laporan bc
Post on 24-Oct-2015
23 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang berkembang di
Indonesia. Sebagai industri yang padat modal dan berteknologi tinggi, disamping itu terkait
dengan masalah transportasi maka diperlukan sinergi antara jumlah dan jenis alat yang sesuai
dalam penanganannya diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini
dimaksudkan agar industri pertambangan diIndonesia dapat berjalan seefektif dan seefisien
mungkin, selain itu pula industri pertambangan merupakan industri yang mimiliki kebutuhan
yang cukup besar salah satu kebutuhan yang cukup besar adalah dari segi alat dan dengan
jumlah alat yang besar membutuhkan pengaturan yang cukup terampil agar semua alat dapat
aktif bekerja mulai dari proses penambangan sampai dengan proses pengolahan dan
pengapalan.
Oleh karena itu Kuliah Lapangan Tambang (KLT) merupakan salah satu kegiatan
praktek lapangan, Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Veteran Republik Indonesia-Makassar. Dengan adanya kegiatan ini kami dari kelompok II
mengambil tema pengamatan “ Sistem Transportasai Pada Front Penambangan
Pengolahan Dan Pengapalan Pada PT Berau Coal Kecamatan Tanjung Reddep
Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur.
1.2 Identifikasi Lingkup Pengamatan
adapun hal-hal terhadap lingkup pengamatan antara lain adalah :
a. Banyaknya jumlah alat muat dan alat angkut yang beroperasi pada site Binungan.
b. Adanya target pemasaran batubara yang spesifik pada site Binungan di tahun 2011.
1
1.3 Rumusan Tahap Lingkup Pengamatan
1.3.1 Penelitian
berdasarkan identifikasi lingkup pengamatan, maka perlu di lakukan rumusan sebagai
berikut
a. Berapa jumlah alat muat dan alat angkut pada site Binungan.
b. Berapa jumlah perton batubara yang dipasarkan tahun 2011 pada site Binungan.
1.3.2 Tujuan Pengamatan
Adapun Tujuan Pengamatan yang ingin dicapai adalah :
a. Untuk mengetahui jumlah alat muat dan alat angkut pada site binungan
b. Untuk mengetahui jumlah pemasaran batubara pada thun 2011 di site Binungan
1.3.3 Batasan Masalah
Permasalahan yang dihadapi dalam suatu kegiatan penambangan cukup kompleks,
agar penulisan laporan tidak keluar dari pokok permasalahan serta hasil penelitian dilapangan
dengan waktu yang minimal untuk dimanfaatkan, maka penulis membatasi pada jumlah alat
muat dan alat angkut di site Binungan pada proses penambangan, pengolahan, dan
pengapalan.
1.4 Metode Penelitian dan Pemecahan Masalah
1.4.1 Metode Penelitian
metode penelitian yang digunakan terdiri dari pengambilan data, pengolahan data, dan
analisis data. Adapun teknisnya adalah :
a. Teknik pengambilan data
pengambilan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara serta pengumpulan
data-data perusahaan.
b. Teknik Pengolahan data
2
Data dari hasil penelitian diolah dengan cara menggabungkan seluruh data yang yang
diperoleh untuk mendapatkan data yang akurat, hingga hasil penelitian dapat dirumuskan
untuk penyelesaian masalah.
c. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan melakukan dialog terhadap pihak perusahaan.
1.4.2. Pemecahan Masalah
Dari perumusan masalah yang telah teridentifikasi, data-data kemudian disatukan dan
diurutkan secara sistematis sesuai prosedur kegiatan penelitian. Setelah dilakukan
pembahasan, maka akan diperoleh beberapa solusi terhadap masalah yang terjadi dilapangan.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah Singkat PT Berau Coal
PT Berau Coal adalah perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Berau,
Kalimantan Timur dan termasuk salah satu produsen batubara lima besar di Indonesia. PT
Berau Coal berdiri sejak 5 April 1983, melalui Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara (PKP2B). Saat ini luas area konsesi PT Berau Coal adalah 118,400 hektar. . Berau
coal adalah perusahaan joint venture antara PT. Armadian Tritunggal (51 %), Aries
Investment Ltd. (Matta) (39%), soljitz corporation (10 %).
PT. Berau Coal mempunyai 3(tiga) daerah operasi, adapun area tersebut adalah sebagai
berikut :
Area Lati.
Mulai berproduksi sejak 1995, dengan kualitas batubara Agathis dan Sungkai.
Tambang ini memiliki kapasitas produksi sebesar 11,6 juta MT setiap tahunnya,
dengan cadangan sebesar 144 juta MT. Karakter endapan batubara Lati adalah sin klin.
Area Binungan.
Untuk Mulai produksi sejak 1996 dengan kualitas batubara yang dihasilkan adalah
Mahoni B dan Sungkai. Tambang ini terbagi pada Blok 1-4, Blok 5-6 dan Blok 7.
Tambang ini memiliki kapasitas produksi sebesar 4,8 juta MT per tahun, dengan
cadangan sebesar 281 juta MT.
Area Sambarata
4
Mulai produksi sejak 2001 dengan kualitas batubara yang dihasilkan adalah Mahoni A dan
Mahoni B. Area tambang Sambarata terbagi pada blok A, B dan B1.
Tambang ini memiliki kapasitas produksi sebesar 4,3 juta MT per tahun, dengan total
cadangan diperkirakan mencapai 117 juta MT.
untuk kegiatan “ Kuliah Lapangan Tambang (KLT)“ kami mengunjungi site binungan.
5
2.2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Daerah penambangan PT. Berau Coal secara administratif PKP2B BC terletak diKec
GunungTabur, Segah, Teluk Bayur, Tanjung Redeb, dan Sambaliung di Kab Berau, Provinsi
Kalimantan Timur dan secara Geografis terletak pada koordinat 117 7’48” -117 38’18”
Bujur Timur (BT) dan 1 52’24” -2 25’6”LS. Untuk mencapai lokasi penambangan dapat di
tempuh melalui rute : Makassar – Tarakan dengan menggunakan pesawat Lion Air yang
dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 3 jam. Kemudian dilanjutkan dari Tarakan ke
Bulungan dengan menggunakan kapal dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Selanjutnya
dari Bulungan – Berau Kota dengan menggunakan kendaraan roda empat dapat ditempuh
dengan waktu kurang lebih 2 jam.
2.2.2 Iklim dan Curah Hujan
Daerah praktek beriklim tropis dengan dua misim, yaitu musim kemaraudan musim hujan.
2.3 Demografi Penduduk
2.3.1 Jumlah penduduk
Kabupaten Berau adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur,
Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Tanjung Redeb. Kabupaten ini memiliki luas
wilayah 34.127,47 km² dan berpenduduk sebesar kurang lebih 179.444 jiwa Kabupaten Berau
berasal dari Kesultanan Berau yang didirikan sekitar abad ke-14. Menurut sejarah Berau,
Raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden Surya
Nata Kesuma dan Isterinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri. Pusat
pemerintahan kerajaan pada awalnya berkedudukan di Sungai Lati (sekarang menjadi lokasi
pertambangan Batu Bara PT. Berau Coal).
2.3.2 Sosial Penduduk
7
Masyarakat di Berau cukup beranekaragam, bagian terbesarnya adalah pendatang
yang berasal dari Jawa maupun Sulawesi. Sedangkan suku aslinya adalah masyarakat Suku
Tidung, dengan komposisi Suku Jawa 26,85 %, Bugis 25,11 %, Tidung 11,29 %, Banjar
9,97 % dan suku lainnya 26,78 %.
Berdasarkan agama yang dianut masyarakatnya pun juga beragam, meliputi: islam
87,67%, Kristen Protestan/Katolik 12,13%, Hindu 0,03%, serta Budha 0,17%. Dengan Sarana
ibadah yang ada di wilayah ini terdiri dari mesjid 14 buah, langgar/mushalla 4 buah dan
gereja 5 buah serta vihara 1 buah. Dengan keanekaragaman tersebut, maka secara budaya dan
adat istiadat pun juga beragama. Masing-masing suku yang ada secara khas menampilkan
budayanya masing-masing, seperti Jawa, Bugis, Banjar, Tidung maupun lainnya.
2.3.3 Perekonomian Penduduk
Sebagian masyarakatnya bekerja sebagai tenaga kerja/karyawan di PT Berau Coal,
PNS, petani kebun dan sebagian lainnya menjadi nelayan.
2.4. Keadaan Geologi
2.4.1. Geomorfologi
Geomorfologi Regional
Geomorfologi regional terdiri dari Satuan Perbukitan Bergelombang Lemah, Satuan Tubuh
sungai, dan Satuan Rawa.
Geomorfologi Lokal
Stadia geomorfologi daerah penelitian secara umum adalah stadia dewasa.
2.4.2. Stratigrafi
8
stratigrafi daerah penelitian termasuk dalam Formasi Lati, yang terdiri dari tiga satuan
batuan, dari tua ke muda yaitu Satuan batulempung Lati, Satuan batupasir Lati, dan Endapan
Aluvial
BAB III
PEMBAHASAN
9
3.1 Aspek Kegiatan Transportasi Pada Proses Penambangan
Cadangan batubara ditambang secara berlipat ganda dengan menggunakan teknik
penggalian konvensional menggunakan alat-alat seperti truk, ekskavator dan bulldozer yang
diangkut dan disalurkan dengan tongkang dari 3 (tiga) terminal menuju lokasi pra-
pengapalan. Setiap situs tambang dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda dengan
pengawasan kualitas yang ketat oleh perusahaan.
Site tambang Lati
Dari site Lati, batubara diproduksi dan diracik menjadi merek Agathis dan Sungkai.
Jumlah cadangan batubara yang dimaksud senilai lebih dari 745 juta ton. Batubara digali
dengan ekskavator ( penggaruk) hidrolik dan dimuat pada truk tumpah. Dari situs tambang,
batubara diangkut ke instalasi proses melalui poros jalan yang mapan pada segala cuaca.
Batubara kemudian dihancurkan hingga ukuran yang telah dirancang dan ditetapkan
kemudian ditempatkan pada penimbunan lalu dimuat ke tongkang.
Site Binungan
Dari lokasi tambang di Binungan, batubara diracik menjadi jenis dan merk Eboy dan
Mahoni/Mahoni B Pada lokasi ini keseluruhan cadangan batubara yang layak ditambang pada
Blok 1-4, Blok 5, 6 dan 7 lebih dari 300 juta ton. Proses penambangan mirip seperti yang
dilakukan di Lati. Dari lokasi penambangan, batubara diangkut instalasi pemecahan batubara
yang berjarak kira-kira 2.5 km. Batubara tersebut kemudian di hancurkan, diaduk dan dimuat
ke dalam truk. Dari sana, batubara yang siap dipasarkan ini diangkut sejauh 28 km menuju
terminal batubara Suaran untuk diaduk menjadi stok produk dan selanjutnya dimuat ke
tongkang.
Site Sambarata
10
Pada lokasi ini diproduksi batubara jenis dan merek Eboni. Situs ini memiliki
cadangan sekitar 190 juta ton. Proses penambangan hingga dimuat di tongkang sama dengan
Lati dan Binungan namun jarak dari lokasi penambangan ke instalasi pemecahan batubara
lebih pendek yaitu 2 km.
Pada kegiatan “ Kuliah Lapangan Tambang (KLT) “ kami mengunjungi lokasi
kegiatan penambangan disite binungan pada pit E terdapat 6 unit alat penggangkutan dengan
jenis HD volvo dengan kapasitas 60 ton untuk alat pemuatan yang digunakan adalah
eksafator yang berjenis HT sebanyak ±16 unit sedangkan jenis cobelco sebanyak ±2 unitdan
bul doser sebanyak ±14 unit .pada tahap milling alat angkut yang berjenis DT volvo
berkapasitas 60 ton melalui penimbangan sebelim ditempatkan pada lokasi crusher pada
tahap crusher di CPP km 1.
adapun aspek kegiatan transportasi pada tahap penambangan adalah :
Kegiatan land clearing dilakukan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan
adapun jnis alat yang digunakan adalah exavator.
Lahanyang sudah dilakukan land clearing akan segera dilanjutkan dengan kegiatan
soil removal dan OB removal kegiatan ini menggunakan BullDozer.
Kegiatan topsoiling dilakukan sesuai dengan rencana kerja dan kemajuan kegiatan
penambangan kegiatan ini menggunakan alat dump truck dan exvator.
Soil yang di ambil akan di tata dan recounturing untuk segera dilakukan kegiatan
reklamasi dan revegetasi. Sistem drainase dibuat menuju settling pond sebagai titik
penaatan.
Dilakukan penimbunan berjenjang untuk meminimalkan tingkat erosi.
Penempatan soil di disposal yang telah final dengan ketebalan 1.25 meter.
11
Kegiatan OB removal dilakukan sesuai dengan rencana kerja dan kemajuan kegiatan
penambangan.
OB yang di ambil akan dibawa menuju lokasi disposal yang telah ditentukan untuk
didumping.
OB yang sudah didumping langsung dilakukan recounturing dengan menggunakan
dozer.
Sistem drainase dan air limpasan darilokasi disposal akan menuju kesettling pond
yang merupakan titik penaatan.
Dilakukan analisa batuan PAF/NAF untuk mengetahui jenis OB yang akan didumping
didisposal.
Tinggi maksimal 10 meter dan kemiringan disposal maksimal 25 I.
Kegiatan coal getting dilakukan sesuai dengan rencana kerja dan target produksi yang
telah ditetapkan.
PROSES PENAMBANGAN BATUBARA PADA AREA BINUNGAN PT. BERAU COAL
12
3.2 Aspek Kegiatan Transportasi Pada Proses Pengolahan
Untuk tahap pengolahan di CPP km 1 disini terdapat 2 unit dump truck
dengan kapasitas masing – masing 20 ton dan terdapat 2 unit Well Loader dengan
kapasitas masing-masing 6 ton diman dump truck mengangkut stocks pile untuk
melakukan proses crusher dan dibawa oleh belconveyor dan untuk belconveyor
terdapat 2 alat pendeteksi yaitu metal detector dan metal tracker setelah melalui
crusher diangkut kembali oleh double trailler sebanyak 14 unit dengan kapsitas
masing-masing 120 ton selanjutnya akan di bawa ke CPP km 28 kemudian akan di
bawa melalui belconveyor dan disimpan ke stopfile dan siap untuk dibawa ke
tongkang dengan kapasitas tongkang dari 1000-6000 ton .Setelah melalui proses
penimbangan batubara akan langsung
damping ke CPP km 1dimana merupakan stockpile 1 untuk melakukan proses
crusher dimana setelah melalui proses crusher batubara langsung dibawa ke CPP km
28 yang merupakan stockpile 2 tanpa melalui proses pencucian lagi, hal ini terjadi
karena setelah batubara telah melalui proses crusher mutu yang dihasilkan sudah
sesuai dengan permintaan pasar global.
18
PROSES PENGOLAHAN BATUBARA PADA AREA BINUNGAN PT. BERAU COAL
19
Batubara pada CPP km 1(Stockpile 1)
Proses dumping dan crusher batubara(Stockpile 1)
3.3 Aspek Kegiatan Transportasi Pada Proses Pengapalan
Setelah proses loading ke tongkang maka selanjutnya tongkang akan langsung
membawa ke titik pertemuan dari tiga area yakni Lati, Binungan, dan Sambarata Dimana titik
tersebut merupakan tempat pemasaran luar dan dalam negeri.
23
Underland Conveyor
Barge Loading
BargingGeared Vessel
Gearless Vessel
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
a. Dari penjelasan diatas kami mengambil kesimpulan bahwa aspek kegiatan
transportasi pada penggunaan alat yang dimulai dari penambangan, pengolahan dan
pengapalan pada area Binungan memiliki jumlah alat sebanyak 61 unit alat dimana
masing-masing 8 unit alat dengan jenis alat HD volvo dengan kapasitas 60 ton untuk
alat pemuatan yang digunakan adalah eksafator yang berjenis HT sebanyak ±16 unit
sedangkan jenis cobelco sebanyak ±2 unit dan bull doser sebanyak ±14 unit dan 2 unit
dump truck dengan kapasitas masing –masing 20 ton dan terdapat 2 unit Well Loader
dengan kapasitas masing-masing 6 ton, double trailler sebanyak 14 unit dengan
kapsitas masing-masing 120 ton, dan 3 tongkang yang digunakan untuk mengangkut
batubara.
b. Dari 61 unit alat dapat memproduksi batubara dari13.000 ton – 15.000 ton per hari
4.1 Saran
Dari kesimpulan di atas penulis memberikan saran untuk produksi batu bara pada PT.
Berau coal kedepannya lebih ditingkatkan lagi.
25
top related