hpsp
Post on 13-Jul-2016
225 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma
ditraktus enitalia dan struktur sekitarnya atau keduanya.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap
tahunnya paling sedikit 128.000 wanita menagalami perdarahan sampai
meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam
setelah melahirkan.
Di Indonesia, sebagian besar persalinan terjadi tidak dirumah sakit,
sehingga sering pasien yang bersalin diluar kemudian terjadi perdrahan post
partum terlambat sampai kerumah sakit, menurut Depkes RI, kematia ibu di
indonesia(2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari
angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.
Apabila terjadi prdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari
etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta
dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan
penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir,
plasenta akreta mengalahkan atonia uteris sebagai penyebab tersering
perdarahan post partum yan keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan
histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapa terjadi sebagai penyeba
perdarahan post partum antara lain laserasi perinium, laserasi vagina, cedera
levatorani dan cedera pada serviks uteri.
B; Rumusan Masalah
1; Apa definisi Hemorrhagic Post Partum?
2; Apa saja klasifikasi Hemorrhagic Post Partum?
3; Apa etiologi Hemorrhagic Post Partum?
4; Bagaimana patofisiologi Hemorrhagic Post Partum ?
5; Apa manifestasi klinis Hemorrhagic Post Partum?
6; Apa pemeriksaan dari Hemorrhagic Post Partum?
7; Apa penatalaksanaan Hemorrhagic Post Partum?
8; Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Hemorrhagic Post Partum?
11
C; Tujuan
1; Mengetahui definisi Hemorrhagic Post Partum
2; Mengetahui klasifikasi Hemorrhagic Post Partum
3; Mengetahui etiologi Hemorrhagic Post Partum
4; Mengetahui patofisiologi Hemorrhagic Post Partum
5; Mengetahui manifestasi klinis Hemorrhagic Post Partum
6; Mengetahui pemeriksaan Hemorrhagic Post Partum
7; Mengetahui penatalaksanaan Hemorrhagic Post Partum
8; Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Hemorrhagic Post Partum
BAB II
PEMBAHASAN
A; Definisi
22
Perdarahan postpartum adalah perdarahan kala IV yang lebih dari 500-600
mL dalam masa 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Menurut waktu
terjadinya dibagi atas dua bagian: (amru sofian).
1; Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir.
2; Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 samp;ai 15 postpartum.
B; Etiologi
Kondisi dalam persalinan sangat sulit menentukan jumlah perdarahan
karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas tidur.
Sehingga penentuan untuk perdarahan dilakukan setelah bayi lahir dan
penentuan jumlah perdarahan dilihat dari perdarahan lebih dari normal yang
telah menyebabkan perubahan tanda-tanda vital. (Abdu Bari)
Faktor terjadinya menurut Amru Sofian:
1; Atonia Uteri
Dilihat dari faktor predisposisinya:
Usia
Paritas
Partus lama dan partus terlantar
Obstetric operatif dan narkosa
Uterus terlalu regang dan besar
Mioma uteri
Malnutrisi
2; Sisa plasenta dan selaput ketuban
3; Jalan lahir:
Robekan peritoneum
Vagina serviks
Forniks
Rahim
4; Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah sring dijumpai pada perdarahan yang banyak,
solusio plasenta, kematian janin yang lama dalam kandungan, pre-eklamsi
dan eklamsi, infeksi, hepatitis, dan soptik syok.
C; Manifestasi
Setelah persalinan pasien mengeluh: Lemah, Pucat, Limbung, Berkeringat
dingin, Menggigil, Pusing, Gelisah, Hiperpnea, Sistolik <90mmHg, Nadi
33
>100x/menit, Kadar Hb<8g%, ini karena kehilangan darah lebih dari normal
dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
mual.(abdul Bari)
Gejala klinis berdasrkan penyebab:
1; Atonia uteri gejala yang selalu ada: uterus tidak berkontraksi dan lembek
dan pendarahan segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer).
Gejala yang kadang-kadang timbul: syok (tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ektremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain).
2; Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik. Gejala yang
kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
3; Retensi plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali
pusat pusut akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan,
perdarahan lanjutan.
4; Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada: plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang
kadang-kadang timbul: uterus berkontraksi baik tetapi tinggi pundus tidak
berkurang.
5; Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi masa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri
sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: syok neurogenik
dan pucat.
D; Penatalaksanaan
1; Resusirtasi cairan
Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena sehingga
dapat memberi waktu untuk menegakan diagnosis dan menangani
penyebab pendarahan. Perlu dilakukan pemberian oksigen dan akses
intravena. Selama persalinan perlu dipasang paling tidak satu jalur
intravena pada wanita dengan resiko pendarahan postpartum, dan
dipertimbangkan jalur kedua pada pasien dengan resiko sangat tinggi.
44
Berikan resusitasi dengan cairan kristalroid dala volume yang besar, baik
normal salin (NS/NaCl) atau cairan ringerlaktat melalui akses intravena
periper. NS merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan karena
biaya yang ringan dan kompatibilitasnya dengan sebagian besar obat dan
transfusi darah. Resiko terjadinya asidosis hiperkloremik sangat rendah
dalam hubungan dengan perdarahan postpartum. Bila dibutuhkan cairan
kristaloid dalam jumlah banyak (-10L), dapat dipertimbangkan
penggunaan cairan ringerlaktat.
Cairan yang mengandung dekstrosa, seperti D 5% tidak memiliki peran
pada penanganan pendarahan postpartum. Perlu diingat bahwa kehilangan
1 liter darah perlu penggantian 4-5 liter kristaloid, karena sebagian besar
cairan infus tidak tertahan diruang intraseluler, tetapi terjadi pergeseran
ruang interstisian. Pergeseran ini bersamaan dengan penggunaan oksitosin,
dapat menyebabkan edema periper pada hari-hari setelah perdarahan
postpartum. Ginjal normal dengan mudak mengekskresi kelebihan cairan.
Perdarahan postpartum lebih dari 500mL pada wanita hamil yang normal
dapat ditangani cukup dengan infus kristaoid jika penyebab pendarahan
dapat tertangani. Kehilangan darah yang banyak, biasanya membutuhkan
penambahan transfusi sel darah merah.
Cairan koloid dalam jumlah besar (1000-1500mL/hari) dapat
menyebabkan efek yang buruk pada hemostasis. Tidak ada cairan koloid
yang terbukti lebih baik dibandingkan NS, dan karena harga serta resiko
terjadinya efek yang tidak diharapkan pada pemberian koloid, maka cairan
kristaloid tetap direkomendasikan
a; Transfusi darah
Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus barlanjut
dan diperkirakan akan melebihan 2000 mL atau keadaan klinis pasien
menunjukan tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi
cepat. PRC digunakan dengan komponen darah lain dan diberikan jika
terdapat indikasi. Para klinisi harus memperhatikan darah transfusi,
berkaitan dengan waktu, tipe dan jumlah prodak darah yang tersedia
dalam keadaan gawat. Tujuan transfusi adalah memasukan 2-4 unit
PRC untuk menggantikan pembawa oksigen yang hilang dan untuk
mengembalikan volume sirkulasi. PRC bersifat sangat kental yang
dapat menurunkan jumlah tetesan infus. Masalah ini dapat diatasi
dengan menambahkan 100mL NS pada masing-masing unit. Jangan
55
menggunakan cairan ringerlaktat untuk tujuan ini karena kalsium yang
dikandungnya dapat menyebabkan penyumbatan.
b; Penanganan sesuai penyebab
Perdarahan kala uri
Memberika oksitosin.
Mengeluarkan plasenta menurut cara credee (1-2 kali)
Mengeluarkan plasenta dengan tangan
Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah janin lahir
dilakukan bila:
Menyangka akan terjadi perdarahan postpartu.
Perdarahan banyak (lebih 500cc).
Retensio plasenta.
Melakukan tindakan obstetri dalam narkossa.
Riwayat perdarahan postpartum pada persalinan yang lalu.
Jika masih ada sisa-sisa plasenta yang agak melekan dan masih
terdapat perdarahan segera lakukan oteros-vaginal tamponade
selama 24 jam, diikuti pemberian oterotonika dan antibiotika
selama 3 har berturut-turut dan pada hari ke-4 baru dilakukan
kuretase membersihkannya.
Jika disebabkan oleh luka-luka jalan lahir, luka segera dijahit dan
perdarah akan berhenti.
c; Pengobatan perdarahan postpartum pada atoni uteri tergantung
banyaknya perdarahan dan derajat atoni uteri yang di bagi dalam 3
tahap:
Tahap I perdarahan yang tidak banyak dapat diatasi dengan
memberikan oterotonika, mengurut rahim (massage) dan
memasang gurita.
Taham II: bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak,
selanjutnya diberikan infus dan transfusi darah lalu dapat lakukan:
Perasat (maneuver) jangemeister.
Perasat (maneuver) pritcha.
Kompresi bimanual.
Kompresi aorta.
Tamponade utero-vaginal.
Jepit arteri uterina dengan cara handkel.
66
tahap III: bila belum tertolong maka usaha terakhir adalah
menghilangkan sumber perdarahan dengan 2 cara yaitu meligasi
arteri hipogastrika atau histerektomi.
Penanganan inversio uteri
Masukan tangan kedalam vagina
Pundus didorong keatas
Berikan uterotonika
Jenis dan cara Oksitosin ergometrin MisoprostolDosis dan cara
pemberian awal
IV:20 U dalam 1 L
larutan garam
fisiologis dengan
tetesan cepat IM:10
U
IM atau IV (lambat):
0,2 mg
Oral atau rektal 400
mg
Dosis lanjutan IV:20 U dalam 1L
larutan garam
fisiologis dengan 40
tetes/menit
Ulangi 0,2 mg IM
setelah 15 menit bila
masih diperlukan,
beri IM/IV setiap 2-
4 jam
400 mg 2-4 jam
setelah dosis awal
Dosis maksimal
perhari
Tidak lebih dari 3 L
larutan fisiologis
Total 1 mg (dosis) Total 1200 mg atau
3 dosisKontraindikasi atau
hati-hati
Pemberian IV secara
cepat atau bolus
Preeklamsi, vitium,
kordis, hipertensi
Nyeri kontraksi,
asma
E; Masalah yang lazim muncul
1; Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(perdarahan)
2; Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan aliran darah kejaringan
ditandai dengan hipotensi, hipoksia.
3; Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
perfusi darah kapiler.
4; Intoleransi aktifitas berhubungan dengan suplai oksigen keseluruh tubuh.
5; Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
77
6; Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, stsis cairan tubuh,
penurunan Hb.
7; Nyeri akut berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.
8; Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam fungsi peran.
F; Discharge Planning
1; Selalu periksakan kehamilan.
2; Melakukan antenatal care yang baik.
3; Ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan post partum
dianjurkan untuk melakukan persalinan di rumah saakit.
4; Setelah melahirkan usahakann dapat mengkonsumsi vitamin atau makanan
yang bergizi yang bertujuan untuk memulihkan stamina dan daya tahan
tubuh.
5; Konsultasikan kembali dengan dokter jika ingin hamil dan sebelum
melahirkan.
G; Pathway
88
Post partum/masanifas
Kehadiran anggotabaru
ansietas
BAB III
99
Kontraksi UterusInvolusi uterus Laserasi jalan lahir
Serviks dan vaginaPelepasan jaringanendometrium
Kontraksi uteruslambat
Atonia uteriLokhea keluar
Port de entry kuman
Robekan jalan lahirKurang perawatan
Resiko infeksi
Invasi bakteri
nyeriperdarahan
Volume cairanturun
Ketidakefektifanperfusi jaringan
periferAnemia akut
HB, O2 turun Daya tahan tubuhmenurun
Kuman mudahmasuk
hipoksia Resiko infeksi
Kelemahan umum Resiko syokhipovolemik
Penurunan nadi,tekanan darah
menurunDefisit perawatan
diri intoleransiaktivitas
Kekuranga volume cairan
TINJAUAN KASUS
KASUS 3
Ny.Xusia 18 tahun melahirkan bayi perempuan pertamanya dengan berat 3 kg di
ruang bersalin RSUD pada hari Senin lalu. Hari ketiga PP klien dibawa suaminya
keklinik bersalin dengan keadaan umum tampak lemah, pucat, nadi teraba cepat
dan kecil, serta TD 90/60 mmHg. Pengeluaran darah tampak melebihi 500 ml,
merembes di pakaian yang dikenakan. Hasi lpemeriksaan abdomen TFU diatas
umbilical, uterus teraba lembek dan kontraksi (+) lemah, serta terdapat luka
episiotomy. Lab. Menunjukkan Hb 10%. Riwayat kehamilan plasenta letak
rendah. Tim medis segera melakukan evaluasi bekuan darah dan selaput ketuban,
dilanjutkan dengan kuretase dan pemberian Sulfas Ferrous 600 mg/hari per oral.
I. PENGKAJIAN
1 Pengumpulan data
1; Identitas
a; Identitas Klien
Nama : Ny. X
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status marital : Menikah
Pendidikan : Belum terkaji
Pekerjaan : Belum terkaji
Agama : Belum terkaji
Suku Bangsa : Belum terkaji
Tanggal masuk RS : Belum terkaji
Tanggal Pengkajian : Belum terkaji
No Medrec : Belum terkaji
Diagnosa Medis : Haemoragic Post Partum
Alamat : Belum terkaji
b; Identitas Penanggung Jawab
1010
Nama : Belum terkaji
Umur : Belum terkaji
Jenis Kelamin : Belum terkaji
Pekerjaan : Belum terkaji
Alamat : Belum terkaji
Hubungan dengan klien : Belum terkaji
2; Riwayat Kesehatan
a; Keluhan Utama
-
b; Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian klien tampak lemah, pucat,dan
perdarahan melebihi 500 ml pervaginam tampak merembes
dipakaian yang digunakan.
c; Riwayat Kesehatan Dahulu
Belumterkaji
d; Riwayat Kesehatan Keluarga
Belum terkaji
3; Pemeriksaan Fisik
Data yang didapat saat dikaji :
Hasil pemeriksaan fisik abdomen TFU diatas umbilical teraba
lembek,dankontraksi (+) lemah. Saat dikaji nadi cepat dan kecil, TD
90/60 mmHg, pengeluaran darah diperkirakan lebih dari 500ml. Hb 10
gr%.
Data yang harus dikaji sesuai teori :
a; Sistem Pernafasan
b; Sistem Cardiovaskuler
c; Sistem Pencernaan
d; Sistem Perkemihan
e; Sistem Muskuloskeletal
Klien tampak lemah
f; Sistem Integumen
1111
g; Sistem Endokrin
h; Sistem Persarafan
I; Tes Fungsi Cerebral
a Tingkat Kesadaran
Kualitas :
Kuantitas ;
b Status mental
II; Tes Fungsi kranial
a N I ( olfaktorius )
b N II ( optikus)
c N III,IV,VI (okulomotoris, trokhealis, abdusen )
d N V (trigeminus )
e N VII ( Fasialis )
f N VIII (auditorius )
g N IX, X ( glosofaringeus, vagus )
h N XI (asesorius )
i N XII ( hipoglosus )
III; Fungsi Motorik
IV; Fungsi Sensorik
4; Pola Aktivitas Sehari-hari
5; Data Psikologis
a; Status Emosi
b; Konsep Diri
1 Gambaran Diri
2 Identitas Diri
3 Peran
4 Ideal Diri
5 Harga Diri
c; Gaya komunikasi
Belum terkaji
d; Pola Interaksi
Belum terkaji
1212
e; Koping
Belum terkaji
f; Data Sosial
Belum terkaji
g; Data Spiritual
Belum terkaji
h; Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboraturium didapatkan nilai Hb 10 gr%, TFU
di atas umbilical
II; Analisa Data
No. Symptom Etiologi Masalah
1. DS:
DO: klien tampak lemah , pucat,
perdarahan lebih dari 500 ml
TD : HipotensiNadi : cepat dan kecilHb : 8 gr%
Defisitvolume cairan
2. DS :DO : klien mengalami pendarahan
lebih dari 500 mlTD : HipotensiNadi : cepat dan kecilHb : 8 gr%
Resikosyokhi
povolemik
3. DS :DO : klien terlihat lemah dan pucatTD : HipotensiNadi : cepat dan kecilHb : 8 gr%
GangguanPerf
usijaringan
1313
4. DS :DO : klien terlihat lemah dan pucatTD : HipotensiNadi : cepat dan kecilHb : 8 gr%
Intoleransiakti
fitas
5. DS :DO : pengeluaran darah melebihi 500
ml, merembes dipakaian yang
dikenakan, terdapat luka episiotomy
Resikoinfeksi
II; DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERENCANAAN
No.Diagnosa
KeperawatanTujuan Intervensi Rasional
1. Defisit volume cairan
berhubungan dengan
perdarahan
Devisit volume
cairan teratasi
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan dengan
kriteria:
TTV stabil,
membrane mukosa
lembab, turgor kulit
baik
- Kaji kondisi status
hemodinamik
-. Ukur pengeluaran
harian
-. Catat haluaran dan
pemasukan
-. Observasi Nadi dan
Tensi
-. Berikan diet halus
-. Nilai hasil lab.
HB/HT
-. Berikan sejumlah
cairan IV sesuai
indikasi
-Pengeluaran
cairan pervaginal
sebagai akibat
abortus memiliki
karekteristik
bervariasi
-. Jumlah cairan
ditentukan dari
jumlah kebutuhan
harian ditambah
dengan jumlah
cairan yang hilang
pervaginal
-. Mengetahuai
penurunanan
sirkulasi terhadap
destruksi sel darah
1414
-. Evaluasi status
hemodinamika
merah
-. Mengetahui
tanda hipovolume
(perdarahan)
-. Memudahkan
penyerapan diet
-. Menghindari
perdarahan
spontan karena
proliferasi sel
darah merah
-.
Mempertahankan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit dan
tranfusi mungkin
diperlukan pada
kondisi perdarahan
masif
-. Penilaian dapat
dilakukan secara
harian melalui
pemeriksaan fisik
2. Resiko syock
hipovolemik
berhubungan dengan
perdarahan
Tidak terjadi syok
selama dalam masa
perawatan setelah
dilakukan tindakan
keperawatan dengan
kriteria: tidak terjadi
a. – Anjurkan pasien
unuk lebih banyak
minum.- Observasi TTV tiap
4 jam- Observasi terhadap
- Peningkatan
Intake cairan
dapat
meningkatkan
volume
1515
penurunan
kesadaran, TTV
dalam batas normal,
turgor kulit baik
tanda-tanda dehidrasi- Observasi intake
dan output cairan- Kolaborasi dalam
pemberian cairan
infus dan transfusi
intravaskuler yang
dapat
meningkatkan
perfusi jaringan
- Perubahan TTV
dapat merupakan
indikator
terjadinya
dehidrasi secara
dini- Dehidrasi
merupakan awal
terjadinya syock
bila dehidrasi
tidak ditangani
secara baik- Intake cairan
yang adekuat
dapat
mengimbangi
pengeluaran
cairan yang
berlebihan
3. Gangguan perfusi
jaringan berhubungn
dengan kurangnya
oksigen dalam darah
Perfusi jaringan
kembali dalam batas
normal setelah
dilakukan tindakan
keperawatan dengan
kriteria: TTV dalam
batas normal, AGD
normal, Hb normal,
tidak ada sianosis,
- Perhatiakan Hb/Ht
sebelum dan sesudh
keilangan darah
- Pantau TTV
- Perhatikan tingkat
kesadaran dan adanya
perubahan perilaku
- Nilai banding
membantu dalam
menentukan
beratnya hilangnya
darah
- Peningkatan
frekuensi
pernafasan dapat
1616
kesadaran
composmentis,
membran mukosa
lembab
- Kaji warna dasar
kuku, mukosa mulut,
gusi dan lidah,
perhatikan warna
kulit.
- Kolaborasi
pemasangan oksigen
menunjukan
upaya untuk
mengatasi asidosis
metabolik
- Perubahan
sensorium adalah
indicator dini dari
hipoksia
Pada kompensasi
vasokontriksi dan
pirau organ vital,
sirkulasi
pada pembuluh
darah perifer
diturunkan yang
mengakibatkan
sianosis dan suhu
kulit dingin.
- Memaksialkan
ketersedian
oksigen untuk
transporsirkulasi
kejaringan.
4. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan
Pasien tidak
mengalami injury
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan dengan
kriteria: paien
mampu
mengidentifikasi
- Kaji tingkat
kemampuan klien
dalam melakukan
gerak- Rencanakan tentang
pemberian progam
latihan sesuai
kemampuan pasien- Berikan diet tinggi
-sebagai dasar
untuk
memberikan
alternativ dan
latian gerak yang
sesuai dengan
kemampuann-latihan pergerakan
1717
faktor resiko yang
mempengaruhi
intoleransi, pasien
mampu
berpartisipasi
dengan lingkungan,
mampu memilih
beberapa alternatif
untuk
mempertahankan
tingkat aktifitas
kalsium- Ajarkan klien tentang
bagaimana
melakukan aktivitas
sehari-hari- Libatkan keluarga
untuk melatih
mobilitas pasien
dapat
meningkatkan
otot dan
stimulasi
sirkulasi darah-membantu
mengganti
kalsium yang
hilang-untuk
meningkatkan
pergerakan dan
melakukan
pergerakan yang
aman
5. Resiko infeksi
berhubungan dengan
perdarahan
Tidak terjadi infeksi
selama dalam masa
perawatan setelah
dilakukan tindakan
keperawatan dengan
kriteria: tidak ada
tanda-tanda infeksi
(tumor, rubor dolor,
kalor, dan
fungsiolaesa), TTV
dalam batas nomal
- Jelaskan pada klien
tentang terjadinya
tanda-tanda infeksi- Observasi jumlah
perdarahan- Motivasi klien
untuk menjaga
kebersihan diri- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian
antibiotika
- Observasi tanda-
tanda infeksi dan
TTV
-Pengetahuan yang
memadai
memungkinkan
klien kooperatif
terhadap tindakan
keperawatan
-Perdarahan yang
banyak
menyebabkan
pertahanan tubuh
melemah akibat
dari pengeluaran
leukosit yang
berlebihan.
-Lingkungan yang
1818
lembab merupakan
media yang baik
bagi pertumbuhan
kuman yang
meningkatkan
resiko terjadinya
infeksi.
-Antibiotika yg
spesifik dpt
membantu
mencegah
pertumbuhan
kuman yg lebih
progresif.
-Peningkatan TTV
dapat
mencerminkan
terjadinya infeksi.
1919
BAB IV
PENUTUP
A; Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan kala IV yang lebih dari 500-600 mL
dalam masa 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.
Terbagi dua: early postpartum hemorrhage dan late postpartum hemorrhage.
B; Saran
Penyusunan makalah kami masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran terhadap makalah yang bersifat membangun agar
makalah yang dibuat dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain.
C; Kesimpulan jurnal
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pijat
oksitosin terhadap involusi terus pada ibu post partum kelas III RSHS
Bandung dengan nilai uji statistik melalui chi square dengan nilai p < 0.05
2020
Daftar Pustaka
Fadlun dan achmad Feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. 2015. Yogyakarta : MediAction Publishing
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC,
Jakarta
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
2121
top related