laporantahunan direktorat pascapanen tanaman...
Post on 06-Feb-2018
270 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan merupakan
salah satu unit Kerja Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman pangan
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, memiliki Visi
“Terwujudnya Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Produk Olahan
Komoditas Tanaman Pangan di Pasar Dalam Negeri dan Luar Negeri”.
Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mengemban Misi sebagai berikut :
1. Mendorong tumbuh kembangnya agribisnis tanaman pangan yang
berdaya saing dan berkelanjutan melalui penguatan kelembagaan
usaha, penerapan teknologi tepat guna, kemitraan, dan peningkatan
investasi tanaman pangan
2. Mendorong penerapan sistem jaminan mutu dan pengawasan
keamanan pangan dalam mendukung usaha agribisnis tanaman pangan
terpadu
3. Mengembangkan pemasaran produk tanaman pangan dalam negeri dan
luar negeri melalui penguatan sistem, infrastruktur pemasaran dan
promosi
4. Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan yang profesional dan berintegritas
tinggi.
Tugas Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan adalah
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil tanaman
pangan. Dalam melaksanakan Tugas Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
I
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 2
Hasil Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi : 1) Penyiapan perumusan
kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan standardisasi dan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan ;
2) pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan
standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi
tanaman pangan ; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang peningkatan pascapanen, pengolahan standardisasi dan penerapan
standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan ; 4) Pemberian
bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pascapanen,
pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan
investasi tanaman pangan ; 5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan
di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan ;
6) Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta penerapan standar
mutu di bidang tanaman pangan ; 7) Pelaksanaan urusan tata usaha
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan terdiri dari :
1) Subdirektorat pascapanen ; 2) Subdirektorat Pengolahan ; 3) Subdirektorat
Standardisasi dan Mutu ; 4) Subdirektorat Pemasaran dan Investasi ;
4) Subbagian Tata Usaha ; dan 5) Kelompok Jabatan Fungsional. Struktur
Organisasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
disajikan pada bagan 1.
Sasaran yang ingin dicapai dalam periode 2016 - 2019 adalah : 1) Penurunan
susut hasil (losses) produksi tanaman pangan, 2) Peningkatan nilai tambah
produk olahan tanaman pangan, 3) Peningkatan mutu hasil produksi tanaman
pangan, dan 4) Peningkatan penguasaan pasar domestik dan luar negeri.
Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, maka Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan melalui APBN tahun 2016
memberikan dukungan sebagai berikut :
1. Fasilitasi Sarana Pascapanen berupa Combine Harvester Kecil ;
Combine Harvester Sedang ; Combine Harvester Besar ; Vertical Dryer
Padi Kapasitas 30 ton/proses dan Kapasitas 3,5 - 6 ton/proses ; Power
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 3
Thresher ; Fasilitasi RMU + Bangunan ; Polisher ; Corn Combine
Harvester ; Corn Sheller ; Vertical Dryer Jagung Kapasitas 3,5-6
ton/proses ; Power Thresher Multiguna ; Sarana Pengangkut Hasil
Pertanian Roda 3.
2. Fasilitasi sarana pengolahan berupa Unit Pengolahan Hasil (UPH)
Jagung dan Kedelai
3. Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik
4. Penyediaan Informasi Harga Tanaman Pangan
Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
dalam bentuk anggaran Pusat, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Sistem Pengganggaran kegiatan di daerah pada tahun 2016 dialokasikan
pada Satuan Kerja (Satker) Provinsi, sehingga terdapat DIPA Dekonsentrasi
(Dekon) dan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi.
Untuk melaksanakan kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan tahun 2016, berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Nomor : SP.DIPA-018.03.3.339055/2016 tanggal 07 Desember 2015,
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mendapatkan
alokasi anggaran APBN sebesar Rp.888.172.816.000,- meliputi kegiatan
Pusat Rp. 25.242.816.000,- Dekonsentrasi Rp. 34.204.000.000,- dan Tugas
Pembantuan Provinsi sebesar Rp.828.726.000.000,- (terdiri dari anggaran
dukungan sarana pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan 8.014
unit dengan anggaran sebesar Rp. 818.686.000.000,- dan anggaran
pembinaan, bimtek, monev sebesar Rp. 69.486.816.000,- di 32 provinsi dan
398 Kabupaten).
Berdasarkan revisi-1 Pasca Raker dengan DPR pada tanggal 25 Januari
2016 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan pengadaan sarana
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, sehingga total
anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
menjadi Rp.1.882.227.286.000,- atau naik 111,92 % dari semula
Rp. 888.172.816.000, yang terdiri dari anggaran Pusat sebesar
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 4
Rp.134.913.500.000,- atau naik 434,46% dari semula Rp.25.242.816.000,-
Dekonsentrasi sebesar Rp.34.996.540.000,- naik 2,32 % dari semula
Rp. 34.204.000.000,- dan Tugas Pembantuan Provinsi sebesar
Rp. 1.712.317.246.000,- naik 106.62 % dari semula Rp. 828.726.000.000,-
Berdasarkan revisi ke-2 tanggal 29 Maret 2016, terdapat penambahan
anggaran untuk kegiatan Pengadaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan
Hasil Tanaman Pangan, sehingga total anggaran Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan menjadi Rp.2.126.546.759.000,- naik
12,98 % dari semula Rp.1.882.227.286.000,- yang terdiri dari anggaran ;
Pusat sebesar Rp.89.765.032.000,- turun 33,46% dari semula
Rp.134.913.500.000,- ; Dekonsentrasi sebesar Rp.35.192.540.000,- naik
0,56% dari semula Rp.34.996.540.000,- dan Tugas Pembantuan Provinsi
sebesar Rp.2.001.589.187.000,- naik 16,89 % dari semula
Rp. 1.712.317.246.000,-
Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tanggal 12 Mei 2016
mengenai Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja
K/L dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
TA 2016, maka pada tanggal 26 Mei 2016 dilaksanakan pertemuan kebijakan
penghematan anggaran pada RAPBN-P lingkup kementerian pertanian
TA 2016, sehingga anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan mengalami perubahan menjadi Rp.1.936.046.759.000,-
turun 8,96% dari semula Rp.2.126.546.759.000, yang terdiri dari anggaran ;
Pusat sebesar Rp.105.557.532.000,- naik 17,59% dari semula
Rp.89.765.032.000,- ; Dekonsentrasi sebesar Rp 34.902.265.000.,- turun
0,82% dari semula Rp. 35.192.540.000,- dan Tugas Pembantuan Provinsi
sebesar Rp.1.795.586.962.000,- turun 10,29 % dari semula
Rp. 2.001.589.187.000,-
Untuk mengatasi permasalahan pagu minus, pada bulan Desember tahun
2016 terjadi pergeseran alokasi anggaran di masing-masing satker, sehingga
anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
mengalami perubahan menjadi Rp.1.936.150.288.000,- naik 0,005% dari
semula Rp.1.936.046.759.000, yang terdiri dari anggaran ; Pusat sebesar
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 5
Rp.105.557.532.000,- (tidak terjadi perubahan) Dekonsentrasi sebesar
Rp 34.953.620.000.,- naik 0,147% dari semula Rp.34.902.265.000,- dan
Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp.1.795.639.136.000,- naik 0,003 %
dari semula Rp. 1.795.586.962.000,-
Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan kegiatan
selama kurun waktu 1 (satu) tahun, maka perlu disusun laporan kegiatan dan
dirangkum sebagai laporan tahunan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan tahunan adalah memaparkan hasil yang telah
dicapai dari pelaksanaan kegiatan di tahun 2016, dan sebagai evaluasi serta
acuan dalam melakukan kegiatan di tahun berikutnya.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 6
PELAKSANAAN KEGIATAN PERENCANAAN
A. Kebijakan Program dan Anggaran Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
Pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan merupakan upaya yang
sangat strategis dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional
karena mempunyai peranan yang cukup besar baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan
secara langsung memiliki peranan dalam menekan susut hasil (losses),
mempertahankan mutu hasil dan meningkatkan nilai tambah, daya saing
serta pendapatan petani.
Pemerintah Indonesia pada program pembangunan pertanian telah
menetapkan komoditas prioritas utama untuk subsektor tanaman pangan
yaitu padi, jagung dan kedelai, namun komoditas lain secara sinergi terus
untuk dikembangkan dalam substitusi pengganti beras menuju kedaulatan
pangan. Penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan
sebagian besar masih ditangani secara tradisional dan relatif tertinggal yang
ditandai oleh penggunaan peralatan sarana pascapanen dan pengolahan
yang sederhana dan kurang optimal. Permasalahan yang mendasar dalam
hal penanganan pascapanen dan pengolahan tanaman pangan antara lain
susut kuantitas dan kualitas, keamanan pangan, terbatasnya sumberdaya
manusia pertanian dan keterbatasan dalam penerapan inovasi teknologi
pascapanen dan pengolahan, serta modal yang terbatas.
Keadaan ini semakin sulit dengan munculnya tantangan yang harus
dihadapi Indonesia, khususnya dalam menghadapi diterapkannya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai akhir tahun 2015 yaitu
persaingan daya saing produk pertanian meliputi : (1) Tuntutan standarisasi
produk & proses, (2) Tuntutan kandungan pangan yang tidak berbahaya,
rendah residu bahan kimia, (3) Tuntutan integrasi pengelolaan rantai pasok
(supply chain management), dan (5) Peningkatan kualitas mutu &
keamanan pangan.
II
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 7
Untuk mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan di atas, maka perlu
dianalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam hal
penanganan pascapanen tanaman pangan sehingga perlu dilaksanakan
program dan kegiatan yang berkesinambungan dan terintegrasi antar
Kementerian/ Lembaga/Instansi di tingkat Pusat, serta antara Pusat dan
Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam hal penanganan pascapanen
dan pengolahan tanaman pangan.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, perlu diterapkan suatu
strategi dalam hal penanganan pascapanen dan pengolahan tanaman
pangan yang diterapkan atau diimplementasikan melalui program dan
kegiatan. Implementasi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk
Rancangan Program RKA-K/L Tahun 2016 dan mempersiapkan
perencanaan anggaran untuk Rencana Kerja (Renja) Lima Tahun yaitu
2015-2019.
Output Rancangan Kebijakan terkait dengan RKA-K/L Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 disusun
dalam dokumen RKA-K/L TA 2016 meliputi 4 (empat) rancangan, yaitu :
1) Rencana Kerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan
Tahun 2017, 2) Rancangan Kegiatan dan Anggaran (RKA-K/L) Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan Tahun 2017, 3) Rencana
Strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan Tahun
2016 - 2019, dan 4) Penyusunan Satuan Harga Sarana Pascapanen dan
Pengolahan Tahun 2017.
1. Anggaran dan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Tanaman Pangan Tahun 2016.
Pagu alokasi anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan tahun 2016 berdasarkan hasil penelaahan RKAK/L
Ditjen Tanaman Pangan dengan Ditjen Anggaran Kementerian
Keuangan pada tanggal 7 Desember 2015 sebagai berikut:
a) Pagu anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan tahun 2016 sebesar Rp. 888.172.816.000,-
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 8
dengan rincian kegiatan Satker Pusat sebesar
Rp. 25.242.816.000,- Dekonsentrasi Rp. 34.204.000.000,- dan
Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp.828.726.000.000,-
meliputi kegiatan dukungan sarana pengolahan dan pemasaran
hasil tanaman pangan sebesar Rp. 818.686.000.000,- anggaran
pembinaan, bimtek, monev, sebesar Rp. 69.486.816.000,-.
b) Dukungan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan senilai Rp.818.686.000,000- antara lain :
1) Sarana pascapanen padi meliputi Combine Harvester Kecil,
Combine Harvester Sedang, Combine Harvester Besar,
Vertical Dryer padi + bangunan kapasitas 30 ton/proses,
Vertical Dryer padi+ bangunan kapasitas 3,5-6 ton/proses,
Power Thresher, RMU, Polisher.
2) Sarana pascapanen jagung yang terdiri dari Corn sheller,
Corn Combine Harvester, Vertical Dryer jagung+ bangunan
kapasitas 3,5-6 ton/proses (tunda bayar 2015 Provinsi NTT)
3) Sarana Pascapanen Kedelai Power Thresher Multiguna
4) Sarana angkut roda 3.
5) Sarana pengolahan hasil yang terdiri dari unit pengolahan
jagung dan unit pengolahan kedelai.
Dalam pelaksanaan kegiatan di tahun 2016, seringkali terjadi
perubahan/pergeseran anggaran. Kronologis Perubahan anggaran
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
selama periode Tahun 2016, selengkapnya disajikan pada tabel
berikut :
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 9
Tabel 1 : Kronologis Perubahan Pagu Anggaran Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Tahun 2016
ANGGARAN VOLUME ANGGARAN VOLUME ANGGARAN VOLUME ANGGARAN VOLUME ANGGARAN VOLUME
1. PUSAT 25,242,816,000 134,913,500,000 564 89,765,032,000 564 105,557,532,000 646 105,557,532,000 646
2. DEKONSENTRASI 34,204,000,000 34,996,540,000 35,192,540,000 34,902,265,000 34,953,620,000
3. TUGAS PEMBANTUAN 828,726,000,000 8,014 1,712,317,246,000 22,088 2,001,589,187,000 26,129 1,795,586,962,000 26,356 1,795,639,136,000 26,344
TOTAL 888,172,816,000 8,014 1,882,227,286,000 22,652 2,126,546,759,000 26,693 1,936,046,759,000 27,002 1,936,150,288,000 26,990
12 Mei 2016 26 Agustus 2016URAIAN
PAGU AWAL REVISI 1 REVISI 2
SP.DIPA-018.03.3.339055/2016 PASCA RAKER DITJEN TP DGN DPR PASCA RAKER DITJEN TP DGN DPR
07 Desember 2015 25 Januari 2016 29 Maret 2016
APBNP I APBNP II
Inpres Nomor 4 Tahun 2016 Inpres Nomor 8 Tahun 2016
2. Rancangan Anggaran dan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan TA. 2017
a) Pagu alokasi anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan tahun 2017 adalah Rp.1.557.432.556,-
meliputi kegiatan pusat Rp. 677.022.113,- dan kegiatan provinsi
Rp.880.410.443,- (meliputi bantuan sarana pascapanen,
sertifikasi organik, uji mutu, dan kegiatan pemasaran, pengolahan
tanaman pangan)
b) Kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan di
satker PUSAT dengan anggaran Rp.1.557.432.556,-,
selengkapnya disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2 : Kegiatan Subdit Pascapanen Tahun 2017
Kode Kegiatan JumlahAnggaran
(Rp)
Fasilitas Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
[Base Line]
103Melaksanakan Penyaluran Fasilitas Sarana Pascapanen Tanaman
Pangan670,897,640,000
A Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Pusat 643,833,640,000
B TUNDA BAYAR TA. 2016 27,064,000,000
Dokumen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
[Base Line]
5885.855.001 Pengamanan Susut Hasil Produksi Tanaman Pangan 1,188,720,000
101Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Sarana Pascapanen
Tanaman Pangan196,900,000
A Petunjuk Teknis Fasilitasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan 196,900,000
103 Melaksanakan Koordinasi Kegiatan Pascapanen Tanaman Pangan 222,220,000
A Dukungan Penerapan Sarana Pascapanen TP 222,220,000
104Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana
Pascapanen Tanaman Pangan769,600,000
A Optimalisasi Bantuan Sarana Pascapanen TP Tahun 2012-2017 315,100,000
B SPI Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 454,500,000
5885.851 1.910 unit 670,897,640,000
5885.855 5 dokumen 6,124,473,000
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 10
Tabel 3 : Kegiatan Subdit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017
Kode KegiatanAnggaran
(Rp)
5885.855.002 Peningkatan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 1,565,920,000
102Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Sarana Pengolahan
Tanaman Pangan360,720,000
A Pembinaan dan Pengawalan Pengolahan Tanaman Pangan 360,720,000
104Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana
Pengolahan Tanaman Pangan1,205,200,000
A Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Kab. Cianjur 54,760,000
B Pengawalan UPSUS PJK 1,150,440,000
Tabel 4 : Kegiatan Subdit Standardisasi dan Mutu Tahun 2017
Kode KegiatanAnggaran
(Rp)
5885.855.103 Pengembangan Standardisasi dan Mutu Tanaman Pangan 1,280,725,000
101Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Standardisasi dan Mutu Hasil
Tanaman Pangan603,980,000
A Perumusan dan Fasilitasi Kesekretariatan SNI Tanaman Pangan 172,000,000
B Focus Group Discussion (FGD) ( Perencanaan, Regulasi dll) 134,700,000
C Perencanaan Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP 253,580,000
D Rapat Koordinasi Direktorat PPHTP TA. 2017 43,700,000
103Melaksanakan Koordinasi Kegiatan Standardisasi dan Mutu Hasil
Tanaman Pangan676,745,000
A Pengembangan Peningkatan Kompetensi SDM 370,000,000
B Pengawalan dan Monev Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan 234,440,000
C Uji Mutu Beras Organik 72,305,000
Tabel 5 : Kegiatan Subdit Pemasaran dan Investasi Tahun 2017
Kode KegiatanAnggaran
(Rp)
5885.855.104 Pengembangan Pemasaran dan Investasi Tanaman Pangan 1,189,208,000
101Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Pemasaran dan
Investasi Hasil Tanaman Pangan274,200,000
A Kebijakan Pemasaran dan Investasi Tanaman Pangan 274,200,000
102Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Pemasaran dan Investasi
Hasil Tanaman Pangan440,428,000
A Fasilitasi Pasar Lelang Hasil Pertanian PENAS 2017 168,228,000
B Pengembangan Informasi Pasar dan Pemantauan Stok 272,200,000
103 Melaksanakan Koordinasi Pemasaran dan Investasi Hasil TP 296,980,000
A Pengawalan Pengembangan Ekspor dan Peluang Investasi 296,980,000
104Melaksanakan Monitoring, Evaluasi Serta Pelaporan Pemasaran
dan Investasi Hasil Tanaman Pangan177,600,000
A Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pemasaran dan Investasi TP 72,300,000
B Pelaporan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil TP 105,300,000
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 11
Tabel 6 : Kegiatan Ketatausahaan dan Kepegawaian Tahun 2017
Kode KegiatanAnggaran
(Rp)
5885.855.105 Administrasi dan Ketatausahaan Dit PPHTP 899,900,000
101 Melaksanakan Ketatausahaan dan Kepegawaian Dit PPHTP 340,300,000
A Ketatausahaan dan Kepegawaian 191,700,000
B Keuangan dan Perlengkapan 148,600,000
102 Melaksanakan Keuangan dan Perlengkapan Dit PPHTP 559,600,000
A Pengadaaan Peralatan dan Fasilitasi Perkantoran 227,000,000
B Pengadaan Alat Pengolah Data 225,000,000
C Pemeliharaan Peralatan Inventaris Kantor 20,000,000
D Keperluan Sehari - hari Perkantoran 87,600,000
Alokasi Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan Tahun 2017 di 33 provinsi, selengkapnya
disajikan pada tabel Lampiran 1- 3
B. Rapat Koordinasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Rapat Koordinasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan yang
telah dilaksanakan sebagai berikut :
1. Rapat Koordinasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
di Provinsi Bali
Rapat Koordinasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
dilaksanakan pada tanggal 15-18 Maret 2016 di Provinsi Bali,
diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Rapat dihadiri oleh 130 peserta yang terdiri dari Kepala Bidang,
Kepala Seksi dan staf yang menangani kegiatan produksi,
pascapanen, pengolahan, standardisasi dan mutu serta
pemasaran hasil tanaman pangan pada Dinas Pertanian Provinsi
di 32 Provinsi, serta staf lingkup Direktorat PPHTP dan
stakeholders.
b. Berdasarkan arahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan
diskusi yang berkembang, langkah – langkah yang perlu
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 12
mendapat perhatian dan tindaklanjut adalah Proses pengadaan
barang/sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman
pangan dilaksanakan melalui system e-purchasing dan pelelangan
umum. Mekanisme pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan
saranatertuang dalam Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana
Pascapanen dan Pengolahan Tanaman Pangan tahun 2016 yang
diterbitkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
c. Perkembangan Pelaksanaan Pengadaan Bantuan Sarana
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016
pada 32 provinsi sampai dengan 17 Maret 2016 yaitu
klik/pemesanan barang ke penyedia 5,41% (1.195 unit), dan
kontrak 4,46% (710 unit) dengan nilai Rp 75,28 Milyar (3,21% dari
Pagu Rp 1,689 Triliun)
d. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan kegiatan
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan:
1) Merujuk Permentan Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, maka
anggaran kegiatan PPHTP berada di satker produksi
tanaman pangan. Pengaturan kewenangan distribusi
pelaksanaan kegiatan diserahkan kepada masing-masing
Kepala Dinas Pertanian Provinsi.
2) Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian realisasi,
diperlukan langkah-langkah optimalisasi pengadaan sebelum
kontrak dan/atau pembayaran dilakukan.
3) Koordinasi intensif dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) agar segera memproses
penayangan e-katalog untuk produk sarana pascapanen
yang belum ditayangkan dalam e-katalog.
4) Untuk mengakomodir biaya pengiriman sarana sampai ke
penerima bantuan (poktan/gapoktan), daerah perlu
mengusulkan ke LKPP sesuai standar biaya di wilayah
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 13
masing-masing. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan titik bagi
penyaluran sehingga tidak memberatkan kelompok tani
penerima.
5) Fasilitasi bantuan sarana pascapanen dan pengolahan tahun
2016 merupakan bantuan pemerintah dengan akun 526
(belanja barang yang diserahkan pada masyarakat/Pemda)
berupa hibah. Batas waktu proses serah terima hibah paling
lambat 6 (enam) bulan setelah barang diserahkan kepada
masyarakat/ Pemda.
6) Untuk mengalokasikan bantuan vertical dryer dan RMU tahun
2017, agar dilakukan review terhadap kebutuhan dan
ketersediaan dryer dan RMU di masing-masing daerah.
7) Database sarana pascapanen dan pengolahan yang disusun
Dinas Pertanian Provinsi agar dilaksanakan secara optimal
dan memperhatikan akurasi data. Data tersebut dapat
digunakan sebagai acuan dalam pengalokasian bantuan
sarana pascapanen dan pengolahan.
e. Langkah-langkah Percepatan Kegiatan Pengadaan Bantuan
Sarana Pascapanen dan Pengolahan yang perlu segera dilakukan
Dinas Pertanian Provinsi sebagai berikut :
1) Segera melaksanakan pengadaan dengan prioritas jenis
sarana pascapanen/pengolahan yang sudah ada.
2) Menjabarkan petunjuk teknis pusat ke dalam petunjuk
pelaksanaan secara rinci, antara lain spesifikasi teknis
sarana yang diadakan, ketentuan pelaksanaan bimbingan
teknis dan penyusunan database. Dalam penentuan CPCL
agar disinergikan dengan kegiatan peningkatan produksi
terutama ekstensifikasi dan peningkatan IP padi, jagung dan
kedelai sepanjang belum pernah menerima bantuan sejenis.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 14
3) Menetapkan dan mengesahkan SK CPCL, dan melakukan
kontrak pengadaan melalui sistem e-catalog, kecuali barang
yang belum tertera di e-catalog dilakukan pelelangan umum
sesuai aturan yang berlaku.
4) Untuk kelancaran pembayaran di KPPN segera
mendaftarkan nomor registrasi kontrak ke KPPN paling lama
5 (lima) hari setelah kontrak ditandatangani sehingga tercatat
di Omspan.
5) Melakukan pengendalian internal dengan menyusun
identifikasi risiko pelaksanaan kegiatan sehingga setiap
tahapan pelaksanaan kegiatan dapat terkendali.
6) Melaporkan secara rutin perkembangan pengadaan barang
paling lambat setiap hari Rabu untuk dilaporkan ke Sekretaris
Jenderal Kementerian Pertanian setiap hari Kamis.
2. Pertemuan Koordinasi Petugas Pelayanan Informasi Pasar di Provinsi
Yogyakarta.
Pertemuan Koordinasi Pelayanan Informasi Pasar Tanaman Pangan
dilaksanakan pada tanggal 21– 24 Maret 2016 di Yogyakarta, dihadiri
peserta dari 33 Provinsi dan 250 Kabupaten yang terdiri dari Pembina
Petugas PIP dan Petugas PIP Provinsi serta Petugas PIP Kabupaten.
Narasumber dari Pusdatin Kementerian Pertanian, Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Perum Bulog Divre Yogyakarta dan
Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Memperhatikan arahan Bapak Direktur Jenderal Tanaman Pangan,
Kepala Dinas Pertanian DI Yogyakarta, dan Direktur Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan serta materi dari narasumber dan
hasil diskusi diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Penataan Petugas PIP
1) Melakukan penataan petugas PIP dengan menitikberatkan
pada a) Penetapan petugas PIP Subsektor Tanaman
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 15
Pangan dan melaporkan kepada Ditjen Tanaman Pangan,
b) Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal
Hortikultura untuk menghindari alokasi anggaran ganda
untuk petugas yang sama yang berpotensi menimbulkan
permasalahan di kemudian hari, c) evaluasi alokasi
anggaran dan SOP pelaksanaan pengumpulan data dan
informasi pasar, serta d) penguatan sumber daya manusia
Petugas PIP yang lebih profesional sesuai ketentuan yang
berlaku.
2) Petugas PIP yang belum aktif segera melakukan entri data
agar informasi harga harian semua kabupaten penerima
dana dekonsentrasi dapat disajikan secara lengkap
sebagaimana mestinya.
3) Meningkatkan koordinasi di tingkat pimpinan agar upaya
yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan informasi pasar mendapat dukungan penuh dari
pimpinan lingkup Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas
Pertanian Kabupaten.
4) Diharapkan Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten dapat
memanfaatkan dana APBD untuk mendukung peningkatan
pelayanan informasi pasar.
5) Melakukan reposisi tugas dan fungsi Petugas Pelayanan
Informasi Pasar dengan mencermati kebutuhan riil saat ini
dan dimasa mendatang serta mengacu kepada peraturan
yang berlaku. Untuk itu perlu dilakukan :
a) Penetapan petugas PIP melalui Surat Keputusan
Kepala Dinas Pertanian yang menangani subsektor
Tanaman Pangan dengan uraian tugas yang jelas dan
khusus untuk tanaman pangan.
b) Optimalisasi fungsional APHP dalam melakukan
analisis mengacu kepada Peraturan Bersama Menteri
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 16
Pertanian dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 59/PERMENTAN/OT.140/09/2012 dan Nomor
10 Tahun 2012 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi
tentang Jabatan Fungsional Analis Pasar Hasil
Pertanian.
c) Melakukan koordinasi antara Dinas, BKD dan BKN
terkait Keputusan Pengangkatan Pejabat Fungsional
APHP melalui ABK (Analisis Beban Kerja).
d) Menginformasikan bahwa Pembina Pejabat Fungsional
APHP berada di Badan Ketahanan Pangan (BKP),
yang sebelumnya pembinaan dilakukan oleh Ditjen
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP),
dengan penjelasan sebagai berikut:
(1) Tim Penilai berada di Bidang Harga Pangan,
Pusat Distribusi, BKP
(2) Sekretariat APHP berada di Sekertariat Badan
Ketahanan Pangan.
(3) Pembinaan terkait tupoksi pemasaran tanaman
pangan berada pada Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Ditjen
Tanaman Pangan.
b. Pengembangan Sistem Informasi Pasar dan Aplikasi Stok
1) Kegiatan koordinasi di provinsi masing-masing perlu
menekankan substansi petunjuk teknis yang ada dengan
memperhatikan beberapa perubahan yang telah disepakati
antara lain klasifikasi jenis beras, penguatan pemilihan
lokasi, dan kontinuinitas laporan yang konsisten.
2) Perlu dilaksanakan pengembangan Sistim Informasi Harga
Tanaman Pangan yang saat ini berada pada
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 17
sistim:https://aplikasi.pertanian.go.id/smshargakab/ untuk
harga tingkat produsen, dan https://aplikasi.
pertanian.go.id/smshargaprov/ untuk harga tingkat
konsumen. Selain itu, Sistim Aplikasi Informasi Harga dan
Pasar Tanaman Pangan tersebut masih menyatu dengan
Sistim Aplikasi Informasi Harga dan Pasar komoditas lain.
3) Untuk memudahkan pengolahan data harga dan pasar
tanaman pangan di masa mendatang perlu dilakukan dalam
satu Sistim Aplikasi Informasi. Penyatuan sistem informasi
tersebut menambahkan fasilitas seperti rekapitulasi, sorting
data, dan analisis kebutuhan dasar yang sudah baku.
Dalam hal ini, kabupaten atau provinsi yang datanya
kosong atau tidak mengirim maka tidak perlu ditampilkan.
Selain itu, pengembangan fasilitasi sistim aplikasi ini akan
memberikan kemudahan bagi pimpinan dalam mengakses
hasil olahan secara cepat atas data yang dikirimkan daerah.
4) Untuk tahun anggaran 2016 akan dikembangkan Sistim
Aplikasi Stok. Sistim aplikasi ini perlu dikembangkan dengan
alasan informasi stok beras sangat penting. Data ini akan
memberikan gambaran antara lain:
a) Situasi Ketahanan Pangan, Baik Di Tingkat Rumah
Tangga Maupun Wilayah (Kabupaten, Propinsi,
Nasional).
b) Kebijakan Sektor Pertanian Menyangkut Ketersediaan
Pangan Di Suatu Wilayah Yang Perlu Ditetapkan.
c) Rekomendasi Bagi Para Pengambil Kebijakan Yaitu
Perlu Atau Tidaknya Impor Dilakukan, Perlu Atau
tidaknya mendatangkan beras dari wilayah lain, dan
cukup atau tidaknya cadangan beras.
5) Penekanan pada informasi stok beras pemerintah menjadi
prioritas untuk dipantau karena relatif lebih mudah diperoleh.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 18
Namun hal ini memerlukan kerjasama semua pihak baik
Pusat dan Daerah agar terjalin hubungan yang konsisten
dengan Bulog. Selain itu, Dinas Provinsi harus bekerjasama
dengan Badan Ketahanan Pangan di Daerah untuk
melakukan pemantauan informasi stok gabah/beras di
masyarakat (terutama Toko Tani Indonesia), sehingga
kesulitan data stok di masyarakat dapat diminimalisasi.
Sebagai dasar pengembangan sistem aplikasi stok perlu
dilakukan proses survei untuk mengetahui keakurasian
metodologi, sampel, dan pola yang tepat. Pengembangan
Sistim Aplikasi Pemantauan Stok akan diintegrasikan
dengan PIP. Secara bersamaan pengembangan aplikasi ini,
penguatan kapasitas petugas PIP harus dilakukan dengan
menitikberatkan pada kemampuan intelijen pasar, teknik
penggunaan informasi, dan pengembangan karakter
(character building)
3. Pertemuan Koordinasi Akselerasi Ekspor Komoditas Tanaman Pangan
di Provinsi Jawa Barat.
Pertemuan Koordinasi Akselerasi Ekspor Komoditas Tanaman Pangan
pada tanggal 25 – 27 Mei 2016 di Provinsi Jawa Barat, diperoleh hasil
sebagai berikut :
a. Pertemuan Koordinasi Akselerasi Ekspor Komoditas Tanaman
Pangan, dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan diwakili
oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan, dihadiri oleh ± 70 peserta yang terdiri dari wakil dari
Gapoktan, pelaku usaha, wakil dari Dinas Pertanian Kabupaten
dan Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa
Timur, perwakilan dari Kemenko Bidang Perekonomian,
Kementerian Perdagangan, BAPPEDA, BULOG, dan pelaku
usaha/eksportir yang sekaligus bertindak sebagai Narasumber
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 19
(Gapoktan Sarinah, PT. Sejati Makmur Semesta, CV. Hasil Tani
Sejahtera dan PT. Saudi Indonesia Multi Investment).
b. Berdasarkan Arahan dan materi yang disampaikan oleh
Narasumber serta diskusi yang berkembang, diperoleh hasil
sebagai berikut :
1) Pertemuan Koordinasi Akselerasi Ekspor merupakan
momentum untuk meningkatkan komunikasi, memperluas
jaringan, menumbuhkan motivasi untuk kerja keras guna
menjadikan produk tanaman pangan, tidak hanya memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan mengurangi impor, tetapi juga
melakukan akselerasi ekspor dengan tetap berorientasi
kepada peningkatan nilai tambah dan daya saing,
peningkatan kesejahteraan petani serta memperhatikan
kepentingan konsumen.
2) Untuk meningkatkan pemanfaatan peluang pasar baik dalam
maupun luar negeri, perlu penanganan yang lebih baik,
dimulai dari budidaya sampai pada tahap pemasaran. Untuk
itu perlu dukungan sarana dan prasarana dimulai dari benih
sampai dengan pemasaran dan investasi. Perlu melakukan
analisa kebutuhan sarana dan prasarana yang secara
signifikan dapat meningkatkan produksi, daya saing baik dari
segi mutu dan harga Koordinasi antara Pemerintah Pusat,
Provinsi, Kabupaten/ Kota dan Pelaku Usaha serta Petani
perlu lebih ditingkatkan. Bantuan dari Kementerian Pertanian
yang telah diterima dimanfaatkan secara optimal.
3) Untuk mengidentifikasi spesifikasi produk yang dapat di
ekspor, pelaku usaha perlu menginformasikan kepada
petani sehingga terjadi keselarasan antara permintaan pasar
dengan produk yang dikembangkan petani.
4) Kelompoktani/gabungan kelompok tani perlu melakukan
pembinaan yang intensif kepada anggotanya dalam
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 20
mendorong petani untuk melakukan pengembangan usaha
dengan memanfaatkan peluang pasar baik didalam negeri
maupun ekspor.
5) Pasca pertemuan diharapkan akan terjalin komunikasi yang
efektif antara pelaku usaha dan petani yang dapat
mendorong terciptanya terjalinnya kemitraan yang saling
menguntungkan.
C. Focus Group Discussion
Focus Group Discussion (FGD) yang telah dilaksanakan sebagai berikut :
1. Group Discussion Pembahasan Revisi Peraturan Menteri Pertanian
No.51/Permentan/HK.310/4/2014 dan Permentan 52/Permentan/
TP.410/10/2015 Tentang Rekomendasi Ekspor dan Impor Tertentu.
Focus Group Discussion Pembahasan Revisi Peraturan Menteri
Pertanian No.51/Permentan/HK.310/4/2014 dan Permentan 52/
Permentan/TP.410/10/2015 tentang Rekomendasi Ekspor dan Impor
Tertentu dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2016 di Ruang Rapat
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan,
diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Revisi Permentan No 51 Tahun 2014.
1) Rapat dihadiri oleh wakil dari Kementerian Perdagangan,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Kementerian Keuangan, Bulog, KTNA dan Unit Kerja
Lingkup Kementan (Biro Hukum, BKP, Badan Karantina,
Inspektorat Jenderal dan PPVT-PP).
2) Poin-poin penting yang mengalami revisi sbb:
a) Dengan terbitnya Permendag No. 103 Tahun 2015
Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras, revisi
dilakukan pada :
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 21
(1) Persyaratan menjadi Importir yang semula
Importir Terdaftar (IT)-Beras dirubah menjadi
perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir
Umum (API-U) sebagaimana tercantum dalam
pasal 14, pasal 16.
(2) Masa berlaku surat persetujuan ekspor untuk
beras premium dengan tingkat kepecahan paling
tinggi 5 % yang semula berlaku 6 (enam) bulan
dirubah menjadi berlaku untuk setiap pengapalan
(per shipment) sebagaimana tercantum pada
pasal 6 ayat (3).
(3) Masa berlaku surat persetujuan impor untuk
beras tertentu yang semula 3 (tiga) bulan
menjadi 6 (enam) bulan sebagaimana tercantum
Pasal 22.
b) Untuk mengatur importir beras termasuk BUMN yang
mendapatkan penugasan khusus, pelaku usaha yang
diperbolehkan melakukan impor beras tertentu tidak
hanya perusahaan swasta dan BUMN yang memiliki
Angka Pengenal Impor Umum (APIU) tetapi juga
BUMN yang telah mendapatkan penugasan khusus
sesuai dengan kesepakatan rapat koordinasi tingkat
menteri bidang perekonomian sebagaimana yang
tercantum pada pada Pasal 14 ayat (4) dan ayat (5).
c) Dalam rangka integrasi pelayanan perijinan
Kementerian Pertanian melalui Pusat Perlindungan
Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVT-
PP), ditambahkan ketentuan Tata cara Penerbitan
Rekomendasi Ekspor pada Pasal 9 s/d Pasal 10) dan
Tata Cara Memperoleh Rekomendasi Impor Beras
pada Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 22 s/d 23).
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 22
d) Dalam rangka meningkatkan pengawasan terhadap
pelaksanaan Permentan dimaksud, peran Karantina
Pertanian perlu dimasukkan pada 27 s/d pasal 33.
Dengan demikian Badan Karantina memiliki Dasar
hukum untuk melakukan tindakan pengawasan terkait
Rekomendasi yang diterbitkan oleh Kementerian
Pertanian disamping tugas Badan Karantina yang
diatur melalui Undang Undang.
b. Draft Permentan Rekomendasi Ekspor dan Impor Jagung
1) Rapat dihadiri oleh wakil dari Kementerian Perdagangan,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Bulog,
Dewan Jagung, KTNA dan Unit Kerja Lingkup Kementan
(Biro Hukum, BKP, Badan Karantina, Inspektorat Jenderal
dan PPVT-PP)
2) Poin-poin penting yang perlu disempurnakan sebagai
berikut
a) Melengkapi draft Permentan yang semula hanya
rekomendasi impor jagung menjadi rekomendasi
ekspor dan impor jagung.
b) Kriteria importir (BUMN, Perusahaan Swasta pemilik
API – Produsen, dan Importir Umum).
c) Penentuan waktu panen raya mengingat panen tidak
serentak.
d) Ketentuan GAP, SNI dll.
c. Tindak Lanjut
1) Kejelasan Peran Bulog sebagai importir
Diperlukan sikap Kementan dalam penetapan Bulog sebagai
importir tunggal baik untuk beras tertentu maupun jagung.
Mengacu pada hasil RDP dengan DPR tanggal 2 Februari
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 23
2016, Komisi IV DPR mendukung Perum Bulog sebagai
BUMN yang diberi penugasan oleh Pemerintah dalam
memenuhi tambahan kebutuhan pangan strategis melalui
mekanisme importasi satu pintu. Sekiranya hasil RDP
tersebut ditindaklanjuti pada Permentan Rekomendasi
Ekspor dan Impor Beras Tertentu, akan dilakukan revisi
untuk kriteria importir, yang semula (sesuai Permendag 103
tahun 2015) perusahaan dan BUMN pemilik API-U menjadi
hanya Perum Bulog. Hal yang sama juga akan
ditindaklanjuti pada Permentan Rekomendasi Ekspor dan
Impor Jagung. Penunjukkan Bulog sebagai importir tunggal
beras tertentu masih dikuatirkan melanggar ketentuan UU
No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sehubungan hal tersebut
kami menyiapkan Draft Permentan dalam 2 Versi (Importir
Umum dan hanya Bulog).
2) Kejelasan Ruang Lingkup Rekomendasi
Pada Permentan Nomor 51 Tahun 2014, rekomendasi
ekspor dan impor hanya meliputi beras tertentu. Mengacu
kepada hasil RDP dengan DPR tanggal 2 Februari 2016,
Komisi IV DPR meminta pemerintah agar semua importasi
produk pertanian harus mendapat rekomendasi dari
Kementerian Pertanian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Menindaklanjuti hasil RDP tersebut,
kami menyiapkan Draft Permentan tentang Rekomendasi
Ekspor dan Impor Beras yang semula hanya beras tertentu.
3) Rapat Lanjutan
Dalam rangka penyempurnaan Draft Perubahan Permentan
51 Tahun 2014 akan diadakan rapat pada hari Jumat
tanggal 5 Februari 2016 internal Kementan, sedangkan
untuk pembahasan Permentan Rekomendasi Ekspor dan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 24
Impor Jagung akan diadakan rapat pada hari Selasa, 9
Februari 2016 Internal Ditjen.TP sesuai dengan
ketersediaan waktu dari Direktorat Serealia.
2. Focus Group Discussion (FGD) dalam Rangka Public Hearing
Pembahasan Draft Revisi Permentan Rekomendasi Ekspor dan Impor
Beras di Jakarta.
Focus Group Discussion (FGD) dalam Rangka Public Hearing
Pembahasan Draft Revisi Permentan Rekomendasi Ekspor dan Impor
Beras dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2016 di Jakarta, diperoleh
hasil sebagai berikut :
a. Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka public hearing draft
Peraturan Menteri Pertanian Tentang Rekomendasi Ekspor dan
Impor Beras dibuka oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, Narasumber dari Biro Hukum, Sekretaris Jenderal,
Kementerian Pertanian ; Tenaga Ahli Menteri Bidang Hukum.
Dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Perum BULOG, Indonesia Nasional
Single Window, Badan Karantina Pertanian, Badan Ketahanan
Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
PERPADI, KTNA, Dewan Beras Nasional, dan pelaku usaha
(eksportir dan Importir).
b. Tujuan Focus Group Discussion (FGD) draft Peraturan Menteri
Pertanian Tentang Rekomendasi Ekspor dan Impor Beras untuk
mendapatkan/meminta masukan publik dari para stakeholder
perberasan nasional, pelaku usaha (eksportir dan Importir) serta
semua pemangku kepentingan perberasan.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 25
c. Hasil pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) draft
Peraturan Menteri Pertanian Tentang Rekomendasi Ekspor dan
Impor Beras sebagai berikut :
1) Landasan Hukum
Penyusunan Peraturan Menteri Pertanian harus mengacu
kepada :
a) Good Regulatory Practices
Penyusunan Peraturan Perundang-undangan atau
Peraturan menteri yang baik harus mengacu dan
memenuhi 3 persyaratan utama yaitu :
(1) Substansial : Filosofis, Yuridis, Sosilogis,
Ekonomis, politis
(2) Formatnya mengatur kepentingan umum/public
(3) Prosedural : Beberapa tahapan yang harus
dipenuhi dalam Proses Penyusunan Peraturan
menteri Pertanian yakni, Internal/pemrakarsa,
Lintas sektor/sub sector, Public Hearing
denganStakeholders (pelaku usaha).
b) Pencantuman Lampiran
Lampiran harus diperjelas apakah masuk dalam
kategori Negatif List (komoditas yang diatur dalam
Permentan adalah yang tercantum dalam Lampiran
Permentan sementara yang diluar Lampiran tersebut
tidak dilarang atau bebas) atau positip List (komoditas
yang diatur atau yang boleh ekspor ataupun impor
adalah komoditas yang tertera pada Permentan
sementara yang diluar Lampiran Permentan tersebut
tidak boleh ekspor maupun impor)
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 26
c) Perlu memperhatikan Undang-undang Persaingan
Usaha. Dalam UU persaingan Usaha tidak boleh
mencantumkan/ menunjuk satu perusahaan tertentu.
d) Pencantuman Perum BULOG sebaiknya diganti dengan
BUMN bidang pangan, untuk menghindari monopoli
impor oleh satu unit usaha hal ini untuk menghindari
monopoli impor oleh satu unit usaha
e) Menambahkan Ketentuan Peralihan
Untuk mengisi kekosongan aturan perlu ditambahkan
ketentuan peralihan agar kesinambungan aturan yang
dibuat dapat berjalan dengan baik
2) Dampak Penutupan Kran Import
a) Pelaku usaha sangat merasakan dampak dari
penutupan importasi beras dalam waktu yang tidak
ditentukan, hal ini mengakibatkan banyaknya beras-
beras illegal yang masuk kedalam wilayah Negara
Indonesia.
b) Jumlah beras illegal yang masuk diperkirakan 4.000
ton per Minggu yang masuk melalui pelabuhan
Bengkalis, Dumai dan juga Tanjung Balai Asahan
Sumatera Utara
c) Pemberlakukan Importasi yang ada selama ini adalah
buka tutup, untuk itu perlu dievaluasi secara bertahap
dampak dari penutupan impor tersebut.
3) Penyerapan Ketan Lokal
a) Kebijakan penyerapan ketan lokal yang dilakukan telah
mendorong budidaya pertanaman ketan seperti di
Subang dari luas areal 4.000 ha pada tahun 2010
menjadi 9.000 ha pada tahun 2016.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 27
b) Petani mengharapkan ada kepastian harga sehingga
mendorong petani untuk menanam ketan.
c) Rekomendasi diberlakukan untuk melindungi petani,
perlu diatur kapan impor dibuka dan kapan impor
ditutup. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
Importasi dapat dilakukan satu bulan sebelum panen,
pada panen raya dan dua bulan setelah panen raya.
d) Untuk penyerapan ketan Lokal dalam Negeri perlu
lebih dimaksimalkan sehingga mendorong para petani
untuk menanam ketan dalam negeri.
e) Penyerapan yang dilakukan selama ini sudah cukup
baik, yang perlu diperhatikan adalah transparansi baik
dalam harga maupun proses penyerapan yang
dilakukan oleh importir.
4) Cakupan Jenis Beras yang diatur
a) Perlu kajian yang mendalam untuk jenis beras yang
akan diekspor dan impor, untuk itu perlu peran serta
stakeholders atau para pelaku usaha.
b) Pada prinsipnya untuk ekspor bagaimana kita
mendorong ekspor sebesar-besarnya yaitu dengan
mempermudah regulasi atau ketentuan dalam
pesyaratan ekspor.
c) Jenis beras yang diimpor adalah beras-beras yang
belum diproduksi dalam negeri, serta yang belum
mencukupi produksinya dalam negeri. Beberapa beras
yang belum bisa diproduksi dalam negeri seperti beras
kukus untuk penderita diabetes dalam aturannya
sudah sangat ketat dalam distribusi dan penjualannya
yakni Apotik dan Rumah Sakit.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 28
5) Keselarasan dengan Peraturan Menteri Perdagangan
a) Peraturan Menteri Pertanian merupakan satu kesatuan
dengan peraturan Menteri Perdagangan No.103 Tahun
2015 Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras
untuk itu revisi yang dilakukan harus sinkron atau
selaras.
Pokok-pokok Revisi Peraturan Menteri Pertanian
meliputi :
(1) Persyaratan Importir dari semula Importir
Terdaftar (IT)-Beras menjadi Angka Pengenal
Importir Umum (API -U).
(2) Perubahan Tata Cara Penerbitan Ekspor dan
Tata Cara Penerbitan Impor, Rekomendasi dan
Perijinan yang ada di Kementeraian Pertanian
semuanya harus melalui PPVT-PP.
(3) Sistem Layanan Rekomendasi harus terintegrasi
dengan Portal INSW (Indonesia National Single
Window).
b) Implementasi Peraturan Menteri Pertanian Tentang
Rekomendasi Ekspor dan Impor Beras tertentu dan
Peraturan menteri Perdagangan tentang Ketentuan
Ekspor dan Impor Beras selama ini selama ini sudah
berjalan dengan baik dan merupakan aturan yang
paling serasi selama ini.
6) Dengan adanya harmonisasi Peraturan Menteri Pertanian
dengan Peraturan Menteri Perdagangan, Kementerian
Pertanian hanya memberikan Rekomendasi Ekspor untuk
beras premium, beras organik, beras ketan hitam dan
Rekomendasi Impor untuk beras ketan putih, beras thai hom
mali, beras kukus, beras japonica, beras basmati dan beras
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 29
hibah. Untuk ekspor dan impor beras medium diatur
berdasarkan hasil kesepakatan rapat koordinasi tingkat
menteri bidang Perekonomian sehingga tidak memerlukan
rekomendasi Kementerian Pertanian.
Mencermati public hearing bahwa banyak pihak yang
mengharapkan dibukanya impor untuk beras basmati dan
beras kukus.
3. Focus Group Discussion (FGD) Revitalisasi Penggilingan Padi di
Jakarta.
Focus Group Discussion (FGD) Revitalisasi Penggilingan Padi
dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2016 di Hotel Sahati Jakarta,
diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil RDP dengan Komisi IV DPR-RI tanggal 15
Februari 2016 meminta kegiatan pengembangan RMU tahun
2016 di moratorium. Hal ini disebabkan hasil pemantauan di
lapangan ditemukan bantuan RMU tidak lengkap, belum berjalan
dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terlebih dahulu
sebelum pengembangan/revitalisasi RMU dilaksanakan.
b. Dalam kaitan tersebut maka diperlukan adanya pemetaan
sebaran dan kondisi RMU yang ada, sehingga dapat diketahui
diwilayah mana yang harus dihentikan dan daerah mana yang
masih membutuhkan RMU.
c. Usaha penggilingan padi saat ini memainkan peranan yang
penting dalam usaha perberasan. Saat ini jumlah penggilingan
padi di Indonesia sebanyak 182.199 unit, sebagian besar (90 %)
merupakan Penggilingan Padi Kecil (PPK).
d. Kondisi RMU menurut Perpadi sudah over kapasitas dibanding
produksi gabah sehingga terjadi perebutan gabah di lapang. Di
samping itu rendemen dan kualitas yang dihasilkan masih rendah
serta susut hasil masih cukup tinggi.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 30
e. Permasalahan penggilingan padi tidak bisa diselesaikan secara
parsial hanya penggantian one pass dengan two pass.
Permasalahan utama adalah pada kemampuan SDM dalam
mengoperasionalkan penggilingan. Saat ini kemampuan SDM
yang ada masih rendah, untuk itu diperlukan perbaikan
manajemen usaha dan kemampuan SDM melalui pembinaan dan
bimbingan.
f. Penataan ulang penggilingan padi di Indonesia dengan tidak
hanya fokus pada prosessing beras tetapi juga melakukan
pengelolaan hasil-hasil sampingan seperti: dedak, bekatul, sekam
yang selama ini harganya lebih murah daripada nilainya. Perlu
mendapat perhatian hasil sampingan ini kalau dimanfaatkan
dapat menghasilkan nilai yang besar tapi permasalahannya
karena mayoritas penggilingan padi di Indonesia adalah PPK,
sehingga hasil sampingannya sedikit, tidak terkumpul dalam
jumlah besar dalam satu lokasi, sehingga menjadi tidak efisien
bila dilakukan pengolahan. Dalam pemanfaatan hasil sampingan
perlu dilakukan/dibangun model agribisnis terpadu.
g. Hal-hal yang perlu ditinjaklanjuti dalam pengelolaan penggilingan
padi antara lain:
1) Saat ini database yang akurat mengenai ketersediaan dan
kondisi penggilingan padi belum ada, untuk itu perlu di
alokasikan dana dekon untuk pemetaan penggilingan
2) Untuk memudahkan pengawasan dan evaluasi penggilingan
padi, pada tahun 2017 lebih diperlukan Revitalisasi dengan
penerima penggilingan adalah kelompok tani/gapoktan
bukan perorangan.
3) Tujuan Revitalisasi adalah meningkatkan rendemen,
menurunkan susut hasil dan peningkatan mutu, untuk itu
revitalisasi penggilingan padi sebaiknya dilakukan terhadap
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 31
konfigurasi mesin, manajemen dan SDM, kelembagaan
serta regulasi.
4) Revitalisasi penggilingan dapat berupa mengganti sebagian
alat, menambah alat atau mengganti seluruh alat (bukan
membangun yang baru) pada kelompok tani yang sudah ada
5) Dalam pengalokasian penggilingan padi untuk menjadi
kelompok yang berorentasi bisnis tidak sekedar jasa giling,
sebaiknya diperhatikan luasan areal (minimal 100 ha), dan
kemampuan penggilingan dalam operasionalnya.
6) Jika dilihat secara nasional penggilingan padi sudah
mencukupi, tetapi jika dihitung per kabupaten/kecamatan/
desa, penyebaran penggilingan padi tidak merata sehingga
ada daerah yang sudah tidak memerlukan penggilingan dan
ada daerah yang masih memerlukan. Untuk itu perlu
dilakukan pemetaan penggilingan padi.
7) Penggilingan Padi Kecil agar lebih menguntungkan dapat
bekerjasama dengan Penggilingan Padi Besar (PPB) dalam
bentuk kemitraan.
8) Jumlah penggilingan padi keliling sekitar 19.223 unit
(10,54. %), menurut narasumber penggilingan padi keliling
kurang memperhatikan mutu beras, sehingga
keberadaannya harus diregulasi. Namun berdasarkan
informasi dari Kabupaten Serang keberadaan pengilingan
masih diperlukan karena sifatnya hanya membantu rumah
tangga untuk menggiling dalam kapasitas kecil. Untuk itu
perlu diperlukan adanya regulasi sesuai dengan kondisi di
masing-masing wilayah, agar tidak mengganggu
penggilingan padi yang statisioner (tetap).
9) Sebagai langkah awal pemetaan penggilingan padi akan
dilakukan di Provinsi Banten dan D.I. Yogyakarta.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 32
4. Focus Group Discussion (FGD) Pengelolaan Hibah Aset Bantuan
Pemerintah Pusat & Tugas Pembantuan Provinsi Tahun 2016 di
Jakarta.
Focus Group Discussion (FGD) Pengelolaan Hibah Aset Bantuan
Pemerintah Pusat & Tugas Pembantuan Provinsi Tahun 2016
dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2016 di Jakarta, diperoleh hasil
sebagai berikut :
a. Dalam rangka mengantisipasi permasalahan aset akibat alokasi
bantuan pemerintah baik di Pusat dan Tugas Pembantuan
Provinsi Tahun 2016, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
menginisiasi pertemuan Focus Group Discussion (FGD) yang
bertujuan untuk menginventarisir permasalahan dan langkah
antisipasi sehingga pengelolaan hibah Bantuan Pemerintah Pusat
& Tugas Pembantuan Provinsi Tahun 2016, khususnya untuk
bantuan sarana pasca panen dan pengolahan hasil tanaman
pangan.
b. Pertemuan dibuka oleh Dirjen Tanaman Pangan dalam hal ini
diwakili oleh Kasubdit Standardisasi & Mutu Direktorat PPHTP,
dihadiri 40 orang peserta yang terdiri dari Kepala Bagian
Keuangan & Perlengkapan Ditjen Tanaman Pangan, perwakilan
dari Biro Keuangan & Perlengkapan Kementerian Pertanian,
perwakilan dari lingkup Eselon II Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dan lingkup Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan.
Narasumber antara lain Inspektur II Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian, Kepala Biro Keuangan & Perlengkapan
Kementerian Pertanian, perwakilan dari Direktorat Kekayaan
Negara & Sistem Informasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Pertanian dan Sekretaris Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 33
c. Dirjen Tanaman Pangan dalam arahannya menekankan bahwa
dalam mengelola hibah aset bantuan Pemerintah perlu
memperhatikan aspek antara lain : (1) pihak yang terlibat atau
tugas yang dimiliki dalam penyelesaian hibah aset Pemerintah
Pusat dan Tugas Pembantuan di Daerah; (2) waktu dan proses
(tahapan) dalam proses penyelesaian hibah aset bantuan
Pemerintah serta (3) standar administrasi yang dibutuhkan dalam
proses penyelesaian hibah aset bantuan Pemerintah. Hal ini
sangat penting untuk meminimalsasi resiko yang timbul di
kemudian hari.
d. Inspektur II, Inspektur Jenderal Kementan menjelaskan
bagaimana mempercepat proses hibah aset bantuan Pemerintah
yaitu melalui peningkatan akuntabilitas manajemen pengelolaan
Bantuan Pemerintah khususnya di setiap Satuan Kerja
(Satker). Hal penting lainnya yang ditekankan oleh Inspektur II
adalah perlu segera mungkin untuk menyusun Peraturan Menteri
Pertanian terkait dengan pengaturan pengadaan Barang Milik
Negara (BMN) di tingkat Satker Pusat yang faktanya barang
tersebut diserahkan/hibah kepada pemerintah Daerah/
Masyarakat/Petani untuk menghindari permasalahan di kemudian
hari.
e. Perwakilan dari Direktorat Kekayaan Negara & Sistem Informasi
Ditjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan menjelaskan
Tata Cara Pelimpahan Aset Bantuan Pemerintah (Hibah)
khususnya yang berasal dari Dana Dekonsentrasi maupun Tugas
Pembantuan yang sesuai dengan PMK 156/PMK.07/2008 Jo.
PMK 248/PMK.07/2010, dengan memperhatikan akun belanja
barang yang sesuai dengan peruntukannya dan akun belanja
penunjang kegiatan (pengadaan barang).
f. Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan Kementerian Pertanian,
menjelaskan bahwa pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah
yang menggunakan MAK. 526 memerlukan pertanggungjawaban
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 34
administrasi 2 kali yakni : a) PMK Nomor 168/PMK.05/2015 untuk
proses pencairan dan pertanggungjawaban anggaran, dan b)
PMK Nomor 248/PMK.07/2010 atau PMK 96/PMK.06/2007 untuk
penyerahan barang tersebut ke pemerintah daerah. Hal ini
mengindikasikan agar proses pencairan anggaran serta proses
berita acara hibah dari Kementerian Pertanian kepada
Pemerintah harus menjadi perhatian seluruh satker. Agar
ditetapkan kapan proses berita acara hibah tersebut dapat
diproses, khususnya bantuan pemerintah dari MAK 526 dalam
bentuk uang.
g. Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, menyampaikan
bahwa untuk mengelola bantuan Pemerintah Pusat dan Tugas
Pembantuan Provinsi 2016 diperlukan strategi pengelolaan hibah
aset dengan memperhatikan usulan nilai hibah aset, membentuk
tim yang terjadwal baik di Pusat dan Daerah dan
mendeskripsikan proses (tahapan) secara rinci.
h. Isu penting yang berkembang dalam diskusi antara lain hubungan
berbagai perubahan peraturan menteri keuangan, pengaturan
pendelegasian kewenangan pengelola barang, ketegasan tata
kelola bantuan pemerintah baik bentuk barang, uang dan jasa,
serta kesejahteraan petugas SIMAK.
i. FGD ditutup oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan, dengan kesimpulan dan rencana tindak lanjut
sebagai berikut :
1) Menyusun Form/SOP mengenai proses penyelesaian Hibah
Aset Bantuan Pemerintah.
2) Membentuk tim dalam rangka penyelesaian distribusi
bantuan dan penyelesaian hibah aset dengan melibatkan
unsur terkait.
3) Membuat konsep surat kepada Biro Keuangan dan
Perlengkapan perihal pendelegasian wewenang/tanggung
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 35
jawab terhadap penyelesaian hibah aset Bantuan
Pemerintah.
5. Focus Group Discussion Penyusunan Harga Eceran Tertinggi (HET)
Jagung di Provinsi Jawa Barat.
Focus Group Discussion Penyusunan Harga Eceran Tertinggi (HET)
Jagung dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2016 di Bogor, Provinsi
Jawa Barat, diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Kebijakan pengendalian harga jagung bertujuan untuk melindungi
petani jagung dan konsumen jagung (pabrik pakan, peternak dan
industry makanan). Kebijakan tersebut terdiri dari dua yaitu
kebijakan harga dasar/harga batas bawah (floor price) untuk
melindungi petani dan kebijakan harga maksimum/harga batas
atas (ceiling price) untuk melindungi konsumen. Harga batas
bawah jagung sudah ditetapkan sebesar Rp.3.150,-/kg menurut
Permendag no.21 tahun 2016, sehingga harga batas atas perlu
disusun.
b. Saran terhadap kebijakan pengendalian harga baik penetapan
Harga Batas Bawah maupun Harga Batas Atas, sebagai berikut
1) Harga Batas Bawah dan Harga Batas Atas tidak hanya
sekali dalam setahun ditetapkan, namun perlu ditinjau ulang
setiap periode tertentu atau setiap musim. Hal ini terkait
karakter produksi pertanian memiliki time-lag.
2) Harga Batas Atas (EceranTertinggi) harus didasarkan HPP.
3) Penetapan harga tersebut agar diterapkan berbeda di tiap
daerah atau berbasis wilayah, hal ini dilakukan
mempertimbangkan bahwa produktivitas dan biaya yang
dikeluarkan tiap daerah berbeda, sehingga struktur biaya
(ongkos) agregat nasional tidak tepat dijadikan dasar
penetapan harga.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 36
4) Untuk Harga Batas Atas diharapkan ditetapkan menjadi dua
Harga Batas Atas yaitu Harga Batas Atas Tingkat Industri
Berbasis Jagung dan Harga Batas Atas Pakan.
5) Pihak GPMT mengajukan Harga Eceran Tertinggi sebesar
Rp. 3.400,-/kg sampai dengan Rp. 3.675,- / kg. Pengajuan
harga tersebut berasal dari harga jagung di tingkat petani
sebesar Rp. 3.150,- ditambahkan dengan biaya pedagang
sebesar Rp. 100,-/kg dan biaya transportasi ke gudang
pabrik pakan, yang bervariasi menurut daerah asal jagung.
Dimanabiayatranportasidari Lampung ke Jakarta sebesar
Rp.150,-/kg, Jateng ke Jakarta sebesarRp. 150,-/kg, Jatimke
Jakarta sebesarRp. 250,-/kg, Sulselke Jakarta sebesarRp.
275,-/kg, Gorontaloke Jakarta sebesarRp. 425,- /kg, dan
NTB ke Jakarta sebesarRp. 425,- / kg.
c. Wacana penentuan impor berdasarkan indikasi kenaikan Harga
Eceran Tertinggi Jagung perlu dipertimbangkan lagi. Indikasi
kenaikan harga komoditas tanaman pangan terutama jagung di
Indonesia tidak dapat dijadikan dasar penentuan impor, karena
pasar jagung memiliki perilaku pasar sebagai berikut:
1) Struktur pasar yang oligopsoni, yaitu pasar jagung dikuasai
oleh beberapa pedagang jagung
2) Asimetri Harga, dimana ketika terjadi kenaikan harga jagung
di tingkat konsumen tidak tertransmisi dengan baik di tingkat
produsen, sedangkan saat terjadi kenaikan di tingkat
produsen akan tertransmisi dengan baik di tingkat
konsumen. Sebaliknya ketika penurunan harga di tingkat
konsumen akan tertransmisi dengan baik di tingkat
produsen, sedangkan penurunan harga di tingkat produsen
tidak tertransmis dengan baik di tingkat konsumen.
3) Distribusi dan konektivitas yang belumbaik, rantai
pemasaran yang terlalu panjang dan biaya transportasi yang
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 37
masih relatif tinggi. Pemecahan dapat dilakukan dengan
membenahi dan membangun infrastruktur logistik, sehingga
hasil produksi jagung dari luar sentra produksi pakan dapat
bersaing.
d. Kebijakan pemerintah dalam penentuan dan memutuskan impor
sebaiknya didasarkan atas data produksi yang akurat sehingga
dapat dilakukan perencanaan impor untuk periode setahun.
e. Disamping usulan harga eceran tertinggi jagung, beberapa solusi
guna mengatasi Tata Niaga Jagung sebagai berikut :
1) Solusi jangka pendek
Solusi jangka pendek terhadap gejolak harga dan
masalahtata niaga jagung dapatdiatasi dengan kerjasama
petani, Bulog dan pelaku usaha/pakan ternak. Pemerintah
berperan intervensi pasar melalui Bulog dengan membeli
jagung petani untuk mem- perpendek rantai niaga.
Selanjutnya Bulog dapat menjual jagung langsung ke
industri.
2) Solusi jangka panjang
a) Penerapan konsep Geographic Economic
Menurut konsep Geographic Economic, menganjurkan
agar produsen dan konsumen dalam satu lokasi
geografis, maka supaya sejalan dengan konsep
tersebut diharapkan provinsi sentra produksi jagung
masih dalam satu lokasi dengan konsumen jagung
yaitu pabrik pakan dan peternak. Dari 10 besar sentra
produksi jagung di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Lampung, Sumatera
Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan
danGorontalo, belum seluruhnya dalam satu lokasi
dengan pabrik pakan. Provinsi Gorontalo, NTB dan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 38
NTT belum mempunyai pabrik pakan, sedangkan
provinsi Banten yang bukan sentra produksi jagung
memiliki 15 pabrik pakan, sehingga kebutuhan jagung
pabrik pakan di Banten harus di datangkan dari provinsi
lain yang akan menyebabkan harga jagung menjadi
lebih mahal karena menanggung biaya transportasi
lebih tinggi.
Pengembangan jangka kedepan adalah
mengembangkan Provinsi Banten sebagai sentra
produsen jagung sekaligus sentra konsumen yang
sudah lebih dulu ada, sebaliknya untuk Provinsi
Gorontalo, NTB dan NTT perlu dibangun pabrik pakan
dan dikembangkan peternakan agar dapat menyerap
jagung petani yang tersedia cukup banyak. Penerapan
konsep untuk mendekati produsen jagung tersebut
sudah dilakukan peternak petelur sejak 20 tahun yang
lalu, upaya itu diharapkan dapat dilaksanakan peternak
lain dan pabrik pakan.
b) Pencarian alternative bahan penyusun pakan ternak
selain jagung
Perlu dikaji lebih lanjut untuk gagasan mencari
alternative bahan penyusun pakan ternak selain jagung
dengan komposisi nilai gizi yang sama dengan jagung.
Di Amerika jagung digunakan sebagai bahan pakan
karena Amerika memiliki produksi jagung yang
massive, sedangkan di Indonesia alangkah sangat
mewah jika jagung dijadikan salah satu komponen
bahan pakan padahal Indonesia memiliki alternative
bahan pakan lain yang sangat berlimpah dengan
kandungan gizi yang sangat memenuhi.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 39
c) Guna memenuhi kebutuhan jagung pakan ternak, maka
investor industri pakan ternak supaya berkontribusi
investasi pada bisnis budidaya jagung skala luas (corn-
estate) pada lahan-lahan potensial yang masih tersedia
500 ribu ha di Luar Jawa maupun integrasi/tumpangsari
jagung di lahan Perhutani dengan luas 265 ribu ha.
Industri pakan ternak agar menyerap produksi jagung
dalam negeri dan tidak mengandalkan jagung impor,
mengingat potensi lahan dan sumberdaya sangat
tersedia. Ini merupakan solusi permanen dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pakan ternak.
6. Focus Group Discussion (FGD) Penguatan Mutu dan Keamanan
Pangan (Beras) Berbasis SNI di Provinsi Jawa Barat.
Focus Group Discussion (FGD) Penguatan Mutu dan Keamanan
Pangan (Beras) Berbasis SNI dilaksanakan pada tanggal 25-27
Agustus 2016 di Bogor Provinsi Jawa Barat, diperoleh hasil sebagai
berikut :
a. FGD bertujuan untuk mendapatkan masukan dari pihak-pihak
terkait dalam jaminan mutu dan keamanan beras nasional. Dalam
hal ini diperlukan langkah-langkah nyata sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia, antara lain:
1) SNI 6128:2015 tentang Beras
2) SNI 7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida
Hasil Pertanian;
3) SNI 7385:2009 tentang Batas Maksimum Kandungan
Mikotoksin Dalam Pangan;
4) SNI 7387:2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat Dalam Pangan;
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 40
5) SNI 7388:2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba
Dalam Pangan;
6) SNI 7501:2009 Batas Maksimum Cemaran Kimia Tertentu
Dalam Pangan.
b. Pertemuan FGD dihadiri 60 orang peserta perwakilan Dinas
lingkup Pertanian (22 Provinsi), Perum BULOG, Kementerian
Perdagangan, Setjen Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan
Pangan, PERPADI, perwakilan dari unit eselon 2 lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Narasumber dari Badan
Standardisasi Nasional (BSN), Badan Ketahanan Pangan (BKP)
Kementerian Pertanian, Direktur Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan, Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Pasca
Panen Badan Litbang Kementerian Pertanian.
c. Pertemuan FGD dibuka oleh bapak Dirjen Tanaman Pangan.
Dalam arahan bapak Dirjen disampaikan bahwa Beras
merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia
sehingga menjadi komoditas strategis. Indonesia merupakan
pasar besar untuk komoditi beras. Hal inilah yang membuat
pelaku bisnis perberasan berlomba-lomba mengejar keuntungan.
Berbagai situasi berat terjadi antara lain kecurangan kualitas
beras, ketidaksesuaian informasi kemasan dengan isi kemasan
dan lain-lain. Untuk memberikan perlindungan konsumen dan
menjamin keamanan pangan (food Safety) serta jaminan harga
maka diperlukan sertifikasi mutu beras berlabel Standar Nasional
Indonesia (SNI).
d. Point penting hasil diskusi dengan narasumber dan para peserta
FGD sebagai berikut:
1) Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2014 tentang standardisasi
dan Penilaian Kesesuaian diatur bahwa dalam hal berkaitan
dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan,
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 41
atau pelestarian fungsi lingkungan hidup, Kementerian/
Lembaga Pemerintah non kementerian berwenang
menetapkan pemberlakuan SNI Secara Wajib dengan
Peraturan Menteri atau Peraturan Kepala Lembaga
Pemerintah Non Kementerian.
2) Penerapan wajib SNI beras akan dilakukan secara
bertahap. Sebagai unit terakhir yang melakukan
penanganan beras sebelum dipasarkan, RMU memiliki
peran yang sangat strategis untuk menghasilkan beras
sesuai SNI. Berdasarkan survey BPS tahun 2012 Indonesia
memiliki 182.199 RMU baik milik perorangan maupun milik
poktan/gapoktan. Dari jumlah tersebut 1635 diantaranya
merupakan fasilitasi dari pemerintah dari tahun 2011 s/d
2015.
3) Peserta FGD sepakat untuk membuat pilot project
penerapan wajib SNI Beras pada beberapa RMU. Masing-
masing perwakilan Provinsi menyerahkan data 2 (dua) profil
pengusaha penggilingan padi yang sudah mendapatkan
fasilitasi dari Pemerintah dan menginformasikan sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk menghasilkan beras
sesuai SNI (dryer, separator, grader dan packing dll).
Sebanyak 40 pelaku usaha penggililingan padi akan
dijadikan sebagai pilot project penerapan sistem jaminan
mutu dan keamanan pangan berbasis SNI dan dilengkapi
dengan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
menghasilkan beras sesuai SNI.
4) Proses penguatan RMU dengan melengkapi sarana dan
prasarana yang diperlukan harus dibarengi dengan evaluasi
tentang fasilitasi yang telah diberikan sebelumnya. Evaluasi
juga dilakukan terhadap komitmen Poktan/gapoktan untuk
berkembang sebagai lembaga usaha yang dinamis dan ikut
serta dalam menciptakan pasar di masing-masing daerah.
Komitmen pemerintah pusat dan daerah sangat diperlukan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 42
untuk mendorong penciptaan pasar bagi poktan/gapoktan
(atau diistilahkan hadir di pasar secara riil) dengan
mengembangkan produk yang mengacu pada SNI (baik
kelas premium maupun medium).
5) Mengingat Pelabelan tanda SNI tidak hanya berdasarkan
pada pengujian produk akhir saja melainkan harus
membuktikan konsistensi pemenuhan kesesuaian terhadap
SNI dengan menerapkan sistem jaminan mutu yang
terdokumentasi maka diperlukan pengawalan dan
pendampingan terhadap RMU yang dijadikan pilot project
agar mampu menerapkan sistem jaminan mutu yang tepat.
6) RMU dijadikan sebagai basis informasi terkait stok beras
dan harga dan diharapkan membantu pemerintah dalam
memperoleh data stok dan harga serta sekaligus membantu
pemerintah untuk mengembangkan stok di BULOG dengan
tetap memperhatikan prinsip-prinsip mutualisme.
7) Pelaku usaha penggilingan padi harus mampu
mendefinisikan kualitas mutu beras yang akan dihasilkan
(premium atau medium) dan jumlah beras yang dapat
dihasilkan secara kontinyu.
8) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan, akan menindaklanjuti beberapa hasil kesepakatan
FGD sebagai berikut :
a) Melakukan koordinasi bersama instansi terkait dalam
rangka penyederhanaan aturan dan standar terkait
dengan sertifikasi jaminan mutu dan keamanan
pangan khususnya pada komoditas pangan.
b) Menyusun Road Map Penerapan Wajib SNI Beras di
tingkat penggilingan padi.
c) Menyusun pedoman/panduan teknis dalam rangka
penerapan SNI pada RMU Binaan Pemerintah.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 43
PELAKSANAAN KEGIATAN PELAPORAN
A. Laporan Mingguan, Bulanan, Tahunan, LAKIN
Pelaporan merupakan kegiatan penting yang dapat dijadikan tolak ukur dalam
menentukan perencanaan kegiatan di tahun berikutnya, keterlambatan
maupun kelalaian dalam pembuatan laporan akan menjadi evaluasi kinerja
dan pertimbangan dalam pengambilan suatu kebijakan. Dengan pelaporan
dapat diketahui pencapaian hasil, kemajuan serta kendala yang ditemukan
dalam pelaksanaan kegiatan.
Laporan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
terdiri dari :
1) Laporan Mingguan
Laporan mingguan disajikan secara rutin pada hari senin (Rapat
Pimpinan A atau B) selama periode tahun 2016, laporan mingguan
memuat infomasi mengenai Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
2) Laporan Bulanan
Laporan bulanan disajikan pada minggu ke-2 setiap bulan selama
periode tahun 2016, Laporan bulanan melaporkan perkembangan
pelaksanaan kegiatan berikut pemasalahan dan alternatif solusi untuk
kegiatan yang dilaksanakan pada setiap bulan selama periode tahun
2016
3) Laporan Tahunan
Laporan tahunan disajikan pada akhir pelaksanaan kegiatan dengan
memaparkan hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan kegiatan selama
tahun 2016, dengan adanya laporan tahunan diharapkan akan menjadi
evaluasi serta acuan dalam melakukan kegiatan di tahun berikutnya.
IIII
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 44
4) Laporan Kinerja (LAKIN).
LAKIN merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) dalam
melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2016. LAKIN juga
merupakan wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat
PPHTP menuju terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good
governance), wujud transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat,
sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit
organisasi dilingkungan Direktorat PPHTP, dan sebagai salah satu alat
untuk mendapatkan masukan dari stakeholders demi perbaikan kinerja
Direktorat PPHTP ditahun berikutnya.
B. Sistem Pengendalian Intern
Sistem Pengendalian Intern (SPI) diselenggarakan secara menyeluruh
terhadap proses perancangan dan pelaksanaan kebijakan, serta
perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan anggaran dilingkungan
pemerintahan. Kegiatan SPI telah dilaksanakan di beberapa provinsi
diantaranya Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Timur, dan Sulawesi Tenggara.
Tujuan dari SPI adalah tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan di lingkungan Kementerian, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Kegiatan SPI dilakukan melalui sosialisasi dan koordinasi ke provinsi dan
kabupaten terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan realisasi kegiatan, serta penyampaian
informasi terkait laporan kegiatan ke Direktorat PPHTP sesuai SOP. Pada
umumnya daerah masih perlu pemberian pengarahan maupun bimbingan
agar pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan SOP.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 45
Hasil Pembinaan SPI yang dapat disampaikan sebagai berikut:
1) Pembinaan SPI Kegiatan Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman
Pangan dilakukan mulai dari proses penetapan dan pengesahan SK
CPCL, melakukan verifikasi administrasi terkait CPCL, melakukan
sosialisasi dan koordinasi ke Kabupaten pelaksana bantuan sarana
pascapanen dan juga menyusun pelaksanaan dan penyampaian
laporan ke dit. PPHTP
2) Kegiatan pengendalian yang dilaksanakan sudah dikaitkan dengan
penilaian dan penanganan resiko akan tetapi belum sepenuhnya sesuai
SOP.
3) Penentuan CPCL penerima bantuan seringkali tidak berdasarkan aspek
teknis, tetapi aspek lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
sehingga menyebabkan bantuan tidak optimal pemanfaatannya.
4) Tidak dilaporkannya perkembangan pelaksanaan kegiatan penanganan
pascapanen dari Daerah ke Pusat menyebabkan banyak masalah yang
tidak diketahui Pusat.
5) Titik kritis pada kegiatan pemasaran hasil tanaman pangan yaitu belum
tersedianya data luas lahan, produksi, produktivitas, dan harga jual
sehingga belum mempunyai dasar untuk pengajuan kegiatan yang
prioritas terutama terkait ekspor.
6) Kendala utama yang dihadapi oleh petani padi ketan di Lumajang
menurut Ketua Poktan Margorejo II (Imam Husairi) adalah masalah
pengeringan, karena dengan penjemuran sinar matahari membutuhkan
waktu yang lama selama 7-10 hari mengingat curah hujan yang tinggi di
Lumajang.
7) Titik kritis pengadaan sarana pascapanen di Provinsi Sulawesi
Tenggara sebagai berikut:
a) Keterlambatan pengadaan sarana UPH seperti Disk Mill yang
harus melalui lelang sedangkan Tim ULP dari Badan Layanan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 46
Pengadaan Daerah SDMnya terbatas sehingga waktu tunggu
untuk proses pengadaan mencapai satu bulan.
b) Respon dari penyedia barang terhadap kerusakan alat perlu
ditingkatkan (perlu peningkatan layanan purna jual).
8) Titik kritis pelaksanaan penyelesaian bangunan Vertical Dryer jagung di
Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2016 merupakan
penyelesaian bangunan yang tidak terealisasi di tahun 2015. Realisasi
bangunan sudah 100% di Sumba Barat Daya. Kabupaten TTU, TTS,
dan Sumba Timur realisasi bangunan masih 90% dan telah selesai
pemasangan kecuali di Nagekeo, pemasangan menunggu teknisi dari
PT Rutan.
C. Rapat Evaluasi Kegiatan Tahun 2016 dan Persiapan Pelaksanaan
Kegiatan Tahun 2017 Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan.
Dalam rangka mengevaluasi capaian kinerja fisik dan anggaran 2016 dan
persiapan pelaksanaan kegiatan 2017,Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan, menyelenggarakan Rapat Evaluasi Kegiatan
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan pada tanggal 15-16
November 2016 di Ruang Rapat P2BN, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan Kementerian Pertanian.
Pertemuan dibuka oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan dan mendapat pengarahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
Peserta pertemuan pejabat yang menangani kegiatan pascapanen,
pengolahan, pemasaran dan standardisasi mutu hasil tanaman pangandari
pusat dan dari 29 Provinsi, perwakilan dari Direktorat Serealia. Narasumber
oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Direktur Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Direktur Serealia, Kepala Balai Besar
Benih Sukamandi.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 47
Pokok pokok hasil pertemuan sebagai berikut :
1) Realisasi anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan sebesar Rp. 1.703.500.966.983,- atau 87,99% dari
pagu anggaran Rp.1.936.046.759.,- meliputi : 1) Pusat 36,48% , 2)
Dekonsentrasi 48,94, 3) Tugas Pembantuan 91,62%. (Posisi s/d tanggal
14 November 2016).
2) Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan kegiatan antara lain
penetapan CPCL tidak dilakukan dengan baik, beberapa sarana
terlambat tayang di LKPP, adanya revisi APBN pada tahun berjalan
(revisi penghematan jilid I dan II), penyaluran bantuan sering terlambat,
poktan penerima tidak memahami cara penggunaan sarana, dan
keterbatasan kapasitas dan jumlah SDM pada pelaksana program dan
kegiatan terutama di kabupaten/kota sertasarana tidak dimanfaatkan
pada tahun berjalan karena lewat musim panen.
3) Untuk kegiatan bantuan sarana pascapanen dan pengolahan tanaman
pangan tahun 2016 perlu ditindaklanjuti antara lain :
a) Alsintan Pascapanen harus dimanfaatkan sepanjang tahun dan
Evaluasi bantuan mengacu kepada kinerja alsin minimal serta
fasilitasi yang diberikan mendukung program tanam/panen
serentak dan dikelola melalui Sistem Brigade sampai tingkat
kecamatan
b) Bantuan yang tidak dimanfaatkan oleh poktan/gapoktan dalam
satu tahun, Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten segera melakukan
realokasi atau mengupayakan kemitraan dengan memperhatikan
potensi dan kemampuan calon poktan/gapoktan penerima serta
melaporkan ke pusat.
c) Seluruh bantuan sarana pascapanen diinventarisir (nama poktan,
nama ketua, nomor HP, alamat) dan dievaluasi pemanfaatannya.
Dinas Provinsi/ Kabupaten/Kota segera menghubungi penyedia
barang untuk melakukan pelatihan dan apabila terjadi perubahan
CPCL penerima bantuan, agar segera di laporkan ke Pusat.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 48
d) Dinas Provinsi dan Kabupaten agar membentuk Brigade Alsintan
dan menyiapkan dukungan pengelolaan sarana (gudang,
kendaraan untuk memobilisasi alat, biaya pengelolaan alsin).
Dalam pembentukan Brigade Alsintan ditetapkan oleh SK Bupati
(untuk Brigade Kabupaten) dan SK Gubernur (Brigade Provinsi)
dan perlu disusun Pakta Integritas untuk pengguna alsintan pada
Brigade sehingga ada tanggung jawab dari pengguna/penerima
bantuan.
e) Untuk memudahkan pengelolaan alsintan, Dinas Pertanian
Kabupaten/ Kota/Provinsi didorong untuk membentuk UPTD
Alsintan/mekanisasi yang berfungsi sebagai koordinator
pendayagunaan alsintan.
f) Provinsi yang mengalami tunda bayar kegiatan 2016 ke tahun
2017 agar melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1)
melakukan addendum kontrak antara KPA/PPK dengan pihak
penyedia barang dan disampaikan ke KPPN setempat, 2)
memastikan penyediaan anggaran pada DIPA RKA-K/L 2017
sebesar kegiatan yang ditunda bayar, 3) berkoordinasi secara
terus menerus dengan satker mandiri di masing-masing provinsi,
KPPN, dan pusat, 4) mempersiapkan dan menyelesaikan dokumen
pelaksanaan kegiatan dan tagihan pada akhir tahun 2016.
g) Bagi provinsi yang masih dalam proses SP2D, agar segera
dilaksanakan realisasi SP2D paling lama bulan November 2016
dan segera siapkan dokumen untuk pembayaran di tahun 2017
untuk kegiatan tunda bayar
h) Optimalisasi pemanfaatan dan pengelolaan bantuan sarana
pascapanen dan pengolahan di daerah perlu dilakukan dengan
memperhatikan titik kritis penyaluran dan pemanfaatan sehingga
perlu dukungan provinsi/kabupaten berupa pendampingan
bimbingan teknis, penguatan manajemen, komunikasi dengan
sektor hilir untuk meningkatkan jaminan pembelian hasil produk
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 49
pascapanen serta pelaporan pemanfaatan bantuan sehingga
dampak bantuan dan kontribusi bantuan sarana yang diberikan
terhadap susut panen dapat evaluasi.
4) Peserta memberikan komitmen untuk data/dokumen yang belum
lengkapakan disampaikan ke Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan paling lama Minggu l Bulan Desember 2016.
5) Untuk persiapan pelaksanaan kegiatan tahun 2017 perlu diperhatikan :
a) Segera dilakukan penetapan CP/CL pada bulan November -
Desember 2016 dengan tetap memperhatikan wilayah sentra
tanaman pangan, luas tanam, topografi lahan, tingkat ketersediaan
dan kebutuhan, kesiapan prasarana pendukung di kabupaten dll.
b) Kontrak tahap I minimal 50% pada Bulan Januari 2017
c) Penyedia barang wajib mengambil Uang Muka 20%
d) Inventarisasi data bantuan per jenis alsintan dan catat kinerja
alsintan
e) Segera lakukan pelimpahan asset, apabila Brigade alsintan di
Kabupaten, pelimpahan asset dari Provinsi ke Kabupaten, dan
apabila brigade alsintan di Provinsi, maka pelimpahan asset
dilakukan dari Pusat ke Provinsi.
f) Penentuan CPCL untuk fasilitasi sertifikasi sistem pertanian
organik harus memenuhi persyaratan sudah melakukan budidaya
organic dan berbentuk kelompok/gapoktan sedangkan penentuan
CPCL untuk sertifikasi SNI Beras harus memenuhi persyaratan
memiliki sarana penggilinan padi yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Good Manufacturing Practices (GMP); Sudah menghasilkan
beras dalam kemasan eceran; berbentuk kelompok/gapoktan.
g) Mendorong Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) agar
penyampaikan informasi harga, stok, analisa usaha, supplly
demand dilakukan secara rutin sesuai petunjuk teknis dan
mengupayakan penyediaan dana tambahan dari sumber APBD
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 50
untuk mendukung kinerja petugas PIP yang tidak mendapatkan
anggaran APBN.
6) Sejalan dengan peningkatan produksi padi harus didorong serapan
gabah beras untuk kecukupan stok Bulog agar cadangan beras untuk
operasi pasar, bencana alam, beras rastra terpenuhi sehingga tidak
diperlukan impor.
7) Hasil pertemuan ini agar ditindaklanjuti dalam rangka mendorong
percepatan pelaksanaan kegiatan dan anggaran 2016 dan menjadi
bahan masukan dalam perencanaan dan pelaksanaan pada tahun 2017
D. Rapat Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
Rapat Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan dilaksanakan pada tanggal 20-22 Juni
2016 di Jakarta, diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Rapat Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman PanganSebagai tindak lanjut dari arahan
Presiden Joko Widodo terkait percepatan penyerapan anggaran
b. Rapat diselenggarakan oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) dalam rangka sinkronisasi dan proses
penyelesaian serapan anggaran tahun 2016,
c. Rapat dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dr. Ir. Hasil
Sembiring, M.Sc dan dihadiri oleh perwakilan Dinas Pertanian Provinsi
se-Indonesia. Narasumber antara lain Staf Ahli Menteri Pertanian,
Inspektur II, Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan, Sekretaris
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktur PPHTP.
d. Dalam rapat tersebut Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan meminta komitmen penyerapan anggaran yang
ditandatangani oleh perwakilan Dinas Pertanian yang hadir.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 51
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGELOLAAN SARANA PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL TAN.PANGAN
Salah satu Kebijakan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan adalah mengamankan produksi melalui penurunan susut hasil,
peningkatan mutu hasil dan peningkatan nilai tambah. Penggunaan sarana
pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan memiliki peranan penting dan
strategis dalam mendukung peningkatan produktivitas, efisiensi kerja, kualitas, nilai
tambah dan daya saing. Selain itu penggunaan sarana pascapanen dapat
mengatasi masalah kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian yang banyak
terjadi di daerah.
Fasilitasi Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan APBN
tahun 2016 berupa Combine Harvester Kecil ; Combine Harvester Sedang ;
Combine Harvester Besar ; Vertical Dryer Padi Kapasitas 30 ton/proses dan
Kapasitas 3,5 - 6 ton/proses ; Power Thresher ; Fasilitasi RMU + Bangunan ;
Polisher ; Destoner/pemisah batu, Corn Combine Harvester ; Corn Sheller ;
Vertical Dryer Jagung Kapasitas 3,5 - 6 ton/proses ; Power Thresher Multiguna ;
Sarana Pengangkut Hasil Pertanian Roda 3
Jenis sarana pascapanen diharapkan minimal memiliki laporan uji/Test Report atau
Sertifikat Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT-SNI) yang
masih berlaku dari lembaga pengujian alsintan yang sudah terakreditasi,
sedangkan untuk Unit Pengolahan Hasil (UPH) jagung/kedelai tidak dipersyaratkan
memiliki test report atau SNI.
Sarana Pascapanen Tanaman Pangan diharapkan dapat membantu Kelompok
tani/Gapoktan/UPJA/Masyarakat agar tahapan pascapanen dan pengolahan hasil
tanaman pangan menjadi efisien, menurunkan susut hasil, dan memberikan nilai
tambah bagi kesejahteraan seluruh anggota. Sumber pembiayaan untuk
pengadaan dan penyaluran sarana adalah dari APBN pada DIPA Tugas
Pembantuan Provinsi di masing-masing Satker Dinas Pertanian Provinsi.
Bantuan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan tahun 2016
yang telah dialokasikan melalui dana APBN dengan rincian sebagai berikut :
IV
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 52
1) Bantuan Sarana Pascapanen Padi tahun 2016 terdiri dari :
Pengadaan Pusat
a. Combine Harvester Kecil pengadaan pusat sebanyak 564 unit direvisi
menjadi :
(1) Combine Harvester Kecil sebanyak 355 unit,
(2) Combine Harvester Besar sebanyak 43 unit, dan
(3) Power Thresher sebanyak 166 unit.
b. Sarana pascapanen jagung (Corn Combine Harvester) sebanyak 82 unit
(tidak dilaksanakan)
Pengadaan TP Provinsi
a. Combine Harvester Kecil semula sebanyak 4.016 unit yang direvisi
menjadi 5.928 unit, dan pada DIPA revisi 4 menjadi 5.931 unit.
b. Combine Harvester Sedang sebanyak 2.872 unit menjadi 2.884 unit
c. Combine Harvester Besar sebanyak 340 unit menjadi 403 unit dan pada
DIPA revisi 4 menjadi 385 unit
d. Power Thresher semula sebanyak 1.000 unit menjadi 3.042 unit dan
pada DIPA revisi 4 menjadi 2.932 unit
e. Vertical Dryer Padi Kap.30 Ton/proses+Bangunan sebanyak 2 unit
f. Vertical Dryer Padi Kap.3,5 - 6 Ton/proses+Bangunan sebanyak 3 unit
g. Sarana Pengering Padi (FBD) sebanyak 20 unit (penghematan)
h. Fasilitasi RMU sebanyak 115 unit (dibatalkan sesuai hasil RDP dengan
DPR tgl 15 Februari 2016) direvisi menjadi 23 unit untuk penyelesaian
tahun 2015
i. Polisher sebanyak 22 unit
j. Destoner sebanyak 2 unit (penghematan)
2) Bantuan Sarana Pascapanen Jagung tahun 2016 terdiri dari:
a. Corn Sheller sebanyak 6.240 unit menjadi 6.526 unit, dan pada DIPA
Revisi 4 direvisi menjadi 6.276 unit.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 53
b. Vertical Dryer Jagung kapasitas 3,5 – 6 ton+bangunan sebanyak 5 unit
menjadi 15 unit
c. Corn Combine Harvester sebanyak 180 unit menjadi 177 unit.
d. Gudang/Lantai Jemur Jagung sebanyak 1 paket (dibatalkan sesuai hasil
RDP dengan DPR tgl 15 Februari 2016)
3) Bantuan Sarana Pascapanen Kedelai Power Thresher Multiguna sebanyak
6.500 unit.
4) Sarana Angkut Roda 3 sebanyak 700 unit menjadi 719 unit, dan pada DIPA
Revisi 4 direvisi menjadi 737 unit.
5) Sarana pengolahan berupa Unit Pengolahan Hasil (UPH) Jagung sebanyak
60 unit pada DIPA Revisi 4 direvisi menjadi 49 unit ; dan Unit Pengolahan
Hasil (UPH) Kedelai sebanyak 30 unit direvisi menjadi 29 unit
Jenis Kegiatan, Volume dan Anggaran Bantuan Sarana Pascapanen dan
Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016, selengkapnya disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 7 : Fasilitasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2016
Unit Rp Unit Rp Unit Rp Unit Rp Unit Rp
8,014 818,686,000,000 22,652 1,762,817,266,000 26,693 2,051,579,673,000 27,002 1,859,061,651,000 26,990 1,857,258,601,000
1 7,924 805,186,000,000 22,562 1,749,317,266,000 26,603 2,038,079,673,000 26,912 1,845,675,798,000 26,912 1,845,672,498,000
A Pusat 64 8,320,000,000 564 73,320,000,000 564 73,320,000,000 646 87,446,800,000 646 87,443,500,000
Combine Harvester Kecil 64 8,320,000,000 564 73,320,000,000 564 73,320,000,000 355 355 42,138,500,000
Combine Harvester Besar 43 43 21,070,000,000
Power Thresher 166 166 3,735,000,000
Sarana Pascapanen Jagung 82 82 20,500,000,000
B Daerah (Sarana Pascapanen + Pengolahan) 7,860 796,866,000,000 21,998 1,675,997,266,000 26,039 1,964,759,673,000 26,266 1,758,228,998,000 26,266 1,758,228,998,000
1 Combine Harvester Kecil 2,300 299,000,000,000 4,016 501,592,000,000 6,224 784,589,000,000 5,928 691,268,084,000 5,928 691,268,084,000
2 Combine Harvester Sedang 1,500 255,000,000,000 2,872 479,510,000,000 2,872 479,510,000,000 2,884 428,054,202,000 2,884 428,054,202,000
3 Combine Harvester Besar 200 97,000,000,000 340 153,000,000,000 340 153,000,000,000 403 153,174,361,000 403 153,174,361,000
4 Power Thresher 950 19,000,000,000 1,000 22,275,000,000 2,916 65,890,000,000 3,042 58,791,021,000 3,042 58,791,021,000
5 Vertical Dryer Padi + Bangunan (Kap 30 ton) 2 5,498,000,000 2 5,800,000,000 2 5,800,000,000 2 5,799,900,000 2 5,799,900,000
6 Vertical Dryer Padi + Bangunan (kap 3,6 -6 ton) 3 2,382,000,000 3 2,310,000,000 9 3,810,000,000 9 3,680,985,000 3 2,180,985,000
7 Pengering Padi 20 1,100,000,000 20 1,100,000,000
8 RMU 100 37,400,000,000 115 42,250,000,000 23 3,265,803,000 23 3,372,803,000 23 3,372,803,000
9 Polisher 22 990,000,000 22 990,000,000 22 866,140,000 22 866,140,000
10 Destoner 2 600,000,000 2 600,000,000 2 600,000,000 2 600,000,000 2 600,000,000
11 Gudang/Lantai Jemur 1 1,365,396,000 - - - - -
12 Corn Combine Harvester 2 700,000,000 180 62,200,000,000 180 62,200,000,000 177 59,116,881,000 177 59,116,881,000
13 Corn Sheller 2,000 56,000,000,000 6,240 181,580,000,000 6,240 181,580,000,000 6,526 166,271,521,000 6,526 166,271,521,000
14 Vertical Dryer Jagung + Bangunan Kap (3,5 - 6) 1 814,000,000 5 3,136,870,000 9 4,136,870,000 9 4,073,863,000 15 5,573,863,000
15 Power Thresher Multiguna 300 8,472,000,000 6,500 187,188,000,000 6,500 187,188,000,000 6,500 155,435,858,000 6,500 155,435,858,000
15 Sarana angkut 500 15,000,000,000 700 32,200,000,000 700 32,200,000,000 719 26,623,379,000 719 26,623,379,000
2 90 13,500,000,000 90 13,500,000,000 90 13,500,000,000 90 13,385,853,000 78 11,586,103,000
1 UPH Jagung 60 9,000,000,000 60 9,000,000,000 60 9,000,000,000 60 8,921,268,000 49 7,271,518,000
2 UPH Kedelai 30 4,500,000,000 30 4,500,000,000 30 4,500,000,000 30 4,464,585,000 29 4,314,585,000
Sarana Pengolahan
Sarana Pascapanen + Pengolahan
Sarana Pascapanen (Pusat + TP Provinsi)
Target APBNP I Target APBNP IITarget Revisi 1No Jenis Kegiatan Pengadaan
Target Awal Target Revisi 2
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 54
A. Kriteria Calon Penerima Fasilitasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
meliputi :
1) Kriteria Lokasi
Kriteria lokasi mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
a) Memenuhi persyaratan teknis untuk operasional sarana
pascapanen atau pengolahan hasil disesuaikan kondisi spesifikasi
lokasi.
b) Memperhatikan ketersediaan dan kebutuhan sarana sejenis di
wilayah tersebut dengan prioritas tingkat kejenuhan sarana
pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan yang masih
rendah.
c) Mendukung upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan
kedelai dalam rangka pencapaian swasembada berkelanjutan
padi, serta swasembada jagung dan kedelai.
d) Lokasi dryer padi sebaiknya lebih diprioritaskan pada lokasi yang
terintegrasi dengan unit penggilingan padiyang sudah ada dan
masih aktif, sedangkan untuk dryer jagung dengan unit processing
jagung;
e) Khusus sarana pengangkut hasil pertanian roda-3 untuk
mendukung kegiatan Seribu Desa Mandiri Benih.
2) Kriteria Penerima
Penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan
adalah Kelompok tani/Gapoktan/UPJA/Masyarakat dan Pemerintah
Daerah dengan persyaratan sebagai berikut:
a) Kelompok tani/Gapoktan/UPJA/Masyarakat Lainnya.
(1) Kelompoktani/Gapoktan/UPJA/Masyarakat yang me-miliki
keabsahan (pengukuhan) dari instansi yang berwenang dan
direkomendasikan oleh Dinas Pertanian.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 55
(2) Bersedia, mau dan mampu mengoptimalkan bantuan,
bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat
bantuan sarana pascapanen atau pengolahan hasil tanaman
pangan yang diterimanya dengan baik.
(3) Bersedia memanfaatkan dan mengelola sarana pascapanen
atau pengolahan hasil tanaman pangan untuk mendukung
upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai,
serta peningkatan nilai tambah.
(4) Penerima bantuan sarana pascapanen pada tahun 2015tidak
boleh menerima kembali bantuan yang sama pada tahun
2016.
(5) Khusus penerima bantuan sarana pengering/dryerdan RMU
harus menyediakan lahan sebagai tempat bangunan yang
dikukuhkan dengan surat pernyataan hibah atau hak guna
pakai.
b) Pemerintah Daerah
(1) Bersedia mengelola bantuan sarana dalam bentuk Brigade
yang memiliki keabsahan (pengukuhan) dari instansi yang
berwenang.
(2) Bersedia menyediakan gudang penyimpanan sarana.
(3) Bersedia memobilisasi sarana.
(4) Bersedia mengalokasikan dana APBD untuk biaya
pemeliharaan sarana.
3) Mekanisme Penetapan Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL)
a) Calon penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil
tanaman pangan mengajukan usulan/proposal kepada Kepala
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Selanjutnya Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten/Kotamenyampaikan usulan CPCL kepada
Dinas Pertanian Provinsi.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 56
b) Usulan CPCL tersebut diseleksi oleh tim verifikasi yang ditunjuk
oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi selaku Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) atau pimpinan unit kerja yang mengelola kegiatan
sarana tersebut selaku KPA.
c) Tim verifikasi melakukan seleksi CPCL berupa seleksi administrasi
dan seleksi aspek teknis.
d) Usulan CPCL selanjutnya ditetapkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Provinsi dan disahkan oleh Kepala Dinas
Pertanian Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). SK
penetapan CPCL tersebut disampaikan kepada Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, C.q Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan.
e) Hasil CPCL yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Provinsi
tersebut merupakan dasar penyaluran bantuan sarana kepada
penerima bantuan.
f) Pengadaan sarana pascapanen atau pengolahan hasil
menggunakan sistem e-purchasing ataue-catalog. Sedangkan
untuk pengadaan sarana pascapanen atau pengolahan hasil
tanaman pangan yang belum tercantum dalam e-purchasing atau
e-catalog, bangunandryer danbangunan RMU dilakukan dengan
metode pelelangan atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g) Spesifikasi teknis sarana pascapanen atau pengolahanhasil
tanaman pangan secara rinci/detail ditentukan oleh masing-masing
Provinsi sesuai spesifik lokasi atau kebutuhan daerah, dan tetap
memperhatikan aspek kualitas saranadalam rangka meningkatkan
kinerja sarana dan kualitas hasil.
4) Distribusi Sarana
a) Bantuan sarana didistribusikan sampai ke titik bagi sesuai
kesepakatan dalam dokumen kontrak antara Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dengan Penyedia Barang/Sarana.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 57
b) Penyaluran bantuan tersebut harus dinyatakan dalam Berita Acara
Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAP-STHP) dari
penyedia kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau
pejabat yang mewakili Kepala Dinas Pertanian. Format BAP-STHP
tersebut sebagaimana tercantum pada Lampiran 2.
c) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota menerbitkan Surat Pernyataan
bersedia menerima bantuan sarana yang ditandatangani oleh
Kepala Dinas atas nama Pemerintah Daerah dengan format
sebagaimana Lampiran 3.
d) Surat BAP-STHP dan Surat Pernyataan sebagaimana tersebut
pada butir 3)dan butir4)digunakan sebagai dasar pembayaran
kepada pihak penyedia.
e) Penyerahan bantuan sarana kepada Kelompok tani/
Gapoktan/UPJA/Masyarakat dengan Berita Acara Serah terima
menjadi tanggung jawab Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Berita Acara tersebut disampaikan kepada Dinas Pertanian
Provinsi dan tembusan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Cq. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan, segera setelah penyerahan sarana.
f) Penyerahan bantuan sarana tersebut agar dilengkapi dokumentasi
foto saat penyerahan sarana, baik dari Penyedia kepada Dinas
Pertanian Provinsi/Kabupaten serta Dinas Kepada Kelompok
tani/Gapoktan/UPJA/ Masyarakat.
g) Sarana yang didistribusikan harus dalam keadaan baik, baru,
terakit sempurna, lengkap dan dilakukan uji coba (running test).
h) Apabila dalam pelaksanaannya terdapat sarana yang tidak
dimanfaatkan oleh penerima bantuan, maka Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dapat merelokasi sarana tersebut ke kelompok
lainnya di wilayah kecamatan yang sama/antar kecamatan. Apabila
diperlukan relokasi antar Kabupaten/Kota, maka menjadi
kewenangan Kepala Dinas Pertanian Provinsi.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 58
i) Sarana pengering (vertical dryer) atau penggilingan padi (rice
milling unit/RMU), sebelum didistribusikan terlebih dahulu
disiapkan bangunan dryeratau RMUsesuai dengan anggaran yang
tersedia.
j) Ukuran bangunandryeratau RMUdisesuaikan dengan dimensi
sarana dryer atau RMU dan kelengkapannya;
k) Untuk sarana dryer atau RMU, pihak penyedia barang diharuskan
untuk melakukan pemasangan instalasi dan merakit komponen
dryer atau RMUhingga siap dioperasikan;
l) Penyedia barang menjamin bahwa barang tersebut memenuhi
persyaratan teknis, baik kuantitas maupun kualitasnya dan
memperhatikan jaminan layanan purna jual dan suku cadang;
m) Penyedia barang diharuskan melaksanakan pelatihan operasional
sarana pascapanen, agar operator dapat memahami penggunaan
dan pemeliharaan sarana tersebut;
n) Setiap sarana bantuan diberi tanda dengan grafir/plat nama (name
plate) terbuat dari plat yang pemasangannya dirivet secara rapi,
sehingga tidak mudah untuk dihilangkan dan ditempatkan dibagian
sarana yang mudah terlihat. Plat nama mencantumkan sumber
pendanaan kegiatan dantahun pengadaan. Selain itu perlu juga
dicantumkan kontak person produsen(nama dan nomor
telepon)yang mudah dihubungi bila terjadi kerusakan. Tata letak
name plate dan kontak person penyedia barangditentukan oleh
penyedia barang.
5) Penatausahaan Aset Bantuan
Mekanisme penatausahaan aset dari bantuan Pemerintah yang
diserahkan kepada masyarakat (MAK 526) mengacu pada Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 248/PMK.07/2010 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008
tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 59
Pembantuan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007
Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang-Barang Milik Negara.
B. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen dan
Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016.
Realisasi pelaksanaan kegiataan pengadaan Sarana Pascapanen dan
Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016, sebagai berikut :
1. Realisasi Fisik
Realisasi Fisik Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen
dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 sebanyak 26.529
unit (100% dari target 26.529 unit setelah pemblokiran atau 98,29 dari
target awal 26.990 unit), meliputi :
a. Sarana Pascapanen sebanyak 26.451 unit (100% dari target
setelah pemblokiran atau 98,29% dari target awal 26.912 unit)
b. Sarana Pengolahan sebanyak 78 unit (100 % dari target setelah
pemblokiran atau 86,67 % dari target awal 90 unit)
2. Realisasi Keuangan
Realisasi keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016
sebesar Rp 1.689.256.923.925,- (90,95% dari Pagu
Rp.1.857.258.601.000,- atau 94,64% dari kontrak
Rp. 1.784.942.473.835,-), meliputi :
a. Sarana Pascapanen sebesar Rp.1.679.421.850.720,- (90,99% dari
Pagu Rp. 1.845.672.498.000,- atau 94,68% dari kontrak
Rp. 1.773.880.479.810,-)
b. Sarana Pengolahan sebesar Rp.9.835.073.205 (84,89% dari Pagu
Rp.11.586.103.000,- atau 88,91% dari kontrak
Rp. 11.061.994.025,- )
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 60
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen dan
Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016. Selengkapnya disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 8 : Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun
2016.
Rp % Unit % Unit % Rp % thd
pagu
% Thd
Kontrak
26,990 1,857,258,601,000 1,784,942,473,835 96.11 26,529 98.29 26,529 100.00 1,689,256,923,925 90.95 94.64
I Pusat 646 87,443,500,000 63,235,770,000 97.94 564 87.31 564 100.00 35,960,615,000 85.34 56.87
Combine Harvester Kecil 355 42,138,500,000 41,272,290,000 97.94 355 100.00 355 100.00 35,960,615,000 85.34 87.13
Combine Harvester Besar 43 21,070,000,000 19,190,820,000 91.08 43 100.00 43 100.00
Power Thresher 166 3,735,000,000 2,772,660,000 74.23 166 100.00 166 100.00
Sarana Pascapanen 82 20,500,000,000
II Daerah (Sarana Pascapanen + Pengolahan) 26,344 1,769,815,101,000 1,721,706,703,835 97.28 25,965 98.56 25,965 100.00 1,653,296,308,925 93.42 96.03
26,266 1,758,228,998,000 1,710,644,709,810 97.29 25,887 98.56 25,887 100.00 1,643,461,235,720 93.47 96.07
1 Combine Harvester Kecil 5,928 691,268,084,000 676,082,300,428 97.80 5,931 100.05 5,931 100.00 623,265,092,358 90.16 92.19
2 Combine Harvester Sedang 2,884 428,054,202,000 424,775,918,578 99.23 2,884 100.00 2,884 100.00 411,335,562,158 96.09 96.84
3 Combine Harvester Besar 403 153,174,361,000 142,734,013,706 93.18 385 95.53 385 100.00 142,734,013,706 93.18 100.00
4 Power Thresher 3,042 58,791,021,000 53,851,821,811 91.60 2,932 96.38 2,932 100.00 53,196,517,811 90.48 98.78
5 Vertical Dryer Padi + Bangunan (Kap 30 ton) 2 5,799,900,000 5,394,199,000 93.01 2 100.00 2 100.00 5,394,199,000 93.01 100.00
6 Vertical Dryer Padi + Bangunan (kap 3,6 -6 ton) 3 2,180,985,000 2,180,985,000 100.00 3 100.00 3 100.00 2,180,985,000 100.00 100.00
Pengering Padi 20 1,100,000,000
7 RMU 23 3,372,803,000 2,935,800,622 87.04 23 100.00 23 100.00 2,935,800,622 87.04 100.00
8 Polisher 22 866,140,000 866,131,140 100.00 22 100.00 22 100.00 866,131,140 100.00 100.00
9 Destoner 2 600,000,000
10 Corn Combine Harvester 177 59,116,881,000 59,375,020,000 100.44 177 100.00 177 100.00 59,375,020,000 100.44 100.00
11 Corn Sheller 6,526 166,271,521,000 158,333,866,963 95.23 6,276 96.17 6,276 100.00 158,063,260,963 95.06 99.83
12 Vertical Dryer Jagung + Bangunan Kap (3,5 - 6) 15 5,573,863,000 5,253,986,409 94.26 15 100.00 15 100.00 5,253,986,409 94.26 100.00
13 Power Thresher Multiguna 6,500 155,435,858,000 153,682,894,913 98.87 6,500 100.00 6,500 100.00 153,682,895,313 98.87 100.00
15 Sarana angkut 719 26,623,379,000 25,177,771,240 94.57 737 102.50 737 100.00 25,177,771,240 94.57 100.00
Sarana Pengolahan 78 11,586,103,000 11,061,994,025 95.48 78 100.00 78 100.00 9,835,073,205 84.89 88.91
1 UPH Jagung 49 7,271,518,000 6,906,606,615 94.98 49 100.00 49 100.00 5,973,698,095 82.15 86.49
2 UPH Kedelai 29 4,314,585,000 4,155,387,410 96.31 29 100.00 29 100.00 3,861,375,110 89.50 92.92
RealisasiKontrakBASTB
Penyaluran
Nilai (Rp)
SP2D
Penghematan
Jenis Kegiatan PengadaanVolume
(unit)
Sarana Pascapanen + Pengolahan
Sarana Pascapanen
Tunda bayar
Penghematan
Penghematan
Realisasi fisik dan keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Pusat dan Provinsi
Tahun 2016, selengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran 4 - 5
Realisasi fisik kegiatan di daerah sudah terlaksana (sudah BASTB), namun
proses pencairan dana tidak dapat lanjutkan di beberapa provinsi karena
adanya penghematan, sehingga akan dialokasikan kembali pada tahun 2017
melalui mekanisme tunggakan.
Provinsi yang mengalami tunggakan pembayaran telah dilakukan verifikasi
oleh BPKP (anggaran kegiatan ˃ 2 Milyar) dan telah ada surat pernyataan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 61
dari KPA Provinsi (anggaran ˂ 200 juta). Provinsi yang mengalami
Tunggakan Pembayaran, selengkapnya disajikan pada tabel berikut :
Tabel 9 : Tunggakan Pembayaran Kegiatan Tahun 2016
No Provinsi Satker Penyedia Uraian KontrakVolume
(Unit)Tunda Bayar (Rp) Perkembangan
TOTAL TUNGGAKAN 1030 93,500,260,936
1. RIAU 19,552,200,000 Berita Acara Pemeriksaan
RIAU 099314 PT. RUTAN Pengadaan Combine Harvester Sedang 70 7,986,400,000
RIAU 099314 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Power Thresher 35 530,600,000
RIAU 099314 PT. OM HWAHAHA Pengadaan Combine Harvester Kecil 110 11,035,200,000
2. BENGKULU 988,182,300 Verifikasi Ulang
BENGKULU 269110PT. TANIKAYA MULTI
SARANA
PENGADAAN BARANG CORN SHELLER TK PJK-
2T, PERLENGKAPAN CORN SHELLER (TERPAL
UKURAN 6X6 M, MASKER DAN KACAMATA
UNTUK OPERATOR)
10 270,606,000
BENGKULU 269110PT. TANIKAYA MULTI
SARANA
PENGADAAN BARANG POWER THRESER TYPE
TK PT 1000, PERLENGKAPAN POWER THRESER
(TERPAL UKURAN 6X6 M)
5 124,704,000
BENGKULU 269110CV. TUJUH PUTRA
MANUNGGALPENGADAAN UPH JAGUNG 2 298,760,000
BENGKULU 269110 CV. SEGGAY GROUP PENGADAAN UPH KEDELAI 2 294,112,300
3. KALSEL 21,266,205,000 Sudah ada Laporan BPKP
KALSEL 159107 PT RUTAN Pengadaan Combine Harvester Kecil 340 21,266,205,000
4. KALTIM 18,611,221,516 Sudah ada Laporan BPKP
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 20 2,469,371,727 BASTB 100%
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMAPengadaan Combine Harvester Kecil,
Combine Harvester Sedang25 3,329,229,804
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 10 1,234,685,864
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMAPengadaan Combine Harvester Kecil,
Combine Harvester Sedang40 5,181,258,599
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 3 370,405,759
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 15 1,852,028,795
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 17 2,098,965,968
KALTIM 169112 PT. OM HWAHAHA Pengadaan Combine Harvester Kecil 17 2,075,275,000
5. NTT 5,729,350,120 Verifikasi Ulang
NTT 249158 PT. OM HWAHAHA Pengadaan Combine Harvester Kecil 50 5,114,000,000
NTT 249158 CV. KARYA SULUNGPengadaan Sarana Pengolahan Jagung di
Kabupaten Belu TA 20162 202,885,760
NTT 249158 CV KARYA PRATAMAPengadaan Sarana Pengolahan Jagung di
Kabupaten Lembata TA 20162 205,205,000
NTT 249158 CV DERISTANPengadaan Sarana Pengolahan jagung di
Kabupaten Nagekeo TA 20162 207,259,360
6. PUSAT 27,275,205,000 Laporan BPKP Belum diterima
PUSAT 238251 PT YANMAR Pengadaan CHB, CHK dan PT 253 27,275,205,000
7. DI YOGYAKARTA 049059 Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik 54,710,000 Laporan KPA Sudah diterima
8. SULTENG 189080 Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik 23,187,000 Laporan KPA Sudah diterima
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 62
PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PASCAPANEN
A. Sosialisasi dan Bimbingan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman
Pangan
1. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Bimbingan teknis merupakan kegiatan pembinaan yang dilakukan
secara sistematis oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan dan Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota kepada
petugas/petani/poktan/ gapoktan. Prosedur dan teknologi yang
digunakan dalam penanganan pascapanen cukup beragam karena
pengaruh internal (tanaman/komoditas) dan eksternal (manusia/
konsumen, teknologi, lingkungan). Melalui bimbingan teknis diharapkan
dapat meningkatkan kualitas SDM (petugas dinas pertanian,
petani/kelompoktani) yang menangani kegiatan pascapanen.
Bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan bertujuan
memberikan bimbingan secara sistematis kepada individu maupun
kelompok agar mengetahui, memahami, mau, dan mampu
mengimplementasikan serta memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi.
Bimbingan teknis merupakan sarana manajemen yang
berkesinambungan dalam mempengaruhi perilaku SDM yang
menangani kegiatan pascapanen. Bimbingan Teknis penanganan
pascapanen tanaman pangan dilaksanakan melalui surat, telepon,
email, diskusi, dan kunjungan lapang ke beberapa Provinsi/Kabupaten
hingga kunjungan ke poktan/gapoktan.
Hasil bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan yang
telah dilaksanakan sebagai berikut:
a. Hal-hal yang disampaikan petugas pada saat bimbingan teknis
1. Kebijakan Pascapanen:
V
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 63
a) Mengurangi susut hasil tanaman pangan untuk
menyelamatkan produksi;
b) Penanganan pascapanen yang baik dan benar melalui
penerapan Good Handling Practices (GHP);
c) Meningkatkan kapasitas kelembagaan bidang
pascapanen tanaman pangan dan SDM;
d) Fasilitasi dan optimalisasi pemanfaatan sarana
pascapanen tanaman pangan
2. Tujuan Pemberian Bantuan Sarana Pascapanen:
a) Mendorong penerapan mekanisasi pertanian
b) Meningkatkan efisiensi usahatani dan penanganan
pascapanen
c) Memberi kontribusi terhadap penurunan susut hasil dan
meningkatkan mutu hasil tanaman pangan.
b. Manajemen
1. Manajer/Ketua Poktan :
a) Memilih dan menunjuk operator alsintan,
b) Memilih dan menunjuk petugas administrasi
pengelolaan alsintan,
c) Membuat rencana kerja pelayanan jasa Alsintan di
wilayahnya maupun di wilayah lain yang terjangkau oleh
kelompok tani,
d) Berusaha mencari konsumen/pengguna jasa alsintan,
e) Mengendalikan dan mengawasi operator dalam
mengoperasikan alsintan,
f) Menetapkan biaya sewa/bagi hasil penggunaan
alsintan, biaya operasional, biaya pemeliharaan dan kas
kelompok;
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 64
2. Operator :
a) Mengoperasikan alsintan untuk melayani permintaan
petani,
b) Melakukan pemeliharaan, perawatan dan penyimpanan
alsintan untuk menghindarkan alat dari kerusakan dan
tindakan pencurian,
c) Melakukan pencatatan-pencatatan mengenai kegiatan
operasional alsintan seperti pemakaian bahan bakar,
luas areal yang dilayani, jumlah hasil perontokan, jam
kerja mesin, dan sebagainya,
d) Melaporkan hasil kerja operasional alsintan yang
menjadi tanggung jawabnya kepada manajer/ketua
poktan.
c. Permasalahan
Permasalahan dalam kegiatan bimbingan teknis penangananan
pascapanen tanaman pangan sebagai berikut :
1) Di beberapa daerah masih berlangsung budaya pascapanen
yang dilakukan secara tradisional sehingga menyebabkan
tingginya losses, seperti budaya ngeprik di Jawa Barat,
budaya ngasak di Jawa Tengah, dan budaya mepes di Nusa
Tenggara Barat. Budaya tersebut dengan sengaja
menyisakan gabah dimalai dengan cara tidak dirontok
seluruhnya yang nantinya akan dipungut oleh anggota
kelompok dibelakang regu pemanenan. Pada daerah seperti
ini umumnya alat panen maupun perontok masih sulit diterima
oleh buruh pemanen.
2) Kemampuan petani untuk mengakses teknologi alsintan masih
terbatas, sementara disisi lain tuntutan penggunaan alsintan
juga dibutuhkan di wilayah yang kekurangan tenaga kerja
pertanian ditingkat pedesaan.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 65
3) Kebiasaan petani dalam penanganan pascapanen masih
menggunakan teknologi sederhana (sabit, gebot, dan lantai
jemur), sehingga tingkat kehilangan hasil (losses) cukup tinggi
dan mutu hasil panen masih rendah.
4) Terbatasnya pengetahuan penyuluh/KCD tentang
penanganan pascapanen, karena selama ini penyuluh/KCD
lebih terfokus pada teknik budidaya.
d. Upaya Pemecahan masalah
1) Diperlukan adanya pendekatan terhadap petani maupun
masyarakat, baik melalui petugas penyuluh maupun dari dinas
pertanian setempat untuk memberikan pemahaman tentang
pentingnya penanganan pascapanen yang baik dan benar
agar produktivitas yang didapat tetap tinggi dan
menguntungkan petani. Mengikutsertakan petani/buruh
pemanendari poktan/ gapoktan pada saat demo alat/uji coba
bantuan alat pascapanen.
2) Memberikan bahan informasi perkembangan teknologi dan
sarana pascapanen oleh petugas Dinas Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota kepada petani/kelompoktani melalui
sosialiasi, bimbingan teknis, pameran, panen raya, demplot,
dan sebagainya, agar petani/poktan mengetahui dan
memahami penanganan pascapanen melalui mekanisasi.
3) Pemberian dukungan informasi dan bimbingan teknis yang
lebih intensif terkait penanganan pascapanen dari petugas
Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota kepada poktan/
gapoktan agar susut hasil dapat lebih ditekan dan mutu yang
dihasilkan bisa lebih baik.
4) Meningkatkan pengetahuan tentang penanganan pascapanen
dan pengenalan teknologi/inovasi dan sarana pascapanen
oleh petugas Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten/Kota
kepada penyuluh/KCD, petani/ kelompoktani. Mengikut-
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 66
sertakan penyuluh/KCD, petani/ operator/teknisi dari poktan/
gapoktan penerima bantuan jika terdapat pelaksanaan
pelatihan/apresiasi dalam rangka menambah pengetahuan
dan teknologi serta meningkatkan Sumber Daya Manusia.
2. Penguatan Pengelolaan Bantuan Sarana Pascapanen
Kegiatan Penguatan Pengelolaan Sarana Pascapanen Tanaman
Pangan dilaksanakan dengan melakukan pertemuan di Hotel Aston –
Pasteur Bandung pada tanggal 26 s/d 29 April 2016, dibuka oleh
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
Pertemuan terdiri atas pembekalan materi dan kunjungan lapang ke
Kabupaten Indramayu. Hasil pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Narasumber dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pertanian Serpong ; Bulog-Kadivre Jawa Barat ; Balai Pengkajian
dan Penerapan Teknologi Pertanian Yogyakarta ; Balai Besar
Pascapanen dan Institut Pertanian Bogor. Jumlah peserta
sebanyak 102 orang terdiri dari kelompok tani penerima bantuan
paket model padi (19 orang), jagung (8 orang) dan kedelai
(5 orang) serta pendamping petugas provinsi dan kabupaten
(40 orang) ; Kepala Bidang, Kepala Seksi dan staf yang
menangani kegiatan pascapanen dan tanaman pangan pada Dinas
Pertanian Provinsi Jawa Barat dan peserta pusat.
b. Penanganan pascapanen merupakan hal yang penting dilakukan
dalam rangka penyediaan pangan dan pasokan bahan baku untuk
industri yang berkualitas dan berperan penting dalam menurunkan
susut hasil, mempertahankan mutu hasil panen, meningkatkan nilai
tambah dan daya saing.
c. Dalam upaya mendorong penerapan penanganan pascapanen
yang baik dan benar pemerintah telah memfasilitasi bantuan
sarana pascapanen sejak tahun 2011 sampai sekarang dengan
jumlah bantuan yang sangat banyak. Bantuan tersebut harus
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 67
dikelola secara professional agar dapat bermanfaat dan
berkembang menjadi suatu usaha yang menguntungkan petani.
d. Gapoktan penerima bantuan sarana pascapanen diharapkan dapat
berkontribusi dalam meningkatkan produksi dan mengamankan
potensi susut hasil serta berpartisipasi dalam program pemerintah
melalui Toko Tani Indonesia (TTI) dan Serapan Gabah Petani
(Sergap) .
e. Program-program pemerintah harus disinergikan dengan BULOG,
karena pemerintah berkewajiban memberikan RASKIN kepada
masyarakat miskin. Untuk itu diminta kepada Gapoktan agar dapat
menjalin kerjasama dan bersinergi dengan BULOG dalam
penyediaan gabah/beras.
f. Untuk memperkuat pilar ketersediaan pangan diharapkan
10 % produksi/tahun dari petani dapat disalurkan kepada BULOG
sehingga dapat memenuhi kubutuhan stok beras nasional.
g. Gapoktan yang telah memiliki penggilingan padi dapat melakukan
kerjasama pengadaan beras/gabah dengan BULOG dengan
mencantumkan Surat Rekomendasi dari Dinas Pertanian.
h. Dalam upaya peningkatan pengelolaan sarana pascapanen
diperlukan komitmen Gapoktan penerima bantuan untuk mengelola
sarana pascapanen dan bertanggung jawab dalam memanfaatkan
serta merawat fasilitasi yang diterima dengan baik.
i. Pengelolaan sarana pascapanen harus didasarkan pada
“Manajemen Usaha” yang meliputi perencanaan, administrasi
pengorganisasian dan pengawasan, sehingga dapat memberikan
manfaat yang optimal bagi Gapoktan.
j. Dalam pengelolaan bantuan sarana pascapanen, gapoktan agar
berorientasi bisnis/keuntungan, memiliki pengelola/manejer dan
operator yang terampil serta ada variasi pola pengembangan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 68
kemitraan usaha dan pasar sehingga sarana yang diberikan
memiliki kinerja yang baik.
k. Kelompok tani/Gapoktan agar dapat merencanakan pemanfaatan
dana hasil usaha pelayanan jasa sarana dan menyisihkan
sebagian dana ke dalam kas kelompok untuk biaya perawatan dan
perbaikan serta menambah sarana pascapanen yang dibutuhkan.
l. Bantuan sarana yang diterima harus dilakukan pemeliharaan dan
perawatan mesin secara berkala, hal ini penting dilakukan untuk
menjaga dan menjamin mesin dalam kondisi baik, memperpanjang
umur ekonomi penggunaan mesin dan menjamin efektivitas kerja
mesin.
m. Pemanfaatan bantuan sarana pascapanen yang diterima petani
belum optimal, hal ini disebabkan keterampilan petani (operator
alsintan) dalam menggunakan alat mesin masih kurang. Untuk itu
diperlukan bimbingan teknis tentang perawatan dan cara
menggunakan alat mesin kepada kelompok penerima bantuan
serta bimbingan dan pembinaan yang intensif dari petugas
terhadap SDM pengelola.
n. Kunjungan Lapang ke Kelompok Tani Weringin di Desa Langgeng
Sari, Kecamatan Lelea kabupaten Indramayu. Kelompok tani
Weringin merupakan penerima bantuan Vertical dryer padi tahun
2015. Sarana tersebut telah dimanfaatkan sebanyak 20 kali dalam
1 x musim panen tahun 2016 sebanyak 120 ton gabah. Pada acara
kunjungan lapang dilakukan penjelasan dan praktek cara
pengoperasian dan pemeliharaan sarana pengering dryer, pemipil
jagung Corn Sheller dengan klobot dan Power Thresher padi.
Melalui kunjungan lapangan diharapkan peserta dapat
memperoleh pengalaman dan meningkatkan motivasi dalam
pengelolaan sarana pascapanen tanaman pangan.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 69
o. Hasil Evaluasi terhadap 19 Gapoktan penerima paket model padi,
8 gapoktan penerima paket model jagung dan 5 penerima paket
model kedelai sebagai berikut:
1) Pada umumnya sarana bantuan sudah dipergunakan oleh
gapoktan penerima, namun belum berjalan optimal. Salah
satu Gapoktan yang sudah berhasil yaitu Gapoktan Tani
Makmur Jaya di Kabupaten Lumajang, yang saat ini sudah
mampu mengelola gabah menjadi beras sebanyak 617.674
ton.
2) Beberapa gapoktan sudah bekerjasama dalam kegiatan
penyerapan/penjualan gabah dengan Bulog (Provinsi Jawa
Timur, Sumatera Selatan, dan Lampung); Menjadi Mitra BKP
melalui program Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat
memproduksi beras subsidi (Provinsi Lampung); bekerjasama
dengan penangkar benih padi dan kedelai (Provinsi NTB).
3) Permasalahan dalam operasionalisasi bantuan sarana :
(a) Terbatasnya pengetahuan operator, sehingga tidak
dapat mengoperasionalkan alsin dengan baik.
(b) Kapasitas manajemen petani dalam mengelola secara
bisnis masih terbatas.
(c) Petani tidak mempunyai modal untuk membeli gabah
petani.
(d) Terbatasnya bengkel dan suku cadang alsintan di
daerah
(e) Dryer kapasitas 3,5-4 ton dinilai kurang efektif dan
efisien dibanding pengeringan manual (biaya
operasional lebih tinggi).
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 70
3. Pengawalan Kegiatan Direktorat PPHTP
Pengawalan kegiatan Direktorat PPHTP dilakukan melalui beberapa
kegiatan seperti menghadiri rapat, panen, ataupun kegiatan lain dalam
rangka mendukung kegiatan tanaman pangan.
Kegiatan pengawalan dilakukan pada 8 provinsi yaitu: Jawa Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Banten,
Bangka Belitung, Jawa Timur, dan Aceh. Hasil pengawalan kegiatan
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan sebagai berikut :
a. Pengawalan kegiatan Direktorat PPHTP khususnya pada
pengadaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman
pangan dilakukan mulai dari penetapan CPCL, proses kontrak,
realisasi perkembangan pengadaan bantuan, pendistribusian
barang, proses BASTB, dan BAST untuk hibah barang.
b. Permasalahan yang ditemukan di lapangan pada saat pengawalan
antara lain:
1) Pengembangan pascapanen, pengolahan dan pemasaran
hasil tanaman pangandi Provinsi Kalimantan Utara terkendala
infrastruktur yang belum tersedia dengan baik seperti letak
geografis (sebagian besar wilayah kepulauan) antar
Kabupaten yang tersebar dengan jarak yang cukup jauh,
2) Keterlambatan proses pemesanan di Provinsi Banten dan
Provinsi Aceh terkendala beberapa hal, antara lain:
terlambatnya usulan calon penerima calon lokasi (CPCL) dari
Kabupaten , dan gangguan jaringan internet.
3) Pada umumnya sarana pascapanen yang sudah
didistribusikan belum dimanfaatkan karena belum memasuki
waktu panen.
c. Arahan Menteri Pertanian dalam kunjungan kerjanya di beberapa
Provinsi antara lain:
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 71
1) Target luas tambah tanam tidak bisa dikurangi targetnya.
Kabupaten yang dapat mencapai targetnya, akan diberikan
tambahan anggaran.
2) Agar KalImantan Barat mandiri pangan dan menjadi salah
satu sentra ekspor pangan ke Malaysia
B. Penyaluran Alsintan Pascapanen
1. Monitoring dan Evaluasi Bantuan Combine Harvester Kecil
Tahun 2016
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui dengan pasti
pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam
pelaksanaan program dan kegiatan penanganan pascapanen tanaman
pangan tahun 2016 serta perkembangan bantuan sarana pascapanen
(pusat) agar dapat dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana
program dan penyempurnaan kebijakan di tahun berikutnya. Monitoring
dan evaluasi dilaksanakan melalui surat, telephon, email, diskusi,
kunjungan lapang ke beberapa provinsi/kabupaten/ hingga kunjungan ke
gapoktan/poktan.
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi
dilaksanakan di 16 (enam belas) Provinsi yaitu : Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Banten, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Gorontalo.
Berkaitan dengan perubahan/revisi POK 6 terdapat perubahan jenis
sarana, semula Combine Harvester Kecil sejumlah 564 unit berubah
menjadi: 355 unit Combine Harvester Kecil, 43 unit Combine Harvester
Besar dan 166 unit Power Threser.
Kegiatan monev mencakup monev pelaksanaan pemberian bantuan
pemerintah berupa Combine Harvester Besar, Combine Harvester Kecil
dan Power Thresher padi untuk meningkatkan ketersediaan sarana
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 72
pascapanen padi dalam rangka mendukung percepatan panen yang
berkorelasi dengan percepatan tanam, guna membantu pencapaian
target swasembada padi berkelanjutan.
Sasaran kegiatan monev sebagai berikut :
a. Terlaksananya pengendalian, monitoring dan evaluasi sesuai
sasaran yang sudah ditetapkan.
b. Terlaksananya pengadaan dan penyaluran bantuan sarana
pascapanen padi sesuai ketentuan serta terpenuhinya
kriteria/syarat dan kewajiban penerima bantuan.
c. Termanfaatkannya sarana pascapanen padi secara optimal.
Hasil monitoring dan evaluasi sebagai berikut :
a. Bantuan combine harvester kecil untuk pengadaan pusat sebanyak
355 unit terdiri dari 5 tahap dan alat tersebut sebagian sudah di
distribusikan ke kelompok tani. Selain combine harvester kecil,
terdapat pula bantuan combine harvester besar sejumlah 43 unit
dan power threser padi sejumlah 166 unit. Alat tersebut sebagian
sudah di distribusikan ke kelompok tani. Pengadaan sarana
tersebut dibagi menjadi 4 tahap, tahap I sebanyak 64 unit Combine
Harvester Kecil dengan realisasi fisik 100%, tahap II Combine
Harvester Kecil sebanyak 101 unit dengan realisasi fisik 100%,
tahap III Combine Harvester Kecil sebanyak 84 unit dengan
realisasi fisik 100%, tahap IV Combine Harvester Kecil sebanyak
62 unit dengan realisasi fisik 100%, tahap V Combine Harvester
Kecil sebanyak 44 unit dengan realisasi fisik 100 %.
Combine Harvester Besar sebanyak 43 unit sudah realisasi fisik
100%, Power Threser 166 unit sudah terealisasi 100%.
b. Bantuan sarana yang sudah diterima petani sebagian telah
dimanfaatkan oleh petani dan sebagian belum dimanfaatkan
karena sudah lewat masa panen.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 73
c. Permasalahan yang ditemui dalam rangka monev sarana
pascapanen padi antara lain :
Tingkat Dinas Pertanian Kabupaten
1) Pengadaan bantuan sarana bersumber pada dana APBN
pusat, sehingga pejabat/petugas yang menangani sarana
pascapanen tanaman pangan kurang peduli untuk mengawal
proses pengadaan dan berakibat pada terhambatnya
realisasi pelaksanaan bantuan sarana pascapanen tanaman
pangan (penandatangan BASTB).
2) Adanya pergantian pejabat/petugas yang menangani bantuan
sarana pascapanen tanaman pangan ; pejabat/petugas yang
baru kurang peduli untuk mengawal proses pengadaan,
sehingga realisasi pelaksanaan bantuan sarana pascapanen
tanaman pangan menjadi terhambat
Tingkat Poktan/Gapoktan :
1) Kemampuan petani untuk mengakses teknologi sarana
pascapanen masih terbatas, terutama teknologi baru seperti
combine harvester, sementara disisi lain tuntutan
penggunaan alsintan dibutuhkan ditengah kekurangan
tenaga kerja pedesaan.
2) Di beberapa wilayah kesulitan memperoleh suku cadang jika
terjadi kerusakan pada sarana bantuan yang diterima
kelompoktani.
3) Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki
sarana pascapanen yang rusak.
d. Upaya Tindak lanjut dari permasalahan sebagai berikut:
Tingkat Dinas Pertanian Kabupaten
1) Perlunya kebijakan dari Kepala Dinas dalam menetapkan
petugas PPHP sesuai dengan keahlian yang dimiliki demi
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 74
kelancaran pelaksanaan kegiatan penanganan pasca panen
tanaman pangan.
2) Apabila ada pergantian pejabat/petugas yang menangani
bantuan Pascapanen TP maka pejabat/petugas lama
memberikan informasi/bahan perkembangan pelaksanaan
kegiatan tersebut kepada pejabat/petugas baru dan saling
berkoordinasi, sehingga pelaksanaan kegiatan penanganan
pascapanen padi segera direalisasikan setelah dilakukan
identifikasi dan verifikasi terhadap gapoktan/poktan penerima
bantuan.
Tingkat Poktan/Gapoktan
1) Informasi perkembangan teknologi dan sarana pascapanen
perlu disampaikan oleh petugas Dinas Pertanian
provinsi/kabupaten/kota kepada petani/kelompoktani melalui
sosialisasi, bimbingan teknis, acara pameran, panen raya,
demplot, dan sebagainya.
2) Pelatihan pengoperasian perawatan dan perbaikan sarana
perlu difasilitasi oleh produsen/pabrikan tempat pembelian
sarana tersebut dan dilakukan saat merakit dan menguji coba
sarana, serta saat pelatihan dan adanya jaminan purna jual
dari pengadaan sarana tersebut.
3) Mengikutsertakan petani/operator/teknisi dari poktan/
gapoktan penerima bantuan jika terdapat pelaksanaan
pelatihan/apresiasi dalam rangka menambah pengetahuan
dan teknologi serta meningkatkan Sumber Daya Manusia.
2. Pengawalan Bantuan Sarana Pascapanen
Tujuan pengawalan bantuan sarana pascapanen adalah memastikan
bahwa kelompok penerima sesuai kriteria di pedoman teknis, sarana
pascapanen yang diterima baik dan sesuai dengan spesifikasi yang
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 75
ditetapkan, serta mengetahui sejauh mana pemanfaatannya oleh
poktan/gapoktan.
Pengawalan bantuan sarana pascapanen dilakukan di 8 provinsi yaitu:
Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Sumatera Barat, Sulawesi Barat,
Sumatera Selatan, Aceh, Jawa Tengah. Hasil dari kegiatan pengawalan
sarana pascapanen sebagai berikut :
a. Titik kritis pada tahapan pengadaan sarana adalah pada saat
penetapan CPCL yaitu penetapan CPCL sering terlambat karena
revisi usulan dari Kabupaten.
b. Provinsi Sulawesi Selatan masih kekurangan sarana pascapanen,
untuk memenuhi kekurangan tersebut sebagian diakomodir dari
dana tugas pembantuan dan melalui kunjungan pimpinan.
c. Secara umum kegiatan penanganan pascapanen di wilayah
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat masih manual. Bantuan sarana
pascapanen Combine Kecil diharapkan dapat meningkatkan
efesiensi usaha tani dan mempercepat waktu panen.
d. Perlu dukungan pendanaan dari pemerintah dan stakeholders agar
poktan/gapoktan dapat memiliki alsintan sendiri dan mampu
memanfaatkannya.
e. Banyak kelompok tani yang menyukai alsintan produk lokal karena
sesuai dengan spesifik lokasi, suku cadang dan perbengkelan yang
mudah karena tersedia di lokasi.
f. Kemampuan kelompok tani dalam membeli alsintan pascapanen
sangat terbatas, sehingga masih harus dibantu oleh pemerintah.
C. Gerakan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
1. Gerakan penanganan pascapanen tanaman pangan adalah kegiatan
dalam upaya menyebarluaskan teknologi dan mendorong penerapan
penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dan benar ( Good
Handling Practise/GHP) melalui pembekalan bimbingan teknis dan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 76
demonstrasi penanganan pascapanen tanaman pangan kepada petugas
daerah, petugas lapang dan petani selaku pengelola usahatani.
2. Kegiatan gerakan penanganan pascapanen tanaman pangan tahun
2016 telah dilaksanakan di dua (2) provinsi yaitu Provinsi Sulawesi
Tengah (Gerakan Penanganan Pascapanen Jagung ) dan Provinsi Jawa
Timur (Gerakan Penanganan Pascapanen Ubikayu ).
a) Provinsi Sulawesi Tengah
Gerakan penanganan pascapanen Jagung dilaksanakan pada
tanggal 24 Agustus 2016, pada areal pertanaman Poktan Tani
Mandiri, Desa Modo, Kecamatan Bukal, Kabupaten Buol.
b) Provinsi Jawa Timur
Gerakan penanganan pascapanen ubikayu dilaksanakan pada
tanggal 4 Agustus 2016, pada areal pertanaman Poktan Baru
Muncul, Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo.
3. Gerakan penanganan pascapanen tanaman pangan bertujuan:
a) Menggerakkan poktan/gapoktan beserta anggota dan petani di
sekitarnya bersama dengan seluruh pemangku kepentingan
(stakesholders) untuk melaksanakan gerakan penanganan
pascapanen tanaman pangan,
b) Mendorong terciptanya kesadaran dari seluruh pemangku
kepentingan mengenai pentingnya usaha untuk menurunkan
tingkat susut hasil tanaman pangan,
c) Mendorong pemanfaatan sarana pascapanen tanaman pangan
yang tersedia di daerah,
d) Melakukan bimbingan teknis bagi poktan/gapoktan melalui
peningkatan pengetahuan dan pengalaman tentang cara
penggunaan sarana pascapanen tanaman pangan yang benar.
4. Hasil kegiatan gerakan penanganan tanaman pangan antara lain:
a) Gerakan Penanganan Pascapanen Jagung di Kabupaten Buol
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 77
1) Program pemerintah Kabupaten Buol tahun 2014 dalam
rangka peningkatan produksi jagung adalah Percepatan
Pengentasan Kemiskinan melalui pengembangan tanaman
jagung seluas 1.000 ha di Kecamatan Paleleh, tahun 2015
seluas 1.000 ha di Kecamatan Bukal, dan tahun 2016 seluas
2.000 ha tersebar di Kecamatan Bunobogo, Bokat dan
Momunu melalui pola integrasi antara jagung dan ternak sapi.
Selain itu, di Kabupaten Buol telah memprogramkan Kegiatan
Tanah Untuk Rakyat dengan membagikan sertifikat gratis
seluas 6.000 ha dan diharapkan dengan program tersebut
pengembangan jagung hibrida di lahan khusus dapat
meningkat menjadi 7.500 ha.
2) Pemerintah daerah Kabupaten Buol telah mengeluarkan
Peraturan Bupati tentang Penanganan Hasil Jagung yaitu
apabila harga jagung rendah maka Pemerintah Daerah
melalui Perusahaan daerah akan membeli jagung dengan
harga terendah Rp. 2.000,-/kg. Hal tersebut dilakukan untuk
mengatasi kendala dalam pemasaran jagung.
3) Bantuan sarana pengering tahun 2011 telah dimanfaatkan
dengan optimal dan jagung hasil produksi poktan/gapoktan
telah dipasarkan ke Gorontalo dan Surabaya.
4) Bantuan yang telah diterima dimanfaatkan dengan baik, dan
diharapkan dapat menurunkan susut hasil, peningkatan mutu
dan meningkatkan produksi jagung sehingga target nasional
terpenuhi dan impor tidak diperlukan lagi.
b) Gerakan Penanganan Pascapanen Ubikayu di Kabupaten
Ponorogo
1) Kabupaten Ponorogo sangat potensial untuk pengembangan
ubikayu dengan areal pengembangan sampai 30.000 ha.
Varietas ubi kayu yang ditanam pada umumnya adalah
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 78
varietas lokal (Vandemir) dengan produksi 35 ton/ha dengan
kadar pati 30 - 35%.
2) Pada tahun 2016 di Kabupaten Ponorogo mendapat program
pengembangan areal tanam ubi kayu seluas 1.500 ha.
3) Produksi ubikayu di Kecamatan Sawoo umumnya diolah
menjadi Mocaf dan telah menjalin kemitraan dengan PT Tiga
Pilar, sehingga untuk pemasaran produksi mocaf tidak
mengalami kesulitan. Model kemitraan yang dilakukan adalah
dengan sistem cluster, setiap cluster merupakan kelompok
tani yang dibina oleh PT Tiga Pilar.
4) Kelompoktani telah menerapkan prinsip “zero waste” dimana
ubikayu yang dihasilkan tidak ada yang terbuang. Produksi
yang dihasilkan antara lain mocaf, kulit ubikayu dan bonggol
ubikayu untuk pakan ternak, serta nata de mocaf yang
merupakan hasil olahan permentasi dari air pencucian
ubikayu. Hasil produk nata de mocaf ditampung oleh PT
Wong Coco di Yogyakarta.
5) Meskipun ubikayu bukan merupakan komoditas unggulan
namun ubikayu dapat memberikan nilai tambah bagi petani.
Untuk itu diperlukan inovasi teknologi dan peningkatan
kemampuan kepada petani.
D. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan.
Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen tanaman pangan tahun
2016 untuk mengetahui perkembangan program dan kegiatan penanganan
pascapanen tanaman pangan dan permasalahan yang ada di daerah serta
upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Monitoring dan evaluasi
penanganan pascapanen tanaman pangan dilaksanakan pada 11 (sebelas)
provinsi yaitu: Sumatera Utara, Jambi, Gorontalo, Kalimantan Tengah,
Bengkulu, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Bali, Sulawesi Barat,
Lampung dan Jawa Timur.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 79
1. Hasil kegiatan monev penanganan pascapanen sebagai berikut :
a) Penanganan pascapanen belum optimal, kehilangan hasil masih
banyak terjadi di tahapan panen
b) Belum ada koordinasi yang baik antar daerah dengan pusat dalam
penanganan pascapanen, sehingga pemahaman teknologi
penanganan pascapanen tanaman pangan belum diketahui dengan
baik.
c) Perlu sosialisasi untuk mengubah perilaku petani dalam
penanganan pascapanen tanaman pangan dari tradisional menuju
penerapan teknologi penanganan pascapanen yang baik dan
benar.
d) Perlu pelatihan dalam penerapan operasional alsintan pascapanen
tanaman pangan kepada penerima barang khususnya untuk
operator, agar peralatan yang diterima dapat dimanfaatkan secara
maksimal.
e) Poktan belum melakukan pembukuan dengan baik sehingga
laporan keuangan pemanfaatan alsintan belum tersedia
f) Bantuan alsin kurang sesuai dengan kondisi lahan sawah
setempat, akibatnya daya kerja alsin tidak optimal, serta kurangnya
teknisi alat sehingga pemanfaatan alat tidak optimal.
g) Perlunya Pendampingan atau pelatihan dari Dinas Pertanian dan
produsen.
h) Kurangnya Permodalan
i) Petani masih menyenangi menggunakan lantai jemur dalam
pengeringan karena dianggap masih lebih murah daripada
menggunakan mesin pengering.
j) Sarana pascapanen yang telah dterima belum di tempatkan pada
bangunan permanen yang utuh, sehingga disarankan kepada
poktan/gapoktan untuk menyiapkan gudang.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 80
2. Hasil evaluasi titik kritis pada Pelaksanaan Bantuan Sarana Pascapanen
Tahun 2016 :
a) Penyusunan CPCL belum mengacu pada e-proposal (Permentan
61/2014)
b) CPCL seringkali belum tepat sasaran
c) Bantuan alsin belum dimanfaatkan secara optimal
d) Pemanfaatan bantuan belum tercatat dengan baik dan belum
dilaporkan secara berjenjang dari Poktan –> Dinas Kabupaten –>
Dinas Provinsi –> Dit. PPHTP sehingga dapat diukur indikator
kinerja bantuan.
e) Belum semua dokumen proses hibah BMN kepada
masyarakat/pemda diproses dan sesuai dengan ketentuan (PMK
111/PMK.06/2016).
3. Hasil evaluasi titik kritis pada pengelolaan bantuan sarana pascapanen
Tahun 2016:
a) Operator yang ditunjuk belum mampu mengoperasikan alsintan
dan mendapatkan pelatihan dari penyedia.
b) Rencana pemanfaatan alsintan seringkali tidak dimusyawarahkan
dengan seluruh anggota poktan/gapoktan.
c) Manajemen poktan belum semua dapat menghitung analisa
ekonomi usaha jasa alsintan dengan cermat, sehingga alsintan
belum dapat dikelola secara bisnis
d) Kelompok tani khususnya operator belum semua memahami
pentingnya perawatan dan pemeliharaan alat
4. Hal-hal yang disampaikan saat monev terkait Pelaksanaan Bantuan
Sarana Pascapanen 2016 sebagai berikut :
a) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota berhak memberikan sanksi atas
penyalahgunaan bantuan dan atau tidak dimanfaatkannya alat
selama 1 (satu) tahun setelah bantuan diterima.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 81
b) Mengarsipkan dengan baik dokumen pertanggungjawaban seperti:
SK Penetapan poktan/gapokan penerima bantuan; RUKK; kontrak
pengadaan barang; BASTB; SP2D; Surat Perjanjian
Pendayagunaan Sarana Pascapanen, dan Surat Hibah BMN
kepada masyarakat/pemda;
c) Memonitor perkembangan pelaksanaan kegiatan, mengidentifikasi
dan mengantisipasi setiap permasalahan
d) Melaporkan pemanfaatan bantuan secara berjenjang dari penerima
bantuan (poktan) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Dinas
Pertanian Provinsi Dit. PPHTP setiap MT.
5. Beberapa permasalahan dari hasil monev terkait dengan sarana
pascapanen disajikan pada tabel berikut:
Tabel 10 : Permasalahan dari Hasil Monev Terkait Sarana Pascapanen
No. Permasalahan Saran
1Kesulitan untuk perbaikan alsin karena sebagian
ada yang tidak ada perwakilan di daerahPerlu adanya perwakilan di daerah
2 Penyedia kurang merespon keluhan DinasRespon yang cepat dari penyedia sangat
diharapkan
3
Spesifikasi teknis dalam test report seringkali
berbeda dengan kenyataan di lapang (hasilnya
lebih kotor) sehingga daerah mempertanyakan
kebenaran informasi pada test report.
Pemakaian alat sesuai prosedur sangat
diperlukan untuk menghindari kerusakan alat
dan tingginya loses
4Distribusi sarana kurang tepat waktu sehingga
tidak maksimal pemanfaatannya
Disarankan untuk mengcover daerah lain yang
sedang ada panen agar alat optimal
5 Permasalahan alat pada bagian mesin Segera melapor pada penyedia
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 82
PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PENGOLAHAN
A. Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Tanaman Pangan.
Kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis pengolahan hasil tanaman pangan
meliputi :
1. Bimbingan Teknis Penanganan dan Pemanfaatan Bantuan Sarana UPH
Tanaman Pangan
Bimbingan teknis merupakan kegiatan pembinaan yang dilakukan secara
sistematis oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan kepada petugas/petani/
poktan/ gapoktan. Dengan bimbingan teknis diharapkan adanya transfer
informasi dan teknologi tentang penanganan dan pemanfaatan bantuan
sarana UPH tanaman pangan yang baik dan benar sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan petugas
Kegiatan bimbingan teknis pengolahan hasil tanaman pangan
dilaksanakan di 12 (dua belas) provinsi yaitu Provinsi Aceh, Riau, Babel,
Jambi, Bengkulu, NTT, Lampung, DIY, Maluku, Sumut, Jateng, dan
Sulbar.
Hal-hal yang disampaikan dalam bimbingan teknis pengolahan hasil
tanaman pangan mencakup dua hal yaitu : a) cara pengolahan hasil
tanaman pangan yang baik atau Good Manufacturing Practices (GMP) ;
b) pengenalan operasional sarana pengolahan yang dapat membantu
pengolahan hasil tanaman pangan.
a. Penanganan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan yang Baik
(Good Manufacturing Practicess/GMP)
Penerapan GMP diharapkan menghasilkan produk pangan olahan
yang bermutu, layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan. Hal
yang perlu diperhatikan dalam standart pengolahan yang baik
sebagai berikut :
VI
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 83
1) Lokasi (rumah produksi)
Lokasi untuk bangunan atau tempat proses pengolahan harus
memenuhi syarat : a) Tempat memadai, bebas dari
pencemaran, semak belukar dan genangan air ; b) Tersedia
sarana dan prasarana penunjang yang memadai seperti jalan,
akses pasar, sumber air bersih dan saluran pembuangan air
yang baik
2) Bangunan UPH
Bangunan UPH harus memiliki ; a) Tata letak ruang produksi
cukup luas dan mudah dibersihkan ; b) Lantai dibuat dari
bahan kedap air, rata, halus, tidak licin dan mudah dibersihkan
; c) Dinding dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, berwarna
terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, kuat dan mudah
dibersihkan ; d) Sudut lantai bangunan mudah dibersihkan ;
e) Langit-langit didesain dengan baik untuk mencegah
penumpukan debu, tumbuhnya jamur, pengelupasan,
bersarangnya hama, tahan lama dan mudah dibersihkan ;
f) Pintu dibuat dari bahan yang keras dan tahan lama,
permukaan halus, licin, rata, warna terang, mudah
dibersihkan/desinfeksi, membuka ke arah luar dan mudah
dibuka dan dapat ditutup dengan baik
3) Jendela
Jendela harus memiliki : a) Bahan kuat, keras tahan lama ;
b)Permukaan halus, rata, terang, mudah dibersihkan/
desinfeksi ; c) Luas sesuai dengan besar bangunan ;
d) Minimal 1 m dari permukaan lantai ; e) Harus mencegah
akumulasi debu, dilengkapi kasa pencegah serangga, tikus
dan lain-lain yang mudah dibersihkan ; f) Ventilasi cukup
nyaman dan menjamin sirkulasi udara dengan baik .
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 84
4) Kelengkapan ruang kerja
Kelengkapan ruang kerja harus : a) Cukup mendapat cahaya ;
b) Terdapat tempat untuk mencuci tangan dilengkapi dengan
sabun dan pengeringnya ; c) Tersedia perlengkapan PPPK.
5) Tempat penyimpanan (gudang).
Tempat penyimpanan bahan basah, bahan kering dan produk
akhir harus terpisah. Mudah dibersihkan, bebas dari hama/
mikroba, dan tempat penyimpanan produk akhir harus kering.
6) Fasilitas Sanitasi harus memadai
7) Sarana pembuangan harus dilengkapi dengan saluran dan
tempat pembuangan untuk bahan (padat, cair, gas) ;
b) Pengolahan limbah : c) Saluran pembuangan untuk limbah
terolah ; d) Toilet tidak boleh terbuka langsung ke ruang
produksi/ruang pengolahan ; e) Dilengkapi dengan tempat cuci
tangan
8) Peringatan-peringatan kebersihan/saniter
Ditempel di tempat-tempat yang mudah dilihat, untuk
mengingatkan setiap pekerja.
9) Gudang
Gudang harus bebas dari hewan dan serangga ; sirkulasi
udara harus baik ; suhu dan kelembaban harus disesuaikan
dengan kondisi penyimpanan ; harus dibersihkan secara
periodik (sebelum dan sesudah barang dimasukkan)
10) Mesin dan Peralatan
a) Mesin
Tata letak mesin-mesin yang digunakan harus diatur
sesuai dengan proses produksi. Mesin-mesin yang
digunakan harus dapat menjamin keselamatan dan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 85
kesehatan kerja karyawan serta tidak menimbulkan
pencemaran/ kontaminasi pada produk yang dihasilkan.
b) Peralatan produksi dan sarana kerja lainnya.
1) Alat yang digunakan harus memenuhi syarat teknis,
tidak mudah rusak, terkelupas atau korosif, tahan
lama dan persyaratan higienis (mudah dibersihkan),
tidak mencemari produk yang diolah.
2) Permukaan yang bersentuhan dengan bahan
olahan kedelai harus halus, rata, tidak berlubang,
tidak mengelupas, tidak berkarat dan tidak
menyerap air dan terbuat dari stainless steel
3) Alat-alat berbahaya harus diberi tanda
4) Tempat sampah harus dirancang dan ditempatkan
pada tempat terpisah untuk mencegah kontaminasi
11) Pemeliharaan Bangunan UPH dan Sarana Kerja
a) Bangunan dan fasilitasi peralatan selalu terawat dengan
sanitasi yang baik
b) UPH dan produk yang dihasilkan bebas dari hama
penyakit
c) Penanganan limbah dilakukan dengan baik
d) Prosedur pemeliharaan dan sanitasi selalu dimonitor
12) Proses Produksi
Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi
oleh kondisi bahan baku yang akan digunakan dan proses
pengolahan yang dilakukan. Oleh karena itu dalam penentuan
bahan yang akan diolah harus bebas dari cemaran
hama/penyakit, pestisida dan kotoran ; diproduksi dengan
cara yang baik dan higienis serta berasal dari produk
pertanian yang sehat ; memenuhi persyaratan mutu yang
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 86
ditetapkan ; pencucian, pembersihan, pemeliharaan saniter
harus efektif ; bahan baku untuk diproses harus dipisahkan
tempatnya dengan bahan lain yang berbahaya
13) Pengemasan
Tujuan pengemasan antara lain : a) Membuat umur simpan
bahan pangan menjadi panjang ; b) Menyelamatkan produksi
bahan pangan yang berlimpah ; c) Mencegah rusaknya
nutrisi/gizi bahan pangan ; d) Menjaga dan menjamin tingkat
kesehatan bahan pangan ; e) Memudahkan distribusi/
pengangkutan bahan pangan ; f) Mendukung perkembangan
makanan siap saji ; g) Menambah estetika dan nilai jual bahan
pangan
b. Pengenalan Operasional Sarana Pengolahan Yang Dapat
Membantu Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
Dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing maka
dilakukan pengolahan pada komoditas jagung dan kedelai. Contoh
olahan jagung adalah beras jagung (grits), pati jagung (maizena),
marning, tepung instan jagung dan keripik jagung (tortila),
sedangkan olahan kedelai seperti bubuk kedelai kupas
kering/basah, tempe, tahu, sari kedelai dan kecap.
Untuk menjamin kualitas dan kontuinitas produksi diperlukan
jaminan ketersediaan bahan baku dan akses pengrajin terhadap
bahan baku dan pasar. Dukungan selanjutnya adalah dari aspek
pengelolaan manajemen usahanya, yaitu modal, SDM, pengemasan
yang eyecatcing/menarik dilihat dan akses transportasi
c. Hasil bimbingan teknis di Provinsi, dengan menggunakan panduan
GMP sebagai berikut :
1) Aspek Teknis
a) Cara pengolahan hasil tanaman pangan yang baik (GMP)
belum dilaksanakan sepenuhnya karena keterbatasan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 87
pengetahuan, peralatan serta bangunan yang dimiliki
oleh kelompok tani.
b) Sarana yang diterima kelompok tidak disimpan dalam 1
tempat dengan alasan belum tersedia tempat yang cukup
luas
c) Kelompok penerima bantuan pengolahan tepung
sebagian besar mempunyai kendala di pemasaran.
2) Aspek Manajerial
a) Pengaturan tugas pada kelompok belum jelas.
b) Kelompoktani masih harus terus dibimbing karena
pengembangan usaha masih selalu bergantung ke
pemerintah.
c) Kurangnya pelatihan pengolahan jagung dan kedelai
menyebabkan sulitnya pengembangan jagung/kedelai
menjadi produk olahan lanjutan, petani lebih memilih
menjual dalam bentuk segar ke pedagang.
d) Diperlukan dukungan infrastruktur dan kelembagaan
petani yang kuat untuk mendukung kegiatan pengolahan
UPH jagung dan kedelai serta pemasarannya.
e) Pemasaran hasil olahan jagung dan kedelai masih
terbatas dan budidaya jagung/kedelai belum dilakukan
secara agribisnis dan terbatas dalam pemenuhan
kebutuhan pangan. Diperlukan upaya pemerintah daerah
agar menjalin kerjasama dengan pihak swasta untuk
membangun pabrik pengolahan jagung dan kedelai.
f) Kelompok belum semuanya melakukan
pembukuan/administrasi/pencatatan kegiatan kelompok
sehingga masih sulit untuk mengevaluasi apa yang
sudah dilakukan kelompok.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 88
g) Kemasan yang digunakan masih sederhana baik desain
maupun jenis kemasan, perlu adanya perbaikan
sehingga bisa memperpanjang masa simpan dan
meningkatkan nilai jual.
d. Upaya Tindak Lanjut
1) Aspek Teknis
a) Pengolahan pangan dilakukan sesuai dengan GMP
b) Poktan agar membuat bagan organisasi untuk mengatur
penanggung jawab ketersediaan bahan baku, proses
produksi, dan pemasaran.
c) Tempat pengolahan terpisah dengan dapur rumah
tangga, sehingga semua tahap-tahap pengolahan dapat
terpantau.
d) Poktan/Gapoktan perlu dibimbing dalam pemilihan
kemasan, sehingga jenis kemasan yang digunakan
sesuai dengan produk yang akan dikemas.
e) Dalam pemberian label, poktan/gapoktan perlu
bimbingan, sehingga label yang digunakan dapat
menginformasikan produk kemasan.
2) Aspek Manajerial
a) Poktan/Gapoktan akan mendapatkan pembinaan,
bimbingan dan pelatihan dari Pusat bersama Provinsi dan
Dinas Pertanian Kabupaten tentang manajemen
kelompok, pencatatan keuangan, dan pencatatan semua
proses yang dilakukan dalam pengolahan pangan.
b) Petugas penyuluh agar memberikan sosialisasi
pengolahan jagung dan kedelai yang baik (sesuai GMP)
secara intensif kepada petani jagung dan kedelai dan
KWT lainnya agar produk yang dihasilkan memiliki
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 89
kualitas sesuai standar mutu dan keamanan pangan
sehingga mampu berdaya saing di pasar bebas
2. Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan dan Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan.
a. Pengembangan Integrasi Usaha Berbasis Industri Pengolahan
Jagung
Database merupakan salah satu komponen yang penting dalam
sistem informasi, karena merupakan basis dalam menyediakan
informasi bagi para pemakai. Database terdiri dari data yang akan
digunakan atau diperuntukkan terhadap banyak user, dari masing-
masing user akan menggunakan data tersebut sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Database dapat dibuat dan diolah menggunakan program computer
atau software (perangkat lunak). Software yang digunakan untuk
mengelola dan memanggil kueri (query) database disebut Database
Management System (DBMS) atau “Sistem Manajemen Basis Data”
Ketersediaan pasokan jagung sangat berpengaruh kepada industry
peternakan secara luas. Bila pasokan bahan baku jagung
mengalami kelangkaan akan berakibat pada stagnasi ketersediaan
pakan ternak. Sebaliknya dengan adanya kecukupan bahan baku
jagung akan mendorong kelancaran ketersediaan pakan ternak.
Kebijakan pengendalian impor oleh pemerintah mampu menekan
laju impor jagung turun 47,5 persen pada periode Januari - Mei 2016
sebesar 881 ribu ton dibandingkan 2015 sebesar 1,68 juta ton pada
periode yang sama.
Konsekuensi dari kebijakan tersebut adalah pemerintah
memfasilitasi produksi jagung agar mampu menyiapkan bahan baku
jagung yang dibutuhkan oleh industry pakan. Untuk melindungi
harga jagung pemerintah juga menerbitkan referensi harga jagung
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 90
pipilan kering Rp 3.150/kg, sehingga petani jagung memperoleh
harga wajar dan industry pakan ternak menikmati bahan baku
dengan harga kompetitif. Harga jagung dipasaran pada
kenyataannya sudah diatas harga referensi harga, yaitu pada Mei -
Juni 2016 Rp 3.320 – Rp.3.390/kg.
Untuk harga daging ayam (livebird) di peternakRp 17.500-19.500/kg
dan telur ayam ras 14.700-17.000/kg. Ha ini menunjukkan bisnis
industry pakan dan perunggasan semakin membaik. Hal yang perlu
dicermati system distribusi dan tataniaga sampai konsumen.
Tujuan pemetaan industri adalah untuk mengetahui gambaran
produksi dan pemanfaatan jagung di Provinsi sampling (Provinsi
Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat). Sasaran Database adalah
pelaku usaha, poktan/gapoktan, instansi terkait bidang pengelolaan
usaha pengolahan khususnya komoditas jagung.
Database Sarana Pascapanen dan Pengolahan Industri jagung
disusun sebagai data rintisan dalam merancang dan menyusun
kegiatan direktorat pengolahan dan pemasaran hasil tanaman
pangan kedepan. Tujuan penyusunan database sebagai berikut :
1) Agar user mudah mendapatkan data.
2) Menyediakan tempat penyimpanan data yang relevan.
3) Menghapus data yang berlebihan.
4) Melindungi data dari kerusakan fisik.
5) Memungkinkan perkembangan lebih lanjut di dalam system
database
Metode menentukan lokasi pemetaan database di Kabupaten
dilakukan secara purposive dengan menentukan Kabupaten Blitar,
Tuban dan Malang. Penentuan sampel dengan pertimbangan
bahwa kabupaten Blitar dan Malang sebagai sentra unggas dan
penghasil jagung. Kabupaten Tuban merupakan penghasil jagung
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 91
namun bukan sentra unggas. Sedangkan provinsi Nusa Tenggara
Barat di tentukan lokasi sampel di Kaputen Bima dan Dompu.
Pengambilan data primer dilapangan dilakukan dengan metode
wawancara dengan pedagang /pengepul jagung dan data sekunder
dari dinas/instansi terkait.
Hasil Analisis Pemetaan Jagung di Provinsi NTB dan Jatim sebagai
berikut :
1. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu sentra produksi
jagung di Indonesia, dan memberikan kontribusi 30,05 %
terhadap produksi jagung nasional. Peta Produksi Jagung di
Provinsi Jawa Timur selengkapnya disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Produksi Jagung di Provinsi Jawa Timur
2. Produksi jagung di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015
sebesar 6,131,163 Ton, sedangkan kebutuhan jagung untuk
pakan ternak unggas sebesar 6,117,839.15 Ton. Dari
gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
jagung untuk pakan ternak unggas dapat dipenuhi dari
produksi jagung Jawa Timur. Peta Pemanfaatan Jagung
Untuk Pakan Ternak Unggas di Provinsi Jawa Timu,
selengkapnya disajikan pada Gambar 2.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 92
Gambar 2 : Peta Pemanfaatan Jagung Untuk Pakan Ternak Unggas di Provinsi Jawa Timur
3. Olahan jagung di Provinsi NTB belum berkembang, sekitar
30% jagung pipilan dijula ke Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur,
Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, sebagian lagi
diolah untuk pangan seperti marning, emping jagung, dipang
jagung serta sebagian lainnya untuk pakan ternak. Peta
Produksi Jagung di Provinsi Nusa Tenggara Barat 2015,
selengkapnya disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 : Peta Produksi Jagung di Provinsi Nusa Tenggara Barat 2015
4. Kebutuhan Jagung untuk pakan ternak unggas di Provinsi NTB
sebesar 377,007 ton atau terserap untuk pakan unggas
39,27% per tahun, sedangkan produksi jagung NTB sebesar
959,972 ton (data BPS 2015). Kebutuhan jagung untuk pakan
ternak bisa dicukupi dari produksi setempat. Peta Kebutuhan
Jagung untuk Pakan Ternak di Provinsi Nusa Tenggara Barat
selengkapnya disajikan pada Gambar 4.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 93
Gambar 4 : Peta Kebutuhan Jagung untuk Pakan Ternak di Provinsi Nusa Tenggara Barat
5. Hampir semua kabupaten mempunyai ketersedian jagung
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak seperti
Kabupaten Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur,
Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu dan Kota Bima, kecuali
kabupaten Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah dan
Kabupaten Bima produksi jagung tidak mencukupi untuk
kebutuhan pakan ternak, jadi pemenuhannya diperoleh dari
perdagangan antar kabupaten atau provinsi.
6. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak di kabupaten Bima
(hampir di semua kecamatan, kecuali kecamatan Belo dan
Bolo) bisa terpenuhi dari produksi setempat, kebutuhan jagung
sebesar 32.681 ton atau 19,12% per tahun, sedangkan
produksi jagung sebesar 170.937 ton atau 17,81% dari total
produksi NTB (data BPS 2015).
7. Kebutuhan jagung di kabupaten Dompu (di semua kecamatan)
bisa terpenuhi dengan setempat, kebutuhan jagung sebesar
10.033 ton atau 5,06% per tahun, sedangkan produksi jagung
Dompu adalah 198.342 ton atau 20,66% dari total produksi
NTB (data BPS 2015).
b. Pengembangan Integrasi Usaha Berbasis RMU
Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem
agribisnis padi/perberasan di Indonesia. Peranan ini tercermin dari
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 94
besarnya jumlah penggilingan padi dan sebarannya hampir merata
di seluruh daerah sentra produksi padi di Indonesia. Penggilingan
padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pascapanen,
pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan
mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk
dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari
segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan
pangan nasional.
Melihat kondisi di lapangan, ternyata masih banyak penggilingan
padi yang bekerja di bawah kapasitas giling dengan kualitas dan
rendemen beras yang masih rendah. Hal ini disebabkan karena
usaha penggilingan padi yang ada selama ini tidak dilakukan
dengan pendekatan sistem agribisnis yang terpadu, teknologi
penggilingan padi yang digunakan masih sederhana, konfigurasi
mesin hanya terdiri dari husker dan polisher saja, sudah berumur
tua dan belum mempunyai jaringan pemasaran yang luas.
Penggilingan padi kecil masih banyak yang menggunakan sistim
kerja ”one pass” atau satu kali proses penyosohan sehingga
berdampak kurang baik terhadap kualitas dan rendemen beras yang
dihasilkan.
Penggilingan padi ikut menentukan jumlah ketersedian pangan,
mutu yang dikonsumsi tingkat harga dan dan pendapatan yang
diperoleh petani dan tingkat harga yang haris dibayar konsumen
serta turut menentukan lapangan pekerjaan dipedesaan. Menjadi
logis apabila penggilingan padi diberdayakan dan dibina secara
tepat karena penggilingan padi dapat dikatakan sebagai embrio bagi
industri atau pengembangan usaha di pedesaan
Pengolahan padi menjadi beras akan menghasilkan produk
sampingan berupa katul atau dedak yang jumlahnya cukup besar.
Produk sampingan inilah yang harus dimanfaatkan dan
dikembangan menjadi usaha-usaha yang berintegrasi dengan Rice
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 95
Milling Unit. Produk lanjutan dari usaha penggilingan padi dapat
dikembangkan menjadi pakan ternak.
Untuk mendukung pengembangan integrasi usaha berbasis Rice
Milling Unit melalui produk sampingan dari usaha Rice Milling unit
perlu mendapatkan perhatian. Untuk itu Direktorat pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan melihat potensi RMU di Provinsi
Banten dan Yogyakarta melalui pemetaan Rice Milling Unit (RMU)
Tujuan dari pengembangan integrasi usaha berbasis Rice Milling
Unit adalah melihat potensi Rice Milling Unit yang tersebar di daerah
melalui pemetaan/gambaran RMU
Ruang lingkup Pengembangan integrasi usaha berbasis Rice Milling
Unit yaitu melihat gambaran/pemetaan potensi Rice Milling Unit di
Provinsi Banten dan Provinsi Yogyakarta yang diharapkan dapat
mewakili sebaran terbesar Rice Milling Unit.
Hasil Analisis Pemetaan RMU di Provinsi Banten dan Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagai berikut :
1) Provinsi Banten
a) Berdasarkan data survey BPS tahun 2012, jumlah
penggilingan padi di Indonesia sebanyak 182.199 unit.
Data survey BPS tersebut menunjukkan bahwa jumlah
RMU di Provinsi Banten sebanyak 7.489 unit (4,11%).
Sedangkan jumlah RMU di 3 Kabupaten yang disampling
sekitar 467 Unit.
b) Berdasarkan hasil pemetaan dapat dilihat bahwa kinerja
penggilingan padi didominasi oleh penggilingan padi aktif
namun tidak optimal (59,74%), selanjutnya aktif optimal
(23,77%), tidak aktif (7,49%), dan penggilingan padi yang
sudah tidak operasional/tutup (8,99%).
c) Kinerja penggilingan padi dinilai berdasarkan hari kerja
operasional yaitu :
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 96
(1) Aktif optimal bila penggilingan padi bekerja selama 8
bulan/tahun; > 21 hari/bulan dan 6 jam/hari.
(2) Aktif tidak optimal bila penggilingan padi bekerja
selama < 8 bulan/tahun; < 21 hari/bulan dan < 6 jam
/hari.
(3) Tidak aktif bila penggilingan padi hanya
dipergunakan sebagai jasa giling (maklun) dan
tidak kontinyu (hanya pada saat panenan).
(4) Tutup bila penggilingan padi tidak operasional lagi.
d) Kondisi kinerja di 3 kabupaten sampling
(1) Kabupaten Serang
Jumlah penggilingan padi di Kabupaten Serang
berdasarkan data BPS 2012 adalah sebanyak 1.
868 unit, dan jumlah sampel yang diambil sebanyak
113 unit dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan
Pontang, Tirtayasa, dan Tanara. Dari hasil sampling
tersebut diperoleh informasi kondisi kinerja
penggilingan padi yang berstatus aktif optimal
(22,12%), aktif tidak optimal (54,87%), tidak aktif
(9,73%), dan mati/tutup (13,27%).
(2) Kabupaten Lebak
Jumlah penggilingan padi di Kabupaten Lebak
berdasarkan data BPS 2012 adalah sebanyak 2.071
unit, dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 266
unit dari 8 kecamatan yaitu Kecamatan Cikulur,
Cimarga, Cipanas, Leuwidamar, Malimping,
Rangkasbitung, Wanasalam, dan Warunggunung.
Dari hasil sampling diperoleh informasi kondisi
kinerja penggilingan padi dengan status aktif optimal
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 97
(15,79%), aktif tidak optimal (69,17%), tidak aktif
(5,64%), dan mati/tutup (9,40%).
(3) Kabupaten Pandeglang
Jumlah penggilingan padi di Kabupaten Pandeglang
berdasarkan data BPS 2012 adalah sebanyak 2.035
unit, dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 88
unit dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan Cimanuk,
Sobang, Pagelaran dan Cikedal. Dari hasil sampling
diperoleh informasi kondisi kinerja penggilingan padi
dengan status aktif optimal (50,00%), aktif tidak
optimal (37,50%), tidak aktif (10,23%), dan
mati/tutup (2,27%) serta ditemukan RMU yang
belum terdaftar di BPS sebanyak 6 unit.
e) Kondisi umum penggilingan padi di Provinsi Banten :
(1) Kinerja penggilingan padi tidak optimal rata-rata
bahan baku yang diolah kurang dari 1 ton/hari
dengan operasional per hari sekitar 4-5 jam/hari dan
operasional per tahun sekitar 8 bulan/tahun.
(2) Manajemen pengelolaan usahanya masih
tradisional.
(3) Belum menerapkan kaidah pengolahan beras yang
baik/standar (kondisi bangunan dan lingkungan
tidak layak).
(4) Sebagian besar kondisi penggilingan padi sudah tua
rata-rata diatas 10 tahun dengan konfigurasi alat
terdiri dari mesin pecah kulit (husker) dan mesin
penyosoh beras (polisher). Konfigurasi alat yang
tidak lengkap menyebabkan rendemen yang
rendah (55% – 60%), mutu beras yang dihasilkan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 98
kurang baik (banyak beras patah), dan losses yang
tinggi.
(5) Sebagian besar pola usaha (67,23%) dilaksanakan
sebagai jasa giling (maklun) untuk melayani petani
di sekitarnya.
f) Penggilingan padi yang aktif namun tidak optimal atau
tidak aktif disebabkan: a) Kekurangan modal untuk
membeli gabah, b) Kesulitan memperoleh bahan baku
karena jumlah penggilingan padi tidak sebanding dengan
luas lahan, c) Berubah fungsi menjadi sarana usaha lain,
d) Mesin penggilingan padi rusak.
g) Berdasarkan data luas tanam padi tahun 2015 dan data
RMU BPS tahun 2012, di Provinsi Banten dengan
coverage area 117 ha/1 unit RMU maka kebutuhan RMU
pada 3 kabupaten yang disurvey sebagai berikut:
(1) Kabupaten Serang
Kabupaten Serang dengan luas tanam 87.886 ha
dan jumlah RMU 1.868 unit, berdasarkan coverage
area hanya membutuhkan 751 unit (kelebihan
59,80%).
(2) Kabupaten Lebak
Kabupaten Lebak dengan luas tanam 97.872 ha dan
jumlah RMU 2.071 unit, berdasarkan coverage area
hanya membutuhkan 837 unit (kelebihan 59,58%).
(3) Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang dengan luas tanam 127.935
ha dan jumlah RMU 2.035 unit, berdasarkan
coverage area hanya membutuhkan 1.093 unit
(kelebihan 46,29%).
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 99
2) Daerah Istimewa Yogyakarta
a. Kabupaten Kulonprogo memiliki Penggilingan Padi besar
sampai dengan tahun 2012 sebanyak 67 unit, kondisi
baik di Kecamatan Panjatan, Galur, Lendah, Pengasih,
dan Nanggulan. Sedangkan penggilingan padi kecil
sebanyak 152 unit dengan kondisi dapat digunakan
semua (baik).
b. Luas panen tahun 2015 sebesar 18.569 hektar, Provitas
68,14 ku/Ha, dan Produksi 126.529 Ton.
c. Berdasarkan hasil pemetaan diketahui bahwa kinerja
penggilingan padi didominasi oleh penggilingan padi aktif
namun tidak optimal (60%), selanjutnya aktif optimal
(30%), tidak aktif (10 %).
d. Berkembangnya penggilingan keliling menyebabkan
banyak penggilingan kecil yang tidak mendapatkan
bahan padi, sehingga perlu dukungan kebijakan
peraturan untuk penggilingan keliling.
e. Berdasarkan hasil pemetaan,diperoleh kesimpulan
bahwa saat ini yang dibutuhkan adalah revitalisasi
penggilingan padi. Melalui penerapan teknologi
penyosohan dan perbaikan komponen konfigurasi
peralatan diharapkan meningkatkan rendemen,
meningkatkan mutu beras dan menurunkan losses.
Selain itu, kedepan perlu dilakukan rasionalisasi jumlah
penggilingan padi dengan mempertimbangkan efisiensi
usaha.
3. Bahan Informasi Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
Bahan Informasi tahun 2016 berupa buku pengolahan kedelai dan
jagung yang sesuai dengan standar GMP, yang terdiri dari : a) Buku
SPO Pembuatan Tahu ; b) Buku SPO Pembuatan Bubuk Kedelai ; c)
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 100
Buku SPO Pembuatan Tepung Jagung
Tahapan/Proses yang konsisten, efektif, efisien dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah sangat diperlukan. Tahapan/
proses tersebut dituangkan dalam Standar Prosedur Operasional (SPO).
Penyusunan SPO Tahu, Bubuk Kedelai dan Tepung Jagung
dilaksanakan dengan mengundang Narasumber dari Perguran Tinggi
(IPB ) dan Instansi terkait (Balai Besar Pascapanen).
Tujuan SPO adalah sebagai acuan dalam pengolahan tahu, bubuk
kedelai dan tepung jagung bagi kelompok usaha/poktan/gapoktan.
Sedangkan manfaat SPO adalah sebagai acuan dalam menyusun
instruksi kerja pada masing-masing unit usaha.
Sasaran SPO adalah meningkatkan mutu olahan bubuk kedelai, tahu
dan tepung jagung yang dihasilkan secara konsisten, aman dan halal
baik bagi produsen maupun konsumen produk yang bersangkutan.
Penguatan teknik pengolahan kedelai dan jagung dilakukan melalui
sosialisasi. Kedelai dapat diolah menjadi produk pangan, farmasi,
industry dan sebagai bahan baku makanan olahan. Olahan berbasis
kedelai yang telah berkembang adalah bubuk kedelai dan tahu.
Bubuk Kedelai mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi
sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku tambahan dalam
pembuatan olahan makanan seperti mie, makanan bayi, bubur, obat
herbal, dan campuran kue agar diperoleh peningkatan kadar protein.
Sesuai SNI bubuk minuman kedelai (SNI 7612 : 2011), syarat mutu
bubuk minuman kedelai diantaranya bau normal khas bubuk minuman
kedelai, warna normal, rasa normal, kadar air maks 10,0, kadar abu
maks 6,0, kadar lemak min 17,0, kadar protein min 30,0, kadar serat
kasar maks 3,0.
Tahu adalah salah satu jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok
kedelai dengan jalan memekatkan protein kedelai dan mencetaknya
melalui proses pengendapan protein dengan atau tanpa penambahan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 101
unsur-unsur lain yang diijinkan, sehingga dihasilkan produk tahu
berbentuk kotak, kenyal dalam keadaan basah, memiliki kualitas sesuai
dengan SNI 01-3142-1998 agar mempunyai daya saing.
Tepung jagung merupakan salah satu olahan yang cukup prospektif
untuk dikembangkan. Tepung Jagung harus memenuhi standar (SNI
No.3727:1995) agar berdaya saing.
B. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
Kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pengolahan Hasil Tanaman
Pangan meliputi :
1. Monitoring dan Evaluasi Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
Monitoring Evaluasi dan Pelaporan Pengolahan Hasil Tananaman
Pangan dilakukan untuk mengetahui dengan pasti pencapaian hasil,
kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program dan
kegiatan penanganan dan pemanfaatan bantuan sarana UPH tanaman
pangan tahun 2016. Dengan monitoring dan evaluasi maka
perkembangan bantuan sarana pascapanen diluar UPH yang
mendukung pengolahan tanaman pangan dapat diketahui sehingga
rencana program selanjutnya dapat diperbaiki.
Hasil Monitoring dan Evaluasi Penanganan dan pemanfaatan bantuan
sarana UPH jagung dan kedelai, diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Perkembangan di tingkat Penerima Bantuan
1) Aspek Teknis
a) Perkembangan pemanfaatan bantuan sarana UPH
jagung Tahun 2016 di 20 Provinsi diketahui bahwa
beberapa poktan/ Gapoktan penerima UPH jagung
meningkat volume produksinya sekitar 33,33 % - 68%
setelah menerima bantuan, seperti di Provinsi Jambi,
Lampung , Bengkulu, Aceh dan Sulawesi Tenggara.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 102
b) Sarana UPH belum ditempatkan dalam satu ruangan
dengan alasan belum tersedia tempat yang cukup luas
untuk penyimpanan.
c) Cara pengolahan hasil tanaman pangan yang baik
(GMP) belum dilaksanakan sepenuhnya karena
keterbatasan pengetahuan, peralatan serta bangunan
yang dimiliki oleh kelompok tani
d) Kegiatan pelaksanaan Pengolahan Hasil Tanaman
Pangan di daerah khususnya poktan/gapoktan
penerima bantuan belum sepenuhnya menggunakan
acuan Buku Petunjuk Teknis Teknologi Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan
e) Anggaran Program kegaiatan PPHTP khususnya
kegiatan Pengolahan tahun 2016 di Dinas Pertanian
Provinsi berada pada satker bidang Tanaman Pangan,
sedangkan kegiatan ditangani pada Bidang
Binus/PPHP, sehingga terjadi keterlambatan realisasi
kegiatan.
f) Beberapa Provinsi melakukan revisi CPCL sehingga
penetapan SK CPCL terlambat
g) Beberapa kabupaten merealisasikan pembelian tidak
sesuai dengan buku pedoman teknis teknologi
pengolahan hasil tanaman pangan
h) Dukungan APBD masih minim, sehingga masih
bergantung pada dukungan dan bantuan Pemerintah
Pusat.
2) Aspek Manajerial
a) Belum ada Pengaturan tugas pengurus dan anggota
poktan/gapoktan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 103
b) Petani/poktan/gapoktan belum mampu mengembangkan
usahanya kearah peningkatan nilai tambah dan daya
saing
c) Diperlukan dukungan infrastruktur dan kelembagaan
petani yang kuat untuk mendukung keberhasilan usaha
pengolahan hasil tanaman pangan agar berkembang dan
berkelanjutan
d) Perlu pengembangan usaha pengolahan jagung dan
kedelai dengan sistim kluster sehingga menjamin
ketersediaan bahan baku dan fasilitasi kemitraan dengan
pihak lain.
e) Diperlukan peran pemerintah daerah untuk memfasilitasi
kerjasama dengan pihak swasta agar pemasaran produk
olahan menjadi jelas.
b. Upaya Tindak Lanjut
1) Aspek Teknis
a) Perlunya kebijakan dari Kepala Dinas dan
koordinasi yang baik antara satker Bidang Tanaman
Pangan dengan Bidang Bina Usaha/PPHP demi
kelancaran pelaksanaan kegiatan penanganan
usaha pengolahan hasil tanaman pangan di daerah
b) Usaha pengolahan hasil jagung dan kedelai harus
menuju kepada GMP agar kualitas produk memiliki
daya saing
c) Pelatihan kepada poktan/ gapoktan penerima UPH
tanaman pangan agar mampu mengelola usahanya
dengan baik dan benar sesuai GMP
2) Aspek Manajerial
a) Poktan/gapoktan akan mendapatkan pembinaan
dan pelatihan dari Dinas Pertanian Kabupaten atau
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 104
pihak swasta/ yang telah berhasil dalam
mengembangkan usahanya
b) Poktan/gapoktan agar membuat struktur organisasi
yang baik sehingga setiap anggota memilki
tanggung jawab.
c) sosialisasi pengolahan jagung dan kedelai yang
baik (sesuai GMP) secara intensif kepada petani
jagung dan kedelai dan kelompok lainnya agar
produk yang dihasilkan memiliki kualitas sesuai
standar mutu dan keamanan pangan.
2. Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Kabupaten Cianjur
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Pada
Tahun 2016 telah mengalokasikan Kegiatan Pembinaan Pilot Project
SIPP Ubikayu di Kabupaten Cianjur dalam bentuk DIPA Dekonsentrasi
dan DIPA Tugas Pembantuan Provinsi yang dialokasikan di Provinsi
Jawa Barat dan Kabupaten Cianjur. Evaluasi terhadap hasil
pembinaan Tim SIPP penting untuk dilakukan sebagai dasar
pertimbangan penyusunan rencana kegiatan pada tahun yang akan
datang.
Untuk mewujudkan sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan di lokasi
Pilot Project SIPP, selain ketersediaan sarana yang memadai dan
dukungan teknologi juga perlu menguatkan pilar Sumber Daya Insani
melalui pembangunan sistem pendidikan dan pelatihan untuk
mewujudkan petani tangguh. Pembinaan kelembagaan petani perlu
dilakukan secara berkesinambungan, diarahkan pada perubahan pola
pikir petani dalam menerapkan sistem agribisnis. Pembinaan
kelembagaan petani juga diarahkan untuk menumbuhkembangkan
poktan dan gapoktan dalam menjalankan fungsinya, serta
meningkatkan kapasitas poktan dan gapoktan melalui pengembangan
kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan. Rincian Kegiatan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 105
Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Tahun 2016 selengkapnya
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 11 : Rincian Kegiatan Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Tahun 2016
No. Kegiatan
Pusat
1. Pembinaan/pengawalan/Pendampingan/Monev
2. Penyususan Laporan SIPP
Provinsi
1. Apresiasi Poktan/Gapoktan
2. Pembinaan dan Pengawalan
3. Penyusunan Laporan SIPP
Kabupaten
1. Temu usaha dan Pola Kemitraan
2. Pembinaan dan Pengawalan
3. Pendampingan
4. Penyusunan Laporan SIPP
I
II
III
Alokasi bantuan pemerintah Pusat kepada Poktan/Gapoktan yang
telah diberikan pada tahun 2014, selengkapnya disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 12 : Alokasi Bantuan Pemerintah Pusat di Lokasi SIPP Tahun 2014
Cibinong Sindang Barang Cidaun
Mekar Laksana Usaha Mandiri Mitra Usaha
1 Alat Pembuat Chips 1 Paket 1 Paket 1 Paket
2 Alat Penepung - - 1 unit
Bibit Ubikayu
(Rp. 3 juta/ha)
4 Stimulan untuk pembelian Ubikayu 1 Juta 1 Juta 1 Juta
5 Bantuan LainnyaPembuatan rintisan
perpipaan 5 juta-
Rintisan kebun sayur
di pekarangan 1 juta
3100 Ha 50 Ha 50 Ha
Kecamatan/Nama Poktan/ Gapoktan
No. Uraian
Sasaran Indikator Keberhasilan Kegiatan pembinaan di pusat, provinsi
dan kabupaten pada tahun 2016 adalah :
a. Terlaksananya pembinaan kelompok tani di lokasi Pilot Project
SIPP Ubikayu
b. Terwujudnya peningkatan nilai tambah ubikayu bagi masyarakat
Kabupaten Cianjur melalui pengembangan usaha berbasis
ubikayu
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 106
Hasil Pembinaan Pilot Project SIPP di Kecamatan Cibinong,
Kecamatan Sindangbarang dan Kecamatan Cidaun sebagai berikut :
a. Perkembangan pengolahan singkong menjadi Chip di Kecamatan
Cibinong dan Kecamatan Sindangbarang sudah berjalan. Stok
chip sudah tersedia di masing-masing kelompok, berkisar antara
20 – 50 kg.
b. Kelompok Tani Mekar Laksana di Desa Girijaya, Kecamatan
Cibinong sudah mengolah Chip menjadi tepung mocav, volume
sesuai dengan permintaan. Harga jual chip per kg Rp. 4.500
sedangkan tepung Mocav Rp. 6.500.
c. Dinamika perkembangan kelembagaan kelompok tani/poktan
masih belum optimal, dikarenakan sering terjadinya pergantian
pendamping seperti Kecamatan Sindangbarang sudah 3 kali
terjadi penggantian. Kondisi ini menyebabkan tidak efektifnya
pendampingan dan berdampak kepada kualitas pendampingan.
3. Pengawalan UPSUS PJK
Permasalahan substantif yang dihadapi dalam percepatan pencapaian
swasembada pangan antara lain: (1) alih fungsi dan fragmentasi lahan
pertanian; (2) rusaknya infrastruktur/ jaringan irigasi; (3) semakin
berkurangnya dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian serta
kurangnya peralatan mekanisasi Pertanian (alat dan mesin pertanian);
(4) masih tingginya susut hasil (losses); (5) belum terpenuhinya
kebutuhan pupuk dan benih sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta
belum memenuhi enam tepat (tepat waktu, jumlah,kualitas, jenis,
harga, dan lokasi; (6) lemahnya permodalan petani, (7) harga
komoditas pangan jatuh dan sulit memasarkan hasil pada saat panen
raya.
Presiden RI melalui Program Nawacita telah menetapkan target
swasembada padi, jagung dan kedelai pada Tahun 2017. Program
Upaya Khusus (Upsus) peningkatan produksi padi jagung kedelai
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 107
tahun 2015 telah digulirkan oleh Kementerian Pertanian sebagai
dukungan terhadap program Nawacita bidang Kedaulatan Pangan.
Program Upsus diwujudkan dalam dukungan beberapa program
kegiatan yang dialokasikan bagi kawasan dan non kawasan sentra
tanaman pangan di seluruh Indonesia. Adapun target produksi yang
harus dicapai pada tahun 2016 adalah produksi padi 81,01 juta ton,
jagung 24 juta ton, dan kedelai 1,50 juta ton.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI No. 251/Kpts/OT.050/05/
2016 tanggal 20 Mei 2016 tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 1243/Kpts/OT.160/12/2014 tentang
Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi Jagung
Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana
Pendukungnya, Kasubdit Pengolahan telah ditunjuk menjadi
Koordinator Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi
Jagung Kedelai di Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir
dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan
dan Kasubdit Pascapanen di Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
Kabupaten Tapin dan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan
Selatan
a. Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Sumatera Selatan termasuk dalam lumbung padi
nasional. Lahan sawah irigasi teknis mencapai 6,757 ha dan
irigasi non teknis 809 ha. Lahan pertanian mencapai 5.524.725
ha atau setara dengan 70 persen total luas wilayah Sumatera
Selatan. Kendati demikian, lahan padi di provinsi ini pada 2005
mencapai 626.849 ha dengan jumlah produksi 2.320.110 ton.
Dari jumlah produksi itu, sekitar 171.928 ton berasal dari produksi
lahan kering seluas 73.504 ha. Kabupaten dengan luas areal dan
produksi padi tertinggi adalah Ogan Komering Ilir dan Ogan
Komering Ulu Timur.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 108
Saat ini lahan sawah abadi di Sumatera Selatan seluas 789.803
ha, terdiri atas 115.687 ha lahan sawah irigasi 227.344 ha lahan
sawah pasang surut, sawah lebak dan 80.727 ha sawah tadah
hujan dan 196.874 ha lahan sawah lebak. Sedangkan sisanya
169.171 ha adalah lahan sawah yang belum ditanami.
Cakupan kegiatan pertanian yang ada di Provinsi Sumatera
Selatan terdiri atas beberapa jenis kegiatan yang dikelompokkan
dalam beberapa sub sektor yaitu tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Untuk sektor
tanaman pangan, Sumatera Selatan memiliki lawan sawah seluas
781.595 ha yang terdiri dari lahan sawah yang ditanami padi
seluas 612.424 dan lahan sawah yang tidak ditanami padi seluas
169.171 ha. Lahan sawah yang ditanami padi terdiri dari lahan
sawah irigasi seluas 107.656 ha, lahan sawah tadah hujan seluas
90.970 ha, lahan sawah pasang surut seluas 217.166, dan lahan
sawah rawa lebak seluas 196.632 ha.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Sumatera Selatan telah menetapkan sasaran luas tanam, luas
panen, provitas dan produksi untuk komoditas padi, jagung dan
kedelai, selengkapnya disajikan pada tabel berikut :
Tabel 13: Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Provitas dan
Produksi Padi Tahun 2016 di Provinsi Sumatera
Selatan
No KABUPATEN/
KOTA
SASARAN PADI 2016
LT LP Provitas Produksi
1 OKU 17.830 16.939 40,85 69.194
2 O K I 195.106 185.351 44,50 824.811
3 Muara Enim 33.572 31.893 39,40 125.660
4 Pali 12.779 12.140 28,88 35.060
5 Lahat 37.911 36.015 50,02 180.149
6 Musi Rawas 58.328 55.412 53,26 295.122
7 Muratara 8.451 8.029 37,80 30.349
8 Musi Banyuasin 68.190 64.781 43,45 281.471
9 Banyuasin 318.947 303.000 46,20 1.399.858
10 OKU Selatan 44.010 41.810 49,98 208.964
11 OKU Timur 167.076 150.967 58,22 878.930
12 Ogan Ilir 54.941 52.194 42,29 220.727
13 Empat Lawang 33.827 32.136 44,45 142.843
14 Palembang 6.532 6.205 40,00 24.822
15 Prabumulih 1.028 977 27,93 2.728
16 Pagar Alam 8.999 8.832 47,92 42.321
17 Lubuk Linggau 5.580 5.421 52,67 28.555
Jumlah 1.073.107 1.012.099 47,34 4.791.564
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 109
Tabel 14 : Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Provitas dan
Produksi Jagung Tahun 2016 di Provinsi
Sumatera Selatan
Tabel 15 : Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Provitas dan
Produksi Kedelai Tahun 2016 di Provinsi
Sumatera Selatan
No KABUPATEN/
KOTA
Sasaran Jagung 2016
LT LP Provitas Produksi
1 OKU 2.975 2.915 75,40 21.975
2 O K I 3.099 3.038 42,00 12.760
3 Muara Enim 995 976 60,40 5.894
4 Pali 1.527 1.496 55,15 8.253
5 Lahat 456 447 64,70 2.891
6 Musi Rawas 2.810 2.754 60,00 16.523
7 Muratara 1.191 1.167 49,20 5.743
8 Musi Banyuasin 5.201 5.096 74,40 37.914
9 Banyuasin 17.800 16.910 61,05 103.236
10 OKU Selatan 10.995 10.775 63,70 68.637
11 OKU Timur 12.454 11.830 65,00 76.897
12 Ogan Ilir 349 343 42,23 1.447
13 Empat Lawang 1.778 1.743 50,49 8.799
14 Palembang 24 24 36,90 87
15 Prabumulih 500 490 24,80 1.215
16 Pagar Alam 458 449 71,80 3.223
17 Lubuk Linggau 39 38 70,02 268
Jumlah 62.651 60.490 62,12 375.760
No KABUPATEN/
KOTA Sasaran Kedelai 2016
LT LP Provitas Produksi
1 OKU 750 713 15,00 1.069
2 O K I 3.000 2.850 16,47 4.694
3 Muara Enim 500 475 15,65 743
4 Pali 222 190 14,00 266
5 Lahat 1.878 1.330 18,45 2.454
6 Musi Rawas 2.500 2.850 18,98 5.409
7 Muratara 750 713 16,12 1.149
8 Musi Banyuasin 2.000 1.900 14,88 2.827
9 Banyuasin 4.500 4.275 13,56 5.797
10 OKU Selatan 700 665 15,22 1.012
11 OKU Timur 1.200 1.140 11,69 1.333
12 Ogan Ilir 200 190 14,82 282
13 Empat Lawang 500 475 14,88 707
14 Palembang - - - -
15 Prabumulih 300 285 12,00 342
16 Pagar Alam 300 285 15,50 442
17 Lubuk Linggau 500 475 15,35 729
Jumlah 19.800 18.810 15,55 29.254
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 110
Pada tahun 2015, produksi padi Sumatera Selatan mencapai
4.259.104 ton Gabah Kering Giling (GKG). Bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya produksi padi di tahun 2016
mengalami peningkatan sebesar 926.538 ton GKG (21,81%) dari
total produksi sebesar 5.174.460 ton GKG. Peningkatan produksi
disebabkan oleh peningkatan luas panen dan produktivitas,
masing-masing meningkat sebesar 156.040 hektar (17,88%) dan
1,63 ku/hektar (3,35%). Peningkatan produksi diperkirakan terjadi
karena adanya percepatan tanam di Kabupaten Banyuasin dan
Kabupaten OKI sebagai upaya peningkatan intensitas tanam
(IP 200), penyediaan benih dan saprodi melalui bansos, dan
kegiatan cetak sawah.
Perbandingan pencapaian Luas Tanam, Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2015 dan 2016, selengkapnya disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 16 : Perbandingan Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai
di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 dan 2016
Wilayah binaan Kasubdit pengolahan di Provinsi Sumatera
Selatan sebagai berikut :
1. Kabupaten Ogan Ilir
Kabupaten Ogan Ilir mendapatkan alokasi bantuan kegiatan
utama UPSUS meliputi pengembangan irigasi rawa lebak
seluas 30.000 Ha, intensifikasi padi inbrida jaja legowo
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 111
seluas 2.000 Ha dan ekstensifikasi padi inbrida seluas 17.850
Ha, Bantuan Traktor Roda-2 128 Unit, Pompa air 28 unit,
Rice Transplanter 18 unit, Combine Harvester Sedang 10
unit, Combine Harvester Besar 4 Unit, Power Thereser 7 unit,
Power Thsreser Multiguna 10 Unit, Fasilitasi RMU 1 unit dan
Rehab Bangunan RMU 1 unit.
a) Padi
Pencapaian produksi padi tahun 2015 (ATAP)
adalah 196.000 ton Gabah Kering Giling dan
produktivitas 42,28 kw/ha dari luas panen 46.359
ha, sedangkan pencapaian produksi padi tahun 2016
(ARAM II) mengalami penurunan menjadi 189.416 ton
Gabah Kering Giling dan produktivitas 38,19 kw/ha
dari luas panen 49.595 ha.
b) Jagung
Pencapaian produksi jagung tahun 2015 (ATAP)
adalah 434 ton pipilan kering dan produktivitas 42,14
kw/ha dari luas panen 103 ha, sedangkan pencapaian
produksi jagung tahun 2016 (ARAM II) mengalami
kenaikan menjadi 1.373 ton pipilan kering dan
produktivitas 55,45 kw/ha dari luas panen 247,6 ha.
c) Kedelai
Pencapaian produksi kedelai tahun 2015 (ATAP)
adalah 137 ton biji kering dan produktivitas 15,05 kw/ha
dari luas panen 91 ha, sedangkan pencapaian produksi
kedelai tahun 2016 (ARAM II) mengalami
penurunan menjadi 23 ton pipilan keing dan
produktivitas 14,11 kw/ha dari luas panen 16,3 ha
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 112
2. Kabupaten Ogan Komering Ilir
Kabupaten Ogan Komering Ilir mendapatkan alokasi bantuan
kegiatan utama UPSUS meliputi Pengembangan irigasi rawa
lebak/pasang surut seluas 40.000 Ha, Rehabilitasi jaringan
irigasi (RJI) seluas 815 Ha, perluasaan sawah seluas 11.000
Ha, Opimasi rawa gambut seluas 500 Ha, Intensifikasi padi
inbrida jajar legowo seluas 9.500 Ha, ektensifikasi padi
inbrida jajar legowo seluas 78.875 Ha, pengembangan padi
melalui budidaya Hazton seluas 25 Ha, Pengembangan
jagung hibrida seluas 7.000 Ha, Bantuan Traktor Roda-2 385
Unit, Pompa air 67 unit, Rice Transplanter 40 unit, Combine
Harvester Sedang 26 unit, Combine Harvester Besar 8 Unit,
Corn Combine Harvester 1 unit, Corn Sheller 14 Unit, Power
Thereser 3 unit, Power Thsreser Multiguna 48 Unit, Fasilitasi
RMU 1 unit dan Rehab Bangunan RMU 1 unit.
a) Padi
Pencapaian produksi padi tahun 2015 (ATAP)
adalah 639.545 ton Gabah Kering Giling dan
produktivitas 45,73 kw/ha dari luas panen 139.839
ha, sedangkan pencapaian produksi padi tahun 2016
(ARAM II) mengalami penurunan menjadi 721.482 ton
Gabah Kering Giling dan produktivitas 4.3,04 kw/ha
dari luas panen 167.645,7 ha.
b) Jagung
Pencapaian produksi jagung tahun 2015 (ATAP)
adalah 8.967 ton pipilan kering dan produktivitas 39,45
kw/ha dari luas panen 2.273 ha, sedangkan pencapaian
produksi jagung tahun 2016 (ARAM II) mengalami
kenaikan menjadi 22.954 ton pipilan kering dan
produktivitas 35,04 kw/ha dari luas panen 6.549,9 ha.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 113
c) Kedelai
Pencapaian produksi kedelai tahun 2015 (ATAP)
adalah 1.550 ton biji kering dan produktivitas 24,92
kw/ha dari luas panen 622 ha, sedangkan pencapaian
produksi kedelai tahun 2016 (ARAM II) mengalami
penurunan menjadi 3.023 ton pipilan keing dan
produktivitas 20,29 kw/ha dari luas panen 1.489,8 ha.
3. Kabupaten OKU Timur
Kabupaten OKU Timur mendapatkan alokasi bantuan
kegiatan utama UPSUS meliputi Rehabilitasi jaringan irigasi
(RJI) seuas 4.000 Ha, perluasaan sawah seluas 500 Ha,
Pengembangan padi melalui budidaya padi Hazton seluas 25
Ha, intensifikasi padi inbrida jajar legowo seluas 13.500 Ha,
ekstensifikasi padi inbrida seluas 22.175 Ha, padi hibrida
seluas 1.000 Ha, Pengembangan jagung hibrida seluas 7.300
Ha, Bantuan Traktor Roda-2 246 Unit, Pompa air 49 unit,
Rice Transplanter 31 unit, Combine Harvester Kecil 10 unit,
Combine Harvester Sedang 20 Unit, Corn Combine
Harvester 1 unit, Corn Sheller 45 Unit, Power Thereser 3
unit,Power Thsreser Multiguna 34 Unit, Fasilitasi RMU 1 unit
dan Rehab Bangunan RMU 1 unit.
a) Padi
Pencapaian produksi padi tahun 2015 (ATAP)
adalah 813.956 ton Gabah Kering Giling dan
produktivitas 58,72 kw/ha dari luas panen 138.612
ha, sedangkan pencapaian produksi padi tahun 2016
(ARAM II) mengalami kenaikan menjadi 988.699 ton
Gabah Kering Giling dan produktivitas 63,73 kw/ha dari
luas panen 155.139 ha.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 114
b) Jagung
Pencapaian produksi jagung tahun 2015 (ATAP)
adalah 59.212 ton pipilan kering dan produktivitas 61,92
kw/ha dari luas panen 9.563 ha, sedangkan pencapaian
produksi jagung tahun 2016 (ARAM II) mengalami
kenaikan menjadi 145.340 ton pipilan kering dan
produktivitas 80,88 kw/ha dari luas panen 17.969,9 ha.
c) Kedelai
Pencapaian produksi kedelai tahun 2015 (ATAP)
adalah 1.050 ton biji kering dan produktivitas 10,16
kw/ha dari luas panen 1.033ha, sedangkan pencapaian
produksi kedelai tahun 2016 (ARAM II) mengalami
penurunan menjadi 2.862 ton pipilan keing dan
produktivitas 10,50 kw/ha dari luas panen 2.726,7 ha.
b. Provinsi Kalimantan Selatan
Wilayah binaan Kasubdit Pascapanen di Provinsi Kalimantan
Selatan sebagai berikut :
1. Kabupaten Barito Kuala
a) Padi
Pencapaian luas tanam padi tahun 2016 sebesar
104.161 ha atau meningkat sebesar 4,51 % dibanding
luas tanam tahun 2015 sebesar 99.666. Luas panen
sebesar 99.021 ha atau meningkat sebesar 1,61 %
dibanding luas panen tahun 2015 sebesar 97.446.
Produksi sebesar 357,070 ton atau meningkat sebesar
1,88% dibanding produksi tahun 2015 sebesar 350.468.
Produktivitas sebesar 36,06 kw/ha meningkat 0,25%
dibandingkan produktivitas tahun 2015 sebesar 35,97
kw/ha
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 115
b) Jagung
Pencapaian luas tanam jagung tahun 2016 sebesar 170
ha atau meningkat sebesar 57,41 % dibanding luas
tanam tahun 2015 sebesar 108 ha. Luas panen sebesar
84,80 ha atau meningkat sebesar 17,78% dibanding luas
panen tahun 2015 sebesar 72 ha.
Produksi sebesar 415 ton pipilan kering atau meningkat
sebesar 30,50% % dibanding produksi tahun 2015
sebesar 318 ton pipilan kering. Produktivitas sebesar
48,90 kw/ha meningkat sebesar 10,66 % dibanding
produktivitas tahun 2015 sebesar 44,19 kw/ha
c) Kedelai
Pencapaian luas tanam kedelai tahun 2016 sebesar 524
ha atau meningkat sebesar 1.444 % dibanding luas
tanam tahun 2015 sebesar 34 ha. Luas panen sebesar
361 ha meningkat sebesar 7.120% dibanding luas
panen tahun 2015 sebesar 5 ha
Produksi sebesar 465 ton biji kering atau meningkat
sebesar 7.650% biji kering dibanding produksi tahun
2015 sebesar 6 ton biji kering. Produktivitas sebesar
12,89 kw/ha meningkat sebesar 11,69 % dibanding
produksitvitas tahun 2015 sebesar 11,54 kw/ha
2. Kabupaten Tapin
a) Padi
Pencapaian produksi padi tahun 2016 sebesar 391,697
ton Gabah Kering Giling dan produktivitas 5,20 ton/ha
dari luas panen 75.302 ha, sasaran produksi 377.019
ton GKG dan produktivitas 4,67 ton/ha, capaian produksi
tahun 2016 mengalami peningkatan 23 % dibanding
dengan capaian produksi padi tahun 2015 sebesar
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 116
301.122 ton Gabah Kering Giling dan
produktivitas 4,77 ton/ha dan luas panen 63.090 ha.
b) Jagung
Pencapaian produksi Jagung tahun 2016 sebesar
1.840 ton (biji kering), produktivitas 3,45 ton/ha dari luas
panen 533 ha, sasaran produksi 3.451 ton, produktivitas
3,55 ton/ha, produksi 2016 mengalami penurunan
dibanding dengan produksi tahun 2015 sebesar
2.878 ton (biji kering) dan produktivitas 2,42 ton/ha dan
luas panen 840 ha.
c) Kedelai
Pencapaian produksi kedelai tahun 2016 sebesar
909 ton (biji kering) , produktivitas 8,06 ton/ha dari luas
panen 1.128 ha. Mengalami penurunan dibanding
produksi tahun 2015 sebesar 965 ton (pipilan kering),
produktivitas 1,24 ton/ha dan luas panen 776 ha.
3. Kabupaten Hulu Sungai Selatan
a) Padi
Pencapaian produksi padi tahun 2016 sebesar 261,847
ton Gabah Kering Giling dan produktivitas 5,06 ton/ha
dari luas panen 51,723 ha, sasaran produksi 244,039
ton GKG, dan produktivitas 4,77 ton per
hektar, sedangkan pencapaian produksi padi tahun
2015 adalah 232,950 ton Gabah Kering Giling.
b) Jagung
Pencapaian produksi Jagung tahun 2016 adalah 440 ton
(biji kering) dan produktivitas 4,17 ton/ha dengan luas
panen 105,50 ha dari sasaran produksi 4,600
ton dengan produktivitas 4,74 ton/ha, sedangkan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 117
produksi Jagung tahun 2015 adalah 5,093 ton
(biji kering).
c) Kedelai
Pencapaian produksi kedelai tahun 2016 adalah 2 ton
(pipilan kering) dan produktivitas 1,08 ton/ha, luas
panen 2 ha, sedangkan produksi tahun 2015 adalah 36
ton. Kondisi wilayah yang umumnya lahan lebak pada
tahun 2016 mengalami banjir/puso untuk waktu tanam
jagung dan kedelai, sehingga tidak dapat melaksanakan
pertanaman.
4. Rapat Koordinasi UPSUS PJK
Melalui program UPSUS tiga komoditas utama padi, jagung, kedelai
(pajale), pemerintah Presiden Jokowi sangat bertekad untuk
mensukseskan kedaulatan pangan dalam kurun waktu 3 tahun ini,
yaitu pada tahun 2017. Pada kegiatan UPSUS pajale, segala strategi
dan upaya dilakukan untuk peningkatan luas tanam dan produktivitas
di daerah sentra produksi pangan. Operasioanalisasi pencapaian
target di lapangan dilaksanakan secara all in untuk mensukseskan
program antara lain dengan penyediaan dana, pengerahan tenaga,
perbaikan jaringan irigasi yang rusak, bantuan pupuk, ketersediaan
benih unggul yang tepat (jenis/varietas, jumlah, tempat, waktu, mutu,
harga ), bantuan alsintan yang mendukung persiapan, panen dan
pascapanen termasuk kepastian pemasarannya.
Dalam rangka mengevaluasi pencapaian target tanam MT. Oktober –
Maret 2016, dan pelaksanaan Musim Tanam April – September 2016
serta Pelaksanaan Serapan Gabah 2016, maka sebagai bahan
kebijakan pemerintah dimasa yang akan datang, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, menyelenggarakan Rapat Koordinasi Upaya
Khusus (UPSUS) Padi, Jagung dan Kedelai, pada tanggal 3 - 5 Mei
2016 di Palembang.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 118
Pertemuan dihadiri oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan sekaligus
menyampaikan arahan dan membuka pertemuan. Pertemuan dihadiri
oleh Staf Ahli Bidang Lingkungan, Kementerian Pertanian, Kepala
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera
Selatan, Kepala Divre Bulog Sumatera Selatan dan Bangka Belitung,
Danrem,, Kepala BPS sumatera Selatan dan BPS Kabupaten/Kota
Sumatera Selatan, Dandim Kab/kota Provinsi Sumatera selatan,
Kepala Dinas dan Kepala Bidang Tanaman Pangan Kab/Kota Provinsi
Sumatera Selatan.
Narasumber Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Staf Ahli Bidang
Lingkungan, Kabulog Divre Sumsel dan Babel, BPS Sumsel, Kepala
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov Sumsel,
Direktur Pengolahan dan Pengolahan Tanaman Pangan, Sekda Kab.
OKI, Danrem Sumsel.
a. Lesson Learn Pelaksanaan UPSUS PAJALE dapat disampaikan
sebagai berikut :
1) Target tanam Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015/2016
adalah 1.073.107 ha, realisasi sampai dengan tanggal 2 mei
2016 adalah 645.197 ha, maka luas tambah tanam yang
belum terealisasi adalah 427.910 ha. Periode OKMAR
2015/2016 target 498.965 ha realisasi 542.639 ha, terdapat
kelebihan tambah tanam seluas 43.674 ha. Target ASEP
2016 adalah 574.143 ha dan telah terealisasi sampai dengan
tanggal 2 Mei 2016 adalah 102.559 ha, maka terdapat
kekurangan tanam seluas 471.584 ha.
2) Kekurangan tambah tanam periode ASEP 2016 seluas
471.584 ha akan dioptimalkan khusus di daerah lebak yaitu
Kabupaten OKI (130.415 ha) dan Ogan Ilir (51.005 ha). Untuk
itu khusus kepada daerah yang mempunyai lahan lebak
untuk segera berkoordinasi dengan TNI AD, KCD, penyuluh
dan tenaga pendamping agar dapat melakukan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 119
pendampingan dan dukungan sepenuhnya kepada petani,
pada kegiatan RJIT dan cetak sawah segera dioptimalkan
pelaksanaannya, khusus untuk di lahan kering perlu adanya
intercropping di lahan perkebunan.
3) Pelaksanaan SERGAP Bulog di Sumatera Selatan untuk
gabah masih terserap 12,13 % dan beras 12,05 %, maka
agar lebih diperhatikan serapan gabah/beras di wilayah Sub
Divre maupun Kansilog dan melaporkan perkembangan
serapan gabah/beras per hari kepada Bulog Divre Sumsel
ditembuskan kepada Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumsel.
4) Tantangan yang dihadapi adalah system pendataan LTT dan
BPS belum optimal, faktor iklim (lahan lebak yang masih
tergenang dan lahan pasang surut belum bisa dilakukan olah
tanah), petani masih tergantung dengan dana pemerintah,
produktivitas rendah (pola tanam tabur benih langsung
sangat berpengaruh terhadap produktivitas, saprodi
bergantung pada subsidi pemerintah dan alat pengolahan
hasil masih sederhana), ketergantungan sistem yarnen masih
terjadi pada sebagian petani, adanya keterbatasan tenaga
kerja di bidang pertanian sedangkan lahan sangat luas, benih
ciherang tidak sesuai dengan tipologi lahan di Sumsel karena
sering terjadi penyakit blast dan patah leher.
5) Pada tahun 2016, Pemerintah telah menetapkan sasaran
produksi padi sebesar 76,23 juta ton GKG, jagung sebesar 24
juta ton PK dan kedelai sebesar 1,5 juta ton BK. Angka ini
hanya bersifat indikatif. Bapak Menteri Pertanian telah
mengarahkan agar sasaran yang dicapai sesuai dengan
kesepakatan yang telah dilakukan dengan dinas daerah.
Untuk Provinsi Sumatera Selatan sasaran produksi padi
sebesar 4.587.658 ton, jagung 315.000 ton dan kedelai
62.617 ton
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 120
6) Pencapaian jumlah produksi hanya dapat diperoleh dari :
a) peningkatan luas panen dan peningkatan produktivitas;
b) aktualisasi jumlah produksi harus dapat digambarkan dari
cadangan produksi yang meningkat (Stok Bulog melalui
Sergap) atau ekspor yang meningkat, c) peningkatan nilai
tambah dapat dilihat dari pertumbuhan proses olahan
maupun kemasan yang lebih baik, serta d) peningkatan mutu
pangan dapat dilihat dari bertambahnya jumlah sertifikasi
atau registrasi produk tanaman pangan.
7) Percepatan kegiatan dan penyerapan anggaran yang dminta
oleh Bapak Menteri Pertanian, serapan anggaran Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan akhir Mei sebesar 40 %. Sumsel
sampai dengan tanggal 2 Mei 2016 realisasinya (SPAN)
mencapai 21,76 % atau peringkat kedua secara Nasional.
8) Target akselerasi penyerapan gabah/beras Bulog Divre
Sumatera Selatan adalah 500.000 ton yang terdiri dari
Palembang 288.562 ton, OKU 120.706 ton, Lahat 54.188 ton,
Lubuk Linggau 36.544 ton.
9) Upaya optimalisasi penyerapan gabah/beras adalah
pemantauan ke lokasi-lokasi panen sentra padi bersama
dengan Dinas Pertanian dan TNI AD setempat untuk
melakukan penyerapan secara langsung kepada petani
sesuai dengan persyaratan/ketentuan yang berlaku dan
mendirikan posko-posko di lokasi penyerapan gabah/beras.
10) Sistem pendataan antara Dinas Pertanian dan BPS masih
belum sinkron, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan
persepsi antara KSK dan KCD. Pergantian petugas menjadi
pangkal permasalahan perbedaan data.
11) BPS memberikan apresiasi kepada Dinas Pertanian TPH
Prov. Sumsel, ada peningkatan produksi sebesar 15,73%
pada level 4,25 juta ton. Faktor penentu faktor produksi pada
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 121
adalah luas tanam dikalikan produktifitas, dan hal ini agar
dilakukan bersama antara Dinas dan BPS agar mendapatkan
data yang tepat dan akurat.
12) Tantangan yang dihadapi BPS adalah : petak sawah yang
menyebar/tidak beraturan menyulitkan perhitungan
penentuan luas tanaman padi, ubinan di Sumatera Selatan
merupakan tertinggi ke-2 se Indonesia hal ini tidak terlepas
dari koordinasi yang baik antara KSK dan KCD tetapi petani
tidak kooperatif (sebelum dilakukan ubinan, petani sudah
melakukan pemanenan).
13) Permasalahan dalam penentuan inflasi di Sumatera Selatan,
bahwa data inflasi di perdesaan lebih tinggi daripada di
perkotaan, padahal desa merupakan sentral komoditi pangan,
maka perlu kerjasama yang baik dengan semua pihak agar
margin perdagangan dapat dikontrol melalui memperpendek
jalur distribusi.
14) Dukungan Korem 044/GAPO adalah pengerahan SSK,
pembentukan satgas SERGAP, penyiapan gudang
penyimpanan sementara hasil panen, pemberdayaan
intelegen dalam monitoring perkembangan UPSUS,
peningkatan puan Babinsa melalui TAR Budidaya Pajale
tersebar di Kodim JAJREM 044/GAPO, mempersiapkan
brigade alsintan dalam menghadapi musim kemarau dan
mempersiapkan penanganan hama tikus dan babi bersama
masyarakat.
15) Penyuluh diberikan fasilitas untuk pengawalan dan
pendampingan sebanyak 800 orang (WKPP) untuk
berkunjung ke kelompok tani termasuk insentif untuk THL
(Tenaga Harian Lepas).
16) Badan Pengembangan SDM akan menetapkan dan
mengukuhkan Penyuluh Pertanian swadaya dan pemberian
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 122
insentif bagi Penyuluh Pertanian Swadaya. Dari 1700 orang
Penyuluh Pertanian di Sumatera Selatan, baru 800 orang
yang difasilitasi.
b. Permasalahan UPSUS Pajale Tahun 2016 di Kabupaten/Kota se-
Sumatera Selatan dan upaya tindak lanjut sebagai berikut
1) Kabupaten Pagar Alam
a) Serangan ulat grayak dan blast yang berpengaruh
terhadap hasil ubinan
b) Bantuan benih jagung seluas 187 ha pengadaan pusat
belum realisasi.
2) Kabupaten Muratara
a) Untuk tahun 2017 masih ada kegiatan UPSUS Pajale,
sehingga memerlukan kemitraan untuk pemasaran hasil
terutama pada komoditi jagung dan kedelai.
b) Bantuan benih jagung dari pengadaan Pusat seluas
1500 ha belum ada realisasi.
3) Kota Prabumulih
a) Mengusulkan kegiatan ekstensifikasi seluas 700 ha.
b) Bantuan benih jagung (pengadaan dari pusat) seluas
200 ha belum ada realisasi
4) Kabupaten Banyuasin
a) Capaian target tanam pada bulan April belum terealisasi
karena di beberapa kecamatan masih ada panen.
b) Kondisi lahan masih tergenang (Banyuasin Timur)
c) Banyuasin sudah mendapatkan bantuan TR-4 sebanyak
35 unit, namun untuk memenuhi lahan seluas 90.000 ha
tidak tercukupi sedangkan TR-2 digunakan untuk olah
tanah regular.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 123
Upaya Tindaklanjut :
a) Bupati telah menyusun jadwal monitoring ke lapangan
(setiap 2 hari ke desa-desa terutama prioritas ke desa
yang capaian tanamnya rendah).
b) Kabid dibentuk menjadi tim Pembina, setiap Kabid
memegang 3 sampai 4 kecamatan.
c) Alsintan yang telah diberikan dijadikan UPJA
d) Petani yang mengikuti program UPSUS, wajib mengikuti
AUTP.
5) Kabupaten Musi Rawas
a) Tidak tercapainya target luas tanam pada bulan April,
dikarenakan faktor alam, yaitu tanaman bulan
Desember dan Januari mengalami kebanjiran sampai 3
kali tanam sehingga mengakibatkan keterlambatan
panen dan berdampak pada keterlambatan tanam.
b) Untuk mengatasi hal tersebut adalah : percepatan
tanam pada bulan Mei untuk menutupi kekurangan luas
tanam pada bulan April.
c) Himbauan kepada Bulog, agar bersungguh-sungguh
dalam menyerap gabah/beras petani.
6) Kabupaten Musi Banyuasin
a) Keterlambatan panen mengakibatkan terlambat tanam,
disebabkan oleh dampak kemarau panjang pada tahun
sebelumnya
b) Curah hujan yang tinggi menyebabkan lahan lebak
belum dapat dilakukan pertanaman
c) Ketersediaan benih padi terutama benih bersubsidi yang
pengadaannya tidak tepat waktu.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 124
Upaya Tindaklanjut :
a) Penyediaan benih padi bersubsidi yang tepat varietas,
tepat waktu pada PT. Pertani.
b) Mengoptimalkan bantuan alat tanam baik dari APBD II,
APBD I dan APBN.
c) Bersama-sama dengan pihak TNI AD menggerakkan
petani untuk percepatan tanam.
7) Kabupaten Lahat
a) Bersama Tim Upsus Kabupaten melaksanakan
sosialisasi peningkatan Intensitas (IP) dan sistem tanam
jajar legowo.
b) Melaksanakan gerakan percepatan pengolahan tanah
pada lahan yang selesai pemanenan.
c) Berkoordinasi dengan para distributor dan pengecer
pupuk untuk ketersediaan pupuk pada MT. ASEP 2016.
d) Sosialisasi CPCL PAT Padi lahan kering untuk
pertanaman MT. ASEP 2016 seluas 2.852 Ha.
8) Kabupaten OKU
a) Kendala pertanaman di Kabupaten OKU adalah setelah
panen lahan tidak langsung diolah
b) Solusinya adalah melakukan percepatan tanam di bulan
mei dengan menggunakan sistem Jarwo
c) Ketersediaan benih terbantu dengan kegiatan Desa
Mandiri Benih.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 125
PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT STANDARDISASI DAN
MUTU
A. Sosialisasi dan Bimbingan Standardisasi Dan Mutu Hasil Tanaman
Pangan
Kegiatan sosialisasi dan bimbingan standardisasi dan mutu hasil tanaman
pangan meliputi :
1. Bimbingan Teknis Petugas Pendamping Penerapan Sistem Pertanian
Organik
Pertumbuhan pasar produk organik di Indonesia cukup pesat, hal
tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah petani yang mengelola
pertanian organik dari tahun ke tahun. Sampai dengan tahun 2015
jumlah poktan/gapoktan beras yang sudah mendapatkan sertifikasi
organik sebanyak 215 poktan/gapoktan padi organik bersertifikat,
tersebar di 15 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DIY,
Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah). Selain itu outlet organik di supermarket (ritel),
restoran, organisasi pecinta organik dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) serta Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) juga turut
meningkat jumlahnya.
Melalui kegiatan Bimbingan Teknis Petugas Pendamping Penerapan
Sistem Pertanian Organik diharapkan adanya penyamaan persepsi
mekanisme sertifikasi organik berbasis kelompok melalui penerapan
sistem pengawasan internal (Internal Control System/ICS) yang sesuai
dengan aturan dari SNI 6729:2016 dan Permentan No. 64 Tahun 2013
sehingga tersedia petugas pendamping yang kompeten dan memiliki
dedikasi tinggi untuk mendampingi poktan/gapoktan organik dalam
menerapkan sistem pertanian organik sehingga dapat disertifikasi oleh
LSO yang kompeten.
VII
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 126
Tujuan Bimbingan Teknis Petugas Pendamping Penerapan Sistem
Pertanian Organik sebagai berikut :
a) Memberikan pemahaman tentang peraturan dan prosedur
penerapan sistem sertifikasi pertanian organik;
b) Menyediakan petugas pendamping yang kompeten untuk
mendukung kegiatan fasilitasi sertifikasi pangan organik berbasis
kelompok untuk program pembinaan dan sertifikasi sistem
pertanian organik, dimana mereka akan melakukan pembinaan
lebih lanjut kepada poktan/gapoktan di lokasi yang di tentukan
Sasaran kegiatan adalah meningkatkan pengetahuan, wawasan dan
keterampilan Petugas Pendamping di Instansi Pusat dan 26 Dinas
pertanian Provinsi/Kab/Kota sehingga mampu melakukan
pendampingan kepada pelaku usaha untuk dapat menerapkan sistem
pertanian organik di masing-masing wilayahnya.
Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Teknis Petugas Pendamping
Penerapan Sistem Pertanian Organik dilaksanakan pada tanggal 29
Maret – 01 April 2016 di Hotel Grandia Bandung, dibuka oleh Direktur
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, dihadiri oleh 70
peserta yang terdiri dari para petugas pendamping sistem pertanian
organik di 26 provinsi serta instansi terkait lainnya. Narasumber
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, KADIN, Lembaga Sertifikasi
Organik, Balai Penelitian Tanah (Balittanah), Balai Besar Litbang
Bioteknologi & Sumber Daya Genetik Pertanian (Balai Besar Biogen),
Konsultan Bisnis dan narasumber dari Gapoktan Simpatik, Kabupaten
Tasikmalaya.
Materi yang disampaikan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan sebagai berikut :
a) Kebijakan dan Rancang Bangun Pengembangan Sistem Organik;
b) Kebijakan Pengembangan Bisnis Pertanian dan Pola
Pengembangan Kerjasama Bisnis Melalui KADIN;
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 127
c) Strategi Penguatan Penerapan Sistem Pertanian Organik;
d) Teknik Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dalam
Sebuah Proses Bisnis;
e) SNI 6729:2013 Sistem Pertanian Organik, dan Permentan Nomor
64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian Organik,
dan Analisa Usahatani Padi Organik;
f) Tantangan dan Pola Pengembangan Pupuk Organik;
g) Tantangan dan Pola Pengembangan Pestisida Alam;
h) Standar Organik Internasional (Uni Eropa dan China);
i) Sertifikasi Organik Berbasis Kelompok;
j) Pengantar Penyusunan Dokumen Sistem Mutu Sertifikasi
Berbasis Kelompok;
k) Penerapan Sistem Kendali Internal;
Berdasarkan hasil paparan narasumber, diskusi dan masukan peserta,
beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan menjadi
prioritas untuk ditindaklanjuti sebagai berikut :
a) Arahan penting yang diminta oleh Direktur Jenderal Tanaman
Pangan agar ditelaah adalah menyusun Roadmap
Pengembangan Ekspor Beras sampai tahun 2019. Untuk itu,
Direktorat Serealia serta Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) melakukan rapat koordinasi
untuk menyelesaikan hal tersebut dengan mengundang daerah
b) Direktur Jenderal Tanaman Pangan, menekankan Penguatan
Pelaksanaan Sistem Pertanian Organik (beras) untuk memenuhi
kebutuhan domestik dan ekspor yang ditargetkan oleh Menteri
Pertanian. Peningkatan ekspor beras didukung oleh
pengembangan beras-beras khusus lainnya seperti beras hitam
dan merah, yang dapat dikembangkan dalam budidaya organik
maupun non organik (tergantung permintaan pasar).
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 128
c) Petugas pendamping harus dapat melakukan evaluasi terhadap
poktan atau gapoktan yang didampinginya, sehingga dapat
diketahui penyebab atau kendala yang terjadi jika tidak
berkembangnya penerapan sistem pertanian organic diwilayah
binaan dan hal ini nantinya dapat menjadi masukan untuk
pemerintah pusat dalam pelaksaan program kedepan terkait
pengembangan 1000 desa organik;
d) Petugas pendamping diharapkan dapat membantu mencari
peluang-peluang pasar baik domestik maupun internasional
dengan adanya kerjasama mengenai peluang pemasaran dalam
mengatasi masalah dalam bisnis yang dapat diberikan oleh
perwakilan dari KADIN dan Konsultan Bisnis di masing-masing
provinsi.
e) Diperlukan harmonisasi diantara lembaga sertifikasi organik yang
telah ada di Indonesia terkait dengan persyaratan sertifikasi
organik dan biaya sertifikasi;
f) Sistem Pertanian Organik merupakan sebuah proses bisnis
dengan peluang pasar yang sangat besar dan pilihan pasar yang
beragam sesuai dengan segmentasi yang diinginkan;
g) Petugas pendamping sistem pertanian organik tidak hanya
berfungsi untuk memproses dokumen tetapi merupakan agen
perubahan.
h) Dalam mendukung program tersebut diperlukan kebijakan yang
sinergis antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Swasta,
Perguruan Tinggi, dan Stakeholder lainnya
i) Dukungan kebijakan pengembangan pertanian organik yang
memadai (Pedoman Umum & Teknis)
1) Dukungan penelitian dan pengembangan
2) Kebijakan mutu, standarisasi dan infrastruktur pendukung
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 129
3) Pembinaan secara terpadu oleh Pemerintah Pusat dan
Daerah terkait dengan GAP (produksi), GHP (panen &
pasca panen), GMP (pengolahan) maupun GRP
(pemasaran)
4) Sertifikasi produk organik berbasis kelompok
5) Jaminan pasar domestik dan internasional
6) Dukungan promosi dalam negeri dan luar negeri
Kunjungan lapang ke Gapoktan Simpatik di kampung Cidahu Desa
Mekarwangi Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, untuk
melihat langsung penerapan sistem pertanian organik pada pelaku
usaha yang telah melakukan ekspor produk organik. Dengan
kunjungan tersebut, diharapakan petugas pendamping peserta bimtek
dapat termotivasi dan konsisten dalam mendampingi Poktan/
Gapoktan melakukan penerapan sistem pertanian organik.
Adapun yang perlu ditindaklanjuti dari kegiatan Bimbingan Teknis
Petugas Pendamping Penerapan Sistem Pertanian Organik sebagai
berikut :
a. Dinas Pertanian Provinsi diharapkan dapat mengadakan
Bimbingan Teknis lanjutan dimasing-masing daerahnya dengan
materi yang membangun spirit dan komitmen (bukan sekedar
melaksanakan kegiatan).
b. Petugas pendamping penerapan sistem pertaian organik di
Provinsi menentuan CP/CL yang menerima bantuan dana Ditjen
Tanaman Pangan diharapkan dapat melihat karakteristik dari
petani/Poktan/Gapoktan saat apresiasi ICS, dimana syarat
mutlak organisasi kelompok tersebut yaitu solidaritas petani yang
merupakan inti dari penerapan sertifikasi organik berbasis
kelompok serta bagaimana petani menginterpretasikan SNI
organik kedalam kegiatan pertanian organik sehingga dapat
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 130
dituangkan kedalam dokumen sistem mutu kelompok dan dengan
mudah nantinya untuk diterapkan;
c. Secara resmi petani CP/CL yang sudah merupakan seleksi dari
petani yang bermutu dan masuk dalam ICS untuk sertifikasi
organik akan di lakukan TOT pelatihan sistem manajemen
internal untuk sertifikasi kelompok untuk komoditi tanaman
pangan oleh petugas pendamping penerapan sistem pertanian
organik;
d. Evaluasi harus dilakukan terkait pendampingan untuk kegiatan
Fasilitasi Sertifikasi Pengawalan Penerapan Jaminan Mutu dan
Sistem Pertanian Organik
2. Bahan Informasi Mutu dan Standardisasi
Bahan Informasi Mutu dan Standardisasi berupa buku Standar
Nasional Indonesia (SNI) Komoditi Tanaman Pangan dan Sistem
Pertanian Organik. Buku SNI komoditi tanaman pangan berisi
informasi terkait standar beras, jagung, jagung bahan pakan ternak,
kedelai, bekatul, gabah, ubijalar, kacang tanah, kacang hijau dan
sorgum. Buku SNI sistem pertanian organik berisi informasi terkait tata
cara budidaya tanaman pangan secara organik. Tujuannya untuk
memberikan informasi serta panduan kepada para petani, petugas
lapangan dan pelaku usaha sehingga dapat menerapkan standar
dalam rangka meningkatkan mutu produk tanaman pangan
3. Pengembangan Peningkatan Kompetensi SDM
Dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM, Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan telah mengikuti berbagai
pelatihan yaitu sebanyak 51 orang dari instansi pusat, dinas pertanian,
dan poktan. Pelatihan yang diikuti yaitu Pelatihan Inspektor Organik,
Pelatihan Internal Control System (ICS) Pertanian Organik, Pelatihan
Fasilitator Pertanian Organik, Pelatihan Pembuatan Pupuk & Pestisida
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 131
Organik, Pelatihan Petugas Pengambil Contoh dalam Rangka Inspeksi
dan Pengujian, Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa, Pelatihan
Penerapan & Dokumentasi Sistem HACCP, Pelatihan Ekspor Impor
Plus, dan Pelatihan Design Grafis.
B. Fasilitasi Sertifikasi
1. Fasilitasi Sertifikasi Sistem Pertanian Organik
Dalam rangka mendukung program nawacita untuk pengembangan
1000 desa pertanian organik serta akselerasi ekspor beras, Ditjen
Tanaman Pangan memberikan fasilitasi sertifikasi pertanian organik.
Fasilitasi sertifikasisistem pertanian organik merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk
organik melalui mekanisme sertifikasi yang dilakukan oleh Lembaga
Sertifikasi Pertanian Organik yang kompeten. Pelaku usaha yang
sudah menerapkan sistem pertanian organik dan mendapatkan
sertifikasi organik berhak mencantumkan logo organik Indonesia pada
produk yang dihasilkan.Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
nomor 64/Permentan/OT.140/5/2013, seluruh produk organik yang
beredar di wilayah Indonesia baik produksi dalam negeri maupun
pemasukan (impor) harus mencantumkan logo organik Indonesia.
Pelaku usaha yang ingin mendapatkan sertifikasi organik harus
memenuhi persyaratan teknis sebagaimana tertuang dalam SNI 6729
Tahun 2013. dan persyaratan manajemen sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. SNI 6729 Tahun 2016 sebagai pengganti SNI 6729
Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik telah diterbitkan
namun baru diberlakukan mulai Agustus 2017. Mengingat sertifikasi
pertanian organik tidak hanya didasarkan pada penilaian produk akhir
saja, melainkan dimulai dari proses produksi sampai distribusi yang
terdokumentasi, diperlukan pendampingan oleh pihak terkait baik
Pemerintah Pusat, Daerah maupun instansi lainnya. Tahapan fasilitasi
sertifikasi organik dimulai dari identifikasi CPCL, apresiasi dan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 132
sosialisasi sistem pertanian organik, penyusunan dokumen sistem
mutu untuk sertifikasi pertanian organik, penerapan Internal Control
System (ICS) dan pengajuan sertifikasi ke Lembaga Sertifikasi Organik
yang sudah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Pada awal tahun anggaran 2016, sebanyak 75 pelaku usaha
ditargetkan mendapatkan sertifikasi organik. Namun setelah melihat
kesiapan di lapangan, pada penghematan APBNP I tahun 2016 terjadi
perubahan target sertifikasi organik semula 75 pelaku usaha menjadi
56 pelaku usaha dan pada penghematan II menjadi 33 pelaku usaha.
Sampai dengan bulan Desember 2016, terdapat 32 pelaku usaha
organik (96,97% dari target 33 pelaku usaha organik atau 57,14 % dari
target 56 pelaku usaha organik) sudah berhasil mendapatkan
sertifikasi organik.
Satu Pelaku usaha organik di Provinsi Kalimantan Barat sudah
dilakukan inspeksi oleh LSO dan dalam proses penyelesaian tindakan
perbaikan. Provinsi yang tidak dapat meneruskan proses sertifikasi
adalah Provinsi Kalimantan Tengah, hal ini disebabkan karena
pengurus poktan berpindah ke provinsi lain. Perkembangan tahapan
pelaksanaan sertifikasi organik TA 2016 disajikan pada tabel berikut :
Tabel 17 : Perkembangan Tahapan Pelaksanaan Sertifikasi Organik
Tahun 2016
Luas
Semula Menjadi Sosialisasi DoksistuPenerapan
ICS
Proses
SertifikasiSertifikasi (ha)
1 Aceh 4 0
2 Sumut 4 4 4 44.00 LSO Lesos
3 Sumbar 2 2 3 16.73 LSO Sumbar
4 Riau 2 0
5 Jambi 2 0
6 Sumsel 3 3 3 52.13 LSO Sumsel
7 Bengkulu 3 0
8 Lampung 3 0
9 Jabar 7 7 7 60.87 LSO Inofice
10 Jateng 5 0
KeteranganNo. Provinsi
Target Tahapan Pembinaan dan Sertifikasi Pertanian Organik
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 133
Luas
Semula Menjadi Sosialisasi DoksistuPenerapan
ICS
Proses
SertifikasiSertifikasi (ha)
11 DIY 2 2 2 8.37 Persada
12 Jatim 5 3 3 60.00 LSO Lesos
13 Banten 1 1 1 22.68 Inofice
14 Bali 3 3 3 28.82 LSO Lesos
15 NTB 2 0
16 NTT 4 3 3 33.44 LSO Inofice
17 Kalbar 4 1 1
18 Kalteng 4 1 1
19 Sulteng 1 1 1 37.50 LSO Inofice
20 Sulsel 5 2 2 97.10 LSO Inofice
21 Sultra 2 0
22 Gorontalo 1 0
23 Sulbar 3 0
24 Malut 1 0
25 Papua Barat 1 0
26 Papua 1 0
75 33 1 1 32 461.640
Keterangan
Total
No. Provinsi
Target Tahapan Pembinaan dan Sertifikasi Pertanian Organik
2. Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
Penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan bertujuan
untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian
melalui mekanisme penjaminan (registrasi) yang dilakukan oleh
Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKPP)/Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD).
Pelaku usaha yang sudah menerapkan sistem jaminan mutu dan
keamanan pangan dan mendapatkan nomor registrasi Pangan Segar
Asal Tumbuhan (PSAT), berhak mencantumkan nomor register PSAT
tersebut pada kemasan retail produk yang dihasilkan saat produk akan
diedarkan di pasaran.
Pelaku usaha yang akan mendapatkan nomor registrasi PSAT untuk
Produk Dalam (PD) atau Produk Luar (PL) dalam kemasan retail,
harus memenuhi ketetentuan peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/
Catatan : Untuk Provinsi Sumatera Barat, biaya Sertifikasi tidak realisasi karena biaya sertifikasi gratis
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 134
permentan/OT.140/10/2008 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran
Pangan Segar Asal Tumbuhan.
Registrasi produk hasil pertanian tidak hanya didasarkan pada
penilaian produk akhir saja, melainkan dimulai dari proses produksi
sampai distribusi yang terdokumentasi, sehingga diperlukan
pendampingan oleh pihak terkait, baik pusat, daerah maupun instansi
lainnya.
Output dari penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan
adalah terlaksananya bimbingan teknis penerapan jaminan mutu dan
keamanan pangan bagi poktan/gapoktan/pelaku usaha pertanian di 25
Provinsi (50 lokasi) sehingga siap diberikan nomor register PSAT.
Outcome tersedianya produk pertanian yang memiliki jaminan mutu
dan keamanan pangan dalam bentuk registrasi PSAT.
Pada awal tahun anggaran 2016, sebanyak 50 pelaku usaha
khususnya poktan/gapoktan/penggilingan padi yang memiliki kemasan
retail produk menjadi sasaran dalam pemberian nomor registrasi
PSAT, namun dalam pelaksanaannya ditemui beberapa kendala
seperti : a) terjadi pemotongan anggaran ; b) Beberapa otoritas
kompeten keamanan pangan daerah belum mempunyai ruang lingkup
registrasi PSAT, sehingga pemberian nomor register PSAT menjadi
terhambat ; c) Pelaku usaha penggilingan padi yang telah dibina untuk
memperoleh register PSAT belum memenuhi persyaratan keamanan
dan kebersihan yang menjadi penilaian dalam proses register PSAT.
Untuk Itu beberapa provinsi pelaku usaha penggilingan beras yang
telah diajukan ke OKPPD masih dalam proses registrasi untuk
melanjutkan pemenuhan persyaratan register tersebut. Status
Kegiatan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
(Registrasi PSAT 2016) disajikan pada tabel berikut :
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 135
Tabel 18 : Status Kegiatan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan
Keamanan Pangan (Registrasi PSAT 2016)
Semula Menjadi Sosialisasi DoksistuPenerapan
SJMKP
Pengujian
Lab
Proses
RegistrasiRegistrasi
1 Aceh 2 0 Penghematan
2 Sumut 2 2 2
3 Sumbar 2 2 10 OKKPD Sumbar
4 Riau 2 0 Penghematan
5 Jambi 2 0 Penghematan
6 Sumsel 2 0 Penghematan
7 Bengkulu 2 0 Penghematan
8 Lampung 2 0 Penghematan
9 Jabar 2 2 1 1
10 Jateng 2 0 Penghematan
11 DIY 2 2 2 OKKPD DIY
12 Jatim 2 0 Penghematan
13 Banten 2 2 1 1 OKKPD Banten
14 Bali 2 2 2 OKKPD Bali
15 NTB 2 0 Penghematan
16 NTT 2 2 2
17 Kalbar 2 2 3
18 Kalteng 2 0 Penghematan
19 Sulteng 2 2 2
20 Sulsel 2 0 Penghematan
21 Sultra 2 0 Penghematan
22 Gorontalo 2 2 2 Penghematan
23 Sulbar 2 0 Penghematan
24 Malut 2 0 Penghematan
25 Papua Barat 2 0 Penghematan
50 20 0 0 0 0 13 16
Tahapan Fasilitasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
ProvinsiNo Keterangan
Total
Target
Ket : a. Penambahan 8 register di Provinsi Sumatera Barat dan semuanya lulus registrasi b. Penambahan 1 proses registrasi di Provinsi Kalimantan Barat c. Pengajuan biaya ke OKPPD tidak dikenakan biaya, jadi alokasi biaya penerapan jaminan mutu dan
keamanan pangan diperuntukkan untuk biaya pendampingan dan pengujian laboratorium.
C. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Standardisasi dan Mutu
Dalam rangka mendukung kegiatan “1000 Desa Pertanian Organik” ,
pemerintah memberikan fasilitasi sertifikasi sebanyak 34 unit dan sistem
jaminan mutu & keamanan pangan di 13 propinsi. Diharapkan dengan
bantuan fasilitasi sertifikasi dapat membantu petani dalam rangka biaya
sertifikasi lahan organiknya dan atau untuk biaya sertifikasi ulang lahan
organiknya.
Pengawalan dan monev pelaksanaan kegiatan fasilitasi sertifikasi dan sistem
jaminan mutu keamanan pangan APBN tahun 2016 sebagai berikut :
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 136
1. Melakukan pengawalan dan monitoring bantuan fasilitasi sertifikasi dan
sistem jaminan mutu keamanan pangan tahun 2016.
2. Memperoleh informasi mengenai permasalahan dalam kegiatan
pascapanen tanaman pangan.
3. Melakukan evaluasi sebagai bahan untuk perencanaan program dan
kegiatan pada tahun 2017.
Pengawalan dan monitoring kegiatan fasilitasi sertifikasi dan sistem jaminan
mutu keamanan pangan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pengawalan dan monev bantuan kegiatan fasilitasi sertifikasi dan
sistem jaminan mutu keamanan pangan dilaksanakan pada 13 (tiga
belas) provinsi yaituProvinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, Banten, Bali, NTT,
Kalimantan Barat,Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan
Sulawesi Selatan.
2. Bantuan fasilitasi sertifikasi organik sebanyak 34 unit dialokasikan di 13
provinsi, realisasi sampai dengan pertengahan bulan Desember 2016
sebanyak 32 unit yaitu di Provinsi Sumatera Barat 3 unit, Sumatera
Utara 4 unit, Sumatera Selatan 3 unit, Jawa Barat 7 unit, Jawa Timur 3
unit, Bali 3 unit, Sulawesi Tengah 1 unit, dan Sulawesi Selatan 2 unit,
Banten 1 unit dan NTT 3 unit dan DIY 2 unit.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 137
PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PEMASARAN DAN INVESTASI
A. Sosialisasi dan Bimbingan Pengembangan Pemasaran dan Investasi
1. Akselarasi Ekspor Komoditas Tanaman Pangan
Akselarasi Ekspor Komoditas Tanaman Pangan dilaksanakan dengan
melakukan kegiatan Pertemuan Akselerasi Ekspor Komoditas
Tanaman Pangan dengan tema Pengembangan Pasar Dalam Negeri
dan Akselerasi Ekspor Produk Strategis Tanaman Pangan,
dilaksanakan pada hari Rabu – Jumat tanggal 25 – 27 Mei 2016 di
Hotel Amaroossa Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Tujuan dari kegiatan Pertemuan Akselerasi Ekspor Komoditas
Tanaman Pangan adalah menyusun langkah-langkah yang perlu
dilakukan untuk pemanfaatan peluang pasar dalam rangka
meningkatkan peluang pemasaran produk tanaman pangan baik
mentah maupun olahan ke dalam negeri dan luar negeri
Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan Pertemuan
Akselerasi Ekspor Komoditas Tanaman Pangan adalah meningkatnya
peluang pemasaran produk tanaman pangan baik mentah maupun
olahan ke dalam negeri dan luar negeri.
Hasil Pelaksanaan Pertemuan Akselerasi Ekspor Komoditas Tanaman
Pangan sebagai berikut :
a. Pertemuan dihadiri kurang lebih 70 peserta yang terdiri dari
perwakilan Petani dan kelompok tani, Pelaku Usaha, Asosiasi,
Eksportir, Importir, Perwakilan dari Badan Perencanaan Daerah
Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat,
Dinas Pertanian Provinsi DI. Yogyakarta, Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten Bondowoso Provinsi
Jawa Timur, Dinas Pertanian Kabupaten lingkup Provinsi Jawa
VIII
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 138
Barat, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perekonomian,
Eselon I lingkup Kementerian Pertanian, Eselon II lingkup Ditjen
Tanaman Pangan dan lingkup Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian.
Narasumber antara lain : a) Gapoktan Sarinah ; b) PT. Semesta
eksportir ketan hitam; c) CV. Hasil Tani Sejahtera (CV. HTS)
eksportir beras, beras ketan dan kacang hijau ; d) PT. Saudi
Multi Investment (PT. SMI) eksportir jagung.
b. Pertemuan Koordinasi Akselerasi Ekspor merupakan momentum
untuk meningkatkan komunikasi, memperluas jaringan,
menumbuhkan motivasi untuk kerja keras guna menjadikan
produk tanaman pangan, tidak hanya memenuhi kebutuhan
dalam negeri dan mengurangi impor, tetapi juga melakukan
akselerasi ekspor dengan tetap berorientasi kepada peningkatan
nilai tambah dan daya saing, peningkatan kesejahteraan petani
serta memperhatikan kepentingan konsumen.
c. Direktur Jenderal Tanaman Pangan membuka kegiatan tersebut
dan memberikan arahan sebagai berikut :
1) Memberikan dukungan penuh untuk peningkatan mutu,
kualitas dan daya saing produk tanaman pangan dengan
memberikan fasilitasi bantuan sarana pasca panen dan
sertifikasi serta promosi dan investasi yang disalurkan
melalui dinas pertanian provinsi.
2) Komoditas yang akan diekspor sebaiknya dipersiapkan
dengan baik dengan desain dan konsep yang matang agar
memiliki daya saing untuk menembus pasar luar negeri.
3) Dinas Pertanian Provinsi maupun Kabupaten dapat
memfasilitasi petani/gapoktan/pelaku usaha untuk
melakukan studi banding ke daerah lain agar wawasan dan
pengetahuannya meningkat dalam mengembangkan usaha
pertanian terutama di bidang tanaman pangan.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 139
4) Petani/gapoktan/pelaku usaha dapat melakukan kemitraan
dengan pelaku usaha/stakeholder yang telah melakukan
ekspor dengan memasok kebutuhannya sebelum
melakukan ekspor sendiri agar mengetahui prosedur ekspor
dan standar mutu yang diinginkan oleh buyer luar negeri
seperti yang telah dilakukan oleh Gapoktan Simpatik.
5) Kebutuhan dan masukan dari peserta pertemuan terutama
terkait alat penanganan pasca panen yang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas dan mutu produk akan menjadi
bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran tahun
2017 serta pengalokasian bantuan alat.
d. Peluang ekspor komoditas tanaman pangan selalu meningkat
setiap tahun, sehingga perlu dikembangkan konsep kemitraan
antara petani dan pelaku usaha yang disuply bahan baku
sehingga terjalin kerjasama saling menguntungkan dan kejelasan
hubungan kerjasama antara kedua belah pihak yang harus
dilandasi komitmen dan mental kuat dari petani. Sehingga
kesejahteraan petani dapat menjadi tolok ukur dalam
mempertimbangkan ekspor.
Salah satu peluang negara tujuan ekspor beras terbesar adalah
negara Arab Saudi karena negara tersebut menjadi salah satu
tujuan ibadah haji dan umroh setiap waktu. Akan tetapi beras dari
Indoensia belum dapat mendominasi pasar di negara tersebut
karena dari segi harga belum dapat bersaing dengan beras dari
negara lain yang lebih murah.
e. Kunjungan Lapangan Ke Nasi Liwet Instan Cv. 1001
1) CV. 1001 merupakan salah satu perusahaan yang
mengembangkan beras unggulan wilayah Garut dengan
melalui inovasi dan kreatifitas sehingga muncul nasi liwet
instan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 140
2) Produk nasi liwet instan merupakan hasil inspirasi yang
menggambarkan bahwa garut merupakan kota wisata, nasi
liwet adalah masakan khas garut, instan agar praktis
pembuatannya dan tidak berat untuk dibawa sebagai oleh –
oleh, rempah – rempah yang digunakan merupakan bahan
pilihan yang mudah diawetkan tanpa menggunakan bahan
kimia
3) Keunggulan nasi liwet instan produk CV.1001 adalah : beras
putih alami, ada unsur rasa manis pada berasnya, proses
pembuatannya menggunakan mesin yang telah dimodifikasi
sendiri, bahan baku pilihan dan diambil langsung dari
sumbernya, pengawetan alami dengan dikeringkan yang
dapat menjaga kualitas dan mutu produk sehingga tahan
sampai satu tahun, cara memasakanya mudah dan praktis
hanya memerlukan waktu 20 menit.
4) CV. 1001 menciptakan pangsa pasar sendiri dengan
memperhatikan selera konsumen. Untuk mendapatkan
bahan baku yang berkualitas, CV. 1001 memiliki petani
binaan sehingga quality control terjaga mulai dari lahan
sampai pengemasannya. Pemasaran produk dilakukan
dengan memberi sample kepada instansi pemerintah dan
swasta, mengikuti pameran dan rajin serta ulet untuk selalu
menawarkan tester atau icip – icip pada setiap acara. Selain
itu membuka jaringan pemasaran melalui reseller
dibeberapa kota di Indonesia. Saat ini telah berkembang
nasi liwet instan sejenis di beberapa daerah, hal ini tidak
menurunkan penjualan nasi liwet produk CV.1001 justru
memacu semangat untuk menciptakan produk – produk
inovasi lain seperti nasi uduk berbagai warna dan nasi
instan.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 141
2. Gelar Potensi dan Peluang Investasi
Gelar Potensi dan Peluang Investasi dilaksanakan dengan melakukan
Pameran The 12th APKASI International Trade and Investment Summit
(AITIS) 2016 pada tanggal 5 – 7 Mei 2016 di Jakarta International Expo
Kemayoran – Jakarta. Pameran diikuti oleh produsen, pelaku usaha,
UKM, kelompok tani dan eksportir dari berbagai provinsi di Indonesia
serta calon investor dari beberapa negara.
Penyelenggaraan The 12th APKASI International Trade and Investment
Summit (AITIS) 2016 selain dikemas dalam bentuk pameran yang
menampilkan potensi dan peluang investasi, juga dirangkaikan dengan
kegiatan Business Forum dimana produsen/pelaku usaha Indonesia
memaparkan potensi dan keunggulan daerah/wilayahnya kepada calon
pembeli, eksportir dan investor.
Diharapkan dengan adanya kegiatan tersebut, dapat menjadi ajang
untuk semakin memperkenalkan dan lebih meningkatkan peluang
investasi dan peluang pemasaran bagi produk tanaman pangan
Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Tujuan keikutsertaan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada
kegiatan PameranThe 12th APKASI International Trade and Investment
Summit (AITIS) 2016di Jakarta International Expo (JI Expo),
Kemayoran adalah :
a) Memperkenalkan produk hasil tanaman pangan baik dalam
bentuk mentah, olahan maupun instan kepada pengunjung,
eksportir, investor baik dari dalam maupun luar negeri.
b) Mempromosikan berbagai produk hasil tanaman pangan.
c) Memfasilitasi pelaku tanaman pangan terutama yang telah
memiliki produk inovatif dan bersertifikat Indikasi Geografis,
sertifikat organik.
d) Memfasilitasi kegiatan Business Forum yang mempertemukan
pelaku usaha tanaman pangan dengan pelaku usaha, eksportir
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 142
dan investor baik dari dalam maupun luar negeri.
e) Memotivasi kelompok tani/pelaku usaha tanaman pangan untuk
melakukan kerjasama pemasaran produk dan menarik investor.
f) Meningkatkan akses pasar bagi produk hasiltanaman
panganagar dapat bersaing dengan produk dari luar negeri.
Sasaran yang ingin dicapai sebagai berikut :
a) Terinformasikannya berbagai bentuk produk hasil tanaman
pangan dari pelaku usaha ke pengunjung, eksportir dan investor
b) Terpromosikannya berbagai produk hasil tanaman pangan
c) Terfasilitasinya pelaku usaha pertanian terutama yang telah
memiliki produk inovatif, produk bersertifikat Indikasi Geografis
dan bersertifikat organik.
g) Terfasilitasinya kegiatan Business Forum yang mempertemukan
pelaku usaha tanaman pangan dengan pelaku usaha, eksportir
dan investor baik dari dalam maupun luar negeri.
h) Termotivasinya kelompok tani/pelaku usaha tanaman pangan
untuk melakukan kerjasama pemasaran produk dan menarik
investor.
i) Meningkatnya akses pasar bagi produk hasil tanaman
panganagar dapat bersaing dengan produk dari luar negeri.
B. PENGEMBANGAN INFORMASI HARGA
Salah satu keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh
kualitas penyusunan kebijakan dan perencanaan pembangunan pemasaran
seperti ketersediaan informasi pasar yang aktual, akurat dan kontinyu.
Kegiatan Pelayanan informasi pasar yang professional sangat diperlukan,
sehingga diharapkan akan dimanfaatkan sebagai penyusunan kebijakan
yang tepat sesuai dengan perkembangan pasar.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 143
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mengelola
langsung kegiatan pelayanan informasi pasar tanaman pangan, kegiatan
tersebut dilaksanakan pada 271 Kabuapten/kota seluruh indonesia.
Tujuan pengembangan PIP antara lain:
1. Memperoleh harga harian tingkat produsen, eceran dan gosir yang
lebih baik dan lengkap.
2. Memperoleh data analisa usahatani yang lebih baik.
3. Memperoleh data stok gabah/beras yang lebih baik.
4. Sebagai bahan evaluasi dalam perencanaan program dan kegiatan
pelayanan informasi pasar pada tahun yang akan datang.
Kegiatan Pengembangan Pelayanan Informasi Pasar terdiri dari :
1. Kegiatan Dekonsentrasi meliputi pengembangan pelayanan informasi
pasar, pertemuan koordinasi pelayanan informasi pasar, dan
pemantauan stok gabah/beras di 34 provinsi serta pelayanan informasi
pasar tingkat kabupaten/kota di 271 Kabupaten/Kota
2. Kegiatan Pusat meliputi pengembangan informasi pasar, koordinasi
pelayanan informasi pasar dan pengembangan aplikasi informasi
pemasaran tanaman pangan.
Realisasi pelaksanaan kegiatan pengembangan pelayanan informasi pasar
berupa jumlah fasilitasi pemasaran dan investasi hasil tanaman pangan
(informasi harga) sebanyak 270 informasi harga atau mencapai 99,63% dari
target 271 informasi harga.
Informasi Harga Harian mencakup : a) Harga Gabah di Tingkat Petani ; b)
Harga Gabah di Penggilingan ; c) Harga Beras di Tingkat Petani ; d) Harga
Beras ; e) Harga Jagung Pipil ; f) Harga Biji Kedelai ; g) Harga Kacang
Tanah ; h) Harga Kacang Hijau ; i) Harga Ubikayu Basah ; dan Harga
Ubijalar Basah
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 144
Informasi tersebut digunakan dalam mendukung penyerapan Gabah Beras
oleh Bulog, Bahan Rapat Koordinasi Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan,
Rapat Persiapan Hari Besar ,Keagamaan dan Nasional.
Perkembangan Harga Harian Komoditas Tanaman Pangan di Tingkat
Petani (Produsen) selama periode Januari – Desember Tahun 2016
sebagai berikut :
a. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Gabah Tingkat Petani
(Produsen) Pada Periode Bulan Januari 2016 – Desember 2016
(Rp./kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016
b. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Beras Medium Pada Tingkat
Petani (Produsen ) Pada Periode Bulan Januari 2016 – Desember
2016 (Rp./kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
5,500
4 11 18 25 1 8 15 22 29 7 15 22 30 6 13 20 27 4 13 20 27 2 7 12 17 22 27 2 7 12 17 22 27 1 6 11 16 22 27 1 6 11 16 21 26 1 6 11 16 21 26 31 5 10 15 20 25 30 5 10 15 20 25 30
Januari Februari Juni 2016 Nop 2016
GKP HPP
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
10,000
4 11 18 25 1 8 15 22 29 7 15 22 30 6 1320 27 4 13 20 27 2 7 12 17 2227 2 7 12 17 22 27 1 6 11 1622 27 1 6 11 16 21 26 1 6 1116 21 26 31 5 10 15 20 25 30 5 10 15 20 25 30
Januari Februari Juni 2016 Nop 2016
Har
ga (R
p./
Kg)
Beras Medium HPP
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 145
c. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Jagung Pipilan Kering Pada
Tingkat Petani (Produsen ) Pada periode Bulan Januari 2016 –
Desember 2016 (Rp./kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016
d. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Kedelai Kering Lokal Pada
Tingkat Petani (Produsen ) Pada periode Bulan Januari 2016 –
Desember 2016 (Rp./kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016
2,800
3,000
3,200
3,400
3,600
3,800
4,000
4,200
4,400
4,600
4 11 18 25 1 8 15 22 29 7 15 22 30 6 13 20 27 4 13 20 27 2 7 12172227 2 7 12172227 1 6 11 16 22 27 1 6 11 16 21 26 1 6 11 16 21 26 31 5 10 15 20 25 30 5 10 15 20 25 30
Januari Februari Juni 2016 Nop 2016
Ha
rga
(R
p./
Kg
)
Jagung Pipilan Kering Harga Referensi
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
4 111825 1 8 152229 7 152230 6 132027 4 132027 2 7 12172227 2 7 12172227 1 6 11162227 1 6 11162126 1 6 1116212631 5 1015202530 5 1015202530
Januari Februari Juni 2016 Nop 2016
Ha
rga
(R
p./
kg
)
Kedelai Harga Acuan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 146
e. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Kacang Tanah Lokal Polong
Basah Pada Tingkat Petani Pada periode Bulan Januari 2016 –
Desember 2016 (Rp./kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016
f. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Kacang Hijau Biji Kering Pada
Tingkat Petani (Produsen ) Pada periode Bulan Januari 2016 –
Desember 2016 (Rp./kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016
7,500
9,500
11,500
13,500
15,500
17,500
19,500
1 7 13 19 25 31
6 12 18 24
1 7 13 19 25 1 7 13 19 25 31 6 12 18 24 30
5 11 17 23 29
5 11 17 23 29
4 10 16 23 29
4 10 16 22 28
4 10 16 22 28
3 9 15 21 27
3 9 15 21 27
JANUARI MARET JUNI 2016 Nop 2016
Ha
rg
a (
Rp
/K
g)
11,000
12,000
13,000
14,000
15,000
16,000
17,000
18,000
19,000
1 7
13 19 25 31
6
12 18 24
1 7 13 19 25 1 7 13 19 25 31 6
12 18 24 30
5
11 17 23 29
5
11 17 23 29
4
10 16 23 29
4
10 16 22 28
4
10 16 22 28
3 9
15 21 27
3 9
15 21 27
JANUARI MARET JUNI 2016 Nop 2016
Ha
rg
a (
Rp
/K
g)
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 147
g. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Ubikayu Basah Pada Tingkat
Petani (Produsen ) Pada periode Bulan Januari 2016 – Desember
2016 (Rp./kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016
h. Perkembangan Rata-Rata Harga Harian Ubijalar Basah Pada Tingkat
Petani (Produsen ) Pada periode Bulan Januari 2016 – Desember
2016 (Rp./kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2016
1,000
1,400
1,800
2,200
2,600
3,000
3,400
1 7
13 19 25 31
6
12 18 24
1 7 13 19 25 1 7 13 19 25 31 6
12 18 24 30
5
11 17 23 29
5
11 17 23 29
4
10 16 23 29
4
10 16 22 28
4
10 16 22 28
3 9
15 21 27
3 9
15 21 27
JANUARI MARET JUNI 2016 Nop 2016
Ha
rg
a (
Rp
/K
g)
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
1 7 13 19 25 31
6 12 18 24
1 7 13 19 25 1 7 13 19 25 31 6 12 18 24 30
5 11 17 23 29
5 11 17 23 29
4 10 16 23 29
4 10 16 22 28
4 10 16 22 28
3 9 15 21 27
3 9 15 21 27
JANUARI MARET JUNI 2016 Nop 2016
Ha
rg
a (
Rp
/K
g)
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 148
Dalam rangka pengembangan pelayanan informasi pasar dilaksanakan
perjalanan dinas ke di 12 (dua belas) Provinsi meliputi Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Bali, Banten, Jambi,
Jawa Barat, Bangka Belitung, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat,
Lampung dan Kalimantan Timur diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Beberapa daerah masih melakukan pengiriman data melalui aplikasi
sms, karena masih kurang sosialisasi bahwa pengiriman data terbaru
melalui portal aplikasi.
Dengan telah diberikan penjelasan tentang portal aplikasi yang
digunakan saat ini, maka diharapklan proses pengiriman data
selanjutnya berjalan lebih baik dan lancer.
2. Beberapa daerah kesulitan dalam pengiriman data melalui portal
aplikasi.pertanian, karena masih mengikuti petunjuk lama bahwa
semua pengiriman data maksimal pada pukul 12.00 pada hari yang
sama. Akibatnya pengiriman data menjadi bersamaan, dan
berimplikasi pada overloadnya akses ke aplikasi sehingga
pengimputan data menjadi sulit masuk ke aplikasi.
Disarankan kepada daerah agar pengiriman data tidak dilakukan pada
jam sibuk dan data masih akan ditunggu sampai pukul 15.00 untuk
menghindari over kapasitas.
3. Lemahnya kekuatan sinyal layanan data di beberapa lokasi tertentu.
4. Petugas PIP provinsi selain bertugas mengirimkan data harga grosir
dan eceran, juga bertugas melakukan monitoring pelaksanaan
pelayanan PIP.
5. Beberapa petugas informasi pasar belum memahami tata cara
pengisian format suplai demand, biaya pemasaran serta analisa
usahatani
6. Biaya operasional untuk pengiriman dirasakan oleh daerah kurang
mencukupi karena terkadang proses pengambilan data harga ke lokasi
memerlukan waktu perjalanan yang cukup lama.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 149
7. Sample rumah tangga petani di beberapa daerah tidak memenuhi
kriteria dikarenakan kepemilikan lahan petani sebagian besar < 0,5 ha
dan sample penggilingan sebagian besar adalah penggilingan sistem
sewa dan penggilingan keliling.
8. Analisa usaha tani terkait dengan HPP dan dilakukan menjelang masa
tanam sehingga laporan analisa usaha tani 2 – 3 kali setahun. Analisa
biaya pemasaran dilakukan setiap bulan dengan menghitung harga
jual, harga beli, biaya dan keuntungan dari rantai pemasaran
9. Output dari kegiatan PIP Provinsi dan PIP Kabupaten sudah ada pada
http://aplikasi.pertanian/go.id
Titik kritis pengembangan pelayanan informasi pasar antara lain:
1. Penentuan Petugas
Petugas kurang aktif dalam penyampaian data kerena : a) kurangnya
pengawasan dari pembina ; b) petugas kurang kompeten ; c) tumpang
tindih dengan tugas dinas lainnya. Dampaknya penyampaian data
harga menjadi tidak valid dan tidak optimal
2. Penentuan Lokasi
Lokasi sampel yang dipilh kurang mewakili informasi harga di
Kabupaten dan terkadang lokasi pengambilan sampel jauh. Hal
tersebut disebabkan karena Pembina memprioritaskan aspek
kemudahan dalam pengumpulan data, dan focus ke daerah-daerah
sentra. Dampaknya adalah penyampaian data harga menjadi tidak
valid dan penyampaian data menjadi tidak kontinyu.
3. Jaringan
Jaringan internet lemah di beberapa Kabupaten hal tersebut
disebabkan karena ; a) lokasi sampel berada di daerah terpencil ; b)
Input data secara bersamaan/serentak di jam sibuk. Dampaknya data
menjadi tidak terkirim dan data tidak masuk ke aplikasi.
4. Analisa Data
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 150
Data tidak dianalisa dengan baik karena petugas memliki kemapuan
analisa yang masih terbatas. Dampaknya analisa data yang disajikan
kurang komprehensif.
Upaya Pemecahan Masalah :
1. Melakukan evaluasi, koordinasi dan peningkatan Pembina kepada
petugas atau melakukan penggantian petugas jika dipandang perlu
2. Meninjau ulang pemilihan lokasi dengan memprioritaskan sentra
produksi, dan memberikan biaya operasional kepada petugas dalam
pengambilan/pengumpulan data
3. Petugas harus mencari lokasi yang memiliki jaringan internet yang kuat
dan pengiriman data dilakukan diluar jam sibuk.
4. Meningkatkan pelatihan, pembinaan dan pendampingan.
C. PROMOSI DAN INVESTASI TANAMAN PANGAN
Salah satu kegiatan yang diharapkan mampu memperkenalkan dan
meningkatkan pangsa pasar produk tanaman pangan adalah dengan
melakukan promosi yang intensif dan berkesinambungan serta
terkoordinasi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Bentuk kegiatan
yang dapat mendukung promosi Produk Tanaman Pangan diantaranya
menampilkan produk yang menjadi unggulan Indonesia serta produk yang
sedang menjadi trend di masyarakat pada event pameran nasional dan
internasional.
Kegiatan Promosi dan Investasi Tanaman Pangan dilaksanakan melalui
pengumpulan data, koordinasi instansi terkait pada beberapa Provinsi/
Kabupaten/Kota, dan mengikuti rapat – rapat sesuai penugasan pimpinan.
Kegiatan Promosi dan Investasi Tanaman Pangan dilaksanakan di 7 (tujuh)
Provinsi antara lain : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara. Hasil yang diperoleh
sebagai berikut :
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 151
1. Perkumpulan Petani Organik Santiago (yang merupakan akronim dari
Sariak Alahan Tigo) berdiri pada tanggal 3 Maret 2008 berlokasi di
Nagari Sariak Alahan Tigo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten
Solok. Pola pertanian yang diterapkan oleh petani di PPO Santiago
khususnya untuk padi seluruhnya dilakukan secara alami. Mulai dari
tahap penanaman, perawatan di usia muda sampai berbuah hingga
penanganan menjelang panen sama sekali tidak menggunakan bahan
kimia.
2. Perkembangan pemasaran beras tidak hanya pada beras premium
dan medium, namun merambah kepada beras organik dan beras
khusus yang pasarnya lebih di dominasi ekspor. Pertemuan sosialisasi
pertanian organik Dinas Pertanian Propinsi Lampung bekerjasama
dengan PT. Kampung Kearifan Indonesia (JAVARA) akan menfasilitasi
pengembangan beras organik berdasarkan kearifan lokal. Pertemuan
tersebut dihadiri oleh 11 Kelompok tani di Provinsi Lampung yang
telah/akan bersertifikat organik.
3. Peluang pasar beras organik yang besar diharapkan dapat menjadikan
wadah pemasaran beras organik yang terintegrasi dalam lembaga
pertanian organik sehingga posisi tawar menawar petani menjadi
tinggi. JAVARA selaku pemasar pertanian organik dan lembaga
pertanian organik diharapkan dapat membuka peluang pasar beras
organik di Propinsi Lampung.
4. Komoditas yang berorientasi ekspor selain Beras Pandan Wangi
Cianjur di Kabupaten Cianjur adalah singkong (terdapat di Kabupaten
Cianjur Selatan), singkong tersebut banyak diolah menjadi tepung dan
Beras Japonica yang dibudidayakan oleh PB.Sindang asih perlahan-
lahan sudah kearah organik, bahan kimia perlahan-lahan dikurangi
sehingga nilai jual bisa lebih baik.
5. Peran pedagang pengumpul menjadi dominan karena luas lahan
usaha tani kecil dan perlu koordinasi antar instansi terkait dimana
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 152
Bulog sebagai sub sektor hilir. Bulog tidak akan dapat bersaing dengan
harga jagung acuan pemerintah.
6. Beberapa beras impor yang telah dikembangkan di Indonesia antara
lain beras Japonica di Pemalang, dan beras Basmati. Upaya yang
dilakukan untuk meningkatan pemasaran produk adalah melalui
pameran yang di dukung sarana promosi dan temu usaha.
7. Salah satu perusahaan yang menerima tepung mocaf dari Kelompok
Tani Baru Muncul yaitu Tiga Pilar dengan beberapa ketentuan yaitu
sudah SNI, dengan aroma tidak apek, bersih dari kotoratn dan kutu
serta KA 13%.
8. Peran penting indikasi geografis pertanian adalah sebagai tanda
pengenal darimana suatu produk berasal (daerah penghasil),
Konsumen atau masyarakat umum dapat mengetahui lebih jauh hal
ikhwal mengenai produk IG yang bersangkutan melalui Buku
Persyaratan IG yang terbuka untuk umum, Perlindungan hukum suatu
produk dari pemalsuan (Undang-undang Merek),
Dari hasil Kegiatan koordinasi promosi dan investasi yang telah dilakukan
terlihat bahwa pada daerah masih terdapat permasalahan dalam sistem
pemasaran komoditi tanaman pangan, namun demikian ditemukan juga di
daerah lain sistem pemasaran yang sudah relatif baik seperti pola
kemitraan.
Pada aspek investasi pertanian, ditemukan kecenderungan petani maupun
poktan untuk menanam komoditi yang bernilai ekonomi tinggi. Salah
satunya dengan penanaman padi organik yang merupakan trend yang
sedang berkembang di kalangan petani/poktan. Trend penanaman padi
organik perlu diantispasi dengan membuka pasar baru beras organik agar
petani/poktan terhindar dari kerugian biaya investasi yang sudah dilakukan.
Permasalahan dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk komoditi
tanaman pangan melalui promosi dan investasi, sebagai berikut :
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 153
1. Rendahnya sumber daya petani (SDM) dalam strategi mempromosikan
produknya dan keterbatasan mengakses pasar. Dengan kondisi
tersebut, petani hanya berfikir bagaimana produk terjual tanpa memiliki
informasi harga di tempat lain sebagai pembanding harga. Kondisi
ekonomi petani yang terkekang secara alam menyebabkan minimnya
pengetahuan trik-trik mempromosikan produk untuk memperoleh nilai
tambah yang lebih baik
2. Modal investasi menjadi salah satu kendala petani untuk menghasilkan
produk beras yang memiliki nilai jual yang relative tinggi.
3. Infrasturktur pasar yang masih terikat dengan tengkulak merupakan
kendala utama petani untuk memperoleh nilai tambah yang lebih baik.
4. Lokasi usaha tani yang terpencar-pencar menyulitkan proses
pengumpulan produk. Kondisi tersebut menyulitkan pedagang
pengumpul mengumpulkan dan pengangkutan, sehingga biaya
pengumpulan berdampak kepada harga komoditi yang lebih rendah
(memperbesar biaya pemasaran)
5. Kurang tersedianya informasi pasar merupakan faktor keterbatasan
informasi harga jual yang kompetitifi untuk memperoleh keuntungan
terbaik.
Upaya pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Penyebaran informasi dan analisa pasar sehingga petani mempunyai
posisi tawar yang lebih baik untuk memperoleh margin yang wajar.
pedagang dapat beroperasi dengan margin pemasaran yang rendah
dan memberikan keuntungan bagi pedagang itu sendiri, produsen dan
konsumen.
2. Diperlukan penguatan jaringan pemasaran sehingga dapat menembus
pasar di daerah lain.. Oleh sebab itu penguatan koperasi setempat
atau usaha RMU setempat sangat cocok sebagai pengumpul yang
terikat secara emosinal dan aturan.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 154
3. Diperlukan keterlibatan perusahan daerah sebagai availis bantuan
kredit agar petani dapat mengolah produknya dalam skala usaha yang
ekonomis..
4. Pembinaan poktan/gapoktan sebaiknya lebih banyak diarahkan
kepada praktek pemasaran. Sehingga petani memahami strategi
pemasaran untuk memperoleh nilai tambah keuntungan. Pembinaan
tersebut dapat di tempuh dengan pola kemitraan dengan pedagang
besar.
D. KEGIATAN INFORMASI PEMASARAN TANAMAN PANGAN
Salah satu kegiatan yang diharapkan mampu memperkenalkan dan
meningkatkan pangsa pasar produk tanaman pangan adalah dengan
melakukan promosi yang intensif dan berkesinambungan serta terkoordinasi
baik di dalam negeri, maupun di luar negeri. Hakikat promosi adalah suatu
bentuk komunikasi pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar akan sasaran
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan akhirnya
fanatik terhadap produk yang ditawarkan.
Promosi harus dapat mengikuti dinamika pasar dan perubahan pola pikir
serta selera konsumen. Fasilitasi promosi produk tanaman pangan dapat
diselenggarakan melalui pameran – pameran yang diikuti oleh petani dan
pelaku usaha, menyampaikan leaflet atau brosur, banner, poster dan
sampel produk, sehingga melalui fasilitasi promosi, produk tanaman pangan
akan dikenal luas bukan saja oleh masyarakat Indonesia tetapi juga oleh
pasar luar.
Kegiatan fasilitasi promosi produk tanaman pangan merupakan salah satu
cara untuk menginformasikan produk – produk tanaman pangan yang
diminati oleh pasar terhadap petani dan pelaku usaha.
Fasilitasi promosi produk tanaman pangan dilakukan melalui identifikasi
pelaku usaha dengan kunjungan lapang ke pelaku usaha, kunjungan ke
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 155
petani atau ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/Provinsi atau mengikuti
rapat – rapat yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran dan investasi
sesuai dengan penugasan pimpinan.
Kegiatan pengumpulan data dan informasi melalui identifikasi pelaku usaha
dan promosi investasi tanaman pangan dilaksanakan pada bulan April –
November 2016 ke 18 (delapan belas) Provinsi antara lain : D.I. Yogyakarta,
Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sumatera Barat, Jawa Tengah,
Kalimantan Utara, Aceh, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Utara,
Lampung,Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Banten
Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat, diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pelaku usaha home industry yang dapat dipromosikan di D.I.
Yogyakarta adalah Kelompok Tani Sidomulyo, Egg Roll Ubi Ungu
Shasa dan Kelompok Wanita Tani Putri 21 (KWT Putri 21). Kelompok
tani Sidomulyo pada jenis beras premium dengan tingkat kepecahan
maksimal 5%; Egg Roll Ubi Ungu dengan bahan baku sedikit
campuran terigu dan ubi ungu dan Kelompok Wanita Tani Putri 21
(KWT Putri 21) memanfaatkan ubikayu yang merupakan produk
unggulan di Daerah Gunung Kidul untuk diolah menjadi tepung,
berbagai olahan kue dan mie.
2. Pelaku usaha komoditas jagung di Kabupaten Sumbawa oleh
PT. Seger Agro Nusantara. Perusahaan ini bergerak di bidang
agribisnis dengan komoditi utama jagung, kedelai, ketan, beras dan
fullfat-soya. Gudang utama PT Seger Agro Nusantara berada di
Surabaya, dan beberapa cabang di daerah lain seperti Jember, Cepu,
Sumbawa, Dompu, dan Makassar.
3. PT. Biogoene Plantation telah mengembangkan usaha beras Japonica
seluas 100 Ha dengan produksi 6-7 ton/Ha. Perusahaan ini membuka
peluang usaha dalam menjalin kemitraan dengan petani dengan
fasilitasi benih dan pemasaran produknya dengan syarat lahan bebas
endemis, luasan lahan minimal 20 Ha apabila spot – spot minimal 4
Ha, irigasi teknis/air tersedia.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 156
4. Komoditas yang berorientasi ekspor selain Beras Pandan Wangi
Cianjur di Kabupaten Cianjur adalah singkong (terdapat di Kabupaten
Cianjur Selatan), singkong tersebut banyak diolah menjadi tepung.
Permintaan gaplek/chips sebanyak 1.000 ton dari Garut, Sukabumi,
Kuningan (tepung), Bandung (pakan ternak). Namun belum semua
terpenuhi karena kurangnya pertanaman
5. Terdapat 14 kelompok tani di Provinsi Jawa Barat Ada yang sudah
mendapat sertifikat organik nasional. Sertifikat tersebut merupakat
sebagai modal peluang promosi investasi untuk pengembangan
pemasaran dan 2 asosiasi petani juga telah mendapatkan sertifikat
Indikasi Geografis yaitu Asosiasi Agrobisnis Ubi Cilembu (ASAGUCI)
yang telah melakukan ekspor ke negara Malaysia, Singapura, Hong
Kong; serta Masyarakat Pelestari Padi Pandawangi Cianjur (MP3C)
yang memasarkan produknya baru disekitar wilayah Jawa Barat dan
Jakarta.
6. Di Kabupaten Solok, Sumatera Barat terdapat Perkumpulan Petani
Organik (PPO), yaitu kelompok tani Santiago berada di Nagari Sariak
Alahan Nan Tigo, Kecamatan Hilira Gumanti, dengan ketua Hesriyatdi.
PPO Santiago pada tahun 2011 telah menerima sertifikasi organic dari
Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Sumatera Barat, dengan demikian
PPO Santiago telah dapat menggunakan label organic untuk produk
pertanian yang dihasilkannya.
7. Gapoktan Gemah Ripah di Provinsi Jawa Tengah merupakan salah
satu pengekspor beras organik yang bekerjsama/bermitra dengan
perusahaan CV. Javara. Gapoktan Gemah Ripah juga mendapat
permintaan dari perusahaan CV. Javara untuk ekspor beras hitam
akan tetapi belum dapat dipenuhi karena diperlukan alat penanganan
pasca panen colour shorter untuk mensortir warna beras agar
seragam. Pihak Distan Provinsi pernah mengusahakan akan tetapi
terkendala dengan pengadaan karena anggaran yang diperlukan untuk
pembelian alat tersebut sangat mahal. Diharapkan Kementerian
Pertanian dapat memberikan bantuan alat tersebut.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 157
8. Pengembangan industri pakan ternak sangat memungkinkan di
Kabupaten Sumbawa karena potensi produksi jagung tinggi, namun
belum diiringi pertumbuhan industry sehingga hasil panen jagung di
Kabupaten Sumbawa banyak di kirim ke luar NTB (Jawa Timur, Bali).
Bupati setempat memberikan jaminan kepastian untuk berinvestasi di
Kabupaten Sumbawa karena potensi lahan untuk tanam jagung masih
sangat tinggi.
9. Kalimantan Utara mempunyai potensi investasi dalam produk beras
unggulan lokal dengan kualitas baik dan sudah di akui oleh negara
tetangga seperti Malayasia dan Brunai Darussalam. Beras tersebut
adalah beras adan, berlokasi di Kecamatan Krayan Kabupaten
Nunukan.
10. Provinsi Aceh terdapat peluang promosi investasi pada produk
tanaman pangan, yaitu Beras Sigupai berasal dari varietas padi lokal
yaitu varietas padi Sigupai. Beras Sigupai merupakan ikon Kabupaten
Aceh Barat Daya (Abdya) sehingga disebut sebagai “Bumi Breuh
Sigupai”.
11. Kabupaten Tambrauw, CV. Bintuni Agro Prima Perkasa sedang
dibangun industri pakan dengan luas lahan jagung 200 Ha.
Perusahaan tersebut sudah mengajukan HGU 20.000 ha. Pemerintah
daerah setempat sedang memprogramkan integrasi antara ternak sapi
dan jagung.
12. Potensi investasi pada pengembangan beras khusus Japonica,
tepatnya di Karawang Timur milik Bapak Osim, namun tidak
berkembang karena provitasnya hanya 2 ton/ha. Beras Ketan juga
berpotensi untuk dikembangkan, khususnya di Kecamatan Tempuran
dan Kecamatan Cimalaya Kulon. Adapun luas lahan ketan di
Kecamatan Tempuran sekitar 100 ha/tahun dengan provitas 6 – 7
ton/ha dan luas lahan ketan Kecamtan Cimalaya Kulon hanya 2 ha dan
Beras organik dikembangkan di Kecamatan Rawamerta seluas 20 ha
dan Kecamatan Pangkalan seluas 5 ha.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 158
13. Kabupaten Lumajang, merupakan salah satu sentra produksi
komoditas tanaman pangan di Provinsi Jawa Timur yang memiliki
potensi investasi bagi dunia usaha agribinis. Berdasarkan data dari
Dinas Pertanian hasil produksi padi, jagung dan kedelai
14. Provinsi Sumatera Selatan mulai tahun 2014 – 2017 merupakan salah
satu percontohan Kementerian Pertanian untuk pengembangan
ketahanan pangan nasional untuk menuju swasembada pangan dan
menjadi suatu peluang promosi, pemasaran dan investasi bagi para
investor, karena pemerintah pusat telah mengembangkan luas tambah
tanam untuk komoditi padi, jagung dan kedelai di setiap tingkat
Kab/Kota Provinsi Sumatera Selatan dengan cara memfasilitasi
saprodi dan sarana alat pasca panen pada setiap kelompok tani
Kabupaten dan Kota.
15. Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan salah satu dari Provinsi
Sulawesi Utara yang mempunyai potensi investasi, karena penghasil
terbesar produksi jagung setiap tahun luas tanam sebesar 37.000 Ha.
Sentra Produksi Jagung di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat di
6 Kecamantan. Keenam (6) daerah produksi jagung ini dapat
menghasilkan jagung sebesar 100.000 ton/ 2 kali tanam/tahun.
16. Banten merupakan wilayah yang strategis dan dapat dimanfaatkan
sebagai peluang investasi. Kebijakan yang ditetapkan oleh Dinas
Pertanian dan Peternakan adalah mengarah kepada daya saing,
mandiri dan tangguh serta mampu memenuhi kebutuhan yang
berkelanjutan.
Permasalahan pada kegiatan identifikasi pelaku usaha dan promosi dan
investasi tanaman pangan sebagai berikut :
1. Pemerintah daerah tidak selalu mendukung kegiatan kelompok
petani/gapoktan/pelaku usaha agribinis pengembangan usaha dan
pembangunan disektor pertanian.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 159
2. Petani/kelompok tani/gapoktan jarang mendapatkan program bimbingan
usaha dari dinas pertanian daerah setempat, pihak perbankan dan
perusahaan BUMN, perusahaan swasta serta stakeholder yang
berkepentingan dalam pengembangan usaha agribisnis pertanian.
3. Kurangnya pemberdayaan petani dengan model tertentu sehingga
generasi muda kurang tertarik berusaha di bidang tanaman pangan.
4. Pengembangan beras tertentu kurang menarik minat petani karena tidak
adanya jaminan pasar.
5. Para petani/kelompok tani/gabungan kelompok tani dan pelaku usaha
belum menjadikan kegiatan promosi merupakan hal penting/prioritas
Upaya pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Diperlukan peran aktif dari Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota atau instansi terkait dalam pendampingan,
pengawalan dan pengawasan kepada Kelompoktani/Gapoktan/
UPJA/Lembaga Masyarakat/Pemda dan pelaku usaha.
2. Mengadakan koordinasi kepada pelaku - pelaku usaha, dinas pertanian
daerah dan stakeholder yang terkait untuk bekerjasama dalam
membenahi dan membimbing para kelompok tani, gapoktan dan pelaku
usaha kecil pedesaan untuk menngembangkan usaha petani pedesaan.
3. Pengembangan beras tertentu karena banyak Negara yang
membutuhkan. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk
mengembangkan berbagai jenis beras khusus. Diharapkan adanya pilot
model dan kajian khusus terkait pengembangan beras khusus sehinga
memotivasi petani untuk menanam.
4. Fasilitasi bahan penunjang kegiatan promosi dan investasi untuk menarik
minat pengunjung atau peserta pameran berupa goody bag, seminar kit,
pin, tempelan kulkas, gantungan kunci dan lain-lain.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 160
E. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN PENGEMBANGAN
PEMASARAN DAN INVESTASI.
Kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pemasaran dan investasi
tanaman pangan dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan pemasaran dan
investasi serta mengidentifikasi setiap permasalahan sehingga dapat
dijadikan acuan dalam perencanaan program dan kegiatan pemasaran dan
investasi pada masa yang akan datang. Kegiatan pemasaran dan investasi
tanaman pangan tahun 2016 mencakup pengembangan informasi pasar
dan investasi tanaman pangan.
Pengembangan informasi pasar dilaksanakan pada 271 Kabupaten di 34
Provinsi dan investasi tanaman pangan dilaksanakan pada 34 Provinsi.
Kegiatan pengembangan informasi pasar terdiri dari pelayanan informasi
pasar dan pemantauan stok yang dilaksanakan provinsi dalam bentuk
pertemuan koordinasi petugas pelayanan informasi pasar tingkat
Provinsi/Kabupaten. Petugas pelayanan informasi pasar diharapkan
mengirimkan harga harian komoditas tanaman pangan setiap hari, data
supply demand tanaman pangan, analisa usaha tani tanaman pangan,
analisa biaya pemasaran dan data pemantauan stok. Kegiatan investasi
tanaman pangan tingkat provinsi dalam bentuk pertemuan koordinasi yang
mewadahi petani dengan pelaku usaha di bidang tanaman pangan.
Kegiatan informasi pasar yang terealisasi 27 provinsi dan kegiatan investasi
10 provinsi.
Dana dekonsentrasi pemasaran hasil dan investasi tanaman pangan tahun
2016 sebesar Rp. 11.580.120.000 dengan realisasi sebesar
Rp. 6.160.797.707 (53,20%). Optimalisasi kegiatan Pelayanan Informasi
Pasar (PIP) yang diberikan kepada 271 Kab/Kota di 34 Provinsi masih jauh
dari memuaskan. Data analisa usahatani sebesar 7,61%, data pemantauan
stok sebesar 10,14%, data supply demand dan biaya pemasaran sebesar
0,36%, namun Keaktifan petugas PIP dalam pengiriman data harian harga
tanaman pangan sebesar 99,63%,
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 161
Monitoring dan evaluasi kegiatan pemasaran dan investasi tanaman pangan
dilakukan di Provinsi Banten, Kalimantan Utara, Maluku, Aceh, Papua, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jambi dan Kalimantan Tengah. Kegiatan monev di
daerah masih kurang efektif dalam optimalisasi PIP dan menggali potensi
tanaman pangan untuk meningkatkan nilai investasi di daerah. Diharapkan
provinsi/kabupaten berperan aktif dalam menyampaikan informasi terkait
harga tanaman pangan yang mempengaruhi dalam pengambilan kebijakan
dan pengembangan kearifan lokal tanaman pangan guna meningkatkan nilai
investasi tanaman pangan.
F. KEBIJAKAN PEMASARAN TANAMAN PANGAN
Kebijakan pemasaran tanaman pangan nasional bertujuan untuk menjaga
kelangsungan produksi domestik, melindungi petani padi serta menjamin
kecukupan bagi masyarakat agar mendapatkan akses yang mudah secara
ekonomi maupun fisik secara berkelanjutan.
Komoditi tanaman pangan (padi, jagung, umbi dan aneka kacang)
merupakan komoditi strategis sebagai bahan pangan bagi masyarakat
indonesia, sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan, distribusi
dan stabilisasi harga menjadi sangat penting dalam rangka ketahanan
pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani maupun
kepentingan konsumsi masyarakat secara umum serta menciptakan
stabilitas ekonomi nasional
Kegiatan kebijakan pemasaran tanaman pangan dilaksanakan dengan
melakukan perjalanan dinas ke lokasi-lokasi sentra pangan dan mengikuti
rapat di luar kantor, antara lain :
1. Mengikuti Rapat Koordinasi Nasional Penyusunan Angka Tetap
(ATAP) Tahun 2015 dan Angka Ramalan I 2016 Produksi Tanaman
Pangan di Hotel Provinsi Bali.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 162
2. Mengikuti acara Kunjungan Kerja Bapak Menteri Pertanian di
Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Bone Bolango, Provinsi
Gorontalo
3. Kunjungan ke Provinsi Jawa Barat yang merupakan Provinsi dengan
penyumbang ekspor beras organik dan beras ketan hitam terbesar
dalam sepuluh tahun terakhir dengan kualitas beras organik dan beras
ketan hitam belum ada yang mampu menyaingi.
Beras organik berasal dari Kabupaten Tasikmalaya sedangkan beras
ketan hitam berasal dari Kabupaten Bandung. Tujuan ekspor beras
organik ke amerika, italia, belgia, malayasia dan singapura. Sedangkan
beras ketan hitam ke Singapura dan Taiwan. Privinsi Jawa Barat juga
merupakan provinsi yang mampu mengekspor ubi jepang dan ubi ungu
4. Kunjungan ke Provinsi Papua diperoleh informasi bahwa harga beras
di propinsi Papua cukup mahal, Harga beras di pasaran Rp 12.000/kg
dan di tingkat petani seharga Rp. 10.000/kg. Sentra padi terbesar di
Propinsi Papua berada di Kabupaten Merauke, Nabire, Jayapura, Kota
Jayapura dan Timika. Petani biasa menjual padi dalam bentuk beras
dikarenakan harga gabah Rp. 6.000/kg lebih murah jika dibandingkan
digiling menjadi beras.
Bulog divre Jayapura tidak dapat menyerap beras setiap bulannya
dikarenakan pada saat panen raya, petani meminta di atas HPP Bulog.
Investasi tanaman pangan yang ada Propinsi Papua adalah pabrik ubi
jalar di Kerom, Kabupaten Merauke. Investasi di Propinsi Papua sulit
dikembangkan karena masalah tanah adat.
5. Mengikuti pertemuan Evaluasi dan Implementasi Perundang-
Undangan dan Keterbukaan Informasi Publik” di Provinsi Jawa Timur
Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
mengenai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik dan pengetahuan tentang Peraturan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 163
Perundang-Undangan di bidang Pertanian Khususnya Tanaman
Pangan
6. Mengikuti Pameran “Gelar Pangan Nusantara Tahun 2016” di Provinsi
Kalimantan Barat.
Melalui Gelar Pangan Nusantara, diharapkan dapat mendorong upaya
penganekaragaman konsumsi pangan dengan cepat melalui kearifan
lokal, kerjasama terintegrasi antara pemerintah, daerah dan
masyarakat serta kreasi masyarakat dalam menciptakan/
mengahasilkan resep berbagai jenis makanan berbasis umbi-umbian
buah-buahan.
7. Mengikuti Rapat Koordinasi Nasional Penyusunan Angka Ramalan II
2016 Produksi Tanaman Pangan di Yogyakarta.
8. Kunjungan ke Provinsi Kalimantan Utara dalam rangka menggali
potensi beras adan, yang merupakan produk unggulan lokal dengan
kualitas baik dan telah di akui oleh Negara-negara tetangga seperti
Malayasia dan Brunai Darussalam
Peminat beras adan sangat banyak, namun terkadang sulit terpenuhi
karena sulitnya akses transportasi. Saat ini sedang dibangun jalan
darat trass Kalimantan untuk membuka akses darat menuju
Kecamatan Krayan yang berasal dari Kabupaten Malinau. Diharapkan
pembangunan jalan tersebut selesai pada Tahun 2017, sehingga
peluang investasi akan semakin terbuka lebar.
Titik kritis pengawalan kebijakan tanaman pangan sebagai berikut:
1. Dasar hukum pelaksanaan kebijakan belum ada.
Sering ditemukan dasar hukum pelaksanaan kebijakan belum dibuat
turunannya, sehingga berpotensi menghambat realisasi pelaksanaan
kegiatan.
2. Pemahaman petugas terhadap aturan yang ada kurang.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 164
Rendahnya pemahaman petugas terhadap aturan-aturan kebijakan
tanaman pangan menyebabkan lambatnya realisasi pelaksanaan
kebijakan.
Analisa Resiko
1. Aturan turunan kebijakan yang belum ada menyebabkan lambatnya
realisasi pelaksanaan kebijakan di lapangan.
2. Rendahnya pemahaman petugas terhadap aturan-aturan
menyebabkan realisasi pelaksanaan kebijakan terhambat.
Upaya Pemecahan Masalah
1. Melakukan inventarisasi aturan yang belum ada turunannya dan
segera dibuat aturan tersebut.
2. Melakukan pendampingan terhadap petugas yang belum memahami
aturan dengan petugas yang sudah paham
Selama periode tahun 2016, telah disiapkan regulasi dan memberikan
rekomendasi ekspor impor, dengan rincian sebagai berikut :
a. Rekomendasi dan Realisasi Ekspor Beras Ketan dan Organik
2015 – 2016
1. Beras Ketan
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 SINGAPORE 344,000 432,000 306,250 99,000 89.0 22.9
2 HONG KONG 1,000 300 0.0
3 EAST TIMOR 1,675
4 TAIWAN 530
344,000 433,000 308,755 99,000 89.8 22.9
NO NEGARA TUJUAN REKOMENDASI (Kg) REALISASI (Kg) REALISASI Thd TARGET (%)
TOTAL
Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
2. Beras organik
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 BELGIUM 61,000 32,000 13,860 1,680 22.7 5.3
2 ITALY 40,000 39,210 33,600 3,371 84.0 8.6
3 UNITED STATES 88,000 75,000 59,005 39,520 67.1
4 SINGAPORE 46,050 30,100 1,159 0.0 3.9
5 AUSTRALIA 11,256 10,008 88.9
5 MALAYSIA 43,200
5 GERMANY 8,275
278,250 195,841 106,465 55,738 38.3 28.5
REALISASI Thd TARGET (%)NO NEGARA TUJUAN
REKOMENDASI (Kg) REALISASI (Kg)
TOTAL
Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 165
3. Beras lain-lain
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 GERMANY 15 20
2 MALAYSIA 41,320 21,320
3 PAPUA NEW GUINEA 640 920
4 EAST TIMOR 1,275
- - 41,975 23,535 - - TOTAL
NO NEGARA TUJUAN REKOMENDASI (Kg) REALISASI (Kg) REALISASI Thd TARGET (%)
Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
Catatan :
a. Beras-beras yang tidak ada direkomendasi tetapi ada
realisasi, kemungkinan eksportirnya belum mendapat
sosialisasi panduan ekspor. Hal tersebut sedang ditelusuri.
b. Masih rendahnya realisasi dibanding rekomendasi akan
diklarifikasi setelah mendapatkan informasi dari pihak
eksportir.
b. Impor Beras Tahun 2015 dan 2016
1. Beras Ketan
2015 2016
1 MALAYSIA 825,000 700,000
2 VIETNAM 200,000 450,000
3 THAILAND 399,999
1,424,999 1,150,000
NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)
TOTAL Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
2. Beras Kukus
2015 2016
1 INDIA 50,000 162,000
2 MALAYSIA 16,769
50,000 178,769
NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)
TOTAL Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
3. Beras Medium
2015 2016
1 JEPANG 80,000 115,513
2 MYANMAR 11,261,650
3 TAIWAN 148
4 THAILAND 23,479,999 458,900,000
5 VIETNAM 481,700,000 524,700,000
505,259,999 994,977,311 TOTAL
NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)
Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 166
4. Beras Lain-lain
2015 2016
1 INDIA 33,238,500 26,998,119
2 PAKISTAN 180,099,500 62,689,830
3 KAMBOJA 1,000,000
4 MYANMAR 8,775,000
5 THAILAND 103,065,741 49,899,325
6 VIETNAM 27,274,195 10,157,318
353,452,936 149,744,592
NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)
TOTAL Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
Catatan :
1. Kementan tidak mengeluarkan rekomendasi impor untuk
beras ketan dan beras kukus
2. Rekomendasi impor beras medium dikeluarkan oleh Rakortas
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 167
KEGIATAN KETATAUSAHAAN DAN KEPEGAWAIAN
A. Organisasi
1. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 03
Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian, yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan.
Agar pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian tersebut diatas dapat
operasional, telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
52/Permentan/OT.040/11/2016 tanggal 2 Nopember 2016 tentang
Uraian Tugas Pekerjaan Unit Kerja Eselon IV Lingkup Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar
mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen,
pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta
pemasaran dan investasi tanaman pangan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman
pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar
mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan;
IX
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 168
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman
pangan;
f. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta penerapan
standar mutu di bidang tanaman pangan; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan terdiri atas :
a. Subdirektorat Pascapanen;
b. Subdirektorat Pengolahan;
c. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu;
d. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Subdirektorat sebagai berikut :
1. Subdirektorat Pascapanen mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
dibidang peningkatan pascapanen tanaman pangan. Dalam
melaksanakan tugas, Subdirektorat Pascapanen menyelenggarakan
fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penerapan teknologi
dan penyediaan sarana pascapanen tanaman pangan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penerapan teknologi
dan penyediaan sarana pascapanen tanaman pangan;
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 169
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di
bidang penerapan teknologi dan penyediaan sarana pascapanen
tanaman pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penerapan
teknologi dan penyediaan sarana pascapanen; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
penerapan teknologi dan penyediaan sarana pascapanen
tanaman pangan.
2. Subdirektorat Pengolahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang peningkatan pengolahan hasil tanaman pangan. Dalam
melaksanakan tugas Subdirektorat Pengolahan menyelenggarakan
fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penerapan teknologi
dan penyediaan sarana pengolahan hasil tanaman pangan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penerapan teknologi
dan penyediaan sarana pengolahan hasil tanaman pangan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di
bidang penerapan teknologi dan penyediaan sarana pengolahan
tanaman pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penerapan
teknologi dan penyediaan sarana pengolahan tanaman pangan;
dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
penerapan teknologi dan penyediaan sarana pengolahan hasil
tanaman pangan.
3. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
bimbingan teknis dan evaluasi serta koordinasi di bidang perumusan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 170
dan harmonisasi standar, dan penerapan standar mutu hasil tanaman
pangan. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Standardisasi dan
Mutu menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standardisasi dan
penerapan standar mutu hasil tanaman pangan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi dan
penerapan standar mutu hasil tanaman pangan;
c. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
standardisasi dan penerapan standar mutu hasil tanaman
pangan;
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
standardisasi dan penerapan standar mutu hasil tanaman
pangan; dan
e. Penyiapan koordinasi perumusan dan harmonisasi standar serta
penerapan standar mutu di bidang tanaman pangan.
4. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan pemasaran hasil
dan investasi tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas
Subdirektorat Pemasaran dan Investasi menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan
pemasaran hasil, promosi, dan investasi tanaman pangan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di peningkatan pemasaran
hasil, promosi, dan investasi tanaman pangan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan, kriteria di
bidang peningkatan pemasaran hasil, promosi, dan investasi
tanaman pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
pemasaran hasil, promosi, dan investasi tanaman pangan; dan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 171
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan pemasaran hasil, promosi, dan investasi tanaman
pangan.
5. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat
menyurat serta kearsipan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan.
6. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional
Pengawas Mutu Hasil Pertanian dan Analis Pasar Hasil Pertanian
masing-masing dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang
ditunjuk Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan,
mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan
fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pada setiap Subdirektorat, masing-masing mempunyai dua seksi yaitu :
(1) Subdirektorat Pascapanen terdiri dari :
a) Seksi Penerapan Teknologi Pascapanen
b) Seksi Sarana Pascapanen.
(2) Subdirektorat Pengolahan terdiri dari :
a) Seksi Penerapan Teknologi Pengolahan
b) Seksi Sarana Pengolahan.
(3) Subdirektorat Standardisasi dan Mutu terdiri dari :
a) Seksi Standardisasi
b) Seksi Mutu.
(4) Subdirektorat Pemasaran dan Investasi terdiri dari :
a) Seksi Pemasaran dan Promosi
b) Seksi Investasi.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 172
B. Ketatausahaan
Sebagai fungsi pelayanan, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas
melakukan pelayanan dalam bidang sebgai berikut :
1. Admistrasi Umum
a. Surat Menyurat.
Surat masuk dan surat keluar dibukukan dalam buku agenda dan
diarsipkan menurut kodefikasi surat. Surat yang sifatnya penting
dan mendesak dikirim via e-mail, faksimili, kilat khusus. Selama
tahun 2016 realisasi surat masuk sebanyak 1.653 pucuk surat
sedangkan surat keluar sebanyak 905 pucuk surat.
b. Perpustakaan.
Perpustakaan diharapkan dapat memberi informasi literatur, buku
dan informasi lainnya. Buku-buku yang tersedia di perpustakaan
sebagian besar berupa laporan dari Direktorat lingkup Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, sedangkan buku-buku yang berupa
literatur, Lembaran Negara dan lain-lain masih sangat kurang.
Buku/laporan pusat yang dihasilkan pada tahun 2016 sebanyak
135 buku.
2. Kepegawaian
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan didukung oleh 72
orang pegawai, yang terdiri dari 1 orang Direktur, 4 orang Kepala
Subdirektorat, 8 orang Kepala Seksi dan 1 orang Kepala Sub Bagian
Tata Usaha serta 58 orang Staf.
a. Komposisi Pegawai
1) Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan/Pangkat
a) Golongan IV/c Pembina Utama Muda : 1 orang
b) Golongan IV/b Pembina Tingkat I : 2 orang
c) Golongan IV/a Pembina : 5 orang
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 173
d) Golongan III/d Penata Tingkat I : 13 orang
e) Golongan III/c Penata : 4 orang
f) Golongan III/b Penata Muda Tingkat I : 23 orang
g) Golongan III/a Penata Muda : 12 orang
h) Golongan II/d Pengatur Tingkat I : 3 orang
i) Golongan II/c Pengatur : 4 orang
j) Golongan II/b Pengatur Muda Tingkat I: 2 orang
k) Golongan II/a Pengatur Muda : 3 orang
Jumlah : 72 orang
2) Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
a) S2 (pasca sarjana) : 18 orang
b) S1 (sarjana) : 34 orang
c) D3 (sarjana muda) : 6 orang
d) SLTA : 13 orang
e) SD : 1 orang
3) Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
a) Laki-laki : 37 orang
b) Perempuan : 35 orang
Daftar Pegawai Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan selengkapnya disajikan pada tabel lampiran
6 - 7
b. Mutasi, Pelimpahan, Pensiun, Meninggal, Kenaikan Gaji Berkala,
Kenaikan Pangkat, Penerima Tanda Kehormatan Satya Lencana
Karya Satya (SLKS) dan Kartu-kartu.
Selama periode Januari s/d Desember 2016 telah terjadi mutasi
alih tugas/melimpah, pensiun, meninggal dan promosi,
penyematan tanda kehormatan Satya Lencana Karya Satya dan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 174
pembuatan kartu-kartu dengan rincian sebagai berikut :
1) Mutasi :
Pegawai yang mutasi, alih tugas ke unit kerja lain sebanyak
6 orang yaitu :
a) Jane Caroline, S.P.,M.M. mutasi pindah ke STTP
Bogor, Jawa Barat.
b) Nitam Kasim, A.Md., mutasi pindah ke UPT Provinsi
Gorontalo.
c) Ariyati, mutasi pindah ke Direktorat Aneka Kacang dan
Umbi.
d) Amirruddin, S.P.,M.P. mutasi pindah ke Sekretariat
Ditjen TP.
e) Ratna Dwi Astuti, S.P., mutasi pindah ke Sekretariat
Ditjen TP.
f) Ir. Setya Prakosa, M.M. mutasi pindah ke Sekretariat
Ditjen TP.
Pelimpahan pegawai dari Bagian Perencanaan Sekretariat
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ke Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
sebanyak 2 orang yaitu :
a) Batara Siagian, S.P.,M.AB, sebagai Kasubdit
Stadardisasi dan Mutu.
b) Tias Atika Rachmawati, S.E. Staf Sub Bagian Tata
Usaha.
Pegawai yang pensiun sebanyak 1 orang dan meninggal 2
orang yaitu :
a) Ir. Bambang Jaya, M.Eng. pensiun terhitung mulai
tanggal 1 Juni 2016
b) Suparmo, meninggal tanggal 2 Maret 2016.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 175
c) Ir. Dian Handayani, M.Si. meninggal tanggal 2 April
2016.
Pegawai yang promosi sebanyak 3 orang, yaitu :
a) Ir. Bambang Kuncoro, M.M. sebagai Kasubdit
Pengolahan.
b) Nurihyatun Sardjono, S.P.,M.P. sebagai Kasi Sarana
Pascapanen.
c) Maretsum Simanullang, S.P.,M.Si. sebagai Kasubag
Layanan Rekomendasi pada Bagian Evaluasi dan
Layanan Rekomendasi, Sekretariat Ditjen Tanaman
Pangan.
2) Kenaikan Gaji Berkala.
Selama tahun 2016 (Januari s/d Desember 2016) kenaikan
gaji berkala sebanyak 31 (Tiga puluh satu) orang. Surat
Keputusan sudah terbit 100%.
3) Kenaikan pangkat.
Pada tahun 2016 realisasi kenaikan pangkat sebanyak 5
(Lima) orang, terdiri dari :
a) Periode April 2015 : 4 orang
b) Periode Oktober 2015 : 1 orang
Surat Keputusan sudah terbit 100%
4) Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya (SLKS)
Sampai dengan tahun 2016 telah diberikan tanda
kehormatan Satya Lencana Karya Satya kepada pegawai
yang berhak dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Satya Lencana Karya Satya XXX Tahun : 3 orang
b) Satya Lencana Karya Satya XX Tahun : 7 orang
c) Satya Lencana Karya Satya X Tahun : 14 orang
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 176
5) Kartu-kartu
Selama tahun 2016 (Januari s/d Desember 2016)
pengurusan Kartu Pegawai (Karpeg / Karsu / Karis, Taspen,
Askes (BPJS), KORPRI dan NPWP) selengkapnya disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 19 : Kartu Pegawai Tahun 2016
Jenis Sedang
Kartu Proses
1 Karpeg 68 - 4 CPNS
2 Karis/Karsu 67 - 5 Belum berkeluarga
3 Askes 72 - -
4 Taspen 68 - 4 CPNS
5 KORPRI 72 - -
6 NPWP 72 - -
No KeteranganBelumSelesai
c. Rumah Tangga dan Perlengkapan
Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan melaksanakan tugas-
tugas pokok antara lain penyediaan Alat Tulis Kantor, Blangko-
blangko/Kop Surat, kebersihan/pemeliharaan gedung/halaman
kantor, pemeliharaan kendaraan dinas, pemeliharaan dan
inventarisasi barang milik Negara, keamanan kantor, serta
melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan. Kegiatan yang
dilaksanakan sebagai berikut :
1) Membukukan barang-barang inventaris dari hasil
pengadaan barang tahun 2016 sebagai berikut :
a) Pengadaan Perangkat Pengolahan Data dan
Komunikasi seperti
PC Flat All in One 9 unit, PC Flat All in one (subdit
pascapanen) 2 unit, Ms. Office 5 unit (Subdit Padi),
Laptop 12 unit, Printer Laserjet 10 unit, Printer
Multifungsi 6 unit, Modem 7 unit, Kamera DSLR (subdit
pasinves) 1 unit, Recorder (subdit pasinves) 1 unit.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 177
b) Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
seperti Meja Kantor 10 unit, Kursi Kerja 10 unit, lemari
arsip 10 unit, MIC Delegate 5 unit, Whiteboard 1 unit,
Televisi LED 1 unit, Mesin penghitung uang 1 unit, AC
3 unit, Dispenser 3 unit, Kursi ruang Direktur 1 unit dan
mesin fotocopy 2 unit.
2) Melakukan opname fisik barang inventaris, baik barang
yang bergerak (kendaraan dinas) maupun yang tidak
bergerak (meja, kursi, lemari, komputer, printer, laptop,
desktop PC, notebook, AC, camera DSLR, handycam,
camera digital, televisi LCD, mic delegate, mesin potong
rumput dan mesin penghancur kertas) dan membuat data
inventaris barang tahun 2016.
3) Pemeliharaan Gedung / Halaman Kantor
a) Telah dilakukan pemeliharaan perbaikan/rehab gedung
kantor, meliputi ruang kerja Direktur, toilet, pengecatan
dinding ruang kerja, pemasangan paving block
halaman dan pengecatan trotoar.
b) Telah dilakukan peningkatan penerangan halaman
gedung kantor dengan menambah dan mengganti
lampu penerangan halaman dan gedung kantor.
c) Setiap 2 (dua) minggu sekali dilakukan penataan
lingkungan dengan melakukan pemangkasan tanaman
pagar dan rumput halaman.
d) Telah dilakukan pemeliharaan instalasi listrik, air dan
pengadaan sarana sound system ruang rapat sarana
jaringan internet WIFI.
4) Pelaksanaa keamanan kantor dilaksanakan oleh delapan (8)
orang tenaga Satpam dengan sistim ship secara bergilir
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 178
setiap hari 2 orang, 1 hari jaga malam 1 hari jaga siang dan
1 hari libur.
Fasilitas perlengkapan kantor/barang inventaris kantor sampai
dengan tahun 2016 yang dimiliki Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, selengkapanya dapat dilihat
pada Tabel Lampiran 8.
C. Keuangan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, menuntut adanya perubahan Manajemen Keuangan Negara.
Perubahan tersebut diantaranya berupa pendekatan baru dalam sistem
penganggaran yaitu sistem anggaran terpadu Berbasis Kinerja dalam
kerangka Pembangunan Jangka Menengah. Anggaran terpadu artinya
anggaran rutin dan anggaran pembangunan dipadukan sebagai satu
kesatuan.
Anggaran berbasis kinerja berarti kegiatan tidak lagi berdasarkan pada input,
tetapi berorientasi pada output dan outcome. Anggaran dalam kerangka
jangka menengah berarti penganggaran pada tahun sekarang
memperhatikan realisasi tahun-tahun sebelumnya dan kebutuhan anggaran
tahun mendatang. Perubahan ini mencakup perubahan mendasar dalam
proses perencanaan, penyusunan anggaran, pengelolaan maupun
pelaporannya sebagai penyelenggaraan akuntansi atas transaksi keuangan,
aset, utang dan ekuitas dana dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara secara transparan dan akuntable.
Sejak tahun 2005 penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara telah menggunakan sistim anggaran belanja terpadu atau
Unified Budget yang pelaksanaannya dikelola oleh Satuan Kerja di Unit
Eselon I atau Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang dikelola oleh
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), dalam hal ini dilaksanakan Direktur
Jenderal Tanaman Pangan, yang telah ditetapkan dengan Keputusan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 179
Menteri Pertanian Nomor : 49/Kpts/OT.160/I/2015 tentang Perubahan Kedua
atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 5171/Kpts/KU.410/12/2013
tanggal 10 Desember 2013 tentang Penetapan Pejabat Pengelola Keuangan
Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Tahun
Anggaran 2016 sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara
Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan Lingkup Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016.
Urusan keuangan pada Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan di dalam pengelolaannya dilaksanakan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) dalam hal ini selaku atas nama Kuasa Pengguna
Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Selaku Kuasa Pengguna
Anggaran Nomor : 1/KPA/SK.310/C/1/2016, tanggal 4 Januari 2016 tentang
Penetapan Pejabat Pembuat Komitmen dan Pejabat Penandatanganan
Surat Perintah Membayar Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan.
Sesuai penetapan KPA, sebagai pembantu PPK telah ditetapkan
Petugas/Staf Pengelola Keuangan, yang terdiri dari Pemegang Uang Muka
(PUM) selaku Pembantu Bendahara Pengeluaran, Petugas Verifikasi
Dokumen Tagihan dan Petugas Pengelola Belanja Pegawai (Pembuat Daftar
Gaji) serta Pejabat Pengadaan Barang/Jasa dan Panitia/Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan/Pengurus Barang. Satuan Kerja Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2016, guna untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan di tingkat PPK dalam proses penyelesaian
administrasi pertanggungjawaban.
Untuk melaksanakan kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan tahun 2016, sesuai Revisi DIPA tanggal 24 November 2016
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
mendapatkan alokasi anggaran APBN sebesar Rp.1.936.150.288.000,- yang
terdiri dari anggaran Pusat sebesar Rp.105.557.532.000,- Dekonsentrasi
sebesar Rp 34.953.620.000.,- dan Tugas Pembantuan Provinsi sebesar
Rp.1.795.639.136.000,-. Realisasi keuangan Direktorat Pengolahan dan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 180
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan hingga Bulan Desember tahun 2016
sebesar Rp.1.733.078.059.778,- (99,57%), selengkapnya disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 20 : Realisasi Anggaran Dit.PPHTP Tahun Anggaran 2016.
Pagu Realisasi
(Rp) (Rp)
1 Pusat 105,557,532,000 57,707,601,000 47,849,931,000 47,639,262,919 45.13 99.56
2 Dekonsentrasi (Provinsi) 34,953,620,000 13,447,063,000 21,506,557,000 20,735,106,111 59.32 96.41
3 Tugas Pembantuan (Provinsi) 1,795,639,136,000 124,361,184,000 1,671,277,952,000 1,664,703,690,748 92.71 99.61
1,936,150,288,000 195,515,848,000 1,740,634,440,000 1,733,078,059,778 89.51 99.57
% setelah
SBNo Satuan Kerja
Jumlah
Self BlockingPagu setelah
Self Blocking
% terhadap
pagu awal
Ket : Realisasi s/d 31 Desember 2016
Anggaran Pusat sebesar Rp. 105.557.532.000,- dari anggaran tersebut
terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan Self Blocking/Penghematan/
pemotongan sebesar Rp.57.707.601.000,- sehingga alokasi anggaran yang
dapat digunakan menjadi sebesar Rp.47.849.931.000,-. Rincian alokasi
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 21: Jumlah Anggaran per Kegiatan atau per MAK Dit PPHTP.
Tahun 2016
(Rp) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
5885 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 105,557,532,000 100.00 57,707,601,000 47,849,931,000 100.00
5885.051.053 Penyaluran Alsintan Pascapanen 88,399,890,000 83.75 51,645,185,000 36,754,705,000 76.81
5885.505.051 Pengamanan Susut Hasil Produksi Tanaman Pangan 2,126,627,000 2.01 524,895,000 1,601,732,000 3.35
5885.505.052 Peningkatkan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 3,820,000,000 3.62 1,681,629,000 2,138,371,000 4.47
5885.505.053 Pengembangan Standardisasi Dan Mutu 1,882,706,000 1.78 594,691,000 1,288,015,000 2.69
5885.505.054 Pengembangan Pemasaran Hasil Dan Investasi 4,469,200,000 4.23 1,973,585,000 2,495,615,000 5.22
5885.505.055 Ketatausahaan dan Kepegawaian 396,570,000 0.38 41,801,000 354,769,000 0.74
5885.505.056 Perencanaan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil TP 2,054,444,000 1.95 564,484,000 1,489,960,000 3.11
5885.505.057 Pelaporan Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP 1,428,245,000 1.35 590,265,000 837,980,000 1.75
5885.996.051 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 709,400,000 0.67 74,393,000 635,007,000 1.33
5885.997.051 Perangkat dan Fasilitas Perkantoran 270,450,000 0.26 16,673,000 253,777,000 0.53
JUMLAH ANGGARAN
SETELAH SELF
BLOCKING/
PENGHEMATAN/
PEMOTONGAN
%
JUMLAH
ANGGARAN
(PAGU)
% SELF BLOCKING KODE URAIAN KEGIATAN/SUB KEGIATAN/AKUN
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 181
Sedangkan berdasarkan Jenis Belanja/Pengeluaran sebagaimana pada
Tabel dibawah ini :
Tabel 22 : Jumlah Anggran Per Jenis Belanja/Pengeluaran Tahun 2016
1. Belanja bahan 1,592,020,000 1.51 583,345,000 1.01 1,008,675,000 2.11
2. Belanja barang persediaan 220,500,000 0.21 13,197,000 0.02 207,303,000 0.43
3. Belanja Perjalanan dinas 13,449,312,000 12.74 4,842,663,000 8.39 8,606,649,000 17.99
4. Belanja jasa profesional lainnya 945,800,000 0.90 505,750,000 0.88 440,050,000 0.92
5. Belanja jasa lainnya 521,000,000 0.49 120,275,000 0.21 400,725,000 0.84
6. Belanja Pengiriman Surat 12,200,000 0.01 3,400,000 0.01 8,800,000 0.02
7. Belanja honor kegiatan 143,350,000 0.14 33,600,000 0.06 109,750,000 0.23
8. Belanja jasa sew a 127,700,000 0.12 28,120,000 0.05 99,580,000 0.21
9. Belanja jasa konsultansi 200,000,000 0.19 - 200,000,000 0.42
10 Belanja modal peralatan dan mesin 898,850,000 0.85 91,066,000 0.16 807,784,000 1.69
11. Belanja barang untuk diserahkan
kepada masyratakat/pemda
87,446,800,000 82.84 51,486,185,000 89.22 35,960,615,000 75.15
105,557,532,000 100.00 57,707,601,000 100.00 47,849,931,000 100.00
Slef Blocking/
Penghematan/
Pemotongan
No. Jenis Belanja % %Anggaran Yang
Bisa Digunakan
Jumlah
Anggaran
(Rp)
J U M L A H
%
1. Realisasi Fisik.
Realisasi fisik kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan sampai bulan Desember 2016 telah mencapai
100%. Realisasi fisik tersebut dihitung berdasarkan bobot pekerjaan
dan pencapaian penyelesaian pekerjaan, yaitu seberapa jauh
pekerjaan tersebut dilaksanakan dan hasil yang telah dicapai.
Walaupun di dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kegiatan yang
tidak dapat dilaksanakan karena hambatan teknis dan waktu
pelaksanaan kegiatan yang tidak memungkinkan untuk di realisasikan.
2. Realisasi Anggaran.
Dari jumlah anggaran sebesar Rp.105.557.532.000,- (Seratus lima
milyar lima ratus lima puluh tujuh juta lima ratus tiga puluh dua ribu
rupiah), terdapat pengurangan anggaran (self blocking/penghematan/
pemotongan) sebesar Rp. 57.707.601.000. (54,67%), sehingga
anggaran yang dapat digunakan sebesar Rp.47.849.931.000
(45,33%). Realisasi keuangan hingga Bulan Desember tahun 2016
sebesar Rp. 47.639.262.919,- (99,56%), sisa anggaran/sisa mati
sebesar Rp. 210.668.081,- (0,44%). Realisasi anggaran per sub
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 182
kegiatan atau per MAK dan Realisasi anggaran per jenis/pengeluaran
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 23 : Realisasi Anggaran per Sub Kegiatan atau per MAK Tahun 2016
REALISASI
ANGGARAN
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8
5885Pengolahan dan Pemasaran Hail
Tanaman Pangan 105,557,532,000 57,707,601,000 47,849,931,000 47,639,262,919 99.56 210,668,081
5885.051.053 Penyaluran Alsintan Pascapanen 88,399,890,000 51,645,185,000 36,754,705,000 36,745,314,086 99.97 9,390,914
5885.505.051Pengamanan Susut Hasil Produksi
Tanaman Pangan2,126,627,000 524,895,000 1,601,732,000 1,592,423,180 99.42 9,308,820
5885.505.052Peningkatkan Pengolahan Hasil
Tanaman Pangan 3,820,000,000 1,681,629,000 2,138,371,000 2,104,255,253 98.40 34,115,747
5885.505.053 Pengembangan Standardisasi dan Mutu 1,882,706,000 594,691,000 1,288,015,000 1,278,323,247 99.25 9,691,753
5885.505.054Pengembangan Pemasaran Hasil dan
Investasi 4,469,200,000 1,973,585,000 2,495,615,000 2,422,336,033 97.06 73,278,967
5885.505.055 Ketatausahaan dan Kepegawaian 396,570,000 41,801,000 354,769,000 351,359,810 99.04 3,409,190
5885.505.056Perencanaan Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil TP 2,054,444,000 564,484,000 1,489,960,000 1,459,741,530 97.97 30,218,470
5885.505.057Pelaporan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil TP 1,428,245,000 590,265,000 837,980,000 798,234,940 95.26 39,745,060
5885.996.051Perangkat Pengolah Data dan
Komunikasi 709,400,000 74,393,000 635,007,000 633,505,650 99.76 1,501,350
5885.997.051 Perangkat dan Fasilitas Perkantoran 270,450,000 16,673,000 253,777,000 253,769,190 100.00 7,810
SISA
ANGGARAN %
JUMLAH
ANGGARAN (PAGU) KODEURAIAN KEGIATAN/SUB
KEGIATAN/AKUN
SELF BLOCKING/
PENGHEMATAN/
PEMOTONGAN
ANGGARAN YANG
DAPAT
DIGUNAKAN
Tabel 24 : Realisasi Anggaran per Jenis Belanja/Pengeluaran Tahun 2016
(Rp). (Rp). (Rp). (Rp).
1. Belanja bahan 1,592,020,000 1,008,675,000 2.11 891,862,190 88.42 116,812,810 11.58
2. Belanja barang
persediaan220,500,000 207,303,000 0.43 203,848,600 98.33 3,454,400 1.67
3. Belanja Perjalanan dinas 13,449,312,000 8,606,649,000 17.99 8,595,912,474 99.88 10,736,526 0.12
4.Belanja jasa profesional
lainnya 945,800,000 440,050,000
0.92 419,000,000
95.22 21,050,000
4.78
5. Belanja jasa lainnya 521,000,000 400,725,000 0.84 373,501,465 93.21 27,223,535 6.79
6. Belanja Pengiriman Surat 12,200,000 8,800,000 0.02 3,591,500 40.81 5,208,500 59.19
7. Belanja honor kegiatan 143,350,000 109,750,000 0.23 100,450,000 91.53 9,300,000 8.47
8. Belanja jasa sewa 127,700,000 99,580,000 0.21 89,150,000 89.53 10,430,000 10.47
9. Belanja jasa konsultansi 200,000,000 200,000,000 0.42 193,836,500 96.92 6,163,500 3.08
10Belanja modal peralatan
dan mesin
898,850,000 807,784,000 1.69 807,495,190 99.96 288,810 0.04
11.Belanja barang untuk
diserahkan kepada
87,446,800,000 35,960,615,000 75.15 35,960,615,000 100.00 -
105,557,532,000 47,849,931,000 100.00 47,639,262,919 99.56 210,668,081 0.44
%%
J U M L A H
Pagu Setelah Self
Blocking/
Penghematan/
Pemotongan
%Pagu AwalRealisasi
Anggaran
Sisa
AnggaranJenis BelanjaNo.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 183
Sebagai gambaran dari realisasi per bulan secara komulatif di
bandingkan dengan target dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 25 : Target dan Realisasi Anggaran per Bulan Secara Komulatif.
(Rp.) (Rp.) (Rp.)
1. Januari 100,000,000 0.09 100,000,000 0.21 0 -
2. Pebruari 130,000,000 0.12 130,000,000 0.27 0 -
3. Maret 2,120,720,000 2.01 2,120,720,000 4.43 2,182,606,160 4.56
4. April 8,240,000,000 7.81 8,240,000,000 17.22 8,235,519,386 17.21
5. Mei 5,020,000,000 4.76 5,020,000,000 10.49 5,017,164,810 10.49
6. Juni 10,065,000,000 9.54 10,065,000,000 21.03 10,063,082,291 21.03
7. Juli 2,565,000,000 2.43 2,565,000,000 5.36 2,560,822,274 5.35
8. Agustus 1,730,000,000 1.64 1,730,000,000 3.62 1,728,907,630 3.61
9. September 2,350,000,000 2.23 2,350,000,000 4.91 2,337,509,984 4.89
10. Oktober 6,790,000,000 6.43 6,790,000,000 14.19 6,787,842,991 14.19
11. Nopember 42,985,654,000 40.72 8,150,000,000 17.03 8,136,221,103 17.00
12 Desember 23,461,158,000 22.23 589,211,000 1.23 589,586,290 1.23
105,557,532,000 100.00 47,849,931,000 100.00 47,639,262,919 99.56
Target ROK Setelah
Self Blocking/
Penghematan/
Pemotongan
JUMLAH
No. Bulan % % % Realisasi Target ROK
Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa belum adanya realisasi
pada bulan Januari dan Februari 2016 disebabkan karena adanya
perubahan Mata Anggaran Kegiatan (MAK) dari 1765 Direktorat
Pascapanen mejadi Mata Anggaran Kegiatan (MAK) 5885 Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan sehingga
menyebabkan kegiatan di bulan tersebut belum dapat direalisasikan.
Sedangkan pencapaian realisasi sampai dengan bulan Desember
2016 setelah dilakukan Self blocking/penghematan/pemotongan
anggaran secara keseluruhan tidak sesuai target 100 % karena
adanya sisa mati dari kegiatan, dan adanya kegiatan Pengadaan
Sarana Pascapanen Tanaman Pangan TA 2016 yang pembayaran
dilakukan pada TA 2017 (Tunggak Bayar) sebesar
Rp.27.275.205.000,-.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 184
PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN
A. Permasalahan
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016, meliputi
aspek administrasi, teknis, SDM, kelembagaan, dan pembiayaan, antara
lain :
1) Aspek Administrasi
a) SK CPCL belum siap atau seringkali berubah pada saat barang
akan dikirimkan ke titik bagi.
b) Penentuan dan penetapan calon penerima/calon lokasi (CP/CL)
Gapoktan/kelompok tani penerima/pengelola bantuan peralatan
masih kurang cermat. Sehingga Gapoktan/kelompok terpilih
kurang memenuhi persyaratan atau belum siap menjalankan
usaha pengolahan yang disebabkan kurangnya kemampuan
manajerial dan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) dalam
pengelolaan usaha pengolahan.
c) Setelah DIPA Revisi 4 turun, terkait informasi adanya
penghematan anggaran maka sebagian besar daerah menunda
proses pengadaan bantuan sarana pascapanen APBN-P.
Provinsi yang telah terlanjur melaksanakan kegiatan APBN-P
2016 yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan
Bengkulu.
d) Sebagian sarana Pascapanen masih import sehingga butuh
waktu dalam penyediaannya (corn combine harvester & combine
harvester kecil).
e) Produsen sarana pascapanen sebagian produsen
kecil/menengah, sehingga pembelian melalui pesanan/perlu
dirakit dulu.
X
II
VIII
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 185
f) Proses lelang bangunan menunggu proses hibah/hak guna pakai
lahan dari pemilik lahan ke poktan/gapoktan (Dinamis).
g) Tidak semua perusahan memproses uang muka/DP (+ 30%)
karena proses pencairan lebih lama dalam penyiapan dokumen.
Produsen lebih memilih percepatan distribusi barang secara
langsung.
h) Proses pencairan uang muka dari BASTB menjadi SP2D
memerlukan waktu cukup lama (> 3 minggu), karena administrasi
secara on line dari satker daerah ke KPPN ternyata tidak mudah.
i) Penyelesaian doksistu dan dokumen penunjang lainnya masih
sulit diselesaikan poktan.
j) Penyelesaian doksistu untuk pengajuan registrasi PSAT
terhambat.
2) Aspek Teknis
a) Sosialisasi kepada kelompok penerima bantuan belum optimal
dirasakan masih kurang, sehingga kelompok penerima bantuan
belum memahami bantuan sarana pascapanen karena minimnya
dana sosialisasi dan kurangnya koordinasi Kabupaten dengan
provinsi disebabkan jarak yang terlalu jauh.
b) Calon penerima bantuan belum memenuhi syarat sesuai
ketentuan pada pedoman teknis dan adanya intervensi dari
banyak pihak yang menyebabkan CPCL sering berubah-ubah.
c) Tim teknis memerlukan waktu melakukan survey ke produsen
yang memiliki spesifikasi sesuai dengan Pedoman Teknis dan
memiliki test report.
d) Masih terbatasnya ketersediaan bengkel alsin dan suku cadang
di lokasi penerima bantuan sehingga petani kesulitan saat alsin
mengalami kerusakan.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 186
e) Kapasitas bantuan belum disesuaikan dengan ketersediaan
bahan baku di lokasi bantuan dan kemampuan poktan/gapoktan.
f) Pemberian bantuan belum disertai bimbingan teknis dari petugas
lapang
g) Petugas pengelola data tingkat Kabupaten belum tertib mengirim
data ke provinsi sehingga petugas mengalami kesulitan dan
keterlambatan dalam merekap data.
h) Sosialisasi tentang pertanian organik masih belum diketahui
secara detail/meluas terutama mengenai pentingnya sertifikasi
mutu untuk jaminan keamanan pangan.
i) Jaringan internet lemah di beberapa daerah sehingga
menghambat proses input data harga harian.
j) Data harga harian komoditas tanaman pangan dari beberapa
kabupaten masih kosong, kurang lebih 4%.
k) Musim panen tidak setiap bulan, sehingga tidak dapat dilakukan
pengukuran stock komoditas tanaman pangan.
l) Petani/Produsen belum memiliki produk yang bermutu sesuai
dengan permintaan calon pembeli atau konsumen.
3) Aspek SDM, Kelembagaan, dan Pembiayaan
a) Terbatasnya SDM dan pengetahuan SDM yang menangani
seleksi CPCL.
b) Gapoktan/Poktan penerima bantuan sarana pascapanen belum
memahami dalam penyusunan RUKK, sehingga diperlukan
pendampingan dari petugas Kabupaten
c) Masih ada Kabupaten/Kota yang terlambat dalam melakukan
CPCL disebabkan tidak adanya dana pendampingan dari APBD
d) Sering terjadi mutasi/alih tugas pegawai yang menangani
program pascapanen di daerah yang berpengaruh pada kinerja
satker.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 187
e) Dinas Provinsi kurang aktif memantau pelaksanaan kegiatan
pengadaan sarana di ULP dan pencairan anggaran di bendahara
f) Kurangnya koordinasi antara pemegang anggaran (satker)
dengan pelaksana kegiatan karena dana kegiatan berada pada
satker bidang Tanaman Pangan, sedangkan pelaksanaan
kegiatan pascapanen ditangani pada bidang Binus/P2HP.
g) Masih minimnya dukungan APBD, baik dari Pemerintah Daerah
Provinsi maupun Kabupaten terhadap upaya penanganan
pascapanen tanaman pangan, sehingga masih tergantung dari
dukungan dan bantuan dari Pemerintah Pusat.
h) Lemahnya manajemen administrasi poktan/ gapoktan, sehingga
pengelolaan sarana tersebut melalui sistem penyewaan sarana
pascapanen belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.
i) Ketersediaan tenaga teknisi dan operator yang cukup profesional
dalam mengoperasikan sarana pascapanen belum mencukupi.
j) Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki
sarana pascapanen yang rusak.
k) Poktan penerima bantuan belum memahami cara penggunaan
sarana yang diterimanya sehingga menyebabkan losses saat
proses penanganan pascapanen.
l) Terbatasnya petugas dinas propinsi dan kabupaten/kota yang
menguasai pengetahuan tentang pengolahan hasil pertanian dan
terbatasnya sumberdaya manusia pengelola unit usaha dalam
Gapoktan/kelompok yang menguasai teknologi dan pemasaran
produk olahan.
m) Kemampuan pelaku usaha pengolah masih belum optimal dalam
penguasaan teknologi pengolahan, mutu produk dan aspek
higienis dan sanitari.
n) Perubahan struktur organisasi daerah mempengaruhi beban kerja
petugas PIP.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 188
o) Keterbatasan jumlah SDM di Dinas Pertanian Kabupaten yang
kompeten dalam pemanfaatan aplikasi input data harga harian.
B. Upaya Pemecahan
1) Berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi (melalui surat, telepon,
SMS/ WA, Email, Kunjungan lapang ke Provinsi/Kabupaten) dalam
rangka percepatan pelaksanaan kegiatan dan segera menindaklanjuti
kendala pelaksanaan kegiatan di lapangan.
2) Dinas perlu melakukan pendataan kebutuhan dan ketersediaan alsin
serta mempunyai basisdata informasi jenis sarana pascapanen yang
sesuai dengan kondisi di wilayahnya masing-masing.
3) Dinas Pertanian Provinsi berkoordinasi dengan Kabupaten/kota dan
menyarankan agar Pedoman Teknis lebih dipahami oleh petugas yang
identifikasi CPCL.
4) Dinas Pertanian Provinsi harus segera mempersiapkan kelengkapan
administrasi dan teknis kegiatan pengadaan sarana pascapanen, serta
harus aktif berkoordinasi dengan pihak ULP, untuk memastikan
terselenggara tepat waktu.
5) Kepala Dinas Pertanian Provinsi harus memastikan, mengawal dan
menjembatani koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dan
pelaksana kegiatan.
6) Pengajuan kelengkapan lelang ke ULP diharapkan dilakukan di awal
tahun anggaran, sehingga jika terjadi gagal lelang atau permasalahan
dalam pelelangan, sehingga masih tersedia waktu yang cukup untuk
proses lelang ulang.
7) Aparat Dinas Pertanian Provinsi pelaksana kegiatan bantuan sarana
pascapanen harus memahami dengan baik semua petunjuk yang
terdapat dalam buku pedoman teknis penanganan pascapanen
tanaman pangan Tahun 2015.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 189
8) Alat/sarana pascapanen yang akan dibeli harus memiliki SNI atau
minimal test report yang dikeluarkan oleh lembaga uji yang tersebar di
15 provinsi.
9) Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan
penanganan pascapanen tanaman pangan.
10) Melakukan teguran secara tertulis kepada pelaksana di daerah yang
tidak memenuhi Pedoman Teknis Pascapanen.
11) Pelatihan pengoperasian perawatan dan perbaikan sarana perlu
difasilitasi oleh produsen/pabrikan tempat pembelian sarana tersebut
dan dilakukan saat droping sarana, saat panen dan pascapanen atau
mengirimkan teknisi dan operator ke produsen/pabrikan untuk
mengikuti pelatihan dan adanya jaminan purna jual untuk pembelian
alsin tersebut.
12) Mengintensifkan koordinasi baik melalui telpon, sms dan e-mail ke
tingkat kabupaten/provinsi dalam percepatan pengiriman laporan.
a) Telah dilakukan pengawalan baik melalui surat maupun langsung
ke lapangan:
(1) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi
Seluruh Indonesia Nomor 135/PI/010/C6.02/02/2016 tgl 29
Februari 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Kegiatan;
(2) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang
Membidangi Tanaman Pangan Nomor 219/RC.110/C6.01/
04/2016 tgl 4 April 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Kegiatan;
(3) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang
Membidangi Tanaman Pangan Nomor 338/RC.120/C6.01/
05/2016 tgl 9 Mei 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Kegiatan;
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 190
(4) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang
Membidangi Tanaman Pangan Nomor 420/RC.110/C6.02/
06/2016 tgl 7 Juni 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Kegiatan.
b) Monitoring bantuan di wilayah binaan setiap minggu dan
dilaporkan ke Bagian Keuangan dan Perlengkapan, Setditjen TP
c) Kunjungan langsung ke lapangan dan mendorong penyelesaian
CPCL
d) Pada saat Rakor Percepatan Pelaksanaan Kegiatan di Jakarta
telah disampaikan ke daerah untuk segera melakukan
percepatan.
e) Mengawal ke LKPP untuk penayangan semua jenis sarana (Surat
ke Direktur Pengembangan Sistem Katalog LKPP Nomor
208/PL.010/C6.01/03/2016 tgl 20 Maret 2016 Tentang
Percepatan Pengadaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan
Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016)
13) Penetapan calon penerima/calon lokasi harus atau tempat proses
pengolahan dilakukan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan.
14) Petugas baik dari dinas provinsi dan kabupaten harus menguasai
pengetahuan tentang pengolahan hasil pertanian dengan diberikannya
pelatihan tentang cara pengolahan hasil yang baik.
15) Poktan/Gapoktan perlu mendapat pelatihan tentang cara pengolahan
hasil tanaman pangan yang baik (GMP).
16) Melakukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
SDM baik dalam penerapan teknologi pengolahan maupun manajemen
usaha, sosialisasi dan bimbingan kepada pengelola unit pengolahan
hasil pertanian tentang standar mutu produk olahan yang dibutuhkan
pasar, dan peningkatan aksesbilitas SDM pengolahan
17) Membantu ketersediaan pasar untuk poktan/gapoktan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 191
18) Melakukan pendampingan dalam penyusunan doksistu agar
pengajuan ke LSO tidak terlambat.
19) Melakukan sosialisasi tentang pertanian organik kepada pelaku usaha
organik dan masyarakat luas.
20) Dinas perlu melakukan pendataan terkait poktan/gapoktan yang sudah
menerapkan sistem pertanian organik agar segera bisa disertifikasi.
21) Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan mutu
hasil produksi tanaman pangan
22) Petugas Kabupaten/Kota melaporkan harga data harian melalui sms
ke petugas PIP pusat untuk diinput secara langsung.
23) Melakukan komunikasi secara intensif kepada petugas Pembina
Provinsi dan petugas PIP bersangkutan terkait informasi harga
komoditas tanaman pangan.
24) Pengukuran stock dilakukan di rumah tangga petani dan penggilingan
dengan mengupdate data dari bulan sebelumnya.
25) Melakukan pendampingan terutama memberikan informasi terkait
produk yang diperlukan calon pembeli dan konsumen dan peluang
investasi dari perusahaan swasta atau kemitraan dengan BUMN.
26) Menerbitkan SK bagi petugas PIP.
27) Menambah jumlah SDM di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 192
PENUTUP
Keberhasilan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan TA.2016 sangat ditentukan oleh kesiapan, koordinasi dan kerjasama antara
pemerintah Pusat dan Daerah dengan melibatkan stakeholder terkait.
Pelaksanaan yang baik dari Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan sangat mendukung pada pelaksanaan kegiatan teknis Lingkup Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan. Namun demikian, dalam pelaksanaan masih ditemukan
beberapa kelemahan seperti beberapa sarana lambat tayang di LKPP, seringnya
terjadi perubahan/pergeseran anggaran, ketidakpastian self blocking baik di Pusat
maupun di daerah, ataupun permasalahan lain yang berada diluar kewenangan.
Semua kendala/permasalahan tersebut, akan dijadikan input untuk perbaikan
kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan di tahun
berikutnya.
XI
II
VIII
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 193
Bagan 1 : Struktur Organisasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 194
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 195
Lampiran 1 : Renacan Alokasi Dukungan Sarana Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan Tahun 2017
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 196
COMBINE
HARVESTER KECIL
COMBINE
HARVESTER
SEDANG
COMBINE
HARVESTER
BESAR
VERTIKAL DRYER
PADI + BANGUNAN
KAP 6 TON/PROSES
RMU BERAS
ORGANIK
RMU DAERAH
PERBATASAN
SARANA PENANGANAN
DAN PENGOLAHAN BERAS
BERMUTU (PACKING DAN
GRADING)
CORN COMBINE
HARVESTER
CORN
SHELLER
POWER
THRESHER
MULTIGUNA
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
DITJEN TP 610 672 2,702 2 1 20 6 100 1,506 605 6,224
I. PUSAT 110 1,300 100 200 200 1,910
II. PROVINSI (DEKON) 500 672 1,402 2 1 20 6 - 1,306 405 4,314
1 ACEH - - 58 - - 2 - - 15 6 81
2 SUMUT - 9 57 - - - - - 86 - 152
3 SUMBAR 13 - 1 - - - - - 46 - 60
4 RIAU 18 9 20 - - 2 - - - - 49
5 JAMBI - 18 19 - - - - - 30 - 67
6 SUMSEL - 10 206 - - - 1 - 120 - 337
7 BENGKULU 21 - - - - - - - 35 - 56
8 LAMPUNG - 36 125 - - - - - 52 - 213
9 DKI JAKARTA -
10 JABAR 57 51 6 2 1 1 94 78 290
11 JATENG 86 107 14 1 119 90 417
12 DI YOGYAKARTA 32 45 40 117
13 JATIM 118 123 20 1 231 73 566
14 KALBAR 35 33 8 5 43 10 134
15 KALTENG 21 29 5 17 72
16 KALSEL 14 32 28 26 100
17 KALTIM 25 21 19 20 8 93
18 SULUT 42 1 43
19 SULTENG 10 126 1 137
20 SULSEL 16 252 1 103 20 392
21 SULTRA 10 50 60
22 BALI 16 4 46 38 104
23 NTB 10 104 59 173
24 NTT 10 1 11
25 MALUKU 15 27 2 20 64
26 PAPUA 41 24 2 67
27 MALUT 15 35 2 52
28 BANTEN 18 22 12 22 18 92
29 BABEL 24 24
30 GORONTALO 7 41 40 88
31 KEPRI 1 1
32 PAPUA BARAT 16 25 20 1 62
33 SULBAR 19 73 24 116
34 KALTARA 10 1 13 24
NO. PROVINSI & KABUPATEN/
KOTA
SARANA PASCAPANEN
TOTAL
SARANA
Lampiran 2 : Rencana Alokasi Dukungan Standardisasi dan Mutu Tahun 2017
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 197
Unit Unit Unit Unit Unit Unit
DITJEN TP 30 6 80 100 14 230
I. PUSAT
II. PROVINSI (DEKON) 30 6 80 100 14 230
1 ACEH - - 2 - - 2
2 SUMUT 1 4 10 15
3 SUMBAR 2 - 4 - - 6
4 RIAU - - 2 - - 2
5 JAMBI - - 2 - - 2
6 SUMSEL 2 1 2 - - 5
7 BENGKULU - - 2 2
8 LAMPUNG 1 - 3 - - 4
9 DKI JAKARTA -
10 JABAR 7 1 4 20 4 36
11 JATENG 3 1 3 20 4 31
12 DI YOGYAKARTA 1 4 5
13 JATIM 2 1 4 10 4 21
14 KALBAR 1 4 10 15
15 KALTENG 2 2
16 KALSEL 1 2 3
17 KALTIM
18 SULUT 1 2 3
19 SULTENG 1 2 3
20 SULSEL 1 1 5 10 17
21 SULTRA 2 2
22 BALI 2 4 6
23 NTB 2 2
24 NTT 2 4 10 16
25 MALUKU -
26 PAPUA -
27 MALUT 2 2
28 BANTEN 1 4 2 7
29 BABEL -
30 GORONTALO 1 3 10 14
31 KEPRI -
32 PAPUA BARAT 2 2
33 SULBAR 2 2
34 KALTARA 1 2 3
UJI
KEDELAI
TOTAL FISIK
STANMUT
SERTIFIKASI
ORGANIK PENERAPAN SNI
UJI MUTU BERAS NON
ORGANIK
UJI
JAGUNG
PAKAN NO. PROVINSI & KABUPATEN/
KOTA
Lampiran 3 : Renacana Alokasi dukungan pemasaran dan pengolahan tahun 2017
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 198
1 ACEH 9 2 36,000 -
2 SUMUT 13 3 52,500 - 12,500
3 SUMBAR 10 2 35,000 12,500
4 RIAU - - - -
5 JAMBI - - - -
6 SUMSEL 9 4 70,000 1 34,000
7 BENGKULU - - - -
8 LAMPUNG 9 3 52,500 1 30,500 12,500
9 DKI - - - -
10 JABAR 18 10 175,000 1 31,000 15,500
11 JATENG 27 10 175,000 - 15,500
12 DIY 4 - - -
13 JATIM 28 12 210,000 1 32,900 19,700
14 KALBAR 8 1 17,500 1 36,800 19,700
15 KALTENG 4 - - -
16 KALSEL 8 2 35,000 - 18,500
17 KALTIM - - - -
18 SULUT 4 - - -
19 SULTENG 6 1 17,500 -
20 SULSEL 18 5 87,500 1 28,000 12,500
21 SULTRA - - - -
22 BALI - - - -
23 NTB 7 2 35,000 1 40,000
24 NTT 6 1 17,500 -
25 MALUKU - - - -
26 PAPUA - - - -
27 MALUT - - - -
28 BANTEN 4 2 35,000 - 15,500
29 BABEL - - - -
30 GORONTALO 4 - - 1 28,000
31 KEP RIAU - - -
32 PAPUA BARAT - - - -
33 SULBAR 4 - - -
34 KALTRA - - - 1 42,000
200 60 1,051,000 9 303,200 154,400
Pengawalan
Pengembangan
potensi Ekspor
Pemantauan
Stok
Pengawalan
Pengembangan
potensi Ekspor
TOTAL
Pemantauan
Stok
Koordinasi
Pelaku Usaha
Pengumpul
Jagung dan
Usaha Pakan
Pengembangan
Informasi Pasar
(PIP) Kabupaten
No. PROVINSI
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 199
Lampiran 4 : Realisasi Fisik dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan
Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
Pusat Tahun 2016
Nilai BASTB (unit)
26,530 26,991 1,857,408,351,000 1,785,208,688,835 26,530 1,689,523,138,925
A. 564 646 87,443,500,000 63,235,770,000 564 35,960,615,000
1 Combine Harvester Kecil 355 355 42,138,500,000 41,272,290,000 355 35,960,615,000
2 Combine Harvester Besar 43 43 21,070,000,000 19,190,820,000 43
3 Power Thresher 166 166 3,735,000,000 2,772,660,000 166
4 Sarana Pascapanen 82 20,500,000,000
Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan
Pengadaan
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN
PANGAN
Unit
Total
NoKontrak
(unit) Kontrak (Rp.) SP2D
Nilai Pagu (Rp)
Penyaluran
PUSAT
Penghematan
Lampiran 5 : Realisasi Fisik dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan
Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
Provinsi Tahun 2016
Nilai BASTB (unit)
B. 25,966 26,345 1,769,964,851,000 1,721,972,918,835 25,966 1,653,562,523,925
1 1,086 1,101 80,114,668,000 79,274,876,000 1,086 79,274,876,000
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 301 301 35,105,000,000 35,105,000,000 301 35,105,000,000
2 Combine Harvester Sedang 141 141 20,311,000,000 20,054,850,000 141 20,054,850,000
3 Combine Harvester Besar 15 15 5,550,000,000 5,507,500,000 15 5,507,500,000
4 Power Thresher 49 54 1,311,731,000 1,186,700,000 49 1,186,700,000
5 RMU 0 0
6 Corn Combine 8 8 2,735,007,000 2,735,000,000 8 2,735,000,000
7 Corn Sheller 240 250 6,850,720,000 6,570,600,000 240 6,570,600,000
8 Power Thresher Multiguna 270 270 5,936,220,000 5,801,706,000 270 5,801,706,000
9 Sarana Angkut 59 59 1,864,990,000 1,864,990,000 59 1,864,990,000
B Sarana Pengolahan
10 UPH Jagung
11 UPH Kedelai 3 3 450,000,000 448,530,000 3 448,530,000
2 1,479 1,489 115,743,240,000 114,633,361,500 1,479 114,633,361,900
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 260 260 31,532,800,000 31,530,715,000 260 31,530,715,000
2 Combine Harvester Sedang 306 306 44,370,000,000 43,806,500,000 306 43,806,500,000
3 Combine Harvester Besar 41 41 15,170,000,000 14,911,305,000 41 14,911,305,000
4 Power Thresher 124 124 2,215,880,000 2,215,550,000 124 2,215,550,000
5 Corn Combine Harvester 9 9 3,079,530,000 3,079,445,000 9 3,079,445,000
6 Corn Sheller 412 422 10,845,880,000 10,561,041,500 412 10,561,041,500
7 Power Thresher Multiguna 294 294 7,505,820,000 7,505,505,000 294 7,505,505,400
8 Sarana Angkut 33 33 1,023,330,000 1,023,300,000 33 1,023,300,000
B Sarana Pengolahan
9 UPH Jagung 0 0
Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan
Pengadaan Unit
Total
NoKontrak
(unit) Kontrak (Rp.) SP2D
Nilai Pagu (Rp)
Penyaluran
DINAS LINGKUP TANAMAN PANGAN
PROV. ACEH
PROV. SUMATERA UTARA
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 200
Lanjutan…….…
Nilai BASTB (unit)
3 180 220 7,670,000,000 4,693,516,723 180 4,693,516,723
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 7 7 910,000,000 888,310,850 7 888,310,850
2 Combine Harvester Sedang 0 0
3 Combine Harvester Besar 0 0
4 Power Thresher 60 90 2,250,000,000 885,591,500 60 885,591,500
5 Corn Combine 0 0
6 Corn Sheller 71 81 2,410,000,000 1,701,614,373 71 1,701,614,373
7 Power Thresher Multiguna 0 0
8 Sarana Angkut 42 42 2,100,000,000 1,218,000,000 42 1,218,000,000
4 388 403 29,046,881,000 28,641,874,000 388 9,089,674,000
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 110 110 13,794,000,000 13,794,000,000 110 2,758,800,000
2 Combine Harvester Sedang 70 70 9,983,000,000 9,983,000,000 70 1,996,600,000
Combine Harvester Besar 0 0
4 Power Thresher 53 58 1,129,350,000 1,004,350,000 53 473,750,000
5 Corn Combine Harvester
6 Corn Sheller 66 76 1,883,800,000 1,603,800,000 66 1,603,800,000
7 Power Thresher Multiguna 72 72 1,744,674,000 1,744,674,000 72 1,744,674,000
8 Sarana Angkut 17 17 512,057,000 512,050,000 17 512,050,000
5 431 443 31,437,281,000 30,354,418,025 431 30,354,418,025
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 178 178 20,580,942,000 20,522,937,000 178 20,522,937,000
2 Combine Harvester Sedang 9 9 1,280,550,000 1,278,450,000 9 1,278,450,000
3 Combine Harvester Besar 2 4 1,453,470,000 723,470,000 2 723,470,000
4 Power Thresher 43 43 985,695,000 983,104,450 43 983,104,450
5 RMU
6 Corn Combine Harvester 4 4 1,360,960,000 1,360,960,000 4 1,360,960,000
7 Corn Sheller 54 64 1,766,962,000 1,486,420,000 54 1,486,420,000
8 Power Thresher Multiguna 122 122 3,108,802,000 3,108,440,400 122 3,108,440,400
9 Sarana Angkut 17 17 600,100,000 600,100,000 17 600,100,000
B Sarana Pengolahan
10 UPH Jagung 1 1 149,900,000 145,023,565 1 145,023,565
11 UPH Kedelai 1 1 149,900,000 145,512,610 1 145,512,610
6 358 355 13,753,552,000 13,164,762,450 358 12,176,580,150
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 53 50 5,458,200,000 5,345,810,800 53 5,345,810,800
2 Power Thresher 123 123 2,695,560,000 2,464,485,950 123 2,339,781,950
3 RMU
4 Corn Sheller 63 63 1,671,650,000 1,433,650,000 63 1,163,044,000
5 Power Thresher Multiguna 98 98 2,581,842,000 2,581,643,400 98 2,581,643,400
6 Sarana Angkut 17 17 746,300,000 746,300,000 17 746,300,000
B Sarana Pengolahan 0 0
7 UPH Jagung 2 2 300,000,000 298,760,000 2
8 UPH Kedelai 2 2 300,000,000 294,112,300 2
Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan
Pengadaan Unit
Total
NoKontrak
(unit) Kontrak (Rp.) SP2D
Nilai Pagu (Rp)
Penyaluran
PROV. SUMATERA BARAT
PROV. RIAU
PROV. JAMBI
PROV. BENGKULU
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 201
Lanjutan…….…
Nilai BASTB (unit)
7 1,523 1,543 131,883,019,000 127,086,822,550 1,523 127,086,822,550
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 472 472 58,901,954,000 58,534,370,000 472 58,534,370,000
2 Combine Harvester Sedang 141 141 22,074,015,000 21,925,500,000 141 21,925,500,000
3 Combine Harvester Besar 59 59 25,760,000,000 22,742,070,000 59 22,742,070,000
4 Power Thresher 163 163 3,287,815,000 3,285,111,950 163 3,285,111,950
5 Pengering Padi 20 1,100,000,000
6 RMU
7 Corn Combine Harvester 7 7 2,374,903,000 2,374,900,000 7 2,374,900,000
8 Corn Sheller 235 235 6,166,225,000 6,077,666,000 235 6,077,666,000
9 Power Thresher Multiguna 409 409 10,511,300,000 10,451,754,600 409 10,451,754,600
10 Sarana Angkut 35 35 1,462,249,000 1,462,250,000 35 1,462,250,000
B Sarana Pengolahan
11 UPH Jagung 2 2 244,558,000 233,200,000 2 233,200,000
8 1,463 1,464 125,311,992,000 124,675,609,500 1,463 124,675,609,500
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 474 474 51,010,141,000 51,619,166,500 474 51,619,166,500
2 Combine Harvester Sedang 216 216 33,245,800,000 33,181,000,000 216 33,181,000,000
3 Combine Harvester Besar 50 50 17,808,675,000 17,804,275,000 50 17,804,275,000
4 Power Thresher 109 119 2,906,429,000 2,451,218,000 109 2,451,218,000
5 RMU 0 0
6 Corn Combine Harvester 14 14 4,685,000,000 4,685,000,000 14 4,685,000,000
7 Corn sheller 470 480 11,346,498,000 11,066,500,000 470 11,066,500,000
8 power threser multiguna 71 71 2,117,999,000 1,677,000,000 71 1,677,000,000
9 Sarana Angkut 57 38 1,892,400,000 1,892,400,000 57 1,892,400,000
B Sarana Pengolahan
10 UPH Jagung 2 2 299,050,000 299,050,000 2 299,050,000
9 76 86 4,612,970,000 4,332,912,900 76 4,332,912,900
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 25 25 3,149,750,000 3,149,750,000 25 3,149,750,000
2 Power Thresher 46 46 1,036,220,000 1,036,162,900 46 1,036,162,900
3 Sarana Angkut 5 5 147,000,000 147,000,000 5 147,000,000
4 Corn Sheller 10 280,000,000
10 432 447 22,801,610,000 22,198,426,940 432 22,198,426,940
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 113 113 13,164,500,000 12,992,022,000 113 12,992,022,000
2 Combine Harvester sedang 20 20 2,600,000,000 2,550,000,000 20 2,550,000,000
3 Combine Harvester besar 0 0
4 Power Thresher 117 122 2,125,700,000 1,998,888,600 117 1,998,888,600
5 RMU
6 Polisher 22 22 866,140,000 866,131,140 22 866,131,140
7 Corn Sheller 24 34 799,240,000 549,223,200 24 549,223,200
8 Power Thresher Multiguna 123 123 2,822,850,000 2,822,850,000 123 2,822,850,000
9 Sarana Angkut 12 12 273,180,000 273,156,000 12 273,156,000
B Sarana Pengolahan
10 UPH jagung 1 1 150,000,000 146,156,000 1 146,156,000
Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan
Pengadaan Unit
Total
NoKontrak
(unit) Kontrak (Rp.) SP2D
Nilai Pagu (Rp)
Penyaluran
PROV. SUMATERA SELATAN
PROV. LAMPUNG
PROV. BANGKA BELITUNG
PROV. BANTEN
Penghematan
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 202
Lanjutan…….…
Nilai BASTB (unit)
11 1,571 1,597 82,397,151,000 80,403,785,966 1,571 80,403,785,966
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 413 413 47,483,263,000 46,873,138,000 413 46,873,138,000
2 Combine Harvester Sedang 26 26 3,373,790,000 3,373,790,000 26 3,373,790,000
3 VD padi 3,5-6 ton 3 3 2,180,985,000 2,180,985,000 3 2,180,985,000
4 Power Thresher 374 389 7,800,628,000 7,005,913,206 374 7,005,913,206
5 Corn Combine Harvester 6 6 1,904,400,000 1,904,400,000 6 1,904,400,000
6 RMU 0 0
7 VD jagung 3,5-6 ton 1 1 726,995,000 726,995,000 1 726,995,000
8 Corn Sheller 344 354 8,754,894,000 8,504,894,000 344 8,504,894,000
9 Power Thresher Multiguna 362 362 8,372,196,000 8,334,918,260 362 8,334,918,260
10 Sarana Pengangkut 40 40 1,200,000,000 1,200,000,000 40 1,200,000,000
11 Destoner 1 300,000,000
B Sarana Pengolahan 0 0
12 UPH jagung 1 1 150,000,000 149,600,000 1 149,600,000
13 UPH kedelai 1 1 150,000,000 149,152,500 1 149,152,500
12 1,653 1,678 111,667,253,000 110,459,839,945 1,653 110,459,839,945
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 594 594 68,072,215,000 68,048,781,000 594 68,048,781,000
2 Combine Harvester Sedang 155 155 20,325,000,000 19,896,550,000 155 19,896,550,000
3 Power Thresher 325 340 5,780,399,000 5,326,062,500 325 5,326,062,500
4 RMU 0 0
5 Corn Combine Harvester 9 9 2,925,000,000 2,924,910,000 9 2,924,910,000
6 Corn Sheller 358 368 8,567,642,000 8,298,408,945 358 8,298,408,945
7 Power Thresher Multiguna 166 166 3,830,997,000 3,816,720,000 166 3,816,720,000
8 Sarana Angkut 38 38 966,000,000 964,890,000 38 964,890,000
B Sarana Pengolahan 0 0
9 UPH jagung 6 6 900,000,000 887,517,500 6 887,517,500
10 UPH kedelai 2 2 300,000,000 296,000,000 2 296,000,000
13 107 107 5,314,356,000 5,314,352,580 107 5,314,352,580
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 35 35 3,924,410,000 3,924,410,000 35 3,924,410,000
2 Power Thresher 56 56 1,005,161,000 1,005,157,580 56 1,005,157,580
3 RMU 0 0
4 Corn Sheller 9 9 205,200,000 205,200,000 9 205,200,000
5 Sarana Pengangkut 7 7 179,585,000 179,585,000 7 179,585,000
14 3,472 3,483 185,546,300,000 182,600,418,942 3,472 182,600,418,942
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 675 675 74,075,500,000 73,401,475,475 675 73,401,475,475
2 Combine Harvester Sedang 381 381 55,321,500,000 54,938,299,100 381 54,938,299,100
Combine Harvester Besar 0 0
3 Power Thresher 428 428 6,455,200,000 6,127,350,000 428 6,127,350,000
4 RMU 0 0
5 Destoner 1 300,000,000
6 Corn Combine Harvester 17 17 5,057,400,000 5,315,745,000 17 5,315,745,000
7 Corn Sheller 636 646 15,032,200,000 14,582,546,867 636 14,582,546,867
8 Power Thresher Multiguna 1293 1,293 27,844,500,000 26,848,812,500 1293 26,848,812,500
9 Sarana Angkut 40 40 1,160,000,000 1,147,600,000 40 1,147,600,000
10 Gudang +lantai jemur 0 0
B Sarana Pengolahan 0 0
11 UPH kedelai 2 2 300,000,000 238,590,000 2 238,590,000
Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan
Pengadaan Unit
Total
NoKontrak
(unit) Kontrak (Rp.) SP2D
Nilai Pagu (Rp)
Penyaluran
PROV. JAWA BARAT
PROV. JAWA TENGAH
PROV. DI. YOGYAKARTA
PROV. JAWA TIMUR
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 203
Lanjutan…….…
Nilai BASTB (unit)
15 1,300 1,300 76,815,692,000 72,133,238,000 1,300 50,867,033,000
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 340 340 38,080,000,000 33,593,675,000 340 12,327,470,000
2 Combine Harvester Sedang 95 95 14,345,000,000 14,237,950,000 95 14,237,950,000
3 Combine Harvester Besar 11 11 3,955,225,000 3,866,625,000 11 3,866,625,000
4 Power Thresher 95 95 1,092,500,000 1,092,500,000 95 1,092,500,000
5 RMU 0 0
6 Corn Combine Harvester 10 10 3,385,851,000 3,385,850,000 10 3,385,850,000
7 Corn Sheller 230 230 6,431,416,000 6,430,938,000 230 6,430,938,000
8 Power Thresher Multiguna 491 491 8,708,100,000 8,708,100,000 491 8,708,100,000
9 Sarana Angkut 28 28 817,600,000 817,600,000 28 817,600,000
16 380 390 28,266,415,000 27,980,700,400 380 27,980,700,400
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 124 124 16,082,800,000 16,082,000,000 124 16,082,000,000
2 Combine Harvester Sedang 36 36 5,624,640,000 5,624,640,000 36 5,624,640,000
3 Power Thresher 100 100 2,075,000,000 2,075,000,000 100 2,075,000,000
4 RMU 0 0
5 Corn Sheller 52 62 1,800,455,000 1,516,455,200 52 1,516,455,200
6 Power Thresher Multiguna 37 37 1,056,720,000 1,056,455,200 37 1,056,455,200
7 Sarana Angkut 30 30 1,476,900,000 1,476,900,000 30 1,476,900,000
B Sarana Pengolahan
8 UPH Jagung 1 1 149,900,000 149,250,000 1 149,250,000
17 336 346 29,027,305,000 28,511,441,155 336 7,655,681,665
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 137 137 17,690,900,000 17,745,862,630 137 2,344,059,560
2 Combine Harvester Sedang 43 43 6,961,550,000 6,671,446,860 43 1,217,490,440
3 Power Thresher 50 50 1,015,435,000 1,015,431,665 50 1,015,431,665
4 RMU 0 0
5 Corn Sheller 29 39 1,049,450,000 769,450,000 29 769,450,000
6 Power Thresher Multiguna 58 58 1,564,220,000 1,563,500,000 58 1,563,500,000
7 Sarana Angkut 19 19 745,750,000 745,750,000 19 745,750,000
18 307 317 27,058,720,000 21,606,740,000 307 21,606,740,000
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 170 170 22,100,000,000 16,915,000,000 170 16,915,000,000
2 Combine Harvester Sedang 10 10 1,538,500,000 1,553,500,000 10 1,553,500,000
3 Power Thresher 54 54 1,063,200,000 1,061,220,000 54 1,061,220,000
4 RMU 0 0
5 Corn Sheller 22 32 831,420,000 551,420,000 22 551,420,000
6 Power Thresher Multiguna 30 30 757,000,000 757,000,000 30 757,000,000
7 Sarana Angkut 21 21 768,600,000 768,600,000 21 768,600,000
Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan
Pengadaan Unit
Total
NoKontrak
(unit) Kontrak (Rp.) SP2D
Nilai Pagu (Rp)
Penyaluran
PROV. KALIMANTAN SELATAN
PROV. KALIMANTAN BARAT
PROV. KALIMANTAN TIMUR
PROV. KALIMANTAN TENGAH
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 204
Lanjutan…….…
Nilai BASTB (unit)
19 50 60 1,546,200,000 1,266,200,000 50 1,266,200,000
A Sarana Pascapanen
1 Corn Sheller 12 22 580,000,000 300,000,000 12 300,000,000
2 Power Thresher Multiguna 38 38 966,200,000 966,200,000 38 966,200,000
20 210 220 10,254,039,000 9,894,873,391 210 9,894,973,391
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 57 57 6,252,779,000 6,252,763,000 57 6,252,763,000
Combine Harvester Sedang 0 0
2 Combine Harvester Besar 1 1 354,700,000 354,700,000 1 354,700,000
3 Power Thresher 102 102 1,697,980,000 1,688,647,430 102 1,688,647,430
4 RMU 0 0
5 Corn Sheller 34 44 1,057,470,000 807,453,961 34 807,453,961
6 PTM 9 9 212,845,000 212,844,000 9 212,844,000
7 Sarana Pengangkut 3 3 80,265,000 80,265,000 3 80,265,000
B Sarana Pengolahan
8 UPH Jagung 3 3 448,500,000 348,800,000 3 348,800,000
9 UPH Kedelai 1 1 149,500,000 149,400,000 1 149,500,000
21 1,555 1,565 77,590,288,000 76,789,005,067 1,555 76,789,005,067
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 178 178 18,979,781,000 18,979,777,800 178 18,979,777,800
2 Combine Harvester Sedang 137 137 19,180,000,000 18,663,280,000 137 18,663,280,000
3 Combine Harvester Besar 10 10 3,573,300,000 3,573,300,000 10 3,573,300,000
Power Thresher 20 20 358,050,000 358,050,000 20 358,050,000
4 RMU 0 0
5 Corn Combine 14 14 4,692,950,000 4,692,950,000 14 4,692,950,000
6 Corn Sheller 420 430 10,768,580,000 10,487,166,667 420 10,487,166,667
7 PTM 750 750 19,099,252,000 19,099,045,600 750 19,099,045,600
8 Sarana Pengangkut 25 25 798,375,000 798,375,000 25 798,375,000
B Sarana Pengolahan
9 UPH Jagung 0 0
10 UPH Kedelai 1 1 140,000,000 137,060,000 1 137,060,000
22 712 722 43,217,845,000 42,357,976,581 712 36,609,828,061
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 85 85 10,879,999,000 10,880,000,000 85 5,766,000,000
2 Combine Harvester Sedang 30 30 4,738,903,000 4,738,900,000 30 4,738,900,000
3 Combine Harvester Besar 6 6 2,185,299,000 2,185,300,000 6 2,185,300,000
4 Power Thresher 21 21 411,748,000 411,750,000 21 411,750,000
5 Vertical Dryer Padi
6 Fasilitas RMU + Bangunan 5 5 851,975,000 661,972,622 5 661,972,622
7 Corn Combine Harvester 12 12 4,089,720,000 4,089,720,000 12 4,089,720,000
8 Corn Sheller 408 418 10,610,911,000 10,330,920,000 408 10,330,920,000
9 Vertical Dryer Jagung 14 14 4,846,868,000 4,526,991,409 14 4,526,991,409
10 PTM 100 100 2,777,648,000 2,707,650,000 100 2,707,650,000
11 Sarana Pengangkut 24 24 777,259,000 777,260,000 24 777,260,000
B Sarana Pengolahan
12 UPH Jagung 7 7 1,047,515,000 1,047,512,550 7 413,364,030
13 UPH Kedelai 0 0
Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan
Pengadaan Unit
Total
NoKontrak
(unit) Kontrak (Rp.) SP2D
Nilai Pagu (Rp)
Penyaluran
PROV. KALIMANTAN UTARA
PROV. BALI
PROV. NUSA TENGGARA BARAT
PROV. NUSA TENGGARA TIMUR
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 205
Lanjutan…….…
Nilai BASTB (unit)
23 334 344 35,013,090,000 33,250,906,240 334 33,250,906,240
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 190 190 24,700,000,000 23,226,930,000 190 23,226,930,000
2 Combine Harvester Sedang 30 30 5,100,000,000 5,100,000,000 30 5,100,000,000
3 Combine Harvester Besar 4 4 1,491,940,000 1,491,940,000 4 1,491,940,000
4 Power Thresher 49 49 1,225,000,000 1,225,000,000 49 1,225,000,000
5 Corn Combine Harvester 0 0
6 Corn Sheller 15 25 730,000,000 450,000,000 15 450,000,000
7 Vertical Dryer Jagung 0 0
8 Power Thresher Multiguna 35 35 1,048,961,000 1,048,953,000 35 1,048,953,000
9 Sarana Pengangkut 8 8 303,254,000 303,253,240 8 303,253,240
B Sarana Pengolahan
10 UPH Jagung 1 1 136,850,000 136,850,000 1 136,850,000
11 UPH Kedelai 2 2 277,085,000 267,980,000 2 267,980,000
24 356 367 40,220,200,000 37,482,157,573 356 37,482,157,573
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 198 198 24,387,000,000 22,622,248,373 198 22,622,248,373
2 Combine Harvester Sedang 50 50 8,500,000,000 8,500,000,000 50 8,500,000,000
3 Combine Harvester Besar 5 5 2,050,000,000 1,873,950,000 5 1,873,950,000
4 Power Thresher 28 28 683,200,000 682,959,200 28 682,959,200
5 RMU 15 15 2,250,000,000 2,003,000,000 15 2,003,000,000
6 Corn Sheller 20 20 600,000,000 600,000,000 20 600,000,000
7 Vertical Dryer Jagung 0 0
8 PTM 40 40 1,200,000,000 1,200,000,000 40 1,200,000,000
9 Sarana Pengangkut 11 550,000,000
25 244 248 27,932,136,000 26,430,580,925 244 26,430,580,925
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 70 70 8,887,060,000 8,887,044,000 70 8,887,044,000
2 Combine Harvester Sedang 57 57 9,623,750,000 9,623,262,625 57 9,623,262,625
3 Combine Harvester Besar 12 16 5,981,820,000 4,481,805,000 12 4,481,805,000
4 Power Thresher 45 45 1,122,950,000 1,122,111,000 45 1,122,111,000
5 RMU 0 0
6 Corn Combine 0 0
7 Corn Sheller 7 7 210,000,000 210,000,000 7 210,000,000
8 Vertical Dryer Jagung 0 0
9 PTM 37 37 1,110,000,000 1,109,949,300 37 1,109,949,300
10 Sarana Pengangkut 13 13 547,261,000 547,252,000 13 547,252,000
B Sarana Pengolahan
11 UPH Jagung 3 3 449,295,000 449,157,000 3 449,157,000
12 UPH Kedelai 0 0
26 203 203 17,713,630,000 17,704,489,600 203 17,704,489,600
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 99 99 12,870,000,000 12,870,000,000 99 12,870,000,000
2 Combine Harvester Sedang 13 13 2,210,000,000 2,210,000,000 13 2,210,000,000
3 Power Thresher 44 44 1,100,000,000 1,091,822,400 44 1,091,822,400
4 Corn Sheller 4 4 120,000,000 119,037,200 4 119,037,200
5 PTM 30 30 900,000,000 900,000,000 30 900,000,000
6 Sarana Pengangkut 13 13 513,630,000 513,630,000 13 513,630,000
Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan
Pengadaan Unit
Total
NoKontrak
(unit) Kontrak (Rp.) SP2D
Nilai Pagu (Rp)
Penyaluran
PROV. MALUKU UTARA
PROV. PAPUA
PROV. PAPUA BARAT
Penghematan
PROV. MALUKU
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 206
Lanjutan…….…
Nilai BASTB (unit)
27 1,151 1,156 62,270,342,000 60,762,310,000 1,151 60,762,310,000
A Sarana Pascapanen 0 0
1 Combine Harvester Kecil 237 237 24,885,000,000 23,987,032,000 237 23,987,032,000
2 Combine Harvester Sedang 90 90 14,040,000,000 14,036,500,000 90 14,036,500,000
3 Combine Harvester Besar 3 3 1,095,300,000 1,095,300,000 3 1,095,300,000
4 Power Thresher 25 30 609,810,000 289,800,000 25 289,800,000
5 RMU 3 3 270,828,000 270,828,000 3 270,828,000
6 Corn Combine Harvester 14 14 4,814,208,000 4,814,200,000 14 4,814,200,000
7 Corn Sheller 480 490 9,340,000,000 9,060,000,000 480 9,060,000,000
8 Power Thresher Multiguna 264 264 5,490,936,000 5,490,900,000 264 5,490,900,000
9 Sarana Angkut 30 20 974,260,000 974,250,000 30 974,250,000
B Sarana Pengolahan
10 UPH Jagung 2 2 300,000,000 298,000,000 2 298,000,000
11 UPH Kedelai 3 3 450,000,000 445,500,000 3 445,500,000
28 597 617 37,061,821,000 36,451,736,646 597 36,451,736,646
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 72 72 9,208,800,000 9,208,800,000 72 9,208,800,000
2 Combine Harvester Sedang 41 41 5,906,764,000 5,906,749,993 41 5,906,749,993
3 Combine Harvester Besar 9 9 3,330,000,000 3,259,440,000 9 3,259,440,000
4 Power Thresher 10 250,000,000
5 Bangunan+RMU 0 0
6 Corn Combine Harvester 14 14 4,760,140,000 4,760,140,000 14 4,760,140,000
7 Corn Sheller 388 398 10,950,363,000 10,670,355,800 388 10,670,355,800
8 Power Thresher Multiguna 53 53 1,296,554,000 1,296,500,853 53 1,296,500,853
9 Sarana Angkut 14 14 459,200,000 459,200,000 14 459,200,000
B Sarana Pengolahan
10 UPH Jagung 4 4 600,000,000 599,600,000 4 599,600,000
11 UPH Kedelai 2 2 300,000,000 290,950,000 2 290,950,000
29 2,280 2,296 152,643,815,000 149,746,079,040 2,280 149,746,079,040
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 55 55 6,180,955,000 6,180,945,000 55 6,180,945,000
2 Combine Harvester Sedang 400 400 56,169,700,000 56,169,700,000 400 56,169,700,000
3 Combine Harvester Besar 81 87 31,345,350,000 29,155,350,000 81 29,155,350,000
4 Vertical Dryer 30 ton 2 2 5,799,900,000 5,394,199,000 2 5,394,199,000
5 Power Thresher 137 137 2,745,890,000 2,745,866,640 137 2,745,866,640
6 Bangunan+RMU 0 0
7 Corn Combine 17 17 5,778,562,000 5,778,550,000 17 5,778,550,000
8 Corn Sheller 686 696 19,872,407,000 19,572,287,400 686 19,572,287,400
9 Power Thresher Multiguna 859 859 22,153,831,000 22,153,481,000 859 22,153,481,000
10 Sarana Angkut 36 36 1,548,720,000 1,548,700,000 36 1,548,700,000
B Sarana Pengolahan
11 UPH Jagung 6 6 898,500,000 898,500,000 6 898,500,000
12 UPH Kedelai 1 1 150,000,000 148,500,000 1 148,500,000
Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan
Pengadaan Unit
Total
NoKontrak
(unit) Kontrak (Rp.) SP2D
Nilai Pagu (Rp)
Penyaluran
PROV. SULAWESI UTARA
PROV. GORONTALO
PROV. SULAWESI SELATAN
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 207
Nilai BASTB (unit)
30 533 543 41,702,785,000 40,693,533,000 533 40,693,533,000
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 0 0
2 Combine Harvester Sedang 143 143 21,450,000,000 20,986,550,000 143 20,986,550,000
3 Combine Harvester Besar 20 20 8,950,260,000 8,950,260,000 20 8,950,260,000
4 Power Thresher 30 30 705,765,000 617,292,000 30 617,292,000
5 RMU 0 0
6 Corn Combine 0 0
7 Corn Sheller 120 130 3,555,936,000 3,211,116,000 120 3,211,116,000
8 Power Thresher Multiguna 192 192 4,843,280,000 4,844,000,000 192 4,844,000,000
9 Sarana Angkut 17 17 547,544,000 547,545,000 17 547,545,000
B Sarana Pengolahan
10 UPH Jagung 6 6 900,000,000 788,770,000 6 788,770,000
11 UPH Kedelai 5 5 750,000,000 748,000,000 5 748,000,000
31 619 635 64,195,938,000 61,613,813,196 619 61,613,813,196
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 34 34 3,954,086,000 3,954,086,000 34 3,954,086,000
2 Combine Harvester Sedang 169 169 27,920,750,000 27,920,750,000 169 27,920,750,000
3 Combine Harvester Besar 44 50 18,679,022,000 16,429,023,706 44 16,429,023,706
4 Power Thresher 32 32 680,525,000 680,524,840 32 680,524,840
5 Bangunan+RMU 0 0
6 Corn Combine Harvester 7 7 2,385,250,000 2,385,250,000 7 2,385,250,000
7 Corn Sheller 163 173 4,784,782,000 4,504,781,850 163 4,504,781,850
8 Power Thresher Multiguna 146 146 4,353,473,000 4,353,471,800 146 4,353,471,800
9 Sarana Angkut 21 21 988,050,000 988,050,000 21 988,050,000
B Sarana Pengolahan
10 UPH Jagung 1 1 150,000,000 149,875,000 1 149,875,000
11 UPH Kedelai 2 2 300,000,000 248,000,000 2 248,000,000
32 580 600 50,134,317,000 49,462,160,000 580 49,462,160,000
A Sarana Pascapanen
1 Combine Harvester Kecil 175 175 18,966,249,000 18,966,250,000 175 18,966,250,000
2 Combine Harvester Sedang 75 75 11,859,990,000 11,844,750,000 75 11,844,750,000
3 Combine Harvester Besar 12 12 4,440,000,000 4,328,400,000 12 4,328,400,000
4 Power Thesher 30 40 968,200,000 718,200,000 30 718,200,000
5 Bangunan+RMU 0 0
6 Corn Combine 15 15 5,088,000,000 5,088,000,000 15 5,088,000,000
7 Corn Sheller 204 214 6,397,420,000 6,100,920,000 204 6,100,920,000
8 Power Thresher Multiguna 51 51 1,519,638,000 1,520,820,000 51 1,520,820,000
9 Sarana Angkut 16 16 599,520,000 599,520,000 16 599,520,000
B Sarana Pengolahan
10 UPH Jagung 1 1 147,200,000 147,200,000 1 147,200,000
11 UPH Kedelai 1 1 148,100,000 148,100,000 1 148,100,000
Nama Unit Kerja / Jenis Kegiatan
Pengadaan Unit
Total
NoKontrak
(unit) Kontrak (Rp.) SP2D
Nilai Pagu (Rp)
Penyaluran
PROV. SULAWESI BARAT
PROV. SULAWESI TENGGARA
PROV. SULAWESI TENGAH
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 208
Lampiran 6 : Daftar Nama Pejabat Eselon II, III dan IV Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016
Pangkat
Gol. Ruang
Ir. Tri Agustin Satriani, MM Pembina Tk. I Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil
19590827 198303 2 010 IV/b Tanaman Pangan
Ir. Bambang Kuncoro, M.M Pembina Tk. I Kasubdit Pengolahan
196207201989031001 IV/b
Ir. Suhartini, M.Si Pembina Tk. I Kasubdit Pascapanen
196001191986032001 IV/b
Ir. Resfolidia Pembina Kasubdit Pemasaran dan Investasi
196012121986032001 IV/a
Batara Siagian, SP, MAB Penata Tk. I Kepala Subdit Standardisasi dan Mutu
197504212002121001 III/d
Ir. Dhanny Permadi, MM Pembina Kasi Penerapan Teknologi Pengolahan
196202191991031001 IV/a pada Subdit Pengolahan
Ir. Mochamad Amir, M.E. Pembina Kasi Pemasaran dan Promosi
196403151992031001 IV/a pada Subdit Pemasaran dan Investasi
Ir. Dwi Elisya Apriana Penata Tk. I Kasi Penerapan Teknologi Pascapanen
196104241989102001 III/d pada Subdit Pascapanen
Ir. Budi Lestari Penata Tk. I Kasi Standardisasi
196710211992032001 III/d pada Subdit Standardisasi & Mutu
Djatmiko, S.Sos Penata Tk. I Kasubbag Tata Usaha
19610115198103 1001 III/d
Indah Sulistio Rini, S.TP Penata Tk. I Kasi Mutu
197007021999032001 III/d pada Subdit Standardisasi dan Mutu
Lilis Suryani, SP. M.Si Penata Tk. I Kasi Sarana Pengolahan
197102232001122001 III/d pada Subdit Pengolahan
Tiurmauli Silalahi, SP, MM Penata Tk. I Kasi Investasi
19740227.200212.2.001 III/d pada subdit Pemasaran dan Investasi
Nurihyatun Sardjono, SP, MP Penata Kasi Sarana Pascapanen
198112132006042001 III/c pada Subdit pascapanen
9
No. JabatanNama/Nip
1
2
3
10
11
12
13
14
4
5
6
7
8
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 209
Lampiran 7 : Daftar Nominatif Pegawai Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P
1 2 3 4 5 6
I. Golongan IV/b
1.1 Ir. Tri Agustin Satriani, MM Pembina Tk. I 1. IPB Jur. Ilmu Tanah Tahun 1982 Direktur Pengolahan dan T
19590827 198303 2 010 IV/b 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. Wijaya Putra Pemasaran Hasil T. P. P
Jakarta, 27 - 8 - 1959 1 - 4 - 2001 Jurusan SDM Tahun 2001
2.2 Ir. Bambang Kuncoro, M.M Pembina Tk. I STIE IPWIJA Kasubdit Pengolahan T
196207201989031001 IV/b Jur. Manajemen Pemasaran L
Purworejo, 20-07-1962 1 - 4 - 2011 S2 Tahun : 2002
3.3. Ir. Suhartini, M.Si Pembina Tk. I 1. Sarjana Pertanian IPB. Sosek Thn. 83 Kasubdit Pascapanen T
196001191986032001 IV/b 2. S2. STIA YAPPANN Th.08 Jur P
Surabaya, 19 - 01 - 1960 1 - 10 - 2013 Administrasi Publik
III. Golongan IV/a
4.1 Ir. Dhanny Permadi, MM Pembina 1. Sarjana Pertanian UNSIL Jurusan Kasi Penerapan Teknologi T
196202191991031001 IV/a Budidaya Pertanian Tahun 1988 Pengolahan pada Subdit L
Jakarta, 19 - 02 - 1962 1 - 4 - 2007 2. S2 STIE IPWIJA Jur Manajemen Pengolahan
Tahun 2001
5.2 Erlina, S.P, M.Si Pembina 1. Fak. Pertanian UNAND Jur. Ilmu Tanah Petugas Teknologi T
19691006 199803 2 006 IV/a Tahun 1993 Pascapanen P
Sipirok, 6 - 10 - 1969 1 - 4 - 2015 2. S2 Univ Andalas Jur. Pembangunan
Wilayah Pedesaan Tahun 2014
6.3 Ir. Mochamad Amir, M.E. Pembina Universitas Indonesia Kasi Pemasaran dan T
196403151992031001 IV/a Jur. Industri S2 : 2007 Promosi pada Subdit L
Cirebon, 15-03-1969 1 - 4 - 2008
7.4 Ir. Resfolidia Pembina Institut Pertanian Bogor Kasubdit Pemasaran dan T
196012121986032001 IV/a Jur. Agronomi S1 Tahun 1983 Investasi P
Bukit Tinggi, 12-12-1960 1 - 10 - 2015
8.5 Ir. RR. Retno Pujiastuti, M.M. Pembina STIE IPWIJA Jakarta Analis Informasi Pasar T
196406281992032001 IV/a Jur. Manajemen SDM S2 Tahun 2015 Hasil Pertanian P
Yogyakarta, 28-06-1964 1 - 10 - 2015
IV. Golongan III/d
9.1 Batara Siagian, SP, MAB Penata Tk. I S1 Fak. Pertanian IPB Tahun 1999 Kepala Subdit Standardisasi T
197504212002121001 III/d Jur. Sosek Pertanian dan Mutu L
Balige, 21-04-1975 1 - 4 - 2015 S2 STIA LAN Jur. Adm. Bisnis Thn 2012
10.2 Ir. Budi Lestari Penata Tk. I Fak. Pertanian IPB Tahun 1990 Kasi Standardisasi pada T
196710211992032001 III/d Jur. Pengolahan Hasil Pertanian Subdit Standardisasi & Mutu P
Jakarta, 21 - 10 - 1967 1 - 4 - 2004
11.3 Ir. Dwi Elisya Apriana Penata Tk. I Fak. Pertanian USU Tahun 1986 Kasi Penerapan Teknologi T
196104241989102001 III/d Pascapanen pada Subdit P
Medan, 24 - 04 - 1961 1 - 10 - 2004 Pascapanen\
No.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 210
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P
1 2 3 4 5 6
12.4 Djatmiko, S.Sos Penata Tk. I STIA Menarasiswa Jur. Administrasi Kasubbag Tata Usaha NT
19610115198103 1001 III/d Negara Tahun 2001 L
Jakarta, 15 - 1 - 1961 1 - 4 - 2009
13.5 Indah Sulistio Rini, S.TP Penata Tk. I Institut Pertanian Bogor Kasi Mutu pada Subdit T
197007021999032001 III/d Jur. Teknologi Pertanian S1 Tahun 1993 Standardisasi dan Mutu P
Pemalang, 02-07-1970 1 - 4 - 2011
14.6 Suparni, SP Penata Tk. I 1. SMA IPS Tahun 1980 Pengadministrasi dan T
19610803 198303 2 002 III/d 2. Sarjana Pertanian SATYAGAMA Penyaji data P
Surakarta, 3 - 8 - 1961 1 - 4 - 2011 Jur. Sosek Tahun 2004
15.7 Ricky Nelson, SH Penata Tk. I Fak. Hukum, UNKRIS Tahun 1990 Koordinator Administrasi RT NT
19630514 199903 1 001 III/d Dan perlengkapan L
Jakarta, 14 Mei 1963 1 - 4 - 2011
16.8 Simon, M.M Penata Tk. I Institut Pertanian Bogor APHP Muda T
1967040472003121001 III/d Jur. Manajemen S2 Tahun 2003 L
Karo, 07-04-1967 1 - 4 - 2012
17.9 Lilis Suryani, SP. M.Si Penata Tk. I 1. Fak. Pertanian (UNAS) Jur Agronomi Kasi Sarana Pengolahan T
197102232001122001 III/d Tahun 1996 pada Subdit Pengolahan P
Cidaun, 23 - 02 - 1971 1 - 4 - 2014 2. Pasca Sarjana (S2) STIA YAPPANN
Jurusan Administrasi Publik Thn. 2004
18.10 Nur Indriastuti, SE Penata Tk. I Fak. Ekonomi Universitas Tunas Pengadministrasi Keuangan NT
197510102001122001 III/d Pembangunan Solo Tahun 1999 P
Klaten, 10 - 10 - 1975 1 - 4 - 2014
19.11 Robinson Sinambela, S.T. Penata Tk. I Institut Teknologi Medan Analis Investasi T
197207282002121001 III/d Jur. Mesin S1 Tahun 1999 L
Medan, 28-07-1972 1 - 4 - 2015
20.12 Tiurmauli Silalahi, SP, MM Penata Tk. I 1. Fak Pertanian Universitas Borobudur Kasi Investasi pada subdit T
19740227.200212.2.001 III/d Jurusan Sosek Tahun 1996 Pemasaran dan Investasi P
Pematangsiantar, 27 - 2 - 1974 1 - 4 - 2015 2. Pasca Sarjana (S2) Mercubuana
Jurusan SDM Tahun 2009
21.13 Pandu Tri Kurniawan, SP Penata Tk. I Fakultas Pertanian UNB Jur. Agronomi Penyusun Laporan T
196803092000031000 III/d Tahun 2003 L
Serang, 09 - 03 - 1968 1 - 10 - 2016
V. Golongan III/c
22.1 Vera Ramashinta, S.P. Penata Universitas Padjajaran PMHP Muda T
197908222005012001 III/c Jur. Hama Tumbuhan / Tanaman P
Dumai, 22-08-1979 1 - 10 - 2013 S1 Tahun 2001
23.2 Fatriwati, SP Penata Fakultas Pertanian UNAND Tahun 1998 Petugas Teknologi T
197309242006042000 III/c Pascapanen P
Padang, 24 - 09 - 1973 1 - 4 - 2014
No.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 211
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P
1 2 3 4 5 6
24.3 Nurihyatun Sardjono, SP, MP Penata 1. Fak. Pertanian IPB Jur. Budidaya Kasi Sarana Pascapanen T
198112132006042001 III/c Pertanian Tahun 2005 pada Subdit pascapanen P
Bogor, 13 - 12 - 1981 1 - 4 - 2014 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. Brawijaya
Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Tahun 2012
25.4 Ruth T.M.B.V. Kaluti, S.TP,M.P Penata 1. Fak. Pertanian Univ. UNSRAT Manado Petugas Teknologi T
197205022010012002 III/c Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian Pascapanen P
Sangele, 02 - 05 - 1972 1 - 4 - 2014 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. UGM Yogya
Jurusan Ilmu & Teknologi Pangan
VI. Golongan III/b
26.1 Raden. Wahyono Penata Muda Tk. I SMA Jur. Sosial Th. 1981 Penata Usaha BMN NT
19591019.199203.1.001 III/b L
Jakarta, 19 - 10 - 1959 1 - 4 - 2012
27.2 Ir. Nur Sulistiati Penata Muda Tk. I Fak. Pertanian Univ. UPN Veteran Petugas Teknologi T
196507102008122001 III/b Tahun 2006 Pascapanen P
Jakarta, 10-07-1965 1 - 4 - 2013
28.3 Hamdani Syarif, S.TP., M.M. Penata Muda Tk. I STIE IPWIJA Analis Pengolahan Hasil T
197805042009121002 III/b Jur. Manajemen Pemasaran Pertanian L
Bandung, 04-05-1978 1 - 4 - 2014 S2 Tahun 2015
29.4 Aris Puji Sunarso, S.TP, M.Eng Penata Muda Tk. I 1. Fak. Pertanian IPB Jurusan Industri Penyusun rencana kegiatan T
19780202 200901 1 008 III/b Pertanian 'Tahun 2001 dan anggaran L
Pati, 2 - 2 - 1978 1 - 4 - 2013 2. S2 Univ. Gajamadah Jur. Perencanaan
30.5 Deasy Fitriati, STP, M.Si Penata Muda Tk. I 1. Fak. Pertanian UGM Jur. Mekanisasi Penyusun rencana kegiatan T
19800807 200901 2 009 III/b Pertanian Tahun 2003 dan anggaran P
Pontianak, 7 - 8 - 1980 1 - 4 - 2013 2. S2 IPB tahun 2015 Jur. Tek. Pertanian
31.6 Restu Widianti Penata Muda Tk. I SMA Tahun 1990 Agendaris NT
19710228.199303.2.001 III/b P
Jakarta, 28 - 2 - 1971 1 - 4 - 2013
32.7 Tias Atika Rachmawati, S.E. Penata Muda Tk. I IPB Fak. Ekonomi Manajemen Penyusun Rencana NT
198803262009122002 III/b Tahun 2009 Kegiatan dan Anggaran P
Jakarta, 26 - 03 - 1988 1 - 4 - 2014
33.8 Diyah Puji Astuti, SP Penata Muda Tk. I UNSOED Jur. Agrobisnis Tahun 2004 Penyusun Laporan T
19800309 200912 2 002 III/b P
Banjarnegara, 9 - 3 - 1980 1 - 4 - 2014
34.9. Ririkumaladewi, SP Penata Muda Tk. I UNHAS Jur. Agronomi Tahun 2005 Penyusun Laporan T
19811008 200912 2 004 III/b P
Rappang, 8 - 10 - 1981 1 - 4 - 2014
No.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 212
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P
1 2 3 4 5 6
35.10. Bubun Muhammad Hasbulloh, S.TP Penata Muda Tk. I IPB Jur. Teknik Pertanian Tahun 2009 Penyusun Rencana T
19850922 200912 1 002 III/b Kegiatan dan Anggaran L
Kuningan, 22 - 9 - 1985 1 - 4 - 2014
36.11 Dede Risanda, SP Penata Muda Tk. I Fakultas Pertanian IPB Jurusan HPT Petugas Teknologi T
19840713 200912 1 002 III/b Tahun 2008 Pascapanen L
Tebingtinggi, 13 - 07 - 1984 1 - 4 - 2014
37.12 Anita Retnawati, SP, M.Si Penata Muda TK. I 1. SMA Jurusan IPA Tahun 1997 Penyusun Laporan T
19790328.200701.2.002 III/b 2. Univ. Satyagama Jurusan Agrobisnis P
Jakarta, 28 - 03 - 1979 1 - 10 - 2014 Tahun 1999
38.13 Bambang Setiyono, A.Md. Penata Muda TK. I STMIK YAPPANN Analis Pengolahan T
196810102002121001 III/b Jur. Informatika/Komputer L
Jakarta, 10 - 10 - 1968 1 - 04 - 2015 D3 Tahun 1993
39.14 Mumu Toha Muslim, S.P.,M.M. Penata Muda TK. I STIE IPWI APHP Pertama T
197701012011011005 III/b Jur. Magister Management L
Rancah, 01 - 01 - 1977 1 - 04 - 2015 S2 Tahun 2015
40.15 Vivi Jayanti M, S.P. Penata Muda TK. I UGM Jur. Agronomi S1 Tahun 2005 Fasilitator Promosi T
198202142011012012 III/b P
Klaten, 14 - 02 - 1982 1 - 04 - 2015
41.16 Sri Rosmayanti, SE Penata Muda TK. I S-1 Agribisnis IPB Tahun 2010 Pengadministrasi dan T
19861018 201101 2 015 III/b Penyaji Data P
Jakarta, 18 - 10 - 1986 1 - 04 - 2015
42.17 Maya Puspita Sari, SE Penata Muda TK. I S-1 Agribisnis IPB Tahun 2010 Pengadministrasi dan T
19880509 201101 2 018 III/b Penyaji Data P
Jakarta, 9 - 05 - 1988 1 - 04 - 2015
43.18 Andika Wirawan, S.Kom Penata Muda TK. I UIN Syarifhidayatullah Pranata Komputer Pertama T
198611202011011011 III/b Jur. Informatika / komputer Tahun 2010 L
Jakarta, 20-1-1986 1 - 10 - 2015
44.19. Kirtana Aska Brata, SP Penata Muda TK. I Fak. Pertanian UPN Veteran Petugas Teknologi T
19830623 201101 1 007 III/b Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Pascapanen L
Yogyakarta, 23 - 06 - 1983 1 - 04 - 2015 Tahun 2008
45.20. Ermi Herawati, S.Sos Penata Muda TK. I 1. SMA IPS Tahun 1985 Verifikator Keuangan NT
19760517.200212.2.002 III/b 2. Sarjana Ilmu Administrasi Negara Subbag TU P
Brebes, 17 - 5 - 1976 1 - 10 - 2015 STIA YAPPANN, jurusan
No.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 213
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P
1 2 3 4 5 6
46.21 Angga Wijaya, SP Penata Muda TK. I 1. SMA IPS Th. 1999 Pengadministrasi NT
19810511.200003.1.002 III/b 2. Sarjana Pertanian Univ.Satyagama Kepegawaian L
Jakarta, 11 - 5 - 1981 1 - 10 - 2015 Jurusan Agrobisnis Tahun 2011 Subbag TU
47.22 Miftakhul Jannah, SP Penata Muda TK. I 1. SMA IPA Tahun1997 Penyusun Laporan T
19780711.200312.2.001 III/b 2. Sarjana Pertanian Universitas P
Boyolali, 11 - 07 - 1978 1 - 10 - 2015 Respati Indonesia,
Jurusan Agroteknologi Tahun 2010
48.23 F.X. Surwiyanto,SE Penata Muda Tk. I 1. SMA IPA Tahun 1990 Petugas SIMAK BMN NT
19710121 200812 1 001 III/b 2. S-1 Univ. Tama Jagakarsa L
Semarang, 21 - 01 - 1971 1 - 04 - 2016 Jurusan Manajemen Tahun 2005
VI. Golongan III/b
49.1 Isandi, S.Kom Penata Muda S-1 Sistem Informasi Univ. Gunadarma Pranata Komputer Pertama T
19831015 201101 1 008 III/a Tahun 2010 L
Air Putih (Palembang), 15-10-1983 1 - 1 - 2011
50.2 Torry Haryono, S.E. Penata Muda STIE IPWIJA Analis Pemasaran Hasil T
198106282005011000 III/a S1 Tahun 2015 Pertanian L
Jakarta, 28 - 06 - 1981 1 - 04 - 2013
51.3 Evie Rahayu Tugiyanto Penata Muda SMEA Jurusan Tata Buku Pengadmnistrasi NT
19641030.199703.2.001 III/a Tahun 1984 Kepegawaian P
Magetan, 30 - 10 - 1964 1 - 04 - 2013 Subbag TU
52.4 Yuliadi Penata Muda SMA Jurusan IPS Tahun 1989 Agendaris NT
19640701.199703.1.001 III/a Subbag TU L
Jakarta, 1 - 7 - 1964 1 - 04 - 2013
53.5 Ridwan Husin, SE Penata Muda 1. SMA Jur. IPS Tahun 1988 Pengadministrasi Keuangan NT
19680810.200604.1.017 III/a 2. Sarjana Ekonomi Univ. Pamulang Subbag TU L
Palembang, 10 - 8 -1968 1 - 10 - 2013 Jurusan Manajemen Tahun 2012
54.6 Agung Prabowo, S.P. Penata Muda 1. SMEA Tata Buku Tahun 19981 Penyusun Laporan T
19780826.200212.1.002 III/a 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama L
Jakarta, 26 - 8 - 1978 1 - 10 - 2013 Jurusan Agrobisnis Tahun 2012
55.7 Rodearni Purba, S.P Penata Muda 1. SMA Biologi Tahun 1995 Agendaris NT
19760110 200312 2 002 III/a 2. (D3 Akubank Swadaya Jurusan P
Marubun Lokkung, 10 - 01 - 1976 1 - 4 - 2014 Pertanian Tahun 1998
3. S1 Sarjana Pertanian Univ.Satyagama
56.8 Lina, S.P. Penata Muda 1. SMEA Tata Buku Tahun 2002 Petugas Teknologi T
19841030.200312.2.005 III/a 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama Pascapanen P
Jakarta, 30 - 10 - 1984 1 - 10 - 2014 Jurusan Agrobisnis Tahun 2012
No.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 214
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P
1 2 3 4 5 6 7
57.9. Ahmad Naseh Penata Muda SMEA Jur. Tata Buku Tahun 1981 Pengadministrasi NT
19600909.199903.1.001 III/a Keuangan Subbag TU L
Jakarta, 9 - 9 - 1960 1 - 4 - 2015
58.10 Sayuti Penata Muda MAN Tahun 1986 Caraka Subbag TU NT
19630411.199903.1.001 III/a L
Jakarta, 11 - 4 - 1963 1 - 4 - 2015
59.11 Rohim Penata Muda STM Tahun 1991 Pembuat Daftar Gaji NT
19720403 199903 1 001 III/a Subbag TU L
Jakarta, 3 - 04 - 1972 1 - 4 - 2015
60.12 Ade Kosasih Penata Muda SMEA Perdagangan Tahun 1992 Pengadministrasi dan NT
19721007.200003.1.001 III/a Penyaji Data L
Jakarta, 7 - 10 - 1972 1 - 4 - 2016
VIII. Golongan II/d
61.1 Opik Ahmad Ropik, A.Md Pengatur Tk I (D3) IPB Jur, Budidaya Pertanian Agendaris T
19791017 200912 1 001 II/d Tahun 2001 L
Tasikmalaya, 17 Oktober 1979 1 - 4- 2014
62.2 Riskiria Putri, A.Md Pengatur Tk I D-III Manajemen Informasi UGM Sekretaris Pimpinan NT
19861003 200912 2 008 II/d Tahun 2008 P
Muaradua Ogan Komering Ulu, 1 - 4- 2014
3 - 10 - 1986
63.3 Lukman Pengatur Tk I SMA IPS Tahun 1993 Penata Usaha Dokumen NT
19721221 200212 1 001 II/d Subbag TU L
Tanjung Karang, 21 - 12 - 1972 1 - 4- 2015
IX. Golongan II/c
64.1 Dwi Rizkyyanto Utomo, A.Md Pengatur D-III Budidaya Pertanian IPB Calon Pengelola T
198208032015031001 II/c Tahun 2004 Teknologi Pascapanen L
Bogor, 3 - 08 - 1982 1 - 3- 2015
65.2 Reny Kartika Asmara, A.Md Pengatur D-III Agroindustri UGM Tahun 2013 Sekretaris Pimpinan T
199205252015032001 II/c Subbag TU P
Karanganyar, 25 - 05 - 1992 1 - 3- 2015
66.3 Catur Parah Gumantri Putri, A.Md Pengatur D-III Budidaya Pertanian UNAND Calon Pengelola T
198808252015032005 II/c Tahun 2009 Teknologi Pascapanen P
Bengkalis, 25 - 08 - 1988 1 - 3- 2015
67.4 Indah Pratiwi, A.Md Pengatur D-III Agronomi Pertanian IPB Calon Pengelola T
199211242015032001 II/c Tahun 2013 Teknologi Pascapanen P
Pematang Siantar, 24 - 11 - 1992 1 - 3- 2015
Ket.No.
Laporan Tahunan 2016 | Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan | 215
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P
1 2 3 4 5 6
X. Golongan II/b
68.1 Rudy Pengatur Muda Tk. I SMA IPS Tahun 1999 Agendaris Subbag TU NT
19800721 200910 1 002 II/b L
Jakarta, 21 - 07 - 1980 1 - 10 - 2013
69.2 Iip Miftahudin Pengatur Muda Tk. I SMK Teknik Mesin Tahun 2002 SATPAM NT
19821231.200910.1.004 II/b Subbag TU L
Subang, 31 Desember 1982 1 - 10 - 2013
70.3 Aman Pengatur Muda Tk. I SMA IPS Tahun 2004 Pengadministrasi NT
19820406 200812 1 002 II/b Keuangan Subbag TU L
Depok, 6 - 4 - 1982 1 - 04 - 2016
XI. Golongan II/a
71.1 Mahmud Pengatur Muda SD Tahun 1967 SATPAM NT
19600420.198403.1.002 II/a Subbag TU L
Jakarta, 20 - 4 - 1960 1 - 4 - 2001
72.3 Warsan Pengatur Muda SMA Tahun 2005 Pengemudi NT
197107221998031001 II/a Subbag TU L
Tambak Negara, 22-07-1971 1 - 10 - 2013
Jakarta, Oktober 2016
yang diperbantukan Dit. Pascapanen T.P. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Djatmiko, S.Sos
19610115.198103 .1.001
No.
top related