109565335 bank wakaf sebagai lembaga intermediasi sosial nn

Upload: martha-nita-florentina

Post on 14-Apr-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    1/22

    1

    BANK WAKAF SEBAGAI LEMBAGA INTERMEDIASI

    SOSIAL

    (Suatu Inovasi Pemberdayaan Wakaf Tunai Untuk Meningkatkan

    Kesejahteraan Umat)

    Gustani dan Suhada

    Mahasiswa S1 Program Studi Akuntansi Syariah Sekolah

    STEI SEBI, Depok, Jawa Barat.

    Hp 082118488581

    Email :[email protected]@yahoo.co.id

    ABSTRACT

    Wakaf is an Islamic Economic instrument to give people the welfare. Nowadays,innovation in developing wakaf is continuously made; one of it is cashed wakaf (on thespot paid wakaf). This paper discusses on a model of developing cashed wakafthrough Bank of wakaf mechanism.

    This is a qualitative research method. The research is to explore a happening

    phenomenon by mixing the concept of operating wakaf institution as a social andreligious institution.

    Bank of wakaf is an intermediate social institution without eliminating its function asa commercial institution. This bank of wakaf is willing to give some financings to thepoor, then creating a well being condition for people.

    Key words: cashed wakaf, Bank of Wakaf, Social intermediary,

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    2/22

    2

    BAB 1

    PENDAHULUAN1.1Latar Belakang

    Kemiskinan dan pengengguran masih menjadi permasalahan mendasar bangsa

    ini. Walaupun angka kemiskinan mengalami penurunan, namun angka tersebut

    belumlah signifikan. Berdasarkan data resmi yang dirilis oleh BPS, angka

    kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun masih menunjukan angka yang

    sangat besar. Tahun 2011 jumlah penduduk yang berada dibawah garis

    kemiskinan berjumlah 30 juta jiwa atau 12,5 persen dari total jumlah penduduk

    Indonesia. Dari total penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan tersebut,

    sebanyak 15,72 persen merupakan penduduk yang berdomisili di pedesaan.

    Tabel 1

    Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin (2007-2011)

    TahunJumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (%)

    Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

    2011 11 046.75 18.972.18 30.018.93 9.23 15.72 12.49

    2010 11 097.80 19.925.60 31.023.40 9.87 16.56 13.33

    2009 11 910.5 20 619.4 32.530.0 10.72 17.35 14.15

    2008 12 768.5 22 194.8 34.963.3 11.65 18.93 15.42

    2007 13 559.3 23 609.0 37.168.3 12.52 20.37 16.58

    Sumber: BPS

    Prosentase penduduk miskin perkotaan dan pedesaan terbesar berada di

    wilayah pedesaan pulau Jawa, disusul Pulau Sumatra, baru kemudian pulau-pulau

    lain di Indonesia. Secara rinci, gambaran jumlah penduduk miskin di pedesaan

    dan perkotaan dapat dilihat di bawah ini.

    Tabel 2Jumlah Penduduk Miskin Perdesaan dan Perkotaan 2011 (dalam ribuan)

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    3/22

    3

    Upaya pengentasan kemiskinan terus digulirkan oleh pemerintah, di

    antaranya dengan memperbesar anggaran negara untuk penanggulan kemiskinan.

    Anggaran negara untuk peanggulangan kemiskinan pada tahun 2009 sebesar Rp

    66,2 Trilun kemudian meningkat menjadi Rp 94 Triliun pada tahun 2010

    (Bapenas).

    Tabel 3

    Anggaran Penanggulangan Kemiskinan dalam APBN (2002-2010)

    Sumber : Bapenas

    Wakaf merupakan salah satu instrumen ekonomi Islam dalam upaya

    mensejahterakan umat. Potensi wakaf di indonesia sangat lah besar, mengingat

    mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Menurut data yang dihimpun

    Departemen Agama RI, jumlah tanah wakaf di Indonesia mencapai

    2.686.536.656, 68 meter persegi (dua milyar enam ratus delapan puluh enam juta

    lima ratus tiga puluh enam ribu enam ratus lima puluh enam koma enam puluh

    delapan meter persegi) atau 268.653,67 hektar (dua ratus enam puluh delapan ribu

    enam ratus lima puluh tiga koma enam tujuh hektar) yang tersebar di 366.595

    lokasi di seluruh Indonesia.1 Bila dilihat dari sumber daya alam atau tanahnya,

    jumlah harta wakaf di Indonesia merupakan yang terbesar di seluruh dunia.

    Potensi wakaf produktif atau wakaf tunai pun sangat besar di Indonesia.

    Menurut Mustafa Edwin Nasution, jika diasumsikan jumlah muslim kelasmenengah diperkirakan sebesar 10 juta jiwa dengan rata-rata penghasilan per

    bulan Rp 500.000 hingga Rp 10.0000.000, maka potensi wakaf di Indonesia

    sebesar Rp 3 triliun pertahunnya2. Berikut ini tabel perhitungannya:

    1Data Base dan Potensi Wakaf, diakses dari

    http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=80&Itemid=82&lang=in,

    pada tanggal 04 Mei 2012 pukul 11.282

    Mustafa Edwin Nasution, dan Uswatun Hasanah (editor), Wakaf Tunai, Inovasi Finansial Islam,

    Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat, PKTTI-UI, Jakarta, 2005, hlm.

    43-44

    http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=80&Itemid=82&lang=inhttp://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=80&Itemid=82&lang=inhttp://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=80&Itemid=82&lang=in
  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    4/22

    4

    Tabel 4

    Potensi Wakaf Uang di Indonesia

    TingkatPenghasilan/bulan JumlahMuslim TarifWakaf/bulan Petensi wakafUang/ bulan Potensi WakafUang/ tahun

    Rp 500.000 4 juta Rp 5000 Rp 20 Miliyar Rp 240 Miliyar

    Rp 1 juta-Rp 2 juta 3 juta Rp 10.000 Rp 30 Miliyar Rp 360 Miliyar

    Rp 2 juta- Rp 5Juta

    2 juta Rp 50.000 Rp 100 Miliyar Rp 1,2 Triliun

    Rp 5juta-Rp 10juta

    1 juta Rp 100.000 Rp 100 Miliyar Rp 1,2 Miliyar

    Total Rp 3 Triliun

    Dengan potensi yang begitu besar seharusnya wakaf uang dapat

    dioptimalkan dalam upaya memecahkan persoalan sosial ekonomi bangsa ini.

    Sayangnya, perwakafan di Indonesia saat ini masih belum dimanfaatkan secara

    maksimal, karena berbagai faktor.

    Beberapa faktor yang menjadikan wakaf tidak optimal di Indonesia di

    antaranya karena3:

    1. Kurangnya pemahaman dan kepedulian umat Islam terhadap wakaf,2. SDM wakaf yang belum profesional,3. Perangkat hukum yang belum integral, dan4. Pengaruh ekonomi globalPerwakafan di Indonesia masih jauh tertinggal dibanding dengan negara-

    negara yang mayoritas berpenduduk Islam lain. Di Mesir pengelolaan wakaf di

    lakukan oleh kementrian tersendiri, yaitu Kementerian Urusan Wakaf (Wizaratul

    Awqaf). Harta wakaf berbentuk gedung disewakan, tanah-tanah pertanian

    disewakan atau pengelolaanya di serahkan kepada orang yang bersedia

    mengelolanya. Universitas legendaris di Kairo, yaitu Iniversitas Al Azhar, sejak

    tahun 970 M sampai sekarang dibiayai dari hasil wakaf. 4 Bahkan di Singapura

    pengembangan wakaf pun tak kalah produktif. Di Singapura pengelolaan wakaf

    dalam bentuk perusahaan yang bernama Wakaf Real Estate Singapura

    (WAREES). Perusahaan ini bergerak di bidang real estate yang meliputi

    pembangunan perumahan, kawasan perdagangan dan perkantoran. Aset wakafyang dikelola lebih dari 250 US Dollar yang terdiri dari bangunan keagamaan,

    komersial, perumahan, dan pendidikan.5

    Lantas mengapa wakaf di Indonesia belum produktif, seperti di negara-negara

    lain ? hal ini di pastikan karena Nazhir, selaku pengelola harta wakaf, belum

    mengelola harta wakaf secara profesional.

    3Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,Perkembangan

    Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 33-524Wakaf di Singapura dan Mesir, Sharing, edisi 52 Thn V April 2011, hlm19

    5Ibid, hlm. 18

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    5/22

    5

    Dilihat dari cara pengelolaannya selama ini, ada tiga tipe nazhir di Indonesia6.

    Pertama, dikelola secara tradisional. Harta wakaf hanya dikelola untuk

    kepentingan pembangunan mesjid, madrasah, mushola, dan kuburan. Kedua, harta

    wakaf dikelola semi profesional. Cara pengelolaannya masih tradisional, namun

    nazhir sudah mulai melakukan pengembangan harta wakaf lebih produktif.Ketiga, harta wakaf dikelola secara profesional. Nazhir telah mampu

    memaksimalkan harta wakaf untuk kepentingan yang lebih produktif dan dikelola

    secara profesional dan mandiri.

    Dengan kondisi perwakafan di Indonesia seperti ini, menurut hemat penulis

    bahwa terdapat permasalahan yang perlu di analisa lebih dalam agar pengelolaan

    wakaf dapat optimal dalam upaya pengentasan kemiskinan.

    1.2Rumusan MasalahSaat ini pengelolaan wakaf di Indonesia mulai berkembang, hal ini seiring

    dengan bermunculannya Lembaga-lembaga yang konsen mengelola wakaf dankebijakan-kebijakan pendukung lainnya. Namun perkembangan wakaf masih

    tergolong lambat dibanding perkembangan dana sosial lainya, seperti Zakat. oleh

    karena itu, perlu terobosan baru dalam pengelolaan wakaf agar lebih produktif.

    Diantara pola pengelolaan wakaf adalah melalui mekanisme Bank Wakaf. Praktek

    ini juga pernah dikembangkan di Banglades, yang di sebut dengan Social

    Investmen Bank (SIB), dimana lembaga ini mengelola dana wakaf dan dana

    kebajikan lainnya menyerupai pola kerja bank. Maka dari itu, penulis

    berkesimpulan dalam membuat rumusan masalah penelitian ini adalah:

    Bagaimana pola kerja Bank Wakaf dalam upaya pemberdayaan umat untuk

    pengentasan kemiskinan ?

    1.3Tujuan PenulisanPotensi wakaf di Indonesia yang sangat besar haruslah dikelola dengan

    optimal, inovasi dalam pengelolaannya menjadi suatu keharusan. Salah satu

    inovasi dalam pengelolaan dana wakaf adalah melalui mekanisme Bank Wakaf.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kerja Bank Wakaf dalam

    mengelola dana wakaf untuk pengentasan kemiskinan.

    6Republika, Selasa, 8 Juli 2008

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    6/22

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1Konsep Wakaf2.1.1 Pengertian

    Wakaf menurut bahasa adalah menahan untuk berbuat, membelanjakan.

    Kata wakaf berasal dari kata kerja Waqafa-Yaqifu-Waqfan, yang berarti berhenti

    atau berdiri. Wakaf menurut syara ada tiga pengertian. Pertama, menurut Abu

    Hanifah, wakaf adalah menahan harta dari otoritas kepemilikan orang yang

    mewakafkan, dan menyedekahkan kemanfaatan barang wakaf tersebut untuk

    tujuan kebaikan. Kedua, menurut mayoritas ulama, wakaf adalah menahan harta

    yang bisa dimanfaatkan sementara barang tersebut masih utuh, dengan

    menghentikan sama sekali pengawasan terhadap barang tersebut dari orang yang

    mewakafkan dan lainnya, untuk pengelolaan yang diperbolehkan dan riil, atau

    pengelolaan revenue (penghasilan) barang tersebut untuk tujuan kebajikan dan

    kebaikan demi mendekatkan diri kepada Allah. Ketiga, Mazhab Maliki, wakaf

    adalah si pemilik harta menjadikan hasil dari harta yang dia miliki atau

    menjadikan penghasilan dari harta tersebut kepada orang yang berhak dengan

    suatu sighat untuk suatu tempo yang dipertimbangakan oleh orang yang

    mewakafkan.7

    Manurut Abu Bakr Jabir Al-Jazairi dalam Minhajul Muslim,

    mendefinisikan wakaf sebagai penahanan harta sehingga tidak bisa diwarisi, atau

    dijual, atau dihibahkan, dan didermakan hasilnya kepada penerima wakaf.8

    Komisi fatwa MUI mendefinisikan wakaf dengan menahan harta yang

    dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya dengan cara tidak

    melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (menjual, memberikan, ataumewariskan) untuk disalurkan hasilnya pada sesuatu yang mubah yang ada.9

    2.1.2 Legalitas HukumWakaf menurut mayoritas ulama adalah sunnah yang dianjurkan. Ini

    termasuk sedekah yang disunnahkan.10 Sebagimana firman Allah SWT.

    kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu

    menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu

    nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya (Q.S Ali Imran:92)

    7Wahbah az Zuhaili,Fiqh Islam Wa Adillatuhu, jilid 10, Gema Insani Press, Jakarta, 2011,

    penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani, dkk, hlm.l 269-2728

    Abu Bakr Jabir Al jazairi,Ensiklopedi Islam Minhajul Muslim, Darul Falah, Jakarta, 2000,

    Penerjemah: Fadli Bahri. Hal: 5659Direktorat pemberdayaan Wakaf, Direktorat jendral Bimbingan Masyarakat Islam,Pedoman

    Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta, 2006, hlm.16310

    Wahbah az Zuhaili, op.cit. Hal: 273

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    7/22

    7

    Begitu juga firman-Nya,

    Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari

    hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari

    bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu

    menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya

    melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah

    Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Q.S Al Baqarah: 267)

    Adapun hadist yang lebih tegas menggambarkan dianjurkannya ibadahwakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya yang ada di

    Khaibar:

    Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar ra. Memperoleh sebidang

    tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah untuk memohon

    petunjuk. Umar berkata : Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di

    Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang

    engkau perintahkan kepadaku ? Rasulullah menjawab : Bila kamu suka, kamu

    tahan pokoknya tanah itu, dan kamu sedekahkan hasilnya. Kemudian umar

    melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak juga dihibahkan dan juga tidak

    diwariskan. Berkata ibnu Umar: Umar menyedekahkanya kepada orang-orang

    fakir, kaum krabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak

    mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya)

    makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak

    bermaksud menumpuk harta (HR. Muslim)

    2.1.3 Rukun WakafMayoritas ulama mengatakan bahwa wakaf memiliki empat rukun, yaitu

    orang yang mewakafkan, barang yang diwakafkan, pihak yang diberi wakaf, dan

    sighat.11 Penjelasan masing-masing unsur wakaf tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Orang yang mewakafkan (Wakif). Orang yang mewakafkan hartanya dalamhukum Islam disebut dengan istilah Wakif. Seseorang wakif haruslahmemenuhi syarat untuk mewakafkan hartanya, diantaranya adalah kecakapan

    bertindak, telah dapat mempertimbangkan baik buruknya perbuatan yang

    dilakukannya, dan benar-benar pemilik harta yang diwakafkan.12

    2. Benda yang diwakafkan (mauquf). Benda wakaf dipandang sah apabilamemenuhi syarat-syarat sebagai berikut. Pertama, harus tetap zatnya dan

    dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama, tidak habis sekali pakai.

    11Ibid., hlm. 275.

    12Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, UI Press, Jakarta, 2006, hlm.

    85.

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    8/22

    8

    Pemanfaatan ini haruslah untuk hal-hal yang berguna, halal, dan sah menurut

    hukum. Kedua, harta yang diwakafkan haruslah jelas wujudnya dan pasti

    batas-batasnya. Ketiga, harta yang diwakafkan haruslah benar-benar milik

    wakif dan bebas dari segala beban. Keempat, harta yang diwakafkan itu dapat

    berupa benda tetap atau benda bergerak.13

    3. Penerima wakaf (mauquf alaih). Dalam pasal 22 UU Wakaf no 41 Tahun

    2004, disebutkan dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta

    benda wakaf hanya dapat diperuntukkan bagi

    a. Sarana dan kegiatan ibadah,b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta ibadahc. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa,d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, dan/ataue. Kemajuan dan kesejahteraan lainnya yang tidak bertentangan dengan

    syariah dan peraturan perundang-undangan.

    4. Sighat. Sighat merupakan pernyataan dari wakif sebagai tanda penyerahanbarang atau benda yang diwakafkan, dapat dilakukan dengan lisan maupuntulisan. Dengan adanya pernyataan ini, maka lepaslah hak kepemilikan wakif

    terhadap harta benda yang telah diwakafkan. Kepemilikan harta akan kembali

    menjadi mutlak milik Allah yang dimanfaatkan untuk kepentingan umat.

    2.1.4 Tujuan WakafTujuan utama wakaf adalah rai atau hasil dari manfaat yang diusahakan.

    Pengertian rai adalah semua faedah atau hasil dari yang diwakafkan seperti

    (sewa) susu, anak hewan yang dikandung induknya sesudah diwakafkan, buah

    yang baru timbul setelah diwakafkan, dan dahan yang biasa dipotong. Dari tujuan

    wakaf, disimpulkan dua hal, yaitu pertama, wakaf hendaknya berupa benda,karena tujuan wakaf ialah menjadi sumber dana yang berlangsung lama. Kedua,

    benda wakaf tidak boleh dijual, diwariskan dan dihibahkan. Hal ini untuk

    mencegah perubahan status harta dari milik umum menjadi milik pribadi.14

    2.1.5 NadzirNadzir adalah kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas

    pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf15. Tugas nadzir adalah membangun,

    mempersewakan, mengembangkannya agar berhasil dan mendistribusikan

    hasilnya itu kepada pihak-pihak yang berhak, serta kewajiban memelihara modal

    wakaf dan hasilnya

    2.2Wakaf TunaiHukum mewakafkan uang tunai merupakan permasalah yang masih

    diperdebatkan oleh kalangan ulama fikih. Karena cara lazim yang dipakai dalam

    13Ibid., hlm. 86.

    14Mustafa Edwin Nasution, dan Uswatun Hasanah, op.cit, hlm.94-95

    15Muhammad Daud Ali, op.cit, hlm 112

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    9/22

    9

    mengembangkan harta wakaf dengan menyewakan harta wakaf, sedang uang

    bukan merupakan komoditas yang dapat disewakan.

    Adapun alasan ulama yang tidak membolehkan wakaf uang antara lain16:

    a. Bahwa uang bisa habis zatnya sekali pakai. Sedangkan inti ajaran wakafadalah pada kesinambungan hasil dari modal dasar yang tetap, tidak habissekali pakai.

    b. Uang adalah alat tukar untuk memudahkan orang melakukan transaksijual-beli, bukan untuk ditarik manfaatnya dengan mempersewakan zatnya.

    Berikut ini pendapat mazhab tentang wakaf tunai:

    a. Ulama HanafiyahUlama Mazhab Hanafi berpendapat bahwa harta yang sah diwakafkan

    adalah benda tidak bergerak dan benda bergerak. Benda yang tidak

    bergerak dipastikan ain-nya memiliki sifat yang kekal danmemungkinkan dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Untuk wakaf

    benda bergerak dibolehkan berdasarkan atsar yang membolehkan

    mewakafkan senjata dan binatang-binatang yang dipergunakan untuk

    perang. Begitu juga dengan wakaf benda bergerak seperti buku atau kitab-

    kitab, menurut ulama Hanafiyah, pengetahuan adalah sumber pemahaman

    dan tidak bertentangan dengan nash. Mereka menyatakan untuk mengganti

    benda wakaf yang dikhawatirkan tidak kekal adalah memungkinkan

    kekalnya manfaat. Menurut mereka mewakafkan buku-buku dan mushaf

    dimana yang diambil adalah pengetahuannya, kasusnya sama dengan

    mewakafkan dirham dan dinar (uang)17.

    Wahbah Az-Zuhaili juga mengungkapkan bahwa mazhab Hanafi

    membolehkan wakaf tunai sebagai pengecualian, atas dasarIstihsan Bi Al-

    Urfi, karena sudah banyak dilakukan oleh masyarakat. Ulama Mazhab

    Hanafi berpendapat bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan urf atau

    adat kebiasaan mempunyai kekuatan yang sama dengan hukum yang

    ditetapkan berdasarkan nash.18

    b. Ulama MalikiyahUlama pengikut mazhab maliki berpendapat boleh mewakafkan benda

    bergerak maupun tidak bergerak. Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwaulama mazhab Maliki membolehkan wakaf makanan, uang dan benda

    bergerak lainnya, lebih lanjut wahbah Az-Zuhaili juga menjelaskan bahwa

    wakaf uang dapat diqiyaskan atau dianalogikan dengan baju perang dan

    binatang, sebab terdapat persamaan illat antara keduanya. Sama-sama

    16Mustafa Edwin Nasution, dan Uswatun Hasanah, op.cit, hlm. 98

    17Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, fiqh Wakaf,

    Jakarta, 2006, hlm. 31-3218

    Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman

    Pengelolan Wakaf Tunai, Jakarta, 2006, hlm. 2

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    10/22

    10

    benda bergerak dan tidak kekal, yang mungkin rusak dalam jangka waktu

    tertentu. Hal ini juga menunjukkan bahwa Imam Maliki membolehkan

    wakaf untuk jangka waktu tertentu. Namun apabila wakaf uang jika

    dikelola secara profesional memungkin uang yang diwakafkan akan kekal

    selamanya.19

    c. Ulama SyafiiyahMazhab SyafiI berpendapat boleh mewakafkan benda apapun dengan

    syarat barang yang diwakafkan haruslah barang yang kekal manfaatnya ,

    baik berupa benda bergerak maupun tidak bergerak.Namun Imam SyafiI

    mencegah adanya tukar menukar harta wakaf, menurut beliau tidak boleh

    menjual masjid secara mutlak, sekalipun mesjid itu roboh. Namun

    sebagian golongan syafiiah yang lain berpendapat boleh ditukar agar

    harta wakaf itu ada manfaatnya dan sebagaian lain tetap menolaknya.

    Menurut Al-Bakri, mazhab SyafiI tidak membolehkan wakaf tunai karenadirham dan dinar akan lenyap ketika dibayarkan sehingga tidak ada

    wujudnya.20

    Bila melihat pendapat para ulama diatas, masih terdapat perdebatan terkait

    hukum wakaf tunai. Namun jika melihat keumuman dalil tentang wakaf, maka

    tidak ada nash Al-Quran dan Sunnah Rasulullah yang secara tegas melarang

    wakaf uang, maka atas dasar maslahah mursalah, wakaf uang dibolehkan, karena

    mendatangkan manfaat yang sangat besar bagi kemaslahatan ummat. Selain

    maslahah mursalah wakaf uang juga disandarkan pada hadis yang telah

    diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwa rasulullah bersabda Apa yang dipandang

    kaum muslimin baik, dalam pandangan Allah juga baik.

    2.3Sertifikat Wakaf Tunai (SWT)Studi yang dilakukan Manan, pendiri SIBL, menyebutkan bahwa wakaf tunai

    dapat digunakan sebagai instrumen keuangan dan merupakan produk baru dalam

    sektor perbankan. Beberapa pedoman operasional SWT yang dipraktikan oleh

    SIBL antara lain21:

    a. Wakaf tunai harus dipandang sebagai sumbangan yang sesuai dengansyariah. Bank akan mengelola wakaf tunai atas nama waqif.

    b. Wakaf dapat diberikan berulangkali dan rekening yang dibuka sesuaidengan nama yang dibberikan waqif.

    c. Waqif diberi kebebasan untuk memilih sasaran waqaf (al-muwaquf alaih)baik sasaran yang sudah teridentifikasi oleh SIBL atau sasaran lainnya

    yang sesuai syariah. Adapun sasaran wakaf yang sudah berhasil

    19Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman

    Pengelolan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta, 2006, hlm. 44-4620

    Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Fiqh

    Wakaf, Op.cit., hlm. 4521

    Mustafa Edwin Nasution dan Uswantun Hasanah, op.cit, hlm. 100-101

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    11/22

    11

    diidentifikasi oleh SIBL secara umum antara lain: Rehabilitas Keluarga (

    family rehabilition ), Pendidikan dan Kebudayaan ( education and culture

    ), Kesehatan dan Sanitasi ( Health and Sanitation ), Pelayanan Sosial (

    Social Utility Service ).

    d. Dana Wakaf Tunai akan mendapat keuntungan pada tingkat yang palingtinggi yang ditawarkan oleh bank dari waktu ke waktu.

    e. Dana Wakaf akan tetap dan hanya dana yang berasal dari keuntungan yangakan dibagikan kepada sasaran yang telah dipilih waqif. Keuntungan yang

    belum sempat dibagikan otomatis akan digabubngkan dengan dana wakaf

    yang sudah ada yang akan mendapatkan keuntungan yang lebih

    berkembang sepanjang waktu.

    f. Waqif juga dapat meminta bank untuk menyalurkan seluruh keuntunganyang diperoleh kepada sasaran yang telah ditentukan oleh waqif.

    g. Waqif dapat memberikan wakaf tunai sepanjang waktu.h. Waqif mempunyai hak untuk memberikan perintaj pada bank untuk

    mengambil dana wakaf dari rekening lainnya di SIBL secara rutin.

    i. Wakaf Tunai harus diterima dalam bentuk endowment receipt vouchertertentu dan satu sertifikat untuk seluruh nnilai harus diterbitkan ketika

    wakaf tersebut diberikan.

    j. Prinsip dan ketentuan mengenai rekening wakaf tunai berdasarkanamandemen dan akan dievaluasi dari waktu ke waktu.

    2.4Pengertian Intermediasi SosialIntermediasi atau intermediary makna secara harfiahnya adalah perantara atau

    penengah. Dalam pembangunan ekonomi biasanya intermediasi merupakan

    lembaga yang menjadi penghubung antara pemodal dengan pengusaha/industri.

    Dalam hal ini bank wakaf merupakan Lembaga Intermediasi (LI) yang berfungsi

    menghimpun dalam wakaf dari masyarakat, dan disalurkan kembali manfaatnya

    untuk kepentingan umat.

    Istilah Sosial berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya

    berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan

    dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. MenurutFahri, Sosial adalah sebuah inti dari bagaimana para individu berhubungan

    walaupun masih juga diperdebatkan tentang pola berhubungan para individu

    tersebut.22

    22pengertian dan definisi sosial menurut para ahli diakses dari

    http://carapedia.com/pengertian_definisi_sosial_menurut_para_ahli_info516.htmlpada tanggal 6

    Mei 2012 pukul 20.15

    http://carapedia.com/pengertian_definisi_sosial_menurut_para_ahli_info516.htmlhttp://carapedia.com/pengertian_definisi_sosial_menurut_para_ahli_info516.htmlhttp://carapedia.com/pengertian_definisi_sosial_menurut_para_ahli_info516.html
  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    12/22

    12

    Sedang pengertian Intermediasi Sosial menurut Elaine Edgcomb Laura Barton

    adalah23:

    Intermediasi sosial adalah intermediasi keuangan dengan pembangunan

    kapasitas-komponen, ditujukan bagi sektor masyarakat bahwa kurangnya

    akses ke fasilitas kredit dan tabungan. Intermediasi sosial melibatkanpembangunan modal sosial dalam bentuk kelompok yang dapat menghasilkan

    sebuah "informasi aset" untuk para anggotanya, yang memungkinkan

    organisasi keuangan untuk mengembangkan kepercayaan membangun

    hubungan pinjaman. Ini mengubah "penerima manfaat" menjadi "klien"

    melalui pengembangan dan penegakan kontrak antara pemberi pinjaman dan

    peminjam, dan melalui dukungan untuk kepemilikan dan kontrol atas sumber

    daya oleh yang termiskin. Hal ini menyebabkan pembentukan sistem dan

    struktur di mana satu atau lebih pemain kelembagaan membuat proses

    berkelanjutan yang berhasil menghubungkan peminjam miskin untuk sumber

    jasa modal dan keuangan, baik kredit dan tabungan.

    23Diakses dari

    http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/

    PNACD060.pdftanggal 6 Mei 2012 pukul 20.00

    http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACD060.pdfhttp://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACD060.pdfhttp://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACD060.pdfhttp://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACD060.pdfhttp://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACD060.pdf
  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    13/22

    13

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

    kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

    berlandaskan pada filsafat postpositivisme24 digunakan untuk meneliti pada

    kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

    peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

    secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

    penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi25.

    Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang dianalisis tidak untuk

    menerima atau menolak hipotesis (jika ada). Hasil analisis tersebut berupa

    deskripsi atas gejala-gejala yang diamati dan tidak harus berbentuk angka-angkaatau koefisien antarvariabel. Namun, penelitian kualitatif bukan tidak mungkin

    memiliki data kuantitatif.26

    3.2Jenis DataJenis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu

    data primer dan sekunder.

    1. Data PrimerData primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari

    individu atau perorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian

    kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.

    27

    Penelitian ini mengambil dataprimer dari hasil wawancara atau diskusi dengan pengelola dana wakaf dan

    dari hasil observasi dari beberapa lembaga pengelola wakaf.

    2. Data SekunderData sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

    disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain

    misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.28 Penelitian ini

    mengambil data sekunder berupa Literatur seperti buku, artikel, jurnal,

    majalah, internet, dll.

    3.3Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan

    menggunakan beberapa metode yaitu :

    24Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigm interpretif dan konstruktif,yang

    memandang realitas social sebagai sesuatu yang holisttik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna,

    dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).25

    Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung, 2008, hlm.

    926

    Subana dan Sudrajat,Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka Setia, Bandung, 2005. hlm. 1727

    Husein Umar,Riset Akuntansi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003. hlm. 69.28

    Ibid.

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    14/22

    14

    1. Interview (wawancara)Metode ini digunakan untuk pengumpulan data dan menggali informasi lebih

    mendalam yang langsung ditujukan kepada lembaga pengelola wakaf dan

    akademisi yang konsen dalam fiqih dan perkembangan wakaf.

    2. Studi KepustakaanMetode ini digunakan untuk menggali dasar-dasar teori yang terkait hukumwakaf dan perkembangan pengelolaan wakaf.

    3.4Batasan PenelitianBatasan penelitian ini difokuskan pada pengembangan dan inovasi dari

    pengelolaan wakaf tunai sebagai sarana intermediasi sosial untuk membangun

    suatu kekuatan modal di tengah masyarakat,. Pengembangan dan inovasi tersebut

    dibatasi pada operasional lembaga wakaf baik dalam penghimpunan (funding) dan

    penyaluran dana wakaf (lending).

    3.5Analisis DataPenelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

    deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan keadaan yang

    diamati.29 Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang mengandalkan

    pada peran yang saling melengkapi secara terus menerus antara pengumpulan dan

    analisis data melalui pengajuan pertanyaan dan pembandingan teoritis.30

    Penelitian ini disusun untuk mengekplorasi fenomena yang terjadi dengan

    memadukan konsep dan operasional lembaga pengelola wakaf, sebagai lembaga

    atau badan yang bergerak di bidang sosial keagamaan.. Dalam menganalisis

    permasalahan, terlebih dahulu melakukan proses analisis terhadap permasalahan

    kemudian mengaitkan permasalahan yang terjadi di lapangan beserta solusinya

    dengan menggunakan skema dari pola kerja yang tepat.Agar memperoleh kebenaran yang ilmiah, penelitian ini dilakukan dengan

    memperhatikan beberapa tahapan yaitu tahap penyajian bukti atau fakta (skeptik),

    memperhatikan permasalahan yang relevan (analitik), dan tahap menimbang

    secara obyektif untuk berpikir logis (kritik)31.

    29Menurut Bogdan dan Taylor, mengutip dalam bukunya Lexy J. Moleong, Metode Penelitian

    Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, bandung, 1997, hlm. 3.30

    Sujoko Efferin et. al., Metode Penelitian untuk Akuntansi: Sebuah Pendekatan Praktis,

    Bayumedia Publishing, Malang, 2004, hlm. 154.31

    op.cit. Narbuko. Hal 6

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    15/22

    15

    BAB IV

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1 PembahasanBanyak pendapat pakar tentang kemiskinan diantaranya adalah Anne Booth

    dan Firdaus 1996 dalam papernya Effect of Price and Market Reform on the

    Poverty Situation of Rural Communities and Firm Families menyatakan penyebab

    kemiskinan adalah keterbatasan penduduk (dalam hal ini adalah masyarakat

    miskin) mengakses fasilitas publik dan kredit. Dalam teori pertumbuhan Ekonomi

    Solow (Solow Growth Theory) menekankan penguasaan modal dan penguasaan

    teknologi dapat mengentaskan kemiskinan, khusus untuk penguasaan modal,

    dimana Jhingan (2002) menjelaskan juga bahwa tingkat investasi yang rendah

    akan menyebabkan modal kurang dan produktivitas rendah.

    Selain masalah permodalan masalah kualitas SDM juga sangat berpengaruh

    terhadap kemiskinan. Jika penduduknya terbelakang dan buta huruf, pengetahuandan kemampuan kewiraswastaan juga minim, walaupun tersedia akses

    permodalan tetap saja mereka tidak akan bisa keluar dari kemiskinan karena

    kemungkinan modal yang ada akan habis dipakai untuk kebutuhan konsumsinya.

    Dengan adanya dua masalah penyebab utama kemiskinan yaitu adanya

    keterbatasan akses modal dan minimnya kualitas SDM, maka menjadi suatu

    kebutuhan yang urgen untuk dibentuk sebuah lembaga sosial keagamaan yang

    bisa mengatasi dua masalah tersebut. Berangkat dari masalah ini, penulis mencoba

    mengusulkan sebuah ide pembentukan bank wakaf di indonesia. Bank wakaf ini

    diharapkan menjadi lembaga intermediasi sosial untuk membangun suatu

    kekuatan modal di tengah masyarakat yang bersifat sosial dengan dipadukan

    dengan unsur komersial serta dapat melakukan pendampingan guna meningkatkankualitas SDM yang ada.

    Bank wakaf ini adalah sebuah inovasi yang coba kami tawarkan dalam

    kelembagaan pengelola wakaf tunai ditanah air. Selama ini kita mengetahui pada

    umumnya dana wakaf yang terkumpul, digunakan untuk membeli aset produktif.

    Keuntungan dari kepemilikan aset produktif ini ( berupa uang sewa, bagi hasil,

    dan lainnya), selanjutnya akan didistribusikan untuk kepentingan masyarakat

    miskin. Hal ini sesuai dengan karakteristik yang melekat pada dana wakaf yaitu,

    menahan pokok dan menyalurkan manfaat.

    Berdasarkan karakteristik ini juga operasional bank wakaf akan dijalankan.

    Dana wakaf akan disalurkan langsung kepada masyarakat miskin yang mau

    belajar berwirausaha dan mau dibina dari segi kemampuan wirausaha maupunakhlak. Jadi dalam pengelolaan dana wakaf ini, bukan nadzir yang berusaha

    memproduktifkan wakaf tetapi masyarakatlah yang memproduktifkan wakaf

    tersebut dan hasilnya digunakan untuk kebutuhan hidupnya dan tetap ada porsi

    dari dana tersebut untuk membeli aset produktif atau usaha yang dapat mendatang

    keuntungan atau bahkan menggabungkan kedua mekanisme ini.

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    16/22

    16

    Struktur Organisasi Pengelolaan Bank Wakaf Sederhana

    Dalam pengelolaannya bank wakaf minimal memiliki tiga divisi dibawah

    manajer yaitu, divisi funding, divisi akuntansi dan divisi pemberdayaan. Masing

    divisi ini sangat urgen keberadaannya dalam bank wakaf. Tugas utama divisi

    funding adalah mendapatkan dana sebanyaknya baik dana wakaf, dana CSR

    perusahaan dan dana sejenis yang halal. Dalam hal funding dana bank wakafmembidik bebrapa sumber keuangan yang bersifat sosial seperti dana CSR, dana

    wakaf itu sendiri dan dana lain yang sejenis. Dalam kegiatan mengumpulkan dana

    bank wakaf memiliki beberapa strategi diantaranya adalah sebagai berikut:

    1. Mengeluarkan sertifikat wakaf tunai.2. Kerjasama dengan CSR perusahaan.3. Funding langsung kepada masyarakat dengan membuka konter

    wakaf.

    Selanjutnya divisi akuntansi bertugas mengatur keuangan perusahaan,

    pengaturan ini diimplementasikan melalui pembedaan rekening untuk masing

    masing dana ( dana wakaf, CSR, dan dana lain yang sejenis ). Pemisahan ini

    dilakukan berdasarkan karakteristik yang berbeda beda, maka berbeda pula

    dalam perlakuan akuntasinya.

    Divisi pemberdayaan memiliki fungsi yaitu, analisis usaha nasabah yang akan

    dibiaya oleh bank wakaf, fungsi pendampingan dan fungsi lain yang berkaitan

    dengan pemberdayaan agar dana di bank wakaf bisa produktif.

    Dalam penyaluran dana yang terkumpul bank wakaf mengunakan dua basis

    akad yaitu, qord dan akad tijarah ( mudharabah, musyarakah, ijarah dan lainnya).

    Konsekuensi dari akad qord ini, nasabah mendapat pinjaman murni dengan

    pengembalian sebesar pokoknya tanpa ada kelebihan ( sama dengan prinsippinjaman pada grameen bank).

    Manajer

    Div. Funding Div. Akuntansi Div.

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    17/22

    17

    Pola Penyaluran Dana Wakaf Melalui Modal Kerja ( Akad Qord)

    Nadzir Masyarakat

    penyaluran modal2 Laba usaha

    Dana wakaf yang ada akan disalurkan langsung kepada masyarakat miskin

    dalam bentuk modal kerja dengan mengunakan akad qord. Selanjutnya

    masyarakat akan mengunakan dana tersebut untuk modal usaha. Setelah usaha

    berjalan dan mendapatkan keuntungan keuntungan ini digunakan sepenuhnyauntuk keperluan rumah tangganya. Setelah tiba masa pengembalian dana wakaf

    maka, nasabah wajib mengembalikan modal kerja yang digunakanya. Dengan

    mekanisme pengelolaan dana wakaf seperti ini, bukan nadzir yang berusaha

    memproduktifkan wakaf tetapi masyarakatlah yang memproduktifkan wakaf

    tersebut dan hasilnya digunakan untuk kebutuhan hidupnya.

    Pola Penyaluran Dana Wakaf berupa Hasil Investasi

    Nadzir Masyarakat

    Dalam mekanisme pemberdayaan dana wakaf yang kedua, bank wakaf

    berinvestasi dengan membeli aset produktif atau pembelian saham perusahaan

    sama seperti pengelolan wakaf tunai yang ada sekarang ini. Berarti dalam hal ini

    nadzir ( pengelola bank wakaf) memproduktifkan sendiri dana wakaf yang

    1

    Dana wakaf Keperluan

    individu:

    kesehatan,

    pendidikan,Investasi Aset

    atau sektor

    produktif

    Hasil investasi

    (sewa, bagi hasil

    2

    1 3

    3

    Dana wakaf Dana wakaf

    Keuangan

    wirausaha

    Hasil usaha

    Pengembalian modal

    34

    4

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    18/22

    18

    terkumpul, baru kemudian menyalurkan hasil kepada masyarakat yang

    membutuhkan.

    Kedua pola penyaluran dana wakaf ini harus diatur sebaik mungkin agar

    operasional bank wakaf bisa terus beroperasi, perberdayaan dengan penyaluran

    langsung dengan akad qord dan akad tijarah harus dalam proporsi yang ideal. Halini dimaksudkan agar beban operasional dapat ditutupi dari hasil investasi bukan

    dari dana wakaf sebab dana wakaf harus dijaga agar nilainya tidak berkurang.

    Adapun pola kerja dari bank wakaf secara keseluruhan dapat dilihat dari

    skema dibawah ini. Skema ini akan menjelaskan secara sederhana proses

    operasional dari masingmasing divisi dan hubungan antar divisi tersebut.

    Skema Kerja Bank Wakaf

    Keterangan:

    1. Divisi funding bank wakaf memperoleh dana dari dana CSR dan danawakaf, selanjutnya setelah dana ini terkumpul, maka dana diserahkan ke

    bagian divisi akuntansi. Setelah dana diterima dari divisi funding, divisi

    akuntansi melakukan pencatatan dan akan dimasukan dalam rekening yang

    berbeda. Pembedaan ini dilakukan karena masingmasing dana memiliki

    karakteristik yang berbeda.

    2. Selanjutnya dana diberdayakan dalam bentuk modal kerja dan pembelianaset / investasi pada sektor produktif. Pemberdayaan ini terdiri dari porsi

    dana wakaf dan CSR, dimana dana wakaf ini memiliki karakteristik

    khusus, yaitu tak boleh berkurang jumlahnya maka, dana wakaf akan

    mendapat perlakuan akuntansi khusus (perlakuan khusus akan dijelaskan

    pada point 5).

    Div. Funding Div. Akuntansi Div. Pemberdayaan

    2

    2

    MengcoverDana wakaf

    +

    5

    Mengcover

    Beban

    Operasional

    3

    4Laba usaha dibagi hasilkanBeban Operasional

    Rekening Bagi hasil

    Dana Wakaf darimasyarakat

    Dana CSR Perusahaan

    Rekening Dana Wakaf

    Rekening Dana CSR

    Perusahaan

    Akad Tijarah

    PenyaluranDalam Bentuk

    Modal Kerja

    Akad Qord

    2

    2

    5

    1

    1

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    19/22

    19

    3. Dalam penyaluran permodalan ini, bank wakaf membedakan menjadi duajenis transaksi yaitu, transaksi yang mengunakan akad qord dan transaksi

    berbasis akad tijarah.

    4.

    Dari transaksi berbasis akad tijarah ini akan menghasilkan bagi hasil darilaba yang diperoleh unit usaha yang diberi permodalan. Selanjutnya uang

    dari bagi hasil dimasukan kedalam rekening bagi hasil.

    5. Dana dari rekening bagi hasil ditambah dana yang berada dalam rekeningdana CSR, dipergunakan untuk menutupi beban operasional dan meng-

    coverdana wakaf yang tidak dikembalikan akibat gagal bayar.

    Skema Permodalan & Pendampingan

    Masyarakat Miskin &

    Kreatif

    Hasil Divisi Pemberdayaan

    3

    3

    Keterangan:

    1. Nasabah dari bank wakaf mengajukan ide usaha kepada bank wakaf,selanjutnya divisi pemberdayaan melakukan pengarahan dan pembinaan,

    serta ikut mengkonsep usaha yang diajukan.

    2. Dari pengarahan dan pembinaan yang dilakukan divisi pemberdayaanakan menghasilkann konsep matang usaha dan pribadi yang terbina dari

    sisi kemampuan mengelola usaha dan akhlak yang islami.

    Ide UsahaPengarahan

    &

    Pembinaan

    Konsep matangsebuah usaha

    Pembinaan

    Pribadi

    +

    Usaha

    Produktif

    Pemberian modal &

    akad yang digunakanPemahaman dana

    wakaf sebagai

    modal usaha

    1

    2

    33

    4

    5

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    20/22

    20

    3. Selanjutnya lembaga menyiapkan dana permodalan ( dana wakaf + CSR )untuk diberikan kepada calon nasabah yang siap menjalankan usaha.

    Sebelum dana dicairkan divisi pemberdayaan memberi penjelasan dana

    yang digunakan adalah dana dengan komposisi dana wakaf dan dana

    CSR. Porsi dana wakaf mengunakan akad qord yang wajib dikembalikantanpa kelebihan dalam kondisi apa pun sedangkan dana CSR mengunakan

    salah satu akad tijaroh dengan bagi hasil rendah.

    4. Setelah nasabah paham dengan akad yang digunakan dan pemahamankarakteristik yang melekat pada dana wakaf, selanjutnya dana dicairkan

    dan siap digunakan untuk memulai usaha.

    5. Setelah usaha berjalan selanjutnya dilakukan monitoring oleh divisipemberdayaan secara kontinyu.

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    21/22

    21

    BAB V

    PENUTUP

    5.1

    Kesimpulan

    1. Desain bank wakaf sangat cocok untuk mengatasi masalah penyebabkemiskinan yaitu sulitnya akses permodalan dan kualitas SDM yangrendah, hal ini dikarenakan bank wakaf memadukan solusi untuk dua

    masalah tersebut dalam satu konten yaitu melalui permberian permodalan

    dan pendampingan.

    2. Modal kerja yang disalurkan merupakan modal kerja dengan hanyapengembalian pokoknya saja sehingga masyarakat miskin yang

    mengunakan modal ini tidak akan dibebankan dengan pengembalian

    kelebihan yang mencekik leher seperti yang dilakukan para rentenir.

    3.

    Keberadaan bank wakaf ini dapat dijadikan untuk sarana pengentasankemiskinan dan sarana peningkatan minat masyakat untuk berwakaf.

    5.2 Saran atau Rekomendasi1. Lembaga pengelolaan wakaf. Konsep Bank Wakaf yang coba kami

    kembangkan ini patut dicontoh oleh lembaga pengelolaan wakaf, karena konsep

    ini merupakan upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin dan

    meningkatkan perekonomian sehingga Usaha Mikro dan Kecil yang dimiliki

    masyarakat miskin bisa kuat dan berkembang.

    2.

    Pemerintah. Agar dapat membuat peraturan terhadap lembagapengelolaan dalam hal ini peraturan tentang bank wakaf agar

    operasionalnya nanti tidak berbenturan dengan regulasi perbankan.

    3. Akademisi. Agar dapat membuat kajian-kajian sejenis dalam rangkamenambah koleksi khazanah ilmiah secara khusus pada keilmuan

    pengelolaan wakaf dan secara umum pada keilmuan ekonomi Islam.

  • 7/27/2019 109565335 Bank Wakaf Sebagai Lembaga Intermediasi Sosial Nn

    22/22

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Abu Bakr Jabir Al jazairi, Ensiklopedi Islam Minhajul Muslim, Darul Falah,Jakarta, 2000, Penerjemah: Fadli Bahri.2. BWI, Aset Wakaf, Sangat Besar tapi Belum Produktif Republika, Selasa, 8 Juli2008

    3. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta, 2003

    4. Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan MasyarakatIslam,fiqh Wakaf, Jakarta, 2006

    5. Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan MasyarakatIslam,Pedoman Pengelolan Wakaf Tunai, Jakarta, 2006

    6. Direktorat pemberdayaan Wakaf, Direktorat jendral Bimbingan MasyarakatIslam,Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta, 2006

    7. Husein Umar,Riset Akuntansi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 20038. Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, UI Press,Jakarta, 20069. Nasution, Mustafa Edwin, dan Uswatun Hasanah (editor), Wakaf Tunai, Inovasi

    Finansial Islam, Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan KesejahteraanUmat, PKTTI-UI, Jakarta, 2005

    10.Sharing, edisi 52 Thn V April 201111.Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta,

    Bandung, 200812.Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka Setia, Bandung,

    200513.Sujoko Efferin et. al., Metode Penelitian untuk Akuntansi: Sebuah Pendekatan

    Praktis, Bayumedia Publishing, Malang, 2004

    14.Wahbah az Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, jilid 10, Gema Insani Press,Jakarta, 2011, penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani, dkk

    REFERENSI INTERNET15.pengertian dan definisi sosial menurut para ahli diakses darihttp://carapedia.com16. Data Base dan Potensi Wakaf, diakses darihttp://www.bwi.or.id17.Elaine Edg dan combLaura Barton, Intermediasi sosial Diakses dari

    http://translate.google.co.id/

    http://carapedia.com/http://carapedia.com/http://carapedia.com/http://www.bwi.or.id/http://www.bwi.or.id/http://www.bwi.or.id/http://translate.google.co.id/http://translate.google.co.id/http://translate.google.co.id/http://www.bwi.or.id/http://carapedia.com/