modul character building 2 · modul character building 2 – universitas bina sarana informatika 2...
Post on 07-Dec-2020
39 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MODUL CHARACTER BUILDING 2
MOTIVASI,SIKAP, PERILAKU, LINGKUNGAN DAN INTERAKSI SOSIAL
SERTA PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
DISUSUN OLEH :
NURMALASARI,SE,MM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA
AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
BSI PONTIANAK
2018
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul Character
Building 2 dengan judul MOTIVASI,SIKAP, PERILAKU, LINGKUNGAN SOSIAL
DAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
Modul Character Building dibuat khusus untuk membantu mahasiswa dalam
meningkatkan diri melalui motivasi sikap dan perilaku serta lingkungan sosial yang
mendukung dan tambahan materi pula tentang pendidikan anti korupsi.
.
Tak lupa pula mengucapkan banyak terimakasih kepada keluarga dan rekan-rekan
sekerja yang telah menmberikan dorongan,masukan dan saran demi terwujudnya modul
character building 2 ini.
Semoga atas izin dan hidayah ALLAH SWT, Modul ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa untuk penambahan ilmu pengetahuan dan
pengembangan materi khususnya matakuliah Character Building 2.
Pontianak, September 2018
Nurmalasari, SE, MM
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
BAB II
BAB III
MOTIVASI, SIKAP DAN PERILAKU
SOSIAL
1. Pengertian Motivasi
2. Teori Motivasi
3. Teori Jendela Johari
Latihan
LINGKUNGAN SOSIAL
1. Pengertian Lingkuangan Sosial
2. Masyarakat dan Kebudayaan
3. Komunikasi Sosial
4. Nilai dan Norma Sosial
Latihan
INTERAKSI SOSIAL
1. Pengertian Interaksi Sosial
2. Komunikasi Sosial
3. Pengertian Nilai
4. Pengertian Norma
5. Kaitan nilai dan norma
6. Konflik sosial
1
2
9
13
14
17
18
19
24
25
26
28
30
31
33
iv
BAB IV
Latihan
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
1. Pengertian Korupsi
2. Faktor penyebab korupsi
3. Bentuk-bentuk korupsi
4. Upaya Penanggulangan Korupsi
Latihan
DAFTAR PUSTAKA
34
35
36
37
38
41
42
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 1
BAB I
MOTIVASI, SIKAP & PERILAKU SOSIAL
1. Pengertian Motivasi
Kekuatan atau daya dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan
kehendak dan perilaku seseorang dan segala kekuatannya untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya, yang muncul dari keinginan memenuhi kebutuhannya.
Motivasi merupakan akar kata dari bahasa Latin movore, yang berarti gerak atau
dorongan untuk bergerak.
Faktor – faktor yang menghambat motivasi bukan hanya berasal dari luar, tetapi
juga dari dalam diri sendiri. Ada beberapa nilai keyakinan, budaya dan kebiasaan yang
menghambat motivasi, diantaranya adalah khurafat dan takhayul, tak akan lari gunung
dikejar, alon – alon asal kelakon, gampangan (bagaimana nanti sajalah), nrimo
(fatalistis), mangan ora mangan pokoke ngumpul, menganggap kerja kasar itu hina,
jimat atau maskot.
Beberapa ahli memberikan batasan tentang pengertian motivasi, antara lain
sebagai berikut:
1) Menurut Mc. Donald, motivasi adaalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
2) Menurut Thomas M. Risk, motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru
untuk menimbulkan motif-motif pada diri siswa yang menunjang kearah tujuan-
tujuan belajar.
3) Menurut Chaplin, motivasi adalah variabel penyelang yang digunakan untuk
menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam membangkitkan, mengelola,
mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran.
4) Menurut Tabrani Rusyan, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
5) Menurut Dimyati dan Mudjiono, di dalam motivasi terkandung adanya keinginan
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku
individu belajar.
6) Menurut Atkinson, motivasi dijelaskan sebagai suatu tendensi seseorang untuk
berbuat yang meningkat guna menghasilkan satu hasil atau lebih pengaruh.
7) Menurut A.W Bernard, motivasi adalah fenomena yang dilibatkan dalam
perangsangan tindakan kearah tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada
gerakan kearah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi merupakan usaha memperbesar
atau mengadakan gerakan untuk mencapai tujuan tertentu.
8) Menurut Abraham Maslow, motivasi adalah sesuatu yang bersifat konstan (tetap),
tidak pernah berakhir, berfluktuasi dan bersifat kompleks, dan hal itu kebanyakan
merupakan karakteristik universal pada setiap kegiatan organisme.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 2
9) Menurut John W Santrock, motivasi adalah proses memberi semangat, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi, terarah dan bertahan lama
2. Teori Motivasi
beberapa teori motivasi antara lain adalah :
1. Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, kenikmatan. Seperti
dikatakan oleh M Ngalim Purwanto bahwa : “Hedonisme adalah aliran di dalam filsafat
yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari
kesenangan (hedone).
Menurut pandangan teori ini manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang
mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Orang yang
menganut teori ini setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, orang tersebut
cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari
pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, kesengsaraan, penderitaan dan segala
sesuatu yang mengakibatkan tidak enak.
Pengaruh dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung
menghindar dari hal-hal yang sulit dan yang menyusahkan diri sendiri dan yang
mengandung hal-hal yang beresiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang
mendatangkan kenangan baginya. Sebagai contoh, siswa di suatu kelas akan bertepuk
tangan bila mereka mendengar guru yang akan mengajar matematika tidak akan masuk
dikarenakan sakit, seorang karyawan segan bekerja dengan baik dan malas bekerja,
akan tetapi menuntut gaji dan upah yang tinggi. Dan masih banyak lagi contobh yang
lain yang menunjukkan bahwa motivasi iti sngat diperlukan menurut teori Hedonisme,
para siswa dan karyawan tersebut pada contoh di atas harus diberi motivasi secara tepat
agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan menenuhi kesenangannya.
2. Teori Naluri
Manusia sebagai individu hidup dalam suatu dunia yang bukan dirinya sendiri, tetapi
mutlak di perlukan untuk hidupnya, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya,
melangsungkan dan mengembangkan, manusia membutuhkan makanan, udara, ilmu,
pengetahuan, juga persahabatan, persekutuan dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan hidup dan kehidupan. Daya-daya yang mendorong manusia dari dalam untuk
melaksanakan perbuatan itu disebut naluri atau dorongan nafsu.
Menurut M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa : “Naluri (dorongan nafsu) adalah
kekuatan pendorong maju yang memaksakan dan mengejar kepuasan dengan jalan
mencari, mencapai sesuatu yang berupa benda-benda ataupun nilai-nilai tertentu”.
Naluri merupakan kekuatan di dalam diri manusia yang mendorong kita untuk maju dan
memiliki benda-benda dan nilai-nilai itu. Naluri adalah bentuk penjelmaan hidup
tertentu, manusia sebagai mahluk yang sadar akan diri sendiri, akan tetapi menyadari
bahwa ia didorong, ia merasa bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang mendorongnya
berbuat dan bertindak. Dalam garis besarnya naluri (dorongan nafsu) dapat dibagi
menjadi tiga golongan :
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 3
a. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan diri : Mencari makan jika ia lapar,
menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan
diri untuk hidup aman.
b. Naluri (dorongan nafsu) mengembangkan diri : Dorongan ingin tahu, melatih dan
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Pada manusia dorongan inilah yang
menjadikan kebudayaan manusia makin maju dan makin tinggi.
c. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan dan mengembangkan jenis : manusia
secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga agar jenisnya dan keturunannya
tetap berkembang dan hidup. Naluri ini terjelma dalam penjodohan dan
perkawinan. Serta dorongan untuk memelihara dan mendidik anak-anak.
Tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau
digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini untuk
memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu
dikembangkan. Contoh, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering diejek
dan dihina oleh teman-temannya karena ia dianggap bodoh di dalam kelasnya. (naluri
mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang ke arah yang negatif,
kita perlu memberi motivasi, misalnya menyediakan situasi yang dapat mendorong anak
itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya.
Sering kita melihat seseorang bertingkah dalam melakukan sesuatu karena
didorong oleh lebih dari satu naluri pokok sekaligus, sehingga sukar bagi kita untuk
menetukan naluri pokok mana yang lebih dominan mendorong orang tersebut
melakukan tindakannya yang demikian itu. Sebagai contoh seorang pelajar sangat tekun
dan rajin belajar meskipun ia hidup diidalam kemiskinan bersama keluarganya. Hal
apakah yang mendorong pelajar tersebut sangat rajin dan tekun belajar? Mungkin
karena ia benar-benar ingin menjadi pandai (naluri mengembangkan diri) tetapi
mungkin juga karena ia ingin meningkatkan karir pekerjaannya sehingga pada saatnya
ia dapat hidupsenang bersama keluarganya dan dapat membiayai anak-anaknya di
sekolah nanti (naluri mengembangjan dan mempertahankan jenis, dan naluri
mempertahankan diri).
3.Teori Reaksi
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-
naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di
tempat orang itu hidup. Orang belajar bila banyak dari lingkungan kebudayaan di
tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh sebab itu teori ini disebut juga teori lingkungan
kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pendidik (guru) akan memotivasi anak
didiknya, pendidik (guru) itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang
kehidupan dan kebudayaan anak-anak didiknya.
Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui pola
tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang
mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi sesuatu masalah. Kita
mengetahui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai mavam suku yang memiliki
latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, banyak kemungkinan
seorang guru di suatu sekolah akan menghadapi beberapa macam anak didik yang
berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda perlu adanya pelayanan dan
pendekatan yang berbeda-beda pula, termasuk pelayanan dalam pemberian motivasi
terhadap mereka.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 4
4.Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara Teori Naluri dan Teori Reaksi. Daya pendorong
adalah semacam Naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu
arah yang umum, misalnya suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua
orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang
lain. Namun cara-cara yang digunakan dalam mengajar kepuasan terhadap daya
pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap-tiap individu menurut latar belakang
kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu menurut teori ini bila seorang pendidik
(guru) ingin memotivasi anak didiknya ia harus mendasarkannya atas daya pendorong,
yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang
dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil tinggal di daerah pedalaman dan
terpencil kemungkinan besar berbeda dengan cara memberikan motivasi kepada anak
yang dibesarkan dan hidup di kota-kota besar yang sudah maju diberbagai bidang
walaupun masalah yang dihadapi oleh siswa itu sama.
5. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini
beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhannya. Baik kebutuhan phisik maupun kebutuhan psikis. Oleh
karena itu menurut teori ini apabila seorang pendidik (guru) bermaksud memotivasi
siswa ia harus berusaha mengetahui lebih dahulu apa kebutuhan orang yang akan
dimotivasinya.
Sekarang ini telah banyak teoritisi psikologi yang telah mengemukakan teori-teorinya
tentang kebutuhan dasar manusia. Salah satu dari teori motivasi yang dikaitkan dengan
kebutuhan individu adalah model hierarki kebutuhan yang diusulkan Abraham Maslow.
Menurut teori ini kebutuhan orang bergantung pada apa yang telah mereka miliki,
dalam pengertian, suatu kebutuhan yang telah terpenuhi bukan faktor motivator lagi.
Kebutuhan lebih rendah harus dipuaskan sebelum kebutuhan tingkat yang lebih tinggi
mengendalikan perilaku. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki
kepentingan, dari yang terendah ke yang tinggi, yakni: kebutuhan fisiologis, keamanan,
rasa memiliki, penghargaan dan aktualisasi diri. Hirarki kebutuhan tersebut dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 1. Hirarki Kebutuhan Maslow
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 5
Gambar di atas menegaskan bahwa kebutuhan paling rendah, menurut Maslow,
adalah : “Kebutuhan fisiologis kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan yang lebih
tinggi yaitu kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri bisa juga disebut kebutuhan
pertumbuhan, merupakan kebutuhan tertinggi”.
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas dapat kita jelaskan kebutuhan apa
yang masuk dalam tiap-tiap tingkatan kebutuhan itu :
a. Kebutuhan fisiologis, meliputi: kebutuhan akan makanan, minuman, trempat tinggal
dan sembuh dari rasa sakit
b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan, meliputi: kebutuhan akan kemerdekaan dari
ancaman, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam
c. Kebutuhan rasa memiliki, sosial, dan kasih sayang, meliputi: kebutuhan akan
persahabatan, berkelompok, interaksi dan kasih sayang
d. Kebutuhan akan penghargaan, meliputi: kebutuhan akan harga diri dan penghargaan
dari pihak lain;
e. Kebutuhan aktualisasi diri, meliputi: kebutuhan untuk memenuhi diri melalui
mmemkasimumkan penggunaan kemampuan, keahlian dan potensi.
Teori ini memperlihatkan bahwa kebuthuhan manusia mengenal skala prioritas,
dimulai dengan kebutuhan dasar, yang banyak berkaitan dengan unsur biologis,
dilanjutkan dengan kebutuhan lebih tinggi, yang banyak berkaitan dengan unsur
kejiwaan atau kerohanian. Kebutuhan-kebutuhan lebih rendah lebih dulu dipenuhi
sebelum naik ke kebutuhan yang lebih tinggi, dan demikian seterusnya. Kebutuhan-
kebutuhan yang sudah terpenuhi berhenti menjadi motivator, dan beralih ke kebutuhan
yang lebih tinggi yang masih belum terpenuhi.
Tingkat atau hirarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksudkan sebagai suatu
kerangka yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang
dapat digunakan sewaktu-waktu bilamana diperlukan untuk memprakirakan tingkat
kebutuhan mana yang dapat dipakai untuk mendorong seseorang yang akan dimotivasi
bertindak melakukan sesuatu. Di dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati
bahwa kebutuhan manusia itu berbeda-beda, faktor-faktor yang mempengaruhi adanya
tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya
kedudukan, pengalaman masa lampau, pandangan atau filsafat hidup, cita-cita dan
harapan masa depan dari tiap-tiap individu.
Berdasarkan urutan tingkat kebutuhan menurut teori Maslow, kehidupan tiap
manusia dapat dijelaskan sebagai berikut : Pada mulanya kebutuhan manusia yang
paling mendesak adalah kebutuhan fisiologis seperti pangan, sandang, papan dan
kesehatan. Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis ini telah terpenuhi, maka kebutuhan-
kebutuhan yang mendesak adalah kebutuhan yang mendesak, amak timbul kebutuhan
lain yang mendesak yaitu kebutuhan akan penghargaan. Demikian seterusnya sampai
kepada tingkat kebutuhan aktualisasi diri, ingin menjadi orang terkenal dan ternama.
Namun janganlah diartikan bahwa kehidupan manusia itu akan mengikuti urutan kelima
tingkat kebutuhan fisiologis sampai dengan tingkat kebutuhan aktualisasi diri, proses
kehidupan manusia itu berbeda-beda dan tidak selalu menuruti garis lurus yang
meningkat, kadang-kadang melompat dari tingkat kebutuhan tertentu ke tingkat
kebutuhan lain dengan melampaui tingkat kebutuhan tertentu yang lain dengan
melampaui tingkat kebutuhan yang berbeda diatasnya. Atau pula kemungkinan terjadi
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 6
lompatan balik dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi ke tingkat kebutuhan di
bawahnya. Dengan demikian pada saat-saat tertentu tingkat kebutuhan seseorang
berbeda dengan orang-orang lain.
Adapun cara memotivasi diri sebagai berikut :
1.Memotivasi diri melalui rasa percaya diri
Percaya diri pertama-tama ditujukan pada kepercayaan bahwa kita emmiliki otak yang
luar biasa kehebatannya, melebihi kemampuan alat tercanggih sekalipun, buatan
manusia. Inilah aset kita yang paling berharga. Apa yang kita masukkan ke dalam otak
kita, itulah yang akan kita dapatkan kembali. Otak adalah kawasan penyimpanan yang
kapasitasnya luar baisa, namun perlu berhati-hati dalam mengisinya. Sebagian orang
mempunyai otak yang penuh dengan pemikiran dan pengalaman negatif. Mereka telah
secara terus menerus menanamkan masukan „saya tidak‟, didukung dengan setumpuk
alasan mengapa mereka tidak mampu. Maka ketika dihadapkan pada sebuah
kesempatan atau tantangan baru, otak mereka, ketikad itanya, mengirimkan jawaban:
“tidak, kamu tidak mampu” atau tanggapan lain yang senada dengan itu. Untuk itu, ada
beberapa hal yang berkaitan dengan pembangunan motivasi diri dengan membangun
kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.
a. Hindari mencari-cari alasan
Ada begitu banyak orang mengurungkan niat mereka dnegan mengajukan alasan yang
tidak masuk akal dan sama sekali salah, seperti:
• “saya tidak bisa”
• “saya tidak mampu, sebab…”
• “pendidikan saya belum memadai”
• “Saya merasa belum mantap”
• “saya sudah terlalu tua”
• “saya masih terlalu muda”
• “kesehatan saya sering terganggu”
• “saya bukan orang yang beruntung”
• “saya selalu bertindak salah”
• “latar belakang pendidikan saya tidaks esuai”
• Dan sebagainya, dan sebagainya.
Singkirkan semua dari perbendaharaan pikiran dan perkataan mengenai hal-hal yang
justru merugikan kita sendiri. Jangan membuat-buat alasan. Sebab, siapa pun, dapat
mencari-cari alasan bagi hampir segalanya. Itu mungkin sangat menyenangkan dan
mungkin kadang-kadang dapat menentramkan hati, tapi alasan-alasan sungguh dapat
menghambat orang, tidak termotivasi untuk mencapai sasarannya. Seseorang percaya
diri adalah seseorang yang percaya pada kemampuannya untuk melakukan sesuatu tugas
tertentu dan mencoba untuk mengubah kemampuan yang dirasakan menjadi hasil yang
nyata.
b. Gunakan daya imajinasi
Kita pernah mendengar ungkapan:”melihat dulu, baru percaya” apakah ungkapan ini
relevan dalam rangka usaha pengembangan diri? Rasanya tidak relevan! Membuat kita
serba terlambat dan ketinggalan! Kita perlu jauhkan ungkapan itu. Otak kita, dengan
kapasitasnya yang tak terbatas, dapat membantu kita dengan tanpa batasan, memcapai
ambisi hidup, jiak kita memberinya kesempatan. Biarkan otak anda menggambarkan
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 7
diri Anda sebagai pribadi yang anda inginkan. Semakin anda memikirkan itu semua
semakin besar kepastian akan suatu hasil yang positif. Sebaliknya, jika anda terus-
menerus membiarkan pikiran Anda dipenuhi dengan bermacam-macam pemikiran
mengenai penyakit dan kesehatan yang buruk, anda hampir pasti akan mengalami
penyakit yang anda pikirkan itu. Maka gunakanlah daya imajinasi otak anda. Yakinkan
diri anda bahwa yang sedang Anda pikirkan dan lihat dengan jelas adalah hal positif.
c. Jangan takut gagal
Menghadapi suatu peluang atau tantangan baru, kita dapat saja mengkaji apa
kemungkinan terburuk yang dapat terjadi, alias gagal. Bersamaan dengan itu, kita juga
perlu memikirkan cara-cara menanganinya apabila kemungkinan terburuk itu terjadi.
Dengan demikian, kita telah siap menghadapi dengan satu atau lebih alternatif
pemecahan. Setelah melakukan pengkajian semacam itu, kita selanjutnya memusatkan
perhatian hanya pada rencana menuju suskes. Jadi ungkapan “jangan takut gagal” bukan
bermaksud agar kita tidak perlu berpikir tentang kegagalan, dan hanya berpikir positif
saja tentang keberhasilan. Sebab, tindakan ini jauh dari sikap realistis tentang hidup.
Takut pada kegagalan, emang tidak boleh, akan tetapi kita boleh, bahkan penting
memikirkannya, termasuk alternatif pemecahan kalau hal ini terjadi. Takut gagal akan
mengurangi kepercayaan drii, dan dengan sendirinya juga akan mengurangi motivasi
diri sendiri.
d. Perhatikan penampilan
Penampilan lahiriah dapat memberi pengaruh besar bagi kepercayaan diri sendiri, dan
dengan demikian pada motivasi diri. Orang yang yakin akan penampilannya akan lebih
gampang mendapatkan kepercayaan dirinya sehingga lebih termotivasi untuk
melakukan aktivitas-aktivitas yang diinginkannya. Penampilan pertama dikaitkan
dengan hal berpakaian. Anda bayangkan ketika dalam sebuah pertemuan resmi, di ama
semua orang yang ahdir memakai pakaian resmi, sementara Anda hanya mengenakan
pakaian baisa saja. Pasti bahwa pikiran Anda terganggu oleh penampilan Anda sendiri,
membuat kepercayaan diri Anda tidak muncul, sehingga Anda jadi enggan melakukan
aktivitas-aktivitas berarti, termasuk berlalu-lalang di tengah-tengah orang-orang itu.
Memperbaiki penampilan dalam hal berpakaian bukan dimaksudkan supaya kita
berlebihan dalam membelanjakan uang demi penampilan, yang jelas hanya memuaskan
ego kita semata. Seperti banyak hal alin, di sini pun kita perlu realistis, tidak berlebihan
dan juga tidak terlalu mengabaikannya. Intinya dalah masih dalam batas-batas
kewajaran.
2. Memotivasi diri dengan menentukan sasaran
Tidak banyak orang yang selalu berhasil menentukan sasaran atau target apa yang yang
ingin mereka capai sehingga mereka juga tidak memiliki arah yang jelas di mana tenaga
hendak diarahkan. Sasaran atau target yang sudah kita tetapkan, bisa berada di depan
dan juga di belakang kita. Suatu saat, kita mengejar target ayng terbentang di depan
kita. Tapi ketika kita lalai mengejarnya, target itu balik mengejar kita dan mengingatkan
kita agar kita bangkit mengejarnya. Jadi di sini tampak bahwa suatu target yang baik
dapat berperan penting untuk menggerakkan kita.
3. Memotivasi diri dengan menyusun catatan mengenai sukses yang pernah diraih
Disamping keuda cara diatas, ada satu cara praktis yang dapat dilakukan, yaitu dengan
menyusun catatan mengenai sukses yang pernah diraih.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 8
Setiap orang sekurang-kurangnya dalam suatu hal yang kecil pernah meraih sukses
dalam hidupnya. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa dia memiliki peluang untuk
meraih hal yang sama di masa depan. Dalam keragu-raguan akan kemampuan diri
sendiri, sukses masa lalu dapat menjadi bahan bakar yang dapat mengobarkan
kepercayaan pada diri sendiri. Mengingat-ingat sukses masa lalu tidak dimaksudkan
agar terlena dengan keberhasilan masa lalu, melainkan mau menimba kekuatan
tersembunyi dari sana, untuk dapat yakin bahwa di masa depan pun sukses dapat diraih.
Fungsi Motivasi
Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat menjadikan seseorang
mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Motivasi juga dapat mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.
Sardiman (2007: 85) menjelaskan motivasi akan mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu, karena motivasi memiliki fungsi seperti:
“(1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan;
(2) menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuannya;
(3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat lagi bagi tujuan tersebut.”
Oemar Hamalik (2004: 175) menjelaskan fungsi motivasi antara lain : mendorong
timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Perbuatan belajar akan terjadi apabila
seseorang tersebut memiliki motivasi, sebagai pengarah, artinya dapat menjadi jalan
agar mampu menuju arah yang ingin dicapai, sebagai penggerak, berfungsi sebagai
mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan.
Berdasarkan fungsi motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi adalah
memberikan arah dalam meraih apa yang diinginkan, menentukan sikap atau tingkah
laku yang akan dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan juga sebagai
mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas.
Adanya sumber Motivasi untuk meningkatkan arah yang diinginkan dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu sumber motivasi dari dalam diri (intrinsik) dan sumber motivasi dari
luar (ekstrinsik).
a. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Itu sebabnya motivasi intrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas dimulai dan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajarnya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif – motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 9
yang di dalamnya aktivitas dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang
tidak terkait dengan dirinya.
Ada dua faktor utama di dalam organisasi (faktor eksternal) yang membuat
karyawan merasa puas terhadap pekerjaan yang dilakukan, dan kepuasan tersebut akan
mendorong mereka untuk bekerja lebih baik, kedua faktor tersebut antara lain : a)
Motivator, yaitu prestasi kerja, penghargaan, tanggung jawab yang diberikan,
kesempatan untuk mengembangkan diri dan pekerjaannya itu sendiri. b) Faktor
kesehatan kerja, merupakan kebijakan dan administrasi perusahaan yang baik, supervisi
teknisi yang memadai, gaji yang memuaskan, kondisi kerja yang baik dan keselamatan
kerja Dilingkungan suatu organisasi atau perusahaan kecenderungan penggunaan
motivasi ekstrinsik lebih dominan daripada motivasi intrinsik. Kondisi ini disebabkan
tidak mudah untuk menumbuhkan kesadaran dari dalam diri karyawan, sementara
kondisi kerja disekitarnya lebih banyak menggiringnya pada mendapatankan kepuasan
kerja yang hanya dapat dipenuhi dari luar dirinya
Prinsip-prinsip motivasi menurut Keller yang dapat diterapakan dalam proses
pembelajaran, disebut sebagai ARCS model, yaitu:
1) Attention (perhatian) yaitu dorongan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu muncul karena
dirangsang oleh elemen-elemen baru, aneh, kontradiktif /kompleks. Terdapat beberapa
strategi untuk merangsang minat dan perhatian, antara lain:
a) Gunakan metode penyampaian yang bervariasi.
b) Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran.
c) Gunakan humor dalam penyajian pembelajaran.
d) Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh untuk memperjelas konsep.
e) Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.
2) Relevance (relevansi), yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi
pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa. Ada tiga strategi yang dapat digunakan
untuk menunjukkan relevansi, yaitu sebagai berikut:
a) Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi
pembelajaran.
b) Jelaskan manfaat pengetahuan/keterampilan yang akan dipelajari.
c) Berikan contoh, latihan/tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau
profesi tertentu.
3) Confidence (kepercayaan diri), yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan
potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan
4) Satisfaction (kepuasan), merupakan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan yang
akan menghasilkan kepuasan, siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai
tujuan yang serupa.
3. Teori Jendela Johari
Johari Window atau Jendela Johari merupakan salah satu cara untuk melihat
dinamika dari self-awareness, yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif kita.
Model yang diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham di tahun 1955 ini berguna
untuk mengamati cara kita memahami diri kita sendiri sebagai bagian dari proses
komunikasi. Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari
Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 10
yang digambarkan sebagai sebuah jendela. „Jendela‟ tersebut terdiri dari matrik 4 sel,
masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang
disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah
tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari.
Teori Johari Window (Jedela Johari) merupakan perangkat sederhana dan berguna
dalam mengilustrasikan dan meningkatkan kesadaran diri serta pengertian bersama
individu-individu yang ada dalam suatu kelompok tertentu. Midel ini juga berfungsi
dalam meningkatkan hubungan antar kelompok yang sekaligus mengilustrasikan
kembali proses memberi maupun menerima feedback.
Keempat gambar dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar Jendela Johari
Adapaun penjelasan dari gambar diatas adalah sebagai berikut :
1. Open area merupakan jendela saya tahu dan orang lain tahu, yaitu orang
mengenal dirinya sendiri dan orang lain. Open self merupakan bagian diri yang
menyajikan semua informasi, perilaku, sifat, perasaan, keinginan, motivasi, dan
ide yang diketahui oleh diri pribadi dan orang lain. Pada keadaan hubungan
seperti ini, terdapat keterbukaan, kesesuaian, dan sedikit alasan untuk bersikap
defensif (ngotot). Daerah ini merupakan daerah ideal yang mencerminkan
kepribadian seseorang yang mau menberi dan menerima saran dan kritik dari
orang lain. Makin kecil bagian open self, makin buruk komunikasi berlangsung.
Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain
seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Area
terbuka merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh
diri kita sendiri dan orang lain. Bagi orang yang telah mengenal potensi dan
kemampuan dirinya sendiri, kelebihan dan kekurangannya sangatlah mudah
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun
orang lain sehingga orang dengan Type ini pasti selalu menemui kesuksesan
setiap langkahnya, karena orang lain tahu kemampuannya begitu juga dirinya
sendiri. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu
yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan
terus bertambah secara vertikal sehingga mengurangi hidden area. Makin besar
open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 11
2. Blind area merupakan daerah „Saya tidak Tahu‟ dan „Orang lain Tahu‟, sehingga
daerah ini disebut daerah buta (Blind Self). Dalam daerah ini, orang mengenal
pribadi orang lain tetapi tidak mengenal dirinya sendiri. Daerah ini
mencerminkan kepribadian seseorang yang hanya mau mengkritik, tetapi tidak
mau menerima saran/kritik orang lain. Kepribadian yang keras kepala dan
cenderung defensif. Adanya daerah buta menyebabkan komunikasi menjadi
tidak efektif.
3. Blind area atau Blind self atau wilayah buta merupakan kondisi dimana orang
lain dapat memahami sifat, perasaan, pikiran, dan motivasi seseorang, tetapi
orang tersebut tidak dapat memahami dirinya sendiri. Wilayah buta ini sering
terjadi dalam interaksi manusia yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau
permasalahan lainnya. Seseorang yang berada dalam blind self cenderung tidak
dapat menciptakan komunikasi efektif, sehingga timbul berbagai permasalahan.
Misalnya, orang yang biasanya bersikap „sok‟ asik ketika bertemu dengan orang
baru, padahal dirinya sendiri merupakan seorang yang pendiam. Ia tidak dapat
menilai dirinya sendiri sebagaimana sifat, perilaku, dan pikiran yang ia miliki,
tetapi orang lain dapat menilainya. Hal ini sering disebut sebagai orang yang
„munafik‟. Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu
tapi kita tidak. Pada daerah ini orang lain tidak mengenal kita sementara kita
tahu kemampuan dan potensi kita, bila hal tersebut yang terjadi maka umpan
balik dan komunikasi merupakan cara agar kita lebih dikenal orang terutama
kemampuan kita, hilangkan rasa tidak percaya diri mulailah terbuka. Misalnya
bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll.
Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan
berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang
diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim. merujuk kepada
perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi t idak
diketahui oleh orang lain.
4. Hidden area Merupakan daerah „Saya Tahu‟ dan orang lain „tidak tahu‟ sehingga
daerah ini disebut daerah tersembunyi. Daerah ini berisi segala sesuatu
mengenai diri pribadi yang diketahui diri yang bersangkutan hanya untuk dirinya
sendiri. Denagn kata lain, orang mengenal dirinya sendiri tetapi diri orang yang
bersangkutan tidak dikenal oleh orang lain. Hasilnya adalah bahwa orang
tersebut tetap tersembunyi dari orang lain karena rasa takut terhadap
kemungkina reaksi orang lain. Pribadi yang pada posisi ini akan menjaga sikap,
pemikiran dan perasaannya sebagai sesuatu yang rahasia.dan tidak akan
membuka kepada orang lain. Daerah ini mencerminkan kepribadian yang hanya
mau meminta saran/informasi dari orang lain, tetapi tidak mau sedikit berbagi
saran dengan orang lain. Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri
kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai
atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi
mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan.
Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang kita, yang kalau dalam
hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang. merujuk kepada
perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 12
diketahui oleh diri kita sendiri. Unknown area Merupakan daerah „Saya Tidak
Tahu‟ dan „Orang Lain Tidak Tahu‟, sehingga daerah ini disebut daerah misteri
(unknown area). Secara potensial merupakan situasi yang paling eksplosit.
Orang tidak mengenal, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Pribadi pada
daerah ini memperlihatkan perasaan, pemikiran maupun tingkah lakubaik
dirinya maupun orang lain tidak tahu. Unknown area adalah informasi yang
orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman
tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita
bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama
orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan
perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa,
mulai mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman.
Apabila seseorang menghendaki segala ide, perasaan, maupun tingkah lakunya
diterima oleh orang lain maka daerah I (daerah terbuka) harus terbuka lebar. Dan
janganlah terlalu berharap akan penghargaan tinggi terhadap diri dari orang lain. Suatu
cara penurunan „pribadi tersembunyi‟ dan peningkatan „pribadi tebuka‟ adalah melalui
proses penyingkapan diri ( membuka diri), yaitu dengan lebih mempercayai orang lain
dan mengutarakan informasi diri kepada orang lain. Untuk mengurangi „pribadi
buta‟dan pada saat yang sama meningkatkan „pribadi terbuka‟ seorang individu haruslah
mau menerima masukan dari orang lain, dan menggunakan umpan balik tersebut untuk
meningkatkan ataupun merubah pribadi dirinya sendiri.
Idealnya sebuah jendela diri itu bisa dilihat dari tingginya tingkat kepercayaan
dalam kelompok ataupun hubungan dengan individu lain, jika berada pada jendela ini
ukuran arena atau diri terbuka akan meningkat, dikarenakan tingginya tingkat
kepercayaan dalam kelompok sosial. Norma-norma pun dikembangkan oleh kelompok
untuk saling memberi feedback dan difasilitasi tentunya untuk pertukaran ini.
Arena/daerah/diri terbuka menyarankan kita untuk membuka diri kepada anggota
kelompok lainnya, karena dengan adanya keterbukaan, anggota kelompok lain tidak
akan bersikap intropert (tertutup) atau malah akan lebih memberikan pengertiannya.
Mereka akan mengerti bagaimana sikap dan sifat kita, dan mengatahui kita bisa dikritik
yang pada akhirnya akan memberikan feedback yang positif pula.
Sedikit tambahan mengenai faktor-faktor yang menghambat individu dalam
memperbaiki jendela dirinya, adalah dari faktor lingkungan dan hubungan dari individu
itu sendiri.
Faktor penghambat dari lingkungan Adalah sistem yang dianut oleh lingkungan sekitar
kita, misalnya; ada pihak yang lebih dominan sehingga menghambat pengembangan
diri.
Faktor Intern : Merupakan faktor yang menyebabkan kita enggan untuk menelaah diri,
terkadang kita tidak bisa menerima kenyataan, misalnya saja faktor tujuan hidup dan
usia. Faktor tujuan hidup yang belum tergambarkan dengan jelas, faktor motivasi dan
keenganan untuk menelaah diri, kadang-kadang manusia takut untuk menerima
kenyataan bahwa ia memiliki kekurangan ataupun kelebihan pada dirinya.
Faktor Usia: Kadang-kadang orang yang sudah tua dalam usia tidak melihat bahwa
kearifan dan kebijaksanaan dapat dicapainya, mereka cenderung usia muda lebih hebat
karena produktif.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 13
LATIHAN
1. Salah satu Hirarki kebutuhan menurut Maslow antara lain:
a. Sikap
b. Manipulasi
c. Imbalan
d. Aktualisasi diri
e. Emosi
2. Memotivasi diri melalui rasa percaya diri dapat dilakukan dengan cara:
a. Bersikap sombong
b. Meremehkan orang lain
c. Emosional
d. Rendah diri
e. Memperhatikan Penampilan
3. Kekuatan atau daya dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan kehendak
dan perilaku seseorang dan segala kekuatannya untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya, yang muncul dari keinginan memenuhi kebutuhannya
a. Motivasi
b. Watak
c. Tempramen
d. Bakat
e. Potensi
4. Dalam Jendela Johari daerah yang diri sendiri tahu dan orang lain tahu merupakan
daerah.....
a. Daerah tersembunyi
b. Daerah terbuka
c. Daerah buta
d. Daerah tak sadar
e. Daerah abu-abu
5. Puncak tertinggi dari hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah….
a. Fisiologi
b. Rasa memiliki
c. Keamanan dan Keselamatan
d. Aktualisasi Diri
e. Penghargaan
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 14
BAB II
LINGKUNGAN SOSIAL
1. Pengertian lingkungan Sosial
Lingkungan sosial tempat kita tinggal dan berada bersama yang lain ada
bermacam-macam, mulai dari lingkungan sosial tempat kita untuk pertama kalinya
mengadakan kontak sosial, smapai lingkungan yang lebih luas yang semakin sulit
ditentukan batas-batasnya. Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan sesuatu tindakan serta
perubahan perubahan perilaku setiap individu. Lingkungan sosial yang kita kenal antara
lain lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya, dan lingkungan tetangga. Keluarga
merupakan lingkungan sosial yang pertamakali dikenal oleh individu sejak lahir.
Lingkungan sosial merupakan lingkungan kemasyarakatan yang mempunyai kaitan erat
dengan kehidupan sehari-hari. Purwanto (2003:28) “mengemukan bahwa lingkungan
sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita”. Manusia
membentuk pengelompokan sosial diantara sesama dalam upayanya mempertahankan
hidup dan mengembangkan kehidupan. Dalam suatu kehidupan sosial manusia juga
memerlukan organisasi yaitu sekolah, kelompok masyarakat dan lain-lain.
Dewantara (2010:212) “mengemukakan bahwa lingkungan sosial dibedakan
menjadi tiga tempat, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat”. Selanjutnya diuraikan indikator lingkungan sosial antara lain dari
lingkungan keluarga meliputi cara orang tua mendidik dan suasana rumah, dari
lingkungan sekolah meliputi relasi guru dengan guru dan relasi siswa dengan siswa, dari
lingkungan sosial meliputi bentuk kehidupan masyarakat dan teman bergaul.
Lingkungan sosial yang paling dekat dengan kita serta paling berpengaruh dalam
kehidupan kita adalah lingkungan sosial yakni keluarga, yang kemudian dilanjutkan
dengan lingkungan kelompok pertemanan atau kelompok permainan. Keluarga adalah
lingkungan paling utama di mana kita mengalami kedekatan dan kebersamaan yang
snagta intensif, lingkungan tempat kita menjalani proses sosialisasi berbagai nilai dasar
kemanusiaan. Kelompok pertemanan atau kelompok permainan merupakan lingkungan
sosial awal juga, di mana suasana akrab dan ekkeluargaan merupakan ciri khasnya.
Kelompok ini merupakan lingkungan di mana seseorang mulai belajar memasuki dunia
luar yang lebih luas.
Walaupun lingkungan keluarga dan kelompok pertemanan atau kelompok permainan
kita golongkan sebagai lingkungan sosial awal, namun dalam pembahasan selanjutnya
kita lebih banyak menyoroti lingkungan keluarga saja, akrena itulah yang menjadi fokus
utama dalam bahan ini. Menyoroti kehidupan sebuah keluarga tidak lain menyoroti
kehidupan kita sendiri dalam kaitan erat dengan ornag-orang yang dalam banyak hal
paling dekat dengan kita, hidup dan tinggal dalam satu komunitas yang sangat eksklusif
sifatnya. Sering digambarkan bahwa kehidupan seseorang, dengan segala warna dan
karakteristiknya yang khas, sangat ditentukan oleh suasana keluarga darimana dia
berasal. Ada yang dididik dan dibesarkan dalam keluarga baik-baik, dan ada juga yang
berlatar-belakang keluarga berantakan. Namun perlu disadari juga, sebagai seorang
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 15
anggota penuh sebuah keluarga, kita bukan hanya penerima apsif keadaan keluarga kita
sendiri. Kita masing-masing adalah bagian tak terpisahkan, subyek dan tokoh yang turut
menentukan terciptanya suasana tertentu dalam keluarga kita.
lingkungan sosial merupakan wadah atau sarana untuk berinteraksi dengan orang lain
dan membentuk sebuah pribadi serta mempengaruhi tingkahlaku seseorang. Oleh karena
itu lingkungan sosial yang baik akan mempengaruhi pribadi atau perilaku seseorang itu
menjadi baik pula.
1. Keluarga
Dasar pembentukan keluarga
keluarga merupakan satuan hidup sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk
sosial. Keluarga terbentuk melalui ikatan perkawinan atau oleh hubungan darah. Ada
yang disebut keluarga inti (nuclear family), di mana anggotanya terdiri dari atas ayah
dan ibu beserta anak-anak kandung mereka atau anak-anak yang diadopsi dan dianggap
serta diperlakukan sebagai anak kandung sendiri. Ada juga keluarga yang anggotanya
tidak hanya terdiri dari keluarga inti, melainkan di dalamnya masih ada anggota lain
seperti kakek-nenek, cucu, kemenakan, tante, sepupu, dan sebagainya. sementara bisa
terjadi juga bahwa sebuah keluarga tidak memiliki keluarga ini, melainkan hanya terdiri
dari orang-orang yang memiliki hubungan darah satu sama lain, seperti: kakek dans atu
cucu atau lebih, dua atau tiga bersaudara, nenek menantu dan cucu, dan lain sebagainya.
apapun jenisnya yang dimaskud bukan terutama dalam arti teritorial (kedekatan tempat)
melainkan kategorial (umpamanya teman bermain, teman sekelas, teman seprofesi,
kelompok gaul, dan lain-lain kelompok yang berbentuk khusus seperti itu). Para
anggota dari kelompok ini memiliki kedekatan khsusus, sehingga dapat saling
mempengaruhi satu sama lain.
Bentuk-bentuk perkawinan
a. Perkawinan dilihat dari segi jumlah suami/istri
b. Dilihat dari segi asal suami-istri:
1. Perkawinan eksogami
2. Perkawinan endogami
3. Perkawinan homogami
4. Perkawinan heterogami
c. Bentuk-bentuk lain:
1. Garis keturunan
2. Tempat tinggal
2. Kelompok dekat (in group)
Keluarga
a. Dasar pembentukan keluarga
b. Bentuk-bentuk perkawinan
1. Perkawinan dilihat dari segi jumlah suami/istri
Monogami
Monogami adalah suatu bentuk perkawinan / pernikahan di mana si suami tidak
menikah dengan perempuan lain dan si isteri tidak menikah dengan lelaki lain. Jadi
singkatnya monogami merupakan nikah antara seorang laki dengan seorang wanita
tanpa ada ikatan penikahan lain.
Poligami
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 16
Poligami adalah bentuk perkawinan di mana seorang pria menikahi beberapa wanita
atau seorang perempuan menikah dengan beberapa laki-laki.
Berikut ini poligami akan kita golongkan menjadi dua jenis :
a.Poligini : Satu orang laki-laki memiliki banyak isteri. Disebut poligini sororat jika
istrinya kakak beradik kandung dan disebut non-sororat jika para istri bukan kakak adik.
b.Poliandri : Satu orang perempuan memiliki banyak suami. Disebut poliandri fraternal
jika si suami beradik kakak dan disebut non-fraternal bila suami-suami tidak ada
hubungan kakak adik kandung.
2. Dilihat dari segi asal suami-istri:
Eksogami
Perkawinan eksogami adalah suatu perkawinan antara etnis, klan, suku, kekerabatan
dalam lingkungan yang berbeda. Eksogami dapat dibagi menjadi dua macam, yakni : a.
Eksogami connobium asymetris terjadi bila dua atau lebih lingkungan bertindak sebagai
pemberi atau penerima gadis seperti pada perkawinan suku batak dan ambon. b.
Eksogami connobium symetris apabila pada dua atau lebih lingkungan saling tukar-
menukar jodoh bagi para pemuda.
Endogami
Endogami adalah suatu perkawinan antara etnis, klan, suku, kekerabatan dalam
lingkungan yang sama.
Homogami
Homogami adalah perkawinan antara kelas golongan sosial yang sama seperti contoh
pada anak saudagar / pedangang yang kawin dengan anak saudagar / pedagang.
Heterogami
Heterogami adalah perkawinan antar kelas sosial yang berbeda seperti misalnya anak
bangsawan menikah dengan anak petani
a) Bentuk-bentuk lain:
1) Garis keturunan
2) Tempat tinggal
1. Cross Cousin
Cross Cousin adalah bentuk perkawinan anak-anak dari kakak beradik yang berbeda
jenis kelamin.
2. Parallel Cousin
Parallel Cousin adalah bentuk perkawinan anak-anak dari kakak beradik yang sama
jenis kelaminnya
Unsur-unsur kebudayaan Kluckhohn, berpendapat ada 7 unsur kebudayaan:
a. Peralatan & perlengkapan hidup manusia
b. Mata pencaharian hidup & sistem-sistem ekonomi
c. Sistem kemasyarakatan
d. Bahasa
e. Kesenian
f. Sistem pengetahuan
g. Religi
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 17
2. Masyarakat dan Kebudayaan
Masyarakat adalah sekelompok individu yang secara langsung atau tidak langsung
saling berhubungan sehingga merupakan sebuah satuan kehidupan yang berkaitan
antara sesamanya dalam sebuah satuan kehidupan yang dimana mempunyai kebudayaan
tersendiri, berbeda dari kebudayaan yang dipunyai oleh masyarakat lain. Sebagai
satuan kehidupan, sebuah masyarakat biasanya menempati sebuah wilayah yang
menjadi tempatnya hidup dan lestarinya masyarakat tersebut, karena warga masyarakat
tersebut hidup dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dalam wilayah
tempat mereka itu hidup untk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup mereka sebagai
manusia. masyarakat sendiri itu berasal dari bahasa arab “musyarokah” yaitu
persekutuan atau sekelompok (perkumpulan antara individu dan individu lainnya).
Masyarakat merupakan komponen utama dari studi sosiologi dan kehidupan sehari-
hari,masyarakat terdiri dari orang-orang yang berinteraksi dan berbagai budaya yang
sama.
Kebudayaan memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat.
Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalani
kehidupannya. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Kemampuan manusia terbatas
sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di
dalam memenuhi segala kebutuhan. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau
kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi
masyarakat terhadap lingkungan dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling
sedikit tujuh unsur, yaitu:
1. Alat-alat produktif
2. Senjata
3. Wadah
4. Makanan dan minuman
5. Pakaian dan perhiasan
6. Tempat berlindung dan perumahan
7. Alat-alat transport
Kebudayaan mengatur supaya manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Setiap
orang bagaimanapun hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri.
Kebiasaan merupakan suatu perilaku pribadi, yang berarti kebiasaan seseorang itu
berbeda dari kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam satu rumah.
Kebiasaan menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya
selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur bagi dirinya sendiri.
Khusus untuk mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan pula struktur
normatif atau menurut Ralph Linton, designs for lifing (garis-garis atau petunjuk dalam
hidup). Yang dapat diartikan bahwa kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok tentang
perilaku atau blueprint for behavior, yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai
apa yang seharusnya dilakukan, apa yang seharusnya dilarang dan sebagainya.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 18
3. Komunikasi Sosial
Komunikasi Sosial adalah mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk
membangun konsep diri, untuk kelangsungan hidup, aktualisasi diri, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketergantungan, antara lain lewat komunikasi
yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi sosial
kita bisa berkerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar,
perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai
tujuan bersama.
Komunikasi sosial secara umum adalah setiap orang yang hidup dalam dan
masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat
dalam komunikasi. Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling
berhubungan satu sama lain dan hubungannya menimbulkan Interaksi sosial.
Adapun beberapa fungsi komunikasi sosial yakni:
1. Pembentukan Konsep Diri
2. Pernyataan eksistensi diri
3. Untuk Kelangsungan Hidup
4. Membangun hubungan sosial
5. Memperoleh kebahagiaan
Dari fungsi diatas dapat disimpulkan bahwasanya memang sangat dibutuhkan
kecakapan dan kemampuan dalam membangun komunikasi sosial. Komunikasi sosial
juga selayaknya dibangun di atas adab, moral, etika dan kesopan santunan. Dengan
demikian, setiap pribadi atau makhluk sosial dapat menimbang dan memilah mana
pilihan yang tepat dalam proses komunikasi sosial. Hal ini dilakukan tentu saja untuk
membangun hubungan dan interaksi sosial yang indah tanpa adanya gesekan-gesekan
sosial. Meski gesekan sosial adalh lumrah dalam hidup bermasyarakat, namun dengan
adanya nilai dan norma manusi, maka seharusnya gesekan-gesekan itu dapat
diminimalisir dan atau dihindari.
Komunikasi sosial sejajar dengan komunikasi manusia (human communication) yang di
dalamnya terdapat proses komunikasi yang melibatkan antar individu kelompok dan
organisasi salah satu bentuk
komunikasi sosial:
a. Komunikasi Interpersonal
Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator
dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif menggubah sikap pedapat atau
prilaku seseorang. Komunikasi antar pribadi bersifat arus balik terjadi lansung ,
komunikator dapat mengetahui secarah pasti apakah komunikasi nya berhasil atau tidak
dan apakah komunikan merespon pesan yang di sampaikan oleh komunikatornya.
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan
paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung
diketahui balikannya.
Komunikasi interpersonal, merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya
cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dan dikomparasikan dengan
jenis komunikasi lainnya, maka dapat dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal,
antara lain :
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 19
1. Arus pesan dua arah. Komunikasi interpersonal menempatkan sumber pesan dan
penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu terjadinya pola penyebaran pesan
mengikuti arus dua arah. Artinya, komunikator dan komunikan dapat berganti peran
secara cepat
2. Suasana nonformal.Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana
nonformal.Dengan demikian, apabila komunikasi itu berlangsung antara para pejabat di
sebuah instansi, maka para pelaku komunikasi itu tidak secara kaku berpegang pada
hierarki jabatan dan prosedur birokrasi, namun lebih memilih pendekatan secara
individu yang bersifat pertemanan.
3. Umpan balik segera. Oleh karena komunikasi interpersonal biasanya
mempertemukan para pelaku komunikasi secara bertatap muka, maka dapat segera.
Seorang komunikator dapat segera memperoleh balikan atas pesan yang disampaikan
dari komunikan, baik secara verbal maupun nonverbal.
4. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Komunikasi interpersonal
merupakan metode komunikasi antarindividu yang menuntut agar peserta komunikasi
berada dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti fisik maupun psikologis. Jarak dalam
arti fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada satu lokasi tempat
tertentu. Sedangkan jarak yang dekat secara psikologis menunjukan keintiman
hubungan antar individu.
5. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik
secara verbal maupun nonverbal. Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi
inerpersonal, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatan kekuatan pesan
verbal maupun nonverbal secara simultan. Peserta komunikasi berupaya saling
meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal
secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi.
b. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok merupakan proses komunikasi di mana ada sekumpulan dua
orang atau lebih yang mempunyai tujuan bersama yang berintraksi satu sama lain dan
mengangap mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Meskipun setiap angota
memilih peran berbeda Secara operasional, komunikasi kelompok melibatkan beberapa
element di dalamnya, yaitu interaksi tatap muka, jumlah anggota kelompok, waktu dan
tujuan yang akan dicapai, elemen-elemen ini merupakan karak teristik yang
membedakan kelompok dengan apa yang di kenal. Yaitu sekumpulan orang yang secara
serentak terikat dalam aktifitas yang sama namun tampa komunikasi.
4. Nilai dan Norma Sosial
Secara aksiologis, nilai itu dibagi macamnya menurut kualitas nilainya, yaitu ke
dalam nilai baik dan buruk yang dipelajari oleh etika, dan nilai indah dan tidak indah
yang dipelajari oleh estetika . Akan tetapi macam-macam nilai kemudian berkembang
menjadi beraneka ragam, tergantung pada kategori penggolongannya. Sebagai contoh,
dikenal adanya nilai kemanusiaan, nilai sosial, nilai budaya, nilai ekonmis, nilai praktis,
nilai teorits, dan sebagainya. Nilai sosial, nilai budaya dan sebagainya termasuk macam
nilai yang didasarkan pada kategori bidang dari obyek nilai. Sedangkan nilai praktis,
nilai teoritis dan sebagainya termasuk macam nilai yang didasarkan pada kategori
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 20
kegunaan obyek nilai itu. Dengan demikian ragam nilai dapat menjadi sangat banyak,
bahkan semua yang ada ini mengandung nilai. Dengan kata lain, nilai itu dapat melekat
pada apa saja, baik benda, keadaan, peristiwa dan sebagainya. Sementara itu
Notonagoro membagai nilai menjadi tiga macam, yaitu :
1. nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia
2. nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan
kegiatan atau aktivitas
3. nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia, yang
meliputi :
a) nilai kebenaran atau kenyataan-kenyataan yang bersumber pada unsur akal
manusia (rasio, budi, cipta)
b) nilai keindahan yang bersumber pada rasa manusia (perasaan, estetis)
c) nilai kebaikan atau moral yang bersumber pada kehendak atau kemauan manusia
(karsa, etis)
d) nilai relegius yang merupakan nilai Ketuhanan, nilai kerohanian yang tertinggi
dan mutlak
Nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat yang mempunyai tipe yang berbedabeda,
untuk membedakan tipenya nilai dibedakan menjadi empat pengertian, yaitu sebagai
berikut (Wahyuni, 2004: 95)
a. Nilai-nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting dari pada nilai lainnya.
Nilai inimerupakan nilai utama yang unik dalam masyarakat yang membentuk kerangka
kerja umum dan norma tingkah laku pribadi dan grup. Nilai inimenyusun inti sistem
nilai sosial. Nilai ini sering ditemui dalam institusi sosial, seperti agama dan keluarga.
b. Nilai-nilai mendarah daging (internalized value ) adalah nilai yang telah menjadi
kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya contohnya :
seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan
merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab.
c. Nilai-nilai antara ( intermediette ) nilai ini ditarik dari yang utama lalu diperbaharui
ke dalam bentuk-bentuk yang lebih mudah dicapai. Nilai-nilai ini ada yang beroperasi
dalam kerangka kerja nilai-nilai utama dan diimplementasikan melalui norma-norma
yang secara sosial diterima dan berfungsi untuk menjamin berjalannya nilai-nilai
d. Nilai-nilai khusus adalah sub bagian dari nilai- nilai antara. Nilai ini terdiri dari
sejumlah petunjuk kepada orang perorangan dan grup dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai sosial merupakan suatu konsep bersifat abstrak yang melibatkan emosi
terhadap objek, ide dan individu, serta menjadi acuan setiapanggota masyarakat dalam
berprilaku supaya mengerti apa yang dianggap baik atau tidak, pantas atau tidak pantas,
penting atau tidak penting.
Dari pendekatan-pendekatan di atas diketahui bahwa pendekatan penanaman
nilai dapat dilakukan dengan keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi,
bermain peran. Pendekatan moral kognitif dapat dilakukan dengan melakukan diskusi
kelompok dengan dilema moral. Pendekatan analisis nilai dapat dilakukan dengan
diskusi terarah yang menuntut argumentasi, penegakan bukti, penegasan prinsisip,
analisis terhadap kasus, debat, dan penelitian.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 21
Pengertian Norma adalah patokan perilaku dalam kelompok masyarakat tertentu,
yang disebut juga peaturan sosial yang menyangkut perilakuperilaku yang pantas
dilakukan dalam menjalan interaksi sosialnya.
Norma adalah petunjuk hidup yang berisi perintah maupun larangan yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur setiap
perilaku manusia dalam masyarakat guna mencapai kedamaian (Soeroso, 2006: 38).
Norma sosial adalah patokan perilaku yang memuat nilai-nilai sosial dalam
kelompok masyarakat tertentu. norma sosial bisa disebut dengan peraturan sosial yang
bersifat memaksa individu untuk menjalaninya, sehingga dalam menjalankan interaksi
sosial, mereka tetap di dalam ruang lingkup nilai sosial yang telah berlaku.
Kenapa daalm interaksi sosial harus menjunjung tinggi norma? Sesungguhnya
manusia adalah makhluk yang sempurna segara raga dan jiwa. Namun bukan makhluk
sempurna dalam akal dan akhlak. Oleh karena itu sejak dini manusia sebagai makhluk
sosial harus mau dan memaksa diri terus belajar dan menerapkan norma dalam interaksi
sosial. Peraturan sosial ini sendiri sudah ada sejak masa nenek moyang kita. Dalam
Bahasa jawa dikenal dengan unggah ungguh. Dalam Bahasa Indonesia kita sering
mendengar Bahasa tata krama. Salah satunya mengatur pemilihan Bahasa, mimic, nada
dan irama saat membangun komunikasi dengan orang lain. Orang yang sedang bahagia
memiliki mimic dan intonasi berbeda dengan sesrorang yang sedang gusar. Namun
dengan adanya norma yang mengatur, maka sesorang tanpa sadar mengatur dirinya
untuk menyesuaikan diri di mana dan bagaimana seharusnya ia bersikap.
Inilah mengapa sangat penting bagi manusia sejak dini hingga tua menjunjung tinggi
norma dalam masyarakat.
Macam-Macam Norma
Dalam kehidupan umat manusia terdapat bermacam-macam norma, yaitu norma
agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum dan lain-lain. Norma agama,
norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum digolongkan sebagai norma
umum. Selain itu dikenal juga adanya norma khusus, seperti aturan permainan, tata
tertib sekolah, tata tertib pengunjung tempat bersejarah dan lain-lain.
1. Norma Agama
Norma agama adalah aturan-aturan hidup yang berupa perintah-perintah dan larangan-
larangan, yang oleh pemeluknya diyakini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa.
Aturan-aturan itu tidak saja mengatur hubungan vertikal, antara manusia dengan Tuhan
(ibadah), tapi juga hubungan horisontal, antara manusia dengan sesama manusia. Pada
umumnya setiap pemeluk agama menyakini bawa barang siapa yang mematuhi
perintah-perintah Tuhan dan menjauhi larangan-larangan Tuhan akan memperoleh
pahala. Sebaliknya barang siapa yang melanggarnya akan berdosa dan sebagai
sanksinya, ia akan memperoleh siksa. Sikap dan perbuatan yang menunjukkan
kepatuhan untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya tersebut disebut
taqwa.
2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah aturan-aturan hidup tentang tingkah laku yang baik dan buruk,
yang berupa “bisikan-bisikan” atau suara batin yang berasal dari hati nurani manusia.
Berdasar kodrat kemanusiaannya, hati nurani setiap manusia “menyimpan” potensi
nilai-nilai kesusilaan. Hal ini analog dengan hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh
setiap pribadi manusia karena kodrat kemanusiaannya, sebagai anugerah Tuhan Yang
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 22
Maha Kuasa. Karena potensi nilai-nilai kesusilaan itu tersimpan pada hati nurani setiap
manusia (yang berbudi), maka hati nurani manusia dapat disebut sebagai sumber norma
kesusilaan. Ini sejalan dengan pendapat Widjaja tentang moral dihubungkan dengan
etika, yang membicarakan tata susila dan tata sopan santun. Tata susila mendorong
untuk berbuat baik, karena hati kecilnya menganggap baik, atau bersumber dari hati
nuraninya, lepas dari hubungan dan pengaruh orang lain.Tidak jarang ketentuan-
ketentuan norma agama juga menjadi ketentuan-ketentuan norma kesusilaan, sebab
pada hakikatnya nilai-nilai keagamaan dan kesusilaan itu berasal dari Tuhan Yang
Maha Kuasa. Demikian pula karena sifatnya yang melekat pada diri setiap manusia,
maka nilai-nilai kesusilaan itu bersifat universal. Dengan kata lain, nilai-nilai kesusilaan
yang universal tersebut bebas dari dimensi ruang dan waktu, yang berarti berlaku di
manapun dan kapanpun juga. Sebagai contoh, tindak pemerkosaan dipandang sebagai
tindakan yang melanggar kesusilaan, di belahan dunia manapun dan pada masa
kapanpun juga. Kepatuhan terhadap norma kesusilaan akan menimbulkan rasa bahagia,
sebab yang bersangkutan merasa tidak mengingkari hati nuraninya. Sebaliknya,
pelanggaran terhadap norma kesusilaan pada hakikatnya merupakan pengingkaran
terhadap hati nuraninya sendiri, sehingga sebagaimana dikemukakan dalam sebuah
mutiara hikmah, pengingkaran terhadap hati nurani itu akan menimbulkan penyesalan
atau bahkan penderitaan batin. Inilah bentuk sanksi terhadap pelanggaran norma
kesusilaan.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat tentang tingkah laku yang baik
dan tidak baik baik, patut dan tidak patut dilakukan, yang berlaku dalam suatu
lingkungan masyarakat atau komunitas tertentu. Norma ini biasanya bersumber dari
adat istiadat, budaya, atau nilai-nilai masyarakat. Ini sejalan dengan pendapat Widjaja
tentang moral dihubungkan dengan eika, yang membicarakan tentang tata susila dan tata
sopan santun. Tata sopan santun mendorong berbuat baik, sekedar lahiriah saja, tidak
bersumber dari hati nurani, tapi sekedar menghargai menghargai orang lain dalam
pergaulan Dengan demikian norma kesopanan itu bersifat kultural, kontekstual, nasional
atau bahkan lokal. Berbeda dengan norma kesusilaan, norma kesopanan itu tidak
bersifat universal. Suatu perbuatan yang dianggap sopan oleh sekelompok masyarakat
mungkin saja dianggap tidak sopan bagi sekelompok masyarakat yang lain. Sejalan
dengan sifat masyarakat yang dinamis dan berubah, maka norma kesopanan dalam suatu
komunitas tertentu juga dapat berubah dari masa ke masa. Suatu perbuatan yang pada
masa dahulu dianggap tidak sopan oleh suatu komunitas tertentu mungkin saja
kemudian dianggap sebagai perbuatan biasa yang tidak melanggar kesopanan oleh
komunitas yang sama. Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa norma
kesopanan itu tergantung pada dimensi ruang dan waktu. Sanksi terhadap pelanggaran
norma kesopanan adalah berupa celaan, cemoohan, atau diasingkan oleh masyarakat.
Akan tetapi sesuai dengan sifatnya yang “tergantung” (relatif), maka tidak jarang norma
kesopanan ditafsirkan secara subyektif, sehingga menimbulkan perbedaan persepsi
tentang sopan atau tidak sopannya perbuatan tertentu. Sebagai contoh, beberapa tahun
yang lalu ketika seorang pejabat di Jawa Timur sedang didengar kesaksiannya di
pengadilan dan ketika seorang terdakwa di ibu kota sedang diadili telah ditegur oleh
hakim ketua, karena keduanya dianggap tidak sopan dengan sikap duduknya yang
“jegang” (menyilangkan kaki). Kasus ini menimbulkan tanggapan pro dan kontra dari
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 23
berbagai kalangan dan menjadi diskusi yang hangat tentang ukuran kesopanan yang
digunakan. Demikian pula halnya ketika advokat kenamaan di ibu kota berkecak
pinggang di depan majelis hakim, yang oleh majelis hakim perbuatan itu bukan hanya
dinilai tidak sopan, tapi lebih dari itu dinilai sebagai contempt of court (penghinaan
terhadap pengadilan), sehingga tentu saja mempunyai implikasi hukum.
4. Norma Hukum
Norma hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga negara yang berwenang,
yang mengikat dan bersifat memaksa, demi terwujudnya ketertiban masyarakat. Sifat
“memaksa” dengan sanksinya yang tegas dan nyata inilah yang merupakan kelebihan
norma hukum dibanding dengan ketiga norma yang lain. Negara berkuasa untuk
memaksakan aturan-aturan hukum guna dipatuhi dan terhadap orang-orang yang
bertindak melawan hukum diancam hukuman. Ancaman hukuman itu dapat berupa
hukuman bandan atau hukuman benda. Hukuman bandan dapat berupa hukuman mati,
hukuman penjara seumur hidup, atau hukuman penjara sementara. Di samping itu masih
dimungkinkan pula dijatuhkannya hukuman tambahan, yakni pencabutan hak-hak
tertentu, perampasan barang-barang tertentu, dan pengumuman keputusan pengadilan.
Demi tegaknya hukum, negara memiliki aparat-aparat penegak hukum, seperti polisi,
jaksa, dan hakim. Sanksi yang tegas dan nyata, dengan berbagai bentuk hukuman
seperti yang telah dikemukakan itu, tidak dimiliki oleh ketiga norma yang lain. Sumber
hukum dalam arti materiil dapat berasal dari falsafah, pandangan hidup, ajaran agama,
nilai-nilai kesusilaam,adat istiadat, budaya, sejarah dan lain-lain. Dengan demikian
dapat saja suatu ketentuan norma hukum juga menjadi ketentuan norma-norma yang
lain. Sebagai contoh, perbuatan mencuri adalah perbuatan melawan hukum (tindak
pidana, dalam hal ini : kejahatan), yang juga merupakan perbuatan yang bertentangan
dengan norma agama, kesusilaan (asusila), maupun kesopanan (a sosial). Jadi, diantara
norma-norma tersebut mungkin saja terdapat kesamaan obyek materinya, akan tetapi
yang tidak sama adalah sanksinya. Akan tetapi, sebagai contoh lagi, seorang yang
mengendari kendaraan bermotor tanpa memiliki SIM, meskipun tidak melanggar norma
agama, akan tetapi melanggar norma hukum.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 24
LATIHAN
1. Bentuk perkawinan dimana suami memiliki istri lebih dari satu orang adalah
a. Monogami
b. Poligini
c. Poliandri
d. Poligami
e. Heterogami
2. Perkawinan yang terjadi antara orang dengan suku, golongan, ras atau agama yang
sama (kawin di dalam golongan sendiri adalah jenis perkawinan
a.Perkawinan heterogami
b.Perkawinan eksogami
c.Perkawinan homogami
d.Perkawinan endogami
e.Perkawinan Heterogen
3. Perkawinan yang terjadi antara orang yang berlainan suku, golongan, ras atau agama
(kawin di luar kelompok sendiri) adalah jenis perkawinan :
a.Perkawinan endogami
b.Perkawinan eksogami
c. Perkawinan homogami
d. Perkawinan Poligami
e. Perkawinan heterogami
4. Perkawinan antara orang yang berlainan lapisan sosialnya adalah perkawinan
a. Perkawinan endogami
b. Perkawinan eksogami
c. Perkawinan homogami
d. Pekawinan heterogami
e. Perkawinan Monogami
5. Bentuk perkawinan dimana suami memiliki istri lebih dari satu orang adalah
a. Monogami
b. Poligini
c. Heterogami
d. Poligami
e. Poliandri
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 25
BAB III
INTERAKSI SOSIAL
1 Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan
yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam
masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri
dapat berlangsung dengan baik jika aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat
dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing – masing,maka
proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam
kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu
dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain
untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Menurut Prof. Dr. Soerjono
Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua
kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasiataupun interaksi antar satu sama
lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling
berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok
sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi
merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial,
maka kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut
interaksi.
Syarat Interaksi Sosial: Menurut Soerjono Soekanto, interaksi social mungkin terjadi
tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi
Kontak Sosial : Kata “kontak” (Inggris: “contact") berasal dari bahasa Latin con atau
cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak
berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu
terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial
dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau
surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya
kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.
Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada
suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan
atau konflik.
Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila
para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan
murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan
anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi
berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak
sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder
langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya
melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan
pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder
tidak langsung.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 26
2. Komunikasi Sosial
Komunikasi dari kata Latin, communicatio, artinya hal memberitahukan,
pemberitahuan, hal memberi bagian dalam, pertukaran. Sosial berasal dari kata Latin,
socius, yang artinya teman atau kawan. Komunikasi sosial dapat diartinya secara umum
sebagai suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok yang dilakukan dengan
cara verbal maupun non-verbal dengan maksud untuk menyampaikan sesuatu pesan,
dengan cara yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak dan yang mampu
menghasilkan tanggapan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam
komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-
gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur
pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.
1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran
kepada pihak lain.
2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran,
atau perasaan.
3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa
informasi, instruksi, dan perasaan.
4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa
lisan, tulisan, gambar, dan film.
5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah
mendapatkan pesan dari komunikator.
Ada tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah
sebagai berikut.
a) Encoding
Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan
dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata,
istilah, kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan.
Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan
komunikan.
b) Penyampaian
Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk
kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan
gabungan dari keduanya.
c) Decoding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar
yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.
Faktor Dasar Terbentuknya Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor
imitasi, sugesti, simpati, motivasi, identifikasi dan empati.
Imitasi: atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun
aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat indera sebagai penerima
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 27
rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari
rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini
melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa
namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain. Imitasi saat ini dipelajari dari
berbagai sudut pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif, kecerdasan buatan,
studi hewan (animal study), antropologi, ekonomi, sosiologidan filsafat. Hal ini
berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun
kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya
pada generasi selanjutnya.
Identifikasi: adalah pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu.
Hal ini perlu, oleh karena tugas identifikasi ialah membedakan komponen-komponen
yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan. Dengan
identifikasi dapatlah suatu komponen itu dikenal dan diketahui masuk dalam golongan
mana. Cara pemberian tanda pengenal pada komponen, barang atau bahan bermacam-
macam antara lain dengan menggantungkan kartu pengenal, seperti halnya orang yang
akan naik kapal terbang, tasnya akan diberi tanpa pengenal pemilik agar supaya nanti
mengenalinya mudah.
Sugesti: adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada
individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa
berpikir kritis dan rasional.
Motivasi: yaitu rangsangan pengaruh, stimulus yang diberikan antar masyarakat,
sehingga orang yang diberi motivasi menuruti tau melaksanakan apa yang
dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab Motivasi biasanya
diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa, misalnya
dari seorang ayah kepada anak, seorang guru kepada siswa.
Simpati: adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain hingga mampu merasakan
perasaan orang lain tersebut. Contoh: membantu orang lain yang terkena musibah
hingga memunculkan emosional yang mampu merasakan orang yang terkena musibah
tersebut.
Empati: yaitu mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan
saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat intens/dalam.
Hubungan antara suatu individu masyarakat dengan relasi-relasi sosial lainnya,
menentukan struktur dari masyarakatnya yang dimana hubungan antar manusia dengan
relasi tersebut berdasarkan atas suatu komunikasi yang dapat terjadi di antara keduanya.
Hubungan antar manusia atau relasi–relasi sosial, suatu individu dengan sekumpulan
kelompok masyrakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan
kelompok–kelompok dan antar kelompok masyarakat itu sendiri, menciptakan segi
dinamika dari sisi perubahan dan perkembangan masyarakat. Sebelum terbentuk sebagai
suatu bentuk konkrit, komunikasi atau hubungan yang sesuai dengan nilai–nilai sosial di
dalam suatumasyarakat, telah mengalami suatu proses terlebih dahulu yang dimana
proses–proses ini merupakan suatu bentuk dari proses sosial itu sendiri.
Gillin & Gillin mengatakan bahwa Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan
yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling
bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang
akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 28
hidup yang telah ada. Berdasarkan sudut inilah komunikasi dapat dipandang sebagai
suatu sistem di dalam kelompok masyarakat maupun sebagai sebuh proses sosial.
Adanya hubungan timbal balik dalam memperngaruhi tiap individu pada saat terjadinya
komunikasi dapat membentuk suatu pengetahuan maupun pengalaman baru yang
dirasakan oleh masing–masing individu. Hal ini membuat kegiatan komunikasi menjadi
suatu dasar yang kuat dalam kehidupan maupun proses sosial seseorang. Adanya tingkat
kesadaran di dalam berkomunikasi di antara warga–warga dalam kehidupan
bermasyarakat dapat membuat masyarakat dipertahankan sebagai suatu kesatuan dan
menciptakan apa yang dinamakan sebagai suatu sistem komunikasi. Sistem komunikasi
ini mempunyai lambang–lambang yang diberi arti dan menghasilkan persepsi khusus
dalam memahami lamabang–lambang tersebut oleh masyarakat.Karena kelangsungan
kesatuannya dengan jalan komunikasi itu,setiap masyarakat dapat membentuk
kebudayaan berdasarkan sistem komunikasinya masing-masing.
3. Pengertian Nilai
Definisi “nilai”, agak sulit diungkapkan K.Bertens, dalam bukunya ETIKA
mencoba menerangkannya kurang lebih seperti uraian berikut ini. Dalam hati, kita
pahami nilai itu sebagai yang punya konotasi positif, sesuatu yang baik, yang berharga,
yang memiliki suatu arti. Nilai adalah sesuatu yang ingin kita wujudkan atau
perjuangkan, sesuatu yang kita setuju dan kita sukai, yang menarik dan yang punya arti.
Seorang filsuf Jerman-Amerika, Hans Jonas, melukiskan nilai itu sebagai the addressee
of a yes, “sesuatu yang ditujukan dengan „ya‟kita”. Jadi, nilai merupakan sesuatu yang
kita iyakan. Sebaliknya sesuatu yang tidak kita iyakan, yang kita jauhi, dan ingin kita
hindari adalah lawan dari nilai, dan oleh karena itu kita hindari adalah lawan dari nilai,
dan oleh karena itu kita sebut “non-nilai” atau disvalue. Namun kalau tetap harus
diusahakan pengungkapan pengertiannya secara eksplisit, maka nilai itu dapat
dimengerti sebagai konsepsi yang dihayati seseorang (bisa juga kelompok) mengenai
apa yang penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, apa yang
lebih benar atau kurang benar.
a. Nilai berkaitan dengan fakta
Nilai bukan sesuatu yang tergantung di awang-awang, lepas dari obyek yang dinilai.
Nilai berkaitan erat dengan fakta, obyek berupa hal atau keadaan (peristiwa atau
kejadian). Kita andaikan saja bahwa pada waktu tertentu di masa lalu pernah terjadi
gempa dahsyat. Fakta itu bisa diungkat seobjektif mungkin dengan data faktual dan
akurat. Namun selain sebagai suatu fakta, peristiwa itu dapat juga menjadi objek
penilaian, sebagai yang bernilai atau non-nilai. Bagi wartawan foto yang hadir ditempat
waktu kejadian sedang berlangsung, letusan tadi merupakan suatu kesempatan emas
untuk diabadikan, karena merupakan suatu hal yang langka, yang sekarang terjadi persis
didepan matanya. Jadi bagi wartawan itu, peristiwa tadi merupakan “nilai”. Beda halnya
dengan petani, yang memiliki sawah luas terbentang di kaki lereng gunung yang
meletus itu, letusan gunung tadi jelas merupakan ancaman bagi kepentingan mereka.
Jadi, “non-nilai”. Tim pendaki gunung terpaksa kecewa karena harus membatalkan
perjalanannya (=non-nilai); dan bagi profesor geologi yang kebetulan meninjau daerah
itu mendadak mendapat objek penelitian yang tidak disangka-sangka sebelumnya
(=nilai)
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 29
b. Nilai berkaitan dengan subyek yang menilai
Contoh diatas memperlihatkan kaitan erat antara fakto dan nilai, sekaligus
memperlihatkan bahwa fakta itu mendahului nilai. Fakta adalah menyangkut ciri-ciri
objektif saja. Dengan kehadiran subyek maka nilai mulai muncul. Nilai selalu berkaitan
dengan seseorang yang menilai. Suatu nilai hanya mugnkin dengan adanya subyek yang
menilai. Lepas dari subyek yang menilai, maka kita tidak bisa berbicara tentang nilai.
Nilai selalu berkaitan dengan penilaian yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu
hal, peristiwa atau kejadian. Kalau tidak ada subyek maka tidak ada nilai. Baik manusia
hadir atau tidak, gunung tadi tetap meletus. Bahwa hal itu punya nilai “indah”,
“merugikan”,dsb. Dimungkinkan hanya karena kehadiran subyek. Lepas sari kehadiran
subyek yang menilai maka suatu peristiwa, kejadian atau fakta apa saja, dalam dirinya
sendiri adalah netral.
c. Nilai bersifat praktis-pragmantis
Selain bahwa suatu nilai tergantung dari penilaian subyek yang menilai, kenyataan lain
dapat kita lihat adalah bahwa penilaian selalu berkaitan dengan aktivitas si subyek yang
ingin membuat sesuatu dalam kaitan dengan fakta yang ada. Atau dengan kata lain,
suatu penilaian berkaitan dengan kegunaan bagi si subyek. Lepas dari kegunaan
baginya, agak sulit terjadi bahwa seseorang akan memberi penilaian yang meyakinkan,
baik atau buruk terhadap suatu kenyataan atau kejadian. Fotografer tadi sulit kita
pikirkan bahwa dia memberi nilai baik kepada letusan itu lepas dari manfaat yang dia
peroleh dari kejadian itu, yakni sebagai peristiwa langka yang ingin dia abadikan.
Begitu juga para petani di kaki gunung itu, sulit kita pikirkan bahwa mereka memberi
nilai jelek pada letusan tadi lepas dari kaitannya dengan sawah mereka yang rusak total
akibat letusan tersebut. Nilai pragmantisnya semakin jelas lagi di mana subyek yang
berbeda akan member nilai berbeda terhadapt kejadian, peristiwa atau fakta yang sama.
d. Nilai secara potensial ada pada obyek
Walau nilai sangat ditentukan oleh kehadiran si subyek dan tergantung dari subyek,
namun dapat dikatakan juga bahwa nilai itu secara potensial ada pada obyek yang
dinilai. Nilai baik atau nilai buruk yang diberikan oleh sisubyek hanya mungkin karena
hal itu sudah secara potensial dimiliki oleh obyek. Orang hanya dapat bebas member
nilai tertentu pada obyek karena hal itu dimiliki oleh obyek secara potensial memiliki
lebih dari satu nilai, yang untuk pengungkapannya membutuhkan kehadiran si subyek.
Nilai apa pun yang terungkap sangat tergantung pada subyek.
2. Sifat Khas Suatu nilai
Setiap nilai sepertinya punya daya yang dapat menggerakkan kehendak seseorang untuk
mewujudkannya. Nilai estetis, umpamanya selalu menggerakkan dan mendesak
kehendak seseorang untuk mewujudkannya dalam sebuah lukisan, syair atau nyanyian
yang bagus. Nilai yang tadinya tidak kelihatan menjadi kelihatan dalam sebuah lukisan
yang indah. Tidak hanya sampai disitu, keindahan yang terpancar dalam lukisan tadi
mendesak kehendak manusia untuk tidak menyembunyikan umpamanya memasukkan
lukisan itu kedalam kardus lalu menyimpannya dalam lemari melainkan supaya dia
diapajang atau ditempatkan di tempat di mana orang banyak dapat melihat dan
mengaguminya.
Hal yang sama berlaku untuk semua nilai, namun untuk suatu nilai moral, sifat ini lebih
serius lagi. Nilai estetis tadi, walau menggerakkan hati kita untuk menuangkkannya
dalam suatu lukisan, untuk memajangnya di tempat yang kelihatan, bahkan
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 30
membawanya di tempat pameran, namun kalau kita tidak memperdulikan desakan itu,
tidak menjadi masalah, kita tidak merasa bersalah karenanya.lain halnya dengan nilai
moral, umpamanya niali keadilan atau kejujuran, desakannya jauh lebih serius dari pada
desakan dari nilai-nilai lain, dan tidak berhenti mendesak kehendak kita selama kita
belum mewujudkannya. Kita seakan bertanggungjawab untuk mewujudkannya. Kita
merasa bersalah dan tidak dibuatnya tenang selama kita belum bertindak
mewujudkannya.
4. Pengertian Norma
Norma dapat dimengerti dalam artinya yang asangat sederhana, yakni suatu alat
berbentuk segi tiga (carpenter‟s square), sejenis siku-siku yang biasanya dipakai oleh
tukang bangunan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah bahan-bahan bangunan
yang sedang mereka kerjakan sudah sesuai dengan yang mereka inginkan atau belum,
sudah lurus atau sama dengan yang lain atau belum, sudah lurus atau sama dengan yang
lain atau belum dan lain sebagainya. dengan pengertian umum dan sederhana ini maka
berbagai alat ukur yang kita kenal sekarang ini, yang terbuat dari berbagai bahan dasar
dengan berbagai ukuran dan bentuk, dapat juga disebut norma.
Nilai merupakan sesuatu yang paling dasar, sesuatu yang bersifat hakiki, intisari
atau makna yang terdalam. Nilai adalah sesuatu yang abstrak, yang berkaitan dengan
cita-cita, harapan, keyakinan, dan hal-hal yang bersifat ideal. Agar hal-hal yang bersifat
abstrak itu menjadi konkret dan nyata, maka perlu dirumuskan yang lebih konkret
dalam wujud norma. Aturan-aturan berupa perintah dan larangan yang terdapat dalam
norma itu didasarkan pada suatu nilai yang oleh masyarakat dianggap baik, benar,
bermanfaat, serta dijunjung tinggi. Jadi, hubungan antara nilai dengan norma terletak
pada dijadikannya nilai sebagai sumber dari aturan-aturan yang menuntun tingkah laku
manusia agar harapan-harapannya dapat menjadi kenyataan.
Jenis-jenis norma perilaku:
a. Norma khusus
Norma khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang maupun aktivitas tertentu
misalnya aturan bermain, aturan kunjungan pada pasien di rumah sakit, aturan
mengikuti kuliah, dan lainnya.
b. Norma umum
Lebih bersifat umum dan universal yang dapat dibagi menjadi; norma sopan
santun/etiket, norma hukum, dan norma moral.
1. Norma sopan santun, yakni norma yang mengatur pola perilaku dan sikap
lahiriah seperti makan, minum, tata cara bertamu, menerima tamu, memberi
sambutan, dan lainnya.
2. Norma hokum, ini adalah norma yang daya ikatnya lebih tinggi dibanding daya
ikat norma sopan santun. Norma hukum bersifat positif, tertulis, dan
diundangkan. Kapan mulai berlakunya bisa diketahui dengan pasti.
Pelaksanaannya dapat dipaksakan serta dituntut pelanggarannya. Selanjutnya,
norma ini dapat saja diubah atau bahkan dicabut bila ternyata sudah tidak aktual
lagi dengan kondisi yang sudah banyak berubah. Norma hukum adalah norma-
norma yang berlaku dalam hidup bernegara dan bermasyarakat.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 31
3. Norma moral, Norma moral merupakan norma yanga agak sulit dipahami begitu
saja. Norma moral berada dalam hati sanubari kita, yang berfungsi memberitahu
kita mana yang baik dan yang buruk, mana yang benar dan yang salah secara
moral. Norma moral ditandai dengan ciri-ciri berikut: mulai berlakunya tidak
dapat dipastikan; belum tentu dapat dipaksakan dan situntut pelanggarannya;
tidak dapat dicabut walau semakin sedikit orang yang menghayatinya. Norma
moral berlaku mengikat secara moral, dalam arti mengikat batin seseorang.
Kalau apa yang sudah kita sadari sebagai suatu hal yang baik, yang harus kita
lakukan, namun kita tidak melakukannya; atau yang sudah kita sadari sebagai
sesuatu yang tidak boleh kita lakukan, namun kita melakukannya, maka kita
akan merasa bersalah karenanya, batin kita akan terganggu, tidak tenang dan
gelisah. Perasaan ini menjadi tanda bahwa kita telah melakukan pelanggaran
yang bernuansa moral. Hal itu terjadi walau tidak ada satu orang pun yang
mengetahui pelanggaran yang kita lakukan tersebut.
Perbandingan antara ketiga norma umum
Dibandingkan dengan kedua norma lainnya, norma moral berlaku lebih umum,
mutlak dan universal. Bagi manusia, norma moral merupakan norma tertinggi, terutama
karena sifatnya yang menentukan bagi baik-buruknya manusia dari sudut etis.
Dibanding dengan norma sopan santun, yang sifatnya relatif saja, norma moral lebih
bersifat absolut. Norma-norma sopan santun lebih bersifat batiniah. Norma sopan santun
lebih memperhatikan tentang cara suatu perbuatan dilakukan, sedangkan norma moral
lebih berkaitan dengan boleh tidaknya suatu tindakan dilakukan. Norma sopan santun
hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan norma moral tetap berlaku, dengan atau
tanpa kehadiran orang lain.
Dalam kaitan dengan norma hukum, harus diakatakan bahwa norma moral
merupakan dasar dari norma hukum. Dengan begitu, norma hukum atau undang-undang
tidak boleh bertentangan dengan norma moral. Norma hukum harus dipandang sebagai
suatu penjabaran atau konkretisasi dari normal moral. Norma hukum yang bertentangan
dengan norma moral akan kehilangan kekuatannya, dan tidak pantas untuk ditaati.
Norma hukum dapat saja dicabut kalau sudah tidak relevan lagi. Tetapi norma moral
tetap berlaku walau semakin sedikit orang yang menghayatinya.
Norma moral „tidak boleh bohon‟, „janji harus ditepati‟, berlakulah dengan adil‟,
dan sebagainya, tetap saja berlaku, dan tidak akan dicabut, walau dalam kenyataan
norma-norma itu semakin sulit dihayati dan dilanggar dimana-mana, misalnya semakin
sulit dihayati dan dilanggar dimana-mana, misalnya semakin banyak orang berbohong,
melanggar janji dan berlaku tidak adil.
5.Kaitan Nilai dan Norma
Antara nilai dan norma terdapat kaitan yang erat. Nilai merupakan sesuatu yang
tidak kelihatan, yang hanya dapat diekspresikan melalui suatu norma. Di belakang suatu
norma terbentang suatu nilai yang hendak dibela atau dijunjung tinggi. Lepas dari nilai
yang ada di belakangnya, maka suatu norma tidak ada maknanya. Norma “jangan
membunuh” hanya punya arti karena norma itu membela dan melindungi nilai tertentu,
yakni: nyawa atau kehidupan itu sendiri. Lepas dari nilai “kehidupan, maka norma
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 32
„jangan membunuh‟ tidak ada maknanya. “kehidupan” itu adalah nilai atau yang
bernilai dan norma “jangan membunuh” justru berperan untuk memelihara nilai
kehidupan itu. Maka kewajiban untuk mentaati norma “jangan membunuh: bukan demi
norma itu sendiri, melainkan demi nilai yang terbentang di belakangnya, yaitu nyawa
manusia. Hal seperti ini berlaku untuk semua norma.
1. Norma sebagai penampakan nilai
Nilai itu sesuatu yang tersembunyi dimata kita, tidak kelihatan. Namun dengan
perantara norma, nilai itu menjadi tampil, berada di depan kita. Ketika kita
sedang berhadapan dengan suatu norma, kita langsung kontak dengan nilai
dengan nilai tertentu yang terbentang di belakangnya. Berhadapan dengan
rambu-rambu lalu lintas (trafic light) yang adalah norma, kita sebenarnya
langsung dihadapkan dengan nilai yang mau dibela atau ditegakkan dalam
aturan itu, yakni nilai keteraturan atau ketertiban. Nilai keterataturan inilah yang
ingin kita pelihara dan wujudkan bersama, khususnya di tempat tertentu di
persimpangan jalan yang ramai. Dengan mentaati rambu-rambu tadi sebenarnya
yang ingin kita tegakkan adalah ketertiban dan keteraturan (=nilai) agar dapat
terpelihara dengan baik. Jadi, dalam dan melalui suatu norma, nilai menjadi
tampil kelihatan, bahkan dengan cara eksplisit.
2. Norma sebagai pelindung nilai
Nilai dipelihara dengan dan di dalam norma. Norma berperan untuk melindungi
nilai. Norma “jangan membunuh” berperan untuk melindungi nilai tertentu
yakni kehidupan atau nyawa manusia itu sendiri. Norma „rambu-rambu lalu
lintas‟ berperan untuk memelihara ketertiban, yang merupakan niali bagi kita.
Jadi norma-norma apa pun yang dihadapkan kepada kita selalu berperan untuk
memelihara dan melindungi nilai tertentu, agar tidak dilecehkan, sebaliknya,
ditaati dan dijunjung tinggi atau dilaksanakan. Maka melaksanakan suatu norma
adalah agar nilai tertentu terlindungi terpelihara dan terhindar dari
pengrusakan/pelanggaran nilai keadilan menjadi terpelihara dengan memtaati
aturan-aturan seperti: “berilah kepada dia apa yang menjadi haknya”, “jangan
pilih kasih”, jangan berat sebelah dalam menilai”, dan sebagainya. hanya dengan
mentaati norma atau aturan-aturan seperti itulah nilai keadilan dapat terlindungi,
dalam arti terlaksana dengan nyata.
3. Norma yang berpotensi menyembunyikan atau mengaburkan nilai
Norma tidak selamanya tampil untuk membela atau melindungi nilai. Ada
kemungkinan suatu norma menyembunyikan atau mengaburkan nilai yang
sebenarnya mau dipelihara atau dilindungi. Kalau itu tejadi maka suatu norma
buakn lagi berperan mendekatkan nilai kepada orang atau sebaliknya, tetapi
semakin menjauhkan nilai dari orang, atau sebaliknya, semakin menjauhkan
orang dari nilai. Kita ambil contoh: “mengemukakan pendapat di depan umum”,
merupakan hak setiap pribadi, dan oleh karenanya kita anggap sebagai “nilai”
yang perlu kita pelihara atau tegakkan bersama. Misalnya, muncul suatu aturan
atau undang-uindang yang mengharuskan seseorang melapor terlebih dahulu
kepada yang berwajib 1 x 24 jam sebelum mengemukakan pendapatnya.
Sekalipun pihak yang mengeluarkan undang-undang tadi secara tegas
mengatakan bahwa undang-undang tadi secara tegas mengatakan bahwa undang-
undang itu bermaksud untuk menjamin terlaksananya kebebasan mengemukakan
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 33
pendapat di depan umur, namun kalau didalami secara cermat, ternyata justru
sebaliknya yang terjadi, yakni kebebasan mengemukakan pendapat tadi menjadi
terhambatoleh adanya norma atau peraturan tersebut. Karena itu, dapat kita
katakan bahwa aturan atau undang-undang tadi bukan mengekspresikan nilai,
membela, memelihara atau melindunginya, melainkan sebaliknya, mengaburkan
atau menyembunyikannya. Undang-undang seperti itu bukan lagi mendekatkan
nilai kepada orang melainkan menjauhkan dan menyembunyikannya.
6. Konflik sosial
Pertentangan, percekcokan, perselisihan atau ketidaksamaan pendapat antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Konflik dapat terjadi antar kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya ataupun konflik yang timbul dalam
hubungan antar pribadi Konflik antarkelompok masyarakat terjadi atas:
1.Konflik antarkelompok umat beragama
2.Konflik antarsuku
Cara mengelola konflik: Johnson dalam Supratiknya, (1999) dan Hardjana, (2001)
3. Gaya Ikan Hiu: senang menaklukan lawan dengan cara memaksa menerima
solusi konflik yang ia sodorkan.
4. Gaya Burung Hantu: konflik merupakan masalah yang harus dicari
pemecahannya yang sejalan dengan tujuan-tujuan pribadi maupun lawannya.
5. Gaya Rubah: senang mencari kompromi.
6. Gaya Kura-kura: menarik diri dan bersembunyi dibalik tempurung badannya
untuk menghindari konflik.
7. Gaya Kancil: gaya ini berkeyakinan bahwa konflik harus dihindari demi
kerukunan.
Pedoman memilih cara pengelolaan konflik:
a. Bila tujuan penting, sedang hubungan baik tidak penting, pakailah Gaya Ikan
Hiu
b. Bila tujuan amat penting dan hubungan baik juga amat penting, pergunakanlah
Gaya Burung Hantu.
c. Bila tujuan kepentingannya sedang-sedang saja dan hubungan baik juga sedang-
sedang saja kepentingannya, manfaatkanlah Gaya Rubah.
d. Bila tujuan tidak penting dan hubungan baik juga tidak penting, pilihlah Gaya
Kura-kura.
e. Bila tujuan tidak penting, tetapi hubungan baik penting, laksanakanlah Gaya
Kancil.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 34
LATIHAN
1. Komunikasi dalam bahasa latin berarti…
a. Communicatio
b. Comunica
c. Communicare
d. Comuna
e. Common
2. Sosial dalam bahasa Latin berarti….
a. Socius
b. Sosial
c. Social
d. Sociale
e. Socias
3. Senang menaklukan lawan dengan cara memaksa menerima solusi konflik yang ia
sodorkan merupakan cara mengelola konflik dengan gaya.....
a. Gaya burung hantu
b. Gaya kura-kura
c. Gaya kancil
d. Gaya rubah
e. Gaya ikan hiu
4. Gaya ini berkeyakinan bahwa konflik harus dihindari demi kerukunan merupakan
cara mengelola konflik dengan gaya.....
a. Gaya burung hantu
b. Gaya kura-kura
c. Gaya kancil
d. Gaya rubah
e. Gaya ikan hiu
5. Kaitan nilai dan norma adalah
a.Norma sebagai hukum
b.Norma sebagai moral
c.Norma sebagai pelindung nilai
d.Norma sebagai sopan santun
e.Norma sebagai norma
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 35
BAB IV
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
Tindak pidana korupsi, secara umum dapat dikatakan bagian dari unsur-unsur
perbuatan melawan hukum; penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
upaya memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi; dan merugikan keuangan
atau perekonomian negara.
1. Pengertian Korupsi
Pope (2007:6-7) mendefinisikan korupsi sebagai perilaku pejabat-pejabat sektor
publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang memperkaya diri mereka secara tidak
pantas dan melanggar hukum, atau orang-orang yang dekat dengan mereka, dengan
menyalahgunakan kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka.
Korupsi Menurut UU No.24 Tahun 1960 yaitu perbuatan seseorang, yang
dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau dilakukan dengan menyalah
gunakan jabatan atau kedudukan. Berikutnya pengertian tersebut diperbaharui dalam
UU No.31 Tahun 1999 bahwasanya korupsi adalah setiap orang yang dengan sengaja
dengan melawan hukum untuk melakukan perbuatan dengan tujuan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang mengakibatkan kerugian keuangan
negara atau perekonomian negara. Sementara UU No. 20 Tahun 2001 menegaskan
Korupsi merupakan tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri,
orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian negara.
Pengertian Korupsi Menurut Nye, J.S dalam Corruption and political
development adalah sebagai perilaku yang menyimpang dari aturan etis formal yang
menyangkut tindakan seseorang dalam posisi otoritas publik yang disebabkan oleh
motif pertimbangan pribadi, seperti kekayaan, kekuasaan dan status. Senada dengan
Nye, JS Pengertian Korupsi Menurut The Lexicon Webster Dictionary sendiri adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, bisa disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.
Pada dasaranya korupsi tidak melulu bicara soal uang atau menggelapkan uang
yang bukan milik sendiri. Namun korupsi merupakan tindkaan yang menguntungkan
diri sendiri atau menguntungkan orang lain dengan merugikan orang lainnya. Sebagai
contoh, jika sesorang memiliki jam kerja di kantor wajib selama 8 jam perhari,
sementara di tengah jam kerja, ia meninggalkan kantornya untuk urusan pribadi yang
tidak dapat ditolerir oleh kantornya, makai a tengah melakukan korupsi waktu keja.
Sama halnya dengan contoh-contoh penggunaan uang negara oleh sebagian orang untuk
memperkaya diri sendiri atau menyuap orang lain untuk melancarkan urusan diri
sendiri. Saat ini di negara Indonesia telah berdiri sebuah Lembaga dengan nama Komisi
Pemberantas Korupsi yang berdiri sejak tahun 2003. Lembaga ini bertugas untuk
menangani kasus-kasus korupsi hingga keakar-akarnya. Tidak sedikit masyarakat biasa
hingga pejabat kakap yang terjerat atau tertangkap tangan oleh KPK. Hal ini dilakukan
karena adanya kasus yang terus menerus menggerus hak atau harta rakyat dan negara
untuk oknum-oknum tertentu. Negara komit dengan adanya Lembaga KPK diharapkan
mampu mengurangi kerugian negara akibat rendahnya moral oknum-oknum tadi.
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 36
Dampak negatif korupsi dikemukakan Harman (2012), “Rusaknya sistem
demokrasi dan rule of law, rusaknya sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,
terhambatnya ekonomi dan daya saing, serta terhambatnya upaya pengentasan
kemiskinan dan penegakan hak asasi manusia, merupakan dampak negatif dari tindak
pidana korupsi,”
2. Faktor Penyebab Korupsi
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya tindak korupsi.
Mengenai kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding dengan kebutuhan
hidup yang makin hari makin meningkat pernah di kupas oleh B Soedarsono yang
menyatakan antara lain " pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh
suburnya korupsi sebab yang paling gampang dihubungkan adalah kurangnya gaji
pejabat-pejabat....." namun B Soedarsono juga sadar bahwa hal tersebut tidaklah mutlak
karena banyaknya faktor yang bekerja dan saling memengaruhi satu sama lain.
Kurangnya gaji bukanlah faktor yang paling menentukan, orang-orang yang
berkecukupan banyak yang melakukan korupsi. Namun kurangnya gaji dan pendapatan
pegawai negeri memang faktor yang paling menonjol dalam arti merata dan meluasnya
korupsi di Indonesia, hal ini dikemukakan oleh Guy J Parker dalam tulisannya berjudul
"Indonesia 1979: The Record of three decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980: 123).
Begitu pula J.W Schoorl mengatakan bahwa " di Indonesia di bagian pertama tahun
1960 situasi begitu merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai, gaji
sebulan hanya sekadar cukup untuk makan selama dua minggu. Dapat dipahami bahwa
dalam situasi demikian memaksa para pegawai mencari tambahan dan banyak di
antaranya mereka mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk pelayanan yang
diberikan". Pada dasarnya secara rinci, factor penyebab korupsi dapat dibagi menjadi
dua sisi. Yakni factor internal dan faktor eksternal.
Secara eksternal, banyak hal yang menjadi pemicu besarnya peluang untuk
melakukan pelanggaran dalam bentuk tindak korupsi. Salah satunya sbb:
Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari
pendanaan politik yang normal.
Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".
Lemahnya ketertiban hukum.
Lemahnya profesi hukum.
Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
Lemahnya pengawasan
Minimnya sosok teladan
Gaji yang kecil
Sementara beberapa faktor internal yang dapat menjadi pemicu terjadinya tindak
korupsi antara lain sebagai berikut:
Sifat tamak. Adanya hasrat yang menggebu untuk memperkaya diri sendiri atau
mendapatkan kehidupan layak dengan cara pintas
Perilaku konsumtif tidak di imbangi dengan pendapatan yang memadai
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 37
moral yang lemah sehingga cenderung mudah tergoda untuk melakukan tindakan
korupsi ketika ada kesempatan
Pendidikan karakter yang minim baik dari keluarga maupun dari Lembaga Pendidikan
formal Keterbiasaan untuk melakukan kecurangan-kecurangan kecil yang tidak ada
teguran atau punishment sejak kecil. Faktor-faktir ini pada dasarnya hanya sebagain
kecil. Masih ada banyak lagi faktor yang tak disadari menjadi pemicu terjadinya
pelanggaran korupsi. Misalnya saja adanya pelaku korupsi yang melakukan tindakan
tersebut, karena keterpaksaan kondisi lingkungan atau faktor ketidak mampuan untuk
menolak suap dari atasan atau teman dekat.
3. Bentuk-bentuk Korupsi
Seperti yang sudah dijelaskan di awal bab ini, bahwasanya tindakan korupsi
tidak melulu hanya yang berhubungan dengan penggelapan uang saja, namun ada
beberapa jenis lainnya juga. Dalam UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, ada tiga puluh jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai
tindak korupsi. Namun secara ringkas, tindkaan-tindakan itu bisa dikelompokkan
menjadi sebagai berikut:
- Kerugian dari keuntungan negara
- Suap menyuap (sogok/ pelicin)
- Penggelapan dalam jabatan
- Pemerasan
- Perbuatan Curang
- Benturan Kepentingan dalam pengadaaan
- Gratifikasi (pemberian hadiah)
- Pembiayaan kampanye
- Pembelian Suara
- Nepotisme (tidak mempertimbangkan prestasi, kualifikasi, dll)
- Penyalahgunaan jabatan untuk merekayasa data
Banyak lagi bentuk-bentuk korupsi yang bisa dilakukan dan terjadi dalam
kehidupan sehari-hari manusia tanpa sadar. Sebagai contoh, mahasiswa yang dating
kuliah terlambat dikarenakan bangun kesiangan, merupakan bentuk korupsi waktu yang
merugikan orang lain. Karena ketika mahasiswa yang terlambat tersebut masuk kelas,
maka kegiatan belajar mengajar di kelas akan terganggu dan berjeda sejenak. Oleh
karena itu upaya melatih diri untuk menghindari dari kebiasaan tindak korupsi bisa
dilakukan sejak dini.
Dalam kaitannya dengan korupsi administrasi, Pope (2007: 8) melihat ada dua
kategori berbeda mengenai korupsi administrasi. Pertama, korupsi terjadi dalam situasi,
misalnya jasa atau kontrak diberikan sesuai peraturan yang berlaku. Kedua, korupsi
terjadi dalam situasi transaksi berlangsung secara melanggar peraturan yang berlaku.
Masih dalam hubungannya dengan perilaku pegawai negeri, petty corruption juga
merupakan korupsi, berupa tindakan-tindakan mengambil uang sewa atau tindakan-
tindakan kecil lainnya yang dilakukan oleh pegawai negeri. Sementara itu, graft adalah
pemanfaatan sumber-sumber publik untuk kepentingan individu atau pribadi. Sir Arthur
Lewis secara singkat memaknai korupsi sebagai pembayaran untuk memperoleh
pelayanan (just a payment for service).
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 38
4. Upaya Penanggulangan Korupsi
Generasi Penerus bangsa khususnya mahasiswa adalah merupakan agent of
change yang paling menentukan kondisi zaman tersebut dimasa depan. Sesungguhnya
sejarah pernah membuktikan bahwa sebagian perjalanan bangsa ini tidak lepas dari
peran pemuda yang menjadi bagian kekuatan perubahan. Tokoh-tokoh sumpah
pemudah 1928 telah memberikan nasionalisme bahasa, bangsa dan tanah air yang satu
yaitu Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda memberikan inspirasi tanpa batas mengenai
gerakan-gerakan perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Peran tokoh-tokoh pemuda
lainnya adalah proklamasi kemerdekaan tahun 1945, lahirnya orde baru tahun 1966, dan
reformasi tahun 1998 yang tidak dapat dipunggkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa
besar tersebut mahasiswa tampil didepan sebagai penggerak dengan berbagai gagasan,
semangat dan prinsip yang mereka pegang dan jalankan. Saat ini dan hingga masa
depan ysala satu masalh pokok masyarakat adalah tingkat korupsi di negara aiNdonesia.
Disini dituntutlah peran mahasiswa yang pernah mengenyam bangku Pendidikan tinggi
agar menunjukkan tingkat kecintaannya terhadap negara. Bahwasanya para pahlawan
telah berjuang habis-habisan demi memerdekakan negara Indonesai dari penjajahan,
maka selayaknya mahasiswa dan generasi bangsa menunujukkan kemampuannya
menjaga amanah para pahlawan dengan tidak mengambil dan menjaga kekayaan bangsa
Indonesia.
Selain mahasiswa, Pemerintah pun telah memiliki Lembaga anti korupsi
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya di awal bab ini. . Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Komisi Anti Korupsi yang diinisiasi berdasarkan kepada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002. Komisi Pemberantasan
Korupsi mempunyai tugas:
- Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
- Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi.
- Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi.
- Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
- Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
(KPK.go.id)
Masyarakat, termasuk mahasiswa, dan Lembaga anti Korupsi, sama-sama
memiliki peran penting dalam upaya pemberantasan Korupsi. Kenapa? Sebab
kelangsungan dan kestabilan negara berada ditangan seluruh penduduknya. Pemerintah,
mahasiswa, dan masyarakat harus mampu menjalin kerjasama yang tinggi untuk
membangun komunikasi dalam upaya menjaga kestabilan bangsa. Semua pihak menjadi
stakeholder untuk melawan korupsi dan menjadi agen yang melawan dengan keras
tindakan korupsi.
Selain itu ada hal lain yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan korupsi
melalui pemberdayaan masyarakat. Salah satu caranya yakni misalnya dengan
menyediakan sistem yang dapat di kases oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 39
tentang kebijakan pemerintah terkait dengan kepentingan masyarakat. Dengan demikian
memaksa pemerintah untuk mentransparansikan dan senantiasa mensosialisaikan
berjalannya kebijakan-kebijakan masyarakat tersebut. Cara lain dalam pemberdayaan
masyarakat adalah dengan memberikan sosialisasi serta kampanye untuk memberikan
pemahaman akan dampak serta cara memahami korupsi. Pemerintah juga sebaiknya
mamapu menyediakan system serta penghargaan juga perlindungan kepada masyarakat
untuk melaporkan tanda-tanda mencurigakan dari tindakan korupsi. Selanjutnya adanya
kebebasan dari pemerintah untuk masyarakat turut berpartisipasi dalam LSM-LSM
maupun NGOs yang berfungsi untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku pejabat
pemerintah maupun parlemen.
Upaya lain yang dapat dilakukan sebagai bentuk pencegahan tindak korupsi
adalah dengan melakukan pengembangan instrument-instrumen hukum. Berdasarkan
hasil survei lembaga konsultan PERC yang berbasis di Hong Kong menyatakan bahwa
Indonesia merupakan negara yang paling korup di antara 12 negara Asia. Predikat
negara terkorup diberikan karena nilai Indonesia hampir menyentuh angka mutlak 10
dengan skor 9,25 (nilai 10 merupakan nilai tertinggi atau terkorup). Pada tahun 2005,
Indonesia masih termasuk dalam tiga teratas negara terkorup di Asia. Peringkat negara
terkorup setelah Indonesia, berdasarkan hasil survei yang dilakukan PERC, yaitu India
(8,9) dan Vietnam (8,67). Thailand, Malaysia dan China berada pada posisi sejajar di
peringkat keempat yang terbersih. Sebaliknya, negara yang terbersih tingkat korupsinya
adalah Singapura (0,5) disusul Jepang (3,5), Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan.
Rentang skor dari nol sampai 10, di mana skor nol adalah mewakili posisi terbaik,
sedangkan skor 10 merupakan posisi skor terburuk. Ini merupakan survei tahunan yang
dilakukan oleh PERC untuk menilai kecenderungan korupsi di Asia dari tahun ke tahun.
Pemerintah Indonesia sebenarnya telah berupaya banyak dalam mengatasi praktek-
praktek korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan berupa
peraturan perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945
sampai dengan Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Selain itu, pemerintah juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung
dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa
Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Instrumen-instrumen hokum pun terus dikeembangkan melalui penggodogkan UU
tentang Korupsi. Peningkatatan kualitas ketegasan Lembaga-lemabaga dan LSM anti
korupsi untuk memberikan hokum secara merata dan tidak tebang pilih terhadap
siapapun pelaku tindak korupsi.
Terakhir yang harus dilakukan dalam upaya pencegahan korupsi oleh seluruh
warga Indonesia beserta pemerintahan adalah dengan melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan dan juga pelaksanaan kebijakan oleh pejabat-
pejabat pemerintah. Melakukan pengawasan dengan ketat dan juga melakukan evaluasi
secara tepat akan emmbantu memberikan shock terapi terhadap pelaku korupsi dan
memperkecil peluang-peuang korupsi.
Korupsi memiliki dampak hebat, utamanya terhadap ekonomi. Sebagaimana
dituturkan Mashal (2011), bahwa korupsi menyebabkan 6 (enam) hal berikut.
Pertama, investasi menjadi rendah, termasuk investasi langsung dari luar negeri. Kedua,
mengurangi pertumbuhan ekonomi. Ketiga, mengubah komposisi belanja pemerintah
dari aktivitas sangat produktif menjadi aktivitas kurang produktif. Keempat,
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 40
ketidaksamaan dan kemiskinan menjadi lebih besar. Kelima, mengurangi efisiensi
bantuan. Keenam, menyebabkan negara mengalami krisis.
Dalam kaitannya dengan ekonomi, FATF dan OECD (2011) melaporkan bahwa korupsi
mengganggu kinerja ekonomi, misalnya dengan berkurangnya investasi swasta,
mengurangi penyediaan infrastruktur publik, mengurangi penerimaan pajak, sistem
finansial menjadi tidak efisien, bahkan dapat merusak formasi modal manusia. Korupsi
bahkan seperti pasir bagi roda pertumbuhan ekonomi. Artinya, korupsi menjadi
penghambat pertumbuhan ekonomi.
Korupsi juga melanggar dan mengganggu hak asasi manusia, khususnya hak yang
seharusnya dimiliki oleh anak. ICHRP dan Transparency International (2009) mencatat
bahwa korupsi berdampak pada terlanggarnya hak anak untuk hidup, khususnya hak
untuk memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
Keberhasilan memberantas korupsi memberikan fondasi kokoh bagi terwujudnya
pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa (good governance). Untuk mewujudkan
good governance tersebut, KPK menetapkan visi: mewujudkan Indonesia yang bersih,
sedangkan misinya adalah sebagai penggerak perubahan untuk mewujudkan bangsa
yang antikorupsi. Dalam mewujudkan visi dan misinya, KPK mengembangkan tiga
strategi pokok, yaitu strategi jangka pendek, strategi jangka menengah, dan strategi
jangka panjang.
Strategi jangka pendek KPK mencakupi: (1) kegiatan penindakan, (2) membangun nilai
etika, dan (3) membangun sistem pengendalian terhadap lembaga pemerintahan agar
terwujud suatu perubahan yang berlandaskan efisiensi dan profesionalisme (KPK, t.th:
157).
Strategi jangka menengah KPK meliputi: (1) membangun beberapa proses kunci dan
infrastruktur terkait lainnya di instansi pemerintah yang mendorong efisiensi dan
efektivitas, (2) memberikan motivasi untuk terbangunnya suatu kepemimpinan yang
mengarah pada efisiensi dan efektivitas, dan (3) meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan pemerintah dan meningkatkan akses publik
terhadap pemerintah (KPK, t.th: 157).
Strategi jangka panjang KPK yaitu: (1) membangun dan mendidik masyarakat pada
berbagai tingkat dan jenjang kehidupan untuk mampu menangkal korupsi yang terjadi
di lingkungannya, (2) membangun suatu tata pemerintahan yang baik sebagai bagian
penting dalam sistem pendidikan nasional, dan (3) membangun sistem kepegawaian
yang berkualitas, mulai dari perekrutan, sistem penggajian, sistem penilaian kinerja, dan
sistem pengembangannya (KPK, t.th: 158).
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 41
LATIHAN
1. Tindak pidana korupsi, secara umum dapat dikatakan bagian dari …
a. Korporasi
b. Koordinasi
c. Komunikasi
d. Korelasi
e. Komparasi
2. Yang bukan Faktor penyebab korupsi secara eksternal adalah….
a. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar
b. Minimnya Pendidikan karakter
c. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil
d. Minimnya sosok teladan
e. Gaji yang kecil
3. Berikut yang bukan bentuk-bentuk korupsi adalah…..
a. Kerugian dari keuntungan negara
b. Pemerasan
c. Pencurian
d. Perbuatan curang
e. Pembiayaan kampanye
4. Pada Thun berapakah KPK berdiri?
a. 1998
b. 1999
c. 2000
d. 2003
e. 2005
5. dibawah ini siapa yang tidak memiliki kepentingan untuk mengawasi dan
memberantas korupsi?
a.Mahasiswa
b.Masyarakat
c.Lembaga anti korupsi
d.LSM
e.NASA
Modul Character Building 2 – Universitas Bina Sarana Informatika 42
DAFTAR PUSTAKA
Dewantara. 2010. Membangun kepribadian dan watak bangsa Indonesia.Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Harman, Benny K. 2012. Negeri Mafia Republik Koruptor Menggugat Peran DPR
Reformasi. Yogyakarta: Lamalera.
Hutagalung,Inge.2007.Pengembangan Kepribadian.Jakarta:PT INDEKS
Ishak Arep dan Hendri Tanjung .2014, Manajemen Motivasi ,Jakarta : PT Gramedia
I Purwa Atmaja Prawira.2014, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media Terjemahan Masri Maris. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Mashal, Ahmad M. 2011. “Corruption and Resource Allocation Distortion For
“ESCWA” Countries”. in International Journal of Economics and Management
Sciences. Vol. 1 No. 4, 2011. Pp. 71-83.
Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Pope, Jeremy. 2007. Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional.
Soeroso, Andreas. 2006. Sosiologi 1: Quadra. Yogyakarta
top related