essay nuklir dan penerimaan masyarakat
Post on 01-Dec-2015
28 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Fatmawati Nurcahyani
Mahasiswi Teknokimia Nuklir STTN BATAN Yogyakarta
Semester 6
NUKLIR di MATA INDONESIA
PLTN mulai dikenalkan di Indonesia sejak tahun 1968 melalui seminar Cipayung
atas prakarsa Dirjen Tenaga Listrik, Departemen PUTL bekerjasama dengan Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN). Seminar berikutnya diselenggarakan di Yogyakarta pada
tanggal 19-24 Januari 1970 yang melahirkan usulan dibentuknya Komisi Persiapan
Pembangunan PLTN (KP2-PLTN). Sejak saat itu, teknologi PLTN mulai mendapat
perhatian serius oleh para ahli nuklir di Indonesia. Persiapan lebih serius dimulai setelah
Presiden pada tanggal 11 Desember 1989, meresmikan labolatoria BATAN, LIPI dan
BPPT dikawasan Puspitek Serpong, menginstruksikan agar dilakukan usaha persiapan
sebaik-baiknya untuk membangun suatu PLTN di Indonesia. Seiring dengan rencana
pemerintah membangun PLTN tersebut, di dalam masyarakat berkembang tanggapan-
tanggapan yang bernada setuju dan tidak setuju atau paling tidak bertanya-tanya
mengenai rencana tersebut.
Munculnya penolakan terhadap pembangunan PLTN disebabkan karena bagi
masyarakat awam, kata-kata nuklir mengandung rasa ngeri. Sebagian besar dari mereka
hanya mengetahui bahwa nuklir itu sama dengan bom atom dan nuklir tidak aman, karena
mereka mengetahui tentang nuklir dari tragedi Three Miles Island, Chernobyl dan
Fukushima yang mengerikan. Pengetahuan mereka tentang nuklir memang tidak salah,
tetapi masih banyak fakta menarik tentang nuklir yang belum mereka ketahui.
Kenyataannya bahwa radiasi itu sangat dekat dalam kehidupan kita sehari-hari seperti
radiasi dari sinar kosmis, gelombang electromagnetic yang dikirimkan ke hp, tv, dsb nya
bahkan radiasi itu berada dalam tubuh kita sendiri dalam bentuk karbon-14 maupun
kalium- 40, serta penjelasan mengenai pemanfaatan nuklir di bidang energi, Pertanian,
dan peternakan.
Ketidaktahuan masyarakat awam akan manfaat energi nuklir sering dimanfaaatkan
oknum – oknum tertentu untuk melancarkan aksi menolak pembangunan PLTN di
Indonesia guna mencapai tujuan tertentu.
Secara garis besar, masyarakat yang kurang senang akan kehadiran PLTN dapat
digolongkan menjadi tiga kelompok, pertama adalah kelompok masyarakat awam, bagi
mereka nuklir menimbulkan rasa takut, karena kurang paham terhadap sifat-sifat atau
karakter nuklir itu. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa budayawan, politikus,
tokoh keagamaan dan beberapa anggota masyarakat umum lainnya. Ke dua adalah
masyarakat yang sedikit pahamnya tentang nuklir. Mereka menyangsikan kemampuan
orang Indonesia dalam megoperasikan PLTN dengan aman, termasuk pengambilan
limbah radioaktif yang timbul dari pengoperasian PLTN itu. Termasuk dalam kelompok ini
adalah beberapa LSM dan kalangan akademis. Ke tiga adalah kelompok masyarakat yang
cukup paham tentang nuklir tetapi mereka menolak kehadiran PLTN. Karena mereka
melihat PLTN dari kacamata berbeda sehingga keluar argumen-argumen yang berbeda
pula. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa pejabat dan mantan pejabat
pemerintah yang pernah berhubungan dengan masalah keenergian, kelistrikan dan
penukliran.
Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pihak yang setuju untuk
menyajikan yang benar dan objektif ditinjau dari sisi sosio-kultural, politik, ekonomi dan
lingkungan dengan porsi yang lebih besar sehingga dapat mengimbangi lantunan
teknisnya.
top related