laporan dk blok 3 skenario 1
Post on 30-Jul-2015
253 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Ilmiah Kelompok TutorialSkenario 1 Blok 3
OLEH KELOMPOK C
Fasilitator : drg.Martha Mozartha, M.Si.
: drg.Purwandito Pujoraharjo
Ketua : Apriko merza (04111004001)
Sekertaris : Suci Puspitahati (04111004041) Anggota : Fadlun (04111004059)
Rozalia (04111004031)
Sanny S Manurung(04111004043)
Annisa Inidita R (04111004047)Mk Zahrah (04111004021)
Egi Utia Asih (04111004022)
Musdewinda S (04111004017)
Aisyah (04111004048)
Khairunnisa (04111004063)
Venny Dwijayanti (04111004054)Widya Anggraini (04111004056)
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012
Judul : Kesulitan membuka mulut
TIU : 1. Mahasiswa memahami anatomi oro-craniofasial
2. Mahasiswa memahami metabolisme karbohidrat , protein dan lemak
3. Mahasiswa memahami fungsi kelenjar saliva
Pemicu : Siti mengalami trismus kurang lebih sudah 3 hari karena suatu infeksi, sehingga
menyebabkan kesulitan makan yang berkepanjangan sehingga asupan karbohidrat,
protein dan lemak sangat sedikit , siti hanya banyak minum air hal ini mengakibatkan
tubuhnya terasa lemas dan kepalanya pusing. Mulutnya kering karena sekresi saliva
kurang. Melihat keadaan siti yang sangat memprihatinkan, ibunya membawa siti
kedokter. Selain memberikan obat, dokter juga menginstruksikan siti untuk diet cair
tinggi kalori-tinggi protein juga susu (mengandung lemak) supaya kondisinya segera
pulih.
KLASIFIKASI ISTILAH
Trismus
Infeksi
Sekresi Saliva
Diet cair tinggi kalori-tinggi protein
IDENTIFIKASI MASALAH
Siti mengalami trismus ±3 hari karena infeksi
Siti kekurangan asupan karbohidrat, protein dan lemak
Mulutnya kering karena sekresi saliva kurang
Tubuhnya terasa lemas dan kepalanya pusing
ANALISIS MASALAH
Bagaimana proses terjadinya trismus?
Bagaimana pengaruh trismus terhadap mekanisme?
Kerja rahang otot dan syaraf pada rongga mulut?
Mengapa tubuh siti terasa lemas dan pusing?
Bagaimana proses terjadinya sekresi saliva?
HIPOTESIS
Siti mengalmi infeksi yang menyebabkan Trismus sehingga asupan karbon , protein dan
lemak kurang yang menyebabkan tubuhnya terasa lemas dan kepalanya pusing. Infeksi
tersebut juga menyebabkan sekresi saliva kurang sehingga mulutnya kering
LEARNING ISSUE
Trismus
Pengertian
Penyebab
Proses terjadinya
Oro-craniofasial
Pengertian
Mekanisme kerja rahang, otot, syaraf pada rongga mulut
Pengaruh trismus terhadap mekanisme kerja oro-craniofasial
Karbohidrat , Lemak, Dan Protein
Pengertian
Fungsi
Metabolisme
Kelenjar Saliva
Pengertian
Fungsi
Metabolisme
VI . Hasil Belajar Mandiri
TRISMUS
Trismus didefinisikan sebagai suatu kontraksi tonik dari otot mastikasi. Dahulu istilah
trismus digunakan untuk menggambarkan gejala klinis dari tetanus, yaitu lock jaw atau rahang
yang terkunci, yaitu suatu gejala klinis yang disebabkan oleh toksin tetanus terhadap kontraksi
otot mastikasi atau pengunyah. Saat ini istilah trismus digunakan untuk menggambarkan setiap
bentuk keterbatasan dalam membuka mulut, termasuk di dalamnya akibat dari trauma,
pembedahan dan radiasi. Keterbatasan dalam membuka mulut ini atau trismus dapat
menimbulkan masalah terhadap kesehatan, termasuk di dalamnya kekurangan zat-zat nutrisi
akibat gangguan mengunyah makanan, gangguan dalam berbicara, dan pengaruhnya terhadap
kesehatan mulut dan gigi. Pada orang yang mengalami rasiasi pada daerah leher dan kepala,
permasalahan tersebut sering muncul bersamaan dengan gangguan dalam menelan. Trismus
dapat mempengaruhi kualitas hidup sipenderita dalam berbagai cara. Komunikasi akan sulit
dilakukan jika seseorang mengalami trismus. Tidak hanya gangguan dalam berbicara akibat
mulut tidak bisa terbuka dengan sempurna, tetapi juga terdapat gangguan dalam artikulasi dan
resonsi suara sehingga kualitas suara yang dikeluarkan akan menurun. Pada penderita yang
mengalami trismus akan mengalami gangguan kesehatan mulut karena sulit melakukan gerakan
mengunyah dan menelan, dan akan terjadi peningkatan resiko terjadinya aspirasi.
Etiologi
Hambatan dari pegerakan rahang tersebut secara garis besar disebabkan oleh trauma, terapi
radiasi, pembedahan dan berbagai gangguan pada sambungan rahang lainnya. Hal ini terjadi
akibat kerusakan pada otot rahang, kerusakan pada sambungan rahang, pertumbuhan jaringan
ikat yang terlalu cepat (pembentukan jaringan parut), Atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan proses diatas maka etiologi dari trismus dapat dibagi 2 yaitu:
1. Faktor eksternal
- Neoplasma pada rahang
- Infeksi akut
- Miositis
- Penyakit Sistemik (SLE, Skleroderma dan penyakit sistemik lainya)
- Pseudoankylosis
- Luka bakar
- Atau berbagai trauma lainnya yang mengenai otot-otot rahang.
2. Faktor internal
- Ankylosis tulang pada sambungan rahang
- Ankylosis jaringan ikat pada sambungan rahang
- Artristis
- Infeksi
- Trauma
- Mikro trauma (termasuk di dalamnya brusixm)
- Gangguan SSP (tetanus, lesi pada nervus trigeminal dan keracunan obat)
3. Faktor Iatrogenik
- Paska Odontektomi Molar Ketiga
Molar ketiga terpendam merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi diantara gigi
geligi yang lain. Pengambilan gigi molar ketiga bawah impaksi biasanya dilakukan secara
pembedahan (odontektomi), yang biasanya dilakukan dengan lokal anestesi. Paska pengambilan
gigi molar ketiga terpendam secara odontektomi antara lain dapat menimbulkan pembengkakkan
dan trismus. Trismus yang timbul dapat bersifat sementara atau permanen. Trismus bersifat
sementara hanya disebabkan oleh peradangan dan gangguan refleks saraf motorik otot-otot
pengunyah, sedangkan trismus yang permanen biasanya karena gangguan pada sendi
temporomandibular.
- Injeksi Yang Dilakukan Saat Anestesi
Trismus terjadi sebagai akibat komplikasi anestesi yang menggunakan jarum dalam
menganestesi mandibular dan pada infiltrasi regio posterior pada rahang atas. Dimana kedua
teknik ini melibatkan penetrasi jarum ke otot-otot mastikasi dan deposisi larutan anestesi ke
jaringan yang banyak vaskularisasinya. Pada kedua teknik tersebut, dapat terjadi perdarahan
yang dapat menimbulkan hematom yang luas pada fossa infra temporal, hal ini terjadi bila jarum
melewati pleksus vena pterigoideus. Infeksi hematom pada tempat tersebut akan menyebabkan
bertambahnya rasa sakit dan terjadinya kerusakan jaringan yang luas, konsekuensinya adalah
hipomobilitas dari temporomandibular joint.
- Pengaruh dari fiksasi intermaksilaris setelah fiksasi terjadinya fraktur atau trauma.
Pathogenesis
Otot mastikasi atau pengunyah terdiri dari otot temporalis, masseter, pterygoid medial dan
pterygoid lateral. Masing-masing otot memiliki peranan tersendiri dalam proses mengunyah, dan
saat terjadi kerusakan pada otot tersebut akan menimbulkan rasa nyeri, keadaan ini disebut
dengan muscle guarding yaitu penegangan pada otot yang timbul sebagai kompensasi terhadap
nyeri yang timbul pada otot tersebut. Nyeri ini akan menyebabkan otot akan berkontraksi, dan
menyebabkan berkurangnya lebar pembukaan mulut yang dapat dihasilkan oleh gerakan otot
mastikasi. Kontraksi ini merupakan suatu gerakan reflek, sehingga penderita tidak dapat
mengontrolnya. Setiap tindakan yang dipaksakan untuk meregangkan otot tersebut akan
menimbulkan kontraksi yang makin kuat. Untuk melakukan terapi pada penderita trismus lebih
efisien dilakukan dengan melakukan gerakan yang halus dan perlahan.
Patogenesis lainya adalah gangguan pada temporomandibular joint. Sebagaimana sendi-sendi
lainnya di dalam tubuh, temporomandibular joint merupakan tempat yang sering mengalami
artritis maupun penyakit degenerasi sendi. Pada regio ini juga sering terjadi trauma yang
menimbulkan hemartrosis, dislokasi, fraktur prosessus condylaris dan disini juga terdapat diskus
intraartikularis, maka fungsi sendi bisa berjalan dengan baik bila terdapat keserasian antara
unsur-unsur tulang dan diskus dari sendi. Pergerakan yang harmonis antara sendi bilateral juga
penting untuk berfungsinya mandibula secara normal. Dengan kata lain gangguan pada tempat
tersebut akan dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membuka mulut atau rahang
disamping rasa nyeri yang timbul saat melakukan gerakan.
Pada tetanus mekanisme terjadinya kekakuan pada otot terjadi akibat tetanospasmin yang
menyebar ke SSP melalui 2 mekanisme:
1. Adsorbsi melalui moineural junction
2. Melalui ruang di jaringan limfatik, darah dan SSP.
Toksin ini akan menekan proses inhibisi motor neuron dan interneuron. Toksin juga akan
mempengaruhi transmisi pada mioneural junction.
ORO-CRANIOFACIAL
Sistem Persyarafan
Nervus Trigemenus merupakan saraf cranial terbesar. Nervus ini disebut nervus trigeminus,
karena mempunyai tiga cabang yaitu n.optalmikus, n. maksilaris, dan n.mandibularis. Nervus
trigeminus mengandung baik serabut sensoris maupun serabut metoris. Cabang-cabang tepinya
membawa serabut parasimpatis dari nuc. Ediger westphal, nuc. Nervus intermedius dan nuc.
Nervus glossophary ngeus di satu pihak dan serabut orthorasimpatis dari pihak lain.
Serabut-serabut Nervus Trigeminus :
General somatik aferente (GSA).
- Ekteroseptif raba dan diskriminasi dengan badan sel di ganglion trigminale dan berakhir di inti
pontis nervi trigmini/ nuc. Pricipalis nervus trigminus.
- Ekteroseptif nyeri dan suhu dengan badan sel di ganglion trigminale gasseri dan berakhir di
nuc. Spinalis nervus trigeminus.
- Propioseptif, rasa tekan dalam dan kinesia dengan badan sel di ganglion trigminale gasseri dan
berakhir di nuc. Masencephalic nervus trigminus.
Special Visceral Efferente (SVE).
- Menginervasi otot yang berasal dari arkus brakhialis I dengan badan sel di nuc. Motoris nervus
trigeminus yang terletak di tegmentum pontis, disebelah ventromedial bracium konjunctivum.
Serabut motoris keluar dari sisi lateral pons (portiominor) yang mengikuti cabang ketiga N. V
NUCLEUS-NUCLEUS N.TRIGEMINUS :
Nucleus sensoris
Messencephalic Nucleus
Merupakan pita sel-sel unipolar yang terletak di samping akuaductus dan batas rostal dari
ventrikel IV. Processus-processus perifirnya memberi serabut-serabut sensori untuk muscle,
spindless, sedangkan processus centralnya berjalan dalam tiga arah yaitu ke supratrigeminal
nucleus, cerebellum dan, talangus kontralatral.
Pontis Nucleus
Menerima informasi taktil dari kulit wajah. Nucleus ini merupakan persamaan dari Nuc. Gracilis
dan cuneatus di medulla dan terutama memproekksikan ke lemniscus tregminal kontralatral.
Spinal nucleus
Terletak di sepanjang modulla oblongata dan dibagi dalam tiga bagian yaitu : pars oralis, pars
intropolaris dan pars caudalis.
Nucleus Motoris
Nuc. Motoris nervus trigeminus yang terletak di tegmentum pontis, di sebelah ventromedial
bracium konjunctivum. Serabut motoris keluar dari sisi lateral pons (patriominor) yang
mengikuti cabang ketiga N.V.
Ganglion Trigeminale
Gamglion semilunare Gasseri terletak dalam cavum trigminale, bagian durameter yang menutupi
impressio trigminale, sebelah anterior pars petrosaos temoralis. Ganglion ini berbentuk bulan
sabit dengan konveksitasnya menghadap ke depan lateral, permukaannya ditutupi oleh anyaman
serabut saraf.
Pars petrosa acatoris interna terdapat di sebelah depan medial dan dibatasi oleh lempeng tulang
tipis. Di sebelah inferiornya terdapat radiks motoris n.petrosus major, apek pars petrosa os
temporalis dan foramen lacerum.
Ganglioan ini menerima serabut simpatis dari pleksus carotikus internus dan memberikan
percabangan ke tentorum cerebelli.
Cabang-cabang N.trigminus berhubungan erat dengan empat ganglion parasimpatis di kepala,
namun saraf ini tidak mengandung serabut parasimpatis. Ganglion Semilunare Gasseri
mempunyai kemampuan untuk mengadakan modulasi impuls-impuls afferan.
N.trigminus muncul di fossa posterior, namun ganglionnya terletak di fossa media. Badan sel di
ganglion Gasseri tersusun secara somatotropik dari medial ke lateral, sel-sel untuk N.V1 terletak
di anteromedial, N.V3 di posterolateral, sedangkan N.V2 diantaranya.
Cabang-cabang N.Trigeminus :
Nervus Opthalmicus
Saraf ini merupakan cabang pertama bersifat sensoris yang pempersarafi bulbus, glandula
lacrimalis, conjuntiva, mukasovakum nasi, kulit hidung, palpebra, dahi, kulit kepala.
Membentang ke ventral didinding sinus lateral cavernosus dibawah n.okulamotorius dan
troghlearis. Menerima serabut simpatis dari pleksus corotikus internus serta memberikan cabang
romus tentorii/ meningeus. Sebelum memasuki fissura orbitaris.
Superior bercabang menjadi :
1. n.lakrimalis; cabang terkecilmemasuki orbita melalui tepi lateral fissura orbitalis superior,
membentang pada tepi atas m.rectus lateralis bersama-sama a.lakrimalis. Menerima
r.zygomatikus n.maksilaris mengandung serabut sekretori untuk glandula lakrimalis.
2. N.frontalis; memasuki rongga orbita melalui bagian FOS terletak diatas otot dan membentang
diantara m.levator palpebra superior dan peiosteum. Pada pertengahan orbita bercabang dua
menjadi n.supratroclearis dan n.supraorbitalis.
3. N.nasosiliaris; masuk orbita melalui bagian medial FOS, menyilang n.optikus menuju dinding
medial orbita dan selanjutnya sebagai n.ethmoidalis anterior, masuk kedalam cavum cranii
melalui foremen ethmoidalis anterior, berjalan diatas lamina kribosa dan turun ke cavum nasi
melalui celah disisi crista gali. N.nasosiliaris menerima r.komunikan ganglion siliaris dan
mempercabangkan n.siliaris longus, n.infratrochlearis dan n.ethmoidalis posterior.
Nervus Maksilaris
Dari ganglion trigeminal divisi ini berjalan kedepan pada dinding lateral sinus cavernosus
dibawah N.VI, dan meninggalkan fossa crani melalui foramen rotundum dan memasuki bagian
superior dari fossa pterygopalatina.
Sesudah memutari sisi lateral processus orbitalis dari os platina, memasuki orbital melalui fissura
orbitalis inferior. Berjalan kedepan pada sulcus infraorbitali pada orbital floor dan berubah nama
menjadi n.infraobita. selanjutnya memasuki canalis dan keluar pada pipi melalui foramen
infraorbitalis untuk mempersarafi kulit palpebra inferior, kulit sisi hidung dan pipi, bibir atas dan
mucosa bibir atas dan pipi.
Cabang-cabang N.maksilaris :
- Pada fossa crani media : cabang meningeal.
- Pada fossa pterygopalatina :
Cabang langsung :
- Cabang keganglion pterygopalatina
- N.zygomatikus
- N.alveolaris superrior posterior
Cabang tidak langsung melalui gang lion pterygopalatina :
- Cabang nasal
- Cabang platina
- Cabang pharyngeal
Pada canalis infraorbitalis :
- N.alveolaris superior media
- N.alveolaris superior anterior
Pada wajah:
- Cabang palpebra
- Cabang nasal
- Cabang labia
Nervus mandibularis
Divisi ini merupakan divesi yang terbesar. Dibentuk pada fossa infratempolar tepat dibawah
foramen ovale oleh gabungan motor root N.V dengan sensory root V3. Nervus ini segera
mempercabangkan dua cabang kecil : cabang meningea (n.spinosus ) dan nervus untuk
m.pterygoid media, kemudian terbagi dua menjadi divisi anterior dan posterior . dari divisi
posterior keluar N.buccalis dan nervus untuk M.masetter, m.pterygoid lateral dan dua dee
tempotal nervus. Nervus spinosus melewati foramen spinosus untuk mencapai dasar fossa crani
media untuk mempersarafi durameter pada fossa anterior dan media serta membran mucosa
cellulae mastoid.
Nervus facialis
Nervus facialis sebenarnya terdiri dari serabut motorik, tetapi dalam perjalananya ke tepi
nervuls intermedius menggabungkan padanya. Nervus intermedius tersusun oleh serabut
sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut yang menghantarkan impuls pengecap
dari 2/3 bagian deran lidah.
Nervus facialis merupakan saraf cranial yang mempersarafi otot ekspressi wajah dan
menerima sensorik dari lidah, dalam perjalanannya bekerja sama dengan nervus karnialis yang
lain, karena itu dimasukkan ke dalam mix cranial nerve.
Anatomi
Nervus Pacialis mempunyai empat buah inti yaitu :
• Nukleus Facialis untuk saraf Somatomotoris
• Nukleus Salivatorius Superior untuk saraf Viseromotoris
• Nukleus Solitarius Untuk saraf Viserosensoris
• NukleuS Sensoris Trigeminus untuk saraf Somatosensoris
Inti moturik Nervus Facialis terletak pada bagian ventolateral tegmentum Pons bagian
bawah. Dari sini berjalan kebelakang dan mengelilingi inti N VI dan membentuk genu internal
nervus facialis, kemudian berjalan ke bagian-lateral batas kaudal pons pada sudut ponto
serebelar.
Saraf Inter Medius terletak pada bagian diantara N VII dan N VIII.
Serabut motorik saraf Facialis bersama-sama dengan saraf intermedius dan saraf
vestibulokoklearis memasuki meatus akustikus internus untuk meneruskan perjalanannya
didalam os petrosus (kanalis facialis).
Nernus Facialis keluar dari os petrosus kembali dan tiba dikavum timpani. Kemudian
turun dan sedikit membelok kebelakang dan keluar dari tulang tengkorak melalui foramen
stilomatoideus. Pada waktu ia turun ke bawah dan membelok ke belakang kavum timpani di situ
ia tergabung dengan ganglion genikulatum. Ganglion tersebut merupakan set induk dari serabut
penghantar impuls pengecap, yang dinamakan korda timpani. juluran sel-sel tersebut yang
menuju ke batang otak adalah nervus intennedius, disamping itu ganglion tersebut memberikan
cabang-cabang kepada ganglion lain yang menghantarkan impuls sekretomotorik. Os petrosus
yang mengandung nervus fasialis dinamakan akuaduktus fallopii atau kanalis facialis. Disitu
nervus facialis memberikan. Cabang untuk muskulus stapedius dan lebih jauh sedikit ia
menerima serabut-serabut korda timpani. Melalui kanaliskulus anterior ia keluar dari tulang
tengkorak dan tiba di bawah muskulus pterigoideus eksternus, korda timpani menggabungkan
diri pada nervus lingualis yang merupakan cabang dari nevus mandibularis.
Sebagai saraf motorik nervus facialis keluar dari foramen stilomastoideus memberikan
Cabang yakni nervus auricularis posterior dan kemudian memberikan cabang ke otot
stilomastoideus sebelum masuk ke glandula Parotis. Di dalam
©2004 Digitized by USU digital library 1
glatldula parotis nervus facialis dibagi atas lima jalur percabangannya yakni temporal,
servical, bukal, zygomatic dan marginal mandibularis.
Jaras parasimpatis (General Viceral Efferant) dari intinya di nucleus salivatorius superior setelah
mengikuti jaras N VII berjalan melalui Greater petrosal nerve dan chorda Tympatni.
• Greater petrosal nerve berjalan ke ganglion pterygopalatina berganti neuron lalu
mempersarafi glandula lakrimal, nasal dan palatal.
• Chorda tympani berjalan melalui nervus lingualis berganti neuron mempersarafi glandula
sublingual dan glatldula submandibular.
Jaras Special Afferent ( Taste) : dari intinya nukeus solitarius berjalan melalui nervus
intennedius ke :
• Greater petrosal Nerve melalui nervus palatina mempersarafi taste dari palatum.
• Chorda Tympani melalui nervus lingualis mempersarafi taste 2/3 bagian depan lidah.
Jaras General Somatik different :
Nukleus spinalis traktus trigeminal menerima impuls melalui nervus intermedius dari MAE dan
kulit sekitar telinga.
Korteks serebri akan memberikan persaratan bilateral pada nucleus N VII yang mengontrol otot
dahi, tetapi hanya mernberi persarafan kontra lateral pada otot wajah bagian bawah. Sehingga
pada lesi LMN akan menimbulkan paralysis otot wajah ipsilateral bagian atas bawah, sedangkan
pada lesi LMN akan menimbulkan kelemahan otot wajah sisi kontta lateral.
Pada kerusakan sebab apapun di jaras kortikobulbar atau bagian bawah korteks motorik primer,
otot wajah muka sisi kontralateral akan memperlihatkan kelumpuhan jenis UMN. Ini berarti otot
wajah bagian bawah lebih jelas lumpuh dari pada bagian atasnya, sudut mulut sisi yang lumpuh
tampak lebih rendah. Jika kedua sudut mulut disuruh diangkat maka sudut mulut yang sehat saja
yang dapat terangkat.
Lesi LMN : bisa terletak di pons, disudut serebelo pontin, di os petrusus, cavum tympani di
foramen stilemastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus facialis. Lesi di pon yang terletak
disekitar ini nervus abducens bisa merusak akar nevus facialis, inti nervus abducens dan
fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralysis facialis LMN tersebut akan disertai
kelumpuhan rektus lateris atau gerakan melirik ke arah lesi, Proses patologi di sekitar meatus
akuatikus intemus akan melibatkan nervus facialis dan akustikus sehingga paralysis facialis
LMN akan timbul berbarengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia ( tidak bisa
rnengecap dengan 2/3 bagian depan lidah).
SISTEM OTOT WAJAH
Otot-otot wajah yang berhubungan dengan scenario ini antara lain :
Otot Pengunyah, musculi masticatorii antara lain :
1. M.Masetter
Origo : Arcus Zygomaticus
Insertio : Perm. Lateral mandibula dari incisura-angulus
Fungsi : Menutup mulut
2. M.Temporalis
Origo : os. Temporal, pars squamosa, facies temporalis (bagian sebelah bawah linea
temporalis inferior)
Insertio : Perm. Medial dari processus coronoideus mandibula sampai ke dasar
Fungsi : Menutup mulut, serta tarikan balik rahang bawah
3. M.Pterygoideus Lateralis
Origo : Kepala (caput) utama : perm. sisi lamina lateralis
Kepala tambahan facies temporalis
Insertio : Fovea pterygoidea, discus articulatio temporomandibularis
Fungsi : Memajukan mandibula dan menggerakkan kaput mandibula, membuka mulut
4. M.Pterygoideus Medialis
Origo : Fossa pterygoidea. Dari lammalateralis prosses pterygoideus
Insertio : Perm. Medial dari angulus mandibula
Fungsi : Membantu menutup mulut
Otot-otot wajah, musculi faciales antara lain :
1. M.Orbicularis Oris
Origo : Pars marginalis, pars labialis
Insertio : Celah mulut
Fungsi : Menekan bibir bersama-sama
2.M.Buccinator
Origo : Corpus mandibula, maxilla, ujung belakang processus alveolaris
Insertio: Sudut mulut
Fungsi : Mempersempit bagian depan rongga mulut, menekan udara ke luar, penting
fungsinya pada saat mengunyah
3. M.Procerus
Origo : Os.Nasale
Insertio: Kulit antara dua (2) alis
Fungsi : Mengerutkan kulit hidung
TEMPOROMANDIBULAR
Anatomi Temporomandibular Joint
Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan
fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung
jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang
letaknya dibawah depan telinga.
Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi
sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah
tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan
dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi
temporomandibular. Salah satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan
menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien
tidak menyadari adanya kelainan sendi temporomandibular. Bunyi hanya dapat didengar oleh
penderita, namun pada beberapa kasus, bunyi tersebut menjadi cukup keras sehingga dapat
didengar oleh orang lain. Bunyi tersebut dideskripsikan penderita sebagai suara yang berbunyi
'klik'. Di antara fossa dan kondil terdapat diskus yang berfungsi sebagai penyerap tekanan dan
mencegah tulang saling bergesekan ketika rahang bergerak. Bila diskus ini mengalami dislokasi,
dapat menyebabkan timbulnya bunyi saat rahang bergerak. Penyebab dislokasi bisa trauma,
kontak oklusi gigi posterior yang tidak baik atau tidak ada, dan bisa sajakarena gangguan tumbuh
kembang rahang dan tulang fasial. Kondisi seperti ini dapat juga menyebabkan sakit kepala,
nyeri wajah dan teliga. Jika dibiarkan tidak dirawat,dapat menyebabkan rahang terkunci.Pada
beberapa orang, terdapat pebedaan posisi salah satu atau kedua senditemporomandibula ketika
beroklusi. Hal ini sering sekali terjadi pada pasien yang kehilangan gigi posteriornya. Kepala
kondil (berwarna biru) bisa saja mengalami penekanan terlalu keraas terhadap fossa (berwarna
hijau), dan menyebabkan kartilagodiskusi rusak (berwarna merah). Kemudian akan menarik
ligamen terlalu kuat (berwarnakuning). Hal ini menunjukkan, bila oklusi terlalu kuat, akan
menyebabkan stress pada kedua sendi rahang. Setiap kali terdapat kelainan posisi rahang yang
disertai dengan tekanan berlebihan pada sendi dan berkepanjangan atau terus menerus, dapat
menyebabkan diskus (meniskus) robek dan mengalami dislokasi berada didepan kondil. Dalam
keadaan seperti ini, gerakan membuka mulut menyebabkan kondil bergerak ke depan dan
mendesak diskus didepannya. Jika hal ini berkelanjutan, kondil bisa saja melompati diskus dan
benturan dengan tulang sehingga menyebabkan bunyi berupa kliking. Ini juga dapat terjadi pada
gerakan sebaliknya. Seringkali, bunyi ini tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari
bahwa bunyi tersebut merupakan gejala suatu kelainan sendi temporomandibular
Susunan anatomi normal dari Temporomandibula joint ini dibentuk oleh bagian ± bagian:
1. Fossa glenoidalis
2. Prosesus kondiloideus
3. Ligamen
4. Rongga Synovial
5. Diskus artikularis
1. Fossa Glenoidalis atau fossa mandibularis dari tulang temporal. Bagian anterior berhubungan dengan
eminensia artikularis, merupakan artikulasi dari fossa glenoidalis. Bagian posterior darifossa glenoidalis
merupakan dataran tympani dari tulang temporal
2. Prosesus kondiloideus dari tulang mandibula. Merupakan tulang yang berbentuk elips yangmempunyai kepala
dan leher
.3. Ligamen.
Fungsi dari ligamen yang membentuk Temporomandibula joint ini adalah sebagaialat untuk menghubungkan
tulang temporal dengan prosesus kondiloideus dari tulang mandibulaserta membatasi gerak mandibula
membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dangerakan lain. Ligament yang menyusun
temporomandibula joint terdiri dari :
a. Ligamen temporo mandibular
b. Ligamen spheno mandibular
c. Liga menstylo mandibular
4. Rongga Synovial. Terdiri dari dua bagian yaitu bagian superior dan bagian inferior.
Fungsi dari rongga synovial ini adalah menghasilkan cairan pelumas yang berguna
untuk pergerakan sendi.
5. Diskus Artikularis. Merupakan tulang fibro kartilago di dalam persendiantemporomandibular
yang terletak di antara prosesus kondiloideus dan fossa glenoidalis. Diskus Artikularis ini
merupakan bantalan tulang rawan yang tidak dapat menahan sinar x sahingga gambarannya
radiolusen
Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya
dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :
1. Gerak membuka
2. Gerak menutup
3. Protrusi
4. Retusi
5. Gerak lateral
1. Gerak membuka
Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada
kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik
prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut
posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi
muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis
yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di
sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan
angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan
dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan
muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan
pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei.
Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka,
namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan
istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.
2. Gerak menutup
Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus
pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi
protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling
posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi
muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput
mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup
retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter
untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi
dapat saling berkontak pada oklusi normal.
Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan
diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus
lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput
mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama
gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula
akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular.
Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula
merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan
menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban
menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stress.
3. Protrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke
bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup.
Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus
pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis
dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk
mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus
pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju
eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura
tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini.
4. Retrusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan
meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis.
Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut.
Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga
agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan
capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada
hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke
belakang.
5. Gerak lateral
Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak
pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi
tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut
posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-
otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus
kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi
serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk
melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga
berperan dalam gerak protrusi dan retrusi.
Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap
ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral
akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar
sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’, tetapi melintas sedikit di
belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang
dikenal sebagai gerak Bennett.
Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi
postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila
mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah
atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior8.
Otot otot pada mandibula
Perubahan posisi mandibula pada saat menutup dan membuka mulut
METABOLISME
METABOLISME KARBOHIDRAT
Peristiwa yang dialami unsur-unsur makanan setelah dicerna dan diserap adalah
METABOLISME INTERMEDIAT. Jadi metabolisme intermediat mencakup suatu bidang luas
yang berupaya memahami bukan saja lintasan metabolik yang dialami oleh masing-masing
molekul, tetapi juga interelasi dan mekanisme yang mengatur arus metabolit melewati lintasan
tersebut.
Lintasan metabolisme dapat digolongkan menjadi 3 kategori:
1. Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan)
Ini merupakan lintasan yang digunakan pada sintesis senyawa pembentuk struktur dan mesin
tubuh. Salah satu contoh dari kategori ini adalah sintesis protein.
2. Lintasan katabolik (pemecahan)
Lintasan ini meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan energi bebas, biasanya dalam
bentuk fosfat energi tinggi atau unsur ekuivalen pereduksi, seperti rantai respirasi dan fosforilasi
oksidatif.
3. Lintasan amfibolik (persimpangan)
Lintasan ini memiliki lebih dari satu fungsi dan terdapat pada persimpangan metabolisme
sehingga bekerja sebagai penghubung antara lintasan anabolik dan lintasan katabolik. Contoh
dari lintasan ini adalah siklus asam sitrat.
Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat baik yang tergolong sebagai katabolisme
maupun anabolisme, yaitu:
- Glikolisis
- oksidasi piruvat
- siklus asam sitrat
- Glikogenesis
- glikogenolisis
- glukoneogenesis.
Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:
1. Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2 piruvat
jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini dihasilkan
energi berupa ATP.
3. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.
4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak dipecah,
melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di
hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen
sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi
jangka panjang.
5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah
menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat
sampai dengan siklus asam sitrat.
6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka sumber energi
non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa
baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.
1. Glikolisis
Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses
pemecahan glukosa menjadi:
1. asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)
2. asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)
Glikolisis adalah pemecahan glukosa menjadi asam piruvat atau asam laktat. Jalur ini teru-tama
terjadi dalam otot bergaris, yang dimaksudkan untuk menghasilkan energi (ATP). Apabila
glikolisis terjadi dalam suasana anaerobik maka akan berakhir dengan asam laktat, dan mengha-
silkan dua ATP, apabila dalam keadaan aerobik berakhir menjadi asam piruvat dengan 8 ATP.
Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan
selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Selain itu
glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa dan galaktosa.
Keseluruhan persamaan reaksi
untuk glikolisis yang
menghasilkan laktat adalah:
Glukosa + 2ADP
+2Pi → 2L(+)-Laktat +2ATP
+2H2O
Lintasan detail glikolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
2. Oksidasi piruvat
Dalam jalur ini, piruvat dioksidasi (dekarboksilasi oksidatif) menjadi Asetil-KoA, yang
terjadi di dalam mitokondria sel. Reaksi ini dikatalisir oleh berbagai enzim yang berbeda yang
bekerja secara berurutan di dalam suatu kompleks multienzim yang berkaitan dengan membran
interna mitokondria. Secara kolektif, enzim tersebut diberi nama kompleks piruvat
dehidrogenase dan analog dengan kompleks -keto glutarat dehidrogenase pada siklus asam
sitrat.
Jalur ini merupakan penghubung antara glikolisis dengan siklus Kreb’s. Jalur ini juga
merupakan konversi glukosa menjadi asam lemak dan lemak dan sebaliknya dari senyawa non
karbohidrat menjadi karbohidrat.
Rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi piruvat adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate), piruvat didekarboksilasi menjadi
derivate hidroksietil tiamin difosfat terikat enzim oleh komponen kompleks enzim piruvat
dehidrogenase. Produk sisa yang dihasilkan adalah CO2.
2. Hidroksietil tiamin difosfat akan bertemu dengan lipoamid teroksidasi, suatu kelompok
prostetik dihidroksilipoil transasetilase untuk membentuk asetil lipoamid,selanjutnya TDP
lepas.
3. Selanjutnya dengan adanya KoA-SH, asetil lipoamid akan diubah menjadi asetil KoA,
dengan hasil sampingan berupa lipoamid tereduksi.
4. Siklus ini selesai jika lipoamid tereduksi direoksidasi oleh flavoprotein, yang menganung
FAD, pada kehadiran dihidrolipoil dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein tereduksi ini
dioksidasi oleh NAD+, yang akhirnya memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai
respirasi.
Piruvat + NAD+ + KoA → Asetil KoA + NADH + H+ + CO2
3. Siklus asam sitrat
Siklus ini juga sering disebut sebagai siklus Kreb’s dan siklus asam trikarboksilat dan
berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan jalur bersama oksidasi
karbohidrat, lipid dan protein.
Siklus asam sitrat merupakan rangkaian reaksi yang menyebabkan katabolisme asetil KoA,
dengan membebaskan sejumlah ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi menyebabkan pelepasan
dan penangkapan sebagaian besar energi yang tersedia dari bahan baker jaringan, dalam bentuk
ATP. Residu asetil ini berada dalam bentuk asetil-KoA (CH3-CO → KoA, asetat aktif), suatu
ester koenzim A. Ko-A mengandung vitamin asam pantotenat.
Fungsi utama siklus asam sitrat adalah sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi
karbohidrat, lipid dan protein. Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak dan banyak asam
amino dimetabolisir menjadi asetil KoA atau intermediat yang ada dalam siklus tersebut.
Siklus asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
(dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
4. Glikogenesis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat.
Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam
rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses di atas terjadi jika kita
membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna makanan, bekerja dan
sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa
yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.
Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog
dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot
jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati,
maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak.
Seperti amilum, glikogen merupakan polimer µ-D-Glukosa yang bercabang. Glikogen otot
berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses glikolisis di dalam
otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat berhubungan dengan simpanan dan pengiriman
heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah,khususnya pada saat di antara waktu
makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi
glikogen otot hanya terkuras secara bermakna setelah seseorang melakukan olahraga yang berat
dan lama.
5. Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk
mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis.
Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian.
Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase.
Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 14 glikogen untuk
menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul
glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa
pada tiap sisi cabang 1→6.
(C6)n + Pi → (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat
Glikogen Glikogen
Pada saat seseorang berpuasa atau sedang melakukan aktivitas (latihan olahraga,bekerja) yang
berlebihan akan menyebabkan turunnya kadar glukosa darah menjadi 60 mg/100ml darah.
Keadaan ini (kadar gula darah turun) akan memacu hati untuk membebaskan glukosa dari
pemecahan glikogen yang disebut proses glikogenolysis. Glikogenolysis dirangsang oleh hormon
glukagon dan adrenalin.
Lintasan glikogenesis dan glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
6. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh
adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah
memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun
tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa
dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein.
Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai
berikut:
1. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak
dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Kreb’s.
Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.
2. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Kreb’s.
Lemak
Pengertian
» Lemak adalah zat yang mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen
Sifat sifat lemak
Lemak tersusun atas asam lemak dan gliserol
Lemak juga dapat berbentuk padat atau cairan kental,pada suhu kamar , bentuk lemak berupa
cairan dan ini dikenal sebagai minyak
Lemak tidak dapat larut dalam air, namun dapat laru dalam alkohol. Lemak juga dapat
melarutkan vitmin A, D, E dan K
Sumber Lemak
Lemak hewani terdapat pada mentega ,keju, kuning telur , minyak ikan dan mengandung banyak
kolesterol
Lemak nabati terdapat pada sayuran (margarin) minyak kelapa, minyak zaitun, minyak sawit
minyak jagungdan sebagainya.
Fungsi Lemak
Sebagai sumber energi utama
Sebagai penyekat panas tubuh (lemak yang tersimpan dibawah jaringan kulit berfungsi juga
untuk menjaga temperatur tubuh pada permukaan kulit)
Menghalangi keluarnya air secara berlebihan dari pori pori kulit pada saat terjadi prose
pengeluaran keringat . karena ada cairan minyak pada jaringa permukaan kulit.
Lemak sebagai pelumas di antara persendian dan membantu pengeluaran sisa makanan
Lemak memberi kepuasan cita rasa, lemaklebih lambat dicerna sehingga menangguhkan rasa
lapar. Lemak meberi rasa keharuman yang lebih baik pada makanan.
Beberapa macam lipida berfungsi sebaga agen emulsi (misal =lesirin) akan membantu
mempermudah transpor substansi lemak keluar masuk melalui membran sel
Asam lemak berfungsi juga sebagai procursor (pendahulu) dari prostaglandin yang berperan
mengatur tekanan darah, denyut jantung dan lipolisis.
Metabolisme lemak
Lemak terlebuh dahulu dirombak menjadi gliserol dan asal lemak. Gliserol memasuki sel dan
diubah oleh enzim menjadi gliseraldehid-3-fosfat yang masuk dalam jalur glikolisis. Gliserl
kemudian dapat terlibat dalam siklus asam sitrat atau dapat dipakai dalam sintesis ulang glukos.
Asam lemak memasuki sel dan ditraspor menuju mitokondria oleh protein carrier. Dalam matriks
mitokondria, asam lemak diubah melalui proses oksidasi beta menjadi asetil koA yang kemudian
akan dimetabolisme melalui siklus asam sitrat.
1. Asam lemak terksidasi dalam rangkaian reaksi siklik. Proses ini disebut proses oksidasi
beta karena sebuah atom oksigen ditambahkan dalam karbon-beta pada rantai, yaitu pada
atom karbon kedua dari gugus karboksil.
2. Energi yang didapat dari penguraian lemak sangat tinggi, dengan perolehan bersih sekitar
135 sampai 145 molekul ATP dari molekul asam lemak berantai panjang yang biasa.
Badan keton. Molekul asetil dapat berkondensasi untuk membentuk asam asetoasetat yang diubah
menjadi asam hidroksilbutirat-beta dan aseton.Molekul molekul ini disebut badan badan keton.
1. Badan keton asalah produk normal oksidasi asam lemak. Kadar badan keton dalam darah
biasanya rendah karena sebagian besar jaringan kecuali hati dapat memetabolismenya
kembali menjadi asetil Koa secepat terbentuknya.
2. Jika laju katablisme tinggi dan banyak asetil KoA yang terbentuk maka hati akan
memproduksi dan melepas lebih banyak asetil Koa yang terentuk maka hati akan
memproduksi dan melepas lebih banyak keton dibandingka yang dapat diterima jaringan.
Keton yang berlebihan akan berakumulasi dalam aliran darah (ketosis). Pada kondisi
ketosis yang parasidosis dan ph lebih rrendah yang terbentuk akan menyebabkan koma
dan kematian
Ada tiga alasan utama penurunan persediaan glkosa dan laju oksidasi lemak dan produksi keton
yang berlebihan
1. Kelaparan mengakibatkan oksidasi beta asam lemak berlebihan karena kurangnya
glukosa untuk energi
2. diet rendah karbohidrat , tinggi lemak meningkatkan kadar keton dalam darah karena tiak
ada jalur biokimia untuk mengubah lemak menjadi karbohidrat dan asam lemak menjadi
sumber energi
3. dalam diabetes melitus tidak terkontrol ,kekurangan insuli yang merangsang pemasukan
dan penyimpangan glukosa dalam sel tubuh , mengakibatka oksidasi asam lemak
berlebihan sebagai pengganti glikolisis
METABOLISME PROTEIN
Pengertian
Protein adalah senyawa terpenting penyusun sel hidup senyawa ini terdapat dalam semua
jaringan. Protein terbentuk dalam unsur karbon,hidrogen,nitrogen dan oksigen. Beberapa protein
mengandung unsur mineral seperti fosfor,sulfur,dan zat besi.
Molekul protein tersusun dari satuan-satuan unsur kimia yaitu : asam amino. Dalam molekul
protein, asam amino ini saling berhubungandengan suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (CONH) 1
molekul protein terdiri dari 12-18 macam asam amino.
Klasifikasi Asam Amino
Asam Amino Esnsial
As.amino ini tidak dapat dibentuk oleh tubuh sendiri. As.amino ini sangat diperlukan tubuh dan
harus disuplai dalam bentuk jadi.
Asam Amino semi Esensial
Beberapa as.amino dapat menghemat pemakaian beberapa as.amino essensial ,tetapi tidak
sempurna menggantikannya.
Asam Amino non-Esensial
Asam amino ini dapat disentesa tubuh sepanjang bahan dasarnya memenuhi bagi
pertumbuhannya.
Menurut macam Asam Amino yang membentuk
Protein sempurna
Protein yang mengandung asam amino lengkap baik macam maupun jumlah, sehingga dapat
menjamin perkembangan dan pertumbuhan jaringan yang ada.
Protein tidak sempurna
Protein yang tidak mengandung atau sangat sedikit as.amino esensial.
Protein kurag sempurna
Protein ini mengandung asam amino esensial yang lengkap, beberapa di antaranya hanya sedikit.
Protein ini tidak dapat menjamin pertumbuhan , tetapi dapat mempertahankan kehidupan jaringan
yang ada.
Mekanisme Protein
Protein dalam makanan sehari-hari hampir seluruhnya berasal dari dan sayuran. Perombakan
protein dalam mulut secara mekanik oleh gigi. Pencernaan secara enzimatik dimulai dari lambung,
protein dalam lambung akan mengalami denaturisasi oleh HCL sehingga protein tersebut relatif lebih
mudah dipengaruhi oleh Pepsin. Dalam lambung protein akan mengalami hidrolisis menjadi proteosa,
pepton, dan polipeptida dengan bobot molekul rendah yang dipengaruhi oleh pepsin.
Produk hidrolisis pepsin ini masuk kedalam usus halus dan akan dipengaruhi oleh enzim-enzim yag
dipengaruhi oleh sel epitel usus seperti aminopeptidase dan dipeptidase. Karboksi peptidase akan
memutus Ikatan peptida ujung rantai peptida yang terdapat gugus karboksil bebas. Sedangkan ujung
aminopeptidase akan memutus hubugan yang terdapat gugus amino bebas.
Hasil hidrolisis yang berupa dipeptida akan dipengaruhi menjadi as.amino. hasil akhirnya adalah
hampir semua protein diserap asam amino yang menghasilkan energi, kemudian hasil penyerapan
as.amino masuk ke dalam sistem vena porta dibawa kehati.
Fungsi Protein
1. zat pembangun tubuh
2. mengganti sel-sel yang rusak
3. membantu mengatur tubuh mengeluarkan racun (detoksifikasi)
4. menyediakan energi bagi tubuh
5. menjaga keimbangan asam dan basa dalam tuuh
KELENJAR SALIVA
KELENJAR SALIVA
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari
kelenjar ludah besar dan kecil yang pada mukosa oral
Setiap harinya saliva diekskresikan hingga 0.5-1.5 liter/hari
Komposisi yang terkandung dalam saliva adalah :
KOMPONEN ORGANIK
Saliva terdiri dari banyak komponen organik dengan fungsi berbeda, sepertireaksi enzimatis, pelapisan
permukaan jaringan, perlindungan terhadap jaringangigi dan kontrol pertumbuhan jaringan (Bradley, 1995).
Komponen saliva yangpaling utama adalah protein. Selain itu, terdapat komponen lain seperti asamlemak, lipid,
glukosa, asam amino, ureum dan amoniak. Protein yang secara kuantitatif penting adalah amilase, protein kaya
prolin, musin dan immunoglobulin
Komponen organik saliva adalah:
1) Amilase
Amilase merupakan protein saliva konsentrasi tinggi. Amilase adalah enzimpencernaan yang terutama
diproduksi oleh kelenjar parotis dan submandibular. Amilase mengubah tepung kanji dari glikogen menjadi
kesatuan karbohidrat yang lebih kecil dan akibat pengaruh amilase,
polisakarida dapat dicerna dengan mudah
2) Immunoglobulin
Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan fisik dan agen antibakteri.Immunoglobulin terdiri dari sebagian
besar IgA sekretorik (SIgA) dan sebagian kecil IgM dan IgG. Aktivitas antibakteri SIgA yang terdapat dalam
mukosa mulut bersifat mukus dan bersifat melekat dengan kuat, sehinggaantigen dalam bentuk bakteri dan virus
akan melekat erat dalam mukosa mulut yang kemudian dilumpuhkan oleh SIgA. Bakteri mulut yangdiselubungi
oleh SIgA lebih mudah difagositosis oleh leukosit
3) Protein Kaya Prolin
Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi penting yaitu mempertahankan
konsentrasi kalsium di dalam saliva agar tetap konstan yang menghambat demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi
4) Mukus Glikoprotein
Mukus glikoprotein merupakan lapisan pada rongga mulut yang berfungsi dalam lubrikasi jaringan rongga
mulut, pengatur interaksi antara epitel permukaan dengan lingkungan luar dan perangkap bakteri.
5) Lisozim
Lisozim mempunyai fungsi proteksi terhadap bakteri yaitu berperan aktif menghancurkan dinding sel bakteri
Gram positif dan sangat efektif dalam melisiskan bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibular dan kelenjar sublingual (Bradley.1995).
6) Sistem Peroksidase
Peroksida berperan sebagai sistem antibakteri yang banyak hadir pada kelenjar parotis, terdiri dari hidrogen
peroksida, tiosanat dan laktoproksidase (Rensburg, 1995). Sistem ini menghambat produksi asam dan
pertumbuhan bakteri streptokokus dan laktobasilus yang ikut menjaga pH rongga mulut sekaligus mengurangi
terjadinya karies akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri (Grant,et al 1988).
7) Laktoferin
Laktoferin merupakan hasil produksi sel epitel kelenjar dan leukosit PMNyang mempunyai efek bakterisid yang
merupakan salah satu fungsi proteksi terhadap infeksi mikroorganisme ke dalam tubuh manusia (Roth dan
Calmes,1981). Laktoferin juga mengikat ion ion Fe³+, yang diperlukan bagi pertumbuhann bakteri
(Amerongen, 1991)
8) Laktoperoksidase
Laktoperoksidase menkatalisis oksidasi tiosanat menjadi hipotiosianat yang mampu menghambat pertumbuhan
dan pertukaran zat bakteri (Amerongen, 1991).
9) Gustin berfungsi dalam proses kesadaran pegecap
KOMPONEN ANORGANIK
Komponen anorganik yang terdapat di dalam saliva berupa ion kalsium,magnesium, fluorida, HCO3,
kalium, natrium, klorida, NH4. Selain itu terdapatgas seperti karbondioksida, nitrogen dan oksigen . Dari
kationyang terdapat di dalam saliva, natrium dan kalium memiliki konsentrasi tertinggi.Klorida sangat penting
untuk aktivitas enzimatik amilase. Kalium dan fosfat yangterkandung dalam saliva sangat penting untuk
remineralisasi email. Kadar fluorida di dalam saliva dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida di dalam air
minumdan makanan. Tiosianat merupakan suatu gen antibakteri yang bekerja samadengan sistem
laktoperoksidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalamsaliva. Dalam saliva yang dirangsang, ion ini
menghasilkan 85% dari kapasitasbufer dalam sistem fosfat 14%. Konsentrasi bikarbonat pada kelenjar parotis
dankelenjar submandibular meningkat dengan meningkatnya aliran saliva
Fungsi Saliva
Saliva memiliki fungsi yang penting untuk membantu efisiensi kerja tubuhdan kesehatan secara umum.
Fungsi saliva terdiri dari:
1. Fungsi Digesti
Enzim amilase yang terdapat di dalam saliva (Ptyalin) memecah molekul glukosa menjadi molekul yang
lebih kecil
2. Fungsi Antibakteri
Fungsi antibakteri yang terkandung dalam saliva, yaitu:
IgA Sekretorik (SIgA): Sekitar 90% terdapat pada saliva yang dihasilkan oleh kelenjar parotisdan
85% dari keseluruhan saliva di dalam rongga mulut adalah SIgA. Aktivitas antibakteri SIgA yang utama
adalah mencegah kolonisasibakteri dengan mengikat antigen spesifik yang adhesif. Selain itu,kolonisasi
juga dapat dihindarkan dengan aglutinasi bakteri yang akandihancurkan saat melewati esofagus atau
mempengaruhi enzimspesifik yang penting untuk metabolisme bakteri. Bakteri pada rongga mulut
mudah difagosit setelah dilapisi SIgA.
Peroksidase : Sistem antibakteri peroksidase terutama didapatkan pada saliva yangdihasilkan dari
kelenjar parotis. Sistem antibakteri ini menghambatproduksi asam dan pertumbuhan banyak
mikroorganisme termasuk didalamnya laktobasilus, streptokokus dan fungi.
Lisozim: Lisozim saliva aktif menghancurkan dinding sel mikroorganisme gram positif namun aktivitas
lisozim harus dikombinasikan dengan tiosianat agar efektif dalam melisiskan bakteri.
3 . Lubrikasi
Kandungan glikoprotein dalam saliva bertanggungjawab dalam prosespengunyahan, pembentukan bolus
makanan, penelanan, bicara dan melindungi permukaan mukosa dari iritasi
4.Pengecapan
Saliva memiliki komponen gustin yang berperan dalam pertumbuhan dan pergantian sel tunas pengecap
Makanan tidak dapat dirasakan pada mulut kering tanpa saliva
5.Aksi Bufer
Saliva berperan menekan perubahan derajat asam (pH) di dalam ronggamulut, baik oleh makanan asam
maupun asam yang dikeluarkan olehmikroorganisme. Derajat asam dan kapasitas bufersaliva sangat bergantung
pada kandungan bikarbonat dan juga kandunganfosfat anorganik dalam saliva. Pada aliran saliva yang tinggi,
bikarbonatmerupakan buffer yang efektif melawan asam dengan membentuk asambikarbonat yang lemah yang
akan terurai menjadi air dan karbondioksida
6. Pembersihan Mekanis:
Adanya aliran saliva dapat mengurangi akumulasi plak, mikroorganismetidak mempunyai kesempatan
untuk berkolonisasi pada gigi karena tidak ada makanan yang menempel, dan pembasahan elemen gigi akan
mengurangi keausan oklusal yang disebabkan oleh daya pengunyahan. Koloni mikroorganisme dan sisa makanan
terlepaskarena aksi pembersihan dari saliva dan kemudian tertelan
7. Pembekuan Darah
Waktu pembekuan darah akan berkurang dengan keberadaan proteinsaliva yang mirip faktor
pembekuan VII, IX dan platelet. Pembekuan darah yang terjadi ketika darah bercampur dengan saliva walaupun
bekuan darah yang terbentuk kurang padat bila dibandingkan dengan pembekuandarah normal. Telah dilakukan
percobaan yang menunjukan bahwa saliva,khususnya saliva yang berasal dari kelenjar submandibular
dapatmeningkatkan penyembuhan luka dikarenakan adanya factor pertumbuhan epidermal pada saliva .
8. Keseimbangan Air
Pada keadaan dehidrasi,volume saliva menurun untuk menjagakeseimbangan air, yang akan
menimbulkan rasa haus. Setelah minum,cairan tubuh akan kembali normal dan keseimbangan cairan terjaga
kembali sehingga volume saliva kembali seperti semula
Fungsi Saliva dan Komponen Saliva yang mendukung
FUNGSI KOMPONEN
Lubrikasi Musin, glikoprotein kaya prolin, air
antimikroba Lisozim, laktoferin, laktoperoksida, musin, cistin ,
hiastin, immunoglobulin, glikoprotein kaya prolin, Ig A
Menjaga kelembaban mukosa Musin, elektrolit, air
Pembersihan Air
Kapasitas buffer dan remineralisasi Bikarbonat , fosfat, kalsium, staterin, prolineririch
anionic, fluoride
Pencernaan Amylase, Lipase, Ribonuclease, protease, air, musin
Pengecapan Air, gustin
Fonasi Air, musin
Jenis kelenjar saliva
1. Kelenjar ludah utama / mayor / besar-besar
Kelenjar-kelenjar ludah besar terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan
melalui duktusnya kedalam rongga mulut.
Kelenjar saliva mayor terdiri dari :
Kelenjar Parotis , terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula
Kelenjar Submandibularis (submaksilaris) , terletak dibagian bawah korpus mandibula
Kelenjar Sublingualis , terletak dibawah lidah
Kelenjar ludah besar sangat memegang peranan penting dalam proses mengolah makanan.
a. Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak antara prossesus mastoideus
dan ramus mandibula. Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara
mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Kelenjar parotis dibungkus oleh jaringan ikat
padat. Mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase,
dan kolinesterase.bJaringan ikat masuk kedalam parenkim dan membagi organ menjadi beberapa
lobus dan lobulus. Secara morfologis kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus (tubulo-
alveolar) bercbang-cabang (compound tubulo alveolar gland). Asinus-asinus murni serus
kebanyakan mempunyai bentuk agak memanjang dan kadang-kadang memperlihatkan
percabangan-percabangan. Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket. Saluran
keluar utama ( duktus interlobaris) disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis
semu. Kearah dalam organ duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus interlobularis dengan
sel-sel epitel berlapis silindris. Duktus interlobularis tadi kemudian bercabang-cabang menjadi
duktus intralobularis. Kebanyakan duktus intralobularis merupakan duktus Pfluger yang
mempunyai epitel selapis silindris yang bersifat acidophil dan menunjukkan garis-garis basal.
Duktus Boll pada umumnya panjang-panjang dan menunjukkan percabangan. Duktus Pfluger
agak pendek. Sel-selnya pipih dan memanjang. Pada jaringan ikat interlobaris dan interlobularis
terlihat banyak lemak yang berhubungan dengan “kumpulan lemak bichat” (Fat depat of bichat).
Juga pada jaringan tersebut terlihat cabang-cabang dari Nervus Facialis dan pembuluh darah
b. Kelenjar submandibularis (submaksilaris)
Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus mandibula dan mempunyai duktus ekskretoris
(Duktus Wharton) yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah , dibelakang gigi
seri bawah. Merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak. Seperti juga kelenjar
parotis, kelenjar ini diliputi kapsel yang terdiri dari jaringan ikat padat yang juga masuk ke
dalam organ dan membagi organ tersebut menjadi beberapa lobulus. Secara morfologis kelenjar
ini merupakan kelenjar tubuloalveolar / tubuloacinus bercabang-cabang (compound tubulo
alveolar gland). Percabangan duktusnya sama dengan glandula parotis demikian pula sel-selnya.
Bentuk sinus kebanyakan memanjang. Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel
basket. Duktus Boll : pendek, sempit sehingga sukar dicari dalam preparat bila dibandingkan
glandula parotis. Selnya pipih dan memanjang. Duktus Pfluger : lebih panjang daripada duktus
pfluger kelenjar parotis dan menunjukkan banyak percabangan sehingga dalam preparat lebih
mudah dicari
c. Kelenjar sublingualis
Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar ludah besar. Terletak pada dasar rongga
mulut, dibawah mukosa dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretorius) yang disebut
Duktus Rivinus. Bermuara pada dasar rongga mulut dibelakang muara duktus Wharton pada
frenulum lidah. Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel yang jelas tetapi memiliki septa-
septa jaringan ikat yang jelas/tebal. Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar
tubuloalvioler bercabang-cabang (compound tubuloalveolar gland). Merupakan kelenjar
tercampur dimana bagian besar asinusnya adalah mukus murni. Duktus ekskretoris sama dengan
glandula parotis. Duktus Pfluger sangat pendek. Duktus Boll sangat pendek dan bentuknya sudah
tidak khas sehingga dalam preparat sukar ditemukan. Pada jaringan ikat interlobularis tidak
terdapat lemak sebagai glandula parotis
2. Kelenjar ludah tambahan / minor / kecil-kecil
Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau
submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam) yang diberi nama
lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Semua kelenjar ludah mengeluarkan sekretnya
kedalam rongga mulut.
Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-
asinus seromukus
Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus
seromukus
Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung
lidah disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-asinus seromukus
Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak pada pangkal lidah,
dnegan asinus-asinus murni serus
Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mukus .
Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior
Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus mukus .
Sekresi kelenjar ludah
Saliva atau ludah merupakan campuran dari beberapa sekresi kelenjar ludah. Sekresi normal
saliva sehari berkisar antara 800 – 1500 ml. Pada umumnya saliva merupakan cairan viskus,
tidak berwarna yang mengandung air, mukoprotein, immunoglobulis, karbohidrat komponen-
komponen organis seperti, Ca, P, Na, Mg, Cl, Fe, dan J. Kecuali itu saliva mengandung pula
enzim amilase yaitu ptialin Selanjutnya saliva juga mengandung sel-sel desquamasi yang lazim
disebut korpuskulus salivatorius. Komposisi saliva tadi sangat tergantung pada keaktivan
kelenjar-kelenajar ludah. Sekresi kelenjar ludah dapat terjadi oleh beberapa faktor, yaitu : reflek
saraf, rangsangan mekanis, rangsangan kimaiwi. Bahan makanan dan zat kimia dapat memberi
rangsangan langsung pada mukosa mulut. Bahan makanan juga dapat merangsang serat saraf
eferens yang berasal dari bagian thorakal. Sekresi air ludah dapat pula timbul secara reflektoris
hanya dengan jalan mencium bau makanan, melihat makanan, atau dengan memikirkan dan
membayangkan makanan saja.
Masing-masing kelenjar menghasilkan tipe sekresi yang berbeda.
a. Kelenjar parotis :
Tipe sekresi : serosa
Sifat sekresi : berair
Persentase :20%
b. Kelenjar submandibularis:
Tipe sekresi : serosa dan mukosa
Sifat sekresi : agak kental
Persentase :70%
c. Kelenjar sublingualis:
Tipe sekresi : mukosa
Sifat sekresi : kental
Persentase :5 %
*5% volume saliva total dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar minor di rongga mulut.
Kelenjar submaksilaris mengandung asinus mukosa maupun asinus serosa. Sekresi primer
dihasilkan oleh kedua asinus ini yang berupa ptialin dan/atau musin. Sewaktu sekres primer
mengalir melalui duktus, terjadi dua proses transpor aktif utama yang memodifikasi komposisi
ionsaliva:
1. ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius (interkalatus), dan ion-
ion natrium disekresi secara aktif sebagai pengganti natrium. Oleh karena itu, konsentrasi
natrium dari saliva sangat berkurang, sedangkan konsentrasi ion kalium meningkat. Karena
reabsorbsi ion natrium melebihi sekresi ion kalium, menyebabkan konsentrasi ion klorida turun
menjadi sangat rendah, menyesuaikan penurunan pada konsentrasi ion natrium.
2. ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus. Hal ini sedikitnya
sebagian disebabkan oleh pertukaran ion bikarbonat dengan ion klorida.
Hasil akhir dari transpor aktif adalah pada kondisi istirahat, konsentrasi masing-masing ion
natrium dan klorida dalam saliva hanya sekitar 15 mEq/liter, ion kalium 30 mEq/liter, ion
bikarbonat 50-70 mEq/liter. Selama salivasi maksimal, konsentrasi ionik saliva berubah.
Kenapa? Karena sekresi primer oleh sel-sel asini meningkat 20 kali lipat [misal saat
mengkonsumsi asam]. Oleh karena sekresi saliva bertambah, konsentrasi natrium klorida akan
meningkat sekitar setengah sampai dua pertiga konsentrasi dalam plasma, sedangkan konsentrasi
kalium turun hanya empat kali konsentrasi dalam plasma.
top related