makalah budidaya tomat
Post on 28-Oct-2015
380 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SISTEM AGRIBISNIS
ONFARM HOLTIKULTURA TOMAT
Disusun oleh
Kelompok 3
Winda
Deka Rijki Pangestu
Sutoyo Lumbantobing 150510100244
Sutrisno 150510100256
Fajrianti Anandya Habibah 150510100270
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini
dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Sistem Agribisnis
dengan judul “ Onfarm Sektor Holtikultura Tomat ”. Makalah ini dibuat dalam
rangka memperdalam pemahaman Sistem Agribisnis yang mencakup onfarm dan
proses yang berlangsung di dalamnya yang sangat diperlukan dalam suatu harapan
mendapatkan pengetahuan yang baru tentang penerapan sistem dalam agribisnis.
Terima kasih disampaikan kepada Ibu Eliana Wulansari selaku dosen mata
kuliah Sitem Agribisnis yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi
lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, kurang lebihnya kami
ucapkan terima kasih
Jatinangor, 28 Februari 2011
Penyusun
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Batasan Masalah
1.3 Tujuan yang Ingin Dicapai
1.4 Metode yang Digunakan
BAB II PENANAMAN TOMAT
2.1 Pembibitan Tanaman Tomat
2.2 Penyemaian Tanaman Tomat
2.2.1 Penyemaian
2.2.2 Membuat Persemaian
2.2.3 Memindahkan Semaian ke Lapangan
BAB III CARA MENANAM DAN MEMELIHARA TOMAT
3.1 Penggarapan Tanah
3.2 Jarak Tanaman
3.3 Dibiarkan Melata atau Diberi Turus ?
3.3.1 Dibiarkan Melata
3.3.2 Diberi Turus
3.4 Cara Menjalarkan Tanaman Tomat
3.5 Merompes Tunas
BAB 1V PEMELIHARAAN BUAH TOMAT
4.1 Memetik Buah Tomat
4.2 Pemilihan Buah Tomat
4.3 Pemeraman Buah Tomat
BAB V PERAWATAN TANAMAN
5.1 Pemasangan Ajir
5.2 Pemupukan
5.2.1 Unsur Hara Makro
5.2.2 Unsur Hara Mikro
5.3 Pengairan
5.4 Pemangkasan
BAB VI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TOMAT
6.1 Beberapa Hama yang Penting
6.2 Hama Penting yang Menyerang Daun
6.3 Penyakit Tomat yang Penting
6.4 Gejala-Gejala yang Bukan Berasal dari Penyakit
BAB VII ANEKA PENGOLAHAN BUAH TOMAT
7.1 Saus Tomat
7.2 Konsentrat Buah Tomat
BAB VIII KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman tomat termasuk keluarga besar “Solanaceae” keluarga ini tidak
kurang dari 2.200 spesies, yang secara alamiah diciptakan untuk kelangsungan
dan kebahagiaan hidup manusia. Tomat banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia
dan dunia. Konsumsi tomat segar dan olahan meningkat terus seiring dengan
kebutuhan manusia pada gizi yang seimbang. Namun, hingga sekarang para petani
tomat di Indonesia masih kerepotan untuk memenuhi permintaan tomat segar dan
olahan.
Pada saat ini tomat memiliki kedudukan yang baik, walaupun belum
merata dalam menu atau gizi masyarakat. Di dataran rendah, lebih diutamakan
menanam jenis-jenis terung yang nilai gizinya tidak setinggi buah tomat. Keadaan
tersebut kemungkinan besar disebabkan hasilnya kurang, tau jenis bibitnya tidak
cocok, atau kultur teknis yang belum memadai. Hingga saat ini orientasi bibit
tomat sebagian besar masih ditujukan untuk daerah dataran tinggi. Namun, jenis-
jenis tomat untuk dataran rendah kini mulai dikembangkan. Dengan
perkembangan ilmu pertanian yang kini telah digalakkan, pasti varietas-varietas
aru hasil penelitian dalam negeri akan bermunculan dan disebarluaskan di dataran
rendah maupun dataran tinggi.
1.2 Batasan Masalah
Dalam pembahasan makalah ini kami melakukan pengumpulan data
dengan pembatasan masalah yang di kaji dalam onfarm tanaman tomat. Adapun
pembatasan masalah itu, yakni :
Pembibitan dan penyemaian tanaman tomat.
Onfarm sayuran, dalam hal ini tanaman sayuran buah tomat.
Hama dan penyakit tanaman tomat.
Aneka pengolahan buah tomat.
1.3 Tujuan yang Ingin Dicapai
Penyusunan makalah ini telah dilakukan dengan mencari pembahasan dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan kajian. Sehingga diharapkan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
Kami berharap mampu menjelaskan pembibitan dan penyemaian tanaman
tomat, cara penanaman dan pemeliharaan tomat, perawatan tanaman tomat,
mengatasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat serta buah tomat,
begitu pun mengetahui aneka olahan dari buah tomat.
1.4 Metode yang Digunakan
Perlu adanya metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini. Adapun
metode yang kami gunakan, yaitu Metode deskriftif dengan teknik study
kepustakaan atau literature, yaitu pengetahuan yang bersumber dari beberapa
media tulis baik berupa buku, litelatur dan media lainnya yang tentu ada kaitannya
masalah- masalah yang di bahas di dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
PENANAMAN TOMAT
2.1 Pembibitan Tanaman Tomat
Umumnya, pembibitan tomat dilakukan dengan menggunakan biji. Supaya
kualitas dan kuantitas produksi terjamin, gunakan benih tomat unggul hibrida
yang sudah banyak dijual di pasaran. Faktor posotif dari benih tomat hibrida
sebagai berikut.
a. Pertumbuhan tanaman sangat cepat dan berumur genjah.
b. Sangat responsif terhadap perlakuan pemupukan tinggi.
c. Buah yang dihasilkan lebih berkualitas dan bobotnya lebih berat dibandingkan
dengan tomat biasa.
d. dengan perlakuan yang sama, produksi setiap tanaman dan setiap luas tanam
lebih besar dibandingkan dengan tomat biasa.
Sementara itu, faktor negatif dari benih tomat hibrida sebagai berikut.
a. Peka terhadap serangan hama dan pengakit.
b. Biaya yang diperlukan untuk perawatan cukup besar karena membutuhkan
perawatan yang intensif.
c. Bibit dari tanaman sendiri atau F2, F3, dan seterusnya tidak bisa ditanam
kembali karena kualitas dan kuantitasnya akan menurun atau tidak sebaik
induknya.
Setelah memperoleh benih yang diinginkan, rendam benih tersebut selama
satu malam ke dalam air yang telah dihangatkan suam-suam kuku untuk
menghentikan masa dormansinya (masa istirahat tumbuh). Benih yang telah dibeli
tersebut tidak perlu diseleksi lagi sebab sudah diseleksi oleh perusahaan benih
yang memproduksinya.
Lahhan seluas satu hektar membutuhkan benih tomat sebanyak 100-150
gram. dari jumlah tersebut kira-kira akan menghasilkan 16.000-18.000 tanaman.
Setelah perendaman, biji bisa langsung ditanam di bedengan yang sebelumnya
sudah disiapkan. Biji tomat ditanam ke dalam alur memanjang dengan jarak antar
baris 10 cm dan jarak dalam baris 5 cm.
Setelah penanaman selesai, taburi biji tomat dengan tanah halus dan tutup
dengan mulsa jerami atau karung basah. Untuk menmenghindari sengatan sinar
matahari dan air hujan yang berlebihan, bedengan dipasangi atap dari plastik atau
jerami. Posisi bedengan untuk pembibitan tomat sebaiknya memanjang dari arah
utara ke arah selatan supaya terkena cahaya matahari pagi.
Selain dilakukan di dalam bedengan, pembibitan bisa juga dilakukan di
dalam plastik kecil berukuran 12 cm x 8 cm. Isi plastik tersebut dengan media
tanam berupa tanah merah dan pupuk kandang yang halus (kedua bahan bisa
diayak terlebih dahulu dengan ayakan yang lembut). Perbandingannya adalah dua
ember tanah, satu ember pupuk kandang, 150 gram TSP atau 80 gram NPK, 75
gram insektisida, seperti Karbofuran atau Furadan.
Setelah terisi media tanam, plastik bisa disusun di dalam rak atau
bedengan yang telah disiapkan, kemudian di siram ddengan air. Setelah itu tanam
biji tomat satu persatu ke dalam plastik tersebut. Setelah semua pekerjaan usai,
tutup rapat bedengan dengan plastik bening yang berkerangka bambu. Tujuan
penutupan ini adalah untuk mencegah masuknya hama dan penyakit ke dalam
bedengan dan untuk mempertahankan kelembapan.
Setelah biji tomat mulai berkecambah, plastik penutup bisa dibuka secara
bertahap sambil tetap melakukan perawatan bibit, seperti penyiraman dan
pembersihan gulma. Lakukan penyiraman pada pagi hari untuk mengantisipasi
berkurangnya kadar air akibat penguapan yang terjadi pada siang hari. Sementara
itu, pembersihan gulma dan pengendalian hama sebaiknya dilakukan secara
manual, sebab bibit yang masih kecil tersebut terkadang masih sangat rentan
terhadap insektisida. Namun, jika serangan hama sudah melewati ambang batas
toleransi, penyemprotan dengan insektisida bisa dilakukan, tetapi harus dengan
dosis separuh dari anjuran yang tertera pada label kemasan.
Umumnya pemupukan pada bibit semaian hanya mempergunakan pupuk
daun, sebab pupuk dasar yang diberikan pada media tanam sudah cukup untuk
mendukung pertumbuhan bibit. Jenis pupuk daun atau zat perangsang tumbuh
(ZPT) yang bisa diberikan antara lain Gandasil D, Complesal, Atonik, dan
Growmore. Pupuk ini cukup diberikan sekali, yakni ketika bibit berumur 10 hari
dari persemaian.
Bibit dari persemaian siap dipindah ke lahan jika sudah berumur 15-20
hari atau lima helai daunnya sudah mulai tumbuh. Bibit yang cacat, rusak, atau
terserang hama dan penyakit sebaiknya tidak ditanam.
2.2 Penyemaian Tanaman Tomat
Umumnya di seluruh dunia penanaman tomat didahului dengan
menyemaikan bibit. Biji tomat memang dapat secara langsung ditanam di
lapangan dan dapat tumbuh menjadibesar dan berbuah pula. Sistem ini dapat
dilaksanakan bila kita menanam tomat sepetak dua petak, yang mudah diawasi
dan dipelihara sendiri. Tidak demikian halnya bila kita akan menanam ratusan
bahan sekaligus. Untuk penanaman secara langsung, pemeliharaannya sejak mulai
tanam hingga umur satu bulan serba rumit, terutama dalam penjagaan terhadap
serangan hama dan penyakit dan waktu penyiraman; selain itu membutuhkan bibit
3-4 kali lebih banyak daripada biasa. Oleh karena itu, dipilih jalan yang paling
mudah, yaitu disemaikan dahulu sebelum ditanam.
2.2.1 Penyemaian
Menyemai tomat dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap menyemaikan biji dan
tahap pemindahan semai ke dalam bumbunan.
2.2.2 Membuat Persemaian
Untuk menyemaikan bibit beberapa ratus batang saja dapat digunakan bak
persemaian yang dibuat dari kayu yang murah, dengan ukuran:
- Lebar 30-40 cm
- Panjang 50-60 cm
- Tinggi 15-20 cm
Untuk menyemaikan ribuan bibit lebih baik mempergunakan persemaian
biasa. Petakan persemaian harus benar-benar gembur, dan dirabuk kompos 1
kaleng/meter panjang. Lebar petakan cukup dengan 75 cm, dengan aluran antara
petakan selebar 40 cm untuk memudahkan pemeliharaan. Bibit disebar dalam
aluran sedalam 1,5 cm, dan jarak aluran rata-rata 15 cm. Tiap-tiap petakan dapat
memuat 5 aluran.
Untuk dapat menyemai bibit yang kuat pertumbuhannya pada setiap meter
panjang aluran disebar rata-rata 300 buah biji. Maka setiap 1 meter panjang
petakan dapat memuat 5 X 300 buah biji = 1.500 biji. Untuk 1 hektar tanaman
tidak membutuhkan tanah seluas tadi, namun cukup 10 meter saja karena bijinya
disebar merata dalam petakan. Biji yang telah disebar itu kemudian ditutup
dengan kompos, lalu disiram. Untuk menghindarkan kerusakan akibat kekeringan
atau hujan, petakan ditutup dengan jerami kering atau atap yang tingginya di
bagian muka 100-125 cm dan bagian belakang 75-100 cm.
Penyiraman 1-2 hari sekali diperlukan, bergantung kepada keadaan cuaca.
Rata-rata 7 hari setelah disebar, semai sudah tumbuh. Seminggu kemudian
persemaian sudah mulai tampak daun pertama, lalu dipindahkan kedalam bumbun
yang dibuat dari daun pisang yang berdiameter 5 cm dan tinggi 5 cm.
Besar kecilnya bumbun dapat diatur sesuai dengan rencana penanaman. Bila
menghendaki bibit tomat yang tidak lebih tinggi dari 10 cm, maka ukuran tersebut
cukup. Tetapi jika menghendaki bibit yang tingginya 15 cm atau lebih, diperlukan
bumbunan yang lebih besar. Dalam pelaksanaan membumbun, semai hendaknya
diusahakan jangan sampai akar pancarnya melengkung atau sengaja
dilengkungkan.
Setelah selesai, semua bumbunan disimpan ditempat yang agak teduh, namun
tidak lembab dan disiram secukupnya. Kekurangan sinar matahari mengakibatkan
pertumbuhan selanjutnya akan lekas memanjang, namun lemas batangnya.
Tanaman demikian bilamana ditanam dilapangan tidak akan cepat bangun dan
mengalami hambatan dalam pertumbuhannya.
Untuk mencegah timbulnya penyakit daun/batang, semai tersebut seminggu
sekali perlu disemprot dengan Dithane M 50. Penyakit yang dapat mengganas
dalam penyimpanan bumbunan adalah penyakit leher akar (Fusarium), sebagai
akibat dari kelembaban hawa yang tinggi, kurang sinar matahari, tidak
mengalirnya hawa yang bersih, dan terlalu banyak penyiraman.
2.2.3 Memindahkan Semaian ke Lapangan
Pada umumnya bumbunan tomat dipindahkan ke lapangan bilamana
tingginya rata-rata sudah mencapai 10 cm. Ketinggian ini dapat dicapai dengan
medium tanah sebanyak yang berada dalam bumbunan. Lebih dari ukuran tadi
batang tomatnya akan lemah tumbuhnya. Ukuran yang lebih tinggi dan batang
tomat yang kuat sehat dapat diperoleh bilamana bumbunannya diperbesar,
misalnya dua kali ukuran biasa. Semaian yang berukuran 15-25 m, bahkan ada
yang sudah mulai keluar kuntum bunga pertamanya, memakan waktu lebih lama
di persemaian, namun pertumbuhannya akan lebih cepat dan sehat.
Semaian yang dipindahkan dipilih yang kuat-kuat batangnya. Oleh karena itu,
tidak salah kiranya bilamana dianjurkan untuk menyebar bibit lebih banyak dari
yang semestinya dibutuhkan. Tidak dapat dibenarkan sama sekali bila semaian
yang akan dipindahkan dipotong pucuknya, karena hal itu dapat menghambat
pertumbuhan dan menurunkan hasil.
Sebelum mulai menanam, lapangan harus dibasahi terlebih dahulu jika sehari
sebelmnya tidak turun hujan. Minimal lubang tanaman harus dibasahi setelah
rabukya diaduk merata. Setelah ditanam, tanah dipadatkan dengan kedua belah
tangan ke arah batang. Kemudin tanah sekitar batang dibentuk cekung dalam
musim kemarau untuk memudahkan penyiraman. Dalam musim hujan diberi
bentuk cembung untuk menghindarkan agar tanah disekitar batang tidak mudah
larut. Bila dianggap perlu, setelah ditanam dan disiram itu tiap-tiap tanaman diberi
pelindung dari kertas atau pelepah pisang, dan sebagainya.
BAB III
CARA MENANAM DAN MEMELIHARA TOMAT
Saat paling tepat untuk menanam tomat adalah 2-4 minggu sebelum
musim hujan berakhir (hal ini tidak berlaku pada penanaman tomat sistem mulsa
plastik dan sistem hidroponik). Sebab, pada musim penghujan sebagian besar
jenis tomat tidak tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Penanaman bibit tomat sebaiknya dilakukan pada sore atau pagi hari.
Tujuannya untuk menghindari panas matahari sewaktu siang hari yang bisa
menyebabkan bibit layu. Serangan hama dan penyakit dapat dicegah jika sebelum
di tanam bibit direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida dan bakterisida
dengan konsentrasi 0,2%. Gunakan pestisida sistemik supaya dapat masuk dan
bertahan agak lama di dalam jaringan tanaman.
Bibit yang sudah siap tanam dicabut dari persemaian beserta akar-akarnya.
Jika bibit berasal dari persemaian plastik, robek dengan hati-hati supaya tanahnya
tidak pecah dan akarnya tidak rusak. Selanjutnya, tanam bibit pada lubang-lubang
bedengan dengan jarak 70-50 cm. Supaya tidak mudah busuk, tanam bibit sebatas
leher akar atau pada pangkal batang tanpa mengikutsertakan batangnya. Setelah
penanaman, bibit langsung disiram lalu pasang naungan dari dedaunan untuk
mencegah dan melindunginya dari terik sinar matahari.
3.1 Penggarapan Tanah
Di dataran tinggi yang tanahnya termasuk jenis tanah pasir, rupa-rupa cara
penggarapan tanah dilaksanakan, disesuaikan dengan kemapuan pembiayaannya
masing-masing. Misalnya menanam tomat setelah menanam kol. Setelah sisa-sisa
tanaman kol dibersihkan, segera dibuat lubang tanaman antara bekas tanaman kol,
tanpa adanya penggarapan tanah terlebih dahulu. Penggarapan tanah diadakan
bersamaan dengan membumbun tanaman menjelang umur kurang lebih satu
bulan. Bagi petanmi yang tidak menyuklai penanaman secara ekstensif tadi,
penggarapan tanah sebelum menanam merupakan suatu keharusan.
Maka setelah diadakan pembersihan terhadap sisa tanaman kol, tanah
dikerjakan, sisa-sisa rabuk diratakan. Dibuat aluran dengan jarak rata-rata 75 cm
(70-80 cm), kemudian dibuat lubang-lubang tanaman.
Di tanah yang berat, pembuatan petakan khusus diperlukan unutk dapat
menjamin pembuangan air dan memudahkan pengairan. Jarak antar aluran rata-
rata 100-110 cm, lebar 25-30 cm, dan dalamnya 25-30 cm. Lebar petakan 70-80
cm. Tinggi petakan tidak jauh dari 20-25 cm. Biasanya tanah dicangkul satu kali
untuk kemudain digemburkan.
Penggemburan tanah diperlukan sebelum menanam, namun adapula yang
menjalankan sebelum penanaman, sekaligus dengan menyiang rumput. Sistem ini
ada bahayanya, yaitu dapat merusak akar, yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman.
3.2 Jarak Tanaman
Jarak tanaman dapat berbeda-beda. Menurut ukuran-ukuran tersebut diatas
larikan 70-80 cm di dataran tinggi. Di dataran rendah yang tanahnya berat, jarak
tanaman ditas larikan adalah 50-60 cm, dan antarlarikan 100-110 cm.
3.3 Dibiarkan Melata atau Diberi Turus?
Menanam tomat dibiarkan melata, berarti tanaman itu tumbuh
sekehendaknya, bercabang dan beranting sekuat tenaganya. Bila diberi turus,
berarti tanaman tomat diharuskan hanya membentuk satu batang, tidak lebih dan
tidak kurang. Hanya, pada akhir pertumbuhannya diperbolehkan beranting dan
bercabang.
Akhir-akhir ini ada sistem lain, yaitu tanaman dirambatkan pada pagar tali
plastik. Untuk keperluan tersebut batang tomat pada ketinggian kira-kira 30 cm
supaya bercabang dan kedua cabang dibiarkan tumbuh sebagai batang tunggal
terus ke atas.
3.3.1 Dibiarkan Melata
Bila dibiarkan tumbuh melata, maka tanaman tomat dapat menutupi tanah,
sehingga terhindar dari kekeringan. Tidak ada biaya ekstra untuk membeli turus
dan tali. Tidak ada biaya untuk merompes batang atau tunas. Karena banyak
cabangnya, maka kemungkinan besar bunga dan buahnya akan lebih banyak.
Karena tumbuhnya rendah, maka banyak bunga terhindar dari akibat kencangnya
angin yang kering.
Sebaliknya bila dibiarkan melata, karena sangat rimbun, kemungkinan besar
banya bunga yang berjatuhan, dan hasilnya akan berkurang. Di daerah
pegunungan, tanaman yang dibiarkan melata mudah diserang penyakit
daun(Phytoptora dan Alternaria) yang bisa fatal bagi seluruh tanaman.
Selanjutnya buah tomat tidak akan merata besarnya, kebanyakan berukuran
kecil. Untuk diproses dalam pabrik, ukuran buah tidak menjadi soal. Tetapi untuk
dijual ke pasar, kualitas buah jadi kurang mendapat harga yang baik, apalagi di
supermarket.
3.3.2 Diberi Turus
Tanaman tomat yang diarkan tumbuh erbatang pokok satu tidak bercabang,
untung ruginya adalah sebagai berikut:
- Memerlukan biaya ekstra untuk membeli turus, tali, dan pembuiang tunas.
- Tanah mudah mengering. Maka bila pengairan kurang mendapat
perhatian, bunga mudah rontok dan buahnya mudah rusak karena sengatan
matahari, atau bnyak buah yang belah-belah bagian atasnya.
- Tanaman akan menderita karenaangin yang keras dan kering.
Fakta yang menguntungkan:
- Mudah mengadakan pembasmian penyakit atau hama.
- Mudah mengadakan pengairan, tanpa adanya bahaya membasahi daun,
sehingga penyakit infeksi daun dapat dihindarkan.
- Mudah diterapkan bantuan persarian bunganya.
- Dapat dipelihara buah yang rata-rata besar dan beratnya sama dan merata
masaknya.
- Kualitas buah meningkat, karena dapat sinar matahari yang cukup dan
mudah memetik buahnya.
- Rata-rata hasilnya banyak. Hasil rata-rata 1 kg/batang adalah cukup tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
“mengingat adanya faktor penyakit, udara yang terik, dan deras anginnya di
dataran tinggi, seyogyanya ditempuh jalan menanam tomat berbatang tunggal dan
diberi tunas”. Sedangkan di dataran rendah dibiarkan tumbuh melata, dan untuk
menghadapi pertumbuhan yang terlalu rimbun dapat diusahakan mengurangi
cabangnya.
3.4 Cara Menjalarkan Tanaman Tomat
Pemancangan turus dapat dilakukan beberapa hari setelah menanam, dengan
sistem-sistem sebagai berikut:
a. Dipancangkan satu turus tegak lurus setinggi 175 cmke dalam tanah 25-30
cm. Turus ini hruslah kuat.
b. Dua turus yang berhadapan ujungnya dijadikan satu (diikat), tanaman tomat
dibiarkan memanjat agak miring. Untuk memperkuat, beberapa ujung turus
yang diikat dihubungkan satu dengan yang lain, lalu diikat dengan tali bambu.
c. Empat turus ujungnya dijadikan satu. Tanaman tomat memanjatnya agak
miring juga.
Bila menurut sistem (a) tanah antarlarikan tanaman akan kena sinar matahari,
akibatnya tanah mengering, maka dengan sistem (b) dan (c)penguapan air tanah
relatif banyak dikurangi yang efeknya baik bagi pertumbuhan keseluruhannya.
Menurut sistem (a) bilamana kita berjalan diatas larikan, maka badan kita
akan mudah bergesekan dengan daun tomat, ini berarti memudahkan menjalarnya
penyakit daun dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Dengan sistem (b) dan (c)
hal ini lebih banyak dihindarkan.
d. Tanaman tomat dibiarkan menjalar pada pagar tali rafia (plastik) atau goni.
Dalam jajaran tanaman dipancangkan beberapa tonggak yang kuat setinggi ±
125 cm. Jarak antara tonggak adalah 2-2,5 cm; 30 cm di atas tanah dari ujung
tonggak ke ujung tonggak lainnya ditambatkan tali rafia dan diikat erat-erat pada
tiap tonggak. Tambang rafia ditambatkan 3-4 jajar dengan jarak 30 cm. Dengan
demikian terbentuklah pagar tali rafia atau goni.
Tanaman tomat berbatang tunggal dibiarkan merambat pada pagar rafia dan
diikat pada tali rafia sehingga seolah-olah terbentuk anyaman tanaman tomat
dengan tali rafia. Dengan sistem pagar ini sering pula pada ketinggian ± 30 cm
diatas tanah batang tomat dibiarkan bercabang dan terbentuklah tanaman yang
berbatang dua. Sistem pagar ini arahnya diatur arah utara selatan untuk mendapat
sinar matahari yang cukup.
3.5 Merompes Tunas
Merompes tunas yang keluar dari ketiak daun hendaknya dilakukan sedini
mungkin. Ranting yang sudah agak besar, selain agak liat dan sukar dirompes,
hakikatnya akan menghambat pertumbuhan batang utamanya dalam pembentukan
bunga maupun pertumbuhan ke atasnya. Luka yang besar yang ditinggalkan oleh
ranting yang besar akan mengakibatkan mudahnya terserang infeksi penyakit
Pucuk utama harus dijaga jangan sampai patah dan baru dipotong setelah
mencapai ketinggian ±100 cm atau lebih sedikit.
BAB IV
PEMELIHARAAN BUAH TOMAT
Usaha pemeliharaan tanaman terdiri atas:
- Menyiangi rumput, sekaligus menimbun tanaman, dengan tanah yang berasal
dari aluran antarlarikan atau petakan. Dalam melaksanakan kedua pekerjaan
ini hendaknya diusahakan jangan sampai merusak akar, karena hal itu akan
memudahkan adanya infeksi penyakit akar.
- Merabuk. Cara menempatkan rabuk tambahan dilakukan dengan membuat
aluran sedalam ±5 cm yang melingkari batang dengan jarak ±10 cm. Rabuk
ditaburkan apda aluran dengan merata untuk kemudian ditutup dengan tanah
kembali. Perabukan senantiasa diikuti dengan penyiraman.
- Di dataran tinggi dengan tanahnya yang serul dan mudah mengering,
bilamana kurang rabuk kompos dapat diterapkan usaha menahan penguapan
air tanah dengan menempatkan “mulsa” di sekitar batang tomat. Mulsa ini
dapat terdiri dari jerami kering, rerumputan atau daun-daunan yang kering.
Bilamana mulsa ini tidak terbeli, maka usaha untuk menghindarkan
pengeringan permukaan tanah dapat dilaksanakan dnegan menggemburkan
tanah beberapa sentimeter dalamnya. Hendaknya diusahakan jangan sampai
merusak akarnya.
- Pengairan.
4.1 Memetik Buah Tomat
Saatnya memetik buah tomat bergantung pada tujuan akhir dari bua tomat
tersebut dan taraf masaknya buah itu sendiri. Buah tomat yang akan dikirim ke
tempat yang jauh, dalam maupun luar negeri, dan akan mengalami guncangan
dalam pengangkutan harus dipetik bilamana sudah tua benar, yaitu berwarna hijau
tua. Buah tomat yang berwarna hijau tua itu lendir yang meliputi bijinya sudah
tampak banyak memenuhi rongga buah, tidak demikian halnya dengan buah yang
masih muda. Buah dengan taraf kematangan hijau tua disebut “hijau masak”.
Untuk diolah dlam pabrik sari buah tomat, pure tomat, atau tomat catsup,
buah tomat dipetik bilamana sudah tampak warna merahnya. Stadium ini disebut
“merah petik”. Buah tomat dalam stadium ini bilamana diperam dalam 1-2 hari
dalam suhu tertentu maka warna merahnya akan keluar semua pada bagian luar
maupun dalam. Untuk mendapatkan hasil-hasil tersebut diatas diperlukan buah
tomat yang benar-benar merah semuanya. Warna hijau bilamana masih ada dalam
buah akan mengubah warna tomato juice (sari buah tomat) atau pure tomat dan
catsup menjadi agak sawo matang warnanya.
Buah tomat yang dipetik ”hijau masak” kadar viamin C-nya tidak setinggi
yang sudah “merah petik”. Oleh karena itu, bagi penanam tomat dipekarangan
yang menginginkan buah tomat yang setinggi- tingginya harus mau menunggu
hingga buah tomatnya benar-benar merah dipohon. Rasanya akan lebih manis dan
kadar vitamin C-nya tinggi.
Buah tomat dalam keadaan stadium petik apa pun tidak boleh jatuh, walaupun
sedikit, pada saat pemetikan dan pengumpulan. Tiap-tiap kerusakan akan
mengakibatkan pembusukan, tidak tahan lama dalam penyimpanan dan
pengangkutan.
4.2 Pemilihan Buah Tomat
Dengan meningkatnya selera konsumen buah tomat supermarket di kota-kota
besar maupun pasar-pasar khusus yang hanya menjual bahan-bahan yang terpilih,
maka pemilihan buah tomat oleh penghasil maupun pedagang buah tomat sudah
lama diperhatikan. Apalagi bila buah tomat sudah mempunya tijuan untuk
diekspor ke luar negeri, penentuan kualitas pasti diperhatikan.
Kualitas buah tomat ditentukan oleh:
- Ukurannya,
- Warna buahnya,
- Mulus kulitnya, tidak bercelah-celah, dan
- Bebas dari penyakit maupun bekas jatuh.
Untuk memperindah warna, buah tomat dibersihkan dengan kain yang halus.
Pencucian buah –bila perlu- harys dilakukan karena ada bekas obat-obatan atau
kotoran tanah, namun sebelum diangkat harus sudah benar-benar kering. Buah
tomat untuk ekspor besarnya harus rata dan dimasukkan ke dalam peti. Di luar
negeri ukuran petinya sudah ditentukan dengan standar, demikian pula berat
isinya, misalnya 4-5 kg per peti dan disusun dalam dua tingkat. Tiap-tiap buah
dibungkus dengan kertas yang dapat mnyerap air.
Pada umumnya buah tomat yang berkualitas tinggi dibungkus dengan kertas
yang indah, diberi cap dan sebagainya agar mempunya daya tarik lebih kepada
pembeli sehingga mau membayar lebih mahal pula. Di luar negeri, hal-hal
tersebut sudah lama dilakukan. Semoga di Indonesia dalam waktu yang tidak lama
lagi akan mengikuti jejak teman-temannya dalam bidang pertomatan yang telah
maju itu.
4.3 Pemeraman Buah Tomat
Untuk meningkatkan kemasakan buah tomat yamg masih “hijau masak” atau
“merah petik” agar menjadi merah luar dalam, diperlukan beberapa hari
pemeraman. Dalam suhu 100-1500 C buah tomat dapat bertahan agak lama dan
perubahan warna akan berjalan dengan sempurna, rasanya pun akan meningkat.
Dalam suhu tersebut buah tomat yang “hijau masak” dapat bertahan hingga 30
hari lamanya, sedangkan yang sudah “merah petik” bilamana disimpan dalam
suhu 50 C dapat bertahan 10 hari. (Thompson & Kelly).
Dalam suhu yang tinggi seperti di pasar-pasar Indonesia, proses pemasakan
buah akan berjalan cepat dan tidak akan bertahan lama. Buah tomat yang dijual ke
pasar kebanyakan berwarna kuning. Ini menunjukkan bahwa buah tersebut masih
terlalu muda ketika dipetik. Namun apa daya, buah demikian tetap laku karena
konsumen masih belum mengenal nilainya buah tadi. Nilai gizi buah yang kuning
maih sangat rendah, rasanya pun tidak selezat buah yang sudah masak benar.
BAB V
PERAWATAN TANAMAN
5.1 Pemasangan Ajir
Tanaman tomat mutlak memerlukan ajir atau turus dari bambu. Fungsi ajir
antara lain untuk membantu menegakkan tanaman, mencegah tanaman roboh
karena beban buah dan tiupan angin, mengoptimalkan sinar matahari ke tanaman,
membantu penyebaran daun, mengatur pertumbuhan tunas dan ranting,
mempermudah penyiangan, dan mempermudah penyemprotan atau pemupukan.
Menurut penelitian yang pernah dilakukan, penanaman tomat dengan
menggunakan ajir dapat mendongkrak produksi buah tomat sampai 48%, bahkan
terbukti mampu mengurangi serangan hama dan penyakit.
Pemasangan ajir dilakukan segera setelah tanaman tomat selesai ditanam
di bedengan. Gunakan ajir bambu sepanjang 100cm untuk tomat tipe determinate
dan ajir sepanjang 225 cm untuk tomat tipe indeterminate. Pasang ajir dengan
jarak 10-20 cm dari tanaman tomat. Selanjutnya, ikat tanaman tomat pada ajir
secara berkala mengikuti pertumbuhan tanaman.
sistem pemasangan ajir yang umum dilakukan oleh para petani tomat ada
dua, yakni sistem segitiga dan sistem tunggal. Pemasangan ajir sistem segitiga
adalah menggabungkan empat ajir menjadi satu dengan cara mengikat bagian atas
bambu. Sementara itu, pada sistem tunggal, hanya digunakan satu buah ajir yang
dihubungkan satu sama lain dengan bambu supaya tidak gampang roboh. Dari
kedua sistem pemasagan ajir tersebut, sistem tunggal dianggap lebih baik karena
sinar matahari yang diterima oleh tanaman tomat lebih optimal sehingga mampu
mengurangi resiko menularnya hama dan penyakit.
5.2 Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman sebab unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak bisa diandalkan untuk
memacu pertumbuhan tanaman tomat secara optimal, terutama pada penanaman
sistem intensif. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman meliputi unsur hara makro
dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan
tanaman dalam jumlah relatif besar dibandingkan dengan unsur hara lainnya.
Contoh unsur hara makro adalah seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Sementara itu, pengertian unsur
hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat
kecil, tetapi fungsinya sangat penting dan tidak tergantikan. Contoh unsur hara
mikro antara lain besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), boron (B),
molybdenum (Mo), dan khlor (Cl).
5.2.1 Unsur Hara Makro
Nitrogen (N)
Nitrogen berperan besar untuk menyusun zat hijau daun, protein, lemak,
dan membantu pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur hara makro ini disuplai
oleh pupuk kandang, urea, pupuk Za, dan berbagai jenis pupuk daun. Gejala
kekurangan unsur nitrogen menyebabkan warna daun berubah menjadi
kekuningan atau kuning, jaringan daun mati, dan bentuk buah tidak sempurna.
Posfor (P)
Posfor (P) berperan penting sebagai penyusun inti sel lemak dan protein
tanaman. Unsur hara makro ini diperoleh dari pupuk kandang, pupuk TSP, dan
pupuk daun yang disemprotkan ke tanaman. Fungsi pupuk posfor adalah
untuk merangsang pertumbuhan akar, bunga dan pemasakan buah.
Kekurangan posfor (P) pada tanaman tomat menyebabkan pertumbuhan akar
dan pertumbuhan generatifnya terganggu. Gejala kekurangan unsur ini
biasanya ditandai dengan memerahnya bagian bawah daun, terutama di bagian
tulang daun, kemudian disusul daun melengkung dan terpelintir.
Kalium (K)
Kalium (K) adalah salah satu unsur hara makro yang berfungsi sebagai
penyusun protein dan karbohidrat pada tanaman. Selain diperoleh dari pupuk
kandang, unsur ini juga disuplai oleh pupuk KCL, kalium sulfat atau ZK,
potasium kalium nitrat, dan pupuk daun. Dalam peertumbuhan tanaman,
kalium berperan untuk memperkuat bagian kayu tanaman, meningkatkan
kualitas buah, meningkatkan ketahanan terhadap hama, penyakit, dan
kekeringan. Kekurangan unsur kalium menyebabkan ujung daun menguning
dan semakin lama berubah menjadi cokelat. Jika dibiarkan. daun-daun tersebut
akan rontok.
Kalsium (Ca)
Kalsium (Ca) berperan sebagai pembentuk dinding sel tanaman. Selain
disuplai lewat pupuk kandang, unsur hara ini juga diperoleh dari penambahan
kapur, baik berupa kapur dolomit, kalsit, maupun kalsium khlorida. Fungsi
kalsium adalah mengeraskan bagian kayu tanaman, merangsang pembentukan
akar halus, mempertebal dinding sel buah, dan merangsang pertumbuhan biji.
Kekurangan kalsium pada tanaman tomat menyebabkan penyakit fisioligis,
biasanya ditandai dengan gejala mirip serangan blossom and root. Penyakit
fisiologis inimenyerang tanaman muda dan dewasa. Gejalanya mudah
dikenalilewat tanda-tanda khas yang tampak dari daun hingga buahnya.
Magnesium (Mg)
Magnesium (Mg) berperan penting sebagai penyusun khlorofil,
mengaktifkan enzim yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat, dan
menambah kadar minyak pada tanaman. Unsur hara ini diperoleh dari pupuk
kandang, kapur dolomit, kieserite, dan pupuk daun yang mengandung Mg.
Kekurangan unsur magnesium pada tanaman tomat menyebabkan terjadinya
klorosis (menguning) pada tulang-tulang daun yang sudah tua. Selain itu,
warna daun akan berubah menjadi kuning dan muncul bercak-bercak cokelat
dipermukaannya.
Sulfur (S)
Sulfur berfungsi sebagai penyusun protein, vitamin, dan membantu
pembentukan zat hijau daun. Selain diperoleh dari pupuk kandang, unsur hara
ini juga bisa disuplai dari penambahan pupuk buatan ZA, pupuk daun, dan
pupuk multi-micro yang mengandung 5,3% sulfur. Jika tanaman kekurangan
sulfur, pada daun-daunnya akan muncul gejala klorosis (menguning).
5.2.2 Unsur Hara Mikro
Besi (Fe)
Besi berperan sebagai pembentuk klorofil, penyusun protein, dan
penyusun enzim. Unsur hara ini diperoleh dari pupuk kandang dan pupuk
kimia. Kekurangan unsur besi (Fe) pada tanaman tomat menyebabkan
pertumbuhan tomat terhambat, daun berguguran, dan pucuk tanaman mati.
Gejala yang mendahului kekurangan unsur besi biasanya berupa
menguningnya daun-dau muda dan tulang daun.
Boron (B)
Boron berperan dalam pembentukan protein, pembentukan buah, dan
perkembangan akar. Unsur hara ini dapat diperoleh lewat pupuk kandang,
borax atau borate, asam borate, dan pupuk mikro. gejala kekurangan unsur
boron (B) pada pada tanaman tomat biasanya ditandai dengan pembentukan
cabang yang tumbuh sejajar berdampingan, ruas tanaman memendenk, dan
batang tanaman keropos.
Seng (Zn)
Unsur hara mikro ini berfungsi sebagai katalisator dalam pembentukan
protein, mengatur pembentukan asam ondoleasetik (asam yang berfungsi
sebagai zat pengatur tumbuh tanaman), dan berperan aktif dalam transformasi
karbohidrat. Unsur ini bisa disuplai lewat pupuk daun yang mengandung
unsur Zn. Kekurangan unsur hara Zn tudak begitu berarti bagi tanaman tomat.
Mangan (Mn)
Unsur hara mikro ini berfungsi sebagai aktifator berbagai enzim yang
berperan dalam proses perombakan karbohidrat dan metabolisme nitrogen.
mangan bisa disuplai lewat pemberian pupuk daun yang mengandung Mn.
Gejala kekurangan unsur Mn pada tanaman tomat tidak bisa diketahui secara
langsung tanpa membawa sample daun atau tanah ke laboratorium.
Tembaga (Cu)
Tembaga berperan sebagai aktifator berbagai enzim dalam proses
penyimpanan cadangan makanan, katalisator dalam proses pernapasan dan
perombakan karbohidrat, salah satu elemen dalam pembentukan vitamin A,
dan secara tidak langsungberperan dalam proses pembentukan klorofil.
Biasanya unsur hara mikro ini disuplai dari pupuk daunyang mengandung Cu.
Kekurangan unsur tembaga (Cu) menyebabkan tanaman tumbuh tidak
sempurna (kerdil) dan pembentukan buah atau bunga sering gagal.
Molibdenum (Mo)
Molibdenum berperan dalam penyerapan N, pengikatan N, asimilasi n,
dan secara tidak lagsung berperan didalam pembentukan asam amino dan
protein tanaman. Kekurangan unsur ini biasanya disuplai lewat upaya
pengapuran. Gejala kekurangan unsur molibdenum pada tanaman tidak bisa
langsung diketahui tanpa membawanya ke laboratorium terlebih dahulu.
Khlor (Cl)
Khlor dibutuhkan dalam proses fotosintesis, terutama berkaitan langsung
dengan pengaturan tekanan osmosis di dalam sel tanaman. Kekurangan khlor
sangat jarang terjadi karena unsur ini banyak tersedia secara alami di dalam
tanah. Gejala kekurangan khlor pada tanaman tomat ditunjukkan dengan
munculnya bercak-bercak kuning di permukaan daun dan daun menjadi layu
serta berwarna kuning.
Aplikasi pemupukan pada tanaman tomat bisa menggunakan pupuk
organik dan pupuk anorganik. Bahan baku dari pupuk organik berasal dari
kotoran sapi, kotoran ayam, dan kotoran kambing atau domba. Setiap jenis
kotoran hewan tersebut memiliki kandungan unsur hara yang berbeda-beda.
Tabel Kandungan Unsur Hara pada Berbagai Jenis Pupuk Kandang
Jenis
Pupuk
N P K Ca Mg Mn Zn B
Kandang % Mg/Kg
Sapi 2,33 0,61 1,58 1,040 0,38 1792,0 70,5 3,69
Kuda 1,57 0,68 0,77 1,640 0,49 2478,5 109,5 3,60
Domba 2,46 0,76 2,03 1,990 0.70 3773,0 111,0 8,67
Ayam 3,21 3,21 1,57 9,625 1,44 22506,0 315,0 11,43
Sumber : Nunung Nurtika (Laboratorium Tanah Balithor Lembang, 1984).
Sementara itu, pupuk anorganik yang digunakan bisa berasal dari pupuk
tunggal, seperti urea (nitrogen), Za (nitrogen), KCL (kalium), dan TSP (posfor).
Untuk tanaman tomat dan tanaman lain dari Solanacearum sebaiknya tidak
memakai pupuk yang kandungan N-nya berasal dari urea, tetapi lebih disarankan
untuk menggunakan pupuk Za karena tanaman inni sudah bisa mengikat unsur N
dari udara.
Saat masa awal pertumbuhan, tanaman sebaiknya dipupuk dengan pupuk
yang kandungan nitrogen dan posfornya tinggi. Setelah dewasa dan mendekati
masa-masa produktif, gunakan pupuk yang kandungan kaliumnya tinggi.
Tambahkan juga berbagai unsur mikro, seperti Ca, Mn, Mg, Cu, Zn, dan Mb.
Sebab, jika kekurangan salah satu saja dari unsur-unsur mikro diatas, tanaman
akan mengalami penyakit fisiologis. Gejala yang bisa dilihat aibat penyakit ini,
antara lain pembentukan bunga yang tidak sempurna, penyerbukan kurang
optimal, buah yang dihasilkan cacat, terserang blossom and root, dan tidak bisa
mengikat salah satu unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya.
Pada penanaman tomat sistem konvensional, pupuk organik diberikan
sewaktu pengolahan lahan. Sementara itu, pupuk anorganik diberikan secara
bertahap sebanyak 4 kali. Aplikasi pertama dilakukan pada saat tanam dan
aplikasi berikutnya berturut-turut 10 hari setelah tanam, 24 hari setelah tanam, dan
44 hari setelah tanam. Cara aplikasi yang biasa dipakai yakni menaburkan pupuk
anorganik ke dalam beberapa lubang yang dibuat di sekeliling tanaman tomat.
Cara lainnya adalah membuat lubang sedalam 5 cm di antara tanaman tomat
dengan jarak 10 cm setiap lubangnya. Supaya kedalamannya seragam, lubang
dibuat dengan menggunakan tugal. Secara lebih rinci, dosis dan waktu
pemupukan dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel Dosis dan Waktu Pemupukan Tanaman Tomat dengan Pupuk Tunggal (kg/ha)
Jenis Pupuk
Pemupukan I
pada saat
Tanam
Pemupukan II
10 hst
Pemupukan
III 24 hst
Pemupukan
IV 44 hst
Za 200 100 100 100
SP 36 170 - - -
KCL 120 - 60 40
Sumber : PT. Tanindo Subur Prima
Tabel Pemupukan Tanaman Tomat dengan Pupuk NPK (Kg/Ha)
Jenis Pupuk
Pemupukan I
pada saat
Tanam
Pemupukan II
4 minggu hst
Pemupukan III
8 minggu hstJumlah Total
NPK 333 333 333 1000
Keterangan : Diolah dari berbagai sumber
Pupuk NPK yang biasa dipergunakan untuk memupuk tanaman tomat
antara lain NPK 15-15-15, NPK 16-16-16 + TE (trace element), NPK 12-34-12,
NPK 8-24-24, 12-12-7, atau NPK 4-16-12. Perbandingan komposisi pada setiap
pupuk NPK tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Jika pupuk yang
dipergunakan tidak mengandung unsur hara mikro, tambahkan pupuk mikro lewat
tanah atau lewat penyemprotan pada daun. Identifikasi kekurangan unsur hara
mikro pada tanaman tomat dapat dilakukan dengan membawa sample tanah dan
sample daun tomat ke laboratorium analisis tanah.
5.3 Pengairan
Pengairan termasuk faktor penting dalam pertumbuhan tanaman tomat.
Salah satu tujuan pengairan adalah mengganti air yang hilang akibat diserap
tanaman atau penguapan. Selain untuk mengganti kehilangan air, pengairan juga
berguna dalam proses pembentukan bunga dan buah.
Pengairan bisa dilakukan dengan sistem perendaman, yakni melalui air
irigasi yang dialirkan lewat parit-parit di antara bedengan. Cara lainnya, air
disiramkan langsung di atas bedengan. Sumber air berasal dari sungai atau dari
sumur yang dibuat di dekat areal kebun. Sumur dangkal bisa di buat di lahan
sawah yang tidak memiliki sumber air tetapi memiliki air tanah yang dangkal.
Sebagai patokan, lahan seluas satu hektar kira-kira bisa dibuat 4 buah sumur
dangkal. Air dari sumur tersebut dialirkan ke bedengan dengan menggunakan
pompa air portable yang berpenggerak mesin diesel atau bensin.
Pengairan pada lahan sawah dengan sistem perendaman hanya
membuthkan waktu satu minggu sekali. Tinggi perendaman hanya sekitar tiga
perempat dari tinggi bedengan. Supaya permukaan bedengan tetap basah, lakukan
penyiraman dengan menggunakan ember. Sementara itu, jika musim penghujan
turun aturlah sistem pembuangannya supaya aliran airnya lancar sehingga akar
tomat tidak tergenang air terlalu lama. Akar atau bedengan yang sering terendam
air menyebabkan kelembapan tinggi. Akibatnya, akan mengundang penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum dan cendawan Fusarium
oxysporum. Sementara itu, pengairan lahan bukan sawah, bisa dilakukan secara
manual dengan menggunakan ember atau selang yang disiramkan langsung satu
persatu ke tanaman.
5.4 Pemangkasan
Pemangkasan tanaman tomat dilakukan terhadap tunas air; daun tua; daun
yang terserang penyakit; buah yang cacat, rusak, atau terserang hama dan
penyakit. Selain bertujuan membuang tunas, pemangkasan tunas air juga
bermanfaat untuk pembentukan tanaman.
Pembentukan tanaman tomat lewat pemangkasan tunas air atau wiwilan
dilakukan pada tanaman tomat tipe indeterminate. Pada dasarnya pembentukan
tanaman tomat digolongkan menjadi dua, yakni sistem pemeliharaan satu batang
dan sistem pemeliharaan dua batang. Sistem pemeliharaan satu batang dilakukan
dengan memamgkas semua tunas air dan hanya menyisakan satu batang utama.
Sementara itu, pada sistem pemeliharaan dua batang, semua tunas air dipangkas
kecuali tunas yang tumbuh di bawah tandang bunga pertama. Tunas air yang
disisakan ini akan membentuk cabang sebagai batang kedua yang akan
menghasilkan buah.
Pemangkasan daun tua atau daun yang terkena serangan hama dan
penyakit bertujuan untuk memperlancar sinar matahari yang masuk ketanaman
dan mengurangi risiko menularnya hama dan penyakit. Waktu pemangkasan
sebaiknya pada pagi hari karena tunas air dan daun masih banyak mengandung air
sehingga mudah dipatahkan. Setelah pemangkasan selesai, semua daun dan buah
yang terkumpul ditempatkan ke dalam wadah khusus lalu musnahkan dengan cara
dibakar atau ditimbun ke dalam lubang sehingga bisa mengurangi risiko
menularnya hama dan penyakit.
Sementara itu, pemangkasan pada buah ditujukan untuk buah yang cacat,
rusak atau terkena hama dan penyakit. Buah yang sudah terkena hama dan
penyakit harus secepatnya dibuang sehingga tidak menular kepada buah yang lain.
BAB VI
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TOMAT
Tanaman tomat tidak terbebas dari hama dan penyakit. Tiap-tipa bagiannya
dapat diserang. Didaerah tinggi yang udaranya lebih lembab daripada di dataran
rendah, serangan penyakit lebih tinggi. Di daerah tersebut penanam tomat
berjuang mati-matian untuk menanam tanamannya dari serangan penyakit daun.
Hingga saat ini belum ada satu jenis tomat pun yang imun atau toleran terhadap
penyakit tersebut.
Hasil panen tomat yang berkualitas, selain ditentukan oleh pemeliharaan dan
pemupukan juga tergantung dari cara mengatasi hama dan penyakitnya. Para
petani di Indonesia umumnya menghabiskan 40% biaya untuk mengatasi hama
dan penyakit. Umumnya cara yang mereka terapkan adalah mencampurkan
beberapa pestisida, seperti insektisida, fungisida, dan bakterisida.secara
bersamaan dan beerulang-ulang dalam waktu yang lama. Perlakuan tersebut terus
mereka terapkan karena tidak mengetahui penyakit atau hama yang menyerang
tanamannya. Untuk menghindari hal tersebut, pengetahuan tentang hama dan
penyakit serta cara pengendaliannya menjadi sangat penting.
Dalam prakteknya, penyemprotan pestisida sebaiknya tidak dicampur
dengan pestisida lainnya. Beberapa pestisida tertentu, tidak bisa dicampur dengan
pestisida lainnya. Beberapa pestisida tertentu, tidak bisa dicampur dengan
pestisida lain, misalnya yang berbahan aktif tembaga tidak bisa dicampur dengan
pestisida yang berbahan aktif asam. Hal ini dapat dihindari dengan melihat
kandungan bahan aktif di dalam kemasannya. Waktu penyemprotan sebaiknya
dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00-10.00 dan sore hari setelah pukul
15.00. Kisaran waktu tersebut dipilih karena jika terlalu pagi dikhawatirkan masih
banyak embun pada daun yang dapat mengurangi fungsi pestisida. Sementara itu,
jika aplikasi diberikan terlalu siang, pestisida dapat dengan cepat menguap
sehingga bisa menimbulkan kerugian. Penyemprotan ketika musim hujan juga
bisa mendatangkan masalah, yakni pupuk mudah larut terbawa bersama air hujan.
Karena itu, jika penyemprotan dilakukan ketika musim hujan, campur larutan
pestisida dengan bahan pelarut atau bahan pembasah (surfaktan) sehingga bisa
merekat pada daun dan tidak tercuci oleh air hujan.
Penyemprotan sebaiknya dilakukan jika populasi hama atau penyakit
sudah melewati ambang batas toleransi. Ketika penyemprotan dilakukan,
perhatikan juga keselamatan pekerja supaya tidak keracunan. Sebaiknya pekerja
dilengkapi dengan peralatan pengaman, seperti sarung tangan, baju lengan
panjang, topi, kacamata dan masker. Selain memperhatikan keselamatan pekerja,
konsumen juga perlu dilindungi dari sisa-sisa cemaran pestisida yang masih
menempel pada buah tomat. Hal tersebut dapat dicegah jika penyemprotan
dihentukan sekitar dua minggu menjelang buah dipanen.
Seperti pada tanaman-tanaman semusim lainnya, keberadaan hama dan
penyakit pada tomat juga bisa mendatangkan bencana bagi para petaninya.
Namun, setidaknya masalah tersebut dapat dicegah dengan mengetahui jenis-jenis
dan penyakit yang sering menyerang tanaman tomat. Tidak itu saja, cara
mengatasinya juga perlu diketahui, terutama jenis pestisida yang cocok untuk
diaplikasikan.
6.1 Beberapa Hama yang Penting
a. Nematoda
Nematoda adalah sejenis cacing tanah yang berukuran sangat kecil, yaitu 0,4-
0,8 mm untuk yang betina dan 1,2-1,9 mm untuk yang jantan. Seekor cacing
betina dapat bertelur 600-800 butir, maksimum 2.882 butir. (Tyler). Kapasitas
tersebut bergantung pada tanaman inang dan keadaan tanahnya.
b. Heterodera
Heterodera ini mulutnya khusus mulutnya membuat lubag pada kulit akar,
untuk menghisap airnya, kemudain masuk kedalam akar dan menetap didalmnya
dengan arah membujur. Akibat “ulah” ini akar tomat akan membengkak dengan
bentuk tidak merata. Pembengkakan ini dapat bertahan lama, kemudian
membusuk dan datanglah serangan baru dari pihak bakteri maupun cendawan.
Serangan sedang-sedang saja akibatnya cukup terasa pula dengan sangat
menurunnya hasil.
Bila dalam kompleks tanaman tomat terdapat salah satu tanaman yang
tumbuhnya merana, walaupun sudah mendapat rabuk yang cukup, itulah gejala
adanya serangan “nematoda”. Jika diperiksa akarnya bengkak dan tidak merata,
maka dapat dipastikan bahwa tanaman tomat itu terserang Heterodera. Serangan
ini dapat meluas dan tanah dapat dinyatakan sudah dihuni oelh beribu-ribu
Nematoda.
Tanah yang dihuni Heterodera ini biasanya tanah yang sudah bertahun-tahun
diusahakan dan kekurangan kadar humus. Peningkatan kadar humus hanya dapat
dicapai dengan peningkatan penggunaan rabuk kandang atau organik. Dengan
usaha ini dapat pula ditingkatkan banyaknya penghuni cacing lainnya yang dapat
mengurangi populasi cacing Nematoda, yaitu cacing hujan atau cacing kalung.
Usaha preventif ini sangat dianjurkan untuk daerah pegunungan yang tanahnya
serul atau berpasir tinggi.
Obat untuk membasmi Nematoda adalah Nematisida yang diperdagangkan
dibawah nama Temik 10 G atau Nemagon. Obat ini ditaburkan di antara atau di
tengah-tengah dua lubanga tanaman sebelum menanam, yaitu sebanyak satu gram
per lubang.
c. Hama Ulat Tanah (Prodenia ipsilon)
Ulat tanah biasanya banyak berjangkit di daerah tinggi dan menyerang
tanaman tomat yang masih muda atau baru ditanam. Batang yang masih lunak
menjadi sasarannya. Warna ulat tanah ini bermacam-macam, ada yang kehitam-
hitaman dan sebagainya, tetapi kebanyakan berwarna hitam. Pada siang hari ulat
ini berada di dalam tanah, tidak jauh dari tanaman yang dirusaknya. Gejala
serangannya tampak sebagai berikut: Tanaman tomat yang masih muda dipotong
dekat permukaan tanah, dan sisa batang bagian atasnya dibiarkan.
Hama ini banyak menyerang pada musim kemarau. Cara pembasmiannya
dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan ulat secara langsung, atau menyemprot
dengan insektisida batang tanaman dan tanah disekitar setelah menanam.
Penempatan insektisida buliran (BHC dan lain-lain) dicampur dengan rabuk dasar
mempunyai hasil yang efektif pula.
d. Ulat Buah
Ulat ini senang menyerang tomat yang masih muda sehingga buahnya sering
berlubang dan bisa membusuk karena infeksi. Penyebabnya adalah ulat
Helicoverpa spp. Buah tomat yang sudah terserang hama ini harus langsung
dipetik dan dimusnahkan supaya tidak menular ke tanaman lain yang masih sehat.
Ulat ini bisa diberantas dengan menyemprotkan insektisida Supracida, Curacron,
atau Buldok. Gunakan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
e. Lalat Buah
Ciri lalat buah atau Dacus durcalis adalan berwarna cokelat kekuningan
dengan garis kuning membujur pada punggung. Lalat ini umumnya menyerang
dengan cara menyuntikkan telur-telurnya ke dalam kulit buah tomat. Telur-telur
tersebut akan berubah menjadi larva yang akan menggerogoti buah tomat dari
dalam sehingga buah tersebut menjadi busuk dan rontok.
Lalat buah dapat dikendalikan dengan cara menyemprotkan insektisida
sistemik sejak buah berumur satu minggu. Gunakan dosis sesuai dengan yang
tertera pada kemasan. Cara lain yang tak kalah efektifnya adalah menggunakan
perangkap lalat buah yang berbahan aktif methyl eugenol, misalnya M-antraktan.
Untuk menghindari cemaran sisa-sisa insektisida, hentikan penyemprotan pada
dua minggu menjelang panen.
f. Ulat Daun
Ulat daun Spodoptera litura sering menyeyrang tanaman tomat. Ulat tersebut
menyerang daun dengan cara menggigitnya sehingga daun berlubang atau rusak.
Akibat rusaknya daun, proses fotosintesis menjadi terganggu. Atasi ulat daun
dengan menyemprotkan insektisida racun kontak atau racun perut. Langkah
pencegahan bisa dilakukan dengan menjaga sanitasi kebun.
g. Rayap
Serangan rayap ditandai dengan adanya alur atau terowongan dari tanah yang
menempel pada pohon. Selain menyerang batang, rayap juga menyerang akar
tanaman tomat. Serangan rayap dapat berakibat fatal yakni kematian tanaman.
Untuk mencegah serangan rayap, sanitasi kebun harus dijaga, terutama areal
kebun harus harus bebas dari kayu-kayu bekas tebangan. Sementara itu, untuk
mengatasi rayap, lakukan penaburan insektisida berbahan aktif karbofuran pada
bedengan.
h. Kutu Putih
Hama kutu putih (Pseudococus sp.) berbentuk bulat berwarna kehijauan dan
tumbuhnya diselimuti oleh lalisan lilin berwarna keputihan. Kutu putih
menyerang tanaman tomat dengan cara menghisap cairan daun. Hama ini juga
membawa penyakit embun jelaga. Kotorannya yang terasa manis juga
mengundang semut. Akibat serangan kutu putih daun menjadi keriting dan bunga
atau buahnya mengalami kerontokan. Pemberantasan kutu putih juga harus diikuti
dengan pemberantasan semut yang menjadi media penyebaran hama kutu putih
dan embun jelaga. Gunakan insektisida dan akarisida untuk memberantasnya.
i. Semut dan Belalang
Semut dan belalang umumnya menyerang tomat ketika masih berupa bbibit
di perdemaian. Kedua hewan ini merusak bibit dengan cara menggigit dan
memakannya sehingga bibit tidak bisa ditanam lagi. Atasi hama ini dengan
insektisida racun kontak atau sebarkan pada media persemaian insektisida
Furadan 3G yang berbahan aktif karbofuran.
6.2 Hama Penting yang Menyerang Daun
Jenis-jenis Tungau (Myten)
a. Tungau hijau kekuning-kuningan (Tarsenemus transculucens)
Tungau ini dapat menyerang tanaman tomat, lombok, terung, tanaman hias,
dan sebagainya. Berukuran kecil, panjangnya hanya 0,25 mm, badannya licin,
tembus cahaya, kakinya halus, dan sukar dilihat dengan mata biasa. Banyak
berkembang biak dalam bulan Desember/Januari. Gejala infeksi pertama tampak
pada daun dari warna hijau berubah menjadi wana “brons”. Perubahan warna
terjadi setelah 8-10 hari tungau ini menetap. Lima hari setelah perubahan warna
ini terjadi bila daun ucuk yang diserang tampak mengering, mengerut. Kuntum
bunga tidak bebas dari serangan. Kerusakan itu akibat dari pengisapan air dari
dalam daun, kuntum, dan bunga.
b. Tungau merah (Tetranichus bimaculatus)
Tungau ini merupakan penduduk dunia yang terkenal. Ia dapat menyerang
segala jenis tanaman dari tanaman tomat, kedelai, terung, kentang hingga teh,
karet, pepaya, beberapa jenis sayuran, dan sebagainya. Tungau merah ini besarnya
rata-rata hanya 0,5 mm. Warnanya merah karmijn. Kaki dan moncongnya
berwarna putih.
Tungau ini mudah dilihat, berjalan kian kemari dengan santai, sebentar-
sebentar sambil menghisap daun. Mereka menetap dibagian bawah daun, sering
pula berada dibawah sarang yang mereka bentuk sendiri. Tempat yang paling
merek gemari ialah dibagian daun, dimana tulang daun bercabang atau disamping
tulang daun. Oleh karena itu, gejala-gejala pertama dan yang paling parah adalah
di tempat-tempat tersebut.
Tungau ini mudah berkembang biak pada suhu 13-270 C atau lebih, demikian
pula pada keadaan udara yang kering. Oleh karena itu, dalam musim kemarau
yang terik seranangan tunagu merah ini sangat fatal. Serangannya akan berkurang
ilamana hujan sudah mulai turun.
c. Tungau Thrips Tabaci (guram)
Selain menyerang tomat Thrips pun dapat meyerang lombok, kentang, labu,
bayam, dan sebagainya, hingga tanaman hias. Karena ukuran thrips agak lebih
besar dari Myten, maka ia mudah dilihat. Mereka banyak berdiam di bagian
bawah daun. Bilamana Myten lebih menyukai musim yang kering, sebaliknya
Thrips menyukai hawa yang lembab.
Gejala serangannya tampak pada perubahan warna bagian bawah, yaitu hijau
menjadi warna perak berkilau. Selanjutnya warna tersebut berubah menjadi sawo
muda berbintik-bintik hitam. Thrips dapat dibasmi dengan berbagai macam obat
yang mutakhir, seperti Folidol, Malathion Diazinon, dsb. Sebaliknya, Myten
minta obat yang khusus, yang disebut obat Acarasida. Insektisida yang modern
pun mengandung racun anti Myten, sehingga amat luas daya bunuhnya.
Insektisida yang “kontroversional” terhadap Myten dan masih dapat dijamin
keampuhannya adalah tepung belerang. Tepung belerang yang sangat halus dapat
dibuat sendiri, mudah ditebarkan pada siang hari atau disemprotkan dengan air
dalam perbandingan 3 liter air ditambah 3 sendok belerang.
d. Hama ulat buah (Heliotis sp.)
Selain menyerang tomat, ulat Heliotis banyak pula merusak buah jagung.
Bagian yang diserang adalah buah yang sudah mulai mulai membesar hingga yang
sudah hampir tua. Seluruh bagian buah dapat dirusak karena mereka sangat suka
menetap di dalam buah. Secara preventif pembasmiannya adalah dengan
menyemprotkan insektisida dua minggu sekali bilamana buah sudah mulai
berkembang. Heliotis ini banayak berjangkit dalam musim kemarau.
e. Kutu daun
Kutu daun (Myzus perpicae) menyerang tanaman tomat dengan cara
menghisap cairan daun. Akibatnya daun menjadi keriput, berwarna kekuningan,
terpuntir, dan tanaman menjadi kerdil. Hama kutu daun juga bisa menularkan
berbagai penyakit, seperti tungau, embun jelaga, dan virus. Bahkan hama ini juga
bisa mengundang semut. Para petani biasanya mengendalikan kutu daun dengan
cara menyemprot tanaman tomat secara bergantian menggunakan insektisida yang
berbahan aktif imidakloprid, fipronil, dan protiofos.
6.3 Penyakit Tomat yang Penting
Di dataran tinggi tanaman tomat dihadapkan pada tiga penyakit yang penting dan
dapat fatal akibatnya, yaitu:
- Penyakit daun Phyptophora infestans
- Penyakit daun Alternaria solani
- Penyakit akar Bacterium solanacearum
Di dataran rendah, penyakit daun tersebut tidak membahayakan, karena
dalam musim kemarau saat yang paling baik untuk menanam tomat adalah pada
hawa yang kering. Kelembaban di dataran tinggi adalah faktor utama penyebab
timbulnya penyakit daun sepanjang tahun. Penyakit akar juga dapat berjangkit di
kedua daerah dengan intensitas keganasan yang sama.
Penyakit daun Phyptophora infestans
Penyakit ini merupakan sejenis cendawan yang dpat pula mengganaspada
tanaman kentang dan kelaurga dari Solanacearum. Daun dan buah tomat menjadi
sasaran utamannya. Sejak mulai di persemaian penyakit ini bisa berjangkit.
Tanaman yang baru ditanam bisa menunjukkan gejla serangan pertama yang
kemungkinan juga dibawa dari persemaian.
Infeksi dimulai di pinggir daun maupun di tengah-tengah daun, seperti
bercak-bercak sawo matang. Bercak-bercak tersebut melebar dan akhirnya seluruh
daun membusuk kering, keriting, dan kebanyakan bergantungan pada batang.
Dibagian bawah daun yang membusuk terdapat spora, warnanya putih kelabu.
Buah tomat yang masih hijau dapat pula diserang, akibatnya buah menjadi busuk
dan kering serta belah-elah apda tempat pembusukan.
Penyakit daun Alternaria solani
Penyakit ini selain menyerang tomat dapat pula menyerang tanaman kentang,
kol, petsai, dsb. Alternaria mudah mengganas apabila cuaca cerah diikuti oleh
cuaca yang lembab (hujan). Serangan dapat berjalan cepat dan mematikan. Akibat
dari infeksi kedua dari penyakit daun ini tanamannya kehilangan daun yang sehat,
pertumbuhannya merana, dan hasilnya akan sangat menurun.
Gejala-gejala penyakit Alternaria dimulai dengan bintik-bintik berwarna sawo
matang, lambat laun dilingkari oleh garis yang agak berliku-liku. Akhirnya
dibentuklah lingkaran-lingkaran yang tidak merata, namun konsentris. Untuk
mencegah berjangkitnya kedua penyakit tadi, hendakna seluruh tanaman tomat
disemprot dengan fungisida 10-14 hari sekali, misalmya Dithane M.15, Antracol,
dsb.
Penyakit akar Bacterium solanacearum
Dalam bahasa daerah penyakit ini bernama hama wedang. Nama ini sesuai
dengan gejalanya, yaitu seluruh tanaman menjadi layu seolah-olah bekas disiram
air panas (wedang). Bakteri ini menyerang akar secara total dan menjalar ke
batang. Bilamana batang dipotong, dan dekat potongannya kita tekan, maka akan
keluar lendir. Lendir ini mengandung berjuta-juta bakteri.
Hama wedang berjangkit di dataran tinggi dan rendah, iterutama di tanah-
tanah merah (latosol). Bagian yang diserang bukan tanamannya saja, seluruh
anggota Solanacea yang bermanfaat bagi manusia pun tidak dikecualikan. Di luar
keluarga ini, yaitu kacang tanah dn kedelai, menadi sasarannya pula. Di sawah-
sawah yang giliran penanamannya padi-palawija-padi dan seterusnya, bahaya dari
hama wedang ini sangat berkurang karena tanahnya mengalami pengairan yang
intensif dalam musim hujan. Di dataran tinggi, karena giliran tanamannya pada
umumnya kentang-kol-jagung atau jagung-kol-tomat atau ketela rambat-kol-
tomat-jagung, tanahnya jarang mengalami pengairan yang intensif atau digenangi,
maka penyakit ini mudah berjangkit dan menjalar.
Giliran kentang-tomat pasti mengundang datangnya bakteri ini. Bila disuatu
tempat telah terjadi adanya infeksi, maka tanah tersebut lebih baik jangan
ditanami tomat atau kentang selama tiga tahun berturut-turut. Namun di dataran
tinggi yang serba kekurangan tanah garapan, kebanyakan mengambil resiko yang
seminim mungkin, yaitu mengikuti rotasi penanaman kentang-kol-tomat atau
jagung-kol-tomat-kentang dan seterusnya. Tomat dan kentang tidak ditanam
berurutan.
Pengobatan secara langsung terhadap hama wedang ini tidak ada, hanya
pencegahan terhadap infeksi dapat dilaksanka dengan menanam bergiliran. Jangan
sekali-kali mengalirkan air siraman dari tempat yang telah ada penyakitnya ke
tempat yang masih bebas.
Penyakit Virus
Penyakit virus ini lebih kecil daripada balteri. Mudah disebarluaskan oleh
manusia sendiri. Mereka bergesekan dnegan tanaman yang dihinggapi virus unutk
kemudian secra tidak disadari memindahkan virus itu ke tanaman yang masih
sehat. Jenis-jenis kutu pucuk daun merupakan transportir tanpa dibayar unutk
virus berpindah tempat. Beberapa jenis virus dapat menyerang tanaman tomat.
Serangan virus, terutama pada daun tomat mengakibatkan bermacam-macam
gejala bergantung pada jenis virus itu sendiri.
Gejalanya ada yang mengakibatkan daunnya keriting atau warnanya menjadi
mozaik, atau seluruh tanaman menjadi kerdil. Virus tidak dapat dibasmi secara
langsung. Secara preventif dapat dilaksanakan membasmi kutu pucuk yang
membawanya kemana-mana. Karena penyakit virus yang menyerang kentang
adalah yang sama jenisnya, maka tanaman tomat yang sehat mudah dihinggapi
virus yang berasal dari tetangga kentang.
Blossom and Rot
Penyakit blossom and rot atau busuk ujung buah, menyerang buah tomat baik
yang masih muda maupun yang sudah tua. Gejala serangan penyakit ini sudah
tampak ketika buah masih muda. Mula-mula terlihat bercak berwarna hijau gelap
pada ujung buah tomat yang kemudian berubah menjadi basah dan berwarna
cokelat sampai kehitaman. Setelah itu ujung buah akan mengerut, bentuknya
menjadi pipih, dan daging buah dalam setiap dompolan menjadi busuk basah dan
busuk kering. Serangan yang hebat dari penyakit ini kadangkala disertai dengan
tumbuhnya cendawan pada buah. Jika hal ini terjadi hasil panen bisa berkurang
hingga 85%.
Penyakit blossom and rot biasanya disebabkan oleh kekurangan unsur hara
mikro Ca (kalsium). Unsur Ca pada tanaman berguna untuk menyusun dinding-
dinding sel serta membantu proses pembelahan sel dan perpanjangan sel.
Kekurangan unsur hara Ca disebabkan oleh kondisi tanah yang miskin unsur
mikro Ca, pemupukan yang kurang berimbang, dan tanaman tidak bisa
mengambil Ca karena kondisi tanah terlalu kering atau terlalu basah.
Penyakit ini bisa diatasi dengan berbagai cara, antara lain penebaran kapur
dolomit, pemupukan yang berimbang, pengairan yang merata, dan penyemprotan
CaCl2 pada seluruh permukaan daun dengan frekuensi 5-7 hari sekali sebanyak
0,1%. Lakukan penyemprotan sampai tanaman benar-benar sembuh. Sementara
itu, buah yang sudah terserang harus segera dipetik dan dimusnahkan.
Penyakit Layu Fusarium
Penyakit layu fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum.
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman tomat di dataran tinggi yang memiliki
kelembapan tinggi di musim hujan. Tanaman tomat yang terkena penyakit ini
ditandai dengan menguningnya daun-daun muda, memucatnya tulang-tulang daun
tomat bagian atas, tangkai daun terkulai kemudian tanaman menjadi layu. Gejala
lain yakni batang membusuk dan berbau amoniak. Jika pangkal batang tanaman
dipotong akan muncul warna cokelat berbentuk cincin dari berkas pembuluhnya.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan penyakit layu
fusarium sebagai berikut.
Lakukan pemupukan yang berimbang.
Pilih dan tanam bibit yang tahan terhadap serangan penyakit layu fusarium.
Pilih lokasi penanaman yang berdrainase cukup baik.
Pilih daerah yang bersirkulasi udara lancar.
Pilih lokasi yang mendapatkan sinar matahari penuh.
Pilih tanaman yang masih sehat, artinya bukan dari berkas tanaman inang
yang sudah terinfeksi layu fusarium.
Rendam bibit ke dalam larutan benomil 0,1% sebelum penanaman. Atasi
penyakit ini dengan memberikan fungisida sistemik yang berbahan aktif
benomil, misalnya Benlete. Sementara itu, tanaman yang sudah terserang
segera dicabut untuk dimusnahkan dan lubang bekas penanaman ditaburi
kapur. Jika terjadi serangan yang hebat, lahan bekas serangan cendawan
fusarium tidak boleh ditanami selama dua tahun dengan tanaman yang
masih satu keluarga Solanaceae karena cendawan ini mampu bertahan hidup
di dalam tanah selama dua tahun. Akibat serangan layu fusarium hasil panen
dapat menurun hingga 50%.
Penyakit Layu Bakteri
Penyakit layu bakteri (bacterial wilt) disebabkan oleh bakteri Pseudomonas
solanacearum E.F Smith. gejalanya berupa layu pada tanaman seperti bekas
tersiram air panas, jika tidak segera diobati dalam beberapa hari tanaman akan
mati. Tanda-tanda lainnya adalah munculnya bercak-bercak cokelat pada berkas
pembuluhnya jika bagian batangnya dipotong. Membedakan antara layu bakteri
dengan layu fusarium cukup gampang. Pada layu bakteri jika bagian batangnya
direndam di dalam air jernih, dalam beberapa menit akan keluar cairan berwarna
cokelat susu dari batang tersebut. Sementara itu, pada layu fusarium bagian
batangnya tidak mengeluarkan cairan yang berwarna cokelat.
Penyakit layu bakteri biasanya menyerang tanaman tomat yang tumbuh di
daerah dataran rendah dengan suhu dan kelembapan yang tinggi. Penyakit ini juga
senang menghuni tempat yang kondisi tanahnya becek dan tergenang air serta
lahan dari bekas tanaman inang yang terserang penyakit layu bakteri. Penyakit ini
bisa menyebar dengan cepat lewat biji, serangga, air, peralatan pertanian, dan
angin.
Serangan layu bakteri bisa dikendalikan dengan memakai Agrep 20 WP atau
Agrimycin 15/1,5 WP. Sementara itu, langkah preventif yang bisa dilakukan
adalah menebar lahan bekas terserang penyakit layu bakteri dengan kapur dan
tidak menanami lahan tersebut selama dua tahun dengan tanaman yang bisa
menjadi inang pseudomonas, misalnya tanaman dari keluarga Solanaceae dan
pisang karena bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah selama dua tahun.
Penyakit Busuk Buah
Penyakit busuk buah disebabkan oleh cendawan Colectroticum sp. Serangan
cendawan ini ditandai dengan adanya bercak pada buah yang terus melebar. Pada
serangan yang serius, buah akan membusuk dan dapat mengurangi hasil sampai
75%.
Penanggulangan penyakit busuk buah bisa dilakukan dengan mengatur jarak
tanam yang tidak terlalu rapat, melakukan pemangkasan yang teratur, dan
melakukan penyemprotan dengan fungisida sistemik atau fungisida kontak yang
berbahan aktif karbendazim fenorimol.
6.4 Gejala-gejala yang Bukan Berasal dari Penyakit
Pada buah tomat sering tampak gejala-gejala yang tidak berasal dari ulah hama
atau infeksi penyakit. Gejala-gejala tersebut dapat dikatagorikan sebagai
gangguan fisik, misalnya:
a. Buah bagian dalamnya kelompang atau berongga. Rongg ini terbentuk karena
lendir yang meliputi biji tidak cukup banyak untuk mengisi rongga dalam
ketiga bilik buah. Gejala tersebut adalah akibat dari kurang baiknya persarian.
Kurang baiknya persarian ini adalah gejala dari tidak mudah terlepasnya sari
karena tingginya kelembaban hawa (hujan dan embun). Persarian yang tidak
sempurna ini dapat pula terjadi karena tanaman kekurangan zat fosfat,
sehingga tidak cukup banyak sari bunga yang dibentuk. Untuk
menghindarkanbuah berongga, dapat ditempuh dengan jalan membantu
persarian. Menggerak-gerakkan batang tanaman atau memukul-mukul malai
bunga dengan sepotong kayu sebesar pensil dapat memaksa tepung sari
berjatuhan diatas putik.
b. Bagian atas buah bercelah-celah, seperti jari-jari yang berpangkal dekat kaki
tangkai buah. Warnanya sawo matang hingga kehitam-hitaman. Gejala ini
adalah akibat dari guncangan suhu udara agak tinggi, misalnya pada siang
hari cuaca cerah dan pada malam harinya suhu sangat dingin, keadaan ini
sering terjadi di daerah pegunugan. Gejala tersebut dapat pula tampak
bilamana tanaman tomat yang sedang brbuah lebat diserang penyakit daun
cukup berat, sehingga penguapan air sebagian besar ditanggung oleh buah.
c. Bagian atas buah bercelah-celah melingkari tangkai buah. Gejala ini adalah
akibat dari tidak terlindungnya buah dari sinar matahari.
d. Buah tomat berkerak hijau. Bagian atas buah yang melingkari kaki
tangkainya berwarna hijau tua, walaupun buahnya masih muda. Dengan
meningkatnya kemasakan buah bagian yang hijau tua tersebut, warna berubah
menjadi kuning. Daging dibagian tersebut mengeras dan tidak dapat dimakan.
Gejala tersebut adalah akibat dari cuaca yang sangat terik panasnya.
Kebnayakan rabuk zat lemas dapat pula mengakibatkan gejala tadi. Untuk
menghindarkan akibat dari sengatan matahari (gejala b, c, dan d), beberapa
cabang dapat dibiarkan untuk melindungi buah. Gejala-gejala tersebut tidak
mudah terjadi pada tanaman tomat yang melata.
BAB VII
ANEKA PENGOLAHAN BUAH TOMAT
Selain dipasarkan dalam bentuk segar, buah tomat juga bisa dipasarkan
dalam bentuk olahan. Beberapa hasil olahan tomat dan cara membuatnya dapat
disimak sebagai berikut.
7.1 Saus Tomat
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat saus tomat sebagai berikut.
Sari buah tomat 10 kg. Cara membuatnya, rebus dan hancurkan
tomat dengan memakai blender, kemudian saring airnya.
cabai merah segar 1 ons atau sesuai selera.
Bawang merah 3 siung.
Bawang putih 3 siung.
Lada secukupnya.
Pala secukupnya.
Gula pasir 1 kg.
Masak semua bumbu dan sari buah tomat. Atur pengapiannya supaya tidak
terlampau besar. Setelah tersisa separuhnya, angkat dan masukkan saus ke dalam
botol yang ditutup rapat kemudian kukus selama 15 menit.
7.2 Konsentrat Buah Tomat
Konsentrat buah tomat adalah salah satu produk tomat segar yang diolah
dalam bentuk pasta. Cara membuatnya, hancurkan buah tomat yang sudah masak
dan pisahkan cairan atau sari buah yang diperoleh dengan cara dimasak.
BAB VIII
KESIMPULAN
Tanaman tomat tidak menyukai tanah yang tergenamg air atau becek.
Tanah yang keadaannya demikian menyebabkan akar tomat mudah busuk dan
tidak mampu menghisap zat-zat hara dari dalam tanah karena sirkulasi udara
dalam tanah di sekitar akar tomat kurang baik. Akibatnya tanaman akan mati.
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah
yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir,
dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai
tanam sampai tanaman mulai dipanen. Bagi tanaman genjah dan yang dikehendaki
cepat panen, tanah liat berpasir akan lebih baik.
Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang lebat dan tidak suka pada
daerah yang selalu berawan. Daerah dengan kondisi demikian memungkinkan
tanaman mudah terserang penyakit cendawan busuk daun Phytophtora infestans
dan sebangsanya. Angin kering dan udara panas kurang baik bagi
pertumbuhannya karena sering menyebabkan kerontokan bunga.
DAFTAR PUSTAKA
Tugiyono, Herry. 2007. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya: Jakarta.
T. Wahyu Wiryanta, Bernandinus. 2002. Bertanam Tomat. AgroMedia Pustaka:
Jakarta.
top related