isi makalah etika profesi dan hukum kesehatan (kloning dalam pandangan etika, hukum dan agama)
Post on 20-Jun-2015
7.376 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
ABSTRAK
Kloning merupakan penggandaan suatu organisme kehidupan. Kloning
dilakukan dengan mengambil embrio dasar dari suatu makhluk hidup, kemudian
memberikan instruksi pada embrio tersebut agar bisa menjadi makhluk serupa.
Embrio dasar tersebut bisa didapatkan dengan mengambil satu sel sehat dari organ
manusia, kemudian sel tersebut ditanamkan pada rahim atau pada tempat lain
untuk menumbuhkannya hingga kelahiran embrio tersebut.
Teknologi cloning ini tidak terlepas dari berbagai pro dan kontra dari
berbagai pihak baik di segi etik, hukum maupun bebagai agama khususnya di
Negara Indonesia.
Page 1
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir semua negara meyakini bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah salah satu faktor yang penting dalam menopang pertumbuhan negara,
dengan kata lain kemajuan suatu negara ditentukan oleh penguasaannya
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara yang tidak menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi akan tertinggal dari peradaban. Ilmu pengetahuan
dan teknologi sekarang ini seakan-akan dijadikan sebagai ideology. Orang
cenderung untuk mengkultuskan dan mendewa-dewakan teknologi, seakan-
akan teknologi adalah suatu azimat dan passport satu-satunya menuju
kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan. Yang jelas kultus teknologi ini
menimbulkan masyarakat yang konsumtif.
Perkembangan teknologi pada masa sekarang ini luar biasa cepatnya.
Suatu penemuan teknologi baru belum sempat diintegrasikan pada
masyarakat, sudah muncul lagi teknologi yang lain lagi. Hal ini
mengakibatkan teknologi cepat usang. Selain itu masyarakat dituntut untuk
selalu melakukan penyesuaian terhadap teknologi secara terus-menerus. Tidak
salah lagi jika pada abad ini merupakan abad teknologi (khususnya
bioteknologi). Teknologi telah memasuki di semua aspek kehidupan manusia.
Bahkan sampai kepada hal-hal yang bersifat pribadi pun tidak lepas dari
campur tangannya.
T.Jacob membagi siklus ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menjadi
5 (lima) siklus Kondratieff, yaitu yang berulang-ulang setiap 50 tahun. Salah
satu siklus dari kelima siklus tersebut yakni siklus terakhir atau siklus kelima
(sekarang) yaitu dengan ciri perkembangan mikro elektronik dan bioteknologi.
Page 2
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Bioteknologi kini berkembang sangat pesat di Negara-negara maju.
Bahkan ada anggapan bahwa masa depan manusia didominasi oleh produk
bioteknologi, seperti yang diungkapkan oleh John Naisbitt dalam bukunya
Megatrend 2000, pada masa kini bioteknologi menjadi kehadiran yang
berkuasa di dalam kehidupan kita. Bioteknologi adalah penggunaan makhluk
hidup, atau bahkan yang didapat dari makhluk hidup untuk membuat suatu
yang bermanfaat bagi manusia. Bioteknologi sudah ada sejak masa awal
peradaban manusia. Tetapi kenyatannya, ilmuwan baru mengerti dasar
biokimia sifat keturunan atau hereditas pada tahun 1940-an dan tahun1950-an.
Kini kita tahu bahwa instruksi untuk membangun suatu makhluk, apakah itu
berupa makhluk kecil dan sederhana seperti bakteri, atau makhluk besar dan
kompleks seperti gajah, atau bahkan manusia ditentukan dalam gen.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas organism melalui
aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi
organism dengan menambahkan gen dari organism lain atau merekayasa gen
pada organism tersebut. Salah satu penerapan bidang bioteknologi yang sering
dibicarakan orang yaitu cloning.
Di dalam obstetri dan ginekologi banyak berhubungan dengan masalah
kelahiran, penuaan, reproduksi dan kematian yang sering mengundang dilema
etik, hukum dan moral. Etik, moral dan hukum bertugas sebagai pengawal
bagi kemanusiaan, yaitu untuk tetap manusiakan manusia, untuk memperadab
manusia. Benturan dalam hal etik, hukum dan moral ini bisa terjadi karena
perbedaan pemahaman akan keyakinan bagi masing-masing individu atau
tiap-tiap kelompok berdasar sudut pandang dan kepentingan. Seringkali ada
kesenjangan antara ‘apa yang sesungguhnya’ dengan ‘apa yang sebaiknya’,
antara ‘kearifan’ dan ‘kebenaran’ terkait dengan tingkat keyakinan masyarakat
yang semakin dinamis termasuk tentang teknik reproduksi buatan khususnya
dalam hal cloning.
Page 3
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Dalam bidang kedokteran sudah umum dilakukan cloning sel-sel dan
jaringan kanker tikus, kera dan manusia untuk tujuan penelitian. Hasil
mutakhir didapatkan bahwa kanker pada manusia antara lain disebabkan oleh
adanya kerusakan genetic yang terkait dengan pembuatan protein 53. Protein
ini bertanggung jawab untuk menekan kerusakan gen lain yang mampu
sebagai penyebab utama kanker. Dalam bidang kedokteran molekuler banyak
penelitian membutuhkan cloning sel dan jaringan manusia untuk mengetahui
seluk beluk penyakit. Kloning tidak hanya terbatas dilakukan pada sel atau
jaringan makhluk hidup. Pada masa sekarang ini cloning dapat pula dilakukan
terhadap individu. Keberhasilan cloning individu dilakukan oleh Ian Wilmut.
Kloning Individu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
menggunakan sel makhluk hidup dewasa atau sel embrio. Ian Wilmut
mengadakan percobaan cloning terhadap domba.
Secara teknis cloning individu yang berhasil dilakukan oleh Ian Wilmut
pada domba, dapat pula dilakukan terhadap manusia. Klonasi individu
manusia diramalkan akan dapat dilakukan dalam 25 tahun ini dengan biaya
yang sangat mahal karena kemungkinan keberhasilannya sangat rendah.
Mengingat karena ketidakpastian mengenai kemungkinan timbulnya dan
besarnya untung dan rugi, kita harus berhati-hati menghadapi teknologi yang
akibatnya tidak dapat dirubah lagi. Penilaian-penilaian tersebut tidak dapat
dilepaskan dari peran agama. Agama merupakan suatu sumber utama yang
menghasilkan pertimbangan dan evaluasi etis. Di kalangan ahli agama banyak
yang menentang cloning manusia, begitu juga di kalangan ilmuwan, bahkan
Ian Wilmut sendiri sebagai pelopor cloning individu menentang jika cloning
ini diterapkan pada manusia.
Di negara barat yang pengaruh agamanya sudah sangat berkurang akibat
proses kemasyarakatan yang disebut sekulerisasi, agama tidak pernah
dilewatkan di dalam debat masalah etis. Pertimbangan dan kejelasan etis ini
merupakan masukan amat berharga bagi hukum. Pada saat ini pula para pakar
Page 4
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
mendapatkan bahwa pengkloningan individu manusia itu tidak dapat diterima
dari segi etik, agama dan hukum. Riset ke arah pengkloning individu tidak
dapat dibenarkan. WHO menfatwakan bahwa setiap penggunaaan teknik
cloning untuk menciptakan manusia identik tidak bisa diterima karena
dianggap melanggar sebagaian dari prinsip umum yang mengatur prokreasi
yang dibantu teknologi kedokteran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dari segi hukum, agama dan
etik di Indonesia , upaya kehamilan diluar cara alami tidak dapat dilakukan
diluar pasangan suami istri yang sah, dengan perkataan lain keikutsertaan
donor/ibu pengganti dalam upaya tersebut tergolong tidak legal (illegal).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan kloning ?
b. Apa dampak teknologi kloning terhadap kehidupan manusia ?
c. Bagaimana pandangan etika terhadap teknologi kloning ?
d. Bagaimana pandangan hukum terhadap teknologi kloning ?
e. Bagaimana pandangan agama terhadap teknologi kloning ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui bahasan tentang cloning.
b. Untuk mengetahui dampak teknologi cloning terhadap kehidupan manusia.
c. Untuk mengetahui pandangan etika terhadap cloning.
d. Untuk mengetahui pandangan hukum terhadap teknologi cloning.
e. Untuk mengetahui pandangan agama terhadap teknologi cloning.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat memberikan wawasan,
pengetahuan yang telah dirangkum dari berbagai sumber cetak dan elektronik.
Page 5
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini, tim penulis menggunakan metode
kepustakaan dengan mengambil materi-materi yang bersumber pada media
cetak dan elektronik.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, tim penulis membagi menjadi 3 BAB , yaitu:
Bab I : Pendahuluan berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
Bab II : Pembahasan berisi pengertian kloning; dampak teknologi
cloning terhadap kehidupan manusia; pandangan etika
terhadap teknologi cloning; pandangan hukum terhadap
teknologi cloning; pandangan agama Islam, Kristen, Hindu dan
Buddha terhadap teknologi cloning.
Bab III : Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.
Page 6
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Istilah klon secara etimologis berasal dari bahasa Greek (cloning) yang
berarti ranting pohon. Istilah tersebut di kalangan holticultura sudah lama
dipakai untuk menyatakan tanaman (beserta kelompoknya) yang berasal dari
pohon induk saja. Pohon ini biasanya pohon unggul dari hasil mutasi dari
pohon kebanyakan.
Di dalam perkembangannya istilah tidak hanya menunjukkan pada
tumbuh-tumbuhan, akan tetapi sudah meluas. Sehingga pada masa sekarang
istilah tersebut diartikan sebagai sekelompok sel atau organisme yang
susunan genetisnya identik, berasal dari pembiakan aseksual (tanpa
perkawinan antara sel benih jantan dan sel benih betina) satu sel atau
individu.
Seperti yang telah disebutkan clone adalah suatu organism yang
mempunyai informasi genetic yang identik sebagai suatu organisme sendiri
yang terpisah. Proses cloning dapat terjadi secara alami maupun sengaja
dibuat dan hal itu dapat terjadi pada tanaman, serangga, organisme bersel
tunggal maupun manusia.
Kloning juga dapat diartikan sebagai penggandaan suatu organisme
kehidupan. Contoh nyata kloning alami adalah adanya kembar dari dua
pasang bersaudara. Keduanya identik secara bentuk tetapi berbeda pada
perilakunya. Seiring dengan perkembangan teknologi, manusia mulai
menyelidiki bagaimana membuat kloning dari suatu makhluk hidup.
Tujuannya pun bermacam-macam. Tetapi dari tujuan tersebut setidaknya ada
Page 7
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
dua tujuan besar mengapa kloning diteliti, yaitu untuk tujuan pengobatan dan
tujuan reproduksi.
2.2 Dampak Kloning Terhadap Kehidupan Manusia
Dampak kloning sangat besar bagi manusia, baik dampak positif maupun
dampak negatif. Perdebatan tentang kloning di kalangan ilmuwan barat terus
terjadi, bahkan dalam hal kloning binatang sekalipun, apalagi dalam hal
kloning manusia. Kelompok kontra kloning diwakili oleh George Annos
(seorang pengacara kesehatan di universitas Boston) dan Pdt. Russel E.
Saltzman (Pendeta gereja Lutheran).
2.2.1 Dampak Positif
Perkembangan teknologi kloning mempunyai pengaruh yang
sangat besar bagi kehidupan manusia. Dampak positif yang dirasakan
adalah penerapannya di bidang medis maupun di bidang pertanian
serta peternakan.
Di antara beberapa beberapa keuntungan yang dikemukakan oleh
Ian Wilmut dari penerapan teknologi cloning salah satunya yaitu Cell
therapy yakni sel-sel lengkap telah digunakan untuk mengobati pasien
dari beberapa jenis penyakit, termasuk serangan leukemia dan
Parkinson. Paling banyak kasus sel-sel ini telah dihasilkan dari kerabat
dekat untuk menghindari masalah penolakan kekebalan.
2.2.2 Dampak Negatif
Dampak negative cloning manusia lebih banyak menyangkut
aspek social daripada aspek biologis. Dampak negative yang timbul
antara lain:
a. Timbulnya permasalahan dalam hukum positif
b. Membuka kemungkinan terhadap kejahatan-kejahatan dengan
cara mengkomersialkan manusia dan organ tubuh manusia,
Page 8
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
seperti perdagangan organ manusia (termasuk jaringan maupun
gen) dan mengkontrakkan bagian tubuh manusia untuk tujuan
tertentu yang bertentangan dengan martabat dan nilai-nilai
kemanusiaan.
Penerapan cloning manusia banyak menimbulkan pro dan kontra.
Penerapan pada tumbuhan dan binatang secara umum dapat diterima,
baik dipandang dari segi etika maupun agama akan tetapi tidak
demikian halnya jika diterapkan pada manusia. Kekhawatiran yang
muncul terhadap penerapan cloning pada manusia ini terutama adalah
menyangkut hak asasi dan martabat manusia.
Belum semua negara menetapkan suatu kebijakan legislaif yang
membatasi kegiatan cloning manusia. Ini memberikan peluang bagi
ilmuwan untuk melakukan kegiatan eksperimen ataupun membuka
suatu klinik komersial. Pada saat ini ada suatu klinik yaitu Dream
Tech International yang menawarkan jasa cloning manusia dan
binatang. Kloning manusia terutama ditujukan untuk pasangan yang
kesulitan mendapatkan keturunan dengan reproduksi secara ilmiah
maupun dengan reproduksi in vitro.
Sedangkan menurut George Annos, kloning akan memiliki
dampak buruk bagi kehidupan, antara lain:
a. Merusak peradaban manusia.
b. Memperlakukan manusia sebagai objek.
c. Hilangnya hukum variasi di alam raya.
d. Kerancuan hubungan antara orang yang di kloning dengan
orang hasil kloningannya.
e. Kemungkinan kerusakan lainnya seperti terjangkit penyakit.
f. Kloning bertentangan dengan sunah untuk berpasang-
pasangan.
Page 9
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Jika kloning dilakukan, manusia seolah seperti barang mekanis
yang bisa dicetak semaunya oleh pemilik modal. Hal ini akan
mereduksi nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia hasil
kloning.
Kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu
kelompok tertentu terhadap kelompok lain. Kloning biasanya
dilakukan pada manusia unggulan yang memiliki keistimewaan di
bidang tertentu. Tidak mungkin kloning dilakukan pada manusia
awam yang tidak memiliki keistimewaan. Misalnya kloning Einsten,
kloning Beethoven mupun tokoh-tokoh yang lain. Hal ini akan
menimbulkan perasaan dominasi oleh manusia hasil kloning tersebut
sehingga bukan suatu kemustahilan ketika manusia hasil kloning
malah menguasai manusia sebenarnya karena keunggulan mereka
dalam berbagai bidang.
Kloning yang dilakukan pada laki-laki atau perempuan baik yang
bertujuan untuk memperbaiki kualitas keturunan dengan
menghasilkan keturunan yang lebih cerdas, lebih kuat, lebih sehat, dan
lebih rupawan, maupun yang bertujuan untuk memperbanyak
keturunan guna meningkatkan jumlah penduduk suatu bangsa agar
bangsa atau negara itu lebih kuat seandainya benar-benar terwujud,
maka sungguh akan menjadi bencana dan biang kerusakan bagi dunia.
2.3 Pandangan Etika Terhadap Teknologi Kloning
Etika Teknologi Reproduksi Buatan belum tercantum secara
eksplisit dalam Buku Kode Etik Kedokteran Indonesia. Tetapi dalam
addendum 1, dalam buku tersebut di atas terdapat penjelasan khusus dari
beberapa pasal revisi Kodeki Hasil Mukernas Etik Kedokteran III, April
2002.
Page 10
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Pada Kloning dijelaskan bahwa pada hakekatnya: menolak kloning pada
manusia, karena menurunkan harkat, derajat dan serta martabat manusia
sampai setingkat bakteri dst; menghimbau ilmuwan khususnya kedokteran,
untuk tidak mempromosikan kloning pada manusia; mendorong agar
ilmuwan tetap menggunakan teknologi kloning pada :
a. Sel atau jaringan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
misalnya untuk pembuatan zat antigen monoclonal.
b. Sel atau jaringan hewan untuk penelitian klonasi organ, ini untuk
melihat kemungkinan klonasi organ pada diri sendiri.
Beberapa ketentuan etik yang dikeluarkan FIGO antara lain:
a. Preconceptional sex selection untuk maksud diskriminasi seks
dilarang, tetapi untuk menghindari penyakit tertentu, misalnya sex-
linked genetic disorders, penelitiannya dapat dilanjutkan.
b. Reproductive cloning atau kloning pada manusia, dilarang.
c. Theraupetic cloning (stem cell) dapat disetujui.
d. Penelitian pada embiro manusia, sampai 14 hari pasca fertilisasi (pre-
embrio), tidak termasuk periode simpan beku:
diperbolehkan apabila tujuannya bermanfaat untuk kesehatan
manusia.
harus mendapat ijin dari pemilik pe-embrio.
harus disyahkan oleh komisi atau badan khusus yang mengatur
hal tersebut.
tidak ditransfer ke dalam uterus, kecuali untuk mendapatkan
outcome kehamilan yang lebih baik.
tidak untuk tujuan komersial.
e. Tidak etis melakukan hal-hal berikut :
melakukan penelitian, seperti kloning setelah masa pre-embrio
( 14 hari setelah fertilisasi).
mendapatkan hybrid dengan fertilisasi inter-spesies.
Page 11
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
implantasi pre-embrio ke dalam uterus spesies lain.
manipulasi genome pre-embrio, kecuali untuk tujuan
pengobatan suatu penyakit.
2.4 Pandangan Hukum Terhadap Teknologi Kloning
Di Indonesia, hukum dan perundangan mengenai teknik reproduksi buatan
diatur dalam :
a. UU Kesehatan no. 23 tahun 1992, pasal 16 menyebutkan antara lain :
1) Kehamilan di luar cara alami dapat dilakukan sebagai upaya terakhir
untuk membantu suami-istri mendapatkan keturunan.
2) Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami-istri yang syah dengan
ketentuan :
hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami-istri yang
bersangkutan, ditanam dalam rahim istri, darimana ovum itu
berasal.
dilakukan oleh ahli kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk itu.
pada sarana kesehatan tertentu.
3) Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan di luar
cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
b. Keputusan Menteri Kesehatan no 72/Menkes/Per/II/1999 tentang
Penyelenggaraan Teknologi Reproduksi Buatan, yang berisikan: ketentuan
umum, perizinan, pembinaan, dan pengawasan, Ketentuan Peralihan dan
Ketentuan Penutup.
Page 12
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
2.5 Pandangan Agama Terhadap Teknologi Kloning
2.5.1 Pandangan Agama Islam Terhadap Teknologi Kloning
Secara singkat, kloning dapat berlangsung melalui proses
pengambilan sel dari tubuh manusia, baik laki-laki ataupun
perempuan, kemudian inti selnya diambil dan digabungkan dengan sel
telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini lalu
ditransfer ke dalam rahim perempuan agar memperbanyak diri,
berkembang, berubah menjadi janin dan akhirnya dilahirkan sebagai
bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan dengan kode genetik
yang sama dengan manusia yang menjadi sumber pengambilan sel
tersebut.
Melihat fakta kloning manusia secara menyeluruh, syari’at Islam
mengharamkan kloning terhadap manusia, dengan argumentasi
sebagai berikut :
Pertama, anak-anak produk proses kloning dihasilkan melalui
cara yang tidak alami (percampuran antara sel sperma dan sel telur).
Padahal, cara alami inilah yang telah ditetapkan oleh syariat sebagai
sunatullah menghasilkan anak-anak dan keturunannya. Allah SWT
berfirman:
م�ن ( (٤٦) �طف�ة� ن �ذ�ا إ �ى �من �ر�) ٤٥ت الذ�ك �ى �نث و�األ
�ه� �ن و�أ خ�ل�ق� ن� وج�ي الز� “Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan
laki-laki dan perempuan dari air mani apabila dipancarkan.” (QS
an-Najm, 53: 45-46)
Dalam ayat lain dinyatakan pula :
�ان� (٣٨) ك �ق�ة+ ع�ل ف�خ�ل�ق� و�ى �م� ( ف�س� �ي6 )٣٧ث م�ن �ى �من ي
�م �ل أ �ك� ي �طف�ة+ ن م:ن
Page 13
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
“Bukankah dia dahulu setetes mani yag ditumpahkan (ke dalam
rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan
daripadanya sepasang laki-laki dan perempuan.” (QS al-Qiyâmah,
75: 37-38).
Kedua, anak-anak produk kloning dari perempuan — tanpa adanya
laki-laki — tidak akan memunyai ayah. Anak produk kloning tersebut
jika dihasilkan dari proses pemindahan sel telur — yang telah
digabungkan dengan inti sel tubuh — ke dalam rahim perempuan
yang bukan pemilik sel telur, tidak pula akan memunyai ibu sebab
rahim perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut
hanya menjadi penampung (mediator). Oleh karena itu, kondisi ini
sesungguhnya telah bertentangan dengan firman Allah SWT :
�ر� اذ�ك و� ثى �ن أ و� �م ناك ج�ع�ل + ع�وبا ش� و� �ل� �م ق�بائ �قناك ل خ� �ا م�ن �ن إ
يا �ه�ا ي� أ �اس� الن
د� ن ع� �ه� الل �م قاك �ت أ �ن� إ �ه� الل Eيم� ع�ل Eير� ب �ن� خ� إ �م م�ك ر� �ك أ
ف�وا �عار� �ت ل
”Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS
al-Hujurât, 49: 13)
Juga bertentangan dengan firman-Nya yang lain,
Page 14
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
ه�و� �قس�ط� أ ع�ند� �ه� الل �ن ف�إ �م ل �م�وا �عل ت �اءه�م آب �م �ك �خو�ان ف�إ
ادع�وه�م �ه�م �ائ آلب
س� �ي و�ل �م ك �ي ع�ل Eاح� ن ج� ف�يم�ا �م ت �خط�أ أ �ه� ب �ك�ن و�ل م�ا
ف�ي الد:ين� �م �يك و�م�و�ال
�ع�م�د�ت ت �م �ك �وب ق�ل �ان� و�ك �ه� الل ا غ�ف�ور+ ح�يم+ا ر�”Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama
bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika
kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah
mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu
[Maula-maula ialah: seorang hamba sahaya yang sudah
dimerdekakan atau seorang yang telah dijadikan anak angkat, seperti
Salim anak angkat Huzaifah, dipanggil maula Huzaifah] dan tidak
ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi
(yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-Ahzâb. 33: 5).
Ketiga, kloning manusia akan menghilangkan nasab (garis
keturunan). Padahal Islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Ini
berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Siapa saja yang
menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau
(seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia
akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia.”
(H.R. Ibnu Majah).
Diriwayatkan pula dari Abu ‘Utsman An Nahri r.a. yang berkata,
“Aku mendengar Sa’ad dan Abu Bakrah masing-masing berkata,
‘Kedua telingaku telah mendengar dan hatiku telah menghayati sabda
Muhammad s.a.w., “siapa saja yang mengaku-ngaku (sebagai anak)
Page 15
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
kepada orang yang bukan bapaknya, padahal dia tahu bahwa orang itu
bukan bapaknya, maka surga baginya haram.” (H.R. Ibnu Majah).
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya tatkala turun
ayat li’an dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja
perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang)
yang bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat
apapun dari Allah dan Allah tidak akan pernah memasukkannya ke
dalam surga. Dan siapa saja laki-laki yang mengingkari anaknya
sendiri padahal dia melihat (kemiripan)nya, maka Allah akan akan
tertutup darinya dan Allah akan membeberkan perbuatannya itu
dihadapan orang-orang yang terdahulu dan kemudian (pada Hari
Kiamat)” (H.R. Ad-Darimi).
Kloning manusia yang bermotif memproduksi manusia-manusia
unggul dalam hal kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan
— jelas mengharuskan seleksi terhadap orang-orang yang akan
dikloning, tanpa memperhatikan apakah mereka suami-isteri atau
bukan, sudah menikah atau belum. Sel-sel tubuh itu akan diambil dari
perempuan atau laki-laki yang terpilih. Semua ini akan mengacaukan,
menghilangkan dan membuat bercampur aduk nasab.
Keempat, memproduksi anak melalui proses kloning akan
mencegah (baca: mengacaukan) pelaksanaan banyak hukum-
hukum syara’ seperti hukum tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak
dan kewajiban antara bapak dan anak, waris, perawatan anak,
hubungan kemahraman, hubungan ‘ashabah, dan banyak lagi. Di
samping itu, kloning akan mencampur-adukkan dan menghilangkan
nasab serta menyalahi fitrah yang telah diciptakan Allah untuk
manusia dalam masalah kelahiran anak. Konsekuensi kloning ini akan
menjungkirbalikkan struktur kehidupan masyarakat.
Page 16
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Pengharaman ini hanya berlaku untuk kasus kloning pada manusia
a.n. sich. Kloning bagi hewan dan tumbuhan, apalagi bertujuan untuk
mencari obat, justru dibolehkan bahkan disunahkan. Ini dapat dilihat
dari dua hadis di bawah ini, “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla
setiap kali menciptakan penyakit, Dia menciptakan pula obatnya.
Maka berobatlah kalian!.” (H.R. Imam Ahmad). Imam Abu Dawud
dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin Syuraik r.a. yang
berkata, “Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang Arab
Badui. Mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?’
Maka Nabi saw. menjawab, “Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah
kalian sebab sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidaklah menciptakan
penyakit kecuali menciptakan pula obat baginya….” Maka,
berdasarkan nash (teks) ini diperbolehkan memanfaatkan proses
kloning untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan untuk
mempertinggi produktivitasnya. (Dikutip dan diselaraskan dari tulisan
Denny Kodrat. Peneliti Institute of Islamic Analysis and Development
(INQIYAD) Bandung.
2.5.2 Pandangan Agama Kristen Terhadap Teknologi Kloning
Banyaknya aliran-aliran dalam gereja Kriesten di Indonesia
menjadikan kendala bagi penyatuan persepsi dalam membahas
masalah-masalah kemasyarakatan. Kloning manusia baik menyangkut
masalah fertikal maupun horizontal.
Menurut ajaran agama Kristen bahwa anak harus dilahirkan di
dalam suatu perkawinan, menurut cara-cara yang telah diajarkan oleh
agama. Dalam Kitab Kejadian pasal 2:24 disebutkan bahwa : “Sebab
itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”
Page 17
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah untuk memperoleh
keturunan, seperti yang dalam Firman Tuhan yang terdapat di dalam
Kitab Kejadian pasal 1:28, yaitu : Allah memberkati mereka lalu Allah
berfirman kepada mereka : “Beranak cuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu , berkuasalah atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang
merayap di bumi.”
Anak adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia.
Anak mempunyai hak untuk mendapatkan kehidupan layak dari kedua
orang tuanya. Untuk itu dalam menurunkan keturunan manusia harus
mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Tuhan.
Teknik yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang telah
digariskan dilarang. Sangat tidak dibenarkan menurunkan seorang
anak diluar ikatan perkawinan. Segala teknik reproduksi yang
digunakan untuk menolong manusia mendapatkan keturunan,
sepanjang tidak melanggar prinsip-prinsip Kristen diperkenankan.
2.5.3 Pandangan Agama Hindu Terhadap Teknologi Kloning
Veda dan ajaran Hindu Dharma memandang bahwa setiap orang
hendaknya dapat meningkatkan dirinya dengan memperdalam ilmu
pengetahuan. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan
ketajaman intelektual atau kecerdasan diamanatkan dalam kitab suci
veda (Rgveda VIII.35.16), demikian pula mengasah ketajaman
intelektual bagaikan memiliki mata yang ketiga (Rgveda X.56.1).
Menurut ajaran agama Hindu ilmu pengetahuan tidak bebas nilai,
harus memperhatikan moral dan etika. Ilmu pengetahuan dan
teknologi akan mempunyai makna apabila senantiasa berlandaskan
ajaran moral dan etika serta spiritual. Ilmu pengetahuan dan teknologi
tidak boleh dilepaskan dari frame ajaran moral, etika dan spiritual.
Page 18
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Munculnya teknologi kloning hendaknya juga diarahkan untuk
tujuan mensucikan dan meningkatkan moral, etika dan spiritual umat
manusia. Ceritera-ceritera keagamaan pada masa lalu banyak
menggambarkan proses terciptanya makhluk hidup yang pada
hakekatnya tidak lain menggambarkan proses kloning dan rekayasa
genetika. Di dalam ceritera mahabarata digambarkan kelahiran
Kurawa yang dapat diinterpretasikan sebagai proses kloning. Kurawa
yang berjumlah 100 orang berasal dari gumpalan darah yang dieram
kemudian berubah menjadi manusia dengan sifat-sifat raksasa yang
buas.
Secara normal pengembangan jenis atau keturunan, masing-
masing organisme oleh tuhan telah ditetapkan suatu rancangan
pembiakan melalui rahim ( jiwaja), melalui bertelur ( andaja), melalui
biji (udbija), dan dengan panas (swedaja). Selengkapnya adalah
sebagai berikut :
Pacawaca mrgaccaiwa
Wyataccobbayatodatah,
Raksansi ca picacacca
Manusyacca jarayujah.
(Manu smerti: I.43)
“Binatang ternak, Kijang, binatang pemakan daging yang bergigi
dua baris, raksasa dan manusia lahir dari kandungan.”
Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan sebagai laki-laki
dan perempuan untuk dapat mengembangkan keturunan. Untuk
mengetahui persepsi Hindu terhadap kloning manusia perlu disimak
isi dari Kitab Suci Ayurveda. Dan dari kitab tersebut dapat
disimpulkan bahwa secara teknis, kloning manusia ( menurut
Ayurveda) hal itu dimungkinkan.
Page 19
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Kloning tidak terlepas dari proses seleksi, hal ini berarti akan
mengorbankan fetus hasil kloning yang tidak mempunyai kualitas
yang baik. Di dalam agama Hindu dikemukakan bahwa sejak terjadi
pertemuan antara sonita (sel telur) dan sukra (sel sperma) maka sejak
itulah telah ada kehidupan. Kegiatan seleksi dengan meniadakan
fetus- fetus tersebut berarti melakukan pembunuhan. Hal ini sangat
bertentangan dengan ajaran agama Hindu.
Salah satu alasan yang dikemukakan oleh para ilmuan yang
bermaksud melakukan kloning manusia adalah untuk menolong
pasangan suami istri yang mengalami kesulitan mendapatkan
keturunan secara alami maupun in vitro. Tidak dapat disangkal
keberadaan anak di dalam suatu keluarga merupakan suatu hal yang
penting. Di dalam kitab Veda pun juga diungkapkan betapa
pentingnya keberadaan anak di dalam suatu keluarga, beberapa sloka
menunjukkan hal tersebut yaitu antara lain :
Acchunam tantum anu sam tarema
Atharveda VI, 122. 1
“ Kita dapat menyeberangi lautan kehidupan dengan memelihara garis
keturunan / melahirkan putra saputra”.
Namun demikian hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan
pembenar bagi kegiatan kloning manusia. Karena apada hakikatnya
mempunyai keturunan bukan satu-satunya tujuan perkawinan.
Menurut ajaran agama hindu tujuan perkawinan adalah meliputi
Dharmasampatti (bersama-sama suami istri mewujudkan pelaksanaan
dharma), praja (melahirkan keturunan), dan rati (menikmati
kehidupan seksual dan kepuasan indria lainnya). Jadi tujuan utama di
dalam perkawinan adalah untuk melaksanakan dharma.
Page 20
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Meskipun Parisada Hindu Dharma belum mengeluarkan suatu
fatwa tentang kloning manusia, namun demikian dari pandangan yang
diberikan oleh tokoh-tokoh Hindu dapat disimpulkan bahwa :
a. Veda mengamanatkan agar manusia senantiasa mengembangkan
ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu pengetahuan ini tidak
bebas nilai sehingga harus dilakukan sesuai dengan tujuan dharma.
Sebagai perwujudannya pada masyarakat Bali yang menganut
agama Hindu mereka setiap setahun 2 kali yaitu pada hari Sabtu
Bulan Wuku Gunung melakukan upacara Saraswati, sebagai
penghargaan terhadap Dewi Saraswati yang merupakan lambang
Dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
b. Kloning sebagai hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi penerapannya harus pula disesuaikan dengan tujuan
dharma.
c. Secara teknis hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran
dharma, namun jika hal itu benar-benar diterapkan pada manusia
akan melanggar beberapa pranata, moral dan etika yang diajarkan
oleh Veda.
d. Selain itu tidak ada alasan yang mendesak untuk dilakukan kloning
manusia.
2.5.4 Pandangan Agama Buddha Terhadap Teknologi Kloning
Kloning manusia sangat erat kaitannya dengan proses tumimbal
lahir. Tumimbal lahir adalah salah satu dogma agama yang syarat
dengan nilai sedangkan kloning merupakan produk ilmu pengetahuan
dan teknologi. Intisari agama Buddha adalah kausalitas, segala
sesuatu yang ada di alam ini tidak terlepas dari hukum sebab akibat.
“Orang melihat sebab akibat, melihat dharma, “ demikan sabda
Buddha (M.1,191). Namun demikian sekalipun sama-sama berdasar
Page 21
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
kausalitas dan memiliki metode empiris, Buddhisme dan sains
mengembangakan jalan yang berbeda.
Sabda buddha : “para bikkhu, embrio terjadi karena penggabungan
3 hal. Sekalipun ada pertemuan unsur laki-laki dan perempuan, jika
perempuan tidak sedang dalam kondisi masa subur dan tidak ada
gandhabba yang siap untuk terlahir kembali, tidak akan terjadi
kehamilan dalam kandungan : Ada pertemuan unsur laki-laki dan
perempuan, perempuan dalam kondisi masa subur dan ada
gandhabba, yang siap terlahir kembali, maka terjadi kehamilan karena
pertemuan ketiga faktor tersebut. Ibu mengandung selama sembilan
bulan dengan penuh beban kecemasan. Selanjutnya pada akhir 9 atau
10 bulan, dengan penuh beban kecemasan ibu melahirkan anaknya.
Ketika bayi telah lahir, ia memeliharanya dengan darahnya sendiri :
mengingat dalam Vinaya Ariya, susu ibu disebut sebagai darah. (M.I,
266-267)
Menurut agama Buddha, kehidupan dimulai saat terjadi
pembuahan. Bergabungnya faktor gandhabba tanpa gandhabba, suatu
wujud organisme yang berasal dari sperma dan sel telur tidak
memenuhi syarat makhluk yang memiliki jasmani dan rohani. Sperma
dan ovum bukan merupakan makhluk yang mempunyai jasmani dan
rohani, melainkan hanya semata-mata materi.
Gagasan kloning untuk memproduksi manusia bukan hal yang baru
dalam agama Buddha. Kloning yang dimaksud adalah produk tenaga
batin (Abhinna). Kemampuan tenaga batin lainnya misalnya membuat
diri tidak terlihat, menyalin rupa, menciptakan harimau jadi-jadian,
menembus tanah, berjalan di atas air, atau membaca pikiran orang
lain, mengingat tumumbal lahir yang terdahulu dan sebagainya
(D.III,281).
Page 22
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Reproduksi dengan teknik kloning dilihat dari teori tumimbal lahir
merupakan suatu hal yang mungkin terjadi. Apa yang disebut nyawa
dalam bahasa konvensional atau dalam terminologi Buddhis
patisandhi citta/gandhahha di jagat raya ini tidak terhingga jumlahnya
dan akan muncul menjadi makhluk baru dengan mendapatkan unsur
jasmani yang tepat untuknya. Agama buddha tidak mengenal kekuatan
luar yang menentukan nasib dan kelahiran seseorang, tetapi karma
masing-masing yang menentukan.
Reproduksi manusia dengan teknik kloning ini apakah dapat
diterima atau tidak tergantung dari tujuan dan kemanfaatan
dilakukannya tindakan tersebut. Apakah dengan melakukan kloning
manusia dapat membawa kemajuan batin bagi orang tua. Jika hal
tersebut justru mengakibatkan kemerosotan batin maka akan
bertentangan dengan tujuan misi agama budha.
Selain itu kita tidak dapat menutup mata bahwa teknik kloning
mempunyai tingkat kesulitan yang sangat tinggi, sehingga resiko
kegagalan juga sangat tinggi. Seperti yang sudah terjadi pada
reproduksi dengan cara in vitro, setiap proses bayi tabung selalu di
ikuti dengan seleksi dari sejumlah embrio. Agama Buddha sangat
menghargai kehidupan, baik yang telah lahir maupun yang akan di
lahirkan harus di kasihani. Menurut Abhidhammattasangaha, suatu
perbuatan di anggap sebagai pembunuhan jika memenuhi 5 syarat :
a. Adanya makhluk hidup;
b. Mengetahui makhluk itu hidup;
c. Ada pikiran hendak membunuh;
d. Berusaha untuk membunuh;
e. Makhluk itu mati disebabkan usaha tersebut.
Page 23
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Jika akan melakukan kloning manusia harus dipertimbangkan dan
mengenali hukum sebab akibat. Akibat sudah bertunas dalam sebab,
bakal buah sudah ada dalam benih baik dan buruk terkait dengan
kehendak sebelum, sewaktu dan sesudah melaksanakan. Buddha
menyatakan kehendak itu sebgai karma. Terdapat 3 akar mula
penyebab karma yang buruk atau penderitaan, yaitu keserakahan
(lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan atau kegelapan batin
(moha). Ketiganya di nyatakan sebagai akar kejahatan (It.45).
Apakah melakukan kloning suatu perbuatan benar atau salah, di
dasarkan atas pertimbangan apakah perbuatan itu membawa
kebebasan atau keterikatan terhadap penderitaan. Suatu perbuatan di
tolak jika tidak membawa ke arah pembebasan (viraga) dan
ketegangan (vupasama) dari gejolak nafsu. Terdapat 8 hal yang
menjadi pedoman penilaian. Buddha tidak membenarkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Sesuatu yang merangsang hawa nafsu;
b. Yang menambah penderitaan;
c. Yang memupuk kotoran batin;
d. Yang membutuhkan berlebihan;
e. Yang menimbulkan ketidakpuasan;
f. Yang tidak membatasi pergaulan;Yang membuang waktu atau
bersifat malas;
g. Yang tidak sederhana atau sukar dilayani (A. VIII, 6, 253).
Perbuatan baru dinyatakan tidak baik jika mendatangkan
penderitaan bagi diri sendiri atau pihak lain atau kedua-duanya (M.
1,416). Bila selesai dilakukan, perbuatan yang baik tidak membuat
seseorang menyesal (Dp. 68).
Page 24
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Kesimpulan yang dapat ditarik dari paparan di atas adalah bahwa
dari sisi tekhnik, jika kloning manusia mungkin dilakukan maka tidak
bertentangan dengan agama Buddha. Namun demikian untuk
melakukan kloning manusia harus ditinjau dampaknya terhadap umat
manusia. Jika dengan melakukan kloning manusia tidak ada
manfaatnya bagi kesejahteraan manusia, atau bahkan dapat
memerosotkan harkat dan martabat manusia. Maka hal itu
bertentangan dengan moral agama Buddha. Tujuan ajaran dharma
adalah untuk membawa harkat manusia ke arah keluhuran
membebaskan dari ikatan derita kelahiran. Untuk itu dalam
mengembangkan teknologi manusia harus mendasari segala karya
ilmiahnya dengan kebijaksanaan.
Page 25
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian makalah kami sebagai berikut :
Kloning manusia dilihat dari sudut pandang agama yang dianut di
Indonesia, etika dan moral tidak dapat diterima. Nilai yang dilanggar
terutama berkaitan dengan harkat dan martabat manusia. Di sini kloning
manusia dapat merendahkan harkat dan martabat manusia.
Pada kenyataanya teknologi kloning manusia dikembangkan bukan
semata-mata untuk tujuan kemanusiaan, namun cenderung untuk kepentingan
komersial. Komersialisasi manusia merupakan perbuatan yang patut untuk
dicegah karena dapat merendahkan harkat dan martabat manusia.
WHO menfatwakan bahwa setiap penggunaaan teknik cloning untuk
menciptakan manusia identik tidak bisa diterima karena dianggap melanggar
sebagaian dari prinsip umum yang mengatur prokreasi yang dibantu teknologi
kedokteran.
Page 26
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dari segi hukum, agama dan
etik di Indonesia , upaya kehamilan diluar cara alami tidak dapat dilakukan
diluar pasangan suami istri yang sah, dengan perkataan lain keikutsertaan
donor/ibu pengganti dalam upaya tersebut tergolong tidak legal (illegal).
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah agar mahasiswa dapat memahami
tentang Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dengan bahasan Pandangan
terhadap Kloning
Kami sebagai penulis makalah ini berharap siapapun yang membaca
makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami model serta konsep
dari “Etika Profesi dan Hukum Kesehatan ( Kloning dalam Pandangan Etika,
Hukum dan Agama) “.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan semoga makalah ini dapat
memberikan dorongan, semangat, serta pemikiran-pemikiran yang baru bagi
para pembaca, serta semoga makalah ini pula dapat menjadi pedoman kaidah
yang baik.
Demikianlah sekilas penjelasan tentang “Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan (Kloning dalam Pandangan Etika, Hukum dan Agama) ” , bila
mungkin terdapat salah dalam penulisan kata-kata kami mohon maaf, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Page 27
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
DAFTAR PUSTAKA
Hendrik. 2011. Etika & Hukum Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran ECG (hal 97-98)
http://arl.blog.ittelkom.ac.id/blog/2010/12/etika-dan-hukum-reproduksi-buatan/
Diakses pada: Kamis, 03 Oktober 2013 (11:59:37 WIB)
http://eprints.undip.ac.id/12951/1/1998FH652.pdf
Diakses pada Senin, 07 Oktober 2013 (15:01:44 WIB)
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/kontroversi-tentang-kloning-manusia-dalam-
perspektif-hukum-islam/
Diakses pada Kamis, 03 Oktober 2013 (11:35:31 WIB)
http://www.e-jurnal.com/2013/09/dampak-kloning.html
Diakses pada Senin, 07 Oktober 2013 (17:32:46 WIB)
http://www.knepk.litbang.depkes.go.id/knepk/download%20dokumen/artikel
%20&%20paper/human%20cloning.pdf
Diakses pada: Kamis, 03 Oktober 2013 (12:01:41 WIB )
Page 28
Etika Profesi dan Hukum Kesehatan * Pandangan terhadap Kloning *
Page 29
top related