laporan akhir program p2m penerapan …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/laporan_akhir...laporan...
Post on 03-Mar-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN BAHASA INGGRIS BAGI PEDAGANG ACUNG
DAN PEDAGANG PASAR SENI KLUNGKUNG
UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN
TERHADAP KONSUMEN WISATAWAN MANCANEGARA
Oleh:
Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S (Ketua)
NIP 198108142009122002
Dr. Ni Komang Arie Suwastini, S.Pd., M.Hum (Anggota)
NIP 198004042003122001
Nyoman Karina Wedhanti, S.Pd., M.Pd (Anggota)
NIP 198204212008122003
Dr. Dewa Putu Ramendra, S.Pd., M.Pd
NIP 19760902000031001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
NOPEMBER, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi dewasa ini, bahasa Inggris tidak dapat dipungkiri
berfungsi sebagai bahasa komunikasi Internasional. Bahasa Inggris berperan sangat
vital sebagai alat komunikasi di dalam berbagai aspek kehidupan baik untuk tujuan
pendidikan, pekerjaan, hiburan, komunikasi elektronik, maupun perdagangan.
Menurut Encarta Dictionary (2009), bahasa Inggris adalah bahasa yang digunakan
secara luas oleh orang-orang di Amerika Serikat, Australia, Afrika Selatan, Inggris,
Irlandia, Kanada, Selandia Baru, serta beberapa negara lainnya dengan jumlah
pengguna antara 350 sampai 375 juta orang (p.13). Jadi, bahasa Inggris merupakan
bahasa yang telah banyak digunakan oleh beratus-ratus juta orang di seluruh penjuru
dunia.
Sebagai bahasa yang paling sering dan banyak dipakai dalam berinteraksi di
kancah internasional, bahasa Inggris sudah menjelma menjadi bahasa yang harus
dikuasai oleh penutur asing bahasa tersebut. Bahasa Inggris mutlak diperlukan
sebagai sarana komunikasi antar negara di sektor ekonomi, sosial, politik, budaya
dan lain lain. Hal ini tak pelak menyebabkan terjadinya interaksi antar bangsa;
misalnya: kunjungan para wisatawan atau turis ke negara-negara lain memerlukan
bahasa yang mampu menjembatani transfer informasi dan komunikasi dengan orang
orang setempat dinegeri yang mereka dikunjunginya.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Bali cukup
tinggi. Salah satu daerah wisata yang kerap dikunjungi wisatawan di Bali timur
dikenal dengan nama kabupaten Klungkung a.k.a. kota serombotan (profil atau
potret masyarakat sasaran dijelaskan di analisis situasi). Kabupaten Klungkung
memiliki berbagai potensi pariwisata yang bisa dikembangkan dengan
mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Melihat potensi
budaya dan pariwisata yang dikembangkan di kabupaten Klungkung, pemerintah
daerah mengembangkan pasar seni yang bisa menjaring animo para wisatawan yang
datang berkunjung untuk berbelanja dan tentu saja ini akan berdampak terhadap
perekonomian masyarakat lokal disana. Pemerintah kabupaten Klungkung melalui
dinas Pariwisata melaksanakan beberapa kegiatan budaya untuk mendongkrak
peningkatan pariwisata di kawasan tersebut. Seperti yang dituturkan kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Klungkung bahwa Klungkungtelah
melaksanakan Semarapura Festival dan Nusa Penida Festival sekali setahun dan
sudah dimulai sejak tahun 2014. Kedua festival tersebut mampu menyedot perhatian
masyarakat termasuk juga para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Promosi budaya adalah salah satu pendongkrak dunia pariwisata di
kabupaten Klungkung perlu disertai dengan kesiapan para pelaku pariwisata
setempat termasuk kesiapan dari objek objek penunjang seperti sentra barang
kerajinan. Contohnya, sentra kerajinan hasil seni dan budaya seniman lokal di pasar
seni Klungkung. Pasar seni Klungkung menjadi salah satu anjungan barang barang
seni yang diminati oleh turis mancanegara, apalagi letaknya yang tidak jauh dari
objek wisata terkenal: “Kertha Gosa” sehingga menjadikannya daerah yang tak sepi
dari wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara.
Pasar seni Klungkung sebenarnya sudah cukup dikenal oleh banyak turis
asing dan domestik. Pasar ini menjual barang barang seni yang beragam sepertikain
tenun ikat tradisional, arca, akik, topeng, lukisan, guci dan lain lain. Pasar ini sering
menjadi acuan para turis mancanegara untuk mencari benda benda seni. Dengan
demikian turis asing adalah komponen konsumen tak terpisahkan di pasar seni
Klungkung. Oleh sebab itu, pelayanan terhadap mereka pun juga perlu
dimaksimalkan untuk mendongkrak penjualan barang seni di pasar ini. Komunikasi
dalam bahasa Inggris yang bisa dipahami, sangat diperlukan guna memperlancar
proses komunikasi
Namun, berdasarkan hasil observasi di lapangan dan wawancara ditemukan
ternyata di Pasar seni Klungkunguntuk saat ini hanya ada beberapa orang yang
sudah bisa menggunakan bahasa Inggris, dan itupun hanya menyebut angka satu
persatu, sedangkan sebagian besar pedagang, khususnya pedagang acung
memaparkan bahwa selama ini mereka hanya melakukan transaksi penjualan dengan
cara yang sederhana seperti melakukan penawaran dengan menyebut angka dalam
bahasa inggris dan ada yang bahkan menulis harga barang di selembar kertas.
Mereka menyatakan proses inikerap menyulitkan kedua pihak, karena sering
menimbukankesalahpahaman, terutama ketika proses tawar menawar terjadi. Selain
itu, para wisatawan kerap merasa kesal dan terganggu karena para pedagang
terkesan memaksa mereka untuk berbelanja.Hal tersebut terjadi karena para
pedagang kesulitan melakukan transaksi memakai bahasa Inggris dengan para tamu.
Jika kemampuanberbahasa Inggrispara pedagang di kawasan pasar seni
Klungkung dilatih, para pedagang setidaknya dapat berkomunikasi tentang sesuatu
yang berhubungan dengan urusan perdagangan yang akan berdampak baik bagi
perekonomian mereka. Dengan demikian, ini diharapkan dapat menjadi salah satu
usaha untuk mengoptimalkan pelayanan pedagang, terutama untuk melayani
konsumen wisatawan mancanegara.Pelatihan bahasa Inggris ini merupakan sebuah
upaya untuk meningkatkan pelayanan pedagang pasar seni Klungkung ketika
menghadapi konsumen yang berasal dari mancanegara. Beberapa alasan yang
mendasari penulis untuk memilih Pasar seni Klungkung sebagai lokasi pelatihan,
yaitu:
a. Pasar seni Klungkung menjadi salah satu sentra penjualan barang-barang seni
yang diminati oleh turis yang datang ke kabupaten Klungkung.
b. Pasar seni Klungkungakan segera ditata ulang oleh pemkab Klungkung sebagai
pasar yang menjadi sentral penjualan kerajinan khas seni dan budaya lokal
Klungkung.
c. Pelatihan yang akan diadakan ini sangat membantu para pedagang di kawasan
wisata Kertha Gosa dan pasar Seni Klungkung untuk menjadi terlatih dalam
berkomunikasi memakai bahasa Inggris walaupun hanya memakai ekspresi
sederhana untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap konsumen
wisatawan mancanegara.
Paparan diatas merupakan latar belakang mengapa pelatihan bahasa Inggris
bagi pedagang pasar seni Klungkung diadakan.
1.2 Analisis Situasi
Menurut data yang diperoleh dari Website resmi Pemerintah Kabupaten
Klungkung, Kabupaten Klungkung merupakan Kabupaten yang paling kecil dari 9
(sembilan) Kabupaten dan Kodya di Bali, terletak diantara 115 ° 27 ' - 37 '' 8 ° 49 '
00 ' Lintang Selatan dengan batas-batas disebelah utara Kabupaten Bangli. Sebelah
Timur Kabupaten Karangasem, sebelah Barat Kabupaten Gianyar, dan sebelah
Selatan Samudra India, dengan luas: 315 Km². Wilayah Kabupaten Klungkung
sepertiganya ( 112,16 Km²) terletak diantara pulau Bali dan dua pertiganya ( 202,84
Km² lagi merupakan kepulauan yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa
Ceningan. Menurut penggunaan lahan di Kabupaten Klungkung terdiri dari lahan
sawah 4.013 hektar, lahan kering 9.631 hektar, hutan negara 202 hektar, perkebunan
10.060 hektar dan lain-lain 7.594 hektar. Kabupaten Klungkung merupakan dataran
pantai sehingga potensi perikanan laut.Panjang pantainya sekitar 90 Km yang
terdapat di Klungkung daratan 20 Km dan Kepulauan Nusa Penida 70 Km.
Permukaan tanah pada umumnya tidak rata, bergelombangbahkan sebagian besar
berupa bukit-bukit terjal yang kering dan tandus.Hanya sebagian kecil saja
merupakan dataran rendah.Tingkat kemiringan tanah diatas 40 % (terjal) adalah
seluas 16,47 Km2 atau 5,32 % dari Kabupaten Klungkung. Jumlah penduduk di
kabupaten ini mencapai 227.326 orang per 1 Januari 2015 (Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil kabupaten Klungkung, 2015).
Adapun potensi wisata di kabupaten ini antara lain desa wisata Kamasan,
kerajinan lukisan, objek wisata Kertha Gosa, museum Semarajaya, monumen
Puputan Klungkung, dan pura Goa Lawah. Selain untuk mendukung revitalisasi
pariwisata di kabupaten Klungkung pemerintah daerah mengembangkan pasar seni
untuk membantu geliat perekonomian masyarakat Klungkung. Pasar seni Klungkung
berada di bawah naungan Dinas Pengelola Pasar Kota Semarapura.Pasar ini sudah
mengalami beberapa kali renovasi. Awalnya, pasar ini merupakan eks pasar
tradisional yang terletak di jantung kota Semarapura (ibukota kabupaten Klungkung)
dan berdekatan dengan objek wisata Kertha Gosa, museum Semarajaya, dan
monumen Puputan Klungkung. Namun, karena beberapa alasan, Pasar tradisional
Klungkung tersebut direlokasi ke dekat kawasan terminal bis di Galiran dan pasar
seni Klungkung pun dikembangkan dikawasan itu. Beberapa tahun yang lalu pasar
ini masih terkesan agak tradisional, baik dari segi tata bangunan maupun
pedagangnya. Setelah dilakukan renovasi, pasar ini terlihat lebih modern.
Di pasar seni Klungkung terdapat kurang lebih 100 pedagang yang menjual
barang barang seni yang beragam seperti, kain tenun tradisional ikat (endek) dan
songket khas Klungkung, akik, topeng, lukisan, aksesoris perak dan emas, dan lain
lain. Pasar ini sering dikunjungi wiasatawan domestik dan mancanegara. Barang-
barang yang diperdagangkan juga lebih beraneka ragam, mulai dari ukuran sampai
bentuk barang, seperti kain ikat endek khas Klungkung, songket, wayang dan
lukisan Kamasan, topeng, cincin, uang kepeng, dan lain-lain. Biasanya para
pedangang memperoleh barang dagangan berdatangan mereka melalui distributor
langsung yang menawarkan barang ke kios-kios dan bahkan ada beberapa dari
mereka yang memiliki rumah produksi sendiri. Hampir setiap hari turis berkunjung
ke pasar ini untuk membeli barang seni khas Klungkung dan Bali sebagai oleh-oleh.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara terhadap pedagang
acung dan pedagang di Pasar Seni Klungkung, saat ini hanya ada beberapa orang
yang sudah bisa menggunakan bahasa Inggris (broken English), dan itupun hanya
menyebut angka satu persatu, sedangkan sebagian besar pedagang memaparkan
bahwa selama ini para pedagang hanya melakukan transaksi penjualan dengan
dengan cara yang sederhana seperti melakukan penawaran dengan menulis harga
barang di selembar kertas. Mereka menyatakan proses ini kerap menyulitkan kedua
pihak, karena sering menimbukan kesalahpahaman, terutama ketika proses tawar
menawar terjadi. Para pedagang biasanya melakukan transaksi hanya berdasarkan
pengalaman mereka berdagang selama bertahun-tahun.
Pengetahuan pedagang di pasar seni yang sangat minim dalam
berkomunikasi dengan turis asing memakai bahasa Inggris menjadi kendala utama.
Pada umumnya mereka juga tidak terlalu ingin belajar bahasa Inggris karena
keengganan dan masalah biaya. Ketidaklancaran proses komunikasi yang sampai
sekarang masih terjadi cukup mempengaruhi tingkat pelayanan terhadap turis
mancanegara. Disisi lain, turis asing merupakan salah satu sumber pemasukan yang
berharga bagi para pedagang di kawasan pasar seni Klungkung. Oleh karena itu
diharapkan adanya pelatihan bahasa Inggris bagi pedagang Pasar seni
Klungkungdapat memberikan manfaat pagi para pedagang baik sekarang ataupun di
masa mendatang.
1.3 IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan analisis situasi yang diuraikan di atas maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana meningkatkan kemampuan bahasa Inggris bagi pedagang acung dan
pedagang pasar seni Klungkung sebagai upaya mengoptimalkan kualitas
pelayanansaatmereka berkomunikasi dengan konsumen turis mancanegara?
1.4 TUJUAN PROGRAM
Tujuan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan bahasa Inggris pedagang acung dan pedagang pasar seni
Klungkung sehingga pelayanan terutama dalam hal proses komunikasi/transaksi jual
beli dengan turis mancanegara berjalan dengan baik.
1.5 MANFAAT KEGIATAN
a. Meningkatkan kualitas pelayanan pedagang acung dan pedagang
pasar seni Klungkung terhadap konsumen mancanegara.
b. Memasyarakatkan bahasa Inggris dikalangan para pedagang acung
dan pedagang pasar seni Klungkung guna melancarkan komunikasi
dengan konsumen mancanegara.
c. Meningkatkan daya tawar para pedagang acung dan pedagang pasar
seni Klungkung dimata konsumen mancanegara.
d. Tim pelaksana kegiatan ini dapat mengamalkan ilmu kepada
masyarakat sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Beberapa kegiatan serupa pernah dilakukan oleh beberapa peneliti berkaitan
dengan pemberian training bahasa Inggris dan English for Specific Purposes bagi
para pelaku wisata di kawasan pariwisata yang tersebar di beberapa kawasan di
pulau Bali. Marsakawati (2015) mengadakan pengabdian masyarakat di kawasan
pariwisata Penelokan, Batur Selatan dengan memberikan pelatihan untuk 50 orang
praktisi wisata di daerah tersebut termasuk para pemandu wisata lokal dan dagang
acung dalam bidang melakukan pelayanan konsumen meliputi etika profesi dan
elemen pelayanan prima; dan pelatihan bahasa Inggris untuk memandu tamu dan
berdagang bagi para dagang acung. Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat serupa
juga dilakukan oleh Pramerta dan Wahyudi (2013). Mereka melatih 40 orang dagang
acung di desa Batur yang sebagian besar anak-anak sekolah dasar dengan
memberikan pelatihan dasar tentang etika berkomunikasi dan berjualan dengan
wisatawan domestik dan mancanegara. P2M ini memberikan pelatihan dalam dua
bahasa: Indonesia dan Inggris dengan target sasaran masing-masing tamu domestik
dan mancanegara.
Selain itu, Widodo dan Hastuti (2011) melakukan pengabdian masyarakat
dengan melatih 25 pedagang suvenir di Museum Sangiran dalam bercakap-cakap
memakai bahasa Inggris. Salah satunya dengan mengadakan praktek percakapan
menawarkan barang kepada wisatawan asing. Namun pelatihan terhadap para
pedagang di pasar seni dikolaborasikan dengan pelatihan bahasa Inggris bagi para
pedagang acung di kabupaten Klungkung belum pernah dilakukan. Oleh karena itu,
tim program P2M penerapan ipteksmelaksanakan kegiatan disana mengingat
pentingnya bagi para pedagang acung dapat memakai bahasa Inggris sebagai sarana
komunikasi dalam mencapai sukses berdagang dengan wisatawan asing yang datang
berkunjung ke kawasan pasar seni Klungkung.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Kerangka dasar pemecahan masalah dalam program Pengabdian kepada
Masyarakat ini yaitu dengan memberikan pelatihan bahasa Inggris bagi para
pedagang acung dan pedagang di pasar seni Klungkung dengan melaksanakan
tahapan langkah-langkah berikut ini:
a. Persiapan
1. Menyusun program kerja dan deskripsi kerja untuk anggota tim;
2. Observasi dan wawancara untuk memahami kebutuhan para peserta;
3. Penetapan tim pelaksana program dan instruktur sesuai dengan
kepakarannya;
4. Penjajagan kepada dinas terkait (pengelola pasar) untuk pelaksanaan
kegiatan pelatihan;
5. Pendataan peserta dan pernyiapan tempat kegiatan; dan
6. Diskusi/pembekalan tim dalam hal pelaksanaan teknis.
b. Pelaksanaan
Pelatihan bahasa Inggris khususnya English for vendors and trading bagi
peserta kegiatan P2M.
c. Evaluasi dan indikator Pencapaian
Adanya peningkatan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris,
terutama cara melakukan transaksi tawar menawar dan jual beli menjadi
indikator pencapaian program. Pada tahapan ini, evaluasi menyeluruh
terhadap program pelatihan dilakukan dan juga meliputi penilaian serta
refleksi peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan ini.
3.2 Khalayak Sasaran
Peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah para pedagang acung dan pedagang
di kawasan pasar seni Klungkung berjumlah 50orang.
3.3KETERKAITAN
Keterkaitan program pengabdian kepada masyarakat ini sangat erat dengan
jurusan S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha karena selain
menghasilkan lulusan calon guru kompeten berbahasa Inggris, jurusan memiliki
tanggung jawab untuk berkontribusi terhadap masyarakat dalam mengembangkan
potensi diri dan keahlian mereka dalam berkomunikasi memakai bahasa Inggris
sehingga masyarakat terbantu dalam meningkatkan taraf hidup dan
perekonomiannya.
3.4METODE PELAKSANAAN PROGRAM
Seperti dipaparkan sebelumnya, tim pengabdi datang langsung di lokasi
pengabdian untuk memperoleh data dan informasi yang memadai dan wawancara
tentang kondisi pemahaman sebagian pedagang terhadap bahasa Inggris serta cara
dan kebiasaan yang dilakukan pedagang dalam berkomunikasi dengan konsumen
turis mancanegara. Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah metode
ceramah, diskusi, dan pelatihan. Pada hari pertama, para peserta kegiatan pelatihan
ini diberikan kuliah umum tentang bahasa Inggris yang digunakan untuk berdagang
dan pengenalan kultur serta etika berbisnis dalam konteks CCU. Pada hari kedua,
para peserta melakukan simulasi berlatih sehubungan dengan topik yang dibahas
pada hari sebelumnya.Selain itu, para peserta langsung praktek nyata dengan para
wisatawan sesuai dengan latihan yang telah dilakukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil
Pelatihan bahasa Inggris ini ditujukan kepada para pelaku wisata, khususnya
para pedagang acung dan pedagang di kawasan pariwisata pasar seni
Klungkung.Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 16-17 Agustus 2016 di wantilan
Pura Goalawah Klungkung.Pelatihan ini diikuti oleh 50 peserta, yang terdiri dari
pedagang acung dan beberapa pemandu wisatalokal yang memiliki antusiasme
belajar bahasa Inggris. Pelatihan ini diawali dengan pemberian materi tentang cross
culture understanding, yang meliputi pemberian wawasan budaya luar yang harus
diperhatikan oleh para insan pelaku wisata agar interaksi yang terjadi dengan tamu
mancanegara dapat terjalin dengan baik. Pada sesi kedua, narasumber memaparkan
tentang etika profesi yang harus dimiliki oleh para pedagang dan pemandu wisata
lokal termasuk cara menarik dan mempertahankan pengunjung, dan hal-hal yang
harus diperhatikan ketika memberikan pelayanan bagi wisatawan yang datang
berkunjung. Selanjutnya, materi English for Vendors, khususnya bahasa yang
dipakai untuk bertransaksi antar penjual dan pembeli diberikan juga kepada peserta.
Para peserta pelatihan diberikan kosakata dan ekspresi bahasa yang biasa
digunakan dalam melayani pengunjung.Pada dua sesi terakhir pelatihan, kegiatan
praktik simulasi materi melalui role-play antara pedagang dan narasumber dan antar
pedagang sendiri; kemudian, praktik lapangan langsung antara pedagang dan para
wisatawan diadakan untuk melatih para peserta dalam mengaplikasikan materi yang
mereka peroleh.Pelatihan ini berlangsung dengan baik dan lancer.Para peserta
menunjukkan perhatian dan bersungguh-sungguh mengikuti semua rangkaian
kegiatan pelatihan.Mereka bisa melakukan simulasi dan praktik lapangandengan
baik dan lebih percaya diri.
4.2 Pembahasan
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, pelatihan dilaksanakan selama dua hari
dan berlangsung sesuai jadwal yang telah disepakati.Pelatihan bahasa Inggris ini
menarik hati para peserta karena pemberian materi tidak hanya dilakukan dengan
menggunakan teknik ceramah tetapi juga dengan menggunakan gambar dan audio
sehingga tidak membosankan bagi para peserta.Materi pelatihan didesain khusus
untuk para peserta agar mampu memenuhi kebutuhan mereka sebagai pedagang
acung.Para peserta selama ini menyatakan bahwa mereka melayani pengunjung
dengan memakai Bahasa Inggris pasaran yang dipelajari secara otodidak.Pelatihan
ini memberikan cakupan materi yang relevan dan memadai sehingga peserta
kegiatan merasa sangat terbantu dalam memperbaiki kualitas pelayanan mereka
terhadap wisatawan mancanegara. Selain melakukan simulasi dengan menggunakan
barang dagangan mereka sendiri, para peserta juga diajak melakukan praktik
lapangan sehingga mereka sungguh-sungguh belajar dan berlatih secara
kontekstual.Pelatihan ini dapat memberi kontribusi dan manfaat langsung bagi
peserta khususnya saatmereka melayani pengunjung.
Selama proses pelatihan berlangsung, peserta selalu hadir di lokasi walaupun
ada beberapa yang datang terlambat atau datang tetapi izin lalu kembali ke lokasi
pelatihan. Kondisi ini dapat dipahami karena para peserta pelatihan adalah ibu-ibu
dan bapak-bapak yang tidak hanya bekerja sebagai pedagang acung, tapi juga punya
banyak rutinitas lainnya, seperti misalnya berbelanja bahan dagangan ke pasar seni
Sukawati, IRT, ngayah ke pura, pergi melaut dan berladang. Panitia pelaksana
pelatihan mengamati para pelatihan sangat bersemangat dalam mengikuti kegiatan
ini.Mereka memperhatikan setiap pemaparan materi dengan seksama dan kerap
bertanya dalam diskusi. Mereka juga berbagi pengalamannya tentang pemahaman
mereka sebelumnya tentang cara melayani tamu. Mereka sebelumnya sudah
memiliki name tagsebagai tanda pengenal sebagai pedagang di kawasan pariwisata
pasar seni namun sudah tidak pernah dipakai lagi karena dianggap tidak penting.
Akhirnya setelah mengikuti pelatihan ini, mereka akan mewajibkan
pemakaian tanda pengenal tersebut kembali serta membuat seragam untuk
menunjukkan identitas mereka agar mudah dan langsung dikenali oleh para
pengunjung. Selanjutnya, dari aspek kebahasaan para peserta banyak belajar tentang
ragam kosakata baru yang mereka butuhkan, terutama cara pengucapan yang benar.
Mereka juga belajar tentang ekspresi bahasa yang dapat digunakan ketika mereka
melakukan transaksi dengan wisatawan, contohnya ekspresi untuk menawarkan
barang, tawar-menawar, meminta maaf, menawarkan alternatif, dan berterimakasih.
Selain itu, mereka juga belajar cara menjelaskan tentang spesifikasi dan guna/fungsi
barang yang mereka tawarkan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami.
Praktik dilakukan dua tahap.Tahap satu untuk simulasi dan tahap dua untuk
praktik lapangan.Sebelum melakukan simulasi, mereka membuat draft dan latihan
dalam kelompok-kelompok kecil yang sudah dibentuk.Simulasi (role-play)
dilakukan secara berkelompok.Satu peserta berperan sebagai pedagang acung, dan
peserta lainnya berperan sebagai wisatawan/calon pembeli.Mereka langsung
menggunakan barang-barang dagangannya ketika melakukan simulasi.Sebelum
melakukan perannya, para peserta berlatih dengan narasumber.Mereka berlatih
dengan sangat antusias dan penuh kecerian.Setelah mereka melakukan simulasi,
mereka langsung diberikan umpan balik terkait penampilan mereka dalam hal
bentuk pelayanan dan bahasa Inggris yang digunakan, terutama dalam hal
pengucapan.Setelah berlatih dalam simulasi, para peserta didampingi oleh para
narasumber, langsung praktik ke lapangan dengan menjual dagangan dihadapan para
wisatawan.
Para anggota tim pelaksana pengabdian pada masyarakat dalam kegiatan
pelatihan pedagang acung ini juga melakukan pendampingan selama 3X (sekali
seminggu tiap hari Sabtu/Minggu) secara berkala. Kegiatan pendampingan
dilakukan untuk mengobservasi sekaligus memastikan apakah apa yang sudah
mereka pelajari bermanfaat dalam artian digunakan dalam keseharian mereka
berjualan acung dikawasan pasar seni Klungkung dan sekitarnya. Dalam kegiatan
pendampingan yang dilakukan kurang lebih selama 3-4 jam para anggota tim
pelaksana berbaur dengan para pedagang dan memberi feedback terhadap
pertanyaan mereka, penampilan mereka ketika menjual dagangan kepada para tamu
mancanegara, dan memberi masukan apa yang hendaknya dilakukan agar tidak
menyinggung tamu dan bagaimana secara positif cara untuk mendorong tamu agar
berbelanja. Para pedagang merasa senang ditemani dan diberikan masukan dalam
berjualan. Hal ini tentu akan berdampak baik bagi perkembangan bahasa, motivasi,
dan kepercayaan para pedagang dalam memberikan pelayanan terhadap tamu
mancanegara ketika menjual barang-barang dagangan seni yang mereka jajakan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Kegiatan pelatihan bahasa Inggris bagi para pedagang di kawasan pasar seni
Klungkung sudah terlaksana sesuai rencana dengan baik (lihat lampiran foto-
foto).Para peserta yang hadir terlihat antusias mengikuti kegiatan pelatihan selama
dua hari, dan mereka mampu melakukan simulasi dan latihan di lapangan dengan
baik.Hasil kegiatan pelatihan menunjukkan ketercapaian tujuan kegiatan yakni
membantu para pedagang untuk bisa meningkatkan kualitas pelayanan mereka
terhadap para wisatawan mancanegara.
5.2 Saran
Kegiatan pelatihan ini sebaiknya bisa diteruskan dengan melakukan kegiatan
pendampingan yang dilakukan secara rutin untuk memantapkan pelayanan prima
dan bahasa Inggris profesi.Hal ini perlu dilaksanakan karena selama di lapanganpara
peserta kerap keliru dalam mengucapkan kata-kata teretentu yang biasa mereka
gunakan sehari-hari.Mereka terbiasa mengucapkan kata-kata dengan cara
pengucapan yang salah dan berpikir itu sebagai sesuatu yang benar. Hal ini terjadi
karena mereka belajar bahasa Inggris secara otodidak. Kegiatan pendampingan yang
terjadwal akan sangat membantu mereka untuk menghilangkan kebiasaan salah yang
dimaksud dan membantu mereka melatih pengucapan kata dengan benar. Melalui
kegiatan pendampingan yang optimal, diharapkan pelatihan ini akanmemberikan
benefit bermakna bagi kemajuan para pelaku pariwisata, khususnya pedagang di
kawasan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten Klungkung
http://www.klungkungkab.go.id/
Marsakawati, N.P.E., Sudana, P.A.P., & Sari, R.A. (2015). Pelatihan customer
service dan bahasa Inggris profesi bagi pelaku wisatadi kawasan Penelokan,
Bangli dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan bagi turis asing.
Unpublished P2M report: Undiksha.
Microsoft Encarta
Pramerta, I.G.P.A. & Wahyudi, N.D. (2013). Ipteks bagi pemandu wisata desa
Batur. Unpublished P2M report: Umnas Denpasar.
Widodo, Y. & Hastuti, E.D. (2011). English conversation bagi pedagang suvenir
(Program ipteks bagi masyarakat kompetitif(IBM)). Unpublished P2M
report: Unived Bantara Sukoharjo.
Lampiran: Foto-foto kegiatan
Klungkung
top related