oleh -...
Post on 29-Jun-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERSEPSI MANAJER PERUSAHAAN WARALABA TERHADAP
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN
PUBLIK
(Studi Empiris Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)
Oleh :
RISELVINO MINANDA
NIM : 203082001942
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Riselvino Minanda
2. Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 19 Mei 1984
3. Alamat : Jl Reni Jaya Blok G 13/9
4. Telepon : 085715304562/(021)95990257
II. PENDIDIKAN
1. SDN Pondok Petir 01 1990 – 1996
2. SLTPN 01 Ciputat 1996 – 1999
3. SMUN 1 Serpong 1999 – 2002
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Riswarman M Yasin
Ibu : Elvina BA
Alamat : Jl Reni Jaya Blok G 13 No 9, Sawangan Depok
16517
PERCEPTION MANAGER of COMPANY WARALABA of TO FACTOR
INFLUENCING PUBLIC ACCOUNTANT INDEPENDENCY
( Empirical Study of Restaurant McDonald's in Jakarta and Singapura)
By
Riselvino Minanda
ABSTRACTION
This research is aim to analyse the influence between the financial interest
in client’s company and business relationship with their clients, competition
among Public Accountant Office [KAP], non audit service provided by auditors,
time duration of audit, the size of a Public Accountant Office [KAP], and the
amount of audit fee with the public accountant independency.
This research is used primary data through kuesioner filled by group of
manager in McDonald’s. Judgement sampling is used as research sampling
methode. Research responder is a group of thirty five manager in McDonald’s
restaurant that based on Jakarta and Singapore region. For data analyse and
hyphotesis test we used Double Regretion methode, supported by SPSS for
Windows program.
Result of this research, using simultaniously regretion test, revealed the
financial interest in client’s company and business relationship with their client,
competition among Public Accountant Office [KAP], non audit service provided
by auditors, time duration of audit, the size of a Public Accountant Office
[KAP], and the amount of audit fee, do have a significant influence on the public
accountant independency.
Keyword : Accountant Public, Independecy Audit
PERSEPSI MANAJER PERUSAHAAN WARALABA TERHADAP
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN
PUBLIK
(Studi Empiris Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)
Oleh
Riselvino Minanda
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh secara parsial dan
simultan variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien,
persaingan antar kantor akuntan publik (KAP), pemberian jasa lain selain jasa
audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan publik (KAP),
besarnya audit fee berpengaruh terhadap independensi akuntan publik,.
Penelitian ini menggunakan data primer melalui pengisian kuisioner oleh
kalangan manajer McDonald’s. Penelitian sampel digunakan dengan
menggunakan metode judgement sampling. Responden penelitian adalah para
manajer yang bekerja di McDonald’s di wilayah Jakarta dan Singapura sebanyak
tiga puluh lima responden. Sedangkan untuk metode analisis data dan uji hipotesis
penulis menggunakan metode regresi berganda yang didukung program SPSS For
Windows.
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan
publik (KAP), pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit,
ukuran suatu kantor akuntan publik (KAP), besarnya audit fee berpengaruh
terhadap independensi. Namun secara parsial hanya variabel ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien dan besarnya audit fee berpengaruh
secara signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Kata Kunci: Akuntan Publik, Independensi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada sumber dari suara hati yang bersifat mulia,
sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur
cahaya Ilham, Pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, Sang Kekasih
tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat-Nya, Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan terselesaikan.
Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, yang
telah memberikan dan menyampaikan kepada kita semua ajaran islam yang telah
terbukti kebenarannya, dan semakin terus terbukti kebenarannya.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-
syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan,
dorongan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan rasa cinta, perhatian,
kasih sayang, dan yang selalu mengiringi saya melalui doa dan restu. Tanpa
kalian, saya tidak berarti apa – apa. Semangat papa dan mama selalu memacu
saya untuk terus berjuang dalam menjalani hidup yang keras ini. Ur d BEST
PARENT i ever HAD
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial.
3. Bapak Dr. Yahya Hamja MM., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Ibu Rini SE., Ak., MM., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
waktu, bimbingan dan pengarahan sehingga penulis skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Kakak saya Uda Yoga, Uda Dede, Uni Yona, Uni Eka dan Adek- adek saya
Putri, Eci, Zaza yang sudah berikan support ke saya. I Love U aLL..
6. Seluruh dosen, staf administrasi, staf perpustakaan, staf keamanan dan staf
kebersihan Fakultas Ekonomi atas semua ilmu, bantuan, kemudahan,
perhatian dan pelayanan yang telah diberikan
7. Semua teman-teman seperjuangan akuntansi dan manajemen angkatan 2003
yang tidak bisa disebutkan namanya satu-satu, terimakasih telah memberikan
masa kebersamaan, keakraban, dan kepeduliannya.
8. Uni yang selalu memberikan motivasi selama ini. Dalam menjalani semua
ini,kamu selalu ada disamping saya, di kondisi susah maupun senang, kamu
selalu memberikan spirit yang tidak pernah saya dapatkan selain keluarga. I
Love U sO muCH
9. Teman-teman Kebab Turki, Ayam Bakar Mas Mono, Jajaran Managemen
Babarafi Group dan seluruh staff McDonald’s , yang telah memberikan
support.
10. Pihak Manager McDonald’s yang bersedia untuk mengisi kuisioner demi
terkumpulnya dan selesainya penelitian ini. Maaf sudah merepotkan
11. Untuk semua orang yang telah membantu saya tapi tidak tercantum namanya,
saya mengucapkan terima kasih banyak
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan
karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Jakarta, 18 Maret 2011
Riselvino Minanda
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... iv
ABSTRACT ......................................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6
1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................ 8
1. Persepsi.................................................................................. .... 8
2. Manajemen Perusahaan Waralaba .............................................. 9
3. Akuntan Publik.................. ......................................................... 14
4. Independensi Akuntan Publik ..................................................... 16
a. Definisi Independensi .............................................................. 16
b. Pentingnya Independensi ........................................................ 18
c. Aspek Independensi Akuntan Publik ...................................... 19
d. Penggolongan Independensi Akuntan Publik ......................... 21
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi Indenpendensi Penampilan
Akuntan Publik ........................................................................... 22
a. Ikatan Keuangan dan Hubungan dengan klien ........................ 22
b. Persaingan antar Kantor Akuntan Publik (KAP) .................... 23
c. Pemberian jasa lain selain jasa audit ....................................... 25
d. Lamanya penugasan audit ....................................................... 26
e. Ukuran suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).......................... 27
f. Besarnya Audit fee ................................................................... 28
B. Penelitian Sebelumnya ..................................................................... 30
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 32
D. Hipotesis ........................................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 34
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 34
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 35
D. Metode Analisis ............................................................................... 37
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 38
2. Analisis Regresi Berganda .......................................................... 41
3. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 42
E. Uji Statistik dan Hipotesis ................................................................ 44
F. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 48
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................... 53
1. Sejarah Perusahaan Waralaba McDonald’s ............................... 53
2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 54
3. Karakteristik Data Kuesioner ..................................................... 56
B. Analisis dan Pembahasan ................................................................. 57
1. Uji Validitas ............................................................................... 57
2. Uji Reabilitas .............................................................................. 66
C. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba terhadap
Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik............. 67
1. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap ikatan
kepentingan keuangan dan usaha dengan klien .......................... 67
2. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap
Persaingan antar Kantor Kauntan Publik (KAP) ........................ 75
3. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap
Pemberian Jasa Lain selain Jasa Audit........................................ 81
4. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Lamanya
Penugasan Audit ......................................................................... 88
5. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Ukuran
Kantor Akuntan Publik (KAP) .................................................... 94
6. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Besarnya
audit fee......................................................................................101
7. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap
Independensi Akuntan Publik dalam Hal Kejujuran Akuntan
Publik.........................................................................................107
8. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap
Independensi Akuntan Publik dalam Hal Keahlian Akuntan
Publik
D. Uji Asumsi Klasik..........................................................................121
1. Uji Normalitas Data..................................................................121
2. Uji Multikolinieritas..................................................................123
3. Uji Heterokedasitas...................................................................125
E. Hasil Pengujian Hipotesis...............................................................126
1. Uji T Partial.............................................................................126
2. Uji F.........................................................................................129
3. Uji Koefisien Determinasi.......................................................130
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.....................................................................................132
B. Implikasi.........................................................................................133
C. Saran...............................................................................................133
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................134
LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 31
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data 122
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedatisitas 125
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
Tabel 3.1 Skala Linkert 38
Tabel 3.2 Kategori Tinggi Rendahnya Realibilitas Instrumen 41
Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian 48
Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian 55
Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian 56
Tabel 4.3 Deskriptif Responden 56
Tabel 4.4 Ikatan Kepentingan Keuangan Dan
Hubungan Usaha Dengan Klien 59
Tabel 4.5 Persaingan Antar Kantor Akuntan Publik (KAP) 60
Tabel 4.6 Pemberian Jasa Lain Selain Jasa Audit 61
Tabel 4.7 Lamanya Penugasan Audit 62
Tabel 4.8 Ukuran Suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) 63
Tabel 4.9 Besarnya Audit Fee 64
Tabel 4.10 Independensi Kejujuran 65
Tabel 4.11 Keahlian 66
Tabel 4.12 Uji Reliability Statistics 67
Tabel 4.13 Hasil Kuesioner tentang Hubungan Usaha dan
Hutang Piutang Akuntan Publik atau Kantor Akuntan
Publik (KAP) pada Perusahaan Klien 68
Tabel 4.14 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik memiliki
Saham Lebih dari 5% di Perusahaan Klien 69
Tabel 4.15 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Meminjam
Sejumlah Uang Kepada Direktur Perusahaan Waralaba 70
Tabel 4.16 Hasil Kuesioner tentang Mayoritas Pendapatan KAP
berasal dari Klien 71
Tabel 4.17 Hasil Kuesioner tentang Auditor menyewa Gedung
milik Klien 72
Tabel 4.18 Hasil Kuesioner tentang Istri Auditor menjadi
Salah Satu Pemegang Saham dari Perusahaan Klien 73
Tabel 4.19 Hasil Kuesioner tentang Presiden Direktur Perusahaan
Klien menunjuk Seorang Auditor sebagai Pelaksana
dan Sekaligus Auditor dari Salah Satu Perusahaannya 74
Tabel 4.20 Hasil Kuesioner tentang Pengaruh Tajamnya
Persaingan Antar KAP 75
Tabel 4.21 Hasil Kuesioner tentang Persaingan Antar KAP yang
relatif tidak Tajam 76
Tabel 4.22 Hasil Kuesioner tentang Munculnya Penggabungan KAP
yang satu dengan yang lain 77
Tabel 4.23 Hasil Kuesioner tentang Timbulnya KAP Berskala
Nasional dan Internasional 78
Tabel 4.24 Hasil Kuesioner tentang Berdirinya KAP Berskala Kecil 79
Tabel 4. Hasil Kuesioner tentang Adanya Persaingan Fee antar
KAP 80
Tabel 4.26 Hasil Kuesioner tentang Kekhawatiran Auditor terhadap
Kliennya yang mencari Kantor Akuntan Lainnya 81
Tabel 4.27 Hasil Kuesioner tentang Jasa Konsultasi Manajemen
Pada Klien 82
Tabel 4.28 Hasil Kuesioner tentang Jasa Akuntansi Yang
diberikan oleh Akuntan Publik 83
Tabel 4.29 Hasil Kuesioner tentang Jasa Pembukuan 84
Tabel 4.30 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Sengaja
Mendatangi Perusahaan Klien Untuk Menawarkan
Jasanya 85
Tabel 4.31 Hasil Kuesioner tentang Jasa Perpajakan 86
Tabel 4.32 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Cenderung
Memihak dalam Memberikan Jasa Lain Selain
Jasa Audit 87
Tabel 4.33 Hasil Kuesioner tentang Audit Lebih dari 5 Tahun 88
Tabel 4.34 Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit kurang
dari 5 Tahun 89
Tabel 4.35 Hasil Kuesioner tentang Penugasan yang Bersifat
Kekeluargaan 90
Tabel 4.36 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Cepat
Merasa Puas, Kurang Inovasi, Dan Kurang Ketat
dalam Melaksanakan Prosedur Audit 91
Tabel 4.37 Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit 5 Tahun
atau Kurang Menyebabkan Informasi yang disajikan
dalam Laporan Pemeriksaan kurang Bermanfaat 92
Tabel 4.38 Hasil Kuesioner tentang KAP atau Auditor dapat
Memberikan Jasa Audit Kembali untuk Klien yang
sama setelah 3 Tahun Buku Berturut-turut Tidak
Mengaudit Klien 93
Tabel 4.39 Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik harus dirotasi
setelah mengaudit selama 5 tahun 94
Tabel 4.40 Hasil Kuesioner tentang Audit pada Perusahaan Go Publik
dilakukan oleh KAP Besar 95
Tabel 4.41 Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan
KAP Besar dapat memberikan hasil rekomendasi
yang bermanfaat 96
Tabel 4.42 Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan oleh
KAP Kecil Lebih Menjamin Independensinya 97
Tabel 4.43 Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan
KAP Kecil dapat memberikan hasil rekomendasi
yang bermanfaat 98
Tabel 4.44 Hasil Kuesioner tentang KAP Besar Lebih Independen
daripada KAP Kecil 99
Tabel 4.45 Hasil Kuesioner tentang KAP Kecil Lebih Independen
daripada KAP Besar 100
Tabel 4.46 Hasil Kuesioner tentang Audit Fee yang diberikan Klien
dilakukan Secara Objektif 101
Tabel 4.47 Hasil Kuesioner tentang Jasa Audit Fee dari Klien
yang Berjumlah Besar 102
Tabel 4.48 Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian besar
dari total pendapatan suatu kantor akuntan 103
Tabel 4.49 Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian kecil
dari total pendapatan suatu kantor akuntan 104
Tabel 4.50 Hasil Kuesioner tentang Ketergantungan Pada Klien
karena Audit yang Besar 105
Tabel 4.51 Hasil Kuesioner tentang Waktu dan Biaya Audit
yang Terbatas dikarenakan Audit yang Kecil 106
Tabel 4.52 Hasil Kuesioner tentang Auditor Bersikap tidak memihak 107
Tabel 4.53 Hasil Kuesioner tentang Auditor dengan Kejujuran
yang Tinggi akan Lebih Independen dalam
Mendeteksi kekeliruan audit 108
Tabel 4.54 Hasil Kuesioner tentang Auditor harus senantiasa
mempertahankan Kebebasan dalam Sikap Mental 109
Tabel 4.55 Hasil Kuesioner tentang Auditor Bebas dari prasangka
yang meragukan independensinya 110
Tabel 4.56 Hasil Kuesioner tentang Bukti Pemeriksaan yang
Telah dilakukan oleh Auditor dipublikasikan Secara
Menyeluruh 111
Tabel 4.57 Hasil Kuesioner tentang Pengkajian dan penilaian yang
layak (Objektif dan tidak Bias) 112
Tabel 4.58 Hasil Kuesioner tentang Auditor Tidak Mudah
dipengaruhi atau dikendalikan oleh Klien yang diperiksa 113
Tabel 4.59 Hasil Kuesioner tentang Auditor tidak dibenarkan
Memihak Kepada Kepentingan Siapapun 114
Tabel 4.60 Hasil Kuesioner tentang Auditor Perlu Menjalankan
Pelatihan Teknis Untuk Memenuhi Persyaratan
sebagai Seorang Profesional 115
Tabel 4.61 Hasil Kuesioner tentang Hasil Audit Harus Berdasarkan
atas kenyatan yang ditemukan 116
Tabel 4.62 Hasil Kuesioner tentang Penggunaan tenaga ahli
dalam melakukan tugas pemeriksaan suatu perusahaan klien
haruslah tepat, kritis dan independensi 117
Tabel 4.63 Hasil Kuesioner tentang Auditor dalam
memberikan opini mengenai laporan keuangan
suatu perusahaan klien haruslah sesuai dengan kebenaran
data-data akutansi yang diperiksanya 118
Tabel 4.64 Hasil Kuesioner tentang Pengalaman Auditor
yang mampu melakukan pemeriksaan fisik, pengamatan,
perhitungan, secara otomatis sebagai keahlian 119
Tabel 4.65 Hasil Kuesioner tentang Bukti audit kompeten yang
cukup harus diperoleh oleh auditor sebagai dasar yang memadai
untuk penyajian laporan audit 120
Tabel 4.66 Hasil Kuesioner tentang Pekerjaan audit harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya 121
Tabel 4.67 Hasil Kuesioner tentang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 123
Tabel 4.68 Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji Multikolinieritas 124
Tabel 4.69 Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji T Parsial 126
Tabel 4.70 Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji F Simultan ANOVA(b) 129
Tabel 4.71 Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji Koefisien Determinasi 130
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian 137
Lampiran 2 Normal P-plot or Regresion 141
Lampiran 3 One Sample Kolmogorov- smirnov test 142
Lampiran 4 Uji Multikolinieritas 143
Lampiran 5 Uji Heterokedastisitas 144
Lampiran 6 Uji T Parsial 145
Lampiran 7 Uji F simultan 146
Lampiran 8 Daftar Jawaban Responden Manajer McDonald’s 147
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan salah satu media penting dalam
mengkomunikasikan fakta mengenai perusahaan go public atau perusahaan
waralaba dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi
keuangan suatu perusahaan. Informasi keuangan merupakan salah satu
informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomis. Pada
perusahaan besar, khususnya perusahaan go public dan waralaba , terdapat
pemisahan antara pemilik dengan manajemen. Mengingat banyaknya pihak
yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, terlihat adanya kepentingan
berbeda antara manajemen dengan pihak pemakai laporan keuangan.
Manajemen berkepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan
yang dipercayakan kepadanya. Manajemen perusahaan berusaha menghindari
opini wajar dengan pengecualian, karena bisa mempengaruhi harga pasar
saham perusahaan dan kompensasi yang diperoleh manajer (Chow dan Rice
1982:327).
Pemakai laporan keuangan, khususnya pemilik berkepentingan untuk
melihat hasil kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan, maka
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan wajar, dapat dipercaya, dan
tidak menyesatkan bagi pemakainya sehingga kebutuhan pihak yang
berkepentingan dapat dipenuhi. Untuk menjamin kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan, perlu pemeriksaan yang dilakukan oleh
akuntan publik (auditor) independen. Untuk memastikan kesesuaian laporan
keuangan yang disusun oleh manajemen dengan standar akuntansi yang ada,
maka laporan keuangan perlu diaudit. Agar informasi dapat dipercaya bagi
manajemen dan pemiliknya karena semakin kompleks transaksi yang terjadi di
perusahaan, maka aturan standar akuntansi yang harus diikuti untuk membuat
laporan keuangan juga semakin kompleks.. Dalam perusahaan publik dan
waralaba, pemilik (public) tidak bisa secara langsung melakukan verifikasi
terhadap kualitas informasi dalam laporan keuangan, untuk itu diperlukan
auditor melakukan verifikasi terhadap informasi keuangan yang disajikan oleh
manajemen.
Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sebuah organisasi yang
bergerak di bidang jasa. Akuntan publik dalam menjalankan profesinya diatur
oleh kode etik profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan
Indonesia. Pasal 1 ayat 2 Kode Etik Akuntan Indonesia menyatakan bahwa setiap
anggota harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang auditor yang mempertahankan integritas, akan
bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari
kepentingan pribadi. Auditor yang mempertahankan objektivitas, akan bertindak
adil tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau kepentingan
pribadinya. Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh
dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor
dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Di
samping itu dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana
seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah
ditetapkan oleh profesinya. (Sri Trisnaningsih 2007:2) Akuntan publik
merupakan suatu profesi kompleks. Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan
dan hal itu sepenuhnya tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para
akuntan. Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh
setiap anggota profesi yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter (Purnamasari
2006:2)
Berdasarkan uraian di atas, akuntan publik akhirnya memiliki posisi
yang strategis baik dimata manajemen perusahaan waralaba maupun dimata
pemakai laporan keuangan. Manajemen atau klien akan puas jika audit yang
dilakukan oleh akuntan publik memiliki kualitas yang baik dan memiliki
pengalaman melakukan audit, responsif, melakukan pekerjaan dengan tepat
dan sebagainya. Menurut (Liliek Purwanti, 2007) dalam (Widagdo et al,
2002) melakukan penelitian tentang atribut-atribut kualitas audit oleh kantor
akuntan public (KAP) yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan klien.
Terdapat 12 atribut yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) pengalaman
melakukan audit, (2) memahami industri klien, (3) responsif atas kebutuhan
klien, (4) Pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit, (5) independensi,
(6) sikap hati-hati, (7) komitmen kuat terhadap kualitas audit, (8) keterlibatan
pimpinan audit terhadap pemeriksaan, (9) melakukan pekerjaan lapangan
dengan tepat, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika yang tinggi,
dan (12) tidak mudah percaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7
atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan klien, antara lain :
(1) Pengalaman melakukan audit, (2) Memahami industri klien, (3) Responsif
terhadap kebutuhan klien, (4) Pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit,
(5) Komitmen kuat terhadap kualitas audit, (6) Keterlibatan pimpinan audit
terhadap pemeriksaan dan (7) Melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat.
Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati-hati, standar etika
yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan
klien. Di sisi lain pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar
terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan
maka auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan yang telah
mereka dapatkan dari klien dan pihak ketiga (stakeholders). Sikap akuntan
yang demikian ini sering disebut sebagai sikap independensi.
Beberapa peneliti telah melakukan analisis mengenai independensi
penampilan akuntan publik, (Oni Zamroni, 2006) melakukan penelitian
terhadap penerapan sikap independensi akuntan publik dari sudut pandang
mahasiswa akuntansi pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan
Tinggi Swasta (PTS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan akuntansi pada Perguruan
Tinggi Negeri (PTN) dengan mahasiswa jurusan akuntansi pada Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) terhadap faktor yang mempengaruhi independensi
penampilan akuntan publik.
(Supriyono, 1988) dalam (Wati dan Subroto, 2003) telah melakukan
penelitian mengenai independensi auditor di Indonesia. Penelitian ini mempelajari
faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor yaitu (1) ikatan keputusan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien; (2) persaingan antar kantor akuntan
publik (KAP); (3) pemberian jasa lain selain jasa audit; (4) lama penugasan audit;
(5) besar kantor akuntan; dan (6) besarnya audit fee. Responden yang dipilih
meliputi direktur keuangan perusahaan yang telah go public, partner kantor
akuntan publik (KAP), pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non bank, dan
Bapepam.
(Liliek, 2007) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi
dan independensi yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Responden
yang dipilih hanya dilakukan pada kantor akuntan publik (KAP) yang ada di Jawa
Timur sehingga hasil penelitian hanya mencerminkan mengenai kondisi auditor di
Jawa Timur. Dan peneliti tidak membedakan auditor sebagai responden
berdasarkan posisi mereka di kantor akuntan publik (KAP) (yunior, senior dan
supervisor) sehingga tidak diketahui secara pasti tingkat kompetensi,
independensi dan etika yang dimiliki.
(Susiana, .2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh independensi,
mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan
keuangan. Responden yang dipilih adalah perusahaan publik yang terdaftar
selama periode 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember 2003. Dan hasil yang
diperoleh bahwa independensi yang diukur dengan audit fee tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Secara tersirat dapat disimpulkan bahwa memang ada suatu keraguan
yang dialamatkan kepada profesi akuntan publik. Dan jika kita berbicara
mengenai keraguan, tak pelak lagi masalah independensi akan terkait disitu.
Adalah menjadi kewajiban profesi untuk mempertahankan dan juga
menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan
independensinya. Oleh karena itu, berdasarkan evaluasi tersebut dan
berdasarkan pula pada penelitian sebelumnya, maka penulis akan melakukan
penelitian dengan judul “Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba
terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik
(Studi Kasus pada Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)“.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah
bagaimanakah persepsi manajemen perusahaan waralaba terhadap faktor yang
mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis persepsi manajemen perusahaan waralaba
terhadap faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan
publik.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis:
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan bagi penulis serta
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi independensi
penampilan akuntan public pada perusahaan waralaba, serta
mengimplementasikan ilmu yang diperoleh pada perkuliahan.
b. Bagi akuntan dan profesi:
Informasi yang diberikan oleh penulis dapat digunakan sebagai
motivasi bagi para akuntan untuk dapat lebih independen dalam
menjalankan profesinya, serta membangkitkan naluri profesionalnya
dalam memberikan jasa-jasa audit bagi masyarakat luas.
c. Bagi mahasiswa dan pembaca
Mendapatkan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik, serta
menambah pemahaman terhadap permasalahan independensi.
d. Bagi akademis:
Secara teoritis bagi akademis berguna untuk perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang auditing dan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya di bidang auditing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Persepsi
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang alami bagi
setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan baik
melalui penglihatan, pendengaran, penerimaan, dan penghayatan perasaan
(Kartono, 1990) dalam (Zamroni, 2006:11). Menurut (Zarkasi, 1986)
dalam (Zamroni, 2006:11), persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah
pandangan atau pengertian, bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Kata persepsi berasal dari “perception” yang berarti
penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau menanggapi sesuatu (Echol
dan Sadily 2004:424) dalam (Zamroni, 2006:11). Dalam kamus bahasa
Indonesia, persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung
dari sesuatu atau proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui
panca inderanya (Depdiknas, 2003:863).
Menurut Bimo Walgito (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi, yaitu:
a. Stimulus yang cukup kuat.
b. Fisiologis dan psikologis.
Jika sistem fisiologis terganggu maka akan berpengaruh dalam
persepsi seseorang, sedangkan segi psikologis mencakup pengalaman,
perasaan, kemampuan berpikir, dan sebagainya.
c. Lingkungan
Situasi yang melatarbelakangi stimulus juga mempengaruhi
persepsi.
Bila pada akhirnya menjadi masalah penting yang mungkin
diharapkan dapat “dibentuk” oleh obyek yang dipersepsikan. Bila dalam
kenyataannya ditemukan suatu persepsi negatif dan positif terhadap obyek
yang dipersepsikan, maka jika persepsi tersebut negatif dapat diambil
kesimpulan bahwa obyek yang dipersepsikan memberi stimulus kondisi
yang menyimpang dari yang seharusnya dipenuhi oleh obyek persepsi
tersebut. Begitu pula sebaliknya dengan persepsi positif (Abdullah dan
Selamat, 2002) dalam (Zamroni, 2006:13).
2. Manajemen Perusahaan Waralaba
Waralaba atau Franchising (dari bahasa perancis untuk kejujuran
atau kebebasan) adalah hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun
layanan. Waralaba (franchise) sebenarnya merupakan suatu sistem bisnis
yang telah lama dikenal di dunia, pertama kalinya diperkenalkan oleh
perusahaan mesin jahit Singer di Amerika Serikat, pada tahun l851, ketika
ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun
usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali memperkenalkan
format bisnis waralaba di AS, kemudian, caranya ini diikuti oleh
pewaralaba lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola.
Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer adalah industri
otomotif AS, General Motors Industry ditahun 1898. Contoh lain di AS
ialah sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh berbagai
perusahaan jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union serta
persetujuan eksklusif antar pabrikan mobil dengan dealer. Di Kerajaan
Inggris (UK) berkembangnya waralaba dirintis oleh J Lyons melalui
usahanya Wimpy and Golden Egg, pada dekade 60-an.
McDonald’s, salah satu pewaralaba rumah makan siap saji terbesar
di dunia. Menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan
waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak
memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual
(HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain
dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak
lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Di Indonesia sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu
dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.,
seiring masuknya waralaba asing disektor usaha rumah makan siap saji
(fast food chain restaurant) antara lain, KFC, Pioneer Take Out, Texas
Church, dan lain-lainnya. Jaringan bisnis ini berkembang sangat pesat
dalam waktu yang singkat, bahkan menurut data di Deperindag RI hingga
tahun l997 (sebelum terjadinya Krisis Moneter) telah terdaftar lebih dari
250 perusahaan sebagai penerima waralaba (franchisee) dari suatu
waralaba asing, dan tersebar di beberapa bidang usaha, antara lain:
a. rumah makan/restoran
b. jasa pemasaran
c. hotel
d. toko buku dan toko cindera mata
e. minimarket
f. persewaan kendaraan
g. pusat kebugaran dan perawatan tubuh
h. penata rambut, salon kecantikan, dll.
Di sisi lain, perusahaan lokal yang telah mengembangkan usahanya
dengan mempergunakan format bisnis waralaba jumlahnya tidaklah
sebanyak waralaba asing banyak atau hanya sekitar 10 persen dari jumlah
waralaba asing yang ada di Indonesia. Perusahaan lokal tersebut antara
lain; McDonald’s, Es Teller 77, CFC, ILP, LIA, Lutuye Salon, Rudy
Hadisuwarno, Indomaret dan lain-lainnya.
Menurut Campbell Black, yang dimuat dalam Black's Law Dict:
“Franchise is a license from owner of a trademark or tradename
permitting another to sell a product or service under the name or the
mark.“
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud
dengan Waralaba ialah:
“Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan
akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada
individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama,
sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.”
Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang
dimaksud dengan franchisor dan franchisee.
a. Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau
perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual
atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.
b. Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau
perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri
khas yang dimiliki pemberi waralaba.
Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan
siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root
Beer membuka restauran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering
Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha
restauran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka
untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo
dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu
pembayaran. Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami
berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian
dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis (business format) atau
sering pula disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan
sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara asalnya, AS,
menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai
bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di
AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba dirintis oleh J Lyons
melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis
waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor)
dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan
bersama, tidak berdasarkan SARA. Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
a. Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih
jelas, merek sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih
bergengsi.
b. Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk
orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki
pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang
disediakan oleh pemilik waralaba. Biaya waralaba meliputi:
1) Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya
ini meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba
untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor
dan ongkos penggunaan HAKI.
2) Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari
laba operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen
dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10
persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang
dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.
3. Akuntan Publik
Profesi akuntan publik di Indonesia perkembangannya mengacu
pada teori dan praktek profesi akuntan publik yang ada di Amerika
Serikat, karena pada saat itu profesi akuntan publik sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat di Amerika (Zamroni, 2006:15).
Dasar pemikiran yang melandasi penyusunan norma dan etika
profesi akuntan adalah adanya kebutuhan profesi mengenai kepercayaan
masyarakat terhadap mutu jasa yang akan diserahkan oleh profesi, terlepas
dari anggota profesi yang menyerahkan jasa. Independensi merupakan
faktor utama yang harus dijaga oleh seorang akuntan publik. Respon
profesi akuntan terhadap tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua
keputusan penting yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada
pertengahan tahun 1994, yang berisi:
a. Perubahan nama komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik (Dewan SPAP),
b. Perubahan nama Standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan
Akuntan menjadi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Nama komite yang mencerminkan kesan ad hoc diubah menjadi
dewan yang lebih mencerminkan sifat permanen. Perubahan dimaksudkan
agar profesi akuntan publik secara berkelanjutan mampu memantau
perubahan kebutuhan masyarakat pemakai jasa dan meresponnya dengan
capat melalui organisasi permanen. Perubahan nama dari Norma
Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik
dimaksudkan untuk menunjukkan peningkatan signifikan mutu jasa audit
dan perluasan spektrum jasa di luar audit atas laporan keuangan historis
yang dapat disediakan oleh profesi akuntan publik kepada masyarakat.
Perumusan SPAP yang dilakukan oleh Dewan SPAP merupakan
adopsi dari AICPA Professional Standards as of June 1993 yang
diterbitkan oleh AICPA, serta International Standards on Auditing yang
dikeluarkan oleh The International Federation of Accountants (IFAC).
Ada empat macam standar yang diterbitkan oleh Dewan SPAP sebagai
aturan mutu pekerjaan akuntan publik, antara lain standar auditing, standar
atestasi, dan standar jasa akuntansi dan review (IAI, 2004).
Penyempurnaan terhadap standar profesional akuntan publik terus
berlangsung guna memenuhi kebutuhan masyarakat bisnis. Pada tahun
2001 Ikatan Akuntan Indonesia melalui Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik kembali menerbitkan SPAP per 1 Januari 2001 sebagai up
dating dari SPAP per 1 Agustus 1994. Dalam SPAP per 1 Januari 2001
diatur mengenai standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi
dan review, sistem pengendalian manajemen, dan aturan etika
kompartemen akuntan publik. Standar tersebut berlaku sampai saat ini.
Saat ini Departemen Keuangan Republik Indonesia (DepKeu RI)
telah merumuskan Rancangan Undang-undang mengenai akuntan publik
(RUU Akuntan Publik) melalui panitia antar Departemen Penyusunan
RUU Akuntan Publik (AP). Pengaturan melalui RUU AP lebih untuk
memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi perlindungan
kepentingan masyarakat serta memberikan landasan hukum bagi profesi
akuntan publik dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. Selain itu,
akuntan publik merupakan salah satu profesi kunci yang berperan dalam
mendorong penerapan good corporate governance (IAI Online, 2006)
4. Independensi Akuntan Publik
a. Definisi Independensi
Tulang punggung profesi akuntan publik adalah independensi.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Independensi menurut kode etik akuntan tahun 1994 adalah sikap yang
diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya yang bertentangan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Integritas berarti jujur dan
dapat dipercaya, sedangkan obyektivitas berhubungan dengan
kemampuan akuntan publik untuk mempunyai sikap adil dalam segala
hal yang berkaitan dengan tugas profesionalnya (Kell et al, 1989).
(Mulyadi, 1992) mengatakan bahwa independensi berarti bebas
dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung
pada pihak lain. Akuntan publik yang independen adalah akuntan yang
tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang
berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta yang
dijumpainya dalam pemeriksaan.
(Arens Loebbeck, 1999) dalam (Supriono, 1998) memberikan
pengertian mengenai independensi sebagai berikut, independensi
sebagai suatu pemeriksaan yang tidak biasa dalam melakukan tes-tes
pemeriksaan, penilaian hasil-hasil dan mengeluarkan laporan
pemeriksaan. Menurut (Eric, 1975) dalam (Nadirsyah, 1993),
independensi adalah suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang
mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan yang
diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan
dan dikumpulkan sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip
profesionalnya.
Menurut (Kosasih, 1984:80) dalam (Zamroni, 2006:23),
independensi harus diartikan sebagai bebas dari bujukan, pengaruh,
atau pengendalian dari pihak klien. Dengan perkataan lain bila auditor
mengikuti kemauan manajemen, maka opininya akan tidak mempunyai
nilai. (Holmes, 1877) dalam (Supriyono, 1988:23), berpendapat bahwa
independensi harus diartikan sebagai babas dari bujukan, pengaruh,
atau pengendalian dari klien yang diperiksa. Dengan kata lain, jika
akuntan publik mengikuti kehendak klien maka pendapat yang dia
berikan tidak mempunyai arti. Saat ini konsep independensi semakin
sangat penting dan semakin diperketat. Independensi dalam tindakan
dan sikap mental harus dipelihara oleh akuntan publik sepanjang masa.
Akhirnya, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001:220) melalui Standar
Profesional Akuntan Publik SA Seksi 220 mendefinisikan
independensi sebagai berikut:
“… Independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,… tidak dibenarkan
memihak kepada kepentingan siapapun,… mengakui kewajiban untuk jujur
tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada
kreditur dan pihak lain yang meletakan kepercayaan (paling tidak sebagian)
atas laporan auditor independen,…”
b. Pentingnya Independensi
Zamroni (2006), Terjadinya kasus kegagalan audit berskala
besar di Amerika Serikat belakangan ini, seperti kasus Enron, telah
menimbulkan kembali skeptisisme masyarakat mengenai
ketidakmampuan profesi akuntansi dalam menjaga independensi.
Sorotan tajam diarahkan pada prilaku auditor dalam berhadapan
dengan klien yang dipresepsikan gagal menjalankan perannya sebhagai
auditor independen.
Schuetze (1994) dalam Zamroni (2006), menyatakan bahwa
auditor sejak dua dekade belakangan ini dipandang justru bertindak
melayani atau menjadi bersikap secara advokasi bagi klien. Wilcox
(1952) dalam Zamroni (2006:20), menyatakan bahwa independensi
adalah salah satu norma pemeriksaan akuntan yang penting, sebab
pendapat akuntan independen diberikan untuk menambah kredibilitas
laporan keuangan yang pada dasarnya merupakan gambaran
manajemen. Jika akuntan tidak independen terhadap manajemen
kliennya, pendapat yang diberikan tidak mempunyai arti.
Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian
dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang dimiliki oleh
setiap auditor. Auditor independen dari setiap kewajiban atau
independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang
diauditnya (Zamroni, 2006:21). Masyarakat menilai independensi
akuntan publik biasanya tidak hanya secara perseorangan tetapi dari
segi profesi akuntan publik secara keseluruhan. Jika masyarakat
menilai seorang akuntan publik atau suatu kantor akuntan telah gagal
mempertahankan independensinya maka, kemungkinan besar
masyarakat manaruh kecurigaan terhadap independensi keseluruhan
akuntan publik. Kecurigaan tersebut dapat berakibat hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik, khususnya
dalam pemberian jasa pemeriksaan akuntan (Supriyono, 1988:20)
dalam (Zamroni, 2006:21-22).
c. Aspek Independensi Akuntan Publik
(Boynton et. al, 2003:66) Independensi sangat penting bagi
akuntan sehubungan dengan tanggung jawabnya terhadap pihak ketiga.
Independensi berarti sikap mental independen auditor dalam
menjalankan tugasnya. Independensi merupakan dasar dari profesi
auditing. Hal ini berarti bahwa auditor akan bersikap netral terhadap
entitas dan akan bersikap obyektif. Publik dapat mempercayai fungsi
audit karena auditor bersikap tidak memihak serta mengakui adanya
kewajiban untuk bersikap adil. Meskipun entitas adalah klien bagi
akuntan publik, namun akuntan publik tetap memiliki tanggung jawab
yang lebih besar kepada para pengguna laporan auditor yang jelas telah
diketahui. Akuntan tidak boleh memposisikan diri atau
pertimbangannya di bawah kelompok apapun dan siapapun.
Independensi, integritas, dan objektivitas auditor mendorong pihak
ketiga untuk menggunakan laporan keuangan yang tercakup dalam
laporan auditor dengan rasa yakin dan percaya sepenuhnya. Menurut
(Ratna, 2006) dalam (Abdul Halim, 2001 : 21) Independensi akuntan
publik mempunyai tiga aspek:
1) Independensi dalam diri akuntan yang berupa kejujuran dalam diri
akuntan dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang dijumpai
dalam pemeriksaannya. Aspek independensi ini disebut dengan
istilah independensi dalam kenyataan atau independence in fact.
2) Independensi dipandang dari sudut pandangan pihak lain yang
mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri akuntan.
Aspek independensi ini disebut dengan istilah independen dalam
penampilan atau independence in appearance
3) Independensi dipandang dari sudut keahliannya. Seseorang dapat
mempertimbangkan fakta dengan baik apabila ia mempunyai
keahlian mengenai pemeriksaan fakta tersebut.
d. Penggolongan Independensi Akuntan Publik
Selain dapat digolongkan ke dalam dua aspek independensi,
yaitu independensi sikap mental dan independensi penampilan.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, independensi akuntan publik
dapat digolongkan dengan cara lain. Independensi akuntan publik
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Independensi Praktisi (Practitioner Independence)
Independensi praktisi adalah independensi nyata dari
praktisi secara individual di dalam melaksanakan pekerjaannya,
dengan kemampuan praktisi secara individual untuk
mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam
perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan
penyusunan laporan hasil pemeriksaan.
2) Independensi Profesi (Profession Independence)
Independensi profesi adalah independensi penampilan
akuntan publik sebagai suatu kelompok profesi dengan kesan
masyarakat terhadap profesi akuntan publik jika istilah akuntan
publik digunakan. Dalam hal ini akuntan publik tidak cukup untuk
mempertahankan independensi praktisi tetapi juga harus menjaga
dan mempertahankan independensi profesi.
(Abdul Khalik, Snoebali dan Wirage, 1983), (Broen, 1983),
(Joyce dan Biddle, 1981), (Knechel dan Messier, 1990), (Messier
dan Schelder, 1988) dalam (Zamroni, 2006), menunjukkan bahwa
profesi akuntan publik sangat sensitive terhadap permasalahan
independensi.
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan
Publik
(Supriyono, 1998), melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi independensi penampilan auditor di Indonesia.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ikatan Keuangan dan Hubungan Usaha Dengan Klien
Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila
mereka mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha
dengan klien yang diauditnya. Beberapa jenis ikatan keuangan dan
hubungan usaha tersebut diantaranya selama periode perjanjian kerja
atau saat menyatakan opininya, akuntan publik atau kantornya
memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang
material di dalam perusahaan yang menjadi kliennya, sebagai trustee
atau eksekutor atau administrator atas suatu atau beberapa “estate”
yang memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung,
memiliki utang atau piutang pada perusahaan yang diauditnya, dan
sebagainya.
Departemen Keuangan Republik Indonesia (DEPKEU RI)
melalui Panitia Antar Departemen Penyusunan RUU Akuntan Publik
dalam Substansi Rancangan Undang-undang Akuntan Publik mengatur
masalah ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan
klien. Pada bagian independensi, dijelaskan bahwa akuntan publik dan
kantor akuntan publik tidak independen bila mempunyai kepentingan
keuangan baik langsung maupun tidak langsung yang materian pada
klien audit. Dinyatakan mempunyai kepentingan bila: (DEPKEU RI,
2006)
1) Akuntan publik (AP) atau kantor akuntan publik (KAP) atau Pihak
Terasosiasi mempunyai saham lebih besar dari 5% atau memegang
kendali pada klien.
2) Mayoritas pendapatan kantor akuntan publik (KAP) dari jasa non-
audit selain jasa non-audit tertentu dalam satu tahun buku sebelum
dimulainya pekerjaan audit berasal dari klien dan atau entitas
sepengendali klien yang akan diaudit.
b. Persaingan Antar Kantor Akuntan Publik (KAP)
Tajamnya persaingan antar Kantor Akuntan Publik (KAP)
kemungkinan mempunyai pengaruh besar terhadap independensi
kantor akuntan publik karena tiap Kantor Akuntan Publik (KAP)
merasa khawatir akan kliennya. Pada tahun 2003 dari 245 Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar resmi di pasar modal, ternyata
hanya 20% atau 50% saja yang bisa memiliki klien di sana. Selebihnya
KAP-KAP ini mencari obyekan di luar pasar modal. Hal ini
menggambarkan betapa ketatnya persaingan di sana. Apalagi ditambah
60% lebih pangsa pasarnya hanya dikuasai satu kantor akuntan publik
(KAP) saja.
Semakin banyak anggota profesi akuntan publik
mengakibatkan persaingan antara kantor akuntan yang satu dengan
kantor akuntan lainnya semakin tajam. Persaingan tersebut
mengakibatkan pula pergeseran-pergeseran nilai pada organisasi
kantor akuntan publik, antara lain:
1) Banyaknya pendirian kantor akuntan publik (KAP) berskala kecil.
2) Munculnya penggabungan kantor akuntan public (KAP) yang satu
dengan yang lain. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan
daya saing suatu kantor akuntan.
3) Timbulnya kantor akuntan publik (KAP) berskala nasional dan
internasional.
4) Munculnya kantor akuntan public (KAP) nasional sebagai
repesentatif kantor akuntan publik internasional.
(Zamroni, 2006:38–39), Persaingan yang tajam dapat
mengakibatkan solidaritas profesional akuntan publik menjadi rendah.
Untuk meningkatkan solidaritas profesi dan independensi akuntan
publik, diperlukan adanya penggantian kantor akuntan public (KAP)
oleh manajemen klien yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Persaingan yang tajam antar kantor akuntan publik (KAP) mungkin
hanya mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap penampilan
independensi akuntan publik. Hal ini disebabkan karena kantor
akuntan public (KAP) dalam melaksanakan pemeriksaan
menggunakan dasar prinsip akuntansi dan standar pemeriksaan
akuntan yang sama. Kantor akuntan publik (KAP) besar biasanya
mempunyai pengaruh yang besar dalam penyusunan prinsip akuntansi
dan standar pemeriksaan tersebut.
c. Pemberian Jasa Lain Selain Jasa Audit
Jasa audit (audit services) adalah audit laporan keuangan yang
meliputi upaya untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang
mendasari laporan keuangan historis yang memuat asersi yang dibuat
oleh manajemen entitas. Berdasarkan audit tersebut, auditor
memberikan pernyataan pendapat positif (pasti) tentang apakah
laporan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan atau sebaliknya.
Selain memberikan jasa audit, aktivitas kantor akuntan publik
(KAP) selain memberikan jasa audit juga memberikan jasa-jasa lain,
misalnya jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen, serta jasa
akuntansi dan pembukuan. Pemberian jasa ini memungkinkan
hilangnya independensi akuntan publik karena akuntan publik akan
cenderung memihak kepada kepentingan kliennya.
d. Lamanya Penugasan Audit
Menurut (Supriyono, 1988:5), lamanya penugasan audit
seorang partner kantor akuntan publik (KAP) pada klien tertentu
digolongkan menjadi dua. Pertama, lima tahun atau kurang; Kedua,
lebih dari lima tahun. Dalam hal ini dapat dijelaskan secara rinci
mengenai peraturan pembatasan penugasan kantor akuntan publik
(KAP) dan AP adalah sebagai berikut:
“Kantor Akuntan Publik (KAP) hanya dapat memberikan jasa
audit umum atas laporan keuangan klien paling lama 5 (lima) tahun
buku berturut-turut, sedangkan untuk Akuntan Publik paling lama
untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Kantor Akuntan Publik (KAP)
dan Akuntan dapat memberikan jasa audit kembali untuk klien yang
sama setelah 3 (tiga) tahun buku secara berturut-turut tidak mengaudit
klien tersebut.”
Penugasan lebih dari lima tahun dianggap dapat mempengaruhi
independensi akuntan publik secara negatif karena jangka waktu
tersebut dianggap terlalu lama. Karena penugasan yang telalu lama,
kemungkinan dapat mendorong akuntan publik kehi;angan
independensinya karena akuntan publik tersebut cepat merasa puas,
kurang inovasi, dan kurang ketat di dalam melaksanakan prosedur
audit. Sebaliknya, penugasan audit yang lama kemungkinan dapat pula
meningkatkan independensi karena akuntan publik sudah familier,
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien, dan lebih tahan terhadap
tekanan klien
e. Ukuran Suatu Kantor Akuntan Publik (KAP)
AICPA menggolongkan ukuran kantor akuntan publik (KAP)
menjadi dua kategori. Pertama, kantor akuntan publik (KAP) besar.
Kantor akuntan publik (KAP) besar adalah kantor akuntan publik
(KAP) yang telah melaksanakan audit perusahaan go-publik. Kedua,
kantor akuntan publik (KAP) kecil. Kantor akuntan publik kecil (KAP)
adalah kantor yang belum melaksanakan audit pada perusahaan go-
publik. Kantor akuntan publik (KAP) yang lebih besar lebih
independen dibandingkan dengan kantor akuntan publik (KAP) yang
lebih kecil karena kantor akuntan publik (KAP) besar tidak begitu
bergantung pada salah satu kliennya saja sehingga hilangnya satu salah
satu klien tidak begitu mempengaruhi pendapatannya. Selain itu,
kantor akuntan publik (KAP) besar memikul biaya overhead kantor
yang relatif besar jumlahnya sehingga dia berusaha untuk
mempertahankan klien sebanyak-banyaknya agar dapat menutup beban
overhead kantor akuntan publik (KAP) tersebut, keadaan ini mungkin
juga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap independensi kantor
akuntan publik (KAP) besar. Dalam hubungannya ini, (Mautz dan
Sharaf dalam Supriyono, 1988:58) dalam (Zamroni, 2006:48)
memberikan komentar sebagai berikut:
“Suatu kantor akuntan publik (KAP) kecil tidak memiliki
sumber keuangan, fasilitas penelitian, staff untuk melaksanakan
pemeriksaan pada perusahaan raksasa … kemungkinan yang terjadi
satu klien utama merupakan bagian penting praktek kantor akuntan
publik (KAP) tersebut dan menyumbangkan bagian terpenting total
pendapatannya … jika klien penting sangat mendominasi praktek suatu
kantor public (KAP), memperthankan independensi dalam kenyatan
merupakan masalah yang bener-bener sulit. Oleh karena itu,
pengembangan kantor akuntan public (KAP) besar menjadi sesuatu
yang wajar, diperlukan untuk mengikuti perkembangan klien,
termasuk klien yang diperoleh dari badan usaha milik negara yang
besar sebagaimana dalam bisnis.”
f. Besarnya Audit Fee
Audit fee merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam
penerimaan penugasan. Auditor tentu bekerja untuk memperoleh
penghasilan yang memadai. Oleh karena itu, penentuan audit fee perlu
disepakati antara klien dengan auditor (Abdul Halim, 2001:89).
Audit fee yang jumlahnya besar kemungkinan akan
mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Hal ini
disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu :
1) Kantor akuntan publik (KAP) yang melakukan audit merasa
tergantung pada klien sehingga cenderung segan untuk menentang
kehendak klien dan kantor akuntan public (KAP) tersebut
cenderung tidak independen.
2) Kantor akuntan publik (KAP) cenderung memberikan counterpart
fee yang besar kepada salah satu atau beberapa pejabat kunci klien
yang diaudit. Meskipun hal ini dilarang oleh kode etik, sehingga
tindakan ini cenderung menimbulkan hubungan yang tidak
independen dengan klien.
3) Jika tidak memberikan opini yang sesuai dengan keinginan klien,
kantor akuntan publik (KAP) merasa khawatir akan kehilangan
kliennya mengingat pendapatan yang diterima relatif besar.
Sebaliknya, jika auditor enggan kehilangan klien tersebut dengan
alasan-alasan ekonomis, auditor tidak akan memberikan pendapat
buruk mengenai kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Namun
demikian jika pendapat yang diberikan salah, dikemudian hari
dapat timbul biaya tuntutan hukum, atau rusaknya reputasi auditor.
Auditor yang tidak takut reputasinya rusak akan cenderung
memberikan pendapat qualified pada perusahaan yang bermasalah,
sedangkan auditor yang takut kepentingan-kepentingannya
terganggu (karirnya terhambat atau kehilangan klien potensial)
akan cenderung memberikan opini qualified terhadap perusahaan
yang bermasalah.
Akan tetapi, audit fee yang besar mungkin dapat mendorong
kantor akuntan publik (KAP) lebih independen karena dengan audit fee
yang besar dapat tersedia dana untuk penelitian dan penerapan
prosedur audit yang lebih luas dan seksama.
Audit fee yang lebih kecil kemungkinan dapat mengakibatkan
suatu kantor akuntan public (KAP) lebih independen karena alasan-
alasan sebagai berikut:
1) Kantor akuntan publik (KAP) tidak merasa terganggu pada klien tertentu
sehingga lebih berani menentang kehendak klien yang tidak sesuai
dengan prinsip akutansi yang berterima umum atau standar profesional
akuntan publik (SPAP).
2) Hilangnya klien yang audit fee-nya kecil tidak mengakibatkan
turunnya pendapatan kantor akuntan public (KAP) dalam jumlah
yang relatif besar. Akan tetapi, audit fee yang kecil kemungkinan
dapat pula mendorong akuntan publik kurang independen karena
waktu dan biaya audit yang terbatas.
B. Penelitian Sebelumnya
(Mayangsari, 2000), melakukan penelitian tentang pengaruh keahlian
audit dan independensi terhadap audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendapat auditor yang ahli dan independen adalah berbeda dengan auditor
yang hanya memiliki salah satu karakter atau tidak sama sekali memiliki
karakter tersebut. Selain itu, auditor yang independen memberikan pendapat
yang berbeda dengan auditor yang tidak independen.
Penelitian (Burton dan Robert, 1967) dalam (Nardiyah, 1993),
mengacu adanya pro dan kontra terhadap lamanya hubungan audit antara
perusahaan dan auditnya yang dapat menimbulkan ancaman terhadap
independensi auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang
menyebabkan perusahaan pindah KAP adalah adanya pergantian manajemen.
Selain itu, perusahaan cenderung untuk berpindah dari KAP kecil ke KAP
besar.
(Rispantyo, 2002) melakukan penelitian terhadap penerapan sikap
independensi akuntan publik dan dampaknya terhadap kualitas laporan
keuangan yang menyatakan bahwa independensi adalah sikap yang
diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan
pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip
integritas dan objektivitas.
(Oni Zamroni, 2006) melakukan penelitian terhadap penerapan sikap
independensi akuntan publik dari sudut pandang mahasiswa akuntansi. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara
mahasiswa jurusan akuntansi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan
mahasiswa jurusan akuntansi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik.
Variabel Independen (X):
1. Ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan
usaha dengan klien
2. Persaingan antar kantor
akuntan publik
3. Pemberian jasa lain selain
jasa audit
4. Lamanya penugasan audit
5. Ukuran suatu kantor akuntan
6. Besarnya audit fee
Variabel Dependen (Y):
1. Independensi Akuntan
Publik
a. Kejujuran
b. Keahlian
Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tujuan penelitian mengenai Persepsi Manajer Waralaba
terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan
Publik (Studi Kasus pada Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)“ ,
maka dibuat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1.
Proses penelitian secara keseluruhan
Uji Validitas Uji Reliabilitas
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Heterokedatisitas
Regresi Linier Berganda
Uji Signifikansi Model
1. Koef. Determinasi
2. Uji t
3. Uji F
Kuesioner
Interpretasi
D. Hipotesis
Dengan melihat faktor – faktor yang mempengaruhi independensi
akuntan publik, maka dalam penelitian ini, penulis ingin melakukan pengujian
hipotesis dan menyusun 5 hipotesa itu adalah sebagai berikut
Ha1 : Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi
akuntan publik.
Ha2 : Persaingan antar kantor akuntan publik (KAP) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan publik
Ha3 : Pemberian jasa lain selain jasa audit mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Ha4 : Lamanya penugasan audit oleh kantor akuntan publik (KAP)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi
akuntan publik.
Ha5 : Ukuran kantor akuntan publik (KAP) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Ha6 : Audit fee mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
independensi akuntan publik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah restaurant McDonald’s yang
berada di Jakarta dan Singapura. Pada penelitian ini terdapat dua variabel,
yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent
variable). Variabel terikat pada penelitian ini adalah independensi akuntan
publik, sedangkan variabel bebas terdiri dari:
1. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
2. Persaingan antar kantor akuntan publik (KAP)
3. Pemberian jasa lain selain jasa audit
4. Lamanya penugasan audit
5. Ukuran kantor akuntan publik (KAP)
6. Besarnya audit fee
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi, yaitu suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh penelitian agar dapat dipelajari persepsi
manajer waralaba terhadap independensi Akuntan publik.
2. Sampel, yaitu sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah metode judgement sampling atau purposive
sampling sebagai penentuan sampelnya, yaitu metode yang
digunakan oleh peneliti yang mempunyai tujuan atau target tertentu
dalam memilih sampel secara tidak acak, dengan kata lain, sampel
yang diambil sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan,
siapapun responden yang bersangkutan, dimana, dan kapan saja
ditemui dijadikan elemen-elemen sampel penelitian. (Hamid,
2004:22).
Populasi dalam penelitian ini adalah manajer yang bekerja pada
restaurant McDonald’s di Jakarta. Penentuan populasi dilaksanakan dengan
metode judgement sampling atau purposive sampling sebagai penentuan
sampelnya, yaitu metode yang digunakan oleh peneliti yang mempunyai
tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak, dengan
kata lain, sampel yang diambil sesuai dengan karakteristik populasi yang
diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana, dan kapan saja
ditemui dijadikan elemen-elemen sampel penelitian. (Hamid, 2004:22).
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data
(Sugiyono, 2004:129) dalam Zamroni (2006:55). Sedangkan data sekunder
adalah data yang dikumpulkan dari data yang sudah ada sebelumnya.
1. Data primer
a. Pengamatan (Observasi)
Observasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian mengingat
tidak semua penelitian menggunakan alat pengumpul data demikian.
Observasi sebagai alat pengumpul data dapat dilakukan secara spontan
dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya (P.
Joko Subagyo (1999:62–63). Observasi adalah pengamatan yang
dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan
gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Ronny
Hanitijo Soemitro 1985:62).
b. Angket (Kuesioner)
P. Joko Subagyo (1999:55), informan yang umumnya merupakan
daftar pertanyaan lazimnya disebut kuesioner, dibuat dengan
menyesuaikan responden ataupun dapat dibuat untuk umum dalam arti
terbatas pula sesuai dengan pengambilan sampel. Kuesioner diajukan
pada responden dalam bentuk tertulis disampaikan secara langsung ke
alamat responden, kantor atau tempat lain.
Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari pertanyaan umum (Nama,
Jenis Kelamin, Posisi/Jabatan) dan pertanyaan khusus (pertanyaan
tentang independensi penampilan Akuntan Publik) sebagai sumber
data.
2. Data sekunder
a. Library Research.
Untuk memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat
memecahkan permasalahan, maka penulis mengadakan penelitian
kepustakaan dengan mengumpulkan artikel ilmiah, buku dan sumber
lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Internet Research
Untuk memperoleh data dan jurnal sebagai landasan penelitian,
maka di dilakukan research melalui website www.google.co.id.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang akan digunakan kali ini adalah dengan
menggunakan metode deskriptif. Tujuannya adalah agar terdapat beberapa
gambaran (deskriptif), ataupun bayangan secara sistematis, aktual, dan akurat
mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang akan diteliti dan
diselidiki (Sugiyono, 2006:112).
Pengukuran terhadap besarnya persepsi manajer perusahaan waralaba
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik
dilakukan dengan menggunakan skala linkert. Instrumen pertanyaan ini akan
menghasilkan total skor bagi tiap anggota sampel yang diwakili oleh setiap
nilai skor seperti yang tercantum berikut ini:
Tabel 3.1
Skala Linkert
Skala Linkert Bobot
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Ragu-ragu 3
Setuju 4
Sangat Setuju 5
Sumber: Freddy Rangkuti (2003)
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel
penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam
pengujian tersebut (Singarimbun dan Effendi, 1989:122). Dalam suatu
penelitian diperoleh instrumen yang valid dan reliabel. Validitas
merupakan ukuran yang mengukur apa yang akan diukur. Validitas
menunjuk kepada ketepatan dan kecermatan tes dalam menjalankan fungsi
pengukurannya (Rochaety, Tresnati, dan Latief, 2007). Reliabilitas adalah
suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam
mengukur gejala yang sama (Husein Umar, 2003:113),sedangkan menurut
Rochaety, Tresnati, dan Latief (2007) Reliabilitas merupakan tingkat
kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur
yang terpercaya (reliabel). Pengujian validitas dan reliabilitas pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi program
SPSS 12.0 for windows.
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen penelitian dikatakan
valid apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid
2) Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid
Untuk menentukan r hitung didapatkan dari perhitungan
dengan menggunakan rumus teknik korelasi “product moment” dan
dalam menentukan r tabel dengan menggunkan tabel Angka Kritik
Nilai r. Adapun rumus dari product moment adalah sebagai berikut:
(Singarimbun dan Effendi, 1989:137)
Dimana:
N = Jumlah Responden
X = Skor Pernyataan n
Y = Skor Total
2222 YYNXXN
YXXYNr
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, dengan
kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di
dalam mengukur gejala yang sama. Untuk menguji reliabilitas
konstruk dalam penelitian ini akan digunakan teknik uji Cronbach’s
Alpha. Cronbach alpha adalah patokan untuk menafsirkan korelasi
antara skala yang dibuat dengan semua skala variabel yang ada.
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Dimana:
r = Reliabilitas
k = Banyaknya pertanyaan
b = Varians butir
t = Varians total
Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki
koefisien diatas 0.6 (Yarnest, 2004:68) dalam Zamroni (2006:65).
Nilai reliabilitas penelitian dibedakan atas masing-masing variabel.
Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen
sebagai pedoman didasarkan pada ketentuan sebagai berikut:
2
21
1t
b
k
kr
Tabel 3.2.
Kategori Penilaian Tinggi Rendahnya Reliabilitas Instrumen
Interval Coefisien Tingkat Reliabilitas
< 0,200 Sangat Rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Cukup
0,600 – 0,799 Tinggi
0,800 – 1,00 Sangat Tinggi
Sumber : Yarnest, 2004:68
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat digunakan model regresi linier berganda dengan menggunakan
program SPSS 12.0 for windows. Model regresi linier berganda penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + ei
Dimana:
Y : Independensi akuntan publik
X1 : Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
X2 : Persaingan antar kantor akuntan publik
X3 : Pemberian jasa lain selain jasa audit
X4 : Lamanya penugasan audit
X5 : Ukuran kantor akuntan publik
X6 : Besarnya audit fee
a : Konstanta
b : Koefisien regresi
ei : Faktor penggangu
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dengan melihat asumsi-asumsi
yang mendasari pemilihan pengujian, maka dilakukan pengecekan data
sehingga pemilihan pengujian yang dilakukan terjamin baik. Untuk itu,
sebelum melakukan pengujian hipotesis dilakukan uji normalitas data
dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Uji Kolmogorov-
Smirnov juga merupakan ukuran ketepatan (goodness of fit) suatu
distribusi frekuensi teoritis (frekuensi harapan). Nilai kolmogorov-
Smirnov diberi simbol Dn yang dapat diperoleh dengan menggunakan
formula: (Wijaya IR, 2003 : 13 dalam Fithroty 2005 : 31).
Dn = Maksimum (fe – f0)
Dn adalah deviasi absolut tertinggi, berupa selisih tertinggi antara
frekuensi harapan (fe) dan frekuensi observasi (f0). Nilai Dn berguna,
terutama untuk membuat dugaan mengenai keeratan antara distribusi
frekuensi observasi (Observed Frequency Distribution) dengan
distribusi frekuensi yang diharapkan (Expected f0). Distribusi
probabilitas Dn tergantung dari banyaknya sampel yang digunakan dan
tidak tergantung dari distribusi frekuensi harapan.
Untuk melakukan uji normalitas data, ada ketentuan yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. H0 = Data terdistribusi dengan normal
H1 = Data tidak terdistribusi dengan normal
2. Taraf nyata = 0.05
3. Wilayah kritik = Dn > D0.05
b. Uji Multikolinearitas
Istilah kolinearitas ganda (Multicolinearity) diciptakan oleh
Ranger Fish di dalam bukunya “Statistical Confluence Analysis by
Means of Complete Regression System” arti dari istilah tersebut adalah
adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak (perfect or exact)
diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi.
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model
regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan dimana satu atau lebih
variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linear dengan variabel
lainnya. Artinya bahwa jika diantara peubah-peubah bebas yang
digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka
bisa dikatakan tidak terjadi multikolinearitas (Siti Hamidah, 2005:36).
Untuk menguji asumsi multikolinearitas dapat digunakan VIF
(Variance Inflation Factor), dimana Gujarati (2003) dalam Hamidah
(2005) mengatakan bila nilaiVIF lebih dari 10 berarti terdapat
kolinearitas sangat tinggi dan sebaliknya apabila nilai VIF lebih kecil
dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heterokedatisitas
Gejala heterokedatisitas akan muncul apabila variabel
pengganggu (ei) memiliki varian yang berbeda dari satu observasi ke
observasi yang lain. Dengan uji Spearman maka diperoleh sebagai
berikut:
Dimana:
t0 = t hitung korelasi Spearman
rs = Korelasi Spearman (dicari dengan program SPSS versi 12.00)
n = Jumlah Sampel
E. Uji Statistik dan Hipotesis
1. Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear
berganda. Langkah-langkah dalam pengelolaan data yang dikumpulkan
dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menggolongkan data yang diperoleh dengan tabel kontinjensi
2. Menentukan tingkat signifikansi (level of significant), dalam penelitian
ini digunakan taraf nyata ( = 0.05)
)1(
2
20
s
s
r
nrt
3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis (Sugiyono, 2004:21) dalam
Zamroni (2006:57)
Pada uji ini akan ditentukan tingkat signifikansi (level of
significant) sebesar = 0.05. jika probabilitas lebih besar dari 0.05
(p>0.05) maka H0 diterima atau Ha ditolak. Dan jika probabilitas lebih
kecil dari 0.05 (p<0.05) maka H0 ditolak atau Ha diterima (Ghozali,
2001:23-24) dalam Zamroni (2006:58).
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang digunakan pada regresi linier berganda
adalah sebagai berikut:
a. Uji T parsial
Untuk melihat pengaruh variabel bebas (Ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor
akuntan publik, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya
penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan, besarnya audit fee)
terhadap variabel terikat (Independensi akuntan publik) secara parsial
digunakan uji t. bila thitung > ttabel dengan nilai signifikan antara variable
independen secara parsial terhadap varibel dependen. Rumus untuk uji
t adalah:
thitung = 21
2
r
nr
Dimana:
r = Koefisien regresi
n = Jumlah Sampel
Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan pada hipotesis secara
parsial, yaitu dalam merumuskan hipotesis nol (H0) kita juga harus
menyertai dengan hipotesis alternatif (Ha) seperti yang terlihat dibawah
ini:
Ho : bi = 0 Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari variabel, yaitu Ikatan kepentingan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor
akuntan publik, pemberian jasa lain selain jasa audit,
lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor
akuntan, dan besarnya audit fee terhadap independensi
akuntan publik.
Ha : bi ≠ 0 Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel, yaitu Ikatan kepentingan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor
akuntan publik, pemberian jasa lain selain jasa audit,
lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor
akuntan, dan besarnya audit fee terhadap
Independensi akuntan publik.
)1/()1(
/2
2
knR
kRF
b. Uji F
Uji F bertujuan untuk melihat kemaknaan dari hasil model
regresi. Bila nilai Fhitung > dari Ftabel atau tingkat signifikannya lebih
kecil dari 5% (α = 0,05) maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh variabel bebas (Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan
usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik, pemberian
jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu
kantor akuntan, besarnya audit fee) secara bersama-sama terhadap
variabel terikat (Independensi akuntan publik). Rumus uji F adalah:
Dimana:
R2
: Koefisien Determinasi
k : Jumlah variable independen
n : Jumlah Sampel
c. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R2) ditujukan untuk melihat seberapa
besar kemampuan variabel bebas (Ikatan kepentingan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik,
pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran
suatu kantor akuntan, besarnya audit fee) menjelaskan variabel terikat
(Independensi akuntan publik) yang dilihat melalui adjusted R square
karena variabel independennya lebih dari dua.
F. Operasional Variabel Penelitian
Agar variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dimengerti dengan
jelas, serta untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsir pengertian
disini, maka perlu pembatasan pengertian dari variabel dalam penelitian ini,
yaitu:
Tabel 3.3
Operasional Variabel Penelitian
Operasionalisasi Variabel
Variabel Sub
Variabel Indikator
Skala
Pengukuran
Ikatan Kepentingan
Keuangan dan Hubungan
Usaha dengan Klien (X1)
1. Hutang piutang pada
Perusahaan Klien
2. Suatu Akuntan Publik
atau KAP mempunyai
saham lebih besar dari
5%
3. Akuntan Publik
meminjam sejumlah
uang yang besar
4. Mayoritas pendapatan
KAP berasal dari klien
5. Auditor menyewa
gedung milik klien
6. Jika salah satu isri
Auditor menjadi salah
satu pemegang saham
dari perusahaan klien
7. Presiden Direktur
Perusahaan Klien
menunjuk seorang
auditor sebagai
pelaksana dan sekaligus
Auditor dari salah satu
perusahaannya
Persaingan antar Kantor
Akuntan Publik (X2)
8. Pengaruh Tajamnya
Persaingan antar KAP
Ordinal
9. Persaingan antar KAP
relatif tidak tajam
10. Munculnya
penggabungan KAP
yang satu dengan yang
lain
11. Timbulnya KAP
berskala nasional dan
internasional.
12. Berdirinya KAP
berskala kecil
13. Adanya persaingan fee
antar KAP jauh
dibawah tarif minimum
14. Kekhawatiran auditor
terhadap kliennya yang
mencari kantor akuntan
lainnya
Pemberian Jasa Lain
Selain Jasa Audit (X3)
15. Aktivitas Kantor
Akuntan Publik (KAP)
selain memberikan jasa
audit juga memberikan
jasa-jasa lain cenderung
memihak.
Ordinal
16. Jasa konsultasi
Manajemen
17. Jasa Akutansi
18. Jasa Pembukuan
19. Akuntan publik
menawarkan jasanya
20. Jasa perpajakan
Lamanya Penugasan
Audit (X4)
21. Memperoleh Penugasan
Audit Lebih dari 5
Tahun
Ordinal
22. Memperoleh Penugasan
Audit kurang dari 5
Tahun
23. Akuntan Publik cepat
merasa puas, kurang
inovasi dan kurang
ketat dalam
melaksanakan prosedur
audit
24. Penugasan audit 5
tahun atau kurang
menyebabkan informasi
yang disajikan dalam
laporan pemeriksaan
kurang bermanfaat
25. Penugasan audit yang
lama yang bersifat
kekeluargaan
26. KAP atau auditor dapat
memberikan jasa audit
kembali untuk klien
yang sama
27. Akuntan Publik harus
dirotasi setelah
mengaudit selama 5
tahun
Ukuran Suatu KAP (X5)
28. Audit yang dilakukan
oleh KAP Besar
Ordinal
29. Audit yang dilakukan
KAP Besar dapat
memberikan hasil
rekomendasi yang
bermanfaat
30. Audit yang dilakukan
oleh KAP Kecil
31. KAP besar lebih
Independensi daripada
KAP kecil
32. KAP kecil lebih
independensi daripada
KAP besar
33. Audit yang dilakukan
KAP Kecil dapat
memberikan hasil
rekomendasi yang
bermanfaat
34. KAP besar lebih
independensi dari KAP
kecil
Besarnya Audit Fee (X6)
35. Audit Fee yang
diberikan Klien
dilakukan Secara
Objektif Ordinal
36. Audit Fee yang
diberikan oleh
perusahaan klien
berjumlah sangat besar
37. Audit Fee sebagian
besar dari total
pendapatan suatu
kantor akuntan
38. Audit Fee sebagian
kecil dari total
pendapatan suatu
kantor akuntan
39. Ketergantungan pada
klien karena audit yang
besar
40. Waktu dan Biaya Audit
yang terbatas
dikarenakan audit yang
kecil
Independensi Akuntan
Publik (Y)
a.Kejujuran
41. Auditor harus
mempunyai kebebasan
dalam mengeluarkan
pendapatnya ecara jujur
Ordinal
42. Mendeteksi kekeliruan
audit
43. Mempertahankan
kebebasan dalam sikap
mental
44. Bebas dari prasangka
yang meragukan
independensi
45. Bukti pemeriksaan
yang telah dilakukan
oleh auditor
46. Pengkajian dan
penilaian yang layak
47. Auditor tidak mudah
dipengaruhi atau
dikendalikan oleh klien
yang diperiksa
48. Auditor tidak
dibenarkan memihak
kepada kepentingan
siapapun
Ordinal
c. Keahlian
49. Persyaratan sebagai
seorang
profesionalisme
50. Hasil audit yang
berdasarkan kenyataan
51. Penggunaan tenaga ahli
dalam melakukan tugas
auditnya
52. Opini auditor mengenai
laporan keuangan
53. Pengalaman auditor
melakukan
pemeriksaan,
pengamatan sebagai
keahlian
54. Bukti audit kompeten
yang cukup harus
diperoleh oleh auditor
sebagai dasar yang
memadai untuk
penyajian laporan audit
55. Pekerjaan audit harus
direncanakan dengan
sebaik-baiknya
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perusahaan Waralaba McDonald’s
McDonald's Corporation NYSE: MCD (terkenal dengan sebutan
McD, dibaca Mek-di) adalah rangkaian rumah makan siap saji terbesar di
dunia. Hidangan utama di restoran-restoran McDonald's Indonesia adalah
hamburger, yakni Beef Burger, Spicy Burger, Fillet-O-Fish, Cheese
Burger, Double Cheese Burger, Bigmac Burger, McChiken Burger.
Namun, mereka juga menyajikan minuman ringan, kentang goreng,
sundae strawbery, ice cone, McFlury Choco dan hidangan-hidangan lokal
yang disesuaikan dengan tempat restoran itu berada. Restoran McDonald's
pertama didirikan pada tahun 1940 oleh dua bersaudara Dick dan Mac
McDonald, namun kemudian dibeli oleh Ray Kroc dan diperluas ke
seluruh dunia.
Sampai pada tahun 2004, McDonald's memiliki 30.000 rumah makan
di seluruh dunia dengan jumlah pengunjung rata-rata 50.000.000 orang
dan pengunjung per hari dan rumah makan 1.700 orang. Lambang
McDonald's adalah dua busur berwarna kuning yang biasanya dipajang di
luar rumah-rumah makan mereka dan dapat segera dikenali oleh
masyarakat luas.
Restoran McDonald’s pertama di Singapura terletak di St. King
Albert sedangkan Restoran McDonald's pertama di Indonesia terletak di
Sarinah, Jakarta dan dibuka pada 23 Februari 1991. Berbeda dari
kebanyakan restoran McDonald's di luar negeri yang menjual Apple Pie
dan macam-macam Breakfast , McDonald's juga menjual ayam goreng dan
nasi di restoran-restorannya di Indonesia.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Manajer yang bekerja di
perusahaan Waralaba ( McDonald’s) yang berada di wilayah DKI Jakarta
dan wilayah Singapura. Manajer yang dilibatkan meliputi Store Manajer ,
1st Manajer, dan 2nd Manajer dari berbagai usia, jenis kelamin, lamanya
bekerja dan latar belakang pendidikan.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung melalui perantara kepada responden.
Penyebaran dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2007 s/d 11 Maret 2008
dan dilakukan di 15 outlet McDonald’s yang berada di DKI Jakarta yakni
di cabang Pondok Indah, Bumi Serpong Damai (BSD), Bintaro, Blok M,
Melawai, Cipulir, Sarinah, Cilandak, Plaza Senayan, Mal Taman Anggrek,
Kemang dan wilayah Singapura yakni cabang Pioneer Mall, Orchard,
Nanyang Technology University (NTU) dan West Cost Park (WCP).
dengan peta distribusi sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data Distribusi Sampel Penelitian
No Nama Outlet McDonald's Kuesioner
dikirim
Kuesioner
dikembalikan
1 Pondok Indah 3 3
2 Pioneer Mall (SG) 3 2
3 Bumi Serpong Damai (BSD) 3 2
4 Bintaro 3 2
5 Blok M 3 3
6 Melawai 3 3
7 Orchard (SG) 3 3
8 Cipulir 3 2
9 Sarinah 3 2
10 NTU (SG) 3 3
11 Cilandak 3 2
12 Plaza Senayan 3 2
13 Mal Taman Anggrek 3 1
14 West Cost Park (SG) 3 3
15 Kemang 3 2
Total 45 35
Sumber : Data Primer yang diolah
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 45 buah dan jumlah yang kembali
adalah sebanyak 35 Buah. Jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah 10 Buah
atau 22,22 %. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 35 buah atau 77,78%,
sedangkan yang tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap berjumlah 0
atau 0%. Data sampel ini dapat dilihat dalam tabel
Tabel 4.2
Data Sampel Penelitian
No Keterangan Manajer
McDonald's Persentase
1 Jumlah kuesioner yang disebar 45 100%
2 Jumlah kuesioner yang tidak kembali 10 22,22%
3 Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 0 0%
4 Jumlah kuesioner yang dapat diolah 35 77,78%
Sumber: Data Primer yang diolah
3. Karakteristik Data Responden
Dibawah ini merupakan tabel 4.3 yang menyajikan identitas
responden yaitu Store Manajer, 1st Manajer, dan 2nd Manajer dari jenis
kelamin , berbagai usia, latar belakang pendidikan dan lamanya bekerja.
Tabel 4.3
Deskriptif Responden
Deskriptif Keterangan Frekuensi Presentase
Jumlah Sampel 35 100%
Jenis Kelamin
Pria 26 74,29%
Wanita 9 25,71%
Usia
< 30 Tahun 14 40,00%
30 - 40 Tahun 19 54,29%
> 40 Tahun 2 5,71%
Pendidikan Terakhir
SMU 6 17,14%
S1 29 82,86%
S2 0 0,00%
Lama Bekerja
<2 Tahun 0 0,00%
2 - 4 Tahun 13 37,14%
>4 Tahun 22 62,86%
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang berjumlah
kelamin pria berjumlah 26 orang atau 74,29% dan wanita berjumlah 9 orang atau
25,71 %. Lalu, responden berdasarkan usia didapatkan yang berumur dibawah 30
tahun berjumlah 14 orang atau 40%, untuk responden yang berumur 30 – 40 tahun
berjumlah 19 orang atau 54,29%, dan untuk responden yang berumur diatas 40
tahun berjumlah 2 orang atau 5,71%. Untuk kriteria pendidikan terakhir
responden didapatkan bahwa responden yang memiliki pendidikan SMU
sebanyak 6 orang atau 17,14%, dan responden yang memiliki pendidikan S1
sebanyak 29 orang atau 82,86%. Sedangkan untuk kriteria responden berdasarkan
lamanya bekerja didapatkan data responden yang bekerja selama 2 – 4 tahun
sebanyak 13 orang atau 37,14%, dan responden yang bekerja di atas 4 tahun
sebanyak 22 orang atau 62,86%.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Validitas
Sebelum kuesioner diberikan kepada 35 responden, penulis
melakukan try out (uji coba) atau pre survey terhadap 15 responden
dengan memberikan 55 butir pertanyaan untuk menguji Validitas dan
Realibilitas dari seluruh pertanyaan tersebut.
Standarisasi kuesioner dilakukan setelah try out terhadap 10
responden. Kuesioner dibagi menjadi tujuh variabel utama, yaitu variabel
ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien dengan 7
indikator, variabel persaingan antar kantor akuntan publik (KAP) dengan 7
indikator, variabel pemberian jasa lain selain jasa audit dengan 6 indikator,
variabel lamanya penugasan audit dengan 7 indikator, variabel ukuran
suatu kantor akuntan publik (KAP) dengan 7 indikator, variabel besarnya
audit fee dengan 6 indikator dan variabel independensi dengan 15
indikator.
Dalam menentukan validitas instrumen penelitian, dilakukan dasar
pengambilan keputusan pengujian validitas sebagai berikut :
a. rtabel pada α 0,05 dengan derajat kebebasan df = jumlah kasus (n)-2
b. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir tersebut valid
c. Jika rhitung negatif dan rhitung < rtabel maka butir tersebut tidak valid
d. rhitung dapat dilihat pada kolom total Correlation (rhitung)
Hasil Try Out Item Instrumen Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba
terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik
Tabel 4.4.
IKATAN KEPENTINGAN KEUANGAN DAN HUBUNGAN USAHA
DENGAN KLIEN
Butir Pertanyaan
Total Correlation
(r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan 1 0.831 0.217 Valid
Pertanyaan2 0.295 0.217 Valid
Pertanyaan3 0.022 0.217 Tidak Valid
Pertanyaan4 0.386 0.217 Valid
Pertanyaan5 0.246 0.217 Valid
Pertanyaan6 0.688 0.217 Valid
Pertanyaan7 0.677 0.217 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.4 menunjukkan variabel ikatan kepentingan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien mempunyai kriteria valid untuk semua item
pertanyaan terkecuali 1 pertanyaan dari variabel ikatan kepentingan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien yaitu butir pertanyaan 3 yang dinyatakan tidak valid
karena butir tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu
0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.5
PERSAINGAN ANTAR KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
Butir Pertanyaan
Total Correlation
(r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan8 0.790 0.217 Valid
Pertanyaan9 0.329 0.217 Valid
Pertanyaan10 0.710 0.217 Valid
Pertanyaan11 0.303 0.217 Valid
Pertanyaan12 0.533 0.217 Valid
Pertanyaan13 0.381 0.217 Valid
Pertanyaan14 0.566 0.217 Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.5 menunjukkan variabel persaingan antar kantor akuntan publik
(KAP) mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan karena butir
tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35
– 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.6
PEMBERIAN JASA LAIN SELAIN JASA AUDIT
Butir Pertanyaan
Total Correlation
(r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan15 0.510 0.217 Valid
Pertanyaan16 0.405 0.217 Valid
Pertanyaan17 0.324 0.217 Valid
Pertanyaan18 0.317 0.217 Valid
Pertanyaan19 0.309 0.217 Valid
Pertanyaan20 0.417 0.217 Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.6 menunjukkan variabel pemberian jasa lain selain jasa audit
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan karena butir tersebut
mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 =
33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.7
LAMANYA PENUGASAN AUDIT
Butir Pertanyaan
Total Correlation
(r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan21 0.652 0.217 Valid
Pertanyaan22 0.522 0.217 Valid
Pertanyaan23 0.483 0.217 Valid
Pertanyaan24 0.398 0.217 Valid
Pertanyaan25 0.609 0.217 Valid
Pertanyaan26 -0.186 0.217 Tidak Valid
Pertanyaan27 0.526 0.217 Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.7 menunjukkan variabel lamanya penugasan audit mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan terkecuali 1 pertanyaan dari variabel
ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien yaitu butir
pertanyaan 3 yang dinyatakan tidak valid karena nilai korelasinya adalah negatif
atau butir tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu
0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.8
UKURAN SUATU KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
Butir Pertanyaan
Total Correlation
(r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan28 0.467 0.217 Valid
Pertanyaan29 0.300 0.217 Valid
Pertanyaan30 0.529 0.217 Valid
Pertanyaan31 0.428 0.217 Valid
Pertanyaan32 0.693 0.217 Valid
Pertanyaan33 0.428 0.217 Valid
Pertanyaan34 0.284 0.217 Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.8 menunjukkan variabel ukuran suatu kantor akuntan publik
(KAP) mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan karena butir
tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35
– 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.9
BESARNYA AUDIT FEE
Butir Pertanyaan
Total Correlation
(r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan35 0.584 0.217 Valid
Pertanyaan36 0.520 0.217 Valid
Pertanyaan37 0.594 0.217 Valid
Pertanyaan38 0.322 0.217 Valid
Pertanyaan39 0.531 0.217 Valid
Pertanyaan40 0.424 0.217 Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.9 menunjukkan variabel besarnya audit fee mempunyai kriteria
valid untuk semua item pertanyaan karena butir tersebut mempunyai koefisien
korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan
5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.10
INDEPENDENSI
KEJUJURAN
Butir Pertanyaan
Total Correlation
(r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan41 0.496 0.217 Valid
Pertanyaan42 0.386 0.217 Valid
Pertanyaan43 0.285 0.217 Valid
Pertanyaan44 0.634 0.217 Valid
Pertanyaan45 0.584 0.217 Valid
Pertanyaan46 0.444 0.217 Valid
Pertanyaan47 0.562 0.217 Valid
Pertanyaan48 0.382 0.217 Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.10 menunjukkan variabel kejujuran mempunyai kriteria valid
untuk semua item pertanyaan karena butir tersebut mempunyai koefisien korelasi
lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%,
didapat angka 0,217).
Tabel 4.11
KEAHLIAN
Butir Pertanyaan
Total Correlation
(r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan49 0.610 0.217 Valid
Pertanyaan50 0.496 0.217 Valid
Pertanyaan51 0.430 0.217 Valid
Pertanyaan52 0.309 0.217 Valid
Pertanyaan53 0.439 0.217 Valid
Pertanyaan54 0.444 0.217 Valid
Pertanyaan55 0.736 0.217 Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.11 menunjukkan variabel keahlian mempunyai kriteria valid untuk
semua item pertanyaan karena butir tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih
kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat
angka 0,217).
2. Uji Reliabilitas
Tujuan reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi alat ukur
(kuesioner). Terlihat nilai Cronbach Alpha pada tabel 4.2 adalah sebesar
0,941. Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki
koefisien diatas 0,6 (Yarnest, 2004 :68) (Lihat tabel 3.1)
Tabel 4.12.
Uji Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.941 55
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel diatas, hasil Cronbach’s Alpha untuk seluruh butir
instrumen pertanyaan memiliki nilai yang sangat tinggi. Hal ini berarti
bahwa item pertanyaan yang digunakan akan mampu memperoleh data
yang konsisten dalam arti jika pertanyaan tersebut diajukan kembali maka
akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban pertama.
Sehingga dapat dikatakan bahwa semua variabel sangat reliable, karena
nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,8.
C. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba terhadap
Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik
Setelah melakukan survey dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada
manajer perusahaan waralaba McDonald’s maka diperoleh hasil jawaban
kuesioner sebagai berikut:
1. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Ikatan
kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi
jawaban dari 35 responden terhadap tujuh pertanyaan yang diberikan
mengenai ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
menurut persepsi manajer waralaba.
a. Hubungan Usaha dan Hutang piutang Akuntan Publik atau Kantor
Akuntan Publik (KAP) pada Perusahaan Klien
Tabel 4.13.
Hasil Kuesioner tentang Hubungan Usaha dan Hutang Piutang Akuntan
Publik atau Kantor Akuntan Publik (KAP) pada Perusahaan Klien
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0% 0
Tidak Setuju 2 0 0% 0
Ragu-ragu 3 6 17,1% 18
Setuju 4 18 51,4% 72
Sangat Setuju 5 11 31,4% 55
TOTAL 35 100% 145
Sumber : Data primer
Sebanyak 17,1% responden (manajer McDonald’s) menyatakan
ragu-ragu terhadap adanya hubungan usaha dan hutang piutang akuntan
publik atau KAP terhadap perusahaan waralaba, berarti dengan adanya
hubungan tersebut maka manajer meragukan independensi akuntan publik
atau KAP. Sedangkan, 51,4% responden menyatakan setuju dengan
adanya hubungan usaha dan hutang piutang akuntan publik atau KAP
terhadap klien dan 31,4% menyatakan sangat setuju dengan adanya
hubungan usaha dan hutang piutang akuntan publik atau KAP terhadap
klien, artinya dengan adanya hubungan tersebut akan mempengaruhi
independensi dari akuntan publik.
b. Akuntan Publik memiliki Saham Lebih dari 5% di Perusahaan Klien
Tabel 4.14.
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik memiliki Saham
Lebih dari 5% di Perusahaan Klien
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0% 0
Tidak Setuju 2 0 0% 0
Ragu-ragu 3 3 8,6% 9
Setuju 4 20 57,1% 80
Sangat Setuju 5 12 34,3% 60
TOTAL 35 100% 149
Sumber : Data primer
Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena adanya akuntan publik yang
memiliki saham lebih dari 5% di perusahaan klien. Sedangkan, 57,1%
responden menyatakan setuju dengan adanya akuntan publik yang
memiliki saham lebih dari 5% di perusahaan klien dan 34,3%
menyatakan sangat setuju dengan adanya akuntan publik yang
memiliki saham lebih dari 5% di perusahaan klien, artinya dengan
adanya hal tersebut akan mempengaruhi independensi dari akuntan
publik.
c. Akuntan Publik Meminjam Sejumlah Uang Kepada Direktur
Perusahaan Waralaba
Tabel 4.15.
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Meminjam Sejumlah Uang
Kepada Direktur Perusahaan Waralaba
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0% 0
Tidak Setuju 2 0 0% 0
Ragu-ragu 3 3 8,6% 9
Setuju 4 19 54,3% 76
Sangat Setuju 5 13 37,1% 65
TOTAL 35 100% 150
Sumber : Data primer
Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena adanya akuntan publik yang
meminjam sejumlah uang kepada direktur perusahaan waralaba.
Sedangkan, 54,3% responden menyatakan setuju dengan adanya
akuntan publik meminjam sejumlah uang kepada direktur perusahaan
waralaba dan sebanyak 37,1% responden menyatakan sangat setuju
dengan adanya akuntan publik meminjam sejumlah uang kepada
direktur perusahaan waralaba, artinya dengan adanya hal tersebut akan
mempengaruhi independensi dari akuntan publik.
d. Mayoritas Pendapatan KAP berasal dari Klien
Tabel 4.16.
Hasil Kuesioner tentang Mayoritas Pendapatan KAP
berasal dari Klien
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 13 37,1% 39
Setuju 4 15 42,9% 60
Sangat Setuju 5 7 20,0% 35
TOTAL 35 100% 134
Sumber : Data primer
Sebanyak 37,1% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena adanya mayoritas pendapatan
KAP berasal dari klien. Sedangkan, 42,9% responden menyatakan
setuju dengan adanya mayoritas pendapatan KAP berasal dari klien
dan sebanyak 20,0% responden menyatakan sangat setuju dengan
adanya mayoritas pendapatan KAP berasal dari klien, artinya sebagian
besar responden berpendapat setuju bahwa pendapatan KAP yang
berasal dari klien akan mempengaruhi independensi dari akuntan
publik.
e. Auditor Menyewa Gedung milik Klien
Tabel 4.7.
Hasil Kuesioner tentang Auditor menyewa Gedung milik Klien
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0% 0
Tidak Setuju 2 0 0% 0
Ragu-ragu 3 4 11,4% 12
Setuju 4 20 57,1% 80
Sangat Setuju 5 11 31,4% 55
TOTAL 35 100% 147
Sumber : Data primer
Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena adanya auditor yang menyewa
gedung milik klien. Sedangkan, 57,1% responden menyatakan setuju
dengan adanya auditor yang menyewa gedung milik klien dan
sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya
auditor yang menyewa gedung milik klien, artinya sebagian besar
responden berpendapat setuju bahwa auditor menyewa gedung milik
klien akan mempengaruhi independensi akuntan publik.
f. Istri Auditor menjadi Salah Satu Pemegang Saham dari Perusahaan
Klien
Tabel 4.18.
Hasil Kuesioner tentang Istri Auditor menjadi Salah Satu Pemegang
Saham dari Perusahaan Klien
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0% 0
Tidak Setuju 2 0 0% 0
Ragu-ragu 3 4 11,4% 12
Setuju 4 24 68,6% 96
Sangat Setuju 5 7 20.0% 35
TOTAL 35 100% 143
Sumber : Data primer
Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena adanya istri auditor menjadi salah
satu pemegang saham dari perusahaan klien. Sedangkan, 68,6%
responden menyatakan setuju dengan adanya istri auditor menjadi
salah satu pemegang saham dari perusahaan klien dan sebanyak 20,0%
responden menyatakan sangat setuju dengan adanya istri auditor
menjadi salah satu pemegang saham dari perusahaan klien, artinya
sebagian besar responden berpendapat setuju bahwa istri dari auditor
kalau menjadi pemegang saham dari sebuah perusahaan maka akan
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
g. Presiden Direktur Perusahaan Klien menunjuk Seorang Auditor
sebagai Pelaksana dan Sekaligus Auditor dari Salah Satu
Perusahaannya
Tabel 4.19.
Hasil Kuesioner tentang Presiden Direktur Perusahaan Klien
menunjuk Seorang Auditor sebagai Pelaksana dan Sekaligus Auditor
dari Salah Satu Perusahaannya
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0% 0
Tidak Setuju 2 0 0% 0
Ragu-ragu 3 2 5,7% 6
Setuju 4 22 62,9% 88
Sangat Setuju 5 11 31,4% 55
TOTAL 35 100% 149
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena adanya presiden direktur
perusahaan klien yang menunjuk seorang auditor sebagai pelaksana
dan sekaligus auditor dari salah satu perusahaannya. Sedangkan,
62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya presiden direktur
perusahaan klien yang menunjuk seorang auditor sebagai pelaksana
dan sekaligus auditor dari salah satu perusahaannya dan sebanyak
31,4% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya presiden
direktur perusahaan klien yang menunjuk seorang auditor sebagai
pelaksana dan sekaligus auditor dari salah satu perusahaannya akan
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
2. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Persaingan
antar Kantor Akuntan Publik
Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi
jawaban dari 35 responden terhadap tujuh pertanyaan yang diberikan
mengenai persepsi manajer terhadap persaingan antar kantor akuntan
publik (KAP).
a. Pengaruh Tajamnya Persaingan Antar KAP
Tabel 4.20
Hasil Kuesioner tentang Pengaruh Tajamnya Persaingan Antar KAP
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0% 0
Tidak Setuju 2 2 5,7% 4
Ragu-ragu 3 14 40,0% 42
Setuju 4 14 40,0% 56
Sangat Setuju 5 5 14,3% 25
TOTAL 35 100% 127
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden menyatakan tidak setuju terhadap
independensi dari suatu akuntan publik mengenai adanya pengaruh
dari tajamnya persaingan antar KAP. Sedangkan, 40% responden
meragukan independensi dari suatu akuntan publik dan 40% responden
menyatakan setuju serta sebanyak 14,3% responden menyatakan
sangat setuju mengenai pengaruh dari tajamnya persaungan antar KAP
akan mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
b. Persaingan Antar KAP yang relatif tidak Tajam
Tabel 4.21
Hasil Kuesioner tentang Persaingan Antar KAP yang relatif tidak Tajam
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 1 2,9% 2
Ragu-ragu 3 5 14,3% 15
Setuju 4 26 74,3% 104
Sangat Setuju 5 3 8,6% 15
TOTAL 35 100% 136
Sumber : Data primer
Sebanyak 2,9% responden menyatakan tidak setuju terhadap
independensi dari suatu akuntan publik mengenai persaingan antar
KAP relatif tidak tajam. Sedangkan, 14,3% responden meragukan
independensi dari suatu akuntan publik dan 74,3% responden
menyatakan setuju serta sebanyak 8,6% responden menyatakan sangat
setuju mengenai tajamnya persaingan antar KAP yang relatif tidak
tajam akan mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
c. Munculnya Penggabungan KAP yang satu dengan yang lain
Tabel 4.22
Hasil Kuesioner tentang Munculnya Penggabungan KAP
yang satu dengan yang lain
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 1 2,9% 3
Setuju 4 23 65,7% 92
Sangat Setuju 5 11 31,4% 55
TOTAL 35 100% 150
Sumber : Data primer
Sebanyak 2,9% responden meragukan independensi dari suatu
akuntan publik mengenai penggabungan KAP satu dengan yang lain
dan 65,7% responden menyatakan setuju serta sebanyak 31,4%
responden menyatakan sangat setuju mengenai penggabungan antar
KAP akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan
publik.
d. Timbulnya KAP Berskala Nasional dan Internasional
Tabel 4.23.
Hasil Kuesioner tentang Timbulnya KAP Berskala
Nasional dan Internasional
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 4 11,4% 12
Setuju 4 22 62,9% 88
Sangat Setuju 5 9 25,7% 45
TOTAL 35 100% 145
Sumber : Data primer
Sebanyak 11,4% responden meragukan independensi dari suatu
akuntan publik mengenai timbulnya KAP berskala internasional dan
nasional dan 62,97% responden menyatakan setuju serta sebanyak
25,7% responden menyatakan sangat setuju mengenai timbulnya KAP
berskala internasional dan nasional akan dapat mempengaruhi
independensi dari suatu akuntan publik.
e. Berdirinya KAP Berskala Kecil
Tabel 4.24.
Hasil Kuesioner tentang Berdirinya KAP Berskala Kecil
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 3 8,6% 9
Setuju 4 17 48,6% 68
Sangat Setuju 5 15 42,9% 75
TOTAL 35 100% 152
Sumber : Data primer
Sebanyak 8,6% responden meragukan independensi dari suatu
akuntan publik mengenai berdirinya KAP kecil dan 48,6% responden
menyatakan setuju serta sebanyak 42,9% responden menyatakan
sangat setuju mengenai berdirinya KAP kecil akan dapat
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
f. Adanya Persaingan Fee antar KAP
Tabel 4.25.
Hasil Kuesioner tentang Adanya Persaingan Fee antar KAP
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 2 5,7% 6
Setuju 4 27 77,1% 108
Sangat Setuju 5 6 17,1% 30
TOTAL 35 100% 144
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden meragukan independensi dari suatu
akuntan publik mengenai persaingan fee antar KAP dan 77,1%
responden menyatakan setuju serta sebanyak 17,4% responden
menyatakan sangat setuju mengenai persaingan fee antar KAP akan
dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
g. Kekhawatiran Auditor terhadap kliennya yang mencari kantor akuntan
lainnya
Tabel 4.26.
Hasil Kuesioner tentang Kekhawatiran Auditor terhadap Kliennya
yang mencari Kantor Akuntan Lainnya
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 2 5,7% 6
Setuju 4 24 68,6% 96
Sangat Setuju 5 9 25,7% 45
TOTAL 35 100%
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden meragukan independensi dari suatu
akuntan publik mengenai kekhawatiran auditor akan kliennya mencari
kantor akuntan publik lainnya dan 68,6% responden menyatakan
setuju serta sebanyak 25,7% responden menyatakan sangat setuju
mengenai kekhawatiran auditor akan kliennya mencari kantor akuntan
publik lainnya akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu
akuntan publik.
3. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Pemberian
Jasa Lain selain Jasa Audit
Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi
jawaban dari 50 responden terhadap enam pertanyaan yang diberikan
mengenai persepsi manajer terhadap pemberian jasa lain selain jasa audit.
a. Jasa Konsultasi Manajemen Pada Klien
Tabel 4.27.
Hasil Kuesioner tentang Jasa Konsultasi Manajemen Pada Klien
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0% 0
Tidak Setuju 2 0 0% 0
Ragu-ragu 3 2 5,7% 6
Setuju 4 23 65,7% 92
Sangat Setuju 5 10 28,6% 50
TOTAL 35 100% 148
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena adanya jasa selain jasa audit yakni
jasa konsultasi manajemen yang diberikan oleh auditor untuk klien.
Sedangkan, 65,7% responden menyatakan setuju dengan adanya jasa
konsultasi anajemen yang diberikan oleh auditor dan sebanyak 28,6%
responden menyatakan sangat setuju dengan adanya jasa konsultasi
manajemen yang diberikan oleh auditor akan dapat mempengaruhi
independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
b. Jasa Akuntansi Yang diberikan oleh Akuntan Publik
Tabel 4.28.
Hasil Kuesioner tentang Jasa Akuntansi Yang diberikan oleh
Akuntan Publik
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 5 14,3% 15
Setuju 4 25 71,4% 100
Sangat Setuju 5 5 14.3% 25
TOTAL 35 100% 140
Sumber : Data primer
Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena adanya jasa selain jasa audit yakni
jasa akutansi yang diberikan oleh auditor untuk klien. Sedangkan,
71,4% responden menyatakan setuju dengan adanya jasa akutansi yang
diberikan oleh auditor dan sebanyak 14,3% responden menyatakan
sangat setuju dengan adanya jasa akutansi yang diberikan oleh auditor
akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik
tersebut.
c. Jasa Pembukuan
Tabel 4.29.
Hasil Kuesioner tentang Jasa Pembukuan
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 2 5,7% 6
Setuju 4 21 60,0% 84
Sangat Setuju 5 12 34,3% 60
TOTAL 35 100% 150
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena adanya jasa selain jasa audit yakni
jasa pembukuan yang diberikan oleh auditor untuk klien. Sedangkan,
60% responden menyatakan setuju dengan adanya jasa pembukuan
yang diberikan oleh auditor dan sebanyak 34,3% responden
menyatakan sangat setuju dengan adanya jasa pembukuan yang
diberikan oleh auditor akan dapat mempengaruhi independensi dari
suatu akuntan publik tersebut.
d. Akuntan Sengaja Mendatangi Perusahaan Klien Untuk Menawarkan
Jasanya
Tabel 4.30.
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Sengaja Mendatangi Perusahaan
Klien Untuk Menawarkan Jasanya
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 4 11,4% 12
Setuju 4 18 51,4% 72
Sangat Setuju 5 13 37,1% 65
TOTAL 35 100% 149
Sumber : Data primer
Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena auditor sengaja mendatangi
perusahaan klien untuk menawarkan jasanya. Sedangkan, 51,4%
responden menyatakan setuju dengan hal tersebut dan sebanyak 37,1%
responden menyatakan sangat setuju dengan adanya auditor sengaja
mendatangi perusahaan klien untuk menawarkan jasanya maka akan
dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
e. Jasa Perpajakan
Tabel 4.31.
Hasil Kuesioner tentang Jasa Perpajakan
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 2 5,7% 6
Setuju 4 22 62,9% 88
Sangat Setuju 5 11 31,4% 55
TOTAL 35 100% 149
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena adanya jasa selain jasa audit yakni
jasa perpajakan yang diberikan oleh auditor untuk klien. Sedangkan,
62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya jasa perpajakan
yang diberikan oleh auditor dan sebanyak 31,4% responden
menyatakan sangat setuju dengan adanya jasa perpajakan yang
diberikan oleh auditor akan dapat mempengaruhi independensi dari
suatu akuntan publik tersebut.
f. Akuntan Cenderung Memihak dalam Memberikan Jasa Lain Selain
Jasa Audit
Tabel 4.32.
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Cenderung Memihak dalam
Memberikan Jasa Lain Selain Jasa Audit
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 8 22,9% 24
Setuju 4 15 42,9% 60
Sangat Setuju 5 12 34,3% 60
TOTAL 35 100% 144
Sumber : Data primer
Sebanyak 22,9% responden menyatakan ragu-ragu terhadap
independensi akuntan publik karena auditor cenderung memihak
dalam memberikan jasa lain selain jasa audit. Sedangkan, 42,9%
responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan
sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya
auditor yang cenderung memihak dalam memberikan jasa lain selain
jasa audit. akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan
publik tersebut.
4. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Lamanya
Penugasan Audit
Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi
jawaban dari 50 responden terhadap tujuh pertanyaan yang diberikan
mengenai persepsi manajer terhadap lamanya penugasan audit.
a. Penugasan Audit Lebih dari 5 Tahun
Tabel 4.33.
Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit Lebih dari 5 Tahun
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 1 2,9% 2
Ragu-ragu 3 3 8,6% 9
Setuju 4 19 54,3% 76
Sangat Setuju 5 12 34,3% 60
TOTAL 35 100% 147
Sumber : Data primer
Sebanyak 2,9% responden menyatakan tidak setuju mengenai
independensi auditor terhadap lamanya penugasan auditor lebih dari 5
tahun dan sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap lamanya penugasan auditor lebih dari 5
tahun. Sedangkan, 42,9% responden menyatakan setuju dengan adanya
hal tersebut dan sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju
dengan lamanya penugasan auditor lebih dari 5 tahun. akan dapat
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
b. Penugasan Audit kurang dari 5 Tahun
Tabel 4.34.
Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit kurang dari 5 Tahun
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 4 11,4% 12
Setuju 4 20 57,1% 80
Sangat Setuju 5 11 31,4% 55
TOTAL 35 100% 147
Sumber : Data primer
Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap lamanya penugasan auditor kurang dari
5 tahun. Sedangkan, 57,1% responden menyatakan setuju dengan
adanya hal tersebut dan sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat
setuju dengan lamanya penugasan auditor kurang dari 5 tahun. akan
dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
c. Penugasan yang Bersifat Kekeluargaan
Tabel 4.35.
Hasil Kuesioner tentang Penugasan yang Bersifat Kekeluargaan
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 6 17,1% 18
Setuju 4 24 68,6% 96
Sangat Setuju 5 5 14,3% 25
TOTAL 35 100% 139
Sumber : Data primer
Sebanyak 17,1% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap penugasan auditor yang bersifat
kekeluargaan. Sedangkan, 68,6% responden menyatakan setuju dengan
adanya hal tersebut dan sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat
setuju dengan penugasan auditor yang bersifat kekeluargaan. akan
dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
d. Akuntan Publik Cepat Merasa Puas, Kurang Inovasi, Dan Kurang
Ketat dalam Melaksanakan Prosedur Audit
Tabel 4.36.
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Cepat Merasa Puas, Kurang
Inovasi, Dan Kurang Ketat dalam Melaksanakan Prosedur Audit
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 3 8,6% 9
Setuju 4 24 68,6% 96
Sangat Setuju 5 8 22,9% 40
TOTAL 35 100% 145
Sumber : Data primer
Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor dikarenakan penugasan audit yang lama maka
auditor akan cepat merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat
dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan, 68,6% responden
menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 22,9%
responden menyatakan sangat setuju dikarenakan penugasan audit
yang lama maka auditor akan cepat merasa puas, kurang inovasi, dan
kurang ketat dalam melaksanakan prosedur audit akan dapat
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
e. Penugasan Audit 5 Tahun atau Kurang Menyebabkan Informasi yang
disajikan dalam Laporan Pemeriksaan kurang Bermanfaat
Tabel 4.37.
Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit 5 Tahun atau Kurang
Menyebabkan Informasi yang disajikan dalam Laporan Pemeriksaan
kurang Bermanfaat
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 2 5,7% 6
Setuju 4 20 57,1% 80
Sangat Setuju 5 13 37,1% 65
TOTAL 35 100% 151
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor dikarenakan penugasan audit 5 tahun atau kurang
akan menyebabkan informasi yang disajikan dalam laporan
pemeriksaan menjadi kurang bermanfaat. Sedangkan, 57,1%
responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan
sebanyak 37,1% responden menyatakan sangat setuju dikarenakan
penugasan audit 5 tahun atau kurang akan menyebabkan informasi
yang disajikan dalam laporan pemeriksaan menjadi kurang bermanfaat
sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik
tersebut.
f. KAP atau Auditor dapat Memberikan Jasa Audit Kembali untuk Klien
yang sama setelah 3 Tahun Buku Berturut-turut Tidak Mengaudit
Klien
Tabel 4.38.
Hasil Kuesioner tentang KAP atau Auditor dapat Memberikan Jasa Audit
Kembali untuk Klien yang sama setelah 3 Tahun Buku Berturut-turut
Tidak Mengaudit Klien
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 5 14,3% 15
Setuju 4 18 51,4% 72
Sangat Setuju 5 12 34,3% 60
TOTAL 35 100% 147
Sumber : Data primer
Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap auditor atau KAP yang dapat
memberikan jasa audit kembali untuk klien yang sama setelah 3 tahun
buku berturut-turut tidak mengaudit klien. Sedangkan, 51,4%
responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan
sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju terhadap auditor
atau KAP yang dapat memberikan jasa audit kembali untuk klien yang
sama setelah 3 tahun buku berturut-turut tidak mengaudit klien maka
akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik
tersebut.
g. Akuntan Publik harus dirotasi setelah mengaudit selama 5 tahun
Tabel 4.39.
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik harus dirotasi
setelah mengaudit selama 5 tahun
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 5 14,3% 15
Setuju 4 16 45,7% 64
Sangat Setuju 5 14 40,0% 70
TOTAL 35 100% 149
Sumber : Data primer
Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor dikarenakan auditor harus dirotasi setelah
mengaudit selama 5 tahun. Sedangkan, 45,7% responden menyatakan
setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 40% responden
menyatakan sangat setuju dikarenakan auditor harus dirotasi setelah
mengaudit selama 5 tahun sehingga dapat mempengaruhi independensi
dari suatu akuntan publik tersebut.
5. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Ukuran
Suatu Kantor Akuntan Publik
Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi
jawaban dari 50 responden terhadap enam pertanyaan yang diberikan
mengenai persepsi manajer terhadap ukuran suatu kantor akuntan.
a. Audit pada Perusahaan Go Publik dilakukan oleh KAP Besar
Tabel 4.40.
Hasil Kuesioner tentang Audit pada Perusahaan Go Publik
dilakukan oleh KAP Besar
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 4 11,4% 12
Setuju 4 15 42,9% 60
Sangat Setuju 5 16 45,7% 80
TOTAL 35 100% 152
Sumber : Data primer
Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap audit pada perusahaan Go Public yang
dilakukan oleh KAP besar. Sedangkan, 42,9% responden menyatakan
setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 45,7% responden
menyatakan sangat setuju audit pada perusahaan Go Public yang
dilakukan oleh KAP besar akan dapat mempengaruhi independensi
dari suatu akuntan publik tersebut.
b. Audit yang dilakukan KAP Besar dapat memberikan hasil
rekomendasi yang bermanfaat
Tabel 4.41.
Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan KAP Besar dapat
memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 8 22,9% 24
Setuju 4 20 57,1% 80
Sangat Setuju 5 7 20,0% 35
TOTAL 35 100% 139
Sumber : Data primer
Sebanyak 22,9% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor dikarenakan audit yang dilakukan KAP Besar
dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat. Sedangkan,
57,1% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan
sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju dikarenakan audit
yang dilakukan KAP Besar dapat memberikan hasil rekomendasi yang
bermanfaat sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu
akuntan publik tersebut.
c. Audit yang dilakukan oleh KAP Kecil Lebih menjamin
Independensinya
Tabel 4.42.
Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan oleh KAP Kecil
Lebih Menjamin Independensinya
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 2 5,7% 6
Setuju 4 24 68,6% 96
Sangat Setuju 5 9 25,7% 45
TOTAL 35 100% 147
Sumber : Data diolah
Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor dikarenakan audit yang dilakukan oleh KAP kecil
lebih menjamin independensinya dibandingkan KAP besar.
Sedangkan, 68,6% responden menyatakan setuju dengan adanya hal
tersebut dan sebanyak 25,7% responden menyatakan sangat setuju
dikarenakan audit yang dilakukan oleh KAP kecil lebih menjamin
independensinya dibandingkan dengan KAP besar sehingga dapat
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
d. Audit yang dilakukan KAP Kecil dapat memberikan hasil rekomendasi
yang bermanfaat
Tabel 4.43.
Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan KAP Kecil dapat
memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 5 14,3% 15
Setuju 4 18 51,4% 72
Sangat Setuju 5 12 34,3% 60
TOTAL 35 100% 147
Sumber : Data primer
Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor dikarenakan audit yang dilakukan KAP kecil
dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat. Sedangkan,
51,4% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan
sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju dikarenakan
audit yang dilakukan KAP kecil dapat memberikan hasil rekomendasi
yang bermanfaat sehingga dapat mempengaruhi independensi dari
suatu akuntan publik tersebut.
e. KAP Besar Lebih Independen daripada KAP Kecil
Tabel 4.44.
Hasil Kuesioner tentang KAP Besar Lebih Independen daripada KAP
Kecil
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 7 20,0% 21
Setuju 4 18 51,4% 72
Sangat Setuju 5 10 28,6% 50
TOTAL 35 100% 143
Sumber : Data primer
Sebanyak 20% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor dikarenakan KAP besar lebih independen
daripada KAP kecil. Sedangkan, 51,4% responden menyatakan setuju
dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 28,6% responden
menyatakan sangat setuju KAP besar lebih independen daripada KAP
kecil dikarenakan KAP besar tidak begitu bergantung pada salah satu
klien saja sehingga tidak begitu mempengaruhi pendapatannya dan
dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
f. KAP Kecil lebih independen daripada KAP Besar
Tabel 4.45.
Hasil Kuesioner tentang KAP Kecil Lebih Independen
daripada KAP Besar
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 2 5,7% 6
Setuju 4 22 62,9% 88
Sangat Setuju 5 11 31,4% 55
TOTAL 35 100% 149
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor dikarenakan KAP Kecil lebih independen
daripada KAP Besar. Sedangkan, 62,9% responden menyatakan setuju
dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 31,4% responden
menyatakan sangat setuju KAP Kecil lebih independen daripada KAP
Besar dikarenakan KAP Kecil hanya memberikan jasa audit saja pada
klien tertentu sehingga hilangnya seorang klien tidak begitu
mempengaruhi pendapatannya dan dapat mempengaruhi independensi
dari suatu akuntan publik tersebut.
6. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Besarnya
Audit Fee
Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi
jawaban dari 50 responden terhadap enam pertanyaan yang diberikan
mengenai persepsi manajer terhadap besarnya audit fee
a. Audit Fee yang diberikan Klien dilakukan Secara Objektif
Tabel 4.46.
Hasil Kuesioner tentang Audit Fee yang diberikan Klien
dilakukan Secara Objektif
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 5 14,3% 15
Setuju 4 18 51,4% 72
Sangat Setuju 5 12 34,3% 60
TOTAL 35 100% 147
Sumber : Data primer
Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap audit Fee yang diberikan klien
dilakukan secara objektif. Sedangkan, 51,4% responden menyatakan
setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 34,3% responden
menyatakan sangat setuju terhadap audit Fee yang diberikan klien
dilakukan secara objektif maka akan dapat mempengaruhi
independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
b. Jasa Audit Fee dari Klien yang Berjumlah Besar
Tabel 4.47.
Hasil Kuesioner tentang Jasa Audit Fee dari Klien yang Berjumlah Besar
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 1 2,9% 3
Setuju 4 23 65,7% 92
Sangat Setuju 5 11 31,4% 55
TOTAL 35 100% 150
Sumber : Data primer
Sebanyak 2,9% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor dikarenakan jasa audit fee dari klien yang
berjumlah besar. Sedangkan, 65,7% responden menyatakan setuju
dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 31,4% responden
menyatakan sangat setuju apabila jasa audit fee yang diberikan oleh
klien berjumlah sangat besar maka akan dapat mempengaruhi
independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
c. Audit Fee sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan
Tabel 4.48.
Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian besar
dari total pendapatan suatu kantor akuntan
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 6 17,1% 18
Setuju 4 19 54,3% 76
Sangat Setuju 5 10 28,6% 50
TOTAL 35 100% 144
Sumber : Data primer
Sebanyak 17,1% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap audit Fee sebagian besar dari total
pendapatan suatu kantor akuntan publik. Sedangkan, 54,3% responden
menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 28,6%
responden menyatakan sangat setuju terhadap audit Fee sebagian besar
dari total pendapatan suatu kantor akuntan publik akan dapat
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
d. Audit Fee sebagian kecil dari total pendapatan suatu kantor akuntan
Tabel 4.49.
Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian kecil
dari total pendapatan suatu kantor akuntan
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 8 22,9% 24
Setuju 4 23 65,7% 92
Sangat Setuju 5 4 11,4% 20
TOTAL 35 100% 136
Sumber : Data primer
Sebanyak 22,9% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap audit Fee sebagian kecil dari total
pendapatan suatu kantor akuntan publik. Sedangkan, 65,7% responden
menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 11,4%
responden menyatakan sangat setuju terhadap audit Fee sebagian kecil
dari total pendapatan suatu kantor akuntan publik akan dapat
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
e. Ketergantungan Pada Klien karena Audit yang Besar
Tabel 4.50.
Hasil Kuesioner tentang Ketergantungan Pada Klien karena Audit yang
Besar
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 2 5,7% 6
Setuju 4 22 62,9% 88
Sangat Setuju 5 11 31,4% 55
TOTAL 35 100% 149
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap ketergantungan pada klien dikarenakan
jasa audit yang besar. Sedangkan, 62,9% responden menyatakan setuju
dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 31,4% responden
menyatakan sangat setuju terhadap ketergantungan pada klien
dikarenakan jasa audit yang besar sehingga dapat mempengaruhi
independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
f. Waktu dan Biaya Audit yang Terbatas dikarenakan Audit yang Kecil
Tabel 4.51.
Hasil Kuesioner tentang Waktu dan Biaya Audit yang Terbatas
dikarenakan Audit yang Kecil
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 5 14,3% 15
Setuju 4 19 54,3% 76
Sangat Setuju 5 11 31,4% 55
TOTAL 35 100% 146
Sumber : Data primer
Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap waktu dan biaya audit yang terbatas
dikarenakan jasa audit yang kecil. Sedangkan, 54,3% responden
menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 31,4%
responden menyatakan sangat setuju terhadap waktu dan biaya audit
yang terbatas dikarenakan jasa audit yang kecil sehingga dapat
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
7. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap
Independensi Akuntan Publik Dalam Hal Kejujuran Akuntan Publik
Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi
jawaban dari 50 responden terhadap sepuluh pertanyaan yang diberikan
mengenai persepsi manajer terhadap Independensi Akuntan Publik
a. Auditor Bersikap tidak memihak
Tabel 4.52.
Hasil Kuesioner tentang Auditor Bersikap tidak memihak
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 5 14,3% 15
Setuju 4 23 65,7% 92
Sangat Setuju 5 7 20,0% 35
TOTAL 35 100% 142
Sumber : Data primer
Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap auditor yang bersikap tidak memihak.
Sedangkan, 65,7% responden menyatakan setuju dengan adanya hal
tersebut dan sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju
terhadap auditor yang tidak memihak terhadap kepentingan siapapun
sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik
tersebut.
b. Auditor dengan Kejujuran yang Tinggi akan Lebih Independen dalam
Mendeteksi kekeliruan audit
Tabel 4.53.
Hasil Kuesioner tentang Auditor dengan Kejujuran yang Tinggi
akan Lebih Independen dalam Mendeteksi kekeliruan audit
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 2 5,7% 4
Ragu-ragu 3 5 14,3% 15
Setuju 4 23 65,7% 92
Sangat Setuju 5 5 14,3% 25
TOTAL 35 100% 136
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap auditor dengan kejujuran yang tinggi
akan lebih independen dalam mendeteksi kekeliruan audit. Sebanyak
14,3% responden .Sedangkan, 65,7% responden menyatakan setuju
dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 14,3% responden
menyatakan sangat setuju terhadap auditor dengan kejujuran yang
tinggi akan lebih independen dalam mendeteksi kekeliruan audit
sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik
tersebut.
c. Auditor Harus Senantiasa mempertahankan Kebebasan dalam Sikap
Mental
Tabel 4.54.
Hasil Kuesioner tentang Auditor harus senantiasa
mempertahankan Kebebasan dalam Sikap Mental
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 4 11,4% 12
Setuju 4 26 74,3% 104
Sangat Setuju 5 5 14,3% 25
TOTAL 35 100% 141
Sumber : Data primer
Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap auditor harus senantiasa
mempertahankan kebebasan dalam sikap mental. Sedangkan, 74,3%
responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan
sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat setuju terhadap auditor
harus senantiasa mempertahankan kebebasan dalam sikap mental
sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik
tersebut.
d. Auditor Bebas dari prasangka yang meragukan independensinya
Tabel 4.55.
Hasil Kuesioner tentang Auditor Bebas dari prasangka
yang meragukan independensinya
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 3 8,6% 9
Setuju 4 26 74,3% 104
Sangat Setuju 5 6 17,1% 30
TOTAL 35 100% 143
Sumber : Data primer
Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap auditor yang harus bebas dari prasangka
yang meragukan independensinya. Sedangkan, 74,3% responden
menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 17,1%
responden menyatakan sangat setuju terhadap auditor yang harus bebas
dari prasangka yang meragukan independensinya sehingga
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
e. Bukti Pemeriksaan yang Telah dilakukan oleh Auditor dipublikasikan
Secara Menyeluruh
Tabel 4.56.
Hasil Kuesioner tentang Bukti Pemeriksaan yang Telah dilakukan
oleh Auditor dipublikasikan Secara Menyeluruh
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 1 2,9% 3
Setuju 4 22 62,9% 88
Sangat Setuju 5 15 34,3% 75
TOTAL 35 100% 166
Sumber : Data primer
Sebanyak 2,9% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap bukti pemeriksaan yang telah dilakukan
oleh auditor harus dipublikasikan secara menyeluruh. Sedangkan,
62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan
sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju terhadap bukti
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor harus dipublikasikan
secara menyeluruh sehingga dapat mempengaruhi independensi dari
suatu akuntan publik tersebut.
f. Pengkajian dan penilaian yang layak (Objektif dan tidak Bias)
Tabel 4.57.
Hasil Kuesioner tentang Pengkajian dan penilaian yang layak
(Objektif dan tidak Bias)
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 2 5,7% 6
Setuju 4 24 68,6% 96
Sangat Setuju 5 9 25,7% 45
TOTAL 35 100% 147
Sumber : Data primer
Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap pengkajian dan penilaian yang layak.
Sedangkan, 68,6% responden menyatakan setuju dengan adanya hal
tersebut dan sebanyak 25,7% responden menyatakan sangat setuju
terhadap pengkajian dan penilaian yang layak yang dilakukan oleh
auditor akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan
publik tersebut.
g. Auditor Tidak Mudah dipengaruhi atau dikendalikan oleh Klien yang
diperiksa
Tabel 4.58.
Hasil Kuesioner tentang Auditor Tidak Mudah dipengaruhi atau
dikendalikan oleh Klien yang diperiksa
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 0 0 0
Setuju 4 22 62,9% 88
Sangat Setuju 5 13 37,1% 65
TOTAL 35 100% 153
Sumber : Data primer
Sebanyak 62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya
hal tersebut dan sebanyak 37,1% responden menyatakan sangat setuju
terhadap auditor yang tidak mudah dipengaruhi atau dikendalikan oleh
klien yang diperiksa maka akan dapat mempengaruhi independensi
dari suatu akuntan publik tersebut.
h. Auditor tidak dibenarkan Memihak Kepada Kepentingan Siapapun
Tabel 4.59
Hasil Kuesioner tentang Auditor tidak dibenarkan Memihak Kepada
Kepentingan Siapapun
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 3 8,6% 9
Setuju 4 25 71,4% 100
Sangat Setuju 5 7 20,0% 35
TOTAL 35 100% 144
Sumber : Data primer
Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor mengenai auditor yang tidak dibenarkan untuk
tidak memihak kepada kepentingan siapapun. Sedangkan, 71,4%
responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan
sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju mengenai auditor
yang tidak dibenarkan untuk tidak memihak kepada kepentingan
siapapun sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu
akuntan publik tersebut.
8. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap
Independensi Akuntan Publik Dalam Hal Keahlian Akuntan Publik
Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi
jawaban dari 50 responden terhadap empat pertanyaan yang diberikan
mengenai persepsi manajer terhadap Independensi Akuntan Publik
a. Auditor Perlu Menjalankan Pelatihan Teknis Untuk Memenuhi
Persyaratan sebagai Seorang Profesional
Tabel 4.60.
Hasil Kuesioner tentang Auditor Perlu Menjalankan Pelatihan Teknis
Untuk Memenuhi Persyaratan sebagai Seorang Profesional
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 6 17,1% 18
Setuju 4 20 57,1% 80
Sangat Setuju 5 9 25,7% 45
TOTAL 35 100% 143
Sumber : Data primer
Sebanyak 17,1% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap auditor yang perlu menjalankan
pelatihan teknis untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang
profesional. Sedangkan, 57,1% responden menyatakan setuju dengan
adanya hal tersebut dan sebanyak 25,7% responden menyatakan sangat
setuju terhadap terhadap auditor yang perlu menjalankan pelatihan
teknis untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional akan
dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
b. Hasil Audit Harus Berdasarkan atas Kenyatan yang ditemukan
Tabel 4.61.
Hasil Kuesioner tentang Hasil Audit Harus Berdasarkan
atas kenyatan yang ditemukan
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 3 8,6% 9
Setuju 4 22 62,9% 88
Sangat Setuju 5 10 28,6% 50
TOTAL 35 100% 147
Sumber : Data primer
Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap hasil audit yang dilakukan oleh auditor
harus berdasarkan atas kenyatan yang ditemukan. Sedangkan, 62,9%
responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan
sebanyak 28,6% responden menyatakan sangat setuju terhadap hasil
audit yang dilakukan oleh auditor harus berdasarkan atas kenyatan
yang ditemukan akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu
akuntan publik tersebut.
c. Penggunaan Tenaga Ahli dalam Melakukan Tugas Pemeriksaan suatu
Perusahaan Klien Haruslah Tepat, Kritis dan Independensi
Tabel 4.62.
Hasil Kuesioner tentang Penggunaan tenaga ahli dalam melakukan tugas
pemeriksaan suatu perusahaan klien haruslah tepat, kritis dan independensi
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 3 8,6% 9
Setuju 4 25 71,4% 100
Sangat Setuju 5 7 20,0% 35
TOTAL 35 100% 144
Sumber : Data primer
Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap penggunaan tenaga ahli dalam
melakukan tugas pemeriksaan suatu perusahaan klien haruslah tepat
dan kritis. Sedangkan, 71,4% responden menyatakan setuju dengan
adanya hal tersebut dan sebanyak 20% responden menyatakan sangat
setuju terhadap penggunaan tenaga ahli dalam melakukan tugas
pemeriksaan suatu perusahaan klien haruslah tepat dan kritis sehingga
dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
d. Auditor dalam memberikan opini mengenai laporan keuangan suatu
perusahaan klien haruslah sesuai dengan kebenaran data-data akutansi
yang diperiksanya
Tabel 4.63.
Hasil Kuesioner tentang Auditor dalam memberikan opini mengenai
laporan keuangan suatu perusahaan klien haruslah sesuai dengan
kebenaran data-data akutansi yang diperiksanya
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 8 22,9% 24
Setuju 4 20 57,1% 80
Sangat Setuju 5 7 20,0% 35
TOTAL 35 100% 139
Sumber : Data primer
Sebanyak 22,9% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap auditor dalam memberikan opini
mengenai laporan keuangan suatu perusahaan klien yang haruslah
sesuai dengan kebenaran data-data akutansi yang diperiksanya.
Sedangkan, 57,1% responden menyatakan setuju dengan adanya hal
tersebut dan sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju
terhadap auditor dalam memberikan opini mengenai laporan keuangan
suatu perusahaan klien yang haruslah sesuai dengan kebenaran data-
data akutansi yang diperiksanya sehingga dapat mempengaruhi
independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
e. Banyaknya pengalaman oleh akuntan publik mampu melakukan
pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, secara otomatis sebagai
keahlian
Tabel 4.64.
Hasil Kuesioner tentang Pengalaman Auditor yang mampu melakukan
pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, secara otomatis sebagai
keahlian.
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 0 0 0
Setuju 4 22 62,9% 88
Sangat Setuju 5 13 37,1% 65
TOTAL 35 100% 153
Sumber : Data primer
Sebanyak 62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya
hal tersebut dan sebanyak 37,1% responden menyatakan sangat setuju
terhadap pengalaman auditor yang mampu melakukan pemeriksaan
fisik, pengamatan, perhitungan, secara otomatis sebagai keahlian
sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik
tersebut.
f. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh oleh auditor sebagai
dasar yang memadai untuk penyajian laporan audit.
Tabel 4.65.
Hasil Kuesioner tentang Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh
oleh auditor sebagai dasar yang memadai untuk penyajian laporan audit.
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 4 11,4% 12
Setuju 4 21 60,0% 84
Sangat Setuju 5 10 28,6% 50
TOTAL 35 100% 146
Sumber : Data primer
Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap bukti audit kompeten yang cukup harus
diperoleh oleh auditor sebagai dasar yang memadai untuk penyajian
laporan audit. Sedangkan, 60% responden menyatakan setuju dengan
adanya hal tersebut dan sebanyak 28,6% responden menyatakan sangat
setuju terhadap bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh oleh
auditor sebagai dasar yang memadai untuk penyajian laporan audit
sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan
publik tersebut.
g. Pekerjaan audit harus direncanakan dengan sebaik-baiknya.
Tabel 4.66.
Hasil Kuesioner tentang Pekerjaan audit harus direncanakan dengan
sebaik-baiknya.
Skala Penilaian Bobot Jumlah
Manajer
Persentase
Manajer Skor
Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Ragu-ragu 3 4 11,4% 12
Setuju 4 23 65,7% 92
Sangat Setuju 5 8 22,9% 40
TOTAL 35 100% 144
Sumber : Data primer
Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu mengenai
independensi auditor terhadap pekerjaan audit yang harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan, 65,7% responden
menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 22,9%
responden menyatakan sangat setuju terhadap pekerjaan audit yang
harus direncanakan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Pada gambar 4.1 berikut ini merupakan hasil analisis data dengan
menggunakan uji normalitas data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Menurut Ali Akbar (2005), jika probabilitas > 0,05 (asymp. sig. 2-tail >
0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak. Uji normalitas data diperoleh
dengan menggunakan program SPSS 12.0 sehingga menghasilkan grafik
sebagai berikut :
Gambar 4.1.
Hasil Uji Normalitas data
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut. Hal
tersebut menandakan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas karena besarnya nilai asymp. sig. (2-tailed) > α. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai untuk
menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas terhadap independensi
akuntan publik. Untuk mengetahui besarnya nilai asymp. sig. (2-tailed)
> α dapat dilihat pada tabel 4.67 berikut ini:
Tabel 4.67.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ikatan
Kepentingan
Keuangan
dan
Hubungan
Usaha dengan
Klien
Persaingan
antar KAP
Pemberian
jasa lain
selain jasa
audit
Lamanya
penugasan
audit
Ukuran
suatu
KAP
Besarnya
audit fee
Independensi
Akuntan
Publik
N 35 35 35 35 35 35 35
Normal
Parameters
(a,b)
Mean
24,77 28,60 25,14 25,09 25,06 24,91 70,51
Std.
Deviation 2,170 2,416 2,290 2,369 2,100 2,092 4,314
Most
Extreme
Differences
Absolute
,113 ,145 ,182 ,171 ,165 ,116 ,088
Positive ,087 ,081 ,182 ,081 ,122 ,112 ,084
Negative -,113 -,145 -,094 -,171 -,165 -,116 -,088
Kolmogorov-Smirnov Z ,671 ,857 1,077 1,013 ,979 ,688 ,519
Asymp. Sig. (2-tailed) ,759 ,455 ,197 ,256 ,293 ,731 ,951
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Pada tabel 4.67, menunjukkan hasil uji normalitas data yang
menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dikatakan
terdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > α. Dapat
disimpulkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian
ini terdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan bentuk pengujian untuk asumsi
dalam analisis regresi linier berganda. Asumsi multikolinieritas
menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala
Multikolinieritas. Dalam penelitian ini digunakan standar VIF
(Variance Inflation Factor) dengan nilai di bawah 10. Sedangkan
besarnya nilai Tolerance berkisar antara nol dan satu. Maka untuk
mengetahui apakah hasil dari regresi linier berganda terhadap variabel
independen tersebut terbebas dari gejala multikolinieritas dapat dilihat
pada tabel 4.68 berikut ini:
Tabel 4.68.
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 22.556 8.019 2.813 .009
Ikatan
Kepentingan
Keuangan dan
Hubungan
Usaha dengan
Klien
.932 .416 .469 2.239 .033 .314 3.189
Persaingan
antar KAP -.357 .352 -.200 -1.013 .320 .353 2.832
Pemberian
jasa lain selain
jasa audit
.307 .281 .163 1.093 .284 .618 1.617
Lamanya
penugasan
audit
.179 .297 .098 .602 .552 .517 1.934
Ukuran suatu
KAP .245 .302 .119 .813 .423 .637 1.569
Besarnya
audit fee .672 .333 .326 2.020 .049 .529 1.892
a Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik
berdasarkan tabel 4.68, besarnya nilai VIF pada seluruh variabel
independen di bawah 10 dan besarnya nilai tolerance seluruh variabel
independen mendekati satu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi gejala multikolinieritas antar variabel independen yang
digunakan pada penelitian ini yang artinya bahwa variabel independen
yang satu dengan variabel independen yang lain saling berkorelasi kuat
satu sama lain. Dengan demikian, model regresi tersebut dapat
digunakan pada penelitian ini.
2. Uji Heterokedastisitas
Gambar 4.2.
Hasil Uji Heterokedastisitas
Pada gambar 4.2 diatas adalah scatterplot hasil uji
heterokedastisitas, dimana titik-titik yang ada menyebar dan tidak
membentuk pola tertentu atau dapat dikatakan random. Titik-titik
tersebut tidak hanya di area tertentu saja, melainkan menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu x, serta di sebelah kanan maupun
sebelah kiri angka 0 pada sumbu y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heterokedastisitas atau tidak ada perbedaan varian pada
model regresi linier berganda ini. Dengan demikian, model regresi
tersebut layak digunakan dalam penelitian ini.
E. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Uji T Parsial
Tabel 4.69.
Hasil Uji T Parsial
Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t
Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 22.556 8.019 2.813 .009
Ikatan
Kepentingan
Keuangan dan
Hubungan
Usaha dengan
Klien (X1)
.932 .416 .469 2.239 .033
Persaingan
antar KAP
(X2)
-.357 .352 -.200 -1.013 .320
Pemberian
jasa lain selain
jasa audit
(X3)
.307 .281 .163 1.093 .284
Lamanya
penugasan
audit (X4)
.179 .297 .098 .602 .552
Ukuran suatu
KAP (X5) .245 .302 .119 .813 .423
Besarnya
audit fee (X6) .672 .333 .326 2.020 .049
a Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik
Berdasarkan tabel 4.69, untuk melihat besarnya pengaruh secara
parsial antara ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha
dengan klien, persaingan antar KAP, pemberian jasa lain selain jasa
audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu KAP, dan besarnya audit
fee terhadap independensi akuntan publik dari sudut pandang manajer
perusahaan waralaba McDonald’s adalah sebagai berikut:
a. Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien
Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien sebesar 2,239
sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar 2,048. Dengan demikian, thitung
> ttabel (2,239 > 2,048) dan diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,033 < 0,05 maka hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
Sehingga, variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan
usaha dengan klien berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel independensi akuntan publik.
b. Persaingan antar KAP
Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas persaingan antar KAP
sebesar –1,013 sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar -2,048. Dengan
demikian, thitung > ttabel (-1,013 > -2,048) dan diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0,320 > 0,05 maka hal ini berarti H0 diterima
dan Ha ditolak. Sehingga, variabel persaingan antar KAP tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel independensi
akuntan publik.
c. Pemberian jasa lain selain jasa audit
Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas pemberian jasa lain selain
jasa audit sebesar 1,093 sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar 2,048.
Dengan demikian, thitung > ttabel (1,093 < 2,048) dan diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0,284 > 0,05 maka hal ini berarti H0 diterima
dan Ha ditolak. Sehingga, variabel pemberian jasa lain selain jasa
audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel
independensi akuntan publik.
d. Lamanya penugasan audit
Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas lamanya penugasan audit
sebesar 0,602 sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar 2,048. Dengan
demikian, thitung > ttabel (0,062 < 2,048) dan diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0,552 > 0,05 maka hal ini berarti H0 diterima
dan Ha ditolak. Sehingga, variabel lamanya penugasan audit tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel independensi
akuntan publik.
e. Ukuran suatu KAP
Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas ukuran suatu KAP sebesar
0,813 sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar 2,048. Dengan
demikian, thitung > ttabel (0,813 < 2,048) dan diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0,423 > 0,05 maka hal ini berarti H0 diterima
dan Ha ditolak. Sehingga, variabel ukuran suatu KAP tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel independensi
akuntan publik.
f. Besarnya audit fee
Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas besarnya audit fee sebesar
2,020 sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar 2,048. Dengan
demikian, thitung > ttabel (2,020 < 2,048) dan diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0,049 < 0,05 maka hal ini berarti H0 ditolak
dan Ha diterima. Sehingga, variabel besarnya audit fee berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel independensi akuntan publik.
2. Uji F
Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan antara ikatan
kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan
antar KAP, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan
audit, ukuran suatu KAP, dan besarnya audit fee terhadap independensi
akuntan publik dari sudut pandang manajer perusahaan waralaba
McDonald’s adalah sebagai berikut:
Tabel 4.70.
Hasil Uji F Simultan
ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 389.284 6 64.881 7.462 .000(a)
Residual 243.459 28 8.695
Total 632.743 34
a Predictors: (Constant), Besarnya audit fee, Pemberian jasa lain selain jasa
audit, Ukuran suatu KAP, Persaingan antar KAP, Lamanya penugasan audit,
Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien
b Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik
Berdasarkan tabel 4.70 diperoleh hasil Fhitung sebesar 7,462
sedangkan Ftabel sebesar 2,455 dengan derajat kebebasan 28 (df = n-k-
1). Dengan demikian Fhitung > Ftabel dan taraf signifikan sebesar 0,000 <
0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga diperoleh keputusan
bahwa ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan
klien, persaingan antar KAP, pemberian jasa lain selain jasa audit,
lamanya penugasan audit, ukuran suatu KAP, dan besarnya audit fee
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap
independensi akuntan publik.
3. Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.71.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .784(a) .615 .533 2.949 2.097
a Predictors: (Constant), Besarnya audit fee, Pemberian jasa lain
selain jasa audit, Ukuran suatu KAP, Persaingan antar KAP,
Lamanya penugasan audit, Ikatan Kepentingan Keuangan dan
Hubungan Usaha dengan Klien
b Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik
Berdasarkan tabel 4.64 diatas diperoleh hasil uji koefisien
determinasi dengan nilai Adjusted R Square sebesar 0,533 atau 53,3%.
Hal ini menunjukkan kemampuan variabel independen (ikatan
kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan
antar KAP, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan
audit, ukuran suatu KAP, dan besarnya audit fee) menjelaskan variabel
dependen (independensi akuntan publik) sebesar 53,3%. Sedangkan,
46,7% dijelaskan oleh variabel lain menurut (Larkin, 1990) dalam
(Trinaningsih, 2007:4) kemampuan (ability), komitmen profesional,
motivasi, dam kepuasan kerja. Seorang auditor yang mempunyai
kemampuan dalam hal auditing maka akan cakap dalam
menyelesaikan pekerjaan. Auditor yang komitmen terhadap profesinya
maka akan loyal terhadap profesinya seperti yang dipersepsikan oleh
auditor tersebut. Motivasi yang dimiliki seorang auditor akan
mendorong keinginan individu auditor tersebut untuk melakukan
kegiatan – kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Adapun
kepuasan kerja auditor adalah tingkat kepuasan individu auditor
dengan posisinya dalam organisasi secara relatif dibandingkan dengan
teman sekerja atau teman seprofesi lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ikatan kepentingan keuangan
dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik
(KAP), pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit,
ukuran suatu kantor akuntan publik, besarnya audit fee terhadap independensi
penampilan akuntan publik pada McDonald’s yang terletak di DKI Jakarta
dan daerah Singapura. Responden penelitian ini berjumlah 35 orang Manajer
McDonald’s. Data dan model regresi telah di uji berdasarkan uji asumsi
klasik, dan hasilnya menunjukkan data penelitian ini berdistribusi normal,
tidak terjadi atau bebas dari heterokedastisitas, multikolinearitas dan
autokorelasi.
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah
dilakukan terhadap permasalahan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara simultan ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan
klien, persaingan antar kantor akuntan publik (KAP), pemberian jasa lain
selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan
publik, besarnya audit fee berpengaruh terhadap independensi dari suatu
penampilan akuntan publik.
2. Secara partial faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap
independensi penampilan akuntan publik adalah ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien serta besarnya audit fee.
Selanjutnya, faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
independensi penampilan akuntan publik adalah persaingan antar KAP,
pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran
suatu kantor akuntan publik (KAP). Hasil penelitian ini berbeda dengan
hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh (Oni Zamroni:2006) serta
(Supriyono:1986). Dalam penelitian Oni Zamroni, faktor yang
berpengaruh secara signifikan terhadap independensi penampilan akuntan
publik adalah faktor ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha
dengan klien dan lamanya penugasan audit oleh kantor akuntan publik.
Sedangkan dalam penelitian Supriyono, ikatan kepentingan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik
(KAP), pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit,
ukuran dari suatu kantor akuntan publik (KAP), dan besarnya audit fee
berpengaruh signifikan terhadap independensi dari suatu penampilan
akuntan publik.
B. Implikasi
Terdapat korelasi yang sangat erat antara pendidikan, praktik dan riset
akutansi, sehingga setiap aktifitas dalam masing-masing bidang tertentu
berdampak pada bidang lainnya. Penelitian ini mempunyai impilkasi yang luas
untuk penelitian selanjutnya dalam bidang auditing khususnya mengenai
masalah independensi. Selain itu, penelitian ini menjadi bahan pertimbangan
bagi organisasi Ikatan Akuntan Indonesia dalam memenuhi tuntutan
profesionalisme akuntan dalam menjalankan praktiknya sebagai organisasi
profesi, serta dapat dipergunakan sebagai bahan referensi dalam desain
kurikulum jurusan akutansi bagi para praktisi.
C. Saran
Atas dasar kesimpulan tersebut di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut :
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas area survei tidak
hanya pada satu atau dua wilayah saja, sehingga penelitian selanjutnya
lebih dapat digeneralisasikan.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah responden dan
menambah sampel, sehingga penelitian selanjutnya lebih dapat akurat
penelitiannya.
3. Akuntan publik hendaknya menghindari bekerja mengaudit pekerjaan
akuntan publik sendiri, berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari
klien atau bertindak sebagai penasehat dan memperhitungkan besarnya
audit fee karena akan merusak dari suatu independensi penampilan suatu
akuntan publik.
4. Membatasi suatu penugasan audit pada satu patner atau kantor akuntan
publik dan selanjutnya melakukan pergantian patner audit atau kantor
akuntan publik akan membawa perbaikan pada independensi akuntan
publik secara keseluruhan.
5. Untuk menghindari dan mencegah persaingan tajam yang tidak sehat,
maka perlu dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik Ikatan
akuntan Indonesia (IAI) oleh Majelis Kehormatan IAI.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A.A dan Loebbecke, J.K 1999. “auditing : Pendekatan Terpadu”. Salemba
Empat, Jakarta
Badan Pengawas Pasar Modal.2002.”Press Release Peraturan Bapepam No
VIII.A.2 tentang Independensi akuntan yang memberikan Jasa Audit di
Pasar Modal.” Artikel didapatkan 18 Agustus 2007 dari
http://www.bapepam.go.id
Christiawan, Yulius Jogi 2002. “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik :
Refleksi Hasil Penelitian Empiris” Jurnal Akutansi & Keuangan Vol 4
No.2. November :79 – 92 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra.
Dwi Ratnadi, Ni Made. 2006 . “ Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional
dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap Efektifitas Penerapan
struktur Pengendalian Intern pada Bank Pengkreditan Rakyat di
Kabupaten Bandung”. Jurusan Akutansi, Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana.
Hamid, Abdul. 2007. “Buku Panduan Penulisan Skripsi.” Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Mulyadi 2002. ”Auditing.” Edisi Keenam, Buku I, Salemba empat, Jakarta cet –
1.
Purwanti, Liliek 2007. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap
Kualitas Audit Dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”
Simposium Nasional Akutansi X, Unhas Makassar.
Prawira Budi, Triton. 2006 “SPSS 13.0. Terapan :Riset Statistik
Parametrik”Penerbit ANDI Yogyakarta.
Santoso, Singgih. 2000. Buku latihan SPSS Statistik Parametri., Jakarta :Elex
Media Komputindo.
Supriyono. 1988. “Pemeriksaan Akuntan (Auditing) : Faktor – Faktor yang
mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik.” edisi Pertama
BPEFE-Yogyakarta,Cet-1
Susiana. 2007. “Analisis Pengaruh Independensi , Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”
Simposium Nasional Akutansi X, Unhas Makassar.
Trisnaningsih, Sri 2007. “Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi
sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman GOOD GOVERNANCE, Gaya
Kepemimpinan dan Budaya Organisas iterhadap Kinerja Auditor”
Simposium Nasional Akutansi X, Unhas Makassar.
Zamroni, Oni 2006. “Persepsi Mahasiswa Terhadap Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik.” .
Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth
Bapak/Ibu Manajer McDonald’s
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Riselvino Minanda
NIM : 203082001942
Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Ilmu Sosial/Akutansi
Dengan ini bermaksud melakukan penelitian sehubungan dengan
penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Sastra Satu (S1) Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Persepsi Manager
Perusahaan Waralaba terhadap Faktor Yang Mempengaruhi Independensi
Akuntan Publik”.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu Manager untuk
menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap tapi
sebelumnya saya mohon maaf apabila sudah mengganggu waktu kinerja
Bapak/Ibu. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian saya sebagai tugas akhir sebagai mahasiswa Program Sastra Satu (S1)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan tidak digunakan sebagai
penelitian sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/ibu bekerja, sehingga
kerahasiaannya akan selalu saya jaga.
Atas kesediaan Bapak/Ibu telah meluangkan waktunya untuk mengisi dan
menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner yang saya berikan, saya ucapkan
banyak terima kasih.
Hormat saya,
Riselvino Minanda
Peneliti
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI
No PERNYATAAN STS TS RG S SS
IKATAN KEPENTINGAN KEUANGAN DAN HUBUNGAN USAHA DENGAN
KLIEN
1 Akuntan publik atau kantornya mempunyai hubungan usaha
dan hutang piutang pada perusahaan waralaba, pada karyawan
penting, atau pada pemegang saham utama perusahaan
waralaba yang diperiksanya selama perjanjian kerja atau saat
menyatakan opininya.
2 Suatu akuntan publik atau Kantornya mempunyai saham lebih
besar dari 5% atau memegang kendali pada klien.
3 Akuntan publik meminjam sejumlah uang yang cukup besar
jumlahnya dari Direktur perusahaan waralaba suatu klien.
4 Mayoritas pendapatan dari suatu Kantor Akuntan Publik
(KAP) sebagian besar berasal dari klien.
5 Jika suatu auditor menyewa gedung milik klien auditnya
sebagai kantor cabang di kota lain dan harga sewanya
mendapat potongan.
PERSAINGAN ANTAR KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
6 Tajamnya persaingan antar KAP kemungkinan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap independensi.
7 Jika pesaingan antar KAP relative tidak tajam, hal ini dapat
merusak independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
8 Munculnya penggabungan Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang satu dengan yang lain.
9 Timbulnya Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berskala
nasional dan internasional.
10 Berdirinya Kantor Akuntan Publik (KAP) berskala kecil.
11 Adanya perang tarif antar Kantor Akuntan Publik (KAP) jauh
dibawah tarif minimun.
PEMBERIAN JASA LAIN SELAIN JASA AUDIT
12 Aktivitas Kantor Akuntan Publik (KAP) selain memberikan
jasa audit juga memberikan jasa-jasa lain.
13 Jasa konsultasi manajemen kepada klien dapat merusak
independensi akuntan ?
14 Jasa akutansi dapat merusak independensi akuntan publik?
15 Jasa pembukuan dapat merusak independensi akuntan
16 akuntan publik sengaja mendatangani perusahaan klien untuk
menawarkan jasanya.
LAMANYA PENUGASAN AUDIT
17 Jika lamanya penugasan audit tersebut sudah lebih dari 5
tahun.
18 Memperoleh Penugasan Audit kurang dari 5 Tahun.
19 Penugasan audit yang lama kemungkinan meningkatkan
independensi karena akuntan publik sudah familier, sehingga
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien, dan lebih tahan
terhadap tekanan klien?
20 KAP atau Auditor dapat memberikan jasa audit kembali untuk
klien yang sama setelah 3 tahun buku secara berturut-turut
tidak mengaudit klien tersebut.
21 Akuntan Publik harus dirotasi setelah mengaudit selama 5
tahun berturut-turut dan bertugas lagi setelah 5 tahun.
UKURAN SUATU KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
22
Audit pada suatu perusahaan go-public mungkin dilakukan
oleh kantor akuntan besar lebih menjamin independensinya.
23 Audit yang diberikan oleh KAP Besar dapat memberikan hasil
rekomendasi yang lebih bermanfaat?
24 Sebaliknya, apakah audit yang dilakukan kantor akuntan kecil
lebih menjamin independensinya.
25 Audit yang diberikan oleh KAP kecil dapat memberikan hasil
rekomendasi yang lebih bermanfaat.
26 KAP yang lebih besar lebih independen dibandingkan dengan
KAP kecil karena KAP besar tidak begitu bergantung pada
salah satu kliennya saja sehingga hilangnya salah satu klien
tidak begitu mempengaruhi pendapatannya.
BESARNYA AUDIT FEE
27 Jika audit fee diberikan oleh perusahaan klien yang diaudit
untuk auditor dilakukan secara obyektif sesuai kompetisi,
bobot tanggung jawab pekerjaan dan tingkat kebutuhan hidup.
28 Audit fee yang diberikan oleh perusahaan klien yang diaudit
berjumlah sangat besar sehungga mengakibatkan
kemungkinan berkurangnya independensi dari suatu akuntan
publik tersebut?
29 Jika audit fee dari klien merupakan sebagian besar dari total
pendapatan suatu kantor akuntan.
30 Jika audit fee dari klien merupakan sebagian kecil dari total
pendapatan suatu kantor akuntan, apakah hal ini akan merusak
independensi akuntan publik tersebut?
INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK
KEJUJURAN
31 Auditor mempunyai kebebasan dalam mengeluarkan
pendapatnya secara jujur sebagai seorang ahli yang tidak
memihak ke pihak manapun baik manajemen maupun
pemegang saham
32 Auditor dengan kejujuran yang tinggi akan lebih independensi
dalam mendeteksi kekeliruan audit
33 Auditor senantiasa mempertahankan kebebasan dalam sikap
mental
34 Auditor bebas dari prasangka yang meragukan
independensinya?
35 Bukti pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor terhadap
klien dipublikasikan secara menyeluruh
36 Pengkajian dan penilaian yang layak terhadap perusahaan
klien (objektif dan tidak bias)
KEAHLIAN
37 Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional,
auditor menjalani pelatihan teknis yang cukup
38 Hasil audit harus berdasarkan atas kenyataan yang ia temui
selama pemeriksaannya
39 Penggunaan tenaga ahli dalam melakukan tugas pemeriksaan
suatu perusahaan klien haruslah tepat, kritis dan independensi
40 Auditor dalam memberikan opini mengenai laporan keuangan
suatu perusahaan klien haruslah sesuai dengan kebenaran
data-data akutansi yang diperiksanya
41 Pengetahuan yang diperoleh sendiri oleh akuntan publik
melalui pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan serta
penilaian akan mempengaruhi keahlian
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Ikatan
Kepentingan
Keuangan
dan
Hubungan
Usaha dengan
Klien
Persaingan
antar KAP
Pemberian
jasa lain
selain jasa
audit
Lamanya
penugasan
audit
Ukuran
suatu
KAP
Besarnya
audit fee
Independensi
Akuntan
Publik
N 35 35 35 35 35 35 35
Normal
Parameters
(a,b)
Mean
24,77 28,60 25,14 25,09 25,06 24,91 70,51
Std.
Deviation 2,170 2,416 2,290 2,369 2,100 2,092 4,314
Most
Extreme
Differences
Absolute
,113 ,145 ,182 ,171 ,165 ,116 ,088
Positive ,087 ,081 ,182 ,081 ,122 ,112 ,084
Negative -,113 -,145 -,094 -,171 -,165 -,116 -,088
Kolmogorov-Smirnov Z ,671 ,857 1,077 1,013 ,979 ,688 ,519
Asymp. Sig. (2-tailed) ,759 ,455 ,197 ,256 ,293 ,731 ,951
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
LAMPIRAN 4
Uji Multikolinieritas
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 22.556 8.019 2.813 .009
Ikatan
Kepentingan
Keuangan dan
Hubungan
Usaha dengan
Klien
.932 .416 .469 2.239 .033 .314 3.189
Persaingan
antar KAP -.357 .352 -.200 -1.013 .320 .353 2.832
Pemberian
jasa lain selain
jasa audit
.307 .281 .163 1.093 .284 .618 1.617
Lamanya
penugasan
audit
.179 .297 .098 .602 .552 .517 1.934
Ukuran suatu
KAP .245 .302 .119 .813 .423 .637 1.569
Besarnya
audit fee .672 .333 .326 2.020 .049 .529 1.892
a Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik
LAMPIRAN 5
Uji Heterokedastisitas
LAMPIRAN 6
Uji T Parsial
Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t
Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 22.556 8.019 2.813 .009
Ikatan
Kepentingan
Keuangan dan
Hubungan
Usaha dengan
Klien (X1)
.932 .416 .469 2.239 .033
Persaingan
antar KAP
(X2)
-.357 .352 -.200 -1.013 .320
Pemberian
jasa lain selain
jasa audit
(X3)
.307 .281 .163 1.093 .284
Lamanya
penugasan
audit (X4)
.179 .297 .098 .602 .552
Ukuran suatu
KAP (X5) .245 .302 .119 .813 .423
Besarnya
audit fee (X6) .672 .333 .326 2.020 .049
a Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik
LAMPIRAN 7
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Besarnya Audit
Fee, Persaingan
Antar Kantor
Akuntan Publik
(KAP),
Pemberian Jasa
Lain selain Jasa
Audit, Ukuran
Suatu Kantor
Akuntan Publik,
Lamanya
Penugasan
Audit, Ikatan
Kepentingan
Keuangan dan
Hubungan
Usaha dg Kliena
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Independensi
Uji F Simultan
ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 389.284 6 64.881 7.462 .000(a)
Residual 243.459 28 8.695
Total 632.743 34
a Predictors: (Constant), Besarnya audit fee, Pemberian jasa lain selain jasa
audit, Ukuran suatu KAP, Persaingan antar KAP, Lamanya penugasan audit,
Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien
b Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik
top related