katarak senilis imatur
Post on 28-Apr-2017
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract),
dan Latin (Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia
disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang
keruh. Katarak ialah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan lensa) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
kedua-duanya (Ilyas, 2006).
Katarak merupakan penyebab utama terjadinya kebutaan di seluruh
dunia yang dapat dicegah (WHO, 2000). Menurut Brian & Taylor (2001),
meskipun banyak studi cross-sectional tentang faktor risiko katarak telah
dilakukan dan hasil dari beberapa studi longitudinal telah tersedia,
pemahaman tentang etiologi umur yang berhubungan dengan katarak masih
belum jelas. Perkembangan terbaru tentang epidemiologi katarak telah
mengidentifikasi adanya komponen genetik yang kuat. Umur secara jelas
telah menunjukkan efek kumulatif dari interaksi yang kompleks antara
paparan terhadap berbagai macam faktor dalam waktu yang lama yang
memberikan kontribusi terhadap perkembangan katarak.
Beberapa dari faktor ini diketahui, sedangkan yang lainnya belum
diketahui. Faktor risiko penting terjadinya katarak yang berhubungan
dengan umur antara lain paparan radiasi sinar ultraviolet-B (UV-B),
diabetes, penggunaan obat-obat untuk terapi seperti kortikosteroid, nikotin,
dan alkohol. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor
1
risiko terjadinya katarak hanya dengan mengurangi paparan radiasi sinar
UV-B terhadap mata dan berhenti merokok.
Berdasarkan perhitungan terakhir, katarak yang berkaitan dengan
umur merupakan 48% penyebab kebutaan di seluruh dunia, yaitu sekitar 18
juta orang. Diperkirakan setidaknya satu dari seribu populasi akan
menderita kebutaan karena katarak setiap tahunnya di Afrika dan Asia
(WHO, 2000). Dari hasil estimasi terhadap kebutaan karena katarak pada
berbagai regio WHO, dapat diketahui bahwa total kebutaan karena katarak
adalah 47,8%, dimana sebesar 58% terdapat di regio Asia Tenggara B
(Murray et al, 2001).
Hasil Survei Kesehatan Mata Nasional tahun 1993-1996 dalam
Agustiawan (2006) menunjukkan bahwa 1,5% penduduk di Indonesia
mengalami kebutaan dan lebih dari setengahnya (sekitar 1,5 juta) kebutaan
tersebut disebabkan oleh katarak. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan
angka kebutaan di Thailand (0,3%), India (0,7%), Bangladesh (1,0%), dan
di Afrika Sub-Sahara (1,4%). Pertambahan buta katarak baru di Indonesia
mencapai 210.000 per tahunnya, sedangkan jumlah operasi katarak hanya
70.000 per tahun. Keadaan ini menimbulkan penumpukan katarak di
Indonesia.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Lensa
Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa menyumbang
kekuatan refraksi sebanyak 15-20 dioptri dalam penglihatan. Kutub anterior
dan posterior lensa dihubungkan oleh garis khayal yang disebut axis,
sedangkan equator merupakan garis khayal yang mengelilingi lensa. Lensa
merupakan struktur yang tidak memiliki pembuluh darah dan tidak memiliki
pembuluh limfe. Di dalam mata, lensa terfiksir pada serat zonula yang
berasal dari badan silier. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu
dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul
ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks dan epitel
lensa.
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan
tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul
ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat
akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan
posterior zona pre-equator dan bagian paling tipis berada di bagian tengah
kutub posterior.
Lensa terfiksir oleh serat zonula yang berasal dari lamina basal pars
planadan pars plikata badan silier. Serat-serat zonula ini menyatu dengan
lensa pada bagian anterior dan posterior kapsul lensa.
3
Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel
epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan
sel-sel lainnya,seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut
juga dapatmembentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel
epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi
serat lensa.
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-
serat paling tua yang terbentuk merupakan lensa fetus yang diproduksi pada
fase embrionik dan masih menetap hingga sekarang. Serat-serat yang baru
akan membentuk korteks dari lensa (AAO, 2011)
Gambar 1. Anatomi dari lensa
4
B. Histologi Lensa
Lensa memiliki 3 komponen utama, yaitu
1. Kapsul lensa dibungkus suatu simpai tebal (10-20 µm), homogen,
refraktil, dan kaya akan karbohidrat. Kapsul ini merupakan suatu
membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas kolagen tipe
IV dan glikoprotein.
2. Epitel subkapsular terdiri atas selapis sel epitel kuboid yang hanya
terdapat pada permukaan anterior lensa.
3. Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan
gepeng. Serat-serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan
berasal dari sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta
organel lainnya dan menjadi sangat panjang dan mencapai panjang 7-10
mm, lebar 8-10 µm, dan 2 µm. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein
yang disebut kristalin (Vaughan, 2000).
Gambar 2. Gistologi dari lensa
5
C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humor
sebagaipenyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun
hanya sisianterior lensa saja yang terkena aqueous humor. Oleh karena itu,
sel-sel yang beradadi tengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap
lingkungan luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction
antarsel.
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak
berubahseiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa berada
di ruangan ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah sekitar
20µM dan potasiumsekitar 120µM. Konsentrasi sodium di luar lensa lebih
tinggi yaitu sekitar 150µM dan potasium sekitar 5µM.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa
sangat tergantung dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa
sodium, Na+, K+-ATPase. Inhibisi Na+, K+-ATPase dapat mengakibatkan
hilangnya keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di dalam lensa.
Keseimbangan kalsium juga sangant penting bagi lensa. Konsentrasikalsium
di dalam sel yang normal adalah 30µM, sedangkan di luar lensa
adalahsekitar 2µM. Perbedaan konsentrasi kalsium ini diatur sepenuhnya
oleh pompa kalsium Ca2+-ATPase. Hilangnya keseimbangan kalsium ini
dapat menyebabkan depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein
high-molecular-weight dan aktivasi protease destruktif. Transpor membran
6
dan permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi lensa. Asam
amino aktif masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yangberada di sel
epitel. Glukosa memasuki lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung
seperti sistem transport aktif.
Lensa memiliki kemampuan untuk mencembung dan menambah
kekuatan refraksinya, yang disebut dengan daya akomodasi lensa.
Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke
benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa
oleh aksi badan silier terhadap serat serat zonula. Setelah umur 30 tahun,
kekakuanyang terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya
akomodasi.Saat otot silier berkontraksi, serat zonular relaksasi
mengakibatkan lensa menjadi lebih cembung. Ketika otot silier
berkontraksi, ketebalan axial lensa meningkat, kekuatan dioptri meningkat,
dan terjadi akomodasi. Saat otot silier relaksasi, serat zonular menegang,
lensa lebih pipih dan kekuatan dioptri menurun.
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang nervus
III (okulomotorius). Obat-obat parasimpatomimetik (pilokarpin) memicu
akomodasi,sedangkan obat-obat parasimpatolitik (atropine) memblok
akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot silier disebut
cycloplegik (AAO, 2011).
7
D. Definisi dan Etiologi
Katarak ialah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan lensa) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
kedua-duanya (Ilyas, 2006).
Berdasarkan usia diklasifikasikan menjadi katarak kongenital, juvenil,
presenilisi, dan senilis. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang
terdapat pada usia lanjut diatas 50 tahun. Katarak senilis merupakan
penyakit gangguan penglihatan yang ditandai dengan pemadatan lensa
secara berangsur-angsur dan progresif. Ini merupakan penyebab kebutaan
saat ini (Ilyas, 2006).
Perbedaan stadium katarak senilis
Insipien Imatur Matur HipermaturKekeruhan Ringan Sebagian Seluruh MasifCairan lensa Normal Bertambah
(air masuk)Normal Berkurang
(air + massa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal TremulansBilik mata depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif PseudoposPenyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
1. Katarak Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai
terlihat di dalam korteks. Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan
mulai terlihat anterior
8
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks
berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama.
2. Katarak Imatur
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak
yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat
bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degeneratif.
Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.
3. Katarak Matur
Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh
masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka
cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang
normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
4. Katarak Hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi
9
kelur dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna
kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor.
Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal
maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka
korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.
Penyebab katarak senil sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Tetapi, seiring dengan menigkatnya usia, maka lensa seseorang akan
mengalami perubahan – perubahan yaitu bertambahnya tekanan dan
ketebalan lensa, serta berkurangnya kekuatan akomodasi dari lensa.
Cristalin atau protein lensa dirubah oleh modifikasi dan agregasi bahan
kimia menjadi molekul protein. Hasil dari terjadinya agregasi protein ini
menyebabkan berfluktuasinya indeks refraksi, penghamburan cahaya, serta
lensa menjadi kurang transparan.
E. Patofisiologi
Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas (2006) sebagai
berikut:
- Teori putaran biologik (“A biologic clock”)
10
- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali → mati
- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik
yang mengakibatkan kerusakan sel.
- Teori mutasi spontan
- Teori ”A free radical” : free radical terbentuk bila terjadi reaksi
intermediate reaktif kuat, free radical dengan molekul normal
mengakibatkan degenerasi, dan free radicaldapat dinetralisasi oleh
antioksidan dan vitamin E
- Teori“A Cross-link” : Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan
bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi
yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada
kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti
kristal salju (Ilyas, 2006).
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
11
memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak (AAO, 2011).
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma
atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan
yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
Perubahan kondisi lensa pada orang tua :
- Kapsul : menebal dan kurang elastis (seperempat kali dibanding anak),
mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan
granular.
- Epitel : semakin tipis, sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar
dan berat, bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.
- Serat lensa : lebih ireguler, pada korteks jelas terdapat kerusakan
antarsel, Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah
12
protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa,
sedang warna coklet protein lensa nukleus mengandung histidin dan
triptofan dibanding normal.
- Korteks lensa : tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi fotooksidasi, sinar tidak banyak mengubah protein pada serat
muda.
Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
F. Gejala dan Tanda Klinis
Gejala katarak senilis imatur dapat berupa (1) penglihatan kabur dan
berkabut, (2) merasa silau terhadap sinar matahari, (3) penglihatan ganda (4)
melihat halo; warna disekitar sumbu sinar (5) penglihatan di malam hari
lebih baik
Tanda klinis katarak senilis imatur dapat berupa penurunan visus,
kekeruhan lensa di lokasi tetentu, pemeriksaan iris shadow test positif.
G. Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk
mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai (contoh: diabetes
melitus, hipertensi,cardiacanomalies). Penyakit seperti diabetes mellitus
13
dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara
dini sehingga bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Pada pemeriksaan slit lamp
biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva,dan kornea dalam keadaan
normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal. Pada lensa pasien katarak,
didapatkan lensa keruh. Pada pasien katarak senilis imatur kekeruhan lensa
di lokasi tetentu tidak pada seluruh lensa. Lalu, dilakukan pemeriksaan
shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis. Pada
katarak senilis imatur shadow test positif. Ada juga pemeriksaan-
pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi, stereoscopic fundus
examination, pemeriksaan lapang pandang dan pengukuran TIO.
H. Penatalaksanaan, Prognosis, Komplikasi, dan Pencegahan
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan
kapan katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan.
Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita.
Satu-satunya terapi untuk pasien katarak adalah bedah katarak dimana
lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular
atau ekstrakapsular :
- Ekstraksi intrakapsular (ICCE). Tehnik ini jarang dilakukan lagi
sekarang.
14
- Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada teknik ini, bagian depan
kapsul dipotong dan diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga
menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa intraokuler buatan dapat
dimasukkan ke dalam kapsul tersebut. Kejadian komplikasi setelah operasi
lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.
- Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi. Merupakan teknik
ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk
mengangkat lensa melalui irisan yang kecil (2-5 mm), sehingga
mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik ini kurang efektif
pada katarak yang padat.
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implan plastik. Saat ini pembedahan semakin
banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi
lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan
secara topikal. Jika keadaan sosial memungkinkan, pasien dapat dirawat
sebagai kasus perawatan sehari dan tidak memerlukan perawatan rumah
sakit.
Operasi ini dapat dilakukan dengan:
- Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh
ekstraksi katarak ekstrakapsular (extra-capsular cataract extraction, ECCE).
Insisi harus dijahit.
15
- Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang
dimasukkan melaluiinsisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior
(fakoemulsifikasi). Biasanyatidak dibutuhkan penjahitan. Sekarang metode
ini merupakan metode pilihan dinegara barat.
Kekuatan implan lensa intraokular yang akan digunakan dalam
operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang maata secara
ultrasonik dan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara
optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan
membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga
dipengaruhi oleh refraksi mata kontralateral dan apakah terdapat terdapat
katarak pada mata tersebut yang membutuhkan operasi. Jangan biarkan
pasien mengalami perbedaan refraktif pada kedua mata.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika
bekas insisi telahsembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru
dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien
tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan kacamata untuk
pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.
Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal, lensa intraokular yang dapat
berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.
Komplikasi pembedahan katarak antara lain :
16
- Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama
operasi maka gel vitreousnya dapat masuk ke dalam bilik mata depan yang
merupakan resiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retin.
- Prolaps iris. Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada periode
paskaoperasi dini. Pupil mengalami distorsi.
- Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun
jarangterjadi (<0,3%), pasien datang dengan mata merah yang terasa nyeri,
penurunantajam penglihatan, pengumpulan sel darah putih di bilik mata
depan (hipopion).
- Astigmatisma pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan
kornea untuk mengurangi astigmatisma kornea. Ini dilakukan sebelum
melakukan pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh
dan tetes mata steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang berlebih dapat
terjadi pada garis jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan jahitan
biasanya menyelesaikanmasalah ini dan bisa dilakukan dengan mudah di
klinik dengan anastesi lokal,dengan pasien duduk di depan slit lamp. Jahitan
yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi namun mungkin
diperlukan jahitan kembali jika penyembuhan lokasi insisi tidak sempurna.
Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melaluiinsisi yang kecil menghindarkan
komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka memungkinkan koreksi
astigmatisma yang telah ada sebelumnya.
17
- Edema makular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan,
terutama biladisertai dengan hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring
berjalannya waktu,namun dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan
yang berat.
- Ablasio retina. Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak
dihubungkan dengan rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi
ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous.
- Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul
posterior berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel
epitel residu bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur
dan mungkin didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada
kapsul dengan laser (neodymium yttrum(ndYAG) laser) sebagai prosedur
klinis rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid atau
terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG. Penelitian yang ditujukan pada
pengurangan komplikasi ini menunjukkanbahwa bahan yang digunakan
untuk membuat lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih lensa
intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior penting dalam
mencegah opasifikasi kapsul posterior.
Komplikasi yang terjadi apabila katarak dibiarkan saja maka akan
menimbulkan gangguan penglihatan dankomplikasi seperti glaukoma,
uveitis dan kerusakan retina.
18
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang
tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan
pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis
umumnya baik.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya
katarak senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan
pencegahan terhadap hal-halyang memperberat seperti mengontrol penyakit
metabolik, mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan
menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake
antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat
(AAO, 2011).
19
DAFTAR PUSTAKA
AAO (American Academy of Ophthalmology). 2011. Cataract.http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/cataracts.cfm(diakses tanggal 5 Desember 2011)
Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp : 205-8.
Vaughan D. G., 2000. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam: Oftalmologi Umum.Jakarta: Widya Medika Publishing.
20
top related