun gabungan prosentase lainnya justru menunjukkan ketidakpuasan responden. Ini berarti bahwa peraturan lingkungan, yakni tentang polusi udara, air dan suara belum ditegakkan sempurna dan tidak menyentuh masyarakat secara merata. Adapun tabel efektivitas dari Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan adalah sbb,
Usaha Pemda dalam Prosentase Tingkat sangat puas efektivitas dan puas
menegakkan peraturan lingkungan, yakni tentang 30,243 Tidak ef ektif polusi udara, air dan suara
Kinerja dari Badan Lingkungan Hidup clan Kebersihan menunjukkan tingkat ef ektivitas yang rend ah a tau dapat dikatakan tidak ef ektif , artinya masih rendahnya usaha dari Badan untuk menegakkan peraturan lingkungan, yakni tentang polusi udara, air dan suara. Penting sekali penegakan peraturan yang dapat menjaga kelestarian sumberdaya alam yang dimiliki oelh Kabuapten Garut sehingga dapat berdampak pada kesehatan masyarakat saja tapi juga pada kesejahteraan masyarakatnya.
f. Mendorong kepatuhan terhadap regulasi lingkungan yang menyangkut udara, air, dan polusi suara.
Tabel di bawah ini menunjukkan pendapat masyarakat individu mengenai kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
72
Usaha Pemda dalam upaya puas dgn Tidak pu Tidak mela- Tidak her optim upaya as dgn kukan apa2 pendapat al dari Pemda upaya bahkan Pemda Pemda memperburuk
situasi mendorong kepatuhan 5,8 % 10,8% 34,8% 14,2% 34,4 % terhadap regulasi (29) (54) (174) (171)
(172) lingkungan yang menyangkut udara, air, dan polusi suara
Bila tabel sebelumnya direspon oleh masyarakat industri , maka tabel ini direspon oleh masyarakat individu , namun menunjukkan hasil yang kurang lebih sama . hanya 16, 4 3 saja responden yang puas atas kinerja Badan terkait clan hampir sebagian dari responden yang menyatakan tidak puas atas usaha Badan , bahkan memperburuk situasi artinya keadaan polusi udara , air clan suara yang makin meningkat tanpa dilakukan tindakan pendisplinan. Tabel efektivitas Badan Lingkunbgan Hidup clan Kebersihan berkaitan dengan ha! tersebut adalah seperti di bawah ini :
Usaha Pemda dalam Prosentase Tingkat sangat puas efektivitas dan puas
mendorong kepatuhan terhadap regulasi 16,4 % Sang at Tidak lingkungan yang menyangkut udara, air, dan polusi Efektif suara
Masyarakat individu secara tegas memberikan respon yang negatif terhadap kinerja Badan terkait sehingga tingkat efektivitasnya dikelompokkkan menjadi sangat tidak efektif. Sama seperti ulasan yang diungkan oleh pendapat masyarakat industri bahwa kita perlu untuk menjaga kelestarian alam , bila Pemda tidak melakukan usaha untuk itu maka dampak yang akan dihadapi oleh generasi penerus , krena sumberdaya alam yang dimiliki sudah tidak ada lagi akibat pencemaran yang terjadi .
14. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat.
a. Peraturan untuk memberikan perlakukan yang sama bagi
usaha yang dikelola perempuan dan laki-laki. a.1 . Tabel di bawah ini menggambarkan pendapat I kesan umum dari masyarakat yang berasal dari kelompok industri tentang kinerja dari aparat Pemda kabupaten Garut
73
Us aha upaya puas Tidak Pemda Tidak Pemda dalam optimal dgn puas dgn tidak berpenda
dari upaya upaya melakukan pat Pemda Pemda Pemda apa2
bahkan memperbur
( 3 ) uk situasi ( 1 ) ( 2 ) ( 4 ) ( 5 }
1 .membuat peraturan 0,20% 17,19 % 21,34% 13,24% 48,02% berkaitan dengan usaha-usaha daerah yang responsif pada usaha yang dikelola perempuan dan laki-laki.
Sebagian besar responden tidak berpendapat dan tidak begitu mengerti tentang tanggung jawab pemda terhadap isu yang ada lni menunjukkan ketidaktahuan masyarakat yang disebabkan tidak adanya sosialisai atas kinerja pemerintah dalam topik yang bersangkutan, clan tidak ada langkah nyata yang dirasa signifikan oleh masyarakat dalam masalah tersebut.
Usaha Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dalam Prosentase Tingkat sangat puas Efektivitas dan puas
1 .membuat peraturan berkaitan dengan usaha-usaha daerah 17,39 % Sangat yang responsif pada usaha yang dikelola perempuan dan laki- Efektif laki.
Respon yang tidak begitu jelas mengalkibatkan kinerja dari Badan Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat masuk dalam katagori sangat tidak efektif. Badan ini perlu untuk terus menerus mensosialisasikan apa pentingnya keberadaan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa clan Perlindungan Masyarakat sehingga mengetahui dan menyadari manfaatnya.
74
Tidak
a.2.Tabel di bawah ini menunjukkan pendapat masyarakat individu mengenai kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
No Usaha Pemda dalam upaya puas dgn Tidak pu Tidak mela-optimal upaya as dgn kukan apa2 dari Pemda upaya bahkan Pemda Pemda memperburuk
situasi 1 Memberikan 12,2% 18,8% 37% 11 ,43
pendidikan kepada (61) (94) (185) (57) masyarakat berkenaan dengan pencegahan penyakit dan saran-saran kesehatan, hak-hak asasi manusia, hak sebagai masyarakat, hak sebagai pemilih dalam pemilu, per an pemda, dll
2 memberikan 6,8% 7,23 36,83 7,6% pelayanan yang sensitif (34) (36) 184 (38) kepada kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam kaitannya dengan ingrastruktur dan pelavanan umum
3 memberikan 7,43 8% 45,23 8,23 pelayanan yang (37) (40) (226) (41 ) menjawab kebutuhan orang mis kin dan kelompok minoritas dalam kaitannya dengan infrastruktur dan pelavanan umum
Usaha Sadan Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Sangsa dan Perlindungan Masyarakat berkenaan dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat berkenaan dengan pencegahan penyakit dan saran-saran kesehatan, hak-hak asasi manusia, hak sebagai masyarakat, hak sebagai pemilih dalam pemilu, peran pemda direspon negatif , hampir 40 3 masyarakat tidak puas .
Demikian pula dengan usaha Sadan dalam memberikan pelayanan yang sensitif kepada kebutuhan perempuan dan laki-laki dalarn kaitannya dengan ingrastruktur dan pelayanan umum , harnpir 40 3 yang menyatakan
ketidakpuasannya.
75
Tidak her pendapat
20,63
(103)
41,63
(208)
31,23
(156)
Sedangkan usaha yang berkaitan dengan memberikan pelayanan yang menjawab kebutuhan orang miskin clan kelompok minoritas dalam kaitannya dengan infrastruktur clan pelayanan umum dianggap tidak memuaskan oleh hampir sebagian dari responden.
N Usaha Pemda Prosentase Tingkat 0 sangat puas efektivitas
dan puas 1 memberikan pencliclikan kepacla masyarakat 31 3 Ticlak Efektif
berkenaan clengan pencegahan penyakit clan saran-saran kesehatan, hak-hak asasi manusia, hak sebagai masyarakat, hak sebagai pemilih clalam pemilu, peran pemcla, dll
2 memberikan pelayanan yang sensitif kepacla 14 3 Sangat Ticlak kebutuhan perempuan clan laki-laki clalam Efektif kaitannya clengan ingrastruktur clan pelayanan urn um
3 memberikan pelayanan yang menjawab kebutuhan 15,4 3 Sangat Tidak orang miskin clan kelompok minoritas cl al am Efektif kaitannya dengan infrastruktur dan pelayanan um urn
Dampak ketidak puasan dari masyarakat terhadap usaha dari Badan Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat adalah ketidak efektifannya dalam pelaksanaan tugasnya. Nampaknya masyarakat tidak merasakan manfaat dari Badan ini sehingga harus dilakukan usaha untuk mensosialisasikan apa visi, misi , tujuan ataupun program yang telah clan akan mereka terapkan.
15. Badan Pengawasan Daerah
Cat : Tidak ada hasil survey dari CSS
16. BadanPengelola HSU dr.Slamet
Cat :Hasil survey menjadi satu dengan Dinas Kesehatan
76
17. Badan Pengelola Perpustakaan , Kearsipan, lnformasi dan
Telematika Tabel di bawah ini menunjukkan pendapat masyarakat individu mengenai
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
Usaha Pemda dalam upaya puas dgn Tidak pu Tidak mela- Tidak optim upaya as dgn kukan apa2 her al dari Pemda upaya bahkan pend a Pemda Pemda memperburuk pat
situasi Mendorong agar 4,43 8,63 39,63 19 3 37,43 berpartisipasi dalam (22) (43) (153) (95) ( 187) pembuatan kebijakan/ keputusan melalui debat terbuka/ publik, pameran proposal sebelum keputusan dibuat, publikasi proposal, menyediakan informasi yang penting untuk masyarakat atau melalui saluran-saluran/ keqiatan lainnya memastikan 5 3 9,8 3 43,2 3 15 3 27,2 3 penyampaian pelayanan publik secara berkeadilan (semua anggota masyarakat mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh pelayanan secara baik dan tidak ada orang-orang tertentu yang diberi perlakuan istimewa karena kedudukan mereka a tau karena pengaruh kekuasaan mereka) kepada masyarakat yang tinggal di wilavah tersebut
Usaha Badan Pengelola Perpustakaan , Kearsipan, Informasi clan Telematika dalam mendorong agar berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan/ keputusan melalui debat terbuka/ publik, pameran proposal sebelum keputusan dibuat, publikasi proposal, menyediakan informasi yang penting untuk masyarakat atau
77
melalui saluran-saluran/ kegiatan lainnya masih clianggap belum memuaskan , hampir 40 % atau 39,6 % tepatnya yang mengatakan clemikmian clan hanya 13 % saja yang mengatakan puas dan Badan telah berusaha dengan optimal .
Usaha Baclan Pengelola Perpustakaan , Kearsipan, Informasi clan T elematika clalam memastikan penyampaian pelayanan publik secara berkeaclilan (semua anggota masyarakat mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh pelayanan secara baik dan tidak ada orang-orang tertentu yang cliberi perlakuan istimewa karena kedudukan mereka atau karena pengaruh kekuasaan mereka) kepada masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut sebanyak 43,2 % yang menyatakan
tidak puas . Sehingga efektivitas dari Badan dalam kegiatan-kegiatan tersebut dapat di lihat seperti di bawah :
Usaha Pemda dalam Prosentase Tingkat sangat puas dan efektivitas puas
mendorong agar berpartisipasi dalam pembuatan 13 3 Sangat Tidak Efektif kebijakan/ keputusan melalui debat terbuka/ publik, pameran proposal sebelum keputusan dibuat, publikasi proposal, menyediakan informasi yang pen ting untuk masyarakat a tau melalui saluran-saluran/ kegiatan lainnya memastikan penyampaian pelayanan publik secara 14,8 3 Sangat Tidak Efektif berkeadilan (semua anggota masyarakat mempunyai peluang yang sama untuk memperoleh pelayanan secara baik dan tidak ada orang-orang tertentu yang diberi perlakuan istimewa karena kedudukan mereka atau karena pengaruh kekuasaan mereka) kepada masyarakat vanq tingqal di wilavah tersebut
Nampak bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Badan Pengelola Perpustakaan , Kearsipan, Informasi dan T elematika sangat tidak efektif , artinya masyarakat sangat tidak puas , dan mungkin tidak tahun apa yang dilakukan oleh Baclan Pengelola Perpustakaan , Kearsipan, Informasi dan T elematika Kabupaten Garut.
18. Badan Perencanaan Pembangunan daerah
Cat : tidak ada hasil survey dari CSS
78
III. Kantor
1 . Kantor Pengembangan SDM Pertanian dan Ketahanan Pangan
Cat : tidak ada hasil survey dari CSS
2. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
a. Penegakan hokum dan peraturan bagi pedagang jalanan. Tabet di bawah ini menggambarkan pendapat I kesan umum dari masyarakat
yang berasal dari kelompok industri tentang kinerja dari aparat Pemda kabupaten Garut
Usaha upaya puas Tidak Pernda Tidak Pernda dalarn optimal dgn puas tidak berpend
dari upaya dgn rnelakuka a pat Pernda Pemda upaya n apa2
Pernda bahkan rnernperb uruk
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) situasi ( 5 ) ( 4 )
Untuk menegakkan hukum 1 ,58% 27,87 % 13,24% 1,58 % 1,58% dan peraturan daerah tentang pedagang jalanan
Sebanyak 45,263 responden menyatakan tidak begitu mengerti tentang tanggung jawab pemda terhadap isu yang ada. Ini menunjukkan ketidaktahuan masyarakat yang disebabkan tidak adanya sosialisai atas kinerja pemerintah dalam topik yang bersangkutan, clan tidak ada langkah nyata yang dirasa signifikan oleh masyarakat dalam masalah tersebut.
Usaha Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dalam Prosentase Tingkat sangat Efektivitas puas dan puas
untuk menegakkan hukum dan peraturan daerah tentang 29,45 % Tidak Ef ektif pedaqanq jalanan
Usaha yang dilaksanakan oleh Polisi Pamongpraja masih belum efektif atau masuk dalam katagori tidak efektif , artinya yang dilakukan oleh Polisi Pamongpraja belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
79
b. Mendorong kepatuhan terhadap peraturan dan regulasi lokal yang terkait dengan penggunaan area publik dan keamanan masyarakat
Tabel di bawah ini menunjukkan pendapat masyarakat individu mengenai kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
Usaha Pemda dalam upaya puas Tidak pu Tidak melaku- Tidak her optimal dgn as dgn kan apa2 bah- pendapat dari upaya upaya kan memper-Pemda Pemda Pemda buruk situasi
mendorong kepatuhan 9% 15,6% 38% 1 1,4% 25,8% terhadap peraturan dan (45) (78) (190) (57)
(129) regulasi lokal yang terkait dengan penggunaan area publik dan keamanan masvarakat
Usaha mendorong kepatuhan terhadap peraturan dan regulasi lokal yang terkait dengan penggunaan area publik dan keamanan masyarakat oleh Polisi Pamongpraja Kabupaten Garut juga direspon negatif oleh 38 % ataumereka tidak puas , dan ada sekitar 24,6 % saja yang merespon positif artinya mereka puas dengan usaha yang telah dilakukan oleh Satpol PP.
Usaha Pemda dalam Prosentase Tingkat sangat puas efektivitas dan pm.1s
mendorong kepatuhan terhadap peraturan dan 24,6 % Tidak Ef ektif regulasi lokal yang terkait dengan penggunaan area publik dan keamanan masyarakat
Jadi Katagori tidak efektif dikenakan pada Satpol PP karena kinerjanya terkait dengan penggunaan area publik dan kemanan masyarakat dianggap tidak dapat ditegakkan oleh Satpol PP.
No
1 9
IV.Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah 1 . Perusahaan Daerah Air Minum ( P D A M )
a. P I A. b .h e a• 1anan Ir ers1 lndustri I SelaJu dan kadang2 PUAS TIDAK TIDAK BER masyarakat memakai saran a air PUAS PENDAPAT
bersih industri 45,06 % 70,61% 14,91 % 14,47 % individu 21.6% 43,9% 34.8% 21,2%
80
Sebagian besar responden (54,943) menyatakan tidak memakai sarana air bersih yang disediakan Pemda, 30,63 3 selalu memakai clan 14,43 3 kadangkadang memakai ( selalu clan kadang2 memakai = 45,063) . Dari 30,63 % responden yang perusahaannya menggunakan layanan PDAM 70,61 % menyatakan puas, 14,91 % menyatakari tidak puas clan 14,47% tidak berpendapat.
Sedangkan masyarakat individu yang memakai air PDAM , 43,9 % menyatakan puas denganketersediaan air bersih sedangkan sepertiga dari responedn yang menggunakan air dari PDAM menyatakan tidak puas dengan pelayanan dari PDAM clan 21 ,2 % tidak berpendapat. Tabel di bawah in menunjukkan tingkat efektivitas dari PDAM di lihat dari kualitas penyediaan air bersih .
Kelompok Prosentase Kepuasan . Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Industri 70,613 Efektif Individu 43,9 % Cukup efektif cenderunQ tidak efektif.
Pelayanan dari PDAM berkaitan dengan penyediaan air bersih bagi masyarakat industri termasuk katagori efektif , artinya masyarakat industri merasa puas dengan pelayanan air bersih dari PDAM , sedangkan bagi masyarakat individu , pelayanan dari PDAM masuk dalam katagori cukup efektif namun cenderung tidak ef ektif. Walaupun hampir sebagian dari responden individu yang menggunakan air bersih merasa puas namun sepertiga dari responden merasa tidak puas dengan pelayanan air bersih dari PDAM.
. e a1 b P I �an an d . ra1nase o as1 ISDIS an di I k · b. · d t em pa t t• IDQQ8 I Sbr Industri I KUALITAS BAIK BURU TIDAK BER Pert masy K PENDAPAT 7 industri Drainase di lokasi bisnis dengan 59,29 25,69 % 15,02 %
aliran air yar.g lancar 3 8 individu Idem di lokasi t tinQQal 36,6 3 42,6 3 1 7,83
Sebagian responden dari masyarakat industri dengan prosentase 59,293 menyatakan kuali tas drainase di lokasi bisnis adalah baik dengan aliran air yang lancar, dengan demikian mereka puas dengan pelayanan PDAM dalam mengelola drainase di lokasi bisnis, sementara 25,69% responden menyatakan sebaliknya yaitu buruk atau tidak puas clan 15.02 % tidak berpendapat .
Sedangkan masyarakat individu 36,6% menyatakan bahwa kualitas drainase di lokasi tempat tinggal mereka tidak baik artinya mereka tidak puas dengan pelyanan dari PDAM clan 1 7,8 % tidak berpendapat. Dengan demikian tingkat efektivitas dari PDAM dapat di lihat pada tabel di bawah ini ,
8 1
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masvarakat akan pelayanan lndustri 59,29% Cukup Efektif Individu 36,60% Tidak Efektif
Dari table tingkat ef ektivitas di atas nampak bahwa ef ektivitas dari PDAM dipersepsikan berbeda oleh ke 2 kelompok , kelompok masyarakat bisnis menyatakan kinerja PDAM cukup efektif sedangkan menurut kelompok masyarakat individu menyatakan kinerja aparat PDAM tidak efektif berkaitan dengan drainase yang seharusnya membuat aliran air tetap lancer.
c. Pelayanan kebersihan drainase di lokasi bisnis dan
lndustri masyarakat Industri
lndividu
em Da 1mma . t t t· I I KUALITAS
Kebersihan Drainase temoat tinqqal Kebersihan Drainase tempat tinqaaJ
BAIK BUR UK
di lokasi 75,89 13,04 % %
di lokasi 48.8% 40,4 %
TIDAK BER PENDAPAT 1 1,07 %
10,8%
Kesan umum terhadap kualitas kebersihan drainase di wilayah tempat tinggal,Secara signifikan, 75,893 responden menyatakan drainase di wilayahnya sangat bersih, 13,04 3 kurang bersih clan 1 1 ,07 tidak berpendapat. Sedangkan masyarakat individu sebesar 48,8 3 menyatakan kebersihan drainase di lokasi tempat tinggal adalah baik clan sebesar 40,4 3 menyatakan kebersihan drainase adalah buruk atau mereka tidak puas dengan pelayanan dari PDAM berkaitan dengan kebersihan drainase dan 10,8 3 tidak berpendapat.
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Industri 75,89% Efektif Individu 48,80% Cukup Efektif
Perbedaan pendapat antara kelompok masyarakat industri dan individu menunjukkan perbedaan , bila masyarakat industri menyatakan kinerja PDAM efektif sedangkan masyarakat individu menyatakan cukup efektif saja , perlu diperhatikan bahwa ada kecenderungan kuat kinerja aparat PDAM ini cenderung ke arah tidak ef ektif , yang nampak dari prosentase ketidakpuas yang cukup besar yaitu sebesar 40,4 %. Alasan utam clan juga menjadi pusat perhatian bagi Pemda untuk melakukan perbaikan adalah :
o Pemeliharaan yang kurang baik o Banyak yang membuang sampah di ruang publik o Banyak sampah domestik
82
2 p . h erusa aan Li trik N s egara Sbr lndustri KUALITAS BAIK BUR UK TIDAK BER HASIL Pert / masy Penerangan PENDAPAT SWADAYA
jalan pad a MASY. malam hari
Industri di lokasi 34,98% 28,85%) 3,16 % 26,68% bisnis
individu di lokasi tpt 18% 29,4% 4 % 36,4% tinqqal
Hanya 34,983 masyarakat yang menyatakan penerangan jalan baik, memuaskan dan memadai, sedangkan sebagian besar yang lain menyatakan kurang baik (28,853) dan 26,683 responden menyatakan penerangan merupakan hasil swadaya masyarakat, 6,72 3 menyatakan tidak ada penerangan jalan clan 3 ,16 3 tidak berpendapat. lni menunjukkan bahwa fasilitas penerangan yang baik baru menyentuh sebagian kecil masyarakat industri. Oleh karena itu masyarnkat berupaya memenuhi kebutuhannya dengan mengusahakan sarana penerangan sendiri .
Di kalangan masyarakat individu penilaian lebih buruk lagi , dimana hanya sebesar 18 3 yang menyatakan penerangan jalan memberikan kepuasan , sisanya menyatakan buruk 29,4 3 , hasil swadaya masyarakat 36,4 3 clan masing-masing 12,2 3 dan 4 3 untuk tidak adanya penerangan clan responden yang tidak berpendapat. Tingkat efektivitas dari kinerja P L N dapat di lihat seperti di bawah ini :
Kelompok Prosentase Kepuasan Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Industri 34,98% . Tidak Ef ektif Individu 18 % Sangat tidak Efektif
Baik kelompok masyarakat industri maupun individu memberikan penilaian yang buruk atas kinerja PLN , masyarakat industri menyatakan bahwa kinerja PLN tidak efektif artinya tidak me!l1berikan kepuasan kepnda mereka . Dan kelompok masyarakat individu menyatakn kinerja PLN sangat tidak ef ektif , artinya kinerja PLN sangat tidak memberikan kepuasan kepada masyarakat individu berkenaan dengan penerangan lampu jalan di malam hari .
83
TIDAK ADA PE NERANG JALAN 6,72 %
12,2 %
V. Lain -lain 1 . Pemadam Kebakaran
Industri I Lay an an PUAS TIDAK TIDAK TIDAK BER masyarak PUAS PUNY A PENDAPAT at PENDAPAT industri pencegahan dan 15,023 5,73 3 28,46 3 50,79 3
perlindungan kebakaran di lokasi bisnis
individu pencegahan dan 15,8 3 15,63 26,83 41,83 perlindungan kebakaran di lokasi tern pat tinQQa!
Hanya 15,023 responden yang menyatakan kualitas layanan pencegahan clan perlindungan kebakaran di lokasi bisnis memuaskan, 5, 733 menyatakan kurang baik , 28,46 3 tidak punya pendapat clan 50, 79 3 tidak berpendapat. Sebagian besar (50,793) responden bahkan sama sekali tidak berpendapat. Besamya prosentase ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak begitu mengenal fasilitas layanan yang diberikan pemerintah, walaupun pada dasamya mengetahui adanya layanan ini .
Demikian pula halnya pada masyarakat individu menunjukkan persepsi yang kurang lebih sama , mereka yang puas 15,83, tidak puas 15,6 3 , tidak punya pendapat 26,83 clan tidak berpendapat 41 ,8 3.
Kelompok Prosentase Kepuasan . Tingkat Efektivitas masyarakat akan pelayanan Industri 15.023 Sanqat tidak Ef ektif Individu 15,8 3 Sanqat tidak Efektif
Dari ke dua kelompok masyrakat nampak bahwa kinerja dari Dinas Femadam Kebakaran masuk dalam katagori sangat tidak efektif. Namun perlu dipertimbangkan lebih jauh , karena lebih dari sebagian responden tidak menyatakan pendapatnya dari kedua kelompok masyarakat, sangat dimungkinkan mereka belum pemah mengalami pelayanan dari Pemadam Kebakaran sehingga tidak dapat memberikan penilaian atas kinerjanya.
2. Pelaksanaan Good Governance. a. Pandangan masyarakat individu mengenai pelaksanaan Good
Governance. Tabel di bawah ini menggambarkan pendapat I kesan umum dari masyarakat
yang berasal dari kelompok industri tentang kinerja dari aparat Pemda kabupaten Garut
84
No Usaha upaya puas Tidak Pemda Tidak Sbr Pemda dalam optimal dgn puas tidak berpend Per tan yaa n
1
2
3
4
dari upaya dgn melakuka a pat Pemda Pemda upaya n apa2
Pemda bahkan memperb uruk
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) situasi ( 5 ) ( 4 )
memerangi korupsi dan 0,20% 7,31% 30,43% 40, 12% 21,94% meminimalisir kesempatan untuk korupsi, kolusi dan neootisme (KKN) mempermudah akses 0,00% 1 6,40% 1 6,21% 23,12% 44,27% masyarakat dalam memperoleh informasi tentang keputusan-keputusan yang telah dibuat DPRD dan pemda di kabupaten/kota ini aksesibilitas Bupati/walikota 1 , 19% 31 ,42% 28,85% 14,82% 23,72% terhadap sektor komersiaV industri dan seberapa responsive bupati/walikota terhadap kebutuhan sektor usaha di kabupaten/kota ini memastikan keadilan 0,40% 10,47 40,91% 23,72 % 24,51 % pelayanan dan transparansi % dalam menyelenggarakan kontrak (apakah semua perusahaan memiliki kesempatan yang sama dalam hal kualifikasi dan memenangkan kontrak yang dibuka oleh kabupaten atau kota dan tidak dipengaruhi oleh sikap 'pilih kasih' atau KKN)
a. Sebanyak 30,43% responclen menyatakan ticlak puas atau ticlak begitu senang clengan upaya-upaya yang clilakukan oleh pemerintah claerah. Sementara 40, 12% menyatakan bahwa pemerintah claerah ticlak melakukan apa-apa clan mungkin saja malah memperburuk situasi . Prosentase lainnya sebesar 21 ,94% menyatakan ticlak memiliki penclapat, atau responclen ticlak begitu mengerti tentang tanggung jawab pemcla terhaclap isu yang acla. Kombinasi angka tersebut memperlihatkan bahwa kesungguhan Pemcla untuk memerangi KKN belum nampak clan ticlak clianggap serius oleh masyarakat
85
No
b. Sebagian besar responden (44,273) menyatakan bahwa mereka tidak memiliki pendapat, atau responden tidak begitu mengerti tentang tanggung jawab pemda terhadap isu yang ada. Pendapat ini disebabkan karena pemerintah setempat selama ini tidak memiliki program khusus untuk mensosialisasikan keputusan-keputusan yang telah dibuat DPRD clan pemda di kabupaten/kota secara menyeluruh. Keputusan-keputusan yang disosialisasikan hanya berkisar masalah regulasi umum, sementara aturanaturan yang lebih khusus terutama yang berkaitan dengan masalah intern Pemda, hanya menjadi kensumsi aparat pemerintah saja.
c. Bagi 31,423 responden, bupati sudah dianggap cukup responsiv terhadap usaha komersial, namun bagi 28,853 lainnya tidak puas atau tidak begitu senang dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dengan prosentase yang tidak terpaut jauh, 23, 72 responden menyatakan responden tidak memiliki pendapat, atau responden tidak begitu mengerti tentang tanggung jawab pemda terhadap isu yang ada. lni berarti sudah ada bagian masyarakat industri yang mendapatkan perhatian Bupati atas kegiatan komersialnya, namun sebagian besar lainnya tidak sehingga kinerja bupati tersebut hampir dirasa tidak ada.
d. Sebagian besar pendapat bersifat negatif dengan prosentase tertinggi sebanyak 40,913 menyatakan tidak puas dengan upaya pemerintah. lni berarti terdapat kesempatan berbeda yang diberikan Pemda pada industriindustri yang ada dalam pelelangan kontrak dengan muatan sarat KKN .
Usaha Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dalam Prosentase Tingkat sangat Efektivitas puas dan puas
1 memerangi korupsi dan meminimalisir kesempatan untuk 7,51% Sangat Tidak korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) Efektif
2 mempermudah akses masyarakat dalam memperoleh 16,40% Sangat Tidak informasi tentang keputusan-keputusan yang telah dibuat Efektif DPRD dan pemda di kabupaten/kota ini
3 aksesibilitas Bupati/walikota terhadap sektor komersiaV 31,42 3 Tidak Efektif industri dan seberapa responsive bupati/walikota terhadap kebutuhan sektor usaha di kabupaten/kota ini
4 memastikan keadilan pelayanan dan transparansi dalam 10,47 3 Tidak Ef ektif menyelenggarakan kontrak (apakah semua perusahaan memiliki kesempatan yang sama dalam hal kualifikasi dan memenangkan kontrak yang dibuka oleh kabupaten atau kota dan tidak dipengaruhi oleh sikap 'pilih kasih' atau KKN)
Masyarakat industri masih menganggap usaha Pemerintah Daerah dalam menjalankan Good Governace masih belum berhasil , hal ini nampak dari penilaian kepuasan kerja setelah ditaranfer kedalam tingkat efektivitas menunjukkan bahwa usaha Pemerintah Daerah Kabupaten dalam memerangi korupsi clan meminimalisir
86
kesempatan untuk korupsi, kolusi clan nepotisme (KKN) clan memperrnudah akses masyarakat dalam memperoleh inforrnasi tentang keputusan-keputusan yang telah dibuat DPRD clan pemda di kabupaten Garut masih belum memuaskan pada mayarakat industri , mereka masih belum merasakan manfaat dari usaha tersebut di atas , kedua kegiatan di atas masuk dalam katagori sangat tidak efektif.
Sedangkan usaha aksesibilitas Bupati/walikota terhadap sektor komersial/ industri dan seberapa responsive bupati/walikota terhadap kebutuhan sektor usaha di kabupaten/kota ini clan memastikan keadilan pelayanan clan transparansi dalam menyelenggarakan kontrak (apakah semua perusahaan memiliki kesempatan yang sama dalam ha! kualifikasi dan memenangkan kontrak yang dibuka oleh kabupaten atau kota dan tidak dipengaruhi oleh sikap 'pilih kasih' atau KKN) masuk dalam katagori tidak efektif , artinya masyarakat masih tidak puas dengan usaha yang selama ini dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Garut.
b. Pandangan masyarakat individu mengenai pelaksanaan Good Governance.
Tabel di bawah ini menunjukkan pendapat masyarakat individu mengenai kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
N Usaha Pemda dalam upaya puas dgn Tidak pu Tidak Tidak 0 optimal upaya as dgn melak her
dari Pemda upaya u-kan penda Pemda Pemda apa2 pat
bah kan memp er buruk situasi
1 memerangi korupsi dan 5,8% 5,4% 43% 24,8% 21% meminimalisir peluang (29) (27) (2 15) (124)
(105) korupsi, kolusi, dan neootisme (KKN)
2 membantu untuk me- 4,2% 6,6% 29 % 23,4% 36,8% mahami bgmn earn (21) (33) (145) ( 1 17) ( 184) memperoleh pendapat-an, bagaimana meren-canakan penggunaan uang, dan untuk apa saj a uang dibelanjakan
3 mempermudah akses 4,2% 46,6% 36 % 19,4% 35,8%
masyarakat terhadap (21) (23) (180) (97) (179) keputusan yang telah dibuat oleh DPRD dan pemda di wilayah ini
4 aksesibilitas Bu pa ti I 4,2% 11,4% 38,6% 18,2% 27,6%
Walikota untuk masya (21) (57) (193) (91) (138)
rakatnya clan respon-sivitas Bupati/Walikota
87
terhadap kebutuhan masyarakat di wilayah ini
Masyarakat individu menganggap Pemerintah daerah masih kurang berusaha memerangi korupsi dan meminimalisir peluang korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) , hal ini tercermin dari respon sebesar 43 3 yang menyatak mereka tidak puas dengan usaha pemerintah dan 24,8 3 menyatakan pemerintah makin memperparah keadaan .
Respon negatif dari masyarakat individu juga ditampilkan dimana usaha pemerintah kabupaten Garut dalam membantu untuk memahami bgmn cara memperoleh pendapatan, bagaimana meren-canakan penggunaan uang, dan untuk apa saja uang dibelanjakan ,29 3 menyatakan tidak puas dengan usaha yang dilakukan pemerintah dan 23,4 3 menyatakan pemerintah Kabupaten Garut tidak melakukan apa-apa.
Hampir sebagian dari responden merespon positif ( 46,6 %) usaha pemerintah Daerah kabuapten Garut untuk mempermudah akses masyarakat terhadap keputusan yang telah dibuat oleh DPRD dan pemda di wilayah ini, namun yang tidak puas juga cukup besar sebesar 36 %.
Aksesibilitas Bupati I Walikota untuk masyarakatnya dan responsivitas Bupati/Walikota terhadap kebutuhan masyarakat di Kabupaten Garut juga masih direspon negatif , 38,6 3 masyarakat merasa bahwa Bupati belum memberikan akses maupun respon seperti yang mereka harapkan.
Dengan kepuasan seperti yang diungkapkan di atas , maka tingkat efektivitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan Good Governance seperti di bawah ini :
No Usaha Pemda dalam 3 sangat Tingkat puas dan efektivitas puas
1 memerangi korupsi clan meminimalisir peluang 1 1,2 % Sangat korupsi, kolusi, clan nepotisme (KKN) Tidak Efektif
2 membantu untuk memahami bgmn cara 10,8% Sangat memperoleh pendapatan, bagaimana meren- Tidak Efektif canakan penggunaan uang, clan untuk apa saja uanq dibelaniakan
3 mempermudah akses masyarakat terhadap 50,8 % Cukup keputusan yang tel ah dibuat oleh DPRD clan Efektif pemda di wilavah ini
4 aksesibilitas Bupati I Walikota untuk masya 15,6 % Sangat rakatnya clan responsivitas Bupati/W alikota Tidak Ef ektif terhadap kebutuhan masvarakat di wilavah ini
Hanya usaha Pemda dalarn mempermudah akses masyarakat terhadap keputusan yang telah dibuat oleh DPRD dan pemda di wilayah ini di nilai cukup efektif , artinya masyarakat merasakan manfaat dari usaha tsb. Sedangkan untuk usaha memerangi korupsi dan meminimalisir peluang korupsi, kolusi , dan nepotisme (KKN), membantu untuk memaharni bgmn cara memperoleh pendapatan,
88
bagaimana meren-canakan penggunaan uang, clan untuk apa saja uang dibelanjakan clan aksesibilitas Bupati I Walikota untuk masya rakatnya clan responsivitas Bupati/Walikota terhadap kebutuhan masyarakat di wilayah ini di nilai masih sangat tidak ef ektif a tau sang at tidak bermanf aat bagi masyarakat.
4.2.3. Model Kewenangan dan Kelembagaan Struktur Organisasi Kabupaten Garut Untuk Masa Yang Akan Datang
Bentuk Organisasi Berdasarkan Perda Garut dan Kewenangan PP No.8/2003 Sebelum menyusun model kewenangan dan kelembagaan struktur organisasi
pada masa yang akan datang, terlebih dahulu pada bagian ini, akan dibentangkan terlebih dahulu berbagai model struktur organisasi, sebelum merumuskan model struktur organisasi daerah yang sifatnya predictable untuk organisasi masa depan Kabupaten Garut.
Model struktur kewenangan clan kelembagaan struktur organisasi Kabupaten Garut menurut Perda No.8 Tahun 2004, Perda No.9 Tahun 2004 dan Perda No. 12 Tahun 2004 sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
No
1
2 3 4 5
6 7
8 9 10 11
12 13 14 15
16 1 7 18 19
B tuk O en Tabet 14
· K b t G t rgamasasa a upa en aru Bidang Kewenangan Bentuk Organisasi (Berdasarkan Perda (Berdasarkan PP No.9/2003) No.8,9,12 Tahun 2004) Pertanian Kantor Pengembangan SOM Pertanian dan
Ketahanan Panqan Kelautan dan Perikanan Dinas Pertemakan, Perikanan dan Kelautan Pertambangan dan Energi Dinas Sumber Da;!la Kehutanan Dinas Kehutanan Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Penanaman Modal Koperasi dan Usaha Menenqah Dinas Koperasi dan Pasar Penanaman Modal Digabung dengan Perdagangan dan
Perindustrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kesehatan Dinas Kesehaten Pendidikan Dinas Pendidikan Kesejahteraan Sosial Digabung dengan Perdagangan dan
Perindustrian Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marqa Perhubunqan Dinas Perhubunqan Penqendalian Dampak Lingkunqan Badan Linqkunqan Hidup dan Kebersihan lnfokom Badan Pengelolaan Perpustakaan, Kearsipan,
lnformasi dan Telematika Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kesbanq dan Linmas BPM Kesbang dan Linmas Pemberdavaan Masvarakat Diqabunq denqan BPM Kesbanq dan Linmas Pendapatan Daerah Dinas Pendapatan
89
20 Administrasi Pemban�unan Umum Sekertariat Daerah 21 Administrasi Pemban�nan Umum Sekertariat Dewan 22 Litbang -
23 Perencanaan Baooeda 24 Pen�awasan Bawasda 25 Pendidikan dan Pelatihan -
26 Perpustakaan Digabung ke Badan Pengelolaan Perpustakaan, Kerasipan, Informasi dan Telematika
27 Kerasipan dan Dokumentasi Digabung ke Badan Pengelolaan Perpustakaan, Kerasipan, Informasi dan Telematika
28 Kependudukan Badan Keluarga Berencana, Kependudukan dan Catatan Sipil
29 Pelayanan Kesehatan Badan Pengelola HSU dr. Slamet
30 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Berdasarkan penagamat, ada sejumlah keuntungan clan kerugian yang akan dirasakan oleh Pemda Kabupaten Garut dalam menerapkan PP No.8/2003 . Adapun keuntungannya adalah sebagai berikut :
1 . Pola struktur organisasi perangkat daerah disusun berdasarkan kebutuhan nyata dan mengikuti strategi pencapaian visi clan misi masing-masing organisasi yang mengacu pada visi dan misi daerah
2. Dari aspek keuangan akan terjadi efisiensi, sehingga dana yang ada dapat dialokasikan kepacla sektor infrastruktur atau pelayamm public
3. Postur organisasi yang sifatnya flat, transparan, hirarki penclek dan clukungan SOM dalam merealisasikan clesentralisasi
4. Dari segi pelayanan, akan terjacli span control, institusional incoherency dalam satu unit sehingga acla efisiensi clan ef ektivitas dalam pelaksanaan pemerintahan yang baik
5. Partisipasi masyarakat makin luas clan melebar
Sementara itu, kerugian yang akan dirasakan jika PP No.8/2003 ticlak dilaksanakan adalah :
1 .
2.
3.
Mengabaikan kebutuhan nyata claerah karena terjacli kecenderungan organisasi perangkat daerah yang besar Terjacli inefisiensi karena gemuknya organisasi karena alokasi anggaran, DAU yang seharusnya digunakan bagi pembangunan clan pemeliharaan infrastruktur di keluarkan juga untuk membiayai belanja pegawai Postur organisasi yang melebar clan hirarkis, tidak transparan, dan dukungan SOM yang kurang memadai dalam merealisasikan desentralisasi
90
4. Dari segi pelayanan, kurangnya institusional incoherency, karena fungsi yang harus ditangani satu unit menjadi terbagi ke dalam beberapa unit, bahkan dapat mengakibatkan haromonisasi clan friksi dalam antar unit
5. Partisipasi masyaraka:t makin terbatas
Bentuk Organisasi Berdasarkan Perda Garut dan Kewenangan UU No.32/ 2004 Model kewenangan clan kelembagaan struktur organisasi berdasarkan UU
No.32/2004 dikaitkan dengan Perda No.8,9, clan 12 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :
No
1 .
2.
3.
4,
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1 1 .
12.
B t k O en u Tabel 15
· K b t G t rgamsasa a upa en aru Kewenangan Menurut Bentuk Organisasi Pasal 14 UU 32 Tahun (Berdasarkan Perda 2004 No.8,9 clan 1 1 ) Perencanaan clan Badan Perencanaan Pengendalian Pembangunan Daerah Pembanaunan Perencanaan, Pemanfaatan -
clan Pengawasan Tata Ruang Penyelenggaraan Kantor Satuan Polisi Ketertiban Umum clan Pamong Praja Ketenteraman Masyarakat Penyediaan Sarana clan Dinas Pekerjaan Umum Prasarana Umum Bina Marga Penanganan Bidang Dinas Kesehatan Kesehatan Badan Pengelola RSU dr.
Slam et Penyelenggaraan Dinas Pendidikan Pendidikan Penanggulangan Masalah Dinas Tenaga Kerja, Sosial Sosial clan Transmigrasi Pelayanan Bidang Dinas Tenaga Kerja, Ketenaqakerjaan Sosial clan T ransmigrasi Fasilitasi Pengembangan Dinas Koperasi clan Pasar Koperasi , Usaha Kecil Menengah (UKM) Pengendalian Lingkungan Badan Lingkungan Hid up Hidup clan Kebersihan Pelayanan Pertanahan Dinas Bangunan clan
Pemukiman Pelayanan Kependudukan Badan KB,
9 1
clan Catatan Sipil Kependudukan clan Catatan Sipil
13. Pelayanan Administrasi -Sekertaris Daerah Umum Pemerintahan
14. Pelayanan Administrasi Dinas Perindustrian, Penanaman Modal Perdagangan clan
Penanaman Modal 15. Penyelenggaraan -Dinas Pendapatan
Pelayanan Dasar Lainnya Daerah -Dinas Pariwisata clan Kebudayaan
-Dinas Perhubungan -Badan Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa clan
Perlindungan Masyarakat
-Badan Pengawasan Daerah -Badan Pengelolaan Perpustakaan,
Kearsipan, Inforrnasi dan
Telematika -Badan Kepegawaian Daerah
16. Urusan Kabupaten yang -Dinas Kehutanan bersifat pilihan : secara -Dinas Petemakan, nyata ada, untuk Perikanan clan Kelautan meningkatkan -Dinas Sumber Daya Air kesejahteraan masyarakat clan sesuai derigan KONDISI, Pertambangan KEKHASAN clan POTENSI -Dinas Tanaman Pangan, UNGGULAN daerah ybs Hortikultura clan
Perkebunan -Kantor Pengembangan SOM Pertanian clan
Ketahanan Pan�an
Dikaitkannya Perda No.8, 9, clan 12 tahun 2004 clengan UU No.32/2004 aclalah karena sampai clengan hari ini, Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur pedoman organisasi perangkat Daerah masih belum keluar, sehingga PP No.8/2003
92
secara normative hukum positif di Indonesia masih berlaku, karena itu juga Perda No.8, 9 clan 1 1 tahun 2004 yang dikeluarkan sebagai penyesuaian terhadap PP No.8/2004 juga masih berlaku, dengan demikian tidak ada perbedaan dalam bentuk organisasi yang berlaku di Kabupaten Garut, yang berbeda adalah jenis kewenangan yang diganti dengan istilah "urusan" dan jumlah "urusan" yang semakin sedikit karena di dalam UU No.32/2004 hanya mengklasifikasikannya clan tidak dirinci lebih lanjut oleh PP yang baru, yang belum juga dikeluarkan oleh pemerintah.
Model Struktur Kewenangan dan Kelembagaan Struktur Organisasi Kabupaten Ga rut
Dalam membuat sebuah model struktur organisasi daerah Kabupaten Garut yang berorientasi untuk masa yang akan datang, paling tidak harus mempertimbangkan tiga aspek, yaitu aspek yuridis, kebutuhan empiric (sosiologis) clan kajian akademik.
·
Pertimbangan Aspek Yuricl is Desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan, dari
pemerintahan pusat kepada daerah otonom dalam kerangka negara kesatuan. Berkaitan dengan itu, lahirlah UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah yang menganut asas desentralisasi, yang memberikan keleluasaan kepada daerah untuk membentuk kelembagaan organisasi berdasarkan kebutuhannya. UU No.22/1999 itu, kemudian ditindak lanjuti oleh Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 (PP No 84/2000) yang juga memberikan kekuasaan dan keluasan yang sangat besar kepada Pemerintah Daerah dalam menyusun clan menetapkan organisasi perangkat daerahnya. Dalam perkembangan implementasinya terdapat kecenderungan penafsiran berdasarkan selera atau keinginan dari masing-masing daerah. Kajian evaluatif dari tim l\ementerian Pendayagunaan Aparatur Negara clan Departemen Dalam Negeri, juga menemukan :
• fakta yang cenderung kuat dari pemerintah daerah dalam membentuk organisasi perangkat daerah yang terlalu "gemuk" clan kurang didasarkan pada kenyataan di daerah tersebut.
• terdapat kecenderungan pengambilan keputusan didasarkan pada pertimbangan yang kental secara politis ketimbang keputusan yang berdasarkan pertimbangan objektif, rasional, efisien clan efektif.
Lebih lanjut evaluasi oleh tim Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara clan Departemen Dalam Negeri itu menyebutkan dua kecenderungan tersebut, yaitu membawa pengaruh kepada efisiensi alokasi yang tersedia di masing-masing daerah. Semakin "gemuk"nya perangkat organisasi juga membuat semakin melebamya rentang kontrol (kendali) clan kurang terintegrasinya penanganan karena fungsi yang seharusnya ditangani dalam satu kesatuan unit harus dibagi ke sejumlah unit organisasi lainnya. Kondisi ini berpengaruh pada semakin tingginya disharmoni
93
bahkan konflik atau friksi antar unit organisasi akibat terdapatnya tarik menarik kepentingan atau kewenangan.
Berdasarkan temuan faktual dari hasil evaluasi tersebut, dirasakan perlu adanya penyempurnaan pengaturan perangkat organisasi pemerintah daerah yang dapat diharapkan menjadi organisasi yang solid clan mampu berperan sebagai institusi bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah, serta proses interaksi pemerintah antar pemerintah clan institusi daerah lainnya serta clengan masyarakat secara optimal. Karena itu, pemerintah kemuclian menyusun Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2003 (PP No.8/2003) tentang Kelembagaan clan Kewenangan Organisasi Daerah.
Lahirnya PP No. 8/2003 tentang Pecloman Organisasi Perangkat Daerah menunjukan agar pemerintah claerah clalam struktur organisasi atau birokrasinya ticlak lagi berorientasi pacla semakin besarnya struktur tetapi berorientasi pacla semakin banyaknya fungsi. T erbukti PP No.8/2003 ini membatasi jumlah maksimal 14 Dinas (tiga diantaranya clisesuaikan clengan kebutuhan daerah) dan 8 lembaga teknis pada setiap daerahnya.
UU No. 22/1999 itu, kemudian cliganti dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang secara prinsip memberikan keleluasaan kepacla claerah untuk membentuk kelembagaan organisasi yang sesuai dengan kebutuhkan.
Keleluasaan yang diberikan oleh UU No.32/2004 itu, masih memerlukan peraturan pelaksanaannya. T etapi peraturan pelaksanaan yang berbentuk Peraturan Pemerintah (PP) sampai dengan laporan penelitian ini masih merupakan rancangan yang tidak mungkin clijadikan dasar hukum, ketika akan membuat restrukturisasi organisasi . Belum aclanya PP yang mengatur lebih lanjut clari UU No,32/2004, mau ticlak mau untuk pecloman Pemda termasuk Garut harus berpedoman kepada Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pecloman Organisasi Perangkat Daerah, yang secara prinsip cenderung membatasi otoritas claerah clan cenclerung menyederhanakan (simplikasi) dengan pola seragam. Selain itu, PP No.8 tahun 2003 juga tidak jelas kriteria yang menjadi dasar skror atau pembobotannya.
Dari uraian di atas, clapat disimpulkan bahwa pertimbangan yuridis yang semestinya harus dipergunakan dalam rangka penataan organisasi claerah adalah Unclang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah clan Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2003 (PP No.8/2003) tentang Kelembagaan clan Kewenangan Organisasi Daerah.
Pertimbangan Aspek Kebutuhan Empirik Pertimbangan dari aspek yuridis tidak semata-mata menjacli satu-satunya
pertimbangan clalam melakukan perubahan kelembagaan organisasi pemerintah daerah, tetapi aspek kebutuhan empirik juga menjadi bagian yang penting clalam perubahan kelembagaan organisasi tersebut.
Aspek kebutuhan empirik perlu dipertimbangkan karena perkembangan perubahan demikian clinamik terjacli clalam kehidupan masyarkat, termasuk perkembangan wilayahnya.
94
Kebutuhan masyarakat terhaclap pelayanan clan ketersecliaan baik clalam kuantitatif maupun kualitatif yang harus clisecliakan oleh pemerintah claerah, seperti kebutuhan listrik, air, pengelolaan sampah, kelestarian lingkungan hiclup clan kebutuhan lain yang terus berkembang perlu segera cliatangani oleh pemerintah melaui peraturan perunclang-unclangan yang clapat memberikan kepastian clan jaminan pacla masyarakat.
Sejalan dengan semakin beragamnya kebutuhan empirik masyarakat, juga muncul berbagai permasalahan yang dari hari ke hari semakin besar clan tingkat kompleksitasnya semakin tinggi , itu semua memerlukan pengelolaan dan penanganan yang segera clan cepat clari pemerintah daerah. Karena itu cliperlukan birokrasi kelembagaan yang memiliki karaktersitik sebagaimana clinyatakan oleh Ron Ashkenas (dalam Baban Sopandi ddk, 2005 : 31) yaitu speed, flexibility, integration clan inovation.
Dalam konteks itu, penting untuk dipertimbangkan aspek kebutuhan empirik clan perubahan perilaku termasuk di clalamnya kelembagaan organisasinya, clalam melakukan penataan organisasi.
Pertimbangan Aspek Akademik Kompleksitas permasalahan yang muncul di tengah masyarakat nampaknya
menuntut pemerintah selaku pembuat clan juga pelaksana kebijakan-kebijakan untuk senantiasa mengkaji ulang terhadap kondisi yang acla (existing condition) . Hal ini menjadi sangat penting ketika arus perubahan dan intensitas tuntutan yang muncul khususnya dari masyarakat semakin meningkat.
Dalam konteks Indonesia saat ini, ketika tuntutan reformasi masuk ke segala aspek kehiclupan masyarakat dan ketatanegaraan, maka sudah menjadi keharusan bahwa organisasi atau kelembagaan pemerintah harus dikaji ulang khususnya yang berkaitan dengan lembaga-lembaga yang memberikan jasa layanan kepada publik. Dalam hal ini pengkajian harus diorientasikan pada upaya untuk semaksimal mungkin memberikan pelayanan yang efektif clan efisien clan sedapat mungkin memberikan clampak produktifitas bagi pihak yang dilayani . Dalam hal ini kritik dari Rainer Rohdewohld yang mengatakan bahwa reformasi birokrasi merupakan eiemen yang dilupakan dalam masa reformasi 12 harus menjadi pemicu bagi pemerintah untuk melihat apakah sudah ada upaya untuk melakukan pembaharuan kelembagaan dalam tubuh organisasi pemerintah.
Keberaclaan lembaga pemerintah memang sangat dipengaruhi baik oleh faktor internal organisasi maupun f aktor eksternal yang dalam hal ini adalah lingkungan dimana organisasi atau lembaga tersebut berada. Dengan clemikian upaya untuk pengembangan kelembagaan harus memperhatikan dua aspek tersebut yaitu kondisi internal dan ekstemal. Dalam hal ini tuntutan atau kebutuhan yang muncul dari internal lembaga/ organisasi, dan di lain pihak adanya tuntutan dari lingkungan akan dapat menjacli argumentasi-argumentasi bahwa lembaga yang
12 Rainer Rohdewohld, 2003, Decentralisation And The Indonesian Bureaucracy - Major Changes, Minor Impact, dalarn, Edward fupinal and Greg Fealy, Local Power and Politics in Indonesia, ISEAS, Singapore, hal. 260
95
bersangkutan harus dikaji untuk dikembangkan ke arah yang lebih efektif, efisien clan produktif.
Harus disadari pula bahwa "era otonomi" daerah di Indonesia saat ini diyakini memberikan peluang bagi terwujudnya good governance. Apalagi jika dibandingkan secara dikotomis dengan praktik sentralistik di masa lalu yang meminggirkan sebagian besar komponen rakyat, maka pelaksanaan otonomi daerah memiliki legitimasi clan justifikasi politik clan moral yang sangat kuat13 . Hal inilah yang sebenarnya juga menjadi faktor penclorong clan peluang bahwa perubahan dapat muncul clari tataran struktur pemerintahan di tingkat lokal untuk membangun sistem kelembagaan yang semakin responsif terhadap tuntutan yang muncul clari masyarakat, meskipun dalam banyak kasus masih ditemukan persoalan-persoalan yang berkaitan pada aspek responsivitas ini.
Berdasarkan pengalaman empiris lembaga-lembaga pemerintah yang lebih banyak diorientasikan dalam pemberian layanan publik (public services) pacla kenyataannya kurang dapat memberikan pelayanan publik dengan baik. Oleh karena itu, sejalan dengan tuntutan yang berkembang saat 1rn , maka penyempurnaan kelembagaan untuk memberikan layamm publik harus clitujukan pada aspek efisiensi, responsivitas, clan non-partisan14.
Aspek efisiensi ini mencakup perspektif clari penyedia maupun warga pengguna layanan. Kedua belah pihak tersebut sama-sama menginginkan pelayanan publik yang cepat, murah clan hemat energi . Aspek responsivitas menghendaki agar pelayanan publik mampu menjawab kebutuhan clan keinginan pengguna layanan. Sedangkan aspek non-partisan menghenclaki agar pemberian pelayanan publik tidak bersifat diskriminatif. Setiap warga negara mendapat akses yang sama untuk memperoleh pelayanan publik yang mereka butuhkan, clan diperlakukan secara sama dalam proses mendapatkan pelayanan publik tersebut.
Organisasi atau lembaga pemerintah memang harus senantiasa menjadi organisasi dengan sistem yang terbuka (open system organization) . Artinya harus senantiasa bersifat adaptif terhadap perkembangan clan perubahan yang terjadi di masyarakat. Beberapa karakteristis suatu organisasi/ lembaga yang bersifat terbuka yaitu, pertama, memberi penekanan pada lingkungan dimana organisasi tersebut berada. Hal ini merupakan perbedaan dengan para penganut manajemen klasik yang memberi sedikit perhatian pada lingkungan. Mereka memperlakukan organisasi dengan sistem yang lebih tertutup. Sebaliknya organisasi dengan sistem yang terbuka mempunyai keyakinan bahwa organisasi harus diselenggarakan dengan lingkungan. Kedua, organisasi dengan sistem terbuka mengasumsikan adanya keterkaitan yang erat diantara subsistem-subsistem yang ada. Ini mengandung pengertian bahwa unit-unit atau elemen yang ada dalam organisasi/ lembaga secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan clan saling berpengaruh (interrelated subsystems) . Ketiga, organisasi m1 memfokuskan pada upaya untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
13 Agus Dwiyanto (Ed), 2005, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, hal. 89. 14 Agus Dwiyanto, ibid, hal. 168 - 169.
96
sistem-sistem yang berbeda, disamping juga berupaya untuk mengidentifikasi clan mengeliminasikan potensi-potensi yang tidak memberikan fungsi15•
Pemikiran-pemikiran di atas, pada dasarnya juga ingin menghindari dari karakter organisasi birokrasi pemerintah yang sering kali dicirikan oleh ketidaklenturan dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perkembangan clan tuntutan yang terjadi di masyarakat clan lingkungannya sehingga menyebabkan tidak bisa secara cepat memberikan respon terhadap tuntutan masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pengembangan kelembagaan, yang dalam hal ini adalah organisasi pemerintahan, tidak akan lepas dari iklim politik yang berlaku pada masa tertentu. Dalam konteks ini iklim politik tentu saja akan sangat tergantung pada rejim yang sedang berkuasa. Hal ini cukup menjadi alasan untuk menjelaskan kenapa suatu lembaga harus dikembangkan, atau bahkan di lain pihak malah tidak dikembangkan. Kedua hal tersebut akan sangat tergantung dari argumentasiargumentasi yang lebih mengarah pada kepentingan-kepentingan yang dimiliki oleh elit-elit penguasa. Dengan demikian organisasi/lembaga pemerintah yang seharusnya menyediakan berbagai layanan-layanan kepada masyarakat dan yang dituntut untuk bisa berperilaku secara profesional akhimya harus melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kepentingan-kepentingan politik para elit politik yang juga menguasai seluruh struktur kelembagaan di birokrasi pemerintah.
Kondisi dimana lembaga-lembaga pemerintah bersifat kaku (tidak lentur) dan bahkan cenderung diwarnai oleh kepentingan politik {po/itidzed bureaucracy) memang nampak jelas terjadi pada masa pemerintatah Orde Baru. Namun ketika perubahan iklim politik terjadi secara fundamental, yang dalam hal ini mengarah pada upaya merealisasikan gagasan demokrasi secara lebih substansial, maka reformasi di sektor birokrasi menjadi suatu hal yang sangat dimungkinkan. Meskipun dalam skala yang signifikan perubahan-perubahan internal kelembagaan birokrasi pemerintahan juga masih menghadapi kendala. Seperti yang dikemukakan oleh Sadu Wasistiono, bahwa setelah terjadinya reformasi pada tahun 1997-1998, ternyata birokrasi merupakan sektor yang paling lamban berubahnya. Birokrasi selama ini merupakan pihak yang paling menikmati ketidakberesan dalam negara. 16
Namun demikian kesempatan untuk melakukan perubahan clan pembaharuan kelembagaan untuk masa kini sudah menjadi suatu hal yang sangat dimungkinkan, dan bahkan sudah menjadi keharusan.
Sebagaimana yang ditulis oleh David Osborne clan Ted Gaebler, bahwa perubahan orientasi harus dilakukan di jajaran pemerintah, yaitu bahwa pemerintah harus mendekatkan diri pada masyarakat (customers) melalui survey kebutuhankebutuhan ataupun pilihan-pilihan masyarakat melalui berbagai metode. 17 Pemahaman ini ingin menegaskan bahwa masyarakat harus menjadi pusat dari setiap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dengan harapan agar masyarakat
15 Gareth Morgan, 1986, Images of Organization, Sage Publication, London, hal. 44- 48. 16 Sadu Wasistiono, 2006, Kontribusi I/mu Administrasi Publik Dalam Menangani Permasa/ahan Bangsa, paper yang dipresentasikan dalam seminar "Kontribusi Perguruan Tinggi Dalam Menangani Pennasalahan Bangsa, FISIP - Unpar. 17 David Osborne dan Ted Gaebler, 1992, Reinventing Government, Addison-Wesly Publishing, Massachusetts.
97
semakin memperoleh dampak yang positif, yaitu kesejahteraan yang semakin meningkat. Pemahaman akan upaya memperbaiki citra lembaga pemerintahan semakin ditekankan ketika konsep tata pemerintahan yang baik (good governance) mulai diperkenalkan. Tentu saja munculnya konsep ini berangkat dari situasi sebelumnya dimana lembaga-lembaga pemerintah justru menunjukkan sifat yang tidak baik (bad governance) yang dicirikan dengan sifat lamban clan tidak reaktif, arogan, korup, birokratisme, boros, bekerja secara naluriah, enggan berubah, kurang berorientasi pada kepentingan publik. Sifat-sifat inilah yang kemudian ingin digantikan dengan good governance yang dicirikan dengan sifat proaktif, ramah clan persuatif, transparan, mengutamakan proses clan produk, proposional clan professional, bekerja secera sistemik, pembelajaran sepanjang hayat, menempatkan stakeholders clan shareholders ditempat utama18.
Sementara itu, pengembangan organisasi (organization development) harus diarahkan untuk :
• menghindari terjadinya pembentukan unit-unit kerja yang · menghambat efektivitas clan efisiensi,termasuk duplikasi tugas clan fungsi clan yang sekedar menampung pegawai tanpa tugas clan fungsi yang jelas
• menghindari terjadinya penyeragaman bentuk clan unit kerja yang tidak perlu tanpa memperhatkan kebutuhan clan analisis beban kerja yang sebenamya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, berikut dibawah ini akan disampaikan sebuah model struktur yang berorietasi kedepan. Na:rhun demikian sebelumnya, perlu diutaran bahwa sebuah model merupakan bentuk sederhana dari sebuah teori atau konsep yang lebih rumit clan kompleks. Berkaitan dengan itu, sebelum diuraikan sebuah model yang lebih rind, di bawah ini :
1a Sadu Wasistiono, op.c�.
98
Skema 2 : Model Prediksi Kelembagaan Organisasi
Pemda Kabupaten Garut Berdasarkan Pendekatan Sistem
INPUT • Model
Struktur Organisa si berdasark an kewenan gan yang ada
Sumber : Peneliti (2006)
Aspek Yuridis
PROSES
Aspek Sosiologis
Aspek Akademik
OUT PUT • Model Struktur Organisa si daerah (Prediksi
Umpan balik
_., OUT COME • Masukan /kaj ian
Perda tentang - Struktur
Organisasi - TUPOKSI
Dari model prediksi kelembagaan organisasi daerah di atas, berikut dibawah ini diuraikan secara lebih rind
Berdasarkan ketiga aspek sebagaimana yang telah diuraikan di atas (Yuridis : berdasarkan : UU No.32/2004, PP No.8/2003, Perda No.8,9, clan 12 Tahun 2004. Aspek Sosiologis : Efektivitas Tidaknya Organisasi. Kajian Akademik, maka model struktur organisasi yang direkomendasikan adalah sebagai berikut :
99
No Urusan (Kewenangan)
1 Pekerjaan Umum
2 Kesehatan
3 Pendidikan
Tabet 16 Model Struktur Organisasi Daerah
Masa Depan Kabupaten Garut Bentuk Alasan atau Dasar Bentuk Organisasi Organisasi vang disarankan Dinas Pekerjaan • Berdasarkan jumlah kewenangan Umum dan Bina Pekerjaan Umum cukup besar Marga karena terdapat 85 kewenangan
• Berdasarkan Model PP No.8/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Pekerjaan Umum bentuk organisasinya adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga
Dinas Kesehatan
Dinas Pendidikan
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan · dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Pekerjaan Um urn bentuk organisasinya Pekerjaan Umum
• Berdasarkan efektivitas organiasasi Dinas Pekerjaan umurn, menurut respond en industri efektif.
• Berdasarkan jumlah kewenangan Kesehatan kecil karena terdapat 29 kewenangan
• Berdasarkan Model PP No.8/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Kesehatan bentuk organisasinya adalah Dinas Kesehatan
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Penanganan Bidang Kesehatan bentuk organisasinya Dinas
• Berdasarkan efektivitas organiasasi Dinas Kesehatan, menurut responden individu cukuo efektif
• Berdasarkan jurnlah kewenangan Pendidikan cukup karena terdapat 46 kewenangan
• Berdasarkan Model PP No.8/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Pendidikan bentuk organisasinya adalah Dinas Pendidikan
1 00
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Penyelenggaraan Pendidikan bentuk organisasinya Dinas Pendidikan
• Berdasarkan ef ektivitas organiasasi Dinas Pendidikan, menurut responden individu efektif
4 Pertanian Dinas Pertanian • Berdasarkan jumlah kewenangan Pertanian sangat b�ar karena terdapat 14 7 kewenangan
• Berdasarkan Model PP No.8/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 clan 12 Tahun 2004, Kewenangan Pertanian bentuk organisasinya adalah · Kantor Pengembangan SDM dan Ketahanan Pangan
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Pertanian dalam bentuk organisasi tidak ada.
• Berdasarkan efektivitas organiasasi Dinas Pertanian, menurut responden individu Sangat tidak Efektif
5 Kehutanan clan Oinas • Berdasarkan jumlah kewenangan Perkebunan Kehutanan, Kehutanan clan Perkebunan sangat
Tanaman besar karena terdapat 109 Holtikultura clan kewenangan Perkebunan • Berdasarkan Model PP No.8/2004
yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Kehutanan bentuk organisasinya adalah Dinas Kehutanan
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 clan 12, Kewenangan kehutanan dalam bentuk organisasi tidak ada.
6 Perikanan clan Oinas • Berdasarkan jumlah kewenangan Kelau tan Peternakan, Perikanan clan Kelautan besar
Perikanan clan karena terdapat 99 kewenangan Kelau tan • Berdasarkan Model PP No.8/2004
yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 clan 12 Tahun 2004, Kewenanqan Perikanan clan
1 0 1
Kelautan bentuk organisasinya adalah Dinas Peternakan, Perlkanan dan Kelautan
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Perikanan dan Kelautan dalam bentuk organisasi tidak ada.
7 Petemakan Digabung • Berdasarkan jumlah kewenangan dengan Petemakan cukup karena terdapat Perikanan dan 69 kewenangan Kelautan menjadi • Berdasarkan Model PP No.8/2004 Din as yang dihubungkan dengan Perda Petemakan, No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Perikanan dan Kewenangan Petemakan bentuk Kelau tan organisasinya adalah
. Dinas
Peternakan, Perikanan, dan Kelau tan
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 clan 12, Kewenangan Peternakan dalam bentuk organisasi tidak ada.
8 Perhubungan Din as • Berdasarkan jumlah kewenangan Perhubungan Perhubungan besar karena terdapat
92 kewenangan • Berdasarkan Model PP No.8/2004
yang dihubungkan dengan Perda No.8, 9 clan 12 Tahun 2004, Kewenangan Perhubungan bentuk organisasinya adalah Dinas Perhubungan
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Penyelenggaraan Pelayanan Dasar Perhubungan bentuk organisasi Dinas Perhubungan
• Berdasarkan ef ektivitas organiasasi DUAJR , menurut responden industri Cukue Efektif
9 Perindustrian dan Dinas • Berdasarkan jumlah kewenangan Perdagangan Perindustrian, Perindustrian dan Perdagangan kecil
Perdagangan dan karena terdapat 40 kewenangan Penanaman Modal • Berdasarkan Model PP No.8/2004
yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Perindustrian clan
1 02
Perdagangan bentuk organisasinya adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Pelayanan Administrasi Modal bentuk organisasi adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal.
• Berdasarkan efektivitas organiasasi Dinas umum, menurut responden industri Efektif
10 Penanaman Digabung • Berdasarkan jumlah kewenangan Modal dengan Penanaman Modal sangat kecil
perindustrian dan karena terdapat 37 kewenangan perdagangan • Berdasarkan Model PP No.8/2004 menjadi Din as yang dihubungkan dengan Perda Perindustrian, No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Perdagangan Kewenangan Penanaman Modal dan bentuk organisasinya adalah Dinas Penanaman Perindustrian, Perdagangan dan Modal Penanaman Modal
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Pelayanan Administrasi Modal bentuk organisasi adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal.
• Berdasarkan efektivitas organisasi Dinas Perdagar.gan, Perindustrian, clan Penanaman Modal menurut responden individu Cukup Efektif
11 Lingkungan Bad an • Berdasarkan jumlah kewenangan Hid up Lingkungan Lingkungan Hidup kecil karena
Hid up clan terdapat 54 kewenangan Kebersihan • Berdasarkan Model PP No.8/2004
yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Lingkungan Hidup bentuk organisasinya adalah Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12,
1 03
KewenanganPengendalian Lingkungan Hidup bentuk organisasinya adalah Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan.
• Berclasarkan efektivitas organisasi Dinas Lingkungan Pembuangan air limbah, menurut responclen industri Sangat Efektif
12 Koperasi clan Din as Koperasi • Berclasarkan jumlah kewenangan UKM dan Usaha Kecil Koperasi dan UKM sangat kecil
Menengah karena terclapat 18 kewenangan • Berclasarkan Model PP No.8/2004
yang dihubungkan clengan Perda No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Kopera5i dan UKM bentuk organisasinya aclalah Dinas Koperasi dan Pasar
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang clihubungkan clengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Fasilitasi Pengembangan Koperasi clan UKM bentuk organisasinya aclalah Dinas Koperasi dan Pasar.
• Berclasarkan efektivitas organiasasi Dinas pasar, menurut responden individu Cukup Ef ektif
13 Ketenagakerjaan Din as Tenaga • Berclasarkan jumlah kewenangan clan Transmigrasi Kerja, Sosial, dan Ketenagakerjaan clan Transmigrasi
Transmigrasi besar karena terclapat 98 kewenangan
• Berclasarkan Model PP No.8/2004 yang clihubungkan dengan Percla No.8,9 clan 12 Tahun 2004, Kewenangan Ketenagakerjaan dan Transmigrasi bentuk organisasinya adalah Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi.
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Penaggulangan Masalah Sosial dan Pelayanan Biclang Ketenagakerjaan bentuk organisasi aclalah Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi.
• Berdasarkan efektivitas organisasi
1 04
Dinas Sosial, menurut responden individu Tidak Efektif
14 Pariwisata clan Dinas Pariwisata • Berdasarkan jumlah kewenangan Buda ya clan Kebudayaan Pariwisata clan Budaya sangat besar
karena terdapat 105 kewenangan • Berdasarkan Model PP No.8/2004
yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Periwisata dan budaya bentuk organisasinya adalah Dinas Pariwisata dan Kehudayaan
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 11, Kewenangan Penyelenggaraan Pelayanan Dasar Pariwisata dan Budaya bentuk organisasinya Dinas Pariwisata dan Kebudavaan
15 Sosial Digabung • Berdasarkan jumlah kewenangan dengan Tenaga Sosial Sangat Kecil karena terdapat kerja, social dan 24 kewenangan Transmigrasi • Berdasarkan Model PP No.8/2004 menjadi Din as yang dihubungkan dengan Perda Tenaga Kerja, No.8,9 clan 12 Tahun 2004, Sosial, dan Kewenangan sosial bentuk Transmigrasi organisasinya adalah digabung
dengan Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi
• Berclasarkan Model UL' No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 clan 12, Kewenangan sosial bentuk organisasinya Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi.
• Berdasarkan efektivitas organiasasi sosial menuriJt responden individu Tidak Efektif
16 Perrnukiman clan Dinas Bangunan • Berdasarkan jumlah kewenangan Bangunan clan Permukiman Permukiman daa Bangunan sangat
kecil karena terdapat 23 kewenangan
• Berdasarkan Model PP No.8/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 clan 12 Tahun 2004, Kewenangan Permukiman dan Bangunan dalam bentuk organisasinya Tidak ada
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda
1 05
No.8,9 clan 1 1 , Kewenangan Permukiman clan Bangunan bentuk organisasi aclalah Dinas Bangunan dan Permukiman
• Berclasarkan ef ektivitas organiasasi Dinas Bangunan clan Pemukiman menurut responclen inclustri Efektif
1 7 Pertambangan Kantor • Berclasarkan jumlah kewenangan dan Energi Pertambangan Pertambangan clan Energi sangat
clan Energi besar karena terdapat 143 kewenangan
• Berclasarkan Model PP No.8/2004 yang dihubungkan clengan Percla No.8,9 clan 12 Tahun 2004 dan berclasarkan Model UU No.32/2004 yang clihubungkan clengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Pertambangan dan Energi dalam bentuk organisasi tidak ada.
1 8 Penataan Ruang Digabung • Berclasarkan jumlah kewenangan dengan Bad an Penataan Ruang sangat kecil karena Perencanaan terclapat 14 kewenangan Daerah Bappecla • Berdasarkan Model PP No.8/2004
yang dihubungkan dengan Percla No.8,9 dan 1 1 Tahun 2004, Kewenangan Penataan runag dalam bentuk organisasinya Tidak ada
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 clan 12, Kewenangan Penataan Huang dalam bentuk organisasi tidak ada.
19 Kependudukan Bad an Keluarga • Berdasarkan jumlah kewenangan clan Keluarga Berencana, Kependuclukan dan Keluarga Berencana Kependudukan Berencana besar karena terdapat
clan Catatan Sipil 96 kewenangan • Berdasarkan Model PP No.8/2004
yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Kependudukan dan Keluarga Berencana bentuk organisasinya adalah Badan Keluarga Berencana, Kependudukan dan Catatan Sip ii
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yanq dihubunqkan clengan Perda
1 06
No.8, 9 dan 12, Kewenangan Kependudukan dan Kelurga Berencana bentuk organisasinya adalah Badan Keluraga
I • Berencana, Kependudukan dan Catatan Sipil.
" Berdasarkan efektivitas organiasasi Dinas umum, menurut responden individu Efektif
20 Perpustakaan Badan Pengelolaan • Berdasarkan jumlah kewenangan Urn um Perpustakaan, Perpustakaan Umum kecil karena
Kearsipan, terdapat 41 kewenangan lnfonnasi dan • Berdasarkan Model PP No.8/2004 Telematika. yang dihubungkan dengan Perda
No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Perpus'takaan Umum bentuk organisasinya adalah Badan Pengelolaan Perpustakaan, Kearsipan, lnfonnasi dan Telematlka.
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Perpustakaan Umum bentuk organisasinya adalah Badan Pengelolaan Perpustakaan, Kearsipan, lnfonnasi dan Telematika.
21 Kerasipan Oigabung dengan • Berdasarkan jumlah kewenangan Perpustakaan Umum Kearsipan sangat kecil karena menjadi Badan terdapat 4 kewenangan Pengelolaan • Berdasarkan Model PP No.8/2004 Perpustakaan, yang dihubungkan dengan Perda Kearslpan, No.8,9 dan 12 Tahun 2004, lnfonnasi dan Kewenangan Kearsipan bentuk Telematika. organisasinya adalah Badan
Pengelolaan Perpustakaan, Kearsipan, lnfonnasi dan Telematika.
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8, 9 dan 12, Kewenangan Kearsipan bentuk organisasinya adalah Badan Pengelolaan Perpustakaan, Kearsipan, lnfonnasi dan Telematika.
22 T elekomunikasi Oigabung dengan • Berdasarkan Model PP No.8/2004 dan lnformasi Perpustakaan Umum yanq dihubungkan dengan Perda
1 07
clan Kearsipan No.8,9 clan 12 Tahun 2004, menjadi Badan Kewenangan Telekomunikasi clan Pengelolaan lnformasi bentuk organisasinya Perpustakaan, adalah Badan Pengelolaan Kearsipan, Perpustakaan, Kearsipan, lnforrnasi dan lnfonnasi dan Telematika. Telematika. • Berdasarkan Model UU No.32/2004
yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 clan 11 , Kewenangan Telekomunikasi clan Informasi adalah Badan Pengelolaan Perpustakaan, Kearsipan, lnforrnasi dan Telematika.
23 Administrasi Sekretaris Dewan • Berdasarkan Model PP No.8/2004 Pembangunan yang dihubungkan dengan Perda Um urn No.8,9 clan 12 Tahun 2004,
Kewenangan Administrasi Umum bentuk organisasinya adalah Sekretaris Dewan
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 clan 11 , Kewenangan Administrasi Umum dalam bentuk organisasinva adalah tidak ada
24 Administrasi Sekretaris • Berdasarkan Model PP No.8/2004 Pelayanan Umum Daerah yang dihubungkan dengan Perda
No.8,9 clan 12 Tahun 2004, Kewenangan Pelayanan Umum bentuk organisasinya adalah Sekretaris Daerah
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 clan 11 , Kewenangan Administrasi Pelayanan Umum dalam bentuk organisasi tidak ada.
25 Litbang Kantor Lit bang, • Berdasarkan Model PP No.8/2004 Pendidikan clan yang dihubungkan dengan Perda Pelatihan No.8,9 clan 12 Tahun 2004,
Kewenangan Litbang dalam bentuk organisasinya tidak ada
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan litbang dalam bentuk organisasi tidak ada.
26 Perencanaan Bappeda • Berdasarkan Model PP No.8/2004 yang dihubungkan dengan Perda
1 08
No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Perencanaan bentuk organisasinya adalah Bappeda
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Perencanaan bentuk organisasinya adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
27 Pengawasan Bawasda • Berdasarkan Model PP No.8/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Pengawasan bentuk organisasinya adalah Bawasda
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Pengawasan bentuk organisasinya adalah Badan Pengawas Daerah
28 Pendidikan dan Oigabung • Berdasarkan Model PP No.8/2004 Pelatihan dengan Litbang yang dihubungkan dengan Perda
menjadi Kantor No.8,9 clan 12 Tahun 2004, Litbang, Kewenangan Pendidikan dan Pendidikan dan Pelatihan dalam bentuk Pelatihan organisasinya adalah tidak ada
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Pendidikan dan Pelatihan adalah Dinas Pendidikan
29 Bi dang Bad an • Berdasarkan Model PP No.8/2004 Kepegawaian Kepegawaian yang dihubungkan dengan Perda
Oaerah No.8,9 dan 12 Tahun 2004 bentuk organisasinya adalah Badan Kepegawaian Daerah
• Berdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, dalam bentuk organisasi Badan Kepegawaian Daerah
30 Pemuda dan Oigabung • Berdasarkan Model PP No.8/2004 Olah Raga dengan yang dihubungkan dengan Perda
Pemberdayaan No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Masyarakat Kewenangan Pemuda dan Olah Menjadi Bad an Raga dalam bentuk Pemberdayaan organisasinya adalah tidak ada Masyarakat, • Berdasarkan Model UU No.32/2004
1 09
Kesatuan Sangsa yang dihubungkan dengan Perda dan No.8,9 dan 11 , Kewenangan Perlindungan Pemuda dan Olahraga dalam Masyarakat bentuk ornanisasi tidak ada.
31 Pemberdayaan Digabung • Serdasarkan Model PP No.8/2004 Perempuan dengan yang dihubungkan dengan Perda
pemberdayaan No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Masyarakat Kewenangan Pemberdayaan menjadi Sadan Perempuan dalam bentuk Pemberdayaan organisasinya adalah Badan Masyarakat, Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Sangsa Kesatuan Bangsa dan dan Perllndungan Masyarakat Perlindungan • Serdasarkan Model UU No.32/2004 Masyarakat yang dihubungkan dengan Perda
No.8,9 dan 12, Kewenangan Pemberdayaan Perempuan bentuk organisasi adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat.
32 Ketertiban dan Kantor Sa tu an • Serdasarkan Model PP No.8/2004 Kearn an an Polisi dan yang dihubungkan dengan Perda
Pamong Praja No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kewenangan Ketertiban dan Keamanan dalam bentuk organisasinya adalah tidak ada.
• Serdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Ketertiban dan Kemanan bentuk adalah Kantor Satuan Polisi Pamong Praja.
33 Perkuburan dan Sadan • Serdasarkan Model PP No.8/2004 Kebersihan Lingkungan yang dihubungkan dengan Perda
Hid up dan No.8,9 dan 12 Tahun 2004, Kebersihan Kewenangan Perkuburan dan
Kebersihan dalam bentuk organisasinya tidak ada
• Serdasarkan Model UU No.32/2004 yang dihubungkan dengan Perda No.8,9 dan 12, Kewenangan Perkuburan dan Kebersihan dalarn bentuk organisasi adalah Badan Lingk.ungan Hidup dan Kebersihan.
Sumber : Peneliti (2006)
1 1 0
Dari hasil analisi diatas, dapat disimpulkan bahwa model prediksi kelembagaan organisasi di Kabupaten Garut untuk masa yang akan datang adalah :
Organisasi Bentuk Dinas Jumlah 13 Dinas, terdiri dari :
1 . Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga 2. Dinas Kesehatan 3 . Dinas Pendidikan 4. Dinas Pertanian 5. Dinas Kehutanan, Tanaman Holtikultura dan Perkebunan 6. Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan 7. Dinas Perhubungan 8. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal 9. Dinas Tenaga Kerja, Sosial, dan Transmigrasi
10. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 1 1 . Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 12. Dinas Bangunan dan Permukiman 13. Dinas Pendapatan
Organisasi Bentuk Badan Jumlah 6 Badan. Terdiri dari : 1 . Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan 2. Badan Perencanaan Daerah 3. Badan Keluarga Berencana, Kependudukan clan Catatan Sipil 4. Badan Pengelolaan Perpustakaan, Kearsipan, informasi, dan Telematika 5. Badan Pemberclayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa clan Perlinclungan
Masyarakat 6. Badan Pengawas Daerah 7. Baclan Kepegawaian Daerah
Organisasi Bentuk Kantor Jumlah 3 Kantor. Tercliri clari : 1 . Kantor Penelitian Pengembangan, Penclidikan, dan Pelatihan 2. Kantor Pertambangan dan Energi 3. Kantor Kesatuan Palisi Pamong Praja
Sekretaris Dewan clan Sekertariat Daerah
4.2.3. 1 . Struktur Organisasi Kabupaten Garut Masa Yang akan Datang Secara kongkrit prediksi model organisasi di atas, ditindak lanjuti dengan
pembentukan Organisasi Dinas Daerah. Aclapun yang dimaksud clengan Organisasi Daerah berda5arkan Perda tersebut adalah :
1 1 1
DINAS Dinas Pendidikan. Struktur Organisasi Dinas Pencliclikan tercliri clari :
Kepala Dinas
Bagian Tata Usaha, membawahi : 1 . Subbagian Umum 2. Subbagian Keuangan .
Bldang Pendldlkan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar, membawahi : 1 Seksi Pencliclikan Pra Sekolah 2. Seksi Pencliclikan Sekolah Dasar.
Bldang Pendldlkan Menengah, membawahi : 1 . Seksi Pencliclikan Lanjutan Pertama 2 . Seksi Pencliclikan Menengah Umum clan Kejuruan
Bldang pendldlkan Luar Sekolah dan Pemuda membawahi : 1 Seksi Pencliclikan Luar Sekolah 2 Seksi Kepemuclaan.
Bldang Pendidikan Olah Raga dan Seni, membawahi : 1 . Sek'iSi Olah Raga da Seni Pelajar 2. Sek5i Olah Raga Masyarakat
Dinas Kesehatan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan terdiri clari :
Kepala Vinas
Bagian Tata Usaha, membawahi : 1 . Subbagian Umum 2. Subbagian Keuangan.
Bidang Pembinaan Kesehatan Keluarga, membawahi : 1 . Seksi Pembinaan Gizi clan Usia Lanjut 2 . Seksi Pembinaan Kesehatan lbu, Bayi clan Anak.
Bldang Pelayanan Kesehatan, membawahi : 1 . Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar clan Rujukan 2. Seksi Perizinan Sarana clan Promosi Kesehatan.
1 12
Bidang Pemberantasan Penyakit Menular, membawahi : 1 . Seksi Pencegahan dan Pengamatan Penyakit 2. Seksi Pemberantasan Penyakit.
Bidang Penyehatan Lingkungan, membawahi : 1 . Seksi Pengawasan Kualitas Lingkungan 2. Seksi Peningkatan Kualitas Lingkungan.
Dinas Perhubungan Struktur Organisasi Dinas Perhubungan terdiri dari :
Kepala Dinas
Bagian Tata Usaha membawahi : 1 . Subbagian Umum 2. Subbagian Keuangan.
Bidang Bina Teknis, membawahi : 1 . Seksi smvey clan Pengolahan Data 2 . Seksi Perencanaan
Bidang lalu lintas membawahi : 1 . Seksi Manajemn dan Rekayasa Lalu lintas 2. Seksi Pengawasan dan Bimbingan Keselamatan
Bidang Teknis sarana, Pos dan Telekomunikasi, membawahi : 1 . Seksi Perbengkelan 2. Seksi Perizinan Pos clan Telekomunikasi .
Bidang Angkutan, membawahi: 1. Seksi Angkutan dalam Kabupaten 2 . Seksi Angkutan Antar Kota dan Barang.
DINAS PENDAPATAN Struktur Organisasi Dinas Penclapatan terdiri clari : Kepala Dinas Bagian Tata Usaha membawahi : 1 . Subbagian Umum 2. Subbagian Keuangan.
Bidang Perencanaan dan Pengendalian, membawahi : 1 . Seksi Perencanaan 2. Seksi Evaluasi dan Pelaporan.
1 1 3
Bldang Penddaftaran, Pendataan dan Penetapan membawahi : 1 . Seksi Penclaftaran clan Penclataan 2. Seksi Penetapan
Bldang Penaglhan dan Pembukuan membawahi : 1 . Seksi Penagihan 2. Seksi Pembukuan
Bldang Hasll Pajak dan Bukan Hasll Pajak, membawahi : 1 . Seksi Bagi hasil pajak 2. Seksi Bagi hasil Bukan Pajak
Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Struktur organisasi Pekerjaan Umum Bina Marga tercliri clari :
Kepala Dlnas
Baglan Tata Usaha membawahi : 1 . Subbagian Umum 2. Subbagian Keuangan.
Bldang Bina Teknik membawahi : 1. Seksi Perencanaan jaJan clan jembatan 2. Seksi Survei clan Pengolahan Data
Dinas Bangunan dan Permukiman Struktur Organisasi Dinas Bangunan clan Permukinan tercliri clari :
Kepala Dinas
Baglan Tata Usaha membawahi : 1 . Subbagian Umum 2. Subbagian Keuangan
Bldang Bina Teknik, membawahi : 1 . Seksi T eknik Perenacanaan bangunan 2 . Seksi Teknik Perencanaan air Bersih clan Lingkungan permukiman
Bidang Bangun, membawahi : 1 . Seksi penagwasan dan perijin 2. Seksi Tata bangunan
1 14
Bidang Permukiman, membawahi : 1 . Seksi Air bersih clan Penataan Lingkungan 2. Seksi Permukiman
Bidang penataan Kota dan desa membawahi : 1 . Seksi Penataan Kota 2. Seksi Penataan Desa
Dinas Kehutanan dan Tanaman Holtikultura Perkebunan Struktur Organisasi Dinas Kehutanan clan Tanaman Holkitikultura Perkebunan
clari :
Kepala Dinas
Bagian Tata Usaha membawahi : 1 . Subbagian Umum 2. Subbagian Keuangan.
Bidang Pengelolaan Padi don Palawija, membawahi : 1 .Seksi Pengelolaan Pacli 2 .Seksi Pengelolaan Palawija
Bidang Pengelolaan Holtikultura, membawahi : 1 .Seksi Pengelolaan Sayuran clan Taman Hias 2 .Seksi Pengelolaan Buah-buahan clan aneka Tanaman
Bidang Pengelolaan Tanaman Semusim Perkebunan , membawahi : 1 .Seksi Intensifikasi clan Penataan Lahan 2.Seksi Pengelolaan Tanaman Semusim
Bidang Pembinaan Sumber Daya Hutan dan Masyarakat, membawahi : 1 .Seksi Inventarisasi clan Penatagunaan Hutan 2.Seksi Pemberclayaan Masyarakat
Bidang pengembangan dan rehabilitasi Hutan , membawahi : 1 .Seksi rehabilitasi 2 .Seksi pengembangan Bucli claya
Bidang Pengamanan dan Penyuluhan, membawahi : 1 .Seksi Pengamanan clan Perlinclungan 2.Seksi Penyuluhan
1 1 5
Bldang pemanfaatan dan Usaha Hasll Hutan, membawahi : 1 .Seksi Kelembagaan clan Kemitraan 2.Seksi Sarana Procluksi clan Pemasaran
Dinas Petemakan, Perikanan dan Kelautan Struktur Organisasi Dinas Pertemakan, Perikanan clan Kelautan tercliri clari :
Kepala Dinas
Bagian Tata Usaha membawahi : 1 . Subbagian Umum 2. Subbagian Keuangan .
Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyaraka� Veteriner, membawahi : 1 .Seksi Kesehatan clan Kesehatan Masyarakat Veteriner 2 .Seksi Kesehatan Potensi dan Usaha Peternakan
Bidang Perternakan, membawahi : 1 .Seksi Procluksi T emak 2 .Seksi Pembibitan Ternak
Bldang Perikanan, membawahi : 1 .Seksi Perikanan Bucliclaya 2 .Seksi Perikanan Tangkap
Bldang Kelautan, membawahi : 1 .Seksi Eksplorasi clan Eksploitasi Kelautan 2.Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Kelautan
Dinas Koperasi, UKM dan Pasar Struktur Organisasi Dinas Koperasi clan Pasar tercliri clari :
Kepala Dinas
Bagian Tata Usaha membawahi : 1 . Subbagian Umum 2. Subbagian Keuangan.
Bldang Koperasi, membawahi : 1 .Seksi Kelembagaan clan Pengembangan Usaha 2.Seksi Fasilitas Permodalan clan Simpan Pinjam
1 1 6
Bldang Pasar, membawahi : 1 . Seksi Penclapatan 2.Seksi Kebersihan clan Keamanan
Bldang Usaha Kecll dan Menengah, menmbawahi : 1 . Seksi Usaha Kecil 2.Seksi Usaha Menengah clan Baitul Mal Wal Tanwil
Bldang Sarana dan prasarana, membawahi : 1 . Seksi Sarana 2. Seksi Prasarana
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Struktur Organisasi Dinas Pariwisata clan Kebuclayaan tercliri clari :
Kepala dlnas
Bagian Tata Usaha membawahi : 1 .Subbagian Umum 2 .Subbagian Keuangan.
Bidang Produk Wisata, membawahi : 1 .Seksi Sarana, Prasarana Objek clan claya Tarik Wisata 2 .Seksi Pelayanan Kepariwisataan clan Perij inan
Bldang Kebudayaan, membawahi : 1 .Seksi Musium clan Purbakala 2 .Seksi Sejarah clan Nilai Traclisional
Bldang Kesenian, membawahi : 1 .Seksi Kelembagaan clan Sumber Daya 2.Seksi Pengembangan clan Kreativitas
Bldang Pemasaran Wlsata, membawahi : 1 .Seksi Promosi Wisata 2 .Seksi Atraksi Wisata
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Struktur Organisasi Dinas Perinclustrian, Perclagangan clan Penanman Modal tercliri clari :
Kepala Dinas
Bagian Tata Usaha membawahi :
1 1 7
1 .Subbagian Umum 2.Subbagian Keuangan.
Bldang Perencanaan dan Pengendallan, membawahi : 1 .Seksi Perencanaan 2.Seksi Pengendalian
Bldang Perlndustrlan, membawahi : 1 .Seksi Industri Hasil Perkebunan an Kehutanan 2.Seksi Industri Pangan, Mesin, Kimia clan Aneka
Bldang Penanaman Modal membawahi : 1 .Seksi Penanman Modal dalam Negeri 2.Seksi Penanman Modal asing
Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Struktur Organisasi Dinas Tenaga Kerja, Sosial clan Transmigrasi terdiri dari :
Kepala Dlnas
Bagiun Tata Usaha membawahi : 1 .Subbagian Umum 2.Subbagian Keuangan.
Bidang Tenaga Kerja membawahi : 1 .Seksi Penempatan Tenaga Kerja 2.Seksi Industrial
Bldang Sosial membawahi : 1 .Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan partisipasi sosial 2.Seksi Pelayanan clan rehabilitasi sosial
Bidang Transmigrasl, membawahi : 1 .Seksi Pengerahan Calon Transmigrasi 2.Seksi Pemberdayaan Transmigrasi
Bidang perencanaan dan pengendalian, membawahi ; 1 .Seksi perencanaan 2.Seksi Monitoring
Setiap Dinas dapat dibentuk UPTD dan Kelompok Jabatan Fungslonal
1 1 8
Badan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Struktur Organisasi Baclan Perencana Pembangunan Daerah tercliclri clari :
Kepala Badan
Bagian Tata Usaha, membawahi : 1 .Subbagian Umum 2.Subbagian Keuangan
Bidang Agama dan sosial Budaya, membawahi : 1 .Sub biclang agama, pencliclikan, pemucla clan olah raga 2.Sub biclang pemerintahan 3.Sub biclang Kesehatan, Kesejahteraan Rakyat clan Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Ekonomi, membawahi ; 1 .Sub biclang Pertanian clan Kehutanan 2.Sub bidang Industri , Perclagangan Koperasi clan Pariwisata 3.Sub biclang Pengembangan Dunia Usaha clan Keuangan Daerah
Bidang Penelitian, Monitoring dan evaluasi, membawahi : 1 .Sub biclang penelitian 2 .Sub biclang Monitoring clan pelaporan 3.Sub bidang Evaluasi Publikasi dan dokumentasi
Bidang Tata Huang Prasarana Daerah Sub bidang Tata Huang dan Tata guna Tanah Sub bidang Prasarana Daerah clan Perhubungan Sub bidang Sumber Daya Air Pertambangan clan Lingkungan hidup
Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Struktur Organisasi Baclan Pengawas Daerah tercliclri clari :
Kepala Badan
Bagian Tata Usaha Membawahi : 1 .Subbagian Umum clan perlengkapan 2.Subbagian Perencanaan Evaluasi dan pelaporan
Bidang Aparatur dan Pemerintahan, membawahi : 1 .Subbidang aparatur 2.Subbidang Pemerintahan
1 1 9
Bldang Kesejahteraan Soslal, memabawahi : 1 .Subbidang Kesejahteraan Sosial clan Lingkungan Hidup 2.Subbidang Pendidikan, Kebudayaan clan agama
Bldang perekonomlan dan pendapatan, membawahi ; 1 .Subbidang Perekonomian 2.Subbidang Pendapatan clan Kekayaan
Badan Pemberdayaan Masayarakat dan Linmas Struktur Organisasi Badan Perencana Pembangunan Daerah terdidri dari :
Kepala Badan
Baglan Tata Usaha Membawahi : 1 .Subbagian Umum 2.Subbagian Keuangan
Bidang Ketahan Masyarakat Desa dan Kelurahan, membawahi ; 1 .Subbidang Kelembagaan fn Pemberdayaan Sumber Daya Desa clan Kelurahan 2.Subbidang Pembangunan Desa clan kelurahan
Bidang Pemberdayaan Perempuan, membawahi : 1 .Subbidang Kesetaraan clan keadilan Gender 2.Subbidang Pembinaan O::ganisasi Perempuan
Bidang usaha Ekonomi Desa dan Kelurahan, membawahi ; 1 .Subbidang Manajemen Pengembangan Usaha Ekonomi Desa clan
Kelurahan 2.Subbidang Pengembangan Teknologi Tepat guna
Bidang Kesatuan Bangsa dan perlindungan Masyarakat, membawahi : 1 .Subbidang Pengkajian Masalah Strategis clan Kesatuan Bangsa 2.Subbidang Perlindungan Masyarakat
Badan Perpustakaan dan Pengelola Kearsipan, lnformasi dan Telematika Struktur Organisasi Badan Perencana Pembangunan Daerah terdidri dari :
Kepala Badan
Baglan Tata Usaha Memabawahi : 1 .Subbagian Umum 2.Subbagian Keuangan
1 20
Bidang Perpustakaan, membawahi : 1 .Subbiclang Pengaclaan clan pengolahan Bahan Pustaka 2.Subbiclang Layanan clan pembinaan Perpustakaan
Bidang Kearsipan, membawahi : 1 .Subbiclang Akuisisi clan Penataan 2.Subbiclang Pengaqaan Sarana clan pengolahan Kearsipan
Bidang lnformasi dan Telematika, membawahi : 1 .Subiclang Informasi 2.Subbiclang Telematika
Badan Keluarga Berencana, Kependudukan dan Catatan Sipil Struktur Organisasi Sadan Perencana Pembangunan Daerah terdiclri dari:
Kepala Badan
Bagian Tata Usaha Membawahi : 1 .Subbagian Umum 2.Subbagian Keuangan
Bidang Keluarga Berencana, membawahi : 1 .Subbidang Jaminan Pelayanan 2.Subbiclang Pembinaan Institusi Masyarakat, Komunikasi , Informasi clan
eclukasi
Bidang Keluarga Sejarahtera, membawahi : 1 .Subbiclang Pembinaan Ketahanan clan pemberclayaan keluarga 2.Subbiclang Informasi Kepencluclukan clan Keluarga
Bidang Kependudukan, membawahi : 1 .Subbiclang Pcnclaftaran clan penclataan Penclucluk 2.subbiclang lnformasi clan pengawasan penclucluk
Bidang Catatan Sipil, membawahi : 1 .Subbiclang pencatatan 2.Subbiclang Dokumentasi
1 2 1
Badan lingkungan Hidup dan Kebersihan Struktur Organisasi Baclan Perencana Pembangunan Daerah tercliclri clari :
Kepala Badan
Baglan Tata Usaha Memabawahi : 1 .Subbagian Umum . 2.Subbagian Keuangan
Bidang Lingkungan Hidup, membawahi ; 1 .Subbiclang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan 2.Subbiclang Hubungan Kelembagaan
Bidang Keberslhan, membawahi ; 1 .Subbiclang Pembinaan clan pengenclaJian Kebersihan 2.Subbiclang Pengaclaan clan Pemeliharaan sarana dan prasarana
Kebersihan
Bidang Pengawasan dan Pengendalian, membawahi : 1 .Subbiclang Pengenclalian 2.Subbiclang Pengawasan Lingkungan
Badan Kepegawaian Daerah Struktur Organisasi Baclan Perencana Pembangunan Daerah tercliclri clari :
Kepala Badan
Baglan Tata Usaha Memabawahi : 1 .Subbagian Umum 2.Subbagian Keuangan
Bidang Umum Kepegawalan, meliputi : 1 .Subbiclang Pengembangan clan Kesejahteraan Pegawai 2.Subbiclang Data, Formasi clan Pengadaan Pegawai
Bidang Mutasl Kepegawaian, meliputi : 1 .Subbiclang Mutasi pangkat clan Pensiun 2.Subbiclang Mutasi Pegawai
etiap Baclan, jika cliperlukan clapat membentuk Kelompok Jabatan Fungslonal
1 22
Kantor Kantor Sumber Daya Air dan Pertmbangan Struktur Organisasi Kantor Sumber daya Air clan Pertambangan terdiri dari :
Kepala kantor
Bagian Tata Usaha membawahi : 1 . Subbagian Umum 2. Subbagian Keuangan.
Bidang Penelitian dan Pengolahan Data, membawahi : 1 . Seksi Penelitian an pengolahan data 2. Seksi Perencanaan urnum
Bidang Bina Teknik dan Manfaat sumber Daya Air dan lrlgasi, membawahi : 1 . Seksi Operasi clan Pemeliharaan 2. Seksi perijinan, Pembinaan clan rancang Bangun
Bidang konservasl dan Pengembangan Sumber Daya Air, membawahi : 1 . Seksi KonseIVasi
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Struktur organisasinya terdri dari Kepala Kantor yang membawahkan :
Sub Bagian Tata Usaha Seksi Program dan pelaporan Seksi Pengenclalian clan Operasional Seksi Pengembangan Kapasitas
Kantor Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Struktur oraganisasinya terdiri clari Kepala Kantor, yang membabawahi : • Sub bagian Tata Usaha • Biclang Penelitian • Bidang Pencliclikan clan Pelatihan
Sekertariat Daerah (Sekda) Selain pembentukan organisasi kelembagaan claerah yang berbentuk clinas,
baclan, clan kantor yang masing-masing dilengkapi dengan unit pelaksana teknis claerah (UPTD) clan kelompok jabatan fungsional, kelembagaan daerah juga meliputi sekertariat claerah (SEKDA) yang clibentuk berclasarkan Percla Kabupaten Garut No. 7 tahun 2004 tentang Pembentukan Organisasi Sekertariat Daerah clan Sekertariat Dewan perwakilan Rakyat Daerah kabupaten Garut, yang merupakan penyesuaian atas PP No. 8 tahun 2003 tentang Pecloman Organisasi Perangkat Daerah.
12�
Sekertariat Daerah merupakan unsur pembantu pimpinan pemerintah daerah, dipimpin oleh seorang Sekertaris Daerah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati.
Sekertariat Daerah mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintah, administrasi, organisasi dan tata laksana serta memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat daerah.
Dalam melaksanakan tugasnya sekeratriat daerah mempunyai fungsi : a. pengkoordinasian b. perumusan kebijakan pemerintah daerah c. penyelenggaraan administrasi pemerintahan d. pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana
pemerintah daerah e. pelaksanaan tugas yang cliberikan bupati
Seclangkan struktur Organisasi Sekertariat Daerah tercliri clari : Asisiten I yang membawahi : Bagian Pemerlntahan, membawahi : 1 .Subbagian Tata Praja 2.Subbagian Otonomi Daerah clan Kerjasama 3.Subbagian Pertanahan
Bagian Pemerintahan Desa, membawahi : 1 . Subbagian Tata Pemerintahan Desa 2. Subbagian Aparatur Pemerintahan Desa 3. Subbagian Penclapatan dan Kekayaan Desa
Bagian Hukum dan HAM membawahi : 1 . Subbagian Pengembangan Hukum clan Perunclang-Unclangan 2. Subbagian Bantuan Hukum clan HAM 3. Subbagian Jaringan Dokumentasi lnformasi Hukum
Bagian Organisasi, membawahi : 1 . Subbagian Kelembagaan 2. Subbagian Ketatalaksanaan 3. Subbagian Analisis Formasi Jabatan Asisiten II membawahi : Bagian Perekonomian, membawahi : 1 . Subbagian Sarana Perekonomian 2. Subbagian Sarana Produksi 3. Subbagian Perusahaan Daerah
1 24
Bagian Keagamaan dan Kesejahteraan Rakyat, membawahi : 1 . Subbagian Keagamaan 2. Subbagian Kesejahteraan Rakyat 3 . Subbagian Pendidikan, Kepemudaan, Pemberdayaan Perempuan clan Olah raga
Bagian Pembangunan, membawahi : 1 .Subbagian Penyusunan Program 2.Subbagian Pengendalian 3.Subbagian Pelaporan
Asisiten III membawahi : Bagian Umum, membawahi 1 . Subbagian Tata Usaha 2. Subabgian Urusan Dalam 3 . Subagian Protokol
Bagian Humas, membawahi : 1 . Subbagian Pemberitaan 2. Subbagian Publikasi dan dokumentasi 3. Subbgian Sandi dan Telekomunikasi
Bagian Perlengkapan, membawahi ; 1 . Subbagian Analisa dan Pengadaan 2. Subbagian Inventarisasi Aset Daerah 3. Subbagain Pemeliharaan dan Distribusi
Bagian Keuangan, membawahi : 1 .Subbagian Anggaran 2.Subabgian Pembukuan 3.Subbagian Perbendaharaan 4.Subbagian Belanja Pegawai
Kecamatan dan Ke!urahan Meskipun tidak diraikan di atas sebelumnya yang berkaitan dengan
Kecamatan dan Kelurahan, tetapi sebagai pelengkap di bawah ini di uraikan struktur organisasi kecamatan dan kelurahan
Kecamatan PP No.8/2003 menetapkan kecamatan sebagai perangkat daerah, tetapi tidak
mengatur kejelasan atau kepastian mengenai status organisasi kecamatan atau kelurahan. Kepastian status apakah masuk dalam kelompok staf (sekertariat daerah), unsur lini (dinas daerah) atau unsur lembaga teknis daerah.
Menurut Perda Garut No. 1 1 Tahun 2004, di Kabupaten Garut terdapat 42 kecamatan, dengan struktur organisasi kecamatan terdiri dari :
1 25
1 . Camat 2 . Sekertariat 3 . Seksi Pemerintahan 4. Seksi Ekonomi dan Pembangunan 5. Seksi Ketentraman dan Ketertiban 6. Seksi Pendidikan dan Kesehatan 7. Seksi Sosial clan �esejahteraan Rakyat 8. Kelompok Jabtan Fungsional
Kelurahan Sementara itu, menurut Perda Garut No. 1 1 Tahun 2004, di Kabupaten Garut terdapat 19 kelurahan yang dibentuk, dengan struktur organisasi terdiri dari : 1 . Lurah 2. Sekertariat 3 . Seksi Pemerintahan 4. Seksi Pembangunan 5. Seksi Kemasyaraakatan 6. Kelompok Jabatan Fungsional
4.2.3.2. TUGAS POKOK, DAN FUNGSI ORGANISASI KABUPATEN GAR UT
Berikut di bawah ini adalah tugas, pokok clan fungsi dari dinas, badan, kantor, kecamatan dan kelurahan
126
No Dinas 1 Pertanian
Tabel 1 7 Tuooksi Or�amsasi Bentuk Dinas
Tupoksi Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan um um
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan linqkuo tuoasnva
2 Kelautan dan Perikanan Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
3 Pertambangan & Energi
4 Kehutanan
5 Kesehatan
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan um um
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai drngan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan um um
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dalam melakasanukan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan um urn
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidanQ dan
1 27
6 Perindustrian Perdagangan
7 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
8 Tenaga Kerja & Transmigrasi
9 Pendidikan
lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan urn um
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang clan lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan urn um
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
111 pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan urn um
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah rr.enyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan urn um
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
128
10 Kesejahteraan Sosial
11 Pekerjaan Umum
12 Perhubungan
13 Pendapatan Daerah
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan urn um
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan um urn
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan um urn
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pela.yanan urn um
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Dinas Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dalam melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan urn um
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
1 29
14 Kebudayaan Dan Din as Daerah mempunyai tu gas pokok melaksanakan Pariwisata
No Badan 1 BAWASDA
2 LINMAS
3 KESBANG
4 BPM
kewenangan desentralisasi sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya. Dal am melakasanakan tugasnya itu, Dinas daerah menyelenggarakan fungsi :
• perumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan um urn
• pembinaan terhadap UPTD dalam bidang dan lingkup tugasnya
Tabel 18 Tupoksi Orgamsasi Bentuk Badan
Tupoksi Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup oleh Sekertariat Daerah dan Dinas Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya itu, mempunyai fungsi :
• merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah • pembinaan terhadap UPT dalam bidang dan lingkup
tuqasnva Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup oleh Sekertariat Daerah dan Dinas Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya itu, mempunyai fungsi :
• merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah • pembinaan terhadap UPT dalam bidang clan lingkup
luQasnva Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang karena sifatnya ticlak tercakup oleh Sekertariat Daerah dan Dinas Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya itu, mempunyai fungsi :
• merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• menunjang penyelenggaraan pemerintah claerah • pembinaan terhadap UPT dalam bidang clan lingkup
tugasnya Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup oleh Sekertariat Daerah clan Dinas Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya itu, mempunyai fungsi :
• merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• menunjang penyelenggaraan pemerintah claerah • pembinaan terhadap UPT dalam bidang dan lingkup
1 30
5
6
7
No 1
2
3
BAPPEDA
Penanaman Modal
BAPEDALDA
Kantor Kantor Pengembangan
tugasnva Melaksanakan tu gas-tu gas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup oleh Sekertariat Daerah dan Din as Daerah. Dal am melaksanakan tugasnya itu, mempunyai fungsi :
• merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah • pembinaan terhaclap UPT dalam bidang dan lingkup
tugasnya Melaksanakan tu gas-tu gas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup oleh Sekertariat Daerah dan Din as Daerah. Dal am melaksanakan tugasnya itu, mempunyai fungsi :
• merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah • pembinaan terhaclap UPT dalam biclang clan lingkup
tugasnya Melaksanakan tu gas-tu gas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup oleh Sekertariat Daerah clan Dinas Daerah. Dal am melaksanakan tugasnya itu, mempunyai fungsi :
• merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah • pembinaan terhadap UPT cl al am
tugasnva
Tabel 1 9 T k · o " Be tuk K t upo . s1 rgamsasa n an or
Tupoksi
bidang dan lingkup
Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup oleh Sekertariat Daerah clan Dinas Daerah. Dalam
SOM, Pertanian melaksanakan tugasnya itu, mempunyai fungsi : clan Ket ah an an • merumuskan kebijakan teknis sesuai clengan bidang clan Pangan lingkup tugasnya
• menunjang penyelenggaraan pemerintah claerah • pembinaan terhaclap UPT clalam biclang clan lingkup
tugasnya Kantor Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang karena sifatnya ticlak Pencliclikan clan tercakup oleh Sekertariat Daerah clan Dinas Daerah. Dalam Pelatihan melaksanakan tugasnya itu, mempunyai fungsi : Kepegawaian • merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan
lingkup tugasnya • menunjang penyelenggaraan pemerintah claerah • pembinaan terhadap UPT dalam biclang dan lingkup
tugasnva Kantor Satpol PP Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang karena sifotnya tidak
1 3 1
tercakup oleh Sekertariat Daerah dan Dinas Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya itu, mempunyai fungsi :
• merumuskan kebijakan teknis sesuai dengan bidang dan lingkup tugasnya
• menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah pembinaan terhadap UPT dalam bidanq dan linqkup tugasnva
Tabel 20 T k i K t d K l ah upo s ecama an an e ur an
No Organisasi Tupoksi 1 Kecamatan Kecamatan merupakan perangkat daerah Kabupaten yang
mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin Cam at. Kecamatan berkedudukan sebagai coordinator penyelenggaraan pemerintah diwilayah kerjanya berada di bawah tanggungjawab Bupati melalui Sekertaris Daerah. Camat mempunyai fungsi melaksanakan kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh Bupati . Sebaqian tuqas Camat dapat dilimpahkan ke Lurah
2 Kantor Keluruhan merupakan wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Pendidikan dan daerah di bawah kecamatan. Lurah mempunyai tugas dan fungsi Pelatihan melaksanakan kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh Kepegawaian Camat serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya sesuai
perundanqan vanq berlaku Sumber : Pene/iti (2006)
Sementara itu, sebagai model alternative, tim peneliti juga mengusulkan model struktur organisasi yang sifatnya lintas wilayah, baik kabupaten/kota maupun dengan propinsi. Tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk memecahkan masalah yang muncul yang tidak dapat diatasi baik dari skala permasalahan yang muncul, maupun dari kewenangan yang dimiliki kepala daerah.
Adapun organisasi yang dimaksud adalah Forum Bersama (Forbes) . Dasar hukum dari Forbes ini adalah Surat Keputusan Bersama (Bupati , walikota) . lsi dari surat keputusan bersama ini meliputi antara lain rincian objek kerjasama dalam bentuk aktivitas yang bersifat nyata, termasuk sasaran clan hasil yang ingin dicapainya dari pembentukan Forbes ini dapat diukur. Selain itu, surat keputusan bersama juga harus memuat berapa besar anggaran yang harus menjadi beban pihak·pihak yang tergabung dalam forbes. Tidak kalah pentingnya adalah jadwal kegiatan yang secara terinci memuat petugas yang akan melakasanakan tugasnya clan pihak yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan serta hal-hal yang sifat teknis lainnya.
Keunggulan Forbes ini antara lain adalah : a. kewenangan yang lebih luas dari pihak-pihak (bupati/wali kota) yang
tergabung dalam Forbes dalam menghadapi masalah-masalah lintas wilayah b. dapat bekerja lebih efektif karena dibentuk dalam satuan kerja yang spesifik,
dibentuk relative lebih cepat clan sesuai dengan kebutuhan
1 32
Kelemahan Forbes ini antara lain : a. tidak bersifat permanent, karena jika masalahnya dapat di atasi, maka
forum ini dengan sendirinya selesai atau setidak-tidaknya "vakum" b. koordinasi untuk menetapkan clan melaksanakan kegiatan di tingkat
perencanaan clan pelaksanaan karena pihak yang terlibat dalam forum ini relative sejajar dalam kewenangan
Mekanisme Kerja Forum Bersama
Permasalahan LH Yang Lintas Wilayah
Pembentukan Forum Bersama
(forbes)
s i Seksi Seksi
Rumusan Program Teknis Pengelolaan Dan Pengawasan
SK Bersama Bupati/Walikota
Seksi
Sumber : Peneliti (2006) setelah diolah clan diubah dari Nugraha. (2005). Altematif Model Kelembagaan Pemerintah Daerah Dalam Baban Sobandi, dkk. (2005). Desentra/isasi dan Tuntutan Kelembagaan Daerah. Bandung : Humaniora
1 3 3
top related