laporan pendahuluan ckd
Post on 31-Jan-2016
25 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
CKD
( CHRONIC KIDNEY DISEASE )
A. Konsep Medis
1. Definisi
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth,
2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan cronic kidney disease ( CKD ),pada
dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure ( CRF ), namun
pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien
pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien
datang/merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD,
untuk menentukan derajat ( stage ) menggunakan terminology CCT ( clearance
creatinin test ) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF ( cronic renal
failure ) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3
atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
2. Etiologi
Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
3. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala
khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner
& Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi :
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG :
Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan
LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-
89 mL/menit/1,73 m2
Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisytem renin - angiotensin – aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama
jantung dan edema.
Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
Gangguan musculoskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ),
burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak
kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
Gangguan endokrin
Gangguan seksual
Libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore.
Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
System hematologic
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
5. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :
a. Pemeriksaan lab.darah
Hematologic : Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
RFT ( renal fungsi test ) : ureum dan kreatinin
LFT (liver fungsi test )
Elektrolit : Klorida, kalium, kalsium
Koagulasi studi : PTT, PTTK
BGA
b. Urine
Urine rutin
Urine khusus : benda keton, analisa kristal batu
c. emeriksaan kardiovaskuler
ECG
ECO
d. Radidiagnostik
USG abdominal
CT scan abdominal
BNO/IVP, FPA
Renogram
RPG ( retio pielografi )
6. Penatalaksanaan
Pengobatan gagal ginjal kronik di bagi menjadi dua tahap :
a. Tahap pertama yaitu tindakan konservatif yang ditujukan untuk merendakan atau
memperlambat perburukan progresif gangguaan fungsi ginjal. Tindakan
konservatif dimulai bila penderita mengalami asotemia penatalaksanaan
konservatif meliputi :
Penentuan dan pengobatan penyebab
Pengoptimalan keseimbangan garam dan air
Koreksi obstruksi saluran kemih
Deteksi awal pengobatan infeksi
Diet rendah protein, tinggi kalori
Pengendalian keseimbangan elektrolit
Pencegahan dan pengobatan penyakit tulang dan ginjal
Modifikasi dan terapi obat dengan perubahan fungsi ginjal
Deteksi dan pengobatan komplikasi
b. Tahap kedua pengobatan dimulai ketika tindakan konservatif tidak lagi afektif
dalam mempertahankan kehidupan. Pada keadaan ini terjadi penyakit ginjal
stadium terminal. Penatalaksanaan, meliputi :
Hemodialisa.
Hemodialisa adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Tujuan
hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat toksik di dalam darah,
menyesuaikan kadar air dan elektrolit di dalam darah. Pada hemodialisa
darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter masuk ke dalam
sebuah alat besar. Di dalam mesin tersebut terdapat ruang yang dipisahkan
oleh sebuah membran semipermeabel. darah di masukan ke salah satu
ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan dialisis, dan diantara
keduanya akan terjadi difusi darah dikembalikan ke tubuh melalui sebuah
pirau vena. Hemodialisa memerlukan waktu sekitar 3-5 jam dan dilakukan
sekitar seminggu. Pada akhir interval 2-3 hari di antara terapi,
keseimbangan garam,air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa
tampaknya ikut berperan menyebabkan anemia karena sebagian besar sel
darah merah ikut masuk dalam proses tersebut, infeksi juga merupakan
resiko.
Dialisis peritoneum
Dialisis peritoneum berlangsung didalam tubuh. Pada dialisis peritoneal
permukaan peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm3 berfungsi sebagai
difusi. Membran peritoneum digunakan sebagai sawar semipermeabel
alami. Larutan dialysis yang telah dipersiapkan sebelumnya (sekitar 2
liter) di masukan ke dalam rongga peritoneum melalui sebuah kateter tetap
yang di letakan di bawah kulit abdomen. Larutan dibiarkan di dalam
rongga peritoneum selama waktu yang telah di tentukan (biasanya 4-6
jam). Selama waktu ini, terjadi proses difusi air dan elektrolit keluar
masuk antara darah yang bersirkulasi. Dialysis peritoneum di lakukan
sekitar 4 kali/ hari. Masalah-masalah terjadi pada dialysis peritoneum
adalah infeksi dari kateter atau malfungsi kateter.
Transplantasi ginjal
Transplantasi atau pencangkokan ginjal adalan penempatan sebuah ginjal
donor ke dalam abdomen seseorang yang mengidap penyakit ginjal
stadium akhir. Ginjal yang di cangkok dapat di peroleh dari donor hidup
atau mati. Semakin mirip sifat-sifat antigenik ginjal yang didonorkan
dengan pasien, semakin tinggi keberhasilan pencangkokan. Individu yang
mendapat pengcangkokan ginjal harus tetap mendapat berbagai obat
imunosupresan seumur hidup untuk mencegah penolakan ginjal,
penolakan dapat terjadi sacara akut, dalam masa pasca transpalntasi dini,
atau beberapa bulan atau tahun setelah pencangkokan semua orang yang
mendapat terapi imunosupresi beresiko mengalami infeksi. (Price and
Wilson, 2005)
7. Pencegahan
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan
sering kali tidak menimbulkan gejala yang menunjukkan kerusakan dan kegagalan
ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan
perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan
darah, dan pemeriksaan urinalis, pemeriksaan kesehatan umum, dapat menurunkan
jumlah individu yang menjadi insufiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan
ditunjukkan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna., dan mengawasi
status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara
Long. 2001)
PENYIMPANGAN KDM
GAGAL GINJAL KRONIK
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dasar Gagal Ginjal Kronik:
Riwayat gangguan kronis dan gangguan yang mendasari status kesehatan
Kaji derajat kerusakan Ginjal
Lakukan pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital (Nadi, respirasi, Tekanan darah,
suhu badan) Sistem saraf, sistem integumen, dan sistem musculoskeletal.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang
terkena.(Doenges, Maryline, 1999 )
Aktifitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrim, Kelemahan, Malaise
Gangguan tidur, (Insomnia/gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot , kehilangan tonus, Penurunan rentang gerak.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi lama atau berat
Palpitasi ; Nyeri dada (Angina )
Tanda : Hipertensi ; DVJ, Nadi kuat, Edema jaringan umum Dan pitting pada
kaki, telapak tangan.
Disritmia Jantung
Nadi Lemah Halus, hipotensi,
Pucat ; kulit Coklat kehitaman , kuning
Kecendrungan perdarahan
Integritas Ego
Gejala : Faktor stres contoh Finansial, hubungan dan sebagainya
Perasaan tidak berdaya, tidak ada kekuatan, tidak ada harapan
Tanda : Menolak, Ansietas, Takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (Pada tahap lanjut)
Abdomen kembung, diare atau konstipasi
Tanda : Perubahan warna urine,; contoh kuning pekat, merah, coklat.
Oliguria dapat menjadi anuria.
Makanan / Cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), Malnutrisi
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tak sedap pada mulut
Tanda : Distensi abdomen/asites, Pembesaran hati (Tahap akhir)
Perubahan turgor kulit kelembaban
Edema
Ulserasi gusi, perdarahan gusi dan mulut
Penurunan otot, penurunan lemak sub kutan, penampilan tak bertenaga.
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala , penglihatan kabur.
Kram otot/ kejang,
Kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstrimitas bawah
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah.
Pernapasan
Gejala : Napas pendek; batuk dengan/tanpa sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, Peningkatan frekwensi/ kedalaman (kusmaul)
Batuk produktif dengan sputum merah muda
Keamanan
Gejala : Kulit gatal
Ada/ berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus
Demam; sepsis dehidrasi, Normotermia dapat secara atual terjadi peningkatan pada
pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal
Fraktur tulang, Deposit fosfat kalsium pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan
gerak sendi
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
Interaksi sosisal
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran dalam keluarga.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat DM keluarga (Resiko tinggi untuk gagal ginjal) Penyakit
polikistik, Nefritis, Riwayat terpajan pada toksik, contoh obat dan racun lingkungan
,Penggunaan antibiotik berulang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
anoreksia, mual
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan
retensi air dan natrium.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah.
3. Rencana Keperawatan
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik : Nyeri abdomen Muntah Kejang perut Rasa penuh tiba-
tiba setelah makan Diare Rontok rambut
yang berlebih Kurang nafsu
makan Bising usus
berlebih Konjungtiva pucat Denyut nadi lemah Faktor yang berhubungan :
Faktor biologis Faktor ekonomi Ketidakmampuan
untuk mencerna makanan
Ketidakmampuan menelan makanan
Faktor psikologis
Nutritional status: Adequacy of nutrient
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Weight Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi, dengan kriteria hasil :- Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutris
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Nutrition Management1. Kaji adanya alergi makanan2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
2 Kelebihan volume cairan
Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonik
Batasan Karakteristik :- Mekanisme
pengaturan melemah
- Asupan cairan berlebihan
- Berat badan meningkat pada waktu yang singkat
- Asupan berlebihan dibanding output
- Distensi vena jugularis
- Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), , pleural effusion
- Oliguria, azotemia - Perubahan status
mental, kegelisahan, kecemasan
Faktor yang berhubungan :- Kehilangan cairan
aktif- Kegagalan
mekanisme regulasi
❖ Electrolit and acid base balance
❖ Fluid balance❖ Hydration
Kriteria Hasil:- Terbebas dari edema,
efusi, anaskara- Bunyi nafas bersih, tidak
ada dyspneu/ortopneu- Terbebas dari distensi
vena jugularis, - Memelihara tekanan vena
sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign DBN
- Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau bingung
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Pasang urin kateter jika diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
4. Monitor vital sign5. Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
6. Kaji lokasi dan luas edema7. Monitor masukan makanan /
cairan 8. Monitor status nutrisi9. Berikan diuretik sesuai interuksi10. Kolaborasi pemberian obat:11. Monitor berat badan12. Monitor elektrolit 13. Monitor tanda dan gejala dari
odema
3 Intoleransi Aktivitas
Definisi : ketidak Energy conservation Activity tolerance
1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitas dalam merencanakan
cukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelasaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin di lakukan.
Batasan karakteristik :
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktifitas
Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktifitas
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
Ketidak nyamanan setelah beraktifitas
Dispnea setelah beraktifitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa lemah
Faktor yang berhubungan :
Tirah baring atau imobilisasi
Kelemahan umum
Ketidak seimbanga antara subley dan
Self care : ADLs
Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam
aktifitas fisik tanpa di sertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
Tanda-tanda vital normal Energy psikomotor Level kelemahan Mampu berpindah :
dengan atau tanpa bantuan alat
Status kardiopulmunari adekuat
Sirkulasi status baik Status respirasi :
pertukaran gas dan ventilasi adekuat
program terapi yang tepat2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas yang mampu di lakukan
3. Bantu untuk memilih aktifitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
4. Bntu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang di perlukan untuk aktifitas yang di inginkan
5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktifitas seperti kursi roda, krek
6. Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang di sesuai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang
8. Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktifitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motifasi diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual
kebutuhan oksigen
Imobilitas Gaya hidup
monoton
LAPORAN PENDAHULUAN
AKD
( AKUT KIDNEY DISEASE )
A. Konsep Medis
1. Definisi
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolic
tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di
urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan
gangguan fungsi endokrin dan metabolic, cairan, elektrolit, serta asam basa. Gagal
ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari
berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Saifudin, 2010).
Gagal ginjal akut adalah sindrom klinis dimana ginjal tidak lagi mengsekresi
produk-produk limbah metabolisme. Biasanya karena hiperfusi ginjal sindrom ini
biasa berakibat azotemia (uremia), yaitu akumulasi produk limbah nitrogen dalam
darah dan aliguria dimana haluaran urine kurang dari 400 ml / 24 jam (Tambayong,
2000).
2. Etiologi
Sampai saat ini para praktisi klinik masih membagi etiologi gagal ginjal akut dengan
tiga kategori meliputi :
Prarenal
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperpusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glomeruls. Gagal ginjal akut Prerenal merupakan kelainan
fungsional, tanpa adanya kelainan histologik atau morfologik pada nefron.
Namun bila hipoperfusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan menimbulkan
terjadinya nekrosis tubulat akut (NTA).
Renal
Pada tipe ini Gagal Ginjal Akut timbul akibat kerusakan jaringan ginjal.
Kerusakan dapat terjadi pada glomeruli atau tubuli sehingga faal ginjal
langsung terganggu. Dapat pula terjadi karena hipoperfusi prarenal yang tak
teratasi sehingga mengakibatkan iskemia, serta nekrosis jaringan ginjal
Prosesnya dapat berlangsung cepat dan mendadak, atau dapat juga berlangsung
perlahan–lahan dan akhirnya mencapai stadium uremia. Kelainan di ginjal ini
dapat merupakan kelanjutan dari hipoperfusi prarenal dan iskemia kemudian
menyebabkan nekrosis jaringan ginjal.
Pascarenal / Postrenal
GGA pascarenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup,
namun alirannya dalam saluran kemih terhambat. Etiologi pascarenal terutama
obstruksi aliran urine pada bagian distal ginjal, ciri unik ginjal pasca renal
adalah terjadinya anuria, yang tidak terjadi pada gagal renal atau pre-renal.
Kondisi yang umum adalah sebagai berikut :
3. Patofisiologi
Meskipun sudah ada kesepakatan mengenai patologi kerusakan ginjal ARF (acute
renal fallure) tipe NTA (necrosis tubular acute), tetapi masih ada kontroversi mengenai
patogenitas penekanan fungsi ginjal dan oliguria yang biasanya menyertai. Sebagian
besar konsep modern mengenai faktor-faktor penyebab mungkin didasarkan pada
penyelidikan menggunakan model hewan percobaan, dengan menyebabkan gagal
ginjal akut nefrotoksik melalui penyuntikan merkuri klorida, uranil sitrat, atau kromat,
sedangkan kerusakan iskemik ditimbulkan renalis.
Menurut Price, (2005) ada beberapa kondisi yang menjadi faktor predisposisi
yang dapat menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal,
yaitu sebagai berikut :
Obstruksi tubulus
Kebocoran cairan tubulus
Penurunan permeabilitas glomerulus
Disfungsi vasomotor
Umpan balik tubulo-glomerulus
4. Manifestasi Klinis
Keluaran urine sedikit, mengandungdarah
Peningkatan BUN dankreatinin
Anemia
Hiperkalemia
Asidosis metabolic
Edema
Mualmuntah .
Nyeri pinggang hebat (kolik)
KelainanUrin : protein darah/eritrosit , seldarahputih/Leukosit,bakteri.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Darah: ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas
Urin: ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
Gangguan keseimbangan asam basa: asidosis metabolik.
Gangguan keseimbangan elektrolit: hiperkalemia, hipernatremia atau
hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam
setelah ginjal rusak.
Warna urine: kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,
Mioglobin, porfirin.
Berat jenis urine: kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh:
glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk
memekatkan; menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat.
PH Urine: lebih dari 7 ditemukan pada ISK, nekrosis tubular ginjal, dan gagal
ginjal kronik.
Osmolaritas urine: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal,
dan ratio urine/serum sering.
Klierens kreatinin urine: mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN
dan kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.
Natrium Urine: Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila
ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
Bikarbonat urine: Meningkat bila ada asidosis metabolik.
SDM urine: mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau
peningkatan GF.
Protein: protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan
glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat
rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada
NTA biasanya ada proteinuria minimal.
Warna tambahan: Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna
tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular
ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis
glomular.
b. Pemeriksaan Diagnostik
Elektrokardiogram (EKG)
Perubahan yang terjadi berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit
dan gagal jantung.
Kajian foto toraks dan abdomen
Perubahan yang terjadi berhubungan dengan retensi cairan.
Osmolalitas serum
Lebih dari 285 mOsm/kg
Pelogram Retrograd
Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
Ultrasonografi Ginjal
Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas
Endoskopi Ginjal, Nefroskopi
Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan
tumor selektif
Arteriogram Ginjal
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular
6. Penatalakasanaan
Penatalaksanaan secara umum adalah:
a. Kelainan dan tatalaksana penyebab.
Kelainan praginjal. Dilakukan klinis meliputi faktor pencetus keseimbangan
cairan, dan status dehidrasi. Kemudian diperiksa konsentrasi natrium urin,
volume darah dikoreksi, diberikan diuretik, dipertimbngkan pemberian
inotropik dan dopamin.
Kelainan pasca ginjal. Dilakukan pengkajian klinis meliputi apakah kandung
kemih penuh, ada pembesaran prostat, gangguan miksi atau nyeri pinggang.
Dicoba memasang kateter urin, selain untuk mengetahui adanya obstruksi
juga untuk pengawasan akurat dari urin dan mengambil bahan pemeriksaan.
Bila perlu dilakukan USG ginjal.
Kelainan ginjal. Dilakukan pengkajian klinis, urinalinasi, mikroskopik urin,
dan pertimbangkan kemungkinan biopsi ginjal, arteriografi, atau tes lainnya.
b. Penatalaksanaan gagal ginjal
Mencapai dan mempertahankan keseimbangan natrium dan air. Masukan
natrium dibatasi hingga 60 mmol/hari dan cairan cukup 500 ml/hari di luar
kekurangan hari sebelumnya atau 30 mmol/jam di luar jumlah urin yang
dikeluarkan jam sebelumnya. Namun keseimbangan harus tetap diawasi.
Memberikan nutrisi yang cukup. Bisa melalui suplemen tinggi kalori atau
hiperalimentaasi intravena. Glukosa dan insulin intravena, penambahan
kalium, pemberian kalsium intravena pada kedaruratan jantung dan dialisis.
Pemberian manitol atau furosemid jika dalam keadaan hidrasi yang adekuat
terjadi oliguria.
Mencegah dan memperbaiki infeksi, terutama ditujukan terhadap infeksi
saluran napas dan nosokomial. Demam harus segera harus dideteksi dan
diterapi. Kateter harus segera dilepas bila diagnosis obstruksi kandung kemih
dapat disingkirkan.
Mencegah dan memperbaiki perdarahan saluran cerna. Feses diperiksa untuk
adanya perdarahan dan dapat dilakukan endoskopi. Dapat pula dideteksi dari
kenaikan rasio ureum/kreatinin, disertai penurunan hemoglobin. Biasanya
antagonis histamin H (misalnya ranitidin) diberikan pada pasien sebagai
profilaksis.
Dialisis dini atau hemofiltrasi sebaiknya tidak ditunda sampai ureum tinggi,
hiperkalemia, atau terjadi kelebihan cairan. Ureum tidak boleh melebihi 30-
40 mmol/L. Secara umum continous haemofiltration dan dialisis peritoneal
paling baik dipakai di ruang intensif, sedangkan hemodialisis intermitten
dengan kateter subklavia ditujukan untuk pasien lain dan sebagai tambahan
untuk pasien katabolik yang tidak adekuat dengan dialisis
peritoneal/hemofiltrasi.
Monitoring keseimbangan cairan, pemasukan dan pengeluaran cairan atau
makanan, menimbang berat badan, monitoring nilai elektrolit darah, nilai
BUN dan nilai kreatinin.
Penanganan Hiperkalemia. Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan
masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang
paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau
akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit
serum (nilai kalium >5.5 mEq/L; SI: 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi
puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis.
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti
resin (natrium polistriren sulfonat), secara oral atau melalui retensi enema.
7. Komplikasi
o Jantung: edema paru, aritmia, efusi pericardium.
o Gangguan elektrolit: hyperkalemia, hiponatremia, asidosis.
o Neurologi: iritabilitas neuromuskuler, flap, tremor, koma, gangguan kesadaran,
kejang.
o Gastrointestinal: nausea, muntah, gastritis, ulkus peptikum, perdarahaan
gastrointestinal.
o Hematologi: anemia, diathesis hemoragik.
o Infeksi: pneumonia, septikemis, infeksi nosocomial.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia /
gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama, atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi, nadi kuat,edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak,tangan, disritmia jantung.
Nadi lemah halus,hipotensi ortostatik menunjukan hipovolemia, pucat,
kecenderungan perdarahan.
Integritas ego
Gejala : Factor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare, atau
konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, cokelat,berawan,
oliguria, dapat menjadi anuria.
Makanan/ cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penuruna berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap di mulut (pernapasan
amonia), penggunaan diuretic
Tanda : Distensi abdomen / asites, pembesaran hati,, perubahan turgor kulit /
kelembaban, edema (umum,tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi / lidah,
penurunan oto, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “ kaki gelisah”,
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkosentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam
hari)
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.
Pernapasan
Gejala : napas pendek ; dispnea nocturnal paroksimal ; batuk dengan / tanpa sputum
kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (pernapasan
kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah muda – encer (edema paru).
Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjdai
peningkatan pada pasie yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal.,
petechie,
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido ; amenorea ; infertilitas
Interaksi social
Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankn
fungsi peran biasanya dalam keluarga.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter,kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan oleh toksin, contoh,
obat, racun lingkungan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium.
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,retensi produk
sampah danprosedur dialysis
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program penanganan
3. Rencana Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien
Intervensi
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih dan
retensi cairan serta natrium.
Tujuan:
Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Intervensi:
a. Kaji status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit dan
adanya edema, distensi vena leher,tekanan darah, denyut dan irama nadi.
R: pengkajian merupakan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi.
b. Batasi masukan cairan
R: pembatasan cairan akan menentuka berat tubuh ideal, haluaran urin,dan respon terhadap
terapi.
c. Identifikasi sumber potensial cairan ; medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan
oral dan intravena, makanan.
R: sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
R:pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan.
e. Beritahu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan
R: kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet.
f. Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering
R: hygiene oral mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah,
pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
Intervensi:
a. Kaji status nutrisi ; perubahan berat badan, nilai laboratorium BUN,Kreatinin.
R: Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi
b. Kaji pola diet nutrisi pasien ; riwayat diet, makanan kesukaan, hitung kalori.
R: pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.
c. Kaji factor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi ; anoreksia, mual atau muntah, diet
yang tidak menyenangkan bagi pasien, depresi,kurang memahami pembatasn diet,stomatitis.
R: menyediakan informasi mengenai faktro lain yang dapat dirubah atau dihilangkan untuk
meningkatkan masukan oral.
d. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
R: Mendorong peningkatan masukan diet
e. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi telur, produk susu, daging.
R: protein lengkapdiberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan penyembuhan.
f. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan.
R: Mengurangimakanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk energy,
membagi protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
g. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea
dan kadar kreatinin.
R:Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet, urea,kadar kreatinin dengan
penyakit renal.
h. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan sebelum makan
R: Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia dan rasa kenyang.
i. Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjuran untuk memperbaiki rasa
tanpa menggunakan natrium atau kalium.
R:Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap pembatasan diet dan merupakan
referensi untuk pasien dan keluarga yang dapat digunakan dirumah.
j. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan
R: Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan anoreksia dihilangkan.
k. Timbang berat badan harian
R: Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,retensi produk sampah
danprosedur dialisis
Tujuan: Berpartisipasi dalam dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
Intervensi:
a. Kaji factor yang menimbulkan keletihan ; anemia,ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit,retensi produk sampah,depresi.
R: Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
b. Tingkatkan kemndirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi ; bantu jika
keletihan terjadi.
R: Meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki harga diri.
c. Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahat.
R: Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang
adekuat.
d. Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis
R: Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialysis, yang bagi banyak paisen sangat
melelahkan.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan pada
citra diri dan disfungsi seksual.
Tujuan: Memperbaiki konsep diri
Intervensi:
a. Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan.
R: Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi perubahan
perubahan dalam hidup.
b. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat.
R: Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi
c. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga
R: Pola koping yang telah efektif dimasa lalu mungkin potensial destrukstif ketika memandang
pembatasan yan ditetapkan akibat penyakit dan penanganan.
d. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan penanganan ;
perubahan peran, perubahan gaya hidup, perubahan dalam pekerjaan, perubahan sekual,
ketergantungan pada tim tenaga kesehatan
R: Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah- langkah yang diperlukan untuk
menghadapinya.
e. Gali cara alternative untuk ekspresi seksual lain selain hubungan seksual.
R: Bentuk alternative ekspresi seksual dapat diterima.
f. Diskusikan peran member dan menerima cinta, kehangatan, dan kemesraan.
R: Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu, tergantung pada tahap
maturitansnya.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program penanganan berhungan dengan kurang
informasi.
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan.
Intervensi:
a. Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya, dan penanganannya ;
penyebab gagal ginjal pasien, pengertian gagal ginjal, pemahaman mengenai fungsi renal,
hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal ginjal, rasional penanganan (hemodialisis,
dialysis peritoneal, transplantasi)
R: Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut.
b. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman dan
kesiapan pasien untuk belajar
R: Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penaganan setelah mereka siap untuk memahami
dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat
penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
R: Pasien dapa melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit.
d. Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat tentang ; fungsi dan
kegagalan renal, pembatasan cairan dan diet, medikasi, melaporkan masalah, tanda dan gejala,
jadwal tindak lanjut, sumber di komunitas, pilihan terapi.
R: Pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di rumah.
top related