repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/farrah...

135
EFEKTIVITAS EDUKASI KESEHATAN TERHADAP NILAI PENGETAHUAN IBU DALAM MANAJEMEN DEMAM PADA ANAK DI RUMAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: FARRAH VIDYA MAULVI 1113104000024 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017

Upload: lythuan

Post on 14-Aug-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

EFEKTIVITAS EDUKASI KESEHATAN TERHADAP

NILAI PENGETAHUAN IBU DALAM MANAJEMEN

DEMAM PADA ANAK DI RUMAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

FARRAH VIDYA MAULVI

1113104000024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sastra 1 Keperawatan di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Seluruh sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2017

Farrah Vidya Maulvi

Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

iii

NURSING SCIENCE MAJOR

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2017

Farrah Vidya Maulvi, 1113104000024

Effectiveness of Health Education on Mothers’ Knowledge Score of Home

Remedies of Feverish Child Management

113 Pages, 12 table, 1 figures, 5 appendices

ABSTRACT

Fever in children is not only known as infection of the child-body but also as a

sign of maturing immunity system. Therefore, mothers need to pay attention in

managing fever, so that the action is not interfering the child growth and

development process. Lack od knowledge on fever management can be reduced

through health promotion and education. This research aimed to identify

effectiveness of health education on mothers’ knowledge of fever management.

this is a quantitative research with Quasy Experimental Design One Group Pre

Test-Post Test. The sampel size of this research is 20 mothers which has children

below 6 years old or 72 months. It taken by Purposive Sampling Technique. This

research gathered its data using questionnaire tested by Kuder and Richardson

Formula 20 (KR20). Statistical test using Paired T Test towards mothers’

knowledge score. Result showed that p-value <0,05, which means that health

education affected mothers’ knowledge score. Effectiveness score tested by Eta

Squared Formula. It obtained result 0,89 which means that health education has

large impact on increasing mothers’ knowledge of home remedies of feverish

child management.

Keyword: Feverish Child, Management of Feverish Child, Health Education,

Mothers’ Knowledge

References: 64 (2000 – 2016)

Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2017

Farrah Vidya Maulvi, NIM: 1113104000024

Efektivitas Edukasi Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Ibu dalam

Manajemen Demam pada Anak di Rumah

113 Halaman, 12 tabel, 1 gambar, 5 lampiran

ABSTRAK

Demam pada anak bukan hanya sebagai indikator dini anak sedang mengalami

sakit, namun juga sebagai pertanda sistem imun anak sedang berkembang. Maka

dari itu, ibu perlu memperhatikan manajemen demam yang akan dilakukan, agar

hal tersebut tidak mengganggu proses tumbuh dan kembang anak. Kurangnya

pengetahuan ibu mengenai manajemen demam anak yang tepat perlu disikapi

melalui upaya promosi kesehatan dan edukasi kesehatan terhadap permasalahan

tersebut. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi kesehatan terhadap

nilai pengetahuan ibu mengenai manajemen demam anak di rumah. Penelitian ini

kuantitatif dengan desain Quasi Experimental One Group Pre Test – Post Test.

Sampel adalah ibu yang mempunyai anak berusia dibawah 6 tahun (72 bulan)

yang berjumlah 20 orang dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian

ini menggunakan kuesioner yang diuji menggunakan Kuder and Richardson

Formula 20 (KR20) sebesar 0,942. Uji statistik menggunakan uji T berpasangan

terhadap nilai pengetahuan ibu sebelum dan sesudah intervensi yang didapatkan

nilai signifikansi 0,000 (p-value <0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang bermakna antara pemberian edukasi kesehatan terhadap

nilai pengetahuan ibu. Nilai efektifitas pendidikan keehatan dihitung dengan

rumus Eta Squared di peroleh hasil 0,89 yang berarti edukasi kesehatan memiliki

efektifitas yang besar dalam meningkatkan nilai pengetahuan ibu mengenai

manajemen demam anak di rumah.

Kata Kunci: Demam Anak, Manajemen Demam Anak, Edukasi Kesehatan,

Pengetahuan Ibu

Daftar Bacaan: 64 (2000 – 2016)

Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

EFEKTIFITAS EDUKASI KESEHATAN TERHADAP NILAI

PENGETAHUAN IBU DALAM MANAJEMEN DEMAM PADA ANAK DI

RUMAH

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH

FARRAH VIDYA MAULVI

1113104000024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Pembimbing II

Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM

NIP. 19790520 200901 1 012

Pembimbing I

Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.An

NIP. 19780409 201101 2 014

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

EFEKTIFITAS EDUKASI KESEHATAN TERHADAP NILAI

PENGETAHUAN IBU DALAM MANAJEMEN DEMAM PADA ANAK DI

RUMAH

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

FARRAH VIDYA MAULVI

1113104000024

Pembimbing II

Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM

NIP. 19790520 200901 1 012

Pembimbing I

Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.An

NIP. 19780409 201101 2 014

Penguji II

Mardiyanti, S.Kep, Ns, M.Kep, MDS

NIP. 19810208 201101 2 006

Penguji I

Ratna Pelawati, M. Biomed

NIP. 19780215 200901 2 005

Penguji III

Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM

NIP. 19790520 200901 1 012

Penguji VI

Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.An

NIP. 19780409 201101 2 014

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

vii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

EFEKTIFITAS EDUKASI KESEHATAN TERHADAP NILAI

PENGETAHUAN IBU DALAM MANAJEMEN DEMAM PADA ANAK DI

RUMAH

Disusun Oleh

FARRAH VIDYA MAULVI

1113104000024

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes

NIP. 19650808 1988 03 1002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc

NIP. 19790210 200501 2 002

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

viii

Personal Details

Full Name : Farrah Vidya Maulvi

Place, Date of Birth : Jakarta, May 30th 1996

Religion : Islam

Sex/Gender : Female

Nationality : Indonesian

Address : Jl. Pendidikan no.72 rt.03/001 Kelurahan Jatimekar

Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi Jawa Barat

Phone No./Hp : +6281584666018

E-mail : [email protected]

Educational Background

2013 – present

Faculty of Medicine and Health Science, Majoring in Nursing

Science, State Islamic University of Jakarta (Undergraduate)

2010 – 2013 113 Senior High School of Jakarta

2007 – 2010 192 Junior High School of Jakarta

2001 – 2007 Integrated Islamic Primary School of Ar-Rahman

Organizational Experiences

201

Head of Departement of Education and Research of Student

Council of Faculty of Medicine and Health Science

2015 Alumni of Indonesia Student and Youth Forum Program

2013 One of the founding fathers of Bank Sampah FKIK in Rempoa

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan proposal skripsi dengan judul Efektifitas Pendidikan

Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Orang Tua dalam Manajemen Demam

pada Anak di Rumah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak

mengalami kesulitan dan tantangan, namun berkat pertolongan Allah serta

bantuan dari berbagai pihak sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokateran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu

keperawatan dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku Sekretaris

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.An dan Bapak Ns. Waras Budi

Utomo, S.Kep, M.KM selaku dosen pembimbing serta Ibu Ratna Pelawati,

M. Biomed dan Mardiyanti, S.Kep, Ns, M.Kep, MDS selaku dosen

penguji, peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya karena telah

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

x

meluangkan waktu dalam membimbing dan memberi arahan kepada

penulis dengan sabar selama penysunan skripsi ini.

4. Bapak Karyadi M.Kep., ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik,

terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing

penulis dengan sabar selama hampir 4 tahun duduk di bangku perkuliahan

5. Orang tua penulis, Bapak Muhamad Hafid dan Ibu Dyah Sri Lestari yang

telah mendidik, membesarkan, mencurahkan kasih sayang, memberikan

bantuan baik berupa dukungan moril maupun materiil, dan juga selalu

mendo’akan penulis dalam setiap langkah saya menuju kesuksesan.

6. Sahabat-sahabat terbaik yang tak pernah lelah mendengarkan keluh kesah

penulis, menyemangati penulis, dan selalu ada disaat penulis senang

maupun susah; Anastasia Ezragitha Soligaon Pasaribu, Yeshika Yasmin

Ramadhine, Sabrina Salsabila, Mutoharoh, Afifatun Mukaromah, Rahma

Atikah Okdiza Putri. Terimakasih telah menyemangati penulis dan

berjuang bersama-sama dalam meraih gelar Sarjana.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan PSIK UIN Jakarta 2013 yang selalu menjadi

tempat keluh kesah penulis, yang selalu ada disaat susah dan senang serta

selalu mewarnai hari-hari penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

8. Kawan-kawan Badan Eksekutif Mahasiswa periode 2014 alias TIM

SOLID dan Dewan Eksekutif Mahasiswa periode 2016 serta pengurus

Komisariat Dakwah FKIK UIN Jakarta. Terimakasih telah mengajarkan

banyak hal kepada penulis selama penulis berorganisasi

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

xi

9. Kakak dan adik-adik tercinta ka Ikey, alm Hasanah Putri a.k.a ka Nacil

a.k.a ka Nana, Saffanah Nuriyah, Febrilianti, Farah Fadhilah atas semangat

dan kenangan yang telah diberikan kepada penulis semata-mata untuk

pembelajaran agar menjadi pribadi yang lebih baik.

10. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran proposal skripsi ini

hingga selesai.

Terimakasih atas bantuan serta dukungan yang telah diberikan sekecil apapun

itu, semoga Allah SWT. Senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah.

Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Semoga Alah senantiasa memberikan rahmat, hidayah serta ampunan-Nya

kepada kita. Aamiin Allahuma aamiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, Juli 2017

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

ABSTRACT .......................................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................................... v

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ vii

Personal Details .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12

A. Demam ....................................................................................................... 12

1. Definisi Demam ..................................................................................... 12

2. Etiologi Demam ..................................................................................... 12

3. Mekanime Demam ................................................................................. 13

4. Pengukuran Suhu Tubuh ........................................................................ 14

5. Manifestasi Klinis ................................................................................... 14

6. Pola Demam ........................................................................................... 16

B. Managemen Penyakit ................................................................................. 18

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

xiii

C. Manajemen Demam ................................................................................... 19

1) Tepid Water Sponge ........................................................................... 24

2) Monitoring Suhu ................................................................................. 25

3) Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan ......................................... 26

D. Pendidikan Kesehatan ................................................................................ 27

E. Pengetahuan ............................................................................................... 34

F. Penelitian Terkait ....................................................................................... 41

G. Kerangka Teori........................................................................................... 45

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL ................................................................................................. 46

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 46

B. Hipotesa Penelitian..................................................................................... 47

C. Definisi Operasional................................................................................... 47

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 49

A. Desain Penelitian ........................................................................................ 49

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 50

C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 50

D. Alur Penelitian ........................................................................................... 53

E. Instrumen Penelitian................................................................................... 54

F. Uji Validitas dan Reabilitas ....................................................................... 55

G. Prosedur Teknis Pengumpulan Data .......................................................... 56

H. Etika Penelitian .......................................................................................... 65

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 67

A. Analisis Univariat....................................................................................... 67

B. Analisis Bivariat ......................................................................................... 71

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 74

A. Analisis Univariat....................................................................................... 74

1. Karakteristik Responden ........................................................................ 74

B. Analisis Bivariat ......................................................................................... 83

1. Pengetahuan Ibu Sebelum Diberikan Edukasi Kesehatan tentang

Manajemen Demam ....................................................................................... 83

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

xiv

2. Pengetahuan Ibu Sesudah Diberikan Edukasi Kesehatan tentang

Manajemen Demam ....................................................................................... 84

3. Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Nilai Rerata Pre-Test dan Post-

Test .................................................................................................................85

4. Efektifitas Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu .................... 86

C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 90

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 92

A. Kesimpulan ................................................................................................ 92

B. Saran ........................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 95

LAMPIRAN ....................................................................................................... 100

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

xv

DAFTAR SINGKATAN

ANA : American Nurses Association

ASI : Air Susu Ibu

COX-2 : Siklo-oksigenase

DBD : Demam Berdarah

IL-1 : Interleukin-1

IL-6 : Interleukin-6

IWL : Invisible Water Loss

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KPP & PA : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

KR20 : Kuder Richarson 20

LFG : Laju Filtrasi Glomerulus

MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit

NICE : National Institute for Health and Care Excelence

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SD : Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK : Sekolah Menengah Kejurusan

SMP : Sekolah Menegah Pertama

TWS : Tepid Water Sponge

WHO : World Health Organization

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bagian Pengukuran Suhu Tubuh............................................................14

Tabel 2.2 Pola Dema..............................................................................................17

Tabel 2.3 Pemakaian Parasetamol Anak Berdasarkan Usi....................................23

Tabel 2.4 Kecukupan Kebutuhan Cairan Anak Harian.........................................26

Tabel 3.1 Definisi Operasiona...............................................................................48

Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitia....................................................................55

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden...................................................67

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden.....................................67

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Anak..............................................68

Tabel 5.4 Distribusi Statistik Gambaran Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah

diberikan Edukasi Kesehatan tentang Manajemen Demam.................................69

Tabel 5.5 Distribusi Hasil Uji Normalitas............................................................70

Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengetahuan tentang Manajemen Demam

Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi..........................................................71

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

xvii

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

Gambar 2.1 Tanda Hidrasi Anak...........................................................................21

Bagan 2.1 Kerucut Edgar Dale..............................................................................32

Bagan 2.2 Kerangka Teori Penelitian....................................................................45

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian................................................................46

Bagan 4.1 Konsep Penelitian................................................................................49

Bagan 4.2 Alur Penelitian.....................................................................................53

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Output Analisa Data.....................................................................................99

Informed Consent.................................................................................................102

Kuesioner.............................................................................................................103

Satuan Acara Pembelajaran.................................................................................106

Media Belajar.......................................................................................................110

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profil Anak Indonesia tahun (2015) mencatat angka kesakitan pada anak

sebesar 15,26% yang diukur dengan tujuh indikator keluhan kesehatan

(KPP&PA, 2015). Bahkan tercatat tiga keluhan kesehatan yang sering dialami

balita salah satunya yaitu demam sebesar 53,90%. Sebuah hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada 996 anak di usia 3 tahun pertama, diagnosa

penyakit yang datang berturut-turut adalah demam dan penyakit akut

(Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000). Hal tersebut disebabkan oleh sistem

imun anak yang belum berkembang karena beberapa komponen tubuh belum

dapat bekerja optimal. Namun sistem imun berkembang seiring dengan

perkembangan tubuh. Seiring bertambahnya usia dari anak-anak menuju

remaja kemudian dewasa, sistem imun berkembang sehingga dapat bekerja

lebih optimal (Sullivan & Farrar, 2011).

Demam ialah keadaan dimana suhu tubuh mengalami peningkatan di atas

normal yaitu > 38oC atau 103

oF (Ifesinachi, 2013). Terjadinya peningkatan

suhu tubuh berkaitan dengan terlepasnya zat pirogen endogen yang menyebar

melalui sirkulasi darah sebagai respon dari adanya infeksi serta reaksi

peradangan atau tumor. Adanya infeksi mikroba menstimulasi tubuh untuk

melepaskan zat pirogen eksogen yang juga merangsang pelepasan pirogen

endogen termasuk zat sitokin seperti IL-1, IL-6, tumor necrosis factor dan

interferon (James, Nelson, & Ashwill, 2013). Proses yang melibatkan zat

sitokin ini menyebabkan terjadinya sintesis prostaglandin E2 melalui

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

2

metabolisme asam arakhidonat jalur siklo-oksigenase (COX-2) sehingga

hipotalamus menaikkan set point suhu inti yang dimanifestasikan sebagai

peningkatan suhu tubuh (Hockenberry & Wilson, 2007).

Peningkatan suhu tubuh sebesar 1-2oC dari suhu normal merupakan tanda

awal terjadinya demam. Demam tidak hanya terjadi sendiri tetapi juga disusul

dengan gejala lainnya seperti berkeringat, menggigil atau sensasi dingin

lainnya yang dapat menjadi tanda penyakit serius (Ifesinachi, 2013). Adapula

tanda dan gejala lainnya seperti anak mengalami myalgia sehingga cenderung

rewel dan gelisah, anak lebih cepat haus karena kehilangan cairan akibat

peningkatan laju penguapan tubuh sehingga rentan mengalami resiko

dehidrasi. Selanjutnya hal tersebut akan berpengaruh pada peningkatan denyut

nadi. Peningkatan denyut nadi pada anak dengan demam biasanya 10 denyut

per menit setiap kenaikan 1oC atau disebut takikardia (El-Radhi, Carroll, &

Klein, 2009).

Manifestasi klinis lebih lanjut ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu

kritis dalam rentang 105 – 108oF maka akan terjadi renjatan heatstroke. Hal

ini berkaitan dengan syok sirkulasi yang disertai dengan kehilangan banyak

cairan dan elektrolit dalam keringat. Keadaan ini dapat menggangu laju

metabolisme basal tubuh (Guyton & Hall, 2014).

Oleh karena demikian maka orang tua berpikir bahwa bila demam tidak

segera diatasi, maka suhu akan semakin tinggi. Hasil penelitian tersebut

didukung oleh Sullivan & Farrar, 2011 yang mengatakan bahwa beberapa

orang tua memberikan obat penurun panas pada anak meskipun demam dalam

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

3

kategori ringan bahkan tidak demam. Selain itu Sullivan & Farrar, 2011 juga

mengatakan bahwa hampir separuh orang tua (n = 340) menganggap suhu

<38oC (100,4

oF) adalah demam dan memerlukan pemberian obat penurun

panas sehingga orang tua cenderung membangunkan anaknya dari tidur hanya

untuk memberikan obat penurun panas ketika teridentifikasi adanya

peningkatan suhu tubuh anak.

Penanganan demam pada anak sangat bergantung pada peran orang tua,

terutama ibu. Seorang ibu sebagai tokoh sentral di rumah, sangat penting

untuk melaksanakan dan menjalankan dan menghidupkan keluarga. Ibu harus

peka dan dapat mengkaji demam pada anak sehingga mengetahui cara yang

tepat dalam menangani demam. Saat anak mengalami demam, orang tua harus

memperhatikan pola aktivitas anak, status hidrasi, status sirkulasi, pola napas,

serta perubahan-perubahan warna kulit, bibir dan lidah (NICE, 2013a).

Sehingga diharapkan orang tua dapat mengkaji demam pada anak dengan

tepat.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di

wilayah kerja Puskesmas Pondok Gede tepatnya di Posyandu Jaticempaka

didapatkan seluruh orang tua (berjumlah 12 orang) memberikan obat penurun

panas sejak awal demam muncul pada anak. Pemberian obat penurun panas

sediaan sirup sebanyak 3 orang tua menggunakan sendok obat dan mengikuti

petunjuk pemakaian, 2 orang tua menggunakan sendok makan dan 1 orang tua

menggunakan sendok teh, 1 orang tua lainnya memberikan obat penurun

panas dalam bentuk tablet dibelah menjadi dua bagian, ½ tablet sekali minum.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

4

Namun, sebanyak 5 orang tua lainnya memberikan obat penurun panas dengan

tidak memperhatikan dosis. Sedangkan sebanyak 4 orang tua memberikan

racikan obat herbal sebagai tambahan obat penurun panas kepada anaknya.

Ketika ditanyakan alasan mendasar orang tua memberikan dosis obat tersebut,

sebagian besar menjawab mendapatkannya berdasarkan pengalaman. Dari

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu kejadian dianggap sebagai

sebuah pengalaman yang dapat membentuk pola pikir dan perilaku individu

(Wade & Tavris, 2008).

Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya edukasi atau penambahan

informasi tentang pengelolaan demam pada anak saat ini menjadi fokus

utama. Untuk menjalankan peran perawatan anak dirumah dalam lingkup

family center care diharapkan orang tua terutama ibu mempunyai pengetahuan

yang cukup dalam melaksanakannya. Pengetahuan yang diperlukan dalam hal

perawatan anak di rumah meliputi cara mengkaji, memantau dan melakukan

pertolongan pertama dirumah. Hal ini diperlukan agar proses perawatan anak

dirumah berjalan dengan baik dan tepat(Chiappini et al., 2012).

Informasi atau pengetahuan baru ini dapat diperoleh melalui pendidikan

kesehatan. Pendidikan kesehatan atau edukasi kesehatan memiliki tujuan yang

sama dengan proses pembelajaran yaitu terjadinya perubahan perilaku yang

dipengaruhi banyak faktor. Oleh karena itu perubahan perilaku yang tampak

merupakan refleksi dari perubahan internalisasi persepsi diri terhadap sesuatu

yang sedang diamati dan dipikirkannya (Setiawati, 2008). Maka dari itu,

upaya edukasi kesehatan dirasa perlu dilakukan.

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

5

Berdasarkan kondisi diatas peneliti tertatik untuk melakukan penelitian

tentang efektivitas edukasi kesehatan terhadap pengetahuan orang tua dalam

manajemen anak dirumah. Hal ini peneliti lakukan dalam upaya

memperbaharui pengetahuan yang dimiliki orang tua dalam manajemen

demam anak di rumah dan sebagai sumber informasi agar orang tua dapat

mengaplikasikannya kepada anaknya dirumah dan menyebarluaskan informasi

tersebut kepada orang tua di wilayah lainnya. Mengingat ketika peneliti

melakukan studi pendahuluan berupa observasi lapangan dan wawancara

kepada ketua RT dan beberapa kader terkait didapatkan hasil gambaran

tingkat sosial ekonomi di RT 2 RW 2 Kelurahan Jaticempaka tergolong

rendah. Begitu pun dengan pendidikan terakhir yang dimiliki oleh rata-rata

penduduk di wilayah tersebut masih tergolong cukup rendah, yaitu SMA.

Profil pekerjaan yang dimiliki oleh sebagian besar warga di wilayah tersebut

antara lain kepala keluarga sebagai tukang ojek, penjaga warung kelontong,

penjual sayur, dan sebagainya. Sedangkan sebagian besar ibu sebagai ibu

rumah tangga atau mengurus anak. Tata letak pemukiman di wilayah tersebut

sebagian besar kontrakan petak berderet dan berhimpitan dengan akses jalan

setapak atau hanya memungkinkan dilewati oleh satu motor.

B. Rumusan Masalah

Mempertimbangkan hal tersebut peneliti menyadari bahwa masih adanya

ketidaktepatan pengelolaan demam pada anak yang dilakukan oleh orang tua

di rumah. Hal ini berkaitan dengan sumber informasi yang ada sebagian besar

berasal dari pengalaman orang tua dalam merawat anak dirumah. Sedangkan

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

6

menegakkan indikasi demam dan pemberian dosis yang kurang tepat oleh

orang tua dirumah dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam melakukan

manajemen demam dirumah. Sehingga perlu dilakukan intervensi berupa

edukasi kesehatan bagi orang tua terutama ibu dalam upaya memperbaharui

pengetahuan yang dimiliki dalam pengelolaan demam anak di rumah.

Sehingga peneliti tertatik dalam melakukan penelitian Efektivitas Edukasi

Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Ibu dalam Manajemen Demam Anak

di Rumah yang berlokasi di RT 02 RW 2 Posyandu Beringin 1 di wilayah

kerja Puskesmas Pondok Gede Bekasi.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik responden di wilayah RT 02 RW 02

Kelurahan Jaticempaka?

2. Bagaimana nilai pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak dirumah

sebelum diberikan pendidikan kesehatan?

3. Bagaimana nilai pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak di rumah

sesudah diberikan pendidikan kesehatan?

4. Bagaimana efektivitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan orang

tua mengenai manajemen demam anak di rumah?

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

7

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas edukasi

kesehatan terhadap nilai pengetahuan orang tua dalam manajemen demam

pada anak di rumah di RT 2 RW 2 lingkup Posyandu Beringin 1 yang

termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pondok Gede.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran karakteristik responden di wilayah RT 02 RW

02 Kelurahan Jaticempaka

2. Diketahuinya nilai pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak

dirumah sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

3. Diketahuinya nilai pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak di

rumah sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

4. Diketahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan

ibu mengenai manajemen demam anak di rumah.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah ilmu tentang nilai pengetahuan ibu dalam manajemen

demam anak dirumah sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan.

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

8

2. Bagi Program Profesi Keperawatan

Melaksanakan salah satu peran dan fungsi perawat sebagai edukator

masyarakat. Penelitian ini bermanfaat dalam bidang keperawatan anak

terkait edukasi manajemen demam anak dirumah untuk ibu.

3. Bagi Puskesmas Pondok Gede

Menjadi bahan sarana memberikan penyuluhan kesehatan pada orang

tua terkait manajemen demam anak dirumah. Menjadikan hasil

penelitian sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam hal

melakukan penelitian secara langsung. Memberikan gambaran kepada

peneliti terkait strategi edukasi yang tepat dalam rangka peningkatan

pengetahuan orang tua dalam manajemen demam pada anak dirumah.

5. Bagi Responden

Penelitian ini bermanfaat bagi responden terkait dengan pemberian

informasi mengenai definisi demam, cara mengkaji demam serta cara

dan frekuensi pemantauan suhu tubuh serta manajemen demam yang

dapat dilakukan di rumah.

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

9

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan nilai tingkat

pengetahuan orang tua dalam manajemen demam pada anak dirumah sebelum

dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Jenis penelitian ini adalah Pre-

Eksperimental One Group dengan Pre test - Post test Design. Metode

pengambilan data dan evaluasi dengan instrumen pre – post kuesioner dan

pengolahan data berbasis komputer. Penelitian ini dilaksanakan di RT 2 RW 2

Kelurahan Jaticempaka yang tergabung dalam wilatah kerja Puskesmas

Pondok Gede Kota Bekasi.

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam

1. Definisi Demam

Demam disebut juga dengan pireksia (Axelrod & Diringer, 2008)

merupakan tanda munculnya gejala keluhan kesehatan yang

dikarakteristikkan dengan peningkatan suhu tubuh diatas normal 36,5

– 37,5oC atau 98 – 100

oF dikarenakan peningkatan regulasi set point

tubuh (Karakitsos & Karabinis, 2008). Scolnik (2009) menjelaskan

demam sebagai respon fisiologis terhadap infeksi yang telah berevolusi

dan dorman dalam tubuh manusia. Hal ini termasuk dalam mekanisme

proteksi diri dan tubuh masih dapat mengkompensasi dengan baik

selama status hidrasi adekuat dan tubuh dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan sehingga terjadi pengeluaran panas dari tubuh ke

lingkungan.

2. Etiologi Demam

Demam dapat disebabkan oleh 4 faktor utama: infeksi, reaksi

inflamasi, neoplastic. Infeksi virus seperti gastroentritis dan infeksi

bakteri seperti otitis media dan faringitis adalah penyebab tersering

kejadian demam akut (Kliegman, Stanton, Geme, & Schor, 2016).

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

13

3. Mekanime Demam

Demam merupakan keadaan dimana suhu tubuh mengalami

peningkatan di atas normal yaitu > 38oC atau 103

oF (Anochie.

Ifesinachi, P. 2013). Demam merupakan respon fisiologis normal

tubuh yang menghasilkan peningkatan “set point” hipotalamus dalam

merespon zat pirogen endogen dan pirogen eksogen. Berbeda dengan

hipertermia adalah respon patofisiologis dengan ketidaknormalan

homeostasis (set point hipotalmus tidak berubah) yang menimbulkan

produksi panas berlebihan sehingga terjadi kehilangan kemampuan

mengeluarkan panas tubuh ke lingkungan.

Terjadinya peningkatan suhu tubuh berkaitan dengan terlepasnya

zat pirogen endogen yang menyebar melalui sirkulasi darah sebagai

respon dari adanya infeksi serta reaksi peradangan atau tumor. Adanya

infeksi mikroba menstimulasi tubuh untuk melepaskan zat pirogen

eksogen yang juga merangsang pelepasan pirogen endogen termasuk

zat sitokin seperti IL-1, IL-6, tumor necrosis factor dan interferon

(James et al, 2013). Proses yang melibatkan zat sitokin ini

menyebabkan terjadinya sintesis prostaglandin E2 melalui

metabolisme asam arakhidonat jalur siklo-oksigenase (COX-2)

sehingga hipotalamus menaikkan set point suhu inti yang

dimanifestasikan sebagai peningkatan suhu tubuh (Guyton & Hall,

2014).

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

14

4. Pengukuran Suhu Tubuh

Terdapat beberapa cara mengukur suhu tubuh, diantaranya:

Tabel 2.1 Bagian Pengukuran Suhu Tubuh

Bagian tubuh Tipe termometer Suhu normal

rata-rata (oC)

Demam oC

Aksila Elektronik, air raksa 34,7-37,3 (36,4) 37,4

Sublingual Elektronik, air raksa 35,5-37,5 (36,6) 37,6

Telinga Infra merah 35,7-37,5 (36,6) 37,6

(Sumber: El-Radhi. Carroll. Klein, 2009)

5. Manifestasi Klinis

E-Radhi, Carroll dan Klien (2009) menjelaskan tanda dan gejala

umum pada anak demam dapat menunjukkan gejala lelah. Anak

menjadi kurang aktif, kurang tertarik dengan lingkungan bahkan untuk

bermain. Anak menjadi lebih nyaman untuk beristirahat dan berbaring

di tempat tidur. Namun dalam penelitian Sullivan & Farrar (2011)

dijelaskan bahwa 85% orang tua membangunkan anaknya hanya untuk

memberikan obat penurun panas bahkan pada anak dengan temperatur

<38oC sekalipun.

a. Gejala

1) Haus

Pada saat demam terjadi peningkatan suhu tubuh yang

berkaitan dengan peningkatan proses penguapan IWL

(Insesible Water Loss). Tubuh yang sedang mengalami hal

demikian rentan mengalami kekurangan cairan dan elektrolit

dalam tubuh. Hal ini tergambar dengan rasa haus anak. Maka

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

15

dari itu untuk memenuhi kembali kebutuhan cairan dan

elektrolit tubuh yang hilang, tubuh merespon dengan

memunculkan gejala haus.. namun orang tua sering

mengeluhkan anak tidak mau atau menolak pemberian cairan

ini sehingga anak terjadi resiko tinggi dehidrasi.

2) Anoreksia

Anoreksia didefinisikan sebagai menurunnya keinginan atau

rangsangan untuk makan. Anak dengan demam memiliki gejala

penurunan nafsu makan dan menjadi sulit untuk makan. Jika

anoreksia ini tidak diatasi dan terus dibiarkan maka anak akan

kekurangan asupan nutrisi sehingga menjadi lemas.

3) Myalgia

Myalgia atau nyeri otot dapat terjadi pada anak yang sedang

demam. Anak akan mengeluh badannya sakit sehingga menjadi

rewel dan gelisah. Kondisi ini menyebabkan terbatasnya

mobilisasi pada anak dan peningkatan rasa ketidaknyamanan.

4) Oliguria

Oliguria adalah penurunan jumlah haluaran urin. Hal ini dapat

terjadi karena pada saat demam terjadi peningkatan suhu tubuh

yang mengakibatkan peningkatan proses penguapan tubuh.

Proses penguapan ini selanjutnya berkaitan dengan peningkatan

IWL (Insesible Water Loss) dalam tubuh. Menurut penelitian

Samour, Helm dan Lang (2005) dalam Cahyaningrum (2014)

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

16

menyebutkan pada anak dengan demam IWL meningkat

sebesar 20-25%.

b. Tanda

1) Takikardia

Peningkatan denyut nadi pada anak dengan demam biasanya

adalah 10 denyut per menit setiap kenaikan suhu 1oC.

2) Takipnea

Anak dengan demam terjadi peningkatan laju respirasi

sebanyak 2,5 tarikan napas per menit setiap kenaikan suhu 1oC.

3) Tekanan darah

Pada tahap awal demam dengan suhu >38oC biasanya disertai

dengan peningkatan tekanan darah, sedangkan apabila demam

terjadi lebih dari 5 hari biasanya dikaitkan dengan penurunan

tekanan darah.

4) Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)

Pada permulaan demam biasanya disertai penurunan LFG

sehingga terjadi oliguria. Namun, apabila demam berlangsung

lebih lama dan tidak mendapatkan penanganan segera dapat

terjadi sedikir peningkatan LFG.

6. Pola Demam

Pola demam dapat memberikan petunjuk untuk etiologi yang

mendasari. Pola demam termasuk jenis onset (secara tiba-tiba atau

tersembunyi dan membahayakan), variasi dalam derajat suhu dan

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

17

selama seluruh episode penyakit, siklus demam dan respon terhadap

terapi yang diberikan.

Tabel 2.2 Pola Demam

Pola demam Penjelasan Penyakit

Continuous

Dikarakteristikkan dengan kenaikan suhu

tubuh tetap dengan maksimal peningkatan

0,4oC selama 24 jam. Fluktuasi suhu siklus

diurnal biasanya tidak ada.

Demam tipoid,

Malignant

falciparum

malaria

Remittent

Dikarakteristikkan dengan naiknya suhu

tubuh namun tidak pada suhu normal. Variasi

siklus diurnal biasanya muncul. Pola ini

paling sering muncul pada kejadian demam

anak dan biasanya tidak spesifik pada suatu

penyakit

Sebagian besar

penyakit infeksi

virus atau bakteri

Intermittent

Suhu tubuh kembali pada suhu normal tiap

hari biasanya di pagi namun naik pada sore

hari. Pola ini adalah kedua paling sering

ditemukan pada kejadian demam anak.

Malaria, limfoma,

endokarditis

Hectic od

Septic

Pola ini terjadi ketika demam remiten atau

intermiten menunjukkan perbedaan besar

antara suhu tubuh titik tertinggi dan titik

terendah.

Penyakit

Kawasaki, infeksi

piogenik

Quotidian

Biasanya disebabkan oleh P.vivak,

menandakan demam paroksimal yang terjadi

tiap hari.

Malaria yang

disebabkan oleh P.

vivak

Double

quotidian

Pola demam ini berhenti dalam siklus 12

jam.

Penyakit kala azar,

gonococcal

arthritis reumatoid

artritis juvenil

Recurrent

Fever

Demam yang melibatkan penyakit pada suatu

organ seperti saluran kemih atau melibatkan

sistem organ

Familial

Mediterranean

fever

(Sumber: Kliegman et al., Nelson Pediatric pg 1278, 2016)

Selain tanda dan gejala umum yang tersaji diatas, terdapat juga

pemeriksaan demam untuk mendeteksi secara dini resiko pada

penyakit serius. Dalam penelitian (Oshikoya & Senbanjo, 2008)

menyebutkan bahwa demam sebagai tanda terjadinya interaksi antara

host dan agen pejamu yang sedang menginvasi tubuh yang beresiko

tinggi terjadi penyakit serius.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

18

B. Managemen Penyakit

Scolnik (2009) menjelaskan demam sebagai respon fisiologis

terhadap infeksi yang telah berevolusi dan dorman dalam tubuh manusia.

Prinsip demam dapat menguntungkan dan dapat merugikan. Demam

menguntungkan karena terjadi peningkatan kemampuan sistem imunitas

atau kekebalan tubuh dalam melawan penyakit dan menurunkan

kemampuan virus atau bakteri dalam memperbanyak diri (Bahren, 2014).

Oleh karena itu, pada dasarnya demam termasuk dalam mekanisme

proteksi diri dan tubuh masih dapat mengkompensasi dengan baik selama

status hidrasi adekuat dan tubuh dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sehingga terjadi pengeluaran panas dari tubuh ke lingkungan.

Kompensasi tubuh terhadap demam tersebut dapat didukung

dengan penanganan tepat yang dapat dilakukan di rumah sebelum

akhirnya dirujuk ke pelayanan kesehatan. Penanganan demam pada anak

merupakan salah satu bentuk perilaku pemulihan kesehatan terhadap anak

yang mengalami demam. Hal ini berkaitan dengan usaha orang tua untuk

menentukan penanganan awal pada anak sakit secara mandiri di rumah.

Penanganan penyakit pada anak tidak terlepas dari peran orang tua,

oleh karena itu asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien anak

sering kali melibatkan orang tua, terutama pada kasus anak dibawah 5

tahun (Hockenberry & Wilson, 2007). Maka dari itu menurut Rosdahl &

Kowalski (2008) menjelaskan konsep yang mendasari asuhan berpusat

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

19

pada keluarga yaitu fasilitasi keterlibatkan orang tua dalam perawatan dan

peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anak.

C. Manajemen Demam

Scolnik (2009) menjelaskan demam sebagai respon fisiologis

terhadap infeksi yang selanjutnya merupakan mekanisme proteksi diri

dalam rangka meningkatkan kemampuan sistem imunitas anak dalam

melawan penyakit. Oleh karena itu tubuh masih dapat mengkompensasi

dengan baik selama status hidrasi adekuat dan tubuh dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan sehingga terjadi pengeluaran panas dari tubuh ke

lingkungan.

Manajemen demam merupakan salah satu upaya manajemen

penyakit pada anak yang mengalami demam. Manajemen demam secara

self management merupakan penanganan demam yang dilakukan sendiri

tanpa menggunakan bantuan medis. Penanganan ini dapat berupa terapi

fisik, terapi obat maupun kombinasi keduanya (NICE, 2013) Sedangkan

manajemen demam secara non-self management merupakan penanganan

demam yang menggunakan bantuan medis. Penanganan ini berkaitan

dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan baik puskesmas

maupun rumah sakit (Bertille, 2015).

1. Pengkajian Demam

Ketika anak mengalami sakit maka ibu diharapkan segera

membawa anak ke pusat pelayanan kesehatan terdekat seperti

puskesmas untuk mencari tahu apa yang sedang dialami oleh anak.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

20

Oleh karena itu, anak segera mendapatkan pertolongan yang tepat

dan efektif. Penilaian, klasifikasi dan tindakan/pengobatan balita

sakit umur 2 bulan samapi 5 tahun tertuang dalam buku

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) tahun 2015 yang

dilakukan oleh petugas kesehatan profesional.

Manajemen demam pada anak merupakan salah satu bahasan

dalam buku Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang

diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk

menjadi panduan bagi petugas kesehatan dalam melakukan

pengkajian, meinlai derajat sakit dan menentukan pengobatan yang

tepat. MTBS mengklasifikasikan demam dengan 3 kategori resiko

penyakit serius. Tiga kategori resiko penyakit serius yang

berhubungan dengan demam antara lain malaria, campak dan DBD.

Hal ini betujuan untuk memudahkan manajemen penyakit dengan

pengobatan yang tepat dan efektif sesuai dengan indikasi tanda dan

gejala yang terjadi.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

21

2. Pengkajian demam dengan tanda-tanda dehidrasi

Anak demam dengan tanda dehidrasi sebagai berikut: 1) pengisian

capillary refill yang memanjang >3detik; 2) turgor kulit abnormal; 3)

pola napas abnormal; 4) nadi teraba lemah; 5) dan ekstremitas teraba

dingin NICE (2013).

Gambar 2.1 Tanda Hidrasi Anak

(Sumber: Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes, 2016)

3. Self Management Demam Anak

a) Orang tua mengelola demam anak di rumah

1. Memberikan cairan yang biasa anak minum (anak yang masih

mendapatkan ASI sebaiknya diberikan ASI)

2. Beri minum lebih sering dan lebih banyak

3. Jangan diselimuti atau diberi baju tebal

4. Kompres dengan air biasa atau air hangat

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

22

5. Jangan kompres dengan air dingin karena anak bisa menggigil

6. Untuk daerah endemis malaria, balita harus tidur di dalam

kelambu anti nyamuk

7. Jika demam tinggi (>38oC), beri obat penurun panas sesuai

dosis

8. Perhatikan tanda-tanda hidrasi (Kemenkes, 2016)

b) Segera bawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan jika:

1. Demam disertai kejang

2. Demam tidak turun dalam 2 hari

3. Demam disertai bintik-bintik merah, pendarahan di hidung,

dan/atau buang air besar berwarna hitam (Kemenkes 2016)

c) Antipiretik

Antipiretik merupakan obat antiinflamasi non-steroid.

Beberapa macam agen antipiretik di Indonesia, yaitu parasetamol,

ibuprofen, aspirin, acetosal, metamizole, derivat pirazolon seperti

fenilbutazon dan dipiron. Namun kasus demam pada anak lebih

sering menggunakan parasetamol, ibuprofen dan aspirin karena

lebih mudah didapat dan lebih murah (Soedibyo, S. 2006).

Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan Bertille, N. (2015)

menunjukkan sebanyak 91% pediatrik, 88% dokter umum dan 84%

apoteker memberikan acetaminophen pada 88% pasien; kemudian

pemberian ibuprofen kepada 11% pasien yang dilakukan oleh 15%

apoteker, 10% dokter umum dan 9% pediatrik.

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

23

Parasetamol merupakan derivat para amino fenol dan

merupakan metabolit fenasetin yang juga derivat para amino fenol

dengan efek antipiretik yang sama. Parasetamol menurunkan suhu

tubuh dengan mekanisme inhibisi prostaglandin. Parasetamol

mudah diabsorpsi dengan cepat dan sempurna melalui saluran

pencernaan, terlarut dalam seluruh cairan tubuh dan 25% terikat

dengan protein plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim

mikrosom hati dan dieksresikan dalam bentuk telah terkonjugasi

melalui ginjal (Katzung BG. 2006).

Namun apabila pemakaian parasetamol dalam dosis besar

secara menahun berpotensi menyebabkan nefropati diabetik

bahkan menimbulkan efek toksik serius berupa nekrosis hati,

nekrosis tubuli renalis serta koma hipoglikemik. Hepatotoksisitas

dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-

250mg/kgBB) parasetamol dosis anak (Katzung BG. 2006).

Penggunaan parasetamol untuk demam tinggi (≥38,5oC) terlampir

pada tabel 2.6 sebagai berikut

Tabel 2.3 Pemakaian Parasetamol Anak Berdasarkan Usia

Setiap 6 jam sampai demam hilang

Umur atau BB Tablet

500 mg

Tablet

100 mg Sirup 120mg/5ml

2 - <6 bulan

(4 - <7 kg) 1/8 ½

2,5 ml

(1/2 sendok takar)

6 bulan - <3 tahun

(7 - < 14 kg) 1/4 1

5 ml

(1 sendok takar)

3 - <5 tahun

(14 - <19 kg) 1/2 2

7,5 ml

(1 ½ sendok takar)

(Sumber: Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit, Kemenkes RI 2015)

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

24

d) Non-Farmakologi

1) Tepid Water Sponge

Tepid merupakan suatu kompres/sponging dengan air

hangat. Penggunaan kompres air hangat di lipat ketiak dan

lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit akan

membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat

pori-pori kulit melalui proses penguapan. Jika dokter dan

orang tua merasa kompres diperlukan (misalnya suhu tubuh

meningkat >40 celcius), yang tidak respon obat penurun panas,

maka penting untuk memberikan obat penurun panas terlebih

dahulu untuk menurunkan pusat pengatur suhu di susunan

saraf otak bagian hipotalamus, kemudian dilanjutkan kompres

air hangat (Mulya Rahma Karyanti, 2014 idai.com).

Pemberian Tepid Water Sponge (TWS) adalah metode

fisik yang aman dilakukan orang tua di rumah. Jenis cairan

yang digunakan untuk mengkompres anak dengan demam

adalah air hangat, bukan air dingin atau alkohol (Hockenberry,

2004). Mahar AF et al (1994) dalam Thomas S et al (2009)

menyebutkan bahwa penggunaan teknik tepid sponge

bersamaan dengan antipiretik lebih efektif daripada hanya

antipiretik.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

25

Kompres air hangat dapat menurunkan demam dengan

cara vasodilatasi perifer sebagai respon dari hipotalamus

sehingga terjadi peningkatan proses penguapan tubuh yang

diharapkan mampu mempercepat penurunan panas. Alat yang

digunakan dalam kompres air hangat meliputi waskom tempat

air hangat dengan suhu air sekitar 26-35oC, lap mandi, handuk

mandi, selimut mandi, perlak besar, selimut tidur dan

termometer. Letakkan lap mandi yang telah basah dan diperas

dengan air hangat pada aksila, pangkal paha dan punggung

anak. Pantau suhu menggunakan termometer sebelum, sesaat

dan setelah kompres air hangat. Hentikan kompres ketika anak

menunjukkan respon kedinginan atau menggigil atau segera

setelah suhu tubuh anak mendekati suhu normal (Rosdahl &

Kowalski, 2008).

2) Monitoring Suhu

Menurut penelitian Soedibyo (2006) tentang gambaran

persepsi orang tua tentang penggunaan antipiretik sebagai obat

demam didapatkan bahwa sebanyak 78 responden melakukan

pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer yang

diletakkan di aksila. Beberapa orang tua lebih sering

melakukan pengukuran suhu tubuh melalui aksila di rumah.

Adapula orang tua yang mendeteksi demam dengan

menyentuh bagian dahi anak (James et al, 2013).

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

26

3) Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Pada anak sakit dapat ditemukan masalah masukan

nutrisi dan cairan yang kurang karena cenderung terjadi

penurunan nafsu makan pada anak. Upaya perbaikan

pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan dalam rangka

membantu proses fisiologis dalam tubuh merupakan salah satu

upaya pemulihan kondisi tubuh dari sakit (Hidayat, A. Aziz

Alimul, 2008). Upaya ini berkaitan dengan adanya

peningkatan metabolism tubuh akibat suatu penyakit, sehingga

pada anak yang sakit diperlukan makanan tambahan yang

mengandung semua unsur zat gizi seimbang seperti

karbohidrat, lemak, protein, air, vitamin dan mineral

(Behrman, 2002 dalam Hidayat A. 2008).

Kebutuhan total cairan harian anak dihitung dengan

formula berikut: 100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama, lalu

50ml/kgBB untuk 10 kg berikutnya, selanjutnya 25 ml/kgBB

untuk setiap tambahan kg BB.

Tabel 2.4 Kecukupan Kebutuhan Cairan Anak Harian

Umur Air Setara dengan

0 – 6 bulan ASI

7 – 11 bulan 800 mL ± 3 gelas

1 – 3 tahun 1200 mL ± 5 gelas

4 – 6 tahun 1500 mL ± 6 gelas

(Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes, 2016)

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

27

D. Pendidikan Kesehatan

1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha sadar yang menyiapkan

peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang

dan sehat serta baik fisik, mental, sosial maupun lingkungan melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang diperlukan bagi

perannya saat ini maupun di masa yang mendatang (Efendy dkk,

2009). Sedangkan menurut Mubarak W. dan Nurul C. (2009)

menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan adalah proses perubahan

perilaku yang dinamis di mana perubahan tersebut bukan sekedar

proses bertukar informasi dari seorang ke orang lain, tetapi perubahan

tersebut terjadi didukung oleh adanya kesadaran diri dalam diri

individu, kelompok atau masyarakat tersebut.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan menurut WHO (1954) dalam Heri D.

J. Maulana (2009) adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat

di bidang kesehatan yang lebih luas lagi dijabarkan menjadi mendidik

masyarakat berarti menolong individu agar mampu secara mandiri atau

berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup

sehat. Maka dari itu, pendidik kesehatan bertanggung jawab

mengarahkan cara-cara hidup sehat sehingga menjadi kebiasaan hidup

masyarakat sehari-hari.

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

28

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan meliputi masyarakat umum dengan

berorientasi pada masyarakat pedesaan, kelompok tertentu (misalnya

wanita, pemuda, remaja, termasuk lembaga pendidikan) dan individu

dengan teknik pendidikan kesehatan yang berfokus pada individu (Heri

D. J. Maulana. 2009). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

sasaran orang tua yang berada dalam lingkup wilayah kerja Puskesmas

Pondok Gede tepatnya di Posyandu Jaticempaka.

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan adalah prosedur penerapan seperangkat

petunjuk untuk menghadapi situasi problematis dalam bidang

kesehatan yang mencakup prosedur (teknik) dan perangkat (media).

Terdapat berbagai macam metode pendidikan kesehatan, seperti

seminar, curah pendapat, simposium, demonstasi, dan lain-lain.

Pemilihan metode pendidikan disesuaikan dengan karakteristik

partisipan (jumlah, status sosial-ekonomi, umur, jenis kelamin), waktu

dan tempat yang tersedia, serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dari

pendidikan kesehatan tersebut (Nursalam & Efendi, F. 2008). Seperti

pemilihan metode ceramah digunakan untuk mendapatkan informasi

baru yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik

(Nursalam & Efendi, F. 2008), sedangkan metode demonstrasi dapat

digunakan untuk memengaruhi persepsi tentang kemampuan seseorang

melakukan suatu perilaku dengan melihat sekaligus memperagakan

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

29

suatu keterampilan sederhana sehingga diharapkan terjadi perubahan

pola pikir dan tindakan (Bensley, Robert J. 2009). Dalam penelitian

ini, peneliti tertarik menggunakan metode ceramah. Berikut beberapa

metode pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan (Nursalam, 2008):

a) Curah pendapat

Curah pendapat dimaksudkan sebagai suatu forum yang dipimpin

oleh seorang moderator yang bertugas memicu peserta atau sasaran

dengan suatu masalah kemudian tiap peserta atau sasaran

memberikan jawaban atau tanggapan dalam curah pendapat

(brainstroming).

b) Demonstrasi

Demonstrasi adalah cara penyajian topik dengan memperlihatkan

bagaimana cara menjalankan suatu tindakan, adegan atau

memperlihatkan bagaimana menggunakan suatu produk. Sasaran

atau peserta forum dapat mencoba dan mempraktekkannya sendiri

setelah diperlihatkan oleh komunikator (Nursalam, 2008).

c) Konsultasi

Konsultasi dimaksudkan berfokus kepada hubungan antarmanusia,

membantu peserta atau sasaran untuk menciptakan persepsi baru

serta mengerti dan bertindak dalam kegiatan di lingkungannya.

Konsultasi diterapkan untuk mengubah perilaku individu,

kelompok bahkan masyarakat.

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

30

d) Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan

menjelaskan ide pengertian atau pesan secara lisan kepada

sekelompok sasaran berjumlah 25-30 orang sehingga memperoleh

informasi yang dibutuhkan. Penyuluhan metode ceramah

merupakan metode yang paling sering digunakan untuk

memberikan penyuluhan, tetapi metode ini biasanya kurang

menarik bagi responden karena hanya mendengarkan dan orang

berbicara sehingga terkesan membosankan.

1) Kelemahan metode ceramah

Metode ceramah bersifat memaksa, membuat peserta ceramah

bersifat pasif sehingga menyebabkan pesan tidak tersampaikan

dengan maksimal karena pendengar merasa bosan dan kadang

kurang memperhatikan (Hasibuan, 2009).

2) Keuntungan metode ceramah

Metode ceramah dapat dibuat menarik dengan dikombinasi

dengan media lain. Media bantu yang dapat digunakan pada

ceramah kesehatan adalah tayangan (slides). Ceramah

kesehatan dengan persiapan yang baik dan komunikatif dapat

menjadi metode yang efektif dalam penyampaian pengetahuan

kesehatan. Selain itu, metode ceramah juga memiliki

keuntungan mudah mengulang materi bila peserta kurang

mengerti maksud dari materi yang disampaikan dan dapat

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

31

bertanya secara langsung kepada penceramah (Hasibuan,

2009).

5. Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga

karena berfungsi membantu dan memperagakan materi dalam proses

pendidikan serta mempertimbangkan prinsip penerimaan informasi

melalui pancaindera (Maulana, 2009). Pemilihan media pembelajaran

dalam pendidikan kesehatan dipilih dengan hati-hati sehingga dapat

memenuhi tujuan pembelajaran yaitu dapat memotivasi, menstimulasi

perhatian, melibatkan peserta belajar, memberikan kesempatan bagi

peserta belajar untuk menganalisis materi yang disampaikan, serta

membantu pembentukan sikap dan pengembangan rasa menghargai

(apresiasi) (Trianto, 2010).

Alat peraga dikelompokkan menjadi media cetak, media elektronik

dan media papan, sebagai berikut:

1) Media cetak

a. Booklet, penyampaian dalam bentuk buku.

b. Leaflet, penyampaian dalam bentuk lembaran lipat.

c. Flyer, seperti leaflet tetapi tidak terlipat

d. Flip chart, berbentuk lembar balik, bentuk buku dimana

tiap lembar berisi peragaan dan lembar belakang berisi

keterangan

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

32

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11 Ak

tif

Pa

sif

Ak

tif

e. Poster, pesan/informasi kesehatan yang ditempel di

tembok atau tempat umum/kendaraan umum.

2) Media elektronik meliputi televisi, radio, video dan film

3) Media papan (billboard), dipasang di tempat umum dengan

ukuran besar

Alat peraga atau media peraga tersebut mempunyai intensitas

berbeda dalam membantu permasalahan seseorang. Alat peraga yang

memiliki tingkat intensitas paling tinggi adalah benda asli dan yang

memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini

menunjukkan bahwa hanya dengan kata-kata saja kurang efektif.

Namun, akan lebih efektif dan efisien bila digunakan lebih dari satu

alat peraga atau kombinasi. Berikut gambaran kerucut Edgar Dale

dalam Maulana (2009).

Bagan 2.1 Kerucut Edgar Dale

Keterangan:

1. Kata-kata

2. Tulisan

3. Rekaman, radio

4. Film

5. Televisi

6. Pameran

7. Field Trip

8. Demonstrasi

9. Sandiwara

10. Benda tiruan

11. Benda asli

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

33

6. Tahapan Perencanaan Pendidikan Kesehatan

Stage 1: Identifikasi Kebutuhan dan Prioritas

Identifikasi kebutuhan dan prioritas dilakukan dengan melakukan

penyelidikan terhadap keadaan klien, bertanya langsung kepada klien

tentang topik terkait informasi dan kebutuhan yang dibutuhkan. Selain

itu, bertujuan juga untuk melihat catatan kasus untuk dapat

mengidentifikasi topik yang bersifat umum. Sehingga dapat ditentukan

metode, materi dan media yang efektif (Nursalam, 2008).

Stage 2: Menentukan Tujuan dan Target

Pada tahap ini memerlukan pernyataan spesifik dan merupakan

pernyataan terbuka sehingga diharapkan mendapatkan informasi secara

luas dari klien. Tujuan dari pendidikan kesehatan terdiri dari tujuan

umum dan tujuan khusus.

Stage 3: Identifikasi metode yang tepat dalam pencapaian tujuan

Membuat perencanaan isi, metode dan teknik pendidikan kesehatan

agar dapat tercapai tujuan umum dan tujuan khusus yang telah

direncanakan.

Stage 4: Menyusun metode rencana evaluasi

Membuat rencana metode evaluasi yang sesuai untuk mengetahui

tingkat keberhasilan pendidikan kesehatan. Hal ini penting untuk

melihat apakah ada perubahan pengetahuan yang dimiliki klien

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

34

Stage 5: Menyusun rencana pelakasanaan

Membuat rencana pelaksanaan agar pada saat implementasi ada

petunjuk teknis pelaksanaan intervensi. Hal ini juga bertujuan untuk

melindungi klien dari kemungkinan pelaksaan teknis diluar yang sudah

direncanakan.

Stage 6: Pelakasanaan atau implementasi dari perencanaan

Pelaksanaan implementasi berdasarkan petunjuk teknis yang sudah

dibuat sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar pemberi pendidikan

kesehatan berperilaku efektif dan efisien.

E. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah hasil tahu

dan merupakan hasil yang disapat setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pencaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, perasa dan perabaan. Setiap manusia memiliki tingkat

pengetahuan yang berbeda-beda. Tingkatan pengetahuan dimulai dari

tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application),

analisis (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi (evaluation).

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin tinggi

pula kemampuan individu tersebut di dalam melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian tersebut inilah yang akan

menjadi landasan seseorang untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010).

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

35

Sistem pengetahuan merupakan produk dari manusia sebagai

homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri,

selain dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk

mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya

kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini

menyebar luas. Apabila pengetahuan itu dapat dibukukan,

penyebarannya dapat dilakukan dari satu generasi ke generasi

berikutnya (Noorkasiani, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dirgahayu (2015)

yang berjudul Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat Siswa dapat diambil kesimpulan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan

perilaku hidup bersih dan sehat. Hal tersebut menggambarkan bahwa

seseorang yang memiliki pengetahuan baik tentang kesehatan

cenderung akan berperilaku sehat. Maka dari itu dapat disimpulkan

bahwa salah satu faktor kuat yang dapat mempengaruhi tingkat

pendidikan seseorang yaitu berdasarkan tingkat pendidikannya.

Menurut Arikunto 2006 tingkat pengetahuan dapat

dikategorikan menjadi baik, cukup dan kurang. Pengetahuan baik jika

memiliki nilai 76-100, pengetahuan cukup jika memiliki nilai 75-60,

sedangkan pengetahuan kurang jika memiliki nilai <60.

Pengkategorian ini selanjutnya akan digunakan peneliti pada hasil ukur

dalam penelitian.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

36

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan

adalah pendidikan, umur, lingkungan dan sosial budaya. Semakin

tinggi tingkat pendidikan dan status sosial seseorang maka tingkat

pengetahuannya akan semakin tinggi pula. Begitu juga dengan umur,

semakin bertambah umur maka semakin bertambah tingkat

pengetahuannya (Wawan, 2010).

a) Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembanngan orang untuk menggapai

cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapatkan informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan

individu semakin lama dirinya telah mengikuti proses belajar,

sehingga informasi yang dimiliki individu yang telah

mencapai suatu tingkat pendidikan memiliki pengetahuan

yang luas. Tingkat pendidikan yang rendah yaitu yang

mengikuti pendidikan formal sekurang-kurangnya 7-12 tahun.

Hal ini dapat mempengarhui pengetahuan orang tua terkait

manajemen demam pada anak di rumah (Walsh & Edward,

2005).

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

37

2) Pekerjaan

Menurut Thomas pekerjaan merupakan sesuatu yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga dan

dirinya. Bekerja umumnya adalah kegiatan atau aktivitas yang

menyita waktu. Selain itu, menurut Notoatmodjo (2010)

pekerjaan merupakan salah satu yang berpeluang

mempengaruhi pengetahuan seseorang karena adanya proses

interaksi. Bila ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering

berinteraksi dengan orang lain lebih banyak terpapar

informasi atau pengetahuan jika dibandingkan dengan orang

tanpa ada interaksi dengan orang lain.

3) Usia

Usia merupakan umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Menurut Hurlock (2004)

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja dengan semakin cukupnya

umur.

4) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal. Menurut

Walsh dan Edwards (2006), pengetahuan orang tua terkait

demam dapat berubah seiring berjalannya waktu seperti usia

anak dan kelahiran anak baru. Hal ini menggambarkan bahwa

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

38

lamanya pengalaman menjadi orang tua dan jumlah anak

mempengaruhi berkembangnya pengetahuan orang tua terkait

manajemen demam.

5) Kepribadian

Merupakan organisasi dari pengetahuan dan sikap-sikap

yang dimiliki seseorang latar belakang terhadap perilakunya.

b) Faktor eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku seseorangg atau kelompok.

2) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam

memenuhi kebutuhan meliputi sikap dan kepercayaan.

3) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih

banyak akan mempunyai pengetahuan yang luas.

4) Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan

hidup akan dapat menambah tingkat pengetahuan.

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

39

3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari

pengetahuan umumnya bersifat berkelanjutan dan perilaku manusia

dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

a. Cognitive domain, diukur dari knowledge (pengetahuan)

b. Affective domain, diukur dari attitude (sikap)

c. Psychomotor domain, diukur dari psychomotorpractice

(keterampilan)

Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai tujuh

tingkatan (HL Bloom dalam Notoatmodjo.2007), yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima

(Notoadmojo.2007).

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar

(Notoatmodjo.2007).

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

40

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diastikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

41

g. Berkreasi (Created)

Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu

keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi insur ke

dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya.

F. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Baitil Atiq (2009) dengan judul

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua dalam Pemberian

Antipiretik pada Anak Sebelum Berobat Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Orang Tua. Penelitian ini dilakukan pada 102 responden. Kesimpulan

dari penelitian tersebut adalah tidak terdapat perbedaan gambaran

pengetahuan dan perilaku orang tua mengenai pemberian antipiretik

pada anak sebelum berobat pada orang tua dengan jenis pekerjaan

yang berbeda, sebagian besar orang tua dari setiap jenis pekerjaan

memberikan antipiretik pada anak sebelum berobat.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Asmara Jannati (2009) dengan

judul Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua dalam Pemberian Obat

Penurun Panas pada Anak. Penelitian ini dilakukan pada 102

responden. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagian besar

orang tua tidak mengetahui kandungan/zat aktif, efek samping dan

tidak menghitung dosis antipiretik yang diberikan kepada anaknya.

Penggunaan antipiretik sebagai tindakan awal dirumah dilakukan

sebagian besar orang tua sebelum anak dibawa ke pelayanan

kesehatan. Perilaku tersebut sebagian besar dilakukan oleh orang tua

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

42

dengan tingkat pendidikan menengah diikuti dengan tingkat

pendidikan tinggi dan terakhir oleh orang tua dengan tingkat

pendidikan rendah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh S. Thomas, C. Vijaykumar, R. Naik,

PD. Moses dan Bantonisamy (2009) dengan judul Perbandingan

Kefektifan Penggunaan Tepid Sponge dan Obat Antipiretik dan Hanya

Pemberian Antipiretik dalam Manajemen Demam pada Anak.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penurunan termperatur

tubuh pada grup dengan pemanfaatan teknik tepid sponge dan obat

antipiretik secara signifikan lebih cepat menurunkan panas daripada

grup dengan hanya pemberian obat antipiretik; meskipun setelah 2

jam, pada kedua grup dicapai kenaikan temperatur yang sama. Disisi

lain ditemukan grup dengan pemanfaatan teknik tepid sponge dan obat

antipiretik secara signifikan lebih merasakan ketidaknyamanan

daripada grup dengan hanya pemberian obat antipiretik, namun

ketidaknyamanan hanya setingkat sedang.

4. Penelitian yang dilakukan oleh A.Sangkai, M., Silalahi, D., & Watie,

L. (2016) dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penatalaksanaan Demam

Anak Menggunakan Terapi Komplementer Daun Kembang Sepatu

(Hibiscus rosa-sinesis) di UPTD Puskesmas Kayon Palangka Raya.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ada pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap tingkat pengetahuan.

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

43

5. Penelitian yang dilakukan oleh Bertille N, Pons G, Khoshnood B,

Fournier-Charrière E, Chalumeau M (2015) dengan judul Symptomatic

Management of Fever in Children: A National Survey of Healthcare

Professionals’ Practices in France. Kesimpulan dari penelitian

tersebut adalah masih terdapat “fever phobia” diantara para petugas

kesehatan profesional (general practitioner, pediatrician dan

pharmacist) karena adanya kesenjangan yang berarti antara teori

praktek dengan praktek lapangan. Pengalaman yang didapatkan oleh

petugas kesehatan lebih sejalan dengan praktek lapangan daripada teori

praktek yang sudah ada begitupun dengan orang tua pasien, yang

mengindikasikan bahwa edukasi kesehatan berkelanjutan adalah

penting dilakukan untuk memperbaharui pengetahuan. Edukasi

kesehatan berkelanjutan menganjurkan untuk memperbaiki

pengelolaan demam simtomatik pada anak yang lebih berfokus pada

manajemen target, meringankan derajat ketidaknyamanan daripada

mengendalikan demam, dan mencegah dehidrasi pada pasien anak <6

bulan.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Alex-Hart, BA. Frank-Briggs, AI.

(2011) dengan judul Mothers’ Perception of Fever Management in

Children di Nigeria. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa

sebanyak total 151 ibu didapatkan bahwa tindakan penanganan yang

diambil yaitu pemberian parasetamol sebanyak 107 ibu atau 70,9%;

melakukan tepid sponge atau kompres sebanyak 76 ibu atau 50,3%;

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

44

melepaskan pakaian anak sebanyak 22 ibu atau 14,6%; membawa anak

ke pelayanan kesehatan sebanyak 13 ibu atau 8,6%; memandikan anak

dengan air dingin sebanyak 11 ibu atau 7,3%; memberikan obat anti-

malaria sebanyak 8 ibu atau 5,3%; membawa anak ke ahli pengobatan

sebanyak 6 ibu atau 4%; dan memberikan vitamin C sebanyak 1 ibu

atau 0,7%.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

45

G. Kerangka Teori

Bagan 2.2 Kerangka Teori Penelitian

(Dikutip dari Wawan, 2010. Walsh & Edward, 2005)

Pengetahuan

Pendidikan Kesehatan Manajemen anak

Terapi fisik

Tepid Sponge

Terapi obat

Pemenuhan

kebutuhan cairan

dan nutrisi

Pemantauan suhu

tubuh anak

Antipiretik

Demam pada anak

Penanganan pertama

anak sakit oleh orang

tua/ibu di rumah

Self Management

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

46

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak

diteliti) (Nursalam, 2008). Menurut Notoatmodjo (1993) dalam Wasis

(2008) menjelaskan bahwa kerangka konsep adalah kerangka hubungan

antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

dilakukan.

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan pada BAB II,

diperoleh kerangka konsep yang akan peneliti lakukan di wilayah kerja

Puskesmas Pondok Gede. Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri

dari dua variabel, yaitu:

1. Intervensi adalah pemberian edukasi kesehatan mengenai

pengetahuan seputar demam anak dan manajemen demam anak

yang dapat dilakukan ibu dirumah

2. Variabel terikat (variabel dependen) adalah nilai pengetahuan

orang tua dalam manajemen demam pada anak

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Nilai pengetahuan

orang tua dalam

manajemen demam

pada anak

Nilai pengetahuan

orang tua dalam

manajemen demam

pada anak

Pre Intervensi Intervensi Post Intervensi

Edukasi kesehatan

mengenai manajemen

demam anak di

rumah

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

B. Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian untuk menerangkan fenomena yang diamati atau

suatu pertanyaan tentang hubungan yang diharapkan terjadi antara dua

variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara empirik

atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut (Nursalam,

2008). Menurut Corbetta (2003) dalam Swarjana (2012) menjelaskan

bahwa hipotesis didefinisikan sebagai sebuah konsep, atau interkoneksi di

antara konsep. Hipotesis dibuat berdasarkan teori atau studi empiris

berdasarkan pada alasan logis dan memprediksi hasil dari studi (Swarjana,

2012).

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan

kerangka konsep penelitian maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian,

yaitu: ada beda nilai pengetahuan orang tua dalam manajemen demam

anak di rumah sebelum dan setelah dilakukan intervensi.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional menjelaskan prosedur yang memungkinkan

seseorang mengalami atau mengukur suatu konsep. Sehingga diharapkan

dapat memberikan kejelasan dan ketepatan terhadap objek yang ingin

dipelajari. Maka dari itu, bagaimana suatu konsep akan diukur dan

bagaimana penelitian dilakukan sesuai rancangan konsep tertuang jelas

dalam definisi operasional (Morissan, 2014). Definisi operasional dalam

penelitian ini terdapat pada tabel 3.1 Definisi Operasional

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Penelitian Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Intervensi: Edukasi kesehatan

mengenai manajemen demam

anak di rumah

Pendidikan kesehatan adalah upaya

yang dilakukan demi mengharapkan

perubahan perilaku yang

dipengaruhinya

1. Buku Manajemen

Terpadu Balita

Sakit (2015)

2. Buku Kesehatan

Ibu dan Anak

(2016)

2 Variabel Dependen:

Pengetahuan Orang Tua Dalam

Manajemen Demam Anak di

Rumah

Pemahaman informasi oleh orang tua

baik berdasarkan pengalaman

sebelum diberikan intervensi

maupun pengetahuan setelah

diberikan intervensi tentang definisi

demam, cara mengkaji demam, cara

dan frekuensi memantau suhu tubuh

serta memilih metode pertolongan

pertama demam di rumah

Menggunakan skala

Guttman. Jika

jawaban “ya”

bernilai 1, jawaban

“tidak” bernilai 0.

Menggunakan

kuesioner pre dan post

intervensi

Data numerik Interval

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

49

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian

yang digunakan adalah Quasi Eksperiment One Group dengan Pre test –

Post test design yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian

edukasi kesehatan terhadap nilai pengetahuan orang tua mengenai

manajemen demam anak di rumah dengan melihat beda nilai pengetahuan

sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang manajemen

demam anak.

Penelitian Quasi Experimental design ini merupakan salah satu

bentuk penelitian eksperimental yang memanipulasi variabel bebas,

pemilihan subjek penelitian dapat dilakukan secara random dan tidak

memiliki grup kontrol atau grup pembanding. Hasil analisa data

berdasarkan rancangan penelitian ini dapat menggambarkan efektivitas

perlakuan pembelajaran yang diukur dengan membandingkan skor rata-

rata pre test dan post test (Carmen, 2010 dalam Swarjana, 2012).

O1

Pre test

O2

Post test

Keterangan:

O1 : Mengukur tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi

kesehatan

X : Memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan kepada responden O1

O2 : Mengukur kembali tingkat pengetahuan responden setelah diberikan

edukasi kesehatan

X

Intervensi

Bagan 4.1 Konsep Penelitian

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

50

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di RT 2 RW 2 Kelurahan Jaticempaka

yang tergabung dalam wilatah kerja Puskesmas Pondok Gede Kota Bekasi.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2017.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

3. Populasi

Populasi adalah suatu wilayah yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai karakteristik tertentu dan sudah memenuhi kriteria

inklusi dan ekslusi yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

lebih lanjut dan diambil kesimpulan dari hasil penelitian (Sugiyono,

2007 dalam Hamdi 2014). Sedangkan menurut Arikunto (2002) dalam

Hamdi (2014) menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek

penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita

yang tercakup dalam RT 02 RW 02 Kelurahan Jaticempaka di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Pondok Gede. Jumlah populasi di wilayah

tersebut sebanyak 341 kepala keluarga.

4. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan

menggunakan metode sampling baik itu probabilitas maupun

nonprobabilitas yang dianggap dapat mewakili populasi karena

memiliki suatu karakteristik tertentu, jelas dan lengkap (Harianti,

2012).

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

51

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2014). Maka dalam penelitian ini diambil kriteria inklusi sebagai

berikut:

1) Ibu yang mempunyai anak berusia 0-5 tahun dan mempunyai

pengalaman merawat anak dengan demam di rumah

2) Dapat membaca dan menulis serta sehat jiwa dan raga.

3) Bersedia mengikuti alur penelitian dan telah mengisi informed

consent.

b. Kriteria eksklusi

1) Orang tua yaitu ayah

5. Besar Sampel

Pada riset penelitian jenis eksperimental jumlah minimum besar

sampel adalah 15 subjek pada setiap kelompok (Gay dalam Husein,

2005). Sedangkan Burns & Susan (2005) menjelaskan bahwa jumlah

sampel pada penelitian kuasi eksperimen adalah sebanyak 10 – 20

orang. Pengambilan sampling ini didasarkan suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan studi literatur, ciri dan

sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya dan dieliminasi sesuai

dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Maka dalam penelitian ini, peneliti

mengambil sampel yaitu berjumlah 15 responden yang tergabung

dalam satu kelompok intervensi, tanpa grup kontrol. Namun untuk

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

52

menghindari drop out peneliti menambahkan 30% dari besar sampel

sehingga menjadi 20 calon responden.

6. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

yaitu cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian) yang tertuang

dalam kriteria inklusi dan ekslusi, sehingga diharapkan sampel tersebut

dapat mewakili karakteristik populasi. Pada penelitian ini, peneliti

mendata para ibu yang hadir dan terdaftar sebagai peserta di posyandu

Beringin 1 Kelurahan Jaticempaka. Selanjutnya menentukan 20 orang

responden sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi penelitian ini.

Penentuan jumlah responden ini dikaitkan dengan keterbatasan peneliti

dalam melakukan penelitian, namun peneliti memperbolehkan para ibu

selain responden yang terdata untuk mengikuti kegiatan edukasi

kesehatan.

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

53

D. Alur Penelitian

Bagan 4.2 Alur Penelitian

Persiapan Penelitian

Penjelasan prosedur penelitian

Tidak bersedia Bersedia mengisi Informed

consent

Pengambilan post test

Pelaksanaan intervensi

pendidikan kesehatan

Analisa data

Pengambilan data pre test

Mendata calon responden

Tidak memenuhi

kriteria inklusi Menetapkan responden

sebanyak 20 orang

Kontrak waktu pemberian

intervensi

Melakukan perizinan kepada

pihak terkait

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

54

E. Instrumen Penelitian

Jenis instrumen yang digunakan adalah kuesioner pre test dan post

test. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk

memperoleh data sesuai yang diinginkan (Warsis, 2008). Kuesioner pada

penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) bagian pertama berisi

data karakteristik responden; (2) bagian kedua berisi pertanyaan mengenai

pengetahuan responden tentang demam dan manajemen demam anak di

rumah.

a. Kuesioner karakteristik responden

Komponen dalam pengambilan data karakteristik responden

sebagai bagan I yang dibagi menjadi karakteristik ibu dan

karakteristik anak, meliputi usia ibu, pekerjaan ibu, pendidikan

terakhir ibu, pengetahuan dan pengalaman ibu dalam mengatasi

demam anak serta usia anak dan jenis kelamin anak.

b. Kuesioner pre test dan post test

Pengambilan data pre test dan post test menggunakan kuesioner

yang sama dengan yang diisi oleh responden yang sama.

Komponen dalam kuesioner sebagai bagan II meliputi definisi

demam, penyebab demam, tanda dan gejala demam, cara mengkaji

demam, cara mengukur suhu tubuh anak, dampak demam tinggi,

penanganan demam yang dapat ibu lakukan di rumah, bagian tubuh

anak untuk dikompres, waktu pemberian obat antipiretik serta

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

55

waktu dan tanda-tanda anak harus segeradi rujuk ke pusat

pelayanan kesehatan.

Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian

Variabel Parameter Jumlah

Pertanyaan

Nomor

Pertanyaan

Data

demografi

anak dan

orang tua

Nama Ibu dan Anak

Jenis kelamin Anak

Tanggal lahir Anak

Usia Ibu dan Anak

Pendidikan terakhir

Pekerjaan

Nomor telepon

Pengetahuan

Sumber pengetahuan

12 butir 1,5

2

3

4,6

7

8

9

10,11

12

Pengetahuan

tentang

manajemen

demam

Definisi demam

Penyebab demam

Tanda dan gejala

Pengkajian demam

Pengukuran suhu tubuh

Dampak demam tinggi

Penanganan demam yang

dapat ibu lakukan

Bagian tubuh untuk

mengkompres

Waktu pemberian obat

Waktu rujuk ke pusat

pelayanan kesehatan

3 butir

2 butir

1 butir

2 butir

1 butir

1 butir

4 butir

2 butir

2 butir

2 butir

1,2,3

4,5

6

7,8

9

10

11,12,13,14

15,16

17,18

19,20

F. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas diartikan sebagai keabsahan alat ukur dengan apa yang

hendak diukur, artinya alat ukur yang digunakan dalam pengukuran dapat

digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Maka, validitas

adalah seberapa jauh instrumen dapat mengukur hal atau subjek yang ingin

diukur (Hasan, Iqbal. 2010).

Uji validitas dilakukan di wilayah Pisangan Ciputat dengan total

responden 20 ibu yang diambil secara acak. Penelitian ini menggunakan

uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment. Kuesioner dikatakan

valid jika r hitung ≥ r tabel (0,4444) sedangkan kuesioner dianggap tidak

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

56

valid jika r hitung ≤ r tabel (Sugiyono, 2011). Hasil uji validitas

menggunakan rumus ini didapatkan dari 20 pertanyaan hanya 4 pertanyaan

yang valid. Instrumen didapatkan banyak yang tidak valid diantaranya

terdapat 16 pertanyaan dengan jawaban yang bersifat homogen.

Kemudian, setelah melakukan uji validitas menggunakan rumus Pearson

Product Moment, peneliti melanjutkan proses uji validitas dengan

berdiskusi dengan pakar keperawatan spesialis anak. Langkah ini dikenal

dengan proses judgement expert.

Setelah penguji konstruksi dari ahli, maka diteruskan pengujian

instrumen dengan uji reliabilitas menggunakan rumus KR 20 (Kuder

Richardson) karena hasil pengujian instrumen belum terpenuhi. Pada

kuesioner bagian II tentang pengetahuan mengenai manajemen demam

terdapat 20 pertanyaan. Kemudian dilakukan uji reliabilitas menggunakan

rumus KR20 dan didapatkan hasil 0,94. Hasil uji reliabilitas dapat

disimpulkan bahwa instrumen ini memiliki reliabilitas sangat tinggi dan

dapat digunakan untuk penelitian.

G. Prosedur Teknis Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

alur penelitian sebagai berikut:

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

57

a. Persiapan Penelitian

Peneliti mengajukan perizinan penelitian di wilayah kerja

Puskesmas Pondok Gede kepada Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan

Kepala Puskesmas Pondok Gede. Kemudian, peneliti mengajukan

perizinan untuk melakukan survey kegiatan di Posyandu Bunga di

Kelurahan Jatiwaringin dan Posyandu Beringin 1 di Kelurahan

Jaticempaka. Selanjutnya peneliti melakukan studi pendahuluan

dengan melakukan pengamatan di lapangan. Peneliti mengamati

kegiatan serta mewawancarai 20 orang tua yang berkunjung ke

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pondok Gede, yaitu: 10

orang tua pada Posyandu Bunga yang berada di wilayah Kelurahan

Jatiwaringin dan 10 orang tua pada Posyandu Beringin 1 yang

berada di wilayah Kelurahan Jaticempaka. Studi pendahuluan

dimaksudkan untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai

pemahaman orang tua dalam manajemen demam pada anak di

rumah saat ini.

b. Menentukan Responden Penelitian

Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi

yaitu: Ibu yang mempunyai anak berusia 0-5 tahun dan mempunyai

pengalaman merawat anak dengan demam di rumah, dapat

membaca dan menulis serta sehat jiwa dan raga. Kemudian peneliti

melakukan kontrak waktu dan menjelaskan intervensi yang akan

dilakukan, tujuan dan manfaat kepada calon responden, serta

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

58

mengajukan pengisian informed consent oleh calon responden,

yaitu menanyakan kesediaan klien untuk menjadi responden.

c. Pelaksanaan Intervensi

Intervensi yang dilakukan yaitu melakukan edukasi kesehatan

mengenai pengetahuan seputar demam anak dan manajemen

demam anak yang dapat dilakukan ibu dirumah. Satuan

Operasional Pelaksanaan Intervensi sebagai berikut:

1) Peneliti mempersiapkan ruangan yang digunakan untuk

melakukan edukasi kesehatan

2) Peneliti mempersiapkan alat-alat berupa proyektor, kursi,

meja, dan media edukasi kesehatan yaitu powerpoint, handout

materi dan flyer.

3) Metode edukasi kesehatan yang digunakan adalah ceramah,

demonstrasi dan tanya jawab total selama 60 menit

4) Responden mengisi daftar hadir dan berkumpul di dalam

ruangan

5) Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang alur

intervensi yang akan dilakukan

6) Peneliti dibantu fasilitator membagikan lembar pre test diisi

selama 10 menit

7) Fasilitator mengumpulkan kembali lembar pre test yang telah

diisi oleh responden

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

59

8) Peneliti memberikan materi edukasi kesehatan mengenai

pengetahuan seputar demam anak dan manajemen demam

anak yang dapat dilakukan ibu dirumah dibantu oleh fasilitator.

Materi yang diberikan terdiri dari definisi demam, penyebab

demam, tanda dan gejala demam, cara mengkaji demam, cara

mengukur suhu tubuh anak, dampak demam tinggi,

penanganan demam yang dapat ibu lakukan di rumah, bagian

tubuh anak untuk dikompres, waktu pemberian obat antipiretik

serta waktu dan tanda-tanda anak harus segera di rujuk ke

pusat pelayanan kesehatan. Ketika pemberian materi

berlangsung, pemateri juga menyampaikan beberapa

demonstrasi berupa cara pengukuran suhu tubuh menggunakan

termometer dan cara pemberian obat antipiretik.

9) Peneliti melakukan demonstrasi cara pengukuran suhu sesuai

dengan ketentuan dalam buku Clinical Manual of Fever in

Children oleh El-Radhi et al (2009) dan demonstrasi dosis

pemberian obat antipiretik dalam buku Manajemen Terpadu

Balita Sakit (2015) yang terlampir dalam Satuan Acara

Pembelajaran (SAP).

10) Demonstrasi pengukuran suhu tubuh dilakukan dengan cara:

a. Pesiapkan alat pengukur suhu tubuh berupa

termometer digital.

b. Lakukan cuci tangan.

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

60

c. Buka baju anak dan dalamannya. Bersihkan bagian

ketiak anak dengan tisu atau kapas. Kemudian

bersihkan pangkal termometer.

d. Tekan tombol power on pada termometer digital,

tunggu sampai termometer siap digunakan.

e. Letakkan di sela-sela himpitan ketiak anak,

termometer harus menyentuh kulit, lalu lipat tangan

anak dan serongkan ke dada sehingga termometer

terjepit.

f. Tunggu hingga termometer digital berbunyi yang

menandakan bahwa proses pengukuran suhu telah

selesai.

g. Lihat angka yang tertera pada layar termometer.

h. Bersihkan kembali pangkal termometer yang telah

digunakan.

11) Demonstrasi dosis pemberian antipiretik anak dilakukan

dengan cara:

a. Lakukan pengukuran suhu tubuh anak. Jika suhu

tubuh anak >38oC, berikan obat paracetamol.

b. Lakukan cuci tangan.

c. Untuk paracetamol sediaan sirup, lakukan

pengukuran dosis obat menggunakan sendok obat

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

61

yang ada di dalam kotak obat, perhatikan garis

angka yang tertera pada sudut sendok.

d. Untuk paracetamol tablet, buka bungkus obat

kemudian obat diletakkan di tempat yang bersih

kemudian lakukan pemotongan tablet menggunakan

sendok atau pisau sesuai dosis yang dianjurkan.

e. Perhatikan apakah anak sudah makan atau belum.

Untuk paracetamol dapat diberikan sebelum atau

sesudah makan. Namun untuk ibuprofen diberikan

sesudah makan.

12) Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk

bertanya dan melakukan evaluasi kepada responden dengan

memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang telah

diberikan sebelumnya.

13) Peneliti dan fasilitator membagian kuesioner yang sama

sebagai post test kepada responden sebagai evaluasi akhir dan

diisi selama 10 menit

14) Peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi

oleh responden

15) Peneliti mengundurkan diri dan berpamitan kepada responden

dan pihak RT serta kader

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

62

16) Peneliti melakukan analisa data dari hasil pengisian kuesioner

sebelum dan sesudah diberikan edukasi kesehatan yang telah

diisi oleh responden

d. Melakukan Analisa Data

Setelah semua data diperoleh, peneliti melakukan analisis data

menggunakan perangkat pengolah data. Analisa data dilakukan

untuk melihat perbandingan skor rata-rata pre test dan post test

menggunakan analisis statistik inferensial. Analisis statistik

inferensial digunakan untuk menganalisis data sampel yang

hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi

dimana sampel diambil sebagai kesimpulan akhir.

1) Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang

dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas tiap

variabel dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik

(Setiadi, 2007). Analisis univariat yang digunakan pada

penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis ini

menggambarkan karakteristik responden yang dibagi menjadi

karakteristik ibu dan karakteristik anak, meliputi usia ibu,

pekerjaan ibu, pendidikan terakhir ibu, serta usia anak dan jenis

kelamin anak. Selanjutnya penjelasan mengenai pengalaman

mendapatkan informasi tentang manajemen demam anak dan

gambaran pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

63

edukasi kesehatan tentang manajemen demam. Data akan

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase

variabelnya.

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan dua

variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adakah

pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen

yaitu pemberian edukasi kesehatan mengenai pengetahuan

seputar demam anak dan manajemen demam anak yang dapat

dilakukan ibu dirumah sebagai variabel independen dan nilai

pengetahuan orang tua dalam manajemen demam pada anak

sebagai variabel dependen (Dahlan, 2010). Pada penelitian ini

menggunakan analisis bivariat dengan menggunakan uji T

berpasangan (paired t-test) karena distribusi data normal

dengan p-value > 0,05.

2. Pengolahan Data

Pengelolaan data merupakan proses untuk memperoleh data atau

ringkasan data berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan

menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan (Setiadi, 2007). Menurut Hidayat (2008) proses

pengolahan data dibagi menjadi 4, yaitu:

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

64

a) Editing

Peneliti menggunakan pengecekan kelengkapan dari isian

kuesioner dan kejelasan jawaban setelah responden selesai

mengisi kuesioner. Jika terjadi jawaban yang tidak lengkap atau

tidak jelas peneliti menanyakan kembali kepada responden.

Proses ini dilakukan pada lembar I kuesioner karakteristik

responden dan lembar II kuesioner pengetahuan demam dan

manajemen demam anak.

b) Coding

Peneliti merubah data berbentuk huruf menjadi angka atau

bilangan, sehingga mempermudah dalam proses pengolahan data.

Misalnya 1 = pengetahuan rendah, 2 = pengetahuan sedang, 3 =

pengetahuan baik. Kegiatan ini dilakukan sebelum pengolahan

data.

c) Processing

Proses pengolahan data dilakukan dengan memasukkan

data yang di dapat ke dalam perangkat pengolah data program

komputer yang selanjutnya akan diproses untuk menganalisa data.

d) Cleaning

Setelah proses memasukkan data ke dalam komputer,

selanjutnya peneliti melakukan pengecekan data dan kelengkapan

setiap responden. Peneliti memastikan kembali tidak ada

kesalahan dalam data yang dimasukkan yaitu dengan melihat data

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

65

missing melalui perangkat pengolah data. Apabila tidak

ditemukan data missing selanjutnya dilakukan analisis data.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mempertimbangkan lima

petunjuk dari American Nurses Association (ANA) dalam Wood dan

Harber (2006):

1. Right to self-determination

Responden mempunyai hak otonomi untuk berpartisipasi atau tidak

di dalam penelitian. Dalam penelitian ini responden telah mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan penelitian. Kemudian

responden dijelaskan mengenai informed consent atau lembar

persetujuan dan diberikan kesempatan untuk memberikan atau

menolak persetujuan tersebut. Peneliti telah memastikan bahwa

responden mengerti dan memahami proses penelitian yang akan

berlangsung. Peneliti melindungi responden dari ketidaknyamanan

dengan memperhatikan setiap respon dengan mengizinkan para ibu

membawa anak-anaknya ke dalam ruangan.

2. Right to privacy and dignity

Pada penelitian ini, peneliti menjamin keselamatan responden

selama proses penelitian berlangsung dengan menanyakan persetujuan

responden ketika memulai dan mengakhiri proses pengambilan data.

Meskipun jenis penelitian ini adaah pre-experimental one group

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

66

namun tidak menggunakan perlakuan yang mengandung unsur sara

terhadap responden.

3. Right to anonymity and confidentiality

Peneliti menjaga kerahasiaan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan informasi mengenai responden. Pada aspek ini peneliti tidak

mencantumkan nama responden tetapi menggunakan inisial nama atau

kode. Peneliti juga menjamin kerahasiaan data yang di dapat dan

hanya mempublikasikan hal-hal yang berkaitan dengan hasil

penelitian.

4. Right to fair treatment

Pada penelitian ini, peneliti bersikap menghormati tidak hanya

kepada responden, melainkan kepada anggota keluarga dan kerabat

lainnya. Peneliti mengizinkan responden untuk turut membawa

anaknya dalam ruangan mengingat sebagian besar usia anak dari

responden masih balita.

5. Right to protection from discomfort and harm

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi

subjek penelitian. Peneliti juga meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subjek penelitian.

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

67

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di wilayah RT. 02 RW. 02 Kelurahan Jaticempaka Bekasi

pada hari Sabtu tanggal 6 Mei 2017. Jumlah responden sebanyak 20 ibu dan

mempunyai balita. Semua responden mengisi semua pertanyaan dalam kuesioner.

Penelitian berlangsung dari jam 10.00 WIB sampai dengan 11.30 WIB yang

dihadiri pula oleh ibu RT 02 dan kader Posyandu Beringin 1. Pertemuan diawali

dengan sambutan ibu RT dan pembacaan doa. Kemudian peneliti menjelaskan

proses edukasi kesehatan yang akan dilakukan dan memberikan kuesioner pre-test

kepada responden untuk diisi. Setelah itu, peneliti memulai kegiatan edukasi

kesehatan dan ditutup dengan pengisian kuesioner post-test oleh responden yang

sama.

A. Analisis Univariat

Analisa univariat pada penelitian ini menggambarkan karakteristik

responden yang dibagi menjadi karakteristik ibu dan karakteristik anak,

meliputi usia ibu, pekerjaan ibu, pendidikan terakhir ibu, pengalaman ibu

dalam mengatasi demam anak serta usia anak dan jenis kelamin anak.

Selanjutnya penjelasan mengenai gambaran pengetahuan ibu sebelum dan

sesudah diberikan edukasi kesehatan tentang manajemen demam.

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Ibu

Karakteristik ibu di bawah ini adalah karakteristik sampel

penelitian yang dibagi berdasarkan usia ibu, pendidikan

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

68

terakhir ibu, pekerjaan ibu serta pengalaman ibu dalam

mengatasi demam anak.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden di Wilayah

RT 02 RW 02 Kelurahan Jaticempaka (n=20)

Kategori Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

Remaja akhir

Dewasa awal

Dewasa

17 – 25 tahun

26 – 35 tahun

36 – 45 tahun

4

12

4

20%

60%

20%

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden

berdasarkan usia ibu. Sebagian besar usia ibu dari 20 responden

adalah 26 – 35 tahun sebanyak 12 orang (60%). Sementara itu,

usia ibu termuda yaitu 22 tahun sebanyak 1 orang sedangkan

usia ibu tertua yaitu 42 tahun sebanyak 1 orang.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di

Wilayah RT 02 RW 02 Kelurahan Jaticempaka (n=20)

Kategori Frekuensi Persentase

Pendidikan Terakhir Ibu

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat Perguruan Tinggi

1

6

10

3

5%

30%

50%

15%

Pekerjaan ibu

Ibu Rumah Tangga

Pegawai Swasta

Pedagang

16

3

1

80%

15%

5%

Pernah Mendapatkan Informasi

tentang Manajemen Demam

Pernah

Tidak Pernah

6

14

30%

70%

Selanjutnya tabel 5.2 menunjukkan karakteristik pendidikan

terakhir ibu didominasi oleh tamat SMA sebanyak 10 orang

(50%), sedangkan responden dengan pendidikan SD berjumlah

1 orang (5%) dan responden tamat SMP berjumlah 6 orang

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

69

(30%). Serta responden tamat perguruan tinggi berjumlah 3

orang (15%). Kemudian, karakteristik pekerjaan ibu di

dominasi oleh ibu rumah tangga sebanyak 16 orang (80%).

Sementara itu, 14 orang lainnya (70%) belum pernah

mendapatkan informasi tentang manajemen demam.

b. Karakteristik Anak

Karakteristik anak di bawah ini adalah karakteristik

berdasarkan jenis kelamin anak dan usia anak.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakterisik Anak di

Wilayah RT 02 RW 02 Kelurahan Jaticempaka (n=20)

Karakteristik Anak Frekuensi (n) Presentase (%)

Periode Anak

Masa bayi

Masa anak balita

Masa prasekolah

Usia Anak

1 – 12 bulan

13 - 60 bulan

61 - 72 bulan

5

14

1

25%

70%

5%

Jenis Kelamin Anak

Perempuan

Laki-laki

8

12

40%

60%

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi responden

berdasarkan jenis kelamin dan usia anak. Karakteristik jenis

kelamin anak dari 20 responden mayoritas responden adalah

laki-laki sebanyak 12 orang (60%), sedangkan balita

perempuan sebanyak 8 orang (40%). Sementara itu,

Karakteristik usia anak di dominasi oleh usia 13 – 60 bulan

sebanyak 14 orang (70%).

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

70

2. Gambaran Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Diberikan

Edukasi Kesehatan tentang Manajemen Demam

Gambaran pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan tentang manajemen demam menggunakan skor

yang dihitung dengan jumlah benar dikalikan 5 poin. Gambaran dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4 Distribusi Statistik Gambaran Pengetahuan Ibu

Sebelum dan Sesudah Diberikan Edukasi Kesehatan tentang

Manajemen Demam di Wilayah RT 02 RW 02 Kelurahan

Jaticempaka (n=20)

N Min Max Mean SD Median 95% CI

Sebelum 20 55 85 72,00 5,938 70,00 69,22 - 74,78

Sesudah 20 75 95 84,75 6,172 85,00 81,86 - 87,64

Pada tabel 5.4 menunjukkan hasil analisis didapatkan rata-rata nilai

pengetahuan ibu tentang manajemen demam sebelum diberikan

pendidikan kesehatan adalah 72,00; skor terendah 55 dan skor tertinggi

75. Nilai median 70,00 dengan standart deviation 5,938. Hasil 95%

confidence interval (CI) dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini nilai

pengetahuan ibu tentang manajemen demam diantara 69,22 sampai

dengan 74,78. Setelah diberikan pendidikan kesehatan, didapatkan

hasil analisis rata-rata nilai pengetahuan ibu yaitu 84,75 dengan skor

terendah 75 dan skor tertinggi 95. Nilai median 85,00 dengan standart

devitiation 6,172.

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

71

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis

mengenai pengaruh pemberian edukasi kesehatan terhadap nilai

pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak di rumah. Pengujian

hipotesis dilakukan dengan menganalisa perbedaan rata-rata nilai

pengetahuan ibu sebelum dan sesudah pemberian edukasi kesehatan.

1. Hasil Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji normalitas

terlebih dahulu terhadap data yang diperoleh. Hasil uji normalitas

menentukan analisis bivariat yang akan digunakan. Hasil uji

normalitas yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5.5 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data

Frekuensi (n)

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Nilai Pre Test 20 0,905 20 0,051

Nilai Post Test 20 0,924 20 0,117

Tabel 5.5 menjelaskan hasil uji normalitas menggunakan uji

normalitas shapiro-wilk karena total responden ≤ 50 orang. Hasil nilai

pre test sebesar 0,051 dan nilai post test sebesar 0,117 yang

menunjukkan bahwa data terdistibusi normal (p-value > 0,05).

2. Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Nilai Rerata Pre-Test dan

Post-Test

Bedasarkan hasil uji normalitas data, analisis bivariat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametrik menggunakan

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

72

paired t-test two-tail. Hasil uji paired t-test digunakan untuk

mengetahui adakah pengaruh intervensi berupa pemberian edukasi

kesehatan tentang manajemen demam anak terhadap nilai pengetahuan

ibu dalam melakukan manajemen demam anak di rumah. Hasil uji

paired t-test yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pegetahuan tentang

Manajemen Demam Sebelum dan Sesudah diberikan Edukasi

Kesehatan tentang Manajemen Demam di Wilayah RT 02 RW 02

Kelurahan Jaticempaka (n=20)

Mean SD

95% CI

t Df

Sig.

(2-

tail)

Eta

Squared Lower Upper

Nilai Pre Test -

Nilai Post Test 27,250 11,059 22,074 32,426 11,020 19 0,000 0,86

Uji analisis pada penelitian ini menggunakan tingkat kesalahan 5%

(α = 0,05). Data pada tabel 5.6 diatas menunjukkan nilai mean

sebelum dan sesudah diberikan edukasi kesehatan tentang manajemen

demam adalah 27,250 dengan standar deviasi 11,059. Nilai negatif

pada mean didapatkan karena nilai sebelum intervensi lebih kecil dari

nilai sesudah intervensi.

Nilai probabilitas atau Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (p-value <0,05)

maka secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai

pengetahuan pada data pre-test dan post-test yang artinya terdapat

pengaruh pemberian edukasi kesehatan terhadap nilai pengetahuan ibu

dalam manajemen demam anak sebelum dan sesudah intervensi.

Sedangkan, berdasarkan hasil perhitungan rumus Eta Squared yang

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

73

digunakan untuk mengukur efektifitas edukasi kesehatan yang telah

diberikan didapatkan hasil 0,89. Ketetapan interpretasi hasil

berdasarkan Cohen (1988) dalam Fritz, Morris, & Richler (2012) yaitu

0,01 = small effect; 0,06 = medium effect; 0,14 = large effect. Maka

dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa intervensi

berupa pemberian edukasi kesehatan memiliki nilai efektifitas yang

besar terhadap pengetahuan ibu tentang manajemen demam anak.

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

74

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan keterbatasan

penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang

dikaitkan dengan teori yang ada sedangkan keterbatasan penelitian akan

menguraikan beberapa hambatan dan kekurangan yang ada selama proses

penelitian maupun dalam hasil penelitian.

A. Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Usia Ibu

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, dari total 20 ibu,

karakteristik usia ibu yang dominan muncul di wilayah RT 02 RW 02

Kelurahan Jaticempaka yaitu rentang usia 26-35 tahun. Rentang usia

tersebut dapat dikategorikan sebagai dewasa awal (Depkes, 2009).

Menurut Ochs & Castaldi (2005) dalam Utari, Novayelinda, &

Arneliwati (2011) pada tahap ini berdasarkan perkembangan

psikososialnya merupakan masa dimana seseorang sudah mulai

membina rumah tangga dan menjadi orang tua. Sementara itu secara

kognitif, kebiasaan berpikir rasional meningkat pada usia dewasa awal

dan tengah (Ochs & Castaldi, 2005).

Usia dewasa merupakan masa dimana seseorang dianggap telah

matur, baik secara fisiologis, psikologis dan kognitif (Ochs & Castaldi,

2005). Selain itu, kematangan usia akan mempengaruhi kematangan

psikologis seseorang dan mempermudah seseorang untuk menjalani

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

75

peran dalam kehidupannya salah satunya peran menjadi orang tua dan

mengasuh anak (Widyana et al., 2009). Maka dari itu, seseorang yang

telah memasuki tahap dewasa awal perlu menyadari pentingnya tugas

dan tanggung jawab sebagai orang tua.

Menurut teori Human Development dari Havighurst (1953) dalam

Mulyapradana (2012) menyebutkan delapan tugas perkembangan pada

masa dewasa awal atau dewasa muda salah satunya yaitu memulai

jenjang karier namun di sisi lain bertanggung jawab sebagai orang tua

bagi anak dan menjadi andalan bagi pasangannya. Peran dan fungsi

orang tua terutama ibu sangat penting karena seorang ibu harus

menjamin ketahanan kesehatan anggota keluarganya.

Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa dewasa

awal, seseorang sedang belajar memulai tanggung jawabnya agar dapat

menjalankan fungsi dan peran atas apa yang terjadi pada dirinya dan

orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa usia akan mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam menerima informasi yang selanjutnya

akan mempengaruhi pola pikir seseorang yang akan tercermin dalam

perilaku sehari-hari.

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

76

b. Karaktersitik Pendidikan Terakhir Ibu

Pendidikan formal yang ditempuh merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Pendidikan

merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang untuk menggapai cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan. Mayoritas

pendidikan terakhir ibu dalam penelitian ini yaitu SMA sebanyak 10

orang (50%). Kompetensi tingkat pendidikan menengah (SMA) terbagi

dalam 4 kompetensi inti. Salah satunya meliputi kompetensi

pengetahuan yang menuntut siswa agar mampu memahami,

menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan pada suatu

bidang kajian spesifik untuk memecahkan masalah (Kemendikbud,

2016).

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Semakin

tinggi tingkat pendidikan individu semakin lama dirinya telah

mengikuti proses belajar, sehingga informasi yang dimiliki individu

yang telah mencapai suatu tingkat pendidikan memiliki pengetahuan

yang luas. Hal ini dipengaruhi pula oleh kompetensi yang sudah

didapatkan individu sesuai jenjang pendidikan yang telah dijalani.

Sehingga dapat mempengaruhi pola pikir seseorang yang selanjutnya

akan tercermin dalam kemampuan memecahkan suatu masalah dalam

hal ini kemampuan orang tua terkait manajemen demam pada anak di

rumah (Walsh & Edwards, 2006).

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

77

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mufaza (2010) berdasarkan hasil uji Chi Square ditemukan bahwa

pengetahuan ibu tentang demam anak berhubungan secara bermakna

dengan pengelolaan demam pada anak. Selanjutnya Mufaza (2010)

mengemukakan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan rendah

memiliki resiko 7 kali lebih besar untuk melakukan pengelolaan demam

anak yang buruk daripada ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi.

Namun hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang

didapatkan oleh (Riandita, 2012) mengenai hubungan antara tingkat

pengetahuan ibu tentang demam dengan pengelolaan demam anak

beserta faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pengelolaan demam pada anak yang dimaksud

yaitu: faktor tingkat pengetahuan ibu; faktor pendidikan ibu; serta

faktor penghasilan keluarga.

Penelitian tersebut menunjukkan hasil uji statistik hubungan antara

tingkat pendidikan ibu dengan pengelolaan demam adalah tidak

bermakna (p = 0,3). Bahwa tingkat pendidikan dan penghasilan

keluarga tidak berhubungan dengan pengelolaan demam pada anak.

Khususnya pada faktor pendidikan, baik ibu dengan tingkat pendidikan

rendah maupun tinggi sebagian besar memiliki pengelolaan demam

anak pada kategori baik. Hal ini dikarenakan penemuan faktor aspek

budaya dan kebiasaan turun temurun dalam pengelolaan demam anak di

rumah.

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

78

c. Karakteristik Pekerjaan Ibu

Menurut (Notoatmodjo, 2010) beberapa faktor lain yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pekerjaan. Selaras dengan

pernyataan diatas, menurut Riandita (2012) pekerjaan merupakan salah

satu faktor internal yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Walaupun demikian, pekerjaan yang ibu jalani baik profesi di dalam

rumah maupun di luar rumah, ibu tetap mempunyai peran dan tanggung

jawab tersendiri.

Peran utama ibu dalam keluarga adalah sebagai istri dan ibu dari

anak-anaknya. Ibu adalah seorang wanita yang mempunyai peran

sebagai pemimpin kesehatan dan pemberi asuhan pada sebagian besar

keluarga. Menurut Nur & Mutiara (2015) salah satu peran orang tua

terutama ibu adalah sebagai pengasuh keluarga. Ibu berperan mengasuh

anak sesuai dengan perilaku kesehatan yang baik dan benar seperti

merawat anak ketika sedang sakit. Peran merawat anak yang sedang

sakit ini membutuhkan pengetahuan ibu agar penanganan penyakit tepat

pada sasaran dan tidak mengganggu proses pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Pada penelitian ini didapatkan gambaran pekerjaan ibu didominasi

oleh pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 16 orang (80%). Hal ini

cukup berpengaruh terhadap banyaknya waktu luang yang dimiliki oleh

ibu untuk merawat dan memperhatikan anaknya di rumah. Sedangkan

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

79

untuk ibu yang bekerja sebanyak 4 orang lainnya (20%), pekerjaan ini

meliputi berdagang dan mengajar.

Ibu dengan profesi diluar rumah memiliki kesempatan belajar

dalam pekerja yang memberikan pengetahuan dan keterampilan

profesional serta mengembangkan kemampuan dalam mengambil

keputusan (Muhmainah, 2010). Hal ini cukup berdampak bagi

pembaharuan pengetahuan yang ibu miliki, tidak hanya pengetahuan

kesehatan juga pengetahuan umum lainnya dalam mengasuh anak.

Namun demikian, ibu dengan profesi diluar rumah miliki waktu yang

terbatas dalam merawat dan memperhatikan anaknya.

Di sisi lain ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga memiliki

waktu luang untuk merawat dan memperhatikan anaknya di rumah.

Namun ibu rumah tangga masih harus mempunyai tanggung jawab

untuk mencari informasi baru yang dapat menunjang kesejahteraan

keluarga salah satunya yaitu informasi kesehatan. Informasi kesehatan

ini dapat diperoleh melalui interaksi, melihat media elektronik atau

mengikuti kegiatan penyuluhan. Peran mengasuh anak inilah yang

menuntut ibu terus memperhatikan dan mengikuti perkembangan

perilaku kesehatan yang benar dengan mengikuti kegiatan penyuluhan

atau aktif mengikuti kegiatan posyandu atau ibu PKK di lingkungan

setempat.

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

80

d. Pengalaman Mendapatkan Informasi dalam Mengatasi Demam

Anak

Responden yang pernah mendapatkan informasi tentang

manajemen demam sebanyak 6 orang (30%). Sementara itu, 14 orang

lainnya (70%) belum pernah mendapatkan informasi tentang

manajemen demam. Menurut (Walsh & Edwards, 2006), pengetahuan

orang tua terkait demam dapat berubah seiring berjalannya waktu

seperti usia anak dan kelahiran anak baru. Hal ini menggambarkan

bahwa lamanya pengalaman menjadi orang tua dan jumlah anak

mempengaruhi perkembangan pengetahuan dan pemahaman orang tua

terkait manajemen demam.

Selain itu, (Fitriani, 2011) mendefinisikan pendidikan kesehatan

sebagai suatu pengalaman yang dapat menimbulkan pemahaman baru

serta mempengaruhi kebiasaan, sikap dan pengetahuan seseorang atau

masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa seseorang atau masyarakat

yang sudah terpapar pendidikan kesehatan atau mendapatkan informasi

terkait –baik dari petugas kesehatan maupun orang lain dapat

mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan seseorang.

Keterpaparan seseorang terhadap pendidikan kesehatan tidak

terlepas dari media massa. Dalam sebuah teori Kerucut Pembelajaran

oleh Edgar Dale (1964) dalam Nursalam & F Efendi, 2008

menggambarkan kemampuan seseorang untuk mengingat kembali

pesan-pesan atau materi dalam pendidikan kesehatan menurut teknik

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

81

dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dalam 2 minggu setelah

seseorang membaca informasi seperti: membaca leaflet, booklet, slide

powerpoint, dan sejenisnya, maka ia akan mengingat 10% dari materi

yang dibacanya. Selain itu, jika seseorang mendengar informasi seperti

mendengar informasi yang diberikan orang lain atau mendengarkan

informasi melalui radio, maka orang tersebut akan mengingat 20% dari

apa yang didengarnya. Selanjutnya, jika seseorang melihat informasi

seperti bagan, foto atau info grafik maka ia akan mengingat 30% dari

apa yang dilihatnya.

Namun jika seseorang mengkombinasikan panca indera seperti

mendengar dan melihat informasi, maka ia akan mengingat 50% dari

apa yang didengar dan dilihatnya. Sedangkan jika seseorang

mengucapkan kembali informasi yang didapatnya seperti mengajarkan

kepada orang lain, maka ia akan mengingat 70% dari apa yang

diucapkannya. Terakhir jika seseorang mengucapkan sambil

mengerjakan atau mendemonstrasikan kembali tentang informasi yang

didapatkannya, seperti melakukan penyuluhan kepada orang lain, maka

ia akan mengingat 90% dari materi tersebut.

Teori di atas sejalan dengan hasil penelitian Sangkai, Silalahi, &

Watie (2016) bahwa terdapat perbedaan dari hasil pre-test dan post-test

sebesar 0,000 (p-value <0,05) yang menunjukkan terjadi peningkatan

tingkat pengetahuan orang tua mengenai penatalaksanaan demam anak

menggunakan terapi komplementer daun kembang sepatu karena

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

82

mendapatkan informasi baru melalui pendidikan kesehatan yang

diberikan. Informasi tersebut diberikan kepada partisipan melalui

serangkaian kegiatan penyuluhan dan demonstrasi pengolahan daun

kembang sepatu. Sehingga dari hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa pengalaman seseorang mendapatkan informasi mempunyai

pengaruh yang sangat signifikan terhadap tingkat pengetahuan

seseorang.

Maka dari itu, untuk dapat memperbaharui pengetahuan yg

dimiliki, seseorang dapat mempelajarinya dari media massa atau

membaca artikel kesehatan dan bahkan mengikuti kegiatan pendidikan

kesehatan kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya

promosi kesehatan. Berdasarkan Piagam Ottawa (1986) dalam

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa upaya promosi kesehatan yang

merupakan pendidikan kesehatan adalah suatu proses untuk

memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini sejalan dengan

tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk mengingkatkan pengetahuan,

mengubah sikap dan mengarahkan perilaku agar individu mampu

secara mandiri atau kelompok mencapai tujuan hidup sehat.

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

83

B. Analisis Bivariat

1. Pengetahuan Ibu Sebelum Diberikan Edukasi Kesehatan tentang

Manajemen Demam

Berdasarkan hasil analisis data sebelum intervensi didapatkan bahwa

rata-rata nilai pengetahuan ibu tentang manajemen demam sebelum

diberikan edukasi kesehatan 72,00; skor terendah 55 dan skor tertinggi 75.

Skor tersebut dapat dikategorikan menurut Arikunto (2006) yaitu

pengetahuan baik jika nilai 76-100, pengetahuan cukup jika nilai 75-60,

serta pengetahuan kurang jika 75-60. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

pengetahuan ibu sebelum diberikan edukasi kesehatan dapat dikategorikan

pengetahuan rendah hingga cukup.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Youssef dalam

(Riandita, 2012) didapatkan bahwa pengetahuan orang tua mengenai suhu

demam pada anak masih rendah. Namun Notoatmodjo (2010) berpendapat

bahwa jika seseorang memperoleh informasi baru hal ini dapat

mempengaruhi sudut pandang, cara berpikir, pengetahuan dan sikap

seseorang. Selanjutnya pernyataan ini sejalan dengan penelitian Sangkai,

Silalahi, & Watie (2016) menunjukkan bahwa pengalaman seseorang

mendapatkan informasi mempunyai pengaruh yang sangat signifikan

terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Sehingga tidak dapat dipungkiri

bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

tidak dapat diabaikan begitu saja. Faktor-faktor ini antara lain pendidikan,

umur, lingkungan dan sosial budaya (Wawan, 2010).

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

84

2. Pengetahuan Ibu Sesudah Diberikan Edukasi Kesehatan tentang

Manajemen Demam

Berdasarkan hasil analisis data setelah intervensi didapatkan bahwa

rata-rata nilai pengetahuan ibu tentang manajemen demam sesudah

diberikan edukasi kesehatan 84,75 dengan skor terendah 75 dan skor

tertinggi 95. Skor tersebut dapat dikategorikan pengetahuan baik. Hasil ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utari, Novayelinda, &

Arneliwati (2011) menggunakan grup intervensi dan grup kontrol yaitu

pengetahuan keluarga yang mendapatkan edukasi kesehatan benar-benar

berbeda dengan pengetahuan keluarga yang tidak mendapatkan pendidikan

kesehatan.

Menurut Fitriani (2011) mendefinisikan edukasi kesehatan sebagai

suatu pengalaman yang dapat menimbulkan pemahaman baru serta

mempengaruhi kebiasaan, sikap dan pengetahuan seseorang atau

masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa seseorang atau masyarakat yang

sudah terpapar pendidikan kesehatan atau mendapatkan informasi terkait –

baik dari petugas kesehatan maupun orang lain dapat mempengaruhi

pengetahuan, sikap dan kebiasaan seseorang. Maka dari itu edukasi

kesehatan penting dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

85

3. Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Nilai Rerata Pre-Test dan

Post-Test

Analisis data penelitian ini menggunakan Paired T Test dengan

tingkat kesalahan 5%. Hasil analisis data nilai pengetahuan ibu tentang

manajemen demam anak sebelum dan sesudah pemberian intervensi

didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai

rerata pretest dan posttest tersebut (p-value <0,05). Nilai rerata pre-test

yaitu 72,00 dengan skor terendah 55 dan skor tertinggi 75. Kemudian nilai

rerata post-test yaitu 84,75 dengan skor terendah 75 dan skor tertinggi 95.

Hal ini menunjukkan peningkatan nilai rerata sebesar 12,75.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sangkai et al., (2016) bahwa

terdapat perbedaan dari hasil pre-test dan post-test sebesar 0,000 (p-value

<0,05) yang menunjukkan terjadi peningkatan tingkat pengetahuan orang

tua mengenai penatalaksanaan demam anak menggunakan terapi

komplementer daun kembang sepatu karena mendapatkan informasi baru

melalui pendidikan kesehatan yang diberikan. Selain itu, penelitian ini

juga memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Sugiarsi (2011) yang

meneliti pengaruh pendidikan kesehatan pada kelompok ibu PKK dalam

meningkatkan pemahaman mesyarakat untuk mencegah penyakit kanker

serviks. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat perbedaan pengatahuan

deteksi dini kanker serviks sebelum dan sesudah diberi pendidikan

kesehatan dengan nilai signifikansi 0,001 (p-value <0,05).

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

86

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Khoiron (2014) yang

meneliti tentang efektifitas pendidikan kesehatan dengan menggunakan

media leaflet dan powerpoint terhadap perubahan pengetahuan sikap dan

perilaku deteksi dini kanker serviks pada ibu PKK mendapatkan hasil nilai

rata-rata pretest pengetahuan sebesar 12,00 sementara itu nilai rata-rata

post-test sebesar 14,37 sehingga terjadi kenaikan nilai rata-rata pre-test –

post-test sebesar 2,37. Susilowati (2014) pendidikan kesehatan manajemen

demam berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan praktik manajemen

demam pada orang tua dengan anak kejang demam di RSUD Muntilan

Kabupaten Magelang dengan hasil uji paired T test pada variabel

pengetahuan, sikap dan praktik sebesar Sig. <0,05.

Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi

berupa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang atau suatu kelompok. Oleh karena itu peneliti berpendapat

bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan secara berkala akan lebih

efektif dalam memperbaharui pengetahuan yang sudah dimiliki oleh

seseorang. Namun memang dibutuhkan persiapan yang matang dan

memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

proses pendidikan kesehatan.

4. Efektifitas Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu

Berdasarkan hasil perhitungan rumus Eta Squared yang digunakan

untuk mengukur efektifitas pendidikan kesehatan yang telah diberikan

didapatkan hasil 0,89. Maka dapat disimpulkan bahwa intervensi berupa

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

87

pemberian edukasi kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi

memiliki nilai efektifitas yang besar terhadap pengetahuan ibu tentang

manajemen demam anak.

Pemilihan metode pendidikan kesehatan disesuaikan dengan

karakteristik partisipan (jumlah, status sosial-ekonomi, umur, jenis

kelamin), waktu dan tempat yang tersedia, serta tujuan spesifik yang ingin

dicapai dari pendidikan kesehatan tersebut. Pada penelitian ini, metode

ceramah digunakan untuk mendapatkan informasi baru yang bertujuan

untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik (Nursalam & F Efendi,

2008). Metode ceramah dapat dibuat menarik dengan kombinasi media

lain. Media bantu yang dapat digunakan pada ceramah kesehatan adalah

tayangan (slides) serta leaflet yang diberikan kepada partisipan untuk

dipelajari lebih lanjut di rumah. Ceramah kesehatan dengan persiapan yang

baik dan komunikatif dapat menjadi metode yang efektif dalam

penyampaian pengetahuan kesehatan. Selain itu, metode ceramah juga

memiliki keuntungan mudah mengulang materi bila peserta kurang

mengerti maksud dari materi yang disampaikan dan dapat bertanya secara

langsung kepada penceramah (Hasibuan, 2009).

Selain itu, metode demonstrasi juga digunakan dalam penelitian ini.

Hal ini bertujuan agar ibu dapat mengetahui secara langsung bagaimana

melakukan pengukuran dosis obat penurun panas serta bagaimana

melakukan pengukuran suhu tubuh anak pada aksila dengan benar. Pada

kesempatan ini partisipan dapat mencoba dan mempraktekkannya sendiri

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

88

setelah diperlihatkan oleh penyaji sehingga partisipan lebih mudah

memahami dan mengingat materi yang disampaikan (Nursalam, 2008).

Jika seseorang mengkombinasikan panca indera seperti mendengar dan

melihat informasi, maka ia akan mengingat 50% dari apa yang didengar

dan dilihatnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiowati

(2014) yang melakukan pendidikan kesehatan menggunakan metode

ceramah dikombinasikan dengan media bantu berupa powerpoint dan sesi

tanya jawab serta alat peraga terhadap siswa SMK. Hasil penelitian

tersebut menjelaskan bahwa ada pengaruh yang signifikan yaitu adanya

peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi setelah diberikan

pendidikan kesehatan dengan metode tersebut.

Namun dalam teori kerucut Edgar Dale dalam Maulana (2009)

menyebutkan bahwa metode pendidikan kesehatan menggunakan kata-kata

–dalam hal ini ceramah mempunyai intensitas pengaruh yang rendah. Hal

ini dikarenakan metode ceramah merupakan kegiatan pasif yang

memungkinkan pertisipan merasakan kejenuhan selama proses ceramah

berlangsung. Akan tetapi hal ini dapat dicegah dengan penambahan media

bantu seperti powerpoint, video atau alat peraga lainnya. Media bantu

tersebut akan menstimulasi partisipan untuk mengikuti proses pendidikan

kesehatan secara aktif.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoiron

(2014) dapat disimpulkan bahwa media slide power point lebih efektif

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

89

terhadap perubahan pengetahuan dibandingkan menggunakan media

leaflet. Hal ini dikarenakan ketika melakukan presentasi menggunakan

media slide power point, partisipan lebih fokus melihat dan

memperhatikan ke arah penyaji atau presentator yang sedang menjelaskan

materi yang disampaikan. Sementara itu ketika menggunakan media leaflet

partisipan fokus melihat lembar yang di pegang sedangkan penjelasan

yang sedang dijelaskan oleh penyaji atau presentator. Namun hal ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusyaf (2013)

menunjukkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan keluarga setelah

diberikan pendidikan kesehatan dengan media lembar balik pada

kelompok eksperimen.

Walaupun media power point dan leaflet serta lembar balik termasuk

jenis media yang merangsang secara visual, namun keduanya memiliki

fungsi yang berbeda. Leaflet dan lembar balik merupakan bagian dari

kelompok media cetak. Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan

cetak tentang suatu masalah khusus agar penerima informasi dapat

membacanya berulang kali, sedangkan lembar balik atau yang disebut

dengan flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik. Sementara, power point termasuk

bagian dari kelompok media elektronik. Power point merupakan salah satu

media untuk menyampaikan presentasi yang dapat dijadikan media

pendukung lainnya atau bahkan satu-satunya media penyampaian

informasi.

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

90

Media audiovisual seperti itu memberikan rangsangan melalui mata

dan telinga yang dapat menarik perhatian individu dan pesan yang

disampaikan akan lebih mudah untuk dipahami. Maka dari itu dapat

disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan bantuan

media seperti media yang merangsang secara visual maupun audio bahkan

gabungan dari keduanya. Hal ini mempermudah penyaji atau presentator

dalam menjelaskan materi yang disampaikan selain itu partisipan juga

tidak merasa bosan dan dapat memahami materi dengan cara sederhana.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Kondisi lingkungan saat pemberian pendidikan kesehatan

Kondisi lingkungan saat pemberian pendidikan kesehatan kurang

maksimal karena sebagian besar ibu membawa anaknya ke dalam ruangan

sehingga membuat ruangan menjadi ramai, ibu tidak dapat fokus pada

materi yang disampaikan dan mengganggu proses pendidikan kesehatan

yang diberikan. Selain itu, kondisi ruangan yang terbatas menyebabkan

jarak yang terbatas antarresponden sehingga memungkinkan responden

untuk saling bertukar informasi atau bekerjasama saat pengisian kuesioner

berlangsung meskipun sudah diperingatkan oleh peneliti dan fasilitator.

2. Motode penelitian hanya menggunakan satu grup tanpa kelompok kontrol

Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok intervensi tanpa

kelompok kontrol sehingga kurang menguji perbandingan keefektifan

pendidikan kesehatan. Disarankan untuk peneliti selanjutnya akan lebih

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

91

baik jika mengadakan kelompok kontrol agar beda nilai pengetahuan pre

test – post test lebih teruji secara statistik.

3. Keterbatasan media pendidikan kesehatan

Penelitian ini menggunakan media powerpoint Dan flyer atau selebaran.

Kemudian untuk memudahkan responden mengerti dan memahami materi

yang disampaikan, peneliti melakukan printout materi yang disampaikan

bertujuan agar materi dapat diulang kembali. Akan tetapi, hal ini akan

lebih baik bila peneliti membuat media audiovisual lainnya seperti video

peragaan.

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

92

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh,

dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik responden dibagi dalam dua kategori, yaitu karakteristik

ibu dan karakteristik anak. Karakteristik ibu meliputi usia ibu yang

didominasi oleh ibu usia dewasa awal yaitu 26 – 35 tahun sebanyak 12

orang (60%), selanjutnya pendidikan terakhir ibu yang didominasi oleh

ibu tamat SMA sebanyak 10 orang (50%), serta pekerjaan ibu yang

didominasi oleh ibu rumah tangga sebanyak 16 orang (18%).

2. Hasil analisa data menggunakan rumus Paired T Test dengan nilai α =

0,05 didapatkan Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (p-value <0,05) maka

secara statistik dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang

bermakna dalam pemberian edukasi kesehatan terhadap nilai

pengetahuan ibu dalam manajemen demam anak sebelum dan sesudah

intervensi.

3. Nilai rerata pengetahuan ibu sebelum dilakukan intervensi mengenai

manajemen demam anak di rumah yaitu 72,00 dengan standar deviasi

5,938. Sedangkan nilai rerata pengetahuan ibu setelah dilakukan

intervensi mengenai manajemen demam anak di rumah yaitu 84,75

dengan standar deviasi 6,172.

4. Hasil perhitungan menggunakan rumus Eta Squared menunjukkan

nilai 0,89 yang dapat disimpulkan bahwa intervensi berupa edukasi

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

93

kesehatan dengan metode ceramah memiliki nilai efektifitas yang

besar terhadap pengetahuan ibu mengenai manajemen demam anak di

rumah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, berikut beberapa hal yang dapat

disarankan untuk pengembangan dari hasil penelitian ini

1. Bagi pelayanan kesehatan

Pelayan kesehatan yang dimaksud yaitu petugas kesehatan berserta

kader dan jajaran pemerintahan kelurahan setempat. Diharapkan lebih

meningkatkan promosi kesehatan melalui kegiatan edukasi kesehatan.

Selain ceramah, metode edukasi kesehatan lainnya yang mungkin

dapat dilakukan yaitu demonstrasi atau pemberian media cetak seperti

flyer atau poster ke tiap rumah agar individu dapat memahami dan

mempelajari berulang-ulang.

2. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat terutama ibu agar selalu memperhatikan

perkembangan informasi kesehatan baik ibu yang berprofesi di luar

rumah maupun fokus mengurus rumah tangga. Hal ini cukup penting

agar ibu dapat menjalankan salah satu tugasnya yaitu sebagai

pemimpin kesehatan rumah tangga dan pengawas setiap anggota

keluarga agar terhindar dari penyakit dan memantau serta menjaga

kesehatan anggota keluarga.

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

94

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memperhatikan hal-hal

yang dapat mengganggu proses edukasi kesehatan, terutama waktu

yang tepat agar responden khususnya ibu dapat mengikuti kegiatan

tersebut tanpa membawa anaknya. Untuk mendapatkan hasil yang

lebih baik, peneliti selanjutnya dapat menggunakan kelompok kontrol

untuk membandingkan nilai keefektifan dari intervensi yang diberikan.

Kemudian penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode edukasi

kesehatan lainnya seperti menonton video atau melakukan stimulasi.

Selanjutnya, peneliti juga dapat menambahkan variabel penelitian

seperti pengetahuan orang tua dalam manajemen demam anak

menggunakan terapi komplementer karena pada studi pendahuluan

yang telah dilakukan diawal, sebagian besar ibu melakukan

penanganan demam anak tambahan menggunakan ramuan jamu dan

sebagainya.

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

95

DAFTAR PUSTAKA

A.Sangkai, M., Silalahi, D., & Watie, L. 2016. Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Penatalaksanaan

Demam Anak Menggunakan Terapi Komplementer Daun Kembang Sepatu

(Hibiscus Rosa-Sinensis) Di Uptd Puskesmas Kayon Palangka

Raya. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 7(1), 259-

265. Diambil dari http://ojs.dinamikakesehatan.stikessarimulia.ac.id diakses

pada 28 Desember 2016 pukul 23.12 WIB

Alex-Hart, BA. Frank-Briggs, AI. 2011. Mothers’ Perception of Fever

Management in Children, Vol. 11, No.2. Nigeria: The Nigerian Health

Journal, 11(2):69-72.

Anochie. Ifesinachi, P. 2013. Mechanisms of Fever in Humans. International

Journal of Microbiology and Immunology Research: Nigeria.

Bahren, R. (2014). Kesehatan Muslim Menjaga Kesehatan Dimusim Hujan.

Yogyakarta: Pustaka Muslim.

Behrman, R. E., Kliegman, R. M., & Arvin, A. N. (2000). Ilmu Kesehatan Anak

NELSON.

Bensley, Robert J. 2009. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Alih

bahasa oleh Apriningsih, Nova S. dan Hippy Indah. Jakarta: EGC.

Bertille, N., Pons, G., Khoshnood, B., Elisabeth, F., & Chalumeau, M. (2015).

Symptomatic Management of Fever in Children: A National Survey of

Healthcare Professionals’ Practices in France. PLOS.org. Retrieved from

http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0143230

Cahyaningrum, E. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang

Demam dan Manajemen Demam pada Anak di Rumah. FIK Universitas

INdonesia.

Chiappini, E., Parretti, A., Becherucci, P., Pierattelli, M., Bonsignoru, F., Galli,

L., & Martino, m de. (2012). Parental and Medical Knowledge and

Management of Fever in Italian Pre-School Children. BMC Pediatr, 12(97),

1–10. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22794080

Dahlan, M. S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam

Penelitian. Jakarta: Salemba Medika.

Eddy, Fetiara Nur’annisa E. Mutiara, Hanna. 2015. Peranan Ibu dalam

Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak dengan Status Karies Anak Usia

Sekolah Dasar Vol.4 No.8. Bandar Lampung: FK Universitas Lampung.

El-Radhi, A. S., Carroll, J., & Klein, N. (2009). Clinical manual of fever in

children. Clinical Manual of Fever in Children, 1–318.

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

96

https://doi.org/10.1007/978-3-540-78598-9

Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Fritz, C. O., Morris, P. E., & Richler, J. J. (2012). Effect size estimates: Current

use, calculations, and interpretation. Journal of Experimental Psychology:

General, 141(1), 2–18. https://doi.org/10.1037/a0024338

Guyton, A., & Hall, J. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (I. Ermita & I.

Ibrahim, Eds.) (12th ed.). Singapora: Elsevier Inc.

Hasibuan. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Havighurst, R. J. (1953). Human Development and Education (1st ed.). London:

Longman, Green. Retrieved from http://trove.nla.gov.au/version/12304910

Heri D. J. Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba

Medika.

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2007). Wong’s Nursing Care of Infants and

Children, 8th Ed. Canada: Elsevier Inc.

Ifesinachi, P. (2013). Mechanisms of fever in humans. International Journal of

Microbiology and Immunology Research, 2(5), 37–43.

James, S. R., Nelson, K. A., & Ashwill, J. W. (2013). Nursing care of Children

Principles and Practice 4th Edition. Missouri: Elsevier Inc.

Kemendikbud. (2016). Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi

Pendidikan Dasar Dan Menengah (Lampiran), 1–234.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Buku Bagan Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS). http://perpustakaan.depkes.go.id/ diakses pada

24 Januari 2017 pukul 06.15 WIB.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:

Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation

Agency).

Khoiron, N. (2014). Efektivitas Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan

Media Leaflet dan Media Slide Power Point terhadap Perubahan

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks pada Ibu-Ibu

PKK di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. FIK Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Kliegman, R. M., Stanton, B. M. D., Geme, J. S., & Schor, N. F. (2016). Nelson

Texbook of Pediatrics (7th ed.). Philadelphia: Elsevier Inc.

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

97

KPP&PA. (2015). Profil Anak Indonesia 2015. Kementerian Pemberdayaan

Perempuan Dan Perlindungan Anak Serta Badan Pusat Statistik.

Li, S., Lacher, B., & Crain, E. (2000). Acetaminophen and Ibuprofen Dosing by

Parents. Pediatr Emerg Care, 16(6), 394–397. Retrieved from

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11138879

Maulana, H. D. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Morris, Catherine O. Richler, Jennifer J. 2012. Effect Size Estimate: Current Use,

Calculations, and Interpretation Vol. 141 No. 1, 2-18. USA: Journal of

Experimental Psychology.

Mufaza, U. (2010). Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua dalam Pemberian Obat

Penurun Panas pada Anak Ditinjau dari Aspek Sosial Ekonomi. FK

Universitas Indonesia.

Muhmainah, F. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu

dalam memberikan makanan pendamping ASI di Pukesmas Pamulang.

Mulyapradana, A. (2012). Hubungan Kebijakan Pengembangan Karir Terhadap

Intensi Turnover Karyawan Di Divisi Marketing Pt. Agromedia. Universitas

Indonesia.

NICE, C. G. (2013b). Feverish Illness in Children: Assessment and Initial

Management in Children Younger Than 5 Years. Retrieved December 12,

2016, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25340238

NICE. (2013a). Fever in under 5s : assessment and initial management. National

Institute for Health and Care Excelence. Retrieved from

nice.org.uk/guidance/cg160

Nur, F., & Mutiara, H. (2015). Peranan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Anak dengan Status Karies Anak Usia Sekolah Dasar Mother ’ s Role in

Dental Children Health Care with Children Caries Status in Primary School

Age. Universitas Lampung.

Nursalam, & F Efendi. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penilaian

Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ochs, G., & Castaldi, P. (2005). Study guide and skills performance checklist to

accompany Potter, Perry Fundamentals of nursing. St. Louis: Mosby.

Oshikoya, K., & Senbanjo, I. (2008). Fever in Children: Mothers’ Perceptions and

their Home Management. Iranian Journal of Pediatrics, 18(3), 229–236.

Retrieved from http://ijp.tums.ac.ir/index.php/ijp/article/view/780

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

98

Riandita, A. (2012). Hubungan Anatara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Demam dengan Pengelolaan Demam pada Anak. FK Universitas

Diponegoro.

Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2008). Textbook of Basic Nursing,.

Philadelphia: Wolters Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins.

Sangkai, M. A., Silalahi, D. M. D., & Watie, L. (2016). Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Terhadap Tingkat Menggunakan Terapi Komplementer Daun

Kembang Sepatu ( Hibiscus Rosa-Sinensis ) Di Uptd Puskesmas Kayon

Palangka Raya Mariaty A . Sangkai *, Dian Mitra D . Silalahi **, Lisna

Watie *** Sekolah Tinggi Ilmu Kese. Dinamika Kesehatan, 7(1), 259–265.

S Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Scolnik, D. (2009). Editorial Fever A Return to Basics. Canada: Indian Pediatric.

Setiawati, S. (2008). Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta:

TIM.

Setiowati, D. (2014). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap

Peningkatan Pengetahuan Remaja Di Smk Islam Wijaya Kusuma Jakarta

Selatan. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of

Nursing), 9(2), 86–93.

Soedibyo, S., & Souvriyanti, E. (2016). Gambaran Persepsi Orang Tua tentang

Penggunaan Antipiretik sebagai Obat Demam. Sari Pediatri, 8(2), 142.

doi:10.14238/sp8.2.2006.142-6

Soepardi, S., & Elsye, S. (2006). Gambaran Persepsi Orang Tua tentang

Penggunaan Antipiretik sebagai Obat Demam. Sari Pediatri, 8, 142–146.

Retrieved from http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-2-9.pdf

Sugiarsi. (2011). Pendidikan Kesehatan pada Kelompok Ibu PKK dalam

Meningkatkan Pemahaman Masyarakat untuk Mencegah Penyakit Kanker

Serviks. Jurnal Maternal, 4.

Sullivan, J. E., & Farrar, H. C. (2011). Fever and Antipyretic Use in Children.

Pediatrics, 127(3), 580–587. https://doi.org/10.1542/peds.2010-3852

Susilowati. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat

Pengetahuan, Sikap dan Praktik Manajemen Demam pada Orang Tua dengan

Anak Kejang Demam di Ruang Seruni RSUD Muntilan Kabupaten

Magelang. PPN-PSIK STIK 'Aisyiyah Yogyakarta.

Swarjana, I Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: ANDI

Utari, W., Novayelinda, R., & Arneliwati. (2011). Efektifitas Pendidikan

Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tentang Infeksi

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

99

Saluran Pernapasan Akut (ISPA), 1–7.

Wade, C., & Tavris, C. (2008). Psikologi (9 jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Walsh, A., & Edwards, H. (2006). Management of childhood fever by parents:

literature review. J Adv Nurs, 54(2), 217–227. Retrieved from

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16553708

Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Wawan, A. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Manusia. Jakarta: Nuha Medika.

Widyana, E. D., Toyibah, A., Putu, L., & Esa, M. (2009). Pola asuh anak dan

pernikahan usia dini, (77), 33–39. Retrieved from http://jurnal.poltekkes-

malang.ac.id/berkas/fd47-Pola_Asuh_Anak.pdf

Pallant, Julie Florence. 2005. SPSS Survival Manual: A Step by Step Guide to

Data Analysis Using SPSS. Australia: Allen & Unwin.

Wisconsin Child Welfare Professional Development System. Development Stages

of Infants and Children. US: Diakses pada 22 Mei 2017 pukul 21.00 WIB

darihttps://wcwpds.wisc.edu/childdevelopment/resources/CompleteDevelop

mentDetails.pdf

Yusyaf, S. (2013). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode

Pendidikan Individual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga

Tentang Demam Berdarah Dengue. Universitas Riau.

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

100

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

101

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

102

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

103

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

104

LAMPIRAN

Hasil Output Analisa Data

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Usia ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid remaja akhir 17-25 4 20,0 20,0 20,0

dewasa awal 26-35 12 60,0 60,0 80,0

dewasa 36-45 4 20,0 20,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Pendidikan ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tamat SD 1 5,0 5,0 5,0

Tamat SMP 6 30,0 30,0 35,0

Tamat SMA 10 50,0 50,0 85,0

Tamat Perguruan Tinggi 3 15,0 15,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Pekerjaan ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 16 80,0 80,0 80,0

Pegawai Swasta 3 15,0 15,0 95,0

Pedagang 1 5,0 5,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Usia anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid bayi 1-12 bulan 5 25,0 25,0 25,0

balita 12 - 60 bulan 14 70,0 70,0 95,0

prasekolah 60-72 bulan 1 5,0 5,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Jenis Kelamin Anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Perempuan 8 40,0 40,0 40,0

Laki-laki 12 60,0 60,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

105

UJI NORMALITAS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Nilai Pre Test 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0% Nilai Post Test 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Nilai Pre Test Mean 57,50 2,308

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 52,67 Upper Bound 62,33

5% Trimmed Mean 58,33 Median 60,00 Variance 106,579 Std. Deviation 10,324 Minimum 30 Maximum 70 Range 40 Interquartile Range 14 Skewness -,997 ,512

Kurtosis 1,418 ,992

Nilai Post Test Mean 84,75 1,380

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 81,86 Upper Bound 87,64

5% Trimmed Mean 84,72 Median 85,00 Variance 38,092 Std. Deviation 6,172 Minimum 75 Maximum 95 Range 20 Interquartile Range 10 Skewness -,083 ,512

Kurtosis -,800 ,992

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Pre Test ,154 20 ,200* ,905 20 ,051

Nilai Post Test ,166 20 ,149 ,924 20 ,117

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

106

UJI PAIRED T TEST

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Nilai Post Test 84,75 20 6,172 1,380

Nilai Pre Test 57,50 20 10,324 2,308

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Nilai Post Test & Nilai Pre Test 20 ,176 ,459

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% CI

Lower Upper

Pair 1

Nilai Post Test - Nilai Pre Test

27,250 11,059 2,473 22,074 32,426 11,020 19 ,000

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

107

Lampiran

INFORMED CONSENT EFEKTIVITAS EDUKASI KESEHATAN TERHADAP NILAI

PENGETAHUAN IBU DALAM MANAJEMEN DEMAM PADA ANAK DI

RUMAH

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Nama : Farrah Vidya Maulvi

NIM : 1113104000024

Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud sedang melakukan penelitian yang

akan diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

(S.Kep) sesuai dengan judul yang tertera diatas. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan

orang tua mengenai pengelolaan demam anak di rumah. Adapun manfaat

penelitian ini bagi orang tua atau caregiver yaitu untuk menambah atau

mengevaluasi praktik pengelolaan demam anak di rumah agar sesuai dengan

perkembangan keilmuan yang ada.

Saya berharap jawaban yang anda berikan adalah berdasarkan

pengetahuan Anda sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin

kerahasiaan jawaban dan identitas Anda. Informasi yang Anda berikan hanya akan

digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan

dipersalahgunakan untuk kepentingan lainnya.

Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan

memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi

apapun. Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda

menandatangani formulir persetujuan di bawah ini.

Ciputat, .....................2017

Peneliti

(Farrah Vidya Maulvi)

Responden

(......................................)

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

108

Lampiran

BAGIAN I

KUESIONER DEMOGRAFI RESPONDEN

Petunjuk pengisian:

Mohon Bapak/Ibu mengisi pertanyaan yang telah disediakan berikan tanda ceklis

(√) pada salah satu pilihan yang dianggap sesuai

IDENTITAS ANAK

1. Nama Anak :

2. Jenis Kelamin Anak :

3. Tanggal Lahir Anak :

4. Usia Anak : bulan

IDENTITAS ORANG TUA

5. Nama :

6. Umur : tahun

7. Pendidikan Terakhir :

8. Pekerjaan :

9. No. Telepon / HP :

10. Pernah mendapat informasi tentang Manajemen Demam Anak di Rumah?

11. Jika pernah, kapan Anda mendapatkan informasi tersebut?

12. Informasi tentang Manajemen Demam Anak di Rumah didapatkan dari?

SD SMA / Sederajat

SMP Perguruan Tinggi / Sederajat

KODE

Pernah Tidak Pernah (lanjut ke halaman selanjutnya)

Satu minggu lalu Enam bulan lalu

Satu bulan lalu _____________________

Petugas Kesehatan Media Elektronik/Massa

Teman/Tetangga _____________________

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

109

BAGIAN II

KUESIONER PENGETAHUAN MENGENAI MANAJEMEN DEMAM

Petunjuk pengisian:

Mohon Bapak/Ibu mengisi pertanyaan yang telah disediakan dan berikan tanda

silang (X) pada salah satu pilihan yang dianggap sesuai

NO PERNYATAAN BENAR SALAH

1

Demam merupakan tanda munculnya gejala keluhan

kesehatan yang dikarakteristikkan dengan peningkatan

suhu tubuh di atas 36,5 – 37.5oC

2 Suhu tubuh dapat dikatakan demam tinggi apabila

mencapai >38,5oC

3 Demam menandakan anak akan bertumbuh dewasa

4 Demam dapat disebabkan oleh infeksi virus dan

bakteri

5 Demam dapat disebabkan oleh pemberian imunisasi

6

Gejala umum yang sering timbul saat demam adalah

peningkatan suhu tubuh, rewel, sulit makan dan

minum

7 Ibu melakukan deteksi demam dengan meraba dahi

anak

8

Anak dengan temperatur ≥37,5oC harus dilakukan

pengkajian sesuai petunjuk Buku Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS)

9 Alat ukur suhu tubuh dinamakan termometer

10 Dehidrasi adalah salah satu yang harus diwaspadai

orang tua sebagai akibat dari demam tinggi

11 Orang tua perlu untuk selalu menyediakan obat

penurun panas di rumah

KODE

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

110

12 Ibu langsung memberikan obat penurun panas

(paracetamol) ketika anak terdeteksi demam

13

Sebelum memberikan obat penurun panas, ibu dapat

melakukan kompres dan memberikan makan dan

minum dengan takaran lebih sering biasanya

14 Pemberian minum dalam takaran yang tepat dapat

membantu menurunkan demam pada anak

15 Kompres pada anak dapat menggunakan air dingin

maupun hangat

16 Pemberian kompres pada anak dapat dilakukan di

bagian ketiak, pangkal paha dan punggung anak

17 Obat penurun panas tidak boleh diberikan untuk anak

< 3 bulan

18

Aturan pemberian obat penurun panas dapat dilihat

pada petunjuk pemakaian obat yang tersedia dalam

bungkus obat

19

Bila demam tidak turun dalam 2 hari dengan tetap ada

ruam di kulit dan timbul gejala lain segera periksakan

ke petugas kesehatan

20

Penting bagi ibu untuk peka terhadap kejadian demam

pada anak dan mengelola demam secara tanggap dan

tepat

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

111

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Pokok Bahasan : Demam Anak

Sub Pokok Bahasan : Pengetahuan Ibu tentang Manajemen Demam Anak di

Rumah

Sasaran : Ibu-ibu di RT 2 RW 2 Kelurahan Jaticempaka

Hari, tanggal : Sabtu, 6 Mei 2017 pukul 10.00 – 11.30 WIB

Tempat : Musholah

Penyuluh : Farrah Vidya Maulvi

I. Tujuan

a. Tujuan Umum : setelah dilakukan edukasi kesehatan diharapkan

ibu dapat mengerti dan memahami tentang manajemen demam anak di

rumah

b. Tujuan Khusus : setelah mengikuti sesi edukasi kesehatan

diharapkan ibu mampu:

1. Mengetahui definisi demam

2. Mengetahui penyebab demam

3. Mengetahui tanda dan gejala demam

4. Mengetahui cara pengukuran suhu tubuh

5. Mengetahui pemantauan status hidrasi

6. Mengetahui dampak dari demam tinggi

7. Mengetahui penanganan demam yang dapat ibu lakukan di rumah

8. Mengetahui pemberian obat penurun panas yang tepat sesuai buku

MTBS

9. Mengetahui waktu rujuk anak sesuai buku KIA

II. Metode : Ceramah dan tanya jawab

III. Media : LCD Proyektor, Laptop

IV. Materi : Terlampir

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

112

V. Kegiatan penyuluhan :

No. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens Waktu

1 Tahap Pembukaan

a. Moderator membuka acara, memberi

salam dan berdoa bersama

b. Perkenalan

Menjawab salam,

menyimak dan

memperhatikan.

6 menit

2 Tahap Apersepsi

a. Menanyakan pengetahuan Audiens

tentang demam

b. Memberikan kuesioner pretest

Menyimak,

menjawab

pertanyaan dan

mengisi kuesioner

12

menit

3 Tahap Informasi

a. Menjelaskan tujuan penyuluhan

b. Memberikan informasi tentang demam

dan manajemen demam anak di rumah

yang akan disampaikan

Menyimak dan

memperhatikan 5 menit

4 Tahap Edukasi Kesehatan

a. Menjelaskan:

1) Definisi demam

2) Penyebab demam

3) Tanda dan gejala demam

4) Cara pengukuran suhu tubuh

5) Pemantauan status hidrasi

6) Dampak dari demam tinggi

7) Penanganan demam yang dapat ibu

lakukan di rumah

8) Pemberian obat penurun panas yang

tepat sesuai buku MTBS

9) Waktu rujuk anak sesuai buku KIA

b. Melakukan demonstrasi berupa:

1) Cara pengukuran suhu tubuh anak

Menyimak,

memperhatikan

dan bertanya

55

menit

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

113

menggunakan termometer

2) Cara pemberian obat antipiretik

anak

c. Memberikan kesempatan bertanya

5 Tahap Penutup

a. Penyaji menyimpulkan materi tentang

demam dan manajemen demam

b. Penyaji memberikan kuesioner

posttest untuk mengevaluasi

responden

c. Moderator menutup acara dan

mengucapkan salam

Menyimak,

menjawab

pertanyaan dan

mengisi kuesioner

12

menit

VI. Pengorganisasian

a. Penyaji : Farrah Vidya Maulvi

b. Observer : Ratna Juwita

c. Fasilitator : Maharani Ayu Vidyannisa; Najwa Vidya Nikallaya;

Muhammad Hafid

VII. Struktur Ruangan

Keterangan:

Peserta

Fasilitator

Observer

Penyaji

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

114

VIII. Evaluasi

a. Evaluasi struktur

Rencana kegiatan dan penyajian materi edukasi kesehatan dipersiapkan

dari sebelum kegiatan penyuluhan. Survey tempat dilakukan beberapa

hari sebelum kegiatan penyuluhan agar peneliti dapat mengatur letak

dan posisi yang strategis bagi responden untuk menyimak materi yang

akan disampaikan.

b. Evaluasi proses

1. Peralatan dan tempat tersedia

2. Peserta datang tepat waktu

3. Waktu sesuai dengan rencana

c. Evaluasi hasil

Mampu menjawab dan memahami definisi demam, penyebab demam,

tanda dan gejala demam, cara mengukur suhu tubuh anak, dampak

demam tinggi, penanganan demam yang dapat ibu lakukan di rumah,

bagian tubuh anak untuk dikompres, anjuran dosis pemberian obat

penurun panas yang tepat sesuai buku MTBS, serta waktu rujuk anak

sesuai buku KIA.

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

115

MATERI PENYULUHAN

Manajemen Demam Anak

H. Demam

1. Definisi demam

Demam disebut juga dengan pireksia (Axelrod & Diringer, 2008)

merupakan tanda munculnya gejala keluhan kesehatan yang

dikarakteristikkan dengan peningkatan suhu tubuh diatas normal 36,5

– 37,5oC atau 98 – 100

oF dikarenakan peningkatan regulasi set point

tubuh (Karakitsos & Karabinis, 2008).

2. Penyebab demam

Demam dapat disebabkan oleh 4 faktor utama: infeksi, reaksi

inflamasi, neoplastic dan bermacam-macam lainnya seperti pajanan

suhu dari lingkungan (Kliegman, 2016).

3. Tanda dan gejala demam

El-Radhi, Carroll dan Klien (2009) menjelaskan tanda dan gejala

umum pada anak yang mengalami demam sebagai berikut lelah, haus,

sulit makan dan minum serta peningkatan denyut nadi.

4. Pengukuran Suhu Tubuh

Tabel Bagian Pengukuran Suhu Tubuh

Bagian tubuh Tipe termometer Suhu normal

rata-rata (oC)

Demam oC

Aksila Elektronik, air raksa 34,7-37,3 (36,4) 37,4

Sublingual Elektronik, air raksa 35,5-37,5 (36,6) 37,6

Telinga Infra merah 35,7-37,5 (36,6) 37,6

(Sumber: El-Radhi. Carroll. Klein, 2009)

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

116

5. Pemantauan status hidrasi

Tabel Hidrasi Anak

(Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes, 2016)

Tabel kebutuhan asupan cairan anak

(Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes, 2016)

6. Mengetahui penanganan demam yang dapat ibu lakukan di rumah

a) Memberikan cairan yang biasa anak minum (anak yang masih

mendapatkan ASI sebaiknya diberikan ASI)

b) Beri minum lebih sering dan lebih banyak

c) Jangan diselimuti atau diberi baju tebal

d) Kompres dengan air biasa atau air hangat

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

117

e) Jangan kompres dengan air dingin karena anak bisa menggigil

f) Untuk daerah endemis malaria, balita harus tidur di dalam kelambu

anti nyamuk

g) Jika demam tinggi >38oC, beri obat penurun panas sesuai dosis

h) Perhatikan tanda-tanda hidrasi (Kemenkes, 2016)

7. Mengetahui pemberian obat penurun panas yang tepat sesuai buku

MTBS 2015

8. Mengetahui waktu rujuk anak sesuai buku KIA

a) Demam disertai kejang

b) Demam tidak turun dalam 2 hari

c) Demam disertai bintik-bintik merah, pendarahan di hidung,

dan/atau buang air besar berwarna hitam (Kemenkes 2016)

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

118

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35961/1/Farrah Vidya...repository.uinjkt.ac.id

119