repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/farrah...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS EDUKASI KESEHATAN TERHADAP
NILAI PENGETAHUAN IBU DALAM MANAJEMEN
DEMAM PADA ANAK DI RUMAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
FARRAH VIDYA MAULVI
1113104000024
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sastra 1 Keperawatan di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Seluruh sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2017
Farrah Vidya Maulvi
iii
NURSING SCIENCE MAJOR
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2017
Farrah Vidya Maulvi, 1113104000024
Effectiveness of Health Education on Mothers’ Knowledge Score of Home
Remedies of Feverish Child Management
113 Pages, 12 table, 1 figures, 5 appendices
ABSTRACT
Fever in children is not only known as infection of the child-body but also as a
sign of maturing immunity system. Therefore, mothers need to pay attention in
managing fever, so that the action is not interfering the child growth and
development process. Lack od knowledge on fever management can be reduced
through health promotion and education. This research aimed to identify
effectiveness of health education on mothers’ knowledge of fever management.
this is a quantitative research with Quasy Experimental Design One Group Pre
Test-Post Test. The sampel size of this research is 20 mothers which has children
below 6 years old or 72 months. It taken by Purposive Sampling Technique. This
research gathered its data using questionnaire tested by Kuder and Richardson
Formula 20 (KR20). Statistical test using Paired T Test towards mothers’
knowledge score. Result showed that p-value <0,05, which means that health
education affected mothers’ knowledge score. Effectiveness score tested by Eta
Squared Formula. It obtained result 0,89 which means that health education has
large impact on increasing mothers’ knowledge of home remedies of feverish
child management.
Keyword: Feverish Child, Management of Feverish Child, Health Education,
Mothers’ Knowledge
References: 64 (2000 – 2016)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2017
Farrah Vidya Maulvi, NIM: 1113104000024
Efektivitas Edukasi Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Ibu dalam
Manajemen Demam pada Anak di Rumah
113 Halaman, 12 tabel, 1 gambar, 5 lampiran
ABSTRAK
Demam pada anak bukan hanya sebagai indikator dini anak sedang mengalami
sakit, namun juga sebagai pertanda sistem imun anak sedang berkembang. Maka
dari itu, ibu perlu memperhatikan manajemen demam yang akan dilakukan, agar
hal tersebut tidak mengganggu proses tumbuh dan kembang anak. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai manajemen demam anak yang tepat perlu disikapi
melalui upaya promosi kesehatan dan edukasi kesehatan terhadap permasalahan
tersebut. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi kesehatan terhadap
nilai pengetahuan ibu mengenai manajemen demam anak di rumah. Penelitian ini
kuantitatif dengan desain Quasi Experimental One Group Pre Test – Post Test.
Sampel adalah ibu yang mempunyai anak berusia dibawah 6 tahun (72 bulan)
yang berjumlah 20 orang dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian
ini menggunakan kuesioner yang diuji menggunakan Kuder and Richardson
Formula 20 (KR20) sebesar 0,942. Uji statistik menggunakan uji T berpasangan
terhadap nilai pengetahuan ibu sebelum dan sesudah intervensi yang didapatkan
nilai signifikansi 0,000 (p-value <0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang bermakna antara pemberian edukasi kesehatan terhadap
nilai pengetahuan ibu. Nilai efektifitas pendidikan keehatan dihitung dengan
rumus Eta Squared di peroleh hasil 0,89 yang berarti edukasi kesehatan memiliki
efektifitas yang besar dalam meningkatkan nilai pengetahuan ibu mengenai
manajemen demam anak di rumah.
Kata Kunci: Demam Anak, Manajemen Demam Anak, Edukasi Kesehatan,
Pengetahuan Ibu
Daftar Bacaan: 64 (2000 – 2016)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
EFEKTIFITAS EDUKASI KESEHATAN TERHADAP NILAI
PENGETAHUAN IBU DALAM MANAJEMEN DEMAM PADA ANAK DI
RUMAH
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH
FARRAH VIDYA MAULVI
1113104000024
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
Pembimbing II
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM
NIP. 19790520 200901 1 012
Pembimbing I
Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.An
NIP. 19780409 201101 2 014
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
EFEKTIFITAS EDUKASI KESEHATAN TERHADAP NILAI
PENGETAHUAN IBU DALAM MANAJEMEN DEMAM PADA ANAK DI
RUMAH
Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
FARRAH VIDYA MAULVI
1113104000024
Pembimbing II
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM
NIP. 19790520 200901 1 012
Pembimbing I
Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.An
NIP. 19780409 201101 2 014
Penguji II
Mardiyanti, S.Kep, Ns, M.Kep, MDS
NIP. 19810208 201101 2 006
Penguji I
Ratna Pelawati, M. Biomed
NIP. 19780215 200901 2 005
Penguji III
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM
NIP. 19790520 200901 1 012
Penguji VI
Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.An
NIP. 19780409 201101 2 014
vii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
EFEKTIFITAS EDUKASI KESEHATAN TERHADAP NILAI
PENGETAHUAN IBU DALAM MANAJEMEN DEMAM PADA ANAK DI
RUMAH
Disusun Oleh
FARRAH VIDYA MAULVI
1113104000024
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes
NIP. 19650808 1988 03 1002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc
NIP. 19790210 200501 2 002
viii
Personal Details
Full Name : Farrah Vidya Maulvi
Place, Date of Birth : Jakarta, May 30th 1996
Religion : Islam
Sex/Gender : Female
Nationality : Indonesian
Address : Jl. Pendidikan no.72 rt.03/001 Kelurahan Jatimekar
Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi Jawa Barat
Phone No./Hp : +6281584666018
E-mail : [email protected]
Educational Background
2013 – present
Faculty of Medicine and Health Science, Majoring in Nursing
Science, State Islamic University of Jakarta (Undergraduate)
2010 – 2013 113 Senior High School of Jakarta
2007 – 2010 192 Junior High School of Jakarta
2001 – 2007 Integrated Islamic Primary School of Ar-Rahman
Organizational Experiences
201
Head of Departement of Education and Research of Student
Council of Faculty of Medicine and Health Science
2015 Alumni of Indonesia Student and Youth Forum Program
2013 One of the founding fathers of Bank Sampah FKIK in Rempoa
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan proposal skripsi dengan judul Efektifitas Pendidikan
Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Orang Tua dalam Manajemen Demam
pada Anak di Rumah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak
mengalami kesulitan dan tantangan, namun berkat pertolongan Allah serta
bantuan dari berbagai pihak sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokateran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu
keperawatan dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.An dan Bapak Ns. Waras Budi
Utomo, S.Kep, M.KM selaku dosen pembimbing serta Ibu Ratna Pelawati,
M. Biomed dan Mardiyanti, S.Kep, Ns, M.Kep, MDS selaku dosen
penguji, peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya karena telah
x
meluangkan waktu dalam membimbing dan memberi arahan kepada
penulis dengan sabar selama penysunan skripsi ini.
4. Bapak Karyadi M.Kep., ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik,
terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing
penulis dengan sabar selama hampir 4 tahun duduk di bangku perkuliahan
5. Orang tua penulis, Bapak Muhamad Hafid dan Ibu Dyah Sri Lestari yang
telah mendidik, membesarkan, mencurahkan kasih sayang, memberikan
bantuan baik berupa dukungan moril maupun materiil, dan juga selalu
mendo’akan penulis dalam setiap langkah saya menuju kesuksesan.
6. Sahabat-sahabat terbaik yang tak pernah lelah mendengarkan keluh kesah
penulis, menyemangati penulis, dan selalu ada disaat penulis senang
maupun susah; Anastasia Ezragitha Soligaon Pasaribu, Yeshika Yasmin
Ramadhine, Sabrina Salsabila, Mutoharoh, Afifatun Mukaromah, Rahma
Atikah Okdiza Putri. Terimakasih telah menyemangati penulis dan
berjuang bersama-sama dalam meraih gelar Sarjana.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan PSIK UIN Jakarta 2013 yang selalu menjadi
tempat keluh kesah penulis, yang selalu ada disaat susah dan senang serta
selalu mewarnai hari-hari penulis selama duduk di bangku perkuliahan.
8. Kawan-kawan Badan Eksekutif Mahasiswa periode 2014 alias TIM
SOLID dan Dewan Eksekutif Mahasiswa periode 2016 serta pengurus
Komisariat Dakwah FKIK UIN Jakarta. Terimakasih telah mengajarkan
banyak hal kepada penulis selama penulis berorganisasi
xi
9. Kakak dan adik-adik tercinta ka Ikey, alm Hasanah Putri a.k.a ka Nacil
a.k.a ka Nana, Saffanah Nuriyah, Febrilianti, Farah Fadhilah atas semangat
dan kenangan yang telah diberikan kepada penulis semata-mata untuk
pembelajaran agar menjadi pribadi yang lebih baik.
10. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran proposal skripsi ini
hingga selesai.
Terimakasih atas bantuan serta dukungan yang telah diberikan sekecil apapun
itu, semoga Allah SWT. Senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Semoga Alah senantiasa memberikan rahmat, hidayah serta ampunan-Nya
kepada kita. Aamiin Allahuma aamiin
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, Juli 2017
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ vii
Personal Details .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12
A. Demam ....................................................................................................... 12
1. Definisi Demam ..................................................................................... 12
2. Etiologi Demam ..................................................................................... 12
3. Mekanime Demam ................................................................................. 13
4. Pengukuran Suhu Tubuh ........................................................................ 14
5. Manifestasi Klinis ................................................................................... 14
6. Pola Demam ........................................................................................... 16
B. Managemen Penyakit ................................................................................. 18
xiii
C. Manajemen Demam ................................................................................... 19
1) Tepid Water Sponge ........................................................................... 24
2) Monitoring Suhu ................................................................................. 25
3) Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan ......................................... 26
D. Pendidikan Kesehatan ................................................................................ 27
E. Pengetahuan ............................................................................................... 34
F. Penelitian Terkait ....................................................................................... 41
G. Kerangka Teori........................................................................................... 45
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL ................................................................................................. 46
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 46
B. Hipotesa Penelitian..................................................................................... 47
C. Definisi Operasional................................................................................... 47
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 49
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 49
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 50
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 50
D. Alur Penelitian ........................................................................................... 53
E. Instrumen Penelitian................................................................................... 54
F. Uji Validitas dan Reabilitas ....................................................................... 55
G. Prosedur Teknis Pengumpulan Data .......................................................... 56
H. Etika Penelitian .......................................................................................... 65
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 67
A. Analisis Univariat....................................................................................... 67
B. Analisis Bivariat ......................................................................................... 71
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 74
A. Analisis Univariat....................................................................................... 74
1. Karakteristik Responden ........................................................................ 74
B. Analisis Bivariat ......................................................................................... 83
1. Pengetahuan Ibu Sebelum Diberikan Edukasi Kesehatan tentang
Manajemen Demam ....................................................................................... 83
xiv
2. Pengetahuan Ibu Sesudah Diberikan Edukasi Kesehatan tentang
Manajemen Demam ....................................................................................... 84
3. Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Nilai Rerata Pre-Test dan Post-
Test .................................................................................................................85
4. Efektifitas Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu .................... 86
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 90
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 92
A. Kesimpulan ................................................................................................ 92
B. Saran ........................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 95
LAMPIRAN ....................................................................................................... 100
xv
DAFTAR SINGKATAN
ANA : American Nurses Association
ASI : Air Susu Ibu
COX-2 : Siklo-oksigenase
DBD : Demam Berdarah
IL-1 : Interleukin-1
IL-6 : Interleukin-6
IWL : Invisible Water Loss
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KPP & PA : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
KR20 : Kuder Richarson 20
LFG : Laju Filtrasi Glomerulus
MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit
NICE : National Institute for Health and Care Excelence
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMK : Sekolah Menengah Kejurusan
SMP : Sekolah Menegah Pertama
TWS : Tepid Water Sponge
WHO : World Health Organization
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Bagian Pengukuran Suhu Tubuh............................................................14
Tabel 2.2 Pola Dema..............................................................................................17
Tabel 2.3 Pemakaian Parasetamol Anak Berdasarkan Usi....................................23
Tabel 2.4 Kecukupan Kebutuhan Cairan Anak Harian.........................................26
Tabel 3.1 Definisi Operasiona...............................................................................48
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitia....................................................................55
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden...................................................67
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden.....................................67
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Anak..............................................68
Tabel 5.4 Distribusi Statistik Gambaran Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah
diberikan Edukasi Kesehatan tentang Manajemen Demam.................................69
Tabel 5.5 Distribusi Hasil Uji Normalitas............................................................70
Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengetahuan tentang Manajemen Demam
Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi..........................................................71
xvii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Gambar 2.1 Tanda Hidrasi Anak...........................................................................21
Bagan 2.1 Kerucut Edgar Dale..............................................................................32
Bagan 2.2 Kerangka Teori Penelitian....................................................................45
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian................................................................46
Bagan 4.1 Konsep Penelitian................................................................................49
Bagan 4.2 Alur Penelitian.....................................................................................53
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Hasil Output Analisa Data.....................................................................................99
Informed Consent.................................................................................................102
Kuesioner.............................................................................................................103
Satuan Acara Pembelajaran.................................................................................106
Media Belajar.......................................................................................................110
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profil Anak Indonesia tahun (2015) mencatat angka kesakitan pada anak
sebesar 15,26% yang diukur dengan tujuh indikator keluhan kesehatan
(KPP&PA, 2015). Bahkan tercatat tiga keluhan kesehatan yang sering dialami
balita salah satunya yaitu demam sebesar 53,90%. Sebuah hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada 996 anak di usia 3 tahun pertama, diagnosa
penyakit yang datang berturut-turut adalah demam dan penyakit akut
(Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000). Hal tersebut disebabkan oleh sistem
imun anak yang belum berkembang karena beberapa komponen tubuh belum
dapat bekerja optimal. Namun sistem imun berkembang seiring dengan
perkembangan tubuh. Seiring bertambahnya usia dari anak-anak menuju
remaja kemudian dewasa, sistem imun berkembang sehingga dapat bekerja
lebih optimal (Sullivan & Farrar, 2011).
Demam ialah keadaan dimana suhu tubuh mengalami peningkatan di atas
normal yaitu > 38oC atau 103
oF (Ifesinachi, 2013). Terjadinya peningkatan
suhu tubuh berkaitan dengan terlepasnya zat pirogen endogen yang menyebar
melalui sirkulasi darah sebagai respon dari adanya infeksi serta reaksi
peradangan atau tumor. Adanya infeksi mikroba menstimulasi tubuh untuk
melepaskan zat pirogen eksogen yang juga merangsang pelepasan pirogen
endogen termasuk zat sitokin seperti IL-1, IL-6, tumor necrosis factor dan
interferon (James, Nelson, & Ashwill, 2013). Proses yang melibatkan zat
sitokin ini menyebabkan terjadinya sintesis prostaglandin E2 melalui
2
metabolisme asam arakhidonat jalur siklo-oksigenase (COX-2) sehingga
hipotalamus menaikkan set point suhu inti yang dimanifestasikan sebagai
peningkatan suhu tubuh (Hockenberry & Wilson, 2007).
Peningkatan suhu tubuh sebesar 1-2oC dari suhu normal merupakan tanda
awal terjadinya demam. Demam tidak hanya terjadi sendiri tetapi juga disusul
dengan gejala lainnya seperti berkeringat, menggigil atau sensasi dingin
lainnya yang dapat menjadi tanda penyakit serius (Ifesinachi, 2013). Adapula
tanda dan gejala lainnya seperti anak mengalami myalgia sehingga cenderung
rewel dan gelisah, anak lebih cepat haus karena kehilangan cairan akibat
peningkatan laju penguapan tubuh sehingga rentan mengalami resiko
dehidrasi. Selanjutnya hal tersebut akan berpengaruh pada peningkatan denyut
nadi. Peningkatan denyut nadi pada anak dengan demam biasanya 10 denyut
per menit setiap kenaikan 1oC atau disebut takikardia (El-Radhi, Carroll, &
Klein, 2009).
Manifestasi klinis lebih lanjut ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu
kritis dalam rentang 105 – 108oF maka akan terjadi renjatan heatstroke. Hal
ini berkaitan dengan syok sirkulasi yang disertai dengan kehilangan banyak
cairan dan elektrolit dalam keringat. Keadaan ini dapat menggangu laju
metabolisme basal tubuh (Guyton & Hall, 2014).
Oleh karena demikian maka orang tua berpikir bahwa bila demam tidak
segera diatasi, maka suhu akan semakin tinggi. Hasil penelitian tersebut
didukung oleh Sullivan & Farrar, 2011 yang mengatakan bahwa beberapa
orang tua memberikan obat penurun panas pada anak meskipun demam dalam
3
kategori ringan bahkan tidak demam. Selain itu Sullivan & Farrar, 2011 juga
mengatakan bahwa hampir separuh orang tua (n = 340) menganggap suhu
<38oC (100,4
oF) adalah demam dan memerlukan pemberian obat penurun
panas sehingga orang tua cenderung membangunkan anaknya dari tidur hanya
untuk memberikan obat penurun panas ketika teridentifikasi adanya
peningkatan suhu tubuh anak.
Penanganan demam pada anak sangat bergantung pada peran orang tua,
terutama ibu. Seorang ibu sebagai tokoh sentral di rumah, sangat penting
untuk melaksanakan dan menjalankan dan menghidupkan keluarga. Ibu harus
peka dan dapat mengkaji demam pada anak sehingga mengetahui cara yang
tepat dalam menangani demam. Saat anak mengalami demam, orang tua harus
memperhatikan pola aktivitas anak, status hidrasi, status sirkulasi, pola napas,
serta perubahan-perubahan warna kulit, bibir dan lidah (NICE, 2013a).
Sehingga diharapkan orang tua dapat mengkaji demam pada anak dengan
tepat.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di
wilayah kerja Puskesmas Pondok Gede tepatnya di Posyandu Jaticempaka
didapatkan seluruh orang tua (berjumlah 12 orang) memberikan obat penurun
panas sejak awal demam muncul pada anak. Pemberian obat penurun panas
sediaan sirup sebanyak 3 orang tua menggunakan sendok obat dan mengikuti
petunjuk pemakaian, 2 orang tua menggunakan sendok makan dan 1 orang tua
menggunakan sendok teh, 1 orang tua lainnya memberikan obat penurun
panas dalam bentuk tablet dibelah menjadi dua bagian, ½ tablet sekali minum.
4
Namun, sebanyak 5 orang tua lainnya memberikan obat penurun panas dengan
tidak memperhatikan dosis. Sedangkan sebanyak 4 orang tua memberikan
racikan obat herbal sebagai tambahan obat penurun panas kepada anaknya.
Ketika ditanyakan alasan mendasar orang tua memberikan dosis obat tersebut,
sebagian besar menjawab mendapatkannya berdasarkan pengalaman. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu kejadian dianggap sebagai
sebuah pengalaman yang dapat membentuk pola pikir dan perilaku individu
(Wade & Tavris, 2008).
Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya edukasi atau penambahan
informasi tentang pengelolaan demam pada anak saat ini menjadi fokus
utama. Untuk menjalankan peran perawatan anak dirumah dalam lingkup
family center care diharapkan orang tua terutama ibu mempunyai pengetahuan
yang cukup dalam melaksanakannya. Pengetahuan yang diperlukan dalam hal
perawatan anak di rumah meliputi cara mengkaji, memantau dan melakukan
pertolongan pertama dirumah. Hal ini diperlukan agar proses perawatan anak
dirumah berjalan dengan baik dan tepat(Chiappini et al., 2012).
Informasi atau pengetahuan baru ini dapat diperoleh melalui pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan atau edukasi kesehatan memiliki tujuan yang
sama dengan proses pembelajaran yaitu terjadinya perubahan perilaku yang
dipengaruhi banyak faktor. Oleh karena itu perubahan perilaku yang tampak
merupakan refleksi dari perubahan internalisasi persepsi diri terhadap sesuatu
yang sedang diamati dan dipikirkannya (Setiawati, 2008). Maka dari itu,
upaya edukasi kesehatan dirasa perlu dilakukan.
5
Berdasarkan kondisi diatas peneliti tertatik untuk melakukan penelitian
tentang efektivitas edukasi kesehatan terhadap pengetahuan orang tua dalam
manajemen anak dirumah. Hal ini peneliti lakukan dalam upaya
memperbaharui pengetahuan yang dimiliki orang tua dalam manajemen
demam anak di rumah dan sebagai sumber informasi agar orang tua dapat
mengaplikasikannya kepada anaknya dirumah dan menyebarluaskan informasi
tersebut kepada orang tua di wilayah lainnya. Mengingat ketika peneliti
melakukan studi pendahuluan berupa observasi lapangan dan wawancara
kepada ketua RT dan beberapa kader terkait didapatkan hasil gambaran
tingkat sosial ekonomi di RT 2 RW 2 Kelurahan Jaticempaka tergolong
rendah. Begitu pun dengan pendidikan terakhir yang dimiliki oleh rata-rata
penduduk di wilayah tersebut masih tergolong cukup rendah, yaitu SMA.
Profil pekerjaan yang dimiliki oleh sebagian besar warga di wilayah tersebut
antara lain kepala keluarga sebagai tukang ojek, penjaga warung kelontong,
penjual sayur, dan sebagainya. Sedangkan sebagian besar ibu sebagai ibu
rumah tangga atau mengurus anak. Tata letak pemukiman di wilayah tersebut
sebagian besar kontrakan petak berderet dan berhimpitan dengan akses jalan
setapak atau hanya memungkinkan dilewati oleh satu motor.
B. Rumusan Masalah
Mempertimbangkan hal tersebut peneliti menyadari bahwa masih adanya
ketidaktepatan pengelolaan demam pada anak yang dilakukan oleh orang tua
di rumah. Hal ini berkaitan dengan sumber informasi yang ada sebagian besar
berasal dari pengalaman orang tua dalam merawat anak dirumah. Sedangkan
6
menegakkan indikasi demam dan pemberian dosis yang kurang tepat oleh
orang tua dirumah dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam melakukan
manajemen demam dirumah. Sehingga perlu dilakukan intervensi berupa
edukasi kesehatan bagi orang tua terutama ibu dalam upaya memperbaharui
pengetahuan yang dimiliki dalam pengelolaan demam anak di rumah.
Sehingga peneliti tertatik dalam melakukan penelitian Efektivitas Edukasi
Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Ibu dalam Manajemen Demam Anak
di Rumah yang berlokasi di RT 02 RW 2 Posyandu Beringin 1 di wilayah
kerja Puskesmas Pondok Gede Bekasi.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran karakteristik responden di wilayah RT 02 RW 02
Kelurahan Jaticempaka?
2. Bagaimana nilai pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak dirumah
sebelum diberikan pendidikan kesehatan?
3. Bagaimana nilai pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak di rumah
sesudah diberikan pendidikan kesehatan?
4. Bagaimana efektivitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan orang
tua mengenai manajemen demam anak di rumah?
7
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas edukasi
kesehatan terhadap nilai pengetahuan orang tua dalam manajemen demam
pada anak di rumah di RT 2 RW 2 lingkup Posyandu Beringin 1 yang
termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pondok Gede.
2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran karakteristik responden di wilayah RT 02 RW
02 Kelurahan Jaticempaka
2. Diketahuinya nilai pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak
dirumah sebelum diberikan pendidikan kesehatan.
3. Diketahuinya nilai pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak di
rumah sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
4. Diketahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan
ibu mengenai manajemen demam anak di rumah.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah ilmu tentang nilai pengetahuan ibu dalam manajemen
demam anak dirumah sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan.
8
2. Bagi Program Profesi Keperawatan
Melaksanakan salah satu peran dan fungsi perawat sebagai edukator
masyarakat. Penelitian ini bermanfaat dalam bidang keperawatan anak
terkait edukasi manajemen demam anak dirumah untuk ibu.
3. Bagi Puskesmas Pondok Gede
Menjadi bahan sarana memberikan penyuluhan kesehatan pada orang
tua terkait manajemen demam anak dirumah. Menjadikan hasil
penelitian sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
4. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam hal
melakukan penelitian secara langsung. Memberikan gambaran kepada
peneliti terkait strategi edukasi yang tepat dalam rangka peningkatan
pengetahuan orang tua dalam manajemen demam pada anak dirumah.
5. Bagi Responden
Penelitian ini bermanfaat bagi responden terkait dengan pemberian
informasi mengenai definisi demam, cara mengkaji demam serta cara
dan frekuensi pemantauan suhu tubuh serta manajemen demam yang
dapat dilakukan di rumah.
9
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan nilai tingkat
pengetahuan orang tua dalam manajemen demam pada anak dirumah sebelum
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Jenis penelitian ini adalah Pre-
Eksperimental One Group dengan Pre test - Post test Design. Metode
pengambilan data dan evaluasi dengan instrumen pre – post kuesioner dan
pengolahan data berbasis komputer. Penelitian ini dilaksanakan di RT 2 RW 2
Kelurahan Jaticempaka yang tergabung dalam wilatah kerja Puskesmas
Pondok Gede Kota Bekasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam
1. Definisi Demam
Demam disebut juga dengan pireksia (Axelrod & Diringer, 2008)
merupakan tanda munculnya gejala keluhan kesehatan yang
dikarakteristikkan dengan peningkatan suhu tubuh diatas normal 36,5
– 37,5oC atau 98 – 100
oF dikarenakan peningkatan regulasi set point
tubuh (Karakitsos & Karabinis, 2008). Scolnik (2009) menjelaskan
demam sebagai respon fisiologis terhadap infeksi yang telah berevolusi
dan dorman dalam tubuh manusia. Hal ini termasuk dalam mekanisme
proteksi diri dan tubuh masih dapat mengkompensasi dengan baik
selama status hidrasi adekuat dan tubuh dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sehingga terjadi pengeluaran panas dari tubuh ke
lingkungan.
2. Etiologi Demam
Demam dapat disebabkan oleh 4 faktor utama: infeksi, reaksi
inflamasi, neoplastic. Infeksi virus seperti gastroentritis dan infeksi
bakteri seperti otitis media dan faringitis adalah penyebab tersering
kejadian demam akut (Kliegman, Stanton, Geme, & Schor, 2016).
13
3. Mekanime Demam
Demam merupakan keadaan dimana suhu tubuh mengalami
peningkatan di atas normal yaitu > 38oC atau 103
oF (Anochie.
Ifesinachi, P. 2013). Demam merupakan respon fisiologis normal
tubuh yang menghasilkan peningkatan “set point” hipotalamus dalam
merespon zat pirogen endogen dan pirogen eksogen. Berbeda dengan
hipertermia adalah respon patofisiologis dengan ketidaknormalan
homeostasis (set point hipotalmus tidak berubah) yang menimbulkan
produksi panas berlebihan sehingga terjadi kehilangan kemampuan
mengeluarkan panas tubuh ke lingkungan.
Terjadinya peningkatan suhu tubuh berkaitan dengan terlepasnya
zat pirogen endogen yang menyebar melalui sirkulasi darah sebagai
respon dari adanya infeksi serta reaksi peradangan atau tumor. Adanya
infeksi mikroba menstimulasi tubuh untuk melepaskan zat pirogen
eksogen yang juga merangsang pelepasan pirogen endogen termasuk
zat sitokin seperti IL-1, IL-6, tumor necrosis factor dan interferon
(James et al, 2013). Proses yang melibatkan zat sitokin ini
menyebabkan terjadinya sintesis prostaglandin E2 melalui
metabolisme asam arakhidonat jalur siklo-oksigenase (COX-2)
sehingga hipotalamus menaikkan set point suhu inti yang
dimanifestasikan sebagai peningkatan suhu tubuh (Guyton & Hall,
2014).
14
4. Pengukuran Suhu Tubuh
Terdapat beberapa cara mengukur suhu tubuh, diantaranya:
Tabel 2.1 Bagian Pengukuran Suhu Tubuh
Bagian tubuh Tipe termometer Suhu normal
rata-rata (oC)
Demam oC
Aksila Elektronik, air raksa 34,7-37,3 (36,4) 37,4
Sublingual Elektronik, air raksa 35,5-37,5 (36,6) 37,6
Telinga Infra merah 35,7-37,5 (36,6) 37,6
(Sumber: El-Radhi. Carroll. Klein, 2009)
5. Manifestasi Klinis
E-Radhi, Carroll dan Klien (2009) menjelaskan tanda dan gejala
umum pada anak demam dapat menunjukkan gejala lelah. Anak
menjadi kurang aktif, kurang tertarik dengan lingkungan bahkan untuk
bermain. Anak menjadi lebih nyaman untuk beristirahat dan berbaring
di tempat tidur. Namun dalam penelitian Sullivan & Farrar (2011)
dijelaskan bahwa 85% orang tua membangunkan anaknya hanya untuk
memberikan obat penurun panas bahkan pada anak dengan temperatur
<38oC sekalipun.
a. Gejala
1) Haus
Pada saat demam terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berkaitan dengan peningkatan proses penguapan IWL
(Insesible Water Loss). Tubuh yang sedang mengalami hal
demikian rentan mengalami kekurangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh. Hal ini tergambar dengan rasa haus anak. Maka
15
dari itu untuk memenuhi kembali kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh yang hilang, tubuh merespon dengan
memunculkan gejala haus.. namun orang tua sering
mengeluhkan anak tidak mau atau menolak pemberian cairan
ini sehingga anak terjadi resiko tinggi dehidrasi.
2) Anoreksia
Anoreksia didefinisikan sebagai menurunnya keinginan atau
rangsangan untuk makan. Anak dengan demam memiliki gejala
penurunan nafsu makan dan menjadi sulit untuk makan. Jika
anoreksia ini tidak diatasi dan terus dibiarkan maka anak akan
kekurangan asupan nutrisi sehingga menjadi lemas.
3) Myalgia
Myalgia atau nyeri otot dapat terjadi pada anak yang sedang
demam. Anak akan mengeluh badannya sakit sehingga menjadi
rewel dan gelisah. Kondisi ini menyebabkan terbatasnya
mobilisasi pada anak dan peningkatan rasa ketidaknyamanan.
4) Oliguria
Oliguria adalah penurunan jumlah haluaran urin. Hal ini dapat
terjadi karena pada saat demam terjadi peningkatan suhu tubuh
yang mengakibatkan peningkatan proses penguapan tubuh.
Proses penguapan ini selanjutnya berkaitan dengan peningkatan
IWL (Insesible Water Loss) dalam tubuh. Menurut penelitian
Samour, Helm dan Lang (2005) dalam Cahyaningrum (2014)
16
menyebutkan pada anak dengan demam IWL meningkat
sebesar 20-25%.
b. Tanda
1) Takikardia
Peningkatan denyut nadi pada anak dengan demam biasanya
adalah 10 denyut per menit setiap kenaikan suhu 1oC.
2) Takipnea
Anak dengan demam terjadi peningkatan laju respirasi
sebanyak 2,5 tarikan napas per menit setiap kenaikan suhu 1oC.
3) Tekanan darah
Pada tahap awal demam dengan suhu >38oC biasanya disertai
dengan peningkatan tekanan darah, sedangkan apabila demam
terjadi lebih dari 5 hari biasanya dikaitkan dengan penurunan
tekanan darah.
4) Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
Pada permulaan demam biasanya disertai penurunan LFG
sehingga terjadi oliguria. Namun, apabila demam berlangsung
lebih lama dan tidak mendapatkan penanganan segera dapat
terjadi sedikir peningkatan LFG.
6. Pola Demam
Pola demam dapat memberikan petunjuk untuk etiologi yang
mendasari. Pola demam termasuk jenis onset (secara tiba-tiba atau
tersembunyi dan membahayakan), variasi dalam derajat suhu dan
17
selama seluruh episode penyakit, siklus demam dan respon terhadap
terapi yang diberikan.
Tabel 2.2 Pola Demam
Pola demam Penjelasan Penyakit
Continuous
Dikarakteristikkan dengan kenaikan suhu
tubuh tetap dengan maksimal peningkatan
0,4oC selama 24 jam. Fluktuasi suhu siklus
diurnal biasanya tidak ada.
Demam tipoid,
Malignant
falciparum
malaria
Remittent
Dikarakteristikkan dengan naiknya suhu
tubuh namun tidak pada suhu normal. Variasi
siklus diurnal biasanya muncul. Pola ini
paling sering muncul pada kejadian demam
anak dan biasanya tidak spesifik pada suatu
penyakit
Sebagian besar
penyakit infeksi
virus atau bakteri
Intermittent
Suhu tubuh kembali pada suhu normal tiap
hari biasanya di pagi namun naik pada sore
hari. Pola ini adalah kedua paling sering
ditemukan pada kejadian demam anak.
Malaria, limfoma,
endokarditis
Hectic od
Septic
Pola ini terjadi ketika demam remiten atau
intermiten menunjukkan perbedaan besar
antara suhu tubuh titik tertinggi dan titik
terendah.
Penyakit
Kawasaki, infeksi
piogenik
Quotidian
Biasanya disebabkan oleh P.vivak,
menandakan demam paroksimal yang terjadi
tiap hari.
Malaria yang
disebabkan oleh P.
vivak
Double
quotidian
Pola demam ini berhenti dalam siklus 12
jam.
Penyakit kala azar,
gonococcal
arthritis reumatoid
artritis juvenil
Recurrent
Fever
Demam yang melibatkan penyakit pada suatu
organ seperti saluran kemih atau melibatkan
sistem organ
Familial
Mediterranean
fever
(Sumber: Kliegman et al., Nelson Pediatric pg 1278, 2016)
Selain tanda dan gejala umum yang tersaji diatas, terdapat juga
pemeriksaan demam untuk mendeteksi secara dini resiko pada
penyakit serius. Dalam penelitian (Oshikoya & Senbanjo, 2008)
menyebutkan bahwa demam sebagai tanda terjadinya interaksi antara
host dan agen pejamu yang sedang menginvasi tubuh yang beresiko
tinggi terjadi penyakit serius.
18
B. Managemen Penyakit
Scolnik (2009) menjelaskan demam sebagai respon fisiologis
terhadap infeksi yang telah berevolusi dan dorman dalam tubuh manusia.
Prinsip demam dapat menguntungkan dan dapat merugikan. Demam
menguntungkan karena terjadi peningkatan kemampuan sistem imunitas
atau kekebalan tubuh dalam melawan penyakit dan menurunkan
kemampuan virus atau bakteri dalam memperbanyak diri (Bahren, 2014).
Oleh karena itu, pada dasarnya demam termasuk dalam mekanisme
proteksi diri dan tubuh masih dapat mengkompensasi dengan baik selama
status hidrasi adekuat dan tubuh dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sehingga terjadi pengeluaran panas dari tubuh ke lingkungan.
Kompensasi tubuh terhadap demam tersebut dapat didukung
dengan penanganan tepat yang dapat dilakukan di rumah sebelum
akhirnya dirujuk ke pelayanan kesehatan. Penanganan demam pada anak
merupakan salah satu bentuk perilaku pemulihan kesehatan terhadap anak
yang mengalami demam. Hal ini berkaitan dengan usaha orang tua untuk
menentukan penanganan awal pada anak sakit secara mandiri di rumah.
Penanganan penyakit pada anak tidak terlepas dari peran orang tua,
oleh karena itu asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien anak
sering kali melibatkan orang tua, terutama pada kasus anak dibawah 5
tahun (Hockenberry & Wilson, 2007). Maka dari itu menurut Rosdahl &
Kowalski (2008) menjelaskan konsep yang mendasari asuhan berpusat
19
pada keluarga yaitu fasilitasi keterlibatkan orang tua dalam perawatan dan
peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anak.
C. Manajemen Demam
Scolnik (2009) menjelaskan demam sebagai respon fisiologis
terhadap infeksi yang selanjutnya merupakan mekanisme proteksi diri
dalam rangka meningkatkan kemampuan sistem imunitas anak dalam
melawan penyakit. Oleh karena itu tubuh masih dapat mengkompensasi
dengan baik selama status hidrasi adekuat dan tubuh dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan sehingga terjadi pengeluaran panas dari tubuh ke
lingkungan.
Manajemen demam merupakan salah satu upaya manajemen
penyakit pada anak yang mengalami demam. Manajemen demam secara
self management merupakan penanganan demam yang dilakukan sendiri
tanpa menggunakan bantuan medis. Penanganan ini dapat berupa terapi
fisik, terapi obat maupun kombinasi keduanya (NICE, 2013) Sedangkan
manajemen demam secara non-self management merupakan penanganan
demam yang menggunakan bantuan medis. Penanganan ini berkaitan
dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan baik puskesmas
maupun rumah sakit (Bertille, 2015).
1. Pengkajian Demam
Ketika anak mengalami sakit maka ibu diharapkan segera
membawa anak ke pusat pelayanan kesehatan terdekat seperti
puskesmas untuk mencari tahu apa yang sedang dialami oleh anak.
20
Oleh karena itu, anak segera mendapatkan pertolongan yang tepat
dan efektif. Penilaian, klasifikasi dan tindakan/pengobatan balita
sakit umur 2 bulan samapi 5 tahun tertuang dalam buku
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) tahun 2015 yang
dilakukan oleh petugas kesehatan profesional.
Manajemen demam pada anak merupakan salah satu bahasan
dalam buku Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk
menjadi panduan bagi petugas kesehatan dalam melakukan
pengkajian, meinlai derajat sakit dan menentukan pengobatan yang
tepat. MTBS mengklasifikasikan demam dengan 3 kategori resiko
penyakit serius. Tiga kategori resiko penyakit serius yang
berhubungan dengan demam antara lain malaria, campak dan DBD.
Hal ini betujuan untuk memudahkan manajemen penyakit dengan
pengobatan yang tepat dan efektif sesuai dengan indikasi tanda dan
gejala yang terjadi.
21
2. Pengkajian demam dengan tanda-tanda dehidrasi
Anak demam dengan tanda dehidrasi sebagai berikut: 1) pengisian
capillary refill yang memanjang >3detik; 2) turgor kulit abnormal; 3)
pola napas abnormal; 4) nadi teraba lemah; 5) dan ekstremitas teraba
dingin NICE (2013).
Gambar 2.1 Tanda Hidrasi Anak
(Sumber: Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes, 2016)
3. Self Management Demam Anak
a) Orang tua mengelola demam anak di rumah
1. Memberikan cairan yang biasa anak minum (anak yang masih
mendapatkan ASI sebaiknya diberikan ASI)
2. Beri minum lebih sering dan lebih banyak
3. Jangan diselimuti atau diberi baju tebal
4. Kompres dengan air biasa atau air hangat
22
5. Jangan kompres dengan air dingin karena anak bisa menggigil
6. Untuk daerah endemis malaria, balita harus tidur di dalam
kelambu anti nyamuk
7. Jika demam tinggi (>38oC), beri obat penurun panas sesuai
dosis
8. Perhatikan tanda-tanda hidrasi (Kemenkes, 2016)
b) Segera bawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan jika:
1. Demam disertai kejang
2. Demam tidak turun dalam 2 hari
3. Demam disertai bintik-bintik merah, pendarahan di hidung,
dan/atau buang air besar berwarna hitam (Kemenkes 2016)
c) Antipiretik
Antipiretik merupakan obat antiinflamasi non-steroid.
Beberapa macam agen antipiretik di Indonesia, yaitu parasetamol,
ibuprofen, aspirin, acetosal, metamizole, derivat pirazolon seperti
fenilbutazon dan dipiron. Namun kasus demam pada anak lebih
sering menggunakan parasetamol, ibuprofen dan aspirin karena
lebih mudah didapat dan lebih murah (Soedibyo, S. 2006).
Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan Bertille, N. (2015)
menunjukkan sebanyak 91% pediatrik, 88% dokter umum dan 84%
apoteker memberikan acetaminophen pada 88% pasien; kemudian
pemberian ibuprofen kepada 11% pasien yang dilakukan oleh 15%
apoteker, 10% dokter umum dan 9% pediatrik.
23
Parasetamol merupakan derivat para amino fenol dan
merupakan metabolit fenasetin yang juga derivat para amino fenol
dengan efek antipiretik yang sama. Parasetamol menurunkan suhu
tubuh dengan mekanisme inhibisi prostaglandin. Parasetamol
mudah diabsorpsi dengan cepat dan sempurna melalui saluran
pencernaan, terlarut dalam seluruh cairan tubuh dan 25% terikat
dengan protein plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim
mikrosom hati dan dieksresikan dalam bentuk telah terkonjugasi
melalui ginjal (Katzung BG. 2006).
Namun apabila pemakaian parasetamol dalam dosis besar
secara menahun berpotensi menyebabkan nefropati diabetik
bahkan menimbulkan efek toksik serius berupa nekrosis hati,
nekrosis tubuli renalis serta koma hipoglikemik. Hepatotoksisitas
dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-
250mg/kgBB) parasetamol dosis anak (Katzung BG. 2006).
Penggunaan parasetamol untuk demam tinggi (≥38,5oC) terlampir
pada tabel 2.6 sebagai berikut
Tabel 2.3 Pemakaian Parasetamol Anak Berdasarkan Usia
Setiap 6 jam sampai demam hilang
Umur atau BB Tablet
500 mg
Tablet
100 mg Sirup 120mg/5ml
2 - <6 bulan
(4 - <7 kg) 1/8 ½
2,5 ml
(1/2 sendok takar)
6 bulan - <3 tahun
(7 - < 14 kg) 1/4 1
5 ml
(1 sendok takar)
3 - <5 tahun
(14 - <19 kg) 1/2 2
7,5 ml
(1 ½ sendok takar)
(Sumber: Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit, Kemenkes RI 2015)
24
d) Non-Farmakologi
1) Tepid Water Sponge
Tepid merupakan suatu kompres/sponging dengan air
hangat. Penggunaan kompres air hangat di lipat ketiak dan
lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit akan
membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat
pori-pori kulit melalui proses penguapan. Jika dokter dan
orang tua merasa kompres diperlukan (misalnya suhu tubuh
meningkat >40 celcius), yang tidak respon obat penurun panas,
maka penting untuk memberikan obat penurun panas terlebih
dahulu untuk menurunkan pusat pengatur suhu di susunan
saraf otak bagian hipotalamus, kemudian dilanjutkan kompres
air hangat (Mulya Rahma Karyanti, 2014 idai.com).
Pemberian Tepid Water Sponge (TWS) adalah metode
fisik yang aman dilakukan orang tua di rumah. Jenis cairan
yang digunakan untuk mengkompres anak dengan demam
adalah air hangat, bukan air dingin atau alkohol (Hockenberry,
2004). Mahar AF et al (1994) dalam Thomas S et al (2009)
menyebutkan bahwa penggunaan teknik tepid sponge
bersamaan dengan antipiretik lebih efektif daripada hanya
antipiretik.
25
Kompres air hangat dapat menurunkan demam dengan
cara vasodilatasi perifer sebagai respon dari hipotalamus
sehingga terjadi peningkatan proses penguapan tubuh yang
diharapkan mampu mempercepat penurunan panas. Alat yang
digunakan dalam kompres air hangat meliputi waskom tempat
air hangat dengan suhu air sekitar 26-35oC, lap mandi, handuk
mandi, selimut mandi, perlak besar, selimut tidur dan
termometer. Letakkan lap mandi yang telah basah dan diperas
dengan air hangat pada aksila, pangkal paha dan punggung
anak. Pantau suhu menggunakan termometer sebelum, sesaat
dan setelah kompres air hangat. Hentikan kompres ketika anak
menunjukkan respon kedinginan atau menggigil atau segera
setelah suhu tubuh anak mendekati suhu normal (Rosdahl &
Kowalski, 2008).
2) Monitoring Suhu
Menurut penelitian Soedibyo (2006) tentang gambaran
persepsi orang tua tentang penggunaan antipiretik sebagai obat
demam didapatkan bahwa sebanyak 78 responden melakukan
pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer yang
diletakkan di aksila. Beberapa orang tua lebih sering
melakukan pengukuran suhu tubuh melalui aksila di rumah.
Adapula orang tua yang mendeteksi demam dengan
menyentuh bagian dahi anak (James et al, 2013).
26
3) Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pada anak sakit dapat ditemukan masalah masukan
nutrisi dan cairan yang kurang karena cenderung terjadi
penurunan nafsu makan pada anak. Upaya perbaikan
pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan dalam rangka
membantu proses fisiologis dalam tubuh merupakan salah satu
upaya pemulihan kondisi tubuh dari sakit (Hidayat, A. Aziz
Alimul, 2008). Upaya ini berkaitan dengan adanya
peningkatan metabolism tubuh akibat suatu penyakit, sehingga
pada anak yang sakit diperlukan makanan tambahan yang
mengandung semua unsur zat gizi seimbang seperti
karbohidrat, lemak, protein, air, vitamin dan mineral
(Behrman, 2002 dalam Hidayat A. 2008).
Kebutuhan total cairan harian anak dihitung dengan
formula berikut: 100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama, lalu
50ml/kgBB untuk 10 kg berikutnya, selanjutnya 25 ml/kgBB
untuk setiap tambahan kg BB.
Tabel 2.4 Kecukupan Kebutuhan Cairan Anak Harian
Umur Air Setara dengan
0 – 6 bulan ASI
7 – 11 bulan 800 mL ± 3 gelas
1 – 3 tahun 1200 mL ± 5 gelas
4 – 6 tahun 1500 mL ± 6 gelas
(Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes, 2016)
27
D. Pendidikan Kesehatan
1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha sadar yang menyiapkan
peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang
dan sehat serta baik fisik, mental, sosial maupun lingkungan melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang diperlukan bagi
perannya saat ini maupun di masa yang mendatang (Efendy dkk,
2009). Sedangkan menurut Mubarak W. dan Nurul C. (2009)
menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan adalah proses perubahan
perilaku yang dinamis di mana perubahan tersebut bukan sekedar
proses bertukar informasi dari seorang ke orang lain, tetapi perubahan
tersebut terjadi didukung oleh adanya kesadaran diri dalam diri
individu, kelompok atau masyarakat tersebut.
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan menurut WHO (1954) dalam Heri D.
J. Maulana (2009) adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat
di bidang kesehatan yang lebih luas lagi dijabarkan menjadi mendidik
masyarakat berarti menolong individu agar mampu secara mandiri atau
berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup
sehat. Maka dari itu, pendidik kesehatan bertanggung jawab
mengarahkan cara-cara hidup sehat sehingga menjadi kebiasaan hidup
masyarakat sehari-hari.
28
3. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan meliputi masyarakat umum dengan
berorientasi pada masyarakat pedesaan, kelompok tertentu (misalnya
wanita, pemuda, remaja, termasuk lembaga pendidikan) dan individu
dengan teknik pendidikan kesehatan yang berfokus pada individu (Heri
D. J. Maulana. 2009). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
sasaran orang tua yang berada dalam lingkup wilayah kerja Puskesmas
Pondok Gede tepatnya di Posyandu Jaticempaka.
4. Metode Pendidikan Kesehatan
Metode pendidikan kesehatan adalah prosedur penerapan seperangkat
petunjuk untuk menghadapi situasi problematis dalam bidang
kesehatan yang mencakup prosedur (teknik) dan perangkat (media).
Terdapat berbagai macam metode pendidikan kesehatan, seperti
seminar, curah pendapat, simposium, demonstasi, dan lain-lain.
Pemilihan metode pendidikan disesuaikan dengan karakteristik
partisipan (jumlah, status sosial-ekonomi, umur, jenis kelamin), waktu
dan tempat yang tersedia, serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dari
pendidikan kesehatan tersebut (Nursalam & Efendi, F. 2008). Seperti
pemilihan metode ceramah digunakan untuk mendapatkan informasi
baru yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik
(Nursalam & Efendi, F. 2008), sedangkan metode demonstrasi dapat
digunakan untuk memengaruhi persepsi tentang kemampuan seseorang
melakukan suatu perilaku dengan melihat sekaligus memperagakan
29
suatu keterampilan sederhana sehingga diharapkan terjadi perubahan
pola pikir dan tindakan (Bensley, Robert J. 2009). Dalam penelitian
ini, peneliti tertarik menggunakan metode ceramah. Berikut beberapa
metode pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan (Nursalam, 2008):
a) Curah pendapat
Curah pendapat dimaksudkan sebagai suatu forum yang dipimpin
oleh seorang moderator yang bertugas memicu peserta atau sasaran
dengan suatu masalah kemudian tiap peserta atau sasaran
memberikan jawaban atau tanggapan dalam curah pendapat
(brainstroming).
b) Demonstrasi
Demonstrasi adalah cara penyajian topik dengan memperlihatkan
bagaimana cara menjalankan suatu tindakan, adegan atau
memperlihatkan bagaimana menggunakan suatu produk. Sasaran
atau peserta forum dapat mencoba dan mempraktekkannya sendiri
setelah diperlihatkan oleh komunikator (Nursalam, 2008).
c) Konsultasi
Konsultasi dimaksudkan berfokus kepada hubungan antarmanusia,
membantu peserta atau sasaran untuk menciptakan persepsi baru
serta mengerti dan bertindak dalam kegiatan di lingkungannya.
Konsultasi diterapkan untuk mengubah perilaku individu,
kelompok bahkan masyarakat.
30
d) Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan
menjelaskan ide pengertian atau pesan secara lisan kepada
sekelompok sasaran berjumlah 25-30 orang sehingga memperoleh
informasi yang dibutuhkan. Penyuluhan metode ceramah
merupakan metode yang paling sering digunakan untuk
memberikan penyuluhan, tetapi metode ini biasanya kurang
menarik bagi responden karena hanya mendengarkan dan orang
berbicara sehingga terkesan membosankan.
1) Kelemahan metode ceramah
Metode ceramah bersifat memaksa, membuat peserta ceramah
bersifat pasif sehingga menyebabkan pesan tidak tersampaikan
dengan maksimal karena pendengar merasa bosan dan kadang
kurang memperhatikan (Hasibuan, 2009).
2) Keuntungan metode ceramah
Metode ceramah dapat dibuat menarik dengan dikombinasi
dengan media lain. Media bantu yang dapat digunakan pada
ceramah kesehatan adalah tayangan (slides). Ceramah
kesehatan dengan persiapan yang baik dan komunikatif dapat
menjadi metode yang efektif dalam penyampaian pengetahuan
kesehatan. Selain itu, metode ceramah juga memiliki
keuntungan mudah mengulang materi bila peserta kurang
mengerti maksud dari materi yang disampaikan dan dapat
31
bertanya secara langsung kepada penceramah (Hasibuan,
2009).
5. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga
karena berfungsi membantu dan memperagakan materi dalam proses
pendidikan serta mempertimbangkan prinsip penerimaan informasi
melalui pancaindera (Maulana, 2009). Pemilihan media pembelajaran
dalam pendidikan kesehatan dipilih dengan hati-hati sehingga dapat
memenuhi tujuan pembelajaran yaitu dapat memotivasi, menstimulasi
perhatian, melibatkan peserta belajar, memberikan kesempatan bagi
peserta belajar untuk menganalisis materi yang disampaikan, serta
membantu pembentukan sikap dan pengembangan rasa menghargai
(apresiasi) (Trianto, 2010).
Alat peraga dikelompokkan menjadi media cetak, media elektronik
dan media papan, sebagai berikut:
1) Media cetak
a. Booklet, penyampaian dalam bentuk buku.
b. Leaflet, penyampaian dalam bentuk lembaran lipat.
c. Flyer, seperti leaflet tetapi tidak terlipat
d. Flip chart, berbentuk lembar balik, bentuk buku dimana
tiap lembar berisi peragaan dan lembar belakang berisi
keterangan
32
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 Ak
tif
Pa
sif
Ak
tif
e. Poster, pesan/informasi kesehatan yang ditempel di
tembok atau tempat umum/kendaraan umum.
2) Media elektronik meliputi televisi, radio, video dan film
3) Media papan (billboard), dipasang di tempat umum dengan
ukuran besar
Alat peraga atau media peraga tersebut mempunyai intensitas
berbeda dalam membantu permasalahan seseorang. Alat peraga yang
memiliki tingkat intensitas paling tinggi adalah benda asli dan yang
memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini
menunjukkan bahwa hanya dengan kata-kata saja kurang efektif.
Namun, akan lebih efektif dan efisien bila digunakan lebih dari satu
alat peraga atau kombinasi. Berikut gambaran kerucut Edgar Dale
dalam Maulana (2009).
Bagan 2.1 Kerucut Edgar Dale
Keterangan:
1. Kata-kata
2. Tulisan
3. Rekaman, radio
4. Film
5. Televisi
6. Pameran
7. Field Trip
8. Demonstrasi
9. Sandiwara
10. Benda tiruan
11. Benda asli
33
6. Tahapan Perencanaan Pendidikan Kesehatan
Stage 1: Identifikasi Kebutuhan dan Prioritas
Identifikasi kebutuhan dan prioritas dilakukan dengan melakukan
penyelidikan terhadap keadaan klien, bertanya langsung kepada klien
tentang topik terkait informasi dan kebutuhan yang dibutuhkan. Selain
itu, bertujuan juga untuk melihat catatan kasus untuk dapat
mengidentifikasi topik yang bersifat umum. Sehingga dapat ditentukan
metode, materi dan media yang efektif (Nursalam, 2008).
Stage 2: Menentukan Tujuan dan Target
Pada tahap ini memerlukan pernyataan spesifik dan merupakan
pernyataan terbuka sehingga diharapkan mendapatkan informasi secara
luas dari klien. Tujuan dari pendidikan kesehatan terdiri dari tujuan
umum dan tujuan khusus.
Stage 3: Identifikasi metode yang tepat dalam pencapaian tujuan
Membuat perencanaan isi, metode dan teknik pendidikan kesehatan
agar dapat tercapai tujuan umum dan tujuan khusus yang telah
direncanakan.
Stage 4: Menyusun metode rencana evaluasi
Membuat rencana metode evaluasi yang sesuai untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pendidikan kesehatan. Hal ini penting untuk
melihat apakah ada perubahan pengetahuan yang dimiliki klien
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
34
Stage 5: Menyusun rencana pelakasanaan
Membuat rencana pelaksanaan agar pada saat implementasi ada
petunjuk teknis pelaksanaan intervensi. Hal ini juga bertujuan untuk
melindungi klien dari kemungkinan pelaksaan teknis diluar yang sudah
direncanakan.
Stage 6: Pelakasanaan atau implementasi dari perencanaan
Pelaksanaan implementasi berdasarkan petunjuk teknis yang sudah
dibuat sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar pemberi pendidikan
kesehatan berperilaku efektif dan efisien.
E. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah hasil tahu
dan merupakan hasil yang disapat setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pencaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa dan perabaan. Setiap manusia memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda-beda. Tingkatan pengetahuan dimulai dari
tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application),
analisis (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi (evaluation).
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin tinggi
pula kemampuan individu tersebut di dalam melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian tersebut inilah yang akan
menjadi landasan seseorang untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010).
35
Sistem pengetahuan merupakan produk dari manusia sebagai
homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri,
selain dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk
mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya
kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini
menyebar luas. Apabila pengetahuan itu dapat dibukukan,
penyebarannya dapat dilakukan dari satu generasi ke generasi
berikutnya (Noorkasiani, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dirgahayu (2015)
yang berjudul Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Siswa dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan
perilaku hidup bersih dan sehat. Hal tersebut menggambarkan bahwa
seseorang yang memiliki pengetahuan baik tentang kesehatan
cenderung akan berperilaku sehat. Maka dari itu dapat disimpulkan
bahwa salah satu faktor kuat yang dapat mempengaruhi tingkat
pendidikan seseorang yaitu berdasarkan tingkat pendidikannya.
Menurut Arikunto 2006 tingkat pengetahuan dapat
dikategorikan menjadi baik, cukup dan kurang. Pengetahuan baik jika
memiliki nilai 76-100, pengetahuan cukup jika memiliki nilai 75-60,
sedangkan pengetahuan kurang jika memiliki nilai <60.
Pengkategorian ini selanjutnya akan digunakan peneliti pada hasil ukur
dalam penelitian.
36
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
adalah pendidikan, umur, lingkungan dan sosial budaya. Semakin
tinggi tingkat pendidikan dan status sosial seseorang maka tingkat
pengetahuannya akan semakin tinggi pula. Begitu juga dengan umur,
semakin bertambah umur maka semakin bertambah tingkat
pengetahuannya (Wawan, 2010).
a) Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembanngan orang untuk menggapai
cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan
individu semakin lama dirinya telah mengikuti proses belajar,
sehingga informasi yang dimiliki individu yang telah
mencapai suatu tingkat pendidikan memiliki pengetahuan
yang luas. Tingkat pendidikan yang rendah yaitu yang
mengikuti pendidikan formal sekurang-kurangnya 7-12 tahun.
Hal ini dapat mempengarhui pengetahuan orang tua terkait
manajemen demam pada anak di rumah (Walsh & Edward,
2005).
37
2) Pekerjaan
Menurut Thomas pekerjaan merupakan sesuatu yang harus
dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga dan
dirinya. Bekerja umumnya adalah kegiatan atau aktivitas yang
menyita waktu. Selain itu, menurut Notoatmodjo (2010)
pekerjaan merupakan salah satu yang berpeluang
mempengaruhi pengetahuan seseorang karena adanya proses
interaksi. Bila ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering
berinteraksi dengan orang lain lebih banyak terpapar
informasi atau pengetahuan jika dibandingkan dengan orang
tanpa ada interaksi dengan orang lain.
3) Usia
Usia merupakan umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Menurut Hurlock (2004)
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja dengan semakin cukupnya
umur.
4) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal. Menurut
Walsh dan Edwards (2006), pengetahuan orang tua terkait
demam dapat berubah seiring berjalannya waktu seperti usia
anak dan kelahiran anak baru. Hal ini menggambarkan bahwa
38
lamanya pengalaman menjadi orang tua dan jumlah anak
mempengaruhi berkembangnya pengetahuan orang tua terkait
manajemen demam.
5) Kepribadian
Merupakan organisasi dari pengetahuan dan sikap-sikap
yang dimiliki seseorang latar belakang terhadap perilakunya.
b) Faktor eksternal
1) Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku seseorangg atau kelompok.
2) Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhan meliputi sikap dan kepercayaan.
3) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan yang luas.
4) Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidup akan dapat menambah tingkat pengetahuan.
39
3. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari
pengetahuan umumnya bersifat berkelanjutan dan perilaku manusia
dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a. Cognitive domain, diukur dari knowledge (pengetahuan)
b. Affective domain, diukur dari attitude (sikap)
c. Psychomotor domain, diukur dari psychomotorpractice
(keterampilan)
Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai tujuh
tingkatan (HL Bloom dalam Notoatmodjo.2007), yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima
(Notoadmojo.2007).
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar
(Notoatmodjo.2007).
40
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diastikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
41
g. Berkreasi (Created)
Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu
keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi insur ke
dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya.
F. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Baitil Atiq (2009) dengan judul
Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua dalam Pemberian
Antipiretik pada Anak Sebelum Berobat Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Orang Tua. Penelitian ini dilakukan pada 102 responden. Kesimpulan
dari penelitian tersebut adalah tidak terdapat perbedaan gambaran
pengetahuan dan perilaku orang tua mengenai pemberian antipiretik
pada anak sebelum berobat pada orang tua dengan jenis pekerjaan
yang berbeda, sebagian besar orang tua dari setiap jenis pekerjaan
memberikan antipiretik pada anak sebelum berobat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Asmara Jannati (2009) dengan
judul Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua dalam Pemberian Obat
Penurun Panas pada Anak. Penelitian ini dilakukan pada 102
responden. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagian besar
orang tua tidak mengetahui kandungan/zat aktif, efek samping dan
tidak menghitung dosis antipiretik yang diberikan kepada anaknya.
Penggunaan antipiretik sebagai tindakan awal dirumah dilakukan
sebagian besar orang tua sebelum anak dibawa ke pelayanan
kesehatan. Perilaku tersebut sebagian besar dilakukan oleh orang tua
42
dengan tingkat pendidikan menengah diikuti dengan tingkat
pendidikan tinggi dan terakhir oleh orang tua dengan tingkat
pendidikan rendah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh S. Thomas, C. Vijaykumar, R. Naik,
PD. Moses dan Bantonisamy (2009) dengan judul Perbandingan
Kefektifan Penggunaan Tepid Sponge dan Obat Antipiretik dan Hanya
Pemberian Antipiretik dalam Manajemen Demam pada Anak.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penurunan termperatur
tubuh pada grup dengan pemanfaatan teknik tepid sponge dan obat
antipiretik secara signifikan lebih cepat menurunkan panas daripada
grup dengan hanya pemberian obat antipiretik; meskipun setelah 2
jam, pada kedua grup dicapai kenaikan temperatur yang sama. Disisi
lain ditemukan grup dengan pemanfaatan teknik tepid sponge dan obat
antipiretik secara signifikan lebih merasakan ketidaknyamanan
daripada grup dengan hanya pemberian obat antipiretik, namun
ketidaknyamanan hanya setingkat sedang.
4. Penelitian yang dilakukan oleh A.Sangkai, M., Silalahi, D., & Watie,
L. (2016) dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penatalaksanaan Demam
Anak Menggunakan Terapi Komplementer Daun Kembang Sepatu
(Hibiscus rosa-sinesis) di UPTD Puskesmas Kayon Palangka Raya.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ada pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tingkat pengetahuan.
43
5. Penelitian yang dilakukan oleh Bertille N, Pons G, Khoshnood B,
Fournier-Charrière E, Chalumeau M (2015) dengan judul Symptomatic
Management of Fever in Children: A National Survey of Healthcare
Professionals’ Practices in France. Kesimpulan dari penelitian
tersebut adalah masih terdapat “fever phobia” diantara para petugas
kesehatan profesional (general practitioner, pediatrician dan
pharmacist) karena adanya kesenjangan yang berarti antara teori
praktek dengan praktek lapangan. Pengalaman yang didapatkan oleh
petugas kesehatan lebih sejalan dengan praktek lapangan daripada teori
praktek yang sudah ada begitupun dengan orang tua pasien, yang
mengindikasikan bahwa edukasi kesehatan berkelanjutan adalah
penting dilakukan untuk memperbaharui pengetahuan. Edukasi
kesehatan berkelanjutan menganjurkan untuk memperbaiki
pengelolaan demam simtomatik pada anak yang lebih berfokus pada
manajemen target, meringankan derajat ketidaknyamanan daripada
mengendalikan demam, dan mencegah dehidrasi pada pasien anak <6
bulan.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Alex-Hart, BA. Frank-Briggs, AI.
(2011) dengan judul Mothers’ Perception of Fever Management in
Children di Nigeria. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa
sebanyak total 151 ibu didapatkan bahwa tindakan penanganan yang
diambil yaitu pemberian parasetamol sebanyak 107 ibu atau 70,9%;
melakukan tepid sponge atau kompres sebanyak 76 ibu atau 50,3%;
44
melepaskan pakaian anak sebanyak 22 ibu atau 14,6%; membawa anak
ke pelayanan kesehatan sebanyak 13 ibu atau 8,6%; memandikan anak
dengan air dingin sebanyak 11 ibu atau 7,3%; memberikan obat anti-
malaria sebanyak 8 ibu atau 5,3%; membawa anak ke ahli pengobatan
sebanyak 6 ibu atau 4%; dan memberikan vitamin C sebanyak 1 ibu
atau 0,7%.
45
G. Kerangka Teori
Bagan 2.2 Kerangka Teori Penelitian
(Dikutip dari Wawan, 2010. Walsh & Edward, 2005)
Pengetahuan
Pendidikan Kesehatan Manajemen anak
Terapi fisik
Tepid Sponge
Terapi obat
Pemenuhan
kebutuhan cairan
dan nutrisi
Pemantauan suhu
tubuh anak
Antipiretik
Demam pada anak
Penanganan pertama
anak sakit oleh orang
tua/ibu di rumah
Self Management
46
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan
keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak
diteliti) (Nursalam, 2008). Menurut Notoatmodjo (1993) dalam Wasis
(2008) menjelaskan bahwa kerangka konsep adalah kerangka hubungan
antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan.
Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan pada BAB II,
diperoleh kerangka konsep yang akan peneliti lakukan di wilayah kerja
Puskesmas Pondok Gede. Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri
dari dua variabel, yaitu:
1. Intervensi adalah pemberian edukasi kesehatan mengenai
pengetahuan seputar demam anak dan manajemen demam anak
yang dapat dilakukan ibu dirumah
2. Variabel terikat (variabel dependen) adalah nilai pengetahuan
orang tua dalam manajemen demam pada anak
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Nilai pengetahuan
orang tua dalam
manajemen demam
pada anak
Nilai pengetahuan
orang tua dalam
manajemen demam
pada anak
Pre Intervensi Intervensi Post Intervensi
Edukasi kesehatan
mengenai manajemen
demam anak di
rumah
B. Hipotesa Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian untuk menerangkan fenomena yang diamati atau
suatu pertanyaan tentang hubungan yang diharapkan terjadi antara dua
variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara empirik
atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut (Nursalam,
2008). Menurut Corbetta (2003) dalam Swarjana (2012) menjelaskan
bahwa hipotesis didefinisikan sebagai sebuah konsep, atau interkoneksi di
antara konsep. Hipotesis dibuat berdasarkan teori atau studi empiris
berdasarkan pada alasan logis dan memprediksi hasil dari studi (Swarjana,
2012).
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
kerangka konsep penelitian maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian,
yaitu: ada beda nilai pengetahuan orang tua dalam manajemen demam
anak di rumah sebelum dan setelah dilakukan intervensi.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional menjelaskan prosedur yang memungkinkan
seseorang mengalami atau mengukur suatu konsep. Sehingga diharapkan
dapat memberikan kejelasan dan ketepatan terhadap objek yang ingin
dipelajari. Maka dari itu, bagaimana suatu konsep akan diukur dan
bagaimana penelitian dilakukan sesuai rancangan konsep tertuang jelas
dalam definisi operasional (Morissan, 2014). Definisi operasional dalam
penelitian ini terdapat pada tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Penelitian Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Intervensi: Edukasi kesehatan
mengenai manajemen demam
anak di rumah
Pendidikan kesehatan adalah upaya
yang dilakukan demi mengharapkan
perubahan perilaku yang
dipengaruhinya
1. Buku Manajemen
Terpadu Balita
Sakit (2015)
2. Buku Kesehatan
Ibu dan Anak
(2016)
2 Variabel Dependen:
Pengetahuan Orang Tua Dalam
Manajemen Demam Anak di
Rumah
Pemahaman informasi oleh orang tua
baik berdasarkan pengalaman
sebelum diberikan intervensi
maupun pengetahuan setelah
diberikan intervensi tentang definisi
demam, cara mengkaji demam, cara
dan frekuensi memantau suhu tubuh
serta memilih metode pertolongan
pertama demam di rumah
Menggunakan skala
Guttman. Jika
jawaban “ya”
bernilai 1, jawaban
“tidak” bernilai 0.
Menggunakan
kuesioner pre dan post
intervensi
Data numerik Interval
49
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian
yang digunakan adalah Quasi Eksperiment One Group dengan Pre test –
Post test design yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian
edukasi kesehatan terhadap nilai pengetahuan orang tua mengenai
manajemen demam anak di rumah dengan melihat beda nilai pengetahuan
sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang manajemen
demam anak.
Penelitian Quasi Experimental design ini merupakan salah satu
bentuk penelitian eksperimental yang memanipulasi variabel bebas,
pemilihan subjek penelitian dapat dilakukan secara random dan tidak
memiliki grup kontrol atau grup pembanding. Hasil analisa data
berdasarkan rancangan penelitian ini dapat menggambarkan efektivitas
perlakuan pembelajaran yang diukur dengan membandingkan skor rata-
rata pre test dan post test (Carmen, 2010 dalam Swarjana, 2012).
O1
Pre test
O2
Post test
Keterangan:
O1 : Mengukur tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi
kesehatan
X : Memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan kepada responden O1
O2 : Mengukur kembali tingkat pengetahuan responden setelah diberikan
edukasi kesehatan
X
Intervensi
Bagan 4.1 Konsep Penelitian
50
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di RT 2 RW 2 Kelurahan Jaticempaka
yang tergabung dalam wilatah kerja Puskesmas Pondok Gede Kota Bekasi.
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2017.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
3. Populasi
Populasi adalah suatu wilayah yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai karakteristik tertentu dan sudah memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
lebih lanjut dan diambil kesimpulan dari hasil penelitian (Sugiyono,
2007 dalam Hamdi 2014). Sedangkan menurut Arikunto (2002) dalam
Hamdi (2014) menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek
penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita
yang tercakup dalam RT 02 RW 02 Kelurahan Jaticempaka di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pondok Gede. Jumlah populasi di wilayah
tersebut sebanyak 341 kepala keluarga.
4. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan
menggunakan metode sampling baik itu probabilitas maupun
nonprobabilitas yang dianggap dapat mewakili populasi karena
memiliki suatu karakteristik tertentu, jelas dan lengkap (Harianti,
2012).
51
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,
2014). Maka dalam penelitian ini diambil kriteria inklusi sebagai
berikut:
1) Ibu yang mempunyai anak berusia 0-5 tahun dan mempunyai
pengalaman merawat anak dengan demam di rumah
2) Dapat membaca dan menulis serta sehat jiwa dan raga.
3) Bersedia mengikuti alur penelitian dan telah mengisi informed
consent.
b. Kriteria eksklusi
1) Orang tua yaitu ayah
5. Besar Sampel
Pada riset penelitian jenis eksperimental jumlah minimum besar
sampel adalah 15 subjek pada setiap kelompok (Gay dalam Husein,
2005). Sedangkan Burns & Susan (2005) menjelaskan bahwa jumlah
sampel pada penelitian kuasi eksperimen adalah sebanyak 10 – 20
orang. Pengambilan sampling ini didasarkan suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan studi literatur, ciri dan
sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya dan dieliminasi sesuai
dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Maka dalam penelitian ini, peneliti
mengambil sampel yaitu berjumlah 15 responden yang tergabung
dalam satu kelompok intervensi, tanpa grup kontrol. Namun untuk
52
menghindari drop out peneliti menambahkan 30% dari besar sampel
sehingga menjadi 20 calon responden.
6. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
yaitu cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian) yang tertuang
dalam kriteria inklusi dan ekslusi, sehingga diharapkan sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik populasi. Pada penelitian ini, peneliti
mendata para ibu yang hadir dan terdaftar sebagai peserta di posyandu
Beringin 1 Kelurahan Jaticempaka. Selanjutnya menentukan 20 orang
responden sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi penelitian ini.
Penentuan jumlah responden ini dikaitkan dengan keterbatasan peneliti
dalam melakukan penelitian, namun peneliti memperbolehkan para ibu
selain responden yang terdata untuk mengikuti kegiatan edukasi
kesehatan.
53
D. Alur Penelitian
Bagan 4.2 Alur Penelitian
Persiapan Penelitian
Penjelasan prosedur penelitian
Tidak bersedia Bersedia mengisi Informed
consent
Pengambilan post test
Pelaksanaan intervensi
pendidikan kesehatan
Analisa data
Pengambilan data pre test
Mendata calon responden
Tidak memenuhi
kriteria inklusi Menetapkan responden
sebanyak 20 orang
Kontrak waktu pemberian
intervensi
Melakukan perizinan kepada
pihak terkait
54
E. Instrumen Penelitian
Jenis instrumen yang digunakan adalah kuesioner pre test dan post
test. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk
memperoleh data sesuai yang diinginkan (Warsis, 2008). Kuesioner pada
penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) bagian pertama berisi
data karakteristik responden; (2) bagian kedua berisi pertanyaan mengenai
pengetahuan responden tentang demam dan manajemen demam anak di
rumah.
a. Kuesioner karakteristik responden
Komponen dalam pengambilan data karakteristik responden
sebagai bagan I yang dibagi menjadi karakteristik ibu dan
karakteristik anak, meliputi usia ibu, pekerjaan ibu, pendidikan
terakhir ibu, pengetahuan dan pengalaman ibu dalam mengatasi
demam anak serta usia anak dan jenis kelamin anak.
b. Kuesioner pre test dan post test
Pengambilan data pre test dan post test menggunakan kuesioner
yang sama dengan yang diisi oleh responden yang sama.
Komponen dalam kuesioner sebagai bagan II meliputi definisi
demam, penyebab demam, tanda dan gejala demam, cara mengkaji
demam, cara mengukur suhu tubuh anak, dampak demam tinggi,
penanganan demam yang dapat ibu lakukan di rumah, bagian tubuh
anak untuk dikompres, waktu pemberian obat antipiretik serta
55
waktu dan tanda-tanda anak harus segeradi rujuk ke pusat
pelayanan kesehatan.
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian
Variabel Parameter Jumlah
Pertanyaan
Nomor
Pertanyaan
Data
demografi
anak dan
orang tua
Nama Ibu dan Anak
Jenis kelamin Anak
Tanggal lahir Anak
Usia Ibu dan Anak
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Nomor telepon
Pengetahuan
Sumber pengetahuan
12 butir 1,5
2
3
4,6
7
8
9
10,11
12
Pengetahuan
tentang
manajemen
demam
Definisi demam
Penyebab demam
Tanda dan gejala
Pengkajian demam
Pengukuran suhu tubuh
Dampak demam tinggi
Penanganan demam yang
dapat ibu lakukan
Bagian tubuh untuk
mengkompres
Waktu pemberian obat
Waktu rujuk ke pusat
pelayanan kesehatan
3 butir
2 butir
1 butir
2 butir
1 butir
1 butir
4 butir
2 butir
2 butir
2 butir
1,2,3
4,5
6
7,8
9
10
11,12,13,14
15,16
17,18
19,20
F. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas diartikan sebagai keabsahan alat ukur dengan apa yang
hendak diukur, artinya alat ukur yang digunakan dalam pengukuran dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Maka, validitas
adalah seberapa jauh instrumen dapat mengukur hal atau subjek yang ingin
diukur (Hasan, Iqbal. 2010).
Uji validitas dilakukan di wilayah Pisangan Ciputat dengan total
responden 20 ibu yang diambil secara acak. Penelitian ini menggunakan
uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment. Kuesioner dikatakan
valid jika r hitung ≥ r tabel (0,4444) sedangkan kuesioner dianggap tidak
56
valid jika r hitung ≤ r tabel (Sugiyono, 2011). Hasil uji validitas
menggunakan rumus ini didapatkan dari 20 pertanyaan hanya 4 pertanyaan
yang valid. Instrumen didapatkan banyak yang tidak valid diantaranya
terdapat 16 pertanyaan dengan jawaban yang bersifat homogen.
Kemudian, setelah melakukan uji validitas menggunakan rumus Pearson
Product Moment, peneliti melanjutkan proses uji validitas dengan
berdiskusi dengan pakar keperawatan spesialis anak. Langkah ini dikenal
dengan proses judgement expert.
Setelah penguji konstruksi dari ahli, maka diteruskan pengujian
instrumen dengan uji reliabilitas menggunakan rumus KR 20 (Kuder
Richardson) karena hasil pengujian instrumen belum terpenuhi. Pada
kuesioner bagian II tentang pengetahuan mengenai manajemen demam
terdapat 20 pertanyaan. Kemudian dilakukan uji reliabilitas menggunakan
rumus KR20 dan didapatkan hasil 0,94. Hasil uji reliabilitas dapat
disimpulkan bahwa instrumen ini memiliki reliabilitas sangat tinggi dan
dapat digunakan untuk penelitian.
G. Prosedur Teknis Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
alur penelitian sebagai berikut:
57
a. Persiapan Penelitian
Peneliti mengajukan perizinan penelitian di wilayah kerja
Puskesmas Pondok Gede kepada Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan
Kepala Puskesmas Pondok Gede. Kemudian, peneliti mengajukan
perizinan untuk melakukan survey kegiatan di Posyandu Bunga di
Kelurahan Jatiwaringin dan Posyandu Beringin 1 di Kelurahan
Jaticempaka. Selanjutnya peneliti melakukan studi pendahuluan
dengan melakukan pengamatan di lapangan. Peneliti mengamati
kegiatan serta mewawancarai 20 orang tua yang berkunjung ke
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pondok Gede, yaitu: 10
orang tua pada Posyandu Bunga yang berada di wilayah Kelurahan
Jatiwaringin dan 10 orang tua pada Posyandu Beringin 1 yang
berada di wilayah Kelurahan Jaticempaka. Studi pendahuluan
dimaksudkan untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai
pemahaman orang tua dalam manajemen demam pada anak di
rumah saat ini.
b. Menentukan Responden Penelitian
Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi
yaitu: Ibu yang mempunyai anak berusia 0-5 tahun dan mempunyai
pengalaman merawat anak dengan demam di rumah, dapat
membaca dan menulis serta sehat jiwa dan raga. Kemudian peneliti
melakukan kontrak waktu dan menjelaskan intervensi yang akan
dilakukan, tujuan dan manfaat kepada calon responden, serta
58
mengajukan pengisian informed consent oleh calon responden,
yaitu menanyakan kesediaan klien untuk menjadi responden.
c. Pelaksanaan Intervensi
Intervensi yang dilakukan yaitu melakukan edukasi kesehatan
mengenai pengetahuan seputar demam anak dan manajemen
demam anak yang dapat dilakukan ibu dirumah. Satuan
Operasional Pelaksanaan Intervensi sebagai berikut:
1) Peneliti mempersiapkan ruangan yang digunakan untuk
melakukan edukasi kesehatan
2) Peneliti mempersiapkan alat-alat berupa proyektor, kursi,
meja, dan media edukasi kesehatan yaitu powerpoint, handout
materi dan flyer.
3) Metode edukasi kesehatan yang digunakan adalah ceramah,
demonstrasi dan tanya jawab total selama 60 menit
4) Responden mengisi daftar hadir dan berkumpul di dalam
ruangan
5) Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang alur
intervensi yang akan dilakukan
6) Peneliti dibantu fasilitator membagikan lembar pre test diisi
selama 10 menit
7) Fasilitator mengumpulkan kembali lembar pre test yang telah
diisi oleh responden
59
8) Peneliti memberikan materi edukasi kesehatan mengenai
pengetahuan seputar demam anak dan manajemen demam
anak yang dapat dilakukan ibu dirumah dibantu oleh fasilitator.
Materi yang diberikan terdiri dari definisi demam, penyebab
demam, tanda dan gejala demam, cara mengkaji demam, cara
mengukur suhu tubuh anak, dampak demam tinggi,
penanganan demam yang dapat ibu lakukan di rumah, bagian
tubuh anak untuk dikompres, waktu pemberian obat antipiretik
serta waktu dan tanda-tanda anak harus segera di rujuk ke
pusat pelayanan kesehatan. Ketika pemberian materi
berlangsung, pemateri juga menyampaikan beberapa
demonstrasi berupa cara pengukuran suhu tubuh menggunakan
termometer dan cara pemberian obat antipiretik.
9) Peneliti melakukan demonstrasi cara pengukuran suhu sesuai
dengan ketentuan dalam buku Clinical Manual of Fever in
Children oleh El-Radhi et al (2009) dan demonstrasi dosis
pemberian obat antipiretik dalam buku Manajemen Terpadu
Balita Sakit (2015) yang terlampir dalam Satuan Acara
Pembelajaran (SAP).
10) Demonstrasi pengukuran suhu tubuh dilakukan dengan cara:
a. Pesiapkan alat pengukur suhu tubuh berupa
termometer digital.
b. Lakukan cuci tangan.
60
c. Buka baju anak dan dalamannya. Bersihkan bagian
ketiak anak dengan tisu atau kapas. Kemudian
bersihkan pangkal termometer.
d. Tekan tombol power on pada termometer digital,
tunggu sampai termometer siap digunakan.
e. Letakkan di sela-sela himpitan ketiak anak,
termometer harus menyentuh kulit, lalu lipat tangan
anak dan serongkan ke dada sehingga termometer
terjepit.
f. Tunggu hingga termometer digital berbunyi yang
menandakan bahwa proses pengukuran suhu telah
selesai.
g. Lihat angka yang tertera pada layar termometer.
h. Bersihkan kembali pangkal termometer yang telah
digunakan.
11) Demonstrasi dosis pemberian antipiretik anak dilakukan
dengan cara:
a. Lakukan pengukuran suhu tubuh anak. Jika suhu
tubuh anak >38oC, berikan obat paracetamol.
b. Lakukan cuci tangan.
c. Untuk paracetamol sediaan sirup, lakukan
pengukuran dosis obat menggunakan sendok obat
61
yang ada di dalam kotak obat, perhatikan garis
angka yang tertera pada sudut sendok.
d. Untuk paracetamol tablet, buka bungkus obat
kemudian obat diletakkan di tempat yang bersih
kemudian lakukan pemotongan tablet menggunakan
sendok atau pisau sesuai dosis yang dianjurkan.
e. Perhatikan apakah anak sudah makan atau belum.
Untuk paracetamol dapat diberikan sebelum atau
sesudah makan. Namun untuk ibuprofen diberikan
sesudah makan.
12) Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk
bertanya dan melakukan evaluasi kepada responden dengan
memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang telah
diberikan sebelumnya.
13) Peneliti dan fasilitator membagian kuesioner yang sama
sebagai post test kepada responden sebagai evaluasi akhir dan
diisi selama 10 menit
14) Peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi
oleh responden
15) Peneliti mengundurkan diri dan berpamitan kepada responden
dan pihak RT serta kader
62
16) Peneliti melakukan analisa data dari hasil pengisian kuesioner
sebelum dan sesudah diberikan edukasi kesehatan yang telah
diisi oleh responden
d. Melakukan Analisa Data
Setelah semua data diperoleh, peneliti melakukan analisis data
menggunakan perangkat pengolah data. Analisa data dilakukan
untuk melihat perbandingan skor rata-rata pre test dan post test
menggunakan analisis statistik inferensial. Analisis statistik
inferensial digunakan untuk menganalisis data sampel yang
hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi
dimana sampel diambil sebagai kesimpulan akhir.
1) Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang
dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas tiap
variabel dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik
(Setiadi, 2007). Analisis univariat yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis ini
menggambarkan karakteristik responden yang dibagi menjadi
karakteristik ibu dan karakteristik anak, meliputi usia ibu,
pekerjaan ibu, pendidikan terakhir ibu, serta usia anak dan jenis
kelamin anak. Selanjutnya penjelasan mengenai pengalaman
mendapatkan informasi tentang manajemen demam anak dan
gambaran pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan
63
edukasi kesehatan tentang manajemen demam. Data akan
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase
variabelnya.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan dua
variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adakah
pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen
yaitu pemberian edukasi kesehatan mengenai pengetahuan
seputar demam anak dan manajemen demam anak yang dapat
dilakukan ibu dirumah sebagai variabel independen dan nilai
pengetahuan orang tua dalam manajemen demam pada anak
sebagai variabel dependen (Dahlan, 2010). Pada penelitian ini
menggunakan analisis bivariat dengan menggunakan uji T
berpasangan (paired t-test) karena distribusi data normal
dengan p-value > 0,05.
2. Pengolahan Data
Pengelolaan data merupakan proses untuk memperoleh data atau
ringkasan data berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan
menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang
diperlukan (Setiadi, 2007). Menurut Hidayat (2008) proses
pengolahan data dibagi menjadi 4, yaitu:
64
a) Editing
Peneliti menggunakan pengecekan kelengkapan dari isian
kuesioner dan kejelasan jawaban setelah responden selesai
mengisi kuesioner. Jika terjadi jawaban yang tidak lengkap atau
tidak jelas peneliti menanyakan kembali kepada responden.
Proses ini dilakukan pada lembar I kuesioner karakteristik
responden dan lembar II kuesioner pengetahuan demam dan
manajemen demam anak.
b) Coding
Peneliti merubah data berbentuk huruf menjadi angka atau
bilangan, sehingga mempermudah dalam proses pengolahan data.
Misalnya 1 = pengetahuan rendah, 2 = pengetahuan sedang, 3 =
pengetahuan baik. Kegiatan ini dilakukan sebelum pengolahan
data.
c) Processing
Proses pengolahan data dilakukan dengan memasukkan
data yang di dapat ke dalam perangkat pengolah data program
komputer yang selanjutnya akan diproses untuk menganalisa data.
d) Cleaning
Setelah proses memasukkan data ke dalam komputer,
selanjutnya peneliti melakukan pengecekan data dan kelengkapan
setiap responden. Peneliti memastikan kembali tidak ada
kesalahan dalam data yang dimasukkan yaitu dengan melihat data
65
missing melalui perangkat pengolah data. Apabila tidak
ditemukan data missing selanjutnya dilakukan analisis data.
H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti mempertimbangkan lima
petunjuk dari American Nurses Association (ANA) dalam Wood dan
Harber (2006):
1. Right to self-determination
Responden mempunyai hak otonomi untuk berpartisipasi atau tidak
di dalam penelitian. Dalam penelitian ini responden telah mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan penelitian. Kemudian
responden dijelaskan mengenai informed consent atau lembar
persetujuan dan diberikan kesempatan untuk memberikan atau
menolak persetujuan tersebut. Peneliti telah memastikan bahwa
responden mengerti dan memahami proses penelitian yang akan
berlangsung. Peneliti melindungi responden dari ketidaknyamanan
dengan memperhatikan setiap respon dengan mengizinkan para ibu
membawa anak-anaknya ke dalam ruangan.
2. Right to privacy and dignity
Pada penelitian ini, peneliti menjamin keselamatan responden
selama proses penelitian berlangsung dengan menanyakan persetujuan
responden ketika memulai dan mengakhiri proses pengambilan data.
Meskipun jenis penelitian ini adaah pre-experimental one group
66
namun tidak menggunakan perlakuan yang mengandung unsur sara
terhadap responden.
3. Right to anonymity and confidentiality
Peneliti menjaga kerahasiaan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan informasi mengenai responden. Pada aspek ini peneliti tidak
mencantumkan nama responden tetapi menggunakan inisial nama atau
kode. Peneliti juga menjamin kerahasiaan data yang di dapat dan
hanya mempublikasikan hal-hal yang berkaitan dengan hasil
penelitian.
4. Right to fair treatment
Pada penelitian ini, peneliti bersikap menghormati tidak hanya
kepada responden, melainkan kepada anggota keluarga dan kerabat
lainnya. Peneliti mengizinkan responden untuk turut membawa
anaknya dalam ruangan mengingat sebagian besar usia anak dari
responden masih balita.
5. Right to protection from discomfort and harm
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi
subjek penelitian. Peneliti juga meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subjek penelitian.
67
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan di wilayah RT. 02 RW. 02 Kelurahan Jaticempaka Bekasi
pada hari Sabtu tanggal 6 Mei 2017. Jumlah responden sebanyak 20 ibu dan
mempunyai balita. Semua responden mengisi semua pertanyaan dalam kuesioner.
Penelitian berlangsung dari jam 10.00 WIB sampai dengan 11.30 WIB yang
dihadiri pula oleh ibu RT 02 dan kader Posyandu Beringin 1. Pertemuan diawali
dengan sambutan ibu RT dan pembacaan doa. Kemudian peneliti menjelaskan
proses edukasi kesehatan yang akan dilakukan dan memberikan kuesioner pre-test
kepada responden untuk diisi. Setelah itu, peneliti memulai kegiatan edukasi
kesehatan dan ditutup dengan pengisian kuesioner post-test oleh responden yang
sama.
A. Analisis Univariat
Analisa univariat pada penelitian ini menggambarkan karakteristik
responden yang dibagi menjadi karakteristik ibu dan karakteristik anak,
meliputi usia ibu, pekerjaan ibu, pendidikan terakhir ibu, pengalaman ibu
dalam mengatasi demam anak serta usia anak dan jenis kelamin anak.
Selanjutnya penjelasan mengenai gambaran pengetahuan ibu sebelum dan
sesudah diberikan edukasi kesehatan tentang manajemen demam.
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Ibu
Karakteristik ibu di bawah ini adalah karakteristik sampel
penelitian yang dibagi berdasarkan usia ibu, pendidikan
68
terakhir ibu, pekerjaan ibu serta pengalaman ibu dalam
mengatasi demam anak.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden di Wilayah
RT 02 RW 02 Kelurahan Jaticempaka (n=20)
Kategori Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
Remaja akhir
Dewasa awal
Dewasa
17 – 25 tahun
26 – 35 tahun
36 – 45 tahun
4
12
4
20%
60%
20%
Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia ibu. Sebagian besar usia ibu dari 20 responden
adalah 26 – 35 tahun sebanyak 12 orang (60%). Sementara itu,
usia ibu termuda yaitu 22 tahun sebanyak 1 orang sedangkan
usia ibu tertua yaitu 42 tahun sebanyak 1 orang.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di
Wilayah RT 02 RW 02 Kelurahan Jaticempaka (n=20)
Kategori Frekuensi Persentase
Pendidikan Terakhir Ibu
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi
1
6
10
3
5%
30%
50%
15%
Pekerjaan ibu
Ibu Rumah Tangga
Pegawai Swasta
Pedagang
16
3
1
80%
15%
5%
Pernah Mendapatkan Informasi
tentang Manajemen Demam
Pernah
Tidak Pernah
6
14
30%
70%
Selanjutnya tabel 5.2 menunjukkan karakteristik pendidikan
terakhir ibu didominasi oleh tamat SMA sebanyak 10 orang
(50%), sedangkan responden dengan pendidikan SD berjumlah
1 orang (5%) dan responden tamat SMP berjumlah 6 orang
69
(30%). Serta responden tamat perguruan tinggi berjumlah 3
orang (15%). Kemudian, karakteristik pekerjaan ibu di
dominasi oleh ibu rumah tangga sebanyak 16 orang (80%).
Sementara itu, 14 orang lainnya (70%) belum pernah
mendapatkan informasi tentang manajemen demam.
b. Karakteristik Anak
Karakteristik anak di bawah ini adalah karakteristik
berdasarkan jenis kelamin anak dan usia anak.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakterisik Anak di
Wilayah RT 02 RW 02 Kelurahan Jaticempaka (n=20)
Karakteristik Anak Frekuensi (n) Presentase (%)
Periode Anak
Masa bayi
Masa anak balita
Masa prasekolah
Usia Anak
1 – 12 bulan
13 - 60 bulan
61 - 72 bulan
5
14
1
25%
70%
5%
Jenis Kelamin Anak
Perempuan
Laki-laki
8
12
40%
60%
Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin dan usia anak. Karakteristik jenis
kelamin anak dari 20 responden mayoritas responden adalah
laki-laki sebanyak 12 orang (60%), sedangkan balita
perempuan sebanyak 8 orang (40%). Sementara itu,
Karakteristik usia anak di dominasi oleh usia 13 – 60 bulan
sebanyak 14 orang (70%).
70
2. Gambaran Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Diberikan
Edukasi Kesehatan tentang Manajemen Demam
Gambaran pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan tentang manajemen demam menggunakan skor
yang dihitung dengan jumlah benar dikalikan 5 poin. Gambaran dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.4 Distribusi Statistik Gambaran Pengetahuan Ibu
Sebelum dan Sesudah Diberikan Edukasi Kesehatan tentang
Manajemen Demam di Wilayah RT 02 RW 02 Kelurahan
Jaticempaka (n=20)
N Min Max Mean SD Median 95% CI
Sebelum 20 55 85 72,00 5,938 70,00 69,22 - 74,78
Sesudah 20 75 95 84,75 6,172 85,00 81,86 - 87,64
Pada tabel 5.4 menunjukkan hasil analisis didapatkan rata-rata nilai
pengetahuan ibu tentang manajemen demam sebelum diberikan
pendidikan kesehatan adalah 72,00; skor terendah 55 dan skor tertinggi
75. Nilai median 70,00 dengan standart deviation 5,938. Hasil 95%
confidence interval (CI) dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini nilai
pengetahuan ibu tentang manajemen demam diantara 69,22 sampai
dengan 74,78. Setelah diberikan pendidikan kesehatan, didapatkan
hasil analisis rata-rata nilai pengetahuan ibu yaitu 84,75 dengan skor
terendah 75 dan skor tertinggi 95. Nilai median 85,00 dengan standart
devitiation 6,172.
71
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis
mengenai pengaruh pemberian edukasi kesehatan terhadap nilai
pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak di rumah. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan menganalisa perbedaan rata-rata nilai
pengetahuan ibu sebelum dan sesudah pemberian edukasi kesehatan.
1. Hasil Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji normalitas
terlebih dahulu terhadap data yang diperoleh. Hasil uji normalitas
menentukan analisis bivariat yang akan digunakan. Hasil uji
normalitas yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5.5 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data
Frekuensi (n)
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Nilai Pre Test 20 0,905 20 0,051
Nilai Post Test 20 0,924 20 0,117
Tabel 5.5 menjelaskan hasil uji normalitas menggunakan uji
normalitas shapiro-wilk karena total responden ≤ 50 orang. Hasil nilai
pre test sebesar 0,051 dan nilai post test sebesar 0,117 yang
menunjukkan bahwa data terdistibusi normal (p-value > 0,05).
2. Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Nilai Rerata Pre-Test dan
Post-Test
Bedasarkan hasil uji normalitas data, analisis bivariat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametrik menggunakan
72
paired t-test two-tail. Hasil uji paired t-test digunakan untuk
mengetahui adakah pengaruh intervensi berupa pemberian edukasi
kesehatan tentang manajemen demam anak terhadap nilai pengetahuan
ibu dalam melakukan manajemen demam anak di rumah. Hasil uji
paired t-test yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pegetahuan tentang
Manajemen Demam Sebelum dan Sesudah diberikan Edukasi
Kesehatan tentang Manajemen Demam di Wilayah RT 02 RW 02
Kelurahan Jaticempaka (n=20)
Mean SD
95% CI
t Df
Sig.
(2-
tail)
Eta
Squared Lower Upper
Nilai Pre Test -
Nilai Post Test 27,250 11,059 22,074 32,426 11,020 19 0,000 0,86
Uji analisis pada penelitian ini menggunakan tingkat kesalahan 5%
(α = 0,05). Data pada tabel 5.6 diatas menunjukkan nilai mean
sebelum dan sesudah diberikan edukasi kesehatan tentang manajemen
demam adalah 27,250 dengan standar deviasi 11,059. Nilai negatif
pada mean didapatkan karena nilai sebelum intervensi lebih kecil dari
nilai sesudah intervensi.
Nilai probabilitas atau Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (p-value <0,05)
maka secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai
pengetahuan pada data pre-test dan post-test yang artinya terdapat
pengaruh pemberian edukasi kesehatan terhadap nilai pengetahuan ibu
dalam manajemen demam anak sebelum dan sesudah intervensi.
Sedangkan, berdasarkan hasil perhitungan rumus Eta Squared yang
73
digunakan untuk mengukur efektifitas edukasi kesehatan yang telah
diberikan didapatkan hasil 0,89. Ketetapan interpretasi hasil
berdasarkan Cohen (1988) dalam Fritz, Morris, & Richler (2012) yaitu
0,01 = small effect; 0,06 = medium effect; 0,14 = large effect. Maka
dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa intervensi
berupa pemberian edukasi kesehatan memiliki nilai efektifitas yang
besar terhadap pengetahuan ibu tentang manajemen demam anak.
74
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan keterbatasan
penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang
dikaitkan dengan teori yang ada sedangkan keterbatasan penelitian akan
menguraikan beberapa hambatan dan kekurangan yang ada selama proses
penelitian maupun dalam hasil penelitian.
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Usia Ibu
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, dari total 20 ibu,
karakteristik usia ibu yang dominan muncul di wilayah RT 02 RW 02
Kelurahan Jaticempaka yaitu rentang usia 26-35 tahun. Rentang usia
tersebut dapat dikategorikan sebagai dewasa awal (Depkes, 2009).
Menurut Ochs & Castaldi (2005) dalam Utari, Novayelinda, &
Arneliwati (2011) pada tahap ini berdasarkan perkembangan
psikososialnya merupakan masa dimana seseorang sudah mulai
membina rumah tangga dan menjadi orang tua. Sementara itu secara
kognitif, kebiasaan berpikir rasional meningkat pada usia dewasa awal
dan tengah (Ochs & Castaldi, 2005).
Usia dewasa merupakan masa dimana seseorang dianggap telah
matur, baik secara fisiologis, psikologis dan kognitif (Ochs & Castaldi,
2005). Selain itu, kematangan usia akan mempengaruhi kematangan
psikologis seseorang dan mempermudah seseorang untuk menjalani
75
peran dalam kehidupannya salah satunya peran menjadi orang tua dan
mengasuh anak (Widyana et al., 2009). Maka dari itu, seseorang yang
telah memasuki tahap dewasa awal perlu menyadari pentingnya tugas
dan tanggung jawab sebagai orang tua.
Menurut teori Human Development dari Havighurst (1953) dalam
Mulyapradana (2012) menyebutkan delapan tugas perkembangan pada
masa dewasa awal atau dewasa muda salah satunya yaitu memulai
jenjang karier namun di sisi lain bertanggung jawab sebagai orang tua
bagi anak dan menjadi andalan bagi pasangannya. Peran dan fungsi
orang tua terutama ibu sangat penting karena seorang ibu harus
menjamin ketahanan kesehatan anggota keluarganya.
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa dewasa
awal, seseorang sedang belajar memulai tanggung jawabnya agar dapat
menjalankan fungsi dan peran atas apa yang terjadi pada dirinya dan
orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa usia akan mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam menerima informasi yang selanjutnya
akan mempengaruhi pola pikir seseorang yang akan tercermin dalam
perilaku sehari-hari.
76
b. Karaktersitik Pendidikan Terakhir Ibu
Pendidikan formal yang ditempuh merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Pendidikan
merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang untuk menggapai cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan. Mayoritas
pendidikan terakhir ibu dalam penelitian ini yaitu SMA sebanyak 10
orang (50%). Kompetensi tingkat pendidikan menengah (SMA) terbagi
dalam 4 kompetensi inti. Salah satunya meliputi kompetensi
pengetahuan yang menuntut siswa agar mampu memahami,
menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan pada suatu
bidang kajian spesifik untuk memecahkan masalah (Kemendikbud,
2016).
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Semakin
tinggi tingkat pendidikan individu semakin lama dirinya telah
mengikuti proses belajar, sehingga informasi yang dimiliki individu
yang telah mencapai suatu tingkat pendidikan memiliki pengetahuan
yang luas. Hal ini dipengaruhi pula oleh kompetensi yang sudah
didapatkan individu sesuai jenjang pendidikan yang telah dijalani.
Sehingga dapat mempengaruhi pola pikir seseorang yang selanjutnya
akan tercermin dalam kemampuan memecahkan suatu masalah dalam
hal ini kemampuan orang tua terkait manajemen demam pada anak di
rumah (Walsh & Edwards, 2006).
77
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mufaza (2010) berdasarkan hasil uji Chi Square ditemukan bahwa
pengetahuan ibu tentang demam anak berhubungan secara bermakna
dengan pengelolaan demam pada anak. Selanjutnya Mufaza (2010)
mengemukakan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan rendah
memiliki resiko 7 kali lebih besar untuk melakukan pengelolaan demam
anak yang buruk daripada ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi.
Namun hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang
didapatkan oleh (Riandita, 2012) mengenai hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang demam dengan pengelolaan demam anak
beserta faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pengelolaan demam pada anak yang dimaksud
yaitu: faktor tingkat pengetahuan ibu; faktor pendidikan ibu; serta
faktor penghasilan keluarga.
Penelitian tersebut menunjukkan hasil uji statistik hubungan antara
tingkat pendidikan ibu dengan pengelolaan demam adalah tidak
bermakna (p = 0,3). Bahwa tingkat pendidikan dan penghasilan
keluarga tidak berhubungan dengan pengelolaan demam pada anak.
Khususnya pada faktor pendidikan, baik ibu dengan tingkat pendidikan
rendah maupun tinggi sebagian besar memiliki pengelolaan demam
anak pada kategori baik. Hal ini dikarenakan penemuan faktor aspek
budaya dan kebiasaan turun temurun dalam pengelolaan demam anak di
rumah.
78
c. Karakteristik Pekerjaan Ibu
Menurut (Notoatmodjo, 2010) beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pekerjaan. Selaras dengan
pernyataan diatas, menurut Riandita (2012) pekerjaan merupakan salah
satu faktor internal yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Walaupun demikian, pekerjaan yang ibu jalani baik profesi di dalam
rumah maupun di luar rumah, ibu tetap mempunyai peran dan tanggung
jawab tersendiri.
Peran utama ibu dalam keluarga adalah sebagai istri dan ibu dari
anak-anaknya. Ibu adalah seorang wanita yang mempunyai peran
sebagai pemimpin kesehatan dan pemberi asuhan pada sebagian besar
keluarga. Menurut Nur & Mutiara (2015) salah satu peran orang tua
terutama ibu adalah sebagai pengasuh keluarga. Ibu berperan mengasuh
anak sesuai dengan perilaku kesehatan yang baik dan benar seperti
merawat anak ketika sedang sakit. Peran merawat anak yang sedang
sakit ini membutuhkan pengetahuan ibu agar penanganan penyakit tepat
pada sasaran dan tidak mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Pada penelitian ini didapatkan gambaran pekerjaan ibu didominasi
oleh pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 16 orang (80%). Hal ini
cukup berpengaruh terhadap banyaknya waktu luang yang dimiliki oleh
ibu untuk merawat dan memperhatikan anaknya di rumah. Sedangkan
79
untuk ibu yang bekerja sebanyak 4 orang lainnya (20%), pekerjaan ini
meliputi berdagang dan mengajar.
Ibu dengan profesi diluar rumah memiliki kesempatan belajar
dalam pekerja yang memberikan pengetahuan dan keterampilan
profesional serta mengembangkan kemampuan dalam mengambil
keputusan (Muhmainah, 2010). Hal ini cukup berdampak bagi
pembaharuan pengetahuan yang ibu miliki, tidak hanya pengetahuan
kesehatan juga pengetahuan umum lainnya dalam mengasuh anak.
Namun demikian, ibu dengan profesi diluar rumah miliki waktu yang
terbatas dalam merawat dan memperhatikan anaknya.
Di sisi lain ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga memiliki
waktu luang untuk merawat dan memperhatikan anaknya di rumah.
Namun ibu rumah tangga masih harus mempunyai tanggung jawab
untuk mencari informasi baru yang dapat menunjang kesejahteraan
keluarga salah satunya yaitu informasi kesehatan. Informasi kesehatan
ini dapat diperoleh melalui interaksi, melihat media elektronik atau
mengikuti kegiatan penyuluhan. Peran mengasuh anak inilah yang
menuntut ibu terus memperhatikan dan mengikuti perkembangan
perilaku kesehatan yang benar dengan mengikuti kegiatan penyuluhan
atau aktif mengikuti kegiatan posyandu atau ibu PKK di lingkungan
setempat.
80
d. Pengalaman Mendapatkan Informasi dalam Mengatasi Demam
Anak
Responden yang pernah mendapatkan informasi tentang
manajemen demam sebanyak 6 orang (30%). Sementara itu, 14 orang
lainnya (70%) belum pernah mendapatkan informasi tentang
manajemen demam. Menurut (Walsh & Edwards, 2006), pengetahuan
orang tua terkait demam dapat berubah seiring berjalannya waktu
seperti usia anak dan kelahiran anak baru. Hal ini menggambarkan
bahwa lamanya pengalaman menjadi orang tua dan jumlah anak
mempengaruhi perkembangan pengetahuan dan pemahaman orang tua
terkait manajemen demam.
Selain itu, (Fitriani, 2011) mendefinisikan pendidikan kesehatan
sebagai suatu pengalaman yang dapat menimbulkan pemahaman baru
serta mempengaruhi kebiasaan, sikap dan pengetahuan seseorang atau
masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa seseorang atau masyarakat
yang sudah terpapar pendidikan kesehatan atau mendapatkan informasi
terkait –baik dari petugas kesehatan maupun orang lain dapat
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan seseorang.
Keterpaparan seseorang terhadap pendidikan kesehatan tidak
terlepas dari media massa. Dalam sebuah teori Kerucut Pembelajaran
oleh Edgar Dale (1964) dalam Nursalam & F Efendi, 2008
menggambarkan kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
pesan-pesan atau materi dalam pendidikan kesehatan menurut teknik
81
dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dalam 2 minggu setelah
seseorang membaca informasi seperti: membaca leaflet, booklet, slide
powerpoint, dan sejenisnya, maka ia akan mengingat 10% dari materi
yang dibacanya. Selain itu, jika seseorang mendengar informasi seperti
mendengar informasi yang diberikan orang lain atau mendengarkan
informasi melalui radio, maka orang tersebut akan mengingat 20% dari
apa yang didengarnya. Selanjutnya, jika seseorang melihat informasi
seperti bagan, foto atau info grafik maka ia akan mengingat 30% dari
apa yang dilihatnya.
Namun jika seseorang mengkombinasikan panca indera seperti
mendengar dan melihat informasi, maka ia akan mengingat 50% dari
apa yang didengar dan dilihatnya. Sedangkan jika seseorang
mengucapkan kembali informasi yang didapatnya seperti mengajarkan
kepada orang lain, maka ia akan mengingat 70% dari apa yang
diucapkannya. Terakhir jika seseorang mengucapkan sambil
mengerjakan atau mendemonstrasikan kembali tentang informasi yang
didapatkannya, seperti melakukan penyuluhan kepada orang lain, maka
ia akan mengingat 90% dari materi tersebut.
Teori di atas sejalan dengan hasil penelitian Sangkai, Silalahi, &
Watie (2016) bahwa terdapat perbedaan dari hasil pre-test dan post-test
sebesar 0,000 (p-value <0,05) yang menunjukkan terjadi peningkatan
tingkat pengetahuan orang tua mengenai penatalaksanaan demam anak
menggunakan terapi komplementer daun kembang sepatu karena
82
mendapatkan informasi baru melalui pendidikan kesehatan yang
diberikan. Informasi tersebut diberikan kepada partisipan melalui
serangkaian kegiatan penyuluhan dan demonstrasi pengolahan daun
kembang sepatu. Sehingga dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa pengalaman seseorang mendapatkan informasi mempunyai
pengaruh yang sangat signifikan terhadap tingkat pengetahuan
seseorang.
Maka dari itu, untuk dapat memperbaharui pengetahuan yg
dimiliki, seseorang dapat mempelajarinya dari media massa atau
membaca artikel kesehatan dan bahkan mengikuti kegiatan pendidikan
kesehatan kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya
promosi kesehatan. Berdasarkan Piagam Ottawa (1986) dalam
Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa upaya promosi kesehatan yang
merupakan pendidikan kesehatan adalah suatu proses untuk
memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini sejalan dengan
tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk mengingkatkan pengetahuan,
mengubah sikap dan mengarahkan perilaku agar individu mampu
secara mandiri atau kelompok mencapai tujuan hidup sehat.
83
B. Analisis Bivariat
1. Pengetahuan Ibu Sebelum Diberikan Edukasi Kesehatan tentang
Manajemen Demam
Berdasarkan hasil analisis data sebelum intervensi didapatkan bahwa
rata-rata nilai pengetahuan ibu tentang manajemen demam sebelum
diberikan edukasi kesehatan 72,00; skor terendah 55 dan skor tertinggi 75.
Skor tersebut dapat dikategorikan menurut Arikunto (2006) yaitu
pengetahuan baik jika nilai 76-100, pengetahuan cukup jika nilai 75-60,
serta pengetahuan kurang jika 75-60. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
pengetahuan ibu sebelum diberikan edukasi kesehatan dapat dikategorikan
pengetahuan rendah hingga cukup.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Youssef dalam
(Riandita, 2012) didapatkan bahwa pengetahuan orang tua mengenai suhu
demam pada anak masih rendah. Namun Notoatmodjo (2010) berpendapat
bahwa jika seseorang memperoleh informasi baru hal ini dapat
mempengaruhi sudut pandang, cara berpikir, pengetahuan dan sikap
seseorang. Selanjutnya pernyataan ini sejalan dengan penelitian Sangkai,
Silalahi, & Watie (2016) menunjukkan bahwa pengalaman seseorang
mendapatkan informasi mempunyai pengaruh yang sangat signifikan
terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Sehingga tidak dapat dipungkiri
bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
tidak dapat diabaikan begitu saja. Faktor-faktor ini antara lain pendidikan,
umur, lingkungan dan sosial budaya (Wawan, 2010).
84
2. Pengetahuan Ibu Sesudah Diberikan Edukasi Kesehatan tentang
Manajemen Demam
Berdasarkan hasil analisis data setelah intervensi didapatkan bahwa
rata-rata nilai pengetahuan ibu tentang manajemen demam sesudah
diberikan edukasi kesehatan 84,75 dengan skor terendah 75 dan skor
tertinggi 95. Skor tersebut dapat dikategorikan pengetahuan baik. Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utari, Novayelinda, &
Arneliwati (2011) menggunakan grup intervensi dan grup kontrol yaitu
pengetahuan keluarga yang mendapatkan edukasi kesehatan benar-benar
berbeda dengan pengetahuan keluarga yang tidak mendapatkan pendidikan
kesehatan.
Menurut Fitriani (2011) mendefinisikan edukasi kesehatan sebagai
suatu pengalaman yang dapat menimbulkan pemahaman baru serta
mempengaruhi kebiasaan, sikap dan pengetahuan seseorang atau
masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa seseorang atau masyarakat yang
sudah terpapar pendidikan kesehatan atau mendapatkan informasi terkait –
baik dari petugas kesehatan maupun orang lain dapat mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan kebiasaan seseorang. Maka dari itu edukasi
kesehatan penting dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
85
3. Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Nilai Rerata Pre-Test dan
Post-Test
Analisis data penelitian ini menggunakan Paired T Test dengan
tingkat kesalahan 5%. Hasil analisis data nilai pengetahuan ibu tentang
manajemen demam anak sebelum dan sesudah pemberian intervensi
didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai
rerata pretest dan posttest tersebut (p-value <0,05). Nilai rerata pre-test
yaitu 72,00 dengan skor terendah 55 dan skor tertinggi 75. Kemudian nilai
rerata post-test yaitu 84,75 dengan skor terendah 75 dan skor tertinggi 95.
Hal ini menunjukkan peningkatan nilai rerata sebesar 12,75.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sangkai et al., (2016) bahwa
terdapat perbedaan dari hasil pre-test dan post-test sebesar 0,000 (p-value
<0,05) yang menunjukkan terjadi peningkatan tingkat pengetahuan orang
tua mengenai penatalaksanaan demam anak menggunakan terapi
komplementer daun kembang sepatu karena mendapatkan informasi baru
melalui pendidikan kesehatan yang diberikan. Selain itu, penelitian ini
juga memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Sugiarsi (2011) yang
meneliti pengaruh pendidikan kesehatan pada kelompok ibu PKK dalam
meningkatkan pemahaman mesyarakat untuk mencegah penyakit kanker
serviks. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat perbedaan pengatahuan
deteksi dini kanker serviks sebelum dan sesudah diberi pendidikan
kesehatan dengan nilai signifikansi 0,001 (p-value <0,05).
86
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Khoiron (2014) yang
meneliti tentang efektifitas pendidikan kesehatan dengan menggunakan
media leaflet dan powerpoint terhadap perubahan pengetahuan sikap dan
perilaku deteksi dini kanker serviks pada ibu PKK mendapatkan hasil nilai
rata-rata pretest pengetahuan sebesar 12,00 sementara itu nilai rata-rata
post-test sebesar 14,37 sehingga terjadi kenaikan nilai rata-rata pre-test –
post-test sebesar 2,37. Susilowati (2014) pendidikan kesehatan manajemen
demam berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan praktik manajemen
demam pada orang tua dengan anak kejang demam di RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang dengan hasil uji paired T test pada variabel
pengetahuan, sikap dan praktik sebesar Sig. <0,05.
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi
berupa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang atau suatu kelompok. Oleh karena itu peneliti berpendapat
bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan secara berkala akan lebih
efektif dalam memperbaharui pengetahuan yang sudah dimiliki oleh
seseorang. Namun memang dibutuhkan persiapan yang matang dan
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
proses pendidikan kesehatan.
4. Efektifitas Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu
Berdasarkan hasil perhitungan rumus Eta Squared yang digunakan
untuk mengukur efektifitas pendidikan kesehatan yang telah diberikan
didapatkan hasil 0,89. Maka dapat disimpulkan bahwa intervensi berupa
87
pemberian edukasi kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi
memiliki nilai efektifitas yang besar terhadap pengetahuan ibu tentang
manajemen demam anak.
Pemilihan metode pendidikan kesehatan disesuaikan dengan
karakteristik partisipan (jumlah, status sosial-ekonomi, umur, jenis
kelamin), waktu dan tempat yang tersedia, serta tujuan spesifik yang ingin
dicapai dari pendidikan kesehatan tersebut. Pada penelitian ini, metode
ceramah digunakan untuk mendapatkan informasi baru yang bertujuan
untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik (Nursalam & F Efendi,
2008). Metode ceramah dapat dibuat menarik dengan kombinasi media
lain. Media bantu yang dapat digunakan pada ceramah kesehatan adalah
tayangan (slides) serta leaflet yang diberikan kepada partisipan untuk
dipelajari lebih lanjut di rumah. Ceramah kesehatan dengan persiapan yang
baik dan komunikatif dapat menjadi metode yang efektif dalam
penyampaian pengetahuan kesehatan. Selain itu, metode ceramah juga
memiliki keuntungan mudah mengulang materi bila peserta kurang
mengerti maksud dari materi yang disampaikan dan dapat bertanya secara
langsung kepada penceramah (Hasibuan, 2009).
Selain itu, metode demonstrasi juga digunakan dalam penelitian ini.
Hal ini bertujuan agar ibu dapat mengetahui secara langsung bagaimana
melakukan pengukuran dosis obat penurun panas serta bagaimana
melakukan pengukuran suhu tubuh anak pada aksila dengan benar. Pada
kesempatan ini partisipan dapat mencoba dan mempraktekkannya sendiri
88
setelah diperlihatkan oleh penyaji sehingga partisipan lebih mudah
memahami dan mengingat materi yang disampaikan (Nursalam, 2008).
Jika seseorang mengkombinasikan panca indera seperti mendengar dan
melihat informasi, maka ia akan mengingat 50% dari apa yang didengar
dan dilihatnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiowati
(2014) yang melakukan pendidikan kesehatan menggunakan metode
ceramah dikombinasikan dengan media bantu berupa powerpoint dan sesi
tanya jawab serta alat peraga terhadap siswa SMK. Hasil penelitian
tersebut menjelaskan bahwa ada pengaruh yang signifikan yaitu adanya
peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi setelah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode tersebut.
Namun dalam teori kerucut Edgar Dale dalam Maulana (2009)
menyebutkan bahwa metode pendidikan kesehatan menggunakan kata-kata
–dalam hal ini ceramah mempunyai intensitas pengaruh yang rendah. Hal
ini dikarenakan metode ceramah merupakan kegiatan pasif yang
memungkinkan pertisipan merasakan kejenuhan selama proses ceramah
berlangsung. Akan tetapi hal ini dapat dicegah dengan penambahan media
bantu seperti powerpoint, video atau alat peraga lainnya. Media bantu
tersebut akan menstimulasi partisipan untuk mengikuti proses pendidikan
kesehatan secara aktif.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoiron
(2014) dapat disimpulkan bahwa media slide power point lebih efektif
89
terhadap perubahan pengetahuan dibandingkan menggunakan media
leaflet. Hal ini dikarenakan ketika melakukan presentasi menggunakan
media slide power point, partisipan lebih fokus melihat dan
memperhatikan ke arah penyaji atau presentator yang sedang menjelaskan
materi yang disampaikan. Sementara itu ketika menggunakan media leaflet
partisipan fokus melihat lembar yang di pegang sedangkan penjelasan
yang sedang dijelaskan oleh penyaji atau presentator. Namun hal ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusyaf (2013)
menunjukkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan keluarga setelah
diberikan pendidikan kesehatan dengan media lembar balik pada
kelompok eksperimen.
Walaupun media power point dan leaflet serta lembar balik termasuk
jenis media yang merangsang secara visual, namun keduanya memiliki
fungsi yang berbeda. Leaflet dan lembar balik merupakan bagian dari
kelompok media cetak. Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan
cetak tentang suatu masalah khusus agar penerima informasi dapat
membacanya berulang kali, sedangkan lembar balik atau yang disebut
dengan flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik. Sementara, power point termasuk
bagian dari kelompok media elektronik. Power point merupakan salah satu
media untuk menyampaikan presentasi yang dapat dijadikan media
pendukung lainnya atau bahkan satu-satunya media penyampaian
informasi.
90
Media audiovisual seperti itu memberikan rangsangan melalui mata
dan telinga yang dapat menarik perhatian individu dan pesan yang
disampaikan akan lebih mudah untuk dipahami. Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan bantuan
media seperti media yang merangsang secara visual maupun audio bahkan
gabungan dari keduanya. Hal ini mempermudah penyaji atau presentator
dalam menjelaskan materi yang disampaikan selain itu partisipan juga
tidak merasa bosan dan dapat memahami materi dengan cara sederhana.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Kondisi lingkungan saat pemberian pendidikan kesehatan
Kondisi lingkungan saat pemberian pendidikan kesehatan kurang
maksimal karena sebagian besar ibu membawa anaknya ke dalam ruangan
sehingga membuat ruangan menjadi ramai, ibu tidak dapat fokus pada
materi yang disampaikan dan mengganggu proses pendidikan kesehatan
yang diberikan. Selain itu, kondisi ruangan yang terbatas menyebabkan
jarak yang terbatas antarresponden sehingga memungkinkan responden
untuk saling bertukar informasi atau bekerjasama saat pengisian kuesioner
berlangsung meskipun sudah diperingatkan oleh peneliti dan fasilitator.
2. Motode penelitian hanya menggunakan satu grup tanpa kelompok kontrol
Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok intervensi tanpa
kelompok kontrol sehingga kurang menguji perbandingan keefektifan
pendidikan kesehatan. Disarankan untuk peneliti selanjutnya akan lebih
91
baik jika mengadakan kelompok kontrol agar beda nilai pengetahuan pre
test – post test lebih teruji secara statistik.
3. Keterbatasan media pendidikan kesehatan
Penelitian ini menggunakan media powerpoint Dan flyer atau selebaran.
Kemudian untuk memudahkan responden mengerti dan memahami materi
yang disampaikan, peneliti melakukan printout materi yang disampaikan
bertujuan agar materi dapat diulang kembali. Akan tetapi, hal ini akan
lebih baik bila peneliti membuat media audiovisual lainnya seperti video
peragaan.
92
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik responden dibagi dalam dua kategori, yaitu karakteristik
ibu dan karakteristik anak. Karakteristik ibu meliputi usia ibu yang
didominasi oleh ibu usia dewasa awal yaitu 26 – 35 tahun sebanyak 12
orang (60%), selanjutnya pendidikan terakhir ibu yang didominasi oleh
ibu tamat SMA sebanyak 10 orang (50%), serta pekerjaan ibu yang
didominasi oleh ibu rumah tangga sebanyak 16 orang (18%).
2. Hasil analisa data menggunakan rumus Paired T Test dengan nilai α =
0,05 didapatkan Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (p-value <0,05) maka
secara statistik dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang
bermakna dalam pemberian edukasi kesehatan terhadap nilai
pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak sebelum dan sesudah
intervensi.
3. Nilai rerata pengetahuan ibu sebelum dilakukan intervensi mengenai
manajemen demam anak di rumah yaitu 72,00 dengan standar deviasi
5,938. Sedangkan nilai rerata pengetahuan ibu setelah dilakukan
intervensi mengenai manajemen demam anak di rumah yaitu 84,75
dengan standar deviasi 6,172.
4. Hasil perhitungan menggunakan rumus Eta Squared menunjukkan
nilai 0,89 yang dapat disimpulkan bahwa intervensi berupa edukasi
93
kesehatan dengan metode ceramah memiliki nilai efektifitas yang
besar terhadap pengetahuan ibu mengenai manajemen demam anak di
rumah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, berikut beberapa hal yang dapat
disarankan untuk pengembangan dari hasil penelitian ini
1. Bagi pelayanan kesehatan
Pelayan kesehatan yang dimaksud yaitu petugas kesehatan berserta
kader dan jajaran pemerintahan kelurahan setempat. Diharapkan lebih
meningkatkan promosi kesehatan melalui kegiatan edukasi kesehatan.
Selain ceramah, metode edukasi kesehatan lainnya yang mungkin
dapat dilakukan yaitu demonstrasi atau pemberian media cetak seperti
flyer atau poster ke tiap rumah agar individu dapat memahami dan
mempelajari berulang-ulang.
2. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat terutama ibu agar selalu memperhatikan
perkembangan informasi kesehatan baik ibu yang berprofesi di luar
rumah maupun fokus mengurus rumah tangga. Hal ini cukup penting
agar ibu dapat menjalankan salah satu tugasnya yaitu sebagai
pemimpin kesehatan rumah tangga dan pengawas setiap anggota
keluarga agar terhindar dari penyakit dan memantau serta menjaga
kesehatan anggota keluarga.
94
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memperhatikan hal-hal
yang dapat mengganggu proses edukasi kesehatan, terutama waktu
yang tepat agar responden khususnya ibu dapat mengikuti kegiatan
tersebut tanpa membawa anaknya. Untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik, peneliti selanjutnya dapat menggunakan kelompok kontrol
untuk membandingkan nilai keefektifan dari intervensi yang diberikan.
Kemudian penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode edukasi
kesehatan lainnya seperti menonton video atau melakukan stimulasi.
Selanjutnya, peneliti juga dapat menambahkan variabel penelitian
seperti pengetahuan orang tua dalam manajemen demam anak
menggunakan terapi komplementer karena pada studi pendahuluan
yang telah dilakukan diawal, sebagian besar ibu melakukan
penanganan demam anak tambahan menggunakan ramuan jamu dan
sebagainya.
95
DAFTAR PUSTAKA
A.Sangkai, M., Silalahi, D., & Watie, L. 2016. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penatalaksanaan
Demam Anak Menggunakan Terapi Komplementer Daun Kembang Sepatu
(Hibiscus Rosa-Sinensis) Di Uptd Puskesmas Kayon Palangka
Raya. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 7(1), 259-
265. Diambil dari http://ojs.dinamikakesehatan.stikessarimulia.ac.id diakses
pada 28 Desember 2016 pukul 23.12 WIB
Alex-Hart, BA. Frank-Briggs, AI. 2011. Mothers’ Perception of Fever
Management in Children, Vol. 11, No.2. Nigeria: The Nigerian Health
Journal, 11(2):69-72.
Anochie. Ifesinachi, P. 2013. Mechanisms of Fever in Humans. International
Journal of Microbiology and Immunology Research: Nigeria.
Bahren, R. (2014). Kesehatan Muslim Menjaga Kesehatan Dimusim Hujan.
Yogyakarta: Pustaka Muslim.
Behrman, R. E., Kliegman, R. M., & Arvin, A. N. (2000). Ilmu Kesehatan Anak
NELSON.
Bensley, Robert J. 2009. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Alih
bahasa oleh Apriningsih, Nova S. dan Hippy Indah. Jakarta: EGC.
Bertille, N., Pons, G., Khoshnood, B., Elisabeth, F., & Chalumeau, M. (2015).
Symptomatic Management of Fever in Children: A National Survey of
Healthcare Professionals’ Practices in France. PLOS.org. Retrieved from
http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0143230
Cahyaningrum, E. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang
Demam dan Manajemen Demam pada Anak di Rumah. FIK Universitas
INdonesia.
Chiappini, E., Parretti, A., Becherucci, P., Pierattelli, M., Bonsignoru, F., Galli,
L., & Martino, m de. (2012). Parental and Medical Knowledge and
Management of Fever in Italian Pre-School Children. BMC Pediatr, 12(97),
1–10. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22794080
Dahlan, M. S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian. Jakarta: Salemba Medika.
Eddy, Fetiara Nur’annisa E. Mutiara, Hanna. 2015. Peranan Ibu dalam
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak dengan Status Karies Anak Usia
Sekolah Dasar Vol.4 No.8. Bandar Lampung: FK Universitas Lampung.
El-Radhi, A. S., Carroll, J., & Klein, N. (2009). Clinical manual of fever in
children. Clinical Manual of Fever in Children, 1–318.
96
https://doi.org/10.1007/978-3-540-78598-9
Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Fritz, C. O., Morris, P. E., & Richler, J. J. (2012). Effect size estimates: Current
use, calculations, and interpretation. Journal of Experimental Psychology:
General, 141(1), 2–18. https://doi.org/10.1037/a0024338
Guyton, A., & Hall, J. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (I. Ermita & I.
Ibrahim, Eds.) (12th ed.). Singapora: Elsevier Inc.
Hasibuan. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Havighurst, R. J. (1953). Human Development and Education (1st ed.). London:
Longman, Green. Retrieved from http://trove.nla.gov.au/version/12304910
Heri D. J. Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Hidayat, A. A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2007). Wong’s Nursing Care of Infants and
Children, 8th Ed. Canada: Elsevier Inc.
Ifesinachi, P. (2013). Mechanisms of fever in humans. International Journal of
Microbiology and Immunology Research, 2(5), 37–43.
James, S. R., Nelson, K. A., & Ashwill, J. W. (2013). Nursing care of Children
Principles and Practice 4th Edition. Missouri: Elsevier Inc.
Kemendikbud. (2016). Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar Dan Menengah (Lampiran), 1–234.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Buku Bagan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). http://perpustakaan.depkes.go.id/ diakses pada
24 Januari 2017 pukul 06.15 WIB.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation
Agency).
Khoiron, N. (2014). Efektivitas Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan
Media Leaflet dan Media Slide Power Point terhadap Perubahan
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks pada Ibu-Ibu
PKK di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. FIK Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kliegman, R. M., Stanton, B. M. D., Geme, J. S., & Schor, N. F. (2016). Nelson
Texbook of Pediatrics (7th ed.). Philadelphia: Elsevier Inc.
97
KPP&PA. (2015). Profil Anak Indonesia 2015. Kementerian Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak Serta Badan Pusat Statistik.
Li, S., Lacher, B., & Crain, E. (2000). Acetaminophen and Ibuprofen Dosing by
Parents. Pediatr Emerg Care, 16(6), 394–397. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11138879
Maulana, H. D. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Morris, Catherine O. Richler, Jennifer J. 2012. Effect Size Estimate: Current Use,
Calculations, and Interpretation Vol. 141 No. 1, 2-18. USA: Journal of
Experimental Psychology.
Mufaza, U. (2010). Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua dalam Pemberian Obat
Penurun Panas pada Anak Ditinjau dari Aspek Sosial Ekonomi. FK
Universitas Indonesia.
Muhmainah, F. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu
dalam memberikan makanan pendamping ASI di Pukesmas Pamulang.
Mulyapradana, A. (2012). Hubungan Kebijakan Pengembangan Karir Terhadap
Intensi Turnover Karyawan Di Divisi Marketing Pt. Agromedia. Universitas
Indonesia.
NICE, C. G. (2013b). Feverish Illness in Children: Assessment and Initial
Management in Children Younger Than 5 Years. Retrieved December 12,
2016, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25340238
NICE. (2013a). Fever in under 5s : assessment and initial management. National
Institute for Health and Care Excelence. Retrieved from
nice.org.uk/guidance/cg160
Nur, F., & Mutiara, H. (2015). Peranan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Anak dengan Status Karies Anak Usia Sekolah Dasar Mother ’ s Role in
Dental Children Health Care with Children Caries Status in Primary School
Age. Universitas Lampung.
Nursalam, & F Efendi. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penilaian
Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ochs, G., & Castaldi, P. (2005). Study guide and skills performance checklist to
accompany Potter, Perry Fundamentals of nursing. St. Louis: Mosby.
Oshikoya, K., & Senbanjo, I. (2008). Fever in Children: Mothers’ Perceptions and
their Home Management. Iranian Journal of Pediatrics, 18(3), 229–236.
Retrieved from http://ijp.tums.ac.ir/index.php/ijp/article/view/780
98
Riandita, A. (2012). Hubungan Anatara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Demam dengan Pengelolaan Demam pada Anak. FK Universitas
Diponegoro.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2008). Textbook of Basic Nursing,.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins.
Sangkai, M. A., Silalahi, D. M. D., & Watie, L. (2016). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Tingkat Menggunakan Terapi Komplementer Daun
Kembang Sepatu ( Hibiscus Rosa-Sinensis ) Di Uptd Puskesmas Kayon
Palangka Raya Mariaty A . Sangkai *, Dian Mitra D . Silalahi **, Lisna
Watie *** Sekolah Tinggi Ilmu Kese. Dinamika Kesehatan, 7(1), 259–265.
S Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Scolnik, D. (2009). Editorial Fever A Return to Basics. Canada: Indian Pediatric.
Setiawati, S. (2008). Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta:
TIM.
Setiowati, D. (2014). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Remaja Di Smk Islam Wijaya Kusuma Jakarta
Selatan. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of
Nursing), 9(2), 86–93.
Soedibyo, S., & Souvriyanti, E. (2016). Gambaran Persepsi Orang Tua tentang
Penggunaan Antipiretik sebagai Obat Demam. Sari Pediatri, 8(2), 142.
doi:10.14238/sp8.2.2006.142-6
Soepardi, S., & Elsye, S. (2006). Gambaran Persepsi Orang Tua tentang
Penggunaan Antipiretik sebagai Obat Demam. Sari Pediatri, 8, 142–146.
Retrieved from http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-2-9.pdf
Sugiarsi. (2011). Pendidikan Kesehatan pada Kelompok Ibu PKK dalam
Meningkatkan Pemahaman Masyarakat untuk Mencegah Penyakit Kanker
Serviks. Jurnal Maternal, 4.
Sullivan, J. E., & Farrar, H. C. (2011). Fever and Antipyretic Use in Children.
Pediatrics, 127(3), 580–587. https://doi.org/10.1542/peds.2010-3852
Susilowati. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan, Sikap dan Praktik Manajemen Demam pada Orang Tua dengan
Anak Kejang Demam di Ruang Seruni RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang. PPN-PSIK STIK 'Aisyiyah Yogyakarta.
Swarjana, I Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: ANDI
Utari, W., Novayelinda, R., & Arneliwati. (2011). Efektifitas Pendidikan
Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tentang Infeksi
99
Saluran Pernapasan Akut (ISPA), 1–7.
Wade, C., & Tavris, C. (2008). Psikologi (9 jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Walsh, A., & Edwards, H. (2006). Management of childhood fever by parents:
literature review. J Adv Nurs, 54(2), 217–227. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16553708
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Wawan, A. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Jakarta: Nuha Medika.
Widyana, E. D., Toyibah, A., Putu, L., & Esa, M. (2009). Pola asuh anak dan
pernikahan usia dini, (77), 33–39. Retrieved from http://jurnal.poltekkes-
malang.ac.id/berkas/fd47-Pola_Asuh_Anak.pdf
Pallant, Julie Florence. 2005. SPSS Survival Manual: A Step by Step Guide to
Data Analysis Using SPSS. Australia: Allen & Unwin.
Wisconsin Child Welfare Professional Development System. Development Stages
of Infants and Children. US: Diakses pada 22 Mei 2017 pukul 21.00 WIB
darihttps://wcwpds.wisc.edu/childdevelopment/resources/CompleteDevelop
mentDetails.pdf
Yusyaf, S. (2013). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode
Pendidikan Individual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga
Tentang Demam Berdarah Dengue. Universitas Riau.
100
101
102
103
104
LAMPIRAN
Hasil Output Analisa Data
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Usia ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid remaja akhir 17-25 4 20,0 20,0 20,0
dewasa awal 26-35 12 60,0 60,0 80,0
dewasa 36-45 4 20,0 20,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Pendidikan ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tamat SD 1 5,0 5,0 5,0
Tamat SMP 6 30,0 30,0 35,0
Tamat SMA 10 50,0 50,0 85,0
Tamat Perguruan Tinggi 3 15,0 15,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Pekerjaan ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Ibu Rumah Tangga 16 80,0 80,0 80,0
Pegawai Swasta 3 15,0 15,0 95,0
Pedagang 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Usia anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid bayi 1-12 bulan 5 25,0 25,0 25,0
balita 12 - 60 bulan 14 70,0 70,0 95,0
prasekolah 60-72 bulan 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Jenis Kelamin Anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Perempuan 8 40,0 40,0 40,0
Laki-laki 12 60,0 60,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
105
UJI NORMALITAS
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nilai Pre Test 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0% Nilai Post Test 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Nilai Pre Test Mean 57,50 2,308
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 52,67 Upper Bound 62,33
5% Trimmed Mean 58,33 Median 60,00 Variance 106,579 Std. Deviation 10,324 Minimum 30 Maximum 70 Range 40 Interquartile Range 14 Skewness -,997 ,512
Kurtosis 1,418 ,992
Nilai Post Test Mean 84,75 1,380
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 81,86 Upper Bound 87,64
5% Trimmed Mean 84,72 Median 85,00 Variance 38,092 Std. Deviation 6,172 Minimum 75 Maximum 95 Range 20 Interquartile Range 10 Skewness -,083 ,512
Kurtosis -,800 ,992
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Pre Test ,154 20 ,200* ,905 20 ,051
Nilai Post Test ,166 20 ,149 ,924 20 ,117
106
UJI PAIRED T TEST
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Nilai Post Test 84,75 20 6,172 1,380
Nilai Pre Test 57,50 20 10,324 2,308
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Nilai Post Test & Nilai Pre Test 20 ,176 ,459
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% CI
Lower Upper
Pair 1
Nilai Post Test - Nilai Pre Test
27,250 11,059 2,473 22,074 32,426 11,020 19 ,000
107
Lampiran
INFORMED CONSENT EFEKTIVITAS EDUKASI KESEHATAN TERHADAP NILAI
PENGETAHUAN IBU DALAM MANAJEMEN DEMAM PADA ANAK DI
RUMAH
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Nama : Farrah Vidya Maulvi
NIM : 1113104000024
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud sedang melakukan penelitian yang
akan diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep) sesuai dengan judul yang tertera diatas. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan
orang tua mengenai pengelolaan demam anak di rumah. Adapun manfaat
penelitian ini bagi orang tua atau caregiver yaitu untuk menambah atau
mengevaluasi praktik pengelolaan demam anak di rumah agar sesuai dengan
perkembangan keilmuan yang ada.
Saya berharap jawaban yang anda berikan adalah berdasarkan
pengetahuan Anda sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin
kerahasiaan jawaban dan identitas Anda. Informasi yang Anda berikan hanya akan
digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan
dipersalahgunakan untuk kepentingan lainnya.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan
memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi
apapun. Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda
menandatangani formulir persetujuan di bawah ini.
Ciputat, .....................2017
Peneliti
(Farrah Vidya Maulvi)
Responden
(......................................)
108
Lampiran
BAGIAN I
KUESIONER DEMOGRAFI RESPONDEN
Petunjuk pengisian:
Mohon Bapak/Ibu mengisi pertanyaan yang telah disediakan berikan tanda ceklis
(√) pada salah satu pilihan yang dianggap sesuai
IDENTITAS ANAK
1. Nama Anak :
2. Jenis Kelamin Anak :
3. Tanggal Lahir Anak :
4. Usia Anak : bulan
IDENTITAS ORANG TUA
5. Nama :
6. Umur : tahun
7. Pendidikan Terakhir :
8. Pekerjaan :
9. No. Telepon / HP :
10. Pernah mendapat informasi tentang Manajemen Demam Anak di Rumah?
11. Jika pernah, kapan Anda mendapatkan informasi tersebut?
12. Informasi tentang Manajemen Demam Anak di Rumah didapatkan dari?
SD SMA / Sederajat
SMP Perguruan Tinggi / Sederajat
KODE
Pernah Tidak Pernah (lanjut ke halaman selanjutnya)
Satu minggu lalu Enam bulan lalu
Satu bulan lalu _____________________
Petugas Kesehatan Media Elektronik/Massa
Teman/Tetangga _____________________
109
BAGIAN II
KUESIONER PENGETAHUAN MENGENAI MANAJEMEN DEMAM
Petunjuk pengisian:
Mohon Bapak/Ibu mengisi pertanyaan yang telah disediakan dan berikan tanda
silang (X) pada salah satu pilihan yang dianggap sesuai
NO PERNYATAAN BENAR SALAH
1
Demam merupakan tanda munculnya gejala keluhan
kesehatan yang dikarakteristikkan dengan peningkatan
suhu tubuh di atas 36,5 – 37.5oC
2 Suhu tubuh dapat dikatakan demam tinggi apabila
mencapai >38,5oC
3 Demam menandakan anak akan bertumbuh dewasa
4 Demam dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
bakteri
5 Demam dapat disebabkan oleh pemberian imunisasi
6
Gejala umum yang sering timbul saat demam adalah
peningkatan suhu tubuh, rewel, sulit makan dan
minum
7 Ibu melakukan deteksi demam dengan meraba dahi
anak
8
Anak dengan temperatur ≥37,5oC harus dilakukan
pengkajian sesuai petunjuk Buku Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS)
9 Alat ukur suhu tubuh dinamakan termometer
10 Dehidrasi adalah salah satu yang harus diwaspadai
orang tua sebagai akibat dari demam tinggi
11 Orang tua perlu untuk selalu menyediakan obat
penurun panas di rumah
KODE
110
12 Ibu langsung memberikan obat penurun panas
(paracetamol) ketika anak terdeteksi demam
13
Sebelum memberikan obat penurun panas, ibu dapat
melakukan kompres dan memberikan makan dan
minum dengan takaran lebih sering biasanya
14 Pemberian minum dalam takaran yang tepat dapat
membantu menurunkan demam pada anak
15 Kompres pada anak dapat menggunakan air dingin
maupun hangat
16 Pemberian kompres pada anak dapat dilakukan di
bagian ketiak, pangkal paha dan punggung anak
17 Obat penurun panas tidak boleh diberikan untuk anak
< 3 bulan
18
Aturan pemberian obat penurun panas dapat dilihat
pada petunjuk pemakaian obat yang tersedia dalam
bungkus obat
19
Bila demam tidak turun dalam 2 hari dengan tetap ada
ruam di kulit dan timbul gejala lain segera periksakan
ke petugas kesehatan
20
Penting bagi ibu untuk peka terhadap kejadian demam
pada anak dan mengelola demam secara tanggap dan
tepat
111
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Pokok Bahasan : Demam Anak
Sub Pokok Bahasan : Pengetahuan Ibu tentang Manajemen Demam Anak di
Rumah
Sasaran : Ibu-ibu di RT 2 RW 2 Kelurahan Jaticempaka
Hari, tanggal : Sabtu, 6 Mei 2017 pukul 10.00 – 11.30 WIB
Tempat : Musholah
Penyuluh : Farrah Vidya Maulvi
I. Tujuan
a. Tujuan Umum : setelah dilakukan edukasi kesehatan diharapkan
ibu dapat mengerti dan memahami tentang manajemen demam anak di
rumah
b. Tujuan Khusus : setelah mengikuti sesi edukasi kesehatan
diharapkan ibu mampu:
1. Mengetahui definisi demam
2. Mengetahui penyebab demam
3. Mengetahui tanda dan gejala demam
4. Mengetahui cara pengukuran suhu tubuh
5. Mengetahui pemantauan status hidrasi
6. Mengetahui dampak dari demam tinggi
7. Mengetahui penanganan demam yang dapat ibu lakukan di rumah
8. Mengetahui pemberian obat penurun panas yang tepat sesuai buku
MTBS
9. Mengetahui waktu rujuk anak sesuai buku KIA
II. Metode : Ceramah dan tanya jawab
III. Media : LCD Proyektor, Laptop
IV. Materi : Terlampir
112
V. Kegiatan penyuluhan :
No. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens Waktu
1 Tahap Pembukaan
a. Moderator membuka acara, memberi
salam dan berdoa bersama
b. Perkenalan
Menjawab salam,
menyimak dan
memperhatikan.
6 menit
2 Tahap Apersepsi
a. Menanyakan pengetahuan Audiens
tentang demam
b. Memberikan kuesioner pretest
Menyimak,
menjawab
pertanyaan dan
mengisi kuesioner
12
menit
3 Tahap Informasi
a. Menjelaskan tujuan penyuluhan
b. Memberikan informasi tentang demam
dan manajemen demam anak di rumah
yang akan disampaikan
Menyimak dan
memperhatikan 5 menit
4 Tahap Edukasi Kesehatan
a. Menjelaskan:
1) Definisi demam
2) Penyebab demam
3) Tanda dan gejala demam
4) Cara pengukuran suhu tubuh
5) Pemantauan status hidrasi
6) Dampak dari demam tinggi
7) Penanganan demam yang dapat ibu
lakukan di rumah
8) Pemberian obat penurun panas yang
tepat sesuai buku MTBS
9) Waktu rujuk anak sesuai buku KIA
b. Melakukan demonstrasi berupa:
1) Cara pengukuran suhu tubuh anak
Menyimak,
memperhatikan
dan bertanya
55
menit
113
menggunakan termometer
2) Cara pemberian obat antipiretik
anak
c. Memberikan kesempatan bertanya
5 Tahap Penutup
a. Penyaji menyimpulkan materi tentang
demam dan manajemen demam
b. Penyaji memberikan kuesioner
posttest untuk mengevaluasi
responden
c. Moderator menutup acara dan
mengucapkan salam
Menyimak,
menjawab
pertanyaan dan
mengisi kuesioner
12
menit
VI. Pengorganisasian
a. Penyaji : Farrah Vidya Maulvi
b. Observer : Ratna Juwita
c. Fasilitator : Maharani Ayu Vidyannisa; Najwa Vidya Nikallaya;
Muhammad Hafid
VII. Struktur Ruangan
Keterangan:
Peserta
Fasilitator
Observer
Penyaji
114
VIII. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Rencana kegiatan dan penyajian materi edukasi kesehatan dipersiapkan
dari sebelum kegiatan penyuluhan. Survey tempat dilakukan beberapa
hari sebelum kegiatan penyuluhan agar peneliti dapat mengatur letak
dan posisi yang strategis bagi responden untuk menyimak materi yang
akan disampaikan.
b. Evaluasi proses
1. Peralatan dan tempat tersedia
2. Peserta datang tepat waktu
3. Waktu sesuai dengan rencana
c. Evaluasi hasil
Mampu menjawab dan memahami definisi demam, penyebab demam,
tanda dan gejala demam, cara mengukur suhu tubuh anak, dampak
demam tinggi, penanganan demam yang dapat ibu lakukan di rumah,
bagian tubuh anak untuk dikompres, anjuran dosis pemberian obat
penurun panas yang tepat sesuai buku MTBS, serta waktu rujuk anak
sesuai buku KIA.
115
MATERI PENYULUHAN
Manajemen Demam Anak
H. Demam
1. Definisi demam
Demam disebut juga dengan pireksia (Axelrod & Diringer, 2008)
merupakan tanda munculnya gejala keluhan kesehatan yang
dikarakteristikkan dengan peningkatan suhu tubuh diatas normal 36,5
– 37,5oC atau 98 – 100
oF dikarenakan peningkatan regulasi set point
tubuh (Karakitsos & Karabinis, 2008).
2. Penyebab demam
Demam dapat disebabkan oleh 4 faktor utama: infeksi, reaksi
inflamasi, neoplastic dan bermacam-macam lainnya seperti pajanan
suhu dari lingkungan (Kliegman, 2016).
3. Tanda dan gejala demam
El-Radhi, Carroll dan Klien (2009) menjelaskan tanda dan gejala
umum pada anak yang mengalami demam sebagai berikut lelah, haus,
sulit makan dan minum serta peningkatan denyut nadi.
4. Pengukuran Suhu Tubuh
Tabel Bagian Pengukuran Suhu Tubuh
Bagian tubuh Tipe termometer Suhu normal
rata-rata (oC)
Demam oC
Aksila Elektronik, air raksa 34,7-37,3 (36,4) 37,4
Sublingual Elektronik, air raksa 35,5-37,5 (36,6) 37,6
Telinga Infra merah 35,7-37,5 (36,6) 37,6
(Sumber: El-Radhi. Carroll. Klein, 2009)
116
5. Pemantauan status hidrasi
Tabel Hidrasi Anak
(Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes, 2016)
Tabel kebutuhan asupan cairan anak
(Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes, 2016)
6. Mengetahui penanganan demam yang dapat ibu lakukan di rumah
a) Memberikan cairan yang biasa anak minum (anak yang masih
mendapatkan ASI sebaiknya diberikan ASI)
b) Beri minum lebih sering dan lebih banyak
c) Jangan diselimuti atau diberi baju tebal
d) Kompres dengan air biasa atau air hangat
117
e) Jangan kompres dengan air dingin karena anak bisa menggigil
f) Untuk daerah endemis malaria, balita harus tidur di dalam kelambu
anti nyamuk
g) Jika demam tinggi >38oC, beri obat penurun panas sesuai dosis
h) Perhatikan tanda-tanda hidrasi (Kemenkes, 2016)
7. Mengetahui pemberian obat penurun panas yang tepat sesuai buku
MTBS 2015
8. Mengetahui waktu rujuk anak sesuai buku KIA
a) Demam disertai kejang
b) Demam tidak turun dalam 2 hari
c) Demam disertai bintik-bintik merah, pendarahan di hidung,
dan/atau buang air besar berwarna hitam (Kemenkes 2016)
118
119