hpsp

21
BAB I PENDAHULUAN A; Latar Belakang Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma ditraktus enitalia dan struktur sekitarnya atau keduanya. Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita menagalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Indonesia, sebagian besar persalinan terjadi tidak dirumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin diluar kemudian terjadi perdrahan post partum terlambat sampai kerumah sakit, menurut Depkes RI, kematia ibu di indonesia(2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum. Apabila terjadi prdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteris sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yan keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapa terjadi sebagai penyeba perdarahan post partum antara lain laserasi perinium, laserasi vagina, cedera levatorani dan cedera pada serviks uteri. B; Rumusan Masalah 1; Apa definisi Hemorrhagic Post Partum? 2; Apa saja klasifikasi Hemorrhagic Post Partum? 3; Apa etiologi Hemorrhagic Post Partum? 4; Bagaimana patofisiologi Hemorrhagic Post Partum ? 5; Apa manifestasi klinis Hemorrhagic Post Partum? 6; Apa pemeriksaan dari Hemorrhagic Post Partum? 7; Apa penatalaksanaan Hemorrhagic Post Partum? 8; Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Hemorrhagic Post Partum? 1 1

Upload: arifddddddd

Post on 13-Jul-2016

225 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

xssd

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A; Latar Belakang

Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic adalah

konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma

ditraktus enitalia dan struktur sekitarnya atau keduanya.

Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap

tahunnya paling sedikit 128.000 wanita menagalami perdarahan sampai

meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam

setelah melahirkan.

Di Indonesia, sebagian besar persalinan terjadi tidak dirumah sakit,

sehingga sering pasien yang bersalin diluar kemudian terjadi perdrahan post

partum terlambat sampai kerumah sakit, menurut Depkes RI, kematia ibu di

indonesia(2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari

angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.

Apabila terjadi prdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari

etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta

dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan

penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir,

plasenta akreta mengalahkan atonia uteris sebagai penyebab tersering

perdarahan post partum yan keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan

histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapa terjadi sebagai penyeba

perdarahan post partum antara lain laserasi perinium, laserasi vagina, cedera

levatorani dan cedera pada serviks uteri.

B; Rumusan Masalah

1; Apa definisi Hemorrhagic Post Partum?

2; Apa saja klasifikasi Hemorrhagic Post Partum?

3; Apa etiologi Hemorrhagic Post Partum?

4; Bagaimana patofisiologi Hemorrhagic Post Partum ?

5; Apa manifestasi klinis Hemorrhagic Post Partum?

6; Apa pemeriksaan dari Hemorrhagic Post Partum?

7; Apa penatalaksanaan Hemorrhagic Post Partum?

8; Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Hemorrhagic Post Partum?

11

C; Tujuan

1; Mengetahui definisi Hemorrhagic Post Partum

2; Mengetahui klasifikasi Hemorrhagic Post Partum

3; Mengetahui etiologi Hemorrhagic Post Partum

4; Mengetahui patofisiologi Hemorrhagic Post Partum

5; Mengetahui manifestasi klinis Hemorrhagic Post Partum

6; Mengetahui pemeriksaan Hemorrhagic Post Partum

7; Mengetahui penatalaksanaan Hemorrhagic Post Partum

8; Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Hemorrhagic Post Partum

BAB II

PEMBAHASAN

A; Definisi

22

Perdarahan postpartum adalah perdarahan kala IV yang lebih dari 500-600

mL dalam masa 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Menurut waktu

terjadinya dibagi atas dua bagian: (amru sofian).

1; Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi

dalam 24 jam setelah anak lahir.

2; Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang

terjadi setelah 24 jam, biasanya antara hari ke 5 samp;ai 15 postpartum.

B; Etiologi

Kondisi dalam persalinan sangat sulit menentukan jumlah perdarahan

karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas tidur.

Sehingga penentuan untuk perdarahan dilakukan setelah bayi lahir dan

penentuan jumlah perdarahan dilihat dari perdarahan lebih dari normal yang

telah menyebabkan perubahan tanda-tanda vital. (Abdu Bari)

Faktor terjadinya menurut Amru Sofian:

1; Atonia Uteri

Dilihat dari faktor predisposisinya:

Usia

Paritas

Partus lama dan partus terlantar

Obstetric operatif dan narkosa

Uterus terlalu regang dan besar

Mioma uteri

Malnutrisi

2; Sisa plasenta dan selaput ketuban

3; Jalan lahir:

Robekan peritoneum

Vagina serviks

Forniks

Rahim

4; Penyakit darah

Kelainan pembekuan darah sring dijumpai pada perdarahan yang banyak,

solusio plasenta, kematian janin yang lama dalam kandungan, pre-eklamsi

dan eklamsi, infeksi, hepatitis, dan soptik syok.

C; Manifestasi

Setelah persalinan pasien mengeluh: Lemah, Pucat, Limbung, Berkeringat

dingin, Menggigil, Pusing, Gelisah, Hiperpnea, Sistolik <90mmHg, Nadi

33

>100x/menit, Kadar Hb<8g%, ini karena kehilangan darah lebih dari normal

dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,

mual.(abdul Bari)

Gejala klinis berdasrkan penyebab:

1; Atonia uteri gejala yang selalu ada: uterus tidak berkontraksi dan lembek

dan pendarahan segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer).

Gejala yang kadang-kadang timbul: syok (tekanan darah rendah, denyut

nadi cepat dan kecil, ektremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain).

2; Robekan jalan lahir

Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera

setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik. Gejala yang

kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.

3; Retensi plasenta

Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan

segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali

pusat pusut akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan,

perdarahan lanjutan.

4; Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)

Gejala yang selalu ada: plasenta atau sebagian selaput (mengandung

pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang

kadang-kadang timbul: uterus berkontraksi baik tetapi tinggi pundus tidak

berkurang.

5; Inversio uterus

Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi masa,

tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri

sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: syok neurogenik

dan pucat.

D; Penatalaksanaan

1; Resusirtasi cairan

Pengangkatan kaki dapat meningkatkan aliran darah balik vena sehingga

dapat memberi waktu untuk menegakan diagnosis dan menangani

penyebab pendarahan. Perlu dilakukan pemberian oksigen dan akses

intravena. Selama persalinan perlu dipasang paling tidak satu jalur

intravena pada wanita dengan resiko pendarahan postpartum, dan

dipertimbangkan jalur kedua pada pasien dengan resiko sangat tinggi.

44

Berikan resusitasi dengan cairan kristalroid dala volume yang besar, baik

normal salin (NS/NaCl) atau cairan ringerlaktat melalui akses intravena

periper. NS merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan karena

biaya yang ringan dan kompatibilitasnya dengan sebagian besar obat dan

transfusi darah. Resiko terjadinya asidosis hiperkloremik sangat rendah

dalam hubungan dengan perdarahan postpartum. Bila dibutuhkan cairan

kristaloid dalam jumlah banyak (-10L), dapat dipertimbangkan

penggunaan cairan ringerlaktat.

Cairan yang mengandung dekstrosa, seperti D 5% tidak memiliki peran

pada penanganan pendarahan postpartum. Perlu diingat bahwa kehilangan

1 liter darah perlu penggantian 4-5 liter kristaloid, karena sebagian besar

cairan infus tidak tertahan diruang intraseluler, tetapi terjadi pergeseran

ruang interstisian. Pergeseran ini bersamaan dengan penggunaan oksitosin,

dapat menyebabkan edema periper pada hari-hari setelah perdarahan

postpartum. Ginjal normal dengan mudak mengekskresi kelebihan cairan.

Perdarahan postpartum lebih dari 500mL pada wanita hamil yang normal

dapat ditangani cukup dengan infus kristaoid jika penyebab pendarahan

dapat tertangani. Kehilangan darah yang banyak, biasanya membutuhkan

penambahan transfusi sel darah merah.

Cairan koloid dalam jumlah besar (1000-1500mL/hari) dapat

menyebabkan efek yang buruk pada hemostasis. Tidak ada cairan koloid

yang terbukti lebih baik dibandingkan NS, dan karena harga serta resiko

terjadinya efek yang tidak diharapkan pada pemberian koloid, maka cairan

kristaloid tetap direkomendasikan

a; Transfusi darah

Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus barlanjut

dan diperkirakan akan melebihan 2000 mL atau keadaan klinis pasien

menunjukan tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi

cepat. PRC digunakan dengan komponen darah lain dan diberikan jika

terdapat indikasi. Para klinisi harus memperhatikan darah transfusi,

berkaitan dengan waktu, tipe dan jumlah prodak darah yang tersedia

dalam keadaan gawat. Tujuan transfusi adalah memasukan 2-4 unit

PRC untuk menggantikan pembawa oksigen yang hilang dan untuk

mengembalikan volume sirkulasi. PRC bersifat sangat kental yang

dapat menurunkan jumlah tetesan infus. Masalah ini dapat diatasi

dengan menambahkan 100mL NS pada masing-masing unit. Jangan

55

menggunakan cairan ringerlaktat untuk tujuan ini karena kalsium yang

dikandungnya dapat menyebabkan penyumbatan.

b; Penanganan sesuai penyebab

Perdarahan kala uri

Memberika oksitosin.

Mengeluarkan plasenta menurut cara credee (1-2 kali)

Mengeluarkan plasenta dengan tangan

Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah janin lahir

dilakukan bila:

Menyangka akan terjadi perdarahan postpartu.

Perdarahan banyak (lebih 500cc).

Retensio plasenta.

Melakukan tindakan obstetri dalam narkossa.

Riwayat perdarahan postpartum pada persalinan yang lalu.

Jika masih ada sisa-sisa plasenta yang agak melekan dan masih

terdapat perdarahan segera lakukan oteros-vaginal tamponade

selama 24 jam, diikuti pemberian oterotonika dan antibiotika

selama 3 har berturut-turut dan pada hari ke-4 baru dilakukan

kuretase membersihkannya.

Jika disebabkan oleh luka-luka jalan lahir, luka segera dijahit dan

perdarah akan berhenti.

c; Pengobatan perdarahan postpartum pada atoni uteri tergantung

banyaknya perdarahan dan derajat atoni uteri yang di bagi dalam 3

tahap:

Tahap I perdarahan yang tidak banyak dapat diatasi dengan

memberikan oterotonika, mengurut rahim (massage) dan

memasang gurita.

Taham II: bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak,

selanjutnya diberikan infus dan transfusi darah lalu dapat lakukan:

Perasat (maneuver) jangemeister.

Perasat (maneuver) pritcha.

Kompresi bimanual.

Kompresi aorta.

Tamponade utero-vaginal.

Jepit arteri uterina dengan cara handkel.

66

tahap III: bila belum tertolong maka usaha terakhir adalah

menghilangkan sumber perdarahan dengan 2 cara yaitu meligasi

arteri hipogastrika atau histerektomi.

Penanganan inversio uteri

Masukan tangan kedalam vagina

Pundus didorong keatas

Berikan uterotonika

Jenis dan cara Oksitosin ergometrin MisoprostolDosis dan cara

pemberian awal

IV:20 U dalam 1 L

larutan garam

fisiologis dengan

tetesan cepat IM:10

U

IM atau IV (lambat):

0,2 mg

Oral atau rektal 400

mg

Dosis lanjutan IV:20 U dalam 1L

larutan garam

fisiologis dengan 40

tetes/menit

Ulangi 0,2 mg IM

setelah 15 menit bila

masih diperlukan,

beri IM/IV setiap 2-

4 jam

400 mg 2-4 jam

setelah dosis awal

Dosis maksimal

perhari

Tidak lebih dari 3 L

larutan fisiologis

Total 1 mg (dosis) Total 1200 mg atau

3 dosisKontraindikasi atau

hati-hati

Pemberian IV secara

cepat atau bolus

Preeklamsi, vitium,

kordis, hipertensi

Nyeri kontraksi,

asma

E; Masalah yang lazim muncul

1; Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(perdarahan)

2; Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan aliran darah kejaringan

ditandai dengan hipotensi, hipoksia.

3; Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

perfusi darah kapiler.

4; Intoleransi aktifitas berhubungan dengan suplai oksigen keseluruh tubuh.

5; Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.

77

6; Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, stsis cairan tubuh,

penurunan Hb.

7; Nyeri akut berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.

8; Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam fungsi peran.

F; Discharge Planning

1; Selalu periksakan kehamilan.

2; Melakukan antenatal care yang baik.

3; Ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan post partum

dianjurkan untuk melakukan persalinan di rumah saakit.

4; Setelah melahirkan usahakann dapat mengkonsumsi vitamin atau makanan

yang bergizi yang bertujuan untuk memulihkan stamina dan daya tahan

tubuh.

5; Konsultasikan kembali dengan dokter jika ingin hamil dan sebelum

melahirkan.

G; Pathway

88

Post partum/masanifas

Kehadiran anggotabaru

ansietas

BAB III

99

Kontraksi UterusInvolusi uterus Laserasi jalan lahir

Serviks dan vaginaPelepasan jaringanendometrium

Kontraksi uteruslambat

Atonia uteriLokhea keluar

Port de entry kuman

Robekan jalan lahirKurang perawatan

Resiko infeksi

Invasi bakteri

nyeriperdarahan

Volume cairanturun

Ketidakefektifanperfusi jaringan

periferAnemia akut

HB, O2 turun Daya tahan tubuhmenurun

Kuman mudahmasuk

hipoksia Resiko infeksi

Kelemahan umum Resiko syokhipovolemik

Penurunan nadi,tekanan darah

menurunDefisit perawatan

diri intoleransiaktivitas

Kekuranga volume cairan

TINJAUAN KASUS

KASUS 3

Ny.Xusia 18 tahun melahirkan bayi perempuan pertamanya dengan berat 3 kg di

ruang bersalin RSUD pada hari Senin lalu. Hari ketiga PP klien dibawa suaminya

keklinik bersalin dengan keadaan umum tampak lemah, pucat, nadi teraba cepat

dan kecil, serta TD 90/60 mmHg. Pengeluaran darah tampak melebihi 500 ml,

merembes di pakaian yang dikenakan. Hasi lpemeriksaan abdomen TFU diatas

umbilical, uterus teraba lembek dan kontraksi (+) lemah, serta terdapat luka

episiotomy. Lab. Menunjukkan Hb 10%. Riwayat kehamilan plasenta letak

rendah. Tim medis segera melakukan evaluasi bekuan darah dan selaput ketuban,

dilanjutkan dengan kuretase dan pemberian Sulfas Ferrous 600 mg/hari per oral.

I. PENGKAJIAN

1 Pengumpulan data

1; Identitas

a; Identitas Klien

Nama : Ny. X

Umur : 18 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status marital : Menikah

Pendidikan : Belum terkaji

Pekerjaan : Belum terkaji

Agama : Belum terkaji

Suku Bangsa : Belum terkaji

Tanggal masuk RS : Belum terkaji

Tanggal Pengkajian : Belum terkaji

No Medrec : Belum terkaji

Diagnosa Medis : Haemoragic Post Partum

Alamat : Belum terkaji

b; Identitas Penanggung Jawab

1010

Nama : Belum terkaji

Umur : Belum terkaji

Jenis Kelamin : Belum terkaji

Pekerjaan : Belum terkaji

Alamat : Belum terkaji

Hubungan dengan klien : Belum terkaji

2; Riwayat Kesehatan

a; Keluhan Utama

-

b; Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dilakukan pengkajian klien tampak lemah, pucat,dan

perdarahan melebihi 500 ml pervaginam tampak merembes

dipakaian yang digunakan.

c; Riwayat Kesehatan Dahulu

Belumterkaji

d; Riwayat Kesehatan Keluarga

Belum terkaji

3; Pemeriksaan Fisik

Data yang didapat saat dikaji :

Hasil pemeriksaan fisik abdomen TFU diatas umbilical teraba

lembek,dankontraksi (+) lemah. Saat dikaji nadi cepat dan kecil, TD

90/60 mmHg, pengeluaran darah diperkirakan lebih dari 500ml. Hb 10

gr%.

Data yang harus dikaji sesuai teori :

a; Sistem Pernafasan

b; Sistem Cardiovaskuler

c; Sistem Pencernaan

d; Sistem Perkemihan

e; Sistem Muskuloskeletal

Klien tampak lemah

f; Sistem Integumen

1111

g; Sistem Endokrin

h; Sistem Persarafan

I; Tes Fungsi Cerebral

a Tingkat Kesadaran

Kualitas :

Kuantitas ;

b Status mental

II; Tes Fungsi kranial

a N I ( olfaktorius )

b N II ( optikus)

c N III,IV,VI (okulomotoris, trokhealis, abdusen )

d N V (trigeminus )

e N VII ( Fasialis )

f N VIII (auditorius )

g N IX, X ( glosofaringeus, vagus )

h N XI (asesorius )

i N XII ( hipoglosus )

III; Fungsi Motorik

IV; Fungsi Sensorik

4; Pola Aktivitas Sehari-hari

5; Data Psikologis

a; Status Emosi

b; Konsep Diri

1 Gambaran Diri

2 Identitas Diri

3 Peran

4 Ideal Diri

5 Harga Diri

c; Gaya komunikasi

Belum terkaji

d; Pola Interaksi

Belum terkaji

1212

e; Koping

Belum terkaji

f; Data Sosial

Belum terkaji

g; Data Spiritual

Belum terkaji

h; Data Penunjang

Hasil pemeriksaan laboraturium didapatkan nilai Hb 10 gr%, TFU

di atas umbilical

II; Analisa Data

No. Symptom Etiologi Masalah

1. DS:

DO: klien tampak lemah , pucat,

perdarahan lebih dari 500 ml

TD : HipotensiNadi : cepat dan kecilHb : 8 gr%

Defisitvolume cairan

2. DS :DO : klien mengalami pendarahan

lebih dari 500 mlTD : HipotensiNadi : cepat dan kecilHb : 8 gr%

Resikosyokhi

povolemik

3. DS :DO : klien terlihat lemah dan pucatTD : HipotensiNadi : cepat dan kecilHb : 8 gr%

GangguanPerf

usijaringan

1313

4. DS :DO : klien terlihat lemah dan pucatTD : HipotensiNadi : cepat dan kecilHb : 8 gr%

Intoleransiakti

fitas

5. DS :DO : pengeluaran darah melebihi 500

ml, merembes dipakaian yang

dikenakan, terdapat luka episiotomy

Resikoinfeksi

II; DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERENCANAAN

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan Intervensi Rasional

1. Defisit volume cairan

berhubungan dengan

perdarahan

Devisit volume

cairan teratasi

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan dengan

kriteria:

TTV stabil,

membrane mukosa

lembab, turgor kulit

baik

- Kaji kondisi status

hemodinamik

-. Ukur pengeluaran

harian

-. Catat haluaran dan

pemasukan

-. Observasi Nadi dan

Tensi

-. Berikan diet halus

-. Nilai hasil lab.

HB/HT

-. Berikan sejumlah

cairan IV sesuai

indikasi

-Pengeluaran

cairan pervaginal

sebagai akibat

abortus memiliki

karekteristik

bervariasi

-. Jumlah cairan

ditentukan dari

jumlah kebutuhan

harian ditambah

dengan jumlah

cairan yang hilang

pervaginal

-. Mengetahuai

penurunanan

sirkulasi terhadap

destruksi sel darah

1414

-. Evaluasi status

hemodinamika

merah

-. Mengetahui

tanda hipovolume

(perdarahan)

-. Memudahkan

penyerapan diet

-. Menghindari

perdarahan

spontan karena

proliferasi sel

darah merah

-.

Mempertahankan

keseimbangan

cairan dan

elektrolit dan

tranfusi mungkin

diperlukan pada

kondisi perdarahan

masif

-. Penilaian dapat

dilakukan secara

harian melalui

pemeriksaan fisik

2. Resiko syock

hipovolemik

berhubungan dengan

perdarahan

Tidak terjadi syok

selama dalam masa

perawatan setelah

dilakukan tindakan

keperawatan dengan

kriteria: tidak terjadi

a. – Anjurkan pasien

unuk lebih banyak

minum.- Observasi TTV tiap

4 jam- Observasi terhadap

- Peningkatan

Intake cairan

dapat

meningkatkan

volume

1515

penurunan

kesadaran, TTV

dalam batas normal,

turgor kulit baik

tanda-tanda dehidrasi- Observasi intake

dan output cairan- Kolaborasi dalam

pemberian cairan

infus dan transfusi

intravaskuler yang

dapat

meningkatkan

perfusi jaringan

- Perubahan TTV

dapat merupakan

indikator

terjadinya

dehidrasi secara

dini- Dehidrasi

merupakan awal

terjadinya syock

bila dehidrasi

tidak ditangani

secara baik- Intake cairan

yang adekuat

dapat

mengimbangi

pengeluaran

cairan yang

berlebihan

3. Gangguan perfusi

jaringan berhubungn

dengan kurangnya

oksigen dalam darah

Perfusi jaringan

kembali dalam batas

normal setelah

dilakukan tindakan

keperawatan dengan

kriteria: TTV dalam

batas normal, AGD

normal, Hb normal,

tidak ada sianosis,

- Perhatiakan Hb/Ht

sebelum dan sesudh

keilangan darah

- Pantau TTV

- Perhatikan tingkat

kesadaran dan adanya

perubahan perilaku

- Nilai banding

membantu dalam

menentukan

beratnya hilangnya

darah

- Peningkatan

frekuensi

pernafasan dapat

1616

kesadaran

composmentis,

membran mukosa

lembab

- Kaji warna dasar

kuku, mukosa mulut,

gusi dan lidah,

perhatikan warna

kulit.

- Kolaborasi

pemasangan oksigen

menunjukan

upaya untuk

mengatasi asidosis

metabolik

- Perubahan

sensorium adalah

indicator dini dari

hipoksia

Pada kompensasi

vasokontriksi dan

pirau organ vital,

sirkulasi

pada pembuluh

darah perifer

diturunkan yang

mengakibatkan

sianosis dan suhu

kulit dingin.

- Memaksialkan

ketersedian

oksigen untuk

transporsirkulasi

kejaringan.

4. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

kelemahan

Pasien tidak

mengalami injury

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan dengan

kriteria: paien

mampu

mengidentifikasi

- Kaji tingkat

kemampuan klien

dalam melakukan

gerak- Rencanakan tentang

pemberian progam

latihan sesuai

kemampuan pasien- Berikan diet tinggi

-sebagai dasar

untuk

memberikan

alternativ dan

latian gerak yang

sesuai dengan

kemampuann-latihan pergerakan

1717

faktor resiko yang

mempengaruhi

intoleransi, pasien

mampu

berpartisipasi

dengan lingkungan,

mampu memilih

beberapa alternatif

untuk

mempertahankan

tingkat aktifitas

kalsium- Ajarkan klien tentang

bagaimana

melakukan aktivitas

sehari-hari- Libatkan keluarga

untuk melatih

mobilitas pasien

dapat

meningkatkan

otot dan

stimulasi

sirkulasi darah-membantu

mengganti

kalsium yang

hilang-untuk

meningkatkan

pergerakan dan

melakukan

pergerakan yang

aman

5. Resiko infeksi

berhubungan dengan

perdarahan

Tidak terjadi infeksi

selama dalam masa

perawatan setelah

dilakukan tindakan

keperawatan dengan

kriteria: tidak ada

tanda-tanda infeksi

(tumor, rubor dolor,

kalor, dan

fungsiolaesa), TTV

dalam batas nomal

- Jelaskan pada klien

tentang terjadinya

tanda-tanda infeksi- Observasi jumlah

perdarahan- Motivasi klien

untuk menjaga

kebersihan diri- Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian

antibiotika

- Observasi tanda-

tanda infeksi dan

TTV

-Pengetahuan yang

memadai

memungkinkan

klien kooperatif

terhadap tindakan

keperawatan

-Perdarahan yang

banyak

menyebabkan

pertahanan tubuh

melemah akibat

dari pengeluaran

leukosit yang

berlebihan.

-Lingkungan yang

1818

lembab merupakan

media yang baik

bagi pertumbuhan

kuman yang

meningkatkan

resiko terjadinya

infeksi.

-Antibiotika yg

spesifik dpt

membantu

mencegah

pertumbuhan

kuman yg lebih

progresif.

-Peningkatan TTV

dapat

mencerminkan

terjadinya infeksi.

1919

BAB IV

PENUTUP

A; Kesimpulan

Perdarahan postpartum adalah perdarahan kala IV yang lebih dari 500-600 mL

dalam masa 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.

Terbagi dua: early postpartum hemorrhage dan late postpartum hemorrhage.

B; Saran

Penyusunan makalah kami masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

kami mengharapkan saran terhadap makalah yang bersifat membangun agar

makalah yang dibuat dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain.

C; Kesimpulan jurnal

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pijat

oksitosin terhadap involusi terus pada ibu post partum kelas III RSHS

Bandung dengan nilai uji statistik melalui chi square dengan nilai p < 0.05

2020

Daftar Pustaka

Fadlun dan achmad Feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta :

Penerbit Salemba Medika

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-

NOC. 2015. Yogyakarta : MediAction Publishing

Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC,

Jakarta

Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

2121