malaria
Post on 02-Dec-2015
63 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan
menghitung jumlah parasit per 200 leukosit dengan
pembesaran 700 – 1000 kali.
APUS DARAH TIPIS
Identifikasi jenis plasmodium
Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit, dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah.
Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s atau Fields dan juga Romanowsky.
Gambar Apus Darah
Tipis: Stadium darah
parasit
1 : Eritrosit Normal
2-18 : Tropozoit
2-10 : Tropozoit
stadium cincin
19-26 : Skizon
26 : Skizon ruptur
27,28 : Makrogametosid
matur (♀)
29, 30 : Mikrogametosid
matur (♂).
Semi Kuantitatif
(-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) = positif 1 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 100 LPB)
(++) = positif 2 (ditemukan 11 –100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) = positif 3 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
Kepadatan parasit < 100.000 /ul, maka mortalitas < 1 %
Kepadatan parasit > 100.000/ul, maka mortalitas > 1 %
Kepadatan parasit > 500.000/ul, maka mortalitas > 50 %
Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada
sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan darah
tipis (eritrosit).
Rumus:
Parasit / ul darah = (jumlah parasit yang dihitung x
8000)/(jumlah leukosit yang dihitung)
Contoh :
Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan
jumlah lekosit 8.000/uL maka hitung parasit =
1500 parasit x 8000 / 200 = 60.000 parasit/uL.
Rumus:
Parasit / ul darah = (jumlah parasit yang dihitung x
4.500.000) / (jumlah eritrosit yang dihitung)
Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%.
Jika jumlah eritrosit 4.500.000/uL maka hitung parasit
= 50 parasit x 4.500.000 / 1000 = 225.000 parasit/uL.
SEKUESTRASI, SITOADHERENSI,
ROSETTING,
Sekuestrasi
•Tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh
Sitoadherens
• Ikatan antara eritrosit terinfeksi parasit dengan endotel vaskuler, terjadi karena pada eritrosit terinfeksi parasit akan timbul tonjolan-tonjolan pada permukaannya yang disebut Knob. Pada tonjolan tersebut terdapat berbagai protein seperti HRP-1, PfEMP-1, PfEMP-2 (MESA). Protein PfEMP-1 pada knob dan / atau pfalhesin / sekuesterin akan berikatan dengan molekul adhesi pada endotel pembuluh darah yaitu CD 36, ICAM-1, ELAM-1 (E-selektin ), VCAM-1, trombospondin, kondroitin sulfat (CSA) .
Rosetting •Eritrosit terinfeksi parasit melalui protein rosetin, HSP-1 atau PfEMP-1 juga dapat saling berikatan dengan protein complement receptor 1 (CR1), CD 36, atau glikoprotein golongan darah A pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi parasit untuk membentuk roset, prosesnya disebut roseting.
•Rosetting adalah perlekatan antara satu buah eritrosit parasit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit sehingga berbentuk seperti bunga. Rosetting berperan dalam terjadinya obstruksi mikrovaskular.
PEMANTAUAN RESPON PENGOBATAN
RAWAT INAP
• Evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari dengan memonitor gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopik. Evaluasi dilakukan sampai bebas demam dan tidak ditemukan parasit aseksual dalam darah selama 3 hari berturut-turut. Setelah pasien dipulangkan harus kontrol pada hari ke-14 dan ke-28 sejak hari pertama mendapatkan obat anti malaria.
RAWAT JALAN
• Pemantauan dilakukan pada : hari ke-2, hari ke-3, hari ke-7, hari ke- 14 dan hari ke-28 setelah pemberian obat hari pertama, dengan memonitor gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopik. Apabila terjadi perburukan gejala klinis sewaktu-waktu segera kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan.
KRITERIA KEBERHASILAN
PENGOBATAN
Sembuh
Gejala klinis (demam) hilangdan parasit aseksual tidak ditemukan pada hari
ke-4 pengobatan sampai dengan hari ke-28
Gagal pengobatan dini/ Early treatment failure
Menjadi malaria berat pada hari ke-1 sampai hari ke-3
dengan parasitemia
Hitung parasit pada hari ke-2 > hari ke-0
Hitung parasit pada hari ke-3 >
25% hari ke-0
Ditemukan parasit aseksual dalam hari ke-3 disertai demam
Gagal Pengobatan kasep/
Late treatment failure
a. Gagal Kasep Pengobatan Klinis dan parasitologis
(1) Menjadi malaria berat pada hari ke-4 sampai ke-28 dan parasitemia
(2) Ditemukan kembali parasit aseksual antara hari ke-4 sampai hari ke-28 disertai demam
b. Gagal kasep ParasitologisDitemukan kembali parasit aseksual dalam hari ke-7, 14, 21 dan 28 tanpa demam
PENATALAKSANAAN
[
Terapi suportif
IVFD D5 ¼ NS kebutuhan cairan 1100 cc, gtt 12
Terapi Simptomatik
Observasi Hb anak, apabila anak kembali pucat, dengan Hb <7,9 gr/dl, berikan transfusi PRC sesuai kebutuhan anak.
Terapi edukatif
Menasehati ibu agar lebih memperhatikan lingkungan, mencegah gigitan nyamuk saat malam hari dengan menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk, cairan anti nyamuk, dan menjelaskan kepada ibu bahwa sakit malaria ini diperantai oleh nyamuk sehingga pergertian
(Hb yang diinginkan – Hb sekarang) x 4 x BB=
(11 – 2,3) x 4 x 12 = 417, 6 cc
Cara pemberian:
Karena Hb < 5g%, maka pertama diberi 5 cc/kgBB/12 jam
I = 5cc x 12kg = 60 cc / 12 jam
II = 10cc x 12kg = 120 cc / 24 jam
III = 10cc x 12kg = 120 cc / 24 jam
IV = 10cc x 12kg = 120 cc / 24 jam
Pemberian transfusi selama 3-4 jam
RISIKO TRANSFUSI DARAH
REAKSI AKUT: SELAMA TRANSFUSI / DALAM 24 JAM SETELAH TRANSFUSI:
Reaksi ringan:
pruritus, urtikaria dan rash hipersensitivitas ringan.
Reaksi sedang berat:
gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan, dan nyeri kepala. hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat
reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit) kontaminasi pirogen dan/atau bakteri
Reaksi membahayakan nyawa:
gelisah, nyeri dada, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dispnea, takikardia, hemoglobinyria,
tanda kaku otot, demam lemah
RISIKO TRANSFUSI DARAH
REAKSI AKUT: SELAMA TRANSFUSI / DALAM 24 JAM SETELAH TRANSFUSI:
Reaksi anafilaksis
Kelebihan cairan
Hemolisis intravaskular akut
Cedera paru akut akibat transfusi
RISIKO TRANSFUSI DARAH
REAKSI LAMBAT: SELAMA TRANSFUSI / DALAM 24 JAM SETELAH TRANSFUSI:
Reaksi hemolitik lambat: 5-10 hari demam, anemia, ikterik, hemoglobinuria
Purpura pasca transfusi: 5-10 hari biasanya terjadi bila hitung trombosit <100.0000/ul
Penyakit graft-versus host
Demam, rash kulit dan deskuamasi, diare, hepatitis, pansitopenia, timbul 10-12 hari setelah transfusi
Kelebihan besi
Pada pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam jangka waktu panjang akan mengalami akumulasi
besi dalam tubuhnya (hemosiderosis)
RISIKO TRANSFUSI DARAH
PENULARAN INFEKSI
Transmisi HIV
Virus hepatitis B & C
Kontaminasi bakteri
Kontaminasi parasit
MEKANISME TERJADINYA MALARIA RELAPS
Akhir fase
praeritrosit skizon
pecah
merozoit keluar dan
masuk ke dalam
peredaran darah
aktif kembali dan
mulai dengan
skizogoni eksoeritrosit
sekunder.
Pada P.vivax dan
P.ovale sebagian
sporozoit yang
menjadi hipnozoit s
Sebagian besar
menyerang eritrosit
yang berada di
sinusoid hati tetapi
beberapa di
fagositosis.
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN RELAPS
Tidak efektifnya respon imun dari penderita.
Pengobatan yang tidak sempurna
Reinfeksi atau terpapar dengan gigitan nyamuk yang berulang
Terjadinya penyakit akan menimbulkan
respon imun dari hospes yaitu
dengan adanya reaksi radang.
Terjadinya relaps berkaitan dengan
rendahnya titer antibodi.
Respon imun terhadap malaria
bersifat spesies spesifik, seseorang
yang imun terhadap P.vivax akan terserang
penyakit malaria lagi bila terinfeksi oleh P.falciparum.
PRIMAKUIN
Tablet mengandung 15 mg primakuin basa
Primakuin merupakan senyawa 8 aminokuinolin yang sangat efektif melawan gametosit seluruh spesies
parasit. Obat ini juga aktif terhadap schizon darah P. falciparum dan
P. vivax, tetapi dalam dosis tinggi sehingga harus berhati-hati.
EFEK SAMPING PRIMAKUIN
Anoreksia, mual,
muntah, sakit perut dan kram.
Kejang-kejang atau gangguan kesadaran
Gangguan sistim
hemopoitik
Pada defisiensi
G6PD terjadi hemolisis
• Wanita hamil dan anak <1 tahun
• Penderita defisiensi G6PD
• Penderita dengan aktif reumatoid artritis dan lupus eritematosus
Kontraindikasi:
• Primakuin tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena risiko hemolisis pada fetus yang kemungkinan menderita defisien relatif G6PD.
Penggunaan pada
kehamilan:
NILAI HB NORMAL DARI NEONATUS
Neonatus = 14,5 – 22,5
6 bulan – 6 tahun = 11
6 tahun – 14 tahun = 12
Pria dewasa = 13
Ibu hamil = 11
Wanita dewasa = 12
NILAI HB DI INDIKASIKAN TRANSFUSI
Transfusi sel darah merah pada kadar Hb <7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki terapi spesifk lain,
Dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apaila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium
Transfusi pada neonatus dengan gejala hiposia dilakukan bila kadar Hb ≤ 11 g/dl; bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL (anemia pada bayi prematur), jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk memberi transfusi adalah Hb ≤13 g/dL.
APAKAH PADA MALARIA PASIFARUM DAPAT
TERKENA MALARIA VIVAX JUGA?
Jawab:
bisa, ini disebut juga infeksi campuran, biasanya 1 spesies yang bisa menimbulakan pola klinis dengan palsifarum yang mendiminai vivax atau sebaliknya. 1 spesies kelompok yang berbeda dapat berkembang karena merozoit dalam hati tidak dibebaskan secara simultan dan skizon eritrsiter tidak semuanya pecah pada saat yang sama.
pada infeksi vivax demam selang sehari, jika kedua spesies yang berkembang maka akan menjadi paroksimal tiap hari, pada malaria palsifarum demam intermiten akan terganggu.
top related