kasus nn. conny
Post on 02-Jan-2016
55 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SEORANG SISWI SMA YANG MENGALAMI GANGGUAN TIDUR & KEBINGUNGAN
KELOMPOK X
03008003 ADELINA DWI PUTRI
03009030 ARUMTYAS CAHYANING W
03009033 ATHIKA HERNI RAMADHONA
03009034 ATHIKA RODHYA
03009035 AYU PARAMITHA
03009036 AYU PRIMA DEWI
03009093 FITRI NUR LAELI
03009094 FITRIA AHDIYANTI
03009095 FITRIEND SYAHPUTRI
03009096 FITYA SYARIFA
03009097 FRANCISCA ANGGUN
03009140 MADE AYU INTAN WINAYATI O.
03009141 MALVIN GIOVANNI
03009142 MARCO INDRAKUSUMAH
03009144 MARIA ULFA NOOR ALIKA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 14 November 2011
BAB I
PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk
dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika. Walaupun insidennya hanya 1 per
1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia seringkali ditemukan di gawat darurat karena
beratnya gejala, ketidakmampuan untuk merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan
sosial yang bertahap. Kedatangan di ruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh
halusinasi yang menimbulkan ketegangan yang mungkin dapat mengancam jiwa, baik dirinya
maupun orang lain, perilaku kacau, inkoherensi, agitasi dan penelantaran. Di Indonesia
diperkirakan 1 – 2% penduduk atau sekitar 2 – 4 juta jiwa terkena penyakit ini.
Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai
25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia
25 hingga 30 tahun. Penyakit ini cenderung menyebar diantara anggota keluarga sedarah.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Conny, gadis berumur 17 tahun, siswi SMA swasta di Jakarta, dibawa oleh ibunya ke
RS Trisakti dengan keluhan sulit tidur dan merasa bingung karena ia tidak bisa mengerti
mengapa semuanya berubah. Ia selalu memikirkan hal itu sehingga membuatnya sulit untuk
tidur . Sudah sejak delapan bulan yang lalu pasien tampak malas dan tidak mau sekolah.
Padahal sebelumnya ia termasuk anak yang rajin bersekolah dan prestasi akademiknya baik.
Menurut ibunya, akhir-akhir ini Conny cenderung menarik diri, malas merawat diri, dan
sering bergumam seperti orang yang kebingungan “Mengapa semuanya berubah?”
Menurut ibunya, delapan bulan yang lalu, sejak naik kelas II SMA, Conny tampak
agak berubah perilakunya. Sebelumnya Conny tampak periang, tetapi belakangan ini lebih
sering terlihat pendiam diri dan kerap kali bertanya tentang hal-hal yang tidak masuk akal
seperti: Kenapa kok orang-orang sekarang berubah semua? Ibunya menurut pasien juga
berubah seperti bukan ibunya yang dulu. Demikian juga teman-temannya berubah seperti
bukan temannya yang dulu. Bahkan lingkungan rumahnya juga berubah. “Apa dunia sudah
mau kiamat?”, “Apa aku ini mau gila?”
Ibunya mengira Conny telah mengalami stress yang berat, mungkin karena pergaulan
di sekolahnya. Oleh karena itu, Conny lalu dicutikan dari sekolahnya dan dibawa beristirahat
di luar kota. Enam bulan beristirahat di luar kota, tidak membuat Conny menjadi lebih baik.
Bahkan keadaan Conny menjadi semakin buruk. Ia tidak lagi memperhatikan perawatan
dirinya. Sekarang Conny bahkan sering marah-marah tanpa alasan yang jelas. Menurutnya, ia
sering mendengar orang-orang menyindir dirinya, mengomentari dirinya, yang ia tidak dapat
3
mengerti menurut Conny, mengapa semua orang itu mengetahui tentang rahasia dirinya. Hal
itu membuat Conny menjadi semakin bingung dan putus asa, serta pernah melakukan
percobaan bunuh diri dengan berusaha memotong urat nadi tangannya. Beruntung Conny
masih bisa diselamatkan. Oleh karena kejadia-kejadian di atas, ibunya merasa tidak mampu
lagi mengurus Conny, lalu membawanya ke klinik jiwa di RS Trisakti, tempat anda sedang
bertugas sebagai dokter jaga.
Status mental tanggal 8 November 2011
Deskripsi umum
Penampilan: seorang wanita muda, 17 tahun, tampak sesuai dengan usianya. Rambut
terlihat tidak tersisir rapi, cara berpakaian terlihat seadanya, wajah tidak dirias, memakai
sepatu. Terlihat seperti orang kebingungan, bicaranya agak kacau dan sering tidak
menyambung. Pasien tampak tidak tenang, tidak dapat duduk lama. Pasien kadang-kadang
terlihat seperti bicara sendiri, tersenyum sendiri. Kesadaran biologis tidak terganggu,
walaupun pasien terlihat seperti orang yang mengantuk. Afek terbatas, cenderung terlihat
tumpul. Ekspresi afektif agak labil, pengendalian kurang, Echt, dangkal, tidak dapat diraba
rasakan, skala diferensiasi sempit, tidak serasi
Batas ego tidak intak
Persepsi: derealisasi dan depersonalisasi ada. Halusinasi auditorik third order.
Proses pikir: Produktivitas kurang, miskin pikir, pengendaraan asosiasi, inkoherensi
Isi pikir: waham dunia kiamat, siar pikir
Fungsi intelektual: Daya konsentrasi terganggu. Perhatian terganggu, orientasi baik,
daya ingat baik, intelegensi di atas rata-rata, daya nilai social dan uji daya nilai social:baik.
Daya nilai realita:ada hendaya berat dalam menilai realita.
Tilikan : derajat satu
4
Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya
Pemeriksaan fisik, neurologi, dan laboratorium: tidak ditemukan kelainan
Pasien anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kakaknya laki-laki berumur 20 tahun,
mahasiswa di Universitas Swasta di Jakarta. Adiknya perempuan berumur 15 tahun, pelajar
SMP Swasta di Jakarta. Ayahnya karyawan Swasta, sedang ibunya adalah ibu rumah tangga.
Pasien dilahirkan cukup bulan. Tidak ada masalah dengan kelahirannya. Perkembangan
psikomotorik tidak ada kelainan. Di antara saudaranya, pasien termasuk yang paling pandai
di sekolah. Pasien anak yang rajin, sangat memperhatikan perawatan dirinya. Pasien senang
bergaul dan memiliki banyak teman. Hobby pasien adalah membaca buku novel, mengarang
cerita dan jalan-jalan ke Mal. Kehidupan beragamanya cukup baik, pasien belum punya
pacar.
Riwayat keluarga:
Adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah mengalami stress berat hingga mau
bunuh diri dan sempat dirawat di rumah sakit jiwa. Paman pasien pernah dirawat di Rumah
Sakit Jiwa karena marah-marah tanpa alasan dan mempunyai pikiran yang aneh-aneh.
2.1. Informasi Kasus
2.1.1. Identitas
a. Nama: Conny
b. Jenis kelamin: perempuan
c. Umur: 17 tahun
d. Pekerjaan: pelajar
e. Alamat: -
2.1.2. Riwayat Psikiatrik
5
a. Keluhan utama: sulit tidur dan merasa bingung.
b. Riwayat gangguan sekarang:
Sulit tidur → kemungkinan pasiem memiliki beberapa masalah seperti:
mungkin mempunyai masalah dengan keadaan keluarganya , mungkin
memiliki masalah di sekolahnya .
Sudah 8 bulan yang lalu tampak malas dan tidak mau sekolah
Kemungkinan penyebabnya : pasien memiliki masalah di sekolahnya
sehingga ia menjadi takut untuk ke sekolah , sehingga prestasi akademik
pasien menurun.
Sering bergumam seperti orang yang keheranan: “Mengapa semua
berubah?”
Kemungkinan penyebabnya : mungkin pasien memikirkan masalah yang
dia miliki .
Belakangan ini lebih sering terlihat berdiam diri, cenderung menarik diri,
malas merawat diri.
Ini merupakan fase prodromal (biasanya timbul gejala-gejala non spesifik
yang lamanya bisa berminggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun
sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya
fungsi pekerjaaan, fungsi sosial, fungsi penggunan waktu luang dan fungsi
perawatan diri.1
Pasien malas merawat diri menunjukkan beberapa kemungkinan penyebab,
bisa karena depresi, schizophrenia, pasien phobia terhadap air .
Perbedaan malas antara depresi dan penderita schizophrenia yaitu:
6
Pada depresi → ada rem yang membuat orang tersebut jadi malas untuk
melakukan aktivitas padahal ada kemauan untuk melakukannya.
Sedangkan pada schizophrenia → terdapat abulia (tidak ada dorongan
kemauannya).
Pasien cenderung menarik diri menandakan adanya kemunduran
kepribadian pada pasien.
Kerap kali bertanya hal-hal yang tidak masuk akal: “kenapa kok orang-
orang sekarang berubah semua? Apa dunia sudah mau kiamat? Apa aku ini
mau gila?”
Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas.
Menurutnya sering mendengar orang-orang menyindir dia dan
mengomentari dirinya.
Gejala ini merupakan halusinasi Third Order (Kurt Schneider).
c. Riwayat gangguan dahulu:
Delapan bulan yang lalu, tampak perubah perilakunya dan merasakan
orang-orang di sekitarnya sudah berubah sejak beberapa bulan yang lalu.
Hal ini merupakan sesuatu yang kronis, disebut derealisasi dimana pasien
melihat lingkungannya sudah berubah dan adanya distorsi perasaan
mengenai hubungan dengan ruang ; terdapat pada skizofrenia.
Pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan berusaha memotong urat
nadi di tangannya.
7
Ini disebabkan oleh pasien yang merasa putus asa karena orang-orang
mengetahui rahasia dirinya dan dia bingung mengapa semua orang
mengetahui semua rahasianya . Enam bulan sudah berisitirahat di luar kota
tapi tidak membuat dirinya menjadi lebih baik, tapi keadaannya malah
menjadi semakin buruk.
Pada kasus dikatakan bahwa ibunya mengira Conny mengalami stress
berat karena mungkin memiliki masalah pergaulan di sekolahnya sehingga
ibunya mencutikan Conny dari sekolah . Tindakan ibu Conny ini bisa
memberikan dampak yang benar atau tidak benar terhadap Conny, karena
kalau memang benar gejala-gejala pasien timbul karena faktor stress atau
adanya faktor eksternal yang dialami pasien, maka tindakan ibunya benar,
tetapi kalau gejala-gela tersebut timbul dari diri pasien sendiri (faktor
internal), maka tindakan ibunya akan menambah keadaan pasien menjadi
semakin memburuk.
d. Riwayat kehidupan pribadi:
Sebelumnya pasien termasuk anak yang rajin bersekolah dan prestasi
akademiknya baik.
Sebelumnya pasien anak yang rajin dan sangat memperhatikan perawatan
dirinya juga pandai bergaul serta mempunyai banyak teman.
Sebelumnya pasien hobby membaca novel dan mengarang cerita serta
jalan-jalan ke Mall.
Pasien belum mempunyai pacar.
e. Riwayat keluarga:
Adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah mengalami stress berat
hingga pernah mau bunuh diri dan sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa.
8
Paman pasien, pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena marah- marah
tanpa alasan dan mempunyai pikiran yang aneh - aneh.
2.1.3. Pemeriksaan Status Mental dan Pemeriksaan Diagnostik Lanjut
a. Status mental
Deskripsi umum
- Penampilan
Seorang wanita muda, 17 tahun, tampak sesuai dengan usianya.
Rambut tidak tersisir rapi, cara berpakaian terlihat seadanya, wajah
tidak dirias, memakai sepatu. Terlihat seperti orang kebingungan.
Pasien tidak tampak tenang. Pasien kadang-kadang terlihat seperti
bicara sendiri, tersenyum sendiri
- Kesadaran
Kesadaran biologis tidak terganggu, walaupun pasien terlihat seperrti
orang yang mengantuk
- Perilaku dan aktivitas psikomotor
Tidak dapat duduk lama
- Sikap terhadap pemeriksa
Alam perasaan
- Afek
Afek terbatas terdapat penurunan jelas di dalam rentang dan
intensitas ekspresi
Cenderung terlihat tumpulekspresi emosional menurun lebih jauh
9
Stabilitas: Ekspresi afektif agak labil, pengendalian kurang
Echt afek yang dicetuskan dengan wajar tidak dibuat-buat
Dangkal
Empati (einfuhlung): tidak dapat dirabarasakan
Skala diferensiasi: sempit
- Kesesuaian
Tidak serasi tidak serasi antara pikiran, perasaan, dan perbuatan.
Batas ego tidak intak.
Bicara: bicaranya agak kacau dan sering tidak menyambung.
Gangguan persepsi
- Derealisasi dan depersonalisasi ada perasaan ekstrem terlepasnya
dari diri seseorang atau lingkungan.
- Halusinasi auditorik third order Ada suara berdebat antara dua orang
yang memperdebatkan penderita atau mengomentari perilaku penderita
(selaku orang ketiga) padahal tidak ada orang lain.
Pikiran
- Proses atau bentuk pikiran
Produktivitas kurang, miskin pikir,
Pengendoran asosiasi gangguan arus pikir dengan ide - ide yang
berpindah dari satu subyek ke subyek lain yang tidak berhubungan
sama sekali; dalam bentuk yang lebih parah disebut inkoherensia
10
Inkoherensi pikiran yang secara umum tidak dapat kita mengerti,
pikiran atau kata keluar bersama - sama tanpa hubungan yang logis
atau tata bahasa tertentu hasil disorganisasi pikir
- Isi pikiran
Waham dunia kiamat
Siar pikir pasien merasa pikirannya diketahui oleh orang lain atau
pikirannya itu disiarkan keluar secara.
- Sensorium dan kognitif
- Kesiagaan dan tingkat kesadaran: kesadaran biologis tidak terganggu.
- Orientasi: orientasi baik, pasien masih dapat menganli dirinya sendiri,
ibunda lingkungan rumahnya
- Daya Ingat: daya ingat baik
- Konsentrasi dan perhatian: perhatian terganggu
- Kapasitas untuk membaca dan menulis:-
- Kemampuan visuospasial:-
- Pikiran abstrak:-
- Sumber informasi dan kecerdasan: intelegensi di atas rata-rata.
Pengendalian impuls: pasien pernah melakukan percobaan bunuh diri
dengan berusaha memotong urat nadi di tangannya.
Pertimbangan dan tilikan
- Pertimbangan:
Daya nilai sosial: baik.
Daya nilai realita: ada hendaya berat dalam menilai realita.
11
- Tilikan: derajat satu, penyangkalan total terhadap penyakitnya.
Reliabilitas: pasien dapata dipercaya.
b. Pemeriksaa Diagnostik Lanjut
Pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan.
2.2. Pengkajian Masalah
Berdasarkan informasi yang ada masalah pasien ini antara lain:
Masalah Pembahasan
Keluhan sulit tidur dan merasa
bingung
Kebingungan merupakan gangguan kesadaran berupa
reaksi yang tidak tepat terhadap rangsang lingkungan.
Pasien mengalami kebingungan kemungkinan karena
gangguan persepsi pasien dimana ia merasa semuanya
berubah. Kemudian ia menjadi terus menerus
memikirkan hal tersebut sehingga ia sulit tidur.
Terdapat gejala-gejala negatif Dasar daripada masalah ini adalah karena pada
anamnesis didapatkan sejak 8 bulan yang lalu pasien
merasa malas, tidak mau sekolah, cenderung menarik
diri, malas merawat diri. Kemudian pada anamnesis
tambahan didapatkan bahwa ia sering marah-marah
dan pada status mental didapatkan rambut tidak disisir
rapi, cara berpakaian terlihat seadanya.
12
Hal tersebut menujukkan gejala-gejala negatif
menunjukkan diagnosis kelompok kami mengenai
skizophrenia.
Pernah melakukan percobaan
bunuh diri dengan berusaha
memotong urat nadi di
tangannya
Hal ini menunjukkan bahwa pasien mungkin
mengalami gejala depresi. Kurang lebih 50 persen dari
pasien skizophrenik mencoba bunuh diri, faktor
pemicu yang menyebabkan hal tersebut antara lain:
depresi, perasaan kehampaan absolut, kebutuhan
melarikan diri dan penyiksaan mental atau halusinasi
auditorik yang memerintahkan pasien bunuh diri.
Gangguan Persepsi
a. Halusinasi Audiotorik
Third order
Hal ini dapat disimpulkan karena pada anamnesis
didapatkanketerangan bahwa pasien sering mendengar
orang-orang menyindir dirinya, mengomentari dirinya
Halusinasi adalah persepsi sensorik palsu yang tidak
dikaitkan dengan stimulus eksternal yang nyata.
Pasien mengaku mendengar suara orang-orang
menyindir dan mengomentari, hal ini berarti pasien
mengalami halusinasi auditorik “Third Order” (pasien
sebagai orang ketiga). Halusinasi merupakan gejala
positif yang biasa terdapat pada orang dengan
skizophrenia.
b. Derealisasi Ia merasa orang-orang sekarang disekelilingnya
13
berubah. Ia merasa ibunya seperti bukan ibunya yang
dulu demikian juga teman-temannya bahkan
lingkungan rumahnya.
Pasien kemungkinan mengalami gangguan persepsi
yaitu derealisasi. Derealisasi merupakan sensasi
subyektif bahwa lingkungan tampak aneh atau tak
nyata atau dengan kata lain pasien memiliki perasaan
bahwa kenyataan telah berubah.2
c. Depersonalisasi Pada status mental pasien disebutkan bahwa pasien
mengalami gangguan persepsi yaitu depersonalisasi.
Depersonalisasi merupakan sensasi subyektif pada
seseorang bahwa dirinya tidak nyata atau asing.
Gangguan isi pikir
a. Waham dunia kiamat,
siar pikir
Berdasarkan anamnesis, pasien bertanya “Apa dunia
sudah mau kiamat?”
Hal ini menuju kepada pasien memiliki waham bahwa
dunia akan kiamat. Waham merupakan suatu
kepercayaan yang salah yang tidak dapat dikoreksi
dengan penalaran.
Berdasarkan anamnesis, pasien merasa semua orang
itu mengetahui rahasia tentang dirinya.
14
Hal ini menunjukkan kepada waham kendali yaitu siar
pikir. Siar pikir adalah waham bahwa pikiran
seseorang dapat didengar oleh orang lain.
Produktivitas kurang, miskin
pikir, pengendoran asosiasi,
inkoherensi
Produktivitas yang kurang dan miskin pikir
menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan
proses pikir, sedangkan pengendoran asosiasi dan
inkoherensi menunjukkan adanya gangguan pada
bentuk pikir pasien. Produktivitas kurang berkaitan
dengan jumlah pembicaraan yang dihasilkan oleh
pasien. Pengendoran asosiasi merupaakn aliran pikiran
berupa perpindahan ide dari satu subyek ke subyek
yang lain dengan cara yang sama sekali tidak
beruhubungan, apabila parah dapat terjadi inkoheren.
Inkoherensi berarti pikiran yang secara umum tidak
dapat dipahami.3
Bicaranya agak kacau dan
sering tidak menyambung.
Hal ini menunjukkan bahwa ada gangguan pada
bentuk pikiran, yaitu gangguan asosiasi.
Pasien tampak tidak tenang,
tidak dapat duduk lama.
Pasien yang tampak tidak tenang kemungkinan juga
disebabkan oleh gangguan yang dialami pasien ini
yaitu schizophrenia.
Pasien terlihat seperti orang
yang mengantuk.
Mengantuk merupakan suatu keadaan dimana keadaan
siaga yang terganggu disebabkan oleh kecenderungan
untuk tidur, hal ini mengindikasikan bahwa pasien
mengalmai gangguan perhatian.
15
Afek terbatas, cenderung terlihat
tumpul. Ekspresi afektif agak
labil, pengendalian kurang.
Echt, dangkal, tidak dapat
dirabarasakan, skala diferensiasi
sempit, tidak serasi.
Hal tersebut terdapat dalam prnilaian status mental
dan menunjukkan bahwa terjadi gangguan alam
perasaan pasien. Afek merupakan ekspresi emosi yang
teramati. Afek yang cenderung tumpul berarti pasien
mengalami gangguan yang bermanifestasi sebagai
sangat berkurangnya intensitas tonus perasaan yang
diungkapkan. Echt berarti ekspresi yang tidak dibuat-
buat.
Gangguan fungsi intelektual
Daya konsentrasi terganggu.
Perhatian terganggu
Pada status mental disebutkan bahwa daya konsentrasi
terganggu, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
gangguan fungsi intelektual pada pasien.
Daya nilai realita: ada hendaya
berat dalam menilai realita.
Hal ini berarti pasien memiliki ketidakmampuan
dalam menilai realita yang ada yang juga disebabkan
karena kondisinya.
Tilikan derajat I Berdasarkan status mental pasien, pasien disebutkan
memiliki tilikan derajat I yang artinya pasien
menyangkal total atas penyakitnya.Tilikan atau insight
merupakan tingkat kesadaran dan pemahaman pasien
terhadap penyakitnya.
Riwayat Keluarga Adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah
mengalami stress berat sehingga mau bunuh diri dan
16
sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa
Paman pasien, pernah dirawat di Rumah Sakit Kiwa
karena marah-marah tanpa alasan dan mempunyai
pikiran yang aneh-aneh.
Hal ini mendukung diagnosis kelompok kami
mengenai skizophrenia. Skizophrenia terjadi dengan
didukung oleh adanya bakat “Skizophrenia” yang
diturunkan secara genetik.
Faktor Keturunan
Pasien merupakan anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kakaknya laki-laki berumur 20 tahun.
Adiknya perempuan berumur 15 tahun. Ayahnya seorang karyawan swasta dan ibunya
adalah ibu rumah tangga. Adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah mengalami
stress berat hingga mau bunuh diri dan sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Paman
pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena marah-marah tanpa alasan dan
mempunyai pikiran yang aneh-aneh.
Riwayat penyakit keluarga pada pasien dapat digambarkan dengan genogram sebagai berikut:
17
GENOGRAM
PS
Keterangan:
= ♂
= ♀
= paman pasien yang mengalami gangguan jiwa
= bibi pasien yang mengalami gangguan jiwa
PS = pasien
18
Patofisiologi
1. Psikologis
Sejumlah mekanisme psikologis non-kausal telah terlibat dalam pengembangan dan
pemeliharaan skizofrenia. Bias kognitif yang telah diidentifikasi pada mereka yang
terdiagnosis atau mereka yang berisiko, terutama ketika sedang stres atau dalam situasi
membingungkan, termasuk perhatian berlebihan terhadap ancaman potensial, melompat
ke kesimpulan, membuat atribusi eksternal, gangguan penalaran tentang situasi sosial
dan keadaan mental, kesulitan membedakan inner speech dari pidato dari sumber
eksternal, dan kesulitan dengan pengolahan visual awal dan konsentrasi menjaga.4
Beberapa fitur mungkin mencerminkan defisit kognitif neurokognitif global dalam
memori, perhatian, fungsi pemecahan masalah, eksekutif atau kognisi sosial, sementara
yang lain mungkin terkait dengan isu-isu tertentu dan pengalaman.5,6 Meskipun
penampilan umum dari "tumpul mempengaruhi", temuan baru menunjukkan bahwa
banyak individu didiagnosis dengan skizofrenia sangat emosional responsif, terutama
terhadap rangsangan stres atau negatif, dan bahwa sensitivitas tersebut dapat
menyebabkan kerentanan terhadap gejala atau gangguan tersebut.7,8 Beberapa bukti
menunjukkan bahwa konten keyakinan delusi dan pengalaman psikotik dapat
mencerminkan menyebabkan gangguan emosional, dan bahwa bagaimana seseorang
menafsirkan pengalaman semacam itu dapat mempengaruhi simtomatologi.9,10,11
Penggunaan "perilaku keamanan" untuk menghindari ancaman membayangkan dapat
berkontribusi pada kronisitas delusi.12 Bukti lebih lanjut untuk peran mekanisme
psikologis berasal dari efek terapi terhadap gejala skizofrenia.
19
2. Neurokimia
Studi menggunakan tes neuropsikologi dan teknologi pencitraan otak seperti fMRI dan
PET untuk menguji perbedaan fungsional dalam aktivitas otak telah menunjukkan bahwa
perbedaan tampaknya paling sering terjadi di hippocampus, lobus frontal dan lobus
temporal. Perbedaan-perbedaan ini telah dikaitkan dengan defisit neurokognitif sering
dikaitkan dengan skizofrenia.
Hipotesis Dopamin
Fokus khusus telah ditempatkan pada fungsi dopamin di jalur mesolimbic otak. Fokus
ini sebagian besar dihasilkan dari kebetulan menemukan bahwa kelompok obat yang
menghambat fungsi dopamin, yang dikenal sebagai fenotiazin, bisa mengurangi gejala
psikotik. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa amfetamin, yang memicu pelepasan
dopamin dapat memperburuk gejala-gejala psikotik dalam skizofrenia.13 Sebuah teori
yang berpengaruh, yang dikenal sebagai hipotesis Dopamin skizofrenia, mengusulkan
bahwa kelebihan aktivasi reseptor D 2 adalah penyebab (gejala positif) skizofrenia.
Meskipun dipostulasikan selama sekitar 20 tahun berdasarkan pengaruh 2 blokade D
umum untuk semua antipsikotik, tidak sampai pertengahan 1990-an bahwa PET dan
pencitraan SPET penelitian menyediakan bukti pendukung. Teori ini kini dianggap
terlalu sederhana sebagai penjelasan lengkap, sebagian karena obat antipsikotik baru
(disebut obat antipsikotik atipikal) dapat sama-sama efektif sebagai obat yang lebih tua
(disebut obat antipsikotik khas), tetapi juga mempengaruhi fungsi serotonin dan
mungkin memiliki sedikit kurang dari dopamin yang menghalangi efek.
20
Hipotesis Glutamat
Perhatian juga difokuskan pada neurotransmitter glutamat dan penurunan fungsi dari
reseptor glutamat NMDA dalam skizofrenia. Ini sebagian besar telah disarankan oleh
abnormal rendahnya tingkat reseptor glutamat ditemukan dalam otak postmortem dari
orang yang sebelumnya didiagnosis dengan skizofrenia14 dan penemuan bahwa glutamat
menghalangi obat-obatan seperti phencyclidine dan ketamin bisa meniru gejala dan
masalah kognitif yang terkait dengan kondisi tersebut.15 Fakta bahwa penurunan fungsi
glutamat adalah terkait dengan kinerja yang buruk pada tes memerlukan lobus frontal
dan fungsi hippocampus dan glutamat yang dapat mempengaruhi fungsi dopamin, semua
yang telah terlibat pada skizofrenia, telah menyarankan peran mediasi (dan mungkin
kausal) penting dari jalur glutamat dalam skizofrenia.16 Nejala gejala positif gagal
merespons pada obat glutamatergic.17
3. Neuroanatomi
Ada juga temuan perbedaan dalam ukuran dan struktur daerah otak tertentu dalam
skizofrenia. Sebuah studi 2006 metaanlaysis MRI menemukan bahwa seluruh otak dan
volume hipokampus berkurang dan bahwa volume ventrikel meningkat pada pasien
dengan episode psikotik pertama relatif terhadap kontrol yang sehat. Perubahan
volumetrik rata-rata di studi ini namun dekat dengan batas deteksi dengan metode MRI,
sehingga masih harus ditentukan apakah skizofrenia adalah proses neurodegenerative
yang dimulai pada waktu onset gejala, atau apakah lebih baik ditandai sebagai
perkembangan saraf proses yang menghasilkan volume otak yang abnormal pada usia
dini.18 Dalam psikosis episode pertama antipsikotik khas seperti haloperidol dikaitkan
dengan pengurangan yang signifikan dalam volume materi abu-abu, sedangkan
21
antipsikotik atipikal seperti olanzapine tidak.19 Studi di primata non-manusia ditemukan
pengurangan materi abu-abu dan putih untuk kedua antipsikotik tipikal dan atipikal.20
Meta-analisis pada tahun 2009 dengan difusi pencitraan tensor mengidentifikasi dua
lokasi yang konsisten penurunan anisotropi pecahan dalam skizofrenia. Satu wilayah, di
lobus frontal kiri, dilalui oleh saluran materi putih interkoneksi lobus frontal, talamus
dan cingulate gyrus; wilayah kedua di lobus temporal, yang dilalui oleh saluran materi
putih interkoneksi lobus frontal, insula, hippocampus-amigdala, lobus temporal dan
oksipital. Para penulis berpendapat bahwa dua jaringan saluran materi putih mungkin
akan terpengaruh pada skizofrenia, dengan potensi untuk "pemutusan" dari daerah abu-
abu dimana mereka terhubung.21 Selama studi fMRI, konektivitas yang lebih besar dalam
jaringan default otak dan tugas-positif jaringan telah diamati pada pasien skizofrenia,
dan mungkin mencerminkan orientasi berlebihan perhatian untuk introspeksi dan
extrospection, masing-masing. Semakin besar anti-korelasi antara dua jaringan
menunjukkan persaingan yang berlebihan antara jaringan.
Diagnosis Multiaksial
Axis I : Sindroma klinis F.20.0 Schizophrenia paranoid
Axis II : Gangguan keperibadian Z03.2 Tidak ada diagnosis
Axis III : Kondisi medis lain Tidak ada
Axis IV : Masalah psikososial Tidak ada
Axis V : GAF 41-50, Gejala berat, disabilitas berat
22
Aksis I : F 20.0 Skizofrenia paranoid
Berdasarkan pedoman diagnostik, pasien telah:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, yaitu
- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya
Didapat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan pasien:
Yang ia tidak dapat mengerti menurut Conny, mengapa semua orang itu
mengetahui tentang rahasia dirinya. Isi pikir: waham dunia kiamat, siar
pikir.
- Halusinasi auditorik
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien
Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara)
Didapat dari hasil anamnesis pasien:
Menurutnya, ia sering mendengar orang-orang menyindir dirinya, mengomentari
dirinya.
- Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme
Didapat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan:
..bicaranya agak kacau dan sering tidak menyambung.
Proses pikir: produktivitas kurang, miskin pikir, pengendoran asosiasi,
inkoherensi
- Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
23
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja
social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika
Didapat dari hasil anamnesis:
Menurut ibunya, akhir-akhir ini, Conny cenderung menarik diri, malas
merawat diri..
..belakangan ini lebih sering terlihat berdiam diri..
Sekarang Conny sering marah-marah tanpa alasan yang jelas
- Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung kurun waktu satu
bulan atau lebih
Didapat dari hasil anamnesis:
Sudah sejak 8 bulan yang lalu, pasien..
- Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat
Sebagai tambahan:
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol
Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis
Sebelumnya, pasien tidak pernah mengalami gangguan kepribadian dan hasil
anamnesis kepada ibu pasien yang menyatakan bahwa prestasi akademik baik
menyingkirkan terjadinya retardasi mental.
24
Aksis III : Tidak ada (none)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, tidak didapatkan
kelainan medic umum.
Aksis IV : Tidak ada (none)
Tidak didapatkan masalah dengan keluarga/ lingkungan sosial/ pendidikan/ pekerjaan/
perumahan/ ekonomi/ akses ke pelayanan kesehatan/ interaksi dengan hukum &
kriminal/ psikososial & lingkungan lain sebelum pasien menderita gangguan kejiwaan.
Aksis V : GAF = 35 (mutakhir)
Global Assessment of Functioning Scale pasien terdapat dalam rentang 40-31, yaitu
beberapa disabilitas berat dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat
dalam beberapa fungsi. Dan penilaian ini dilakukan saat pasien pertama kali datang
mengunjungi dokter.
2.3. Daftar Masalah
2.3.1. Masalah Organobiologi: tidak ditemukan.
2.3.2. Masalah Psikologis:
Distorsi proses pikir (inkoherensi).
Gangguan persepsi (halusinasi dan derealisasi).
Gejala negatif.
Waham dunia mau kiamat (bizarre)
25
Afek terbatas, cenderung terlihat tumpul.
Ekspresi afektif agak labil, pengendalian kurang, dangkal, tidak dapat
diraba rasakan, skala diferensiasi sempit, tidak serasi.
Gangguan konsentrasi.
2.3.3. Masalah Sosiobudaya: tidak diketahui.
2.4. Rencana Penatalaksanaan
Tiga pengamatan dasar tentang skizophrenia, yang harus diperhatikaan saat
mempertimbangkan pengobatan:
1. Pendekatan pengobatan harus disusun sesuai bagaimana pasien telah
terpengaruhi oleh gangguan, dan bagaimana pasien kan tertolong oleh pengobatan
2. Faktor lingkungan dan psikologis kemungkinan spesifik telah berperan
dalam perkembangan gangguan. Jadi, dengan agen farmakologis yang digunakan
untuk menjawab ketidakseimbangan kimiawi yang diperkirakan, strategi
nonfarmakologis harus menjawab masalah non-biologis.
3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, tiap pendekatan
terapeutik tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan gangguan
yang memiliki berbagai segi.
Maka, penatalaksanaaan pada pasien ini adalah:
1. Rawat Inap
hal ini dilakukan untuk menstabilkan medikasi juga untuk keamanan pasien karena gagasan
bunuh diri atau membunuh, dan perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai. Selain itu,
26
rawat inap juga bertujuan agar dapat terlaksananya penegakkan diagnosis serta tindakan
intervensi medis lainnya seperti tindakan diagnostik maupun terapeutik. Tujuan utama
perawatan di rumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan
sistem pendukung masyarakat (rencana pengobatan dengan orientasike arah masalah
kehidupan, perawatan diri sendiri, kualtas hidup, pekerjaan dan hubngan sosial.
2. Terapi Somatik
Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah “optimal response with
minimal side effect’s. Dikarenakan pada gejala klinis pasien ditemukan adanya dua gelaja,
yaitu :
a. Gejala positif : waham, halusinasi auditorik, inkoherensi
b. Gejala negatif : gangguan perasaan (afek tumpul), gangguan hubungan sosial
(menarik diri), gangguan proses pikir (siar pikir)
Maka, pada pase ini diberikan terapi psikofarmaka golongan Anti-psikosis Atypical yang
mekanisme kerjanya adalah memblokade Dopamin pada reseptor pasca sinaptik di otak
( sistem limbik dan ekstrapiramidal, khususnya) untuk gejala POSITIF, dan memblokade
pula Serotonin 5HT2 reseptor yang efektif pula untuk gejala NEGATIF.
Pilihan obat yang kita pakai adalah Risperidon yang merupakan obat lini pertama dalam
pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman
juga efek samping neurologis yang kuang bermaknadan kurang parah dibandingkan
dengan antagonis resptor dopaminergik yang tipikal.
Dosis Risperidon yang dipakai adalah 2 mg dengan ambang batas (2-9 mg/h).
Dipertimbangkan dengan:
27
a. Oset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
b. Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1-2x perhari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping
(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu
kualitas hidup pasien.
c. Lama pemberian
Pada umumnya pemberian obat sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan
sampai 1 tahun hingga semua gejala psikosis mereda sama sekali. Mulai dengan
‘dosis awal” sesuai dengan ‘dosis anjuran’, dan dinaikkan setiap 2 – 3 hari sampai
mencapai ‘dosis efektif’ (mulai timbul peredaran Sindrom Psikosis) dievaluasi
setiap dua minggu dan bila perlu dinaikkan ‘ dosis optimal’ dipertahankan
sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu ‘dosis
maintenance’ dipertahankan 6 bulan hingga 2 tahun (diselingi “drug holiday” 1-2
hari/minggu) tappering off (dosis diturunkan 2-4 minggu) STOP.
3. Terapi Psikososial :
Bertujuan untuk mengembalikan kemampuan pasien agar berfungsi dalam komunitas,
menambahkan interaksi sosial, meningkatkan kemampuan hidup sendiri, dan
mendorong penampilan yang layak.
28
2.5. Prognosis
Pada pasien terdapat faktor-faktor yang memperberat kondisinya yaitu onset muda, tidak ada
faktor pencetus, adanya faktor keturunan dari paman dan bibi pasien, perilaku menarik diri
atau autistik, riwayat gejala skizofrenia, dan adanya gejala negatif.22 Berdasarkan hal tersebut
prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam.
29
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Komentar Kasus
Kelompok kami cukup kesulitan dalam menegakkan diagnosis pada kasus ini. Hal ini
terjadi karena pada kasus gejala-gejala yang timbul ada beberapa yang sulit dibedakan Pada
kasus memang terdapat gangguan persepsi dan juga waham sehingga mengarahkan diagnosis
kami kepada schizophrenia, namun pada pada pasien juga terdapat gejala yang nampak
seperti depresi namun setelah pemeriksaan lebih lanjut hal tersebut ternyata merupakan gejala
negatif dari schizophrenia. Dari pemeriksaan fisik dan lab tidak ditemukan kelainan yang
menunjukkan bahwa pada pasien tidak terdapat gangguan mental organik. Hal ini semakin
mengarahkan diagnosis kami pada schizophrenia dimana memang pada schizophrenia tidak
ditemukannya gangguan mental organik.
Setelah dilakukan anamnesis lebih lanjut diketahui bahwa keluarga pasien juga ada
yang mengalami gangguan jiwa, hal ini menunjukkan bahwa pada pasien terdapat faktor
genetik. Seperti yang terdapat pada literatur, pada schzophrenia memang ada faktor genetik.
Jadi berdasarkan pertimbangan tersebut pada akhirnya kelompok kami mendiagnosis pasien
ini schizophrenia.
3.2. Informasi yang Kurang
Penetapan diagnosis pada kasus ini untuk lebih lengkapnya masih diperlukan informasi
tambahan yang dapat ditanyakan pada saat anamnesis, yaitu:
30
Riwayat Gangguan Sekarang
- Sejak kapan pasien mengalami sulit tidur dan bingung?
- Apakah ada masalah di sekolah?
- Apakah pasien mengalami tekanan di rumah?
- Apakah pasien memiliki pacar?
- Apakah pasien pernah ingin mengakhiri hidupnya?
Riwayat Gangguan Dahulu
- Apakah pasien pernah mengalami trauma?
- Apakah pasien pernah mengalami hal ini sebelumnya?
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat prenatal
- Apakah ada masalah pada saat kehamilan dan saat kelahiran?
Riwayat saat anak-anak
- Bagaimana riwayat tumbuh kembang pasien?
- Apakah ada gangguan dari perkembangan awal seperti berjalan, berdiri, dll?
- Apakah ada gangguan perilaku dan kepribadian?
- Apakah ada gangguan dengan hubungan dengan orang lain, sekolah, keluarga?
Riwayat usia awitan
- Apakah ada gangguan hubungan sosial?
- Bagaimana dengan riwayat sekolah?
- Bagaimana hubungan pasien dengan teman, guru, dan lingkungan sekolah?
- Apakah ada gangguan kognitif dan perilaku?
- apakah ada gangguan emosional dan fisik?
Riwayat Kehamilan dan kelahiran
- Apakah saat kehamilan ibu terkena suatu infeksi?
31
- Apakah pasien lahir cukup bulan? Berapa berat badan saat lahir?
Riwayat keluarga
- Apakah ada anggota keluarga yang lain mengalami hal serupa?
- Bagaimana kondisi keadaan di rumah, hubungan pasien dengan orang di rumah serta
peran pasien di dalam keluarga?
Riwayat pengobatan
- Apakah pasien sedang mengkonsumsi obat-obatan?
3.3. Perbandingan antara Kasus dengan Kepustakaan
3.3.1. Persamaan
a. Gejala schizophrenia yang timbul pada kasus sama dengan literatur.
b. Pada kasus terdapat faktor genetik yang berperan sebagai penyebab schizophrenia
sama seperti pada literatur.
3.3.2. Perbedaan
a. Pada kasus riwayat kehamilan dan kelahiran pasien normal sedangkan pada literatur
disebutkan bahwa salah satu penyebab schizophrenia adalah gangguan pada saat
kelahiran atau kehamilan seperti infeksi dan hypoxia.
b. Pada kasus tidak ditemukan adanya faktor pncetus seperti stressor yang berat yang
dapat menimbulkan masalah pasien, sedangkan pada literatur disebutkan bahwa
selain faktor genetik diperlukan juga stressor yang berat sebagai pencetus
timbulnya schizophrenia.
32
3.4. Tinjauan Pustaka
Skizofrenia adalah gangguan mental yang kompleks yang membuatnya sulit untuk:
Beritahu perbedaan antara pengalaman nyata dan tidak nyata
Berpikir logis
Apakah reaksi emosi yang normal,
Bersikap normal dalam situasi sosial
Penyebab
Skizofrenia adalah penyakit kompleks. Ahli kesehatan mental tidak yakin apa penyebabnya.
Namun, faktor genetik tampaknya memainkan peran.
Peristiwa lingkungan tertentu dapat memicu skizofrenia pada orang yang secara
genetik beresiko untuk itu.
Anda lebih mungkin untuk mengembangkan skizofrenia jika Anda memiliki anggota
keluarga dengan penyakit tersebut.
Skizofrenia mempengaruhi baik laki-laki dan perempuan sama-sama. Ini biasanya dimulai
pada masa remaja atau dewasa muda, tapi mungkin mulai di kemudian hari. Hal ini
cenderung untuk memulai kemudian pada wanita, dan lebih ringan.
Anak-awal skizofrenia dimulai setelah usia 5 tahun. Anak skizofrenia jarang dan bisa sulit
untuk membedakan dari gangguan perkembangan lain dari masa kanak-kanak, seperti
autisme.
Gejala
Gejala skizofrenia biasanya berkembang secara perlahan selama beberapa bulan atau tahun.
Kadang-kadang Anda mungkin memiliki banyak gejala, dan pada waktu lain Anda mungkin
hanya memiliki beberapa.
33
Orang dengan jenis skizofrenia mungkin memiliki kesulitan menjaga teman-teman dan
bekerja. Mereka juga mungkin memiliki masalah dengan kecemasan, depresi, dan pikiran
bunuh diri atau perilaku.
Pada awalnya, Anda mungkin memiliki gejala berikut:
Mudah marah atau tegang perasaan
Kesulitan tidur
Kesulitan berkonsentrasi
Sebagai penyakit berlanjut, masalah dengan pemikiran, emosi dan perilaku mengembangkan,
termasuk:
Kurangnya emosi (emosi datar)
Sangat memegang keyakinan yang tidak berdasarkan dalam realitas (delusi)
Mendengar atau melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi)
Masalah memperhatikan
Pikiran "melompat" antara topik yang tidak berhubungan ("asosiasi longgar")
Aneh perilaku
Isolasi sosial
Gejala dapat bervariasi, tergantung pada jenis skizofrenia yang Anda miliki.
Gejala skizofrenia paranoid mungkin termasuk:
Cemas
Marah atau argumentatif
Salah percaya bahwa orang lain berusaha untuk menyakiti Anda atau orang yang
Anda cintai.
Gejala skizofrenia tidak teratur dapat mencakup:
34
Masalah dengan berpikir dan mengekspresikan ide-ide dengan jelas
Perilaku kekanak-kanakan
Menampilkan sedikit emosi
Gejala skizofrenia katatonik bisa meliputi:
Kurangnya aktivitas
Otot dan postur mungkin kaku
Meringis atau ekspresi aneh lainnya pada wajah
Tidak merespon banyak orang lain
Gejala skizofrenia dibedakan mungkin termasuk gejala lebih dari satu jenis lain dari
skizofrenia.
Orang dengan skizofrenia residual memiliki beberapa gejala, tetapi tidak sebanyak mereka
yang berada dalam episode full-blown skizofrenia.
Gambaran Klinis
Tanda dan gejala klinis skizofrenia menimbulkan tiga masalah. Pertama, tidak ada tanda atau
gejala yang patognomonik untuk skizofrenia; setiap tanda atau gejala yang ditemukan pada
skizofrenia dapat ditemukan di gangguan psikiatrik atau neurologis lainnya. Kedua, gejala
pasien berubah dengan berjalannya waktu. Ketiga, klinisi harus memperhitungkan tingkat
pendidikan pasien, kemampuan intelektual, dan keanggotaan cultural dan subkultural.
35
Pemeriksaan Status Mental
Penjelasan umum
Penampilan umum dari pasien skizofrenia dapat bermacam-macam—dari orang yang sama
sekali acak-acakan, berteriak-teriak, teragitasi sampai orang yang berdandan secara obsesif,
sangat tenang, dan tidak bergerak. Pada stupor katatonik, sering kali hanya disebut katatonia,
dimana pasien tampaknya tanpa kehidupan sama sekali dan mungkin menunjukan tanda
seperti kebisuan, negativisme, dan kepatuhan otomatis. Presentasi yang kurang ekstrem dari
tipe tersebut mungkin adalah penarikan diri dari lingkungan sosial yang jelas dan
egosentrisitas, tidak adanya bicara atau gerakan spontan, dan tidak adanya perilaku yang
diarahkan tujuan. Pasien skizofrenik sering kali memiliki dandanan yang buruk, tidak mandi,
dan berpakaian terlalu tebal bagi temperatur lingkungan di sekelilingnya. Perilaku aneh
lainnya adalah tiks, stereotipik, manerisme, dan kadang-kadang, ekopraksia, di mana pasien
meniru postur atau perilaku pemeriksa.
Mood, perasaan, dan afek
Depresi dapat merupakan suatu ciri dari psikosis akut dan suatu akibat dari suatu episode
psikotik. Beberapa data menunjukkan bahwa depresi berhubungan dengan adanya gejala
ekstrapiramidalis akibat antipsikotik. Data tersebut dapat mengarahkan bahwa pasien
skizofrenik dengan ciri depresif adalah rentan terhadap efek samping ekstrapiramidalis dari
antipsikotik.
GEJALA AFEKTIF LAINNYA. Dua gejala afektif lain yang sering ditemukan dalam
skizofrenia adalah penurunan responsivitas emosional, yang sering kali cukup parah sehingga
36
memerlukan label anhedonia, dan emosi yang sangat aktif dan tidak sesuai. Suatu afek yang
datar atau tumpul dapat merupakan suatu gejala penyakitnya sendiri.
Gangguan persepsi
Pada pasien psikiatrik semua dari lima indera dapat dipengaruhi oleh pengalaman halusinasi.
Tetapi, halusinasi yang paling sering adalah halusinasi dengar. Suara-suara sering kali
mengancam, kotor, menuduh, atau menghina.
Ilusi
Ilusi, berbeda dari halusinasi, adalah suatu penyimpangan (distorsi) dari citra atau sensasi
yang sesungguhnya, sedangkan halusinasi adalah tidak didasarkan pada citra atau sensasi
yang nyata. Ilusi dapat terjadi pada pasien skizofrenia selama fase aktif gangguan, tetapi juga
dapat terjadi selama fase prodromal dari gangguan dan selama periode remisi.
Pikiran
Gangguan berpikir pada kenyataannya dapat merupakan gejala inti dari skizofrenia. Satu cara
untuk memperjelas gangguan berpikir adalah membaginya menjadi gangguan isi pikiran,
bentuk pikiran, dan proses berpikir.
ISI PIKIRAN. Waham adalah contoh yang paling jelas dari gangguan isi pikiran. Waham
dapat bervariasi pada pasien skizofrenia—waham kejar, kebesaran, keagamaan, atau somatik.
37
BENTUK PIKIRAN. Gangguan bentuk pikiran secara objektif terlihat dalam ucapan dan
bahasa tulisan pasien. Gangguan berupa kelonggaran asosiasi, hal yang keluar dari jalurnya,
inkoherensi, tangensialitas, sirkumstansialitas, neologisme, ekolalia, verbigerasi, kata yang
campur aduk, dan mutisme.
PROSES PIKIRAN. Pemeriksa menemukan gangguan dari apa dan bagaimana pasien
berbicara, menulis, atau menggambar. Pemeriksa juga menilai proses berpikir pasien dengan
mengamati perilaku pasien, khususnya dalam melakukan tugas yang tertentu dalam terapi
kerja (occupational therapy).
Impulsivitas, bunuh diri, dan pembunuhan
Beberapa perilaku yang tampaknya impulsif, termasuk usaha bunuh diri dan pembunuhan,
mungkin sebagai respons dari halusinasi yang memerintah pasien untuk melakukan hal
tersebut.
Sensorium dan kognisi
ORIENTASI. Pasien skizofrenik biasanya terorientasi terhadap orang, waktu, dan tempat.
Beberapa pasien skozofrenik dapat memberikan jawaban yang tidak tepat atau aneh terhadap
pertanyaan orientasi.
DAYA INGAT. Daya ingat, seperti yang diuji pada pemeriksaan status mental biasanya
intak.
38
Pertimbangan dan tilikan
Biasanya pasien skizofrenik digambarkan sebagai memiliki tilikan yang buruk terhadap sifat
dan keparahan penyakitnya. Tidak adanya tilikan adalah dihubungkan dengan kepatuhan
terhadap pengobatan yang buruk.
Diagnosis
Skizofrenia didiagnosis berdasarkan gejala profil. Berkorelasi saraf tidak memberikan kriteria
yang cukup berguna. Diagnosa didasarkan pada diri-melaporkan pengalaman orang tersebut,
dan kelainan dalam perilaku yang dilaporkan oleh anggota keluarga, teman atau rekan kerja,
diikuti dengan penilaian klinis oleh seorang psikiater, pekerja sosial, psikolog klinis atau
profesional kesehatan mental lainnya. Penilaian kejiwaan termasuk riwayat psikiatri dan
beberapa bentuk pemeriksaan status mental.
Standar kriteria
Kriteria standar yang paling banyak digunakan untuk skizofrenia mendiagnosis berasal dari
Manual American Psychiatric Association Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, versi
DSM-IV-TR, dan Klasifikasi Internasional Statistik Kesehatan Dunia Organisasi Penyakit
dan Masalah Kesehatan Terkait, ICD-10. Kriteria terakhir ini biasanya digunakan di negara-
negara Eropa, sementara kriteria DSM yang digunakan di Amerika Serikat dan seluruh dunia,
serta berlaku dalam studi penelitian. ICD-10 kriteria yang lebih menekankan pada
Schneiderian pertama-peringkat gejala, meskipun, dalam prakteknya, perjanjian antara kedua
sistem yang tinggi.
Menurut edisi keempat revisi Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders (DSM-
IV-TR), untuk dapat didiagnosis dengan skizofrenia, tiga kriteria diagnostik harus dipenuhi:
39
Karakteristik gejala: Dua atau lebih dari berikut ini, masing-masing hadir untuk banyak
waktu selama jangka waktu satu bulan (atau kurang, jika gejala disetorkan dengan
pengobatan).
Delusi
Halusinasi
Tidak teratur pidato, yang merupakan manifestasi dari gangguan pikiran formal
Terlalu teratur perilaku (misalnya berpakaian tidak tepat, sering menangis) atau perilaku
katatonik
Gejala negatif - afektif merata (kekurangan atau penurunan respons emosional), alogia
(kekurangan atau penurunan dalam pidato), atau avolition (kekurangan atau penurunan
motivasi)
Jika delusi yang dinilai aneh, atau halusinasi terdiri dari mendengar satu suara
berpartisipasi dalam komentar menjalankan tindakan pasien atau mendengar dua atau
lebih suara bercakap-cakap dengan satu sama lain, hanya gejala yang diperlukan di
atas.Kriteria disorganisasi bicara hanya bertemu jika cukup berat untuk secara substansial
merusak komunikasi.
Disfungsi sosial / pekerjaan: Untuk sebagian besar waktu sejak terjadinya gangguan, satu
atau lebih bidang utama dari fungsi seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau
perawatan diri, yang nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset.
Durasi: tanda-tanda terus-menerus dari gangguan tersebut menetap selama setidaknya
enam bulan. Periode enam bulan harus menyertakan setidaknya satu bulan gejala (atau
kurang, jika gejala disetorkan dengan pengobatan).
Skizofrenia tidak dapat didiagnosis jika gejala gangguan mood atau gangguan
40
perkembangan pervasif yang hadir, atau gejala-gejala adalah akibat langsung dari suatu
kondisi medis umum atau suatu zat, seperti penyalahgunaan obat atau obat.
Kebingungan dengan kondisi lain
Gejala psikotik mungkin hadir dengan beberapa penyakit kejiwaan lainnya, termasuk
gangguan bipolar, gangguan kepribadian borderline, gangguan schizoafektif, intoksikasi obat,
baik mabuk atau obat-induced berpuasa psikosis, dan gangguan schizophreniform.Skizofrenia
adalah rumit dengan obsesif-kompulsif (OCD) jauh lebih sering daripada yang dapat
dijelaskan dengan kebetulan murni, meskipun bisa sulit untuk membedakan dorongan yang
mewakili OCD dari karakteristik delusi skizofrenia tersebut.
Sebuah pemeriksaan medis dan neurologis lebih umum mungkin diperlukan untuk
menyingkirkan penyakit medis yang mungkin jarang menghasilkan psikotik seperti
skizofrenia gejala, seperti gangguan metabolik, infeksi sistemik, sifilis, infeksi HIV, epilepsi,
dan lesi otak. Mungkin perlu untuk menyingkirkan delirium, yang dapat dibedakan dengan
halusinasi visual, onset akut dan tingkat fluktuasi kesadaran, dan menunjukkan suatu
penyakit medis yang mendasari. Investigasi umumnya tidak diulang untuk kambuh kecuali
ada indikasi medis tertentu atau efek samping yang mungkin dari obat antipsikotik.
"Skizofrenia" tidak berarti kepribadian ganda, meskipun etimologi kata (Yunani σχίζω = "aku
membagi").
41
Subtipe
DSM-IV-TR berisi lima sub-klasifikasi skizofrenia.
Paranoid Jenis: Dimana delusi dan halusinasi yang hadir tapi pikir gangguan, perilaku
tidak teratur, dan afektif merata tidak hadir. (DSM kode 295.3/ICD kode F20.0)
Jenis teratur: Dinamakan skizofrenia hebephrenic di ICD. Dimana gangguan berpikir dan
emosi datar yang hadir bersama-sama. (DSM kode 295.1/ICD kode F20.1)
Jenis katatonik: Subjek mungkin hampir bergerak atau menunjukkan gelisah, gerakan
tujuan. Gejala dapat mencakup stupor katatonik dan fleksibilitas lilin. (DSM kode
295.2/ICD kode F20.2)
Jenis dibedakan: gejala psikotik yang hadir tetapi kriteria untuk jenis paranoid, tidak
teratur, atau katatonik belum terpenuhi. (DSM kode 295.9/ICD kode F20.3)
Jenis Sisa: Dimana gejala positif yang hadir pada intensitas yang rendah saja. (DSM kode
295.6/ICD kode F20.5)
ICD-10 mendefinisikan dua subtipe tambahan.
Depresi pasca skizofrenia: Sebuah episode depresi yang timbul setelah terjadinya
penyakit skizofrenia di mana beberapa tingkat rendah gejala skizofrenia masih dapat
hadir. (ICD kode F20.4)
Sederhana skizofrenia: pengembangan berbahaya dan progresif gejala negatif menonjol
dengan tidak ada riwayat episode psikotik. (ICD kode F20.6)
42
Kontroversi dan Arah Penelitian
Bagian dari kontroversi yang lebih besar selama biopsychiatry, validitas skizofrenia sebagai
entitas diagnostik telah dikritik oleh sejumlah psikolog sebagai kurang validitas ilmiah dan
reliabilitas diagnostik. Pada tahun 2006, sekelompok pasien dan profesional kesehatan mental
dari Inggris, di bawah bendera Kampanye untuk Penghapusan Label Skizofrenia, berpendapat
penolakan terhadap diagnosis skizofrenia berdasarkan heterogenitas dan stigma yang terkait,
dan menyerukan untuk adopsi model bio-psikososial. Lain psikiater Inggris menentang
langkah berargumen bahwa istilah skizofrenia adalah sebuah konsep, yang berguna
sementara bahkan jika.
Kategori diskrit skizofrenia digunakan dalam DSM juga telah dikritik. Seperti dengan
gangguan kejiwaan lainnya, beberapa psikiater telah menyarankan bahwa diagnosis akan
lebih baik ditangani sebagai dimensi individu sepanjang yang setiap orang bervariasi, seperti
bahwa ada spektrum atau kontinum daripada cut-off antara normal dan sakit. Pendekatan ini
tampaknya konsisten dengan penelitian tentang schizotypy, dan dengan prevalensi yang
relatif tinggi pengalaman psikotik, sebagian besar non-menyedihkan keyakinan delusi,
kalangan masyarakat umum. Dalam konkordansi dengan pengamatan, psikolog Edgar Jones,
dan psikiater Tony Daud dan Nassir Ghaemi, survei literatur yang ada pada delusi,
menunjukkan bahwa konsistensi dan kelengkapan dari definisi delusi telah ditemukan oleh
banyak ingin; delusi yang tidak selalu tetap, atau salah, atau melibatkan adanya bukti yang
tak terbantahkan.
Nancy Andreasen, seorang tokoh terkemuka dalam penelitian skizofrenia, telah mengkritik
saat ini DSM-IV dan ICD-10 kriteria untuk mengorbankan validitas demi meningkatkan
43
keandalan diagnostik. Dia berpendapat penekanan yang berlebihan bahwa pada psikosis
dalam kriteria diagnostik, sementara meningkatkan keandalan diagnostik, mengabaikan
gangguan kognitif yang lebih mendasar yang sulit untuk menilai karena variasi yang besar
dalam presentasi. Pandangan ini didukung oleh psikiater lainnya. Dalam nada yang sama,
Ming Tsuang dan rekan berpendapat bahwa gejala psikotik mungkin menjadi akhir negara-
umum di berbagai gangguan, termasuk skizofrenia, daripada sebuah refleksi dari etiologi
spesifik dari skizofrenia, dan memperingatkan bahwa ada sedikit dasar untuk tentang DSM
definisi operasional sebagai membangun "benar" dari skizofrenia. Neuropsychologist
Michael Foster Hijau melangkah lebih jauh dalam menyarankan adanya defisit neurokognitif
khusus dapat digunakan untuk membangun fenotipe yang alternatif untuk mereka yang murni
berdasarkan gejala. Defisit mengambil bentuk pengurangan atau gangguan dalam fungsi
psikologis dasar seperti memori, fungsi perhatian, eksekutif dan pemecahan masalah.
Pengecualian komponen afektif dari kriteria untuk skizofrenia, meskipun di mana-mana
mereka dalam pengaturan klinis, juga menjadi rebutan. Hal ini pengecualian dalam DSM
telah mengakibatkan gangguan "yang agak berbelit-belit" terpisah - gangguan schizoafektif.
Mengutip kehandalan interrater miskin, beberapa psikiater telah benar-benar diperebutkan
konsep gangguan schizoafektif sebagai entitas yang terpisah.Perbedaan kategoris antara
gangguan mood dan skizofrenia, yang dikenal sebagai dikotomi Kraepelinian, juga telah
ditantang oleh data dari epidemiologi genetik.
44
Ujian dan Tes
Tidak ada tes medis untuk mendiagnosis skizofrenia. Seorang psikiater harus memeriksa
pasien untuk membuat diagnosis. Diagnosis dibuat berdasarkan wawancara mendalam dari
orang dan anggota keluarga.Dokter akan bertanya tentang:
Berapa lama gejala telah berlangsung
Bagaimana kemampuan seseorang untuk berfungsi telah berubah
Latar belakang perkembangan
Genetik dan riwayat keluarga
Bagaimana obat-obatan juga telah bekerja
Scan otak (seperti CT atau MRI) dan tes darah dapat membantu untuk menyingkirkan
gangguan lain yang memiliki gejala mirip dengan skizofrenia.
Pengobatan skizofrenia
Perawatan di rumah sakit
Indikasi utama untuk perawatan di rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,
dan perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai, termasuk ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, dan tempat berlindung. Tujuan
utama perawatan di rumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara
pasien dan sistem pendukung masyarakat. Perawatan di rumah sakit menurunkan
stress pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka.
Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung pada keparahan penyakit pasien dan
tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.
45
Terapi somatik
1. Antipsikotik
Remoxipride adalah antagonis reseptor dopamin. Di Eropa, obat ini telah dibuktikan
merupakan antipsikotik yang efektif, dan data awal menyatakan bahwa obat ini
disertai dengan efek samping neurologis yang kurang bermakna dibandingkan
antagonis reseptor dopamine lainnya. Tetapi, data yang paling akhir menyatakan
bahwa remoxipride mungkin disertai dengan anemia aplastik, jadi membatasi nilai
klinisnya.
Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna
pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamine tipe 2 (D2). Data
penelitian menyatakan bahwa obat ini mungkin lebih efektif dalam mengobati gejala
positif maupun gejala negatif dari skizofrenia. Risperidon menjadi obat lini pertama
dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini lebih efektif dan aman
daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.
Clozapine adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum
dimengerti secara baik, walaupun diketahui bahwa clozapine adalah suatu antagonis
lemah terhadap reseptor D2 tetapi tampaknya merupakan antagonis yang kuat
terhadap reseptor D4 dan mempunyai aktivitas antagonistik pada reseptor
serotonergik.clozapine diindikasikan pada pasien dengan tardive dyskinesia karena
data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak disertai dengan perkembangan
atau eksaserbasi gangguan tersebut.
46
Prinsip – prinsip terapeutik. Pemakaian medikasi antipsikotik pada skizofrenia harus
mengikuti lima prinsip utama. (1) Klinisi harus cermat menentukan gejala sasaran
yang akan diobati. (2) Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu
pada pasien harus digunakan lagi. Jika tidak ada informasi tersebut, pemilihan
antipsikotik biasanya didasarkan pada sifat efek samping. (3) Lama minimal
percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu pada dosis yang adekuat.
Jika percobaan tidak berhasil, suatu antipsikotik, yang biasanya dari kelas lain, dapat
dicoba. (4) Pada umumnya, penggunaan lebih dari satu medikasi antipsikotik pada
satu waktu adalah jarang diindikasikan, walaupun beberapa dokter psikiatrik
menggunakan thioridazine (Mellaril) untuk mengobati insomnia pada pasien yang
mendapatkan antipsikotik lain untuk pengobatan gejala skizofrenia. (5) Pasien harus
dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang diperlukan untuk
mencapai pengendalian gejala selama episode psikotik.
2. Obat lain
Jika percobaan yang adekuat dengan sekurangnya satu antagonis reseptor
dopaminergik semuanya tidak berhasil, terapi kombinasi dengan salah satu dari
obat tersebut dan medikasi tambahan (adjuvant) mungkin diindikasikan. Medikasi
tambahan dengan data yang paling mendukung adalah litium, dua antikonvulsan
(carbamazepine dan valproate), dan benzodia-zepine.
47
3. Terapi somatik lainnya
Walaupun jauh kurang efektif daripada antipsikotik, terapi elektrokonvulsif (ECT)
dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi pasien yang karena suatu
alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik. Pasien yang telah sakit selama
kurang dari satu tahun adalah pasien yang paling mungkin berespons.
Terapi psikososial
1. Terapi perilaku.
Rencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan
kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku
adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-
hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan
demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang—seperti berbicara
lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh yang aneh—dapat
diturunkan.
2. Terapi berorientasi keluarga
Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam
menurunkan relaps. Tetapi, masing-masing penelitian tersebut adalah
menggunakan jenis terapi keluarga yang berbeda, dan kelaziman di antara terapi
keluarga tersebut adalah tidak jelas. Di dalam penelitian terkontrol penurunan
48
angka relaps adalah dramatis -- angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga
sebesar 25 sampai 50 persen dan 5 sampai 10 persen dengan terapi keluarga.
3. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah,
dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok adalah efektif dalam
menurunkan isolasi social, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes
realitas bagi pasien dengan skizofrenia.
4. Psikoterapi individual
Pasien skizofrenia sering kali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan
kepercayaan dan kemungkinan bersikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi
jika seseorang berusaha mendekati. Pengamatan yang cermat dari jarak jauh dan
rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap
kaidah social adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan
penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi
persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan
sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
Outlook (Prognosis)
Prospek untuk orang dengan skizofrenia adalah sulit untuk memprediksi. Sebagian besar
waktu, gejala membaik dengan obat-obatan. Namun, orang lain mungkin mengalami
kesulitan berfungsi dan beresiko untuk episode berulang, terutama selama tahap awal
penyakit.
49
Orang dengan skizofrenia mungkin perlu didukung perumahan, pelatihan kerja, dan program
dukungan masyarakat lainnya. Orang dengan bentuk yang paling parah gangguan ini
mungkin tidak bisa hidup sendirian.Kelompok rumah atau jangka panjang lainnya, tempat
terstruktur untuk hidup mungkin diperlukan.
Gejala akan kembali jika seseorang dengan skizofrenia tidak mengambil obat mereka.
Kemungkinan Komplikasi
Setelah skizofrenia meningkatkan risiko Anda untuk:
Mengembangkan masalah dengan alkohol atau obat: ini disebut masalah
penyalahgunaan zat.Menggunakan alkohol atau obat lain meningkatkan kemungkinan
gejala Anda akan kembali.
Penyakit fisik: Orang dengan skizofrenia mungkin menjadi sakit secara fisik, karena
gaya hidup aktif dan efek samping dari obat. Sebuah penyakit fisik mungkin tidak
terdeteksi karena akses masyarakat miskin ke perawatan medis dan kesulitan
berbicara dengan penyedia perawatan kesehatan.
Bunuh diri
Pencegahan
Tidak ada cara yang dikenal untuk mencegah skizofrenia, namun gejala dapat dicegah dengan
minum obat.
50
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Carson VB. Mental health nursing: the nurse-patent journey. New York: WB Saunders;
2000.p.638.
2. Sadock BJ, Sadock VA. Tanda dan Gejala dalam Psikiatri. Dalam: Muttaqin H,
Sihombing RN (editor). Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta:
EGC; 2010 .p. 35-6.
3. Sadock BJ, Sadock VA.Skizophrenia. Dalam: Muttaqin H, Sihombing RN (editor).
Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2010 .p.160-2.
4. Broome MR, Woolley JB, Tabraham P, et al.. What causes the onset of
psychosis?. Schizophr. Res.. 2005;79(1):23–34.
5. Bentall RP, Fernyhough C, Morrison AP, Lewis S, Corcoran R. Prospects for a cognitive-
developmental account of psychotic experiences. Br J Clin Psychol. 2007;46(Pt 2):155–
73.
6. Kurtz MM. Neurocognitive impairment across the lifespan in schizophrenia: an
update. Schizophrenia Research. 2005;74(1):15–26.
7. Cohen AS, Docherty NM. Affective reactivity of speech and emotional experience in
patients with schizophrenia.Schizophrenia Research. 2004;69(1):7–14.
8. Horan WP, Blanchard JJ. Emotional responses to psychosocial stress in schizophrenia:
the role of individual differences in affective traits and coping. Schizophrenia Research.
2003;60(2–3):271–83.
51
9. Smith B, Fowler DG, Freeman D, et al.. Emotion and psychosis: links between
depression, self-esteem, negative schematic beliefs and delusions and
hallucinations.Schizophr. Res.. 2006;86(1–3):181–8.
10. Beck, AT. A Cognitive Model of Schizophrenia. Journal of Cognitive Psychotherapy.
2004;18(3):281–88.
11. Bell V, Halligan PW, Ellis HD. Explaining delusions: a cognitive perspective. Trends in
Cognitive Science. 2006;10(5):219–26.
12. Freeman D, Garety PA, Kuipers E, Fowler D, Bebbington PE, Dunn G. Acting on
persecutory delusions: the importance of safety seeking. Behav Res Ther. 2007;45(1):89–
99.
13. Laruelle M, Abi-Dargham A, van Dyck CH, et al.. Single photon emission computerized
tomography imaging of amphetamine-induced dopamine release in drug-free
schizophrenic subjects. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A.. 1996;93(17):9235–40.
14. Konradi C, Heckers S. Molecular aspects of glutamate dysregulation: implications for
schizophrenia and its treatment. Pharmacol. Ther. 2003;97(2):153–79.
15. Lahti AC, Weiler MA, Tamara Michaelidis BA, Parwani A, Tamminga CA. Effects of
ketamine in normal and schizophrenic volunteers. Neuropsychopharmacology.
2001;25(4):455–67.
16. Coyle JT, Tsai G, Goff D. Converging evidence of NMDA receptor hypofunction in the
pathophysiology of schizophrenia. Ann. N. Y. Acad. Sci. 2003;1003:318–27.
17. Tuominen HJ, Tiihonen J, Wahlbeck K. Glutamatergic drugs for schizophrenia: a
systematic review and meta-analysis. Schizophr. Res. 2005;72(2-3):225–34.
18. Steen RG, Mull C, McClure R, Hamer RM, Lieberman JA. Brain volume in first-episode
schizophrenia: systematic review and meta-analysis of magnetic resonance imaging
studies.Br J Psychiatry. 2006;188:510–8.
52
19. Lieberman JA, Bymaster FP, Meltzer HY, et al. Antipsychotic drugs: comparison in
animal models of efficacy, neurotransmitter regulation, and neuroprotection. Pharmacol.
Rev. 2008;60(3):358–403.
20. DeLisi LE. The concept of progressive brain change in schizophrenia: implications for
understanding schizophrenia. Schizophr Bull. 2008;34(2):312–21.
21. Ellison-Wright I, Bullmore E. Meta-analysis of diffusion tensor imaging studies in
schizophrenia.Schizophr. Res. 2009;108(1-3):3–10.
22. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A. Skizofrenia. In: I Made Wiguna S,eds. Sinopsis
Psikiatri Jilid 1. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc; 2010: 723.
53
BAB V
PENUTUP
Kelompok kami berpendapat bahwa kasus tentang skizofrenia ini cukup disajikan
secara baik dengan diskusi yang menonjolkan cirri khas dari skizofrenia tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan YME karenanNyalah kami dapat
menyelesaikan makalah ini dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada tutor
pembimbing dan para narasumber yang kemudian akan menilai makalah dan presentasi kami
serta semua pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam pengerjaan makalah nini.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami hargai demi kebaikan penulisan di masa yang
akan datang. Semoga makalahj ini dapat berguna bagi kita semua.
54
top related