manajemen risiko makalah konsep
Post on 18-Jan-2016
96 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MANAJEMEN RISIKO
BANK SYARIAH
A. PENDAHULUAN
Bisnis adalah suatu aktivitas yang selalu berhadapan dengan risiko dan return.
Bank syariah adalah salah satu unit bisnis. Dengan demikian, bank syariah juga akan
menghadapi risiko manajemen bank itu sendiri. Bahkan kalau dicermati secara
mendalam, bank syariah merupakan bank yang sarat dengan risiko. Karena dalam
menjalankan aktivitasnya banyak berhubungan dengan produk-produk bank yang
mengandung banyak risiko seperti produk mudharabah, musyarakah, dan sebagainya.
Oleh karenanya para pejabat bank syariah harus dapat mengendalikan risiko seminimal
mungkin dalam rangka untuk memperoleh keuntungan yang optimum.
Secara spesifik, risiko-risiko yang akan dihadapi oleh perbankan syariah dalam
kegiatannya yaitu meliputi risiko likuiditas (liquidity risk), risiko pembiayaan/kredit
(credit risk), risiko hukum (legal risk), risiko pasar (market risk), risiko operasional
(operational risk), risikop reputasi (reputation risk), dan risiko modal (capital risk).
Perbankan syariah tidak akan berhadapan dengan risiko tingkat suku bunga secara
langsung, karena bank syariah tidak menggunakan instrumen bunga dalam
operasionalnya.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan meskipun tidak secara rinci tentang
pengertian, penyebab, dan manajemen dari masing-masing risiko-risiko yang telah
disebutkan di atas.
B. DEFINISI RISIKO
Kata risiko berasal dari bahasa inggris “risk”, yang artinya berarti ketidakpastian
dari pada kerugian (uncertainly of loss).1
C. JENIS-JENIS RISIKO BANK SYARIAH
Bisnis perbankan baik itu bank konvensional ataupun bank syariah akan
berhadapan dengan berbagai jenis risiko. Risiko perbankan syariah diantaranya adalah
sebagai berikut :
a) Risiko Modal (capital risk)
Unsur lain dari risiko yang berhubungan dengan perbankan adalah risiko modal
(capital risk) yang merefleksikan tingkat leverage yang dipakai oleh bank. Salah satu
fungsi modal adalah melindungi para penyimpan dana terhadap kerugian yang terjadi
pada bank.
Risiko modal berkaitan dengan kualitas aset. Bank yang menggunakan sebagian
besar dananya untuk mendanai aset yang berisiko perlu memiliki modal penyangga yang
besar untuk sandaran bila kinerja aset-aset itu tidak baik.2
b) Risiko Likuiditas
Risiko antara lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah
jatuh tempo. Bank memiliki dua sumber utama bagi likuiditasnya, yaitu aset dan
liabilitas.3
c) Risiko Kredit/ Pembiayaan
Resiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan
atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya.
Hal ini terjadi sebagai akibat terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau
melakukan investasi karena dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditasnya 1 Mulyani, Risiko dalam perbankan dan asuransi, http://risiko dalam perbankan dan asuransi.blogspot.com risiko dalam perbankan dan asuransi.html di kutip pada 19/05/2011.2 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP), 2005, hlm 358.3 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta : Pustaka Alvabet, 2005, hlm 60.
sehingga penilaian kredit menjadi kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai
kemungkinan resiko untuk usaha yang dibiayainya.
d) Risiko Pasar
Resiko pasar adalah resiko kerugian yang dapat dialami bank melalui portofolio
yang dimilikinya sebagai akibat pergerakan variabel pasar (adverse movement) yang
tidak menguntungkan. Variabel pasar yang dimaksud adalah suku bunga (interest rate)
dan nilai tukar (foreign exchange rate).
Meskipun bank syariah tidak berurusan dengan tingkat suku bunga, namun bagi
Indonesia yang menerapkan dual banking system resiko ini akan berpengaruh secara
tidak langsung yaitu pada pricing, mengingat nasabah yang dijangkau oleh bank syariah
bukan saja nasabah-nasabah yang loyal secara penuh terhadap syariah, tetapi juga
nasabah-nasabah yang akan menempatkan dananya ke tempat-tempat yang akan
memberikan keuntungan maksimal baginya tanpa memperhitungkan halal atau haramnya
e) Risiko Operasional
Resiko operasional adalah resiko akibat kurangnya (deficiencies) sistem informasi
atau sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak
diharapkan. Resiko ini mencakup kesalahan manusia (human error), kegagalan sistem,
dan ketidakcukupan prosedur dan kontrol yang akan berpengaruh pada opersional bank.
f) Risiko Hukum
Resiko hukum adalah terkait dengan resiko bank yang menanggung kerugian
sebagai akibat adanya tuntutan hukum, kelemahan dalam aspek legal atau yuridis.
Kelemahan ini diakibatkan antara lain oleh ketiadaan peraturan perundang-undangan
yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat-syarat
syahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.4
g) Risiko Reputasi
4 Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah , http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/ manajemen risiko bank syariah.html, di kutip pada 20/05/2011.
Resiko reputasi adalah resiko yang timbul akibat adanya publikasi negatif yang
terkait dengan kegiatan usaha bank atau karena adanya persepsi negatif terhadap bank.
Hal-hal yang sangat berpengaruh pada reputasi bank antara lain adalah; manajemen,
pelayanan, ketaatan pada aturan, kompetensi, fraud dan sebagainya.
D. MANAJEMEN RISIKO BANK SYARIAH
1. Defenisi Manajemen Resiko
Manajemen Resiko diartikan sebagai rangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan resiko
yang timbul dati kegiatan usaha Bank.5
2. Manajemen Risiko Pembiayaan Bank Syariah
Risiko pembiayaan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan
pokok dan yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab utama
terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau
melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas,
sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan
risiko usaha yang dibiayainya.
Resiko menjadi semakin terlihat manakala perekonomian mengalami krisis atau
resesi. Kelesuan ekonomi akan berdampak langsung pada menurunnya omzet penjualan
perusahaan, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan untuk dapat memenuhi
kewajiban membayar utang-utangnya. Demikian pula jika terjadi kenaikan tingkat bunga.
Kerugian bagi bank semakin bertambah apabila ternyata jaminan bagi pemberian
kredit tidaklah memadai atau meng-cover pinjaman yang diberikan. Bank akan
mengalami kesulitan yang berat jika ia terbelit dengan masalah kredit macet yang
terlampau besar.6
a. Pembiayaan Ijarah : Resiko yang timbul dan penyebabnya7
5 Rahmani Timorita Yulianti, Manajemen Risiko Perbankan Syariah, http://master-islamic.ac.id, di kutip pada 20/05/2011.6 Zainul Arifin, Dasar-Dasr Manajemen Bank Syariah...hlm 210.7 http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/16/manajemen pengawasan risiko pada produk-pruduk bank syariah .html di kutip pada 20/05/2011.
Jika barang milik bank, timbul resiko tidak produktifnya asset iajarah karena tidak
adanya nasabah.
Jika barang bukan milik bank, timbul resiko rusaknya barang oleh nasabah karena
pemakaian tidak normal.
Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan bank kemudian disewakan kepada
nasabah, timbul resiko tidak performnya pemberi jasa.
Penyelesaian :
Resiko yang timbul karena ketiadaan nasabah merupakan bussines risk yang tidak
dapat dihindari.
Jika resiko timbul karena pemakaian di luar normal, Bank dapat menetapkan
kovenan ganti rugi kerusakan barang yang tidak disebabkan oleh pemakaian
normal.
Jika resiko yang timbul karena tidak perform-nya pemberi jasa, Bank dapat
menetapkan kovenan bahwa resiko tersebut merupakan tanggung jawab nasabah
karena pemberi jasa dipilih sendiri oleh nasabah.
b. Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT).
Resiko yang bisa timbul adalah ketidakmampuan nasabah membayar
angsuran dalam jumlah besar di akhir periode. Sedangkan penyebabnya yaitu jika
pembayaran dilakukan dengan sistem Ballon Payment (pembayaran angsuran dalam
jumlah besar di akhir periode). Risiko tersebut dapat diselesaikan dengan cara
memperpanjang jangka waktu sewa.
c. Pembiayaan Salam dan Istishna
Karena kedua skim ini barang diserahkan di akhir akad, maka resiko yang
akan dihadapi adalah gagal serah barang dan resiko jatuhnya harga barang. Cara
untuk meyelesaikannya adalah sebagai berikut :
Resiko jatuhnya harga barang diantisipasi dengan menetapkan bahwa jenis
pembiayaan ini hanya dilakukan atas dasar kontrak/pesanan yang telah ditentukan
harganya.
Resiko gagal serah dapat diantisipasi bank dengan menetapkan kovenan resiko
kolateral 220 %, yaitu 100 % lebih tinggi daripada rasio standar 120 %.
d. Pembiayaan Mudharabah/Musyarakah8
Kontrak mudharabah dijalankan oleh bank syariah, maerupakan suatu
kontrak peluang investasi yang mengandung banyak risiko tinggi. Sebab model
kontrak tersebut sarat dengan asymmetric information. Arsimetrik informasi adalah
kondisi yang menunjukkan sebagai investor mempunyai informasi dan yang lainnya
tidak memilikiinya. Arsimetrik informasi yang dilakukan agen dalam kontrak
keuangan biasanya berbentuk moral hazard dan adverse selection. Sadr dan Iqbal
mengatakan : adverse selection terjadi pada kontrak utang ketika peminjam memiliki
kualitas yang tidak baik atas kredit diluar batas ketentuan tingkat keuntungan tertentu,
dan moral hazard terjadi ketika melakukan penyimpangan atau menimbulkan risiko
yang lebih besar dalam kontrak.
Dalam kontrak mudharabah, ketika proses produksi dimulai, maka agen
menunjukkan etika baiknya atas tindakan yang telah disepakati bersama. Namun
setelah berjalan, muncul tindakan yang tidak terkendalikan yaitu moral hazard
( tindakan yang tidak dapat diamati) dan adserve selection ( etika pengusaha yang
secara melekat yang tidak dapat diketahui oleh pemilik modal). Dari uraian di atas,
terlihat bahwa masalah asimetrik informasi adalah sangat berhubungan erat dengan
masalah keuangan atau investasi. Terlebih jika dikaitkan dengan kontrak keuangan
mudharabah.
Penyimpangan-penyimpangan berupa asymmetric information dalam
kontrak mudharabah dapat diminimalisasikan, sehingga dapat mengoptimalkan hasil
investasinya. Dalam kaitan ini Presley dan Session menunjukkan cara-cara untuk
mengendalikan asimetrik informasi dalam kontrak mudharabah yang dikenal dengan
istilah “ incentive compatible constraints “.
8 Muhammad, Manajemen Bank Syariah...hlm 365.
Model yang disarankan oleh Presley dan Session tersebut kemudian
diadopsi oleh Karim (2000) untuk mengendalikan penerapan pembiayaan
mudharabah di Bank Muamalat Indonesia. Karim menjelaskan, bahwa : untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya risiko asimetrik informasi (moral hazard), maka
bank syariah (BMI) menerapkan sejumlah batasan-batasan tertentu ketika
menyalurkan pembiayaan kepada mudharib yaitu :
a) Menerapkan batasan agar porsi modal dari pihak mudharib-nya lebih besar dan
atau mengenakan jaminan.
b) Menetapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis yang risiko operasionalnya
lebih rendah
c) Menetapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis dengan arus kas yang
transparan
d) Menetapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis yang biaya tidak
terkontrolnya rendah.
Batasan atau syarat tersebut merupakan bagian dari proses monitoring dan
supervisi bank syariah atas pembiayaan mudharabah yang disalurkan. Hasil
penelitian Sadr dan Iqbal (2000) menyimpulkan bahwa : dengan meningkatkan
pengawasan dan pemantauan, meminimalisasi asimetrik informasi dapat memperkecil
terjadinya masalah agensi.9
e. Pembiayaan Murabahah10
Resiko yang akan timbul yaitu tidak bersaingnya bagi hasil kepada dana
pihak ketiga. Sedangkan penyebab adalah kenaikan DCMR (Direct Competitors
Market Rate), kenaikan ICMR (InDirect Competitors Market Rate), kenaikan ECRI
(Expected Competitive Return For Investors). Solusinya yaitu dengan menetapkan
jangka waktu maksimal pembiayaan dengan mempertimbangkan :
Tingkat (marjin) keuntungan saat ini dan prediksi perubahan di masa mendatang
yang berlaku di pasar perbankan syariah (DCMR) semakin cepat perubahan
DCMR, semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan.9 Muhammad, Manajemen Bank Syariah...hlm 367.10 http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/16/manajemen pengawasan risiko pada produk-pruduk bank syariah .html di kutip pada 20/05/2011.
Suku bunga kredit saat ini dan prediksi perubahannya di masa mendatang yang
berlaku di pasar perbankan konvensional (ICMR). Semakin cepat perubahan
ICRM, semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan.
Ekspektasi bagi hasil kepada Dana Pihak Ketiga yang kompetitif di pasar
perbankan syariah. Semakin besar perubahan ekspektasi tersebut diperkirakan
akan terjadi semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan.
3. Manajemen Risiko Likuiditas
Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari,
mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan permintaan nasabah akan
pinjaman dan memberikan fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi menarik dan
menguntungkan.
Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga
menganggu kebutuhan operasional sehari-hari, tetapi juga tidak boleh terlalu besar karena
akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya profitabilitas. Besar kecilnya
risiko ini banyak ditentukan oleh :
a. Kecermatan perencanaan arus kas (cash flow) atau arus dana berdasarkan prediksi
pembiayaan dan prediksi pertumbuhan dana-dana.
b. Ketepatan dalam mengatur struktur dana-dana termasuk kecukupan dana-dana non
bagi hasil.
c. Ketersediaan aset yang siap dikonversikan menjadi kas.
d. Kemampuan menciptakan akses ke pasar antarbank atau sumber dana lainnya.11
Mitigasi Resiko Likuidasi12 :a. Diversifikasi terhadap sumber pendanaan.b. Tersedianya hubungan dengan sumber/kelompok pendanaan.c. Pemeliharaan terhadap tingkat/level likuiditas (cash,money at call, marketabe
securities).d. Arranging standby facilities.e. Skema Asuransi pendanaan kontrol atas kesesuaian maturity assets dan liabilities.
11 Muhammad, Manajemen Bank Syariah...hlm 359.12 Zulfikar, Manajemen Bank Syariah, http://belajar bank –syariah.blogspot.com/2007/07/manajemen risiko bank syariah.html di kutip pada 20/05/2011.
4. Manajemen Risiko Operasional Bank Syariah
Dalam manajemen risiko ada beberapa komponen yang relevan dengan risiko
operasional yaitu sistem informasi, pengawasan internal, kesalahan manusiawi (human
error), kegagalan sistem, dan ketidakcakupan prosedur dan kontrol.
Penerapan manajemen risiko dari nol memang tidaklah mudah. Untungnya ada
model yang cocok untuk dicontoh. Kelompok industri lain mempunyai metode
pengelolaan risiko operasioanal yang sangat mapan, layak dan teruji diantaranya yaitu :
a. Mengidentifikasi hazard
Mempertimbangkan semua aspek dari situasi saat ini dan masa yang akan
datang, lingkungan dan masalah yang secara historis diketahui. Pengidentifikasian
hazard harus disekati bersama-sama karena tidak seorangpun yang dapat
melakukannya sendiri dengan sukses.
b. Menaksir risiko
Tahap berikutnya adalah menganalisis risiko yang terkait, bagaimana dan
berapa besar kemungkinannya. Konsep penting yang lain adalah interaksi. Interaksi
terjadi bila dua buah hazard terjadi bersama-sama sekaligus.
c. Menganalisis kadar pengawasan risiko
d. Membuat keputusan pengawasan risiko
e. Menerapkan pengawasan
Ini adalah tahap dimana manfaat dari persiapan dan pemikiran yang hati-hati
menjadi jelas. Dalam rangka mencapai kesuksesan dalam penerapan pengawasan,
haruslah ditemukan kebutuhan mutlak untuk mendapatkan satu pendekatan
menyeluruh terhadap risiko operasional.13
f. Supervisi dan evaluasi.
5. Manajemen Risiko Pasar14
13 Muhammad, Manajemen Bank Syariah...hlm 360.14 Zulfikar, Manajemen Bank Syariah, http://belajar bank –syariah.blogspot.com/2007/07/manajemen risiko bank syariah.html di kutip pada 20/05/2011.
a) Resiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel pasar, seperti : suku bunga,
nilai tukar, harga equity dan harga komoditas sehingga nilai portofolio/asset yang
dimiliki bank menurun.
b) Berdasarkan bank Indonesia, sebagai bank umum dengan prinsip syariah, maka
Bank Syariah hanya perlu mengelola resiko pasar yang terkait dengan perubahan
nilai tukar yang dapat menyebabkan kerugian Bank.
Pricing pada perbankan syariah yang berhubungan dengan resiko suku bunga :
Profit Murabahah tidak dapat ditingkatkan seiring dengan meningkatnya suku
bunga.
Harga komoditi (salam) ditetapkan dan dibayar dimuka pada saat kontrak/akad
ditandatangani.
Ijarah ditetapkan diawal tetapi dapat dinegoisasikan kembali di kemudian hari jika
kondisi ini telah ditetapkan sebelumnya didalam kontrak/akad.
Rasio bagi hasil (Mudharabah & Musyarakah) ditetapkan diawal namun dapat
dinegoisasikan kembali dikemudian hari jika nasabah (Counterparty) setuju.
Pricing Bank Konvensional akan mempengaruhi pricing di perbankan syariah
6. Fungsi Manajemen Resiko
a. Menetapkan arah dan risk appetite dengan mengkaji ulang secara berkala dan
menyetujui risk exposure limits yang mengikuti perubahan strategi perusahaan.
b. Menetapkan limit umumnya mencakup pemberian kredit, penempatan non kredit,
asset liability management, trading dan kegiatan lain seperti derivatif dan lain-
lain.
c. Menetapkan kecukupan prosedur atau prosedur pemeriksaan (audit) untuk
memastikan adanya integrasi pengukuran resiko, kontrol sistem pelaporan, dan
kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku.
d. Menetapkan metodologi untuk mengelola resiko dengan menggunakan sistem
pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dengan sistem komputerisasi sehingga
dapat diukur dan dipantau sumber resiko utama terhadap organisasi Bank.
E. PENUTUP
Berdasarkan paparan makalah kami di atas, ada beberapa yang perlu dipahami
yaitu bahwa tidak ada satupun bisnis atau investasi yang tidak mengandung risiko. Risiko
yaitu ketidakpastian daripada kerugian (uncertainlt of loss).
Oleh karenanya, perlu adanya penerapan manajemen dalam rangka meminimalisir
risiko-risiko tersebut sehingga bank dapat meningkatkan profitabilitasnya. Untuk
menerapkan manajemen tersebut memang tidak mudah dan oleh karena itu harus ada
suatu kerjasama antara satu dengan yang lainnya sehingga terbentuklah sistem
manajemen yang kuat.
Tak lain dengan bank konvensional, bank syariah juga menghadapi risoko yang
tak jauh berbeda. Perbedaan yang paling mendasar yaitu bank syariah tidak akan
berhadapan langsung dengan risiko tingkat suku bunga, karena bank syariah tidak
menggunakan instrumen tersebut dalam operasionalnya.
Akan tetapi, jika di pahami dengan saksama, bank syariah lebih syarat dengan
risiko-risiko karena bank syariah menggunakan produk-produk yang rentan terhadap
risiko seperti mudharabah dan musyarakah.
Kesimpulannya, manajemen risiko disini sangatlah penting dan mendukung
berhasil tau tidaknya bank dalam melaksanakan tugasnya. Tidak hanya kerjasama intern,
kerjasama ekstern juga harus diperhatikan.
F. DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, Risiko dalam perbankan dan asuransi, http://risiko dalam perbankan dan
asuransi.blogspot.com risiko dalam perbankan dan asuransi.html
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan
(UPP), 2005, hlm 358.
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta : Pustaka Alvabet, 2005,
hlm 60.
HendroWibowo,ManajemenRisikoBankSyariah,http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/
manajemen risiko bank syariah.html.
Rahmani Timorita Yulianti, Manajemen Risiko Perbankan Syariah, http://master-
islamic.ac.id,
http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/16/manajemen pengawasan risiko pada
produk-pruduk bank syariah .html.
Zulfikar,ManajemenBankSyariah,http://belajarbanksyariah.blogspot.com/2007/07/
manajemen risiko bank syariah.html.
top related