laporan tahunan direktorat perlindungan tanaman …sakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan...
Post on 27-Jul-2018
256 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
RINGKASAN ESEKUTIF
1. Dalam rangka mewujudkan sasaran produksi tanaman pangan, telah ditetapkan
strategi peningkatan produksi, yaitu peningkatan produktivitas, perluasan areal
tanam, pengamanan produksi, dan pemberdayaan kelembagaan pertanian dan
dukungan pembiayaan usahatani.
2. Pengamanan produksi tanaman pangan terkait erat dengan perlindungan terhadap
gangguan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak
Perubahan Iklim (DPI), dilaksanakan melalui berbagai kegiatan perlindungan
tanaman pangan. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, pada Tahun 2012
telah dilakukan kegiatan yang meliputi penyusunan naskah buku, penguatan SDM,
penguatan kelembagaan, inovasi dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman,
dan penyediaan sarana pengendalian OPT.
3. Berdasarkan evaluasi, luas banjir pada tanaman pangan utama (padi, jagung,
kedelai, dan kacang tanah) Tahun 2012 mencapai 153.623 ha (puso: 33.192 ha),
terluas terjadi pada tanaman padi seluas 140.125 ha (29.233 ha), kemudian diikuti
oleh jagung (11.101 ha, puso : 2.601 ha), kedelai (2.340 ha, puso : 1.338 ha), dan
kacang tanah (58 ha, puso : 21 ha).
4. Kekeringan pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah)
selama Tahun 2012 seluas 292.612 ha (puso : 45.030 ha) terluas terjadi pada
tanaman padi (269.273 ha, puso: 43.392 ha), kemudian diikuti oleh jagung (21.641
ha, puso : 1.508 ha), kedelai (1.546 ha, puso : 130 ha), dan kacang tanah (153 ha).
5. Serangan OPT utama pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan
kacang tanah) Tahun 2012 seluas 457.492 ha (puso : 1.764 ha), terluas disebabkan
oleh OPT utama padi (420.552 ha, puso: 1.689 ha), kemudian diikuti jagung (26.532
ha, puso: 53 ha), kedelai (5.221 ha, puso: 15 ha), dan kacang tanah (5.187 ha, puso
: 7 ha).
6. Luas pertanaman padi yang mengalami puso akibat banjir, kekeringan, dan
serangan OPT utama selama Tahun 2012 seluas 74.313 ha. Luas tersebut sebesar
0,55% dari realisasi luas tanam padi pada Tahun 2012 seluas 13.592.309 ha.
7. Pada tanaman terserang telah dilakukan upaya pengendalian oleh petani secara
swadaya maupun memanfaatkan bantuan sarana pengendalian dari pemerintah
(kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pusat/cadangan nasional). Pengendalian OPT
utama pada tanaman pangan Tahun 2012 seluas 899.643 ha.
8. Dalam penanganan OPT dan DPI, telah dilaksanakan kegiatan yang meliputi
penguatan kualitas SDM melalui pelatihan petugas dalam pelaksanaan dan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah
disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan
penyebarluasan teknologi perlindungan tanaman pangan, gerakan pengendalian
OPT, pembinaan dan pengawalan pelaksanaan SLPHT dan SLI, penyediaan sarana
pengendalian OPT, dan koordinasi dengan instansi terkait.
9. Pelaksanaan SLPHT yang direncanakan di seluruh provinsi sejumlah 1.950 unit,
selama Tahun 2012 telah direalisasikan sebanyak 1.937 unit (99,33%), sedangkan
SLI yang direncanakan sejumlah 130 unit yang tersebar di 33 provinsi dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana (100%).
10. Disamping kegiatan yang telah dilakukan diatas, untuk penanganan banjir,
kekeringan dan menekan luas dan intensitas serangan OPT utama, juga dilakukan
berbagai kegiatan antara lain pengiriman informasi prakiraan iklim dari Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada Gubernur, pengiriman
surat kewaspadaan peningkatan serangan OPT, dan langkah operasional
penanganannya kepada Gubernur, konsolidasi petugas, pembentukan POSKO
Pengendalian OPT (tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan desa), menurunkan tim
pemantauan dan bimbingan teknis (provinsi, kabupaten, kecamatan), dan
penyediaan bantuan pestisida cadangan nasional.
11. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan
tanaman pangan yaitu beragamnya kelembagaan perlindungan tanaman di daerah,
terbatasnya kualitas THL Tenaga Bantu POPT-PHP, ketergantungan pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota, kurang lancarnya arus informasi/pelaporan, belum
optimalnya koordinasi penanganan OPT, perubahan iklim dan faktor lingkungan
yang kurang mendukung, dan belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT
di tingkat lapangan (LPHP, BPT, PPAH, dan alumni SLPHT).
12. Dukungan anggaran (APBN dan APBN-P) untuk pelaksanaan kegiatan pengamanan
produksi pada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 berjumlah
Rp. 355.101.468.000,- (Tiga ratus lima puluh lima milyar seratus satu juta enam
puluh delapan ribu). Sampai akhir Desember 2012, realisasi anggaran mencapai Rp.
341.265.762.113,- (96,10%). Berdasarkan alokasi anggaran, secara umum,
kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2012 dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan, sasaran dan waktu. Sedangkan sisa anggaran merupakan penghematan
dari beberapa kegiatan pertemuan dan pemberian bantuan penanggulangan
bencana.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
KATA PENGANTAR
Perlindungan Tanaman Pangan merupakan bagian integral dari sistem produksi
yang berfungsi menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas hasil. Sesuai dengan fungsi
tersebut, pada Tahun 2012 telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan.
Untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, permasalahan dan capaian yang telah
diperoleh, perlu disusun Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
Laporan ini juga menyajikan kegiatan ketatausahaan yang mendukung pelaksanaan
program dan kegiatan, Koperasi Daya Guna, serta Ikatan Karyawati (Ikawati).
Kami berharap laporan ini dapat memberikan informasi dan sebagai bahan
pemantapan program pembangunan tanaman pangan, khususnya dalam upaya
pengamanan produksi pada tahun – tahun mendatang.
Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan
ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas partisipasinya.
Jakarta, April 2012
Direktur,
Ir. Erma Budiyanto, M.S. NIP. 195707011982031012
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .………………………………………………………………........................................... iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………......................................... vi
DAFTAR GAMBAR ……………………..…………...……………...….......................................… vii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….................................................. ix
I. PENDAHULUAN ......…………………………………………................……..................... 1
II. ORGANISASI DAN KETATAUSAHAAN ...........……………….................…............. 3
A. Organisasi….……………………………………………...………………...............…................ 3
B. Ketatausahaan …………………..……………………….................................................. 9
C. Rumah Tangga ................................................................................................ 13
D. Keuangan ........................................................................................................ 17
III. EVALUASI DAMPAK FENOMENA IKLIM (DPI) ........………..............…….………... 21
A. Evaluasi Musim ……………………………….…………..…………….................................. 21
B. Evaluasi Kerusakan Akibat Banjir dan Kekeringan …………………................…… 22
IV. EVALUASI LUAS SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN ..... 30
A. Padi ………………………………....………………….....................………........................... 31
B. Palawija ………………………………………….……....................................……............... 38
V. EVALUASI LUAS PENGENDALIAN OPT …..……................................................ 43
A. Upaya Pengendalian .……………………....................................…………................ 44
B. Teknologi Pengendalian ..………………………………................................…............ 46
C. Luas Pengendalian …………………………………………................…........................... 47
D. Kasus-Kasus Penggunaan Pestisida ................................................................ 50
VI. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2012 ..................................... 51
A. Bahan Rekomendasi Kebijakan Menteri Pertanian di Bidang Perlindungan Tanaman Pangan ...........................................................................................
51
B. Pedoman Perlindungan Tanaman Pangan .................................................... 53
C. Bahan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan ......................................... 55
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
D. Pelatihan Teknis Perlindungan Tanaman Pangan ......................................... 56
E. Pengembangan Sistim Informasi Management (SIM) .................................. 62
F. Rapat-Rapat Koordinasi ................................................................................ 63
G. Penguatan Kelembagaan .............................................................................. 78
H. Penanggulangan Hama dan Penyakit Tanaman ............................................ 82
I. Pengembangan Jabatan Fungsional Pengendali – OPT ................................. 84
J. Bantuan Sarana Kerja Petugas Lapangan dan Petani Pengamat .................. 84
K. Bantuan Sarana Pengamatan (Light Trap) dan Mobil Brigade Proteksi Tanaman Pangan ...........................................................................................
85
L. Bantuan Bahan Pengendali OPT dan Sarana Lainnya .................................... 85
K. Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP-3) ................................................. 85
VII. KEGIATAN LAIN ............................................................................................. 87
A. Komisi-Komisi ................................................................................................ 87
B. Kerjasama Luar Negeri .................................................................................. 87
C. Koperasi Daya Guna ………….…………………..………………………..…….................... 92
D. Ikawati …………………………………..……….………………………...….............................. 93
VIII.PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA ............................................. 95
PENUTUP ................................................................................................................ 97
LAMPIRAN …………………………..……...……………………………..………................................ 99
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Daftar Pegawai yang Naik Pangkat pada Tahun 2012 …………………............... 11
2. Daftar Pegawai yang Naik Gaji Berkala pada Tahun 2012 …….……................ 12
3. Daftar Barang Inventaris Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan........... 14
4. Daftar Inventaris Kendaraan Roda 2 dan Roda 4 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ..........................................................................................
15
5. Rekapitulasi Pembayaran Gaji Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 …………………………………..…………….…
16
6. Jumlah Anggaran Keuangan per tolok ukur dan Persentase pada Kegiatan Perlindungan Tahun Anggaran 2012 …........……………………………..…………….…
18
7. Realisasi Anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012...............................................................................................................
19
8. Daftar Jumlah Dokumen Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa Direktorat Pelindungan Tanaman Pangan .....................................................................
20
9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Padi pada Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ………….....................................................
31
10. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Jagung pada Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)……............................................................
38
11. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kedelai pada Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)…................................................................
40
12. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .................................................…….
41
13. Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan Tahun 2011………….... 48
14. Luas Pengendalian OPT Utama Palawija Tahun 2012 dan Tahun 2011 ........ 48
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ……........................................
23
2. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ..................................
24
3. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ……............................
25
4. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .......................
26
5. Perbandingan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Pangan Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .............................................
26
6. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ………….....................
27
7. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ……………………………
28
8. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ……………………………....
29
9. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …………….…
30
10. Perbandingan Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Pangan Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …...........................................
30
11. Perkembangan Luas Serangan Tikus pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)….......................................…………… 32
12. Perkembangan Luas Serangan Penggerek Batang pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ................................
33
13. Perkembangan Luas Serangan WBC pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)…...........................................……….
34
14. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Blas pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …….......................................
35
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
Gambar Hal
15. Perkembangan Luas Serangan Penyakit BLB/kresek pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …………………………….
36
16. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Tungro pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ………………………………
37
17. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ……………………….....................
39
18. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …………………………………………
40
19. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)………………………………
42
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Berdasarkan Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/2010 ..…....
100
2. Perbandingan Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun
2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …...............................
101
3. Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011,
dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …...................................................
101
4. Perbandingan Luas Banjir pada Tanaman Palawija Tahun 2012,
2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .....…....................................
103
5. Luas Banjir Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012, 2011,
dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …...................................................
104
6. Luas Banjir Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia Tahun 2012, 2011,
dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …...................................................
105
7. Luas Banjir Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia Tahun
2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …...............................
106
8. Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Tahun 2012,
2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ........…………………………….....
107
9. Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012,
2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ..............…………….…….........
108
10. Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Palawija Tahun
2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .........................………
109
11. Luas Kekeringan Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012,
2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ............................................
110
12. Luas Kekeringan Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia Tahun 2012,
2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ...........................................
111
13. Luas Kekeringan Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia Tahun
2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)..................................
112
14. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi Tahun 2012 ……..... 113
15. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi
Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ....……............
114
16. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Padi
Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ...................
118
17. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012 ….... 120
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
Lampiran Hal
18. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung
Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ..............……...
121
19. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Jagung
Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ....................
125
20. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012 …... 127
21. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai
Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .......................
128
22. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kedelai
Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ...................
132
23. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun
2012..................................................................................................
134
24. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang
Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ............
135
25. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kacang
Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ............
139
26. Luas Pengendalian OPT Utama Pangan Tahun 2012 dan 2011 ........ 140
27. Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan 2011.............. 141
28. Luas Pengendalian OPT Utama Jagung Tahun 2012 dan 2011.......... 142
29. Luas Pengendalian OPT Utama Kedelai Tahun 2012 dan 2011 ........ 143
30. Luas Pengendalian OPT Utama Kc Tanah Tahun 2012 dan 2011 ..... 144
31. Rencana dan Realisasi SLPHT Tahun 2012 ....................................... 145
32. Rencana dan Realisasi SLI Tahun 2012 ............................................. 146
33. Alokasi Bantuan Sarana Pengendali OPT APBN-P Tahun 2012 ........ 147
34. Alokasi Bantuan Sarana Pengendali OPT APBN-P Tahun 2012 Seed
Treatment …………………………………………………………………………….........
148
35. Alokasi Bantuan Sarana Pengamatan dan Pengendalian Light Trap
(LT) Tahun 2012 ...............................................................................
149
36. Alokasi Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP-3) Tahun 2012 ..... 150
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 1
I. P E N D A H U L U A N
Peranan sektor pertanian khususnya tanaman pangan dalam pembangunan nasional
sangatlah penting. Upaya mewujudkan swasembada berkelanjutan padi dan jagung
serta swasembada kedelai pada Tahun 2014, memerlukan strategi dan langkah
operasional yang sinergis antara pusat dengan daerah. Strategi peningkatan
produksi pangan diterapkan melalui perluasan areal tanam, peningkatan
produktivitas, pengamanan produksi, dan pemberdayaan kelembagaan pertanian
serta adanya dukungan pembiayaan usaha tani.
Strategi pengamanan produksi diupayakan dalam kegiatan perlindungan tanaman
pangan yang berperan penting dalam sistem produksi. Perlindungan tanaman
pangan berperan dalam mengamankan kuantitas, kualitas dan kontinuitas tanaman
pangan terutama dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan
Dampak Perubahan Iklim (DPI).
Tantangan dan kendala yang dihadapi semakin beragam dan berat terutama dengan
adanya faktor iklim yang ekstrim menyebabkan berbagai dampak seperti banjir,
kekeringan, pergeseran waktu tanam, dan perubahan perilaku OPT. Dalam
menangani hal tersebut diperlukan langkah-langkah strategis yang bersifat
antisipatif, praktis, dan aplikatif.
Upaya pengamanan OPT tetap berpedoman pada penerapan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) dan penanganan DPI melalui antisipasi dan mitigasi dampak yang
akan terjadi. Berdasarkan rencana strategis tanaman pangan, telah ditetapkan
program perlindungan tanaman meliputi a). Penanganan OPT, b). Antisipasi dan
mitigasi DPI, c). Peningkatan mutu produk, dan d). Penguatan kelembagaan
perlindungan tanaman. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia pada Tahun 2012,
telah disusun program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan yang terdiri dari
peningkatan sumberdaya manusia, penguatan database dan pengembangan sistem
informasi, inovasi dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman, penguatan
kelembagaan dan pembinaan secara berkelanjutan.
Berdasarkan evaluasi kerusakan tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan
kacang tanah) selama Tahun 2012, terjadi kerusakan akibat banjir seluas 154.529 ha
(puso: 33.318 ha) dan kekeringan seluas 292.613 ha (puso 45.030 ha) yang terjadi
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 2
hampir di seluruh provinsi. Luas banjir pada Tahun 2012 lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan Tahun 2011 (153.381 ha, puso : 29.834 ha), luas kerusakan
Tahun 2012 menurun apabila dibandingan dengan rerata 5 Tahun (273.604 ha, puso
: 91.221 ha). Luas kekeringan pada Tahun 2012 lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan Tahun 2011 (274.738 ha) sedangkan luas puso lebih rendah (54.751 ha), luas
kerusakan Tahun 2012 menurun apabila dibandingan dengan rerata 5 Tahun
(357.440 ha, puso : 63.461 ha).
Luas kerusakan tanaman pangan yang disebabkan oleh serangan OPT utama selama
Tahun 2012 mencapai luas 457.492 ha (puso: 1.764 ha). Serangan terluas
disebabkan oleh OPT utama tanaman padi (penggerek batang, tikus, BLB/kresek,
WBC, blas, dan tungro). Luas serangan OPT utama pada tanaman pangan tersebut
lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (769.009 ha, puso: 40.774
ha) dan rerata 5 Tahun (489.755 ha, puso: 4.495 ha).
Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, program dan kegiatan yang telah
direncanakan secara umum dapat dilaksanakan, namun dalam pelaksanaannya
ditemui beberapa kendala dan permasalahan. Kendala dan permasalahan tersebut
meliputi dampak perubahan iklim global, sumber daya manusia yang terbatas,
keragaman kelembagaan perlindungan tanaman, serta ketergantungan pemerintah
daerah kepada pemerintah pusat merupakan hambatan yang dihadapi dalam upaya
mengamankan produksi tanaman pangan. Dalam upaya mengatasi hambatan-
hambatan tersebut, perlu adanya peningkatan koordinasi Pemerintah Pusat dengan
pemerintah provinsi, kabupaten/kota serta seluruh pihak yang berkepentingan, dan
upaya–upaya melalui program dan kegiatan yang telah direncanakan.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 3
IIIIII... OOO RRR GGG AAA NNN III SSS AAA SSS III &&&
KKK EEE TTT AAA TTT AAA UUU SSS AAA HHH AAA AAA NNN
A. Organisasi
1. Tugas dan Fungsi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/
OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian, Direktorat Perlindungan anaman Pangan, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang perlindungan tanaman pangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme
pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan
pengendalian hama terpadu;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme
pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan
pengendalian hama terpadu;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan
data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim,
teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan
pengelolaan pengendalian hama terpadu;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data
organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan
pengendalian hama terpadu; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 4
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/
10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian,
ditetapkan bahwa Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan terdiri dari:
1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan,
2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim,
3) Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan,
4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu,
5) Subbagian Tata Usaha, dan
6) Kelompok Jabatan Fungsional
Adapun tugas masing-masing bagian organisasi adalah sebagai berikut :
1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan
Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data
organisme pengganggu tumbuhan.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Data
Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang monitoring dan analisis
data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu
tumbuhan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang monitoring dan analisis
data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu
tumbuhan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data
organisme pengganggu tumbuhan;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data
organisme pengganggu tumbuhan.
2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim,
Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 5
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang dampak perubahan iklim.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan
Iklim, menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi
dampak perubahan iklim;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi
dampak perubahan iklim;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.
3) Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan,
Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Teknologi
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, menyelenggarakan
fungsi :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi
teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi
teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 6
4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu,
Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan
kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak
lingkungan.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan
Pengendalian Hama Terpadu, menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan
kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak
lingkungan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan
kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak
lingkungan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama
terpadu serta analisis dampak lingkungan;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta
analisis dampak lingkungan.
5) Subbagian Tata Usaha,
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta
kearsipan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
6) Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di bidang peramalan OPT, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan didukung
oleh 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai Besar Peramalan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) yang berkedudukan di Jatisari,
Karawang, Jawa Barat. Sedangkan untuk pengujian mutu dan residu pestisida
serta pupuk, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung oleh 1
(satu) unit UPT yaitu Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) yang
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 7
berkedudukan di Jakarta. BBPOPT dan BPMPT secara teknis
operasional dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan. Struktur
organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan seperti tercantum
dalam Bagan pada Lampiran 1.
2. Tata Hubungan Kerja
Dalam upaya pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman
dalam hal peramalan dan rujukan proteksi organisme pengganggu tumbuhan
di bidang tanaman pangan dan hortikultura, dilaksanakan oleh BBPOPT.
Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman di
daerah, dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah/Balai Proteksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura atau Bidang yang menangani
perlindungan tanaman pangan di bawah Dinas Pertanian Provinsi.
a. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT)
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah Unit
Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Tanaman
Pangan. Secara teknis dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan
dan Direktur Perlindungan Tanaman Hortikultura. BBPOPT mempunyai
tugas melaksanakan dan mengembangkan peramalan OPT serta rujukan
proteksi di bidang perlindungan tanaman pangan dan hortikultura.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi :
1) Penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan
peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan
hortikultura.
2) Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT, dan faktor
penentu perkembangan OPT.
3) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan,
pengamatan, dan pengendalian OPT berdasarkan sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
4) Pelaksanaan perumusan peramalan, pengamatan, dan pengendalian
OPT.
5) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi
peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT.
6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu
dan standar Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 8
7) Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan
peramalan OPT, serta rujukan Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
8) Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT.
b. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT)
Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman adalah unit pelaksana teknis
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Perlindungan Tanaman Pangan,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertanian No. 393/Kpts/OT.130/6/2004 tanggal 9 Juni 2004, BPMPT
mempunyai tugas melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk dan
produk tanaman, hortikultura dan perkebunan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman
menyelenggarakan fungsi:
1) Pengelolaan sampel pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan.
2) Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan
produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
3) Pelaksanaan perumusan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu
pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan.
4) Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pemeriksaan dan
pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan.
5) Pelaksanaan pemantauan mutu pestisida dan pupuk yang beredar
serta produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
6) Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu pestisida,
pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
7) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Pengujian
Mutu Produk Tanaman.
c. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura (UPTD BPTPH)
Upaya pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman
pangan di daerah dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai
Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) dan Bidang
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 9
yang menangani perlindungan tanaman pangan. Dengan perangkat
tersebut diharapkan segala permasalahan perlindungan tanaman yang
timbul di daerah dapat diatasi secara cepat.
B. Ketatausahaan
1. Administrasi Umum
a. Surat menyurat
Surat masuk dan surat keluar dibukukan dalam buku agenda dan
diarsipkan menurut kodefikasi surat. Surat yang sifatnya penting dan
mendesak, dikirim dengan faksimili, kilat khusus, dan kilat tercatat.
Selama Tahun 2012 realisasi surat masuk sebanyak 1.180 pucuk surat,
sedangkan surat keluar sebanyak 2.999 pucuk surat.
b. Perpustakaan
Perpustakaan yang diharapkan dapat memberi informasi melalui
literatur, buku dan informasi lainnya masih belum berfungsi dengan baik.
Hal ini dikarenakan kurang lengkapnya koleksi buku-buku atau literatur.
Buku-buku yang masuk sebagian besar berupa laporan dari Direktorat
Lingkup Tanaman Pangan. Sedangkan buku-buku yang berupa literatur,
lembaran negara dan lain-lain masih sangat kurang karena kegiatan
pengadaan tidak tersedia. Pada Tahun 2012 buku-buku yang masuk
berupa laporan bulanan dan tahunan dari Direktorat Lingkup Tanaman
Pangan, Buletin dan Majalah sebanyak 55 buah. Diharapkan tahun yang
akan datang dana untuk pembelian literatur bisa disediakan dan
direalisasikan.
c. Informasi lain
Dalam Tahun 2012, surat dan informasi yang diterima melalui faksimili
sebanyak 468 kali, pengiriman faksimili sebanyak 1.319 kali, sedangkan
pengiriman interlokal sebanyak 2.143 kali.
2. Kepegawaian
a. Komposisi Pegawai
Selama Tahun 2012 tercatat sejumlah 70 orang pegawai. Komposisi
pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebagai berikut :
1) Pegawai Organik Pusat terdiri dari :
- Golongan IV = 7 orang
- Golongan III = 50 orang
- Golongan II = 13 orang
J u m l a h = 70 orang
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 10
b. Mutasi Pegawai yang bersifat mengurangi Bezetting
Beberapa mutasi yang bersifat mengurangi bezetting pegawai selama
Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
1) Pelimpahan atau Pengalihan ke Instansi lain
Pada Tahun 2012 Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
yang melimpah ke instansi lain atau lingkup Departemen Pertanian
yaitu Syahrul Rochman (NIP. 196606221997031002), Golongan
Pengatur Tk. I (II/d) melimpah ke BKD Karawang.
2) Berhenti karena pensiun
Pada Tahun 2012, 2 (dua) orang Pegawai Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan yang berhenti karena pensiun.
3) Berhenti atas permintaan sendiri
Pada Tahun 2012, tidak ada pegawai Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan yang mengajukan permohonan pengunduran diri
sebagai Pegawai Negeri Sipil.
4) Cuti diluar Tanggungan Negara
Pada Tahun 2012, tidak ada pegawai yang cuti di luar tanggungan
negara.
c. Mutasi Pegawai Yang Bersifat Menambah Bezetting
Mutasi pegawai limpahan dari instansi lain (intern Deptan) yaitu
Purwanto, SH (NIP: 195701281990021001) dari Direktorat Kacang dan
Umbi-umbian ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
d. Kenaikan Pangkat
Pada Tahun 2012 periode April terealisasi kenaikan pangkat sebanyak 3
(tiga) orang telah terealisasi, sedangkan periode Oktober terealisasi
kenaikan pangkat sebanyak 2 (dua) orang telah terealisasi, secara rinci
seperti tabel berikut.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 11
Tabel 1. Daftar Pegawai yang Naik Pangkat pada Tahun 2012.
No. Nama/NIP Kenaikan Pangkat
Dari Gol. Ke Gol.
Periode April
1 Edi Eko Sasmito, SP III/a III/b
Nip. 198603072008011001
2 Nasrul Sani II/c II/d
Nip. 197006262000031001
3 Kusmanto, SP III/b III/c
Nip. 197001302003121001
Periode Oktober
1 Rachmat III/a III/b
Nip. 196301141992031001
2 Agus Djunaedi II/d III/a
Nip. 195909221990031001
e. Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil.
Pada Tahun 2012 tidak ada pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil.
f. Kenaikan Gaji Berkala
Dalam Tahun 2012 telah terealisasi kenaikan Gaji Berkala sebanyak 30
(tiga puluh) orang pegawai dengan perincian seperti pada tabel berikut.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 12
Tabel 2. Daftar Pegawai yang Naik Gaji Berkala pada Tahun 2012.
Bulan Nama Gol. Masa Kerja
Januari Ir. Benedicta Indriastuti K. W. III/D 22
Ana Caharana, SP III/B 8
Edi Eko Sasmito, SP III/B 4
Suparni, SP III/A 4
Februari Ir. Mutiara Sinuraya IV/a 22
Amsudin III/b 22
Maret Ir. Etty Purwanti III/d 26
Drs. Ruswandi, MM IV/b 30
Sri Indarti, S.TP III/D 30
Ichsan, S.TP III/D 14
Abriani Fensionita, SP, Msi III/D 14
Puspitasari III/A 12
April Ir. Gatot Ari Putranto, MM IV/B 22
Ni Wayan Srinadhy, SE III/D 26
Sigit Subali III/B 22
AgusDjunaedi III/A 27
Nasrul Sani II/D 19
Dwi Astuti Yuniasih, SP III/B 6
Yunita Fauziah Rahim, SP III/B 6
Nur Rahmi Endah Utami, SP III/B 6
Siti Haryati, SP III/B 6
Mei Triana III/A 23
Sri Hidayanti II/C 17
Ir. Rosdiana IIID 19
Juni Deno II/D 19
Agustus Nurbayana, SP III/A 17
Oktober Ir. Gatut Sumbogodjati IV/B 24
Desember Andriarti .K, SP.MP III/C 10
Eko Setiyoko, SP III/A 9
g. Kegiatan Kepegawaian
Selama Tahun 2012, kegiatan kepegawaian meliputi :
1) Alih Tugas
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 13
Alih tugas pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ke
instansi lain intern Departemen Pertanian tidak ada, sedangkan yang
masuk ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan hanya 1 (satu)
orang.
2) Diklat Jabatan Struktural
Diklat Jabatan Struktural tidak ada.
3) Latihan Pra Jabatan
Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang mengikuti
Latihan Pra Jabatan tidak ada.
4) Cuti Pegawai
Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang mengambil
cuti sebanyak 56 (lima puluh enam) orang pegawai.
5) Kartu Pegawai (KARPEG)
Pembuatan Kartu Pegawai sebanyak 6 (enam) orang pegawai.
6) Kartu Asuransi Kesehatan (ASKES)
Usulan pembuatan Kartu ASKES sebanyak 5 (lima) orang pegawai.
C. Rumah Tangga
Urusan Rumah Tangga mempunyai tugas di bidang kerumahtanggaan,
perlengkapan kantor serta keuangan rutin yang meliputi penyiapan
perlengkapan kantor, gaji pegawai, keamanan dan kebersihan kantor, inventaris,
pengadaan dan penghapusan barang-barang kantor dan penyiapan anggaran
rutin.
1. Perlengkapan
Pengadaan barang inventaris Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun Anggaran 2012 dilaksanakan melalui Anggaran Rutin Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan. Pengadaan barang-barang inventaris yang dilaksanakan melalui
Anggaran Rutin Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Satuan Kerja
seperti tercantum pada tabel berikut.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 14
Tabel 3. Daftar Barang Inventaris Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
No. Nama Barang Jumlah Keterangan
1 PC Komputer 13
2 Printer 8
3 Laptop 9
4 Kamera Digital 3
5 Wareless Router 2
6 Portable Proyektor 1
7 Eksternal Hardisk 4
8 UPS 2
9 Kursi sofa/SIC 6
10 Handycam 1
11 Meja Kerja 8
12 Kursi Besi 8
13 AC Splite 1
14 Meja Kerja Biro 6
15 Meja Kerja ½ Biro 7
16 Kursi Putar 6
17 Kursi Kerja 7
18 AC I PK Splite 7
2. Pemeliharaan
Pemeliharaan sarana dan prasarana kantor Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan meliputi :
a. Pemeliharaan gedung/bangunan dan alat-alat kantor
Pada Tahun 2012, Pemeliharaan gedung/bangunan meliputi
penggantian/ rehabilitasi yang meliputi :
1) Pengecatan seluruh gedung kantor.
2) Perbaikan ruangan Direktur.
3) Perbaikan keramik lantai selasar
4) Perbaikan toilet
5) Perbaikan kantin
6) Perbaikan musholla
7) Pembuatan pilar-pilar luar
8) Pembuatan toilet satpam
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 15
9) Pemeliharaan peralatan kantor berupa jaringan listrik, instalasi air,
barang inventaris, kantor (AC, komputer, printer, mesin tik, dan
jaringan internet (local area network).
b. Pemeliharaan kendaraan dinas roda 2 dan roda 4
Pada Tahun 2012, pemeliharaan kendaraan dinas roda 2 sebanyak 21 unit
dan roda 4 sebanyak 7 unit dananya disediakan melalui anggaran rutin
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Tabel 4. Daftar Inventaris Kendaraan Roda 2 dan 4 Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan
No Jenis /Merk No Polisi Keterangan
Mobil
1 Minibus / Ford Escape
2 Sedan / Toyota Soluna B. 2730 KQ
3 Minibus / KIA Carens B. 2474 LQ
4 Minibus / Daihatsu Xenia B. 1170 WQ
5 Minibus / Toyota Kijang B. 1699 WQ
6 Dobel Kabin Isuzu D Max B.2077 FQ
7 Dobel Kabin Isuzu D Max B. 9266 WQ
8 Dobel Kabin Isuzu D Max B. 9285 WQ
Motor
1 Sepeda Motor / Honda GL 100 B. 8483 XP
2 Sepeda Motor / Honda GL 100 B. 8477 XP
3 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B. 6166 SQK
4 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B. 6412 SQL
5 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B. 6415 SQL
6 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B. 6410 SQL
7 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B. 6121 SQK
8 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B. 6413 SQL
9 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B. 6195 SQM
10 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B. 6358 SQK
11 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B. 6324 SQK
12 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B. 6364 SQK
13 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B. 6320 SQK
14 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T. 3061 FF Pinjam BBPOPT
Jatisari
15 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T. 3062 FF SDA
16 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T. 3063 FF SDA
17 Sepeda Motor / Suzuki shogun 125 Bebek T. 3064 FF SDA
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 16
No Jenis /Merk No Polisi Keterangan
18 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T. 3065 FF SDA
19 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T. 3066 FF SDA
20 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T. 3067 FF SDA
21 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T. 3068 FF SDA
3. Keamanan dan Kebersihan
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan kebersihan secara
maksimal di lingkungan kantor Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
Tenaga keamanan berjumlah 8 orang yaitu 5 orang dari Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, 1 orang dari Direktorat Pasca Panen, 1 orang
dari Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dan 1 orang dari
Direktorat Kacang dan Umbi-umbian. Pembagian tugas jaga yaitu 2 orang
pagi dan 2 orang malam.
Pemeliharaan kebersihan area kantor Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan dirasakan masih belum optimal. Keterbatasan jumlah tenaga
kebersihan serta dukungan sarana kerja mempengaruhi kinerja pemeliharaan
kebersihan. Tenaga kebersihan berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari 5
orang khusus di bidang kebersihan. Luas areal kantor, taman, dan halaman
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah 3.500 m2.
4. Pengurusan Gaji Pegawai
Selama Tahun 2012, telah diselesaikan pengurusan gaji pegawai Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan periode Januari sampai dengan Desember
2012 sebesar Rp. 3.523.364.300,- (Tiga milyar lima ratus dua puluh tiga juta
tiga ratus enam puluh empat ribu tiga ratus rupiah), dengan perincian
pembayaran setiap bulan seperti pada tabel berikut.
Tabel 5. Rekapitulasi Pembayaran Gaji Pegawai Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan Tahun 2012.
Bulan Jumlah
Peg.(org)
Jml suami/
Isteri (org)
Jumlah
Anak
Jumlah Gaji
Kotor (Rp)
Jumlah Gaji
Bersih (Rp)
Januari 98 67 83 298.474.109 266.987.700
Pebruari 100 68 85 305.138.975 272.882.500
Maret 100 68 85 305.768.637 273.428.600
April 93 63 88 331.007.306 295.208.500
Mei 99 69 89 331.456.425 295.624.600
Juni 98 70 89 329.183.155 293.590.700
Juli 98 70 91 330.030.085 294.331.600
Agustus 100 71 93 384.449.030 298.900.800
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 17
Bulan Jumlah
Peg.(org)
Jml suami/
Isteri (org)
Jumlah
Anak
Jumlah Gaji
Kotor (Rp)
Jumlah Gaji
Bersih (Rp)
September 100 72 95 339.629.625 303.137.900
Oktober 100 74 93 340.191.041 303.636.300
Nopember 101 74 97 345.137.976 308.044.800
Desember 105 76 100 355.175.777 317.587.300
Jumlah 3.995.642.141 3.523.364.300
D. Keuangan
Program utama Pembangunan Pertanian Tahun 2012 yaitu Program Peningkatan
Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis di bidang pertanian khususnya
tanaman pangan. Perlindungan Tanaman Pangan adalah untuk mendukung Operasional
Kebijakan Pembangunan Tanaman Pangan yang berwawasan ketahanan pangan.
Program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis bertujuan untuk
mendorong peningkatan produksi pangan dalam rangka mencapai kemandirian dan
ketahanan pangan yang berwawasan agribisnis dan mampu menghasilkan produksi
tanaman pangan yang berdaya saing tinggi. Usaha pertanian dengan kawasan bisnis
yang mampu menghasilkan produksi pertanian dan industri petani primer yang berdaya
saing, menghasilkan nilai tambah bagi peningkatan dan kesejahteraan para petani dan
para produsen serta mendukung pertumbuhan pendapatan nasional. Adapun
sasarannya adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.
I. Anggaran Kegiatan Perlindungan Tanaman
Sesuai dengan Lembaran Surat Pengesahan DIPA Nomor 0325/018-03.1.01/00/2011
tanggal 20 Desember 2010, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun
Anggaran 2012 mengelola anggaran sebesar Rp. 355.101.468.000,- (Tiga ratus lima
puluh lima milyar seratus satu juta empat ratus enam puluh delapan ribu rupiah).
Anggaran tersebut terdiri dari :
1. Anggaran murni Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebesar Rp.
4.100.000.000,- (Empat milyar seratus juta rupiah)
2. Anggaran tambahan dari Dana Penghematan (Revisi 6) untuk kegiatan
Pengadaan Sarana Bahan Pengendalian OPT sebesar Rp. 140.000.000.000,-
3. Anggaran tambahan dari dana APBN-P (Revisi 7) untuk pengadaan sarana Bahan
Pengendalian OPT (wereng batang coklat dan tikus) sebesar Rp.
100.000.000.000,- (Seratus milyar rupiah)
4. Anggaran limpahan dari Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan untuk
penanggulangan bencana alam, serangan OPT dan DPI dalam rangka
pengamanan produksi tanaman pangan sebesar Rp. 30.600.000.000,- (Tiga puluh
milyar enam ratus juta rupiah).
Dari jumlah anggaran tersebut terbagi dalam 4 (empat) kategori jenis belanja
yaitu:
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 18
No. Jenis Belanja Jumlah (Rp).
1. Belanja Pegawai 0
2. Belanja Barang/Jasa 6.981.000.000
3. Belanja Modal 59.000.000
4. Belanja Bantuan Sosial 267.660.000.000
Jumlah 274.700.000.000
Sedangkan jumlah anggaran dan persentase kegiatan pertolok ukur, maka
komposisi peruntukan dana tersebut dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Anggaran Keuangan per Tolok Ukur dan Persentase pada
Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2012 Mata
Anggaran Tolok Ukur
Dana
(Rp)
Persentase
(%)
04.1764.01 Rancangan Pengembangan
Perlindungan Tanaman Pangan 158.176.000 0,04
04.1764.02 Pedoman Perlindungan Tanaman 348.700.000 0,10
04.1764.04 Data Base Perlindungan Tanaman
Pangan 932.935.000 0,26
04.1764.05 Bahan Informasi Perlindungan
Tanaman Pangan 753.712.000 0,21
04.1764.06 Visualisasi Kegiatan Perlindungan
Tanaman Pangan 400.000.000 0,11
04.1764.07 Rumusan Paket Teknologi
Pengendalian OPT Tanaman Pangan 100.445.000 0,03
04.1764.09 POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Tani
Berprestasi 170.850.000 0,05
04.1764.12 Pelatihan Teknis Perlindungan
tanaman Pangan 849.050.000 0,24
04.1764.17 Laporan Kegiatan Perlindungan
Tanaman Pangan 3.349.488.000 0,94
04.1764.30 Sarana Penanggulangan OPT/DPI 342.877.587.000 96,56
04.1764.995 Kendaraan Bermotor 3.300.000.000 0,93
04.1764.996 Perangkat Pengolah Data dan
Komunikasi 1.690.525.000 0,48
04.1764.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 170.000.000 0,05
Jumlah 355.101.468.000 100
II. Realisasi Keuangan
Dari anggaran yang tersedia pada kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun
Anggaran 2012 sebesar Rp. 355.101.468.000,- (Tiga ratus lima puluh lima milyar
seratus satu juta empat ratus enam puluh delapan ribu rupiah). telah direalisasikan
sebesar Rp. 341.265.762.113,- (96,10 %). Realisasi tersebut disasarkan pada SPM
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 19
yang terbit selama pelaksanaan kegiatan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012.
Sisa dana sebesar Rp. 13.835.705.887,- (3,90%).
Tabel 7. Realisasi Anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
Mata
Anggaran Tolok Ukur
Jumlah Dana
(Rp)
Realisasi
(Rp)
Persen
(%)
Sisa Dana
(Rp)
Persen
(%)
04.1764.01 Rancangan Pengembangan
Perlindungan Tanaman Pangan 158.176.000 135.554.500 85,70 22.621.500 14,30
04.1764.02 Pedoman Perlindungan Tanaman 348.700.000 334.784.900 96,01 13.915.100 3,99
04.1764.04 Data Base Perlindungan Tanaman
Pangan 932.935.000 841.004.465 90,15 91.930.535 9,85
04.1764.05 Bahan Informasi Perlindungan
Tanaman Pangan 753.712.000 710.178.730 94,22 43.533.270 5,78
04.1764.06 Visualisasi Kegiatan Perlindungan
Tanaman Pangan 400.000.000 391.233.516 97,81 8.766.484 2,19
04.1764.07 Rumusan Paket Teknologi
Pengendalian OPT Tanaman Pangan 100.445.000 99.843.295 99,40 601.705 0,60
04.1764.09 POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Tani
Berprestasi 170.850.000 165.851.900 97,07 4.998.100 2,93
04.1764.12 Pelatihan Teknis Perlindungan
tanaman Pangan 849.050.000 833.684.304 98,19 15.365.696 1,81
04.1764.17 Laporan Kegiatan Perlindungan
Tanaman Pangan 3.349.488.000 2.991.658.310 89,32 357.829.690 10,68
04.1764.30 Sarana Penanggulangan OPT/DPI 342.877.587.000 329.752.964.146 96,17 13.124.622.854 3,83
04.1764.995 Kendaraan Bermotor 3.300.000.000 3.245.285.212 98,34 54.714.788 1,66
04.1764.996 Perangkat Pengolah Data dan
Komunikasi 1.690.525.000 1.596.048.835 94,41 94.476.165 5,59
04.1764.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 170.000.000 167.670.000 98,63 2.330.000 1,37
JUMLAH 355.101.468.000 341.265.762.113 96,10 13.835.705.887 3,90
III. Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan
Dokumen-dokumen pengadaan barang/jasa Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan Tahun Anggaran 2011 yang telah diterbitkan meliputi Surat Keputusan,
Surat Perintah Kerja, Surat Perintah Tugas (SPT), Berita Acara
Penjelasan/Aanwizijing, Beritas Acara Serah Terima Pekerjaan, Berita Acara Serah
Terima Barang, dan Surat Undangan Penawaran Harga ke Rekanan/Hotel.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 20
Tabel 8. Daftar Jumlah Dokumen Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
No. Jenis Dokumen Jumlah
1. Surat Keputusan
2. Surat Perintah Kerja
3. Surat Perjanjian/Kontrak
4. Surat Perintah Tugas
5. Surat Undangan Penawaran
6. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
7. Berita Acara Serah Terima Barang
8. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan
9. Berita Acara Pemeriksaan Barang
10. Berita Acara Penjelasan Aanwijzing
11. Berita Acara Evaluasi
12. Berita Acara Negoisasi
a. Pengadaan Peralatan Kantor dan Sarana Lapang
Dalam mendukung program Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan telah
terealisasi pengadaan peralatan kantor seperti pengadaan komputer PC 2 unit,
laptop 3 unit dan printer 2 unit
b. Pengadaan ATK, Bahan Komputer, Bahan Cetakan dan sejenisnya
Alat tulis kantor, bahan komputer, bahan cetakan dan sejenisnya diperlukan
dalam rangka mendukung kelancaran administrasi dalam kegiatan sehari-hari,
baik kepentingan langsung administrasi maupun untuk mendukung kelancaran
pekerjaan di eselon III lainnya.
c. Kegiatan Konsiyasi, Pertemuan, Sosialisasi dan Pelatihan
Untuk merumuskan berbagai kegiatan Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan maka diperlukan kegiatan konsinyasi, pertemuan koordinasi, sosialisasi,
rapat-rapat dan lain-lain.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 21
III. E V A L U A S I
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
(D P I)
Iklim dan cuaca merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting
dalam proses budidaya tanaman sehingga tingkat produksi dan produktivitas sangat
dipengaruhi oleh kondisi iklim maupun cuaca yang terjadi. Oleh karena itu
seyogyanya kegiatan budidaya tanaman harus mempertimbangkan kondisi iklim dan
cuaca yang terjadi berdasarkan informasi prakiraan musim dan iklim yang
dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai salah
satu sumber informasi iklim dan cuaca.
Berdasarkan informasi prakiraan musim yang dikeluarkan oleh BMKG, evaluasi
Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK) sebagai berikut :
A. Evaluasi Musim
1. Musim Hujan (MH) 2011/2012
Musim Hujan 2011/2012 dimulai secara bertahap, berawal pada bulan
Agustus 2011 di sebagian wilayah Sumatera. Pada bulan September 2011 di
sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Pada bulan
Oktober-November 2011 seluruh wilayah Indonesia telah memasuki MH
2011/2012. Pada bulan Desember 2011 di sebagian wilayah Jawa, Bali, NTB,
NTT, Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan Maret 2012 di sebagian
wilayah Sulawesi. Pada bulan April 2012 di sebagian wilayah Sulawesi,
Maluku dan Papua. Pada bulan Mei 2012 di sebagian wilayah Maluku dan
Papua.
Dibandingkan dengan rata-ratanya (1981-2010), Awal Musim Hujan
2011/2012 umumnya sama dengan rata-ratanya (62,28%), Mundur terhadap
rata-ratanya (25,44%), dan Maju terhadap rata-ratanya (12,28%).
Sifat Hujan Musim Hujan 2011/2012, Normal (78,07%) dan Atas Normal
(11,7%), sedangkan Bawah Normal (10,23%).
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 22
2. Musim Kemarau (MK) 2012
Musim Kemarau (MK) 2012 pada umumnya dimulai secara bertahap, berawal
pada bulan Februari - Oktober 2012. Awal MK mulai terjadi pada bulan
Februari 2012 di sebagian wilayah Sumatera. Pada bulan Maret di sebagian
wilayah Bali. Pada bulan April di sebagian wilayah Jawa, Bali, NTB, NTT, dan
Sulawesi. Pada bulan Mei seluruh wilayah Indonesia telah memasuki MK
2012. Pada bulan Juni di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan Juli di sebagian wilayah Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan Agustus di
sebagian wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan September di
sebagian wilayah Maluku dan Papua. Pada bulan Oktober di sebagian wilayah
Sulawesi
Perbandingan prakiraan awal MK 2012 pada umumnya sama dengan rata-
ratanya (50,9%), mundur terhadap rata-ratanya (39,42%), dan 9,9% maju
terhadap rata ratanya.
Secara umum sifat hujan pada MK 2012 adalah Normal (56,7%), di Atas
Normal (AN) sebanyak 34,8% dan yang di Bawah Normal (BN) sebanyak 8,5%.
B. Evaluasi Kerusakan Akibat Banjir dan Kekeringan
1. BANJIR
Luas kerusakan akibat banjir pada tanaman pangan
strategis (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah)
selama Tahun 2012 dan perbandingannya dengan
Tahun 2011 dan rerata 5 tahun (2006 -2010),
sebagai berikut:
a. Padi
Pertanaman padi yang mengalami kerusakan akibat banjir pada Tahun
2012 seluas 140.125 ha (puso: 29.232 ha), terluas terjadi pada bulan
Januari. Banjir terluas terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan (22.811 ha,
puso: 7.449 ha), diikuti Banten, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa
Tengah.
Kerusakan akibat banjir Tahun 2012, apabila dibandingkan dengan Tahun
2011 dan rerata 5 tahun mengalami penurunan seluas 29.339 ha
(17,00%) dan 164.516 ha (97,00%). Perkembangan luas kerusakan akibat
banjir pada tanaman padi setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 23
1 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Gambar 1. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Padi
Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Perbandingan luas banjir pada tanaman padi Tahun 2012, 2011 dan rerata 5
tahun (2006—2010) dapat dilihat pada lampiran 2.
b. Jagung
Pertanaman jagung yang mengalami kerusakan akibat banjir pada Tahun
2012 seluas 11.101 ha (puso: 2.601 ha), terluas terjadi pada bulan Juli.
Kerusakan terluas di Provinsi Sulawesi Selatan (5.234 ha, puso: 977 ha)
diikuti Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Lampung, dan Jawa Timur.
Luas banjir pada Tahun 2012 apabila dibandingkan dengan Tahun 2011
dan rerata 5 tahun masing-masing mengalami penurunan seluas 5.361 ha
(32,56%) dan 12.730 ha (53,41%). Perkembangan luas kerusakan akibat
banjir pada tanaman jagung setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar
2 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
5.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 70.779 12.905 10.235 6.569 1.854 933 26.330 376 666 1.083 8.395 0
Th 2011 48.232 9.122 17.152 16.533 24.434 2.449 598 1.041 743 5.839 5.388 37.933
Rerata 5 th 86.682 50.856 19.109 14.248 10.485 19.035 11.631 2.919 3.424 7.229 18.429 60.594
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
Luas
Ban
jir (
Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 24
Gambar 2. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Jagung
Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
c. Kedelai
Pertanaman kedelai yang mengalami kerusakan akibat banjir pada Tahun
2012 mencapai 2.340 ha (puso: 1.338 ha), terluas terjadi pada bulan Juli.
Kerusakan terluas di Provinsi Sulawesi Selatan (1.207 ha, puso: 815 ha),
diikuti Pemerintah Aceh dan Nusa Tenggara Barat. Luas banjir pada
Tahun 2012 apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun
masing-masing mengalami penurunan seluas 5.335 ha (69,57%) dan
seluas 7.208 ha (75,49%). Perkembangan luas kerusakan akibat banjir
pada tanaman kedelai setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 3 di
bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 813 117 2.285 1.348 153 1.248 4.634 10 20 0 473 0
Th 2011 1.168 567 2.137 1.615 2.059 1.584 194 0 18 48 3.869 3.203
Rerata 5 th 2.188 1.959 1.203 2.172 1.686 3.293 1.383 215 2.815 1.045 1.859 4.013
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
Luas
Ban
jir (
Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 25
Gambar 3. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kedelai
Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2011)
d. Kacang Tanah
Luas banjir pada pertanaman kacang tanah Tahun 2012 seluas 58 ha
(puso: 21 ha), terluas terjadi pada bulan November. Kerusakan terluas
terjadi di Provinsi Sumatera Utara (27 ha, puso: 2 ha) diikuti Nusa
Tenggara Barat dan Jambi. Kerusakan akibat banjir Tahun 2012, apabila
dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun mengalami
penurunan seluas 905 ha (93,97 %) dan seluas 1.218 ha (95,45%).
Perkembangan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman kacang tanah
setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 4 di bawah ini. Sedangkan
data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 36 16 50 327 590 112 1.079 0 0 130 0 0
Th 2011 917 1.247 2.892 652 866 582 190 10 9 0 299 12
Rerata 5 th 764 612 711 346 229 139 829 368 1.912 386 2.030 1.220
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
Luas
Ban
jir (
Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 26
Gambar 4. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kacang
Tanah Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Perbandingan luas kerusakan akibat banjir pada pertanaman pangan Tahun
2012, 2011 dan rerata 5 tahun (2006-2010) dapat dilihat pada Gambar 5
dibawah ini.
Gambar 5. Perbandingan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman pangan
Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun (2006-2010)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 6 4 0 5 7 0 4 0 2 0 30 0
Th 2011 0 0 53 6 77 561 0 1 0 30 88 147
Rerata 5 th 53 35 85 51 19 97 18 7 121 7 696 88
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Luas
Ban
jir (
Ha)
Th 2012 Th 2011 Rerata 5 th
Padi 141.140 169.464 304.641
Jagung 11.177 16.462 23.831
Kedelai 2.350 7.674 9.547
Kacang Tanah 60 963 1.276
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
Luas
Ban
jir (
Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 27
Data luas banjir pada tanaman palawija Tahun 2012 dapat dilihat pada
Lampiran 4 dan perbandingan luas banjir pada tanaman palawija Tahun
2012, Tahun 2011 dan rerata (2006-2010) dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. KEKERINGAN
Luas kerusakan akibat akibat kekeringan pada tanaman
pangan strategis (padi, jagung, kedelai, kacang tanah)
Tahun 2012, Tahun 2011 dan rerata 5 tahun (2006-2010)
sebagai berikut:
a. Padi
Tanaman padi yang mengalami kerusakan akibat kekeringan Tahun 2012
seluas 269.273 ha (43.392 ha), terluas terjadi pada bulan Agustus.
Provinsi terluas adalah Provinsi Jawa Barat (76.263 ha, puso: 3.642 ha),
diikuti Jawa Tengah, Banten, Pemerintah Aceh dan Lampung. Kerusakan
akibat kekeringan Tahun 2012 apabila dibandingkan dengan Tahun 2011,
mengalami peningkatan seluas 18.437 ha (7,3%), tetapi dibandingkan
rerata 5 tahun mengalami penurunan seluas 18.822 ha (6,53%).
Perkembangan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman padi
setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 5 di bawah ini. Sedangkan
data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Gambar 6. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman
Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 7.490 6.164 1.205 5.708 13.143 50.795 69.770 75.955 36.023 2.996 25 0
Th 2011 8.958 8.696 1.816 3.819 1.294 27.948 49.950 63.495 73.550 8.320 2.532 458
Rerata 5 th 43.220 19.445 15.730 2.255 10.711 37.049 61.255 41.168 30.993 7.027 12.073 7.169
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
Luas
Ban
jir (
Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 28
b. Jagung
Kerusakan akibat kekeringan pada pertanaman jagung pada Tahun 2012
seluas 21.641 ha (puso: 1.508 ha), terluas terjadi pada bulan September.
Kerusakan terluas di Provinsi Jawa Tengah (10.037 ha, puso: 119 ha),
diikuti Lampung, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur.
Kerusakan akibat kekeringan Tahun 2012, apabila dibandingkan dengan
Tahun 2011 dan rerata 5 tahun mengalami penurunan seluas 1.003 ha
(4,4%) dan 48.728 ha (69,2%). Perkembangan luas kerusakan akibat
kekeringan pada tanaman jagung setiap bulannya seperti terlihat pada
Gambar 6 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 11.
Gambar 7. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman
Jagung Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
b. Kedelai
Pertanaman kedelai yang mengalami kerusakan akibat kekeringan pada
Tahun 2012 seluas 1.546 ha (puso: 130 ha), terluas terjadi pada bulan
Juni. Kerusakan terluas di Pemerintah Aceh (341 ha, puso: 40 ha), diikuti
Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.
Kerusakan akibat kekeringan Tahun 2012, apabila dibandingkan dengan
Tahun 2011 dan rerata 5 tahun mengalami penurunan, masing-masing
seluas 683 ha (30,6%) dan seluas 5.120 ha (76,8%). Perkembangan luas
kerusakan akibat kekeringan pada tanaman kedelai setiap bulannya
seperti terlihat pada Gambar 7 di bawah ini. Sedangkan data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 261 381 2.782 559 914 1.735 822 6.606 6.091 1.208 283 0
Th 2011 129 19 146 525 1.016 2.734 2.749 2.131 11.575 885 1 735
Rerata 5 th 8.788 5.868 9.627 1.515 5.507 5.571 7.545 7.230 2.479 1.063 8.445 6.731
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
Luas
Ban
jir (
Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 29
Gambar 8. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman
Kedelai Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
c. Kacang Tanah
Pertanaman kacang tanah yang mengalami kerusakan akibat kekeringan
pada Tahun 2012 seluas 153 ha, terluas terjadi pada bulan Agustus.
Kerusakan terluas terjadi di Provinsi Jawa Tengah (87 ha) diikuti
Pemerintah Aceh, Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Apabila
dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun, luas pertanaman
yang terkena kekeringan pada Tahun 2012 lebih rendah 70 ha (31,41 %)
dan 7.445 ha (97,99 %). Perkembangan luas kerusakan akibat kekeringan
pada tanaman kacang tanah setiap bulannya seperti terlihat pada
Gambar 9 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 13.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 0 0 0 0 3 368 228 345 315 40 249 0
Th 2011 0 0 0 125 205 5 100 1.453 328 13 0 0
Rerata 5 th 1.980 196 844 47 114 471 406 133 1.003 112 641 718
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
Luas
Ban
jir (
Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 30
Gambar 9. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman
Kacang Tanah Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Perbandingan luas kerusakan akibat kekeringan pada pertanaman pangan
Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun (2006-2011) dapat dilihat pada Gambar
10 dibawah ini.
Gambar 10. Perbandingan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman pangan Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun (2006-2010)
Perbandingan luas kekeringan pada tanaman palawija Tahun 2012, Tahun
2011 dan rerata (2006-2010) dapat dilihat pada Lampiran 9.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 0 0 0 0 0 13 22 58 46 14 8 0
Th 2011 35 0 0 0 12 23 0 0 16 136 0 0
Rerata 5 th 1.804 731 291 0 394 702 657 109 267 301 1.675 668
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
Luas
Ban
jir (
Ha)
Th 2012 Th 2011 Rerata 5 th
Padi 271.104 250.836 288.095
Jagung 21.644 22.644 70.369
Kedelai 1.546 2.229 6.665
Kacang Tanah 161 222 7.597
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
Luas
Ban
jir (
Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 31
IV. EVALUASI LUAS SERANGAN
ORGANISME PENGGANGGU
TUMBUHAN
(O P T)
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan faktor pembatas produksi
dalam usaha budidaya tanaman pangan. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan,
luas serangan OPT utama pada tanaman pangan strategis (padi, jagung, kedelai, dan
kacang tanah) dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Padi
Luas serangan OPT utama padi (penggerek batang, Wereng Batang Coklat (WBC),
Blas, Tikus, BLB/kresek, dan tungro) Tahun 2012 mencapai 420.552 ha (puso:
1.689 ha). Apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun (2006-
2010), luas serangan mengalami penurunan masing-masing seluas 292.089 ha
(40,99%) dan 41.970 ha (9,07%). Serangan pada Tahun 2012 terutama
disebabkan oleh tikus kemudian berturut-turut diikuti oleh penggerek batang
dan WBC. Perbandingan luas serangan OPT utama tersebut seperti tersaji pada
tabel 8 berikut. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Padi Tahun 2012 dengan
Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006 - 2010)
No
Jenis OPT
Tahun 2012 (ha) Tahun 2011 (ha) Rerata 5 Tahun(2006 -2010)
(ha)
T P T P T P
1 PBP 134.415 102 146.394 391 150.251 331
2 WBC 28.808 242 223.606 36.064 54.760 1.379
3 Tikus 118.657 1.024 183.954 3.418 142.416 2.088
4 Blas 51.113 137 27.403 199 19.786 64
5 BLB/Kresek 81.119 33 115.257 62 85.070 30
6 Tungro 6.441 151 16.027 392 10.239 187
Jumlah 420.552 1.689 712.642 40.526 462.522 4.080
Ket.: T = Terkena, P = Puso
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 32
1. Penggerek batang padi
Luas serangan OPT selama Tahun 2012 terutama
disebabkan oleh penggerek batang padi (134.415 ha, puso
102 ha) dengan puncak serangan terjadi pada bulan Maret.
Serangan penggerek batang padi terluas terjadi di Provinsi
Jawa Barat (41.446 ha), diikuti Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan dan Banten.
Luas serangan penggerek batang padi pada Tahun 2012 lebih rendah apabila
dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun. Penurunannya masing-
masing seluas 11.979 ha (8,18%) dan 15.836 ha (10,54%). Perkembangan
luas serangan penggerek batang padi setiap bulannya seperti terlihat pada
Gambar 11 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 16.
Gambar 11. Perkembangan Luas Serangan Penggerek Batang Padi pada Tanaman
Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 15.752 16.441 18.313 13.493 16.204 12.477 11.643 7.936 5.505 6.493 5.393 4.764
Th 2011 15.241 14.804 15.782 16.587 15.904 14.121 10.820 9.102 9.133 7.591 7.436 9.873
Rerata 5 th 13.668 16.004 17.935 15.857 17.534 17.233 13.145 8.716 9.148 6.005 6.384 8.623
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
Luas
Ser
anga
n (H
a)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 33
2. Tikus
Luas serangan tikus pada Tahun 2012 mencapai 118.657
ha (puso: 1.024 ha), dengan puncak serangan terjadi pada
bulan Juli. Serangan terluas terjadi di Provinsi Jawa Tengah
(27.654 ha, puso: 553 ha), diikuti Jawa Barat, Pemerintah
Aceh, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur. Luas Serangan
tikus pada Tahun 2012 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun
2011 dan rerata 5 tahun. Penurunannya masing-masing seluas 65.297 ha
(35,50%) dan 2.394 ha (70,03%). Perkembangan luas serangan tikus setiap
bulannya seperti terlihat pada Gambar 12 dibawah ini. Sedangkan data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
Gambar 12. Perkembangan Luas Serangan Tikus pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 1.825 5.819 2.677 428 1.112 3.773 7.790 1.190 1.442 865 677 1.208
Th 2011 24.428 17.904 6.738 5.974 26.801 109.54 23.855 4.201 1.117 1.043 1.184 812
Rerata 5 th 2.249 6.337 6.488 2.945 2.217 7.978 13.282 7.410 1.852 1.001 911 2.090
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
Luas
Ser
anga
n (H
a)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 34
3. Wereng Batang Coklat (WBC)
Luas serangan WBC selama Tahun 2012 adalah 28.808
ha (puso: 242 ha), dengan puncak serangan terjadi pada
bulan Juli. Serangan terluas terjadi di Provinsi Jawa
Barat (13.186 ha, puso: 116 ha), diikuti oleh Jawa Timur,
Jawa Barat, dan Sumatera Utara.
Luas serangan wereng batang coklat Tahun 2012
mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata
5 tahun yaitu seluas 194.799 ha (87,12%) dan seluas 35.822 ha (99,33%).
Perkembangan luas serangan WBC setiap bulannya dapat dilihat pada
Gambar 13. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
Gambar 13. Perkembangan Luas Serangan WBC pada Tanaman Padi Tahun 2012,
Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 1.825 5.819 2.677 428 1.112 3.773 7.790 1.190 1.442 865 677 1.208
Th 2011 24.428 17.904 6.738 5.974 26.801 109.54 23.855 4.201 1.117 1.043 1.184 812
Rerata 5 th 2.249 6.337 6.488 2.945 2.217 7.978 13.282 7.410 1.852 1.001 911 2.090
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
Luas
Ser
anga
n (H
a)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 35
4. Penyakit Blas
Selama Tahun 2012 luas serangan penyakit blas
adalah 51.113 ha (puso: 137 ha), puncak
serangan terjadi pada bulan Februari. Serangan
terluas terjadi di Provinsi Jawa Timur (15.791 ha,
puso: 92 ha), diikuti Jawa Tengah, Jawa Barat,
Lampung, dan Pemerintah Aceh.
Luas serangan blas Tahun 2012 mengalami peningkatan apabila
dibandingkan dengan Tahun 2011 seluas 23.710 ha (86,52%) dan rerata 5
tahun seluas 31.327 ha (158,33%). Perkembangan luas serangan blas setiap
bulannya seperti terlihat pada Gambar 14 berikut. Data selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 16.
Gambar 14. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Blas pada Tanaman Padi
Tahun 2012, Tahun 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 12.16 11.95 6.499 2.836 3.627 3.632 4.567 2.246 1.336 632 993 623
Th 2011 5.410 5.052 1.915 2.260 2.330 1.605 1.556 1.150 1.026 1.138 1.192 2.770
Rerata 5 th 2.603 3.932 3.109 1.705 1.170 1.788 1.468 844 625 474 832 1.237
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
Luas
Ser
anga
n (H
a)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 36
5. Penyakit Hawar Daun Bakteri/Kresek
Serangan penyakit Daun Bakteri/Kresek pada Tahun
2012 seluas 81.119 ha (puso: 33 ha) dengan puncak
serangan terjadi pada bulan Februari. Serangan terluas
terjadi di Provinsi Jawa Barat (40.404 ha), diikuti Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
Apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun, luas serangan
Tahun 2012 lebih rendah 34.138 ha (29,62%) dan 3.951 ha (4,64%).
Perkembangan luas serangan penyakit Hawar Daun Bakteri/Kresek setiap
bulannya disajikan pada Gambar 15. Data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 16.
Gambar 15. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri/Kresek
pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 14.679 19.504 12.072 6.930 5.635 6.267 6.080 3.098 2.223 1.047 1.746 1.837
Th 2011 21.267 23.542 14.600 11.339 12.368 8.618 6.094 4.820 3.772 2.587 2.526 3.725
Rerata 5 th 7.993 13.708 16.859 7.209 7.314 9.815 6.459 4.263 2.790 2.360 2.239 4.059
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Luas
Ser
anga
n (H
a)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 37
6. Penyakit Tungro
Luas serangan penyakit tungro selama Tahun 2012 seluas
6.441 ha (puso: 151 ha) dengan puncak serangan terjadi
pada bulan Januari. Serangan terutama terjadi di Provinsi
Jawa Barat (1.633 ha), diikuti Nusa Tenggara Timur, Jawa
Tengah, Sumatera Barat dan Bali.
Apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun, luas serangan
Tahun 2012 lebih rendah 9.586 ha (59,81%) dan 3.798 ha (37,09%).
Perkembangan luas serangan penyakit tungro setiap bulannya seperti pada
Gambar 16. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
Perbandingan luas serangan OPT utama tanaman padi Tahun 2012 dengan
Tahun 2011 dan rerata 5 tahun dapat dilihat pada Lampiran 15.
Gambar 16. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Tungro pada Tanaman
Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 1.168 589 712 768 853 467 590 463 210 248 184 187
Th 2011 1.742 2.603 2.609 1.803 1.912 1.213 962 747 441 436 436 1.126
Rerata 5 th 677 938 1.037 1.598 1.594 1.124 814 627 593 425 366 445
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
Luas
Ser
anga
n (H
a)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 38
B. Palawija
Beberapa komoditas palawija yang serangan OPT utamanya dilaporkan adalah
jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau.
1. Jagung
Luas serangan OPT utama tanaman jagung
(penggerek tongkol, penggerek batang, ulat grayak,
lalat bibit, bulai dan tikus) selama Tahun 2012
mencapai 26.532 ha (puso: 53 ha) dengan puncak
serangan terjadi pada bulan Februari.
Serangan OPT utama terutama di Jawa Barat (3.506 ha), diikuti Nusa
Tenggara Timur, Jawa Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Luas
serangan OPT utama Tahun 2012 lebih rendah apabila dibandingkan dengan
Tahun 2011 seluas 12.320 ha (31,71%) tetapi lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan rerata 5 tahun seluas 9.522 ha (55,98%). Perbandingan
luas serangan OPT utama jagung Tahun 2012, Tahun 2011 dan rerata 5 tahun
dapat dilihat pada Tabel 9. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
18.
Tabel 10. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Jagung Pada Tahun 2012 dengan Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun
No
Jenis OPT Tahun 2012
(ha)
Tahun 2011
(ha)
Rerata 5 Th
(2006-2010)
(ha)
T P T P T P
1
2
3
4
5
6
P. Tongkol
P. Batang
Ulat Grayak
Lalat Bibit
Bulai
Tikus
4.837
8.200
1.770
2.082
6.130
3.513
27
-
-
-
21
5
6.490
6.309
3.333
4.058
9.322
9.340
4
-
21
-
127
84
2.758
3.268
2.231
1.509
3.314
3.930
0
2
74
-
203
87
Jumlah 26.532 53 38.852 236 17.010 366
Ket.: T = Terkena, P = Puso
Perkembangan serangan OPT Utama pada tanaman jagung setiap bulannya
disajikan pada Gambar 17.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 39
Gambar 17. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung
Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
2. Kedelai
Luas serangan OPT utama kedelai (ulat grayak,
penggulung daun, lalat kacang, tikus, penggerek polong,
dan ulat jengkal) pada Tahun 2012 adalah 5.221 ha
(puso: 15 ha) dengan puncak serangan terjadi pada
bulan Juli.
Serangan OPT utama terluas terjadi di Pemerintah Aceh (1.394 ha), Jawa
Tengah, Jawa Barat, NTB, , dan Jawa Timur. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 20.
Luas serangan OPT utama Tahun 2012 mengalami penurunan apabila
dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun. Penurunan masing-
masing seluas 4.735 ha (47,56%) dan 845 ha (13,93%). Perbandingan luas
serangan OPT utama Kedelai Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun
(2006–2010) seperti tersaji pada Tabel 10 dan Lampiran 21.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 4.229 6.126 1.782 1525,5 1852,1 3154,7 2.365 1.323 1821,3 960 786 606
Th 2011 2.834 2766,3 2.477 2627,1 3780,6 3.811 3.858 2.952 2.546 2848,1 3.517 4.835
Rerata 5 th 2.566 1.814 1.493 953,14 1.264 1.533 1.188 1.263 990 962,17 1.493 1.491
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Luas
Ser
anga
n (H
a)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 40
Tabel 11. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kedelai Pada Tahun 2012
dengan Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun
No Jenis OPT
Tahun 2012 (ha)
Tahun 2011 (ha)
Rerata 5 Th (2006-2010)
(ha)
T P T P T P
1
2
3
4
5
6
Ulat Grayak Penggulung Daun Lalat Kacang Tikus Penggerek Polong Ulat Jengkal
1.397
1.404
502
557
754
606
- - -
15 - -
2.886
2.648
771
1.029
1.226
1.395
- - - - - -
1.625
1.611
633
447
1.122
628
46
- - - - -
Jumlah 5.221 15 9.956 - 6.065 48
Ket. : T = Terkena, P = Puso
Perkembangan luas serangan OPT utama kedelai setiap bulannya seperti
terlihat pada Gambar 18 di bawah ini.
Gambar 18. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kedelai Tahun
2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 669 361 236 439 528 214 929 744 730 202 117 52
Th 2011 440 675 470 872 769 541 1.140 1.848 1.219 826 441 714
Rerata 5 th 508 452 409 405 643 554 655 852 483 462 205 436
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
Luas
Se
ran
gan
(Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 41
3. Kacang Tanah
Luas serangan OPT utama kacang tanah (ulat
grayak, pelipat daun, bercak daun coklat, babi
hutan, tikus dan karat daun) pada Tahun 2012
seluas 5.187 ha puncak serangan terjadi pada
Bulan September 2011. Serangan OPT terluas
terjadi di Provinsi Jawa Timur (1.427 ha), diikuti Jawa Barat, DI Yogyakarta,
Pemerintah Aceh, dan Jawa Tengah. Luas serangan OPT utama pada tanaman
kacang tanah dapat dilihat pada Lampiran 23.
Luas serangan OPT utama Tahun 2012 mengalami penurunan apabila
dibandingkan dengan Tahun 2011 seluas 2.373 ha (31,39%) tetapi mengalami
peningkatan seluas 1.029 ha (24,76%) apabila dibandingkan dengan rerata 5
tahun. Perbandingan luas serangan OPT utama kacang tanah Tahun 2012,
Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010) seperti tersaji pada Tabel 11
dan Lampiran 24.
Tabel 12. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kacang Tanah pada Tahun
2012 dengan Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun
No
Jenis OPT Tahun 2012
(ha)
Tahun 2011
(ha)
Rerata 5 Th
(2006-2010)
(ha)
T P T P T P
1
2
3
4
5
6
Ulat Grayak Pelipat Daun Bercak Daun Coklat Babi Hutan Tikus Karat Daun
262
210
2.586
156
532
1.441
-
-
-
0
-
7
587
353
3.955
202
739
1.725
0
-
0
0
12
-
253
231
1.872
155
648
999
-
-
-
1
0
-
Jumlah 5.187 7 7.560 13 4.158 2
Ket. : T = Terkena, P = Puso
Perkembangan luas serangan OPT utama kacang tanah setiap bulannya
disajikan pada Gambar 19.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 42
Gambar 19. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kacang Tanah
Tahun 2012, Tahun 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Th 2012 599 671 474 618 362 192 434 331 885 251 201 169
Th 2011 512 691 722 719 612 753 661 1.078 591 394 358 470
Rerata 5 th 424 507 413 420 406 277 414 403 264 208 145 278
-
200
400
600
800
1.000
1.200
Luas
Ser
anga
n (H
a)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 43
V.EVALUASI
LUAS PENGENDALIAN OPT
Peningkatan produksi dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara langsung
maupun tidak langsung. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengamanan
produksi adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat
menyebabkan penurunan kualitas, kuantitas, terganggunya kontinuitas produksi,
bahkan puso. Kerusakan tanaman oleh OPT sangat berpengaruh terhadap hasil
produksi dan kesejahteraan petani, serta berdampak lanjut pada penurunan
kemandirian ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, upaya pengamanan
produksi dari gangguan OPT dan dampak perubahan iklim perlu dilakukan mulai dari
pratanam sampai panen.
Untuk mendorong masyarakat petani dan masyarakat luas berpartisipasi langsung
dalam pengamanan produksi padi secara serentak dalam areal yang luas dan
terkoordinasi, Presiden RI memberikan arahan agar seluruh komponen masyarakat
terkait melakukan “GERAKAN LAWAN HAMA”. Menindaklanjuti arahan tersebut,
Kementerian Pertanian mengeluarkan kebijakan “SPOT STOP”, yaitu menghentikan
titik awal serangan sehingga sumber serangan tidak menyebar ke daerah lain. SPOT
STOP didahului oleh penerapan upaya Preemtif (budidaya tanaman sehat dan
pengaturan pola tanam). Untuk dapat melakukan SPOT STOP harus dilakukan
pengamatan dini dan pengendalian dini.
Pelaksanaan pengendalian OPT merupakan tanggung jawab petani (perorangan)
sebagai pengusaha di lahan usahataninya, kelompok dalam masyarakat, dan
pemerintah khususnya apabila terjadi eksplosi yang tidak dapat ditanggulangi oleh
petani. Eksplosi adalah serangan OPT yang sifatnya mendadak, populasinya
berkembang cepat, dan menyebar luas dengan cepat. Penanganan eksplosi oleh
Pemerintah dilakukan secara berjenjang dari tingkat kecamatan sampai dengan
tingkat pusat. Pengendalian OPT oleh petani dilakukan menggunakan cara mekanik-
fisik/pemusnahan, aplikasi agens hayati dan pestisida nabati, pestisida kimiawi serta
dengan cara lain yang spesifik lokasi.
Sejalan dengan strategi yang mengutamakan pengendalian hayati, pengendalian
spot/titik serangan di suatu hamparan diutamakan menggunakan agens hayati.
Apabila dengan menggunakan agens hayati spot serangan terus berkembang, perlu
dilakukan aplikasi pestisida secara 6 (enam) tepat. Aplikasi pestisida secara spot
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 44
treatment pada hamparan diharapkan tidak mengganggu keseimbangan
agroekosistem antara OPT dan musuh alaminya.
Gangguan OPT yang berpengaruh terhadap luas panen dan produksi harus ditekan
sejak sebelum tanam melalui tindakan preemtif dan apabila ternyata di pertanaman
masih terjadi serangan OPT di atas ambang pengendalian, dilakukan tindakan
responsif.
A. Upaya Pengendalian
Dalam rangka mengamankan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT,
telah dilakukan berbagai upaya sebagai berikut:
1. Pengamatan OPT secara intensif
Pengamatan dilaksanakan secara intensif baik rutin maupun insidentil oleh
petugas lapangan POPT-PHP, petugas teknis LPHP dan UPTD-BPTPH.
Pengamatan rutin dilaksanakan pada petak tetap dan pengamatan keliling.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, POPT-PHP memberikan rekomendasi
pengendalian berupa peringatan dini dan tindakan pengendalian yang harus
dilakukan petani melalui KCD/Mantan/UPTD Kecamatan dan Penyuluh
Lapangan. Data dan informasi hasil pengamatan dari daerah dilaporkan
kepada pusat secara berjenjang dan berkala.
Pengamatan dinamika serangan OPT khususnya terhadap perubahan iklim
ekstrim dimaksudkan untuk mengetahui perubahan status OPT (OPT minor
menjadi OPT major) sehingga perlu dibangun sistem peringatan dini (early
warning system). Operasionalisasi sistem peringatan dini serangan OPT perlu
didukung dengan kelembagaan yang tepat dan kuat, penelitian dan
pengembangan tentang prediksi iklim.
2. Penyampaian informasi
Informasi berupa laporan peringatan dini, laporan rutin periode setengah
bulanan, dan prakiraan serangan disertai rekomendasi pengendalian yang
sesuai disampaikan kepada jajaran Dinas Pertanian Tanaman Pangan.
Informasi kewaspadaan terhadap serangan OPT dikirimkan kepada Gubernur
dan Dinas Pertanian Provinsi.
3. Koordinasi
Koordinasi Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota serta Kecamatan
diperlukan untuk pengamanan produksi dari gangguan serangan OPT dan
mensinergikan tindakan operasional pengendalian OPT di lapangan.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 45
4. Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pengendalian
Pengembangan dan penerapan teknologi pengendalian OPT di arahkan pada
pelaksanaan pertanian berkelanjutan dan lestari. Teknologi pengendalian
yang dikembangkan saat ini adalah teknologi pengendalian spesifik lokasi dan
ramah lingkungan yang dilaksanakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan
agens hayati dan pestisida nabati. Pengembangan dan pemasyarakatan
penerapan teknologi pengendalian OPT dilakukan oleh LPHP/LAH.
5. Operasional Pengendalian OPT
Operasional pengendalian OPT dilaksanakan dengan menerapkan sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) oleh petani baik secara individu maupun
secara massal. Empat prinsip dasar penerapan PHT adalah budidaya tanaman
sehat, pengamatan rutin, pelestarian musuh alami, dan membina petani
menjadi ahli di lahan usahataninya.
Strategi operasional pengendalian berdasarkan prinsip PHT dilakukan dengan
pendekatan preemtif dan responsif. Pendekatan preemtif mengkondisikan
agroekosistem menjadi tahan terhadap cekaman lingkungan serta
pemunculan dan perkembangan OPT pada fase tanam selanjutnya.
Pendekatan preemtif mengutamakan penggunaan agens hayati yang
berfungsi sebagai agens antagonis, varietas unggul yang tahan OPT, pupuk
organik, dan waktu tanam yang tepat.
Pengendalian responsif dilaksanakan sejak munculnya OPT dengan cara
fisik/mekanik, pemanfaatan agens hayati, dan apabila serangan OPT melebihi
Ambang Pengendalian maka dilakukan pengendalian kimiawi secara 6 (enam)
tepat yaitu tepat cara, sasaran, dosis, jenis, waktu, dan tempat.
Pengendalian dilaksanakan berdasarkan analisis POPT-PHP pada spot
serangan OPT di suatu hamparan. Apabila dinilai membahayakan, dan petani
dalam batas waktu dua hari tidak melaksanakan pengendalian spot serangan
OPT, maka Brigade Proteksi Tanaman (BPT) digerakkan untuk
mengendalikannya.
6. Bantuan bahan pengendali
Pengawalan dan pengamanan produksi tanaman pangan dari serangan OPT,
khususnya padi tidak selalu bertumpu pada penggunaan pestisida kimiawi,
namun dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknologi
pengendalian OPT lainnya, seperti pemanfaatan agens hayati, pestisida
nabati, dan teknologi spesifik lokasi lainnya yang ada di daerah. Khusus untuk
pengendalian penyakit dan hama yang bersifat endemis perlu dilakukan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 46
pengendalian kimiawi sebagai tindakan pencegahan seperti aplikasi seed
treatment di daerah endemis penyakit blas.
Dalam mendukung program “SPOT STOP” perlu dilakukan tindakan
pengendalian terhadap titik-titik (spot) serangan OPT agar tidak meluas.
Bantuan bahan pengendali OPT berupa pestisida kimia dari pemerintah yang
berasal dari stok cadangan nasional merupakan pendukung upaya
pelaksanaan program “SPOT STOP”. Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan
bantuan pestisida dari pusat dan potensi yang ada di daerah dengan
mensinergikan pendanaan yang ada dengan sumber pendanaan lainnya
seperti APBD propinsi dan APBD kabupaten/kota, serta menjalin kemitraan
dengan stakeholder yang bergerak di bidang perlindungan tanaman pangan.
Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman pangan telah memberikan
bantuan pestisida ke 26 (dua puluh enam) provinsi sebanyak 565.194 kg/ltr
dan bahan asap sebanyak 213.325 boks, yang terdiri dari bahan seed
treatment padi, jagung, kedelai, dan bahan pengendali OPT padi, jagung,
kedelai, serta bahan pengasapan tikus.
B. Teknologi Pengendalian
LPHP/LAH sebagai pusat pengembangan teknologi pengendalian secara terus
menerus melakukan inovasi dengan mengembangkan teknologi pengendalian
OPT spesifik lokasi dan ramah lingkungan. Pengembangan dan pemasyarakatan
teknologi pengendalian tersebut antara lain pendayagunaan dan pemanfaatan
agens hayati serta diseminasi teknologi pengendalian OPT. Pada Tahun 2012,
teknologi pengendalian OPT telah tersebar di 32 provinsi, yang belum
mengembangkan adalah Provinsi Kepulauan Riau. Salah satu kegiatan
pengembangan teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi dan ramah
lingkungan, adalah pengembangan agens hayati. Selama Tahun 2012, agens
hayati yang telah dikembangkan di LPHP/LAH antara lain :
a) Jamur : Beauveria bassiana, Metarhizium sp., Trichoderma sp., Gliocladium sp., Verticillium sp., Spicaria sp., Nomuraeya rileyi,
b) Bakteri : Pseudomonas fluorescens, Pseudomonas sp., Corynebacterium spp., bakteri merah, bakteri putih, Penicillium spp., Paecylomyces spp.,
c) Parasitoid : Trichogramma spp., Hemiptarsemus varicornis, d) Predator : Tyto Alba
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 47
e) Virus : Sl-NPV, Se-NPV,
f) Dekomposer : Mikorumba (Mikro Organisme Rumpun Bambu)
g) Nematoda Steinernema sp. dan Heterorabditis sp. yang digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan ulat dan uret,
h) PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) merupakan agens hayati yang mengandung bakteri Pseudomonas flourescens dan Bacillus ploymixa. PGPR merupakan koloni akar, yang habitat hidupnya di sekitar daerah perakaran tanaman. Secara umum PGPR berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan, kesehatan dan kebugaran tanaman.
Kegiatan lainnya adalah eksplorasi dan pengembangan beberapa jenis pestisida
nabati. Bahan pestisida nabati yang dikembangkan di beberapa LPHP/LAH
antara lain ekstrak dari daun mimba, lengkuas, sereh, tembakau, kamalakian,
daun sirsak, ampas parutan kelapa, akar terigi, rimpang empon-empon, biji
bengkuang dan buah majapahit.
C. Luas Pengendalian
Selama Tahun 2012, telah dilakukan upaya pengendalian OPT pada tanaman
pangan (padi, jagung, kedelai dan kacang tanah) seluas 1.178.126 ha.
Pengendalian OPT utama pada tanaman padi seluas 1.152.798 ha dan
pengendalian OPT utama palawija (jagung, kedelai dan kacang tanah) seluas
25.328 ha. Pengendalian OPT dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : secara
mekanik fisik, aplikasi pestisida, dan dengan cara lain.
Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT utama tanaman pangan,
berasal dari swadaya petani dan pemerintah daerah (kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi), serta bantuan pengadaan pemerintah pusat maupun
dari stok cadangan nasional yang dialokasikan ke provinsi. Luas pengendalian
OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 26.
Luas pengendalian OPT pada tanaman pangan utama, sebagai berikut :
1. Padi
Berdasarkan laporan yang diterima dari daerah, pengendalian OPT utama
pada tanaman padi (penggerek batang padi, tikus, WBC, blas, BLB, dan
tungro) yang dilakukan oleh petani pada umumnya masih menggunakan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 48
pestisida. Selama Tahun 2012, luas pengendalian OPT utama padi mencapai
1.152.798 ha.
Luas pengendalian OPT utama pada tanaman padi tersebut lebih rendah
327.561 ha (22,13%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (1.480.359
ha), terutama pada pengendalian penggerek batang padi dan tikus. Luas
pengendalian OPT utama pada tanaman padi Tahun 2012 dan Tahun 2011
seperti tercantum pada Tabel 1 dan data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 27.
Tabel 13. Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan Tahun 2011
No. OPT Tahun 2012 (ha) Tahun 2011 (ha)
1 Tikus 608.433 579.958
2 Penggerek batang padi 266.526 201.265
3 WBC 125.341 526.035
4 Hawar daun bakteri 72.169 115.974
5 Blas 69.016 27.932
6 Tungro 11.314 29.196
Jumlah 1.152.798 1.480.359
2. Palawija
Secara umum, pengendalian OPT utama pada tanaman palawija (jagung,
kedelai, dan kacang tanah) yang telah dilaksanakan selama Tahun 2012
seluas 25.328 ha. Pengendalian OPT pada tanaman palawija Tahun 2012 ini
mengalami penurunan seluas 5.919 ha (18,94%) apabila dibandingkan
dengan Tahun 2011 (31.247 ha). Secara lengkap luas pengendalian OPT
palawija seperti tabel berikut :
Tabel 14. Luas Pengendalian OPT Utama Palawija Tahun 2012 dan 2011
No. Komoditas OPT Tahun 2012 Tahun 2011
I. Jagung 1. Tikus 5.880 10.710
2. Bulai 4.639 4.803
3. Penggerek Batang 2.527 2.134
4. Penggerek Tongkol 1.976 1.342
5. Lalat Bibit 1.287 1.450
6. Ulat Grayak 824 1.426
Jumlah 17.134 21.865
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 49
No. Komoditas OPT Tahun 2012 Tahun 2011
II. Kedelai 1. Ulat Grayak 1.023 3.972
2. Penggulung Daun 854 1.238
3. Ulat Jengkal 3.271 572
4. Tikus 785 748
5. Penggerek Polong 371 420
6. Lalat Kacang 706 656
Jumlah 7.010 7.606
III. Kacang Tanah 1. Ulat Grayak 113 114
2. Bercak Daun 510 774
3. Tikus 213 432
4. Karat Daun 258 182
5. Pelipat Daun 62 128
6. Babi Hutan 28 147
Jumlah 1.184 1.776
Jumlah Palawija 25.328 31.247
Secara rinci, pengendalian OPT pada tanaman palawija, sebagai berikut :
a) Jagung
Luas pengendalian OPT utama jagung (penggerek tongkol, penggerek
batang, tikus, bulai, lalat bibit, dan ulat grayak) pada Tahun 2012 seluas
17.134 ha. Luas pengendalian pada Tahun 2012 ini lebih rendah 4.731 ha
(21,64%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (21.865 ha).
Pengendalian terluas dilakukan terhadap hama tikus seluas 5.880 ha,
diikuti penyakit bulai seluas 4.639 ha dan penggerek tongkol seluas 1.976
ha. Secara rinci, luas pengendalian OPT utama pada jagung Tahun 2012
dapat dilihat pada Lampiran 28.
b) Kedelai
Luas pengendalian OPT utama kedelai (ulat grayak, penggulung daun,
tikus, ulat jengkal, lalat kacang, dan penggerek polong) pada Tahun 2012
seluas 7.010 ha. Luas pengendalian Tahun 2012 ini lebih rendah 596 ha
(7,84%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (7.606 ha).
Pengendalian terluas dilakukan terhadap ulat jengkal seluas 3.271 ha,
diikuti ulat grayak seluas 1.023 ha dan penggulung daun seluas 854 ha.
Secara rinci, luas pengendalian OPT kedelai dapat dilihat pada Lampiran
29.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 50
c) Kacang Tanah
Luas pengendalian OPT utama kacang tanah (ulat grayak, bercak daun,
tikus, karat daun, pelipat daun, dan babi hutan) pada Tahun 2012 seluas
1.194 ha. Luas pengendalian Tahun 2012 ini lebih rendah 592 ha
(33,33%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (1.776 ha).
Pengendalian terluas dilakukan terhadap penyakit bercak daun seluas
510 ha, diikuti karat daun seluas 258 ha dan tikus seluas 213 ha. Secara
rinci, luas pengendalian OPT utama kacang tanah Tahun 2012 dapat
dilihat pada Lampiran 30.
D. Kasus-kasus Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida harus dilakukan sesuai prinsip Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) dan merupakan langkah terakhir yang dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan di lahan/lapangan dan dipilih secara selektif, bijaksana, dan diawasi.
Penggunaan pestisida tidak sesuai aturan dapat membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan.
Sesuai konsep sistem PHT, penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk
memberantas atau membunuh hama, namun lebih diutamakan untuk
mengendalikan OPT sedemikian rupa sehingga populasi/keberadaan OPT berada
di bawah batas ambang ekonomi atau ambang pengendalian.
Tahun 2012, beberapa provinsi telah melaporkan kasus-kasus penggunaan
pestisida, provinsi tersebut antara lain Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jambi, Aceh, dan Papua. Kasus-kasus penggunaan pestisida yang dilaporkan
adalah :
a. Terbunuhnya organisme bukan sasaran, yaitu musuh alami (laba-laba)
b. Keracunan pada manusia karena tidak memakai Alat Perlindungan Diri (APD)
pada saat aplikasi
c. Pestisida repacking (pengemasan ulang)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 51
VI.EVALUASI PELAKSANAAN
KEGIATAN TAHUN 2012
A. Bahan Rekomendasi Kebijakan Menteri Pertanian di Bidang Perlindungan
Tanaman Pangan
Pertemuan Koordinasi Komisi Perlindungan Tanaman (KPT)
Pertemuan Koordinasi Komisi Perlindungan Tanaman (KPT) bertujuan untuk
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan dan membahas permasalahan aktual di
bidang perlindungan tanaman sebagai bahan masukan kepada Menteri
Pertanian dalam penetapan kebijakan yang stategis dan akomodatif.
Pada Tahun 2012 telah dilaksanakan 1 (satu) kali Pertemuan Koordinasi KPT
yang dilaksanakan pada tanggal 6 – 8 Juni 2012, di Semarang Jawa Tengah.
Pertemuan dihadiri oleh Anggota KPT, Pejabat Eselon II, dan perwakilan dari
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan Perkebunan,
Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, dan Pusat Karantina Tumbuhan,
narasumber dan undangan lainnya. Hasil penting dari pertemuan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Pelembagaan PHT
Kawasan-kawasan PHT harus dibentuk untuk mengefektifkan
pemasyarakatan dan penerapan PHT, minimal di tingkat kecamatan
(Kecamatan PHT) yang berbasis komoditas unggulan di wilayah tersebut.
Dengan terbentuknya Kecamatan PHT, permasalahan terkait penyebaran
serangan OPT polifag subsektor (tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan) tidak akan lagi menjadi persoalan.
b. SDM Perlindungan
Jumlah sumber daya manusia (SDM) perlindungan tanaman (POPT) terutama
di daerah semakin berkurang karena purna tugas, alih tugas, dan lain-lain,
sehingga tidak sebanding dengan wilayah pengamatannya. Perekrutan SDM
POPT oleh daerah sangat terbatas, untuk itu pusat (Pemerintah) agar
mengupayakan dan memprioritaskan perekrutan tersebut.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 52
c. Sekolah Lapangan
Beberapa Sekolah Lapangan (SL) yang dilaksanakan pada saat ini tidak sesuai
dengan prinsip SL, yaitu: a) belajar dari pengalaman; b) lahan sebagai tempat
belajar; c) mengikuti fase-fase fenomena obyek belajar (fenologi) secara
berkesinambungan; d) metode Pendidikan Orang Dewasa (POD); e) kontrak
belajar sampai temu lapang; dan f) siklus belajar setiap pertemuan
(mengamati, menganalisa, mendiskusikan, menyimpulkan, dan dinamika
kelompok). Untuk itu, diperlukan Peraturan Menteri Pertanian tentang
standardisasi SL.
d. Organisasi dan Advokasi KPT
Saat ini, tugas dan wewenang KPT masih sesuai dengan kebutuhan dan
masalah yang ada, yaitu memberikan saran dan pertimbangan kepada
Menteri Pertanian serta mengevaluasi kebijakan perlindungan tanaman.
Komposisi keanggotaan KPT perlu diperluas sebagai tanggapan terhadap
perkembangan kompleksitas dan dinamika masalah perlindungan tanaman.
Sosialisasi dan advokasi implementasi saran serta pertimbangan yang
dihasilkan oleh KPT harus dilakukan oleh para penyusun dan pelaksana
kebijakan di pusat dan daerah.
e. Kesehatan Benih
Kesehatan benih merupakan komponen penting dalam menjamin
keberhasilan pengendalian OPT tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan. Standar kesehatan benih hortikultura telah diatur dalam SNI dan
SK Direktur Jenderal Hortikultura. Bagi benih yang belum ditetapkan SNI-nya,
produsen wajib mencantumkan parameter kesehatan benih pada labelnya.
Sedangkan standar kesehatan benih tanaman pangan dan perkebunan harus
segera dikaji, ditetapkan, dan diwajibkan penerapannya melalui SK Direktur
Jenderal teknis terkait.
f. Agens Hayati
Pesatnya perkembangan dan kebutuhan pemanfaatan agens hayati (mikroba
berguna sebagai bahan pengendali OPT dan pemacu pertumbuhan tanaman)
dan pestisida nabati di lapangan, menuntut ditetapkannya standar
pengembangan, registrasi dan penjaminan mutu, baik di tingkat laboratorium
maupun Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH). Persyaratan untuk pendaftaran
agens hayati antara lain meliputi identifikasi yang tepat dan akurat,
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 53
keefektifan yang tinggi, informasi daya simpan, serta keamanan terhadap
manusia dan lingkungan.
Pengaturan pemanfaatan agens hayati harus dibedakan berdasarkan pada
ruang lingkup tujuan pemanfaatannya (komersial atau penggunaan secara
internal di kelompok tani).
g. Perizinan, Pelembagaan, dan Pengawasan Pestisida (Policy Paper)
Regulasi dan evaluasi yang lebih ketat dalam perizinan serta pengawasan
pestisida diperlukan untuk menjamin kualitas pestisida yang beredar di
lapangan. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sebagai berikut:
a. Standar pengujian efikasi pestisida untuk kepentingan registrasi harus
ditelaah agar pestisida yang terdaftar dan beredar aman terhadap
manusia serta lingkungan.
b. Jumlah formulasi pestisida dengan bahan aktif yang sama terhadap OPT
sasaran yang sama harus dibatasi.
c. Perizinan suatu produk/merk dagang pestisida agar dicabut apabila
berdasarkan pengawasan, produk tersebut tidak diproduksi atau
diproduksi hanya berdasarkan permintaan/pesanan.
Perguruan tinggi dan lembaga yang berkompeten perlu didorong untuk
mengkaji dampak negatif pestisida di lapangan pasca registrasi, termasuk
menelaah berbagai bahan aktif pestisida yang saat ini telah dilarang di negara
lain. Data hasil kajian akan digunakan sebagai komponen evaluasi pestisida
dalam proses registrasi ulang.
B. Pedoman Perlindungan Tanaman Pangan
1. Pedoman Operasional LPHP
Dalam rangka mendukung optimalisasi kinerja Laboratorium Pengamatan
Hama Penyakit (LPHP) diperlukan pedoman operasional yang akan menjadi
acuan petugas/pengelola LPHP dalam pelaksanaan kegiatannya. Pedoman
operasional ini dimaksudkan untuk mendukung terpenuhinya persyaratan
dan terwujudnya jaminan mutu produk, jasa, proses, sistem, SDM/personel
dan lainnya, sehingga dapat memberikan kepercayaan kepada pengguna dan
pihak terkait. Selain itu, pedoman operasional tersebut diharapkan dapat
mendukung upaya peningkatan produktivitas melalui kegiatan pengamanan
produksi, daya guna dan hasil guna serta perlindungan terhadap konsumen,
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 54
tenaga kerja dan masyarakat dalam hal keselamatan, keamanan, kesehatan
dan kelestarian lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada Tahun 2012 telah dilakukan
penyusunan buku Pedoman Operasional LPHP yang diharapkan dapat
menjadi rujukan kegiatan untuk dapat memilih kegiatan sesuai skala prioritas
di wilayahnya
2. Pedoman Penilaian POPT, LPHP, Petani dan Kelompok Tani Teladan
Salah satu upaya untuk memotivasi kinerja POPT-PHP, POPT, LPHP, Petani,
dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati adalah melalui pemberian
penghargaan kepada POPT, POPT-PHP, LPHP, petani, dan Kelompok Tani
teladan. Berkaitan dengan hal tersebut dipandang perlu menyusun pedoman
sebagai acuan Tim Penilai dalam melakukan penilaian terhadap POPT-PHP,
POPT, LPHP, serta petani dan kelompok tani pengembang agens hayati
teladan tingkat nasional.
Berdasarkan hal tersebut di atas, pada Tahun 2012 telah dilakukan
penyusunan pedoman sebagai berikut:
a) Pedoman Penilaian POPT Teladan, sebagai acuan pelaksanaan kegiatan
penilaian dalam rangka pemberian penghargaan POPT dan POPT-PHP
Teladan Tingkat Nasional.
b) Pedoman Penilaian LPHP Teladan, sebagai acuan pelaksanaan kegiatan
penilaian dalam rangka pemberian penghargaan LPHP Teladan Tingkat
Nasional.
c) Pedoman Penilaian Petani dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati
Teladan, sebagai acuan pelaksanaan kegiatan penilaian dalam rangka
pemberian penghargaan Petani Pengembang PHT dan Kelompok Tani
Pengembang Agens Hayati Teladan Tingkat Nasional.
3. Pedoman Pelaksanaan SLPHT yang disempurnakan
Pada tahun 2012 telah dialokasikan dana APBN untuk kegiatan SLPHT skala
kelompok dan SLPHT Tindak Lanjut di seluruh provinsi kecuali Provinsi
Kepulauan Riau. Penyempurnaan Pedoman Pelaksanaan SLPHT dilakukan
untuk memperbaiki buku Pedoman Pelaksanaan SLPHT yang telah ada
dengan dilengkapi Pedoman SLPHT Tindak Lanjut sebagai standar/acuan
baku bagi petugas pemandu lapangan dalam pelaksanaan SLPHT di lapangan.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 55
4. Pedoman Jabatan Fungsional POPT
POPT wajib mengumpulkan dan menyusun hasil kegiatan yang telah
dilakukan dalam bentuk dokumen berupa Data Usulan Penetapan Angka
Kredit (DUPAK) setiap tahunnya. Tata cara penyusunan dan pengajuan
DUPAK ditentukan berdasarkan pedoman yang berlaku. Selain melaksanakan
tugas pokok, untuk meningkatkan profesionalismenya, POPT diharapkan
dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) sesuai dengan Pedoman Penyusunan
KTI (SK mentan No. 34/Permentan/OT.140/6/2011).
Pada tahun 2012 ini telah disusun Pedoman Penyusunan dan Pengajuan
DUPAK POPT dan perbanyakan Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI).
Pedoman Penyusunan dan Pengajuan DUPAK POPT bertujuan untuk
memberikan acuan kepada POPT dalam mengumpulkan angka kredit yang
diajukan sebagai syarat kenaikan pangkat dan jenjang. Pedoman Penyusunan
KTI dimaksudkan sebagai acuan dalam menyusun KTI sesuai kaidah ilmiah.
C. Bahan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan
Dalam rangka penyediaan bahan informasi bagi petugas lapangan dan petani
dalam memberikan rekomendasi pengendalian OPT (padi, jagung, kedelai, dan
kacang tanah) dengan mengacu kepada prinsip PHT, selama Tahun 2012 telah
disusun dan banner, buku dan buletin.
1. Banner Pengendalian OPT Tanaman Pangan dan Media Visualisasi
Perlindungan Tanaman Pangan (Diorama)
Banner dicetak dalam upaya penyebaran informasi kepada petugas lapangan
maupun masyarakat untuk menambah wawasan tentang pengendalian OPT.
Banner juga digunakan dalam mendukung pelaksanaan pertemuan MPTHI
yang diselenggarakan di Palu, Sulawesi Tengah. Banner dicetak sebanyak 8
unit.
Sebagai upaya melakukan sosialisasi kegiatan perlindungan tanaman pangan,
telah dibuat media visualisasi berupa maket, diorama, media elektronik, dan
media pamer lainnya, yang diletakkan di ruang pamer Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan.
2. Buku
Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan baik
di pusat maupun di daerah, diterbitkan beberapa buku pedoman/petunjuk
yaitu Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 56
2012 (Kontingensi), Pedoman Teknis Petani Pengamat, Pedoman
Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan, Komik “SPOT-
STOP”.
3. Buletin Warta Perlindungan Tanaman Pangan
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan lembaga publik yang
mempunyai kewajiban untuk memberikan akses informasi yang terbuka
kepada publik dalam rangka transparansi, akuntabilitas dan pengelolaan
pemerintahan yang baik sesuai dengan UU. No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik. Informasi yang harus disampaikan oleh
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan tentunya berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka pengamanan produksi
tanaman pangan. Oleh karena itu, perlu dibuat media informasi yang efektif
untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan tersebut kepada masyarakat
terutama petugas lapangan dan stakeholder perlindungan tanaman pangan.
Salah satu media yang dibutuhkan untuk kepentingan hal tersebut adalah
Warta Perlindungan Tanaman Pangan.
Selain memuat tentang kebijakan-kebijakan perlindungan tanaman pangan,
media informasi tersebut juga memuat data dan informasi lain seperti data
serangan OPT, DPI, Pemasyarakatan PHT dan Teknologi Pengendalian OPT.
Selain itu Warta Perlindungan Tanaman Pangan dapat juga menjadi sarana
pengembangan keprofesian bagi Pejabat Fungsional Pengendali OPT (POPT)
yang ada di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Pada Tahun 2012
telah disusun buletin Warta Perlindungan Tanaman Pangan sebanyak 6
(enam) edisi.
D. Pelatihan Teknis Perlindungan Tanaman Pangan
Selama Tahun 2012, dalam rangka peningkatan kompetensi petugas telah
dilakukan kegiatan:
1. Pelatihan Pemetaan Serangan OPT pada Tanaman Pangan
Pemetaan merupakan langkah awal untuk mengetahui penyebaran OPT di
suatu wilayah. Pemetaan OPT merupakan dasar dalam menentukan langkah-
langkah pengendalian OPT yang timbul, sehingga dampak terhadap penurunan
kualitas dan kuantitas produksi pangan pada masa yang akan datang dapat
ditekan.
Pelatihan Pemetaan Serangan OPT pada Tanaman Pangan telah dilaksanakan
dan diikuti oleh staf teknis dan pejabat fungsional POPT lingkup Direktorat
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 57
Perlindungan Tanaman Pangan dan unsur Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Barat, Banten, D.I. Yogyakarta, dan
Maluku.
Pemetaan disusun menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) atau
“Geographical Information System = GIS”. SIG menyajikan informasi dan
pengelolaan data, baik data spasial bergeoreferensi maupun data non-spasial
(data numerik/alfanumerik/ atribut) yang cukup komplek secara terpadu.
Praktek yang dilakukan pada pelatihan pemetaan sebaran daerah endemis
serangan OPT meliputi praktek pengolahan dan analisis data serangan
Penggerek Batang Padi (PBP) dan Wereng Batang Coklat (WBC) pada Musim
Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK), praktek Penyusunan Peta Sebaran
Daerah Endemis PBP Di Indonesia Pada MH, praktek Penyusunan Peta Sebaran
Daerah Endemis PBP Di Indonesia Pada MK, praktek Penyusunan Peta Sebaran
Daerah Endemis WBC Di Indonesia Pada MH, praktek Penyusunan Peta
Sebaran Daerah Endemis WBC Di Indonesia Pada MK, dan praktek pembuatan
batas wilayah Kabupaten/Kota baru berdasarkan hasil pemekaran wilayah.
2. Pelatihan Analisis Data Serangan OPT Tanaman Pangan
Analisis serangan OPT merupakan kegiatan untuk menganalisa
perkembangan populasi OPT serta penyebaran dan akibat yang ditimbulkan
dalam ruang dan waktu tertentu. Informasi tersebut menjadi masukan bagi
petugas lapangan dalam pengambilan kebijakan dan menyusun strategi serta
teknik pengendalian OPT secara spesifik lokasi, sehingga produktivitas
pertanian dapat dipertahankan pada taraf tinggi, kualitas dan kontinuitas
terjamin, serta aman terhadap lingkungan.
Pelatihan Analisis Data Serangan OPT Tanaman Pangan telah dilaksanakan
dan diikuti oleh staf teknis perllindungan tanaman pangan dan fungsional
POPT. Narasumber dan pemandu berasal dari Direktrorat Perlindungan
Tanaman Pangan, Balai Besar Peramalan OPT, dan Universitas Gadjah Mada.
Analisis data serangan OPT terbagi menjadi dua, yaitu 1) pengolahan
dasar/sederhana (menghitung nilai rata-rata contoh, menghitung varian
contoh, menghitung varian populasi, mengevaluasi kualitas data,
mengevaluasi sebaran data, dan mentransformasi data); dan 2) pengolahan
lanjutan/komprehensif (analisis anova, pengembangan sampling, pemetaan,
dan peramalan).
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 58
Peramalan OPT bertujuan untuk menyusun model peramalan OPT
sederhana, akurat dan aplikatif, menyusun saran tindak pengelolaan OPT
sesuai dengan prinsip/strategi PHT, serta menekan populasi/serangan OPT,
menjaga tingkat produktivitas tanaman dan keamanan lingkungan.
Pengembangan peramalan OPT dilakukan menggunakan metode regresi
linier, yaitu analisis statistika yang memodelkan hubungan beberapa variabel
menurut bentuk hubungan persamaan linier eksplisit. Model peramalan
penyakit BLB pada tanaman padi yang berhasil dikembangkan pada saat
pelatihan berlangsung adalah model peramalan penyakit BLB pada Musim
Kemarau 2012 dan Musim Hujan 2011/2012 di Indonesia.
3. Training of Trainer Sekolah Lapangan Iklim
Training Of Trainer (TOT) Sekolah Lapangan Iklim (SLI) merupakan suatu
proses pembelajaran bagi petugas lapangan dalam mengelola data dan
informasi iklim yang pelaksanaannya mengacu kepada sistem SLPHT. Melalui
TOT-SLI ini diharapkan petugas terutama yang wilayah kerjanya termasuk
kategori daerah rawan banjir/kekeringan mampu melakukan analisis dan
evaluasi data dan informasi faktor iklim/cuaca. Disamping itu diharapkan
petugas perlindungan tanaman dapat menyampaikan informasi tersebut
kepada petani melalui kegiatan SLI, sehingga informasi tersebut dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya tanaman.
Pertemuan TOT SLI pada tahun 2012 telah dilaksanakan di Solo, Jawa Tengah.
Pasca TOT SLI, beberapa hal yang ditindaklanjuti antara lain dengan
membentuk ikatan petani alumni SLI dan memberikan mereka kegiatan
sehingga tetap berkesinambungan seperti studi banding dan pertemuan
antara alumni, serta diharapkan segera melaksanakan TOT di tingkat provinsi
maupun kabupaten.
4. Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Pemanfaatan AWS
Automatic Weather Station (AWS) atau Stasiun Cuaca Otomatis Telemetri
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan stasiun yang
dikembangkan oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi yang mampu
merekam data cuaca terkini secara digital (diatur sesuai kebutuhan). AWS
dapat merekam enam jenis unsur cuaca antara lain: curah hujan, suhu
(minimum, maksimum dan rata-rata), kelembaban udara (minimum,
maksimum dan rata-rata), radiasi matarahari, kecepatan angin, dan arah
angin.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 59
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka mengoptimalkan
pemanfaatan AWS maka perlu dilakukan pengenalan dan aplikasi
pemanfaatan AWS tersebut bagi semua pihak yang terkait. Pelatihan ini
bertujuan meningkatkan pengetahuan petugas pengelola data di Pusat dan
daerah agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan AWS di lapangan.
Pelatihan telah dilaksanakan dan diikuti oleh petugas pengelola data iklim di 9
Provinsi (Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur).
Informasi-informasi iklim hasil pengamatan AWS tersebut akan dianalisis dan
disebarluaskan kepada petani melalui petugas lapangan (POPT-PHP) sehingga
luas lahan terkena serangan OPT dan DPI diharapkan dapat berkurang.
5. TOT PL 1 SLPHT
Kemampuan dan penguasaan materi Pemandu Lapangan (PL) sebagai
fasilitator kegiatan SLPHT memegang peran penting dalam pelaksanaan
kegiatan secara optimal sesuai konsep dasar PHT. Saat ini, jumlah petugas
POPT-PHP yang memiliki pengetahuan di bidang kepemanduan SLPHT masih
terbatas sehingga perlu dilaksanakan Training of Trainer (TOT) PL I yang
diharapkan dapat mengatasi terbatasnya jumlah tenaga pemandu SLPHT.
Training of Trainer (TOT) PL I telah dilaksanakan di Malang, Jawa Timur. Salah
satu materi penting TOT adalah pengamatan agroekosistem. Praktek
pengamatan agroekosistem dilaksanakan di Desa Kasembon, Batu, Malang
yang merupakan hamparan SLPHT tindak lanjut. Wilayah Desa Kasembon
tersebut direncanakan menjadi pilot project Rintisan Desa PHT bekerjasama
antara Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang dengan UPTD BPTPH
Provinsi Jawa Timur. Kunjungan peserta ke Rintisan Desa PHT tersebut
diharapkan dapat memotivasi peserta untuk mendorong pembentukan
desa/kecamatan PHT di provinsi masing-masing.
6. Sosialisasi Pedoman Fungsional POPT
Salah satu butir kegiatan jabatan fungsional POPT adalah pengembangan
profesi yang merupakan kegiatan pengembangan diri POPT melalui
peningkatan pengetahuan, teknologi, dan keterampilan untuk meningkatkan
kualitas dan profesionalismenya serta pengamalannya kepada masyarakat
luas. Salah satu kegiatan pengembangan profesi dimaksud adalah menyusun
KTI. Penyusunan KTI berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
34/Permentan/OT.140/6/2011 tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis
Ilmiah bagi Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 60
Pedoman tersebut disosialisasikan, khususnya kepada POPT untuk
meningkatkan pemahaman dan persamaan persepsi tentang penyusunan KTI
sesuai kaidah ilmiah. Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta
pemahaman POPT dalam menyusun DUPAK juga telah dilaksanakan
Sosialisasi Draft Pedoman Penyusunan dan Pengajuan DUPAK.
Mengingat beragamnya permasalahan dalam pemberdayaan dan
pengembangan jabatan fungsional POPT di daerah, dipandang perlu
menyepakati beberapa hal terkait dengan perolehan angka kredit pendidikan
formal, persyaratan pendidikan POPT Ahli dan Alih Kelompok, pengukuhan
POPT, penerapan peraturan terkait, batas waktu maksimal perolehan angka
kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan POPT, pembebasan sementara, dan
penilaian KTI.
7. Seminar Sehari Perlindungan Tanaman Pangan
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan pejabat fungsional
POPT, telah dilaksanakan Seminar Sehari bertema “Pengaruh Dampak
Perubahan Iklim terhadap Perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT) Tanaman Pangan” di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada
tanggal 29 Agustus 2012. Peserta seminar adalah POPT perwakilan dari
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan
Hortikultura, Direktorat Perkebunan, Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, BPTPH (Banten, DKI Jakarta dan
Jawa Barat) maupun staf teknis lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Seminar dilaksanakan dengan mengundang Narasumber terkait yang berasal
dari IPB, BBSDLP, dan BBPOPT Jatisari . Beberapa hal yang dihasilkan :
1. Dampak Perubahan Iklim berakibat pada :
Meningkatnya suhu udara sebesar 0,74o C dalam kurun waktu 100
tahun (1906-2005)
Naiknya permukaan laut sebesar 0,7 mm/ tahun (1961-2003), dalam
kurun waktu 100 tahun lagi (tahun 2061), akan menjadi 70 mm
Terjadinya perubahan spesies flora dan fauna
Menurunnya frekuensi dan volume hujan pada musim hujan, dan
meningkat pada musim kemarau
Terjadinya perubahan pola dan musim tanam
Berubahnya siklus hidup organisme sehingga dalam setahun dapat
menyelesaikan beberapa generasi
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 61
Meningkatnya frekwensi timbulnya hama atau penyakit manusia,
hewan dan tumbuhan
2. Di Indonesia telah dilakukan beberapa kajian terkait perubahan iklim,
kegiatan yang telah berlangsung selama 3 tahun, adalah sebagai berikut :
Pengembangan galur padi dan kedelai tahan salinitas dan tahan
kering
Pengembangan alat-alat pertanian prsesisi
Prediksi Iklim
Pengembangan kalender tanam dinamik
Survey pengaruh perubahan iklim pada pergeseran HPT Padi,
pengembangan basis data HPT dan pengembangan pengendalian
hama terpadu
Produksi dan pengembangan teknologi pupuk organic dan biofertilizer
Pengembangan sistem irigasi
Diseminasi dan adaptasi teknologi UKM
3. Dampak perubahan iklim, juga berdampak pada perubahan iklim mikro.
Perubahan iklim mikro terhadap serangga hama mempengaruhi :
Proses biologi OPT (keperidian, siklus hidup, ukuran tubuh, maupun
kemampuan makan)
Kondisi Inang (Morfologi, ketahanan)
Lingkungan (faktor biologi, musuh alami, keefektifan)
4. Dampak perubahan iklim, juga berdampak pada perubahan iklim mikro.
Perubahan iklim mikro terhadap penyakit mempengaruhi :
Patogen (reproduksi, patogenesitas, penularan, bertahan hidup)
Inang (ketahanan/morfofisiologi, ekspresi gejala)
Lingkungan (sifat fisiokimia tanah, perkembangan dan dominasi
mikroba tanah, filosfer, dn simbion)
5. Contoh kejadian perubahan iklim adalah eksplosi hama wereng batang
coklat. Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan curah hujan dan suhu
meningkat. Kemungkinan yang terjadi adalah keperidian wereng menjadi
tinggi, tanaman menjadi stress sehingga fotosisntesis berada dalam
keadaan sub-optimal, lingkungan pada tanaman padi terutama bagian
pangkal batang menjadi gelap, suasana anearob, pelapukan bahan
organik menjadi lambat, dan keragaman serangga rendah. Dengan
kondisi tersebut, ekosistem sawah menjadi lemah, kandungan bahan
organik rendah, jaringan padi miskin simbion (endofit), ditambah lagi
dengan perilaku petani yang menyemprotkan pestisida dengan tidak
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 62
bijaksana yang menyebabkan matinya musuh alami, maka kondisi
tersebut akan menyebabkan terjadinya ledakan hama wereng.
6. Tindak lanjut dalam meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh
pemgaruh perubahan iklim terhadap perkembangan OPT yaitu :
Mulai mengamati unsur iklim sebagai penciri serangan hama-penyakit
Mencari model hubungan antara luas/populasi OPT dengan faktor
pemicu serangan/iklim yang spesifik lokasi karena serangan OPT
umumnya spesifik lokasi
Penyediaan capacity building : peralatan AWS/stasiun iklim, terutama
di sentra-sentra produksi tanaman pangan, hortikultura, dan
perkebunan, dan kemampuan analisis SDM
Menyusun peringatan dini luas serangan OPT
E. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen ( SIM )
1. Evaluasi Penerapan SIM OPT
Sejalan dengan perkembangan program SIM OPT dari versi 1.1 menjadi 2.1,
maka pelaporan OPT dan DPI secara berjenjang sampai ke tingkat pusat
(Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan) diharapkan semakin lancar,
cepat, dan akurat. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau dan
menginventarisasi informasi terkait penerapan SIM OPT di beberapa daerah,
terutama yang mengalami kendala dalam penerapan program tersebut.
Dengan kegiatan ini, dapat ditemukan solusi yang tepat terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh petugas pengelola data OPT/DPI sehingga
program SIM OPT versi 2.1 dapat diterapkan secara optimal.
Evaluasi dalam rangka penerapan SIM OPT telah dilaksanakan di beberapa
provinsi terutama yang mengalami kendala, yaitu Provinsi Jawa Barat, Nusa
Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Jambi, Kalimantan Tengah
dan Jawa Tengah. Berdasarkan hasil Evaluasi Penerapan SIM OPT ke
beberapa provinsi diketahui beberapa permasalahan antara lain:
- Sistem Aplikasi Data OPT dan DPI di daerah belum sepenuhnya dapat
diterapkan karena petugas pengelola sering berganti, sarana yang belum
memadai, dan keterbatasan kemampuan teknis petugas pengelola.
- Beberapa daerah belum memanfaatkan sistem pengiriman data OPT dan
DPI melalui SIM OPT, karena belum mengikuti prosedur yang sesuai
dengan petunjuk (manual) dan proses upload data ke server (Pusat Data
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 63
dan Informasi Kementerian Pertanian) masih mengalami kendala.
Pengiriman data dilakukan melalui e-mail, faksimili, dan jasa pos.
2. Pemutakhiran Data dan Informasi Situs Web
Sistem Informasi Manajemen (SIM) data OPT yang telah dikembangkan oleh
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah situs web. Situs web
tersebut berisikan data dan informasi serangan OPT, DPI, maupun informasi
yang terkait dengan perlindungan tanaman sesuai kondisi terkini, serta dapat
menyajikan tulisan ilmiah/populer. Data dan informasi tersebut sangat
dibutuhkan baik bagi penentu kebijakan maupun petugas perlindungan di
pusat maupun di daerah.
Secara umum, situs web yang telah ada belum dapat memenuhi kebutuhan
akan informasi yang diperlukan karena adanya hambatan dalam
pengumpulan data pendukung updating situs web, belum memadainya
sarana pendukung updating, dan belum optimalnya pemanfaatan server.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diupayakan pengembangan dan
penyempurnaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi
baik pusat maupun daerah.
Dalam rangka pengembangan sistem informasi situs web, telah dilaksanakan
penyusunan bahan updating/pemutakhiran data dan informasi yang ada
pada situs web Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sehingga situs web
tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik.
F. Rapat-Rapat Koordinasi
1. Regional IV
Pertemuan Regional IV dilaksanakan dalam rangka koordinasi dan
sinkronisasi kegiatan Tahun 2012 dan evaluasi Tahun 2011 untuk seluruh
pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi tanaman pangan antara
pemerintah pusat dan daerah, sehingga terhimpun data/informasi
sementara luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman
pangan di wilayah Sulawesi (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo,
Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara) serta
mengiventarisasi permasalahan dan merumuskan alternatif pemecahannya.
Beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah Sasaran nasional produksi padi
tahun 2012 sebesar 72.026.235 ton. Wilayah regional IV (Sulawesi) awalnya
ditargetkan dapat berkontribusi sebesar 7.893.115 Ton terhadap sasaran
produksi nasional sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 64
masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, namun hasil
workshop lebih kecil, yaitu mencapai sebesar 7.880.185 ton (99,83 %)
terdiri dari provinsi Sulawesi Selatan sebesar 4.813.500 ton atau 97,96 %
dari sasaran nasional (4.913.600 ton); Provinsi Sulawesi Utara sebesar
633.180 ton (98,72%) dari sasaran nasional (641.385 ton); Provinsi Sulawesi
Tenggara sebesar 603.246 ton (118,46 %) dari sasaran nasional (509.250
ton); Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 1.116.027 ton atau 102,90 % dari
sasaran nasional 1.084.570 ton; Provinsi Sulawesi Barat sebesar 413.209
ton atau 101,14 % dari sasaran nasional (408.550 ton); Gorontalo sebesar
301.023 ton (89,65 %) dari sasaran nasional (335.760 ton).
Sedangkan sasaran nasional produksi Jagung tahun 2012 sebesar
24.000.000 ton. Wilayah regional IV (enam provinsi) ditargetkan dapat
berkontribusi sebesar 4.104.706 Ton dari total sasaran nasional sesuai
dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi
dengan Dirjen Tanaman Pangan, namun hasil workshop lebih kecil menjadi
sebesar 3.627.717 ton (88,37 %) terdiri dari Provinsi Sulawesi Selatan
sebesar 1.850.500 ton (97,39 %) dari sasaran nasional (1.900.000 ton);
Provinsi Sulawesi Utara sebesar 536.377 ton (84,48 %) dari sasaran
nasional (634.921 ton); Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 216.293 ton
(100,04 %) dari sasaran nasional (216.201 ton); Provinsi Sulawesi Tenggara
sebesar 182.586 ton (109,54 %) dari sasaran nasional (166.684 ton);
Provinsi Sulawesi Barat sebesar 144.080 ton (130,98 %) dari sasaran
nasional (110.000 ton); dan Gorontalo sebesar 697.881 ton (64,80 %) dari
sasaran nasional (1.076.900 ton).
Sasaran nasional produksi kedelai tahun 2012 sebesar 1.900.000 ton.
Wilayah regional IV (enam provinsi) ini dapat berkontribusi sebesar 174.700
ton sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing
provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, sedangkan hasil workshop lebih
kecil yaitu sebesar 136.137 ha (77,92 %) terdiri dari Provinsi Sulawesi
Selatan sebesar 92.600 ton (98,09 %) dari sasaran nasional (94.400 ton);
Provinsi Sulawesi Utara sebesar 4.522 ton (25,40 %) dari sasaran nasional
(17.800 ton); Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 10.996 ton atau 75,83 %
dari sasaran nasional (14.500 ton); Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar
13.208 ton atau 72,97 % dari sasaran nasional (18.100 ton); Provinsi
Sulawesi Barat sebesar 8.798 ton atau 44,66 % dari sasaran nasional
(19.700 ha); dan Gorontalo sebesar 6.013 ton atau 58,95 % dari sasaran
nasional ( 10.200 ton).
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 65
2. Koordinasi Teknis Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan
Tahun 2012
Pertemuan Koordinasi Teknis Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman
Pangan antara pusat dan daerah dilaksanakan untuk membahas kebijakan,
strategi, program dan kegiatan serta langkah-langkah operasional dalam
rangka mengamankan sasaran produksi tanaman pangan Tahun 2012.
Dengan pertemuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan koordinasi
dan sinergitas pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan antara
pusat dan daerah (Diperta Provinsi dan BPTPH) dalam upaya peningkatan
ketahanan pangan serta merencanakan kegiatan perlindungan tanaman
pangan Tahun 2012 untuk pusat dan daerah.
Berdasarkan diskusi dihasilkan rumusan sebagai berikut :
a. Kegiatan perlindungan tanaman yang perlu ditingkatkan pada Tahun
2012 adalah mengaktifkan dan menguatkan kegiatan-kegiatan
perlindungan tanaman. Kegiatan tersebut meliputi surveillance, rapat
koordinasi tingkat wilayah kerja LPHP sebagai tindak lanjut hasil
surveillance, taksasi kehilangan hasil, rice garden/observasi reaksi
varietas, klinik tanaman, kajian teknologi spesifik lokasi, pemetaan,
pengamatan lampu perangkap (light trap), dan pengamatan penakar
curah hujan/stasiun meteorologi pertanian khusus (SMPK).
b. SLPHT tindak lanjut diharapkan mampu mencetak petani mandiri dan
ahli PHT. Setiap unit SLPHT minimal dapat menghasilkan 2 (dua) petani
pengamat dan 1 (satu) petani pemandu untuk membantu tugas POPT-
PHP. SLPHT tindak lanjut merupakan program pemberdayaan dan
pendayagunaan alumni SLPHT dalam upaya memperkuat dan
memasyarakatkan PHT. Penerapan PHT dalam skala luas diharapkan
dapat mendorong pengamanan produksi dan peningkatan produksi.
c. Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit pelaksana pengendalian
yang mempunyai tugas pokok membantu petani dalam pengendalian
OPT di daerah sumber serangan dan daerah yang mengalami eksplosi.
Pada umumnya kondisi BPT kurang memadai, sehingga tidak optimal
menunjang pelaksanaan tugasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan
revitalisasi baik SDM maupun sarana dan prasarana lainnya. Sebaran BPT
diupayakan pada setiap wilayah agroklimat/LPHP di bawah komando
BPTPH.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 66
d. Upaya pengamanan yang harus dilakukan dalam mengantisipasi
peningkatan OPT antara lain pengawalan pertanaman secara ketat,
pemberdayaan petugas, koordinasi dengan instansi terkait, monitoring,
gerakan pengendalian, peningkatan kewaspadaan, serta penyiapan
sarana dan prasarana.
e. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) dalam
penyiapan sarana pengendalian OPT agar mengutamakan peralatan
seperti light trap, bendera spot stop, hand sprayer dan mistblower.
Sedangkan untuk fasilitasi Pos Pengembang Agens Hayati (PPAH) agar
mengutamakan peralatan dan perlengkapan laboratorium seperti
refrigerator, kompor gas, tabung gas 3 kg, panci besar, blender, incase
sederhana dan dandang.
f. Jumlah POPT-PHP PNS saat ini semakin berkurang, demikian juga
pengangkatan THL belum dapat diupayakan dalam waktu dekat. Untuk
itu beberapa upaya yang dapat ditempuh antara lain :
Pemberdayaan petani alumni SLPHT sebagai petani pengamat dan PPL
untuk membantu tugas POPT-PHP.
Pendampingan TNI/Polri dalam operasional pengamanan produksi
g. Berdasarkan data lima tahun terakhir (2007-2011)Serangan penyakit blas
dan BLB/kresek mengalami peningkatan di beberapa sentra produksi
padi. Oleh karena itu perlu disusun strategi dan taktik operasional
pengendalian secara terpadu, baik bersifat jangka pendek maupun
jangka panjang.
h. Meningkatnya luas serangan penyakit blas dan BLB/kresek disebabkan
karena penggunaan varietas tahan WBC tapi peka/rentan terhadap blas
dan BLB/kresek, pengaruh iklim dan pemupukan N berlebihan.
i. Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi gogo,
namun karena struktur populasi ras antar daerah berbeda dan penyakit
ini terbawa benih (seed born pathogen), maka sebaran penyakit bergeser
ke padi sawah. Penyakit BLB/kresek tersebar di seluruh pertanaman
padi, baik pada saat musim hujan maupun musim kemarau.
Perkembangan penyakit tergantung cuaca dan ketahanan tanaman.
j. Operasionalisasi Pengendalian “Spot Stop” jangka pendek dapat
dilakukan dengan strategi menghindar (escape) dari infeksi dan
memperkuat faktor pengendalian alamiah, antara lain: 1) Pengelolaan
varietas (variabilitas varietas, tanam varietas peka pada musim
kemarau); 2) Benih/bibit sehat dan bersertifikat dari varietas yang tahan;
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 67
3) Seed treatment; 4)Pengolahan tanah sempurna, persemaian dibuat
setelah pengolahan tanah sempurna; 5) Pengaturan air; 6) Jajar legowo;
7) Interplanting; 8) Pemupukan yang rasional (PHSL)/pemberian pupuk
silikat; 9) Pengamatan serangan (spot), apabila perkembangan serangan
dinilai mengkhawatirkan maka dilakukan pengendalian (stop serangan).
k. Operasionalisasi pengendalian “Spot Stop” jangka menengah-panjang
dapat dilakukan dengan strategi peningkatan diversitas genetik dan
penggunaan benih sehat menuju pertanian berkelanjutan, antara lain: 1)
Perakitan varietas tahan dengan sumber ketahanan berbeda tetapi
sesuai preferensi konsumen (gene pyramiding, sequential release); 2)
Peningkatan kemampuan jajaran perlindungan tanaman
mengidentifikasi strain/patotipe (pemetaan); 3) Inter-planting; 4) Inter-
cropping; 5) Multilines; 6) Perbaikan sistem perbenihan mendukung
pergiliran varietas (genetik); 7) Revisi metode sertifikasi benih. Pengujian
mutu benih mempertimbangkan kesehatan benih (kontaminasi
patogen); 8) Pemasangan bola kaca.
3. Pertemuan Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan (MPTHI)
Kebijakan Pemerintah di bidang perlindungan tanaman dilaksanakan
dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu sistem pengendalian
yang tidak hanya memanfaatkan satu cara pengendalian, namun
pengendalian yang lebih menekankan kepada pengelolaan agroekosistem
sejalan dengan Good Agriculture Practices (GAP) dan sistem pertanian
berkelanjutan.
Untuk membangun komitmen dalam meningkatkan pelaksanaan dan
pengembangan PHT diperlukan keterlibatan secara aktif seluruh
stakeholders di bidang perlindungan tanaman (petani, petugas lapangan,
pemerintah daerah dan pusat, pihak pengusaha/swasta, pakar, lembaga
penelitian/perguruan tinggi) dan instansi terkait lainnya. Peran aktif seluruh
stakeholder dapat disinergikan secara optimal melalui wadah/forum yang
sesuai. Wadah/forum komunikasi yang telah aktif pada saat ini dan perlu
terus diberdayakan adalah Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan
Indonesia (MPTHI).
Melalui MPTHI diharapkan dapat dibangun koordinasi dan sinergitas secara
berkesinambungan dalam kegiatan perlindungan tumbuhan dan hewan
untuk mewujudkan visi dan misi bersama menuju sistem pertanian
berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan yang tangguh merupakan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 68
komponen penting dalam mendukung pencapaian tujuan bersama yaitu
ketahanan pangan nasional.
Selain menguatkan peran serta seluruh stakeholders di bidang perlindungan
tanaman dan hewan Indonesia, juga dilakukan ekspose berbagai teknologi
dan sarana perlindungan tanaman dan hewan, baik yang dikembangkan
oleh pemerintah, swasta, maupun petani, dan mensosialisasikan peran
MPTHI dalam mendukung peningkatan agribisnis untuk penguatan pasar
dalam negeri.
Pertemuan MPTHI ke-10 (sepuluh) telah dilaksanakan di Palu, Sulawesi
Tengah, diawali dengan pembukaan oleh Wakil Gubernur dan pengarahan
oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Peserta yang hadir berasal dari
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan
Hortikultura, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Dinas Pertanian Provinsi,
Dinas Perkebunan Provinsi, Dinas Peternakan Provinsi, Balai Karantina
Pertanian, BPTPH se-Indonesia, Akademisi dan Mahasiswa Universitas
Tadulako, Kelompok Tani, dan Petani Teladan.
Berbagai kegiatan yang dilaksanakan meliputi, seminar, diskusi panel,
pelatihan, dan pameran yang diikuti oleh 30 stand pameran yang terdiri dari
20 stand BPTPH/daerah, 3 stand Kementerian Pertanian (Badan Karantina
Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, dan BBPOPT Jatisari) serta 7
stand dari stakeholder.
4. Temu Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan
Temu Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan dilaksanakan untuk
mengevaluasi penerapan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan di
tingkat petani. Teknologi pengendalian OPT yang dimaksud merupakan
teknologi hasil-hasil penelitian, kajian Perguruan Tinggi, teknologi yang
telah dikembangkan/diterapkan oleh BPTPH dan LPHP di tingkat lapangan,
ataupun teknologi lainnya yang merupakan rekayasa berbagai komponen
teknologi termasuk yang telah dihasilkan oleh LPHP.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengendalian serta membatasi
pencemaran lingkungan, kebijakan pengendalian perlu memperhatikan
kelestarian lingkungan dengan mengutamakan teknologi pengendalian OPT
ramah lingkungan dan spesifik lokasi berdasarkan prinsip PHT.
Pengendalian OPT ramah lingkungan dan pengembangan teknologi
pengendalian OPT spesifik lokasi bertujuan untuk membatasi penggunaan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 69
pestisida kimiawi seminimal mungkin tetapi sasaran kualitas dan kuantitas
produksi tanaman pangan masih dapat dicapai.
LPHP diharapkan berperan sebagai pusat pembinaan dan Kelompok Tani
Pengembang Agens Hayati dalam penyiapan isolat spesifik lokasi.
Disamping itu, LPHP sebagai wadah berkumpulnya pengguna, pengembang
dan peneliti (perguruan tinggi, litbang) untuk saling bertukar
informasi/pengetahuan sehingga tercipta teknologi pengendalian OPT
spesifik lokasi, sebagai acuan perlindungan tanaman di wilayahnya.
Pada umumnya, LPHP belum mampu mengeksplorasi agens hayati sebagai
sumber isolat agens hayati spesifik lokasi. Identifikasi isolat belum
terlaksana dengan baik dan pemeliharaan isolat murni yang tersedia kurang
terjaga dikarenakan keterbatasan jumlah dan kompetensi sumber daya
manusia (SDM).
5. Evaluasi Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pengendalian OPT
Ramah Lingkungan
Informasi teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan yang telah
dikembangkan dan diterapkan di berbagai tempat dan mampu
mengendalikan OPT secara efektif masih terbatas dan belum tersebar luas.
Untuk itu perlu dilakukan monitoring, evaluasi dan penelaahaan terkait
dengan efektivitas dan efisiensi penerapannya. Hasil monitoring dan
evaluasi tersebut kemudian disusun dan disebarluaskan ke petugas lapang
dan masyarakat pertanian.
6. Forum Sekolah Lapangan Iklim
Forum Sekolah Lapangan Iklim (SLI) telah dilaksanakan untuk menyediakan
suatu wadah dalam upaya memberdayakan petugas pemandu lapangan SLI
dan saran tukar menukar informasi iklim serta teknologi budidaya.
Pada tahun 2012 kegiatan pertemuan forum SLI telah diadakan sebanyak 2
(dua) kali. Forum SLI dihadiri oleh Kepala UPTD BPTPH dan Pemandu
Lapangan SLI dari 13 Provinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku), dan perwakilan Ikatan Petani PHT di
Indonesia (IPPHTI), beberapa nara sumber dari instansi tekait dan undangan
lainnya.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 70
Beberapa hal yang dapat diidentifikasi dari Forum SLI yaitu beberapa
permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan SLI di lapangan antara lain;
kurangnya tingkat antusiasme peserta terhadap pelaksaan SLI, kurangnya
kemampuan Pemandu Lapangan 1 (PL1) dalam memahami materi dan
metode penyampaian materi, kurang memadainya sarana dan prasarana
alat peraga dalam kegiatan SLI, kurang terkoordininya dan sinergitas
program SLI yang diadakan Pusat dengan SLI yang diadakan oleh instansi
lainnya, dan kurangnya modul mengenai materi-materi yang bersifat
spesifik lokasi.
Oleh karena itu, dipandang perlu adanya pengembangan modul SLI baik
dari segi teknologi yang diterapkan maupun materi-materi yang diajarkan,
perlu dilakukannya verifikasi CPCL sebagai salah satu bagian dari kegiatan
Pra SLI yang akan menentukan optimalisasi dan keberhasilan pelaksanaan
kegiatan SLI, modul SLI (Modul SLI bagi Pemandu Lapangan dan Tenaga
Teknis dan Modul Pelaksanaan SLI) yang tepat sangat dibutuhkan dan
menentukan keberhasilan pelaksanaan SLI di Lapangan.
Pelaksanaan SLI akan berlanjut menuju SLI Pengembangan (SLI-P) dan
Tindak Lanjut (SLI-TL) yang diharapkan dapat membangun kemampuan
petani dalam menerapkan sistem pertanian yang Climate Smart (sistem
usahatani yang cerdas iklim). Sistem pertanian yang Climate Smart adalah
mensinergikan kegiatan adaptasi dan mitigasi dalam usahatani yang akan
meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Penerapan sistem
pertanian yang Climate Smart secara langsung maupun tidak langsung akan
meminimalisir luas areal pertanaman yang terkena dampak perubahan
iklim (banjir/kekeringan).
7. Evaluasi Pelaksanaan dan Kepemanduan SLPHT
Salah satu model pemasyarakatan penerapan PHT yang dinilai cukup
berhasil mewujudkan petani sebagai ahli PHT adalah Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Pelaksanaan SLPHT telah
berkembang, yang semula hanya pada komoditas padi, saat ini meluas ke
komoditas palawija. Salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan SLPHT
adalah peran Pemandu Lapangan (PL) sebagai fasilitator SLPHT. Untuk
mengindikasikan keberhasilan SLPHT perlu dilakukan evaluasi menyeluruh
terhadap perbaikan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), tindakan
(psikomotorik) petani dan kepemanduan SLPHT. Untuk mengetahui
efektivitas, dampak dan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 71
pelaksanaan SLPHT, dipandang perlu melakukan evaluasi pelaksanaan dan
kepemanduan SLPHT.
Evaluasi Pelaksanaan dan Kepemanduan SLPHT telah dilaksanakan di Bogor,
Jawa Barat dan diikuti oleh penanggung jawab dan Pemandu Lapangan
kegiatan SLPHT dari 32 provinsi. Pertemuan Evaluasi juga mengundang
Narasumber Dr. Gatot Mudjiono, Dr. Suryo Wiyono, dan Prof. M.A. Yunita T.
Winarto. Beberapa hal yang dihasilkan sebagai berikut;
1. Kegiatan SLPHT merupakan sarana dan proses pembelajaran bagi
petani untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam
pengelolaan agroekosistem secara mandiri dan berkelanjutan sehingga
produktivitas lahan yang dikelolanya pada taraf tinggi, OPT terkendali,
keuntungan optimal dan lingkungan relatif aman.
2. Jumlah unit SLPHT yang dibiayai oleh APBN sejak tahun 2007 sampai
dengan 2011 mengalami penurunan, yaitu dari 1.025 unit pada tahun
2007 menjadi 502 unit pada tahun 2011. Namun pada tahun 2012,
jumlah SLPHT meningkat menjadi 1.950 unit, dan pada tahun 2013
direncanakan 2.450 unit yang tersebar di 32 provinsi.
3. Beberapa kendala pelaksanaan SLPHT yang ditemukan di lapangan
antara lain:
a. Masih kurangnya pemandu lapangan sehingga pelaksanaan SLPHT
kurang optimal.
b. Kesulitan penentuan Calon Petani Calon Lokasi (CP/CL) secara
tepat antara lain terkait kepemilikan lahan, usia produktif, dan
komposisi gender.
c. Pencairan dana pelaksanaan SLPHT yang seharusnya dimulai pada
awal musim tanam sering kali terlambat sehingga menghambat
pelaksanaan SLPHT.
d. Tugas Pemandu Lapangan semakin berat dengan semakin
banyaknya tugas-tugas lain di luar bidang perlindungan tanaman
dan tugas-tugas administratif terkait pelaksanaan kegiatan
e. Masih terbatasnya pembinaan dan pemberdayaan alumni SLPHT
f. Pelaksanaan SLPHT masih mempertimbangkan pemerataan/
penyebarluasan sehingga penguasaan/pendalaman petani dalam
penerapan PHT masih terbatas.
g. Terjadi kecenderungan bahwa SLPHT tidak diarahkan kepada
penggalian potensi dan strategi dalam pengelolaan agroekosistem,
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 72
tetapi lebih diarahkan kepada pengenalan dan penerapan
teknologi baru.
h. Peningkatan jumlah formulasi dan promosi pestisida sehingga
semakin banyak petani yang cenderung kembali menggunakan
bahan-bahan kimia
4. Untuk meminimalkan kendala pelaksanaan SLPHT di lapangan,
persiapan pelaksanaan (H-Min) perlu mendapat perhatian. Oleh karena
itu, pertemuan persiapan SLPHT harus dilaksanakan seoptimal mungkin
yang meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Analisis peran (siapa mengerjakan apa)
b. Penelusuran budidaya petani (pemetaan kebiasaan petani)
c. Penentuan calon lokasi dan petani calon peserta yang tepat
d. Penentuan studi kasus/studi petani disesuaikan dengan kebutuhan
daerah/lahan pertanaman dan keadaan OPT
e. Penetapan kontrak belajar yang kondusif
5. Hasil evaluasi terhadap 5 (lima) indikator utama pelaksanaan SLPHT
padi pada tahun 2011 sebanyak 366 unit yang tersebar di 31 provinsi,
sebagai berikut :
a. Rata-rata pengetahuan dan kemampuan peserta terhadap
teknologi PHT mengalami peningkatan (74,83 %), dan nilai pre test
rata-rata 43,51 menjadi nilai post test 76,07
b. Rata-rata intensitas serangan OPT utama pada petak PHT adalah
6,29 % lebih rendah dibandingkan dengan pada petak non PHT
(10,18 %).
c. Rata-rata frekuensi aplikasi pestisida kimia pada petak PHT adalah
0,98 kali, lebih rendah dibandingkan dengan petak non PHT (3,52
kali)
d. Rata-rata produktivitas pada petak PHT adalah 60,71 ku/ha, lebih
tinggi (17,02%) dibandingkan dengan pada petak non PHT (51,88
ku/Ha)
e. Rasio keuntungan dan biaya usahatani (B/C Ratio) pada petak PHT
sebesar 2,27, lebih tinggi (21,39 %) dibandingkan dengan pada
petak non PHT (1,87).
6. Pemasyarakatan PHT dapat dikembangkan melalui tahapan
pengenalan, implementasi, dan penguatan PHT sehingga selain tercapai
jumlah dan peningkatan kemampuan peserta, diharapkan dapat
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 73
meningkatkan penerapan PHT dan terbangunnya sistem PHT dalam
skala lebih luas.
7. Dampak SLPHT terhadap perubahan kebiasaan petani dapat lebih
optimal apabila kegiatan SLPHT dilakukan minimal 3 kali secara
berurut-turut pada kelompok tani yang sama. Berdasarkan penelitian
selama 20 tahun oleh Prof. M.A. Yunita T. Winarto Antropolog dari
Universitas Indonesia, SLPHT yang hanya dilaksanakan satu kali pada
satu kelompok belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam
peningkatan penerapan PHT. Untuk itu keberlanjutan pelaksanaan
SLPHT bagi alumni SLPHT perlu diupayakan, antara lain melalui SLPHT
Tindak Lanjut yang pada tahun ini mulai dilaksanakan serta mendorong
pelaksanaan SLPHT swadaya (terutama dari petani ke petani).
8. Untuk dapat memasyarakatkan PHT secara luas, masif dan
berkelanjutan perlu dibentuk kelembagaan PHT di tingkat kecamatan
yang didukung tokoh-tokoh masyarakat, petugas pertanian dan
pimpinan daerah.
9. Kecamatan PHT merupakan kecamatan yang telah menerapkan kaidah-
kaidah PHT dalam budidaya tanaman dan melembaga di masyarakat
sehingga serangan OPT terkendali, produksi aman konsumsi dan
lingkungan lestari. Kecamatan PHT diperlukan sebagai mercusuar atau
indikator keberadaan program PHT. Kecamatan PHT antara lain
dicirikan dengan:
a. Adanya penerapan dan keberlanjutan penerapan PHT
b. Adanya indikasi terjadinya penurunan luas serangan OPT
c. Adanya dukungan SDM petani, petugas jajaran pertanian, pelayan
masyarakat, dan tokoh masyarakat yang bahu membahu dalam
menerapkan dan memasyarakatkan PHT.
d. Adanya penguatan Kelembagaan PHT dengan terbentuk dan
berfungsinya jejaring petani seperti adanya jejaring
petani/kelompok tani alumni SPHT yang dapat berperan sebagai
penyedia komponen sarana produksi pertanian (benih, pupuk
organik, agens hayati, dll).
10. Keberhasilan SLPHT ditentukan oleh peran Pemandu Lapangan (PL)
yang memiliki kompetensi di bidang kepemanduan SLPHT. Saat ini
jumlah PL terbatas, dan sebagian besar dalam waktu dekat akan
memasuki purna tugas. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 74
kuantitas dan kualitas PL melalui Training of Trainers (TOT) PL-SLPHT,
baik TOT PL I di tingkat Pusat maupun TOT PL II di tingkat provinsi.
11. Kegiatan prioritas yang diperlukan untuk pengembangan SLPHT Tahun
2013 dan 2014 antara lain sebagai berikut:
a. TOT PL I dan TOT PL II
b. Pertemuan koordinasi PL I dan PL II sebelum pelaksanaan kegiatan;
c. Lokakarya PL I dan PL II di tingkat provinsi
d. Pelatihan teknis bagi calon Petani Pengamat dan Petani Pemandu
e. Apresiasi bagi petugas Pemandu Lapangan, Petani Pengamat, dan
Petani Pemandu
f. Magang pengembangan agens hayati bagi petani alumni SLPHT
g. Studi banding ke lokasi SLPHT yang sudah maju bagi petani alumni
SLPHT
h. Sosialisasi PHT kepada seluruh lapisan masyarakat, misalnya
kepada murid sekolah, tokoh masyarakat, dan aparat setempat.
8. Apresiasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan
Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan suatu unit pelaksana
pengendalian yang mempunyai tugas utama membantu petani dalam mengendalikan OPT di daerah sumber serangan dan daerah yang mengalami eksplosi serangan OPT. Peran BPT di lapangan sangat penting dalam menentukan langkah operasional pengendalian untuk mengatasi kondisi tertentu, terutama pada daerah yang belum dapat mengatasi permasalahan OPT nya. Petugas BPT harus memiliki kemampuan dan wawasan yang mencukupi untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat sehingga gerakan pengendalian yang direkomendasikan dan dilaksanakan memiliki efektivitas yang tinggi dan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengendalian dan kemampuan
petugas BPT, maka perlu adanya peningkatan kemampuan petugas melalui kegitan apresiasi pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman.
Tujuan dari pertemuan ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan petugas Brigade Proteksi Tanaman Pangan sehingga petugas lebih terampil dan tanggap dalam pengendalian OPT di daerah sumber serangan secara aman dan bijaksana.
Apresiasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan dilaksanakan pada tanggal 26 – 29 Juni 2012 di Galeri Ciumbuleuit Hotel, Jl. Ciumbuleuit No. 42A Bandung, Jawa Barat.
Peserta pertemuan sebanyak 78 orang terdiri dari Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan, petugas Brigade Proteksi Tanaman, Staf UPTD-BPTPH dan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 75
Dinas Pertanian dari 29 provinsi, serta narasumber. Beberapa hal yang dapat dilaporkan sebagai berikut :
a. Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan suatu unit pelaksana pengamanan produksi yang mempunyai tugas utama membantu petani dalam mengendalikan OPT di daerah sumber serangan atau pada saat terjadi eksplosi serangan OPT. Peran BPT sangat penting dalam mendukung pelaksanaan Gerakan Spot Stop OPT, dimana Spot Stop diutamakan dengan sistem PHT. Pengendalian oleh BPT tidak bertumpu menggunakan pestisida kimiawi, tapi juga dengan memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian lainnya seperti
menggunakan agens hayati, pestisida nabati, serta teknologi spesifik lokasi yang ada di daerah.
b. BPT merupakan satu kesatuan tripartit dari POPT-PHP/BPT, KCD, dan PPL dalam pelaksanaan Spot Stop, oleh sebab itu BPT hendaknya senantiasa berkoordinasi dengan baik dan lebih diperkuat. Dalam rangka pemberdayaan kelembagaan BPT di Kabupaten, di kabupaten terbuka kesempatan untuk membentuk BPT. Namun dalam operasionalnya, BPT Kabupaten tetap dalam kesatuan BPT di wilayah.
c. Untuk mendukung peran BPT, tahun 2012 ada beberapa kegiatan antara lain :
Pelaksanaan gerakan pengendalian OPT daerah sumber serangan dan eksplosi
Pelatihan alumni SLPHT untuk penguatan regu pengendali hama (RPH)
Penyediaan alat dan bahan pengendali OPT
Renovasi gudang BPT
Pengadaan kendaraan operasional
Operasional BPT
d. Rata-rata pengetahuan dan kemampuan peserta terhadap perubahan
paradigma dari pemadam eksplosi menjadi pengendali sumber serangan, BPT perlu terus meningkatkan, utamanya pengetahuan PHT untuk penerapan preemptif (agens hayati). BPT agar mendukung pelaksanaan penagamatan dini dan pengendalian dini.
e. Untuk menertibkan peredaran penggunaan dan penyimpanan, serta pengawasan pestisida oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bidang pupuk dan pestisida, dan jajaran BPTPH perlu didukung dana operasional yang memadai. Sosialisasi penggunaan pestisida secara aman perlu terus menerus ditingkatkan, untuk itu BPT agar berpartisipasi dalam penyuluhan tersebut.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 76
f. Untuk meningkatkan kemampuan SDM BPT dalam penggunaan pestisida, BPTPH agar merancang pelatihan penggunaan pestisida secara rasional/aman, secara berjenjang mulai petugas BPT/perlintan dan petani RPH.
g. BPT merupakan pertahanan terakhir dalam melaksanakan Spot Stop sehingga penyebaran Spot dapat dihentikan. Oleh sebab itu BPT (SDM dan sarananya) senantiasa siap mengantisipasi serangan OPT.
h. Jenis perizinan pestisida ada 3 macam, yaitu izin percobaan, izin
sementara, dan izin tetap. Jenis bahan aktif yang dilarang untuk semua bidang pertanian sebanyak 42 jenis bahan aktif. Untuk mengindari peredaran pestisida yang dilarang, diharapkan peran PPNS di daerah/petugas lapangan ikut mengawal peredaran pestisida yang dilarang. PPNS/petugas lapang merupakan ujung tombak dalam pengawasan pestisida, untuk mendukung tugas tersebut telah dialokasikan dana stimulus ke Kabupaten sebesar 30 juta dan ke provinsi sebesar 40 juta dari Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana.
i. Keselamatan kerja dalam aplikasi pestisida harus diperhatikan untuk meminimalisir kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan pendekatan umum dengan memenuhi syarat-syarat
keselamatan kerja (K3), manajemen K3, dan penerapan budaya ber-K3. Selain itu dalam aplikasi harus dihindarkan dari anak-anak, dan binatang peliharaan.
j. Untuk menghindari penyalahgunaan pestisida setiap pemakai pestisida harus memahami label pada kemasan. Pencegahan keracunan dalam penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan : pakaian pelindung (saat pencampuran dan penyemprotan), tindakan pencegahan yang harus diikuti, cara penyimpanan produk secara aman, mengetahui bahaya terhadap lingkungan, rekomendasi pemusnahan, prosedur pertolongan pertama/tindakan medis, dan petunjuk perawatan dokter
tentang pemakaian antidot.
k. Pestisida yang sudah lewat nomor pendaftarannya harus dilakukan pendaftaran ulang untuk diuji mutunya masih layak atau tidak. Tetapi pestisida yang sudah lewat masa pendaftarannya masih bisa dipakai untuk waktu 2 tahun selama kemasan masih bagus dan penyimpanan dilakukan dengan benar.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 77
l. Aplikasi pestisida yang tepat merupakan keharusan untuk memperoleh hasil terbaik karena produk yang bagus hanya diperoleh jika aplikasinya juga bagus. Kualitas pengendalian dipengaruhi oleh : kualitas produk, alat dan kalibrasi, waktu aplikasi dan nozzle. Tidak disarankan melakukan pencampuran pestisida kecuali ada serangan OPT lain yang cara pengendalian berbeda (kontak dan sistemik). Selain itu juga perlu diperhatikan efek dari pencampuran pestisida tersebut, jangan sampai menimbulkan efek antagonis satu sama lain. Selain itu, faktor penting dalam kualitas aplikasi pestisida juga harus memperhatikan waktu, cara
kerja, dosis, jenis tanaman dan stadia tumbuh, alat aplikasi, teknik aplikasi, dan cuaca.
m. Sebelum melakukan penyemprotan, perlu dilakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk mengukur kecepatan jalan dalam penyemprotan dan volume semprot yang dibutuhkan. Kalibrasi bertujuan untuk mendapatkan ketepatan dosis aplikasi sesuai dengan rekomendasi secara efektif, mencegah kelebihan dan kontaminasi lingkungan.
n. Pemeliharaan alat semprot sangat penting untuk kualitas hasil semprot dan kualitas alatnya. Keuntungan dari pemeliharaan alat semprot secara teratur antara lain : mengurangi biaya aplikasi (dengan
pemeliharaan yang baik akan mengurangi biaya dan alat lebih awet), aplikasi lebih efisien, pencegahan kebocoran untuk menjaga keselamatan, dan hemat waktu.
o. Penyimpanan pestisida sangat penting karena berbahaya bagi manusia dan ternak, untuk mempertahankan mutunya, mencegah pencemaran dari limbah, dan menghindarkan keracunan akibat kecelakan (atau disengaja). Pemusnahan limbah yang benar berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan. Pemusnahan limbah pestisida dapat dikubur atau dibakar.
p. Untuk memenuhi arahan Bapak Direktur Jenderal, telah dirumuskan
slogan BPT, yaitu “Brigade Tanggap OPT, Spot Stop Oke…. Lingkungan Lestari, Petani Berseri….” agar disosialisasikan guna suksesnya pelaksanaan Spot Stop.
q. Untuk optimalnya peran BPT dalam pelaksanaan Spot Stop pada Tahun 2013 diusulkan :
Pengadaan mobil Brigade yang dilengkapi dengan alat pengendalian
Pengadaan alat pelindung diri (APD)
Biaya operasional BPT
Lainnya (antara lain penguat daya tahan tubuh).
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 78
Rata-rata pengetahuan dan kemampuan petugas terhadap pestisida,
keamanan, keselamatan, legalitas, aplikasi dan penanganannya pada pre-
test adalah 6,69. Rata-rata pengetahuan dan kemampuan petugas pada
post-test adalah 7,42. Terjadi kenaikan pengetahuan sebesar 0,73 (10,91
%). Dengan adanya pelatihan Apresiasi Pengeloaan Brigade Proteksi
Tanaman Pangan telah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
petugas. Diharapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat
disosialisasikan di tingkat petani, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan
pestisida dan lebih efektif dalam aplikasi pestisida.
G. Penguatan Kelembagaan
1. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi/Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH)
Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi/Perlindungan Tanaman Pangan
dan Hortikultura (UPTD-BPTH) merupakan pelaksana dan penanggungjawab
pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan di provinsi yang
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi.
Umumnya keberadaan UPTD-BPTPH di daerah telah menjalankan tugas
pokok dan fungsinya dengan baik.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001 telah terbentuk 28
UPTD-BPTPH yang tersebar di 28 provinsi dari 30 provinsi yang ada pada saat
itu. Dalam perkembangannya, sampai tahun 2012 sesuai dengan pemekaran
provinsi telah terbentuk 32 UPTD-BPTPH dari 33 provinsi yang ada saat ini
(Provinsi Kepulauan Riau belum membentuk UPTD-BPTPH).
UPTD-BPTPH sebagai pelaksana kegiatan perlindungan tanaman pangan di
tingkat provinsi, bertugas mengumpulkan dan mengolah laporan tengah
bulanan keadaan OPT dan antisipasi DPI, melaksanakan kegiatan
pengembangan teknologi di Laboratorium Pengamatan Hama dan
Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH), Sekolah Lapangan (SLPHT
dan SLI), pengembangan SDM, dan kegiatan perlindungan tanaman lainnya.
2. Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit penanganan upaya
pengendalian responsif dan eksplosi OPT yang dalam pelaksanaannya
berkoordinasi dengan LPHP dan POPT-PHP, serta dibantu oleh Regu
Pengendali Hama (RPH)/petani setempat. Pada awal terbentuknya,
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 79
kedudukan BPT berada di bawah pengelolaan Dinas Pertanian Provinsi,
seiring dengan berjalannya waktu keberadaan BPT pada beberapa provinsi
(32 provinsi) telah diserahkan kepada UPTD BPTPH. Saat ini terdapat 86 unit
BPT yang tersebar di seluruh Indonesia kecuali Provinsi Kepulauan Riau.
3. Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati
(LPHP/LAH)
Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati
(LPHP/LAH) merupakan institusi terdepan dalam penerapan dan
pengembangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di lapangan. LPHP/LAH
berperan sebagai klinik tanaman dan rujukan dalam pengembangan dan
diseminasi teknologi perlindungan tanaman. Pada Tahun 2012, LPHP/LAH
berjumlah 95 unit dan tersebar di seluruh provinsi kecuali Provinsi Kepulauan
Riau.
Sebagai pusat pengembangan teknologi perlindungan tanaman, kegiatan
yang dilaksanakan antara lain eksplorasi, perbanyakan, pengembangan, dan
pemasyarakatan agens hayati/pestisida nabati. Beberapa agens hayati dan
pestida nabati yang telah dikembangkan hingga saat ini yaitu:
a. Jamur : Beauveria bassiana, Metarhizium sp., Trichoderma sp., Gliocladium sp., Verticillium sp., Spicaria sp, Nomuraeya rileyi,
b. Bakteri : Pseudomonas fluorencens, Pseudomonas sp., Corynebacterium, bakteri merah, bakteri putih, Penicillium, Paecylomyces,
c. Parasitoid : Trichogramma spp., Hemiptarsemus varicornis, d. Predator : Tyto Alba, e. Virus : Sl-NPV, Se-NPV,
f. Dekomposer : Mikorumba (Mikro Organisme Rumpun Bambu),
g. Nematoda Steinernema dan Heterorabditis yang di gunakan sebagai inekktisida untuk mengendalikan ulat dan uret,
h. PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) merupakan agens hayati yang mengandung bakteri Pseudomonas flourescence dan Basilus ploymixa. PGPR merupakan koloni akar, yang habitat hidupnya di sekitar daerah perakaran tanaman. Secara umum PGPR berfungsi untuk meningkatkan pertumbuah, kesehatan dan kebugaran tanaman.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 80
4. Pejabat Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan –
Pengamat Hama Penyakit Tumbuhan (POPT-PHP) dan Tenaga Harian Lepas
– Tenaga Bantu POPT-PHP (THL- TB POPT-PHP)
Dalam sistem perlindungan tanaman, keberhasilan perlindungan tanaman
terletak pada kinerja POPT-PHP, yang dalam tugasnya mempunyai ruang
lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaporkan hasil
pengamatan perkembangan OPT dan DPI, memberi rekomendasi
pengendalian OPT dan penanganan DPI pada lingkup wilayah
pengamatannya, melakukan pengawasan peredaran dan penggunaan bahan
pengendali OPT serta pupuk bersubsidi.
Jumlah POPT – PHP saat ini berjumlah 2.746 orang yang tersebar di seluruh
Indonesia kecuali Provinsi Kepulauan Riau dan Bangka Belitung, dan tersebar
di 497 kabupaten/kota. Seiring dengan pemekaran wilayah di era otonomi
daerah, jumlah POPT – PHP saat ini belum mencapai kondisi ideal yang
diharapkan, yaitu 1 (satu) orang POPT-PHP di tiap wilayah kerja pengamatan
(kecamatan) yang berjumlah 6.543 kecamatan. Kurang memadainya jumlah
POPT-PHP dapat mengakibatkan kurang akuratnya data dan informasi hasil
pengamatan, sehingga kegiatan operasional pengendalian/penanganan serta
perencanaan pengendalian OPT dan antisipasi DPI dalam rangka
pengamanan produksi kurang optimal.
Pada tahun 2007 telah direkrut petugas THL–TB POPT-PHP untuk membantu
POPT-PHP dalam menunjang kegiatan pengamanan produksi melalui
kegiatan pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk
bersubsidi dan bahan pengendali OPT. Pada awalnya, petugas THL–TB POPT–
PHP berjumlah 1.288 orang yang tersebar di 32 provinsi. Pada Tahun 2010
berkurang menjadi 1.249 orang, pada Tahun 2011 menjadi 1.168 orang, dan
pada Tahun 2012 menjadi 1.142 orang. Hal ini dikarenakan adanya petugas
yang mengundurkan diri, meninggal dunia, dan lulus seleksi CPNS (Pusat
maupun daerah).
5. Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH)
Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH) adalah kelembagaan perlindungan
tanaman di tingkat petani dan merupakan kelompok tani binaan dari
BPTPH/LPHP/LAH. PPAH memiliki peran yang besar dalam pemasyarakatan
penerapan PHT dengan kegiatan perbanyakan dan pemanfaatan agens hayati
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 81
serta pestisida nabati, baik untuk memenuhi kebutuhan di lahan
usahataninya maupun kelompok tani lainnya.
Keberadaan PPAH mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat,
yaitu sebanyak 704 unit PPAH pada Tahun 2010, meningkat menjadi 855 unit
di Tahun 2011, dan pada Tahun 2012 meningkat menjadi 877 unit PPAH,
tersebar di 29 provinsi. Provinsi yang belum melaporkan keberadaan PPAH
adalah Provinsi Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Papua, dan Papua
Barat. Melalui dana APBN, Pada tahun 2012 telah dialokasikan anggaran
sebanyak 344 unit untuk kegiatan fasilitasi PPAH di daerah.
6. Penilaian POPT, LPHP, Petani dan Kelompok Tani Pengembang Agens
Hayati Teladan
Untuk meningkatkan motivasi, kinerja, dan profesionalisme POPT-PHP, POPT,
LPHP/LAH, dan meningkatkan peran Petani/Kelompok Tani Pengembang
Agens Hayati, serta memberikan apresiasi atas prestasi kerjanya, perlu
diberikan penghargaan kepada POPT-PHP, POPT, LPHP/LAH dan
Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati tersebut. Pada Tahun 2012,
dilaksanakan kegiatan pemberian penghargaan kepada POPT-PHP, POPT,
LPHP/LAH dan Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan
Tingkat Nasional.
Kegiatan penilaian dalam rangka pemberian penghargaan tersebut
dilaksanakan pada Bulan Maret – November 2012. Tim Penilai adalah jajaran
perlindungan tanaman pangan yang ditetapkan oleh Direktur Perlindungan
Tanaman Pangan melalui Surat Penugasan Nomor 43/KP.340/C.5/03/4/2012
tanggal 12 April 2012.
Mekanisme Penilaian mengacu pada Pedoman Penilaian yang ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan.
Pedoman penilaian tersebut meliputi: 1) Pedoman Penilaian POPT Teladan;
2) Pedoman Penilaian Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit
Teladan; dan 3) Pedoman Penilaian Petani Pengembang PHT dan Kelompok
Tani Pengembang Agens Hayati Teladan.
Pada Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menerima
usulan calon penerima penghargaan teladan dari 30 provinsi, sedangkan
Provinsi Sulawesi Barat, Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau, tidak
mengirimkan calon. Usulan calon dengan rincian sebagai berikut: 30 calon
POPT-PHP Teladan, 15 calon POPT Teladan, 6 calon LPHP Teladan, 6 calon
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 82
Petani Pengembang PHT Teladan, dan 14 calon Kelompok Tani Pengembang
Agens Hayati Teladan.
Berdasarkan hasil penilaian, dengan menggabungkan seluruh komponen
penilaian dan hasil verifikasi, ditetapkan 1 (satu) orang POPT, 1 (satu) orang
POPT-PHP, 3 (tiga) unit LPHP, 3 (tiga) Kelompok Tani PAH , dan 3 (tiga) Petani
Pengembang PHT Teladan Tingkat Nasional yang memperoleh penghargaan
dari Menteri Pertanian. Sedangkan 14 orang POPT dan 29 orang POPT-PHP
Berprestasi memperoleh penghargaan dari Direktur Jenderal Tanaman
Pangan. Untuk lebih meningkatkan motivasi Kelompok Tani PAH dan Petani
Pengembang PHT, yang belum menerima penghargaan dari Menteri
Pertanian maupun Direktur Jenderal Tanaman Pangan, diberikan apresiasi
berupa Piagam Penghargaan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan kepada
11 Kelompok Tani PAH dan 3 Petani Pengembang PHT.
Penghargaan tersebut diberikan pada saat acara MPTHI Tahun 2012 di Palu,
Sulawesi Tengah pada tanggal 6-8 November 2012. Sedangkan pemberian
penghargaan kepada POPT dan POPT-PHP Teladan Tingkat Nasional
disampaikan pada saat penerimaan penghargaan Adhi Karya Pangan
Nusantara yang dilaksanakan di Jakarta.
H. Penanggulangan Hama dan Penyakit Tanaman
1. Rencana Tindak Lanjut (RTL) Gerakan Pengendalian OPT di Sentra Produksi
Tanaman Pangan
Tujuan Rencana Tindak Lanjut (RTL) adalah (1) mempersiapkan sumberdaya
dan gugus tugas pengendalian, (2) mengendalikan sumber serangan dan
existing daerah serangan. Tahapan RTL yaitu: (1) pemetaan sumber
serangan, (2) pemetaan tanaman menurut umur dan varietas, (3)
inventarisasi sarana pengendalian (bahan dan alat), (4) membentuk gugus
tugas pengendalian (POPT, BPPT, Penyuluh Lapangan dan KCD), (5)
pembagian area pengendalian, (6) evaluasi dan laporan pengendalian.
Rencana Tindak Lanjut (RTL) adalah penentuan tindakan yang perlu dilakukan
untuk pengamanan areal tanam berdasarkan evaluasi serangan OPT dan fase
pertanaman. Tindak lanjut meliputi menata ulang pertanaman existing,
penentuan pola tanam, tanam serempak, dan pengendalian/ eradikasi
dengan pendampingan dari semua unsur terkait baik pemerintah maupun
swasta. Koordinasi dan sinergisme penyusunan RTL melibatkan beberapa
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 83
instansi terkait, yaitu; BB Padi, BBPOPT, Dinas Pertanian Prov./Kab./Kota,
Bakorluh, BPTP, BPTPH, LPHP, serta partisipasi aktif dari petani.
Evaluasi hasil RTL dilakukan setiap bulan hingga menjelang panen. Bila dalam
pelaksanaan RTL ditemui adanya kekeliruan dalam pelaksanaan, maka perlu
dilakukan pembaharuan RTL. Field day dilakukan saat menjelang panen di
tiap kabupaten. Pada Tahun 2012, RTL dilaksanakan di Provinsi Sulawesi
Utara, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Lampung.
2. Pendampingan Gerakan “Spot Stop” Pengendalian OPT Tanaman Pangan
Terkait dengan perkembangan kondisi iklim dan OPT sepanjang Tahun 2012,
Kementerian Pertanian RI melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah
merumuskan langkah-langkah teknis antisipasi ancaman dampak perubahan
iklim dan serangan OPT untuk dilaksanakan seluruh pihak terkait dan
pemangku kepentingan di daerah.
Pendampingan gerakan pengendalian dilaksanakan untuk merumuskan
rekomendasi dan mengevaluasi tindakan pengendalian OPT di daerah sentra
produksi. Pendampingan gerakan “Spot Stop” dilaksanakan di Provinsi Jawa
Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, Banten, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi
Selatan, Gorontalo, dan Maluku Utara.
3. Apresiasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan
Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit pelaksana pengendalian
yang mempunyai tugas utama membantu petani dalam mengendalikan OPT
di daerah sumber serangan dan daerah yang mengalami eksplosi serangan
OPT. Peran BPT di lapangan sangat penting dalam menentukan langkah
operasional pengendalian untuk mengatasi kondisi tertentu, terutama pada
daerah yang belum dapat mengatasi permasalahan OPT. Dalam rangka
meningkatkan kinerja, peran, dan fungsi serta kemampuan/keterampilan
petugas BPT untuk mendukung pengamanan produksi serta meningkatkan
efektivitas pengendalian OPT, telah dilaksanakan kegiatan Apresiasi
Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman.
Apresiasi dilaksanakan pada tanggal 26 – 29 Juni 2012 di Bandung, Jawa
Barat. Peserta pertemuan apresiasi adalah petugas BPT dari UPTD-BPTPH dan
Dinas Pertanian sebanyak 78 orang dari 29 provinsi.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 84
I. Pengembangan Jabatan Fungsional Pengendali-OPT
Peningkatan profesionalisme dan pembinaan karir Pengendali-OPT sebagaimana
telah ditetapkan melalui peraturan tentang Jabatan Fungsional POPT dan Angka
Kreditnya, secara berkelanjutan terus diupayakan. Kegiatan pengembangan yang
telah dilakukan meliputi penilaian Data Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK),
Pelatihan Dasar, sosialisasi pedoman jabatan fungsional, dan pembinaan.
Pada Tahun 2012 telah dilakukan penilaian DUPAK POPT dari Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura dan Direktorat Jenderal
Perkebunan untuk kenaikan pangkat periode April dan Oktober 2012. Jumlah
DUPAK yang telah dinilai oleh Tim Penilai Kementerian sebanyak 127 berkas
dengan hasil penilaian berupa PAK sebanyak 43 berkas dan HAPAK sebanyak 84
berkas. Jumlah ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (112
berkas DUPAK).
Jumlah DUPAK yang dinilai oleh Tim Penilai Pusat sebanyak 17 berkas dengan
hasil penilaian berupa PAK sebanyak 13 berkas dan HAPAK sebanyak 4 berkas.
Jumlah tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (6 berkas
DUPAK). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Jumlah PAK/HAPAK Pejabat Fungsional POPT Tahun 2010-2012
Tahun Tim Penilai Departemen Tim Penilai Pusat
PAK HAPAK Jumlah PAK HAPAK Jumlah
2010 151 286 437 5 26 31
2011 40 72 112 4 2 6
2012 41 83 127 13 4 17
Penetapan PAK merupakan syarat dipertimbangkannya kenaikan pangkat/jenjang
POPT atau diangkatnya calon POPT menjadi POPT.
J. Bantuan Sarana Kerja Petugas Lapangan dan Petani Pengamat
Tahun 2012 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan mengalokasikan bantuan sarana kerja bagi petugas lapangan
(POPT-PHP) sejumlah 3.360 unit dan 2.830 unit bagi petani pengamat. Bantuan
tersebut berupa topi, jas hujan, sepatu boot, tas kerja, handcounter, tool kit,
loupe,leaflet, brosur, agenda kerja, alat tulis.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 85
K. Bantuan Sarana Pengamatan (Light Trap) dan Mobil Brigade Proteksi Tanaman
Light trap/lampu perangkap serangga sebanyak 7.000 unit juga didistribusikan ke
26 provinsi sebagai sarana pengamatan petugas lapangan (POPT-PHP) terutama
di daerah rawan serangan OPT. Sarana ini dimaksudkan untuk membantu POPT-
PHP mengetahui dinamika populasi serangga hama maupun musuh alami di
wilayahnya masing-masing. Alokasi light trap tersebut disajikan dalam Lampiran
32.
Sebanyak 10 unit mobil operasional Brigade Proteksi Tanaman telah
didistribusikan/dialokasikan ke 10 BPT di 10 provinsi guna mendukung gerakan
pengendalian secara “SPOT STOP”. Provinsi yang menerima mobil operasional ini
adalah Provinsi Sumutera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi
Selatan.
L. Bantuan Bahan Pengendali OPT dan sarana lainnya
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan juga telah mengalokasikan sejumlah
anggaran di masing-masing provinsi (BPTPH) untuk pengadaan bahan pengendali
OPT berupa agens hayati dan bahan pengendali organik lainnya. Disamping itu,
juga untuk pengadaan sarana pengendalian OPT sesuai dengan kebutuhan
spesifik masing-masing provinsi misalnya burung hantu beserta
rumahnya/kandang.
M. Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP-3)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 36/Permentan/OT.140/7/2011
telah ditetapkan Pedoman Bantuan Penanggulangan Padi Puso. Maksud
pemberian bantuan penanggulangan padi puso (BP-3) yaitu sebagai bentuk upaya
mempertahankan produksi beras dalam mendukung ketahanan pangan. BP-3
diberikan dalam bentuk tunai, untuk mempercepat penanaman kembali padi
sawah yang mengalami puso, dalam bentuk bantuan dan bukan ganti rugi. Tujuan
pemberian BP-3 yaitu memberikan bantuan kepada petani padi yang mengalami
puso; meningkatkan atau minimal mempertahankan produksi padi secara
berkelanjutan; mewujudkan ketahanan pangan nasional. Sedangkan pelaksanaan
BP-3 yaitu terwujudnya produksi padi/beras secara berkelanjutan; terpenuhinya
stok beras secara nasional.
Tahun 2012, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah melakukan identifikasi
dan verifikasi luas areal padi terkena puso akibat Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) calon penerima BP3 dan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 86
menetapkan areal padi puso seluas 28.281,55 ha dari 18 provinsi yang layak
mendapatkan Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP3) dari Direktorat Jenderal
Prasarana Dan Sarana Pertanian. Alokasi bantuan penanggulangan padi puso (BP-
3) tersebut disajikan dalam Lampiran 34
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 87
VII.KEGIATAN LAIN
A. Komisi-Komisi
Sesuai dengan tugas dan fungsi Perlindungan Tanaman Pangan, Direktur
Perlindungan Tanaman Pangan menjadi anggota dalam berbagai
komisi/kelembagaan antara lain:
1. Anggota Komisi Pestisida
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1973 tentang
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida, bahwa pestisida yang
digunakan harus mendapat izin dari Menteri Pertanian. Dalam rangka
pendaftaran pestisida yang telah terdaftar, pendaftaran baru maupun
perpanjangan izin, perlu dilakukan evaluasi.
2. Anggota National Plant Protection Organization (NPPO)
Dalam rangka mendukung tugas Organisasi Perlindungan Tanaman Nasional
(National Plant Protection Organization), dibentuk Komisi Ahli Karantina
Tumbuhan yang mempunyai tugas memberikan saran dan solusi pemecahan
terhadap permasalahan di dalam pelaksanaan tugas, serta melakukan kajian
dan analisis terhadap perkembangan perlindungan dan perkarantinaan
tumbuhan secara reguler atau insidentil. Anggota komisi terdiri dari
perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan praktisi perlindungan.
B. Kerjasama Luar Negeri
1. Mengikuti CPM ke-7
Pada Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ikut
berpartisipasi dalam menghadiri sidang Commission of Phytosanitary
Measures (CPM) – 7 pada tanggal 19-23 Maret 2012 di Roma, italia. Sidang
CPM-7 IPPC ini dihadiri oleh para wakil pejabat tinggi dari negara-negara
anggota berjumlah 177 negara. Pembahasan umum materi sidang terkait
kebijakan internasional system perlindungan tumbuhan dan penetapan
standard internasional dengan ruang lingkup pertanian, kehutanan,
lingkungan hidup dan tumbuhan yang hidup di air dalam mewujudkan
ketahanan pangan dan harmonisasi perdagangan global selaras dalam WTO-
SPS. Delegasi Indonesia pada sidang CPM-7 dihadiri oleh Ketua delegasi Ir.
Banun Harpini, MSc, Kepala Badan Karantina Pertanian dengan anggota Dr.
Ir. Arifin Tasrif, MSc, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 88
Nabati, Ir. Erma Budiyanto, M.Si., Direktur Perlindungan Tanaman Pangan,
Ditjen Tanaman Pangan, Dr. Ir. Antarjo Dikin, Wakil Asia Anggota Standard
Committee IPPC dari Badan Karantina Pertanian, Yadi Rusyadi, Kepala Subdit
Teknologi Pengendalian OPT.
Agenda sidang CPM-7 yang disepakati membahas butir-butir penting yang
perlu menjadi perhatian dan tindak lanjut :
Laporan kerja Standard Committee selama tahun 2011 telah membuat
konsep standard atas usulan dari Sidang CPM dalam pertemuan Standard
Committee 25 negara secara rutin dan pemanfaatan virtual elektronik,
namun masih lambat penyelesaian draft, serta kompleksitas permalahan
untuk penerapan kebijakan internasional tersebut dalam perdagangan global
antara lain : konsep standard pemeriksaan kontainer kosong (empty sea
container) dari mobiltas antar negara dalam pencegahan kontaminasi
quarantine pests, perlakuan dielectric treatment (microwave) hanya terbatas
pada komodtas kayu bukan untuk kemasan kayu.
Diterimanya pada pleno CPM terhadap revisi terminologi dari istilah Official
Control dan Not Widely Distributed yang masih selas definisi dalam PP No. 14
tahun 2002 tentang karantina tumbuhan.
Diterimanya dalam pleno terdapat Annex ISPM 27 Diagnostic Protocol untuk
Trogoderma granarium Everts dan Plum Pox Virus sedangkan untuk
perlakuan Cold treatment diserahkan kembali kepada Standard Committee
(SC) untuk dilakukan kaji ulang pada pertemuan SC mendatang.
Cold treatment terhadap buah untuk perlakuan lalat buah dibatalkan
diterima untuk CPM, tentunya ini akan diteruskan ke SC untuk pembahasanl
ebihlanjut.
Beberapa hal disampaikan pembahasan terkait untuk upaya peningkatan
percepatan proses dan kualitas pembuatan standard IPPC dengan 30
rekomendasi yang disampaikan dari Focus Group antara lain : selama masa
14 hari sebelum sidang CPM, masing-masing negara hanya diperkenankan
mengajukan koreksi bersifat substansi dengan alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan, Sekretariat akan memperhatikan usulan NPPO bila
adanya surat resmi keberatan terhadap akan ditetapkan standard dan setiap
standard harus memuat kajian dampak terhadap biodiversity.
NPPO perlu memperhatikan usulan revisi dari proces pengembangan
standard dari IPPC yang akan disyahkan dalam CPM meliputi tahapan umum :
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 89
Pengembangan program kerja IPPC berupa pembuatan daftar topik standard
yang akan dibuat; drafting; member consultation dan adopsi serta publikasi.
Dalam pleno disampaikan review terhadap kelangsungan pelaksanaan IPPC
meliputi : Strategic Framework tahun 2012-2019; Financial report 2011;
Budget and operational plan 2012; the IPPC resource mobilization strategy.
Sekretariat IPPC melakukan kajian ulang terhadap daftar standard yang akan
diselesaikan oleh SC berdasarkan urutan prioritas kebutuhan serta
sekretariat menghapus terhadap usulan CPM sebelumnya untuk dikerjakan
SC. Indonesia keberatan akan dihapuskannya standard IPPC tentang
Appropriate Level of Protection (ALOP). Standard ini perlu dibuat oleh
sekretariat mengingat setiap negara menetapkan batasan ALOP beragam
yang tidak diketahui parameter yang digunakan, diharapkan bila ada
standard untuk penetapan ALOP maka akan lebih transparan suatu negara
dan dapat meminimalkan hambatan import terutama dari negara maju.
STDF dari WTO Geneva akan menyelenggarakan seminar internasional
Invasive Aliens Species, IAS pada tanggal 12-13 July 2012 sebelum sidang
WTO-SPS. Tujuan dari seminar untuk memberikan pemahaman tentang IAS
dan hubungan yang penting antara SPS, lingkungan pada perdagangan.
Diharapkan negara anggota dapat menghadiri seminar dengan pendaftaran
16 April 2012 secara online.
Selaras dengan pengembangan layanan single window dalam upaya
percepatan arus barang dalam perdagangan, STDF WTO akan membentuk
working group untuk mewujudkan harmonisasi perdangan dan peningkatan
pengelolaan SPS pada perbatasan negara. Topik bahasan merupakan
kerjasama antara Karantina, Badan POM dan instansi Bea Cukai.
Terbentuknya organisasi perlindungan tumbuhan regional untuk kelompok
negara Near East (NEPPO) merupakan bagian dari IPPC, semoga NEPPO dapat
berkontribusi dan kerjasama dengan APPPC.
e-Phyto yang telah dibahas dalam workshop diselenggarakan di Korea
merupakan bentuk sertifikat elektronik dari ISPM 12 diharapkan secara
voluntari negara anggota dapat mengembangkannya dengan negara mitra
dalam perdagangan. Usulan dari CPM agar untuk dapat operasionalnya e-
phyto akan dibentuk sterring committee atas nama CPM forum. Indonesia
menyampaikan dalam sidang CPM bahwa telah siap aplikasi e-phyto untuk
bermitra dari aplikasi yang telah dikembangkan Badan Karantina Pertanian.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 90
Penggunaan logo ISPM 15 pada kemasan kayu sebagai pengganti sertifikat
kesehatan (Phytosanitary Certificate,PC) yang dikeluarkan oleh NPPO masing-
masing negara sebagai mandat penggunaan logo ISPM 15 dikeluarkan oleh
FAO perlu dilindungi secara hukum agar tidak terjadi penyalahgunaan. PC
merupakan dokumen resmi negara yang dikeluarkan NPPO, Badan Karantina
Pertanian, Kementerian Pertanian. Badan Karantina Pertanian wajib
mengendalikan penggunaan mark logo ISPM 15 pada kemasan kayu dalam
perdagangan internasional. Logo ISPM 15 yang dikeluarkan oleh NPPO wajib
dipatenkan dari lembaga paten Indonesia, selanjutnya secara resmi
disampaikan kepada FAO untuk pengawasan penyalah gunaan tingkat
internasional, ditetapkan persyaratan penggunaan logo dapat diterima
internasional oleh NPPO. Selanjutnya NPPO wajib berkontribusi kepada FAO
terkait untuk jaminan perlindungan terhadap logo secara internasional untuk
biaya perpanjangan registrasi sebesar US $ 27,000.00.
Adanya MoU IPPC dan Ozone secretariat agar menjadi perhatian Negara
anggota IPPC sebagai tindak lanjut pertemuan Montereal Protocol di Bali 21-
25 Nopember 2011, maka penggunaan fumigan methyl bromide (MB) hanya
untuk aplikasi karantina dan pra-pengapalan. Terkait perlakuan karantina
hanya untuk eradikasi quarantine pests saja dan dilarang untuk penggunaan
karantina terhadap non-quarantine pests. Upaya yang perlu dilakukan untuk
pengurangan/pengganti penggunaan methyl bromide oleh setiap negara
yaitu: penggunaan alternative MB, mengurangi penggunaan MB, mengurangi
secara fisik dari emisi MB, dan mencatat penggunaan MB secara kuantitas,
jenis OPTK yang diberikan treatment, komoditas yang diberikan perlakuan,
untuk tujuan impor atau export pada tindakan karantina. Penggunaan MB
selama ini agar dilaporkan kepada sekretariat ozone, the United Nation of
Environmental Program, Nairobi, Kenya sebelum 13 Maret 2013.
Pembahasan rules dan procedures terkait pemilihan ketua dan wakil ketua
dari CPM masih memerlukan perhatian untuk disepakati serta pertimbangan
pemberlakuan urutan 7 regional IPPC, serta pengusulan ketua mendatang
sidang CPM-8 akan dipimpin oleh wakil regional Asia. Indonesia untuk
pemilihan ketua CPM-8 mendatang mendukung Korea selaku wakil Regional
Asia, namun dari hasil voting dari 128 negara dihasil sbb: 2 abstaint, 1 rusak,
63 untuk UK dan 62 untuk Korea (Asia).
Simposium dilakukan disela-sela CPM dan materi penting yang perlu menjadi
perhatian terhadap perdagangan tumbuhan melalui internet global sebagai
pathway, dari hasil observasi bahwa umumnya tidak dilengkapi persyaratan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 91
kesehatan dan sungguh berisiko bagi negara. Selain itu terhadap perhatian
mobilitas tumbuhan aquatik diperdagangkan yang belum diketahui status
tanaman dapat bermanfaat atau sebagai pests (gulma).
2. Mengikuti Pertemuan “The 1 st Meeting Of Asean-China SPS Cooperation-
Technical Working Group Meeting on Food Safety, Animal Inspection and
Quarantine, and Plant Inspection and Quarantine ”
Pada Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ikut
berpartisipasi dalam Pertemuan The 1 st Meeting Of Asean-China SPS
Cooperation-Technical Working Group Meeting on Food Safety, Animal Inspection
and Quarantine, and Plant Inspection and Quarantine pada tanggal 4-6 Juni 2012
di Lombok, Indonesia. Pertemuan dihadiri oleh peserta delegasi dari Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Sekretariat ASEAN dan
Asisten Pembangunan Ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Hasil dari pertemuan ini adalah:
a. Diprioritaskan pertukaran informasi tentang Inspeksi dan persyaratan
karantina, peringatan pada makanan, status hama dan penyakit tumbuhan dan
pembaharuan otoritas kompetensi
b. Semua pemberitahuan maupun pertukaran informasi antar negara anggota
disampaikan melalui portal webside dan e-mail
c. Sekretariat ASEAN akan menjadwalkan secara bergantian mengadakan
pertemuan pembahasan masing-masing kelompok kerja teknis (TWG) yang akan
diajukan pada bulan Juli 2012. Hal tersebut disebabkan karena adanya
perbedaan pelaksanaan prosedur dan peraturan karantina, serta kesulitan
dalam analisis risiko juga standar yang berbeda dan kesenjangan dalam
mekanisme peraturan SPS.
d. Dalam rangka memperkecil kesenjangan dan permasalahan disepakati adanya
pelatihan, seminar dan pertukaran personil /tenaga ahli, yang juga termasuk
melakukan kerjasama kursus singkat di masing-masing wilayah, rencana kerja
2012-2014 diusulkan oleh masing-masing TWGs
e. Untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dalam persyaratan SPS,
diprioritaskan membahas kesenjangan dan pengakuan terhadap kerjasama SPS
ASEAN-Cina, disepakati untuk diadakan konferensi Plant Inspection and
Quarantine dan Animal Inspection and Quarantine pada tahun 2014, di mana
tanggal dan tempat akan ditentukan lebih lanjut, sedangkan untuk pelaksanaan
konferensi Food Safety dijadwalkan pada Mei-Juni 2013.
f. Memperhatikan isu-isu terkait kegiatan SPS yang melibatkan pemangku
kepentingan dalam melaksanakan kegiatan, bahwa koordinasi antar lembaga
diperlukan untuk memfasilitasi perdagangan yang efektif dan sinergi serta
mempersatukan perbedaan atau kesamaan dari inisiatif dalam kaitannya
dengan pelaksanaan kegiatan SPS.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 92
g. China berinisiatif melakukan "Workshop Pencegahan Penyebaran Hama Exotic
lintas perbatasan antara China-ASEAN", yang akan diselenggarakan pada 23-27
Juli 2012 di Beijing, Cina. Dalam konteks ini, diharapkan TWGs untuk
berkoordinasi dengan Kontak Poin ASEAN-China SPS dari negara masing-masing
untuk membahas kemungkinan untuk berpartisipasi dalam lokakarya.
h. Untuk memajukan harmonisasi dan mempersempit kesenjangan, China diminta
untuk mendukung negara-negara, khususnya Kamboja, Laos dan Myanmar,
dalam terjemahan dokumen SPS dalam bahasa inggris. Pertemuan rutin TWG
akan diselenggarakan secara bergiliran antar negara anggota ASEAN dan China,
Sekretariat ASEAN diminta berkonsultasi dengan Cina untuk mengkonfirmasi
tuan rumah pertemuan berikutnya serta kepastian tanggal dan tempatnya
2. Mengikuti Pertemuan EWG-MRLs of Pesticides among ASEAN Countries Ke –
16
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ikut berpartisipasi dalam Pertemuan
Sidang ke-16 EWG-MRLs of Pesticides among ASEAN Countries pada tanggal 18 – 20
Januari 2012 di Vientiane, Laos. Pertemuan dihadiri oleh delegasi dari Kamboja,
Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, perwakilan dari
Sekretariat ASEAN.
Berdasarkan hasil sidang disepakati batas maksimum residu sebagai berikut :
a). beta-cyfluthrin pada kubis 0,04 mg/kg (Indonesia)
b). triazophos pada soybean immature (whole pods) 1 mg/kg (Thailand)
c). triazophos pada soybean immature (seeds) 0,5 mg/kg (Thailand)
d). triazophos pada yard long bean 0,4 mg/kg (Thailand)
e). lambda-cyhalothrin pada okra 0,03 mg/kg (Thailand dan Malaysia)
f). imidacloprid pada okra 0,1 mg/kg (Thailand)
g). profenofos pada pummelo 2 mg/kg (Thailand)
h). cypermethrin pada carambola 0,2 mg/kg (Malaysia)
i). chlorpyrifos pada chilli 3 mg/kg (Thailand)
j). metalaxyl pada pineapple 0,1 mg/kg (Thailand)
k). lambda-cyhalothrin pada citrus 0,2 mg/kg (Indonesia)
l). thiamethoxam pada orange 0,5 mg/kg (Indonesia)
C. Koperasi Daya Guna
Koperasi Daya Guna (KDG) dengan Badan Hukum nomor: 1087/B.H/I merupakan
koperasi karyawan/karyawati Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan
Direktorat Perlindungan Hortikultura yang berfungsi memberikan pelayanan
kesejahteraan kepada anggota. KDG berupaya memberikan pelayanan maksimal
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 93
untuk mencapai kesejahteraan anggota, oleh karena itu manajemen Koperasi
Daya Guna senantiasa berusaha menjalin hubungan yang sebaik-baiknya dengan
pejabat dan pimpinan Direktorat.
1. Keanggotaan
Keanggotaan Koperasi mencakup dua Direktorat, yaitu Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan dan Direktorat
Perlindungan Hortikultura, Ditjen Tanaman Hortikultura. Jumlah anggota
pada Tahun 2012 sebanyak 125 orang yang terdiri dari :
a. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan : 90 orang
b. Direktorat Perlindungan Hortikultura : 26 orang
c. Anggota luar biasa : 5 orang
d. Anggota tidak aktif : 4 orang
2. Usaha
Kegiatan koperasi adalah simpan pinjam, toko dan aneka usaha.
3. Pelayanan
Koperasi Daya Guna secara konsisten melaksanakan fungsi sosialnya melalui
berbagai kegiatan antara lain santunan-santunan (kelahiran, kematian dan
lain-lain), pasar murah bersubsidi dalam rangka Idul Fitri dan sebagainya.
D. Ikawati
Kepengurusan Ikatan Karyawati (Ikawati) Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan periode 2011--2013 dengan susunan sebagai berikut:
Pembina : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan
Ketua : Trias Retno Wardhani Wakil Ketua : Abriani Fensionita SekretarisI : Syanti Asviatuti Nurbayana Bendahara : Andriarti Kusumawardhani Seksi Pendidikan : Maunah Ambarwati
Hastari Kusumawardhani Fitria Yulianti Rhonda Hesti E
Seksi Umum : Eka Widiyastuti Marwanti Ade Ratna Yulinar
Seksi Usaha : Yoyoh Rokayah Sri Hidayanti Puspitasari Indah Nur Rokhmah Teguh Puji Sri Lestari
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 94
Selama Tahun 2012, berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan Ikawati adalah
sebagai berikut :
1. Mengadakan pertemuan rutin setiap empat bulan diantaranya arisan,
berbagi pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan dari karyawati
untuk karyawati.
2. Menghadiri dan mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh
Ikawati Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Dharma Wanita Sub Unit
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan serta Kementerian Pertanian
3. Melaksanakan kegiatan pengajian dan ceramah agama pada bulan
Ramadhan untuk lebih meningkatkan kecerdasan spiritual karyawati.
4. Dalam rangka menghimpun dana untuk menambah modal usaha, Seksi
Usaha melaksanakan kegiatan antara lain pengadaan barang dengan
angsuran.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 95
VIII.PERMASALAHAN
DAN UPAYA PEMECAHANNYA
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan, selama
Tahun 2012, beberapa permasalahan yang muncul dan upaya pemecahannya
sebagai berikut :
1. Beragamnya kelembagaan Perlindungan Tanaman di daerah
Implementasi dari PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
menyebabkan kelembagaan perlindungan tanaman di daerah cukup bervariasi
sehingga perhatian, eksistensi, dan peran serta fungsinya cenderung menurun.
Lembaga perlindungan di daerah diantaranya LPHP/LAH sebagai pusat
pengembangan teknologi perlindungan tanaman masih bervariasi antar daerah,
baik sarana dan prasarana, SDM, maupun kegiatannya sehingga belum berfungsi
secara optimal. Untuk itu, diperlukan advokasi kepada pemerintah Provinsi agar
dapat ditingkatkan koordinasi dan sinergi dengan instansi terkait di daerah.
2. Belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan
Alumni SLPHT berperan penting dalam penerapan, pengembangan, dan
pemasyarakatan PHT, namun kelembagaan tersebut belum diberdayakan secara
optimal. Pos Pengembang Agens Hayati (PPAH) yang sudah dibangun dan
dibentuk oleh alumni SLPHT, aktivitasnya belum optimal karena terbatasnya
dukungan sarana dan prasarana, teknologi dan pendanaan yang dialokasikan
oleh daerah. Petani alumni SLPHT di beberapa daerah tidak berperan optimal
dalam memperbanyak unit-unit SLPHT swadana, sehingga masih diperlukan
dukungan dana melalui APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota untuk
pengembangan unit-unit SLPHT. Dalam pengembangan PPAH diperlukan
pendataan kelompok, penyediaan sarana, pendampingan dan pembinaan, serta
pemberian dukungan yang memadai dilakukan secara terus menerus sehingga
dapat terwujud kemandirian kelompok PPAH/petani untuk penerapan PHT.
3. Ketergantungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
Sesuai dengan Otonomi Daerah, dalam memenuhi kebutuhan SDM dan sarana
serta prasarana perlindungan tanaman adalah tanggungjawab pemerintah
daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Sampai saat ini kebutuhan SDM, sarana
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 96
dan prasarana perlindungan tanaman di provinsi maupun di kabupaten/kota
masih tergantung kepada pusat. Untuk itu, perlu dilakukan advokasi kepada
Gubernur, Bupati/Walikota, dan lembaga legislatif serta pemangku kepentingan
perlindungan tanaman di daerah.
5. Perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung.
Perubahan iklim sudah dirasakan dan berpengaruh sangat nyata, antara lain
curah hujan di atas rata-rata, pergeseran musim hujan dan musim kemarau,
rusaknya daerah tangkapan air, dan rusaknya sarana irigasi. Kondisi ini
menyebabkan meningkatnya luas, frekuensi dan durasi DPI berupa banjir dan
kekeringan serta berpengaruh terhadap dinamika populasi OPT, peningkatan
patogenitas penyakit dan pola distribusi serangannya. Oleh karena itu, upaya
antisipasi, mitigasi, serta penanganan OPT/DPI perlu mendapat perhatian terkait
dengan kelembagaan, penelitian, pengembangan, dan penanganannya.
Upaya-upaya tersebut ditingkatkan melalui peningkatan diseminasi prakiraan
serangan OPT/DPI, pemanfaatan informasi prakiraan iklim di tingkat lapangan,
penyebarluasan rekomendasi penyesuaian pola tanam dan kalender tanam,
rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, penanganan secara spesifik lokasi,
serta pemberdayaan petani melalui SLI dan SLPHT.
6. SLI tidak dapat dilakukan secara spesifik komoditas
Hal ini disebabkan lahan yang digunakan untuk SLI merupakan lahan yang sudah
mempunyai pola tanam padi-palawija. Selain itu modul yang disampaikan dalam
SLI mencakup teknologi budidaya khususnya teknologi yang digunakan dalam
menyikapi perubahan iklim di wilayah setempat.
7. Belum optimalnya koordinasi penanganan OPT
Penanganan OPT, terutama pada daerah sumber serangan dan sumber infeksi di
daerah perbatasan antar provinsi/kabupaten/kota belum dilaksanakan secara
optimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi dan sinkronisasi antar
wilayah sejak diberlakukan otonomi daerah. Sehubungan dengan hal tersebut,
perlu diupayakan koordinasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horizontal.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 97
IX.P E N U T U P
1. Pengamanan produksi tanaman pangan terkait erat dengan perlindungan terhadap gangguan serangan OPT dan DPI, dilaksanakan melalui berbagai kegiatan perlindungan tanaman pangan. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, pada Tahun 2012 telah dilakukan kegiatan yang meliputi penguatan SDM, penguatan kelembagaan, inovasi dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman, dan penyediaan sarana pengendalian OPT.
2. Berdasarkan evaluasi, luas banjir pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) Tahun 2012 mencapai 153.623 ha (puso: 33.192 ha), terluas terjadi pada tanaman padi seluas 140.125 ha (29.233 ha), kemudian diikuti oleh jagung (11.101 ha, puso : 2.601 ha), kedelai (2.340 ha, puso : 1.338 ha), dan kacang tanah (58 ha, puso : 21 ha).
3. Kekeringan pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) selama Tahun 2012 seluas 292.612 ha (puso : 45.030 ha) terluas terjadi pada tanaman padi (269.273 ha, puso: 43.392 ha), kemudian diikuti oleh jagung (21.641 ha, puso : 1.508 ha), kedelai (1.546 ha, puso : 130 ha), dan kacang tanah (153 ha).
4. Serangan OPT utama pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) Tahun 2012 seluas 457.492 ha (puso : 1.764 ha), terluas disebabkan oleh OPT utama padi (420.552 ha, puso: 1.689 ha), kemudian diikuti jagung (26.532 ha, puso: 53 ha), kedelai (5.221 ha, puso: 15 ha), dan kacang tanah (5.187 ha, puso : 7 ha).
5. Luas pertanaman padi yang mengalami puso akibat banjir, kekeringan, dan serangan OPT utama selama Tahun 2012 seluas 74.313 ha. Luas tersebut sebesar 0,55% dari realisasi luas tanam padi pada Tahun 2012 seluas 13.592.309 ha.
6. Pada tanaman terserang telah dilakukan upaya pengendalian oleh petani secara swadaya maupun memanfaatkan bantuan sarana pengendalian dari pemerintah (kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pusat/cadangan nasional). Pengendalian OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2012 seluas 899.643 ha.
7. Dalam penanganan OPT dan DPI, telah dilaksanakan kegiatan yang meliputi penguatan kualitas SDM melalui pelatihan petugas dalam pelaksanaan dan pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan penyebarluasan teknologi perlindungan tanaman pangan, gerakan pengendalian OPT, pembinaan dan pengawalan pelaksanaan SLPHT dan SLI, penyediaan sarana pengendalian OPT, dan koordinasi dengan instansi terkait.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 98
8. Pelaksanaan SLPHT yang direncanakan di seluruh provinsi sejumlah 1.950 unit,
selama Tahun 2012 telah direalisasikan sebanyak 1.937 unit (99,33%),
sedangkan SLI yang direncanakan sejumlah 130 unit yang tersebar di 33 provinsi
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana (100%).
9. Disamping kegiatan yang telah dilakukan diatas, untuk penanganan banjir, kekeringan dan menekan luas dan intensitas serangan OPT utama, juga dilakukan berbagai kegiatan antara lain pengiriman informasi prakiraan iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada Gubernur, pengiriman surat kewaspadaan peningkatan serangan OPT, dan langkah operasional penanganannya kepada Gubernur, konsolidasi petugas, pembentukan POSKO Pengendalian OPT (tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan desa), menurunkan tim pemantauan dan bimbingan teknis (provinsi, kabupaten, kecamatan), dan penyediaan bantuan pestisida cadangan nasional.
10. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan yaitu beragamnya kelembagaan perlindungan tanaman di daerah, terbatasnya kualitas THL Tenaga Bantu POPT-PHP, ketergantungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kurang lancarnya arus informasi/pelaporan, belum optimalnya koordinasi penanganan OPT, perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung, dan belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan (LPHP, BPT, PPAH, dan alumni SLPHT).
11. Dukungan anggaran (APBN dan APBN-P) untuk pelaksanaan kegiatan pengamanan produksi pada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 berjumlah Rp. 355.101.468.000,- (Tiga ratus lima puluh lima milyar seratus satu juta enam puluh delapan ribu). Sampai akhir Desember 2012, realisasi anggaran mencapai Rp. 341.265.762.113,- (96,10%). Berdasarkan alokasi anggaran, secara umum, kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2012 dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, sasaran dan waktu. Sedangkan sisa anggaran merupakan penghematan dari beberapa kegiatan pertemuan dan pemberian bantuan penanggulangan bencana.
12. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan perlindungan tanaman ke depan, diperlukan penguatan SDM dan kelembagaan perlindungan baik di pusat maupun di daerah, database yang akurat dan mekanisme pelaporan yang sistematis.
13. Agar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman dapat diimplementasikan dengan baik, sangat diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang baik antara pusat dengan daerah maupun instansi terkait lintas sektor.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 99
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 100
Lampiran 1.
Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/2010
SUBDIT PENGELOLAAN
DATA OPT
SEKSI MONITORING DAN ANALISIS
DATA
SEKSI EVALUASI DAN
PELAPORAN
DIREKTUR PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN TATA USAHA
SEKSI KELEMBAGAAN
SEKSI PEMASYARAKATAN
SUBDIT PENGELOLAAN PHT
SEKSI VERIFIKASI
SEKSI IDENTIFIKASI
SEKSI MITIGASI
SUBDIT TEKNOLOGI
PENGENDALIAN OPT
SEKSI ADAPTASI
SUBDIT DAMPAK
PERUBAHAN IKLIM
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 101
T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 10.304 4.108 16.172 5.343 28.920 10.888
2 Sumatera Utara 9.793 1.287 8.638 618 16.440 3.528
3 Sumatera Barat 1.126 376 2.079 568 2.757 744
4 Riau 154 - 6.498 1.454 4.746 1.344
5 Jambi 4.267 40 1.828 404 4.736 1.816
6 Sumatera Selatan 3.658 761 7.601 1.013 9.351 3.929
7 Bengkulu 61 30 72 28 352 78
8 Lampung 1.120 214 1.852 284 14.022 5.482
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - 33 16
12 Jawa Barat 15.202 602 15.614 1.217 56.540 19.425
13 Jawa Tengah 12.114 1.033 27.250 7.505 38.732 14.825
14 DI. Yogyakarta 996 114 2.248 139 438 47
15 Jawa Timur 17.558 5.086 24.029 5.832 33.950 12.255
16 Banten 18.168 2.628 10.599 409 14.021 2.745
17 Bali 107 19 19 16 1 -
18 Nusa Tenggara Barat 9.115 1.975 1.771 761 1.626 397
19 Nusa Tenggara Timur 634 9 1.060 480 297 7
20 Kalimantan Barat 2.293 1.154 11.443 813 22.844 1.870
21 Kalimantan Tengah 316 174 74 62 1.991 901
22 Kalimantan Selatan 5.287 239 8.149 907 17.498 4.607
23 Kalimantan Timur 1.205 388 1.694 277 1.872 229
24 Sulawesi Utara - - 159 14 822 116
25 Sulawesi Tengah 245 215 1.104 33 2.797 917
26 Sulawesi Selatan 22.811 7.449 18.733 815 25.684 11.131
27 Sulawesi Tenggara 2.063 756 165 49 543 55
28 Gorontalo 268 198 613 342 2.037 874
29 Sulawesi Barat 658 294 - - 1.457 611
30 Maluku 602 84 - - 134 118
31 Maluku Utara - - - - - -
32 Papua Barat - - - - - -
33 Papua - - - - - -
140.125 29.233 169.464 29.383 304.641 98.953 Jumlah
2012 2011 Rerata No Propinsi
Banjir
Lampiran 2.
Perbandingan Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia
Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 102
Lampiran 3.
Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P
Januari 70.779 12.460 48.232 6.456 86.682 28.806
Februari 12.905 2.917 9.122 2.424 50.856 17.876
Maret 10.235 1.888 17.152 2.455 19.109 4.522
April 6.569 1.113 16.533 1.814 14.248 4.271
Mei 1.854 371 24.434 4.101 10.485 2.448
Juni 933 218 2.449 151 19.035 9.762
Juli 26.330 8.556 598 50 11.631 4.512
Agustus 376 348 1.041 39 2.919 1.292
September 666 1 743 108 3.424 1.249
Oktober 1.083 113 5.839 550 7.229 2.046
November 8.395 1.248 5.388 1.464 18.429 2.561
Desember - - 37.933 9.771 60.594 19.608
Jumlah 140.125 29.233 169.464 29.383 304.641 98.953
Bulan2012 2011 Rerata
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 103
T P T P T P T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 267 177 998 44 1.091 481 936 405 1.513 379 1.049 289 - - 85 35 84 28
2 Sumatera Utara 1.373 1.087 2.173 1.443 3.205 846 47 12 5.025 3.001 1.927 476 27 2 9 1 5 2
3 Sumatera Barat 157 54 2.421 1.782 591 329 0 0 9 9 20 9 4 4 81 65 45 16
4 Riau - - 234 174 1.152 512 - - 223 159 375 210 - - 17 1 54 33
5 Jambi 17 10 286 73 1.158 887 16 11 11 11 174 128 6 2 1 - 28 14
6 Sumatera Selatan - - 3 - 175 59 - - - - - - - - - - - -
7 Bengkulu - - - - 12 5 - - - - - - - - - - 1 0
8 Lampung 1.274 62 50 50 1.701 729 - - - - 20 17 - - - - 4 4
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 2 1 38 20 62 8 - - 15 3 118 50 5 5 5 5 6 4
13 Jawa Tengah 451 21 1.066 151 2.987 730 21 2 158 32 3.620 2.327 5 1 590 8 862 66
14 DI. Yogyakarta - - 6 6 316 93 - - - - 132 112 - - 3 3 11 8
15 Jawa Timur 495 107 1.359 1.098 4.118 2.104 - - 271 15 1.421 812 - - - - - -
16 Banten - - - - 6 - - - - - - - - - - - - -
17 Bali - - 735 - - - - - - - - - - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat 110 47 - - 109 84 96 93 60 60 293 119 7 7 35 17 74 17
19 Nusa Tenggara Timur 1.665 39 63 62 39 14 - - 125 15 - - - - - - - -
20 Kalimantan Barat - - 3 - 75 33 - - - - 35 21 - - 3 - 1 1
21 Kalimantan Tengah 13 12 - - 16 11 - - - - 5 5 - - - - - -
22 Kalimantan Selatan 35 3 41 5 964 27 2 - 1 1 10 2 3 - 1 1 69 1
23 Kalimantan Timur - - - - 99 56 - - - - 1 1 - - - - 0 -
24 Sulawesi Utara - - - - 220 5 - - - - - - - - - - 11 1
25 Sulawesi Tengah - - - - 99 25 - - - - 14 4 - - - - 3 2
26 Sulawesi Selatan 5.234 977 5.719 2.279 4.316 1.484 1.207 815 238 41 239 134 - - 133 10 2 -
27 Sulawesi Tenggara 6 2 - - 43 4 - - - - 58 15 - - - - - -
28 Gorontalo - - 1.262 858 1.069 569 - - - - 21 12 - - - - 11 2
29 Sulawesi Barat - - 5 - 190 110 - - - - - - - - - - - -
30 Maluku 3 2 - - 6 6 - - - - 13 13 - - - - 5 4
31 Maluku Utara - - - - 1 - - - - - - - - - - - - -
32 Papua Barat - - - - 11 1 15 - 26 26 2 0 - - - - - -
33 Papua - - - - - - - - - - - - - - - - - -
11.101 2.601 16.462 8.045 23.831 9.208 2.340 1.338 7.674 3.751 9.547 4.756 58 21 963 146 1.276 203 Jumlah
2012 2011 Rerata 2012 2011 Rerata No Propinsi
Jagung Kedelai Kacang Tanah
2012 2011 Rerata
Lampiran 4.
Perbandingan Luas Banjir pada Tanaman Palawija
Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 104
Lampiran 5.
Luas Banjir Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P
Januari 813 131 1.168 591 2.188 943
Februari 117 11 567 135 1.959 600
Maret 2.285 187 2.137 1.388 1.203 359
April 1.348 1.048 1.615 991 2.172 1.098
Mei 153 32 2.059 577 1.686 348
Juni 1.248 5 1.584 153 3.293 1.191
Juli 4.634 867 194 - 1.383 535
Agustus 10 3 - - 215 61
September 20 3 18 15 2.815 1.255
Oktober - - 48 31 1.045 460
November 473 314 3.869 2.312 1.859 718
Desember - - 3.203 1.852 4.013 1.640
Jumlah 11.101 2.601 16.462 8.045 23.831 9.208
Bulan2012 2011 Rerata
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 105
Lampiran 6.
Luas Banjir Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia
Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P
Januari 36 3 917 478 764 281
Februari 16 - 1.247 704 612 116
Maret 50 - 2.892 1.749 711 175
April 327 118 652 70 346 89
Mei 590 315 866 238 229 148
Juni 112 87 582 141 139 77
Juli 1.079 702 190 190 829 336
Agustus - - 10 4 368 166
September - - 9 1 1.912 1.720
Oktober 130 113 - - 386 89
November - - 299 172 2.030 928
Desember - - 12 6 1.220 632
Jumlah 2.340 1.338 7.674 3.751 9.547 4.756
Bulan2012 2011 Rerata
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 106
Lampiran 7.
Luas Banjir Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P
Januari 6 2 - - 53 16
Februari 4 4 - - 35 4
Maret - - 53 15 85 36
April 5 5 6 - 51 15
Mei 7 7 77 33 19 13
Juni - - 561 - 97 30
Juli 4 0 - - 18 8
Agustus - - 1 1 7 -
September 2 - - - 121 19
Oktober - - 30 20 7 4
November 30 3 88 68 696 1
Desember - - 147 9 88 57
Jumlah 58 21 963 146 1.276 203
Bulan2012 2011 Rerata
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 107
Lampiran 8.
Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 22.987 4.229 17.342 1.890 12.031 908
2 Sumatera Utara 6.631 395 1.458 122 5.464 45
3 Sumatera Barat 260 7 4.112 735 1.975 84
4 Riau 1.046 659 4.932 1.579 465 78
5 Jambi 7.438 1.167 9.226 1.234 1.582 106
6 Sumatera Selatan 6.852 463 20.913 1.673 3.169 201
7 Bengkulu 266 15 1.546 28 290 1
8 Lampung 20.926 6.639 25.090 8.469 7.254 736
9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - 9 -
10 Kepulauan Riau - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - 60 -
12 Jawa Barat 76.263 3.642 51.934 14.855 78.470 30.836
13 Jawa Tengah 44.417 11.595 10.296 811 44.033 5.480
14 DI. Yogyakarta 279 31 562 73 13.886 978
15 Jawa Timur 16.783 1.551 9.078 1.372 22.741 1.231
16 Banten 38.561 10.899 3.436 722 24.630 4.576
17 Bali 662 158 111 - 318 2
18 Nusa Tenggara Barat 3.289 135 1.093 212 21.861 3.032
19 Nusa Tenggara Timur 54 36 315 289 4.163 1.590
20 Kalimantan Barat 129 - 2.544 12 2.672 172
21 Kalimantan Tengah 80 - 1.310 212 653 30
22 Kalimantan Selatan 5.018 40 5.180 305 3.761 244
23 Kalimantan Timur 1.332 166 1.317 365 349 5
24 Sulawesi Utara - - - - 636 37
25 Sulawesi Tengah - - - - 461 161
26 Sulawesi Selatan 13.951 897 70.842 16.036 34.159 3.583
27 Sulawesi Tenggara 1.252 395 6.687 1.501 1.583 437
28 Gorontalo 3 - - - 1.393 514
29 Sulawesi Barat 746 269 1.512 632 22 -
30 Maluku 49 4 - - 4 1
31 Maluku Utara - - - - 0 -
32 Papua Barat - - - - - -
33 Papua - - - - - -
269.273 43.392 250.836 53.127 288.095 55.068
2011 Rerata
Jumlah
No Propinsi
Kekeringan
2012
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 108
Lampiran 9.
Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Di Indonesia
Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P
Januari 7.490 - 8.958 - 43.220 2.239
Februari 6.164 20 8.696 1.299 19.445 1.576
Maret 1.205 191 1.816 41 15.730 3.639
April 5.708 10 3.819 11 2.255 605
Mei 13.143 965 1.294 7 10.711 974
Juni 50.795 1.678 27.948 576 37.049 6.755
Juli 69.770 10.574 49.950 7.077 61.255 20.391
Agustus 75.955 17.257 63.495 16.207 41.168 10.639
September 36.023 12.067 73.550 24.350 30.993 6.030
Oktober 2.996 630 8.320 3.549 7.027 853
November 25 - 2.532 10 12.073 633
Desember - - 458 - 7.169 734
Jumlah 269.273 43.392 250.836 53.127 288.095 55.068
Bulan2012 2011 Rerata
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 109
T P T P T P T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 192 35 19 1 7 2 341 40 116 5 470 221 44 - - - 7 -
2 Sumatera Utara 88 5 2.286 12 7.751 2.043 - - - - 20 - - - - - 1 0
3 Sumatera Barat 102 27 79 13 139 50 - - - - 165 - - - - - 7 1
4 Riau - - 10 3 56 2 94 - - - 8 1 - - 10 - 3 1
5 Jambi 32 17 1 - 17 4 25 2 15 - 3 1 - - - - 0 -
6 Sumatera Selatan 861 97 13 5 78 8 74 - - - 18 - 15 - - - - -
7 Bengkulu - - 758 346 8 0 - - - - - - - - - - - -
8 Lampung 4.820 511 6.571 273 6.617 140 46 - - - 21 - - - - - - -
9 Kepulauan Bangka
Belitung - - - - - - - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 8 - 247 2 494 282 - - 1.383 3 409 71 - - 9 - 0 -
13 Jawa Tengah 10.037 119 6.715 213 17.956 725 299 - 150 10 1.016 104 87 - 14 - 1.938 7
14 DI. Yogyakarta - - 108 - 8.917 329 8 - 91 11 1.275 83 - - 35 - 3.528 47
15 Jawa Timur 1.014 107 3.527 385 6.134 459 129 - 88 28 181 7 - - - - 0 -
16 Banten - - - - 83 - - - - - 274 0 - - - - 159 -
17 Bali 519 - 765 - 1.700 170 - - - - 20 - - - - - 245 -
18 Nusa Tenggara Barat 2.805 390 29 - 7.024 1.995 272 88 266 60 2.701 151 7 - 129 28 913 203
19 Nusa Tenggara Timur 140 - 34 - 8.608 1.161 - - - - 60 14 - - - - 776 212
20 Kalimantan Barat - - 20 - 30 - - - 44 30 5 - - - 24 - 3 -
21 Kalimantan Tengah 24 - 34 - 1 - - - 0 - 6 6 - - - - - -
22 Kalimantan Selatan 54 - 549 - 739 3 9 - 50 7 5 1 - - 1 1 11 -
23 Kalimantan Timur 36 - 20 - 5 0 - - - - - - - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - - 22 1 - - - - 1 - - - - - - -
25 Sulawesi Tengah - - - - 22 20 - - - - - - - - - - - -
26 Sulawesi Selatan 897 200 811 188 2.270 418 249 - 11 - - - - - - - - -
27 Sulawesi Tenggara - - 1 - 15 6 - - 15 - 8 2 - - - - - -
28 Gorontalo 13 - 43 - 1.667 593 - - - - - - - - - - 3 2
29 Sulawesi Barat - - 5 - 8 - - - - - - - - - - - - -
30 Maluku - - - - 0 - - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1 -
32 Papua Barat - - - - - - - - - - 0 0 - - - - - -
33 Papua - - - - - - - - - - - - - - - - - -
21.641 1.508 22.644 1.441 70.369 8.412 1.546 130 2.229 154 6.665 661 153 - 222 29 7.597 472 Jumlah
2012 2011 Rerata 2012 2011 Rerata No Propinsi
Jagung Kedelai Kacang Tanah
2012 2011 Rerata
Lampiran 10.
Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Palawija Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 110
Lampiran 11.
Luas Kekeringan Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P
Januari 261 - 129 - 8.788 755
Februari 381 - 19 - 5.868 944
Maret 2.782 415 146 3 9.627 2.804
April 559 - 525 - 1.515 263
Mei 914 - 1.016 - 5.507 1.459
Juni 1.735 20 2.734 50 5.571 597
Juli 822 21 2.749 111 7.545 318
Agustus 6.606 347 2.131 88 7.230 166
September 6.091 446 11.575 1.090 2.479 695
Oktober 1.208 257 885 99 1.063 28
November 283 2 1 - 8.445 53
Desember - - 735 - 6.731 331
Jumlah 21.641 1.508 22.644 1.441 70.369 8.412
Bulan2012 2011 Rerata
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 111
Lampiran 12.
Luas Kekeringan Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P
Januari - - - - 1.980 12
Februari - - - - 196 -
Maret - - - - 844 109
April - - 125 65 47 -
Mei 3 - 205 - 114 1
Juni 368 - 5 - 471 29
Juli 228 68 100 30 406 126
Agustus 345 62 1.453 21 133 11
September 315 - 328 36 1.003 273
Oktober 40 - 13 2 112 18
November 249 - - - 641 10
Desember - - - - 718 73
Jumlah 1.546 130 2.229 154 6.665 661
Bulan2012 2011 Rerata
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 112
Lampiran 13.
Luas Kekeringan Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia
Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P
Januari - - 35 - 1.804 197
Februari - - - - 731 25
Maret - - - - 291 198
April - - - - - -
Mei - - 12 1 394 0
Juni 13 - 23 - 702 -
Juli 22 - - - 657 5
Agustus 58 - 0 - 109 2
September 46 - 16 - 267 17
Oktober 14 - 136 28 301 5
November - - - - 1.675 8
Desember - - - - 668 15
Jumlah 153 - 222 29 7.597 472
Bulan2012 2011 Rerata
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 113
Lampiran 14.
Luas Serangan OPT Utama
pada Tanaman Padi Tahun 2012
T P T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 2.760 - 29 - 12.606 1 2.042 - 628 - 49 - 18.114 1
2 Sumatera Utara 975 - 1.112 - 1.402 37 1.322 4 2.775 - 80 - 7.666 41
3 Sumatera Barat 79 - 339 38 685 72 793 17 59 - 593 50 2.548 176
4 R i a u 542 0 89 - 886 34 251 - 189 - 0 - 1.958 34
5 J a m b i 271 1 96 5 210 2 92 0 52 - 1 0 721 8
6 Sumatera Selatan 2.348 - 615 7 2.851 81 949 - 800 1 46 1 7.608 90
7 Bengkulu 395 - 29 - 984 1 317 - 107 - 167 - 1.999 1
8 Lampung 3.494 - 329 1 3.643 5 3.389 1 1.474 - 34 - 12.364 7
9 Kep. Bangka Belitung 44 - 162 - 329 - 159 - 25 - - - 719 -
10 Kep. Riau - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 202 - 10 - 9 - - - 67 - - - 288 -
12 Jawa Barat 41.446 - 3.643 - 21.401 7 7.977 - 27.669 - 1.633 - 103.769 7
13 Jawa Tengah 25.690 11 13.186 116 27.654 553 9.450 3 18.237 4 656 13 94.873 700
14 DI Yogyakarta 3.971 56 402 3 1.765 3 618 - 1.472 - 15 - 8.242 62
15 Jawa Timur 8.922 10 5.694 37 10.582 107 15.791 92 19.177 - 373 1 60.539 246
16 Banten 6.529 - 880 - 2.073 - 60 - 2.120 - 240 - 11.902 -
17 B a l i 572 - 213 - 1.301 - 927 - 736 - 580 - 4.329 -
18 Nusa Tenggara Barat 1.448 - 208 - 170 - 1.897 - 1.973 - 349 - 6.046 -
19 Nusa Tenggara Timur 5.393 5 471 29 868 18 74 - 412 27 946 80 8.164 158
20 Kalimantan Barat 1.069 - 65 6 1.224 5 459 10 - - 31 0 2.848 20
21 Kalimantan Tengah 1.087 15 220 - 1.782 7 332 11 15 - 146 2 3.583 35
22 Kalimantan Selatan 100 - 247 - 456 1 161 - 1 - 44 - 1.010 1
23 Kalimantan Timur 283 - - - 448 15 122 - 26 - 5 - 884 15
24 Sulawesi Utara 1.871 - 0 - 577 5 97 - 346 1 257 3 3.148 9
25 Sulawesi Tengah 3.110 5 293 - 1.166 - 4 - 231 - 36 - 4.840 5
26 Sulawesi Selatan 6.687 - 126 - 10.879 72 1.380 - 1.139 - 13 - 20.224 72
27 Sulawesi Tenggara 6.261 - 134 - 7.842 - 1.745 - 167 - 33 - 16.181 -
28 Gorontalo 1.225 - - - 173 - - - 409 - - - 1.806 -
29 Sulawesi Barat 6.537 - 52 - 4.468 - 106 - 759 - 33 - 11.955 -
30 M a l u k u 479 - 156 - 40 - 182 - 22 - 50 - 928 -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - - - -
32 Papua Barat 258 - 4 - 122 - - - 2 - 16 - 402 -
33 Papua 365 - 3 - 62 - 418 - 31 - 16 2 894 2
Jumlah 134.415 102 28.808 242 118.657 1.024 51.113 137 81.119 33 6.441 151 420.552 1.689
OPT Utama No. Provinsi
Penggerek
batang padi
Wereng batang
coklat Tikus Blas BLB/Kresek Tungro
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 114
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 2.760 - 9.791 12 3.963 2 29 - 464 - 390 0
2 Sumatera Utara 975 - 693 - 873 0 1.112 - 135 - 792 -
3 Sumatera Barat 79 - 39 - 112 1 339 38 180 2 52 0
4 Riau 542 0 632 - 461 - 89 - 37 - 60 2
5 Jambi 271 1 391 2 486 7 96 5 56 3 71 0
6 Sumatera Selatan 2.348 - 3.192 - 2.752 - 615 7 141 - 145 8
7 Bengkulu 395 - 424 - 378 - 29 - 25 - 39 -
8 Lampung 3.494 - 6.412 - 5.276 - 329 1 199 2 560 2
9 Kep. Bangka Belitung 44 - 1 - 17 - 162 - 5 - 20 -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta 202 - 130 - 439 2 10 - 7 - 42 0
12 Jawa Barat 41.446 - 39.477 3 40.019 70 3.643 - 6.432 - 22.045 255
13 Jawa Tengah 25.690 11 26.672 278 29.678 174 13.186 116 50.374 2.147 15.749 776
14 DI. Yogyakarta 3.971 56 2.504 18 2.581 - 402 3 7.430 2.091 192 -
15 Jawa Timur 8.922 10 9.147 6 11.920 19 5.694 37 146.548 30.879 8.304 207
16 Banten 6.529 - 6.969 - 7.044 2 880 - 7.683 839 3.686 70
17 Bali 572 - 764 - 1.424 - 213 - 2.921 98 272 4
18 Nusa Tenggara Barat 1.448 - 2.160 - 1.633 - 208 - 151 - 227 5
19 Nusa Tenggara Timur 5.393 5 3.491 2 3.361 - 471 29 330 - 183 -
20 Kalimantan Barat 1.069 - 1.966 0 2.625 5 65 6 98 - 263 18
21 Kalimantan Tengah 1.087 15 1.417 17 1.361 0 220 - 11 - 150 9
22 Kalimantan Selatan 100 - 118 - 184 2 247 - 31 - 870 20
23 Kalimantan Timur 283 - 817 - 1.504 - - - 2 - 167 0
24 Sulawesi Utara 1.871 - 1.367 0 1.663 3 0 - - - 0 -
25 Sulawesi Tengah 3.110 5 4.677 13 4.143 4 293 - 13 - 44 -
26 Sulawesi Selatan 6.687 - 11.629 7 17.023 22 126 - 95 1 309 0
27 Sulawesi Tenggara 6.261 - 5.380 - 4.841 3 134 - 1 - 2 -
28 Gorontalo 1.225 - 778 1 822 2 - - - - 45 0
29 Sulawesi Barat 6.537 - 2.955 - 1.621 5 52 - 63 - 14 -
30 Maluku 479 - 964 - 715 5 156 - 93 - 20 -
31 Maluku Utara - - 615 32 323 1 - - 2 - 0 -
32 Papua Barat 258 - 572 2 388 2 4 - 37 1 40 -
33 Papua 365 - 253 - 620 0 3 - 43 1 5 -
Indonesia 134.415 102 146.394 391 150.251 331 28.808 242 223.606 36.064 54.760 1.379
No Provinsi
Penggerek batang padi Wereng batang coklat
2012 2012 2011 Rerata 5 Thn2011 Rerata 5 Thn
Lampiran 15.
Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 115
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 12.606 1 23.456 163 10.708 19 2.042 - 2.763 12 245 3
2 Sumatera Utara 1.402 37 1.658 87 2.208 18 1.322 4 1.272 - 845 -
3 Sumatera Barat 685 72 1.337 129 1.372 57 793 17 198 0 112 0
4 Riau 886 34 790 2 537 18 251 - 331 - 364 2
5 Jambi 210 2 375 7 611 19 92 0 61 2 48 0
6 Sumatera Selatan 2.851 81 3.900 14 2.482 17 949 - 952 1 600 -
7 Bengkulu 984 1 904 88 1.216 33 317 - 79 - 146 1
8 Lampung 3.643 5 7.999 33 5.676 41 3.389 1 2.594 - 1.954 2
9 Kep. Bangka Belitung 329 - 6 - 22 - 159 - 8 - 58 -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta 9 - 8 - 136 0 - - - - 11 -
12 Jawa Barat 21.401 7 43.733 4 35.369 236 7.977 - 4.017 - 3.668 3
13 Jawa Tengah 27.654 553 28.112 1.178 24.712 338 9.450 3 1.881 - 1.959 1
14 DI. Yogyakarta 1.765 3 2.621 436 1.457 2 618 - 67 - 38 -
15 Jawa Timur 10.582 107 14.670 576 10.392 197 15.791 92 5.309 25 2.903 6
16 Banten 2.073 - 2.856 23 2.143 14 60 - 314 - 286 -
17 Bali 1.301 - 1.951 2 2.050 10 927 - 1.200 1 183 0
18 Nusa Tenggara Barat 170 - 744 - 503 - 1.897 - 1.649 - 1.268 4
19 Nusa Tenggara Timur 868 18 1.380 16 1.326 18 74 - 230 - 318 2
20 Kalimantan Barat 1.224 5 2.490 79 2.590 32 459 10 347 40 417 1
21 Kalimantan Tengah 1.782 7 1.748 58 824 1 332 11 74 10 312 14
22 Kalimantan Selatan 456 1 371 - 578 15 161 - 54 - 165 20
23 Kalimantan Timur 448 15 920 7 894 3 122 - 572 - 173 -
24 Sulawesi Utara 577 5 564 10 633 12 97 - 46 - 51 3
25 Sulawesi Tengah 1.166 - 3.124 38 3.369 83 4 - 32 - 24 -
26 Sulawesi Selatan 10.879 72 24.796 398 20.004 741 1.380 - 1.394 55 2.185 2
27 Sulawesi Tenggara 7.842 - 9.579 68 8.263 152 1.745 - 1.454 53 809 1
28 Gorontalo 173 - 324 - 354 0 - - - - 31 0
29 Sulawesi Barat 4.468 - 2.633 3 1.433 9 106 - 13 - 36 -
30 Maluku 40 - 163 - 63 4 182 - 306 - 53 -
31 Maluku Utara - - 110 - 97 - - - 2 - 10 -
32 Papua Barat 122 - 452 1 233 0 - - 6 - 5 -
33 Papua 62 - 184 - 162 - 418 - 177 - 507 0
Indonesia 118.657 1.024 183.954 3.418 142.416 2.088 51.113 137 27.403 199 19.786 64
2011 Rerata 5 Thn 2012 2011 Rerata 5 Thn
Blas
No Provinsi
Tikus
2012
Lanjutan...
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 116
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 628 - 1.447 10 434 - 49 - 73 1 - -
2 Sumatera Utara 2.775 - 1.224 - 1.750 6 80 - 61 - 128 0
3 Sumatera Barat 59 - 25 - 53 1 593 50 298 23 450 22
4 Riau 189 - 443 - 94 2 0 - - - 1 -
5 Jambi 52 - 16 0 13 0 1 0 - - 4 -
6 Sumatera Selatan 800 1 834 - 629 - 46 1 81 4 150 18
7 Bengkulu 107 - 107 - 123 0 167 - 421 - 444 12
8 Lampung 1.474 - 2.445 - 902 - 34 - 119 - 227 -
9 Kep. Bangka Belitung 25 - - - - - - - - - 4 -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta 67 - 86 - 161 1 - - 2 - - -
12 Jawa Barat 27.669 - 40.967 - 33.370 7 1.633 - 3.116 - 2.225 7
13 Jawa Tengah 18.237 4 23.681 - 19.321 4 656 13 1.248 1 1.027 9
14 DI. Yogyakarta 1.472 - 2.682 13 1.459 - 15 - 230 12 89 -
15 Jawa Timur 19.177 - 25.560 31 18.540 5 373 1 2.025 26 1.039 9
16 Banten 2.120 - 5.835 7 2.206 4 240 - 392 2 447 13
17 Bali 736 - 543 - 354 - 580 - 2.166 51 1.469 -
18 Nusa Tenggara Barat 1.973 - 2.667 - 1.304 0 349 - 2.431 1 459 1
19 Nusa Tenggara Timur 412 27 1.732 1 22 - 946 80 859 - 284 18
20 Kalimantan Barat - - 1 - 33 - 31 0 11 - 112 2
21 Kalimantan Tengah 15 - 42 - 7 - 146 2 12 1 21 -
22 Kalimantan Selatan 1 - 5 - - - 44 - 311 - 62 -
23 Kalimantan Timur 26 - 140 - 29 - 5 - 23 - 17 -
24 Sulawesi Utara 346 1 191 - 35 - 257 3 157 - 292 1
25 Sulawesi Tengah 231 - 575 - 386 - 36 - 256 36 208 0
26 Sulawesi Selatan 1.139 - 2.711 - 3.189 - 13 - 248 - 378 2
27 Sulawesi Tenggara 167 - 219 - 53 - 33 - 311 - 86 -
28 Gorontalo 409 - 262 - 273 - - - - - 1 -
29 Sulawesi Barat 759 - 523 - 174 1 33 - 136 2 60 12
30 Maluku 22 - 218 - 88 - 50 - - - 23 0
31 Maluku Utara - - - - 43 - - - 115 - 22 -
32 Papua Barat 2 - 1 - 1 - 16 - 88 - 17 -
33 Papua 31 - 74 - 22 0 16 2 839 232 493 61
Indonesia 81.119 33 115.257 62 85.070 30 6.441 151 16.027 392 10.239 187
2012 2011 Rerata 5 Thn2011 Rerata 5 Thn2012
TungroBLB/Kresek
No Provinsi
Lanjutan...
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 117
Lanjutan...
T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 18.114 1 37.994 198 15.740 24
2 Sumatera Utara 7.666 41 5.043 87 6.597 24
3 Sumatera Barat 2.548 176 2.078 154 2.150 81
4 Riau 1.958 34 2.234 2 1.516 24
5 Jambi 721 8 899 14 1.233 26
6 Sumatera Selatan 7.608 90 9.100 19 6.757 43
7 Bengkulu 1.999 1 1.960 88 2.346 46
8 Lampung 12.364 7 19.768 35 14.595 44
9 Kep. Bangka Belitung 719 - 19 - 121 -
10 Kepulauan Riau - - - - - -
11 DKI. Jakarta 288 - 233 - 789 4
12 Jawa Barat 103.769 7 137.742 7 136.697 577
13 Jawa Tengah 94.873 700 131.969 3.604 92.446 1.302
14 DI. Yogyakarta 8.242 62 15.535 2.570 5.816 2
15 Jawa Timur 60.539 246 203.258 31.543 53.098 443
16 Banten 11.902 - 24.048 871 15.813 103
17 Bali 4.329 - 9.545 152 5.752 15
18 Nusa Tenggara Barat 6.046 - 9.801 1 5.394 11
19 Nusa Tenggara Timur 8.164 158 8.022 18 5.495 38
20 Kalimantan Barat 2.848 20 4.913 119 6.041 57
21 Kalimantan Tengah 3.583 35 3.304 85 2.675 24
22 Kalimantan Selatan 1.010 1 891 - 1.860 57
23 Kalimantan Timur 884 15 2.474 7 2.784 3
24 Sulawesi Utara 3.148 9 2.324 10 2.674 20
25 Sulawesi Tengah 4.840 5 8.677 87 8.174 87
26 Sulawesi Selatan 20.224 72 40.872 461 43.089 767
27 Sulawesi Tenggara 16.181 - 16.943 121 14.054 156
28 Gorontalo 1.806 - 1.365 1 1.528 3
29 Sulawesi Barat 11.955 - 6.322 5 3.338 26
30 Maluku 928 - 1.743 - 961 9
31 Maluku Utara - - 844 32 494 1
32 Papua Barat 402 - 1.156 3 685 2
33 Papua 894 2 1.569 233 1.809 61
Indonesia 420.552 1.689 712.642 40.526 462.522 4.080
2011 Rerata 5 Thn2012
OPT Utama
No Provinsi
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 118
Lampiran 16.
Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P T P T P T P
Pgr batang padi
2012 15.752 71 16.441 16 18.313 0 13.493 5 16.204 5 12.477 0
2011 15.241 3 14.804 3 15.782 48 16.587 10 15.904 6 14.121 5
Rerata 13.668 13 16.004 5 17.935 97 15.857 28 17.534 61 17.233 34
Wereng batang
coklat
2012 1.825 32 5.819 17 2.677 3 428 3 1.112 20 3.773 5
2011 24.428 519 17.904 686 6.738 193 5.974 148 26.801 2.212 109.549 25.224
Rerata 2.249 7 6.337 149 6.488 92 2.945 206 2.217 198 7.978 395
Tikus
2012 15.842 140 13.525 276 10.645 59 9.835 37 10.557 33 12.970 36
2011 27.601 137 21.798 85 15.562 358 15.645 202 17.431 215 20.643 884
Rerata 14.763 154 16.484 169 11.588 105 8.823 125 12.343 58 17.759 171
Blas
2012 12.169 13 11.951 86 6.499 19 2.836 - 3.627 - 3.632 6
2011 5.410 12 5.052 0 1.915 1 2.260 0 2.330 25 1.605 0
Rerata 2.603 19 3.932 19 3.109 4 1.705 5 1.170 3 1.788 2
BLB/Kresek
2012 14.679 27 19.504 - 12.072 - 6.930 3 5.635 - 6.267 -
2011 21.267 - 23.542 5 14.600 13 11.339 1 12.368 18 8.618 1
Rerata 7.993 - 13.708 6 16.859 7 7.209 5 7.314 0 9.815 5
Tungro
2012 1.168 80 589 13 712 37 768 9 853 1 468 3
2011 1.742 27 2.603 191 2.609 19 1.803 13 1.912 4 1.213 54
Rerata 677 1 938 2 1.037 13 1.598 40 1.594 86 1.124 30
OPT Utama
2012 61.435 363 67.830 407 50.918 118 34.290 56 37.988 59 39.587 49
2011 95.688 697 85.702 970 57.206 631 53.608 374 76.746 2.479 155.749 26.167
Rerata 41.953 195 57.402 350 57.018 320 38.136 408 42.173 407 55.696 638
OPT Utama Januari Februari Maret April Mei Juni
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 119
Lanjutan.....
T P T P T P T P T P T P T P
Pgr batang padi
2012 11.643 0 7.936 - 5.505 0 6.493 - 5.393 5 4.764 - 134.415 102
2011 10.820 5 9.102 19 9.133 262 7.591 7 7.436 2 9.873 23 146.394 391
Rerata 13.145 67 8.716 2 9.148 8 6.005 1 6.384 9 8.623 5 150.251 331
Wereng batang
coklat
2012 7.790 139 1.190 8 1.442 14 865 - 677 1 1.208 1 28.808 242
2011 23.855 5.815 4.201 1.127 1.117 94 1.043 42 1.184 2 812 2 223.606 36.064
Rerata 13.282 198 7.410 95 1.852 11 1.001 11 911 4 2.090 11 54.760 1.379
Tikus
2012 12.997 234 9.705 53 6.331 115 5.823 20 4.366 - 6.061 23 118.657 1.024
2011 18.362 420 13.105 334 9.890 301 7.141 140 7.901 225 8.874 117 183.954 3.418
Rerata 16.929 163 11.023 96 7.786 128 6.374 130 8.054 679 10.489 110 142.416 2.088
Blas
2012 4.567 5 2.246 9 1.336 0 632 - 993 0 623 - 51.113 137
2011 1.556 54 1.150 - 1.026 3 1.138 15 1.192 78 2.770 10 27.403 199
Rerata 1.468 7 844 0 625 3 474 - 832 0 1.237 0 19.786 64
BLB/Kresek
2012 6.080 2 3.098 - 2.223 1 1.047 - 1.746 - 1.837 - 81.119 33
2011 6.094 12 4.820 1 3.772 - 2.587 - 2.526 7 3.725 5 115.257 62
Rerata 6.459 - 4.263 0 2.790 0 2.360 4 2.239 2 4.059 2 85.070 30
Tungro
2012 590 3 463 2 210 4 248 - 184 - 187 - 6.441 151
2011 962 23 747 13 441 4 436 23 436 24 1.126 - 16.027 392
Rerata 814 7 627 2 593 3 425 2 366 1 445 0 10.239 187
OPT Utama
2012 43.668 382 24.639 71 17.048 134 15.108 20 13.360 6 14.679 24 420.552 1.689
2011 61.649 6.329 33.125 1.493 25.380 664 19.936 228 20.675 337 27.179 157 712.642 40.526
Rerata 52.097 442 32.884 196 22.794 154 16.640 148 18.786 695 26.943 128 462.522 4.080
OPT Utama Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 120
T P T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 261 - 184 - 129 - - - - - 17 - 591 -
2 Sumatera Utara 9 - 31 - 110 - 20 - 132 - 283 - 585 -
3 Sumatera Barat 5 - 3 - 1 - - - 45 - 1 - 55 -
4 R i a u 66 - 26 - 17 - 8 - 43 - 7 - 168 -
5 J a m b i 26 - 7 - 12 - 4 - 6 0 1 - 55 0
6 Sumatera Selatan 62 - 34 - 19 - 21 - 12 - 26 - 175 -
7 Bengkulu 28 - 16 - 11 - 6 - 2 - - - 62 -
8 Lampung 387 - 435 - 348 - 196 - 200 - 165 - 1.731 -
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 1.092 - 525 - 190 - 536 - 1.149 - 16 - 3.508 -
13 Jawa Tengah 79 - 572 - 6 - 60 - 2.184 2 515 5 3.415 7
14 DI Yogyakarta 50 - 115 - 11 - 8 - 62 - 17 - 262 -
15 Jawa Timur 212 - 158 - 137 - 226 0 1.283 19 217 - 2.234 19
16 Banten - - - - - - - - - - - - - -
17 B a l i - - - - - - 2 - - - - - 2 -
18 Nusa Tenggara Barat 169 - 209 - 113 - 8 - 70 - - - 568 -
19 Nusa Tenggara Timur 74 27 3.200 - 3 - 1 - 136 - 48 - 3.461 27
20 Kalimantan Barat 41 - 33 - 1 - 46 - 55 - 67 - 241 -
21 Kalimantan Tengah 23 - 20 - 3 - 3 - 0 - - - 49 -
22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - 7 - 27 - 34 -
23 Kalimantan Timur 44 - 30 - 2 - 26 - 27 - 2 - 130 -
24 Sulawesi Utara 192 - 191 - 13 - 63 - 68 - 447 - 973 -
25 Sulawesi Tengah 38 - 81 - 11 - 12 - 21 - 21 - 184 -
26 Sulawesi Selatan 344 - 320 - 213 - 455 - 549 - 984 - 2.865 -
27 Sulawesi Tenggara 203 - 153 - 152 - - - - - 100 - 608 -
28 Gorontalo 1.160 - 1.125 - 193 - 363 - 32 - 160 - 3.033 -
29 Sulawesi Barat 215 - 360 - 50 - 12 - 49 - 389 - 1.074 -
30 M a l u k u 32 - 35 - 9 - - - 0 - 1 - 76 -
31 Maluku Utara 2 - 4 - - - 2 - 0 - 0 - 9 -
32 Papua Barat 1 - 4 - 7 - 6 - - - 3 - 21 -
33 Papua 22 - 330 - 12 - - - - - - - 364 -
Jumlah 4.837 27 8.200 - 1.770 - 2.082 0 6.130 21 3.513 5 26.532 53
OPT UtamaNo Provinsi
Penggerek
tongkol
Penggerek
batangUlat grayak Lalat bibit Bulai Tikus
Lampiran 17.
Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 121
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 261 - 314 3 394 - 184 - 131 - 244 0
2 Sumatera Utara 9 - 23 - 56 - 31 - 16 - 50 -
3 Sumatera Barat 5 - 6 0 4 - 3 - 2 - 1 -
4 Riau 66 - 92 - 48 - 26 - 60 - 25 -
5 Jambi 26 - 47 0 18 0 7 - 16 - 13 -
6 Sumatera Selatan 62 - 64 - 49 - 34 - 62 - 37 -
7 Bengkulu 28 - 11 - 18 - 16 - 21 - 13 -
8 Lampung 387 - 566 - 270 - 435 - 458 - 173 -
9 Kep. Bangka Belitung - - - - 0 - - - - - 0 -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - 0 - - - - - - -
12 Jawa Barat 1.092 - 948 - 291 - 525 - 575 - 163 -
13 Jawa Tengah 79 - 114 - 118 - 572 - 678 - 271 -
14 DI. Yogyakarta 50 - 73 - 104 - 115 - 59 - 119 -
15 Jawa Timur 212 - 425 - 92 - 158 - 357 - 145 -
16 Banten - - - - 15 - - - - - 14 -
17 Bali - - - - 2 - - - - - 1 -
18 Nusa Tenggara Barat 169 - 350 - 97 - 209 - 46 - 30 -
19 Nusa Tenggara Timur 74 27 82 - 189 - 3.200 - 118 - 272 -
20 Kalimantan Barat 41 - 82 - 66 - 33 - 103 - 84 -
21 Kalimantan Tengah 23 - 67 - 27 - 20 - 47 - 32 -
22 Kalimantan Selatan - - - - 2 - - - - - 1 -
23 Kalimantan Timur 44 - 54 - 30 - 30 - 53 - 47 -
24 Sulawesi Utara 192 - 339 - 251 - 191 - 210 - 256 -
25 Sulawesi Tengah 38 - 241 - 96 - 81 - 231 - 130 -
26 Sulawesi Selatan 344 - 1.332 - 243 - 320 - 1.347 - 471 -
27 Sulawesi Tenggara 203 - 342 - 82 - 153 - 130 - 173 -
28 Gorontalo 1.160 - 567 - 76 - 1.125 - 587 - 108 -
29 Sulawesi Barat 215 - 242 - 71 - 360 - 507 - 59 -
30 Maluku 32 - 27 - 18 - 35 - 36 - 71 -
31 Maluku Utara 2 - 57 - 14 0 4 - 91 - 29 1
32 Papua Barat 1 - 1 - - - 4 - 6 - 30 0
33 Papua 22 - 26 - 19 - 330 - 362 - 206 -
Indonesia 4.837 27 6.490 4 2.758 0 8.200 - 6.309 - 3.268 2
No Provinsi
Penggerek tongkol Penggerek batang
2012 2012 2011 Rerata 5 Thn2011 Rerata 5 Thn
Lampiran 18.
Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 122
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 129 - 384 - 363 0 - - 5 - 37 -
2 Sumatera Utara 110 - 23 - 37 - 20 - 7 - 48 -
3 Sumatera Barat 1 - 3 1 1 - - - 0 - - -
4 Riau 17 - 16 - 4 - 8 - 2 - 4 -
5 Jambi 12 - 6 - 81 71 4 - 7 - 7 -
6 Sumatera Selatan 19 - 20 - 7 - 21 - 12 - 13 -
7 Bengkulu 11 - 11 - 18 0 6 - 4 - 25 -
8 Lampung 348 - 697 - 143 - 196 - 413 - 129 -
9 Kep. Bangka Belitung - - - - 0 - - - 0 - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - 0 - - - - - 0 -
12 Jawa Barat 190 - 136 - 90 - 536 - 459 - 241 -
13 Jawa Tengah 6 - 86 - 48 - 60 - 240 - 88 -
14 DI. Yogyakarta 11 - 92 - 63 - 8 - 36 - 27 -
15 Jawa Timur 137 - 472 20 104 1 226 0 985 - 250 -
16 Banten - - - - 5 - - - - - 1 -
17 Bali - - - - 9 - 2 - - - 1 -
18 Nusa Tenggara Barat 113 - 133 - 114 - 8 - 42 - 14 -
19 Nusa Tenggara Timur 3 - 9 - 262 - 1 - 17 - 62 -
20 Kalimantan Barat 1 - 3 - 32 - 46 - 131 - 110 -
21 Kalimantan Tengah 3 - 7 - 6 - 3 - 7 - 13 -
22 Kalimantan Selatan - - - - 3 0 - - - - 0 -
23 Kalimantan Timur 2 - 11 - 2 - 26 - 25 - 13 -
24 Sulawesi Utara 13 - 22 - 28 - 63 - 69 - 144 -
25 Sulawesi Tengah 11 - 16 - 11 - 12 - 40 - 14 -
26 Sulawesi Selatan 213 - 598 - 507 - 455 - 1.246 - 142 -
27 Sulawesi Tenggara 152 - 350 - 123 - - - 1 - 2 -
28 Gorontalo 193 - 198 - 139 1 363 - 256 - 100 -
29 Sulawesi Barat 50 - - - 8 - 12 - 22 - 8 -
30 Maluku 9 - 5 - 4 - - - 0 - 5 -
31 Maluku Utara - - 2 - 2 - 2 - 30 - 7 -
32 Papua Barat 7 - 18 - 1 - 6 - 2 - 1 -
33 Papua 12 - 17 - 15 - - - - - 1 -
Indonesia 1.770 - 3.333 21 2.231 74 2.082 0 4.058 - 1.509 -
2011 Rerata 5 Thn 2012 2011 Rerata 5 ThnNo Provinsi
Ulat grayak
2012
Lalat bibit
Lanjutan...
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 123
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh - - 45 - 31 - 17 - 60 - 22 -
2 Sumatera Utara 132 - 101 - 107 0 283 - 196 - 345 -
3 Sumatera Barat 45 - 61 0 19 - 1 - 4 - 2 0
4 Riau 43 - 88 - 49 0 7 - 3 - 5 -
5 Jambi 6 0 13 - 6 0 1 - 0 - 1 -
6 Sumatera Selatan 12 - 19 - 20 - 26 - 11 - 39 -
7 Bengkulu 2 - 11 - 28 - - - 3 - 6 -
8 Lampung 200 - 470 - 182 9 165 - 708 24 182 -
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 1.149 - 1.101 - 395 - 16 - 86 - 140 8
13 Jawa Tengah 2.184 2 1.186 - 189 0 515 5 1.237 7 345 1
14 DI. Yogyakarta 62 - 383 - 179 1 17 - 24 - 34 -
15 Jawa Timur 1.283 19 2.729 120 1.211 91 217 - 863 39 249 2
16 Banten - - 2 - 5 - - - - - 2 -
17 Bali - - - - 0 - - - 6 - 29 -
18 Nusa Tenggara Barat 70 - 28 - 7 - - - 367 - 13 -
19 Nusa Tenggara Timur 136 - 382 - 267 95 48 - 336 - 395 40
20 Kalimantan Barat 55 - 178 - 137 - 67 - 91 1 110 0
21 Kalimantan Tengah 0 - 4 - 7 0 - - 0 - 1 -
22 Kalimantan Selatan 7 - 0 - 47 1 27 - 4 - 15 1
23 Kalimantan Timur 27 - 68 - 22 2 2 - 1 - 9 -
24 Sulawesi Utara 68 - 102 - 134 - 447 - 619 - 878 31
25 Sulawesi Tengah 21 - 69 - 41 1 21 - 203 1 43 -
26 Sulawesi Selatan 549 - 1.949 7 160 - 984 - 3.087 2 781 2
27 Sulawesi Tenggara - - 65 - 3 - 100 - 464 10 18 -
28 Gorontalo 32 - 189 - 62 4 160 - 375 - 136 0
29 Sulawesi Barat 49 - 66 - 5 - 389 - 546 - 99 1
30 Maluku 0 - - - 0 - 1 - 2 - 4 -
31 Maluku Utara 0 - 14 - 2 - 0 - 22 - 22 0
32 Papua Barat - - - - 0 - 3 - 17 - 1 -
33 Papua - - - - 1 - - - 8 - 3 -
Indonesia 6.130 21 9.322 127 3.314 203 3.513 5 9.340 84 3.930 87
2012 2011 Rerata 5 Thn2011 Rerata 5 Thn2012No Provinsi
TikusBulai
Lanjutan...
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 124
T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 591 - 939 3 1.091 1
2 Sumatera Utara 585 - 366 - 642 0
3 Sumatera Barat 55 - 75 2 27 0
4 Riau 168 - 261 - 135 0
5 Jambi 55 0 89 0 126 71
6 Sumatera Selatan 175 - 187 - 164 -
7 Bengkulu 62 - 60 - 109 0
8 Lampung 1.731 - 3.312 24 1.079 9
9 Kep. Bangka Belitung - - 0 - 1 -
10 Kepulauan Riau - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - 1 -
12 Jawa Barat 3.508 - 3.305 - 1.319 8
13 Jawa Tengah 3.415 7 3.541 7 1.059 1
14 DI. Yogyakarta 262 - 668 - 525 1
15 Jawa Timur 2.234 19 5.831 179 2.052 94
16 Banten - - 2 - 42 -
17 Bali 2 - 6 - 43 -
18 Nusa Tenggara Barat 568 - 965 - 274 -
19 Nusa Tenggara Timur 3.461 27 942 - 1.446 135
20 Kalimantan Barat 241 - 587 1 540 0
21 Kalimantan Tengah 49 - 132 - 86 0
22 Kalimantan Selatan 34 - 4 - 69 2
23 Kalimantan Timur 130 - 212 - 123 2
24 Sulawesi Utara 973 - 1.361 - 1.690 31
25 Sulawesi Tengah 184 - 800 1 335 1
26 Sulawesi Selatan 2.865 - 9.558 9 2.304 2
27 Sulawesi Tenggara 608 - 1.351 10 401 -
28 Gorontalo 3.033 - 2.171 - 622 5
29 Sulawesi Barat 1.074 - 1.383 - 250 1
30 Maluku 76 - 70 - 102 -
31 Maluku Utara 9 - 216 - 75 1
32 Papua Barat 21 - 44 - 32 0
33 Papua 364 - 412 - 245 -
Indonesia 26.532 53 38.852 236 17.010 366
2011 Rerata 5 Thn2012No Provinsi
OPT Utama
Lanjutan...
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 125
Lampiran 19.
Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P T P T P T P
Penggerek tongkol
2012 975 27 655 - 381 - 332 - 301 - 369 -
2011 468 - 470 - 379 - 493 - 482 0 520 0
Rerata 318 0 316 - 375 - 171 - 217 - 236 -
Penggerek batang
2012 868 - 3.729 - 549 - 307 - 385 - 621 -
2011 357 - 339 - 336 - 384 - 729 - 473 -
Rerata 434 - 337 2 268 - 220 - 270 - 295 -
Ulat grayak
2012 321 - 230 - 194 - 109 - 157 - 129 -
2011 305 - 248 - 198 - 183 - 276 - 326 -
Rerata 542 0 241 0 174 - 97 - 105 - 228 71
Lalat bibit
2012 413 - 304 - 143 - 213 0 148 - 138 -
2011 168 - 247 - 467 - 309 - 384 - 270 -
Rerata 212 - 110 - 126 - 129 - 129 - 96 -
Bulai
2012 992 - 642 6 271 - 438 0 667 2 1.772 13
2011 593 - 689 - 637 7 695 3 1.029 32 901 19
Rerata 718 22 249 76 210 - 158 3 289 42 405 40
Tikus
2012 660 5 566 - 244 - 127 - 194 - 126 -
2011 943 2 773 - 459 1 564 - 881 1 1.321 -
Rerata 342 - 562 37 342 36 177 - 253 - 273 -
OPT Utama
2012 4.229 32 6.126 6 1.782 - 1.526 0 1.852 2 3.155 13
2011 2.834 2 2.766 - 2.477 8 2.627 3 3.781 33 3.811 19
Rerata 2.566 22 1.814 115 1.493 36 953 3 1.264 42 1.533 111
OPT UtamaJanuari Februari Maret April Mei Juni
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 126
Lanjutan...
T P T P T P T P T P T P T P
Penggerek tongkol
2012 466 - 295 - 459 - 311 - 222 - 71 - 4.837 27
2011 578 0 500 - 633 - 566 0 551 0 850 3 6.490 4
Rerata 233 - 176 - 177 - 173 - 174 0 191 0 2.758 0
Penggerek batang
2012 495 - 324 - 323 - 270 - 211 - 118 - 8.200 -
2011 637 - 496 - 459 - 616 - 688 - 796 - 6.309 -
Rerata 254 - 277 - 246 0 199 - 219 - 249 - 3.268 2
Ulat grayak
2012 159 - 199 - 128 - 84 - 27 - 33 - 1.770 -
2011 346 20 207 - 188 - 125 - 433 - 497 1 3.333 21
Rerata 135 0 94 - 107 1 140 - 164 1 205 - 2.231 74
Lalat bibit
2012 115 - 56 - 187 - 61 - 148 - 156 - 2.082 0
2011 321 - 249 - 119 - 424 - 571 - 530 - 4.058 -
Rerata 82 - 61 - 84 - 90 - 245 - 145 - 1.509 -
Bulai
2012 530 0 66 - 445 - 124 - 81 - 102 - 6.130 21
2011 823 20 611 9 497 19 417 16 786 1 1.643 1 9.322 127
Rerata 158 4 239 1 110 1 170 8 290 3 318 3 3.314 203
Tikus
2012 599 - 384 - 279 - 110 - 98 - 127 - 3.513 5
2011 1.152 39 889 24 650 - 701 - 487 12 520 5 9.340 84
Rerata 325 - 416 1 266 1 191 0 401 2 383 9 3.930 87
OPT Utama
2012 2.365 0 1.323 - 1.821 - 960 - 786 - 606 - 26.532 53
2011 3.858 80 2.952 33 2.546 19 2.848 16 3.517 13 4.835 10 38.852 236
Rerata 1.188 4 1.263 3 990 4 962 8 1.493 6 1.491 12 17.010 366
OPT UtamaJuli Agustus September Oktober November Desember Total
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 127
T P T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 421 - 541 - 12 - 88 - 290 - 42 - 1.394 -
2 Sumatera Utara 143 - 88 - - - 32 - 34 - - - 297 -
3 Sumatera Barat 1 - - - - - - - 2 - - - 2 -
4 R i a u 3 - 6 - 8 - 5 - 2 - 2 - 26 -
5 J a m b i 4 - 4 - 0 - - - 2 - 0 - 11 -
6 Sumatera Selatan 2 - - - 5 - - - 2 - 1 - 10 -
7 Bengkulu - - - - - - - - - - - - - -
8 Lampung 32 - 42 - 5 - 3 - 10 - - - 92 -
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 133 - 124 - 206 - 29 - 132 - 81 - 705 -
13 Jawa Tengah 196 - 113 - 62 - 238 15 78 - 207 - 894 15
14 DI Yogyakarta 30 - 59 - 44 - 8 - 20 - 41 - 201 -
15 Jawa Timur 183 - 67 - 47 - 105 - 14 - 46 - 462 -
16 Banten - - - - - - - - - - - - - -
17 B a l i 32 - 3 - 4 - 8 - 4 - - - 51 -
18 Nusa Tenggara Barat 56 - 131 - 102 - 4 - 72 - 133 - 497 -
19 Nusa Tenggara Timur - - 2 - - - - - - - - - 2 -
20 Kalimantan Barat 4 - - - - - - - - - - - 4 -
21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - - - - - - -
23 Kalimantan Timur - - 1 - - - - - 3 - - - 4 -
24 Sulawesi Utara - - 2 - - - - - - - 2 - 4 -
25 Sulawesi Tengah 28 - 40 - 2 - - - 43 - 17 - 130 -
26 Sulawesi Selatan 7 - 18 - 1 - 34 - 19 - 3 - 82 -
27 Sulawesi Tenggara 63 - 27 - - - 2 - 4 - - - 95 -
28 Gorontalo 5 - 6 - - - - - 3 - - - 14 -
29 Sulawesi Barat 6 - - - - - 1 - 17 - - - 24 -
30 M a l u k u - - - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara - - - - 0 - - - - - - - 0 -
32 Papua Barat 19 - 109 - - - - - - - - - 128 -
33 Papua 30 - 23 - 4 - 2 - 7 - 30 - 95 -
Jumlah 1.397 - 1.404 - 502 - 557 15 754 - 606 - 5.221 15
OPT UtamaNo Provinsi
Ulat grayak Pgl daunLalat
kacangTikus
Penggerek
polongUlat jengkal
Lampiran 20.
Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 128
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 421 - 457 - 586 - 541 - 847 - 768 -
2 Sumatera Utara 143 - 48 - 57 - 88 - 4 - 17 -
3 Sumatera Barat 1 - 0 - 0 - - - - - 3 -
4 Riau 3 - 29 - 3 - 6 - 30 - 10 -
5 Jambi 4 - 4 - 40 - 4 - 28 - 12 0
6 Sumatera Selatan 2 - 8 - 3 - - - 8 - 11 -
7 Bengkulu - - - - 4 - - - - - 4 -
8 Lampung 32 - 18 - 13 - 42 - 26 - 11 -
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - - - - - - - 9 -
12 Jawa Barat 133 - 333 - 77 - 124 - 310 - 93 -
13 Jawa Tengah 196 - 266 - 163 - 113 - 258 - 86 -
14 DI. Yogyakarta 30 - 220 - 35 - 59 - 39 - 59 -
15 Jawa Timur 183 - 773 - 199 - 67 - 543 - 143 -
16 Banten - - - - - - - - - - 1 -
17 Bali 32 - 47 - 14 - 3 - 1 - 22 -
18 Nusa Tenggara Barat 56 - 105 - 197 28 131 - 109 - 235 -
19 Nusa Tenggara Timur - - 6 - 24 - 2 - 1 - 4 -
20 Kalimantan Barat 4 - - - 13 - - - 26 - 12 -
21 Kalimantan Tengah - - - - 3 - - - 6 - 2 -
22 Kalimantan Selatan - - 0 - 7 - - - - - 2 -
23 Kalimantan Timur - - - - 1 - 1 - 1 - 2 -
24 Sulawesi Utara - - 1 - 3 - 2 - 1 - 5 -
25 Sulawesi Tengah 28 - 29 - 44 18 40 - 117 - 42 -
26 Sulawesi Selatan 7 - 303 - 40 - 18 - 121 - 22 -
27 Sulawesi Tenggara 63 - 143 - 52 - 27 - 43 - 6 -
28 Gorontalo 5 - 1 - 5 - 6 - 2 - 1 -
29 Sulawesi Barat 6 - 2 - - - - - 3 - 1 -
30 Maluku - - - - - - - - - - 2 -
31 Maluku Utara - - 8 - 6 - - - 61 - 2 -
32 Papua Barat 19 - 40 - 15 - 109 - 43 - 16 -
33 Papua 30 - 46 - 23 - 23 - 21 - 7 -
Indonesia 1.397 - 2.886 - 1.625 46 1.404 - 2.648 - 1.611 0
No Provinsi
Ulat grayak Penggulung daun
2012 2012 2011 Rerata 5 Thn2011 Rerata 5 Thn
Lampiran 21.
Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 129
Lanjutan...
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 12 - 28 - 188 - 88 - 38 - 77 -
2 Sumatera Utara - - 8 - 1 - 32 - - - 1 -
3 Sumatera Barat - - 0 - 0 - - - - - 0 -
4 Riau 8 - 20 - 1 - 5 - - - - -
5 Jambi 0 - 1 - 3 - - - - - 0 -
6 Sumatera Selatan 5 - 2 - 15 - - - - - 5 -
7 Bengkulu - - - - - - - - - - - -
8 Lampung 5 - 9 - 3 - 3 - - - 1 -
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - 21 - - - - - - -
12 Jawa Barat 206 - 246 - 61 - 29 - 93 - 55 -
13 Jawa Tengah 62 - 137 - 35 - 238 15 144 - 43 -
14 DI. Yogyakarta 44 - 50 - 69 - 8 - 4 - 17 -
15 Jawa Timur 47 - 107 - 34 - 105 - 529 - 108 -
16 Banten - - - - - - - - - - - -
17 Bali 4 - 24 - 10 - 8 - 18 - 13 -
18 Nusa Tenggara Barat 102 - 76 - 153 - 4 - 77 - 62 -
19 Nusa Tenggara Timur - - 1 - 6 - - - - - 1 -
20 Kalimantan Barat - - - - 1 - - - - - 1 -
21 Kalimantan Tengah - - - - 0 - - - - - 1 -
22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - - - 2 -
23 Kalimantan Timur - - - - 2 - - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - 3 - 3 - - - 6 - 1 -
25 Sulawesi Tengah 2 - 18 - 6 - - - 2 - 5 -
26 Sulawesi Selatan 1 - 14 - 9 - 34 - 99 - 42 -
27 Sulawesi Tenggara - - - - 1 - 2 - 17 - 3 -
28 Gorontalo - - - - 3 - - - - - 0 -
29 Sulawesi Barat - - - - 0 - 1 - - - 7 -
30 Maluku - - - - - - - - - - - -
31 Maluku Utara 0 - 25 - 4 - - - - - - -
32 Papua Barat - - - - 2 - - - 3 - 2 -
33 Papua 4 - 2 - 2 - 2 - 1 - 2 -
Indonesia 502 - 771 - 633 - 557 15 1.029 - 447 -
2011 Rerata 5 Thn 2012 2011 Rerata 5 ThnNo Provinsi
Lalat kacang
2012
Tikus
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 130
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 290 - 203 - 427 - 42 - 185 - 152 -
2 Sumatera Utara 34 - 27 - 8 - - - - - 0 -
3 Sumatera Barat 2 - 2 - 1 - - - - - - -
4 Riau 2 - 32 - 11 - 2 - 0 - 3 -
5 Jambi 2 - 20 - 7 0 0 - 0 - 2 -
6 Sumatera Selatan 2 - 52 - 13 - 1 - 3 - 3 -
7 Bengkulu - - - - 1 - - - - - - -
8 Lampung 10 - 8 - 11 - - - 5 - 5 -
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - 1 - - - - - - -
12 Jawa Barat 132 - 193 - 115 - 81 - 101 - 27 -
13 Jawa Tengah 78 - 105 - 113 - 207 - 270 - 111 -
14 DI. Yogyakarta 20 - 47 - 41 - 41 - 272 - 92 -
15 Jawa Timur 14 - 123 - 34 - 46 - 223 - 87 -
16 Banten - - - - 5 - - - - - - -
17 Bali 4 - 3 - 9 - - - - - 4 -
18 Nusa Tenggara Barat 72 - 173 - 64 - 133 - 290 - 102 -
19 Nusa Tenggara Timur - - 0 - 11 - - - - - 6 -
20 Kalimantan Barat - - - - 2 - - - - - 1 -
21 Kalimantan Tengah - - 0 - 3 - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - 1 - 0 - - - - - - -
23 Kalimantan Timur 3 - 8 - 1 - - - - - - -
24 Sulawesi Utara - - 3 - 29 - 2 - - - 3 -
25 Sulawesi Tengah 43 - 25 - 39 - 17 - 22 - 6 -
26 Sulawesi Selatan 19 - 133 - 63 - 3 - - - 2 -
27 Sulawesi Tenggara 4 - 17 - 80 - - - - - 3 2
28 Gorontalo 3 - 0 - 18 - - - - - 1 -
29 Sulawesi Barat 17 - 8 - 0 - - - - - - -
30 Maluku - - 0 - 0 - - - - - - -
31 Maluku Utara - - 12 - 2 - - - 2 - 1 -
32 Papua Barat - - - - 3 - - - 14 - 1 -
33 Papua 7 - 33 - 8 - 30 - 10 - 17 -
Indonesia 754 - 1.226 - 1.122 0 606 - 1.395 - 628 2
2012 2011 Rerata 5 Thn2011 Rerata 5 Thn2012No Provinsi
Ulat jengkalPenggerek polong
Lanjutan...
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 131
T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 1.394 - 1.758 - 2.198 -
2 Sumatera Utara 297 - 87 - 84 -
3 Sumatera Barat 2 - 2 - 5 -
4 Riau 26 - 110 - 27 -
5 Jambi 11 - 52 - 64 0
6 Sumatera Selatan 10 - 73 - 50 -
7 Bengkulu - - - - 10 -
8 Lampung 92 - 66 - 44 -
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - 31 -
12 Jawa Barat 705 - 1.276 - 429 -
13 Jawa Tengah 894 15 1.179 - 551 -
14 DI. Yogyakarta 201 - 631 - 312 -
15 Jawa Timur 462 - 2.297 - 605 -
16 Banten - - - - 6 -
17 Bali 51 - 93 - 71 -
18 Nusa Tenggara Barat 497 - 831 - 813 28
19 Nusa Tenggara Timur 2 - 8 - 53 -
20 Kalimantan Barat 4 - 26 - 29 -
21 Kalimantan Tengah - - 7 - 9 -
22 Kalimantan Selatan - - 1 - 12 -
23 Kalimantan Timur 4 - 9 - 5 -
24 Sulawesi Utara 4 - 13 - 43 -
25 Sulawesi Tengah 130 - 213 - 142 18
26 Sulawesi Selatan 82 - 670 - 178 -
27 Sulawesi Tenggara 95 - 221 - 144 2
28 Gorontalo 14 - 3 - 27 -
29 Sulawesi Barat 24 - 12 - 8 -
30 Maluku - - 0 - 2 -
31 Maluku Utara 0 - 107 - 16 -
32 Papua Barat 128 - 100 - 39 -
33 Papua 95 - 113 - 59 -
Indonesia 5.221 15 9.956 - 6.065 48
2011 Rerata 5 Thn2012No Provinsi
OPT Utama
Lanjutan...
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 132
Lampiran 22.
Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P T P T P T P
Ulat grayak
2012 190 - 157 - 83 - 91 - 231 - 65 -
2011 212 - 325 - 127 - 107 - 102 - 142 -
Rerata 110 2 190 28 85 - 111 0 225 - 106 -
Penggulung daun
2012 153 - 97 - 85 - 217 - 71 - 36 -
2011 71 - 69 - 167 - 418 - 328 - 172 -
Rerata 185 - 75 - 93 - 116 - 173 - 220 0
Lalat kacang
2012 14 - 11 - 26 - 56 - 51 - 27 -
2011 38 - 77 - 46 - 69 - 24 - 64 -
Rerata 25 - 17 - 47 - 74 - 81 - 55 -
Tikus
2012 36 - 9 - 7 - 11 - 37 - 48 15
2011 - - 15 - 2 - 9 - 176 - 64 -
Rerata 35 - 5 - 75 - 16 - 11 - 20 -
Penggerek polong
2012 129 - 65 - 10 - 4 - 24 - 29 -
2011 56 - 159 - 90 - 70 - 98 - 62 -
Rerata 88 - 116 - 93 - 49 - 113 - 97 0
Ulat jengkal
2012 147 - 22 - 26 - 60 - 115 - 9 -
2011 62 - 30 - 39 - 199 - 41 - 36 -
Rerata 66 - 49 2 16 - 39 - 39 - 56 -
OPT Utama
2012 669 - 361 - 236 - 439 - 528 - 214 15
2011 440 - 675 - 470 - 872 - 769 - 541 -
Rerata 508 2 452 30 409 - 405 0 643 - 554 0
OPT UtamaJanuari Februari Maret April Mei Juni
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 133
Lanjutan.....
T P T P T P T P T P T P T P
Ulat grayak
2012 209 - 97 - 208 - 24 - 36 - 7 - 1.397 -
2011 395 - 696 - 387 - 223 - 45 - 124 - 2.886 -
Rerata 139 2 274 4 141 2 118 - 46 4 81 4 1.625 46
Penggulung daun
2012 302 - 262 - 117 - 32 - 22 - 11 - 1.404 -
2011 282 - 503 - 266 - 65 - 161 - 145 - 2.648 -
Rerata 191 - 224 - 86 - 58 0 70 - 121 - 1.611 0
Lalat kacang
2012 103 - 78 - 116 - - - 5 - 17 - 502 -
2011 180 - 90 - 21 - 33 - 101 - 26 - 771 -
Rerata 112 - 90 - 17 - 42 - 23 - 50 - 633 -
Tikus
2012 178 - 70 - 122 - 40 - 0 - - - 557 15
2011 127 - 135 - 102 - 260 - 86 - 55 - 1.029 -
Rerata 65 - 68 - 69 - 42 - 10 - 32 - 447 -
Penggerek polong
2012 99 - 153 - 100 - 81 - 55 - 4 - 754 -
2011 80 - 149 - 241 - 171 - 33 - 15 - 1.226 -
Rerata 105 - 101 - 121 - 116 - 51 - 70 - 1.122 0
Ulat jengkal
2012 39 - 84 - 66 - 25 - - - 14 - 606 -
2011 75 - 275 - 202 - 74 - 14 - 350 - 1.395 -
Rerata 43 - 95 - 49 - 88 - 5 - 83 - 628 2
OPT Utama
2012 929 - 744 - 730 - 202 - 117 - 52 - 5.221 15
2011 1.140 - 1.848 - 1.219 - 826 - 441 - 714 - 9.956 -
Rerata 655 2 852 4 483 2 462 0 205 4 436 4 6.065 48
OPT UtamaJuli Agustus September Oktober November Desember Total
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 134
Lampiran 23.
Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012
T P T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 16 - - - 29 - 14 - 54 - 222 - 335 -
2 Sumatera Utara 10 - - - 24 - - - 26 - 19 - 80 -
3 Sumatera Barat - - 1 - 33 - - - 0 - 12 - 46 -
4 R i a u 4 - 15 - 29 - 8 - 3 - 6 - 64 -
5 J a m b i 2 - 1 - 8 - 4 0 1 - 2 - 19 0
6 Sumatera Selatan 0 - 12 - 8 - - - 4 - 10 - 34 -
7 Bengkulu 0 - - - 1 - 1 - - - 3 - 4 -
8 Lampung - - - - - - - - - - - - - -
9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - -
10 Kep. Riau - - - - - - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 114 - 14 - 555 - 8 - 122 - 592 - 1.405 -
13 Jawa Tengah 2 - 92 - 140 - - - 25 - 47 7 306 7
14 DI Yogyakarta 17 - - - 290 - - - 37 - 82 - 426 -
15 Jawa Timur 21 - 0 - 1.262 - - - 6 - 137 - 1.427 -
16 Banten - - - - 4 - - - - - - - 4 -
17 B a l i - - - - 2 - - - 35 - - - 37 -
18 Nusa Tenggara Barat 10 - 64 - 18 - - - 15 - 266 - 373 -
19 Nusa Tenggara Timur 0 - 6 - 78 - - - - - 3 - 87 -
20 Kalimantan Barat - - - - 4 - - - 1 - - - 5 -
21 Kalimantan Tengah - - - - 3 - 0 - - - - - 3 -
22 Kalimantan Selatan - - - - 3 - - - - - - - 3 -
23 Kalimantan Timur - - - - 18 - - - 7 - 16 - 40 -
24 Sulawesi Utara 23 - 6 - 20 - 3 - 50 - 8 - 109 -
25 Sulawesi Tengah - - - - 5 - 3 - 6 - 4 - 18 -
26 Sulawesi Selatan 4 - - - 5 - 11 - 37 - - - 57 -
27 Sulawesi Tenggara 15 - - - 5 - 100 - 83 - - - 202 -
28 Gorontalo 3 - - - 9 - - - - - 3 - 14 -
29 Sulawesi Barat 12 - - - 25 - 5 - 10 - 4 - 56 -
30 M a l u k u 3 - - - 2 - - - 6 - 1 - 12 -
31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - - - -
32 Papua Barat - - - - - - - - 3 - 1 - 4 -
33 Papua 6 - - - 8 - 1 - 1 - 4 - 20 -
Jumlah 262 - 210 - 2.586 - 156 0 532 - 1.441 7 5.187 7
OPT UtamaNo Provinsi
Ulat grayak Pelipat daunBercak daun
coklatBabi hutan Tikus Karat daun
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 135
Lampiran 24.
Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 16 - 16 - 21 - - - 21 - 90 -
2 Sumatera Utara 10 - 12 - 8 - - - - - 2 -
3 Sumatera Barat - - - - - - 1 - 1 - 1 -
4 Riau 4 - 11 - 1 - 15 - 14 - 5 -
5 Jambi 2 - 2 - 1 - 1 - 1 - 1 -
6 Sumatera Selatan 0 - 1 - 1 - 12 - 16 - 4 -
7 Bengkulu 0 - 1 - 0 - - - - - 0 -
8 Lampung - - - - 1 - - - - - - -
9 Kep.Bangka Belitung - - - - 0 - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 114 - 35 - 16 - 14 - 23 - 32 -
13 Jawa Tengah 2 - 50 - 20 - 92 - 140 - 14 -
14 DI. Yogyakarta 17 - 60 - 30 - - - 18 - 18 -
15 Jawa Timur 21 - 126 - 17 - 0 - 3 - 5 -
16 Banten - - - - 24 - - - - - 18 -
17 Bali - - - - - - - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat 10 - 58 - 46 - 64 - 54 - 17 -
19 Nusa Tenggara Timur 0 - - - 8 - 6 - - - 16 -
20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - 1 - 13 - - - - - - -
23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - - 0 -
24 Sulawesi Utara 23 - 37 0 17 - 6 - 35 - 0 -
25 Sulawesi Tengah - - - - 0 - - - - - 3 -
26 Sulawesi Selatan 4 - 106 - 5 - - - - - 5 -
27 Sulawesi Tenggara 15 - 57 - 11 - - - - - - -
28 Gorontalo 3 - 2 - 5 - - - - - - -
29 Sulawesi Barat 12 - - - - - - - 22 - 0 -
30 Maluku 3 - 1 - 3 - - - - - - -
31 Maluku Utara - - 3 - 1 - - - - - - -
32 Papua Barat - - 1 - - - - - - - - -
33 Papua 6 - 8 - 3 - - - 4 - 1 -
Indonesia 262 - 587 0 253 - 210 - 353 - 231 -
No Provinsi
Penggerek tongkol Penggerek batang
2012 2012 2011 Rerata 5 Thn2011 Rerata 5 Thn
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 136
Lanjutan...
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 29 - 20 - 13 - 14 - 43 - 31 -
2 Sumatera Utara 24 - 36 - 29 - - - - - 1 -
3 Sumatera Barat 33 - 35 - 15 - - - 1 - 2 0
4 Riau 29 - 63 - 37 - 8 - 7 - 3 -
5 Jambi 8 - 12 0 18 - 4 0 4 0 5 1
6 Sumatera Selatan 8 - 23 - 27 - - - - - 1 -
7 Bengkulu 1 - 1 - 5 - 1 - 1 - 1 -
8 Lampung - - 3 - 6 - - - - - 1 -
9 Kep.Bangka Belitung - - - - 1 - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - 0 - - - - - - -
12 Jawa Barat 555 - 405 - 262 - 8 - - - 0 -
13 Jawa Tengah 140 - 79 - 198 - - - - - 1 -
14 DI. Yogyakarta 290 - 265 - 304 - - - - - - -
15 Jawa Timur 1.262 - 2.510 - 683 - - - 2 - 1 -
16 Banten 4 - 68 - 45 - - - - - - -
17 Bali 2 - 53 - 18 - - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat 18 - 102 - 73 - - - 30 - 4 -
19 Nusa Tenggara Timur 78 - 38 - 0 - - - - - 2 -
20 Kalimantan Barat 4 - 51 - 2 - - - - - - -
21 Kalimantan Tengah 3 - 6 - 4 - 0 - 4 - 5 -
22 Kalimantan Selatan 3 - 1 - 3 - - - - - 2 -
23 Kalimantan Timur 18 - 16 - 8 - - - - - 1 -
24 Sulawesi Utara 20 - 58 - 36 - 3 - 1 - 1 -
25 Sulawesi Tengah 5 - 20 - 17 - 3 - - - 6 -
26 Sulawesi Selatan 5 - 10 - 12 - 11 - 5 - 2 -
27 Sulawesi Tenggara 5 - 47 - 9 - 100 - 96 - 73 -
28 Gorontalo 9 - - - 4 - - - - - 1 -
29 Sulawesi Barat 25 - 9 - 1 - 5 - 2 - 1 -
30 Maluku 2 - 6 - 10 - - - - - 0 -
31 Maluku Utara - - 14 - 11 - - - - - 2 0
32 Papua Barat - - 0 - - - - - - - 0 -
33 Papua 8 - 6 - 19 - 1 - 9 - 9 0
Indonesia 2.586 - 3.955 0 1.872 - 156 0 202 0 155 1
2011 Rerata 5 Thn 2012 2011 Rerata 5 ThnNo Provinsi
Ulat grayak
2012
Lalat bibit
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 137
Lanjutan...
T P T P T P T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 54 - 67 - 88 - 222 - 568 - 292 -
2 Sumatera Utara 26 - 4 - 9 - 19 - 19 - 26 -
3 Sumatera Barat 0 - 1 - 1 - 12 - 0 - 0 -
4 Riau 3 - 1 - 4 - 6 - 5 - 3 -
5 Jambi 1 - 0 - 0 - 2 - 6 - 4 -
6 Sumatera Selatan 4 - 6 - 1 - 10 - 26 - 4 -
7 Bengkulu - - - - 0 - 3 - 8 - 12 -
8 Lampung - - 2 - 4 - - - 3 - 1 -
9 Kep.Bangka Belitung - - - - - - - - - - 0 -
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - - - - - - - - -
12 Jawa Barat 122 - 73 - 21 - 592 - 404 - 181 -
13 Jawa Tengah 25 - 85 12 19 - 47 7 79 - 30 -
14 DI. Yogyakarta 37 - 92 - 146 - 82 - 41 - 143 -
15 Jawa Timur 6 - 4 - 1 - 137 - 222 - 62 -
16 Banten - - - - - - - - 10 - 20 -
17 Bali 35 - 23 - 3 - - - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat 15 - 59 - 39 - 266 - 184 - 55 -
19 Nusa Tenggara Timur - - 17 - 31 - 3 - 30 - 15 -
20 Kalimantan Barat 1 - 8 - 1 0 - - - - - -
21 Kalimantan Tengah - - 1 - 5 - - - - - 6 -
22 Kalimantan Selatan - - 1 - 6 - - - 0 - 4 -
23 Kalimantan Timur 7 - 7 - 1 - 16 - 13 - 4 -
24 Sulawesi Utara 50 - 94 - 107 - 8 - 13 - 18 -
25 Sulawesi Tengah 6 - 24 - 75 - 4 - 61 - 50 -
26 Sulawesi Selatan 37 - 71 0 28 - - - 10 - 40 -
27 Sulawesi Tenggara 83 - 43 - 31 - - - 8 - 10 -
28 Gorontalo - - 1 - 11 0 3 - 1 - 4 -
29 Sulawesi Barat 10 - 30 - 6 - 4 - 0 - 0 -
30 Maluku 6 - - - 2 - 1 - 5 - 8 -
31 Maluku Utara - - 15 - 2 - - - 8 - 2 -
32 Papua Barat 3 - 1 - 0 - 1 - - - 0 -
33 Papua 1 - 8 - 4 0 4 - 1 - 4 -
Indonesia 532 - 739 12 648 0 1.441 7 1.725 - 999 -
2012 2011 Rerata 5 Thn2011 Rerata 5 Thn2012No Provinsi
TikusBulai
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 138
T P T P T P
1 Pemerintah Aceh 335 - 735 - 535 -
2 Sumatera Utara 80 - 70 - 74 -
3 Sumatera Barat 46 - 39 - 19 0
4 Riau 64 - 100 - 53 -
5 Jambi 19 0 26 0 28 1
6 Sumatera Selatan 34 - 72 - 38 -
7 Bengkulu 4 - 10 - 19 -
8 Lampung - - 8 - 13 -
9 Kep.Bangka Belitung - - - - 1 -
10 Kepulauan Riau - - - - - -
11 DKI. Jakarta - - - - 0 -
12 Jawa Barat 1.405 - 940 - 512 -
13 Jawa Tengah 306 7 433 12 282 -
14 DI. Yogyakarta 426 - 476 - 640 -
15 Jawa Timur 1.427 - 2.867 - 770 -
16 Banten 4 - 78 - 108 -
17 Bali 37 - 76 - 21 -
18 Nusa Tenggara Barat 373 - 487 - 234 -
19 Nusa Tenggara Timur 87 - 85 - 72 -
20 Kalimantan Barat 5 - 59 - 3 0
21 Kalimantan Tengah 3 - 10 - 20 -
22 Kalimantan Selatan 3 - 3 - 28 -
23 Kalimantan Timur 40 - 36 - 14 -
24 Sulawesi Utara 109 - 237 0 179 -
25 Sulawesi Tengah 18 - 105 - 151 -
26 Sulawesi Selatan 57 - 202 0 93 -
27 Sulawesi Tenggara 202 - 250 - 133 -
28 Gorontalo 14 - 4 - 25 0
29 Sulawesi Barat 56 - 64 - 8 -
30 Maluku 12 - 11 - 24 -
31 Maluku Utara - - 41 - 18 0
32 Papua Barat 4 - 2 - 1 -
33 Papua 20 - 36 - 40 0
Indonesia 5.187 7 7.560 13 4.158 2
2011 Rerata 5 Thn2012No Provinsi
OPT Utama
Lanjutan...
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 139
Lampiran 26.
Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
T P T P T P T P T P T P T P T P T P T P T P T P T P
Ulat grayak
2012 32 - 8 - 22 - 45 - 12 - 5 - 13 - 3 - 83 - 13 - 15 - 11 - 262 -
2011 14 - 46 - 48 - 48 - 8 - 29 - 62 - 189 0 39 - 39 - 18 - 47 - 587 0
Rerata 16 - 43 - 8 - 13 - 6 - 23 - 26 - 22 - 32 - 27 - 10 - 27 - 253 -
Pelipat daun
2012 20 - 5 - 22 - 7 - 12 - 7 - 78 - 41 - 8 - 3 - 6 - 1 - 210 -
2011 - - 54 - 17 - 8 - 20 - 78 - 7 - 47 - 71 - 4 - 11 - 35 - 353 -
Rerata 27 - 36 - 23 - 10 - 9 - 23 - 19 - 28 - 22 - 3 - 9 - 22 - 231 -
Bercak daun coklat
2012 289 - 377 - 296 - 281 - 186 - 114 - 226 - 144 - 342 - 125 - 101 - 107 - 2.586 -
2011 394 - 313 - 436 - 403 - 337 - 350 0 308 - 523 - 257 - 170 - 234 - 231 - 3.955 0
Rerata 213 - 227 - 153 - 215 - 250 - 101 - 204 - 180 - 90 - 68 - 54 - 117 - 1.872 -
Babi hutan
2012 32 0 24 0 17 - 3 - 11 0 25 0 32 0 5 - 4 - 1 - 1 - 1 - 156 0
2011 6 - 28 - 36 - 24 0 11 0 38 0 23 0 9 0 11 0 0 0 9 - 7 - 202 0
Rerata 19 0 43 1 39 - 13 0 8 0 7 - 13 0 5 0 2 0 2 0 1 0 3 0 155 1
Tikus
2012 86 - 65 - 26 - 65 - 34 - 24 - 32 - 60 - 76 - 28 - 19 - 18 - 532 -
2011 46 - 53 0 64 - 60 - 60 - 75 - 106 12 135 - 29 - 39 - 29 - 43 - 739 12
Rerata 61 - 60 - 86 - 114 - 59 - 43 0 49 0 89 - 28 - 21 0 12 - 26 - 648 0
Karat daun
2012 139 - 191 - 93 - 218 - 108 7 18 - 53 - 78 - 372 - 81 - 60 - 31 - 1.441 7
2011 52 - 196 - 121 - 176 - 175 - 182 - 157 - 174 - 184 - 141 - 58 - 107 - 1.725 -
Rerata 88 - 98 - 104 - 55 - 74 - 80 - 103 - 78 - 89 - 88 - 59 - 84 - 999 -
OPT Utama
2012 599 0 671 0 474 - 618 - 362 7 192 0 434 0 331 - 885 - 251 - 201 - 169 - 5.187 7
2011 512 - 691 0 722 - 719 0 612 0 753 0 661 12 1.078 0 591 0 394 0 358 - 470 - 7.560 13
Rerata 424 0 507 1 413 - 420 0 406 0 277 0 414 0 403 0 264 0 208 0 145 0 278 0 4.158 2
OPT Utama
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 140
Lampiran 26.
Luas Pengendalian OPT Utama Pangan Tahun 2012 dan 2011
No. Tahun Padi Jagung KedelaiKacang
TanahJumlah
1 2011 1.480.359 21.865 7.606 1.776 1.511.606
2 2012 1.152.798 17.134 7.010 1.184 1.178.126
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 141
Lampiran 27.
Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan 2011
Tahun 2012
PM Pest CL Jumlah Jumlah
1 Pemerintah Aceh 248 17.203 8.013 25.464 13.647
2 Sumatera Utara - 44.560 11.019 55.578 69.361
3 Sumatera Barat 2.758 5.232 402 8.392 13.124
4 R i a u 130 3.248 1.310 4.688 5.226
5 J a m b i 100 311 69 479 847
6 Sumatera Selatan 3.295 8.245 3.598 15.138 7.932
7 Bengkulu 419 1.924 905 3.247 3.247
8 Lampung 320 16.169 5.039 21.528 23.840
9 Kep. Bangka Belitung 1 113 6 120 381
10 Kep. Riau - - - - -
11 DKI Jakarta - 262 45 307 311
12 Jawa Barat 114 200.795 255.343 456.252 424.739
13 Jawa Tengah 6.493 309.133 103.826 419.452 380.720
14 DI Yogyakarta 1.097 24.397 12.454 37.948 14.841
15 Jawa Timur 18.962 266.669 41.980 327.611 143.587
16 Banten 10 6.060 156 6.226 789
17 Bali 153 9.452 341 9.946 5.444
18 Nusa Tenggara Barat 130 8.189 1.146 9.465 6.207
19 Nusa Tenggara Timur 92 2.036 980 3.108 1.292
20 Kalimantan Barat 120 1.804 642 2.565 1.865
21 Kalimantan Tengah - 1.383 703 2.086 3.416
22 Kalimantan Selatan 337 5.211 1.889 7.438 7.807
23 Kalimantan Timur - 2.489 71 2.559 844
24 Sulawesi Utara 8 472 46 526 912
25 Sulawesi Tengah 4 3.578 408 3.990 1.357
26 Sulawesi Selatan 99 33.470 12.779 46.348 6.638
27 Sulawesi Tenggara 1 4.607 733 5.341 5.454
28 Gorontalo - 526 47 573 1.992
29 Sulawesi Barat - 1.894 610 2.505 4.233
30 Maluku 5 398 19 422 700
31 Maluku Utara 5 300 28 332 268
32 Papua Barat - 555 - 555 856
33 Papua - 171 - 171 922
34.899 980.855 464.604 1.480.359 1.152.798 Indonesia
No. Provinsi
Luas Pengendalian
Tahun 2011
Keterangan:
PM : Pengendalian secara fisik mekanik
Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida
CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain
* : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 142
Tahun 2012
PM Pest CL Jumlah Jumlah
1 Pemerintah Aceh - 116 29 145 77
2 Sumatera Utara - 774 1.656 2.431 2.106
3 Sumatera Barat 15 6 - 21 52
4 R i a u 5 65 3 73 167
5 J a m b i 29 10 3 42 57
6 Sumatera Selatan 4 31 2 37 42
7 Bengkulu - 56 8 64 104
8 Lampung 40 822 391 1.253 2.358
9 Kep. Bangka Belitung - 3 0 3 5
10 Kep. Riau - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat - 1.867 1.182 3.049 1.396
13 Jawa Tengah 93 3.244 1.157 4.493 4.740
14 DI Yogyakarta - 32 88 120 146
15 Jawa Timur 421 2.771 1.472 4.663 1.624
16 Banten - - - - -
17 Bali - - - - -
18 Nusa Tenggara Barat 5 317 35 357 205
19 Nusa Tenggara Timur - 63 82 145 4
20 Kalimantan Barat - 85 5 90 142
21 Kalimantan Tengah - 31 2 32 41
22 Kalimantan Selatan - - - - -
23 Kalimantan Timur - - - - 359
24 Sulawesi Utara - - - - 190
25 Sulawesi Tengah - 67 12 79 30
26 Sulawesi Selatan 94 2.768 626 3.488 863
27 Sulawesi Tenggara 12 447 257 716 132
28 Gorontalo 1 322 54 376 1.983
29 Sulawesi Barat - 101 27 129 180
30 Maluku 0 21 0 21 34
31 Maluku Utara - 11 9 21 -
32 Papua Barat - 6 - 6 9
33 Papua - 11 - 11 90
718 14.046 7.101 21.865 17.134 Indonesia
No. Provinsi
Luas Pengendalian
Tahun 2011
Lampiran 28.
Luas Pengendalian OPT Utama Jagung Tahun 2012 dan 2011
Keterangan:
PM : Pengendalian secara fisik mekanik
Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida
CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain
* : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 143
Tahun 2012
PM Pest CL Jumlah Jumlah
1 Pemerintah Aceh 22 717 23 762 547
2 Sumatera Utara - 1.121 58 1.179 172
3 Sumatera Barat 4 1 - 5 3
4 R i a u - 100 1 102 36
5 J a m b i 5 16 1 22 10
6 Sumatera Selatan - 13 - 13 3
7 Bengkulu - - - - -
8 Lampung - 28 - 28 64
9 Kep. Bangka Belitung - - - - -
10 Kep. Riau - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat 1 458 175 634 260
13 Jawa Tengah 12 3.313 94 3.420 4.893
14 DI Yogyakarta - 141 15 156 176
15 Jawa Timur - 603 382 985 214
16 Banten - - - - -
17 Bali - 90 - 90 4
18 Nusa Tenggara Barat - 93 - 93 302
19 Nusa Tenggara Timur - - - - -
20 Kalimantan Barat - 3 - 3 17
21 Kalimantan Tengah - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - -
23 Kalimantan Timur - - - - -
24 Sulawesi Utara - - - - -
25 Sulawesi Tengah - 4 - 4 74
26 Sulawesi Selatan - 36 - 36 54
27 Sulawesi Tenggara - 13 6 19 17
28 Gorontalo - - - - 7
29 Sulawesi Barat - 0 - 0 3
30 Maluku - - - - -
31 Maluku Utara - 20 - 20 -
32 Papua Barat - 20 - 20 113
33 Papua - 17 - 17 43
44 6.807 755 7.606 7.010 Indonesia
No. Provinsi
Luas Pengendalian
Tahun 2011
Lampiran 29.
Luas Pengendalian OPT Utama Kedelai Tahun 2012 dan 2011
Keterangan:
PM : Pengendalian secara fisik mekanik
Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida
CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain
* : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 144
Tahun 2012
PM Pest CL Jumlah Jumlah
1 Pemerintah Aceh - 10 160 170 6
2 Sumatera Utara - 32 58 91 50
3 Sumatera Barat 3 8 1 12 45
4 R i a u - 26 2 28 41
5 J a m b i 6 3 2 11 9
6 Sumatera Selatan - 3 - 3 2
7 Bengkulu - 2 1 3 2
8 Lampung - 2 - 2 -
9 Kep. Bangka Belitung - 0 - 0 5
10 Kep. Riau - - - - -
11 DKI Jakarta - - - - -
12 Jawa Barat - 265 198 463 307
13 Jawa Tengah - 168 30 198 60
14 DI Yogyakarta - 106 133 239 227
15 Jawa Timur 332 62 44 438 222
16 Banten - 10 - 10 1
17 Bali - - - - 1
18 Nusa Tenggara Barat - 36 8 44 115
19 Nusa Tenggara Timur - 18 - 18 4
20 Kalimantan Barat - - - - 11
21 Kalimantan Tengah - - - - -
22 Kalimantan Selatan - - - - -
23 Kalimantan Timur - - - - 17
24 Sulawesi Utara - - - - 11
25 Sulawesi Tengah - - 2 2 1
26 Sulawesi Selatan - 15 4 19 30
27 Sulawesi Tenggara - 10 10 20 3
28 Gorontalo - - - - 9
29 Sulawesi Barat - 5 1 6 -
30 Maluku - - - - -
31 Maluku Utara - - - - -
32 Papua Barat - - - - 1
33 Papua - 0 - 0 6
341 782 653 1.776 1.184 Indonesia
No. Provinsi
Luas Pengendalian
Tahun 2011
Lampiran 30.
Luas Pengendalian OPT Utama Kacang Tanah Tahun 2012 dan 2011
Keterangan:
PM : Pengendalian secara fisik mekanik
Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida
CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain
* : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 145
Lampiran 31.
Rencana dan Realisasi SLPHT Tahun 2012
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
1 Pemerintah Aceh 82 82 100 - - - 82 82 100,00
2 Sumatera Utara 88 88 100 22 22 100 110 110 100,00
3 Sumatera Barat 61 61 100 15 15 100 76 76 100,00
4 R i a u 24 15 63 6 4 67 30 19 63,33
5 J a m b i 36 35 97 8 8 100 44 43 97,73
6 Sumatera Selatan 52 52 100 13 13 100 65 65 100,00
7 Bengkulu 24 24 100 5 5 100 29 29 100,00
8 Lampung 52 52 100 13 13 100 65 65 100,00
9 Kep. Bangka Belitung 12 12 100 3 3 100 15 15 100,00
10 Kep. Riau - - - - - - - - -
11 DKI Jakarta 3 3 100 - - - 3 3 100,00
12 Jawa Barat 144 144 100 35 35 100 179 179 100,00
13 Jawa Tengah 139 139 100 34 34 100 173 173 100,00
14 DI. Yogyakarta 31 31 100 7 7 100 38 38 100,00
15 Jawa Timur 152 152 100 38 38 100 190 190 100,00
16 B a n t e n 44 44 100 11 11 100 55 55 100,00
17 B a l i 46 46 100 11 11 100 57 57 100,00
18 Nusa Tenggara Barat 42 42 100 10 10 100 52 52 100,00
19 Nusa Tenggara Timur 44 44 100 10 10 100 54 54 100,00
20 Kalimantan Barat 55 55 100 - - - 55 55 100,00
21 Kalimantan Tengah 24 24 100 6 6 100 30 30 100,00
22 Kalimantan Selatan 61 61 100 15 15 100 76 76 100,00
23 Kalimantan Timur 32 32 100 7 7 100 39 39 100,00
24 Sulawesi Utara 39 39 100 9 9 100 48 48 100,00
25 Sulawesi Tengah 56 56 100 - - - 56 56 100,00
26 Sulawesi Selatan 84 84 100 20 20 100 104 104 100,00
27 Sulawesi Tenggara 40 40 100 10 10 100 50 50 100,00
28 Gorontalo 34 34 100 8 8 100 42 42 100,00
29 Sulawesi Barat 28 25 89 5 8 160 33 33 100,00
30 Maluku 21 25 119 5 1 20 26 26 100,00
31 Maluku Utara 20 20 100 5 5 100 25 25 100,00
32 Papua 29 28 97 - - - 29 28 96,55
33 Papua Barat 16 16 100 4 4 100 20 20 100,00
1.615 1.605 99,38 335 332 99,10 1.950 1.937 99,33 Jumlah
No Propinsi
SLPHT Kelompok (Unit) SLPHT Tindak Lanjut (Unit) Total Jumlah SLPHT(Unit)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 146
No. ProvinsiRencana
(unit)
Realisasi
(unit)% Capaian
1 Pemerintah Aceh 6 6 100
2 Sumatera Utara 7 7 100
3 Sumatera Barat 4 4 100
4 Riau 2 2 100
5 Jambi 2 2 100
6 Sumatera Selatan 4 4 100
7 Bengkulu 2 2 100
8 Lampung 3 3 100
9 Bangka Belitung 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0
12 Jawa Barat 14 14 100
13 Jawa Tengah 18 18 100
14 D.I. Yogyakarta 3 3 100
15 Jawa Timur 16 16 100
16 Banten 3 3 100
17 Bali 1 1 100
18 Nusa Tenggara Barat 5 5 100
19 Nusa Tenggara Timur 3 3 100
20 Kalimantan Barat 3 3 100
21 Kalimantan Tengah 3 3 100
22 Kalimantan Timur 2 2 100
23 Kalimantan Selatan 7 7 100
24 Sulawesi Utara 2 2 100
25 Sulawesi Tengah 2 2 100
26 Sulawesi Selatan 9 9 100
27 Sulawesi Tenggara 2 2 100
28 Gorontalo 2 2 100
29 Sulawesi Barat 1 1 0
30 Maluku 1 1 100
31 Maluku Utara 1 1 100
32 Papua 1 1 100
33 Papua Barat 1 1 100
130 130 100Jumlah
Lampiran 32.
Rencana dan Realisasi SLI Tahun 2012
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 147
Lampiran 33.
Alokasi Bantuan Sarana Pengendali OPT APBN-P Tahun 2012
Vol Ukur Vol Ukur Vol Ukur Vol Ukur Vol Ukur Vol Ukur Vol Ukur
1 Pemerintah Aceh 2.260 Kg 779 Kg 27.180 Kg 3.040 Ltr 24.540 Ltr 57.799 Kg/ltr
2 Sumatera Utara 2.360 Kg 1.600 Ltr 3.960 Kg/ltr
3 Sumatera Barat 500 Kg 500 Kg/ltr
4 Riau 3.000 Kg 3.000 Kg/ltr
5 Jambi 3.000 Kg 140 Kg 265 Ltr 3.405 Kg/ltr
6 Sumatera Selatan 2.060 Kg 1.200 Ltr 3.260 Kg/ltr
7 Bengkulu 3.000 Kg 3.000 Kg/ltr
8 Lampung 3.920 Kg 4.194 Kg 444 Kg 2.900 Ltr 18.159 Ltr 380 Ltr 29.997 Kg/ltr
9 Jawa Barat 56.213 Kg 4.100 Kg 4.854 Kg 17.025 Ltr 8.520 Ltr 3.463 Ltr 94.175 Kg/ltr
10 Jawa Tengah 33.720 Kg 7.300 Kg 9.050 Kg 8.400 Ltr 14.005 Ltr 11.279 Ltr 83.754 Kg/ltr
11 DI Yogyakarta 700 Kg 2.521 Kg 907 Ltr 4.128 Kg/ltr
12 Jawa Timur 27.753 Kg 21.000 Kg 15.391 Kg 13.800 Ltr 33.914 Ltr 15.750 Ltr 127.608 Kg/ltr
13 Banten 1.420 Kg 500 Ltr 1.920 Kg/ltr
14 Bali 300 Kg 300 Kg/ltr
15 Nusa Tenggara Barat 1.260 Kg 1.100 Kg 20.400 Kg 1.400 Ltr 2.280 Ltr 8.310 Ltr 34.750 Kg/ltr
16 Nusa Tenggara Timur 4.900 Kg 19.158 Ltr 24.058 Kg/ltr
17 Kalimantan Barat 800 Kg 450 Kg 3.903 Ltr 5.153 Kg/ltr
18 Kalimantan Tengah 160 Kg 360 Ltr 520 Kg/ltr
19 Kalimantan Selatan 1.380 Kg 360 Ltr 1.740 Kg/ltr
20 Sulawesi Utara 1.850 Kg 4.260 Ltr 6.110 Kg/ltr
21 Sulawesi Selatan 12.480 Kg 7.100 Kg 420 Kg 4.800 Ltr 19.540 Ltr 1.020 Ltr 45.360 Kg/ltr
22 Sulawesi Tengah 140 Kg 1.072 Kg 660 Ltr 1.872 Kg/ltr
23 Sulawesi Tenggara 260 Kg 400 Ltr 660 Kg/ltr
24 Gorontalo 1.400 Kg 2.980 Ltr 4.380 Kg/ltr
25 Sulawesi Barat 140 Kg 380 Ltr 520 Kg/ltr
156.686 Kg 54.453 Kg 81.332 Kg 52.745 Ltr 130.404 Ltr 66.309 Ltr 541.929 Kg/ltrJumlah
PADI JAGUNG KEDELAI
Satuan Satuan Satuan Satuan Satuan SatuanNo PROVINSI
PADAT CAIRJUMLAH
PADI JAGUNG KEDELAI
Satuan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 148
Lampiran 34. Alokasi Bantuan Sarana
Pengendali OPT APBN-P Tahun 2012 (Seed Treatment)
Volume Ukur Volume Ukur Volume Ukur Volume Ukur
1 Pemerintah Aceh 40 Kg 220 Kg 1.300 Kg 1.560 Kg
2 Sumatera Utara 180 Kg 180 Kg
3 Sumatera Selatan 100 Kg 100 Kg
4 Lampung 180 Kg 2.100 Kg 20 Kg 2.300 Kg
5 Jawa Barat 6.787 Kg 8.880 Kg 360 Kg 16.027 Kg
6 Jawa Tengah 3.400 Kg 1.760 Kg 500 Kg 5.660 Kg
7 DI Yogyakarta 40 Kg 246 Kg 286 Kg
8 Jawa Timur 3.900 Kg 29.700 Kg 800 Kg 34.400 Kg
9 Banten 100 Kg 100 Kg
10 Nusa Tenggara Barat 120 Kg 1.500 Kg 1.620 Kg
11 Nusa Tenggara Timur 1.700 Kg 1.700 Kg
12 Kalimantan Barat 1.420 Kg 1.420 Kg
13 Kalimantan Tengah 20 Kg 20 Kg
14 Kalimantan Selatan 50 Kg 50 Kg
15 Sulawesi Utara 1.840 Kg 1.840 Kg
16 Sulawesi Tengah 20 Kg 40 Kg 60 Kg
17 Sulawesi Selatan 500 Kg 2.240 Kg 60 Kg 2.800 Kg
18 Sulawesi Tenggara 40 Kg 40 Kg
19 Gorontalo 620 Kg 620 Kg
15.477 Kg 50.480 Kg 4.826 Kg 70.783 Kg
Satuan Satuan
Jumlah
No Provinsi
Padi Jagung Kedelai Jumlah
Satuan Satuan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 149
Lampiran 35.
Alokasi Bantuan Sarana Pengamatan dan Pengendalian Light Trap (LT) Tahun 2012
No Provinsi Jumlah (Unit)
1 Pemerintah Aceh 160
2 Sumatera Utara 38
3 Sumatera Barat 18
4 Riau 17
5 Jambi 16
6 Sumatera Selatan 88
7 Bengkulu 24
8 Lampung 169
9 Kep. Bangka Belitung 0
10 Kep. Riau 0
11 DKI Jakarta 0
12 Jawa Barat 1716
13 Jawa Tengah 1464
14 DI Yogyakarta 118
15 Jawa Timur 1338
16 Banten 349
17 Bali 102
18 Nusa Tenggara Barat 77
19 Nusa Tenggara Timur 121
20 Kalimantan Barat 119
21 Kalimantan Tengah 62
22 Kalimantan Selatan 41
23 Kalimantan Timur 57
24 Sulawesi Utara 52
25 Sulawesi Tengah 131
26 Sulawesi Selatan 496
27 Sulawesi Tenggara 140
28 Gorontalo 25
29 Sulawesi Barat 62
30 Maluku 0
31 Maluku Utara 0
32 Papua Barat 0
33 Papua 0
7000Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 150
Lampiran 36.
ALOKASI BANTUAN PENANGGULANGAN PADI PUSO (BP-3) TAHUN 2012 (berdasarkan Luas Puso)
1 Pemerintah Aceh Aceh Besar 2.152,00
Subulussalam 217,00
Pidie 1.175,00
Bireuen 850,00
Aceh Timur 1.790,00
Aceh Besar 335,00
6.519,00
2 Sumatera Utara Tapanuli Utara 161,50
Padang Lawas Utara 395,00
556,50
3 Sumatera Barat Padang 28,25
Pasaman Barat 14,50
Tn Datar 9,00
Pesisir Selatan 37,30
Padang Pariaman 6,00
Sijunjung 50,25
145,30
4 Riau Siak 130,00
130,00
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
No Provinsi Kab/Kodya Luas Padi Puso (Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 151
Lanjutan.....
5 Jambi Tanjung Jabung Timur 329,50
Kerinci 198,95
Kerinci 37,25
Sungai Penuh 149,79
Batanghari 226,00
Jambi 1,00
942,49
6 Lampung Pesawaran 570,25
Lampung Barat 786,50
1.356,75
7 Banten Kota Serang 1.121,48
Padeglang 3.960,00
Lebak 2.477,79
Tangerang 954,76
Serang 1.865,50
10.379,53
Jumlah
Jumlah
Jumlah
No Provinsi Kab/Kodya Luas Padi Puso (Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 152
Lanjutan.....
8 Jawa Tengah Tegal 601,00
Purbalingga 229,00
Pemalang 1.083,00
Brebes 69,00
Sragen 215,00
Sukoharjo 153,00
2.350,00
9 DIY Kulonprogo 121,00
Gunung Kidul 49,40
Bantul 60,00
230,40
10 Bali Buleleng 19,00
Jembrana 17,00
Klungkung 83,00
Tabanan 30,13
Badung 7,51
156,64
Jumlah
Jumlah
Jumlah
No Provinsi Kab/Kodya Luas Padi Puso (Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 153
Lanjutan.....
11 Nusa Tenggara Barat Sumbawa 262,00
Bima 479,00
Sumbawa Barat 31,65
772,65
12 Kalimantan Tengah Barito Selatan 51,00
51,00
13 Kalimantan Selatan Banjar 155,50
155,50
14 Kalimantan Timur Paser 16,50
Samarina 147,70
Palaran 26,50
190,70
15 Sulawesi Tengah Parigi mauotong 215,00
215,00
16 Sulawesi Selatan Soppeng 585,00
Enrekang 29,72
Jeneponto 85,00
Sidrap 1.716,52
Luwu 90,00
2.506,24
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
No Provinsi Kab/Kodya Luas Padi Puso (Ha)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 154
Lanjutan.....
155
top related