ketentuan hukum islam dalam kegiatan jual beli saham
Post on 20-Oct-2015
111 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Ketentuan Hukum Islam dalam Kegiatan Jual Beli Saham
di Pasar Modal Syariah
Entin Suryatin1
Abstrak
Saham adalah sebuah instrument investasi yang diperjualbelikan di pasar modal.
Dalam perkembangannya, saham sebagai salah satu instrumen investasi yang kompetitif dan
memberikan kemudahan akses modal kepada para emiten yang ingin memperluas usahanya
dan juga menawarkan keuntungan yang signifikan kepada stakeholder yang berkecambung
didalamnya. Sebagai bentuk aktivitas muamalah, jual beli saham tidak lepas dari setiap
ketentuan syariah. Dalam jual beli saham menurut syariah haruslah saham perusahaan yang
bergerak pada bidang yang tidak diharamkan, pada transaksinya tidak mengandung ribawi,
gharar, dan spekulasi. Berkenaan dengan transaksi jual beli saham ada beberapa para ahli
yang mengemukakan pendapatnya terkait dengan hukum jual beli saham. Dari berbagai ahli
tersebut memunculkan perdebatan tentang hukum kebolehannya dengan pendekatan yang
beragam dalam menganalisisnya.
Kata Kunci: saham, jual beli saham, transaksi jual beli saham, hukum jual beli saham
PENDAHULUAN1 Nama lengkap: Entin Suryatin, mahasiswa jurusan Manajemen Keuangan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum, semester V di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, email: Thiendthiend@ymail.com.Pendidikan yang pernah ditempuh, yaitu pada saat Sekolah Dasar besekolah di SDN CIJOLANG 1, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP N 3 LIMBANGAN, selanjutnya diteruskan kembali ke Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 CICALENGKA.
1
Sejarah perkembangan industri keuangan syariah meliputi perbankan, asuransi,
dan pasar modal pada dasarnya merupakan suatu proses sejarah yang sangat panjang.
Lahirnya agama Islam sekitar abad ke-15 yang lalu meletakkan dasar penerapan prinsip
syariah dalam industri keuangan, karena dalam Islam dikenal dengan kaidah muamalah
yang merupakan kaidah hukum atas hubungan antara manusia, yang didalamnya
termasuk hubungan perdagangan dalam arti luas.
Dalam Islam salah satu kegiatan bermuamalah yaitu investasi. Dalam Islam
investasi sangat dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi
produktif dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain. Dalam era globalisasi saat
ini banyak sarana investasi yang halal yang bisa dijadikan sebagai alternatif
berinvestasi, salah satunya adalah pasar modal syariah.
Dengan kehadiran pasar modal yang berdasarkan prinsip syariah memberikan
kesempatan bagi kalangan muslim yang ingin menginvestasikan dananya sesuai dengan
prinsip syariah yang memberikan ketenangan dan keyakinan atas transaksi yang halal.
Beragam produk yang ditawarkan oleh pasar modal syariah salah satunya adalah saham.
Secara umum, penerapan prinsip syariah dalam industri pasar modal khususnya
pada instrument saham dilakukan berdasarkan penilaian atas saham yang diterbitkan
oleh masing-masing perusahaan, karena instrument saham secara natural telah sesuai
dengan prinsip syariah mengingat sifat saham dimaksud bersifat penyertaan. Para ahli
fiqih berpendapat bahwa suatu saham dikategorikan memenuhi prinsip syariah apabila
kegiatan perusahaan yang menerbitkan saham tersebut tidak tercakup pada hal-hal yang
dilarang Islam. Namun, hal tersebut tidak menjamin adanya keabsahan bahwa transaksi
jual beli saham yang digunakan telah bersesuaian dengan prinsip syariah.
Melalui makalah ini, penulis berusaha untuk menjelaskan tentang saham,
mekanisme transaksi saham, pihak-pihak yang terlibat dalam jual beli saham. Secara
khusus penulis membahas lebih dalam tentang ketentuan hukum Islam dalam jual beli
saham di pasar modal syariah.
PEMBAHASAN
2
A. Definisi Saham
Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang
melakukan penawaran umum (go public) dalam nominal ataupun persentase tertentu.
Menurut Subagyo (1997), saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu
Perseroan Terbatas (PT). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Alma (1997), yang
mendefenisikan saham sebagai surat keterangan tanda turut serta dalam perseroan. Para
pemegang andil merupakan pemilik perusahan yang bisa menikmati keuntungan
perusahaan sebanding dengan modal yang disetorkannya. Selain dari deviden yang dapat
diperoleh para pemegang saham, nilai keuntungan yang merupakan selisih positif harga
beli dan harga jual saham juga merupakan benefit selanjutnya yang dapat dinikmati oleh
para pemegang saham. Selain manfaat yang bersifat finansial, para pemegang saham
(stock holder) juga memiliki benefit yang bersifat nonfinansial, yaitu hak suara dalam
aktivitas perusahaan.2
Pada umumnya saham yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan (emiten) yang
melakukan penawaran umum (Initial Public Offering) ada 2 (dua) macam, yaitu saham
biasa (common stock) dan saham istimewa (prefered stock). Perbedaan saham ini
berdasarkan pada hak yang melekat pada saham tersebut. Hak tersebut meliputi hak atas
menerima dividen, dan memperoleh bagian kekayaan jika perusahaan dilikuidasi setelah
dikurangi semua kewajiban-kewajiban perusahaan.3
Pemerintah melalui Bursa Efek Indonesia telah memastikan instrumen pasar
modal syariah halal dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan, pada Mei lalu,
keluar fatwa DSN-MUI nomor 80 tahun 2011 tentang penerapan syariah di pasar modal
dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Pengesahan fatwa tersebut membuat dasar
hukum pasar modal syariah menjadi kuat. Investor yang ingin berinvestasi di pasar modal
pun memiliki alternatif untuk terbebas dari praktek spekulasi dan riba.
Peluncuran ISSI ini akan melengkapi indeks syariah yang telah ada sebelumnya,
yakni Jakarta Islamic Index (JII).Saham syariah yang menjadi konstituen JII terdiri dari
30 saham yang merupakan saham-saham syariah paling likuid dan memiliki kapitalisasi
pasar yang besar Setiap enam bulan sekali, saham ISSI di-review sehingga konstituen
2 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Jakarta : Kencana, 2008, hlm. 60-61.3 Ibid., hlm.77.
3
ISSI dapat berubah tergantung dari hasil review tersebut yang disesuaikan dengan periode
penerbitan DES oleh Bapepam & LK. Setelah dilakukan penyeleksian saham syariah oleh
Bapepam & LK yang dituangkan ke dalam DES, BEI melakukan proses seleksi lanjutan
yang didasarkan kepada kinerja perdagangannya.
Adapun proses seleksi JII berdasarkan kinerja perdagangan saham syariah yang
dilakukan oleh BEI adalah sebagai berikut:4
1. Saham-saham yang dipilih adalah saham-saham syariah yang termasuk ke dalam DES
yang diterbitkan oleh Bapepam & LK
2. Dari saham-saham syariah tersebut kemudian dipilih 60 saham berdasarkan urutan
kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir
3. Dari 60 saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut, kemudian dipilih 30
saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu urutan nilai transaksi terbesar di pasar
reguler selama 1 tahun terakhir
Adapun daftar saham JII yang telah diterbitkan Bursa Efek Indonesia
berdasarkan Daftar Efek Syariah periode Desember - Juni 2012 yang telah diterbitkan
Bapepam & LK adalah sebagai berikut:5
No
.Kode Nama Emiten
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk
2 ADRO Adaro Energy Tbk
3 AKRA AKR Corporindo
4 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
5 ASII Astra International Tbk
4 http://www.idx.co.id5 Sutedi Adrian, Pasar Modal Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm.119.
4
6 ASRI Alam Sutera Realty Tbk
7 BKSL Sentul City Tbk
8 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk
9 CPINCharoen Pokphand Indonesia
Tbk
10 ENRG Energi Mega Persada Tbk
11 EXCL XL Axiata Tbk
12 HRUM Harum Energy Tbk
13 ICBPIndofood CBP Sukses Makmur
Tbk
14 INCOInternationalNickel
IndonesiaTbk
15 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
16 INDY Indika Energy Tbk
17 INTPIndocement Tunggal Prakasa
Tbk
18 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
19 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk
20 KLBF Kalbe Farma Tbk
21 LPKR Lippo Karawaci Tbk
22 LSIP PP London Sumatera Tbk
5
23 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk
24 MNCN Media Nusantara Citra Tbk
25 PGASPerusahaan Gas Negara
(Persero)Tbk
26 PTBATambang Batubara Bukit Asam
Tbk
27 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
28 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
29 UNTR United Tractors Tbk
30 UNVR Unilever Indonesia Tbk
B. Mekanisme Jual Beli Saham di Pasar Modal Syariah
Indeks saham berbasis syariah lebih potensial berkembang daripada indeks
saham konvensional. Setidaknya ada dua syarat untuk menyatakan bahwa suatu saham
bisa dikategorikan sesuai dengan prinsip syariah. Kedua syarat itu adalah sebagai berikut.6
a. Perusahaan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Yang dimaksud perusahaan yang
tidak bertentangan dengan syariat Islam yaitu perusahaan dengan bidang usaha dan
manajemen yang tidak bertentangan dengan syariat, serta memiliki produk yang halal.
Perusahaan yang memproduksi minuman keras atau perusahaan keuangan konvensional
tentu saja tidak memenuhi kategori ini.
b. Semua saham yang diterbitkan memiliki hak yang sama. Saham adalah bukti
kepemilikan atas sebuah perusahaan, maka peran setiap pemilik saham ditentukan dari
jumlah lembar saham yang dimilikinya. Akan tetapi, pada kenyataannya pada
perusahaan yang menerbitkan dua macam saham, yaitu saham biasa dan saham preferen
yang tidak punya hak suara, tetai punya hak untuk mendapatkan dividen yang sudah
6 Ibid., hlm.207.
6
pasti. Tentunya hal ini bertentangan dengan aturan syariat tentang bagi hasil. Saham
yang sesuai syariat adalah saham yang setiap pemiliknya memiliki hak yang
proporsional dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya.
Proses pelaksanaan jual beli saham syariah yang diperdagangkan di BEI,
mengikuti sistem pelaksanaan perdagangan efek di Bursa yang dilakukan dengan
menggunakan fasilitas JATS. Perdagangan efek di Bursa hanya dapat dilakukan oleh
Anggota Bursa (AB) yang juga menjadi anggota kliring KPEI.7
Mekanisme transaksi yang terjadi di bursa efek:8
1. Menjadi nasabah di perusahaan efek
Pada bagian ini, seseorang yang akan menjadi investor terlebih dahulu menjadi
nasabah atau membuka rekening di salah satu broker atau Perusahaan Efek. Setelah
resmi terdaftar menjadi nasabah, maka investor dapat melakukan kegiatan transaksi.
2. Order dari nasabah
Kegiatan jual beli saham diawali dengan instruksi yang disampaikan investor
kepada broker. Pada tahap ini, perintah atau order dapat dilakukan secara langsung
dimana investor datang ke kantor broker atau order disampaikan melalui sarana
komunikasi seperti telpon atau sarana komunikasi lainnya.
3. Diteruskan ke floor trader
Setiap order yang masuk ke broker selanjutnya akan diteruskan ke petugas
broker tersebut yang berada di lantai bursa atau yang sering disebut floor trader.
4. Masukkan order je JATS (Jakarta Automated Trading System)
Floor trader akan memasukkan (entry) semua order yang diterimanya kedalam
sistem komputer JATS. Dalam tahap ini, terdapat komunikasi antara pihak broker
dengan investor agar dapat terpenuhi tujuan order yang disampaikan investor baik untuk
beli maupun jual.
5. Transaksi terjadi (matched)
7 Ibid., hlm.208.8 http://www.idx.co.id
7
Pada tahap ini order yang dimasukkan ke sistem JATS bertemu dengan harga
yang sesuai dan tercatat di sistem JATS sebagai transaksi yang telah terjadi (done),
dalam arti sebuah order beli atau jual telah bertemu dengan harga yang cocok.
6. Penyelesaian transaksi (settlement)
Di BEI, proses penyelesaian transaksi berlangsung selama 3 hari bursa.
Artinya jika melakukan transaksi hari ini (T), maka hak-hak kita akan dipenuhi selama
3 hari bursa berikutnya, atau dikenal dengan istilah T + 3.
Proses pelaksanaan perdagangan di bursa
Sebenarnya mekanisme transaksi saham dipasar modal syariah dan konvensional
tidak berbeda jauh. Didalam mekanisme transaksi produk pasar modal syariah, Irfan
Syauqi Beik, mengemukakan wacana bahwa transaksi pembelian dan penjualan saham
tidak boleh dilakukan secara lansung. Dalam pasar modal konvensional, investor dapat
membeli dan menjual saham secara langsung dengan menggunakan jasa broker atau
pialang. Keadaan ini memungkinkan bagi para spekulan untuk mempermainkan harga.
Akibatnya perubahan harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar bukan karena nilai
intrinsik saham itu sendiri. Menurut Irfan Syauqi Beik, hal ini dilarang dalam Islam.9
Untuk itu, untuk proses dalam perdagangan saham, emiten memberikan otoritas
kepada agen dilantai bursa, selanjutnya agen tersebut bertugas untuk mempertemukan
emiten dengan calon investor, tetapi bukan untuk menjual dan membeli saham secara
9 Sutedi Adrian, Pasar Modal SyariahI, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm.210.
8
langsung. Kemudian saham tersebut dijual/dibeli karena memang sahamnya tersedia dan
berdasarkan prinsip first come-first served.
Perkembangan harga saham dalam pasar modal konvensional sudah lepas dari
nilai instrinsiknya yang dipicu oleh transaksi spekulatif, juga muncul dari keinginan para
pelaku pada umumnya agar harga saham terus meningkat.10
C. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal Syariah
Dalam kerangka kegiatan Pasar Modal Syariah ada beberapa lembaga penting
yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pengawasan dan perdagangan, yaitu :
Bapepam, Dewan Syariah Nasional (DSN), bursa efek, perusahaan efek, emiten, profesi
dan lembaga penunjang pasar modal serta pihak terkait lainnya. Khusus untuk kegiatan
pengawasan akan dilakukan secara bersama oleh Bapepam dan DSN.11
a. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
“Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menetapkan pengembangan pasar
modal syariah sebagai salah satu prioritas kerja lima tahun ke depan. Rencana tersebut
dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005-2009. Dengan program ini,
pengembangan pasar modal syariah memiliki arah yang jelas dan makin membaik.
b. Dewan Syariah Nasional (DSN)
Dewan Syariah Nasional dalam hal ini akan berfungsi sebagai pusat referensi
(reference center) atas semua aspek-aspek syariah yang ada dalam kegiatan pasar modal
syariah. DSN akan bertugas memberikan fatwa-fatwa sehubungan dengan kegiatan
emisi, perdagangan, pengelolaan portofolio efek-efek syariah, dan kegiatan lain
berhubungan dengan efek syariah. DSN mempunyai kewenangan penuh untuk
memberikan keputusan tentang berhak tidaknya sebuah efek menyandang label syariah.
Kewenangan penuh juga dimiliki DSN dalam hal pengawasan kegiatan emisi,
perdagangan, pengelolaan portofolio efek-efek syariah dan kegiatan lain yang
berhubungan dengan efek-efek syariah.
c. Bursa Efek
10 Ibid., hlm. 210.11 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Jakarta : Kencana, 2008, hlm. 222.
9
Bursa Efek adalah tempat diselenggarakannya kegiatan perdagangan efek pasar
modal yang didirikan oleh badan usaha.Bursa Efek adalah pihak (lembaga/perusahaan)
yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek di antara mereka (Pasal 1 butir 4 UUPM).
d. Perusahaan Efek
Perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan/atau manajer investasi. Perusahaan
efek dapat menjalankan usaha tersebut di pasar modal, setelah mendapat izin Bapepam.
e. Emiten
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang
Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
Pasal 3 menyatakan bahwa Emiten yang menerbitkan Efek Syariah harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan
efek syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1 antara lain : a. Perjudian dan
permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. b.
Produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat. c. dan lain sebagainya.
f. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang
ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-
saham yang memenuhi kriteria syariah. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk
digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada
saham dengan basis syariah.
10
g. Perantara Emisi
Perantara Emisi yang meliputi 3 pihak berikut :
a. Penjamin emisi (underwriter), yaitu perusahaan perantara yang menjamin
penjualan emisi. Dalam artu jika saham atau obligasi belum laku, penjamin
emisi wajib membeli agar kebutuhan dana yang diperlukan emiten
terpenuhi sesuai rencana.
b. Akuntan publik, yaitu pihak yang berfungsi memeriksa kondisi keuangan
yang telah dikeluarkan emiten wajar atau tidak.
c. Perusahaan penilai (appraised), yaitu perusahaan yang befungsi untuk
memberikan penilaian terhadap emiten apakah nilai aktiva emiten wajar
atau tidak.
h. Perantara perdagangan efek
Yaitu makelar (pialang/broker) dan komisioner yang hanya lewat kedua
lembaga itulah efek dalam bursa boleh ditransaksikan. Makelar adalah perusahaan
pialang (broker) yang melakukan pembelian dan penjualan efek untuk kepentingan
orang lain dengan memperoleh imbalan. Sementara itu, komisioner adalah pihak yang
melakukan pembelian dan penjualan efek untuk kepentingan sendiri atau untuk orang
lain dengan memperolah imbalan
D. Ketentuan Hukum Islam dalam Jual Beli Saham
Adapun untuk mengetahui hukum jual beli saham di pasar modal menurut Islam
akan diuraikan sebagai berikut:
a. Transaksi Perdagangan Saham di Pasar Perdana
Pada transaksi ini yang menjadi para pihak adalah emiten dan investor. Harga
saham yang ditetapkan oleh emiten dan penjamin emisi berdasarkan kepada seberapa
besar kekuatan pasar menyerap saham yang ditawarkan. Semakin besar kekuatan
pasar menyerap saham yang ditawarkan semakin banyak permintaan saham di pasar
perdana, maka harga saham akan semakin tinggi. Bagaimanapun harga saham yang
11
ditawarkan melebihi dari harga nominal yang tertera dalam lembaran saham. Selisih
antara harga nominal dengan harga jual inilah yangkemudian disebut dengan agio.
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa semakin tinggi agio maka semakin
tinggi pula resiko yang ditanggung investor yang membelinya di pasar perdana.
Namun disisi lain, dengan agio yang tinggi investor sebagai pemilik akan menikmati
laba di kemudian hari .
Agio yang diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli di pasar perdana
bukanlah termasuk riba, karena keuntungan yang diperoleh merupakan harga yang
telah disepakati. Kekuatan harga tersebut ditentukan oleh kekuatan pasar. Oleh karena
itu jika saham ditawarkan di pasar perdana maka saham dianggap sebagai barang
(sil’ah). Harganya tidak tergantung dengan apa yang tertera dalam lembaran, tetapi
sesuai dengan kesepakatan, sebab lembaran tersebut dianggap sebagai barang.
Dengan begitu, maka transaksi saham di pasar perdana boleh menurut Islam,
sebab penentuan harganya dilakukan berdasarkan prinsip suka sama
suka (antaradhin). Sedangkan agio saham itu sendiri dimanfaatkan untuk anggota
perusahaan.12 Hal ini pun sesuai dengan tujuan Islam yaitu kemaslahatan,
sebagaimana pemahaman asy-Syatibi yang mendefinisikan maslahah secara luas,
yaitu:
Apa yang menopang tegaknya hidup dan sempurnanya kehidupan manusia,
dan memenuhi apa yang menjadi tuntutan kualitas-kualitas emosional dan intelektual
dalam pengertian yang luas.
Berdasarkan uraian di atas, berarti agio saham merupakan keuntungan
perusahaan yang dipergunakan untuk kepentingan investor, dalam hal ini dapat
dikategorikan dalam maslahah ‘ammah., dimana agio ini bertujuan untuk
meningkatkan kekayaan serta proporsional melalui cara-cara yang dihalalkan, bukan
mendominasi kehidupan perekonomian dengan cara curang atau menipu.13
b. Transaksi Saham di Pasar Skunder
12 An Nabhani, Taqyuddin., Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1996, hlm. 227
13 Ibid., hlm. 228.
12
Perdagangan saham di pasar skunder dilaksanakan di Bursa Efek dengan
mempertemukan penawaran jual dan permintaan beli. Aktivitas transaksi ini
dilakukan oleh investor melalui pedagang perantara yang bertugas sebagai
penghubung antara investor jual dengan investor beli. Harga tidak lagi ditentukan
oleh penjamin emisi, tetapi berdasarkan teori penawaran dan permintaan . disamping
itu juga oleh prospek perusahaan yang menerbitkan saham (emiten). Oleh karena itu
wajar jika harga saham bisa lebih tinggi atau lebih rendah daripada harga di pasar
perdana.14
Sangat jelas bahwa pasar modal (bursa efek) syarat dengan unsur spekulatif,
namun transaksi saham tidak sama dengan gambling (judi). Spekulasi yang terjadi di
bursa efek di dasarkan pada data dan fakta atau semua keterangan tentang
perudahaan, dan juga bergantung pada base fundamental dan teknikal. Investor di
sini juga dapat menentukan harga jual yang diinginkan, sedangkan gambling tidak
ada keterangan dan informasi yang jelas, dan nilainya akan hilang apa bila merugi.
Transaksi saham tidak demikian halnya. Sepanjang perusahaan tersebut masih punya
nilai, jika bangkrut maka perusahaan tersebut masih memperoleh penjualan aktiva.
Di samping unsur spekulasi, sebenarnya masih ada unsur-unsur lainnya yang
membuat transaksi saham di pasar modal menjadi pro-kontra hukumnya. Untuk itu
penulis akan memaparkan beberapa pendapat dari intelektual Islam.15
1. Dr. H. Ali Akbar
Beliau mengemukakan bahwa sesungguhnya saham itu ada unsur judi,
spekulasi, dan kehendak orang untuk cepat kaya. Dalam perdagangan saham ini
akhirnya hanya menguntungkan satu pihak saja yaitu pihak perusahaan.
2. KH. Ali Yafie
14 Junaedi, Pasar Modal Dalam Pandangan Hukum Islam, Jakarta : Kalam Mulia, hlm. 72
15 Muhammad Abdul Ghafar al Syarif , al Syarif, Buhuts Fiqhiyyah Mu’ashirah , Beirut: Dar Ibnu Hazm, 1999, hlm. 78-79
13
Beliau berpendapat bahwa bursa saham itu haram mengandung spekulasi
tinggi dan mirip dengan judi.
3. H. Munawir Sadzali
Beliau mengemukakan bahwa dalam bursa saham tidak terdapat unsur judi.
Unsur spekulasi yang ada dalam saham sama dengan spekulasi yang ada dalam
perdagangan lainnya.
4. Abdurrahman Isa
Beliau mengemukakan bahwa jual beli saham itu hukumnya mubah
sekalipun saham-saham perusahaan perbankan, sebab umat Islam sekarang ini
dalam kondisi darurat.
5. Drs. Masjfuk Zuhdi
Beliau mengemukakan bahwa jual beli saham di bursa dibolehkan oleh
Islam baik transaksinya dilakukan di bursa valuta asing maupun di tempat lain,
karena transaksinya telah memenuhi syarat dan rukun jual beli menurut Islam,
antara lain yang terpenting adalah sebagai berikut:
a. Ada Ijab-Qabul
b. Kedua belah pihak mempunyai wewenang penuh melakukan tindakan-
tindakan hukum (dewasa dan sehat pikirannya).
c. Valuta asing dan saham memenuhi syarat untuk menjadi obyek transaksi jual
beli, yaitu:
- suci barangnya, bukan najis
- dapat dimanfaatkan
- dijual oleh pemiliknya/kuasa atas izin pemilik
- barangnya dapat diserahterimakan secara nyata
14
- dapat diketahui barangnya secara nyata.
- Barangnya sudah berada di tangan pemiliknya, jika barangnya
diperoleh dengan imbalan.
6. Muhammad Syaltut
Dalam bukunya al Fatawa menyatakan bahwa jual beli saham dalam Islam
dibolehkan sebagai aqad mudharabah yang ikut menanggung untung dan rugi
(profit and loss sharing).
7. Yusuf Qardawy
Menjelaskan bahwa menerbitkan saham, memiliki, dan memperjual belikan
serta melakukan kegiatan bisnis saham adalah halal dan tidak dilarang oleh Islam.
8. KH. Peunoh Dali (Ketua Majlis Tarjih Muhammadiyah Pusat)
Berpendapat bahwa Bursa efek memiliki unsur positif dan negatif.
Negatifnya disana ada unsur spekulasi yang bisa disamakan dengan praktik ijon,
dan termasuk gharar. Positifnya, bursa saham merupakan upaya mobilisasi dana
masyarakat guna mendukung usaha-usaha besar yang pada dasarnya juga untuk
kepentingan masyarakat luas. Oleh karena itu beliau menghukumi makruh.
Sedangkan keputusan Mu’tamar NU 1989 menyatakan bahwa bursa efek
termasuk dalam kategori gharar, tetapi tidak secara tegas dinyatakan haram.
9. Ibnu Qudamah dalam al Mughni Juz 5/173 terbitan Beirut mengatakan :
“Jika salah seorang dari dua orang berserikat membeli porsi mitra
serikatnya, hukumnya boleh karena ia membeli milik pihak lain.”
10. Wahbah Zuhaili dalam al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu Juz 3/1841, beliau
berpendapat:
“Bermuamalah dengan (melakukan kegiatan transaksi atas) saham
hukumnya boleh, karena pemilik saham adalah mitra dalam perseroan sesuai
dengan saham yang dimilikinya.”
15
Sedangkan keputusan Muktamar ke-7 Majma’ Fiqh Islami tahun 1992 di
Jeddah berpendapat:
“Boleh menjual atau menjaminkan saham dengan tetap memperhatikan
peraturan yang berlaku pada perseroan”.
11. Al-Syafi’i, Ahmad dan lainnya.
An-Nawawi menyebutkan: mereka berbeda pendapat tentang jual-beli
harta orang yang mencampurkannya dengan hal yang haram, menerima hadiah
dan pemberiannya. Dalam hal ini, Hasan, Al-Makhul dan al-Syafi’I
membolehkannya. Al-Syafi’i berkata: saya tidak menyukai hal itu. Harta
semacam ini mengandung syubhat, sabda Nabi SAW:
“Yang halal itu sudah jelas dan yang haram itu juga sudah jelas. akan
tetapi di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang belum jelas (syubhat),
yang tidak dimengerrti oleh banyak orang, apakah dia itu halal atau haram?
Barangsiapa yang menjauhinya karena hendak membersihkan agama dan
kehormatannya, maka dia akan selamat; dan barangsiapa yang melakukan
sesuatu darinya, maka hampir-hampir ia terjatuh ke dalam yang haram,
sebagaimana orang yang menggembala kambing di sekitar daerah larangan, dia
hampir-hampir akan jatuh kepadanya. Ingatlah, bahwa setiap raja mempunyai
daerah larangan. Ingatlah, bahwa daerah larangan Allah ialah semua yang
diharamkan” (HR: Bukhari Muslim)
Para ahli fikih kontemporer sepakat, bahwa haram hukumnyamemperdagangkan
saham di pasar modal dari perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang haram.
Misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang produksi minuman keras, bisnis babi dan
apa saja yang terkait dengan babi, jasa keuangan konvensional seperti bank dan
asuransi, dan industri hiburan, seperti kasino, perjudian, prostitusi, dan sebagainya.
Dalil yang mengharamkan jual beli saham perusahaan seperti ini adalah semua dalil
yang mengharamkan segala aktivitas tersebut.16
Namun mereka berbeda pendapat jika saham yang diperdagangkan di pasar
modal itu adalah dari perusahaan yang bergerak di bidang usaha halal, misalnya di
bidang transportasi, telekomunikasi, produksi tekstil, dan sebagainya. Syahatah dan
16 Syahatah dan Fayyadh, Bursa Efek : Tuntunan Islam dalam Transaksi di Pasar Modal, hlm.18
16
Fayyadh berkata,”Menanam saham dalam perusahaan seperti ini adalah boleh secara
syar’i…Dalil yang menunjukkan kebolehannya adalah semua dalil yang menunjukkan
bolehnya aktivitas tersebut.” 17 Tapi ada fukaha yang tetap mengharamkan jual beli
saham walau dari perusahaan yang bidang usahanya halal. Mereka ini misalnya
Taqiyuddin an-Nabhani (2004), Yusuf as-Sabatin dan Ali As-Salus. Ketiganya sama-
sama menyoroti bentuk badan usaha (PT) yang sesungguhnya tidak Islami. Jadi
sebelum melihat bidang usaha perusahaannya, seharusnya yang dilihat lebih dulu adalah
bentuk badan usahanya, apakah ia memenuhi syarat sebagai perusahaan Islami (syirkah
Islamiyah) atau tidak.
Taqiyuddin an-Nabhani dalam An-Nizham al-Iqtishadi (2004) menegaskan
bahwa perseroan terbatas (PT, syirkah musahamah) adalah bentuk syirkah yang batil
(tidak sah), karena bertentangan dengan hukum-hukum syirkah dalam Islam.
Kebatilannya antara lain dikarenakan dalam PT tidak terdapat ijab dan kabul
sebagaimana dalam akad syirkah. Yang ada hanyalah transaksi sepihak dari para
investor yang menyertakan modalnya dengan cara membeli saham dari perusahaan atau
dari pihak lain di pasar modal, tanpa ada perundingan atau negosiasi apa pun baik
dengan pihak perusahaan maupun pesero (investor) lainnya. Tidak adanya ijab kabul
dalam PT ini sangatlah fatal, sama fatalnya dengan pasangan laki-laki dan perempuan
yang hanya mencatatkan pernikahan di Kantor Catatan Sipil, tanpa adanya ijab dan
kabul secara syar’i.18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas terkait ketentuan hukum islam mengenai jual beli
saham dipasar modal syariah menurut beberapa sumber dan pandangan para ahli bahwa
hukum jual beli saham dipasar modal syariah dapat dikatakan:
17 Ibid., hlm. 1718 An-Nabhani, Taqiyuddin, an-Nizham al-Iqtishadi fi Al-Islam, Beirut : Darul Ummah, 2004, hlm. 465.
17
1. jual beli saham itu haram
Menurut sebagian para ahli mengatakan bahwa jual beli saham itu haram
karena adanya: unsur spekulasi, judi, tidak ada kejelasan untung dan ruginya bagi
pemegang saham, dalam perseroan para komisaris dan anggota direksi (manajer) selaku
pengelola perusahaan selalu menerima perolehan laba, selain itu karena dianggap
menjual utang dengan utang. Berdasarkan hadits: “Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw
melarang menjual utang dengan utang”. Kemudian ada sebagian yang menyebutkan jual
beli saham itu haram dilihat dari bentuk perusahaannya, bahwa bentuk usaha yang
berbadan PT sebenarnya bukan perusahaan yang islami karena dalam PT tidak terdapat
ijab dan kabul sebagaimana dalam akad syirkah. Yang ada hanyalah transaksi sepihak
dari para investor yang menyertakan modalnya dengan cara membeli saham dari
perusahaan atau dari pihak lain di pasar modal, tanpa ada perundingan atau negosiasi
apa pun baik dengan pihak perusahaan maupun pesero (investor) lainnya.
2. Jual beli saham itu boleh
Sebagian ahli mengatakan bahwa jual beli saham itu boleh, apabila transaksinya
telah memenuhi syarat dan rukun jual beli menurut Islam. Kemudian dibolehkan karena
sebagai akad mudharabah yang ikut menanggung untung dan rugi (profit and loss
sharing) antara dua belah pihak.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai hukum jual beli saham, penulis condong
kepada pendapat yang membolehkan jual beli saham. Hanya saja yang perlu ditegaskan
adalah bagaimana pelaksanaan dan praktek lapangan sehingga tidak menyimpang dari
kaidah-kaidah syar’i. Karena saham merupakan salah satu cara untuk memberikan
investasi kepada pihak lain, sedangkan bila anda yang menjadikannya sebagai lahan
perjudian, maka itu hanya kecenderungan seseorang untuk melakukan hal-hal yang haram
walaupun bukan sarana untuk itu.
18
DAFTAR PUSTAKA
An-Nabhani. Taqyuddin. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam.
Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
An-Nabhani, Taqiyuddin, an-Nizham al-Iqtishadi fi Al-Islam, Beirut : Darul Ummah,
2004
Junaedi. Pasar Modal Dalam Pandangan Hukum Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 2006.
19
Muhammad Abdul Ghafar al Syarif . Buhuts Fiqhiyyah Mu’ashirah. Beirut: Dar Ibnu
Hazm, 1999.
Nurul Huda dan Mohamad Heykal. Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta :
Kencana, 2008.
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi pada Pasar Modal Syariah.
Jakarta : Kencana, 2008
Sutedi Adrian. Pasar Modal Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Syahatah dan Fayyadh. Bursa Efek : Tuntunan Islam dalam Transaksi di Pasar
Modal. 2007.
http://www.idx.co.id
20
top related