kajian pustaka dan kerangka konsep
Post on 05-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
13
.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
A. Pranata Sosial
Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang
berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus
dalam masyarakat. Pranata sosial berasal dari bahasa asing social institutions, itulah
sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang mengartikannya sebagai lembaga
kemasyarakatan, di antaranya adalah Soerjono Soekanto. Lembaga kemasyarakatan
diartikan sebagai himpunan norma dari berbagai tindakan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok di dalam kehidupan bermasyarakat
Pada umumnya setiap Manusia tidak bisa hidup dengan sendirinya
melainkan membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sebagai Mahluk
sosial, seiring dengan pertumbuhan dan pola relasi manusia dalam bermasyarakat
maka dari itu manusia tidak terlepas dari pranata, terbentuknya Pranata (lembaga
yang mengatur) bermula dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan kehidupan
bersama.
Menurut Soekanto (2012 : 171) Pranata tumbuh karena manusia dalam
hidupnya memerlukan keteraturan. Untuk mendapatkan keteraturan hidup bersama
dirumuskan norma-norma dalam masyarakat sebagai paduan bertingkah laku.
Menurut Koentjaraningrat (1964 : 113) mengemukakan bahwa pranata
merupakan sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-
aktivitas untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus dalam kehidupan
13
14
.
masyarakat. Defenisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma-
norma untuk memenuhi kebutuhan:
1. Kebutuhanhidupkekerabatan menimbulkanlembaga-lembaga kemasyarakatan
seperti keluarga batih, pelamaran, perkawinan, perceraian, dan sebagainya.
2. Kebutuhan akan mata pencharian menimbulkan lembaga-lembaga
kemasyarakatan, seperti misalnya pertanian, peternakan, koperasi, industri dan
lain-lain.
3. Kebutuhan akan pendidikan menimbulkan lembaga-lembaga kemasyarakatan,
seperti pesantren, taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan seterusnya.
4. Kebutuhan untuk menyatakan rasa keindahan menimbulkan kesusastraan, seni
rupa, seni suara, dan lain-lainya.
5. Kebutuhan jasmaniah manusia menimbulkan olahraga, pemeliharaan
kecantikan, pemeliharaan kesehatan, dan lain-lainya
1. Peran dan Fungsi Pranata Sosial
Menurut Sumner dalam Soekanto(2012 :173) mengatakan pranata adalah
sebagai cita-cita, perbuatan, sikap, dan perlengkapan kebudayan, bersifat kekal serta
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah agar ada
keteraturan dan integrasi. Dan mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka
bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah, terutama
yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat.
15
.
3. Merupakan pedoman sistem pengendalian sosial di masyarakat.
2. Ciri-ciri Pranata Sosial
Meskipun pranata sosial merupakan sistem norma, tetapi pranata sosial yang
ada di masyarakat memiliki ciri serta kekhasan tersendiri yang membedakannya
dengan norma sosial. Adapun ciri-ciri atau karakteristik pranata sosial adalah meliputi
hal-hal berikut ini.
a. Memiliki Lambang-Lambang/Simbol
Setiap pranata sosial pada umumnya memiliki lambang-lambang atau
simbol-simbol yang ter-wujud dalam tulisan, gambar yang memiliki makna serta
menggambarkan tujuan dan fungsi pranata yang bersangkutan. Contoh cincin
pernikahan sebagai simbol dalam pranata keluarga, burung garuda merupakan simbol
dari pranta politik negara Indonesia.
b . Memiliki Tata Tertib dan Tradisi
Pranata sosial memiliki aturan-aturan yang menjadi tata tertib serta tradisi-
tradisi baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang akan menjadi acuan serta
pedoman bagi setiap anggota masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya dalam
pranata keluarga seorang anak wajib bersikap hormat kepada orang tua, namun tidak
ada aturan tertulis yang baku tentang deskripsi sikap tersebut. Sementara itu dalam
pranata pendidikan ada aturan-aturan tertulis yang wajib dipatuhi semua warga
sekolah yang tertuang dalam tata tertib sekolah.
16
.
c . Memiliki Satu atau Beberapa Tujuan
Pranata sosial mempunyai tujuan yang disepakati bersama oleh anggota
masyarakat. Tujuan pranata sosial kadang tidak sejalan dengan fungsinya secara
keseluruhan. Contoh: Pranata ekonomi, antara lain bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
d . Memiliki Nilai
Pranata sosial merupakan hasil pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku
dari sekelompok orang atau anggota masyarakat, mengenai apa yang baik dan apa
yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian
pranata sosial terdiri atas adat istiadat, tradisi atau kebiasaan serta unsur-unsur
kebudayaan lain yang secara langsung maupun tidak langsung bergabung dalam suatu
fungsi, sehingga pranata sosial tersebut mempunyai makna atau nilai di dalam
masyarakat tersebut. Contoh tradisi dan kebiasaan dalam pranata keluarga adalah
sikap menghormati atau sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua.
e . Memiliki Usia Lebih Lama (Tingkat Kekekalan Tertentu)
Pranata sosial pada umumnya memiliki umur lebih lama daripada umur
manusia. Pranata sosial pada umumnya tidak mudah berganti atau berubah. Hal
tersebut terbukti dengan banyaknya pranata sosial yang diwariskan dari generasi ke
generasi. Pranata sosial yang telah diterima akan melembaga pada setiap diri anggota
masyarakat dalam jangka waktu relatif lama sehingga dapat di-tentukan memiliki
tingkat kekekalan tertentu. Contohnya tradisi silaturahmi pada waktu hari raya
17
.
lebaran, merupakan tradisi turun temurun dari dulu hingga sekarang.
f . Memiliki Alat Kelengkapan
Pranata sosial dan memiliki sarana dan prasarana yang digunakan untuk
mencapai tujuan. Misalnya mesin produksi pada sebuah pabrik merupakan sarana
dalam pranata ekonomi untuk menghasilkan barang.
3. Penggolongan Pranata Sosial
Berdasarkan fungsi-fungsi secara umum dan karakteristiknya tersebut,
pranata sosial dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut. Berikut ini beberapa tipe
atau penggolongan pranata sosial.
a. Berdasarkan perkembangannya, pranata sosial dapat dibedakan menjadi crescive
institutions dan enacted institutions.
1) Crescive institutions adalah pranata sosial yang secara tidak sengaja tumbuh
dari kebiasaan masyarakat. Misalnya: tata cara perkawinan, norma-norma, dan
berbagai upacara adat.
2) Enacted institutions adalah pranata sosial yang sengaja dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya: lembaga pendidikan, lembaga
keuangan, lembaga kesehatan, dan lain-lain.
b. Berdasarkan sistem nilai/kepentingan yang diterima masyarakat, pranata sosial
dapat dibedakan menjadi basic institutions dan subsidiary institutions.
1) Basic institutions adalah pranata sosial yang dianggap penting dalam upaya
pengawasan terhadap tata tertib di masyarakat. Misalnya keluarga, sekolah,
dan negara.
18
.
2) Subsidiary institutions adalah pranata yang dianggap kurang penting.
Misalnya tempat-tempat hiburan atau rekreasi.
c. Berdasarkan penerimaan masyarakat, pranata sosial dapat dibedakan menjadi
approved institutions dan unsanctioned institutions.
1) Approved institutions adalah bentuk pranata sosial yang diterima secara
umum oleh masyarakat. Misalnya lembaga pendidikan, lembaga peradilan,
dan lain-lain.
2) Unsanctioned institutions adalah bentuk pranata sosial yang secara umum
ditolak oleh masyarakat. Misalnya berbagai perilaku penyimpangan, seperti
merampok, memeras, pusat-pusat perjudian, prostitusi, dan lain-lain.
d. Berdasarkan faktor penyebarannya, pranata sosial dapat dibedakan menjadi
general institutions dan restricted institutions.
1) General institutions adalah bentuk pranata sosial yang diketahui dan dipahami
masyarakat secara umum. Misalnya keberadaan agama dalam kehidupan.
2) Restricted institutions adalah bentuk pranata sosial yang hanya dipahami oleh
anggota kelompok tertentu. Misalnya pelaksanaan ajaran agama Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, atau berbagai aliran
kepercayaan lainnya.
e. Berdasarkan fungsinya, pranata sosial dapat dibedakan menjadi cooperative
institutions dan regulative institutions.
1) Cooperative institutions adalah bentuk pranata sosial yang berupa kesatuan
pola dan tata cara tertentu. Misalnya pranata perdagangan dan pranata
19
.
industri.
2) Regulative institutions adalah bentuk pranata sosial yang bertujuan mengatur
atau mengawasi pelaksanaan nilai-nilai atau norma-norma yang berkembang
di masyarakat. Misalnya pranata hukum (kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan).
Adat dalam kamus besar berbahasa Indonesia (KBBI), adat adalah aturan
(perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu
kala.Menurut Jalaluddin Tunsam (seorang yang berkebangsaan Arab yang tinggal di
Desa Balang Pesoang Kabupaten Bulukumba dalam tulisannya pada tahun 1660).
"Adat" berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari ,عادات عادَة (adah), yang berarti
"cara", "kebiasaan".Di Indonesia kata "adat" baru digunakan pada sekitar akhir abad
19. Sebelumnya kata ini hanya dikenal pada masyarakat Melayu setelah pertemuan
budayanya dengan agama Islam pada sekitar abad 16-an, Menimbulkan gagasan
kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan,
dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak
dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh
masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang, kebiasaan-
kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang
dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi masyarakat pendukungnya. Di
Indonesia aturan-aturan tentang segi kehidupan manusia tersebut menjadi aturan-
aturan hukum yang mengikat yang disebut hukum adat.
20
.
4. Adat
Adat telah melembaga dalam dalam kehidupan masyarakat baik berupa
tradisi, adat upacara dan lain-lain yang mampu mengendalikan perilau warga
masyarakat dengan perasaan senang atau bangga, dan peranan tokoh adat yang
menjadi tokoh masyarakat sangat penting.
Seminar hukum adat nasional, hukum adat adalah hukum Indonesia asli yang
tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan Republik Indonesia yang disana-sini
mengandung unsur agama, uraian tersebut menggambarkan, sejak manusia dilahirkan
pada hakekaktnya dianugrahi naluri oleh Tuhan yang Maha Esa, kemudian
munculhakekat untuk bergaul yang kemudian menghasilkan interaksi yang dinamis,
interaksi mula-mula berpangkal pada cara atau usage yang merupakan bentuk
perbuatan, apa bila perbuatan tersebut dinilai baik, maka perbuatan itu berubah
menjadi kebiasan yang dianggap baik dilakukan berulang-ulang, maka kebiasaan
tersebut berubah menjadi adat-istiadat, yang apabila kebiyasaan atau adat dilanggar
maka akan dapat celaan dari masyarakat, sehingga adat-istiadat tersebut ditaati,
diakui dan dihargai.
Menurut Soekanto (2012 : 174) Adat merupakan norma yang tidak tertulis,
namun sangat kuat mengikat sehingga anggota-anggota masyarakat yang melanggar
adat istiadat akan menderita, karena sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak
langsung dikenakan. Misalnya pada masyarakat yang melarang terjadinya perceraian
apabila terjadi suatu perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan yang
21
.
mendapatkan sanksi atau menjadi tercemar, tetapi seluruh keluarga atau bahkan
masyarakatnya.
MenurutMaclver dalam Soekanto (2012 : 175) menyatakan, kebiasaan
merupakan perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat, kebiasaan
menghormati orang-orang yang lebih tua, kebiasaan tersebut tidak hanya dianggap
sebagai sebagai prilaku saja. Akan tetapi diterima sebagai norma-norma pengaturan
atau pengawas.Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok
manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar,
oleh masyarakat terhadap anggotanya menyesuaikan perbuatan-perbuatan dengan tata
kelakuan. Tata kelakuan sangan penting karena alasan-alasan berikut:
1. Tata kelakuan memberikan batas-batas pada prilaku individu. Tata kelakuan,
alat yang memerintahkan dan sekaligus melarang anggota masyarakat
melakukan perbuatan yang berbeda –beda dari masyarakat yang bersangkutan.
2. Tata kelakuan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya. Agar
menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuan kemasyarakatan
yang berlaku.
3. Tata kelakuan menjaga solidaritas antaranggota masyarakat. Seperti hubungan
antara pria dan wanita, yang berlaku bagi semua orang, dengan semua usia,
untuk segala golongan dan menjaga keutuhan dan kerjasama antara masyarakat
Menurut Koentjaraningrat dalam Soekanto (2012: 183), yaitu memberikan
pedoman bagi seseorang untuk bertingkah laku dalam masyarakat meliputi:
22
.
1. Cara (usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan.
2. Kebiasaan (folkways) adalah perbuatan yang diulang ulang dalam bentuk yang
sama.
3. Tata kelakuan (mores) merupakan kebiasaanyang dianggap sebagai cara
berprilaku dan diterima norma-norma pengatur.
4. Adat istiadat (customs) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya
dengan pola-pola perilaku masyarakat , mendapatkan sanksi bila dilanggar.
Seminar hukum adat Indonesia (1975) Dasar Hukum adat lahir dan efektif di
Indonesia :
1. Dasar filosofis terbentuknya hukum adat dapat dianalisis dari kebudayaan
yaitu suatu nilia sosial budaya yang hidup dalam alam pikiran bagian terbesar
masyarakat. Pancasila yang berisi lima dasar sebagai filsafat bangsa
hakekatnya merupakan keyakinan bangsa Indonesia terhadap manusia sebagai
mahluk Tuhan yang Maha Esa.
2. Dasar Sosiologis, berlakunya hukum adat terkait erat dengan efektifitas
hukum. Karena hukum adat merupakan hukum yang dianut sebagian besar
masyarakat Indonesia maka secara sosiologisnya hukum yang berlaku efektif
adalah hukum adat.
B. Karakteristik Masyarakat Desa
Masyarakat: Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa
Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas.Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
23
.
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat
digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu
komunitas yang teratur.
Masyarakat menurut istilah : society yaitu sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut, kata
society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan
yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti
society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society
mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan
yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Menurut Soekanto (2012 : 1) , masyarakat pada umumnya memiliki ciri-ciri
antara lain sebagai berikut:
a. Manusia yang hidup bersama; sekurang-kurangny terdiri atas dua orang
b. Bercampur atau bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama.
Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia baru. Sebagai akibat
dari hidup bersama, timbul sistem komunikasi dan peraturan yang
mengatur hubungan antarmanusia.
c. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan
d. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu sama
lain.
24
.
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan
(rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto
(1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian
masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu
desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan
dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang
masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang
mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat
berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan berlawanan pula.
Pitirim A. Sorokin dan Carle C. Zimmerman (dalam T.L. Smith & P.E. Zop,
1970) mengemukakan sejumlah faktor yang menjadi dasar dalam menentukan
karakteristik desa dan kota, yaitu:
1. Mata pencaharian,
2. Ukuran komunitas
3. Tingkat kepadatan penduduk
4. Lingkungan
5. Differensiasi sosial
6. Stratifikasi sosial
7. Interaksi sosial
8. Solidaritas sosial.
25
.
Secara umum, dalam kehidupan masyarakat di pedesaan dapat dilihat dari
beberapa karakterisrik yang mereka miliki, sebagaimana yang dikemukakan Roucek
& Warren (1963), masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Mereka memiliki sifat yang homogen dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai
dalam kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku.
b. Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi.
Artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat dalam kegiatan
pertanian ataupun mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi rumah
tangga.
c. Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada, misalnya
keterikatan antara masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya.
d. Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di kota,
serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar.
Sedang menurut Paul H. Landis ciri-ciri masyarakat desa adalah sebagai
berikut:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Selain pandangan tersebut, Rogers (1969) mengemukakan ciri-ciri
masyarakat pedesaan yang hampir serupa dengan beberapa pandangan sebelumnya.
26
.
a. Mutual distrust interpersonal relations, yaitu adanya rasa tidak percaya
secara timbal balik antara petani satu dengan yang lainnya. Hal ini biasanya
terjadi karena anggota komunitas memperebutkan sumber-sumber ekonomi
yang sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak
terbatas.
b. Perceived limited good, yaitu pandangan yang sempit di kalangan petani,
sehingga hal-hal yang baik dan kesempatan untuk maju selalu terbatas.
c. Dependence on hostility towards government authority, adanya keter-
gantungan dan sekaligus curiga terhadap pemerintah atau pada unsur-unsur
pemerintah
d. Familism, yaitu adanya rasa kehidupan kekeluargaan, keakraban di antara
orang-orang yang memiliki pertalian kekerabatan.
e. Lack of innovations, yaitu adanya rasa enggan untuk menerima atau
menciptakan ide-ide baru. Untuk merubah keadaan ini perlu adanya orang
luar (out sider) baik dari pihak pemerintah maupun swasta yang
menggerakkan mereka.
f. Fatalism, yaitu gambaran tentang rendahnya wawasan masyarakat desa
untuk menanggapi atau merencanakan masa depan mereka. Mereka
cenderung memandang bahwa keberhasilan bukan ditentukan oleh kerja
kerasnya, melainkan berada pada kekuatan supranatural.
g. Limited aspiration, yaitu adanya aspirasi atau keinginan yang sangat
rendah atau terbatas untuk mencapai masa depan. Aspirasi sosial
27
.
sesungguhnya berupa gagasan, keinginan, ataupun cita-cita yang dimiliki
oleh seseorang mengenai masa yang akan datang di dalam interaksinya
dengan lingkungan sosialnya.
h. Lack of deferred gratification, yaitu kekurangan atau ketiadaan sifat untuk
mengekang diri, misalnya kemauan mengorbankan kenikmatan sekarang
demi pencapaian keuntungan yang lebih besar di masa depan.
i. Limited view this world, yaitu keterbatasan cara pandang masyarakat
terhadap dunia luar. Hal ini terjadi karena terbatasnya jangkauan
masyarakat dalam mengakses informasi yang datang dari luar, seperti yang
bersumber dari surat kabar.
j. Low emphaty, yaitu rendahnya keterampilan menangkap peranan orang
lain. Rendahnya empati masyarakat disebabkan oleh adanya jarak sosio-
psikologis maupun karena terbatasnya pengetahuan, dibanding-kan
masyarakat di luar mereka yang lebih maju.
Berdasarkan dari beberapa pandangan di atas, menunjukkan bahwa ada
pendapat yang selalu menekankan bahwa desa dianggap sebagai desa pertanian,
padahal pada kenyataan ada juga desa yang nonpertanian. Sebagian lagi definisi yang
masih menggambarkan desa dengan ideal yang artinya desa secara eksplisit berbeda
dengan kota. Dengan banyaknya faktor-faktor eksternal yang masuk dan
memengaruhi kehidupan desa maka dapat dikatakan bahwa komunitas desa mulai
berkembang ke arah komunitas kota, di mana adat-istiadat, tradisi atau pola
kebudayaan tradisional desa mengalami proses perubahan.
28
.
Berbagai pengertian itu tidak dapat diterapkan secara universal untuk desa-
desa di Indonesia karena kondisi yang sangat beragam antara satu dengan yang
lainnya. Bagi daerah yang lebih maju khususnya di Pulau Jawa dan Pulau Bali, antara
desa dan kota tidak lagi terdapat perbedaan yang jelas sehingga pengertian dan
karakteristik tersebut menjadi tidak berlaku. Namun, bagi daerah yang belum
berkembang khususnya desa-desa di luar Pulau Jawa dan Pulau Bali, pengertian
tersebut masih cukup relevan.
Karena itu, Howard Newby mengatakan bahwa dalam mempelajari sosiologi
pedesaan hendaknya diarahkan pada studi tentang adaptasi masyarakat desa terhadap
pengaruh-pengaruh kapitalisme modern yang masuk ke desa. Kendati demikian,
setidaknya perbedaan karakteristik tersebut dapat dijadikan acuan sederhana dalam
melihat perbedaan masyarakat desa dan kota.
Daerah pedalaman di Indonesia telah didefenisikan, sebagai suatu rana
pinggiran, yang secara sosial, ekonomi dan fisik jauh tersisih dari jalur utama bersifat
“tradisional”, belum berkembang dan tertinggal, namun kebudayaan maupun adat-
istiadat pada masyarakat pedalaman masih sangat kental dan masih mendahulukan
hukum-hukum adat di bandingkan hukum yang berlaku sesuai Undang-Undang di
Indonesia. Jadi masyarakat pedalaman yaitu masyarakat yang secara giografis
bermukim di daerah pinggiran, serta secara sosial, ekonomi, dan fisik jauh tersisih
dari jalur utama bersifat “tradisional” belum berkembang dan tertinggal serta
menjunjung tinggi adat.
29
.
C. Fenomena Tangkap Basah serta Hukum Adat
Saat ini di Desa Balang Pesoang Kabupaten Bulukumba jika dua orang
dewasa berjenis kelamin berbeda yang tidak menikah atau tidak memiliki hubungan
darah berdua-duaan di sebuah tempat terpencil, hal tersebut merupakan suatu
tindakan kriminal. Kedekatan tanpa ikatan tersebut dilarang oleh hukum adat di
daerah tersebut (mesum) Desa Balang Pesoang Kabupaten Bulukumba (atau secara
harfiah, hukum “perbuatan bersunyi-sunyian (ketidaksenonohan)”; selanjutnya
disebut “Hukum Adat”). Pelanggarnya dapat dihukum dengan di nikahkan dan/atau
didenda hingga Rp 10 juta.
Banyak orang di Desa Balang Pesoang Kabupaten Bulukumba memahami
bahwa Hukum tersebut hanya melarang perzinahan, pemahaman ini didukung oleh
Pemerintah setempat yang mengatakan bahwa hanya perzinahan yang boleh
dituntut. Akan tetapi, hukum ini kerap diartikan secara luas dan telah berulang kali
diterapkan untuk jenis perilaku yang beragam. Tokoh masyarakat setempat
menginterpretasikan hukum ini secara luas hingga mencakup larangan bagi dua orang
berjenis kelamin berbeda yang tidak menikah atau memiliki hubungan darah untuk
hanya duduk dan berbicara di ruang “sepi,” terlepas dari apakah ada bukti keintiman
atau tidak.
Menurut tokoh masyararakat setempat, mayoritas dari mereka yang
ditangkap dan ditahan atas kecurigaan “perbuatan bersunyi-sunyian” tidak pernah
secara formal didakwa, apalagi dituntut dalam sistem pengadilan Syariah. Sebaliknya,
menyerahkan tersangka kepada pengawasan anggota keluarga; kerap kali surat
30
.
permintaan maaf yang ditandatangani oleh individu yang ditahan dapat digantikan
dengan jaminan yang ditandatangani oleh seorang anggota keluarga yang menyatakan
bahwa ia akan memastikan tersangka tidak akan melakukan kesalahan serupa lagi,
dan kadang-kadang disertai dengan pembayaran denda. Salah satu tokoh masyarakat
di Desa Balang Pesoang Kabupaten Bulukumba, mengatakan kepada bahwa banyak
orang yang ditahan atas dasar “perbuatan bersunyi-sunyian” adalah Remaja. Hal ini
juga bertentangan dengan hukum hak asasi, yang menegaskan prinsip bahwa anak-
anak boleh ditahan “hanya sebagai upaya terakhir.”
Dalam banyak kasus, petugas menyerahkan tersangka kepada polisi nasional
(Polda/Polres). Petugas kepolisian di sebuah kecamatan di Desa Balang Pesoang
Kabupaten Bulukumba mengatakan bahwa mereka menahan orang yang ditangkap
atas dasar “perbuatan bersunyi-sunyian” dari kota sekitar lima (5) sampai enam (6)
kali dalam sebulan.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ketentuan adat Desa Balang
Pesoang Kabupaten Bulukumba secara jelas mendorong partisipasi masyarakat dalam
penegakan Hukum Adat. Peraturan daerah lainnya mendesak aparat penegak hukum
untuk tunduk kepada otoritas adat di tingkat desa dalam menangani
tuduhan “perbuatan bersunyi-sunyian” dan dalam kasus kekerasan ringan serta tindak
kriminal lainnya. Akibatnya adalah masyarakat menegakkan hukum dengan
mengidentifikasi, menahan. Namun kepolisian diakui tidak bersedia mengambil
langkah-langkah untuk menangkap dan mengadili para pelaku pelanggaran tersebut
dengan alasan kesulitan dalam menangani kejahatan yang dilakukan oleh massa.
31
.
Dalam beberapa kasus yang diinvestigasi, anggota masyarakat menuduh
orang-orang melakukan “perbuatan bersunyi-sunyian” berdasarkan pada standar yang
sewenang-wenang. Dalam beberapa kasus tersebut, masyarakat memberikan
perlakuan yang kasar dan memalukan selama proses penangkapan. Kemudian,
beberapa dari mereka yang dituduh diharuskan membayar ganti
rugi atau menjalani hukuman lain yang ditentukan oleh para pemimpin
adat melalui proses yang tidak adil. Ganti rugi dapat berupa kawin paksa, pengusiran
dari desa, dan denda yang tinggi.
D. Penelitian Relevan
Hasil Penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan sudarmin (2016) tentang Pranata Adat Masyrakat Wajo
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan
memakai pendekatan fenomenologi. Fenomenologi digunakan untuk dapat
mengetahui bagaimana Masyarakat Wajo di Danau Tempe Kecamatan Tempe yang
mengalami dekulturasi ataupun pergeseran berdampak pada pemukiman, mata
pencharian serta loyalitas hukum ataupun larangan-larangan pranata adat itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan menganalisis terjadinya pergeseran dalam Pranata Adat
Masyarakat Wajo Rumah Terapung Serta Mendeskripsikan Pandangan Masyarakat
terkait Pranata Adat dan kehidupan mengapung di Danau Tempe Kecamatan Tempe.
Dari hasil penelitian Pranata adat masyarakat Wajo terjadi pergeseran dalam
pemukiman rumah terapung di danau Tempe Kecamatan Tempe. Pertama semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan era globalisasi yang semakin meningkat.
32
.
Kedua ditambah adanya budidaya perikanan ikan air tawar tentu semakin
memperburuk kehidupan masyarakat yang bermukim didanau tempat tidak diizinkan
untuk menangkap dan bermukim didekat tempat pemeliharaan ikan tersebut,
membuat sebagian masyarakat pindah kekota untuk mencari pekerjaan dan memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Pandangan Masyarakat terkait pranata adat dan kehidupan
mengapung di danau Tempe Kecamatan Tempe. Diantara masyarakat ada yang
bergantung pada kehidupan masyarakat rumah terapung dikarenakan mereka bekerja
sebagai ojek perahu mengantar masyarakat yang ingin berkunjung, pemukiman
rumah terapung adalah icon danau tempe dan harus dipertahankan serta unik untuk
diteliti dimana cara hidup yang bermukim diatas air.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah
mengkaji tentang Pranata Adat. Metode yang digunakan dalam penelitian sama-sama
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan teknik pengumpulan data
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Persamaan metodelogi penelitian
juga terdapat dalam teknik pengambilan sampel purposive sampling dan validitas
data melalui triangulasi sumber.
Perbedaannya dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini adalah
di Kabupaten Bulukumba, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti berada
di Wajo Kabupaten Bone. Perbedaan yang lain adalah dilihat dari bidang kajiannya,
jika penelitian yang sudah ada melihat Pergeseran dalam Pranata Adat serta
33
.
bagaimana pandangan masyarakat sedangkan peneliti akan meneliti peran lembaga
adat dalam memaksimalkan fungsinya serta bagaimana respon masyarakat.
E. Kerangka Konsep
Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang
berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus
dalam masyarakat. Pranata sosial berasal dari bahasa asing social institutions, itulah
sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang mengartikannya sebagai lembaga
kemasyarakatan, di antaranya adalah Soerjono Soekanto. Lembaga kemasyarakatan
diartikan sebagai himpunan norma dari berbagai tindakan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok di dalam kehidupan bermasyarakat
Teori yang menjadi pisau Analisis pada rumusan masalah pertama yaitu, teori
struktura Fungsional Tallcot Parson tersebut yang dikenal dengan sebutan AGIL yaitu
Adaptasi (A [adaptation]), pencapaian tujuan (G [goal attainment]), integrasi
(I [integration]), dan latensi atau pemeliharaan pola (L [latency]). Lalu
bagaimanakah Parson menggunakan empat skema diatas?
Menurut Parsons, kebudayaan merupakan kekuatan utama yang mengikat
sistem tindakan. Hal ini disebabkan karena di dalam kebudayaan terdapat norma dan
nilai yang harus ditaati oleh individu untuk mencapai tujuan dari kebudayaan itu
sendiri. Nilai dan norma itu akan diinternalisasikan oleh aktor ke dalam dirinya
sebagai suatu proses dalam sistem kepribadian agar membentuk individu sesuai yang
diinginkan dalam sistem kultural. Contohnya, nilai dan norma akan mendorong
34
.
individu untuk bertutur kata lebih sopan kepada orang yang lebih tua maupun orang
yang dituakan.
Parsons berpendapat bahwa sistem kultural sama dengan sistem tindakan yang
lain. Jadi, kebudayaan adalah sistem simbol yang terpola dan tertata yang merupakan
sarana orientasi aktor, aspek sistem kepribadian yang diinternalisasikan, dan pola-
pola yang terinstitusionalkan dalam sistem sosial (Teori Sosiologi, George Ritzer ,
Douglas J. Goodman:263). Artinya sistem kultural dapat dikatakan sebagai salah satu
pengendali sistem kepribadian
Pendekatan dengan teori Interaksi Simbolik George Herbert Mead, yang
menjadi teori analisis manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dan
pemikiranya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya dengan melalui
pertimbangan. Karena itu, dalam tindakan manusia terdapat suatu proses mental yang
tertutup yang mendahului proses tindakan yang sesungguhnya.
Berpikir menurut Mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan
dirinya sendiri dengan memilih dan menggunakan simbol-simbol yang bermakna.
Melaui proses interaksi dengan dirinya sendiri itu, individu memilih mana diantara
stimulus yang tertuju padanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak
secara langsung menanggapi stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian
memutuskan stimulus yang akan ditanggapinya.
Simbol atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam melakukan interaksi
mempunyai makna-makna tertentu, sehingga dapat menimbulkan komunikasi.
Menurut Mead, komunikasi secara murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak
35
.
saja memberikan makna pada perilaku mereka sendiri, tetapi memahami atau
berusaha memahami makna yang diberikan oleh pihak lain. Dalam hubungan ini,
Habermas mengemukakan dua kecendrungan fungsional dalam argument bahasa dan
komunikasi serta hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, bahwa manusia
dapat mengarahkan orientasi perilaku mereka pada konsekuensi-konsekuensi yang
paling positif . Kedua, sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat dalam interaksi
makna yang kompleks dengan orang yang lain, dapat memaksa mereka untuk cepat
berinteraksi dengan apa yang diinginkankan orang lain.
Gambar. 2.1
Bagang Kerangka Pikir
PRANATA ADAT
Masyarakat Pedalaman di DesaBalang Pesoang
Maksimalisasi Fungsi PranataAdat
Peran Lembaga AdatPasangan Remaja
Respon Masyarakat terkait Pranata Adat.
Aturan, Nilai dan Norma
top related