identifikasi kandungan boraks pada keripik · pdf filekurkumin dan uji nyala. jumlah sampel...
Post on 06-Feb-2018
290 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
IDENTIFIKASI KANDUNGAN BORAKS PADA KERIPIK
USUS AYAM (BERIZIN) YANG DIJUAL DI PASAR BESAR
KOTA KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat guna mencapai
Gelar Ahli Madya Farmasi
Oleh :
JONI TRIATAMA
NPM : 11.71.13123
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2014
2
ii
3
iii
4
iv
5
v
6
IDENTIFIKASI KANDUNGAN BORAKS PADA KERIPIK USUS AYAM
(BERIZIN) YANG DIJUAL DI PASAR BESAR KOTA KUALA KAPUAS
KALIMANTAN TENGAH
Triatama, Joni. Dosen Pembimbing I Guntur Satrio P., S.Farm., M.Si., Apt,
pembimbing II Widya Ayu V., S.Farm., Apt. Program Studi DIII Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, 2014.
ABSTRAK
Dalam Kehidupan sehari-hari, BTP telah digunakan oleh produsen pangan
sebagai bahan pembantu pengolahan pangan. Namun pada kenyataan masih
ditemukan beberapa makanan yang mengandung bahan berbahaya seperti boraks.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Boraks pada Keripik Usus
Ayam yang dijual di Pasar Besar Kota Kuala Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah
khususnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kertas
kurkumin dan uji nyala. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5
sampel diambil di Pasar Besar Kota Kuala Kapuas. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semua sampel yang di Pasar Besar
Kuala Kapuas tidak teridentifikasi mengandung boraks. Hal ini ditunjukkan pada
hasil pengujian dengan kertas kurkumin dan uji nyala, dimana warna kertas dan
nyala api yang ditimbulkan oleh sampel tidak sama seperti warna pada baku
pembanding. Adapun hasil pengujian Limit Of Detection (LOD) boraks pada
Keripik Usus Ayam dengan metode kertas kurkumin sebesar 750 ppm dan metode
uji nyala sekitar 1000 ppm dengan perlakuan yang sama seperti perlakuan pada
sampel yang diuji.
Kata kunci :
Boraks, Keripik Usus Ayam, Kurkumin, Uji nyala.
vi
7
MOTTO
Kesungguhan bahwasanya diiringi dengan niat, doa, tindakan dan semangat.
Yakinlah apabila semua dijalani tanpa beban insyaAllah semua
akan berjalan dengan mudah.
vii
8
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini saya persembahkan untuk :
a. Ayahanda dan Ibunda Tercinta
Yang setiap saat memberikan kasih sayang, semangat, doa, dan dukungan
baik moril maupun materil yang tak ternilai harganya.
b. Kakak, adik dan semua saudara-saudaraku
Yang memberikan motivasi dan dukungan yang tak henti-hentinya.
c. Dosen Pembimbing saya
Yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran
yang sangat berharga bagi saya.
d. Sahabat seperjuangan Farmasi 2011
Yang telah memberikan masukan dan semangat serta keceriaan dan canda
tawa selama ini.
viii
9
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaaanirrahim. Segala puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan ridha-Nya yang telah memberikan
kekuatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Identifikasi Kandungan Boraks Pada Keripik Usus
Ayam (Berizin) Yang Dijual di Pasar Besar Kota Kuala Kapuas, Kalimantan
Tengah” ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. H. Bulkani, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
2. Bapak dr. H. Fery Iriawan, MPH, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
3. Ibu Rabiatul Adawiyah, S.Farm., Apt, selaku Ketua Program Studi DIII
Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
4. Bapak Guntur Satrio P., S.Farm., M.Si., Apt, selaku Dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan arahan
yang sangat berharga.
5. Ibu Widya Ayu V., S.Farm., Apt, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan arahan yang
sangat berharga.
6. Dosen-dosen Program Studi D III Farmasi yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan yang sangat berharga selama ini.
7. Orang tua tersayang yang selalu memberikan dukungan baik secara moral
maupun materil.
8. Teman-teman yang telah banyak memberikan semangat dan saran dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah.
9. Serta semua pihak yang telah membantu penulisan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
ix
10
Penulis dengan senang hati mengharapkan masukan, kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah
ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Palangka Raya, Juni 2014
Joni Triatama,
11.71.13123
x
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PENGUJIAN ................................................................................ iv
PERNYATAAN .............................................................................................. v
RINGKASAN ................................................................................................. vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 3
C. Batasan Masalah ........................................................................ 4
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pangan ........................................................................................ 5
B. Makanan Jajanan ......................................................................... 5
C. Keripik Usus Ayam .................................................................... 6
D. Bahan Tambahan Pangan ............................................................ 7
E. Pengawet ..................................................................................... 9
F. Jenis-jenis Pengawet ................................................................... 10
G. Boraks ......................................................................................... 10
H. Prosedur Identifikasi Boraks ....................................................... 13
xi
12
I. Limit Of Detection (LOD)/Batas Deteksi .................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian .................................... 15
B. Metode Penelitian ...................................................................... 15
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 15
D. Prosedur Kerja ............................................................................ 16
1. Alat dan Bahan ................................................................... 16
2. Cara Kerja ........................................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ............................................................................................ 19
B. Pembahasan ................................................................................ 22
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 26
B. Saran .......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xii
13
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Golongan BTP yang digunakan dalam Pangan .................................. 8
Tabel 2.2 Bahan yang dilarang digunakan sebagai BTP .................................... 9
Tabel 4.1 Hasil Organoleptis .............................................................................. 19
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Uji Nyala .................................................................. 20
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kertas Kurkumin ...................................................... 20
Tabel 4.4 LOD (Limit Of Detection) Boraks Pada Keripik Usus Ayam Metode
Uji Nyala ............................................................................................ 21
Tabel 4.5 LOD (Limit Of Detection) Boraks Pada Keripik Usus Ayam
Metode Kertas Kurkumin ................................................................... 21
xiii
14
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Penimbangan bahan ..................................................................... 30
Lampiran 2. Pembuatan Reagen ...................................................................... 32
Lampiran 3. Skema Kerja ................................................................................ 34
Lampiran 4. Data Alamat Produksi Keripik Usus Ayam................................. 39
Lampiran 5. Gambar Baku Boraks .................................................................. 40
Lampiran 6. Gambar sampel ............................................................................ 42
Lampiran 7. Gambar sampel sebelum diarangkan ........................................... 44
Lampiran 8. Gambar sampel setelah menjadi arang ........................................ 46
Lampiran 9. Gambar sampel pada saat dinyalakan.......................................... 48
Lampiran 10. Gambar sampel sebelum diabukan .............................................. 50
Lampiran 11. Gambar sampel setelah menjadi abu ........................................... 52
Lampiran 12. Gambar warna kertas kurkumin yang dicelupkan ke sampel ...... 54
Lampiran 13. LOD Boraks pada Keripik Usus Ayam ....................................... 56
Lampiran 14. Gambar pengujian LOD pada Keripik Usus Ayam ..................... 57
Lampiran 15. Gambar pembuatan kertas kurkumin........................................... 59
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan
merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh
terhadap eksistensi dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi
kuantitas dan kualitasnya. Mengingat kadar kepentingan yang demikian
tinggi, pada dasarnya pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia (Depkes RI,
2004).
Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan
yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan (Depkes RI, 2012). Dalam Kehidupan sehari-hari, BTP telah
digunakan oleh produsen pangan sebagai bahan pembantu pengolahan
pangan. Namun, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sampai hari ini
masih dijumpai produsen pangan yang menggunakan bahan kimia yang
dilarang. Praktik yang salah semacam ini dilakukan oleh produsen atau
pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab atau dapat juga disebabkan
karena ketidaktahuan produsen pangan baik mengenai sifat-sifat dan
keamanan bahan kimia tersebut (Rahayu, WP. et all. 2011).
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang pelarangan
penggunaan bahan berbahaya untuk pangan seperti penggunaan boraks
sebagai Bahan Tambahan Pangan. Namun, sampai saat ini masih banyak
ditemukan penyalahgunaan penggunaan boraks sebagai bahan untuk
membuat pangan lebih kompak (kenyal) teksturnya dan sebagai pengawet
(Rahayu, WP. et all. 2011). Boraks banyak digunakan dalam pembuatan
1
2
berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, lemper, lontong,
ketupat, pangsit dan siomay (Sugiyatmi, Sri, 2006).
Kasubdin Pemberdayaan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan
(PMKL) Dinas Kesehatan Kota Semarang Poedjianto, SKM menjelaskan,
penelitian yang dilakukan pada bulan Oktober 2006 di Kota Semarang
menunjukkan, jajanan yang beredar disejumlah sekolah berpotensi
mengandung zat aditif berbahaya, terutama dari jenis boraks dan formalin.
Dari 113 sampel yang dikirimkan ke Balai Laboratorium Kesehatan
diketahui, enam sampel positif mengandung zat berbahaya tersebut. Dari hasil
penelitian, ditemukan mie goreng yang mengandung boraks dan formalin
sekaligus. Sementara, pada jajanan lain semacam kerupuk, bakso, dan bakmi
putih ditemukan kandungan boraks. Kandungan boraks ditemukan pada
sampel jajanan bakmi putih yang dijual di sekitar MAN 1 Semarang, bakso di
SD Sawah Besar, kerupuk di SD Taman Maluku dan kerupuk di SD Sekaran.
Sementara, sampel jajanan yang mengandung boraks dan formalin ditemukan
pada mie goreng yang dijual di sekitar di SD Alkhotimah dan SD Kanisius
Kobong. Penelitian itu pula dilakukan di sejumlah sekolah yang tersebar di 16
kecamatan Se-Kota Semarang (Suara Merdeka, 2006).
Boraks juga banyak ditemui pada jajanan khususnya keripik, keripik
merupakan makanan yang populer dan banyak digemari oleh manyarakat,
hanya saja keripik bersifat mudah alot sehingga banyak usaha yang dilakukan
oleh produsen maupun pedagang agar produknya awet dan bertahan lama
sehingga dapat dijual ke berbagai tempat khususnya di pasar besar
tradisional.
Makanan jajanan merupakan jenis makanan yang dijual dipedagang
kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat permukiman serta
lokasi yang sejenis. Makanan jajanan dapat dibagi menjadi empat kelompok :
pertama adalah makanan utama atau main dish, contohnya nasi remes, nasi
rawon, nasi pecel dan sebagainya; yang kedua adalah panganan atau snacks,
contohnya kue-kue, onde-onde, pisang goreng dan lain sebagainya; kelompok
ketiga adalah golongan minuman, seperti es teler, es buah, teh dan lain
3
sebagainya; dan kelompok keempat adalah buah-buahan segar dari mangga,
durian, dan lain sebagainya (Rahayu, WP. et all. 2011).
Kota Kuala Kapuas terdapat pasar besar tradisional yang bertempat di
jalan melati. Hampir semua bahan pangan tersedia di pasar besar ini, salah
satu bahan pangan yang tersedia dan menjadi jajanan masyarakat Kota Kuala
Kapuas dan dikonsumsi masyarakat adalah Keripik Usus Ayam, selain
harganya cukup terjangkau selain itu juga bahan baku berupa usus ayam
bentuknya keriting dan panjang, kalau dikunyah, makanan berwarna kuning
kecokelatan ini berbunyi kriuk-kriuk rasanya gurih asin dan terbuat dari usus
ayam, aroma rasa yang gurih dan renyah ketika dikonsumsi, menjadi alasan
kenapa keripik usus ayam tidak pernah sepi dari pembeli. Namun yang masih
diragukan adalah apakah keripik Usus Ayam yang dijual dipasar besar
tradisional Kota Kuala Kapuas tersebut tidak mengandung bahan berbahaya
seperti boraks.
Boraks yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat terakumulasi
dalam tubuh. Ketika asam borat masuk kedalam tubuh, dapat menyebabkan
mual, muntah, diare, sakit perut, penyakit kulit, kerusakan ginjal, kegagalan
sistem sirkulasi akut, dan bahkan kematian. Organ target kedua setelah otak,
yang ditemukan menyimpan boraks dalam jumlah tinggi adalah hati. Tiga
sampai enam gram boraks bila tertelan oleh anak-anak dapat menyebabkan
shock dan kematian (Rahayu, WP. et all. 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas maka dianggap perlu melakukan
penelitian dengan judul “Identifikasi Boraks Pada Keripik Usus Ayam
(Berizin) Yang Dijual Di Pasar Besar Kota Kuala Kapuas Kalimantan
Tengah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan fenomena dalam latar belakang diatas maka terdapat
permasalahan yang teridentifikasi yaitu:
1. Belum diketahui makanan jajanan masyarakat Kota Kuala Kapuas yaitu
Keripik Usus Ayam yang dijual di pasar besar Kota Kuala Kapuas
mengandung bahan berbahaya (Boraks).
4
2. Belum ada penelitian mengenai kandungan boraks dalam jajanan yang
dijual di pasar besar Kota Kuala Kapuas.
C. Batasan Masalah
Peneliti membatasi permasalahan kedalam konteks yang lebih spesifik
guna menghindari perluasan dalam pengkajian masalah yang akan diteliti.
Batasan masalah tersebut, yaitu:
1. Metode yang digunakan untuk identifikasi boraks pada keripik usus ayam
yaitu uji nyala api dan kertas kurkumin.
2. Keripik Usus Ayam yang dijadikan sampel untuk penelitian yaitu keripik
olahan rumah tangga yang telah memiliki izin edar dari Departemen
Kesehatan yang dijual oleh pedagang di Pasar besar Kota Kuala Kapuas
Jalan Melati, Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi serta batasan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian adalah apakah keripik
Usus Ayam yang dijual oleh pedagang di pasar besar Kota Kuala Kapuas,
mengandung boraks?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Kandungan Boraks
Pada Keripik Usus Ayam (Berizin) Yang Dijual Di Pasar Besar Kota Kuala
Kapuas, Kalimantan Tengah.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu:
1. Sebagai media informasi bagi pedagang makanan jajanan khususnya
Keripik Usus Ayam agar tahu tentang bahaya boraks jika dicampur
dalam makanan.
2. Bagi masyarakat agar lebih hati-hati dan selektif dalam memilih makanan
jajanan khususnya Keripik Usus Ayam.
3. Bagi peneliti dapat menambah wawasan tentang boraks dan cara
mengidentifikasinya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk dalam bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, serta bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan minuman
(Depkes RI, 2004).
Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
melindungi pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, serta membahayakan kesehatan
manusia. Mendapatkan pangan yang aman merupakan hak asasi setiap
individu (WHO 1992 dalam Rahayu, WP. et all. 2011).
B. Makanan Jajanan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 942 Tahun 2003 tentang Makanan
Jajanan menyebutkan bahwa Makanan jajanan adalah makanan dan minuman
yang diolah oleh penyaji makanan ditempat penjualan dan atau disajikan
sebagai makanan siap saji untuk dijual bagi umum selain disajikan jasa boga,
rumah makan, restoran.
Makanan jajanan merupakan jenis makanan yang dijual di kaki lima,
pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat permukiman serta lokasi yang
sejenis. Makanan jajanan dapat dibagi menjadi empat kelompok : pertama
adalah makanan utama atau main dish, contohnya nasi remes, nasi rawon,
nasi pecel dan sebagainya; yang kedua adalah panganan atau snacks,
contohnya kue-kue, onde-onde, pisang goreng dan lain sebagainya; kelompok
ketiga adalah golongan minuman, seperti es teler, es buah, teh dan lain
sebagainya; dan kelompok keempat adalah buah-buahan segar dari mangga,
durian, dan lain sebagainya (Rahayu, WP. et all. 2011).
5
6
C. Keripik Usus Ayam
Keripik Usus Ayam merupakan jajanan yang saat ini populer dan
sebagian besar banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena rasanya yang
gurih asin, aroma rasa yang gurih dan renyah ketika dikonsumsi. Bahan baku
berupa usus ayam bentuknya keriting dan panjang, kalau dikunyah keripik ini
berbunyi kriuk-kriuk, menjadi alasan kenapa keripik usus ayam tidak pernah
sepi dari pembeli. Kendati tergolong industri rumah tangga, komoditi tersebut
mampu memberikan penghasilan yang cukup menjanjikan, di tengah sulitnya
kondisi ekonomi saat ini. Keripik usus biasanya dijual di toko oleh-oleh, ada
jenis keripik usus ayam kampung dan ayam negeri. Keripik usus pun siap
dinikmati, baik sebagai camilan maupun sebagai pengganti kerupuk untuk
pelengkap makan. Bahan-bahan/bumbu-bumbu yang digunakan untuk
pembuatan keripik usus ayam ini yaitu 350 gram usus ayam, dicuci,
dipotong-potong 15 cm, 2 sendok teh air kapur sirih, 1 sendok teh garam, 1
sendok teh air jeruk nipis, minyak untuk menggoreng, bumbu pelapis (aduk
rata), 200 gram tepung beras, 50 gram tepung sagu, 2 sendok teh garam, 1/2
sendok teh merica bubuk, bahan perendam, 200 mL santan dari 1/4 butir
kelapa, 3 lembar daun jeruk, dibuang tulang daunnya, diiris, bumbu halus, 5
siung bawang putih, 5 butir bawang merah, 2 sendok teh ketumbar bubuk, 1/2
sendok teh garam, 1/2 sendok teh merica bubuk, 2 cm kunyit, dibakar, 3 butir
kemiri.
Cara Pengolahan keripik usus ayam :
1. Rendam usus ayam di dalam campuran air kapur sirih, garam, dan air
jeruk nipis. Diamkan 30 menit. Angkat dan cuci bersih.
2. Aduk rata bahan perendam dan bumbu halus. Tambahkan usus ayam.
Aduk rata. Diamkan 15 menit. Angkat dan tiriskan.
3. Gulingkan usus ke dalam bahan pelapis.
4. Goreng dalam minyak yang sudah dipanaskan di atas api kecil sampai
matang dan kering.
7
D. Bahan Tambahan Pangan
Peraturan Menteri Kesehatan No.33 Tahun 2012 Tentang Bahan
Tambahan Pangan menyebutkan bahwa Bahan Tambahan Pangan yang
selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan
untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.
Definisi versi the Food Protection Committee of the food and Nutrition
Board yang dikutip dalam buku Branen et al. (2002) menyatakan bahwa
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah suatu substansi atau campuran
substansi, selain dari ingredient utama pangan, yang berada dalam suatu
produk pangan sebagai akibat dari aspek produksi, pengolahan, penyimpanan,
atau pengemasan (tidak termasuk kontaminan) (Wijaya, CH. et all. 2012).
Sementara itu, menurut Food and Drug Administration (FDA) Amerika
Serikat, BTP adalah zat yang secara sengaja ditambahkan kedalam pangan
untuk menghasilkan sifat fungsional tertentu pada pangan, baik secara
langsung maupun tidak langsung dan menjadi bagian dari pangan tersebut
(termasuk zat yang digunakan selama produksi, pengemasan, pengolahan,
transportasi, dan penyimpanan) (Wijaya, CH. et all. 2012). Mengutip pada
Surat Keputusan Kepala Badan Pangan Obat Dan Makanan No. H.K.
00.05.5.1.4547, yang dimaksud dengan BTP adalah bahan yang ditambahkan
ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, baik yang
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi (Wijaya, CH. et all. 2012).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun
2012 pada BAB II Pasal 3 menyebutkan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
yang digunakan dalam pangan terdiri atas beberapa golongan sebagai
berikut:
8
Tabel 2.1 Golongan BTP yang digunakan dalam Pangan (PERMENKES 033 Th
2012 pembaruan atas PERMENKES Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988)
No Nama Golongan BTP No Nama Golongan BTP
1 Antibuih (Antifoaming agent); 15 Pengembang (Raising agent);
2 Antikempal (Anticaking agent); 16 Pengemulsi (Emulsifier);
3 Antioksidan (Antioxidant); 17 Pengental (Thickener);
4 Bahan pengkarbonasi
(Carbonating agent); 18 Pengeras (Firming agent);
5 Garam pengemulsi (emulsifying
salt); 19
Penguat rasa (Flavour
enhancer);
6 Gas untuk kemasan (Packaging
gas); 20
Peningkat volume (Bulking
agent);
7 Humektan (Humectant); 21 Penstabil (Stabilizer);
8 Pelapis (Glazing agent); 22 Peretensi warna (Colour
retention agent);
9 Pemanis (Sweetener); 23 Perisa (Flavouring);
10 Pembawa (Carrier); 24 Perlakuan tepung (Flour
treatment agent);
11 Pembentuk gel (Gelling agent); 25 Pewarna (Colour);
12 Pembuih (Foaming agent); 26 Propelan (Propellant);
13 Pengatur keasaman (Acidity
regulator); 27 Sekuestran (Sequestrant).
14 Pengawet (Preservative);
Selain menyebutkan golongan BTP yang aman digunakan sebagai
pangan, Peraturan Menteri Kesehatan No.033 Tahun 2012 juga menyebutkan
dalam lampirannya beberapa daftar bahan yang dilarang penggunaannya
sebagai BTP, yaitu sebagai berikut:
9
Tabel 2.1 Bahan yang Dilarang digunakan Sebagai BTP (PERMENKES 033
Th 2012 pembaruan atas PERMENKES Nomor
722/Menkes/Per/IX/1988)
NO BAHAN YANG DILARANG DIGUNAKAN SEBAGAI BTP
1 Asam borat dan senyawanya (Borid acid)
2 Asam salisilat dan garamnya (Salisylic acid and its salt)
3 Dietilpirokarbonat (Dietylpirocarbonate, DEPC)
4 Dulsin (Dulcin)
5 Formalin (Formaldehyde)
6 Kalium bromat (Potassium bromate)
7 Kalium klorat (Potassium chlorate)
8 Kloramfenikol (Chloramphenicol)
9 Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
10 Nitrofurazon (Nitrofurazone)
11 Dulkamara (Dulcamara)
12 Kokain (Cocain)
13 Nitrobenzene (Nitrobenzene)
14 Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate)
15 Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)
16 Biji tonka (Tonka bean)
17 Minyak kalamus (Chalamus oil)
18 Minyak tansi (Tansy oil)
19 Minyak sasafras (Sasafras oil)
E. Pengawet
Zat pengawet adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan guna
mencegah atau menghambat tumbuhnya jamur, bakteri, atau jasad renik
(Fachrudin, 1995).
Bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah
atau menghambat fermentasi, pengasaman, atau penguraian terhadap makanan
yang disebabkan oleh bakteri (Depkes RI, 1997).
10
Bahan pengawet adalah bahan yang digunakan untuk mengawetkan
makanan yang mempunyai sifat mudah rusak dan dapat menghambat atau
memperlambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian yang dapat
disebabkan oleh mikroba (Depkes RI, 1997)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bahan pengawet adalah
bahan tambahan makanan yang digunakan untuk mengawetkan, menghambat
fermentasi dan penguraian yang disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan
pengawet ini dapat memperpanjang daya simpan makanan. Dari segi kegunaan
bahan pengawet ada yang boleh digunakan dalam makanan dan ada juga yang
tidak boleh digunakan dalam makanan. Salah satu bahan pengawet yang dilarang
digunakan dalam makanan adalah boraks sebab boraks merupakan bahan
pengawet yang digunakan untuk mengawetkan kayu. Akan tetapi, masih banyak
masyarakat yang menambahkan boraks dalam produk-produk makanan dengan
maksud mengenyalkan atau mengompakan dan sekaligus mengawetkan.
F. Jenis-Jenis Pengawet
Ada dua jenis pengawet, yaitu pengawet yang diijinkan digunakan dalam
makanan dan pengawet yang dilarang digunakan dalam makanan. Pengawet yang
diijinkan digunakan dalam makanan, misalnya asam benzoat, asam sorbat,
propionat, nitrit, sulfit (Depkes RI, 1997). Pengawet yang dilarang digunakan
dalam makanan, misalnya asam borat dan senyawanya, formalin atau
formaldehida (Depkes RI, 1998).
G. Boraks
1. Pengertian Boraks
Boraks adalah senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan
nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7. 10H2O), dapat dijumpai dalam
bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida
dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat merupakan bahan untuk
membuat deterjen, mengurangi kesadahan air, dan bersifat antiseptik.
Boraks terkandung juga dalam bleng. Bleng ada yang terdapat dalam
bentuk padatan yang biasa disebut cetitet yang terdiri dari campuran
garam dapur, soda, boraks, dan zat warna. Bleng ada juga yang terdapat
dalam bentuk cair (Rahayu, WP. et all. 2011).
11
Boraks yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat
terakumulasi dalam tubuh. Ketika asam borat masuk kedalam tubuh,
dapat menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, penyakit kulit,
kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut, dan bahkan kematian.
Organ target kedua setelah otak, yang ditemukan menyimpan boraks
dalam jumlah tinggi adalah hati. Tiga sampai enam gram (3–6 g) boraks
bila tertelan oleh anak-anak dapat menyebabkan shock dan kematian
(Rahayu, WP. et all. 2011).
Penggunaan boraks (dipasaran dikenal sebagai “bleng”) sebagai
bahan tambahan dalam pangan tidak diperbolehkan karena sangat
berbahaya, kerena dapat berdampak buruk pada susunan syaraf pusat,
ginjal, dan hati jika tertelan. Dosis fatal untuk dewasa dan anak-anak
berturut-turut berkisar 15-20 g dan 3-6 g (Rahayu, WP. et all. 2011).
2. Sinonim atau Nama Lain
a. Sodium borate
b. Borax decahydrate
c. Sodium biborate decahydrate
d. Disodium tetraborate decahydrate
e. Sodium pyroborate decahydrate
f. Sodium tetraborate decahydrate
g. Boron sodium oxide
h. Fused borax (Rahayu, 2011).
3. Sifat Fisika dan Kimia
a. Titik didih titik sekitar 1575 ºC
b. Titik lebur sekitar 743 ºC
c. Boraks dapat larut dalam air dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol
d. Sukar larut dalam alkohol (Depkes RI, 1995)
4. Penggunaan
a. Mematri logam
b. Pembuatan gelas dan enamel
c. Pengawet dan anti jamur kayu
12
d. Obat untuk kulit dalam bentuk salep
e. Sebagai antiseptik
f. Pembasmi kecoa
g. Campuran bahan pembersih (Rahayu, WP. et all. 2011).
5. Bahaya Akut (Jangka Pendek)
a. Bila terhirup/inhalasi dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir
dengan batuk-batuk dan dapat diabsorpsi menimbulkan efek sistemik
seperti pada efek akut bila tertelan.
b. Bila kontak dengan kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan
dapat diabsorpsi melalui kulit yang rusak
c. Bila kontak dengan mata dapat menimbulkan iritasi, mata merah dan
rasa perih
d. Bila tertelan dapat menimbulkan gejala-gejala yang tertunda meliputi
badan terasa tidak enak (malaise), mual nyeri hebat pada perut bagian
atas (epigastric), pendarahan gastroenteritis disertai muntah darah,
diare, lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala (Rahayu, WP. et
all. 2011).
6. Bahaya Kronis (Jangka Panjang)
a. Bila terhirup/inhalasi dalam waktu yang lama dan berulang-ulang
dapat menyebabkan radang cabang tenggorok (bronchitis), radang
pangkal tenggorok (laringitis) dan efek lain seperti pada efek kronis
bila tertelan.
b. Bila kontak dengan kulit dalam waktu lama dan berulang-ulang dapat
menyebabkan radang kulit (dermatitis). Jika terabsorpsi dalam jumlah
cukup banyak bisa terjadi keracunan sistematik seperti pada efek
kronis bila tertelan.
c. Bila kontak dengan mata dalam waktu yang lama dan berulang-ulang
dapat menyebabkan radang selaput mata (conjunctivitis).
d. Bila tertelan berulang-ulang dapat menyebabkan hilangnya nafsu
makan (anorexia), turunnya berat badan, iritasi ringan disertai
13
gangguan pencernaan, kulit ruam dan merah-merah, kulit kering dan
mukosa membran dan bibir pecah-pecah, lidah merah, radang selaput
mata, anemia, luka pada ginjal, bisa juga terjadi kejang-kejang. Telah
dilaporkan adanya efek reproduksi lain pada binatang (Rahayu, WP. et
all. 2011).
7. Ciri-Ciri Pangan Mengandung Boraks
Pangan yang mengandung boraks biasanya lebih mengkilat dan
tidak lengket. Sedangkan untuk bakso, atau lontong teksturnya sangat
kenyal. Empek-empek atau bakso yang berwarna putih bersih dan sangat
kenyal, kemungkinan dibuat dengan penambahan boraks (Rahayu, WP. et
all. 2011).
H. Prosedur Identifikasi Boraks
1. Asam Sulfat Pekat dan Alkohol (uji nyala api)
Sedikit boraks dicampurkan 1 mL asam sulfat pekat dan 5 ml
metanol dan etanol (yang pertama lebih disukai karena lebih mudah
menguap) dalam sebuah cawan porselen kecil, dan alkhol ini dinyalakan;
alkohol akan terbakar dengan nyala yang pinggirnya hijau, disebabkan
pembentukan metil boraks B(OCH3)3 atau etil borat B(OC2H5)3. Kedua
ester ini beracun. Garam tembaga dan barium mungkin memberi nyala
hijau yang serupa. Modifikasi yang berikut dari uji yang tergantung dari
sifat boron triflourida, BF3 yang lebih mudah menguap, dapat dipakai
dengan adanya senyawa-senyawa tembaga (Cu) dan barium (Ba), zat-zat
ini tidak membentuk senyawa-senyawa yang mudah menguap pada
kondisi-kondisi eksperimen yang dibawah. Campurlah dengan seksama
borat dengan kalsium flourida yang telah dijadikan bubuk dan sedikit
asam sulfat pekat, dan bawa sedikit dari pasta yang terjadi tersebut diatas
cincin dari kawat platinum, atau pada ujung batang kaca sampai dekat
sekali ketepi bagian dasar nyala Bunsen tanpa benar-benar
menyentuhnya; boron triflourida yang mudah menguap terbentuk, dan
mewarnai nyala menjadi hijau (Svehla, G, 1985).
14
2. Uji Kertas Kunyit (turmerik)
Sehelai kertas kurkumin dicelup kedalam larutan suatu borat yang
diasamkan dengan asam klorida encer, lalu dikeringkan pada 1000C,
kertas ini menjadi cokelat-kemerahan. Kertas dikeringkan paling
sederhana dengan melilitkannya sekeliling sisi luar dekat tepi mulut suatu
tabung uji yang mengandung air, dan mendidihkan air itu selama 2-3
menit. Setelah kertas dibasahi dengan larutan natrium hidroksida encer,
kertas menjadi kehitam-hitaman. Kromat, klorat, nitrit, iodide, dan zat-zat
pengoksid lain mengganggu, karena aksinya memutihkan kunyit itu
(Svehla, G, 1985).
I. Limit of Detection (LOD)/ Batas Deteksi
Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan
mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk
peruntukannya. Parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam
validasi metode analisis salah satunya adalah penentuan batas deteksi. Batas
deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang
masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas
deteksi merupakan parameter uji batas (Riyadi, 2009).
Batas deteksi (limit of detection) didefenisikan sebagai konsentrasi
analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi oleh alat, dimana
hasil yang diperoleh belum tepat karena tidak memenuhi akurasi dan presisi.
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen. Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-
beda tergantung pada metode analisis itu menggunakan instrumen atau tidak.
Pada analisis yang tidak menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan
dengan mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat (Riyadi,
2009)
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
2. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai pada tanggal 25 April sampai dengan
10 Juni 2014.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian eksperimen (experiment
research) dengan pendekatan laboratorium yang akan dilakukan dengan
serangkaian percobaan. Penelitian eksperimen (experiment research) adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang
timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Ciri khusus dari
penelitian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial (Notoadmodjo,
2005).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoadmodjo, 2005). Berdasarkan pada pengertian tersebut maka
populasi pada penelitian ini adalah Keripik Usus Ayam yang dijual di
Kota Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah berjumlah 10 jenis keripik usus
ayam.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik Purvosive Sampling.
Pengambilan sampel secara Purposive Sampling didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau
15
16
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. (Notoadmodjo,
2005). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Keripik Usus
Ayam yang telah memiliki izin edar dan dijual di Pasar Besar Kota Kuala
Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah berjumlah 5 sampel.
D. Prosedur Kerja
1. Alat dan Bahan
1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cawan
porselen, korek api, oven, timbangan analitik, corong, Erlenmeyer,
penjepit besi, labu ukur ;100 mL; 1000 mL, batang pengaduk, gelas
ukur 100 mL, beaker gelas 100 mL, mortir dan stamper, pipet volume
5 mL; 10 mL; 100 mL, pipet ukur 1 mL; 5 mL; 10 mL; 100 mL,
bunsen dan tanur.
1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel
Keripik Usus Ayam, H2SO4 (asam sulfat pekat), HCl 10% (asam
klorida) p.a, metanol, natrium tetraborat p.a, kalsium karbonat 10%,
NaOH 1% (Natrium Hidroksida), turmerik powder, etanol p.a, kertas
saring (whatman 40), aquadest dan kertas lakmus.
2. Cara Kerja
2.1 Uji Nyala Api
a. Preparasi Sampel
Sampel ditimbang sebanyak 10 gram dioven pada suhu 120ºC
selama 6 jam, kemudian sampel diarangkan.
b. Identifikasi Boraks pada Sampel
Sampel yang telah menjadi arang ditambahkan 1 mL asam sulfat
pekat dan 5 mL metanol dalam cawan porselen dan dinyalakan,
bila timbul nyala yang pinggirnya hijau maka menandakan
adanya boraks (Svehla, G, 1985).
17
c. Membuat Kontrol Positif
Baku boraks (2500 ppm) dicampurkan kedalam blanko di oven
pada suhu 120ºC selama 6 jam, kemudian diarangkan. Setelah
menjadi arang ditambahkan 1 mL asam sulfat pekat dan 5 mL
metanol, kemudian dibakar nyala yang dihasilkan berwarna hijau
dipinggir dan digunakan sebagai baku positif.
2.2 Uji Kertas Kurkumin
a. Membuat Kertas Kurkumin
Timbang sebanyak 2 gram turmerik powder dan masukkan
bersama 100 mL etanol 80% kedalam Erlenmeyer 250 mL lalu
ditutup. Dikocok selama 5 menit setelah itu disaring
menggunakan kertas saring. Celupkan kertas saring kedalam
larutan tersebut, lalu kertas digantung untuk mengeringkan.
Setelah 1 jam kertas dipotong dengan ukuran 6x1 cm dan
disimpan ditempat yang rapat dan terhindar dari cahaya (Anonim,
1999 dalam terjemahan Ramadhani, 2013).
b. Uji Warna Kertas Kurkumin pada pengujian boraks
Prosedur uji warna kertas kurkumin pada pengujian boraks adalah
sebagai berikut :
1. Preparasi Sampel
Sampel ditimbang sebanyak 50 gram dan di oven pada suhu
120ºC, setelah kering ditambahkan dengan 10 mL kalsium
karbonat 10%. Kemudian masukkan ke dalam tanur hingga
menjadi abu selama 6 jam dan dinginkan (Ramadhani, 2013).
2. Membuat Kontrol Positif
Baku boraks dicampurkan kedalam blanko lalu di oven pada
suhu 120ºC, setelah itu ditambahkan dengan 10 gram kalsium
karbonat kemudian masukkan kedalam tanur hingga menjadi
abu selama 6 jam dan dinginkan. Abu kemudian tambahkan 3
ml asam klorida 10%, celupkan kertas kurkumin ke dalam
sampel lalu keringkan pada suhu 100ºC. Kertas yang
18
mulanya berwarna kuning berubah menjadi merah kecoklatan
lalu dibasahi dengan larutan natrium hidroksida encer, kertas
menjadi berwarna hitam kebiruan atau hitam kehijauan dan
digunakan sebagai baku positif (Ramadhani, 2013).
3. Identifikasi Boraks pada Sampel
Abu dari sampel kemudian ditambahkan 3 mL asam klorida
10%, celupkan kertas kurkumin. celupkan kertas kurkumin ke
dalam sampel lalu keringkan pada suhu 100ºC. Kertas yang
mulanya berwarna kuning berubah menjadi merah kecoklatan
lalu dibasahi dengan larutan natrium hidroksida encer. Bila di
dalam sampel terdapat boraks, kertas kurkumin yang
berwarna kuning menjadi berwarna hitam-kebiruan atau
hitam kehijauan (Svehla, G, 1985).
2.3 Limit of Detection (LOD) Boraks pada Keripik Usus Ayam
a. Pembuatan Baku Induk 2500 ppm:
Timbang sebanyak 2,5 gram boraks masukkan kedalam labu
tentukur 1000 mL. Larutkan dengan aquadest hingga 1000 mL.
b. Membuat baku seri 1250, 1000, 750, 500, 250 dan 200 ppm:
LOD Boraks pada Keripik Usus Ayam Metode Kertas Kurkumin:
Pipet sebanyak 25, 20, 15, 10, 5 dan 4 mL dari larutan baku induk
masing-masing kedalam 50 gram sampel. Di oven pada suhu
1200C, setelah kering ditambahkan dengan 10 mL CaCO3 10%.
Kemudian masukkan ke dalam tanur hingga menjadi abu selama
6 jam dan dinginkan. Abu kemudian ditambahkan 6 mL asam
klorida 10%. Celupkan kertas kurkumin.
LOD Boraks pada Keripik Usus Ayam Metode Uji Nyala:
Pipet sebanyak 5, 4, 3, 2 dan 1 ml dari larutan baku induk masing-
masing kedalam 10 gram sampel, lalu di oven pada suhu 120ºC
selama 6 jam kemudian diarangkan. Setelah menjadi arang
ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat dan 5 mL metanol kemudian
dinyalakan (Ramadhani, 2013).
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Uji organoleptis sampel keripik usus
Tabel 4.1 Uji organoleptis sampel keripik usus
No Sampel Uji organoleptis
Bentuk Bau Rasa Warna
1
Keripik Usus
Ayam “BU NOR
AIDA”
Depkes RI. P. IRT
203620303034
Pipih,
keriting,
panjang
Aroma
khas
keripik
usus
Asin dan
gurih
Coklat
gelap
2
Cemilan Snack
“CAP JEMPOL”
Depkes RI. P. IRT
206630318018
Pipih,
keriting,
panjang
Aroma
khas
keripik
usus
Asin dan
gurih
Coklat
gelap
3
Aneka Cemilan
Stiek Usus
“MANDIRI”
Depkes RI. P. IRT
21462030005
Pipih,
keriting,
panjang
Aroma
khas
keripik
usus
Asin dan
gurih
Coklat
muda
4
Aneka Cemilan
“UD. ANEKA
BUDAYA”
Depkes RI.
P.SP.NO.
120/11/1993
Pipih,
keriting,
panjang
Aroma
khas
keripik
usus
Asin dan
gurih
Coklat
gelap
5
Stiek Usus Ayam
“CATERING
ROSE”
Depkes RI. P. IRT
203627102005418
Pipih,
keriting,
panjang
Aroma
khas
keripik
usus
Asin dan
gurih
Coklat
gelap
19
20
Berikut ini merupakan hasil pengujian laboratorium kandungan boraks
dalam sampel keripik usus ayam produk olahan rumah tangga berizin yang
dijual di pasar besar Kota Kuala Kapuas, diperoleh data seperti ditunjukkan
pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Nyala Api
No Nama Sampel Warna Nyala
Api Hasil Pengujian
1 Baku Boraks Hijau dibagian
pinggir Positif
2 Sampel 1 Kuning Oranye Negatif
3 Sampel 2 Kuning Oranye Negatif
4 Sampel 3 Kuning Oranye Negatif
5 Sampel 4 Kuning Oranye Negatif
6 Sampel 5 Kuning Oranye Negatif
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kertas Kurkumin
No Nama Sampel
Warna Kertas Hasil
Pengujian Dicelup ke
sampel + HCl
Dicelupkan
ke NaoH
1 Baku Boraks Merah
Kecoklatan
Hitam
Kebiruan Positif
2 Sampel 1 Kuning Kuning Negatif
3 Sampel 2 Kuning Kuning Negatif
4 Sampel 3 Kuning Kuning Negatif
5 Sampel 4 Kuning Kuning Negatif
6 Sampel 5 Kuning Kuning Negatif
21
Berikut ini merupakan hasil pengujian laboratorium Limit of Detection
(LOD) boraks pada keripik usus ayam, diperoleh data seperti ditunjukkan
pada tabel 4.4 dan tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Limit of Detection (LOD) Boraks Pada keripik usus ayam Metode
Uji nyala api
No
Kontrol Baku Boraks
pada keripik usus ayam
(ppm)
Warna Nyala Api Keterangan
1 1250 Hijau dibagian pinggir
Positif
2 1000 Hijau dibagian pinggir
Positif
3 750 Nyala orange kekuningan
Negatif
4 500 Nyala orange kekuningan
Negatif
5 250
Nyala orange kekuningan Negatif
Tabel 4.5 Limit of Detection (LOD) Boraks Pada keripik Metode Kertas
Kurkumin
No Kontrol Baku Boraks pada
keripik usus ayam (ppm)
Perubahan Warna
Kertas Keterangan
1 1250 Hitam kebiruan Positif
2 1000 Hitam kebiruan Positif
3 750 Hitam kebiruan Positif
4 500 Kuning Negatif
5 250 Kuning Negatif
22
B. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk
menganalisis boraks. Sampel yang dipilih yaitu keripik usus ayam yang dijual
di pasar besar Kota Kuala Kapuas. Total sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 5 sampel. Identifikasi boraks terhadap sampel
pada penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu metode uji nyala dan
kertas kurkumin.
Cara kerja dalam metode uji nyala pada penelitian ini dilakukan sesuai
dengan prosedur, yaitu sampel ditimbang sebanyak 10 gram lalu di oven pada
suhu 120ºC selama 6 jam kemudian diarangkan. Sampel yang telah menjadi
arang ditambahkan 1 mL asam sulfat pekat dan 5 mL metanol, kemudian
dinyalakan.
Tujuan penambahan 1 mL asam sulfat pekat (asam kuat) yaitu
memberikan suasana asam pada sampel dan untuk membantu melarutkan
garam boraks menjadi asam borat dan jika dinyalakan dengan metanol akan
terbentuk nyala yang pinggirnya hijau jika sampel positif mengandung
boraks. Hal tersebut dikarenakan terbentuknya metil borat.
Pada penelitian ini semua sampel tidak teranalisis mengandung boraks,
sampel-sampel tersebut tidak menunjukkan perubahan warna pada kertas
kurkumin dan tidak menunjukkan nyala yang pinggirnya hijau pada
pengujian nyala api, sampel-sampel tersebut dikatakan negatif karena
dilakukan dengan membandingkan warna kertas maupun nyala api pada baku
boraks, hal tersebut dapat dikatakan negatif dikarenakan pada kelima sampel
tidak memiliki atau tidak adanya kandungan senyawa-senyawa molekul
garam-garam natrium tetraborat atau boraks, jika sampel menhasilkan hasil
yang positif akan mengalami reaksi, pada pengujian reaksi warna, jika sedikit
boraks dicampurkan dengan 1 mL asam sulfat pekat dan 5 mL metanol atau
etanol (yang pertama lebih disukai karena mudah menguap) dalam sebuah
cawan porselen kecil, dan alkohol ini dinyalakan alkohol akan terbakar
dengan nyala yang pinggirannya hijau, disebabkan oleh pembentukan metil
borat B(OCH3)3 atau etil borat B(OC2H5)3 dengan reaksi berikut:
23
Dalam reaksi tersebut metil borat akan dibebaskan ditandai dengan saat
pembakaran sampel warna api menjadi berwana hijau dikarenakan terdapat
kandungan metil borat namun dalam beberapa detik warna hijau pada api
tersebut menghilang disebabkan kandungan metil borat telah hilang atau
terbebaskan terbawa oleh uap air hasil dari pembakaran.
Cara kerja pengujian kertas kurkumin dalam penelitian ini adalah
sampel ditimbang sebanyak 50 gram dan di oven pada suhu 120ºC, setelah
kering di tambahkan dengan 10 mL kalsium karbonat 10%. Kemudian
masukkan ke dalam tanur hingga menjadi abu selama 6 jam dan dinginkan.
Abu dari sampel kemudian ditambahkan 6 mL asam klorida 10%, cek
keasaman sampel setelah itu celupkan kertas kurkumin, lalu keringkan dan
celupkan kembali kedalam larutan natrium hidroksida encer.
Cara kerja yang dilakukan tidak menggunakan kalsium karbonat 10
gram dan 3 ml asam klorida 10% melainkan menggunakan 10 mL larutan
kalsium karbonat 10% dan 6 mL asam klorida 10%. Hal ini dikarenakan
penambahan kalsium karbonat sebanyak 10 gram dalam sampel dinilai terlalu
berlebih sehingga akan membuat sampel sulit diasamkan pada perlakuan
berikutnya. Penambahan asam klorida 10% sebanyak 6 mL yaitu untuk
membuat sampel menjadi asam. Pada saat penambahan 3 mL asam klorida
10% ternyata sampel masih belum mencapai keadaan asam setelah di cek
menggunakan kertas lakmus merah biru dengan menandakan kertas lakmus
warna biru tidak mengalami perubahan menjadi berwarna merah.
Tujuan dari pengabuan adalah untuk menghilangkan senyawa-senyawa
organik seperti mineral dalam sampel sehingga yang tersisa hanya bentuk
logam atau oksida logam serta garam-garam yang tidak menguap pada suhu
tinggi. Tujuan penambahan kalsium karbonat sebelum sampel diabukan
ditanur untuk mengikat senyawa boraks agar tidak menguap dan tetap
menjadi garamnya. Sedangkan penambahan HCl 10% pada saat sampel telah
menjadi abu yaitu untuk melarutkan garam-garam boraks sisa proses
24
pengabuan serta memberikan suasana asam. Keadaan sampel harus benar-
benar asam sebelum proses identifikasi karena dalam keadaan basa kertas
kurkumin akan berwarna merah kecoklatan dan itu akan menghasilkan
sampel positif palsu mengandung boraks, maka terlebih dahulu dilakukan
pengecekan keasaman dengan kertas lakmus. Jika sampel positif mengandung
boraks maka asam borat dengan kurkumin akan membentuk kompleks khelat
rosasianin yaitu suatu zat warna merah karmesin lalu apabila kertas kurkumin
yang positif mengandung boraks dibasahi dengan larutan natrium hidroksida
encer, kertas menjadi berwarna hitam kebiruan atau hitam kehijauan.
Pada pengujian metode kertas kurkumin yaitu bahwa kurkumin
merupakan indikator untuk menentukan adanya kandungan boraks di dalam
makanan. Pada kondisi asam, kurkumin akan berwarna kuning dan dalam
keadaan basa akan berwarna kecoklatan sehingga air kunyit dapat dijadikan
indikator adanya asam basa. Boraks berada dalam bentuk senyawa yang
bersifat basa, sehingga bila bercampur dengan kurkumin akan menimbulkan
senyawa baru yang disebut boro-kurkumin. Senyawa ini berwarna merah
kecoklatan.
Pada penelitian ini dilakukan juga penentuan Limit of Detection (LOD)
mulai dari 1250 ppm hingga 250 ppm untuk metode uji nyala dan mulai dari
1250 ppm hingga 250 ppm untuk metode kertas kurkumin yang bertujuan
untuk mengetahui batas deteksi terkecil boraks pada keripik usus ayam. Nilai
Limit Of Detection diperoleh dari nilai konsentrasi terendah analit Proses
penentuan Limit Of Detection dilakukan dengan prosedur kerja yang sama
H3BO3 + 2
Cl- - 3H2O
Kurkumin
Rosasianin
(HCl)
25
seperti perlakuan pada sampel. Untuk hasil pengujian Limit of Detection
(LOD) dapat dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5.
Berdasarkan Permenkes No. 033 tahun 2012, bahwa boraks
dicantumkan sebagai salah satu bahan berbahaya yang dilarang apabila
ditambahkan pada makanan dalam konsentrasi sekecil apapun. Pada
penelitian ini semua sampel keripik usus ayam yang dijual di pasar besar
Kota Kuala Kapuas tidak teridentifikasi mengandung boraks. Dengan batas
deteksi (LOD) boraks pada keripik usus 1000 ppm dengan metode uji nyala
dan 750 ppm dengan metode kertas kurkumin.
26
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik simpulan yaitu
dari kelima sampel keripik usus ayam yang dijual di pasar besar Kota Kuala
Kapuas setelah diuji menggunakan metode uji nyala api dan kertas kurkumin
menunjukkan hasil negatif yang berarti tidak teridentifikasi adanya
kandungan senyawa bahan kimia boraks.
B. Saran
1. Perlu dilakukan pengujian terhadap sanitasi dan higienis pada keripik
usus ayam mulai dari segi pembuatan sampai dengan pengemasan.
2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai bahan berbahaya lain
seperti formalin atau pengujian lebih lanjut tentang identifikasi kadar
kolesterol maksimal dan kadar lemak minyak standar yang diperbolehkan
pada pembuatan keripik usus ayam.
3. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai bahan berbahaya seperti
boraks atau formalin pada sampel keripik usus ayam yang tidak memiliki
nomor Izin Penyelenggaraan Industri Rumah Tangga Pangan (IP-IRTP).
26
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Chemical Methods Manual. http://www.dfo-
mpo.gc.ca/library/89088.pdf. [28 Mei 2013]. Terjemahan pada jurnal
”Rahmadani, 2013. Identifikasi Boraks Pada Siomay di Kecamatan Jekan
Raya Kota Palangka Raya. Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Palangka Raya.”
Cahyadi, Wisnu, 2012. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara pada jurnal ”Rahmadani, 2013. Identifikasi Boraks
Pada Siomay di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya. Program
Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya. Palangka Raya.”
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI. 1997. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Pada jurnal “Siga, Stefania A, 2007. Identifikasi Boraks
Dalam Bakso Yang Dijual di Warung “X” Ciliwung Malang. Akademi
Analis Farmasi Dan Makanan“Putera Indonesia”. Malang. [pdf]”
Depkes RI. 1998. Kumpulan Perundang-undangan Bidang Makanan Dan
Minuman. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pada jurnal
“Siga, Stefania A, 2007. Identifikasi Boraks Dalam Bakso Yang Dijual di
Warung “X” Ciliwung Malang. Akademi Analis Farmasi Dan
Makanan“Putera Indonesia”. Malang. [pdf]”
Depkes RI. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 942 Tahun 2003 Tentang
Makanan Jajanan. Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI. 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 033 Tahun
2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan. Depkes RI, Jakarta.
Fachrudin, 1. 1995. Memilih dan Memanfaatkan Bahan Tambahan Makanan. Bogor:
Trubus Agriwidaya. Pada jurnal “Siga, Stefania A, 2007. Identifikasi Boraks
Dalam Bakso Yang Dijual di Warung “X” Ciliwung Malang. Akademi
Analis Farmasi Dan Makanan“Putera Indonesia”. Malang. [pdf]”
Notoadmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
28
Rahayu, WP, Wulandari N, Nurfaidah D, Koswara S, Subarna, Kusumaningrum
HD. 2011. Keamanan Pangan Peduli Kita Bersama. Bogor: IPB Press. pada
jurnal ”Rahmadani, 2013. Identifikasi Boraks Pada Siomay di Kecamatan
Jekan Raya Kota Palangka Raya. Program Studi D-III Farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Palangka
Raya.”
Rahmadani, 2013. Identifikasi Boraks Pada Siomay di Kecamatan Jekan Raya
Kota Palangka Raya. Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Palangka Raya.
Riyadi, Wahyu. 2009. Validasi Metode Analisis. http://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/validasi-metode-analisis/. [13 Mei
2013]. pada jurnal ”Rahmadani, 2013. Identifikasi Boraks Pada Siomay di
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya. Program Studi D-III Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Palangka Raya.”
Siga, Stefania A., 2007. Identifikasi Boraks Dalam Bakso Yang Dijual di Warung
“X” Ciliwung Malang. Akademi Analis Farmasi Dan Makanan“Putera
Indonesia”. Malang. [pdf]”
Suara Merdeka, 2006. Enam Jajanan Mengandung Boraks dan Formalin.
http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/06/kot06.htm.
[Diakses 16 Juni 2014]
Sugiyatmi, Sri, 2006. Analisis Faktor-Faktor Resiko Pencemaran Bahan Toksik
Boraks dan Pewarna pada Makanan Jajanan Tradisional yang Dijual di
Pasar-Pasar Kota Semarang Tahun 2006. Program Pasca Sarjana.
Universitas Diponegoro Semarang. Semarang.
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Diterjemahkan
oleh Setiono L., et all., edisi kelima. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.
Wijaya CH dan Mulyono N. 2012. Bahan Tambahan Pangan Pengawet. Bogor:
IPB Press pada jurnal ”Rahmadani, 2013. Identifikasi Boraks Pada Siomay
di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya. Program Studi D-III
Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya. Palangka Raya
29
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : JONI TRIATAMA
Tempat Tanggal Lahir : Talian Kereng, 18 Juni 1993
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Tingang Induk, Perum. Enderwan No. 3,
Kecamantan Jekan Raya, Kelurahan Bukit Tunggal,
Palangka Raya/ Jalan Pemuda Komplek Denmar
Raya No. 11 A, Kecamatan Selat, Kelurahan Selat
Dalam, Kuala Kapuas.
No. Telepon/Hp : 089655292129 / 085390497160
Kode Post : -
Nama Orang Tua :
Ibu : Ramintan
Ayah : Riduan
Hoby : Traveling, Sepak Bola/Futsal,
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Jurusan Tahun
SDN selat Hulu IV, Kuala
Kapuas - 2005
SMPN 4 Selat, Kuala Kapuas - 2008
SMAN 2 Selat, Kuala Kapuas IPA 2011
Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya
Program Studi D III
Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan
-
30
LAMPIRAN 1
Penimbangan Bahan
Penimbangan Bobot (gram)
CaCO3 (Kalsium Karbonat) 10,0044
Serbuk Kurkumin 2,0030
Baku Boraks 2,5257
NaOH (Natrium Hidroksida) 1,0076
1. Penimbangan Sampel
Metode Uji Sampel Bobot (gram)
Kertas Kurkumin
Baku
Boraks 50,0667
1 50,0081
2 50,0354
3 50,0677
4 50,0133
5 50,0805
Nyala Api
Baku
Boraks 10,0732
1 10,0687
2 10,0721
3 10,0230
4 10,0233
5 10,0853
31
2. Penimbangan Sampel Untuk LOD (Limit of Detection)
Metode Uji Sampel Konsentrasi
(ppm) Bobot (gram)
Nyala Api
1 1250 10,0343
2 1000 10,0284
3 750 10,0888
4 500 10,0206
5 250 10,0771
Kertas Kurkumin
1 1250 50,0380
2 1000 50,0717
3 750 50,0386
4 500 50,0704
5 250 50,0464
32
LAMPIRAN 2
Pembuatan Reagen
1. Pembuatan CaCO3 (Kalsium Karbonat) 10% (FI IV hal 159)
Menimbang CaCO3 sebanyak 10 gram
Larutkan dalam aquadest 100 mL + sedikit garam amonium dalam
labu tentukur
2. Pembuatan HCl (Asam Klorida) 10 %
- Pengenceran
Diketahui :
- HCl yang tersedia : 25%
- HCl yang ingin dibuat : 10%
- Volume HCl yang ingin dibuat : 100 mL
N1 . V1 = N2 . V2
25 . V1 = 10 . 100
= 1000
25
= 40 mL
- Pembuatan
Dipipet HCl 25% sebanyak 40 mL
Masukkan ke dalam labu tentukur 100 mL
Add aquadest 100 mL
33
3. Pembuatan Etanol 80 %
- Pengenceran
Diketahui :
Etanol yang tersedia : 96%
Etanol yang ingin dibuat : 80%
Volume Etanol yang ingin dibuat : 100 mL
N1 . V1 = N2 . V2
96. V1 = 80.100
= 8000
96
= 83,33 ml ≈ 83,50 mL
- Pembuatan
Dipipet Etanol 96% sebanyak 83,50 mL
Masukkan ke dalam labu tentukur 100 mL
Larutkan dalam aquadest 100 mL
4. Pembuatan NaOH encer 1%
Menimbang Natrium Hidroksida sebanyak 1 gram
Larutkan dalam aquadest 100 mL dalam labu tentukur
34
LAMPIRAN 3
Skema Kerja
1. Skema Kerja Metode Uji Nyala
Menimbang sampel sebanyak 10 gram lalu di oven pada suhu selama 6 jam
Kemudian sampel diarangkan
Sampel yang telah menjadi arang ditambahkan 1 mL Asam Sulfat pekat dan
5 mL metanol
Kemudian dinyalakan, jika positif mengandung boraks nyala api akan
berwarna hijau
2. Skema Kerja Metode Kertas Kurkumin
a. Pembuatan Kertas Kurkumin
Menimbang serbuk kurkumin sebanyak 2 gram
Larutkan dengan 100 mL Etanol 80%
Gojog dan diamkan selama 5 menit
Disaring Larutan menggunakan kertas saring
Celupkan kertas whatman 40 kedalam larutan tersebut Kertas dikeringkan
Setelah 1 jam, kertas digunting dengan ukuran 6x1 cm
35
Simpan ditempat rapat dan terlindung dari cahaya agar tidak mempengaruhi
kandungan kurkumin pada kertas
b. Preparasi Sampel dan Identifikasi Sampel
Sampel ditimbang sebanyak 50 gram
Di oven pada suhu 120ºC
Setelah kering ditambahkan dengan 10 mL Kalsium Karbonat 10%
Kemudian masukkan ke dalam tanur hingga menjadi abu selama
6 jam dan dinginkan
Abu dari sampel kemudian ditambahkan 6 ml Asam Klorida 10%
Cek pH Setelah itu Celupkan Kertas Kurkumin jika positif akan berwarna merah
kecoklatan
Keringkan kertas kurkumin sampai kering
Celupkan kertas kedalam larutan Natrium Hidroksida encer, jika positif akan
berwarna hitam kebiruan atau hitam kehijuan
3. Skema Kerja Pembuatan Baku Pembanding
a. baku pembanding uji nyala
500 mg serbuk boraks dimasukkan kedalam 10 gram sampel
Lalu di oven pada suhu 120ºC selama 6 jam
36
Kemudian diarangkan
Setelah menjadi arang ditambahkan 1 mL Asam Sulfat pekat
dan 5 mL Metanol
Kemudian dinyalakan, jika positif mengandung boraks nyala api akan berwarna
hijau
b. Baku Pembanding Uji Kertas Kurkumin
500 mg serbuk boraks dimasukkan kedalam 50 gram sampel
Di oven pada suhu 1200C
Setelah kering ditambahkan dengan 10 mL Kalsium Karbonat 10%
Kemudian masukkan ke dalam tanur hingga menjadi abu selama
6 jam dan dinginkan
Abu kemudian ditambahkan 6 ml Asam Klorida 10%
Cek pH Setelah itu Celupkan Kertas Kurkumin, jika positif akan
berwarna merah kecoklatan
Keringkan kertas kurkumin sampai kering
Celupkan kertas kedalam larutan Natrium Hidroksida encer, jika positif akan
berwarna hitam kebiruan atau hitam kehijuan
37
4. Skema Kerja Pembuatan Limit Of Detection (LOD) Boraks pada Keripik
Usus Ayam
c. Pembuatan Baku Induk 2500 ppm:
Menimbang 2,5 gram boraks masukkan kedalam labu tentukur 1000 mL
Larutkan dengan aquadest hingga 1000 mL
d. Membuat baku seri 1250, 1000, 750, 500, 250 dan 200 ppm:
LOD Boraks pada Keripik Usus Ayam Metode Uji Nyala:
Dipipet Sebanyak 5, 4, 3, 2 dan 1 mL dari larutan baku induk masing-
masing kedalam 10 gram sampel
Lalu di oven pada suhu 120ºC selama 6 jam
Kemudian diarangkan
Setelah menjadi arang ditambahkan 1 mL Kalsium Karbonat pekat dan 5
mL Metanol
Kemudian dinyalakan, jika positif mengandung boraks nyala api akan
berwarna hijau
LOD Boraks pada Keripik Usus Ayam Metode Kertas Kurkumin:
Dipipet Sebanyak 25, 20, 15, 10, 5 dan 4 mL dari larutan baku induk
masing-masing kedalam 50 gram sampel
Di oven pada suhu 120ºC
Setelah kering ditambahkan dengan 10 mL CaCO3 10%
38
Kemudian masukkan ke dalam tanur hingga menjadi abu selama 6 jam
dan dinginkan
Abu kemudian ditambahkan 6 mL Asam Klorida 10%
Cek pH Setelah itu celupkan Kertas Kurkumin, jika positif akan berwarna
merah kecoklatan
Keringkan kertas kurkumin sampai kering
Celupkan kertas kedalam larutan Natrium Hidroksida encer, jika positif
akan berwarna hitam kebiruan atau hitam kehijauan
39
LAMPIRAN 4
Data Alamat Produksi Keripik Usus Ayam
No Sampel Nama/Merk keripik Usus
Ayam dan nomor izin edar Alamat Produksi
1 Sampel 1
Keripik Usus Ayam “BU NOR
AIDA”
Depkes RI. P. IRT:
203620303034
Jl. Barito, Kuala
Kapuas, Kal-Teng
2 Sampel 2
Cemilan Snack “CAP JEMPOL”
Depkes RI. P. IRT:
206630318018
Jl. Menteri Warga 4,
Martapura, Kal-Sel
3 Sampel 3
Aneka Cemilan Stiek Usus
“MANDIRI”
Depkes RI. P. IRT: 21462030005
Jl. Pemuda Km 1,
Kuala Kapuas,
Kal-Teng
4 Sampel 4
Aneka Cemilan “UD. ANEKA
BUDAYA”
Depkes RI. P. SP.
NO. 120/11/1993
Simpang Empat
Banjar Baru, Kal-Sel
5 Sampel 5
Stiek Usus Ayam “CATERING
ROSE”
Depkes RI. P. IRT:
203627102005418
Palangka Raya,
Kal-Teng
40
LAMPIRAN 5
Gambar Baku Boraks
No Keterangan Gambar
1
Sodium tetraborate decahydrate
2 Hasil baku boraks Metode Uji nyala
41
Gambar Baku Boraks
4
Hasil baku boraks Metode Uji
Kertas Kurkumin
Boraks Boraks
42
LAMPIRAN 6
Gambar Sampel Keripik Usus Ayam
No Nama Sampel Gambar
1 Sampel 1
2 Sampel 2
3 Sampel 3
43
4 Sampel 4
5 Sampel 5
44
LAMIRAN 7
Gambar Sampel Sebelum Diarangkan (Uji Nyala)
No Nama Sampel Gambar
1 Sampel 1
2 Sampel 2
3 Sampel 3
45
Gambar Sampel Sebelum Diarangkan (Uji Nyala)
4 Sampel 4
5 Sampel 5
46
LAMPIRAN 8
Gambar Sampel Setelah Menjadi Arang
No Nama Sampel Gambar
1 Sampel 1
2 Sampel 2
3 Sampel 3
Gambar Sampel Setelah Menjadi Arang
47
4 Sampel 4
5 Sampel 5
48
LAMPIRAN 9
Gambar Sampel pada saat dinyalakan
No Nama Sampel Gambar
1 Sampel 1
2 Sampel 2
3 Sampel 3
49
Gambar Sampel pada saat dinyalakan
4 Sampel 4
5 Sampel 5
50
LAMPIRAN 10
Gambar Sampel sebelum diabukan (Uji Kertas Kurkumin)
No Nama Sampel Gambar
1 Sampel 1
2 Sampel 2
3 Sampel 3
51
4 Sampel 4
5 Sampel 5
52
LAMPIRAN 11
Gambar Sampel Setelah Menjadi Abu
No Nama Sampel Gambar
1 Sampel 1
2 Sampel 2
3 Sampel 3
53
Gambar Sampel Setelah Menjadi Abu
4 Sampel 4
5 Sampel 5
54
LAMPIRAN 12
Gambar Warna Kertas Kurkumin Setelah dicelup pada sampel yang telah di
asamkan dengan asam klorida dan di celupkan ke NaOH encer
No Kertas+sampel Gambar
1 Kertas Sampel 1
2 Kertas Sampel 2
SAMPEL 1
3
SAMPEL 2
3
55
3 Kertas Sampel 3
4 Kertas Sampel 4
5 Kertas Sampel 5
SAMPEL 4
SAMPEL 3
3
SAMPEL 5
56
LAMPIRAN 13
LOD (Limit Of Detection) Boraks Pada Keripik Usus Ayam
Metode Uji Nyala
No Kontrol Baku Boraks pada
Keripik Usus Ayam (ppm) Warna Nyala Api
1 1250 Hijau dibagian pinggir
2 1000 Hijau dibagian pinggir
3 750 Nyala orange kekuningan
4 500 Nyala orange kekuningan
5 250
Nyala orange kekuningan
Metode Kertas Kurkumin
No Kontrol Baku Boraks pada
Keripik Usus Ayam (ppm) Perubahan Warna Kertas
1 1250 Hitam kebiruan
2 1000 Hitam kebiruan
3 750 Hitam kebiruan
4 500 Tidak berubah warna
5 250 Tidak berubah warna
57
LAMPIRAN 14
Gambar Pengujian LOD Pada Keripik Usus Ayam Metode Kertas Kurkumin
No
Kontrol Baku
Boraks pada
Keripik Usus Ayam
(ppm)
Gambar
1 1250
2 1000
3 750
58
4 500
5 250
59
LAMPRIRAN 15
Gambar Pembuatan Kertas Kurkumin
No
Pembuatan Kertas Kurkumin
Keterangan Gambar
1 Bahan (Tumeric Powder)
2 Serbuk Setelah ditimbang
3 Serbuk setelah dilarutkan
dengan ethanol 80%
60
Gambar Pembuatan Kertas Kurkumin
4
Pengeringan Kertas Setelah
Direndam dengan Larutan
Kurkumin
5 Kertas Kurkumin setelah
dipotong
top related