field lab mata
Post on 08-Dec-2015
263 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO 1972, mendefinisikan kebutaan sebagai tajam penglihatan dibawah 3/60.
Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi setiap negara.
Berdasarkan WHO (1979), prevalensi kebutaan lebih besar pada negara berkembang.
Kebutaan ini sendiri akan berdampak secara sosial dan ekonomi bagi orang yang
menderitanya. Ironisnya, 75% dari kebutaan yang terjadi dapat dicegah atau diobati.
Indonesia sebagai negara berkembang, tidak luput dari masalah kebutaan.
Disebutkan, saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada
diurutan ketiga dengan terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%.
Di dunia ini 48% kebutaan yang terjadi disebabkan oleh katarak. Untuk
Indonesia, survei pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5%
dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar karena
katarak senilis.
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi
kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita
terganggu secara berangsur. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau
ketuaan trauma mata, komplikasi penyakit tertentu, maupun bawaan lahir.3,8
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mampu enegakkan diagnosis Katarak.
2. Mampu memberikan KIE tentang Katarak.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Penuaan
merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga factor lain yang
mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok,
dan herediter. Kata katarak berasal dari Yunani “katarraktes” yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa yang
keruh. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi,
denaturasi protein, dan proses penuaan.sehingga memberikan gambaran area berawan
atau putih.3,8
Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga
penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur. Mereka
mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak
apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensanya.3,8
Gambar 2.1. Lensa yang normal dan lensa yang mengalami katarak (tampak
samping)8
Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara
instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita terganggu
secara tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari satu mata ke
mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.3,8
2
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasen mungkin
meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan pembedahan maka
pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan pada > 90% kasus.sisanya
mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius
misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang menghambat pemulihan daya
pandang.3,8
Gambar 2.2. Lensa yang normal dan lensa yang mengalami katarak (tampak depan)8
B. Epidemiologi
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia
60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa.
Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak
kongenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-
laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan
akibat katarak.5
C. Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan
lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko
seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang
menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.3,8
3
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan
trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.8
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak
kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil,
atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi
dan metabolik lainnya seperti diabetes mellitus.3
D. Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air
ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.3,8
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang
berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari
lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik
yang menyebabkan kekeruhan lensa.6
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen
terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin
lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis
nukleus lensa.6
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:8
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
4
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus
lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan
triptofan disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi foto oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia
dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus
multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan
koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya
ke retina.8
5
Gambar 2.3. Perbandingan Penglihatan Normal dan Penglihatan Katarak8
E. Klasifikasi
a. Menurut kejadian3
1. Katarak developmental
2. Katarak degeneratif
b. Menurut Umur3
1. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir
(atau beberapa saat kemudian) dan berkembang pada tahun pertama dalam
hidupnya. Katarak kongenital bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan
secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh infeksi kongenital, seperti
campak Jerman, berhubungan dengan penyakit anabolik, seperti galaktosemia.
Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu yang menderita penyakit misalnya Diabetes Melitus. Jenis katarak ini
jarang sering terjadi. Faktor risiko terjadinya katarak kongenital adalah penyakit
metabolik yang diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu
ketika bayi masih dalam kandungan.3
6
Gambar 2.4. Katarak Kongenital3
2. Katarak juvenil
Katarak juvenil terjadi pada anak-anak sesudah lahir, termasuk kedalam
katarak Developmental, karena terjadi pada waktu masih terjadinya
perkembangan serat-serat lensa. Konsistensinya lembek seperi bubur disebut juga
“soft cataract” . katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital. 3
Pada katarak kongenital bilateral yang lengkap, operasi harus dikerjakan
pada bulan pertama, sejarak katarak itu diketahui pada kedua mata. Katarak
unilateral lengkap biasanya akibat trauma. Tindakan pembedahan harus dilakukan
jangan melebihi 6 bulan setelah katarak itu diketahui, untuk menghindari
ambliopia dan terjadinya strabismus. 3
3. Katarak senil
Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu diatas usia 50 tahun keatas. 3
Gambar 2.5. Katarak Senilis3
Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak
ini biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, dan pasien mungkin
meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan
7
pembedahan, maka eksraksi lensa akan secara definitif akan memperbaiki
ketajaman penglihatan pada lbih dari 90% kasus. Sisanya (10%) mungkin telah
mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius
misalnya glaukoma, ablasi retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi atau
pertumbuhan epitel ke bawah kamera okuli anterior yang menghambat pemulihan
visual. 3
c. Menurut Konsistensi3
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras
d. Menurut lokasi kekeruhannya3
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
e. Menurut warna3
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak brusnesecent (coklat)
f. Menurut bentuk kekeruhan3
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara
progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi,
tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.3,5
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
a. Penurunan visus
b. Silau
c. Perubahan miopik
d. Diplopia monocular
8
e. Halo bewarna
f. Bintik hitam di depan mata
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:3
a. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
b. Pemeriksaan iluminasi oblik
c. Shadow test
d. Oftalmoskopi direk
e. Pemeriksaan sit lamp
G. Diagnosa
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-
penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.6,8
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler
dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.6
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi
dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan.
Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan
teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat
zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya
trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan
shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu,
pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian
belakang harus dinilai.8
H. Diagnosis Banding
Katarak kongenital yang bermanifestasi sebagai leukokoria perlu dibedakan
dengan kondisi lain yang menyebabkan leukokoria, seperti retinoblastoma, retinopathy
of prematurity, atau persistent hyperplastic primary vitreus (PHPV).5
9
I. Tatalaksana
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung
pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract
ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).8
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi
visus,medis, dan kosmetik.8
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada
tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak
terhadap aktivitas sehari-harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan
pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi
katarak seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis
fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau
ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta
ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk
memperoleh pupil yang hitam.
Persiapan Pre-Operasi6
1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi
2. Pemberian informed consent
3. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan Povidone-Iodine
5%
4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam
5. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila pasien
cemas
6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan.
7. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi.
Tetesan diberikan tiap 15 menit
8. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma,
antihipertensi, atau anti glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat antidiabetik
sebaiknya tidak diberikan pada hari operasi untuk mencegah hipoglikemia,
dan obat antidiabetik dapat diteruskan sehari setelah operasi.
Anestesi8
10
1. Anestesi Umum
Digunakan pada orang dengan kecemasan yang tinggi, tuna rungu, atau retardasi
mental, juga diindikasikan pada pasien dengan penyakit Parkinson, dan reumatik
yang tidak mampu berbaring tanpa rasa nyeri.
2. Anestesi Lokal :
Peribulbar block
Paling sering digunakan. Diberikan melalui kulit atau konjungtiva dengan jarum
25 mm. Efek : analgesia, akinesia, midriasis, peningkatan TIO, hilangnya
refleks Oculo-cardiac (stimulasi pada n.vagus yang diakibatkan stimulus rasa
sakit pada bola mata, yang mengakibatkan bradikardia dan bisa menyebabkan
cardiac arrest)
Komplikasi :
o Perdarahan retrobulbar
o Rusaknya saraf optik
o Perforasi bola mata
o Injeksi nervus opticus
o Infeksi
Subtenon Block
Memasukkan kanula tumpul melalui insisi pada konjungtiva dan kapsul tenon 5
mm dari limbus dan sepanjang area subtenon. Anestesi diinjeksikan diantar
ekuator bola mata.
Topical-intracameral anesthesia
Anestesi permukaan dengan obat tetes atau gel (proxymetacaine 0.5%, lidocaine
2%) yang dapat ditambah dengan injeksi intrakamera atau infusa larutan
lidokain 1%, biasanya selama hidrodiseksi.
Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada
ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi,
SICS.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan
dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya
dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak
11
akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.3,6,8
Gambar 2.6. Teknik ICCE8
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan
kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami
ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan
kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.3,6,8
12
Gambar 2.7. Teknik ECCE8
Gambar 2.8. ECCE dengan pemasangan IOL8
3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar
2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai
bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan
sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis.3,6,8
Gambar 2.9. Phacoemulsification8
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
13
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm.
Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka
insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada
stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan
pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi
trabekulektomi.6
Berikut adalah tabel keuntungan dan kerugian setiap teknik bedah pada pasien
katarak:3,6,8
Jenis teknik
bedah katarak
Keuntungan Kerugian
Extra capsular
cataract
extraction
(ECCE)
Incisi kecil
Tidak ada komplikasi vitreus
Kejadian endophtalmodonesis
lebih sedikit
Edema sistoid makula lebih
jarang
Trauma terhadap endotelium
kornea lebih sedikit
Retinal detachment lebih
sedikit
Lebih mudah dilakukan
Kekeruhan pada kapsul
posterior
Dapat terjadi
perlengketan iris dengan
kapsul
Intra capsular
cataract
extraction
(ICCE)
Semua komponen lensa
diangkat
Incisi lebih besar
Edema cistoid pada
makula
Komplikasi pada vitreus
Sulit pada usia < 40 tahun
Endopthalmitis
Fakoemulsifikasi Incisi paling kecil Memerlukan dilatasi
14
Astigmatisma jarang
terjadi
Pendarahan lebih sedikit
Teknik paling cepat
pupil yang baik
Pelebaran luka jika ada
IOL
Tabel 2.1. Keuntungan dan Kerugian Teknik Bedah Katarak3,6,8
J. KOMPLIKASI
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif,
postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra
okular (intra ocular lens, IOL).6
A. Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan
akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki
keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk
mengurangi gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical
preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
B. Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
insisi ke bilik mata depan.
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
15
d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
C. Komplikasi postoperatif awal
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris,
keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.
D. Komplikasi postoperatif lanjut
Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative endophtalmitis,
Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak sekunder
merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi.
E. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL
Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-hyphema
syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic lens
syndrome).
K. PREVENTIF DAN PROMOTIF
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis
ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung
terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya.
Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat.5
Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok memproduksi radikal
bebas yang meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga dapat mengkonsumsi
makanan bergizi yang seimbang. Memperbanyak porsi buah dan sayuran. Lindungilah
mata dari sinar ultraviolet. Selalu menggunakan kaca mata gelap ketika berada di bawah
sinar matahari. Lindungi juga diri dari penyakit seperti diabetes.6
L. PROGNOSIS
16
Tindakan pembedahan secara defenitif pada katarak senilis dapat memperbaiki
ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sedangkan prognosis penglihatan
untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk
pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau
retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis
untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang
proresif lambat.4
17
BAB III
LAPORAN HASIL KEGIATAN
A. PELAKSANAAN
Hari / Tanggal : Selasa, 4 Agustus 2015
Waktu : 08.00 - selesai
Tempat : Puskesmas II Kembaran
B. DATA REPONDEN
I. IDENTITTAS RESPONDEN I
Nama : Ny. K
Usia : 50 tahun
Alamat : Bojongsari
Pekerjaan : Buruh tani
1. HASIL
a. Anamnesis
Responden datang dengan keluhan mataa kanan terasa nyeri
(cengkringan). Keluhan dirasakan sejak kemaren saat responden
merah padi. Responden merasa mata kanannya kemasukan benda
asing (padi). Mata kanan responden saat melirik ke kiri tidak sakit,
tetapi saat melihat kearah depan, matanya bertambah sakit. Sebelum
datang ke puskesmas, responden mencuci mata kanannya (di
rambang) dengan menggunakan air bersih. Selain itu, responden
sudah memberikan obat tetes mata pada kedua matanya yang dibeli
di apotek terdekat. Selain mata kanan responden terasa nyeri, mata
responden juga terlihat merah. Mata kiri responden juga terasa gatal
dan merah. Sebelumnya mata kiri responden terpapar oleh tanah saat
bekerja bersama dengan temannya.
Responden belum pernah merasakan keluhan yang sama
sebelumnya. Pasien juga tidak mempunyai penyakit katarak, diabetes
melitus, hipertensi maupun penyakit mata yang lainnya. Dari pihak
keluarga juga, juga tidak mempunyai penyakit yang sama dengan
responden, dan juga tidak terdapat penyakit katarak, glaukoma,
diabetes melitus, dan hipertensi. Responden bekerja sebagai buruh
18
tani dan tidak memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi
alkohol.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : komposmentis
2) Tanda-tanda vital:
Tekanan darah :100/80 mmHg
Suhu : DBN
Frekuensi pernapasan : DBN
Denyut badi : DBN
3) Pemeriksaan Lokalis Mata
a) Inspeksi palpebra (dextra/sinistra) : tampak tenang, tidak
ada edema, lagoftalmus, proptosis, hordeolum, maupun
kalazion
b) Eversi kelopak atas (dextra/sinistra) : tidak ada benda asing
c) Alis dan bulu mata (dextra/sinistra) : jumlah cukup,
distribusi rata, tidak ada trikiasis
d) Konjungtiva (dextra/sinistra) : tidak ada edema, konjugtiva
fornik hiperemis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva.
Tidak ada konjungtivitis
e) Sklera (dextra/sinistra) : normal terlihat putih, tidak ikterik,
tidak kebiruan, pola vaskularisasi normal
f) Orifisium duktus lakrimalis (dextra/sinistra) : tidak ada
lakrimasi berlebihan atau epifora, tidak ada mata kering
g) Kornea (dextra/sinistra) : terlihat jernih, tidak keruh, tidak
ada keratitis
h) Lensa (dextra/sinistra) : terlihat jernih, tidak keruh, tidak
ada katarak, tidak ada distorsi/ sublixatio lensa
i) Pupil (dextra/sinistra) : normal bentuk bulat, simetris, reflek
cahaya direct maupun indirect positif
j) Posisi dan kesejajaran kedua mata: simetris dextra dan
sinistra, tidak ada exoftalmus maupun endoftalmus
k) Gerakan bola mata (dextra/sinistra) : tidak ada nistagmus,
tidak ada strabismus
19
c. Edukasi
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh
praktikan kepada responden, praktikan memberikan edukasi
berkaitan dengan keluhan respondenndan edukasi katarak.
Praktikan memberikan edukasi mengenai keluhan responden.
Responden diminta agar obat yang diberikan diteteskan secara teratur
dan saat bekerja menggunakan alat pelindung khususnya mata seperti
kacamata untuk mencegah masuknya benda asing ke dalam mata dan
juga tidak menggosok – gosok mata.
Praktikan juga memberikan edukasi tentang katarak mulai dari
difinisi, faktor resiko, tanda dan gejala katarak, pencegaahan, dan
komplikasi katarak menggunakan selembaran leaflet. Praktikan
menjelaskan faktor resiko katarak seperti merokok, konsumsi
alkohol, lingkungan, pekerjaan, diabetes melitus. Praktikan juga
menjelaskan gejala katarak seperti mata silau saat terpapar sinar
matahari, terdapat penurunan ketajaman penglihatan, diplopia.
Praktikan menjelaskan pencegahan dini terhadap katarak seperti
konsumsi makanan yang bernutrisi (bayam, brokoli, vitamin A, C,
E), menggunakan pelindung mata saat bekerja dan terpapar oleh
sinar matahari secara lansung, tidak mengkonsumsi alkohol dan
rokok.
2. HAMBATAN
a. Kekurangan pasien yang mempunyai keluhan pada mata, sehingga
membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan anamnesis dan
pemeriksaan untuk setiap praktikan
b. Ruangan yang digunakan untuk melakukan anamnesis dan
pemeriksaan tidak kondusif sehingga praktikan tidak fokus saat
melakukan hal tersebut
c. Praktikan sebelumnya tidak menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan dengan lengkap sehingga
pemeriksaan tidak dilakukan sesuai prosedur yang semestinya
d. Praktikan mengalami hambatan saat berkomunikasi dengan
responden dikarenakan praktikan tidak memahami bahasa yang
20
digunakan oleh responden, sehingga mengganggu dalam proses
anamnesis maupun pemeriksaan fisik.
3. CARA MENGATASI
a. Sebaiknya field lab dilakukan pada orang – orang yang lanjut usia
karena sebagian besar banyak terdapat penyakit pada mata (katarak)
b. Disediakan duangan khusus untuk melakukan anamnesis dan
pemeriksaan agar praktikan dapat melakukan prosedur tersebut
kepada responden dengan kondisi yang tanang dan lebih fokus
c. Sebelum pelaksanaan field lab, semua praktikan terlebih dahulu
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk anamnesis dan
pemeriksaan kepada responden, sehingga tidak mengganggu porses
tersebut dan dapat dilakukan sesuai dengan lengkap
d. Praktikan harus belajar kembali bagaimana berkomunikasi yang baik
dengan responden baik dengan bahasa indonesi maupun bahasa jawa,
agar responden dapat memahami apa yang di tanyakan oleh
praktikan.
II. IDENTITTAS RESPONDEN II
Nama : Tn. A
Usia : 59 tahun
Alamat : Desa Kramat RT 01/II Kembaran
Pekerjaan : Buruh
1. HASIL
a. Anamnesis
Responden datang dengan keluhan penglihatan kabur beberapa
bulan terakhir pada mata kiri dan pandangan yang menyempit pada
mata kanan. Pandangan kabur seperti berkabut. Responden mengaku
keluhan agak sedikit mengganggu kegiatannya. Responden
mengatakan jika mata melirik ke kiri dan memandang lurus ke depan
pandangan tidak terlalu jelas, tetapi jika melirik ke kanan pandangan
jelas. Praktikan menanyakan faktor yang memperingan keluhan
21
kemudian responden menjawab bahwa sudah menggunakan salep
mata dan obat tetes mata. Tetapi saat ditanyakan obat apa yang
digunakan responden tidak bisa menjawab karena lupa. Praktikan
juga menanyakan keluhan semakin memberat disaat tertentu atau
tidak, responden menjawab bahwa saat malam hari dan saat
membaca keluhan terasa semakin berat. Kemudian gejala yang
menyertai adalah mata kiri terasa pegal dan kadang keluar air jika
setelah mengkonsumsi ikan asin, tongkol dan telur. Praktikan
menanyakan riwayat penyakit dahulu, responden mengaku pernah
menjalani operasi mata karena katarak pada mata kanannya tahun
1994 dan pada mata kirinya pada tahun 2004. Responden
menyangkal adanya riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
Kemudian saat ditanyakan riwayat penyakit keluarga, responden
menyangkal adanya hipertensi, diabetes mellitus dan pada
keluarganya tidak ada yang merasakan keluhan yang sama dengan
dirinya. Responden datang dengan tidak menggunakan BPJS ataupun
asuransi kesehatan. Responden mengaku mempunyai kebiasaan
merokok dan gemar mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien
menyangkal mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status generalisata : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
b) Frekuensi Nafas :
c) Frekuensi Nadi :
d) Suhu :
4) Pemeriksaan Lokalis Mata
Dextra
a) Palpebra superior : DBN
b) Palpebra inferior : DBN
c) Alis dan bulu mata : Kuantitas cukup
Distribusi merata
d) Konjunctiva : DBN
22
e) Sclera : Jernih (-) Ikterik (-)
f) Kornea : DBN
g) Lensa : Keruh (+)
Sinistra
a) Palpebra superior : DBN
b) Palpebra inferior : DBN
c) Alis dan bulu mata : Kuantitas cukup
Distribusi merata
d) Konjunctiva : Pterygium (+)
e) Sclera : Jernih (-) Ikterik (-)
f) Kornea : DBN
g) Lensa : Keruh (+)
c. Edukasi
1) Menaati jadwal yang diberikan dokter spesialis mata untuk
mengkontrol keadaan mata.
2) Mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang mengandung
vitamin C, A, E.
3) Menghindari konsumsi makanan tinggi protein, seperti ikan laut
dan telur.
4) Menggunakan kacamata jika diluar ruangan untuk proteksi mata
dari benda asing dan paparan langsung sinar UV.
5) Mengurangi kebiasaan merokok.
2. HAMBATAN
a. Praktikan kurang mempersiapkan alat yang digunakan secara
lengkap.
b. Pemeriksaan dilakukan tidak di ruang pemeriksaan.
c. Responden mengalami penurunan pendengaran.
3. CARA MENGATASI
a. Praktikan seharusnya mempersiapkan peralatan yang akan digunakan
secara lengkap agar pemeriksaan berjalan lancar.
23
b. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruang pemeriksaan, jika
terpaksa tidak dilakukan di ruang pemeriksaan praktikan harus bisa
mengkondisikan diri dan tetap membuat responden senyaman
mungkin.
c. Praktikan menambah volume suara agar terdengar lebih jelas oleh
responden tetapi tetap dengan nada bicara dan bahasa yang sopan
dan santun.
III. IDENTITTAS RESPONDEN III
Nama : Ny. K
Usia : 57 tahun
Alamat : RT/RW: 04/02 Kel. Sambang Kulon Kec. Kembaran
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
1. HASIL
a. Anamnesis
Pada saat responden datang ke Puskesmas II Kembaran,
praktikan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Kemudian
praktikan menanyakan identitas responden. Responden bernama
Nyonya Kitem, usia 57 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga,
alamat rumah RT/RW: 04/02 Kelurahan Sambang Kulon
Kecamatan Kembaran.
Keluhan utama responde merasa kesemutan. Responden
merasakan kesemutan di seluruh anggota gerak yaitu kaki kanan
maupun kiri serta tangan kanan maupun kiri. Responden merasakan
kesemutan sudah sejak bertahun-tahun yang lalu. Responden
mengaku bahwa sudah mempunyai kadar asam urat yang tinggi
sejak lama. Responden merasa kesemutan dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari karena apabila responden sedang berjalan
responden merasa kesulitan dan rasa sakitnya bertambah. Apabila
sedang istirahat yaitu duduk atau berbaring, responden merasa rasa
sakitnya berkurang. Responden selalu minum obat rutin dari
puskesmas namun responden tidak mengetahui nama obat yang
dikonsumsinya setiap hari. Apabila obatnya habis pun responden
selalu rutin datang ke puskesmas. Gejala penyerta yang responden
24
rasakan yaitu merasa nyeri apabila dipakai berjalan, kemudian
apabila sudah dipakai berjalan lama kakinya terasa panas dan
pedas.
Riwayat penyakit dahulu responden menderita hipertensi
apabila sedang stress atau kecapekan bisa mencapai 170/100
mmHg. Responden memaparkan bahwa satu minggu yang lalu
dilakukan pemeriksaan kadar asam urat dan hasilnya 11 mg/dl
dimana hal itu termasuk dalam kategori tinggi. Responden
mengaku bahwa dulu pernah diberikan sinar pada jari tangannya
untuk mengobati penyakit tinggi asam uratynya namun yang ada
jari tangannya menjadi melepuh. Riwayat penyakit keluarga
responden tidak ada yang memiliki keluhan yang sama, namun dari
ibu responden memiliki riwayat penyakit darah tinggi. Responden
datang ke puskesmas menggunakan kartu Jamkesmas. Responden
tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum minuman alkohol.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : komposmentis
2) Tanda-tanda vital:
Tekanan darah :100/80 mmHg
Suhu : DBN
Frekuensi pernapasan : DBN
Denyut badi : DBN
3) Pemeriksaan Lokalis Mata
a) Inspeksi palpebra (dextra/sinistra) : DBN
b) Alis dan bulu mata (dextra/sinistra) : jumlah cukup,
distribusi rata, tidak ada trikiasis
c) Konjungtiva (dextra/sinistra) : tidak ada edema,
konjugtiva fornik hiperemis, tidak ada perdarahan
subkonjungtiva. Tidak ada konjungtivitis
d) Sklera (dextra/sinistra) : normal terlihat
putih, tidak ikterik, tidak kebiruan, pola vaskularisasi
normal
25
e) Orifisium duktus lakrimalis (dexa/sin) :lakrimasi
berlebih, mata kering
f) Kornea (dextra/sinistra) : terlihat jernih,
tidak keruh, tidak ada keratitis
g) Lensa (dextra/sinistra) : terlihat sedikit
keruh
h) Pupil (dextra/sinistra) : normal bentuk
bulat, simetris, reflek cahaya direct maupun indirect positif
i) Posisi dan kesejajaran kedua mata : simetris dextra
dan sinistra, tidak ada exoftalmus maupun endoftalmus
j) Gerakan bola mata (dextra/sinistra) : tidak ada
nistagmus, tidak ada strabismus
c. Edukasi
Setelah melakukan anamnesis serta pemeriksaan fisik eksternal
mata, praktikan memberikan edukasi mengenai katarak karena
penyakit katarak adalah penyakit yang terkait dengan lanjut usia.
Praktikan terlebih dahulu menjelaskan mengenai definisi dari
katarak yaitu penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa dapat
menjadi keruh, berwarna putih abu-abu dan penurunan ketajaman
penglihatan karena protein-protein lensa yang secara normal
transparan terurai dan mengalami koagulasi. Gejala katarak
diantaranya yaitu, silau apabila terkena cahaya, terdapat bayangan
pelangi pada mata, terdapat garis bergelombang pada mata, serta
adanya penurunan ketajaman penglihatan. Faktor resiko yang dapat
menyebabkan katarak yaitu, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, lingkungan, nutrisi, obat-obatan, penyakit lain seperti
diabetes melitus dan diare, kemudian merokok dan minum
minuman alkohol juga dapat meningkatkan resiko terkena katarak.
Cara pencegahan yang dapat dilakukan yaitu diantaranya, rutin
melakukan pemeriksaan mata, diet sehat dengan mengkonsumsi
sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin C, vitamin A,
dan vitamin E, menggunakan kacamata hitam apabila diluar
ruangan untuk melindungi mata dari paparan langsung terhadap
26
sinar ultraviolet, serta menghindari merokok dan minum minuman
alkohol.
2. HAMBATAN
a. Kekurangan pasien yang mempunyai keluhan pada mata, sehingga
membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan anamnesis dan
pemeriksaan untuk setiap praktikan
b. Praktikan sebelumnya tidak menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan dengan lengkap sehingga
pemeriksaan tidak dilakukan sesuai prosedur yang semestinya
c. Praktikan mengalami hambatan saat berkomunikasi dengan
responden dikarenakan praktikan tidak memahami bahasa yang
digunakan oleh responden, sehingga mengganggu dalam proses
anamnesis maupun pemeriksaan fisik.
3. CARA MENGATASI
a. Sebaiknya field lab dilakukan pada orang – orang yang lanjut usia
karena sebagian besar banyak terdapat penyakit pada mata
(katarak)
b. Sebelum pelaksanaan field lab, semua praktikan terlebih dahulu
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk anamnesis dan
pemeriksaan kepada responden, sehingga tidak mengganggu
porses tersebut dan dapat dilakukan sesuai dengan lengkap
c. Praktikan melakukan komunikasi secara non-verbal agar
praktikan dapat memahami apa yang responden paparkan kepada
praktikan
IV. IDENTITTAS RESPONDEN IV
Nama : Ny. S.
Usia : 75 tahun.
Alamat : Desa Sambeng Kulon RT 02 RW 02
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas
Pekerjaan : Ibu rumah tangga.
1. HASIL
27
a. Anamnesis
Pasien datang ke Posyandu Lansia yang dilaksanakan oleh
Puskesmas Kembaran II di Kantor Kepala Desa Sambeng Kulon
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Pasien datang
dengan keluhan pegal-pegal pada bagian paha dan pinggang.
Keluhan ini sudah dirasakan sejak lama. Keluhan ini
mengganggu pasien pada saat beribadah (shalat). Apabila diberi
angka maka pasien merasakan keluhannya di angka 7. Keluhan
bertambah berat saat baru bangun tidur dan saat mau berdiri.
Keluhan berkurang setelah mengkonsumsi obat-obatan. Pasien
di diagnosis oleh dokter terkena asam urat. Pasien telah cukup
lama mengkonsumsi obat-obatan asam urat. Pasien tidak
memiliki keluhan lain. Pasien tidak mengetahui apakah ada
keturunan diabetes mellitus atau hipertensi atau asam urat.
Namun, pasien tidak memiliki keluhan diabetes mellitus atau
hipertensi hingga saat ini. Pasien hanya memiliki keluhan asam
urat. Pasien mengaku tidak bersekolah sehingga tidak dapat
membaca dan pendidikannya rendah. Pasien sedang mengurangi
konsumsi mlinjo, jeroan. Pasien tidak merokok dan minum
minuman alkohol. Pasien sering mengikuti senam lansia dan ruti
mengikuti posyandu lansia setiap bulannya.
Pada anamnesis terkait keluhan pada mata, pasien mengaku
tidak ada keluhan pada mata seperti penglihatan menurun atau
kabur dan silau saat melihat cahaya. Namun, pasien mengaku
terkadang melihat warna-warna seperti biru dan hijau setelah
melihat lampu. Tidak ada keluhan lain pada mata atau
penglihatan pasien.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Pasien datang dengan keadaan composmentis dan dapat
berjalan dengan normal.
2) Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 160/90 mmHg.
Frekuensi Nadi : Dalam batas normal.
28
Frekuensi Nafas : Dalam batas normal.
Suhu : Dalam batas normal.
3) Pemeriksaan Eksternal Mata
a) Inspeksi Palpebra (dex/sin)
Palpebra tampak tenang, tidak ada edema, tidak
lagoftalmous, tidak proptosis, tidak ada tanda-tanda
hordeolum ataupun kalazion.
b) Alis dan Bulu Mata (dex/sin)
Jumlah cukup, distribusi merata, tidak ada trikiasis.
c) Konjuctiva (dex/sin)
Normal, tidak hiperemis, tidak ikterik.
d) Sclera (dex/sin)
Normal, tidak keruh, tidak bengkak, tidak ada nodul.
e) Orifisium Ductus Nasolacrimalis (dex/sin)
Lacrimasi normal, tidak berlebih (epifora) atau
kurang/kering.
f) Lensa (dex/sin)
Tampak sedikit keruh.
g) Kornea (dex/sin)
Normal, jernih, tidak keruh, tidak ada keratitis.
h) Pupil (dex/sin)
Normal, bulat, berada di sentral, saat diberi cahaya miosis
dan saat tidak diberi cahaya midriasis.
i) Posisi dan Kesejajaran Mata (dex/sin)
Posisi mata simetris dan sejajar.
j) Gerakan Bola Mata (dex/sin)
Normal, tidak strabismus, tidak nistagmus.
c. Edukasi
Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, praktikan
melakukan edukasi terkait keluhan pasien yaitu asam urat dan
edukasi terkait katarak.
Pertama, praktikan memberikan edukasi terkait keluhan pasien
yaitu asam urat. Praktikan mengedukasi untuk mengurangi
konsumsi mlinjo, jeroan dan makanan yang bersantan.
29
Memperbanyak mengkonsumsi air putih dan rutin
mengkonsumsi obat yang diberikn oleh dokter. Praktikan juga
mengedukasi untuk sering melakukan olahraga ringan.
Kedua, praktikan memberikan edukasi terkait katarak. Edukasi
dimulai dari menjelaskan definisi, faktor resiko, gejala,
penatalaksanaan dan cara pencegahan katarak. Praktikan
menjelaskan cara mencegah katarak yaitu dengan rutin
melakukan pemeriksaan mata ke dokter, banyak mengkonsumsi
sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin C, A, E,
menghindari menatap langsung matahari sebaiknya
menggunakan kacamata hitam untuk melindungi mata dari sinar
UV, tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol.
Pasien mengeluh melihat warna-warna seperti hijau dan biru
setelah melihat lampu. Keluhan tersebut adalah halo. Halo
merupakan saah satu gejala katarak. Pada saat pemeriksaan
didapatkan lensa mata pasien mulai keruh. Karena terdapat
beberapa tanda-tanda katarak maka pasien diedukasi untuk lebih
memperhatikan kesehatan matanya dan cepat ke dokter apabila
ada keluhan pada matanya seperti pandangan yang menurun atau
kabur.
2. HAMBATAN
a. Praktikan kurang menyiapkan alat-alat yang akan digunakan
pada Field Lab kali ini seperti pen light.
b. Pemeriksaan dilakukan tidak di ruang pemeriksaan karena
keterbatasan tempat.
c. Keterbatasan bahasa daerah yang dikuasai oleh praktikan.
3. CARA MENGATASI
a. Praktikan meminjam alat yang dibutuhkan dan menggunakan
secara bergantian.
b. Praktikan melakukan pemeriksaan di ruangan lain namun tetap
menjaga kenyamanan pasien.
c. Praktikan menggunakan bahasa daerah yang dikuasai dan
dicampur dengan bahasa Indonesia secara pelan-pelan.
30
V. IDENTITTAS RESPONDEN V
Nama : Ny. T
Usia : 70 Tahun
Alamat : Sambengkulon
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
1. HASIL
a. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan mengontrol penyakit campak
yang sudah dideritanya sejak 2 minggu lalu, pasien datang karena
merasakan keluhannya timbul lagi. Keluhan dirasakan pada regio
abdomen, keluhan tersebut dirasa secara tiba-tiba karena tidak ada
riwayat makan sesuatu sebelumnya. Keluhan tersebut dirasa gatal
dan nyeri dan diperberat bila daerah yang sakit tersentuh namun bila
pasien istirahat dan minum obat maka keluhan mereda. Gejala lain
yang dikeluhkan pasien yaitu batuk sejak 1 minggu lalu. Saat
ditanyakan seputar kesehatan mata pasien mengaku semuanya masih
dalam batas normal karena pasien masih dapat melihat dengan baik,
tidak pernah merasa silau bila melihat cahaya, dan tidak pernah
merasakan adanya keluhan pada kedua matanya.
Responden belum pernah merasakan keluhan yang sama
sebelumnya. Pasien juga tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes
meitus, hipertensi, dan jantung. Dari pihak keluarga juga tidak
pernah ada yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien, dan
juga tidak pernah ada yang mengalami diabetes melitus, hipertensi,
katarak, dan glaukoma. Kebiasaan pribadi pasien mengaku selalu
makan teratur, lebih mengkonsumsi sayur-sayuran, tidak merokok
dan mengkonsumsi alkohol.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Palpebra dextra dan sinistra :
Tampak tenang, tidak ptosis, lagoftalmos, kemerahan, tidak
tampak seperti adanya kalazion atau hordeolum.
2) Eversi kelopak mata dextra dan sinistra :
Tidak tampak adanya benda asing dan pelebaran pembuluh darah.
3) Alis dan bulu mata dextra dan sinistra :
31
Distribusi merata, kuantitas cukup, tidak adanya trikiasis.
4) Orifisium ductus lacrimalis dextra dan sinistra :
Tidak adanya lakrimalisasi berlebihan
5) Sklera dan Konjungtiva dextra dan sinistra :
Sklera tidak terlihat ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada
nodul, benjolan, pelebaran pembuluh darah.
6) Lensa dextra dan sinistra :
Terlihat sedikit keruh berwarna putih pada bagian perifer lensa
7) Kornea dextra dan sinistra :
Terlihat jernih, tidak ada ulkus, sikatrik, nodul, dan benda asing
8) Pupil dextra dan sinistra :
Reflek langsung terhadap cahaya masih baik
9) Kesejajaran mata dextra dan sinistra :
Normal letaknya simetris.
10) Pergerakan bola mata :
Normal, tidak terlihat strabismus.
11) Cover un cover test :
Normal mengikuti reflek cahaya
c. Edukasi
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh
praktikan pada pasien, selanjutnya praktikan memberikan edukasi
berkaitan dengan keluhan responden dan kemudian memberikan
edukasi tentang katarak.
Praktikan memberikan edukasi mengenai keluhan responden.
Praktikan meminta supaya pasien mengkonsumsi obat yang
diberikan secara teratur dan lebih banyak istirahat.
Selanjutnya praktikan memberikan edukasi tentang katarak
mulai dari pengertian, faktor resiko, tanda dan gejala katarak,
pencegaahan, dan komplikasi katarak menggunakan selembaran
leaflet. Praktikan menjelaskan faktor resiko katarak seperti merokok,
konsumsi alkohol, lingkungan, pekerjaan, diabetes melitus. Praktikan
juga menjelaskan gejala katarak seperti mata silau saat terpapar sinar
matahari, terdapat penurunan ketajaman penglihatan, diplopia.
Praktikan menjelaskan pencegahan dini terhadap katarak seperti
32
konsumsi makanan yang bernutrisi (bayam, brokoli, vitamin A, C,
E), menggunakan pelindung mata saat bekerja dan terpapar oleh
sinar matahari secara lansung, tidak mengkonsumsi alkohol dan
rokok.
2. HAMBATAN
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak dilakukan di ruangan yang
seharusnya setempat karena keterbatasan ruangan
b. Ruangan yang digunakan untuk melakukan anamnesis dan
pemeriksaan terlalu ramai sehingga menjadi kurang kondusif
c. Praktikan tidak mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan dengan lengkap
3. CARA MENGATASI
a. Disediakan ruangan yaitu di aula setempat untuk melakukan
anamnesis dan pemeriksaan agar praktikan dapat melakukan
prosedur tersebut kepada responden dengan kondisi yang tanang dan
lebih fokus
b. Praktikan mencari lokasi yang lebih jauh dari keramaian sehingga
tetapi menjaga kenyamanan pasien saat dilakukannya anamnesis dan
pemeriksaan
c. Praktikan meminjam alat sebelum dilakukannya pemeriksaan secara
bergantian. Seharusnya sebelum pelaksanaan field lab, semua
praktikan terlebih dahulu menyiapkan alat-alat yang diperlukan
untuk anamnesis dan pemeriksaan, sehingga tidak menghambat
proses jalannya field lab
VI. IDENTITTAS RESPONDEN VI
Nama :Ny. S
Usia : 65 Tahun
Alamat :rt 04 rw 01 Sambeng Kulon
Pekerjaan :Petani
1. HASIL
a. Anamnesis
33
Pasien ibu.S usia 65 tahun yg tinggal di desa sambeng kulon rt
04 rw 01 yang bekerja sebagai petani. mengeluh nyeri pada bagian
abdomen tepatnya pada regio epigastrium. Keluhan ini sudah di
derita sejak satu tahun yang lalu sudah pernah berobat tapi belum
sembuh total. Pasien mengeluh rasa sakitnya terasa perih seperti
tertusuk tusuk. Ketika di Tanya range nyeri dari 1-10 pasien
mengeluhkan nyeri berada pada angka 5. Keluhan di rasakan
bertambah parah ketika telat makan dan perutnya dalam keadaan
kosong. Biasanya pasien merasa keluhanya berkurang saat
mengkonsumsi obat promag yg di beli di warung dekat rumahnya.
Pasien tidak mengeluhkan mual, muntah serta demam yg di rasakan
hanya rasa perih di perutnya ketika telat makan. Selain keluhan di
perutnya pasien mengeluh punggung dan lututnya terasa sakit dan
kaku jika di gerakan tapi pasien belum memeriksakan lebih lanjut
keluhan nyeri lutut dan punggungnya biasanya pasien hanya
mengkonsumsi jamu asam urat yang di beli di warung. Tapi
semenjak mengkonsumsi jamu tersebut berat badan badan pasien
menjadi bertambah dalam waktu singkat dan mukanya terlihat bula,
sehingga pasien menghentikan konsumsi jamunya.
Pasien juga mengeluhkan matanya sudah tidak sejelas dulu jika
di gunakan untuk membaca tulisan yg kecil seperti membaca Koran
keluhan tersebut di rasakan kurang lebih sudah 6 bulan tapi pasien
hanya menggunakan kaca mata milik suaminya karena di rasa setelah
memakai kaca mata tulisanya menjadi lebih jelas. Tetapi mata pasien
masih bisa melihat walau tidak memakai kaca mata hanya. Dalam
keseharian pasien tidak memakai kaca mata karena masih bisa
melihat. Pasien belum pernah memeriksakan keluhan matanya ke
dokter karena di rasa tidak begitu mangganggu keseharian. Pasien
merasakan dapat melihat lebih jelas dalam jarak yg jauh di banding
pada jarak dekat. Pasien kebiasaan pribadi pasien bukan seorang
perokok atau mengkonsumsi alcohol dari keseharian pasien sering
mengkonsumsi sayuran. Pasien datang berobat dengan menggunakan
biaya umum karena sebelumnya sudah memiliki BPJS tapi di tarik
oleh pihak desa.
34
b. Pemeriksaan Fisik
1) Palpebra dextra dan sinistra:
Normal tidak ptosis, lagoftalmus,kemerahan, tidak Nampak
adanya kalazion atau hordeolum.
2) Eversi kelopak mata dextra dan sinistra:
Tidak tampak adanya benda asing dan pelebaran pembuluh
darah.
3) Alis dan bulu mata dextra dan sinistra:
Distribusi normal tidakadanyatrikiasis dan squama pada kulit
yang mendasarinya
4) Orifisium ductus lacrimalis dx/ sin:
Tidak adanyalakrimalisasi berlebihan
5) Sklera dan Konjungtiva dx/ sin:
Sklera tidak terlihat ikterik, konjungtiva tidak anemi, tidak ada
nodul, benjolan, pelebaran pembuluh darah.
6) Lensa dx/ sin
Terlihat jernih
7) Kornea dx/ Sin:
Terlihat jernih, tidak hiperemi.
8) Pupil dx/sin:
Reflek terhadap cahaya normal mengalami miosis saat di beri
cahaya.
9) Kesejajaran mata dx/ sin:
Normal letaknya simetris.
10) Test pergerakanmata dx/ sin:
Tidak terlihat strabismus.
11) Cover un cover test:
Normal mengikuti reflek cahaya.
c. Edukasi
Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, praktikan
melakukan edukasi terkait keluhan pasien yaitu asam urat dan
edukasi terkait katarak.
Pertama, praktikan memberikan edukasi terkait keluhan pasien
yaitu asam urat. Praktikan mengedukasi untuk mengurangi konsumsi
35
mlinjo, jeroan dan makanan yang bersantan. Memperbanyak
mengkonsumsi air putih dan rutin mengkonsumsi obat yang diberikn
oleh dokter. Praktikan juga mengedukasi untuk sering melakukan
olahraga ringan.
Kedua, praktikan memberikan edukasi terkait katarak. Edukasi
dimulai dari menjelaskan definisi, faktor resiko, gejala,
penatalaksanaan dan cara pencegahan katarak. Praktikan
menjelaskan cara mencegah katarak yaitu dengan rutin melakukan
pemeriksaan mata ke dokter, banyak mengkonsumsi sayuran dan
buah-buahan yang mengandung vitamin C, A, E, menghindari
menatap langsung matahari sebaiknya menggunakan kacamata hitam
untuk melindungi mata dari sinar UV, tidak merokok dan tidak
minum minuman beralkohol.
Pasien mengeluh melihat warna-warna seperti hijau dan biru
setelah melihat lampu. Keluhan tersebut adalah halo. Halo
merupakan saah satu gejala katarak. Pada saat pemeriksaan
didapatkan lensa mata pasien mulai keruh. Karena terdapat beberapa
tanda-tanda katarak maka pasien diedukasi untuk lebih
memperhatikan kesehatan matanya dan cepat ke dokter apabila ada
keluhan pada matanya seperti pandangan yang menurun atau kabur.
2. HAMBATAN
a. Kasus yang ada di lapangan tidak sesuai dengan kasus field lab
b. Kurangnya alat yang di gunakan untuk melakukan pemeriksaan
mata.
c. Tempat pemeriksaan di ruang terbuka sehingga kurang nyaman
untuk privasi pasien.
3. CARA MENGATASI
a. Dari pihak puskesmas seharusnya kordinasi terlebih dahulu untuk
pasien dengan kasus mata di kumpulkan pada hari yg sama saat di
lakukan field lab.
b. Praktikan seharusnya mempersiapkan alat terlebih dahulu.
Sebaiknya di adakan tempat pemeriksaan khusus bagi praktikan dan
responden
36
VII. IDENTITTAS RESPONDEN VII
Nama : Ny. S
Usia : 62 tahun
Alamat : Sambeng kulon RT 03 RW 01
Pekerjaan : Buruh tani
1. HASIL
a. Anamnesis
Responden datang dengan keluhan kepala sebelah kanan sakit
tersa berat yang menjalar ke telinga sudah di rasakan sejak 4 tahun
yang lalu sudah pernah berobat dimana-mana tetapi tidak kunjung
sembuh. Responden bercerita bahwa setiap hari beliau melakukan
kegiatan di sawah dari pagi hari sampai sore hari, tidak ada waktu
untuk beistrahat kecuali makan siang dan sholat. Beliau melakukan
setiap hari dari dulu sampai sekarang, dan biasanya mata beliau
terasa kurang jelas melihat jika terkana paparan siang matahari
langsung tetapi saat malam hari beliau mengaku matanya jelas untuk
melihat. Dan biasanya saat matanya kurang jelas responden biasanya
membilas matanya dengan air hangat. Beliau mengaku tidak ada
riwayat hipertensi, diabetes mellitus, maupun jantung. Dari keluarga
pun tidak ada riwayat penyaki hipertensi, diabetes mellitus, maupun
jantung. Responden juga tidak mengonsumsi alcohol, tidak merokok.
Pola makan responden di akuinya teratur dan sehat.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : komposmentis
2) Tanda-tanda vital:
Tekanan darah :120/80 mmHg
Suhu : DBN
Frekuensi pernapasan : DBN
Denyut badi : DBN
3) Pemeriksaan Lokalis Mata
a) Inspeksi palpebra (dextra/sinistra) : DBN
37
b) Alis dan bulu mata (dextra/sinistra) : jumlah cukup, distribusi
rata, tidak ada trikiasis
c) Konjungtiva (dextra/sinistra) : tidak ada edema, konjugtiva
fornik hiperemis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva. Tidak
ada konjungtivitis
d) Sklera (dextra/sinistra) : normal terlihat putih, tidak ikterik,
tidak kebiruan, pola vaskularisasi normal
e) Orifisium duktus lakrimalis (dextra/sinistra) : tidak ada
lakrimasi berlebihan atau epifora, tidak ada mata kering
f) Kornea (dextra/sinistra) : terlihat jernih, tidak keruh, tidak ada
keratitis
g) Lensa (dextra/sinistra) : terlihat jernih, tidak keruh, tidak ada
katarak, tidak ada distorsi/ sublixatio lensa
h) Pupil (dextra/sinistra) : normal bentuk bulat, simetris, reflek
cahaya direct maupun indirect positif
i) Posisi dan kesejajaran kedua mata: simetris dextra dan sinistra,
tidak ada exoftalmus maupun endoftalmus
j) Gerakan bola mata (dextra/sinistra) : tidak ada nistagmus,
tidak ada strabismus
c. Edukasi
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh
praktikan kepada responden, praktikan memberikan edukasi
berkaitan dengan keluhan respondenndan edukasi katarak.
Praktikan memberi edukasi tentang keluhan yang di alami
responden, sperti di perbanyak untuk istirahat karena usia yang sudah
lanjut, makan dan minum yang sehat, teratur seperti makan sayur,
buah, minum air putih. Bila minum obat sebaiknya minum dengan
teratur, memaki alat pelindung mata saat bekerja di luar rumah.
Praktikan juga memberikan edukasi tentang katarak mulai dari
difinisi, faktor resiko, tanda dan gejala katarak, pencegaahan, dan
komplikasi katarak menggunakan selembaran leaflet. Praktikan
menjelaskan faktor resiko katarak seperti merokok, konsumsi
alkohol, lingkungan, pekerjaan, diabetes melitus. Praktikan juga
menjelaskan gejala katarak seperti mata silau saat terpapar sinar
38
matahari, terdapat penurunan ketajaman penglihatan, diplopia.
Praktikan menjelaskan pencegahan dini terhadap katarak seperti
konsumsi makanan yang bernutrisi (bayam, brokoli, vitamin A, C,
E), menggunakan pelindung mata saat bekerja dan terpapar oleh
sinar matahari secara lansung, tidak mengkonsumsi alkohol dan
rokok.
2. HAMBATAN
a. Praktikan sebelumnya tidak menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan dengan lengkap sehingga
pemeriksaan tidak dilakukan sesuai prosedur yang semestinya
b. Praktikan mengalami hambatan saat berkomunikasi dengan
responden dikarenakan praktikan tidak memahami bahasa yang
digunakan oleh responden, sehingga mengganggu dalam proses
anamnesis maupun pemeriksaan fisik.
3. CARA MNEGATASI
a. Sebelum pelaksanaan field lab, semua praktikan terlebih dahulu
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk anamnesis dan
pemeriksaan kepada responden, sehingga tidak mengganggu porses
tersebut dan dapat dilakukan sesuai dengan lengkap
b. Praktikan harus belajar kembali bagaimana berkomunikasi yang baik
dengan responden baik dengan bahasa indonesi maupun bahasa jawa,
agar responden dapat memahami apa yang di tanyakan oleh
praktikan.
VIII. IDENTITTAS RESPONDENV III
Nama : Ny. S
Usia : 59 tahun
Alamat : RT/RW: 04/02 Kel. Sambang Kulon Kec. Kembaran
Pekerjaan : Petani
39
1. HASIL
a. Anamnesis
Pada saat responden datang ke Puskesmas II Kembaran,
praktikan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Kemudian praktikan
menanyakan identitas responden. Responden bernama Nyonya
Sumini, usia 59 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, alamat
rumah RT/RW: 04/02 Kelurahan Sambang Kulon Kecamatan
Kembaran.
Keluhan utama responde merasa nyeri pada tangan kanan dan
kaki kanan. Responden merasakan nyeri di seluruh anggota tubuh
bagian kanan sejak 2 hari yang lalu dikarenakan jatuh dari sepeda.
Nyeri yang dialami pasien sangat mengangu aktivitas bila diberi skor
nyeri termaksud dalam angka 8 dimana angka itu tersebut sangat
berat, nyeri pada tangan kanan dan kaki kanan responden akan
semakin berat apabila pasien beraktivitas, dan semakin ringan
apabila responden istirahat, gejala lain yang dirasakan responden
adalah kesemutan. Responden tidak memiliki riwayat penyakit lain
seperti hipertensi, diabetes militus, ataupun sebagainya.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : komposmentis
2) Tanda-tanda vital:
Tekanan darah :120/80 mmHg
Suhu : DBN
Frekuensi pernapasan : DBN
Denyut badi : DBN
3) Pemeriksaan Lokalis Mata
k) Inspeksi palpebra (dextra/sinistra) : DBN
l) Alis dan bulu mata (dextra/sinistra) : jumlah cukup,
distribusi rata, tidak ada trikiasis
m) Konjungtiva (dextra/sinistra) : tidak ada edema,
konjugtiva fornik hiperemis, tidak ada perdarahan
subkonjungtiva. Tidak ada konjungtivitis
40
n) Sklera (dextra/sinistra) : normal terlihat
putih, tidak ikterik, tidak kebiruan, pola vaskularisasi
normal
o) Orifisium duktus lakrimalis (dexa/sin) :lakrimasi
berlebih, mata kering
p) Kornea (dextra/sinistra) : terlihat jernih,
tidak keruh, tidak ada keratitis
q) Lensa (dextra/sinistra) : terlihat sedikit
keruh
r) Pupil (dextra/sinistra) : normal bentuk
bulat, simetris, reflek cahaya direct maupun indirect positif
s) Posisi dan kesejajaran kedua mata : simetris dextra
dan sinistra, tidak ada exoftalmus maupun endoftalmus
t) Gerakan bola mata (dextra/sinistra) : tidak ada
nistagmus, tidak ada strabismus
c. Edukasi
Setelah melakukan anamnesis serta pemeriksaan fisik eksternal
mata, praktikan memberikan edukasi mengenai katarak karena
penyakit katarak adalah penyakit yang terkait dengan lanjut usia.
Praktikan terlebih dahulu menjelaskan mengenai definisi dari
katarak yaitu penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa dapat
menjadi keruh, berwarna putih abu-abu dan penurunan ketajaman
penglihatan karena protein-protein lensa yang secara normal
transparan terurai dan mengalami koagulasi. Gejala katarak
diantaranya yaitu, silau apabila terkena cahaya, terdapat bayangan
pelangi pada mata, terdapat garis bergelombang pada mata, serta
adanya penurunan ketajaman penglihatan. Faktor resiko yang dapat
menyebabkan katarak yaitu, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, lingkungan, nutrisi, obat-obatan, penyakit lain seperti
diabetes melitus dan diare, kemudian merokok dan minum minuman
alkohol juga dapat meningkatkan resiko terkena katarak.
Cara pencegahan yang dapat dilakukan yaitu diantaranya, rutin
melakukan pemeriksaan mata, diet sehat dengan mengkonsumsi
sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin C, vitamin A,
41
dan vitamin E, menggunakan kacamata hitam apabila diluar ruangan
untuk melindungi mata dari paparan langsung terhadap sinar
ultraviolet, serta menghindari merokok dan minum minuman
alkohol.
2. HAMBATAN
a. Kekurangan pasien yang mempunyai keluhan pada mata, sehingga
membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan anamnesis dan
pemeriksaan untuk setiap praktikan
b. Praktikan sebelumnya tidak menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan dengan lengkap sehingga
pemeriksaan tidak dilakukan sesuai prosedur yang semestinya
c. Praktikan mengalami hambatan saat berkomunikasi dengan
responden dikarenakan praktikan tidak memahami bahasa yang
digunakan oleh responden, sehingga mengganggu dalam proses
anamnesis maupun pemeriksaan fisik.
3. CARA MENGATASI
a. Sebaiknya field lab dilakukan pada orang – orang yang lanjut usia
karena sebagian besar banyak terdapat penyakit pada mata (katarak)
b. Sebelum pelaksanaan field lab, semua praktikan terlebih dahulu
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk anamnesis dan
pemeriksaan kepada responden, sehingga tidak mengganggu porses
tersebut dan dapat dilakukan sesuai dengan lengkap
c. Praktikan melakukan komunikasi secara non-verbal agar praktikan
dapat memahami apa yang responden paparkan kepada praktikan
IX. IDENTITTAS RESPONDEN IX
Nama : Ny. S
Usia : 70 tahun
Alamat : Desa Sambeng Kulon Kecamatan Kembaran
Pekerjaan : Buruh tani
42
1. HASIL
a. Anamnesis
Pasien datang ke Posyandu Lansia yang dilaksanakan oleh
Puskesmas Kembaran II di Kantor Kepala Desa Sambeng Kulon
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Pasien datang
dengan keluhan batuk-batuk yang sudah dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu, namun disini pasien datang untuk yang kedua kalinya
dengan keluhan batuk yang sudah berkurang. Batuk yang
dirasakan pasien disini hanya sewaktu-waktu tidak terus menerus.
Batuk tersebut juga dirasa sangat mengganggu aktifitas pasien dan
apabila diukur dengan menggunakan scoringyaitu point 7. Batuk
dirasa akan bertambah berat jika cuaca dingin dan pada saat
malam hari serta pada saat beraktifitas berat. Sedangkan untuk
mengurangi batuk pasien tersebut beristirahat. Sebelumnya pasien
juga pernah mengeluhkan batuk yang sama namun sudah lupa
kapan waktunya terkait pasien tersebut umurnya sudah terpaut
jauh. Pada pasien tersebut juga mempunyai riwat penyakit
hipertensi serta asam urat. Sedangkan untuk di keluarga pasien
sendiri tidak terdapat riwayat penyakit menular atau menurun
seperti hipertensi, diabetes melitus, hiv, jantung dan sebagainya.
Pendidikan terakhir pasien tersebut hanya kelas 4 sekolah
dasar, serta pasien datang pada Posyandu Lansia dengan
menggunakan asuransi kesehatan Jamkesmas. Gejala lain yang
pasien rasakan yaitu mata pasien merasa kering serta merasakan
pegal-pegal pada seluruh badan pasien. Pasien merasakan mata
kering pada kedua matanya, namun disini pasien mengaku
penglihat tidak mengalami penurunan. Mata kering pada pasien
tersebut diakunya hanya sewaktu-waktu saja tidak terus menerus.
Dan untuk mengurangi mata keringnya, pasien menggunakan obat
tetes mata yang dibeli di warung. Untuk kebiasaan pribadi pasien
disini, pasien tersebut rutin untuk mengontrol kesehatannya,
mengontrol pola makannya, tidak merokok serta tidak minum-
minuman alkohol.
43
b. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : komposmentis
2) Tanda-tanda vital:
Tekanan darah :160/90 mmHg
Suhu : DBN
Frekuensi pernapasan : DBN
Denyut badi : DBN
3) Pemeriksaan Lokalis Mata
a) Inspeksi palpebra (dextra/sinistra) : DBN
b) Alis dan bulu mata (dextra/sinistra) : jumlah cukup,
distribusi rata, tidak ada trikiasis
c) Konjungtiva (dextra/sinistra) : tidak ada edema,
konjugtiva fornik hiperemis, tidak ada perdarahan
subkonjungtiva. Tidak ada konjungtivitis
d) Sklera (dextra/sinistra) : normal terlihat
putih, tidak ikterik, tidak kebiruan, pola vaskularisasi
normal
e) Orifisium duktus lakrimalis (dexa/sin) : lakrimasi
berlebih, mata kering
f) Kornea (dextra/sinistra) : terlihat jernih,
tidak keruh, tidak ada keratitis
g) Lensa (dextra/sinistra) : terlihat sedikit
keruh
h) Pupil (dextra/sinistra) : normal bentuk
bulat, simetris, reflek cahaya direct maupun indirect positif
i) Posisi dan kesejajaran kedua mata : simetris dextra
dan sinistra, tidak ada exoftalmus maupun endoftalmus
j) Gerakan bola mata (dextra/sinistra) : tidak ada
nistagmus, tidak ada strabismus
c. Edukasi
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh
praktikan kepada responden, praktikan memberikan edukasi
44
berkaitan dengan keluhan respondenndan edukasi katarak.
Praktikan memberi edukasi tentang keluhan yang di alami
responden, sperti di perbanyak untuk istirahat karena usia yang
sudah lanjut, makan dan minum yang sehat, teratur seperti makan
sayur, buah, minum air putih. Bila minum obat sebaiknya minum
dengan teratur, memaki alat pelindung mata saat bekerja di luar
rumah.
Praktikan juga memberikan edukasi tentang katarak mulai dari
difinisi, faktor resiko, tanda dan gejala katarak, pencegaahan, dan
komplikasi katarak menggunakan selembaran leaflet. Praktikan
menjelaskan faktor resiko katarak seperti merokok, konsumsi
alkohol, lingkungan, pekerjaan, diabetes melitus. Praktikan juga
menjelaskan gejala katarak seperti mata silau saat terpapar sinar
matahari, terdapat penurunan ketajaman penglihatan, diplopia.
Praktikan menjelaskan pencegahan dini terhadap katarak seperti
konsumsi makanan yang bernutrisi (bayam, brokoli, vitamin A, C,
E), menggunakan pelindung mata saat bekerja dan terpapar oleh
sinar matahari secara lansung, tidak mengkonsumsi alkohol dan
rokok.
2. HAMBATAN
a. Kekurangan pasien yang mempunyai keluhan pada mata,
sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan
anamnesis dan pemeriksaan untuk setiap praktikan
b. Ruangan yang digunakan untuk melakukan anamnesis dan
pemeriksaan tidak kondusif sehingga praktikan tidak fokus saat
melakukan hal tersebut
c. Praktikan sebelumnya tidak menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan dengan lengkap sehingga
pemeriksaan tidak dilakukan sesuai prosedur yang semestinya
d. Praktikan mengalami hambatan saat berkomunikasi dengan pasien
dikarenakan praktikan tidak memahami bahasa yang digunakan
oleh pasien, sehingga mengganggu dalam proses anamnesis
maupun pemeriksaan fisik.
45
e. Kurangnya pendengaran pada pasien sehingga membuat praktikan
mengulang beberapa kali pertanyaan
3. CARA MENGATASI
a. Sebaiknya field lab dilakukan pada orang – orang yang lanjut usia
karena sebagian besar banyak terdapat penyakit pada mata
(katarak)
b. Disediakan duangan khusus untuk melakukan anamnesis dan
pemeriksaan agar praktikan dapat melakukan prosedur tersebut
kepada responden dengan kondisi yang tanang dan lebih fokus
c. Sebelum pelaksanaan field lab, semua praktikan terlebih dahulu
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk anamnesis dan
pemeriksaan kepada responden, sehingga tidak mengganggu porses
tersebut dan dapat dilakukan sesuai dengan lengkap
d. Praktikan harus belajar kembali bagaimana berkomunikasi yang
baik dengan responden baik dengan bahasa indonesi maupun
bahasa jawa, agar responden dapat memahami apa yang di
tanyakan oleh praktikan.
X. IDENTITTAS RESPONDEN X
Nama : Tn. R
Usia : 61 tahun
Alamat : Sambungkulon RT 3/ RW 1
Pekerjaan : Petani
1. HASIL
a. Anamnesis
Responden datang dengan keluhan utama adalah nyeri pada
kedua sendi lutut. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak dua tahun.
Rasa nyerinya bila diberi nilai 5, karena rasa nyeri ini responden
datang ke poli lansia. Selanjutnya praktikan bertanya apakah
responden mengalami keluhan pada matanya. Menurut responden
penglihatan untuk jarak jauh berkurang, keluhan ini sudah dirasakan
sejak dua tahun lebih. Selain itu mengingat pekerjaan responden
adalah petani sehingga responden bekerja dari pagi jam 6 hingga jam
46
1 siang, responden sering merasa perih dan silau apabila melihat
sinar matahari. Rasa perih dan silau dirasakan pada kedua mata
sehingga saat di sawah responden menggunaka caping untuk
melindungi.untuk memperingannya responden sering beristirahat dan
menjauhkan diri dari paparan sinar matahari. Responden mengaku
bahwa responden tidak memiliki riwayat diabetes melitus dan
hipertensi. Namun responden tidak mengetahui apakah
dikeluarganya memiliki riwayat tersebut atau tidak. Responden
datang dengan menggunakan BPJS. Kebiasaan responden adalah
meokok kurang lebih satu bungkus perhari dan ini sudah berlangsung
sangat lama yaitu dari responden usia 20 an. Untuk makanannya
responden mengaku jarang memakan makanan yang mengandung vit
A dan vit C seperti wortel dan bayam.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status generalisata : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda Vital
Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg
Frekuensi Nafas : 20x / menit
Frekuensi Nadi : 90x / menit
Suhu : DBN
4) Pemeriksaan Lokalis Mata
Dextra
a) Palpebra superior : DBN
b) Palpebra inferior : DBN
c) Alis dan bulu mata : Kuantitas cukup
Distribusi kurang merata
d) Konjunctiva : Subkonjungtiva bleeding (+)
e) Sclera : Jernih (+) Ikterik (-)
f) Kornea : Jernih (+)
g) Lensa : Keruh (-)
h) Camera Occuli Anterior : Jernih (+)
i) Kesejajaran mata : Sejajar
j) Refleks pupil : Isokor
47
k) Pergerakan bola mata : Strabismus (-)
Sinistra
a) Palpebra superior : DBN
b) Palpebra inferior : DBN
c) Alis dan bulu mata : Kuantitas cukup
Distribusi merata
d) Konjunctiva : Pterygium (+)
e) Sclera : Jernih (+) Ikterik (-)
f) Kornea : DBN
g) Lensa : Keruh (-)
h) Camera Occuli Anterior : Jernih (+)
i) Kesejajaran mata : Sejajar
j) Refleks pupil : DBN
k) Pergerakan bola mata : DBN
c. Edukasi
Karena pasien tidak menderita katarak maka praktikan
mengedukasi pasien mengenai pencegahan dari katarak. Diantaranya
praktikan mengedukasi:
1) Menaati jadwal yang diberikan dokter spesialis mata untuk
mengkontrol keadaan mata.
2) Mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang mengandung
vitamin C, A, E.
3) Menghindari konsumsi makanan tinggi protein, seperti ikan
laut dan telur.
4) Menggunakan kacamata jika diluar ruangan untuk proteksi
mata dari benda asing dan paparan langsung sinar UV.
5) Mengurangi kebiasaan merokok.
2. HAMBATAN
a. Praktikan kurang mempersiapkan alat yang digunakan secara
lengkap.
b. Pemeriksaan dilakukan tidak di ruang pemeriksaan.
c. Responden mengalami penurunan pendengaran.
48
3. CARA MENGATASI
a. Praktikan seharusnya mempersiapkan peralatan yang akan
digunakan secara lengkap agar pemeriksaan berjalan lancar.
b. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruang pemeriksaan, jika
terpaksa tidak dilakukan di ruang pemeriksaan praktikan harus bisa
mengkondisikan diri dan tetap membuat responden senyaman
mungkin.
c. Praktikan menambah volume suara agar terdengar lebih jelas oleh
responden tetapi tetap dengan nada bicara dan bahasa yang sopan
dan santun.
XI. IDENTITAS RESPONDEN XI
Nama : Ny. S
Usia : 74 Tahun
Alamat : rt 05 rw 02 Sambeng Kulon
Pekerjaan : Petani
1. HASIL
a. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal pada bagian kaki
kanan yaitu betis, hal tersebut sudah dirasakan sejak satu minggu
yang lalu setelah lasien pulang dari temoat kerja yaitu di sawah.
Gatal yang di rasakan pasien seperti adanya semut pada bagian kaki
dan rasanya teramat sangat gatal, pasien mengaku mengalami
penurunan rasa gatal ketika sedang tidur tetapi ketika sedang
beraktifitas sangat gatal. Selain gatal pasien mengalami penurunan
tajam pengihatan yaitu tidak dapat melihat jauh, pasien memiliki
riwayat miopi sebelumnya dan sudah dibantu dengan kaca mat abaca
dan minus. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat seperti ini dan
pasien memiliki riwayat hipertensi ketika sedang banyak pikiran
sehari-hari. Suami pasien meninggal karena penyakit paru, penyakit
paru tersebut diakibatkan karena suasmi pasien bekerja di tempat
yang terkontaminasi udara kotor. Pasien berobat dengan
menggunakan BPJS dan kebiasaan sehari-hari pasien tidak meroko,
49
mekan teratur, dan mengkonsumsi sayur kurang karena menurut
pasien sayur dapat memperngaruhi nyeri pada bagian lutut pasien.
b. Pemeriksaan Eksternal Mata
1) Palpebra dextra dan sinistra : Normal, tidak
ptosis, lagoftalmos, kemerahan, tidak tampak seperti adanya
kalazion atau hordeolum.
2) Eversi kelopak mata dextra dan sinistra : Tidak tampak
adanya benda asing dan pelebaran pembuluh darah.
3) Alis dan bulu mata dextra dan sinistra : Distribusi merata
tidak adanya trikiasis.
4) Orifisium ductus lacrimalis dx dan sin :Tidak adanya
lakrimalisasi berlebihan
5) Sklera dan Konjungtiva dx/ sin : Sklera tidak
terlihat ikterik, konjungtiva tidak anemi, tidak ada nodul,
benjolan, pelebaran pembuluh darah.
6) Lensa dx/ sin :Terlihat sedikit
keruh berwarna putih pada bagian perifer lensa.
7) Kornea dx/ Sin : Terlihat jernih,
tidak hiperemi.
8) Pupil dx/sin : Reflek terhadap
cahaya normal mengalami miosis.
9) Kesejajaran mata dx/ sin : Normal letaknya
simetris.
10) Test pergerakan mata dx/ sin :Tidak terlihat
strabismus.
11) Cover un cover test :Normal
mengikuti reflek cahaya.
2. HAMBATAN
a. Penyakit responden tidak sesuai dengan teori field lab yang
seharusnya dilakukan yaitu tentang katarak mata.
b. Kurangnya alat untuk pemeriksaan mata.
50
c. Tempat pemeriksaan tidak merahasiakan privasi pasien kaena tempat
terbuka.
d. Responden tidak menguasai bahasa Indonesia sehingga komunikasi
kurang lancer di sebabkan praktikan tidak lancer bahasa jawa.
3. CARA MENGATASI
a. Pihak puskesmas berkordinasi langsung dengan pihak kampus untuk
mencari responden yang memiliki penyakit katarak atau suspek
katarak.
b. Praktikan seharusnya membawa persiapan alat yang digunakan untuk
pemeriksaan mata.
c. Sebaiknya di dalam tempat pemeriksaan khusus responden.
d. Adanya penerjemah yang bisa berbahasa jawa agar membantu proses
komunikasi.
XII. IDENTITAS RESPONDEN XII
Nama : Ny. M
Usia : -
Alamat : Sambeng Kulon rt: 05 rw: 02
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
1. HASIL
a. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada abdomen sejak satu
hari yang lalu. Keluhan dirasakan pada regio abdomen, keluhan
tersebut dirasa secara tiba-tiba karena tidak ada riwayat makan
sesuatu sebelumnya. Keluhan tersebut dirasa nyerinya seperti perih
dan diperberat saat pasien belum makan namun bila pasien istirahat
dan makan maka keluhan mereda. Gejala lain yang dikeluhkan
pasien yaitu kaku pada leher. Saat ditanyakan seputar kesehatan
mata pasien mengaku semuanya masih dalam batas normal karena
pasien masih dapat melihat dengan baik, namun bila melihat tulisan
pasien merasa sudah tidak begitu jelas tetapi tidak pernah merasa
silau bila melihat cahaya, dan tidak pernah merasakan adanya
keluhan pada kedua matanya.
51
Responden belum pernah merasakan keluhan yang sama dan
jantung. Tetapi pasien memiliki riwayat hipertensi. Dari pihak
keluarga juga tidak pernah ada yang mengalami penyakit yang
sama dengan pasien, dan juga tidak pernah ada yang mengalami
diabetes melitus, hipertensi, katarak, dan glaukoma. Kebiasaan
pribadi pasien mengaku selalu makan teratur, menghindari yang
asin-asin dan menghindari minum-minuman manis.
b. Pemeriksaan fisik
1) Palpebra dextra dan sinistra :
Tampak tenang, tidak ptosis, lagoftalmos, kemerahan, tidak
tampak seperti adanya kalazion atau hordeolum.
2) Eversi kelopak mata dextra dan sinistra :
Tidak tampak adanya benda asing dan pelebaran pembuluh
darah.
3) Alis dan bulu mata dextra dan sinistra :
Distribusi merata, kuantitas cukup, tidak adanya trikiasis.
4) Orifisium ductus lacrimalis dextra dan sinistra :
Tidak adanya lakrimalisasi berlebihan
5) Sklera dan Konjungtiva dextra dan sinistra :
Sklera tidak terlihat ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada
nodul, benjolan, pelebaran pembuluh darah.
6) Lensa dextra dan sinistra :
Terlihat keruh berwarna putih pada bagian perifer lensa
7) Kornea dextra dan sinistra :
Terlihat jernih, tidak ada ulkus, sikatrik, nodul, dan benda asing
8) Pupil dextra dan sinistra :
Reflek langsung terhadap cahaya masih baik
9) Kesejajaran mata dextra dan sinistra :
Normal letaknya simetris.
10) Pergerakan bola mata :
Normal, tidak terlihat strabismus.
11) Cover un cover test :
Normal mengikuti reflek cahaya
a. Edukasi
52
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh
praktikan pada pasien, selanjutnya praktikan memberikan
edukasi berkaitan dengan keluhan responden dan kemudian
memberikan edukasi tentang katarak.
Praktikan memberikan edukasi mengenai keluhan
responden. Praktikan meminta supaya pasien mengkonsumsi
obat yang diberikan secara teratur dan lebih banyak istirahat
dan makan yang teratur agar nyeri di abdomennya tidak
kambuh lagi.
2. HAMBATAN
a. Ruangan yang digunakan untuk melakukan anamnesis dan
pemeriksaan terlalu ramai sehingga menjadi kurang kondusif
b. Praktikan tidak mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan
untuk pemeriksaan dengan lengkap
c. Responden kesulitan memahami bahasa indonesia yang
digunakan praktikan untuk tanya jawab.
3. CARA MENGATASI
a. Disediakan ruangan yaitu di aula setempat untuk melakukan
anamnesis dan pemeriksaan agar praktikan dapat melakukan
prosedur tersebut kepada responden dengan kondisi yang
tanang dan lebih fokus
b. Praktikan meminjam alat sebelum dilakukannya pemeriksaan
secara bergantian. Seharusnya sebelum pelaksanaan field lab,
semua praktikan terlebih dahulu menyiapkan alat-alat yang
diperlukan untuk anamnesis dan pemeriksaan, sehingga tidak
menghambat proses jalannya field lab
c. Praktikan mencoba menggunakan bahasa jawa sesuai yang
digunakan responden
XIII. IDENTITAS RESPONDEN XIII
Nama : Ny. S
Usia : 70 tahun
53
Pekerjaan : Buruh
Alamat :Saben Kulon
1. HASIL
a. Anamnesis
Praktikan memperkenalkan diri dan meminta izin pada
responden untuk bertanya – Tanya seputas keluhan pasien pertama –
tama praktikan bertana tentang keluhan utama dan responden
menjawab yang ia rasakangatal - gatal pada lutu kaki kiri serta sikait
kepala dan pandangan menurun lalu praktikan kembali bertanya
onset dan kronologi dari keluhan pasien, pasien menjawab sudah
lama sejak satu bulan yang lalu, sebelumnya sering di garuk,
praktikan bertanya tentang kualitas keluhan pada pasien pasien
menjawab rasa gatal - gatal dan seperti ada kesemutan, praktikan
bertanya kembali tentang kuantitas keluhan yang di derita pasien,
ketika di berikan derajat rasa yang dirasakan sangat gatal dan
mengganggu aktivitas, praktikan bertanya faktormem peringan dari
keluhan pasien ketika ditinggal tidur dan ketika digaruk rasanya
menghilang melanjut kan pertanyan praktikan bertanya
faktormemper berat dari pasien ketika aktivitas dan ketika
bekerja di sawah gejala penyerta yang dirasakan pasien merasa
sering sakit kepala dan pandangan yang semakin kabur riwayat
penyakit dahulu yang dirasakan pasien sering merasakan gatal –
gatal di tempat yang sama, pasien kemari menggunakan asuransi
kesehatan kebiasaan pribadi dari pasien bahwa pasien tidak merokok,
tidak mengonsumsi alcohol.
b. Pemeriksaan fisik
Pertama praktikan meminta izin pada pasien untuk dilakukan
pemeriksanaan pada matanya, kita lihat palpebradari pasien adakah
kelainan, seperti kemerahan adakah edema atau massa, adakah bekas
oprasi maupun bekas luka. Kita lihat lagi pada alis dan bulu mata
dextra dan sinistra dari pasien yang di periksa dari distribusi normal
merata tidak ada kelainan. Sklera dan konjungtiva dextra dan sinistra
dari pasien adakah kelanan, dari skleranya tidak ikterik dan dari
konjungtiva tidak anemis tidak adanya benda asing, tidak adanya
54
perdarahan. Lensa dari pasien yang di periksa dari mata kanan dan
mata kiti pasien tidak ada kelainan hanya terdapat sedikit putih pada
pinggirnya, kornea kanan dan kiri terlihat jernih, tidak adanya benda
asing, Pupil dextra dan sinistra Reflek terhadap cahaya normal
terjadinya miosis ketika cahaya di sorot ke mata pasien, kesejajaran
mata dx/ sin, normal letaknya simetris antara kanan dan kiri.
c. Edukasi
Praktikan memberikan pesan maupun edukasi pada pasien
bahwa menghabiskan obat hingga habis dan teratur, sering makan
makanan yang bergizi dan sehat, menjaga kebersihan lngkungan,
seringkontrol kan keshatan mata dan jika ada keluhan segerakan
periksakan pada dokter, selalu berdo’a agar diberikan kesehatan.
2. HAMBATAN
a. Kasus yang di dapat tidak sesuai dangan topic fied lap
b. Peralatan untuk pemetiksaan fisik tidak di isapkan sama sekali
c. Ruangan yang kurang nyaman
d. Kurangnya pencahayaan untuk pemeriksanaan mata
e. Kurangnya penguasanaan bahasa bahasa jawa
3. CARA MENGATASI
a. Mencari pasien yang sesuai dangan topic fied lap walau hanya satu
pasien
b. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik alat yang akan di gunakan
harus sudah di siapkan dan tingal pakai
c. Menyiapkan ruangan yang nyaman
d. Meyiapan cahanya yang cukup agar pemeriksaannyaman dan lebih
jelas
e. Unutk praktikan belajar menguasa bahasa setempat
55
BAB IV
PEMBAHASAN
Katarak adalah kondisi dimana lensa menjadi lebih keruh sehingga dapat menurunkan
ketajaman penglihatan penderita. Katarak dapat terjadi karena kongenital atau biasa disebut
katarak kongenital dan karena proses degeneratif atau sering disebut katarak senil. Namun
menurut epidemiologinya 90% kejadian katarak adalah katarak senil. 20-40% terjadi pada
usia diatas 60 tahun dan 20-60% terjadi pada usia diatas 80 tahun. Karena insiden katarak
lebih banyak terjadi pada lansia maka kami melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada
pasien yang sudah lanjut usia. Kami tidak menemukan adanya pasien yang didiagnosis
katarak, namun kami menemukan beberapa pasien yang memiliki manifestasi klinik dan
faktor risiko katarak dan post operasi katarak untuk mata kanan pada tahun 1994 dan mata
kiri pada tahun 2004. Untuk responden yang memiliki faktor risiko dan manifestasi klinis
katarak diantaranya kami menemukan responden yang mengeluhkan silau matanya apabila
terkena cahaya, penurunan visus, dan saat dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan lensa yang
mulai mengeruh. Beberapa dari responden tersebut juga diikuti dengan riwayat hipertensi
yang merupakan faktor risiko katarak. Selain itu banyak dari responden yang lensanya mulai
mengeruh memiliki pekerjaan petani, dimana bertani dari pagi hingga siang sehingga terpapar
sinar matahari langsung cukup lama hal tersebut merupakan salah satu etiologi dari katarak.
Sedangkan untuk responden post operasi katarak, beliau mengeluhkan untuk mata kanannya
lapang pandang menjadi berkurang dan untuk mara kiri menjadi lebih buram. Kami
mencurigai responden mengalami komplikasi post operasi seperti ablatio retina dan katarak
sekunder.
Selanjutnya kami memberikan edukasi tentang katarak pada setiap responden. Kami
memperkenalkan katarak dari definisi hingga komplikasinya. Namun karena semua
responden pada field lab kali ini tidak ada yang didiagnosis katarak, maka kami menekankan
mengenai bagaimana cara mencegah katarak.
56
BAB V
PENTUP
A. Kesimpulan
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak paling sering terjadi pada
pasien lansia, yaitu yang berusia diatas 50 tahun. Pada field lab kali ini kami tidak
menemukan pasien yang didiagnosis katarak, namun kami menemukan pasien yang
memiliki faktor risiko dan manifestasi klinis katarak dan juga pasien post operasi katarak
yang kami curigai mengalami komplikasi pos operasi. Karena sebagian besar pasien yang
kami temui tidak didiagnosis katarak maka kami melakukan edukasi yang menekankan
pada pencegahan.
B. Saran
Praktikan seharusnya lebih proaktif dan mempersiapkan diri dengan pengetahuan
tentang musculoskeletal, khususnya musculoskeletal yang luas dalam mengikuti field
lab, maka dari itu, tujuan diselenggarakannya field lab lebih mudah tercapai dan mampu
menggali informasi lebih banyak dari kesempatan untuk mengikuti field lab.
57
DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc Graw-Hill;
2007.
2. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B. Saunders
Company ; 2006.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China: Elsevier :
2011. (e-book)
5. Ocampo VVD. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. 2009. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, tanggal 08 Februari 2014.
6. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol. 2011.
7. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar Anatomi
dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
8. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya
Medika, 2000.
58
top related