laporan sementara a
Post on 30-Oct-2014
39 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKENARIO A
Diego, anak laki-laki, usia 30 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara dan tidak bisa duduk diam. Diego hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang tuanya dan orang lain. Bila dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. Diego juga selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Senang bermain dengan bola, tetpai tidak suka bermain dengan anak lain.
Diego anak pertama dari ibu usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Selama hamil ibu Diego pernah mengalami demam dan sering mengonsumsi daging mentah, tetapi periksa kehamilan dengan teratur ke SpOG. Riwaya persalinan : lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.500 gram. Diego bisa tengkurap pada usia 6 bulan, berjalan pada usia 12 bulan, tidak ada riwayat kejang, dan tidak ada keluarga yang mederita kelainan sperti ini.
Pemeriksaan Fisi dan Pengamatan :
Berat badan 17 kg, tinggi badan 92 cm, lingkaran kepala 50 cm, Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak mau kontak mata dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Anak selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan.
Ketika diberikan bola, dia menyusun bola-bola secara berjejer, setelah selesai lalu dibongkar, kemudian disusun berjejer lagi, dan dilakukan berulang-ulang.
Tidak ada gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain dengan anak lain. Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk melakukan. Tidak bisa bermain pura-pura (imajinatif). Tidak melihat ke benda yang ditunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan oleh orang lain.
Pemeriksaan fisik umum, neurologis, dan laboratorium dalam batas normal.
Tes pendengaran normal.
I. Klarifikasi Istilah1. Kelainan Komunikasi
a. Belum bisa bicara
b. Tidak mau senyum
c. Tidak bereaksi terhadap panggilan
2. Kelainan Motorik
a. Tidak bisa duduk diam
b. Selalu bergerak
c. Menarik tangan ibu
d. Gerakan berulang
e. Tidak bisa melihat dan menunjuk benda yang ditunjuk
3. Lahir spontan : proses kelahiran secara pervaginam (persalinan normal)
4. Kehamilan : masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus didalam
tubuhnya.
5. Demam : peningkatan suhu tubuh diatas normal.
6. Kejang : perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang
berlebihan.
7. Dismorfik : kelainan pada perkembangan morfologi.
8. Imajinatif : kekuatan atau proses menghasilkan citra, mental dan ide.
II. Identifikasi Masalah
1. Diego, anak laki-laki, 30 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara dan tidak
bisa duduk diam.
2. a. Riwayat Kehamilan :
- usia ibu : 34 tahun, anak pertama
- pernah demam
- mengonsumsi daging mentah
b. Riwayat Persalinan :
- lahir spontan
- Lahir langsung menangis
3. Diego mengalami kelainan :
a. Verbal :
- Hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang
tuanya dan orang lain.
- Tidak bereaksi terhadap panggilan.
b. Motorik :
- Selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan
- Senang bermain bola, tetapi tidak suka bermain dengan anak lain.
- Menarik tangan ibunya bila memerlukan bantuan.
c. Mata/Penglihatan :
- Tidak mau kontak mata dan tersenyum.
- Tidak menoleh bila dipanggil
- Tidak melihat dan tidak bisa menunjuk benda yang ditunjuk.
III. Analisis Masalah1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak usia 0-30 bulan ?
(pertumbuhan kognitif, motorik, bahasa)
2. Apa yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu ?
(secara umum dan kasus ini)
3. Apa arti belum bisa bicara dan hanya mengoceh yang tidak dimengerti ? (etiologi dan
mekanisme)
4. Apa hubungan riwayat kehamilan ibunya pernah demam dan sering mengonsumsi
daging mentah dengan keadaan yang dialami Diego ?
Riwayat sering mengonsumsi daging mentah merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya autisme pada janin yang dikandung, dimana daging yang mentah banyak
mengandung parasit ataupun bakteri lainnnya yang bisa menyebabkan seorang ibu
hamil mengalami toksoplasma yang salah satu gejalanya yaitu demam yang
mengindikasikan terjadinya infeksi, ibu hamil yang mengalami toksoplasma atau
terinfeksi ini mengakibatkan terjadi kerusakan jaringan otak janin sehingga janin
mengalami kelainan-kelainan antara lain: kelainan sistemik, seperti kuning,
pembesaran hati dan limpa, juga pendarahan, kelainan saraf mata, gangguan fungsi
saraf pusat (gangguan kecerdasan dan keterlamabatn bicara), cacat bawaan, seperti
pembesaran kepala (hydrocephalus), keguguran.
5. Apa arti anak tidak bisa duduk diam ? (etilogi, mekanisme, biasa sering ditemukan
pada kelainan apa saja)
6. Apa arti tidak bereaksi terhadap panggilan pada kasus ini ? (etiologi dan mekanisme)
7. Apa arti tidak mau kontak mata dan tersenyum pada kasus ini ? (etiologi dan
mekanisme)
Anak sadar, tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa Abnormal
Kondisi kesadaran penuh seharusnya dapat melakukan kontak mata terhadap
seseorang. Kurang kontak mata bisa disebabkan kurangnya perhatian atau anak yang
diperiksa tidak kooperatif. Normalnya, bayi diatas 6 bulan sudah dapat memfokuskan
pandangannya terhadap objek tertentu.
Penyebab lainnya bahwa pada penderita terdapat gangguan kualitatif dalam interaksi
sosialnya (tidak merespon stimulus yang diberikan berupa cahaya dan mainan),
termasuk dalam intergritas prilaku social, emosional dan komunikatif (tidak
kooperatif)
8. Apa arti menarik tangan Ibu bila memerlukan bantuan pada kasus ini ? (etiologi dan
mekanisme)
9. Apa arti tidka mau bermain dengan anak lain pada kasus ini ? (etiologi dan
mekanisme)
10. Apa arti tidak bisa bermain pura-pura (imajinatif) pada kasus ini ? (etiologi dan
mekanisme)
11. Apa arti tidak bisa melihat dan menunjuk benda yang ditunjuk pada kasus ini ?
(etiologi dan mekanisme)
12. Apa arti tindakan berulang-ulang pada kasus ini ? (etiologi dan mekanisme)
13. Apa DD pada kasus ini ?
14. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan working diagnosis kasus ini ?
Pedoman diagnostic untuk Autisme menurut PPDGJ-III5
A. Harus ada total 6 gejala dari (1),(2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-
masing 1 gejala dari ( 2 ) dan (3), yaitu :
1. Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalam sedikitnya 2 dari
beberapa gejala berikut ini :
a) Kelemahan dalam penggunaan perilaku nonverbal, seperti kontak mata, ekspresi
wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi sosial.
b) Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
c) Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan orang lain.
d) Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
2. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi.
Minimal harus ada 1 dari gejala berikut ini:
a) Perkembangan bahasa lisan terlambat.
b) Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk berkomunikasi
c) Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan berulangulang.
d) Kurang mampu bermain imajinatif ( make believe play ) atau permainan imitasi sosial
lainnya sesuai dengan taraf perkembangannya.
3. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang.
Minimal harus ada 1 dari gejala berikut ini:
a) Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan focus dan intensitas yang
abnormal/ berlebihan.
b) Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas
c) Gerakan-gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti menggerak-gerakkan
tangan, bertepuk tangan, menggerakkan tubuh.
d) Sikap tertarik yang sangat kuat/ preokupasi dengan bagian-bagian tertentu dari
obyek.
B. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada salah satu
bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan komunikasi, (3) cara bermain
simbolik dan imajinatif.
C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Anak .
15. Apa etiologi dan faktor risiko kasus ini ?
Etiologi :
1. Faktor Psikodinamika dan keluarga
2. Kelainan organik-neurologis-biologis
3. Faktor genetika
4. Faktor imunologis
5. Faktor perinatal
6. Temuan Neuroanatomi
7. Temuan Biokimia
Faktor Risiko :
a. Usia calon ibu & ayah yang berpengaruh pada kejadian autisme.
1) Ibu yang hamil usia 30-34tahun beresiko 27% untuk memiliki anak autis. Resiko ini
makin meningkat pada ibu yang hamil diatas 40 tahun.
2) Untuk calon ayah, setiap 5 tahun resikonya bertambah 4%. Ayah yang berusia 40
tahun atau lebih beresiko enam kali lebih tinggi dari ayah berusai dibawah 30
tahun.
3) Para ahli menduga ini disebabkan faktor kromosom yang abnormal pada sel telur
wanita paruh baya dan mutasi sel sperma pada pria.
b. Komplikasi yang dialami saat mengandung juga berpengaruh, seperti:
1) Perdarahan selama kehamilan memiliki resiko 81%, karena diketahui
memengaruhi oksigen pada janin (fetal hypoxia) untuk perkembangan otak janin
yang pada akhirnya meningkatkan risiko autisme.
2) Ibu yang diabetes gestasional memiliki resiko 2x lipat (4 dari 100 kehamilan)
3) infeksi selama persalinan terutama infeksi virus.
4) penggunaan obat-obatan, seperti obat depresi atau gangguan emosional lain
terhadap kejadian austime. Mengenai hal ini, para peneliti menyatakan belum
bisa disimpulkan apakah autisme terjadi akibat efek samping obat atau pengaruh
kondisi kejiwaan calon ibu saat hamil.
5) merokok dan stres selama kehamilan terutama trimester pertama
6) Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya autism adalah :
pemotongan tali pusat terlalu cepat, Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE
rendah < 6 ), lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan berat lahir
rendah ( < 2500 gram ).
7) Faktor makanan yang dikonsumsi ibu saat hamil diduga juga berpengaruh.
c. Ada riwayat keluarga yang menderita
d. Faktor lingkungan : infeksi, paparan logam berat, bahan bakar, phenol pada
plastik, merokok, alkoholisme, obat, vaksin, pestisida, dll.
16. Bagaimana epidemiologi kasus ini ?
17. Bagaimana patogenesis kasus ini ?
18. Apa manifestasi klinis kasus ini ?
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan
adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam
bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan
sosial dan gangguan dalam perasaan sensoris.
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal meliputi kemampuan
berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara.
Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim
digunakan.Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya
dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat
dimengerti orang lain ("bahasa planet"). Tidak mengerti atau tidak
menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. nEkolalia (meniru atau
membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya
monoton seperti robot. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi dan imik
datar.
Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi gangguan menolak atau
menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga
sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila
menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan
berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi
kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh.
Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang lain dan mengharapkan
tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.
Gangguan dalam bermain diantaranya adalah bermain sangat monoton dan
aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang,
memutar bola pada mainan mobil dan mengamati dengan seksama dalam
jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas,
gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila
senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka,
tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet,
baterai atau benda lainnya Tidak spontan / reflek dan tidak dapat
berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan
tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering
memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang
bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas
sehari hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila
bepergian harus melalui rute yang sama.
Gangguan perilaku dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang
senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak
dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama
kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari, berlari-
lari tak tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri
seperti memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding. Dapat
menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong
dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat
sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang.
Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain
atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan
perilaku lainnya.
Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa
sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak
terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang
diinginkan. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum)bila
keinginannya tidak didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak..
Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain
Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi perasaan sensitif terhadap
cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan
sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja.
Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci
rambutnya. Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak
menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau
melepaskan diri dari pelukan. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila
digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan.
19. Bagaimana tatalaksana kasus ini ?
Medikamentosa – mengatasi gejala autisme tanpa menghilangkan secara total
a. Antidepresan dan antianxietas– mengurangi efek stimulasi perilaku sendiri,
mengurangi pergerakan berulang dan temper tantrums
1) Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) - Atomoxetine 0.5 mg/kg PO
2) Imipramine 10-25 mg/d PO
3) Bupropion 37.5-300 mg/d PO} antidepresan
4) Desipramine 10-25 mg PO
b. Psikotropik – bekerja sebagai antipsikotik, mengatasi gejala dari autisme, mengurangi
perilaku agresif, pergerakan berulang
1) Methylphenidate
2) Dexmethylphenidate
3) Amphetamine
c. Stimulan – untuk mengontrol perilaku dan afek (mood), mengatur fokus (lebih
mudah berkonsentrasi) metamfetamin
d. Fenfluramin : Suatu obat yang mempunyai efek mengurangi kadar serotonin darah
yang bermanfaat pada beberapa anak autisme
e. Ritalin Untuk menekan hiperaktifitas
f. Risperidon dengan dosis 2 x 0,1 mg telah dapat mengendalikan perilaku dan
konvulsi.
Selain medikamentosa, ada 10 Jenis Terapi Autisme yang dapat dilakukan pada
kasus:
a. Terapi pendidikan dan perilaku : Applied Behavioral Analysis (ABA) dan Treatment
and Education of Autistic and Related Communication Handicaped Children (TEACCH)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan
didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement
(hadiah/pujian).
b. Terapi Wicara
Anak yang mengalami hambatan bicara dilatih dengan proses pemberian
reinforcement dan meniru vokalisasi terapis,terapi bicara dalam upaya meningkatkan
kemampuan komunikasi anak autis.
c. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan
motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang
pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap
makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat
penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
d. Terapi Fisik /fisioterapi
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu
autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-
kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan
tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak
menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan
tubuhnya.
e. Terapi Sosia
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat
bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada
mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.
f. Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan
dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara,
komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam
hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
g. Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka
banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila
mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar
belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya.
h. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap
sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan
tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan
Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA
yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
i. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).
Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi
melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode dan PECS ( Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk
mengembangkan ketrampilan komunikasi.
j. Terapi Biomedik
Gejala-gejala anak autis diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan
berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa
secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal
yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan.
Diet
Penderita autis mungkin menderita cerebral alergies sehingga dibutuhkan intervensi
untuk meningkatkan kekebalan dan menghindari alergi seperti:
Hindari makanan yang mengandung casein dan protein tepung (glutein)
Berikan Sinbiotik yaitu gabungan probiotik dan prebiotik. Probiotik adalah
mikroorganisme hidup yang dimakan untuk memperbaiki secara menguntungkan
keseimbangan mikroflora usus.
Berikan vitamin C sebagai antioksidan.
Hindari makanan yang mengandung pengawet
20. Apa komplikasi kasus ini ?
1. Anak autis yang tidak terdeteksi secara dini akan mengalami gangguan bicara,
interaksi social dan perilaku yang menetap.
2. Jika gagal dideteksi dan tidak sesuainya intervensi akan menyebabkan terjadinya
eksaserbasi ketidakmampuan (disabilitas) dalam akademik,sosial, dan pekerjaan.
3. Meningkatkan resiko terjadinya mayor depresi sekunder atau reaksi lainnya
4. Malnutrisi
5. Gangguan tidur
6. Tidak merespon nyeri jadi bisa melukai diri sendiri
21. Bagaimana prognosis kasus ini ?
22. Apa KDU pada kasus ini ?
KDU 2: Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien
secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.
(spesialis anak subspesialis tumbuh kembang)
IV. Hipotesis
Diego, anak laki-laki, 30 bulan, mengalami gangguan komunikasi, perilaku dan interaksi
sosial et causa ASD.
V. Kerangka Konsep
VI. Keterbatasan Ilmu dan Learning Issues
1. Pertumbuhan dan perkembangan normal anak usia 0-30 bulan
2. ASD
PEMBAGIAN ANALISIS MASALAH
NOVRILIA 1 12 21 10
DITA 2 13 20 9
LINA 3 14 19 8
NITA 4 15 18 7
ADRI 5 16 17 6
AMOI 6 17 16 5
REVI 7 18 15 4
IMAM 8 19 14 3
VITRI 9 20 13 2
MIKO 10 21 12 1
ANCES 11 22 2 17
kirim ke email revi : revisisha@yahoo.com
paling lambat, KAMIS, 3 JANUARI 2013 PUKUL 19.00
(7 MALAM)
A. Perkembangan Pediatric Normal
Perkembangan normal seorang anak dapat dinilai dari beberapa aspek, meliputi :
1. Gross motor : Mengontrol pergerakan kepala, duduk, dan berjalan.
2. Fine motor : Memegang sendok, memungut benda-benda kecil.
3. Sensori : Melihat, mendengar, merasakan, menyentuh.
4. Bahasa : Dapat berbicara dan memahami perkataannya, mengerti
apa yang orangtua mereka dan teman-teman lain katakan.
5. Sosial : Dapat bermain bersama dengan anggota keluarga dan
anak-anak lain.
Berdasarkan aspek-aspek yang telah disebutkan di atas, berikut beberapa parameter
perkembangan normal anak dari usia 0-2 tahun dari beberapa literatur, yaitu :
1. Perkembangan Kognitif
Usia Kemampuan dan
proses berpikir
Komunikasi Gerakan
0-3 -Berespon terhadap suara -Berceloteh/bersuara -Mengangkat kaki dan tangan
bulan baru
-Mengikuti benda dengan
mata
-Melihat objek dan orang
-Tersenyum pada suara
ibu -Belajar mengangkat kepala
-Melihat pergerakan tangan
sendiri
3-6
bulan
-Mengenal ibu
-Mengapai objek
-Memalingkankepala
pada suara
-Mulai meraba
-Meniru suara
-Menangis dengansuara
berbeda
-Mengangkat kepala 90
derajat dan mengangkat
dada dengan bertopang
tangan
-Mengerakkan benda dalam
bermain
6-9
bulan
-Meniru gerakan
sederhana
-Berespon jika dipanggil
nama
-Membuat kata-
kataberulang yang
tidakbermakna (gagaga,
dada, dst)
-Menggunakan
suarauntuk
menarikperhatian
-Merayap/ merangkak
-Dapat duduk tanpa dibantu
-Sudah dapat tengkurap dan
berbalik sendiri
-Berdiriberpegangan kemeja
-Bertepuk tangan
-Memindahkanobjek dari
satutangan ke tangan lainnya
9-12
bulan
-Bermain permainan
sederhana
-Bergerak menuju benda
yang diminati
-Melihatgambar pada
buku
-Melambaikantangan
untuk“dada”
-Berhenti ketikadikatakan
“tidak”
-Meniru kata-katabaru
-Berjalan sambilberpegangan
-Menyatakan inginbenda
tertentu
-Mencoret dengan pensil
warna
12-18
bulan
-Meniru suara dan
gerakan yang baru
-Menunjuk pada benda
yang diinginkan
-Menyusun 2-3 kotak
-Menggelengkan kepala
menyatakan “tidak”
-Meniru kata baru
-Mengikuti instruksi
sederhana
-Mengucapkan 5-10 kata
-Memperlihatkan rasa
cemburu dan bersaing
-Berjalan sendiri
-Naik /turun tangga
18-24
bulan
-Menyusun 6 kotak -Menyusun kalimat
dengan 2 kata
-Naik turun tangga
2. Perkembangan Bahasa
3. Perkembangan Perilaku Normal3
a. Motorik
Umur Motor Behavior Adaptive
1 bulan Kepala merebah, tonic neck
reflex, tangan mengepal.
Melihat sekitarnya, tracking eye
movement ada tapi terbatas.
4 bulan Kepala tak merebah lagi, letak
simetris, tangan terbuka.
Tracking eye movement baik,
menggenggam benda yang diberikan
padanya.
7 bulan Duduk dengan sokongan kedua Memindahkan kubus dari satu tangan ke
tangan, memegang kubus,
melihat dan menyentuh kancing.
tangan yang lain.
10 bulan Duduk tanpa sokongan tangan,
merangkak hingga berdiri.
Bermain dengan 2 kubus, yang satu
disentuhkan dengan yang lain
1 tahun Berjalan dengan bantuan, duduk
bersila. Mengetahui arti kancing,
memasukan dan mengambilnya
dari botol.
Memindahkan kubus kedalam cangkir.
1,5 tahun Berjalan tanpa jatuh. Duduk
sendiri di kursi kecil. Menyusun
tumpukan dengan 3 kubus.
Mengeluarkan kancing dari botol.
Meniru coretan garis lurus.
2 tahun Berlari.
Menyusun tumpukan dari 6
kubus.
Meniru coretan garis lingkaran.
3 tahun Berdiri dengan 1 kaki tanpa
jatuh.
Membuat tumpukan dari 10
kubus.
Membuat jembatan dengan 3 kubus.
Meniru gambar silang.
4 tahun Berjinjit. Membuat pintu gerbang dengan 5 kubus.
Menggambar orang.
5 tahun Berjinjit dengan kaki bergantian. Dapat menghitung 10 sen.
b. Sosial3
Umur Status Interaksi
Sosial
Tindakan
0-1 bulan Belum ada Menangis & Diam, dipengaruhi oleh stimuli
eksternal
Dapat melihat wajah orang.
2-4 bulan Awal reaksi social Tertawa dan tersenyum bila melihat wajah orang.
Bermain dengan tangan dan pakaian, mengenal
botol dan bersiap-siap untuk makan.
5-6 bulan Kontak sosial aktif Minta perhatian ortu dengan membuat suara atau
menyentuh ortu.
8-12 bulan Perkembangan Membedakan wajah marah & tidak dengan
social aktif memalingkan muka. Membedakan suara.
Bertindak ramah pada orang yang dikenal, dan malu
pada orang yang belum dikenal.
1-2 tahun Penyempurnaan
social aktif
Anak mencari mengharapkan ada teman bermain,
mencari teman sebaya.
Memberikan mainan bila diminta.
2-4 tahun Masa
membangkang
Anak berulang-ulang mengatakan “saya mau”
dan akan marah bila tidak terpenuhi.
Sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan
oleh ortunya.
5-6 tahun Masa adaptasi Anak mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan,
krn pd masa ini terdapat perkembangan kesadaran
kewajiban dan pekerjaan.
> 6 tahun Masa berpikir dan
emosi
Anak mulai malas bekerja (harus dirangsang). Anak
mulai tahu membenci dan menyanyangi orang lain,
serta menilai sikap lingkungan terhadapnya.
> 9 tahun Masa mandiri Anak sedikit mulai menetang pimpinan dan mencari
jalannya sendiri.
B. Interpretasi Keluhan:
1. Gangguan Keterlambatan Bicara
Etiologi umumgangguanatauketerlambatanbicaraadalahsebagaiberikut:
a. Gangguan Pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar
pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan
bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan
pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi
bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem
pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi
ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila
terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan
pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak,
pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat
(hiperbilirubin).Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi
kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya
normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang
disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya
kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf
degeneratif.
b. Kelainan Organ Bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan
mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft
palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah
pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan
mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula
mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”. Kelainan
bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa
rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi
seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.
c. Retardasi Mental
d. Genetik Herediter dan Kelainan Kromosom
Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat
kecil. Biasanya keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan
kromosom 47xxx terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan
membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce
Bender berpendapat bahwa kromosom 47xxy mengalami kelainan bicara
ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47xxx.
e. Kelainan sentral (otak)
Ketidaksanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan
masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering
menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada
pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.
f. Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena
autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
g. Mutisme Selektif
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun,
yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila
ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang
tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak
dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan
motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan
komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
h. Gangguan Emosi dan Perilaku Lainnya
Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,
gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali.
Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala
tersamar lainnya
Pada kasus: Penderita autis terjadi pertumbuhan abnormal:
a. Pada sel saraf integratif di korteks frontalis
b. Pematangan mielin terlalu cepat di daerah frontalis dan temporalis
Mielinisasi jaras saraf hambatan proses menterjemahkan gagasan
lambat
c. Perkembangan sinaps yang tidak sempurna
Sedangkan fungsi dari lobus frontalis dan temporalis adalah untuk
proses berbahasa dan kognitif, seperti are Broca dan area Wernicke. Pada
otakbagianlobustemporalis. Di bagian posterior darigirustemporalis di
lobustemporalisterdapatareayang disebutarea Wernicke
dimanasebagaiareautamauntukpemahamanbahasa,
yaituberfungsimembentukbuahpikiranuntukdiekspresikan dan memilih kata-
kata yang akandigunakansertamengaturmotorikvokalisasi dan kerja yang
nyatadarivokalisasiitusendiri.
Jikaareainiterganggumakapenderitatakmampumemformulasikanbuahpikirannya
untukdikomunikasikan. Maka dari itu, pertumbuhan abnormal pada kedua
daerah tersebut menyebabkan Rachmad mengalami keterlambatan berbicara.
2. Hiperaktif
Pada beberapa studi menunjukkan, adanya abnormalitas pada beberapa area
di otak penyandang autis. area yang mengalami gangguan di antaranya adalah
lobus frontalis dan ganglia basalis yang berperan dalam representasi dalam action
plans, motoric plans, dan working memory, sehingga terjadi gangguan pengaturan
motorik dan pada beberapa anak bermanifestasi sebagai hiperaktivitas ataupun
sebaliknya, tergantung dangan mekanisme gangguan yang terjadi. Mekanisme pasti
belum diketahui, namun beberapa teori menunjukkan keterlibatan beberapa
neurotransmitter dan juga dipengaruhi oleh jumlah neuron di otak.
Hipokampus bertanggung jawab untuk fungsi belajar dan daya ingat.
Kerusakan pada bagian otak ini menyebabkan kesulitan dalam menyerap dan
mengingat informasi baru. Juga dapat menyebabkan timbulnya perilaku yang
stereotipik, stimulasi diri dan hiperaktivitas.
3. Tidak bereaksi terhadap panggilan
Gangguan integrasi sensoris.
Gangguan bahasa pada kasus ini disebabkan karena ”processing system”
pada otak yang menyebabkan pemasukan tidak diproses dengan sempurna,
sehingga anak autis tidak memahami masukan kata tersebut.Gangguan sistem
prosesing ini disebabkan oleh berbagai gangguan fungsi otak.Juga terdapat
gangguan pada mirror neuron system, yaitu sistem yang diperlukan untuk
mengcopy dan mengerti tindakan dan emosi dari orang lain.
Karena Rachmat mengalami gangguan pada kualitatif interaksi social.
Kondisi kesadaran penuh seperti waspada seharusnya dapat melakukan kontak
mata terhadap seseorang. Kurang kontak mata bisa disebabkan kurangnya
perhatian atau anak yang diperiksa tidak kooperatif. Normalnya, bayi diatas 6 bulan
sudah dapat memfokuskan pandangannya terhadap objek tertentu.
Ini juga mungkin terjadi karena Rachmat mengalami gangguan komunikasi
dan bahasa. Rachmat hanya bisa mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti
orangtuanya dan orang lain. Keadaan ini membuat ia tidak mengerti perintah
dengan banyak kata di dalamnya yang memerlukan fungsi kognitif.
4. Tidak suka bermain dengan teman
Interaksi sosial anak autistik dibagi dalam 3 kelompok yaitu:
a. Kelompok yang menyendiri, umumnya anak ini menerik diri, acuh tak acuh,
akan kesal bila diadakan pendekatan sosial dan menunjukkan perilaku dan
perhatian yang terbatas atau tidak hangat.
b. Kelompok pasif, dpat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak
lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.
c. Kelompok aktif tapi aneh, secara spontan akan mendekati anak lain namun
interaksi ini sering kali tidak sesuai dan sering hanya sepihak. Walaupun
mereka berminat untuk mengadakan hubungan karena ketidakmampuan mereka
untuk memhami aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi sosial. Kesadaran
sosial yang kurang menyebabkan mereka baik dalam bentuk vokal maupun
ekspresi wajah. Hal ini menyebabkan anak autis tidak dapat berempati kepada
orang lain.
Hal ini menunjukkan adanya gangguan interaksi sosial penderita dalam
beraktivitas bersama-sama dengan orang lain yang ditandai dengan tidak aktifnya
daerah otak yang memproses ekspresi wajah (daerah lobus temporalis) & emosi
(amygdala) selama melakukan tugas tersebut. Kerusakan lobus temporalis
menyebabkan anak kehilangan perilaku sosial yang diharapkan, kegelisahan,
perilaku motorik berulang dan kumpulan perilaku terbatas.
Beberapa penyebab lain:
a. Peningkatan homo vanilic acid (metabolit utama dari dopamine) dalam cairan
serebrospinal disertai dengan peningkatan penarikan diri dan stereotipik.
b. Temuan lain, penurunan sel purkinje di serebelum mungkin menyebabkan
kelainan atensi, kesadaran dan proses sensorik
c. Ditemukan kelainan pada lobus temporalis penarikan diri.
d. Adanya gangguan komunikasi pada penderita autistic
e. Faktor neurokimiawi adanya peningkatan opioid endogen (enchepalin dan
endhorpine) yang mengakibatkan anak anak tersebut merasa nyaman dengan
dirinya sendiri.
f. Teori Emphatizing – Systemizing teori ini menyimpulkan bahwa pada anak
autistic tedapat gangguan pada otak yang membuat kecenderungan otak untuk
membentuk sistem sendiri untuk anak tersebut (Systemizing) sehingga sistem
ini menutupi kemampuan anak untuk berempati pada lingkungan sekitarnya
(Emphatizing). Akibatnya anak tersebut merasa lebih asik bermain sendiri
daripada bergaul dengan orang lain.
Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis
disebabkan karena multifaktorial. Beberapa teori yang didasari beberapa penelitian
ilmiah telah dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya autis.
Beberapa teori penyebab autis adalah :
a. Teori kelebihan opioid
b. Abnormalitas pertumbuhan sel otak7
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan
impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel
saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson
dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf
berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester
ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit,
dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain
growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson,
dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak
yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan
sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel,
berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan
abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan
neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive
intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak
yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi,
diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth
factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth
without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak
beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf
lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf
tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme.
Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan
penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak
secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan
sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factor dan
neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila
autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan
primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian
terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika
dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti
thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami
aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motor, atensi, proses
mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi
atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target,
overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan
yang dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan
berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang
berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping
depan otak besar yang berperan dalam proses memori).
Penelitian pada monyet dengan merusak hipokampus dan amigdala
mengakibatkan bayi monyet berusia dua bulan menunjukkan perilaku pasif-agresif.
Mereka tidak memulai kontak sosial, tetapi tidak menolaknya. Namun, pada usia
enam bulan perilaku berubah. Mereka menolak pendekatan sosial monyet lain,
menarik diri, mulai menunjukkan gerakan stereotipik dan hiperaktivitas mirip
penyandang autisme. Selain itu, mereka memperlihatkan gangguan kognitif.
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain
kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,
yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain
alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang
diderita ibu pada masa kehamilan, radiasi, serta ko kain.
c. Teori glutien-casein (celiac)
Alergi pangan dapat memperburuk kondisi pasien autis. Menurut Winarno, ada
dua alergen utama yaitu gluten (protein gandum) dan kasein (protein susu). Gluten
terdapat pada gandum, gandum hitam, dan barley. Untuk menghindari konsumsi
gluten dapat mengonsumsi produk lain dari beras, jagung, oat, kedelai, serta biji
bunga matahari. Kasein merupakan komponen protein dalam susu. Dua jenis protein
susu yaitu kasein yang terdapat dalam susu (bahan pembentuk keju) dan whey
protein yang terdapat dalam cairan whey (limbah keju). Beberapa jenis pangan,
dalam bentuk satu jenis atau gabungan dapat berbentuk alergi bagi pasien autis yaitu
telur, tomat, terong, alpukat, cabai merah, kedelai, jagung, dan kentang.
Biasanya pasien autis mengalami kehilangan kemampuan sistem imunitas
sehingga terjadi inflamatory. Cytokine diproduksi secara berlebihan dalam darah
putih, kadarnya meningkat dan hal itu menyebabkan terjadinya abnormal neurology.
Percobaan telah dilakukan terhadap pengaruh asupan gluten dan kasein ke
dalam makanan yang akan dikonsumsi oleh anak normal dibandingkan dengan anak
penderita autis. Dalam kedua darah anak tersebut dianalisa kandungan cytokine-
nya, ternyata kandungan cytokine dalam darah penderita autis meningkat jauh lebih
tinggi daripada darah anak normal.
Peningkatan cytokine tersebut dapat menjadi penyebab secara genetik yang
kelak akan menyebabkan timbulnya penyakit autisme.
Reaksi Opioid adalah suatu reaksi yang paling merusak. Hal itu biasanya
diakibatkan oleh terjadinya kebocoran usus (leaky guts). Sekitar 50% pasien autis
mengalami kebocoran usus sehingga terjadi ketidakseimbangan flora usus.
Peptida hasil pemecahan gluten atau kasein dikirim ke otak dan kemudian
ditangkap reseptor opioid. Hal ini menyebabkan autisme, kondisi reaksi opioid
menyerupai kondisi seperti baru mengkonsumsi obat-obatan serupa morphin atau
heroin.
Pada saat dalam kandungan ternyata penderita autis mengalami peningkatan
jumlah protein dalam darah, yaitu 3X lebih besar dari anak yang kemudian terlahir
normal dan setelah kelahiran terus meningkat hingga mencapai 10X normal. Pada
anak normal tidak terjadi mengalami kenaikan. Peningkatan jumlah protein darah
yang abnormal pada penderita ini dapat mengacaukan proses migrasi sel normal
atau bahkan mematikan sel selama masa perkembangan sistem saraf berlangsung.
Perlu diingat bahwa pertumbuhan saraf selama embrio penting untuk membentuk
formasi sistem saraf pusat dan sel otak yang baru.
d. Genetik (heriditer)
e. Teori kolokistokinin
f. Teori oksitosin dan vasopressin
g. Teori metalotionin
Beberapa penelitian anak autism tampaknya didapatkan ditemukan adanya
gangguan netabolisme metalotionin. Metalotionon adalah merupakan sistem yang
utama yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam
berat lainnya. Setiap logam berat memiliki afinitas yang berbeda terhada
metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut air raksa memiliki afinitas yang paling
kuar degan terhadam metalotianin dibandingkan logam berat lainnya seperti
tenbaga, perak atau zinc.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilaporkan para ahli menunjukkan
bahwa gangguan metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah :
defisiensi Zinc, jumlah logam berat yang berlebihan, defisiensi sistein, malfungsi
regulasi element Logam dan kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk
netalotianinteori Imunitas
h. Ketidak seimbangan kerja neurotransmitter pengeksitasi dan penginhibisi
Terdapat jumlah sel-sel Purkinye yang sangat sedikit di serebelum. Sel - sel
purkinye ini seperti di ketahui mempunyai kandungan serotonin (salah satu
neurotransmiter di otak) yang tinggi. Keseimbangan antara semua neurotransmiter
di otak, sangat diperlukan untuk penyaluran rangsangan dari satu neuron ke neuron
yang lain.
i. Teori infeksi karena virus vaksinasi
Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemungkinan penyebab
autis yang disebabkan oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew Wakefield,
Bernard Rimland dari Amerika mengadakan penelitian mengenai hubungan antara
vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella ) dan autisme. Banyak
penelitian lainnya yang dilakukan dengan populasi yang lebih besar dan luas
memastikan bahwa imunisasi MMR tidak menyebabkan Autis. Beberapa orang tua
anak penyandang autisme tidak puas dengan bantahan tersebut. Bahkan Jeane
Smith seorang warga negara Amerika bersaksi didepan kongres Amerika : kelainan
autis dinegeri ini sudah menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak penderta
autisme percaya bahwa anak mereka yang terkena autis disebabkan oleh reaksi dari
vaksinasi.
j. Teori autoimun dan alergi makanan, teori zat darah penyerang kuman ke myelin
protein basis dasar, , teori Sekretin, teori kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas
Intestinal/Leaky Gut), teori paparan Aspartame, teori kekurangan Vitamin, mineral
nutrisi tertentu dan teori orphanin Protein: Orphanin
top related