hama-jagung-doc.doc
Post on 31-Dec-2015
24 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Pembahasan
Hama gudamg mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama
yang menyerang dilapangan, hal ini sangant berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya
yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh factor luar yang terbatas pula.
Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang
lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya, yang
masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang
menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah
mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taxonomi.
Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu
dalam kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok
menentukan hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam system sudah
memperlihatkan sifatnya.
Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera,
misalnya Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp, dll. Pada
praktikum, komoditas pasca penen yang diamati adalah beras, kopi, kacang tolo, kacang
hijau, dan kedelai. Hama gudang yang ditemukan pada komodits tersebut adalah
Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp. Pada beras, ditemukan
Tribolium castaneum dan Sitophilus oryzae, pada komoditas kedelai ditemukan
Tribolium castaneum, pada kopi ditemukan Callocobruchus spp, pada kacang tolo
ditemukan Sitophilus oryzae dan Callocobruchus spp, dan pada komoditas kacang hijau
ditemukan Tribolium castaneum.
Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai
tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun
konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme
pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang
komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan
hama yang menyerang tanaman ketika di lapang.
Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya menyerang produk yang baru saja
dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman yangdisimpan
dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas pada produk bebijian saja
melainkan produk yang berupa dedaunan (teh, kumis kucing, dan lain sebagainya) dan
kekayuan atau kulit kayu misalnya kayumanis, kulit kina, dan lainnya (Kartasapoetra,
1987).
Hama pada tanaman jagung
1. Tribolium castaneum
Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang
khusus menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas
beras ditemukan hama Sitophilus oryzae, pasti akan ditemukan juga hama bubuk ini.
Hama Tribolium hanya memakan sisa komoditas yang telah terserang hama Sitophilus
oryzae sebelumnya yang berbentuk tepung (hama sekunder). Hama ini tidak hanya
ditemukan dalam komoditas beras, tetapi juga terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang
ada di toko maupun di rumah.
Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya
± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna
cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. pupa berwarna putih kekuningan dengan
panjang ± 3,5 mm. kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus
hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang
merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki
thorakal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak jarang pula
pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai
8-11 mm. menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan
material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Seklus
hidup dari kumbang ± 35-42 hari.
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat
dilakukan dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu
tertentu dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi
terhadap produk pasca penen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi
kesehatan manusia.
2. Sitophilus oryzae
Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat
kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan
oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan
produk pepadian. Hama Sitophilus oryzae bersifat polifag, selain merusak butiranberas,
juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran
lainnya.Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi
karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang
terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak
sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua
warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan
pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap
sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat
hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang
pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan
ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang
ini tampak seperti kumbang dewasa.
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur
sampai 300-400 butir. telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih
dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke
dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong.
Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung
menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva
akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam
lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama
± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang
simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang.
Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae How (parasit larva),
semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama.
Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk
simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus
oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan
fumigasi terhadap produk yang disimpan.
3. Callocobruchus spp
Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala agak meruncing, pada
elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak
kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. imago betina dapat bertelur hingga 150 butir,
telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas
setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit
telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur
diletakkan. Lama stadia lrva adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak
berlubang.
Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan menggunakan
musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam).
Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori
sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara
ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi, kacang hijau, kacang tanah, kacang
tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %, dan 0,34 %. Intensitas serangan
paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas tertinggi ada pada
komoditas beras.
4. Lalat bibit (Atherigonaexigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas
gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya
tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati.
Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna
punggung kuning kehijauan dan bergaris, warna perut coklat kekuningan,
warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian:
(1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat
membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai
panen jagung; (2) tanaman yang terserang lalat bibit harus segera
dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan di
sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan
terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma; (4)
pengendalian secara kimiawi insektisida yang dapat digunakan antara
lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST,
Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti
aturan pakai.
5. Ulat pemotong
Gejala: tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm
diatas permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada
batangnya, akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas
tanah. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A.
ipsilon); Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia
furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera).
Pengendalian: (1) bertanam secara serentak pada areal yang luas, bisa
juga dilakukan pergiliran tanaman; (2) dengan mencari dan membunuh
ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum
lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.
6. O. furnacalis
Merupakan hama utama jagung di Asia. Serangga ini mempunyai
lebih dari satu generasi dalam setahun karena didukung oleh curah
hujan yang memberikan pengaruh penting pada aktivitas ngengat dan
oviposisinya (Nafus and Schreiner 1987).
Di lapang, imago mulai meletakkan telur pada tanaman yang berumur
dua minggu. Puncak peletakan telur terjadi pada stadia pembentukan bunga
jantan sampai keluarnya bunga jantan. Serangga betina lebih suka
meletakkan telur di bawah permukaan daun, terutama pada daun ke-5
sampai daun ke-9 (Legacion and Gabriel 1988). Jumlah telur yang diletakkan
tiap kelompok beragam (Gambar 1), berkisar antara 30-50 butir atau bahkan
lebih dari 90 butir (Kalshoven 1981). Seekor ngengat betina mampu
meletakkan telur 300-500 butir. Lama hidup serangga dewasa adalah 7-11
hari (Lee et al. 1980). Di laboratorium, jumlah telur per kelompok beragam
antara 1-200 butir (Ruhendi et al. 1985). Stadium telur 3-4 hari (Lee et al.
1980).
7. penggerek batang merah jambu
Serangga ini merupakan hama tanaman jagung, padi, dan tebu di Asia
Tenggara, Cina, dan Jepang. Di Indonesia serangga ini dapat pula hidup
pada rumput dan teki seperti Andropogon, Eleusine, Panicum, Phraqmites,
Saccharum, dan Scripus. Penggerek batang merah jambu umumnya
ditemukan di daerah dengan musim kemarau yang jelas seperti Jawa Timur,
Sulawesi, dan Nusa Tenggara (Kalshoven 1981).
Hama ini memiliki tiga generasi per tahun jika berada pada daerah
subtropis, sedangkan pada daerah tropis mempunyai enam generasi. Telur
diletakkan secara berkelompok dalam barisan di pelapah daun (Gambar 7),
biasanya 3-8 baris.
8. penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae:
Lepidotera)
Imago betina H. armigera meletakkan telur pada pucuk tanaman dan apabila
tongkol sudah mulai keluar maka telur diletakkan pada rambut jagung.
Imago betina mampu bertelur rata-rata 730 butir dengan masa oviposisi 10-
23 hari. Telur menetas dalam tempo tiga hari setelah diletakkan pada suhu
22,5oC dan dalam tempo sembilan hari pada suhu 17oC (Kalshoven 1981).
Larva terdiri atas 5-7 instar, tetapi umumnya enam instar dengan
pergantian kulit (moulting) setiap instar 2-4 hari (Gambar 9). Periode perkembangan
larva sangat bergantung pada suhu dan kualitas makanannya.
9. Ulat Grayak (Spodoptera litura, Mythimna sp. Noctuidae: Lepidotera)
Siklus hidup S. litura yang direaring pada beberapa jenis inang tersaji pada
Tablel 1. S. litura meletakkan telur secara berkelompok di permukaan daun
dan ditutupi oleh bulu-bulu yang berwarna coklat muda dan setiap
kelompok telur terdiri atas 50-400 butir (Gambar 10a).
Larva terdiri atas enam instar dan instar terakhir mempunyai bobot
mencapai 800 mg dan menghabiskan 80% dari total konsumsi makanannya
(Kalshoven 1981) (Gambar 10b). Larva bersembunyi dalam tanah pada
siang hari dan baru aktif pada malam hari, kecuali S. exempta yang juga
aktif pada siang hari.
10. Lalat Bibit (Atherigona sp., Ordo: Diptera)
Atherigona sp. biasanya meletakkan telur pada pagi hari atau malam hari.
Telur-telur tersebut diletakkan secara tunggal di bawah daun, axil daun,
atau batang dekat permukaan tanah. Telur menetas pada malam hari minimal
33 jam atau maksimal empat hari setelah telur diletakkan. Telur spesies ini
berwarna putih dengan panjang 1,25 mm dan lebar 0,35 mm dan warnanya
berubah menjadi gelap sebelum menetas (CPC 2001).
11. Belalang (Locusta migratoria)
Seekor betina mampu menghasilkan telur sekitar 270 butir. Telur berwarna
keputih-putihan dan berbentuk buah pisang, tersusun rapi sekitar 10 cm di
bawah permukaan tanah. Menurut BPOPT (2000), telur akan menetas
setelah 17 hari, sementara menurut Farrow (1990), telur akan menetas
antara 10-50 hari, bergantung temperatur.
12. Kutu Daun (Aphis maidis)
Kutu daun membentuk koloni yang besar pada daun. Betina berproduksi
secara partenogenesis (tanpa kawin). Umumnya, stadia nimfa terdiri atas
empat instar (Kring 1985). Stadium nimfa terjadi selama 16 hari pada suhu
15oC, sembilan hari pada suhu 20oC, dan lima hari pada suhu 30oC.
Seekor betina (Gambar 15) yang tidak bersayap mampu melahirkan
rata-rata 68,2 ekor nimfa, sementara betina bersayap melahirkan 49 nimfa
(Adam and Drew 1964). Lama hidup imago adalah 4-12 hari.
13. Tikus (Rattus argentiventer)
Tanaman jagung yang diserang tikus biasanya ditanam pada lahan sawah
setelah padi. Tikus tersebut adalah dari spesies Rattus argentiventer.
Tikus memiliki kemampuan indera yang sangat menunjang setiap
aktivitas kehidupannya. Di antara kelima organ inderanya, hanya penglihatan
yang kurang baik, namun kekurangan ini ditutupi oleh indera lainnya yang
berfungsi dengan baik.
14. Lalat bibit
Menyerang tanaman muda akibat serangannya sering kali mematikan
tanaman.
15. Ulat Agrotis (agrotis Sp ) ,
Hama ini menyerang pada waktu tanaman masih kecil. Dapat diberantas dengan cara mencari dan membunuh ulatnya, yang biasanya terdapat di dalam tanah atau sebelum ditanami, tanah diberi insektisida terlebih dahulu.
16. Penggerek daun (Sesamia inferens WLK).
Menyerang pada waktu tanaman telah berbunga.Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan penyemprotan segera setelah terlihat adanya telur-telur yang biasanya terletak di bawah daun pada saat menjelang berbunga.
17. Ulat tanah (Leucania unipuncta, HAW)
Menyerang daun tanaman dewasa, biasanya pada malam hari, sampai mencapai jumlah ratusan. Penyemprotan harus dilakukan setelah gejala pertama terlihat dan jangan sampai terlambat.
18. Ulat tongkol (Heliothis armigera),
Merupakan, ulat perusak tongkol yang penting. Penyemprotan harus segera dilakukan bilamana terlihat telur-telur yang biasanya diletakkan pada rambut (silk) dan bakal buah atau tongkol: Secara umum, penyemprotan sebaiknya dilakukan bilaman diperlukan saja,
sehingga penggunaan- pertisida lebih efisien. Waktu yang baik untuk menyemprot adalah pagi hari antara jam 06.00 – 09;00 atau sore hari jam 16.00 -18.00
19. Ngengat (sejenis kupu-kupu)
Biasanya aktif pada malam hari dan menghasilkan beberapa generasi per tahun, umur ngengat dewasa 7-11 hari.
20. Hawar daun
umumnya menyerang tanaman jagung yang dibudidayakan di dataran tinggi.
Jenis-Jenis Hama Pada Tanaman Jagung
top related